Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

Page 1

Buku Panduan

Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali



BUKU PANDUAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI BALI


Daftar Isi KATA PENGANTAR

7

A. PENDAHULUAN

8

B. PEMILIHAN BIBIT SAPI BALI

10

1. Usaha Pembiakan

10

2. Usaha Penggemukan

11

C. PENYEDIAAN PAKAN DAN AIR MINUM

14

1. Pakan untuk Usaha Pembiakan

15

2. Pakan untuk Usaha Penggemukan

16

D. PENYEDIAAN KANDANG

18

1. Persyaratan Umum Kandang

20

2. Persyaratan Khusus Kandang

20

E. PENGATURAN PERKAWINAN

22

F. SISTEM PENYAPIHAN

24

G. PENGENDALIAN PENYAKIT

26

H. PENGOLAHAN KOMPOS KOTORAN TERNAK SAPI

28

I. REFERENSI

32


DAFTAR TABEL Tabel 1. Penentuan Umur Ternak Sapi Berdasarkan Kondisi

11

Pergantian Gigi Seri (Yunizar dan Instiana, 2009) Tabel 2. Karakteristik Reproduksi Ternak Sapi

22

(Yunizar dan Instiana, 2009) Tabel 3. Perkiraan Waktu Mengawinkan Ternak Sapi yang Tepat Setelah 23 Muncul Gejala Berahi (Yunizar dan Instiana, 2009) DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sapi Bali pada Peternakan Rakyat Gambar 2. Patokan penilaian Skor Kondisi Tubuh (SKT)

8 12

ternak skala 1-5 (Anonimous, 2018a).

Gambar 3. Beberapa Jenis dan Daun-daunan Pakan Ternak

14

Gambar 4. Beberapa Jenis Legume Pohon dan Rambat

16

Gambar 5. Beberapa Contoh Bahan Konsentrat Ternak Sapi

17

Gambar 6. Beberapa Contoh Bentuk Kandang Ternak Sapi

19

Gambar 7. Beberapa Jenis Obat dan Vaksin untuk Ternak Sapi

27

Gambar 8. Bahan-bahan untuk Pembuatan Kompos

29

Gambar 9. Prosedur Pembuatan Kompos Berbahan Dasar Kotoran Sapi

30



Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah penyusunan Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali ini dapat selesai dikerjakan. Penulisan panduan ini dimaksudkan agar para pembaca khususnya para peternak sapi dapat memahami bagaimana cara memilih bibit, menyediakan pakan, mendesain kandang, mengatur perkawinan, menyapih ternak dan mengendalikan penyakit ternak serta mengolah kompos dari limbah atau kotoran ternak. Kegiatan ini adalah salah satu bagian dari kegiatan proyek NSLIC/NSELRED dalam rangka penguatan ekonomi masyarakat miskin. Materi dalam panduan ini disajikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan praktis karena disertai dengan gambar peraga. Kami menyadari sepenuhnya bahwa materi modul ini perlu disesuaikan dengan perkembangan sistem manajemen pemelihaan ternak sapi, baik untuk tujuan pembiakan maupun penggemukan. Oleh karena itu, jika diperlukan maka revisi terhadap materi panduan secara berkala dapat dilakukan. Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Prof. Takdir Saili selaku penyusun panduan serta kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan bahan-bahan untuk penulisan panduan ini. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para peternak sapi dan pelaku usaha terkait komoditas sapi di seluruh Indonesia.

Dr. Rino A. Sa’danoer Direktur Proyek

7


A

PENDAHULUAN

Gambar 1: Sapi Bali pada Peternakan Rakyat (Photo: NSLIC/NSELRED)

T

ernak sapi Bali adalah salah satu jenis sapi asli Indonesia yang dipelihara secara luas oleh masyarakat pedesaan terutama pada daerah pertanian.

Tujuan pemeliharan ternak hanya sebagai tabungan sehingga berpengaruh pada sistem pemeliharaan dan skala kepemilikan ternak. Pada umumnya tingkat kepemilikan ternak sapi pada peternakan rakyat hanya sekitar 1-5 ekor yang

8


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

dipelihara baik secara ekstensif tradisional maupun semi intensif. Sangat jarang ditemukan pemeliharaan ternak sapi secara intensif oleh petani, kecuali untuk tujuan penggemukan. Selain peternakan rakyat juga terdapat usaha peternakan berskala besar (industri peternakan) yang banyak tersebar di Indonesia terutama di pulau Jawa dan Sumatera dengan pola pemeliharaan yang cukup beragam mulai dari ekstensif terkontrol, semi intensif bahkan intensif. Peternakan yang dikelola oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Padang Mangatas, Sumatera Barat, merupakan salah satu contoh pola pemeliharaan ternak yang ekstensif terkontrol. Pola pemeliharaan ternak secara semi intensif banyak diperankan oleh peternak di daerah transmigrasi, sedangkan pola pemeliharaan intensif umumnya dilakukan oleh para pengusaha industri penggemukan sapi (feedlot). Manajemen pemeliharaan ternak sapi pada peternakan rakyat umumnya disesuaikan dengan tujuan usaha (pembiakan atau penggemukan) ternak sapi yang dikelola dan sumberdaya yang dimiliki. Akan tetapi, ada beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh setiap peternak baik perorangan maupun perusahaan agar dicapai hasil usaha yang optimal.

Ternak sapi Bali adalah salah satu jenis sapi asli Indonesia yang dipelihara secara luas oleh masyarakat pedesaan terutama pada daerah pertanian. Tujuan pemeliharan ternak hanya sebagai tabungan sehingga berpengaruh pada sistem pemeliharaan dan skala kepemilikan ternak.

9


B S

PEMILIHAN BIBIT SAPI BALI

eleksi bibit merupakan langkah awal yang harus ditempuh sebelum melakukan pemeliharaan ternak sapi. Pemilihan bibit disesuaikan dengan

tujuan pemeliharaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bibit ternak sapi Bali adalah: 1. Usaha Pembiakan a. Jika sapi dara yang diseleksi, maka pilihlah umur minimal 1,5 tahun atau kisaran berat badan 160-180 kg. b. Berasal dari tetua yang subur c. Skor Kondisi Sapi (SKT) 3 berdasarkan skala 1-5. d. Jika yang diseleksi adalah sapi induk, maka dipilih induk dengan paritas ≤2 (maksimal 2 kali beranak), ambing relatif besar dan berbentuk normal/ simetris. e. Mempunyai SKT 3, konformasi tubuh proporsional dan warna buluh cerah. f. Jika yang diseleksi adalah calon pejantan, maka pilihlah pejantan dengan umur minimal 2 tahun, warna buluh hitam mengkilat dan testis simetris. g. Mempunyai SKT 3, libido bagus dan temperamen jinak.

10


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

Tabel 1. Penentuan Umur Ternak Sapi Berdasarkan Kondisi Pergantian Gigi Seri (Yunizar dan Instiana, 2009) No.

Umur

Keadaan Gigi

1.

1 bulan

Semua gigi seri sulung sudah ada

2.

3 bulan

Gigi seri sulung mulai tergesek

3.

1 tahun

Semua gigi seri sulung sudah terdesak

4.

1,5 - 2 tahun

Gigi seri sulung dalam ( I1) berganti dengan gigi seri tetap

5.

2 - 2,5 tahun

Gigi seri sulung tengah dalam ( I2 ) berganti dengan gigi

6.

3 - 3,5 tahun

Gigi seri sulung tengah luar ( I3 ) berganti dengan gigi seri

7.

4 tahun

Gigi seri sulung luar ( I4 ) berganti dengan gigi seri tetap

8.

5 tahun

Semua gigi seri tetap sudah terdesak

9.

7 - 8 tahun

Tepi dalam (bidang lidah) semua gigi seri tetap tergesek hampir dekat dengan gusi bagian dalam

seri tetap tetap

2. Usaha Penggemukan

a. Pilih ternak sapi jantan dengan kisaran umur 1,5 – 2 tahun atau kisaran/

bobot badan 180-200 kg dan tidak cacat.

b. Konformasi tubuh (rangka tubuh) relatif besar walaupun agak kurus.

c. Mempunyai SKT 2 sampai 3.

d. Bentuk mulut pendek, kapasitas perut besar dan mempunyai kulit tipis.

e. Durasi penggemukan 3-6 bulan.

Seleksi bibit merupakan langkah awal yang harus ditempuh sebelum melakukan pemeliharaan ternak sapi. Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan.

11


B. PEMILIHAN BIBIT SAPI BALI

KONDISI SKOR 1 Tulang punggung mencolok Tulang pinggang dan pundak mencolok Iga terlihat jelas Area pangkal ekor cekung Rangka tubuh terlihat KONDISI SKOR 2 Tulang punggung tampak Tulang pinggang dan pundak terlihat Iga agak terlihat Area pangkal ekor agak cekung Rangka tubuh bertulang KONDISI SKOR 3

Tulang pinggang agak terlihat Iga secara umum tidak terlihat Area pangkal ekor tidak cekung Rangka tubuh hampir mulus

KONDISI SKOR 4

Tulang pinggang tidak tampak Iga terlapisi daging Area pangkal ekor agak menggunduk Bentuk tubuh membulat

KONDISI SKOR 5

Tulang pinggang memperlihatkan simpanan lemak (fat deposit) Iga terlapisi daging dengan baik Area pangkal ekor sangat menggunduk Rangka tubuh bulat karena gemuk

Gambar 2: Patokan Penilaian Skor Kondisi Tubuh (SKT) Ternak Skala 1-5 (Anonimous, 2018a).

12



P

C

PENYEDIAAN PAKAN DAN AIR MINUM

akan utama ternak sapi adalah serat yang dapat diperoleh dari rumputrumputan, daun-daunan atau limbah hasil pertanian berupa jerami (jerami

padi, jerami kacang tanah, jerami kedelai, dll). Namun demikian, untuk tujuan penggemukan pakan utama berupa serat harus ditambah dengan pakan penguat (konsentrat) untuk mengoptimalkan pertumbuhan ternak sapi yang digemukkan. Air minum diupayakan selalu tersedia cukup di dekat kandang agar ternak sapi dapat minum dengan bebas.

Rumput BD

Rumput Gajah

Rumput Odot

Rumput Setaria

Daun Ubi Jalar

Daun Singkong

Gambar 3: Beberapa Jenis Rumput dan Daun-daunan Pakan Ternak (Anonimous, 2018b)

14


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

1. Pakan untuk Usaha Pembiakan a. Pakan dasar berupa rumput atau hijauan sumber serat (rumput gajah, setaria, BD, rumput odot dll.) b. Kebutuhan bahan kering sapi untuk tujuan pembiakan berkisar 2 - 2,5% dari bobot badan per hari (contoh: jika bobot badan sapi 200 kg dan bahan kering rumput 20%, maka dibutuhkan bahan kering sebanyak 4-5 kg atau bahan segar 20-25 kg yang dapat diperoleh dari hijauan dan konsentrat). c. Pakan tambahan berupa hijauan leguminosa, seperti daun Indigofera, Lamtoro, Gamal, atau Turi. Pakan tambahan dapat juga berupa hijauan leguminosa merambat seperti Siratro, Centro, dll. Pakan tambahan lainnya dari hasil ikutan pertanian dapat berupa dedak padi, ampas tahu, dll. — Pakan ternak sapi juga harus mengandung vitamin dan mineral. Vitamin dapat diperoleh dari hijaun yang diberikan sedangkan mineral dapat diperoleh dari garam dapur dan kapur. Penggunaan mineral di dalam pakan kurang lebih 1%. — Jika konsentrat sapi induk tersedia, maka dapat diberikan sebanyak 1% bahan kering dari bobot badan per hari, terutama 2 bulan menjelang melahirkan dan 2 bulan setelah melahirkan.

15


C. PENYEDIAAN PAKAN DAN AIR MINUM

Indigofera

Lamtoro

Gamal

Turi

Siratro

Centro

Gambar 4: Beberapa Jenis Legum Pohon dan Legum Rambat (Anonimous, 2018b)

2. Pakan untuk Usaha Penggemukan a. Pakan dasar ternak sapi penggemukan sama dengan jenis pakan dasar sapi untuk tujuan pembiakan, akan tetapi pakan tambahan yang kaya akan energi dan protein harus diberikan setiap hari selama masa penggemukan. b. Kebutuhan bahan kering sapi penggemukan sekitar 3% dari bobot badan per hari (contoh: jika bobot badan sapi 200 kg dan bahan kering rumput 20%, maka dibutuhkan bahan kering sebanyak 6 kg atau bahan segar 30 kg yang dapat diperoleh dari hijauan dan konsentrat). c. Pakan penguat dapat berupa konsentrat khusus sapi penggemukan atau konsentrat racikan sendiri dari bahan yang tersedia dan murah. Syarat komposisi nutrisi konsentrat yaitu Kadar Air maksimal: 12%, Protein Kasar

16


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

minimal: 12%, Lemak Kasar maksimal: 6%, Serat Kasar maksimal: 12-17%, Abu maksimal: 10%, dan Total Energi Tercerna (Total Digestible Nutrients/ TDN) minimal: 64% (BPTP Kalteng, 2018). Contoh bahan konsentrat yang diracik sendiri adalah campuran dedak, ampas tahu, Urea, garam dan kapur. Ampas tahu dapat diberikan secara tunggal sebagai pakan penguat pada sapi penggemukan, akan tetapi kadar air daging yang dihasilkan sangat tinggi sehingga mempengaruhi kualitas daging.

Dedak

Urea

Ampas tahu

Garam

Kapur

Gambar 5: Beberapa Contoh Bahan Konsentrat Ternak Sapi (Anonimous, 2018b)

Pakan utama ternak sapi adalah serat yang dapat diperoleh dari rumput-rumputan, daun-daunan atau limbah hasil pertanian berupa jerami (jerami padi, jerami kacang tanah, jerami kedelai, dll). Namun demikian, harus ditambah dengan pakan penguat untuk mengoptimalkan pertumbuhan ternak sapi yang digemukkan.

17


P

D

PENYEDIAAN KANDANG

ada sistem pemeliharaan ternak sapi secara intensif, hampir 100% aktivitas ternak berlangsung di kandang, sedangkan pada sistem semi intensif ternak

hanya dikandangkan pada malam hari. Kandang sapi dapat dibuat secara komunal atau individu tergantung tujuan pemeliharaan ternak. Pada usaha pembiakan ternak sapi, umumnya digunakan kandang komunal. Pada setiap petakan kandang dapat diisi beberapa ekor induk sedangkan pejantan dipelihara pada petak kandang tersendiri. Lain halnya dengan usaha penggemukan, sapi umumnya dipelihara pada kandang individu dengan bentuk kandang tunggal atau ganda. Posisi sapi yang digemukkan pada kandang individu bentuk ganda bisa saling berhadapan atau bertolak belakang.

18


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

Kandang individu tunggal

Kandang individu ganda berhadapan

Kandang individu tunggal (dok.pribadi)

Kandang individu ganda bertolak belakang

Kandang feedlot pada skala industri Gambar 6: Beberapa Contoh Bentuk Kandang Ternak Sapi (Anonimous, 2018b)

19


A. PENDAHULUAN D. PENYEDIAAN KANDANG

1. PERSYARATAN UMUM KANDANG: a. Kandang dibuat agak jauh dari rumah tempat tinggal atau pemukiman dan permukaannya sebaiknya lebih tinggi dari tanah di sekitarnya b. Lantai kandang dicor beton kasar dengan ketebalan 5-10 cm dan kemiringan 3-5 derajat agar air bisa mengalir ke parit di belakang sapi. c. Tersedia sumber air atau sumur dan gudang pakan. 2. PERSYARATAN KHUSUS KANDANG: a. Ukuran petak kandang individu pada sapi bali untuk tujuan penggemukan minimal 1 x 2 meter sampai 1,2 x 2 meter, sedangkan ukuran untuk sapi betina dewasa dibuat agak lebih luas 1,5 x 2 meter. b. Pada setiap petak kandang disediakan bak pakan (60 x 50 cm) dan bak air minum (40 x 50 cm). c. Kedalaman bak pakan dan air minum tidak lebih dari 40 cm d. Atap kandang dapat berupa atap seng, genteng atau sirap dengan ketinggian 2 meter dari lantai kandang. e. Parit di belakang ternak sapi dibuat sepanjang kandang dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm.

Pada sistem pemeliharaan ternak sapi secara intensif, hampir 100% aktivitas ternak berlangsung di kandang, sedangkan pada sistem semi intensif ternak hanya dikandangkan pada malam hari.

20


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali


E P

PENGATURAN PERKAWINAN

erkawinan pada ternak sapi dapat dilakukan dengan bantuan manusia atau tanpa campur tangan manusia. Pada perkawinan dengan bantuan manusia,

ternak betina yang berahi dipertemukan dengan sapi pejantan untuk dikawinkan atau dilakukan inseminasi buatan. Sedangkan perkawinan ternak tanpa campur tangan manusia umumnya terjadi pada peternakan dengan pola pemeliharaan ekstensif. Ternak jantan dibiarkan secara bebas mengawini sapi betina yang berahi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perkawinan ternak adalah:

a. Sapi Bali dara sebaiknya dikawinkan setelah mencapai umur 2 tahun atau

bobot badan mencapai 160-180 kg

b. Sapi induk paling cepat dikawinkan 40 hari setelah melahirkan

c. Hindari perkawinan antar saudara (silang dalam atau inbreeding)

d. Jangan mengawinkan sapi betina Bali dara dengan pejantan dari bangsa

sapi besar seperti Limosin, Simmental, atau Brahman. Tabel 2. Karakteristik Reproduksi Ternak Sapi (Yunizar dan Instiana, 2009)

No.

Tahap Reproduksi

Keadaan Gigi

1.

Berahi pertama

Umur 1,5 - 2 tahun

2.

Siklus berahi

21 hari

3.

Lama berahi

17 jam

4.

Ovulasi

10 - 12 jam sampai saat berahi berakhir

5.

Dikawinkan pertama

Umur 2 - 2,5 tahun

22


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

No.

Tahap Reproduksi

Keadaan Gigi

6.

Lama bunting

280 - 285 hari

7.

Menyusui berahi

3 bulan

8.

Kembali dikawinkan

5 - 8 minggu setelah melahirkan

9.

Kembali

2 - 3 bulan setelah melahirkan

Waktu yang tepat untuk mengawinkan ternak adalah saat ternak betina berahi yang ditunjukkan oleh adanya tanda-tanda seperti vulva bengkak, memerah dan terasa hangat. Selain itu, ternak akan diam jika dinaiki ternak lain atau mengeluarkan lendir transparan pada vulvanya. Sebagai patokan waktu dapat diikuti petunjuk pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Perkiraan Waktu Mengawinkan Ternak Sapi Yang Tepat Setelah Muncul Gejala Berahi (Yunizar dan Instiana, 2009) Tanda berahi terlihat pada jam

Waktu yang tepat untuk mengawinkan

Waktu yang tidak tepat/ sudah terlambat

1.

Sebelum jam 09.00 pagi

Siang hari sesudah jam 12.00

Hari berikutnya

2.

Jam 09.00 - 12.00

Sore sesudah jam 17.00

Hari berikutnya

3.

Sore hari

Pagi keesokan harinya

Sesudah jam 15.00

No.

23


F P

SISTEM PENYAPIHAN

ada pola usaha pembiakan, sapi induk dipelihara bersama anaknya sampai terjadi penyapihan baik secara alami (umur 7 - 9 bulan) maupun sengaja

disapih (dipisahkan dari induknya lebih awal) pada umur 6 bulan. Jika masa kosong sapi 2 - 3 bulan, maka kondisi sapi induk pada saat penyapihan diperkirakan telah bunting (5 - 6 bulan). Penyapihan dini (lebih awal) harus dilakukan bila skor kondisi tubuh induk ≤ 2 (skala 1 – 5). Hal ini dilakukan agar Skor Kondisi Tubuh (SKT) induk dapat kembali ideal atau SKT 3 untuk menjamin pertumbuhan fetus yang di kandungannya. Sebaliknya, jika induk mempunyai SKT ≼ 3, maka anak dapat dibiarkan bersama induknya untuk menjamin asupan susu yang berguna bagi perkembangan tubuh anak sapi.

24



G P

PENGENDALIAN PENYAKIT

engendalian penyakit pada ternak dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan dan tindakan pengobatan. Pencegahan penyakit tertentu dapat

dilakukan dengan cara vaksinasi, seperti penyakit brucellosis (contoh Vaksin Strain RB-51) yang menyebabkan keguguran (Anonimous, 2018c). Pemberian obat cacing (Verm-O) harus dilakukan secara teratur setiap 6 bulan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing (Anonimous, 2018d). Pada peternakan dengan sistem semi intensif, jangan melepaskan ternak untuk merumput di pagi hari sebelum matahari bersinar terang. Hal ini dimaksudkan agar sapi tidak mengkonsumsi rumput yang masih berembun karena cacing banyak terdapat pada lipatan daun rumput yang basah di waktu pagi. Sapi Bali juga rentan terhadap penyakit mata, sehingga perawatan mata harus dilakukan apabila ternak mengeluarkan air mata secara berlebihan. Obat berupa salep yang berisi oxytetracyclin cukup ampuh mengatasi penyakit mata pada sapi Bali (Anonimous, 2018e). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian penyakit ternak sapi, yaitu:

a. Kandang harus selalu dalam kondisi bersih dan kering.

b. Ternak yang sakit segera diisolasi untuk mendapat perawatan dan jangan

dicampur dengan ternak sehat.

c. Jangan membuang sampah plastik di dekat kandang

26


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

Obat salep mata untuk sapi

Vaksin brucella

Obat cacing untuk sapi

Gambar 7: Beberapa Jenis Obat dan Vaksin untuk Ternak Sapi

27


H

B

PENGOLAHAN KOMPOS KOTORAN TERNAK SAPI

ahan baku kompos dari kotoran ternak sangat mudah diolah untuk mendapatkan pupuk organik yang berkualitas. Kotoran ternak sapi secara

teratur dikumpulkan pada bak penampung kotoran sapi di belakang kandang. Selanjutnya, kotoran sapi tersebut dikeringkan sampai kadar air tinggal 50-60% sebelum difermentasi untuk menghasilkan pupuk kompos. Bahan-bahan yang digunakan untuk fermentasi kotoran sapi, adalah:

a. Kotoran sapi

b. Dedaunan (contoh daun Gamal)

c. Kapur pertanian (dolomit)

d. EM4

e. Arang sekam

28


Buku Panduan Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali

Kotoran sapi

Arang sekam

Daun Gamal

Kapur pertanian

EM 4

Gambar 8: Bahan-bahan untuk Pembuatan Kompos (Dok.pribadi)

Prosedur pembuatan kompos mengikuti tahapan sebagai berikut:

a. Buat lapisan kotoran sapi

b. Tambahkan secara merata arang sekam di atas kotoran sapi dan campur hingga homogen

c. Tambahkan kapur pertanian secara merata di permukaan arang sekam dan campur hingga homogen

d. Taburkan daun Gamal hingga menutupi permukaan campuran kotoran sapi, arang sekam dan kapur pertanian

e. Siram seluruh permukaan lapisan daun Gamal dengan larutan EM4

f. Tambahkan kotoran sapi di atas lapisan daun Gamal

29


H. PENGOLAHAN KOMPOS KOTORAN TERNAK SAPI

g. Tutup olahan tersebut dengan rapat menggunakan terpal

h. Fermentasi hingga 35-40 hari

i. Lakukan pemeriksaan suhu pada hari ke-7, jika terlalu panas maka harus dilakukan pembalikan.

Gambar 9: Prosedur Pembuatan Kompos Berbahan Dasar Kotoran Sapi (Dok. Pribadi)

30



Referensi Anonimous. 2018a. Gambar BCS ternak sapi. https://www.google. com/search?q=gambar+BCS+ sapi+ bali& safe=strict&tbm=isch& tbs=rimg:CQLE6ZVVfFG4IjhT6PeSkDIC3PcdcTMq QoeucpDHSzy FbpAXmn6YDLriMLqxmorbQWNw3lO (Desember 2018). Anonimous. 2018b. Rumput. https://www.google.com/ search?safe=strict&biw=1366&bih =632&tbm =isch&sa=1&ei=CGsW7eIJ9n9QPa05PgAg&q (Desember 2018). Anonimous. 2018c. Vaksin brucella untuk ternak sapi. https://www.google. com/search? safe=strict& client=firefox-b&biw=1366&bih=632& tbm=isch&sa=1&ei=X04SXJPYEM WPwgO-8oKICg&q= vaksin+brucella+abor tus+&oq=vaksin+brucella+abortus+&gs (Desember 2018) Anonimous. 2018d. Obat cacing sapi. https://www.google.com/ search?safe=strict& client=firefox-b&biw=1366&bih=632&tbm=isch&sa=1& ei=HE0SXN_VA8rSvgTi2ar ABA&q=obat+cacing+sapi+ Anonimous. 2018e. Obat salep mata sapi. https://www.google.com/ search?safe=strict& client=firefox-b&biw=1366&bih=632&tbm=isch&sa=1& ei=IE8SXICZFIXSvgTbkr74DA& q=salep+mata+sapi&oq=salep+mata+sapi& gs_l=img.3 (Desember 2018). BPTP Kalteng. 2018. Konsentrat sapi potong (pakan tambahan bergizi seimbang) https:// kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasimainmenu-47-47/teknologi/ 527-konsentrat-sapi-potong-pakantambahan-bergizi-seimbang Yunizar, N. dan Istiana, S. 2009. Pengelolaan Ternak Secara Berkelanjutan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.

32



NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5, 10th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel: +62 21 5262282, +62 21 526 8668 www.nslic.or.id

NSLIC Project

@NslicNselred


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.