Makalah Saraf

Page 1

MAKALAH PERSEPSI SENSORI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Ashri Nabila Putrie Syadza Rose Mawaddah Faradila Ramadhani Farhatun Hayati Syahrani Qorina Fairuz Nabila Fitriyani Shinta Milanda Fitri Deta Amalia Asih Maulida Nur Atiqoh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOVEMBER 201

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,

sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah hasil diskusi pemicu ke-4 mengenai Sistem Indera ini. Makalah hasil diskusi pemicu ke-4 ini disusun sebagai pelengkap untuk menyempurnakan diskusi yang telah dilaksanakan yang terdapat dalam Modul Ilmu Dasar Keperawatan 1 . Kami menyadari

bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam

makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khusunya dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 12 November 2013

Penulis


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Makhluk hidup selalu berhubungan dengan perubahan lingkungan luar. Untuk dapat mengatasinya, makhluk hidup dilengkapi dengan organ yang dapat menerima berbagai impuls saraf. Organ tersebut yaitu eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang akan dibahas pada makalah ini ada empat macam, yaitu indera penglihat (mata), pendengar (telinga), pengecap (lidah), dan penghidu (hidung).

B. Tujuan

Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain yaitu : 1.

Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem indera pada manusia yang terdiri dari mata, telinga, hidung, dan pengecap

2.

Mengetahui mekanisme sistem indera

3.

Mengetahui koordinasi sistem indera

C. Manfaat

Beberapa manfaat yang diharapkan antara lain yaitu : 1.

Dapat menambah wawasan mengenai anatomi fisiologi pada manusia dan mekanisme dari tiap-tiap alat indera serta koordinasi antara alat indera yang satu dengan yang lainnya.


2.

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa dalam mempelajari pengertian lebih jauh dari sistem indera.


BAB II PEMBAHASAN Mata

Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sisten lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat bantu mata) dan okulus(bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam rebina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.

Organ-organ mata 1. Konjungtiva 2. Sklera 3. Otot-otot mata 4. Kornea 5. Koroid


6. Badan siliaris 7. Iris (pupil) 8. Lensa 9. Retina 10. Fovea (bintik kuning) 11. Bintik Nouta 12. Vetrious humor 13. Aqueous humor 14. Alis mata 15. Bulu mata 16. Kelopak ata

Konjungtiva Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Berfungsi melindungi kornea dari gesekan. Sklera Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih. Sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa yang elastis. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva. Berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melakatnya otot mata. Otot-otot mata Otot-otot yang melekat pada mata : a). Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya untuk menutup mata. b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. c). Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), fungsinya untuk menutup mata. d). Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), fungsinya menggerakkan mata dalam(bola mata).


e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan kedalam. f). Muskulus obliques okuli superior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan kedalam.

Kornea Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen, 3 substansipropia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sklera disebut selero corneal junction. Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina. Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan

berkas

cahaya

sedemikian

rupa

sehingga

dapat

difokuskan(memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya). Koroid Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen. Letaknya disebelah dalam sklera. Dibagian depan mata, lapisan koroid memisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang. Koroid berfungsi penyuplai retina(mengandung pembuluh darah) dan melindungi refleksi cahaya dalam mata. Iris(Pupil) Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berakomodasi sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaiknya. Iris(pupil) berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan pigmenya mengurangi lewatnya cahaya Lensa Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperandalam memelihara bentuk bola mata. Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. Retina


Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otot. Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna.

Retina berfungsi untuk menerima cahaya,

mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II). Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang, sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu, kita mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Selain sel batang terdapat juga sel kerucut(sel konus) berjumlah sekitar 5 juta pada bagian mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna.

Vitreous Humor Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat. Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata. Aqueous Humor Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea. Aqueous humor (humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata. Alis Mata Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata.


Bulu mata Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing. Kelopak mata Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli. Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata(menutup dan membuka mata) MEKANISME MELIHAT Cahaya memasuki mata melalui kornea yang transparan, kemudian melalui lensa, yang menginversinya dan membentuk bayangan yang terinversi pada retina. Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP. Bagian saraf dari retina terdiri dari 3 lapisan sel : 1. Lapisan paling luar, mengandung sel batang dan sel kerucut, 2. Lapisan tengah, mengandung sel bipolar, 3. Lapisan dalam, sel ganglion.

Sinar harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di semua bagian retina kecuali di fovea. Fovea, yaitu cekungan yang terletak tepat ditengah retina, lapisan sel ganglion dan bipolar tersisih ke tepi sehingga cahaya langsung mengenai fotoreseptor. Fotoreseptor ( sel batang dan sel kerucut) terdiri dari 3 bagian : 1. Segmen luar, terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid,

mendeteksi rangsangan cahaya. 2. Segmen dalam, terletak di bagian tengah fotoreseptor. Mengandung perangkat

metabolik sel. 3. Terminal sinaps, terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap

ke sel bipolar. Menyalurkan sinyal dari fotoreseptor ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.


Di bagian segmen luar terdapat banyak molekul fotopigmen peka cahaya. Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Melalui serangkaian tahap, perubahan yang dipicu cahaya ini pengaktifan fotopigmen yang menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi menyalurkan informasi ini ke otak untuk pemrosesan visual. Pada pajanan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui reaksi biokimia yang dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinen berubah bentuk ketika menyerap cahaya yang mengaktifkan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung suatu protein G yang bernama transdusin. Fotopigmen mengaktifkan transdusin, yang sebaliknya mengaktifkan enzim intra sel fosfodiesterase. Enzim ini mneguraikan cGMP, sehingga konsentrasi pembawa pesan kedua ini di fotoreseptor berkurang. Penurunan cGMP membuat saluran Na+ berpintu kimiawi tertutup. Penutupan saluran ini menghentikan kebocoran Na+ yang menyebabkan hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi ini merupakan potensial reseptor. Perubahan potensial menyebabkan penutupan saluran Ca2+ yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmiter di ujung sinaps. Kerena itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulus adekuatnya dan tereksitasi jika tidak mendapatkan stimulasi. Perhentian pertama di otak untuk informasi di jalur penglihatan adalah nukleus genikulatum lateral di talamus. Bagian ini memisahkan informasi yang diterima dari mata dan menyalurkannya melalui berkas-berkas serat yang dikenal sebagai radiasi optik ke berbagai daerah di korteks, yang masing-masing memproses begbagai aspek rangsangan penglihatan. Nukleus genikulatum lateral dan masing-masing zona korteks yang

memproses

informasi

penglihatan

memiliki

peta

topografis

yang

mempresentasikan retina titik demi titik. Penglihatan warna yang terjadi pada mata bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut, yaitu sel kerucut merah, hijau, dan biru berespons secara selektif terhadap berbagai macam gelombang cahaya, yang menyebabkan dapat melihat warna. Setiap sel kerucut diaktifkan paling efektif oleh panjang gelombang tertentu dalam kisaran warna yang ditunjukkan oleh namanya, biru, hijau, atau merah. Penglihatan warna, persepsi berbagai warna, bergantung pada berbagai rasio stimulasi ketiga tipe sel kerucut sebagai respon terhadap bermacam-macam panjang gelombang. Derajat eksitasi masing-masing sel kerucut terkode dan ditransmsikan dalam jalur-jalur pararel terpisah


ke otak. Pusat penglihatan warna di korteks penglihatan primer mengombinasikan dan memproses

masukan-masukan

untuk

menghasilkan

persepsi

warna,

dengan

menyertakan obyek dalam perbandingan dengan latar belakangnya.

Anatomi dan Fisiologi Hidung a. Anatomi hidung luar

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; Struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : 1. Yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; 2. di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; 3. dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip), 4) ala nasi, 5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os nasal) , 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ; sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum. (Soetjipto D & Wardani RS,2007) b.

Anatomi hidung dalam

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007; Hilger PA,1997).


Gambar

anatomi

hidung dalam

Olfaksi:

Indera

Penciuman a. Kemoreseptor olfaktori adalah neuron khusus yang terletak pada epithelium

olfaktori di langit-langit rongga nasal. b. Epithelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel

olfaktori, yang merupakan neuron bipolar dendrit yang

berakhir pada

rambut halus olfaktori yang menonjol ke dalam mukus yang melapisi rongga nasal. c. Mekanisme stimulasi sel-sel olfaktori melalui bau tidak diketahui dengan

lengkap. Depolarisasi terjadi dan mengakibatkan potensial aksi yang dihantarkan di sepanjang serabut saraf olfaktori sampai ke bulbus olfaktori dan area olfaktori dalam korteks serebral. d. Reseptor olfaktori mengadaptasi bau dengan cepat: Ada kemungkinan untuk

tidak sadar terhadap bau yang menyengat setelah satu menit.

Mekanisme penghidu


Bau yang masuk ke rongga hidung akan merangsang olfaktorius di bulbus olfaktorius. Kemudian, indera bau bergerak lewat traktus olfaktorius dengan perantaraan stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat penafsiran bau tersebut. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang masuk dan akan mudah hilang pada bau yang sama dalam waktu yang lama. Rangsangan reseptor hanya berespons terhadap senyawa-senyawa yang kontak dengan epitel olfaktorius dan dilarutkan dalam lapisan tipis mucus yang menutupinya. Mekanisme alat penciuman Manusia mendeteksi bau menggunakan sel reseptor yang ada di hidung. Di atap rongga hidung terdapat lapisan epithelium yang sangat sensitive terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini terdapat bagian pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat sangat banyak, ada sekitar 10 juta, dengan 1000 tipe berbeda. Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor, zat tersebut akan larut dalam lender pada mukosa membrane sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein mebran pada dendrite. Kemudian, timbul impuls yang dikirim oleh saraf olfaktori ke traktus olfaktori. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian diproses oleh otak. Impuls yang dijalarkan dari bulbus olfaktorius menuju otak akan diolah untuk: •

Diinterpretasikan pada daerah bau primer

•

Dihubungkan dengan pusat lainnya. Contoh: dihubungkan ke hipotalamus, dihubungkan ke pusat muntah, dsb.

•

Disimpan di korteks sebagai memori (ingatan) akan bau.

INDERA PENGECAP Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecap, suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah, tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup kecap terdapat dalam tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Lidah terbagi menjadi : 1. Radiks lingua (pangkal lidah) 2. Dorsum lingua (punggung lidah) 3. Apeks lingua (ujung lidah)


Bila lidah digulung ke belakang tampak permukaan bawah yang disebut frenulum lingua, struktur ligamen yang menghubungkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Permukaan atas ditutupi papil-papil, yaitu: 1. Papil sirkumvalata, ada 8 hingga 12 buah yang terletak pada pangkal lidah atau

dasar lidah 2. Papilla fungiformis, menyebar pada permukaan ujung sisi lidah dan berbentuk

jamur 3. Papilla filiformis, merupakan papilla terbanyak dan menyebar di seluruh

permukaan lidah. Papilla ini berfungsi menerima rasa sentuhan dan rasa pengecapan yang sebenarnya.

ďƒ˜

Sensasi rasa

1. Sensasi rasa manis terletak di ujung lidah 2. Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah 3. Substansi asin, reseptornya terkumpul di bagian sampig lidah.


4. Substansi pahit, menstimulasi bagian belakang lidah.

Mekanisme Perangsangan Taste Bud Potensial Reseptor Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor disebagian besar besar zat yang terangsang dengan vili pengecap adalah dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor protein yang dekat atau menonojol melalui membrane villus. Hal ini kemudian akan membuka kanal ion, sehingga ion natrium yg memiliki muatan positif masuk dan mendepolarisasi kenegatifan normal di dalam sel. Selanjutnya, zat kimia kecap secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga akan menghilangkan rangsangan. Tipe protein reseptor disetiap vilus pengecap menentukan tipe rasa yang akan diterima. Untuk ion natrium dan ion hydrogen, yang secara berurutan melepaskan sensasi kecap rasa asin dan asam, protein reseptor akan membuka kanal ion yang spesifik pada membran sel kecap di bagian apical, dengan cara mengaktifkan reseptor. Namun, untuk sensasi rasa manis dan pahit, bagian molekul protein resepto yang menonjol ke membrane bagian apical akan mengaktifkan substansi second messenger transmitter di dalam sel, dan second messenger ini yang akan menyebabkan perubahan ikatan kimia untuk melepaskan sinyal pengecapan

Transmisi Sinyal Pengecap ke system saraf pusat Impuls indera pengecap dari dua pertiga anterior lidah mula-mula akan diteruskan ke saraf lingualis, kemudian melaui korda timpani menuju nervus fasiali, dan akhirnya ke traktus solitaries di batang otak. Sensori pengecap dari papilla sirkumvata di belakang lidah dan dari daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan, akan ditransmisikan


melaui nervus glossofaringeus juga ke traktus solitaries, pada ketinggian normal. Reflex Pengecapan Bergabung di Dalam Batang Otak Dari traktus solitaries sejumlah besar impuls pengecapan ditransmisikan ke dalam batang otak itu sendiri, langsung ke salivator inferior dan superior. Kemudian area ini akan mentransmisikan sinyal ke glandula submandibularis

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional penting, aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya, terletak di dalam tulang temporalis tengkorak. Sebagian besar telinga tidak dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat diperiksa dengan tes-tes khusus. Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian : telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus. Telinga tengah terdiri dari membrane timpani, tulangtulang pendengaran (maleus,inkus dan stapes), dan ruang telinga tengah. Disamping itu, telinga tengah berhubungan dengan atik (epitimpanum), prosesus mastoideus dan tuba eustachi, serta daerah yang ditempati oleh semua struktur ini disebut juga sebagai celah telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari koklea, labirin vestibular dengan kanalis semisirkularis horizontalis, superior dan posterior, utrikulus dan sakulus, serta nervus akustikus (saraf otak ke delapan) bersama nervus koklearis atau nervus auditoris serta nervus vestibularis dengan cabang superior dan inferior Proses pendengaran merupakan salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan tiap manusia. Saat ini banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar, salah satunya adalah otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat pada masyarakat dalam jumlah yang signifikan. Pendengaran normal merupakan suatu keadaan dimana orang tidak hanya dapat mendengar tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya, sedangkan kekurangan pendengaran yaitu keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan mengerti perkataan yang didengarnya.


Anatomi & Fisiologi Sistem Pendengaran

Indera pendengar merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar. Bagian-bagian telinga terdiri dari : 1.

Telinga bagian luar (Auris eksterna)

1. Daun Telinga (Auricula / Pinna) Terdiri dari : Kulit dan tulang rawanelastin kecuali lobulus. Kulit melekat pada perikondrium Fungsi :


•Menangkap danmengumpulkan gelombangbunyi. •Menentukan arah sumberbunyi. •Estetika. •Proteksi untuk telinga bagiandalam.

2. Liang Telinga Luar (Meatus Acusticus Externa) –Bentuk huruf S. –Panjang:± 2,5-3 cm. –Terbagi atas 2 bagian : •1/3 luar: tulang rawan elastis, mengandung adneksa kulityang lengkap. •2/3 dalam: tulang yang dilapisi oleh kulit, terdapatkelenjar serumen. –Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga –Fungsi : melanjutkan gelombang bunyi –Persarafan liang telinga luar •Persarafan sensoris •N. Auriculotemporalis (V3), cabang. Auricularis N.X, N.VII

Membrane timpani Memisahkan meatus acusticus externus dan telinga tengah Berbentuk bulat, diameter ±1 cm. Terdiri dari : –Pars Flaksida (Atas) –Pars Tensa (Bawah) Terdapat refleks cahaya : –Pukul 7 pada MT kiri –Pukul 5 pada MT kanan •Persarafan MT: permukaan lateral terutama dilakukan olehN.V, dan bagian permukaan medial dilakukan oleh N.IX


Aurikula (daun telinga) menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga. Meatus akustikus eksterna (liang telinga) merupakan saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani panjangnya + 2,5 cm terdiri dari tulang rawan dan tulang keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, khususnya

menghasilkan sekret-sekret berbentuk serumen. Membran timpani

merupakan antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga. 2.

Telinga bagian tengah (Auris media)

1. Cavum Tympani -Berisi udara -Terbagi atas 3 bagian : Epitympanum, Mesotympanum,Hypotympanum Isi cavum tympani : •Osikula : oMaleus : melekat pada MT sebagai umbo oinkus: berhubungan dengan maleus oStapes: berhubungan denga incus di lateral dan dindinglateral telinga dalam pada foramen ovale. •Muskulus : M.Tensor Timpani dan M.Stapedius


Kavum timpani merupakan rongga di dalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam membrane timpani dan bagian dasar tulang stapes membuka pada fenestra ovalis. Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat di belakang bawah antrum di dalam tulang temporalis. Tuba auditiva eustaki merupakan saluran tulang rawan yang panjangnya + 3,7 cm berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa. 3.

Telinga bagian dalam (Auris Interna)

Terletak pada bagian tulang keras pylorus temporalis, terdapat reseptor pendengaran dan alat pendengar ini disebut labirin.Labirin osseous merupakan serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan dinamakan perilimfe. Labirin osseous terdiri dari : a.

Vestibulum

b.

Koklea

c.

Kanalis semi sirkularis Adapun fisiologi pendengaran yaitu : Ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan


menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terkait pada membrane itu. Karena getaran yang timbul setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran koklea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ korti selanjutnya dihantarkan menuju otak. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak.

Transmisi Bunyi 1. Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan di transmisikan kedalam

meatus auditoris eksternys 2. Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membran timpani 3. Getaran membran timpani di tangkap oleh maleus dan di transmisikan melalui

incus ke stapes. Bagian kaki stapes mentransmisikan vibrasi melalui fenestrum ovalae yang melekat padanya. Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi secara reflektori sebagai respons terhadap bunyi yang keras. 4. Vibrasi fenestrum ovalae menyebabkan gelombang tekanan dalam perlimf

telinga dalam. Ketika gelombang mencapai fenestrum rotondum pada bagian dasar ,membran menutup fenestrum tersebut menyebabkan benjolan kecil kedalam telinga tengah. Bila tak terjadi benjolan kecil maka gelombang tidak dapat melalui koklea. 5. Gerakan membran basalis , dihasilkan oleh gelombang yang berjalan naik-turun

didalam koklea,nampaknya menarik sel-sel rambut dan mengeksitasinya sehingga mentransmisikan impuls kedalam serat sarafnervus koklearis yang terletak disekitar dasar sel rambut. 6. Nervus auditoris pars koklearis mentransmisikan sensasi pada otak , tempat

sensasi tersebut diinterpretasikan di dalam pars auditorius lobus temporalis.

KOORDINASI MATA DAN TELINGA Sebagian masukan sensorik dapat dideteksi oleh berbagai daerah pemrosesan sensorik di otak. Meskipun masing-masing jenis masukan sensorik terutama diterima oleh bagian otak tertentu yang bertanggung jawab untuk persepsi modalitas tersebut


namun regio-regio otak yang berperan dalam pemrosesan perseptual menerima sinyal sensorik dari berbagai sumber. Karena itu korteks penglihatan menerima masukan sensorik tidak hanya dari mata tetapi juga dari permukaan tubuh dan telinga. Sinyal taktil dan pendengaran juga sampai ke korteks penglihatan. Sebagai contoh,

satu

penelitian

yang

menggunakan

teknik-teknik

pencitraan

otak

memperlihatkan orang buta sejak lahir menggunakan korteks penglihatan ketika mereka membaca huruf Braille,meskipun mereka tidak melihat apapun. Masukan taktil dari jarijari tangan mereka mencapai daerah visual otak serta korteks somatosensorik. Masukan ini membantu mereka melihat pola titik-titik huruf Braille. Yang juga memperkuat anggapanbahwa penemuan berbagai jenis masukan sensorik di otak mengalami tumpang tindih adalah penemuan neuron multisensorik sel-sel otak yang bereaksi terhadap banyak masukan sensorik dan bukan hanya terhadap satu jenis rangsangan. KOORDINASI INDERA PENGHIDU DAN PENGECAP INDERA PENGECAP Lidah adalah indra pengecap yang berfungsi untuk membedakan presepsi rasa pada makanan yang dimakan. Dalam menjalankan fungsinya, pengecap dapat merasakan ratusan sensasi yang dirasakan. Tetapi ada lima sensasi pengecap primer/dasar, yaitu: asam, asin, manis, pahit dan umami. Lima sensasi inilah yang saling berkombinasi sehingga tercipta ratusan sensasi yang dirasakan oleh indera pengecap. Pada membran mukosa lidah tedapat papilla yang berfungsi membedakan rasa. Ada empat jenis papilla yaitu papilla filliformis, papilla fungiformis, papilla vallata/sirkumvalata dan papilla foliata. Terdapat taste buds sebagai reseptor pengecap yang terletak pada papilla (papilla valata/ sirkumvalata, papilla fungiformis, papilla foliata), selain itu taste buds juga terletak di pilar tonsilar, epiglotis, dan esofagus bagian proximal. Taste berdiameter sekitar 1/30 mm dan panjang sekitar 1/16 mm. Pada taste buds terdapat sel reseptor gustatorius. Pada permukaan sel reseptor gustatori terdapat pori-pori (taste pori) yang berhubungan dengan gustatory hair. Jaras Pengecapan Di awali dari Taste buds sebagai reseptor pengecapan akan menyebarkan impuls menuju ke nucleus gustatorius di medula oblongata melalui Nervus VII (fasialis), Nervus IX (glosofaringeus), dan Nervus X (vagus). Dimana nervus VII (fasialis) letaknya pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus IX (glosofaringeus) letaknya pada bagian 1/3 posterior lidah dan nervus X (vagus) letaknya pada faring dan epiglottis


kemudian ke tiga nervus ini akan bersinaps di nucleus traktus solitaries di area gustatorik, kemudian nucleus solitaries mengirim neuron ke nucleus medial posterior ventral thalamus, selanjutnya di transmisikan ke bagian bawah girus postsentralis pada korteks serebri parietalis, neuron ini akan mengelilingi fisura sylvii kemudian ke daerah operkulan-insular.

INDERA PENGHIDU Hidung merupakan organ reseptor sensorik yang berfungsi menerima rangsang kimia berupa gas yang menghasilkan sensasi bau. Proses penghidu terjadi ketika ada seseorang melakukan proses inspirasi, karena sel-sel olfaktorius hanya bekerja ketika ada stimulus (rangsangan) ketika ada udara yang masuk kerongga hidung sehingga untuk meningkatkan kemampuan penghidu seseorang dapat melakukan teknik menghirup udara. Ada 3 sifat zat yang dapat memberikan rangsangan terhadap indera penghidu: 1.

Zat mudah menguap, ada gas hasil uap yang dapat masuk ke hidung

2.

Zat sedikit larut, agar zat dapat melewati mukus dan sampai di sel olfaktoria

3.

Zat larut dalam lipid, agar zat dapat terlarut dalam lipid yang ada di rambut-rambut olfaktoria dan ujung luar sel-sel olfaktoria. Menurut penelitian sebagian besar ahli fisiologi, organ penghidu dipengaruhi oleh tujuh sensasi penghidu primer, yaitu : camphoraceous (kamfer), musky, bau bunga, papperminty, eter, bau yang tajam, dan bau busuk. Cavum nasi dilapisi oleh dua jenis membran mukosa, yaitu membran mukosa respiratorius dan membran mukosa olfaktorius. Membran mukosa olfaktoria terletak dibagian superior rongga hidung tepatnya melapisi permukaan atas concha nasalis superior yang memiliki luas permukan sekitar 2,5 cm2 dan tersusun atas epitel. Ada tiga macam sel yang yang terletak di membran mukosa olfaktorius, yaitu : sel reseptor, sel penyokong dan sel basal. Sel-sel olfaktoria berfungsi sebagai reseptor penciuman, sel ini termasuk sel bipolar. Jumlah sel-sel olfaktoria sekitar 100 juta dan terletak selang-seling dengan sel sustentakular. Di sel olfaktoria terdapat olfactory hairs (cilia) yang berfungsi sebagai penerima stimulus kimia (odorant). Selain tiga macam sel di membran mukosa olfaktorius, juga terdapat glandula olfaktorius yang memproduksi mukus yang berfungsi melarutkan odorant. Jaras Penghidu


Ketika

seseorang

mencium

sesuatu,

substansi

kimia

yang

berbau

(odorant)masuk ketika udara naik ke lubang hidung luar (nares), ketika odorant sampai di atas membran mukosa olfaktorius, odorant berikatan dengan olfaktoorius reseptor protein pada olfactory hairs. Setelah olfaktorius reseptor protein berikatan dengan odoran, olfaktori reseptor sel berpasangan dengan protein G dan mengaktifkan enzim adenilat siklase dan dihasilkan cAMP yang merangsang pembukaan chanel Na+ sehingga Na+ masuk kedalan sel dan mengakibatkan depolarisasi dan terjadi potensial aksi. Kemudian potensial aksi disalurkan sepanjang reseptor olfaktorius, kemudian dari reseptor olfaktorius dihantarkan ke nervus olfaktorius, bulbus olfaktorius, dan berjalan sepanjang tractus olfaktorius sampai ke area olfaktorius primer di lobus temporalis cortex cerebri. Hubungan antara Pengecap dan Penghidu Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanandalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidungdan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut tidak dapatmencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya Antara indera pengecap dan penghidu terdapat hubungan dalam menghasilkan sensasi rasa. Ketika bahan kimia (testant) larut dalam air liur kemudian mengaktifkan reseptor pengecap (taste buds) dan mengirimkan impuls pengecap sepanjang nervus sampai ke medulla, kemudian sinyal ini diteruskan sampai ke otak dimana sinyal ini berhubungan dengan sinyal bau untuk menghasilkan sensasi rasa.

Indra pembau pada tubuh kita berupa hidung. Di dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabutserabut saraf itu bergabung menjadi urat saraf pembau yang menuju pusat pembau di otak. Sel-sel pembau mempunyai rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembap. Sel-sel pembau peka terhadap zat-zat kimia dalam udara (berupa gas atau uap).


Indra Pembau (Pencium)

Pada saat tubuh terserang flu biasanya disertai dengan pilek. Pilek menyebabkan saluran pernapasan tersumbat, terutama pada bagian hidung. Saat pilek, hidung tidak peka terhadap bau (aroma) tertentu dan nafsu makan berkurang karena lidah tidak peka terhadap rasa. Adakah hubungan antara indra pembau (penciuman) dan indra pengecap. Pada saat kita menarik napas, udara masuk ke dalam rongga hidung. Gas memasuki rongga hidung bercampur dengan lendir, kemudian menstimulasi ujung-ujung saraf. Impuls ini diteruskan ke saraf pembau di pusat saraf, dan akhirnya diinterpretasikan sebagai bau. Indra pembau (pencium) ini bersangkut paut dengan indra pengecap. Jika terjadi gangguan pada indra pembau, kita tidak dapat mengecap denganbaik.


BAB III PENUTUP KESIMPULAN Persepsi sensori pada tubuh kita sangat berikatan satu sama lain walaupun fungsinya berbeda. Mata sebagai penglihatan, hidung sebagai penghidu, telinga sebagai pendengan dan lidah sebagai pengecap mempunyai sistem saraf khusus yang akan bertemu pada pusat (otak) sehingga terjadi koordinasi fungsi antara keseluruh alat indera tersebut. A. MATA (penglihatan)

Mata

adalah

organ

indra

yang

memiliki

reseptor

peka

cahaya

yang

disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sisten lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat bantu mata) dan okulus(bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam rebina, bergabung untuk membentuk saraf optikus. B. HIDUNG (penghidu)

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; Struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : 1. Yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; 2. di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; 3. dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. C. LIDAH (pengecap)

Lidah adalah indra pengecap yang berfungsi untuk membedakan presepsi rasa pada makanan yang dimakan. Dalam menjalankan fungsinya, pengecap dapat merasakan ratusan sensasi yang dirasakan. Tetapi ada lima sensasi pengecap primer/dasar, yaitu: asam, asin, manis, pahit dan umami. Lima sensasi inilah yang saling berkombinasi sehingga tercipta ratusan sensasi yang dirasakan oleh indera pengecap.


D. TELINGA (pendengaran)

Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional penting, aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya, terletak di dalam tulang temporalis tengkorak. Sebagian besar telinga tidak dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat diperiksa dengan tes-tes khusus. Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian : telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus. Telinga tengah terdiri dari membrane timpani, tulangtulang pendengaran (maleus,inkus dan stapes), dan ruang telinga tengah. KOORDINASI ANTAR SISTEM INDERA Antara indera pengecap dan penghidu terdapat hubungan dalam menghasilkan sensasi rasa. Ketika bahan kimia (testant) larut dalam air liur kemudian mengaktifkan reseptor pengecap (taste buds) dan mengirimkan impuls pengecap sepanjang nervus sampai ke medulla, kemudian sinyal ini diteruskan sampai ke otak dimana sinyal ini berhubungan dengan sinyal bau untuk menghasilkan sensasi rasa. Sebagian masukan sensorik dapat dideteksi oleh berbagai daerah pemrosesan sensorik di otak. Meskipun masing-masing jenis masukan sensorik terutama diterima oleh bagian otak tertentu yang bertanggung jawab untuk persepsi modalitas tersebut namun regio-regio otak yang berperan dalam pemrosesan perseptual menerima sinyal sensorik dari berbagai sumber. Karena itu korteks penglihatan menerima masukan sensorik tidak hanya dari mata tetapi juga dari permukaan tubuh dan telinga.


DAFTAR PUSTAKA  Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC  http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=14&cad=rja&ved=0CHEQFjAN&url =http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream %2F123456789%2F25985%2F4%2FChapter%2520II.pdf&ei=6-6BUrrRKMqrgeGw4DgBQ&usg=AFQjCNEfhw_4srG42N9lyTuel7L6IiqrSA&sig2=KKqOO 1WlhcyTX-m8BweJ9Q  http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=13&cad=rja&ved=0CGsQFjAM&url =http%3A%2F%2Fwww.utomoaliyah.com%2Fdownlot.php%3Ffile %3DANATOMI-FISIOLOGI%2520HIDUNG.pdf&ei=6-6BUrrRKMqrgeGw4DgBQ&usg=AFQjCNHC41pq_Uiz4BRvzT8SMQuj2N3iMw&sig2=PC EB-iNPMunNGaou7wKLGA  http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&ved=0CFsQFjAK&url =http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000121special-senses-system %2Fsss155_slide_anatomi_sistem_pengecapan_penghidu.pdf&ei=6u6BUruYM cOprAellYGQDQ&usg=AFQjCNFAE1PG8xhZvPsPD6zbp8ceyaXT9g&sig2=u g7AGzkrzbUN9j2BqYlS_Q  Anatomi fisiologi untuk prawat,siti sabriyah 2000 egc  Sherwood,Lauralee .2012. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem.Jakarta:EGC  Guyton and Hall, 2006. Fisiologi Kedokteran.buku kedokteran EGC  Laksmini, Y, et al. 2012. Panduan Praktium Blok Oragan Indra.Tim Blok Organ

Indra, Yogyakarta  Sherwood, L.,2011.Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem.buku kedokteran

EGC  http://www.biologisel.com/2013/02/indra-peraba-indra-pembau-pencium


ďƒź Syaifuddin,Drs.H.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi

3.Jakarta:EGC.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.