perkembangan kawasan KEK Mandalika

Page 1

KEK MANDALIKA


Peiriodisasi Perkembangan PARIWISATA KAWASAN KUTA MANDALIKA dan hubungannya dengan TEORI MIOSSEc Margaretha Nondang Sandy Saragi 19/439596/TK/48326


Pendahuluan Pendahuluan “Jangan sampai kawasan yang sangat indah dan bagus pemberian Allah ini menjadi tidak baik karena salah manajemen dari awal. Ini yang harus dihindari�- Presiden Joko

Widodo

Berikut adalah sebuah kutipan harapan Presiden Joko Widodo terhadap pembangunan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Kabar gembira sebagai masyarakat NTB mendengar keseriusan pemerintah dalam mengembangkan kawasan yang menjadi harta karun di NTB.

Pesona wisata bahari menjadi daya tarik kawasan ini. Menyadari perlunya pembangunan infrastuktur penunjang dan melakukannya secara bertahap atau dalam periode tertentu turut ambil andil dalam pengembangan wisata terpadu diikuti gebrakan investasi strategis melalui Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.

Butuh waktu yang panjang menjadikan Mandalika menjadi salah satu dari Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia. Tahun 2010 menjadi batu loncatan bagi kawasan ini dimana mulai membuka diri dengan dunia investasi dan infrastruktur penguat kegiatan ekonomi dan pariwisata Periodisasi dalam pengembangan KEK Mandalika dari dulu menjadi sekarang terlihat dengan jelas dan dapat dijabarkan dalam kurun waktu tertentu. Teori Miossec menjelaskan perkembangan pariwisata dimulai dari masih terisolasi hingga tercapainya kawasan pariwisata terpadu dan masyarakat terbuka serta menerima wisatawan secara utuh. Akan dijelaskan periodesasi perkembangan pariwisata KEK menuju kawasan wisata bahari, budaya, dan halal tourism dan hubungannya dengan Teori Miossec.


P

R O

F I L

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas kawasan 1.035,67 ha. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kuta, Desa Sukadane, dan Desa Mertak. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mertak dan Desa Sengkol. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Kuta, Teluk Serenting, dan Teluk Aan. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. KEK Mandalika dengan daya tarik pantai berpasir putih dan bukit-bukit hijau memiliki keindahan keanekaragaman flora fauna bahari dan diikat dengan budaya Suku Sasak yang kental yang melatarbelakangi nama Mandalika berdasarkan cerita rakyat. KEK Mandalika terdiri atas memiliki beberapa spot menarik, yaitu Pantai Kuta, Pantai Seger, Pantai Serenting, Bukit Merese, Pantai Tanjung Aan, Batu Payung, dan Pantai Gerupuk. KEK Mandalika diharapkan menjadi pariwisata unggulan baru di Indonesia dengan menggabungkan unsur wisata bahari, budaya, dan halal tourism seperti yang telah dikonsepkan oleh pemerintah Nusa Tenggara Barat

K A W A S A N BUKIT MERESE


PERIODISASI PERIODISASI Perkembangan infrastruktur Pariwisata KEK Mandalika


Tahun 1989, dunia pariwisata di Lombok mulai membuka pintunya dengan berdirinya hotel berbintang pertama di Lombok yaitu “The Senggigi Beach Hotel� Begitu juga dengan di Kuta, hotel-hotel dan infrastuktur pariwisata mulai dibangun pada tahun tersebut. Namun banyak masalah yang terjadi terutama mengenai pembebasan lahan milik penduduk, dimana petani di daerah Kuta memperjuangkan hak atas tanah atau ganti rugi atas tanah dan diduga sering dibeli di bawah intimidasi oleh Lombok Tourism Development Center (LTDC) untuk Rp190.000 hingga Rp350.000 per tahun pada tahun 1989 (Abdurrahim, 2000). Lombok Tourism Development Center (LTDC) merupakan perusahaan atas kerjasama antara PT RajawaliWira Bhakti dengan pemerintah daerah NTB. Akhirnya setelah menghadapi berbagai permasalahan dan pada tahun 1996, terbangunlah hotel berbintang pertama, Novotel Coralia di Putri Nyale Resort sekaligus rencana mengembangkan infrastruktur di daerah Kute, dan juga menampung hampir sembilan juta meter persegi tanah di Lombok Tengah (Fallon, 2001) Krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998 memberi dampak yang besar terhadap pariwisata di Lombok. Permasalahan pembebasan lahan tahun 1996 masih berlanjut dan penurunan jumlah wisatawan asing dari 5.2 juta jiwa pada 1997 menjadi 4.6 juta jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Pada tahun 2000-2001, terjadi kerusuhan besar-besaran di Lombok yang menyebabkan wisatawan-wisatawan asing meninggalkan Lombok dan yang datang pun berkurang jumlahnya.

Tahun 1996, telah ada peta zona pariwisata di Pulau Lombok. Sehingga dimulailah proyek pariwisata di zona -zona tersebut termasu Kuta, Lombok Tengah.

Novotel Coralia di Putri Nyale Resort menjadi hotel berbintang pertama di Kuta.

1980-2001

Mandalika di tahun


2002-2011

Mandalika di tahun Setelah terpuruk selama tiga tahun, Lombok memulihkan dirinya beberapa bulan untuk mencapai jumlah wisatawan pra-kerusuhan. Tidak hanya itu, pariwisata semakin difokuskan terutama mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja dan mengembangkan pariwisata di Lombok khususnya di Kuta, misalnya disediakan pelatihan-pelatihan kepariwisataan dan perhotelan. Lapangan pekerjaan mulai terbuka dan secara tidak langsung penduduk di sana menggantungkan diri bekerja di Kuta baik formal maupun non formal seperti jual-beli dan jasa. Hal ini mengindikasikan terjalinnya hubungan baik

Festival Bau Nyale

antara penduduk dan perusahaan perhotelan. (Fallon, 2001) Daya tarik wisata yang semakin bertambah mendapat perhatian khusus dari pemerintah dengan membuka jalur investasi pengembangan perhotelan, jasa, aksesbilitas, dan sebagainya. Daya tarik wisata ini didorong dengan terselenggaranya Festival Bau Nyale. Festival Bau Nyale sudah menjadi adat turun-temurun masyarakat Lombok, namun mulai tahun 2010 festival ini mulai diseleng-

garakan dengan skala besar dan internasional sehingga butuh persiapan dan penyiapan infrastruktur siap menampung serta nyaman bagi wisatawan dalam jumlah besar. Perbaikan infrastuktur aksesbilitas dari dan menuju Kuta, misalnya jalan raya utama di Kecamatan Pujut, bandara, dan pelabuhan. Namun yang jadi poin penting adalah revitalisasi atau perbaikan rumah-rumah tradisional dan Tugu Mandalika yang menjadi ikon dari festival ini. Tahun 2011, untuk pertama kalinya beroperasi Bandar Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Lombok Tengah setelah sebelumnya Bandar Udara Selaparang, Mataram. Infrasturktur vital dan melayani penerbangan internasional ini mulai dibagun pada tahun 2006 hingga sekarang masih terus melakukan perbaikan dan pengembangan untuk kemajuan pariwisata di Lombok terutama di Kuta setelah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Pembangunan landasan pacu, taxiway dan apron dimulai pada tahun 2006 hinga 2010. Kemudian pembangunan terminal dan fasilitas dikebutkan selesai 2011 untuk beroperasi penerbangan Haji.

Tahap pembangunan bandara nternasional airpot


Mandalika di tahun

2014-sekarang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 52 tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika

Ditetapkan menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia pada tahun 2014, arah kebijakan dan pengembangan pariwisata di Kuta-Mandalika menjadi jelas karena sudah dijamin oleh peraturan pemerintah dan memiliki badan yang mangatur, mengembangkan, serta mengawasi yang bernama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Arah pengembangan KEK Mandalika adalah kawasan wisata bahari, budaya, dan halal. Tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 52 tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, bahwa alasan Kuta-Mandalika menjadi salah satu kawasan ekonomi khusus di Indonesia adalah memiliki potensi dan keunggulan secara geoekonomi dan geostrategis. Keunggulan geoekonomi adalah memiliki objek wisata bahari yang dengan panorama yang eksotis dengan keunggulan geostrategis konsep pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan berlokasi dekat dengan Bandar Udara Internasional Lombok.


Pembangunan infrasturktur utama untuk KEK Mandalika dibagi menjadi dua tahap pengembangan. Fase-I (2019-23) Komponen 1: Penyediaan layanan dan infrastruktur dasar berupa konstruksi baru, rehabilitasi, dan rekonstruksi infrastruktur di KEK Mandalika, misalnya jalan internal, jalan landskap, drainase, pengelolaan limbah padat; listrik distribusi; fasilitas manajemen risiko bencana. Perbaikan infrastruktur untuk masyarakat sekitar berupa peningkatan infrastruktur yang berdekatan desa, termasuk persediaan air dan sanitasi, drainase, limbah pada manajemen, transportasi, fasili-

tas pengurangan risiko bencana, perlindungan alam dan aset laut, dan fasilitas masyarakat. Ini akan memastikan pemerataan bagian dari manfaat Proyek menjangkau masyarakat lokal, sambil membantu mengurangi kemungkinan eksternalitas negatif dari peningkatan volume wisatawan dan bisnis terkait. Komponen 2: Bantuan Teknis dan Pengembangan Kapasitas. Komponen ini akan memberikan Bantuan Teknis (TA) untuk meningkatkan kapasitas ITDC dalam melaksanakan manajemen proyek dukungan, termasuk pengadaan,

manajemen keuangan, pemantauan dan evaluasi, perlindungan lingkungan dan sosial, dan kolaborasi para pemangku kepentingan di tingkat tujuan Fase ke 2 dimulai pada tahun 2024 dengan mas-

terplan di samping. (Asian Infrasturcure Investment Bank, 2019)


teori miossec. Teori Miossec merupakan teori yang menjelaskan perkembangan pola tata ruang destinasi pariwisata di suatu tempat dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, infrastruktur, akomodasi, dan sumber daya manusia. (Nadjmi, 2014) Terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: Tahap 0 – 1, tahap ini ditandai dengan suatu kawasan yang belum ada pembangunan, terisolasi hanya memiliki sedikit pengetahuan/informasi mengenai destinasi wisata atau kawasan tersebut belum menjadi kawasan wisata. Jika kita melihat perkembangan Kuta, tahap ini terjadi pada peroidisasi sebelum 1989 dimana belum ada informasi kepariwisataan pada tahun tersebut. Tahap 2, tahap ini ditandai dengan didirikannya resort atau per-

hotelan memicu pembangunan lebih lanjut. Periodisasi ini terjadi setelah tahun 1989 dimana didirikannya hotel pertama pada tahun 1996 dan terus berlanjut hingga tahun 2010 yaitu pembangunan bandara internasional yang dekat dengan Kuta. Tahap3 – 4, tahap ini ditandai dengan berkembangnya perhotelan dan aksesbilitas (jalan) yang semakin kompleks, berintegrasi, dan masyarakat lokal menerima kawasan yang mereka diami adalah kawasan pariwisata. Perodisasi ini terjadi pada tahun 2010-sekarang dimana terselenggrakan Festival Bau Nyale dengan skala besar dan ditetapkannya menjadi KEK Mandalika tahun 2014. Sesungguhnya di sebuah kawasan destinasi memiliki daya tarik yang ditunjukkan dengan pengelompokan kawasan destinasi serta memusatnya fasilitas dan atraksi wisata yang mendorong perkembangan destinasi wisata di sekitarnya (Nadjmi, 2014). Misalnya di Kuta, Lombok Tengah, setelah menjadi KEK Mandalika terjadi pemusatan di Kuta dan diikuti dengan destinasi wisata disekitarnya Pantai Kuta, Pantai Seger, Pantai Serenting, Bukit Merese, Pantai Tanjung Aan, Batu Payung, dan Pantai Gerupuk.


Akhir Kata Akhir kata Pengembangan suatu tempat baik kawasan, kota, atau wilayah selalu terjadi secara dinamis. Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangannya misalnya kebijakan pemerintah, kondisi sosial masyarakat, minat wisastawan, dan ekonomi terutama investasi serta terjadi dalam beberapa fase atau tahapan yang berkaitan dengan Teori Miossec. Ditetapkan sebagai KEK Mandalika menyebabkan arah pengembangan pariwisata semakin jelas yaitu konsep wisata bahari, budaya, dan halal tourism dengan masterplan yang diprogramkan oleh Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia dan Indonesia Tour-

ism Development Corporation (ITDC) Akhir kata, kilas balik menelurusi Kuta 1989 hingga sekarang menjadi KEK Mandalika, bangga penulis haturkan Mandalika sedang dipuncaknya. Proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak dari hirariki pusat ke masyarakat. Menjadi asset kita bersama, menuju Mandalika yang maju, religius, dan berbudaya!

sumber Abdurrahim, 2000. Laporan: Masalah Tanah dan Perusahaan LTDC -PT PPL – Pengenbanan Pariwisata Lombok (Report on Land Problems with LTDC -PT PPL, Mataram: Panitia Khusus Pertanahan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adam, L., 2019. Promoting the Indonesian Special Economic Zones for Tourism:. Economics and Finance in Indonesia, 65(1), p. 33–52. Asian Infrasturcure Investment Bank, 2019. Project Summary Information (PSI) : Mandalika Urban and Tourism Infrastructure Project. [Online] Available at: https://www.aiib.org/en/projects/approved/2018/_download/indonesia-mandalika/mandalika-urban-tourism-infrastructure.pdf [Accessed 4 Desember 2019]. Fallon, F., 2001. Conflict, Power, and Tourism on Lombok. Current Issues in Tourism , pp. 481-502. Hakim, M., 2018. Mandalika Tourism Specific Economic Zone, Lombok Tengah. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM), 20(10), pp. 67-73. Hall & Oehlers, 2001. Tourism and politics in South and Southeast Asia. Tourism in South and Southeast Asia: Issues and Cases, pp. 77-93.


2019 Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Fakultas tekniik Universitas Gadjah Mada


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.