POKOKNYA KAU SALAH!!
TAK SEKEDAR PEMBERITAAN
SERUAN KWI UNTUK PILKADA 2017
Lentera
edisi #28 | Februari 2017
X A O H majalahlentera.com - Februari 2017 | 1
Lentera
edisi #28 | Februari 2017
Konten 4 Telisik POKOKNYA KAU SALAH!!
10 Lentera khusus TAK SEKEDAR PEMBERITAAN, NAMUN JUGA MEMOLAH FIKIRAN
14 Kesehatan SENAM OTAK, CUKUP 7 MENIT!
16 Nasional SERUAN KWI UNTUK PILKADA 2017
Penerbit: KOMSOS Keuskupan Agung Medan | Penanggungjawab : RP Hubertus Lidy, OSC | Pemimpin Redaksi : RP Hubertus Lidy, OSC | Redaktur Pelaksana : Ananta Bangun | Langganan dan Iklan : Rina Barus (081370456696) | Keuangan: Sr. Dionisia Marbun, SCMM | Alamat Redaksi : Catholic Center, Jalan Mataram No. 21 Medan. Tel. (061) 88817709 | Informasi Liputan dapat dikirim ke e-mail : 足beritalentera@gmail. com | web: www.komsoskam.com | www.majalahlentera.com Rekening : BRI Rek. No.0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy & BNI No.0307532799 a.n. Hubertus A 足 gustus Lidy Redaksi menerima tulisan dan foto, maksimal 2halaman kwarto / ketikan 1,5 spasi. Batas pengiriman tulisan adalah akhir minggu 足kedua setiap bulannya. Redaksi 足berhak menyunting sebagian/ seluruh isi atau tidak memuat naskah. 2 | majalahlentera.com - Februari 2017
catatan Editor Ada sebuah gurauan usil semasa kuliah dahulu. Kira-kira begini ucapannya: “Jika ada yang mengatakan dirimu jelek, tabahkanlah hatimu. Tetapi, jika ada yang mengatakan wajahmu cakep (rupawan), maka segera lah benci orang itu. Sebab ucapan itu fitnah!” Sentilan itu kini hanya sekedar mengundang senyum kecut saja. Namun pada masa populernya sungguh membuat kuping panas, atau mungkin juga bikin terbahak-bahak. Bagaimana menarik benang merah candaan itu dengan tema utama majalah online Lentera edisi ini? Tentu saja ada. Jawabannya adalah cara kita memandang-nya atawa perspective. Setiap kata atau informasi -- mendesak masuk ke fikiran kita -- sejatinya hanyalah pesan. Sebagai tuan dari fikiran sendiri, kita berkuasa memilah sesuai jangkauan perspektif. Kita dapat marah karena mendapat kabar bahwa salah satu agama dihina. Namun bungkam saat agama lain mendapat perlakuan serupa oleh sesama kita. Timothy Wibowo, dalam buku-nya “Success Begins with Character” membuat sebuah perumpamaan khas. Yakni, k ekuatan karakter sama seperti
cara pandang masing-masing insan di lantai gedung yang berbeda tingginya. Dimana, seorang di lantai 2 tentu tidak memiliki cara pandang seluas orang yang melihat dari lantai 10. Intinya semakin tinggi, semakin baik satu insan dalam memandang/ perspektif terhadap sebuah informasi atau kata. Kiranya demikianlah harapan Redaksi Lentera dalam edisi pembuka tahun 2017 ini. Telisik dan Lentera khusus, yang tersaji di dalamnya, semoga dapat menjadi inspirasi baru untuk lebih berhikmat memilah setiap pesan. Terima kasih untuk dukungan sahabat pembaca sekalian, baik doa maupun kritik yang membangun. Seluruhnya itu adalah sumber energi kami untuk menghadirkan inspirasi terbaik. Shalom, AB
majalahlentera.com - Februari 2017 | 3
telisik
4 | majalahlentera.com - Februari 2017
POKOKNYA KAU SALAH!!
oleh RP. HUBERTUS A. LIDY, OSC Dua anak manusia bertengkar alias silat lidah. “Pokoknya, kau salah. Kau salah. Apapun alasannya kau tetap salah,” mencakmencak orang itu kepada orang yang berdiri di hadapannya. Lantang dan keras. Orang yang kena damprat “kata” itu, menanggapi ocehannya, dan berupaya menjelaskan pokok soalnya. Lagi-lagi orang itu mencak-mencak sambil menunjuk-nunjuk jidatnya. “Ga usah bicara macammacam, aku sudah mengatakan
pokoknya kau salah. Kau salah dan kau salah.” Orang itu tenang, senyum, sambil memperhatikan wajah orang yang berhadapannya itu. Wajah sang mencakmencak,memerah, terbakar amarah. Selanjutnya tak ada kata lain yang keluar dari mulutnya lagi itu selain kata “Pokoknya kau salah. Kau salah dan Kau salah.” Suasananya sangar, geram, dan galak. Dialah yang hebat. Orang yang berhadapan dengannya tidak berarti apa-apa. Dia saat itu memiliki kebenaran mutlak. “Aku sudah menetapkan bahwa majalahlentera.com - Februari 2017 | 5
kau salah, kau salah”. Tidak ada alternatif. Titik- habis. Pongah. Ruang dialog dan mengkritisi tertutup-rapat. Padahal kalau ada interaksi timbal-balik, saling mendengarkan dan mengklarifikasi, belum tentu orang itu salah. Ada pepatah: tong kosong nyaring bunyinya. Air yang beriak tanda tak dalam. Gaung dan bunyi riaknya keras karena hampa dan datar.
enjadi andalan satum satunya. Tak ada upaya lain selain menjustifikasi dan membungkam. Ekspresinya “Landak Buta”. Nyungkur, ngamuk, dan menyerang. Taktik, efektifitas, dan kecerdasan, tak ada. Taktis, efektifitas dan kecerdasanan lahir dari sebuah ketenangan jiwa. Saat otak tak berfungsi, kita gampang terpovokasi dan diperalat oleh orang, kelompok
“ BISA
D I PA H A M I S I H . K A R E N A M ENGHADAPI PERUB AHAN BUTUH N U R A N I D A N K E C E R D A S A N YA N G BERMODALKAN OTOT SAJA PASTI GA SANGGUP. “
Mencak-mencak, garang, teriak-teriak dan galak itu tong-nya, lapisan luarnya. Otot lengannya m encuat dan dadanya membusung. Ibaratnya duri landak, kala landak merasa kenyamanannya terganggu. Saat amarah dan emosi meluap-luap, rupanya akal sehat dan kecerdasan berdiplomasi tak berfungsi. Ototlah satu-satunya modal yang diperhadapkan dan 6 | majalahlentera.com - Februari 2017
lain, demi kepentingannya. Saat itu kemanusiaan kita ibaratnya sebuah robot yang ada daging, darah, otot, dan tulang. Tak ada akal dan budi. Sang mencak-mencak, takut kebodohannya terusik. Ketahuan bahwa dia hanya mempunyai bunyi dan riak, nuraninya kosong dan otaknya datar. Bak balon yang kembang gede, megah
padahal kandungannya cuman angin doang. Anginnya keluar, langsung melempem, kerut dan kusut. Hebatnya hanya kemasukan angin doang. Begitu gembos menjadi tidak laku, dan aromanya... busuk. Mapan, dan tak tersentuh membuatnya menjadi pribadi yang superiortas. Perubahan dan pembaharuan, diyakini sebagai sesuatu yang memporak- porandakan. Bisa dipahami sih. Karena menghadapi perubahan butuh nurani dan kecerdasan yang bermodalkan otot saja pasti ga sanggup. Masa depan kawan ini adalah masa sekarang yang
mapan itu. Perlahan-lahan kehidupannya adalah tampil dengan cara-cara barbar. Berteriak dan mengusik disertai dengan bual dan licik. Sudah pasti kepribadianya tidak laku, kala bersaing. Tergredadasi dari kehidupan bersama yang manusiawi. Pribadi yang usang dimakan jaman. Menghadapi orang semacam itu, sederhana saja, tak usah dibalas emosian. Senyum,tenang, dan menghajarnya pada waktunya. Copyright image: medicaldaily.com
Verbatim
majalahlentera.com - Februari 2017 | 7
8 | majalahlentera.com - Februari 2017
majalahlentera.com - Februari 2017 | 9
lentera khusus
Tak Sekedar Pemberitaan, Namun Juga Memolah Fikiran? oleh ANANTA BANGUN Ide mengenai media sebagai pem-
ataukah ... benda. Dan saya masih
bentuk opini (mindset framing)
terpaku menatap dua cakram
bermula dari sebuah drama ecek-
bercahaya di depan ... apakah itu
ecek di radio CBS Radio Studio
mata? Atau m ungkin itu wajah.
One, New York - Amerika Serikat,
Yah bisa jadi...?”
pada 30 Oktober 1983 silam. Sang narator, Orson Welles saat itu tengah asyik cuap-cuap sebagaimana tertulis dalam naskah. Begini isinya: “Wah. Tunggu dulu! Sepertinya ada sesuatu muncul! Pendengar sekalian, saya melihat sesuatu yang mengerikan. Tampak ujung dari benda tersebut mulai mengelupas! Bagian atasnya mulai berputar seperti sekrup! Benda itu pasti terbuat dari besi! Ini benda paling menakutkan saya yang pernah saya lihat! Tunggu sebentar. Tampaknya seseorang merangkak keluar dari bagian atasnya yang berongga. Orang 10 | majalahlentera.com - Februari 2017
Patut diperhatikan, pada masa itu radio merupakan arus utama di dunia. Pun sajian hiburan fiksi ilmiah belum jua rutin diputar. Dampaknya tentu saja berujung kepanikan massal. Segera setelah drama berdurasi satu jam tersebut disiarkan, masyarakat berbondong-bondong ke stasiun radio CBS dengan membawa berbagai perabot. Jalan-jalan dipenuhi suasana histeris. Rumah-rumah ibadah penuh sesak oleh manusia yang ingin bertobat. Semuanya mengira bahwa cerita drama tersebut adalah sungguhan. Baru
setelah Orson dan CBS menjelas-
media audiovisual. Satu adagium
kan duduk perkara sebenarnya,
yang populer dalam buku terse-
masyarakat kembali tenang.
but ialah: “The Medium is the
Sisa dari anomali peristiwa drama Orson Welles turut menjadi sejarah. Tetapi tanpa sengaja, Orson menciptakan momentum
Massage”. Media adalah pesan itu sendiri. Yakni, media sendiri ikut membentuk cara berfikir dan cara hidup penggunanya.
baru dalam memahami media.
McLuhan memberikan contoh
Setelahnya para ilmuwan menya-
menarik, yakni lampu bohlam.
dari betapa besar pengaruh media
Jika dilihat sebagai suatu medium,
membentuk sikap, pendapat dan
betapapun tanpa pesan, kita
bahkan keputusan masyarakat.
mendapati pengaruhnya dalam
Dari penemuan inilah kerap dice-
mengubah cara hidup penggu-
tuskan: “Mereka yang menguasai
nanya sungguh luar biasa. Jika
informasi akan menguasai dunia.”
dibandingkan, cara hidup orang
Sesungguhnya fenomena mindset framing itu sudah diantisipasi oleh Marshall McLuhan melalui bukunya, ‘Understanding Media’. McLuhan telah memperingatkan tentang masa depan manusia yang akan berubah karena penemuan
sebelum dan setelah ditemukannya bohlam sangat berubah. Bohlam memungkinkan orang beraktivitas bebas pada malam hari, yang sebelumnya terkendala kegelapan. Sehingga produktivitas manusia meningkat. Orang-orang majalahlentera.com - Februari 2017 | 11
tidur lebih malam. Keluarga dan
dikerjakan secara masif dan teren-
komunitas memiliki lebih banyak
cana, serta dikemas meyakinkan. Ia
waktu untuk bercengkerama, dan
dilakukan dengan berbagai alasan
lainnya.
dan kepentingan. Pelakunya, bukan sekedar media abal-abal yang tidak jelas pengelolanya.
Meloncati Budaya Membaca (Literasi)
Permasalahan yang patut mendapat perhatian adalah masyarakat
Artikel ‘Era Media Membicarakan
Indonesia meloncat dari budaya
Media’ di Harian Kompas ed.
tutur ke budaya digital, tanpa sem-
Senin, 30 Januari 2017, mengulas
pat menyerap budaya membaca
perbedaan lokasi penangkapan
(literasi). Sehingga sering meming-
hakim Mahkamah Konstitusi
girkan etika dan kewarasan pola
Patrialis Akbar oleh tiga media arus
fikir. Berita-berita bombastis tanpa
utama. “Kok bisa? Apakah semata
fakta disebar secara masif melalui
mengejar kecepatan sehingga
media sosial.
media itu tidak tak perlu meminta klarifikasi dari Pihak berwenang” kata Direktur NU Online Savic Ali. Demikian dicantum oleh Kompas.
Bagaimana kiat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dengan sehat? Tidak sederhana menjawabnya. Namun,
Pada era digital, mindset framing
bagi pribadi-pribadi yang dibesar-
sengaja dibuat para pengelola
kan dalam budaya membaca, jauh
media digital. Lebih menantang
lebih beruntung karena cenderung
lagi, pembentukan pola fikir ini
tak terkena geger digital. Hanya
nyaris dilakukan semua media dig-
saja penganut budaya membaca
ital yang sudah memiliki reputasi
adalah warga minoritas
tinggi. Goreng-menggoreng informasi dan melihat sisi “berbeda” ketika narasumber mengeluarkan pendapat sudah, sudah jamak terjadi. Praktik mindset framing sudah 12 | majalahlentera.com - Februari 2017
Bagaimana jika? Bagaimana jika kita coba mengulang efek drama Orson Welles di atas? Mudah saja. Mulanya kita
akan meriset isu paling sensitif
Pustaka
di tengah komunitas manusia
* Bisa dirujuk dari laman http://www.
sasaran kita. Agama, marga, suku,
history.com/this-day-in-history/
pekerjaan, takhayul. Semua diku-
welles-scares-nation
pas dengan ‘wawancara’ ringan
* Etika dan Filsafat Komunikasi oleh
di kedai kopi, balai desa, atau per
Muhammad Mufid. 2009. Kencana Perdana
pribadi.
Media Group.
Tak lama kemudian bisikkan saja hal miring tentang salah satu isu paling sensitif tersebut. Arahkan pada satu insan paling dibenci oleh komunitas tersebut. Kemudian, virus isu itu akan berkelana liar tiada akhir. Mungkin saja bisa berakhir, jika komunitas itu akhirnya mengerti literasi media. Tentang bagaimana media sengaja membentuk mindset framing agar akal budi tumpul dan jiwa ditunggangi emosi tak
* “Gaya Hidup Digital” oleh A.M. Lilik Agung. Rubrik ‘Kolom’ di majalah HIDUP, ed. 6 Maret 2016. http://m.hidupkatolik.com/index.php/2016/04/04/ gaya-hidup-digital * “Zaman Kacau” oleh Haidar Bagir. Rubrik ‘Kolom’ di majalah Tempo, ed. 28 Februari 2016. https://majalah.tempo.co/ konten/2016/02/22/KL/150142/ Zaman-Kacau/52/44 * ‘Era Media Membicarakan Media’ di Harian Kompas ed. Senin, 30 Januari 2017.
bernalar.
majalahlentera.com - Februari 2017 | 13
kesehatan
Senam Otak, Cukup 7 Menit! Selama ini orang lebih memelihara kebugaran fisik ketimbang otak. Padahal otak merupakan pusat dari kontrol segala aktivitas manusia. Banyak cara yang mudah dan murah untuk menjaga kebugaran otak Anda. Ada cara yang mudah dan murah yang ditawarkan Dr. Ruswaldi Munir Sp.KO., untuk melatih kebugaran otak Anda. Panduan gerakan senam kebugaran otak ini cukup dilakukan dalam waktu singkat, yaitu tujuh menit. Anda boleh melakukan kapan dan di mana saja. 1. Sebelum bersenam, minumlah air putih secukupnya. 2. Lakukan pernapasan perut, bisa sambil duduk atau telentang. Letakkan tangan di atas perut, kemudian tarik napas sehingga perut terasa mendorong telapak tangan ke depan. Jika dilakukan sambil tidur bisa meletakkan buku di atas perut. Lakukan pernapasan 2-8 kali. 3. Lakukan gerakan menoleh ke kiri dan kanan secara pelahan, sambil memijit titik-titik di sekitar dada dan perut, selama 4-8 kali pernapasan. 4. Hook-Ups, terdiri dari dua bagian. Pertama, lakukan 14 | majalahlentera.com - Februari 2017
pernapasan 4-8 kali. Tubuh harus dalam kondisi betul-betul rileks. Cara kedua, letakkan kaki rata di lantai. Ujung-ujung jari tangan saling bersentuhan sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. 5. Mengkaitkan kedua tangan. Gerakan ini untuk mengintegrasikan otak. Rentangkan tangan selebar mungkin. Bayangkan otak bagian kiri dan kanan menjadi satu seperti Anda menyatukan dua tangan. Nikmatilah kesatuan ini sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. 6. Titik positif. Sentuhlah titik-titik sekitar dahi sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. Anda dapat menggunakan waktu ini untuk merencanakan kegiatan sehari. 7. Gerakan silang (cross crawl). Lakukan gerakan silang ini 10-25 kali untuk melengkapi senam menuju otak segar dan bugar. Ini juga merupakan gerakan minimal yang harus Anda lakukan, jika terpaksa tidak bisa melakukan enam gerakan awal di atas. (Sumber: Kompas.com)
majalahlentera.com - Februari 2017 | 15
SERUAN PASTORAL KWI MENYAMBUT PILKADA SERENTAK 2017
nasional
“PILKADA YANG BERMARTABAT SEBAGAI PERWUJUDAN KEBAIKAN BERSAMA”
Saudara-saudari yang terkasih. Bangsa kita akan menyelenggarakan
Melalui Pilkada kita memilih pemimpin daerah yang akan
Pilkada serentak untuk kedua kalinya.
menduduki jabatan hingga lima
Jumlah daerah yang akan melaksana-
tahun ke depan. Marilah kita
kan Pilkada adalah 7 (tujuh) provinsi,
jadikan Pilkada sebagai sarana dan
18 (delapan belas) kota, dan 76 (tujuh
kesempatan untuk memperkokoh
puluh enam) Kabupaten yang tersebar
bangunan demokrasi dan upaya
di seluruh wilayah Indonesia. Tahapan
nyata mewujudkan kebaikan
penting yang harus kita ketahui adalah
bersama. Sikap ini dianjurkan
masa kampanye tanggal 26 Oktober – 11
oleh ajaran Gereja: “Hendaknya
Februari 2017, masa tenang tanggal
semua warga negara menyadari
12-14 Februari. Waktu pemungutan dan
hak maupun kewajibannya untuk
penghitungan suara dilaksanakan tang-
secara bebas menggunakan hak
gal 15 Februari. Masa rekapitulasi suara
suara mereka guna meningkatkan
adalah tanggal 16-27 Februari dan saat
kesejahteraan umum” (Gaudium
penetapan calon terpilih tanpa sengketa
et Spes 75). Oleh karena itu, kita
adalah 8-10 Maret.
harus berpartisipasi dalam Pilkada
16 | majalahlentera.com - Februari 2017
dengan penuh tanggungjawab
apapun, baik secara terbuka
berpegang pada nilai-nilai kristiani
maupun terselubung. Apabila
dan suara hati.
kekerasan terjadi, damai dan rasa
Saudara-saudari yang terkasih,
aman tidak akan mudah dipulih-
Selain berharap, kita juga
kan. Kita perlu waspada terhadap
terpanggil untuk ikut bertang-
berbagai upaya untuk memecah
gungjawab agar Pilkada berjalan
belah dalam proses Pilkada.
dengan bermartabat dan berkuali-
Kedamaian dan persatuan tidak
tas. Sebagai bentuk dukungan dan
boleh dikorbankan demi target
partisipasi yang optimal terhadap
politik tertentu dalam Pilkada.
Pilkada, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Mengantisipasi munculnya masalah dan ancaman.
Ikutlah mengawal proses Pilkada. Bersama warga masyarakat kita
Hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah dan harus diantisipasi adalah: pertama,
mengawal Pilkada agar berjalan
siasat politik yang tidak sehat atau
dengan damai dan sesuai den-
menghalalkan segala cara demi
gan amanat undang-undang. Hal
meraih kekuasaan. Kedua, kemam-
penting dalam proses Pilkada
puan dan integritas penyelenggara
yang perlu dikawal adalah ter-
Pilkada (KPU dan PANWASLU).
sedianya fasilitas yang memadai
Proses Pemilu terdahulu mem-
bagi berlangsungnya hubungan
beri bukti ada penyelenggara
pengenalan secara timbal balik
Pemilu yang tersangkut masalah
antara calon dengan pemilih
dan membuat masalah karena
dan kepastian bagi setiap warga
tidak netral bahkan ikut mema-
negara untuk menggunakan hak
nipulasi suara. Pelanggaran yang
memilih secara Luber (Langsung,
berpotensi menimbulkan masalah
Umum, Bebas, Rahasia) dan Jurdil
harus diantisipasi bersama dan
(Jujur, Adil).
harus ada penegakkan hukum
Proses Pilkada yang damai
yang adil dan efektif untuk mem-
menjadi syarat penting yang harus
beri jaminan terselenggaranya
dikawal semua pihak. Jangan sam-
Pilkada yang berkualitas dan
pai terjadi kekerasan dalam bentuk
bermartabat. majalahlentera.com - Februari 2017 | 17
Apabila Pilkada telah berjalan
disadari bahwa pemilih tidak saja
dengan baik dan sesuai dengan
memberikan suara, me-lainkan
undang-undang, hendaknya kita
menentukan pilihan dengan
rela menerima hasilnya dan siap
cerdas, bertanggungjawab, dan
memberikan dukungan untuk
sesuai dengan suara hati. Kita yang
menjadi pemimpin bagi seluruh
punya hak suara janganlah Golput!
warga masyarakat. Segala per-
Pahamilah kriteria pilihan dan
bedaan pendapat dan pilihan
kiat dalam memilih dengan tepat.
politik, hendaknya berhenti
Para calon pemimpin dae-
saat kepala daerah hasil Pilkada
rah yang akan kita pilih harus
dilantik.
dipastikan orang bijak, yang menghayati nilai-nilai agamanya
Pilihlah dengan cerdas dan bertanggungjawab. Gereja hendaknya mendorong
dengan baik dan benar, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti
umat untuk menggunakan hak
kekerasan serta peduli pada pele-
dengan berpartisipasi dalam
starian lingkungan hidup. Calon
Pilkada dan memastikan tidak
pemimpin daerah yang jelas-jelas
membawa lembaga Gereja masuk
berwawasan sempit, cenderung
ke dalam politik praktis. Setiap
mementingkan kelompok, ter-
warga negara yang telah memi-
indikasi bermental koruptif dan
liki hak suara harus ikut terlibat
menghalalkan segala cara untuk
menentukan dan memilih siapa
mendapatkan kedudukan jangan
yang akan menjadi pemimpin dae-
dipilih.
rah melalui mekanisme yang telah
Hati-hatilah supaya kita tidak
ditentukan oleh peraturan dan
terjebak dan ikut dalam politik
undang-undang yang berlaku.
uang yang dilakukan calon untuk
Ikut memilih dalam Pilkada meru-
mendapatkan dukungan suara.
pakan hak dan panggilan sebagai
Penting untuk kita ingat bahwa
warga negara. Dengan ikut memi-
politik uang bertentangan dengan
lih berarti kita ambil bagian dalam
ajaran Kristiani dan merusak asas-
menentukan arah perjalanan dan
asas demokrasi.
kelangsungan kehidupan daerahnya. Oleh karena itu, penting 18 | majalahlentera.com - Februari 2017
Berdoalah untuk pelaksanaan Pilkada.
damai dan menghasilkan pemimpin daerah yang berintegritas
Marilah kita mengiringi proses
serta mau berjuang keras memper-
pelaksanaan Pilkada dengan doa.
hatikan rakyat demi terwujudnya
Kita memohon berkat Tuhan agar
kesejahteraan umum.
Pilkada berlangsung dengan
Jakarta, 10 November 2016 KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA Mgr. Ignatius Suharyo Ketua
Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC Sekretaris Jenderal
image Copyright: DokpenKWI.org, Jejamo.com
majalahlentera.com - Februari 2017 | 19
20 | majalahlentera.com - Februari 2017