DWI MINGGUAN TERBIT 12 HALAMAN
Edisi: 129/Thn IV / 14 - 27 September 2011
Mega: Jangan Banyak Omong Soal Berantas Korupsi Hal. 3
Harga Eceran :
Kasus Pembubunuhan Belum Menemukan Titik Terang, Kapolda Kepri Harus Dicopot Hal. 7
Rp. 3.000,-
(Jabodetabek)
Borok Proyek RSP Unila Dibongkar Hal.
10
Amien Rais:
Aparat Takut Ungkap Kasus Nazaruddin Jakarta, Melayu Pos Mantan Ketua MPR RI Amien Rais menyebut aparat penegak hukum tak akan mungkin berani mengungkap kasus Nazaruddin. Para penegak hukum paham betul kasus tersebut harus mengamankan elite-elite yang terlibat dalam kasus yang cukup menghebohkan politik Indonesia itu.
Nadine Chandrawinata
Lebih Lebih Suka Suka Peran Peran Menantang Menantang
Baca di hal. 11
TITIAN MUHIBAH Respon Yang Mandek
Mantan Ketua MPR RI Amien Rais
“Kalau hukum kasus Nazaruddin itu ditegakkan sungguh-sungguh, akan menjadi bumerang. Karena itu harus dipukul balik supaya yang menjadi korban hanya level menengah ke bawah. Yang level ke atas itu aman,” ungkap Amien dalam acara “Silaturahim Ba’da Iedul Fithri 1432 H Keluarga Besar Muhammadiyah Jawa Barat” di RS Muhammadiyah Jalan Banteng Dalam, Kota Bandung. Bersambung ke hal. 11
Foto: Ist
URBANISASI PENDUDUK. Suasana aktivitas penduduk di pemukiman kumuh kawasan Kebun Melati, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (10/9). Data Dinas kependudukan catatan sipil DKI Jakarta memcatat jumlah penduduk saat ini mencapai 9,6 Juta jiwa, angka ini dikawatirkan akan bertambah pasca lebaran akibat semakin banyaknya pendatang baru yang mencari kerja, dan akan membuat melebihi kapasitas daya tampung Ibukota Jakarta.
Pengusaha Mencaplok Lahan Masyarat Oleh: Mas‘ud HMN Ketua Pusat Kajian Peradaban Melayu Jakarta JULIEN BENDA adalah pengarang buku La Tharison des Cleres isinya merupakan sikap dia terhadap pragmatisme. Buku tersebut terbit tahun 1927 pada zaman itu, pendirian atau sikap seperti demikian dipandang kurang waras. Alasannya karena ia cendekiawan yang menghindarkan diri dari kehendak zaman. Julien Benda sendiri juga mengaku betapa susahnya bagi cendekiawan pada zamannya. Yaitu ketika zaman menghendaki ukuran moral itu diganti dengan kepuasan lain. Dalam saat yang sama ia harus menyatakan penolaknnya dengan kata tidak. Bagi dia, cendekiawan yang kuat haruslah menyadari sepenuhnya, bahwa alam pikiran sejak Yunani Kuno dan Renaisance Eropah mengisyaratkan hal itu. Cendekiawan dengan sikap kemandirian yang tegar dan kuat haruslah mampu menyatakan “Kerajaanku bukanlah di dunia ini”. Atau dengan kata lain “keagungan ajaran moral terletak pada ketidak praktisannya mengikuti kehendak zaman”. Tetapi zaman yang disebut Benda–cendekiawan asal Perancis—-, bukanlah kehendak siapa-siapa. Zaman itu lahir dengan kemauanya sendiri. Sesuatu yang Given. Karena itu tidak ada yang boleh menghindar atau memisahkan diri. Ada perbedaaan yang tipis Guthe dengan yang lain termasuk Julien Benda. Sebab Guthe inteletual asal Jerman itu, misalnya suka kepada heroisme termasuk menentang kemauan zamannya, keberanian serta berteriak dengan ide-ide yang lantang. Meskipun ia juga sadar Respons terhadap zaman demikian itu adalah respon yang mandek. Respon menabrak tembok layaknya. Bagi kaum aliran Guthe ini hendak menepis ketidak acuhan mereka mencanangkan moral teladan. Dalam pandangan mereka tidak acuh, menghindarkan diri, bersemadi dunia lain adalah tidak bertanggung jawab. Respon aliran ini terhadap hiruk-pikuk keduniaan adalah membiarkan ada yang mengurus politik dan ada yang mengontrol. “Kita biarkan politik diurus diplomat dan tentara” tulis Guthe seperti dikutip Gunawan Muhammad dalam Julien Benda dan pragamisme,Tempo 27 Mei l978. Terasa ada nuansa Julien Benda dan sentuhan Guthe terhadap perkembangan kini. Sebutlah demokrasi yang menjadi sistem yang telah kita pilih. Pada ujungnya menjadi demokrasi yang disatukan, mendominasikan peran para pemenang menggeser dan bahkan meniadakan oposisi. Kekuatan pemerintah yang memenangkan pemilu Bersambung ke hal. 11
PANTUN MELAYU
Pergi ke Padang urus barang Barang diurus talas kebun Dari pada terus perang Saran bagus berbalas pantun
Pantun orang pantun kita Orang berpantun kita berpantun Adat orang adat kita Bila berforum biarlah santun
Kelak ada padanya berok Bunga juga dipetik sekuntum Tidak ada yang bikin provok Dunia aman tidurpun senyum
Warga Tapung Hilir Mengadu Ke Komnas HAM Tapung Hilir, Melayu Pos Terkait perampasan tanah Taslan dkk raib 520 Ha (Pemberitaa MP Edisi 126/ Thn IV/3 -16 Agustus 2011) para perwakilan masyarakat Desa Kijang Jaya Tapung hilir beragkat ke Jakarta meuju kantor Komas HAM untuk megadukan nasib mereka. Kekecewaan yang dalam terasa sekali oleh mereka karena 260 SHM yang sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung sudah di tangan mereka tetapi sampai saat ini belum mereka terima. Melalui pegacara Bersambung ke hal. 11
Demonstrasi masyarakat Kijang Jaya Tapung Hilir ke kebun Tukiran menuntut dikembalikannya tanah mereka.
Hadirkan 6 Saksi, Klarifikasi Perkara Jakatan Kotawaringin, Melayu Pos Terdakwa mantan Kepala Dinas Perkebunan Kotim Jakatan, Selasa 2 Agustus kembali disidangkan di Pengadilan Negeri Sampit terkait dugaan kasus korupsi pengadaan bibit karet okulasi payung 1-2. Pada sidang kali ini beragendakan pemeriksaan saksi kepada enam pegawai Dinas Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur. Dalam sidang yang digelar di ruang utama Pengadilan Negeri Sampit, tampak terdakwa mantan Kepala Dinas
Perkebunan Kotim Jakatan didampingi dua penasehat hukumnya Burhansyah, SH dan Borhajah, SH. Sementara itu dalam sidang tersebut juga diketua oleh Majelis Hakim Ketua persidangan Saurasi Silalahi, SH, MH dengan didampingi dua hakim anggota yakni Partono, SH dan Kukuh Kalinggo yuono, SH, MH. Mengenai kasus tersebut, diduga merugikan keuangan negara sebesar Rp 29 juta namun telah dikembalikan oleh terdakwa Jakatan dan ter-
HISTLEGEND
sangka Abdul Halik SP, ini dilakukan setelah kasus tersebut diusut oleh Kejaksaan Negeri Sampit. Sementara dalam sidang tersebut, Jaksa Penuntut Umum Tri Yulianto yang diwakilkan oleh jaksa muda Aryo Wicaksono, SH membacakan dakwaan kepada hakim ketua persidangan. Salam dakwaan jaksa penuntut umum pada sidang sebelumnya menyebutkan pada tahun 2008 Disbun Kotim melaksanakan program peBersambung ke hal. 11
Lemahnya Peraturan Dinas Pertambangan
Bekas Galian Timah Menjadi Kolam Maut Karimun, Melayu Pos Setelah puluhan tahun bekas galian timah terbiar dan tak terurus, ahirnya bekas galian tersebut menjadi kolam maut bagi masyarakat Pulau Kundur. Diduga hal ini terjadi akibat lemahnya aturan dan peraturan dari Dinas Pertambangan Kabupaten Karimun. Sehingga bekas galian tersebut telah membuat hilangnya nyawa Budiman Bin Tono salah seorang warga kobil darat RT 01 RW 01 Desa Sawang, Kecamatan Kundur Barat, Kabuapaten Karimun. Dengan demikian tewasnya Budiman Bin Tono sangat disayangkan masyarakat Pulau Kundur khususnya masyarakat di Kecamatan
Kolam bekas galian timah menjadi kuala maut buat masyarakat Kundur.
Kundur. Hal yang membuat Budiman (16) meninggal di kolam maut bekas galian timah tersebut membuat keluarga korban dan sebagian masyarakat, berpikir bahwa pengusaha yang telah beraktivitas di bekas kolam tersebut cuma Bersambung ke hal. 11
Hotel Flanet Holiday Batam
Tempat Beredar Obat Terlarang dan Mikol Tanpa Cukai Batam, Melayu Pos Diduga Hotel Flanet Holiday Batam tempat transaksi narkoba dan penjualan Mikol tanpa cukai dan tempat wanita malam beridohai. Untuk bea cukai sendiri ada dugaan main mata, waktu barang masuk dari luar negeri tersebut. Juga dengan aparat polisi Polda Kepri tak sanggup berantas minuman tanpa label dan yang dinamakan merusak moral anak bangsa, seperti yang berada di Hotel Flanet Holiday Batam
Oleh T Luckman Sinar Basyarsyah II
tersebut . Penjualan obat terlarang dan wanita yang di bawah umur ada dalam diskotik hotel tersebut, mikol tanpa label beredar dalam hotel dengan aman, seharusnya bayar pajak untuk kota Batam. Tidak adanya label tentu telah merugikan PAD kota Batam Untuk minuman tersebut berasal dari luar seperti Singapura melalui Pelabuhan Portklang, Malaysia minuman terdiri dari beberapa merk Bersambung ke hal. 11
Bagian: Pertama
Sejarah Kerajaan Melayu Tua KURUN waktu berdiamnya orang-orang Melayu di wilayah pesisir bagian timur Sumatera sulit untuk dipastikan. Kita hanya mendengar bahwa pada masa lalu seorang raja dari India Selatan yang bernama Rajendra Cola Dewa I pada tahun 1011 M menyerang Sriwijaya dan negeri-negeri lainnya di Semenanjung Tanah Melayu dan di Sumatera. Penyerangan tokoh “Raja Sunan” ini diungkapkan dalam Sejarah Melayu (cerita ke-1). Kera-
jaan-kerajaan Melayu yang termasuk tua adalah sebagai berikut: Panai Dalam suatu inskripsi di Tanjore terdapat daftar nama-nama negeri yang ditaklukkan oleh “Raja Sunan”, di antaranya adalah Kerajaan Panai (with water in its bathing ghats, ‘lapang yang cukup diairi sungai-sungai‘). Pusat Kerajaan Panai purba terletak di antara aliran Sungai Barumun dan Sungai
Panai. Di wilayah tersebut terdapat peninggalan candi Hindu aliran Tantrik Bhainawa. Candi dibangun pada masa setelah penyerangan Cola (1025 M) sampai dengan masa pendudukan Majapahit (1365 M), yang kemudian merebut Panai (lihat Negarakertagama). Meskipun biara-biara itu tidak meninggalkan nama raja-raja dan peristiwa sejarah, tetapi inskripsi yang ditemukan memakai tulisan Melayu kuno, seperti yang terdapat di din-
ding Candi Sitopayan, yang bertulisan “berbuat biyna” dan inskripsi Gunung Tua (1024 M) yang bertulisan
“Juru Pandai suryyaberbwat bhatara lokanata”. Inskripsi ini menunjukkan bahwa Bersambung ke hal. 11