Buku Panduan
Teknik Budidaya Jagung
BUKU PANDUAN
TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
Daftar Isi KATA PENGANTAR
7
1. PENDAHULUAN
8
2. SYARAT TUMBUH TANAMAN JAGUNG
10
1. Iklim
10
2. Tanah
11
a. Tanah Andosol
11
b. Tanah Latosol
12
c. Tanah Grumusol
12
d. Tanah Berpasir
13
e. Tanah Gambut
13
14
3. Kemiringan Lahan
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
16
16
a. Persiapan
1. Persiapan Benih
16
2. Persiapan Lahan
17
3. Pemberian Pupuk Organik
18
b. Penanaman
18
c. Pemupukan
19
d. Pemeliharaan
21
e. Pengairan
22
f. Pengelolaan OPT
23
4
1. Hama
23
a. Hama belalang/Bulita (Locusta, sp) 23 b. Ulat grayak/Wulodu (Spodoptera Litura) 24 c. Hama tikus/Udu (Ratus Argentiventer) 25 d. Penggerek batang/to’o (Ostrinia furnacalis) 25 e. Penggerek tongkol/ wulodu (Helicoverpa armigera) 26 f. Lalat Bibit/ Lango lo binthe (Atherigona exigua) 27 g. Ulat tanah/wulodu (Agroptis ipsilon) 28 2. Penyakit
28
a. Penyakit bulai/ tabongo (Perenosclerospora philipinensis) 28 b. Penyakit Bercak Daun (Helminthosporium turticum) 29 c. Penyakit Karat daun (Puccinia, sp) 29 d. Penyakit gosong (Ustilago maydis) 30 e. Penyakit gosong (Ustilago maydis) 30
g. Panen dan Pasca Panen
31
4. PENUTUP
32
LAMPIRAN
34
Lampiran 1.
34
A. Rekomendasi Pemupukan tanaman Jagung di Lahan Sawah
34
B. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung di Lahan Kering
35
Lampiran 2. Analisis Usaha Tani Budidaya Tanaman Jagung
37
DAFTAR PUSTAKA
40
5
Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Buku Panduan Teknik Budidaya Jagung ini dapat diselesaikan dengan baik. Panduan ini disusun atas inisiasi dari proyek NSLIC/NSLRED bersama Multistakeholder Forum (MSF). Kabupaten Boalemo yang telah melakukan dan memfasilitasi beberapa kegiatan terkait peningkatan produktivitas komoditi jagung khususnya di Kabupaten Boalemo. Komoditi jagung merupakan komoditas unggulan Provinsi Gorontalo sehingga hal ini yang melatarbelakangi dan menjadi dasar pertimbangan penting untuk penyusunan sebuah panduan tentang teknik budidaya tanaman jagung sesuai kondisi spesifik lokasi. Panduan ini memuat alur sistem budidaya tanaman jagung mulai dari proses perencanaan atau persiapan tanam, teknik budidaya, penanganan jagung pascapanen, analisa usaha tani dan pengelolaan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) jagung. Saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan panduan ini sangat diharapkan. Akhirnya, semoga Panduan Teknik Budidaya Jagung ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi serta bahan informasi bagi semua pihak khususnya para petani jagung di Kabupaten Boalemo, Gorontalo Utara dan Pohuwato di Provinsi Gorontalo serta semua pihak di seluruh Indonesia.
7
1
PENDAHULUAN
K
omoditi tanaman jagung memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri pangan dan pakan, sehingga dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi sangat penting dan strategis. Komoditi
jagung
berperan
untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan pakan ternak yang terus meningkat kebutuhannya setiap tahun.
Untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan pakan tersebut maka Kementerian Pertanian
berupaya
agar
produksi
jagung terus meningkat. Sehubungan dengan
hal
tersebut
maka
mulai
tahun 2015 Kementerian Pertanian melaksanakan program peningkatan produksi pangan khususnya jagung dalam bentuk Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dengan pendekatan kawasan. Target produksi nasional untuk jagung tahun 2015 yaitu 20 juta ton (Balitsereal, 2014).
8
Panduan Teknik Budidaya Jagung
Jagung adalah salah satu komoditi unggulan Provinsi Gorontalo setelah padi sawah. Data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo menyebutkan trend produksi jagung di provinsi ini terus naik selama kurang lebih 15 tahun terakhir. Pada tahun 2001 misalnya, pada awal Provinsi Gorontalo, produksi jagung hanya mencapai 81.719 ton. Jumlah itu naik menjadi 130.0251 ton pada 2002. Produksi palawija khususnya jagung, menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk dan program perbaikan gizi masyarakat melalui diversifikasi pola makanan, mendorong permintaan jagung semakin tinggi. Produksi jagung di Provinsi Gorontalo pada trisemester pertama tahun 2018 sudah mencapai 778.480 ton, setelah pada tahun 2017 total produksi mencapai 1,5 juta ton. Angka produksi ini akan terus dipertahankan dan ditingkatkan mengingat jagung adalah unggulan Provinsi Gorontalo. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam rangka peningkatan produksi jagung, terutama upaya meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi di tingkat pelaku usaha (petani). Di lapangan masih banyak petani yang dalam usahanya tidak memahami prosedur operasional budidaya jagung, kendala serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang kadang tidak dapat diprediksi dan mempengaruhi produksi dan produktivitas, hingga keadaan iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global. Melihat permasalahan ini maka dirasa perlu adanya sebuah panduan budidaya jagung khususnya yang mengadopsi kearifan lokal.
Komoditi jagung berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakan ternak yang terus meningkat kebutuhannya setiap tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan tersebut maka Kementerian Pertanian berupaya agar produksi jagung terus meningkat.
9
2
SYARAT TUMBUH TANAMAN JAGUNG
1. Iklim Iklim yang cocok untuk sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
10
Panduan Teknik Budidaya Jagung
Suhu yang cocok untuk tanaman jagung adalah antara 21-340 C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimal yaitu antara 23-270 C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 300 C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada saat musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. 2. Tanah Jagung dapat ditanam di hampir semua jenis tanah, asalkan tanahnya subur, gembur (sarang), dan kaya akan humus. Selain itu, drainase, aerasi, dan pengelolaan yang baik akan membantu keberhasilan usaha tanaman jagung. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung di Indonesia adalah antara 5,5 – 7,5 sedangkan yang paling ideal adalah pH 6,8. Pada tanah dengan pH rendah (kurang dari 5,5) pertumbuhan tanaman jagung biasanya kurang baik karena keracunan ion-ion aluminium. Pada pH tanah di atas 8 tanaman masih dapat tumbuh baik asalkan tanah tersebut cukup mengandung zat hara terutama unsur hara mikro. Pada tanah-tanah dengan pH rendah, sebaiknya dilakukan pengapuran dengan maksud menaikkan pH tanah; selain itu, akan menambah hara-hara tanaman karena hara-hara yang tadinya terikat akan dilepas tanah; juga dapat menambah kalsium tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Adapun jenis-jenis tanah yang sesuai untuk pertanaman jagung adalah sebagai berikut: a. Tanah Andosol Tanah andosol, yaitu tanah pegunungan yang berwarna hitam dan berdebu adalah sesuai untuk pertumbuhan jagung, namun pH-nya harus disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman jagung.
11
2. SYARAT TUMBUH TANAM JAGUNG
Istilah Andosol berasal dari kata Jepang Ando yang berarti hitam atau kelam. Beberapa sifat umum tanah andosol adalah: berwarna kelam, coklat sampai hitam, sangat mudah atau cepat meresapkan air (porous), gembur, struktur remah, terasa berminyak karena mengandung bahan organik antara 8% - 30% dengan pH 4,5 - 6. Kandungan C dan N tinggi tetapi nisbah C/N rendah, sedangkan kadar P rendah karena terfiksasi kuat. b. Tanah Latosol Tanah-tanah latosol cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung asalkan keasaman tanah sesuai persyaratannya dan kaya akan humus. Ciri umum tanah latosol adalah: bertekstur lempung hingga geluh (tanah dengan komposisi pasir, debu, dan lempung dalam jumlah yang relatif seimbang atau sekitar 40-40-20), berstruktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah merah, merah kekuningan, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan dan merah ungu. Kesuburannya rendah sampai medium dan pH 4,5 - 6,5. c. Tanah Grumusol Tanah grumusol dapat ditanami jagung asalkan aerasi dan drainasenya diperbaiki karena grumusol termasuk tanah berat. Nama grumusol berasal dari istilah grumus yang berarti gumpal keras. Nama ini diberikan untuk tanah lempung berwarna kelam yang bersifat fisik berat. Jenis tanah grumusol yang telah lama dijadikan tanah pertanian memiliki kadar asam fosfat yang rendah. Dalam beberapa hal terdapat korelasi antara kadar fosfat dan kadar kapur, artinya tanah yang kaya fosfat biasanya alkalis, sehingga unsur hara tak siap untuk diserap.Tanah yang telah berkembang, umumnya miskin unsur N dan kekurangan bahan organik. Pada tanah-tanah semacam ini, bila curah hujan tinggi maka air biasanya akan menggenangi tanah sehingga benih yang ditanam menjadi busuk atau tanaman akan kekurangan udara sehingga tumbuhnya merana karena akarnya menjadi
12
Panduan Teknik Budidaya Jagung
busuk dan tidak dapat mengambil hara tanaman dalam tanah yang berakibat daundaun tanaman menjadi hijau pucat kekuning-kuningan, kurus dan akhirnya mati. d. Tanah Berpasir Tanah berpasir dapat ditanami jagung asalkan cukup air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya, sebab tanah semacam ini memiliki porositas yang tinggi atau mudah meloloskan air secara perkolasi (peresapan ke bawah). e. Tanah Gambut Pada tanah gambut jagung pun dapat tumbuh baik asalkan kemasaman tanah diperbaiki, misalnya dengan pengapuran, karena tanah gambut bereaksi masam (pH 3,0 – 5,0). Gambut terbentuk jika humifikasi lebih besar daripada mineralisasi. Hal ini terjadi dalam keadaan dimana tanaman mati lemas dalam air atau bagian tanaman terendam air, membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat tinggi (lebih dari 65%). Bakteri anaerob menyelenggarakan proses pembusukan dan penguraian sehingga terjadi
13
2. SYARAT TUMBUH TANAM JAGUNG
dekomposisi membentuk humus. Pengapuran sangat dianjurkan pada tanah-tanah yang pH-nya rendah (kurang dari 5,5) apabila menghendaki tanaman jagung yang baik. Pada tanah-tanah di Indonesia terutama pada tanah-tanah yang pH-nya kurang dari 5,5, pertumbuhan jagung kurang baik. Hal ini kemungkinan karena keracunan ion-ion alumanium. Tanah yang kaya bahan organik atau humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kesuburan tanah. Humus sangat penting karena merupakan sumber hara tanaman yang menjadikan tanah tidak akan cepat kering pada musim kemarau karena tanah mempunyai daya pengikat air yang baik. 3. Kemiringan Lahan Kemiringan lahan mempunyai hubungan dengan gerakan air pada permukaan tanah. Lahan dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah. Namun air hujan yang berlebihan akan terbagi; sebagian meresap ke dalam tanah dan sebagian lain mengalir ke bagian yang lebih rendah. Pada suatu daerah yang mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu agar dapat menghambat terjadinya aliran air yang cepat yang dapat membawa hara dari tanah yang dilewatinya. Perpindahan hara bersama tanah yang dilalui aliran air yang sering disebut erosi tanah, kemudian diendapkan di tempat yang lebih rendah. Tanah yang telah tererosi tersebut akan menjadi tanah gersang, miskin hara sehingga untuk pengolahan tanah berikutnya perlu diberikan tambahan pupuk.
14
3
TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG A. PERSIAPAN
1
Persiapan Benih Penggunaan
hibrida
maupun
varietas
unggul
komposit)
(baik
mempunyai
peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas hendaknya
jagung. melihat
Memilih
varietas
deskripsi
varietas
terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama dan penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi oleh petani maupun pedagang. Penggunaan benih berkualitas merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usaha tani jagung. Gunakan benih yang bersertifikat dengan ketahanan tinggi. Sebelum tanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih. Benih yang baik memiliki daya tumbuh lebih dari 90%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak mampu meningkatkan hasil. Benih yang bermutu jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi yang dianjurkan terpenuhi (sekitar 66.600
16
Panduan Teknik Budidaya Jagung
tanaman/ha). Apabila benih jagung yang didapatkan belum dilakukan perlakuan benih maka hendaknya diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut dicampur dengan benih secara merata sesaat sebelum ditanam. Perlakuan atau treatment ini adalah untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung.
2
Persiapan Lahan Pengolahan tanah dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu Olah Tanah Sempurna (OTS) dan Tanpa Olah Tanah (TOT) jika lahan gembur. Jika tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan tanah sempurna (intensif). Pengolahan Tanah Sempurna (OTS) bisa dilakukan dengan cara pembajakan dengan menggunakan Traktor/Pajeko. Pengolahan tanah pertama dengan kedalaman kurang lebih 15 – 30 cm, kemudian tanah dibiarkan menguap kurang lebih 7 – 14 hari, setelah itu dilakukan pengolahan tanah yang kedua untuk menghaluskan tanah. Pada lahan yang ditanami jagung 2 kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng), tanah diolah sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dilakukan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam. Setelah ditentukan penetapan pengolahan tanah kemudian dilakukan penataan lahan, dan pembuatan saluran/drainase. Secara umum lahan yang baik untuk ditanami jagung memiliki kriteria sebagai berikut:
— Terkena cahaya matahari langsung minimal 8 jam per hari
— Memiliki kadar keasaman tanah (pH) 5,5 - 7,5
17
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
3
Pemberian Pupuk Organik Pupuk organik mempunyai
fungsi
membantu
memulihkan
atau
mengembalihkan
sifat
fisik dan kimia tanah, sehingga pada tanah-tanah yang memiliki pH
rendah
menggunakan
dianjurkan pupuk
untuk organik
(Kompos, Bokasi ataupun pupuk kandang) dengan dosis pupuk organik 5-10 ton per hektar. Selain pupuk organik juga direkomendasikan pemberian kapur dolomite/kapur pertanian dengan dosis sesuai dengan pengukuran pH tanah, untuk kisaran pH 5 – 6 diberi dosis 100 – 200 kg/hektar (semakin rendah pH tanah, semakin tinggi kapur yang diberikan). Aplikasi pupuk organik dilakukan sebelum tanam setelah pengolahan tanah pertama, sehingga pada pengolahan tanah kedua diharapkan pupuk organik sudah menyatu dengan tanah dan lahan siap ditanami.
B. PENANAMAN Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara ditugal (menggunaan tongkat kayu yang runcing untuk membuat lubang di tanah yg akan ditanami benih) baik pada lahan TOT maupun pada lahan OTS. Untuk lahan TOT, kemungkinan kondisi tanahnya keras sehingga pembuatan lubang tanam bisa dibantu dengan memakai cangkul, dengan kedalaman lubang tanam 3-5 cm. Apabila sebelum tanam belum diaplikasikan pupuk organik, maka pemberian pupuk
18
Panduan Teknik Budidaya Jagung
bersamaan dengan waktu tanam dengan cara menutup lubang tanam dengan pupuk organik sekitar kurang lebih 50 gram per lubang tanam. Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimal yang berbeda. Populasi optimal dari beberapa varietas yang telah beredar di pasaran adalah sekitar sekitar 50.000 tanaman/ha. Jagung dapat ditanam dengan menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm dengan dua tanaman per lubang atau 75 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang. C. PEMUPUKAN Takaran pupuk untuk tanaman jagung berdasarkan rekomendasi spesifik lokasi, untuk mengetahui kandungan hara dalam tanah hendaknya menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Cara pemberian pupuk ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 7 - 10 cm dari batang tanaman dan ditutup dengan tanah. Kebutuhan pupuk pada setiap luasan lahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KP =
Rekomendasi Pemupukan 10.000 (Luasan 1 Hektar)
x Luas Lahan
Misalnya Diketahui: Rekomendasi = 500 Kg Pembagi
= 1 hektar (10.000 meter persegi)
Luas Lahan
= 3.000 meter
Maka :
500 kg 10.000
x 3.000 m = 150 kg
Artinya kebutuhan pupuk untuk lahan seluas 3.000 meter = 150 Kg.
19
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
Bagan warna daun hanya digunakan pada waktu pemberian pupuk susulan. Sebelum pemupukan susulan, dilakukan pembacaan Bagan Warna Daun (BWD) dengan cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari. Urea diberikan berdasarkan skala BWD pada fase vegetatif sekitar umur 30 - 35 hari setelah tanam (hst) atau sebelum pemupukan susulan. Bila pembacaan skala BWD <4,5 segera diberikan urea 100 - 150 kg/ha dan bila skala BWD >4,5 diberikan N (Urea) sebanyak 75 - 100 kg/ha (lihat Tabel Lampiran/Rekomendasi). Rekomendasi umum pemupukan adalah 500 Kg/Ha atau 300 kg/ Ha, dengan perbandingan 300 NPK dan 200 Nitrogen (Urea) atau dosis kedua 200 kg NPK dan 100 kg Nitrogen (Urea), dengan rincian sebagai berikut:
Pupuk dasar
150 kg NPK, 100 kg Urea
(4 - 7 hari sebelum tanam)
Susulan pertama
100 kg NPK, 50 kg Urea
(Umur 30 Hst)
Susulan kedua
50 kg NPK, 50 kg Urea
(Fase pembungaan)
Atau Pupuk dasar
125 kg NPK, 50 kg Urea
Susulan pertama
75 kg NPK, 25 kg Urea
Susulan kedua urea 25 kg Urea
20
Panduan Teknik Budidaya Jagung
Dari semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang paling banyak diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman ini membutuhkan ketersediaan nitrogen secara terus-menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil. Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan. D. PEMELIHARAAN Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Tanaman yang sehat dan tegap terus dipelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan. Penurunan hasil dapat disebabkan oleh persaingan
gulma
sangat
beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut. Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan atau mencangkul
21
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
tanah di antara barisan lalu ditimbunkan ke bagian barisan tanaman sehingga membentuk guludan yang memanjang selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan. Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun. Daun jagung segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh. E. PENGAIRAN Air
sangat
diperlukan
pada
saat penanaman, pembungaan (45-55 hari sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa pertumbuhan, kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu berbunga yang membutuhkan
air
terbanyak.
Pada masa berbunga ini waktu hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik daripada hujan terus-menerus. Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit di antara barisan jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.
22
Panduan Teknik Budidaya Jagung
F. PENGELOLAAN OPT Pengelolaan OPT untuk tanaman jagung sebaiknya menggunakan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Konsep PHT ini memiliki landasan hukum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang salah satu pasalnya yaitu pasal 15 menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu. Mengacu pada undang-undang tersebut maka semua upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman harus mengacu pada konsep PHT. OPT yang sering menyerang pertanaman jagung khususnya di Provinsi Gorontalo adalah:
1. HAMA a. Hama Belalang/Bulita (Locusta, sp) Jenis Belalang (Bulita) sering
menyerang
yang
tanaman
jagung yaitu Oxyca chinensis dan juga Locusta sp. Hama ini biasa menyerang tanaman jagung
pada
bagian
daun
muda. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis yakni melakukan pengolahan tanah dengan sempurna, menggunakan agen hayati Metarhizium anisopliae, menggunakan pestisida nabati dari daun tembakau dan daun sirsak sebagai bahan penghalau belalang, dan bila telah terjadi ledakan populasi maka tindakan satu satunya yang bisa dilakukan adalah penggunaan insektisida kimia.
23
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
b. Ulat Grayak/Wulodu (Spodoptera Litura) Gejala serangan
ulat Grayak
adalah daun berlubang-lubang, pada
serangan
lanjut
daun
tinggal tulang daunnya saja. Pengendaliannya adalah dengan cara: a. Kultur teknis
Pembakaran tanaman. Pengolahan tanah yang intensif. b. Pengendalian fisik/mekanis
Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya. Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. c. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti: patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear Polyhedrosis Virus). d. Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif yang direkomendasikan adalah insektisida yang berbahan aktif BPMC (Tamabas, Darmabas, Sidabas dan Bassa).
24
Panduan Teknik Budidaya Jagung
c. Hama Tikus/Udu (Ratus Argentiventer) Pengendalian dilakukan
hama
secara
tikus
hayati,
dapat sanitasi,
mekanis, dan kimiawi. Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan predator seperti kucing, ular, dan burung hantu. Penggunaan patogen sebagai agen pengendali tidak dianjurkan karena berdampak negatif bagi manusia. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan pemagaran dengan plastik, pemasangan bubu perangkap, perangkap hidup, dan perangkap berperekat sampai menggunakan bunyi-bunyian. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan beracun baik dalam bentuk ready mix bait atau ready mix dust yang banyak dijumpai di pasaran. Penggunaan fumigator (emposan) menggunakan bahan fumigasi juga cukup efektif menekan populasi hama tikus (udu). d. Penggerek Batang/Toâ&#x20AC;&#x2122;o (Ostrinia Furnacalis)
25
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
Pengendalian Memotong tanaman yang terserang Sanitasi Perguliran tanaman Penanaman serentak tepat waktu Pengendalian Hayati dengan menggunakan musuh alami: - Predator Tawon Encyrtidae spp, parasit telur Trichogramma spp, parasit larva Eriborus argentiopilosa - Patogen serangga Metharizum anisopliae dan Beauveria bassiana
Pengendalian kimiawi jika ditemukan 1 kelompok instar 1 per 30 tanaman
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida sistemik yang berbahan aktif Dimehipo (Spontan, Manufer, Foltus)
Cara Pengendalian yang lain ialah sebelum berbunga tanaman diberi karboforan (Furadan 3 G) dengan cara memasukkannya ke kuncup daun dengan dosis 0,5 kg bahan aktif per hektar.
e. Penggerek Tongkol (Helicoverpa Armigera) Komponen pengendalian terpadu: 1) Menanam
varietas
jagung
yang
kelobotnya menutup tongkol rapat 2) Menggunakan musuh alami seperti :
a. Parasit telur Trichogramma sp
b. Parasit telur larva muda Eriborus sp., Tachinid
c. Cedawan Entomophaga Metharhizium
d. Nuclear Polyhidrosis virus (NPV)
3) Penyemprotan insektisida pada ambang kerusakan 3 tongkol per 50 tanaman dengan Azodrin 15 WSC, Hostation 40.
26
Panduan Teknik Budidaya Jagung
f. Lalat Bibit (Atherigona Exigua)
Pengendalian Penanaman serentak dan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama. Perlakuan benih atau seed treatment dapat dilakukan pada daerah-daerah endemik. Penggunaan mulsa jerami dapat digunakan untuk menghambat serangan sebelum bibit tumbuh. Pengendalian kimiawi apabila ditemukan 1 kelompok instar 1 per 30 tanaman. Cara pengendaliannya ialah dengan penyemprotan insektisida yang dianjurkan, misalnya Larvim 75 WP, Marshal 25 ST. Dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai yang biasanya terdapat pada bungkus atau kemasannya. Penyemprotan bisa dilakukan sesuai dengan hasil pengamatan.Serangan hama lalat bibit ini biasanya terjadi sampai tanaman berumur tiga minggu.
27
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
g. Ulat Tanah (Agroptis Ipsilon) Pengendalian Penanaman serentak dan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama Cara mekanik/fisik yaitu mengumpulkan ulat dalam tanah/ mencongkel tanah dekat tanaman yang dirusak Menggenangi sekitar tanaman pada lahan yang terserang hama, tetapi pangkal jagung jangan sampai tergenang air Pengendalian Hayati dengan menggunakan musuh alami: - Parasit larva Apoanteles sp, Tritaxys braueri dan Cuplhocera uarie - Patogen serangga berupa virus NPV Pengendalian cara kimia diberikan insektisida
2. PENYAKIT a. Penyakit Bulai/Tabongo (Perenosclerospora Philipinensis)
Pengendalian Teknik bercocok tanam Sanitasi dan eradikasi yaitu dengan melakukan pencabutan tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan atau dibakar Cara kimiawi sesuai dengan petunjuk teknis
28
Panduan Teknik Budidaya Jagung
b. Penyakit Bercak Daun (Helminthosporium Turticum) Pengendalian Teknik bercocok tanam, mengatur kelembaban
lahan
dengan
cara
pengeringan (drainase) dan irigasi (pengairan) agar kondisi lahan tidak cocok dengan penyebaran cendawan ini. Cara fisik/mekanik dengan memotong bagian
tanaman
yang
terserang
kemudian dibakar Perlakuan benih dengan menggunakan fungisida secara merata Cara kimiawi sesuai petunjuk teknis.
c. Penyakit Karat Daun (Puccinia, sp) Pengendalian Teknik bercocok tanam seperti menjaga
kelembaban
areal
tanam, menanam varietas tahan Melakukan sanitasi Cara
kimiawi
sesuai
dengan
petunjuk teknis
29
3. TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
d. Penyakit Gosong (Ustilago Maydis) Pengendalian Teknik
bercocok
tanam,
mengatur
kelembaban lahan dengan cara pengeringan (drainase) dan irigasi (pengairan) agar kondisi
lahan
tidak
cocok
dengan
penyebaran cendawan. Cara
fisik/mekanik
dengan
memotong
bagian tanaman yangterserang kemudian dibakar Perlakuan benih dengan menggunakan fungisida secara merata Cara kimiawi sesuai dengan petunjuk teknis
e. Penyakit Busuk Tongkol/Biji (Fusarium Monoliforme) Pengendalian Teknik bercocok tanam, mengatur kelembaban lahan dengan cara pengeringan (drainase) dan irigasi (pengairan) tidak
agar
kondisi
lahan
cocok dengan penyebaran
cendawan ini. Cara
fisik/mekanik
dengan
memotong bagian tanaman yang terserang kemudian dibakar Perlakuan benih dengan menggunakan fungisida secara merata Cara kimiawi sesuai dengan petunjuk teknis
30
Panduan Teknik Budidaya Jagung
G. PANEN DAN PASCA PANEN Pemanenan dilakukan pada saat jagung
telah berumur sekitar 95-100 hst
tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen atau sering disebut masak fisiologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun, namun kadar karbohidratnya cenderung meningkat. Setelah panen dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung yang busuk, muda dan berjamur selanjutnya diproses pengeringan. Permasalahan akan timbul bila waktu panen berlangsung pada saat curah hujan masih tinggi, sehingga kadar air biji cukup tinggi, karena penundaan pengeringan akan menyebabkan penurunan kualitas hasil biji jagung. Cara pengeringan selain dengan penjemuran langsung di ladang juga dapat dilakukan dalam bentuk tongkol terkupas yang dikeringkan di lantai jemur dengan pemanasan matahari langsung, dan bila turun hujan ditutupi dengan terpal plastik. Cara pengeringan jagung demikian memiliki kelemahan karena mudah ditumbuhi jamur, serangan hama bubuk, dan kotoran. Selain itu nilai kadar air biji jagung biasanya masih tinggi ( >17%). Penundaan panen selama tujuh hari setelah jagung masak fisiologis dapat membantu proses penurunan kadar air dari 33% menjadi 27%. Namun, penundaan pengeringan dengan cara menumpuk tongkol jagung yang telah dipanen di atas terpal selama 3-5 hari dapat menyebabkan terjadinya serangan cendawan sekitar 56-68%. Sedangkan tanpa penundaan pengeringan, serangan cendawan dapat ditekan menjadi berkisar antara 9-18%.
31
4
PENUTUP
Demikian panduan ini Kami susun sebagai upaya untuk menghadirkan informasi tentang teknik budidaya tanaman jagung sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Tim penyusun dan NSLIC/NSELRED Provinsi Gorontalo sebagai inisiator berharap agar panduan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak khususnya para petani jagung di wilayah Provinsi Gorontalo terutama di lokasi pilot proyek pengembangan komoditas jagung yaitu di Kabupaten Boalemo, Gorontalo Utara dan Pohuwato. Selama proses penyusunan panduan ini, banyak terdapat kendala yang menyertai termasuk minimnya literatur yang dapat dijadikan referensi. Namun, berkat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, terutama NSLIC/NSELRED Provinsi Gorontalo maka panduan ini akhirnya dapat tersusun dengan baik. Tim penyusun menyadari bahwa panduan ini masih sederhana dan membutuhkan perbaikan dari berbagai aspek serta masukan dari semua pihak. Kami atas nama tim penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada NSLIC/NSELRED Provinsi Gorontalo yang telah memberikan kepercayaan kepada Kami untuk menyusun Panduan Tehnik Budidaya Jagung. Semoga kontribusi kecil ini dapat bermanfaat bagi pengembangan komoditas jagung dalam mendukung pembangunan ekonomi lokal.
32
A. PENDAHULUAN
Lampiran LAMPIRAN 1 A. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung di Lahan Sawah Dosis pemupukan pada tanaman jagung disarankan untuk dipertajam dengan menggunakan bantuan Bagan Warna Daun (BWD). Dosis, waktu aplikasi dan acuan pemupukan pada tanaman jagung di lahan sawah (kg/ha): Anjuran
Pupuk ke-1
Pupuk ke-2
Pupuk ke-3
Pupuk tambahan
Tanda Vegetatif
Daun 3
Daun 6 - 8
Daun > 10
Bunga jantan <25%
Umur (HST)
7
21 - 25
-
-
Acuan lain
-
BWD
BWD
BWD
Phonska (kg/ha)
150
150
-
-
Urea (kg/ha)
100
50 -100
50 - 100
75
Dosis Pupuk
Dosis pemupukan tanaman jagung di lahan sawah (kg/1000 m2): Anjuran
Pupuk ke-1
Phonska (kg/ha)
15
15
-
-
Urea (kg/ha)
10
5 -10
10 - 15
7,5
34
Pupuk ke-2
Pupuk ke-3
Pupuk tambahan
Panduan Teknik Budidaya Jagung
B. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung di Lahan Kering
Dosis pemupukan pada tanaman jagung disarankan untuk dipertajam dengan menggunakan bantuan BWD.
Dosis, waktu aplikasi dan acuan pemupukan pada tanaman jagung di lahan sawah (kg/ha). Anjuran
Pupuk ke-1
Pupuk ke-2
Pupuk tambahan
Tanda Vegetatif
Daun 3
Daun 7 - 8
Bunga jantan <25%
Umur (HST)
7
25 - 30
10 -15
Acuan lain
-
BWD
BWD < 4
Phonska (kg/ha)
200 - 300
0 - 100
-
Urea (kg/ha)
50
100 -175
75
Dosis Pupuk
Dosis pemupukan tanaman jagung di lahan kering (kg/1000 m2) Anjuran
Pupuk ke-1
Pupuk ke-2
Pupuk ke-3
Phonska (kg/ha)
20 - 30
0 - 100
-
Urea (kg/ha)
50
10 -17,5
10 - 15
Pupuk tambahan 7,5
35
LAMPIRAN
Â&#x2014; Pemupukan N pada tanaman jagung lahan kering berdasarkan BWD
Warna Daun
36
Skala BWD
Urea (kg/ha)
Urea (kg/1000 m)
Hijau Muda
<4
175
17.5
Hijau
4.0 - 4.5
150
15.0
Hijau Tua
> 4.5
125
12.5
Panduan Teknik Budidaya Jagung
LAMPIRAN 2 Analisis Usaha Tani Budidaya Tanaman Jagung ANALISIS USAHA TANI BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG No.
Uraian
Volume/Satuan
Harga Volume (Rp)
Biaya Produksi 1
Pengolahan tanah
Borongan
1.500.000
2
Benih
15 kg (Bisi 2)
930.000
3
Biaya tanam
1 Hektar
1.000.000
4
Pupuk Organik
10 Ton (10.000 kg)
5.000.000
5
Pupuk Urea
200 kg
360.000
6
Pupuk Ponska
300 kg
690.000
7
Hebisida Rambo
5 liter
350.000
8
Hebisida Gramakxon
5 liter
240.000
9
Biaya Semprot
Borongan
200.000
10
Biaya Pemupukan
Borongan
250.000
11
Biaya Panen
Borongan
1.500.000
TOTAL
12.020.000
Asumsi Hasil Produksi 1
Hasil Panen
8.000 kg (8 Ton)
2
Hitungan Nilai
8.000 kg x Rp 4.000
32.000.000
37
LAMPIRAN
B/C ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya operasional. Dengan B/C ratio akan diperoleh ukuran kelayakan usaha. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak.
B/C ratio =
Hasil Penjualan Biaya operasional
B/C ratio =
Rp 32.000.000,-
= 2,66
Rp 12.020.000,-
Dengan demikian setelah melalui perhitungan B/C Ratio dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak dilaksanakan, karena hasilnya lebih dari satu. Produksi yang diperoleh adalah 8.000 kg x Rp 4.000 = Rp 32.000.000 Laba bersih = Rp 32.000.000 - Rp 12.020.000
= Rp 19.980.000
(Sembilan belas juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah)
38
Daftar Pustaka Anonim, 1997, Pedoman Pengenalan Dan Pengendalian Hama Tanaman.Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Jakarta. Annie P. Saranga, 2006, Bioekologi Dan Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Utama pada Tanaman Jagung. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar. https://gdmorganic.com/cara-menanam-jagung/ https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Teknik-Budidaya-Tanaman-Jagung https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/04/154403526/gorontalo-ekspor70150-ton-jagung-ke-filipina. Sulawesi.bisnis.com/read/20180810/539/826848/semester-i2018-produksijagung-di-gorontalo-778.480-to n Balitsereal. 2014. Laporan Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.
40
NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5, 10th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel: +62 21 5262282, +62 21 526 8668 www.nslic.or.id
NSLIC Project
@NslicNselred