Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Agribisnis Terintegrasi Berbasis Kearifan Lokal dan Pariwisata di Kawasan Nikosake, Kabupaten Tabanan, Bali
Bali
Nama Desa Produk Potensial
: Belimbing, Munduktemu, Wanagiri, Sanda dan Lumbung Kauh : Nira, Kopi, Salak, Kelapa dan Pariwisata Agro Berbasis Kearifan Lokal
Bantuan Teknis Inovasi
Perencanaan dan Pengembangan Memperkuat kapasitas kelembagaan pengelolaan
Pengembangan Produk Nikosake
Kawasan Nikosake melalui pembentukan Forum
Pelatihan pengolahan produk pertanian: Nira: Gula Aren dan Gula Aren Bubuk Kopi: Kopi Sangrai, Bubuk dan Seduh Salak: Selai Salak dan Keripik Salak Kelapa: VCO, Minyak dan Tepung Kelapa; Pelatihan kerajinan; Standarisasi mutu dan sertifikasi produk: PSAT, PIRT, Halal, BPOM dan SNI; Taman Teknologi Pertanian (TTP) Sanda; Pembuatan paket agrowisata di 5 Desa; Sasaran: 148 orang (30,58% perempuan).
Stakeholder Nikosake yang merupakan sinergi antara Tim Pengelola Kawasan Nikosake dan Tim Koordinasi
Pembangunan
Kawasan
Perdesaan/TKPKP) Kabupaten Tabanan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui: Penyusunan: PerBup 24/2018 (Action Plan Tourism Models); RanPerda Pengembangan Nikosake; dan PerBup 21/2018 (Badan Pengelola Kopi Pupuan);
Kondisi Awal
Masterplan dan SOP Pengelolaan Kawasan Nikosake; Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).
15 Pelatihan dan pendampingan untuk UMKM
Pengembangan Pariwisata Masterplan dan SOP Nikosake; Pembentukan Pokdarwis Nikosake; Pelatihan pramuwisata; Bursa pariwisata agribisnis Nikosake; Festival Ruang Terbuka Hijau (RTH) bekerjasama dengan Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) dan Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI); Temu Bisnis Nikosake; Sasaran: 22 orang (32% perempuan).
Sertifikasi 17 produk olahan Kawasan Nikosake sesuai dengan persyaratan pasar dan berkonsep ramah lingkungan;
Pendapatan petani per bulan: Nira: Rp 1 juta; Kopi: Rp 1,3 juta; Salak: Rp 4,1 juta; Kelapa: Rp 1,1 juta;
Peningkatan pendapatan masyarakat dari produk turunan pertama: 20% Tersedianya Peraturan Stakeholder Nikosake;
Rencana pengelolaan Kawasan Nikosake berbasis Kearifan Lokal dan Pariwisata belum tersedia;
1.823 peserta 53,20%
perempuan
Lima desa di kawasan Nikosake belum memiliki rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan terintegrasi; Kapasitas pramuwisata rendah;
Pemahaman sertifikasi dan produk rendah;
Coaching perizinan usaha melalui OSS; Pemasaran Bersama Satu Pintu Nikosake (5 BumDes dengan satu BumDa); Kafe dan Event di 5 Desa (BumDes); Kafe De Sant Coffee dan Resto (BumDa); Kerjasama pemasaran dengan jejaring toko retail dan e-commerce; Kerjasama promosi dan pemasaran lintas Kementerian/Lembaga (Kemendag, Kemendesa dan Eximbank); Sasaran: 1 Bumda dan 5 Bumdes.
Bupati
dan
Forum
Tersedianya masterplan dan SOP pengelolaan, pengembangan hingga pemasaran Nikosake yang memadukan potensi lima desa; Tersedianya Panduan Pramuwisata;
standarisasi
Pemahaman kelengkapan perizinan rendah;
dokumen
Wadah hilir pemasaran belum ada di tingkat desa/kabupaten; Pemasaran terbatas pada pasar lokal; Jejaring pemasaran yang belum luas.
Dukungan pengembangan produk-produk olahan Nikosake dilanjutkan melalui kerjasama Bumdes, Bumda dan BPTP; Dukungan sertifikasi dilanjutkan melalui kerjasama antar OPD, BPTP dan BSN/KAN;
Dukungan pengembangan paket dan layanan pariwisata Nikosake dilanjutkan melalui kerjasama lima Bumdes, Bumda, ASITA, HPI, PHRI dan OPD dengan memadukan paket Wisata Bedugul dan Tanah Lot;
Berjalannya promosi wisata desa Nikosake secara regular melalui: Bursa, Festival dan Temu Bisnis; Terpenuhinya persyaratan perizinan perdagangan produk-produk Kawasan Nikosake;
Promosi Wisata Desa rendah;
Pemasaran belum terintegrasi; Pemasaran
Keberlanjutan
Pendapatan masyarakat diperoleh dari penjualan bahan baku pertanian yang belum diolah;
Perencanaan partisipatif; Analisis Rantai Nilai;
Hasil
Terbangunnya kafe dan event di desa (oleh Bumdes); Terbangunnya Kafe De Sant Coffee dan Resto (oleh Bumda);
Pemasaran bersama melalui Bumda; Kafe dan event di lima desa (Bumdes); Kafe De Sant Coffee dan Resto (Bumda); Pemasaran melalui jejaring toko retail dan e-commerce; Promosi dan pemasaran lintas Kementerian/Lembaga.
Kerjasama pemasaran dengan jejaring toko retail dan e-commerce; Indomaret dan Alfamart
dengan volume penjualan mencapai 1 ton kopi bubuk per bulan Kerjasama promosi dan pemasaran Kementerian/Lembaga (K/L);
lintas
A project implemented by:
Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Pariwisata Terintegrasi di Kepulauan Palaga Pulau Tujuh, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku Nama Desa Produk Potensial
Maluku
Perencanaan dan Pengembangan Memperkuat
kapasitas
kelembagaan
Tim
Pengelola Kawasan Palaga, Pulau Tujuh dan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)
Kabupaten
Maluku
Tengah
dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui: Perencanaan partisipatif Penyusunan PerBup Pengelolaan Kawasan Palaga Pulau Tujuh yang Terintegrasi (KPPN), Walang Inovasi dan SOP Sistem Inovasi Daerah Pembentukan dan Penguatan Kapasitas BumNegMa Palaga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Analisa rantai nilai (value chains analysis).
: Pulau Pasanea, Labuan, Gale-gale, Paa dan Karlutukara (5 Negeri/Desa di Kepulauan Tujuh) : Pariwisata Laut, Ikan Olahan, Kelapa Olahan dan Sagu Olahan
Bantuan Teknis Inovasi Pengelolaan Kawasan Pariwisata Pelatihan Manajemen dan Tata Kelola Wisata: Pelatihan Wisata Perdesaan, Kelembagaan Pariwisata, Manajemen Pengelola Pariwisata, Manajemen Homestay, Manajemen Administrasi Pengelolaan Pariwisata, Usaha dan Bisnis; Pelatihan Manajemen Atraksi Wisata dan Fasilitas Pariwisata, Peningkatan Sarana/Prasarana dan Keselamatan Wisata, Manajemen Homestay dan Pelayanan Pariwisata; Pengembangan Kerjasama Antar Destinasi Pariwisata; Pelatihan Marketing dan Promosi Pariwisata; Dukungan penyediaan promotional kit pariwisata, Festival dan Temu Bisnis Palaga; Sasaran: 220 peserta (35,90% perempuan).
Kondisi Awal Kawasan Pariwisata Palaga Pulau Tujuh dengan lima negeri (desa) di kawasan pesisirnya belum terkelola secara terpadu dan belum terkoordinasi secara lintas sektor; Manajemen dan tata kelola wisata, atraksi wisata dan fasilitas wisata minim; Dua cottage tersedia dengan pengelolaan sederhana; Belum terbentuknya BumNegMa sebagai forum bersama BumDes/BumNeg; Pariwisata Palaga Pulau Tujuh belum dipromosikan; Material promosi dan pemasaran wisata belum tersedia;
Pengembangan Produk Agro dan Perikanan
21 Pelatihan dan pendampingan untuk UMKM 2.203 peserta 51,47%
perempuan
Pelatihan pengolahan produk agro pendukung wisata: Kelapa (Selai Kelapa, Nata De Coco, VCO, Sabun) dan Sagu (Papeda dan Kue Kering); Dukungan standarisasi dan sertifikasi; Pelatihan pengemasan, branding dan marketing.
Pengembangan Kerajinan Pelatihan pengolahan produk kerajinan pendukung pariwisata: kerajinan dari Kelapa; Dukungan standarisasi dan sertifikasi; Pelatihan pengemasan, branding dan marketing.
Kawasan pariwisata Palaga Pulau Tujuh belum didukung oleh ketersediaan produk agro olahan (dari Kelapa dan Sagu) yang bernilai tambah dan tersertifikasi; Kawasan pariwisata Palaga Pulau Tujuh belum didukung oleh ketersediaan produk kerajinan (dari Kelapa) yang bernilai tambah dan tersertifikasi;
Hasil Tersedianya Peraturan Bupati Pengelolaan Kawasan Palaga Pulau Tujuh yang mengintegrasikan pulau-pulau di lima desa di Maluku Tengah; Terbentuknya BumNegMa Palaga; Terbentuknya kantor ‘Walang Inovasi’ dan SOP Sistem Inovasi Daerah (SIDA) sebagai operasional pusat pengembangan inovasi daerah; Tersedianya SOP Tata Kelola dan Administrasi Wisata Palaga; Tersedianya fasilitas wisata yang meningkat: 6 cottage, 1 Ruang Serba Guna, 1 asrama, karyawan, dermaga dan ticketing; Tersedianya promosi paket wisata dan fasilitas wisata bekerjasama dengan Ora Beach; Jumlah kunjungan menginap meningkat hingga 7x Jumlah pengunjung harian meningkat sekitar 81% Tersedianya produk pertanian turunan Kelapa dan Sagu olahan yang bersertifikat untuk mendukung pariwisata Palaga Pulau Tujuh;
Keberlanjutan Pengelolaan dan pemasaran wisata Palaga Pulau Tujuh secara terintegrasi dan berkelanjutan oleh BumNegMa melalui satu pintu Tourist Information Center di Walang Inovasi yang telah didukung oleh infrastruktur dan SOP SIDA;
Penguatan BumNegMa melalui kerjasama dengan Tim Percepatan Pariwisata;
Pengembangan promosi dan pemasaran Pariwisata Pulau Tujuh sebagai bagian dari paket yang terhubungkan dengan Pulau Banda dan Pulau Ora;
Pengembangan produk turunan pertanian dan perikanan (Kelapa, Sagu, Ikan) olahan sebagai pendukung pariwisata Palaga Pulau Tujuh melalui kerjasama dengan Disperindag dan lembaga sertifikasi pasar terkait;
Tersedianya produk kerajinan Kelapa untuk mendukung pariwisata Palaga Pulau Tujuh. Pengembangan desain produk dan pemasaran produk kerajinan dari Kelapa sebagai pendukung pariwisata Palaga Pulau Tujuh.
A project implemented by:
Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Sentra Agrominapolitan dengan Prinsip Berkelanjutan, Transformatif dan Adil Gender di Kawasan Praya, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat
Lombok
Nama Desa Produk Potensial
Perencanaan dan Pengembangan Memperkuat
kapasitas
kelembagaan
Tim
Pengelola Kawasan Praya dan Tim Koordinasi Pembangunan
Kawasan
Perdesaan
(TKPKP)
Kabupaten Lombok Timur dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui: Perencanaan partisipatif; Penyusunan Peraturan Bupati Pengelolaan Kawasan Praya (KPPN); Penguatan kapasitas BumDesMa
: Senyiur, Selebung Ketangga, Ketangga Jeraeng, Jerowaru dan Paremas : Beras Kemasan, Terasi Udang dan Kerupuk Kepiting
Bantuan Teknis Inovasi Pengembangan Beras Premium Pelatihan Teknologi Beras, Penanganan Pascapanen Beras, Dukungan Mesin Pengolah Gabah, Mesin Kemasan Beras, Standarisasi dan Sertifikasi, Kontak Bisnis Gapoktan dan BULOG, Temu Usaha Sentra Agrominapolitan Praya, Branding, Promosi, Pemasaran; Uji Lab Mutu dan sertifikasi SNI 61282015; Sasaran: 20 anggota Gapoktan (perempuan).
Bintang Selatan;
Pengembangan Terasi dan Udang Tabur
Analisis rantai nilai (value chains analysis).
Pelatihan produksi Terasi Sehat, Variasi Bentuk Terasi, Dukungan Inovasi Rumah Jemur Terasi Sehat, Praktik Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), Rumah Kemasan, branding, promosi dan pemasaran; Sasaran: 10 anggota KUB Perempuan ‘JeroAcan’ dan UD. Satria.
22 Pelatihan
dan pendampingan untuk UMKM
1.103 peserta 37,8% perempuan
Kondisi Awal Teknologi penanganan pascapanen Gabah/Beras belum didukung mekanisasi dan sertifikasi pertanian; Harga jual Beras di pasar lokal Rp 9.000/kg; Harga beli Gabah oleh pengepul: Rp 320.000/kuintal.
Teknologi produksi pengolahan Udang atau Terasi Sehat belum didukung mekanisasi dan sertifikasi pangan olahan; Variasi Terasi konvensional; Harga Terasi sekitar Rp 3.500 – Rp 5.000/unit.
Hasil Tersedianya Beras Premium Kemasan sesuai dengan standarisasi dan sertifikasi pasar; Harga jual Beras Premium melalui e-commerce Rp 12.000/kg; Harga beli Gabah oleh Bumdesma Rp 380.000/kuintal.
Tersedianya Terasi Sehat; Variasi bentuk produk: Terasi dadu, Terasi bubuk dan Udang Tabur; Harga Rp 6.000 – Rp 15.000/unit; Tambahan pendapatan Rp 9,6 juta per bulan; Serapan 6 tenaga kerja.
Pelatihan, pengolahan Kerupuk Kepiting, pengenalan teknologi mesin peniris, dukungan Inovasi Rumah Jemur, variasi tiga rasa Kerupuk, dukungan Rumah Kemasan, Temu Usaha Praya, Branding, Pemasaran; Uji Lab Mutu dan Sertifikasi SNI 0166842002, 0128921992 dan 0128911998; Sasaran: 10 anggota KUB Perempuan ‘Ingin Maju’.
Bahan baku Kepiting belum terolah; Teknologi pengolahan Kerupuk Kepiting belum didukung mekanisasi dan sertifikasi pangan olahan; Variasi rasa kerupuk masih konvensional; Pengolahan kerupuk belum dilakukan rutin.
Tersedianya bentuk model produk Kepiting olahan ramah lingkungan; Tersedianya tiga variasa rasa Kerupuk Kepiting; Produksi kerupuk mentah sekitar 60 kg per bulan; Tambahan pendapatan sekitar Rp 4,6 juta per bulan; Serapan 20 tenaga kerja untuk dua kelompok;
Pengembangan e-commerce pemasaran
Pemasaran belum rutin dan masih lokal konvensional; Belum adanya platform untuk pemasaran produk UMKM berbasis online untuk Lombok Timur.
Aplikasi e-commerce berbasis website dan Android; Menjangkau 4 UMKM, 12 produk, dan 120 pelanggan; Pasar meluas ke luar daerah.
Pengembangan Kerupuk dari Kepiting
Pembangunan aplikasi pemasaran produk melalui startup lokal Agromina.id; Temu usaha Agrominapolitan Praya; Sasaran: 20 anggota komunitas Sanggar IT Kabupaten Lombok Timur.
Keberlanjutan Penguatan BumDesma melalui dana desa; Fasilitasi gudang/pusat penggilingan dan pengemasan beras yang dikelola oleh Bumdesma; Dampingan pengembangan desain produk pemasaran oleh Disperindag dan Bekraf.
Replikasi pembuatan Rumah Jemur di beberapa KUB Terasi; Dampingan pengembangan desain produk dan pemasaran oleh Disperindag dan Bekraf.
Replikasi usaha-usaha berbasis potensi agrominapolitan seperti pengolahan Kepiting di sentra-sentra nelayan; Dampingan pengembangan desain produk dan pemasaran dari Disperindag dari Bekraf.
Penguatan komunitas Sanggar IT Kabupaten Lombok Timur; Pendampingan pengembangan bisnis bagi Agromina.id; Dampingan integrasi program dari Disperindag dan Bekraf.
A project implemented by:
Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Budidaya Jagung di Kawasan Agropolitan Rasau Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
Kalimantan
Nama Desa Produk Potensial
Perencanaan dan Pengembangan
: Rasau I, Rasau II, Rasau III, Rasau Jaya Umum, Bintang Mas, Pematang Tujuh dan Sungai Bulan : Jagung (Produk Pangan dan Pakan Ternak), Kerajinan Daun Jagung, Jamur Tiram dan Pupuk Organik
Bantuan Teknis Inovasi
Memperkuat kapasitas kelembagaan Tim Pengelola
Pengembangan Jagung
Kawasan
Pelatihan inovasi pengolahan lahan Gambut; Mekanisasi budidaya jagung; penyediaan bibit hingga pascapanen Jagung; Pelatihan pengolahan produk jagung (produk pangan dan pakan ternak); Dukungan standarisasi dan sertifikjaagsui ng olahan; Pelatihan pengemasan, branding dan pemasaran produk Jagung; Pengembangan demoplot melalui Gapoktan; Sasaran: 275 peserta (33% perempuan).
Rasau
Pembangunan Kabupaten
Raya
dan
Kawasan
Kubu
Raya
Tim
Perdesaan dalam
Koordinasi (TKPKP)
Pengembangan
Ekonomi Lokal (PEL) melalui: Perencanaan partisipatif; Penguatan kapasitas BumDesMa Maju Bersama; Dukungan pembangunan pertanian terintegrasi peternakan dan perikanan; Dukungan operasional Rumah Produksi, Rumah Dukungan profil dan video promosi kawasan;
Pengembangan Produk Kerajinan
Analisa rantai nilai (value chains analysis).
Pelatihan kerajinan dari kulit jagung menjadi produk interior dan home décor; Dukungan standarisasi dan sertifikasi; Pelatihan pengemasan dan pemasaran; Sasaran: 40 peserta (100% perempuan).
dan pendampingan untuk UMKM
1.591 peserta 41,04% perempuan* *(PEKKA / Perempuan Kepala Keluarga)
Budidaya hingga pascapanen masih konvensional;
jagung
Produksi jagung masih rendah, terkendala dengan kondisi lahan gambut yang asam Proses penanaman bibit membutuhkan waktu 4 hari; Produktivitas: 3 ton/ha; Pendapatan: Rp 6,3 juta/ha; Belum tersedianya produk-produk makanan olahan jagung;
Kreatif, dan Klinik Pertanian;
13 Pelatihan
Kondisi Awal
Pengembangan Jamur Tiram Pelatihan budidaya jamur tiram dengan media bonggol jagung; Pelatihan pengolahan jamur tiram sebagai produk kuliner; Dukungan standarisasi dan sertifikasi; Pelatihan pengemasan dan pemasaran; Sasaran: 30 peserta (27% perempuan).
Pengembangan Pupuk Organik Pelatihan dan modul cara membuat pupuk organik; Pelatihan pengemasan dan pemasaran; Sasaran: 86 peserta (29% perempuan).
Pengembangan Integrated Farming Peningkatan produktivitas lahan gambut menjadi lahan pertanian, peternakan dan perikanan yang terintegrasi dalam satu area.
Kesadaran standarisasi dan sertifikasi minim; Kulit jagung belum terolah; Bonggol jagung belum terolah sebagai media bertanam jamur tiram; Limbah jagung belum terolah sebagai pupuk organik; Produk, kemasan dan material promosi kawasan belum tersedia; Belum dikenalnya konsep integrated farming;
Hasil Pengembangan 7 demoplot oleh 7 Gapoktan di 7 desa; Mekanisasi pertanian dan pupuk organik bernutrisi; Potensi peningkatan hasil produksi Jagung untuk bahan pangan dan pakan capai 87%: Penanaman bibit cukup 1 hari Produktivitas: 5,8 ton/ha Pendapatan: Rp 15,5 juta/ha Efisiensi biaya input mencapai 51% Tersedianya lima variasi produk pangan jagung: stik, brownies, puding, nugget, dan susu; Target standarisasi dan sertifikasi produk jagung olahan; Tersedianya kerajinan kulit jagung untuk interior dan home decor sebagai potensi pendapatan tambahan Rp 820.000/bulan; Target budidaya jamur tiram dan pengolahan pupuk organik sebagai bagian dari integrated farming berbasis jagung;
Penjualan produk masih di pasar tradisional;
Dimulainya pengembangan area integrated farming;
Tata niaga jagung masih bergantung pada pengepul tradisional.
Penjualan produk pangan jagung berpotensi meningkatkan 82% pendapatan keluarga; BumDesMart sebagai tempat penjualan dan pemasaran produk olahan jagung; Rencana pengelolaan rumah dan gudang produksi untuk menampung dan mengolah hasil panen jagung, termasuk memasarkan kepada off-taker potensial; Kemasan produk dan material promosi (video profil kawasan) telah tersedia.
Keberlanjutan Penguatan BumDesMa Maju Bersama dalam pengelolaan pertanian jagung terintegrasi dengan peternakan ayam dan perikanan lele, kerjasama operator dari SMKN 1 Rasau;
Mengembangkan Klinik Pertanian dalam rangka epngembangan produk turunan jagung olahan, jamur tiram olahan, kerajinan dan pupuk organik sesuai standarisasi dan sertifikasi pasar dengan didampingi BPTP dan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat;
Pengembangan Agrowisata Jagung di Kawasan Rasau Jaya;
Penguatan BumDesMart 'Maju Bersama' sebagai gerbang pemasaran satu pintu produk-produk kawasan Rasau Raya;
Kerjasama pemasaran dengan strartup lokal, MyAgro;
Replikasi model Kawasan Rasau Raya untuk pengembangan 8 kawasan baru di Kabupaten Kubu Raya, dengan model awal dua desa prioritas di dua RPKP - RPJMD 2020/2024 Kawasan Rasau Jaya di Kabupaten Kubu Raya.
A project implemented by:
Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Inovasi Minapolitan Berbasis Pariwisata di Kawasan Luwita, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan
Sulawesi
Nama Desa Produk Potensial
: Lero, Ujung Labuang, Wiringtasi dan Tasieawalie : Bandeng Cabut Duri dan Amplang, Ikan Asap dan Abon, Kerajinan Tangan dan Rumput Laut
Bantuan Teknis Inovasi
Perencanaan dan Pengembangan Tim
Pengembangan Produk Perikanan, Rumput Laut dan Kerajinan
Pengelola Kawasan Luwita dan Tim Koordinasi
Pelatihan dan dukungan sarana/prasarana pengolahan produk perikanan: Bandeng Cabut Duri, Amplang, Ikan Asap dan Abon Ikan; Pelatihan kuliner; Pelatihan pengolahan rumput laut menjadi sabun dan body care; Pelatihan kerajinan dari batok Kelapa; Dukungan Uji Lab Mutu, standarisasi dan sertifikasi; Pelatihan dan dukungan promosi dan pemasaran.
Memperkuat Pembangunan
kapasitas Kawasan
kelembagaan Perdesaan
(TKPKP)
Kabupaten Pinrang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui: Perencanaan partisipatif Penguatan Kapasitas BumDesMa Luwita Bahari Penyusunan PerBup Pembangunan Kawasan Luwita Penguatan Forum Stakeholder dan Badan Kerjasama Antar Desa Analisa Rantai Nilai (Value Chains Analysis).
16 Pelatihan
dan pendampingan untuk UMKM
1.173 peserta 53,20%
perempuan
Produk
Penerima Manfaat
Bandeng cabut duri/tulang
111 Perempuan
Hasil
Kondisi Awal Perikanan, Rumput Laut dan Kelapa dijual mentah atau diolah secara konvensional dan sederhana; Sarana dan prasarana produksi yang sesuai standard pangan belum tersedia; Produsen dan produksi lokal masih terbatas: Ikan asap: 31 UMKM Krupuk amplang: 1 UMKM dengan produksi sekitar 30 kg/bulan; Kesadaran standarisasi produk minim;
dan
sertifikasi
Tersedianya produk perikanan olahan dan body care; Tersedianya sarana dan prasarana produk sesuai standard pangan; Bertambahnya jumlah produsen dan produksi lokal: Ikan asap: 41 UMKM Amplang: 3 UMKM dengan total produksi 90 kg/bulan Bandeng tanpa duri: 4 UMKM Kuliner tradisional: 5 UMKM Abon ikan: 1 UMKM dengan produksi 20 kg/bulan Kerajinan: 7 pengrajin (memproduksi cinderamata dan kaki palsu dari sampah pantai);
Ikan asap
54 perempuan, 5 laki-laki
Materi promosi dan pemasaran belum tersedia;
Kuliner tradisional
60 perempuan
Pasar masih lokal;
Amplang dan Abon ikan
60 perempuan
Minapolitan Luwita berbasis pariwisata belum berjalan;
Tersedianya pemasaran;
Terasi
59 perempuan, 1 laki-laki
Pemahaman tentang destinasi wisata dan homestay masih minim;
Kerajinan
18 perempuan, 38 laki-laki
Tersedianya manajemen pariwisata;
Rumput Laut olahan
13 perempuan, 47 laki-laki
Pelayanan informasi pariwisata dan jasa wisata belum tersedia;
Keberlanjutan Penguatan BumDesMa Luwita Bahari dalam pengolahan hingga pemasaran produk-produk Minapolitan Luwita;
Melanjutkan pengembangan produk perikanan olahan, Rumput Laut dan Kerajinan yang tersertifikasi sesuai standarisasi pasar dengan didamping oleh Disperindag;
Pengembangan pengelolaan Minapolitan Luwita berbasis pariwisata;
Standarisasi dan sertifikasi produk; materi
promosi
dan
rencana pengembangan minapolitan berbasis
Pengembangan pemasaran produk dan pariwisata Luwita melalui festival dan temu bisnis.
Pemasaran ke luar kota.
Pemasaran, promosi produk dan paket wisata Luwita belum tersedia. Pengembangan Produk Perikanan, Rumput Laut dan Kerajinan Workshop destinasi wisata dan pengembangan homestay; Pelatihan pelayanan informasi pariwisata dan jasa wisata; Festival Kawasan Luwita.
A project implemented by:
Program undertaken with the financial support of the Fovernment of Canada provided through Global Affairs Canada
RESPONSIVE INNOVATION FUND (RIF) Pengembangan Kawasan Pariwisata Ijen yang Terintegrasi dan Berkelanjutan di Kawasan Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
Jawa
Nama Desa Produk Potensial
Perencanaan dan Pengembangan Memperkuat
kapasitas
kelembagaan
Tim
Pengelola Kawasan Ijen dan Tim Koordinasi Pembangunan
Kawasan
Perdesaan
(TKPKP)
Kabupaten Banyuwangi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui:
: 14 Desa di Kecamatan Glagah, Licin, dan Kalipuro : Kawasan Pariwisata Kawah Ijen, Produk Industri Kreatif (Kopi, Keripik Pala dan Kerajinan), Spa dan Hospitality
Bantuan Teknis Inovasi Pengelolaan Kawasan Pariwisata oleh Ijen Tourism Cluster (ITC)
Kondisi Awal Paket wisata masih terpusat pada Kawah Ijen;
Pengembangan Ijen Creative Hub dan pemasaran online; Sasaran: 168 peserta (89% perempuan);
Perencanaan partisipatif Penguatan kapasitas Ijen Tourism Cluster (ITC) Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati
Pemandu Wisata dan Homestay
Pengelolaan Kawasan Ijen
Fasilitasi sertiďŹ kasi dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan pemandu wisata; Sasaran: 23 peserta (26% perempuan);
Perencanaan Strategis Ijen Toursim Cluster Penyusunan masterplan Ijen
Kapasitas pemandu lokal yang rendah; Belum tersedianya homestay;
Hasil Tersedianya paket-paket agro dan ekowisata dan wisatawan bisa ikut menikmati suasana kehidupan masyarakat desa;
Pemandu wisata lokal mampu memandu dengan baik; Munculnya 55 homestay dari rumah-rumah penduduk sekitar;
Keberlanjutan ITC menjadi service provider dalam memberikan pendampingan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal;
Membuka kerjasama antara pemandu lokal dengan para agen perjalanan;
Analisa rantai nilai (value chains analysis).
Produk Kopi dan Kerajinan Pendampingan pascapanen kopi, pemetikan dan seleksi kualitas biji kopi; Pelatihan kerajinan kayu dan anyaman bamboo; Sasaran: 150 peserta (72% perempuan).
12 Pelatihan dan pendampingan untuk UMKM
Kualitas biji kopi rendah (biji kopi hijau juga dipetik); Harga jual biji kopi Rp 10.000 per kg; Masyarakat atau pemuda setempat banyak yang bekerja serabutan di Bali.
Kualitas biji kopi sudah baik (hanya biji merah yang dipetik); Harga jual biji kopi Rp 35.000 per kg; Produksi 11 varian kopi bubuk dan roasted beans 2 UMKM kerajinan kayu dan anyaman bambu;
Investasi coffee shop dengan potensi serapan kopi lokal (robusta) mencapai 3 kuintal per bulan; Melakukan pemasaran dan promosi baik tingkat provinsi, kawasan maupun secara online.
Penyerapan 26 tenaga kerja.
566 peserta 43,29%
perempuan
A project implemented by: