Cara Mengomunikasikan
Komunikasi Tatap Muka - Individu
Tujuan
Menyampaikan manfaat mengenali tanda bahaya pada bayi dan balita
Menyampaikan hal yang harus dilakukan bila menemukan tanda bahaya pada bayi dan balita
Menyampaikan cara memantau tanda bahaya pada bayi dan balita menggunakan buku KIA
Alat Bantu
Buku KIA, Pemantauan Harian Bayi (0-2 bulan) halaman 79; Pemantauan mingguan balita (2-60 bulan) halaman 80.
Setelah mengetahui nama warga, sering-sering gunakan namanya dalam percakapan. Komunikator dapat gunakan kata ganti nama anak dalam berkomunikasi dengan orang tua. Baca lebih lengkap topik Penggunaan Nama pada Buku Bagian I
Pak Dayat nama anaknya Hafidz maka dapat dipanggil “Ayah-nya Hafidz”
Komunikator dapat menggunakan teknik-teknik membangun keakraban yang ada. Misalnya memancing percakapan menyenangkan melalui obrolan informal. Baca lebih lengkap topik Prinsip Pertama: Bangun Keakraban pada Buku Bagian I
“Wah, peliharaan burungnya banyak sekali
Pak Dayat , merdu-merdu lagi suaranya. Apa ini jenis-nya Pak Dayat?” Tanya-tanya agar ceritanya makin seru.
Berikan pertanyaan umum, Dengarkan dengan bertanya-tanya pendek menggunakan teknik bertanya yang ada.
“Pak Dayat, bagaimana kabarnya Hafidz anak Bapak yang laki-laki itu?”; “Apa kegiatannya sekarang sehari-hari?”
Tahapan Komunikasi
Bangun keakraban
Penggunaan nama, Obrolan Informal
Saling Mendengarkan & Berbicara
Teknik Mendengarkan, Teknik Bertanya, Teknik Menjelaskan
Kunci Komitmen
3 Tahapan Kunci Komitmen
Durasi
Menyesuaikan
Tahapan Percakapan
Berikan tanggapan apresiatif dan ajukan izin untuk membahas topik yang ingin dibahas komunikator.
“Syukurlah sehat-sehat ya. Sudah mulai bisa memanggil ibunya ya. Saya ikut senang mendengarnya. Pak Dayat, saya ada informasi sedikit soal kesehatan untuk Hafidz yang makin besar ini. Apa boleh saya cerita sedikit?”
Sampaikan masalah secara umum sebagai pengantar. Pada bagian ini Komunikator jangan langsung menyebutkan solusi/ pesan kesehatan yang diperlukan.
Bayi kan belum bisa bicara, apalagi mengeluh bila ada masalah. Sehingga kalau misalnya ada keluhan terhadap kesehatannya, ia tidak akan bisa langsung bicara kepada kita. Apalagi langsung berobat. Yang bahaya adalah bila ternyata masalah kesehatannya yang mengancam nyawa. Walaupun tidak bisa bicara, ada tanda-tanda bahaya yang dapat kita kenali pada tubuh bayi.
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer
1 2 3
1
2
3
b c
a
d
e 5
Sampaikan secara ringkas informasi mengenali tanda bahaya bayi dan balita. Baca lebih lengkap Informasi tentang Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita pada BAB ini bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
Gunakan perumpamaan untuk meningkatkan pemahaman warga. Baca lebih lengkap Menjelaskan Perumpamaan pada BAB ini bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
Tanyakan apakah ada yang ingin warga ketahui lebih lanjut terkait tanda bahaya bayi dan balita.
Sampaikan, bahwa selain mengenali tanda bahaya tadi, warga dapat memantau tanda bahaya pada bayi secara berkala dan mandiri menggunakan buku KIA halaman 79 untuk pemantauan harian bayi. Warga cukup mengisi kolom yang ada dengan checklist secara rutin.
Tanyakan untuk kunci komitmen. Baca lebih lengkap topik Kunci Komitmen pada Buku Bagian I
Menanyakan ulang
“Jadi, apa yang harus dilakukan ketika menemukan tanda bahaya pada bayi dan Balita??”;
“Untuk apa?”
“Bagaimana cara memantaunya?”
Sampaikan puji syukur dan komunikator bisa mengakhiri percakapan. h i
Meragukan
“Beneran dibawa ke rumah sakit? kalau nanti ada keluarga yang bilang tidak perlu?”
Merincikan
“Syukurlah kalau mau. Rencana siapa yang akan mengisi lembar pemantauan tadi?”
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita)
j
f g 6
k
Komunikasi Tatap Muka - Kelompok
Tanda Bahaya Bayi
Tujuan
Membantu warga menghafal tanda bahaya pada bayi baru lahir
Alat Bantu
Buku KIA halaman 79 tentang pemantauan harian bayi
Buku KIA halaman 82 tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir
Kertas karton lebar (bila berencana bermain Body Mapping)
Tahapan Percakapan
Tahapan Komunikasi
Pemanasan
Perkenalan nama, Permainan Lagu Gerak
Bermain - Belajar Adu Tepuk
Belajar - Bermain Tebak Gaya, Body Mapping (bila waktu tersedia)
Kunci Komitmen
3 tahap kunci komitmen
Durasi
25 menit
Lakukan tahapan pemanasan agar suasana nyaman, dengan langkah berikut:
Perkenalkan nama diri dengan cara yang menancap. Baca lebih lengkap topik Penggunaan Nama pada Buku Bagian I
“Perkenalkan Nama saya Endah. Bila sulit diingat, ingat saja Indah. Ingat yang indah-indah, tapi nanti I-nya diganti E jadi Endah ya”
Ajak peserta saling mengenal nama antar mereka. Minta salah satu peserta maju ke depan dan menyebutkan nama-nama peserta lainnya yang ia kenal. Nama yang disebut diminta untuk mengangkat tangan. Dalam kesempatan ini komunikator dapat menilai sudah seberapa saling mengenal peserta diskusi satu sama lain.
Bila peserta belum saling mengenal satu sama lain, komunikator mengajak mereka saling mengenal dan menghafal nama.
Berlanjut hingga maksimal 10 orang pertama. Bila peserta lebih dari 10, bagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah masing-masing kelompoknya tidak lebih dari 10. Setelah selesai menghafal secara bertumpuk, komunikator dapat mengajak semua peserta dalam setiap kelompok menyebut nama-nama anggota di dalamnya secara bersama-sama. Lalu, komunikator dapat membuat lomba. Tunjuk juru bicara (jubir) di setiap kelompok, lalu minta untuk menyebut seluruh nama dalam kelompoknya dengan tepat dan cepat. Yang tercepat dan tepat adalah pemenangnya.
Bila ternyata peserta sudah saling mengenal, komunikator dapat memilih hal lain yang dapat digunakan untuk saling mengenal dan dihafal. Misalnya, kata ganti nama Anak (Misal, Mama-nya Hafidz), atau pula bisa mencari persamaan di antara mereka, seperti hobi, kesukaan, dll.
1
2 3 2 3 4
1
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer
kasih Endah, nama saya Wiwid
nama saya Endah
Terima
Perkenalkan
kasih
Komunikator
b c d e 7
Terima
Endah, Wiwid, nama saya Dayat
Warga a
Bila diperlukan, ajak lakukan peregangan dengan permainan lagu-gerak.
Ajak peserta memainkan Adu Tepuk: Bahaya - Bahasa
a. Minta pasangan berdiri berbaris berhadapan. Baris pertama di satu sisi. Baris kedua di sisi lain.
b. Beri nama barisan pertama: Bahaya. Barisan kedua: Bahasa. Ajak mereka mengangkat tangan saat disebut nama barisannya (ulangi beberapa kali).
c.Minta keduanya seperti hendak bersalaman namun tidak menyentuh (berjarak sekitar 5 cm).
d. Sampaikan bila komunikator menyebut “Bahasa”, maka barisan Bahasa harus segera menepuk tangan pasangannya di barisan Bahaya. Demikian sebaliknya. Minta agar jangan menghindar dulu. Ulangi beberapa kali agar saat bermain nanti sudah lancar.
e. Permainan dapat dimulai, minta agar masing-masing menghindar bila lawan ingin menepuk tangannya. Mainkan sampai 5 ronde. Sampaikan bahwa yang paling banyak menepuk dan menyentuh tangan lawan adalah pemenangnya.
f.Komunikator memberi instruksi setiap rondenya. “Baha.. ya!”, “Baha..sa!”, “Baha..ya!!”
Lempar pertanyaan untuk menjembatani topik masalah yang ingin dibahas, hubungan antara kata “Bahasa” dan “Bahaya”.
a.Tanyakan, “Bagaimana cara bayi bicara ke kita saat sedang sakit?”. Biarkan peserta menjawab.
b.Tanyakan, “Apakah sudah bisa bicara pakai bahasa indonesia begitu? Apa bahasa yang digunakan bayi bila sedang sakit?”
Sampaikan bahwa bayi itu belum bisa bicara dan mengeluh saat sakit.
Bahkan bila tubuhnya dalam kondisi berbahaya. Tapi bayi itu akan menunjukkan bahasa-bahasa tubuh yang merupakan tanda-tanda jika bayi merasa sehat atau sakit. Ada tanda-tanda dari bahasa tubuh bayi yang bisa dikenali. Sehingga bila tanda itu muncul, kita bisa memikirkan harus berbuat apa.
Minta ijin dan sampaikan bahwa komunikator ingin menjelaskan tentang tanda bahaya pada bayi yang dapat dikenali.
Sampaikan, bahwa Komunikator memiliki bahan bacaan penting terkait tanda bahaya bayi.
Variasi permainan lagu gerak dapat dibaca lebih lengkap topik Permainan pada Buku Bagian 1
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita) 8
Penting karena kita semua ingin pastinya semua bayi sehat selalu, tidak sakit, apalagi dalam kondisi bahaya yang mengancam nyawa.
Minta warga untuk membaca dan coba pahami buku KIA halaman 82 tentang tanda bahaya pada ibu nifas selama 5 menit.
Selanjutnya minta warga menutup bukunya, tanyakan tanggapan umum terkait terkait topik kesehatan yang sudah dibaca warga sebelumnya.
“Bapak-Ibu, tentang apakah halaman 82 dalam buku KIA itu?”; “Apa saja tanda-tanda bahaya pada bayi?”; “Kalau gambar paling atas, kira-kira ibu-nya kenapa itu?”
Komunikator mendengarkan aktif.
Gunakan variasi teknik mendengarkan, dapat dibaca lebih lengkap topik Teknik Mendengarkan pada Buku Bagian I
Tanyakan, apakah topik dalam buku KIA tersebut mudah diingat. Ajak warga bermain.
“Nah, yang Bapak-Ibu sebutkan tadi adalah tanda bahaya pada bayi”; “Apakah mudah dihafal?”;
“Apa-apa saja tadi tanda bahayanya? coba bu Wiwid bisa menyebutkan?
“Nah sekarang Pak Dayat coba sebutkan yang lainnya.”
Ajak bermain “Tebak Gerak”. Sampaikan cara bermainnya.
a. Minta warga membentuk 3 kelompok sama banyak. Gunakan teknik Berhitung Papua. Contoh: “Satu.. Dua.. Tigaa!”
b. Posisikan kelompok pertama di sisi kiri Komunikator. Kelompok kedua di sisi tengah. Kelompok ketiga di sisi kanan.
c. Sampaikan bahwa telah terbentuk 3 kelompok, yaitu kelompok di sisi kiri merupakan kelompok satu, kelompok di sisi tengah merupakan kelompok dua, dan kelompok di sisi kanan merupakan kelompok 3.
d. Minta setiap kelompok untuk menunjuk juru bicara. Juru bicara adalah anggota kelompok yang paling muda usianya.
e. Sampaikan bahwa setiap juru bicara akan memperagakan gaya dari gambar-gambar tanda bahaya pada bayi ke kelompoknya.
f. Tugas anggota kelompok adalah menebak yang dimaksud dari peragaan juru bicara tersebut.
g. Sampaikan bahwa kelompok yang menang adalah kelompok yang mampu menjawab paling banyak dengan benar maksud dari peragaan juru bicara kelompok selama 3 menit.
h.Permainan dilakukan secara serentak.
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer 9
Tanyakan tanggapan umum terkait permainan yang sudah dilakukan sambil minta izin untuk jelaskan yang perlu dilakukan warga bila menemukan tanda bahaya setelah melahirkan.
“Baik, Bapak-Ibu tadi sudah menebak gaya sekarang coba kita sebutkan apa saja tanda-tanda bahaya pada bayi?”;
“Tadi kelompok satu dapat apa saja? coba kelompok 2, apakah benar tadi yang disebutkan kelompok 1? ada tanda-tanda yang belum disebutkan?”;
“Pintar Bapak-Ibu semangatnya luar biasa. Nah.. Bapak-Ibu apabila menemukan tanda bahaya pada bayi walau hanya satu, segera harus dibawa ke rumah sakit agar ditangani segera”
Baca lebih lengkap Informasi tentang Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita pada BAB ini bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
Sampaikan penjelasan dengan perumpamaan. Tujuannya adalah memberikan pemahaman yang mendalam pada warga.
Baca lebih lengkap Menjelaskan Perumpamaan pada BAB ini bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
Bila waktu tersedia, komunikator dapat menambahkan teknik permainan body mapping (pemetaan tubuh) untuk menjelaskan tanda bahaya.
a. Siapkan kertas besar, letakkan di lantai yang datar, lalu minta salah seorang dari warga untuk berbaring.
b. Minta salah satu warga lainnya untuk menggambar bentuk tubuh manusia dengan mengikuti lekuk tubuh dari warga yang berbaring, lekukan dari kepala hingga kaki.
c.Setelah tergambar, minta warga yang berbaring untuk bangun.
d. Mintalah warga untuk membayangkan gambar yang telah dibuat sebagai tubuh anak, lalu minta bersama-sama menandai bagian-bagian tubuh yang perlu dipantau untuk melihat tanda bahaya.
e.Setelah selesai, tanyakan,” Di bagian ini, apa tanda bahaya yang perlu dilihat?”.
f.Biarkan peserta menjawab dan tulis jawabannya pada kertas tersebut.
g. Kemudian, jelaskan dengan ringkas bagian tubuh dan tanda bahaya. Apresiasi jawaban yang tepat, dan berikan lengkapi jawaban yang benar bila ada yang kurang tepat atau belum disebutkan.
Sampaikan, orang tua dapat memantau tanda bahaya pada bayi secara mandiri dan berkala dapat menggunakan buku KIA hal. 79 (lembar pemantauan sesuai usia anak)
Menanyakan ulang
“Jadi Bapak Ibu, apa kah penting memantau kesehatan anak?”; “Supaya apa?”; “Caranya?”
Tanyakan dan kunci komitmen.
Meragukan
“Beneran? Kalau nanti tidak sempat isi bukunya?”
Merincikan
“Syukurlah kalau begitu, rencana siapa yang akan rutin mengisi bagian pemantauan tersebut?”
Sampaikan puji syukur dan akhiri dengan doa bersama.
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita) 10
Komunikasi Tatap Muka - Kelompok
Tanda Bahaya Balita
Tujuan
Warga dapat menyebutkan tanda bahaya pada balita.
Alat Bantu
Tahapan Percakapan
Tahapan Komunikasi
Pemanasan
Perkenalan nama, Permainan Lagu Gerak
Bermain - Belajar
Adu tepuk
Belajar - Bermain
Permainan kalimat bersambung
Kunci Komitmen
3 tahap kunci komitmen
Durasi
Lakukan tahapan pemanasan agar suasana nyaman, dengan langkah berikut:
Perkenalkan nama diri dengan cara yang menancap. Baca lebih lengkap topik Penggunaan Nama pada Buku Bagian I
“Perkenalkan Nama saya Endah. Bila sulit diingat, ingat saja Indah. Ingat yang indah-indah, tapi nanti I-nya diganti E jadi Endah ya”
Ajak peserta saling mengenal nama antar mereka. Minta salah satu peserta maju ke depan dan menyebutkan nama-nama peserta lainnya yang ia kenal. Nama yang disebut diminta untuk mengangkat tangan. Dalam kesempatan ini komunikator dapat menilai sudah seberapa saling mengenal peserta diskusi satu sama lain.
Bila peserta belum saling mengenal satu sama lain, komunikator mengajak mereka saling mengenal dan menghafal nama.
Perkenalkan nama saya Endah
Terima kasih Endah, nama saya Wiwid
Terima kasih Endah, Wiwid, nama saya Dayat Komunikator Warga
Berlanjut hingga maksimal 10 orang pertama. Bila peserta lebih dari 10, bagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah masing-masing kelompoknya tidak lebih dari 10. Setelah selesai menghafal secara bertumpuk, komunikator dapat mengajak semua peserta dalam setiap kelompok menyebut nama-nama anggota di dalamnya secara bersama-sama. Lalu, komunikator dapat membuat lomba. Tunjuk juru bicara (jubir) di setiap kelompok, lalu minta untuk menyebut seluruh nama dalam kelompoknya dengan tepat dan cepat. Yang tercepat dan tepat adalah pemenangnya.
Bila ternyata peserta sudah saling mengenal, komunikator dapat memilih hal lain yang dapat digunakan untuk saling mengenal dan dihafal. Misalnya, kata ganti nama Anak (Misal, Mama-nya Hafidz), atau pula bisa mencari persamaan di antara mereka, seperti hobi, kesukaan, dll.
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer
Buku KIA halaman 87
1 2 3 4 20 menit
a b c d e 11
Ajak peserta memainkan Adu Tepuk: Sakit - Sayang
a. Minta pasangan berdiri berbaris berhadapan. Baris pertama di satu sisi. Baris kedua di sisi lain.
b. Beri nama barisan pertama: Sakit. Barisan kedua: Sayang. Ajak mereka mengangkat tangan saat disebut nama barisannya (ulangi beberapa kali).
c.Minta keduanya seperti hendak bersalaman namun tidak menyentuh (berjarak sekitar 5 cm).
d. Sampaikan bila Komunikator menyebut “Sakit”, maka barisan Sakit harus segera menepuk tangan pasangannya di barisan Sayang. Demikian sebaliknya. Minta agar jangan menghindar dulu. Ulangi beberapa kali agar saat bermain nanti sudah lancar.
e. Permainan dapat dimulai, minta agar masing-masing menghindar bila lawan ingin menepuk tangannya. Mainkan sampai 5 ronde. Sampaikan bahwa yang paling banyak menepuk dan menyentuh tangan lawan adalah pemenangnya.
f.Komunikator memberi instruksi setiap rondenya. “Sa..kit!”, “Sa..yang!”, “Sa..kit!!”
Lempar pertanyaan untuk menjembatani topik masalah yang ingin dibahas, hubungan antara kata “Sakit” dan “Sayang”.
a.Tanyakan, “Apa ada hubungan antara kata Sakit dan Sayang? Apakah Bapak-Ibu rela anak tersayang sakit?”. biarkan peserta menjawab.
b. Jawaban peserta tentu saja tidak ingin sampai anak sakit, sampaikan, tentu pada dasarnya kita semua ingin anak selalu dan tidak sakit.
Sampaikan, maka bahwa komunikator memiliki ciri atau tanda bahaya anak khususnya balita.
Minta ijin untuk sampaikan bahwa komunikator ingin menjelaskan tentang tanda bahaya pada balita yang dapat dikenali.
Minta warga untuk membaca dan coba pahami buku KIA halaman 87 tentang tanda bahaya pada balita selama 5 menit.
Selanjutnya minta warga menutup bukunya, tanyakan tanggapan umum terkait terkait topik kesehatan yang sudah dibaca warga sebelumnya.
“Bapak-Ibu, tentang apakah halaman 87 dalam buku KIA itu?”; “Apa yang sedang dialami oleh balita yang ada di gambar tersebut?”; “Kalau gambar paling atas, kira-kira balita kenapa itu?”;
Komunikator mendengarkan aktif.
Gunakan variasi teknik mendengarkan, dapat dibaca lebih lengkap topik Teknik Mendengarkan pada Buku Bagian I
Variasi permainan lagu gerak dapat dibaca lebih lengkap topik Permainan pada Buku Bagian 1
Bila diperlukan, ajak lakukan peregangan dengan permainan lagu-gerak.
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita) 12
Tanyakan, apakah topik dalam buku KIA tersebut mudah diingat. Ajak warga bermain.
“Nah, yang Bapak-Ibu sebutkan tadi adalah tanda bahaya pada bayi”;
“Apakah mudah dihafal?”;
“Apa-apa saja tadi tanda bahayanya? coba bu Wiwid bisa menyebutkan?
“Nah sekarang Pak Dayat coba sebutkan yang lainnya.”
Ajak warga bermain “Kalimat Bersambung”. Jelaskan cara bermainnya.
a. Bagi warga menjadi beberapa kelompok dengan jumlah setiap kelompoknya masing-masing 9 orang. Teknik membagi kelompok dapat dilakukan dengan permainan “Patung Pancoran”, “Jongkok Senang”, atau Berhitung Nada Papua. Panduan cara bermain dapat dilihat pada bagian Permainan (khusus edukasi kelompok), sub-BAB Prinsip dalam KAP dalam BAB II. Teknik Komunikasi antar Pribadi
b.Minta setiap kelompok untuk membentuk lingkaran.
c. Sampaikan, saat ini pada masing-masing kelompok terdapat 9 orang. Sama halnya dengan tanda bahaya pada balita di buku KIA yang sudah dibaca, ada 9 tanda bahaya.
d. Minta setiap kelompok untuk berbagi tugas dengan sesama anggota kelompoknya dalam mengingat tanda bahaya yang ada. 1 tanda bahaya yang berbeda untuk setiap orang. Beri waktu untuk setiap kelompok berdiskusi dan membentuk kesepakatan.
e.Tanyakan, “Apakah warga mau anaknya mengalami salah satu dari tanda bahaya yang ada tadi?”, Tentu jawabannya tidak.
f. Datangi salah satu kelompok yang ada, contohkan cara bermain dengan menunjuk satu orang untuk memulai permainan.
g. Sampaikan, orang pertama memulai permainan dengan mengatakan “Aku tidak mau anak saya..” dilengkapi dengan salah satu tanda bahaya yang sudah diingat sebelumnya.
h. Lalu orang sebelahnya melanjutkan kalimat orang pertama dengan menambahkan salah satu tanda bahaya yang sudah diingat sebelumnya.
1.Orang 1 : “Saya tidak mau anak saya Diare ”
2.Orang 2 : “Saya tidak mau anak saya Diare, Demam Tinggi.”
3.Orang 3 : “Saya tidak mau anak saya Diare, Demam Tinggi, Muntah-Muntah”
i.Berlanjut hingga maksimal orang ke-9.
j. Setelah selesai menyebut hingga orang ke-9, ajak semua peserta dalam setiap kelompok menyebut tanda bahaya sesuai urutan secara bersama-sama.
k. Adakan lomba. Tunjuk juru bicara (jutbir) di setiap kelompok, lalu minta untuk menyebut tanda bahaya sesuai urutan dalam kelompoknya dengan tepat dan cepat. Yang tepat dan tercepat adalah pemenangnya.
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer 13
Ajak warga mengulang kembali bersama tanda bahaya balita yang perlu diketahui sambil minta izin untuk jelaskan yang perlu dilakukan warga bila menemukan tanda bahaya pada balita.
“Bagaimana, Bapak-Ibu tadi kita sudah belajar bersama tentang tanda bahaya pada balita, sekarang mari kita sebutkan bersama-sama”;
“Nah.. Bapak-Ibu apabila menemukan tanda bahaya pada balita walau hanya satu, segera harus dibawa ke Rumah Sakit agar ditangani segera”
Baca lebih lengkap Informasi tentang Pemantauan Tanda Bahaya Bayi & Balita pada BAB ini bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
Sampaikan penjelasan dengan perumpamaan. Tujuannya adalah memberikan pemahaman yang mendalam pada warga.
Baca lebih lengkap Menjelaskan Perumpamaan pada BAB ini
Sampaikan, orang tua dapat memantau tanda bahaya pada bayi secara mandiri dan berkala menggunakan buku KIA hal. 79 (lembar pemantauan sesuai usia anak).
Menanyakan ulang
“Jadi Bapak-ibu, apa saja tanda bahaya pada balita?”;
“Apa yang harus dilakukan bila menemukan tanda bahaya tersebut?”; “Supaya apa?”
Tanyakan dan kunci komitmen.
Meragukan
“Benar langsung dibawa ke rumah sakit? kalau tetangga bilang tidak perlu bagaimana?”
Merincikan
“Memang rumah sakit terdekat dari sini itu dimana?”
Sampaikan puji syukur dan akhiri dengan doa bersama.
bagian subbab “Yang Perlu Kader Ketahui”
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita) 14
Modul Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Pendampingan Kader untuk Pelayanan Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer 15
BAGIAN 7: Keterampilan Bayi dan Balita (Pemantauan Tanda Bahaya Bayi dan Balita) 16
Jl. Majapahit No 11 A Mataram
pkbintb@pkbi.or.id (0370) 7844163
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
Daerah Nusa Tenggara Barat