Laporan praktikun biokimia "Tes Kehamilan"

Page 1

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN (STRIP) DAN TES LAKMUS CAIRAN KETUBAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum biokimia yang berjudul Tes Kehamilan. Dan juga kami berterimakasih kepada dosem biokimia Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami menyadari bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga laporan praktikum sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penulis


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3 BAB I .............................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4 1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................................................. 5 BAB II............................................................................................................................................. 6 LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 6 2.1 Biokimia Tes Kehamilan ....................................................................................................... 6 2.2 Macam- Macam Tes Kehamilan ......................................................................................... 19 BAB III ......................................................................................................................................... 21 PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 21 3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................................... 21 3.2 Hasil Praktikum ................................................................................................................... 22 3.3 Lampiran Foto ..................................................................................................................... 25 BAB IV ......................................................................................................................................... 28 PENUTUP..................................................................................................................................... 28 4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 29


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan dambaan bagi setiap keluarga yang sudah menikah karena anak merupakan pelengkap kebahagiaan suatu keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan seorang wanita dan kehamilan terjadi melalui proses yang cukup panjang dari mulai senggama, ovulasi, pembuahan, penanaman, janin berkembang dalam rahim selama 9 bulan, hingga dilahirkan. Perlu diketahui bahwa kehamilan ada yang disadari dan tidak disadari maka dari itu seorang wanita melakukan tes kehamilan dengan beberapa cara salah satunya yang umum digunakan adalah test pack atau strip kehamilan yang dilaksanakan dengan memeriksa urin wanita tersebut. Kandungan dalam urin dalam wanita hamil lah yang dideteksi. Apabila wanita sudah hamil pasti memiliki cairan ketuban yang melindungi bayinya. Cairan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga janin berkembang dengan sempurna dan terjaga. Oleh karena itu, penulis melakukan praktikum untuk menguji tes kehamilan dan cara deteksinya serta kandungan caran ketuban pada saat kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa nama hormon yang terdeteksi pada saat tes kehamilan? 1.2..2 apakah cairan ketuban bersifat asam ? 1.2.3 Bagaimanakah teori mengenai kehamilan? 1.2.4 Apa saja yang mempengaruhi kehamilan seorang wanita? 1.2.5 Dengan cara apa saja kehamilan dapat dideteksi?


1.3 Tujuan Praktikum : 1.3.1 Untuk mendeteksi terjadinya kehamilan dengan adanya Hormon Hcg 1.3.2 Untuk mendeteksi terjadinya keasaman pada cairan ketuban 1.3.3 Menambah pengetahuan pembaca 1.3.4 Membuktikan teori dengan penelitian melalui praktikum 1.3.5 Memeriksa kehamilan seseorang


BAB II LANDASAN TEORI

2.1 TEORI BIOKIMIA TES KEHAMILAN A. Fisiologi Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40) (Prawirohardjo,2009). Selama siklus ovarium, korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam uterus yang sudah dipersiapkan dan bergantung pada lutein akan terlepas jika tidak terjadi pembuahandan implantasi. Jika terjadi fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan dirinya dantidak tersapukeluar bersama darah haid dengan membuat hCG. Hormon ini, yang secarafungsional serupa

dengan

LH,

merangsang

dan

mempertahankan

korpus

luteum

agar

tidak berdegenerasi.

Hormon yang berperan dalam tes kehamilan adalah hormon HCG. Human Chorionic Gonadotropin adalah suatu hormon peptide yang memperpanjang lama kehidupan kehidupan korpus luteum oleh korion yang sedang berkembang. Selama LH (Luteinizing Hormone) tidak diproduksi karena peningkatan kadar progesteron, sehingga sekresi LH tertekan sebagai akibat umpan balik negative oleh progesteron tinggi. HCG sama dengan LH memiliki fungsi merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar tidak berdegenerasi. Selama kehamilan korpus luteum kehamilan bertambah besar, semakin banyak menghasilkan


esterogen dan progesteron sekitar 10 minggu sampai plasenta mengambil alih sekresi hormon-hormon ini (sherwood.2013). Sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian, sekresi puncak HCG terjadi kurang lebih selama 60 hari (2 bulan) setelah periode menstruasi terakhir. Pada minggu ke 10 kehamilan sekresi HCG menurun dan dipertahankan selama kehamilan. HCG menurun karena korpus luteum sudah tidak dibutuhkan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid karena plasenta sudah mulai mengeluarkan esterogen dan progesteron dalam jumlah yang bermakna. HCG dieleminasi dari tubuh melalui urin, sehingga keberadaan horon ini dapat dideteksi sampai bulan pertama kehamilan atau kurang lebih 2 minggu setelah telat menstruasi. B. Hormon HCG HCG (human chorionic gonadothropin) disebut sebagai “hormon kehamilanâ€? ini adalah suatu glikoprotein dengan aktivitas biologis yang sangat mirip dengan LH (luteinizing hormon), dan keduanya bekerja bersama-sama melalui reseptor LH/hCG membran plasma. Walaupun diproduksi di plasenta, hCG juga disintesis di ginjal janin dan sejumah jaringan janin menghasilkan subunit-β atau molekul utuh hCG. Berbagai tumor ganas juga menghasikan hCG, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat banyak terutama penyakit trofoblast ganas. Pada wanita tidak hamil dan pria, hCG diproduksi dalam jumlah sangat sedikit. 1. Karakteristik biokimiawi HCG adalah suatu glikoprotein (BM sekitar 36.700) dengan kandungan karbohidrat tertinggi (30%) dibandingkan dengan hormon manusia lainnya. Komponen karbohidrat terutama asam sialat terminal, melindungi molekulnya dari katabolisme. Waktu paruh plasma hCG utuh (24 jam) jauh lebih lama daripada LH. hCG secara structural berikatan dengan tiga hormon glikoprotein lain (LH, FSH, dan TSH). Sekuens asam amino subunit Îą dari keempat glikoprotein ini identik; tetapi


subunit β FSH dan TSH, serta subunit β HCG dan LH walaupun memiliki banyak kesamaan ditandai oleh sekuens asam amino berbeda. 2. Biosintesis Sintesis rantai α dan β HCG diatur secara terpisah, sebuah gen pada kromosom 6 di q 12 dan q 21 mengkode subunit dari keempat hormon glikoprotein. Kecepatan sintesis subunit β hCG diperkirakan bersifat membatasi dalam pembentukan molekul lengkap. 3. Sel tempat hormon berasal Molekul hCG lengkap terutama disintesis di sinsitiotrofoblast. Namun, telah dibuktikan bahwa HCG imunoreaktif terdapat di sitotrofoblast sebelum usia kehamilan 6 minggu. Setelah itu, HCG hamper seluruhnya terlokalisasi di sinsitium. Distribusi seluler serupa untuk hpl imunoreaktif pernah dilaporkan.

4. Pengendalian biosintesis subunit HCG Jumlah mRNA kedua subunit α dan β di sinsitiotrofoblast pada trimester pertama lebih besar daripada saat aterm.Hal ini mungkin penting dipertimbangkan dalam pengukuran HCG plasma sebagai prosedur penapis untuk mengidentifikasi janin abnormal. 5. Bentuk molekul hCG di plasma dan urinkadar rend Terdapat beragam bentuk HCG di plasma dan urin ibu.Sebagian dari bentuk ini terjadi akibat penguraian enzimatik, dan sebagian lagi terbentuk akibat modifikasi ketika terjadi sekuens sintesis/pemrosesan molekul HCG normal.Berbagai bentuk HCG ini memiliki bioaktivitas dan imunoreaktivitas yang sangat beragam. 6. Subunit bebas Kadar subunit β di plasma sangat rendah atau tidak terdeteksi sepanjang kehamilan manusia, Karena sintesis subunit β bersifat membatasi. Meningkatnya ukuran oligosakarida pada subunit α bebas menghambat dimerisasi dengan β hCG. 7. Rantai peptide yang hilang pada molekul Hcg


Rantai peptida yang hilang tersebut diperkirakan terbentuk akibat kerja enzimatik pada molekul, yang terjadi di dekat tempat sintesis subunit β. 8. Konsentrasi HCG dalam serum dan urin Konsentrasi HCG dalam urin ibu hampir sejajar dengan konsentrasi di dalam plasma, yaitu sekitar 1UL/ml pada minggu ke-6 setelah hari pertama haid terkahir, meningkat ke nilai rata-rata sekitar 100 UL/ml pada hari ke-60 sampai 80 setelah haid terakhir. Kadar hCG dalam plasma wanita hamil dapat mencapai 15 mg/ml. dimulai sekitar minggu ke – 10 sampai 12, kadar hCG plasma ibu mulai berkurang. Kadar hCG dalam plasma dipertahankan pada kadar rendah sepanjang sisa masa kehamilan. Pola kemunculan hCG dalam darah janin (sebagai fungsi usia gestasi) serupa dengan yang dijumpai pada ibu, namun seiring dengan perkembangan kehamilan, konsentrasi hCG dalam cairan amnion menurun sehingga menjelang aterm kadarnya hanya seperlima daripada kadar di dalam plasma.Tingkat sekresi hCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak hCG berlangsung sekitar 60 hari setelah periode haid terakhir. Pada minggu kesepuluh kehamilan, pengeluaran hCG

menurun sehingga tingkat

sekresinya rendah yang kemudian dipertahankan selama kehamilan. Turunnya hCG terjadi pada saat korpus luteum tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan hormonhormon steroid

karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan

progesterone dalam jumlah bermakna. Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring dengan turunnya sekresi hCG.Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu, kadang-kadang dijumpai kadar hCG plasma yang meningkat secara bermakna, demikian juga pada janin eritroblastik tunggal yang terjadi akibat isoimunisasi antigen – D ibu. Kadar hCG dalam plasma dan urin mungkin 9. Pengendalian sintesis Hcg GnRH plasma kemungkinan berperan dalam pengendalian sintesis hCG. Inhibin plasenta juga diperkirakan berperan. In vitro, sejumlah besar senyawa bekerja untuk meningkatkan sekresi hCG oleh trofoblast, misalnya senyawa turunan AMP


siklik, hyphothalamic like hormons (GnRH, CRH), beberapa sitokin, dan berbagai faktor pertumbuhan. 10. HCG merupakan mediator utama untuk implantas embrio/janin/mudigah, yang berfungsi mengenalkan embrio untuk dapat beradaptasi di uterus. hCG juga beperan dalam beberapa hal antara lain: a. meningkatkan sistem kekebalan pada endometrium, b. membantu meregulasi sel T (CD 4, CD 25, foxp3+), c. regulator uNK (unit natural killer), d. membantu menyeimbangkan sistem TH1 dan TH2 , dan peranannya dalam mempertahnkan mediator sistem kekebalan tubuh lainnya seperti; makrofag, Tkomplemen, dan lain-lain. C. Aglutinasi, Antigen dan Antibodi Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis. Terdapat 3 antibodi anti HCG pada strip. Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat (Dijar,2012). Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali


suatuantigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan (Dijar,2012). Kadar hCG berubah secara dramatis selama trimester pertama. Hormon ini adalah yang pertama kali dapat dideteksi sekitar 11 hari setelah terjadi pembuahan. Tetapi hanya melalui tetst darah. Setelah itu antara hari ke-12 sampai 14, hormon ini dapat dideteksi dengan test urine. Kadar hCG akan berlipat ganda kurang lebih setiap 72 jam mulai dari minggu pertama sampai ke-12 kehamilan, lalu akan cenderung menurun setelah itu (Panca,2012)

D. Test Pack Kehamilan Test pack adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi adanya hCG didalam urin dengan derajat sensitivitas yang tinggi. Peningkatan level hCG sebesar 20 mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit. Prinsip dari tes ini adalah penambahan urin ke peralatan tes dan membiarkannya berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke hCG pada daerah tes dan menghasilkan pita berwarna ungu ketika konsentrasi hCG sama dengan atau lebih dari 20 mIU/ml.Pada keadaan tidak adanya hormon hCG, maka tidak akan terbentuk pita di daerah tes. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban melewati daerah tes dan kontrol.Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna ungu, yang menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik.Adapun proses yang lebih rinci adalah: urin yang diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona yang terdapat mobile anti hCG1. Anti hcG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti hCG2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat molekul hCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-hCG1 akan berikatan dengan anti-hCG 2 sehingga akan terbentuk


warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul hCG, maka anti-hCG 2 tidak akan terikat. Selanjutnya urin bergerak ke zona anti-anti hCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul hCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti hCG berikatan dengan anti-hCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut kontrol. Reagen yang bisaanya digunakan pada peralatan tes terdiri dari kombinasi antara antibodi poliklonal kambing atau kelinci dan antibodi monoklonal tikus didalam sebuah buffer protein yang berisi sodium azide.Peralatan ini hanya di gunakan secara in vitro untuk

diagnosis,

selain itu jangan

digunakan setelah tanggal

kadaluarsanya

lewat.Peralatan tes harus disimpan pada temperatur kamar 4-30 C selama 18 bulan sampai tanggal kedaluarsanya lewat. Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena berisi konsentrasi hCG yang paling tinggi sehingga baik untuk pemeriksaan sampel urin. Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga digunakan.Urin spesimen dikumpulkan pada gelas atau penampung plastik yang bersih.Jika spesimen tidak digunakan segera maka harus disimpan pada suhu 2-8 °C dan letakkan pada suhu temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini tidak boleh lebih dari 48 jam. Interpretasi hasil : 1. Negatif: jika hanya ada satu pita (garis) berwarna ungu pada jendela hasil, ini mengindikasikan bahwa spesimen tidak berisi level hCG yang dapat dideteksi dan harus diinterpretasikan sebagai hasil yang negative 2. Positif: jika ada dua pita berwarna ungu pada jendela hasil (pada daerah kontrol dan daerah tes), ini mengindikasikan bahwa spesimen berisi hCG dan harus diinterpretasikan sebagai hasil yang positif. 3. Invalid: jika tidak ada pita ungu pada jendela hasil. Tes pada sampel pertama menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan timbulnya dua garis merah pada strip. Strip yang berfungsi sebagai kontrol akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi tanda acuan ketepatan hasil


tes. Perubahan warna terjadi akibat adanya antibodi yang telah direaksikan dengan zat-zat tertentu bereaksi dengan antigen.Pada sampel kedua yang menunjukkan hasil negatif, hanya pada kontrol saja terjadi perubahan warnanya, Karena tidak terjadi reaksi antigenantibodi pada sampel urin yang diujikan. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan tersebut mengandung hCG dan wanita akan positif hamil. Sedangkan apabila hanya kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel tidak mengandung hCG dan wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua garis kontrol dan tes samasama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat dipastikan bahwa alat tersebut sudah rusak.Begitu pula jika, pda hasil tes, jika dibagian tes hasilnya menunjukkan perubahan warna sedangkan pada kontrol tidak, maka dapat dinyatakan alat tersebut sudah rusak. E. Cairan Amnion Cairan Amnion Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion. Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml 1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri. Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas,


ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion. Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.

1. Fungsi Cairan

amnion

merupakan

komponen

penting

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal. Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki fungsi sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan medikasi stem cell. 2. Volume


Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang. Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 – 2100 ml.

3. Pengukuran Cairan Amnion Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif pemeriksa. Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion. Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik. Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang 6.


4. Distribusi Cairan Amnion a. Urin Janin Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm. Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan yang dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm. b. Paru Cairan paru Janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-paru janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paruparu dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan dalam pembentukan cairan amnion. c. Gerakan menelan Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan


volume sekitar 100-300 ml/kg/hari. Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262 ml/kg/hari. Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan menemukan bahwa volume menelan janin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme serupa dalam mengurangi volume cairan amnion. d. Absorpsi Intramembran Satu penghalang utama dalam memahami regulasi cairan amnion adalah ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh ginjal dan paru janin, dengan konsumsinya oleh proses menelan. Jika dihitung selisih antara produksi dan konsumsi cairan amnion, didapatkan selisih sekitar 500750 ml/hari, yang tentu saja ini akan menyebabkan polihidramnion. Namun setelah dilakukan beberapa penelitian, akhirnya terjawab, bahwa sekitar 200-500 ml cairan amnion diabsorpsi melalui intramembran. Gambar menunjukkan distribusi cairan amnion pada fetus. Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa terdapat keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion pada kehamilan normal. 5. Kandungan Cairan Amnion Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah 20 minggu, kornifikasi kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama


terdiri dari urin janin. Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan amnion berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan membentuk sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid, karbohidrat, lipid, dan hormon. Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan amnion,

di

antaranya

adalah

protein

total,

albumin,

globulin,

alkalin

aminotransferase, aspartat aminotransferase, alkalin fosfatase, Îłtranspeptidase, kolinesterase, kreatinin kinase, isoenzim keratin kinase, dehidrogenase laktat, dehidrogenase hidroksibutirat, amilase, glukosa, kolesterol, trigliserida, High Density Lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-low-density lipoprotein (VLDL), apoprotein A1 dan B, lipoprotein, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, sodium, potassium, klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea, kreatinin, anion gap , urea, dan osmolalitas. Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor, EGF) dan factor pertumbuhan mirip EGF, misalnya transforming growth factor-Îą, terdapat di cairan amnion. Ingesti cairan amnion ke dalam paru dan saluran cerna mungkin meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi jaringanjaringan ini melalui gerakan inspirasi dan menelan cairan amnion. Beberapa penanda (tumor marker) juga terdapat di cairan amnion termasuk Îą-fetoprotein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125), dan 199 (CA-199). 2.2

MACAM-MACAM TES KEHAMILAN Menurut Irene M Bobak (2003) : Untuk mengetahui kehamilan dapat dilakukan beberapa tes berikut : 1.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) HCG dapat diukur dengan radio imunoesai dan dideteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode mentruasi terakhir (LMT = Last


Menstrual Periode). Keberadaan hormon ini dalam urine pada awal kehamilan merupakan dasar berbagai tes kehamilan di laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksi di dalam urine 14 hari setelah konsepsi. Spesimen urine yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari (urine yand didiamkan minimal 6 jam) mengandung kadar HCG yang kira-kira sama dengan kadar HCG di dalam serum. Kadar HCG di dalam seru meningkat secara eksponensial antara hari ke-21 dan ke-70 (dihitung hari pertama LMP). Sampel urine yang diambil secara acak biasanya memiliki kadar yang lebih rendah. Kemampuan untuk mengenali sub unit beta HCG merupakan inovasi terbaru evolusi tes endokrin untuk mendeteksi kehamilan. 2.

Tes Lateks Aglutinotion Inhibition (LAI) Tes ini mudah dilakukan dan hasil diperoleh dalam dua menit. Tes ini akurat 4-10 hari setelah terlambat haid. Contoh tes tipe ini ialah preparat Gravidex, Pregnosticon, dan UCG beta.

3.

Tes Hemagglutination Inhibition (HAI) Tes ini lebih sensitif daripada tes LAI, tetapi Neocept yang memerlukan satu sampai dua jam sampai hasil diperoleh. Akan tetapi, Neocept yang memberi hasil yang akurat sebelum atau pada haid terlambat, semua tes HAI akurat sekitar empat hari sesudah terlambat haid. Di pasaran juga dijual E.P.T (Early Pregnancy Test = Tes Kehamilan dini). Suatu tes HAI yang dapat dilakukan di rumah, dijual umum.

4.

Radioreceptor Assay Tes ini adalah salah satu kategori terbaru tes kehamilan. Tes serum 1 jam ini memerlukan peralatan yang cukup canggih. Assay radioreceptor biasanya akurat paa saat haid terlambat (14 hari setelah konsepsi). Biocept G adalah contoh tes tipe ini.

5.

Tes Hamil Radioimunoesai Tes hamil radioimunoesai untuk subunit beta HCG, memakai tanda berlabel radioaktif sehingga tes harus dilakukan di laboratorium. Bergantung pada derajat sensitivitas yang diinginkan, waktu tes bervariasi dari 1 jam sampai 48 jam. Radioimunoesai adalah tes


kehamilan yang paling sensitif saat ini. Kehamilan dapat didiagnosis 8 hari setelah ovulasi atau enam hari sebelum haid berikutnya. 6.

Enzim Immunoassay Tes ini memakai kompleks anti-HCG monoklonal dan enzim. Perubahan warna membuat hasil mudah dibaca. Tes baru ini memberi harapan di masa depan. Confidot adalah tes kehamilan essay immunoenzimatik yang dikerjakan di rumah.

7.

Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) Tes ELISA adalah tes kehamilan yang paling populer. Tes ini menggunakan anti body monoklonal spesifik yang dihasilkan oleh teknologi cell-line hibrida. Suatu enzim, yang buka merupakan senyawa radioaktif, mengidentifikasi antigen substansi yang akan diukur. Enzim menginduksi reaksi perubahan warna. Hasil akhir tes dapat dibaca dengan mata telanjang atau spectrometer. Tes ELISA memiliki banyak kelebihan. Antigen enzim berkonjugasi dan reagen tes stabil, peralatan yang diperlukan sederhana, dan tidak ada produk sampah nuklir. Baik di rumah atau di klinik, prosedur ELISA memerlukan waktu minimal dan memberi hasil dalam 5 menit dengan tingkat sensitifitas dari 25-50 mIU per ml HCG dalam spesimen. Teknologi adalah tes-tes baru yang dapat dibeli bebas.

8.

Ultrasonografi (USG) Dibandingkan dengan rontgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran organ atau jaringan. Refleksi gelombang suara ditransmisikan pada layar monitor sebagai lapisan jaringan dengan densitas yang berbeda. USG aman bagi ibu dan janin, kapan saja dilakukan saat kehamilan dan dapat digunakan berulang bila digunakan USG telah berhasil dengan baik menentukan embrio paling cepat minggu ke-6 dan menjadi alat diagnostik yang amat erguna dalam praktik obstetrik, secara luas menggantikan X-ray. Pada layar dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin (Persis Mary Hamilton, 2000).


BAB III PEMBAHASAN 3.1

Alat dan bahan yang diperlukan A. Tes Kehamilan (Strip) 

Alat 1. Beaker Glass

Bahan 1. Kit Tes Kehamilan

B. Tes Lakmus Cairan Ketuban 

Alat 1. Beaker Glass

Bahan 1. Kertas Lakmus Biru

C. Cara Kerja A. Tes Kehamilan (Strip) 1. siapkan sempel urin (normal dan wanita hamil) pada beaker glass, lalu celupkan strip tes kehamilan 2. diamkan selama 5 menit, perhatikan pita yang muncul maka terjadi (+) pita merah muda menunjukkan terdapat hormon hCG

B. Tes Lakmus Cairan Ketuban 1. siapkan sempel cairan ketuban (wanita hamil) pada beaker glas, lalu celupkan kertas lakmus biru


2. diamkan selama 5 menit, perhatikan warna lakmus yang muncul, maka terjadi (+) lakmus berwarna merah menunjukka terdapat hormon Hcg (Pelawati, Ratna. 2016) 3.2 Hasil Praktikum PRAKTIKUM 1 Topik Praktikum : Tes Kehamilan (Strip) Tujuan Praktikum : Untuk mendeteksi terjadinya kehamilan dengan adanya Hormon Hcg Prinsip Praktikum : Antibodi akan bereaksi dengan antigen homolog membentuk kompleks imun. Reaksi menggunakan enzim peroksidase sebagai indikator terjadinya perubahan warna (merah muda) yang menunjukkan positif kandungan Hcg Alat dan Bahan : Alat : Breaker glass Bahan : Kit tes kehamilan (strip) Cara kerja : 1. siapkan sampel urin (normal dan wanita hamil) pada breaker glass, lalu celupkan strip tes kehamilan 2. diamkan selama 5 menit, perhatikan pita yang muncul maka terjadi (+) pita merah muda menunjukkan terdapat hormone hCG Hasil : Sampel

Urin positif

Urin negatif Strip tes kehamilan

Hasil

Strip menunjukkan 2 garis

menunjukkan hanya 1 garis

merah

merah


Kesimpulan : Urin yang positif hamil atau mengandung hCG akan membuat strip test kehamilan menunjukkan 2 buah garis merah sedangkan urin yang negatif hamil atau tidak mengandung hCG hanya akan menunjukkan 1 buah garis merah saja setelah 5 menit didiamkan. Akan tetapi ada juga wanita yang positif hamil ketika di test menggunakan test pack hanya akan menunjukkan 1 buah panas, hal ini dikarenakan kemungkinan usia kandungan sudah lebih dari 3 bulan karena pada usia kandungan diatas 3 bulan hCG sudah tidak terdeteksi karena fungsi hormon tersebut digantikan oleh plasenta. PRAKTIKUM 2 Topik praktikum : tes lakmus cairan ketuban Tujuan : untuk mendeteksi terjadinya keasaman pada cairan ketuban Prinsip praktikum : Lakmus biru menunjukkan hasil warna merah menunjukkan sifat asam pada cairan ketuban Alat dan Bahan : Alat : breaker glass Bahan : kertas lakmus biru Cara kerja : 1. Siapkan sampel cairan ketuban (wanita hamil) pada breaker glass, lalu celupkan kertas lakmus biru 2. Diamkan selama 5 menit perhatikan warna lakmus yang muncul maka terjadi (+) lakmus berwarna merah menunjukkan terdapat hormone hCG Hasil : Sampel

Air ketuban positif

Hasil

Terdapat hormon hCG

Air ketuban negatif


karena lakmus biru berubah menjadi merah (bersifat asam) Kesimpulan : Air ketuban yang dicelupkan lakmus biru menunjukkan perubahan warna lakmus menjadi berwarna merah ini berarti cairan ketuban tersebut menunjukkan positif untuk keasamannya. Apabila lakmus berubah menjadi berwarna merah maka wanita hamil tersebut sudah siap untuk melahirkan.


LAMPIRAN PRAKTIKUM 1


LAMPIRAN PRAKTIKUM 2



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kehamilan merupakan dambaan bagi setiap wanita yang sudah menikah dan ada berbagai cara untuk mendeteksi kehamilan salah satunya dengan menggunakan tes pack atau strip kehamilan yang akan menunjukkan adanya garis merah 2 buah jika wanita tersebut positif hamil karena pada saat hamil wanita memiliki hCG. Pada wanita hamil terdapat kandungan hormon hCG pada urinnya. Kandungan itulah yang dideteksi pada saat melakukan tes kehamilan.Janin berkembang dalam rahim dengan cairan ketuban yang bersifat asam .

4.2 Saran Kehamilan sebaiknya jangan ditunda dan diperiksa sedini mungkin agar dapat mempersiapkan dan melakukan yang terbaik demi kesehatan ibu dan sang bayi. Usia wanita hamil sebaiknya dikontrol karena akan berpengaruh besar pada pertumbuhan bayi kelak. Asupan nutrisi juga perlu diperhatikan agar bayi tetap mendapatkan nutrisi yang baik. Kritik dan saran dibutuhkan demi pembuatan makalah laporan praktikum dan penelitian dimasa mendatang.


DAFTAR PUSTAKA Pellawati, Ratna, dkk. 2016. Buku Pedoman Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan IV. Jakarta : UIN Jakarta Press Prawirharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran Ed.20.Jakarta:EGC. Bagian Biokimia FKUI. 2006. Biokimia: Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika Hanifa,W dan Saifuddin,A.B. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Anwar, Ruswana. 2005.s Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan, Bandung,


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.