Program undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through Global Affairs Canada
Panduan Teknik
Budidaya Rumput Laut A Project implemented by
01
1
Persiapan Lokasi Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan sejak penentuan lokasi. Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas tumput laut di pengaruhi oleh faktor-faktor ekologi yang meliputi kondisi substrat perairan, kualitas air, iklim, dan geografis dasar perairan. Faktor lain yang tida k kalah pentingnya dalam penentuan lokasi yaitu faktor kemudahan (aksesibilitasi), resiko (masalah keamanan), serta konflik kepentingan (pariwisata, perhubungan, dan taman laut nasional) (Anggadiredja dkk., 2006). Lokasi budidaya rumput laut harus terlindungi dari arus (pergerakan air) dan hempasan ombak yang terlalu kuat. Apabila hal ini terjadi, arus dan ombak akan merusak dan penghanyutan tanaman (Anggadiredja dkk., 2006). Persyaratan tingkat kelayakan untuk lokasi budidaya rumput laut K. alvarezii (Utojo dkk., 2007) pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan Tingkat Kelayakan Untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut K. alvarezii
Parameter
Bobot (%)
Nilai 30 (S1)
20 (S2)
10 (N)
Morfologi
15
Terlindung
Cukup terlindung
Terbuka
Tinggi ombak (cm)
10
< 50
50-100
> 100
Kedalaman (m)
10
5-10
11-15
< 5 & > 15
Arus (cm/dtk)
10
20-30
31-40
< 10 & > 40
Kecerahan (m)
10
>4
2-4
<2
Salinitas (ppt)
10
31-33
28-30
< 28 & > 33
Substrat Dasar
10
Pasir dan pecahan karang
Pasir berlumpur
Lumpur
Hewan Herbivora
5
Tidak ada
Sedang
melimpah
Keterjangkauan
5
Mudah
Agak sulit
Sulit
Keamanan
5
Aman
Cukup aman
Tidak aman
Tenaga Kerja
5
Banyak
Cukup tersedia
Tidak tersedia
Pemasaran
5
Lancar
Cukup lancar
Tidak lancar
02
2
Metode Penanaman Budidaya rumput laut yang diterapkan oleh pembudidaya bermacam-macam, dengan istilah yang berbeda-beda pula. Metode budidaya rumput laut yang dikembangkan tergantung kondisi perairan, modal, ketersediaan alat dan bahan budidaya, serta kemampuan tenaga kerja pembudidaya. Metode yang umum digunakan oleh pembudidaya, yaitu metode lepas dasar sistem patok dan metode apung (longline dan rakit).
Gambar 1. Lokasi budidaya rumput laut metode long line
a. Metode Lepas Dasar Sistem Patok 1. Konstruksi sarana budidaya dapat dilakukan sebagai berikut: • • •
•
Siapkan patok kayu dengan diameter ± 5 cm dan panjang ± 1 m. runcing pada bagain bawah agar mudah ditancapkan pad dasar perairan. Tancapkan kedua patok kayu tersebut dengan jarak satu dengan lainnya adalah 5 - 15 m. Proses selanjutnya pemasangan patok dengan menacapkan ke dua sisi yang dihubungkan denan tali polyethylene (PE) diemeter 8mm-10 mm (tali PE diemeter 8mm-10 mm sebagai tali induk/tali palang). Bentangkan bibit rumput laut yang telah diikat pada tali PE diameter 4 mm kemudian ikat pada tali PE diemeter 8 mm-10 mm atau tali palang/induk dengan jarak antar bentangan 50 cm – 100 cm
03
b. Metode Longline Tali Panjang Metode apung terdiri dari tiga jenis yaitu longline (tali panjang), rakit bambu, dan kombinasi longline-rakit. Metode yang akan dijelaskan adalah metode longline tali panjang. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 20-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 10-25 meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan botol aqua 600 ml. Bahan dan cara pemasangan sarana budidaya metode longline adalah: a). Tali utama terdiri dari tali PE diameter 12 mm dan 10 mm. Pasang tali utama PE diameter 12 mm dan 8 mm membentuk persegi empat ukuran Âą 20 x 50 m, atau 20 x 100 m atau menyesuaikan dengan kondisi perairan dan ketersediaan bahan. Pasang patok yang berukuran panjang 60-100 cm pada setiap sudut, panjang patok tergantung pada kondisi dasar perairan, jika dasar perairan berlumpur maka dibutuhkan patok 100 cm dan jika dasar perairan berbatu maka panjang patok yang digunakan 60 cm.
Gambar 2. Konstruksi budidaya rumput laut metode long line; A.
ukuran 50 m x 50 m dan B. 20 x 100 m
04
b). Panjang tali jangkar minimal 3 kali kedalaman perairan agar mudah mengikuti pasang surut air laut. c). Pada tiap sudut pasangkan pelampung utama. Pada tali utama dibagian sisi berbentuk segi empat dipasangi pelampung bola/godu atau jerigen sebagai pelampung utama pada bagian sisi lokasi budidaya. d). Pasang tali budidaya yang telah terisi rumput laut (tali PE diameter 4 mm) dengan jarak 60-100 cm pada tali utama, sejajar dengan arah arus dan jarak 100 cm antar bentang. e). Ikatkan tali PE diameter 2 mm untuk pengikat bibit pada tali bentangan budidaya dengan jarak antar pengikat bibit Âą 10 cm. f). Ikatkan pelampung botol plastik volume 350 ml â&#x20AC;&#x201C; 600 ml.
Gambar 3. Tampak budidaya rumput laut metode long-line
05
c. Persiapan alat dan bahan Tahap persiapan dilakukan pada tahap ini adalah pembuatan tali pengikat bibit rumput laut dan membuat tali ris. Alat dan bahan yang digunakan pada tahap persiapan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya pada Tahap Persiapan
No.
Alat dan Bahan
1.
Alat • • • • •
2.
Pisau/cutter Mistar Alat pintal Meteran Kamera
Kegunaan
Memotong tali Mengukur jarak tali pengikat Alat bantu mengikat tali rumpt laut Mengukur panjang tali Mendokumentasikan kegiatan
Bahan • •
Tali PE Lilin
Tali utama Merapihkan ujung tali pengikat
Prosedur kerja yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut. a). Membuat tali pengikat rumput laut dimulai dari menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (Tabel 3), kemudian memotong tali PE menggunakan cutter atau pisau tajam dan mengikat atau menyimpul tali dengan panjang 15 – 20 cm selanjutnya membakar ujung tali pengikat rumput laut menggunakan lilin yang telah dinyalakan. b). Melakukan pengukuran panjang tali PE dengan panjang tali 20 m – 50 m yang disesuaikan dengan lokasi budidaya.
06
c). Mengikat tali pengikat rumput laut pada tali PE dengan jarak antar pengikat tali rumput laut yaitu 10-15 cm.
Gambar 4. Pembuatan tali ris dengan jarak 10 cm - 15 cm. (Aslan, dkk. 2014)
d). Prosedur kerja yang dilakukan pada tahap pengikatan bibit adalah sebagai berikut. â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘
â&#x20AC;˘
Memilih dan memotong rumput laut yang telah disediakan yaitu rumput laut yang memiliki thallus yang baik. Berat bibit awal 10 g â&#x20AC;&#x201C; 30 g Ikat rumput laut pada tali ris yang telah disediakan. Selama pembibitan disarankan akar selalu dilakukan penyiraman pada bibit rumput laut menggunakan air laut dan jangan menempatkan bibit rumput laut terkena paparan sinar matahari secara langsung. Hal ini bertujuan agar rumput laut tidak stress akibat kekeringan air. Menanam rumput laut pada lokasi budidaya yang telah ditentukan menggunakan perahu. Penanaman rumput laut dilakukan dengan mengikat tali ris pada tali induk, setelah itu dilakukan pemasangan pelampung botol plastik 600 ml sebanyak 3 botol.
07
d. Bibit Rumput Laut 1. Ciri-ciri bibit yang bagus • • • • •
Umur rumput laut untuk bibit adalah 25-30 hari. Bercabang banyak dan rimbun. Tidak ada bercak, dan tidak berlendir. Tidak terkelupas Warna cerah
• • • •
Segar dan lentur (tidak layu) serta Tidak terserang penyakit. Bau yang alami (segar). Tidak ditumbuhi lumut atau tanaman penempel. Terdapat banyak calon thallus/ anakan rumput laut.
Gambar 5. Calon anakan rumput laut dapat dilihat pada gambar yang dilingkari
•
•
Bibit rumput laut sebaiknya berasal dari kebun bibit. Apabila rumput laut yang dibudidayakan sudah mulai menurun pertumbuhannya, maka sebaiknya dilakukan pembaharuan bibit yang dapat diperoleh dari kebun bibit. Bibit yang dikembangkan dalam kebun bibit dapat berasal dari rumput laut hasil kultur jaringan atau hasil seleksi varietas atau dari galur murni yang diperoleh dari balai/lembaga penelitian milik pemerintah atau rumput laut hasil kultur jaringan.
08
e. Cara Pembaruan Bibit Dengan Seleksi klon atau seleksi varietas Langkah-langkah untuk melakukan seleksi klon: 1. Pada tahap awal dilakukan seleksi bibit rumput laut dari areal pembudidayaan yang telah berumur 25-30 hari dengan kriteria antara lain bibit rumput laut tumbuh lebih cepat dari rumpun yang lain (LPS > 3%), sehat (bebas dari penyakit tidak luka), memiliki thallus yang kuat, besar dan banyak serta memiliki warna cerah. Bibit tersebut dipotong dari percabangan pada batang utama. Setelah 30 hari pemeliharaan, dilakukan seleksi lanjut dengan mengambil sekitar 2030 % dari populasi dengan kriteria seleksi seperti tersebut diatas. Hasil dari perlakuan ini adalah bibit F2. 2. Bibit F2 hasil seleksi pada tahap I tersebut kemudian ditanam dan ditumbuhkan selama 30 hari, selanjutnya dipanen dan diseleksi sekitar 20-30% yang memenuhi kriteria keunggulan sebagaimana tersebut diatas, sehingga dihasilkan bibit F3. 3. Bibit F3 hasil seleksi tahap II kemudian ditanam dan dipelihara selama 30 hari, selanjutnya dipanen dan dilakukan seleksi sekitar 20-30 % yang memiliki keunggulan sesuai kriteria tersebut diatas, sehingga didapatkan bibit F4. 4. Lakukan langkah 1-3 hingga F9 5. Bibit F9 biasanya telah memiliki keunggulan yang relatif stabil, selanjutnya bibit unggul tersebut ditanam di areal kebun bibit. Setelah 30 hari dari penanaman bibit F9 tersebut akan dihasilkan bibit rumput unggul yang siap ditanam di areal pembudidayaan. Diupayakan, agar panen rumput laut untuk bibit secara konsisten dilakukan pada waktu bibit berumur 25-30 hari, sehingga akan terpelihara ketersediaan bibit rumput laut unggul secara berkesinambungan. Apabila rumput laut yang ditanam di kebun bibit tersebut tidak ada pihak yang membutuhkannya (untuk dipelihara di areal pembudidayaan), maka tetap dipanen ketika umur 30 hari, kemudian ditanam kembali di kebun bibit tersebut. 6. Sebagian bibit rumput laut unggul dari kebun bibit tersebut ditanam kembali di kebun bibit sebagai penghasil bibit untuk periode berikutnya. Apabila suatu saat bibit rumput laut yang dihasilkan tersebut mengalami kemunduran mutu, maka ulangi proses seleksi varietas dari tahap (a) sampai dengan (d) tersebut diatas.
09
3
Pengangkutan dan Penanganan Bibit Pengangkutan bibit sebainya ditangani dengan baik agar mendapatkan hasil yang maksimal. Keberhasilan budidaya rumput laut sangat dipengeruhi bibit yang akan digunkan. Penanganan bibit rumput laut dapat dilakukan beberapa hal berikut: 1. Usahakan menggunakan bibit dari budidaya sendiri atau dari lokasi terdekat karena bibit sudah cocok dengan lokasi tersebut dan waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan tidak lama (kurang dari 4 jam). 2. Pada saat mengangkut bibit, hindari panas (sinar matahari langsung) dan usahakan bibit selalu dalam keadaan basah oleh air laut. 3. Bibit tidak boleh terkena air tawar. Hindari mengangkut bibit pada saat hujan atau gunakan terpal untuk melindungi rumput laut. 4. Pada pengangkutan jarak dekat, usahakan pengangkutan bibit pada pagi hari agar bisa langsung diikat pada tali bentangan dan ditanam di laut. 5. Pengangkutan bibit jarak jauh diusahakan dilakukan pada malam hari dan penanaman bibit dilakukan pada pagi hari berikutnya. 6. Jangan membuang/melempar atau membenturkan bibit karena dapat menyebabkan bibit patah atau luka. 7. Jika bibit diangkut dari jarak jauh (maksimal 4 jam), biarkan rumput laut beberapa saat di tempat yang teduh kurang lebih 30 menit kemudian percikkan air dan rendam kembali dengan air laut sebelum diikat. 8. Apabila pengangkutan bibit dilakukan pada jarak jauh (>12 jam) maka pengepakan dilakukan dengan sistem tertutup.
Gambar 6. Bibit rumput laut berasal dari kebut bibit
10
â&#x20AC;˘
Lakukan pengikatan bibit pada tempat teduh (tidak terkena sinar matahari). Sebaiknya terdapat tempat khusus yang memiliki atap untuk mengikat bibit.
Gambar 7. Proses pembibitan yang dilakukan di tempat yang tidak terkena secara
â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘
langsung oleh sinar matahari
Pengikatan bibit sebaiknya dilakukan pada lokasi yang bersih, seperti terbebas dari bahan pencemar seperti bahan bakar solar. Ikat bibit dengan hati-hati dan tidak terlalu kencang, agar tidak patah atau luka karena terlilit. Pengikatan dilakukan di pangkal/tengah rumput laut
Gambar 8. Pengikatan bibit dilakukan dipangkal rumput laut
11
â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘
Bibit yang telah diikat disimpan secara rapi di tempat teduh sampai jumlah tertentu yang bisa diangkut dengan mudah ke lokasi penanaman. Angkat bibit yang telah diikat dengan hati- hati untuk dibawa ke lokasi penanaman/budidaya. Hindarkan dari panas, air tawar/hujan, maupun gesekan dengan benda kasar.
Gambar 7. Proses pembibitan yang dilakukan di tempat yang tidak terkena secara
â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘
langsung oleh sinar matahari
Bibit yang dipanen pada pagi hari dan langsung diikat sampai siang-sore, maka maksimal harus ditanam pada sore harinya (tidak boleh bermalam). Pasang pelampung pada tali ris bentangan Jangan gunakan pupuk anorganik dan pupuk organik yang bukan diperuntukkan untuk budidaya rumput laut di laut karena dapat menyebabkan eutrofikasi/penyuburan berlebihan, pencemaran dan timbulnya hama penyakit berupa organisme penempel (lumut)
12
2
Perawatan/Pemeliharaan Rumput Laut a. Lakukan pengontrolan rumput laut 2-3 kali/hari selama seminggu sejak dilakukan penanaman terutama pada saat gelombang besar. b. Periksa bibit, jika ada yang patah/hilang, segera ganti dengan bibit baru. Penggantian bibit baru (penyulaman) tersebut hanya dilakukan pada minggu pertama agar ukuran panen tidak jauh berbeda. c. Bersihkan bibit rumput laut dari penempelan rumput laut alam seperti Sargassum dan Ulva; lumut; sedimen; lumpur dan kotoran lainnya. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan menggoyang-goyang tali bentangan atau mengambil langsung organisme penempel tersebut.
Gambar 10. Pembersihan rumput laut yang dilakukan tiap 2 (dua) hari sekali
a. Organisme penempel yang telah diambil sebaiknya dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah di darat. Hal ini untuk mengurangi atau menghindari penempelan kembali oleh organisme tersebut b. Khusus untuk rumput laut alam yang memiliki nilai jual seperti Sargassum, lepaskan dan panen rumput laut tersebut untuk dijual c. Atur posisi pelampung dan atau isi setengah botol dengan air untuk mencegah timbulnya rumput laut ke permukaan air pada musim hujan. d. Setelah satu minggu penanaman, pengontrolan cukup dilakukan satu kali per hari, atau 3 kali per minggu, sampai panen.
13
3
Perawatan Konstruksi Budidaya 1. Bersihkan kotoran, lumut atau organisme penempel pada tali bentangan. 2. Setelah panen, jemur tali bentangan sampai lumut kering dan kemudian bersihkan. Tali yang sudah bersih dapat digunakan kembali untuk penanaman berikutnya. Tali bentangan juga dapat dibersihkan/digosok terlebih dahulu dengan waring sebelum dijemur. Tali bentangan dapat digunakan selama 2 tahun. 3. Periksa patok, tali dan ikatannya, pelampung, dan jangkar. Segera perbaiki jika ada yang longgar atau terlepas.
14
4
Hama dan penyakit pada Budidaya Rumput Laut 1. Hama Berdasarkan kajian WWF Indonesia (2014) mengklasifikasikan beberpa jenis hama pada rumput laut. Beberapa hama dapat dilihat pada tabel berikut: Metode No. Hama
Lepas Apung Dasar
Gejala/Akibat
Penanggulangan
1.
Penyu Hijau
V
V
Rumput laut hilang dan patah (bekas gigitan penyu)
• Usirlah/tangkaplah hama yang menyerang dan pindahkan ke luar area budidaya dengan cara yang tidak mematikan. • Pengontrolan rutin terhadap unit budaya. • Penanaman massal secara bersamaan
2.
Ikan: Baronang, Kakatua
V
V
Rumput laut hilang, geripis (disebabkan serangan baronang kecil) digerogoti, patah
• Lakukan penanaman masal secara bersamaan pada suatu lokasi • Menggantungkan benda yang menghasilkan bunyi atau memantulkan cahaya contohnya dengan botol kosong yang diisi kelereng/batu, dengan kepingan vcd bekas. • Pengontrolan rutin
3.
Bulu Babi
V
X
digerogoti, patah, layu
Ambilah hama yang menyerang dan pindahkan ke luar area budidaya dengan cara yang tidak mematikan.
4.
Siput
V
X
digerogoti, patah, layu, warna menjadi pucat kuning
Ambilah hama yang menyerang dan pindahkan ke luar area budidaya dengan cara yang tidak mematikan.
5.
Teripang
V
X
digerogoti, patah, layu, warna menjadi pucat kuning
Ambilah hama yang menyerang dan pindahkan ke luar area budidaya dengan cara yang tidak mematikan.
6.
Bintang Laut
V
X
digerogoti, patah, layu, warna menjadi pucat kuning
Ambilah hama yang menyerang dan pindahkan ke luar area budidaya dengan cara yang tidak mematikan.
7.
Dugong
V
V
Rumput laut hilang
Apabila hama menyerang rumput laut, maka usir/tangkap hama dan pindahkan ke lokasi di luar areal budidaya dengan cara yang tidak mematikan
Keterangan : X = tidak terpengaruh; V = terpengaruh
Cara paling baik untuk mengantisipasi serangan hama adalah memperbanyak populasi rumput laut yang dibudidayakan serta lakukan penanaman secara serentak pada satu hamparan. Rumput laut yang rontok akan menstimulasi hama untuk menyerang, maka pungutlah rumput laut yang jatuh ke dasar perairan.
15
2. Penyakit dan Gulma Berdasarkan kajian WWF Indonesia (2014) mengklasifikasikan beberpa jenis penyakit/gulma pada rumput laut. Beberapa penyakit dapat dilihat pada tabel berikut: Metode No. Penyakit/ Gulma 1.
Penyakit: ice-ice
Gejala/Akibat
Lepas Apung Dasar V
V
• • • • •
Penanggulangan
Perubahan kondisi air secara Panen sgera, pindahkan lokasi drastis terutama suhu. budidaya atau berhenti menanam Pertumbuhan lambat, selama beberapa bulan. memutih (pucat), patah. Bercak putih biasanya muncul dari batang tempat ikatan rumput laut. Rumput laut yang terserang biasanya berlendir. Setelah memutih, maka batang akan hancur
Faktor-faktor yang menstimulasi terjadinya ice-ice adalah: Kotoran di tali ikat, perubahan kondisi alam yang yang drastis, dan penggunaan bibit yang tidak bagus 2.
Gulma: makroalga (Ulva spp., Enteromorph a spp., Cladophora spp.,)
V
V
• •
Menempel dan merusak Panen sgera, pindahkan lokasi rumput laut. budidaya atau berhenti menanam Menghambat pertumbuhan selama beberapa bulan.
Keterangan : X = tidak terpengaruh; V = terpengaruh
Jika terjadi serangan hama, penyakit, maupun gulma selama 10 hari terus-menerus, sebaiknya segera dilakukan panen. Jika terjadi serangan hama, penyakit, maupun gulma secara terus menerus selama 1 tahun yang mengakibatkan kematian pada bibit atau menimbulkan kerusakan pada rumput laut yang masih berumur kurang dari 20 hari, sebaiknya lokasi budidaya dialihkan.
16
Apabila pada suatu daerah terjadi pergantian musim atau perubahan lingkungan yang ditandai dengan tidak ada arus air, suhu dan salinitas tinggi yang menyebabkan rumput laut menjadi lemas/lembek dan dalam 2 hari mengalami kematian, maka perlu dilakukan pengaturan pola tanam sehingga pada saat terjadinya kasus tersebut, kegiatan budidaya di lokasi sudah dihentikan. Dalam hal ini pembuatan kalender musim Tanam sangat diperlukan. Apabila dalam satu hamparan budidaya terdapat serangan penyakit ataupun hama yang sangat mengkhawatirkan sebaiknya dilakukan upaya peringatan dini, misalnya dengan pemasangan bendera merah pada unit budidaya yang terserang, sehingga pembudidaya yang lain dapat mengetahui dan mengambil tindakan pencegahan
17
5
Panen dan Pasca Panen 1. Cara Melakukan Panen â&#x20AC;˘ Waktu pemanenan tergantung dari tujuannya. Untuk mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 - 35 hari, dan untuk produksi dengan kualitas tinggi yang kandungan keraginannya banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari. â&#x20AC;˘ Pemanenan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman beserta tali penggantungnya. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali. â&#x20AC;˘ Sebelum pemanenan dilakukan dengan cara melepas tali bentang, sebaiknya rumput laut digoyang-goyang untuk melepaskan kotoran yang menempel.
Gambar 11. Rumput laut yang masih kotor tetapi sudah dipanen
â&#x20AC;˘
Lakukan cara panen yang benar sehingga kualitas rumput laut tetap bagus, yaitu dengan cara melepaskan rumput laut satu-satu dari tali bentang.
18
Gambar 12. Pelepasan rumput laut dari tali bentang dengan cara dipurus/dilorot
Jangan melepaskan rumput laut dari tali bentang dengan cara dipurus/ dilorot karena akan menurunkan kualitas rumput laut kering â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘ â&#x20AC;˘
â&#x20AC;˘
Setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dengan menjemur. Rumput laut dijemur dengan menggantungkan atau diletakkan pada parapara sehingga tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya. Sambil penjemuran dilakukan pembersihan dari kotoran dengan mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah dan lainnya. Simpan hasil panen dalam wadah (perahu, keranjang, karung) atau diangkat langsung. Jangan menyeretnya agar rumput laut tidak kotor atau patahpatah. Hindari panen pada saat hujan karena akan menurunkan kualitas rumput laut. Khusus untuk spinosum, panen dapat dilakukan pada saat rumput laut berumur 25-30 hari, karena kualitas dan kandungan karagenan-nya paling optimal pada umur tersebut.
Gambar 13. Rumput laut yang sedang dijemur; A. Tidak terkena hujan; B. Terkena hujan
19
6
Penanganan Pasca Panen 1. Kualitas rumput laut ditentukan oleh: a). Kandungan karagenan ditentukan oleh jenis/asal rumput laut (genetik), lokasi budidaya, umur panen, tingkat pertumbuhan, dan cara pengeringan. b). Kadar air: maksimal 35%, ditentukan oleh cara dan waktu pengeringan. Ciricirinya adalah apabila digenggam terasa menusuk, jika terasa lengket berarti kadar air masih diatas 35%. c). Kandungan bahan lain/kotoran (impurity): kurang 5%, ditentukan oleh lokasi budidaya, cara panen, cara pengeringan. Selain akses terhadap pasar, kualitas rumput laut yang tinggi juga akan sangat menentukan harga rumput laut. Kualitas rumput laut ini dapat dikontrol dengan cara budidaya, panen, dan penanganan pasca- panen yang baik. Standar kualitas rumput laut disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). 2. Pengeringan a). Usahakan thallus/batang rumput laut tidak patah-patah atau tidak dipurus dari tali bentang sebelum dikeringkan agar kandungan karagenan tidak berkurang b). Pengeringan dapat dilakukan dengan cara jemur gantung, atau di atas para-para. Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari sampai dengan tingkat kekeringan sesuai standar.
Gambar 14. Proses pengeringan dengan metode tebar diatas para-para
c). Pengeringan dengan menggunakan metode gantung (hanging method)
20
Rumput laut hasil panen yang digantung lebih cepat kering serta warnanya lebih merata karena aman dari air hujan sehingga lebih berkualitas untuk dipasarkan. Rumput laut yang dijemur dengan cara digantung memiliki warna coklat kemerahan, sedangkan penjemuran dengan cara tidak tepat akan menghasilkan rumput laut yang berwarna
Gambar 15. Pengeringan rumput laut hasil panen dengan menggunakan metode gantung.
d). Atur ketebalan rumput laut yang dijemur Âą 10 cm dan lakukan pembalikan rumput laut pada saat terik matahari agar keringnya merata. e). Siapkan penutup jika terjadi hujan dan pada malam hari. Selama proses penjemuran jangan sampai rumput laut terkena air tawar f). Bersihkan rumput laut dari kontaminan seperti rumput laut liar, ikan dan udang kecil, molluska, daun-daun, tali pengikat rumput laut, cangkang dan juga benda-benda asing lainnya. g). Jagalah lokasi pengeringan agar tidak ada hewan ternak yang menginjak rumput laut atau membuang kotoran di atas rumput laut
21
3. Pengepakan dan Penyimpanan Setelah rumput laut kering, sebaiknya bersihkan kembali rumput laut dari kontaminan yang tertinggal kemudian masukkan rumput laut dalam wadah pengepakan. Bagi pembudidaya skala kecil, pengepakan rumput laut dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan cara memasukkan rumput laut kering ke dalam karung plastik. Rumput laut kering juga bisa langsung dijual dan diangkut oleh pengumpul tanpa harus mengemasnya dalam karung. Jika pembudidaya ingin menyimpan rumput laut, sebaiknya ditempatkan dalam karung plastik atau ditutup dengan plastik/terpal dan lantai tempat penyimpanan harus bersih dan kering. Jika disimpan lebih dari 3 hari, karung plastik sebaiknya diletakkan di atas kayu penyanggah sehingga bagian bawahnya tidak lembab. Pengepakan rumput laut dilakukan setelah melakukan rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Pengepakan bertujuan untuk mempertahankan mutu rumput laut disamping itu, proses pengepakan dilakukan untuk memudahkan proses penyimpanan, labeling dan transportasi. Pengepakan dapat dilakukan baik menggunakan alat bantu maupun manual.
Gambar 16. Pada Saat Pengepakan Pisahkan Rumput Laut Sesuai Jenisnya
22
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengepakan, antara lain sebagai berikut: 1. Pada saat melakukan pengemasan harus memperhatikan: kebersihan area pengemasan, kebersihan kemasan, kebersihan alat pengepakan/alat bantu pengepakan dan kebersihan orang yang menangani rumput laut. 2. Ukuran packing disesuaikan dengan kemasan (karung) yang akan digunakan, bisanya karung disediakan oleh pembeli sehingga ukuran pengepakkan diseuaikan dengan permintaan pembeli (50 kg - 100 kg per karung) 3. Packing karung diberi identifikasi nomor, untuk memudahkan mengidentifikasi berat keseleruhan. 4. Hindari pengepakkan terhadap benda asing, dengan memperhatikan kebersihan tempat pengepakan, kebersihan kemasan (karung), dan orang yang melakukan proses pengepakkan juga harus bersih.
Daftar Pustaka
Anggadiredja, T.J., Achmad, E., Purwanto, H. dan Sri, I. 2006. Rumput Laut Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 174 hal. Aslan L.O.M., Yusnaini, Legit, D. 2014. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karagenan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Long Line. Di Bungin Permai, Kabupaten Konsel. UH0. 49 Utojo, Mansyur, A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan Teluk Mallasora yang Layak Untuk Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2: 243-255. WWF. 2014. Budidaya Rumput Laut. Versi 1, Juni 2014
NSLIC/NSELRED Project: World Trade Center (WTC) 5 Building, 10th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920, Indonesia Tel : +62 21 5262282, +62 21 5268668 www.nslic.or.id NSLIC Project @NslicNselred