15 Agt 2014
REDAKSI
MECHANICAL EXPRESS PIMPINAN REDAKSI KEPALA DIV KONTEN KEPALA DIV EDITOR EDITOR
Ridho Fidiantowi Niken Noor Triastuti M V Heri I. Wibowo Akbar Januari Fadlih Joel Ezra Takwarif
ART DIRECTOR
Firas Pradickto
KEPALA DIV PUBLIKASI
Harish Zulfikar
Pesta kemerdekaan sebentar lagi akan digelar untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-69 Indonesia. Warga Indonesia pun kembali diingatkan akan perjuangan pahlawan-pahlawan kita demi membawa Indonesia menuju kondisi yang lebih baik. Begitu banyak bentuk apresiasi dan acara yang dibuat untuk merayakan hari besar ini. Sebuah tradisi yang biasa kita sebut dengan “17-an”. Tradisi yang tak pernah luput dari sebuah upacara penaikan bendera merah putih dan lomba-lomba sederhana untuk menghasilkan kebahagiaan di hari kemerdekaan. Namun di balik hari kebahagiaan tersebut, pernahkan kita termenung sejenak untuk memikirkan, “Apa yang sedang saya lakukan sekarang untuk negara saya?”. Indonesia telah merdeka selama 69 tahun, usia yang lama untuk sebuah negara untuk berkembang menjadi sebuah negara yang maju. Mengapa Indonesia masih berada dalam kondisi seperti ini? Seakan kita belum benarbenar bisa untuk mandiri. Akibat arus globalisasi semakin tidak bisa dibendung, warga Indonesia pun menjadi semakin “ketergantungan” dengan produk ataupun jasa dari negara lain Di balik semua fakta yang ada, kita harus dapat menarik sebuah hikmah. Indonesia telah merdeka 69 tahun lamanya sehingga sudah bukan saatnya kita duduk diam secara pasif. Merdekakan Indonesia mulai dari diri sendiri. Bangkitkan semangat nasionalisme dalam diri sendiri. Jangan biarkan kreatifitas Anda mati, merdekakan Indonesia dengan cara Anda sendiri! RIDHO FIDIANTOWI PIMPINAN REDAKSI
INDONESIA KUAT Berdiri di kaki sendiri, perusahaan manufaktur lokal kini semakin gencar memproduksi produk-produk rekayasa teknik penunjang pertahanan negara. Produkproduk militer tersebut beberapa bahkan mulai memasuki pasar ekspor dan diakui dunia. Oleh: Heri IW & Niken NTMV
I. PT PINDAD PT Pindad adalah perusahaan manufaktur untuk produkproduk militer seperti senjata dan kendaraan militer, khususnya untuk Angkatan Darat. Produk PT Pindad: Senapan Serbu
Panser Anoa
Komodo
Tank SBS
1. SENAPAN SERBU Senapan Serbu, atau disingkat SS, adalah senjata laras panjang produk unggulan PT Pindad dan kini telah ada seri SS-1 dan SS-2 dengan berbagai variannya. Pernah digunakan oleh TNI AD dalam Kompetisi Keahlian Angkatan Darat di Australia tahun 2013 dan meraih juara umum. 2. PANSER ANOA Kendaraan beroda lapis baja ini telah dibuat dan diekspor ke Malaysia. Panser ini telah diproduksi dengan berbagai varian mulai dari tipe angkut personel (terbanyak), logistik, ambulance, hingga ada kabar akan dibuat versi meriam dan IFV (Infantry Fighting Vehicle). 3. KENDARAAN TAKTIS (RANTIS) KOMODO Kendaraan taktis 4 wheel drive ini dirancang untuk dapat menempuh segala medan berat seperti lumpur atau bukit-bukit. Kemampuan off road-nya ditunjang dengan sistem transmisi 6 maju dan 1 mundur serta kemampuan mendaki tanjakan 31 derajat dan kemiringan sisi 17 derajat. Kendaraan ini juga
dilengkapi dengan body dan kaca anti peluru. Proyek ambisius berikutnya: Tank Medium SBS. Tank pertama asli buatan Indonesia, sekaligus tank tingkatan medium pertama negara ini, rencananya akan diluncurkan pada perayaan ulang tahun TNI Oktober 2014 mendatang. Tank SBS telah selesai dibuat prototype-nya dan bisa dilihat di hangar Pengembangan Produk PT Pindad dengan cat berwarna krem.
II. PT PAL PT PAL adalah BUMN yang bergerak dalam industri galangan kapal. Produk PT PAL: 1. LANDING PLATFORM DOCK (LPD) LPD merupakan sebuah kapal angkut khusus untuk misi pengangkutan dan pendaratan kekuatan darat, bisa dibilang seperti kapal induk ukuran kecil. Setelah kerjasama untuk alih teknologi dengan Korea Selatan, akhirnya PT PAL dapat memproduksi sendiri LPD-nya di galangan Surabaya dan TNI AL telah memesan 4 buah. Selain itu
LPD
KCR
PT PAL juga menerima pesanan dua LPD untuk Filipina dan bahkan ada info terbaru Myanmar juga menunjukkan minatnya. LPD buatan PT PAL dapat menampung 22 unit kendaraan tempur, 13 kendaraan taktis, dan 3 helikopter. 2. KAPAL CEPAT RUDAL (KCR) 40 dan 60 Angka 40 dan 60 menunjukkan panjang kapal tersebut. Kapal ini dirancang untuk dapat melakukan pelayaran selama 9 hari nonstop. Kemampuan jelajahnya mencapai 4400 km dengan kecepatan 28 knot. Saat ini rudal anti-kapal yang digunakan masih buatan Cina, namun proses alih teknologi terus dilakukan sehingga diharapkan suatu hari dapat memproduksi rudal sendiri. Proyek ambisius berikutnya:
Changbogo
CN 235
SUT-Torpedo
a. Perusak Kawal Rudal (PKR) 10514 adalah sebuah kapal perang berjenis Kapal Perusak Ringan (ada yang memasukkannya sebagai frigate) untuk menjadi satuan pemukul TNI AL. Kapal ini akan dibuat dengan asistensi dari Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda. b. Kapal Selam Changbogo. Proyek kapal selam ini merupakan kerjasama dengan Korea Selatan yang diawali dengan pembelian tiga kapal selam oleh Indonesia. Sesuai dengan perjanjian, pihak Korea Selatan memperbolehkan pembangunan kapal ketiga dilakukan di PT PAL.
III. PT DI
(PT Dirgantara Indonesia) PT DI adalah industri manufaktur pesawat terbang pertama di Indonesia. Produk PT. DI:
LSU 02
1. CN 235 CN 235 awalnya menjadi proyek kerjasama dengan CASA (Spanyol). Pesawat turboprop dengan banyak varian ini telah di ekspor ke berbagai negara, diantaranya ke Senegal (jenis pesawat angkut militer) dan ke Korea Selatan (jenis patroli perairan). 2. SUT-TORPEDO Surface and Underwater Target
(SUT) Torpedo buatan PT DI dibuat di bawah lisensi AEG (Allgemeine Elektrizit채ts-Gesellschaft) Jerman sejak tahun 1986. Torpedo ini merupakan torpedo kelas berat yang hulu ledaknya berbobot 225 kg dan berat totalnya 1.414 kg. Proyek ambisius berikutnya: KFX-IFX (Korean Fighter Expertiment-Indonesian Fighter Experiment), proyek pesawat tempur kerjasama dengan Korea Selatan. Pesawat ini adalah pesawat generasi 4.5, dengan kemampuan di atas F-16 namun masih di bawah F-35 buatan Amerika Serikat.
IV. LAPAN
(Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Lapan adalah lembaga pemerintah nonkementrian yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan di Indonesia. Produk Lapan: LSU 02 Lapan Surveillance UAV 02 (LSU 02) merupakan pesawat terbang tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle, UAV) yang memiliki kemampuan untuk terbang nonstop selama 5 jam dengan jangkauan terbang terjauh mencapai 450 km. Pesawat tanpa awak ini turut terlibat dalam Operasi Armada Jaya di Laut Ambalat, Sulawesi Utara, tahun 2012. Proyek ambisius berikutnya: LAPAN telah menguji coba banyak peluru kendali dan roket dengan berbagai macam jangkauan dan kemampuan kendali untuk kepentingan pertahanan negara. Beberapa seri roket yang sedang diuji coba diantara lain RHAN 320, RHAN 420, dan RHAN 520.
Industri Indonesia, Piye Kabarmu? Pertanyaan seperti di atas dalam satu hal sangat bersahabat, layaknya ketika dua orang Jawa berpapasan. Dan sama dengan kondisi Indonesia yang selama ini selalu membingungkan, kita pun akan bertanya, “Piye kabarmu?� Oleh: Putu Indy G.
Artikel ini akan membahas sesuatu yang kita sebut PDB. Apakah PDB itu? PDB adalah Produk Domestik Bruto. Oh kurang jelas, ya? Baiklah, Produk Domestik Bruto adalah sebuah takaran untuk menyatakan jumlah produk (barang atau jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara; biasanya dihitung dalam satu tahun. Nah, kalau begitu bagaimana kondisi Indonesia? Jika diubah ke dalam dolar maka PDB Indonesia berada pada nomor ke-16 di dunia (data tahun 2013). Hal ini cukup membanggakan walaupun secara nominal masih sulit mengejar negara-negara yang sudah maju. Bagaimana jika kita membandingkannya dengan tahun lalu? Ternyata masih
Perbandingan PDB global, dalam milyar Dollar AS.
membanggakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5.30%. Kemudian, mungkin sudah ada yang penasaran. Bagaimana cara menghitung PDB ini? Sebelum masuk lebih jauh mari kita bahas terlebih dahulu sebuah skema yang mewakili bentuk-bentuk industri pada umumnya:
Di sini ada industri hulu yang menyediakan bahan mentah untuk diproses, lalu ada juga industri tengah yang bertugas mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi—semisal bijih logam yang telah dimurnikan. Terakhir, industri hilir akan mengolah barang setengah jadi
Investasi Luar Negeri (merah tua) dan Statistik Impor Indonesia (merah muda, dalam milyar Rupiah).
menjadi bahan jadi yang akan dipakai langsung oleh konsumen. Jika kita mencoba untuk mengevaluasi kontribusi industri-industri tersebut terhadap PDB, ditemukan beberapa fakta yang menarik. Misalkan, negara kita yang dikenal sebagai pengekspor minyak mempunyai kontribusi nonmigas terhadap PDB yang tak pernah melebihi 25%. Padahal masih begitu banyak industri yang masih bisa dikembangkan, seperti besi-baja, hasil hutan, tekstil, dan lainnya. Hal ini juga menyatakan bahwa Indonesia kurang dalam pengembangan industri hilirnya.
Selain itu, industri Indonesia masih belum bisa banyak memberikan nilai tambah (added value) terhadap bahan mentah. Padahal industri hilir yang baik bisa mendukung kemandirian ekonomi sebuah negara. Pertama, karena barang hasil produksi dapat diekspor dengan harga lebih mahal daripada harga bahan mentah sehingga penghasilan dari ekspor akan meningkat. Dan kedua, kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri yang berarti menekan impor barang dari luar negeri. Fakta menariknya adalah Penanaman Modal Asing (PMA) sebisa mungkin harus dikurangi. Mengapa? Karena naiknya PMA berefek pada naiknya impor. Hal ini tergambar dari dua tabel di bawah. Yang pertama menunjukan jumlah modal asing di Indonesia dan yang kedua menunjukkan jumlah impor di Indonesia. Hal ini bisa dijelaskan oleh kutipan dari Paul Krugman: “Apabila terjadi kondisi di mana sebuah negara sangat menarik bagi investor asing, maka terjadi kenaikan arus modal yang masuk ke dalam negara tersebut.
Bersama arus modal masuk, orang asing membeli lebih banyak aset di negara tersebut. Manakala modal tersebut masuk, hampir sebagian besar digunakan untuk membangun industri baru apalagi jika terjadi di negara berkembang. Perusahaan investor asing akan membangun pabrik, mereka akan membeli perlengkapan impor. Arus investasti bisa menyulut terjadinya lonjakan domestik, yang berakibat menurunnya permintaan impor. Apabila negara tersebut menggunakan nilai tukar mengambang, maka arus modal meningkatkan nilai mata uang. Skenario yang terjadi akan cenderung membuat harga produk dalam negeri itu meningkat dan terdepak dari pasar ekspor, dan impor pun akan mengalami peningkatan.� Dikutip dari (http:// ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/06/01/ banjir-modal-asingpoitifkah-564926.html)
Fakta menarik: 1) Industri otomotif kita sempat bergembira dengan adanya program Low Cost Green Car (LCGC) yang akan diproduksi di dalam negeri. Tahukah anda bahwa kandungan lokal komponen mobil tersebut adalah sekitar 80% untuk saat ini dan ditargetkan mencapai 100% dalam 5 tahun mendatang. Permasalahannya, komponen lokal yang terdapat pada mobil tersebut merupakan komponen “remeh� karena teknologi komputer mobil dan mesin masih impor dari Jepang. Jadi, jangan senang dulu dengan berita kandungan lokal 80% karena kita hanya memproduksi sparepart remeh. Semoga saja transfer teknologi dapat benar-benar diusahakan oleh pemerintah agar industri otomotif kita bisa berdikari. 2) Salah satu gonjang-ganjing yang hangat tahun ini adalah pemberlakuan UU Minerba 2014. Pemberlakuang undang-undang ini seakan menuntut industri pengolahan dan pemurnian mineral (bijih besi, tembaga, seng, dll) untuk segera berbenah dan maju. Sekilas, hal ini menyenangkan untuk didengar, seakanakan sudah ada kepastian hukum agar industri pengolahan mineral Indonesia bisa lebih maju. Permasalahannya, berapakah dana yang dibutuhkan untuk membuat satu smelter plant? Ya, tidak lebih dari 1 sampai dengan 3 miliar dolar amerika untuk kapasitas menengah dan 5 miliar dolar amerika untuk ukuran besar. Belum lagi ditambah biaya pembangunan infrastruktur untuk supporting system, seperti pelabuhan, jalan, dan pembangkit listrik. Jadi sudah siapkah Indonesia?
SEKRETARIAT
Jalan Ganesha 10 Gedung Labtek II Himpunan Mahasiswa Mesin 40132 Institut Teknologi Bandung