Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Page 1

KAJIAN EKONOMI

KOMODITAS SAPI PROVINSI GORONTALO


Š 2018 National Support for Local Investment Climates/ National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED) World Trade Center (WTC) 5 Building, 10th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Telephone: +62 21 5262282, +62 21 5268668 www.nslic.or.id Proyek Dukungan Nasional untuk Peningkatan Iklim Investasi Daerah/Dukungan Nasional untuk Pengembangan Ekonomi Lokal dan Regional atau National Support for Local Investment Climates/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED) adalah kemitraan antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada (GAC). Proyek yang didanai oleh GAC dan dikelola oleh CowaterSogema International Inc. ini dilaksanakan di 10 kota/kabupaten di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara mulai 2016 hingga 2022. Melalui program Responsive Innovation Fund (RIF), NSLIC/NSELRED juga mendukung pemerintah pusat dan daerah untuk menciptakan inovasi pembangunan ekonomi daerah di 18 kabupaten dari 39 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) yang menjadi wilayah target nasional untuk Pusat Pertumbuhan Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa sesuai dengan RPJMN 2015-2019.


KAJIAN EKONOMI

KOMODITAS SAPI PROVINSI GORONTALO


iv

Daftar Isi v iii

KATA PENGANTAR

ix

EXECUTIVE SUMMARY

10

1. Dinamika dan Karakteristik Pasar Sapi Potong

10 a. Sebaran Populasi, Produksi, dan Konsumsi Sapi Dunia 13 b. Sebaran Populasi, Produksi, dan Konsumsi Sapi Indonesia

17 c. Sebaran Populasi, Konsumsi, dan Produksi Sapi Gorontalo

21 d. Kajian Gender dalam Usaha Peternakan Sapi di Gorontalo

23

2. Analisis Rantai Pasar Komoditas Sapi di Gorontalo

25

3. Pohon Masalah dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi di Gorontalo

26

4. Area Intervensi dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Potong di Gorontalo

26

5. Usulan Model Bisnis

28

6. Assessment Mitra Potensial

28 a. Pelaku Usaha Mini Feedmill 28 b. Pemasok Bahan Baku 29 c. Pemasok Mesin Produksi 29 d. Agen 29

7. Estimasi Keuntungan dan Daya Jangkau

29 a. Potensi Pasar 29 b. Produksi Pakan Konsentrat Sapi di Gorontalo 29 c. Perkiraan Jumlah Peternak Terdampak 30 d. Perkiraan Biaya Investasi, Biaya Produksi, dan Keuntungan Mini Feedmill 30 e. Perkiraan Pendapatan Agen 30 f. Perkiraan Pendapatan Peternak


v 5

DAFTAR TABEL

10 11 13 14 17 21

Tabel. 1. Tabel. 2. Tabel. 3. Tabel. 4. Tabel. 5. Tabel. 6.

22

Konsumsi Sapi Potong Dunia Sebaran Populasi Sapi Potong di Indonesia Sebaran Populasi Sapi Potong di Kabupaten dan Kota Provinsi Gorontalo Sebaran Fasilitas Pemotongan Hewan di Provinsi Gorontalo Aspek Gender dalam Pemeliharaan dan Budidaya Sapi Potong di Gorontalo

Tabel. 7. Kondisi dan Masalah yang Dihadapi Aktor Usaha Mini Feedmill di

26

Sebaran Populasi Sapi Dunia (Ekor)

Gorontalo

Tabel. 8. Perkiraan Akses dan Daya Jangkau Pakan Konsentrat oleh Peternak

di Gorontalo

29 30

Tabel. 9. Perkiraan Biaya Investasi, Produksi, dan Proft Mini Feedmill Tabel. 10. Perkiraan Pendapatan Agen dalam Penjualan Pakan Konsentrat

30 16 24 25

Tabel 11. Perkiraan Pendapatan Agen dalam Penjualan Pakan Konsentrat DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Konsumsi dan Suplai Daging di Indonesia (BPS 2017, diolah). Gambar 2. Rantai Pasar Komoditas Sapi di Gorontalo Gambar 3. Pohon Masalah dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Potong

27

27

di Gorontalo

Gambar 4. Usulan Model Bisnis Pakan Konsentrat untuk Ternak Sapi Potong di Gorontalo

Gambar 5. Vision Logic Usaha Mini Feedmill Pakan Konsentrat Ternak Sapi

di Gorontalo



vii 7

Kata Pengantar Baseline Survey terhadap potensi pengembangan sapi di Provinsi Gorontalo ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh proyek National Support for Local Investment Climate/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/ NSELRED) untuk mengidentifikasi sejauh mana potensi komoditas sapi di Provinsi Gorontalo dalam mendukung pengembangan ekonomi di berbagai wilayah di provinsi tersebut. Laporan ini merupakan hasil survei yang dilakukan dari Oktober 2017 hingga Januari 2018 di Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Gorontalo. Hasil survei menunjukkan kondisi awal atau baseline komoditas sapi di keempat kabupaten tersebut, baik dari sisi pendapatan petani maupun kondisi sapi di wilayah tersebut. Hasil survei merupakan fondasi bagi proyek untuk menentukan langkah selanjutnya guna meningkatkan potensi komoditas sapi di Provinsi Gorontalo. Selaku pimpinan proyek, Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim konsultan, para pihak dan semua kontributor yang telah berhasil memberikan informasi dasar mengenai potensi komoditas sapi di keempat wilayah binaan proyek. Besar harapan Kami bahwa hasil survei ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pemberdayaan komoditas sapi, baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri.

Dr. Rino A. Sa’danoer Direktur Proyek



ivxii 9

Executive Summary Kajian Ekonomi Komoditas Sapi di Provinsi Gorontalo ini dilakukan dengan mengunakan metode Making Market Work For The Poor (M4P) atau membuat pasar bekerja bagi masyarakat miskin (peternak sapi). Pendekatan M4P mendorong terjadinya perubahan pada pelaku pasar sehingga menjadi mandiri dan berkelanjutan. Metode ini menggambarkan dinamika dan karakteristik pasar, tren produksi, produktivitas dan konsumsi sapi potong dalam 5 – 10 tahun terakhir di pasar dunia, nasional dan lokal. Peternak Sapi potong di Provinsi Gorontalo memperoleh sapi dari program bantuan sosial pemerintah dengan asumsi 2-3 ekor per rumah tangga usaha peternakan (BPS, 2017). Budidaya sapi potong di Provinsi Gorontalo masih belum intensif karena sebagian besar peternak masih melepas sapi di halaman rumah atau di kebun dan belum dikandangkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendapatan peternak rendah karena produktivitas sapi yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya Avarage Daily Gain (ADG) dan pertumbuhan populasi bakalan. Rendahnya ADG disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai Good Agriculture Practices (GAP), kualitas bakalan yang kurang baik, rendahnya kualitas pakan hijauan ternak serta tidak tersedia pakan konsentrat dipasar. Dengan memperhatikan dampak yang nyata dan berkelanjutan, serta daya jangkau yang luas maka kajian ini menghasilkan sebuah usulan rencana bisnis yaitu pendirian Pabrik Pakan Konsentrat (Mini Feedmill). Penggunaan pakan konsentrat dapat mengurangi waktu pemeliharaan sapi potong dari 3 tahun menjadi 6 bulan dengan capaian ADG yang ideal serta peningkatan pendapatan peternak sebesar 10 kali pendapatan semula. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum, budidaya sapi potong varietas Bali di Provinsi Gorontalo masih belum intensif diakibatkan oleh beberapa hal di antaranya pengetahuan dan informasi mengenai budidaya sapi potong (GAP) yang masih rendah, kualitas bakalan kurang baik, penggunaan pakan hijauan yang kurang bervariasi serta tidak tersedia pakan konsentrat. Sebagai rekomendasi, usulan rencana usaha pakan konsentrat sapi potong berbahan baku lokal akan menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pakan dan ADG sapi potong di Provinsi Gorontalo. Usaha pakan konsentrat yang diusulkan akan mampu mendorong terciptanya lapangan kerja baru bagi UMKM pakan ternak yang ada di Gorontalo sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan pendapatan daerah.


10

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

1. Dinamika dan Karakteristik Pasar Sapi Potong a. Sebaran Populasi, Produksi, dan Konsumsi Sapi Dunia Populasi sapi potong dunia berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia (FAO, 2013) sebesar 1.467.548.724 ekor, dengan populasi terbesar di negara Brasil sebesar 211.764.292 ekor (14,43%), India sebesar 189.000.000 ekor (12,88%), serta China sebesar 113.500.000 ekor (7,73%). Indonesia berada pada urutan ke-18 dunia dengan total populasi sapi sebesar 16.607.000 (1,13%). Hasil survei USDA 2017 mengemukakan bahwa jumlah populasi sapi potong dunia sebanyak 995.199.000 ekor. India adalah negara dengan jumlah populasi sapi potong terbesar, yaitu 303.600.000 ekor atau 30,39% dari total populasi sapi potong dunia. Sedangkan total produksi sapi potong dunia pada tahun 2017 sebesar 293.421.000 ekor, dan India adalah negara produsen anakan sapi potong terbesar dunia dengan 68.200.000 ekor atau 23,24% dari total produksi dunia. Daftar total populasi dan produksi sapi potong di berbagai negara dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1. Sebaran Populasi Sapi Dunia (Ekor) Produksi (juta ton) Negara

2013 Ekor

India Brasil China Amerika Uni Eropa Argentina Australia Meksiko Rusia New Zealand Kanada Negara lain

% Dunia

2014 Ekor

% Dunia

2015 Ekor

% Dunia

2016 Ekor

% Dunia

2017 Ekor

% Dunia

65.000 22% 66.000 23% 67.000 23% 67.500 23% 68.200 23% 48.800 17% 47.900 16% 49.000 17% 50.000 17% 50.500 17% 50.185 17% 49.600 17% 48.220 17% 48.250 17% 48.350 16% 33.730 12% 33.522 11% 34.087 12% 35.083 12% 36.300 12% 29.050 10% 29.280 10% 29.900 10% 30.050 10% 30.030 10% 14.000 5% 13.300 5% 14.200 5% 14.000 5% 14.200 5% 10.783 4% 11.063 4% 9.394 3% 6.600 2% 9.050 3% 6.700 2% 6.750 2% 6.850 2% 7.100 2% 7.425 3% 6.820 2% 6.670 2% 6.620 2% 6.600 2% 6.480 2% 4.923 2% 5.440 2% 5.040 2% 5.060 2% 4.834 2% 4.516 2% 4.611 2% 4.203 1% 4.297 1% 4.300 1% 18.684 6% 17.932 6% 13.719 5% 13.694 5% 13.752 5%

Populasi Dunia 293.191 292.068 288.233 288.234 293.421

(FAS/USDA, 2017)

Hasil survei USDA 2017 mengemukakan bahwa jumlah populasi sapi potong dunia sebanyak 995.199.000 ekor. India adalah negara dengan jumlah populasi sapi potong terbesar, yaitu 303.600.000 ekor atau 30,39% dari total populasi sapi potong dunia.


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Tabel 2. Sebaran Produksi Sapi Potong Dunia POPULASI (ton) Negara

2013 Ekor

India Brasil China Amerika Uni Eropa Argentina Australia Meksiko Rusia New Zealand Kanada Negara lain Populasi Dunia

% Dunia

2014 Ekor

% Dunia

2015 Ekor

% Dunia

2016 Ekor

% Dunia

2017 Ekor

% Dunia

65.000 22% 66.000 23% 67.000 23% 67.500 23% 68.200 23% 48.800 17% 47.900 16% 49.000 17% 50.000 17% 50.500 17% 50.185 17% 49.600 17% 48.220 17% 48.250 17% 48.350 16% 33.730 12% 33.522 11% 34.087 12% 35.083 12% 36.300 12% 29.050 10% 29.280 10% 29.900 10% 30.050 10% 30.030 10% 14.000 5% 13.300 5% 14.200 5% 14.000 5% 14.200 5% 10.783 4% 11.063 4% 9.394 3% 6.600 2% 9.050 3% 6.700 2% 6.750 2% 6.850 2% 7.100 2% 7.425 3% 6.820 2% 6.670 2% 6.620 2% 6.600 2% 6.480 2% 4.923 2% 5.440 2% 5.040 2% 5.060 2% 4.834 2% 4.516 2% 4.611 2% 4.203 1% 4.297 1% 4.300 1% 18.684 6% 17.932 6% 13.719 5% 13.694 5% 13.752 5% 293.191

292.068

288.233

288.234

293.421

(FAS/USDA, 2017)

Jumlah sebaran populasi sapi dan produksi anakan sapi potong di India relatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sama halnya dengan Uni Eropa, Amerika, dan Brasil. Namun di negara lain, misalnya China, Argentina, dan Australia relatif menurun, baik populasi dan produksi sapi potong. Untuk itu, negara-negara dengan jumlah populasi penduduk padat serta konsumsi daging sapi yang tinggi memilih untuk mengimpor daging dari negara-negara produsen sapi potong tertinggi dunia. China, dengan populasi penduduk terpadat di dunia, mengalami peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 20% sampai dengan tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya meningkatnya konsumsi masyarakat kelas menengah, meningkatnya pertumbuhan penduduk, tren kebiasaan makan di luar (restoran), serta pola urbanisasi. Dengan produktivitas sapi potong yang rendah dan stok sapi potong yang berkurang, maka untuk memenuhi kebutuhan sapi potong, China mengimpor 20% kebutuhan sapi potong dari berbagai negara, misalnya Amerika, Argentina, India, dan Brasil. Badan PBB untuk kependudukan mencatat bahwa pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 8,5 miliar pada tahun 20301 , meningkat 12% dari tahun 2017 (7.5 milyar). Pertumbuhan penduduk adalah faktor penting dalam menghitung kebutuhan pangan dunia, termasuk konsumsi daging sapi. Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia, konsumsi daging sapi dunia akan meningkat pula. Pada Tabel 3 disajikan data konsumsi sapi potong di berbagai negara dunia.

1

UN World Pupulation Projection 2002 revision (UN, 2003)

11


12

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Photo: NSLIC/NSELRED

Photo: NSLIC/NSELRED


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Tabel 3. Konsumsi Sapi Potong Dunia No

Negara

Konsumsi Daging Sapi (Kg)

Populasi Manusia 3.444.071 43.847.277 7.346.248 324.118.787 209.567.920 6.725.430 24.309.330 36.286.378 17.855.384 18.131.850 8.192.463 8.379.477 79.622.062 4.565.185 4.857.218

per kapita (kg)

1 Uruguay 2 Argentina 3 Hong kong 4 Amerika 5 Brasil 6 Paraguay 7 Australia 8 Kanada 9 Kazakhstan 10 Chili 11 Israel 12 Switzerland 13 Turki 14 New Zealand 15 Kosta Rika

193.746.414,8 2.386.875.935 380.501.979,7 11.648.753.519 7.489.197.757 221.709.814,9 716.062.780,6 948.758.217 444.418.322,7 431.435.315,5 179.764.714,8 175.769.943,4 1.617.882.433 80.894.121,66 85.887.585,96

56,26 54,45 51,79 35,94 35,74 32,97 29,46 26,15 24,89 23,79 21,94 20,98 20,32 17,72 17,68

KET Konsumsi Sapi Dunia

58.651.234.282 7.432.663.275 7,89 (FAS/USDA, 2016)

b. Sebaran Populasi, Produksi, dan Konsumsi Sapi Indonesia Populasi sapi potong di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2012 sampai 2016. Tahun 2012 populasi sapi potong sebesar 15.980.697 ekor, tahun 2015 sebesar 15.419.718 ekor, dan tahun 2016 sebesar 16.092.561 ekor. Sebaran populasi sapi potong di Indonesia tersaji pada Tabel 4. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa provinsi dengan populasi sapi terbanyak adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (45% dari total populasi sapi potong Indonesia).

Populasi sapi potong di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2012 sampai 2016. Tahun 2012 populasi sapi potong sebesar 15.980.697 ekor, tahun 2015 sebesar 15.419.718 ekor, dan tahun 2016 sebesar 16.092.561 ekor.

13


778.050 573.483 587.827 653.537 660.745 9,833 14,099 13,074 12,337 12,991 5,30

Lampung

1.214

2.108

1.165

893

938

12,206

18,021

19,26

20,166

20,166

0,00

916.560 648.939 1.013.793 1.055.013 1.100.743 11,228 12,688 10,847 10,593 11,133 5,09

Bali

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

814.450 803.450 865.731 899.534 930.997 13,595 11,083 11,656 12,299 12,545 2,00

55.424 46.071 54.898 55.760 59.500 36,121 36,676 37,672 37,164 39,765 7,00

651.216 478.146 553.582 543.642 559.517 8,759 8,964 7,283 7,744 7,804 0,78

Banten

Jawa Timur 4.957.478 3.586.709 4.125.333 4.267.325 4.534.460 110,762 100,707 97,908 95,431 97,675 2,35

D.I Yogyakarta 358.387 272.794 302.011 306.691 311.470 8,896 8,637 8,611 7,584 7,765 2,38

Jawa Tengah 2.051.407 1.500.077 1.592.638 1.642.578 1.682.449 60,893 61,141 55,988 55,332 56,029 1,26

Jawa Barat 429.637 382.949 419.077 425.826 436.845 74,312 71,881 67,073 75,478 77,231 2,23

D.K.I Jakarta

Kepulauan 17.251 17.471 18.033 17.967 18.130 585 556 2,663 2,661 2,665 0,15 Riau

8.405 8.201 10.136 10.577 11.134 2,917 2,966 3,427 2,539 2,666 5,00

105.550 106.015 109.174 115.739 122.544 3,761 4,222 3,106 3,365 3,743 11,23

Bengkulu

Kepulauan Bangka Belitung

260.124 215.953 245.175 261.852 270.660 14,649 14,496 15,281 16,689 17,125 2,61

2016

139.534 118.985 136.638 145.760 149.127 6,507 4,386 4,329 4,654 4,749 2,03

2015

Sumatera Selatan

2014

189.060 175.431 217.652 229.634 238.819 11,317 8,243 9,298 8,677 9,036 4,14

2013

Jambi

2012

359.233 326.674 390.493 397.548 404.271 22,638 23,099 24,943 26,007 26,787 3,00

2016

Sumatera Barat Riau

2015

609.951 523.277 646.749 662.234 683.332 24,547 18,437 22,656 23,408 24,141 3,13

2014

%

PER­TUMBUH­AN

505.171 404.221 511.362 580.287 600.756 6,569 8,747 8,814 10,048 10,55 5,00

2013

PRODUKSI SAPI (EKOR)

Sumatera Utara

2012

POPULASI SAPI (EKOR)

Aceh

PROVINSI

Tabel 4. Sebaran Populasi Sapi Potong di Indonesia

14 Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo


169.240

2012

140.204

2013 151.376

2014 160.018

2015

POPULASI SAPI (EKOR)

166.794

2016 7,263

2012 8,077

2013 7,274

2014 5,532

2015

PRODUKSI SAPI (EKOR)

6,15

2016

11,17

%

PER­TUMBUH­AN

99.986

93.098

101.743

110.097

118.835

8,069

9,21

8,7

9,129

9,579

4,92

119.889 105.841 115.197 119.667 124.178 4,501 4,565 4,587 3,611 3,655 1,21

78.816

81.343

85.265

578

876

3,617

999

2,46

1,192

3,006

1,458

3,048

22,25

1,37

Populasi Total

15.980.696 12.686.239

14.726.875

15.419.720 16.101.569

508,906

504,818

506,661

524,109

3,44

(Sumber: Dirjen Peternakan dan Keswan , 2017).

497,67

Papua Barat 88.347 79.574 94.865 100.311 108.688 2,903 2,733 2,711 2,709 3,235 19,41

Papua Barat 52.046 48.159 61.436 67.287 68.928 2,533 4,077 3,658 3,809 3,866 1,49

66.022

4,347

64.136

211.954

83.866 73.937 90.386 95.891 105.470 1,496 2,687 1,592 2,11 2,556 21,15

199.743

Maluku Utara

192.229

4,00

Maluku

174.858

20,14

79.905 82.058 84.710 86.953 88.692 3,053 2,911 1,988 2,792 3,574 28,00

19,365

202.974

17,214

Sulawesi Barat

14,518

Gorontalo

12,725

236.511 230.363 265.370 299.240 333.184 3,328 3,849 4,374 3,693 4,346 17,68

1.289.442 1.353.914

Sulawesi Tenggara

1.200.137

1.112.893 984.036

Sulawesi Selatan

Sulawesi 250.921 249.980 262.854 299.486 311.328 4,25 4,603 5,131 4,884 5,115 4,72 Tengah

Sulawesi Utara

Kalimantan - - 19.646 21.018 23.120 675 614 644 5,00 Utara

Kalimantan Timur

Kalimantan 152.495 115.235 141.446 148.296 152.733 9,61 9,77 8,573 7,978 7,916 -0,78 Selatan

Kalimantan 59.385 51.920 65.197 68.531 72.049 4,154 4,277 3,844 4,061 4,264 5,00 Tengah

Kalimantan Barat

PROVINSI

Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo 15


16

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Pertumbuhan permintaan pasar domestik terhadap daging sapi ternyata tidak seimbang dengan peningkatan produksi dalam negeri. Tren peningkatan pertumbuhan pada beberapa terakhir ini hanya sebesar 3,4%, tidak seimbang dengan tren konsumsi daging sapi yang mengalami peningkatan sebesar 9,20% dalam periode yang sama (Bappenas, 2015). Peningkatan produksi daging sapi dapat dipengaruhi oleh bertambahnya populasi sapi, akan tetapi meskipun populasi sapi di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, jumlah produksi daging sapi tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut, di antaranya kenaikan bobot badan sapi yang rendah, pemberian pakan dan suplementasi yang kurang memadai, rendahnya kualitas keilmuan dan keterampilan peternak dalam memelihara sapi, serta kondisi sanitasi dan higienitas pemeliharaan sapi yang masih buruk sehingga kesehatan sapi masih tergolong kurang memadai.

Konsumsi dan Suplai Daging Sapi di Indonesia 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Converted import live cattle to feed lotters (ton)

Import beef/meat (ton)

Local beef production (ton)

Beef consumption (ton)

Linear (Converted import live cattle to feedlotters (ton)

Linear (Import beef/meat (ton)

Linear (Local beef production (ton))

Linear (Beef consumption (ton))

Gambar 1. Konsumsi dan Suplai Daging di Indonesia (BPS 2017, diolah). Gambar 1 menunjukkan tren konsumsi dan suplai daging sapi di Indonesia pada tahun 2011-2018. Terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi daging sapi dari tahun ke tahun yang diikuti oleh peningkatan produksi daging sapi lokal serta peningkatan impor sapi hidup. Berdasarkan data BPS 2017, masih terdapat kekurangan 1,3 juta ekor hidup atau 248.266 ton daging per tahun. Kekurangan tersebut dapat dipenuhi dengan peningkatan produksi sapi hidup dalam negeri. Di Indonesia, konsumsi per kapita daging masih sangat rendah. Menurut data Kementerian Pertanian, pada tahun 2015 dan 2016 rata-rata konsumsi daging sapi per kapita per tahun adalah 0,417 kg. Sedangkan konsumsi produk turunan daging sapi seperti kornet dan daging asap sebesar 0,261 kg/ kapita/tahun, makanan olahan berkuah (soto, gule, rawon, dan lainnya) sebanyak 7.873-8.030 porsi per tahun. Hasil seminar nasional bisnis peternakan ASOHI 2015 mengemukakan bahwa konsumsi daging sapi di Indonesia dipasok dari daging sapi lokal sebanyak 64% dan sapi impor sebesar 36%. Kebutuhan


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

daging sapi nasional terus meningkat dari 509.890 ton pada tahun 2012 menjadi 651.424 ton pada tahun 2016 (Rakortas, Februari 2016). Dari total kebutuhan daging sapi nasional, yang terjual ke pasar tradisional dan pasar modern sebanyak 20%; industri pengolahan 22%; Horeka 27%, dan industri kecil makanan (baso) sekitar 31% (APPHI, 2015). c. Sebaran Populasi, Konsumsi dan Produksi Sapi Gorontalo Gorontalo memiliki 5 kabupaten dan 1 kotamadya, yaitu Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, Boalemo, Pohuwato, Bone Bolango, dan kota Gorontalo. Dalam kajian ini kami hanya membahas 4 daerah atau kabupaten, yaitu Pohuwato, Boalemo, Gorontalo Utara, dan Gorontalo yang merupakan wilayah kajian utama, tetapi dapat pula memaparkan informasi yang ada di wilayah lainnya sebagai data penunjang atau acuan. Sebaran populasi sapi yang ada di kabupaten-kabupaten di Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 5. Dari keseluruhan sebaran, tampak bahwa populasi sapi potong yang tinggi terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, dan Pohuwato. Hal ini disebabkan oleh dukungan penuh pemerintah kabupaten dalam program pengadaan bibit sapi bagi peternak yang ada di kabupaten tersebut.

Tabel 5. Sebaran Populasi Sapi Potong di Kabupaten dan Kota Provinsi Gorontalo Kabupaten/Kota Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Gorontalo Utara Kota Gorontalo

Tahun (Ekor) 2012 36.394 81.327 29.804 23.261 29.405 2.783

2013 29.504 70.924 25.748 22.042 23.750 2.890

2014 33.560 75.487 27.994 26.243 25.825 3.117

2015 34.881 78.451 28.265 27.714 27.278 3.154

2016 37.643 81.586 29.266 30.368 29.893 3.198

(Sumber: BPS, 2017).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2012-2016, tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap populasi sapi di Gorontalo (Tabel 4). Rata-rata populasi sapi tahunan sejak tahun 2012-2016 sebesar 196.352 ekor atau 1,3% dari populasi sapi potong di Indonesia. Sapi potong yang hidup dan dibudidayakan di Gorontalo berasal dari ras sapi Bali, sapi Sumba, sapi Limosine, sapi Berangus, sapi Simental, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi lokal Gorontalo. Ras sapi dominan yang ada di Gorontalo saat ini adalah sapi Bali (komoditas andalan pemerintah dalam program bantuan sosial ternak kepada peternak miskin di Gorontalo). Jenis sapi Limosine dan Simental yang ada di Gorontalo merupakan hasil Inseminasi Buatan (IB) pada indukan sapi Bali. Namun, populasinya sampai saat ini sangat sedikit. Sapi Bali bantuan pemerintah yang diberikan pada kelompok ternak memiliki spesifikasi tertentu, yaitu: Sapi bali bantuan pemerintah yang diberikan pada kelompok ternak memliki spesifikasi tertentu yaitu: — Standar khusus sapi betina; umur minimal 18 bulan atau sudah berganti gigi seri 1 pasang, tinggi gumba minimal 102 cm, bulu berwarna merah bata, lutut ke bawah berwarna putih, pantat putih dan berbentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, bibir bawah berwarna putih, bentuk tanduk kecil pendek, bentuk kepala panjang halus dan sempit, serta leher ramping. — Standar khusus sapi jantan; umur minimal 24 bulan dan/atau sudah bergigi seri 1 pasang, tinggi

17


18

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

gumba 104 cm, bulu berwarna hitam/merah gelap, lutut ke bawah berwarna putih, pantat berwarna putih berbentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, bentuk tanduk pendek dan besar, menunjukkan bentuk dan sifat seekor pejantan yang sehat, bentuk kepala lebar kompak dan kuat, serta dada dalam dan lebar. Di Gorontalo, sistem peternakan atau budidaya sapi masih dilakukan dalam skala kecil dengan metode konvensional (tanpa dikandangkan), sehingga feedlots masih sangat jarang ditemui di lapangan. Feedlot adalah usaha penggemukan sapi dengan mengadakan anakan atau jenis sapi usia tertentu untuk digemukkan dengan cara pemberian pakan secara teratur dan terukur. Pada dasarnya, program bantuan pemerintah terkait pemberian anakan sapi pada kelompok peternak kecil yang berasal dari keluarga miskin memberikan peluang untuk berkembangnya usaha feedlot. Pemerintah mendatangkan bibit sapi bantuan dari luar daerah atau luar kawasan untuk dibagikan kepada kelompok ternak yang terdiri dari 5-10 orang peternak dengan luasan lahan 1-2 ha yang mendukung pemberian pakan lokal berupa hijauan pada ternak. Namun, pada kenyataannya banyak hal yang terjadi di lapangan sehingga kondisi feedlot tidak berkembang sesuai harapan. Keterbatasan stok rumput hijauan pada musim-musim tertentu (musim dan cuaca yang tidak menentu) mendorong peternak untuk memindahkan ternak ke tempat lainnya. Selain itu, proses pemanfaatan lahan ternak milik kelompok ternak sebagai lahan penanaman tanaman pangan menjadi masalah baru dalam usaha peternakan sapi rakyat. Peternak memilih untuk melepaskan ternaknya pada siang hari di lahan-lahan yang belum ditanami dan dipindah-dipindah 2-3 kali sehari (di lahan yang sama). Masih banyak ditemui peternak yang melepas begitu saja sapi ternaknya dengan alasan dibiarkan mencari pakan atau tidak dikandangkan. Oleh karena itu, masih banyak sapi yang merumput di tepi jalan raya atau berkeliaran menyeberang jalanan meskipun bukan di kawasan pemeliharaan sapi. Dalam mengantisipasi kelangkaan pakan maka pemerintah berusaha mengedukasi peternak untuk memanfaatkan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak. Namun, minimnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah membuat pemanfaatan limbah tersebut tidak optimal. Di Pohuwato telah dibangun Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil (PPTSK) tahun 2015, tetapi akses terhadap pakan masih terbatas karena skala produksi yang kecil. Kelangkaan pakan ini yang membuat peternak tidak mengandangkan ternaknya. Bahkan, jika kemarau panjang, peternak akan mengungsikan sapi ke kebunkebun yang jauh untuk mempermudah akses ke pakan hijauan (rumput) dan air minum. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016), data produksi daging sapi tahun 2012 sebesar 4.347 ekor dan tahun 2016 menjadi 3.048 ekor. Penurunan produksi sapi secara keseluruhan di Gorontalo berbanding terbalik dengan peningkatan populasi sapi di Gorontalo. Tahun 2012 populasi sapi di Gorontalo mencapai 202.794 ekor, dan pada tahun 2016 sebesar 211.954 ekor. Penurunan angka produksi sapi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya kualitas reproduksi indukan yang rendah, tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak yang standar, terutama dalam

Di Gorontalo, sistem peternakan atau budidaya sapi masih dilakukan dalam skala kecil dengan metode konvensional (tanpa dikandangkan), sehingga feedlots masih sangat jarang ditemui di lapangan. Feedlot adalah usaha penggemukan sapi dengan mengadakan anakan atau jenis sapi usia tertentu untuk digemukkan dengan cara pemberian pakan secara teratur dan terukur.


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Photo: NSLIC/NSELRED pembibitan/perkawinan ternak, kualitas pakan yang kurang baik dan kurang bervariasi, kesulitan dalam mengakses informasi dan keterjangkauan pakan, suplemen, dan fasilitas lainnya dari pemerintah (inseminasi buatan). Proses budidaya sapi Bali atau sapi lokal lainnya di Gorontalo dilakukan tanpa kandang dan takaran pakan. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menghitung Avarage Daily Gain (ADG). Namun berdasarkan survei di lapangan, beberapa peternak menyebutkan bahwa pemberian pakan berupa hijauan dilakukan pada pagi dan sore hari. Rata-rata pakan hijauan yang dimakan oleh ternak sapi sebanyak 2 karung setiap waktu makan (berat pakan dalam karung 10-15 kg) serta minum sebanyak 3 kali sehari. Jika rata-rata berat sapi Bali betina usia 18 bulan sebesar 75 kg dan berat sapi Bali jantan usia 24 bulan sebesar 70 kg, dengan pemberian pakan (hijauan dan lainnya) 10% dari bobot/berat badan sapi setiap hari serta pemeliharaan sapi selama 3 tahun meningkatkan bobot sapi menjadi 275 kg (betina) dan 250 kg (jantan), maka ADG sapi Bali betina sebesar ((275-70)/1095) = 0,15 kg dan untuk sapi bali sebesar ((250-70)/1095) = 0,16 kg.

Angka ADG sapi Bali normal adalah 0,4 – 0,8 kg/hari (umumnya adalah 0,7 kg/hari). Namun ADG sapi Bali di Gorontalo masih sangat rendah, yaitu rata-rata 0,1 kg/hari. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, di antaranya minimnya stok hijauan atau rumput pakan ternak yang tersedia; tingkat pengetahuan peternak akan prosedur penanganan sapi yang baik masih rendah, seperti pentingnya sapi untuk dikandangkan, sanitasi, dan higienitas kandang dan ternak sapi; kemauan, inovasi, dan kreativitas peternak dalam mengelola dan membuat pakan atas inisiatif sendiri masih belum terlatih; penggunaan lahan untuk ditanami pakan ternak dan ditanami tanaman pangan masih belum terkelola dengan baik (alih fungsi lahan hijauan menjadi lahan tanaman pangan); serta kebanyakan peternak tidak memelihara langsung sapi miliknya atau hanya dititipkan kepada peternak lainnya yang tidak memiliki lahan atau hanya menitipkan sapi ternak di kebun milik orang lain.

19


20

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan berbagai macam kegiatan, terutama dalam meningkatkan produktivitas sapi potong secara keseluruhan, yang diperkuat dengan kebijakan dan regulasi pemerintah daerah dan stakeholder terkait. Program diharapkan dapat mendorong pasar untuk bekerja maksimal dalam meningkatkan produksi sapi. Program dapat berupa pengadaan sarana-sarana penunjang dalam pembudidayaan ternak sapi serta peningkatan pengetahuan sumber daya manusia (peternak) dalam menguasai Good Husbandry Processing (GHP) yang baik dan benar. Dengan demikian peluang pasar dan usaha terkait pemanfaatan sapi potong dan penganekaragaman produksi sapi potong akan terbuka, dan secara signifkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat atau keluarga peternak miskin dan turut berkontribusi dalam menurunkan angka kemiskinan daerah. Konsumsi sapi di Gorontalo secara rata-rata masih rendah, dan meningkat pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya hari raya keagamaan Islam (Iduladha) dan bulan-bulan yang menurut tradisi adalah waktu yang baik untuk menikah. Pada kedua waktu tersebut, konsumsi sapi meningkat, yang diikuti oleh peningkatan harga sapi di pasaran. Demikian pula penjualan sapi di Gorontalo, biasanya hanya meningkat pada kedua waktu itu saja. Selebihnya peternak akan memilih untuk memelihara sapi meskipun umur sapi sudah melebihi standar layak potong (3-5 tahun pemeliharaan). Banyak peternak besar atau belantik (pedagang sapi hidup) memilih untuk menjual sapi hidup ke luar daerah, misalnya Sulawesi Tengah dengan alasan harga jual sapi hidup lebih tinggi dibanding harga jual sapi hidup di Gorontalo. Selain itu, peternak sapi potong di Gorontalo pernah melakukan pengiriman sapi potong hidup ke Kalimantan dan Malaysia melalui pelabuhan di Kabupaten Gorontalo Utara. Tidak terdapat industri besar yang mengolah dan memanfaatkan daging sapi potong di Gorontalo. Sampai saat ini hanya terdapat UMKM, katering, serta rumah makan yang mengolah dan memanfaatkan daging sapi dan bagian tubuh sapi layak konsumsi lainnya. Diversifikasi pangan olahan sapi yang ada di Gorontalo masih rendah, di antaranya abon sapi, daging burger, bakso, dan masakan olahan katering. Produk olahan seperti kornet, daging cincang, rolade, dan makanan olahan daging kaleng masih belum ada di Gorontalo. Tercatat ada beberapa UMKM binaan Dinas Pertanian dan Peternakan serta Dinas Perindustrian yang mengolah daging sapi, misalnya Vinays Burger, IKM Flamboyan, Usaha Stick Balado Daging Sapi, serta Bakso Solo di Boalemo dan Pohuwato. Di Gorontalo, hanya terdapat 5 (lima) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang didirikan menggunakan anggaran APBN dan APBD, serta 38 Tempat Pemotongan Hewan (TPH). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provonsi Gorontalo, RPH dan TPH yang ada di Gorontalo ini belum berfungsi maksimal. Bahkan, RPH belum beroperasi sebagaimana fungsi pada umumnya. RPH masih dipergunakan sewaktu-waktu oleh pemerintah jika ada kegiatan pelatihan atau kegiatan terkait. RPH juga belum dilengkapi kandang dan ketersediaan hijauan. Sampai saat ini, belum ada data yang tersedia mengenai kapasitas RPH. Sebagian besar masyarakat Gorontalo, baik peternak aktif atau pemilik modal usaha ternak kurang begitu menyadari pentingnya RPH. Selain itu, peternak lebih banyak menggunakan jasa tukang potong ternak (jagal) yang akan mendatangi langsung sapi yang akan disembelih. Proses pengangkutan sapi ke RPH atau TPH serta kebutuhan pakan ternak yang tidak tersedia di RPH/TPH juga menjadi alasan mengapa masyarakat kurang berminat menyembelih ternak

Konsumsi sapi di Gorontalo secara rata-rata masih rendah, dan meningkat pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya hari raya keagamaan Islam (Iduladha) dan bulan-bulan yang menurut tradisi adalah waktu yang baik untuk menikah.


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

sapi di RPH/TPH, kecuali jika RPH yang membeli langsung sapi milik peternak. Namun, di Gorontalo, RPH/TPH belum optimal dalam melakukan pembelian sapi hidup.

Tabel 6 menyajikan data RPH dan TPH yang tersebar di Provinsi Gorontalo. Rata-rata RPH/TPH memotong sapi sebanyak 1 ekor per hari atau sekitar 12.500 ekor pertahun. Pemotongan di luar RPH diperkirakan dua kali lipat dari jumlah pemotongan RPH per tahun. Jika jumlah populasi sapi di Gorontalo sebesar 211.954 ekor (BPS, 2017) dan diperkirakan 50% populasi tersebut adalah sapi dewasa layak potong, maka jumlah sapi yang dikonsumsi masyarakat Gorontalo setiap tahun sebesar 35,5% dari total populasi layak potong, sehingga terdapat 62,5% populasi sapi layak potong yang mampu memenuhi pasar sapi di luar Gorontalo. Tabel 6. Sebaran Fasilitas Pemotongan Hewan di Provinsi Gorontalo Kabupaten/Kota Boalemo

Tempat (Unit) RPH

TPH

-

4

Gorontalo

-

9

Pohuwato

1

2

Bone Bolango

1

8

Gorontalo Utara

1

7

Kota Gorontalo

2

8

5

38

JUMLAH

Ket

1 unit RPH dalam proses perampungan 1 unit RPH dalam proses perampungan

(Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Gorontalo, 2017) d. Kajian Gender dalam Usaha Peternakan Sapi di Gorontalo Sensus pertanian nasional 2013 menunjukkan bahwa jumlah usaha peternakan yang dikelola rumah tangga menempati angka kedua terbesar setelah rumah tangga tanaman pangan. Dengan demikian, pembangunan peternakan menjadi semakin penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Dalam mewujudkan pembangunan peternakan rumah tangga yang optimal, kesetaraan gender (laki-laki dan perempuan) perlu diperhatikan, mengingat Indonesia menempati peringkat ketiga dalam ketimpangan gender di ASEAN (indeks ketimpangan gender Indonesia 0,5; data KPPPA 2015). Dalam peternakan rumah tangga, perempuan tidak sepenuhnya memegang kontrol. Di bidang peternakan sapi potong, yang menjadi isu gender adalah akses dan kontrol terhadap sapi potong, tanggung jawab, dan peran dalam pengambilan keputusan, mulai dari proses produksi sampai pemasaran sapi, ketimpangan pengetahuan mengenai penyakit sapi, pakan yang baik bagi sapi potong, produksi dan pemanfaatan daging sapi potong dan produk turunannya, serta ketimpangan dalam memperoleh jasa dalam sektor peternakan. Untuk itu, terkait peternakan sapi potong di Gorontalo, perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kesetaraan gender sebagai pelaku peternakan rumah tangga. Sebagian besar sapi potong yang ada di Gorontalo didatangkan melalui program bantuan pemerintah sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini. Dalam kelompok ternak tersebut, anggota yang terlibat aktif adalah lelaki (kepala rumah tangga). Wanita atau ibu rumah tangga biasanya tidak dilibatkan

21


22

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

secara penuh, misalnya dalam pengambilan keputusan atau rapat-rapat kelompok terkait peternakan sapi potong. Namun dalam proses penanganan di lapangan, di beberapa wilayah ditemukan bahwa wanita cukup berperan aktif dalam budidaya sapi potong. Misalnya, ketika siang hari untuk memindahmindahkan sapi di lahan pada saat merumput atau memberi makan sapi. Tak jarang juga ditemui banyak wanita yang menyediakan minum sapi serta membersihkan kandang. Selebihnya perempuan terlibat dalam menyiapkan makanan suami atau peternak lainnya di lahan, serta sering kali tak banyak terlibat dalam penjualan sapi hidup atau daging sapi.

Tabel 7. Aspek Gender dalam Pemeliharaan dan Budidaya Sapi Potong di Gorontalo Tahapan Pemeliharaan Sapi Potong

Keterlibatan Gender Perempuan

Penyediaan Pakan/ Pindah Sapi Penyediaan Air Minum Pembersihan Kandang Pembersihan Sapi Mengambil Pakan HMT (Hijauan Makanan Ternak) Penyiapan Makanan Pekerja/Peternak Penjualan Sapi

Photo: NSLIC/NSELRED

√√√ √√√ √√√ √√√ √√√ √ √√√

Laki-laki √√ √√ √ √√ √√ √√√ √√√


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

2. Analisis Rantai Pasar Komoditas Sapi Di Gorontalo Salah satu ukuran tercapainya kedaulatan pangan pada bidang peternakan adalah Program Swasembada Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Hal ini dilakukan untuk menyikapi ketergantungan Indonesia terhadap daging sapi impor. Untuk itu, pemerintah, khususnya pemerintah daerah, terus melakukan kegiatan pemberdayaan peternak melalui program bantuan sosial. Di antaranya pengadaan bibit ternak, bantuan pakan ternak, fasilitas inseminasi buatan, dan infrastruktur penunjang program. Sensus sapi dilakukan secara serentak di Indonesia guna mengetahui jumlah sebaran populasi sapi dan kerbau dalam mewujudkan swasembada daging. Khusus untuk provinsi Gorontalo, baik pemerintah daerah maupun pemerintah kabupaten dan desa, telah mengalokasikan sebagian anggaran untuk pengadaan sapi potong ras sapi Bali bagi kelompok ternak yang berasal dari keluarga miskin, memiliki lahan terbuka untuk budidaya hijauan, serta berkemauan untuk membudidayakan ternak. Sapi potong merupakan hewan ternak yang relatif mudah untuk dipelihara. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010), sapi potong dapat menopang kebutuhan konsumsi daging karena dapat diternak secara sederhana, mudah, disukai banyak kalangan masyarakat, dan tubuhnya cukup besar jika dibandingkan dengan ternak lainnya. Daging sapi memiliki keunggulan sebagai bahan pangan penyedia gizi yang baik karena kandungan proteinnya yang tinggi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2016, jumlah populasi sapi di Gorontalo meningkat 5 tahun terakhir. Namun, jumlah produksi sapi potong justru menurun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama rendahnya kualitas indukan dan kualitas pakan, serta tingkat pengetahuan, kemampuan, dan etos kerja peternak sapi yang belum memadai. Sampai saat ini, konsumsi daging sapi di Gorontalo masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga daging sapi, rendahnya tingkat pengolahan/diversifikasi daging sapi, serta pola konsumsi daging sapi yang terbatas pada waktu-waktu tertentu saja. Program bantuan sosial pemberian bibit anakan sapi jantan dan betina oleh pemerintah Gorontalo dianggap sebagai program yang strategis karena, selain dapat membantu kesejahteraan masyarakat atau keluarga miskin, program ini dapat pula berkontribusi dalam menanggulangi kebutuhan daging sapi nasional. Program bantuan anakan sapi tersebut sudah berjalan efektif selama lima tahun terakhir ini, dan bahkan sudah menjadi program andalan daerah, kabupaten/kota, dan desa. Jenis sapi yang diberikan kepada masyarakat adalah ras sapi Bali dengan umur bibit jantan 24 bulan dan bibit betina 18 bulan. Sapi ini diberikan kepada kelompok ternak yang terdiri dari 5 atau 10 anggota kelompok. Kelompok yang beranggotakan 5 akan mendapatkan 10 ekor betina dan 1 jantan, sedangkan kelompok beranggota 10 akan mendapatkan 20 ekor betina umur 18 bulan dan 1 ekor jantan umur 24 bulan. Sapi Bali tersebut kemudian dipelihara di luasan lahan 1-2 ha yang ditanami rumput gajah, selama 3 tahun. Setelah 3 tahun masa pemeliharaan selesai, peternak bisa menjual ternaknya dan anakannya akan digulirkan ke kelompok ternak penerimabantuan yang lain. Terdapat pula bantuan inseminasi buatan dengan jenis limosine dan simental dari Dinas Peternakan. Dari hasil di lapangan, diperoleh urutan rantai pasar daging sapi seperti pada Gambar 2 dibawah ini:

23


24

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Peternak Kelompok atau perorangan

Sapi Bakalan Bantuan Pemerintah

Pedagang Kabupaten

Rumah Potong Hewan

Petugas IB dan Penyuluh Ternak

Gambar 2. Rantai Pasar Komoditas Sapi di Gorontalo

Photo: NSLIC/NSELRED

Pasar dan Horeka Lokal


Bibit HPT Mahal

Tidak ada perluasan HPT

Pengembangan HPT REndah

Pakan konsentrat kurang

Transportasi mahal

Tidak ada distributor pakan

PPL fokus pada PAJALE

Tidak ada kontrol pada proses breeding

Kualitas Bakalan kurang baik

PPL Swasta tidak ada

Akses terhadap informasi kurang

Kualitas GHP rendah

Jumlah pejantan sedikit Sapi jantan sering dijual

Swasta tidak berminat

Biaya produksi sangat tinggi

Materi ternak swasta tidak ada

Stok semen kurang

Akses terhadap IB terbatas

Sapi betina banyak dijual/ sembelih

Inseminator desa terbatas

Jumlah mantri ternak terbatas

Calving Period (jarak beranak) panjang

Harga anakan mahal

Pertumbuhan populasi bakalan rendah

Gambar 3. Pohon Masalah dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Potong di Gorontalo

Tidak ada produksi pakan

Pakan konsentrat tidak ada di pasar

Pakan hanya hijauan

Kualitas pakan rendah

ADG (Average Daily Gain) atau kenaikan bobot harian sapi rendah

Produksi Sapi Rendah

Pendapatan Peternak Rendah

Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

3. Pohon Masalah dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Di Gorontalo

Sapi adalah salah satu komoditas pertanian subbidang peternakan yang menjadi andalan Gorontalo saat ini. Setelah dilakukan survei di 4 (empat) kabupaten, ditemukan beberapa kendala di lapangan terkait pemeliharaan sapi, produksi daging sapi, dan konsumsi daging sapi. Hal tersebut disajikan pada Gambar 3 berikut ini:

25


26

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

4. Area Intervensi dalam Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Potong di Gorontalo Setelah menjabarkan permasalahan dalam kajian ekonomi komoditas sapi ini, ditemukan akar permasalahan komoditas sapi di Gorontalo, antara lain kualitas pakan yang rendah, pakan hijauan tidak diikuti dengan pengembangan area HPT (Hijauan Pakan Ternak) yang menunjang usaha peternakan, dan tidak tersedianya pakan konsentrat. Oleh sebab itu, area intervensi akan fokus pada ketersediaan dan keterjangkauan pakan konsentrat sapi berbasis bahan baku lokal. Alasan pemilihan area intervensi ini karena dampaknya yang luas bagi peternakan sapi di Gorontalo. Jika pakan konsentrat tersedia, kualitas produksi membaik dan pendapatan peternak akan meningkat. Ini akan memberikan efek yang berkelanjutan bagi usaha peternakan sapi di Gorontalo. 5. Usulan Bisnis Model Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pendapatan peternak rendah karena produksi sapi rendah (ADG 0,15 kg/hari). Hal ini terjadi karena pakan konsentrat belum tersedia dan peternak hanya mengandalkan pakan hijauan saja. Di Gorontalo belum terdapat pabrik pakan ternak sapi (mini feedmill), tetapi sebagian besar bahan baku pakan konsentrat dapat dipenuhi oleh pasar lokal. Dalam mendirikan usaha mini feedmill dibutuhkan peran berbagai aktor, di antaranya distributor bahan baku, pemilik mesin produksi, pengusaha pabrik pakan konsentrat lokal, dan peternak sapi lokal. Gambaran kondisi saat ini dan masalah yang dihadapi pelaku usaha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kondisi dan Masalah yang Dihadapi Pelaku Usaha Mini Feedmill di Gorontalo

Kondisi saat ini

Distributor bahan baku

Stok jagung tersedia tetapi masih untuk memenuhi kebutuhan luar daerah - Harga jual jagung pipil kering ke luar pulau tinggi - Khusus mineral tidak ada

Produsen mesin

Tidak tersedia alat pembuat pakan konsentrat

Problem yang dihadapi - Kapasitas tampung gudang minim - Pembeli jagung pipil di Gorontalo masih sangat sedikit dan skala kecil - Kadar air belum stabil

- Lokal: masih sangat terbatas, by request dan mahal - Luar Gorontalo: biaya pengiriman mahal

Pabrik pakan lokal

Belum ada

Tidak tahu potensi pasar

Peternak

ADG rendah

Tidak punya akses pada pakan konsentrat

BUMDES (Agen)

BELANTIK (Agen)

Belum melakukan usaha pembuatan pakan konsentrat ternak karena alat dan bahan baku terbatas Menjual harga terlalu tinggi

- Informasi kurang - Sosialisasi dan edukasi minim

Pembeli sedikit


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Melihat kondisi dan masalah yang dihadapi saat ini maka usulan bisnis yang ditawarkan terkait usaha pengembangan komoditas sapi di Gorontalo ini tersaji pada Gambar 4.

Demoplot, Discount Product Joint investasi MINI FEEDMILL (Kapasitas 2-5 ton/hari)

Pakan, Training GAP Rp

AGEN (BUMDES, BELANTIK)

Pakan, Training GAP, Pendampingan Sapi, Rp

PETERNAK SAPI

PRODUSEN MESIN Sapi Bakalan - Bantuan Pemerintah - Breeder dengan dana pinjaman dari lembaga keuangan

Gambar 4. Usulan Model Bisnis Pakan Konsentrat untuk Ternak Sapi Potong di Gorontalo

Dengan merealisasikan usulan model bisnis tersebut maka dapat dilihat Vision Logic yang diperoleh pada Gambar 5.

Pendapatan peternak meningkat

Peternak bisa meningkatkan ADG Sapi 0.7 kg/hari

Peternak memiliki akses pada pakan konsentrat

Bumdes/UKM menyediakan pakan berkualitas dengan harga terjangkau

Gambar 5. Vision Logic Usaha Mini Feedmill Pakan Konsentrat Ternak Sapi di Gorontalo

27


28

Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

Dalam model bisnis di atas, berikut peran dan kontribusi yang diharapkan dari beberapa pihak terkait agar model bisnis tersebut dapat diimplementasikan dengan baik: Kegiatan

Partner

BUMDES/ Belantik

Pengembangan Usaha Mini Feedmill

Pengembangan Usaha Mini Feedmill

Penyedia gudang penampung pakan, daftar peternak pemilik sapi

Demoplot

Penyedia pakan

Penyedia daftar peternak penyedia sapi untuk demoplot

Training

Penyedia SOP formulasi pakan konsentrat ternak Penyedia SOP mesin produksi pakan konsentrat

Jasa pendampingan formulasi pakan dan penggunaan mesin produksi

Materi promosi

Penyedia materi promosi

Menyebarkan informasi

Peternak

Pemda

Fasilitator pasar Pengguna pakan pakan konsentrat konsentrat dan perluasan untuk sapi akses peternak

Pemilik sapi dan anggota demoplot

NSLIC

Memfasilitasi kerja sama para pihak

Membantu pengadaan Penyedia lahan sarana peralatan peternakan promosi, intensif (kandang membantu dan/atau lahan) mengidentifikasi partner dan agen

Peserta training

Penyedia fasilitas penunjang training

Membantu menyebarkan informasi pelaksanaan training

Penerima informasi dan materi

Cetak leaflet dan katalog promosi

Merancang materi promosi dan menyebar­ luaskan ­informasi

6. Assessment Mitra Potensial a. Pelaku Usaha Mini Feedmill Berdasarkan usulan model bisnis maka produsen mini feedmill ini dapat berupa pengusaha swasta atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) atau BUMDES yang bekerja sama dengan pabrik mesin produksi pakan. Kemudian, hasil produksi pakan konsentrat akan dijual secara langsung oleh pemilik usaha dan/ atau menggunakan agen sebagai pemasar. b. Suplier Bahan Baku Bahan baku pembuatan pakan berupa bahan makanan yang mampu dicerna oleh hewan ternak dan mengandung komposisi zat gizi yang lengkap untuk pencapaian ADG harapan. Zat gizi yang harus tersedia dalam pakan konsentrat berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta mikroba untuk merangsang pencernaan pakan. Bahan baku utama pembuatan pakan konsentrat adalah jagung pipil dan dedak. Kedua bahan baku tersebut tersedia di Gorontalo karena jagung dan padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan andalan. Sedangkan bahan pembuat pakan lainnya tersedia dan mudah diperoleh, baik di wilayah Gorontalo atau dari luar kota, misalnya mineral dan mikroba.


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

c. Pemasok Mesin Produksi Rangkaian mesin produksi pakan konsentrat atau mini feedmill dapat berupa mesin pengiling/penghalus, mesin pencacah, mesin pengaduk atau pencampur, serta mesin pengering. Dipasar lokal (Gorontalo) masih sulit untuk menemukan mesin-mesin tersebut, namun tidak sulit untuk menemukan distributor atau toko mesin penyalur alat tersebut. d. Agen Agen adalah pemasar produk pakan ternak langsung ke peternak. Agen tersebut dapat berupa BUMDES atau BELANTIK (pedagang sapi hidup). Selanjutnya, agen tersebut yang akan memasarkan pakan konsentrat langsung kepada peternak sapi yang ada di desa/kecamatan. Setiap agen akan memiliki target peternak pengguna pakan konsentrat yang akan membeli dan menggunakan pakan konsentrat sebagai campuran pakan bagi ternak peliharaannya. 7. Estimasi Keuntungan Dan Daya Jangkau a. Potensi Pasar Populasi sapi di Gorontalo menurut BPS 2017 mencapai 211.954 ekor, dengan ADG rata-rata 0,15 kg/hari. Jika ADG harapan sebesar 0,7 kg/hari, maka setiap sapi di Gorontalo harus memenuhi kebutuhan pakan 10 kg/hari. Kebutuhan pakan harian tersebut dapat dipenuhi dari pakan hijauan sebesar 8 kg dan pakan konsentrat 2 kg. Jadi, berdasarkan total populasi sapi yang ada, kebutuhan pakan konsentrat harian di Gorontalo mencapai 424 ton/hari atau 122.000 ton/tahun. Hal ini merupakan peluang pasar atau potensi usaha yang layak untuk dikembangkan. b. Produksi Pakan Konsentrat Sapi di Gorontalo Mini feedmill akan beroperasi sepanjang tahun dengan kapasitas produksi 2-5 ton/hari. Komposisi pakan konsentrat yang dibuat harus mengandung minimal 50% karbohidrat, 20- 25% protein, 15% lemak dan mineral (garam NaCl dan Dikalsium Fosfat) serta mikroba hingga mencapai 100%. c. Perkiraan Jumlah Peternak Terdampak Rata-rata Rumah Tangga Usaha Peternakan di Gorontalo memiliki 3 ekor sapi, sehingga setiap 1 (satu) peternak membutuhkan pakan konsentrat sebanyak 6 kg/hari. Dengan demikian, sebanyak 2 ton pakan konsentrat akan dapat diakses oleh 300 peternak. Promosi penggunaan pakan konsentrat dapat dilakukan oleh agen (belantik dan BUMDes) dengan daya akses 1 (satu) orang agen untuk 100 peternak. Jadi, untuk menjangkau 300 peternak dibutuhkan 3 agen pakan konsentrat. Perkiraan akses dan daya jangkau penggunaan pakan konsentrat sapi di Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perkiraan Akses dan Daya Jangkau Pakan Konsentrat oleh Peternak di Gorontalo Pihak

2018

2019

2020

2021

Feed Mill Agen Daya Jangkau Peternak Sapi Akses Pengguna Pakan (40%) Peningkatan Pendapatan 65% Potensi Penurunan Angka Kemiskinan

1 3 300 120 78 0,7%

1 10 1000 400 260 2,4%

2 20 2000 800 520 4,8%

3 35 3500 1400 910 8,4%

29


Kajian Ekonomi Komoditas Jagung Provinsi Gorontalo

30

d. Perkiraan Biaya Investasi, Biaya Produksi dan Keuntungan Mini Feedmill Di bawah ini dapat dilihat perkiraan biaya dan pendapatan untuk mini feedmill pakan konsentrat sapi di Gorontalo. Tabel 10. Perkiraan Biaya Investasi, Produksi dan Profit Mini Feedmill

RINCIAN KOMPONEN

SATUAN

KOMPONEN BIAYA Biaya Lahan dan Bangunan Pembelian Mesin Biaya Produksi (bahan produksi dan upah tenaga kerja Penyusutan KOMPONEN PENDAPATAN Harga Jual * Kapasitas Produksi 6 Bulan Pendapatan LABA BEP

Paket Set 6 bulan 6 Bulan

HARGA Rp Rp Rp Rp

200.000.000 200.000.000 650.000.000 1.000.000

Rp/Kg Rp 3.800 330 ton Juta Rp Rp 1.254.000.000 Rp 203.000.000 5,2 Bulan

e. Perkiraan Pendapatan Agen Tabel 11. Perkiraan Pendapatan Agen dalam Penjualan Pakan Konsentrat Penjualan

(Rp/kg)

Harga Beli 3.800 Harga Jual 4.000 Margin 200 Volume Penjualan (ton) Pendapatan Total 3 Agen (Rp) Pendapatan Per Agen/Bulan (Rp)

6 Bulan

330 66.000.000 3.700.000

• Ket : Agen yang digunakan 3 orang f. Perkiraan Pendapatan Peternak Investasi Peternak

Rincian Investasi Beli anakan (70 Kg ; Rp.80.000/kg) Waktu penggemukan Pakan konsentrat (2kg/hari) Pakan hijauan 8 kg/hari 10 kg/ hari Upah pemeliharaan/hari Berat Badan Akhir Dengan Pakan Kons 0,7 kg/hari Tanpa Pakan Kons 0,15 g/hari

Dengan Pakan Konsentrat

Tanpa Pakan Konsentrat

Rp 5.600.000 180 hari Rp 1.440.000

Rp 5.600.000 1095 hari -

Rp 1.350.000 Rp 1.800.000

Rp 8.212.500 Rp 2.190.000

196

235


Kajian Ekonomi Komoditas Sapi Provinsi Gorontalo

Investasi Peternak Rincian Investasi BIAYA PEMELIHARAAN HARGA JUAL KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN /BULAN /EKOR KEUNTUNGAN 3 EKOR SAPI /BULAN

Photo: NSLIC/NSELRED

Dengan Pakan Konsentrat

Tanpa Pakan Konsentrat

Rp 10.190.000 Rp 15.680.000 Rp 5.490.000 Rp 915.000 Rp 2.745.000

Rp 16.002.500 Rp 18.800.000 Rp 2.797.500 Rp 77.708 Rp 233.125

31


NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5, 10th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel: +62 21 5262282, +62 21 526 8668 www.nslic.or.id

NSLIC Project

@NslicNselred


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.