LENTERA NEWS EDISI #7 OKTOBER 2014

Page 1

EDISI #7 Oktober 2014

1



DUKUNG MAJALAH LENTERA NEWS

Fan Page

DENGAN DOA DAN DANA

daftar isi

Kunjungi kami di sini:

Bank Rakyat Indonesia Rek.No. 0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy | Bank Nasional Indonesia Rek.No. 0307532799 a.n. Hubertus Agustus Lidy

/LENTERA-NEWS

4 [Infografika] 5 Citizen Journalist 6 Tajuk Redaksi

Yang Hening Lebih Bersuara

Karisma Sang Santo

Rayakan Pesta Santo Pelindung, Kevikepan Aek Kanopan Gelar Janji Peneguhan Nikah & ‘Talk Show’

Komsos KAM-MahapalaMultimedia Gelar Seminar Menulis & Etika Media

7 Lentera Khusus 8-13 Telisik

Orang Muda

Mengintip Bisnis Kreatif [Infografika] Membangun Ekonomi Kreatif

14 15

Ilham Sehat

Kenali 4 Gejala Stroke Ini Standar Gejala Umum Stroke

Sosial Budaya

Paroki St. Anthonius dari Padua Hayam Wuruk Medan Saat ini

Sebagai Institusi Keagamaan

MAJALAHLENTERA.COM

16

[Infografika]

17

Embun Katakese

18

Paras

19

Sastra

20

Cakrawala

21

Opini

23

Preacher

24

Lapo Aksara

Global Education First Initiative

Mengapa Mei & Oktober Menjadi Bulan Maria?

Agustinus Batu Tarigan dan Sussana Sitepu Menjemput Hari Depan dengan Senyum

Damai Atas Nama Mawar

11 Tips Menghindari Jebakan Hipnosis

Meretas Masalah Hak Kependudukan

A Christian

Kreak & Primitif

RP Hubertus Lidi, OSC [Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi], Ananta Bangun [Redaktur Tulis], Jansudin Saragih [Redaktur Foto], Vinsensius Sitepu [Redaktur Tata Artistik], Sr. Ursula Gultom, KSSY [Keuangan] didukung MahapalaMultimedia [Konsultan Penerbitan], Richard Ginting [Konsultan Fotografi] Penerbit: Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Medan (KOMSOS-KAM) Jalan S.Parman No. 107 Telp. +62614572457 | www.majalahlentera.com | redaksi@ majalahlentera.com | Facebook Fan Page: facebook.com/lentera-news EDISI #7 Oktober 2014

3


tajuk redaksi

YANG HENING LEBIH ‘BERSUARA’

P

eristiwa bernama “Parade Senyap” itu berlangsung pada 21 September 1994 lalu. Bertempat di pelataran Capitol atau Gedung Kongres Amerika Serikat. Di rerumputan sisi gedung tersebut, 38.000 pasang sepatu dihamparkan. Pasangan sepatu kosong. Jumlah sepatu kosong tersebut ialah perlambang. Sama dengan jumlah yang kehilangan nyawanya karena kepemilikan senjata api di negara Paman Sam itu. Demikianlah selarik pesan dari para penentang Undang-Undang Kepemilikan Senjata Api. Ringkas. Dan senyap. Di dunia yang telah hiruk-pikuk dengan teriakan dan deru mesin, mampukah yang senyap didengar? Unik­ nya, meski bertajuk ‘Silent March’, aspirasi penolakan tersebut berhasil merebut perhatian media. Menggoyahkan sikap pemerintah. Berbeda. Pendekatan yang dirancang dengan serius oleh pendemo tersebut. Semangat inilah yang lalu menulari cara kita menggugah insan lain. Dan kemudian menanamkan pesan inti dari kita. Lentera News edisi Oktober ini merujuk pada ilham “Parade Senyap” itu. Ribuan teks, ribuan gambar pada pesan yang kami kabarkan akan sirna. Bila semua itu tak mampu merengkuh emosi dan pemikiran sahabat pembaca majalah kesayangan kita ini.

Pada edisi ini, sahabat pembaca dapat pendekatan baru kami di sisi pemaparan media, yakni, infografis. Dimana beberapa informasi bernas dipadukan dengan imaji yang mendukung. Ke depannya, Lentera News akan mencurahkan pengetahuan bernas tersebut selaras Lentera Khusus yang kami paparkan. Lirik juga bincang istimewa bersama Tanta Jorenta Ginting dan Firman Suci Ananda. Putra daerah kita yang menggapai kancah tertinggi dalam bidang minat masing-masing yang mereka geluti. Seni peran dan seni rancang grafis. Dalam kedua ranah itu mereka menempa dan menikmati kreativitasnya semasing. Kreativitas yang juga menginspirasi ‘Parade Senyap’ 1994. Tentu ada banyak insan yang memiliki kisah senada Tanta dan Firman. Dimana suara hati mereka tertuang dalam kreativitas. Yang tak bersuara keras dalam ucapan. Namun senyap. Hening. Maka yang hening lebih mampu bersuara.

Shalom,

Redaksi EDISI #7 Oktober 2014

4


[infografika]


citizen journalist

Rayakan Pesta Santo Pelindung, Kevikepan Aek Kanopan Gelar Janji Peneguhan Nikah & ‘Talk Show’ KEVIKEPAN St. Mateus ­ Rasul, Aek Kanopan merayakan ­pesta pelindung di Gereja Paroki St. Pius X, Aek Kanopan. Para p ­ estawan, Minggu (21/9/2014) mengawali ­perayaan milad d ­ engan Ekaristi yang d ­iiringi Pembaruan Janji Pernikahan bagi sekira lebih ­ dari 100 ­pasangan di K ­ evikepan Aek ­Kanopan. ­Perayaan ­Ekaristi ini dipimpin Mgr. A.G. Pius Datubara OFMCap dan ­ ­ turut didampingi ­ klerus sebagai selebran. Termasuk Vikep Aek ­ Kanopan, RP. Hiasintus Sinaga OFMCap. Kepada Menjemaat, ­ Pastor Hiasintus menyampaikan bahwa tema perayaan santo pelindung Kevikepan Aek ­ Kanopan,

pada tahun 2014 ini, d ­ iilhami semangat Tahun Martyria yang dicanangkan Keuskupan Agung Medan. “Semangat Martyria ­selalu kita rindukan dalam me­ nga­ barkan kemuliaan Tuhan. Refleksi semangat tersebut tentu dapat kita peroleh dengan hidup ber­ kualitas supaya disukai ­se­mua orang,” ia menuturkan. Bila pada tahun 2013 lalu, ­ Kevikepan Aek ­ Kanopan menyorot ­ semangat Orang Muda Katolik (OMK) sub tema ­perayaan santo ­pelindungnya, maka tahun ini panitia ­pe­­nyelenggara ­menyepakati ­se­ma­ngat kekeluargaan de­ ngan sub tema: “Dengan hidup ke­ ­ luarga yang berkualitas kita

di­ panggil membangun Gereja dan Bangsa.” “Sebagaimana kita ketahui bersama, keluarga merupakan gereja kecil dalam m ­ encerminkan kasih Allah. Inilah yang hendak dihi­ dupkan kembali diantara umat Kevikepan Aek Kanopan dan sekitarnya,” ucap Pastor ­Hiasintus. Mgr. A.G. Pius ­ Datubara ­OFMCap dalam ­homilinya ­me­nyam­paikan bahwa kekudusan ­ hidup manusia d ­iperoleh dari Sakramen ­Pernikahan. ­“Mem­bangun keluarga adalah ­ja­lan menuju kekudusan. Bahkan melebihi jalan pengabdian yang dirintis para biarawan/ biarawati,” katanya.

“Karenanya, peneguhan janji pernikahan ini adalah untuk meneguhkan kembali s­ emangat saling mengasihi pasangan suami istri. Dimana pernikahan ialah upaya untuk meningkatkan kebahagiaan insan manusia.” Seusai Ekaristi, panitia ­ Perayaan Santo Pelindung Kevikepan St. ­ Mateus Rasul Aek Kanopan menggelar Talk Show di Aula Paroki St. Pius X, Aek Kanopan. Dipandu oleh moderator bapak Purba dan ibu Sitepu, Talk Show ini m ­enghadirkan empat pasangan suami istri yang dinilai layak dan berkenan berbagi kiat membangun keluarga Katolik yang harmonis. [ANANTA BANGUN]

Komsos KAM-MahapalaMultimedia Gelar Seminar Menulis & Etika Media Komunitas kreatif ­Ma­­­ha­pa­laMultimedia ­menghelat mini seminar bersama SMK Grafika Bina Media Medan pada Sabtu (14/9) di Medan. Founder ­MahapalaMultimedia, Vinsensius Sitepu dan pewarta ­ di Komisi Komsos KAM, Ananta Bangun menjadi ­narasumber da­ lam kegiatan bertema ­‘Semangat Menulis dan Beretika di Era Digital’ ini. Mengawali sesi mini s­ eminar, Ananta mendorong para siswa/ i SMK Grafika Bina ­Media ­Medan untuk ­mengasah ­minat dan ­kemampuan ­menulis. “Keahlian ­ literasi menulis ­dapat ­mendukung prestasi aka­ ­ demik dan karir kalian di

masa m ­ endatang,” ujarnya pada siswa hadirin. “Misalkan saja menulis laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) menjelang akhir studi sekolah. Pun nanti saat m ­ enuliskan laporan dalam proyek pekerjaan se­turut profesi kalian nantinya.” Literasi menulis, ia ­me­nambahkan, juga ­me­­­ning­katkan kemampuan me­ nyam­paikan gagasan lebih jernih dan ­mempengaruhi atau persua­ si dengan insan lain. “Di era persaingan bebas nanti, bila kalian tak mampu ­ ‘menjual’ keahlian kalian ­ dengan baik maka peluang karir juga ­menipis,” kata Ananta yang juga berbagi kiat dasar menulis yang baik dan

menyenangkan. Dalam kesempatan tersebut, Vinsensius mempresentasikan sesi etika berkomunikasi di era digital. “Pemahaman tentang isu ini amat penting. ­ Terutama jika kita bercermin dalam kasus ­Florence yang ­dianggap ­menghina kota Yogya,” ujar V ­insen dalam pembukaan ­presentasinya. Vinsensius ­memaparkan ­bah­wa tindak yang tak b ­ eretika di dunia maya kini rentan ­dijerat hukum. “Saya tidak bisa ­bayangkan, seorang siswa SMU atau SMK dipenjara h ­ anya ­karena mempublikasikan ­kata-kata ­ yang kurang sopan. Karenanya kalian juga perlu pahami kekeliruan dan m ­enghindari jerat

­ukum ­ h selama berselancar di Internet,” katanya. Perwakilan SMK Grafika Bina Media Medan, Rocky Barus menyampaikan terima kasih atas ini­ siatif digelarnya mini ­ seminar tersebut. “­ Materi ini sungguh men­ cerahkan siswa dan kami juga para guru. ­Terutama ­karena kami kerap ­ bersinggungan ­de­ngan teknologi Internet. Se­mo­ ga de­ ngan materi dan kiat dari para narasumber, kita bisa bijak dalam ­menggunakan ­In­ternet.” Selain majalah Menjemaat dan majalah online Lentera News, MahapalaMultimedia juga menggandeng KabarMedan.com sebagai mitra resmi media untuk mini seminar ini. [ANANTA BANGUN]

EDISI #7 Oktober 2014

6


telisik

ORANG MUDA RP HUBERTUS LIDI, OSC hubertuslidiosc@gmail.com

“ORANG MUDA HARAPAN BANGSA. MASA DEPAN NEGARA, DI PUNDAK KALIAN DILETAKKAN TANGGUNG JAWAB HARI-HARI SELANJUTNYA,”

D

an berbagai ungkapan lain yang membesarkan hati dan membanggakan insan orang muda. Anganangan dan bermimpi ke depan seakan-akan menjadi bagian yang terpatri dengan kata-kata seperti ‘hebat’ simbolsimbol seperti tepukan pada bahu-bahu mereka atau acungan jempol yang terarah kepada mereka menjadi pujian yang lumrah. Pada bagian lain orang muda kadang menjadi gunjing-gujirat. “Ah!Tahunya hanya pesta dan hura-hura saja. Paling kalau ngumpul ya pacaran atau hanya ajang cari pacar aja. Mereka masih labil”Dan beragam komentar lain. Apakah ini menujukan bahwa orang muda masih dalam proses pencarian identitas? Belum tentu! Visi dan misi orang muda adalah masa depan. Apapun komentar dan ceritera tentang orang muda, satu hal yang pasti ialah masa depan milik orang muda. Hal ini sesuai dengan rotasi yang diatur alam. Upaya baik yang digalakkan oleh orang muda perlu mendapat peneguhan. Orang muda membutuhkan peneguhan dan penguatan, baik mental spiritualnya maupun keahlian dan pengetahuannya. Orang muda perlu kesempatan mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuannya. Acungan jempol dan tepuk bahu sama sekali belum cukup. Bahkan hanya menjadi lips service dan kemunafikan. Tantangannya adalah apakah dalam semangat senioritas dan patriarkat ini orang muda masih bisa keluar dari lingkaran ‘setan’ tersebut? Apakah peluang yang terbuka untuk orang adalah peluang yang azali? Problem yang dihadapi orang muda, ganda, dalam arti bahwa kalau keluar mereka berhadapan para senior dan ke dalam mereka berhadapan dengan diri mereka bergejolak. Realitas ini wajar karena orang berada dalam persimpangan, pertumbuhan dan masa depan. Idealisme, kreativitas, dan keberanian menghantar orang muda untuk berinovasi

dan beraksi. Menengok kebelakang, tentu Soempah Pemoeda terjadi tentu ada karena idealisme, kreativitas, dan kemauan berinovasi. Patut diharga bahwa idealisme orang muda waktu itu jauh ke depan. Motivasi yang mendasari para pemuda itu tak lain adalah: kesatuan, kebersamaan dan saling menghargai keaneragaman. Terwujud dalam aksi persaudaraan dan komunikasi yang timbal-balik sesuai dengan style Nusantara. Wawasan mereka segar dan meluas, tak terpenjara dalam isu-isu seperti agama, ras, suku dan kepentingan golongan. Mereka tak terbebani dengan jasa-jasa senior dan organisasi atau partai politiknya. Organisasi yang ada menjadi wadah yang mengakomodir, dan mengahargai serta memberikan peluang agar orang muda itu untuk mengekspresi dan mengapreasiasi idealisme itu. Mereka berhasil, meretas Indonesia Raya yang kita bangga dan agungagungkan sekarang. Kita berfleksi apa yang hilang pada masa sekarang? Kita berada diatas tataran kepentingan sesaat dan mengarah kepada spasial yang sempit; mengutamakan pribadi, kelompok dan daerahnya. Orang muda tampil sebagai ‘mulut’ sedangkan ‘hati dan otaknya’ ada pada orang lain. Orang muda menjadi corong yang menyebar-luaskan suara itu kemana-mana. Kala mendengar gaungan suaranya, ia tidak menyukainya karena gagasan itu milik orang lain. Dalam kondisi orang muda kita, lebih bermental wayang bergerak sesuai dengan Ki Dalangnya. Orang muda yang ada tubuh tapi tidak memiliki tubuh. Orang muda yang yang dicap liar kalau tak mengikuti skenario dan narasi yang dibuat oleh orang lain. Orang muda yang dibonsai bak pohon beringin, sehingga menjadi penghias ruangan atau lebih kalau lebih luas sedikit biarlah ia penghias halaman rumah saja. Roh-roh orang yang mengikhrarkan

Soempah Pemoeda tentu meneteskan air mata kala melihat kekerasan atas nama ras dan agama mulai bertumbuh kembang. Mereka prihatin melihat distingsi yang kian melebar dalam koridor birokrat yang membonsai persyaratannya dengan agama dan hubungan darah. Mereka jijik menyaksikan kelompok-kelompok tertentu yang menggalang kekuatan, memaki dan menghina orang lain dijalan dan menabur kebencian, sambil menyebut nama Allah. Roh Soempah Pemoeda beberapa puluh tahun lalu, tetap hidup, dan memperbaiki dan mengimunisasi sel-sel kebangsaan yang dirusakkan oleh mentalitas oligarki. Sema­ ngat Soempah Pemoeda harus selalu menyalah-nyalah, membakar hangus kepentingan sesaat yang sifatnya sakit hati dan dendam politik. Soempah Pemoeda itu harus menjadi pemicu dari gerakan revolusi mental yang dimulai dari pejabat-pejabatnya. Kekuatan Soempah Pemoeda harus menjadi tali pengikat persatuan, perdamaian, dan penghargaan terhadap ke-Bhinekaan Satu Bangsa, satu Negara, satu Bahasa....... Indonesia.

EDISI #7 Oktober 2014

7


lentera khusus Mengintip Bisnis Kreatif

Mengintip Bisnis Kreatif

D

alam hidup setiap insan, pencarian jati diri merupakan tahap paling berat. Jati diri itu bisa diwujudkan dalam memilih profesi yang ditekuni. Kaidah inilah yang menerpa, sekaligus menjadi momentum istimewa bagi Firman. Alur nasib naik turun bagaikan roller coaster pada akhirnya membawa Firman ini pada dunia bisnis kreatif. Namun itu belum semua. Baginya, ini masih permulaan dalam menggapai mimpi dengan talenta-talenta muda Indonesia. Semasa masih menduduki bangku perkuliahan, Firman memutuskan lepas dari zona nyaman kuliah. Menjadi jurnalis di salah satu media online di kota Medan, akhirnya ia jalani. Di media tersebut, ia menggali bakat dan pengalaman. Utamanya ihwal menulis dan fotografi. “Selepas dari media online tersebut. Saya sempat jadi staf ahli embantu rektor di kampus,” ujar Firman. “Mungkin karena aku ga terlalu nyaman bekerja sebagai karyawan. Maka aku memutuskan untuk fokus di bidang grafis. Itu sekira tahun 2010an.” Pada awal karirnya, Firman memilih sebagai desainer lepas. “Masa pahitnya disini. Tidak ada income, tidak dapat klien sama sekali selama 3 bulan lebih,” kata Firman.

“Bahkan sempat untuk kembali untuk melamar kerja jadi karyawan.Walaupun sebagai penjaga toko, yang penting bisa ada income.” Pada titik nadir, rezeki pun menghampiri Firman. “Kalau tidak salah kam 1 malam aku dapat e-mail dari klien untuk membuatkan logo perusahaanya. Dan yah.. lumayanlah untuk menutupi defisit keuangan rumah saat itu,” kenangnya. “Sejak dari situ, saya berpendirian bahwa ini adalah tujuan dari semua­ nya.” Seiring waktu, Firman kemudian dibanjiri permintaan dari klien. Bahkan hingga mancanegara. US, Canada, Dubai, China, Korea, Australia adalah beberapa daftar klien yang pernah ia layani. “Ini semua dimungkinkan berkat luasnya pengaruh Internet,” kata Firman yang mengaku saat itu bekerja dengan model remote di beberapa agensi desain luar.

nya di Medan. “Saya berpikir, bagaimana kalau anak-anak Medan atau temen-temen yang punya potensi, saya kumpulkan untuk membantu pekerjaan saya yang terkadang overload,” katanya Firman. “Aku sempat mencoba mencari anak Medan yang hebat dibidang ini.Hanya saja sulit banget nyarinya. Mungkin, budaya dan infrastruktur yang tidak memungkinkan anak-anak Medan menekuni profesi ini,” kata Firman. Namun, Firman akhirnya menemukan talenta muda desainer dari kota Medan. Di sinilah Firman kemudian meretas benih untuk melahirkan studio desain yang dipimpinnya kini. “Saya beri

Membangun Fondasi untuk Mandiri Tanggapan dan citra positif dari klien berimbas lurus de­ngan jumlah permintaan yang membuat Firman kewalahan. Ia pun berinisiatif untuk menggandeng bakat-bakat muda dari kota kelahiran-

FIRMAN EDISI #7 Oktober 2014

8


lentera khusus Mengintip Bisnis Kreatif nama Studio SHWTM. Ringkasan dari kata showtime. Di awal, aku sendiri yang jalani. Dan saat tim kami sudah terdiri dari beberapa orang tim (5 orang).” Kepada Lentera News, Firman menjelaskan bahwa Studio SHWTM memiliki lingkup kerja atau jasa pada: branding, ilustrasi, motion design & user interface design (web & mobile app). “Peluang dari bisnis kreatif ini akan semakin besar saat keterbukaan pasar regional (AFTA 2015) nanti. Di

era Utara, Firman menitipkan kata motivasi: “Keterbatasan harusnya bikin kita lebih proaktif merespons, bukannya malah menjadikan keterbatasan jadi tembok besar.”

Omzet 25 juta per bulan Bisnis kreatif di bidang jasa fotografi di Medan kian menjamur. Persaingan pun semakin ketat. Memang tidak mudah bertahan di bidang ini, kalau tidak menyimpan gairah dan energi kreatif yang besar. Beberapa foto-

RICHARD mana, kita bisa memperluas jasa desain kita hingga lintas negara,” Firman mengungkapkan. “Terlebih, permintaan dari segi visual grafis seperti ini enggak akan pernah habis dan selesai.” Karena alasan tersebut, Firman mendorong agar lebih banyak pemuda Medan terjun ke bisnis kreatif ini. “Banyak anak-anak Medan yang berpotensi di bidang ini. Hanya saja, mindset yang telah terbentuk lama bahwa Jakarta, Bandung, Jogjakarta adalah pusat kreatif; maka anak-anak Medan merasa kurang mendaptkan apresiasi dari masyarakat setempat.” Bagi pemuda Indonesia, khususnya di Medan, Sumat-

grafer lepas melihat ceruk lain yang bisa digarap dan mengeruk laba yang tidak sedikit. Kami bertemu de­ ngan Richard Ginting yang empat tahun lalu menjual jasa fotografi prewedding. “Menyenangkan bisa melihat anak muda sekarang punya kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dengan mudah dan murah, bahkan bisa menjadikannya sebagai peluang usaha. Kadang saya berharap bisa melewatkan masa-masa kuliah saya di era digital seperti saat ini karena satu dasawarsa yang lalu akses untuk mendapatkan perangkat yang berkualitas sangat terbatas dan mahal,” kata Richard.

Richard mengakui, dulu, untuk belajar fotografi saja dia harus berbagi kamera SLR pinjaman dengan beberapa teman. Mengaku kenal fotografi sejak tahun 2002, kebetulan sejak kecil Richard sangat menggemari seni rupa, melukis ilustrasi dan membuat instalasi mini 3 dimensi. Jadi, saat ia fotografi ia merasa bisa melampiaskan daya kreatifitas. “Saya memulai bisnis fotografi sejak 4 tahun lalu. Setelah menyelesaikan kuliah, saya sempat bekerja di sebuah bank internasional selama hampir 4 tahun, tapi karena merasa dunia kantor yang kaku membuat saya tertekan maka saya memutuskan untuk keluar,” ujarnya Hal itu membuat Richard mulai bersentuhan lagi de­ ngan fotografi dan memutuskan untuk menggeluti dengan serius dan profesio­ nal. Ia mengaku tarif yang ia kenakan mulai dari 4 juta rupiah, tergantung dari jenis paket yang diambil. Omzet rata-rata per bulan sekitar 15 juta! Sama seperti kota-kota besar di Indonesia dan di belahan bumi lainnya, fotografi sudah menjadi bagian kese­ harian orang Medan. Ada banyak kompetisi fotografi lokal, workshop, event-event yang melibatkan kegiatan fotografi. Pasar juga semakin jeli dalam membandingkan kualitas dengan harga. “Menurut saya sih, masa depan bisnis kreatif di Me­ dan masih sangat panjang dan akan memulai puncak perkembangannya dalam beberapa tahun ke depan,” tegas Richard lagi. EDISI #7 Oktober 2014

9


WEDDING | PRE-WEDDING | PRODUCT | PERSONAL DOCUMENTATION | FAMILY | BABY

PHOTOGRAPHY

CALL US: 081370555011 Jl. Pasar 1 Tanjungsari, Komp. Setiabudi Estate A21 Medan, Indonesia m: 081370555011 e: richardberryg@gmail.com w: www.trotoa.com

EDISI #7 Oktober 2014

10


lentera khusus Mengintip Bisnis Kreatif

Tanta Ginting

Tukang Insinyur Jadi Pemain Film

Tanta Jorekenta Ginting ­sejatinya adalah salah satu simpul ­pemantapan dunia ekonomi ­kreatif Indonesia, ­khususnya dari sisi aktor. ­Mengaku tak ­betah bekerja di luar n ­ egeri ­dengan gaji besar, Tanta k ­ embali ke I­ ndonesia berkiprah sebagai a ­ ktor. Dalam Festival Film ­Bandung 2014 lalu, dia b ­ erhasil menyabet ­penghargaan s­ ebagai Pemeran Pembantu Pria T­ erpuji Terbaik, dalam perannya ­sebagai Sutan Sjahrir dalam film ­Sukarno. B ­ erikut petikan wawancara ­Lentera News bersama insinyur elektronik lulusan jebolan A ­ merika Serikat ini.

Menurutmu apa itu nasionalisme? Apakah ­dengan kepulanganmu ke Indonesia dan main film adalah nasionalismemu tersen­ diri?

Ngomong-ngomong apakah Tanta masih fasih berbahasa Karo? He-he-he…

Apakah salah kalau kami tafsirkan keputusan Tanta menjadi aktor adalah panggilan jiwa?

Sitik, sangana erlajar (Sedikit, ini sedang ­belajar). He-he-he. Dan bersyukur banget banyak yang mebantu, terutama tementemen baru di Facebook. Terkait momen Peringatan Hari Sum­pah ­Pemuda nih, bro. Menurutmu apa makna Sumpah Pemuda di kehidupan Indonesia hari ini? Sudah terlalu banyak perpecahan di tanah air kita, dari perbedaan ras, agama, dan status s­ osial. Ini waktunya kita kembali mengingat sumpah yang dicetuskan oleh para pejuang-pejuang muda pada 1928 di Kongres Pemuda ke-2. Satu bangsa, satu bahasa, satu tanah tumpah darah. Sudah waktunya kita bersatu bersama-sama membangun negeri kita ini.

Nasionalisme itu identitas. Ia adalah konsep kepercayaan hidup keseharian dan ekspresi ­pemikiran, bahasa, dan rasa. Itu semua bisa ditunjukan dimana dan kapan pun juga. ­Kepulangan aku ke Indonesia merupakan sebuah panggilan batin yang aku juga nggak tau itu disebut apa. Tapi yang pasti, aku adalah anak Nusantara. He-hehe... Cerita sikitlah, memang benar Tanta pernah bekerja di perusahaan elektronik ternama di Amerika Serikat?

Sebenarnya yang aku inginkan itu s­ esimpel ­“ingin berkesenian.” Aku nggak pernah ­kepikiran harus di mana, harus menjadi apa, atau s­ ampai level mana. Aku hanya ingin berkarya. Aku berawal dari musik. Aku pernah punya band di AS. Kami pernah merilis satu album dan sempat banyak pengikutnya dan kita bisa konser di

Ha-ha-ha.. Coba aja cari di Google: “Northop Grumman Space Technology” dan “FANUC”. Itu adalah dua perusahan yang sangat b ­ esar dan ternama. Yang pertama bergerak di b ­ idang teknologi luar angkasa dan satunya lagi ­bergerak di bidang mesin dan robotik. Aku bekerja dis sana sebagai “tukang insinyur” s­ elama hampir 4 tahun.

Sejauh ingatanku, ada satu hal yang selalu lekat denganku, yaitu seni. Mulai dari seni peran, seni gerak, hingga musik. Jadi, kalo diperhatikan ini bukan panggilan, tapi memang aku dilahirkan sebagai seniman. Insinyur elek­tronik itu hanya selingan untuk membuat orangtuaku senang. He-he-he… Mengapa bermain dalam film itu menarik? Dan mengapa harus main film di Indonesia, bukankah Tanta sudah mengenal AS dan bisa main film di sana?

EDISI #7 Oktober 2014

11


lentera khusus Mengintip Bisnis Kreatif

mana-mana. Lalu tiba-tiba semesta menggiring aku ke jalan yang berbeda. Aku mulai dikenalkan dengan seniman musik Indonesia, seperti SLANK dan GIGI. Aku juga mulai diberikan k­ esempatan ­untuk pelayanan ke indonesia, setelah s­ ekian lama tidak pulang. Tiba-tiba keadaan di ­sekitarku berubah, yang akhirnya membawa aku me­ngambil berkeputusan untuk berkarya di Indonesia. Waktu di Indonesia pun aku tidak pernah ­kepikiran untuk main film. Aku awalnya ingin bermusik tiba-tiba lagi semesta menggiring aku ke dunia teater musikal, lalu ke pembawa acara di KompasTV, yang akhirnya sekarang ke film. Konsep hidup aku itu simpel, berserah kepada Tuhan, biarkan semesta menggiring, ambil kesempatan, bekerja sekeras mungkin. Udah gitu aja. Kemana semesta akan ­menggiring aku setelah ini? Aku nggak akan pernah tau. ­Keinginan dan tujuan ada, tapi nggak akan ada yang bisa melawan kehendak alam.

Film itu harus bisa menjadi tradisi, sekaligus menjadi gaya hidup, sehingga semua bidang kreatif bisa bersinergi dalam satu wadah.

Hampir di semua negara yang maju, ­pemerintahnya sangat mendukung industri film. Dari segi dana, lokasi, sampai pendidikan. Karena itu tadi, film bisa menjadi wadah bagi banyak seni kreatif yang berbeda. O ­ tomatis itu akan mendukung ekonomi negara. S ­ ebenarnya film di Indonesia itu belum bisa dibilang sudah menjadi sebuah industri, karena belum ada regulasi dalam s­ ebuah produksi film. ­Harapan terbesar saya dengan adanya ­Kementerian Ekonomi Kreatif ini, mereka bisa ­perlahan m ­ enciptakan sebuah ­regulasi, standar, dorongan penuh dalam produksi film, yang hingga akhirnya film bisa menjadi sebuah industri yang kuat. Yang pada akhirnya kata “seniman”, di mata orang awam, bukan lagi menjadi kata yang negatif, atau pun hanya sekedar hobi, tapi bisa menjadi salah satu pilihan kuat dalam daftar karir.

Menurut Tanta bagaimana masa depan ­perfilman Indonesia kalau dikaitkan dengan perkembangan ekonomi kreatif kita saat ini? Film itu harus bisa menjadi tradisi, sekaligus menjadi gaya hidup, sehingga semua bidang kreatif bisa bersinergi dalam satu wadah. Steve Jobs mengatakan: “Kebanyakan orang tidak tahu apa yang mereka mau, hingga kita ­tunjukan kepada mereka”. Menurutku m ­ elalui film para fashion designer, art designer, ­musisi, arsitek, dan masih banyak lagi ­bidang ­kreatif lainnya, bisa mempertunjukan karya ­mereka. Nah, kalo ini bisa tercapai dengan sempurna, maka masa depan perfilman I­ndonesia, melalui dukungan industri k­ reatif, akan sangat amat maju. T­ entunya ini semua harus didukung oleh ­pemerintah dengan membuat satu regulasi. Jadi, tidak hanya yang itu-itu saja yg berkarya di film. Dan filmnya juga nggak murahan semua. Kini ada nama kementerian baru, Kementerian Ekonomi Kreatif, sudah terpisah dari kementerian sebelumnya. Apa saja harapan Tanta terkait pengembangan film nasional di masa depan?

EDISI #7 Oktober 2014

12



ilham sehat

Standar Gejala Umum Stroke

Kenali 4 Gejala

Stroke Ini!

Stroke adalah suatu gangguan fungsi otak yang terjadi secara ­mendadak, disebabkan semata-mata oleh gangguan pembuluh ­darah di otak, dan dapat mengakibatkan kematian. Umumnya stroke ditandai dengan timbulnya gangguan saraf (defisit neurologis) fokal atau global, yang berlangsung lebih dari 24 jam. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab sekitar 15,4% kematian dari total kasus kematian akibat penyakit. Sebanyak 2,5% dari pasien stroke meninggal dunia, dan sisanya akan mengalami kecacatan yang beratnya bervariasi.

Sering sakit kepala, migren dan sakit kepala bagian belakang

Pundak dan leher belakang sering pegal

Mudah lupa dan mudah tersulut amarah

Bentuk wajah tidak ­simetris. Ini bisa dilihat dengan ciri bibir mencong dan mata sipit sebelah.

Kaki dan tangan ­mengalami ­kelumpuhan. Biasanya terjadi pada salah satu sisi. Kiri saja atau kanan saja. ­Gangguan ini ­diawali dengan seringnya ­mengalami kesemutan. Seiring waktu akan terjadi tangan dan kaki tidak bertenaga. Jika Anda memegang ­ponsel lalu tiba-tiba jatuh ­tanpa disadari Anda harus secepatnya ­waspada dan melakukan pengobatan segera.

KHASIAT PETAI Sering Kesemutan

1 Sumber energi, karena mengandung tiga jenis gula alami: glukosa, fruktosa serta sukrosa. 2 Menurunkan tingkat depresi dan emosi, karena mengandung vitamin B6 dan trypthopan. 3 Kan­dungan kalium-nya yang tinggi dapat membuat otak cerdas. 4 Obat anti nyamuk dengan mengolesnya ke kulit.

Mengalami gangguan ­berbicara. Pelo, tidak jelas, dan susah ­mengeluarkan kata-kata. Bisa juga ­mengalami berbicara dengan susunan kata dan kalimat yang kacau.


sosial budaya

PAROKI ST. ANTONIUS DARI PADUA HAYAM WURUK MEDAN SAAT INI

Sebagai Institusi Keagamaan RP. HERMAN NAINGGOLAN, OFMCap togarnai@hotmail.com Di Lentera News edisi sebelumnya, kita telah menelaah pengaruh pelayanan Pastoral Gereja, baik secara internal dan eksternal. Kali ini lanjut melirik data menurut responden, perihal Gereja Katolik sebagai institusi keagamaan dikenal di tengah masyarakat sebagai berikut ini. TABEL I Gereja Kat. menonjol dlm hal Jumlah responden Persentasi Tidak ada 68 28,8 Pelayanan sosial 118 50,0 Pelayanan agama 50 21,2 Total 236 100,0 Total 236 100,0

TABEL II Gereja yang diharapkan Jumlah responden Persentasi Gereja yang berdoa 28 11,9 Gereja yang bersosial 86 36,4 Gereja yang menjemaat 122 51,7 Total 236 100,0

Data itu menunjukkan setengah responden 足berpendapat bahwa Gereja Katolik dikenal di tengah masyarakat terutama karena pelayanan sosialnya (50,0%). Hal ini nampak dalam bentuk sekolah, rumah sakit, panti asuhan, pendampingan orang lemah, dan karya karitatif lainnya. Hal yang patut dicermati dari data ini ialah bahwa seperempat (28,8%) dari responden berpendapat bahwa Gereja Katolik tidak menonjol di tengah masyarakat. Apakah ini pertanda sinarnya makin redup dan rasa garamnya makin 足hambar?

Data di atas menunjukkan setengah dari responden mengharapkan bahwa Gereja Katolik harus menjadi gereja yang menjemaat (51,7%). Gereja harus hadir di tengah masyarakat untuk menerangi dan menggarami hidup mereka dengan nilai-nilai agama, Injil Yesus Kristus.

Anda berminat HUBUNGI Ananta Bangun

Beriklan di Lentera News?

085361618545

Unduh Media Kit

MAJALAHLENTERA.COM

EDISI #7 Oktober 2014

15


[infografika]


embun katakese

S

Mengapa Mei dan Oktober Menjadi Bulan Maria? Katolisitas.org

ecara tradisi, Gereja ­Katolik mendedikasikan bulan-bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara-negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah Ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). D ­ evosi mengkhususkan bulan Mei ­sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke-13. Namun ­praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja. Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu ­Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan ­perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus ­dibebaskan, dan ia dapat k­ embali ke Roma. Tahun berikutnya ia ­mengumumkan hari ­perayaan ­Bunda Maria, Penolong umat Kristen. Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan Ketika Paus Pius IX ­mengumumkan dogma ­“Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak ­bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal. Paus Paulus VI dalam surat ­ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat ­beriman didedikasikan kepada Bunda ­Maria yang terberkati,” dan b­ ulan Mei adalah kesempatan untuk ­“penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat ­Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja ­maupun secara pribadi di rumah,

EDISI #7 Oktober 2014

17

mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1) Sedangkan penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang ­menyerang agama Kristen, dan terdapat ­ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam ­punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah ­melampaui pasukan Kristen di ­Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, ­komandan armada Katolik, berdoa Rosario memohon pertolongan Bunda ­Maria. Demikian juga, umat ­Katolik di seluruh Eropa berdoa Rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada t­ anggal 7 ­Oktober 1571, Paus Pius V ­bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa Rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa Rosario tidak berhenti ­didaraskan di Roma untuk mendoakan ­pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya m ­ ustahil, namun pada akhirnya pasukan ­Katolik menang pada tanggal 7 ­Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan R ­ osario dalam Misa di Vatikan setiap ­tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci. Demikianlah sekilas mengenai mengapa bulan Mei dan ­Oktober dikhususkan sebagai bulan ­Maria. Bunda Maria memang terbukti ­telah menyertai Gereja dan ­mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi ­­anak-anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Bunda ­Maria turut mengambil bagian dalam ­karya keselamatan Kristus ­Putera-Nya, dan ­bekerjasama ­dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman.


paras AGUSTINUS BATU TARIGAN DAN SUSSANA SITEPU

MENJEMPUT HARI DEPAN DENGAN SENYUM Keluarga Sun Life itu menikah pada tahun 1998 dan kini dikarunia dua anak, Kevin Ireneus Tarigan (tengah studi di SMA D Brito J­ ogjakarta) dan Melina Cecilia Tarigan (pelajar di SMA Stella Duce II Jogjakarta) Lentera News menjumpai Agustinus Batu Tarigan dan Sussana Sitepu di Kantor ‘Cabang Sun C ­ orona Nostra’, di Kompleks Medan Grand Pavilion No. 8 Jl. Ngumban Surbakti, Medan. ­Perusahan yang bergerak dalam bidang asuransi itu, ­berada di bawah payung PT Sun Life-Indonesia.Sun Life Financial termasuk sebuah perusahan ansuransi dunia, yang kantor pusatnya berada di Toronto, Kanada. Kantor Cabang Sun Corana Nostra kini ­mempunyai anggota 180 orang. Kini tercatat ­sebagai kantor cabang yang mempunyai ­nasabah terbanyak di kota Medan. Ada 13 ­kantor cabang di Medan. Kantor-kantor cabang itu, termasuk Sun Corona Nostra, dibawah ­pembinaan dan pengawasan ARDC (Areal Recru-

ment and Development Centre) yang berpusat di Jati Junction, Jl. Perintis Kemerdekaan Medan. Suami dari Susanna Sitepu tersebut bergabung dengan PT Sun Life Indonesia pada tahun 2004. Ia mengawali pekerjaannya sebagai Sales ­Manager. Empat tahun kemudian jenjangnya meningkat menjadi Senior Agency Manager. Pada tahun 2013 menjadi Agency Director pada ­kantor cabang Sun Corona Nostra. Ia bertutur bahwa dari segi penjenjangan perusahan ­termasuk terlambat. Tarigan yang memilih St. Agustinus sebagai nama baptis, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk panggilan Allah. “Allah mengajak agar terlibat langsung dalam proses keselamatan manusia, terutama menawarkan masa depan yang bahagia. Semua manusia mempunyai hak senyum bahagia menikmati hari-hari hidupnya,” ia menuturkan. Selanjutnya, penggiat hidup menggereja tersebut menggagas bahwa kalau mau menyambut masa depan dengan senyum maka dari sekarang perlu memproyeksikan beberapa hal mendasar yang berkenanaan dengan kehidupan. Misalnya proyeksi Income, Pendidikan, Kesehatan, Hari Tua, Pengembangan Aset, Sakit Kritis, Kecelakaan Kerja dan Wisata Rohani. ­Obsesinya adalah orang Indonesia harus m ­ encapai ­kesejahteraan dengan kemapanan finansial. Tindak lanjutnya adalah menabung untuk hidup, masa depan dan mengantisipasi resiko-resiko kehidupan. “Investasi kami adalah investasi

kehidupan,” ungkap sang kepala kantor. Tarigan termasuk seorang kepala kantor low profile;mempercayai dan menghargai ­karyawanya. Selalu mengedepankan dialog dan saling pengertian dalam menangani ­persoalan perusahan.Ia yakin bahwa:“Tuhan akan, ­dengan cara-Nya, memberikan jalan dan solusi. ­Kunjungan ke rumah karyawan pada saat-saat khusus adalah cara kerja yang ­strategis ­untuk membangun kekompakan dalam sebuah ­perusahan,” kata ayah dari Kevin dan ­Mariana. Dengan blusukan ke rumah-rumah ­karyawannya, ia tahu bahwa para karyawan harus didukung, diteguhkan dan diberi arahan agar hidup mereka semakin hari menjadi lebih baik. Awalnya Susanna Sitepu yang sehari-hari ­dipanggil bu Sussan, tak merestui suaminya bekerja di perusahan ansuransi PT. Sun Life ­Indonesia. Sussan belum menemukan orang yang bekerja di perusahan ansuransi itu ­hidupnya berkecukupan. Dalam perjalanan Sussan melihat bahwa ternyata kerja di PT. Sun Life ada banyak manfaatnya. Bahkan Sussan yang waktu itu sudah tercatat sebagai m ­ anager keuangan di Medan Plaza, menarik diri dan ­bergabung dengan PT Sun Life. Posisinya ­sekarang sebagai Senior Agency Manager dengan tugas melayani nasabah yang check up kesehatan, sakit, dan meninggal. [RP.Hubert OSC] | Foto: Dok. Pribadi]

EDISI #7 Oktober 2014

18


sastra

Damai Atas Nama Mawar

S

oleh: Jojo Sinuraya

Siswa SMU Budi Murni II Medan

UARA gaduh memenuhi

Kubuka kedua mata yang berat dengan

meminta perto-

ruangan. Pintu dihempas

paksa, langsung beranjak dari t­ empat

longan. Namun

kencang. Barang-barang di

tidurku. Di sudut kamar kulihat

adrenalin ini

atas meja berserakan. S ­ eketika

­setangkai bunga mawar berwarna

terpacu terlalu

semua yang sedang ada di dalam

­merah darah. Sangat indah. Kuambil

dahsyat sehing-

­terhenyak, raut muka bodoh jelas

dan kurasakan aromanya langsung

ga m ­ embuat suaraku

terlukis oleh garis-garis wajah mereka.

menusuk, tak bisa kujelaskan, amarah

hilang. Hhhhhh....

Aku berlari, ingin segera pulang. Semua

dan ketakutanku entah kemana.

h-h-h-h-h-h... Sekian

orang memelototiku dengan pandangan

menit berlari k ­ alang-kabut,

aneh. Tak ­kuhiraukan mereka. Aku

Kubawa bunga itu ke teras. Aku duduk

­akhirnya aku berhenti, berserah

lekas memasuki lift, menuju base-

menenangkan urat syaraf yang hampir

kepada tangan nasib. Tapi... mana

ment. Aku mencoba tegar. Kuangkat

putus tadi siang. Aku tidak sedang

dia? Dia menghilang bak asap.

kepalaku tegak untuk memastikan

­merenungkan sesuatu. Pikiranku

bahwa aku ­bukanlah orang yang patut

kosong. Peristiwa yang terjadi hari

Ketika kesadaranku menjadi pe-

dipersalahkan. Namun, aku hanya

ini tidak dapat lagi dijelaskan. Habis

nuh, mataku bertemu pandang d ­ engan

melihat bayangan seorang wanita

sudah semua seluruh jiwa ragaku

merah merekah di depanku. Aku ber-

di dinding besi, berdiri dengan mata

mati rasa. Sempat terlintas di benakku

henti tepat di depan toko b ­ unga. Energi

sembab yang tak tahan membendung

untuk m ­ engakhiri hidupku. Namun

dari mana, rasa ­keindahan entah dari

air mata akibat rasa malu yang meng-

aku merasa aku tidak dapat keluar dari

mana, mereka mencuri hatiku. Segera

hantam.

arena kehidupan dengan cara terkutuk.

kubeli bunga-bunga itu, tak ada uang

tepat

Lama kupandangi mawar itu. E ­ ntah

lagi tersisa di sakuku. Yang ada kini

aku bekerja sebagai

Di perjalanan pikiranku b ­ erkecamuk.

untuk apa. Tak tahu juga entah

adalah bibit-bibit bunga yang tak sabar

Akrab ­dengan tanah, cacing, dan

Aku berperang me­lawan egoku.

apa yang akan kulakukan padanya.

ingin segera kutanam di rumah.

dengan sabar merawat mereka. Aku

Terasa bagai mimpi, aku tak percaya

­Namun aku terusik oleh sepetak tanah

telah meninggalkan ruangan sambil

­kosong di depanku. Ada godaan yang

Dalam perjalanan pulang, semua terasa

berdoa di sana menghayati hidupku,

membanting pintu. Luapan emosi

­mengajak, “Berikanlah mawar itu

begitu berbeda. Keringat keras yang

hidup yang ­pernah memberi pengala-

yang sulit dibantah. Bagaimana tidak?

dan kuberikan kau kedamaian”. Aku

mengucur tadi seperti menghanyutkan

man pahit yang ­takkan pernah dapat

Hakku diambil. Mencoba meraihnya

langsung bergegas mengambil perkakas

rasa penyesalanku. Jalanan pun terasa

terlupakan.

kembali dengan jalan damai, kurasa

kebun yang usang, lama tak terpakai.

menyambut kepulanganku. M ­ elahirkan

tidak mungkin. Tertawaan mereka

Kutanam mawar itu, kuberi air segar,

senyum penuh kelegaan seorang

Kubuka pintu, kulihat dia di sana,

terlalu merendahkan. Mereka anggap

lalu kembali ke rumah beristirahat.

pecundang yang berjalan menenteng

bayangan itu! Otakku bekerja ­mencari

bunga-bunga indah di tangannya.

kata “logika” dan “hantu” atau

pemikiranku ini kolot. Masih ba­nyak bagian dari diriku yang bisa mereka tertawakan.

*** Besok satu tahun penjual bunga.

merasa nyaman. Sore ini aku putuskan

***

­mungkin “Dia yang mulia”. Untungnya

Sinar matahari mendesak masuk

***

otakku bekerja cepat. Kupetik setangkai

­melalui celah sempit jendela kamar,

Aku yang dulu apatis terhadap segala

mawar, kuberikan padanya. Suaranya

Tetapi pemikiranku tidak patut

jatuh tepat di mataku. Biasanya aku

keindahan, kecantikan dan semua

parau, mengucapkan suatu kalimat

­ditertawakan karena ini berdasar.

bergegas ke kantor. Namun hari ini

kelembutan bunga karena rasanya

yang luar biasa.

bagai manusia tak bertulang, aku

terlalu feminin dan lemah, sekarang

Aku menjaga “kepentingan

­berjalan, tanpa tujuan yang jelas. Di

telah luluh. Buatku, kini mereka bagian

“Kedamaian terletak lebih dalam

masyarakat”, kata-kata lucu yang

jalanan yang sunyi aku berdiri sebagai

dari kehidupan. Kutanam bunga-bunga

dari sedalam-dalamnya dirimu.” Aku

mengundang gelak tawa para ­ambisius.

pecundang. Mengapa aku dipecat?

itu. Kurawat dengan baik. Kuanggap

­tersenyum. Dia pergi menghilang.

Masa bodoh dengan masyarakat!

Sesuatu yang aku kira benar malah

mereka sebagai sahabatku, paling tidak

Mereka hanya butuh uang, uang, dan

memberi luka yang mendalam. Aku

sebagai pengusir penat.

uang. Keterlaluan!

hanya tidak setuju dengan keputusan

Aku diyakinkan, kedamaian bukanlah keadaan di mana aku duduk bersantai

para atasan yang tidak memikirkan

Waktu berlalu, sejak bermain

di tepi pantai ditiup angin menanti

nasib orang lain. Rasanya tak perlu

­kejar-kejaran dengan “hantu” dan

matahari terbenam di depanku, tetapi

Di rumah, kasur usangku adalah

dibahas lagi. Inilah takdir. Tidak ada

segala ilusi waktu itu, dia tak pernah

di mana seekor burung bernyanyi

pelarian pertamaku. ­Menghempaskan

lagi kedamaian di hati!

lagi muncul. Tak ada penjelasan. Yang

riang di suatu lubang kecil yang

kutahu, atas “desakannya” dulu, kini

terbentuk di pohon yang tumbang

***

diri serta amarah, berharap sore nanti s­ uasana hatiku bisa lebih baik.

Dalam diamku, dalam rasa

bunga adalah bagian dari ­keseharianku.

di tengah badai besar dan kilat yang

­Belum sempat memejamkan mata,

­kepecundanganku, sesosok bayangan

Dengan bu­nga pula aku dapat

­menyambar-nyambar. Kedamaian

aku ­dikejutkan kehadiran sesosok

menghentikan langkahku. Itu dia!

­memenuhi kebutuhanku.

­datang dari hal yang tak terduga.

­bayangan. Dia berdiri di pojok ruangan

Dia yang kemarin! Bayangan itu! Dia

memegang setangkai bunga. Aku beku,

mengejarku! Aku berlari, terus berlari

Bungalah yang telah mengusir ke-

kututupi seluruh tubuhku dengan

sekencang-kencangnya. Berlari sejauh

marahanku atas pemecatan waktu itu.

­selimut menunggu dia pergi.

mungkin menghindarinya.

­Bunga memberikan sepotong harapan

­Karena dia dalam!

­untuk b ­ angkit dari keterpurukan. BunTak sadar aku terlelap. Satu jam lebih

Tak kuat lagi rasanya! Pembunuhkah?

ga m ­ emberikan aku hidup! Ah tidak,

aku berpetualang di dunia mimpi.

Hantukah? Aku mencoba berteriak

bukan bunga, tapi Dia, sosok itu.

EDISI #7 Oktober 2014

19

Bunga adalah kedamaianku!


EDISI #7 Oktober 2014

20


cakrawala

11 Tips Menghindari

oleh: Yoseph Tien, S.Psi, MCH, CHt, CI, CTFL Pendiri sekaligus Trainer pada “Lima Production”, sebuah event organi­ zer yang juga telah banyak menyelenggarakan pelatihan berbasis soft skill antara lain seperti Motivation, Public Speaking, Team Building, Leadership dan Outbound Management Training

Jebakan Hipnosis

Untuk ­menghindari ­kejahatan h ­ ypnosis yang ­terjadi di ­jalanan, ­berikut ini b ­ eberapa tips dari saya. ­Secara ­khusus barangkali ­menjadi ­perhatian bagi ­mereka yang ­memiliki ciri ­mudah ­menjadi korban h ­ ypnosis sebagaimana dipaparkan pada edisi Lentera News sebelumnya, di rubrik Cakrawala:

1

Biasakan diri untuk berdoa memohon kekuatan dan perlindungan dari dari Tuhan, sebelum Anda keluar dari rumah untuk melakukan berbagai aktivitas Anda;

2

Selanjutnya Anda boleh memberikan s­ ugesti pada diri sendiri atau mengunci diri Anda, bahwa A ­ ndalah pengendali diri Anda.Andalah yang ­mengendalikan seluruh jiwa raga dan pikiran Anda. Semua kejahatan hypnosis tidak akan mempan pada orang yang menolaknya, karena pada dasarnya ­hypnosis adalah self hypnosis;

3

Hindari menggunakan pakaian terlihat wah, membawa ponsel/gadget dua-tiga unit secara mencolok dan memakai perhiasan secara berlebihan, terutama ketika Anda sedang bepergian dan atau berada di tempat umum;

dekat dan sok akrab;

5

Jika ada yang melakukan teknik shock induction seperti yang saya jelaskan di Lentera News edisi (September) sebelumnya, ­usahakan untuk tidak melayani percakapan dengannya atau segeralah menghindar;

6

Kontrol, kendalikan dan jagalah pikiran Anda.Jangan b ­ iarkan pikiran Anda melayang dan atau seperti ‘kosong’ ketika Anda sedang sendirian di tempat-tempat umum. Anda bisa juga ­menyibukkan diri Anda dengan membaca, mengisi TTS (teka-teki silang) atau mendengarkan musik;

7

Bagi orang yang latah, usahakan membawa teman saat Anda berada di tempat umum atau sedang melakukan suatu a­ ktifitas ditempat umum. Orang latah, sangat mudah terbuka gerbang pikiran bawah sadarnya.Misalnya hanya dengan melakukan teknik shock induction;

8

Berusahalah selalu tetap tenang dan waspada ketika misalnya secara tiba-tiba Anda didatangi beberapa orang asing dan ­langsung mengerumuni Anda;

9

Bila ada orang asing tiba-tiba mengajukan s­ erangkaian ­pertanyaan dengan teknik Yes-Set, Anda tidak perlu ­melayaninya dengan memberikan jawaban, karena ketika Anda memberikan satu jawaban, maka Anda akan terpola untuk ­memberikan jawaban selanjutnya dan akhirnya tanpa Anda sadari Anda memasuki perangkap pelaku kejahatan tersebut;

10

Ketika Anda sendiri membutuhkan informasi tertentu, maka dengan tenang dan tidak bingung atau tidak m ­ emperlihatkan kebingungan Anda.Bertanya sajalah pada orang-orang yang ‘berseragam’, bisa petugas kepolisian, satpam atau orang yang memang asal usul atau identitasnya jelas dari ­busananya;

11

Jika ada hal-hal yang aneh dan mencurigakan, maka segeralah sibukkan pikiran Anda, misalnya dengan berdoa dalam hati, m ­ enyanyi dalam hati, atau memikirkan hal-hal yang berat. Bagaimana jika akhirnya Anda menyadari tengah m ­ engalami kesadaran mulai pudar. Apakah Anda benar-benar telah takluk pada pengaruh hypnosis? Jangan khawatir. Saya akan b ­ eberkan kembali kiat penangkalnya di Lentera News edisi m ­ endatang.

4

Curiga dan jangan mudah percaya pada orang asing.Jangan mudah mau berkomunikasi ­dengan orang asing di tempat umum atau diperjalanan.­ Khususnya pada orang yang terlihat sok kenal, sok

Salam Joss!! EDISI #7 Oktober 2014

21


opini

MoU Keuskupan Agung Medan dan Disdukcapil Pemko Medan:

Meretas Masalah Hak Kependudukan

S

etelah ­hingar-bingar ­Pe­milihan Umum ­ke­marin, perhatian kita kerap tertuju pada sosok ataupun partai politik yang menang dan kalah. Karut marut persiapan pelaksanaan Pemilu, khususnya pada sisi Daftar Pemilih Tetap terabaikan seusai ­“pesta demokrasi”. Ini disebabkan fokus membenahi masalah kependudukan dan catatan sipil belum d ­ irampungkan dengan baik. Persoalan pelik ini ­tentu berimbas buruk dengan program ­pelayanan pemerintah yang berkenaan dengan data kependudukan. Semisal BPJS-JKN (Badan Penyelenggara ­ ­Jaminan Sosial-Jaminan Kesehatan Nasional) yang akan diwajibkan pada 2015 mendatang. Inilah kiranya yang ­melandasi Keuskupan Agung Medan untuk membuat terobosan kerjasama ­ de­ ngan Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Parokus Padre Pio Helvetia, RP ­Benyamin Purba OFMCap m ­ enginisiasi terobosan ini ­melalui ­sebuah sosialisasi dialogis yang ­berlangsung di Aula Paroki Padre Pio, Medan pada 6 Juni 2014 . Tidak main-main. ­ Narasumber dalam temu sosialisasi ini ­ menghadirkan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Pemko Medan, Muslim, S.Sos, MSP dan Uskup Agung Medan, Mgr. Anice-

tus B. Sinaga OFMCap. Topik utama yang paling menarik dalam pembahasan sosialisasi tersebut ialah “Pencatatan Akte ­Perkawinan” sesuai dengan Undang-Undang ­Nomor 24 Tahun 2013 tentang ­Per­ubahan ­undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang ­ Administrasi Kependudukan tidak lagi ­ berpatokan dimana peristiwa itu terjadi, t­etapi ­berdasarkan domisili pasangan ­tersebut. Sebagai contoh, pasangan yang ­ hendak diberkati di Banua Rea ­Parlilitan berdomisili atau KTP di ­ Medan telah diberi kemudahan. ­Dimana mereka tidak harus ­mengurus akte perkawinannya ke Parlilitan ­seperti diamanatkan Undang-undang yang lama, melainkan ­menguruskan akte perkawinannya di Medan. ­Pasangan tersebut cukup ­melengkapi persyaratan-persyaratan lain yang dibutuhkan. Dalam kesempatan lain, juga muncul pembahasan bagaimana menyiasati pernikahan diconvalidatio untuk kebutuhan catatan sipil. Buah dalam sosialisasi ini adalah penandatanganan nota ­kesepahaman (MoU) antara Pemko Medan ­ dengan Keuskupan Agung Medan dan HKBP Distrik X Medan-Aceh. Mewakili ­ ­ Pemko, yakni Kadis ­ Disdukcapil ­Medan, Muslim S.Sos, MSP ­disaksikan Plt.

EDISI #7 Oktober 2014

22

oleh: Sylvester Gultom Staf Khusus Parlindungan Purba, Anggota DPD Sumatera Utara

Walikota Medan, Drs. H. ­Dzulmi Eldin. Sementara masing-masing ­per­­wakilan KAM dan HKBP Distrik X, yakni Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap dan Pdt. Julasber Silaban. Adapun cakupan MoU ini a­ dalah untuk ­membangun ­sistem yang ­terkoordinasi yang ­di­lak­sanakan dalam ­rangka ­mem­berikan ­pelayanan ­pu­­blik. Khususnya bagi Jemaat ­Gereja yang ingin ­mengajukan ­permohonan Pencatatan akta perkawinan kepada Disdukcapil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan undangUndang ­ Nomor 23 Tahun 2006 Tentang ­Administrasi Kependudukan. Kerjasama ini juga diharapkan dapat memudahkan masyarakat mem­ peroleh ­administrasi ke­pen­dudukan dan catatan ­sipil. Di­samping meningkatkan ­kesadaran masyarakat tentang ­ Administrasi Ke­ pendudukan ­melalui penghargaan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban. Tindak lanjut dari MoU ini adalah bahwa Pastor Paroki dapat mengumpulkan berkas ­ per­ syaratan untuk ­ pengurusan akte ­ perkawinan umat yang ­ ter­ lambat menguruskannya dan juga akte ­ ­ lahir yang bagi orang yang ­terlambat m ­ enguruskannya. ­Setelah ­pemberkasan ­ram­pung, maka petugas


opini Dinas ­Ke­pen­dudukan dan Catatan ­Sipil akan datang ke paroki ­untuk ­me­lakukan ­pencatatan sesuai ­de­ngan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Penandatanganan Nota kese­ pa­ haman ini harus dilihat ­sebagai langkah awal dalam ­situasi yang tidak normal menuju situasi yang ideal. Ada banyak kondisi dan s­ituasi yang membuat orang tidak memiliki kelengkapan ­ad­mi­nistrasi kependudukan dan catatan sipil hingga akhirnya menemukan berbagai kesulitan ka­rena ­ketiadaan kelengkapan ­ad­ministrasi kependudukan dan catatan sipil. Terobosan dari MoU ini juga dipandang efektif ­mengurangi ­birokrasi dan alur yang sulit ­ditembus serta membutuhkan ­waktu yang lama. Ditambah juga biaya yang tidak sedikit. Berurusan dengan kantor dinas k ­ ependudukan dan catatan sipil cukup lama menjadi momok bagi sebagian orang. Inilah yang kemudian mendorong praktik calo untuk mendapatkan administrasi kependudukan dan catatan sipil ini. Advokasi Lebih Lanjut MoU ini masih ­ membutuhkan advokasi lebih lanjut karena MoU ini masih sangat teknis dan ­terbatas pada daerah ­administratif pemerintahan di wilayah ­ ­ tertentu, yak­ ni kotamadya Medan. Ba­gai­mana dengan umat Katolik dan warga di kabupaten lain, di propinsi yang lain yang bisa jadi menghadapi situasi yang sama dalam hal urusan p ­ encatatan

s­ ipil? Lebih luas lagi apakah anak umat Katolik pengungsi Sri Lanka atau anak pengungsi ­Myanmar yang terlahir di Indonesia bisa juga ­mendapat akte lahir dan p ­ erkawinan? Penanganan masalah p ­ encatatan sipil melalui advokasi juga m ­ eng­hindari munculnya spasial dan par­ sial. Dimana ­ sebenarnya fungsi catatan sipil sebaiknya m ­ enyeluruh dan bersentuhan ­langsung ­de­ngan hak asasi setiap orang. Itu ­se­babnya ­pemberian ­kesempatan yang lebih mudah bagi seseorang ­un­tuk ­melengkapi ­administrasi ­kependudukan dan ­catatan sipil ­adalah salah satu bentuk p ­ emenuhan Hak Asasi ­Manusia. Inilah pesan yang sangat kuat dan mendapat tekanan khusus dari Uskup Agung, Mgr. ­Anicetus B. Sinaga OFMCap berkaitan ­dengan Administrasi ­Kependudukan dan Catatan Sipil. Hal senada juga ­disampaikan oleh Parlindungan Purba SH MM, DPD RI Asal Sumut dalam sambutannya pada penandatanganan MoU tersebut. Administrasi kependudukan dan catatan sipil bisa menjadi salah satu indikasi terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Hak Asasi Manusia, yakni prinsip k ­ esetaraan dan nondiskriminasi. Prinsip k ­esetaraan adalah prinsip yang ­fundamental dari hak asasi ­manusia. Melalui prinsip ­kesetaraan, setiap orang terlahir ­bebas dan ­memiliki kesetaraan dalam hak asasi ­manusia. Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, di mana pada situasi yang sama ­diperlakukan ­dengan sama, dan pada situ-

A CHRISTIAN

asi yang berbeda ­diperlakukan secara ­berbeda pula. Oleh sebab itu, jika s­emua orang setara, maka ­seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif. Maka pertanyaan untuk ­ kebutuhan advokasi lebih ­lanjut adalah bagaimana ­caranya ­supaya setiap pemberkatan di Gereja, petugas pencatatan ­ sipil dari ­ Dinas K ­ ependudukan dan ­ Catatan Sipil tidak lagi ­ didatangkan ­berdasarkan tebal dompet ­hasuhuton, ­tetapi ­pelaksanaan pencatatan ini ­dilakukan sesuai dengan ­ TUPOKSI Disdukcapil? Bagaimana caranya agar UPT (Unit Pelaksana Tekhnis) ­Dinas ­Kependudukan dan Catatan Sipil bisa hadir ­ hingga tingkat ­ Kecamatan sehingga ­pelayanan Dinas Kependudukan dan ­Catatan Sipil bisa lebih efektif s­ehingga kita tidak membutuhkan MoU lagi? Pak Muslim dalam sosialisasi di Helvetia mengatakan bahwa perangkat komputer yang mereka pakai terkadang mengalami gangguan dan jaringan, sehingga proses pengurusan kadang membutuhkan waktu lebih lama. Alasan ini bisa jadi benar mengingat jumlah kebutuhan yang besar sementara petugas dan perangkat yang ada masih terbatas. Maka advokasi perubahan kebijakan Pemerintah berkaitan dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil harus dilakukan di level Propinsi dan Nasional, agar pelayanan administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil ini bisa menjadi: lebih dekat, lebih cepat dan lebih transparan.

ministry confirmed to profess undeniably his faith to the divine trinity all seven sacraments from birth to death from womb to tomb God’s care administered Amazing grace and mercy towards all humanity his spirit’s company even in man’s misery keeping his dignity of that eternal beauty. The Cross they revere life of Christ they share forgiveness they dare imitating Christ their Redeemer. Light of Christ they’re bearers living christian virtues witnessing as martyrs the truth of the beatitudes. Each Christian has a special calling in all walks of life they are living in the risen Lord they are trusting. Christus totus!

God, the Omnipotent being Source and beginning thought in his mind and created mankind. His glory manifested in a creature he willed of his own image and likeness reflecting his goodness. Almighty God’s revelation through Jesus our salvation. All stages of man’s existence will be guided by his holy presence the Catholic church dispenses out of her divine treasuries God’s sacramental presence handed on by the apostles born in grace, a christian: gains rebirth to share life divine unblemished with original sin-gift of new life in baptism. As man grows to maturity uncertain of his journey strengthens his spiritiality through the church

Harold, OAD

EDISI #7 Oktober 2014

23


lapo aksara

Kreak & Primitif VINSENSIUS G.K SITEPU

be_web2001@yahoo.com

S

ebelum Anda lebih jauh membaca artikel ini, cobalah berikan pensil kepada seorang anak kecil, lalu hadapkan ia pada dinding rumah. Ia barangkali mulai mencoret-coret dinding dengan beragam gambar yang tak keruan. Bagi dia itu adalah satu pengalaman yang baru, demikian pula bagi kita ada gambar-gambar baru yang diperlihatkan kepada kita, tetapi tidak kita pahami sama sekali. Ketika ia beranjak dewasa ia bisa lebih “kreatif” menulis “prasasti” di dinding kelas sekolah: contekan Yang lebih kreatif lagi, ada beragam jenis font menarik di sana. “Inspiratif”. Orang Medan memahami jargon “kreatif” sebagai akronim yang memang amat kreatif: “kreak” dan “primitif”. Kreak dalam bahasa pergaulan orang Medan, berarti “menyebalkan”; “usil”; “jahil” atau “suka iseng”. Barangkali kreak didekatkan de­ ngan “crack” yang pelafalannya sedikit mirip, yang dalam bahasa Inggris yang berarti “retak”, sebuah gambaran yang tidak positif. Maka, tatkala orang Medan menjuluki seseorang dengan sebutan “kreatif” dalam makna denotatif, berarti dia berkarakter buruk dan tidak bisa maju, tidak modern atau bodoh. Sebagai sebuah sindiran: ya, tidak kreatif sekali. Sesungguhnya lagi, akronim itu disinggahkan bagi mereka yang sebenarnya tidak terlalu kreatif untuk menyatakan diri mereka kreatif. Saya tertarik dengan kata “primitif” itu. Pasalnya, kreatifitas manusia sesungguhnya seusia dengan usia peradaban manusia sendiri. Sebagai sebuah takdir, kini kreatifitas di tengah gelombang masif informasi, berkembang pesat ke dalam ranah ekonomi yang menghasilkan “uang”. Begini awalnya. Di masa prasejarah manusia, saat manusia purba yang hidup di gua belum me­ nemukan aksara sebagai medium bahasa standar, dan mereka hanya mampu dengan “bahasa Tarzan”, mereka menggambar dinding gua itu. Isinya adalah rekaman kehidupan mereka sehari-sehari, karena mereka paham bahwa kisah hidup yang hanya dilisankan, lama-kelamaan hilang kebenarannya. Menggambar di gua sejatinya adalah strategi dokumentasi kehidupan yang mudah diresapi bagi yang melihat, sebab manusia pada dasarnya adalah makhluk visual. Itulah sebabnya orang lebih menyu-

kai foto daripada ribuan kata untuk berkomunikasi secara singkat dan cepat. Efektif dan “primitif”. Ekonomi Berbasis Kreatifitas Terkait bisnis kreatif dan ekonomi kreatif hari ini, kita patut bersenang hati, sebab sumbangan bidang ini tidaklah kecil. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu pada kesempatan pembukaan design congress di Yogyakarta, September 2014 lalu, mengungkapkan kontribusi sektor ekonomi kreatif terus menunjukkan pertumbuhan signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2013 subsektor desain dan fesyen menyumbang sekitar 20-30 persen dari ekonomi kreatif dan tumbuh di atas rata-rata nasional, yaitu total sebesar Rp 578 triliun dari 15 subsektor industri kreatif. Kini pemerintahan Jokowi-JK mendirikan Kementerian Ekonomi Kreatif guna mendorong potensi sektor ekonomi ini lebih maju lagi. Menurut Budyarto dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia kepada media belum lama ini, pada periode 2002-2010, ekonomi kreatif memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional rata-rata 7 persen per tahun. Tahun lalu, kontribusi­ nya sebesar 7,29 persen atau senilai Rp 486 triliun. Pada 2013 lalu pertumbuhan ekonomi kreatif sekitar 9 persen dan tahun ini diproyeksikan naik menjadi 10 persen. Sebenarnya pertumbuhan tersebut seharusnya bisa dipacu lebih kencang, jika saja pemerintah menerapkan pola penanganan terpusat. Pasalnya, potensi ekonomi kreatif sebagian besar ada di daerah, kecuali yang berbasis teknologi informasi dan digital. Dengan hadirnya Kementerian Ekonomi Kreatif, diperkirakan pertumbuhannya meningkat 12 persen pada tahun 2015. Di Medan sendiri pertumbuhan ekonomi kreatif ditunjang dari praktik bisnis kreatif yang lumayan, tetapi kita tidak memiliki angka pasti pertumbuhannya. Namun, sejauh mata kita memandang, ramai rekan-rekan kita yang kreatif mengolah keahliannya, mereka menjadikannya sebuah produk yang laku dijual. Sebut saja, misalnya Agus Perdana yang mendirikan portal berita kabarmedan.com. Dengan

logo “becak” sebagai penciri khususnya, ia berhasil menarik banyak pengunjung setiap harinya, karena informasi teranyar di dalamnya memang dalam ruang lingkup Medan. Agus, yang juga anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan ini juga tersohor, karena kerap tampil di depan publik melalui beragam diskusi, seminar, dan pelatihan menulis. Ada lagi Wahyu, yang konsisten mengusung informasi tentang kota Medan melalui situs ce­ ritamedan.com. Kini ia semakin sering melakukan branding agresif dengan menjadi media partner di berbagai event. Eka Dalanta Tarigan pun demikian. Cewek ini, selepas resign dari media cetak ternama Medan, ia terpanggil berbisnis kreatif dengan mendirikan Brandtalk yang mengusung penguatan merek bagi produk, semisal desain grafis, video kreatif, iklan dan lain sebagainya. Saya yang berkecimpung di dunia bisnis kreatif sejak 2010, belum merasakan gebrakan signifikan dari Pemerintah Provinsi Sumut dan Kotamadya Medan soal ekonomi kreatif ini, padahal Presiden SBY sudah menginstruksikan itu. Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, presiden memerintahkan mulai dari menteri terkait dan seluruh gubernur, bupati/walikota di Indonesia untuk melaksanakan itu. Di dalam dokumen negara ini tertulis cukup terperinci apa yang harus dilakukan pemerintah daerah. Untuk Sumut sendiri yang paling hebat ha­ nyalah Pekan Rakyat Sumatera Utara (PRSU) itu. Semestinya ada penguatan lebih serius terhadap produk bisnis kreatif di daerah ini, hingga bernilai ekspor. Kalau hanya bisa bermain di tingkat lokal, saya pikir dangkal manfaatnya. Saya tidak pernah lupa pada 2012 silam, ketika saya mengunjungi sebuah booth milik salah satu pemerintah kabupatan di PRSU. Kopi yang mereka katakan produk eskpor, dipajang begitu saja di meja, tanpa ada cangkir dan air panas, agar pengunjung bisa mencicipinya. Jadi, pekerjaan rumah kita masih banyak untuk memajukan ekonomi kreatif ini, khususnya pengembangaan SDM yang menjadi titik sentralnya. Marilah memulai dengan menyelenggarakan pelatihan yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

EDISI #7 Oktober 2014

24


EDISI #7 Oktober 2014

25


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.