Makalah fundamental keperawatan 4

Page 1

MAKALAH HASIL DISKUSI KELOMPOK FUNDAMENTAL KEPERAWATAN 4 “PEMERIKSAAN FISIK”

Disusun Oleh: PSIK 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN 1


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2


DAFTAR ISI

3


BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik? 2. Teknik apa saja yang digunakan saat pemeriksaan fisik? 3. Apa tujuan dari dilakukannya pemeriksaan fisik? 4. Bagaimana pemeriksaan fisik pada thorax? 5. Bagaimana pemeriksaan fisik pada paru? 6. Bagaimana pemeriksaan fisik pada abdomen?

C. Tujuan 1. Mengetahui letak secara anatomi mengenai thorax, paru, dan abdomen 2. Mengetahui teknik dari pemeriksaan head to toe 3. Mengetahui cara pemeriksaan fisik pada thorax 4


4. Mengetahui cara pemeriksaan fisik pada paru 5. Mengetahui cara pemeriksaan fisik pada abdomen

BAB II PEMBAHASAN A. ANATOMI I.

PARU DAN THORAX

Ketika melakukan pengkajiaan fisik pada sistem pernapasan maka perwat harus mengetahui letak-letak secara anotmis pada sistem pernapasan secara imajiner. Hal tersebut sangat pentng bagi perawat untuk mengetahui kondisi normal dan abnormal interpretasi pemeriksaan fisik. Denagn mengacu letak torax baik secara horizontal maupun vertical. Rujukan horizontal diambil dari dalam istilah ia atau spasium interkostal di bawah jar-jar pemeriksaan. Menentukan lokasi iga iga pada permukaan posterior thoraks tampak lebih sulit , langkah pertama adalah mengidentifikasi prosessus spinosus yakni dengan menenukan prosesus yang paling menonjol yaitu vertebra servikalis ke-7 (vertebra prominen). Jika leher difleksikan prosessus spinosus servikalis ke 7 yang menonjol dan vertebra lainnya dapat diidentifikasi dengan menghitung kebawah.Beberapa garis imajiner digunkana sebagai rujukan vertical dan patokan untuk mengidentifikasi letak temuan thoraks. Dalam dinding thorak dibagi atas beberapa segmen pada bagian anterior dan posterior. Beberapa segmen anterior anatara lain; segmen apical, segmen lobus atas, segmen lobus media, segmen laterobasal dari lobus bawah. Sedangkan segmen bagian posterior antara lain; segmen apical basal, segemn apical basal dari lobus bawah, segemen postrobasal.

5


Kerangka rongga toraks, meruncing pada bagianatas thoraks dan berbetuk kerucut yang terdiri dari 12 vertebra torakalis, 10 pasang iga yang di anterior dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga perama memisahka artikulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfusi membentuk tepi kostal sebelum menyambung ada tepi bawah sternum. Perluaasan rongga pleura di atas klavikula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dieveluasi pada luka tusuk. a. Musculatur : Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utma

dinding anterior. muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus dan muskuus gelang bahu lainnya membentuk lipatan/plika aksilaris anterior. b. Pleura merupakan membrane ktif serosa deangn jaringan pembuluh darah dan limfatik.

Dala plera selalu ada pergerkan cairan, fagosistis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya tidak sensitf dan berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama denagna pleura paretalis yang melapissi dinding thoraks dan diafragma. c. Ruang interkostal : Pleura parietalis hamper semua merupakan rngga lapian dalam diikuti

oleh tiga lapis muskulus yang mengangkat iga selama respirasi normal. Vena, artei dalam rongga interkostal berada di belaknag tepi bwaah iga. d. Diafragma :bagian muscular perifer bersala dari bagian bwah iga keenam dan kartilago

kosta dari vertebra lumablis dan lengkung lumbokostal, bagia muscular melengkung membentuk tendo sentral.

6


e. Paru: Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong

yang dibentuk oleh pleura pariestaslis dan pleura viseralis. Paru ada sepasang dan simetris paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri mempunyai dua lobus. Udara masuk ke paru-paru melalui trakea dan laring dari mulut atau hidung. Trakea bercanbang menjadi dua bronkus utama. Bronkus kanan lebih pendek dan besar dari pada bronkus kiri dan lebih bersudut tidak setajam bronkus kiri. Apeks pada

berbentuk bundar

menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis superior di atas ujung iga pertama dan basic pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan lebih kontak dari pada paru-paru kiri.

Garis pada daerah dada antara lain: a. Gais midsternal; garis vertical melalui pertengahan sternum b. Garis sterna ; garis sejajar dengan garis midsternal melalui tepi sternum kanan dan kiri c. Garis parasternal; garis sejajar denagan garis midsternal melalui titik 1 cm dari lateral

dari garis sterna kanan dan kiri

7


d. Garis midkalvikularis : garis sejajar denagan garis midsternal melalui pertengahan

kalvikula kanan dan kiri e. Garis aksilaris anterior : garis sejajar dengan garis midsternal melali lipatan aksilaris

anterior f.

Garis midklavikularis : garis sejajar denagan garis midstrenal mellau pertengahan aksilaris anterior dan posterior

g. Garis aksilaris posterior : garis sejajar denagn dagirs midsternala melalaui lipata aksilaris

posterior h. Garis midspinalis: garis vertical pertenaghan punggunag mellaui prosessus spinosus

tulang belakang

8


i.

Garis midskapulari : garis sejajar denagn garis midsspinlais melalui puncak skapula

9


Anatomi Thoraks

10


1. Rangka thoraks dibentuk oleh sternum dan kartilago kosta di depan, kolumna

vertebralis di belakang, serta kosta dan rongga intercostal di lateral. Rongga ini dipisahkan dari rongga abdomen oleh diafragma dan memiliki hubungan ke atas dengan pangkal leher melalui pintu anus thoraks. 2. Kosta. Dari 12 pasang kosta, tujuh pasang pertama memiliki artikulasi dengan vertebra di

posterior dan dengan sternum di anterior melalui kartilago kosta. 3. Sternum terdiri dari manubrium, korpus, dan prosesus xifoideus. 4. Kartilago kosta merupakan batang-batang kartilago hialin yang menghubungkan ketujuh

kosta teratas langsung ke sternum serta kosta ke 8, 9, dan 10 dengan kartilago tepat di atasnya. 5. Rongga interkostalis. Biasanya tiap rongga memiliki 3 otot yang menyerupai otot

dinding abdomen, yaitu: -

M. interkostalis eksterna: mengisi rongga interkostalis dari vertebra di

posterior sampai perbatasan kostokondral di anterior di mana otot tersebut berubah menjadi membran interkostalis anterior yang tipis. -

M. interkostalis interna: mengisi rongga interkostalis dari sternum di

anterior sampai angulus kosta di posterior di mana otot ini berubah menjadi membrane interkostalis posterior yang mencapai korpus vertebralis di belakang. -

M. interkostalis terdalam (innermost): terdiri dari mm. subkostalis di

posterior, m. interkostalis intima di lateral, dan m. torakalis transversus di anterior. 6. Diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Strukturnya terdiri dari bagian

muskularis perifer yang berinsersi di aponeurosis anterior – tendon sentralis.

11


7. Mediastinum adalah rongga yang terletak di antara dua kantung pleura. Mediastinum

dibagi menjadi regio superior dan inferior oleh garis yang ditarik ke arah horizontal belakang dari angulus Ludovici (sendi manubriosternal) ke kolumna vertebralis. 8. Pleura terdisi dari dua lapisan: lapisan viseralis yang melekat pada paru dan lapisan

parietalis yang membatasi aspek terdalam dinding dada, diafragma, serta sisi pericardium dan mediastinum. 9. Trakea adalah struktur fibroelastik yang kaku. Kartilago hialin berbentuk setengah cincin

yang saling menyambung mempertahankan bentuk lumen trakea. Bagian dalam trakea dibatasi oleh epitel kolumnar bersilia. Trakea berawal setinggi kartilago krikoid di leher (C6) dan berakhir setinggi angulus Ludovici di mana terjadi bifurkasio menjadi bronki utama dekstra dan sinistra. 12


10. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk pertukaran

udara. Tiap paru memiliki apeks yang mencapai ujung sternal kosta ke-1, permukaan kostovertebral yang melapisi dinding dada, basis yang terletak di atas diafragma dan permukaan mediastinal di sebelahnya. 11. Struktur paru. Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fisura

oblikus dan horizontal. Paru kiri hanya memiliki fisura oblikus sehingga tidak ada lobus tengah. Segmen lingular merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun, secara anatomis, lingual merupakan bagian dari lobus atas kiri.

II.

ANATOMI ABDOMEN

Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ-organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal. Abdomen merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi perut yang meliputi daerah-daerah/ bagian dan batas-batas perut. Pembagian Abdomen Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji Rahardjo. DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara lain : 1. Linea Media Anterior

Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus jugularis), urus ke bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala tepat ewat glabella terus ke atas sampai vertex. 2. Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)

Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus terus kebawah sampai ada lipatan pangkal paha. 3. Linea Sternalis

13


Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum, dari atas ke bawah pada arcus costae. 4.

Linea Para Sternalis Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan ntara linea mamilaris dengan linea sternalis.

5.

Linea Maxilaris Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan ketiak ampai ke spina iliaka superior anterior.

6. Bidang Trans Pylorik

Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri. 7. Bidang Trans Tuberkuler

Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior. sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita (thorax dan abdomen), akan terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya:

a. Regio Hypochondrica Dextra

Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidangtrans ylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra. b. Regio Epigrastica

Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra danlinea amillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik. 14


c. Regio Hypochondrica Sinistra

Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea amillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik. d. Regio Lateralis Dextra

Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea edio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah leh bidang transtuberkuler. e. Regio Umbilikalis

Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh inea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, isebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra. f.

Regio Lateralis Sinistra Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.

g. Regio Inguinalis Dextra

Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga. h. Regio Pubica

Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra. i.

Regio Inguinalis Sinistra Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra. Organ-organ yang terdapat di dalam Abdomen

1. Lambung

15


Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: kardia, fundus, dan antrum. Lambung biasanya memiliki bentuk J,dan terletak di kuadran kiri atas abdomen. Terletak dibawah diafragma didepan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri. Fungsi Lambung; a. Menampung makanan, menghaluskan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic

lambung dan getah lambung, b. Getah cerna lambung yang dihasilkan : 1.

Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino atau albumin dan pepton.

2.

Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan disinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk

kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu). 4. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak

yang merangsang sekresi getah lambung. 2. Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15cm, lebar 5cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Pankreas terbantang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung. Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Sekresi Pankreas: 1. Hormon Insulin.

16


Hormon ini langsung dialirkan kedalam darah tanpa melewati duktus.Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini termasuk sel kelenjar endokrin. Kumpulan sel ini berbentuk seperti pulau-pulau, yang disebut pulau Langerhans 2. Getah pancreas.

Sel-sel yang memproduksi getah pancreas ini termasuk kelenjar eksokrin.Getah pancreas dikirim kedalam duodenum melalui duktus pankreotikus yang bermuara pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum. Fungsi Pankreas : a.

Fungsi eksokrin, membentuk getah pancreas yang berisi enzim dan elektrolit.

b.

Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulaupulau kecil atau pulau langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin, yang mengsekresikan insulin.

c.

Fungsi sekresi eksternal, cairan pancreas dialrkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

d.

Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormone insulin dan hormone glucagon. Hormon tersebut dibawa kejaringan untuk membantu metabolism karbohidrat.

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. 3. Hati

Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh, dengan berat sekitar 13001550 gram, Âą1,5 kg. Warnanya merah kecoklatan sangat vascular dan lunak.Letaknya bagian atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma.Hati berbentuk 17


baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apek pada sisi kiri.Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, yang dilindungi oleh kartilago kostalis. Fungsi Hati: 1.

Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan

disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. 3. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan

urine. 4. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. 5. Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam system retikulo

endothelium, dialirkan ke empedu. 6. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino yang kemudian diubah menjadi

ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine. 7. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.

4. Usus

Usus terdiri atas : 1. Usus Halus

Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya Âą 6m, merupakan saluran paling panjang, tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapiasan usus halus. Usus halus terbagi atas 3, yaitu; 1.

Duodenum

Duodenum disebut juga usus duabelas jari, panjangnya Âą 25cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas.Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukuit disebu papilla vateri.Pada papilla vateri ini ermuara disaluran empedu dan saluran pancreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak megandung kelenjar, yang disebut kelenjar brunner, yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. 18


2.

Jejunum dan Ileum

Jejunum dan ileum mempunyai panjang Âą 6m.Dua perlima bagian atas adalah jejunum dengan panjang Âą 2-3m dan ileum dengan panjang Âą 45m.Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium. Fungsi Usus Halus; 1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui

kapiler darah dan saluran limfe 2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino 3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida 4) Absorbsi air, garam dan vitamin 5) Menerima empedu dan getah pancreas 6) Sekresi cairan usus

3. Usus Besar

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya Âą 1.5 m lebarnya 5-6cm. Lapisanlapisan usus besar dari dalam keluar: selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Usus besar terbagi atas: 1.

Sekum Sekum adalah kantung lebar terletak pada fosa illiaka dextra. Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga sebagai umbai cacing,

2.

Apendiks Apendiks disebut juga sebagai umbai cacing, panjangnya 18cm dan membuka pada sekum sekitar 2,5cm dibawah katup ileo sekal.. Seluruh bagiannya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.Apendik memiliki lumen yang sempit, lapisan submokosanya mengandung banyak jaringan limfe. 19


3.

Colon Asendens Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica.

4.

Colon Transfersum Colon Transfersum panjangnya Âą 38cm, membujur dari colon asenden sampai ke colon desenden, yang berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica, dan sebelah kiri terdapat fleksura linearis.

5.

Colon Desendens Colon ini panjangnya Âą 25cm, terletak di bagian bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas kebawah dan fleksura linearis sampai kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.

6.

Colon Sigmoid Colon ini merupakan lanjutan dari colon desenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.

7.

Rektum Rektum terletak dibawah kolomsigmoid, yang menghubungkan intestine mayor dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan os skrum dan os koksigeus.

8.

Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar/ udara luar.

5. Ginjal

Ginjal merupakan suatu kelunjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominalis dibelakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada 2buah, yang letaknya ada pada kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12cm, lebar 7cm dan tebal maksimal 2,5cm. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. 20


Fungsi ginjal : 1. Memegang peranan ppenting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun 2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan 3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh 4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zt lain dalam tubuh 5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan

amoniak. 6. Berperan dalam produksi vit D.

6. Ureter

Ureter merupakan tabung dari ginjal yang menuju ke vesika urinaria.Terdapat 2 ureter dalam tubuh manusia, masing-masing berada di kanan dan kiri. Setiap ureter panjangnya sekitar 25cm. Ureter dimulai dari bagian pelvis ginjal,bagian yang berdilatasi melekat pada hilum ginjal. Kemudian berjalan ke bawah di bagian posterior didinding abdomen di belakang peritoneum. Didalam pelvis, ureter membelok ke depan dan ke belakang untuk memasuki vesika urinaria, melewati dindingnya ureter berjalan secara oblik.Lapisan dinding ureter mengalami gerakan peristaltic yang nantinya akan membuat ureter mampu mendorong urine dari ginjal ke vesika urinaria. 7. Vesika Urinaria

Vesika urinaria atau yang biasa disebut dengan bladder atau kandung kemih merupakan suatu organ dalam system pencernaan yang mempunyai fungsi menampung urine yang telah disalurkan dari ginjal melalui ureter.Ketika kosong kandung kemih terletak pada pelvis, sedangkan ketika lebih dari setengah bagiannya terisi, kandung kemih menempati abdomen di atas pubis. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, 8. Uterus

Uterus adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah peer, terletak didalam pelvis antara rectum dan kandung kemih.Ototnya disebut miometrium.Uterus terapaung didalampelvis dengan jaringan ikat dan ligamen. Panjang uterus Âą7,5cm, lebar 5cm, tebal 21


2,5cm dengan berat 50gram. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8cm, beratnya 30-60gram.Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus.Pembuahan ovum secar normal terjadi didalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan ovum tertanam dalam endometrim.Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar samai keluar pelvis masuk kedalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin.Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.

B. KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat bertujuan: 1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. 2. Untuk menambah, mengonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam

riwayat keperawatan 3. Untuk mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan. 4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan

penatalaksanaannya 5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.

Teknik pengkajian fisik: 1. Inpeksi

Inpeksi adalah proses observasi

Perawat menginpeksi bagian tubuh untuk

mendeteksi

atau tanda fisik yang signifikan.

karakteristik normal

Rahasia

melakukan inpeksi adalah selalu memberi perhatian pada klien. Memperhatikan semua gerakan dan melihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinfeksi. Untuk menggunakan inpeksi secara efektif, perawat mengobservasi prinsip berikut: 1.

Pastikan tersedia pencahayaan yang baik. 22


2.

Posisikan dan pajankan bagian tubuh sedemikian rupa sehingga

sehingga semua permukaan apat dilihat. 3.

Inpeksi setiap area untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan,

posisi, dan abnormalitas. 4.

Jika mungkin bandingkan setiap area yang diinpeksi dengan area

yang sama disisi tubuh yang berlawanan. 5.

Gunakan lampu tambahan (mis. Senter) untuk menginpeksi rongga

tubuh. 6.

Jangan terburu-buru ketika melakuakn inpeksi beri perhatian pada

hal-hal detail.

2. Palpasi

Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh dilakuakn melalui indra peraba. Melalui palpasi tangan dapat dilakuakn pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisisk termasuk ketahanan, kekenyalan, kekaksaran, tekstur dan mobilitas. Perawat mengundang berbagai bagian tangan ketika menyentuh kulit untuk mendeteksi karakteristik seperti tekstur dan temperatur. Pasien harus rileks dan diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot selama palpasi mengganggu keefektifannya. Area Yang Diperiksa

Kriteria Yang Diukur

Kulit

Suhu, kelembapan, tekstur, turgor dan elastisitas, nyeri tekan dan ketebalan.

Organ (mis: hati dan usus)

Ukuran, bentuk, nyeri tekan, tidak adanya massa.

Kelenjar (mis; tiroid dan limfe)

Pembengkakan,

simetrisitas

dan

mobilitas Pembuluh darah (mis; arteri karotid Amplitudo

denyutan,

elastisitas,

dan arteri femoral)

frekuensi, irama.

Toraks

Ekskursi, nyeri tekan, fremitus. 23


3. Perkusi

Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-organ tubuh menemukan adanya cairan didalam rongga tubuh. Perkusi memerlukan pengkajian yang sangat tinggi. Dua metode perkusi, perkusi langsung dan tidak langsung, perkusi langsung melibatkan pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari, teknik tidak langsung dengan menempatkan jari tengah tangan non dominan (pleksimeter) diatas permukaan tubuh , dengan telapak tangan dan jari- jari tangan yang berda di atas kulit.

Bunyi yang dihasilkan perkusi

Bunyi

Intensitas

Nada

Durasi

Kualitas

Lokasi umum

Timpani

Keras

Tinggi

Sedang

Seperti

Ruang tertutup

drum

berisis

udara,

gelembung udara

dalam

lambung, pipi yang dikembungkan. Resonansi

Sedang

Rendah

s/d keras Hiperesonansi Sangat keras

Lama

Bergema

Paru normal

lebih sangat

lama dari nyaring

Paru

rendah

resonansi

empisemia

24


Pekak

Lembut

Tinggi

sedang

sampai

Seperti

Hati

bergebuk

sedang Flatness

lunak

Tinggi

Singkat

Datar

Otor

4. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan telinga tanpa alat bantu dan menggunakan stetoskop sebagai alat bantu. Perawat harus mengetahui tentang bunyi normal dan nonnormal terlebih dahulu. Perawat meperhatikan hal-hal berikut dalam auskultasi: 1. Frekuensi, atau jumlah siklus gelombang bunyi perdetik yang dihasilkan

oleh benda yang bergetar. Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyinya dan sebaliknya. 2. Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi . bunyi yang terauskultasi

digambarkan sebagai keras dan pelan. 3. Kualitas atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama

dari sumber yang beda. Istilah seperti tiupan atau gemuruh menggambar kualitas bunyi. 4. Durasi atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalh

pendek, sedamg, atau panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ internal dalam. a. JENIS SUARA NAPAS NORMAL: 1. Bronkial: sering disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang

melalui suaranya terdengar keras, nyaring dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasi lebih panjang dari pada inspirasi dan tidak ada jeda diantara kedua fase tersebut . normal terdengar diatas trakhea / daerah lekuk suprasternal. 25


2. Bronkeovaskuler : gabungan dari suara napas bronkial dan vaskuler, suaranya

terdengar nyaring dengan intensitas sedang , suara terdengar diadaerah dada dimana bronkus tertutup untuk dinding dada. 3. Vesikuler: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoy-sepoy.

b. JENIS SUARA NAPAS TAMBAHAN: 1. Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi dengan karakter suara

nyaring, musikal, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas sempit. Ronchi : karakteristik suara kasar, berciul, dan suara seperti gesekan

2.

akibat dari inflamasi pleura. Pleura friction crub: suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada

3.

daerah pleura seringkali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam. Crackles: suara patahan 2 jenis:

4.

1. Fine crakcles: fase sering terdengar saat inspirasi karakter suara meletup,

patah, akibat udara melewati daerah yang lembabb di alveoli/bronkiolus. 2. Coarse crekles: lebih menonjol saat ekspirasi . lkarakter suara lemah,

kasar suara gesekan, terpotong akibat terdapat cairan atau sekresi pd napas yang besar. 5. Olfaksi

Olfaksi adalah pengkajian dengan menggunakan indera penghidu, sebelunya perawat harus mengenali bau yang normal dan tidak normal.

Pengkajian karakteristik bau Bau

Daerah atau sumber

Penyebab potensial

Alkohol

Rongga oral

Konsumsi

alkohol, 26


diabetes Amonia

Urine

Bau badan

Kulit, terutama di area Higine bagian

Infeksi traktus urinarius

tubuh

bergesekan

keringat

yang berlebih

(hiperhoidrasi),

(dibawah keringat

berbau

lengan dan payudara Feses

buruk;

bususk( bramidosis)

Daerah luka, munyah, Abses

luka

Obstruksi

area rektal.

usus , Inkontinensia fekal.

Feses berbau busuk

Feses

Sindrom malabsobsi

Pada bayi holitosis

Rongga oral

Higine oral yang buruk dan penyakit gusi.

Manis, keton, buah – Rongga oral

Asidosis diabetikum

buahan Urine basi Bau

manis,

Kulit kental, Drainase luka

Asidosis uremia Infeksi bakteri

tebal Bau apek

Bag. Tubuh yang di Infeksi dlm gips gips

Bau manis, busuk

Trakeostomi sekresi usus

atau Infeksi cabang bronkial oleh bakteri.

Persiapan pemeriksaan: 1. Pengendalian infeksi, misalnya dengan memakai sarung tangan dan mencuci

tangan. 2. Mengamankan lingkungan dan menjaga privasi klien. 3. Menjaga kebersihan dan kesterilisasian alat. 27


4. Persiapan klien: 5. Persiapan fisik: memberi pasien posisi nyaman 6. Persiapan psikologis: bebaskan pasien dari sifat cemas 7. Pengkajian kelompok usia

C. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE 1. Pemeriksaan kepala dan leher c. Definisi

Pemeriksaan yang dilakukan di bagian kepala untuk mengetahui kondisi dan keadaan kepala. d. Indikasi perhatikan bentuk kepala, adanya pembengkakan/tonjolan, tekstur

rambut, kebersihan rambut. e. Prosedur pemeriksaan

-Atur posisi dalam posisi duduk -Lakukan inspeksi dan memperhatikan kesimetrisan muka, tengkorak, warna rambut serta kulit kepala -palpasi keadaan rambut, pembengkakan, nyeri tekan, keadaan kulit kepala. 2. Pemeriksaan Mata a. Definisi

Pemeriksaan yang dilakukan di bagian mata untuk mengetahui kondisi dan keadaan mata. b. Indikasi

Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan bola mata, warna konjungtiva dan sclera c. Kontradiksi

Hindari masuknya benda asing pada mata, kurangi pemakaian obat tetes mata d. Prosedur pemeriksaan 28


Perhatikan protosis, gerakan mata, visus pada inspeksi. Saat palpasi pastikan cahaya dan berada pada keadaan yang benar. 3. Pemeriksaan telinga a. Definisi

Merupakan bagian penting karena telinga sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan b. Indikasi

Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan, amati telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran, bentuk, warna, lesi dan adanya massa. c. Kontraindikasi

Hindari memasukkan bena berwarna runcing ke dalam kanal telinga dan mencungkal telinga terlalu dalam. d. Prosedur

Lakukan palpasi dan inspeksi dari bagian telinga terluar lalu kedalam 4. Pemeriksaan hidung a. Definisi

Untuk mengamati alur napas atau ada tidaknya yang menggangu jalan napas, lesi/inspeksi b. Indikasi

Perhatikan

bentuk,

warna,

ukuran,

kesimetrisan,

lesi,

secret,

sumbatan,perdarahan serta tanda infeksi. c. Kontraindikasi

Hindari pemberian obat semprot hidung yang dijual secara bebas, hindari membersihkan hidung dan mencongkel hidung terlalu dalam ke rongga hidung. d. Prosedur

Lakukan inspeksi dari bagian dalam hidung hingga luar hidung 5. Pemeriksaan mulut dan faring 29


a. Definisi

Pemeriksaan mulut dan faring dilakukan dengan posisi duduk dan pencahayaan baik. b. Indikasi

Perhatikan warna mukosa bibir dan mulut, tekstur lesi, dan stomatitis serta penggunaan gigi palsu c. Kontraindikasi

Hindari memasukan benda yang runcing dan membahayakan organ dalam 6. Pemeriksaan leher a. Definisi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan leher yang normal dan adanya gangguan. b. Indikasi

Memperhatikan warna kulit, konsistensi, dan nyeri c. Kontraindiksai

Hindari posisi tidur yang salah dan menyebabkan saraf leher terganggu 7. Pemeriksaan thoraks a. Definisi

Pemeriksaan thoraks dan paru adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk perubahan sistem pernapasan, jaringan pernapasan dan bentuk dada normal, anfis; mengalami perubahan pada setiap tingkat usia. d. Indikasi

Amati perubahan yang terjadi proses bernapas klien, amati pernapasan klien normal atau tidak. b. Kontraindikasi

Hindari segala hal yang menyebabkan gangguan pernapasan. c. Prosedur

-Inspeksi : pemeriksaan kesimetrisan, bentuk atau postur dada,gerakan napas, warna kulit, lesi, edema, pembengkakan atau tonjolan. -Palpasi

:

integritas

kulit

dada,

nyeri

tekan,

massa,

peradangan,

kesimetrisan,ekspensi dan taktil, vremitus 30


-perkusi: konsistensi dan dibandingkan satu sisi dengan sisi lainnya pada tinggi yang sama dan berjenjang sisi ke sisi -auskultasi : bunyi napas, dengarkan menggunakan stetoskop di lapang bahu 015 di RIC 1 dan 2 diatas manubrium dan diatas trakea 8.

Pemeriksaan genitalia a. Definisi

pemeriksaan dilakukan pada organ vital yaitu alat kelamin klien b.

Anatomi Sistem reproduksi mempunyai fungsi : reproduksi, sekresi hormone seksual, eliminasi urin

c. Indikasi

Amati dan periksa ada atau tidaknya benjolan, kesimetrisan,dan warna organ tsb. d. Kontraindikasi

Hindari pemakain dalaman yang ketat dan tidak menyerap keringar, hindari dari tekanan kuat pada organ tersebut. e. Prosedur

Pria: inspeksi dan palpasi penis, integrasi kulit, masaa,pengeluaran; inspeksi dan palpasi scrotum intregitasi kulit, ukuran dan bentuk, masa nyeri dan tonjolan ; inspeksi dan palpasi anus dan rectum nyeri, masa edema hemaroid , fistula/polip, pengeluaran dan pendarahan. Wanita : inspeksi mukosa kulit, kebersihan integritas kulit, kontur, kesimetrisan, edema, pengeluaran sering discharge; inspeksi dan palpasi anus dan rectum 9. Ekstremitas a. Definisi

Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian panggul, lutut,pergelangan kaki dan telapak kaki b. Indikasi

Lihat dan amati setiap bagian tersebut, lakukan pengobatan bila terjadi gangguan terhadap panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki c. Kontraindikasi 31


Hindari dari benturan yang keras d. Prosedur

ATAS Inspeksi

struktur

musculoskeletal,

kesimetrisan,

integritas

kulit,

pergerakan/ROM, tonus, dan kekuatan otot Palpasi: dengan nadi brachialis dan radialis Tes refleks tendon BAWAH Inspeksi : struktur muskuloskletal, kesimetrisan, pergerakan, integritas kulit dan tonus otot. Palpasi: denyutan arteri femoralis, a.poplitea dan a.dorsalis pedis Tes refleks tendon: patella dan achiles

D. PEMERIKSAAN FISIK DADA 1. Palpasi

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan besar, konsistensi suhu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan dari belakang dengan meletakkan kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat fibrosis, proses tuberkuosis atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan pengembagan bagian atas pada toraks. Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya pada dada pasien ketika ia berbicara. Fremitus vokal yang jelas mengeras dapat disebabkan oleh konsolidasi 32


paru seperti pada pneumonia lobaris, tuberkulosis kaseosa pulmonom, tumor paru, atelektasis atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan tidak tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat permukaan paru. Fremitus vokal menjadi lemah atau hilang sama sekali jika rongga pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura menjadi tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elatis (emfisema), paru menjadi fibrosis dan terdapat kaverna dalam paru yang letaknya jauh dari permukaan. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada wktu inspirasi dan ekspirasi atau oelh pergeseran antara kedua mmbran pleura pada pleuritis. a. Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui

hidung, mulut, oral nasal atau menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian mennetukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak atau obstruksi mekanik. b. Menghitung frekuensi pernapasan c. Pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu: torakal, abdominal atau kombinasi

keduanya d. Pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan

ekspirasi (pada orang sehat, irama pernapasan teratur dan memnjadi cepat jika terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi) e. Pengkajian terhadap dalam atau dangkalnya pernapasan (pada pernapasan

yang dnagkal, dinding toraks tampak hampir tidak bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat emfisema atau jika pergerakan dinding toraks menimbulkan rasa sakit dan juga jika pada rongga toraks terjadi proses desak ruang, seperti penimbunan cairan dalam rongga pleura dan perikardium serta konsolidasi yang dangkal dan lambat. 2. Perkusi

Penkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi paru

33


a. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor yang bunyinya seperti

kata “dug-dug�. b. Suara redup, seperti pada infiltrat, konsolidasi dan efusi pleura c. Pekak, seperti suara yang terdengar bila kita memperkusi paha kita,

terdapat pada rongga pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada permukaan paru atau fibrosis paru dengan penebalan pleura d. Hipersonor, bila udara relatif lebih padat, ditemukan pada enfisema,

kavitas besar yang letaknya perifer dan pneumotoraks e. Timpani,

bunyinya seperti ucapan “dang-damg-dang�. Suara inin

menunjukkan bahwa dibawah tempat yang diperkusi terdapat penimbunan udara, seperi pada pneumotoraks dan kavitas dekat permuakaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan dengan perkusi pada sonor, maka kita harus menafsirkan bahwa bagian atas paru tidak berfungsi lagi dan berarti batas paru yang sehat terletak lebih bawah dari biasa. Hal ini menunjukkan proses tuberkulosis di puncak paru. Dari belakang, apeks paru dapat diperkusi di daerah otot trapezius antara otot leher dan pergelangan bahu yang akan memperdengarkan seperti sonor. Batas bawah paru dapat ditentukan dengan perkusi, dimana suara sonor dapat didengar sampai iga keenam garis medaksilaris, kedelapan garis midaksilaris dan iga kesepuluh garis skapula. Batas bawah paru pada orang tua agak lebih rendah, sednag pada anak-anak agak lebih tinggi. Batas bawah meninggi pada proses fibrosis paru, konsolidasi efusi pleura dan asites tumor intra abdominal. Turunnya batas bawah paru didapati pada emfisema dan pneumotoraks 3. Auskultasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, diantaranya: suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang sehat

34


Suara napas tambahan yaitu suara yang terdengar pada dinding toraks berasal dari kelainan pada paru, termasuk bronkus, alveolus dan pleura

E. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN 35


1. Persiapkan alat, klien, dan pemeriksa

Peralatan yang disiapkan baju periksa, selimut, stetoskop, penggaris, meteran, sarung tangan, lampu periksa, dan botol spesimen. Pemeriksa mencuci tangan , menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, anjurkan klien untuk berkemih, apabila diperlukan urin ditampung. Anjurkan klien untuk mengendurkan otot-otot abdomen dengan cara mengambil napas dalam beberapa kali, gunakan universal precaution, jika ada keluhan nyeri salah satu bagian abdomen maka periksa daerah nyeri pada urutan terakhir. Urutan tehnik pemeriksaan dimulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Pemeriksa berdiri disebelah kanan. 2. Tahapan pemeriksaan abdomen a. Inspeksi abdomen

Atur posisi klien dengan posisi supine, letakan satu bantal dibawah lutut, tutupi dada klien dengan baju periksa, hanya dibuka didaerah abdomen. Letakan selimut pada daerah pubis dan tutup daerah kaki. Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen kedalam 4 kuadran dan 9 region. Visualisasi organ/struktur yang ada dibawah. Observasi bentuk dan kesimetrisan abdomen. Observasi adanya tonjolan atau massa dan terlihat adanya distensi kandung kemih. Apabila distensi, lakukan pengukuran lingkar perut. Observasi daerah umbilikus, kondisinya dan kebersihan. Observasi kulit abdomen, adanya luka, striae, pembesaran vena, lecet atau kemerahan, adanya ostomi (lokasi dan karakteristiknya). Observasi pergerakan abdomen (pulsasi dan gelombang peristaltik).

b. Auskultasi abdomen

Gunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bsising usus, mulai auskultasi pada daerah abdomen kuadran kanan bawah, dengarkan karakter dan frekuensi suara, hitung bising usus selama 60 detik, normalnya bising usus terdengar tiap 5-20 detik atau 3-12x/menit. Pada 36


kondisi normal bising usus 1x/menit dan hiperperistaltik bila bising usus 20x/menit. Gunakan bel stetoskop untuk mendengarkan vaskular dan friction rub daerah abdomen, arteri, iliaka, dan femoraris. Letakan bel stetoskop pada daerah sejajar dengan garis midklavikula disamping aorta diatas umbilikus. Umumnya tidak ada terdengar . friction rub disebabkan oleh dua organ yang bersentuhan /bergesekanatau organ yang bergesekan dengan peritonium. Friction rubdidalam abdomen biasanya menunjukan adanya tumor, infeksi atau peritonitis. c. Perkusi dan palpasi abdomen

Pertahankan posisi supine, gunakan tangan nondominan sebagai bantalan ketukan dan tangan dominan sebagai pengetuk, kemudian lakukan perkusi pada 4 kuadran abdomen. Adapun suara hasil perkusi pada abdomen antara lain: timpani I.

: suara yang keras diatas lambung dan intestin

dullness: terdengar diatas hati, limfa & kandung kemih yang distensi.

II. hiperesonan: lebih keras dari timpani dan terdengar pada intestin

yang distensi III. flat: suara halus, pendek terdengar diatas otot , tulang dan masa

tumor. Lanjutkan perkusi pada hepar, perkusi abdomen untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar. Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak keatas sepanjang garis midklavikula kanan. Suara pertama terdengar adalah timpani, bila suara berubah menjadi dullness pemeriksa dapat mengidentifikasikan batas bawah hepar dan berilah tanda dengan pena. Perkusi daerah ICS 4 sepanjang garis 37


midklavikula kanan, sura pertama terdengar adalah resonan karena perkusi didaerah paru, lalu dilanjutkan kearah bawah sampai terdengar dullness yang menandakan batas bawah hepar dan beri tanda dengan pena. Lalu lakukan pengukuran batas atas sampai batas bawah hepar. Ukur hepar pada garis midsternum kurang lebih 4-9 cm. d. Perkusi selanjutnya adalah perkusi limfa, untuk menentukan ukuran dan

lokasi limfa. Perkusi pada sisi kiri abdomen keposterior sampai garis midaksila (splenik dullnes) biasanya terdengar dari ICS ke-6 sampai 10. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mengetahui lokasi serta isinya, lakukan perkusi kandung kemih untuk mengetahui lokasi serta isinya, lakukan perkusi diatas suprapublik jika kandung kemih terisi penuh makan yang terdengar suara redup. e. Atur posisi klien menjadi posisi duduk membelakangi pemeriksa, palpasi

sudut kostovetebra kiri dan amati reaksi klien, lakukan palpasi pada sudut kostovetebra kanan.

38


f.

Untuk palpasi ginjal, letakan telapak tangan nondominan diatas sudut kostovetebra, lakukan perkusi/tumbukan dengan menggunakan kepalan lengan dominan.

g.

Untuk mengetahui kondisi hepar, lakukan palpasi dengan meletakan tangan kiri dibawah dada tepatnya pada iga terakhir, minta klien untuk relak, letakan tangan kanan diatas abdomen kuadran kanan bawah, kemudian tekan abdomen sepanjang batas lengkung tulang rusuk, saat abdomen ditekan anjurkan klien untuk menarik nafas dalam. Secara normal hepar tidak akan terpalpasi, kecuali pada klien yang kurus, bila teraba maka tepi hepar akan terasa halus dan tidak ada keluhan nyeri.

h. Untuk palpasi limfa, letakan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah

kiri, tangan kanan menekan abdomen untuk memindahkan posisi limfa keanterior. Tekan ujung jari-jari tangan kanan kedalam batas tulang rusuk kekiri kearah klien bersamaan dengan itu minta klien untuk menarik nafas dalam. Limfa pada orang normal tidak akan teraba kecuali pada pembesaran yang jelas

39


40


BAB III PENUTUP a. kesimpulan Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

41


DAFTAR PUSTAKA 1. Asih, nilluh GY. 2004. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC 2. bickley,lyan. 2008. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta: EGC. 3. Faiz, Omar & Moffat, David. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga 4. Gibson, John.2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC 5. Hidayat, alimul A. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika 6. Potter, A Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan jilid 1. Jakarta: EGC 7. Schwantz, Seymour I. 2000. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta EGC 8. Syaifuddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC

42


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.