EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

Page 1

EDISI #9 Desember 2014

1


EDISI #9 Desember 2014

2


EDISI #9 Desember 2014

3


DUKUNG MAJALAH LENTERA NEWS

Fan Page

DENGAN DOA DAN DANA

daftar isi

Kunjungi kami di sini:

Bank Rakyat Indonesia Rek.No. 0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy | Bank Nasional Indonesia Rek.No. 0307532799 a.n. Hubertus Agustus Lidy

/LENTERA-NEWS

5 [infografika] 6

Tajuk Redaksi Menyerap Ilham Menahan Tantangan Bisnis di Seputar Natal

MAJALAHLENTERA.COM

14

Opini

16

Embun Katakese

Bersama Menjaga Lingkungan

Mengapa Kita Berpuasa Sebelum Menyambut Komuni Kudus?

19 [infografika] 20 Sastra

Kata Mamak (bag.2)

8

Telisik

9

Lentera Khusus

Bisnis yang Mematikan Masa Depan

Mereka Juga Ingin Hadir dalam Kebahagiaan Kita Mengapa tidak menautkan perhatian pada insan lain yang tengah terkungkung-raga dan jiwanyaagar turut larut dalam kebahagiaan merayakan hari besar seperti Natal. Siapakah mereka?

12 13

Sosial Budaya

Manajemen Paroki yang Lebih Baik

Paras

Elias Ginting, Duta Besar Indonesia untuk Finlandia & Estonia

Jaga Kesehatan di Kala Liburan

22

Ilham Sehat

24

Citizen Journalist

Tips Kesehatan Selama Libur Natal Tahun Baru 2015, Yuk Bersihkan Hati Betapa Kering Organisasi OMK di Ruang Kampus

25 26

Shining in Faith

Lapo Aksara Literasi Keuangan

RP Hubertus Lidi, OSC [Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi], Ananta Bangun [Redaktur Tulis], Jansudin Saragih [Redaktur Foto], Vinsensius Sitepu [Redaktur Tata Artistik], Sr. Ursula Gultom, KSSY [Keuangan] didukung MahapalaMultimedia [Konsultan Penerbitan], Richard Ginting [Konsultan Fotografi] Penerbit: Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Medan (KOMSOS-KAM) Jalan S.Parman No. 107 Telp. +62614572457 | www.majalahlentera.com | redaksi@ majalahlentera.com | Facebook Fan Page: facebook.com/lentera-news EDISI #9 Desember 2014

4


tajuk redaksi

Menyerap Ilham Menahan Tantangan

D

alam buku mahakarya Dale Carnegie: How to Win Friends and Influence People, ia me­ngutip sejarah ditemukannya ban a­ngin. Benda yang menopang dan bergulir untuk memudahkan kita bepergian via angkutan darat. Pada awalnya, tim penemu tersebut meniru cara kerja roda kayu, lazim digunakan untuk pedati yang ditarik oleh kuda. Namun, konsep tersebut kerap gagal. Ban yang dibuat dengan bahan besi tersebut kerap menimbulkan goncangan besar dan rentan lekas rusak. Terbersitlah dalam benak para penemu ini, bahwa kegagalan tersebut karena pemikiran mereka yang hendak melawan permukaan alam. Bukankah semestinya berdamai dengan kondisi alam itu sendiri? Tanya ini kemudian menjadi ilham untuk menciptakan material yang dapat me­nyerap permukaan alam yang keras. Namun tetap kokoh menopang pengemudi dan muatan di atasnya. Serangkaian percobaan dilakukan hingga mereka menemukan getah karet yang dapat diolah menjadi ban angin, sebagaimana umum kita gunakan sekarang. Temuan ini pun segera saja dapat dite­rapkan untuk kendaraan mobil dan sepeda. Tidak hanya karena karet tersebut dapat menyerap kerasnya permukaan alam, namun juga kuat menahan beban pengemudi dan muatannya. Sebagaimana juga konsep elastisitas karet ban yang berguna bagi penemuan transportasi masa kini. Lentera News edisi Desember ini menyajikan Lentera Khusus yang menyerap ilham para Suster dari Kongregasi Susteran Santo Yosef (KSSY) yang melayani para korban dampak narkoba dalam

Pusat Perawatan dan Pemulihan Adiksi Narkoba “Rumah Kita”. Belajar dari kiat Panti Rehabilitasi Narkoba Terpadu Kedhaton Parahita, “Rumah Kita” me­nerapkan Therapeutic Community (terapi komunitas) yang mengedepankan kebersamaan untuk memulihkan para korban tersebut dari adiksi obatobatan terlarang tersebut. Di kolom Opini, ibu Benedicta kembali merangkul kita untuk menyelamatkan lingkungan. Sebuah gagasan yang dapat menjadi sumber renungan kita bersama. Mampukah kita hidup bila bumi yang menghidupi kita semakin rentan dengan perusakan dari gaya hidup masa kini? Sebuah pertanyaan yang mirip juga dilontarkan kontributor baru Lentera News, Vinny Avilla Barus. Mahasiswi dari Universitas Diponegoro ini mengaku gemas dan prihatin atas keringnya pemahaman dan refleksi rekan sejawat Katolik di kampus dalam wahana organisasi mahasiswa Katolik. Sila baca tulisan perda­nanya di kolom Citizen Journalist. Edisi bulan ini juga menjadi kesimpulan dalam riset Pastor Herman T. Nainggolan, OFMCap di kolom Sosial Budaya. Ikhtisar dari penelitian mengenai persentase kehadiran umat di Paroki St. Antonius dari Padua - Hayam Wuruk, Medan tersebut kiranya menjadi ilham baru bagi para pembaca. Pemahaman yang membawa kita untuk mampu menyerap inspirasi baru dan mampu menahan tantangan dalam kehidupan masa kini. Ah, iya! Sebagaimana karakter ban karet tersebut. Shalom

Redaksi

EDISI #9 Desember 2014

5


[infografika]


[infografika]


telisik

BISNIS YANG MEMATIKAN

MASA DEPAN RP HUBERTUS LIDI, OSC hubertuslidiosc@gmail.com

Perdagangan narkoba pada prinsipnya dilarang. Realitas manusia yang memperdagang­ kan barang haram ini terus bergentayangan bak hantu di malam hari. Anda bisa menyak­ sikan hal ini melalui suguhan harian media cetak dan elek­ tronik. Koran, majalah dan televisi senantiasa memberita­ kan penangkapan dan pengge­ brekan para pengedar, kurir, pengguna, dan kadang-kadang the big bos nya. Hukuman yang diberikan kepada mereka tak main-main, penjara sekian ta­ hun bahkan sampai hukuman mati.

P

ertanyaan yang selalu menggelitik sanubari kita: Kapan perdagangan alias aktifitas transaksi barang haram ini berakhir? Hukuman seakan-akan tak mempan menghentikan aktifitas haram ini. Satu sisi aktifitas perdagangan narkoba ini menjanjikan dalam arti mendatangkan banyak uang. Sistim dan manajemennya teratur, rapih dan terarah, sehingga aktifitasnya tahan jaman dan jaringannya kian detik kian meluas dan melebar serta susah dilacak keberadaannya. Bertumbuhnya aktifitas perdagangan ini menyiratkan bahwa tentu ada pemakai, atau pengguna yang selalu membeli barang haram itu. Dalam konteks ini ada kohenrensi antara penjual dan pembeli. Ada pemandangan lain, selalu saja ada ajakan, himbauan agar orang-orang tidak terpengaruh dan mau membeli barang haram itu, apalagi mencobainya. Pamflet, iklan, tulisan, serta tips menjauhi narkoba bertaburan sana-sini di tempat-tempat

publik. Tuturannya singkat, padat, dan jelas: “Jangan jerumuskan diri dan masa depanmu ke dalam dunia hitam itu”. Pengarahan dari pihak berwajib, tokoh-tokoh agama dan masyarakat (toga tomas) dalam bentuk nasehat, diskusi seminar-seminar muaranya ialah membangun kesadaran agar orang tak menggunakan barang ilegal itu. Slide show yang menayangkan gambargambar seram mengenai dampak buruk candu narkoba. Termasuk juga flim-film cerita yang mengambarkan betapa kacau dan hancurnya kehidupan keluarga pengguna narkoba menantang secara visual agar orang takut mengkonsumsi barang haram itu. Singkatnya, himbauan–himbauan itu pada prinsipnya ingin menyelamatkan masa depan serta mencetak generasi ke depan yang berkualitas. Dunia bisnis, selalu diawali dengan penawaran-penawaran dan dialog guna mendapatkan kata sepakat. Transaski terjadi saat kedua pihak sepakat. Miris mengulas transaksi barang haram itu. Penjual mendapatkan uang, tentu dengan jumlah yang lumayan besar dan selanjutnya ia membangun masa depannya. Penjual yang tak mempunyai nurani itu tidak akan menghiraukan masa depan dari pembeli, yang pasti hancur dan berantakan dampak dari barang haram itu. Penjual seakan-akan membangun kebahagiaannya di atas kerapuhan dan kerusakan orang lain. Pembeli, terutama pengguna pada saat transaksi akan senang bahagia mendapatkannya tanpa menyayangkan masa depannya yang sudah pasti akan buram dan kelabu. Kebahagiaan pembeli sifatnya sementara saja. Relasi kemanusiaan yang terjadi antara penjual dan pembeli, pada saat transaksi menunjukkan relasi yang merusak dan menghancurkan alias membentangkan tirai hitam kelam terhadap sebuah masa depan.

Cinta, perhatian dan kasih sayang adalah modal dasar dari Tuhan agar manusia ciptaan-Nya kuat, tegar dan berpendirian. Cinta, perhatian dan kasih sayang pertamatama terbentuk dalam rumah dan keluarga batih masing-masing. Dalam keluarga batih perlu terjadi batinisasi, atau interaksi kasih mesra antar anggota keluarga. Proses ini merupakan fondasi kokoh bagi setiap pribadi agar bertumbuh dan berkembang selanjutnya. Proses saling percaya, mengingatkan, dan menata bersama sangat riil terjadi dalam keluarga. Keluarga merupakan sekolah cintakasih dasar yang terjadi dalam rumah kita masing masing. Keluarga Adam dan Hawa hancur berantakan karena berorientasi keluar. Mereka lebih mendengar dan belajar dari luar tanpa ada klarifikasi dan seleksi. Dampaknya mereka melanggar norma yang disepakati dalam keluarganya. Norma ibarat buah terlarang yang dilarang oleh Allah agar keluarga Adam jangan mengkonsumsinya. Tapi salah satu dari anggota rumah itu melanggarnya. “Maka kata ular kepada wanita, bukan kamu tidak akan mati, tetapi Allah tahu, bahwa pada hari kamu makan buahnya, matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi sejajar dengan Allah,” (Kej 3.4) Cinta, perhatian, dan kasih sayang merupakan nutrisi jiwa yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kepribadian dan karakter seseorang dalam menapaki irama kehidupan yang penuh dengan dinamika ini. Ia akan mencari, menghidupi dan berkomitmen akan hal-hal yang baik dan berguna bagi kehidupannya. Kepribadiannya menjadi kuat, tidak ikut arus dan terjerumus dalam bisnis haram yang mencelakakan masa depan anak-anak manusia itu. Tentu anda tak ingin tertawa di atas pen­ deritaan orang lain.

EDISI #9 Desember 2014

8


lentera khusus

MEREKA JUGA INGIN ‘HADIR’ DALAM ‘KEBAHAGIAAN’ KITA

M

endengar lema ‘Desember’

tun Lentera News menuju Pusat Pera-

tersenyum sambil tetap jogging ringan di

pada umumnya melabuhkan

watan dan Pemulihan Adiksi Narkoba

teras lantai II.

fikiran pada hari raya Natal. Hari

“Rumah Kita”. Hujan rintik pada Rabu

Pada 28 Oktober 2014 lalu, Uskup

besar yang terilhami perayaan lahirnya

(3/12/2014) melahirkan hawa sejuk di

Agung Medan Mgr. Anicetus Bongsu

Sang Juru Selamat manusia, Yesus Kris-

areal pusat rehabilitasi yang dikepalai Sr.

Sinaga, OFMCap meresmikan “Rumah

tus, di Betlehem. Redaksi Lentera News

Beatrix Lingga, KSSY. Ia pun sigap meny-

Kita” disaksikan sejumlah pejabat peme­

turut merasapi kebahagiaan menyambut

ambut tim Lentera News dengan meng-

rintahan. Termasuk diantaranya perwaki-

hari kudus ini. Namun kami tergelitik

hidangkan teh manis hangat. “Kami baru

lan Badan Narkotikan Nasional (BNN) Su-

mengulas ihwal berbeda. Ini agar tidak

saja selesai sarapan pagi bersama,” tutur

matera Utara. Dalam kata pengantarnya,

terkungkung pada siklus rutinitas secara

Sr. Beatrix mengawali dialog.

Mgr. Anicetus memuji karya KSSY terse-

kalender. Mengapa tidak menautkan

“Selamat pagi, bang. Dari koran Katolik

but. “Hari ini, kita bersyukur karena suster

perhatian pada insan lain yang tengah

ya!? Ayo foto kawan saya ini,” sahutan se-

KSSY mampu menanggapi keprihatinan

terkungkung -- raga dan jiwanya --- agar

orang pria di lantai II, menyela percakapan

di tengah zaman dengan membuka karya

turut larut dalam kebahagiaan meraya-

kami. “Lalu kasih judul: ‘Anak Yang Hilang’

baru ‘Pusat Perawatan dan Pemulihan

kan hari besar seperti Natal. Siapakah

ya. Hehehe.”

Adiksi Narkoba’ yang bukan merupakan

mereka? Mungkin insan korban candu narkoba. Gagasan tersebut lah yang menun-

“Rudi (bukan nama sebenarnya), sudah

karya warisan dari para pendirinya,” ucap

sarapan kok masih olahraga di atas?” ta­

Uskup. “Semoga karya ini menjadi suatu

nya Suster. Pria yang disapa ‘Rudi’ hanya

tempat damai, dan membuka mata lebih

foto atas: Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap menandatangani Prasasti Peresmian Pusat Perawatan Dan Pemulihan Adiksi Narkoba Rumah Kita

EDISI #9 Desember 2014

9


lentera khusus jernih, demi perkembangan Kerajaan

orang miskin, asrama putri, Panti Jompo

Allah melalui karya-karya pelayanan

Karya Kasih dan kesehatan publik itu.

mereka.” Uskup mengimbuhkan bahwa pihaknya menjadi pribadi yang paling bahagia karena memendam keinginan mempun-

Walaupun mengusung lembaga Katolik, Sr. Ignasia menjelaskan bahwa “Rumah Kita” tidak diintervensi untuk kepentingan satu agama tertentu.

KEBERSAMAAN, KUNCI MENYEMBUHKAN NARKOBA Sr. Beatrix menjelaskan, “Rumah Kita”

yai pusat rehabilitasi kecanduan narkoba

menerapkan therapeutic community

selama 10 tahun belakangan. Dengan

atawa terapi komunitas untuk memulih-

peresmian pusat rehabilitasi tersebut,

kan dampak candu narkoba. “Dengan TC,

lanjutnya, di Indonesia baru Keuskupan

tidak hanya ‘Rumah Kita’ namun seluruh

Agung Medan punya pusat rehabilitasi

pihak dilibatkan untuk menyembuhkan

yang langsung ditangani Uskup Agung.

residen (istilah ‘Rumah Kita’ bagi korban

Sr. Ignasia Simbolon, sebagai penggagas “Rumah Kita”, mengakui pihaknya pernah menyediakan pelayanan senada

candu narkoba yang dirawat) serta keluarganya,” ujarnya. Ia menambahkan, upaya menyembuh-

di Jl Sei Asahan. “Namun saat itu (di Jl

kan pecandu narkoba kerap disulitkan si-

Sei Asahan) masih dalam lingkup kecil.

kap keluarga yang malu mengakui bahwa

Dengan adanya lokasi baru, lanjutnya,

salah seorang anggota rumah tangga

pihaknya ingin memulihkan jiwa dan raga

telah terjerumus dalam penggunaan

yang terkontaminasi,” katanya.

narkotik hingga taraf candu.

Walaupun mengusung lembaga Kato-

“Guna memuluskan komunikasi selu-

lik, Sr. Ignasia menjelaskan bahwa “Ru-

ruh pihak, ‘Rumah Kita’ membuat hirarki

mah Kita” tidak diintervensi untuk kepent-

dalam membantu proses penyembuhan.

ingan satu agama tertentu. “Meski pusat

Dimana para Suster KSSY di rehabilitasi

pemulihan ini di bawah naungan Katolik

ini, beserta tim dokter & psikiater dan

namun semua lintas denominasi agama

relawan,” kata Suster seraya menam-

dan adat dimungkinkan karena yang kami

bahkan kehadiran psikiater dibutuhkan

lakukan adalah pelayanan kasih, bukan

untuk menangani resident yang ditengarai

pengembangan agama,” tegas suster

mengidap dual diagnosa. “Maksudnya,

yang pernah melayani warga yang punya

bagi residen yang tidak hanya terkena

kebutuhan khusus, panti asuhan khusus

dampak narkoba secara fisik, namun juga

EDISI #9 Desember 2014

10


lentera khusus

mengalami gangguan jiwa atau psikis.”

ini KWI (no.9) menekankan pentingnya

dalam pendirian “Rumah Kita”, juga men-

Rehabilitasi. Gereja Katolik memandang

gajak seluruh unsur masyarakat untuk

KSSY, melalui “Rumah Kita”, merupan

bahwa terhadap korban penyalahgunaan

mencurahkan perhatian yang serius dalam

buah dari komitmen gereja Katolik yang

narkoba harus dirawat hinggah pulih. Alih-

penanganan adiksi narkoba. “Sungguh

tersentuh untuk merangkul para ‘anak-

alih hukuman penjara yang tidak menjadi

mengkhawatirkan. Karena seperti ter-

anak yang hilang’ karena pengaruh candu

pemecah masalah, upaya memulihkan

biasa dengan isu narkoba. Kita mengira

narkoba. Komitmen penanganan isu narko-

korban sebaiknya diberikan di rumah

ini masalah (narkoba) yang biasa, sebab

ba sendiri telah ditunjukkan KWI (Konfe­

rehabilitasi yang dikelola secara benar dan

selama ini hanya melihat ekornya saja. Kita

rensi Wali Gereja Indonesia) melalui Surat

bertanggung jawab. Dalam Surat Gembala

masih belum melihat seluruhnya. Bagian

Gembala dengan tema: “Jadilah Pembela

inilah ditemukan keselarasan misi BNN

yang dapat menghancurkan keluarga kita,

Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan

dan karya kasih Gereja Katolik agar peng-

dan bangsa kita,” ucap Romo Somar yang

Narkoba!”. Surat Gembala ini ditandata-

guna narkoba dilayani di rehabilitasi den-

menjadi konsultan dalam pendirian “Ru-

ngani Ketua Presidium KWI Mgr Ignatius

gan pendampingan medis, psikologis, dan

mah Kita.”

Suharyo dan Sekretaris Jenderal KWI Mgr

rohani.

Pelayanan yang dilakukan oleh Susteran

Johannes Pujasumarta diterbitkan usai

Pendiri Panti Rehabilitasi Narkoba

Hadirnya Pusat Perawatan dan Pemuli-

Terpadu Kedhaton Parahita tersebut juga

studi para uskup seluruh Indonesia. Studi

han Adiksi Narkoba “Rumah Kita” meru-

menyampaikan bahwa pengguna narkoba

tersebut dilatarbelakangi keprihatinan

pakan cerminan kehadiran Gereja Katolik

harus diselamatkan, dan bukan dijauhi.

yang mendalam para uskup atas semakin

bagi keluarga yang ditimpa masalah candu

Hidup sebagai pengguna narkoba yang

luas penyalahgunaan narkoba di negeri ini.

narkotika. Mereka tidak lagi sendiri dalam

dipandang orang sudah tiada arti itu hen-

Penyalahgunaan narkoba merupakan ke-

memulihkan para anggota keluarganya

dak diperbaiki berganti dengan kehidupan

jahatan dan masalah sosial yang merusak

yang menjadi korban adiksi narkoba. Seba-

baru. Peran itulah yang hendaknya diisi

sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna,

gaimana diungkapkan Mgr. Anicetus, karya

baik oleh pemerintah, masyarakat dan Ger-

keluarga maupun masyarakat.

yang memulihkan wajah dan citra Allah.

eja Katolik. Sebagaimana telah diwujudkan

Salah satu poin dalam Surat Gembala

RP Lambertus Somar MSC, konsultan

oleh Suster KSSY melalui “Rumah Kita”.

EDISI #9 Desember 2014

11


sosial budaya

PAROKI ST. ANTONIUS DARI PADUA HAYAM WURUK MEDAN SAAT INI

Manajemen Paroki yang Lebih Baik RP. HERMAN NAINGGOLAN, OFMCap togarnai@hotmail.com

M

aka agar ke-empat faktor yang membutuhkan pembenahan (telah dibahas dalam Lentera News edisi November 2014) dapat bekerja dengan baik, dibutuhkan suatu manajemen paroki yang lebih baik. Manajemen paroki ini harus berguru kepada manajemen Yesus Kristus bersama murid-murid-Nya. Visi dan misinya adalah datangnya kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu terwujud dalam kesejahteran rohani dan jasmani. Dalam zaman modern ini, hal ini dapat diterjemahkan dengan berjalannya proses menuju manusia yang utuh, yaitu sejahtera, kuat dalam kepribadian, dan teguh dalam

iman. Apabila kita menempatkan lima faktor di atas dalam sebuah skema, maka kita akan memperoleh skema. Kesimpulan Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, bekerja dengan berbasis data akan menolong kita melihat dan menilai keadaan yang ada lebih objektif. Pekerjaan kita dapat terukur. Kita tahu kekuatan dan kelemahan kita. Kita dapat merencanakan masa depan dengan lebih baik. Kedua, Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk adalah salah satu paroki yang sudah dewasa di Keuskupan Agung Medan.

Paroki ini berdiri sejak Maret 1915. Dia telah banyak makan garam dalam lintasan sejarah. Paroki ini sudah termasuk paroki yang mapan. Dia mempunyai banyak potensi yang hebat. Hanya Paroki yang sudah mapan seperti ini selalu perlu dianimasi untuk maju lebih baik dan lebih sempurna. Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk dapat menjadi terang dan garam masyarakat asal dia setia pada panggilannya, yaitu mewartakan kebar gembira Tuhan. Hanya dengan demikian identitasnya akan semakin jelas di tengah masyarakat.

Pengetahuan Kekatolikan

Pengurus & Umat

Manajemen Kerajaan Allah

Ekonomi/Kebutuhan Hidup

Sarana & Prasarana

EDISI #9 Desember 2014

12


paras Elias Ginting, Duta Besar Indonesia untuk Finlandia & Estonia

Tak Pernah Berharap Jadi Diplomat Alumnis FISIP UGM ini me­ ngaku tidak pernah punya cita-cita untuk menjadi di­ plomat, menurutnya hal ini itu mengalir begitu saja. Ketika memilih jurusan Hubungan Internasional sebagai bidang studi yang akan ditekuninya, pertimbangannya sematamata hanya karena merasa kalau kuliah di jurusan terse­ but tampaknya keren. Dan ke­ betulan setelah lulus, Kemlu membuka lamaran, sehingga kemudian ayah dari dua putri ini melamar kerja di Kemlu dan berhasil lolos seleksi.

T

api menurut teman-teman sekolahnya, diplomat yang menge­ nyam pendidikan SMA Seminari ini pernah mengatakan ingin menjadi seorang Duta Besar. “Tapi saya lupa kalau pernah mengatakan itu, karena saat itu saya sekolah di SMA Seminari untuk menjadi seorang Pastor, jadi tidak terbayang bahwa saya akan menjadi seorang diplomat”, kata Duta Besar RI untuk Finlandia dan Estonia ini. Hal yang paling menarik dalam me­ laksanakan tugas sebagai diplomat, menurutnya adalah selalu dihadapkan pada hal-hal yang baru, dari mulai pertama bekerja di Kemlu hingga menjadi Duta Besar sekarang ini, dirinya selalu mengemban tugas yang berbeda-beda. Disamping itu penggemar olah raga golf ini merasakan bahwa sebagai diplomat dirinya diberikan kepercayaan dan kewenangan oleh Pimpinan Kemlu untuk berinovasi dalam melaksanakan tugasnya. Alumnus Sekdilu Angkatan IX ini pernah ditugaskan di Direktorat Timur

Tengah menangani masalah politik, kemudian penempatan pertama di Brussel menangani protokol dan konsuler, dan ketika kembali ke Jakarta ditempatkan di Seknas ASEAN menangani sosial budaya. Penempatan kedua di Singapura menjabat sebagai Kasubdit Ekonomi, selanjutnya penempatan ketiga di Belanda sebagai Kabid Ekonomi. Kembali lagi ke Jakarta ditugaskan di Direktorat Kerjasama Teknik dan terakhir menjabat sebagai Sesditjen IDP. Karena itu diplomat yang gemar menikmati kuliner ini faham betul mengenai ASEAN, sosial budaya, ekonomi dan juga politik. Hal yang menarik lainnya, menurut diplomat yang sangat dekat dengan keluarganya ini, bahwa berhubungan dengan orang asing itu melatih dirinya untuk lebih percaya diri dalam berhadapan dan meyakinkan orang asing. Diplomat yang juga hobby melukis ini melihat sistem penempatan di Kemlu dalam dua dimensi. “Pertama, supaya tidak ada kebosa­nan dan menjaga untuk tetap fresh dalam bekerja. Kedua, bahwa menjadi diplomat itu harus mengetahui segala hal”. Menurut Dubes Elias Ginting, tidak bisa misalnya ketika seorang diplomat ditempatkan di luar negeri dan ditanya oleh warga setempat mengenai perkem-

bangan politik di Indonesia, kemudian tidak bisa menjawab dan mengatakan ‘maaf saya tidak membidangi masalah politik tetapi bidang ekonomi’. Menjadi diplomat itu harus bisa menjawab apapun yang ditanyakan, karena dia adalah wakil Indonesia yang ditugaskan ke luar negeri, jadi harus mengetahui segala hal. “Itulah untungnya kalau kita bekerja tidak hanya di satu satker” imbuhnya. “Menjadi diplomat itu tampaknya memang seperti menjadi generalis, tetapi di satu pihak seorang diplomat itu harus mempunyai spesialisasi” kata penggemar masakan Padang ini. Meskipun penuh kesibukan, diplomat yang selalu tampil rapih ini selalu berusaha menyempatkan waktu untuk menyalurkan hobbynya. Ia mengatakan bahwa kesibukan kerja di kantor itu harus diimbangi dengan kegiatan di luar kantor, misalnya dengan menyalurkan hobby. “Bagi saya itu suatu keharusan, karena kalau tidak, kita akan terjebak oleh rutinitas kesibukan kerja yang pada akhirnya menurunkan produktifitas kerja, hobby itu untuk menjaga agar kita tetap fresh dalam bekerja”. Diplomat yang selalu berpenampilan rapih ini cukup produktif dalam melukis, hobby yang dilakukannya sejak penempatan di Belanda.

EDISI #9 Desember 2014

13


opini

BERSAMA MENJAGA LINGKUNGAN Hedonisme, materia­ lisme, konsumerisme dan budaya instant yang memengaruhi sikap dan mental masyarakat pada umumnya me­ nyebabkan eksploitasi alam secara berlebihan semakin meningkat.

D

oleh: BENEDICTA LAMRIA SIREGAR Dosen Kopertis Wilayah I Sumut–NAD, Fakultas Pertanian Universitas HKBP

i sisi lain banyak kebi­ja­k m tidak sekedar sebagai tempat atau pelengkap. Keberadaan alam merupakan bagian dari hidup manusia. Manusia membutuhkan ikan. Ikan hanya hidup dan berkembang jika berada di dalam air yang sesuai. Oleh karenanya manusia tidak hanya berpikir bagaimana cara membudidayakan ikan, namun juga harus memikirkan kelestarian air untuk tempat ikan berada dan berkembang dengan baik. Manusia diberi akal budi, sehingga dapat memahami hubungan (keterkaitan) antar sesama ciptaan. Manusia sebagai ciptaan tertinggi Ilahi mempunyai tanggung jawab sebagai penjaga keutuhan ciptaan.

GERAKAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN Apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan? Gerakan yang dapat kita lakukan dapat terkait dengan penanaman dan pemeliharaan tumbuhan, pengelolaan sampah, hemat air dan hemat energi. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, dimana saja, kapan saja, dan dimulai dari kegiatan yang sederhana. Mengingat peran penting tumbuhan dalam proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan di bumi, gerakan menanam dan memelihara tumbuhan perlu dilakukan. Beberapa sistem penanaman

EDISI #9 Desember 2014

14


opini

antara lain: hutan, kebun raya, taman koleksi dan pusat keanekaan, lahan pertanian, taman kota, lahan pekarangan. Model penanaman dan jenis tanaman tentunya spesifik lokasi, kebutuhan, atau lembaga. Hampir pada setiap kegiatan, manusia menghasilkan sampah. Mengapa orang membuang sampah. Ini karena sampah adalah masalah. Dengan membuangnya, kita menganggap masalah sampah menjadi selesai, padahal kita hanya memindahkan masalah. Orang mengeluarkan sampah dari mobil atau angkutan kota merupakan pemandangan yang masih bisa kita jumpai. Kita lupa ada sesama kita manusia atau bukan manusia yang harus bekerja mengurus sampah yang kita buang. Sampah sebenarnya menjadi masalah karena volume yang besar. Oleh karenanya upaya meminimalkan sampah menjadi bagian yang cukup penting. Ketika kita menyadari bahwa sampah yang kita buang memerlukan waktu yang lama, bahkan bisa lebih lama dari usia kita, untuk terdekomposisi, mudah-mudahan kita semakin semangat untuk meminimalkan sampah. Ada kegiatan pengelolaan sampah lainnya yang dapat menyelamatkan lingkungan. Kehidupan manusa tidak luput dari kebutuhan akan

air dan energi. Kini dunia dihadapkan pada kondisi krisis air dan krisis energi. Untuk pemenuhan kebutuhan selain upaya melestarikan air dan pencarian energi alternatif, yang dapat kita lakukan adalah menghemat air dan menghemat energi pada setiap kegiatan dalam kehidupan kita.

Instansi pemerintah dapat menyelamatkan lingkungan melalui kebijakan dan penataan dalam pembangunan, juga teknisnya. Pihak swasta juga mempunyai kesempatan menyelamatkan lingkungan melalui aktivitas lembaganya sehari-hari. Lembaga agama sekalipun juga perlu ikut berperan.

TANGGUNGJAWAB BERSAMA

Ibu sebagai bagian dari rumah tangga mempunyai andil besar melakukan kegiatan-kegiatan terkait penyelamatan lingkungan. Peran ibu merupakan peran yang cukup penting sebagai penyelamat lingkungan baik secara langsung, maupun secara tidak langsung sebagai teladan dan penular bagi anak-anaknya (generasi penerus).

Siapa yang bertanggungjawab terhadap kelestarian alam ini? Bagaimana caranya dan dimulai dari mana? Sebenarnya pelaku-pelaku penyelamat lingkungan adalah semua ciptaan. Untuk dekomposisi suatu bahan yang tidak berguna lagi (sampah) perlu ada kerjasama. Dekomposer mikroba sebagai pelaksana, hujan dan matahari sebagai pendukungnya. Apakah manusia mau luput dari perannya dalam menjaga lingkungan. Sekali lagi manusia penanggungjawab utama keutuhan ciptaan karena karunia akal budinya. Gerakan penyelamatan lingkungan tidak cukup secara insidental, namun harus berkesinambungan dan melibatkan berbagai pihak melalui kegiatan keseharian dan profesinya. Kegiatan menjaga dan menyelamatkan lingkungan merupakan tanggungjawab pemerintah, berbagai instansi atau lembaga, sekolah, masyarakat, keluarga, pribadi.

Menjaga lingkungan juga harus dilakukan lintas generasi. Budaya menjaga lingkungan perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Sekolah pada berbagai tingkat dan perguruan tinggi dikelola menjadi sekolah dan perguruan tinggi berwawasan lingkungan. Sekolah dan perguruan tinggi punya andil yang besar terkait dengan tugas dan fungsinya melahirkan agen pembangunan masa depan. Mulai dari sekarang, mari kita bersama menjaga lingkungan, memelihara keutuhan ciptaaan, dimulai dari diri (lembaga) sendiri dan dimulai dari hal yang paling sederhana.

EDISI #9 Desember 2014

15


embun katakese

MENGAPA KITA BERPUASA Sebelum Menyambut Komuni Kudus? oleh: ROMO WILLIAM P. SAUNDERS Dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

EDISI #9 Desember 2014

16


embun katakese Kitab Hukum Kanonik no. 919 menyatakan, “Yang hendak sambut Ekaristi mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam ma­ kanan dan minuman se­ lama waktu sekurangkurangnya satu jam, terkecuali air sematamata dan obat-obatan.”

S

esungguhnya, peraturan ini merupakan refleksi dari tradisi kuno dalam Gereja kita, yang bahkan berasal dari tradisi Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul 13:2, kita mendapati bukti tentang hal berpuasa sehubungan dengan liturgi. Praktek puasa yang lebih teratur sebelum menyambut Komuni Kudus muncul dalam Gereja setelah disahkannya kekristenan pada tahun 313. St. Agustinus menegaskan mengenai adanya praktek puasa ini dalam tulisantulisannya. Tentu saja, ketentuan-ketentuan puasa mengalami perubahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Sebelum tahun 1964, puasa untuk menyambut Komuni Kudus dimulai tengah malam. Paus Paulus VI, pada tanggal 21 November 1964, mengurangi tenggang waktu puasa hingga satu jam saja. Dalam peraturan ini terdapat dua pengecualian: Pertama, jika seorang imam merayakan lebih dari satu Misa pada hari yang sama, seperti yang biasa terjadi pada hari Minggu, imam hanya terikat satu jam puasa sebelum Misa yang pertama. Imam diperbolehkan makan dan minum sesuatu untuk menjaga staminanya di antara Misa yang

akan dipersembahkannya, meskipun tidak penuh satu jam puasa sebelum ia menyambut Komuni Kudus berikutnya. Kedua, mereka yang lanjut usia (usia 60 tahun ke atas) atau sakit, maupun mereka yang merawatnya, dapat menyambut Komuni Kudus meskipun dalam waktu satu jam sebelumnya telah makan sesuatu. Misalnya, mereka yang di rumah sakit dan tidak dapat mengatur jadwal mereka sendiri dan sedang makan atau baru saja selesai makan ketika dikunjungi oleh imam atau pelayan komuni kudus. Oleh sebab itu, jangka waktu puasa sebelum menyambut Komuni Kudus dikurangi hingga “kurang lebih seperempat jam” bagi mereka yang sakit di rumah atau pun di rumah sakit, mereka yang lanjut usia yang dirawat di rumah atau pun di panti werdha, dan mereka yang merawat orang-orang tersebut dan tak mungkin sempat memperhatikan waktu puasa mereka sendiri (“Immensae Caritatis,” 1973). Inti dari pertanyaan di atas adalah mengapa kita wajib berpuasa? St. Paulus mengingatkan kita, “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (II Kor 4:10). Kita pun wajib mengubah seluruh hidup kita - tubuh dan jiwa - serupa dengan Kristus. Proses mengubah diri ini menyangkut matiraga - termasuk matiraga jasmani seperti berpuasa demi dihapusnya dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita; dengan demikian matiraga tersebut akan memperkuat serta menyembuhkan kita. Paus Paulus

VI dalam konstitusi apostoliknya “Paenitemini” (1966) mendorong umat beriman dengan mengatakan, “Matiraga bertujuan untuk `memerdekakan’ manusia, yang seringkali mendapati dirinya, karena kecenderungannya akan dosa, hampir terbelenggu oleh nafsu-nafsunya sendiri. Melalui `matiraga jasmani’ manusia memperoleh kembali kekuatannya dan luka-luka yang timbul akibat sifat dasar manusia karena kurangnya penguasaan diri disembuhkan oleh obat pantang yang bermanfaat.” Lagipula, berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus membangkitkan rasa lapar dan haus jasmani akan Kristus, yang akan semakin membangkitkan rasa lapar dan haus rohani yang sepantasnya kita miliki. Dalam Perjanjian Lama, puasa mempersiapkan orang untuk menerima kehadiran Allah dan berada di hadirat-Nya. Sebagai contoh, Musa (Kel 34:28) berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya di atas gunung Sinai sementara ia menuliskan Kesepuluh Perintah Allah. Elia (I Raj 19:8) berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya sementara ia berjalan ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Yesus Sendiri berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya sementara Ia mempersiapkan Diri memulai pewartaanNya di hadapan orang banyak (Mat 4:1 dst). Yesus juga menganjurkan kita untuk berpuasa (Mat 6:16-18). Demikianlah usaha jasmani ini memurnikan kehendak baik rohani yang kita butuhkan dalam menyambut Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Kita berpuasa untuk tidak “merusakkan

EDISI #9 Desember 2014

17


embun katakese

selera kita” melainkan meningkatkannya sementara kita ikut ambil bagian dalam perjamuan paskah. Dalam sabda bahagia Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6). Pada akhirnya, berpuasa merupakan latihan kerendahan hati, pengharapan dan kasih - kebajikankebajikan pokok yang kita butuhkan dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus. Namun demikian, peraturan ini tidak berarti bahwa kita harus berhati-hati secara berlebihan dan menghitung-hitung setiap detik. Saya teringat ketika sedang merayakan Misa bersama seorang imam yang baru saja makan setengah jam sebelum perayaan Misa. Ia sangat khawatir bahwa ia tidak akan dapat memenuhi satu jam masa puasa sebelum menyambut Komuni

Kudus. Ia menyetel jamnya untuk waktu satu jam, melambungkan doa-doa, dan tetap berdiri di altar sementara saya membagikan Komuni Kudus kepada umat seluruhnya hingga selesai, dan ia menanti menit-menit berlalu. Kita tidak hendak bersikap teledor dan sembrono, tetapi kita juga tidak hendak bersikap hati-hati secara berlebihan. Jika masih ragu-ragu, coba pikirkan akan kebajikan menyambut Komuni Kudus yang melampaui nilai “satu jam waktu puasa”. Jangan teledor dan sembrono. Paus Yohanes Paulus II dalam “Dominicae Cenae” (1980) menyesali timbulnya masalah karena sebagian orang tidak mempersiapkan diri secara pantas untuk menyambut Komuni Kudus, bahkan dalam keadaan dosa berat. Bapa Suci mengatakan, “Sesungguhnya, yang seringkali didapati ialah

sangat kurangnya perasaan tidak layak diri sebagai akibat dari kurangnya hasrat hati, jika dapat dikatakan, kurangnya rasa `lapar’ dan `haus’ akan ekaristi, yang juga merupakan tanda akan kurangnya kepekaan yang pantas terhadap sakramen kasih yang luar biasa ini dan kurangnya pemahaman tentangnya.” Wajiblah kita mengusahakan persiapan iman sebaik-baiknya dalam mempersiapkan diri menyambut Kristus secara pantas. Oleh sebab itu, berpuasa sebelum menyambut Ekaristi membantu kita dalam mempersiapkan diri menyambut Komuni Kudus secara keseluruhan - tubuh dan jiwa. Matiraga jasmani ini memperkuat fokus rohani kita kepada Kristus, sehingga kita dapat dengan rendah hati bersatu dengan Juruselamat ilahi yang menawarkan Diri-Nya Sendiri bagi kita.

Ia menyetel jamnya untuk waktu satu jam, melambungkan doa-doa, dan tetap berdiri di altar se­ mentara saya mem­ bagikan Komuni Kudus kepada umat seluruhnya hingga selesai, dan ia me­ nanti menit-menit berlalu.

Anda berminat HUBUNGI Ananta Bangun

Beriklan di Lentera News?

085361618545

Unduh Media Kit

MAJALAHLENTERA.COM EDISI #9 Desember 2014

18


sastra

Mata Mamak

bag. 2

oleh: Ester Pandiangan Jurnalis, tinggal di Jakarta

R

eaksi Kak Maria juga

Kak Maria. Plaaaak. Panas dan perih

Tuhan,” cetusnya dan kembali melan-

hampir sama dengan Bang

pasti. Kak Maria menatap Mamak

jutkan, “salah satunya adalah makan

Petrus dan istrinya. Han-

sambil memegang pipinya yang bekas

darah dan supaya Adek tahu beberapa

ya saja Kak Maria tidak

dipukul. Matanya merah, penuh emosi

upacara adat Batak memanggil kuasa

meluap, “Aku benci Mamak!!!”

jahat,” cerita Bang Petrus panjang leb-

begitu berlebihan lagi seperti abangku. Dia menangis. Entahlah. Mungkin dia menyesal atas kematian Mamak. Karena hampir separuh hidupnya diisi dengan cekcok dengan Mamak. Atau karena bisa dibilang dia salah satu penyumbang Mamak sakit lumpuh sep-

“Nggak usahlah kita bikin pesta adat, “ kata Bang Petrus. “Iya, nggak usah,” Kak Maria menekankan kata-kata Bang Petrus. “Tapi, Mamak saur matua*) lho…” kataku lagi.

ar. “Makanya Dek,” sepertinya dia masih

memanjangkan

kotbahnya,

“ikutilah gereja yang Abang kasi tahu ke kau itu.” Ingin sekali aku menegaskan kem-

erti ini. Aku ingat dia bertengkar hebat

“Ngapain sih Dek? Nggak selaman-

bali maksud tapi aku mengurungkan

beberapa hari sebelum Mamak terkena

ya adat itu jadi yang utama, yang pent-

niat. Percuma saja aku berdebat den-

lumpuh dan seluruh syarafnya mati.

ing hati kita ke Tuhan,” tegas Bang

gan Bang Petrus yang sangat rohani itu

Mereka bertengkar karena Mamak

Petrus.

atau sok rohani? Aku tidak bisa mem-

mau menjual sepeda motor butut milik

Aku menelan ludah. Kalau Bang

bedakan keduanya. Aku ingin meminta

Bapak kepada salah satu adik Mam-

Petrus sudah sok rohani seperti itu aku

bantuan dari Kak Maria toh sama saja.

ak—inanguda kami. Kak Maria berang

mau bilang apa? Tapi aku tetap beru-

Apalagi Bang Manapar? Posisi Bang

dan sambil marah-marah dia berkata

saha mencoba mempertahankan pen-

Manapar sama saja denganku. Lagi,

kenapa Mamak lebih mementingkan

dapatku. Bukankah itu yang diajarkan

Bang Manapar sudah tak punya nia-

saudara-saudara Mamak ketimbang

Mamak, kalau kita merasa benar kena-

tan apa-apa lagi dengan keluarga kami.

keluarganya sendiri. Rentetan kata

pa harus takut?

Dia hanya ingin menghadiri pemaka-

dengan intonasi keras berkumandang

“Kenapa Bang? Adat itu kan perlu

di seluruh penjuru rumah—hal yang

untuk menunjukkan identitas kita seba-

biasa ketika Mamak dan Kak Maria

gai suku Batak?”

man Mamak dan keluar dari lingkaran setan keluarga ini.

bertengkar. Lalu keluarlah kata-kata

Bang Petrus memandangku sam-

itu, “Bapak meninggal karena Mamak

bil menggeleng-gelengkan kepalanya,

*) Saur matua = Meninggal di usia tua di-

nggak mau mendengar kata-kata Bap-

“Bukan itu yang Tuhan mau, asal

mana anak-anaknya sudah menikah dan

ak, Mamak bandal!” teriak Kak Maria.

Adek tahu, banyak hal dalam adat Ba-

punya cucu. Biasanya ada adat yang harus

“Anjing!” Mamak menampar wajah

tak yang bertentangan dengan firman

dilalui.

EDISI #9 Desember 2014

19

Kamar sempit, Mei 2012


[infografika]


EDISI #9 Desember 2014

21


ilham sehat

Desember telah datang, hari natal pun akan tiba. Musim penghujan juga masih terjadi di bulan ini. Biasanya kita akan semakin sering sibuk keluar merayakan Natalan meskipun hujan datang. Untuk itu perlu banget yang namanya menjaga kesehatan agar kegiatan dihari natal tidak terganggu.

TIPS KESEHATAN

SELAMA LIBUR NATAL

OLEH: VINNY AVILLA BARUS Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro – Semarang EDISI #9 Desember 2014

22


ilham sehat SELALU SEDIA JAS HUJAN ATAU PAYUNG

Karena akan sibuk keluar, jadi jangan lupa untuk selalu membawa jas hujan atau payung kemana pun anda pergi. Meskipun hujan datang tiba-tiba ketika masih diperjalanan anda bisa berlindung dengan jas hujan atau payung yang anda bawa. Jadi anda akan tidak akan kebasahan akibat kehujanan.

KONSUMSI VITAMIN

Pergantian musim kemarau ke musim hujan, membuat tubuh kita kurang bisa menerima perubahan itu dengan cepat. Akibatnya sistem kekebalan tubuh akan turun dan penyakit akan dengan mudah menyerang tubuh kita. Untuk itu cobalah konsumsi vitamin yang bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran. Terutama vitamin c.

POLA MAKAN YANG TERATUR

Hari natal, tidak akan jauh dari makanan yang banyak yang sangat banyak disediakan. Hal ini menyebabkan pola makan kita menjadi tidak teratur. Nahh, ini akan berdampak pada kesehatan pada lambung kita. Dari yang biasanya makan dengan porsi sedikit, tiba-tiba di makan dengan porsi yang duper banyak. Menyebabkan lambung akan bengkak dan menyebabkan penyakit maag. Untuk itu, meskipun makan yang sediakan banyak, selalu jaga porsi makan anda agar keseehatan lambung tetap terjaga.

TIDUR TERATUR

Kegiatan natal yang bisa sampai tengah malam, membuat kita akan tidur kurang dari 6 jam. Atur waktu tidur anda agar tetap teratur, meskipun sibuk dengan kegiatan anda. Pola tidur yang teratur akan membuat konsentrasi tetap terjaga dan kebugaran tubuh tetap terjaga.

KONSUMSI AIR PUTIH

Karena natal berada di musim penghujan, membuat kita jarang mengkonsumsi air putih. Tidak berkeringat dan udara dingin tidak jarang membuat kita tidak merasa haus. Sehingga kita akan sangat jarang minum, terutama air putih. Akan tetapi mengkonsumsi air putih, tidak hanya dilakukan pada saat haus saja di musim kemarau, karena cairan tubuh akan tetap sama seperti musim kemarau. Dengan minum air putih yang banyak pasokan cairan akan cukup dan mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Bila anda bosan dengan air putih, bisa di buat menjadi aiir jahe , agar kehangatan anda juga tetap terjaga. EDISI #9 Desember 2014

23


citizen journalist

Tahun Baru 2015, Yuk Bersihkan Hati OLEH: DEBORA TANUDJAYA

T

ahun Baru. Apa yang terlintas dalam benak kalian jika mendengar kata tersebut? Beberapa orang mulai membuat planning di tahun baru. Apa yang harus dimiliki, apa yang harus dicapai, dan apa yang ingin dikembangkan. Banyak di antara kita yang terlalu sibuk menata tentang apa yang akan kita raih di kemudian hari. Atau tentang apa yang ingin kita miliki selanjutnya. Bukan sesuatu yang salah, ketika kita menginginkan sesuatu yang lebih lagi dan lagi. Hanya saja, masih ingatkah kita untuk bersyukur? Masih sempatkah kita berkata, “Terimakasih, Tuhan untuk satu tahun yang sudah berhasil saya lewati?” atau hanya sekadar berkata, “Terimakasih, Tuhan saya masih diperbolehkan merasakan tahun yang baru.” Apa gunanya planning yang kita buat, jika kita tak dapat lagi hidup dengan bebas dan sehat? Apa untungnya harta yang kita miliki, jika Tuhan mengizinkan kita untuk menderita satu penyakit yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal di atas tempat tidur? Apa gunanya semua itu, jika Tuhan berkata, “Sekarang adalah saatnya kamu kembali kepadaKu.” Tahun Baru bukanlah sesuatu hal yang harus dirayakan dengan cara yang berlebihan. Alangkah baiknya, ketika kita diizinkan bernafas di tahun yang baru, kita membagi kebahagiaan dengan mereka yang mungkin selama ini belum sempat merasakan apa yang dinamakan hidup berkecukupan. Bukankah itu adalah salah satu hal yang juga menggembirakan, tatkala apa yang kita miliki dapat menjadi kebahagiaan bagi mereka yang sebelumnya belum sempat merasakannnya? Tahun Baru tak hanya berbicara tentang ucapan syukur, materi, atau pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih, tapi juga berbicara tentang semangat. Jika di tahun sebelumnya apa yang pernah menjadi planning kita belum terpenuhi, masihkah ada semangat untuk mencapainya di tahun yang baru? Tetaplah bersemangat, sebab itu adalah salah satu alasan kamu dapat bertahan hidup. Tanpa semangat, seseorang akan berada pada satu masa yang sangat menjenuhkan. Tanpa semangat, tidak akan ada yang namanya perjuangan. Dan tanpa semangat, tidak akan pernah ada yang namanya hasil. Jadi, semangat adalah salah satu unsur yang juga harus diperbaharui di setiap waktunya. Kita boleh kehilangan banyak waktu di dalam hidup ini. Kita boleh merasa terpuruk dalam beberapa kejadian yang di alami, tapi jangan sampai kita kehilangan semangat untuk hidup. Untuk membantu, berjuang, juga untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Ketika seseorang telah kehilangan semangatnya, apapun yang ia miliki akan menjadi sesuatu hal yang tidak berarti.

Blogger, tinggal di Jakarta

Dan ketika seseorang lupa untuk bersyukur, maka hidupnya akan selalu dihantui oleh rasa kekurangan. Dan kurangnya bersyukur akan membuatnya menjadi seorang pribadi yang tamak serta kikir. Bagaimana mungkin kita bisa melewati satu tahun dengan hal-hal yang baik jika kita sendiri tidak dapat mengontrol ego dan keinginan kita. Bukankah hidup tidak hanya berbicara tentang berapa banyak harta yang kamu miliki. Atau mungkin berapa banyak orang yang kamu kalahkan? Sejatinya hidup adalah tentang berapa banyak kamu bisa memberi dalam keadaanmu yang sedang berkekurangan. Bukankah banyak orang pun bisa memberi disaat mereka memiliki sasuatu yang lebih didalam hidupnya? Tahun baru adalah sebuah awal. Bukan tentang semua hal yang pernah dan ingin kamu dapatkan. Tapi tentang pengkoreksian diri, apa yang sudah dilakukan dan apa yang menjadi hasil dari sebuah usaha. Jangan lupa untuk mengingat, berapa banyak kamu menyakiti orang lain. Baik dalam kata, sikap, tindakan, atau mungkin kecurangan demi kecurangan yang kamu lakukan demi dapat mencapai apa yang menjadi keinginan dan targetmu selanjutnya. Cobalah mengerti, cobalah berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Pernahkah terbayangkan, ketika apa yang kamu lakukan kepada orang lain akan dilakukan kepadamu? Tuhan tidak tinggal diam, Ia pasti akan memperhitungkan apapun yang sudah kamu lakukan. Apa yang kamu ukur untuk sebuah pemberian kepada orang lain, maka itu juga yang Tuhan pakai untuk mengukur apa yang akan Ia berikan kepadamu. Adil bukan? Jadi, di awal tahun yang baru nanti, bersihkanlah hati dan pikiranmu. Jangan hanya meminta dan mentargetan sebidang materi saja, tapi ingatlah hidupmu tidak berhenti pada banyaknya materi yang kamu miliki. Cobalah untuk melakukan terobosan yang baik untuk hidupmu. Untuk gaya pemikiranmu. Dan juga tentang semua sikap dan sifat burukmu. Orang lain tak dapat melakukan banyak hal untuk dapat menghasilkan perubahan yang berarti dari dirimu. Kamu adalah satu-satunya hal yang sanggup mengubah keadaanmu. So, mulailah menata kembali tentang apa yang akan diperbaiki, apa yang ingin dicapai, dan perubahan– perubahan lain yang ingin diubah. Tanamkan dalam dirimu, bahwa hari ini adalah hari terakhir kita bernafas di dunia ini. Sehingga apapun yang akan kamu lakukan, lakukanlah itu dengan sepenuh hati dan dengan sebaik-baiknya.

EDISI #9 Desember 2014

24


citizen journalist BETAPA KERING ORGANISASI OMK

DI RUANG KAMPUS

OLEH: VINNY AVILLA BARUS Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro – Semarang Apakah kamu Orang Muda Katolik (OMK)? Apa landasan bagi kita untuk mengaku diri sebagai OMK? Apakah cukup dengan memiliki identitas beragama Katolik? Ketiga pertanyaan ini menjadi refleksi bagi saya untuk menggali jati diri sebagai OMK di ruang kampus. Terdapat culture shock tatkala mendapati intensitas kegiatan organisasi OMK di kampus, tempat saya mengenyam pengetahuan. Hasil bincang dengan pengurus senior mengakui, minimnya jumlah mahasiswa Katolik yang turut serta dalam organisasi menjadi penyebabnya. Dan semakin runyam, karena topik diskusi dalam organisasi OMK tersebut berkutat seputar isu sekularitas saja. Sebagai perantau dari Tanah Karo, Sumatera Utara, pengalaman sebagai OMK sungguh berkesan. Kami sungguh terilhami para umat yang terlibat aktif di Gereja Kato-

lik setempat. Baik dalam kegiatan pendalaman iman (katekese), serta ragam program yang memperkuat persaudaraan dan kesejahteraan bersama. Sungguh disayangkan bila OMK yang kerap diakui sebagai salah satu pilar Gereja Katolik diabaikan begitu saja. Sudah saatnya meluangkan waktu dan gagasan bagi pendampingan OMK, khususnya yang terhimpun dalam organisasi khusus di ranah kampus. Pendampingan dan memberi ruang kreativitas untuk berbuat bagi Gereja Katolik. Saya kira inilah gebrakan prioritas agar OMK dan organisasinya dapat bertumbuh segar. Jangan dibiarkan kering sebelum terlambat. Atau kita hanya bisa dibuat gemas karena organisasi tetangga yang digawangi mahasiswa Kristen kian ramai dan aktif, dan menggamit mahasiswa OMK berpindah ke seberang. Salam kasih Tuhan.

with: Harold, OAD

SHINING IN FAITH Lighting a candle to signify the event when faith is manifested or celebrated is a very common practice among us in the Church. We light a candle when there is a blessing, when we celebrate the Sacraments or when we pray. Let’s have a little spiritual analogy here. If we try to reflect on the lighted candle, it is not only useful due to its light and its heat, which reminds us of our burning, living and ever renewed faith, but the candle in its property consumes itself to fulfill its end. As the candle when lighted starts to give light, we can observe that it cries as it melts, keeping the light shining. The melting wax from the glowing, which I would call the candle’s tears - could pretty well symbolize our firmness of faith amidst trials and sufferings. The lighted candle is, indeed, a very significant symbol of our profession of faith. The letter to the Hebrews says that “Faith is the assurance of things hoped for, the conviction of things not seen” (Hebrews 11:1). Assurance - because faith is based on the Word of God who can

not deceive or be deceived, and is unceasingly built on the immovable rock of the Word - JESUS. We have Jesus, the Word of God as foundation of our faith. Blaise Pascal, taking up a phrase of St. Augustine, wrote so profoundly: “You would not be searching for me, if you have not found me.” Conviction – In theology, faith is not certainty but questioning, not clarity but a leap in the dark, and it concerns things not yet in our possession, since they are hoped for. Christian faith is not the attitude of one who has already arrived, but a journey forward as with Abraham and of the three Magi’s in their search under the guidance of a star. Our faith reveals the fundamental human attitude that seeks what is infinite, a seeking that never attains its object. As St. Augustine said, “Your hope should not be on earth but in heaven; and your faith should be firm in God. So, what you do not see now and yet believe, there in heaven, you will see and without end, you will possess and enjoy” (Disc. 227). At the end, we shall see God face to face. God Himself will be our vision and the vision of God will be the reward of our present faith.

EDISI #9 Desember 2014

25


lapo aksara

iu

Literasi Keuangan VINSENSIUS G.K SITEPU

be_web2001@yahoo.com

S

ejak 19 November 2014, peme­ rintah, melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kian gencar menggalakkan gerakan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia. Tujuannya guna menggenjot jumlah warga yang menabung di bank, secara umum dan secara khusus berinvestasi di produk keuangan lainnya, seperti membeli obligasi atau membeli produk reksadana saham. Ujung-ujungnya tingkat literasi keuangan yang tinggi akan pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, di samping kontribusi sektor konsumsi dari kalangan kelas menengah, se­ perti yang terjadi saat ini. Tujuan ini memang bukanlah ecekecek, karena jikalau kita membandingkan tingkat literasi keuangan dengan negara tetangga. Fakta di atas kertas, tingkat literasi media Indonesia masih di bawah Thailand dan Filipina. Hasil survei Bank Dunia pada 2011 menunjukkan, baru sebagian kecil ma­ syarakat Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan re­smi. Dari survei itu tergambar hanya 20% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan resmi. Ang­ka ini berada di bawah Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura yang mencapai berturut-turut 27%, 66%, 73% dan 98%. Dalam survei OJK pada 2013 terhadap 8.000 responden, sebagai sektor bisnis dengan pangsa pasar terbesar di antara seluruh industri keuangan, sektor perban-

kan, hanya 22% masyarakat indonesia yang memahami. Namun, tingkat penggunaan jasa perbanka termasuk baik, karena sudah mencakup 57% dari responden. Khusus untuk pasar modal yang secara finansial mampu memberikan profit tinggi, ini yang paling ironis, faktanya hanya 1% persen yang benar-benar memanfaatkan pasar modal ini. Dari jumlah responden itu, hanya 4% yang benar-benar mampu memahami pasar modal. Sementara itu untuk asuransi, OJK menemukan fakta hanya 18 orang dari 100 orang yang benar-benar memahami asuransi dan hanya 12% responden yang benar-benar memanfaatkan produk asu­ ransi. Gerakan OJK ini tentu saja adalah persiapan guna menghadapi persaingan luar biasa di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir 2015 mendatang. Kemampuan memahami produk-produk keuangan setidaknya akan menyeimbangkan kemampuan money spending masyarakat kelas menengah. Banyak yang tidak memahami bahwa spending money masyarakat kelas menengah Indonesia, walaupun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan, pada tahun sebelumnya sejatinya labil dan memiliki rentang waktu efektif yang pendek. Money spending, selalu terikat nilai inflasi. Ketika money spending-nya besar, tatkala inflasinya meningkat, maka

EDISI #9 Desember 2014

26

nilai uang yang dibelanjakan akan menurun. Padahal logika keuangannya adalah, uang sebagian diputar ke sektor keuangan lain untuk mendapatkan profit ataupun mening­ katkan pendapatkan yang “mengalahkan inflasi”. Perbaikan literasi keuangan Indonesia memang selalu terkait kultur. Bagi “orang kaya baru” yang tidak paham keuangan, cash flow yang besar tidak pertama kali digelontorkan ke pembelian saham, obligasi, emas atau reksadana, tetapi berbelanja dulu. Orang kaya baru sedikit yang memahami soal “menunda kenikmatan” versus mengisi keranjang investasi. Kalau kita rajin membaca media massa khusus bisnis dan ekonomi, saat ini tren investasi cukup aman adalah di sektor obligasi alias surat utang atau reksadana saham, dengan return yang signifikan berbanding di bank. Reksadana saham, misalnya setoran awal rata-rata Rp. 500 ribu, dengan setoran rutin per bulan cukup Rp. 200 ribu. Profit gain-nya bisa mencapai 20 per­sen setiap tahun. Bandingkan dengan bunga rutin simpanan Anda di bank. Kini rata-rata reksadana saham mampu menandingi nilai pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) versi Bursa Efek Indonesia (BEI) setiap hari. Pengamat keuangan menilai tahun depan adalah masa keemasan reksadana saham. Berminat?



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.