Laporan Analisis dan Rencana Pengembangan Desa Labota

Page 1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberi kemudahan dan kelancaran selama proses penyusunan Laporan Analisis Pengembangan Desa dan Masterplan Desa Labota Laporan ini merupakan salah satu program pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN PPM UGM) Periode 2 Antar Semester Tahun 2022. Dalam penulisan laporan ini, penulis menghaturkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, yaitu: 1. Pemerintah Desa Labota 2. Tokoh Masyarakat Desa Labota 3. Bapak Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt, M. Anim.St, Ph.D., IPM, ASEAN Eng. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) 4. Teman teman KKN PPM UGM Unit ST 002 5. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Besar harapan bahwa penyusunan Laporan Analisis Pengembangan Desa dan Masterplan Desa Labota menjadi usulan rencana pembagunan Desa Labota yang berkelanjutan dan layak huni Tentunya Laporan Analisis Pengembangan Desa dan Masterplan Desa Labota ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna perbaikan ke depannya. Bahodopi, 10 AgustusPenulis2022

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 5 DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................................................................6 BAB I PENDAHULUAN 7 1.1 Latar Belakang 7 1.2 Ruang Lingkup 7 1.3 Alur Berpikir 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................................................................9 2.1 Masterplan 9 2.2 Pembangunan Berkelanjutan 9 2.3 Pembangunan Berbasis Masyarakat 9 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH.................................................................................................................................... 10 3.1 Administrasi Wilayah 10 3.2 Pemerintahan Desa dan Kelembagaannya 11 3.3 Kondisi Fisik Wilayah 12 3.4 Sosial Kependudukan Desa 15 3.5 Sarana dan Prasana Desa 17 3.6 Perekonomian Desa 22 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN POTENSI 28 4.1 Identifikasi Masalah 28 4.2 Identifikasi Potensi..............................................................................................................................................................31 BAB V RENCANA PENGEMBANGAN DESA 32 5.1 Tujuan Perencanaan Pengembangan Desa Labota 32 5.2 Rencana Pengembangan Desa Aspek Fisik dan Lingkungan 33 5.3 Rencana Pengembangan Desa Aspek Sosio Kultural 36 5.4 Rencana Pengembangan Desa Aspek Perekonomian .....................................................................................37 5.5 Penentuan Rencana Program Prioritas Pengembangan Desa 38 5.6 Roadmap Rencana Pengembangan Desa Labota 38 5.7 Program Prioritas 43 BAB VI PENUTUP............................................................................................................................................................................ 49

4 6.1 Kesimpulan...................................................................................................................................................................................49 6.2 Rekomendasi 49 DAFTAR PUSTAKA 50

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Alur Berpikir Penyusunan Laporan Analisis dan Rencana Pengembangan Desa Masterplan Desa Labota 8 Gambar 3. 1 (a) Kenampakan Citra Satelit Posisi Relatif Desa Labota terhadap Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten; (b) Posisi Relatif Desa Labota terhadap Ibukota Kabupaten 10 Gambar 3. 2 Peta Batas Administrasi Wilayah Desa Labota..................................................................................................11 Gambar 3. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Labota 11 Gambar 3. 4 (a) Kenampakan Citra Satelit Desa Labota Tahun 2010 dan (a) Kenampakan Citra Satelit Desa Labota Tahun 2020 13 Gambar 3. 5 Peta Kejadian Bencana di Desa Labota 14 Gambar 3. 6 Proyeksi Penduduk Desa Labota Tahun 2023 2034 16 Gambar 3. 7 Posyandu dan Polindes Desa Labota 18 Gambar 3. 8 SD Negeri Labota............................................................................................................................................................19 Gambar 3. 9 Sarana Olahraga di Desa Labota 19 Gambar 3. 10 Kantor Desa Labota 20 Gambar 3. 11 Masjid di Desa Labota 20 Gambar 3. 12 Kondisi Jalan Trans Sulawesi di Desa Labota 21 Gambar 3. 13 Kondisi Jalan Permukiman di Desa Labota 21 Gambar 3. 14 Tower Telekomunikasi di Desa Labota..............................................................................................................22 Gambar 3. 15 Kondisi Drainase Jalan dan Drainase Permukiman di Desa Labota 22 Gambar 3. 16 Kenampakan Monyet Boti di Kawasan Hutan Konservasi Dusun 1 Desa Labota 24 Gambar 3. 17 Kenampakan Mangrove di Desa Labota Dusun 5 25 Gambar 3. 18 Peta Kawasan Terbangun Desa Labota 27 Gambar 4. 1 Pohon Masalah dalam Pembangunan Desa Labota 28 Gambar 5. 1 Ilustrasi Lubang Resapan Biopori ...........................................................................................................................34 Gambar 5. 2 Ilustrasi IPAL on site sanitation system 35 Gambar 5. 3 Ilustrasi Penerangan Jalan pada Permukiman 36 Gambar 5. 4 Milestone Rencana Pengembangan Desa Labota 39 Gambar 5. 5 Potongan Melintang Rencana Saluran Drainase di Jalan Trans Sulawesi 43 Gambar 5. 6 Rencana Alur Pengelolaan Sampah Desa Labota 44 Gambar 5. 7 Ilustrasi Desain Rencana Pocket Park dan Sarana Olahraga tiap Dusun..........................................45 Gambar 5. 8 Ilustrasi Green Buffer Zone dan Jalur Hijau 46 Gambar 5. 9 Peta Rencana Pengembangan Sarana Prasarana Desa Labota 48

6 DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk menurut Dusun di Desa Labota Tahun 2021 15 Tabel 3. 2 Data Penduduk Desa Labota Tahun 2017 2022 15 Tabel 3. 3 Data Penduduk Desa Labota Tahun 2023 2034 16 Tabel 3. 4 Informasi Aspek Kesehatan Masyarakat menurut 16 Tabel 3. 5 Sarana dan Prasarana Desa Labota Tahun 2021..................................................................................................17 Tabel 3. 6 Industri dan Perdagangan Desa Labota 23 Tabel 4. 1 Rekapitulasi Identifikasi Permasalahan dalam Pembangunan di Desa Labota 28 Tabel 4. 2 Rekapitulasi Identifikasi Potensi dalam Pembangunan di Desa Labota 31 Tabel 5. 1 Sasaran dan Arahan Pengembangan dalam Pembangunan Desa Labota 32 Tabel 5. 2 Kriteria Pembobotan Faktor Strategis Prioritas Pembangunan Desa 38 Tabel 5. 3 Perhitungan Pembobotan Prioritas Pembangunan Desa Labota 38 Tabel 5. 4 Rencana Pentahapan Kegiatan Periode Tahun 2023 2034..........................................................................40

PENDAHULUAN Latar Belakang Rencana pembangunan desa memegang fungsi strategis dalam mengarahkan tujuan desa mandiri, tangguh, berkelanjutan, dan meningkatkan aspek kehidupan masyarakat desa. Sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan pemerintah desa untuk memiliki kewenangan dalam mengelola daerahnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Rencana Pembangunan Desa dituangkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa atau RPJMDes yang menjadi perdoman pelaksanaan pembangunan desa. Namun, dalam perjalanannya pada kondisi lapangan ditemukan berbagai kendala pelaksanaan program seperti tidak tersedianya RPJMDes serta minimnya partisipasi masyarakat dalam pengkajian permasalahan pembangunan desa.

Laporan ini digunakan sebagai pedoman rencana induk pengembangan Desa Labota yang direncanakan skenario jangka panjang dua belas (12) tahun. Jangka waktu ini dipilih mengikuti dua periode waktu jabatan pemerintah desa dan sinkoronisasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Data yang digunakan merupakan data terbaru maksimal sepuluh tahun ke belakang. 1.2.3 Ruang Lingkup Substansial

7 BAB I

1.1

Masterplan merupakan dokumen induk perencanaan kawasan berdasarkan potensi dan masalah untuk mewujudkan tujuan perencanaan yang diharapkan dapat tercapai dalam kurun waktu tertentu. Produk masterplan merupakan rencana yang bersifat komprehensif dan menjadi salah satu instrumen untuk merumuskan strategi perencanaan dan program bagi pengembangan desa. Desa Labota terletak di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara fisik wilayah, Desa Labota terletak di daerah pesisir dengan luas wilayah 142.17 km2 Dominasi peruntukan lahan yaitu hutan, kawasan industri penambangan dan pengolahan, serta permukiman. Dengan berkembangnya kawasan industri membuka peluang lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi baru. Namun, perkembangan yang sangat pesat tidak ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur menimbulkan berbagai kompleksitas permasalahan di Desa Labota. Oleh karena itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi menjadi usulan rencana pembagunan Desa Labota yang berkelanjutan dan layak huni. 1.2 Ruang Lingkup 1.2.1 Ruang Lingkup Spasial Laporan ini mencakup analisis di Desa Labota yang terdiri dari lima (5) dusun dengan batas wilayah administrasi dengan rincian batas sebagai berikut: Utara : Laut Tolo dan Pulau Langala Selatan : Desa Makarti Jaya dan Desa Padabaho Barat : Desa Fatufia Timur : Hutan Negara dan Desa Fatufia 1.2.2 Ruang Lingkup Temporal

Laporan ini memuat substansi komponen analisis pengembangan desa dan penyusunan masterplan desa yang meliputi analisis gambaran umum wilayah, identifikasi permasalahan dan potensi desa, serta rekomendasi arahan pengembangan desa alias masterplan Desa Labota. 1.3 Alur Berpikir

8 Gambar 1. 1 Alur Berpikir Penyusunan Laporan Analisis dan Rencana Pengembangan Desa Masterplan Desa Labota Sumber: Analisis Penyusun (2022)

Masterplan merupakan dokumen rencana induk penataan ruang dalam pengaturan fasilitas umum sesuai dengan fungsi peruntukan lahannya. Masterplan memiliki cakupan perencanaan yaitu pada skala kompleks bangunan, kawasan, dan kota. Penyusunan masterpan berlandaskan pada potensi dan masalah dari kawasan tersebut yang selanjutnya dirumuskan visi perencanaan kawasan. Masterplan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat komprehensif yang terdiri dari dokumen rencana dan dokumen teknis dengan jangka waktu perencanaan 12 tahun mengikuti keselarasan dengan Rencana Pengembangan Desa (RPJMDes) Proses umum penyusunan masterplan dimulai dari arahan kebijakan dari otoritas (pengarah perencanaan) yang dilanjutkan dengan analisis fisik dan non fisik yang didasarkan pada analisa permasalahan dan alokasi ruang. Langkah selanjutnya adalah perancangan fisik (designing) alias pengusulan rencana masterplan.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk mencapai kesetaraan pembangunan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan pelestarian lingkungan hidup dalam kegiatan pembangunan. Salah satu pendekatan perencanaan dengan paradigma ini adalah permukiman yang berkelanjutan atau sustainable housing. Sustainable housing merupakan prinisp perencanaan yang mendorong pembangunan ekonomi, keseimbangan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial dalam menghadapi tantangan permasalahan seperti pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kekumuhan, kemiskinan, krisis iklim, dan minimnya akses terhadap infrastruktur dasar untuk bermukim. Tujuan dari sustainable housing adalah meningkatkan kualitas bermukim, meningkatkan penyediaan perumahan yang berkualitas, meningkatkan peluang kegiatan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia, perlindungan mitigasi terhadap bencana, serta menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif (UN Habitat, 2012).

2.3 Pembangunan Berbasis Masyarakat Pembangunan berbasis masyarakat menitikberatkan pada upaya mendorong masyarakat sebagai objek pembangunan. Pembangunan berbasis masyarakat bertujuan membangun kesadaran masyarakat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sehingga tujuan perencanaan berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Pembangunan berbasis masyarakat juga dibentuk melalui perencanaan berbasis masyarakat atau disebut dengan perencanaan partisipatori (participatory planning). Perencanaan partisipatori merupakan proses perencanaan yang ddalamnya berbagai kelompok dan kepentinan bekerjasama menghasilkan konsensus untuk perencanaan. Perencanaan partisipatori diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dalam proses perencanaan, memberikan kesempatan semua kelompok untuk menyatakan pendapat, membangun komunitas yang baik antar masyarakat, dan lain sebagainya. sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss

2.1 Masterplan

10 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1 Administrasi Wilayah Secara astronomis, Desa Labota terletak di koordinat 02,870000000 LS dan 122,18222000 BT Posisi relatif Desa Labota terhadap Ibukota Provinsi sejauh 562 km, Desa Labota terhadap Ibukota Kabupaten sejauh 68 km, dan Desa Labota terhadap Ibukota Kecamatan sejauh 18 km. Pada tahun 1968, Desa Labota diresmikan menjadi desa definitif yang terbagi atas lima dusun yang dibagi atas dasar batas alam yang ada yaitu sungai kecil yang mengarah ke Teluk Tomini dan jalan desa. (a) (b) Gambar 3. 1 (a) Kenampakan Citra Satelit Posisi Relatif Desa Labota terhadap Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten; (b) Posisi Relatif Desa Labota terhadap Ibukota Kabupaten Sumber : Analisis Penyusun (2022) Desa Labota memiliki luas wilayah administrasi sebesar 142.17 km2 yang terdiri dari lima dusun. Batas administrasi Desa Labota adalah sebagai berikut Utara : Laut Tolo dan Pulau Langala Selatan : Desa Makarti Jaya dan Desa Padabaho Barat : Desa Fatufia Timur : Hutan Negara dan Desa Fatufia

11 Gambar 3. 2 Peta Batas Administrasi Wilayah Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022) 3.2 Pemerintahan Desa dan Kelembagaannya Gambar 3. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Labota Sumber : Dokumen Perangkat Desa Labota (2022) Pemerintah dan Perangkat Desa Labota memiliki struktur kelembagaan yang berfungsi sebagai penyelenggara pembangunan desa. Kelembagaan Desa Labota adalah sebagai berikut (TIM KKN PPM UGM Morowali, 2020): 1) Pemerintah Desa Labota (Kepala Desa dan Perangkat Desa)

12

a. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat.

c. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisi pasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat.

4) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Badan Usaha Milik Desa Labota dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam bidang ekonomi dan pelayanan umum. Hasil dari usaha BUMDes digunakan untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat desa. BUMDes Labota memiliki fokus dalam pengelolaan sampah di Desa Labota.

3.3 Kondisi Fisik Wilayah Desa Labota terletak di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara umum, kondisi alam Desa Labota berupa perbukitan, daratan, dan pesisir yang berada pada tingkat ketinggian 3 mdpl Desa Labota dilalui oleh Sungai La Morafu sepanjang 16 km dan Sungai Padabaho sepanjang 16 km. Jenis tanah di Desa Labota adalah tanah Podsolik Merah Kuning, Litosol, dan Regosol yang memiliki sifat sifat masam, basah, berlempung, kadar aluminium dan besi yang tinggi. Curah hujan rata rata Desa Labota yaitu 1800 2800 mm/hari.

b. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa.

2) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Labota merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan desa. Anggota dari BPD merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang kemudian ditetapkan secara demokratis. Fungsi dari BPD Labota

Desa Labota sendiri memiliki beberapa lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang bidang tertentu:Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Labota yang bergerak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kelompok Tani Desa Labota yang bergerak pada bidang pertanian dalam rangka mengkoordinasikan kebutuhan petani. Karang Taruna yang bergerak pada bidang kepemudaan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia khususnya bagi para pemuda.

d. Meningkatkan kesejahteraan keluarga. e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa Labota

a.adalah:Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

3) Lembaga Kemasyarakatan Desa Labota Lembaga kemasyarakatan Desa Labota merupakan wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra pemerintah desa. Fungsi dari lembaga kemas yarakatan ini diantaranya:

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

Pemerintah Desa Labota terdiri dari Kepala Desa dibantu Perangkat desa selaku pembantu tugas tugas kepala desa. Pemerintah Desa Labota berkedudukan sebagai unsur penyelenggara utama pemerintahan desa. Pemerintah desa bertugas dalam memberikan pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan masyarakat Desa Labota.

13

(b) Gambar 3. 4 (a) Kenampakan Citra Satelit Desa Labota Tahun 2010 dan (a) Kenampakan Citra Satelit Desa Labota Tahun 2020 Sumber : Analisis Penyusun (2022) Potensi kebencanaan yang terdapat di Desa Labota adalah ancaman bencana longsor dan juga bencana banjir. Adanya kedua potensi bencana tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi fisik dan sosial yang ada di Desa Labota. Daerah yang menjadi lokasi terjadinya bencana banjir berada pada Dusun I dan juga Dusun 5 Desa Labota. Banjir yang terjadi di daerah tersebut terjadi karena daya tampung dan daya dukung lingkungan yang tidak mumpuni seiring dengan pembangunan wilayahnya yang begitu pesat. Selain itu, cuaca yang tidak menentu disertai dengan jaringan drainase yang belum memadai juga menjadi penyebab terjadinya banjir yang melanda Desa Labota. Kondisi ini diperparah dengan pembuangan sampah yang belum dikelola secara maksimal yang seringkali menutupi saluran air sehingga pembuangan air hujan tidak berfungsi dengan optimal. Alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Labota menimbulkan adanya ancaman bencana baru yaitu terjadinya tanah longsor. Banyaknya lahan yang dialihfungsikan tanpa didukung dengan perencanaan yang baik dapat menjadi pemicu semakin parahnya longsor yang terjadi. Ancaman bencana yang ada pada Desa Labota dapat diminimalisir dengan adanya mitigasi bencana yang tepat.

Penggunaan lahan di Desa Labota mengalami perubahan yang sangat signifikan selama dekade terakhir. Perubahan guna lahan tersebut berkaitan dengan berdirinya kawasan pertambangan dan industri pengolahan nikel. Perubahan tutupan lahan yang terlihat yaitu sebelumnya merupakan peruntukan kawasan hutan berbukit berubah menjadi kawasan galian/tambang dan perluasan kawasan industri. Seiring dengan pertumbuhan industri juga menimbulkan tumbuhnya permukiman baru untuk memenuhi kebutuhan hunian untuk bekerja. Kegiatan lahan produktif seperti pertanian, perkebunan, dan peternakan sudah sangat minim karena perubahan penggunaan lahan dan dampak dari kegiatan industri.(a)

14 Gambar 3. 5 Peta Kejadian Bencana di Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022)

15 3.4 Sosial Kependudukan Desa 3.4.1 Data BerdasarkanKependudukandataPemerintah Desa Labota, jumlah penduduk Desa Labota pada tahun 2021 sebesar 6.179 jiwa dengan 2.981 KK. Komposisi penduduk Desa Labota menurut jenis kelamin sebesar 4.074 jiwa (66%) merupakan penduduk berjenis kelamin laki laki dan sebesar 2.102 jiwa (34%) penduduk berjenis kelamin perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan pesebaran dusun dapat dilihat melalu grafik di bawah ini. Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk menurut Dusun di Desa Labota Tahun 2021 Dusun Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) Dusun I 1.098 18 Dusun II 557 9 Dusun III 2.075 34 Dusun IV 1.865 30 Dusun V 584 9 Sumber : Pemerintahan Desa Labota (2021) Berdasarkan data yang dimiliki Pemerintah Desa1 berikut merupakan rincian komposis penduduk menurut usia pada tahun 2021 yaitu : Jumlah bayi sebanyak 83 jiwa dengan rincian 28 laki laki dan 46 perempuan. Jumlah balita 223 jiwa dengan rincian 108 laki laki dan 115 perempuan. Jumlah remaja (usia 10 18 tahun) sebanyak 239 jiwa dengan rincian 119 laki laki dan 120 Jperempuan.umlahlansia (55 tahun keatas) yaitu 42 jiwa dengan rincian 23 laki laki dan 19 perempuan. Data kependudukan pada tahun 2022 (per Mei 2022), jumlah penduduk Desa Labota sebesar 6.029 jiwa dengan 1.919 KK. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin yaitu 3.983 jiwa (66,06)%) laki laki dan 2.053 jiwa (33,9%) perempuan. Berdasarkan data pada tahun 2021 dan 2022 terdapat penurunan jumlah jiwa penduduk. Hal ini disebabkan banyak hal terutama masalah administrasi kependudukan yang belum tercatat terutama bagi para pekerja dari perusahaan. 3.4.2 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk diperlukan dalam menganalisis daya tampung dan kesesuaian peruntukan lahan dalam rencana pengembangan Desa Labota. Dalam menganalisis proyeksi penduduk di Desa Labota diperlukan pendekatan proyeksi jumlah pekerja perusahaan di Desa Labota dan sekitarnya. Berdasarkan hasil riset dari Research and Corporate Branding PT. IMIP pada tahun 2021, sebesar 3.264 jiwa (52,8%) dari jumlah penduduk Desa Labota merupakan karyawan/ pekerja perusahaan. Selain itu, jika dengan pendekatan jumlah kamar kos (pekerja perusahaan) terdapat 1.830 kamar kos pada tahun 2021. Tabel 3. 2 Data Penduduk Desa Labota Tahun 2017 2022 Data Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan 2017 452 2018 458 0,013 2019 466 0,017 2020 6.289 12,496 2021 6.179 0,017 2022 6.029 0,024 1 Hasil riset dari Research and Corporate Branding PT. IMIP tahun 2021.

3.4.3 Kesehatan BerdasarkanMasyarakatdatadari Puskesdes Desa Labota, terdapat beberapa informasi terkait dengan kesehatan masyarakat di Desa Labota yang dapat dilihat melalui tabel di bawah ini per bulan Mei 2022. Tabel 3. 4 Informasi Aspek Kesehatan Masyarakat menurut Jumlah Jiwa/ Kasus di Desa Labota Aspek Kesehatan Jumlah jiwa/kasus Kunjungan Pelayanan Jumlah Bayi 68

16 Sumber : Analisis Penyusun (2022) Tabel 3. 3 Data Penduduk Desa Labota Tahun 2023 2034 Tahun Proyeksi Penduduk (Jiwa) Geometri Eksponensial KK Dalam KK Luar* Total KK Dalam KK Luar* Total 2023 6180 11628 17808 6181 11635 17817 2024 6334 11918 18252 6338 11929 18267 2025 6492 12216 18708 6498 12231 18729 2026 6654 12521 19175 6662 12540 19202 2027 6820 12834 19654 6831 12857 19688 2028 6991 13154 20145 7003 13182 20186 2029 7165 13483 20648 7180 13516 20696 2030 7344 13819 21163 7362 13857 21219 2031 7527 14164 21692 7548 14208 21756 2032 7715 14518 22233 7739 14567 22306 2033 7908 14880 22788 7935 14935 22870 2034 8105 15252 23357 8135 15313 23448 *Data KK Luar hanya didapatkan pada tahun 2021 dengan menggunakan asumsi jumlah pekerja karyawan industri dikalikan 3 (Jumlah 1 pekerja membawa 2 anggota keluarga) ** Dikarenakan keterbatasan data tahun KK Luar, maka angka pertumbuhan KK Luar diasumsikan sama dengan KK Asli Gambar 3. 6 Proyeksi Penduduk Desa Labota Tahun 2023 2034 Sumber : Analisis Penyusun (2022) Tabel diatas merupakan hasil perhitungan proyeksi penduduk tahun 2023 hingga 2034 (12 tahun perencanaan) dengan metode Geometri dan Eksponensial. Proyeksi yang dilakukan berdasarkan pedataan penduduk data KK asli yang tercatat di perangkat desa, sehingga belum termasuk pendataan KK luar. Dalam penyusunan rencana pengembangan desa diperlukan proyeksi mendetail dari jumlah pekerja dan kecenderungan menetap selama kurun waktu tertentu.

17 Jumlah Balita 247 Jumlah Anak Prasekolah 31 Jumlah Ibu Hamil 131 Jumlah Bayi Lahir Hidup 191 Kasus DemamPenyakit* 2

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Bidan Puskedes, bahwa angka kasus penyakit di Desa Labota adalah ISPA, Diare, Stunting dan Muntaber frekuensi kasus semakin tinggi. Peningkatan angka kasus penyakit juga erat kaitannya dengan permasalahan pengelolaan sampah, sanitasi, drainase, dan asap buangan (PLTU dan Industri). Selain itu, juga meningkat kasus penyakit demam berdarah terutama saat kondisi musim penghujan. Penyakit stunting juga menjadi sedang meningkat tajam pada tahun ini. Stunting yang tinggi ini berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu hamil dan anak. 3.4.4 Konteks Sosial dan Budaya Selama tiga tahun terakhir perkembangan kawasan industri di Desa Labota semakin pesat yang tentunya mengakibatkan banyaknya pendatang yang mencari peluang kerja di desa ini. Para pendatang ini datang dari Kendari, Makassar, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan masih banyak lagi Hasil dari wawancara dengan masyarakat bahwa ratusan orang pendatang setiap bulannya, namun hingga laporan ini disusun belum ada data rekap masyarakat pendatang di Desa Labota2 Dengan banyaknya pendatang untuk bekerja tentunya mempengaruhi kehidupan sosial dan bermasyarakat Desa Labota. Permasalahan sosial yang muncul yaitu indikasi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pencurian, konflik kemajemukan ras, dan konflik sosial lainnya. Dari hasil wawancara dengan perangkat desa dan masyarakat bahwa kegiatan POKJA tidak seaktif seperti dahulu. Hal ini disebabkan karena semakin sedikitnya masyarakat asli dan kesibukan bekerja. Tentunya hal ini dapat menghambat usaha program dan kegiatan pembangunan desa. Selain itu dengan minimnya ruang terbuka untuk bercengkrama sehingga kedekatan antar tetangga semakin berkurang. Ruang terbuka juga diperlukan untuk menciptakan ruang aman bagi anak dan kelompok masyarakat rentan. Selain itu terkait permasalahan kapasitas sumber daya manusia dari sisi pendidikan dan kesehatan. Dalam aspek kesehatan bahwa angka kasus penyakit meningkat untuk penyakit ISPA, Diare, dan Muntaber. Selain itu juga angka pernikahan usia dini karena pengaruh kebudayaan setempat. Dalam aspek pendidikan yang menjadi permasalahan utama adalah fasilitas sarana prasarana pendidikan yang kurang memadai dan kurangnya tenaga pendidik sehingga proses pembelajaran menjadi tidak optimal. 3.5 Sarana dan Prasana Desa Tabel 3. 5 Sarana dan Prasarana Desa Labota Tahun 2021 No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Pendidikan 7 a Paud 3 b TK 1 2 Hasil wawancara dengan perangkat desa dan masyarakat

1

Diare *hanya pada bulan Mei 2022 dan yang terdaftar hanya masyarakat domisili Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun dan Data Puskesdes (2022)

18 c SD 1 d MTS 1 e Politeknik Industri Logam 1 2 Kesehatan 1 a Poskesdes 1 3 Peribadatan 8 a Masjid 5 b Musholla 2 c Gereja 1 4 Perekonomian 1 a Pasar 1

3 Hasil wawancara dengan Ibu Nunung (Bidan Puskedes Desa Labota)

Sumber: Pemerintah Desa Labota 3.5.1 Sarana Kesehatan Desa Labota memiliki sarana kesehatan yaitu Posyandu / Poskedes (Pos Layanan Terpadu) dan Polindes (Pondok Bersalin Desa) yang berlokasi di Dusun 3. Posyandu merupakan forum sarana pelayanan terpadu program Keluarga Berencana dan program kesehatan masyarakat lainnya Polindes merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berada di tingkat desa dengan kader kesehatan seperti bidan. Gambar 3. 7 Posyandu dan Polindes Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) Polindes dan Poskedes belum mencukupi untuk melayani permasalahan kesehatan di Desa Labota. Desa Labota memiliki kader kesehatan untuk melayani berbagai permasalahan kesehatan (ISPA, Diare, Muntaber, dan lain sebagainya) serta aksesibilitas untuk menuju rumah sakit terdekat untuk masalah kesehatan yang berat. Aksesibilitas ditinjau dari belum adanya ambulans, letak puskesmas (di Bahodopi) dan rumah sakit (di Bungku) yang jauh serta jalan akses satu satunya (Jalan Trans Sulawesi) yang padat dan kondiri rusak Permasalahan kesehatan juga erat kaitannya dengan permasalahan pengelolaan sampah, sanitasi, drainase, dan asap dimana berimplikasi pada meningkatan angka penyakit ISPA, Diare, dan Muntaber3 3.5.2 Sarana Pendidikan Desa Labota memiliki beberapa sarana pendikan formal, yaitu tiga unit PAUD, satu unit TK, satu unit SD, satu unit MTS, dan satu unit Politeknik. Politeknik Industri Logam Morowali berada di bawah Kementerian Perindustrian dengan status ikatan kerja.

Permasalahan utama terkait pendidikan di Desa Labota adalah kurangnya ketersediaan sekolah dan pengajar khususnya untuk jenjang sekolah dasar. Sekolah Dasar (SD) Labota memiliki jumlah siswa 481 orang dan 21 orang guru. Setiap bulannya akan ada penambahan puluhan murid sehingga secara standar sekolah ini tidak mampu melayani seluruh siswa. Sistem pembelajaran dilakukan shift pagi dan siang yang tentunya tidak optimal. Seharusnya dengan jumlah penduduk yang lebih dari 6000 jiwa memiliki 4 sekolah dasar menurut standar4 bahwa ketersediaan sekolah saat ini belum dapat melayani pendidikan masyarakat di Desa Labota. Selain itu, sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran juga belum mencukupi jumlah siswa seperti meja, kursi, alat peraga, dan alat bantu mengajar lainnya. 3.5.3 Sarana Olahraga dan Ruang Terbuka Publik Desa Desa Labota memiliki beberapa sarana olahraga dan ruang terbuka publik yang dapat digunakan sebagai tempat bermain dan berkumpul masyarakat. Ruang publik seperti lapangan olahraga dan ruang serbaguna.

Gambar 3. 8 SD Negeri Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022)

19

Gambar 3. 9 Sarana Olahraga di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) Namun, beberapa sarana olahraga dan ruang terbuka publik masih kurang dan tidak terawat. Fungsi sarana olahraga dan ruang terbuka publik sangat penting dalam membangun hubungan bermasyarakat, wadah berbagai kegiatan kemasyarakatan desa. Masyarakat juga menyatakan 4 Merujuk pada SNI 03 1733 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan : standar sarana sekolah dasar memiliki jumlah penduduk penduduk 1.600 jiwa dengan radius pencapaian 1.000 m2

Kelembagaan Pemerintahan Desa Sarana kelembagaan pemerintah desa dan perangkat desa lain yang dimiliki adalah Kantor Desa, Balai Desa, dan Kantor BUMDes DesaGambarLabota.3.10

3.5.4kosong.Sarana

Kantor Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) 3.5.5 Sarana Peribadatan dan Keagamaan Penduduk Desa Labota mayoritas memeluk agama islam. Di Desa Labota terdapat enam masjid, dua musholla, dan satu gereja.

Gambar 3. 11 Masjid di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) 3.5.6 Sarana Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Sampah dapat dijumpai menumpuk di pinggiran jalan dari dusun satu hingga dusun lima. Menumpuknya sampah ini diakibatkan oleh melonjaknya penduduk yang tinggal dan maraknya kios kios di pinggir jalan trans Sulawesi ini, selain itu sampah pada badan jalan juga diperparah oleh penduduk di luar desa yang sering membuang sampah sembarangan. Diperkirakan jumlah sampah di wilayah Labota perhari adalah sebesar 10,5 ton dan akan terus bertambah.

Dari permasalahan tersebut sebenarnya desa sudah melakukan upaya untuk segera menyelesaikannya, tetapi dari sistem yang diterapkan sekarang dirasa sangat tidak efektif. Dengan dua armada dump truck yang beroperasi tidak akan selesai jika dalam perjalanan truk tersebut banyak berhenti untuk mengangkut sampah setiap rumah. Sampah yang ada tidak diangkut setiap hari, tetapi

20 urgensinya untuk memiliki ruang terbuka hijau dan ramah anak secara komunal pada lahan lahan

Gambar 3. 12 Kondisi Jalan Trans Sulawesi di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) Jalan permukiman di Desa Labota dibuat mengikuti pembukaan lahan bermukim. Kondisi jalan masih berupa tanah yang jika dalam kondisi penghujan akan berlumpur. Di beberapa segmen jalan dalam kondisiberlubang dantidak memiliki drainase jalan. Di sisi jalan juga menjadi tumpukan sampah dan menyumbat saluranGambardrainase.3.13 Kondisi Jalan Permukiman di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) 3.5.8 Jaringan Kelistrikan dan Telekomunikasi

3.5.7 Jaringan Jalan Desa Labota dilalui oleh Jalan Trans Sulawesi sebagai jalan utama mobiitas dan status sebagai jalan provinsi. Kondisi jalan secara umum tidak memenuhi standar ukuran jalan untuk status jalan nasional. Hasil pengamatan di beberapa segmen jalan dalam kondisi rusak berat, menggenang / berlumpur saat musim penghujan, dan minim penerangan jalan Jalanan didominasi oleh jalan dengan perkerasan lentur dibanding perkerasan kaku. Lebar jalan terbilang sempit untuk ukuran jalan dengan status jalan nasional dan lebar jalanannya tidak konsisten. Keadaan ini semakin diperparah dengan mobilitas kendaraan berat (untuk mobilitas antar wilayah dan kegiatan mobilitas industri) yang tidak didukung dengan perkerasan sesuai dengan standar. Observasi dari sisi fasilitas jalan juga masih belum memadai yang ditandai dengan minimnya rambu jalan dan marka jalan yang tidak terlihat. Pada jam tertentu akan terjadi kemacetan parah pada jam berangkat kerja dan pulang kerja.

21 diangkut berkala sesuai jadwal perdusun. Sampah yang ada diperkirakan hanya diangkut sebanyak 2 3 kali perminggu. Selain itu, jarak TPS yang terdapat di Desa Bahomakmur sangat jauh dan dengan medan yang tidak rata juga memperparah pendistribusian sampah tersebut.

Berdasarkan data dari RPJMD Kabupaten Morowali, Desa Labota memiliki rasio elektrifikasi sebesar 100% dengan jumlah keluarga pengguna listrik PLN sebesar 459 KK pengguna. Jaringan telekomunikasi di Desa Labota telah tersedia jaringan tower namun belum merata untuk jaringan 4G. Desa Labota dengan panjang ± 9km hanya memiliki 5 tower yang terletak hanya pada beberapa dusun. Kurangnya kemerataan pembangunan tower ini, sangat menghambat aktivitas masyarakat dalam mengakses informasi dan menggunakan media sosial. Kemudian masyarakat pendatang juga mengalami kesulitan dalam mengakses internet 4G.

Gambar 3. 14 Tower Telekomunikasi di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) 3.5.9 Jaringan Drainase

Kondisi jaringan drainase belum optimal dan tercampur dengan limbah rumah tangga dan limpasan dari air hujan. Fungsi utama dari saluran drainase adalah untuk mengalirkan air hujan dari permukaan tanah menuju aliran sungai sehingga tidak terjadi genangan/banjir di pemukiman maupun di jalanan. Namun, fungsi saluran drainase tidak bekerja dengan baik diDesa Labota. Saluran drainase idealnya ada di sebelah kiri dan kanan jalan. Namun, realitanya saluran drainase hanya terdapat di beberapa titik dan tidak terhubung satu sama lain. Struktur saluran drainase terbuat dari tanah yang digali oleh excavator. Selain itu, saluran drainase yang ada juga tertimbun oleh sampah. Akibatnya, ketika hujan turun, saluran drainase yang ada tidak mampu mengalirkan air hujan sehingga terjadi genangan di jalan. Ketika hal ini dibiarkan, struktur perkerasan jalan beraspal akan rusak. Dan yang lebih parah, akan terjadi banjir.

Gambar 3. 15 Kondisi Drainase Jalan dan Drainase Permukiman di Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) 3.6 Perekonomian Desa 3.6.1 BUMDes dan Pengelolaannya

22

23 Badan Usaha Milik Desa Labota dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam bidang ekonomi dan pelayanan umum. Hasil dari usaha BUMDes digunakan untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat desa. BUMDes di Desa Labota memiliki fokus dalam pengelolaan sampah di Desa Labota seperti pengadaan infrastruktur persampahan dan pembiayaan retribusi untuk manajemen sampah. 3.6.2 Data Industri dan Perdagangan Desa Di Desa Labota telah berkembang berbagai aktivitas usaha perdagangan dan jasa yang meningkat pesat setiap tahunnya yang diakibatkan oleh berkembangnya aktivitas industri dan bermukim bagi pekerja di Desa Labota. Tabel di bawah ini menunjukan jumlah jenis usaha yang ada di Desa Labota. Tabel 3. 6 Industri dan Perdagangan Desa Labota Sumber : Divisi Riset dan Branding PT. IMIP (2021) No Jenis Usaha Jumlah No Jenis Usaha Jumlah 1 Stand Minuman (Non Bangunan) 33 33 Toko Pakaian 16 2 Stand Makanan (Non Bangunan) 36 34 Swalayan (Alfamidi) 1 3 Kios 208 35 Cuci Mobil 3 4 Pertamini 134 36 Kios Sayuran (Ada Bangunan) 8 5 Konter dan Service HP 5 37 Kios Buah (Ada Bangunan) 14 6 Toko Kelontong Besar 2 38 Toko HP 4 7 Warung Makan 65 39 Jual Es Batu 10 8 Bengkel Mobil 3 40 Distributor Alat Berat (United Traktor) 1 9 Kedai Minuman (Ada Bangunan) 14 41 Taman Bermain 1 10 Salon/Pangkas Rambut/ Barbershop 16 42 Restoran 1 11 Pijat dan Spa 11 43 Isi Ulang Air Galon 4 12 Laundry 36 44 Agen Mandiri 3 13 Jahit dan Permak 14 45 Toko Alat Tulis 6 14 Agen Travel/PO 7 46 Toko Bangunan 7 15 Bengkel Motor 27 47 Showroom Motor Bekas 2 16 Penjual Ikan (Ada Bangunan) 13 48 Penginapan 1 17 Penjual Kayu (Ada Pondokan) 2 49 Cuci Motor 8 18 Penjual Ayam Potong 12 50 Bengkel Las Bubut 1 19 Toko Kaos Kaki 2 51 Penjual pulsa (ada bangunan) 40 20 Agen/Reseller Obat 2 52 Toko Fashion 1 21 Pasang Gigi 1 53 Toko Aksesoris HP 1 22 Cetak/Jual Batako 8 54 Jasa pembuat sumur bois (Ada tempat usaha) 3 23 Jual Kepiting 1 55 Penjual bibit dan produk organik 1 24 Toko Elektronik 1 56 Kios Pakan 1 25 Jasa Mebel/Perkayuan 3 57 Jasa Ojek Laut 1 26 Agen BRI Link 17 58 Rental Mobil 1 27 Toko Perlengkapan Rumah 2 59 Juak Sayuran Hidroponik 1 28 Jual Tembakau 1 60 Servis Elektronik 1 29 Studio/Sanggar Pengantin 1 61 Jasa Angkutan Pick Up 2 30 Agen Leasing 1 62 Toko Parfum 3 31 Apotek/Toko Obat 5 63 Penjual Ikan Hias 2 32 Toko Kue 4 64 Toko Kosmetik 4 *Catatan Desa Labota 1. Lorong setelah sungai tabo belum dihitung 2. Lorong sekitar lapangan bola habis jembatan rusun belum dihitung 3. Lorong belakang kantor desa belum dihitung

24 4. Lorong pasar Labota belum dihitung 3.6.3 Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan hasil pemetaan partisipatif5 didapatkan hasil diskusi bahwa sumber daya alam lahan produktif seperti sektor pertanian, peternakan, dan hutan sudah tidak dapat dikembangkan lagi ataupun menjadi salah satu mata pencaharian utama. Hal ini berubah karena perkembangan industri dan alih fungsi lahan yang menyebabkan sektor pertanian menjadi tidak subur dan tidak menguntungkan bagi masyarakat. Namun, masih ada beberapa lokasi lahan perkebunan tepatnya di Dusun 5 Desa Labota. Komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa, kakao, dan jambu 1)mete.Sumber Daya Kehutanan Gambar 3. 16 Kenampakan Monyet Boti di Kawasan Hutan Konservasi Dusun 1 Desa Labota Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022) Desa Labota tepatnya di Dusun 1 terdapat hutan lindung yang didalamnya hidup fauna dilindungi, salah satunya monyet boti. Monyet boti (Macaca tonkeana) memiliki status konservasi yang dilindungi oleh Pemerintah RI, hal ini tercantum pada Permen LHK No.P.106/2018. Kelompok monyet boti seringkali terlihat beradadi sisi jalan, bahkan melintas di poros jalan trans Sulawesi. Perilaku monyet boti ini bisa disebabkan adanya alih fungsi lahan dan polusi suara yang ditimbulkan dari kendaraan proyek. Alih fungsi lahan ini dapat mempercepat kepunahan monyet boti pada lokasi tersebut. Berkurangnya jumlah pakan dan daerah jelajah yang tidak tercukupi mengakibatkan pengurangan jumlah populasi. Pemindahan populasi monyet boti ke lokasi terdekat, seperti Cagar Alam Morowali merupakan salah satu solusi untuk menghindarkan monyet boti dari kepunahan.

5 Salah satu bagian kegiatan dari program kerja TIM KKN PPM UGM Unit ST 002 Desa Labota yang melibatkan perangkat desa dan masyarakat dalam memetakan potensi desa serta sarana prasarana desa

Kelapa merupakan komoditas yang mendominasi perkebunan di Desa Labota dibandingkan pala dan kokoa. Kondisi wilayah desa yang langsung berbatasan dengan laut membuat banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang garis pantai. Komoditas kokoa yang terdapat di Desa Labota memiliki umur yang cukup tua sehingga produktivitasnya semakin menurun seiring berjalannya waktu diperparah dengan kondisi lingkungan yang sudah tidak mendukung. Pala juga termasuk komoditas yang populasinya semakin menurun setiap harinya.

desa yang berada dalam Kawasan Industri (KI) Indonesia. Adanya kawasan industri menyebabkan banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Labota. Hampir seluruh lahan pertanian di Desa Labota telah beralih fungsi menjadi lahan permukiman dikarenakan banyaknya kebutuhan tempat tinggal bagi pendatang yang mencari pekerjaan.

2) Sumber Daya DesaPerkebunanLabotamerupakan

25 Gambar 3. 17 Kenampakan Mangrove di Desa Labota Dusun 5 Sumber : Dokumentasi Penyusun (2022)

Kondisi seperti demikian membuat potensi sumber daya alam yang masih bertahan di Desa Labota adalah potensi perkebunan. Komoditas perkebunan yang dimiliki yaitu kelapa, kokoa dan pala.

Mangrove merupakan salah satu jenis hutan yang dapat ditemukan di Desa Labota.

Ekosistem mangrove ini dapat ditemukan di Dusun 1, 4, dan 5. Manfaat mangrove meliputi tempat pemijahan fauna air, pelindung dari bencana alam, pengendapan lumpur, penyerapan karbon, mempengaruhi iklim mikro, penyaring kadar garam, dan tempat tinggal burung domestik serta migrasi. Mangrove juga mempunyai manfaat bagi masyarakat, seperti lokasi tambak, penghasil hasil hutan kayu dan non kayu, pengontrol penyakit malaria, dan ekowisata. Pembuatan ekowisata pada mangrove yang ada di Labota menjadi solusi agar perangkat desa dan masyarakat turut andil dalam konservasi mangrove. Namun, melihat kondisi pesisir Labota saat ini sangat sulit membuat ekowisata didalamnya. Penimbunan daerah pesisir yang dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat menjadi ancaman terbesar mangrove di Labota. Penimbunan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat sarana maupun prasarana perusahaan. Kemudian masyarakat pun sering melakukan penimbunan pesisir untuk keperluan pribadi. Solusi untuk permasalahan ini adalah perusahaan maupun masyarakat harus melakukan penanaman mangrove di desa lain. Hal ini dilakukan agar menjaga dan pelestarian mangrove guna keberlangsungan kehidupan yang akan datang.

Letak lahan perkebunan di Desa Labota sendiri terpusat pada Dusun 5 yang sebagian besar wilayahnya masih cukup subur dan asri dibandingkan keempat dusun lainnya.

3) Sumber Daya DahuluPeternakandidesaLabota

26

Produktivitas perkebunan yang tidak terlalu tinggi menjadikan perkebunan tidak termasuk dalam sektor unggulan pada Desa Labota.

terdapat banyak hewan ternak yang diternakan. Seiring berjalan nya keadaan, banyak pembangunan yang tidak memungkinkannya lagi bagi masyarakat Labota untuk beternak. Salah satu alasannya adalah pembangunan kawasan industri disekitar desa Labota. Saat ini, peternakan di desa labota tidak menjadi fokus utama masyarakat. Ternak yang ada di desa Labota hanya di lepas liarkan tanpa adanya pengawasan dan perawatan khusus. Hal ini disebabkan karena kurangnya lahan untuk pengembangan sektor peternakan

27 Gambar 3. 18 Peta Kawasan Terbangun Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022)

28 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN POTENSI 4.1 Identifikasi Masalah Gambar 4. 1 Pohon Masalah dalam Pembangunan Desa Labota Sumber: Analisis Penyusun (2022) Tabel 4. 1 Rekapitulasi Identifikasi Permasalahan dalam Pembangunan di Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terjadi alih fungsi lahan yang signifikan dalam lima tahun terakhir yaitu dari tutupan lahan berupa hutan menjadi peruntukan kawasan industri dan permukiman. Hal ini juga mempengaruhi ekosistem hutan lindung untuk satwa yang dilindungi. Permasalahan ini berkaitan dengan alih fungsi lahan secara signifikan dan tidak diimbangi dengan usaha konservasi sempadan sungai, kawasan rawan bencana longsor, dan usaha konservasi lainnya. Akan mempengaruhi kerentanan terhadap bencana, kerugian ekonomi akibat bencana, lumpuhnya sektor ekonomi, serta kematian satwa atau kerusakan habitat dan ekosistemAncaman abrasi yang tinggi dimana garis pantai di Desa Labota semakin berkurang dan ekosistem mangrove yang tidak bisa dikembangkan sebagai pelindung abrasi alami.

2

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kader kesehatan bahwa permasalahan kesehatan utama di Desa Labota adalah ISPA, Diare, dan Muntaber dan terus meningkat. Kondisi ini diperparah dengan adanya pengembangan kawasan industri, adanya PLTU, dan sanitasi (sampah, drainase, pengelolaan air limbah) Pengelolaan limbah buangan (dari industri dan rumah tangga) kurang dikelola sesuai dengan standarnya dan diperparah dengan manajemen pengelolaan sampah yang menimbulkan pencemaran lingkungan dan sanitasi. Peningkatan kasus penyakit yang berimplikasi pada indeks pembangunan manusia dan kapasitas sumber daya manusia.

3 Kualitas sumber air bersih belum sesuai standardengan

Faktor fisik wilayah dan indikasi pencemaran air dari sampah Peningkatan kasus penyakit diare dan muntaber 4 buruksampahpengelolaanManajemenyang

Hasil wawancara dengan perangkat desa terkaiy bahwa jumlah sampah di wilayah Labota perhari adalah sebesar 10,5 ton dan akan terus bertambah. Sistem pengelolaan sampah saat ini belum efektif

Dengan dua armada dump truck yang beroperasi tidak akan selesai jika dalam perjalanan truk tersebut banyak berhenti untuk mengangkut sampah setiap rumah Sampah yang ada diperkirakan hanya diangkut sebanyak 2 3 kali perminggu. Selain itu, jarak TPS yang terdapat di Desa Bahomakmur sangat jauh dan dengan medan yang tidak rata juga memperparah pendistribusian sampah tersebut. Tidak efisiensinya alur pengakutan, jarak TPS yang jauh, SDM pengelolaan sampah yang kurang, dan ketidaksiapan desa dalam manajemen pengelolaan sampah Peningkatan kasus penyakit, implikasi pada penyumbatan drainase, pencemaran air, permasalahan sanitasi

5 Jaringan drainase yang secaradalamtersambungtidaksistemkomunal

Kondisi jaringan drainase belum optimal dan tercampur dengan limbah rumah tangga dan limpasan dari air hujan. Permasalahan lainnya adalah sampah yang menyumbat saluran drainase yang jika dalam keadaan hujan akan menimbulkan genangan Kondisi saluran drainase permukiman di Desa Labota berukuran kecil, beberapa Permasalahan ini berkaitan dengan jalur drainase tidak direncanakan sehingga tidak membentuk sistem jalur yang terintegrasi. Selain itu juga adanya saluran drainase telah ada sengaja ditimbun untuk pembangunan perumahan atau kos. Mempengaruhi kerentanan terhadap ancaman bencana banjir dan permasalahan isu terkait sanitasi

Walaupun pada saat penyusunan laporan ini belum dilakukan pengujian sumber air bersih, tetapi indikasi awal tampak kualitas air berlumpur dan tidak jernih. Desa Labota juga berada di wilayah pesisir yang dapat berpotensi indikasi intrusi air laut pada sumber air (sumur). Selain itu, dengan adanya tumpukan sampah selama berminggu minggu dan ditambah dengan hujan tentunya air dari sampah (air lindi) yang mengancam sumber air tanah.

1 Daya yangfungsidukunglindungrendah

29 No. Permasalahan Deskripsi Permasalahan Masalah lain yang diperkirakan menjadi penyebab Masalah lain yang diperkirakan menjadi akibat

danDiare,kesehatanPermasalahan(ISPA,Muntaber)Sanitasi

Hal ini disebabkan karena indikasi ketidaksesuaian pemakaian jalan tidak sesuai dengan fungsionalnya yang menimbulkan kerusakan jalan Akan mempengaruhi mobilitas, aksesibilitas, konektivitas jalan yang berimplikasi pada aktivitas ekonomi masyarakat, Selain itu dapat membahayakan para pengguna jalan.

9

Kurangnya Ruang terbuka publik berupa sebagainyaanakruangolahraga,komunal,berkumpultempatsaranataman,bermaindanlain

30 No. Permasalahan Deskripsi Permasalahan Masalah lain yang diperkirakan menjadi penyebab Masalah lain yang diperkirakan menjadi akibat segmen tidak memiliki saluran drainase, dan saluran drainase telah ada sengaja ditimbun untuk pembangunan perumahan atau kos. 6 pendidikanPermasalahan

Berdasarkan hasil observasi dan kesesuaian standar bermukim ditemukan bahwa beberapa permukiman mengindikasikan standar kumuh atau tidak layak huni. Permukiman kumuh/ tidak layak huni berada di pinggiran sungai dan pinggir pantai.

Beberapa sarana olahraga dan ruang terbuka publik masih kurang dan tidak terawat. Fungsi sarana olahraga dan ruang terbuka publik sangat penting dalam membangun hubungan bermasyarakat, wadah berbagai kegiatan kemasyarakatan desa. Masyarakat juga menyatakan urgensinya untuk memiliki ruang terbuka hijau dan ramah anak secara komunal pada lahan lahan kosong.

(Sarpras belum optimal tidak sesuai dengan kebutuhan)gap Permasalahan utama terkait pendidikan di Desa Labota adalah kurangnya ketersediaan sekolah dan pengajar khususnya untuk jenjang sekolah dasar. Sekolah Dasar (SD) Labota memiliki jumlah siswa 481 orang dan 21 orang guru. Setiap bulannya akan ada penambahan puluhan murid sehingga secara standar sekolah ini tidak mampu melayani seluruh siswa. Sistem pembelajaran dilakukan shift pagi dan siang yang tentunya membuat proses pembelajaran tidak optimal.

Belum adanya perencanaan desa terkait dengan peruntukan ruang terbuka publik Berpengaruh pada kondisi sosial bermasyarakat, kurang inklusif bagi anak atau kaum rentan lainnya

Pertambahan penduduk yang drastis dan ketidaksiapan ketersediaan infratsruktur untuk melayani. Mempengaruhi kapasitas sumber daya manusia untuk siap kerja dan beradaptasi dengan kompetensi kerja. Jika tidak siap akan mempengaruhi dengan isu kemiskinan dan pengangguran 7 tidakkumuhpermukimanTumbuhnyadan/ataulayakhuni

Hasil pengamatan di beberapa segmen jalan dalam kondisi rusak berat, menggenang / berlumpur saat musim penghujan, dan minim penerangan jalan. Keadaan ini semakin diperparah dengan mobilitas kendaraan berat (untuk mobilitas antar wilayah dan kegiatan mobilitas industri) yang tidak didukung dengan perkerasan sesuai dengan standar. Pada jam tertentu akan terjadi kemacetan parah pada jam berangkat kerja dan pulang kerja.

Munculnya permukiman kumuh / tidak layak huni dikarenakan kebutuhan akan permukiman yang tinggi akibat peningkatan drastis tenaga kerja. Dengan kurangnya pengendalian akan hal tersebut menyebabkan tumbuhnya permukiman yang tidak sesuai dengan standari layak huni. Akan permasalahanmempengaruhikesehatan dengan meningkatnya kasus seperti Diare dan Muntaber 8 jalaninfrastrukturKualitasyangburuk

2 Kegiatan usaha akomodasi yang menunjang pengembangan industri Dengan berkembangnya kawasan industri tentunya membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa. Berdasarkan data tahun 2022, data usaha di Desa labota sebesar 1.104 tempat usaha. Usaha tersebut berupa warung makan, kios, stand makanan, bengkel, salon, toko pakaian, dan berbagai jenis usaha lainnya.

Menjadi potensi serapan tenaga kerja dan sektor ekonomi baru dari pengembangan kawasan industri di Desa Labota.

Sumber : Analisis Penyusun (2022) No. Potensi Deskripsi Potensi Masalah Relevan yang dapat dipecahkan dengan menggunakan potensi 1 Lahan perkebunan kelapa di Dusun 5 Dusun 5 Desa Labota memiliki lahan yang diperuntukkan sebagai perkebunan. Komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa, kakao, dan lain sebagainya. Menjadi potensi ekonomi sektor ekstraktif dan pengolahan yang mendorong UMKM di Desa Labota. Hal ini tentunya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam lokal

Pengembangan dan pemanfaatan Mangrove Ekosistem mangrove ini dapat ditemukan di Dusun 1, 4, dan 5. Manfaat mangrove meliputi tempat pemijahan fauna air, pelindung dari bencana alam, pengendapan lumpur, penyerapan karbon, mempengaruhi iklim mikro, penyaring kadar garam, dan tempat tinggal burung domestik serta migrasi.

31 4.2 Identifikasi Potensi Tabel 4. 2 Rekapitulasi Identifikasi Potensi dalam Pembangunan di Desa Labota

Dengan adanya upaya pengembangan dan pemanfaatan (termasuk upaya retorasi) dapat menekan ancaman bencana abrasi, lokasi tambak, penghasil hasil hutan kayu dan non kayu, pengontrol penyakit malaria, dan ekowisata.

3

1) Mendorong partipasi masyarakat dalam pembangunan desa Pembangunan infrastruktur sesuai dengan standar dan kebutuhan Menjamin kesetaraan dan kesejahteraan warga masyarakat desa Mewujudkan permukiman yang layak huni dan inklusif Manajemen pengelolaan sampah yang efektif dan sesuai dengan standar Mewujudkan desa yang bersih dan sehat dengan pelayanan kesehatan yang memadai

5)

3)

5.1 Tujuan Perencanaan Pengembangan Desa Labota

Terdapat beberapa isu strategis yang menjadi landasan penyusunan tujuan perencanaan pengembangan Desa Labota, yaitu:

7) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia lokal melalui peningkatan kualitas pendidikan

2) Inklusif : memiliki makna Desa Labota milik bersama dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam program kegiatan desa, fasilitas sarana prasarana yang memenuhi kebutuhan seluruh elemen masyarakat, dan mewujudkan lingkungan bermukim yang aman dan nyaman.

2)

1) Maju : memiliki makna Desa Labota dapat menjadi desa yang berdaya saing, memberikan peluang ekonomi baru jangka panjang serta akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

3) Berkelanjutan : memiliki makna bahwa arahan pembangunan Desa Labota berlandaskan prinsip berkelanjutan, lestari, dan adaptasi mitigasi bencana Rumusan tujuan perencanaan tersebut akan dijabarkan melalui sasaran dan arahan pengembangan sebagai berikut:

Tabel 5. 1 Sasaran dan Arahan Pengembangan dalam Pembangunan Desa Labota No. Sasaran Arahan Pengembangan Kata Kunci 1 : Maju 1 Peningkatan akses terhadap pendidikan yang berkualitas

1. Pemenuhan sarana pendidikan dan ruang bermain anak (dengan sinkronisasi dengan dinas terkait) 2. Upaya pelatihan pengembangan kapasitas softskill dan hardskill

6)

Tujuan perencanaan pembangunan Desa Labota dirumuskan melalui potensi dan permasalahan yang selanjutnya melihat kondisi ideal di masa depan yang ingin dicapai. Rumusan tujuan diharapkan dapat memenuhi indikator SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timebound) yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi perencanaan. Jangka waktu dalam rencana pembangunan (roadmap) dalam masterplan ini dengan jangka dua belas (12) tahun. Jangka waktu ini dipilih mengikuti dua periode waktu jabatan pemerintah desa dan sinkronisasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

32 BAB V RENCANA PENGEMBANGAN DESA

4)

“Terwujudnya Desa Labota sebagai Desa yang Maju, Inklusif dan Berkelanjutan pada Tahun 2034” Visi diatas mengandung beberapa kata kunci sebagai dasar dalam arahan pembangunan Desa Labota, yaitu :

8) Mendorong upaya konservasi pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana Berdasarkan isu strategis diatas dapat dirumuskan tujuan perencanaan pengembangan Desa Labota adalah

1. Mendorong pengembangan usaha lokal (termasuk UMKM) yang dapat diberdayakan di Desa Labota

4

3 Membangun kapasitas adaptsi dan mitigasi terhadap bencana

1. Inventarisasi data dan informasi tentang sejarah kebencanaaan dan daerah rawan bencana

1 Mendorong partipasi masyarakat dalam pembangunan desa

1. Pemberdayaan masyarakat dan komunitas setempat untuk melakukan penghijauan (green buffer kawasan industri)

3. Perlindungan terhadap hutan lindung (atau hutan konservasi) dalam rangka pelestarian satwa lindung

No. Sasaran Arahan Pengembangan 2 Peningkatan kesehatan masyarakat (utamanya ibu, anak, dan gizi masyarakat)

33

2. Menyelenggarakan kegiatan rutin komunitas masayarakt dan POKJA di Desa Labota

2. Perawatan sarana olahraga dan ruang publik (ruang serba guna) yang telah ada 3 Terwujudnya ruang terbuka yang ramah anak 1. Pembangunan sarana bermain anak dan taman ramah anak 2. Upaya untuk memberikan rambu untuk ruang bermain anak di tepi pantai Kata Kunci 3 : Berkelanjutan 1 Terwujudnya optimalisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya yang berkelanjutan

1. Memperluas jangkauan layanan kesehatan seperti klinik, apotek, dan sarana kesehatan lainnya dengan optimalisasi ambulans desa 2. Menggalakan gerakan masyarakat hidup sehat melalui POKJA 3. Kegiatan rutin kerja bakti

Mendorong sektor usaha lokal sebagai penunjang kegiatan industri

2. Pembangunan dan perbaikan jaringan drainase dengan koordinasi dengan dinas terkait 3. Arahan permukiman mengikuti regulasi penataan ruang dan kesesuaian lahan 4. Sistem jaringan transportasi umum yang terpadu

4. Pencatatan dan rekapitulasi kasus penyakit sebagai inventarisasi data serta bahan perencanaan dan evaluasi

2 Penurunan dampak buruk lingkungan akibat penggunaan sumber daya alam

Saluran drainase di Desa Labota dibagi menjadi saluran drainase untuk jalan utama (Jalan Trans Sulawesi) dan drainase peruntukan permukiman. Kondisi saluran drainase permukiman di Desa Labota berukuran kecil, beberapa segmen tidak memiliki saluran drainase, dan saluran drainase telah ada sengaja ditimbun untuk pembangunan perumahan atau kos. Selain itu, ditemukan sampah yang menyumbat saluran drainase. Ketika kondisi curah hujan yang tingggi menimbulkan genangan yang membahayakan pengguna jalan serta banjir skala kecil. Perencanaan pembuatan saluran drainase permukiman diperlukan dalam meminimalisir genangan, banjir, serta menjamin kesehatan masyarakat. saluran drainase sepanjang jalan utama (dalam hal ini Jalan Trans Sulawesi) harus dirancang sedemikian sehingga agar saluran dapat

1. Pendataan potensi sumber daya alam (perkebunan, perikanan, peternakan, dan lain sebagainya) di Desa Labota 2. Pemberdayaan UMKM dan kelompok PKK untuk optimalisasi dan diferensiasi produk hasil sumber daya alam lokal

Berdasarkan hasil serangkaian analisis, maka dirumuskan rencana pengembangan dalam aspek fisik5.2.1lingkungan:Pembangunan dan Pengembangan Saluran Drainase

2 Pengembangan sarana ruang terbuka hijau publik dan sarana olahraga (sebagai tempat berkumpul / kegiatan desa)

3

1. Mengaktifkan dan memberdayakan POKJA dan kelompok komunitas masyarakat di Desa Labota

2. Pengendalian kegiatan agar meminimalisisr eksternalitas negatif (pengaturan limbah buanga, penataan bangunan, peruntukan lahan, dan lain sebagainya)

5.2 Rencana Pengembangan Desa Aspek Fisik dan Lingkungan

Kata Kunci 2 : Inklusif

2. Melakukan kegiatan restorasi mangrove di dusun 5 atau lahan lain yang berpotensi pengembangan ekosistem mangrove

2. Pengadaan rambu rambu kebencanaan 3. Pelatihan tanggap bencana kebakaran, banjir, longsor, gempa dan tsunami Sumber : Analisis Penyusun (2022)

1. Pembangunan IPAL komunal (per dusun atau menyesuaikan kepadatan penduduk dengan koordinasi dengan dinas terkait

Membangun sarana prasarana penunjang untuk bermukim

1. Perencanaan pembangunan ruang publik (community space) seperti pocket park (taman kecil)

Gambar 5. 1 Ilustrasi Lubang Resapan Biopori Sumber: Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sistem Infrastruktur Air Hujan dan Limbah, PWK UGM 5.2.3 Pembangunan Pengelolaan Limbah On Site Sanitation System

5.2.2 Pembuatan Biopori Skala Rumah Tangga Desa Labota memiliki permasalahan terkait dengan genangan air, kualitas air, dan resapan air. Dalam rangka meminimalisir hal yang lebih buruk, maka diperlukan upaya dari skala rumah tangga untuk meresapkan air dan perbaikan sirkulasi air. Biopori merupakan salah satu jenis Blue Green Infrastructure dengan membuat lubang pada tanah dengan diameter 10 30 cm yang bertujuan untuk menyimpan dan menyerap air serta meningkatkan kualitas air. Pembuatan lubang resapan biopori cukup sederhana dan bisa dilakukan di skala rumah tangga.

terhubung satu sama lain dan saluran mengarah ke sungai. Selain itu, saluran drainase tidak hanya dibangun dengan digali saja, namun bisa diterapkan pemasangan beton pra cetak yang disusun memanjang. Drainase permukiman akan direncanakan saluran drainase dengan konstruksi dinding batu kali.

Salah satu isu penting dalam rencana pengembangan Desa Labota adalah terkait dengan sanitasi dan hal ini berkaitan dengan pengelolaan air limbah. Pada skala rumah, limbah rumah tangga (cuci kakus) langsung dibuang ke luar tanpa adanya pengolahan di Grees Trap (penampungan air limbah cuci). Maka dari itu diperlukan adanya Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL untuk mengurangi kontamniasi limbah rumah tangga ke permukiman dan sumber air bersih Dalam rencana pengembangan dengan menggunakan jenis on site sanitation system secara individual. Pengelolan air limbah dengan on site sanitation yaitu prasarana bangunan pengelolaan limbah berada satu lokasi dengan sumber air limbah. Jenis sistem ini dipilih karena biaya pembangunan yang relatif murah, dapat disediakan oleh masyarakat atau institusi setempat, menggunakan teknologi sederhana, operasi dan pemeliharaan dapat dilakukan sendiri, serta bisa langsung dimanfaatkan setelah dibangun.

34

5.2.4 Pengembangan Sarana Pengelolaan Sampah Dalam pengelolaan sampah di Desa Labota sering mengalami kendala yang berarti. Dampak dari lonjakan penduduk yang sangat cepat akibat dari perkembangan industri di Desa Labota seolah tidak dibarengi dengan sistem dan kesiapsiagaan masyarakatnya yang salah satunya berdampak pada permasalahan sampah. Dalam pengamatan penulis sistem pengelolaan sampah yang ada di Desa Labota belum efektif. Pada penerapannya terdapat dua armada dump truck yang setiap hari akan mengambil sampah yang ada, namun dalam waktu pengambilannya truk lebih banyak berhenti dan waktu operasional menjadi tidak efisien. Implikasinya truk armada hanya dapat mengangkuti sampah sebanyak 2 3 kali dalam seminggu. Maka dari itu rencana pengelolaan sampah sangat diperlukan yang meliputi alur pengelolaan sampah, penyediaan sarana prasarana persampahan, dan pembangunan TPS. 5.2.5 Pengembangan Moda Transportasi Umum Terpadu Salah satu permasalahan penghambat aksesibilitas dan konektivitas jaringan jalan di Desa Labota adalah kemacetan pada jam jam tertentu. Kemacetan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu waktu berangkat pulang kerja, kapasitas jalan yang berkurang akibat hambatan samping, tidak adanya moda transportasi umum, kerusakan jalan, dan lain sebagainya. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah rencana perbaikan kinerja jalan yang dibarengin dengan rencana pengembagan moda transportasi umum dan khusus bagi pekerja. 5.2.6 Pembangunan Penerangan Jalan Permukiman Penerangan jalan pada permukiman menjadi penting karena kondisi jalan yang sangat gelap pada malam hari. Tanpa adanya penerangan jalan menimbulkan kerentanan tindakan kriminal dan kecelakaan. Dalam rencananya, penerangan jalan permukiman diletakkan pada titik rawan kecelakaan / tindakan kriminal (dari hasil inventarisasi data). Pengadaan rencana penerangan jalan dengan tenaga surya dan spesifikasi disesuaikan menurut standar yang berlaku.

35 Gambar 5. 2 Ilustrasi IPAL on site sanitation system Sumber: Bahan Ajar Kuliah Perencanaan Sistem Infratsruktur Air Hujan dan Air Limbah, PWK UGM

5.2.8 Pembangunan Ruang Terbuka Publik (community space)

Berdasarkan analisis sebelumnya bahwa Desa Labota memiliki ancaman bencana banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Pengadaan rambu kebencanaan ini menjadi salah satu upaya adaptasi dan mitigasi bencana bagi masyarakat. Selain itu juga menjadi arahan peruntukan lahan dan pembangunan agar menghindari daerah rawan bencana.

5.2.7 Pengadaan Rambu rambu Kebencanaan

Berdasarkan hasil analisis bahwa kebutuhan akan ruang terbuka publik atau wadah berkumpulnya masyarakat sangat diperlukan. Ruang terbuka publik yang dimaksud dapat berupa taman kecil komunal (pocket park). Selain itu juga diperlukan ruang bermain yang ramah anak sehingga memimalisir kegiatan anak di pinggir jalan dan pesisir pantai yang tidak aman.

5.3.2 Peningkatan adaptasi dan mitigasi bencana berbasis masyarakat Desa Labota memiliki kerentanan akan bencana banjir, longsor, gempa bumi, dan kebakaran. Urgensi adaptasi dan mitigasi bencana menjadi penting dalam menjamin bermukim yang aman.

Dalam hal ini perangkat desa dapat bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten terkait dengan rencana kontijensi menghadapi risiko bencana yang

36 Gambar 5. 3 Ilustrasi Penerangan Jalan pada Permukiman Sumber: renergynusantara.com

5.3.1 Pemberdayaan POKJA Selama tiga tahun terakhir ada perubahan penurunan keaktifan aktivitas POKJA (Kelompok Kerja) dalam berbagai fokus program menurut arahan kerjanya. Forum pertemuan pembahasan program kerja diperlukan dan disinkronkan dengan rencana pengembangan desa (temasuk RPJMDes). Kegiatan POKJA rutin dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat Desa Labota. Dengan kegiatan POKJA diharapkan dapat membentuk komunitas sosial bermasyarakat yang aktif dari anak anak, karang taruna, Ibu PKK, dan kader kesehatan.

5.3 Rencana Pengembangan Desa Aspek Sosio Kultural Berdasarkan hasil serangkaian analisis, maka dirumuskan rencana pengembangan dalam aspek sosio kultural :

37 akan terjadi di masa depan. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan kebencanaan perlu dilakukan secara berkala. Selain itu juga disinkronkan dengan pembangunan rambu rambu kebencanaan pada daerah rawan bencana. 5.3.3 Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan penghijauan Dalam kegiatan pembangunan tentunya harus selaras dengan upaya pelestarian lingkungan dengan melibatkan masyarakat. Perangkat desa bersama masyarakat (termasuk POKJA dan komunitas lokal) melakukan kegiatan penghijauan, konservasi, dan restorasi lahan dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat, asri, ekosistem yang terjaga, serta landasan pembangunan berkelanjutan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat dan komunitas setempat untuk melakukan penghijauan (green buffer kawasan industri), jalur hijau sepanjang jalan, kegiatan normalisasi sungai, melakukan kegiatan restorasi mangrove di dusun 5 atau lahan lain yang berpotensi pengembangan ekosistem mangrove, serta perlindungan terhadap hutan lindung (atau hutan konservasi) dalam rangka pelestarian satwa lindung 5.3.4 Sistem terintegrasi untuk Kependudukan dan Sosial Bermasyarakat

Dalam hal pengarsipan data terkait kependudukan masih belum terintegrasi secara digital seperti pencatatan KK luar, rekap arsip kesehatan, analisis komposisi penduduk, dan lain sebagainya. Data tersebut diperlukan menjadi dasar perencanaan pembangunan desa. Selain itu, dalam mengatasi permasalahan sosial seperti (Kekerasan Seksual. KDRT, tanggap darurat kesehatan, dan lain sebagainya) membutuhkan penanganan satu pintu yang terpadu. Inventarisasi data juga diperlukan dalam aspek pertanahan dan ijin membangun, sehingga arahan pembangunan di Desa Labota dapat disinkronkan dnegan dokumen perencanaan RPJM/RPJP dan Rencana Tata Ruang (RTR) di atasnya. Maka dari itu, dapat menjadi usulan untuk membuat sistem terintegrasi satu pintu dalam pelayanan data kependudukan, sosial bermasyarakat, dan sinkronisasi dnegan dokumen perencanaan pembangunan penataan ruang. 5.4 Rencana Pengembangan Desa Aspek Perekonomian Berdasarkan hasil serangkaian analisis, maka dirumuskan rencana pengembangan dalam aspek perekonomian :

5.4.1 Optimalisasi Peran BUMDes Desa Labota memiliki BUMDes yang memiliki fungsi dalam mewadahi manajemen pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat desa, sehingga BUMDes memiliki peranan penting dalam membangun perekonomian desa. BUMDes di Desa Labota memiliki fokus untuk manajemen pengelolaan sampah, tetapi lebih dari itu BUMDes memiliki peranan lebih besar dalam mengakselerasi pengembangan usaha masyarakat. BUMDes dapat restrukturisasi dan inventarisasi data unit unit bisnis yang akan dijadikan fokus untuk dari potensi yang dimiliki Desa Labota. Selain itu, dapat disinkronkan dengan upaya pemberdayaan UKM dan UMKM dalam menggerakkan usaha masyarakat lokal. 5.4.2 Optimalisasi dan Pemberdayaan PKK Berhubungan dengan poin sebelumnya bahwa salah satu bentuk dalam mendorong potensi UKM dan UMKM adalah dengan pemberdayaan ibu ibu PKK. Pemberdayaan PKK bertujuan untuk mengembangkan kegiatan usaha produk PKK yang bernilai ekonomis. Produk PKK yang bisa dikembangkan adalah kerajinan tangan dari limbah plastik menjadi pot, bunga hias, dan lain

38 sebagainya. Peningkatan kompetensi untuk PKK dilakukan secara rutin dan berkala digerakkan oleh perangkat desa dan POKJA terkait. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan dapat dilakukan di ruang terbuka publik/ ruang berkumpul masyarakat yang direncanakan dibangun untuk kegiatan desa. 5.5 Penentuan Rencana Program Prioritas Pengembangan Desa Perhitungan prioritas isu dalam pembangunan Desa Labota menggunakan metode pembobotan dari pertimbangan penulis dan masyarakat desa6. Pembobotan didasarkan pada pengaruh faktor strategis dan dampaknya terhadap rencana pembangunan desa. Berikut merupakan kriteria pemilihan (pembobotan) faktor strategis: Tabel 5. 2 Kriteria Pembobotan Faktor Strategis Prioritas Pembangunan Desa No Kriteria Skor Skala Bobot 1 Rasional dan realistis untuk dilaksanakan 30 1 5 Skor x skala 2 Skala dampak terhadap pengembangan desa dan masyarakat 30 3 Mengatasi permasalahan sekaligus mendukung potensi desa 40 Sumber : Analisis Penyusun (2022) Perhitungan pembobotan untuk rencana pengembangan Desa Labota dapat dilihat melalui tabel dibawah ini: Tabel 5. 3 Perhitungan Pembobotan Prioritas Pembangunan Desa Labota No Rencana Strategis Pembangunan NilaiKriteriaSkala NilaiKriteriaBobot Skor Peringkat 1 2 3 1 2 3 Rencana Pengembangan Desa Aspek Fisik dan Lingkungan 1 Pembangunan dan Pengembangan Saluran Drainase 4 4 4 120 120 160 400 1 2 Pembuatan Biopori Skala Rumah Tangga 2 3 4 60 90 160 310 4 3 Pembangunan pengolahan limbah On Site system 3 4 4 90 120 160 370 2 4 Pengembangan Sarana Pengelolaan Sampah 4 4 4 120 120 160 400 1 5 Pengembangan Moda Transportasi Umum Terpadu 3 3 4 90 90 160 340 3 6 Pembangunan Penerangan Jalan Permukiman 2 3 3 60 90 120 270 6 7 Pengadaan Rambu rambu Kebencanaan 3 3 3 90 90 120 300 5 8 Pembangunan Ruang Terbuka Publik (community space) 4 3 4 120 90 160 370 2 Rencana Pengembangan Desa Aspek Sosio Kultural 9 Pemberdayaan POKJA 4 4 4 120 120 160 400 1 10 Peningkatan adaptasi dan mitigasi bencana berbasis masyarakat 3 3 4 90 90 160 340 3 11 Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan penghijauan 4 4 4 120 120 160 400 1 12 Sistem terintegrasi kependudukan dan sosial bermasyarakat 3 4 4 90 120 160 370 2 Rencana Pengembangan Desa Aspek Perekonomian 13 Optimalisasi Peran BUMDes 4 3 4 120 90 160 370 2 14 Optimalisasi dan Pemberdayaan PKK dan UKM/UMKM 4 3 4 120 90 160 370 2 Sumber : Analisis Penyusun (2022) 5.6 Roadmap Rencana Pengembangan Desa Labota 6 Dari hasil wawancara dan pemetaan partisipatif dengan perangkat desa dan masyarakat Desa Labota

39 Dalam penyusunan rencana pengembangan Desa Labota Tahun 2023 2034 diperlukan penyusunan roadmap dan milestone dalam periode perencanaan yang akan memudahkan proses pelaksanaan dan evaluasi program. Gambar 5. 4 Milestone Rencana Pengembangan Desa Labota Sumber: Analisis Penyusun (2022)

40 Tabel 5. 4 Rencana Pentahapan Kegiatan Periode Tahun 2023 2034 No Kegiatan Volume Lokasi Periode Tahun Pelaksanaan (Tahun 2023 2034) Periode 1 Periode 2 Unit Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rencana Pengembangan Desa Aspek Fisik dan Lingkungan 1 Program 1 : Pembangunan dan Pengembangan Saluran Drainase Permukiman 1.1 Inventarisasi jaringan drainase eksisting 1 Dokumen Desa Labota 1.2 Penyusunan masterplan atau dokumen teknis pembangunan jaringan drainase 1 Dokumen Desa Labota 1.3 Sosialisasi pembangunan drainase permukiman 1 kali/tahun Desa Labota 1.4 Pembangunan jaringan drainase permukiman 1 Kali/tahun Desa Labota 1.5 Pemantauan dan Evaluasi 2 kali/tahun Desa Labota 2 Program 2 : Pembuatan Biopori Skala Rumah Tangga 2.1 Inventarisasi rumah yang dapat dilakukan biopori 1 Dokumen Desa Labota 2.2 Penyusunan masterplan atau dokumen teknis untuk rencana pengadaan biopori di skala rumah tangga 1 Dokumen Desa Labota 2.3 Sosialisasi pembuatan biopori skala rumah tangga 2 Kali/tahun Desa Labota 2.4 Pembuatan biopori skala rumah tangga 2 Kali/tahun Setiap rumah/bangunan 2.5 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 3 Program 3 : Pembangunan Pengelolaan Limbah On Site Sanitation System 3.1 Invetarisasi pengelolaan limbah rumah tangga 1 Dokumen Desa Labota 3.2 Penyusunan masterplan dan dokumen teknis perencanaan On Site Sanitation System 1 Dokumen Desa Labota 3.3 Sosialisasi rencana pembangunan On Site Sanitation System 2 kali/tahun Desa Labota 3.4 Pembangunan On Site Sanitation System 6 Kali Setiap rumah/bangunan 3.5 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 4 Program 4 : Pengembangan Sarana Pengelolaan Sampah 4.1 Inventarisasi sarana prasarana pengelolaan sampah dan analisis kebutuhan sarana persampahan 1 Kali/Bulan Desa Labota 4.2 Penyusunan masterplan atau dokumen teknis pengelolaan sampah 1 Dokumen Desa Labota 4.3 Analisis Rona Awal Lingkungan untuk pembangunan TPS 1 Dokumen Desa Labota 4.4 Penyediaan sarana prasarana persampahan (Bak kontainer dan armada pengangkut sampah) 10 Unit Titik yang ditentukan yang tersebar di Desa Labota 4.5 Penyusunan Dokumen RPL RKL TPS 1 Dokumen Desa Labota 4.6 Pembebasan lahan TPS 2 Ha Desa Labota 4.7 Pembangunan TPS 2 Ha Desa Labota 4.8 Sosialisasi pemilahan dan pengelolaan sampah 1 Kali/tahun Desa Labota 4.9 Pemantauan dan Evaluasi 1 Kali/tahun Desa Labota 5 Program 5 : Pembangunan Penerangan Jalan Permukiman

41 No Kegiatan Volume Lokasi Periode Tahun Pelaksanaan (Tahun 2023 2034) Periode 1 Periode 2 Unit Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5.1 Inventarisasi dan pemetaan area peruntukan rencana pembangunan penerangan jalan permukiman 1 Dokumen Desa Labota 5.2 Dokumen teknis perencanaan pembangunan penerangan jalan permukiman 1 Dokumen Desa Labota 5.3 Pembangunan penerangan jalan permukiman 5 Tahun Desa Labota 5.4 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 6 Program 6 : Pengadaan Rambu rambu Kebencanaan 6.1 Inventarisasi kejadian bencana dan analisis risiko bencana 1 Dokumen Desa Labota 6.2 Dokumen teknis rencana pengadaan rambu rambu kebencanaan 1 Dokumen Desa Labota 6.3 Peletakkan rambu rambu kebencanaan 1 Kali/tahun Area kawasan rawan bencana 6.4 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 7 Program 7 : Pembangunan Ruang Terbuka Publik (community space) 7.1 Pemetaan area yang berpotensi untuk pembangunan ruang terbuka publik / sarana olahraga dusun 1 Dokumen Desa Labota 7.2 Penyusunan masterplan dan dokumen teknis perencanaan pembangunan ruang terbuka publik 1 Dokumen Desa Labota 7.3 Pembangunan ruang terbuka publik / sarana olahraga dusun 1 terbukaRuang per dusun Per dusun 7.4 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 8 Program 8 : Pengembangan Moda Transportasi Umum Terpadu 8.1 Inventarisasi dan analisis kinerja jalan dan mobilitas konektivitas jalan 1 Dokumen Desa Labota 8.2 Penyusunan dokumen teknis rencana pengembangan moda transportasi umum dan khusus untuk pekerja 1 Dokumen Desa Labota 8.3 Pembangunan halte halte dan penyediaan armada transportasi umum (bus/mini bus) 5 Unit Per dusun 8.4 Pemantauan dan Evaluasi Rencana Pengembangan Desa Aspek Sosio Kultural 9 Program 9 : Pemberdayaan POKJA 9.1 Diskusi atau forum penyusunan rencana program kegiatan POKJA 2 Kali/tahun Desa Labota 9.2 Implementasi kegiatan program kerja POKJA 1 Kegiatan Desa Labota 9.3 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 10 Program 9 : Peningkatan adaptasi dan mitigasi bencana berbasis masyarakat

42 No Kegiatan Volume Lokasi Periode Tahun Pelaksanaan (Tahun 2023 2034) Periode 1 Periode 2 Unit Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10.1 Penetapan lokasi sasaran untuk program 1 Dokumen Desa Labota 10.2 Sosialisasi adaptasi dan mitigasi bencana secara rutin 2 Kali/tahun Desa Labota utamanya daerah dengan ancaman bencana tinggi 10.3 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 11 Program 11 : Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan penghijauan 11.1 Diskusi atau forum untuk rencana program kegiatan penghijauan dan kerja bakti pelestarian lingkungan 2 Kali/tahun Desa Labota 11.2 Sosialisasi dan kegiatan penghijauan • Penghijauan (green buffer kawasan industri) • Pengembangan jalur hijau sepanjang jalan • Kegiatan normalisasi sungai dan melakukan kegiatan restorasi mangrove • Perlindungan terhadap hutan lindung (atau hutan konservasi) dalam rangka pelestarian satwa lindung. 2 Kali/tahun Desa Labota 11.3 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 12 Program 12 : Sistem terintegrasi kependudukan dan sosial bermasyarakat 12.1 Perencanaan manajemen pengelolaan data dan informasi kependudukan 1 Dokumen Desa Labota 12.2 Membangun sistem pengelolaan data dan informasi kependudukan dan ‘satu pintu’ sosial bermasyarakat 1 kali Desa Labota 12.3 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota Rencana Pengembangan Desa Aspek Perekonomian 13 Program 13 : Optimalisasi Peran BUMDes 13.1 Diskusi atau forum penyusunan rencana program kegiatan BUMDes 2 Kali/tahun Desa Labota 13.2 Implementasi kegiatan program kerja BUMDes 5 hunProgram/ta Desa Labota 13.3 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota 14 Program 14 : Optimalisasi dan Pemberdayaan PKK dan UKM/UMKM 14.1 Inventarisisasi data usaha UKM/UMKM di Desa Labota 2 Dokumen Desa Labota 14.2 Diskusi atau forum penyusunan rencana program kegiatan PKK dan UKM/UMKM 2 Kali/tahun Desa Labota 14.3 Implementasi kegiatan program kerja PKK dan UKM/UMKM 5 hunProgram/ta Desa Labota 14.4 Pemantauan dan Evaluasi 2 Kali/tahun Desa Labota Sumber: Analisis Penyusun (2022)

5.7.1 Pembangunan dan Pengembangan Saluran Drainase

Jalan Trans Sulawesi merupakan jalan dengan status sebagai jalan nasional dengan fungsi jalan arteri. Dengan berbagai permasalahan drainase yang ada maka urgensi pembangunan saluran drainase menjadi prioritas. Dalam rencana pembangunannya yaitu drainase dengan saluran U Ditch konstruksi beton pra cetak dan beton tertutup. Konstruksi tersebut digunakan untuk meminimalisir sampah yang masuk ke saluran drainase serta dengan beton tertutup dapat menjadi fungsi trotoar. Tahapan pembangunan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun dengan tahapan yaitu:

43 5.7 Program Prioritas

(1) survei pengecekan jaringan utilitas jalan (seperti kabel, jaringan telekomunikasi, pipa bawah tanah, dan lain sebagainya); (2) penyusunan dokumen teknis perencanaan sistem jaringan drainase; (3) pembangunan jaringan drainase; dan (4) operasional dan maintanance Gambar 5. 5 Potongan Melintang Rencana Saluran Drainase di Jalan Trans Sulawesi

Rencana pembangunan dan pengembangan drainase dibagi menjadi dua arahan program yaitu pembangunan saluran drainase di Jalan Trans Sulawesi dan saluran drainase untuk permukiman.1)Pembangunan saluran drainase di Jalan Trans Sulawesi

Sumber : Analisis Penyusun (2022) dan Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Geometrik Jalan

2) Pembangunan saluran drainase permukiman Dalam rencana pembangunannya diperlukan bentuk kewajiban bahwa setiap bangunan memiliki saluran drainase yang terintegrasi dengan drainase yang telah dikembangkan. Pengembangan sistem jaringan drainase juga diperlukan analisis lebih lanjut keterhubungan dengan badan air Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan ukuran saluran tidak standarisasikan karena tergantung dari: (1) Luas daerah tangkapan air (DTA) atau DPSal (Daerah Pengaliran Saluran); (2) Periode ulang (return period); dan (3) Bentuk daerah tangkapan air/DTA atau DPSal. Hingga laporan ini disusun, data periode ulang, intensitas hujan, dan frekuensi hujan belum didapatkan maka dalam kedepannya diperlukan analisis mendetail teknis ukuran saluran drainase.

5.7.2 Manajemen Sistem Pengelolaan Sampah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam rencana pengelolaan sampah akan fokus pada rencana alur pengelolaan sampah, penyediaan sarana prasarana

44 persampahan, dan pembangunan TPS. Perencanaan pengelolaan sampah Desa Labota adalah sebagai berikut: 1) Sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pemilahan sampah dan 3R 2) Perumusan kebijakan dan rencana kegiatan tentang pengelolaan sampah desa 3) Pengadaan sarana seperti armada, bak sampah, terminal sampah, dan lain sebagainya 4) Pembangunan TPS Rencana alur pengelolaan sampah Desa Labota dapat dilihat melalui gambar di bawah ini : Gambar 5. 6 Rencana Alur Pengelolaan Sampah Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022) 5.7.3 Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Publik

Gambar

Gambar 5.

45

Rencana pembangunan ruang terbuka hijau publik akan dibangun di setiap dusun. Ruang terbuka hijau publik yang direncanakan berupa pocket park, sarana olahraga, dan ruang bermain anak. Pocket park dalam rencana pembangunnya akan dimiliki oleh setiap dusun yang ditempatkan pada lokasi lokasi yang menjadi pusat kegiatan bermasyarakat. Desain perencanaan sederhana dengan ukuran 100 150 m2 Pocket park direncanakan akan menjadi ruang berkumpul masyarakat dan tempat outdoor penyelenggaraan kegiatan desa. Sarana olahraga juga diperlukan dan dibangun menurut kebutuhan dusun. Sarana olahraga yang dapat dibangun yaitu lapangan voli, lapangan basket, lapangan bulu tangkis, dan lain sebagainya yang dapat difungsikan menjadi tempat berkumpul masyarakat. Salah satu lahan percontohan untuk pembangunan ruang terbuka publik adalah Kawasan Si Daya (Sinergi Berdaya) di Dusun 5 Desa Labota. Kawasan Si Daya memiliki ruang berkumpul di pendopo dan gazebo gazebo, taman, dan lain sebagainya. 5. 7 Ilustrasi Desain Rencana Pocket Park dan Sarana Olahraga tiap Dusun Sumber : https://i.pinimg.com/originals/ 8 Ilustrasi Desain Rencana Desain Rencana Pocket Park Sumber : Analisis Penyusun (2022) 5.7.4 Teman Hijau Labota : Pemberdayaan Masyarakat dalam Kegiatan Penghijauan

Kegiatan normalisasi sungai bertujuan untuk menjaga ekosistem sungai dan badan air di Desa Labota. Kondisi saat ini di beberapa titik badan sungai ditemukan bangunan rumah semi permanen. Hal ini dikhawatirkan dapat memperburuk ekosistem sungai dan meningkatkan ancaman kebencanaan. Maka dari itu, diperlukan kegiatan berkala pengawasan bangunan dan normalisasi sungai dalam menjaga fungsional sungai. Selain itu, dapat dilakukan dengan bentuk pembangunan tanggul pada daerah daerah yang

3) Kegiatan restorasi mangrove dan penangkal abrasi Kegiatan restorasi mangrove dan penangkal abrasi diperlukan karena dalam beberapa tahun terakhir terdapat perubahan signifikan garis pantai di Desa Labota. Ekosistem mangrove ini dapat ditemukan di Dusun 1, 4, dan 5 Desa Labota. Kegiatan restorasi ini jangka panjang 10 hingga 15 tahun. Kegiatan restorasi meliputi: (1) Mengetahui Autcologi (ekologi setiap jenis mangrove), pola reproduksi, distribusi benih, dan keberhasilan pembentukan bibit; (2) Memahami pola hidrologi normal yang mengatur distribusi dan keberhasilan pembentukan dan pertumbuhan spesies mangrove yang menjadi target; (3) Memperkirakan perubahan lingkungan mangrove asli yang menghalangi pertumbuhan alami mangrove; (4) Desain program restorasi untuk memperbaiki hidrologi yang layak dan jika memungkinkan digunakan benih alami mangrove untuk melakukan penanaman; (5) Hanya melakukan penanaman bibit, memungut, atau mengolah biji setelah langkah alami diatas (Poin 1 4) tidak memberikan

1) Penghijauan untuk green buffer kawasan industri dan Jalur Hijau sepanjang Jalan Dalam menyerap polutan udara dari kawasan industri dan kendaraan diperlukan jenis pohon sebagai penyerap polutan yang baik. Jenis pohon tersebut yaitu Trembesi, Damar, Mahoni, Bintaro, Mahkota Dewa Jamuju, Pala, Saga, Asam Landi, Johar, dan Puring. Jenis pohon tersebut memiliki daya serap tangkapan polutan yang baik, mudah menyesuaikan dengan lingkungan, nilai ekonomis, dan estetika. (Hindratmo, 2019).

Teman Hijau Labota merupakan usulan branding program pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan penghijauan dan pelesarian lingkungan. Teman Hijau Labota diharapkan menjadi inisiasi awal dari generasi muda penggiat lingkungan di Desa Labota yang terdiri atas pelajar, karang taruna, dan komunitas lingkungan lainnya. Kegiatan dilakukan secara rutin dan berkala dengan perencanaan program setiap tahunnya. Berikut merupakan arahan fokus program dari Teman Hijau Labota.

46

Gambar 5. 9 Ilustrasi Green Buffer Zone dan Jalur Hijau Sumber : https://cumbernauldlivinglandscape.org.uk

2) Kegiatan normalisasi sungai

47

jumlah bibit dan hasil, tingkat stabilitas atau tingkat pertumbuhan sebagaimana yang diharapkan (Rignolda, 2018) Namun, tidak semua wilayah pesisir dapat dikembangkan menjadi lahan mangrove. Maka dari itu, usaha lain yang dapat dilakukan dengan pembangunan pemecah ombak. Pemecah ombak dipilih karena konstruksinya yang tahan lama namun memerlukan biaya yang tinggi. Peletakan pemecah ombak akan disarankan pada beberapa faktor diantaranya kedekatan dengan rumah penduduk, pasang surut air laut, dan besarnya gelombang

4) Holtikultura, tanaman obat, dan tanaman hias rumah tangga Pengembangan budidaya tanaman rumah tangga dapat menjadi opsi ketahanan pangan, lingkungan bermukim yang asri, serta pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini dapat diseleraskan dengan program pemberdayaan masyarakat dan UMKM.

5) Perlindungan terhadap hutan lindung (atau hutan konservasi) dalam rangka pelestarian satwaFungsilindungsebagai kawasan lindung dan konservasi pelestarian satwa lindung diperlukan mengingat perubahan alih fungsi lahan di Labota yang sangat signifikan dan berbagai aktivitas yang dapat mengganggu ekosistem yang ada. Pemerintah desa perlu koordinasi dengan dinas terkait sehingga fungsi kawasan lindung dapat lestari dengan berbagai program di dalamnya.

48 Gambar 5. 10 Peta Rencana Pengembangan Sarana Prasarana Desa Labota Sumber : Analisis Penyusun (2022)

2) Dalam proses inventarisasi data dapat mengoptimalkan proses FGD atau diskusi dengan berbagai elemen masyarakat dalam rangka menggali permasalahan, potensi, dan arahan pengembangan desa yang diinginkan oleh masyarakat dengan tujuan yang sama dan selaras

1) Dalam tahapan penyusunan rencana pembangunan desa membutuhkan pembaharuan data secara berkala dalam mengoptimalkan proses analisis dan merumuskan proyeksi dalam perencanaan

3) Diperlukan analisis daya dukung, daya tampung lingkungan, serta kesesuaian lahan sehingga rencana pengembangan bisa selaras dengan prinsip berkelanjutan dalam pembangunan.

4) Diperlukan analisis lebih lanjut dalam penyusunan dokumen teknis perencanaan agar mendetail terkait dengan lokasi (secara spasial) dan tahapan perencanaan program tersebut

5) Arahan pengembangan desa yang telah disusun dapat menjadi saran dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) selama dua periode.

49 BAB PENUTUPVI

6.1 Kesimpulan Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki kondisi alam Desa Labota berupa perbukitan, daratan, dan pesisir yang terbagi atas lima dusun. Selama lima tahun terakhir, Desa Labota dan sekitarnya mengalami transformasi signifikan dengan adanya kawasan industri yang tentunya memberikan peluang ekonomi baru sekaligus fenomena permasalahan baru. Rencana pengembangan Desa dan masterplan diperlukan untuk menjadi arahan dalam rencana pembangunan desa dalam kurun waktu 12 tahun. Berdasarkan hasil analisis diatas bahwa permasalahan utama adalah ketidaksiapan infrastruktur desa dalam menunjang kegiatan bermukim sehingga timbulnya berbagai permasalahan yang mengikutinya. Visi pembangunan Desa Labota dalam 12 tahun yaitu “Terwujudnya Desa Labota sebagai Desa yang Maju, Inklusif dan Berkelanjutan pada Tahun 2034” yang dijewantahkan dalam berbagai arah pembangunan dan program kegiatan. Fokus program prioritas rencana pembangunan desa yang meliputi persampahan, drainase, pembangunan ruang terbuka publik, kegiatan penghijauan, dan sistem terintegrasi pelayanan desa. 6.2 Rekomendasi Adapun rekomendasi dari penulis untuk pengembangan laporan ini, yaitu:

50 DAFTAR PUSTAKA Dokumen Kebijakan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Morowali Tahun 2018 2023 Dokumen Kecamatan Bahodopi dalam Angka Kajian Literatur Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Infrastriktur Air Limbah dan Hujan, PWK UGM Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Geometrik Jalan, PWK UGM SNI 03 1733 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Hindratmo, B., Junaidi, E., Fauzi, R., Hidayat, M. Y., & Masitoh, S. (2019). Kemampuan 11 (Sebelas) Jenis Tanaman yang Dominan pada RTH (Ruang Terbuka Hijau) dalam Menjerap Logam Berat Timbel (Pb). Ecolab, 13(1), 29 38. Kusumawanto, A., Hadiyanti, A., Yunanto, Putra, R., & Fildza, A. (2021). Masterplan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Desa Kaliputih. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rignolda, D. (2018). Buku Mangrove (Biologi, Ekologi, Rehabilitasi, Konservasi). Manado: Unsrat Press.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.