Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Vol.13 No.1 Hlm.1 - 38 Karawang Mei 2014
4 PRAKIRAAN SERANGAN OPT MT.2014
10 CORYNEBACTERIUM Paenibacillus polymyxa
23
ATASI ULAT TANAH
BULETIN PERAMALAN OPT
Media Komunikasi Masyarakat
Perlindungan
PELINDUNG Kepala BBPOPT
PENANGGUNG JAWAB Kabid Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi PIMPINAN REDAKSI Kasi Informasi dan Dokumentasi WK.PIMPINAN REDAKSI Kasi Pelayanan Teknik REDAKTUR PELAKSANA Sarsito Wahono Gaib Subroto Baskoro Sugeng Wibowo M. Antulat Taufiequrachman Elwidar Is Lilik Retnowati Memed Jamhari Urip Slamet Riyadi STAF REDAKSI Dulhalim DOKUMENTASI & GRAFIS Urip Slamet Riyadi SIRKULASI Eri Budiyanto ALAMAT REDAKSI Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) : (0264) 360581, 360368 : peramal_hama@hotmail.com
www.bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id
Vol.13, No.1. Mei 2014
“Memasuki tahun 2014 yang kita perlukan kreatifitas dan gerakan di lapangan guna mencapai target dan sasaran produksi tahun 2014” tegas Dirjen Tanaman Pangan Ir. Udhoro Kasih Anggoro MS pada pertemuan Rakernas yang berlangsung tanggal 8 Januari 2014 di Gedung P2BN. Rakernas dihadiri oleh sekitar 240 orang peserta berasal dari seluruh dinas/badan/ lingkup pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis Pusat yang ada di daerah, dan peserta pusat. Rakernas ini merupakan pertemuan awal memasuki tahun 2014 guna menyepakati target dan sasaran pembangunan pertanian tanaman pangan per provinsi sebagai tindak lanjut pembangunan pertanian dan review pencapaian tahun 2013 serta dalam rangka pemantapan dan percepatan pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2014. Adapun sasaran produksi tahun 2014 untuk padi sebesar 76,56 juta ton, jagung sebesar 20,82 juta ton, kedelai sebesar 2,7 juta ton. Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan pertanian tanaman pangan sangat ditentukan oleh komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program dan kegiatan yang telah dirancang. Pemantapan dan percepatan pelaksanaan program / kegiatan 2014 perlu dilakukan segera dan antisipasi secara dini terhadap kemungkinan kendala yang akan timbul sehingga pelaksanaan kegiatan 2014 dapat berjalan lancar, efektif dan efisien. Angka-angka produksi meningkat, namun kendala pun tidak dapat dikesampingkan. Masih ada dinamika lapangan yang perlu diperbaiki seperti keterlambatan penyaluran benih, pupuk bersubsidi, optimalisasi penyuluhan, dsb. Dengan terlaksananya rapat kerja ini maka Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian di daerah segera menindaklanjuti pelaksanaan program dan kegiatan dengan menjabarkan ke tingkat kabupaten. Mengingat keberhasilan pembangunan pertanian tanaman pangan dan tercapainya target serta sasaran produksi tahun 2014 sangat ditentukan oleh keberhasilan daerah.(Joice/Humas TP)***
1
BULETIN PERAMALAN OPT Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com, bbpopt@gmail.com
Send via Website bbpopt Selamat siang Pak... Untuk awal tahun ini (MH. 2013/2014) apakah ada serangan Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas. Walker) di wilayah Kabupaten Karawang?. Mohon info dan tindak pengendaliannya.! (Sigit - Karawang, Jawa Barat) Kepada Sdr. Sigit di Karawang, Berdasarkan informasi dari Koordinator POPT Kabupaten Karawang, serangan Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas. Walker) hampir merata di pertanaman, menyerang pada umur 20 - 60 hari setelah tanam (HST). Sebagai bahan perbandingan hasil pengamatan di kebun percobaan BBPOPT Jatisari - Karawang intensitas serangan 0,5 % sampai dengan 8 % pada umur tanaman 49-63 HST. Jadi serangan Penggerek Batang Padi Kuning tetap ada dan perlu diwaspadai pada musim sekarang ini. Berikut paket pengendalian Penggerek Batang Padi Kuning untuk diterapkan di lapangan. Daerah serangan endemik Pengaturan Pola Tanam : Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama. Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur PBP secara massal. Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan tanam varietas genjah, dan pada pertengahan musim hujan tanam varietas dalam (berumur > 120 hari). Pengendalian fisik dan mekanik Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi ± 10 cm agar jerami atau Vol.13, No.1. Mei 2014
Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman. Telur-telur yang terkumpul dipelihara (antara lain dalam bumbung) dan apabila keluar parasitoid, dilepaskan kembali ke pertanaman.
Pengendalian Hayati Pemanfaatan musuh alami dilakukan dengan jalan pengumpulan kelompok telur dan pelepasan kembali parasitoid. Dilakukan pengembangbiakan parasitoid Trichogramma sp. Pada telur Corcyra sp. Penggunaan Insektisida Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata > 1 kelompok telur atau intensitas serangan rata-rata ≥ 5%. Kalau tingkat parasitasi kelompok telur pada fase awal vegetatif > 50% tidak perlu aplikasi insektisida. Daerah serangan sporadik Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat. Penyemprotan dengan insektisida berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata ≥ 1 kelompok telur/ 3m2 atau intensitas serangan PBP (sundep) rata-rata ≥ 5% dan beluk rata-rata 10% selambat-lambat tiga minggu sebelum panen.(Redaksi)*** 2
BULETIN PERAMALAN OPT
Send via Website bbpopt Pak Admin Saya petani tinggal di Blitar, Jawa Timur Untuk memperbanyak agens hayati Bakteri Merah apa perlu diberi air udang (ebi/terasi). Mohon penjelasannya Terima kasih. Salam….!!! (Ghamber – Blitar, Jawa Timur). Kami tidak pernah merekomendasikan seperti itu, alasannya adalah terlalu banyak nutrisi protein yang tinggi akan merangsang tumbuhnya mikroba yang baru (kontaminasi). Demikian jawaban dari kami, dan tolong informasikan kepada yang lain, terima kasih dan salam kembali. (Redaksi) Send via Inbox facebook bbpopt Mau bertanya pak?, Pasca banjir, tanaman padi saya pertumbuhannya tampak terhambat dan muncul tanda pada daun padi berwarna merah kekuningan, bentuk tidak beraturan yang muncul dari tepi daun, kata teman2 petani itu tanda gejala penyakit kresek. Mohon penjelasannya, apakah yang dimaksud dengan penyakit kresek itu? Terima kasih. (Turahno, Sragi Pekalongan)
Judul : Pelatihan P3OPT Pangan Foto : Memed Jamhari Lokasi : Kebun Percobaan BBPOPT Vol.13, No.1. Mei 2014
1 2 4 10 12 15 17 21 23 29 31 30 33 35 37 38
Saudara Turahno di Sragi, Pekalongan, memang penyakit kresek atau Hawar Daun Bakteri adalah penyakit utama pada tanaman padi sawah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang menyerang pada bagian daun padi. Penyakit ini dapat menginfeksi tanaman padi mulai fase pembibitan hingga fase generative. Adanya bercak yang bapak sebutkan diatas yang muncul dari tepi daun bisa berkembang lanjut menjadi kering dan sering disebut dengan istilah “kresek”. Gejala lainnya antara lain mengakibatkan bibit padi menjadi kering bila serangan terjadi pada persemaian, pertumbuhan tanaman terhambat, butirbutir padi kurang bernas dan kualitas beras rendah karena persentase beras pecah tinggi. Pengendalian penyakit kresek ini dapat dilakukan dengan cara : Menanam varietas padi yang tahan terhadap penyakit kresek/hawar daun bakteri. Perbaikan bercocok tanam (persemaian di tempat yang drainasenya baik, pemakaian pupuk N tidak melebihi dosis anjuran, perbaikan sistem pengairan sehingga mudah untuk pengeringan). Sanitasi tanaman terhadap sisa-sisa tanaman sakit. Perendaman benih padi dengan larutan Paenibacillus polymyxa (Corynebacterium) selama 15 menit Penyemprotan dengan agens antagonis Paenibacillus polymyxa dengan dosis 5 cc/liter pada persemaian umur 10 Hss, dan pada tanaman berumur 14,28, dan 42 hari setelah tanam (HST).
CATATAN REDAKSI SURAT PEMBACA INFO PERAMALAN TOPIK UTAMA REPORTASE AGRO IPTEK TEKNOLOGI PERLINTAN AGENDA MIMBAR PROTEKSI KLINIK TANAMAN KOLOM NABATI REPORTASE STOP PRESS SEKILAS INFO PROFIL PETANI SKETSA
Gejala serangan penyakit BLB/ Kresek pada daun dan tanaman muda (Foto : Urip SR) 3
BULETIN PERAMALAN OPT
ďƒ˝
P
rakiraan serangan OPT utama tanaman padi di Indonesia pada MT.2014 yaitu sebesar 205.131 hektar. Apabila dibandingkan dengan MT. 2013/14 seluas 176.750 ha dan MT. 2013 seluas 191.186 mengalami kenaikan. Secara berurutan prakiraan luas serangan maksimum pada MT. 2014 untuk jenis hama adalah Tikus mencapai 47.302 ha, Penggerek Batang Padi mencapai 87.702 ha, Wereng Batang Coklat mencapai 43.743 ha dan Ulat Grayak mencapai luas 2.206 ha. Untuk prakiraan serangan maksimum jenis penyakit yaitu BLB/Kresek seluas 15.362 ha, Blas 5.441 ha dan Tungro seluas 3.376 ha. Secara rinci prakiraan serangan OPT utama padi antar musim dapat dilihat pada table 1. Sedangkan ulasan prakiraan serangan masing-masing OPT utama tanaman padi MT. 2014 berdasarkan wilayah Provinsi dapat dilihat pada table 2. Berikut ulasannya :
1
Prakiraan serangan Penggerek Batang Padi (PBP) ter tinggi dipr akir akan akan terjadi di provinsi Jawa Tengah prakiraan serangan mencapai luas 20.544 hektar, Jawa Barat seluas 18.439 hektar dan Jawa Timur seluas 6.724 hektar. Prakiraan serangan Wereng Batang Coklat (WBC) ter tinggi ter dapat di 3 (tiga) provinsi yaitu Jawa Tengah mencapai luas serangan 20.820 hektar , diikuti provinsi Jawa Timur seluas 8.607 hektar, dan Jawa Barat seluas 6.874hektar. Tiga provinsi yang diprakirakan serangan hama Tikus tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah seluas 10.809 hektar, diikuti provinsi Jawa Barat 6.977 hektar, dan Jawa Timur seluas 5.701 hektar. Prakiraan serangan penyakit Tungro yang tinggi akan terjadi di 3 (tiga) provinsi, yaitu provinsi Jawa Barat 630 hektar, Jawa Tengah 435 hektar dan Jawa Timur 363 hektar.
2
3
6
Prakiraan serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)/Kresek/BLB tertinggi diprakirakan akan terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Barat prakiraan serangan mencapai luas 3.820 hektar, Jawa Tengah seluas 3.094 hektar dan Jawa Timur seluas 2.935 hektar. Prakiraan serangan Ulat Grayak tertinggi terdapat di 3 (tiga) provinsi yaitu Sulawesi Tenggara mencapai luas serangan 609 hektar , diikuti provinsi Kalimantan Tengah seluas 264 hektar, dan Sulawesi Barat seluas 222 hektar.
7
4 5
Tiga provinsi yang diprakirakan serangan Penyakit Blas tertinggi adalah provinsi Jawa Timur seluas 1.094 hektar, diikuti provinsi Jawa Barat 812 hektar, dan Jawa Timur seluas 738 hektar.
Vol.13, No.1. Mei 2014
4
BULETIN PERAMALAN OPT
Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2013 dan MT. 2013/2014 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2014 di Indonesia. No. OPT UTAMA
KLTS MT. 2013 (Ha)
KLTS MT. 2013/14 (Ha)
Prakiraan Serangan MT. 2014 (ha)
Sasaran Tanam MK.2014 (Ha)
% Prakiraan thd Sasaran tanam
1
PBP
52.232
43.368
87.702
1.49
2
WBC
31.183
30.729
43.743
0.74
3
TIKUS
60.805
59.156
47.302
0.80
4
TUNGRO
4.147
2.291
3.376
5
BLAS
15.364
13.581
5.441
0.09
6
BLB
25.475
26.307
15.362
0.26
7
Ulat Grayak
1.889
1.319
2.206
0.04
191.186
176.750
205.131
Jumlah
5.897.113
0.06
5.897.113
3.48
Tabel 2. Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT.2014 menurut Propinsi di Indonesia No.
Propinsi
PBP (ha)
WBC (ha
TIKUS (ha)
TUNGRO (ha)
BLAS (ha)
BLB (ha)
Ulat Grayak
1
Pem ACEH
517
128
749
6
110
144
85
2
Sumatra Utara
462
137
1.333
72
179
1.000
25
3
Sumatra Barat
53
542
644
83
139
20
9
4
Riau
430
399
323
6
81
7
8
5
Jambi
169
30
77
7
34
18
16
6
Sumatra Selatan
2.664
335
2.516
58
235
358
142
7
Bengkulu
1.214
60
758
179
126
183
49
8
Lampung
2.693
227
1.858
9
293
485
8
9
Kep. Babel
978
365
884
6
210
4
8
10
Kep. Riau
0
3
2
6
5
4
8
11
DKI Jakarta
5
3
2
6
5
4
8
12
Jawa Barat
18.439
6.874
6.977
630
812
3.820
125
13
Jawa Tengah
20.544
20.820
10.809
435
738
3.094
114
14
DI Jogjakarta
2.313
419
1.044
72
122
437
10
15
Jawa Timur
6.724
8.607
5.701
363
1.094
2.935
71
16
Banten
5.005
1.550
1.605
208
58
1.061
8
17
Bali
526
398
294
360
127
210
8
18
NTB
657
241
215
106
65
158
30
19
NTT
2.283
274
344
164
21
53
70
Vol.13, No.1. Mei 2014
5
BULETIN PERAMALAN OPT
Lanjutan Tabel 2. Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT.2014 menurut Propinsi di Indonesia No.
Propinsi
PBP (ha)
WBC (ha
TIKUS (ha)
TUNGRO (ha)
BLAS (ha)
BLB (ha)
Ulat Grayak
20
KALBAR
1.299
18
470
114
88
8
8
21
KALTENG
365
60
591
6
45
10
264
22
KALSEL
2
3
54
6
11
4
8
23
KALTIM
972
2.144
488
72
105
44
17
24
SULUT
899
3
207
94
45
98
65
25
SULTENG
4.346
3
1.741
86
66
384
8
26
SULSEL
6.179
72
3.744
20
232
541
79
27
SULTRA
5.068
3
2.194
6
202
29
609
28
GORONTALO
817
3
250
6
5
194
52
29
SULBAR
1.344
8
1.213
144
50
35
222
30
MALUKU
80
3
69
6
10
4
8
31
Maluku Utara
522
3
7
31
23
4
8
32
Papua Barat
0
3
2
6
5
4
8
33
PAPUA
134
3
138
6
100
11
52
87.702
43.743
47.302
3.376
5.441
15.362
2.206
Jumlah
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
Vol.13, No.1. Mei 2014
6
BULETIN PERAMALAN OPT
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS ( Rattus argrntiventer ) PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
Vol.13, No.1. Mei 2014
7
BULETIN PERAMALAN OPT
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAST ( Pyricularia grisea ) PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
Vol.13, No.1. Mei 2014
8
BULETIN PERAMALAN OPT
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLB ( Xanthomonas oryzae ) PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK ( S. litura ) PADA MT.2014 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
Vol.13, No.1. Mei 2014
9
BULETIN PERAMALAN OPT
ď •ď€
B
ila mendengar Corynebacterium, atau bakteri Coryn, tentu kita tidak asing lagi. Bakteri ini sudah dikenal khususnya oleh petani di Indonesia sejak 18 tahun yang lalu. Petani memanfaatkan Corynebacterium untuk mengendalikan penyakit kresek / HDB (Hawar Daun Bakteri) yang disebabkan oleh bakteri X anthomonas oryzae. Bakteri antagonis Corynebacterium, merupakan hasil eksplorasi tim agens hayati Balai Besar Peramalan Organisme Penganggu Tumbuhan, Jatisari, Karawang pada tahun 1996, atas keprihatinan terhadap kerusakan, kehilangan hasil oleh penyakit, serta belum adanya sarana pengendalian yang ramah lingkungan. Bakteri ini dieksplorasi dari tanaman yang sehat di antara tanaman yang terserang hawar daun bakteri. Tim agens hayati Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan melakukan identifikasi secara morfologi terhadap bakteri ini dan hasil identifikasi pada saat itu adalah Corynebacterium sp (Wibowo, 1996). Corynebacterium sp kemudian menjadi sarana pengendalian penyakit HDB yang efektif, ramah lingkungan serta telah diterima oleh petani secara nasional, bahkan telah dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit tanaman yang lain. Lima tahun terakhir ini, beberapa pihak mempertanyakan hasil identifikasi. Benarkah bakteri tersebut adalah Corynebacterium sp? Menurut informasi dari pakar kesehatan, sebagian genus Corynebacterium adalah patogen terhadap manusia. Bakteri ini tergolong dalam kelas Diphtheri yang menyebabkan penyakit difteri. Sebagian genus Corynebacterium menghasilkan racun difteri, sebuah eksotoksin protein, dengan berat molekul 62 kilodalton. Meskipun demikian, tidak semua strain Corynebacterium berbahaya bagi manusia (Anonim, 2011; Wikipedia.org). Vol.13, No.1. Mei 2014
10
BULETIN PERAMALAN OPT
Selama ini belum ada yang melaporkan dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan Corynebacterium seperti sakit atau kematian khususnya para petani maupun petugas laboratorium. Pada Tahun 2011 BBPOPT melakukan uji toksisitas Corynebacterium terhadap Mus musculus bekerjasama dengan Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Hasilnya adalah perlakuan bakteri tidak menyebabkan kerusakan fungsi pada organ-organ mencit (lesi). Seiring dengan berkembangnya Laboratorium PCR, Pada Tahun 2013, BBPOPT bekerjasama dengan PT Genecraft Labs dan PT Genetika Science dalam hal sequencing DNA, mendeteksi Corynebacterium secara genetika dengan teknik PCR. Primer yang digunakan adalah general primer for bacteri; Forward primer dengan urutan 5’ AGAGTTTGATCCTGGCTCAG 3’ reverse primer dengan urutan 5’ GGTTACCTTGTTACGACTT 3’. Data hasil sequen kemudian diolah menggunakan NCBI BLAST secara on line. Dari hasil sequen, teridentifikasi bahwa bakteri yang selama ini diidentifikasi Corynebacterium adalah Paenibacillus polymyxa. Hasil identifikasi ini telah memperkuat hasil identifikasi dari Balai Besar Biogen Bogor pada tahun 2009. Paenibacillus polymyxa Klasifikasi dari bakteri ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Divisi : Firmicutes Klas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Paenibacillaceae Genus : Paenibacillus Spesies : Paenibacillus polymyxa (Ash et al. 1994)
Penulis: Ani Widarti POPT Ahli Pertama BBPOPT
Vol.13, No.1. Mei 2014
Paenibacillus polymyxa merupakan bakteri non patogen yang menguntungkan di bidang kesehatan dan lingkungan. Bakteri ini penghasil antibiotik polimiksin. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Di bidang pertanian, P. polymyxa dapat ditemukan di tanah dan tanaman. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen. Biofilms dari P. polymyxa menunjukkan produksi eksopolysakarida pada akar tanaman yang dapat melindungi tanaman dari patogen. Hasil uji di BB Biogen bakteri juga mengandung hormon pengatur tumbuh giberelin. Hasil identifikasi ini menunjukkan bahwa Corynebacterium yang selama ini sudah digunakan oleh petani bukan bakteri yang berbahaya bagi manusia. Petani dihimbau untuk tidak ragu – ragu dalam menggunakan Corynebacterium sebagai agens pengendali hayati karena Corynebacterium yang selama ini kita gunakan adalah Paenibacillus polymyxa. Sosialisasi kepada para pengguna harus tetap dilakukan, agar lebih memantapkan dalam penggunaan bakteri antagonis Coryn (P. polymyxa). Tanaman dapat terbebas dari infeksi patogen tanama. Walaupun peribahasa mengatakan ‘apalah arti sebuah nama jika bunga mawar sama harumnya dengan bunga apapun’. Tetapi lebih bijaksana mengganti sebutan Corynebacterium dengan Paenibacillus polymyxa oleh karena telah ada pembuktian ilmiah yang nyata. (Ani & Baskoro) ***
11
BULETIN PERAMALAN OPT
ď‚ľď€
Yogyakarta, 5/05/2014. Perlindungan tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan tanaman adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut selain untuk konsumsi adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan. Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam.
D
alam rangka melaksanakan upaya Perlindungan tanaman telah diambil langkah kebijakan yang terbaru, yaitu gerakan SPOT STOP. Untuk mendukung gerakan tersebut, salah satu kelembagaan perlindungan tanaman yang berperan langsung dalam operasional perlindungan tanaman di lapangan, yaitu Brigade Proteksi Tanaman (BPT). BPT dibentuk dengan tujuan untuk membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan eksplosif serangan OPT. Operasional BPT mempunyai wilayah kerja yang mencakup beberapa kabupaten/kota yang diasumsikan mempunyai karakteristik fisik lahan dan agroekosistem yang sama, pola ini diterapkan sesuai dengan sifat OPT yang tidak mengenal batas lintas geografis wilayah maupun administrasi serta OPT berkembang secara cepat dan meluas dalam waktu yang singkat.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Produk PPAH dari gabungan kelompok Tani binaaan BPTP DIY dipamerkan dalam rangka optimalisasi BP3K se- DIY (Foto: Urip SR) 12
BULETIN PERAMALAN OPT
Mengingat keadaan BPT saat ini sangat bervariasi baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana, perlu dilakukan upaya revitalisasi BPT untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan. Dalam pelaksanaannya BPT dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH) atau Regu Perlindungan Tanaman (RPT) dan kelompok tani yang secara khusus menangani pengendalian OPT dan dapat dioperasionalkan setiap saat bila diperlukan. RPT merupakan salah satu seksi dalam kelompok tani yang mempunyai anggota sekitar 10-15 orang, mempunyai sarana pengendalian berupa alat pengendalian, pestisida dan perlengkapan lainnya. Apabila terjadi eksplosi, RPT merupakan tim terdepan dalam pengendalian OPT. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengoptimalkan kinerja BPT perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Liputan di Yogyakarta banyak sekali ditemui kelompok tani yang berprestasi selain bergabung dalam Regu Perlindungan Tanaman mereka juga sebagai petani pengamat, petani pemandu dan sebagai Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Tercatat ada sekitar 20 PPAH di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berproduksi menyediakan agens hayati diantaranya adalah Beauveria bassiana, Gliocladium, Corynebacterium (Paenibacillus polymyxa), Pestisida Nabati, dan pupuk organik. Salah satu nara sumber yang diliput adalah Kelompok Tani “Margo Rukun� yang beralamat di Dusun Kemukus, Desa Tanjung Harjo, Kec. Nanggulan, Kab. Kulon Progo yang diketuai oleh Sudiyono (40) selain sebagai petani pengamat/ pemandu, ia juga aktif di kegiatan sosial lainnya. Beberapa produk agens hayati yang diproduksi KT. Margo Rukun antara lain jamur pathogen serangga Beauveria bassiana, dan agens antagonis Paenibacillus polymyxa (Corynebacterium). Beruntung pada saat liputan banyak sekali kelompok tani berkumpul memamerkan hasil produknya mereka berlomba dalam rangka penilaian kinerja BP3K.
Untung Suharjo salah satu petani yang tergabung dalam Regu Perlindungan Tanaman (RPT) Kabupaten Kulon Progo menerangkan kegiatan RPT dalam pengendalian OPT (Foto: Urip SR)
Produk agens hayati Kelompok Tani Margo Rukun yang ikut dipamerkan (Foto : Urip SR) Vol.13, No.1. Mei 2014
13
BULETIN PERAMALAN OPT
Liputan di Yogyakarta banyak sekali ditemui kelompok tani yang berprestasi selain bergabung dalam Regu Perlindungan Tanaman mereka juga sebagai petani pengamat, petani pemandu dan sebagai Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Tercatat ada sekitar 20 PPAH di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berproduksi menyediakan agens hayati diantaranya adalah Beauveria bassiana, Gliocladium, Corynebacterium (Paenibacillus polymyxa), Pestisida Nabati, dan pupuk organik. Salah satu yang dikunjungi oleh peliput adalah RPT “Martani” yang beralamat di Giripeni, Wates Kulon Progo yang diketuai oleh Untung Suharjo (40) selain sebagai petani pengamat/ pemandu, ia juga aktif di kegiatan sosial lainnya. Anggota RPT Martani terdiri dari 10 orang yang wilayah kerjanya meliputi daerah Kulon Progo Selatan (Kec. Panjatan, Wates dan sekitarnya). Tugas RPT adalah melakukan kegiatan pengendalian khususnya pada daerah-daerah endemis (sumber infeksi), memotivasi dan menggerakkan petani dalam melaksanakan perlindungan tanaman secara cepat, tepat, akurat dan serempak, dan menerapkan prinsip-prinsip pengendalian OPT dengan baik sesuai dengan prinsip PHT. Konsep pengembangan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) atau Regu Perlindungan tanaman (RPT) di provinsi DI. Yogyakarta pada tingkat Provinsi terdiri dari 6 orang per unit BPT yang ada di UPTD BPTP Dinas Pertanian DIY. Kemudian di tingkat kabupaten sebanyak 14 unit RPT dan tiap unit personilnya sebanyak 10 orang dan 5 tenaga cadangan, sedangkan di tingkat kecamatan 1 unit RPT di setiap BPP dengan kekuatan 10 tenaga inti dan 5 cadangan. Untuk RPT tingkat kabupaten terdiri dari 13 unit dengan rincian 4 kabupaten (Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul masing-masing 3 unit RPT dan 1 unit RPT di Kotamadya Yogyakarta. Disiapkan di kantor BPT di tingkat provinsi yaitu di UPTD BPTP Dinas Pertanian sesuai pedoman umum pusat meliputi kantor dan gudang BPT serta sarana pengendalian OPT.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Nara sumber dari Regu Perlindungan Tanaman (RPT) Kulon Progo didampingi staf BPTP DI.Yogyakarta, saat wawancara dengan tim liputan (Foto: Urip SR)
Untuk masing-masing unit RPT di kabupaten maupun kecamatan disediakan pos RPT. Adapun tugas pokok dan fungsi BPT dan RPT provinsi DIY yaitu: Membantu petani dalam menghadapi daerah sumber serangan dan ledakan OPT. Dalam pelaksanaannya BPT dibantu oleh RPT. Memberdayakan RPT. Mengoptimalkan fungsi koordinasi pengendalian OPT antara anggota BPT, RPT, POPT dan instansi terkait. Dalam kegiatannya Brigade Proteksi Tanaman dibantu oleh 147 orang petani anggota Regu Perlindungan Tanaman (RPT)/Regu Pengendali Hama (RPH) di daerah endemis OPT dan sentra produksi sebagai berikut : Kab. Sleman 42 orang Kab. Bantul 50 orang Kab. Kulon Progo 30 orang Kab. Gunung Kidul 25 orang Inilah hasil liputan selama di Yogyakarta menengok kegiatan BPTP DIY mengenai perlindungan tanaman yang mempunyai makna yang sangat penting dalam peran serta mengawal program P2BN.*** Tim liputan : Urip SR/Andi Heru Isnanto/ Bambang Heryanto.
14
BULETIN PERAMALAN OPT
Teknologi Hiperspektral Untuk Menghitung Estimasi Pangan Nasional
T
eknologi hiperspektral merupakan cara memperoleh gambaran kondisi di permukaan bumi secara simultan, dengan memakai jumlah kanal. Biasanya lebih dari 200 kanal serta menggunakan panjang gelombang yang sempit dan saling berdekatan. Di sektor pertanian, teknologi itu bisa merekam gambaran kondisi di persawahan. Dengan melihat permukaan lahan pertanian yang direkam lewat hiperspektral itu, maka pengambil keputusan bisa mengetahui situasi terkini dan apa yang harus dilakukan. Alih fungsi lahan di Indonesia masih cukup tinggi. Semakin banyak penduduk, maka tanahpun menjadi sangat penting untuk diperebutkan. Tanah pertanian pun acapkali diperebutkan untuk sektor non pertanian. Data litbang Kementerian Pertanian menyebutkan setiap tahun terjadi alih fungsi lahan seluas 100 ribu - 120 ribu hektar per tahun. Kepala Litbang Pertanian Haryono saat menjadi pembicara Workshop International Hyperspectral Tecknology Remote Sensing to Support Indonesia Food Security Program yang diselenggarakan BPPT beberapa waktu lalu, menjelaskan alih fungsi lahan terbesar di Jawa. “Lahan-lahan pertanian dijadikan industry dan perumahan, kenapa di Jawa karena 60% penduduk ada di Jawa. Dan 60% Gross Domestic Product dari Jawa. Selain itu 60% kontribusi pangan dari Jawa, “ papar Haryono. Sementara alih fungsi lahan di luar Jawa pada umumnya dari pertanian ke perkebunan seperti karet dan sawit. Pada tahun ini alih fungsi lahan di Jawa Barat sudah mencapai 27 ribu hektare. Saat ini luas lahan padi Indonesia mencapai 7,86 hektar Dan 60% nya ada di Jawa. Sementara kebutuhan pangan terutama beras sampai tahun 2025 sebesar 58,6 juta ton atau setara dengan 12,91 juta hektar lahan padi.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Untuk memenuhi kebutuhan beras itu, menurut Haryono, perlu penambahan areal sekitar 130 ribu hektar untuk lahan pertanian setiap tahunnya. Untuk bisa memenuhi oasokan pangan terutama beras pada 2025 sebesar 58,6 ton tersebut, perlu banyak tindakan diantaranya pengadaan lahan abadi yang wajib di setiap daerah. Dan tentu saja teknologi pertanian yang bisa mengukur estimasi kebutuhan lahan dan pangan nasional. Dalam kesempatan itu Muhammad Sadly dari Pusat Teknologi Investasi Sumberdaya Alam BPPT menjelaskan ada teknologi yang bisa dipakai untuk mengukur estimasi kebutuhan pangan nasional pada 2025. Salah satu teknologinya adalah Hyperspecktral remote sensing yang telah diujicobakan BPPT bekerja sama dengan Jepang. Adapun area ujicoba di Karawang, Indramayu, dan Subang, Jawa Barat.
15
BULETIN PERAMALAN OPT
Teknologi hiperspektral ini merupakan paradigma baru dalam dunia penginderaan jauh (remote sensing). Teknologi ini memanfaatkan jumlah kanal yang jumlahnya cukup banyak, sehingga pengguna bisa dengan leluasa mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan. Seperti dikatakan Sadly, teknologi hiperspektral merupakan cara memperoleh gambaran kondisi di permukaan bumi secara simultan, dengan memakai jumlah kanal. Biasanya lebih dari 200 kanal serta menggunakan panjang gelombang yang sempit dan saling berdekatan. Di sektor pertanian, teknologi itu bisa merekam gambaran kondisi di persawahan. Dengan melihat permukaan lahan pertanian yang direkam lewat hiperspektral itu, maka pengambil keputusan bisa mengetahui situasi terkini dan apa yang harus dilakukan. “BPPT sudah membuat aplikasinya untuk pemetaan wilayah pertanian, estimasi produksi, maupun kerusakan lahan. Model ini dipakai secara nasional mulai tahun 2013. Pada tahun 2012 hanya di Pulau Jawa.� kata Sadly. Ia mencontohkan saat aplikasi ini diterapkan di Karawang, maka Dinas Pertanian setempat bisa memantau kondisi lahan, cuaca, musim tanam dan panen. Dengan adanya teknologi itu, maka setiap daerah akan memiliki data akurat berapa luas lahan, estimasi produk pascapanen, hingga kemungkinan gagal panen akibat eksplosif OPT (hama & penyakit), cuaca ekstrim, dan lainnya. Dengan adanya laporan terkini maka Dinas Pertanian bisa mengambil kebijakan terkait ketahanan pangan daerah maupun nasional. Dari teknologi yang menggunakan penginderaan jauh atau satelit itu, bisa memprediksi kemampuan tiap daerah menyediakan pangan. “Ini tidak hanya padi, tapi tanaman pangan lainnya juga bisa memakai aplikasi teknologi tersebut, “ kata Sadly. Lebih menarik lagi dalam setiap foto satelit yang dihasilkan sangat terperinci.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Mulai struktur daun padi, bulir padi, dan hal-hal lain yang terkait dengan kondisi tanaman tersebut terpapar dengan sangat lengkap dan jelas. Apabila setiap daerah sudah menggunakan teknologi hiperspektral ini maka pemerintah sudah bisa mengukur kebutuhan pangan nasional pada 2025, stok pangan nasional, dan berapa besar kran impor nasional. (Media Iptek)***
16
BULETIN PERAMALAN OPT
Kontribusi MOL dan PGPR Dalam Memacu Pertumbuhan dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Penyakit Tanaman Padi
ď€
Oleh : Umi Kulsum)* dan Lia Lisnawati)** Fungsional BBPOPT
K
ajian pengaruh MOL (Mikro Organisme Lokal) dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) terhadap pertumbuhan tanaman padi merupakan salah satu kontribusi bagi dunia pertanian organik. Kegiatan kajian ini dilaksanakan seiringan dengan rangkaian kegiatan pekan peramalan OPT di Balai Besar Peramalan OPT, Jatisari. Larutan MOL merupakan larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar kita. Sedangkan PGPR adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman dan menguntungkan secara agresif mengkolonisasi bagian perakaran. Cara pembuatan MOL dan PGPR cukup mudah dan sederhana. Bahan utama dalam pembuatan MOL adalah bahan karbohidrat, glukosa dan sumber bakteri. Pada kajian ini, bahan MOL yang digunakan sebagai sumber bakteri adalah bonggol pisang. Dalam kandungan bonggol pisang dihuni minimal ada 7 isolat mikroba, yaitu A zospirillum, A zotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus sp, mikroba pelarut fosfat dan mikroba sellulotik. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan MOL diantaranya ember berkapasitas 10 liter, bonggol merah sebanyak 5 kg, gula merah 0,25 kg dan air cucian beras 10 liter. Cara pembuatan larutan MOL diantaranya adalah menumbuk bonggol pisang, masukkan hasil tumbukan bonggol pisang dan gula merah ke dalam larutan air cucian beras, aduk hingga merata dan simpan selama 15-30 hari. Setelah 15 hari, larutan MOL siap untuk digunakan.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Dalam aplikasinya, dosis yang digunakan adalah 1 liter/tangki ukuran 14 liter. Waktu aplikasi yang digunakan adalah setelah tanaman padi berumur 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 HST.
BAHAN MOL 1. Bonggol Pisang 2. Air Cucian beras 3. Gula Merah
17
BULETIN PERAMALAN OPT
Pembuatan PGPR sama mudahnya dengan pembuatan larutan MOL. Alat dalam membuat larutan PGPR adalah jerigen yang berkapasitas 20 liter, kompor, corong, panci, centong pengaduk, saringan dan gayung. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu diantaranya sumber bakteri (biang bakteri) dapat diperoleh dari akar tanaman yang tidak pernah terinfeksi patogen dan pada kajian ini sumber bakteri yang digunakan adalah akar bambu. Bahan perbanyakannya adalah aquades sebanyak 20 liter, gula 200 gr, bekatul sebanyak 1 kg dan terasi 100 gr. Cara pembuatannya terdiri dari dua langkah, yaitu membuat biang bakteri dan membuat perbanyakan PGPR. Langkah pertama dalam membuat biang bakteri adalah mencacah akar bambu hingga ukuran kecil. Kemudian rendam cacahan akar tersebut ke dalam 2 liter air bersih. Selanjutnya simpan selama 4 hari dan saring serta diambil airnya sebagai biang bakteri. Langkah selanjutnya membuat perbanyakan PGPR, yaitu dengan memasukkan semua bahan perbanyakan PGPR ke dalam panci, kemudian rebus hingga mendidih dan tunggu selama 15 menit dari mulai mendidih kemudian angkat dari atas kompor, larutan tersebut didiamkan sampai dingin. Selanjutnya peras larutan tersebut dengan kain dan campurkan dengan biang bakteri sebanyak 2 liter, masukkan campuran larutan ke dalam jerigen dan tutup. Selanjutnya diaduk-aduk setiap hari selama 15 hari, dan larutan siap untuk digunakan. Dalam aplikasinya dosis yang digunakan adalah 12 ml/liter air. Waktu aplikasi yang digunakan adalah 3 hari sebelum tanam, umur tanaman 15, 30, dan 45 HST.
KATA MUTIARA Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. (Jawaharlal Nehru)*** Vol.13, No.1. Mei 2014
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman padi yang diaplikasi larutan MOL dan PGPR lebih baik perkembangannya dibandingkan tanaman padi yang tidak diaplikasi larutan tersebut. Perkembangan tanaman padi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Tanaman padi Perlakuan
Rata2 Jml Anakan
Hasil Panen (Ton/Ha)
MOL
14,92
7,8
PGPR
15,27
8,6
Kontrol
12,18
7,0
Peranan utama MOL dan PGPR adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman. Hal ini dibuktikan dengan jumlah anakan yang diberi perlakuan aplikasi MOL menghasilkan jumlah anakan rata-rata 14,92 anakan dan PGPR menghasilkan jumlah anakan rata-rata 15,27 anakan, sedangkan pada kontrol yang tanpa aplikasi hanya menghasilkan rata-rata anakan 12,18 anakan. Berdasarkan data pada tabel 1, perlakuan PGPR dan MOL memiliki rata-rata yang hampir sama, hal ini disebabkan oleh susuatu yang terkandung pada kedua larutan tersebut. Pada larutan PGPR memiliki kandungan hormon auksin, sitokinin dan etilen yang masing-maisng berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel pada ujung batang, menstimulasi perpanjangan sel, pembelahan sel dalam kambium, diferensiasi floem dan xilem, inisiasi akar, perkembangan akar lateral dalam kultur jaringan, stimulasi pembelahan sel, pertumbuhan tunas lateral dan dominasi apikal dan membantu pematangan buah. Selain itu, pada larutan MOL bonggol pisang banyak mengandung unsur hara P atau Phospat yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Selain itu, larutan MOL bonggol pisang juga mengandung zat pengatur tumbuh seperti Giberelin dan Sitokinin.
18
BULETIN PERAMALAN OPT
Pada hasil panen, petak dengan perlakuan MOL mendapatkan hasil sebanyak 7,8 ton/ ha, sedangkan pada petak perlakuan PGPR sebanyak 8,6 ton/ha. Kedua perlakuan menghasilkan panen yang lebih baik dibanding kontrol. Berdasarkan data pada tabel 1, hasil panen tertinggi diperoleh dari petak perlakuan PGPR, hal ini sebabkan pada larutan PGPR terdapat hormon giberelin yang berfungsi dalam mengatur pemicu pembungaan dan perkembangan biji padi. Selain MOL dan PGPR berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, peranan lainnya adalah dapat mengurangi keparahan penyakit tanaman padi. keberadaan OPT pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Kontrol
Tabel 2. Keberadaan Penyakit Tanaman Padi
Kontrol
Penyakit Tanaman Padi Perlakuan
Bercak sempit
BLB
Hawar Pelepah
MOL
3,88
2,22
1,81
PGPR
3,84
1,89
2,01
Kontrol
5,49
6,40*
2,42
Keterangan: Angka yang diikuti oleh tanda bintang )*, berbeda nyata pada uji dua beda rata-rata pada taraf 5% (uji t-test)
Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa OPT utama yang menyerang pertanaman padi diantaranya penyakit bercak sempit (Cercospora oryzae), penyakit BLB (Xanthomonas oryzae), dan penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia oryzae). Jika dibandingkan dengan kontrol, tanaman padi yang diaplikasi MOL dan PGPR memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit. Rata-rata intensitas penyakit bercak sempit dan BLB pada perlakuan MOL dan PGPR lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Vol.13, No.1. Mei 2014
Aplikasi MOL
Petak perlakuan MOL (Foto: Umi Kulsum)
Aplikasi PGPR
Petak perlakuan PGPR (Foto: Umi Kulsum)
Begitupun dengan intensitas penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani) yang rata-rata paling tinggi pada kontrol. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji T-test pada taraf 5% menyatakan bahwa intensitas BLB yang menyerang pertanaman padi pada perlakuan MOL dan PGPR berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi MOL dan PGPR dapat mengurangi keparahan penyakit yang disebabkan oleh patogen X anthomonas oryzae.
Bahan biangPGPR aquades 20 liter, gula 200 gr, bekatul 1 kg dan terasi 100 gr, akar bambu dipotong ukuran kecil (Foto : Repro) 19
BULETIN PERAMALAN OPT
 Gambar 1 : Grafik perkembangan penyakit BLB Berdasarkan gambar 1, perkembangan penyakit BLB mulai meningkat pada pengamatan ke5. Pada kontrol, intensitas penyakit mencapai 4,08%, sedangkan pada perlakuan Mol dan PGPR hanya 0,74% dan 1,48%. Pada pengamatan berikutnya intensitas penyakit BLB pada kontrol sebesar 6,67%, sedangkan pada perlakuan MOL dan PGPR hanya naik menjadi 1,04% dan 2,22%. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan MOL dan PGPR dapat mengurangi keparahan penyakit BLB pada tanaman padi. Jika dibandingkan diantara semua perlakuan, larutan PGPR memiliki nilai keparahan penyakit yang paling rendah. Hal ini dikarenakan dalam larutan PGPR dapat menghasilkan siderofor yang berfungsi untuk mengendalikan penyakit tumbuhan dengan memanfaatkan peranannya untuk menyerap besi dari lingkungan dan menyediakan mineral yang penting bagi sel mikroba. Jika disimpulkan, kontribusi MOL dan PGPR dalam dunia pertanian organik selain dapat memacu pertumbuhan tanaman padi, juga dapat mengurangi keparahan penyakit pada tanaman padi. (Umi Kulsum & Lia Lisnawati)*** Penulis 1: Umi Kulsum POPT Ahli Pertama BBPOPT
Penulis 2: Lia Lisnawati POPT Terampil Pemula BBPOPT
Vol.13, No.1. Mei 2014
Laba-laba Pemburu (Lycosa pseudoannulata) Araneae : Lycosidae (Foto :IRRI)
N
ama laba-laba pemburu atau laba -laba serigala berasal ari penglihatannya yang tajam dan cara berburu yang sangat cepat. Pemangsa tersebut mempunyai kemampuan berburu dan menangkap mangsa yang tinggi. Laba-laba ini sering bergerak diatas air dan bahkan dapat menyelam serta tinggal sampai lima menit di dalam air apabila diganggu. Ini berarti bahwa laba-laba itu sangat peka terhadap pengaruh insektisida butiran yang ditebarkan pada pertanaman padi. Laba-laba pemburu memangsa nimfa dan imago wereng coklat, imago penggerek batang padi dan telur hama lain yang ada pada permukaan daun. Laba-laba ini dapat hidup selama empat bulan dan meletakkan telur sampai 400 butir selama hidupnya. Laba-laba betina membawa kantung telur sampai menetas. Larva laba-laba ini berada pada punggung induknya, tetapi akan berganti induk apabila induknya sendiri dimangsa oleh laba-laba serigala lain. Labalaba ini mudah dikenali dengan adanya delapan mata yang berderet dalam tiga baris : empat mata kecil pada deretan paling bawah, dua mata besar di tengah dan dua mata kecil di deretan atas. (USR)***
20
BULETIN PERAMALAN OPT
ď‚¤ď€ Laporan : Lilik Retnowati dkk.
P
ada awal tahun 2014 musibah terjadi di beberapa daerah, salah satunya terjadi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Banjir melanda di 20 kecamatan di Kabupaten Karawang(informasi dari radio) . Salah satu kecamatan yang terkena banjir dan merupakan daerah pertanian yaitu Kecamatan Cilamaya Wetan. Jumlah desa di Kecamatan Cilamaya Wetan yang terkena banjir 11 desa dari 12 desa. Sampai saat kunjungan, lokasi yang masih tergenang yaitu Desa Muara Baru, Muara, Gempol Kulon, Sukatani. Desa Muara lokasinya berada paling rendah di wilayah Cilamaya Wetan.Kondisi sawah saat ini sedang pesemaian, dengan luas lahan 651 ha, (terkena banjir).Banjir di Desa Muara dalam 1 (satu) bulan ini sudah terjadi 4 kali, dari awal Januari sampai 6 Februari 2014. Penyebab terjadinya banjir di Desa Muara akibat jebolnya tanggul Kali bawah. Tanggul yang jebol di Kali bawah terdapat 4 (empat) titik, lebar tanggul yang jebol rata-rata 5 m. Sungai Cilamaya merupakan pembuangan air dari sungai Subang dan Purwakarta, yang berakhir di muara. Tingginya curah hujan dalam kurun waktu 1 (satu) bulan terkahir ini menyebabkan meluapnya aliran sungai dan tidak kuatnya tanggul sungai, yang mengakibatkan tanggul jebol. Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan wilayah terakhirnya pembuangan air, sebelum ke laut. Sehingga lokasi ini paling parah terkena banjir. Pada saat kunjungan lokasi sawah masih kerendam banjir. Jumlah RT di Desa Muara sebanyak 18, tetapi yang paling parah dari 18 RT ada 4 RT yaitu RT 1- 4.
Vol.13, No.1. Mei 2014
21
BULETIN PERAMALAN OPT
Kunjungan bantuan sosial di Desa Muara, di terima oleh Kaur Kesra, Bapak Luki, Bapak Kepala Desa sedang ada pertemuan di kabupaten. Terbatasnya bantuan yang ada dari BBPOPT, Jatisari, Kaur Kesra menyarankan agar bantuan diserahkan ke RT. 1, mengingat RT. 1 kondisinya paling parah dibanding RT. 2, 3 dan 4. Kaur Kesra menghubungi Kepala Dusun, Bapak Rusdi dan ketua RT.1, Bapak Abdul Muthalib. Lokasi di Desa Muara, RT. 1 pada saat kunjungan rumah-rumah sudah tidak tergenangi air, tetapi lahan sawah masih tergenang air dan kondisi masih pesemaian.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Meskipun rumah-rumah sudah tidak tergenangi air, tetapi barang-barang rumah tangga masih belum ditempatkan seperti semula, karen amasih ada rasa khawatir akan datangnya banjir. Banjir yang menggenangi rumah warga sebelumnya setingga pinggang orang dewasa. Warga Desa Muara tidak ada yang mengungsi, kecuali manula yang diungsikan oleh aparat desa. Warga Desa Muara, rumahnya tidak ada yang 2 (dua) lantai, selama banjir sebagian warga pindah ke perahunya untuk menjalani kehidupan selama banjir. Bantuan banjir yang datang ke Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan dari berbagai daerah, seperti Cianjur,danTasikmalaya. Mata pencaharian penduduk Desa Muara buruh tani dan nelayan. Jumlah kepala keluarga di Desa Muara RT.1 sebanyak 260 KK. Sumbangan dari BBPOPT yang diserahkan kepada Kepala Dusun Krajan, dan ketua RT 1. Berupa pakain bekas layak pakai dan sembako. Sembako sumbangan dari BBPOPT sebanyak 79 paket, sedang jumalh rumah yanga ada di RT.1, sebanyak 150 rumah. Ketua RT.1 akan membagikan langsung ke warganya, sedangkan dari BBPOPT memberikan sumbangan secara simbolis ke salah satu warganya. Sumbangan ini berasal dari seluruh pegawai BBPOPT, Koperasi Mitra Usaha dan Dharma Wanita Persatuan BBPOPT. Jaza kamullahu khairan katsiro, semoga semua pegawai BBPOPT, KMU dan Dharma Wanita persatuan BBPOPT, ditambahkan rizkinya dan senantiasa berada dalam lindunganNya, dan semoga musibah ini tidak terulang kembali. Amin Ya Robbalalamin. (Lilik Retnowati dkk)***
22
BULETIN PERAMALAN OPT
B
apak Rahmad, petani dari Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tertegun melihat tanaman kedelainya yang baru berumur 5 hari banyak yang mati, dengan gejala pada bagian batang tanaman putus atau terpotong. Pada awalnya, beliau menduga bahwa tanaman kedelainya tersebut mati karena dimakan oleh jengkerik atau semut. Tetapi ternyata setelah beliau mengorek tanah didapatkannya ulat berwarna hitam di dalam bekas korekan tanahnya. Setelah itu beliau baru sadar bahwa tanaman kedelainya yang mati tersebut karena telah terpotong oleh ulat tersebut. Dan bahkan beliau menyebut ulat hitam tersebut dengan sebutan “monster”. Sebenarnya apa sih “monster” itu?. Monster itu adalah ulat A grotis ipsilon atau ulat hitam atau sering disebut juga ulat tanah.
Agrotis ipsilon merupakan ulat tanah yang mempunyai sifat polifag. Hama ini mempunyai kisaran inang yang sangat luas, bisa menyerang pada tanaman kacangkacangan, kedelai, jagung, kubis dan tanaman sayuran semusim lainnya. Dalam klasifikasi serangga atau insekta, ulat tersebut berada di ordo Lepidoptera (ordo kupu-kupu dan ngengat) dan masuk pada famili Noctuidae. Perkembangan ulat ini bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia telur, ulat/larva, kepompong/pupa dan ngengat/ imago.
KATA MUTIARA Jangan takut untuk mengambil satu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda tak akan bisa melompati jurang dengan dua lompatan kecil. (David Lloyd George)*** Vol.13, No.1. Mei 2014
Bioekologi Telur : Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok di atas tanah yang lembab. Bentuk telur seperti kerucut terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula -mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada puncaknya. Titik hitam tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru-biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.
23
BULETIN PERAMALAN OPT
Larva : Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di tanah kira-kira sedalam 5 - 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1 - 2 mm. Sehari kemudian larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman. Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 - 50 mm. Bila larva diganggu akan melingkarkan tubuhnya dan tidak -bergerak seolah-olah mati. Stadium larva berlangsung sekitar 36 hari
Bagaimana gejala kerusakan dari ulat tanah tersebut? Stadia yang paling merusak dari hama Agrotis ipsilon adalah larva. Larva aktif menyerang pada tanaman dengan menggigit akar dan pangkal batang pada malam hari. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Larva juga biasa menggigit atau memotong ujung tanaman muda sehingga pucuk atau tangkainya terkulai dan layu. Di samping menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit permukaan daun. Ulat tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh jarak puluhan meter. Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda.
A
Larva A grotis ipsilon (Foto : Anik Kurniati)
Pupa :
Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah. Pupa mempunyai panjang 17 sampai 22 mm dan 5 sampai 6 mm lebar, dan berwarna coklat gelap. Stadium pupa berlangsung 12 sampai 20 hari. Imago : Umumnya ngengat Famili Noctuidae menghindari cahaya matahari dan bersembunyi pada permukaan bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat keabu-abuan dengan bercak-bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna putih. Warna dasar sayap belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16 -19 mm dan lebar 6-8 mm. Ngengat dapat hidup paling lama 20 hari. Apabila diganggu atau disentuh, ngengat menjatuhkan diri dan purapura mati. Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa rata-rata berlangsung 51 hari.
B Ket : A Batang putus karena gigitan ulat tanah Agrotis ipsilon, B. Larva Agrotis ipsilon (Foto: Anik Kurniati)
Pengamatan ulat tanah A grotis ipsilon pada tanaman kedelai umur 5 hst (Foto: Anik Kurniati) Vol.13, No.1. Mei 2014
24
BULETIN PERAMALAN OPT
Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ulat tanah ini? Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pengolahan tanah dan sanitasi lahan. Pengolahan tanah yang baik dapat membunuh pupa yang ada di dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A grotis ipsilon meletakkan telurnya. Selain itu, pengendalian fisik/ mekanis dengan mengumpulkan larva dapat dilakukan. Pengumpulan larva ini sebaiknya dilakukan pada senja hari atau malam hari, karena pada waktu itu larva dapat dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang. Larva yang terkumpul harus segera dimusnahkan. Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan dengan aplikasi pada tanah di sekeliling tanaman inang. Tepat dalam identifikasi gejala serangan hama pada tanaman akan memudahkan dalam pengendalian hama sehingga dapat meminimalkan kerugian yang diderita oleh petani. (Anik Kurniati)***
Hamparan tanaman kedelai umur 5 hst, sangat rawan oleh serangan Agrotis ipsilon (Foto: Anik Kurniati)
Gejala serangan ulat tanah Agrotis ipsilon pada tanaman kedelai muda (Foto: Anik Kurniati)
Penulis: Anik Kurniati POPT Ahli Pertama BBPOPT
Ulat tanah Agrotis ipsilon sedang memakan tanaman muda (Foto: Anik Kurniati)
KATA MUTIARA Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan. (General Collin Power)***
Vol.13, No.1. Mei 2014
25
BULETIN PERAMALAN OPT
GERAKAN SPOT STOP PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS DAN KRESEK Oleh : Anik Kurniati (POPT Ahli Pertama) Batubara (7/5/2014) Gerakan pengendalian OPT tanaman pangan dilaksanakan di Desa Kuala Gunung Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Sumatera Utarapada tanggal 7 Mei 2014 . Kegiatan ini melibatkan tiga kelompok tani yaitu kelompok tani Gotong Royong, Setia dan Serayu dengan luas hamparan sebesar 250 ha. Gerakan ini merupakan perwujudan gerakan ‘spotstop” yang dilakukan oleh UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Provinsi Sumatera Utara yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Batubara dalam rangka pengamananan produksi tanaman pangan. Pada gerakan ini ditujukan untuk mengendalikan penyakit BLB dan Blas dengan menggunakan agens hayati.
K
egiatan gerakan pengendalian ini dihadiri oleh Kepala Balai UPT PTPH, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Batubara, Petugas dari LPHP setempat, Petugas penyuluh dan POPT di lingkup Kabupaten Batubara, Kepala Desa Kuala Gunung, ketua kelompok tani Gotong royong, Setia dan Serayu, serta dihadiri 100 orang petani dari ketiga kelompok tani tersebut. Menurut Kepala Desa Jumiran dalam sambutannya menyatakan bahwa penyakit blb atau kresek dan penyakit blas merupakan penyakit utama di desa Kuala Gunung tersebut dan telah mengurangi produksi padi di desa tersebut. Masih dalam sambutannya, beliau menyambut baik kegiatan gerakan pengendalian tersebut dan berharap petani belajar tentang teknik pengendalian penyakit BLB dan Blas.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Gerakan pengendalian penyakit blas dan kresek di desa Kuala Gunung, Kec. Lima Puluh, Kab. Batubara (Foto: Anik Kurniati) 26
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.13, No.1. Mei 2014
Foto: Anik Kurniati
Sebagai perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Batubara, Sekretaris Dinas Pertanian Ramlan Gulton berharap para petani serius mengikuti kegiatan gerakan pengendalian tersebut dan bekerja bersamasama dalam mengendalikan penyakit Blas dan BLB pada lahan yang menjadi sumber serangan penyakit tersebut. Pada kegiatan tersebut diserahkan bantuan berupa agens hayati “Tribac� pada kelompok tani Gotong royong, Setia dan Serayu. Tribac merupakan agen antagonis Trichoderma sp dan Bakteri Corynebacterium (Paenibacillus polymyxa) yang digunakan dalam pengendalian penyakit Blas dan BLB. Kepala UPT PTPH Nurhijjah menekankan bahwa pengendalian hama dan penyakit pada tanaman harus dengan menggunakan konsep PHT dan berbasis ramah lingkungan. Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir dalam tindakan pengendalian. Masih menurut beliau, gerakan spot stop ini merupakan gerakan bersamasama agar titik sumber atau titik api dari serangan hama dan penyakit dapat terhenti. Gerakan spot stop ini akan berhasil apabila para petani sadar dan bekerja sama dalam mengendalikan titik sumber serangan hama dan penyakit tersebut. Pada akhir sambutannya beliau menyatakan bahwa penggunaan satu macam pestisida yang terus menerus akan menyebabkan resistensi dari hama atau patogen penyebab penyakit. Selain itu beliau menyarankan kepada petani bahwa perlu dilakukan pergiliran varietas untuk menekan perkembangan penyakit Blas dan BLB.
27
BULETIN PERAMALAN OPT
Gerakan pengendalian penyakit Blas dan BLB dengan mengunakan agens hayati “Tribac� dilaksanakan secara bersama-sama oleh 100 petani pada lahan yang merupakan sumber serangan dan dilaksanakan pada sore hari (pukul 16.00 wib). Pelaksanaan pengendalian yang dilakukan pada sore hari tersebut dimaksudkan agar agen hayati “Tribac� tidak mati karena sinar matahari. Tribac merupakan mikroorganisme yang tidak mampu hidup bila terkena sinar uv dari sinar matahari maka dianjurkan bila penyemprotan agens hayati dilaksanakan pada sore hari untuk menghindari paparan sinar matahari langsung. Para petani di Desa Kuala Gunung sangat antusias dalam mengikuti kegiatan gerakan pengendalian tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan kerja sama antar petani dalam pengendalian penyakit Blas dan BLB pada lahan yang merupakan sumber serangan penyakit tersebut. Para petani berharap dengan kegiatan gerakan pengendalian secara bersama-sama tersebut mampu mengendalikan penyakit Blas yang merupakan penyakit utama yang menurunkan produksi padi sehingga pada produksi tahun ini dapat meningkat. Selain itu petani berharap kepada Dinas Pertanian agar mengupayakan perbaikan saluran irigasi pada lahan pertanian mereka. Harapan dari petani desa Kuala Gunung dalam menekan penyakit Blas dan BLB agar dapat meningkatkan produksi padi di Desa Kuala Gunung merupakan harapan dari Provinsi Sumatera Utara secara khususnya dan merupakan harapan dari kita semua selaku oarang-orang yang bergerak dalam bidang pertanian secara umumnya. Akhir kata bravo buat UPT PTPH Sumatera Utara dan jajarannya dalam pelestarian lingkungan dengan penggunaan agens hayati dalam tindakan pengendalian. Sukses ! (Anik Kurniati)***
Vol.13, No.1. Mei 2014
28
BULETIN PERAMALAN OPT
BLAS LEHER MALAI DAN SOLUSINYA Kepada Pengasuh Rubrik Klinik Tanaman di Tempat. Sejak beberapa tahun terakhir ini , tanaman padi saya terserang OPT dengan ciri-ciri timbul bercak pada leher malai sehingga malai hampa dan mudah patah. Kata Petugas Penyuluh Lapangan yang pernah saya temui katanya tanaman padi saya terserang penyakit blas leher. Pertanyaan saya adalah : “Apakah penyakit blas leher itu dan bagaimana cara mengatasinya ? Mohon penjelasan. Terima kasih “ Hormat Saya Baskin, Majalengka Kulon - Majalengka Jawa Barat. Penyakit Blas (Pyricularia oryzae) pada tanaman padi tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di daerah pertanaman padi lahan kering. Infeksi penyakit blas pada lahan kering sering lebih terjadi daripada di lahan sawah, walaupun tergantung juga pada varietas padi yang ditanam.Varietas padi unggul yang responsif terhadap pupuk nitrogen, pertanaman yang rapat, dan suhu tanah yang tidak mendukung juga mendorong perkembangan penyakit blas. Penyakit blas ditularkan melalui konidia yang disebarkan oleh angin. Konidia berbentuk seperti buah alpukat, meruncing kearah ujung, dan memiliki dua sekat. Pembentukan dan pelepasan konidia sangat tergantung pada keadaan lingkungan. Makin tinggi kelembaban udara, maka makin banyak konidia yang dihasilkan. Satu bercak dapat menghasilkan 2.000 – 6.000 konidia setiap hari selama 14 hari.
KATA MUTIARA Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. (Confucius)*** Vol.13, No.1. Mei 2014
Tanaman padi terserang blas berat, pada leher malai terlihat titik hitam dan mudah patah, sehingga mengakibatkan malai menjadi hampa.mirip gejala serangan beluk (Foto: Urip SR) 29
BULETIN PERAMALAN OPT
Pengendalian penyakit blas (Pyricularia grisea) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pergiliran tanaman dengan tnaman bukan padi, terutama tanaman yang tidak menjadi inang. Penanaman varietas padi yang tahan. Pengaturan jarak tanam, yaitu pada setiap beberapa baris dibuat jarak tanam selebar dua kali jarak tanam biasanya . Pemupukan berimbang Penyemprotan pupuk mikro Silika (Si) dan seng (Zn), yang masing-masing mengandung Silika 20% dengan dosis konsentrasi 2 g/l air Dan dikombinasikan dengan penyemprotan fungsida yang terdaftar untuk penyakit blas. Di daerah-daerah yang selalu mengalami serangan berat dapat dilakukan perlakuan benih dengan fungsida yang sesuai dengan aturan. Selamat Mengendalikan.!!!(Redaksi)***
Faktor iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan penyakit blas. Suhu yang cocok untuk pembentukan spora berkisar antara 10oC - 35oC dengan suhu optimum 28oC dan kelembaban > 92%. Pembentukan spora (sporulasi) meningkat dengan meningkatnya kelembaban. Jamur Pyricularia grisea mampu bertahan pada jerami dan gabah, yang merupakan sumber inokulum primer di lapangan. Tanaman inang penyakit blas di antaranya adalah A gropyron repons, jajagoan (Echinochloa crusgalli), rimput belulang (Elcusine indica), barley (Hordium vulgare), dan lain-lain. Gejala penyakit blas berupa bercakbercak pada daun, ruas, malai, dan gabah. pada daun padi, berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah ketupat. Bagian tengah bercak biasa nya berwarna kelabu atau keputih-putihan, dengan tepi berwarna coklat atau merah kecoklat-coklatan.Bentuk dan warna bercak sangat bervariasi tergantung pada lingkungan, umur bercak, dan tingkat ketahanan varietas padi. Pada varietas padi yang rentan, bercak tidak membentuk tepi yang jelas dan bercak dikelilingi oleh warna kuning pucat, yang di sebut “halo”. Blas yang menyerang pada buku batang padi akan terlihat pada pangkal pelapah daun yang membusuk, kemudian akan berubah menjadi kehitamhitaman , dan mudah patah. Bercak bisa terjadi pada leher malai (neck blast) dan yang terinfeksi berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah, sehingga mengakibatkan malai menjadi hampa.mirip gejala serangan beluk.
Gejala penyakit blas pada daun berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah ketupat. (Foto: Cahyadi Irwan) Vol.13, No.1. Mei 2014
30
BULETIN PERAMALAN OPT
D
isamping mengandung bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai pengendali OPT, bahan nabati secara alami mengandung bahan-bahan lainnya. Salah satunya adalah zat/enzim yang berfungsi sebagai pengurai. Agar tidak terjadi penguraian bahan aktif yang berfungsi sebagai bahan pengendali OPT oleh zat/enzim pengurai, maka diusahakan untuk dapat menekan/mematikan aktivitas enzim/zat pengurai tersebut. Salah satu cara untuk menekan/menghentikan aktivitas enzim/zat pengurai, adalah dengan cara penambahan zat pelarut metanol/alkohol 70%. Untuk dapat memperoleh bahan aktif pengendali OPT yang terdapat dalam tanaman secara maksimal, disamping dengan cara penambahan zat pelarut Etanol/alkohol 70 %, dapat ditambahkan pula zat pengemulsi Latron. Latron adalah zat kimia yang kemungkinan untuk memperolehnya relatif sulit, karena umumnya toko kimia berada di pusat kota, sedang lahan pertanian berada di desa. Untuk merekayasa zat penggati latron sebagai pengemulsi, berdasarkan kajian-kajian dan penelitian bisa digunakan detergent. Ekstrak Bahan Nabati ditambah bahan Pelarut dan Pengemulsi Penambahan bahan peng-emulsi, betujuan untuk meningkatkan jumlah bahan aktif yang terkandung dalam bahan nabati yang dapat berfungsi untuk mengendalikan OPT. Langkah-langkah pembuatan bahan nabati pengendali OPT ditambah zat pelarut dan zat peng-emulsi adalah sebagai berikut : Bahan tanaman ditumbuk/digiling. Bahan tanaman yang sudah ditumbuk/ digiling, dicampur air dengan perbandingan 75 gr bahan tanamanberbentuk daun, dan 25-50 gr bahan tanaman dalam bentuk buah, biji, umbi dan rimpang untuk 1(satu) liter air. Tambahkan 10 ml Metanol/etanol (sebagai pelarut) dan 2(dua) gr ditergent sebagai pengemulsi, kedalam larutan tersebut pada alat pembuat ekstrak (Blender). Biarkan ekstrak tersebut selama 30 menit, kemudian lakukan penyaringan.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Perebusan Ekstrak Bahan Nabati Disamping menggunakan etanol/ alkohol 70 %, cara lain untuk menekan/ mematikan enzim/zat pengurai adalah dengan cara pemanasan/perebusan. Adapun lankah kegiatannya adalah sebagai berikut Bahan tanaman ditumbuk/digiling. Bahan tanaman yang sudah ditumbuk/ digiling, dicampur air dengan perbandingan 75 gr bahan tumbuhan dalam 1(satu) liter air untuk bahan tanaman berbentuk daun, dan 25-50 gr untuk bahan tanaman berbentuk buah, biji, umbi dan rimpang. Tambahkan 2(dua)gr Ditergent (pengganti Latron sebagai pengemulsi), kedalam larutan tersebut pada alat perebusan (Panci). Rebuslah ekstrak bahan campuran tadi sampai mendidih. Biarkan rebusan ekstrak bahan campuran tadi sampai menjadi dingin, kemudian lakukan penyaringan.
31
BULETIN PERAMALAN OPT
Konsentrasi maksimal bahan tanaman dalam pembuatan Pestisida Nabati secara sederhana : Umbi/biji sekitar 25 – 50 gr bahan per-liter air Batang, daun dan bunga sekitar 75 – 100 gr per-liter air. Cara Pembuatan Pestisida Nabati Secara Sederhana : Cara Membuat
Bentuk bahan Tumbuhan
Ekstrak
Ekstrak
Jml deterjen
Vol alkohol 70%
Daun
Maksimal 75 - 100 gram
1(satu) liter
1 - 2 gram ( satu sendok teh peres/ rata/datar )
10 ml / CC
Umbi / Buah / Biji
Maksimal 25 - 50 gram
1(satu) liter
1 - 2 gram (satu sendok teh peres/ rata/datar
10 ml / CC
Daun
Maksimal 75 - 100 gram
1(satu) liter
1 - 2 gram (satu sendok teh peres/ rata/datar
-
Umbi / Buah / Biji
Maksimal 25 - 50 gram
1(satu) liter
1 - 2 gram (satu sendok teh peres/ rata/datar
-
Pemanasan / Perebusan
Pemanasan / Perebusan
Volume Air
Catatan !!! Berhubung adanya perbedaan sifat insektisida menurut sebaran geografis tanaman, spesies tanaman yang telah dilaporkan aktif dalam literatur perlu diuji lagi karena aktifitas ekstrak suatu tanaman sering beragam tergantung sebaran geografis tanaman sumbernya. Penggunaan pestisida nabati (Pesnab) secara sederhana di tingkat petani dapat dilakukan dengan cara : Penyemprotan cairan perasan tumbuhan. Pengasapan (pembakaran bagian tanaman yang mengandung bahan insektisida). Daun A chasma walang (Zingebraceae) Penggunaan bagian tumbuhan untuk pengendalian hama di penyimpanan (gudang).
Penulis: Ketut Suarsana POPT Ahli Pertama BBPOPT
Vol.13, No.1. Mei 2014
32
BULETIN PERAMALAN OPT
Raih Sertifikat
D
alam rangka meningkatkan akuntabilitas dan mutu kinerja BBPOPTsecara bertahap dan berkelanjutan sehingga mampu memberikan pelayanan prima, serta menyambut ASEAN Community tahun 2015, BBPOPT telah melakukan upaya untuk memperoleh akreditasi ISO 9001:2008. Akreditasi menjadi salah satu bagian yang penting dalam upaya memperoleh pengakuan publik berdasarkan informasi kondisi nyata suatu instansi dari standar minimal dan janji mutu pelayanan kepada publik. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Jatisari mulai merintis pelaksanaan akreditasi tahun 2011.
Vol.13, No.1. Mei 2014
ď‚?ď€
Perjuangan dan tekad yang bulat dari seluruh pegawai BBPOPT untuk berubah menjadi lebih baik dalam kualitas bekerja dan pelayanan, maka pada tanggal 10 Februari 2014 sertifkat ISO 9001:2008 telah berhasil diraih. Seiring dengan terbitnya sertifikat, pegawai BBPOPT dalam bekerja untuk melayani masyarakat, (khususnya dibidang pertanian) bertambah semangat. Sertifikasi ISO 9001:2008 bukan semata-mata tujuan akhir tapi hanyalah secarik kertas sebagai bukti bahwa seluruh pegawai BBPOPT sudah melaksanakan manajemen mutu dalam melayani pihak pengguna (petugas/kelompok tani).
33
BULETIN PERAMALAN OPT
Sertifikasi ISO 9001:2008 merupakan pembuktian fisik dari pihak Assesor dalam hal ini PT. Delta Pas International sebagai lembaga sertifikasi sistem mutu yang mengaudit BBPOPT sebagai institusi di bawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Alhamdulilah dalam serangkaian proses penilaian secara maraton akhirnya BBPOPT berhasil meraih sertifikat ISO:9001. Artinya dalam melayani publik BBPOPT sudah sesuai dengan manajemen mutu yang ditetapkan pihak assesor sekaligus sebagai bukti bahwa BBPOPT selalu berinovasi untuk mencapai “Brand image�, tidak hanya dalam bidang peramalan OPT, namun mencakup pengamatan dan teknik pengendaliannya. Selamat dan Sukses untuk seluruh pegawai BBPOPT. Teruslah berjuang, janganlah pernah berhenti untuk melakukan perubahan. Karena hanya perubahan yang kita lakukan, yang dapat merubah diri kita menjadi lebih baik. Berikut foto-foto saat BBPOPT menerima kunjungan Tim Penilai dari Lembaga Akreditasi Nasional yaitu Tim dari PT. Delta Pas International. (Lilik Retnowati)***
Penulis: Lilik Retnowati Kepala Seksi Pelayanan Teknik BBPOPT Vol.13, No.1. Mei 2014
34
BULETIN PERAMALAN OPT
ď žď€ J
agung batik, mendengar kata tersebut mungkin yang terlintas dalam benak kita adalah jagung dengan motif batik, namun dalam kenyataanya adalah jagung dengan bulir yang berwarna campuran antara kuning dengan hitam,dengan komposisi warna acak. Selain itu yang membuatnya unik, jagung ini memiliki tongkol yang juga berwarna hitam. Jagung Batik ini merupakan hasil fenotif (F2) persilangan antara jagung bulir hitam dengan jagung bulir kuning. Dalam proses persilangan tersebut gen jagung bulir hitam dan bulir kuning mengalami epistasis-hipostasis,yaitu suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut hipostasis.Pada peristiwa ini, jagung Bulir hitam dan kuning berada bersama dan keduanya dominan, tetapi karakter yang muncul adalah hitam.Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning dan kuning hipostasis (ditutupi) terhadap hitam.
Varietas dari jagung hitam asal China ini sulit ditemukan di daerah Jawa, namun di daerah Sulawesi Selatan jagung ini sudah dikenal luas, dan dikenal dengan sebutan Dalle sure (jagung lokal dari TanaToraja).bahkan di sekitar pekarangan Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit Luwu di Provinsi Sulawesi Selatan sengaja ditanam dan dikembangkan varietas tersebut. Sama halnya dengan sulitnya menemukan tongkol jagung hitam di pasaran, mendapatkan bibit jagung hitampun bukanlah hal yang mudah. Jika ada, harga bibitnya juga luar biasa mahal, Salah satu agen penjual bibit tanaman langka di Indonesia menjual 5 bulir benih jagung hitam dengan hargaRp. 12.000,-dan 1 tongkol jagung hitam manis sepanjang 20 cm dijual dengan harga Rp. 10.980,-.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Ditinjau dari segi rasa, jagung batik tidaklah terlalu berbeda dengan jagung manis pada umumnya, menurut sebagian orang yang mengatakan rasanya seperti ketan hitam, lebih manis dan pulen. Di sisi lain, jagung batik ini memiliki daya tarik tersendiri karena warnanya yang unik, sehingga bagi yang belum pernah memakannya akan merasa penasaran untuk mencicipinya. 35
BULETIN PERAMALAN OPT
Jagung batik ini adalah hasil persilangan jagung hitam, yang sudah ditanam oleh suku Aztec kuno sejak 2.000 tahun yang lalu, Varietas jagung hitam yang popular ini sangat toleran terhadap kekeringan, memiliki rasa yang manis lezat dan dapat tumbuh di kebun modern saat ini. Jagung batik/hitam bukanlah varietas jagung untuk pakan ternak, tetapi jagung eksklusif yang mengandung daya magnet yang dapat membuat setiap kalangan tertarik untuk mencicipinya. Jagung batik/hitam memiliki kandungan anti oksi dan dan Yodium yang dapat mencegah atau memperlambat kerusakan oksidatif pada tubuh kita, yaitu menguatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung dan kanker. Seperti halnya tanaman jagung kuning, jagung batik inipun tak luput dari masalah serangan hama dan penyakit, Hama yang sering menyerang, diantaranya adalah hama Penggerek Batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen ), Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera), Lalat bibit (A therigona sp), dan Tikus. Sedangkan untuk penyakit diantaranya adalah Bulai (Peronoscleros sporamaydis), Bercak daun (Bipolaris maydis), hawar daun (Helminthosporium turcicum), Karat (Puccinia polysora), busuk pelepah (Rhizoctonia solani), dan Busuk Tongkol (Diplodia maydis). Akan tetapi masalah serangan hama dan penyakit pada jagung ini dapat diatasi dengan pengendalian kultur teknis, pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Dengan harga jual yang cukup tinggi, jika bibit tersedia, jagung batik tampaknyadapatdijadikan alternative untuk dibudidayakan secara komersial di lahan pertanian. (Dwitya Rizkia Gabriel)***
Penulis: Dwitya Rizkiyah Gabriel POPT Ahli Pertama BBPOPT
Vol.13, No.1. Mei 2014
ATASI SAKIT JANTUNG
Ramuan ini di yakini dapat melebarkan pembuluh darah pada Jantung anda. Bahan : 1 Gelas Sari Air Lemon 1 Gelas Sari Air Jahe 1 Gelas Sari Air Bawang Putih 1 Gelas Sari Air Apel (Cuka Apel) Cara Mengolahnya: Campur semuanya dan didihkan dengan pelahan lahan (dengan api kecil) Biasanya di didihkan selama 30 menit untuk menjadi 3 gelas Saring dan biarkan menjadi dingin Setelah dingin , tambahkan 3 gelas madu alami , di aduk sampai rata dan simpan dalam botol Anjuran Pakai: Minumlah 1 sendok makan setiap pagi sebelum sarapan. Minumlah secara rutin dan teratur sesuai anjuran di atas. Fungsi: Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah pada jantung akan terbuka. Dengan meminum resep ini kita tidak lagi membuang uang banyak untuk operasi Angioplasty atau Bypass pada jantung. Selamat Mencoba dan semoga lekas sembuh. (Dulhalim)***
36
BULETIN PERAMALAN OPT
T
ak banyak orang yang mampu tetap teguh bersusah payah membaktikan diri dan berkorban untuk orang lain secara konsisten tanpa pamrih. Bergulat dengan lumpur sawah, menenteng alat semprot, mengamankan hamparan sawah kelompok tani agar sawahnya terbebas dari serangan OPT. Yah, tanpa pamrih demi melihat kelompok taninya berhasil panen. Itulah sosok Untung Suharjo (45) seorang petani yang tergabung dalam Regu Perlindungan Tanaman (RPT) dari Giripeni, Wates, Kulon Progo. Bersama 10 orang temannya ia mendirikan RPT “Martani” yang wilayah tugasnya meliputi Kulon Progo Selatan (Kec. Panjatan, Wates, dan sekitarnya). Melalui RPT “Martani” ia ikut membantu petani lainnya dalam menghadapi daerah sumber serangan dan eksplosi hama-penyakit. Ia juga ikut mengkoordinasikan pengendalian OPT antara Brigade Proteksi Tanaman, POPT dan instansi terkait. Dibawah bimbingan dari LPHP Bantul, RPT “Martani” melakukan kegiatan pengendalian khususnya pada daerah-daerah endemis OPT. Selain itu ia juga memotivasi dan menggerakkan petani dalam melaksanakan perlindungan tanaman secara cepat, tepat dan serempak. Menurut Untung yang terpenting adalah menerapkan prinsip-prinsip pengendalian OPT dengan baik sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Memakai baju seragam RPT, ia bersemangat tatkala diajak berbicara mengenai ekosistem sawah, maklum saja ia juga sebagai petani pemandu di kelompoknya. Untung bertekad untuk tidak pernah berhenti belajar dan berbagi, setidaknya berbagi untuk kelompoknya dan kelompok tani lainnya disekitar Kulon Progo. “Saat ini ada tiga RPT di Kab. Kulon Progo, masing-masing RPT berkekuatan 10 personil, jadi ada 30 personil yang terbagi di Kulon Progo Selatan, Utara dan Tengah,” jelas Untung. Tak berhenti hanya disitu Untung Suharjo juga aktif sebagai pengurus umum RPT Provinsi DI. Yogyakarta.
Vol.13, No.1. Mei 2014
Kreatifitas Untung tak hanya sebagai Regu Perlindungan Tanaman di Kulon Progo saja. Pria bertubuh tegap ini aktif sebagai petani pengamat dan petani pemandu bagi kelompok tani di daerahnya. Saat ditemui ia bersama temantemannya berseragam lengkap ikut menyemarakkan acara lomba BP3K se Provinsi DIY di Kec. Nanggulan, Kulon Progo. Baginya menularkan ilmu serta pengalaman hidupnya sebagai petani pemandu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri yang tidak bisa dinilai dari apapun. Memang tak banyak orang seperti Untung yang mampu tetap teguh bersusah payah membaktikan diri dan berkorban untuk orang lain secara konsisten dan tanpa pamrih. (USR)***
37
BULETIN PERAMALAN OPT
Gerakan SPOT STOP Pengendalian Penyakit Blas dan BLB/Kresek Lokasi : Desa Kuala Gunung, Kec. Lima Puluh, Kab. Batubara Provinsi Sumatra Utara Tanggal 7 Mei 2014 Peliput : Anik Kurniati (POPT Ahli Pertama)
Vol.13, No.1. Mei 2014
ï€
Seputar K ehidupan dan
38