Makalah bsn 4 sistem imun

Page 1

MAKALAH SISTEM IMUN Disusun oleh:

Psik 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JUNI 2014


DAFTAR ISI

2


BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Sehat merupakan keadaan seseorang yang tidak terkena penyakit baik fisik maupun psikis. Dalam keadaan sehat seseorang mampu melakukan aktivitas normal tanpa adanya hambatan. Beda halnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sakit. Semua aktivitas bisa menjadi lebih berat rasanya kita dalam keadaan sakit. Saat seseorang sakit berarti imunitas orang terssebut bekerja lebih aktif. Sistem imun merupakan suatu sistem pertahanan internal yang berperan kunci dalam mengenal dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda didalam tubuh yang asing bagi tubuh. Manusia terus menerus melakukan kontak dengan lingkungan eksternal yang merupakan tempat mikroorganisme asing. Jika mikroorganisme tersebut masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan melakukan pertahanan internal yang kompleks yang akan memberikan perlindungan terus-menerus terhadap invasi agen asing. Makalah ini membahas tentang bagaimana peranan sistem imun dan imunisasi terhadap tubuh kita. Imunisasi merupakan tindakan memasukan vaksin atau mikroorganisme yang dilemahkan yang berfungsi memberikan kekebalan terhadap tubuh. Imunisasi juga terbagi dalam beberapa macam bergantung kepada jenis vaksin yang diinvasikan kedalam tubuh.

b. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan dari organ tubuh dalam sistem imun? 2. Bagaimana pembagian dari macam- macam sistem imun? 3. Bagaimana cara kerja sistem imun? 4. Bagaimana interaksi antigen dengan antibodi dalam sitem imun?

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 3


5. Bagaimana respon tubuh terhadap benda asing yg masuk ke dalam

tubuh? 6. Apa yang dimaksud dengan imunisai dan bagaimana imunisasi

tersebut diberikan? 7. Bagaimana aspek keislaman yang berkaitan dengan sistem imun?

c. Tujuan 1. Mengetahui organ yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh

atau sistem imun 2. Mengetahui macam-macam imun 3. Mengetahui cara kerja sistem imun dalam tubuh 4. Mengetahui interaksi antibodi dan antigen yang ada dalam tuubuh 5. Mengetahui respon tubuh terhadap benda asing yang masuk dalam

tubuh 6. Mengetahui pengertian tentang imunisasi dan macam-macam

imunisasi 7. Mengetahui aspek keislaman yang berhubungan dengan imunisasi

4


BAB II PEMBAHASAN

A. Organ yang Berperan dalam Sistem Imun

1. Sumsum tulang belakang:

2.

Merupakan asal semua sel darah

Sebagai tempat proses pematangan untuk limfosit B

Kelenjar limfe, tonsil, adenoid, apendiks, Gut-Associated Lymphoid Tissue: –

Memindahkan limfosit dari dan ke limfe (membuang, menyimpan, dan menambahkan)

Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T tersensitisasi, yang dikeluarkan ke dalam limfe. Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain yang berbentuk partikel dalam limfe

3. Limpa

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 5


–

Memidahkan limfosit dari dan ke darah (membuang,menyimpan, memproduksi, dan menambahkan) Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T tersesitisasi yang dibebaskan ke dalam darah

–

Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lein yang membentuk partikel, terutama sel darah merah yang sudah usang, dari darha

–

Menyimpan sejumlah kecil sel darah merah, yang dapat ditambahkan ke darah oleh kontraksi limpa sesuai kebutuhan

4. Timus –

Merupakan tempat proses pematangan untuk limfosit T

–

Mengeluarkan horomon timosin

B. Macam-macam Imun a. Imun Aktif

Imun yang didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya. 1. Imunitas aktif dapatan secara alami

Terjadi jika seseorang terpapar suatu penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus. Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau sementara (pneumonia, gonore). 2. Imunitas aktif dapan secara buatan

Merupakan hasil vaksinasi. Vaksin dibuat dari patogen yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah diubah. Vaksin ini dapat merangsang respon imun tapi tak menyebabkan pemyakit. 6


b. Imunitas Pasif

Imunitas ini didapat dari perpindahan antibodi dari individu satu ke individu lain.

1. Imunitas pasif alami

Imunitas ini terjadi pada janin saat antibodi igG ibu masuk menembus plasenta. Antibodi igG memberi perlindungan sementara (mingguan/ bulanan) pada sitem imun imatur. 2. Imunitas pasif buatan

Imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang diproduksi dari hewan atau manusia yang kebal karena pernah terpapar suatu antigen. Misalnya: antiodi kuda yang sudah kebal terhadap racun ular dapat diinjeksikan kepada manusia yang tergigit ular sejenis.

C. Cara Kerja Imun Secara umum pertahanan yang dilakukan tubuh ada dua jenis pertahanan A. Pertahanan non-spesifik

Pertahanan ini memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agen, atau disebut pertahanan non-imun atau kata lainnya yaitu imun bawaan lahir atau imun alami. Pertahanan non-spesifik terdiri dari semua barrier kulit fisik, mekanik dan kimia sejak lahir atau imun alami. Barrier tersebut meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagositik dan zat yang dilepaskan fagosit. Komponen-komponen sistem imun bawaan selalu berada dalam keadaan siaga. Dari berbagai efektor imun, neutrofil dan makrofag keduanya merupakan spesialis fagositik sangat penting dalam pertahanan Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 7


bawaan. Sel fagositik dipenuhi oleh protein membran plasma bernama “Toll Like Receptor� (TLR) di juluki mata respon sistem imun bawaan. Sensor ini mengenali dan mengikat penanda-penanda dibakteri sehingga sel efektor sistem imun melihat patogen sebagai suatu yang berbeda dari sel duri. TLR memicu fagosut untuk menelan dan menghancurkan mikroorganisme asing pengaktifan TLR juga memicu sel fagosit untuk mengeluarkan bahan kimia yang sebagian berperan dalam peradangan. TLR ini juga menjadi jembatan penghubung antara imun bawaan dan adaptif karena bahan-bahan kimia yang dikeluarkan oleh fagosit penting untuk merekrut sel-sel imun adaptof. Mekanisme sistem imun bawaan memberi kita respon yang cepat tetapi terbatas dan non-spesifik terhadap segala jenis ancaman. Imunitas bawaan ini menahan dan membatasi penyebaran infeksi. Pertahanan bawaan ini mencakup: a) Peradangan, suatu respon non-spesifik terhadap cedera

jaringan dimana spesialis fagositik berperan besar. b) Interferon, sekelompok protein yang secara non-spesifik

mempertahankan sel dari infeksi virus. c) Natural killer cell, kelompok khusus mirip limfosit yang

secara spontan dan non-spesifik mempertahankan sel dari infeksi

virus,

melisiskan

atau

memecahkan

dan

menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi virus. d) Sistem komplemen, protein plasma inaktif yang jika

diaktifkan secara berurutan akan merusak sel-sel asing dengan menyerang membran plasma (sherwood, 2012)

B. Pertahanan spesifik

8


Kompleks yang memberikan respons imun (humoral dan seluluar) untuk menghadap agen asing spesifik seperti bakteri, virus toksin atau zat lain yang oleh tubuh dianggap bukan bagian diri. Karakteristik yang dimiliki oleh pertahanan ini adalah: a) Spesifitas: dapat membedakan berbagai zat asing dan

responnya terutama jika ditubuhkan. b) Memori dan implikasi: respon imun memiliki kemampuan

untuk menginat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens

tertentu

sehingga

pajanan

berikutnya

akan

menimbulkan respon yang lebih cepat. c) Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri: dapat

membedakan agen-agen asing dan sel-sel tubuh sendiri serta protein. (ethel, 2004) Pada dasarnya respon imun spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralkan sasaran tertentu yang secara spesifik tubuh telah bersiap menghadapi setelah mengalami pajanan sebelumnya. (sherwood, 2012) Komponen utama sistem imun meliputi organ-organ limfoid primer (sumsum tulang, timus) serta jaringan limfoid sekunder. Terdapat dua kelas respons imun didapat: imunitas yang diperantarai oleh andibodi atau imunitas humoral yang melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B yang dikenal sebagai sel plasma dan imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas selular yang melibatkan pembemtukan limfosit T aktif, yang secara langsung menyerang sel yang tidak diinginkan. ASAL SEL B DAN SEL T

Kedua jenis limfosit berasal dari sel punca di sumsum tulang. Sel B berdiferensiasi dan mangalami pematangan di sumsum tulang. Sel T

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 9


selama masa janin dan anak-anak dini sebagian dari limfosit imatur sumsum tulang bermigrasi melalui darah ke timus. Sel B dan sel T matang menetap dan membentuk koloni limfosit di jaringan limfoid perifer lalu mengalami pembelahan menghasilkan generasi baru sel B dan sel T. Manusia memilki sekitar 2 triliyun limfosit. Sel B dan sel T terus menerus beredar dalam limfe, darah dan jaringan tubuh tempat mereka melakukan pengawasan tetap. a) Limfosit B

Satu limfosit hanya dapa melihat satu jenis antigen. Hal ini berbeda dari TLR sel efektor bawaan, yang mengenal merek umum yang khas bagi semua mikroba. Sebagian besar sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma aktif sementara yang lain menjadi sel memori yang dorman. 1) Sel plasma

Sel plasma menghasilkan antibodi. Selama diferensiasi sel B membengkak karena retikulum endoplasma kasar bertambah. Sel plasma adalah pabrik protein yang produktif, menghasilkan hingga 2000 molekul antibodi perdetik. Sel plasma mati lima sampai tujuh hari. Antibodi disekresikan ke dalam darah atau limfe dikenal sebagai globulin gama atau imunoglobulin.

2) Sel memori

Limfosit B sebagian kecil berubah menjadi sel memori. Jika individu kembali terpajan ke antigen yang sama makan sel-sel memori ini akan diaktifkan dan siap untuk bereaksi bahkan lebih cepat daripada yang dilakukan oleh limdosit awal dalam klon tersebut. Kontak awal suatu mikroba, respons antibodi baru terjadi beberapa hari kemudian

10


setelah sel plasma terbentuk dan belum mencapai puncak dalam 2 minggu respon ini disebut respon primer. Jika antigen yang sama kemudian muncul kembali, maka sel memori yang berumur panjang tersebut akan melancarkan respons sekunder yang lebih cepat, leih kuat dan berlangsung lama.

b) Limfosit T

Limfosit T berperan besar dalam mengatur mekanisme imun. Sel T menghadapi benda asing yang bersembunyi di dalam

sel yang tidak dapat dicapai oleh antibodi atau sistem komplemen. Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel T harus berkontak langsung dengan sasaran suatu proses yang dikenal sebagai imunitas selular. Sel T bersifat dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap sel T memiiki protein unik yang disebut reseptor sel T. Sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya jika antigen tersebut berada

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 11


dipermukaan suatu sek yang juga membawa penanda identitas individu. Terdapat 2 subpopulasi utama sel T, bergantung pada peran mereka ketika diktifkan oleh antigen: Sel CD8 (sel sitotoksik atau pemusnah) Sel ini menghancurkan pejamu mengandung

apapun

yang

sing

sel yang

dan

karenanya

mengandung

antigen

asing, misalnya sel tubuh dimaski

yang virus,

sel

kanker yang memiliki protein mutan akibat transformasi maligna dan sel cangkokan. Sel

CD4

(sel T penolong) Sel ini meningkatkan pembentukan sel B distimulasi antigen menjasi sel plasma penghasil antibodi, meningkatkan aktivitas sel sitotoksik yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.

Sel CD4 tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi imun patogen yang masuk. Sebaliknya sel-sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain.

12


D. Interaksi Antara Antigen Dan Antibodi Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel. Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier. 1. Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop. 2. Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya: a. Netralisasi

Netralisasi adalah interaksi yang terjadi jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan. b. Aglutinasi

Aglutinasi dalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan. c. Presipitasi

Presipitasi adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap. d. Fagositosis

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 13


Fagositosis adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut. e. Sitotoksis

Sitoksis adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya. 3. Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi

antigen-antibodi

yang

dapat

berguna

atau

merusak

bagi

penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi. Interaksi Antigen-Antibodi Sistem pengikat antibodi pada regio variabel antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks antibodi-antigen atau imun. Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi netralisasi, aglutinasi, atau presipitasi. Fiksasi komplemen terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen. Ikatan molk=ekul komplemen diaktivasi melalui jalur klasik yang memicu efek cascade untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin penyusup. Efek yang paling penting meliputi: Opsonisasi. Partikel antigen diselubungi antibodi atau komponen komplemen yang memfasilitasi proses fagositosis partikel. Selain itu suatu produk protein berlekuk dari cascade komplemen, C3b juga berinterkasi

14


dengan reseptor khusus pada neutrofil dan makrofag, dan meningkatkan fagositosis. Sitolisis.

Kombinasi

dari

faktor-faktor

komplemen

multiple

mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi selular keluar. Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui proses aktivasi sel mast, basofil, dan trombosit darah. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya tidak berbahaya. Aglutinasi ( penggumpalan) terjadi jika antigen adalah materi partikeulat, seperti bakteri dan sel darah merah. Presipitasi terjadi jika antigen dapat laurt. Komponen imun menjadi sangat besar akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi. Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi sel-sel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC). Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pad anti bodi Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti tergabung (physicallylinked). Kompleks antigen yang tergabung ke reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan didegradasi dalam sel yang mengandungi

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 15


molekul MHC II. Kompleks peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan antigen serta sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi sel penghasil antibodi (sel plasma). Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubungsilangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitopepitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen bergantung timus memerlukan pengaktifan dan interaksi kedua-dua sel B dan T. Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T tersebut mesti mengacam epitopepitop yang tergabung (walaupun epitop-epitop berlainan) pada satu antigen, untuk kerjasama antara sel B dan sel T berlaku. Pergabungan antigen dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel diaktifkan dan menjalani proliferasi dan membeza menjadi sel plasma penghasil antibodi. Jenis sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma. Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas terhadap antigen bebas timus (diterangkan di bawah). Antigen ini tidak mengaruh pertukaran kelas atau gerak balas ingatan.

16


Interaksi antara antigen dan antibodi Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen yang diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi dan mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas sekunder sel dendritik tidak diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan efisien kerana sel-sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B memerangkap antigen melalui reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg ditelan, kemudian didegradasi dalam dengan molekul MHC II, diangkut dan diekspres pada permukaan sel di mana ia akan berinteraksi dengan sel T CD4+. Interaksi ini disertai oleh interaksi antara beberapa molekul permukaan lain Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi teraktif: sel T akan menghasilkan sitokin dan sel B menghasilkan antibodi. Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan pemeriksaan golongan darah. Biasanya, antigen masuk ke dalam tubuh dalam bentuk virus, bakteri, ataupun substansi protein lainnya. Atas dasar inilah dilakukan pemeriksaan golongan darah. Darah akan berperan sebagai antibodi, sehingga apabila diteteskan antigen spesifik, maka darah akan menjendal sebagai proses imun. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah ABO dan Rh adalah dengan menggunakan darah dari probandus dan larutan anti-serum, yaitu Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D.

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 17


Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda: 1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau

antigen 2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada

antigen (komplek imun). Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks imun antibody dan antigen. IgM memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1 . meskipun C1 tidak mempunyai sifat enzim, namun setelah dia berikatan dengan Fc dapat mengakifkan C2 dan C4 yang selanjtunya mengkatifkan C3. IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 (IgM lebih kuat dibandingkan dengan IgG) yang membentuk kompleks imun dengan antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik, jalur klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1-C9. Selama aktivasi, protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan. Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya. Jadi stimulus kecil dapat menimbulkan reaksi aktivasi komplemen berantai. Dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif : -

Bakteri (endotoksin)

-

Jamur, virus, parasite

-

Zimosan

-

Agregat IgA (IgA1, IgA2) dan IgG4

-

Faktor nefritik C3b dlm jumlah sedikit di dalam serum, dapat mengikat faktor serum

yang disebut faktor B Komplemen ini selanjutnya diaktifkan faktor D dalam

18


serum yang mengikat C3bB membentuk kompleks imun C3bBD yang berfungsi sebagai

konvertase C3 yang melepas C3a dan C3b. Kompleks

C3bBD dengan cepat dipecah oleh protein serum tetapi pemecahan tersebut dicegah oleh protein lain dalam serum yaitu Properdin .

E. Respon Terhadap Benda Asing Selama kontak awal dengan suatu antigen mikroba, respon antibodi baru terjadi beberapa hari kemudian setelah sel plasma terbentuk dan belum mencapai puncaknya dalam dua minggu.

Respon ini dikenal sebagai respon primer. Sementara itu, gejala-gejala khas invasi mikroba menetap sampai mikroba tersebut kalah oleh serangan imun spesifik yang ditujukan kepadanya atau orang yang terinfeksi meninggal. Setelah mencapai puncak, kadar antibodi secar perlahan berkurang seiring waktu, namun sebagian antibodi dalam darah mungkin menetap dalam waktu yang lama. Perlindungan jangka panjang terhadap terhadap antigen yang sama terutama dilaksanakan oleh sel memori. Jika antigen yang sama kemudian muncul kembali, maka sel memori yang berumur panjang tersebut akan melancarkan respon sekunder yang lebih cepat, lebih kuat, dan berlangsung lebih lama daripada pada respon primer. Serangan imun yang lebih cepat dan kuat ini sering memadai untuk mencegah atau memperkecil infeksi pada panjangan berikutnya terhadap mikroba yang sama, dan membentuk dasar dari imunitas jangka panjang terhadap penyakit spesifik.

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 19


Panjangan antigen pertama yang memicu pembentukan sel memori dapat terjadi melalui penyakit yang didapat atau vaksinasi. Vaksinasi secara sengaja memanjankan orang ke patogen yang telah dihilangkan kemampuannya menimbulkan penyakit tetapi masih mampu memicu pembentukan antbodi terhadap dirinya. Sel memori tidak terbentuk untuk sebagian penyakit sehingga tidak timbul imunitas jangka panjang oleh pajangan awal, seperti kasus “radang tenggorokan”. Perjalanan dan keparahan penyakit sama setiap kali orang yang bersangkutan terinfeksi kembali oleh mikroba yang tidak “diingat” oleh sistem imun tersebut, berapapun jumlah pajangan sebelumnya.

Sistem Imun Dalam Keadaan Normal Kata toleransi dalam konteks ini merujuk kepada fenomena “mencegah imun menyerang jaringan tubuh sendiri” . Dalam proses “cut,shuffle,and paste” (tata ulang) genetik yang berlangsung selama perkembangan limfosit, terbentuk sebagian sel B dan sel T yang kebetulan dapat bereaksi terhadap antigen jaringan tubuh sendiri. Jika dibiarkan berfungsi maka klon limfosit ini dapat menghancurkan tubuh sendiri. Untungnya dalam keadaan normal sistem imun tidak menghasilkan antibodi atau sel T aktif terhadap antigen tubuh sendiri, tetapi mengarahkan kemampuan destruktifnya hanya pada antigen asing.

F. Imunisasi Imunisasi mempunyai arti umum sebagai tindakan tubuh agar tubuh mempunyai kemampuan imunitas terhadap bahan-bahan asing tertentu. Secara khusus orang membedakan imunisasi dalam imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi dalam arti khusus merupakan suatu tindakan terhadap tubuh agar tubuh dapat dicegah akan timbulnya suatu penyakit tertentu. Proses imunisasi tidak perlu dilakukan secara pemaparan bahan kepada sistem imun dalam tubuh. Daftar imunisasi yang diharuskan & dianjurkan Yang diharuskan

Yang dianjurkan

20


1. BCG (Bacillus Calmette

1) MMR

Guerin) 2. Hepatitis B

2) Hib

3. Polio

3) Demam tipoid

4. DPT

(Difteri,

Pertusis,

4) Hepatitis A

Tetanus) 5. Campak

Dari imunisasi yang diharuskan dan dianjurkan di Indonesia tersebut pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,1991) membuat jadwal vaksibasi sebagai berikut: 1. BCG diberikan antara saat lahir sampai umur 2 bulan 2. Hepatitis B pertama diberikan anatara saat lahir sampai umur 2 bulan 3. Hepatitis B kedua diberikan antara umur 1 bulan sampai 4 bulan 4. Hepatitis B ketiga diberikan antara umur 6 bulan sampai 18 bulan 5. Hepatitis B keempat diberikan antara umur 10 tahun sampai 11 tahun 6. DPT pertama diberikan antara umur 2 bulan sampai 4 bulan 7. DPT keenam diberikan antara umur 3 bulan sampai 5 bulan 8. DPT kedua diberikan antara umur 4 bulan sampai 6 bulan 9. DPTketiga diberikan antara umur 18 bulan sampai 2 tahun 10. DPT keempat diberikan antara umur 5 tahun sampai 7 tahun 11. DPT kelima diberikan antara umur 12 tahun sampai 5 bulan 12. Polio pertama diberikan antara saat lahir sampai umur 1 bulan 13. Polio kedua diberikan antara umur 2 bulan sampai umur 4 bulan

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 21


14. Polio ketiga diberikan antara umur 3 bulan sampai umur 5 bulan 15. Polio keempat diberikan antara umur 4 bulan sampai umur 6 bulan 16. Polio kelima diberikan antara umur 18 bulan sampai umur 2 tahun 17. Polio keenam diberikan antara umur 5 tahun sampai umur 7 tahun 18. Campak pertama diberikan antara umur 6 bulan sampai 9 bulan 19. Campak kedua diberikan antara umur 5 tahun sampai 7 tahun 20. MMR pertama diberikan antara umur 12 bulan sampai umur 18 bulan 21. MMR kedua diberikan antara umur 11 tahun sampai umur 12 tahun 22. Hib pertama diberikan pada umur 1 bulan 23. Hib kedua diberikan pada umur 4 bulan 24. Hib ketiga diberikan pada umur 6 bulan 25. Hib keempat diberikan pada umur 15 bulan sampai 18 bulan 26. Demam tipoid diberikan antara umur 2 tahun sampai 12 tahun, diulangi

setiap 3 tahun 27. Hepatitis A diberikan antara umur 2 tahun sampai 12 tahun, diulangi 3 kali 28. Varisela diberikan mulai umur 10 tahun

Umur (bulan) L

1

2 3

Umur (tahun) 4 5

6 7 8 9 1

1

1

1

1

2 5 6 7 8 9 1

1

0

1

2

5

8

0

1

BCG HepB1 HepB 2

HepB 3

HepB 4

22

12


DPT 1 DPT 2 DPT 3

DPT

DT

D

4

5

T6 TT

P

Polio2

1 Polio3 Polio4

P5 Campak 1

Polio6 Campa k2

MMR1 Hi

Hi

Hi

b1

b2

b3

MMR2

Hib4

Demam Tipoid (setiap 3 bulan) Hep A (3kali) Varisela

Keterangan: P1: polio 1 diberikan ditempat lahir pada saat pulang DT 5: dapat diberikan pada BIAS (Bulan Imunisasi Anak SD kelas 1-6 pada bulan november setiap tahun. Hib 4: tetap diberikan walaupun telah mendapat imunisasi Hib sebelum umur 1 tahun Campak 2: diperlukan apabila MMR 1 tidak diberikan Vaksinasi Vaksinasi adalah bentuk imunisasi aktif yang memberikan proteksi melalui pemberian patogen organisme dalam bwntuk yang tidak membahayakan ke dalam

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 23


tubuh.vaksinasi yang baik haruslah berdasarkan pada antigen yang mudah diperoleh, murah, stabil dalam kondisi iklim yang ekstrim dan bersifat nonpatogen. Contoh sediaan vaksin (kandungan cairan imunisasi) 1. Vaksin Bakteri a. Diphteria, Pertusis & Tetanus (DPT)

Merupakan

vaksin

polivalen

yang

mengandung

toksoid

dari

Corynebacterium diphteria & closteridium tetani dengan dibubuhi bakteri Bordetalla pertusis yang telah dimatikan. Toksoid adalah toksin yang telah dihilangkan toksisitasnya tetapi masih bersifat sebagai imunogen. b. Haemophilus Influenzae tipe b (Hib)

Vaksin ini terdiri atas polisakarida berasal dari Haemophilus Influenzae tipe b yang dikonjugasikan dengan toksoid atau protein membran luar dari meningocococcus yang digunakan untuk mencegah meningitis oleh Haemophilus Influenzae. c. Neiseria Meningitis

Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit meningitis. Vaksin ini terdiri atas karbohidrat yang berasal dari kapsul meningococcus dari galur A, C, Y dan W-135. d. Polisakarida pneumococcus

Vaksin ini dipersiapkan dari kapsul polisakarida dari 23 tipe antigenik streptococcus pneumoniae. e. Bacilli calmette-guerin (BCG)

Vaksin ini mengandyng bakteri hidup yang telah dilemahkan dari galur mycobacterium bovis yang digunakan untuk melindungi terhadap infeksi TBC manusia.

24


2. Vaksin Virus a. Rubella

Vaksin ini mengandung virus hidup yang telah dilemahkan yang dibiarkan dalam jaringan hewan atau sel diploid manusia. b. Virus Influenza

Mengandung virys influenza tipe A dan B secar utuh yang dibiarkan dalam embrio ayam dan dinon-aktifkan dalam formalin. c. Hepatitis B

Terdiri dari partikel antigen permukaan virus hepatitis B (Hbs Ag) yang diperoleh dari plasma manusia penyandang carrier. d. Varisella

Digunakan untuk mencegah penyakit cacar. e. Hepatitis A

Vaksin yang mengandung virus hepatitis yang dinon-aktifkan. f.

Rotavirus

g. Rabies h. Poliomyelitis

G. Aspek Keislaman Q.S Al-Baqarah ayat 172-173

(

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 25


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benarbenar hanya kepada-Nya kamu menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.�

26


BAB III PENUTUP a.

Kesimpulan Secara umum jenis imun terdiri atas imun aktif dan imun pasif.

Adapun yang dimaksud imun aktif adalah imun yang didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya. Sementara yang dimaksud dengan imun pasif adalah imunitas yang didapat dari perpindahan antibodi dari individu satu ke individu lain. Sementara dalam kerjanya imun dapat dibedakan menjadi imun yang bekerja secara non-spesifik dan yang bekerja dengan cara spesifik. Imun yangbekerja secara non-spesifik memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agen, atau disebut pertahanan non-imun atau kata lainnya yaitu imun bawaan lahir atau imun alami. Pertahanan non-spesifik terdiri dari semua barrier kulit fisik, mekanik dan kimia sejak lahir atau imun alami. Barrier tersebut meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagositik dan zat yang dilepaskan fagosit. Sedangkan imun yang bekerja spesifik merupakan kompleks yang memberikan respons imun (humoral dan seluluar) untuk menghadap agen asing spesifik seperti bakteri, virus toksin atau zat lain yang oleh tubuh dianggap bukan bagian diri. Karakteristik yang dimiliki oleh pertahanan ini antara lain spesifitas, memori dan implikasi, pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri. Pada dasarnya respon imun spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralkan sasaran tertentu yang secara spesifik tubuh telah bersiap menghadapi setelah mengalami pajanan sebelumnya. (sherwood, 2012) Baik imun yang bekerja spesifik maupun yang bekerja no-spesifik sama-sama berhubungan, hanya saja keduanya bekerja melalui mekanisme dan waktu yang berbeda. Dalam kerja imun yang bersifat spesifik kita dapat mengenal sel B dan sel T yang memiliki peran penting dalam proses imun. Sel yang bergenerasi menjadi sel plasma yang nantinya akn Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 27


mengeluarkan antibodi dan sel T yang berperan dalam pemusanahan maupun dalam membantu peran sel B. Semua komponen berhubungan dalam menciptakan imunitas dalam diri seseorang. Pada keadaan normal sistem imun tidak menghasilkan antibodi karena jika dibiarkan klon limfosit ini nanti akan dapat menghancurkan tubuh sendiri. Karena dalam proses “cut,shuffle,and paste� (tata ulang) genetik yang

berlangsung selama perkembangan limfosit, terbentuk

sebagian sel B dan sel T yang kebetulan dapat bereaksi terhadap antigen jaringan tubuh sendiri. Untungnya dalam keadaan normal sistem imun tidak menghasilkan antibodi atau sel T aktif terhadap antigen tubuh sendiri, tetapi mengarahkan kemampuan destruktifnya hanya pada antigen asing.

b.

Saran

Penulis meyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak yang harus diperbaiki dan ditambahkan. Oleh karena itu penulis sangat berharap para pembaca dapat memberika kritik untuk kami agar menjadi bahan pelajaran untuk kami kedepannya.

28


DAFTAR PUSTAKA Bellanti, Joseph A. 2003. Imunologi Iii. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Booker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC Ganong, Wf. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC Sloane. Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Manusia Untuk Pemula. Jakarta: EGC Wahab.Samik.A.2002. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika

Makalah imunologi BSN 4 2014

Page 29


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.