Satuan acara penyuluhan

Page 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEPERAWATAN KOMUNITAS

“GIZI BURUK BALITA”


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan

: Gizi Buruk.

Sub Pokok Bahasan

:

1. Pengertian gizi buruk. 2. Penyebab gizi buruk. 3. Tanda-tanda gizi buruk. 4. Akibat gizi buruk. 5. Cara perawatan anak dengan gizi buruk. 6. Cara pencegahan gizi buruk pada anak. 7. Cara pengolahan makanan. Sasaran

: Ibu yang memiliki anak usia balita di Desa Parungkamal.

Hari/Tanggal

: Rabu, 24 November 2016.

Waktu

: 08.00 – 09.00 WIB.

Tempat

: Balai Desa Parungkamal

Penyuluh

: Efa Laela Sari

A. Latar Belakang Kasus gizi buruk yang terjadi pada balita, pada hakekatnya merupakan fenomena gunung es, yang menggambarkan keadaan gizi masyarakat dan bahkan keadaan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Gizi buruk adalah kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk ini dapat diketahui dengan cara mengukur berat badan (BB), tinggi badan (TB), atau umur. (Sandjaja, 2009)


Anak balita sehat atau kurang gizi dapat kita ketahui dengan membandingkan antara berat badan sesuai umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, berarti anak tersebut dikatakan gizi baik, namun jika sedikit dibawah standar anak tersebut dikatakan kurang gizi, dan jika jauh dibawah standar maka anak tersebut dikatakan gizi buruk. (Ardiningsih, 2010) WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang tidak baik. (WHO, 2002)

B. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan ibu yang memiliki anak balita mampu memahami materi yang disampaikan dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu memenuhi kebutuhan gizi pada balitanya. 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu yang memiliki anak balita diharapkan mampu: 1) Menjelaskan pengertian gizi buruk. 2) Mengetahui penyebab gizi buruk pada balita. 3) Mengetahui tanda-tanda balita dengan gizi buruk. 4) Mengetahui akibat dari gizi buruk. 5) Mmahami cara perawatan balita dengan gizi buruk. 6) Memahami cara pencegahan gizi buruk pada balita. 7) Memahami pengolahan makanan pada balita dengan gizi buruk.

C. Metode 1. Ceramah. 2. Tanya jawab/diskusi.


D. Media Penyuluhan 1. LCD Proyektor. 2. PPT (Power Point).

E. Materi Penyuluhan (terlampir).

F. Pelaksanaan Kegiatan No. Kegiatan

Penyuluh

-

Mengucapkan salam.

1.

Pembukaan.

-

Memperkenalkan

Peserta -

-

Menjawab

Mendengarkan dan

10 menit

Sound system, LCD, Proyektor.

memperhatika

Menjelaskan tujuan (apersepsi).

Alat

salam.

diri. -

Waktu

n. -

Bertanya.

Menyampaikan materi: Mendengarkan -

buruk

Penyampaian 2.

materi.

Pengertian gizi

-

Penyebab gizi buruk.

-

Tanda-tanda gizi buruk.

-

Akibat gizi buruk.

dan memperhatikan dengan seksama

30 menit

Sound system, LCD, Proyektor


-

Cara perawatan anak dengan gizi buruk.

-

Cara pencegahan gizi buruk pada anak.

-

Cara pengolahan makanan. -

-

pertanyaan

Diskusi (tanya

dan menjawab

jawab). Penutup dan 3.

-

pertanyaan

Menyimpulkan

yang diberikan

materi yang

salam.

diberikan. -

Mengucapkan salam.

Mengajukan

pemateri. -

20 menit

Sound system, LCD, Proyektor

Mendengarkan .

-

Menjawab salam.

G. Evaluasi 1. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan, sebagai berikut: a. Jelaskan pengertian gizi buruk. b. Sebutkan faktor penyebab gizi buruk. c. Jelaskan ttanda-tanda gizi buruk. d. Jelaskan akibat dari gizi buruk. e. Jelaskan bagaimana cara perawatan anak dengan gizi buruk.


f. Sebutkan cara pencegahan gizi buruk pada anak. g. Jelaskan bagaiman cara pengolahan makanan. 2. Jelaskan Kriteria Evaluasi A. Evaluasi struktur: a. Menyiapkan SAP. b. Menyiapkan materi dan media. c. Kontrak waktu dengan sasaran. d. Menyiapkan tempat penyuluhan. e. Menyiapkan pertanyaan terkait materi penyuluhan. B. Evaluasi Proses: a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama proses penyuluhan berlangsung. b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti. c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pemberi materi. d. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama proses penyuluhan berlangsung. e. Proses tanya jawab berjalan dengan baik. f. Sasaran dapat menerapkan materi yang disampaikan melalui praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. C. Evaluasi hasil: a. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan dan mempraktikan hasil dari materi lebih dari 80% dengan benar. b. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil/cukup baik apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan dan mempraktikan hasil dari materi antara 50 – 80% dengan benar. c. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil/tidak baik apabila sasaran hanya mampu menjawab dan mempraktikan hasil dari materi kurang dari 50% dengan benar.


H. Sumber Andriningsih.2010.Waspadai Gizi Balita Anda.Jakarta: Gramedia. Haryani, S.2011.Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu. Sandjaja.2009.Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta: Kompas. Santosa, Sugeng.2006.Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Soekirman.2000.Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.Jakarta: DIREKTORAT IPB Suhardjo.2006.Pemberian Makanan pada Bayi dan Balita.Jakarta: Kanisius Supartini, Y.2007.Buku Ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: EGC. WHO.2005.Peran Gizi Kurang Terhadap Bayi dan Balita.

Lampiran (Materi). A. Pengertian Gizi Buruk Gizi adalah suatu zat yang berguna dan dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan. Gizi ter dapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh, seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung dengan cepat, maka dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas gizi yang tepat dan seimbang. Apabila seseorang mengalami kondisi kekurangan atau ketidakseimbangan pada gizi maka akan berakibat buruk, seperti contohnya adalah seseorang tersebut akan terkena gizi buruk. (Adriningsih, 2010) Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. (Sandjaja, 2009)


Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut dengan gizi baik. Apabila sedikit dibawah standar, maka anak tersebut disebut gizi kurang. Dan apabila jauh dibawah standar, maka anak tersebut dikatakan gizi buruk. Gizi buruk yang disertai dengan tanda klinis disebut marasmus dan kwashiorkor (busung lapar). (Soekirman, 2000) Bayi atau balita yang termasuk dalam kategori gizi buruk adalah ketika berat badannya kurang dari nilai yang tercantum pada kolom -3 Standar Deviasi. (WHO, 2005) UMUR

BERAT BADAN MINIMAL BAYI (KG)

(Bulan)

-3 SD

-2 SD

MEDIAN

2 SD

3 SD

45

10,9

12,4

15,8

20,5

23,0

46

11,0

12,5

16,0

20,7

23,6

47

11,1

12,6

16,2

20,9

23,9

48

11,2

12,7

16,3

21,2

24,2

49

11,3

12,8

16,5

21,4

24,5

50

11,4

12,9

16,7

21,7

24,8

51

11,5

13,1

16,8

21,9

25,1

52

11,6

13,2

17,0

22,2

25,4

53

11,7

13,3

17,2

22,4

25,7

54

11,8

13,4

17,3

22,7

26,0

55

11,9

13,5

17,5

22,9

26,3

56

12,0

13,6

17,7

23,2

26,6

57

12,1

13,7

17,8

23,4

26,9

58

12,2

13,8

18,0

23,7

27,2

59

12,3

14,0

18,2

23,9

27,6

60

12,4

14,1

18,3

24,2

27,9


B. Penyebab Gizi Buruk 1. Balita tidak mendapatkan ASI eksklusif atau makanan tambahan selama usia 6 bulan. 2. Balita yang disapih sebelum usia 2 tahun. 3. Balita yang tidak mendapatkan makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan atau lebih. 4. Makanan pendamping ASI yang diberikan kurang atau tidak bergizi. 5. Setelah usia 6 bulan balita jarang disusui. 6. Balita menderita sakit dalam waktu lama, seperti: diare, campak, batuk pilek, cacingan. 7. Sanitasi lingkungan yang buruk. (Santosa, 2006)

C. Tanda-tanda gizi buruk 1. Tanda-tanda Marasmus (kekurangan energi) a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang berbungkus kulit. b. Wajah seperti orang tua. c. Cengeng, rewel. d. Iga “gambang� e. Perut cekung. f. Kulit keriput. g. Sering diare. h. Tekanan darah rendah, detak jantung dan frekuensi pernapasan lambat. 2. Tanda-tanda Kwashiorkor (kekurangan protein) a. Bengkak diseluruh tubuh. b. Wajah membulat dan sembab. c. Pandangan mata sayu. d. Cengeng, rewel. e. Rambut berwarna pirang, kusam, dan mudah dicabut. f. Pembesaran hati.


g. Otot-otot mengecil. h. Gangguan kulit berupa bercak merah coklat yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas. i.

Anak sering menolak segala jenis makanan.

j.

Sering disertai infeksi, anemia dan diare. (Andriningsih, 2010)

D. Akibat gizi buruk 1. Menyebabkan kematian apabila tidak segera ditanggulangi dengan cepat. 2. Pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat/melambat. 3. Gangguan fungsi pencernaan. 4. Kurang pandai/ mengalami kekurangan dalam hal kognitif. 5. Berat badan dan tingi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal. 6. Sering sakit infeksi, seperti: batuk pilek, cacingan, diare. (Haryani, 2011)

E. Cara perawatan anak dengan gizi buruk 1. Berikan kasih sayang. 2. Berikan lingkungan yang ceria. 3. Berikan terapi bermain selama 15-30 menit setiap harinya. 4. Bawa ke Puskesmas/Rumah Sakit apabila balita berumur 1-3 tahun dengan berat badan +/- 7 Kg. 5. Berikan makanan dengan variasi menu sesuai dengan kesukaan anak. 6. Berikan multivitamin untuk meningkatkan nafsu makan. 7. Berikan makanan yang bergizi seimbang: a. Zat tenaga (karbohidrat): nasi tim atau nasi, roti, singkong, jagung, ubi, sereal, bubur susu. b. Zat pengatur (vitamin dan mineral): sayur dan buah-buahan.


c. Zat pembangun (protein nabati/hewani): daging, susu rendah lemak, ikan, telur, tempe, tahu. (Supartini, 2007) F. Cara pencegahan gizi buruk 1. Berikan makanan pada balita dengan bertahap, sedikit tapi sering. 2. Berikan makanan dengan menu yang bervariasi, sehingga menarik perhatian balita untuk memakannya. 3. Tetap memberikan ASI sampai anak usia 2 tahun. 4. Berikan makanan pendamping ASI dengan gizi yang seimbang (4 sehat 5 sempurna). 5. Berikan kasih sayang dan perhatian yang lebih. (Supartini, 2007)

G. Cara pengolahan makanan 1. Usia 0 – 6 bulan. a. Berikan hanya ASI saja. b. Apabila bayi/ibu tidak bisa memberikan ASI, maka berikan susu rumusan kedelai (soya formula). 2. Usia 6 – 9 bulan. a. Berikan ASI dan makanan pendamping ASI 2 kali sehari. b. Makanan pendamping ASI: bubur tim yang dilumat, dengan tambahan kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging/woretl/bayam/kacang hijau/kentang. c. Perkenalkan buah-buahan: pisang/alpukat/apel. d. Kebanyakan pada bayi yang berumur 8 bulan, sudah dapat mengkonsumsi: crakers, roti dan sereal kering. 3. Usia 9 – 12 bulan a. Berikan ASI dan makanan pendamping ASI 3 kali sehari. b. Bubur susu tidak diberikan lagi. 4. Usia 12 – 24 bulan a. Berikan ASI sesuai dengan keinginan anak.


b. Berikan

nasi

dengan

tekstur

yang

lembek

dengan

tambahan

telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging/woretl/bayam/kacang hijau/kentang. c. Makanan diberikan 3 kali sehari. 5. Usia 2 tahun lebih a. Pada usia 2 tahun, tidak lagi diberikan ASI. b. Berikan makan biasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. c. Makanan diberikan 3 kali sehari. d. Berikan juga makanan selingan/snack. (Suhardjo, 2006)

-

Menu seimbang untuk balita: 1. Makan pagi: bubur, roti isi ayam dan wortel, susu. 2. Snack pagi: buah, dapat dimakan langsung atau jus. 3. Makan siang: nasi putih, bola-bola daging, sayur bening, tahu. 4. Snack siang: susu dan biskuit. 5. Makan malam: nasi putih, ayam/telur, buah mangga dan pepaya. (Suhardjo, 2006)

kuning



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.