1
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KEMIH
Anggota kelompok
Psik 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL 2014
2
Daftar Isi
i.
Daftar Isi
……………………………………….1
ii. Kata Pengantar
……………………………………….2
iii. Bab pendahuluan
……………………………………….3
A. Anatomi Kulit
……………………………………….5
B. Kelenjar Kulit
……………………………………….7
C. Resptor yang ada dikulit
……………………………………….8
D. Saraf pada Kulit
……………………………………….13
E. Anatomi Kuku
……………………………………….14
F.
Anatomi Rambut
……………………………………….14
G. Proses Pertumbuhan Rambut
……………………………………….15
H. Fisiologi Integumen
……………………………………….15
I.
Proses Perubabahan Warna Kulit
……………………………………….18
J.
Regenerasi Kulit
……………………………………….19
K. Proses Penyembuhan Luka
………………………………………..20
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena berkat nikmat sehat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM INTEGUMEN� ini dengan semaksimal mungkin. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah BSN 4 (Basic Science Nursing 4) . Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai sistem integumen, lebih spesifiknya tentang bagaimana sistem kompensasi tubuh merespons terhadap adanya dan tidak adanya impuls sensorik dari luar tubuh. Serta respons tubuh terhadap masalah tersebut. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Mohon maaf apabila di dalam makalah ini terdapat kesalahan. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Ciputat, Maret 2014
Penyusun
4
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan beberapa derivat kulit terspesialisasi tertentu, antara lain: rambut, kuku dan beberapa jenis kelenjar.
Integumen melindungi tubh dari mikroorganisme, penarikan atau
kehilangan cairan dan dari zat iritan kimia maupun mekanik. Pigmen melanin yang terdapat pada kulit memberikan perlindungan selanjutnya terhadap sinar ultraviolet matahari. Pembuluh darah dan kelenjar keringat pada kulit berfungsi untuk mempertahankan dan mengatur suhu tubuh. Selanjutnya kulit berfungsi sebagai ekresi zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na. Dengan batuan radiasi sinar matahari atau ultraviolet, proses sintesis vitamin D yang palig penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang, dimulai dari sebuah molekul prekursor yng ditemukan dikulit. Semua stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor khusus yang mendeteksi sensasi yang berkaitan dengan suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri. Kulit juga merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskular yang penting dalam komunikasi. Karena petingnya kulit dalam tubuh kita seperti penjelasan diatas, penulis merasa perlu untuk menyusun sebuah makalah yang membahas tentang sistem integumen. Makalah ini juga sebagai pemenuhan tugas dalam BSN 4.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana struktur anatomi dan histologi sistem integumen? 2. Bagaimana mekanisme regenerasi kulit? 3. Bagaimana tahap penyembuhan dan perlindungan luka pada kulit? 5
4. Bagaimana persyarafan pada kulit? 5. Apa saja reseptor pada kulit?
C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui struktur makroskopis sistem integumen 2. Untuk mengetahui struktur mikroskopis sistem integumen 3. Untuk mengetahui mekanisme regenerasi kulit dalam keadaan normal 4. Untuk mengetahui tahap-tahap penyembuhan luka dan perlindungan kulit terhadap
luka 5. Untuk mengetahui persyarafan dan pembuluh darah yang memenuhi kulit 6. Untuk mengetahui reseptor-reseptor yang ada dikulit
D. MANFAAT PENULISAN
Berdasarkan tujuan penulis, maka disusun manfaat penulisan sebagai berikut: 1. Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana sistem integumen berperan
dalam homeostatis tubuh 2. Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana sistem integumen berfungsi
dan melaksanakan kerjanya serta persyarafan dan pembuluh darah yang menyertainya 3. Diharapkan
mahasiswa
mampu
menjelaskan
bagaimana
sistem
integumen
memperbaiki jaringannya ketika terjadi kerusakan.
6
A. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg dan menutupi area seluas 18 kaki persegi pada laki-laki dengan berat badan 75 kg
Lapisan Epidermis adalah lapisan teratas, atau terluar yang tersusun dari jaringann epitel skuamosa bertingkat yang memangalami keratinisasi, jaringann ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis paling tebal dan dapat ditemukan dibagian telapak tangan dan telapak kaki Lapisan Epidermis:
7
a.
Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada
jaringann ikat dari lapisan kulit dibawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat berlangsung pada lapisan ini. Dan sel baru didortong masuk kelapisan berikutnya. b.
Skratum spinosum adalah lapisan sel spinal atau tanduk, disebut demikian karena sel-sel
tersebut di satukan oleh tonjolan yang menyurupai spina . spina adalah bagian penghubung interselular yang disebut desmosom. c.
Skratum granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan granula-
granula keratohialin yang merupakan prekursor pembentukan keratin. a). Keratin adalah protein keras dan resilien . anti air serta melindungi permukaan kulit yang terbuka. b). Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut. c). Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, mak nukleus sel berdisintegrasi, menyebabkan kematian sel. d. Skratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak bernukleus yang mati dan hampir mati dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel. e. skratum korneum adalah lapisan epedermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat medekati permukaan kulit.(epidermis tipis yang melapisi seluruh tubuh kecuali, telapak tangan dan telapak kaki , tersusun hanya dari lapisan basalis dan korneum). a). Permukaan terbuka dari skratum mengalami proses pergabtian ulang yang konstan atau deskuamasi. b). Ada pembaruan yang konstan pada sel yang terdestuamasi melalui pembelaan sel dilapisan basalis. c). Keseluruhan lapisan epidermisakan di ganti dari dasar ke atas setiap 15 sampai 30 hari 8
b.
Lapisan Dermis adalah lapisan jaringann ikat bagian bawah. Lapisan mengikat peidermis dengan struktur yang ada dibawahnya dan dipisahkan dari lapisan epideemis dengan adanya membran dasar atau lamina.membran ini tersusun ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat. 1.
lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas,sel mast, dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberikan nutrisi epidermis di atasnya.
2.
lapisan retikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusun dari jaringann ikat ireguler yang rapat, kolagen dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik mengakibatkan pengertiputan kulit.
c.
Lapisan subkutan atau hipodermis, mengikuti kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam , bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.
B.
Kelenjar Kulit
Kelenjar Kulit: terdapat pada lapisan dermis: 1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
2. Kelenjar Ekrin
Kelenjar Ekrin terletak dangkal di dermis dengan secret encer.terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
9
3. Kelenjar Apokrin
Lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora, saluran telinga
4. Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif
C.
Reseptor- reseptor yang Ada di Kulit
Modalitas Rasa Kulit 1. Rasa mekanik
Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa raba, rasa getar, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tertentu. a. Ambang diskriminasi spasial (ADS) adalah kemampuan seseorang membedakan dua
titik yang berdekatan sebagai dua titik yang terpisah yaitu ambang diskriminasi spasial suksesif dan ambang diskriminasi spasial simultan. ADS suksesif lebih kecil dibandingkan dengan ADS simultan. Hal ini disebabkan ADS suksesif yang dihantarkan oleh saraf yang sama sedangkan ADS simultan dihantarkan oleh saraf yang hubungannya dengan korteks sensoris melalui serat yang berbeda.
10
b. Reseptor rasa tekan adalah reseptor yang beradaptasi lambat/tidak beradaptasi sama
sekali dan frekuensi impulsnya berbanding langsung dengan kuat rangsang. Fungsi reseptor ini dapat dikaitkan dengan pengindraan kuat rangsang atau pengindraan bagian kulit yang dipindahkan. Reseptor ini juga mengindra lama perangsangan karena sifatnya tidak beradaptasi. c. Reseptor raba adalah pengindra kecepatan atau reseptor akar rambut. Bila rambut
pada punggung tangan diraba akan timbul rasa raba hanya kalau rambut itu bergerak,. Intensitas rasa yang timbul oleh gerakan tadi berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut. d. Reseptor getar adalah pengindraan percepatan. Rangsangan berbentuk gelombang
siku yang kuatnya sama dan beberapa kali lebih kuat dari rangsang ambang. Samasama menghasilkan satu impuls saja dan reseptor ini sangat cepat beradaptasi. Reseptor getar ini merupakan percepatan struktur reseptor yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan badan pacini. e. Reseptor geli. Di indra melalui ujung saraf bebas adalah ujung saraf pengindra.
Ambang rangsang hanya dapat mengetahui ada rangsang untuk reseptor. Rangsangan mekanik ringan yang bergerak seperti gerakan serangga kecil di kulit. Gatal ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah yang berulang pada serabut-serabut saraf kulit dengan rangsangan yang lemah yang dihasilkan oleh suatu gerak pada kulit. Distribusi rasa gatal terjadi pada kulit, mata, membran mukosa tertentu yang ada pada kulit intensitas gatalnya bisa menimbulkan rasa nyeri dan rasa ini bisa terjadi secara berulang-ulang.
2. Rasa suhu
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptornya berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor di dalam sistem saraf.
11
a. Rasa suhu kulit tetap (rasa suhu statik). Bila seorang berendam di air hangat maka
mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini hanya terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36 oC dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17oC. b. Rasa suhu kulit yang berubah (rasa suhu dinamik). Pada pengindraan suhu kulit yang
berubah terdapat tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar terhadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah. \ c. Bila suhu meningkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin
meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin. d. Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap
rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi. Sifat reseptor suhu: -
Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya bergantung pada suhu kulit itu sendiri.
-
Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls.
-
Tidak peka terhadap rangsangan lain.
-
Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap rangsang suhu di kulit.
-
Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen hanya mensarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja. 12
3. Rasa propriosepsi
Berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam. Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi di bagian yang lebih dalam yaitu di dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke laminikus medial dan talamus ke korteks. Impuls berasal dari kumparan otot, organ sensoris di dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakan-gerakan tertentu. Terdapat tiga submodalitas, yaitu: a. Rasa gatal yang mengindrai posisi bagian-bagian tubuh di dalam ruangan atau posisi
ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang berdekatan. Rasa ini sedikit sekali beradaptasi bahkan mungkin tidak beradaptasi. b. Rasa gerak mengindrai gerak pada setiap sendi. Berapa besar perubahan sudut dan
kecepatan gerak pada sendi yang bergerak. c. Rasa kekuatan. Berapa besar kekuatan/tahanan yang dikerahkan dialami oleh gerak
otot itu. Reseptor untuk rasa propriosepsi ini adalah kumparan otot dan alat tendo golgi yang terdapat dalam kapsul sendi. Dalam kehidupan sehari-hari alat indra ini tidak bekerja sendiri-sendiri. Indra ini bekerja secara terpadu dalam mengindrai suatu benda. Rasa raba, rasa suhu, dan rasa propriosepsi, semuanya berperan untuk berfungsinya alat-alat indra ini dengan baik dan diperlukan fungsi sistem saraf pusat.
4. Rasa nyeri
Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini teruatama berfungsi untuk perlindungan, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang terkena. Modalitas rasa kulit dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. 13
a. Nyeri proyeksi; timbul bila rangsangan bukan pada reseptornya tetapi langsung pada
serat saraf di salah satu tempat dalam perjalanan sarafnya. Nyerinya bukan pada tempat rangsangan tetapi pada proyeksi perifer (ujung) serat saraf yang bersangkutan. b. Nyeri alih; terjadi bila rangsang rasa nyeri berasal dari alat dalam. Serat saraf yang
terangsang di alat dalam dan serat saraf dari kulit satu segmen dengan alat dalam sama-sama bersinaps pada satu neuron yang sama menimbulkan eksitasi (rangsangan) sehingga impuls diteruskan ke susunan saraf pusat (SSP). Oleh SSP rasa nyeri yang timbul diinterpretasikan datang dari kulit. c. Hiperalgesia; salah satu bentuk nyeri khusus yang dialami oleh penderita yang
kulitnya terkena rangsang noniseptif. Misalnya, terik matahari dan luka bakar. Bagian yang luka mengalami vasodilatasi dan rasa nyeri. Lama-kelamaan bagian yang nyeri akan menjadi lebih peka terhadap rangsangan mekanik. Kemungkinan rasa nyeri ditimbulkan oleh zat kimia yang dilepas oleh jaringan yang rusak, vasodilatasi dapat berlangsung sampai beberapa hari. d. Hipalgesia; menurunnya rasa nyeri atau analgesia karena kerusakan saraf atau
tindakan analgesia dengan obat atau tusuk jarum. Hal ini biasanya disertai dengan hilangnya modalitas rasa (anestesia). e. Nyeri kronis; suatu perubahan pada sistem saraf pusat dalam pengolahan rasa nyeri
yang belum diketahui sebabnya. Salah satu organ tubuh yang diamputasi dapat mengalami rasa nyeri yang dirasakan seperti berasal dari bagian tubuh yang telah dibuang. Rasa nyeri ini sukar diobati dan timbul karena gangguan sentral yang prosesnya belum dapat diterangkan.
5. Rasa gatal
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila rangsangnya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat hilang. Bila pada jaras spinotalamik yang sedang 14
dilewati rasa gatal. Rasa nyeri dengsn cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari kulit. Reff: Syaifuddin, 2006
Lapisan dermis memiliki reseptor, di antaranya yaitu: 1. Ujung saraf bebas, sebagai reseptor nyeri 2. Ujung saraf berkapsul, a. Korpuskel ruffini, sebagai reseptor panas b. Korpuskel krause, sebagai reseptor dingin c. Korpuskel meissner, sebagai reseptor peraba d. Korpuskel pacini, sebagai reseptor tekanan berat e. Diskus merkel, sebagai reseptor sentuhan ringan
Reff: Scanlon, 2007 D.
Persarafan pada Kulit
Kulit juga seperti organ lainnya, terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada ujung saraf sensorik ini memebnetuk bermacam macam kegiatan untuk menerima rangsangan. Ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis. (Syaifuddin, 2006) -
Reseptor Sensorik Kulit
Varietas reseptor sensorik terdapat di kulit, termasuk ujung saraf tanpa lapisan kolagenosa atau glia dan lebih banyak struktur kompleks dengan serabut sensorik yang dilapisi oleh glia dan simpai jaringan ikat halus. Reseptor yang tidak bersimpai mencakup struktur berikut: 15
a. Cakram taktil yang berhubungan dengan sel taktil epidermis, dengan fungsi sebagai
reseptor untuk sentuhan ringan b. Ujung saraf bebas di dermis papilar dan terjulur ke dalam lapisan epidermis bawah, yang
terutama berespons terhadap suhu tinggi & rendah, nyeri & gatal, tetapi juga sebagai reseptor taktil c. Pleksus akar rambut, suatu jaring serabut sensorik yang mengelilingi dasar folikel rambut
di dermis reticular yang mendeteksi gerakan rambut -
Reseptor bersimpai berikut merupakan mekanoreseptor taktil
a. Korpuskel taktil (Korpuskel Meissner) merupakan struktur elips berukuran Âą diameter
terpendek 30-75Âľm dengan diameter panjang 150Âľm, yang tegak lurus terhadap epidermis di papilla dermis dan lapisan papilar di ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki. Reseptor ini mendeteksi sentuhan ringan b. Korpuskel (Pacini) lamelar: struktur oval besar dengan ukuran Âą 0,5mm Ă— 1mm, yang
ditemukan di dalam dermis/hypodermis reticular, dengan simpai luar dan 15-50 lamela konsentris tipis sel tipe Schwann pipih dan kolagen yang mengelilingi akson tak bermielin yang sangat bercabang. Korpuskel berlamela dikhususkan untuk mendeteksi sentuhan kasar, tekanan, dan getar dengan distorsi simpai yang memperkuat suatu rangsang mekanis ke inti aksonal tempat impuls awalnya terbentuk c. Korpuskel Krause & Ruffini adalah mekanoreseptor bersimpai lain yang mendeteksi
tekanan di dermis, tetapi strukturnya tidak terlalu khas (Mescher, Anthony. L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Jakarta: EGC) E.
a.
Anatomi Kuku Badan kuku tumbuh dari akar dari akar kuku yang tertanam dikulit, pertumbuhan kuku kira-kira 0,5 mm perminggu, lebih cepat di musim panas dari pada dimusim dingin.
b.
Kutikel adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku. Hiponikium adalah skratum korneum tebal di bawah ujung lepas kuku.
16
c.
Lunula adalah area keputihan berbentuk melengkung dekat dengan kutikel.
F.
Anatomi Rambut
Rambut, atau pili ada hampir seluruh tubuh, tetepi sebagian berupa rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna, tersamar. Rambut terminal bisaanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam dikulit kepala, alis dan bulu mata, ketika masa pubertas rambut ini akan menggantikan posisi rambut vellus di area ketiak dan pubis (dan di wajah laki-laki) sebagian dari karakteriktik seksual sekunder. a.
Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum lahir melalui pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.
Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudain membentuk bulbus rambut. Bulbus rambut ini kemudian diinvaginasi suatu msa yang tersusun dari jaringan ikat renggang, pembuluh darah , dan saraf yang disebut papila dermal yang memberi nutrisi pertumbuhan rambut. Rambut terdiri dari akar, bagian tertanam dalam folokel dan batamg, bagian di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut tersusun dari tiga lapisan epitelium. 1) Kutikula adalah lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati yang bersisik. 2) Korteks adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragan yang menentukan warna kulit. 3)
Medula atau aksis sentral, tersusun dari dua sampai tiga lapisan sel. Pertumbuhan
medula bruk bahkan sering kali tidak terjadi, terutama pada rambut pirang.
G.
Proses Pertumbuhan Rambut
1. Fase Anagen Fase anagen merupakan fase pertumbuha n rambut aktif dimana sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Lama fase anagen kurang 17
lebih 2-6 tahun. 2. Fase Katagen Katagen merupakan masa peralihan yang terjadi setelah akhir fase anagen. Lama masa transisi ini adalah 1-2 minggu dan akan terbentuk rambut gada (hair club). 3. Fase Telogen Fase telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan tumbuh tunas kecil yang membentuk rambut baru yang tumbuh di bawah rambut gada. Rambut baru ini kemudian didorong keluar. Dengan kembalinya fase anagen, rambut lama atau rambut gada (clubbed hair) terdorong lepas oleh tumbuhnya rambut baru. Fase telogen berlangsung selama kurang lebih 100 hari atau sekitar 5 sampai 12 minggu. Pada akhir fase telogen rambut akan lepas dan akan memulai siklus pertumbuhan rambut yang baru. Dalam keadaan normal, sekitar 90% rambut di kulit kepala berada dalam fase anagen, sekitar 1% berada dalam fase katagen, dan sekitar 9% berada dalam fase telogen H. Fisiologi Integumen
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan : a. fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan. b. kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat c. panas : radiasi, sengatan sinar UV d. infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
18
a. Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit) b. Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. c. Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum
Perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur d. Proses keratinisasi
Sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar. 3. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa. 4. Fungsi Persepsi
kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
a. Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas b. Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin 19
c. Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan d. Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan e. Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na) 6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes) 7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. 8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vitamin D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Reff:
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC. Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC 20
21
I.
Proses Perubahan Warna Kulit
Melanosit menghasilkan pigmen melanin, yang disebarkan ke sel-sel kulit sekitar. Jumlah dan jenis melanin, yang dapat bervariasi di antara pigmen hitam, coklat, kuning, dan merah, menentukan warna kulit ras manusia. Orang berkulit terang memiliki jumlah melanosit yang sama dengan orang berkulit gelap; perbedaan warna kulit bergantung pada jumlah melanin yang diproduksi oleh masingmasing melanosit. Melanin dihasilkan melalui jalur biokimia kompleks di mana enzim melanosit tirosinase berperan kunci. Sebagian besar orang, apapun warna kulitnya memiliki cukup tirosin yang jika berfungsi penuh, dapat menghasilkan cukup melanin untuk membuat warna kulit sangat hitam. Namun, pada mereka yang berkulit terang, dua faktor mencegah enzim melnosit ini berfungsi dengan kapasitas penuh: (1) banyak dari tirosinase yang dihasilkan dalam bentuk inaktif, dan (2) adanya berbagai inhibitor yang menghambat tirosinase. Akibatnya melanin yang diproduksi lebih sedikit. Selain penentuan kandungan melanin secara herediter, jumlah pigmen ini dapat meningkat sementara sebagai respons terhadap pajanan ke berkas sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Melanin tambahan ini, yang penampakan luarnya berupa “warna coklat�, melaksanakan fungsi protektif dengan menyerap berkas UV yang berbahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi warna kulit a. Hemoglobin b. Pigmen eksogen didalam atau pada permukaan kulit c. Bilirubin d. Melanin dan feomelanin
Melanosit mengandung organel-organel sitoplasma yang disebut melanosom, tempat pembentukan melanin dari tirosin. Melanosom bermigrasi sepanjang dendrit dari melanosit, dan ditransfer kedalam keratinosit pada stratum spinosum. Pada orang-orang kulit putih melanosom mengelompok bersama membentuk kompleks melanosom yang terikat membran dan secara bertahap berdegenerasi ketika keratinosit bergerak menuju permukaan kulit. Pada orang-orang kulit hitam, jumlah melanositnya sama dengan jumlah melanosit pada orang putih, tetapi melanosomnya lebih besar, tetep terpisah, dan secara persisten memenuhi seluruh ketebalan epidermis. Stimulus utama bagi pembentukan melanin adalah radiasi sinar UV. Melanin melindungi inti sel pada epidermis terhadap pengaruh buruk sinar UV. Warna kecoklatan merupakan suatu mekanisme perlindungan yang alami, bukan untuk keindahan. 22
Reff: graham, Robin and Brown., Tony B. 2005. Dermatologi. Jakarta: erlangga Sherwood 2012 J.
Regenerasi Kulit
Keratinisasi Dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel spinosum terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng dan bergranulosum. Sel tersbut diangkat ke atas dan granula hilang menjadi sel spinosum. Sel spinosum sampai dipermukaan kulit menjadi sel mati, protoplasma keras dan gepeng, tampak ini disebut sel tanduk yang secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel dibawahnya. Proses keratinisasi dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung secara terus menerus untuk fungsi rehablitasi kulit agar selalu melakukan fungsinya secara baik (iswari,2007). Iswari, Retno.2007.buku pegangan ilmu kosmetik.jakarta: gramedia Epidermis tidak memiliki aliran darah langsung. Sel-selnya mendapat makanan hanya melalui difusi dari jaringan vascular dermis dibawahnya. Sel-sel yang baru terbentuk dilapisan dalam terus mendorong sel-sel tua mendekati permukaan. Semakin jauh dari pasokan nutriennya hal ini ditambah dengan kenyataan bahwa lapisan-lapisan luar terus menerus mendapat tekanan serta mengalami “wear and tear� menyebabkan sel-sel tua ini mati dan menggepeng. Sel-sel epidermis disatukan oleh desmosom yang berhubungan dengan filament keratin intra sel untuk membentuk lapisan penutup kohesif yang kuat. Sewaktu sel penghasil keratin ini mengalami pematangan filament-filamen keratin sel progresif membentuk lapisan tanduk (berkeratin) protektif yang kuat. Bila skuama lapisan tanduknpaling luar terlepas/terkelupas akibat abrasi. Maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel dilapisan epidermis yang lebih dalam. Kecepatan pembelahan sel dank arena itu ketebalan lapisan berkeratin ini bervariasi sesuai bagian tubuh. Lapisan ini paling tebal didaerah kulit yang mengalami tekanan paling besar misalnya telapak kaki. Lapisan berkeratin bersifat kedap udara, cukup kedap air. Lapisan ini menahan lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan lingkungan ekstrenal. Sebagai contoh lapisan ini memperkecil hilangnya air dan konsistuen penting lain dari tubuh serta mencegah sebagian besar benda asing masuk ke dalam tubuh (Sherwood,2012)
23
K. Proses Penyembuhan Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi: 1.
Luka superficial : terbatas pada lapisan dermis.
2.
Luka “partial thickness� : hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dermis.
3.
Luka “full thickness� : jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia, tidak mengenai otot.
Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks namun sistematik. Dalam proses penyembuhan luka, dapat diamati tahapan-tahapan perbaikan sel kulit yang rusak menjadi seperti semula. Darah sangat berperan dalam proses penyembuhan luka, karena unsur penyusun darah dapat menghentikan pendarahan bila terjadi luka. Pada manusia normal, bila mengalami luka, maka darah yang keluar dari luka tersebut secara otomatis akan membeku. Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur penyusun darah, sangat berperan dalam proses pembekuan darah ini. ketika terjadi luka, trombosit yang berada di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat berupa asam lemak yang kemudian beberapa asam lemak diubah menjadi thromboxane. Thromboxane dan protrombin bereaksi di dalam darah merangsang trombosit. Selanjutnya, 24
enzim-enzim pembantu proses penyembuhan luka mengumpulkan protein yang dusebut fibrinigen. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit terperangkap dalam jaring yang di bentuk oleh benang fibrin dan mengumpul. Trombosit yang bereaksi dengan udara luar akan mengeras dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng atau lapisan pelindung, sel-sel baru sedang dibentuk. Ketika luka telah sembuh dan sel-sel yang rusak telah selesai diperbaruhi, keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera tidak hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan subkutan. 1.
Penyembuhan epidermis
Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis. Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh EGF (epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan menyebabkan penebalan epidermis yang rusak. 2.
Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja, maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase: a.
Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah yang terpisah akibat cedera. b.
Fase migratorik 25
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera. c.
Fase proliferative
Ada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru. d.
Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali. Martini F. 2006. Fundamentals of Anatomy and Physiology. USA: Pearson Education Tortora G, Derrickson B. 2006. Principles of anatomy and physiology. USA
26