Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Page 1

KAJIAN EKONOMI

KOMODITAS JAGUNG PROVINSI GORONTALO


Š 2018 National Support for Local Investment Climates/ National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED) World Trade Center (WTC) 5 Building, 10th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Telephone: +62 21 5262282, +62 21 5268668 www.nslic.or.id Proyek Dukungan Nasional untuk Peningkatan Iklim Investasi Daerah/Dukungan Nasional untuk Pengembangan Ekonomi Lokal dan Regional atau National Support for Local Investment Climates/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED) adalah kemitraan antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada (GAC). Proyek yang didanai oleh GAC dan dikelola oleh CowaterSogema International Inc. ini dilaksanakan di 10 kota/kabupaten di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara mulai 2016 hingga 2022. Melalui program Responsive Innovation Fund (RIF), NSLIC/NSELRED juga mendukung pemerintah pusat dan daerah untuk menciptakan inovasi pembangunan ekonomi daerah di 18 kabupaten dari 39 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) yang menjadi wilayah target nasional untuk Pusat Pertumbuhan Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa sesuai dengan RPJMN 2015-2019.


KAJIAN EKONOMI

KOMODITAS JAGUNG PROVINSI GORONTALO


iv

Daftar Isi vii ix

KATA PENGANTAR EXECUTIVE SUMMARY

13

BAB I

Karakteristik Pasar Jagung

21

BAB II

Rantai Nilai Perdagangan Jagung

27

BAB III

Akar Permasalahan dan Area Intervensi

31

BAB IV

Identifikasi Mitra Potensial dan Model Bisnis Pengembangan Jagung

14 15 16 17

DAFTAR TABEL Tabel. 1. Produksi Jagung Global Tabel 3. Negara Pengekspor dan Pengimpor Jagung Terbesar di Dunia Tabel 4. Produksi Jagung Setiap Provinsi Periode 2010-2015 Tabel 5. Kontribusi Produksi Jagung Setiap Provinsi Terhadap Produksi

Nasional

19 19 19 12

Kebutuhan Pupuk untuk Jagung dan Padi di Provinsi Gorontalo

Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 11.

Jumlah Kios Pertanian di Lokasi Studi Jumlah Tenaga Penyuluh Pertanian di Lokasi Studi Jumlah Rumah Tangga Petani Jagung di Lokasi Studi Berdasarkan

Luas Panen Jagung

23

Pembagian Peran Antara Laki-Laki dan Perempuan dalam Kegiatan

Tabel 12.

Usaha Tani

23

Pembagian Peran Antara Laki-Laki dan Perempuan dalam Penggunaan

Tabel 13.

Alat-Alat Pertanian dalam Usaha Tani Jagung

24 32 33 25

Jumlah Pengepul di Lokasi Studi

Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17.

Identifikasi Calon Partner Strategis dalam Pengembangan Model Bisnis Peran Masing-Masing Pihak dalam Membangun Kemitraan Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi)


5 v

36

Tabel 18.

Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi)

37

Tabel 19.

Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi)

37

Tabel 21.

18 22 25 29 34 34

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Gorontalo 2012-2016 Gambar 6. Rantai Nilai Perdagangan Jagung di Provinsi Gorontalo Gambar 7. Persentase Jagung yang Diserap oleh Industri Pakan (2016) Gambar 8. Akar Masalah dan Pohon Masalah dalam Pengembangan Jagung Gambar 9. Model Bisnis Setelah Intervensi Gambar 10. Model Bisnis Sebelum Intervensi

Photo: NSLIC/NSELRED

Daya Jangkau Bisnis Model Pupuk Nonsubsidi



vii 7

Kata Pengantar Baseline Survey terhadap potensi pengembangan jagung di Provinsi Gorontalo ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh proyek National Support for Local Investment Climate/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED) untuk mengidentifikasi sejauh mana potensi komoditas jagung di Provinsi Gorontalo dalam mendukung pengembangan ekonomi di provinsi tersebut. Laporan ini merupakan hasil survei yang dilakukan di Provinsi Gorontalo sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018. Hasil survei menunjukkan kondisi awal atau baseline komoditas jagung yang berada di Provinsi Gorontalo. Ini merupakan fondasi untuk menentukan langkah selanjutnya guna meningkatkan potensi komoditas jagung di Provinsi Gorontalo. Selaku pimpinan proyek, Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim konsultan, para pihak dan semua kontributor yang telah berhasil memberikan informasi dasar mengenai potensi komoditas jagung di Provinsi Gorontalo. Besar harapan Kami bahwa hasil survei ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pemberdayaan komoditas jagung, baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri.

Dr. Rino A. Sa’danoer Direktur Proyek



ivxii 9

Executive Summary Pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), setelah padi, dalam subsektor tanaman pangan. Namun, produksi dan produktivitas nasional masih belum optimal. Terlihat dari masih timpangnya produktivitas jagung setiap daerah. Di Mojokerto, produktivitas jagung sudah mencapai 8 ton/ha, sedangkan di daerah lain masih berkisar 3-5 ton/ha. Permintaan yang tinggi atas jagung juga belum bisa dipenuhi oleh produksi nasional, dimana pada 2014 volume impor jagung mencapai sekitar 3,17 juta ton dan volume impor tahun 2015 naik menjadi 3,50 juta ton Provinsi Gorontalo, sebagai salah satu wilayah kerja NSLIC/NSELRED termasuk dalam 10 besar wilayah yang mempunyai kontribusi terhadap produksi jagung nasional. Namun, produktivitas jagung di Provinsi Gorontalo hanya mencapai 4,7 ton/tahun—lebih rendah dari produktivitas jagung nasional. Untuk itu, dalam usaha memetakan strategi yang akan diambil dalam pengembangan ekonomi lokal di Provinsi Gorontalo, NSLIC/NSELRED dibantu oleh Universitas Gorontalo, melakukan sebuah kajian ekonomi rantai nilai komoditas jagung di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Boalemo. Hasil kajian rantai nilai menemukan dua hal pokok yang menjadi penyebab masih rendahnya pendapatan petani jagung, yaitu: 1) rendahnya produktivitas jagung; 2) harga jagung yang masih rendah di tingkat petani atau masih di bawah harga patokan nasional. Rendahnya produktivitas jagung disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani terhadap praktik-praktik pertanian yang baik (GAP) dan terbatasnya akses petani terhadap sarana produksi (saprodi) yang berkualitas. Sedangkan harga jagung yang rendah dipicu oleh standar kualitas air yang belum terpenuhi. Rendahnya pengetahuan GAP disebabkan oleh kualitas dan kuantitas PPL yang belum memadai. Sedangkan terbatasnya akses petani terhadap saprodi berkualitas disebabkan oleh ketergantungan petani terhadap saprodi bersubsidi, harga saprodi yang mahal, dan biaya pengelolaan lahan yang tinggi. Sementara permasalahan kadar air yang belum sesuai standar diakibatkan oleh tidak adanya sarana dan prasarana pascapanen seperti lantai jemur dan mesin pengering (dryer). Berdasarkan hasil analisis terhadap akar masalah, maka fokus area intervensi untuk pengembangan komoditas jagung di wilayah studi adalah: pemberian akses terhadap sarana dan prasarana pertanian yang berkualitas kepada petani yang meliputi pupuk, obat-obatan, dan peralatan pascapanen. Untuk mengakses saprodi berkualitas, petani membutuhkan tiga mitra bisnis, yaitu produsen pupuk, pengepul sebagai agen, dan feed mill mini.


x

Executive Summary Untuk meyakinkan masing-masing mitra, perlu dibuat analisis peluang usaha pada masingmasing mitra. Di tingkat petani, pemberian input saprodi yang berkualitas diprediksi akan meningkatkan produktivitas jagung sebesar 5,1 ton/ha atau naik 19,61%. Ini akan meningkatkan pendapatan atau laba petani hingga 24%. Di tingkat pengepul, peningkatan produktivitas petani juga akan meningkatkan penjualan mereka sehingga laba pengepul dapat meningkat hingga 42%. Potensi cakupan penerima manfaat cukup besar jika model ini diterapkan melalui pengepul. Jika asumsinya pada tahap awal (2018) jumlah pengepul yang terlibat mencapai 10 pengepul, dan setiap pengepul bisa menjangkau 200 petani, maka jumlah petani yang bisa terjangkau mencapai 2.000 orang. Jika 50% petani yang terjangkau menggunakan pupuk nonsubsidi maka jumlah petani yang akan terlibat mencapai 1.000 orang. Dengan asumsi 70% atau 700 petani yang mengikuti program ini meningkat pendapatannya maka program ini berpotensi menurunkan angka kemiskinan hingga 4,94% di tahap awal dan mencapai 9,89% di akhir program. Jumlah petani jagung yang miskin di wilayah studi diperkirakan mencapai 14.155 orang.

Photo: NSLIC/NSELRED


Photo: NSLIC/NSELRED



BAB I

Karakteristik Pasar Jagung


BAB.1 Karakteristik Pasar Jagung

14

1. Dinamika Pasar Jagung Internasional, Nasional, dan Regional Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan dan pangan. Selain itu, pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sepanjang tahun 2016-2017 produksi jagung dunia mencapai 40,861 juta bushels1 atau setara dengan 1.022 miliar ton. Organisasi World Corn Production2 mencatat, sampai dengan Juni 2017, produksi jagung global mencapai 1031,86 miliar ton. Sedangkan The Statistics Portal mencatat produksi jagung global selang tahun 2016-2017 mencapai 1049,24 milyar ton. Data yang digunakan untuk riset ini berasal dari The Statistics Portal. Pasalnya, data mereka diambil dari 18.000 sumber dan menjadi rujukan penelitian. Berdasarkan data The Statistics Portal, penghasil jagung terbesar adalah Amerika Serikat dengan jumlah produksi mencapai 384.778 juta ton atau 36,67% total produksi dunia. Indonesia sendiri hanya menghasilkan 10.200 juta ton atau 0,97% dari total produksi dunia. Indonesia menduduki peringkat 12 di bawah Afrika Selatan dan Kanada. Seperti yang terlihat pada grafik berikut:

Tabel. 1. Produksi Jagung Global3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Negara

Produksi (juta ton)

Amerika Serikat Tiongkok Brasil EU Argentina Ukraina Meksiko India Rusia Afrika Selatan Kanada Indonesia Filipina Serbia Nigeria Etiopia Lainnya

384.778 219.554 91.500 60.295 37.500 28.000 26.000 26.000 15.500 14.600 13.200 10.200 7.900 7.500 7.200 6.300 93.215

1 bushel = 25 kilogram. Ukuran “bushel� adalah satuan berat yang sering digunakan dalam perdagangan di Amerika Serikat Sumber: https://www.worldcornproduction.com/ 3 Sumber: https://www.statista.com/statistics/254292/global-corn-production-by-country/ 1 2


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Menurut Gloy4 (2017), sejak tahun 1990 hingga tahun 2016, konsumsi jagung dunia mengalami peningkatan sebesar 116%, yaitu dari 473 juta ton pada tahun 1990 menjadi lebih dari 1 miliar ton pada tahun 2016. Setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi jagung dunia rata-rata sebesar 3%. Konsumen jagung terbesar adalah Amerika Serikat dan China/Tiongkok yang mencapai 54% dari total konsumsi jagung dunia. Berikut ini adalah total konsumsi jagung domestik setiap negara. Menurut NCGA5 (2017), selama periode 2016-2017, terdapat 4 negara yang menguasai kurang lebih 86% pasar ekspor jagung dunia, yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brasil, dan Ukraina. Total ekspor mencapai 142 juta ton, dimana Amerika Serikat menguasai kurang lebih 39,8% pasar ekspor. Sementara, 5 negara pengimpor jagung terbesar adalah Jepang sebanyak 15 juta ton, Meksiko sebesar 13,8 juta ton, Uni Eropa 13,1 juta ton, Korea Selatan 9,8 juta ton, dan Mesir 9 juta ton.

Tabel 3. Negara Pengekspor dan Pengimpor Jagung Terbesar di Dunia Negara merika Serikat A Argentina Brasil Ukraina Rusia Paraguay Serbia Uni Eropa Afrika Selatan Birma Meksiko Lainnya

Jumlah eksport Negara % (Juta ton) 56,65 25,5 22 18 5,3 2,3 2,5 2 1,3 1,1 0,8 4,8

39,8 18 15,5 12,7 3,7 1,6 1,8 1,4 0,9 0,8 0,6 3,3

Jumlah Import (Juta ton)

Jepang Meksiko Uni Eropa Korea Selatan Mesir Vietnam Iran Kolombia Amerika Serikat Aljazair Taiwan Lainnya

15 13,8 13,1 9,8 9 7,5 7 4,8 1,4 4,5 4,6 4,6

% 10,6 9,7 9,2 6,9 6,3 5,3 4,9 3,4 1 3,2 3,2 3,2

Harga pasar jagung dunia terlihat mengalami fluktuasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelusuran website, terlihat bahwa harga jagung per bulan Juni 2017 mencapai US$268/ton (Rp48.500/ kg). Sementara secara nasional, berdasarkan data BPS 2016, produksi jagung menunjukkan angka yang fluktuatif selama periode 2010-2015. Pada periode 2010-2012, produksi mengalami peningkatan, sedangkan tahun 2012-2014 produksi jagung menurun, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015. Total produksi tahun 2015 tercatat 19.612.435 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 6,55% dibanding tahun 2010

Setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi jagung dunia rata-rata sebesar 3%. Konsumsi jagung terbesar adalah Amerika Serikat dan China yang mencapai 54% dari total konsumsi jagung dunia.

4 5

Gloy, B (2017) Trend in Corn Consumption. Agricultural Economic Insight. National Corn Growers Association, 2017. World of Corn; Metrics Version 2017. NCGA. Washington DC

15


BAB.1 Karakteristik Pasar Jagung

16

Tabel 4. Produksi Jagung Setiap Provinsi Periode 2010-2015 Provinsi

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia

Produksi Jagung (Ton) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 167.090 68.861 167.285 177.842 1.377.718 1.294.645 1.347.124 1.183.011 354.262 471.849 495.497 547.417 41.862 33.197 31.433 28.052 30.691 25.521 25.571 25.690 125.796 125.688 112.917 167.457 74.331 7.362 103.771 93.988 2.126.571 1.817.906 1.760.275 1.760.278 1.055 850 967 783 961 923 849 790 31 23 6 - 923.962 945.104 1.028.653 1.101.998 3.058.710 2.772.575 3.041.630 2.930.911 345.576 291.596 336.608 289.580 5.587.318 5.443.705 6.295.301 5.760.959 28.557 13.863 9.819 12.038 66.355 64.606 61.873 57.573 249.005 456.915 642.674 633.773 653.620 524.638 629.386 707.642 168.273 160.819 170.123 159.973 9.345 9.208 7.947 6.217 116.449 99.779 112.066 107.043 11.993 7.341 9.940 4.864 - - - 973 446.144 438.504 440.308 448.002 162.306 161.810 141.649 139.266 1.343.044 1.420.154 1.515.329 1.250.202 74.840 67.997 78.447 67.578 679.167 605.782 644.754 669.094 58.020 82.995 122.554 128.327 15.273 13.875 18.281 11.940 20.546 26.149 25.543 29.421 1.931 2.125 2.049 2.137 6.834 6.885 6.393 7.034 18.327.636 17.643.250 9.387.022 18.511.853

202.318 1.159.795 605.352 28.651 43.617 191.974 72.756 1.719.386 721 703 - 1.047.077 3.051.516 312.236 5.737.382 10.514 40.613 785.864 647.108 135.461 8.138 117.986 7.567 1.235 488.362 170.203 1.490.991 60.600 719.780 110.665 10.568 19.555 2.450 7.282 19.008.426

205.125 1.519.407 602.549 30.870 51.712 289.007 52.785 1.502.800 666 473 959.933 3.212.391 299.084 6.131.163 11.870 40.603 959.973 685.081 103.742 8.189 128.505 8.379 1.032 300.490 131.123 1.528.414 68.141 643.512 100.811 13.947 11.728 2.264 6.666 19.612.435

Sumber: BPS 20166 Data di atas juga menunjukkan bahwa terdapat 2 provinsi yang memberikan kontribusi produksi jagung paling besar, yaitu Provinsi Jawa Timur 31,26% dan Jawa Tengah 16,38% pada tahun 2015. Provinsi Gorontalo memberikan kontribusi jagung sebesar 3,7% atau berada pada peringkat 8 nasional, dan masih berada di bawah Sulawesi Selatan, seperti yang terlihat pada tabel di halaman selanjutnya.

6

Sumber: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Tabel 5. Kontribusi Produksi Jagung Setiap Provinsi terhadap produksi nasional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Sumatra Utara Jawa Barat Gorontalo Nusa Tenggara Barat Sulawesi Utara

Prosentase 30,7 14 8,5 7,8 6,6 5,8 3,8 3,7 3,5 3

Secara umum tingkat produktivitas jagung di Pulau Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di luar Jawa. Produktivitas jagung di Jawa periode 2012-2016 rata-rata sebesar 5,34 ton/ha, sementara rata-rata produktivitas di luar Pulau Jawa 4,72 ton/ha, sedangkan produktivitas jagung nasional adalah sebesar 51,32 Ku/ha. Jika melihat kualitas dan kuantitas produksi jagung maka secara nasional produksi dan produktivitas masih belum optimal. Terbukti dari masih timpangnya produktivitas jagung setiap daerah, seperti Mojokerto yang produktivitas jagungnya sudah mencapai 8 ton/ha, sedangkan di daerah lain masih berkisar 3-5 ton/ha. Kondisi ini memicu tingginya impor jagung. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (2016) impor jagung diperlukan jika produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan pabrik pakan. Periode 2011–2015 selalu di atas 3 juta ton, kecuali tahun 2012 hanya sebesar 1,81 juta ton. Tingginya impor jagung pada diperkirakan karena produksi ja­ gung nasional belum mencukupi. Padahal ada peningkatan kebutuhan jagung untuk bahan baku industri, khususnya industri pakan, yang menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Pada tahun 2014 volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, lalu naik pada tahun 2015 menjadi 3,50 juta ton. Untuk mengantisipasi rendahnya produksi dan produktivitas yang berdampak pada tingginya jumlah impor maka sejak tahun pada tahun 2015 pemerintah, melalui Kementerian Pertanian mengeluarkan regulasi upaya khusus peningkatan produksi jagung melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/ Permentan/ OT.140/2/2015 tentang Pedoman Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya. Dalam upaya khusus tersebut, pemerintah telah menetapkan Target Nasional Upsus Jagung adalah: produksi sebesar 24,1 juta ton pada tahun 2019, atau pertumbuhan per tahun sebesar 1 juta ton atau 5,2% (baseline 2014). Untuk mendukung upaya khusus ini maka pemerintah memberikan subsidi benih untuk 1,2 juta ha untuk tahun 2016 dan 3 juta ha untuk tahun 2017, atau terjadi peningkatan luas penanaman sebesar masing-masing 40% dan 80% dari tahun sebelumnya. Pemerintah juga menetapkan harga terendah jagung pipilan jagung kering di Rp3.150/kg. Upaya pemerintah ini tidak sia-sia. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan produksi jagung sebesar 23,2 juta ton, peningkatan produktivitas jagung sebesar 5,28 ton ha, peningkatan luas tanam sebesar 4,36 juta ha, dan penurunan angka impor jagung menjadi 2 juta ton (Pusdatin, 2016).

17


18

BAB.1 Karakteristik Pasar Jagung

2. Dinamika Karakteristik Pasar Lokal di Provinsi Gorontalo Secara nasional Provinsi Gorontalo termasuk dalam 10 wilayah yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap produksi jagung nasional. Secara historis, komoditas jagung telah diusahakan selama puluhan tahun oleh masyarakat Gorontalo. Pemerintah Provinsi Gorontalo, sejak tahun 2002, telah mendorong jagung sebagai komoditas unggulan. Tahun 2016, produksi jagung Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan sebesar 911.341 ton (dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2014). Peningkatan produksi terjadi karena adanya peningkatan luas panen sebesar 195.606 ha dengan luas tanam mencapai 225.000 ha. Peningkatan produksi jagung di Provinsi Gorontalo juga didukung oleh adanya upaya khusus peningkatan produksi jagung nasional.

Gambar 2. Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Gorontalo 2012-2016

Produktivitas jagung di Provinsi Gorontalo mencapai 4,7 ton/tahun lebih rendah dari produktivitas jagung nasional. Konsumsi pangan jagung per kapita Gorontalo mencapai 12,5 kg/kapita/tahun. Jika merujuk pada jumlah penduduk Gorontalo yang mencapai 1.150.765 jiwa, maka konsumsi jagung untuk pangan mencapai 14.385 ton. Artinya, kebutuhan jagung untuk pangan di Provinsi Gorontalo masih surplus pada tahun 2016 (Distan Provinsi Gorontalo, 2017). Dalam rangka pengembangan jagung, setiap tahun pemerintah Provinsi Gorontalo mengalokasikan pupuk bersubdisi. Hasil wawancara produsen pupuk di Provinsi Gorontalo, yaitu PT. Pupuk Kaltim dan PT. Petrokimia Gresik, total alokasi pupuk bersubsidi untuk padi dan jagung mencapai 53.634 ton. Pupuk bersubsidi ini terdiri dari Urea 35.384 dan NPK 18.250 ton. Namun, alokasi pupuk ini tidak mencukupi jika melihat luas panen padi dan jagung di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data BPS 2017, luas panen padi dan jagung mencapai 258.804 ha. Dengan asumsi 2 kali panen serta kebutuhan pupuk mencapai 400 kg/ha (urea dan phonska) maka kebutuhan pupuk untuk jagung dan padi mencapai 207.000 ton. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah untuk melakukan subsidi hanya 25,90%.


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Tabel 7. Kebutuhan Pupuk untuk Jagung dan Padi di Provinsi Gorontalo Luas Panen

Komoditi

MP

Kebutuhan pupuk (ton)

MK

Padi 63.198 126.396 Jagung 195.606 391.212 Jumlah 258.804 517.608 Alokasi pupuk subsidi Kekurangan pupuk

50.558 156.485 207.043 53.634 153.409

Selain pupuk, untuk menunjang aktivitas usaha tani jagung, di beberapa wilayah di lokasi studi telah tersedia kios-kios pertanian yang memperjualbelikan pupuk. Berikut ini data jumlah kios pertanian di wilayah studi. Tabel 8. Jumlah Kios Pertanian di Lokasi Studi No

1 2 3

Nama Kabupaten Gorontalo Gorontalo utara Boalemo

Jumlah 70 38 10

Pemerintah daerah juga mendukung kegiatan usaha tani jagung melalui tenaga penyuluh. Tenaga penyuluh di wilayah studi umumnya merupakan penyuluh polivalen, dan tidak terdapat penyuluh spesifik untuk jagung. Hasil wawancara dengan staf Dinas Pertanian di lokasi studi menyebutkan bahwa kapasitas penyuluh pertanian masih rendah, terutama dari segi pengetahuan budidaya dan pascapanen. Tenaga penyuluh pertanian umumnya berlatar belakang pendidikan SMK dan/atau SMA. Tabel 9. Jumlah Tenaga Penyuluh Pertanian di Lokasi Studi No

1 2 3

Nama Kabupaten Gorontalo Gorontalo utara Boalemo

Jumlah 125 188 103

Sebagai salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, komoditas jagung di Provinsi Gorontalo juga telah diekspor ke beberapa negara. Ekspor jagung terakhir dilakukan pada bulan Oktober 20177. Provinsi Gorontalo telah melakukan ekspor sebanyak 2.350 ton jagung ke Filipina dan Malaysia. Nilai ekspor jagung Gorontalo tahun 20168 mencapai US$26.751.599 dan merupakan nilai ekspor tertinggi dibandingkan komoditas lainnya.

7 8

Sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3707725/2350-ton-jagung-gorontalo-diekspor-ke-filipina--malaysia BPS 2016. Statistik Perdagangan Luar Negeri Provinsi Gorontalo 2016. BPS Gorontalo

19



BAB II

Rantai Nilai Perdagangan Jagung


22

BAB.2 Rantai Nilai Perdagangan Jagung

Berdasarkan hasil penelitian di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo Utara, rantai nilai jagung 3 kabupaten ini adalah sebagaimana gambar berikut ini:

Penyuluh

Pupuk dan Obat-obatan

Infrastruktur

Toko tani

Industri Pakan Ternak

Benih dan pupuk bersubsidi

Pengepul Kecamatan

Petani

Pedagang Besar Konsumen Akhir: 1. Jakarta 2. Surabaya

Pengepul

Research and development

GAPOKTAN

RT/RW

Gambar 6. Rantai Nilai Perdagangan Jagung di Provinsi Gorontalo Penjelasan lebih lanjut dari aktor-aktor pasar dalam rantai di atas: 1) Petani Petani yang dimaksud di sini adalah petani pemilik lahan. Penguasaan lahan oleh petani berkisar antara 0,5-2 ha per rumah tangga atau rata-rata 1 ha per rumah tangga. Berdasarkan rata-rata luas lahan yang dibudidayakan, maka jumlah petani diperkirakan sebagai berikut:

Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga Petani Jagung di Lokasi Studi Berdasarkan Luas Panen Jagung No 1 2 3

Wilayah Studi Gorontalo Gorontalo utara Boalemo Jumlah

Jumlah RT Jagung 26.667 12.845 29.224 68.736

Sumber: Data hasil olahan, 2017

Kegiatan budidaya jagung oleh petani dimulai dari penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Dalam melakukan usaha tani di lading, pembagian peran antara laki-laki dan perempuan sudah jelas seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Tabel 12. Pembagian Peran Antara Laki-laki dan Perempuan dalam Kegiatan Usaha Tani Jagung Jenis

Menentukan jenis bibit (hibrida atau komposit) Membeli saprodi (pupuk dan obat-obatan) Membersihkan lahan Menanam Pemeliharaan tanaman Pemberantasan hama pengganggu Panen Menjual kepada pengepul

Pembagian peran Laki-laki

Perempuan

√√ √√ √√ √ √ √√ √ √√

√ √ √ √√ √√ √ √√ √

Kode: √√ ; lebih dominan √: terdapat peran tapi tidak dominan

Berdasarkan temuan di lapangan, peran perempuan dan laki-laki dalam budidaya jagung sangat jelas terlihat. Peran laki-laki sangat dominan di awal kegiatan budidaya, yaitu menentukan jenis bibit, membeli saprodi, dan membersihkan lahan. Sedangkan peran perempuan sangat dominan saat melakukan penanaman, pemeliharaan tanaman, dan panen. Peran dominan laki-laki kembali terlihat saat menjual jagung kepada pengepul. Dalam melakukan kegiatan budidaya, petani menggunakan beberapa peralatan pertanian yang dipakai untuk menunjang usaha tani budidaya tanaman jagung. Peralatan yang dipergunakan umumnya masih peralatan tradisional. Namun, sebagian kecil petani sudah menggunakan alat modern, seperti traktor, mesin pemangkas, dan dryer (mesin pengering). Seperti halnya kegiatan budidaya, peran antara laki-laki dan perempuan sudah sangat terlihat jelas. Pada kegiatan panen dengan menggunakan mesin perontok, peran antara laki-laki dan perempuan sama dominannya. Adapun dalam penggunaan alat-alat pertanian, peran laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 13. Pembagian Peran Antara Laki-laki dan Perempuan dalam Penggunaan Alat-alat Pertanian dalam Usaha Tani Jagung Jenis

Bajak atau mesin traktor Alat semprot hama dan penyakit Parang Tugal Mesin perontok

Pembagian peran Laki-laki

Perempuan

√√ √√ √ √ √√

√√ √√ √√

Kode: √√ ; lebih dominan √: terdapat peran tapi tidak dominan

23


24

BAB.2 Rantai Nilai Perdagangan Jagung

Jagung dipanen 2 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober dan Maret. Setelah panen, petani mengeringkan jagung sebelum dipipil. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 2-3 minggu dan akan sangat bergantung pada cuaca. Pengeringan dilakukan oleh petani dengan membiarkan tanaman jagung tetap menempel di batang pohon jagung. Beberapa petani akan menyewa mesin pemipil dari petani lain atau pengepul dengan harga Rp250.000/ha.

2) Pengepul kecamatan Umumnya pedagang pengepul merupakan pedagang yang berdomisili di ibukota kecamatan dan mempunyai akses langsung ke petani dan pedagang besar. Pedagang pengepul juga berperan sebagai pedagang pupuk dan saprodi pertanian. Dalam melakukan kegiatan jual beli, biasanya pedagang pengepul mendatangi petani. Dalam setiap kecamatan terdapat beberapa pedagang pengepul sehingga petani mempunyai pilihan dalam menjual komoditas jagungnya. Berikut data jumlah pedagang pengepul dari masing-masing kabupaten di lokasi studi.

Tabel 14. Jumlah Pengepul di Lokasi Studi No

1 2 3

Wilayah studi

Jumlah

Kabupaten Boalemo Kabupaten Gorontalo Utara Gorontalo

20 Na 36

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara dan Boalemo, 2017

Pedagang pengepul biasanya mempunyai beberapa fasilitas yang dapat menunjang usahanya, seperti bak penjemuran, truk pengangkut, alat pengukur kadar air, dan mesin pengering (dryer). Harga jagung yang dibeli oleh pengepul dari petani berada pada kisaran harga Rp2.750 (KA 23) – 2.950/kg (KA 17%). Setelah menerima dan membeli jagung dari petani, pengepul biasanya akan menjemur jagung tersebut selama 2-3 hari agar jagung tersebut mempunyai kadar air 14%.

3) Industri pakan ternak Hingga saat ini belum ada industri pakan ternak dengan kapasitas produksi besar di Provinsi Gorontalo. Industri pakan ternak nasional masih didominasi pemain asing, termasuk Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut masih bergantung pada bahan baku impor. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak tahun depan diprediksi 8,5 juta ton, naik tipis dari kebutuhan tahun ini 8 juta ton. Menyiasati impor jagung yang ditutup, pelaku usaha menjalin kesepakatan pembelian dengan petani. Umumnya industri pakan ternak tersebar di Pulau Jawa


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Malindo Cargill Sierad JAPFA Pokphand

Mini Feedmill

4.2 5.3 5.7 18 28.6 38,1% (400 mini feedmill

Gambar 7. Persentase Jagung yang Diserap oleh Industri Pakan (2016) 4) Pedagang besar Pedagang besar adalah pedagang yang menjual jagung dalam jumlah besar ke pedagang lain yang menjual jagungnya ke konsumen akhir. Di Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa pedagang besar yang berbadan hokum, antara lain PT Harim, PT Sinar Pangan Abadi (SPA), PT Gorontalo Pangan Lestari, dan PT Isimu Sejati Makmur (ISM). Pengiriman jagung paling sedikit dilakukan sebulan sekali dengan rata-rata pengiriman mencapai 1.000-2.000 ton untuk sekali pengiriman. Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 pedagang besar, yaitu PT SPA dan PT ISM, jagung dikirim ke Pulau Jawa, tergantung permintaan dari perusahaan di Jakarta dan Surabaya. Pengiriman juga akan bergantung pada kapasitas kapal. Saat ini kapasitas daya tampung gudang PT ISM mencapai 1.448 ton sedangkan PT SPA mencapai 8.000 ton. Pedagang besar menerima jagung pipilan kering dari pengepul rata-rata 200 ton/hari. Pedagang-pedagang besar ini mempunyai fasilitas modern seperti mesin pengering, truk kontainer, gudang kapasitas besar, dan lantai jemur. Salah satu perusahaan yang diwawancarai untuk kepentingan penelitian ini, PT Sinar Pangan Abadi dan PT. Isimu Sejati Makmur, mengatakan bahwa perusahaan ini telah bertahun-tahun berkontribusi terhadap suplai jagung dari Gorontalo menuju beberapa kota besar di Indonesia. Dalam melakukan transaksi dengan pedagang pengepul dari beberapa wilayah di Gorontalo, PT Sinar Pangan Abadi dan PT Isimu Sejati Makmur menerapkan grading berdasarkan kadar kualitas air dan jagung yang rusak. Sebagai contoh, jika kadar air masih 20% maka harga akan dipotong 3%, jika kadar air 23% akan dipotong 7% dan jika kadar air 24% maka akan dipotong 9% dari harga kesepakatan. Sistem ini sebenarnya diterapkan oleh semua pedagang besar agar para pengepul dapat membiasakan diri dan mengetahui informasi mengenai kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen. Harapannya, di kemudian hari pengepul dan petani dapat meningkatkan kualitas jagung yang dibutuhkan oleh perusahaan pedagang besar. Pedagang besar membeli jagung dari pedagang pengepul dan petani dengan harga beli Rp3.1503550/kg—sesuai dengan kadar air pada jagung.

Jagung dipanen 2 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober dan Maret. Setelah panen, petani mengeringkan jagung sebelum dipipil. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 2-3 minggu dan akan sangat bergantung pada cuaca.

25



BAB III

Akar Permasalahan dan Area Intervensi


28

BAB.3 Akar Permasalahan Dan Area Intervensi

Riset penilaian rantai nilai yang dilakukan dalam rangka pengembangan tanaman jagung menemukan beberapa permasalahan yang menghambat produksi dan produktivitas jagung, antara lain: 1. Rendahnya pendapatan petani jagung: Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh terbatasnya akses petani untuk mendapatkan saprodi berkualitas. Sebagai contoh, pupuk bersubsidi yang dibeli oleh petani, alokasinya dibatasi oleh pemerintah. Pendapatan petani yang rendah bisa memicu tingkat kemiskinan. Mengacu pada tingkat kemiskinan di lokasi studi maka jumlah petani jagung miskin di Kabupaten Boalemo mencapai 6.169 jiwa, Kabupaten Gorontalo 5.608, dan Kabupaten Gorontalo Utara mencapai 2.378. Total petani jagung yang miskin di lokasi studi diprediksi mencapai 14.155 jiwa. 2. Rendahnya harga jagung di tingkat petani: Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di wilayah studi, ditemukan bahwa harga jagung di tingkat petani tergolong rendah. Kisaran harga jagung di kalangan petani adalah Rp2.750-2.950/kg. Harga ini masih di bawah harga minimal yang ditetapkan pemerintah, yaitu mencapai Rp3.150. Rendahnya harga di tingkat petani ini karena jagung yang dijual petani masih memiliki kadar air pada kisaran 19-23%. 3. Produktivitas rendah; Data di awal menunjukkan bahwa produktivitas jagung di tingkat petani berkisar antara 3,5-4 ton ha. Masih lebih rendah dari produktivitas nasional yang berkisar antara 5,2 ton/ha. Di beberapa daerah di Pulau Jawa, produktivitas bahkan bisa mencapai 9 ton/ha. 4. Produktivitas rendah: Data di awal menunjukkan bahwa produktivitas jagung di tingkat petani berkisar antara 3,5-4 ton ha. Masih lebih rendah dari produktivitas nasional yang berkisar antara 5,2 ton/ha. Di beberapa daerah di Pulau Jawa, produktivitas bahkan bisa mencapai 9 ton/ha. 5. Akses terhadap sarana pertanian berkualitas terbatas: Salah satu keluhan utama petani jagung yang mengemuka saat wawancara adalah ketersediaan pupuk bersubsidi dan benih jagung yang terbatas, serta terlambat dan mahalnya obat-obatan, terutama herbisida. 6. Minimnya dukungan peralatan pascapanen: Harga jagung sangat bergantung oleh kadar air di dalamnya. Umumnya petani tidak mempunyai alat pengering jagung atau lantai jemur sendiri. Beberapa peralatan pascapanen yang dibutuhkan oleh petani adalah alat pengering jagung atau lantai jemur permanen, dan alat pemipil yang mampu mereduksi hilangnya hasil panen saat dilakukan pemipilan. 7. Kurangnya dukungan penyuluh pertanian: Sampai saat ini belum ada penyuluh yang fokus melakukan pendampingan untuk petani jagung. Kapasitas penyuluh pertanian juga relatif rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan penyuluh, keterbatasan anggaran pemerintah menyebabkan banyak penyuluh tidak lagi mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas. Bahkan, beberapa tenaga penyuluh yang merupakan tenaga fungsional beralih menjadi pegawai struktural karena minimnya insentif yang diterima oleh penyuluh pertanian. Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, dapat disusun akar permasalahan yang terjadi dalam pengembangan komoditas jagung di Provinsi Gorontalo.


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Pendapatan Petani Jagung Rendah

Produktivitas Jagung Rendah

Kualitas GAP Rendah Keterbatasan pengetahuan petani terhadap GAP Akses petani terhadap informasi GAP terbatas

PPL tidak aktif mendampingi

Jumlah dan Kapasitas PPL terbatas

Kualitas saprodi Rendah Akses petani ke saprodi berkualitas terbatas

Harga saprodi non subsidi mahal

PPL Swasta tidak tersedia

Bibit dan pupuk bersubsidi terbatas

Penjualan rendah karena pasar tertutup oleh subsidi

Harga Jagung Rendah

Akses Petani ke mesin pertanian terbatas

Biaya sewa mesin mahal

Fasilitas mesin pemerintah terbatas

Standard kualitas air belum terpenuhi

Petani tidak mempunyai lantai jemur

Petani tidak mempunyai mesin pengering

Harga mesin pengering mahal

Jasa sewa mesin pengering terbatas

Insentif untuk PPL tidak sebanding dengan volume

Gambar 8. Akar Masalah dan Pohon Masalah dalam Pengembangan Jagung

Terdapat 2 hal pokok yang menjadi penyebab dari masih rendahnya pendapatan petani jagung, yaitu; 1) rendahnya produktivitas jagung sebagaimana yang telah diungkap di bab sebelumnya; 2) harga jagung yang masih rendah di tingkat petani atau masih di bawah harga patokan nasional. Rendahnya produktivitas jagung disebabkan oleh rendahnya pengetahuan petani terhadap Good Agriculture Processing (GAP) dan terbatasnya akses petani terhadap saprodi berkualitas. Sedangkan harga jagung yang rendah disebabkan oleh standar kualitas air yang belum terpenuhi. Rendahnya pengetahuan GAP disebabkan oleh kualitas dan kuantitas PPL yang belum memadai, sedangkan terbatasnya akses petani terhadap saprodi berkualitas disebabkan oleh ketergantungan petani pada saprodi bersubsidi, serta harga saprodi dan biaya pengelolaan lahan yang tinggi. Permasalahan kadar air yang belum sesuai standar merupakan akibat dari tidak adanya petani yang memiliki mempunyai sarana dan prasarana pascapanen, seperti lantai jemur dan mesin pengering (dryer).

Photo: NSLIC/NSELRED

29



BAB IV

Identifikasi Mitra Potensial dan Model Bisnis Pengembangan Jagung


32

BAB.4 Identifikasi Partner Potensial Dan Bisnis Model Pengembangan Jagung

1. Identifikasi Mitra Potensial Berdasarkan hasil analisis terhadap akar masalah, maka fokus area intervensi dalam rangka pengembangan komoditas jagung di wilayah studi adalah: pemberian akses terhadap sarana dan prasarana pertanian yang berkualitas kepada petani yang meliputi pupuk, obat-obatan, dan peralatan pascapanen. Hal ini didasarkan pada terbatasnya akses petani terhadap input pertanian seperti pupuk, obat-obatan, dan peralatan pascapanen. Ketiadaan akses terhadap saprodi yang berkualitas menyebabkan tingkat produksi dan produktivitas tanaman jagung petani menjadi rendah dan berimplikasi pada pendapatan petani. Untuk mempermudah akses petani terhadap saprodi yang berkualitas, dibutuhkan beberapa pihak yang bisa dijadikan mitra oleh petani. Adapun mitra dan perannya dalam membantu petani dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15. Identifikasi Calon Partner Strategis dalam Pengembangan Model Bisnis Calon Partner

Calon Mitra

Petani jagung adalah orang yang membudidayakan jagung pada lahan seluas 1 ha dan menjual hasilnya untuk mendapatkan pendapatan. Petani jagung di wilayah studi pada umumnya memiliki lahan sendiri dan sebagian lagi merupakan petani penggarap. Usaha budidaya jagung dilakukan 2 kali dalam setahun dengan masa panen bulan Maret dan Oktober.

Produsen Pupuk

Produsen pupuk di wilayah Gorontalo terdiri dari 2 perusahaan persero, yaitu PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik. Kedua perusahaan ini memasok pupuk urea dan pupuk NPK. Kedua perusahaan ini mempunyai distributor yang bisa menjangkau toko saprotan sampai ke tingkat kecamatan. Produsen pupuk bisa menyiapkan demoplot untuk petani dan TA, yakni PPL Swasta.

Pengepul

Pengepul umumnya terletak hampir di seluruh ibukota kecamatan. Pengepul umumnya mempunyai dryer dan lantai jemur. Beberapa di antaranya menjual atau menjadi distributor saprodi (pupuk dan obat).

Toko Tani

Toko tani merupakan penyalur utama saprotan, terutama pupuk, benih, dan obat obatan ke petani. Toko tani mendapatkan pupuk dari distributor yang ditunjuk oleh produsen pupuk.

Berdasarkan hasil analisis terhadap akar masalah, maka fokus area intervensi dalam rangka pengembangan komoditas jagung di wilayah studi adalah: pemberian akses terhadap sarana dan prasarana pertanian yang berkualitas kepada petani yang meliputi pupuk, obat-obatan, dan peralatan pascapanen.


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Adapun peran dari pihak-pihak tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Peran Masing-masing Pihak dalam Membangun Kemitraan Produsen Pupuk

Kegiatan

Pengepul

Petani

Pemda

NSLIC

Memproduksi jagung dengan produktivitas lebih baik

Memfasilitasi perluasan akses petani dan kemudahan perluasan pasar pupuk

Memfasilitasi proses kerja sama usaha antara para pihak

Pengembangan akses petani terhadap pupuk

Memperluas cakupan pasar

Menjadi agen pupuk sekaligus pengepul jagung

Demoplot

Diskon pupuk, tenaga agronomis, pelatihan untuk agen

Pelatihan untuk petani kerja sama dengan produsen

Menyiapkan lahan dan tenaga kerja

Kemudahan akses alat pertanian

Identifikasi petani, demoplot, dan agen

Training

Menyiapkan materi training dan narasumber

Melakukan pelatihan untuk petani

Berpartisipasi dalam training

Narasumber dan fasilitas pertemuan

Memfasilitasi pertemuan

Materi promosi

Menyiapkan materi promosi

Penyebarluasan informasi

Mengikuti arahan teknis penggunaan pupuk

Menyebarluaskan informasi

Desain materi promosi

2. Membangun Model Bisnis Secara sederhana, model bisnis merupakan sebuah pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau individu menciptakan, menjalankan, dan menangkap peluang yang ada. Berdasarkan hasil identifikasi mitra strategis, maka konsep model bisnis yang dibangun dalam rangka pengembangan jagung dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Demoplot, discount pupuk

Pengepul

Rp

Jagung

Rp

Pupuk, pelatihan, pendampingan

Agen

Rp

Produsen pupuk

Pupuk, training, GAP, bantuan alat promosi

MINI FEEDMILL

Gambar 9. Model Bisnis Setelah Intervensi

Petani

33


34

BAB.4 Identifikasi Partner Potensial Dan Bisnis Model Pengembangan Jagung

Usulan model bisnis ini merupakan temuan dari pohon dan akar masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Keterbatasan akses petani terhadap saprodi membuat produktivitas jagung rendah dan berdampak pada masih rendahnya pendapatan petani jagung. Dalam mengakses saprodi berkualitas, petani membutuhkan 3 mitra bisnis, yaitu produsen pupuk, pengepul sebagai agen, dan mini feedmill. Berikut ini adalah penjelasan model bisnis yang dibahas di atas:

a. Produsen pupuk; Produsen pupuk menjual pupuk kepada petani dan memberikan technical assistance kepada pengepul berupa training aplikasi pupuk pada tanaman jagung. Di samping itu, produsen pupuk juga membuat demoplot untuk meyakinkan keunggulan penggunaan pupuk kepada petani. b. Pengepul: Pengepul merupakan agen dari produsen pupuk, yang menjual pupuk kepada petani. Selain itu, pengepul juga mempromosikan pupuk tersebut kepada petani. c. Mini feedmill; Industri pakan ternak skala kecil yang akan membeli jagung dari pengepul. Keterlibatan mini feedmill dalam model bisnis ini adalah untuk mengintegrasikan usaha jagung dengan peternakan sapi. d. Petani; Mengusahakan tanaman jagung, mengakses saprodi seperti pupuk dan obat-obatan dari toko tani dan pengepul. Hasil panen jagung di jual kepada pengepul.

Sebelumnya, model bisnis yang dijalankan di lokasi studi hanya melibatkan petani, pengepul, dan toko tani, seperti yang digambarkan di bawah ini:

Pupuk Pengepul

Petani Rp, jagung

o pr

Sa

an

d di

in

si

ma

r fo

Rp

Toko Tani

Gambar 10. Model Bisnis Sebelum Intervensi

Untuk meyakinkan masing-masing mitra, perlu dibuat analisis usaha atau business opportunity untuk masing-masing mitra. Asumsi yang digunakan dalam menyusun analisis usaha tani ini adalah sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan, dan benih yang merupakan saprodi nonsubsidi (setelah intervensi) dengan pembanding analisis usaha jagung dengan saprodi subsidi (kondisi saat ini).


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

a. Analisa Usaha Jagung di Tingkat Petani Berikut ini tabel hasil analisis usaha jagung di tingkat petani: Tabel 17. Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi) Uraian (Rp)

Kondisi saat ini

Setelah Intervensi

Biaya Produksi Pengolahan lahan petani Benih Pupuk bersubsidi Pupuk non subsidi, obat-obatan Tenaga kerja Sewa Perontok Total Biaya

700.000 1.000.000 850.000 1.750.000 2.850.000 250.000

700.000 1.000.000 850.000

5.650.000

7.400.000

2.850.000 250.000

Penjualan Penjualan jagung 4 ton/ha Penjualan jagung 5,1 ton/ha

11.000.000 14.025.000

Pendapatan (Penjualan-Biaya)

5.350.000

6.625.000

Kenaikan pendapatan Rp

1.275.000

%

24

Sumber: Hasil analisis data primer

Tabel analisis usaha jagung di tingkat petani memperlihatkan bahwa biaya produksi/pengeluaran yang dibutuhkan oleh petani jika menggunakan pupuk bersubsidi adalah Rp5.650.000/ha. Pupuk yang digunakan oleh petani adalah urea dan phonska (NPK). Alokasi pupuk subsidi yang terbatas membuat petani melakukan pemupukan tidak sesuai, yaitu 150 kg urea/ha dan 100 kg NPK/ha. Penggunaan obat-obatan/herbisida hanya 1 jenis saja. Input yang terbatas ini menghasilkan jagung sebesar 4 ton/ha dengan kadar air 23% yang bernilai jual Rp2.750/kg. Sehingga, nilai total penjualan mencapai Rp5.350.000/ha untuk setiap musim tanam. Jika petani beralih menggunakan pupuk nonsubsidi maka ongkos produksi naik 30,97% menjadi Rp7.400.000/ha. Kenaikan ini terjadi karena harga pupuk nonsubsidi jauh lebih mahal dan petani mengaplikasikan pupuk tersebut sesuai dosis anjuran, yaitu 200 kg urea/ha dan 200 kg phonska/ha. Pemberian input saprodi yang berkualitas diprediksi akan meningkatkan produktivitas jagung sebesar 5,1 ton/ha atau naik 19,61% dengan kadar air 23%. Peningkatan produktivitas jagung akan meningkatkan pendapatan/laba sebesar Rp1.275.000/ha atau naik 24%.

35


36

BAB.4 Identifikasi Partner Potensial Dan Bisnis Model Pengembangan Jagung

b. Analisis Usaha Jagung di Tingkat Pengepul Berikut ini adalah tabel analisis usaha jagung di tingkat pengepul Tabel 18. Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi) No

Kegiatan

Kondisi Saat Ini

Setelah Intervensi

1 Biaya Produksi Transportasi Lantai Jemur Karung Total Biaya

650.000 500.000 160.000

650.000 500.000 200.000

1.310.000

1.350.000

11.550.000 0

14.850.000 1.000.000

11.550.000

15.850.000

10.240.000

14.500.000 4.260.000 42

2 Penjualan Penjualan jagung Penjualan pupuk Total Penjualan 3 Pendapatan Rp Kenaikan Rp Kenaikan % Sumber: Data primer hasil olahan, 2017

Seperti halnya petani jagung, mitra pengepul juga merupakan mitra strategis dalam pengembangan jagung. Dalam usulan model bisnis ini, pengepul bisa berperan sebagai agen saprodi berkualitas sekaligus pembeli jagung dari petani. Artinya, pengepul bisa menjual pupuk nonsubsidi kepada petani dan membeli hasil panen jagung. Sebagai catatan, banyak mitra pengepul kecamatan yang juga berprofesi sebagai pedagang saprodi. Saat petani menggunakan pupuk subsidi, biaya pengeluaran pengepul mencapai Rp1.310.000/ha. Biaya ini dipergunakan untuk transportasi, lantai jemur, dan pembelian karung, sedangkan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan pupuk dan jagung mencapai Rp10.240.000/ha. Jagung dijual oleh pengepul kepada industri pakan ternak skala kecil (mini feedmill) sebesar Rp3.300/kg dengan kadar air 14%. Sedangkan jika petani menggunakan pupuk nonsubsidi, biaya pengeluaran di tingkat pengepul mencapai Rp1.350.000/ha dengan pendapatan sebesar Rp14.500.000/ha untuk setiap panen, atau mengalami peningkatan laba sebesar 42% dibandingkan ketika menggunakan pupuk subsidi (sebelum intervensi).

Photo: NSLIC/NSELRED


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

c. Analisis Usaha Jagung di Tingkat Produsen Pupuk Berikut ini tabel analisis usaha jagung di tingkat produsen pupuk Tabel 19. Analisis Usaha Jagung Saat Ini (Subsidi) dan Setelah Intervensi (Nonsubsidi) Total kebutuhan pupuk (ton))

207.000

Daya jangkau (jumlah petani)

1.000

Margin (Rp/ha)

100.000 100.000.000

Pendapatan (Rp/musim) Sumber: hasil olahan data primer, 2017

Jika diasumsikan jumlah petani yang akan terlibat dalam program ini sebanyak 1.000 orang dan margin keuntungan perusahaan sebesar Rp100.000/ha, maka pendapatan produsen pupuk mencapai Rp100.000.000/musim. 3. Daya Jangkau Model Bisnis Pupuk Dengan asumsi jumlah pengepul yang terlibat pada tahap awal (2018) mencapai 10 pengepul, dan setiap pengepul bisa menjangkau 200 petani, maka jumlah petani yang bisa terjangkau mencapai 2.000 orang. Jika 50% petani yang terjangkau menggunakan pupuk nonsubsidi, maka jumlah petani yang akan terlibat mencapai 1.000 orang. Dengan asumsi 70% atau 700 petani yang mengikuti program ini meningkat pendapatannya, maka program ini berpotensi menurunkan angka kemiskinan hingga 4,94% di tahap awal dan 9,89% di akhir program. Jumlah petani jagung yang miskin di wilayah studi diperkirakan mencapai 14.155 jiwa. Tabel 21. Daya Jangkau Model Bisnis Pupuk Nonsubsidi Para Pihak Produsen pupuk Pengepul Petani Akses Petani yang pakai 50% Pendapatan meningkat 70% Potensi penurunan angka kemiskinan petani jagung (%)

2018

2019

2020

1 10 200

1 15 200

1 15 200

2000 1000 700 4,95

3000 1500 1050 7,42

4000 2000 1400 9,89

Dalam usulan model bisnis ini, pengepul bisa berperan sebagai agen saprodi berkualitas sekaligus pembeli jagung dari petani. Artinya, pengepul bisa menjual pupuk nonsubsidi kepada petani dan membeli hasil panen jagung.

37


NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5, 10th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel: +62 21 5262282, +62 21 526 8668 www.nslic.or.id

NSLIC Project

@NslicNselred


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.