Makalah Post Partum

Page 1

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM

PSIK 2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA



Anatomi panggul Panggul bagian keras atau tulang-tulang panggul,merupakan suatu corong. Bagian atas yang lebar disebut: panggul bsar (pelvis major), yang mendukung isi perut. Sedangkan bagian bawah atau panggul kecil (pelvis minor) menjadi alat wadah kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir.Dalam istilah maternitas, yang disebut dengan panggul adalah panggul kecil. (Simkin,Penny.dkk. 2005) Tulang panggul sendiri terdiri dari 4 bauh tulang: 2 buah tulang pangkal paha, dan masing-masing 1 buah tulang kelangkang dan tulang tungging.

Perubahan leher rahim ini terjadi berangsur-angsur, dimulai sebeum persalinan dan berakhir pada saat bayi akan lahir. –

Leher rahim bergerak ke depan.biasanya beberapa minggu sebelum persalinan, leak leher rahim tinggi dan ke posterior mengarah ke punggung.

–

Leher rahim menjadi matang dan melunak, dimulai pada kehamilan tua. Sebelum terjadi pematangan, leher rahim akan keras. Selama kehamilan dan


prapersalinan ketika leher rahim masih keras, leher rahim akan berkontraksi bersama dengan kontraksi rahim –

Leher rahim menipis atau memendek. Untuk primigrivida, penipisan biasanya terjadi

sebelum

pembukaan

berlangsung.

Sedangkan

pada

multigrivida,brlangsung secara bersamaan –

Leher rahim melebar dan membuka. Meskipun biasanya melebar sebelum persalinan dimulai (1/2 cm primigrivida atau 4 cm pada multigravida). Sebagian besar pelebaran terjadi pada persalinan (Simkin,Penny.dkk. 2005).

Postpartum (Masa Nifas) Post partum yaitu masa sesudah persalinan (masa nifas atau puerperium) yang diperlukan untuk memulihkan kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2005). Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Masa

nifas

adalah

periode

yang

dimulai

dari

akhir

persalinan

sampaidengankembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil. Periodeini berlangsung 6 minggu setelah persalinan (Stright, 2005). Masa nifasberlangsung sejak melahirkan sampai ibu berhasil mengeluarkan darah lamanyasekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000). Sedangkan masa nifas dini(early postpartum) adalah periode kepulihan di mana ibu telah diperbolehkanberdiri dan berjalan-jalan (Mochtar, 1998). Periode ini berlangsung pada minggupertama pasca persalinan (Widjanarko, 2009). Periode Post Partum : 1. Immediate Post Partum yaitu Masa 24 jam pertama pasca persalinan. 2. Early Post Partum yaitu satu minggu pasca persalinan. 3. Late Post Partum yaitu Minggu ke-2 Pasca Persalinan sampai Post Partum selesai.

(Bahiyatun. 2009)


Fisiologi Maternal Pada Periode Pascapartum Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang-kdang disebut Puerium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan etrbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuanya tentang anatomi dan fisiologi iibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak. Bab ini membahas perubahan anatomi dan fisiologi wanita setelah melahirkan (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005).

Sistem Reproduksi dan struktur Terkait 1.

UTERUS

a.

Proses Involusi

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut: Involusi Uteri Plasenta lahir 7 hari (minggu 1) 14 hari (minggu 2) 6 minggu

Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Pertengahan pusat dan simpisis Tidak teraba Normal

Berat Uterus 1000 gram 500 gram 350 gram 60 gram

Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm 5 cm 2,5 cm

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu ( kira-kira sebesar grapefruit (jeruk masam) dan beratnya kira-kira 1000 g. (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1 cm di atas umbilikus . Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2


cm setiap 24 jam. Pada haari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascaprtum (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira0kira 500 gr (1 lb) 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya menjadi 50 sampai 60 kg.Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormonhormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yan gterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). b.

Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, di duga

terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembekuan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsnag pelepasan oksitosin (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). c.

After pains Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.

Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepajang awal puer[erium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus teralu teregang (misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tembahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsnag kontraksi uterus (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). d.

Tempat Plasenta


Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan rekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuh luka. Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam mingggu setelah melahirkan (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). e.

Lokia Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna

merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung vekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang kelua selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang.Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan devris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit , desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). f.

Serviks Serviks menjadi lunk segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam pascapartum,

serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Srviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserisasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup sacara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dpat dimasukkan pada akhir minggu kedua (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). g.

Vagina dan Perineum


Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umunya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap samapi fungsi ovarium kembali normal da n menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi nyeri.Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan higienea yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itoitus pada wanita nulipara (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses enyembuhan luka episotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu.Hemoroid (varises anus) umunya terlihat. Wanita sering menagalami gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa mingggu setelah lahir (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). h.

Topangan Otot Panggul Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan

memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali sampai ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. 2.

SISTEM ENDOKRIN

Hormon Plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormone human plasental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula


darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama sekali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Setelah melahirkan, wanita tidak menyusui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam 2 minggu. 3.

ABDOMEN Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan

membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada keadaan tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita tetapi seiring perjalanan waktu, defek tersebut menjadi kurang terlihat. a.

Sistem Urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan

kira-kira 2 – 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. b.

Komponen Urin Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu

menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan. Asetonuria bias terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.


c.

Dieresis Pascapartum Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di

jaringan selama ia hamil. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. d.

Uretra dan Kandung Kemih Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai daerah-

daerah kecil hemoragi akibat proses melahirkan. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. SISTEM CERNA a.

Nafsu Makan

Segera setelah melahirkan atau setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. b.

Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. c.

Defekasi

BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. SISTEM KARDIOVASKULER a.

Volume Darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan darah selama

melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi


kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita : 1. hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal

10%-15%. 2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi 3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil. b.

Curah Jantung Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa hamil. Segera

setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. 4.

SISTEM MUSKULOSKELETAL Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:

a.

Nyeri punggung bawah. Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini

disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan. Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien. b.

Sakit kepala dan nyeri leher. Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi.

Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum. c.

Nyeri pelvis posterior. Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala

ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.


Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. d.

Disfungsi simfisis pubis. Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang

dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai. e.

Diastasis rekti. Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi

umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan. f.

Osteoporosis akibat kehamilan. Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri,

fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. . 5.

SISTEM HEMATOLOGI Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum.


Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml (Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005). 6.

Perubahan ligamen. Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan

saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. 7.

Tanda-Tanda Vital

a.

Suhu badan. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh

dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum. b.

Nadi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi

dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum. c.

Tekanan darah. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa

oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan


dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. d.

Pernafasan. Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post

partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. 8.

Komponen darah

a.

Hematokrit dan hemoglobin Selam 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel

darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sela darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum. Tidak ada sel darah merah yang rusak selama masa pasca partum, tetapi semua kelebihan sel darah merah akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia sel darah merah tersebut. Waktu yang pastikapan volume sel darah merah kembali ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan. b.

Hitung sel darah putih Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm . Selama 10 sampai 12 hari 3

pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20000 dan 25000/mm merupakan hal yang 3

umum. Netrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini. c.

Factor koagulasi. Factor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selam masa hamil dan tetap

meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi yang bias diiringi keerusakan pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan risiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria. Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selam beberapa hari setelah bayi baru lahir. d.

Varises Varises di tungkai dan disekitar anus (hemoroid) sesring dijumpai pada wanita hamil. Varises

bahkan varises vulva yang jarang dijumpai akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Opersi


varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan. e.

Sistem neurologi Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang

terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom carpal tunnel dengan mengurangi kompresi saraf median. Rasa baal dan kesemutan (tingling) periodic pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya menghilang setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala memerlukan pemeriksaan yang cermat. Nyeri kepala pasca partum bias disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat kehamilan, sters, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang ekstradural selam jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk anestesia. 9.

Perubahan integumen Kloasama yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.

Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara,

abdomen,

paha,

dan

panggul

mungkin

memudar,

tetapi

tidak

hilang

seluruhnya.Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis, biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita sidernevi menetap.Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil biasanya akan menetap.

Perubahan Psikologis Postpartum Kelahiran seorang bayi merupakan salah satu stressor pada krisis situasi, seorang ibu bertanggung jawab atas perawatan bayi, di samping itu tetap memberikan perhatian pada pasangannya. Wanita masa pasca partum ini membutuhkan waktu penyesuaian diri untuk menjadi seorang ibu (Palupi, Puspita. 2013). Menurut Rubbin (1997) ada tiga fase yang ,terjadi pada ibu postpartum yang disebut “Rubin Maternal Phases� yaitu: a. Taking in (fase ketergantungan)


Fase taking in dimulai segera setelah persalinan, pada fase ini ibu masih berfokus dengan dirinya sendiri, bersikap pasif dan masih sangat tergantung pada orang lain disekitarnya (Palupi, Puspita. 2013). b. Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)

Fase taking hold terjadi antara hari kedua dan ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan perhatian pada bayinya dan berminat untuk belajar memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam fase ini tenaga ibu pulih kembali secara bertahap, ibu merasa lebih nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam perawatan diri dan terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan dan diri sendiri. Pada fase ini juga tedapat kemungkinan terjadinya postpartum blues (Palupi, Puspita. 2013). c. Letting-go (fase mandiri)

fase ini berlangsung antara dua sampai empat minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu postpartum mampu beradaptasi secara psikologis sehingga muncul gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, cemas, panik, mudah marah, kelelahan, disertai gejala depresi seperti gangguan tidur dan selera makan, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, menyalahkan diri dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan. Hal ini juga merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam atau luar lingkungan, yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya, kebiasaan, norma setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan dan atau fungsi tubuh(Palupi, Puspita. 2013).

Tanda Dan Bahaya Post Partum Tanda dan gejala umum : I.


1. Perdarahan per vaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih

banyak dari haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam) disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk 2. Pengeluaran per vaginam yang bau menusuk 3. Pembengkakakn di wajah atau tangan 4. Muntah, sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati, rasa sakit saat BAK dan masalah

terhadap penglihatan 5. Suhu tubuh naik 41 C tepat seusai melahirkan (karena dehidrasi) atau demam ringan

tidak lebih dari 38 C pada waktu air susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan 6. Pembengkakan di wajah dan tangan dan/ atau kaki 7. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah 8. Rasa nyeri hebat atau tidak nyaman, ada atau tak ada pembengkakan di area

abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan 9. Rasa sakit yang tak kunjung reda di area perinial usai beberapa hari melahirkan 10. Bengkak dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat insisi caesar 11. Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek pada

payudara begitu produksi penuh air susu mulai berkurang. 12. Payudara yang berubah membengkak, merah, panas, dan terasa sakit (Bahiyatun.

2009). Jenis – Jenis Bahaya Postpartum: I.

Perdarahan Post Partum Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan nifas dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam

pertama persalinan. Disebabkan oleh: atonia uteri, tramdan laserasi, hematoma


2) Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor

resiko: sisa plasenta, infeksi, sub-involusi http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41265/4/Chapter%20II.pdf (Zulfa. 2012. pengetahuan ibu nifas tentang tanda- tanda bahaya masa nifas) II.

Infeksi Post Partum Infeksi post partum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas. Sementara yang dimaksud dengan febris puerperalis adalah demam sampai 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan kecuali hari pertama. Ibu beresiko infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk episiotomy pada perineum, dinding vagina, dan serviks. Tanda dan gejala infeksi : 1. Peningkatan suhu tubuh 2. Malaise 3. Nyeri 4. Lokhia berbau tidak sedap 5. Takikardi 6. Edema 7. Sisi jahitan merah dan inflamasi 8. Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan 9. Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi

(varney, 2008). Pencegahan terjadinya infeksi:


•

Sesudah partus terdapat luka di beberapa tempat di jalan lahir. Pastikan luka tersebut tidak dimasuki kuman dari luar. Oleh sebab itu semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus bersih

•

Pengunjung dari luar hendaknya di hari pertama dibatasi sedapat mungkin

•

Setiap penderita dengan tanda-tanda infeksi jangan dirawat bersama dengan wanita dalammasa nifas yang sehat (winkjosaasro,2007)

III.

Infeksi Saluran Kemih Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal.Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomy yang lebar, laserasi periureta, atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih.Overdistensi yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih.Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih erig menyebabkan infeksi saluran kemih.

IV.

Payudara Bengkak Payudara bengkak yang tak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi kemerahan, panas, terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet memudahkan masuknya uman dan terjadinya payudara bengkak. BH yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental.Ibu yang dietnya buruk, kurang istrahat, dan anemia mudah mengalami infeksi (Sinclair, constance. 2009). Gangguan ini diatasi dengan: 1) Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara kosong.

Selanjutnya, susukan bayi pada payudara yang normal 2) Beri kompres panas


3) Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi berbaring, duduk,

atau posisi memegang bola 4) Pakai BH longgar 5) Istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi 6) Banyak minum (2 liter per hari)

V.

Tromboflebitis dan emboli paru Tanda dan gejala: a. Rasa sakit di dada, indikasi gumpalan darah pada paru-paru b. Rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan atau

tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan kaki Perluasan infeksi nifas adalah invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehinggga terjadi tromboflebitis (saifuddin,2007) resiko besar terkait dngan tromboflebitis adalah emboli paru. VI.

Depresi Pascapartum (Atau Neurosis) Depresi pascapartum yang utama mulai muncul minggu ke-10 sampai ke-30 setelah melahirkan, dan berlangsung selama 1 tahun.Depresi ini dialami oleh 8-15% ibu baru dan dapat kambuh. Ibu baru dapat merasa bahwa “tidak seorang pun memahami,” ia bisa terobsesi bahwa dirinya “ibu yang buruk,” dan berpikiran untuk menyakiti bayinya karena merasa bersalah dan ketakutan. Sebagian besar ibu baru tidak mencari bantuan untuk mengatasi depresinya.Hubungan bayi mengalami gangguan, tidak begitu hangat terhadap bayinya. Factor psikiatrik

:

Riwayat gangguan jiwa

Harga diri rendah

Riwayat depresi prenatal


Factor demografik : •

Remaja belum menikah

Akses kelayanan medis buruk

Keluarga >6 orang anak

Kesulitan ekonomi

Tidak puas dengan pendidikan Factor hubungan: •

Terpisah dari orang tua pada masa kanak-kanak

Kurangnya dukungan dan perhatian orang tua selama kanak-kanak

Kurangnya dukungan keluarga selama kehamilan

Penganiayaan seksual

Hubungan dengan pasangan tidak harmonis

Factor budaya : •

Tingkat religiositas, definisi peran, dukungan serta ritual dalam komunitas dikaitkan dengan penurunan depresi

Penatalaksanaan : a. Lakukan

“wawancara”

pascapartum

(konseling,

dukungan,

dan

pemahaman tentang pengalaman melahirkan) yang dapat mengurangi depresi pascapartum b. Identifikasi masalah sejak awal dengan cermat untuk

menggali setiap

tanda depresi c. Konsul atau rujuk ibu untuk mendapat pengobatan psikologis dan

farmakologis d. Pendidikan bagi keluarga dan dukungan dari keluarga wanita sangat

penting


e. Identifikasi risiko bunuh diri

EPISIOTOMI Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina,cincin hymen,jaringan septum rektovaginal,otot-otot dan fasia perineum,serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran. Derajat luka episiotomi dibagi atas 4 tingkat: 1. Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai

kulit perineum 2. Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis,

tetapi tidak mengenai sfingter ani 3. Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani 4. Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum

Menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan yaitu: a.

Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median

Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut sfingter ani). Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: 1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang

relatif sedikit mengandung pembuluh darah. 2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan

penyembuhan lebih memuaskan. 3. Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis 4. Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan. 5. Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan 6. Dispareuni jarang terjadi

Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.


b.

Episiotomi mediolateral

Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3, dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum. Kerugian episiotomi mediolateral 1. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh

darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus 2.

Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama

3. Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis. 4. Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya

sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik 5. Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang – kadang diikuti

dispareuni (nyeri saat berhubungan) 6. Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus

vagina Pengelolaan Episiotomi, robekan perineum, dan robekan vulva: Ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit. 1. Robekan perineum tingkat I

Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan (figure of eight). 2. Robekan perineum tingkat II

Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat II, jika


dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau delujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur. 3. Robekan perineum tingkat III

Pada robekan tingkat III mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem / pean lurus, kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II. 4. Robekan perineum tingkat IV

Pada robekan perineum tingkat IV karena tingkat kesulitan untuk melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang kehidupannya, maka dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota. Alat Kontrasepsi

A. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)

yang

mengakibatkan

kehamilan.

Maksud

dari

kontrasepsi

adalah


menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. B. Cara kerja Kontrasepsi Bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi sbb : 1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi 2. Melumpuhkan sperma. 3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

Metode kontrasepsi Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi metode kontrasepsi sederhana daN modern (Hartanto, 1994: 42). A. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode Kontrasepsi Sederhana adalah suatu cara yang dikerjakan sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode ini terdiri dari dua macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat. a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat

1) Senggama Terputus Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. 2) Pantang Berkala Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu waktu terjadinya ovulasi. Agar kontrasepsi dengan cara ini berhasil, seorang wanita harus benar-benar mengetahui masa ovulasinya (waktu dimana sel telur siap untuk dibuahi). Kerugian dengan cara ini adalah masa puasa bersenggama sangat lama sehingga menimbulkan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak mentaati. b. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat 1) (Kondom)

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Cara kerja kondom yaitu untuk menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang


pasa penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan, selain itu kondom juga dapat mencegah penularan mikroorganisme (HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Saifuddin, 2003: 17). Keuntungan menggunakan kondom adalah : •

Efektif bila digunakan dengan benar

Tidak mengganggu kesehatan pengguna

Murah dan dapat dibeli secara umum

Kerugian menggunakan kondom adalah : •

Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)

Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual

Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya yaitu menekan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas. Keuntungan menggunakan diafragma adalah : •

Tidak mengganggu reproduksi ASI

Tidak mengganggu kesehatan pengguna

Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya

Kerugian menggunakan diafragma adalah : •

Pemasangannya membutuhkan keterampilan

Untuk pemakaian¸ perlu instruksi dan cara pemasangan oleh

tenaga klinik yang terlatih •

Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran

uretra B. Metode Kontrasepsi Modern a. Kontrasepsi Hormonal 1) Pil KB


Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan hormon progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Keuntungan menggunakan pil KB adalah : •

Mudah menggunakan

Mudah dihentikan setiap saat

Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan

Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

Kerugian menggunakan pil KB adalah : •

Memerlukan disiplin dari pemakai

Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen

Kembalinya kesuburan agak lambat

2) Suntik KB

Suntik KB ini mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, dan mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak dapat masuk ke dalam rahim. Keuntungan menggunakan suntik KB adalah : •

Jangka panjang

Risiko terhadap kesehatan kecil

Aman

Kerugian menggunakan suntik KB adalah : •

Terjadi perubahan pada pola haid

Kemungkinan

terlambatnya

pemulihan

kesuburan

setelahpenghentian pemakaian 3) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK/Implant/Susuk KB)

AKBK yaitu kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Dengan disusupkannya implan dibawah kulit, stiap hari dilepaskan secara tetap suatu hormon ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik tersebut, sehingga dapat menghambat terjadinya ovulasi. Keuntungan menggunakan susuk KB adalah : •

Tidak menekan produksi ASI

Tidak terdapat faktor lupa

Masa pakai jangka panjang (3-5 th)


Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen

Kerugian menggunakan susuk KB adalah : •

Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih

Petugas kesehatan perlu dilatih khusus dan praktek untuk pemasangan dan pengangkatan implant

Implant sering mengubah pola haid

b. Intra Uterine Devices (IUD,AKDR)

IUD/AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik. Keuntungan menggunakan IUD adalah : •

Praktis

Jangka panjang dan sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingatingat

Kerugian menggunakan IUD adalah : •

Tidak dapat dilepas oleh dirinya sendiri (pengguna)

Sedikit nyeri setelah pemasangan AKDR

c. Kontrasepsi mantap

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah salah satu kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. 1) Vasektomi (MOP)

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan operasi kecil sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Keuntungan MOP adalah : •

Efektif

Sederhana

Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja

Biaya rendah


Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria untuk kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita

Kerugian MOP adalah : •

Diperlukan suatu tindakan operatif

Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi

Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai keturunan lagi

2) Tubektomi (MOW)

Tubektomi adalah prosedur bedah suka rela untuk menghentikan fertilitas seorang perempuan secara permanen. Keuntungan MOW adalah : •

Sangat efektif

Permanen

Tidak mempengaruhi proses menyusui

Baik bagi akseptor apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Kerugian MOW adalah : •

Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi

Akseptor dapat menyesal dikemudian hari

Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.

Jenis-jenis Kontrasepsi A. Kontrasepsi Sterilisasi

Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila Anda memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya karena faktor usia. B. Kontrasepsi Teknik


1. Coitus Interruptus (senggama terputus): ejakulasi dilakukan di luar vagina.

Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar. 2. Sistem kalender (pantang berkala): tidak melakukan senggama pada masa subur,

perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup s/d 48 jam setelah ejakulasi. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat. 3. Prolonged lactation atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi

hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis Anda tidak akan hamil. Tapi begitu Ibu hanya menyusui < 6 jam / hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar. C. Kontrasepsi Mekanik 1. Kondom: Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun

wanita serta berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini: 路

Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain

Membutuhkan waktu untuk pemasangan

Mengurangi sensasi seksual

2. Spermatisida: bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim

atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama. 3. Vaginal diafragma: lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup

mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak


pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam ) setelah senggama. 4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral: terbuat dari bahan polyethylene yang

diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim. Efektivitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. 5. IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang

menggunakan hormon progesteron sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUD tembaga, ditambah dengan beberapa nilai plus: Lebih tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan pendarahan lebih kecil Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih sedikit) dan waktu haid lebih singkat. D. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Jenis kontrasepsi Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil), Kontrasepsi Implant. Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu: •

Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.

•

Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter): penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.

•

Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu koyo KB atau spiral berhormon


E. Kontrasepsi Suntikan 1. Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg. 2. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan strogen. 3. Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate

testosteron. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan (Hartanto .2004) a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum

untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari ipotalamus. b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa. c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk

implantasi dari hasil konsepsi. Keuntungan •

Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.

DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.

Tingkat efektifitasnya tinggi

Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.

Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.

Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.

Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.

Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.

Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat menekan produksi ASI.


Nutrisi Ibu Post Partum Nutrisi yang terpenting untuk pemulihan tubuh pasca-persalinan, cadangan tenaga, kesehatan yang optimum, dan menyusui, diet juga diperlukan untuk menjaga kecukupan ASI. Berikut ini zat-zat yang dibutuhkan dalam diet ibu pasca-persalinan: a. Kalori Anda harus makan dengan kalori sesuai dengan kebutuhan anda agar anda tidak kelebihan berat badan. Jika anda menyusui tambahkan 400 hingga 500 kalori dari jumlah kalori yang anda lakukan. Jika kebutuhan wanita dewasa memerlukan 1800 kalori perhari, maka anda membutuhkan 2300 kalori.

b. Protein Dalam kondisi menyusui, anda membutuhkan 3 porsi protein perhari. Satu protein sama dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yogurt, 120-140 gram ikan (seafood)/daging (sapi, domba)/unggas, 200-240 gram tahu, atau 5-6 sendok selai kacang.

c. Kalsium dan Vitamin D

Untuk mengatasi asupan vitamin D dan kalsium, atasilah dengan minum susu rendah kalori. Sebaiknya tingkatkan konsumsi kalsium anda menjadi 5 porsi perhari.Selama menyusui anda membutuhkan 5 porsi kalsium perhari. Satu porsi setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 11/2 – 13/4 brokoli, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium. d. Magnesium Dibutuhkan dalam setiap sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf danmemperkuat tulang. Terdapat dalam gandum dan kacang-kacangan. e. Sayuran hijau dan buah Sedikitnya tiga porsi perhari, satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼ - ½ cangkir sayuran hijauyang telah dimasak (tanpa kuah), satu tomat, atau ½ paprika merah. f.

Garam Batasilah konsumsi garam anda. Hindari makanan yang dibubuhi garam seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.

g. Cairan

Sedikitnya 8 gelas cairan harus anda konsumsi. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, akan menjadi suatu hal yang sangat baik seandainya anda membiasakan diri segera mengkonsumsi cairan segera setelah anda menyusui bayi anda. Cairan ini bisa diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.


Peran ASI bagi Bayi Produksi ASI dan Faktor yang Mempengaruhinya ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI (Suharyono, 1990). Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan (ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan ≥ 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-ratavolume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (. Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari,dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :


1. Frekuensi Penyusuan Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 Âą 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. 2. Berat Lahir Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akanmempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 3. Umur Kehamilan saat Melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripadabayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. 4. Umur dan Paritas Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi.


5. Stres dan Penyakit Akut Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksiASI. 6. Konsumsi Rokok Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. 7. Konsumsi Alkohol Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. 8. Pil Kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume.

Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang

menggunakan pil kontrasepsi. Peran ASI terhadap Morbiditas dan Mortalitas Keunggulan ASI yang bersih, selalu segar, warna, bau, rasa, dan komposisi yang tidak dapat ditiru oleh susu lain bukan hanya merupakan sumber zat gizi bagi bayi tetapi juga zat anti kuman yang kuat karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergi membentuk suatu sistem imunologi. Studi WHO di negara berkembang menunjukkan bahwa pada bayi yang diberi ASI mendapat lebih dari 2 kali perlindungan terhadap mortalitas dibanding bayi yang tidak diberi ASI pada tahun pertamanya. Studi kohor pada 1677 bayi yang tinggal di Bangladesh menunjukkan bahwa resiko relatif mortalitas pada umur 6 bulan pertama dua kali lebih rendah pada bayi yang disusui eksklusif daripada bayi yang tidak disusui atau disusui secara parsial (WHO, 2000).


Adanya dose response pemberian ASI yang berkaitan dengan penyakit infeksi, morbiditas dan mortalitas antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi tidak mendapat ASI eksklusif disimpulkan bahwa pada bayi usia kurang dari 6 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko 5 kali lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas karena diare dan pneumonia dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif (Victora et al, 1989; Black et al, 2003 dalam WHO, 2003). Kesehatan bayi berhubungan dengan resistensi terhadap penyakit infeksi, penyakit kronik, alergi, dan gangguan sistem kekebalan tubuh (ACC/SCCN, 1991). Zat kekebalan (anti kuman) mempunyai kekebalan terhadap serangan kuman yang dapat menimbulkan penyakit infeksi. Zat kekebalan terdiri dari kekebalan seluler dan kekebalan humoral. Kekebalan seluler dilakukan oleh sel darah putih (lekosit, limfosit, plasma sel) sedangkan kekebalan humoral dilakukan oleh imunoglobulin (Ig). Ig adalah suatu golongan protein yang mempunyai daya zat anti terhadap infeksi yang termasuk dalam kelas gamma globulin (Sunoto, 1987). Ada 5 Ig dalam tubuh manusia yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE. IgG terbentuk pada kehamilan bulan ketiga, dapat menembus plasenta dan pada waktu bayi lahir kadarnya sama dengan kadar IgG ibu. Fungsi dari IgG adalah anti bakteri, anti jamur, anti virus, dan anti toksik. IgG memberikan kekebalan pasif pada bayi selama beberapa bulan. Pada kolostrum kandungan IgG adalah 500 mg /100 ml ASI dan menurun menjadi 100 mg/ 100 ml ASI setelah 10 hari persalinan. Kolostrum banyak mengandung antibodi untuk perlindungan infeksi. IgM dibentuk pada kehamilan minggu ke 14 dan mencapai kadar seperti orang dewasa pada umur 1 – 2 tahun. Fungsi IgM adalah untuk aglutinasi dan fiksasi komplemen. IgA sudah dibentuk janin dengan jumlah sangat sedikit. Ada 2 macam IgA yaitu IgA serum (didalam darah) dan IgA sekresi (berasal dari sel mukosa) yang selanjutnya disebut SigA. IgA serum mencapai kadar seperti orang dewasa pada usia 12 tahun sedangkan SigA sudah mencapai puncak pada usia 1 tahun. IgD belum banyak diketahui baik pembentukannya maupun fungsinya. IgE diduga berfungsi sebagai anti alergi. Selain imunoglobulin terdapat faktor kekebalan dalam ASI yang disajikan pada Tabel 3


a. Teknik menyusui Gendong bayi sedemikian sehingga pipi bayi menyentuh payudara. Tekanan melawan bibir bawah memulai refleks rooting. Bayi akan berputar ke arah putting. Bayi dapat mencium bau kolostrum dan susu, yang juga membuatnya berpaling ke arah putting. Letakkan bayi pada payudara dengan menuntun putting dan jaringan areola masuk kemulut bayi diatas lidah. Tekan payudara dengan ibu jari di atas areola dan jari-jari lain di bawah areola untuk memungkinkan bayi mengisap dengan efektif.

Aspek Islam Berkaitan dengan Masa Post Partum Dalilnya yaitu: “Dari Ummu Salamah r.a berkata: para wanita yang mendapat nifas, di masa Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam.” (HR Khamsah) Hal-hal yang diharamkan pada wanita nifas Para ulama telah bersepakat bahwa wanita yang sedang nifas diharamkan melakukan apasaja yang diharamkan bagi wanita yang haid, antara lain yaitu: 1.

Sholat Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di dalam kitabnya alMuhalla)

2.

Puasa Wanita yang sedang nifas tidak boleh melakukan puasa wajib maupun sunnah. Akan tetapi ia wajib mengqadha puasa wajib yang ia tinggalkan pada masa nifas. Berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Ketika kami mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (Muttafaq ‘alaih)

3.

Thawaf Wanita haid dan nifas diharamkan melakukan thawaf keliling ka’bah, baik yang wajib maupun sunnah, dan tidah sah thawafnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Lakukanlah apa yang dilakukan jamaah


haji, hanya saja jangan melakukan thawaf di ka’bah sampai kamu suci.” (HR. Bukhari dan Muslim) 4.

Persetubuhan (Jima’) Jima’ menurut bahasa adalah mengumpulkan bilangan. Seperti ungkapan ungkapan “mengumpulkan” perkara seperti ini, maksudnya telah terkumpul bersamanya. Arti bahasa yang lain adalah persetubuhan atau persenggamaan. Menurut istilah jima’ adalah memasukkan dzakar (penis) laki-laki ke dalam farji (vagina) perempuan. Dan bisa dikatakan jima’ walaupun yang masuk hanya kepala dzakar saja, ataupun hanya sentuhan antara kepala dzakar dengan farji. Adapun aktifitas antara seorang suami dan istrinya sebelum memasukkan ini disebut sebagai pendahuluan jima’. Dikatakan jima’ apabila memasukkannya adalah ke dalam farji (vagina) perempuan. Seandainya penis masuk ke dalam dubur (anus) atau lubang di tubuh yang bukan farji maka ia bukan dinamakan jima’. Bahkan hal itu termasuk penyimpangan yang biasa dikenal sebagai liwath (sodomi). Hukum persetubuhan disaat sedang nifas adalah sebagai berikut : Suami haram melakukan jima’ disaat istri sedang menstruasi atau nifas. Ini sudah hukum dan ketentuan sah dari agama bahwa wanita mengeluarkan darah menstruasi atau nifas tidak boleh didekati dengan jima’. Firman Allah SWT: “Mereka bertanya pada engkau (wahai Muhammad) mengenai persoalan darah menstruasi, maka jawablah darah tersebut merupakan kotoran, oleh karenanya hindarilah wanita-wanita ketika dalam keadaan menstruasi, dan janganlah kamu bersetubuh dengan mereka sampai mereka suci. Manakala mereka sudah suci (kemudian melakukan mandi) maka bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah memerintahkanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang ahli taubat dan ahli bersuci”(QS. AlBaqarah: 222). Para ulama kemudian mengqiyaskan bahwa tidak hanya mens saja melainkan wanita yang mengeluarkan darah nifas yang keluar setelah melahirkan juga wajib dijauhi seperti menjauhi tatkala mereka menstruasi.

5.

Tidak boleh diceraikan


Diharamkan bagi suami menceraikan istrinya yang sedang haid atau nifas. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (dengan wajar).” (Qs. ath-Thalaq: 1) Setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan cara membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki. Fardhu Mandi 1. Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh. Lafadzh niat : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena Allah.” 2. Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air ke semua rambut dan kulit. 3. Menghilangkan najis. Hal yang diperbolehkan pasca melahirkan Salah satu hal yang diperbolehkan pasca melahirkan, yaitu wanita diperbolehkan menjaga jarak kehamilan. Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan.Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt: Artinya: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih bayinya. Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan.


Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt berfirman: Ayat Allah SWT: Artinya: “…………. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali Imran:159.)


Diagnosa keperawatan Nyeri

akut

ketidaknyamanan berhubungan

b/d

Tujuan /

Setelah

Intervensi dilakukan

tindakan

trauma keperawatan

mekanis, edema/pembesaran ketidaknyamanan jaringan atau distensi, efek- teratasi.

•

sifat ketidaknyamanan. •

Inspeksi perbaikan perineum

dan epiostomi. •

efek hormonal.

Tentukan adanya, lokasi, dan

Berikan

kompres

es

pada

perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran. •

Kolaborasi dalam pemberian

obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui.

Diagnosa keperawatan

Tujuan

Intervensi


Ketidakefektifan menyusui Mengungkapkan berhubungan

dengan pemahaman

tingkat

usia

tingkat

-

gestasi menyusui,

tentang

-

menyusui,

Tentukan sistem pendukung

sikap pasangan / keluarga.

fisik teknik efektif dari

payudara ibu.

klien

dan

yang tersedia pada klien, dan

dukungan, mendemonstrasikan

struktur/karakteristik

pengetahuan

menyusui sebelumnya

proses/situasi

sebelumnya,

Kaji

pengalaman

pengetahuan, tentang

pengalaman

bayi,

-

Berikan informasi, verbal dan

menunjukkan

tertulis, mengenai fisiologi dan

kepuasan

regimen

keuntungan

menyusui

satu

sama lain.

menyusui,

perawatan

putting

dan

payudara,

kebutuhan

diet

khusus, dan faktor–faktor yang memudahkan

atau

mengganggu

keberhasilan

menyusui. -

Demonstrasikan

dan

tinjau

ulang

–

teknik

teknik

menyusui Diagnosa keperawatan

Risiko

perubahan

menjadi

orang

berhubungan

Tujuan

Intervensi

peran Mengungkapkan tua masalah

-

dan

dengan pertanyaan tentang

mendiskusikan peran orang

menjadi tua

secara

aktif

mulai

melakukan

tugas

kelemahan,

usia,

status

perkawinan,

belakang budaya. -

Perhatikan

respons

klien

terhadap kelahiran dan peran

secara

realistis,

kekuatan,

sumber pendukung dan latar

pengaruh komplikasi fisik menjadi orang tua, dan emosional

Kaji

menjadi orang tua. -

Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan


perawatan

bayi

fisik

yang

pernah

baru lahir dengan

klien/pengalaman

tepat

kanak-kanak. Anjurkan

-

dialami selama

sibling

untuk

mengunjungi

dan

berpartisipasi

terhadap

aktifitas perawatan bayi sesuai izin.

Diagnosis Keperawatan

Gangguan

pola

Intervensi

tidur Mengidentifikasi

berhubungan respon

Tujuan

dengan penilaian

hormonal

-

untuk

dan mengakomodasi

psikologis

(sangat perubahan

yang

gembira,

ansietas, diperlukan

dengan

kegirangan),

kebutuhan

terhadap

nyeri/ketidaknyamanan,

anggota keluarga baru,

proses

persalinan

kelahiran melelahkan.

kebutuhan untuk istirahat. -

Kaji faktor-faktor, bila ada yang

mempengaruhi

istirahat. -

Berikan informasi tentang kebutuhan

dan melaporkan peningkatan

Kaji tingkat kelelahan dan

untuk

tidur/istirahat

rasa

setelah

kembali ke rumah.

sejahtera dan istirahat. -

Berikan informasi tentang efek-efek

kelelahan

ansietas pada suplai ASI.

dan


DAFTAR PUSTAKA Reff: Simkin,Penny.dkk. 2005. Panduan Lengap, Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Yogyakarta: Arcan Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Palupi, Puspita. 2013. Depresi Pasca Persalinan. Banten: UIN Jakarta Press Sinclair, constance. 2009. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC Bahiyatun. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC Ambarwati, 2008. Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo,Sarwono.2010.Perawatan Luka Jalan Lahir, Ilmu Bedah Kebidanan, Edit. H. Wiknjosastro.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC Aisar Tafasir oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Maktabah al-Ulum wa al-Hikmah Tafsir al-Quran al-Karim oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dar Ibnul Jauzi. Taisir al-Karim ar-Rahman (tafsir as-Sa’di) Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum diantaranya (Herdman, 2009) Herdman, T.H. 2009. Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.