Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
NERACA SUMBER DAYA ALAM
KEHUTANAN KABUPATEN SEKADAU
Margaretha Nondang Sandy S 19/439596/TK/48326 Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
2021.
Bab I
Pendahuluan
01
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Ruang Lingkup Landasan Hukum
Bab II
Metode Penelitian
_02 _03 _03 _03 _03
04 11
Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Kerangka Berpikir
Bab III
Rona Wilayah
Daftar Isi.
_05 _05 _06
07
Letak Geografis Kondisi Fisik Wilayah Sosial Kependudukan Ekonomi Wilayah
_08 _08 _10 _10
Bab IV
Pembahasan
Neraca Sumber Daya Hutan Lindung _12 Neraca Sumber Daya Hutan Produksi _15 Kaitan dengan Ekonomi Wilayah _21 Implikasi pada Rencana Pembangunan dan Tata Ruang _25
28
Bab V
Penutup
Kesimpulan Rekomendasi
_29 _29
BAB I
PENDAHULUAN.
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
People of The Forest By Jack Harries (2021)
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=4HQ-pfWM4x8
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam memegang peranan penting dalam pembangunan wilayah, termasuk juga Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sekadau diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam di berbagai sektor yang mengkontribusi dalam berbagai kegiatan ruang wilayah dalam tujuan pembangunan yang diharapkan, salah satunya di sektor kehutanan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan dengan kekayaan jasa ekosistem di dalamnya memiliki fungsi strategis sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat. Selain fungsi jasa ekosistem yang diberikan, tentunya sumber daya hutan ini turut berkontribusi pada PDRB wilayah dalam rangka mengenerate berbagai aktivitas yang menggerakkan ekonomi daerah, salah satunya Kabupaten Sekadau. Kabupaten Sekadau memiliki luas wilayah hutan produksi (terbatas dan tetap) sebesar 1.021 km2 atau setara 18,7% dari total luas wilayah kabupaten. Komoditas hasil hutan Kabupaten Sekadau yaitu karet, kayu bakar, durian, cempedak, tengkawang, dan masih banyak lagi. Hasil sumber da
daya hutan ini juga turut berkontribusi dalam sektor ekonomi wilayah dengan kontribusinya yang terbesar dalam PDRB Kabupaten Sekadau di dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, Kabupaten Sekadau memiliki luas wilayah hutan lindung seluas 565 km2. Potensi ini dapat bernilai dengan tetap mempertahankan luasannya (dan ketentuan lainnya) dengan kegiatan usaha penyerapan dan/atau penyimpanan karbon sebagaimana diatur dalam PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut terkait potensi sumber daya kehutanan ini. Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) merupakan metode perhitungan dan evaluasi pemanfaatan sumber daya alam, termasuk juga kehutanan dalam bentuk neraca fisik dan moneter. Laporan ini akan membahas kondisi eksisting pemanfaatan sumber daya hutan, analisis kesesuaian dan cadangan sumber daya hutan, dan kaitannya dengan kontribusi dalam ekonomi wilayah (PDRB). Dengan demikian, potensi yang strategis sumber daya kehutanan ini agar bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya dan berkelanjutan.
Pendahuluan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
02
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
1.2 a.
b.
c. d. e.
Bagaimana penggunaan eksisting sumber daya hutan produksi Kabupaten Sekadau? Bagaimana potensi spasial penggunaan sumber daya hutan produksi di Kabupaten Sekadau? Bagaimana cadangan sumber hutan produksi Kabupaten Sekadau? Bagaimana cadangan karbon hutan lindung Kabupaten Sekadau? Bagaimana kaitan neraca sumber daya hutan produksi dengan PDRB di Kabupaten Sekadau?
1.3 a.
Rumusan Masalah
Tujuan
Mengetahui penggunaan eksisting sumber daya hutan produksi Kabupaten Sekadau. Mengetahui potensi spasial penggunaan sumber daya hutan produksi di Kabupaten Sekadau. Mengetahui cadangan sumber hutan produksi dan cadangan karbon hutan lindung Kabupaten Sekadau. Mengetahui kaitan neraca sumber daya hutan produksi dengan PDRB di Kabupaten Sekadau.
b.
c.
d.
1.4 a.
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Substansial Lingkup substansial dalam analisis laporan ini adalah luas hutan (hutan rakyat dan hutan negara), besaran produksi dari komoditas hutan. Selanjutnya dalam analisis ini akan menunjukkan potensi dari sumber daya hutan produksi di Kabupaten Sekadau baik secara fisik spasial maupun moneter.
b. Ruang Lingkup Areal Lingkup areal dalam analisis laporan ini adalah mencakup seluruh wilayah Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi 7 kecamatan. c. Ruang Lingkup Temporal Penyusunan laporan dilakukan pada tahun 2021 selama tiga bulan dari tahapan pengumpulan data, analisis, hingga laporan ini selesai disusun. Laporan ini disusun dengan mengacu data sekunder berbagai sumber dengan tahun dasar 2016 hingga saat ini.
1.5
Landasan Hukum
a. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; b. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya; e. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung ; f. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 683/KPTS/UM/8/81 Tentang Kriteria Tata Cara Penetapan Hutan Produksi; g. SNI 19-6728.2-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya, Sumber Daya Hutan Spasial;
Pendahuluan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
03
BAB II
METODE PENELITIAN.
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
2.1
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder dengan basis tahun dasar 2016. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari berbagai sumber seperti Badan Informasi Geospasial, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sekadau dan Provinsi Kalimantan Barat, RPJMD Kabupaten Sekadau, dan berbagai dokumen instansi pemerintah dan pihak terkait yang mendukung proses analisis.
2.2
Metode Analisis Data
A. Metode Analisis Neraca Dalam metode analisis neraca, menggunakan tiga elemen yaitu penentuan pasiva, penentuan aktiva, dan penentuan cadangan. 1. Penentuan Pasiva Pasiva merupakan bentuk lahan eksisting dengan fungsional dan kegiatan sebagai hutan produksi tetap dan terbatas. Dalam menganalisis ini, menggunakan data jumlah produksi dan luas hutan untuk perhitungan produktivitas dari hutan. Selain itu adalah perhitungan valuasi moneter dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga komoditas. 2. Penentuan Aktiva a. Aktiva Hutan Produksi. Aktiva merupakan potensi lahan optimal yang dapat digunakan sebagai hutan produksi. Dalam menganalisis ini, dibutuhkan analisis kesesuaian lahan berdasarkan standar yang berlaku dengan perangkat ArcMap. b. Aktiva Hutan Lindung. Aktiva hutan lindung dalam menghitung jasa ekosistem dari tutupan lahan hijau dengan menggunakan random point sampling I-Tree Canopy sekitar 2500 titik.
Selanjutnya didapatkan hasil Tree Benefits Estimates : Carbon and Air Pollution (metric units) dan neraca moneter. Hasil ini sekaligus menjadi nilai cadangan karbon dari hutan lindung. 3. Penentuan Cadangan Cadangan merupakan hasil pengurangan dari aktiva dan pasiva dalam analisis perhitungan neraca sumber daya alam. Aktiva
Neraca Fisik*
Cadangan
Pasiva
Neraca Moneter**
*Neraca fisik merupakan hasil dari produktivitas produksi dan lahan yang dikalikan dengan cadangan yang didapatkan dari kajian literatur **Neraca moneter didapatkan melalui hasil neraca fisik dikalikan harga komoditas di pasar dan ketentuan lainnya
B. Metode Analisis Ekonomi a. Analisis Profiling Ekonomi Wilayah Kabupaten Sekadau: Struktur, Distribusi, Laju Pertumbuhan PDRB dan sektorsektornya. Dengan menggunakan basis data PDRB Kabupaten Sekadau Tahun 2020, melihat kontribusi sektoral utamanya berkaitan dengan sektor kehutanan. b. Analisis Sektor Unggulan. Melakukan perhitungan atau analisis sektor unggulan yaitu analisis LQ dan analisis tipologi klassen. Sehingga didapatkan hasil sektor unggulan berdasarkan data PDRB Kabupaten Sekadau tahun 2020.
Metode Penelitian Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
05
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
2.3
Kerangka Berpikir
Input
Kelerengan
Curah Hujan
Output
Jenis Tanah
Skoring
Analisis Kesesuaian Lahan SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980
Rawan Bencana
Budidaya
Guna Lahan Permukiman
Penyangga
Lindung
Overlay dan Skoring
Kelerengan
intersect
Jenis Tanah
Aktiva Hutan Produksi
Sempadan DAS intersect
Guna Lahan Hutan Produksi
Pasiva Hutan Produksi
Cadangan Hutan Produksi Tetap
Neraca Fisik dan Moneter (Perhitungan berdasarkan Produktivitas Fisik dan Moneter)
Cadangan Hutan Produksi Terbatas
Kaitan dengan Ekonomi Wilayah (PDRB)
Cadangan Hutan Produksi
Intersect = Kawasan Budidaya
Intersect = Kawasan Penyangga
Neraca Sumber Daya Hutan Produksi Neraca Sumber Daya Hutan Lindung
Input
Neraca Moneter
Output
(Berdasarkan hasil dari I-Tree Canopy)
Cadangan (Jasa Ekosistem)
Hutan Lindung
Random Point Sampling
I-Tree Canopy
Guna Lahan Hutan Lindung
Metode Penelitian Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
06
BAB III
GAMBARAN UMUM
WILAYAH
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
3.1
Letak Geografis
Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat terletak di 00 25’ 12’’ S sampai dengan 00 27’ 28’’N dan 1100 45’ 38’’ E sampai dengan 1110 13’ 24’’ E. Secara administratif, batas – batas wilayah Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut: ● Utara : Kabupaten Sintang ● Selatan : Kabupaten Ketapang ● Timur : Kabupaten Sintang ● Barat : Kabupaten Sanggau Luas Wilayah Kabupaten Sekadau adalah 5.444,3 km² atau sekitar 3,71 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sekadau terdiri atas 7 kecamatan dan 87 desa.
3.2
Kondisi Fisik WIlayah Topografi dan Kelerengan
Ketinggian wilayah di Kabupaten Sekadau tertinggi adalah 1627,14 m dengan ketinggian terendah adalah senilai 4,91 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Sekadau dibagi ke dalam 5 tingkatan kelerengan dengan didominasi oleh kelerengan datar hingga landai pada ⅔ bagian utara dan kelerengan yang agak curam hingga curam mendominasi wilayah selatan Kabupaten Sekadau.
Jenis Tanah
Sebagian besar Kabupaten Sekadau terdiri dari tanah PMK (Podsolik Merah Kuning) yang memiliki sifat masam, basah, berlempung, kadar aluminium dan besi yang tinggi yang merata di hampir seluruh bagian Kabupaten Sekadau dengan luas mencapai 390.951 Ha (71.81%) dan sisanya merupakan tanah podsol 145.279 Ha (26.68%) dan alluvial 8.200 Ha (1.51%).
Gambaran Umum Wilayah Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
08
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah Tabel 3.1 Luas Lahan menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Sekadau Tahun 2020
Penggunaan Lahan
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Sekadau (2020) No. 1
Jenis Penggunaan Lahan
Luas Lahan (Ha)
Luas Lahan Hutan Hutan Lindung Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Terbatas Ditanami Pohon / Hutan Rakyat
2
Luas Lahan Persawahan Irigasi
2,098.29 53,868.00 14,623
10,320
Rawa Lebak
1,387
Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah
298,847.00
Ladang/ Huma
13,134
Tegal/Kebun
14,397
Perkebunan
179,086
Kolam/ Empang/ Tambak
23,939
Sementara tidak diusahakan
66,533
Padang Rumput Alam 4
53,958.38 100,066.78
2,916
Tadah Hujan
3
209,991.45
Luas Lahan Bukan Pertanian Permukiman, Jalan, Perkantoran, Sungai
1,758 130,179 130,179
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan di Wilayah Kabupaten Sekadau didominasi oleh Pertanian bukan sawah sebesar 73%, sawah 3%, dan bukan pertanian 24%. Dominasi lahan pertanian bukan sawah adalah lahan perkebunan dan hutan di Kabupaten Sekadau.
Iklim dan Curah Hujan
Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai
Curah hujan rata-rata Kabupaten Sekadau pada tahun 2020 yaitu 260mm/bulan yang berkisar antara 110 - 540 mm dengan jumlah hari hujan 226 hari. Jumlah curah hujan dalam tahun 2020 sebesar 3.970 mm. Rata-rata curah hujan harian sebesar 16,4 mm/jumlah hari hujan, sehingga curah hujan di Kabupaten Sekadau dikategorikan rendah. Suhu udara berada pada rentang 22,5 - 33,3 C.
Kabupaten Sekadau dialiri oleh Sungai Kapuas, Sungai Belitang, dan Sungai Sekadau. Kabupaten Sekadau juga dialiri oleh anak-anak sungai seperti Sungai Ayak, Sungai Menterap, Sungai Ngaring, Sungai Sepauk, Sungai Membang Manih, Sungai Koman. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Sekadau dua DAS yaitu DAS Sekadau dengan luas 255.113 Ha dan DAS Belitang dengan luas 149.659 Ha.
Kebencanaan Banjir dan kebakaran hutan menjadi dua isu kebencanaan yang cukup rawan di hampir seluruh wilayah Kabupaten Sekadau. Banjir di Kabupaten Sekadau sebagian besar disebabkan oleh meluapnya sungai dan anak sungai di saat curah hujan yang tinggi. Selain itu, berkurangnya daya tampung sungai karena pendangkalan serta berkurangnya kemampuan lahan untuk mengikat air dan berkurangnya daerah resapan akibat alih fungsi lahan juga meningkatkan potensi terjadinya banjir. Selain itu, untuk kejadian kebakaran hutan dipicu oleh banyaknya titik hotspot dan musim kemarau,
Karhutla terjadi di di Dusun Seraya Desa Lubuk Tajau Kecamatan Nanga Taman seluas 15 hektar di sebuah bukit Tahun 2019. Sumber : Bukit di Lubuk Tajau Sekadau Terbakar - Berkatnews TV
Gambaran Umum Wilayah Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
09
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Hutan Tengkawang, Komoditas Unggulan Hasil Hutan Kalimantan Barat Sumber : Tengkawang, Maskot Kalimantan Barat yang Tidak Lagi Diandalkan - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id
3.3
Sosial-Kependudukan
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sekadau Sumber : BPS (2020)
Kab. Sekadau
2016
2017
1,28
0,91
2018
1,04
2019
1,01
Rata-rata
2020
1,49
1,15
APM SMA/SMK Garis Kemiskinan
46,41
Rp339.456
Indeks Pembangunan Manusia
64,76
Berdasarkan data BPS (2020), jumlah penduduk Kabupaten Sekadau sebesar 215,316 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,15% per tahun dan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sekadau Hilir. Jumlah penduduk usia kerja Kabupaten Sekadau sebesar 144.806 jiwa, angkatan kerja di Kabupaten Sekadau sebanyak 77,19% dari penduduk usia kerja dengan 98,86% bekerja. Pekerjaan dengan lapangan usaha utama Kabupaten Sekadau ada pada bidang pertanian sebesar 70,13% atau sebanyak 75.926 jiwa dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki..
3.3
Ekonomi Wilayah
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Sekadau 2020 dapat diakumulasikan Besaran PDRB ADHK 2010 Kab. Sekadau menurut Lapangan Usaha untuk semua sektor maupun tiap sektor mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Struktur ekonomi Kabupaten Sekadau didominasi oleh sektor-sektor primer seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pertanian berada di antara 37,58% - 39,77%. Sedangkan sektor tersier yang memiliki kontribusi terendah dalam struktur PDRB adalah sektor jasa perusahaan yang berada di antara 0,04% - 0,05%.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor unggulan Kabupaten Sekadau. Kontribusi kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB Pada tahun 2020 atas dasar harga berlaku mencapai 2,61 triliun rupiah, dengan kontribusi pada PDRB Kabupaten Sekadau sebesar 39,77 persen. Pertumbuhan ekonomi pada kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan berfluktuasi selama 5 (lima) tahun terakhir. Hasil panen subkategori terbesar adalah dalam perkebunan dengan rincian tanaman dengan panen terbesar adalah kelapa sawit, karet, dan kakao.
Gambaran Umum Wilayah Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
10
BAB IV
PEMBAHASAN.
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Neraca Sumber Daya Hutan Lindung
4.1
Guna Lahan Hutan Lindung
Random Point Sampling
I-Tree Canopy
Hutan Lindung
Analisis ini bertujuan untuk menganalisis NSDA Hutan Lindung untuk potensial upaya perdagangan penyerapan karbon Kabupaten Sekadau.
Aktiva = Cadangan *karena pasiva belum dimanfaatkan
1
Cadangan (Jasa Ekosistem)
Aktiva Hutan Lindung Gambar 4.2 .Peta Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Sekadau Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Hutan Lindung Kabupaten Sekadau Kecamatan
Hutan Lindung (Ha)
Nanga Mahap
21,827.67
Nanga Taman
34,760.10
Sekadau Hulu
...
Sekadau Hilir
...
Belitang Hilir
...
Belitang
...
Belitang Hulu
...
Total
56,587.77 Tabel 4.3 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Sekadau Tahun 2020
Sumber : Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Sekadau
Random Sampling I-Tree
Dengan menggunakan shapefile dari kawasan Hutan Lindung Kabupaten Sekadau, selanjutnya dilakukan random sampling tutupan lahan menurut batas delineasi kawasan hutan lindung. Dengan kurang lebih 2500 titik, terdapat report hasil nilai jasa ekosistem (karbon, hidrologi, dan lain sebagainya) dari tutupan hasil sampling tersebut. Gambar 4.1 Tampilan Random Sampling I-Tree Hutan Lindung
Sumber : I-Tree Canopy dan Analisis Penyusun (2021(
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
12
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Hasil Perhitungan I-Tree Canopy Tutupan Lahan
Singkatan
Tutupan Lahan
H
Grass/Herbaceous
IB
Impervious Buildings
IO IR S
Soil/Bare Ground
T
Tree/Shrub
W
Water
Jumlah Titik
% Tutupan Lahan 54
Luas Area (km2)
1.28
SE
7.13
2.3
0
0
0
Impervious Other
0
0
0
Impervious Road
0
0
0
24
0.42
2.37
0.73
2691
98.30
549.33
2.29
0
0
100.00
558.83
5.32
0
Total
2769
Tabel 4.3 Persentase Sampel Tutupan Lahan Kawasan Lindung Kabupaten Sekadau
Sumber : I-Tree Canopy dan Analisis Penulis (2021)
Jasa Ekosistem: Karbon Deskripsi Sequestered annually in trees Stored in trees (Note: the benefit is not an annual rate)
Carbon (kt)
SE
CO2 Eq (kt)
SE
Value (IDR)
212.86
0.93
780.49
3.44
5,345.67
23.51
19,600.77
86.23
SE
Rp438,899,286,702
1,807,364,178.00
Rp11,022,407,939,338 45,389,696,155.00
Tabel 4.4 Jasa Ekosistem Karbon dari Hutan Lindung Kabupaten Sekadau
Sumber : I-Tree Canopy dan Analisis Penulis (2021)
2 Produktivitas Jasa Karbon Hutan Lindung Perhitungan produktivitas bertujuan untuk mengetahui koefisien jasa karbon dari tutupan lahan pohon per km2 dari aspek penyerapan karbon dan penyimpanan karbon. Perhitungan ini menggunakan data hasil kalkulasi dari I-Tree (tabel 4.4) yang dibagi dengan luas tutupan lahan pohon per km2.
Produktivitas Penyimpanan Karbon
Produktivitas Penyerapan Karbon Produktivitas Penyerapan Karbon
Sequestered annually in trees CO2 Eq (kt) 2
Luas area sampel tutupan pohon (km )
Produktivitas Penyimpanan Karbon
Store in trees CO2 Eq (kt) Luas area sampel tutupan pohon (km2)
Produktivitas Penyerapan Karbon (Fisik) = 780.49 kt / 549.33 km2 = 1.421 kt / km2
Produktivitas Penyimpanan Karbon (Fisik) = 19600,77 kt / 549.33 km2 = 35,68 kt / km2
Produktivitas Penyerapan Karbon (Moneter) = Rp438,899,286,702 / 549.33 km2 = Rp798,971,996/ km2*
Produktivitas Penyimpanan Karbon (Moneter) = Rp11,022,407,939,338 / 549.33 km2 = Rp20,065,184,751 / km2*
*Disesuaikan dengan kurs rupiah saat perhitungan I-Tree Canopy
Dari hasil produktivitas penyerapan dan penyimpanan karbon baik fisik dan moneter, kemudian dilakukan perhitungan cadangan neraca fisik dan moneter untuk penyerapan dan penyimpanan karbon kawasan hutan lindung di Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
13
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
3 Neraca Fisik dan Moneter (Karbon) Hutan Lindung Perhitungan neraca fisik dan moneter bertujuan untuk mengetahui cadangan lahan dan moneter dari jasa karbon hutan lindung Kabupaten Sekadau. Perhitungan ini didapat melalui perkalian antara produktivitas moneter dan fisik dengan luas lahan keseluruhan kawasan Hutan Lindung Kabupaten Sekadau.
Neraca Penyerapan Karbon
Neraca Penyimpanan Karbon Neraca Fisik
Neraca Fisik Penyerapan Karbon
Neraca Fisik Penyimpanan Karbon 2
= Produktivitas Fisik x Luas Hutan Lindung (km ) = 1.421 kt / km2 x 565,877 km2
= 804.001 kt
= Produktivitas Fisik x Luas Hutan Lindung (km2) = 35,68 kt / km2 x 565,877 km2 = 20191.21 kt
Neraca Moneter Neraca Moneter Penyerapan Karbon
Neraca Moneter Penyimpanan Karbon
= Produktivitas Moneter x Luas Hutan Lindung (km2) = Rp798,971,996/ km2 x 565,877 km2 = Rp452,120,435,604
= Produktivitas Moneter x Luas Hutan Lindung (km2) = Rp20,065,184,751 / km2 x 565,877 km2 = Rp11,354,440,597,044
Perhitungan diatas merupakan neraca potensial penyerapan dan penyimpanan karbon di Kabupaten Sekadau. Hasil diatas merupakan perhitungan langsung dari I-Tree Canopy, dimana perlu dianalisis lebih lanjut untuk penerapannya sesuai yang ada di Indonesia. Berdasarkan penelitian (Manuri et al, 2011), terdapat beberapa mekanisme atau teknik pendugaan cadangan karbon hutan; 1. Setiap jenis pohon dan umur memiliki nilai pencadangan yang berbeda; 2. Kemungkinan error dalam pendataan citra satelit dan pengklasifikasian tutupan lahan, Hal ini terkait dengan bagaimana mengakomodasi perubahan tutupan lahan yang dapat terjadi. 3. Diperlukan kesesuaian dengan SNI 7724:2011 tentang Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon - Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting). Di standar tersebut belum dapat menghitung cadangan moneter dari karbon tersebut. Selain itu, perlu dipertimbangkan berbagai peraturan terkait yang ditetapkan pemerintah terkait dengan usaha penyerapan dan penyimpanan karbon, salah satunya sebagaimana diatur dalam PP No 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan: 1. Usaha penyerapan karbon dan usaha penyimpanan karbon diberikan paling lama 30 (tiga puluh) tahun dengan luas sesuai kebutuhan investasi 2. Pungutan transaksi penyerapan dan/atau penyimpanan karbon dari kawasan hutan adalah pungutan yang dikenakan untuk setiap kali transaksi sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari nilai penjualan karbon. Walaupun begitu, hasil perhitungan I-Tree Canopy ini memberi gambaran secara makro potensi penyimpanan dan penyerapan karbon Hutan Lindung yang sangat besar di Kabupaten Sekadau. Potensi ini dapat dikembangkan lebih lanjut melalui berbagai prosedur REDD+ oleh pemerintah nasional, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya. Dengan perdagangan karbon ini tentunya menjadi tanggung jawab bagaimana tetap menjaga keberlanjutan dan konservasi hutan lindung.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
14
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
4.2 1
Neraca Sumber Daya Hutan Produksi Aktiva Hutan Produksi Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk menentukan peruntukan lahan yang cocok dalam hal ini lahan yang peruntukannya sesuai untuk hutan produksi. Ketentuan analisis kesesuaian lahan diatur melalui SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/. 11/1980 dengan metode overlay dan skoring dari data curah hujan, kelerengan, dan jenis tanah. Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Dari hasil tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya. Ketentuan klasifikasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Klasifikasi Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya, dan Kawasan Penyangga
Sumber : SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/. 11/1980
No
Total Bobot
Keterangan
1
> 175
Kawasan Lindung
2
125 - 175
Kawasan Penyangga
3
<125
Kawasan Budidaya
Gambar 4.2 Peta Kelerengan Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Berdasarkan Peta Kesesuaian Lahan disamping maka diperoleh luasan untuk masing- masing kawasan sebagai berikut : Kawasan Budidaya
Kawasan Penyangga
Kawasan Lindung
4434,70 km2
1085,72 km2
65,71 km2
Lahan kawasan budidaya dan kawasan penyangga yang memenuhi syarat untuk hutan produksi, selanjutnya akan dianalisis dengan beberapa kriteria limiting factors.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
15
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
4.2
Neraca Sumber Daya Hutan Produksi
1
Aktiva Hutan Produksi
Tabel 4.2 Kriteria Limiting Factor Hutan Produksi
Sumber : SK Menteri Pertanian No.683/Kpts/Um/. 8/1981
Analisis Limiting Factor
Kriteria
Selain dari analisis kesesuaian lahan, terdapat beberapa faktor limitasi yang diatur dalam SK Menteri Pertanian No.683/Kpts/Um/. 8/1981 mengenai penetapan hutan produksi. Berikut merupakan pembobotan dari faktor-faktor tersebut. Kemudian dari hasil tersebut akan di-intersect dengan kawasan budidaya dan kawasan lindung untuk mendapatkan luas lahan aktiva hutan produksi Kabupaten Sekadau. Gambar 4.5 Peta Rawan Bencana Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Kelas Kriteria
Rawan Bencana
Daerah Rawan Bencana (Tingkat Bahaya dan Terlarang)
Guna Lahan
Cagar Budaya, Hutan Lindung, Taman Nasional, Tubuh Air Bukan Guna Lahan Terbangun (Permukiman dan Industri)
Gambar 4.6 Peta Limitasi Guna Lahan Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Jenis Tanah
Peka terhadap erosi
Sempadan Mata Air dan DAS
> 200 m
Gambar 4.7 Peta Jenis Tanah Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Gambar 4.8 Sempadan Mata Air dan DAS Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Dari hasil analisis diatas, sehingga didapatkan luas lahan aktiva hutan produksi sebesar :
3889,19 km2 Selanjutnya, analisis berikutnya adalah analisis pasiva dari hutan produksi Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
16
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Neraca Sumber Daya Hutan Produksi
4.2
Gambar 4.2 Peta Kawasan Hutan Produksi Kabupaten Sekadau Sumber : Analisis Penyusun (2021)
2 Pasiva Hutan Produksi Luas Lahan Pasiva Menurut Kecamatan Tabel 4.3 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Sekadau Tahun 2020
Sumber : Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Sekadau
Kecamatan
Hutan Lindung (Ha)
Hutan Produksi (Ha) Terbatas
Tetap
Jumlah Total (Ha)
Nanga Mahap
21,827.67
344.48
19,236.52
41,408.67
Nanga Taman
34,760.10
...
14,617.37
49,377.47
Sekadau Hulu
...
...
...
...
Sekadau Hilir
...
...
4,999.10
4,999.10
Belitang Hilir
...
...
17,658.58
17,659.58
Belitang
...
...
...
...
Belitang Hulu
...
...
36,905.50
36,905.50
56,587.77
344.48
93,418.07
150,350.32
Total
Dari hasil analisis diatas, sehingga didapatkan luas lahan pasiva hutan produksi sebesar :
937.63 km2
3 Produktivitas Hutan Produksi Produktivitas Fisik Hingga laporan ini ditulis, data hasil produksi hutan produksi Kabupaten Sekadau belum ditemukan baik dari pemerintah daerah, dinas terkait, hingga ke level kementerian. Maka dari itu, dalam perhitungan produktivitas fisik hutan produksi dihitung melalui dua pendekatan, yaitu dari skala provinsi dan KPH Sintang melalui perbandingan menurut luas kawasan hutan produksi. a) Pendekatan Provinsi Kalimantan Barat Dikarenakan minimnya ketersediaan data, maka dari itu dalam menghitung produktivitas dilakukan dengan menggunakan produksi kayu bulat dan olahan menurut jenis produksi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017. Selanjutnya adalah dibandingkan dengan luas hutan produksi sehingga didapatkan produktivitas fisik kayu bulat dan kayu olahan. Kayu Bulat (m3) IUPHHK-HA (m3)
137,884
IUPHHK-HT (m3)
1,080,276
Kayu Olahan (m3) Kayu Gergajian (m3)
17,701
Kayu Lapis (m3)
243,818
Serpih Kayu (m3)
Veneer (m3)
25,498
1,218,160
22,823
309,840
Tabel 4.4 Produksi Kayu Bulat dan Olahan menurut Jenis Produksi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017 Sumber : BPS (2020)
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
17
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Luas Hutan Produksi (ha)
4.456.682
Luas IUPHHK Kalimantan Barat (ha)
1.157.655
Tabel 4.5 Luas Hutan Produksi dan Luas IUPHHK Kalimantan Barat Sumber : Direktorat Jenderal Bina Kehutanan
Maka, produktivitas fisik kayu bulat dan kayu olahan Provinsi Kalimantan Barat dapat diasumsikan sama dengan yang ada di Kabupaten Sekadau. Perhitungan produktivitas fisik adalah sebagai berikut: Produktivitas fisik kayu bulat = Total hasil kayu bulat / luas IUPHHK = 1,218,160 m3/ 1.157.655 ha = 1.05 m3 / ha
Produktivitas fisik kayu olahan = Total hasil kayu olahan / luas IUPHHK = 309.840 m3/ 1.157.655 ha = 0.27 m3 / ha
Namun dikarenakan perhitungan diatas dimana produktivitas fisik kurang dari 20 m3 /Ha (minimal produktivitas fisik hutan produksi Kabupaten Sekadau dalam RPJMD 2016-2021), maka pendekatan diatas belum bisa digunakan dalam basis data perhitungan neraca sumber daya hutan. b) Pendekatan dari KPH Sintang Timur Dalam RPHJP KPH XV Sintang Timur Tahun 2019-2028, memberikan data tabulasi hasil inventarisasi tegakan/pohon dari produksi hutan produksi. Berikut adalah beberapa jenis tegakan/pohon yang mendominasi dan juga menjadi komoditas hasil hutan di Kabupaten Sekadau. Menurut KPSHK (2015), potensi hasil hutan Kabupaten Sekadau yaitu Damar, Meranti, Gerunggang, Tengkawang dan sebagainya. Namun dikarenakan belum didapatkannya data hasil hutan produksi menurut komoditas jenis tegakan atau pohon di Kabupaten Sekadau, maka dari itu dilakukan pendekatan rata-rata produktivitas tegakan atau pohon dibawah ini sebagai produktivitas fisik hutan produksi Kabupaten Sekadau. Produktivitas fisik (m3/ha)
Jenis Tegakan/Pohon Meranti
546,51 m3 /Ha
Tengkawang
26,06 m3 /Ha
Gerunggang
1,41 m3 /Ha
Bengkirai
142,16 m3 /Ha
Rata-rata Produktivitas fisik*
22,38 m3 /Ha
(semua jenis tegakan sebanyak 56 jenis tegakan)
Tabel 4.6 Produktivitas fisik menurut Jenis Tegakan / Pohon KPH XV Sintang Timur Sumber : RPHJP KPH Sintang Timur Tahun 2019-2028
Produktivitas Moneter Hingga laporan ini ditulis, data hasil produksi hutan produksi dalam moneter Kabupaten Sekadau belum ditemukan baik dari pemerintah daerah, dinas terkait, hingga ke level kementerian. Maka dari itu, dalam perhitungan produktivitas moneter hutan produksi dihitung melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.64 /Menlhk /Setjen /Kum.1 /12/2017 Tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan dan Ganti Rugi Tegakan. Dalam Permen tersebut disajikan data nilai ekonomi dari jenis kayu yang menjadi dasar untuk menentukan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). Berikut merupakan estimasi nilai ekonomi kayu di Kalimantan dari beberapa komoditas kayu yang diusahakan di Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
18
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Uraian Hasil Hutan
Satuan
Harga Patokan (Rp)
Kayu Bulat dari Hutan Alam 1)
Kelompok Jenis Meranti (Komersial Satu) a)
Kayu Bulat Sedang (KBS)
per m3
780,000
b)
Kayu Bulat Besar (KBB)
per m3
810,000
2)
Kelompok Jenis Rimba Campuran (Komersial Dua) a)
Kayu Bulat Sedang (KBS)
per m3
480,000
b)
Kayu Bulat Besar (KBB)
per m3
500,000
Kayu bulat dari Hutan Tanaman Industri (HTI)/HTR/HD/HKm a)
Akasia
per m3
140,000
b)
Karet
per m3
150,000
c)
Kayu Jati
per m3
800,000 - 2.000.000
per m3
Rp541,875
Estimasi Nilai Ekonomi Rata-rata Kayu Semua Jenis di Kalimantan
Tabel 4.5 Estimasi Nilai Ekonomi Kayu di Kalimantan Sumber : Permen LHK Nomor P.64/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017
Berdasarkan ketetapan dalam Permen LHK Nomor P.64/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017, data tersebut menjadi nilai produktivitas moneter hasil produksi hutan produksi Kabupaten Sekadau dengan estimasi nilai ekonomi rata-rata kayu semua jenis di Kalimantan. Oleh karena itu nilai produktivitas moneter hasil produksi hutan produksi Kabupaten Sekadau sebesar Rp541,875 per m3.
3 Cadangan Hutan Produksi Gambar 4.3 Cadangan Hutan Produksi Tetap dan Terbatas Kabupaten Sekadau Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Dari hasil analisis diatas, sehingga didapatkan luas cadangan lahan hutan produksi:
2951,50 km2
Selanjutnya, analisis berikutnya adalah neraca fisik dan moneter berdasarkan produktivitasnya hutan produksi di Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
19
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Berdasarkan hasil dari perhitungan aktiva, pasiva, dan produktivitas, langkah selanjutnya adalah menghitung neraca fisik dan neraca moneter dari sumber daya hutan produksi di Kabupaten Sekadau. Sederhananya, cadangan merupakan selisih dari aktiva dan pasiva dari suatu sumber daya yang kemudian ditentukan hasil neraca dengan mengalikan luas lahan cadangan dikalikan dengan produktivitas baik fisik maupun moneter. Berikut merupakan perhitungan neraca fisik dan moneter dari sumber daya hutan produksi.
Neraca Fisik Aktiva
3,073,791.14 ton
Pasiva
741,040.69 ton
Neraca Fisik = Luas lahan cadangan (ha) x Produktivitas fisik hasil hutan produksi (m3 / ha) Neraca Fisik
= 295.150,27 ha x 22,38 (m3 / ha)
= 6,605,463.25 m3 Cadangan
2,332,697.33 ton
= 2,332,697.33 ton
Neraca Moneter Aktiva
Rp4,716,483,912,338
Pasiva
Rp1,137,067,010,325
Neraca Moneter = Neraca fisik (m3) x Produktivitas moneter (Rp / m3) Neraca Moneter = 6,605,463.25 m3 x 541,875 (Rp/ m3)
Cadangan
Rp3,579,335,400,583.94
= Rp3,579,335,400,583.94
Walaupun perhitungan di atas menggunakan data pendekatan dari KPH diluar Kabupaten Sekadau, namun sedikit banyak merefleksikan cadangan hutan produksi di Kabupaten Sekadau. Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas, bahwa cadangan fisik dan moneter hutan produksi Kabupaten Sekadau sangat besar dimana neraca fisik sebesar kurang lebih 6,6 juta m3 atau 2,3 juta ton yang jika dikonversi ke dalam moneter dapat menyentuh 3,6 triliun rupiah. Tentunya dengan potensi sumber daya alam hutan produksi dapat menjadi sektor strategis dalam kontribusi ekonomi lokal dan regional di Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
20
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Kaitan dengan Ekonomi Wilayah
4.3
Profiling Ekonomi Wilayah
1
Lapangan Usaha A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B
Pertambangan dan Penggalian
C
Industri Pengolahan
D
Pengadaan Listrik dan Gas
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F
Konstruksi
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H
Transportasi dan Pergudangan
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J
Informasi dan Komunikasi
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
L
Real Estate
M, N
2016
2017
1,379,184.23
1,457,068.26
117,038.94
120,453.65
208,154.08 1,156.14
2018
2019*
2020**
1,550,334.83
1,635,804.38
1,698,380.26
123,674.03
127,339.05
125,952.69
217,023.66
226,364.66
237,484.45
233,356.88
1,221.56
1,252.30
1,318.00
1,418.81
2,746.87
3,182.97
3,737.17
4,095.87
4,237.05
417,977.31
455,052.13
486,699.68
516,971.75
468,261.22
518,145.04
540,227.86
563,279.04
595,689.18
536,842.58
54,730.22
57,441.70
60,822.81
64,850.80
62,453.53
99,210.79
104,013.94
110,961.06
118,488.78
106,731.95
178,026.08
195,857.68
209,501.03
224,535.54
243,079.13
72,169.05
81,190.84
89,363.31
91,171.77
93,850.50
150,038.82
157,590.02
165,246.25
171,679.19
173,055.59 2,195.43
1,984.08
2,026.65
2,104.46
2,193.67
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
209,169.64
222,480.01
236,370.29
252,385.99
255,725.76
P
Jasa Pendidikan
135,388.54
138,363.31
142,849.99
146,063.31
138,466.73
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
61,319.29
63,484.50
66,867.91
69,768.40
77,399.80
,R,S,T,U
Jasa Perusahaan
30,220.60
31,579.34
33,008.65
34,533.66
31,040.55
3,636,659.73
3,848,258.07
4,072,437.48
4,294,373.82
4,252,448.46
Jasa lainnya
Produk Domestik Regional Bruto
Tabel 5.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sekadau Tahun 2020
Sumber : BPS (2020)
Lapangan Usaha
A
2016
2017
2018
2019* 2020**
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
5.08
5.65
6.40
5.51
3.83
PDRB ADHK
5.93
5.82
5.83
5.45
-0.98
Tabel 5.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Sekadau dan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Sumber : BPS (2020)
Tersier (G sampai U)
Sekunder (C sampai F)
Primer (A dan B)
39.6%
Rp1720.84 M
17.64%
Rp707.27 M
42.72%
Rp1824.33 M
Berdasarkan data diatas, struktur ekonomi Kabupaten Sekadau didominasi oleh sektor-sektor primer seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 37,58% 39,77% dari keseluruhan PDRB ADHK Kabupaten Sekadau. Kemudian jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Oleh karena itu, diperlukan usaha strategis dalam mendorong pemanfaatan sumber daya lapangan usaha ini termasuk juga sumber daya kehutanan untuk peningkatan ekonomi wilayah Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
21
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
2 Analisis Sektor Unggulan Analisis Location Quotient Analisis LQ dapat dilakukan untuk menganalisis sektor basis dan unggulan (Blakey, 1994). Analisis LQ dipengaruhi oleh analisis SLQ (Static LQ) dan DLQ (Dinamis LQ). Analisis SLQ menunjukkan tingkat spesialisasi sektor dalam wilayah Kabupaten Sekadau. Sedangkan analisis DLQ menunjukkan tingkat pertumbuhan sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas dan dalam konteks ini adalah Kalimantan Barat. Sektor
SLQ
Keterangan
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B
Pertambangan dan Penggalian
0.49
0,8198 Terbelakang
C
Industri Pengolahan
0.34
0,9946 Terbelakang
D
Pengadaan Listrik dan Gas
0.28
0,9653 Terbelakang
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.65
1,1799 Berkembang
F
Konstruksi
1.08
1,1197 Unggulan
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.92
0,9962 Terbelakang
H
Transportasi dan Pergudangan
0.42
1,0062 Berkembang
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.29
0,9924 Potensial
J
Informasi dan Komunikasi
1.00
0,9387 Terbelakang
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
0.59
1,1284 Berkembang
L
Real Estate
1.43
1,0299 Unggulan
Jasa Perusahaan
0.12
0,9751 Terbelakang
1.17
1,0008 Potensial
M, N
1.66
DLQ
0,9801 Potensial
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P
Jasa Pendidikan
0.90
0,9762 Terbelakang
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.97
0,9532 Terbelakang
Jasa lainnya
0.76
0,9413 Terbelakang
R,S,T,U
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Analisis LQ di Kabupaten Sekadau
Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Berdasarkan tabel di atas, sektor perekonomian di Kabupaten Sekadau yang telah menjadi dan akan tetap menjadi sektor basis di masa mendatang adalah Konstruksi dan Real Estate. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dikategorikan potensial, yaitu nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1 yang berarti sektor perekonomian tersebut akan mengalami perubahan dari sektor posisi basis ke non basis.
Analisis Tipologi Klassen Analisis Tipologi Klassen merupakan metode analisis sektor ekonomi suatu daerah menggunakan pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusinya terhadap keseluruhan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) suatu daerah. Berdasarkan hasil perhitungan dibawah, sektor-sektor unggulan berdasarkan analisis tipologi klassen selama lima tahun terakhir adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan; sektor konstruksi; dan sektor administrasi pemerintahan. Terkait dengan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan termasuk dalam kategori unggulan selama tiga tahun terakhir yang mengartikan pertumbuhan dan kontribusi sektor ini meningkat dan unggul di Kabupaten Sekadau,
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
22
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
No
Lapangan Usaha
2016
2017
2018
2019
2020
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Potensial
Potensial
Unggulan
Unggulan
Unggulan
B
Pertambangan dan Penggalian
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
C
Industri Pengolahan
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
D
Pengadaan Listrik dan Gas
Berkembang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Berkembang
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Terbelakang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
F
Konstruksi
Unggulan
Unggulan
Unggulan
Unggulan
Potensial
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Potensial
Potensial
Potensial
Unggulan
Potensial
H
Transportasi dan Pergudangan
Berkembang
Terbelakang
Berkembang
Berkembang
Terbelakang
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Berkembang
Terbelakang
Berkembang
Berkembang
Terbelakang
J
Informasi dan Komunikasi
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Terbelakang
Berkembang
L
Real Estate
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Berkembang
Jasa Perusahaan
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Berkembang
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Unggulan
P
Jasa Pendidikan
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Berkembang
Jasa lainnya
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
M, N
,R,S,T,U
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen di Kabupaten Sekadau
Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Analisis Shift Share Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui komponen-komponen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Komponen yang digunakan dalam analisis potensi relatif ekonomi wilayah hanya pengaruh sektor-sektor yang berkembang di wilayah yang lebih luas (proportional shift/PS) dan faktor lokasional yang merupakan keunggulan kompetitif suatu wilayah (differential shift/ DS). Lapangan Usaha
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B
Pertambangan dan Penggalian
C
Industri Pengolahan
D E F
Konstruksi
G
2016-2020
Kategori
Mij
Cij
103.19
22.75
Unggulan
-16.39
8.91
Potensial
-6.37
2.43
Potensial
Pengadaan Listrik dan Gas
0.17
-0.07
Berkembang
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.27
0.83
Unggulan
-40.63
32.39
Potensial
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
-53.12
-0.72
Tertinggal
H
Transportasi dan Pergudangan
-10.58
10.64
Potensial
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J
Informasi dan Komunikasi
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
L
Real Estate
-17.10
10.73
Potensial
51.17
-11.04
Berkembang
-1.13
12.70
Potensial
-3.75
5.76
Potensial
Jasa Perusahaan
-0.17
0.10
Potensial
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
10.31
6.96
Unggulan
P
Jasa Pendidikan
-19.24
3.36
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
22.44
-14.94
Berkembang
Jasa lainnya
-2.94
-0.47
Tertinggal
M,N
R,S,T,U
Potensial
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share di Kabupaten Sekadau
Sumber : Analisis Penyusun (2021)
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
23
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis shift share, dapat terlihat pada hasil akhir (Dij) bahwa sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Informasi dan Komunikasi, serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan tiga sektor terbesar dan paling berpengaruh terhadap perekonomian di Kabupaten Sekadau dimana nilai Dij menunjukan besaran dampak suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.
3 Ekonomi Wilayah dengan Pendekatan Pengeluaran Laju Inflasi Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Rata-rata
Inflasi
4,89
4,61
4,45
4,33
4,15
4,49
Tabel 5.6 Nilai Inflasi di Kabupaten Sekadau
Kabupaten Sekadau memiliki laju inflasi yang relatif terkendali di angka 4,82% yang lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 8,38%. Namun, nilai ini masih berada diatas nilai inflasi ideal di angka 2-3%.
Sumber : BPS (2021)
Nilai ICOR Nilai ICOR atau Incremental Capital Output Ratio digunakan untuk melihat efisiensi kegiatan investasi di suatu wilayah. Nilai ICOR Kabupaten Sekadau konstan di rentang mendekati nilai 6% pada tahun 2016-2019 dan mengalami penurunan hingga nilai negatif pada tahun 2020 yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Uraian (juta rupiah)
2016
PDRB Atas Harga Konstan Tahun 2010 Perubahan PMTB Atas Harga Konstan Tahun 2010
2017
2018
3.636.659
3.848.258
4.072.437
4.294.373
4.252.448
203.729
211.598
224.179
221.936
-41.925
1.192.474
1.246.387
1.313.575
1.362.893
1.342.322
5,85
5,89
5,86
6,14
-31,02
Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
2019
2020
Tabel 5.7 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Sekadau Tahun 2016-2020
Sumber: PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Pengeluaran Tahun 2016-2020
Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Nilai Net Ekspor perdagangan dan jasa Kabupaten Sekadau selalu menunjukkan nilai negatif yang berarti selalu dalam posisi defisit. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kabupaten Sekadau belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dari impor luar daerah cenderung selalu lebih tinggi. Analisis neraca perdagangan ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Uraian (juta rupiah)
2016
2017
2018
2019
2020
Nilai Ekspor
150.115
173.258
187.492
194.695
217.378
Nilai Impor
432.861
435.954
466.622
507.309
541.533
-282.746
-262.696
-279.130
-312.614
-324.154
0,35
0,40
0,40
0,38
0,40
Net ekspor (Ekspor-Impor) Rasio Ekspor/Impor
Tabel 5.8 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Kabupaten Sekadau Tahun 2016-2020
Sumber: PDRB Kabupaten Sekadau Menurut Pengeluaran Tahun 2016-2020
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
24
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
4.4
1
Implikasi pada Rencana Pembangunan dan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Implikasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Sekadau Tahun 2011-2031 Salah satu kebijakan penataan ruang dalam Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang RTRW Kabupaten Sekadau Tahun 2011-2031 yaitu pemantapan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan hutan serta mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam untuk menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan serta menjamin pembangunan yang berkelanjutan terutama di hulu DAS Sekadau dan hulu DAS Belitang. Hal ini menunjukkan prioritas pemerintah daerah dalam mempertahankan luas kawasan hutan utamanya di kawasan lindung di tengah tantangan pertumbuhan kegiatan perkebunan skala besar. Terkait dengan hutan produksi, salah satu strategi yang tertuang dalam RTRW adalah memanfaatkan hutan produksi secara selektif dan berkelanjutan. Dalam mendukung kegiatan industri kehutanan produksi, dilakukan dengan arahan pengembangan sesuai dengan hirarki pusat-pusat kegiatan dan mengembangkan sistem transportasi yang mendukung kegiatan produksi.
Refleksi dalam Rencana Tata Ruang Implikasi terhadap kebijakan penyelenggaraan penataan ruang adalah mewadahi pemanfaatan kawasan hutan dalam suatu wilayah sesuai yang ditetapkan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Permen KLHK yang kemudian diturunkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota. Selain itu juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang mengamanatkan agar pemanfaatan ruang pada lokasi pelepasan Kawasan Hutan yang belum termuat dalam Rencana Tata Ruang (RTR) harus mengajukan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) untuk menjaga ketertiban penerbitan hak. Selain itu, melalui UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang salah satunya diturunkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 Tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah. PP tersebut mengatur penyelesaian permasalahan RTRW dan Kawasan Hutan dan pengaturan batasan kawasan hutan. Sehingga diharapkan dengan adanya regulasi tersebut dapat meminimalisir konflik batas daerah kawasan hutan, sengketa tanah, pemanfaatan tidak sesuai tata ruang, dan terlampauinya daya dukung lingkungan (DDDTLH) yang memicu alih fungsi lahan dan deforestasi. Oleh karena itu jika ditarik dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau di bidang kehutanan, diperlukan prioritas untuk penentuan batas kawasan hutan terkait dengan hutan industri dan hutan produksi dengan sinkronisasi dengan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sehingga diharapkan kegiatan pemanfaatan ruang untuk kawasan hutan menjadi lebih tegas, perizinan berusaha menjadi lebih mudah diwadahi dan diawasi yang dapat membangun industri pengolahan hasil hutan yang berkelanjutan dan optimal. Selain itu, kedepannya perlu dipertimbangkan terkait memperpanjang nilai produksi hasil hutan produksi, membangun rantai distribusi dan pemasaran dari hasil produksi hutan produksi dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas jaringan jalan dari titik-titik produksi ke pasar-pasar sebagaimana dalam rencana struktur ruang Kabupaten Sekadau.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
25
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
2 Implikasi dalam Rencana Pembangunan RPJMD Kabupaten Sekadau 2016-2021 ● Visi : “Terwujudnya Kabupaten Sekadau Yang Maju, Mandiri, dan Berdaya Saing” ● Misi : 1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar dan optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam. 2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa serta penguatan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat. 3. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia ● Isu Strategis terkait dengan Kehutanan: 1. Terlalu dominannya kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyumbang lebih dari 39% PDRB dan kecenderungan stagnan. 2. Sebagian besar investasi berada pada sektor primer yang bernilai tambah rendah disebabkan oleh kesulitan investor mengembangkan sektor industri pengolahan sebagai akibat minimnya ketersediaan infrastruktur. 3. Kabut asap dan kebakaran hutan dan lahan masih sering terjadi di Kabupaten Sekadau. ● Strategi dan Arahan Kebijakan terkait dengan Kehutanan: 1. Pengembangan produksi dan produktivitas hasil hutan untuk memenuhi ketersediaan bahan baku industri lokal; 2. Pengembangan sarana dan prasarana pemasaran hasil produksi; 3. Penciptaan iklim investasi yang kondusif dalam rangka mempertahankan keberadaan investasi yang ada serta menarik investasi baru; 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan jaringan transportasi antar moda sebagai penghubung antara pusat produksi dan pasar. ● Program Pengembangan Hutan Produksi Secara umum program pengembangan kehutanan ditujukan untuk meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya guna meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas lapangan kerja dengan selalu memperhatikan keselamatan dan kelestarian lingkungan.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
26
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
a) Lima tahun pertama : pengembangan budidaya kehutanan diawali dengan program evaluasi izin pengusahaan hutan (HPH dan HTI; program perluasan areal Hutan Taman Industri baik HTI umum maupun HTI transmigrasi, diprioritaskan pada wilayah-wilayah hutan dengan produktivitas kurang dari 20 m3/Ha. b) Lima tahun kedua : program-program sebelumnya kemudian dilanjutkan dan ditindaklanjuti untuk lebih meningkatkan produktivitas sektor kehutanan disertai dengan program peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan penduduk.
Refleksi dalam Rencana Pembangunan Kabupaten Sekadau memiliki potensi sumber daya kehutanan yang besar serta turut dalam peningkatan ekonomi regional dan lokal. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan dan dikelola dengan maksimal di tengah tantangan alih fungsi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan, ketenagakerjaan, minimnya investasi dalam industri pengolahan hasil hutan, serta kebencanaan karhutla. Dalam rencana pembangunan yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi dan arahan kebijakan terkait kehutanan masih ada beberapa isu permasalahan yang belum dimasukkan dan dijadikan prioritas, misalnya perlindungan kawasan hutan dari alih fungsi lahan dan karhutla, serta mewadahi peningkatan produktivitas hasil hutan produksi melalui jaringan distribusi titik produksi dan pemasaran. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan program dalam perlindungan kawasan hutan dan peningkatan produktivitas hasil hutan produksi, yang kemudian dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) bagi KPH Kabupaten Sekadau. Dokumen ini menjadi data inventarisasi, perhitungan potensi dan produktivitas hasil hutan produksi, serta strategi dan program jangka panjang-berkelanjutan bagi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Sekadau. Selain itu, di periode berikutnya kemudian difokuskan dalam penyediaan sarana-prasarana pendukung, jaringan dan distribusi hasil produksi, pembukaan investasi dengan prinsip berkelanjutan, serta pemberdayaan tenaga kerja yang mendorong inovasi industri pengolahan hasil hutan Kabupaten Sekadau. Sehingga diharapkan menjadi upaya pembangunan ekonomi hijau (green economy) bagi Kabupaten Sekadau di masa yang akan datang.
Pembahasan Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
27
BAB V
PENUTUP.
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
5.1
Kesimpulan
Kabupaten Sekadau memiliki luas wilayah hutan produksi (terbatas dan tetap) sebesar 1.021 km2 atau setara 18,7% dari total luas wilayah kabupaten. Dengan proporsi luas hutan yang cukup luas dan dominasi tenaga kerja bekerja di sektor primer, maka sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor unggulan Kabupaten Sekadau. Namun dalam beberapa tahun terakhir, laju pertumbuhan PDRB di sektor tersebut cenderung stagnan dan tidak memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan melakukan analisis Neraca Sumber Daya Hutan Produksi Kabupaten Sekadau, didapatkan bahwa neraca fisik sebesar kurang lebih 6,6 juta m3 atau 2,3 juta ton yang jika dikonversi ke dalam moneter dapat menyentuh 3,6 triliun rupiah. Selain itu, Kabupaten Sekadau memiliki luas wilayah hutan lindung seluas 565 km2. Potensi ini dapat bernilai dengan tetap mempertahankan luasannya (dan ketentuan lainnya) dengan kegiatan usaha penyerapan dan/atau penyimpanan karbon. Berdasarkan hasil perhitungan neraca moneter bahwa potensi penyerapan dan/atau penyimpanan karbon sangat besar hingga triliunan rupiah. Namun, perlu dianalisis lebih lanjut sesuai dengan standar yang ada. Dapat disimpulkan bahwa potensi neraca sumber daya kehutanan Kabupaten Sekadau sangat besar dan menjadi sektor atau komoditas unggulan dalam rencana pembangunan ekonomi hijau (green economy) di masa yang akan datang. Hal yang penting adalah ketika berbicara mengenai pemanfaatan sumber daya hutan, tentunya tidak terlepas dalam rantai ekosistem hutan yang hidup di dalamnya. Sehingga yang menjadi tantangan adalah bagaimana prinsip keberlanjutan dan keseimbangan alam dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan. Dengan tujuan bahwa pemanfaatan sumber daya alam untuk hajat hidup orang banyak dalam hal ini mendorong ekonomi regional namun yang utama adalah keseimbangan alam dan ekosistem hutan di dalamnya.
5.2
Rekomendasi
Oleh karena itu, terdapat beberapa rekomendasi terkait dengan pengembangan dan pengelolaan sumber daya hutan di Kabupaten Sekadau, yaitu: 1. Mempertegas batasan delineasi kawasan hutan (produksi dan lindung) serta regulasi terkait pemanfaatan hutan yang optimal, misalnya dengan pembuatan dokumen RPHJP KPH wilayah Kabupaten Sekadau. 2. Pemanfaatan cadangan hutan produksi sesuai dengan prinsip berkelanjutan. Termasuk juga menjaga keberlangsungan ekosistem hutan, utamanya perlindungan terhadap flora dan fauna, 3. Mendorong industri pengolahan kayu yang dapat menambah nilai produk dan penyerapan tenaga kerja, yang mendorong investasi bagi Kabupaten Sekadau. 4. Pembangunan jaringan sarana dan infrastruktur jalan untuk menghubungkan bahan baku, titik produksi, dan pemasaran. 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan pelatihan dan pemberdayaan UMKM sehingga senantiasa berinovasi dan berkelanjutan. 6. Pengarusutamaan kebencanaan utamanya terkait bencana karhutla dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Selain itu, terdapat beberapa rekomendasi terhadap penelitian Neraca Sumber Daya Kehutanan Kabupaten Sekadau kedepannya, yaitu: 1. Pendataan lebih lanjut terkait hasil produksi dan produktivitas komoditas hutan produksi Kabupaten Sekadau 2. Hasil perhitungan neraca penyerapan dan/atau penyimpanan karbon perlu dianalisis lebih lanjut sesuai standar dan regulasi terkait yang berlaku di Indonesia,
Penutup Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
29
NSDA Kehutanan Kabupaten Sekadau Metode dan Teknik Perencanaan Wilayah
Daftar Pustaka Penelitian atau Kajian Manuri, S., C.A.S. Putra dan A.D. Saputra. (2011). Teknik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan. Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation – GIZ. Palembang
Peraturan UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; PP Nomor 43 Tahun 2021 Tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah Permen Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.64/ Menlhk /Setjen /Kum.1 /12 /2017 Tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan dan Ganti Rugi Tegakan Perda Kabupaten Sekadau Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2005-2025; Perda Kabupaten Sekadau Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau Tahun 2011-2013; Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung ; Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 683/KPTS/UM/8/81 Tentang Kriteria Tata Cara Penetapan Hutan Produksi; SNI 19-6728.2-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya, Sumber Daya Hutan Spasial.
Website Resmi https://tataruang.atrbpn.go.id/ kph.menlhk.go.id/sinapasdok lhk.kalbarprov.go.id https://canopy.itreetools.org
Dokumen Pemerintahan Daerah Kabupaten Sekadau dalam Angka Tahun 2016-2020 Profil Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2020 Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XV Sintang Timur Tahun 2019
Daftar Pustaka Neraca Sumber Daya Alam Kehutanan Kabupaten Sekadau
30
NSDA Kehutanan Kab. Sekadau
.2021
Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada