NSLIC/NSELRED GORONTALO CHAMPIONS IKM LapaKlapa, Kabupaten Gorontalo Wahyudin Tahir (28) adalah wirausahawan muda yang inspiratif dari Kabupaten Gorontalo. Memulai bisnis olahan Kelapa dengan mendirikan IKM LapaKlapa pada 2017, Wahyu yang awalnya hanya memproduksi minyak goreng kini memiliki enam produk turunan Kelapa yaitu VCO, minyak goreng, lulur, body lotion, VCO skin spray dan snack. Keseriusan Wahyu dalam memajukan usahanya melalui berbagai dukungan teknis, mendorong NSLIC/NSELRED untuk memilih IKM LapaKlapa sebagai pilot pertama dalam program Standarisasi Mutu dan Proses Olahan Kelapa di Provinsi Gorontalo pada 2018. Pilihan ini ternyata sangat tepat karena selain berperan aktif sebagai pusat pembelajaran peningkatan kualitas produk, IKM LapaKlapa juga giat memotivasi sesama IKM yang tergabung dalam Asosiasi Olahan Kelapa Gorontalo (OKGo) untuk meningkatkan kapasitas produksi, kualitas dan memperluas pemasaran. Wahyu bahkan tak segan berbagi ilmu bisnis olahan Kelapa kepada siapapun yang tertarik belajar. Komitmen ini pula yang membawanya meraih Juara I Wirausaha Muda Syariah Bank Indonesia 2019.
TANTANGAN USAHA Seperti umumnya IKM pengolah Kelapa pemula di Provinsi Gorontalo, IKM LapaKlapa yang dirintis Wahyu pada 2017 saat itu belum memiliki kapasitas produksi yang besar, peralatan produksi dan kualitas produk belum berstandard industri dan pasar masih terbatas. Di awal usahanya, IKM LapaKlapa memproduksi 1.000 liter minyak goreng Kelapa per bulan dengan harga jual sekitar Rp 29.000/liter. Produksi IKM LapaKlapa sempat meningkat pada awal 2018 saat mendapat kontrak dari Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk menyuplai minyak goreng Kelapa 1,3 ton per bulan sebagai salah satu item bahan-bahan sembako yang dibagikan kepada masyarakat miskin dalam program Bantuan Pangan Non-Tunai Daerah (BPNTD) Provinsi Gorontalo. Namun, permintaan menyuplai bahan-bahan untuk BPNTD ini tidak berjalan kontinyu sehingga berimbas pada pasang surut kapasitas produksi para IKM pemasok antara lain IKM LapaKlapa. Bersama IKM-IKM lain, Wahyu pun lalu berupaya memperbaiki kualitas produk mereka agar dapat memperluas pasar demi keberlangsungan usaha.
Wahyudin Tahir, Juara I Wirausaha Muda Syariah pada FESyar Kawasan Timur Indonesia (KTI) Bank Indonesia 2019 di Kalimantan Selatan.
“NSLIC/NSELRED memberi Saya ilmu yang sangat bermanfaat untuk pengembangan usaha olahan Kelapa. Saya sangat berterima kasih atas dukungan teknis, bantuan peralatan produksi dan atas bimbingannya selama ini. Kini dengan semangat berbagi untuk menuai, pengetahuan itu sudah Saya share dari Aceh hingga Papua kepada siapa pun yang berminat belajar bisnis olahan Kelapa. Semoga upaya ini bisa melipatgandakan social impact-nya." (Wahyudin Tahir, Owner IKM LapaKlapa dan anggota Asosiasi Olahan Kelapa Gorontalo/OKGo).
INTERVENSI NSLIC/NSELRED
PENGUATAN KELEMBAGAAN
Untuk pilot program Standarisasi Mutu dan Proses Olahan Kelapa di Provinsi Gorontalo, NSLIC/NSELRED mendampingi 36 IKM pengolah Kelapa sejak 2018. Berbagai dukungan teknis yang diberikan melalui program ini antara lain; a) Penyusunan SOP dan Panduan Standaridasi Mutu dan Proses Pengolahan Minyak Kelapa; b) Pelatihan standarisasi mutu olahan minyak Kelapa; c) Pendampingan standarisasi mutu dan proses pengolahan; d) Fasilitasi uji lab hasil olahan Kelapa; e) business plan; f) Promosi/ekspansi pasar; g) Penguatan kelembagaan, dll.
NSLIC/NSELRED juga memfasilitasi pembentukan Asosiasi Olahan Kelapa Gorontalo (OKGo) untuk memperkuat kelembagaan, visi dan koordinasi antar 36 IKM pengolah Kelapa. Capacity building melalui training, fasilitasi teknis, sertifikasi produk, promosi, dll. telah meningkatkan produktivitas IKM dengan rerata penjualan minyak Kelapa dari 80 liter menjadi 120 liter/bulan dan peningkatan pendapatan bersih dari Rp 560.000 menjadi Rp 2,1 juta/bulan per IKM.
NSLIC/NSELRED kemudian menunjuk IKM LapaKlapa sebagai pusat pembelajaran, peer learning dan uji coba peningkatan mutu olahan minyak Kelapa. Guna menunjang produksi IKM, NSLIC/NSELRED juga memberikan dukungan peralatan dengan disaksikan oleh Bupati Kabupaten Gorontalo, Nelson Pomalingo pada Agustus 2018 lalu. Peralatan ini menurut pengalaman Wahyu dapat mempersingkat proses produksi (untuk mengolah 300 kelapa biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam, dengan mesin kini hanya butuh 30 menit).
Peningkatan kapasitas OKGo sukses membekali IKM sebagai Business Development Service Providers (BDSP). Wahyu misalnya, kerap diundang sebagai trainer untuk pelatihan Disperindagkop Kabupaten Gorontalo, Pohuwato dan Bolaang Mongondow Timur serta Burung Indonesia. Wahyu juga digandeng oleh Bank Indonesia (BI) sebagai trainer UKM binaan BI setelah meraih Juara I Wirausaha Muda Syariah di FESyar BI - Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada September 2019 lalu. Saat kompetisi FESyar, Wahyu mempresentasikan konsep social impact melalui pengembangan IKM dan standarisasi mutu olahan Kelapa berbekal capacity building dari NSLIC. Wahyu kini memberikan bimbingan online secara gratis bagi 100 IKM yang tertarik merintis usaha olahan Kelapa. Knowledge transfer ini menurutnya efektif untuk melipatgandakan social impact bagi IKM di Indonesia.