www.marketeers.com www.marketeers.com/radio
MAY 2016
O F L L A E F TH
THE FALL OF CSR AND THE RISE OF SOCIALLY RESPONSIBLE BUSINESS
H E T D N A F RISE O
Maestro:
P. 081
Why CSR No Longer Cuts It Empowering through entrepreneurship and innovation
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_C-1_R1.pdf 1
Prima:
P. 089
Selamat Tinggal Jawa Sentris Geliat infrastruktur di wilayah Indonesia Timur
Pesona Indonesia:
P. 101
Mutiara Baru Ujung Nusantara Kombinasi lengkap pesona alam, kuliner, budaya, dan atraksi Aceh
Indonesia Rp.50.000,-
MAY 2016
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_C-1+4.PDF 1
R S C Y L L A I C SO NSIBLE O P S E R ESS N I S BU
4/26/2016 3:51:53 8:22:17 PM
O V E
M
E N
T
Communication, High-Tech & Media 020
Apakah Masa Depan Musik Ada di Layanan Streaming? Oleh Ramadhan Triwijanarko
Satu-persatu layanan musik streaming bermunculan di Indonesia, baik pemain lokal atau internasional. Semua itu tidak terlepas dari perubahan habit masyarakat Indonesia dalam menikmati musik.
ndustri musik Indonesia terus berkembang mengikuti zamannya. Selain musisi dan hasil karya nya, perkembangan juga terjadi pada format dan pola masyarakat dalam menikmati musik. Di mulai dari piringan hitam, lalu menuju kaset, cakram padat, digital, hingga yang terbaru lewat cara streaming. Semua ini membuktikan bahwa musik adalah industri yang berevolusi. Akhir Maret lalu, Indonesia resmi kedatangan Spotify, salah satu pemain besar di industri musik streaming dunia. Butuh waktu lebih dari tiga tahun bagi Spotify untuk menancapkan benderanya di Indonesia. Padahal, jauh sebelumnya, layanan Spotify sudah terlebih dahulu mengudara di Hong Kong, Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia. Tentunya, hal ini menyiratkan pertanyaan mendasar: Mengapa Spotify telat masuk ke Indonesia? “Banyak yang bilang terlalu lama, tapi menurut kami saat ini adalah saat yang tepat bagi kami masuk ke pasar Indonesia,” terang Sunita Kaur, Managing Director Spotify Asia. Sunita berdalih, banyak persiapan yang harus dipersiapkan oleh Spotify sebelum akhirnya benar-benar resmi berada di Ta-
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_T-020.PDF 1
nah Air. Sunita memastikan, Spotify harus dalam kondisi yang siap dan matang ketika hadir di Indonesia. “Sangat mudah untuk membuka laya nan di satu negara. Namun, yang tersulit adalah memahami karakter dan perilaku konsumen dari negara tersebut. Maka itu, kami terus mempersiapkannya,” tambah Sunita. Ada dua hal yang dipersiapkan oleh Spotify untuk menaklukkan pasar Indonesia, yakni kekuatan konten yang disajikan mencapai 30 juta lagu dari seluruh dunia dan playlist yang memiliki cita rasa lokal. Pemain yang komplit Kedatangan Spotify menandakan bahwa industri musik streaming di Indonesia dalam kondisi yang lengkap. Meskipun, faktanya, ada beberapa pemain yang mesti gulung tikar karena tak kuat berkompetisi. Hal ini juga diamini oleh Adib Hidayat, Editor in Chief Rolling Stone Indonesia. Baginya, pemain yang ada di Indonesia saat ini sudah mewakili layanan musik streaming dunia. Adib melihat bahwa kompetisi di industri musik streaming mulai terdengar gaungnya ketika layanan serupa asal Australia, Guvera, hadir di Tanah Air pada tahun 2014. Sejak itu, Guvera melakukan serangkaian promosi yang
gencar dengan menggandeng beberapa musisi lokal. Jauh sebelum Guvera, sebenarnya Telkom dan Telkomsel sudah terlebih dahulu bermain di industri tersebut dengan meluncurkan layanan bernama MelOn dan Langit Musik. Kendati, paska kemunculan Guvera, beberapa pemain lain seperti MixRadio, Apple Music, JOOX, dan Spotify, ikut membanjiri pasar. Menurut Adib, industri musik streaming Indonesia terbilang unik. Awalnya, banyak yang memperkirakan bahwa pertempuran akan terjadi antara Apple Music dan Spotify. Namun, di tengah dua nama besar ini, muncul JOOX yang bisa dibilang sebagai kuda hitam yang diprediksi mampu bersaing di antara Spotify dan Apple Music. “JOOX ini anak bawang, layanan asal Asia, sebelumnya tidak dikenal. Datang ke Indonesia dibawa oleh MNC Tencent. Tampilannya yang mudah banyak disukai orang sehingga JOOX berhasil bercokol menjadi top apps di Playstore dan Appstore,” tambah Adib. Menarik diketahui bahwa hampir semua pemain layanan musik streaming di Indonesia melakukan kerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi. Dengan begitu, biaya bulanan yang dibebankan kepada konsumen bisa dibayarkan dengan sistem potong pulsa. Penetrasi kartu kredit yang rendah menjadi alasan utama digandengnya perusahaan telekomunikasi oleh penyedia layanan streaming tersebut. Tentu saja, hampir seluruh pemain harus memberikan pengalaman konsumen de ngan menggratiskan layanannya. Setelah uji coba berakhir, biaya bulanan pun akan dikenakan. Adib bilang, rata-rata pemain menetapkan biaya bulanan sekitar Rp 50.000, yang dinilai cukup ekonomis. Akan tetapi, ia menekan bahwa apakah dengan biaya langganan yang murah, para musisi bisa hidup dari layanan musik streaming? “Format ini masih baru. Bisa dibilang pendapatan yang didapatkan oleh para musisi tidak sebanding dengan format ring back tone (RBT) yang kala itu para musisi bisa meraih ratusan juta rupiah per bulan,” jelas Adib. Format yang tepat Berdasarkan data yang dirilis Nielsen, tahun 2015 merupakan tahun yang bagus untuk layanan musik streaming dunia. Total lagu yang diputar melalui layanan musik streaming pada tahun lalu mencapai 317,2 miliar lagu. Angka itu tumbuh hampir dua kali lipat dibanding tahun 2014 yang mencapai 164,5 miliar lagu.
4/26/2016 3:50:29 AM
O V E
M
E N
T
Communication, High-Tech & Media 021
Angka tersebut menggemparkan laju bisnis format lainnya, semisal iTunes atau Amazon. Pembelian lagu dan album secara digital pada tahun 2015 menurun 12,5% dibanding tahun sebelumnya, dari 1,1 miliar lagu menjadi 964,8 juta lagu. Begitu juga dengan album musik digital yang turun 2,9% dari 106,5 juta album pada tahun 2014, menjadi 103,3 juta pada tahun lalu. Penjualan album secara fisik juga pasti merosot. Akan tetapi, penurunannya ha nya 6%, dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 11%. Yang unik, penjualan album fisik berbentuk piringan hitam justru naik 30% dibanding tahun 2014. Total penjualan album format piringan hitam mencapai 9% dari total penjualan album secara fisik. Berkaca pada data dan tren yang sedang terjadi secara global, Adib menganggap bahwa format streaming merupakan format masa depan. “Cara orang menikmati musik di masa depan, ya lewat layanan streaming. Nampaknya, Indonesia akan seperti ini juga, jika kita melihat pola konsumsi data masyarakat melalui smartphone,” ungkapnya. Lelaki ini melanjutkan, meskipun masih ada orang yang membeli musik secara fisik, namun yang terpenting, “Masyarakat saat ini memiliki pilihan yang ba nyak untuk mendengarkan musik secara legal,”pungkasnya.
“Sangat mudah untuk membuka layanan di satu negara. Namun, yang tersulit adalah memahami karakter dan perilaku konsumen dari negara tersebut,”
Sunita Kaur Managing Director Spotify Asia
“Kami tidak ada masalah dengan kompetitor. Kami ingin bersama-sama membangun pasar yang ada,” Onny Robert Head of Operations & Marketing Guvera Indonesia
“Kami yakin, kami adalah pemain aplikasi streaming musik yang bisa diakses secara gratis, tanpa ribet,”
Girindra Prabowo General Manager Content JOOX
“Rasanya kompetisi layanan streaming musik ini judulnya bukan kompetisi biasa, karena yang terjadi adalah kami para pemain sama-sama di tahap memberikan edukasi dulu kepada masyarakat tentang musik streaming itu sendiri,”
Reza Ario Bimo CEO Volup
“Kami sangat mencintai musik. Layanan Apple Music memberikan pengalaman terbaik menikmati musik dalam sentuhan jari pelanggan kami,”
Eddy Cue Apple Senior Vice President of Internet Software and Services
Timeline
Januari 2010 Langit Musik hadir disokong oleh Telkomsel
Desember 2010 Telkom bersama SK Planet merilis MelOn Indonesia
Februari 2013 Layanan streaming asal Prancis, Deezer hadir
Oktober 2013 Layanan radio online Ohdio beroperasi di Indonesia
Februari 2014 Guvera muncul pertama kali di Indonesia
Mei 2014 Giliran Rdio memanaskan industri streaming musik Indonesia
Juni 2015 MixRadio muncul kali ini di bawah bendera Line Corp.
Juni 2015 Apple Music resmi membuka layanan di Indonesia
Biaya Bulanan Rp 11.000
Jumlah Pengguna Global Apple Music +10 juta paid user Spotify 75 juta user/ 30 juta paid user
Oktober 2015 Layanan streaming dalam negeri Volup ikut bersaing
Rp 50.000 Deezer 3 juta user Rp 55.000
Guvera 10 juta user
Oktober 2015 MNC Tencent memperkenalkan JOOX
Rp 73.000 Rp 69.000 Rp 50.000 Rp 49.000 Rp 49.999
Desember 2015 Rdio menutup layanannya di seluruh dunia, Pandora membeli Rdio Februari 2016 MixRadio dinyatakan ditutup oleh Line Corp.
Maret 2016 Spotify akhirnya hadir di Indonesia
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_T-021.PDF 1
4/26/2016 3:50:30 AM
A
F O L L F A THE
I
N S T O
R S C Y L L A I C O S NSIBLE O P S E R ESS N I S BU
R Y
047
AND THE RISE OF
Oleh Iwan Setiawan & Hendra Soeprajitno
Corporate Social Responsibility sebaiknya dilakukan secara terintegrasi dengan bisnis perusahaan. Sehingga, CSR tidak lagi menjadi beban melainkan sudah tercermin dalam aktivitas perusahaan seharisehari. Kuncinya adalah keseimbangan antara dampak sosial dan keuntungan bagi perusahaan.
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_T-047_R1.PDF 1
4/26/2016 5:03:53 PM
A
I
N S T O
R Y
048
emang, tidak ada aturan pasti dalam melakukan sebuah kebaik an. Yang terpenting, cara yang di gunakan tidak melanggar hukum dan bisa memberikan manfaat bagi sesama. Begitu pula dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Seperti kita ketahui bah wa CSR menjadi salah satu aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan bagi lingkungannya. Meski banyak juga perusahaan yang enggan atau terpaksa melakukannya, banyak perusahaan di In donesia bahkan dunia yang melihat CSR sebagai aktivitas yang wajib dilakukan dan menjadi kesem patan atau pembuktian untuk memperkuat brand mereka di mata konsumen. Sayang, seiring perkembangan zaman, aktivitas CSR berubah makna. Dalam aktivitas sosial, kita tentunya mengenal istilah filantrofi, atau aktivitas memberikan bantuan secara cuma-cuma kepada orang yang menerimanya. Istilah filantrofi atau charity kerap disamakan dengan CSR. Banyak pe rusahaan di Indonesia yang melakukan aktivitas dengan memberikan bantuan untuk menuntaskan kewajibannya melakukan CSR. Padahal CSR se harusnya digunakan semaksimal mungkin karena memiliki dampak yang positif bagi perusahaan. Istilah mudahnya, ketimbang memberikan ikan secara cuma-cuma – yang akan habis setelah di makan-, alangkah baiknya jika perusahaan mem berikan kail sehingga masyarakat yang menerima bantuan bisa mencari ikan sendiri untuk kehidupan di masa depan. Sehingga, kemandirian dapat ter bentuk. Dalam melakukan CSR, perusahaan haruslah memikirkan secara matang. Alangkah baiknya jika CSR itu bisa memberikan dampak sosial atau sosial impact. Dampak ini bisa diarahkan pada 3 tujuan besar, yaitu profit, planet, people. Sehingga, bantu an yang diberikan akan kembali ke para stakeholder, entah itu perusahaan sendiri, tempat di mana kita tinggal, hingga masyarakat lainnya, apa pun bentuknya, berapa pun nilainya, meski memakan waktu yang cukup lama. CSR seperti ini tentunya bisa menjadi pilihan bagi perusahaan. Sebab, CSR yang memberikan dampak sosial akan memperkuat branding perusa haan secara jangka panjang karena bersifat kontinu. Coba bandingkan dengan filantrofi meskipun ke duanya sama-sama bertajuk berbuat kebaikan. Tak jarang, pasca memberikan sejumlah uang, maka aktivitas sosial perusahaan terhenti di situ. Perusa haan sudah menuntaskan kewajibannya dan tidak peduli akan digunakan untuk apa bantuan itu. Harus diakui aktivitas kolaborasi berdampak so sial itu muncul dengan berbagai istilahnya. Misal nya Global Compact Network Indonesia menama kan aktivitas seperti ini sebagai Pro-poor business models atau Inclusive market. Sedangkan PT Uni lever Indonesia Tbk menyebut aktivitas seperti ini dengan sebutan Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Adapun Maria R. Nindita Radyati, Found ing Director of MM-CSR Universitas Trisakti me miliki istilah lain, yaitu creating sustainable liveli-
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_T-048_R1.PDF 1
hood for the community. Di dunia internasional, ada yang menyebutnya dengan istilah social investing. Marketeers sendiri menyebutnya dengan istilah Socially Responsible Business. Ingin Berbuat Baik? Integrasikan Saja Dengan Bisnis Sesuai prinsip Marketing 3.0 yang berdasarkan konsep human spirit, CSR terbaik tidaklah bersi fat sporadis melainkan sudah tercermin dalam ke giatan perusahaan sehari-sehari. Itulah mengapa CSR harus masuk dalam elemen bisnis model pe rusahaan. (Gambar 1) Dalam memasukkan konsep profit dan dampak sosial, perusahaan bisa melakukan polarisasi. Se lanjutnya, cobalah ciptakan keseimbangan dan integrasi antara bisnis dan tanggung jawab sosial. Sehingga, bisnis perusahaan akan berjalan dengan misi yang berimbang, yakni profit sekaligus dam pak sosial. (Gambar 2) Memang, bukan hal yang mudah untuk mem bungkus CSR yang mampu memberikan dampak kepada tiga stakeholder sekaligus. Misalnya saja PT Unilever Indonesia Tbk. Untuk mencapai misi Indonesia Sejahtera, Yayasan Unilever Indonesia (YUI) fokus pada pengembangan Malika, kedelai hitam yang selalu diperkenalkan oleh Unilever me lalui merek Kecap Bango. Pada tahun 2006, Unilever merilis program Pem berdayaan Perempuan Saraswati. Program ini hadir untuk memperkuat program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam yang diharapkan dapat memberikan perbaikan taraf hidup keluarga mereka. Di sini, pe tani kedelai bakal mendapatkan penyediaan benih unggul, bantuan akses keuangan, teknik penana man dengan prinsip pertanian berkelanjutan, dan lainnya. Selanjutnya, para petani itu bisa menjual hasilnya kepada Unilever Indonesia, yang akan di gunakan untuk bahan baku Kecap Bango. Melalui kegiatan itu, Unilever Indonesia telah melakukan kegiatan CSR, yang mampu memberikan dampak sosial kepada dua stakeholder, yaitu people –petani kedelai- dan profit –Unilever sendiri-. Sedangkan untuk planet, Unilever Indonesia me luncurkan program lainnya, yaitu Bank Sampah dalam upayanya mencapai Indonesia Hijau. Di sini, YUI berhasil membina 1.272 Bank Sampah pada tahun 2015 dan mengumpulkan hingga 3.425 ton sampah di 10 kota besar di Indonesia. Lain perusahaan, lain pula bentuk CSR yang di lakukan. Panasonic misalnya. Perusahaan produsen elektronik ini memberikan bantuan ke sebuah desa yang belum teraliri listrik secara reguler di Desa Banjarsari, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Di desa ini, Panasonic memasang power supply container bertenaga matahari yang dioperasikan secara mandiri di SDN Malabar 04. Selain di wilayah ini, Panasonic juga melakukan di tempat lain. Setelah ada aliran listrik, masyarakat pun bisa memenuhi kebutuhan lainnya, seperti memiliki, televisi, lampu, dan lainnya. Pada titik inilah, me rek Panasonic yang terkait dengan produk pera latan rumah tangga akan berpotensi dipilih oleh masyarakat setempat. Sehingga, selain memberi
4/26/2016 5:03:56 PM
A
I
N S T O
R Y
049
kan dampak positif terhadap people, Panasonic berpeluang mendapatkan dampak positif lainnya, dalam hal ini profit. Yang jelas, dampak sosial bukanlah satu-satunya patokan perusahaan dalam melakukan CSR. Kare nanya, bakal lebih baik jika perusahaan melakukan CSR yang berhubungan dengan bisnisnya. Misal nya saja Unilever Indonesia yang menyasar petani kedelai yang merupakan bahan utama dari Kecap Bango. Sedangkan Panasonic memiliki memba ngun power supply container, sebuah produk yang masih berhubungan dengan bisnisnya sebagai pro dusen elektronik. Dengan mengandalkan sumber daya yang dimiliki, maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan investasi besar dalam melakukan CSR. Bisa Anda bayangkan berapa biaya yang dike luarkan Unilever untuk CSR jika mereka memu (Gambar 1)
tuskan membangun power supply container untuk sebuah daerah? Atau apa jadinya jika Panasonic membantu para petani kedelai yang hasilnya sangat tidak berkorelasi dengan bisnis utamanya sebagai produsen elektronik? Untuk mempermudah Anda, Marketeers kali ini tak hanya menghadirkan sebuah konsep Socially Responsible Business ala MarkPlus, Inc. namun juga konsep CSR –apapun bentuk dan namanyadari Global Compact Network Indonesia, Maria R. Nindita Radyati, Founding Director of MM-CSR Universitas Trisakti, serta lembaga internasional lainnya. Selain itu, Marketeers juga menyajikan berbagai konsep CSR dari perusahaan di Indonesia. Semoga, semua itu bisa membantu Anda dalam menentukan CSR mana yang paling tepat bagi pe rusahaan Anda. Akhir kata, selamat berbuat kebaik an apapun wujud dan bentuknya.
US
IN
SOC I AL RE S
ESS
PO
NS
B
INCORPORATING CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) INTO CORE BUSINESS MODEL
IB IL
Step 1. Polarization
I TY
Business and Social Responsibility are still polarized. Companies conduct humanitarian, charitable and environmental activities separately from business activities.
Step 2. Balancing
L R E S P O N SI
BI
LI
TY
SO
CIA
BUSIN ESS
Business and Social Responsibility are balanced. Companies embrace social responsibility themes in their mission, vision and values. Although business practices comply to social and environmental norms, they are not closely linked to their social responsibility themes.
16997803_MARKETEERS ED MEI 2016_T-049_R1.PDF 1
L LY
B
U
C
IA
SI
SO
NE
SS
Step 3. Integrating
RESP O N SIBL
E
There is no more separation between Business and Social Responsibility. Business makes profit with principles. Companies incorporate Social Responsibility into their core business model.
4/26/2016 5:03:57 PM