Marketeers Magazine March 2013

Page 1

MARCH 2013 | www.the-marketeers.com | marketeers.fm

INDONESIA RP.35.000,- // SINGAPORE $7.00 // MALAYSIA RM15.00


EET EET

THE INTERVIEW BELAKANGAN INI ADA PERALIHAN ISTILAH DARI CUSTOMER SERVICE MENJADI CUSTOMER CARE. PERALIHAN INI MENUNJUKKAN BAHWA DUNIA USAHA TIDAK HANYA BERUSAHA MELAYANI CUSTOMER-NYA, TAPI BILA MUNGKIN HINGGA KE LEVEL KEPEDULIAN. TUJUANNYA ADALAH UNTUK MEMBERIKAN YANG TERBAIK GUNA MENJAMIN KEPUASAN PELANGGAN. DUNIA USAHA BELUM MAMPU MEMUNGKIRI BAHWA KEPUASAN PELANGGAN AKAN MENJADI KUNCI SUKSES SEBUAH BISNIS. BILA PELANGGAN MERASA NYAMAN DAN PUAS, MAKA AKAN TIMBUL KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP BRAND TERSEBUT. SELANJUTNYA, SI PELANGGAN AKAN MENJAGA KESETIAANNYA UNTUK TERUS MENGGUNAKAN PRODUK ATAU LAYANAN DARI BRAND ITU. SEBALIKNYA, BILA PELANGGAN KECEWA DENGAN PELAYANAN YANG DIA DAPATKAN, BISA JADI DIA TIDAK HANYA MENINGGALKAN BRAND ITU, TAPI JUGA MEMBERI GANJARAN WORD-OF- MOUTH MARKETING. KARENA ITU, MENCIPTAKAN KEPUASAN PELANGGAN MENJADI SANGAT PENTING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENJAGA LOYALITAS PELANGGAN SEKALIGUS KELANGSUNGAN BISNIS. INILAH SALAH SATU TUGAS YANG DIEMBAN TENAGA-TENAGA PROFESIONAL DI BAGIAN CUSTOMER CARE. BISA DIBILANG MEREKA ADALAH BARIS TERDEPAN PERUSAHAAN ATAU BRAND YANG BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN PELANGGAN. NAH UNTUK YWN KALI INI, MARKETEERS MENDAULAT PENYANYI JAZZ ANDIEN, PENGUSAHA WANITA INTAN RYANDHITA, DAN PENGGIAT SOCIAL MEDIA BINTANG MAHACAKRIE, UNTUK BERBAGI PENDAPAT DAN PENGALAMAN MEREKA SEPUTAR CUSTOMER CARE. SEPERTI APA KATA MEREKA? BERIKUT SALINAN WAWANCARANYA.

026

// MAR 2013 // THE-MARKETEERS.COM

ANDIEN (YOUTH)


Apa yang Anda ketahui tentang customer care? ANDIEN (Y): Sesuai namanya, customer care adalah sebuah jasa untuk melayani pelanggan. Jadi apapun keluh kesah pelanggan harus diterima dan harus ditangani dengan cara paling baik. INTAN RYANDHITA (W): Bagi saya customer care lebih ke pelayanan. Tujuannya hanya satu, yaitu customer satisfaction. Berhubung saya mengelola perusahaan jasa pengiriman, maka sisi pelayanan menjadi target utama kami. Targetnya adalah barang pesanan harus tiba tepat waktu di penerima. Target lainnya adalah agar customer puas dengan pelayanan yang kami berikan. Kepuasan pelanggan menjadi tingkat yang membedakan kami dengan jasa pengiriman lainnya. MAHACAKRIE (N): Menurut saya customer care itu action untuk membantu orang lain.

INTAN RYANDHITA (WOMEN)

Bentuk care seperti apa yang ideal menurut Anda? Y: Baik service atau care yang ideal bagi saya, pertama-tama adalah harus menciptakan image yang benar-benar peduli kepada pelanggannya. Kita bisa melihat dari cara petugasnya berbicara, apakah mereka ramah atau tidak. Kemudian ada atau tidak aksi dari mereka sesuai dengan kebutuhan si pelanggan. W: Yang ideal menurut saya tergantung kepada kepuasan pelanggan. Misalnya kalau saya menghubungi call center, pasti ada sesuatu yang saya butuhkan. Entah saya mau bertanya atau complain mengenai sesuatu.Yang saya inginkan sebagai pelanggan adalah mendapatkan jawaban dengan baik. Bila saya memberikan komplain, tentu harus ada penyelesaian dengan baik. Intinya menjawab apa yang customer mau. N: Care yang ideal bagi saya adalah yang memuaskan. Petugasnya semestinya ramah, humble, ada kedekatan dengan pelanggan seolah pelanggannya bukan orang lain sehingga bisa merasa nyaman. Dari pengalaman Anda, sudah adakah perusahaan yang memiliki customer care yang ideal? Y: Ada. Sebuah perusahaan asuransi kendaraan yang ada di daerah Arteri

Pondok Indah. Jadi saya dulu pernah mengalami kecelakaan beruntun. Posisi mobil saya kebetulan di antara dua mobil, jadi rusaknya cukup parah. Kemudian saya menghubungi asuransi itu. Pihak asuransinya memberikan tanggapan dengan baik. Bahkan mereka meminjamkan mobil selama mobil saya dalam perbaikan. Mobil yang dipinjamkan oleh pihak asuransi masih dalam kondisi baru dan sesuai dengan jenis mobil saya yang mengalami kecelakaan. W: Sepertinya Bank BCA, terutama pelayanan untuk customer premiumnya. Setiap saya menghubungi customer servicenya, mereka menyapa dengan ramah sekali, bicaranya semangat. Sehingga membuat saya yang tadinya dalam kondisi biasa saja jadi terbawa suasana cerianya. Tapi ada service sebuah e-commerce luar negeri yang sangat menarik, yakni zappos. com. Saya pernah membaca bagaimana situs online shopping itu melayani customer-nya. Jadi ada seorang pembeli menghubungi customer service-nya, ketika ingin membeli enam pasang sepatu untuk ibunya yang tengah sakit. Zappos menerima order itu, lalu mengirimkan pesanan sesuai yang diminta pembelinya. Pesanan tiba tepat waktu, dan di dalam kemasannya terdapat karangan bunga dengan tulisan “Get well soon.� Di sini menunjukkan bahwa customer service-nya benar-benar mendengarkan semua yang disampaikan oleh pelanggan. Mereka tidak hanya mendengar bagian pemesanan dan mengurus pengiriman. Pelayanan mereka sampai segitunya. N: Dari pengalaman saya, customer service (mobil) Ford memuaskan karena mereka tidak berusaha memberikan kesan mahal dan jujur. Sebagai contoh, kita semua tahu setiap mobil pasti ada jadwal berkala untuk servisnya. Tapi di Ford, mereka lihat dulu kondisi mobilnya. Walau sudah jadwalnya tapi kalau kondisinya memang belum perlu servis, ya, tidak perlu servis. Service selanjutnya yang menurut saya juga memuaskan adalah petugas Sentosa Island di Singapura. Mereka menyapa dan menyambut pengunjung dengan sangat ramah seolah memberi tanda bahwa pengunjungnya bakal punya pengalaman yang menyenangkan. Satu lagi yang pelayanannya juga melebihi ekspetasi, adalah belanja di situs shopatvelvet.com. Meski desain web-nya kelihatan mahal, ternyata harga produknya terjangkau. Saat saya membeli produk mereka, saya tidak

THE-MARKETEERS.COM // MAR 2013 //

027


EET EET berharap banyak karena melihat harganya. Tapi ketika pesanan saya tiba tepat waktu, ternyata produknya memang bagus dan kemasannya itu terlihat mewah. Saya kagum dengan standar pelayanan mereka. Dari sudut pandang customer, menurut Anda pentingkah menerapkan care dalam membangun image produk? Alasannya? Y: Penting banget. Pepatah yang bilang bahwa pelanggan adalah raja bagaimanapun juga masih berlaku. Customer kan sudah membayar sejumlah uang, dan itu biasanya sudah termasuk biaya untuk produk dan jasa. Jadi kalau pembeli sudah membeli sesuatu, itu sudah termasuk jasa apa yang bisa ditawarkan ke pembeli. Sama saja dengan membeli ponsel. Kenapa produkproduk ponsel yang bergaransi lebih mahal? Karena ada jasa setelah pembelian yang ditawarkan ke customer. W: Sangat penting. Kalau kita melihat tugas seorang customer care, mereka kan tidak hanya sekadar menjawab telepon. Sebaliknya, mereka harus mewakili nama perusahaan. Makanya peran service atau care, termasuk petugasnya sangat penting dalam membangun image suatu brand. N: Hubungan dalam usaha jual beli tidak habis setelah transaksi terjadi. Setelah transaksi itu, masih ada lagi action yang harus dilakukan untuk menjaga kepuasan pembeli. Contohnya kalau di online shopping, service yang harus dilakukan adalah bagaimana memastikan produk yang dipesan sesuai ekspetasi pembeli dan tiba tepat waktu. Kalau si pembeli punya pengalaman yang baik, dia akan membicarakannya ke orang lain. Jadi care sangat berperan besar dalam membangun image produk dan keberlangsungan suatu bisnis. Anda lebih memilih produk berharga murah tapi service biasa saja, atau berharga mahal dengan service memuaskan? Y: Untuk produk jenis mobil dan gadget, saya prefer yang mahal karena pasti servicenya oke. Tapi saya lebih melihat kepada kebutuhan saja. Bila saya membutuhkan sepatu untuk pesta atau perform, saya pasti memilih yang harganya lebih mahal karena lebih tahan lama. Ketika produk itu lagi tren, saya biasanya akan beli walau mahal. Sementara untuk produk sehari-hari, saya memilih harga yang standar saja.

028

// MAR 2013 // THE-MARKETEERS.COM

W: Saya tidak keberatan harus membayar lebih selama produk dan servisnya bagus atau ke depannya akan mempermudah hidup saya. Istilahnya, if you pay peanuts, you get monkeys. N: Tentu saya memilih produk mahal dengan servis yang oke. Apakah Anda pernah menemukan pengalaman tidak menyenangkan dengan customer care? Y: Pengalaman tidak enak yang kerap saya alami adalah di pusat perbelanjaan. Mungkin karena penjaga tokonya sudah lelah, sementara saya masih tanya-tanya, mereka menjawabnya setengah hati. Itu sering banget saya alami. W: Sebelum merintis kirim. co.id, saya mengawali karir sebagai customer service. Jadi kalau ditanya soal pengalaman buruknya apa, sejauh ini tidak ada yang benar-benar jelek. Karena kalau menghadapi customer service lain, saya lebih empati. Saya berusaha mengerti mereka, pekerjaan mereka, sistem kerja, dan beban kerjanya. N: Pengalaman tidak enak dan langsung terpikirkan adalah pengalaman dengan Citilink. Mestinya penerbangan saya berangkat jam 10 malam dari Bali menuju Jakarta, tapi delay tanpa ada pemberitahuan lebih lanjut sampai jam berapa diundurnya. Ternyata penerbangan sebelum saya pun delay, mestinya berangkat jam 7 malam diundur menjadi jam 10 malam. Saya dan dua teman sudah complain di twitter Citilink, namun tidak mendapat tanggapan. Suasana kala itu cukup ricuh, ya, karena penumpang lainnya menuntut atasan-atasan Citilink di tempat itu untuk menghadap dan memberi penjelasan. Sayangnya, mereka tidak juga mau menemui penumpangnya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta kembali uang pembelian karena pihak Citilink mengganti jadwal penerbangan untuk keesokan harinya. Proses mengurus pengembalian uang itu pun sangat lamban. Akhirnya saya pulang ke Jakarta dengan penerbangan lain di pagi hari. Sejak pengalaman yang sangat mengesalkan itu, saya tidak mau lagi terbang dengan Citilink. Dan setiap saya mendapatkan newsletter atau info promo dari Citilink, langsung saya delete. MAHACAKRIE (NETIZEN)


EET EET

FIRST THING FIRST, FAMILY LOVE

OliverHadisuwarno CEOofPTRudyHadisuwarno


EET EET Tahun ini, usia Oliver Hadisuwarno baru akan beranjak 32. Namun, ia sudah dipercaya untuk memegang tampuk pimpinan perusahaan perawatan dan kecantikan rambut yang dirintis oleh sang paman, Rudy Hadisuwarno sejak empat dekade lalu. Bukan tanpa alasan sang Paman memberi kepercayaan yang demikian besar kepada keponakannya itu. Pada usianya yang masih tergolong muda itu, Oliver sudah sarat pengalaman di dunia bisnis. Usai menamatkan pendidikan di London School of Economics & Political Sciences, ayah seorang anak ini berkarier di industri keuangan. Ia bergabung dengan Citigroup Corporate & Investment Banking Indonesia yang kemudian dilanjutkan ke Global Transactions Service, sebuah perusahaan keuangan berlisensi dari Georgia Department of Banking and Finance, Amerika Serikat. Tapi apa mau dikata, baru empat tahun menikmati masa-masa meniti karier, keluarga besarnya meminta dia untuk membantu mengelola PT Rudy Hadisuwarno. “Ini keputusan yang berat. Saya membutuhkan waktu sekitar enam hingga tujuh bulan untuk akhirnya bisa berubah pikiran,� tutur Oliver dengan nada merendah. Apa yang mampu mengubah pikiran Oliver, dan bagaimana bisnis Rudy Hadisuwarno setelah berada di tangannya? Berikut obrolan Rina Hutajulu dari Marketeers dengan Oliver yang berlangsung di kantornya di bilangan Tanah Abang,

036

// MAR 2013 // THE-MARKETEERS.COM

Jakarta Pusat. Mengapa Anda akhirnya berubah pikiran? Seiring waktu berjalan, saya merenung. Keluarga sedang membutuhkan bantuan, masa saya tidak perhatikan. Apalagi saat itu ayah saya yang juga ikut membantu pengelolaan bisnis PT Rudy Hadisuwarno terserang penyakit jantung. Jadi saat itu yang terlintas adalah, saya harus berikan yang terbaik bagi keluarga. Bisa dibilang yang pertama timbul adalah rasa cinta pada keluarga. Mulailah saya berpikir untuk kembali kepada keluarga. Ini keputusan yang berat. Saya membutuhkan waktu sekitar enam hingga tujuh bulan untuk akhirnya berubah pikiran. Dalam perjalanan itu, saya mulai melihat batasan-batasan dalam dunia profesional. Korporat memiliki aturan-aturan yang sangat ketat, dan tangga strukturnya tinggi sekali. Sehingga apa yang saya perbuat dengan posisi saya waktu itu, impact-nya tidak langsung terasa ke saya. Sementara saya ingin merasakan kreativitas saya kalau diwujudkan itu akan seperti apa. Setelah berpikir panjang, akhirnya saya mengajukan resign dan bergabung dalam bisnis Rudy Hadisuwarno dengan segala risiko yang harus saya hadapi.Yang tadinya saya berasal dari KDUG FRUH EDQNLQJ À QDQFH lalu pindah ke bisnis gaya hidup, hiburan, fashion dan berhubungan dengan seniman.

Apa yang membuat Anda pada awalnya cenderung menolak tawaran itu? Pertama kali saya menghadiri meeting keluarga untuk membicarakan tawaran itu, saya memang menolak. Saya merasa kecintaan dan jalan hidup saya tidak di bisnis ini (Rudy Hadisuwarno-Red), karena sejak kecil saya ingin berkecimpung di dunia profesional. Tidak pernah berpikir aktif di bisnis Rudy Hadisuwarno seperti sekarang ini. Saat itu saya juga sebenarnya mengalami krisis kepemimpinan. Bagaimana Anda mengatasi krisis kepempimpinan itu? Sudah pasti kondisi saat itu, saya frustasi sekali. Satu sisi cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi profesional, tapi di sisi lain saya cinta keluarga. Untuk mengatasi krisis itu, selain berdoa, saya juga banyak berkomunikasi dengan ayah dan paman. Saya sebetulnya ingin tahu apa tujuan mereka sebenarnya ketika meminta saya bergabung dalam bisnis ini. Apakah mereka memiliki visi, misi dan spirit yang sama dengan saya? Saya tidak mau dipanggil hanya sebagai ganjalan saja. Dari sini kami banyak mengobrol dan saya pun bisa mengerti keluarga memang membutuhkan saya. Dan kalau dilhat lagi, di sini (Rudy Hadisuwarnored) saya sebenarnya bisa belajar lebih banyak lagi sekaligus menyalurkan kreativitas. Menerima posisi top management di usia muda, adakah beban tersendiri yang


Anda rasakan saat itu? Bebannya lebih ke pengakuan. Saya memimpin bisnis ini saat berusia 25 tahun. Orang pasti akan men-judge di usia semuda itu apa yang bisa saya lakukan. Tapi saya berusaha menerima semua kritik itu. Lagi pula selama saya punya program kerja dan bisa memperbaiki standar hidup mereka semua, kenapa saya harus minder? Butuh waktu juga saya bisa diterima. Di mata Anda, gambaran bisnis Rudy Hadisuwarno saat pertama kali Anda bergabung seperti apa? Dari segi brand, sejak tahun 1970-an hingga tahun saya bergabung (tahun 2007), karakter Rudy Hadisuwarno sudah kuat VHEDJDL À JXUH hairdresser. Tapi dari sisi pengelolaan bisnis, saya melihat betapa perusahaan ini dikelola dengan sangat kekeluargaan. Saya mau melakukan sesuatu, namun belum ada prosedurnya yang jelas. SOP tidak ada, dan jobdesk-nya tidak jelas. Di saat bersamaan saya juga melihat ada peluang bahwa bisnis ini benar-benar bisa dikembangkan bila dikelola oleh orang-orang yang benar-benar profesional. Karena saya berpikir, selama orang masih punya rambut dan kulit, bisnis ini akan bisa terus berjalan. Bisnis ini tidak akan ada duanya, tidak akan kena krisis. Jadi menurut saya, it’s stuck in the middle. Perubahan-perubahan apa saja yang Anda perbuat? Sistem. Tapi sistem itu kan bisa dibuat, bukan sesuatu yang menyulitkan sebenarnya. Hal penting yang saya ubah justru corporate culture. Terus terang saya mengalami hambatan di isu ini. Saya sebelumnya bekerja di perusahaan yang ketat dengan aturan yang jelas. Di sini tidak ada bukunya. Jadi culture shock itu pasti ada. Pada saat itu pula saya harus mengeluarkan personil. Sejujurnya saya sempat shock, tapi memang harus saya lakukan. Kebetulan personil itu bergabung karena faktor keluarga dan telah bekerja selama bertahun-tahun, tapi tidak performed dan tidak mau mengikuti sistem yang baru. Kapal harus berjalan maju. Kalau ada yang tidak bisa mengikuti, mau tidak mau harus ditinggalkan. Lalu apa yang Anda pelajari selama bergabung dalam bisnis ini? Saya belajar interpersonal skill lebih baik di sini. Di sini kami menjangkau orang-orang (pekerja salon-Red) yang level edukasinya tidak terlalu tinggi. Contohnya petugas cuci

rambut. Jadi di sini level antara pendidikan atas dan pendidikan bawah seperti jurang. Dulu orang bilang kalau manajemen itu harus sesuai sistem, strict, jangan terlalu manusiawi. Tapi kemudian saya bergabung dalam bisnis yang dikelola dengan sistem kekeluargaan. Saya akhirnya bisa mengetahui dan menguasai kedua sistem tersebut. Kadang saya memang harus tegas, tapi ada kalanya saya memberi motivasi kepada mereka yang malas-malasan bekerja sehingga akhirnya bisa perform. Saya bisa bersikap manusiawi pada mereka. Jadi yang lebih saya pelajari adalah lebih ke managing people. Jadi Anda punya resep terkait managing people? Ya, kita harus bisa menggambarkan diri kita di sepatu mereka. Kita perlu mengetahui kenapa dia berlaku seperti itu? Misalnya dia suka mangkir, tidak semangat, ada apa? Apakah dia tidak perform karena tidak ada perhatian dari atasan? Karena dari pengalaman saya, ada orang yang bekerja bukan semata-mata karena uang, ada yang mempertimbangkan apakah dia happy, atau bisa berkembang tidak dalam lingkungan kerjanya. Adakah spirit tertentu yang diwariskan paman Anda selaku founder Rudy Hadisuwarno kepada Anda? Beliau itu pekerja keras. Keluarga besar kami memang pekerja keras. Dalam melakukan sesuatu harus sempurna. Harus passionate pada pekerjaan. Selain itu, kami keluarga besar yang sangat dekat. Biasanya saya melihat sebuah keluarga akhirnya pecah karena perusahaan. Misalnya kakak adik tidak akur, atau saling curiga antar paman dan keponakan. Indahnya perusahaan ini adalah di situ. Kami sebagai keluarga sangat dekat dan saling mendukung. Paman juga benarbenar embrace yang namanya inovasi, think out the box. Itu yang benar-benar mengakar dan diturunkan kepada kami semua. Berbicara think out the box, apa perwujudannya dari Anda? Yang pertama adalah sistem. Dengan sistem yang otomatis, segala sesuatu yang ada report-nya bisa saya akses lebih mudah. Kedua, menyediakan special treatment untuk segmen kelas menengah. Di salon, sistem perawatan rambut itu bagian terpenting dalam servis, dan untuk perawatan rambut yang mahal itu pasti memiliki special treatment. Saat itu saya berpikir, bila ada kebutuhan akan perawatan rambut seperti itu di kalangan atas, pasti ada kebutuhan

yang sama di kelas menengah. Sejak itu saya mengkreasi VSHFLĂ€ F WUHDWPHQW yang terjangkau, untuk target pasar kelas menengah. Dan ini sukses. Tampaknya Anda sudah mendapatkan passion Anda di sini. Benar begitu? Ya, sekarang saya sangat cinta bisnis ini. Sebagai sebuah brand, apa sebenarnya yang ingin Rudy Hadisuwarno berikan kepada customer-nya? Kami ingin membantu untuk meningkatkan penampilan mereka. Kalau penampilan meningkat otomatis kepercayaan diri juga meningkat. Pemain di industri perawatan dan kecantikan berskala besar cukup banyak di tanah air, bahkan ada yang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia. Komentar Anda? Saya sangat suka kompetisi. Bagi saya, semakin banyak kompetitor, maka semakin baik. Pasar tidak akan membosankan. Saya pun bisa mempelajari apa keahlian mereka. Memang, kue akan menjadi lebih kecil. Tapi toh tidak semudah itu. Sebab rambut orang luar dan rambut Asia itu berbeda. Dan tidak mudah bagi mereka juga untuk mengenal karakter pelanggan Indonesia. Bagi saya ini fair game, sebab kami mengenal baik karakter pelanggan Indonesia. Bagaimana cara Anda mempertahankan loyalitas customer? Kami harus memastikan bahwa solusi yang kami tawarkan sesuai dengan ekspektasi pelanggan, sehingga bisa membuat mereka puas. Selain itu, kamu juga harus konsisten dengan identitas dan karakter salon Rudy Hadisuwarno, termasuk untuk urusan interiornya. Kami berusaha mengomunikasikannya kepada pelanggan, sehingga mereka bisa memahami identitas kami. Hal lain adalah tentang emotional bonding. Ini bukan berarti kami mengikuti apa mau customer. Sebaliknya di sini kami lebih mengenal dan membentuk suatu ikatan emosional dengan mereka. Hal ini memang sulit dijelaskan tapi justru faktor ini merupakan salah satu cara untuk membuat customer nyaman dan dia akan kembali lagi. Dengan posisi Anda sekarang, apakah Anda melihat ini sudah menjadi suatu pencapaian dalam hidup Anda? Sebenanrya belum. Terus terang saat ini saya belum tahu impian ultimate-nya itu

THE-MARKETEERS.COM // MAR 2013 //

037


EET EET apa. Meski begitu saya berharap bisnis ini lebih besar lagi, bisa merambah regional dan akhirnya internasional. Saya juga maunya bisnis ini bisa bekerja secara autopilot. Jadi tanpa saya harus ke kantor setiap hari, bisnis ini tetap bisa berjalan karena dikelola oleh tim profesional yang bisa lebih baik dari saya. Sekarang sebenarnya sudah dikelola secara professional, tapi saya ingin lebih dari itu. Terus terang formulanya memang belum ketemu. Posisi saya di sini saat ini masih menangani strategi-strategi yang cukup krusial. Misalnya tahun ini dan lima tahun lagi bisnis ini mau dibawa ke mana. Untuk urusan inovasi dan research development, saya masih terlibat jauh. Berarti sudah ada gambaran bisnis ini akan Anda bawa ke mana dalam lima tahun mendatang? Sudah. Kami ingin merambah ke pasar internasional. Sebenarnya sejak lima tahun yang lalu sudah banyak orang yang minta agar kami buka di Bahrain, Dubai, Australia, dan Singapore. Tapi menurut saya kalau sebuah perusahaan ditarik begitu jauh, pondasinya tidak boleh lemah. Saya percaya, kalau kita mau jadi raja di internasional, jadi raja dulu di Asia Tenggara. Nah untuk menjadi raja di regional Asia, jadi jagoan dulu di nasional. Kita boleh punya cita-cita tapi lihat-lihat juga kapan kemampuan kita siap. Rudy Hadisuwarno memiliki beberapa brand untuk salonnya. Adakah prioritas brand yang akan dibawa ke ranah internasional dalam rencana lima tahun mendatang itu? Justru yang akan kami buka bukanlah salonnya, tapi sekolah rambutnya dulu. Kenapa? Karena salon itu kalau sudah buka di suatu tempat, dia pasti butuh supply SDM yang terlatih baik. Kalau kami tidak memulai peletakan pondasi dari segi edukasinya, saya tidak bisa menjamin salonnya bisa berjalan baik. Jadi adanya sekolah menjamin kesediaan SDM yang mumpuni. Bisa dibilang di dunia ini, sekolah rambut Rudy Hadisuwarno merupakan salah satu yang terbaik. Ada pengakuan yang kami peroleh dari Asosiasi Penata Rambut berskala internasional, Intern des Coiffeurs des Dames, (ICD). Pak Rudy beberapa kali didaulat untuk menjadi ketuanya di Indonesia hingga level Asia. Dan kami memenangkan beberapa award internasional. Makanya peserta kelas tata rambut kami ada yang berdatangan dari India, Malaysia, dan Brunei. Adakah momen dalam hidup Anda yang mengubah hidup Anda secara drastis? 038

// MAR 2013 // THE-MARKETEERS.COM

Pertama adalah pada saat terjadi kesalahan anastetik pada saat saya berusia 17 tahun. Saya mengalami koma. Sadarsadarnya saya sudah pakai bantuan alat. Sejak saat itu saya lebih menghargai hidup, kesehatan dan kualitas hidup, serta keseimbangan hidup. Kedua, pada saat saya joined EO, yang mengubah saya bisa menjadi pendengar yang lebih baik. Pertama bergabung di EO, saya skeptis. Tapi pada saat bergabung, saya merasakan ambiance yang berbeda. Karena saya dan anggota lainnya diajak sama-sama untuk tidak saling memberikan judgment. Sementara saya ini sehari-harinya suka men-judge. Kerjaan saya kan analisis. Biasanya kan prinsip kerjanya harus se-negative thinking mungkin. Jadi akhirnya karakter saya dibentuk untuk curiga pada orang. Hal ini memang membantu saya menjadi sosok yang sharp, tapi di satu sisi stress juga. Saat saya di EO, saya sebenarnya belajar tools yang bukan hal baru tapi terkadang kita lupa dengan hal itu. Contohnya bagaimana kita berempati dengan orang lain. Setelah saya gunakan tool itu dalam dunia kerja, ternyata jauh lebih efektif. Dengan kata lain saya bisa merasa menjadi manusia yang lebih utuh, saya bisa lebih bijaksana. Bagaimana bisa bergabung di EO? Dari teman baik saya.Waktu itu dia berkunjung ke Jakarta. Karena tidak dapat penginapan, dia tinggal di rumah saya. Di situ

dia cerita kalau dia sudah bergabung di EO. Dia cerita kegiatan EO apa saja, seperti ada kegiatan learning event, forum bulanan sebagai tempat anggotanya share cerita soal family, bisnis dan personal. Saya jadi penasaran.Yang bikin saya penasaran bukan ceritanya dia, tapi saya memang melihat ada perubahan dari teman saya. Dari dia punya kelakuan, cara pandang, dan cara dia menghadapi hidup ini. Akhirnya saya minta diajak learning event. Kemudian saya mendaftar, diwawancarai dan diterima. Memang perubahan apa yang Anda harapkan dari diri Anda dengan bergabung di EO? Yang pasti saya ingin better quality of life. Bukan hanya dari aspek material, tapi secara spiritual juga. Berbagi pengalaman spiritual banyak membantu saya dan memotivasi saya untuk menjadi leader yang lebih baik, lebih bijaksana. Berikutnya adalah memiliki teman yang memiliki visi dan misi yang sama lebih banyak lagi. Artinya mereka yang tidak hanya mengurus pekerjaan, tapi bagaimana mereka menghargai persahabatan dan keluarga. Hal ini yang tidak saya temukan di dunia profesional saya dulu. Di EO, saya melihat sosok-sosok pebisins yang sukses sekaligus manusia-manusia yang memiliki keluarga yang berbahagia. Saya menginginkan itu juga.

OLIVER HADISUWARNO 5thOct 1981 married Joined EO in 2010 EDUCATION SEPT 1997 - JUNE 2000 GCE A-level at Concord College, Shrewsbury, United Kingdom SEPT 2000 - JUNE 2003 Bsc at London School of Economics & Political Sciences; majoring in: Management EXPERIENCE AUG 2003 - JUL 2004 Citigroup Corporate & Investment Banking Indonesia as an Asia-Pacific Management Associate. Completed Compulsory Job Rotation during the first 12 months covering divisions: Risk Management & Debt Restructuring, Fixed Income & Financial Markets, Cash & Liquidity Management Operation. JUL 2004 - DEC 2006 Global Transaction Services as a Corporate Sales Manager specializing in International Trade Services, Export-Import Financing, and Structured Trade Financing. JAN 2007 - JAN 2009 PT Rudy Hadisuwarno as the Chief Operating Officer and be responsible in managing the overall Operation & Business Development of Multi Brand Salon Business and Hairdressing Schools. FEB 2009 - PRESENT Promoted into Chief Executive Officer of the PT Rudy Hadisuwarno & subsidiaries and be responsible in managing the Overall Corporate Strategy & Operation within the Beauty Business Division, Professional Product Development Division, Distribution Division, and Corporate Treasury & Investment Division. Â


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.