KAMIS, 23 APRIL 2015
Aspirasi, Suara Hati Masyarakat Jawa Barat
Bupati Dedi Dianugerahi Doktor Berhasil Hadirkan Sunda di Purwakarta Penelitian Tiga Guru Besar
Kang Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta
Rp 28 Miliar untuk Selamatkan Mata Air PURWAKARTA-Agar persoalan privatisasi air tidak makin meluas, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bertekad akan membeli semua mata air di Purwakarta yang saat ini dikelola pihak swasta. Namun langkah tersebut kerap berbenturan dengan perbedaan antara harga yang diminta masyarakat dengan perkiraan yang dikeluarkan konsultan. Ia mencontohkan, beberapa waktu lalu ada seorang perempuan menemuinya untuk menjual tanah seluas 300 meter yang di dalamnya terdapat beberapa titik mata air. Perempuan itu meminta harga yang tinggi, sekitar Rp 3 miliar atau Rp 10 juta/ meter. Padahal menurut perhitungan appraisal, untuk lahan di pegunungan harganya jauh di bawah itu. “Itu masalah yang sering kami hadapi di lapangan. Pernah saya menawar satu titik mata air Rp 200 juta, tanahnya tetap milik perorangan. Tapi mereka menolak, karena hasil yang diperoleh dari menjual air lebih menguntungkan,” ucapnya. Karenanya, langkah yang paling efektif dan cepat adalah pemerintah menyediakan infrastruktur air dengan membangun pipa-pipa. Nantinya, mata air dimiliki pemerintah, dialirkan melalui pipa yang dibangun pemerintah. Pengelolaannya sendiri melibatkan masyarakat. “Itu yang akan Purwakarta lakukan. Ketika berbicara infrastruktur bukan hanya masalah jalan loh, tapi pipa juga infrastruktur,” tuturnya.
Pada tahun ini pemkab tersebut akan membeli seluruh sumber mata air. Anggaran yang dialokasikan tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 28 miliar. Dedi mengatakan, pihaknya serius ingin menyelamatkan sumber air bersih dari penguasaan privatisasi air oleh swasta dan perorangan. Saat ini, lanjutnya, telah dialokasikan Rp 8 miliar di APBD murni. Namun, pada APBD perubahan akan ditambah jadi Rp 20 miliar. Sehingga, total anggaran untuk membeli sumber mata air itu mencapai Rp 28 miliar. Pembelian sumber mata air ini, akan dilakukan secara bertahap. Disesuaikan dengan kemampuan anggaran. Namun yang pasti, pemkab harus menguasai semua sumber tersebut. Meskipun telah dibeli pemerintah, lanjutnya, sumber mata air itu masih diperuntukan bagi kepentingan masyarakat. Bahkan, desa harus mampu mengelola sumber tersebut. Sehingga, masyarakatnya tak lagi kekurangan air. Bahkan, untuk pengelolaannya bisa dilakukan oleh desa melalui badan usaha milik desa (BUMDes). Namun, bisa juga pemeliharaannya dengan iuran warga. Termasuk pemkab menyiapkan pengawasan dan dana alokasi desa yang diperuntukkan untuk pengelolaan mata airnya. “Jadi, bisa saja pengelolaannya seperti PDAM. Ada jaringan pipanisasi ke setiap rumah, warga tinggal bayar untuk pemeliharaan,” ujarnya. (and)
DEMI MATA AIR: Bupati Dedi menganggarkan Rp 28 miliar untuk menyelamatkan mata air.
PURWAKARTA-Praktisi pendidikan di Jawa Barat dalam waktu dekat akan menganugerahi Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Kepemimpinan Sunda. Penganugerahan ini diumumkan Rektor Universitas Pasundan (Unpas) yang juga Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H. Didi Turmudzi, M.Si. Profesor Didi yang ditemui saat melantik pengurus Paguyuban Pasundan Kabupaten Purwakarta, Rabu (22/4) di Bale Sawala Yudistira Purwakarta menegaskan, keputusan lembaganya ini bukan tanpa alasan. Pihaknya telah membentuk tim terdiri dari tiga guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Unpas untuk meneliti ke berbagai daerah di tatar Sunda terkait pembangunan, kemasyarakatan dan etika kepemimpinan. “Ternyata prestasi pembangunan Purwakarta berbeda dengan daerah lainnya. Jadi tiga guru besar ini menindaklanjutinya dengan mengumpulkan dan menyusun karya-karya pembangunan, pikiran-pikiran
dan pidato Dedi Mulyadi dalam sebuah disertasi sebagai prasyarat mendapatkan gelar doktor,” jelas Didi. Secara pribadi Didi menilai sosok Bupati Dedi mampu menerjemahkan falsafah Sunda dalam memimpin dan memasukkannya dalam pembangunan Purwakarta. Menurutnya, selama ini pembangunan kebanyakan berorientasi pada pemikiran budaya lain. Padahal pemikiran Sunda jauh lebih awal dan maju. “Contoh di Purwakarta. Pembangunan bernuansa Sunda ini sangat rasional bukan hanya dari bahasa saja. Ini bisa dilihat dari pembangunan kesehatannya, pendidikan dengan berbagai program, Salah satunya 7 poe atikan Purwakarta Istimewa, estetika, arsitektur dan sejenisnya. Ini kan tidak kalah menarik,” tambahnya. Hingga saat ini, Unpas sendiri menurut Didi baru menganugerahi dua tokoh dengan gelar Doktor Honoris Causa. Satu Tjetje Hidayat Padmadinata di bidang ilmu politik dan kedua Dedi Mulyadi di bidang ilmu kepemimpinan Sunda. Terkait rencana mendapatkan gelar doktor honoris
KEPEMIMPINAN SUNDA: Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (berbaju putih) segera menyandang gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Pasundan.
ini, Dedi nampak tersenyum. Hanya saja menurut Dedi yang lebih penting bagi dirinya saat ini adalah bekerja dan bekerja. “Urusan doktor kan itu Pa Profesor saja. Tugas saya sekarang bekerja, melak kembang (menanam bunga), melak pare (menanam padi), ngingu domba (memelihara domba), nguruskeun (mengurusi) arsitektur bangunan, nguruskeun budak sakola (mengurusi anak sekolah,” jelas Dedi. Lebih jauh Dedi menilai selama ini pembangunan
yang ilmiah dan rasional itu selalu rujukannya dari orang lain. Padahal leluhur Sunda sudah menjelaskan falsafahnya dalam pembangunan adalah “Ciri sabumi cara sadesa. Jawadah tutung biritna sa carana sa carana lain tepak sejen igel”. “Jadi membangun itu punya caranya sendiri sendiri berdasar kulturnya. Ini kan luar biasa. Rujukan falsafah Sunda seperti ini sudah seharusnya kalau menurut saya menjadi bahasannya akademik, universitas dan
ilmiah,” tegasnya. Sehingga hemat Dedi, membangun Indonesia tentu harus dengan pikiran orang Indonesia. Bukan pikiran dan budayanya orang lain. Selama ini menurut Dedi, pikiran orang pribumi selalu dianggap tertinggal dan kuno. “Kalau pikiran orang lain dianggap hebat, ini kebiasaan kita. Makanya mindset ini perlu diubah dengan penguatan sistem keyakinan dan optimisme bahwa Sunda jauh lebih hebat dan beradab,” pungkasnya. (and)
Langkah Cepat Buka Arus Lingkar Barat
Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Musa Haris (kanan) saat mendampingi Danrem 063/SGJ Kolonel Inf Sutjipto meninjau lokasi proyek Karya Bhakti Skala Besar TNI.
Sukasari Tak Akan Lagi Terisolasi PURWAKARTA-Ang in s e ga r b ag i ma s ya ra kat Pur wakarta, khususnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sukasari dan Maniis. Pasalnya, pada 2015 ini, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengalokasikan anggaran untuk pembukaan ruas jalan Lingkar Barat. Jalan ini merupakan ruas jalan perbatasan antara Kecamatan Sukasari dengan Kecamatan Maniis yang panjangnya mencapai 21,5 kilometer Nantinya, pembukaan ruas jalan yang diberi nama Lingkar Barat ini akan melewati beberapa desa. Di antaranya tiga desa di Kecamatan Sukasari yakni Desa Kutamanah, Ciririp, dan Parungbanteng, serta Desa Sukamukti di Kecamatan Maniis. Langkah yang dilakukan Bupati Purwakarta dengan membuka akses ruas ja-
lan Lingkar Barat mendapat sambutan positif dari masyarakat Purwakarta, khususnya masyarakat yang tinggal di dua wilayah. Dengan dibukanya akses ruas jalan ini tidak akan ada lagi daerah yang terisolasi di Purwakarta. Soleh (57), warga Sukasari ini mengaku sangat senang dengan upaya pemerintah yang melakukan terobosan dengan membuka ruas jalan Lingkar Barat yang sebelumnya merupakan daerah
perbukitan dan bebatuan dengan medan terjal. Menurut warga yang berprofesi sebagai sopir truk yang biasa mengangkut hasil bumi di wilayah itu, merasa bangga dengan kepedulian pemerintah yang memahami akan kebutuhan masyarakatnya. “Kami sudah menunggu cukup lama agar jalan ini dibangun, dan saat inilah kami sebagai warga benarbenar dapat menikmati, mudah-mudahan pemban-
gunan jalan ini cepat selesai,” harapnya. Ia menjelaskan, jika kondisi jalan di wilayah Sukasari terus dalam kondisi saat ini dianggap memperlamban pertumbuhan perekonomian masyarakat. “A p a l a g i dengan jarak dari kota Purwakarta sangatlah jauh, belum lagi dengan akses jalan yang rusak,” katanya. Kepala Bidang Bina Marga Kokon Zarkoni ST menjelaskan, program pembukaan ruas jalan Lingkar Barat yang menghubungkan wilayah Kecamatan Sukasari dan Maniis memang diharapkan selesai tepat waktu. Kokon mengatakan, dibukanya ruas jalan Lingkar Barat ini penanganannya difokuskan terhadap dua kegiatan, pertama pembukaan jalan yang secara teknis dilaksanakan pihak TNI dengan target sasaran Karya Bhakti TNI Skala Besar 2015. Kedua, lanjut dia, pembangunan jalan Lingkar Barat dan jembatan dengan hitungan panjang sekitar 21,5 kilometer yang rencananya akan menghabiskan dana sekitar Rp163 miliar. “Alokasi sebesar ini termasuk biaya pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan,” katanya. Sementara itu, Bupati Purwakarta H Dedi Mulyadi dengan tegas akan merampungkan pembangunan jalan ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Kendati
ruas jalan yang panjangnya mencapai 21,5 kilometer tersebut memiliki kondisi medan yang cukup sulit. Menurut Dedi, pembangunan ruas jalan Lingkar Barat ini memang sudah sejak lama diinginkan masyarakat, b a h k a n p emkab sendiri jauh hari sudah memprogramkan agar akses jalan lingkar ini segera dibangun. Dirinya menyebutkan, sebenarnya bukan pemkab Purwakarta saja yang harus peduli atas pembangunan jalan Lingkar Barat ini, tapi seharusnya menjadi tanggungjawab pihak lain dalam hal ini PJT II. Dedi menegaskan, PJT II yang selama ini banyak memberikan manfaat dengan menyuplai kebutuhan air baku ke berbagai kota, seperti Jakarta, Karawang, Bekasi, Subang, Cirebon dan lainnya, seyogyanya ikut andil memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat. “Namun kenyataannya, PJT II tidak mau peduli dengan kondisi akses jalan di wilayah tersebut, karenanya segala upaya kami alokasikan dengan dana yang ada untuk membuka akses jalan Lingkar Barat ini,” jelasnya kepada KBE, Rabu (22/4) Dandim menambahkan, bentuk nyata yang dilakukan Kodim 0619/Purwakarta dengan Pemkab Purwakarta yaitu membantu percepatan pelaksanaan pembukaan jalan Lingkar Barat. (caz)
Atlet Profesional Segera Diasuransikan Semringah Diberi Bonus Berlimpah PURWAKARTA-Senyum bahagia terpancar dari mimik para atlet Purwakarta yang bertarung di Porda XII Jawa Barat tahun 2014 di Kabupaten Bekasi. Senin (20/4), Pemkab Purwakarta memberikan kadeudeuh (bonus) kepada atlet berprestasi di
Porda kemarin. Penyerahan bonus langsung diberikan secara simbolis oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di Bale Sawala Yudisthira. Di depan para atlet, Dedi menyampaikan pesan– pesannya. Menurutnya bonus tersebut bisa dimanfaatkan untuk di kemudian hari. “Bonus ini adalah apresiasi bagi para atlet Purwakarta karena mereka pahlawan yang membawa dan mengharumkan nama Purwakar-
ta. Saya juga mengingatkan agar bonus tersebut bisa dimanfaatkan di kemudian hari dengan sebaik-baiknya,” pesannya. Dedi menambahkan, Pemkab Purwakarta dalam memberikan bonus tidak membeda–bedakan. Semuanya sama. Baik atlet umum maupun atlet berkebutuhan khusus. “Pemberian bonus tidak ada kaitan dengan perbedaan. Justru kita memberikan apresiasi kepada mereka yang
tidak sempurna tapi kita berikan bonus karena mereka berprestasi. Contohnya Agus Mulyana seorang atlet renang dunia. Walaupun dia memiliki kekurangan secara fisik, akan tetapi semangat dan tekad dia menjadikan dirinya mampu berprestasi melebihi orang secara fisik normal,” ujarnya. Selain bonus, Dedi pun memberikan angin segar kepada atlet profesional di Purwakarta yaitu akan m e mb e r i k a n a s u ra n s i .
Alasannya, Dedi prihatin terhadap para atlet ketika memasuki usia senja. “Olahragawan sering mendapatkan problem ketika tua. Sehingga saya menyarankan untuk mengasuransikan mereka dan penyandang disabilitas. Tinggal kita menghitung berapa banyak atlet profesional di Purwakarta. Sehingga kita bisa melindunginya dengan asuransi dari kecelakaan kerja, kesehatan dan hari
SEMRINGAH: Agus Mulyana, atlet renang disabilitas kelas dunia tampak semringah saat menerima kadeudeuh total Rp 180 juta.
tuanya. Saya inginkan perubahan anggaran tahun
ini untuk direalisasikan,” tuturnya. (and)