majalah online Lentera ed. Februari 2017

Page 1

POKOKNYA KAU SALAH!!

TAK SEKEDAR PEMBERITAAN

SERUAN KWI UNTUK PILKADA 2017

Lentera

edisi #28 | Februari 2017

X A O H majalahlentera.com - Februari 2017 | 1


Lentera

edisi #28 | Februari 2017

Konten 4 Telisik POKOKNYA KAU SALAH!!

10 Lentera khusus TAK SEKEDAR PEMBERITAAN, NAMUN JUGA MEMOLAH FIKIRAN

14 Kesehatan SENAM OTAK, CUKUP 7 MENIT!

16 Nasional SERUAN KWI UNTUK PILKADA 2017

Penerbit: KOMSOS Keuskupan Agung Medan | Penanggungjawab : RP Hubertus Lidy, OSC | Pemimpin Redaksi : RP Hubertus Lidy, OSC | Redaktur Pelaksana : Ananta Bangun | Langganan dan Iklan : Rina Barus (081370456696) | Keuangan: Sr. Dionisia Marbun, SCMM | Alamat Redaksi : Catholic Center, Jalan Mataram No. 21 Medan. Tel. (061) 88817709 | Informasi Liputan dapat dikirim ke e-mail : 足beritalentera@gmail. com | web: www.komsoskam.com | www.majalahlentera.com Rekening : BRI Rek. No.0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy & BNI No.0307532799 a.n. Hubertus A 足 gustus Lidy Redaksi menerima tulisan dan foto, maksimal 2halaman kwarto / ketikan 1,5 spasi. Batas pengiriman tulisan adalah akhir minggu 足kedua setiap bulannya. Redaksi 足berhak menyunting sebagian/ seluruh isi atau tidak memuat naskah. 2 | majalahlentera.com - Februari 2017


catatan Editor Ada sebuah gurauan usil semasa kuliah dahulu. Kira-kira begini ucapannya: “Jika ada yang mengatakan dirimu jelek, tabahkanlah hatimu. Tetapi, jika ada yang mengatakan wajahmu cakep (rupawan), maka segera lah benci orang itu. Sebab ucapan itu fitnah!” Sentilan itu kini hanya sekedar ­mengundang senyum kecut saja. Namun pada masa populernya sungguh membuat kuping panas, atau mungkin juga bikin terbahak-bahak. Bagaimana menarik benang merah candaan itu dengan tema utama majalah online Lentera edisi ini? Tentu saja ada. Jawabannya adalah cara kita memandang-nya atawa perspective. Setiap kata atau informasi -- mendesak masuk ke fikiran kita -- sejatinya hanyalah pesan. Sebagai tuan dari fikiran sendiri, kita berkuasa memilah sesuai jangkauan perspektif. Kita dapat marah karena mendapat kabar bahwa salah satu agama dihina. Namun bungkam saat agama lain mendapat perlakuan serupa oleh sesama kita. Timothy Wibowo, dalam buku-nya “Success Begins with Character” membuat sebuah perumpamaan khas. Yakni, k­ ekuatan karakter sama seperti

cara pandang masing-masing insan di lantai gedung yang berbeda tingginya. Dimana, seorang di lantai 2 tentu tidak memiliki cara pandang seluas orang yang melihat dari lantai 10. Intinya semakin tinggi, semakin baik satu insan dalam memandang/ perspektif terhadap sebuah informasi atau kata. Kiranya demikianlah harapan Redaksi Lentera dalam edisi pembuka tahun 2017 ini. Telisik dan Lentera khusus, yang tersaji di dalamnya, semoga dapat menjadi ­inspirasi baru untuk lebih berhikmat memilah setiap pesan. Terima kasih untuk dukungan sahabat pembaca sekalian, baik doa maupun kritik yang membangun. Seluruhnya itu adalah sumber energi kami untuk menghadirkan inspirasi terbaik. Shalom, AB

majalahlentera.com - Februari 2017 | 3


telisik

4 | majalahlentera.com - Februari 2017


POKOKNYA KAU SALAH!!

oleh RP. HUBERTUS A. LIDY, OSC Dua anak manusia bertengkar alias silat lidah. “Pokoknya, kau salah. Kau salah. Apapun ­alasannya kau tetap salah,” mencakmencak orang itu kepada orang yang berdiri di ­hadapannya. Lantang dan keras. Orang yang kena damprat “kata” itu, menanggapi ocehannya, dan berupaya menjelaskan pokok soalnya. Lagi-lagi orang itu mencak-mencak sambil ­menunjuk-nunjuk jidatnya. “Ga usah bicara macammacam, aku sudah mengatakan

pokoknya kau salah. Kau salah dan kau salah.” Orang itu tenang, senyum, ­sambil ­memperhatikan wajah orang yang ­berhadapannya itu. Wajah sang mencakmencak,memerah, terbakar amarah. Selanjutnya tak ada kata lain yang keluar dari mulutnya lagi itu selain kata “Pokoknya kau salah. Kau salah dan Kau salah.” Suasananya sangar, geram, dan galak. Dialah yang hebat. Orang yang berhadapan dengannya tidak berarti apa-apa. Dia saat itu memiliki kebenaran mutlak. “Aku sudah menetapkan bahwa majalahlentera.com - Februari 2017 | 5


kau salah, kau salah”. Tidak ada alternatif. Titik- habis. Pongah. Ruang dialog dan mengkritisi tertutup-rapat. Padahal kalau ada interaksi timbal-balik, saling mendengarkan dan mengklarifikasi, belum tentu orang itu salah. Ada pepatah: tong kosong nyaring bunyinya. Air yang beriak tanda tak dalam. Gaung dan bunyi riaknya keras karena hampa dan datar.

­ enjadi andalan satum satunya. Tak ada upaya lain selain ­menjustifikasi dan membungkam. Ekspresinya “Landak Buta”. Nyungkur, ngamuk, dan menyerang. Taktik, efektifitas, dan kecerdasan, tak ada. Taktis, efektifitas dan kecerdasanan lahir dari sebuah ketenangan jiwa. Saat otak tak berfungsi, kita gampang terpovokasi dan diperalat oleh orang, kelompok

“ BISA

D I PA H A M I S I H . K A R E N A M ENGHADAPI PERUB AHAN BUTUH ­ N U R A N I D A N K E C E R D A S A N YA N G BERMODALKAN OTOT SAJA PASTI GA SANGGUP. “

Mencak-mencak, garang, teriak-teriak dan galak itu tong-nya, lapisan luarnya. Otot lengannya m ­ encuat dan dadanya ­membusung. Ibaratnya duri landak, kala landak merasa ­kenyamanannya terganggu. Saat amarah dan emosi ­meluap-luap, rupanya akal sehat dan kecerdasan ­berdiplomasi tak berfungsi. Ototlah satu-satunya modal yang diperhadapkan dan 6 | majalahlentera.com - Februari 2017

lain, demi kepentingannya. Saat itu kemanusiaan kita ibaratnya sebuah robot yang ada daging, darah, otot, dan tulang. Tak ada akal dan budi. Sang mencak-mencak, takut kebodohannya ­terusik. Ketahuan bahwa dia hanya mempunyai bunyi dan riak, nuraninya kosong dan otaknya datar. Bak balon yang ­kembang gede, megah


­padahal ­kandungannya cuman angin doang. Anginnya keluar, ­langsung melempem, kerut dan kusut. Hebatnya hanya kemasukan angin doang. Begitu gembos menjadi tidak laku, dan aromanya... busuk. Mapan, dan tak tersentuh membuatnya menjadi pribadi yang superiortas. Perubahan dan ­pembaharuan, ­diyakini sebagai sesuatu yang ­memporak- porandakan. Bisa dipahami sih. Karena ­menghadapi perubahan butuh nurani dan kecerdasan yang bermodalkan otot saja pasti ga sanggup. Masa depan kawan ini adalah masa sekarang yang

mapan itu. Perlahan-lahan ­kehidupannya adalah tampil dengan cara-cara barbar. Berteriak dan mengusik ­disertai dengan bual dan licik. Sudah pasti kepribadianya tidak laku, kala bersaing. Tergredadasi dari kehidupan bersama yang manusiawi. Pribadi yang usang dimakan jaman. Menghadapi orang semacam itu, sederhana saja, tak usah dibalas ­emosian. Senyum,tenang, dan ­menghajarnya pada waktunya. Copyright image: medicaldaily.com

Verbatim

majalahlentera.com - Februari 2017 | 7


8 | majalahlentera.com - Februari 2017


majalahlentera.com - Februari 2017 | 9


lentera khusus

Tak Sekedar Pemberitaan, Namun Juga Memolah Fikiran? oleh ANANTA BANGUN Ide mengenai media sebagai pem-

­ataukah ... benda. Dan saya masih

bentuk opini (mindset framing)

terpaku menatap dua cakram

bermula dari sebuah drama ecek-

bercahaya di depan ... apakah itu

ecek di radio CBS Radio Studio

mata? Atau m ­ ungkin itu wajah.

One, New York - Amerika Serikat,

Yah bisa jadi...?”

pada 30 Oktober 1983 silam. Sang narator, Orson Welles saat itu tengah asyik cuap-cuap sebagaimana tertulis dalam naskah. Begini isinya: “Wah. Tunggu dulu! Sepertinya ada sesuatu muncul! Pendengar sekalian, saya melihat sesuatu yang mengerikan. Tampak ujung dari benda tersebut mulai mengelupas! Bagian atasnya mulai berputar seperti sekrup! Benda itu pasti terbuat dari besi! Ini benda paling menakutkan saya yang pernah saya lihat! Tunggu ­sebentar. Tampaknya seseorang ­merangkak keluar dari bagian atasnya yang berongga. Orang 10 | majalahlentera.com - Februari 2017

Patut diperhatikan, pada masa itu radio merupakan arus utama di dunia. Pun sajian hiburan fiksi ilmiah belum jua rutin diputar. Dampaknya tentu saja berujung ­kepanikan massal. Segera setelah drama berdurasi satu jam ­tersebut disiarkan, masyarakat ­berbondong-bondong ke stasiun radio CBS dengan membawa berbagai perabot. Jalan-jalan dipenuhi suasana histeris. Rumah-rumah ibadah penuh sesak oleh manusia yang ingin bertobat. Semuanya mengira bahwa cerita drama tersebut adalah sungguhan. Baru


setelah Orson dan CBS menjelas-

media audiovisual. Satu adagium

kan duduk perkara sebenarnya,

yang populer dalam buku terse-

masyarakat kembali tenang.

but ialah: “The Medium is the

Sisa dari anomali peristiwa drama Orson Welles turut menjadi sejarah. Tetapi tanpa sengaja, Orson menciptakan momentum

Massage”. Media adalah pesan itu sendiri. Yakni, media sendiri ikut membentuk cara berfikir dan cara hidup penggunanya.

baru dalam memahami media.

McLuhan memberikan contoh

Setelahnya para ilmuwan menya-

menarik, yakni lampu bohlam.

dari betapa besar pengaruh media

Jika dilihat sebagai suatu medium,

membentuk sikap, pendapat dan

betapapun tanpa pesan, kita

bahkan keputusan masyarakat.

mendapati pengaruhnya dalam

Dari penemuan inilah kerap dice-

mengubah cara hidup penggu-

tuskan: “Mereka yang menguasai

nanya sungguh luar biasa. Jika

informasi akan menguasai dunia.”

dibandingkan, cara hidup orang

Sesungguhnya fenomena mindset framing itu sudah diantisipasi oleh Marshall McLuhan melalui bukunya, ‘Understanding Media’. McLuhan telah memperingatkan tentang masa depan manusia yang akan berubah karena penemuan

sebelum dan setelah ditemukannya bohlam sangat berubah. Bohlam memungkinkan orang beraktivitas bebas pada malam hari, yang sebelumnya terkendala kegelapan. Sehingga produktivitas manusia meningkat. Orang-orang majalahlentera.com - Februari 2017 | 11


tidur lebih malam. Keluarga dan

dikerjakan secara masif dan teren-

komunitas memiliki lebih banyak

cana, serta dikemas meyakinkan. Ia

waktu untuk bercengkerama, dan

dilakukan dengan berbagai alasan

lainnya.

dan kepentingan. Pelakunya, bukan sekedar media abal-abal yang tidak jelas pengelolanya.

Meloncati Budaya Membaca (Literasi)

Permasalahan yang patut mendapat perhatian adalah masyarakat

Artikel ‘Era Media Membicarakan

Indonesia meloncat dari budaya

Media’ di Harian Kompas ed.

tutur ke budaya digital, tanpa sem-

Senin, 30 Januari 2017, mengulas

pat menyerap budaya membaca

perbedaan lokasi penangkapan

(literasi). Sehingga sering meming-

hakim Mahkamah Konstitusi

girkan etika dan kewarasan pola

Patrialis Akbar oleh tiga media arus

fikir. Berita-berita bombastis tanpa

utama. “Kok bisa? Apakah semata

fakta disebar secara masif melalui

mengejar kecepatan sehingga

media sosial.

media itu tidak tak perlu meminta klarifikasi dari Pihak berwenang” kata Direktur NU Online Savic Ali. Demikian dicantum oleh Kompas.

Bagaimana kiat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dengan sehat? Tidak sederhana menjawabnya. Namun,

Pada era digital, mindset framing

bagi pribadi-pribadi yang dibesar-

sengaja dibuat para pengelola

kan dalam budaya membaca, jauh

media digital. Lebih menantang

lebih beruntung karena cenderung

lagi, pembentukan pola fikir ini

tak terkena geger digital. Hanya

nyaris dilakukan semua media dig-

saja penganut budaya membaca

ital yang sudah memiliki reputasi

adalah warga minoritas

tinggi. Goreng-menggoreng informasi dan melihat sisi “berbeda” ketika narasumber mengeluarkan pendapat sudah, sudah jamak terjadi. Praktik mindset framing sudah 12 | majalahlentera.com - Februari 2017

Bagaimana jika? Bagaimana jika kita coba mengulang efek drama Orson Welles di atas? Mudah saja. Mulanya kita


akan meriset isu paling sensitif

Pustaka

di tengah komunitas manusia

* Bisa dirujuk dari laman http://www.

sasaran kita. Agama, marga, suku,

history.com/this-day-in-history/

pekerjaan, takhayul. Semua diku-

welles-scares-nation

pas dengan ‘wawancara’ ringan

* Etika dan Filsafat Komunikasi oleh

di kedai kopi, balai desa, atau per

Muhammad Mufid. 2009. Kencana Perdana

pribadi.

Media Group.

Tak lama kemudian bisikkan saja hal miring tentang salah satu isu paling sensitif tersebut. Arahkan pada satu insan paling dibenci oleh komunitas tersebut. Kemudian, virus isu itu akan berkelana liar tiada akhir. Mungkin saja bisa berakhir, jika komunitas itu akhirnya mengerti literasi media. Tentang bagaimana media sengaja membentuk mindset framing agar akal budi tumpul dan jiwa ditunggangi emosi tak

* “Gaya Hidup Digital” oleh A.M. Lilik Agung. Rubrik ‘Kolom’ di majalah HIDUP, ed. 6 Maret 2016. http://m.hidupkatolik.com/index.php/2016/04/04/ gaya-hidup-digital * “Zaman Kacau” oleh Haidar Bagir. Rubrik ‘Kolom’ di majalah Tempo, ed. 28 Februari 2016. https://majalah.tempo.co/ konten/2016/02/22/KL/150142/ Zaman-Kacau/52/44 * ‘Era Media Membicarakan Media’ di Harian Kompas ed. Senin, 30 Januari 2017.

bernalar.

majalahlentera.com - Februari 2017 | 13


kesehatan

Senam Otak, Cukup 7 Menit! Selama ini orang lebih memelihara kebugaran fisik ketimbang otak. Padahal otak merupakan pusat dari kontrol segala aktivitas manusia. Banyak cara yang mudah dan murah untuk menjaga kebugaran otak Anda. Ada cara yang mudah dan murah yang ditawarkan Dr. Ruswaldi Munir Sp.KO., untuk melatih kebugaran otak Anda. Panduan gerakan senam kebugaran otak ini cukup dilakukan dalam waktu singkat, yaitu tujuh menit. Anda boleh melakukan kapan dan di mana saja. 1. Sebelum bersenam, minumlah air putih secukupnya. 2. Lakukan pernapasan perut, bisa sambil duduk atau telentang. Letakkan tangan di atas perut, kemudian tarik napas sehingga perut terasa mendorong telapak tangan ke depan. Jika dilakukan sambil tidur bisa meletakkan buku di atas perut. Lakukan pernapasan 2-8 kali. 3. Lakukan gerakan menoleh ke kiri dan kanan secara pelahan, sambil memijit titik-titik di sekitar dada dan perut, selama 4-8 kali pernapasan. 4. Hook-Ups, terdiri dari dua bagian. Pertama, lakukan 14 | majalahlentera.com - Februari 2017

pernapasan 4-8 kali. Tubuh harus dalam kondisi betul-betul rileks. Cara kedua, letakkan kaki rata di lantai. Ujung-ujung jari tangan saling bersentuhan sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. 5. Mengkaitkan kedua tangan. Gerakan ini untuk mengintegrasikan otak. Rentangkan tangan selebar mungkin. Bayangkan otak bagian kiri dan kanan menjadi satu seperti Anda menyatukan dua tangan. Nikmatilah kesatuan ini sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. 6. Titik positif. Sentuhlah titik-titik sekitar dahi sambil melakukan pernapasan 4-8 kali. Anda dapat menggunakan waktu ini untuk merencanakan kegiatan sehari. 7. Gerakan silang (cross crawl). Lakukan gerakan silang ini 10-25 kali untuk melengkapi senam menuju otak segar dan bugar. Ini juga merupakan gerakan minimal yang harus Anda lakukan, jika terpaksa tidak bisa melakukan enam gerakan awal di atas. (Sumber: Kompas.com)


majalahlentera.com - Februari 2017 | 15


SERUAN PASTORAL KWI MENYAMBUT PILKADA SERENTAK 2017

nasional

“PILKADA YANG BERMARTABAT SEBAGAI PERWUJUDAN KEBAIKAN BERSAMA”

Saudara-saudari yang terkasih. Bangsa kita akan menyelenggarakan

Melalui Pilkada kita memilih pemimpin daerah yang akan

Pilkada serentak untuk kedua kalinya.

menduduki jabatan hingga lima

Jumlah daerah yang akan melaksana-

tahun ke depan. Marilah kita

kan Pilkada adalah 7 (tujuh) provinsi,

jadikan Pilkada sebagai sarana dan

18 (delapan belas) kota, dan 76 (tujuh

kesempatan untuk memperkokoh

puluh enam) Kabupaten yang tersebar

bangunan demokrasi dan upaya

di seluruh wilayah Indonesia. Tahapan

nyata mewujudkan kebaikan

penting yang harus kita ketahui adalah

bersama. Sikap ini dianjurkan

masa kampanye tanggal 26 Oktober – 11

oleh ajaran Gereja: “Hendaknya

Februari 2017, masa tenang tanggal

semua warga negara menyadari

12-14 Februari. Waktu pemungutan dan

hak maupun kewajibannya untuk

penghitungan suara dilaksanakan tang-

secara bebas menggunakan hak

gal 15 Februari. Masa rekapitulasi suara

suara mereka guna meningkatkan

adalah tanggal 16-27 Februari dan saat

kesejahteraan umum” (Gaudium

penetapan calon terpilih tanpa sengketa

et Spes 75). Oleh karena itu, kita

adalah 8-10 Maret.

harus berpartisipasi dalam Pilkada

16 | majalahlentera.com - Februari 2017


dengan penuh tanggungjawab

apapun, baik secara terbuka

berpegang pada nilai-nilai kristiani

maupun terselubung. Apabila

dan suara hati.

kekerasan terjadi, damai dan rasa

Saudara-saudari yang terkasih,

aman tidak akan mudah dipulih-

Selain berharap, kita juga

kan. Kita perlu waspada terhadap

terpanggil untuk ikut bertang-

berbagai upaya untuk memecah

gungjawab agar Pilkada berjalan

belah dalam proses Pilkada.

dengan bermartabat dan berkuali-

Kedamaian dan persatuan tidak

tas. Sebagai bentuk dukungan dan

boleh dikorbankan demi target

partisipasi yang optimal terhadap

politik tertentu dalam Pilkada.

Pilkada, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Mengantisipasi munculnya masalah dan ancaman.

Ikutlah mengawal proses Pilkada. Bersama warga masyarakat kita

Hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah dan harus diantisipasi adalah: pertama,

mengawal Pilkada agar berjalan

siasat politik yang tidak sehat atau

dengan damai dan sesuai den-

menghalalkan segala cara demi

gan amanat undang-undang. Hal

meraih kekuasaan. Kedua, kemam-

penting dalam proses Pilkada

puan dan integritas penyelenggara

yang perlu dikawal adalah ter-

Pilkada (KPU dan PANWASLU).

sedianya fasilitas yang memadai

Proses Pemilu terdahulu mem-

bagi berlangsungnya hubungan

beri bukti ada penyelenggara

pengenalan secara timbal balik

Pemilu yang tersangkut masalah

antara calon dengan pemilih

dan membuat masalah karena

dan kepastian bagi setiap warga

tidak netral bahkan ikut mema-

negara untuk menggunakan hak

nipulasi suara. Pelanggaran yang

memilih secara Luber (Langsung,

berpotensi menimbulkan masalah

Umum, Bebas, Rahasia) dan Jurdil

harus diantisipasi bersama dan

(Jujur, Adil).

harus ada penegakkan hukum

Proses Pilkada yang damai

yang adil dan efektif untuk mem-

menjadi syarat penting yang harus

beri jaminan terselenggaranya

dikawal semua pihak. Jangan sam-

Pilkada yang berkualitas dan

pai terjadi kekerasan dalam bentuk

bermartabat. majalahlentera.com - Februari 2017 | 17


Apabila Pilkada telah berjalan

disadari bahwa pemilih tidak saja

dengan baik dan sesuai dengan

memberikan suara, me-lainkan

undang-undang, hendaknya kita

menentukan pilihan dengan

rela menerima hasilnya dan siap

cerdas, bertanggungjawab, dan

memberikan dukungan untuk

sesuai dengan suara hati. Kita yang

menjadi pemimpin bagi seluruh

punya hak suara janganlah Golput!

warga masyarakat. Segala per-

Pahamilah kriteria pilihan dan

bedaan pendapat dan pilihan

kiat dalam memilih dengan tepat.

politik, hendaknya berhenti

Para calon pemimpin dae-

saat kepala daerah hasil Pilkada

rah yang akan kita pilih harus

dilantik.

dipastikan orang bijak, yang menghayati nilai-nilai agamanya

Pilihlah dengan cerdas dan bertanggungjawab. Gereja hendaknya mendorong

dengan baik dan benar, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti

umat untuk menggunakan hak

kekerasan serta peduli pada pele-

dengan berpartisipasi dalam

starian lingkungan hidup. Calon

Pilkada dan memastikan tidak

pemimpin daerah yang jelas-jelas

membawa lembaga Gereja masuk

berwawasan sempit, cenderung

ke dalam politik praktis. Setiap

mementingkan kelompok, ter-

warga negara yang telah memi-

indikasi bermental koruptif dan

liki hak suara harus ikut terlibat

menghalalkan segala cara untuk

menentukan dan memilih siapa

mendapatkan kedudukan jangan

yang akan menjadi pemimpin dae-

dipilih.

rah melalui mekanisme yang telah

Hati-hatilah supaya kita tidak

ditentukan oleh peraturan dan

terjebak dan ikut dalam politik

undang-undang yang berlaku.

uang yang dilakukan calon untuk

Ikut memilih dalam Pilkada meru-

mendapatkan dukungan suara.

pakan hak dan panggilan sebagai

Penting untuk kita ingat bahwa

warga negara. Dengan ikut memi-

politik uang bertentangan dengan

lih berarti kita ambil bagian dalam

ajaran Kristiani dan merusak asas-

menentukan arah perjalanan dan

asas demokrasi.

kelangsungan kehidupan daerahnya. Oleh karena itu, penting 18 | majalahlentera.com - Februari 2017


Berdoalah untuk pelaksanaan Pilkada.

damai dan menghasilkan pemimpin daerah yang berintegritas

Marilah kita mengiringi proses

serta mau berjuang keras memper-

pelaksanaan Pilkada dengan doa.

hatikan rakyat demi terwujudnya

Kita memohon berkat Tuhan agar

kesejahteraan umum.

Pilkada berlangsung dengan

Jakarta, 10 November 2016 KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA Mgr. Ignatius Suharyo Ketua

Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC Sekretaris Jenderal

image Copyright: DokpenKWI.org, Jejamo.com

majalahlentera.com - Februari 2017 | 19


20 | majalahlentera.com - Februari 2017


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.