MAKALAH HASIL DISKUSI KELOMPOK “GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR”
Disusun Oleh: PSIK 2015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya dan karunia-Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kami yang berjudul “Penyakit Jantung Koroner� ini sebagai syarat untuk memenuhi nilai Modul Keperawatan Medikal Bedah 2 (KMB2).
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah ilmu bagi kami maupun bagi pembacanya. Sebagai penyusun kami sadar masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Maka dari itu kamu mohon kritik dan saran agar kami mampu memperbaiki makalah ini. Ciputat, 19 April 2015
2
Datar Isi
3
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Jantung merupakan organ yang vital bagi tubuh. Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung memiliki empat ruang, yaitu; atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Ukuran jantung seukuran dengan genggaman tangan pemiliknya. Jantung terletak dibagian tengah rongga toraks 2/3 jantung terletak di sebelah kiri midsternal. Jantung dlindungi mediastinum. (Ethel,2003) Pembahasan mengenai jantung, tak akan lepas dari pembuluh darah. Pembuluh darah arteri bertugas membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, dan pembuluh darah vena bertugas membawa darah dari seluruh tubuh menuju jantung. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang penyakit jantung koroner. Pada makalah ini akan dibahas tentang; aterosklerosis, iskemia, angina pektoris, dan infark jantung.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana
patofisiologi
pada
penyakit
jantung
koroner
(Aterosklerosis, angina pektoris, iskemia, infark miokard)? 2. Bagaimana penatalaksanaan secara farmakologi dan non-farmakologi
pada pasien dengan gangguan jantung? 3. Bagaimana penjelasan tentang EKG secara umum dan interpretasi dari
hasil EKG pada kasus.? 4. Apa saja asuhan keperawatan bagi pasien dengan gangguan jantung?
4
C. Tujuan 1. Mengetahui
patofisiologi dari atherosklerosis, angina pektoris,
iskemia, dan infark miokard. 2. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit
tersebut. 3. Mengetahui penjelasan tentang EKG secara umum dan interpretasi dari
hasil EKG pada kasus. 4. Mengetahui manajemen keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
5
BAB II PEMBAHASAN A. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner 1. Arterosklerosis
Merupakan penyebab arteri koronaria yang palaing sering ditemukan. Arterosklerosis menyebabkan penimbunan fibrosa didinding
lipid dan
arteri koronaria sehingga secara progresif akan
mempersempit lumen vaskuler. Bila vaskuler menyempit maka akan terjadi resistensi aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium sehingga kebutuhan oksigen menjadi tak stabil sehinga dapat membahayakan miokardium yang terletak di sebealh distal dan lesi. Penyebab arterosklerosis antara lain tekanan darah tinggi, Kolestrol tingkat tinggi , Infeksi, kadar besi darah tinggi ,kadar homosisten darah. Arterosklerosis terjadi akibat disfungsi sel endotel yang melapisi arteri yang akan menagktifkan reaksi inflamasi dan bayak kasus yang meghasilkan radikal bebas. Pembentukan aterosklerosis terdiri dari beberapa fase yang saling berhubungan. Fase awal terjadi akumulasi dan modifikasi lipid (oksidasi, agregasi dan proteolisis) dalam dinding arteri yang selanjutnya mengakibatkan aktivasi inflamasi endotel. Pada fase selanjutnya terjadi rekrutmen elemen elemen inflamasi seperti monosit ke dalam tunika intima. Awalnya monosit menempel pada endotel, penempelan endotel ini diperantarai oleh beberapa molekul adhesi pada permukaan sel endotel, yaitu Inter Cellular Adhesion Molecule -1 (ICAM-1), Vascular Cell Adhesion Molecule -1 (VCAM-1) dan Selectin. Molekul adhesi ini diatur oleh sejumlah faktor yaitu produk bakteri lipopolisakarida, prostaglandin dan sitokin. Setelah berikatan dengan endotel kemudian monosit berpenetrasi ke lapisan lebih dalam dibawah lapisan intima. Monositmonosit yang telah memasuki dinding arteri ini akan berubah menjadi
6
makrofag dan "memakan" LDL yang telah dioksidasi melalui reseptor scavenger. Aktivasi ini menghasilkan sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan yang akan merangsang proliferasi dan migrasi sel-sel otot polos dari tunika media ke tunika intima dan penumpukan molekul matriks ekstraselular seperti elastin dan kolagen, yang mengakibatkan pembesaran plak dan terbentuk fibrous cap. Pada tahap ini proses aterosklerosis sudah sampai pada tahap lanjut dan disebut sebagai plak aterosklerotik. Pembentukan plak aterosklerotik akan menyebabkan penyempitan lumen arteri, akibatnya terjadi berkurangnya aliran darah. Trombosis sering terjadi setelah rupturnya plak aterosklerosis, terjadi pengaktifan platelet dan jalur koagulasi. Apabila plak pecah, robek atau terjadi perdarahan subendotel, mulailah proses trombogenik, yang menyumbat sebagian atau keseluruhan suatu arteri koroner. Pada saat inilah muncul berbagai presentasi klinik seperti angina atau infark miokard. Proses aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif. Konsekuensi yang dapat menyebabkan kematian adalah proses aterosklerosis yang bersifat tidak stabil/progresif yang dikenal juga dengan sindroma koroner akut. Komplikasi ; a. hipertensi b. pembentukan
aneurisma
yaitu
pelemahan
arteri
akibat
arterosklerosis c. vasopasme pada pembuluh arterosklerosis d. thrombus
yang
terlepas
akibatplak
arteroklerosis
akan
mengakibatkan obstruksi aliaran darah hilir, dan bisa menyebabkan stroke apabila tersubmat pada vascular otak atau infark miokar pada jantung
7
(Smeltzer,2002) 2. Iskemia
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh yang terserang penyakit menyebabkan iskemik miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik lewat lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus krebs. Hasil akhir metabolisme anaerob, yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga menurun pH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang.
Serabut-serabutnya
memendek,
dan
daya
serta
kecepatannya berkurang. Selain itu gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal ; bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
8
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika. Perubahan hemodinamika bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia, dan derajat
respon
refleks
kompensasi
sistem
saraf
otonom.
Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya curah sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan
setiap
kali
jantung
berdenyut).
Berkurangnya
pengosongan ventrikel saat sistole akan memperbesar volume ventrikel. Akibatnya tekanan jantung kiri akan meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan bagi dalam kapiler paruparu akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar oleh perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding yang kurang lentur semakin memperberat peningkatan tekanan pada volume ventrikel tertentu. Pada iskemia adanya peningkatan ringan tekanan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Ketika terjadi penurunan tekanan darah berarti miokardium yang terserang iskemia cukup luas. (Sylvia, 2007) 3. Infark Miokard
Iskemia yang berlangsung 35-4 menit dapat menyebabkan keruaskan sel yang berasifat irreversible serta nekrosi/kematian oto. Bagian miokardium yang mengalami infark / nekrosis akan berhenti kontraksi secara permanen. Jika terjadi nekrosis besar daerah infark akan bertanambah luas, sedangkan perbaikn iskemia akan memperkecil daerah nekrosis. Infark miokar yang biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmura menegnai seluruh tebal dinding yang bersangkutan; sedang infark subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium.otot yang menagamii infark
akan
mengalami
serangkaian
perubahan
berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot mengalami
infark
tampak
memar
dan
sinanotik
selam yang akibat 9
berkurnagnya aliran darah regional. Dalam 24 jam timbul edema pada sel-sel, respons peradanagn disertai infiltrasi leukosit dan enzim-enzim dikeluarkan. Menjealang hari kedua atau ketiga mulai terjadi degradasi jaringan
dan pembuangan semua serabut
nekrotik. Selama fase ini, dinding nekrotik realtif tipis. Sekitar minggu ketiga mulai terbentuk jarinagan parut. Lambat laun akan menjadi jarinagan ikat fibroasa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progersif. Pada mingggu keenam jarinag ikat sudah terbentuk jelas. Infark mikoard akan menurunkan fungsi ventrikel kareana otot nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangakan daerah sekitarnya yang mengalami iskemia juag menagalami ganggyua kontraksi. Secara fungsional infark miokardium menyebabkan peruabahn seperti iskemia antara lain; a. Daya kontraksi menurun yang dpat terjadi tromboembolus b. Gerakan dinding abnormal c. Peruabahn daya keemabnag dinding ventrikel d. Pengurangan volume sekuncup e. Penguranagn fraksi ejeksi f. Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diatolik
ventrikel g. Peningkaatn teakanan akhir daitolik ventrikel kiri h. Gagal jantung ongestif i. Syok kardiogenik j. distrimia
Kondisi
hemodinamika
sesudah
infak
miokardium
dipertahankan pada tingkat normal. Meningkatnya frekuensi jantung
bisanya tak berlangsung lama kecuali terjadi depresi
miokardium yang hebat. Respon autonom terhadap infark miokardium tidak selalu merupakan mekanisme saraf simpatis terhadap sirkulasi yang terancam bahaya. Infark miokardium klasik memiliki dignostik yang khas.
10
B. Pengkajian Keperawatan Sistem Kardiovaskular Skema Pengkajian Keperawatan Sistem Kardiovaskular
Pengkajian Keperawatan Sistem Kardiovaskular
Pengumpulan data
Pemeriksaan Studi Diagnostik
Anamnesis Pemeriksaan Kesehatan
-
Pemeriksaan Fisik B1-B6
-
Pemeriksaan Fokus
Konsultasi tim kesehatan lain
-
Keluhan utama
-
Studi Kasus SMRS
-
Riwayat Penyakit
-
Interpretasi Pemeriksaan (Rontgen Foto, MRI, Angiografi, EKG, dll)
Analisis Data
1. Anamnesis/wawancara a. Keluhan utama
Keluhan utama diperoleh dengan menanyakan tentang gangguan yang paling dirasakan klien hingga klien memerlukan pertolongan. 1)
Nyeri dada
11
Studi Literatur
Nyeri dada kardiovaskular merupakan salah satu keluhan utama yang sering dikemukakan klien saat meminta pertolongan. Rasa nyeri dirasakan setiap klien berbeda, bergantung ambang nyeri dan toleransi nyeri. Sifat nyeri dikaji secara PQRST. P → Provoking Incident - Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
nyeri? - Apakah nyeri berkurang saat beristirahat? - Apakah nyeri bertambah berat bila beraktivitas?
Q → quality of Plan - Seperti apa nyeri yang dirasakan klien? - Karakteristik nyeri - Jika terjadi pada system pencernaan, apakah terdapat
perubahan kebiasaan buang air besar? R → Region radiation - Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien? - Seberapa berat nyeri memengaruhi kegiatan klien? - Skala nyeri yang dirasakan?
T → Time - Kapan dan berapa lama (durasi) nyeri berlangsung? - Apakah nyeri bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari? - Tentukan sifat mula timbunya nyeri?
12
- Apakah awitan mendadak, perlahan-lahan, atau seketika? - Apakah nyeri hilang timbul atau terus menerus? - Apa yang dilakukan klien ketika nyeri timbul? - Apakah klien pernah merasakan nyeri yang sama
sebelumnya? Karakteristik nyeri dada
13
2)
Sesak napas Keluhan utama lain yang biasa muncul adalah sesak napas. Napas pendek dapat disebabkan oleh penyakit jantung. Dyspnea kardiak terjadi secara khas pada kegiatan yang memerlukan energy dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri gagal meningkatkan curah jantung saat melakukan kegiatan fisik. Pada penyakit jantung kronis, dyspnea kardiak dapat timbul pada saat istirahat. Sesak napas sering juga berkaitan dengan ortopnea, yaitu dyspnea yang terjadi pada waktu berbaring telentang. Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada posisi telentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal mengalami kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang meningkat tidak diejeksikan oleh ventrikel kiri. Dyspnea nocturnal paroksismal merupakan dyspnea yang berat. Klien sering terbangun dari tidurnya atau bangun, duduk, lalu berjalan menuju jendela kamar yang terbuka sambil terengah-engah. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri secara mendadak gagak mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan kapiler pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan ke dalam jaringan interstitial yang meningkatkan kerja pernapasan.
b. Riwayat penyakit
Pada anamnesis awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan klien. Perawat memperoleh data subjektif dari klien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan oleh klien. Persepsi dan harapan klien
14
terhadap masalah kesehatan dapat mempengaruhi perbaikan kesehatan. 1) Riwayat penyakit saat ini
Merupakan serangkaian wawancara yang dilakukan perawa untuk menggali masalah klien, mulai dari timbulnya keluhan utama pada gangguan system kardiovaskular sampai pada saat pengkajian dilakukan. Perawat perlu menyusun pertanyaan yang sistematis untuk mengetahui bagaimana keluhan utama muncul. - Sejak kapan keluhan dirasakan? - Berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi? - Bagaimana sifat dan berat keluhan? - Di mana pertama kali keluhan tersebut timbul? - Bagaimana sifat dan berat keluhan? - Keadaan
apa yang memperberat atau memperingan
keluhan? - Adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum meminta
pertolongan? - Berhasil atau tidakkah usaha tersebut? - Apakah
baru-baru
ini
klien
mendapatkan
terapi
medikamentosa? 2) Riwayat penyakit dahulu - Apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa? - Apakah pernah mengalami sakit berat?
15
3) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi - Adakah beberapa obat yang diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan dengan kondisinya saat ini? Seperti obat antihipertensi? - Adakah efek samping yang terjadi di masa lalu? - Apakah klien terdapat alergi terhadap obat tersebut? - Apa reaksi alergi yang timbul? 4) Riwayat keluarga - Adakah penyakit yang pernah dialami oleh anggota
keluarga? - Adakah penyakit menurun yang dialami oleh anggota
keluarga? Seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung iskemik, hemophilia? 5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup - Seperti apa lingkungan tempat bekerja? - Apakah terdapat kebiasaan merokok? Sudah berapa lama?
Berapa batang per hari? Jenis rokok? - Seperti apakah kebiasaan dan pola hidup klien? Minum
alkohol? 6) Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Mengkaji psikologis klien untuk memperoleh persepsi mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku. - Bagaimana kemampuan koping normal klien? - Adakah perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat terhadap penyakit yang dideritanya?
16
- Bagaimana respons atau pengaruh bagi diri klien terhadap
perubahan tersebut? - Apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti
ketakutan
akan
kecacatan,
rasa
cemas,
rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal? - Apakah pandangan klien terhadap dirinya (gangguan citra
tubuh)? 2. Pengkajian fisik
Pemeriksaan
kesehatan
pada
system
kardiovaskular
meliputi
pemeriksaan fisik umum secara per system, yaitu observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda vital: B1 (breathing), B2 (blood), B3 (brain), B4 (bladder), B5 (bowel), dan B6 (bone), serta pemeriksaan fokus pada B2 yaitu pemeriksaan menyeluruh pada system kardiovaskular. a. Keadaan umum
Observasi keadaan fisik klien. Kesadaran klien perlu dinilai secara umum yaitu compos mentis, apatis, somnolen, spoor, soporokomatous, atau koma. Perawat perlu mengkaji dan menilai dengan cepat dan tepat keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran skala koma Glasgow (GCS), khususnya bila kesadaran klien menurun. 1) Sianosis
Merupakan perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan pembuluh
oleh darah
adanya
deoksihemoglobin
superfisial.
Jika
terdapat
dalam >50g/L
deoksihemoglobin dalam darah, maka kulit akan tampak berwarna kebiruan. Sianosis sentral tampak pada bibir dan lidah. Sianosis perifer tampak pada ujung jari tangan dan kaki
17
2) Pucat
Defisiensi hemoglobin (anemia) dapat menyebabkan kulit menjadi pucat dan terlihat pada membrane mukosa sklera dan mulut jika klien mengalami anemia berat (Hb <70g/L). wajah pucat juga dapat ditemukan pada keadaan syok, yang biasanya didefinisikan sebagai kurangnya curah jantung, sehingga kebutuhan oksigen jaringan tidak dapat dipenuhi. Kulit klien biasanya tampak lembap dan dingin serta mengalami hipotensi secara nyata. Pucat dapat juga mendapatkan variasi normal kibat system vena yang letaknya dalam dan kulit dan gelap. 3) Kelelahan
Kelelahan (fatigue) dapat terlihat jelas, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat sekunder penyakit jantung, sehingga menyebabkan suplai oksigen ke jaringan tidak adekuat. Mungkin terjadi peningkatan kecepatan metabolisme (akibat kebutuhan oksigen yang meningkat oleh jantung yang hipertrofik). 4) Hidrasi
Walaupun hidrasi tidak mudah dinilai, perawat harus mampu memperkirakan keadaan hidrasi klien. Untuk menilai status hidrasi maka dapat dilakukan hal berikut: â&#x20AC;˘ Inspeksi adanya mata cekung, membrane mukosa
kering, dan keadaan umum yang memburuk akibat dehidrasi berat. â&#x20AC;˘ Turgor kulit menurun â&#x20AC;˘ Ukur tekanan darah â&#x20AC;˘ Timbang berat badan klien
18
5) Posisi klien
Posisi klien pada pemeriksaan fisik system kardiovaskular yaitu berbaring di tempat tidur dengan bantal secukupnya sehingga tubuh membentuk sudut 45o. posisi ini digunakan untuk mengukur tekanan vena jugularis (JVP). b. Tanda vital 1) Pemeriksaan nadi (arteri perifer)
Pengkajian meliputi: a)
Palpasi Setiap perbedaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba harus dicatat. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan melakukan auskultasi denyut apical selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi. Gangguan irama (disritmia) sering mengakibatkan deficit nadi, suatu perbedaan antara frekuensi apeks dan frekuensi nadi. Deficit nadi biasanya terjadi pada fibrilasi atrium, flutter atrium, kontraksi ventrikel premature, dan berbagai derajat blok jantung.
b)
Frekuensi nadi Frekuensi nadi normal bervariasi 50-100 kali per menit. Ansietas dapat meningkatkan kecepatan nadi selama pemeriksaan fisik.
2) Pengukuran tekanan darah
19
Pengkajian tekanan darah dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, karena itu preawat perlu lebih spesifik mengetahui pengukuran tekanan darah. 3) Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh normal berkisar 36,6-37,3oC (98-99oF). Terdapat variasi diurnal suhu tubuh, yaitu suhu tubuh paling rendah pada saat bangun tidur pagi hari dan mencapai puncaknya antara pukul sore sampai 10 malam. a) Hipertermia
Suhu tubuh yang sangat tinggi (hipereksia) yaitu suhu tubuh >41,6oC. beberapa penyebab hipereksia adalah heat stroke akibat paparan atau pengerahan tenaga yang berlebihan; hipertermia maligna (kelainan autosomal dominan atau resesif). Hipereksia terjadi sebagai reaksi terhadap berbagai zat anestetik atau pelemas otot dan penyakit hipotalamik. b) Hipotermia
Hipotermia di mana suhu tubuh <35oC. penyebab hipotermia meliputi paparan yang lama terhadap udara dingin dan hipotiroidisme. 4) Pengkajian tangan
Pengkajian ekstremitas atas meliputi: â&#x20AC;˘ Sianosis perifer â&#x20AC;˘ Pucat â&#x20AC;˘ Waktu pengisian kapiler. Pada kondisi fisiologis <3detik.
Reperfusi yang lambat menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang melambat seperti terjadi pada gagal jantung.
20
• Suhu tubuh dan kelembapan tangan. Syok kardiogenik,
tangan terasa sangat dingin dan basah akibat stimulasi system saraf simpatis dan mengakibatkan vasokonstriksi. • Edema. Edema meregangkan kulit dan mempersulit bagian
tubuh yang mengalami edema melakukan gerakan ekstensi. • Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan proses
aging normal • Jari gada (clubbing finger) adalah suatu penambahan
jaringan lunak pada bagian diatal jari-jari tangan atau kaki. Clubbing
finger
terjadi
karena
suatu
zat
humoral
dikeluarkan sebagai respons terhadap hipoksemia arteri. Zat ini, menyebabkan dilatasi pembuluh darah jari tangan dan/atau kaki. 5) B1 (Breathing) • Bentuk dada
Pengkajian bentuk dada dilakukan dengan cara inspeksi untuk
melihat
seberapa
berat
gangguan
system
kardiovaskular yang terjadi pada klien. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah: -
Bentuk dada toraks phtisis (panjang dan gepeng)
-
Bentuk dada toraks en bateau (toraks dada burung)
-
Bentuk dada toraks emfisematous (barrel chest) seperti tong
-
Bentuk dada toraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam)
• Gerakan pernapasan
21
Kaji kesimetrisan pergerakan dada klien. Palpasi -
Melihat adanya kelainan pada dinding torak
-
Gerakan dinding toraks saat inspirasi dan ekspirasi
-
Getaran suara (fremitus vokal): getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan pada dada klien saat klien mengucapkan kata-kata.
Perkusi -
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terkahir dan sebagian falang kedua jari tengah tangan kiri pada tempat yang hendak diperkusi. Ketukkan ujung jari tengah tangan kanan pada jari kiri dan lakukan gerakan bersumbu pada pergelangan.
Auskultasi Suara napas normal: -
Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trachea seperti meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat inspirasi
-
Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi yaitu di sternum atas (torakal 3-4).
-
Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi dan ekspirasi sama.
6) B2 (Blood) a)
Inspeksi
22
Pemeriksaan inspeksi bertujuan untuk menentukan bentuk precordium dan denyut pada apeks jantung. Denyut nadi pada dada dianggap sebagai denyut vena. • Parut
Lakukan inspeksi untuk mengetahui adanya parut dada yang diakibatkan oleh riwayat operasi jantung. • Denyut apeks
Denyut apeks harus ditentukan. Posisinya yang normal adalah pada intercostal kiri ke-5 paru, berjarak 1cm medial dari garis midklavikula. b)
Palpasi Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi. • Palpasi denyut apeks
Normal pada interkosta ke-5 (2-3cm medial garis midklavikula). Dapat tidak teraba bila klien gemuk, dinding toraks tebal, emfisema, dll. Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta/mitral. • Thrill
Aliran darah yang turbulen menimbulkan murmur jantung saat auskultasi. Murmur yang teraba disebut thrill. Precordium harus dipalpasi menggunakan telapak tangan secara sistematik untuk menentukan adanya thrill. • Palpasi arteri karotis
23
Arteri karotis dipalpasi pada medial otot-otot sternomastoideus. Hasil pemeriksan ini memberikan informasi mengenai bentuk gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh berbagai kelainan jantung. Pemeriksaan bentuk gelombang (amplitude, bentuk dan volume) denyut nadi penting untuk menegakkan diagnosis penyakit klien. â&#x20AC;˘ Tekanan vena jugularis
Pengkajian
denyut
nadi
karotis
memberikan
informasi mengenai keadaan aorta dan fungsi ventrikel kiri, sedangan pengkajian tekanan vena jugularis (JVP) memberikan informasi mengenai fungsi atrium kanan dan ventrikel kanan. c)
Perkusi Pemeriksaan perkusi bermanfaat untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi pericardium, dan aneurisma aorta. Foto rontgen toraks akan menunjukkan daerah redup sebagai petunjuk bahwa jantung melebar. Darah redup jantung akan mengecil pada emfisema.
d)
Auskultasi Saat kedua atrium berkontraksi, darah dialirkan ke kedua ventrikel,ke ventrikel kanan melewati katup trikuspidalis dank e ventrikel kiri melewati katup mitral. Kemudian kedua ventrikel berkontraksi dan darah
dialirkan
dari
ventrikel
kanan
ke
arteri
pulmonalis, dan darah dari ventrikel kiri dialirkan ke aorta. Permulaan kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi saat katup mitral dan trikuspidalis menutup. Kedua katup ini terbuka selama atrium berkontraksi.
24
Permulaan relaksasi ventrikel (diastolic) terjadi saat katup aorta dan pulmonal menutup. Kedua katup ini tetap terbuka selama ventrikel berkontraksi. Arteri karotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel, kemudian dilanjutkan oleh denyutan arteri radialis. Oleh karena itu, hendaknya denyut arteri karotis dijadikan pegangan untuk menentukan fase sistolik ventrikel. â&#x20AC;˘ Katup pulmonal
Terdengar lebih jelas pada interkosta ke-2 dan ke-3 kiri sternum â&#x20AC;˘ Katup aorta
Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal â&#x20AC;˘ Katup mitral
Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas sendi antara interkosta ke-4 dan sternum â&#x20AC;˘ Katup trikuspidalis
Terdengar lebih jelas pada sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral
dengan
sendi
antara
sternum
dengan
interkosta ke-5 kanan. e)
Auskultasi jantung Auskultasi bunyi jantung yang normal menunjukkan adanya dua bunyi yang disebut jantung pertama (BJ 1) dan bunyi jantung kedua (BJ 2). Bunyi jantung abnormal:
25
â&#x20AC;˘ Splitting
Splitting pada bunyi
jantung pertama sering
disebabkan oleh blok cabang berkas kanan total. Splitting pada bunyi jantung kedua disebabkan oleh keterlambatan
pengosongan
ventrikel
kanan
(depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat), stenosis pulmonal (ejeksi ventrikel kanan yang terlambat), inkompetensi mitral (karena penutupan katup aorta yang lebih awal akibat pengosongan ventrikel kiri yang lebih cepat). â&#x20AC;˘ Bunyi gallop
Bila pengisian darah ke ventrikel terhambat selama fase diastolik. Maka bunyi jantung menjadi triplet dan menimbulkan efek akustik seperti irama derap kaki kuda. Bunyi ini terjadi pada awal diastolik, selama fase pengisian cepat siklus jantung, atau pada akhir kontraksi atrium. â&#x20AC;˘ Snap dan klik
Stenosis katup mitral sebagai akibat penyakit jantung rematik. Bunyi ini disebabkan oleh tekanan tinggi dalam ventrikel saat menggerakkan katup aorta yang kaku dan mengalami klasifikasi. â&#x20AC;˘ Murmur
Penutupan
patologis
seharusnya
terbuka
pada yang
muara
katup
menimbulkan
saat bunyi
memanjang. Murmur terjadi akibat turbulensi aliran darah. Penyebab turbulensi adalah karena terjadi penyempitan
kritis
katup,
yang
menyebabkan
regurgitasi aliran darah, defek kongenital dinding
26
ventrikel, peningkatan aliran darah melalui struktur yang normal. 7) B3 (Brain) a)
Pemeriksaan kepala dan lehet Pemeriksaan kepala sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskular difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.
b)
Pemeriksaan raut muka • Bentuk muka: bulat, lonjong, dll • Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan • Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi
untuk memeriksa fungsi saraf VII c)
Pemeriksaan bibir
•
Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan
•
Pucat (anemia) d)
Pemeriksaan mata •
Konjungtiva
-
Pucat (anemis)
- Ptekie (perdarahan bawah kulit) pada endocarditis
bakterial •
Sclera Kuning (icterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati.
27
â&#x20AC;˘
Kornea Arkus senilis (garis melingkar putih di tepi kornea) berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung coroner.
â&#x20AC;˘
Funduskopi Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan oftalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien hipertensi
e)
Pemeriksaan neurosensory Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun, duduk, atau istirahat. Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh. Demikian pula dengan adanya respons otomatik, perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit, kelembapan dan tingkat kesadaran.
8) B4 (Bladder)
Output urin merupakan indicator fungsi jantung yang penting. Penurunan haluaran urin merupakan temuan signifikan yang harus dikaji untuk menentukan apakah penutunan tersebut merupakan penurunan produksi utin (terjadi
bila
perfusi
ginjal
menurun)
atau
karena
ketidakmampuan klien untuk BAK. Darah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemih). 9) B5 (Bowel)
28
Nutrisi: kaji asupan makan dan minum SMRS meliputi porsi makanan yang dihabiskan, susunan menu makanan, keluhan mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar. Kaji perubahan pola makan dan fluktuasi berat badan. a) Refluks hepatojuguler
Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks hepatojuguler dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30-60 detik dan akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis sebesar
1cm.
ketidakmampuan
peninggian
ini
sisi
jantung
kanan
menunjukkan merespons
kenaikan volume. 10) B6 (Bone)
Kebanyakan klien dengan gangguan system kardiovaskular mengalami penyakit vascular perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel kanan. Oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran balik vena harus dilakukan pada semua klien dengan gangguan system kardiovaskular. Selain itu, tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehingga memerlukan pemantauan khusus. Pengkajian B6 dilakukan pada klien dengan gangguan system kardiovaskular yang mengeluh: â&#x20AC;˘ Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa
berdenyut dan berdebar â&#x20AC;˘ Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dyspnea
nocturnal paroksimal, nokturia, keringat malam hari)
29
(Mutaqin, 2008)
C. Elektrokardiografi EKG merupakan voltmeter yang digunakn merekam aktivitas listrik sel
menjadi
gambaran
gelombang
kompleks
yang
spesifik.
EKG
menggunakan elektroda yang ditempel pada kulit dan digabung dengan kabel mesin EKG Hasil rekaman EKG dicetak dalam kertas grafik yang memiliki garis horizontal dan vertical dengan jarak 1mm. Garis tebal 5mm, garis horizontal yang menggambarkan waktu 1 mm= 0,04 detik, dan garis vertical menggambarkan voltase : 1mm= 0,1 mm. Terdapat 6 lead standar: a. Sadapan bipolar standar â&#x20AC;˘ Lead I : selisih potensial antara lengan kiri dan lengan kanan â&#x20AC;˘ Lead II : selisih potensial antara tungkai kiri dan tungkai
kanan â&#x20AC;˘ Lead III: selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kiri
30
b. Sadapan unipolar yang diperkuat: lead aVR, aVL dan aVF c. Sadapan unipolar perkordial dengan posisi sbb:
V1: Ruang interkosta IV, tepi sternum kanan V2: Ruang interkosta IV, tepi sternum kiri V4: Ruang interkosta V2 garis midclavikula V5: Garis aksilaris anterior, segaris horizontal V4 V6: Garis mid-aksilaris, segaris horizontal seperti V4 V7: Ruang aksilaris posterior, segaris horizontal seperti V4 V8: Ruang skapularis posterior , segaris horizontal seperti V4 V9: Batas kiri kolumna vertebralis, segaris horizontal seperti V4 V3R-9R: Dada sisi kanan dengan tempat yang sama seperti sadapan V3-9 sisi kiri. 3V1-9: Suatu intercostal lebih tinggi dari V1 (interkosta III)
Komponen
Fisiologi
Gelombang P
Merupakan sistol atrium (depolarisasi atrium)
Kompleks QRS
Merupakan sistol ventrikel (depolarisasi ventrikel)
Gelombang T
Repolarisasi ventrikel
Gelombang U
Penyebabnya masih kontroversial, diduga akibat 31
repolarisasi serabut purkinje Interval PR
Merupakan perlambatan fisiologis di AV node dan berkas His
Segmen ST
Tanda awal repolarisasi ventrikel kiri dan kanan. Titik pertemuan antara akhir kompleks QRS dan awal segmen ST disebut J point
Interval QT
Aktivitas total ventrikel (mulai dari depolarisasi ventrikel hingga repolarisasi
32
33
D. Interpretasi Hasil EKG
Di Lead 2 terdapat elevasi segmen ST yang merupakan suatu tanda dari infark miokardium 1) ST depresi, I, aVL 2) ST elevasi II,III, avF 3) QS III, aVF
Kesan: Iskemik di lateral dan Infark di inferior
E. Penatalaksanaan a) Penatalaksanaan Akut Miokard Infark (AMI)
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
34
1) Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal.
Persediaan oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul. 2) Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang
mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan 3) Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung
sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri 4) Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-
obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung. 5) Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark
seharusnya
mendapatkan
aspirin
(antiplatelet)
untuk
mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel. 6) Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja
jantung dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin. 7) Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan
tetapi sangat mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin 8) Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai
mendapatkan serangan jantung, segera hubungi 118 untuk
35
mendapatkan pertolongan segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak terselamatkan lagi Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan AMI diantaranya: 1) Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase 2) Beta Block
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol) 3) Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil 4) Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin. 5) Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
36
Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung., maka dpat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain 1) Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri. 2) CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung. Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa
obat-obatan maupn mengikuti program rehabilitasi. 2) Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan
untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik (Smeltzer, 2002)
37
b) Penatalaksanan Non-Farmakologi 1. Kebiasan Beraktivitas Fisik
Dapat memperbaiki tekanan darah, kada gula darah dan kolestrol, bahkan bisa menurunkan berat badan. Gerak fisik yang dilakukan secara teratur akan memperbaiki fungsi endotel, yakni sel pelapis dinding dalam pembuluh darah. Aktivitas fisik yeng teratur tidak hanya bermanfaat untuk mencegah dan menunda proses penebalan dan pengerasan pembuluh darah, tetapi juga apabila dipadu dengan cara hidup sehat yang lain, seperti diet rendah lemak, berhenti merokok, dan pengendalian tekanan darah, maka berpotensi mengikis penebalan dan pengerasan dinding dalam pembuluh darah (aterosklerosis). 2. Olahraga Aerobik,
Seperti berjalan kaki, berlari, bersepedah, atau berenang, terbukti bermanfaat untuk memperbaiki aliran darah koroner, menghambat proses peradangan didalam pembuluh darah dan menjaga agar sel â&#x20AC;&#x201C; sel darah tidak mudah menggumpal. Agar jantung sehat. Tidak perlu berolahraga seperti atliet, tetapi cukup memenuhi kriteria FITT ( Frekuensi, Intensitas, Tempo, dan Tipe aktivitas. ď ś Frekuensi olahraga yang dianjurkan adalah 3-5 kali
seminggu. ď ś Intensitas latihan fisik akan efektif jika dilakukan dalam
kadar sedang. Latihan disebut berintensitas sedang apabila laju jantung saat berlatihan berada dalam zona 60-90 % denyut nadi maksimal (DNM). ď ś Tempo berolahraga paling tidak selama 20 menit dan tidak
perlu lebih dari 1 jam. Mereka yang sebelunya tidak terbiasa berolahraga, awali dengan latihan selama 10-15 menit, lalu tingkatkan secara bertahap.
38
Idealnya aktivitas olahraga dimulai dengan fase pemanasan
sekitar 3 -5 menit yang diikuti 20-6- menit latihan aerobik, dan diakhiri fase pendinginan selama 3-5 menit. 3. Diet jantung 1) Tujuan diet jantung
Tujuan diet penyakit jantung adalah Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan
kerja jantung Menurnkan berat badan bila terlalu gemuk Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. 2) Syarat diet jantung
Syarat-syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut : Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal Protein cukup yaitu 0.8 g/Kg BB Lemak sedang, yaitu 25 – 30 % dari kebutuhan energi total,
10 % berasal dari lemak jenuh dan 10 – 15 % lemak tidak jenuh Kolestrerol
rendah,
terutama
jika
disertai
dengan
displipidemia Vitamin dan minerall cukup. Hindari penggunaan suplemen
kalium, kalsium dan magnesium jika tidak dibutuhkan Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau
edema Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
39
Serat cukup untuk menghindari konstipasi Cairan cukup, ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
diberikan dalam porsi kecil Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan
dapat diberikan tambahan berupa makanan enteral, parental atau suplemen gizi 3) Jenis diet dan indikasi pemberian Diet jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocad infant (MCI) atau dekompensosio kondisi berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan / hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari. Diet jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan sebgai Diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan vitamin. Diet jantung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan atau edema
40
diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup gizi lain. ď ś Diet jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi an gizi lain kecuali kalsium. 4) Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan
Golonagan
Bahan Boleh Diberikan
Tidak
Makanan Sumber hidrat arang
Boleh
Diberikan Beras,
bubur, Kue yang terlalu manis
singkong,
talas, dan gurih seperti cake,
kentang, makroni, roti, tercis, dodol, tsb. biskuit, tepung Sumber protein
Daging sapi kurus
Semua
daging
yang
berlemak Hewani
Ayam,
bebek,
telur,
susu
ikan, Sosis, nuget, ham dalam
jumlah tertentu Sumber protein nabati
Kacang
kering Goreng-gorengan,
maksimum 25/g/ hari, santan kental tahu, tempe, oncom Sumbrel lemak
Minyak,
magarin,
sedapat mungkin tidak untuk menggoreng : kelapa, encer
santan dalam
yang jumlah
tertentu
41
Sayuran
Sayuran
yang
tidak Sayuran
menibulkan bayam,
yang
gas: menimbulkan gas : kol, kangkung. sawi, lobak
Buncis,
kacang
panjang,
toge,
labu
siam, oyong, tomat, wortel Buah â&#x20AC;&#x201C; buahan
Nangka,
alvokad
hanya diberikan dalam jumlah terbatas Bumbu â&#x20AC;&#x201C; bumbuan
Bumbu dapur : pala, Cabai dan bumbu lain kayu
manis,
asam, yang merangsang
gula, garam Minuman
Teh
encer,
susu
dalam
cokelat, Kopi,
teh
jumlah minuma
terbatas
kental,
mengandung
soda dan alkohol
(Almatsier, 2005)
F. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskular Data Subyektif :
Data Obyektif:
-
Mengeluh nyeri > 30 menit
-
Mual
-
Keringat dingin
-
Lengan kanan memegang area nyeri
-
Diforesis, Nafas 24 x/menit
-
Wajah
tegang,
merintih
kesakitan -
Ekspresi wajah (nyeri)
-
Ronkhi â&#x20AC;&#x201C;
-
TD 150/100 mmHg
-
HR 80 x/menit
42
Diagnosa keperawatan Best priority: NYERI AKUT
-
CR < 3 s
-
Pulse kuat
-
BB 165 TB 78 kg
Kriteria hasil Level nyeri ď&#x192; keparahan observasi atau melaporkan
ď&#x192; pengalaman sensori dan emosi yang nyeri. tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau pasien akan: potensial, atau digambarkan deengan 1. melaporkan nyeri istilah seperti awitan yang tiba-tiba 2. merintih dengan intensitas ringan sampai berat 3. mengekspresikan nyeri dengan akhir yang dapat diantisipasi 4. gelisah atau dapat diramalkan dan durasinya 5. diaporesis kurang dari 6 bulan.
6. mual
Batasan karakteristik: -
Mengeluh nyeri > 30 menit
-
Mual
-
Lengan kanan memegang area nyeri
-
Diforesis, Nafas 24 x/menit
-
Wajah
tegang,
merintih
kesakitan -
Ekspresi wajah (nyeri) 43
Faktor berhubungan : Agen-agen
penyebab
(penyumbatan
cedera
pembuluh
darah
koronaria) Tujuan : dalam 12 jam nyeri pada pasien berkurang.
Intervensi keperawatan Manajemen Nyeri ď&#x192; Aktivitas : -
Merngkaji nyeri secara komprehensif
-
Observasi reaksi/respon non verbal
-
Kurangi faktor presipitasi nyeri
-
Beri penanganan nyeri farmakologi
-
Beri analgesik untuk mengurangi nyeri
-
Kolaborasi dnegan dokter untuk pemberian analhesik
Pemberian Analgesik -
Tentukan lokasi dan derajat nyeri
-
Cek intruksi dokter tentang jenis dan dosis obat.
-
Cek riwayat alergi
-
Tentukan rute pemberian analgesik
-
Monitor tanda-tanda vital pre dan post pemberian anlgesik.
44
Pengkajian Data sobjektif
Data subyektif
- Pulse teraba kuat
- Nyeri dada sebelah kiri
- Riwayat hipertensi
- Jarang makan sayur
- TD 150/100 mmHg
- Merokok, diaporesis
- Pemeriksaan cardiac enzim - Troponin meningkat
Diagnosa keperawatan
Kriteria hasil
Penurunan curah jantung b.d Tissue perfusion cardiac perubahan
frequensi
dan
irama
konduksi elektrikal Pasien akan: Batasan karakteristik
- Mengalami
-
Perubahan frequensi jantung
sistolik
-
Perubahan EKG
- Mengalami
perbaikan perbaikan
tekanan diastolik Faktor yang berhubungan:
- Cardiac index nya menjadi
Perubahan irama dan frequensi
agak normal - Cardiac enzim menurun.
Tujuan : dalam waktu 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung Intervansi Circulacy care
Aktivitas : -
Lakuakan penilaian terhadap status sirkulasi perifer
45
-
Monitor derajat ketidaknyamanan nyeri perifer
-
Monitor derajat ketidaknyamanan pasien saat beraktivitas
Pengkajian . Data subjektif :
Data objektif:
Mengeluh nyeri dada
-
Troponin
dan
CKMB
meningkat -
Hipertensi
-
Nyeri dada > 30 mneit
Diagnosa keperawatan
Kriteria hasil/ NOC
Intervensi / NIC
Intoleran aktivitas
Ativity Tolerance
Crdiac care: rehabilitive
Ketidakefektifan energi Setelah psikologis
dilakukan Aktivitas
untuk asuhan pasien akan:
melanjutkan
aktivitas
kehidupan sehari-hari
-
Memiliki RR yang
fungsi optimal dari
kembali
level
seperti
biasa 4-5 Tujuan: Pasien
Memiliki beraktivitas
seperti biasa
Meningkatkan
utnuk pasien yang tekanan
sistolik yang normal
Memiliki
tekanan
diastolik
yang
memiliki
riwayat
gangguan
fungsi
jantung.
3-5
normal -5
aktivitas
-
Memberi aktivitas toleransi
-
Bedrest
Pengkajian Data subjektif :
Data objektif:
46
Mengeluh nyeri dada
Diagnosa keperawatan Ketidakefetifan jaringan dengan
RR meningkat 24 x/menit
-
Mual
-
Nyeri epigastrik
Kriteria hasil /NOC
perfusi Keefektifan
berhubungan jantung: gangguan
-
Intervensi /NIC
pompa Cardiac care : Acute menunjukan
aliran keadekuatan volume darah
arteri dan vena.
yang
dipompa
ventrikel
kiri
mendukung Batasan karakteristik:
dari untuk tekanan
perfusi sinstemik.
Meminimalkan
komplikasi
untuk pasien yang saat ini mengalami
episode
ketidakseimbangan
antara
suplay dan kebutuyhan O2
Nyeri dada Dispneu
Setelah diberikan asuhan
Rasa seperti â&#x20AC;&#x153;akan matiâ&#x20AC;? Aritmia
-
menunjukan:
(PQRST)
Perbaikan tekanan
darah sistolik maupun diastolik 3-5 -
Tujuan : Curah dan
Toleransi
aktivitasnya jantung
membaik
pasien
tidak
mnegalami syok.
Evaluasi nyeri dada
keperawatan pasien akan
-
Perubahan frequensi napas
Aktivitas :
akan
-
Monitor
Ritme
Jantung Dan Kecepatan. -
Auskultasi paru
-
Lakukan
pemeriksaan EKG
membaik 2-5 -
Monitor fungsi ginjal
-
Monitor
kefektifan
pengobatan. -
Observasi perubahan
segmen ST pada EKG -
Ajarkan Pada Pasien
untuk
menghindari
47
melakukan valsava (mis: mengedan) Jelaskan
mengenai
pembatasan
asupan
-
kafein,
natrium,
kolesterol dan lemak.
48
BAB III PENUTUP Hasil dari pemeriksaan pasien dengan menggunakan alat EKG, didapatkan bahwa pasien mengalami Iskemik di lateral dan Infark di inferior. . Iskemia bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi metabolisme anaerobik. Iskemia yang berlangsung 35-4 menit dapat menyebabkan keruaskan sel yang berasifat irreversible serta nekrosi/kematian oto. Bagian miokardium yang mengalami infark / nekrosis akan berhenti kontraksi secara permanen. Iskemia dan infark tersebut disebabkan karena aterosklerosis pada pembuluh koroner. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, terdapat banyak penatalaksanaan, baik penatalaksanaan secara medis, farmakologi, maupun non-farmakologi. Salah satu contoh dari penatalaksanaan non-farmakologi adalah dengan Diet jantung. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat di tegakkan diagnosa keperawatan; Nyeri akut, penurunan curah jatung, ketidak efektifan perfusi jaringan, dan intoleran aktivitas
49
Daftar Pustaka
Almatsier, Sunite. 2005. Penentuan Diet. Jakarta: GramediaPustaka Utama
Bulechek, G.M, dkk. 2013. NIC. Amerika, Elsevier
Ethel, Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Pemula. Jakarta:EGC
Herdman, I.H. 2012. Nursing DiagnoseDefinition & Classification. America, Elsevier
Moorehead, Sue, dkk. NOC. America, Elsevier
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S.C, Bare, B.G. 2002. Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Price,Sylvia. 2007. Patofisiologi. Jakarta:EGC
50