proficiat atas terbitnya majalah online
Semoga Lentera News menjadi wadah iman yang menginspirasi banyak orang. Selamat sukses ya...
PATER MARKUS SOLO KEWUTA, SVD Penasihat Paus
tajuk redaksi
MENGERLING JANJI
DI DALAM PELANGI
“APABILA KEMUDIAN KUDATANGKAN AWAN DI ATAS BUMI DAN BUSUR ITU NAMPAK DI AWAN, MAKA AKU AKAN MENGINGAT PERJANJIAN-KU YANG TELAH ADA ANTARA AKU DAN KAMU SERTA SEGALA MAKHLUK YANG HIDUP.” MANUSIA, HUJAN DAN PELANGI. BAGAIMANA BILA SUATU MASA KITA
dahan laiknya pelangi itu sendiri. Di sini lah kita kemudian
tergelitik mencari keterikatan dari ketiga ihwal ini? Manusia tak
melihat keniscayaan bahwa agama dapat menuntun manusia
cuma satu-satunya mahluk menikmati tercurahnya hujan dari
untuk menerima perbedaan. Material perjanjian Nuh bukan-
langit. Namun, kerap juga ada makian manusia terhadap hu-
kah telah terjalin tubuh agama sendiri: Tuhan, manusia dan
jan. Bisa jadi karena kehadirannya menunda sebuah rencana.
pelangi (yang kita analogikan sebagai perbedaan). Atau boleh
Terlebih bila itu sungguh istimewa. Sementara hujan mungkin
jadi kita sebut sebuah perjanjian balik dari manusia untuk me-
acuh saja. Ia hadir karena proses alam yang melahirkannya se-
nerima perbedaan dengan sesamanya di hadapan Tuhan.
demikian rupa. Nah, bagaimana dengan pelangi? Pertanyaan
Patut bahwasanya musisi Paul McCartney menyatakan
ini kemudian menghantar kita sebuah jejak panjang sejarah.
kekagumannya akan persatuan manusia dalam ujud paduan
Kemudian meruncing kepada satu sosok, yang baru-baru ini
suara. Karena menyaksikan wajah-wajah menyembulkan se-
menjadi bahan diskusi berat lembaga sensor film, bernama
mangat. Luhur menampilkan keindahan. Serasa menciptakan
Nuh.
haikul keyakinan terhadap ras/perbedaan manusia yang larut
Nuh baru saja menapakkan kakinya ke rahim bumi. Ini menjadi legenda, sebab ia menjadi manusia pertama menjejak
dalam kebersamaan. Demikian disimpulkan pentolan grup musik Beatles tersebut.
tanah seusai bencana bah nan mengerikan itu. Sebelumnya
Kini, dalam pencarian ikatan antara manusia, hujan dan
ribuan insan berdosa dan mahluk lainnya telah mati dihem
pelangi, kita mestinya tak lagi terbentur kerikil perbedaan.
pas air bah. Kemudian Kitab Kejadian mencantumkan Firman
Utamanya bila memandangnya dalam ranah agama. Yang ten-
Tuhan mengenai ‘busur (pelangi)’, yang menjadi pengingat
tunya melahirkan keindahan lebih agung dari paduan suara,
bahwa Ia tak akan lagi memusnahkan manusia ciptaan-Nya
dan eksotis tatkala Tuhan dan manusia terlibat janji di diri pe
dengan air bah. Langit biru yang menjadi saksi bisu perjanjian
langi.
ini, mendapat kehormatan disematkan pelangi selepas hujan. Perjanjian yang eksotis.
Selepas rintik hujan terakhir, dan (mungkin) saat itu kita bisa mendapati pelangi. Pada saat tersebut, kita kembali
Selepas perjanjian tersebut, pelagi kemudian dirangkul se-
mengerling janji dari Firman Tuhan bahwa Dia tetap mengi
bagai simbolisasi perbedaan. Pluralisme warna dimaknai men-
ngat kita. Tanpa sekat-sekat perbedaan. Janji itu sendiri terse-
yatunya perbedaan dengan secara rukun. Perbedaan tersebut
mat di langit penaung pijakan manusia. Masih dari langit yang
seyogyanya tak mungkin lagi dirubah. Namun tiada kemusta-
sama. Dan hujan yang sama. Namun ada haru mencuat setiap
hilan untuk tetap bersisian. Bahkan mampu melahirkan kein-
kali mengerling janji ini di dalam pelangi.
RP Hubertus Lidi, OSC [Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi], Ananta Bangun [Redaktur Tulis], Jansudin Saragih [Redaktur Foto], Vinsensius Sitepu [Redaktur Tata Artistik], Sr. Ursula Gultom, KSSY [Keuangan] didukung MahapalaMultimedia [Konsultan Penerbitan], Richard Ginting [Konsultan Fotografi] Penerbit: Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Medan (KOMSOS-KAM) Jalan S.Parman No. 107 Telp. +62614572457 | www.majalahlentera.com | redaksi@majalahlentera.com
3
daftar isi 3
TAJUK REDAKSI
5
TELISIK Pelangi Katolik, Indah Mempesona Karena Keindahan
Ciri khas keanekaan indah adalah tidak ada ancaman dan kekerasan. Tidak ada penindasan dan ‘pengecilan’ terhadap kebiasaan baik dan agama sesama. Musuh keanekaan yang indah adalah ‘mensetankan orang lain dan me malekat kan diri atau kelompok. Mengapa musuh? Karena kelakuan semacam itu, melawan hakekat dan misi Allah.
6
LENTERA KHUSUS Pelayan Gereja Walaupun Non Katolik Tolip yang tidak banyak tahu tentang teori toleransi beragama itu, bersaksi bahwa perbedaanyang ada tidak harus membuat kita ‘berjauhan’ bahkan bermusuhan, tetapi perbedaan itu membuat kita saling menghargai satu sama lain.
FOTO MODEL: INDAH, TIARMA, DONI, ANUGERAH (MAHASISWA UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA) LOKASI: KAMPUS UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA FOTOGRAFER: RICHARD GINTING (TROTOA PHOTOGRAPHY)
8
11
SOSIAL BUDAYA Paroki St. Anthonius dari Padua Hayam Wuruk Medan Saat Ini (BAG. II SELESAI)
12 MEMORIA Metamorfosis Retret 13 EMBUN KATAKESE Doa Bapa Kami Versi Gereja Katolik 14 SASTRA Menjadi Kita Kami tak pernah bercita -cita menjadi dia. Darah borjuis tak ada dalam hidup kami. Kami diperjumpakan di dalam rumah keluarga yang katanya berbasis budaya. Kamianak-anak lapar akan ilmu yang baru keluar dari sarang semut untuk membuka lebar jaring laba-laba milik kami sendiri. Sering kami bertanya akan jadi apa nanti.
OPINI Kesetaraan Gender: Harmoni dalam Pelangi
10 WACANA TI Kepada E-Magz Inilah Kami Berkenan ketika banyak orang memanfaatkan teknologi yang serupa, yang menentukan dominasi informasi terhadap pembaca adalah kembali kepada isi. Atau lebih spesifik lagi adalah bagaimana pengelola media mampu mengetengahkan rasa visual majalah ataupun koran di Internet.
DUKUNG MAJALAH LENTERA NEWS
DENGAN DOA DAN DANA
15 SASTRA Mewariskan Pesan
KIRIMKAN DONASI ANDA KE NOMOR REKENING BERIKUT INI:
Bank Rakyat Indonesia Rek.No. 0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy Bank Nasional Indonesia Rek.No. 0307532799 a.n. Hubertus Agustus Lidy
/LENTERA-NEWS
Dekan FIKP USM-Indonesia Beraudiensi
ke Kantor KOMSOS-KAM Ketua KOMSOS-KAM RP. Hubertus Lidi, OSC menyambut hangat rombongan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan (FIKP) Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia dalam kegiatan audiensi fakultas itu pada (24/4). Bertempat di Kantor KOMSOSKAM saat petang itu dibincangkan mengenai berbagai kemungkinan dilakukan kerjasama yang nantinya dapat dituangkan ke dalam dokumen Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU). Hadir dari FKIP adalah Dekan FKIP Prof. Dr. W.E. Tinambunan, Dosen FKIP Setia Menda br. Ginting dan Vinsensius Sitepu, Kepala Humas USM-Indonesia Fadmin Malau, serta dua orang mahasiswa FKIP Anugerah Zebua dan Hidayat Gari.
telisik
PELANGI KATOLIK
INDAH MEMPESONA KARENA KEINDAHAN “PELANGI- PELANGI, ALANGKAH INDAHNYA, MERAH, KUNING, HIJAU, DI LANGIT YANG BIRU. PELUKISMU AGUNG, SIAPA GERANGAN? PELANGI-PELANGI CIPTAAN TUHAN.”
RP HUBERTUS LIDI, OSC hubertuslidiosc@gmail.com SEPENGGAL NADA YANG MENGGAMBARKAN
itu. Pemandangannya sangat indah dan menarik.
bahwa pelangi indah dan ciptaannya adalah Tu-
Sebuah perpaduan yang membentuk kebersa-
han. Sang pengarang lagu, yang saya belum tahu
maan, persaudaraan yang indah karena iman.
namanya menggambarkan bahwa di balik keinda-
Sang gembala hadir sebagai sosok yang universal,
han pelangi itu, tergambar keindahan Sang Pen-
kepadanya, terarah jutaan mata dan hati manusia
ciptanya.
dari berbagai benua, yang selalu merindukan ke-
Pelangi itu secara kasat pandang merupakan
Ciri khas keanekaan indah adalah tidak ada an-
manusia yang memandang pemandangan lang-
caman dan kekerasan. Tidak ada penindasan dan
ka tersebut. Berdecak kagum. Nun jauh disana,
‘pengecilan’ terhadap kebiasaan baik dan agama sesa-
pada kaki langit, seakan-akan tertancap pada ‘li-
ma. Musuh keanekaan yang indah adalah ‘mensetan-
men’ bumi dan langit, berbentuk garis setengah
kan orang lain dan me malekat kan diri atau kelompok.
melingkar seraya memantukan anekah warna-
Mengapa musuh? Karena kelakuan semacam itu, mela-
warni. Warna-warna itu seakan-akan berpelukan
wan hakekat dan misi Allah. “Aku berkata kepadamu
sambil memandang para pengagumnya. Ia mun-
kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di Sorga yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan tidak benar.” (Matius 5:44-45) Indonesia adalah sebuah negara yang berdaulat dan sangat memelihara keanekaaan itu. Binekha Tunggal Ika. Berbeda tetapi tetap satu. Banyak pulau dengan aneka manusia dan ha yatinya. Beragam budaya, adat-istiada, dan kebiasaan. Berbagai agama dengan aneka ibadat dan penghayatannya. Penghargaan akan perbedaan itu yang membuat bangsa dan negara kita menjadi terkenal secara baik. Hanya orang pintar yang mampu menghargai perbedaan dan keragaman. Kala pelangi itu dikelupas satu-satu persatu alias memisahkan setiap warnanya, maka hilanglah keindahan itu. Keasliannya menjadi sirna. Kala sebuah warna dalam pelangi itu mau mendominasi maka pelanginya itu punah. Katolik itu indah dan mempesona karena menghargai dan menghidupi keanekaan.
cul usai jagat disirami hujan. Saat langit kembali cerah, karena kabut yang menyelimutinya, terhempas sang bayu. Pelangi Katolik, mengambarkan bahwa Katolik ini indah karena hakekatnya adalah keanekaan. Bangsa, budaya, kebiasaan, warna kulit, dan lainnya, semua terbalut dalam Cinta dan Kasih. Mengalami, merayakan dan mengapresiasikan Cinta
Penghargaan akan perbedaan itu yang membuat bangsa dan negara kita menjadi terkenal secara baik. Hanya orang pintar yang mampu menghargai perbedaan dan keragaman.
tenteraman dan damai.
fenomena alam yang memanjakan mata setiap
Kasih Tuhan seraya memuji keagungan dan kebesarannya. Ada dan indah berkat ciptaan Tuhan. Tahun 2000, sekelompok anggota Ordo Salib Suci dari berbagai benua beraudensi massal de ngan Paus Benediktus XVI di lapangan Basilika St. Petrus. Kami berpadu dalam ribuan orang lain yang datang dari berbagai penjuru dunia. Kami datang dengan berbagai kekhasan. Warna kulit, bendera, bahasa dan tabiatnya. Kala Paus bekeli ling dengan mobil kaca terbuka mendekati para peziarah, semua yang ada menyambutnya gembira dengan melambaikan berbagai warna ben dera sambil bersorak sorai. Sang gembala senyum sambil melambaikan tangan kepada keanekaan
5
lentera khusus
6
PELAYAN GEREJA WALAUPUN NON KATOLIK
“SETELAH MENJALANKAN KEWAJIBAN AGAMAKU. AKU BERGEGAS MENUJU RUANG SAKRISTI MENYI APKAN PERALATAN MISA DAN HAL-HAL YANG PERLU BERKAITAN DENGAN PERAYAAN EKARISTI PAGI. SAYA MENGALAMI KETENANGAN BATHIN DAN MERASAKAN DENYUTAN KEMAHAAN-NYA DALAM SUASANA KHUSUK DI RUMAH IBADAT INI.” SEHARI-HARI IA DISAPA TOLIP. LENGKAPNYA:
senyum dan mudah bergaul dengan siapa saja. Ia
Mastolip. Lahir 10 November 1991, berasal dari
‘meleburkan’ diri dalam kebersamaan dengan OMK
Jawa Timur, tepatnya daerah Pasuruan. Tolip me-
Tebing Tinggi dan umat Tebing Tinggi. Ia men-
nyelesaikan pendidikannya di SMK Negeri Pasuru-
gakui bahwa keterbukaan umat menerima dia apa
an jurusan Pertanian, 2010. Tanggal 31 Desember
adanya membuat dia betah dan semangat. “Orang-
2012, Tolip menginjakan kaki di Bumi Tebing Tinggi.
orang di sini baik-baik,” ungkapTolip kepada Len-
Ia bertutur bahwa kehadirannya di Tebing Tinggi
tera News.
atas permintaan pastor Yahya, pastor Paroki Santo
Tolip yang tidak banyak tahu tentang teori tol-
Yoseph Tebing Tinggi saat itu. Waktu itu memang
eransi beragama itu, bersaksi bahwa perbedaan
Pastor Yahya sedang mencari seorang Koster untuk
yang ada tidak harus membuat kita ‘berjauhan’ bah-
gereja Tebing Tinggi, menggantikan bapak Pakpa-
kan bermusuhan, tetapi perbedaan itu membuat
han yang pensiun. Pastor Yahya mengenal Tolip
kita saling menghargai satu sama lain. “Perbedaan
melalui bu Ina (buden dari Tolip) yang juga bekerja
itu indah,” tanggap pemuda yang mengagumi cara
di Pastoran Tebing Tinggi.
hidup para pastor. Mengapa kagum dengan cara
Anak pertama bapak Sunario dan ibu Mariana
hidup Pastor? Dengan senyum khasnya, Tolip, yang
itu, termasuk pemuda yang rendah hati, murah
taat menjalankan kewajiban agamanya itu berujar:
Pastor-pastor itu pintar, berwibawa, hidupnya sederhana, dan baik dengan semua orang.
“Pastor-pastor itu pintar, berwibawa, hidupnya sederhana, dan baik dengan semua orang.” Sebagai Koster, Tolip mengakui harus bangun pagi-pagi. Setelah melakukan kewajiban agamanya, Ia menuju ruang Sakristi menyiapkan segala yang berkaitan dengan misa pagi. Saat ia berada dalam ruang Sakristi dan menghantar peralatan misa ke Altar, Tolip mengakui bahwa merasa damai dan tenang. Tolip yakin bahwa Allah hadir dan mengalirkan denyut Kuasa dan KebesaranNya dalam rumah doa itu. Dari sini Tolip berkesimpulan bahwa ketenangan dan kekhusukan harus dijaga dalam setiap rumah ibadat, sehingga sungguh-sungguh jemaat boleh merasakan kehadiran, kuasa dan ke MahaanNya. “Saya tak segan-segan menegur kalau ada jemaat yang ribut dalam gereja ini, atau membuang sampah di sembarangan tempat, ungkap Tolip. Kala perayaan Ekaristi hendak dimulai, Tolip maju ke Altar, menghormati Altar dan Sakramen yang ada di dalam Tabernakel, lalu menyalahkan lilin Altar. Sesudah menyalakan lilin Altar, Tolip menuruni Altar dengan sikap hormat. Sebagai seorang Koster, Tolip mengetahui nama setiap peralatan perlengkapan misa, misalnya Piala, Sibori, Corporale, Amix dll. Ia mengetahui makna dan saat-saat penggunaan warna-warna liturgis. “Pastor Yahya dan Pak Pakpahan yang ngajarin,” ujar Tolip. Ia juga membunyikan lonceng, sesuai dengan irama doa Angelus sesuai dengan waktunya. Tolip juga bertanggungjawab atas keamanan dan kebersihan baik dalam dan halaman gereja. Pastor Paroki St. Yoshep Tebing Tinggi, RP Josaphat Judho Pramono, OSC mengakui bahwa Tolip bertanggungjawab atas pekerjaannya, serta mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap pastor-pastor dan anggota DPP. “Ia sangat menghargai sakralitas sarana-sarana peribadatan dan ia memberikan pernghormatan yang pantas setiap kali menjalankan tugas sebagai koster,” tutur pastor Paroki. Apakah ada kontroversi batin berkaitan dengan keyakinan dan pelayananmu? Lagi-lagi Tolip: “Sejauh
WEDDING | PRE-WEDDING | PRODUCT | PERSONAL DOCUMENTATION | FAMILY | BABY
pelayanan ini baik dan saya menjalankan tugas ini de ngan baik, saya melihat ini sebuah amanah untuk dijalani. Lebih jauh dari itu bagi saya pelayanan ini merupakan ibadah, dan saya percaya pasti ada berkahnya baik sekarang maupun akhirat.” Tolip berharap agar orang-orang Katolik menghargai rumah ibadatnya dengan menjaga kekekhusukan dan kebersihannya. Kadang ia kesal, melihat kulit gula-gula dan botol-botol plastik air mineral berserakan di lantai dan halaman gereja. Ia berharap agar umat Katolik rajin menjalankan ibadahnya di gereja, baik secara jemaah maupun pribadi, karena menurut Tolib di sana denyut kebesaran dan keagungan Allah sangat terasa. “Rumah Tuhan ini sangat indah, semoga pikiran dan perbuatan jemaahnya selalu seindah rumah Tuhan ini,” pernyataan penutup yang menarik dan menantang umat Katolik . [TEKS DAN FOTO RP Hubertus Lidi, OSC]
PHOTOGRAPHY
CALL US: 081370555011 Jl. Pasar 1 Tanjungsari, Komp. Setiabudi Estate A21 Medan, Indonesia m: 081370555011 e: richardberryg@gmail.com w: www.trotoa.com
opini
J
umat malam, di suatu pertemuan doa lingkungan di kawasan Keuskupan Agung Medan. Kami membahas poster kelima dalam rangka diskusi Aksi Puasa Pembangunan tahun 2014 ini. “Mari kita amati poster ini. Situasi apakah yang tergambar dalam poster ini?” tanya sang pemimpin kegiatan. Berbagai jawaban muncul. Ini adalah diskusi sersan, serius tapi santai, diwarnai tawa dan canda, dan saya selalu menikmati pertemuan sejenis. Saya mengamati dan mendengarkan dengan perhatian rata-rata, hingga ketika jawaban berikut muncul. Seorang ibu mengacungkan jari dan dengan sigap menjawab, “Poster ini menggambarkan pertemuan untuk mendiskusikan dan memutuskan sesuatu untuk kepentingan bersama. Pertemuan berlangsung lancar, dan
rarti bicara mengenai peran. Di dalam kehidupannya, manusia memegang berbagai peran. Peran reproduktif, yakni aktivitas yang dikerjakan untuk memelihara hidup manusia, seperti: “mengurus” anak, mengurus orang tua, dan mengurus rumah tangga semisal memasak dan mencuci baju, umumnya diserahkan kepada perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan terlibat dalam peran produktif, yakni aktivitas yang memproduksi barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomi dan keuangan, semisal berdagang dan bekerja di kantor atau di pabrik, tetapi umumnya perempuan “dibayar/ dinilai” lebih rendah. Laki-laki dan perempuan juga sama-sama terlibat peran sosial, yang merupakan perluasan dari peran reproduktif, untuk memastikan terpeliharanya sumberdaya langka digunakan bersama. Semisal air bersih, perawatan kesehatan dan pendidikan.
Perempuan harus menunjukkan kemampuan yang melebihi laki-laki pada umumnya untuk dapat diterima dalam peran produktif dan sosial.
8
semua yang hadir turut ambil bagian. Ada laki-laki dan perempuan. Dalam pertemuan ini perempuan juga mendapat tempat, boleh ikut bersuara, ikut bermusyawarah, ikut memutuskan.” Apakah saya mendengar harapan dan kerinduan di dalam suara ibu itu, ataukah itu hanya khayalanku saja? Kerinduan akan terwujudnya kesetaraan gender berdenyut di hati banyak orang, khususnya perempuan. Apakah yang dimaksud dengan kesetaraan gender? Kesetaraan gender merujuk kepada kesamaan hak, kewajiban dan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan. Tetapi sebelumnya, beberapa salah persepsi mengenai gender kita luruskan dulu. Gender harus dibedakan dari jenis kelamin (bahasa Inggris: sex). Berbeda dengan jenis kelamin yang merupakan bawaan lahir, bersifat fisik dan biologis, bersifat universal dan relatif tidak berubah, gender merupakan peran dan kewajiban yang dibentuk secara sosial, dan karenanya berbeda-beda sesuai dengan budaya yang membentuknya dan berubahubah sesuai “kemajuan jaman”. Gender bukanlah bawaan lahir; aturan-aturan mengenai gender diperkenalkan oleh, dan kita pelajari dari, pendahulu kita, misalnya orang tua. Bicara mengenai gender be-
Perempuan dengan berbagai latar belakang kebudayaan umumnya bertanggungjawab dalam seluruh kegiatan domestik, seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan mengurus anak, selain juga terlibat dalam aktivitas ekonomi, baik yang formal maupun informal. Fenomena ini dikenal sebagai women’s double day. Sedangkan women’s triple role merujuk kepada berbagai beban yang terjadi ketika perempuan bekerja lebih lama dalam suatu hari dibandingkan dengan laki-laki. Hal-hal demikian menuntun kepada terciptanya ketidakadilan gender. Ini kemudian memunculkan pertanyaan:bagaimanakah situasi kesetaraan gender yang dikehendaki? Dalam satu pelatihan dasar mengenai gender, saya terlibat dalam berbagi pengetahuan mengenai gender dengan teman-teman di lingkungan kami. Sharing melalui kegiatan diskusi dan menampilkan role play tentang ketidakadilan gender dalam kehidupan sehari-hari, umumnya disambut baik. Tetapi, seorang bapak menyatakankeluhan kekurangharmonisan keluarganya pasca pelatihan tersebut. Seusai pelatihan, sang istri/ ibu tak lagi bersedia melayani makan dan minum keluarga. Iaberalasan sang suami/ bapak juga punya kaki dan tangan
Kesetaraan
Harm dalam P
PUJI ASTUTI P
Ketua Lex O
n Gender:
moni Pelangi
PURBA, M.Si
Orientis
Tujuan kesetaraan gender adalah harmony, keselarasan. Perempuan dan laki-laki dilahirkan berbeda agar dapat saling melengkapi dalam melaksanakan berbagai peran mereka.
sendiri, bisa melakukan sendiri semua hal kecuali melahirkan dan menyusui anak. Wah! Semua penyebab ketidaksetaraan gender mengarah kepada jurang kekuasaan (power structure gap) antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki di posisi “kuat” (powerful), dan perempuan di posisi “lemah” (powerless). Untuk mempersempit jurang tersebut, lakilaki “mendekat” dengan berfokus pada perubahan perilaku yang mengarah kepada kesetaraan gender; sedangkan perempuan “mendekat” dengan berfokus kepada pemberdayaan perempuan agar memiliki pilihan dan kesempatan lebih luas atas sumberdaya yang ada.Sebagaimana halnya laki-laki. Jadi, alih-alih secara kurang simpatik melemparkan “kewajiban perempuan” kepada suami untuk mencapai kesetaraan gender, perempuan diharapkan meningkatkan pengetahuan dan kapasitasnya.Dimana perempuan membuktikan mampu berkiprah tidak hanya dalam peran domestik tetapi juga dalam peran produktif dan sosial dengan sama andalnya dengan laki-laki. Bahkan, di kebanyakan masyarakat yang menganut budaya patriarkal, perempuan harus menunjukkan kemampuan yang melebihi laki-laki pada umumnya untuk dapat diterima dalam peran produktif dan sosial. Di sisi lain, kesetaraan gender mengharapkan perubahan perilaku dari laki-laki, agar bersedia “turun ke bawah”. Saya selalu percaya bahwa pendidikan pertama dan terutama harus diterima di rumah. Di rumah, saya tidak membeda-bedakan anak saya yang laki-laki dan perempuan dalam hak, kewajiban dan kesempatan. Misalnya, mereka mendapat akses yang sama terhadap pendidikan formal yang menjadi haknya. Walaupun sumberdaya terbatas, anak saya laki-laki dan perempuan sama-sama saya dorong untuk melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi di bidang yang mereka minati. Saya tidak melarang anak pertama saya untuk kuliah di luar kota karena dia perempuan. Di sisi lain, anak saya kedua yang notabene laki-laki sejak kecil suka “berkeliaran” di dapur. Saya tidak membatasi minatnya dalam bereksperimen mengolah makanan. Sekarang, ketika dia sudah kuliah di luar kota, dia berperan sebagai “tukang masak” bagi teman-temannya jika mereka harus begadang untuk menyelesaikan tugas. Bagi beberapa orang, melihat laki-laki tegap dengan tinggi 175 cm dan bobot 80 kg memasak mungkin terasa aneh. Tetapi setahu saya hingga saat ini tak seorangpun mengejek dia karena minatnya memasak, yang selama ini dianggap oleh umum sebagai ranah perempuan. Tujuan kesetaraan gender adalah harmony, keselarasan. Perempuan dan laki-laki dilahirkan berbeda agar dapat saling melengkapi dalam melaksanakan berbagai peran mereka. Pelangi tidak akan seindah yang kita lihat jika hanya terdiri dari satu warna. Bahkan pelangi akan kehilangan maknanya jika hanya terdiri satu warna. Kehidupan yang terjalin dimana laki-laki dan perempuan bekerjasama dalam berbagai peran (reproduktif, produktif dan sosial) untuk mencapai keselarasan adalah ibarat pelangi. Indah, eye catching, memikat, memberikan rasa puas dan bahagia. Kesetaraan gender bukanlah “isu perempuan”, melainkan juga selayaknya menjadi kepedulian pihak laki-laki. Ketidakadilan gender hanya akan berakhir jika laki-laki bekerjasama dengan perempuan berupaya mengakhirinya. Kesetaraan antara lelaki dan perempuan dilihat sebagai isu hak asasi manusia dan merupakan prekondisi, dan indikator, bagi pengembangan masyarakat berkelanjutan yang berpusat kepada manusia. Semoga tercapai.
9
wacana TI
Masa KEPADADepan E-MAGZ INILAH Teknologi DTG KAMI BERKENAN TATKALA TAMPIL BERBEDA DAN MENONJOL, PRODUSEN TINGGAL MENANTI KERUBU NGAN MASSA. DEMIKIANLAH KAMI BERKENAN TERHADAP E-MAGZ INI.
VINSENSIUS SITEPU be_web2001@yahoo.com TATKALA SAYA DIMINTA OLEH BUNG ANANTA
liki isi kocek yang banyak. Di sisi ini yang disebut
Bangun dan Pastor Hubertus Lidi untuk membuat
Marshall tepat, dengan kehadiran teknologi media
majalah elektronik (e-magazine/e-magz), awalnya
terbaru, maka paparan terhadap masyarakat akan
saya membayangkan wujudnya serupa dengan
lebih luas.
portal daring (online) berita bulanan atau minggu-
Akan tetapi di saat yang sama, ketika banyak
an lainnya yang berbasis HTML/CSS/PHP. Biasanya
orang memanfaatkan teknologi yang serupa, yang
majalah elektronik seperti itu kaya akan foto berdi-
menentukan dominasi informasi terhadap pem-
mensi besar serta dikemas secara interaktif, sebab
baca adalah kembali kepada isi. Atau lebih spesifik
harus diakui istilah e-magz kini pun sebenarnya
lagi adalah bagaimana pengelola media mampu
multitafsir. Setelah berdiskusi lebih lanjut, ternyata
mengetengahkan rasa visual majalah ataupun ko-
yang mereka maksud dengan e-magz adalah vir-
ran di Internet.
tualisasi majalah versi cetak. Atau dengan kata lain
Titik berat e-magz adalah kekayaan tata letak
tampilan layaknya majalah kertas, tetapi hanya
visualnya di samping mutu informasi di dalamnya. E-magz menyasar kepada kelompok pembaca
bisa diakses di perangkat elektronik. Baiklah, sebelum menukik kepada aspek teknis saya merasa perlu memaparkan perihal kemajuan
10
khusus yang memiliki kebutuhan informasi khusus pula.
teknologi terkini. Dalam bahasa Marshall McLuhan
Saya sedikit menjelaskan aspek teknis di balik
(1964), teknologi adalah the extensions of man. Bagi
produksi e-magz ini. Mungkin ini terdengar rumit,
Marshall, teknologi medialah yang memengaruhi
tapi penting saya sampaikan agar dapat diketahui.
masyarakat, bukanlah isi (konten) semata. Sebagai
Untuk aspek peliputan, penulisan, penyuntingan
sebuah pemikiran yang kokoh, yang disampaikan
berita hingga tata letak visual berita serupa pada
Marshall kini adalah sebuah paradigma yang masy-
media cetak lainnya. Yang berbeda adalah selepas
hur, “technological determinism”.
rancang visual di Adobe InDesign, berkasnya di-
Dewasa ini wujud medium informasi di dunia
ubah menjadi format Portable Document Format
maya kian beragam. Dengan teknologi terkini yang
(PDF). Format ini adalah keharusan demi menjaga
mudah dipelajari, setiap orang dapat membuat me-
konsistensi tata letaknya sekaligus syarat untuk
dianya sendiri. Website berkategori Web Log alias
diubah ke format flash (SWF/Shockwave Flash) tat-
blog misalnya, dapat dibuat dalam tempo kurang
kala dimasukkan ke dalam sistem issuu.com. Kami
dari 20 menit dan seketika beragam tulisan dapat di-
cukup mengunggah berkas PDF itu ke issuu.com
baca penduduk dunia. Di dalamnya pengelola dapat
dan menunggu semua proses selesai, kemudian
menambahkan gambar, suara, video, animasi, serta
menyalin teks semat (embedded script) yang mun-
fasilitas multimedia interaktif lainnya.
cul kemudian. Teks itu selanjutnya kami tempat-
Tatkala teknologi media terkini mudah dipela-
kan di laman post majalahlentera.com.
jari siapa saja, maka aspek yang dikejar adalah
Sekali lagi, permasalahannya adalah terletak
mutu isi medianya. Sebut mi
pada pangsa pasar pembaca medianya, serta ke-
salnya persaingan antara
mampuan pengelola media menghadirkan ke-
detik.com dan okezone.
masan visual yang menarik serta mutu informasi di
com.
sama-
dalamnya. Ini ibarat poduk permen. Secara umum
sama berkategori portal
Keduanya
di pasar permen itu rasanya manis. Dengan merek
berita, tetapi kalau menilik
berbeda yang bersaing merebut perhatian massa,
jumlah keterbacaannya, ok-
rasa manis atau variasi rasa lainnya serupa. Tetapi
ezone.com kalah jauh. Pada-
guna menguasai pasar, maka kemasan (pembung-
hal dari sisi modal, perusahaan
kus) dan cara memasarkannya mestilah berbeda.
okezone.com yang di bawah
Tatkala tampil berbeda dan menonjol, produsen
taipan media Media Nu-
tinggal menanti kerubungan massa. Demikianlah
santara Citra (MNC), memi-
kami berkenan terhadap e-magz ini.
BAG.II (SELESAI)
PARA RESPONDEN NAMPAKNYA TIDAK MENGALAMI BANYAK KESULITAN UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG ADA. PERTANYAAN-PERTANYAAN TERBUKA DIJAWAB DENGAN CUKUP TERANG.
RP. HERMAN NAINGGOLAN, OFMCap togarnai@hotmail.com DALAM PENCARIAN DATA, KAMI MENYEBAR
Partisipasi Kehadiran Umat
kuesioner ke seluruh paroki, yaitu kepada pen-
Kehadiran umat di gereja pada hari Minggu
gurus gereja dan umat, sebanyak 250 eksemplar.
kiranya dapat menjadi salah satu indikasi yang
Kuesioner yang terkumpul kembali sebanyak 236
terang tentang bagaimana keterlibatan umat
eksemplar dengan rincian responden, DPP (De-
dalam hidup menggereja (Lihat tabel I). Di sana
wan Pastoral Paroki) bersama seksi-seksinya se-
kami paparkan data kehadiran umat pada hari
banyak 25 responden, DPS (Dewan Pastoral Stasi)
Minggu di gereja-gereja stasi Paroki St. Antonius
18 responden, DPL (Dewan Pastoral Lingkungan)
dari Padua.
26 responden, dan Umat 167 responden. Dalam
Data itu menunjukkan setengah (50%) res足
kuesioner tersebut disertakan juga pertanyaan
ponden berpendapat bahwa umat yang hadir
terbuka agar responden dapat memberikan pen-
pada hari Minggu sedikit, yaitu antara 10-30% dari
dapatnya secara lebih leluasa untuk beberapa hal.
jumlah umat stasi yang terdaftar dalam stambuk
Dari kuesioner yang masuk, para responden
stasi yang bersangkutan. Hal ini bisa salah di-
nampaknya tidak mengalami banyak kesulitan un-
mengerti mengingat bahwa pada setiap hari min-
tuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.
ggu gedung gereja stasi-stasi penuh atau hampir
Pertanyaan-pertanyaan terbuka dijawab dengan
penuh. Namun kalau diteliti lebih jauh, jumlah
cukup terang.
yang hadir harus jauh lebih banyak lagi kalau se-
Berikut ini kami paparkan hasil olahan kuesioner dan beberapa keterangan yang perlu sehubungan dengan data tersebut.
luruh umat datang ke gereja setiap hari Minggu. Kalau kita membuat perbandingan kehadiran antara kehadiran kaum bapak, ibu, dan OMK
Kemudian hasil temuan ini kami urutkan
(Orang Mudan Katolik) maka kita akan memper-
sesuai dengan urutan pertanyaan dalam kue-
oleh data sebagaimana yang terlihat pada tabel II.
sioner. Untuk keperluan selanjutnya pihak paroki
Data di atas menunjukkan lebih dari setengah
dapat memilih data mana yang menjadi prioritas
(70%) dari responden berpendapat bahwa kaum
perhatiannya dalam pengembangan pastoral se-
bapak sedikit yang hadir di gereja (10-30%).
lanjutnya.
Kehadiran umat di gereja pada hari Minggu kiranya dapat menjadi salah satu indikasi yang terang tentang bagaimana keterlibatan umat dalam hidup menggereja.
TABEL I Kehadiran pada hari Minggu Jumlah responden Persentasi Sedikit (10-30%) 118 50 Sedang (40-60%) 97 41,1 Banyak (70-100%) 21 8,9 TOTAL 236 100
TABEL II Kehadiran bapak di gereja Jumlah responden Persentasi Sedikit (10-30%) 165 70 Sedang (40-60%) 69 29,2 Banyak (70-100%) 2 0,8 Total 236 100
sosial budaya
Masa Depan PAROKI ST. ANTONIUS DARI PADUA HAYAM WURUKDTG MEDAN SAAT INI Teknologi
11
memoria
Masa Depan ROM-KATOLIK DI TANAH BATAK, MENGENANG JEJAK Teknologi DTGJUANG MISIONARIS ROM KATOLIK. BIASA JUGA DISEBUT AGAMA RK. BEGITULAH SEMULA KEKATOLIKAN HADIR DAN MELEKAT DI HATI DAN TELINGA MASYARAKAT. DARI PERKOTAAN HINGGA PELOSOK-PELOSOK TERSEMAI NAMA BAIK KATOLIK OLEH PARA MISIONARIS.
JANSUDIN SARAGIH lilinmagazine@gmail.com
12
Masuknya Katolik bagi bangso Batak, sebuah perjalanan penuh tantangan, akhirnya menjadi anugrah terbesar sejarah kehidupan Kekristenan dunia.
SEBAGIAN BESAR TERUKIR DARI TELADAN GAYA
baru. Beliau menyebut bahwa misi sesungguhnya
hidup. Kesederhanaan yang cerdas dan kerenda-
adalah untuk pribumi. Para misionaris melihat ke-
han hati yang penuh cinta kasih untuk mening-
biasaan umat Eropa waktu itu tidak menunjukkan
katkan daya hidup setiap insan. Begitulah mereka
suatu keteladanan rohani sebagai orang Katolik,
bergerak hingga mendirikan sarana-sarana pen-
hal ini sangat dipengaruhi jiwa kolonial saat itu.
dorong pewujudnyataan cinta kasih Tuhan dalam
Melihat keadaan ini Mgr. Brans mulai menjajagi
masyarakat. Mereka mendirikan sekolah-sekolah
dan memandang peluang misi bagi bangso Ba-
yang berpengaruh, demikian pula pelayanan ke
tak. Seminari yang semula dibangun di Padang,
sehatan, dan karya sosial seperti panti asuhan dan
kebayakan diikuti siswa -siswi dari Tapanuli. Pada
sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
saat berkenaan, rupanya orang-orang batak sudah
Apa yang belum pernah dilihat mata dan dide
menantikan kehadiran Rom-Katolik atau RK. Mere-
ngar telinga, menjadi sebuah realitas baru dengan
ka telah mengirimkan surat permohonan kepada
kehadiran Rom Katolik saat itu. Sungguh keha
Vikariat Apostolik Batavia yang masa itu dipimpin
diran para pastor dan suster-suster menghadirkan
oleh imam Jesuit. Isi suratnya cukup menarik dan
dunia baru yang jauh berbeda dari penindasan
menggugah. Dalam surat pertama dari Elias Pandi-
dan pembodohan yang dilakukan kolonial Hindia
angan pada 1912, meminta agar misionaris katolik
Belanda.
didatangkan ke Tapanuli. Demikian juga pada 27
Masuknya Katolik bagi bangso Batak, sebuah
Mei 1922 permohonan dari Tarutung oleh Handri-
perjalanan penuh tantangan, akhirnya menjadi
anus Siahaan, lengkap dengan tanda tangan 50
anugrah terbesar sejarah kehidupan Kekristenan
orang lainnya.
dunia. Semula, tidak ada niat besar atau harapan
Menariknya lagi, dari Jesayas Hutagalung, di
bermisi bagi masyarakat pribumi. Keberangkatan
dalamnya tertulis, “Kami ingin seorang rohania
lima misionaris Belanda pada tahun 1911, menuju
wan Rom-Katolik untuk mengajari kami ajaran
Kalimantan dan Sumatera, terlebih ditujukan un-
Rom-Katolik. Karena Rom- Katolik adalah induk
tuk merawat iman para imigran ataupun pekerja
dari segala agama Kristen.” Surat ini tentu sangat
Hindia Belanda. Kondisi masyarakat pribumi
menggugah, sebab pada masa itu misi Protestan
saat itu masih sangat primitif dibawah tekanan
atau Zending dari Nomensen telah cukup lama
dan kekuasaan yang mengerdilkan. Pada masa
menyebar. Dalam kaitan ini pula Pemerintah Hin-
penggembalaan Mgr. Liberatus Cluts, OFM Cap.,
dia Belanda melarang misionaris Katolik untuk
para imam telah mencoba untuk melayani suku-
menetap di Tapanuli. Mereka menetapkan sebuah
suku asli di Padang, namun hasilnya tidak cukup
Undang-undang Hindia Belanda No. 123 yang
baik. Wilayah yang didominasi Muslim serta
intinya mengatur ketat, izin guru-guru agama
adanya campur tangan pemerintah Hindia Be-
ataupun para penginjil. Demikian pula, pemerin-
landa menimbulkan kesulitan dalam menunjang
tah berhak mencabut izin tersebut secara sepihak.
misi. Pelayanan kemudian terarah pada suku-suku
Larangan ini sungguh menghambat misi Katolik
Tionghoa dekat pelabuhan dan sebagian lagi bagi
sehingga Mgr. Brans berupaya kuat untuk meng-
para suku Tamil atau India. Persebarannya melipu-
gugurkan Undang-undang itu. Ia terus menerus
ti, Tanjung Sakti - Padang, Tanjung Balai - Medan
menyurati Pemerintahan Hindia Belanda, memo-
serta Bengkulu. Kemudian pada tahun 1921, ka-
hon izin tinggal bagi pastor-pastor baru namun
bar buruk merundung misi di Prefektur Sumatera.
berujung pada penolakan. Beliau tetap optmis
Mgr. Liberatus Cluts, OFM Cap., meninggal dalam
dan terus mengupayakan peningkatan misi. Ia
sebuah perjalanan ke Bengkulu setelah terserang
pun angkat bicara di Negeri Belanda. Mgr. Brans
penyakit yang mewabah saat itu. Namun dengan
tak berhenti berupaya, kepada partai politik dan
segera, hal menyedihkan itu berlalu. Peralihan
orang berpengaruh di negeri Belanda, ia menye-
tampuk pimpinan disampaikan kepada Mgr. Ma
but bahwa UU No. 123 tersebut cacat dan tidak
tthias Brans, OFM Cap. menetapkan haluan misi
punya dasar yang kuat.
DOA BAPA KAMI ATAU DALAM KATA LATIN PERTAMA SEBAGAI PATER NOSTER, ADALAH DOAYANG DIKENAL DALAM AGAMA KEKRISTEN. MENURUT PERJANJIAN BARU, DOA INI DIAJARKAN OLEH YESUSKRISTUS KEPADA PARA MURID-NYA SEBAGAI PEDOMAN DALAM BERDOA.
ALBERTUS HERA KWUTA, S.Ag albertuskwuta@gmail.com DOA INI DIAMBIL DARI KITAB INJIL MATIUS (Ma tius 6:9-13), yang muncul sebagai bagian dari Khotbah di Bukit. Sebuah doa yang mirip ada pula di kitab Injil Lukas (Lukas 11:2-4). Dalam pengajaran-Nya, Yesus menasihatkan dua hal penting sehubungan dengan doa tersebut. Pertama, Ia menasihati para murid-Nya, agar mereka “jangan berdoa seperti orang munafik”, yang suka memamerkan doanya di hadapan orang banyak. Kedua, Yesus menasihati para murid-Nya, supaya dalam berdoa, mereka “jangan bertele-tele
irnya berkata, ” … bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Doa ini tidak mengungkapkan sikap Yesus yang sudah tidak melihat kemungkinan lain kecuali menyerah. Yang diungkapkan dalam doa itu adalah harapan agar Allah bertindak sehingga rencana penyelamatan-Nya terlaksana secara sempurna.
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah”.
saja yang mereka perlukan, dengan keyakinan bahwa Allah menyelenggarakan hidup mereka sebagaimana dulu Ia telah menyelenggarakan kehidupan umat-Nya. Dengan doa ini manusia mengakui bahwa hidup seluruhnya tergantung pada Tuhan. Makanan atau rezeki harus ditempatkan dalam kerangka yang lebih luas, yakni lambang telah datangnya Kerajaan Allah.
Bapa kami yang ada di surga Para murid diajar mengarahkan diri dan berseru kepada Bapa mereka satu-satunya (Mat 23:9). Dengan menyebut Allah sebagai Bapa, Abba, Yesus mau menunjukkan adanya hubungan yang amat dekat, akrab, dan khas antara diri-Nya dan Allah. Sapaan seperti ini biasanya digunakan oleh seorang anak yang menaruh kepercayaan penuh kepada bapaknya. “yang ada di surga“, menunjukkan tempat tinggal Allah, merupakan ungkapan dalam bahasa Semit yang dipakai untuk menegaskan bahwa Allah menguasai seluruh jagat raya (= di surga) dan sekaligus dekat dengan manusia, mengasihinya dengan cinta-Nya sebagai Bapa. dimuliakanlah nama-Mu Dalam bahasa Kitab Suci, nama Allah sama dengan diri Allah sendiri, sejauh dinyatakan kepada manusia. Allah adalah Yang Mahakudus. Ia lain dan berada di atas segala sesuatu. Manusia mampu mengakui, memuliakan, dan menyediakan tempat tertinggi bagi-Nya dalam segala sesuatu. “datanglah Kerajaan-Mu“. Datangnya Kerajaan Allah, yang adalah kerajaan “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm 14:17) tidak dapat dijamin oleh siapa pun kecuali oleh Allah sendiri. Campur tangan dan tindakan Allah yang menyelamatkan dalam rangka datangnya Kerajaan itulah yang dimohonkan dengan doa “dimuliakanlah nama-Mu”. Hanya Allah sendiri yang dapat memuliakan atau meng uduskan nama-Nya. “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi SEPERTI DI DALAM SURGA”. Dalam doa Yesus di taman Getsemani, setelah melalui pergumulan batin yang amat hebat, Ia akh-
“BERILAH KAMI REZEKI PADA HARI INI“. Yesus mengundang para murid agar memohon apa
“Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami“. Dalam pengertian yang lazim pada zaman Yesus, utang adalah masalah yang besar dalam tata hukum maupun perdagangan. Utang dapat menyebabkan orang kehilangan kemerdekaannya (bdk. Mat 18:23-25). Kata ini dipakai untuk menggambarkan keadaan manusia di hadapan Allah: manusia adalah pengutang yang tidak dapat membebaskan diri dari utangnya. Dengan demikian, kata itu dengan amat baik menyatakan keadaan manusia yang berdosa. Jangan masukkan kami dalam pencobaan“. Yang dimaksudkan dengan pencobaan di sini adalah pencobaab setan yang selalu berusaha membinasakan manusia.Manusia meminta kepada Allah agar membebaskan mereka dari cobaan yang sedemikian rupa sehingga ada risiko mereka tidak dapat bertahan. “Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat“. Yang dimaksudkan dengan “yang jahat” pertamatama adalah kekuasaan jahat. Kekuasaan jahat itu sama dengan setan yang mencobai murid Yesus. Pencobaan seperti itu pernah dialami juga oleh Yesus sendiri (bdk. Mat 4:3; 1Tes 3:5). Dalam Injil dapat dilihat bahwa Yesus menggambarkan karya-Nya sebagai perjuangan memenangkan rencana Allah berhadapan dengan kekuatan satani. REFERENSI: 1. Daia, Willem., Rosario Sejarah dan Mistik Kuasanya, Yayasan Pustaka Nusantara, 2000 | 2. Daia, Willem., Misteri Cahaya membaharui Rosario ddi Milenium III, Yayasan PustakaNusantara, 2004
emkbun katakese
DOA BAPA KAMI VERSI GEREJA KATOLIK
13
sastra
KAMI TAK PERNAH BERCITA-CITA MENJADI DIA. DARAH BORJUIS TAK ADA DALAM HIDUP KAMI. KAMI DIPERJUMPAKAN DI DALAM RUMAH KELUARGA YANG KATANYA BERBASIS BUDAYA. KAMI ANAK-ANAK LAPAR AKAN ILMU YANG BARU KELUAR DARI SARANG SEMUT UNTUK MEMBUKA LEBAR JARING LABA-LABA MILIK KAMI SENDIRI. SERING KAMI BERTANYA AKAN JADI APA NANTI.
Menjadi Kita
SRI LESTARI SAMOSIR
Mahasiswa Antropologi UNIMED
14
CERITA-CERITA AKAN HARAPAN DAN MASA DEPAN
untuk satu tujuan. Kami saling berbagi ayat, dan mencoba
MENJADI santapan lezat kami ketika kami bersama.
untuk saling mengingat, walau bukan sebagai pengikat.
Tangan kamipun tak pernah lepas menopang satu dan
“Lakum dinukum wa liyadin”, yang artinya, “Bagimu
yang lain. Kami bukan dari satu kepercayaan, tapi keyaki-
agamamu, bagiku agamaku” (Surat Al Kafirun, ayat ke-6)
nan nyata bahwa kami diciptakan dari Tuhan yang samalah
begitu isi selembar kertas dari teman berjilbab ungu yang
sehingga kami bersama.
bertukarayat denganku. Indah dalam goresan, luka dalam
Banyak kesombongan yang kami perbuat. Yah sebagai
kenyataan, pikirku seketika itu. Lalu akupun sudah menye-
anak muda kami terlalu naïf untuk bercermin pada dunia.
diakan kertas manis bertuliskan Galatia 5:14, ”Kasihilah
Tawa kami yang paling buas, sedih kami yang paling lepas,
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”.
semua atas dasar pendewasaan. Kami selalu menyadari perjuangan tak pernah mendatangkan kesia-siaan.
Selepas acara “tukar-tukar ayat” itu kami pun tertegun mulai menyadari bahwa sesungguhnya tak ada yang
Sri namaku, aku penuh syukur mengucap doa pada
inginkan perpecahan. Makna luarbiasa begitu kami sele-
Allahku dalam nama Bapa Putera dan Roh kudus atas
saikan tugas meresap ke relung hati. Aku Katolik, dia Prot-
bunga-bunga kehidupan yang aku rasakan terlebih ka-
estan, dan mereka Islam menjadi satu kata “KITA”. Disinilah
rena diberi waktu bisa bersama mereka, gadis-gadis yang
lahir satu sama bersaudara dalamdarah kami.
menantang dunia. Aku menyadari banyak jatuh bangun
Aku pun terpukau kebijaksanaan dosenku itu. Berkatnya
yang kurasakan dengan mereka. Bagiku temanku adalah
kata KITA tertumpah di tengah perbedaan. KITA menjadi
kekuatanku, dimana ada teman disitulah ada kekuatan.
KAMI. Yah...! kami selalu bersama. Aku menjadi sangat ber-
Kami sering sekali jatuh, dikucilkan bahkan membuat kami
syukur jika mengingat keunikan kami ini. Karena saat kami
sering memberontak. Tak apalah karena perangai menjilat
berjalan, jelas sangat perbedaan. Rambut kami langsung ter-
tidak ada dalam raga kami. Dalam segumpal huruf yang
papar matahari sedang rambut dia masih terselubung kain
agak beraturan ini aku masih ingat, matahati kami terbuka
cantik diotak-atik menjadi pita diatas kepalanya. Hahaha... Ke-
untuk sebuah kesatuan diatas perbedaan.
tika kami makan bersama, selalu ada ritus khusus mengawali
Sekali peristiwa, aku ingat kala itu ruangan kelas kami
jamuan makan. “Sebelum makan mari kita berdoa menurut
disudut gedung bernomor 38.31.2 membuka mata hati
agama dan kepercayaan masing-masing”, begitulah kata-
kami untuk sebuah keterbukaan toleransi. Dosen kami
kata pemimpin doa membuat doa bersama saat makan. Aku
yang bernama Tumpal Simarmata seorang Batak tulen
langsung membuat tandasalib, sedang dia melipattangan
yang belakangan ini aku ketahui ternyata beragama Kato-
berdoa, dan mereka mengucap doa dalam bahasa Arab yang
lik menugaskan kami untuk mencari ayat kitab suci yang
tak tahu aku artinya. Ritus ini unik dan membanggakan kami.
mengadung pesan untuk menjaga kerukunan dalam ke-
“Kita-kita ini bagai bukti bahwa pelangi itu indah ka-
hidupan beragama pada kitab suci masing-masing agama
rena berwarna-warni”, ungkapku disela-sela berselfieria di
yang kami anut. Ayat tersebut harus kami berikan ke te-
kamera laptopku. Hari minggupun tiba, ketika aku beriba-
man kami yang berbeda agama dengan kami. Seperti
dah dan umat dipimpin Pastor yang aku teladani kami
bertukar kartu nama, ayat dari kertas-kertas itu harus kami
mendaraskan doa kesatuan tubuh Kristus. Doa itu kami
kumpulkan.
lantunkan dengan penuh hormat dan harap. Melayang an-
Sungguh tugas yang aneh, ‘kurang kerjaan’.Suara-suara
ganku membayangkan bahwa aku, dia dan mereka adalah
belakang mulai menggerutu. Ahh, mau tidak mau tetaplah
bagian tubuh Kristus jua. Di sinipun aku curahkan bahwa
tugas harus dikerjakan. Kamipun yang beranekaragam ku-
walau kami berbeda, kami tetap satu tubuh Kristus karena
lit, rambut, hati, dan juga agama ini pun mulai menyatu
kami selalu mencari kedamaian.
DALAM SATU MASA, SAYA TENGGELAM PENASARAN MENGENAI ‘PESAN’. SATU HOMILI DARI SEORANG IMAM MENJABARKANNYA JERNIH SEKALI. YAKNI, BILA SEPASANG INSAN TENGAH ‘MABUK ASMARA’ KERAP MEREKA BERBISIK-BISIK SATU SAMA LAIN. SEOLAH PERBINCANGAN TERSEBUT AMAT INTIM.
ANANTA BANGUN anantabangun@gmail.com DI SISI LAIN, KALA TENGAH BERTENGKAR
Sebuah ‘pesan’ dalam perbuatan
sepasang insan bisa jadi saling berteriak dengan
Tokoh wirausaha dari Inggris, Richard Bran-
hebatnya. Padahal bila diuji medis, keduanya tidak
son mengupas kisah bank unik dari Bangladesh.
mengalami gangguan pendengaran. Hanya saja
Pendirinya Muhammad Yunus meraih Nobel atas
jarak hati yang jauh membuat mereka tak lagi mau
terobosannya melalui Bank Grameen yang memberi
mendengarkan ‘pesan’ lawan bicaranya.
pinjaman kepada masyarakat miskin (umumnya per-
Sebagaimana
lazimnya
dalam
Pemilihan
empuan). Dalam bukunya “Screw Business As Usual”,
Umum, rentetan pesan menjajah ruang pandang
Branson memaparkan awal kisah Grameen mirip
kita tiap kali bepergian. Dan selekas itu pula pesan-
penemuan sebuah mantra. Pada tahun 1972, Yunus
pesan dari sosok ‘pengaku mengemban amanah’
kembali ke negeri kelahirannya usai mengecap pen-
rahib dalam benak kita. Meski ada menunjukkan
galaman sebagai profesor ekonomi di Middle Ten-
jati diri sebagai wakil rakyat. Sepertinya jarak hati
nessee State University. Sebelumnya ia meraih gelar
kita teramat jauh.
Ph.D di Vanderbilt University di Nashville, Tennessee.
Tidak sulit rasanya mencari pengagum Bunda
Pada tahun 1974, Yunus bertemu sekelompok
Theresa. Bahkan di kalangan insan non Katolik. Pun,
perempuan yang sangat miskin tengah mem-
inti ‘pesan’ yang didefinisikan tentang karyanya mer-
buat furnitur bambu untuk menghidupi keluarga.
ujuk benang merah senada: kasih dalam perbuatan.
Mereka mengeluh kesulitan membeli bambu ka-
Oleh keikhlasan berbagi kasih, Bunda Theresa digan-
rena tak memiliki uang tunai, dan tak ada bank
jar Nobel Perdamaian. Kita boleh kagum. Juga me
atau peminjam terkemuka yang bersedia memin-
rasa itu wajar. Bukankah beliau mewarisi betul pesan
jamkan uangnya pada masyarakat seperti mereka.
yang sama dari para Jemaat Perdana?
Secara spontan, Yunus lalu meminjamkan se-
Novel klasik “Quo Vadis” karya Henryk Sienkie-
jumlah uang (27 dolar) kepada 42 keluarga untuk
wicz bahkan mengisahkan bagaimana keteguhan
membeli bambu. Yang kemudian membuatnya
hati para Jemaat Perdana, bersama Rasul Petrus
terkejut, para perempuan itu membayar kembali
dan Paulus, diuji tirani Kaisar Nero. Dalam satu
pinjaman mereka. Pengalaman tersebut menyen-
petikan kisah tersebut, Rasul Paulus bahkan tetap
tuh Yunus untuk membantu lebih banyak keluarga
menganjurkan seorang jemaat yang tengah diba-
miskin di Bangladesh. Bahkan dalam temuannya,
kar agar sedia mengampuni pelaku kekejian terse-
banyak perempuan merupakan pencari nafkah
but. Di sini justru melahirkan peristiwa luar biasa.
tunggal keluarganya. Mereka terbentur ketiadaan
Jemaat Perdana, bersama pesan yang diwariskan
uang tunai untuk memulai usaha.
pendahulu mereka, tak habis. Sebaliknya menjadi berlipat ganda.
Dituturkan Branson, Grameen (dalam bahasa Bangali berarti: bank desa) kini telah meminjamkan
Dalam penelaahan tersebut, saya memahami
sekitar US$10,89 miliar dalam jumlah-jumlah kecil
‘pesan’ memiliki sifat laiknya alam ini. Ia tak me
pada peminjam. Hal yang luar biasa adalah tingkat
nyerah dalam tekanan, tak kalah dalam taling
pengembalian pinjaman yang mencapai 96,89%.
tarung. Namun ‘pesan’ akan mati tatkala didiam-
Angka yang menakjubkan dibanding pengembalian
kan atau hampa. Alam tak menyukai kehampaan.
pinjaman dengan tingkat pengembalian dari bela-
Karakter negatif tersebut hanya pada kematian.
han dunia lain. Dan sisa dari kisah ini adalah legenda.
Oleh karenanya ‘pesan’ yang hendak kita
Yunus dan Branson telah menitipkan bah-
titipkan tidak selalu bergantung pada medium
kan mewariskan kembali sebuah pesan bagi
yang digunakan. Kemajuan teknologi komuni-
kita. Sebagaimana juga ada Jemaat Perdana
kasi belum menjamin seutuhnya, bahwa pesan
dan Bunda Theresa. Di tangan orang benar,
kita telah melekat dalam benak lawan bicara.
pesan tersebut akan selalu hidup pada saya,
Kita bahkan terbiasa disindir dengan anekdot
anda, dan kita yang menyematkannya dalam
pribadi komersil. Dimana ponsel pribadi kerap
relung hati. Seperti terdapat dalam selarik
paling awal disentuh daripada mereka dalam
petuah: Perbuatlah inti dari kebaikan ini, dan
khasanah keluarga.
perhatikan apa yang terjadi.
lapo aksara
MEWARISKAN PESAN
15