Peramalan OPT Vol 10 No 1

Page 1

ISSN: 2085-5567

Vol.8 No.1 Edisi XII April 2010

Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

WASPADALAH SERANGAN WBC MK. 2010 AWAS…!!! VIRUS KERDIL HAMPA MENGINTAI TANAMAN PADI KITA PANDUAN PRAKTIS MENGENAL DAN MENGENDALIKAN OPT RAMALAN SERANGAN OPT UTAMA PADI MUSIM KEMARAU 2010


BULETIN PERAMALAN OPT

 Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

PELINDUNG Sesditjen Tanaman Pangan PENANGGUNG JAWAB Kepala BBPOPT PIMPINAN REDAKSI Kabid Pelayanan Peramalan WK.PIMPINAN REDAKSI Kasi Informasi dan Dokumentasi REDAKTUR PELAKSANA Ir. Harsono Lanya, MS Ir. Firdaus Natanegara, MM Ir. Elwidar Is Ir. Baskoro S. Wibowo Ir. Lilik Retnowati Edi Suwardiwijaya, SP Urip Slamet Riyadi Devied Apriyanto, SP STAF REDAKSI Teti Sri Mulyati DOKUMENTASI & GRAFIS uripsr@ymail.com SIRKULASI Dulhalim

Catatan

K

embali Buletin Peramalan OPT terbit dua kali dalam setahun, kami merasa mengalami Metamorfosis yang kedua kali setelah dua tahun berturutturut (2008 dan 2009) hanya terbit sekali. Akhirnya kembali seperti semula terbit dua kali, padahal idealnya 4 kali setahun. Yang terpenting adalah konsistensi dimana secara rutin Buletin ini bisa hadir ditengah-tengah pembaca walaupun terkadang mengalami kendala keterlambatan namun tetap eksis (jangan sampai terbit yang pertama dan yang terakhir seperti sebagian buletin-buletin plat merah lainnya yang kadang-kadang mengalami mati suri). Menjelang Musim Tanam 2010 kita semua dihimbau untuk selalu waspada terhadap kemunculan OPT Utama Padi, terutama Wereng Batang Coklat (WBC) yang kian merebak kemunculannya, tidak hanya kabupatenkabupaten endemis di Pulau Jawa tetapi juga waspada untuk seluruh wilayah Indonesia. Tanaman padi kita pun diintai oleh penyakit Virus Kerdil Hampa yang ditularkan oleh WBC. Alhamdulillah...Buletin Peramalan OPT walaupun dikelola secara intern tanpa melibatkan tenaga professional dari luar namun mampu bertahan hingga saat ini memasuki tahun ke 8 (delapan). Bahkan sejak edisi 2009 kami mendaftarkan buletin ini ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI sebagai Pusat Nasional ISDS (International Serial Data System) untuk Indonesia yang berpusat di Paris. Melalui surat no: 0005.034/JI.3.02/ SK.ISSN/2009.06 LIPI memberikan ISSN: 2085-5567 kepada Buletin Peramalan OPT. Perlahan namun pasti langkah kita semakin mantap setelah mendapatkan ISSN, semangat dan ide kreatif harus senantiasa tercurah dan selalu belajar mengejar ketertinggalan di dunia publikasi. Semoga yang kami sajikan kali ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca semuanya. (uripsr@ymail.com)***

ALAMAT REDAKSI

Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) Telp/Fax: (0264) 360581 E-mail: peramal_hama@hotmail.com Website: http://www.deptan.go.id/ditjentan/bbpopt

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

1


BULETIN PERAMALAN OPT Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5 termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari—Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com Website: http://www.deptan.go.id/ditjentan/bbpopt



SAMPEL OPT TANAMAN

KIRIM ARTIKEL

Bersama ini kami kirimkan sampel OPT pada tanaman padi untuk didiagnosa di Balai Besar Peramalan OPT. Sampel OPT yang kami kirimkan diduga sebagai OPT baru. Jenis OPT : Ordo Hemiptera, banyaknya 1 ampul, untuk diidentifikasi sesuai dengan taksonominya. Demikian disampaikan untuk dapat diketahui dan dipergunakan seperlunya.

Kepada Redaksi Buletin Peramalan OPT di tempat. Bersama ini saya kirimkan artikel beserta foto pendukungnya. Apabila dimuat mohon dikirim Buletinnya. Terima kasih sebelumnya semoga kerja terus berlanjut. Salam…!!!

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pekanbaru Kepala UPT Perlindungan H. Maryanto, MS

Jawab: Sampel OPT yang sudah diterima, sudah diidentifikasi sebagai Paraeucosmetus pallicornis (Dallas) (Hemiptera: Lygaeidae), sebagaimana telah dimuat dalam Buletin Peramalan tahun 2009.

Foto Fotografer Design Lokasi

: Mentan Suswono : Baskoro SW : saungURIP.blogspot.com : Desa Kalibuaya, Kec. Telagasari, Kab. Karawang, Jawa Barat

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

1 2 3 9 12 13 17 18 19 24 27 31 35 36 37 38

WAWAN SUWARLAN POPT KEC. CIMALAKA D/A: UPTD Tanaman Pangan & Hortikultura Wilayah Cimalaka - Kantor Camat Cimalaka Jl. Raya Cilindri No.22 Cimalaka - Sumedang 45353 Jawab: Terima kasih atas partisipasinya, artikel saudara sudah kami terima via pos, namun pada dasarnya substansinya sudah pernah dimuat pada Buletin Peramalan 2008. Selanjutnya artikel Saudara secara substansi akan kami pertimbangkan kembali untuk edisi selanjutnya yang berhubungan dengan rubrik yang terkait. Ditunggu kiriman naskah lainnya. Trima kasih.

CATATAN REDAKSI SURAT PEMBACA INFO PERAMALAN PANDUAN PRAKTIS INTERMEZO TOPIK UTAMA DEPOT IDE HOT NEWS REPORTASE MIMBAR PROTEKSI TEKNOLOGI PERLINTAN INFO KHUSUS KLINIK TANAMAN KOLOM NABATI RESEP TRADISIONAL SKETSA 2


BULETIN PERAMALAN OPT

ďƒ˝ Oleh Kelompok Fungsional GIS/BBPOPT Jatisari

T

erjadinya perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap status, keberadaan, timbulnya, dan berkembangnya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Bahayanya lagi OPT itu muncul dan berkembang di sentra-sentra produksi yang pertanamannya luas, dan sudah tentu akan berpengaruh terhadap kegiatan usaha tani. Lalu, bagaimana bahayanya serangan OPT pada musim tanam 2010, mengingat terjadinya perubahan iklim dari musim hujan (MH) ke musim kemarau (MK) tahun 2010 ini diramalkan ada fenomena La-Nina, yang berarti musim kemarau sekarang akan realatif basah. Untuk antisipasi sebagai peringatan dini disajikan prakiraan/ peramalan serangan OPT. Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan bagian penting dalam program dan kegiatan penerapan PHT dalam kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan OPT. Pada sajian disini diinformasikan prakiraan luas serangan OPT utama padi menurut provinsi. Kami yakin masing-masing provinsi juga menyusun peramalan kabupaten, dan tidak kalah pentingnya bahwa petugas lapangan PHP-POPT atas hasil pengamatan lapangan rutinnya memprediksi perkembangan populasi OPT utama padi di wilayah kerjanya. Untuk mengetahui prakiraan serangan OPT utama padi pada MK.2010 dengan catatan kondisi iklim musim kemarau normal (tidak terjadi La-Nina/kemarau basah) maka secara nasional ramalan maksimum luas serangan Penggerek Batang Padi adalah 64.087 ha, Wereng Batang Coklat 10.538 ha, Tikus 76.949 ha, Tungro 8.798 ha), Blas 10.190 Ha, dan Hawar Daun BakteriKresek 48.254 Ha. Data tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Namun apabila fenomena La-Nina terjadi dan musim kemarau basah maka yang akan berkembang pesat adalah wereng batang coklat, kita ingat kejadian pada tahun 1998.

OPT utama padi tersebut di atas sudah tentu mengganggu pertanaman padi, selain keong mas yang sering dikeluhkan petani di banyak daerah. Selain peta data daerah endemis OPT, angka ramalan ini juga membantu pengambil kebijakan dan petugas sebagai informasi peringatan dini (early warning system) untuk mengetahui provinsi mana saja dan di daerah sendiri untuk lebih waspada terhadap Vol.8/ Edisi XII Th.2010

perkembangan OPT, untuk menyusun program dan rencana aksi prioritas kegiatan dalam upaya penangannan OPT utama padi.

3


BULETIN PERAMALAN OPT

Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MK.2009 dan MH.2009/2010 serta Ramalan Luas Serangan MK.2010 di Indonesia. UtaNo. OPT ma

Luas SeLuas Serangan rangan MH. 2009/2010 MK. 2009 (ha) (ha)

Ramalan Luas Serangan MK. 2010 (ha) Minimum

Rerata

Maksimum

1

PBP

71.051

54.846

50.906

57.117

64.087

2

WBC

30.342

16.423

6.065

7.994

10.538

3

TIKUS

82.603

57.287

58.372

67.020

76.949

4

TUNGRO

4.390

3.548

921

2.847

8.798

5

BLAS

7.290

12.891

10.793

8.283

10.190

6

BLB

31.851

50.818

38.329

43.006

48.254

227.527

195.813

165.385

186.267

218.815

Jumlah

Peramalan OPT antar musim untuk suatu wilayah (administrasi) adalah menggambarkan prakiraan luas serangan OPT (selama musim tanam) di wilayah tersebut pada musim tanam mendatang. Sedangkan peramalan dalam masa tanam berjalan, didasarkan/ dianalisis dari data hasil pengamat- an lapangan (model peramalan kausal), untuk memprakirakan perkembangan populasi atau intensitas serangan pada suatu waktu mendatang (fase pertumbuhan/umur tanaman). Peramalan keadaan lapangan inilah yang perlu diaplikasikan oleh para petugas lapangan (PHP-POPT) setiap kali melaksanakan pengamatan lapangan di wilayah kerjanya, untuk mengantisipasi perkembangan OPT dan memprakirakan kapan saat populasi/intensitas serangan mencapai ambang pengendalian (ataupun perlu pengamatan lanjutan yang lebih intensif), untuk menentukan tindakan pengendalian responsif yang diperlukan, untuk menurunkan populasi/ intensitas serangan, sehingga tidak ada istilah kecolongan.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Sebagaimana dalam prinsip PHT “melaksanakan pengamatan rutinâ€?, maka pada dasarnya petani sendiri juga melaksanakan pengamatan rutin dan melakukan analisis ekosistem untuk dapat mengambil keputusan tindakan pengendalian yang diperlukan, sehingga jelas bahwa cara pengendalian dengan pestisida (oleh petani masing-masing) ada dasarnya dan tidak sembarangan, karena kita tahu bahwa penggunaan pestisida secara kalender/ sembarangan akan menambah daftar rumitnya permasalahan OPT di lapangan.  *****

4


BULETIN PERAMALAN OPT

Tabel 2. Ramalan Maksimum Luas Serangan OPT Utama Padi (ha) pada MK. 2010 menurut Propinsi Di Indonesia.

No.

Propinsi

1

NAD

2

SUMUT

3

SUMBAR

4

PBP (ha)

WBC (ha

TIKUS (ha)

TUNGRO (ha)

BLAS (ha)

BLB (ha)

2.364

197

7.076

6

148

89

632

160

1.582

89

605

2.287

73

55

588

435

69

76

RIAU

338

36

332

6

174

118

5

JAMBI

325

65

140

9

73

1

6

SUMSEL

1.864

98

1.337

280

501

874

7

BENGKULU

258

41

694

417

111

22

8

LAMPUNG

2.333

72

2.472

324

444

256

9

DKI

398

5

133

6

3

74

10

JABAR

14.593

2.527

20.701

2.007

2.113

17.412

11

JATENG

12.895

3.854

14.603

1.030

629

10.241

12

DIY

1.225

50

817

71

13

412

13

JATIM

4.614

1.744

6.558

737

1.136

8.554

14

BALI

359

138

1.299

1.237

54

220

15

NTB

553

80

308

368

616

1.025

16

NTT

1.013

87

838

201

294

2

17

KALBAR

1.236

10

1.194

138

398

1

18

KALTENG

751

19

408

11

195

1

19

KALSEL

106

108

353

32

33

1

20

KALTIM

866

37

25

14

11

6

21

SULUT

985

4

393

274

21

11

22

SULTENG

1.757

48

1.274

498

17

370

23

SULSEL

6.394

107

7.997

46

1.938

3.218

24

SULTRA

2.450

7

3.397

31

324

2

25

MALUKU

224

8

49

7

5

1

26

PAPUA

316

5

124

133

55

3

27

BANTEN

3.689

878

1.207

330

145

2.825

28

GOROTALO

444

7

201

6

4

114

29

MALUT

227

4

73

14

16

1

30

PAPBAR

339

51

184

6

16

1

31

SULBAR

457

14

580

6

10

34

32

BABEL

9

22

12

30

19

1

Jumlah

64.087

10.538

76.949

8.798

10.190

48.254

Di daerah-daerah yang diramalkan akan terjadi musim kemarau relatif basah, dengan pola tanam yang tidak tertib maka yang perlu lebih diwaspadai adalah perkembangan serangan wereng batang coklat, demikian juga serangan tikus. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

5


BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

6


BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

7


BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

8


BULETIN PERAMALAN OPT

MENGENAL DAN MENGENDALIKAN PANDUAN PRAKTIS

OPT PADI (Bagian 2)

1. Ganjur (Orseolia oryzae)

H

ama ini mempunyai banyak nama antara lain hama pentil/mentil, hama bawang, dan hama mendong. Hama Ganjur umumnya bukan merupakan hama utama padi. Hama ini bersifat lokal dan hanya terjadi pada musim-musim tertentu merugikan. Namun demikian serangan ganjur dapat terjadi sejak pertanaman masih di pembibitan sampai tanaman menjelang fase primordia. Larva serangga ganjur memakan tanaman padi pada titik tumbuh yang menyebabkan daun tumbuh berbentuk gulungan/ tabung seperti daun bawang (puru). Timbulnya puru diduga disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh larva pada saat memakan titik tumbuh. Puru mulai tampak 3-7 hari setelah larva mencapai titik tumbuh. Puru yang telah berkembang sempurna berdiameter 1- 2 mm dengan panjang 10-30 cm.

Telur hama Ganjur diletakkan berpencar dalam kelompok terdiri atas 3-4 butir (Foto: Repro).

Bioekologi Ganjur Telur: Bentuk telur lonjong Putih bening sampai orange Panjang 0,5 mm lebar 0,2 mm. Diletakkan terpencar/dalam kelompok yang terdiri atas 3-4 butir  Telur biasanya diletakkan pada permukaan bawah helai daun dan pada pelepah daun.    

Larva Berwarna orange Panjang 1,3 mm Setelah menetas larva merayap menuju titik tumbuh, melalui celah diantara pelepah daun masuk ke dalam titik tumbuh, kemudian membentuk rongga dan berkembang menjadi puru  Satu tunas dijumpai 1 larva.   

Secara transparan serangga ganjur terparasit Platygaster oryzae terlihat di dalam puru (Foto: Wahyudin). Vol.8/ Edisi XII Th.2010

9


BULETIN PERAMALAN OPT

Pupa: Warna pucat, menjelang imago berwarna merah jingga  Terdapat duri-duri  Panjang 2,5 mm  Pra pupa bergerak menuju kearah ujung puru dengan menggunakan deretan duri pada tubuhnya. 

Pupa ganjur berwarna pucat, dan yang terparasit Platygaster oryzae (Foto: Repro).

Imago Ganjur seperti nyamuk, berwarna merah sampai merah kusam (Foto: Repro).

Imago:  Berwarna merah cerah sampai merah kusam  Ukuran tubuh seperti nyamuk  Siklus hidup 26-35 hari  Aktif malam hari, tertarik cahaya lampu dan hidup dengan menghisap embun yang terdapat pada permukaan daun.  Nisbah kelamin jantan : betina adalah 4:1  Betina hanya kawin sekali.  Serangga ganjur menyerang tanaman pada fase vegetatif.  Mampu bertelur 100-200 butir.  Akibat serangan, daun menjadi puru dan tidak menghasilkan malai.  Serangga dewasa muncul pada awal musim hujan.  Sebelum berkembang biak pada tanaman padi musim hujan, serangga ganjur sudah melalui 1 atau 2 generasi pada rerumputan (1 musim dapat mencapai 3-4 generasi).

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Perkembangan optimum terjadi pada kelembaban nisbi 80% suhu antara 25 -30 0C, cuaca mendung dan hujan gerimis. Serangan berat terjadi pada musim hujan terutama untuk tanaman yang terlambat tanam. Serangan serangga ganjur umumnya dijumpai di daerah sawah irigasi ataupun tadah hujan, terutama di daerah tadah hujan pinggir pantai yang tanam terlambat dan menggenang setelah banyak hujan. Musuh alami yang penting adalah jenis tabuhan. Tingkat parasitisme Platygaster oryzae dapat mencapai 3070%. Parasitoid ini bersifat endoparasitoid, yaitu menyerang larva yang baru keluar dari telur. Parasitoid penting lainnya adalah Neanastatus oryzae yang menyerang larva. Inang serangga ganjur antara lain Leersia hexandra, kakawatan (Paspalum distichum), dan lempuyangan (Panicum stagnimum).

Parasitoid Platygaster sp. Tingkat parasitismenya dapat mencapai 30-70% (Foto: Repro).

10


BULETIN PERAMALAN OPT

Cara pengendalian Ganjur: 1. Waktu tanam: dilakukan lebih awal, yaitu 1,5 bulan sebelum puncak curah hujan tertinggi, sehingga pada saat kelembaban tinggi, tanaman sudah mencapai primordia/ fase generatif. Usaha penanaman dini perlu dilakukan secara serentak. 2. Jarak tanam: Jarak tanam yang terlalu rapat akan menguntungkan bagi perkembangan hama ganjur. Oleh karena itu dianjurkan untuk menanam dengan jarak tanam 20x25 cm, atau tandur jajar legowo, dan dengan jumlah bibit 2-3 bibit. 3. Penyiangan: dilakukan untuk menekan perkembangan hama ganjur. 4. Penggunaan insektisida: penggunaan insektisida butiran dengan dosis 0,5-1,0 kg bahan aktif/ha (karbofuran) apabila ditemukan puru  5%, dengan parsitisme < 50% pada tanaman berumur  40 hari. setelah tanam.

Bioekologi Telur:  Diletakkan secara berkelompok, pada batang kayu, tembok, dinding saluran dan pangkal batang padi.  Telur berjumlah 200-500 butir tiap kelompok.  Berwarna merah jambu, menyerupai buah murbei.  Warna telur memudar seiring dengan umur telur.  Seekor betina dapat menghasilkan 15 kelompok telur.  Umur telur 7-14 hari dan penetasan dapat mencapai > 80%.

2. Siput Murbei

Imago:  Mempunyai cangkang (rumah) berwarna kuning keemasan.  Ukuran tubuh 3-4 cm, berat 10-20 gr.  Jantan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan betina.  Perbedaan khas antara jantan dan betina adalah garis-garis melingkar pada tutup cangkang, yang jantan menonjol ke arah luar dan yang betina melekuk ke arah dalam.  Kawin ditempat yang berair.  Siput betina yang bertelur merayap ke permukaan air dan meletakkan telur pada malam hari.

(Pomacea caniculata)

S

iput murbei atau lebih dikenal sebagai keong mas merupakan hama yang relatif baru pada tanaman padi terutama tanaman padi yang baru ditanam/ tanaman muda. Makanan utama siput murbei adalah algae dan tanaman lain yang masih muda antara lain padi, kangkung, eceng gondok, dan lain-lain. Siput murbei dapat bernafas dipermukaan dan di dalam air, sehingga populasinya dapat berkembang dengan baik di tempat yang tergenang air seperti rawa-rawa, kolam, danau, sungai, dan saluran irigasi.

Nimfa:  Berukuran 1,7 - 2,0 mm  Kulit lemah dan mengeras setelah berumur 2 hari.  Anak siput hidup di permukaan air dan muncul ke permukaan air setelah berumur 2-5 hari.

(Foto: Harsono Lanya Vol.8/ Edisi XII Th.2010

11


BULETIN PERAMALAN OPT

Cara pengendalian Siput: Pengendalian berhasil baik apabila dilakukan secara serentak dan massal, terutama sebelum tanam, dan berkesinambungan. 1. Mekanis Dibuat parit di sekeliling lahan sedalam 20 cm dan lebar 20 cm, sehingga siput mengumpul di tempat tersebut pada saat sawah dikeringkan dan mudah dikumpulkan. Pengumpulkan kelompok telur siput murbei yaitu dengan cara memasang ajir/tonggak kayu di lahan persawahan sebagai tempat peletakan telur. Pada saluran pemasukan air dipasang saringan untuk mencegah siput murbei masuk ke petakan sawah.

 ...Apapun profesinya, jangan merasa rendah diri Bekerjalah dengan HATI… Insya Allah akan tenang..!!

...Gimana kalau sekali-kali tuker posisi Bos…?!! Biar tahu betapa nikmatnya jadi orang kecil.. Aman, lebih tenang !!!

Menyulam tanaman sambil mengumpulan siput (Foto: Urip SR)

Mengumpulkan siput dewasa sebelum tanam (Foto:Urip SR)

2. Pemanfaatan Musuh Alami Dengan melepas beberapa jenis ikan atau itik di persawahan agar memangsa siput. Jenis ikan yang dapat memangsa siput yang baru menetas adalah ikan mas, dan mujaer.

...Ramalan MK. 2010 basah, wah bakalan hama WERENG beranak pinak banyak ya mbah..? Malah kaya ‘98 itu lho nambah wabah VIRUS KERDIL HAMPA .. Jangan lupa mbah di jampe biar aman… ...Kamu usaha dong, pakai ilmu PHT !!! .. Musyawarahkan, berjamaah, dan individu, masing2 juga harus getol usaha bersamasama, supaya semua panen kita melimpah !!! … Mbah juga getol, bukan cuma komat-kamit dan bakar kemeyan … tapi usaha!!

3. Kimia (pestisida) Penggunaan pestisida efektif dan terdaftar, dilakukan pada saat siput masih kecil. 4. Memberikan umpan/daun tumbuhan Pasang umpan/makanan yang disukai siput untuk memudahkan pengumpulan. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

12


BULETIN PERAMALAN OPT

ď •ď€

W

ereng Batang Coklat (WBC) Nilaparvata lugens Stal (Delphacidae, Homoptera) sampai saat ini masih menduduki sebagai hama utama pada pertanaman padi, karena kerusakan yang diakibatkan cukup cepat meluas dan hampir terjadi pada setiap musim tanam (MT). Kerusakan pada pertanaman dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung karena kemampuan WBC menghisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Secara tidak langsung karena serangga WBC dapat menjadi vektor penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Kerdil rumput (Grassy Stunt), dengan gejala tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan yang berlebihan, sehingga tampak seperti rumput. Daun tanaman padi menjadi sempit, pendek kaku, berwarna hijau pucat sampai hijau, dan kadang-kadang terdapat bercak karat. Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase tanaman tua tetapi tidak memproduksi malai. Stadia pertumbuhan yang paling rentan adalah pada saat tanam pindah sampai anakan maksimum. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh WBC, dan tanaman inangnya hanya padi. Kerdil hampa (Ragged Stunt) disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh WBC. Penyakit ini menghasilkan beberapa gejala malformasi pada daun seperti daun melintir pada ujungnya (twisting) dan tepi daun bergerigi (Ragged). Daun tanaman sakit berwarna hijau tua. Namun ada kerdil hampa tipe-II, tanaman kerdil daunnya berwarna kuning-oranye.

Malai dari tanaman yang sakit tidak normal, hanya keluar sebagian dan gabah yang dihasilkan hampa.

Foto: Devied Apriyanto Vol.8/ Edisi XII Th.2010

13


BULETIN PERAMALAN OPT

Kerdil hampa tipe-II kerdil, daun menguning oranye.

Keadaan lapangan di daerah yang terjadi eksplosi WBC di Kec.Ciasem, Patokbeusi, Blanakan, dan Pabuaran (Kabupaten Subang), pada akhir April 2010 memperlihatkan pantura dengan kondisi pola tanam yang tidak serentak, variasi umur mulai tanaman muda, pembentukan anakan, keluar malai, menguning, dan yang panen. Hal tersebut konsekuensi karena dorongan harga gabah baik, air ada, dengan intensifikasi menggenjot potensi varietas unggul yang berumur relatif genjah (100 -120 hari), pemupukan N dosis tinggi, dan penerapan IP > 200. Kondisi air lahan yang tersedia sepanjang musim di wilayah ini mendorong petani menanam padi terusmenerus, ditanam sampai tiga kali setahun atau lima kali selama dua tahun, sehingga pola kesentakan tanam dan adanya bera diantara masa tanam dalam wilayah menjadi tidak tertib. Kondisi demikian untuk ekosistem pantura yang menyediakan makanan terus menerus bagi OPT padi dan dengan didukung suatu kondisi iklim cuaca kondusif dan berlanjut dengan kemarau basah yang sangat kondusif bagi WBC, maka terjadilah lokasi-lokasi pertanaman menjadi sumber WBC populasi tinggi, yang kemudian migrasi besar-besaran ke lokasi-lokasi pertanaman muda/vegetatif lainnya, yang akhirnya serangan meluas dan menyebabkan eksplosif. pada akhir MH 2009/2010 dan berlanjut ke MK 2010.

Pada keadaan populasi WBC tinggi dan meluas serta berkepanjangan, maka berdampak pada munculnya penyakit bawaan WBC yaitu penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Sebagian lokasi dilakukan eradikasi karena puso oleh WBC, keadaan sekeliling sebagai sumber WBC masih banyak dan penerbangan/migrasi WBC masih terjadi, tetapi mulai lagi sebagian lokasi melakukan semai baru. Akibatnya pada pesemaian baru tersebut sudah terjadi terinfeksi virus kerdil dengan intensitas tinggi, bibit tersebut tetap ditanam sehingga pertanamannya merana karena sudah terinfeksi virus kerdil. Berkembangnya penyakit virus kerdil hampa di Kecamatan Ciasem, Blanakan, Pabuaran, dan Patokbeusi, termasuk areal milik PT. SHS dan BB-Padi, yang dikelola oleh institusi, lahan yang dikerjasamakan, maupun lahan milik petani, berkaitan dengan suatu keadaan wilayah terjadi adanya pertanaman padi dari semua umur pada areal yang luas, serta adanya pesemaian-pesemaian ulang (setelah eradikasi pertanaman sebelumnya) yang juga sudah terinfeksi/terserang penyakit kerdil dan ditanam. Informasi petani dalam hal penggunaan pestisida “masih banyak petani belum memenuhi kaidah sebagai alternatif terakhir dan belum diaplikasikan secara bijaksana sebagai komponen PHT yang memenuhi kriteria tepat jenis tepat konsentrasi, tepat volume semprot, tepat sasaran, tepat cara, dan tepat waktu. Penggunaan pestisida sering dikatakan petani sebagai jaga-jaga. Dosis masih rendah, kerapkali mencampur-campur berbagai jenis, volume semprot yang rendah, diaplikasikan kurang merata, kurang mengena jasad sasaran, kerapkali populasi sudah tinggi, dan kurang tepat terhadap stadia kritisnya.

Foto: Devied Apriyanto

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

14


BULETIN PERAMALAN OPT

Hal-hal tersebut dapat berdampak buruk, yaitu musnahnya musuh alami pada fase awal pertumbuhan tanaman, sehingga pertanaman tidak mempunyai pertahanan sejak dini (oleh musuh alami), sehingga serangga hama yang datang kemudian dapat berkembang leluasa. Dampak buruk lain dari aplikasi pestisida yang tidak benar adalah dapat menyebabkan hama menjadi kebal, hama dapat lebih subur berkembang biak juga karena pestisida dapat mempengaruhi fisiologis tanaman. Dalam keadaan sudah terjadi eksplosi, lokasi sumber populasi WBC tinggi dan sumber penyakit kerdil hampa banyak tersebar dipertanaman, maka strategi penanganan WBC yang harus dilakukan adalah:  Menurunkan secepat mungkin populasi WBC yang ada serentak dan massal, jangan tertunda sehingga menjadi makroptera yang akan terbang kemanamana. Kasus di sekitar Kec. Ciasem dan Patokbeusi waktu itu gerakan pengendalian harus selesai sebelum pertengahan bulan April 2010.

Awal terjadinya eksplosi bermula karena munculnya banyak spot hopperburn dan terus bertambah serta sebarannya meluas, sehingga tidak mampu lagi dibendung.

Menghilangkan sumber inokulum penyakit kerdil hampa yang ada dengan cara eradikasi tanaman terserang/puso atau lahan yang telah dibiarkan petani karena kondisi tanaman yang terserang parah. Dampak serangan WBC 

Pada keadaan tidak eksplosi, karakeristik sebaran populasi WBC generasi pendatang pada suatu hamparan biasanya dengan kepadatan sangat rendah dan tersebar. Kemudian apabila dapat bertahan hidup maka akan berkembang biak, dan pada keadaan lingkungan yang kondusif maka pada generasi kedua populasinya meningkat tinggi (pada musim hujan pada varietas rentan dapat mencapai 2000 kali). Karenanya kerapkali kita melihat ke-munculan gejala serangan berupa spot-spot hopperburn/ mengering (populasi tinggi) yang luasannya sempit terjadi pada per-tanaman fase bunting-keluar malai.

Gejala spot serangan WBC di pesemaian, gejala spot di pertanaman fase pengisian, gejala spot petakan, dan gejala puso meluas (Foto-foto Harsono Lanya) Vol.8/ Edisi XII Th.2010

15


BULETIN PERAMALAN OPT

Kehilangan hasil padi tergantung pada besaran populasi WBC dan tingkat kerusakannya, saat infeksi virus dan tingkat serangannya, serangan berat dapat mengakibatkan hasil panen padi dari hanya beberapa kwintal gabah sampai dengan puso. Nemin (kiri) penggarap asal Desa Rancamulya, dan Aban (kanan) petani asal Ds Tanjung Rasa Kaler (Patokbeusi, Subang) (Foto: Devied).

Foto: Devied Apriyanto

Foto: Devied Apriyanto

Pada suatu keadaan populasi WBC telah berkembang di suatu hamparan luas yang mempunyai keragaman umur tanaman tinggi (fase pesemaian sampai dengan tanaman tua ada) maka selain ber-kembangnya populasi setempat juga migrasi populasi besar-besaran terus terjadi dari lokasi populasi sangat tinggi (makroptera) dan dari lokasi yang sedang panen ke lokasi lainnya. Keadaan inilah yang sangat menyulitkan petani dalam pengendalian WBC di lahannya. Dalam keadaan demikian petani melakukan pengendalian dengan pestisida sangat intensif, dan dengan kepanikannya segala cara dilakukan termasuk menggunakan solar yang diteteskan ke air lahan dan kemudian dikopyokkan ke rumpun padi.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Kerugian akibat serangan WBC yang dialami oleh Pak Nemin (55) petani penggarap dari Desa Rancamulya, Kec. Patokbeusi, dengan lahan garapannya seluas 3 ha puso akibat serangan WBC yang menyerang sejak tanaman padi berumur 2 minggu. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukannya, bahkan tuturnya, juga menggunakan solar dan campur oli bekas (diteteskan ke air lahan dan digobyog ke rumpun). Namun populasi wereng tetap meningkat, karena adanya populasi migrasi yang datang terus-menerus. “Kalau malam hari saya pakai obor, jumlahnya puluhan ribu Mas� tuturnya meyakinkan. “Pada akhirnya saya habis modal, dan saya pasrah, mungkin ini musibah, karena baru kali ini gagal panen karena wereng, biasanya sih tidak seperti ini� katanya lagi dengan nada pasrah. Keluh kesah Nemin ini mewakili suara petani lain yang bernasib sama di kecamatan Patokbeusi. Maklum wilayah ini merupakan sumber serangan sehingga pada hamparan yang luas terdapat beberapa spot/ petak hopperburn hampir merata, sebagian hamparan masih bisa dipanen namun terjadi penurunan hasil yang sangat drastis. Lain lagi yang dialami oleh Pak Aban (57) petani dari desa Tanjung Rasa Kaler, Kecamatan Patokbeusi berbatasan dengan kecamatan Pabuaran, ia masih bisa panen sedikit lebih dari 3 ton/ha dari sawahnya. Penurunan hasil panen sekitar 50%, biasanya ia panen lebih 6 ton/ha. Upayanya sudah menggunakan beberapa jenis pestisida. Aban secara ekonomi lebih mapan sehingga dalam usaha pengendalian terjadwal setiap 3 hari tidak terputus, ia menyuruh kuli untuk menyemprot menggunakan pestisida berbahan aktif buprofezin yang dikombinasi dengan pestisida lain berbahan aktif BPMC.

16


BULETIN PERAMALAN OPT

“Lumayan Mas, daripada puso, karena petak lain juga ada yang pada puso” katanya lirih. Menurut Aban kalau sedang begini seharusnya ada penyuluhan yang intensif, sehingga usaha untuk mengendalikan wereng yang meluas ini dapat dipahami dan dilaksanakan bersama dengan baik. Pada keadaan terjadi serangan WBC eksplosi dimana populasi WBC tinggi (ribuan ekor/rumpun) tentu menimbulkan kepanikan yang luar biasa di kalangan petani. Pilihannya adalah menggunakan pestisida apa saja yang terdapat di kios, tidak menghitung-hitung lagi besarnya biaya penyemprotan dan hasil yang akan didapat, yang penting selama masih bisa mendapatkan pestisida maka menggunakan, demikian keterangan yang didapat dari banyak petani yang ditemui. Di lokasi populasi tinggi, diperoleh informasi dari beberapa petani yang telah melakukan penyemprotan setiap 5 hari (sudah 7 kali sampai dengan umur 40 hst) pada akhirnya tidak sanggup lagi/menyerah karena tanamannya tidak bisa pulih, bahkan semakin parah dan akhirnya ditinggalkan, bisa dimaklumi karena migrasi wereng besar-besaran tidak putus-putus. Perilaku dan kepanikan petani dalam menghadapi kasus kejadian eksplosi ini umumnya serupa dengan beberapa petani yang mengalami kasus terkena musibah eksplosi yang terjadi di Jawa Tengah (seperti di Boyolali, Sukoharjo dan Klaten), dan Jawa Timur (di Jember, Banywangi,dan Lamongan) (@Tim liputan Buletin Peramalan OPT)***

BIJI MAHONI USIR WERENG BATANG COKLAT ereng Batang Coklat (WBC) hama yang paling dimusuhi petani terutama pada musim MH.2009/2010 dan MK.2010. Namun Sumaji petani asala Kec. Bekonang, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah punya cara tersendiri dalam mengendalikan WBC tersebut. Ia menggunakan biji mahoni yang terdapat di desanya berikut tips/ide yang ia berikan:  Tumbuk biji mahoni 40-60 butir.  Campur dengan 1 liter air dan 0,5 liter EM-4.  Biarkan semalam. Keesokan harinya semprotkan larutan ke hamparan padi yang terserang WBC. Biji mahoni berasa pahit sehingga WBC enggan mendekati pertanaman padi yang terkena larutan mahoni. Teknik ini cukup efektif dalam mengendalikan WBC dan belalang daun. Ramuan ini juga dapat digunakan sebagai pencegahan serangan. Demikian seperti yang dituturkan kepada Penulis saat menemui di selasela surveillance OPT padi yang baru lalu. Selamat mencoba, semoga bermanfaat!!! (BP) ***

Gejala kerdil hampa (atas) dan serangan puso (bawah) (Foto-foto Harsono Lanya) Vol.8/ Edisi XII Th.2010

17


BULETIN PERAMALAN OPT

VIRUS KERDIL RUMPUT APA ITU..?? VIRUS KERDIL HAMPA Demikian juga pada tanaman muda yang terserang menunjukkan gejala ujung daun yang melintir, sedangkan apabila infeksi terjadi pada fase generatif, daun bendera terpuntir, robek-robek atau berombak-ombak (gall) sepanjang pembuluh.

Tanaman terinfeksi virus kerdil rumput, (Foto: Repro/IRRI)

G

ejala kerdil r umput adalah tanaman kerdil, jumlah anakan lebih banyak tetapi tidak produktif, tumbuh tegak, daun bendera pendek dan sempit berwarna kekuning-kuningan dengan bercak-bercak coklat. Kehilangan hasil makin tinggi bila tanaman terinfeksi pada umur kurang dari 60 hst. Infeksi pada tanaman > 60 hst tidak mempengaruhi hasil. Virus ditularkan oleh wereng coklat, persentase populasi wereng coklat yang dapat menularkan virus antara 20-40% dari populasi yang ada di lapangan. Semakin lama populasi serangga menghisap pada tanaman sakit semakin banyak persentase serangga yang mengandung virus. Serangga mengandung virus setelah menghisap tanaman sakit selama 5-7 menit. Diperlukan waktu 10 hari dari saat serangga menghisap tanaman sakit sampai dapat menularkan virus yang telah didapat (masa inkubasi), virus bertahan selama masa hidup serangga. Serangga vektor tidak kehilangan kemampuan menularkan virus meskipun ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga vektor dan atau gabah. Sumber virus berasal dari tanaman padi, padi liar, dan singgang terinfeksi virus kerdil rumput. erdil hampa, gejala pada fase vegetatif, tanaman terinfeksi menjadi kerdil, infeksi virus dapat terjadi sejak bibit di pesemaian muncul daun, maka pada umur 12 hari setelah semai pun sudah terlihat adanya gejala, pada daun pertama ujungnya melintir.

K

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Gejala kerdil hampa pada bibit & vegetatif (Foto: Harsono Lanya)

Pada tanaman fase vegetatif akhir, anakan bercabang-cabang, pembungaan terlambat, pertumbuhan malai tidak sempurna dan hampa. Virus ditularkan oleh wereng coklat. Pada daerah endemis, 40% serangga vektor dapat menularkan virus.

Gejala kerdil hampa pada fase generatif dan keluar malai (Foto:Harsono Lanya)

Serangga vektor tidak kehilangan kemampuan menularkan virus meskipun ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga vektor dan atau gabah. Sumber virus berasal dari tanaman padi, padi liar, dan singgang terinfeksi. Cara Pengendalian  Di daerah endemis virus kerdil hampa dan kerdil rumput, pengolahan lahan awal musim tanam serentak (eradikasi) dilakukan sebelum semai,  Penanaman secara serentak varietas tahan wereng coklat/virus yang ditularkannya,  Pengendalian vektor wereng coklat untuk menekan penularan penyakit ini,  Eradikasi tanaman terserang virus,  Sanitasi tanaman inang. 18


BULETIN PERAMALAN OPT

LIPUTAN KHUSUS MUNAS MPTHI KE 7 DI BANJARBARU - KALSEL

B

umi Pangeran Antasari atau Bumi Lambung Mangkurat demikian julukan untuk Provinsi Kalimantan Selatan yang biasa diucap kebanyakan orang, masyarakat sekitar Pulau Kalimantan akrab menamakan dengan sebutan Banua Kita. Kalimantan Selatan saat ini terdiri atas 13 Kabupaten/Kota meliputi 156 Kecamatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2008 luas lahan sawah 477.336 hektar, dibanding dengan tahun 2003 bertambah seluas 57.250 ha (13,6 %). MPTHI yang merupakan wadah untuk penyampaian aspirasi bagi masyarakat perlindungan tumbuhan dan hewan perlu dipertahankan keberlanjutannya dan pengembangan aktivitasnya. Integrasi usaha dan budaya dalam mengelola lingkungan pertanian perlu dilakukan untuk mendapatkan manfaat secara optimal dan berkelanjutan. Rangkaian kegiatan pertemuan Nasional MPTHI ke 7 tahun 2009 tanpa kehadiran Menteri Pertanian, namun acara tetap berjalan baik dan lancar sesuai jadwal.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

ď‚ľď€

Pembukaan dilaksanakan pada tanggal 10 November 2009 pk.09.00 WITA dengan acara terdiri atas: pengukuhan IPPHTI Kalsel, pemberian penghargaan kepada kelompok tani SLPHT Kalsel, sambutan Ketua MPTHI Pusat dan sambutan Gubernur Kalimantan Selatan. Kegiatan pelatihan praktis, konsultasi klinik tanaman, dan ekspos teknologi/pameran, juga dilakukan temu wicara antara seluruh peserta Munas, para petani dengan para pengambil kebijakan dipusatkan dilapangan Murdjani, Banjarbaru. Juga dilaksanakan Diskusi Panel membahas issue strategis masa terkini. Pada puncak acara tanggal 12 November 2009 dilakukan pencanangan tanam padi sawit dupa MH.2009/2010 di Kec. Kertak Hanyar Kab. Banjar. Pada kesempatan tersebut digelar ekspose teknologi, temu wicara dengan seluruh peserta yang hadir.

Beberapa catatan penting dari Munas MPTHI Banjarbaru Dalam temu wicara, beberapa hal yang mengemuka antara lain perlunya kesinambungan pelaksanaan SLPHT dan SLI dalam program kerja daerah, serta perlunya pemberdayaan THL-TB POPT-PHP, dan THL-TB PP sebelum berakhirnya masa kontrak.

19


BULETIN PERAMALAN OPT

Saat ini dapat dijadikan sebagai “Golden Bridge” bagi THL-TB POPTPengamat Hama Penyakit dan THL-TB Penyuluh Pertanian yang merupakan asset berharga dan telah terdidik secara baik selama 3 tahun untuk melangkah ke depan. Berdasarkan paparan dan hasil diskusi yang disampaikan pada Temu teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:  Secara keseluruhan, baik aspek peserta, materi, dan penyelenggaraan Temu teknologi dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana.  Peserta dapat mengikuti paparan nara sumber dan berperan aktif dalam memberikan masukan dan saran pada saat berlangsungnya acara.

Perubahan iklim global dapat mengakibatkan munculnya kembali OPT yang sudah lama tidak muncul, perkembangan OPT menjadi lebih cepat, terjadinya migasi OPT, perubahan status OPT dan perkembangan musuh alami. Upaya antisipasi dampak perubahan iklim global, khususnya dalam sektor pertanian dapat dilakukan melalui strategi adaptasi dan mitigasi. Perlunya peningkatan kewaspadaan menghadapi ramalan terjadinya EL-NINO pada tahun 2010, yang menyebabkan musim kemarau yang kering dan dapat mempe-ngaruhi hasil pertanian secara keseluruhan.

Teknologi ramah lingkungan terkait dampak perubahan iklim global yang perlu dikembangkan antara lain penggunaan varietas yang beremisi rendah, pengurangan pemakaian urea untuk mengurangi produksi gas metan, dan pengembangan varietas tahan rendaman. Pengawalan pertanaman secara berkelanjutan oleh semua pihak terkait dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim global (Global Warming). Pengawalan yang optimal hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh SDM Pertanian yang kompeten, disiplin dan berdedikasi dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada petani. Pengelolaan lingkungan yang terintegrasi dengan berbagai aspek (sosial, ekonomi, dan budaya) merupakan bentuk optimalisasi pertanian berkelanjutan. Kompos plus agens antagonis merupakan kompos dengan tambahan agens antagonis Trichoderma sp atau Gliocladium sp. Beberapa keunggulan penggunaan kompos plus antara lain meningkatkan kesuburan tanah secara biologis, meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi, dan menekan serangan penyakit tular tanah. Trichogramma sp. merupakan salah satu agens hayati yang ramah lingkungan, salah satunya sebagai pengendali hama penggerek batang padi. Agens antagonis yang sekarang dikembangkan dan cukup efektif dan teruji baik secara laboratorium maupun tingkat lapangan untuk mengendalikan penyakit hawar daun bakteri (HDB) adalah Corynebacterium. Beberapa pengujian ekologi tanah yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah, antara lain: uji tekstur tanah, uji kemampuan menahan air, uji menarik air/kapiler tanah, uji kapasitas menahan nutrisi, uji drainase tanah, uji kandungan mineral tanah, uji aerasi tanah dan uji keasaman tanah/pH tanah.

Peserta sedang mengikuti pembukaan Munas MPTHI ke-7 yang dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan/Ketua MPTHI (Foto:Indok)

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

20


BULETIN PERAMALAN OPT

Sekilas tentang MPTHI MPTHI adalah wadah atau forum yang dapat mengaktualisasikan peran masyarakat perlindungan tumbuhan dan hewan, sekaligus sebagai partner pemerintah dalam pendapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan. Latar belakang pembentukan MPTHI didasari oleh keinginan membentuk jejaring kerja yang bersifat independen, yang diharapkan dapat mewadahi berbagai kepentingan masyarakat yang bergerak di bidang perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan peran perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan dalam mendorong terjadinya kebersamaan langkah dalam perjuangan meningkatkan martabat petani dan pertanian Indonesia. MPTHI dideklarasikan pada tanggal 8 September 2004 di Yogyakarta yang diwakili oleh berbagai unsur yang berasal dari ilmuwan, praktisi, pemerintah daerah dan pusat, swasta, kelembagaan tani, organisasi profesi, organisasi mahasiswa, pemerhati dan unsur terkait lainnya. Keanggotaan MPTHI melibatkan unsur perlindungan tanaman (pangan, hortikultura, dan perkebunan), peternakan (kesehatan hewan dan masyarakat veteriner), perkarantinaan tumbuhan dan hewan, kelembagaan tani, akademisi/ perguruan tinggi, himpunan profesi, mahasiswa proteksi, LSM/pemerhati, dan unsur terkait lainnya di bidang perlindungan tanaman dan kesehatan hewan.

Gubernur Kalimantan Selatan, Anggota DPR RI, dan Dirjen Tanaman Pangan/Ketua MPTHI (Foto: Indok). Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Peserta pertemuan sedang mengunduh bahan informasi pada kunjungan ke stand pameran BBPOPT (Foto:Indok)

Peserta pertemuan sedang mengunjungi stand pameran BBPOPT (Foto: Indok).

Ruang lingkup perhatian dan kepedulian MPTHI Sebagai barometer kondisi perlindungan tumbuhan dan hewan terkait aspek keseimbangan lingkungan khususnya ekosistem. Mengembangkan dan menuangkan pemikiran sebagai masukan untuk penyempurnaan kebijakan pemerintah di bidang perlindungan tumbuhan dan hewan. Mengkritisi kebijakan pemerintah yang belum selaras dengan aspirasi masyarakat khususnya berkaitan dengan bidang perlindungan tumbuhan dan hewan. Pertemuan MPTHI pertama kali dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah pada tahun 2003, sudah tujuh kali selama 7 tahun, dan pertemuan yang dilaksanakan di Lapangan Murdjani, Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan ini adalah Pertemuan Nasional MPTHI ke VII. Sampai jumpa pada MPTHI ke VIII 2010 di NusaTenggara Barat. ***

21


BULETIN PERAMALAN OPT

Menteri Pertanian Republik Indonesia, Ir. H. Suswono, M.MA. dalam kunjungan kerjanya 25 Januari 2010 di Kabupaten Karawang meninjau dan menyerahkan bantuan (benih dan pupuk) kepada para petani yang sawahnya terkena musibah banjir. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Mentan kepada Wakil Bupati Karawang, Hj. Eli Amalia Priatna untuk kemudian langsung diserahkan kepada kelompok-kelompok tani. Pada kesempatan kunjungan kerja tersebut Mentan berdialog dengan para petani di Desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Selain itu, pada kunjungan kerja tersebut Mentan berkenan mengunjungi kelompok tani System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, dan “Panen Perdana MH 2009/2010� di Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat. Tiga agenda kunjungan kerja Mentan Suswono di Kab. Karawang masih dalam 100 hari kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II. SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Sebuah terobosan teknologi yang akhir-akhir ini dikenalkan dan disosialisasikan kepada kelompok tani. Pada kesempatan kunjungan kerja di kelompok tani SRI yang dilakukan di saung meeting Kelompok Tani Benong II, Desa Kalibuaya, Mentan berdialog/ temu wicara dengan para petani/kelompok tani.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Pada momen acara pertemuan tersebut, dilaksanakan visualisasi/pameran tentang beberapa teknologi terapan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan khususnya peragaan perbanyakan parasitoid telur penggerek batang padi, dan agens hayati pengendali kresek sebagai wahana dalam upaya mensosialisasikan kepada masyarakat petani. Peserta pameran yaitu dari unsur kelompok tani maupun instansi pemerintah termasuk partisipasi dari BBPOPT.

22


BULETIN PERAMALAN OPT

Mentan Suswono mendapat laporan dari kelompok tani SRI mengenai pemanfaatan parasitoid Trichogramma sp. untuk pengendalian penggerek batang padi, dan Mentan memberi arahan agar terus dikembangkan dan diterapkan secara meluas (Foto: Baskoro SW).

Dalam sambutannya Mentan di tengah acara temu wicara dengan petani di Desa Kalibuaya, Kec.Telagasari, Karawang juga menjelaskan terkait masalah banjir, menurut Mentan luas sawah yang terkena banjir secara nasional masih relatif kecil dan tidak mencapai 1% dari keseluruhan areal lahan sawah di Indonesia yang mencapai 12 juta hektar. Namun demikian, Kementerian Pertanian tetap berusaha cepat tanggap apabila terjadi kemungkinan puso dan gagal panen, dan pihaknya/ pemerintah siap untuk mengganti benih dan pupuk petani. �Oleh karena itu, agar setiap bencana pada areal sawah dilaporkan kepada Kementerian Pertanian melalui Pemerintah Daerah dan Dinas Pertanian,� pesannya.

Acara terakhir dipusatkan di Desa Manggungjaya Kec. Cilamaya Kulon, di lingkungan komplek pemakaman Bupati Singaperbangsa, dengan diisi dialog dengan kelompok tani setempat. Sekilas tentang SRI SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya padi yang mampu me-ningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Teknologi ini perlu dilakukan karena menurunnya kandungan bahan organik tanah, meningkatnya residu kimia dalam tanah, dan produktivitas lahan yang semakin menurun. Manfaat teknologi SRI adalah memperbaiki kualitas (kesuburan) tanah, efisiensi penggunaan air, hemat biaya usaha tani, dan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. SRI dilakukan dengan menerapkan prinsip budidaya melalui optimalisasi pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, antara lain: 1) menggunakan bahan organik 5-7 ton/ha, 2) penggunaan benih yang sehat dengan uji bernas dan uji benih, 3) penggunaan benih muda umur 5-7 hari, 4) tanam tunggal 1 batang, 5) ditanam dangkal 0,5-1 cm, 6) ditanam seperti huruf L, 7) Jarak tanam lebar 30x30 cm, 40x40 cm, 50x50 cm, 8) tidak digenangi air/ pengairan macak-macak, 9) penyiangan 4 kali pada saat 10 hari, 20 hari, 30 hari, 40 hari, dan penyemprotan MOL (MikroOrganisme Lokal), dan 10) tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis. (USR)***

Mentan melanjutkan, musim tanam kali ini (awal tanam musim hujan) terlambat 1-1,5 bulan, dan puncak panen musim ini diperkirakan terjadi antara bulan Maret dan April. Namun demikian, berdasarkan hasil pemantauan di lapangan tidak terjadi kekurangan suplai beras dan panen bisa dilaksanakan sepanjang tahun, serta cadangan beras nasional telah mencapai 500 ribu ton, dimana standar cadangan beras bulan depan cukup 300 ribu ton. �Kita masih yakin dan optimis tidak ada permasalahan beras,� imbuhnya. Display informasi teknologi terapan yang dipasang di saung, merupakan salah satu bahan informasi, dan sosialisasi bagi petani (Foto: Baskoro SW). Vol.8/ Edisi XII Th.2010

23


BULETIN PERAMALAN OPT

ď‚—ď€

P

erubahan iklim yang terjadi belakangan ini menyebabkan mundurnya waktu tanam MH 2009/2010 di sentra produksi dan tentu berdampak terhadap status keberadaan dan perkembangan serangan OPT utama padi, yaitu hama tikus, penggerek batang, wereng batang coklat, penyakit tungro, hawar daun bakteri/ kresek, dan blas. Berbagai teknologi pengendalian OPT yang telah dikembangkan dan tersedia, dalam operasional penerapannya di tingkat lapangan nampaknya masih belum optimal karena berbagai keterbatasan, sehingga belum mampu mengatasi tuntas permasalahan OPT agar tidak melampaui ambang kerusakan, beberapa OPT utama tingkat serangannya relatif masih tinggi dan fluktuatif. Penerapan PHT memerlukan managemen dan implementasi teknologi terpadu secara berkesinambungan atas dasar filosofi dan prinsip PHT. Penerapan PHT juga memerlukan berjalannya sistem dan mekanisme operasional di lapangan secara terprogram dan kontinyu. Sub-subsistem tersebut khususnya meliputi pengamatan peramalan OPT, penyuluhan, ketersediaan sarana, dan tindakan operasional pengendalian sejak pratanam (hasil musyawarah RDK/RDKK untuk budidaya tanaman sehat) sampai dengan pengambilan keputusan tindakan pengendalian responsif yang menjadi tanggungjawab bersama (kelompok), maupun tindakan responsif pengendalian OPT di lahan petani masing-masing. Pengendalian OPT dalam operasionalnya tentu bersifat spesifik lokasi, memperhatikan status OPT, karakteristik hamparan di wilayah setempat, dan kemampuan petani, sehingga memerlukan langkah operasional yang intensitasnya berbeda. Yang pada prinsipnya diawali dari “kepedulian bersama� dari semua unsur yang terkait untuk mengamankan produksi, sehingga panen berhasil baik. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Dalam rangka mewaspadai dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan serangan OPT maka dilakukan pencanangan gerakan pengendalian OPT sebagai sosialisasi dan akselerasi pengendalian OPT di lapangan. Pencanangan sebagai upaya pemberdayaan petani dan petugas terkait dalam upaya mengatasi masalah gangguan OPT untuk mencapai hasil panen dengan produktivitas tinggi. 24


BULETIN PERAMALAN OPT

Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT tahun 2010. Karawang, 25 Januari 2010. Bertempat di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari dilakukan Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT, khususnya pengendalian Penggerek Batang Padi (PBP) dengan menekankan penggunaan parasitoid Trichogramma sp. Di lahan Kelompok Tani Benong II (luas 33 hektar) yang menerapkan SRI dilakukan Pencanangan Pelepasan Trichogramma sp. secara resmi oleh Menteri Pertanian Ir. H. Suswono MMA. dihadapan petani, anggota kelompok tani, dan para undangan yaitu dari unsur Pemda/SKPD Kabupaten Karawang, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, BPTPH Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Peramalan OPT, Gapoktan se-Kabupaten Karawang dan undangan lainnya. Sebelum melaksanakan pencanangan Mentan Suswono mengadakan temu wicara dengan petani untuk memperoleh masukan dari tingkat lapangan, dan arahan tentang pembangunan pertanian dan peningkatan produksi tanaman pangan, serta mengenai upaya memasyarakatkan penerapan teknologi pengendalian OPT di lapangan. Temu wicara dipandu oleh Kepala Dinas Pertanian Kab. Karawang. Selain itu Mentan mendapatkan penjelasan/laporan dari wakil kelompok mengenai pemanfaatan agens hayati/ parasitoid Trichogramma sp. dan pelaksanaan SRI di kelompoknya, yaitu oleh H.Umar yang merupakan pelopor petanian organik di Karawang. Saat ini ada tiga jenis parasitoid telur yang efektif menekan hama PBP yaitu Trichogramma sp., Tetrastichus sp., dan Telenomus sp., dan dari ketiga jenis parasitoid ini yang sudah sudah diperbanyak oleh petani adalah jenis Trichogramma sp. Parasitoid Trichogramma sp. dikenal sebagai salah satu musuh alami yang sangat berperan dalam menekan perkembangan hama PBP secara alamiah. Pelepasan parasitoid Trichogramma sp. hasil perbanyakan dalam jumlah besar di areal kelompok tani Benong II seluas 33 ha merupakan usaha pemanfaatan dan pelestarian musuh alami dalam rangka pengendalian PBP yang ramah lingkungan.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Acara temu wicara yang digelar di saung Kelompok Tani Benong II berlangsung meriah dan Mentan pun diberondong pertanyaan oleh para petani. (Foto:Baskoro SW)

Mentan Suswono mencanangkan pelepasan parasitoid PBP di Telagasari-Karawang (Foto: Baskoro SW).

Kegiatan gerakan pengendalian seperti ini harus sering dilakukan mengingat sangat bermanfaat dalam rangka memberdayakan petugas, meningkatkan motivasi dan menggerakkan kepedulian masyarakat tani dalam melakukan usaha pengendalian OPT secara lebih intensif, bersama, dan berkesinambungan. 25


BULETIN PERAMALAN OPT

Gerakan Pengendalian Tikus Bekasi, 22 februari 2010. Gerakan pengendalian tikus secara serentak dalam wilayah yang luas di lokasi daerah endemis serangan tikus selama satu hari dilaksanakan di Kec.Tambun Utara. (Senin,22/02/2010). Gerakan pengendalian tikus dilakukan oleh para petani Gapoktan se-Kecamatan Tambun Utara dibimbing oleh Koordinator POPT Kabupaten Bekasi M.Wahyudin. Peserta berjumlah sekitar lebih dari 100 orang petani yang berasal dari daerah sekitar lokasi gerakan. Selain itu, kegiatan tersebut didampingi juga oleh para petugas lapangan, Dinas Pertanian Provinsi, Jabar dan BPTPH Jabar, Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Instalasi/Laboratorium PPOPT wilayah IV, serta instansi terkait lainnya. Gerakan pengendalian tikus di Tambun Utara terlaksana dengan baik. Petugas dan masyarakat petani bahumembahu gropyokan memburu dan menangkap tikus, ribuan tikus berhasil dimusnaskan dengan cara dipukuli dengan bambu. Tikus merupakan hama yang lagi nge-trend pada MH.2009/2010 disini, hal ini diakibatkan oleh kondisi hujan terusmenerus sehingga di beberapa wilayah di Kab. Bekasi terkena banjir. Sawah yang terendam banjir selama tiga hari berturutturut menyebabkan hama tikus menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih tinggi. Tak pelak lagi lokasi persawahan yang lebih tinggi topografinya menjadi sasaran migrasi gerombolan tikus yang kelaparan, kerusakan pun tak terelakkan lagi. Menurut petugas POPT berdasarkan pola kejadian yang seringkali terjadi di wilayah Bekasi apabila banjir sporadis, kondisi serangan tikus justru meningkat pada areal sawah yang letaknya lebih tinggi daripada sawah yang lebih rendah. Namun apabila banjir menyeluruh sehingga sawah lebak (rendah) maupun sawah tonggoh (yang tinggi topografinya) terkena banjir selain tanaman padi mengalami puso karena banjir, hama tikus pun tersapu bersih terbawa derasnya arus banjir.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Pada saat re-planting (tanam ulang) kondisi pertanaman aman dari serangan tikus karena populasi tikus di areal sawah berkurang sehingga intensitas seranganpun secara signifikan rendah. Gerakan pengendalian hama tikus di Tambun Utara Bekasi satu profil dari gerakan-gerakan pengendalian tikus di banyak daerah yang melaksanakan pengendalian tikus massal, serentak, pada areal luas yang dikoordinir oleh petugas pertanian. Juga di banyak lokasi para petani dalam kelompok-kelompok kecil melaksanakan pengendalian tikus secara mandiri. Pengendalian tersebut ada yang regular dilaksanakan, ada yang insidentil, ada pula yang kadang-kadang saja. Pengendalian tikus memang diakui petani harus dilaksanakan sistem “gerakanâ€? secara massal, serentak, pada hamparan yang seluas-luasnya, bahkan harus seluruh areal pertanaman, khususnya pada awal musim hujan. Teknologi cukup memadai, namun yang menjadi masalah klasik adalah ketidak kompakan, kurangnya kerjasama dan partisipasi dari seluruh petani, serta kelangkaan yang komando. (uripsr@ymail.com)***

26


BULETIN PERAMALAN OPT

H

ama tikus termasuk hama utama ’klasik” yang merusak tanaman padi. Hampir semua fase pertumbuhan pada tanaman padi dapat diserang oleh tikus, serangan ini masih terus berlanjut hingga pasca panen dan di tempat penyimpanan. Kerusakan yang paling parah dapat saja terjadi pada fase generatif karena tanaman tidak mampu lagi membentuk anakan baru. Pada serangan berat tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak kemudian meluas ke arah pinggir petak. Biasanya tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi dalam liang, di tanggul irigasi, jalan sawah, pematang dan sarang lainnya. Masalah yang kerapkali muncul di lapangan adalah serangan dan kerusakan yang sudah terjadi karena upaya pengendalian terlambat. Karakteristik tikus sawah Tikus yang menyerang dan sangat merusak tanaman padi sawah umumnya adalah jenis Rattus argentiventer, dengan kharakteristik sebagai berikut:  Tikus hidup di tempat terbuka dimana

persediaan makanan selalu tersedia sepanjang tahun.  Tikus mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.  Reproduksi atau perkembangbiakan tikus hanya terjadi pada pertanaman fase generatif karena tersedia pakan bergizi.  Pada lokasi pertanaman yang serentak periode reproduksinya pendek, sebaliknya reproduksi terus menerus pada pertanaman yang tidak serentak. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

 Perbandingan jantan dengan betina     

adalah 1 : 1. Usia matang seksual pada invidu betina relatif lebih cepat yaitu 28-35 hari, sedangkan yang jantan 55-60 hari. Masa tikus bunting selama 21 hari dengan setiap kali beranak rata-rata 10 ekor. Masa nifas hanya 48 jam setelah melahirkan. Anak tikus disapih oleh induknya setelah berumur sekitar 21 hari. Pada areal pertanaman serentak, jumlah kelahiran tikus pada masa tanam musim hujan 1-2 kali, sedangkan pada musim kemarau 2-3 kali.

27


BULETIN PERAMALAN OPT

Tikus adalah hama utama padi yang mengakibatkan kerugian hampir sepanjang tahun. Tikus adalah binatang yang cerdik, mempunyai syaraf peraba dari bulu-bulunya, pencium, dan perasa yang sangat baik, mempunyai territorial/ daya jelajah yang luas tergantung pada ketersediaan makanannya, dan dapat bermigrasi jauh, dan buta warna. Serangan tikus pada tanaman padi dapat terjadi sejak di persemaian, pertanaman muda sampai dengan siap panen, bahkan setelah padi dipanen dan di tempat penyimpanan masih digerogoti tikus. Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Pada areal pertanaman serentak, kepadatan populasi tikus pada fase persemaian, fase perkembangan anakan, sampai fase primordia umumnya masih rendah (sebanyak populasi awal) karena tikus belum mampu beranak. Pada fase anakan maksimum kondisi reproduktif betina sudah aktif namun belum ada jantan yang aktif/matang seksual. Setelah pertanaman bunting tikus jantan mulai kawin. Pada pertanaman fase masak susu sampai panen merupakan pakan yang nutrisinya paling optimal bagi tikus untuk me-langsungkan perkembangbiakannya. Dengan demikian kepadatan populasi tikus meningkat pada fase generatif akhir. Dalam satu musim tanam tikus betina dapat melahirkan 2-3 kali, sehingga satu induk betina akan mempunyai keturunan Âą 100 ekor tikus. Pada hamparan pertanaman yang tidak serentak, tanam terus menerus, ada pertanaman generatif sepanjang tahun, sehingga selalu tersedia makanan dengan nutrisi baik untuk reproduktif tikus sepanjang tahun, maka tikus dapat berkembang biak terus menerus, dan seekor betina dapat menghasilkan keturunan lebih dari 1.000 ekor

Pada lahan yang ditanami padi dua kali setahun puncak populasi akan terjadi 2 kali (pada fase generatif). Di lahan yang ditanami padi satu kali setahun, puncak populasi hanya terjadi satu kali. Puncak pupulasi terjadi pada fase generatif. Pada pertanaman fase vegetatif tikus hidup soliter/sendiri-sendiri dan diluar liang, sedangkan pada pertanaman fase generatif tikus hidup berpasang-pasangan dan tinggal di dalam liang. Amati terus apakah tikus sudah mulai membagun lobang dan aktif dihuni ? Jika ada sebaiknya jangan ditunggu beranak banyak.

Bagaimana pengaruh serangan tikus terhadap produksi? Beberapa model cara menghitung kehilangan hasil akibat serangan tikus pada beberapa fase pertumbuhan tanaman, sbb: Model 1: Pada fase pembentukan anakan: Y = 0,90 X – 7,68 ; (R2 = 0,91) Model 2: Pada fase anakan maksimum: Y = 0,89 X – 2,39 ; (R2 = 0,94) Model 3: Pada fase primordia: Y = 1,07 X – 1,97 ; (R2 = 0,98) Model 4: Pada fase pembentukan malai: Y = 1,07 X – 0,43 ; (R2 = 0,98) Keterangan: Y = Kehilangan hasil (%) X = Intensitas kerusakan tunas produktif (%) Contoh: Model 4 Hasil pengamatan pada fase pembentukan malai, diketahui intensitas tunas produktif terserang tikus 50%, maka kehilangan hasilnya diduga: Y = 1,07 X – 0,43 = 1,07 (50) – 0,43 = 53,5 - 0,43 = 53,07%

Rumpun yang dirusak tikus (Foto: Indok BBPOPT) Vol.8/ Edisi XII Th.2010

28


BULETIN PERAMALAN OPT

Fenomena pengendalian tikus Kehidupan tikus sawah sudah tentu berada di lahan sawah, hanya sedikit yang pindah ke pekarangan apabila tidak ada pertanaman. Tikus hidup dan makan tanaman yang dibudidayakan oleh petani, dan petani senantiasa bergelut melawan hama tikus tiada henti, namun selama pertanaman masih ada tikus akan datang dan berkembang biak, serta merusak pertanaman. Pengakuan sekelompok petani yang sedang berburu tikus, dengan bantuan teman setianya yaitu “anjing buru sergap� menuturkan keluhannya: terkadang kami bosan dan jemu mengendalikan tikus, tetapi tikus tak pernah putus asa dan bosan untuk menuntut hak hidupnya, kondisi inilah yang kerapkali menjadi pertanyaan kami, yang tentu hanyalah pertanyaan kepada diri sendiri, para petani di hamparan ini, maupun para petani lainnya serta harapan kepada para petugas/aparat untuk mengharap bantuannya dalam rangka pengendalian tikus yang memang pengendalian tikus ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan, pada areal yang luas, serentak, massal, perlu kekompakan, kerjasama, saling peduli dari sesama petani agar usaha pengendalian ini berhasil baik, efektif dan efisien, tanaman selamat dari tikus sang perusak. Karena, pada dasarnya semua petani juga tau bahwa tikus musuh utama sawahnya, dan jika populasi tikus cukup banyak tidak mungkin sawahnya akan aman dari gangguannya. Tetapi lagi-lagi hanya kami-kami inilah yang aktif, sedangkan sebagian besar petani disini sukar untuk diajak, sulit untuk diminta sumbangannya untuk biaya yang diperlukan, karena pengendalian ini tidak cukup dengan berburu, pengorbanan tenaga dan waktu saja, tetapi juga perlu cara-cara lain seperti pasang racun tikus dan kadang pengemposan juga perlu modal biaya. Karena itu kami mengharap semua petani disini aktif, petugas yang di lapangan aktif, juga aparat desa, berharap dapat mengajak, menyemangati, dan mengkoordinasi, dan perlu mengomando turun ke sawah, kami kira itulah masalahnya keluhan kami mas... kalau soal pengendalian tikus, belum kompak.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

29


BULETIN PERAMALAN OPT

Sudah menjadi ciri umum di banyak lahan pada awal musim tanam, hampir semua petani mengurung sawahnya dengan pagar plastik, modal ini sudah merupakan suatu keharusan yang melekat pada pemikiran para petani, seperti halnya memupuk dan menyiang sawahnya. Sebagian petani sudah aktif menjaga sawahnya selepas magrib sampai cukup larut malam untuk ngobor tikus, dengan gagah bawa pemukul ataupun pedang yang siap bertempur jika coba -coba tikus mendekati pe-semaiannya. Terus dilakukannya se-tiap turun menyemai. Mereka paham jika tikus tidak dikendalikan sejak saat pengolahan tanah sampai siap tanam (fase pesemaian) maka pertanaman umur 2-3 minggu saja sudah diobrak-abrik si tikus… tambah repot lagi. Kecerdikan tikus memang luar biasa, selain pesemaian dipagari, siang dan malam diburu, juga pasang umpan racun, tetapi umpan-umpan racun yang dipasang kerapkali tidak mau dimakan seluruhnya, sehingga berulang ganti umpan racun, tetapi kalau semua kompak mengendalikan dengan lebih cepat populasi tikus akhirnya juga kalah. Kita tidak lagi pasang umpan jika padi sudah bunting, tikus tidak mau lagi makan umpan, karena dia lebih suka padi. Setelah panen, muncul lagi jejak-jejak tikus, dan juga liang-liang aktif yang dihuni oleh induk beserta anak-anaknya. Kita mulai lagi berburu liang, bongkar, diasap-empos, dan seterusnya….. Segala cara tiada henti yang penting ada kebersamaan kekompakan dan ada yang mengkoordinir, rasanya ikhlas dunia akhirat saja. Yang penting bisa panen.... walau berat mengerjakannya, teori mudah mas…......…. “Pengendalian pratanam tuntas, maka aman sampai panen”. (bbpopt)  ***

Pengendalian dini/ pratanam, massal dan serentak seluruh areal sampai populasi tuntas. Perencanaan Pengendalian: 

  

Cara-cara Pengendalian Pemanfaatan musuh alami: Melindungi dan memanfaatan musuh alami (ular, burung hantu, musang, anjing).

Gerakan Pengendalian Sebelum Tanam:  

 

 Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Koordinasi, musyawarah dan mufakatkan gerakan pengendalian dengan teknologi yang sesuai, serta mufakatkan beberapa kali gerakan massal yang terjadwal sesuai keadaan populasi tikus. Penyiapan sarana pengendalian. Semai, dan tanam serentak pada hamparan yang luas. Upayakan menertibkan pola tanam hamparan berdasarkan unit hamparan irigasi/ ketersediaan air lahan.

Gerakan membersihkan lingkungan dari semak/ tumbuhan liar selama pratanam, Gropyokan atau berburu tikus pada saat sebelum mengolah tanah, pada masa pengolahan tanah dan lahan sudah berair pada sarang-sarangnya. Pemasangan umpan beracun, terutama saat populasi tinggi. Apabila dijumpai lubang aktif dilakukan pengasapan dengan belerang dan sejenisnya, seperti racun pengasapan siap pakai, atau karbit untuk lubang aktif di seluruh tanggul, saluran irigasi, pematang, surjan. Persemaian dipagari plastik dikombinasi30


BULETIN PERAMALAN OPT

ď‚¨ď€ MENGEMPESKAN GABAH Oleh: Ir. Baskoro SW (bs_wieb09@yahoo.com)

B

usuk pelepah (Sheath Rot) merupakan penyakit padi yang perlu mendapatkan perhatian saat ini, potensinya cukup besar dalam menurunkan produktivitas. Dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan potensinya yang akan mengakibatkan kehilangan hasil kemungkinan meningkat, seiring dengan semakin pesatnya perubahan agroekosistem di sekitar kita. Busuk pelepah merupakan penyakit padi yang disebabkan oleh jamur patogen Sarocladium oryzae (Sawada) dengan sinonim Acrocilindrium oryzae (Sawada). Disebut dengan busuk pelepah karena penyakit ini secara visual dapat dikenali dengan infeksi pada bagian pelepah daun paling atas. Gejala awal bercak ber-bentuk bulat atau oval, berukuran 0,5 – 1,5 Cm, warna abu-abu di tengahnya, dan coklat abuabu dipinggirnya. Bercak dapat melebar menutupi seluruh pelepah daun. Infeksi yang berat mengakibatkan malai tidak muncul sama sekali (gambar 1), sebagian muncul (gambar 2) dan muncul semua tapi hampa (gambar 3). Infeksi penyakit busuk pelepah mengakibatkan bulir hampa dan berpotensi gagal panen apabila infeksi berat dalam skala luas. Antara Busuk Pelepah dan Beluk Penyakit busuk pelepah dan gejala beluk (akibat serangan hama penggerek batang) seringkali ditemukan di sawah, sehingga bagi orang awam sulit membedakan diantara keduanya. Bulir-bulir hampa yang ditemukan di lapangan akan susah dibedakan, seperti dinyatakan oleh petani dari Tanggerang, Banten Pak Yusuf dan Mansyur yang menyebutnya sawah terserang hama uban, pada kenyataannya hampa pada bulir padi yang disebabkan oleh busuk pelepah dan beluk keduanya ada di sawahnya. Mengenali gejala serangan OPT dengan tepat sangat penting dilakukan, karena akan menentukan tindakan pengendalian yang tepat. Infeksi terjadi pada pelapah daun paling atas yang menutupi malai muda pada akhir fase bunting. Stadia tanaman yang paling rentan adalah saat keluar malai sampai matang susu.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Gambar 1. Infeksi yang berat menyebabkan malai tidak muncul sama sekali (Foto: Baskoro SW) 31


BULETIN PERAMALAN OPT

Pengendalian yang salah sasaran akan menyebabkan ketidak efektifan hasilnya yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi para petani yang pertanamannya terserang gejala malai hampa. Apalagi penyebab kerusakan antara busuk pelepah yang disebabkan oleh jamur patogen dan beluk yang disebabkan oleh penggerek batang padi organisme penyebabnya sangat berbeda. Pertanaman yang terserang kompleks oleh kedua jenis OPT tersebut pada umumnya kurang menguntungkan, karena para petani bahkan petugas lapangan belum banyak yang mengenal penyakit busuk pelepah, sehingga langkah pengendalian yang diambil adalah mengikuti cara pengendalian penggerek batang padi/ beluk.

Beluk (malai hampa karena penggerek batang)

Busuk Pelepah harus mulai diwaspadai keberadaanya Penyakit busuk pelepah sebenarnya bukan merupakan penyakit yang baru, bahkan telah dikenal lebih dari 23 tahun yang lalu, pada tahun 1987 Kelompok Studi Penyakit Padi Sentra Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan (sekarang BBPOPT) bersama dengan expert dari Jepang Dr. Shizuo Mogi (ATA-162) telah mendeteksi keberadaan penyakit busuk pelepah ini khususnya di Pulau Jawa, meskipun tingkat keparahan penyakit tersebut pada saat itu masih rendah. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Penyakit Busuk Pelepah (juga malai hampa)

Pada saat itu penyakit ini masih digolongkan menjadi minor disease bukan penyakit penting sehingga tidak menjadi prioritas untuk dipelajari lebih lanjut. Pada lima tahun terakhir, seiring dengan terus terjadinya perubahan agroekosistem, kondisi iklim/cuaca, musim, introduksi beberapa varietas baru, agroinput dan perlakuan usahatani, dirasakan gejala serangan/ tingkat keparahan dan penyebaran penyakit busuk pelepah ini semakin meningkat. Infeksi busuk pelepah dapat terjadi pada padi hibrida maupun non-hibrida. 32


BULETIN PERAMALAN OPT

Potensi keparahan penyakit busuk pelepah saat ini cukup tinggi, sangat memungkinkan semua malai dalam satu rumpun terinfeksi yang artinya rumpun tersebut tidak menghasilkan atau puso. Apabila malai masih menghasilkan, maka kualitas gabahnya akan sangat menurun dan bahkan tidak layak konsumsi.

Gambar 3. Akibat infeksi penyakit busuk pelepah malai muncul tetapi hampa (Foto: Baskoro SW)

Gambar 2. Akibat infeksi penyakit busuk pelepah malai tidak muncul sepenuhnya. (Foto: Baskoro SW)

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Gambar 4. Semua malai terinfeksi penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium oryzae) (Foto: Baskoro SW)

33


BULETIN PERAMALAN OPT

Waspada terhadap penyakit busuk pelepah yang disebabkan oleh jamur patogen S. oryzae, harus dimulai dari sekarang dengan meningkatkan pengamatan, saat ini keberadaan penyakit busuk pelepah tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi telah tersebar di Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Lampung dan kemungkinan daerah lain di Indonesia. Para petugas lapangan dan petani sangat perlu untuk mengenali penyakit busuk pelepah di lapangan termasuk melaporkan keberadannya. Pengenalan gejala penyakit, pengkajian epidemiologi penyakit busuk pelepah ini harus dilakukan agar dapat mengenal lebih mendalam penyakit ini, dapat mengetahui dan melakukan deteksi dini, melakukan peramalan dan melaksanakan langkah pengendalian yang tepat. Upaya Pengendalian Upaya pengendalian penyakit busuk pelepah harus mulai dilakukan agar supaya keberadaan penyakit busuk pelepah tidak mengempeskan gabah. Penyakit busuk pelepah merupakan salah satu penyakit yang terbawa oleh benih, maka untuk mengurangi sumber inokulum dianjurkan menggunakan benih sehat yaitu selain berasal dari tanaman yang sehat juga dilakukan dengan seleksi benih. Pengaturan jarak tanam tidak terlalu rapat, legowo 2:1, sehingga aerasinya baik menciptakan kondisi yang tidak cocok untuk perkembangan patogen penyakit. Penggunaan pupuk K pada fase anakan, untuk memperkuat jaringan. Penggunaan pestisida harus tepat jenis dan tepat waktu, serta penggunaan agens antagonis masih perlu pengkajian lapangan lebih dahulu. Penggunaan fungisida yang tepat dapat mengurangi serangan.

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Gambar 5. Malai padi yang terkena infeksi penyakit busuk pelepah Sarocladium oryzae (Foto: Baskoro SW)

Gambar 6. Mutu beras yang buruk karena pengaruh infeksi penyakit busuk pelepah Sarocladium oryzae (Foto: Repro/ internet)

Gambar 7. Pengaturan jarak tanam, sehingga tidak terlalu rapat, sirkulasi udara baik, dan diharapkan tidak cocok untuk perkembangan patogen. (Foto: Harsono L.) Marilah kita mulai waspada jangan sampai gabah-gabah di sawah kempes oleh busuk pelepah. (bs_wieb09@yahoo.com)*** 34


BULETIN PERAMALAN OPT

Yth. Redaksi Buletin Peramalan di Kantor. Saya petani baru memulai usaha mengelola padi organik di Tanggerang, saya menghadapi pertumbuhan tidak normal pertanaman padi sebagai berikut: Daun padi menunjukan gejala memerah dengan bercak bercak kecil berwarna coklat. Tanaman cenderung kerdil dan apabila dicabut sebagian besar perakaran mati, berwarna coklat kehitaman. Kira kira tanaman padi saya terserangaoleh hama/ penyakit apa? Mohon penjelasannya? Terima Kasih. Mansyur Petani Pengelola Padi Organik, Tanggerang. Provinsi Banten. Renpons: Membaca gejala padi sesuai dengan surat bapak, kami menduga bahwa pertanaman padi bapak mengalami gangguan fisiologis. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah dan perairan di persawahan, kemungkinan sistem irigasi/ drainasenya kurang bagus, sehingga air sering menggenang di sawah. Air yang lama menggenang di persawahan akan mengakibatkan sebagian perakaran mati.Banyaknya akar yang mati akan mengganggu proses pengangkutan nutrisi dari tanah ke bagian tanaman lain. Akibatnya tanaman tidak tumbuh normal/ kerdil dan daun berwarna merah. Cara penanggulannya adalah sebagai berikut, upayakan air ditiriskan dari sawah, apabila mungkin diupayakan sampai dengan tanah pecah, mikroorganisme tanah akan lebih berfungsi sebagai pelapuk bahan organik yang mungkin belum sempurna saat pengomposan. Sudahkah Bapak menggunakan kompos plus agens hayati Trichoderma? Karena yang sudah mencoba ternyata hasilnya lebih baik. Dengan sinar matahari yang masuk di persawahan, maka unsur-unsur yang bersifat toksik akan diuraikan. Apabila tanah terlalu masam bisa diaplikasi dengan kapur pertanian, setelah itu di beri pengairan yang baru. Tetap diupayakan supaya air irigasi tidak menggenang di sawah. Selamat mencoba.(Redaksi)***

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Gambar: Tanaman Padi yang mengalami gangguan fisiologis, berkaitan dengan kondisi tanah dan perairan di persawahan (Foto: Indok).

Kepada Redaksi Buletin Peramalan OPT di Tempat. Kami informasikan bahwa di wilayah kami Corynebacterium efektif untuk mengendalikan penyakit blas. Aplikasi dilakukan pada persemaian dan pertanaman. Mohon informasi dan penjelasannya? Edi POPT Kab. Blora Laboratorium Wilayah Pati, Jateng. Respons: Terimakasih atas informasi efektifitas Corynebacterium terhadap penyakit blas di Blora. Hal itu sangat memungkinkan apabila aplikasi tepat waktu. Kami pernah melakukan aplikasi terhadap penyakit blas di wilayah Subang, aplikasi dilakukan pada saat munculnya gejala penyakit blas pada tanaman muda < 30 hst. Gejala masih berupa bercak daun (Leaf blast). Corynebacterium ternyata menghentikan penambahan jumlah bercak blas dan menghindarkan terjadinya busuk pada malai (neck blast). J uga kami pengalaman, aplikasi Corynebacterium yang semula untuk tujuan pengendalian kresek (3 x aplikasi), ternyata diketahui dapat menekan serangan penyakit blas, berbeda nyata dengan kontrol. Silahkan untuk mencoba lagi. Salam dari Redaksi, selamat bertugas..!!!***

35


BULETIN PERAMALAN OPT

PIRETRUM (Chrysanthemum cinerariaefolium Trev.) Famili: Compositae

P

ď€

iretrum merupakan tumbuhan semak dengan tinggi antara 20-70 cm. Batang berkayu bulat. Daun majemuk, panjang helaian daun 6-15 cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bonggol, dan mahkota melingkar putih. Buah kotak bentuk jarum, panjang 0,3-0,4 mm, dan berwarna kuning. Biji kecil berwarna kuning, akar tunggang. Tumbuh baik di dataran tinggi, yaitu > 600 m dpl. Perbanyakan umumnya dilakukan dengan pemisahan tanaman atau anakan.

Bagian tumbuhan yang digunakan Bunga. Untuk ramuan insektisida nabati, bunga piretrum biasanya digunakan dalam bentuk tepung. Tepung ini didapatkan dengan menumbuk atau menggiling bunga piretrum dengan mesin penggiling. Kandungan bahan aktif Tumbuhan piretrum, terutama bunganya mengandung produksi metabolit sekunder yang disebut piretrin. Piretrin merupakan racun kontak yang bekerja sebagai racun saraf terhadap serangga. Piretrin bekerja cepat, menimbulkan gejala kelumpuhan, dan akhirnya mengakibatkan kematian. Piretrin bersifat korelasi suhu negatif, yaitu daya racunnya meningkat dengan me-nurunnya suhu. Namun demikian, piretrin aman bagi manusia dan hewan peliharaan. Piretrin mudah terurai sehinggga tidak meninggalkan residu racun baik di lingkungan maupun pada bahan makanan. Piretrrum telah dikenal sudah sangat lama dan sampai saat perang dunia kedua (1945) kemudian terlupakan setelah insektisida sintetis muncul, yaitu DDT. Senyawa yang aktif sebagai insektisida pada tanaman ini adalah piretrin yang merupakan campuran dari 6 komponen, yaitu piretrin I dan II, sinerin I dan II, serta jasmolin I dan II. Hasil penelitian selanjutnya terbukti bahwa makin tinggi lokasi penanaman maka makin tinggi kandungan piretrin dalam bunga. Kandungan piretrin pada beberapa klon tumbuhan piretrum cukup bervariasi, misalnya di Kenya 1,63 - 2,91 %, Kongo 1,3 - 2,17 %, Brasil 0,73 % yang ditanam pada ketinggian > 1.200 m dpl. Klon Kongo berbunga pada umur 6,5 bulan dengan produksi kuntum bunga rata-rata 158 per rumpun atau 600 - 750 kg bunga/ha selama 30 bulan. Vol.8/ Edisi XII Th.2010

Bunga Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium Trev.) merupakan bahan pestisida nabati yang paling cepat membunuh hama dan paling beracun terhadap serangga. (Foto: CABI)

Hama yang dikendalikan Dari semua jenis tanaman penghasil pestisida nabati, bunga piretrum merupakan insektisida nabati yang paling cepat membunuh hama (rapid in action) dan paling beracun terhadap serangga. Tepung bunga piretrum pada konsentrasi 0,5% (dicampur biji-bijian) dapat membunuh serangga hama gudang lebih dari 90% populasi dalam waktu 24 jam serta mampu menghambat peletakan dan penetasan telur. Nilai LD50 ekstrak bunga piretrum pada serangga Callosobruchus analis adalah sebesar 9,28 ppm. Pada konsentrasi 31 ppm mampu menghambat peletakan telur dan pada konsentrasi 310 ppm mempengaruhi telur serangga. (USR)*** Sumber: Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi Ir. Agus Kardinan, MSc Penerbit: PT. Penebar Swadaya, 2000 36


BULETIN PERAMALAN OPT

Resep tradisional adalah sistem pengobatan tradisional yang mayoritas menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian ramuan ini ada di masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan. Diantara tumbuhan obat itu banyak yang hampir punah, sehingga kalau sewaktu-waktu dibutuhkan sulit diperoleh. Padahal tanaman obat sekarang populer dengan istilah apotik hidup, bisa ditanam di pekarangan yang sekaligus berfungsi menghijaukan lingkungan. Dan kemudian ramuannya popular dengan obat herbal. Anda punya Resep Tradisional, silahkan berbagi kirimkan pengalaman anda dalam hal pengobatan tradisional ke Redaksi Buletin Peramalan OPT Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang (41374) Atau kirim via email ke uripsr@ymail.com DIGIGIT SERANGGA BERBISA

D

alam kehidupan sehari-hari tanpa diduga kadang kita digigit binatang berbisa seperti lipan, kalajengking, laba-laba hitam, dan lain-lain. Kadang gigitan ini menimbulkan rasa sakit yang parah dan meninggalkan bekas pada tubuh. Bahkan bisa berakibat demam. Berikut resepnya: Getah Pepaya

Bawang Putih

Bunga Mawar

Pengobatan: 1. Getah buah pepaya muda beberapa tetes, dilumaskan pada luka bekas gigitan lalu dibalut. 2. Bawang putih 6 butir, dikupas lalu digiling halus. Bermanfaat untuk menguras bekas sengatan lalu dibalut. 3. Bunga mawar 1 kuntum, bunga melati 10 kuntum, bunga kenanga 2 kuntum, dicuci bersih lalu digiling halus-halus. Remas dan campur minyak kelapa 1 sendok teh kemudian usapkanlah pada luka bekas gigitan/sengatan lalu dibalut. 4. Jintan hitam 1/2 sendok teh, daun jintan 25 lembar, daun sambiloto 30 lembar, daun ngokilo, garam sebesar biji asam. Bahan ini dicuci lalu digiling halus dan diberi air masak 1/2 gelas. Remas dengan air garam seperlunya dan usapkanlah pada bekas sengatan 2 kali sehari sebanyak yang diperlukan. 5. Daun ngokilo 20 lembar, dicuci dan digiling halus-halus dan diberi air garam seperlunya. Ramuan ini berguna untuk mengusap gigitan/ sengatan, lalu dibalut (1-2 kali sehari sebanyak yang diperlukan). Pinus Lingga Resep-resep Obat Tradisional

Daun Sambiloto Vol.8/ Edisi XII Th.2010

37


BULETIN PERAMALAN OPT

Seputar K ehidupan dan

Memanen padi di saat terpaan hama wereng, disamping menurunkan hasil produksi, kualitas gabah yang dihasilkan pun kurang bernas sehingga berakibat terhadap harga jual gabah. Petani ibarat sudah jatuh ketimpa tangga. “Sementara penyuluhan pertanian di desa tidak seperti dulu lagi, sekarang sudah menjadi barang langka bagi petani, padahal kalau ngomongin pertanian khususnya hama penyakit tidak pernah ada selesainya “ demikian keluh kesah Aban petani asal Subang, Jabar. Jiwa tolong menolong dan peduli perlu dipupuk lagi ….. PHT perlu berjamaah dengan tertib, hasilnya pasti tinggi dan kualitasnya bagus...!!! (Urip SR)***

Vol.8/ Edisi XII Th.2010

38


Imago WBC brakhiptera

Imago WBC makroptera

Virus Kerdil Rumput

Serangan wereng coklat Rumpun mengering

Gejala Virus Kerdil Hampa pada bibit

Nimfa WBC

W A S P A D A L A H ‌!!! Wereng Batang Coklat dapat menularkan penyakit Virus Kerdil Hampa dan Kerdil Rumput. Serangga dewasa dan nimfa menetap dan menghisap tanaman padi di bagian pangkal batang‌. sampai kering (hopper burn).


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.