Sistem Perkemihan

Page 1

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh: PSIK 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya. kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah BSN 3. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendalakendala yang kami hadapi dapat teratasi. Namun dengan kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berupa laporan hasil diskusi kelompok BSN 3 tentang sistem pekemihan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan diharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tangerang selatan, Juni 2016

PSIK 2015

II


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... II DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3 BAB I ...................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4 A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 4 B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 5 C.TUJUAN............................................................................................................. 5 BAB II .................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN .................................................................................................... 6 A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN ...................................................................... 6 1. Ginjal .......................................................................................................... 6 2. Ureter. ....................................................................................................... 10 3. Kandung kemih (Vesika Urinaria) ............................................................ 11 4. Uretra........................................................................................................ 12 B. PROSES PEMBENTUKAN URINE ...................................................................... 11 1. Filtrasi Glomerulus................................................................................... 11 2. Reabsorpsi Tubulus.................................................................................. 13 3. Sekresi Tubulus ........................................................................................ 15 C. HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN KERJA GINJAL ................................. 16 D. URINE ............................................................................................................ 17 1. Pengertian Urine ....................................................................................... 17 2. Komposisi Urine ........................................................................................ 17 3. Sifat Fisik Urine ......................................................................................... 17 4. Ciri Urine Normal dan Abnormal ............................................................. 17 E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH URINE ............................. 20 1. Faktor Internal ........................................................................................... 20 2. Faktor Eksternal ........................................................................................ 21 F. PROSES BERKEMIH ........................................................................................ 20 1. Refleks Berkemih....................................................................................... 20 2. Control Volunter Berkemih ....................................................................... 20 BAB III ................................................................................................................. 24 PENUTUP ............................................................................................................ 24 A. KESIMPULAN ................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 235

1


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

“Tn K 19 tahun seorang pecinta alam, ini pertama kali ia berpetualang mengembara dalam hutan bersama teman-temannya, sudah lebih dari tiga hari ini sangat kurang minum dan berkeringat banyak. Sehingga ia merasa sudah dua hari urinnya berkurang dan semakin pekat. Akhirnya ia memutuskan kembali ke kota. Setiba dikota ia berkunjung ke sebuah klinik dan memeriksakan TD nya 90/70 mmHg ia merasa lemah, urinnya dalam sehari tidak lebih dari 500ml dan warnanya orange pekat�. Pemicu di atas membahas mengenai sistem pekemihan pada manusia. Sistem perkemihan adalah suatu sistem saluran tubuh manusia, meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal dengan saluran urine berupa urether dari setiap ginjal. Lalu, urether bermuara pada sebuah kandung kemih pada perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan. Kemudian, urine selanjutnya dialirkan oleh sebuah urethra untuk seterusnya dikeluarkan sebagai urine dalam BAK. Pada proses pembentukan urine, terdapat tiga proses dasar yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Dimana, dalam setiap proses tersebut terdapat zat yang direabsorpsi dan disekresi. Untuk zat yang terreabsorpsi maka akan digunakan kembali dalam tubuh dan selanjutnya untuk zat-zat yang tersekresi akan diproses menjadi urine. Dalam sistem perkemihan terdapat berbagai hormone dan saraf yang mengaturnya, salah satunya yaitu hormone SRAA, dimana hormone tersebut juga berperan dalam hubungan antara TD dengan kerja ginjal.

2


B.Rumusan Masalah 1. Bagaimana Anatomi Fisiologis (makro dan mikro) system perkemihan? 2. Bagaimana proses pembentukan urine terjadi? 3. Apakah hubungan antara tekanan darah dengan kerja ginjal? 4. Apakah perbedaan antara urine normal dan abnormal? 5. Apa saja factor yang mempengaruhi jumlah urine yang keluar? 6. Apa saja saraf dan hormone yang berhubungan dengan sistem perkemihan? 7. Bagaimana terjadinya proses berkemih?

C.Tujuan 1. Mengetahui anatomi dan fisiologi system perkemihan. 2. Mengetahui bagaimana proses pembentukan urine terjadi. 3. Mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan kerja ginjal. 4. Mengetahui perbedaan antara urine normal dan abnormal. 5. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi jumlah urinen yang keluar. 6. Mengetahui saraf dan hormone yang berhubungan dengan sistem perkemihan. 7. Mengetahui terjadinya proses berkemih.

3


BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal (ren, kidney) dengan saluran urine berupa urether dari setiap ginjal. Urether bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder, vesika urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (public bone). Urine selanjutnya dialirkan oleh sebuah urethra. 1. Ginjal Merupakan organ yang berbentuk seperti kacang bewarna merah tua keunguan. Ginjal berjumlah sepasang dan terlerak di belakang peritoneum parietal di dinding abdomen posterior. Berat dan besarnya tergantung usia, jenis kelamin, dan ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Ginjal orang dewasa (Panjang: 11,5 cm, Lebar: 6 cm, dan tebal: 2,5- 3,5 cm). Berat ginjal lakilaki dewasa 125-175 g, sedangkan wanita dewasa 115-155 g. ďƒ˜ Fungsi Ginjal a. Mempertahankan keseimbangan tubuh. b. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi keseimbangan H2O. c. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Natrium (Na+), klorida (Cl-), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HC03-), Fosfat, sulfat, magnesium. d. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri dan melalui perak regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam H2O.

4


e. Membantu mempertahankan

keseimbangan asam-basa dan

menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3-. f. Mengeluarkan produk urine seperti urea, asam urat, dan kreatinin. g. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida dan bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh. h. Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon untuk merangsang produksi sel darah merah. i. Menghasilkan renin, hormon untuk memicu suatu suatu reaksi berantai yang penting dalam pengehmatan garam oleh ginjal. j. Mengubah Vitamin D menjadi bentuk aktifnya. ďƒ˜ Struktur ginjal a) Lapisan pelindung ginjal 1. Fasia renal (luar) 2. Lemak parirenal atau jaringan adipose (tengah) 3. Kapsul fibrosa (dalam) b) Bagian ginjal 1. Lobus : setiap lobus terdiri atas satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang saling melapisinya. 2. Hilum (Hilum) : cekungan pada sisi medial yang membentuk bukaan pada ginjalsebagai tempat keluar masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter. 3. Sinus ginjal : rongga yang berisi lemak yang membuka pada hilus. 4. Parenkim ginjal : jaringan yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks (bagian luar) dan medulla (bagian dalam). 1) Korteks tersusun dari nefron-nefron, nefron merupakan urin struktural dan fungsional terkecil dari ginjal yang membentuk urin , terdapat sekitar 800.000-1,5 juta nefron

5


yang disatukan oleh jaringan ikat. Nefron terbagi menjadi dua yaitu : komponen vaskuler dan komponen tubuler. ďƒ˜ Komponen vaskuler (pembuluh) Terdiri atas arteriola aferen, glomerulus (gulungan kapiler berbentuk bundar), arteriola eferen, kapiler peritubular. ďƒ˜ Komponen tubular (tabung). Suatu tabung berongga yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel dan berisi cairan. Kompnen tubular terdiri atas kapsul bowman (berbentuk cangkir), tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan duktus kolektivus. ďƒ˜ Nefron dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : nefron korteks dan nefron Jukstamedula. Nefron korteks merupakan bagian glomerulus diluar korteks dan ansa henle yang pendek. Sedangkan, nefron jukstamedula merupakan bagian glomerulus dalam korteks dan ansa henle panjang, sehingga menjulur ke bagian medulla. Kapiler peritubular pada nefron ini membentuk lengkung vaskuler (vasa rekta). 2) Medulla terdiri atas 15-16 massa uriangular (tiga sisi) yang disebut piramida ginjal. 5. Pelvis ginjal (pelvis renalis) merupakan rongga perluasan ujung proksimal (bagian atas/ureter, ujung ini bergabung menjadi 2-3 x kali mayor. Setiap kaliks mayor bercabang lagi menjadi 8-15 kaliks minor yang langsung menutupi papila ginjal. Kaliks minor berfungsi menampung urin yang terus menerus keluar dari pelvis dari kaliks minor urin masuk ke kaliks mayor selanjutnya ke pelvis renalis. (Sherwood.2013)

6


ďƒ˜ Hormone yang dihasilkan oleh ginjal: a. Renin Protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular. Hormon ini menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk meningkatkan retensi Na. Hormon inu juga merupakan vasokontriktor kuat. b. Vit. D Hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif 1, 2-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorpsi kalsium menjadi fosat dari usus. c. Eriropoiten Diproduksi di ginjal dan meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang belakang. d. Prostaglandin Diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek terutama pada tonus pembuluh darah ginjal. ďƒ˜ Persarafan Ginjal Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal. Diatas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, yaitu sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan hormone adrenalin dan hormone kortison. Adrenalin dihasilkan di medulla. ďƒ˜ Suplai darah a. Arteri renalis. Percabangan aorta abdomen yang mensuplai masingmasing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang posterior dan anterior. b. Cabang posterior dan anterior membentuk a. interlobaris yang mengalir diantara piramida ginjal.

7


c. A. arkuata. Asal dari a. interlobaris pada area antara korteks dan medulla. d. A. interlobularis. Percabangan a. arkuata di sudut kanan lewat korteks. e. Arteriol afferen. f. Arteriol efferen. g. Kapiler peritubular. Mengalir ke v. korteks yang kemudian menyatau dan membentuk v. interlobularis. h. V. arkuata. Bermuara ke v. interlobaris dan bermuara ke v. renalis.

2. Ureter. Merupakan saluran berbentuk tabung dari ginjal ke bladder, panjangnya sekitar 25-30 cm, diameter 6 mm. Berjalan dari pelvis renal setinggi lumbal kedua. ďƒ˜ Penyempitan pada ureter terdapat pada: a. Titik asal ureter pada pelvis ginjal. b. Titik saat melewati pinggiran pelvis. c. Titik pertemuan dengan kandung kemih. ďƒ˜ Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan, yaityu: a. Epitel mukosa (dalam). b. Lapisan otot polos (tengah) adanya gerak peristaltic. c. Lapisan fibrosa (luar). Ureter Berperan aktif dalam transport urin. Urin mengalir dari pelvis ginjal melalui ureter dengan gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi terjadinya kontraksi dimana urin akan masuk ke baldder. Rangsangan simpatis dan parasimpatis juga mengontrol kontraksi ureter mengalirkan urin. ďƒ˜ Persarafan ureter. Cabang dari pleksus mesentrikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis, 1/3 dari n. vagus, rantai efferen, dan n. vagus rantai efferen dari n. torakalis ke 11 dan 12, n. lumbalis 1, n. vagus mempeunyai rantai afferen untuk ureter.

8


ďƒ˜ Pembuluh darah ureter a. A. renalis. b. A. spermatika interna. c. A. hipogastrika. d. A. vesikalis inferior. (Syaifuddin.2006) 3. Kandung kemih (Vesika Urinaria) Merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urine sebelum di keluarkan melalui uretra, dan terletak di rongga pelvis. Pada laki-laki : terletak di simpisis pubis dan didepan rectum, sedangkan pada perempuan terletak dibawah uterus dan didepan vagina. ďƒ˜ Lapisan jaringan kandung kemih: a. Lapisan mukosa (dalam), menghasilkan mucus. b. Lapisan submukosa. c. Lapisan otot polos (otot detrusor). d. Lapisan serosa (luar). ďƒ˜ Bagian vesika urinaria: a. Fundus. Bagian yang menghadap kebelakang dan kebawah, bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferen, vesika seminalis, dan prostat. b. Korpus. Bagian dari vertex dan fundus. c. Bagian yang memantung kea rah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbalikalis. Pada puncak tigone terdapat leher kandung kemih berhubungan dengan muara uretra disekelilingnya terdapat spinter uretra interna (bersifat involunter yang akan dirangsang oleh urin untuk masuk ke kandung kemih). Dipersarafi oleh serabut otot postganglionik dari pleksus ganglia hipogastrik dan serabut parasimpatik dari ganglia (cabang dari nervus pelvikus. Saraf pelvikus berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis pada segmen s-2 dan s-3. Pada spingter eksterna dipersarafi oleh nervus pudendal (serat saraf somatik).

9


Kandung kemih Berfungsi untuk menampung urin dari ureter kemudian dikeluarkan melalui uretra. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada sarafaferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor, mendorong terbukanya leher kandung kemih sehingga terjadi proses miksi. ďƒ˜ Peredaran darah Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari a. illiaka interna. Venanya membentuk pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan darah ke v. iliaka interna. ďƒ˜ Persarafan vesika urinaria. Berasal dari pleksus hipogastrika inferior, serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis 1 dan 2 yang berjalan turun ke vesika urinaria

melalui

pleksus

hipogastrikus.

Serabut

preganglion

parasimpatis yang keluar dari n. splenikus pelvis yangberasal dari n. sakralis 2, 3, 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria. Sebagian besar sera aferen sensoris yang keluar dari vesika urinaria menuju sistem susunan saraf pusat melalui n. splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke 1 dan 2 medula spinalis. (O’Callaghan, Chris. 2006. ) 4. Uretra. Berfungsi untuk menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Memanjang dari leher kandung kemih sampai meatus.

Pada wanita :

panjang 4 cm, lokasi antara klitoris dengan liang vagina. Pada laki-laki : panjang sekitar 20 cm. Terdapat tiga bagian uretra pada laki-laki, yaitu: a. prostatik (panjang 3 cm, dibawah leher kandung kemih sampai prostat). b. membranasea uretra (panjang 1-2 cm, terdapat spinter uretra eksternus).

10


c. cavernous/penile uretra (panjang 15 cm, dari penis sampai orifisium uretra).

Uretra juga berfungsi untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih keluar. Spinter uretra interna dikontrol secara involunter memungkinkan urin dapat keluar serta spinter uretra interna memungkinkan pengeluaran urin dapat di kontrol. Pada laki-laki uretra juga tempat untuk pengeluaran sperma pada saat ejakulasi. (Ethel.2012) (Aris.dkk . 2009)

B. Proses Pembentukan Urine Ada tiga proses dasar dalam pembentukkan urine, yaitu: 1. Filtrasi Glomerulus Diproduksi sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui masingmasing glomerulus secara pasif dipaksa dibawah tekanan menembus membrane glomerulus ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya. Cairan yang akan difiltrasi dari glomerulus ke Kapsul Bowman harus melewati tiga lapisan, yaitu: a. Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan nini banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeable terhadao H2O dan zat terarut dari pada kapiler di bagian lain tubuh. b. Membrane basal adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung sel) yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara glomerulus dan Kapsul Bowman. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil. Namun, kurang dari 1 % molekul albumin berhasil lolos ke dalam Kapsul Bowman.

11


c. Lapisan dalam Kapsul Bowman. Lapisan ini terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit mempunyai banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot process podosit sekitar. Untuk dapat melaksanakan filtrasi glomerulus, ada beberapa gaya yang terlibat dalam filtrasi glomerulus, yaitu: a. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler. Tekanan darah kapiler glomerulus ini nilai tekanna reratanya yaitu 55 mmHg, lebih tinggi dari pada tekanan darah kapiler di tempat lain. Dan tekanan darah kapiler glomerulus ini mendorong filtrasi. b. Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan dari distribusi tak seimbangprotein-protein plasma di kedua sisi membrane glomerulus. Nilai rerata tekanan osmotic koloid ini adalah 30 mmHg, yaitu sedikit lebih tinggi dari pada kapiler lain. Tekanan osmotic koloid ini melawan filtrasi. c. Tekanan hidrostatik Kapsul Bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan dibagian awal tubulus ini, nilai rerata tekanan ini adalah 15 mmHg. Tekanan ini cenderung mendorong filtrasi. Gaya-gaya tersebut tidak berada dalam keseimbangan. Gaya total yang mendorong filtrasu adalah Tekanan Darah Kapiler Glomerulus yaitu 55 mmHg, jumlah dua gaya yang melawan filtrasu yaitu 45 mmHg. Sedangkan perbedaan netto yang mendorong filtrasi 10 mmHg disebut tekanan filtrasi netto. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) tidak hanya bergantung pada tekanan filtrasi etto, tetapi juga pada luas permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeable membrane glomerulus. Dalam keadaan normal 20% plasma yang masuk ke glomerulus disaring pada tekanan filtrasi netto 10 mmHg, melalui seluruh glomerulus secara kolekif di hasilkan 180 L filtrasi glomerulus, dimana LFG rerata 125 mL/mnt pada pria (160 L filtrate/hari pada LFG rerata 115 mL/mnt pada wanita). Ada beberapa factor yang mempengaruhi LFG, yaitu:

12


a. Tekanan filtrasi efektif. Makin besar tekanan yang dihasilkan maka akan semakin besar pula LFG nya. Tekanan ini dipengaruhi oleh adanya otoregulasi dari ginjal termasuk karena stimulasi saraf simpatis yang mempengaruhi kontraksi arteriole afferent dan efferent, adaya obstruksi aliran urine serta menurunnya protein plasma. b. Permeabilitas. Jika permeabilitas meningkat, maka LFG pun akan meningkat. Sebagai contoh, jika LFG meningkat akibat peningkatan Tekanan Darah arteri, maka tekanan filtrasi netto dan LFG dapat dikurangi ke normal oleh kontriksi arteriol afferem, yang menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus. Sebaliknya, jika LFG turun akibat penurunan tekanan arteri, maka tekanan glomerulus dapat ditingkatkan ke normal oleh vasodilatasi arteriol afferent, yang memungkinkan darah masuk meskipun tekanan pendorong berkurang. Jika LFG berubah, maka jumlah cairan yang keluar di urin juga berubah sehingga volume plasma dapat disesuaikan untuk membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka panjang. Komposisi filtrat glomerulus(urine primer). Filtrat glomerulus yang terdapat di kapsula Bowman memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Mengandung H2O dan zat terlarut(glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin) 2. Hampir tidak mengandung protein plasma, kandungan albumin kurang dari 1% 3. Tidak mengandung elemen seluler(eritrosit, karena tidak difiltrasi (Sherwood.2013) 2. Reabsorpsi Tubulus. Setelah plasma bebas protein di filtrasi melalui glomerulus, tubulus kemudian menangani setiap bahan secara tersendiri sehingga meskipun konsentrasi semua konstituen di filtrate glomerulus awal identic dengan konsentrasinya di plasma (kecuali protein plasma) namun konsentrasi

13


berbagai konstituen mengalami perubahan bervariasi sewaktu cairan filtart mengalir melalui sistem tubulus. Dari 125 mL/mnt cairan yang terfiltrsi, biasanya 124 mL/mnt direabsorpsi. Dengan melihat besarnya filtrasi glomerulus maka besar reabsorpsi tubulus adalah luar biasa, tubulus biasanya mereabsorpsi 99% dari H2O yang terfiltrasi (47 gal/hari), 100% gula yang terfiltrasi (2,5 lb/hari), dan 99,5% garan yang telfiltrasi (0,6 lb.hari). Reabsorpsi tubulus ini melibatkan transport transepitel dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus. Proses ini mungkin aktif (memerlukan energy) atau pasif (tidak menggunakan energy). Tahap-tahap transepitel, yaitu: a.

Tahap 1. Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membrane luminal sel tubulus.

b.

Tahap 2. Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi sel lainnya.

c.

Tahap 3. Bahan harus melewati membrane basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan interstisium.

d.

Tahap 4. Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.

e.

Tahap 5. Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.

 Bahan-bahan yang terreabsorpsi dan yang disekresikan di tubulus ini adalah: a. Tubulus Proksimal. 

Reabsorpsi: Ion Na, Glukosa, Vitamin, asam amino, Anion (klor, bikarbonat), air, urea dan lemak, sedikit protein.

Sekresi: Ion H dan Ion K.

b. Ansa Henle 

Reabsorpsi: air, NaCl

c. Tubulus Distal 

Reabsorpsi: Na, Anion, Air

Sekresi: variabel H dan variabel K

14


d. Tubulus koligentes 

Reabsorpsi: Na, H, K, bikarbonat, klor, air, urea



Sekresi: variabel H dan variabel K (Sherwood.2013)

ďƒ˜ Fungsi sistem Renin- Angiotensin- Aldosteron Hormone renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl, volume CES, dan tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I, lalu dirubah lagi menjadi angiotensin II oleh AngiotensinConverting Enzim (ACE) yang diproduksi di paru. Angiotensin II merangsnag korteks adrenan untuk mengeluarkan hormone aldosterone, yang merangsnag reabsorpsi Na oleh ginjal. Retensi Na yang terjadi menimbulkan efek osmotic yang menahan lebih banyak H2O di CES. Bersama-sama konservasi Na dan H2O membantu mengkoreksi rangsang stimulasi yang mengaktifkan sistem hormone ini. Angiotensin II memiliki efek lain yang membantu mengoreksi rangsangan semua. ďƒ˜ Fungsi Peptida Natriuretik Atrium (PNA) Menghambat reabsorpsi Na. dimana hormone ini memiliki efek natriuretic, diuretic, dan hipotensif untuk membantu mengkoreksi rangsangan semula yang menyebabkan pelepasan. 3. Sekresi Tubulus Adalah transport aktif yang memindahkan bahan-bahan tertentu dari darah dalam kapiler peritubuler, keluar melewati sel-sel tubuler menuju ke cairan tubuler dan masuk kedalam urine. Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya bahanke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan rute pertamanya adalah filtrasi glomerulus. Bahan terpenting yang disekresikan adalah Ion H dan K, serta Anion Organik dan Kation Organik, yangbanyak diantaranya adalah senyawa asing dalam tubuh. Sistem sekresi terpenting adalah untuk: a. H, yang penting dalam regulasi keseimbangan asam-basa. 15


b. K, yang menjaga konsentrasi K plasma pada kadar yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas membrane sel otot dan saraf. c. Ion Organik, yang melaksanakan eliminasi lebih efisien senyawa organic asing dari tubuh. (sherwood.2013)

C. Hubungan Tekanan Darah dengan Kerja Ginjal Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan darah dengan cara mengatur volume plasma dan tonus vaskuler (pembuluh darah).Volume plasma dipertahankan melalui reabsorpsi air dan pengendalian komposisi cairan ekstraseluler (misalnya dehisrasi), korteks adrenal akan mengeluarkan aldosteron kemudian ginjal menahan natrium untuk reabsorpsi air. Modifikasi tonus vaskuler dilakukan oleh ginjal, dilakukan oleh sistem renin angitensin aldosteron. Renin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh jukstaglomeruli dari nefron sebagai respon terhadap berkurangnya natrium , hipoperfusi arteri renal, atau stimulasi saraf renal melalui jaras simpatis sewaktu tekanan darah menurun. Renin menstimulasi konvesi angitensinogen (zat yang dikeluarkan hepar) ke angiotensin I kemudian menjadi angitensin II yang akan menghasilkan vasokonstriksi umum yang kuat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Prostaglandin dan Bradikinin (hormon yang dihasilkan oleh ginjal) membantu meningkatkan tekanan darah, hormon ini merupakan respon terhadap iskemia ginjalterhadap adanya ADH, angiotensin II dan stimulasi simpatis. Mekanisme Renin- Angiotensin merupakan mekanisme ginjal secara tidak langsung. (O’Callaghan, Chris. 2006).

16


D. Urine 1. Pengertian Urine Urine adalah cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. 2. Komposisi Urine a. Zat buangan nitrogen seperti urea yang merupakan hasil deaminasi asam amino oleh hati dan ginjal, kreatinin yang merupakan pemecahan kreatinin fosfat dalam otot rangka, ammonia yang merupakan pemecahan deaminasi oleh hati dan ginjal, asam urat yang merupakan pemecahan dari purin, urobilin, bilirubin yang merupakan pemecahan hemoglobin. b. Hasil nutrient dan metabolisme, seperti karbohidrat, keton, lemak, asam amino. c. Ion-ion, seperti sodium klorida, potassium, kalsium, dan magnesium. d. Air 95%, dan hormone. e. Elektrolit, seperti Na, K, NH3, Bikarbonat, Fosfat, dan Sulfat.

3. Sifat Fisik Urine a. Jumlah eksresi dalam 24 jam Âą 1500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan factor lainnya. b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat, dan sebagainya. d. Baunya khas, bila dibiarkan lama-lama akan berbau amoniak. e. Berat jenis air 1,015-1,020. f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, dan tergantung pada diet juga.

4. Ciri Urine Normal dan Abnormal ď ś Urine Normal

17


a. Air kemih terdiri dari 95% air, zat-zat sisa metabolism (protein, fosfat, sulfat), pigmen (bilirubin, urobilin), toksin, hormone. b. Jumlah eksresi dalam 24 jam Âą 1500 cc. c. Bau khas (amoniak). d. Berat jenis air 1,015-1,020. e. PH rata-rata 6. f. Bakteri tidak ada. g. Warna kuning jernih.

ď ś Urine Abnormal a. Protein <0,5% atau 30-200 mg volume per 24 jam (albuminaria). b. Glukosa (tidak lebih dari 1g dalam volume 24 jam, gula lain: fruktosuria, pentosuria, dan galaktosuria). c. Benda keton (3-15 mg volume per 24 jam). d. Bilirubin (icterus). e. Darah (kerusakan ginjal atau infeksi). f. Porfirin (60-280 mg/ml volume per 24 jam. g. Urine berwarna biru, yang diakibatkan oleh obat antidepresi. h. Urine berwarna hitam, yang diakibatkan toksin yang mengandung zat besi. i. Urine berwarna coklat, yang diakibatkan oleh konsumsi antibiotic. j. Urine berwarna kuning gelap, yang diakibatkan oleh pengkonsumsian vitamin B (Hepatitis) k. Urine berwarna Orange, yang diakibatkan oleh dehidrasi atau demam.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urine 1. Faktor Internal a. Hormon insulin, dihasilkan oleh sel B dan pankreas. Insulin berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa dengan cara mengubah glukosa menjadi energi atau disiapkan serta menghambat jalannya glukosa

18


menuju darah oleh hati, jika terjadi kekurangan insulin, maka kandungan glukosa di urin banyak (kencing manis) karena tidak adanya hambatan glukosa menuju darah. b. Hormon ADH, terletak dihipotalamus dan dibebaskan oleh kelenjar pituitari. Hilangnya air akibat keringat dan diare menyebabkan peningkatan osmolaritas (kepekatan) darah, peningkatan sekresi ADH, peningkatan

permeabilitas

tubulus

distal

dan

proksimal,

serta

reabsorpsiair, hal ini menyebabkan urin sedikit dan berwarna pekat. c. Sistem

Renin-Angiotensin,-Aldosteron,

dihasilkan

oleh

operatus

Jukroglomerulus untuk menstimulasi Jika terjadi penurunan pada tekanan darah, kehilangan air pada Renin mengubah protein plasma angiotensinogen menjadi angiotensin I kemudian menjadi angitensin II yang berfungsi untuk menstimulasi rasa haus , sekresi adh, dan meningkatkan tekanan darah, serta pelepasan aldosteron yang berfungsi untuk sekresi k+ ditubulus distal saat natrium direabrorpsi. 2. Faktor Eksternal a. Suhu lingkungan, jika panas maka akan mengeluarkan keringat lebih banyak sehingga menyebabkan osmolaritas darah meningkat, naiknya reabsorpsi air serta terjadi peningkatan sekresi ADH yang menyebabkan jumlah urin sedikit. b. Jumlah air yang diminum, jika air yang diminum banyak maka akan menyebabkan sekresi ADH rendah, penurunan reabsorpsi air, serta osmolaritas darah maka jumlah urin yang akan dikeluarkan lebih banyak. c. Alkohol, dapat menyebabkan terjadi hambatan pembesaran ADH yang akan menyebabkan kandungan di urin sedikit yang selanjutnya akan terjadi dehidrasi dan rasa sakit. d. Usia Anak balita lebih sering mengeluarkan urine, hal ini karena anak balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk mikturasi. Mikturasi adalah proses pengeluaran urin dari dalam tubuh. Selain itu, anak balita juga banyak mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung cairan sehingga urin yang dikeluarkan lebih banyak. Sementara itu pengeluaran

19


urin pada lansia lebih sedikit, hal ini karena pada usia setelah 40 tahun jumlah nefron akan menurun kira-kira 10%setiap tahun kondisi ini akan mengurangi kemampuan ginjal dengan proses pengeluaran urin. e. Jenis kelamin Kapasitas kandung kemih wanita dewasa antara 400-500 ml, sedangkan pada pria dewasa antara 300-600 ml. Frekuensi berkemih antara wanita lebih sering dibandingkan pria. Hanya saja volume urin yang dikeluarkan sekali berkemih oleh wanita lebih sedikit dibandingkan dengan pria. F. Proses Berkemih 1. Refleks Berkemih Reseptor regang iddalam dinding vesika urinaria terangsang. Vesika urinaria pada orang dewasa dapat menampung hingga 250-400 ml urine sebelum tegangan dindingnya mulai cukup meningkat unruk mengaktifkan resptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat afferent dari reseptor regang membawa impuls ke medulla spinalis melalui antar neuron dan merangsang saraf parasimpatis untuk vesika urinaria serta menghambat neuron motoric ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan vesika urinaria berkontraksi. Perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan sfingter eksternus melemah karena neuronneuron motoriknya dihambat. Kemudian, kedua sfingter terbuka dan urine terdorong keluar melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi vesika urinaria. Refleks berkemih seluruhnya adalah reflex spinal, mengatur pengosongan vesik aurinaria pada bayi. Setelah vesika terisi cukup untuk memicu reflex, bayi secara otomatis berkemih. 2. Control Volunter Berkemih

Persepsi pesannya vesika urinaria muncul sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya control volunteer berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih

20


sehingga pengosongan vesika urinaria dapat berlangsung sesuai keiginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut dinilai kurang untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan vesika urinaria dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhobitolorik refleks dari reseptor regang keneuron-keneuron motoric yang terlibat sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar.

21


BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Sistem perkemihan adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sepasang ginjal, sepasang ureter, vesika urunaria dan ureta. Dimana pada sistem tersebut terdapat saraf dan pembuluh darah serta mendapat suplai darah yang berasal dari a. renalis. Ginjal merupakan organ utama yang memproduksi urine. Dalam pembentukan urine, terdapat tiga proses dasar, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, serta sekresi tubulus. Dimana, dimasingmasing proses tersebut terdapat bahan yang direabsorpsi dan di sekresikan. Jika bahan yang terreabsorpsi maka akan dikembalikan lagi untuk di proses kembali dan untuk bahan yang disekresi maka nantinya akan dijadikan sebagai hasil buangan berupa urine. Jika dalam kondisi normal, urine yang kita keluarkan Âą1500 cc/ harinya. Namun, jika asupan air kita kurang, maka akan mempengaruhi urine kita. Dan jika asupan air kita kurang maka produksi urine pun berkurang sehingga megakibatkan salah satu hormone yang mempengatuhi sistem perkemihan yaitu vasopressin (ADH) aktif, dimana hormone tersebut akan membuat produksi urine kita sedikit dan warnanya agak lebih pekat. Jika dibiarkan terusmenerus maka nantinya bisa jadi akan timbul sebuah batu, yang biasa kita sebut baatu ginjal dan mengakibtkan ketika kita berkemih sedikit nyeri. Proses berkemih dibedakan menjadi dua, yaitu refleks berkemih (dapat mengeluarkan urine) dan juga ada control volunter (dapat menahan pengeluaran urine) Selain itu, produksi urine yang sedikit juga akan mempengaruhi tekanan darah. Jika produksi urine sedikit, maka tekanan darah pun menurun. Dan ketika tekanan darah menurun, maka hormone renin- angiotensin- aldosterone pun berperan untuk kembali menormalkan atau meningkatan tekanan darah. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi produksi urine, yaitu ada factor internal (ADH, SRAA, dan Insulin) dan ada juga factor eksternal (suhu lingkungan, jumlah intake, alcohol, penyakit, dll).

22


DAFTAR PUSTAKA 

O’Callaghan, Chris. 2006. At a Glance Sistem Ginjal. Jakarta: Erlangga

Irnaningtyas. 2013. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga

Guyton dan Hall.2014.Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC

Baradero, Mary,. dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal: SERI ASUHAN KEPERAWATAN. Jakarta: EGC

Sherwood,Lauralee.2013.Fisiologi Manusia.Jakarta: EGC

Sloane, Ethel. 2012. Anatomi Dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC

Aris, dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: TIM

23


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.