Makalah Imunisasi

Page 1

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK

“Imunisasi”

Disusun oleh : PSIK 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 KATA PENGANTAR


Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penanggung jawab mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan IV yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam makalah ini yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami dimasa yang akan datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penyusun, PSIK 2015

2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2 DAFTAR ISI....................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4 1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5 2.1 Pengertian Imunisasi..........................................................................................................5 2.2 Tujuan Imunisasi................................................................................................................5 2.3 Manfaat Imunisasi..............................................................................................................6 2.4 Prinsip Dasar Imunisasi......................................................................................................6 2.5 Mekanisme Imunisasi dalam Pencegahan Penyakit. ........................................................ 6 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisas......................................................... 6 2.7 Macam-Macam Imunisasi..................................................................................................7 2.8 Mekanisme Sistem Imun Sebelum di Imunisasi dan Reaksinya .............................................18 2.9 Imunisasi Pengulangan atau Booster................................................................................19 BAB III PENUTUP…………………………………….………………..……………………....20 3.1

Kesimpulan.....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................21

3


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu cara memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit. Sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi perthanan spesifik dan non-spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh pertma kali adalah pertahanan non-spesifik, seperti komplemen dan makrofag, komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketkika ada kuman yang masuk kedalam tubuh. Setelah itu kuman harus menghadapi pertahanan tubuh humoral dan seluler. Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila mikroorganisme sampai dicairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin, system pertahanan tubuh dilakukan oleh sel limfosit T dan bereaksi apabila virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang spesifik terutama sel limfosit B, selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut cell memory. Selini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk kedalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi. (Aziz.2008) 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kebutuhan imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan? 2. Apa fungsi dan bagaimana proses kerja serta reaksi yang timbul dari masing-masing imunisasi? 3. Perlukah pengulangan imunisasi? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat menjelaskanimunisasi dasar dan imunisasi lanjutan 2. Mahasiswa mengetahui fungsi dan bagaimana proses kerja serta reaksi yang timbul dari masing-masing imunisasi 3. Mahasiswa mengetahui perlunya pengulangan imunisasi

4


BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN IMUNISASI Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuatzat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang digunakan kedalam tubuh melaui injeksi dan mulut.(Aziz.2008)

2.2 TUJUAN IMUNISASI Tujuan pemeberian imunisasi diharapkan untuk anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.(Aziz.2008) 2.3 MANFAAT IMUNISASI 1) Untuk Anak Bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit. 2)

Untuk Keluarga Bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit.

3)

Untuk Negara Bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

2.4 PRINSIP DASAR IMUNISASI a. Pada dasarnya, tubuh akan menolak antigen (kuman, bakteri, virus, pasrasit, penyakit, racun) jika memasuki tubuh. Tubuh akan menolak dan membuat antibody atau antitoksin b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung lambat dan lemah, sehingga tidak cukup kuat melawan antigen c. Pada reaksi berikutnya tubuh akan mengenali jenis antigen tersebut 5


d. Imunisasi diberikan dalam rangka memperkenalkan beebagai antigen, agar cepat direspon oleh tubuh e. Sesudah beberapa lama, pemeberian imunisasi zat anti untuk melawan antigen akan menurun atau hilang. Karena itu perl dilakukan imunisasi ulang terhadap antigen tertentu f. Zat antibody dilimfa, hati, kelenjar timus dan kelenjar getah bening. Jika kelenjar getah bening salah satu pada tubuh rusak, dapat dikatakan daya tahan tubuh menurun atau lemah.

2.5 MEKANISME IMUNISASI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Imunisasi bekerja dengan merangsang pembentukan antibodi terhadap organisme tertentu, tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh. Terbuat dan mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganismepenyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan. Tidak akan membuat penderita jatuh sakit. Vaksin masuk kedalam tubuh melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh akan bereaksi kedalam vaksin sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi kemudian membunuh vaksin tersebut klayaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang. Kemudian antibody terus berada di peredaran darah membentuk imunitas ketika suatu saat tubuh diserang mikroorganisme yang sama dengan yang ada divaksin, maka antibodi akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi (Wong.2008) 2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN IMUNISASI 1. Motivasi 2. Letak Geografis 3. Lingkungan 4. Sosial Ekonomi 5. Pengalaman 6. Fasilitas Kesehatan 7. Pengetahuan 8. Pendidikan 6


2.7 MACAM-MACAM IMUNISASI A. Macam-macam imunisasi : 1. Imunisasi Aktif Adalah pemberian zat antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori. Jika benar-benar ada infeksi maka tubuh cepat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat kandungan di setiap vaksin yaitu : Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikrobauntuk terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan). Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen. Tujuan dari imunisasi aktif adalah untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contoh imunisasi aktif adalah BCG, Campak dll. 2. Imunisasi Pasif Adalah pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contohnya menyuntikkan ATS (anti

tetanus serum) pada orang yang

mengalami luka kecelakaan. IMUNISASI WAJIB

1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin) Kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikrobakteri lingkungan sekitar, maka dari itu sebaiknya lakukan uji tuberkulin. Sebaiknya diberikan pada 7


masa inkubasi (dari lahir sampai 2-3 bulan). BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri secara hematogen, tapi tidak mampu membatasi pertumbuhan fokus yan terlokalisasi (contohnya tuberkulosis paru), berguna juga untuk melindungi anak dari lepra. Tetapi pemerintah RI menyatakan imunisasi BCG diberikan pada umur 0-12 bulan, karena penyakit ini memerlukan imunitas seluler yang tidak diturunkan melalui plasenta. Dosis untuk bayi atau yang lebih kecil dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak-anak 0,10 ml. Diberikan pada intrakutan muskulus deltoideus kanan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan, pada penderita dengan gangguan kekebalan.  Reaksi tubuh terhadap imunisasi BCG  Reaksi normal : 1. Setelah 2 – 3 minggu padatempat penyuntikanakan terjadi pembengkakan kecil berwarna merahkemudianakan menjadi lukadengandiameter 10mm. 2. Hal ini perlu diberitahukankepada

ibu

agar

tidak

memberikanapapun pada luka tersebut dan diberikan penutup dengan kasa kerinng dan bersih. 3. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut dengan diameter 5 – 7 mm  Reaksi berat : 1.

kadang

-

kadang

terjadiperadangan

setempat

yang

agar

berat/abces yang telah luas. 2.

pembengkakan

padakelenjar

limfe

pada

leher

/

ketiak.

( Kurniasih , 2006) 2. Hepatitus B `

Ada dua vaksin hepatitit B yang mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari

plasma dan (2) vaksin rekombinan.kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HbaSg itbu tidak mengganggu respons terhadap vaksin. Lebih dari 90% anak rentan mengembangkan respons antibodi protektif 9dengan titer lebih tinggi dari 10 µg (mcg)/ml) pasca-tiga dosis vaksin, sedangkan efektivitas vaksin untuk mencegah pengidap kronis pada kebanyakan kohort anak yang dipelajari selama lebih dari 10 tahun, lebih dari 90%. 8


Bayi dari ibu pengidap HbsAg positif berspons kurang baik terhadap vaksin karena vaksinasi sering baru diberikan setelah infeksi terjadi. Efektivitas vaksin untuk mencegah pengidap Hepatitis B kronik pada bayi-bayi ini berkisar 75-95%. Pemberian satu dosis imunoglobulin hebtitis B pada saat lahir dpat sedikit memperbaiki efektivitasnya, tetapi HBIG tidak selalu tersedia di kebanyakan negara-negara berkembang, disamping harganya yang relatif mahal. Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat sekita 33% ibu melahirkan dinegara berkembang adalah pengidap HbsAg positif dengan perkiraan transmisi maternal 40%. Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan adalah sebagai berikut : a. Bayi dari lahir dariibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 0,5 Ml vaksin rekombinan atau vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosisi kedua diberikan saat umur 1-2 bulan, dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HbsAg positif maka segera berikan 0,5 HBIG (sebelum anak berusia satu minggu) b. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 Ml imunoglobulin hepatitis B (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 0,5 ml vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, maka berikan 0,5 pada intamuskular dan berikan suntikan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan, dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberikan dosis minimal 0,25 vaksin rekombinan , sedangkan jika igin menggunkan vaksin dari plasma berikan 0,5 pada bagian intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis ketiga diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan. d. Ulangan imunisasi hepatits B (hep b4) diberikan pada umur 10-12 tahun. Pada penelitian di Thailand, anak-anak yang telah mendapatkan imunisasi dasar hepatitis tiga kali sebelum umur 1 tahun, pada umur 5 tahun 90,7 % diantaranya masih mempunyai titer antibodi hepatitis B protektif atau diatas ambang pencegahan, sehingga tidak diperlukan imunisasi ulangan. Pada umur 5 tahun, setiap anak sebaiknya diberikan titer anti-HbsAg-nya. Bila titer berada diabwah ambang pencegahan atau negatif,dapat diberikanimunisasi ulangan, namun apabila pada umur 9


5 tahun anak belum pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B, maka berikan imunisasi hepatitis B tiga kali. 3.DPT/DT DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga elemen, yaitu 1) toksiod corynebacterium diphteriae (difteri), 2) Bakteri Bordetella pertusis yang telah dimatika seluruh sel, dan 3) toksiodClostridiumtetani (tetanus). Toksoid Difteri merupakan preparat toksin difteri yang diinaktifkan dengan formaldehid dan diabsorpsi pada garam alumunium untuk melakukan antigenesitasnya. Toksiod ini melindungi tubuh terhadap kerja toksin. Orang yang telah diiumnisasi dapat terinfeksi strain difteri penghasil toksin tanpa mengalami manifestasi difteri sistemik. Walaupun insidens kasus difteri relatif rendah karena dikebanyakan negara berkembang anak-anak telah mendapatkan imunitas melalui infeksi subklinis atau infeksi kulit, wabah difteri yang barubaru ini terjadi di Cina. Wabah difteri pada orang dewasa di Eropa menunjukkan perlunya mempertahankan imunitas terhadap penyakit tersebut seumur hidup karena difteri masih merupakan penyakit yang berat, dengan angka fasilitas kasus sekitar 5-10%. Tidak ada data dari penelitian acak terkendali mengenai kemampuan proteksi toksoid difteri, tetapi pengamatn wabah telah menunjukkan kemampuan proteksi lebih dari 87%. Pada anak yang telah mendapatkan imunisasi lengkap, bilapun terjangkit difteri, gejalanya akan jauh lebih ringan tanpa komplikasi yang berat. Toksoid difteri hampir selalu diberikan bersamaan dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis sebagai bagian dari vaksin DPT pada seri imunisasi primer. Toksoid difteri juga tersedia sebagai komponen dari vaksin kombinasi lain atau sebagai vaksin monovalen. Vaksin DPT mengandung 10-20 Lf toksoid difteri perdosis dengan potensi toksoid difteri sekitar 30 IU perdosis. Vaksin kombinasi difteri-tetanus ada dalam dua sediaan, yaitu DT dengan 10-30 Lf perdosis untuk anak berumur 7 tahun atau kurang dan DT dengan kadar toksiod difteri yang lebih rendah 2-5 Lf perdosis untuk anak yang lebih tua dan dewasa karena adanya hipereaktivitas terhadap toksoid difteri pada orang-orang yang telah tersensitisasi antigen. DT diberikan pada anak yang mempunyai kontraindikasi terhadap vaksin pertusis, sedangkan DT

10


digunakan dinegara-negara yang pemberian booster toksoid ini direkomendasikan seumur hidup. Toksoid Tetanus merupakan preparat toksiid tetanus yang diinaktifkan dengan formaldehid dan diabsorpsi pada garam alumunium untuk meningkatkan antigenesitasnya. Preparat TT cukup stabil, dapatbertahan pada suhu kamar selama beberapa bulan pada suhu 37°C selama beberapa minggu tanpa kehilangan potensi yang berarti. TT merangsang pembentukan antitoksin untuk menetralkan toksin tetanus. Antitoksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum. Kadar antitoksin tetanus 0,01 IU/ml serum yang ditentukan dengan pemeriksaan in vivo, seperti ELISA atau hemaglutinin pasif, kadar in vivo tersebut setara dengan 0,1 IU/mlantibodi hasil pengukuran in vivo. Pencegahan tetanus neonatorum dengan imunisasi tksoid tetanus pada wanita Optimalisai program pencegahan, tetanus neonatorum melalui imunisasi ibu tergantung pada riwayat imunisasi wanita. Bila kebanyakan wanita usia subur belum diimunisasi tetanus pada masa bayi atau remaja maka harus diimplementasikan jadwal imuisasi TT 5 dosis untuk semua wanita usia subur. Jadwal imunisasi TT ini harus meliputi dosis pertama pada kontak pertama, dosis kedua sekurang-kurangnya 4 minggu setelah dosis pertama, dan dosis ketiga 612 bulan berikutnya. Perlindungan ini dapat berlangsung sekitar 5 tahun. Bila dberikan dosis keempat dan kelima, imunitas dapat menetap sampai masing-masing 10 da 20 tahun atau selama masa reproduksi. Dosis keempat diberikan sekurang-kurangnya satu tahunsetelah dosis ketiga, begitu juga dengan dosis kelima, satu tahun setelah dosis keempat. Vaksin pertusis, ada dua jenis vaksin pertusis 1) vaksin seluruh sel yaitu vaksin yang mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan bahan kimia atau panas, dan 2) vaksin aelular, yang baru-baru ini diperkenalkan dibeberapa negara maju. Vaksin pertusis efektif untuk mencegah penyakit serius, tetapi tidak dapat melindungi. Secara sempurna terhadap infeksi bordetella pertussis. Efektivitas dan kadar antibodi protektif sesudah vaksinasi makin lama makin berkurang. Kadar antibodi protektif terhadap pertusis belum diketahui. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa derajat penelitian terhadap penyakit sangat bervariasi, sebagian besar karena perbedaan metodologi. Sangat sedikit penelitian mengenai kemampuan proteksi imunisasi ini dinegara berkembang. Namun pentingnya vaksinasi pertussis ditunjukkan oleh turunnya insidens penyakit asca program imunisasi 11


masal, baik dinegara industri ataupun dinegara berkembang dan terjadinya peningkatan kembali insidens penyakit bahkan epidemi, bila cakupan vaksinasi turun, seperti di Swedia, Jepang, dan Inggris. Vaksin seluruh sel mengakibatkan reaksi lokal dan demam. Kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi neurologis, seperti ensefalopati, kejang, dan episode hipotonik hiporesponsif, serta menangis dan menjerit berkepanjangan lebih dari 3 jam. Vaksin pertusis aseluler mengandung protein antgen pertusis murni yang diekstraksi dari bakteri. Biasanya vaksin ini merupakan kombinasi dari antigen-antigen berikut ini, yaitu toksoid pertusis hemaglutinin filamentosa, aglutinogen, dan protein membran luar seperti fimbrae. Kejadian efek samping sistemik maupun lokal dua sampai empat kali lebih jarang dengan vaksin aseluler ini bila dibandingkan vaksin pertusis seluruh sel. Keparahan efek samping juga jauh lebih ringan dengan vaksin aseluler ini. Vaksin pertusis aselular telah banyak digunakan di negara maju, seperti Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat. Derajat proteksi vaksin aselular dipengaruhi oleh kombinasi antigen yang digunakan, vaksin dengan antigen multipetal mempunyai kemampuan proteksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan vaksin yang hanya terdiri dari antigen pertusis atau kombinasi antigen toksoid pertusis dengan hemaglutinin filamentosa. 

Reaksi tubuh terhadap imunisasi DPT

 Reaksilokal : 1. Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam ringan selama 1 – 2 hari. 2. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panik sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.  Reaksi umum: 1. Demam tinggi, kejang, syok berat. 2. Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat) sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.

2 Vaksin Poliomielitis Ada dua jenis vaksin poliomielitis, yaitu vaksin yang diberikan peroral dan yang diberikan secara suntikan. Vaksin poliomielitis oral (sabin) mengandung tiga tipe virus 12


polio hidup yang dilemahkan (virus polio 1,2,3). Karena harganya yang murah, mudah pemberiannya, dapat menginduksi imunitas intestinal, dan berpotensi menginfeksi secara sekunder kontak rumah tangga dan komunitas, WHO merekomendasikan pemberian vaksin polio oral trivalen sebagai vaksin pilihan untuk pemberantasan poliomielitis. Pemberian vaksin polio oral diberikan pada saat lahir atau 2 minggu setelah lahir. Harus menggunakan vaksin oral, karena anak yang lebih besar mempunyai resiko poliomielitis jika menggunakan injeksi. 5. Vaksin Campak (morbili) a. Penjelasan imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasi dengan vaksin gondong/bengok(mumps) dan rubella9campak jerman). Di amerika serikat kemasan terakhir ini dikenal dengan nama vaksin MMR (Mesles-Mumps-Rubella vacine). (hidayat.2008) b. Penyebab dan Cara Penyebaran campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan slauran pernafasan. Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah(droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.(suharjo dan cahyono.2010) c. Gejala dan Tanda penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai berikut : 1. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda sakit. 2. Fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejal yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38 oC- 40oC, mata merah berair, mulut muncul bintik putih(bercak koplik) dan kadang disertai mencret. 3. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul diseluruh tubuh, melankan 13


bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Warnanyapun khas ; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya.(suharjo dan cahyono.2010) d. Pengobatan tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang diberikan hanya

untuk

mengurangi

keluhan

pasien(demam,batuk,diare,kejang).

Pada

hakikatnya penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya. Vitamin A dengan dosis tertentu sesuai dengan usia anka dapat diberikan untuk meringankan perjalanan penyakit campak(agar tidak terlalu parah). Jika anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka anak harus segera dirawat di rumah sakit. (suharjo dan cahyono.2010) e. Pencegahan tidak jauh berbeda dengan gondongan, upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi campak. (suharjo dan cahyono.2010) f. Cara Imunisasi Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dalam kandungan dari ibunya. Makin lanjut umur bayi, makin berkurang kekebalan pasif tersebut. Waktu berumur enam bulan biasanya sebagian dari bayi tidak mempunyai kekebalan pasif lagi. Dengan adanya kekebalan pasif ini sangat jarang seorang bayi menderita campak pada umur kurang dari enam bulan. Menurut WHO(1973) imunisasi campak satu kali suntikan setelah bayi berumur sembilan bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari satu tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan imunisasi ulang lagi. Di indonesia keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan sering dijumpai bayi menderiata penyakit campak ketika masih berumur antara enam-sembilan bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur sembilan bulan untuk mendapat vaksinasi campak seperti yang dianjurkan WHO. Dengan demikian indonesia dianjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi sebelum bayi 14


berumur sembilan bulan, misalnya pada umur enam-sembilan bulan ketika kekebalan pasif yang diperoleh ibu mulai menghilang. Akan tetapi kemudian harus mendapat suntikan ulang setelah berumur lima belas bulan. Perlukah vaksinasi campak diulang pada anak yang telah menderita campak karena infeksi alamiah ? sebenarnya bila anak tersebut telah benar-benar menderita sakit campak , maka vaksinasi campak tidak perlu diberikan lagi. Maslahnya adalah apakah anak tersebut benar menderita campak ? biasanya seorang ibu mendasarkan dugaan sakit anaknya itu hanya karena adanya demam yang disertai timbulnya bercak merah di kulit. Gejala demam dengan bercak merah dikulit tidak hanya pada penyakit campak, tetapi dapat juga dijumpai pada penyakit lain, seperti penyakit “demam tiga hariâ€?, demam berdarah, campak jerman dan sebaginya.(hidayat.2008) Imunisasi Tambahan 1. Imunisasi MMR Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles); gondrong, perotisepidemika (mumps); dan campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain edmonson yg dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondrong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 tahun. 

Cara imunisasi Imunisasi MMR diberikan dengan satu kali suntikan setelah anak berumur 15 bulan. Pemberian imunisasi yang agak lambat ini agar pembentukan antibodi akibat penyuntikan tidak terganggu oleh kekebalan pasif yang diperoleh bayi dari ibunya. Vaksinasi ulang diperlukan pada usia 11 tahun ke atas.



Kekebalan Daya proteksi vaksin MMR sangat baik yaitu dapat mencapai 85-99%. Meskipun sudah mempunyai kekebalan akibat imunisasi, hendaknya ibu hamil menghindarkan diri dari penderita rubella.

15




Reaksi imunisasi Biasanya tidak terjadi reaksi imunisasi. Kadang-kadang timbul kenaikan suhu ringan pada hari ke-5 atau ke-7, atau rasa nyeri dan kemerahan kulit pada tempat suntikan.



Efek samping Efek samping vaksin gondrong jarang dijumpai, bila ada dapat berupa timbulnya bercak merah dan gatal pada kulit.

2. Imunisasi Demam Tiroid Imunisasi ini diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap penyakit demam tifoid, yaitu sehari-hari dikenal sebagai penyakit tifus. Pada saat ini beredar 2 jenis vaksin demam tifoid yaitu vaksin oval (vivitif) dan vaksin suntikan (Typhim Vi). Vaksin oral diciptakan pada awal tahun 1970 dan tersedia dalam bentuk kapsul yang mengandung kuman salmonella typhi yang telah dilemahkan dengan bantuan kimia. Sedangkan vaksin suntikan dikemas dalam satu semprit dan mengandung antigen polisakarida Vi yang merupakan komponen kuman yang ganas. 3. Imunisasi Radang Selaput Otak Haemophilus Influenza tipe b Merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP : Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe b. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau PRPCRS0) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan vaksin PRPOMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan. Kemudian boosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan. 

Vaksn dan jenis vaksin Vaksin Hib mengandung bagian dinding kuman yang telah dipisahkan dan sangat dimurnikan. Pada saat ini di Indonesia telah beredar 2 jenis yaitu Act Hib buatan Pasteur Meerieux, Prancis dan Padvax Hib buatan Merck & Co. Kedua vaksin ini mengandung bahan dasar bagian dinding kuman Hib yang dimurnikan tetapi memakai konjugat berbeda.

4. Imunisasi Hepatitis A

16


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus hepatitis A strain HM175 yg dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelahnya. Jika menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3x suntikan pada usia 6 dan 12 bulan. 

Vaksin dan jenis vaksin Di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini telah beredar vaksin hepatitis A yaitu havrix yang mengandung virus hepatitis A yang telah dilemahkan.



Cara imunisasi Imunisasi dasar hepatitis A dengan vaksin havrix diberikan 2x dengan selang waktu 24 minggu. Dosis ketiga diberikan 6 minggu setelah suntikan pertama. Suntikan diberikan pada daerah lengan atas.



Reaksi Imunisasi Jarang terjadi, biasanya berupa kemerahan dan pembengkakan pada daerah suntikan, kadang-kadang demam, lesu, perasaan lelah, mual, muntah dan hilang nafsu makan. Bila terjadi demam bisa diberikan obat penurun panas seperti panadol, atau tempra. Kompres dengan air hangat bila terjadi pembengkakan pada bekas daerah suntikan.

 

Kekebalan Ketiga dosis tersebut dapat memberikan perlindungan selama 10 tahun.

Imunisasi Pengulangan atau Booster 1. Hepatitis B Pada usia 5 tahun tidak diperlukan. Dapat dipertimbangkan pada usia 10-12 tahun apabila kadar p[encegahan belum tercapai. 2. Polio Diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat usia masuk sekolah (5-6 tahun) 3. DPT Pengulangan booster DPT-4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu padaumur 18-24 bulan (pada usia 18 bulan sesuai ketentuan WHO) dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Vaksinasi pnguat diberikan 2x sesuai program BIAS (SD kelas 2 dan 3) 17


4. Campak Apabila telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan pada usia 6 tahun. Pengulangan vaksin campak SD kelas 1 tidak diperlukan .(Abbas.2014)

2.8 MEKANISME SISTEM IMUN SEBELUM DI IMUNISASI DAN REAKSINYA 

Mekanisme sebelum diimunisasi Bila ada antigen yang memasuki tubuh atau berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibodi dan anti toksin. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung lambat dan lemah sehingga tidak cukup antibodi yang terbentuk.

Mekanisme sebelum diimunisasi Pada reaksi setelah dilakukan imunisasi, tubuh akan mengenali jennis antigen tersebut. Setelah beberapa waktu jumlahnya berkurang untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen atau imunisasi ulang kadar antibodi yang tinggi didalam tubuh akan menjamin anak untuk sulit penyakit.

Reaksi tubuh menurut CDC (2006) terdapat tiga jenis reaksi yang

-

dapat dijumpai setelah vaksinasi pada remaja : Reaksi ringan berupa sakit, merah dan bengkak, demam ringan paling tidak 37°C, sakit kepala, lelah, mual, muntah, diare, sakit perut, menggigil, sakit sendi, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening

-

regional. Reaksi sedang berupa demam lebih dari 38°C, mual, munntah, diare, sakit perut, sakit kepala.

18


-

Reaksi berat belum pernah dilaporkan terjadi pada remaja, tetapi pernah ditemukan pada orang dewasa. Reaksi ini berupa gangguan sistem saraf pusat. (Sujono.2009)

2.9 RESPON IMUN SPESIFIK & NONSPESIFIK TERHADAP IMUNISASI A. Sistem imun non – spesifik Dalam mekanisme imunisasi non – spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat. Dimana sistem imun disini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelum nya, bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukan terhadap patogen / mikroba tertentu, selain itu sistem imun telah ada dan berfungsi sejak lahir. Responnya:Infeksi mikroba patogen direspons oleh tubuh dengan reaksi peradangan & demam. Radang merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel – sel tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Bakteri dan sel – sel yang mati menghasilkan zat pyrogenexogen yang merangsang makrofag dan monosit mengeluarkan zat pyrogen – endogen yang merangsang hypothalamus menaikan suhu tubuh sehingga timbul perasaan dingin suhu tubuh tinggi ini menguntungkan karena bakteri & virus akan mati pada suhu tinggi. B. Sistem imun spesifik Merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Ia bekerja apabila patogen telah masuk melewati sistem pertahanan non – spesifik. Pertahanan tubuh spesifik memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menghadapi patogen tertentu. Pertahanan tubuh spesifik ini dipicu oleh antigen, zat asing 19


yang menjadi bagian permukaan virus, bakteri, & patogen lain. Sistem tubuh spesifik memiliki ciri – ciri yaitu mengenali mikroba & benda asing.

( Baratawidjaja, 2009)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Imunisasi merupakan salah satu cara memberikan kekebalan tubuh kepada seseorang diantaranya adalah pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit. Dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan tersendiri terhadap berbagai kuman yang masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan spesifik dan non-spesifik. Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila mikroorganisme sampai dicairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin, system pertahanan tubuh dilakukan oleh sel limfosit T dan bereaksi apabila virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang spesifik terutama sel limfosit B, selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut cell memory. Sel ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk kedalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi.Imunisasi bekerja dengan merangsang pembentukan antibodi terhadap organisme tertentu, tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh.Vaksin masuk kedalam tubuh melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh akan bereaksi kedalam vaksin sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibody kemudian membunuh vaksin tersebut klayaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang. 20


Imunisasi terbagi menjadi dua yaitu imunisasi wajib dan imunisasi tambahan. Imunisasi wajib meliputi imunisasi BCG, imunisasi poliomielitis, imunisasi DPT/DT, imunisasi hepatitis B dan imunisasi campak. Sedangkan imunisasi tambahan meliputi imunisasi MMR, imunisasi demam tiroid, imunisasi radang selaput otak Haemophilus Influenza b, dan imunisasi hepatitis A. Setelah pemberian imunisasi dasar, bayi dianjurkan untuk diberikan imunisasi lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Suharjo B.Cahyono,dkk..2010.Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: KANISIUS Wong, D.L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Baratawidjaja , KG . 2012 . Imunologi dasar edisi 10 . Jakarta : Balas Penerbit FKUI Abbas. 2014. Basic Imunology. Phyladerpia: Elsevier Kurniasih, dkk . 2006 . Panduan imunisasi . Jakarta : Gramedia Sukaiman, sujono riyudi.2009. Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta : graha ilmu.

21


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.