MAKALAH DISKUSI KELOMPOK SISTEM PERNAPASAN (RESPIRASI)
MAKALAH DISKUSI KELOMPOK “SISTEM PERNAPASAN (RESPIRASI)”
Disusun oleh : PSIK 2015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Pernapasan (Respirasi). Dan juga kami berterima kasih kepada selaku Dosen mata kuliah BSN Program studi ilmu keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tangerang, 3 Oktober 2017
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1 Daftar Isi .................................................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5 Latar Belakang ....................................................................................................................... 5 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 6 Tujuan .................................................................................................................................... 7 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7 Anatomi dan fungsi sistem respirasi ...................................................................................... 8 Saluran napas bagian atas .................................................................................................. 9 Saluran napas bagian bawah .............................................................................................. 9 Mekanisme Pernapasan Dada dan perut .............................................................................. 11 Pernapasan Dada .............................................................................................................. 11 Pernapasan Perut .............................................................................................................. 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi ........................................................................ 12 Macam-Macam Volume Udara di Paru ............................................................................... 13 Proses Difusi, Ventilasi, Perfusi pada Sistem Respirasi .................................................... 165 Saraf yang Mengatur Respirasi .......................................................................................... 178 Refleks pada Sistem Pernapasan ........................................................................................ 189 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 21 Kesimpulan .......................................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Fungsi utama respirasi yaitu memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel. Pernapasan terbagi menjadi sistem konduksi dan respirasi. Sistem konduksi dimulai dari rongga hidung menuju faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, dan terakhir bronkus terminali yaitu mengangkut udara dari eksternal paru. Sistem respirasi mengangkut udara dari dalam paru atau pertukaran O2 dengan CO2 yang terdiri atas saluran bronkiolus respiratorius dan alveoli. B.Rumusan Masalah 1. Anatomi dan Fungsi Sistem Respirasi? 2. Mekanisme Pernapasan Dada dan Perut? 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi? 4. Macam-macam volume udara di paru? 5. Proses difusi, ventilasi, perfusi pada sistem respirasi? 6. Saraf yang mengatur respirasi? C.Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami tentang Sistem Respirasi 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi sistem respirasi 2. Menegtahui organ yang berperan dalam sistem respirasi dan fungsinya 3. Mengetahui volume udara di paru 4. Mengetahui proses yang terjadi pada sistem respirasi 5. Mengetahui pengaturan respirasi
BAB II PEMBAHASAN 1.Sistem Pernafasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas : A. Bagian Konduksi Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi. B. Bagian Respirasi Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak. A. Anatomi dan fungsi sistem respirasi Fungsi sistem respirasi : 1. Tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah 2. Memindahkan udara dari dan ke permukaan paru 3. Melindungi dan menjaga mukosa pernapasan dari dehidrasi, perubahan suhu,atau variasi lingkungan sekitar, serta memperta dan menjaga mukosa pernapasan dari dehidrasi, perubahan suhu,atau variasi lingkungan sekitar, serta mempertahankan permukaan mukosa lainnya dari invasi bakteri hankan permukaan mukosa lainnya dari invasi bakteri patogen
4. Memproduksi bunyi atau suara untuk berbicara, bernyanyi, dan kegiatan komunikasi verbal lainnya 5. Menyediakan sensasi penciuman untuk dikirim ke sistem saraf pusat dan epitelium saraf olfaktorius di bagian superior rongga hidung 6. Secara tidak langsung, kapier paru turut membantu regulasi volume dan tekanan darah melalui kompresi angiotensin I ke angiotensin II Anatomi sistem respirasi B. Saluran napas bagian atas a. Rongga Hidung (Cavum Nasal) Hidung dibentuk oleh tuangsejati dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri dari kertilago dan jaringan ikat. Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan lubang kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapatepitel bersilia yangmengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena didalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terdapat pada cibriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfaktorius). Hidung berfungsi sebagai jala napas, pengatur udara, pengatur kelembapan udara (humidifikasi), pengatur uhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring yang dilakukan ileh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim. Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasal yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel brukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel sangat kecil), maka enzim lisozim yanf menghancurkannya.
b. Sinus Parasinalis Sinus parasinalis merupakan daerah terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulangtempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmodialis, sinus sphenoidialis, dan sinus maxilaris. Sinus berfungsi untuk : 1) Membantu menghangatkan dan humidifikasi 2) Meringankan berat tulang tengkorak 3) Mengatur bunyi suara manusia dnegan ruang resonansi c. Faring Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (Âą13cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo-faring). Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Adenoid atau faringealtonsil berada di langit-langit naso-faring. Tenggorokan dikeliingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.
Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini tonsil palatina (posterior) dan tonsil lidah linguais (dasar lidah). Laringo-faring merupakan bagian terbawah faring yang berhbungan dengan esofagus dan pita suara yang berada dalam trakhea. Laringo-faring berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi. Laringo-faring terletak di bagian depan pada laring, sedangkan trakhea terdapat dibelakang. d. Laring Laring disebut juga dengan ‘voice box’ dibentuk oleh stuktur epitelium lined yang berhubungan dengan faring (diatas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang (vetebrate) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Larng terdiri atas: 1) Epiglotis: katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan. 2) Glotis: lubang antara pita suara dan laring. 3) Kartilago tiroid: kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat pada bagian yang membentuk jakun 4) Kartilago krikoid: cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago tiroid) 5) Kartilago aritenoid: digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kertilago tiroid 6) Pita suara : sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakkan otot yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring
Saluran napas bagian bawah a. Trakhea Trakhea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5cm dengan panjang 11 cm. Trakhea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah seta dengan vetebra torakalis ke-5. Ujung trakhea bagian bawah bercabang menjadi dua bronkhus (bronkhi) kanan dan kiri. Percabangan bronkhus kanan dan kiri dikenal sebagai carina. Trakhea tersusun atas16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding trakhea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara. Kartilago ini berfungsi untuk mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubanhan tekanan udara yag terjadi dalam sistem pernapasan. Bagian terbuka dari bentuk C kartilago trakhea ini saling berhadapan secara posterior kearah esofagus dan disatukan oleh ligamen elastis dan otot polos.
b. Bronkhus dan Bronkholus Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar dan cendering lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang yang kanan dari pada cabang bronkhus sebelah kiri. Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbenttuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus yang berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalamai kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang kecil yang terletak Antara alveoli tang berfungsi untuk mencegah kolaps alveoli. Saluran pernapasan dimulai dari trakhea sampar bronkhus terminalis. Banyaknya udara pada saluran tersebut adalah sebesar 150 ml. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhus respiratorius. c. Alveoli Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveoli merupakan
kantong udara yang berukuran sangat kecil sehingga memungkinkan pertukaran O2 san CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri atas bronkgiolus respiratorius, duktus alveolar, sacs alveolar (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner dan aveoli. d. Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi olehotot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus danparu-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh duaselaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputiparu-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi ronggadada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia.
(Soemantri, Irman.2007 & Mutaqqin,Arif.2009)
C. Mekanisme Pernapasan Dada dan perut Pernapasan Dada Inspirasi: Otot antar tulang rusuk (muskulis intercostalis eksternal) berkontraksi -> rusuk terangkat (posisi datar) -> paru-paru mengembang -> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar -> udara luar masuk ke paru-paru. Ekspirasi: Otot antar tulang rusuk relaksasi -> tulang rusuk menurun -> paru-paru menyusut -> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar -> udara keluardari paru-paru.
Pernapasan Perut Inspirasi: Sekat rongga dada (diafragma) berkontraksi -> posisi dari melengkung menjadi mendatar -> paru-paru mengambang -> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar -> udara masuk. Ekspirasi: Otot diafragma relaksasi -> posisi dari mendatar kembali melengkung -> paruparu mengempis -> tekanan udara di paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar -> udara keluar dari paru-paru. (Purjiyanta,Eka.2006) D. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi a. Pengaruh latihan fisik Untuk memenuhi kebutuhan Oksigen jaringan aktif serta pengeluaran Karbondioksida dan panas selama melakukan latihan fisik diperlukan kerja terpadu berbagai mekanisme kardiovaskuler dan pernapasan.perubahan sirkulasi akan meningkatkan aliran darah ke otot,sementara sirkulasi yang adekuat pada bagian tubuh yang lain harus dipertahankan. Selain itu pengambilan oksigen dari darah pada otot yang bekerja akan meningkat dan ventilasi juga ditingkatkan sehingga tambahan oksigen dapat disediakan dan sebagian panas serta kelebihan karbondioksida dikeluarkan. b. Perubahan dalam jaringan
selama latihan fisik penggunaan oksigen oleh otot yang bekerja bertambah sehingga PO2 jaringan dan PO2 darah vena dari otot yang aktif turun hampir mendekati nol. Difusi oksigen dari darah kejaringan bertambah sehingga PO2 darah pada otot berkurang dan pelepasan oksigen dari hemoglobin meningkat.
a. Pengaruh hipoksia Hipoksia adalah kekurangan oksigen di tingkat jaringan istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia. Sebab jarang di jumpai bahwa benar benar tidak ada oksigen tertinggal dalam jaringan. Pengaruh stagnan bergantung pada jaringan yang terkena. Pada hipoksia hipoksik dan bentuk hipoksia lainnya,otaklah yang pertama kali di pengaruhi. Penurunan mendadak PO2 udara inspirasi sampai lebih rendah dari 20mmHg. Misalnya saat kehilangan mendadak didalam ruangan pesawat terbang pada ketinggian di atas 16.000 m, menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 10-20 detik .disusul dengan kematian dalam waktu 4-5 menit. Hipoksia yang tidak terlalu berat menimbulkan berbagai penyimpangan mental yang tidak berbeda dengan kelainan akibat alkohol seperti gangguan dalam mengambil keputusan, mengantuk, berkurangnya kepekaan terhadap nyeri.dll, gejala lain mencangkup anoreksia ,mual,muntah,dan takikardia. b. Kelelahan Kelelahan merupakan suatu fenomena yang kurang dipahami , yang pada keadaan normal terjadi sebagai akibat latihan fisik intensif dan beban mental. Keras atau berat suatu latihan fisik yandirasakan berkaitan dengan kecepatan konsumsi oksigen dan bukan dengan beban kerja
aktual yang dijalankan . dikatakan bahwa serangkaian impuls
berturutan pada serat aferen dari proprioreseptor di otot akan menimbulkan rasa lelah . dan asidosis pada otak mungkin pula menyokong timbulnya rasa lelah. (Ganong,Wiliam F.2008) Macam-Macam Volume Udara di Paru Volume dan kapasitas paru sebagai berikut :
1) Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normalbagi 500ml. 2) Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml. 3) Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC). Besarnya adalah 4800 ml. 4) Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitujumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC= VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml. 5) Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidak normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRT. Nilai normalnya sekitar 3600 ml. 6) Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidak normal. Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidak normal. 7) FVC (Forced Vital Capacity) merupakan volume udara maksimum yang dapat dihembuskan secara paksa/kapasitas vital paksa yang umumnya dicapai dalam 3 detik, normalnya 4 liter. 8) FEV1 ( Forced Expired Volume in one second) merupakan volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama normalnya 3,2 liter adalah parameter dalam menentukan fungsi paru.Spirogram normal yang menunjukkan FVC, FEV1, dan FEF25 – 75 %. Pria
Wanita
IRV
3,3
1,9
TV
0,5
0,5
Kapasitas inspirasi
ERV
1,0
0,7
Kapasitas
EV
1,2
1,1
fungsional
Kapasitas
6,0
4,2
residu
paru total (Shewood,Lauralee.2013) E. Proses Difusi, Ventilasi, Perfusi pada Sistem Respirasi 1) Ventilasi Istilah ventilasi menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau mulut pada proses pernapasan. a) Ventilasi per menit,Ve (minute ventilation) adalah volume udara yang keluar dari paru dalam satu menit diukur dalam liter. VE = VT.F VT= volume udara yang masuk dan keluar selama satu kali bernapas F = frekuensi napas per menit b) Ventilasi alveolar, VA ( alveolar ventilation ) adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan dapat mengalami pertukaran gas dengan darah. c) Ventilasi percuma, VD ( wasted ventilation dead space ventilation ) adalah volume udara inspirasi yang tidak mengalami pertukaran gas dengan darah. VE = VD . VA 2) Difusi Difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Di dalam paru difusi terjadi dengan perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintas membran kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, dan selanjutnya menembus dinding sel darah merah,dan akhirnya masuk ke interior
sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Ini terjadi tanpa memerlukan energi ekstra atau merupakan peristiwa pasif. 3) Perfusi Yang dimaksud dengan perfusi paru adalah
sirkulasi darah didalam
pembuluh kapiler paru. Rangkaian pembuluh darah di paru sangat padat, terdapat kira-kira 6 miliyar kapiler yang mengelilingi3 juta alveoli di kedua paru-paru, sehingga terdapat 2000 kapiler untuk satu alveolus. Aliran darah di paru mempunyai tekanan yang lebih rendah ( 15 mmHg ) jika di bandingkan dengan tekanan darah sitemik yang saat diastole 80 mmHg dalam keadaan istirahat ketika cardiak output 6 liter /menit, hanya 25% dari pembuluh darah paru yang dialiri oleh
darah.saat
kenaikan
cardiac
output
,sirkulasi
paru
dapat
mengakomodasikannya agar tidak terjadi perubahan tekanan di arteri pulmonalis karena rendahnya tekanan darah di paru – paru maka aliran darah di paru sangat berpengaruh pada grafitasi bumi sehingga perfusi di bagian dasar lebih besar dari pada yang atas, adanya perbedaan ini membuat gagasan agar membagi paru ke 3 zona, yaitu zona 1, zona 2, zona 3. Berdasarkan hubungan antara tekanan di arteri ( Pa ) , alveolus ( PA ) dan vena ( Pv ). Jika saluran napas normal ( terbuka ) , maka tekanan udara alveoli akan sama besarnya diseluruh paru. Pada paru normal ,terdapat hubungan antara tekanan udara alveoli dan tekanan darah kapiler paru .hubungan ini akan menentukan derasnya arus darah di kapiler paru. (Djojodibroto,Darmanto.2009.) F. Saraf yang Mengatur Respirasi Neuron pernapasan terkonsentrasi secara bilateral pada 2 area dimedula oblongata. Satu area yang disebut Nukleus Traktus Solitarius (NTS) mengandung kelompok respirasi dorsal (ORG) yang mengendalikan otot inspirasi. Keluaran dari DRG menuju ke diafragma melalui n. Frenikus dan menuju ke otot interkostalis melalui n. Interkostalis. Selain itu, NTS menerima informasi sensorik dari kemoreseptor dan mekanoreseptor perifer melalui nervus vagus dan glosofaringeus (X dan IX).
Neuron respirasi di pons menerima informasi sensorik dari DRG dan seanjutnya mempengaruhi inisiasi dan terminasi inspirasi. Kelompok respirasi pontin (PRG) dan saraf lain pada pons memberikan masukan tonik ke medula untuk membantu mengkoordinasikan irama pernapsan. Kelompok respirasi ventral (VRG) pada medula mempunyai banyak regio dan fungsi berbeda. Suatu area kompleks pre-Botzinger mengandung neuron yang melepaskan impuls spontan, yang bekerja sebagai pemicu irama pernapasan dasar. Serat saraf dari VRG menginversi otot laring, faring, dan lida untuk mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka selama pernapasan. Pada akhir inspirasi, neuron inspirasi secara tiba-tiba berhenti melepaskan impuls dan otot inspirasi berelaksasi. Dalam beberapa detik selanjutnya, terjadi ekspirasi pasif akibat rekoil elastik otot inspirasi dan jaringan elastik paru. Namun terdapat beberapa kegiatan saraf motorik, yang dapat diamati selama ekspirasi pasif, menunjukkan kemungkinan kontraksi otot pada saluran napas untuk memperlambat aliran udara keluar dari sistem pernapasan. Pada ekspirasi aktif, neuron ekspirasi dan VRG mengaktifkan otot interkostalis internal dan abdominal. Nampaknya terdapat satu komunikasi antara neuron inspirasi dan ekspirasi saat neuon inspirasi dihambat selama ekspirasi aktif. (Silverthorn, Dee Ung laub. 2013)
G. Refleks pada Sistem Pernapasan a. Refleks Batuk (Cough) Saluran pernapasan memiliki bagian yang sangat peka terhadap rangsang. Bagian tersebut adalah laring, trakea dan bronkus yang sangat peka terhadap perubahan (right touch), sedangkan bronkiolus terminalis dan alveolus peka terhadap rangsangan kimiawi. Mekanisme terjadinya refleks batuk dimulai dari terangsangnya bagianbagian yang peka terhadap saluran pernapasan. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreeptor aferen melaui nervus vagus menuju pusat pernapasan (medula oblongata), misal rangsang yang berupa benda asing yang memasuki saluran pernapasan bawah. Selanjutnya pusat pernapasan memerintahkan tubuh
untuk melakukan refleks batuk agar benda asing tersebuut dapat dikeluarkan. Tubuh merespon dengan menginspirasi udara ke paru-paru menutup glotis oleh epiglotis menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan didalam udara paru-paru yang tertahan menimbulkan tekanan dalam alveolus sehingga otot-otot abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dengan kuat lalu secara mendadak terjadilah ekspirasi. Ekspirasi yang kuat mendadak membuat epiglotis dan pita suara terbuka yang menyebabkan udara dengan cepat melewati bronkus besar dan trakea (V=100 mph) sehingga benda-benda asing terbawa keluar. b. Refleks Bersin (Sneeze) Rangsangan yang ditangkap oleh reseptor takil dihidung. Rangsang kemudian diteruskan ke Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke peusat pernapasan di medula oblongata. Mekanisme refleks bersin sama dengan refleks batuk, namun pada refleks bersin, uvua dikondisikan kebawah, sehingga memungkinkan airan udara ekspirasi menjadi kuat dan padat melalui rongga mulut dan rongga hidung. Refleks bersin bermanfaat untuk mengeluarkn benda asing yang masuk ke rongga hidung atau saluran pernapasan bagian bawah. (Ganong,Wiliam F.2008)
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Fungsi dari sistem respirasi adalah memperoleh O² untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO² yang diproduksi oleh sel. Organ-organ yang terlibat dalam respirasi antara lain : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Paru-paru, Bronkiokus, Alveolus. Pengaturan pernapasan diatur oleh otak yaitu medula oblongata dimana ada satu area yang disebut Nukleus Traktus Solitarius (NTS) mengandung kelompok respirasi dorsal (ORG) yang mengendalikan otot inspirasi. Keluaran dari DRG menuju ke diafragma melalui n. Frenikus dan menuju ke otot interkostalis melalui n. Interkostalis. Selain itu, NTS menerima informasi sensorik dari kemoreseptor dan mekanoreseptor perifer melalui nervus vagus dan glosofaringeus (X dan IX).
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2009). Pengaturan Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Somantri, Iman. 2007. Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Sherwood,Lauralee. (2013). Fisiologi Manusia Dari Sel Kesistem. Jakarta : EGC
Djojodibroto,Darmanto.2009. Respirologi(respiratory medicine). Jakarta:EGC
Purjiyanta,EkaS.Pd.2006. IPA Terpadu. Jakarta : Erlangga
Silverthorn, Dee Ung laub. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Ganong, F. William. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Ridho, Hanive. https://www.academia.edu/8216528/Makalah_sistem_respirasi. Diakses pada tanggal 28 Desember 2015 pukul 19.00 WIB.