UIN Alauddin Terakreditasi A | Majalah Universum Edisi Desember 2018 UIN Alauddin Makassar

Page 1

www.uin-alauddin.ac.id


02 universum M a ja la h


MEJA REDAKSI 4-14 | Laporan Utama UIN Alauddin Tuan Rumah Poros Intim 2018 Usia ke-53 Tahun, UIN Alauddin Berkembang Pesat Peduli Bencana Palu Perpustakaan Umum UIN Alauddin Raih Akreditasi A UIN Alauddin Terakreditasi A

15-19 | Sosok Dr Mohd Sabri AR, Mulanya Dari Pers Mahasiswa Prof Dr Natsir Siola M Ag, Aktif Di Perdamaian Dunia Menanti Kinerja Dr Hj Yuspiani, M.Pd Kabiro AAKK Baru UIN Alauddin Terakreditasi A

20-21 | Wawancara Humas UIN Alauddin Makassar di Era Revolusi Industri 4.0

22-23| Lintas Agama, Perempuan dan Kopi Toraja

24-31| Prestasi Supriadi, Wakili Indonesia di ILMUN Thailand 2019

Siti Chadijah, Perkenalkan Inovasi Kapsul Kamera di Tokyo Jurnal Arsitektur Raih Sertifikat Akreditasi Kemenristekdikti Melawan Rezim Infrastruktur, Buku ke-8 Muhammad Ridha IPPS FSH Juara II Anti Korupsi Nasional

32-39| uin-alauddin.ac.id UKM RITMA Gelar Recofa 2018 Nasional

Rektor Lantik Pengurus Forum Awarde Beasiswa Unggulan PJMTV LIMA Gandeng Net TV Belajar Menjadi Broadcaster Bea Cukai Bisa Bebaskan Pajak Barang Impor Untuk Barang Keperluan Penelitian

40-45| Opini Memersoalkan Lagi Kepekaan Sosial Kita

Postmodernisme Hingga Post-Truth: Kehidupan Antara Skeptisisme dan Kehampaan Manusia Modern Membumikan Sila Kelima

Akreditasi merupakan penentuan standar mutu serta penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan. Akreditasi sebagai suatu bentuk standardisasi sangat diperlukan untuk mengukur mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi. Akreditasi sebagai Sistem Penjaminan Mutu Eksternal memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu berkelanjutan. Akreditasi mendorong perguruan tinggi dan pemerintah untuk melakukan perbaikan mutu berdasarkan hasil akreditasi. Hasil akreditasi secara eksplisit memberikan rekomendasi bagi perbaikan internal perguruan tinggi dan perbaikan secara sistem oleh pemerintah. Instrumen penilaian akreditasi yang baru atau versi 3.0 menekankan pada hasil dan diferensiasi misi dalam pengelolaan perguruan tinggi. Pengembangan insturmen ini tertuang dalam Peraturan BAN-PT Nomor 2 Tahun 2017 tentang Sistem Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi. Terdapat 9 kriteria Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT). Kesembilan kriteria tersebut adalah visi, misi, tujuan dan strategi; tata pamong, tata kelola dan kerja sama; mahasiswa; sumber daya manusia; keuangan, sarana dan prasarana; pendidikan; penelitian; pengabdian kepada msyarakat; luaran dan capaian Tridharma. Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT) sebagai satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia baru-baru ini, telah memberikan nilai Akreditasi A untuk UIN Alauddin Makassar. Untuk itu Universum mengucapkan SELAMAT dan Semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan terus dikembangkan oleh seluruh civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Selain Akreditasi, penting juga menjadi perhatian bagi seluruh Civitas Akademika dan stakeholder UIN Alauddin Makassar untuk lebih meningkatkan lagi Kualitas Lulusan Pendidikan yang diharapkan di dunia kerja, dengan karakter-karakter yang

diadopsi dari National Association of College and Employers, USA (2002). Karakter-karakter dimaksud adalah. 1. Kemampuan komunikasi, 2. Kejujuran/ Integritas, 3. Kemampuan Bekerjasama, 4. Kemampuan Interpersonal, 5. Beretika. Pembaca Universum yang budiman. Terbitan kali ini menghadirkan beragam informasi, capaian-capaian seluruh Civitas Akademika UIN Alauddin Makassar dalam tiga bulan terakhir. Tentang Milad UIN Alauddin Makassar yang telah mencapai usia yang ke-53, UIN Alauddin menjadi tuan rumah pelaksanaan POROS INTIM 2018, Jalinan Kerjasama yang terus digagas dengan semua pihak, prestasi-prestasi dosen dan mahasiswa yang begitu melejit serta berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran tentang dinamika yang terjadi di UIN Alauddin Makassar. Dalam terbitan ini, menutup tahun 2018 yang penuh prestasi, redaksi sepakat menampilkan profil Nakhoda Humas, Publikasi dan dokumentasi UIN Alauddin Makassar, dalam bentuk wawancara. Selain agar lebih dikenal, juga sebagai wujud menampilkan gagasan agar para pembaca dapat memberikan masukan berharga bagi pengelolaan Kehumasan, Publikasi dan Dokumentasi UIN Alauddin ke depan. Terakhir, Universum mengucapkan selamat kepada adik-adik yang telah menyelesaikannya studinya dengan baik. Kami titipkan pesan, teruslah berpikir kreatif, sebab di dunia nyata tempat kalian akan mengabdi, realitas yang akan kalian hadapi tidak selalu persis sama dengan teori-teori bacaan di bangku kuliah. Jangan biarkan sifat-sifat penghalang berpikir kreatif menguasaimu. Penyakit-penyakit itu selalu datang dalam bentuk: Tidak mau mengubah sudut pandang, enggan menerima perubahan, merasa tidak berdaya, dan takut ditertawakan. Kini waktunya untuk mengekplorasi dengan penuh semangat, ilmu dan pengetahuan yang telah kalian lahap selama masa perkuliahan. Selamat! Dan Sukses selalu. Amin

universum 03 M a j a l a h


LAPORAN UTAMA

UIN ALAUDDIN

Tuan Rumah Poros Intim 2018 Univesum--UIN Alauddin Makassar menjadi tuan rumah Pekan Olahraga, Riset, dan Ornamen Seni Perguruan Tinggi Islam Negeri Indonesia se-Indonesia Timur (Poros Intim) 2018. Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis), Prof Phil Kamaruddin Amin ini digelar selama sepekan, yakni 5 hingga 11 November 2018. Ketua Panitia Poros Intim, Prof Sitti Aisyah Kara, menuturkan bahwa kegiatan

04 universum M a ja la h

ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa dalam bidang olahraga, riset dan seni, memperkokoh silaturahmi antar PTKIN, serta memacu sikap sportivitas dalam berkompetisi. “Kami sangat mengapresiasi keterlibatan para kontigen se-Indonesia Timur. Kegiatan ini merupakan rangkaian hari jadi IAIN/UIN Alauddin Makassar,” ucap Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan ini. Prof Aisyah menambahkan, hal

ini merupakan langkah awal untuk mengharumkan nama kampus, baik di skala nasional maupun internasional. “Semoga UIN Alauddin Makassar sebagai tuan rumah kegiatan ini yang pertama kalinya, menjadi tonggak keberanian untuk melaksanakan kegiatan yang sama se-PTKIN nantinya,” jelas Aisyah. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Musafir MSi menyebut, Poros Intim ini merupakan ajang silaturahmi serta aktualisasi mahasiswa PTKIN. “Semoga UIN Alauddin sebagai Fasilitator dalam bidang olahraga, riset dan seni terkhusus dalam riset, akan menghasilkan inovasi untuk perguruan tinggi se-PTKIN nantinya,” ujarnya. Lanjutnya, kegiatan ini akan menghasilkan mahasiswa yang unggul untuk menyongsong Pionir ke-9 yang akan datang.”Sportivitas dan disiplin di kalangan mahasiswa harus digiatkan. Karena tidak sepatutnya mahasiswa


LAPORAN UTAMA

membunuh energinya untuk hal yang tidak produktif di saat mereka kuliah, maka dari itu pada kesempatan berbahagia ini kami memberikan branding activity PTKIN Se- Indonesia Timur dengan mengadakan kegiatan seperti ini,” tandasnya.

Persembahan tarian massaloleh UKM Seni Budaya eSA dengan sejumlah Mahasiswa UIN Alauddin pada pembukaan Pekan Olahraga, Riset, dan Ornamen Seni Perguruan Tinggi Islam Negeri Indonesia se-Indonesia Timur (Poros Intim) dengan jumlah penari sebanyak 100 orang di lapangan Kampus II UIN Alauddin Makassar. Senin (05/10/2018). Direkrtorat Jendral Perguruan Tinggi Islam (Dirjen Pendis) Prof Phil Kamaruddin Amin mengalungkan id card kepada masing-masing perwakilan peserta Poros Intim.

14 Kontigen PTKIN Ikuti Poros Intim 2018 Sebanyak 14 kontingen PTKIN ikut berpartisipasi dalam ajang ini. Di antaranya, IAIN Fattahul Muluk Papua, STAIN Sorong, IAIN Ternate, IAIN Ambon, IAIN Manado, IAIN Sultan Imai Gorontalo, IAIN Kendari, IAIN Datokarama Palu, IAIN Palopo, STAIN Majene, IAIN Pare-pare, IAIN Bone, dan UIN Alauddin Makassar. Ketua II Panitia Poros Intim, Nur Khalis Acgaffar menyebutkan bahwa terdapat 22 cabang yang diperlombakan, tiga diantaranya khusus untuk dosen atau pegawai. “Kontingen terbanyak adalah UIN Alauddin Makassar dengan 100 atlet, sementara IAIN Watampone sebanyak 92 atlet dan IAIN Majene sebanyak 60 atlet, dengan keseluruhan jumlah atlet 484 peserta,” paparnya. Sementara itu, Koordinator Lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Baharuddin mengatakan, bahwa ajang ini bukan hanya sekadar lomba melainkan juga untuk melatih kemampuan (skill) mahasiswa. “Lomba ini baru pertama kali dilaksanakan, kami melihat peserta dari luar daerah sangat antusias sekali untuk mengikuti kegiatan. Terbukti pemenang dari MTQ ini juara 1 untuk putra diraih oleh IAIN Ambon sementara Putri oleh tuan rumah, yaitu UIN Alauddin Makassar,” jelas Baharuddin. Ia berharap, agar UIN Alauddin betul-betul mempersiapkan diri untuk menghadapi Pionir selanjutnya yang akan diselenggarakan di Kota Malang. Semua stakeholder termasuk pimpinan tertinggi konsen memperhatikan mahasiswa yang mempunyai bakat untuk dilatih. Bukan hanya sekadar mempersiapkan keberangkatan Pionir, tetapi juga skillnya. “Persiapan kita harus lebih matang. Jangan istilah tiba masa tiba akal, untung kalau akalnya ada. Jadi kita harus betul-betul mempersiapkan diri untuk

menghadapi Pionir selanjutnya di Malang nanti. Kami istilahkan kegiatan ini praPionir,” pungkasnya. UIN Alauddin Juara Umum Raih 34 Medali Pimpinan UIN Alauddin patut berbangga akan prestasi mahasiswanya. Pasalnya, dalam ajang bergengsi Pekan Olahraga, Riset, dan Ornamen Seni Perguruan Tinggi Islam Negeri Indonesia Se-Indonesia Timur (Poros Intim) 2018 ini, UIN Alauddin berhasil meraih predikat juara umum dengan perolehan 34 medali. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Prof. Dr. Hj. Aisyah Kara, MA, mengucapkan terima kasih kepada para peserta, wasit, maupun juri yang telah bersama-sama menyukseskan kegiatan ini. Tak lupa juga, ia memberi selamat kepada kontingen UIN Alauddin yang berhasil meraih medali terbanyak dari 14 kontingen yang mengikuti ajang ini. Adapun perolehan medali setiap kontingen antara lain: UIN Alauddin Makassar 34 medali, IAIN Bone 15 medali, IAIN Kendari 10 medali, IAIN Parepare 8 medali, IAIN Ternate 10 medali, IAIN Palopo 8 medali, IAIN Ambon 5 medali, IAIN Manado 4 medali, IAIN Gorontalo 5 medali, STAIN Majene 10 medali, STAIN Sorong 2 medali, dan IAIN Papua 3 medali. “Saya mengucapkan selamat kepada para kontingen yang memperoleh medali dalam berbagai cabang olahraga, dan juga selamat kepada UIN Alauddin Makassar yang keluar sebagai juara umum. Tentu saja ini tak lepas dari peran para wasit maupun juri yang profesional,” tukasnya. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa UIN Alauddin menjadi kontingen terbanyak dengan 100 atlet yang berkompetisi dalam ajang tersebut. “Kontingen terbanyak adalah UIN Alauddin Makassar dengan 100 atlet, sementara IAIN Watampone sebanyak 92 atlet dan IAIN Majene sebanyak 60 atlet, dengan keseluruhan jumlah atlet 484 peserta,” tuturnya. Kegiatan ini digelar selama sepekan mulai 5 hingga 11 November 2018. Sementara itu, terdapat 22 cabang lomba, tiga diantaranya khusus untuk dosen atau pegawai. (dil/and)

universum 05 M a j a l a h


LAPORAN UTAMA

Pimpinan UIN Alauddin Makassar berjalan kaki bersama pejabat Provinsi Sulawesi selatan menuju gedung Auditorium tempelat pelaksanaan Milad ke 53 UIN Alauddin.

Usia ke-53 Tahun,

UIN Alauddin Berkembang Pesat Universum-UIN Alauddin Makassar kembali memperingati milad yang ke-53 tahun. Sebuah momentum yang sangat tepat bersamaan dengan ditutupnya kegiatan Pekan Olahraga, Riset dan Ornamen Seni PTKIN se-Indonesia Timur (Poros Intim) 2018 di Gedung Auditorium, UIN Alauddin Makassar. Minggu (11/11/2018) Acara ini diawali dengan gerak jalan santai yang diikuti seluruh civitas

06

akademika keluarga besar UIN Alauddin Makassar dan para peserta kontingen Poros Intim 2018. Peserta jalan santai start dan finish di kampus 2 UIN Alauddin Makassar. Dalam kesempatan itu pula, Rektor UIN Alauddin Prof Musafir Pababbari menyampaikan secara singkat Progress Report selama tahun 2018. Ia mengaku UIN Alauddin Makassar di usia yang ke-53 tahun kini berkembang pesat. Tidak hanya

di bidang akademik dan infrastruktur, melainkan juga di bidang kemahasiswaan serta pengembangan kerjasama dan kemitraan. Bidang akademik telah menjadi urat nadi universitas. Salah satu yang paling fenomenal dalam bidang akademik sepanjang 2018 yang wajib diapresiasi adalah keberhasilan UIN Alaudidin Makassar melahirkan 14 jurnal terakreditasi nasional. “Prestasi ini, tentu tidak lepas dari tim pendampingan jurnal yang telah dibentuk sejak 2017. Oleh karena itu, sebagai Rektor, saya mengucapkan terima kasih setinggitingginya kepada semua anggota tim rumah jurnal yang telah bekerja siang dan malam sehingga bisa mengharumkan nama UIN Alauddin Makassar,� ujarnya. Selain itu, pada tahun 2018 ini, dosendosen UIN Alauddin juga telah melahirkan 735 publikasi ilmiah yang mendapat pengakuan nasional maupun internasional, dan 336 di antaranya sudah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).


LAPORAN UTAMA

melakukan penguatan jejaring sebagai prasyarat menjadi universitas yang kompetitif. “Penguatan kerjasama terus dilakukan dengan berbagai institusi di mana UIN Aauddin Makassar merasa perlu menimbah banyak nilai-nilai kebaruan,” imbuhnya.

Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Musafir MSi menerima cenderamata dari International Institute for Life Sciences and Golden Gate College. Pada pelaksanaan Milad ke 53 ini, UIN Alauddin melakukan penandatanganan MoU dengan lima lembaga,

“Hal ini berarti karya dosen dosen kita sudah diperhitungkan di dunia luar. Bahkan hasil-hasil penelitian mereka yang sudah dipublikasi secara online telah disitasi sebanyak 2820 sitasi. Untuk mendukung publikasi internasional, kita telah melakukan seminar Internasional sebanyak 75 kali. Kegiatan ini kita lakukan dalam rangka membentuk jejaring International dengan dunia luar,” jelasnya. Dalam sistem pembelajaran, pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mengefektifkan sistem pembelajaran online, yakni telah mengadakan pelatihan e-learning kepada 715 dosen. “Pelatihan ini sebagai bentuk respons terhadap perkembangan teknologi pembelajaran yang setiap saat mengalami kemajuan,” ungkapnya. Selain itu, dalam rangka meningkatkan strategi pengembangan pembaruan pembelajaran, kita juga telah menerbitjan modul STILes sebanyak 555 buah. Dalam bidang infrastruktur,

sepanjang tahun 2018, pihaknya tidak membangun gedung-gedung baru terkait proses pembelajaran, melainkan hanya melanjutkan gedung Program Pasca Sarjana yang sudah lama mangkrak. “Insya Allah tahun 2018 ini, konstruksi bangunan Program Pascasarjana akan kita lanjutkan menjadi 4 lantai dari 7 lantai yang telah direncanakan,” tambahnya. Dalam bidang kemahasiswaan, Prof Musafir menyampaikan bahwa jumlah mahasiswa UIN Alauddin mengalami peningkatan kuantitas setiap tahunnya. Berdasarkan data akademik per November 2018, bahwa jumlah mahasiswa saat ini sebanyak 23.320 orang. “Selain itu prestasi-prestasi yang ditorehkan mahasiswa-mahasiswi kita ini yang terkadang luput dari pemberitaan media baik lokal maupun nasional,” terangnya. Sementara, dalam bidang kerjasama dan pengembangan lembaga, UIN Alauddin terus memacu diri untuk

Jalin MoU dengan Lima Lembaga Dalam kegiatan ini dirangkaikan pula dengan penandatanganan MoU antara UIN Alauddin Makassar dengan lima lembaga, di antaranya, General Manager PT PLN Persero Sulselbar, General Manager Hotel Claro Makassar, Ketua Ikatan Alumni Australia (IKAMA) Sulsel, Direktur PT Jepang Edukasi Akademi, dan International Institute for Life Sciences and Golden Gate College. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababbari menuturkan, dengan adanya jalinan kerjasama dan kemitraan dengan lembaga-lemabaga baik di dalam maupun di luar negeri, menunjukkan bahwa UIN Alauddin selalu menerobos di antara dua sisi, penguatan aspek normatif keilmuan dan kebermanfaatan praktis kehidupan. Semangat kerjasama yang terus membara inilah yang membuat milad kali ini diisi dengan penandatanganan kerjasama dengan BUMN yang paling terpandang yaitu PLN, Hotel terbesar di kota ini yaitu Hotel Claro, dan asosiasi alumni yang prestisius yaitu Persatuan Alumni Jepang dan Australia, ujarnya. Musafir juga berterima kasih kepada General Manager PLN Sulselrabar, Andi Bambang Yusuf melalui Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN, sebab baru saja penandatanganan MoU di hari tersebut, pihaknya sudah memberikan bantuan kepada mahasiswa tidak mampu sebesar Rp100 juta. Kerjasama dengan YBM PLN menjadi wadah untuk penguatan SDM kelistrikan sebagai kebutuhan primer bangsa, ujarnya. Acara ini dihadiri oleh perwakilan Gubernur Sulsel, perwakilan Wali Kota Makassar, ketua senat beserta jajarannya, dewan guru besar dan para guru besar, dekan fakultas, ketua lembaga, kepala pusat dan unit, mitra kerjasama, serta civitas akademika lainnya. (dil)

07


LAPORAN UTAMA

PEDULI BENCANA PALU Universum-Gempa 7,7 SR yang mengguncang Donggala dan memicu gelombang tsunami di Palu Jumat 28 September lalu menuai perhatian dan kepedulian seluruh lapisan masyarakat. Tidak ketinggalan UIN Alauddin Makassar. Perguruan Tinggi yang berdiri sejak 1965 ini membuka posko tanggap bencana dengan mengumpulkan bantuan melalui aksi penggalangan dana untuk membantu korban gempa dan tsunami di PaluDonggala, Sulawesi Tengah. “Penggalangan ini sebagai bentuk kepedulian civitas akademika UIN Alauddin Makassar terhadap korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng),” ungkap koordinator penggalangan dana peduli bencana UIN Alauddin Makassar, Haidir Fitra Siagian. Penggalangan dana dan posko tanggap bencana mulai dilakukan sejak awal Oktober (1/10/2018) lalu dan berhasil mengumpulkan dana usai upacara Hari Kesaktian Pancasila sebanyak Rp5.856.000 yang merupakan sumbangan dosen dan pegawai peserta upacara. Sementara dana yang terkumpul melalui rekening Peduli Bencana UIN Alauddin sebanyak Rp73.406.979 per 4 Oktober 2018. Bantuan dana terus mengalir melalui rekening tersebut. Buka Mahasiswa Seat In Palu Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Islam (Dirjen Pendis) Prof Dr Phil

08

Kamaruddin Amin menemui sejumlah Pimpinan PTKIN se-Indonesia Timur untuk membahas program seat in bagi mahasiswa IAIN Datokarama Palu. Langkah ini diambil lantaran sejumlah fasilitas kampus IAIN Palu mengalami rusak parah setelah dilanda gempa bumi dan tsunami bulan lalu. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik IAIN Palu, ada 18 gedung mengalami rusak parah, empat gedung diantaranya rusak ringan, dan 10 gedung rata dengan tanah. Secara kseluruhan 90 persen rusak berat terutama di lantai satu. Menurut Prof Dr Phil Kamaruddin Proses pembangunan kampus IAIN Palu akan dilakukan dengan tiga fase yaitu fase darurat dengan melakukan penggalangan dana secara sukarela dari berbagai pihak seluruh Indonesia, kemudian fase transisi dan fase rehabilitasi atau pembangunan. “Diupayakan IAIN PALU akan diberikan Program Pembangunan yang bersumber dari SBSN 2019 sekitar 100 Milyar untuk rehabilitasi pembangunan kampus,” ungkapnya di Hotel Claro, Jalan Pettarani Makassar, Kamis (10/10/2018). Terkait sejumlah kampus yang akan menerima mahasiswa seat in diharapkan bukan hanya bersifat mustami tetapi tetap memberikan nilai. Prof Dr Phil Kamaruddin Amin juga menambahkan agar kampus yang menerima mahasiswa seat in melakukan identifikasi. Misalnya jumlah mahasiswa


LAPORAN UTAMA

yang akan diterima, biaya transportasi, akomodasi, biaya kuliah, dan living cost. “Jika perlu melakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara Dirjen Pendis dan PTKIN tempat mahasiswa mengikuti Program Seat in sebagai payung hukum sebelum memastikan jumlah mahasiswa yang diterima dan waktu lama masa perkuliahan,” jelasnya.

Kondisi Gedung Rektorat IAIN Datu Karama Palu pasca dilanda tsunami dan gempa bumi pada 28 September 2018 lalu. Sebagian besar gedung IAIN Palu rusak parah akibat bencana alam. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Islam (Dirjen Pendis) Prof Dr Phil Kamaruddin Amin menemui sejumlah Pimpinan PTKIN seIndonesia Timur untuk membahas program seat in bagi mahasiswa IAIN Datokarama Palu. di Hotel Claro, Jalan Pettarani Makassar, Kamis (10/10/2018).

42 Mahasiswa IAIN Palu Mulai Aktif Belajar Sementara itu, sebanyak 42 mahasiswa IAIN Datokarma Palu mulai aktif belajar di UIN Alauddin Makassar sejak 17 Oktober 2018. Hal ini disampaikan Kepala Bagian Akademik Irwanuddin usai penyerahan daftar nama-nama calon mahasiswa ke dekan masing-masing fakultas di Aula Gedung Rektorat lantai IV. Selasa (16/10/2018) Irwanuddin mengatakan, sistem penerimaan di UIN Alauddin berbeda dengan perguruan tinggi lainnya. Di UIN sendiri, mahasiswa yang mengikuti seat in hanya mengikuti proses belajar mengajar selama dua semester. Setelah selesai, nilainya akan tetap dikirim ke instansi atau perguruan tinggi di IAIN Palu. “Perguruan tinggi itu kan ada dua, yaitu Kemenristek Dikti dan Kemenag. Kalau UIN sendiri yang dibawah Kemenag, hanya menerima dari IAIN Palu, kalau dari Universitas Tadulako itu diarahkan ke Unhas dan UNM. Di sini, hanya difasilitasi untuk belajar, supaya mereka tidak vakum pasca gempa dan ini juga kan program pemerintah,” terangnya. Namun, kata dia, beberapa mahasiswa yang ingin pindah permanen tidak menutup kemungkinan akan difasilitasi. Hal tersebut akan dibicarkan lebih lanjut melalui rapat pimpinan. “Banyak mahasiswa yang mau pindah total, mereka trauma kalau kembali ke sana. Ada juga mau tetap kembali, karena tidak memiliki keluarga sama sekali di sini. Tapi hal-hal seperti itu akan kita pertimbangkan dan dibawa ke rapim,” ujarnya. Irwanuddin berharap, seluruh dosen dapat mengakomodir dan proaktif memperlakukan mahasiswa seat in secara khusus. Sebab, kata dia, mahasiswa tersebut

09


LAPORAN UTAMA

Wakil-Rektor Bidang Akademik dan Penguatan Lembaga Prof Dr Mardan MA memberikan nama-nama mahsiswa program seat in dari Mahasiswa IAIN Datokarama Palu ke sejumlah Dekan di lingkup UIN Alauddin Makassar.

tidak sama dengan mahasiswa lainnya. Mereka membutuhkan penanganan khusus akibat gempa yang dialami. “Kita imbau kepada seluruh pimpinan untuk mengakomodir para mahasiswa seat in ini, apalagi mereka masih trauma. Jangan dia diperlakukan seperti mahasiswa lainnya, tapi diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan pendekatan psikologis pada traumanya,” kata dia. CERITA MAHASISWA SEAT IN PALU Rasyid Ridho Djupanda, Semangat Ikuti Semua Mata Kuliah Muhammad Rasyid Ridho Djupanda, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Datokarma Palu berbagi pengalaman selama menjalani program seat in di UIN Alauddin Makassar. Ia menuturkan, awal masuk di UIN Alauddin yang pertama kali menarik perhatiannya adalah desain-desain bangunan kampus

10

UIN Alauddin yang tertata rapi. Setelah itu, fasilitas kampus dan kemudian dosen-dosen rata-rata adalah professor. “Adapun kampusnya memiliki fasilitas yang cukup memadai, dosen-dosennya tidak perlu diragukan kualitasnya karena kebanyakan professor. Berbeda dengan di IAIN Palu hanya ada Profesor, itupun satu Prof sebagai Rektor dan satunya lagi sudah hampir pensiun,” ujar Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2017 ini. Kamis (29/11/2018) Hal lain yang tak kalah penting bagi Rasyid adalah interaksi dengan temanteman baru. Menurutnya, mahasiswa UIN Alauddin memiliki sikap yang ramah sehingga mudah baginya untuk cepat akrab dan berbaur dengan mahasiswa lain. Sikap ramah dan sopan yang dimiliki mahasiswa UIN Alauddin dalam berkomunikasi membuatnya nyaman selama belajar. Meskipun dalam program seat in ini hanya tiga mata kuliah yang sama dengan

kurikulum semesternya, namun Rasyid memilih untuk mengikuti semua mata kuliah jurusan yang nantinya akan ia lanjutkan di IAIN Palu. Rupanya, Rasyid memiliki misi tersendiri dalam mengikuti program seat in ini. Ia ingin membuktikan bahwa mahasiswa Palu tidak hanya terkenal dengan gempa dan tsunami tapi juga ia ingin agar mahasiswanya dikenal dapat bersaing dikalangan UIN Alauddin. “Karena sia-sia kalau saya cuma ikuti 3 mata kuliah saja maka saya mengikuti semua mata kuliah di jurusan, ini juga sebagai kesempatan untuk memperkenalkan tentang mahasiswa Palu jadi saya ingin bersaing dengan mahasiswa disini,” ungkapnya. Selama mengikuti proses belajarmengajar, Rasyid sangat aktif dalam diskusi kelas. Ia mencoba membuktikan kemampuan mahasiswa Palu melalui penyampaian inspirasi, pendapat, dan kritik dalam ruang diskusi kelas. Meskipun IAIN Palu telah mulai aktif


LAPORAN UTAMA

Mahasiswa seat in IAIN Datokarama Palu

kembali proses perkuliahannya dengan sistem semester pendek, namun Rasyid belum ingin kembali sebelum tujuannya tercapai. Tidak hanya bercerita mengenai pengalaman selama belajar di UIN Alauddin, Rasyid juga berbagi cerita tentang pengalamannya ketika gempa terjadi. Saat itu, ia sedang dalam perjalanan menuju Sigi, lokasi pengkaderan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di IAIN Palu ketika gempa mulai terasa. Gempa terjadi ketika panitia baru saja menyampaikan bagian-bagian struktur kepengurusan. Tak lama kemudian, informasi mengenai gempa pun mulai terdengar, bahkan ada yang mengirimkan video rekaman gempa di kampus IAIN Palu. Beruntung, tempat pengkaderan di Sigi jauh dari laut sehingga ia dan temantemannya hanya merasakan getaran. Ia pun bersyukur bisa cepat ke lokasi pengkaderan. Jika seandainya Rasyid masih di kampus saat terjadi gempa, maka besar kemungkinan ia bersama temantemannya akan terbawa arus. Meski demikian, bencana besar yang menimpa kota Palu ini tidak lantas menimbulkan rasa trauma bagi Rasyid. (isn) Fitra Ramadhan, Masih Trauma Berbeda dengan Rasyid, Muhammad Fitra Ramadhan yang juga merupakan

Mahasiswa seat in IAIN Datokarama Palu

salah satu mahasiswa program seat in UIN Alauddin Makassar, mengaku gempa dan tsunami yang menimpa Palu dan sekitarnya nyatanya masih menyisakan trauma tersendiri baginya. Saat itu Fitra sedang berada di atas kendaraan miliknya dalam perjalanan menuju rumah, tiba-tiba guncangan gempa terjadi. “Saya baru saja pulang dari melatih ekstrakurikuler Pramuka di salah satu SMP di Palu,” ungkap Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah angkatan 2017 ini. Ia mengaku shock saat dirinya menyaksikan tembok-tembok rubuh secara bersamaan, pohon-pohon tumbang, dan jalanan aspal mengalami keretakan layaknya ombak. Ia menyaksikan beberapa orang limbung dan jatuh serta pecahanpecahan kaca bertebaran di jalanan. Namun, Fitra patut bersyukut sebab ia tak sampai jatuh dan mengalami luka. “Alhamdulillah semua keluarga saya selamat. Tapi sampai saat ini ketika dijalanan, saya masih terbayang-bayang kejadian saat itu,” ujarnya. Sama seperti Rasyid, Fitra juga berbagi pengalaman selama menjalani proses perkuliahan di UIN Alauddin. Sebelum sampai di UIN Alauddin, Fitra bersama teman-teman organisasinya Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FOSSEI) melakukan penggalangan dana untuk membantu korban bencana alam di Palu.

Sebagai Kordinator Regional FOSSEI di Sulawesi Tengah, Fitra membantu mendistribusikan bantuan dari FOSSEI Nasional bersama dengan teman-teman Forum Kajian Ekonomi Islam (Forkeis) yang berada dibawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin. Setelah menjadi relawan FOSSEI selama 3 hari, ia bersama dengan teman-temannya pun berangkat ke Makassar untuk mengikuti program seat in di UIN Alauddin. Seluruh pengurusan persyaratan administrasinya dibantu oleh teman-teman Forkeis UIN Alauddin. Tidak hanya itu, selama satu minggu ia juga bmenginap di sekretariat Forkeis. “Saya sangat mengucapkan terima kasih kepada Forkeis karena telah diterima dengan sangat baik disini,” tuturnya. Mengikuti proses belajar mengajar di UIN Alauddin tentu saja menjadi pengalaman baru baginya, Fitra pun mengungkapkan bahwa ia merasa sangat nyaman dan betah berkuliah di UIN Alauddin, mulai dari kualitas pengajarnya yang baik, fasilitas yang memadai, serta lingkungannya yang ramah. Bahkan ia berharap, agar bisa tinggal kuliah di UIN Alauddin secara permanen hingga selesai wisuda. “Saya sih maunya menetap permanen kalau bisa, sayangnya harus balik ke Palu lagi,” tutupnya. (isn/asr/dil).

11


LAPORAN UTAMA

Suasana Proses visitasi Perpustakaan umum UIN Alauddin makassar dari tim asesor Perpustakaan Republik Indonesia

Perpustakaan Umum UIN Alauddin Raih Akreditasi A Perpustakaan UIN Alauddin Makassar telah menerima hasil penilaian visitasi sertifikat dengan label nilai “A” dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

12

Universum-Kepala Pusat Perpustakaan UIN Alauddin, Quraisy Mathar mengatakan, ada enam komponen yang dinilai oleh para asessor terkait akreditasi tersebut, diantaranya, komponen koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan perpustakaan, tenaga perpustakaan, penyelenggaraan dan pengelolaan, serta komponen penguat. “Pengalaman saat menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora-UIN Alauddin dan mengantar jurusan tersebut meraih peringkat akreditasi dari nilai “C” menjadi “B”, sudah cukup menjadi pijakan awal buat saya dalam memimpin UPT Perpustakaan UIN Alauddin,” terangnya. Ia menuturkan, pengalaman dengan borang akreditasi program studi di fakultas memberi sebuah pelajaran berharga bagi dirinya, khususnya dalam urusan visitasi dan akreditasi. “Setelah sempat menjadi pendamping tim penyusun borang akreditasi, serta ikut mendampingi saat sesi visitasi di UPT Perpustakaan IAIN Parepare, yang awalnya belum terakreditasi hingga memperoleh nilai akreditasi “B”, saya kemudian fokus untuk menuntaskan pekerjaan rumah terakhir saya di UPT Perpustakaan UIN Alauddin,” lanjutnya. Ia mengatakan, butuh kerja keras untuk memenuhi syarat-syarat akreditasi. “Kami bermohon ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas) untuk mengajukan akreditasi dengan terlebih dahulu mengirimkan instrumen borang secara daring. Setelah diperiksa dan dianggap cukup, maka pihak Perpusnas akan datang langsung dan segera mengirimkan jadwal. Sebaliknya, bila belum memenuhi syarat hanya akan dikirimkan surat rekomendasi apakah akreditasinya tetap sama atau bahkan turun,” jelasnya. Sejatinya, borang akreditasi perpustakaan sebetulnya sudah dirintis sejak awal Quraisy berkantor. Pertama kali memasuki ruangan kerja sebagai Kepala Pusat UPT Perpustakaan, ia langsung mencari sertifikat akreditasi perpustakaan. Seorang staf kemudian menyetor sertifikat akreditasi berbingkai dengan label “B”. “Saya kemudian mencoba menelusuri borang akreditasi yang seharusnya ikut mendampingi sertifikat tersebut. Namun borang akreditasi yang lama tersebut


LAPORAN UTAMA

Gedung lantai I Perpustakaan Umum UIN Alauddin Makassar. sejumlah bagian telah direnovasi sehingga tampak lebih manarik. Sertifikat Akreditasi Perpustakaan UIN Alauddin Makassar dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

ternyata tak kunjung yang paling penting ditemukan. Padahal borang setelah meraih akreditasi sebelumnya tentu akan itu adalah memperkuat sangat membantu proses jurnal berlangganan. evaluasi untuk perbaikan “Karya seperti nilai akreditasi selanjutnya,” skripsi, tesis, dan disertasi ungkapnya. itu sudah otomatis harus Ketersediaan hasil terepositori. Tulisan lokal penilaian visitasi terdahulu ada poinnya juga, hanya sebetulnya merupakan tidak sebesar jurnal Kepala UPT Perpustakaan dasar untuk memulai berlangganan, khususnya UIN Alauddin, Quraisy Mathar kegiatan persiapan rejurnal internasional,” akreditasi selanjutnya. ujarnya. Akhirnya, ia harus memulai pengerjaan Ia menegaskan, digitalisasi skripsi borang dari awal kembali. Quraisy telah merata ke semua fakultas. menceritakan bahwa dirinya kembali Pengunggahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) mengintip 6 komponen borang akreditasi berlangsung sejak 2015. Namun, perpustakaan perguruan tinggi dan mulai pengumpulan KTI dalam bentuk fisik di menyusun rencana kerja yang berorientasi setiap fakultas tetap ada. kepada 6 komponen tersebut. “Saya mendukung untuk keperluan “Tentu sangat tidak mudah, sebab backup data. Jadi backup itu digital ke keberpihakan alokasi anggaran maupun digital. Kita simpan di server dan satunya kebijakan lembaga pendidikan tinggi dicadangkan di hard disk eksternal dan secara umum di Indonesia terhadap lainnya disimpan di google drive agar lebih perpustakaan sebetulnya masih sangat aman. Tapi bila fakultas masih meminta mengenaskan. Terlalu jauh memang untuk bentuk fisik dari KTI, itu bukan wilayah membandingkan alokasi anggaran seluruh saya sebab fakultas punya kebijakan perpustakaan perguruan tinggi di Amerika sendiri,” kata dia. yang oleh pemerintahnya ditetapkan Namun, lanjut dia, alokasi anggaran sebanyak 52% dari total anggaran maksimal 5% sesuai yang dipersyaratkan perguruan tinggi per tahun,” ujarnya. oleh Standar Nasional Perpustakaan pun Selain itu, menurut Quraisy Mathar, ternyata juga masih tidak terpenuhi.

Perpustakaan tetap dijadikan simbol semata, disebut sebagai jantung perguruan tinggi, namun hanya sebagai jantung koroner yang bisa dicangkok dan disulap setiap saat. “Selesai sudah tugas terakhir saya, walaupun rutinitasku tentu belum berakhir. Kutitip sertifikat terbaru perpustakaan untuk dire-akreditasi kembali pada tahun 2023 nanti. Kini saya mulai mengintip ISO 11620:2008 sebagai ukuran kinerja perpustakaan dalam standar internasional,” sambungnya. Ia berharap, tahun depan ISO tersebut bisa terealisasi, meski dirinya mengaku hitungan waktu jabatannya sepertinya tak akan cukup. Jika pun nantinya tak selesai, kata dia, setidaknya upaya tersebut akan menjadi pijakan instrumen awal buat pejabat pengganti dirinya. “Ada kawan yang berkata “oppo maki, menjabatlah kembali”. Maaf, tidak ada selera incumbent dalam kamus hidup saya, sebab usia jabatan menurutku sejatinya hanya sekali saja. Berbuatlah, lalu beregenerasilah dengan cepat, sebab sekecil apapun sebuah perubahan, pasti akan bermakna. Akhirnya, saya bisa pulang ke rumah dengan langkah yang lebih enteng, Alhamdulillah,” tutupnya. (dil)

13


LAPORAN UTAMA

Foto bersama Pimpinan dan civitas UIN Alauddin Makassar bersama tim visitasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

UIN ALAUDDIN RAIH AKREDITASI A Universum-UIN Alauddin Makassar menutup akhir tahun dengan capaian luar biasa. Pasalnya, institusi yang berlabel kampus peradaban ini akhirnya berhasil mendapatkan akreditasi A. Predikat ini didapatkan setelah Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) mengeluarkan keputusan No. 466/SK/BAN-PT/Akred/PT/XII/2018 yang dikeluarkan pada 20 Desember 2018. Dari hasil akreditasi ini, UIN Alauddin menjadi salah satu dari 74 perguruan tinggi swasta dan negeri yang terakreditasi A di Indonesia. Sebelumnya, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababbari telah mempersentasekan tujuh poin standar untuk akreditasi dihadapan tim asesor BAN PT. Keseluruhan dokumen tersebut menggunakan tujuh standarisasi, diantaranya adalah: 1. Visi, misi, tujuan dan strategi pencapaiannya; 2.

14

Tata pamong, kepemimpinan, sistem pemeliharaan dan penjaminan mutu; 3.Mahasiswa dan lulusan; 4.Sumber daya manusia; 5.Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik; 6.Pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sistem informasi; 7.Penelitian, pelayanan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama. Rektor UIN Alauddin Makassar sendiri mengatakan ketujuh standar ini dipresentasikan ke tim asesor dari BAN-PT yang terdiri dari lima orang, yaitu: Prof Sarwiji Suwandi dari Universitas Sebelas Maret, Dr Syaifan Nur dari Universitas Sunan Kalijaga, Prof Indri Safitri Mukono dari Universitas Airlangga, Prof Sugiono dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Dr Sururin dari UIN Syarif Hidayatullah. “Persiapannya akreditasi institusi sudah setahun yang lalu kami bekerja, yah ada tujuh standar itu yang telah dipersentasekan,” ujarnya. Jika merujuk pada pedoman Akreditasi

Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) buku Pedoman Asesmen Lapangan, tim Asesor wajib memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh institusi perguruan tinggi terkait dan juga keadaan teknis lainnya di lokasi kampus dengan mewawancarai dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni, hingga mitrakerja yang dianggap perlu, serta mengobservasi kegiatan dan fasilitas pendukung. Sementara itu, salah satu tim penyusun borang akreditasi, Isriany Ismail berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta memfasilitasi proses re-akreditasi institusi UIN Alauddin Makassar. “Alhamdulillah kerja kita semua telah membawa UIN Alauddin Makassar memperoleh Peringkat Akreditasi A. Mohon maaf kami haturkan jika ada yang kurang berkenan dari TIM AIPT,” pungkasnya.


Sosok

Prosesi pelantikan Dr Mohd Sabri AR sebagai Direktur Pengkajian Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Ruang Dewan Pengarah Lt 1 Gedung BPIP Jalan Veteran III Nomor 2 Jakarta Pusat. Pada 26 November lalu.

Dr Mohd Sabri AR Direktur Pengkajian Materi BPIP RI

Mulanya Dari Pers Mahasiswa

Universum - Saya tiba lebih awal dari waktu janjian. Melihat ruangannya yang masih kosong, saya memilih duduk di bangku tunggu. Sekira 30 menit, ia pun tiba dengan kemeja batik kecokelatan, dipadukan celana berwarna hitam dan sepatu pantopel dengan warna yang sama. “sudah lama?” Sapanya dengan ramah “tidak terlalu lama pi juga”jawabku singkat. Ia lalu mengajakku masuk ke ruang kerjanya di lantai dua Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Belum lama ia duduk, lalu menunjuk setumpuk buku dan barang milik pribadinya.” ini semua sudah mau diangkut, untuk pindah ke Jakarta” ungkapnya. Pada 26 November lalu, Dr Mohd Sabri AR Resmi dilantik menjadi Direktur Pengkajian Materi Badan Pembinaan

15


Sosok Ideologi Pancasila (BPIP). Pelantikan Dr.Mohammad Sabri sebagai Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan BPIP di gelar di Ruang Dewan Pengarah Lt 1 Gedung BPIP Jalan Veteran III Nomor 2 Jakarta Pusat. Sebelumnya, BPIP RI telah selesai menggelar seleksi terbuka pimpinan tinggi madya dan jabatan pimpinan tinggi pratama sejak April dan Dr Mohd Sabri Ar menjadi salah satu yang mendaftarkan diri. Ia pun harus meninggalkan jabatan lamanya sebagai Ketua Program Studi Dirasah Islamiyah (Islamis Studies) di Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. “Seharusnya saya sudah harus masuk kerja disana (BPIP) sejak setelah dilantik beberapa waktu lalu, untungnya masih diberi kesempatan untuk mengurus berkas berkas perpindahan dan urusan dengan mahasiswa”. Ungkap lelaki kelahiran ujungpandang ini. Selain sebagai akademisi ia juga dikenal sebagai penggiat literasi, Ia menulis di sejumlah media di Makassar, bahkan menjadi kolumnis tetap di Harian Fajar, Tribun Timur dan Koran Tempo Makassar kala masih terbit. Kegilaanya pada kegiatan literasi bermula saat menjadi aktivis pers mahasiswa, semangat membaca dan menulisnya tidak pernah surut hingga kini. Bermula dari Pers Mahasiswa “Journalism is an exercise, Jurnalistik adalah latihan untuk menjadi cendekiawan, orang orang yang menekuni kegiatan jurnalistik dia sedang menyiapkan diri untuk menjadi cendekiawan”. Kurang lebih seperti itu ungkapan Nurkholis Majid dalam sebuah mimbar pertemuan pada kisaran tahun 80an, Dr Sabri AR kala itu saat masih berstatus mahasiswa IAIN Alauddin Ujung Pandang. Ia duduk terpukau mendengar kalimat itu. Ia merasa terpancing lalu muncul rasa keingintahuan mengenai kegiatan jurnalisme. Tak lama dari pertemuan itu, Ia lalu mengikuti sebuah pendidikan jurnalistik tingkat Ujung Padang yang digelar di Universitas Muslim Indonesia (UMI). Keinginan Dr Sabri AR untuk menekuni kegiatan jurnalistik dimulai dari sini. Sepulang dari Pendidikan Pelatihan itu, iapun bergabung dan menerbitkan buletin opini yang berada di bawah Badan Pelaksana Kegiatan Mahasiswa (BPKM)

16

Dr Mohd Sabri AR saat mengisi program Lentera Ramadan yang tayang setiap hari selama bulan ramadan melalui channel youtube voice alauddin.

kala itu. Namun kondisi buletin opini masih dianggap lemah dan belum mampu bersain dengan pers kampus lainnya, membuat sejumlah aktivis BPKM memunculkan ide mendirikan lembaga pernerbitan kampus yang diberi nama Washilah. Mereka diantaranya Waspada Sunting, Laode Arumahi dan Hasanuddin. Dr Sabri AR lalu mendaftarkan diri di washilah sebagai pengelola. Ia kemudian menduduki jabatan sebagai sekretaris redaksi. Keinginannya untuk menekuni kegiatan jurnalistik membuatnya kembali mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan jurnalistik tingkat madya se Indonesia Timur yang diberi nama ukhuwah, kegiatan ini diselenggarakan di Sudian. “Disitulah modal awal saya menekuni dunia jurnalistik dan diinspirasi oleh cak nur. Menurut saya, ada pesan

yang kuat dari pernyataan Cak Nur.” Selain aktif menulis di intern Washilah, Dr Sabri AR juga rutin menulis di Pedoman Rakyat, dan Harian Fajar. Ia menyukai buku buku yang dibacanya dan film yang ia nonton dibuat dalam sebuah tulisan resensi. “pedoman rakyat dan harian fajar sebagai sasaran berekspresi.” ungkapnya sambil terkekeh. Kegilaan membaca dan menulis memang dilakoninya sejak masih berstatus mahasiswa, namun yang cukup berpengaruh juga adalah kondisi sosial politik kala itu, dimasa pemerintahan orde baru diera tahun 80an memaksakan agar semua organisasi kemahasiswaan, organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik berasas tunggal yaitu asas pancasila. Akibatnya organisasi dan partai politik pun mau tidak mau harus menerima UU Nomor 3/1985 itu atau bubar.


Sosok ijin terbit yang berbentuk SIUP (Surat Izin Usaha Penerbitan) dari Kementrian Penerangan. Ini merupakan cara orde baru mengontrol media. Jika kritis, dibungkam dengan pencabutan SIUP, seperti yang dialami oleh majalah Tempo, Editor dan Detik. Sementara Pers kampus yang disebut penerbitan khusus tak harus memiliki itu. Akhirnya pers kampus menjadi sasaran bagi kalangan aktivis untuk meluapkan ekspersi. Ini pun tak lepas dari peran Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Sejalah dengan itu, era 80an juga menjadi masa lahirnya penerbitanpenerbitan besar seperti mizan, hidayah, dan penerbitan lainnya. “Itu menambah gairah keilmuan sehingga tradisi membaca tradisi kajian tradisi kepenulisan ibarat sesuatu yang bersenyawa memiliki bobot tersendiri dari produk jurnalisme pers kampus.” tutur Dr Sabri AR.

Namun tetap saja sejumlah organisasi yang berasaskan Islam tidak serta merta berdamai dengan keadaan itu, seperti sejumlah anggota HMI IMM dan KAMMI. Golongat yang tidak setuju lalu membentuk klub klub studi. Hingga akhirnya klub studi kala itu menjamur di kampus kampus. Akibatnya, mereka semakin kritis dan memaksa diri untuk membaca, kajian, dan menulis. “Tradisi inilah yang membantu saya menulis dengan baik.”. Tradisi kajian semakin ramai, hampir semua organisasi kampus rutin menggelar kajian. Begitu pula yang terjadi pada pers kampus saat itu yang memang dikelola dari tangan dari aktivis kampus, ini pun membawa pers kampus semakin berwibawah. Pers Mahasiswa memiliki keistimewaan tersendiri lantaran disebut sebagai penerbitan khusus. Saat itu, setiap penerbitan pers harus mengantongi surat

Menulis adalah dakwah diluar mimbar Bagi Dr Sabri AR AR, menulis adalah panggilan pengabdian kepada masyarakat, apalagi dengan statusnya sebagai akademisi untuk memberi pandangan akademis terhadap fenomena sosial yang terjadi ditengah masyarakat. “Karena seorang akademisi itu harus menjadi cendekiawan sementara salah satu ekspresi seorang cendekiawan adalah menulis”. Namun, Menurut Dr Sabri AR, cendekiawan itu jauh lebih luas dari akademisi. Lantaran akademisi sangat dekat dengan urusan dosen, sementara cendikiawan lebih luas dari itu, merupakan terjemahan dari intelektual publik yang memberi pemahaman pemikiran kepada masyarakat. Kemampuannya menulis dijadikan sebai jalan dakwah diluar mimbar, lantaran dirinya tidak terdaftar sebagai mubalig di berbagai lembaga dakwah seperti IMMIM untuk berdiri di mimbar mimbar mesjid. Sehingga menulis di berbagai media menjadi jalan yang dipilihnya untuk berdakwah. Begitu pula saat mendaftarkan diri sebagai Direktur Pengkajian Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), ia menganggap ini sebagai jihad intelektual.

“Saya merasa terpanggil untuk kesana (BPIP) untuk kontribusi secara perseorangan dan secara kolektif.” Tantangan Generasi Milenial Dr Sabri AR mengaku ingin mengkaji sila sila dalam pancasila ini dengan berbasis agama, budaya, dan etnisitas di Indonesia. Namun ia menyadari saat ini masyarakat hidup di era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan telekomunikasi dan digitalisasi. Menurutnya, kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi masyarakat 10 atau 20 tahun lalu. Apalagi revolusi industri 4.0 tumbuh bersamaan dengan generasi milenial yang sangat akrab dengan dunia maya dan digitalisasi. Kondisi ini menjadi tantangan bagi BPIP untuk memberikan pemahaman makna sila dalam pancasila. Bila pemerintah tidak menyadari itu kata Dr Sabri AR, akan mengalami anomalis dan kegagapan. Lantaran cara berfikir generasi milenial ini sangat jauh berbedah dengan generasi sebelumnya. “Kita harus memahami karakteristik generasi milenial, mungkin model pemaparan materinya dibuat dalam bentuk game, talk show, atau art show, ini yang betul-betul mewakili karakter mereka. Kalau gaya indoktrinasi tidak lagi laku”. Katanya. Dengan menyadari jejak masalalu, Pihaknya akan membuka ruang kerjasama dengan Universitas, Organisasi Masyarakat (Ormas) yang mempunyai minat di bidang kajian pancasila atau kebudayaan untuk didorong di tengah masyarakat sehingga gagasan kepancasilahan langsung muncul di tengah masyarakat. Ia memberi gambaran kolaborasi riset dengan ormas nantinya, terkait bagaiman pemahaman ketuhanan yang maha esa dalam perspektif agama agama lokal di sulawesi seperti agama tolotang di Sidrap, Agama Tupatuntung di Kajang, atau Binanga Benteng di selayar. Ormas tersebut melakukan riset, sehingga riset ini bisa menemukan pemahaman ketuhanan yang maha esa dari perspektif yang beda. Agama Lokal menurut Dr Sabri AR Agama Lokal Nusantara adalah suatu yang ilahi, tidak hanya dari agama mainstrem saja. agama agama lokal menurutnya patut diapresiasi. (asr)

17


Sosok

“Inti dari konferensi itu adalah bagaimana manusia yang ada di alam jagat raya ini berusaha untuk mencari solusi terhadap konflikkonflik yang ada di belahan dunia ini,” Prof Dr Natsir Siola.

Prof Dr Natsir Siola M Ag

Aktif DI Perdamaian Dunia Universum- Belakangan ini hampir setiap hari isu-isu konflik sering terdengar melalui media massa. Konflik yang terjadi sesama bangsa, antar negara, antar agama, konflik sosial, dan konflik perebutan wilayah serta konflik-konflik yang lainnya terus mencuat tanpa adanya solusi yang tepat. Seringnya terjadi konflik membuat

18

kalangan akademisi, para negarawan, tokoh-tokoh agama, serta para aktivis pemerhati perdamian tergerak untuk mencarikan solusi. Hal itu diungkapkan oleh Dekan Fakultas Usluhuddin, Filsafat dan Politik (FUFP) UIN Alauddin Makassar, Prof Dr H Muh Natsir Siola MA. Prof Natsir Siola mengaku sudah tiga

tahun berturut-turut diundang untuk menghadiri konferensi perdamaian dunia. “Suatu kesyukuran bagi saya karena sudah tiga kali diundang dalam konferensi perdamaian dunia. Sejak dimulai pertama kali pada akhir tahun 2016 hingga akhir tahun 2018. Pertama di Koreas Selatan, kedua di Iran dan ketiga kalinya di LondonInggris,” jelasnya saat di temui di Gedung Rektorat lantai IV UIN Alauddin Makassar. Dalam konferensi tersebut membahas mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh agar konflikkonflik yang ada segera teratasi dengan cara damai tanpa menyimpan luka dan dendam yang berlarut-larut. “Inti dari konferensi itu adalah bagaimana manusia yang ada di alam jagat raya ini berusaha untuk mencari solusi terhadap konflik-konflik yang ada di belahan dunia ini,” tuturnya. Mantan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan ini menyebut bahwa awalnya pada 2016, konferensi itu diprakarsai oleh para akademisi, tokoh-tokoh agama, dan perwakilan dari masyarakat Korea. Dengan menghadirkan sebanyak 127 negara dari belahan dunia. Menurutnya, selain mewujudkan perdamaian, juga merajut dan mempererat hubungan silaturahim antar negara satu sama lain. “Di London juga membicarakan bagaimana mewujudkan perdamaian, menghindari terjadinya konflik. Jadi sebenarnya disamping kita membahas tentang konflik-konflik yang terjadi di negara-negara, kita


Sosok juga dapat menjalin dan mempererat hubungan ukhuwah islamiyah di seluruh dunia,” ungkapnya. Tak hanya dosen-dosen dari UIN Alauddin yang menghadiri konferensi tersebut, bahkan dosen-dosen dari Korea, Iran maupun London juga sudah beberapa kali bertandang ke UIN Alauddin Makassar. Kunjungan tersebut dalam rangka mengajar dan memperkenalkan budaya-budaya mereka. “Bahkan mereka beberapa kali mengajar bahasa Korea serta kegiatan lain yang bentuknya untuk pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa,” sambungnya. Sehingga ke depan, kata Natsir, hal ini tentu menjadi tantangan di masa yang akan datang. Karena itu dibutuhkan adanya hubungan bilateral, adanya sinergi antara generasi muda di dunia khususnya generasi Islam. “Karena untuk mewujudkan perdamaian dunia tentu dibutuhkan hubungan antara sesama terjalin dengan baik. Agar benih-benih perselisihan mudah untuk diredam, bila hubungan komunikasi terjalin,” imbuhnya. Lebih lanjut ia mengatakan, pertemuan-pertemuan seperti ini tentu sangat berkaitan di hampir semua jurusan di Fakultas Ushuuddin, utamanya pada program studi agamaagama dan program studi hubungan internasional. “Semua prodi-prodi sebenarnya punya koneksi di fakultas Ushuluddin, apalagi keinginan untuk mewujudkan perdamaian umat manusia di seluruh dunia,” jelasnya. “Jadi kita ini masyarakat kampus masih harus banyak belajar di luar dan salah satu caranya adalah harus menyempatkan diri untuk mengunjungi negara-negara yang sudah maju, tidak hanya cukup dengan MoU saja,” pungkas Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel) itu. (pul)

Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerja sama (AAKK). Dr Hj Yuspiani M Pd

Menanti Kinerja Dr Hj Yuspiani, M.Pd

Kabiro AAKK Baru Universum-Dra Nuraini Gani tersedu, matanya berkaca-kaca saat membawakan sambutan perpisahan sebagai Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerja sama (AAKK). Digantikan oleh Hj Yuspiani yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Madrasah di Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan. Sebagai Kepala Biro yang baru, tentunya Yuspiani punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Di antaranya melanjutkan program kerja sebelumnya dan juga membuat terobosan baru sebagai program kerja selanjutnya. Rencana kegiatan satu semester ke depan, kata Yuspiani, ada enam poin di antaranya, pertama melakukan koordinasi internal untuk sinkronisasi tenaga pelaksana AAKK pada lingkup rektorat, lingkup fakultas dan lingkup pasca. “Kedua, melakukan koordinasi untuk review terhadap pelaksana kegiatan, anggaran pada biro, dan sinkronisasi pelaksana kegiatan AAKK yakni antar internal rektorat, antar rektorat dan fakultas, antar fakultas dan jurusan dan antar internal jurusan,” jelasnya. Ketiga, lanjutnya, memastikan pelaksanaan pembelajaran sesuai dan mengacu pada UU No 12 Tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI), dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) No 44 tahun 2015 tentang standar nasional (mutu-proses-hasil). “Memastikan claster capaian pembelajaran sesuai keluasan dan kedalaman ilmu bersandar

pada prodi pada tiap jurusan/prodi S1,S2 dan S3,” tambahnya. Keempat, mengurai keruwetan capaian akreditasi yakni prodi/jurusan, fakultas, dan universitas. Kelima, mencari solusi untuk pembiyaan dan peningkatan akreditasi untuk mencapai nilai A minimal B+, meletakkan panduan strategis yang efektif tentang penyusunan borang pada semua tingkatan, menetapkan kebijakan pendampingan internal dengan melibatkan asessor internal, dan memastikan sinergitas pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “Keenam, melakukan review dan kepastian database alumni dan sebarannya,” ujarnya. Lebih lanjut ia mengatakan, langkah awal yang dilakukan pertama kali adalah melakukan koordinasi dengan Rektor bahwa dirinya siap bekerja dan dibimbing. “Setelah itu, memanggil semua Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian dalam lingkup rektorat, tujuannya sama untuk menjalin koordinasi,” ungkap alumni pertama Tadris Matematika IAIN Alauddin ini. Ia menuturkan, tujuan dari koordinasi tersebut adalah untuk mengetahui program yang sudah berjalan dan apa saja hambatannya. “Setelah diketahui program-programnya, kemudian didiskusikan program prioritas untuk dijalankan,” kata dia. Bagi Yuspiani, jabatan bukan hanya sekadar amanah dan tanggungjawab, tetapi juga adalah panggilan pengabdian.

19


WAWANCARA Universum - Sejak dilantik Januari 2017 lalu, KepalaSub Bagian (Kasubag) Hubungan Masyarakat (Humas) UIN Alauddin Makassar, Ismi Sabariah , S. A.B. M. Adm. SDAlangsung mempelajariprogram kerja dan POK bagian humas. Dengan sejumlah ide dan gagasan , wanita yang akrab disapa Ismi tersebut melakukan berbagai inovasi dan mengukir prestasi . Hal ini dipaparkan melalui wawancara khusus bersamaKasubag Humas sebagai berikut:

Apa saja yang telah dikerjakan oleh Sub BagianHumas? Sejak dilantik Januari 2017 segera saya mempelajari program kerja dan POK Subag Humas dari Pejabat sebelumnya. Tak hanya itu,saya juga mempelajari Struktur dan personil SDM di Sub Bagian Humas. Walaupun dengan beberapa keterbatasan saya mencoba membuat beberapa Kegiatan yang tidak membutuhkan banyak sumberdaya dan sumberdana dengan memanfaatkan Media Sosial. Contohnya, membuat Fanpage Facebook Berita Humas UIN Alauddin dan bekerjasama dengan Pihak Eksternal dalam melakukan kegiatan yang bersifat Co Sharing, seperti kegiatan beberapa Mitra Goes to Kampusdan sebagainya. Bagaimana Sub Bagian Humas menghadapi era digitalisasi? Dunia berubah di era digitalisasi seperti sekarang ini Humas juga harus

Ismi Sabariah S.A.B., M.Adm.SDA.

20

Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas UIN Alauddin Makassar, Ismi Sabariah, S. A.B. M. Adm. SDA

Humas UIN Alauddin Makassar di Era Revolusi Industri 4.0

berubah. Teknologi serba digital Humas tidak boleh “Gaptek�. Teknologi Media dan Informasi yang serba digital harus digunakan untuk menunjang kerja-kerja Humas. Bagaimana kebijakan pengelolaan informasi dokumentasi dan publikasi dari SubBagianHumas? Karena UIN Alauddin adalah Satker PTKIN di bawah Kementerian Agama tentu saja Semua Kebijakan Pengelolaan Kehumasan merujuk pada PMA Nomor 13/2012 dan Statuta UIN Alauddn Makassar dimana tercantum Sub bagian

JL. SKARDA N.1 NO. 26 A Kel. Gunungsari Kec. Rappocini


WAWANCARA

Informasi dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan urusan pengelolaan informasi dan hubungan masyarakat. Apa saja terobosan baru diSub Bagian HumasUIN Alauddin? Dengan memanfaatkan SDM Humas dibantu oleh adik-adik mahasiswa dari produksi Lembaga Pers Kampus Washilah, ada beberapa terobosan baru yang dihasilkan diantaranya;Majalah Universum Versi Digital yang dapat dibaca secara online melalui IOS dan Android dengan jumlah pembaca mencapai 12.000. Kami juga bekerjasama dengan

Voice Alauddin, untuk produksi konten kreatif di youtube seperti program Mahasiswa Keren dan lentera Ramadhan. Program Mahasiswa Keren sebagai bentuk apresiasi kepada mahasiswa UIN Alauddin yang berprestasi juga untuk menyebarkan virus inspirasi kepada mahasiswa lainnya. Sementara program Lentera Ramadhan adalah program yang tayang selama bulan ramadhan yang berupa khasanah kajian Islam yang diisi oleh pemikir Islam di UIN Alauddin Makassar. Terdapat juga, Fanpage Facebook Berita Humas UIN Alauddin yang juga memuat informasi terkini tentang Kampus baik dari media Cetak, Elektronik dan Media Online yang diliput oleh Media Mitra UIN Alauddin.Premiun Call UIN Alauddin dengan Nomor 1500363 hasil kerjasama dengan PT. Telkom Indonesia Witel Sulsel. Melaksanakan Kegiatan Media Gathering bersama Media Mitra UIN Alauddin yang bertujuan untuk mendekatkan hubungan antara pihak Perguruan Tinggi dengan pihak media. Adanya hubungan yang dekat antara Pegruruan Tinggi dengan media akan menghasilkan pemberitaan yang positif bagi Peguruan Tinggi dan Kampus. Pemberitaan yang positif mengenai Peguruan Tinggi dan Kampus akan meningkatkan citra Peguruan Tinggi yang positif ke publik dan para stakeholder. Citra Peguruan Tinggi yang positif akan membuat Kampus semakin dikenal dan dipercaya oleh publik sehingga Peguruan Tinggi akan semakin kuat dalam menghadapi persaingan dari berbagai Perguruan Tinggi dan dapat eksis di dunia Pendidikan.

ada dalam Struktur dan Statuta UIN Alauddin.Mengusulkan ke Kemenag agar Seluruh PTKIN berstatus UIN memiliki kesamaan struktur Pengelola Humas dan PPID.

Apa saja yang perlu ditingkatkan oleh SubBagianHumas? Kurang lebih 2 (dua) tahun di Sub Bagian Humas saya perlu menyampaikan beberapa hal yang masih perlu peningkatan dan pembenahan, diantaranya Peningkatan Kompetensi SDM Pengelola Kehumasan dan menambah jumlah Staf Humas serta mengusulkan ke Pusat agar Pengelola Humas dapat diberikan Kewenangan yang lebih baik seperti di beberapa PTKIN/UIN dimana Pengelola Kehumasan diberikan pada Jabatan Eselon III setingkat Kabag. Dan menunjuk resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang harus

Bagaimana humas melakukan interaksi dan kerjasama dengan masyarakat terkait atau organisasi baik internal dan eksternal? Alhamdulillah sebelum di Humas saya bertugas di Bagian Kerjasama sebagai JFU Pengembangan Kerjasama sehingga dalam melakukan interaksi dengan Mitra Kerjasama baik itu Masyarakat terkait ataupun organisasi pemerintah, BUMN, BUMD, Lembaga Non Pemerintah baik internal maupun eksternal sudah pernah saya lakukan interaksi dalam rangka pencapaian Visi Misi UIN Alauddin sebagai Kampus Peradaban.

D3 Akademi Teknik Industri Makassar (ATIM) 1995 S.1 STIA-LAN Makassar, Manajemen Ekonomi Publik (MEP) (2009) S.2 STIA-LAN Makassar, Manajemen Sumber Daya Aparatur (MSDA) (2014)

Apa yang menjadi kendala atau kelemahan humas Seperti yang saya sampaikan di atas, yang perlu dikuatkan pada Sub Bag Humas adalah peningkatan Kompetensi SDM Pengelola Kehumasan, penambahan Personial Staf Pengelola Kehumasan, Revitalisasi Alat dan Perlengkapan Penunjang Kerja-kerja Kehumasan, dan Pemberian Kewenangan Pengelola Kehumasan ke level Eselon III Seberapa besar peran Sub Bagian Humas untuk membangun citra dan menjaga reputasi UIN Alauddin? Bagi saya Humas memiliki peranan penting dalam setiap lembaga karena humas menjadi salah satu alat dan strategi dalam membangun citra dan menjaga reputasi lembaga baik itu citra positif maupun citra negatif. Dalam membentuk citra suatu lembaga, humas dituntut memiliki relasi yang luas, dan komunikasi yang baik dan efektif dengan melaksanakan dua komunikasi internal dan eksternal. Hambatan-hambatan di sub Bagian Humas adalah sumber daya yang masih kurang memadai, besarnya biaya yang diperlukan serta kesulitan dalam kreatifitas. Untuk mencapai tujuan Humas dalam membentuk citra Kampus maka diperlukan kerja keras, disiplin yang tinggi, kemampuan dan keahlian yang profesional dalam bidang Publik Relation, tentunya.

HOBI: Menyanyi & traveling PANGKAT & GOLONGAN: III/c Penata

21


Lintas

Tapi hari ini jum’at, itu kami sadari setelah salah satu dari ibuibu mengingatkan kami bahwa sudah jam 11 siang yang artinya mesti siap-siap untuk melaksanakan shalat jum’at. Tapi yang mengesankan bagi ingatan itu karena ternyata perempuan yang mengingatkan kami untuk menunaikan shalat jumat adalah seorang pemeluk agama Kristiani .

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Alauddin Makassar ikut kerjabakti memperbaiki jalan bersama masyarakat Orongan, Lembang Rantebua Kabupaten Toraja Utara.

Cerita Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar di Toraja

Agama, Perempuan dan Kopi Toraja

PENULIS:

}

Muh Kurniadi Asmi Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

Jum’at yang masih pagi, kami berkumpul di suatu rumah warga dekat gereja dusun Orongan, Lembang Rantebua Toraja Utara. Namanya Z Pawara atau sering disapa pak Wara’, salah satu warga muslim di dusun orongan yang aktif melaksanakan kegiatan masjid. Bersama para ibu-ibu selepas kerja bakti di hari jum’at, kami dihidangkan kopi hitam Toraja, seperti tradisi setempat; Kopi adalah simbol penghormatan bagi kedatangan tamu di suatu rumah atau pun acara, tak memandang lelaki atau pun perempuan, bahkan anak-anak kecil pun meminum kopi hitam khas Toraja itu. Menyeruput kopi bagi masyarakat Toraja, khususnya dusun Orongan adalah bagian dari aktifitas sehari-hari. Serasa ada yang hilang dari cita-rasa kehidupan sehari

22 universum M a ja la h

jika tidak menyeruput kopi, memang kopi toraja termasuk kopi berkualitas dan dihidangkan dimana pun di nusantara ini. Bersama pahitnya kopi, kami dihidangkan perbincangan yang manis dan satu tangkai pisang susu masak di bawah kolong rumah. Yang aneh dari pengamatan kami anak KKN UIN Alauddin Makassar adalah suatu pemandangan kerja bakti memangkas jalan berbatu di dusun itu, perempuan yang biasanya kami lihat bekerja di dapur, ke kantor atau mengurus anak di rumah malah mengangkat batubatu besar serta memegang cangkul untuk meratakan sepanjang jalan dusun Orongan. “inilah pekerjaan paling mudah disini...” cetus salah seorang ibu diselasela perbincangan kami. Kami saling tatap karena jawaban itu sebenarnya


Lintas yang kami tunggu dari sebuah pertanyaan yang sama tapi segan kami ucapkan langsung. Pekerjaan paling mudah adalah bekerja bakti di setiap hari jumat dengan berusaha meratakan jalan berbatu di dusun Orongan, karena pekerjaan itu yang paling mudah makanya dikerjakan oleh perempuan. Mudah, ya... paling mudah menurut para perempuan disini, justru adalah pekerjaan amat sulit bagi kami lelaki anak KKN UIN Alauddin Makassar. Bukan main, memecah-pecah batu besar lalu mengangkatnya serta meratakan jalan seperti kerjaan masa lima ratusan tahun lalu yang dikerjakan oleh para nenek moyang kita membuat jalan justru menjadi kerjaan paling mudah dan dikerjakan oleh perempuan di dusun ini. Kami masih terus berjuang tentang kesetaraan gender, tapi dusun Orongan yang dianggap tertinggal jutru melampui perjuangan kami, pekerjaan perempuan disini setara dengan pekerjaan lelaki bahkan lebih berat. Dan hal itu tidak pernah dikeluhkan oleh para perempuan. Di kota-kota, jalan berlobang sedikit saja, massa akan turun untuk menuntut perbaikan jalan tapi hal itu tidak dikenal dalam perjuangan masyarakat Orongan. Mereka berusaha untuk membuat jalannya sendiri agar dapat menjaga hubungan dengan sanak keluarga untuk saling mengunjungi, mereka sadar betul bahwa kerinduan lebih berat dari pekerjaan memperbaiki jalan. Karena jarak rumah antar kepala keluarga terbilang sangat jauh menurut kami sehingga jarak itu harus diperjuangkan dengan membuat jalan. Mendengar cerita-cerita itu, kami anak-anak KKN UIN terdiam. Apalagi yang bisa melampaui kekaguman kami terhadap para perempuan disini? Katakata? Pujian? Itu tidak cukup dengan apa yang kami saksikan. Perempuan dengan tubuh yang terbilang kurus telah membuktikan cintanya kepada para anak manusia dengan membangun jalan, perempuan dengan harmoni cintanya tak sanggup terpisah dengan anak-anak dan keluarganya, makanya dengan sekuat tenaga mereka membangun jalan itu. Gelas-gelas licin kopi hitam khas Toraja direngkuh oleh tangan-tangan kuat para perempuan, gelas-gelas itu adalah

Kerjabakti Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Alauddin Makassar bersama masyarakat Orongan, Lembang Rantebua Kabupaten Toraja Utara. salah satu saksi perjuangan mereka kelak ketika jalan-jalan terbentang digilas-gilas ban kendaraan dan dihentak-hentakan kaki. Dan mungkin ketika suatu saat nanti bangunan menjulang tinggi berdiri dipinggir jalan saat dusun ini menjadi bagian dari cerita kota, kita tak dapat melupakan bahwa disana, di kening batu kerikil telah di usap tangan perempuan. Itulah yang membuat jalan ini abadi. “Lo-ko mande” kalimat itu memecah imajinasiku, Lo-ko Mande adalah bahasa yang paling sering kami dengar karena hampir di setiap rumah kami dipanggil untuk makan. Lo-ko mande “ayo makan” kami tanggapi dengan sigap karena perut kami juga menantinya setelah bekerja bersama masyarakat. Di dapur yang sederhana, kami dihidangkan Songgi, salah satu makanan khas Toraja yang hampir mirip dengan Kapurung dari Palopo tapi terbuat dari ubi kayu. Selain Songgi, kami juga dihidangkan nasi putih bersama ikan kering karena ibu-ibu khawatir kalau Songgi itu tidak bisa membebaskan kami dari rasa lapar yang terbiasa menyantap nasi. Suasana itu kami manfaatkan untuk bercanda bersama ibu-ibu, karena memang perut mahasiswa seperti kami belum menamakan itu aktifitas makan jika tidak menyantap nasi.

Perbincang-perbincangan dapur meleburkan kami bersama masyarakat, kami senang berada disini. Bersama kopi dan perempuan tangguh. Tapi hari ini jum’at, itu kami sadari setelah salah satu dari ibu-ibu mengingatkan kami bahwa sudah jam 11 siang yang artinya mesti siap-siap untuk melaksanakan shalat jum’at. Tapi yang mengesankan bagi ingatan itu karena ternyata perempuan yang mengingatkan kami tentang menunaikan shalat jumat adalah seorang pemeluk agama Kristiani. Begitulah kehidupan bermasyarakat di Toraja, saling mendukung dalam menunaikan kepercayaan masing-masing di setiap agama, bahkan yang tak kalah menariknya bagi kami mahasiswa KKN UIN Alauddin adalah suasana di atas rumah yang dihuni oleh berbagai agama. Kadang, kepala keluarganya beragama Islam, sang Istri Protestan dan anaknya Katolik tapi puncak dari agama adalah kemanusiaan. Gusdur memang benar, ketika kau berbuat baik maka orang tak akan menanyakan kau beragama apa. Walau pun masyarakat dusun Orongan tahu betul bahwa kami muslim karena berasal dari Universitas Islam tapi mereka tidak merasa berbeda dengan kami, karena kita sama, sama sesama Manusia.

23


Prestasi

Supriadi, Wakili Indonesia di ILMUN Thailand 2019

Supriadi Agustiawan , mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar baru saja terpilih sebagai salah satu perwakilan Indonesia untuk mengikuti event

24

Supriadi Agustiawan, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar


Prestasi Universum-Kegiatan yang diselenggarakan oleh Youth Center to Actfor Nationsdengan ini mengangkat tema “ForgingUnity: IntegratingDiverseIntellects in International Sphere”. Laki-laki kelahiran Kendari 11 Agustus 1999 ini akan mewakili Indonesia dalam event Internasional bersama dengan enam orang delegasi lainnya. ILMUN 2019 adalah konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan berlangsung selama 4 hari yaitu 30 Januari hingga 2 Februari 2019 mendatang. Kegiatan ini mempertemukan 300 peserta Internasional dari seluruh dunia untuk memajukan pemahaman tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masalah global. Melalui kegiatan ini, PBB berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan menjadi pemikir kritis untuk isu-isu Hubungan Internasional. Forum ini juga merupakan salah satu cara untuk mempromosikan pembangunan manusia, toleransi, dan perdamaian. Adapun tujuan kegiatan ini menurut Supriadi adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara kerja dalam Perserikatan BangsaBangsa sebagai delegasi untuk membangun keterampilan dalam diplomasi dan kompromi. Forum ini menyediakan suasana dimana para delegasi dapat meningkatkan komunikasi dan keterampilan diplomatik, pemikiran kritis, dan jaringan. “Kegiatan langsung didukung oleh PBB setiap perwakilan mengambil 3 fokus utama yang mau disampaikan, yang pertama pendidikan, kemanusiaan, perdamaian dunia,” terangnya. Rabu (28/11/2018) Supriadi pun bercerita mengenai alasan sehingga bisa mengikuti event tersebut. Ia menuturkan bahwa awalnya cuma sekadar iseng mendaftarkan diri ketika melihat poster tentang kegiatan ini yang disebar melalui akun instagram. Melihat hanya 7 yang akan mewakili setiap negara untuk ikut dalam konferensi Internasional, ia kemudian mengirimkan berkas pendaftaran berupa CurriculumVitae (CV), pengalaman organisasi, prestasi, serta tulisan esai karena ia suka mengikuti program yang berbentuk konferensi. Rupanya, anak dari pasangan Tajuddin dan Hasna ini suka mengikuti kegiatan serupa sejak masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas

(SMA). Ini bukan yang pertama kalinya ia akan terbang ke Bangkok, pada saat SMA Supriadi ke Bangkok bertemu dengan Prof Mustari Mustafa yang saat ini menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Thailand. Kala itu ia berkunjung dalam rangka kunjungan budaya. Meski kini masih berstatus mahasiswa baru angkatan 2018, Supriadi menyebutkan bahwa hal yang membuat ia dapat lolos menjadi perwakilan Indonesia dalam konferensi ini karena topik esai yang ia angkat merupakan bentuk inovasi kemanusiaan. “Kalau saya esai yang bikin kuat karena esai saya bentuk inovasi kemanusiaan. Sementara kugodok juga dimaros, sementara mau didirikan untuk SMA,” ujarnya. Alasan Supriadi mengangkat topik tersebut karena menurutnya, sekarang kita terpaku dengan teknologi, sehingga orang-orang rasa kepeduliannya mulai berkurang. Beberapa data menarik juga tentang remaja Indonesia tak lupa ia masukkan, salah satunya tentang data dari Unesco bahwa 2,5 juta anak-anak di Indonesia tidak mampu melanjutkan sekolah, 900 diantaranya anak SD yang tidak mampu naik di SMP, sisanya anak SMP yang tidak mampu lanjut ke SMA. Alasan paling kuat, karena biaya. Adapun yang memotivasinya karena ingin mengikuti perkembangan zaman bahwa pergerakan mahasiswa itu tidak monoton hanya dengan demo, karena dari dulu yang dikenal dari mahasiswa adalah demo. “Saya mau mengubah mindsetnya masyarakat bahwa mahasiswa juga punya orang-orang yang bisa membantu persoalanpersoalan kenegaraan seperti ini, misalnya pendidikan,” tuturnya. Ia pun berharap, melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuannya dan bisa bermanfaat di tengah masyarakat, serta paling utama ia ingin pendidikan di Indonesia terlebih khusus di Sulawesi Selatan bisa merata, dari segi guru, dari segi tenaga pengajar, dari segi kualitas, dan dari segi perhatian pemerintah. “Saya berharap dalam mengupgrade moral saya terhadap guru dan pembimbingpembimbing yang ada di ruang lingkup pergerakan saya di kampus dan organisasi, saya ingin lebih menghormati orang-orang yang sudah mengajari saya banyak hal,” tutupnya. (isn)

25


Prestasi

Siti Chadijah, Perkenalkan Inovasi Kapsul Kamera di Tokyo Univerum-Sebuah tulisan tentang inovasi kapsul kamera yang ditulis oleh Siti Chadijah, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar angkatan 2015 berhasil membawanya terbang ke Negeri Sakura untuk mengikuti event konferensi internasional. Karya ilmiah yang berjudul “Camera Capsule Innovation As an Effort to Minimize Medication Errors So As to Create the International Patient Safety Goal (IPSG)� ini membuatnya terpilih

26

menjadi salah satu perwakilan Indonesia pada acara International Young Innovator Summit yang diselenggarakan oleh Studec International di Tokyo, Jepang pada tanggal 08-10 Oktober lalu. Ia menuturkan, tulisan tersebut berisi tentang kamera kapsul yang digunakan untuk menurunkan angka medication error karena dalam dunia farmasi ada istilah kesalahan penggunaan obat, kesalahan penetuan dosis, dan lain-lain. Maka melalui kapsul kamera ini, ia menjelaskan agar dapat mengetahui alur obat yang

Foto bersama peserta International Young Innovato di Tokyo Jepan. Siti Chadijah, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar mewakili Indonesia pada event international ini.


Prestasi

diminum oleh pasien, kemana obatnya, dan alasan kenapa obat tersebut tidak berefek. Hal ini dapat dilihat melalui layar monitor. “Jadi melalui kapsul kamera ini kita dapat mengetahui kenapa obat itu tidak bekerja melalui alat pengontrol dilayar monitor,” jelasnya. Chadijah bercerita bahwa inovasi yang serupa telah ada di Australia,

kamera yang dimasukkan berbentuk stik tongkat ke dalam mulut pasien. Alat tersebut dapat digunakan untuk melihat kegiatan didalam tubuh manusia. Namun, hal ini ternyata menyakitkan bagi pasien, meski dibius dengan obat tapi setelah kembali sadar maka pasien akan tetap merasakan sakitnya. Oleh karena itu, ia pun mengusung sebuah inovasi kamera berbentuk kapsul. Ia menjelaskan, bahwa yang dibawanya ke Jepang hanya sekadar inovasi saja. Sebab jika ingin menciptakan alatnya sendiri membutuhkan biaya yang besar, setelah ia coba kalkulasikan kemungkinan pembiayaannya membutuhkan dana miliyaran. Karena ia harus bekerjasama dengan orang IT, apoteker, dokter, serta tenaga kesehatan lainnya. Konferensi ini mewajibkan setiap delegasi untuk membuat sebuah tulisan tentang inovasi untuk membuat dunia lebih baik. Inovasi kapsul kamera yang ditulis Chadijah berhasil membuatnya meraih gelar Top 10 Best Presenter dari 55 delegasi yang berasal dari 10 negara berbeda. Adapun kegiatan selama di Jepang, pada hari pertama hanya dinner, hari kedua kongres, pemaparan materi, dan seminar yang mendatangkan pembicara dari Universitas Teknologi Tokyo. Sementara hari terakhir fokus study tour. Chadijah berbagi pengalaman pada hari terakhir, ia diajak untuk mengunjungi bangunan-bangunan kuno yang bersejarah di Tokyo, ia juga berkunjung ke kampus Universitas Teknologi Tokyo, dan yang tak kalah menarik yaitu tempat inovasi robotik Jepang, dan juga museum pusat tempat belajarnya orang-orang Jepang. “Kita diajak ke banyak tempat, terakhir diajak ke museum, dimana seluruh ilmu ada disana mulai dari bagaimana perkembangan bumi, astronot, kesehatan, pendidikan, teknologi, pelayaran dan masih banyak lagi semuanya ada disatu museum,” ujarnya. Ternyata ia memiliki motivasi tersendiri untuk terus berprestasi dan membawa nama baik almamater. Chadijah mengungkapkan, ketika masuk di Jurusan Farmasi salah satu senior

bercerita bahwa dulu sebelum ia masuk Farmasi UIN Alauddin sempat berjaya hingga dikenal menjuarai formulasi tingkat nasional tapi sejak 5 tahun terakhir Farmasi FKIK ini seakan mati dari prestasi sebab berita-beritanya sudah tenggelam jauh. Dari situlah ia selalu di dorong untuk menghidupkan kembali Farmasi UIN Alauddin dikancah nasional maupun internasional. Akhirnya, ia pun ikut tergerak hatinya untuk berusaha menjayakan kembali almamater tercinta. Chadijah sendiri sebenarnya sudah sering menjuarai beberapa lomba poster sebelum mengikuti kegiatan konferensi internasional ini. Ia fokus pada event lomba poster karena dari awal di himpunan ia merupakan Kordinator Media dan Publikasi yang setiap saat bermain dengan komputer dan desain. Meski awalnya sempat gagal saat mengikuti lomba tingkat regional, ia terus berusaha untuk mencoba kembali. Hingga ia berhasil meraih juara 1 pada event nasional di Unida, kemudian ia kembali meraih juara 1 lomba poster di Uhamka yang saat itu lawannya dariUGM, Universitas Sumatera Utara, dan Uhamka sendiri, dan yang terakhir ia mengikuti sebuah event bergengsi Pharmaceous di UGM dan kembali berhasil menyabet juara 2 dari 72 tim pendaftar se-Indonesia “Disini saya sudah sangat lega karena bisikan-bisikan mereka akhirnya sudah terbayarkan kalau Farmasi UIN Alauddin bisa tetap juara meski melawan universitas ternama dari segi poster ilmiah kesehatan,” terangnya. Ia pun berharap dapat membangkitkan motivasi-motivasi mahasiswa lain di UIN Alauddin Makassar khususnya jurusan Farmasi untuk terus berprestasi. Karena peran mahasiswa untuk membuat UIN Alauddin mencapai target akreditasi A juga sangat penting. “Salah satu jalan memperbaiki akreditasi itu salah satunya mahasiswanya sudah bisa sampai ke kancah nasional dan internasional. Alhamdulillah sudah dapat dan didukung penuh juga dengan pimpinan. Semoga semua piagam yang kumasukkan bisa membawa UIN akreditasi A,” harapnya. (isn)

27


Prestasi

Marwati ST MT pengelola Jurnal Nature atau National Academic Journal of Architecture Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) menerima sertifikat dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Pusat. Berlangsung di Gedung Convention Exhibition (ICE),

Jurnal Arsitektur Raih Sertifikat Akreditasi Kemenristekdikti Universum - Jurnal Nature atau National Academic Journal of Architecture yang dikelola Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar memenuhi undangan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Pusat untuk mengikuti Penyerahan Sertifikat Akreditasi Jurnal dan Seminar Etika dan Integritas Publikasi Ilmiah. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Sabtu, 3 November 2018 lalu. Pengelola Jurnal Nature, Marwati ST MT menuturkan, dengan mengikuti kegiatan tersebut, diharapkan akreditasi Jurnal di UIN Alauddin Makassar dapat ditingkatkan dan dikembangkan tata kelolanya ke grade yang lebih tinggi. “Akreditasi Jurnal perguruan tinggi adalah suatu kegiatan penting dalam sebuah instansi perguruan tinggi. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh penilaian akreditasi dari BAN PT sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik kepada masyarakat dan berkembangnya issue tentang jurnal

28

yang tidak beretika dan berintegritas,” jelasnya. Lebih lanjut ia mengatakan, jurnal Nature saat ini sedang melakukan penyusunan Borang Akreditasi untuk melakukan re-akreditasi yang direncanakan akan dilakukan pada tahun 2018 ini. Ia berharap di tahun 2018, Jurnal Nature Jurusan Teknik Arsitektur UIN Alauddin akan meningkatkan Tata kelola ke jenjang Akreditasi sinta 3 ke level yang lebih tinggi. “Dalam rangka mencapai tujuan tersebut berbagai persiapan dilakukan termasuk melakukan atau menghadiri undangan Dirjen Ristek Dikti dalam acara Penyerahan Sertifikat Akreditasi Jurnal dan Seminar Etika dan Integritas Publikasi Ilmiah,” tandasnya. Sekadar informasi, Jurnal Nature terbit pertama kali pada tahun 2012, namun aktif secara berkala versi cetak sejak 2014 dengan nama Nucture Nature yang kemudian berubah kembali menjadi Nature pada 2015. Lalu, versi elektronik terbit sejak 2016 hingga saat ini. Jurnal ini terbit dua kali setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. (dil)


Prestasi

Hafifah Nurfaidah dan St Chadijah

Mahasiswi Farmasi

Juara II Lomba Poster di UGM Muhammad Ridha Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat bersama Rektor UIN Alauddin Makassar memegan buku karya Muhammad Ridaha

Melawan Rezim Infrastruktur, Buku ke-8 Muhammad Ridha Universum - Muhammad Ridha, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar kembali melahirkan sebuah buku berjudul Melawan Rezim Infrastruktur. Buku ini menjadi buku kedelapan Muhammad Ridha. Menurut Ridha, secara keseluruhan buku ini mengulas sejarah infrastruktur jalan di Indonesia hingga gerakan anti sosial yang acap tersingkirkan. Ia mengaku, lewat bukunya ini, ia ingin menjelaskan bagaimana operasi kapital dalam sebuah pembangunan infrastruktur bekerja. “Di buku ini bukan hanya kritik pembangunan infrastruktur Joko Widodo, tapi juga rezim-rezim sebelumnya yang memainkan peran dalam pembangunan infrastruktur,” ujarnya.

Ridha menilai bahwa pendekatan Marxian yang ia gunakan, menjadikan buku ini berbeda dengan buku ekonomi politik lainnya yang umumnya menggunakan kritik ekonomi politik biasa . “Saya menerjemahkan ekonomi politik Marx dalam buku ini untuk melakukan kritik ekonomi politik infrastruktur. Yang lain kebanyakan kritik ekonomi politik biasa,” ungkapnya kepada reporter Universum, Rabu (3/10/2018). Buku ini diterbitkan oleh Social Movement Institute (SMI) Jogjakarta bekerjasama dengan Carabaca Makassar dengan harga 85 ribu rupiah. Sekadar diketahui, buku ini sudah dipesan oleh Pusat Informasi Kompas, LIPS Jakarta dan beberapa lembaga lain, juga sejumlah akademisi dan aktivis.

Universum--Mahasiswi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar menyabet Juara II lomba Poster di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Adalah Hafifah Nurfaidah dan St Chadijah berhasil menorehkan prestasi tersebut. Sabtu (03/11/2018). Kegiatan yang mengusung tema Pharmacious 2018 tersebut diikuti oleh 42 tim dari 15 Universitas se-Indonesia dengan dua cabang lomba, diantaranya poster dan debat. St Chadijah mengatakan bahwa kompetisi yang diikuti bersama rekannya itu merupakan inisiatif mereka. Sebelumnya, mahasiswi FKIK telah banyak meraih penghargaan mengharumkan nama baik UIN Alauddin dengan mengikuti kompetisi poster. Chadijah berharap prestasi yang kembali ditorehkan dalam kompetisi yang sama dapat memotivasi mahasiswa lainnya, khususnya dalam bidang Farmasi. Terlebih lagi, menurutnya perkembangan teknologi lebih memudahkan mahasiswa dan sebaiknya dimanfaatkan dengan baik. “Mahasiswa juga mesti inisiatif sendiri cari kegiatan Semoga yang prestasi ini jadi pemantik buat yang lain,” ucapnya. (and)

29


Prestasi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan komunikasi (FDK) Dr Nur Syamsiah bersama atlet menunjukkan piala juara umum POR Games 2018

tahun terakhir tidak mengukuti event olahraga yang diadakan UIN Alauddin Makassar. “Ini merupakan wadah untuk mengasah kemampuan dalam bidang olahraga,” ucapnya. Ia berharap mahasiswa UIN Alauddin mampu bersaing di skala Nasional hingga Internasional khususnya, Cabang Olahraga Basket.

FDK Juara Umum

POR UIN Alauddin Makassar Universum--Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr Musafir Pabbabari MSi menendang bola sebagai tanda pembukaan POR Games 2018. Kegiatan ini digelar di Gelanggang Olahraga Sepak Bola. Senin (01/10/2018) Selain Rektor, hadir pula Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof Siti Aisyah MA PhD dan beberapa civitas academika. Kegiatan tersebut berlangsung selama 10 hari mulai tanggal 1 hingga 10 Oktober 2018 dengan delapan cabang olahraga yang dipertandingkan. Peserta merupakan perwakilan dari seluruh fakultas yang ada dilingkup UIN Alauddin Makassar. Ketua Umum UKM Olahraga, Syahriful Khaerul Hidayat mengingatkan para atlet agar menjadi sportifitas. “Saya harap kepada seluruh yang berpartisipasi dalam kegiatan ini agar menjaga sportifitas sehingga acara dapat berjalan lancar,” ucapnya. Dalam sambutannya, Rektor menyampaikan kepada para atlet agar

30

memanfaatkan kesempatan ini. Karena pemenang dari POR ini akan menjadi perwakilan POROS INTIM serta PIONIR yang diselenggarakan Oktober lalu. “Pada PIONIR yang lalu di Aceh beberapa prestasi yang diperoleh UIN Alauddin Makassar sangat membanggakan. Maka dari itu dari kegiatan ini kita akan melihat bibit yang akan kita ikutkan pada kegiatan 2019 mendatang,” bebernya. FST Juara I Cabor Basket Kontingen Fakultas Sains dan Tekhnologi (FST) berhasil menyabet juara I Cabang Olahraga (Cabor) Basket di ajang Pekan Olahraga (POR) UIN Alauddin Games 2018.Kegiatan ini diselenggarakan di Lapangan Kampus. Selasa (16/10/2018) Pada final Cabor Games 2018, kontingen FST mengalahkan tim dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Salah satu pemain FST, Al Ikhlas Yasin mengatakan bahwa FST kembali menorehkan prestasi setelah beberapa

FDK Raih Medali dan Piala Official Di samping itu, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) juara umum Pekan Olahraga (POR) UIN Alauddin Makassar dengan meraih medali emas serta piala official tim terbaik se-UIN Alauddin Makassar. Penyerahan dilakukan pada closing ceremony di Lecturer Theatre (LT) UIN Alauddin Makassar. Rabu (17/10/2018) Perolehan medali yang diraih FDK yakni lima medali emas di cabang olahraga Bulutangkis, Tenis meja, Futsal dan Basket putra dan putri serta meraih piala Official Tim Terbaik se-UIN Alauddin Makassar. Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan, Nursyamsiah mengatakan bahwa selalu ada dukungan moral dan material ketika mahasiswa mengikuti perlombaan. “Untuk mereka saya selalu memberi dukungan, selama 10 hari juga turut mendampingi sampai magrib baru saya pulang,” ungkapnya. Lebih lanjut, ia berharap agar disiapkan sarana dan anggaran yang lebih besar dan memadai sebagai bentuk penghargaan kepada para atlet FDK. “Mudah-mudahan tahun ini Dekan bisa memberikan beasiswa atau dibayarkan SPP-nya sebagai bentuk apresiasi kepada mahasiswa, sama seperti tahun sebelumnya,” ujarnya.


Prestasi IPPS FSH Juara II Anti Korupsi Nasional Universum Delegasi Ikatan Penggiat Peradilan Semu (IPPS) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar berhasil meraih Juara II dalam Lomba National Anti Corruption Moot Court Competition (NACMCC) yang di selegarakan oleh Universitas Syiah Kuala Aceh. Senin (19/11/2018). Lomba yang berlangsung pada 16-19 November di Aceh ini, diikuti 10 delegasi Univeritas dari berbagai daerah, di antaranya Delegasi Palembang, Makassar, Medan dan Aceh. Albar salah satu anggota Delegasi UIN Alauddin Makassar mengungkapkan, timnya meraih Juara II dengan predikat PenasIhat Hukum Terbaik dan Panitra Terbaik. “Kami Merasa senang karena dapat piala NACMCC dan sekaligus mendapat Predikat PenasIhat Hukum Terbaik dan Panitra Terbaik,” tuturnya. IPPS UIN Alauddin Makassar mengirim 2 delegasi di hari yang sama yaitu tanggal

Ikatan Penggiat Peradilan Semu (IPPS) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar berhasil meraih Juara II dalam Lomba National Anti Corruption Moot Court Competition (NACMCC) yang di selegarakan oleh Universitas Syiah Kuala Aceh. Senin (19/11/2018).

16 November 2018 pada Nasional Anti Corruption Moot Court Competition yang diadakan oleh KPK RI di Aceh dan National Moot Court Competition Piala Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva yang dilaksanakan di UNHAS dan memperolah juara umum III dengan predikat Termohon Terbaik. Rizky Rahmatullah.T, Mahasiswa

Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan 2016, mengatakan delegasi UIN Alauddin Makassar merasa bersyukur dengan prestasi tersebut. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur bisa memberikan prestasi buat kampus tercinta, susah senang kami lalui saat persiapan selama 7 bulan dan itu tidak sia-sia,” tuturnya. (isn)

Mahasiswa Arsitektur Raih Medali Emas Porda Sulsel XVI Muhammad Ayyub

Universum--Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar, Muhammad Ayyub meraih medali emas. Ayyub berhasil menjuarai cabang olahraga senam artistik putra (gymnastic) alat meja lompat (vault) pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sulawesi Selatan XVI/2018.

Porda tersebut berlangsung sejak tanggal 23 hingga 27 September 2018 di Gedung Pemuda dan Olahraga Andi Makkoelaoe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Ayyub mengatakan bahwa ia memanfaatkan ajang tersebut selain sebagai proses pembelajaran untuk mengikuti lomba sejenis juga menjadi media silaturahmi sesama atlet. “Saya memanfaatkan ajang ini sebagai proses pembelajaran dan juga agar dapat bersilaturahim dengan sesama atlet,”

ujarnya. Kamis (27/09/2018) Ia mengaku untuk meraih hasil yang maksimal membutuhkan perjuangan yang keras. Saat latihan dan pertandingan pun kadang terjadi cedera yang cukup serius. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat dan konsentransinya untuk bertanding. “Alhamdulillah, saya sudah empat kali meraih emas pada event tersebut dan mengalahkan tujuh kabupaten dengan melewati dua jenis lompatan (tsukahara stretched dan front handspring),” ucapnya. (and)

31


www.uin-alauddin.ac.id

UKM RITMA

Gelar Recofa 2018 Nasional Universum-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Riset Keilmuan dan Kemitraan Masyarakat (RITMA) menggelar Research and Essay Competition of Alauddin (Recofa) 2018. Kegiatan yang bertema Revolusi Industri 4.0 ini berlangsung selama 3 hari, Jumat-Ahad (16-18/11/2018) Ketua Umum UKM RITMA, Mistabsyiratul Ailah mengatakan, Recofa merupakan ajang kreativitas mahasiswa dalam menampilkan karya-karya riset ilmiah yang diikuti oleh perwakilan beberapa Universitas yang ada di Indonesia. “Sesuai dengan tema, pada Revolusi industri 4.0, kita akan mengalami hari hari yang penuh kecepatan, kegesitan, dan teknologi. Kami mengundang mahasiswa baik di dalam maupun di luar kota untuk menampilkan beberapa karya dalam rangka menyongsong revolusi industri yang dimaksud,” tutur Ailah saat membawakan sambutannya. Lebih lanjut ia berharap kegiatan ini dapat menjadi kegiatan tahunan bagi UKM RITMA dengan penyelenggaraan yang lebih meriah. “UKM RITMA baru saja dibentuk tahun 2018, sehingga ini adalah tahun pertama bagi kami dan kegiatan Recofa juga pertama kali diselenggarakan. Harapan kami ini akan menjadi kegiatan tahunan bagi UKM RITMA,” ujarnya. Ailah menyebut dari 35 universitas yang mendaftar, hanya ada 11 universitas yang diterima setelah mengikuti proses seleksi secara ketat. Adapun 11 universitas yang dimaksud di antaranya

32

Universitas Brawijaya Malang, Universitas Hasanuddin, Univeritas Mercubuana, Universitas Jember, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Udayana Bali, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Haluleo Kendari, Universitas Tidar dan UIN Alauddin Makassar. Kepala Biro Administrasi, Yuspiani memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas kinerja panitia dalam menyelenggarakan kegiatan bergengsi tersebut. Menurutnya, dengan hadirnya para delegasi dari luar UIN sudah menjadi capaian yang luar biasa. “Dengan hadirnya delegasi dari luar UIN bagi kami ini sudah sangat luar biasa. Ada kemampuan bagi panitia untuk mendatangkan. Bagi saya ini adalah kegiatan yang sangat bergengsi karena terkait dengan bagaimana menunjukkan jati diri mahasiswa. Kampus yang besar bukan seberapa banyak mahasiswanya, tetapi dilihat dari seberapa banyak karya tulis yang dihasilkan,” ujarnya. Ia berharap karya yang akan dilombakan oleh para delegasi dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa dan mampu menjadi contoh bagi generasi selanjutnya. “Kami berharap para delegasi mampu memberikan kontribusi ilmiah untuk memajukan bangsa. Selain itu memberikan contoh bagi generasi selanjutnya untuk melahirkan karya. Ketika mahasiswa aktif menulis, aktif berkarya, memiliki inovasi, maka kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bisa disingkirkan,” jelasnya. (dil)


www.uin-alauddin.ac.id

Rektor Lantik Pengurus

Forum Awarde Beasiswa Unggulan Uinversum--Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Musafir MSi melantik pengurus Forum Awardee Beasiswa Unggulan Indonesia Timur chapter UIN Alauddin Makassar. Pelantikan ini berlangsung di Ruang Rapat Senat Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin Makassar,

Rabu (3/10/2018). Forum Awardee Beasiswa Unggulan Indotim ini merupakan forum penerima beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan merupakan angkatan pertama untuk capter UIN Alauddin. Prof Musafir berharap mahasiswa peraih beasiswa unggulan dapat menunjukkan prestasi dam kualitasnya di masing-masing Fakultas dan dapat memanfaatkan beasiswa yang diperoleh dengan baik. Selain itu, Rektor menghimbau pengurus Forum Awardee dapat meningkatkan jumlah penerima beasiswa

HMJ Jurnalistik Gelar

Pekan Raya Jurnalistik Universum Dalam rangka mempertingati hari Televisi Sedunia yang jatuh pada 21 November, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar Pekan Raya Jurnalistik (PRJ) selama 3 hari yaitu Senin hingga Rabu (19-21/11/2018).

Ketua panitia PRJ, Muhammad Irwan, mengatakan mengatakan momen hari televisi sedunia dijadikan sebagai motivasi pekan raya jurnalistik tahun ini. “Cara kami merayakan hari televisi sedunia dengan menggelar Pekan Raya Jurnalistik,” ujar Irwan, sapaan akrabnya. Ia juga menyebut bahwa selain peringatan hari televisi sedunia PJR juga merupakan kegiatan jurusan setiap

unggulan di UIN Alauddin dengan melakukan sosialisasi dan menularkan pengalaman dan berbagi informasi dengan mahasiswa lain. Muhammad Imran Syuaib K Spd Mpd selaku Ketua Forum Awarde Beasiswa Unggulan Indonesia Timur kepada reporter uin-alauddin.ac.id menjelaskan kerja dan tugas Forum Awarde Beasiswa. Ia menjelaskan tugas utama forum ini ialah melakukan sosialisasi agar pendaftar beasiswa unggulan Kemendikbud semakin meningkat, selain itu juga melakukan bakti sosial, seperti mengunjungi panti asuhan dan kegiatan sosial lainnya. Sementara ketua Forum Awarde Beasiswa Unggulan Capter UIN Alauddin Andi Ummu Fauziyyah S berharap dengan terbentuknya forum ini bisa membantu sesama mahasiswa untuk dapat mendapatkan beasiswa dan berprestasi. Ummu Fauziyyah bertekad akan melakukan sosialisasi beasiswa unggulan besar-besaran di kampus UIN Alauddin dengan menghadirkan pembicara dari pelaksana Beasiswa Unggulan Kemendikbud. Tak main-main, besaran bea siswa yang diterima mencapai 50 hingga ratusan juta pertahun meliputi biaya buku, Sumbangan Pelaksanaan Pendidikan (SPP) dan biaya hidup. (asr)

tahunnya sebagai rangkaian dari ulang tahun Jurusan Jurnalistik yang ke-13 tahun. Pada Pekan Raya Jurnalistik kali ini, sejumlah pejabat pemerintahan seperti Kepala Seksi Penyiaran dan Kemitraan Media, Dinas Komimfo Kota Makassar, Muhammad Hamzah turut hadir dalam pembukaan kegiatan tersebut. Selain itu, Asisten Pemerintahan Pemprov Sulsel, Ir. Abdul Halim Rahman juga hadir di lokasi sekaligus membuka kegiatan tersebut di Lecture Teatre (LT) Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan para pejabat kampus. “Pekan Raya Jurnalistik bukti bahwa fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin berhasil menghidupkan khazanah jurnalism melalui rangsangan pola pikir dan kreatifitas mahasiswa,” ujar Muhammad Hamzah. (dil)

33


www.uin-alauddin.ac.id

Garuda Indonesia Penjajakan Kerjasama dengan UIN Alauddin Universum-- PT Garuda Indonesia Persero menyambangi UIN Alauddin Makassar dalam rangka penjajakan kerjasama. Dalam pertemuan ini, pihak garuda melakukan presentasi dihadapan Pimpinan UIN Alauddin Makassar. Rektor UIN Alauddin Prof Musafir Pababbari mengatakan, dalam setahun UIN Alauddin memiliki anggaran perjalanan dinas di dalam maupun di luar negeri mencapai lima milyar rupiah. Anggaran sebesar ini dinilainya sangat besar jika dapat dimanfaatkan oleh Garuda Indonesia. Pihak Garuda Indonesia pun memberi beberapa tawaran kepada pimpinan UIN Alauddin, seperti potongan harga (discount) jika Memorandum of Understanding (MoU) telah diteken. Sementara dari pihak UIN Alauddin melalui Wakil Rektor Bidang Kerjasama Prof Hamdan Juhannis menawarkan agar semua Pimpinan Universitas hingga Fakultas mendapatkan card member Garuda Frequet Flayer (GFF) platinum. Member GFF Platinum merupakan status tertinggi yang tersedia pada Garuda Indonesia dan memiliki keuntungan

seperti undangan sebagai tamu VIP pada acara-acara eksklusif Garuda Indonesia, akses ke semua Airport Lounge Domestik, tambahan kuota bagasi 20 kg, check-in di counter kelas eksekutif, dan 25% tier bonus. Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan (AUPK) Drs Alwan Suban mengatakan, UIN Alauddin memiliki lembaga Badan Layanan Umum (BLU) yang juga mencari dana tambahan untuk UIN Alauddin, sehingga perlu membicarakan besaran keuntungan yang dapat diperoleh oleh pihak UIN Alauddin melaui travel yang dimiliki UIN Alauddin.(asr)

Reporter majalah Universum

Jadi Pembicara Literasi

Universum Reporter majalah Universum UIN Alauddin Makassar Nurfadilah Bahar didaulat menjadi salahs atu pemateri, pada kegiatan Expo Workshop Literasi yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manejemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi). di Aula Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Selasa (27/11/2018). Expo Workshop Literasi ini merupakan rangkaian acara dari Creator of Interpreneurship Manejemen Festival yang diadakan untuk memperingati 12

34

tahun Jurusan Manejemen UIN Alauddin Makassar, yang digelar sejak 27 hingga 29 November 2018 ini. Pada diskusi tersebut, Nurfadillah Bahar mengatakan, faktor minimnya budaya literasi di Indonesia disebabkan tidak ditanamkannya kebiasaan membaca sejak dini di tengah-tengah keluarga. Ia juga menambahkan sarana dan prasarana yang kurang mendukung, juga birokrasi yang berbelit-belit bias terhadap sistem pembelajaran murid di tanah air. Selain itu pula, penulis buku rumah malaikat ini menilai salah satu yang dikeluhkan banyak penulis saat ini rendahnya Royalti penulis dan pajak yang dinilai memberatkan. Tere Liye sempat berhenti menerbitkan bukunya

lantaran hal tersebut. Ungkap Direktur Pemberitaan UKM LIma 2016 ini. Selain Nurfadilah bahar, turut hadir tiga pembicara lainnya yang aktif menebar virus literasi. Mereka di antaranya Ketua FLP ranting UIN Alauddin Makassar, Direktur Pemberitaan UKM LIMA periode 2016 Nurfadhilah Bahar serta pendiri MIP Indonesia Fachri Djaman. Nurfadilah bahar dalam kesehariannya dipenuhi dengan kegiatan tulis menulis, selain menjadi reporter website UIN Alauddin Makakassar, Ia juga bekerja sebagai jurnalis di Radar Makassar. Ditengan keseibukannya, ia aktif menulis di blog pribadinya dhilahbahar.wordpress. com dan menulis cerita bersambung di Wattpad dengan judul memulangkan kenangan.


www.uin-alauddin.ac.id

PJMTV LIMA Gandeng Net TV

Belajar Menjadi Broadcaster Universum - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) Gandeng Net Mediautama dengan menghadirkan pemateri dari News and Entertainment Television (NET) pada Pelatihan Jurnalistik Media TV (PJMTV), kegiatan tersebut dilangsungkan di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) kampus II UIN Alauddin Kel. Romang Polong Kab. Gowa. Sabtu (08/09/2018). Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Komunitas NET Good People Makassar (NGPM) dihadiri 85 orang peserta terdaftar, telah registrasi. Berasal dari berbagai daerah yang ada Sulawesi Selatan seperti Pare-pare dan Bone, ditambah 15 orang peserta dari kedua lembaga, UKM LIMA dan NGPM. Tiga pemateri yang di daulat pada PJMTV dihadiri langsung oleh Ferdiza Barthelemy divisi Public Relations NET. Tomy Ristanto News Presenter NET. Albert W. Sumilat Producer Social Media NET. Salah satu pemateri Tomy Ristanto, presenter yang kerap mengisi acara NET TV berbagi wawasan dan bercerita tentang pengalaman menjadi jurnalis TV, dalam pelatihan ini ia juga memberikan tips paling penting sebelum berpose di hadapan kamera melakukan siaran langsung.

“Sebagai reporter wartawan harus profesional dari berbagai aspek, untuk live report pertama kalian harus pahami materi yang akan dilaporkan lalu baca ulang dan buat pointernya, serta selalu koordinasi dengan kameramen dan produsernya hal ini dimaksudkan agar wartawan memberikan laporan yang berimbang, independen, dan juga bermanfaat bagi penonton,” ujarnya. Setelah peserta kelas Presenter yang berjumlah 25 orang dibekali teori news anchor (Jurnalis televisi atau radio) selanjutnya ia mengajarkan dan memberi kesempatan kepada peserta untuk melakukan simulasi siaran dihadapan kamera. Alfia peserta yang yang berasal dari jurusan Jurnalistik UIN Alauddin Makassar mempraktikkan langsung materi yang didapatkan dari kelas Presenter yang dibawakan Tomy Ristanto, meski terlihat gugup ia mengaku senang karena bisa tampil layaknya presenter sungguhan “Saya sebenarnya ingin menjadi presenter news anchor yang bisa menyampaikan aspirasi kepada masyarakat berupa fakta yang bisa bantu ketika terjadi sesuatu hal yang menyimpang”, ucap mahasiswi semester tiga. Sejak kecil Alfia memiliki cita-cita menjadi presenter dan dapat bermanfaat

bagi masyarakat, dengan mengikuti PJMTV dirinya berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan seputar presenter dan jurnalis TV. Terselenggaranya PJMTV tahun 2018 sendiri diwacanakan untuk mencetak generasi jurnalis, Cerdas untuk Siaran Cerdas. Pernyataan itu diungkapkan koordinator NGPM, Rahmat. Senada dengan itu, Ketua panitia PJMTV Muhammad Aswan Syahrin mengatakan, Tomy Ristanto sebagai Presenter yang berpengalaman pernah bekerja dan bergabung di Metro TV, Trans|7, dan di Radio Tri Jaya Yogyakarta. Berangkat dari kapabilitas para pemateri, Ia sangat berharap peserta mampu menjadi Jurnalis siaran yang hebat. “Mas Tomy merupakan artisnya wartawan, penampilan dan suaranya ini sering muncul di layar kaca, maka dari itu kita berhadap semoga hard skillnya bisa ditularkan kepada peserta dan kita-kita ini sebagai wartawan kampus,” tuturnya. Lebih lanjut, ia menambahkan bukan hanya Tomy Ristanto yang membuat pelatihan ini menarik, akan tetapi kehadiran dua pemateri lainnya yang mengisi dua kelas khusus yaitu, Ferdiza Barthelemy pemateri Public Relations dan Albert W. Sumilat pemateri News Pruducer Social media. “Semua berasal dari NET. sebuah stasiun televisi swasta terrestrial nasional di Indonesia,” tambahnya.

35


www.uin-alauddin.ac.id

Prodi Kedokteran

Tuan Rumah Forum Dekan AIPKI Universum-Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar menjadi tuan rumah dalam kegiatan Forum Dekan yang dilaksanakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) 2018 di Hotel Swissbell Makassar. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Jum’at-Sabtu (23/11/2018). Kepala Humas UIN Alauddin Ismi

Sabariah mengungkapkan, ada dua agenda penting dalam kegiatan tersebut. “Pertama, kuliah tamu yang menghadirkan pemateri dari Maastricht University dr Tjay Tan PhD dan dari Eramus University dr Van Den Bert PhD. Kegiatan kedua, pembicara tamu oleh Deputi Mensesneg RI Prof. Dadan Wildan,” kata Ismi, Senin (29/10/2018). Adapun yang menjadi peserta pada kegiatan tersebut adalah para dekan

dan jajarannya dari seluruh fakultas kedokteran se-Indonesia. Kegiatan Forum Dekan ini merupakan agenda tahunan dari AIPKI yang bertujuan untuk menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi pelaksana pendidikan kedokteran di seluruh Indonesia guna tercipta metode pembelajaran pendidikan dokter yang bisa menghasilkan dokter sesuai dengan kebutuhan nasional dan global. (isn)

Dema-U Bahas Budaya Sul-Sel Menghadapi Tantangan Globalisasi

Universum-Dewan Mahasiswa (Dema) UIN Alauddin Makassar menggelar seminar kebudayaan. Kegiatan yang bertajuk Budaya Sulawesi Selatan dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi dan Perkembangan Peradaban ini digelar di Lecture Theater (LT) Universitas. Jumat (23/11/2018) Pemateri dalam kegiatan ini adalah Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dishubpar Provinsi Sulawesi Selatan Hj Andi Nurhuda SE MM, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN

Alauddin Makassar Dr Irwanti Said MPd, serta Dosen Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar Zulkifli. Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dishubpar Provinsi Sulawesi Selatan Hj Andi Nurhuda SE MM mengatakan bahwa peran generasi muda untuk cinta budaya agar budaya tetap terjaga dan lestari. Saatnya mahasiswa merevitalisasi pemikiran dengan menjaga budaya, tuturnya. Ia mengungkapkan bahwa warisan budaya di Sulawesi Selatan masih minim kajian. Olehnya, tugas para mahasiswa dan seluruh akademisi kampus membantu dalam hal riset budaya. “Mengisi waktu luang mahasiswa

36 universum M a ja la h

untuk membincangkan budaya. Kekayaan budaya di Sulawesi Selatan yang melimpah oleh karena itu harus dijaga dan dicintai,” ucapnya. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar Dr Irwanti Said MPd menuturkan, perubahan itu mutlak. “Hebatnya arus globalisasi kecerdasan semakin meningkat dan kejahatan itu merajalela,” pungkasnya. Perubahan dilatar belakangi oleh berbagai aspek. Menurutnya, perubahan inilah yang harusnya disikapi. “Tidak bijak jika kita menyalahkan generasi sekarang dengan perkembangan zaman dan tidak juga membandingkan masa lalu dengan masa kini,” paparnya. (and)


www.uin-alauddin.ac.id

Dialog Sumpah Pemuda:

Tawuran Mahasiswa Coreng Pemuda Hari Ini Universum--Aksi tawuran antar mahasiswa yang terjadi di kampus, saling lempar batu telah mencoreng pemuda hari ini, ujar Syaiful saat menjadi pembicara dalam dialog kepemudaan di Lecturer Theatre (Lt) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar. Kegiatan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Penelitian dan Pengkajian Jas Merah FAH UIN Alauddin. Senin (29/10/2018) Dosen Fakultas Adab dan Humaniora itu menuturkan, mahasiswa seharusnya dapat menjadi pemuda yang dibanggakan dengan gerakan-gerakan kepemudaan seperti yang dilakukan mahasiswa di tahun 1965. Di mana, kata Syaiful, pemuda saat itu berada di fase tulang punggung sejarah. “Pemuda saat ini mengalami jalan buntu atau kemandekan. Entah apakah ini erat kaitannya dengan peristiwa 1965, atau peristiwa-peristiwa lainnya. Sejak tahun 80-an gerakan pemuda benar-benar tidak memperlihatkan apa-apa,” ujarnya. Meski demikian, ia percaya pemuda saat ini masih bisa menemui titik baliknya, di

mana orang-orang yang sudah mulai jenuh dengan kondisi stagnasi akan mencari jalan keluar. Entah itu dengan cara revolusioner atau dengan cara yang lain. “Generasi sekarang itu kan senang disebut sebagai generasi milenial, generasi yang melek informasi, tanggap teknologi. Di sisi lain milenial juga dapat berkonotasi negatif, seperti senang terburu-buru mengerjakan sesuatu, suka cara yang instan, sehingga membuat mereka menjadi malas dan tidak menghargai sebuah proses,” jelasnya. Dengan kondisi yang serba cepat, lanjutnya, pemuda seharusnya mengambil kesempatan itu dengan melakukan gerakan-gerakan positif. Hanya saja yang menjadi persoalan, Syaiful menyebut gerakan kepemudaan saat ini telah mengalami fragmentasi, yaitu gerakan yang terpecah-pecah dan sangat berbeda dengan kelompok pemuda yang satu dengan yang lain. “Terjadi pola gerakan yang berbeda yang menimbulkan saling menyalahkan satu sama lain. Akibatnya kadang terjadi perpecahan, perseteruan, atau perkelahian,” tandasnya.

Menanggapi aksi tawuran mahasiswa, pengamat politik dan kebangsaan, Arqam Azikin mengatakan anak muda sekarang harus membuat sumpah pemuda yang baru, bukan lagi mengikuti sumpah pemuda yang lama. Sebab, kata dia, jaman yang ada sekarang sudah sangat berbeda dengan era mahasiswa dahulu. “Kalau kita kembalikan ke gerakan 28 Oktober (Hari Sumpah Pemuda), saya berharap kita mengintropeksi sejarah. Tetapi kita harus berpikir sesuai dengan era masing-masing. Karena sekarang eranya media sosial, buatlah sumpah pemuda ala mahasiswa UIN. Bukan tawuran di kampus, ngapain berkelahi di kampus?” tegasnya. Menurutnya, konteks berpikir anak muda itu adalah konteks berpikir seperti yang dilakukan Dr Wahidin, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Ashari. Apabila mahasiswa saat ini mengkaji ketiga sosok tersebut, maka pemuda sekarang akan menemui titik terang mengenai persatuan dan tanah air. “Hal ini akan menjadikan anda sebagai orang yang cepat selesai di kampus, bukan hanya sekadar sarjana, tapi ada parameter kecil yang kalian punyai,” tambahnya. Lebih lanjut Arqam menuturkan, Muhammad Yamin menemukan mozaik sumpah pemuda bersama pemuda lainnya namun, cara berfikir mereka bukan hanya berhenti pada 28 Oktober saja, tetapi terus berlanjut hingga ke generasi selanjutnya. “Paradigma berpikir 28 Oktober itu harus digeser ke 2018 menuju ke abad ke22. Caranya adalah mengawal kedaulatan ini harus bersama-sama. Entah kalian jadi NU, Muhammadiyah, HMI, Wahdah, syariat Islam, pokoknya solid jadi umat islam. Kalau umat islam tidak solid, bangsa ini tidak lama akan hancur lebur,” ungkapnya. Ia berharap, mahasiwa UIN Alauddin dapat menjaga kampus bersama-sama. Sebab, kampus yang berbasiskan Islam ini merupakan bagian titik sentrum di Indonesia Timur, di mana pemikiranpemikiran Islam, baik yang moderat dan modern ada di kampus ini. “Disinilah kita harus berinteraksi. Tugas teman-teman adalah membuat kaderisasi sebanyak mungkin. Setelah kaderisasi, kemudian dapat piagam, jangan berhenti di situ. Terus kembangkan diri, bukan malah tawuran yang akan menghancurkan kualitas pemuda itu sendiri,” pungkas Arqam.(dil)

37


www.uin-alauddin.ac.id

Bea Cukai Bisa Bebaskan Pajak

Barang Impor Untuk Barang Keperluan Penelitian Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan memberikan fasilitas Kemudahan Impor barang keperluan Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan (PPIP) . Fasilitas berupa pembebasan dari kewajiban membayar pajak bea masuk untuk tujuan Indonesia diungkapkan Kepala Seksi PKC IV KPPBC TMP B Makassar Pulung Raharjo saat melakukan sosialisasi dalam rangka Customs Goes to Campus di UIN Alauddin Makassar. yang berlangsung di Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin Kamis (14/12/2018) . Selama barang itu tidak dilarang,

38

seperti buku, obat-obat, alat-alat laboratorium intinya berkaitan dengan barang-barang penelitian yang telah dilakukan permohonan maka itu dikenakan pembebasan biaya, ucapnya. Pulung Raharjo menambahkan fasilitas tersebut sesuai dengan Dasar hukum Keputusan Menteri Keuangan Nomor 143/KMK.05/1997 jo. PMK Nomor 51/ PMK.04/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Cukai atas Impor Barang untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Syarat agar barang PPIP bebas cukai, dengan mengajukan permohonan sesuai

prosedur, ditujukan kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dengan rincian, jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea masuk beserta nilai pabeanya yang telah disahkan oleh pimpinan Perguruan Tinggi, lembaga, dengan rekomendasi dari kementerian teknis terkait. Mengajukan minimal tiga lembar dokumen asli dengan tanda tangan tanpa scan dan harus stempel basah, permohonan yang berisi rincian jumlah, jenis barang, dan nilai pabeanya kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan rekomendasi dari Kemristek Dikti, dan lain-lain, pungkasnya. Kegiatan Customs Goes to Campus Bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersama UIN Alauddin Makassar ini dihadiri lebih dari seratus peserta baik dari kalangan mahasiswa maupun dari kalangan dosen.


www.uin-alauddin.ac.id

HMJ Biologi

Gelar Bioleaf ke-6 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar menggelar Biologi Learning Fair (Bioleaf) di Gedung Auditorium UIN Alauddin Makassar. Selasa (20/11/2018) Kegiatan yang bertajuk Peran Generasi Saintis ini berlangsung selama 4 hari, tercatat mulai 20-23 November yang diikuti siswa siswi SMA/MA sederajat dan mahasiswa tingkat Sulselbar. Ketua Panitia Bioleaf, Rahul Roy Askar menuturkan bahwa Bioleaf merupakan ajang kompetisi yang menjadi agenda tahunan HMJ Biologi. “Ada 10 item lomba, ada 3 item khusus mahasiswa dan 7 item khusus siswa SMA,” jelasnya. Adapun item lomba di antaranya, debat ilmiah, Musabaqah Syahril Quran (MSQ), Speech, Story Telling, Ranking 1,

Akustik, Miniekosistem, Karya Tulis Ilmiah, Debat, dan Orasi Ilmiah. Ketua HMJ Biologi, Fatimah Mansir mengatakan Bioleaf adalah agenda tahunan yang mulai aktif dilaksanakan sejak 2013 yang merupakan ajang kompetisi tingkat SLTA dilingkup Gowa pada mulanya. Kegiatan ini merupakan kegiatan terbesar yang diselenggarakan HMJ Biologi. “Harapan kami semoga bioleaf yang keenam ini dapat berjalan dengan lancar. Bagi yang menang dalam ajang kompetisi ini saya ucapkan selamat dan yang kalah jangan patah semangat,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Jurusan Biologi, Mashuri Masri menuturkan bahwa kegiatan bioleaf tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya, yakni telah mengkombinasikan lomba untuk tingkat SLTA dan mahasiswa.

“Alhamdulillah, tahun ini ada 15 sekolah dan 3 universitas dari Unhas, UNM dan UIN Alauddin sendiri,” ujarnya. Menurutnya, sejauh ini Jurusan Biologi telah berupaya memicu para mahasiswanya untuk terus berinovasi melalui karya-karya baik berupa tulisan maupun temuan-temuan ilmiah lainnya. “Kemarin kita kerjasama dengan UKM RITMA, lomba karya tulis ilmiah nasional. Alhamdulillah anak semester satu saya wajibkan ikut, kita bisa lihat betapa percaya dirinya orang-orang Jawa memberikan ide dan gagasan. Semoga itu bisa menjadi motivasi bagi kalian minimal bisa seperti mereka,” kata dia. Sementara itu, Jurusan Biologi juga sementara menyiapkan borang akreditasi dan diperkiarakan akan dikirim pada bulan Desember. “Mudah mudahan jurusan biologi menjadi jurusan pertama yang mendapatkan akreditasi A di UIN Alauddin. Kalau jurusan agama yang memang sudah lama hadir di UIN mendapat akreditasi A itu sah-sah saja, tapi kalau jurusan biologi yang baru 13 tahun, itu adalah hal yang luar biasa,” tandasnya. (dil)

39


pini

Sumber Ilustrasi: id.kisspng.com

Memersoalkan Lagi Kepekaan Sosial Kita

HAIDIR FITRA SIAGIAN

}

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Sejatinya sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma dan nilainilai kemanusiaan, memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Terlebih lagi sebagai manusia Indonesia yang kerap akrab dengan luhurnya budaya ketimuran yang diwariskan oleh para leluhur. Setiap individu mempunyai segenap potensi untuk menjadi lebih peka terhadap sesama, karena dalam konteks komunikasi sosial, hal ini menjadi bagian penting interaksi seorang indvidu kepada masyarakat dan lingkungannya. Kita memiliki warisan luhur budaya nusantara yang disarikan ke dalam

40

Pancasila, yang tergambar dengan jelas sebagai nilai kemanusiaan. Tolong-menolong terhadap sesama, tidak hanya kepada yang sesuku, seagama, sekampung pun atas persamaan organisasi sosial. Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, kita memiliki ajaran agama dan Pancasila. Untuk muslim, tak kurang dari ratusan ayat dan hadits yang menyeru pada berbuat baik. Salah satu hadits riwayat Bukhari Muslim malah menjadikan mencintai saudara sebagai penentu keberimanan: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia


pini “Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum/ cinta terhadap diri sendiri)”.

mencintai dirinya sendiri.” Kontras dengan aturan yang kita yakini, kenyataan kerap berkata lain. Mari kita lihat contoh berikut ini. Dalam dua minggu terakhir ini, melalui media sosial, terdapat seorang ibu hamil yang jadi viral. Sang ibu hamil ini dengan perut yang buncit sedang berada di atas kereta api berpegangan pada tiang. Dalam foto itu tampak sejumlah orang dewasa yang duduk di kursi sambil memainkan telepon genggamnya. Jelas terlihat, tidak ada sama sekali niatnya memberikan sedikit empati kepada sang ibu hamil tadi. Misalnya memanggil sang ibu hamil dan menyerahkan kursinya. Sama sekali tidak. Kisah seperti ini bukanlah sesuatu yang langka di negeri ini. Kita akrab dengan pengalaman keseharian para lelaki yang masih tampak kuat tidak mempedulikan ibu-ibu hamil, orang tua atau anak-anak yang berdesak-desakan menaiki bus. Terjadilah siapa kuat dia dapat. Kalau kita bepergian ke luar negeri, tampak suasana yang berbeda. Bukan hanya di benua lain seperti Australia, tetapi pula dengan tetangga kita di ASEAN: Malaysia, Singapura, Thailand. Betapa masyarakatnya masih memiliki tingkat kepekaan sosial yang tinggi. Di Australia, saya pernah diberikan

kursi oleh seorang perempuan warga lokal, hanya karena saya sedang menggendong putriku yang masih kecil. Beda jauh dengan naik bus dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Karebosi Makassar. Ketiga anakku yang masih duduk di sekolah dasar, terpaksa berdiri sejauh 15 Km, sementara sebagian besar lelaki yang masih seusiaku duduk saja di kursi tidak ada sedikit pun merasa bersalah, mungkin karena dia menganggap sudah membayar sewa bus. Apakah di luar negeri kesadaran akan kepekaan sosial yang memudar tidak terjadi? Ya, itu juga terjadi. Tetapi terdapat perbedaan yang mendasar tentang aspek apa yang berubah dan penyebab kepekaan yang memudar itu. Joseph Rowntree Foundation (JRF) adalah salah satu organisasi sosial di UK yang sering melakukan penelitian terkait fenomena kemasyarakatan. Hampir 10 tahun lalu, Julia Unwin, pimpinan JRF, menyarikan hasil pengamatan mereka dengan nada kuatir: terjadi erosi terhadap nilai kemanusian di tengah masyarakat Inggris dan kecepatannya sangat berbahaya. Apa contoh kepekaan yang menurut Julia Unwin hilang dari masyarakatnya? “Our society has lost the instinct for kindness”, masyarakat kita kehilangan kepekaannya terhadap kebaikan, keluhnya pada the Guardian, hampir sepuluh tahun lalu, 11 Juni 2019. Lanjut ia bertanya: Mau tidak kita ikut sibuk mengurusi seorang anak yang sepertinya tersesat di pusat perbelanjaan? Mau tidak kita mengetuk pintu tetangga menanyakan siapa tahu mereka perlu tumpangan ke pasar? Kepekaan semacam ini menjadi tumpul karena rasa takut kita untuk mengganggu orang lain, takut untuk turut campur jauh dalam urusan orang lain. Itu analisa JRF terhadap kondisi masyarakat Inggris. Jadi kepekaan sosial di Inggris, sebagiannya, menghilang karena rasa kuatir mengganggu ranah privasi orang lain. Bagaimana dengan kita? Kepada Republika, 4 Agustus 2018 lalu, Asma Nadia menceritakan laporan

pandangan mata karyawannya saat kantor mereka dilalap api. Ada ratusan orang di lokasi kejadian, tetapi hampir semua, “Ya, semua sibuk dengan telepon genggam mereka…sekedar memotret kejadian lalu mengunggahnya ke media sosial.” Tentu saja, mereka berada di sana dan tidak terpikir untuk membantu, itu bukan karena mereka tidak ingin mengganggu privasi orang lain. Jauh sebelum era sosial media, Putnam (1995) menerbitkan bukunya, best seller, Bowling Alone: America’s Declining Social Capital. Ia mengeluhkan semakin berkurangnya interaksi sosial yang akrab di kalangan masyarakat. Penurunan interaksi ini menyebabkan orang semakin sulit disentuh kepekaannya. Penelitian Twenge dan Campbell (2009) memperdalam analisis Putnam dengan mengemukakan bahwa terjadi fenomena “narcissism epidemic.” di kalangan pemuda kita. Narcissm epidemic berarti semakin menyebarnya penyakit cinta pada diri sendiri, mementingkan diri sendiri: “Saya saja yang hebat, saya yang harus dipuja dan dicintai, sayalah yang berhak senang”. Inilah menurut keduanya menyebabkan turunnya empati, menyebabkan turunnya kehangatan hati kepada orang lain, dan terkikisnya hubungan yang dibangun dari rasa peduli dan kasih sayang. Narsisme semacam ini sudah diperkirakan oleh Nabi Muhammad SAW lebih dari seribu tahun lalu. “Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum/ cinta terhadap diri sendiri)”. Rasa cinta pada diri menyebabkan terkikis rasa peduli pada orang lain. Rasa cinta semacam ini semakin sering tampil dengan wajah mengerikan di era media sosial saat ini: bergaya di runtuhan gempa Palu, selfie bersama jenazah, senyumsenyum dengan latar rumah kebakaran. Wallahu’alam.

41


pini

Ilustrasi: Merdeka.com

Postmodernisme Hingga Post-Truth:

Kehidupan Antara Skeptisisme dan Kehampaan Manusia Modern"

SYARIF HIDAYATULLAH

}

Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora

Kebebasan mendapati kesemrawutannya tanpa bisa dihentikan melalui arus informasi saat ini, terutama karena kekuatan sayap liberalisme dan demokrasi. Ribuan postingan tiap hari selalu dijumpai dalam media sosial entah mendapatkan pembaca yang baik dan kritis informasi atau ia telah beratus-ratus kali telah disebar tanpa cermat menakar informasi. Kita menghadapi fakta (objective facts) kadang tak menemui kesulitan berarti pada awalnya (insaf pada fakta), namun media bersama kekuatan teknologi informasi sebenarnya telah memainkan peranan dominasi dalam membentuk kenyataan (realitas) dalam pikiran manusia (media constructs human mind), karenanya terjadi persepsi yang cenderung keliru dalam mempercayai fakta atau sekadar membuat keputusan di era mega narasi. Di saat postmodernisme menyediakan stimulus kritik bagi hampir segala bidang

42

hidup secara liberal (bebas) dan penuh skeptis (keragu-raguan), kita kemudian memainkan peranan paling besar dalam menentukan dan menyebarkan informasi di era berlimpahnya fakta data dan kebebasan ekspresi dipertinggi daya teknologi. Kita sadar bahwa bukti atau fakta (evidence) tidak pernah berbicara dengan sendirinya, akan tetapi manusialah yang berbicara atau menerangkan fakta. Inilah peranan sains dalam meneliti dan menerangkan kepada manusia kini. Walaupun sekarang, demikian peran sains terebut oleh peranan manusia modern dalam menjelaskan sendiri versi ilmu dan informasi. Di sinilah letak potensi perbedaan dalam menanggapi informasi terlebih jika ia (informasi) tertentu telah menjadi keyakinan dan proses pencampuran emosi diri sebagai “fakta pribadi�. Post-Truth masuk dalam kategori ‘word of the year 2016’ versi Oxford Dictionaries


pini di mana argumen fakta objektif tidak lebih penting ketimbang keyakinan pribadi dan emosi. Kita cenderung menolak informasi yang tidak lebih sesuai dengan pilihan dan emosi dibanding mempercayai fakta objektif yang ada. Kemudian ketika melihat fenomena hoax (fake news) di media sosial; Facebook, Twitter, Instagram, Blog, dan selainnya yang berlatar banyak jenis dan tujuan-tujuan tertentu, manusia melihat segala hal yang terhampar meluap di depan layar TV, komputer, dan hingga gawai (gadget) pribadi, namun tanpa disadari bentuk-bentuk informasi yang ada telah tersimpan baik dalam pikiran ketika kita berinteraksi bersama data tatkala melihatnya. Kita tertarik kepada informasi yang telah dilihat dan didengar terlebih lagi ketika ia menstimulus emosi. Sebenarnya menemukan informasi yang salah dan berbau SARA (suku, agama, ras, antar golongan) yang menjadi isi sebuah postingan tertentu biasanya mesin pencari informasi (search engine) dapat membaca dan memblokir informasi dan postingan palsu tertentu. Namun masalah terjadi, ketika sebagai contoh; Si A mengirim pesan atau informasi secara pribadi langsung kepada Si B, dan proses ini berkali-kali diduplikasi hingga akhirnya proses membagi (share) membentuk konfigurasi jaring labalaba yang penuh hoax, fenomena ini bukan hanya berhenti dari A ke B saja, akan tetapi ia menyebar sampai ke berbagai daerah dan media yang jauh lebih banyak. Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Stanford kepada orangorang yang berusia 15- 20 tahun, mereka diminta untuk membedakan antara tulisan bagian fakta dan opini dari sebuah tulisan yang para peneliti berikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata 82 persen responden tak mampu membedakan antara fakta dan opini tulisan yang diberikan. Pada penelitian lain, oleh Solomon Asch, sebagai sebuah penelitian psikologis yang menguji konformitas (suatu pengaruh sosial kepada seseorang sehingga ia mengubah sikap dan perilaku agar sesuai dengan norma sosial yang ada) kepada beberapa responden dengan menanyakan perkara yang paling mudah; yaitu responden diminta untuk menemukan dua buah garis yang sama panjang dari jumlah empat garis yang disediakan. Dalam penelitian tersebut, pada

awalnya mayoritas reponden menjawab secara benar, namun ketika ditanyakan sebanyak 12 kali pengulangan dengan pertanyaan yang sama, maka hasilnya; 75 persen responden menjawab salah dengan hanya seorang saja yang benar, dan 32 persen rata-rata menjawab salah dari seluruh rentang waktu yang telah diberikan dengan pertanyaan yang tetap sama. Penelitian tersebut membuktikan bahwa manusia modern lebih mengikuti emosi dan pengaruh sosial sekitar dibanding melihat dan mempertimbangkan fakta objektif yang ada. Terlebih jika terdapat perasaan ketertarikan seseorang terhadap kelompok atau masyarakat tertentu (kohesivitas). Kita bertanya kemudian, sebenarnya apa yang menjadi perbedaan hoax di abadabad sebelumnya dibanding sekarang? Bukankah sejak dulu tetap ada dan disebut hoax? Perbedaannya adalah zaman sekarang sebagai era teknologi informasi, di mana hampir seluruh data dan informasi memenuhi kehidupan manusia. Walaupun pada sisinya yang positif, penyebaran dan pembuat informasi bukan hanya milik kalangan tertentu saja. Itulah mengapa Post-Truth sebagai fenomena melimpahnya informasi bersamaan dengan menguatnya skeptisisme manusia terhadap informasi yang telah ada, khususnya kepada fakta objektif. Timbul pertanyaan yaitu, berbagai data dan informasi yang ada kemudian siapakah yang dapat menemukan kembali dan mempercayainya sebagai fakta objektif? Tak ada yang mampu menyaringnya baik oleh blog, website, mesin pencari, atau media sosial lain; selain oleh manusia. Hal ini kemudian menuntut solusi, adalah dengan cara melakukan “Pengecekan Fakta�. Kita melihat berbagai jenis informasi dan keutamaan berita-berita tertentu namun bukan berarti kita berhenti untuk memastikan kebenaran dengan hanya mempercayai perasaan dan godaan berita tertentu yang menarik minat pribadi. Tentu saja dibutuhkan langkah spesifik dan preventif untuk bertahan di tengah zaman Post-Truth ini dengan jalan, pertama; terus bertanya dan selektif. Sumber informasi yang ada di layar anda membutuhkan kejelasan dan keabsahannya agar dapat diterima walaupun informasi hoax tertentu menarik perhatian kita agar cepat mempercayainya.

Tidak hanya itu, fenomena Post-Truth juga lebih disebabkan bukan oleh fakta objektif yang tak dapat dipegang lagi, akan tetapi sebabnya yang lain karena kredibilitas pembicara (ilmuwan, guru, dosen atau politikus dan pembicara publik) yang tak mampu menghadirkan kepercayaan mumpuni bagi masyarakat dunia. Terlebih lagi ketika emosi telah mendominasi pikiran ketika ingin menggali dan mempercayai informasi. Kedua; jelajahi lebih dan temukan sumber-sumber lain sebagai pembanding. Hal ini menghindari bias dan kesalahan dan atau ketidaksempurnaan bagian tertentu dari isi informasi. Apalagi banyak postingan dan peran subjektivitas manusia dalam membuat dan membagikan informasi tertentu yang tak relevan dan tak sesuai fakta dan kebenaran. Karena seperti apapun kita tak pernah setuju dengan berita dan informasi yang tak dapat dipertanggungjawabkan, di tengah keperluan dan pekerjaan kita yang tak luput dari penggunaan teknologi bersamaan hoax yang juga semakin menjamuri media sosial dan sumber informasi. Terakhir; lakukan diskusi dan ikut serta dalam menemukan fakta objektif yang dapat dipercaya dari pihak lain. Ketika semakin banyak diskusi maka semakin banyak bertemunya ide dan informasi, pada saat yang sama hoax (fake news) dapat diperkecil hadirnya dalam konsumsi informasi. Ketika terjadi perbedaan informasi, akan sangat lebih baik jika tidak mencela atau menyalahkan secara terburuburu pihak lain yang disinyalir memiliki informasi sebagai hoax tertentu (apalagi di area publik; setiap orang tidak suka dinasihati dan dikoreksi di depan umum) dengan terlebih dahulu mencari sumber otentik lain dengan berdiskusi bersama dibanding mempertahankan argumen sendiri atas dasar justifikasi diri, bukan karena sebab skeptis atas modernisme dan sains hingga berdalil telah berada pada era postmodernisme. Apalagi pada sisi paling kronis, bangga berpegang kukuh di atas kebodohan dan golongan atau karena komunitas yang diyakini. Akhirnya manusia sebagai pembuat informasi tak boleh hanya menyerah karena narasi ciptaannya sendiri di tengah proses dunia liberalisasi dan sekulerisasi.

43


pini

Jabar.news

Membumikan Sila Kelima

FAUZI HADI LUKITA

}

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia telah menjadi sebuah pedoman berbangsa dan bernegara yang sangat ideal. yang telah melalui kesepakatan luhur para tokoh bangsa. Yang sulit dan mungkin tak bisa tergantikan karena Negara pancasila mengakui manusia sebagai individu yang mempunyai hak dan kebebasan, sekaligus mengakui bahwa secara fitrah manusia itu juga adalah mahkluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya. Walaupun awal perumusannya mengalami perdebatan yang dipelopori dari kalangan umat Islam. Namun tepat 1 Juni 1945 pada pidato sang proklamator bangsa Soekarno menegaskan bahwa konsep pancasila telah finish. Dan resmi menjadi Ideologi Negara Republik Indonesia. Namun di akhir tahun 90-an “sakralitas” Pancasila kembali dipertayakan, ketika seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa bersatu menjatuhkan rezim orde baru yang ketika itu diduga melakukan Korupsi,

44

Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Konsolidasi Masyarakat, LSM, Mahasiswa cukup berhasil membentuk sebuah barisan yang kokoh dengan melengserkan Soeharto dari kursi kepresidenannya. Suasana orde baru berlanjut di masa reformasi, impian terwujudnya penegakan hukum yang adil hingga kini tak kunjung terealisasi. Harapan besar terhadap masa reformasi dapat mengubah “masa lalu” tidak juga Nampak. Sebaliknya Ketimpangan sosial, krisis ekonomi, hukum begitu sangat dirasakan. Dan seolah-olah Negara tak mampu berbuat sesuatu. Secara garis besar ketika kita kembali menoleh ke belakang. Orde baru 1998 menjadi awal lahirnya bentuk ketidakadilan. Terlihat mereka yang menjadi korban dalam tragedi 20-mei 1998 hanya menyisakkan luka yang belum terobati. Layaknya sebuah penyakit yang telah membusuk, yang walau diamputasi pun tidak akan memberikan hal yang signifikkan dengan kata lain “Hidup segan Mati tak Mau”. Kasus Munir


pini misalnya, dia adalah seorang aktivis HAM yang mati diduga di racuni di atas pesawat, namun hingga kini kasusnya juga belum terselesaikan. Begitu juga dengan Ayahanda kita Baharuddin Lopa, Mantan jaksa Agung yang penuh dedikasi dan memiliki Integritas yang tinggi, Beliau juga harus meninggalkan kita semua. Hingga sampai saat ini kematian beliau menjadi tanda tanya besar. Diduga beliau juga diracuni di atas pesawat ketika berangkat ke Masjidil Haram (Mekkah). Dan masih banyak lagi mereka para aktivis, negarawan yang memiliki integritas dan vocal memperjuangkan keadilan, namun malah mereka yang harus disingkirkan untuk selamanya. Wacana menjadikan hukum sebagai panglima di negeri seribu pulau ini, hingga kini masih hanya sebatas retorika belaka. Supermasi penegakan hukum memang telah dilakukan tetapi tidak diikuti oleh supremasi keadilan. Banyaknya mafia hukum membuat peradilan di bangsa ini tidak objektif lagi dalam memutuskan sebuah perkara. Menurut Mahfud MD yang juga mantan ketua Mahkamah Konstitusi, mengatakan bahwa sudah menjadi konsumsi publik jika di peradilan kini sangat marak terjadi transaksi perkara yang melibatkan hakim, jaksa, dan pengacara. Sehingga putusan setiap perkara tidak objektif lagi. Selain di dunia hukum, ketidakadilan juga dilakukan oleh pemerintah (eksekutif), yang dirasa telah gagal mendistribusi keadilan. Menurut data terakhir Badan statistik Nasional dimulai maret tahun 2013 hingga maret 2017 dengan mensurvei 34 provinsi dan hasilnya 95% tingkat kemiskinan disetiap provinsi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini tentu menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi pemerintah untuk segera menindaklanjuti ketimpangan sosial tersebut. Negara ini layaknya senjata yang tak dapat membunuh. Meriam yang tak dapat berbunyi. Keadilan hanya orang-orang tertentu saja. Inilah bangsa dan negeriku Indonesia. Gelombang wacana berserakan dimana-mana, meneriakkan kaum yang lemah, tertindas, termarginalkan, namun semua itu layaknya angin yang berlalu begitu saja. Masyarakat sibuk dengan aktifitasnya, pemuda sibuk dengan kesenangannya, dan para pemimpin sibuk mempertahankan kekuasaannya. Sangat miris melihat kondisi kekinian bangsa ini. Keadilan hanyalah milik para mereka yang memiliki kekuasaan, dan harta yang banyak. Di sisi lain Begitu banyak manipulative yang dipertontonkan media. Tidak heran, saja kalau media pun menjadi lahan bisnis, hampir semua media di Negara ini dimiliki oleh para politisi, jadi

jangan heran kalau tayangannya hanya menampilkan sandiwara politik sesuai dengan pesanan. Ketidakadilan dalam mendistribusi kekuasaan akan menimbulkan dampak yang luar biasa di kehidupan masyarakat. Jika kemiskinan telah mendominasi bangsa ini, maka jaganlah heran jika masalah sosial dan tindakan kriminal semakin meningkat pula. Bahkan dapat menciptakan kelompokkelompok yang bertindak represif dengan semangat dan keyakinan ingin mengganti pancasila sebagai ideologi Negara, karena di nilai hanya sebuah “teks mati” yang tak dapat menyelesaikan segala ketimpangan yang ada. Oleh sebab itu, membumikan sila ke lima wajib dilakukan dengan membangun struktur sosial yang bebas dari ekspolitasi, penindasan dan memberantas para pejabat Negara yang melakukan KKN. Karena hanya dengan struktur sosial yang seperti ini, nilai keadilan di bidang sosial, ekonomi, hukum dan politik akan terdistribusi sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi Negara ini. Keadilan di bangsa ini tak akan terwujud seutuhnya sebagaimana ayat ke lima yang terkandung dalam pancasila. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun melihat realitas sekarang ayat ke lima pancasila itu harus direvisi menjadi keadilan bagi mereka yang berkuasa. Nilai luhur dan perjuangan para pahlawan bangsa ini telah dicederai oleh para pemimpin bangsa ini. bukan kenapa! Tapi mengapa ini bisa terjadi? Apa salah dosa warga Negara ini? keadilan semu, pasif itulah yang menjadi gambaran Negeri pertiwi ini. Ironi menyaksikkan kondisi kekinian bangsa ini. Para eksekutor di Yudikafif layaknya seperti kerupuk yang telah terkena angin “Melempem” jadi sepakat saja kalau kita ber asumsi Hukum di Indonesia Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Bukanya menjadi seorang negarawan dan eksekutor mematikan, justru lembaga ini berubah profesi menjadi “Lahan Basah” dalam setiap perkara. Mungkin masih teringat di benak kita kasus yang membunuh delapan orang seketika. Ketika sebuah mobil ugal-ugalan menabrak para pejalan kaki. Sebagaimana kita ketahui tersangka utama dalam kasus tersebut adalah seorang anak mantan menteri perekonomian Hatta rajasa, yang pada akhirnya lolos dari hukuman. Melihat kenyatan ini, rasanya kita ingin berteriak, mengamuk, namun itu adalah hal yang sia-sia saja. Amukanmu akan mengantarkanmu ke dalam sel. Solusinya negeri ini harus berbenah terutama dalam mempertegas isi konstitusi yang tidak mudah direvisi seenaknya. Dalam perekrutan

hakim agung, konstitusi, harus melewati seleksi yang ketat. Sehingga terpilih lah seorang negarawan. Dalam hal ini, siapakah yang patut disalahkan? Presiden kah?. Dengan tegas kita katakan yang bersalah mereka lah yang tak mau berbuat apa-apa demi negaranya. Saatnya kita bangkit dan bergerak membumikan nilai-nilai pancasila bangsa ini. Bekerja sama dalam mengawal setiap perkara hukum yang melibatkan para pejabat publik. Dengan begitu rakyat kapan saja bisa meng counter segala ketidakadilan dan permainan yang terjadi di setiap kasus dan perkara terutamanya dalam lingkup pengadilan. Untuk mewujudkan sebuah objektivikasi terhadap sila kelima tidaklah mudah, selain teriakan, kampanye, dan petisi kemanusiaan dari para LSM, Mahasiswa dibutuhkan juga dukungan yang kuat dari organisasi keagamaan. Indonesia memiliki Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang telah menjadi “Pengawal” sejak awal berdirinya Negara ini. Para tokoh kedua ormas ini diharapkan dapat bertindak cerdas dan mengambil peran dalam pengentasan ketimpangan sosial yang telah masif di bangsa ini. misalnya dengan membuat fatwa yang konstruktif seperti jihad melawan kemiskinan, jihad melawan kebodohan, dan tak segansegan mengatakan koruptor itu “kafir”. Serta “mengoperasionalkan” ayat-ayat suci yang memerintahkan berbuat adil dan saling tolong menolong sesama manusia. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Maun yang tegas memerintahkan manusia untuk menyanyangi anak yatim dan mendorong memberi makan kepada fakir miskin. Sebagaimana pula sabda Nabi Muhammad bahwa “ Keadilan adalah ketika setiap orang atau subjek mendapatkan apa yang menjadi haknya”. Hadits tersebut mengabarkan bahwa keadilan bukan hanya milik manusia, melainkan segenap mahkluk ciptaan Tuhan lainnya. Bagi penulis, taqwa bukan berarti hanya rajin melaksanakan ibadah dan menahan hawa nafsu tetapi juga dapat berlaku adil. Oleh karena itu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus segera “dibumikan”, singkatnya dari teks ke konteks. Sehingga kemiskinan dan ketimpangan sosial lainnya akan mudah terselesaikan. Semua itu dapat terwujud jika hukum telah menjadi panglima di bangsa ini. Serta dibutuhkan pula peran aktif LSM, Masyarakat, Mahasiswa dan ormas keagamaan dengan mengontrol jalannya roda pemerintahan dalam mendistribusi kekuasaannya secara merata dan adil.

45


1

2

3

4


8

5

9

10

6

7

1. Pelepasan UKM KSR PMI oleh Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerja sama (AAKK). Dr Hj Yuspiani untuk mengikuti proses kaderisasi. 2. Kunjungan Silaturahim Pimpinan UIN Alauddin Makassar ke Polda Sulawesi selatan. 3. Irjen Kementerian Agama RI memberikan cenderamata kepada Rektor UIN Alauddin di sela-sela Kuliah Umum yang dilaksanakan di Gedung Rektorat. 4. Kuliah umum dam penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin dan dengan Bareskrim Republik Indonesia. 5. Menyambut Tim Visitasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Gedung rektorat UIN Alauddin Makassar. 6. Seminar nasional temu alumni Carakter Building Progra (CBT). 7. Wakil Rektor Bidang Kemahaiswaan Prof Aisyah Phd mendampingi Kunjungan Silaturahim Dosen dari Jepang dan Jerman. 8. Jalan santai UIN Alauddin Makassar dalam rangka milad ke 53 IAIN/UIN Alauddin Makassar. 9. Irwanuddin Kepala bagian Akademik UIN Alauddin Makassar memberika materi pada Pelatihan Tata Persuratan yang dilaksanaka di Gedung rektorat UIN Alauddin Makassar. 10. Lomba Debat Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.


REKTOR UIN Alauddin Makassar Prof Musafir M Si

Selamat Kepada Wisudawan Wisudawati Angkatan 82 Periode Desember 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.