Bantuan Hidup dasar

Page 1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang American Heart Association (AHA) mengeluarkan panduan untuk melakukan RJP ( Resusitasi Jantung Paru) terbaru. Rekomendasi terbaru menunjukan bahwa penolong harus lebih berfokus pada kompresi dada ketimbang perafasan buatan melalui mulut. Panduan terdahulu tahun 2005 menekankan pada penangan pada ABC ( Airway, Breathing, Chest Compression) yaitu dega pemeriksaan jala afas, melakukan pernafasan buatan melalui mulut kemudian melakukan kompresi dada. Panduan terbaru 2010 yang dikeluarkan oleh AHA lebih menekankan pada CAB yaitu dengan terlebih dahulu melakuka kompresi dada, memeriksa jalan nafas, kemudian melakukan pernafasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa pernafasan buatan melalui mulut boleh tidak dilakukan pada kekhawatiran pada orang asing dan kurangya pelatihan formal. Sebenarnya seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama yaitu membuat aliran darah dan oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin. Panduan resusitasi jantung paru menjadi lebih mudah dilakukan juga bagi orang awam karena menekankan pada kompresi dada untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen dalam darah tetap mengalir ke jantung dan otak. Kompresi dada memang cenderung lebih mudah dilakukan dan setiap orang dapat melakukannya. Kompresi dada dapat dilakukan dengan meletakkan satu tangan di atas tangan yang lain dan menekan dengan kuatpada dada korban.


Resusitasi jantung-paru tidak dilakukan pada semua pederita yng mengalami gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalamikerusakan pernapasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup melainkan yang mungkin untuk hidup lama tanpa meninggalkan kelainan di otak. Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu tertentu diantara mati klinis dan mati biologis. Mati klinis terjadi bila dua fungsi penting yaitu pernapasa dan sirkulasi mengalami kegagalan total. Jika keadaan ini tidak ditolong akan terjadi kematian biologis yang irreversible. Resusitasi jantung-paru yang dilakukan setelah penderita mengalami henti nafas dan jantung selama tiga menit,presentasi kembali normal 75% tanpa gejala sisa. Setelah 4 menit presentasi menjadi 50 % dan setelah 5 menit mejdai 25% maka jelaslah waktu yang sedikit itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Di samping mati klinis dan biologis dikenal dengan istilah mati social yaitu keadaan dimana pernapasan da sirkulasi terjadi spontan atau secara buatan, namun telah mengalami aktivitas kortikal yang abnormal. Penderita dalam keadaan koma tanpa kemungkinan untuk sembuh da dinyatakan dalam keadaan vegetative. Agar resusitasi dapat berjalan maksimal tentu saja memrlukan penolong yang cekatan dan termapil waktu 1 menit sangat berguna dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita. ANATOMI DAN FISIOLOGI Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbon dioksida sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi normal seluler di dalam tubuh. Pemakaian tersebut melalui suatu proses pernafasan sehingga secara harfiah pernafasan dapat diartikan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel udara bebas. Proses pernafasan terdiri dari beberapa langkah dimana system pernafasan, system saraf pusat dan system kardiovaskular memegang peranan yang sangat penting. Saluran pernafasan ini dimulai dari hidung hingga mecapai paru. Saluran pernafasan dari hidung sampe bronkiolus dilapisi oleh membrane mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Kemudian udara mengalir ke faring menuju laring. Laring merupakan rangkaian tulang rawan yang mengandung pita suara. Diantara pita suara, terdapat ruang berbentuk seperti kuda yang panjangnya 5 inch, permukaan posterior dan letak nya didepan esophagus. Bronkus utama kanan dan kiri tidak simetris. Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan merupakan kelanjutan trakea. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi brokus lobaris dan bronkus mentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil yang berakhir menjadi bronkus terminalis. Oksigen pada proses pernafasan dipindahkan dari luar ke dalam jaringan dan stadium pertama ventilasi yaitu masuknya campuran gas ke dalam dan keluar paru.


Jantung merupakan salah satu organ yang terletak dalam media stinum di rongga dada yaitu diantara kedua paru. Fisiologi siklus jantung ventrikel kiri memompa darah ke aorta melalui katup semilunaris aorta dari aorta darah akan di alirkan menuju arteri kemudian ke jaringan melalui cabang kecil arteri atau arteriola, dari arteriola kemudian menuju ke venula. Kemudian akan melalui vena darah akan dialirkan ke atrium kanan, dari atrium kanan darah menuju ventrikel kanan melalui katup trikusvidalis, dari ventrikel kanan kemudian darah dipompa menuju arteri pulmonalis melewati katup semilunaris pulmonalis , dari arteri pulmonalis ke pulmo dari pulmo darah keluar melalui vena pulmonalis ke atrium kiri dari atrium kiri kemudian menuju ventrikel kiri melalui katup bikusvidalis. Demikian seterusnya darah akan mengalir dengan siklus seperti itu. BAB II PEMBAHASAN RJP (Resusutasi Jantung Paru) RJP merupakan gabungan dari pertolongan napas buatan dengan pijat luar jantung, digunakan ketika seorang korban mengalami henti jantung dan henti napas. Adapun korban yang membutuhkan RJP syaratnya yaitu korban tidak berespons, tidak bernapas, denyut nadi karotis tidak teraba atau lemah teknik dasar untuk penyelamatan jika terdapat korban yang mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas (apnoe).Jika jantung atau napas berhenti mendadak maka akan terjadi gangguan sel otak atau iskemia dan apa bila lebih dari 5menit akan terjadi kematian selotak permanen (irreversible). Apa yang dilakukan jika menemukan seorang korban diduga

henti

jantung

atau

henti

napas

mendadak.Langkahlangkahberikutperlu

dilakukan.-Penolong jangan panic. Bawa korban ketempat yangtenang /aman/ nyaman. (hati-hati jika ada trauma/patah dileher, atau bagian tubuh lainnya.-Periksa apakah pasien sadar, dengan memanggil pasien, sambil menepuk bahu,atau lengan korban, kalau dia tidak sadar.. maka-Minta bantuan orang disekitar untuk menelpon ambulance atau kendaraan transportasi ke rumah sakit.Kemudian kita melakukan 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah ABC yaitu Airway (jalan napas), B.. Breathing (napasnya). C. circulation, aliran darah atau denyut nadi/denyut jantung.


A. Airway (jalan napas). Periksa jalan napas korban sebagai berikut :membukamulutkorban,masukkan 2 jari (biasanya jaritelunjuk dan jari tengah), lihat apah ada benda asing, darah, (bersihkan), lidah yang jatuh kebelakang(drop), menutpi jalan napas.Letakkan tangan penolong

diatas

kening

korban

dan

tangan

yang

lain

didagu

korban,

tengadahkan/dongakkan kepala korban (Head tilt chin lift), Jika kita mencurigai adanyapatah atau fraktur tulang leher/servikal, maka pakai caralalu buka jalan napas. Berikutnya Langkah B. Breathing.(Napas korban). Periksa napas koban selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara : Lihat, rasakan dengarkan (look-feellisten). (Letakkanpipi penolong didepan mulut korban, sambil melihat dan merasakan adanya napas korban yaitu naikturunnyadada, jika tidak ada napas, atau bernapas tapi tidak adekuat berikan napas buatan dari mulut pemolong kemulut korban (mouth to mouth ventilation), dengan menutup/memencet hidung korban, sampai terlihat dada korbannaik/ekspansi, selama 1 detik( jangan berikan napas terlalu cepat dan volume terlalu banyak. pemberian napas tersebut sebanyak 2 kali dengan jarak antara pemberian napas selama 5 detik.Berikutnya langkah C. Circulation. Periksa denyut nadi karotis, (sebelah kanan atau kiri jakun), dengan 2-3 jari selama 5 detik jangan lebih dari 10 detik. (sumber: file.upi.edu/direktori/FPOK/Jur_pend_kesehatan)

PRINSIP DASAR BHD/BLS Pola pikir atau pendekatan dalam menghadapi kasus (situasi gawat darurat) adalah berdasarkan primary survey yaitu D-R-A-B-C ( Danger – Respon - Airway and C- Spine Control – Br eathing - Ci rculation and Bl eeding Control ). D-R-A-B-C inilah yang akan terus menjadi perhatian dan harus selalu ada dalam kepala kita pada saat melihat, menilai, dan sebelum melakukan tindakan apapun pada seorang pasien. D-R-A-B-C ini dibuat berdasarkan kondisi kegawatan dan paling potensial dalam menimbulkan kematian. Prinsip BHD/BLS : D = Da nger Perhatikan bahaya di sekitar. Jangan panik.


Bertindak cekatan dan tetap tenang Dahulukan keselamatan anda sebagai penolongan, kemudian lingkungan sekitar dan korban dengan memperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin akan dihadapi penolong.. Bagi Penolong  Senantiasa menggunakan pelindung seperti sarung tangan, kacamata, sepatu ataupun benda lain yang dapat melindungi anda dari cairan tubuh korban yang dapat menularkan penyakit berbahaya. Bagi lingkungan  Pada kasus kecelakaan lalu lintas atau kasus apapun yang dapat membahayakn lingkunagn yang ada di sekitar, usahakan untuk mengamankan daerah sekitar. Bagi Korban  Pada saat korban tergeletak ditempat yang sekiranya berbahaya, maka coba untuk memindahkan pasien dari tempat tersebut tapi berhati- hatilah dengan pasien yang dicurigai multiple trauma, jangan lakukan ekstensi leher sebelum memakai collar neck  Penglepasan collar neck baru dapat dilakukan setelah ada kejelasan apakah ada cedera cervical atau tidak Hubungi layanan gawat darurat segera (ambulance, polisi, pemadam kebakaran) R = Respon Merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran korban. Ada beberapa metode untuk menilai kesadaran seseorang. Yang terdiri dari beberapa kategori yaitu AVPU : - Alert (sadar) Bila korban masih bersuara / berteriak minta tolong dan bergerak. - Voice Bila korban masih dapat menjawab pertannyaan penolong. - Pain Bila korban memberikan respon dari rangsang sakit yang diberikan penolong. - Unrespon Bila korban tidak ada respon sama sekali Korban dengan kategori Pain dan Unrespon, memerlukan pertolongan ABC segera. Sebelum penanganan ABC, harus diperiksa apakah korban mengalami trauma cervical atau tidak. Ciri-ciri korban dengan trauma cervical yaitu : - terlihat jejas di sekitar clavicula / bahu - biomekanika kecelakaan - multiple trauma A = Ai rway and C- spine Control Airway berkaitan dengan kondisi jalan napas korban. Jika penolong menemukan pasien dengan suara nafas yang ramai (tidak bersih). Pada kondisi ini berarti ada suara nafas yang timbul akibat adanya sumbatan parsial jalan napas. Jika jalan napas tersumbat seluruhnya, maka suara napas tidak terdengar lagi. Untuk menilai adanya gangguan jalan napas ini, lakukan ”LOOK, LISTEN, FEEL”.


LOOK Lihat adanya pergerakan jalan napas. Perhatikan naik turunnya dada penderita, cuping hidung dan perut. LISTEN Dengarkan kemungkinan adanya suara napas tembahan yang dapat berupa : - Snoring (ngorok), terjadi karena adanya obstruksi mekanis seperti lidah jatuh ke belakang dan menghalangi jalan napas. - Gargling (suara berkumur) disebabkan adanya cairan seperti darah atau sekret yang berlebihan Crowing (suara melengking saat inhalasi) karena adanya spasme laring. FEEL Rasakan ada atau tidak hembusan udara dari lubang hidung. Bila salah satu dari hal-hal tersebut kita temukan maka segeralah lakukan pembebasan jalan napas. 2. Lakukan triple airway manuvre yaitu ekstensi leher, hea d ti lt , dan ch in lif t . Berhatihati pada pasien multiple trauma yang dicurigai dengan patah tulang leher/fraktur cervical, jangan lakukan ekstensi leher tapi segera pasang collar neck. 3. Pada pasien tersedak akan terlihat gejala yang khas sumbatan jalan napas baik total ataupun parsial. Pada kasus ini, kita dapat melakukan Heimli ch M anuvre atau Bac k B lo ws. Pasien yang tertelan benda asing dan masih sadar, manipulasi dengan pukulan pada punggung kadang- kadang dapat memperberat keadaan. Oleh karena itu dapat dicoba dulu dengan menganjurkan pasien batuk. Teknik mempertahankan Airway dalam keadaan stabil : - Tr iple Manuvre (Ekstensi leher, Head Til t, Chin Lift ) Cara ini dilakukan pada sorban dengan riwayat tidak ada trauma cervikal. Kepala diekstensikan dengan carameletakkan tangan di dahi korban sambil menekan atau mendorongnya ke belakang, lalu tangan yang lain diletakkan di bawah leher korban dengan sedikit mengangkatnya keatas. - Jaw Th ru st Cara ini dilakukan pada korban dengan riwayat trauma cervical. Posisi penolong berada di puncak kepala korban kemudian dorong rahang korban ke depan dengan kedua tangan, sementara ibu jari membuka mulut pasien sehingga pernapasan dapat melalui mulut dan hidung -

Heimlich Manuvre Adalah hentakan padda daerah ulu hati/ epigastrium dengan prinsip seperti pada botol yang tertutup rapat dan dapat dikerjakan pada pasien terlentang atau pun pada saat pasien dalam posisi tegak. Berhati-hati pada


pasien hamil atau balita. Cara ini dilakukan apabila korban mengalami gangguan airway yang disebabkan akibat tersedak benda asing.

Posisi

tangan

yang

lebih

dominan

mengepal dan tangan yang lain diletakkan diatasnya. Posisi tangan tersebut berada di daerah sekitar epigastrium / ulu hati. Lalu hentakan dengan kuat.

-

Back Blows Adalah pukulan atau tepukan pada punggung pasien 2-3x yang dapat dikerjakan pada siapapun.

Apabila dengan cara-cara ini pasien belum dapat bernapas maka lakukan pemasangan oropharingeal tube, sedangkan bila gangguan disebabkan oleh cairan dapat dilakukan suctio n (sedot). Berhati-hati dengan pemasangan oroph ar ingeal tube pada anak-


anak. Bila belum dapat tertangani maka pikirkan pemasangan airway definitifseperti cr icot iroidhectomy needle atau surgery dan pemasangan tube o rotra keal atau nas ot rak eal . -

Jaw Thrust

B = Breathing / ventilasi adalah suatu proses pnegambilan oksigen dari udara bebas dan pengeluaran karbondioksida ke udara bebas. Airway yang baik tidak menjamin proses bernapas berlangsung dengan baik karena dengan jalan napas yang baik belum tentu oksigen dapat masuk dan karbondioksida dapat dikeluarkan. Untuk menilai gangguan pada Breathing dengan melihat ada atau tidaknya pergerakan napas yaitu tidak adanya suara napas dan tidak dirasakannya hembusan udara yang keluar dari mulut pasien (Initial Assesment Breathing). - Bila dicurigai henti napas, perlu lakukan tiupan napas (Breathing Support) dengan hembusan efektif sebanyak 2 kali. Lalu cek nadi dan napas. - Bila sudah ada walau lemah, maka posisikan pasien dalam posisi Recovery Position. Bila setelah 2 kali tiupan napas diberikan dan tidak ada perbaikan, maka segera lakukan pemeriksaan terhadap sirkulasi sambil terus dilakukan pernapasan buatan (Artificial Ventilation). Teknik Breathing Support Merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau dari mulut ke alat (S – tube masker atau bag valve mask). Ventilasi buatan dengan tekanan positif jangka panjang sebaiknya dilakukan melalui intubasi dengan pipa endotrakeal atau dengan trakeostomi. Pada pasien yang


trauma, pemberian oksigen lebih penting daripada ventilasi buatan karena henti napas panjang jarang terjadi pada trauma, biasanya hanya berupa hipoksemi.

Cara ventilasi buatan dari mulut ke mulut dari mulut ke hidung : - Posisi pasien tetap dipertahankan seperti pada posisi membebaskan jalan napas. Tangan kanan di samping

menekan

dan

pasien

juga

dipakai

menutup hidung. Diusahakan mulut tetap terbuka sedikit. -

Tarik

napas dalam dan tiupkan dengan kuat pada orang dewasa

dan perlahan-lahan pada anak-anak. Kemudian perhatikan apakah dada mengembang atau tidak. - Bila dada mengembang maka tiupan dihentikan, lepas mulut penolong dari pasien dan biarkan pasien bernapas secara pasif. - Setelah selesai ekshalasi, ulangi tiupan dengan lebih dahulu bernapas dalam. Dalam hal ini volume lebih penting daripada irama. Pada orang dewasa ulangi inflasi setiap 5 detik atau 12 kali permenit, sedangkan pada anak-anak tiap 3 detik atau 20 kali permenit. - Bila dada tidak mengembang, malahan perut menjadi gembung, berarti jalan napas tidak terbuka dengan baik. Cara ventilasi buatan dari mulut ke hidung prinsipnya sama, hanya disini yang ditutup adalah mulut untuk mencegah terjadinya kebocoran. Cara ventilasi buatan dapat juga dilakukan dari mulut ke alat - Dengan memakai S – shape oropharyngeal plastic airway with acupped flange (Resusitube). Di sini harus tetap dipertahankan posisi kepala pasien ke belakang. Selain itu saat memasukkan alat harus perlahan- lahan untuk mencegah muntah atau spasme laring. - Atau pula dapat memakai self refilling bag and mask seperti ambu (automatic manual breathing unit)


bag atau MPR (Puritan manual resucitation) bagian yang dapat disambung ke tabung oksigen atau ke udara bebas dalam ruangan. Setelah dilakukan usaha pertolongan dengan membebaskan jalan napas dan usaha ventilasi buatan, diperhatikan apakah dada pasien memperlihatkan gerakan naik turun atau terdengar udara keluar pada waktu ekshalasi. Apakah denyutan nadi teraba atau suara denyutan jantung dan pembuluh darah terdengar dengan stetoskop. Bila nadi teraba, lanjutkan dengan 12 kali inflasi permenit untuk orang dewasa dan 20 kali semenit untuk anak-anak. Bila nadi tidak teraba, mulai dengan pijat jantung dan pembuluh darah luar untuk memberikan bantuan sirkulasi. C = Circulation and Bleeding Control Setelah problem A-B dapat ditangani segera pindah ke C dan raba nadi carotis, adakah pulse? Berapa frekuensinya? Bagaimana pengisiannya? Lemah? Cepat? Bila tidak kita temukan adanya denyut, curigai adanya henti jantung dan segera lakukan kompresi jantung luar. Bila ditemukan adanya nadi walaupun lemah dan cepat segera berpikir adanya suatu problem sirkulasi, segera lakukan pengkajian lebih lanjutdengan menilai akral (hangat atau dingin), warna kulit (merah atau pucat), pengisian kapiler (nilai normal RCT/Refill Capilary Test < 2 detik). Bersamaan dengan pemeriksaan ini segera lakukan balut tekan pada pasien tersebut untuk menghentikan perdarahan. Bila sudah jelas problem yang terjadi maka segera lakukan pertolongan seperti pemasangan infus (IV Line), abocath kaliber besar dengan transfusi/blood set, dua jalur, cairan RL, dan jangan lupa lakukan pengambilan darah untuk crossmatch. Apabila terjadi syok, maka cairan intravena harus diguyur pemberiannya. •

Prinsip utama yang mendasari RJP -

Ketetapan dengan cara: Mengembalikan pasien pada kehidupan yang berkualitas yang berlangsung lama dan keinginan pasien dan kerabatnya yang harus di penuhi.

-

Kecepatan


-

Minta bantuan tambahan segera mungkin

-

Lakukan penilaian jalan napas, pernapasan, sirkulasi ABC.

-

Bantuan hidup lanjut (bila alatnya tersedia.)

(Sumber: Davey Patrick.2005.at a glance medicine.Jakarta:Erlangga.)

Teknik Melakukan RJP

Untuk dewasa: Membungku

1.

k

lah ke arah korban,

dengan lengan atas tegak lurus. Tekan dada sedalam kurang lebih 4-5 cm. 2. Tekan dada 15 kali dengan

kecepatan 100/menit. 3. Tengadahkan kepala, angkat dagu, dan berilah 2 napas bantuan. 4. Berilah 15 kompresi dada dengan 2 napas bantuan. 5. Lanjutkan CPR sampai bantuan datang hingga korban bernapas.

Untuk anak:

1. Tempatkan tumit dari salah satu tangan di tengah-tengah dada.


2. Tempatkan tangan lain di dahi anak. 3. Dengan satu tangan tekanlah dada ke arah bawah sekitar 1-1 setengah menit. 4. Beri 5 kali penekanan kecepatan sekitar 100/menit. 5. Buka jalan napas dan berikan 1 hembusan napas tambahan. 6. Ulang siklus 5 kali tekanan dada dan 1 bantuan napas.

(Sumber: Purwoko,susi.2006.Pertolongan Pertama dengan RJP pada Anak.Jakarta:Arcan)

Henti Jantung dan Henti Napas Henti Jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif, mengakibatkan penghentian sirkulasi. (Sumber: Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kerdiovaskular. Jakarta: Salemba Medika). Henti Jantung, yang dikenali karena tidak adanya denyut nadi, dapat terjadi Karena: •

Fibrilasi Ventrikel, bila ada kedutan tak terkoordinasi yang semerawut pada masing-masing serabut miokardium tetapi tanpa kontraksi jantung.

•

Henti Ventrikel (Ventricular Standstill Asysyole), bila tidak terdapat aktivitas listrik jantung ataupun tidak ada kontraksi jantung.

•

Kolaps Kardiovaskular (Disosiasi Elektromekanik), bila ada bukti aktivitas listrik jantung tetapi kontraksi otot jantung tidak efektif.

•

Fibrilasi Atrium, ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tak terkoordiasi, tanpa gelombang P yang jelas. Karena itu kontraksi atrium menjadi kacau asinkron. Karena impuls yang mencapai nodus AV tidak teratur maka irama ventrikeel juga sangat ireguler. Kompleks QRSberbentuk normal tetapi muncul secara sporadic. Waktu diantara dua denyut ventrikel untuk pengisian ventrikel bervariasi. Sebagian denyut ventrikel berlagsung sedemikian berdekatan sehingga isi ventrikel sangat sedikit. Karena pengisia kurang maka kontraksi berikutnya menjadi lebih lemah pada kenyataannya, sebagian dari kontraksi ventrikel mungkin terlalu lemah untuk menyemprotkan darah sehingga nadi pergelangan tangan tidak teraba.


(Sumber: Boswick, John A. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC : Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Jakarta. EGC. 2011 Fibrilasi ventrikel, takikardia ventrikel tanpa denyut adalah penyebab tersering henti jantung yang dapat disembuhkan. Tingkat keberhasilan akan menurun 7-10% untuk tiap menit penundaan defibrilasi. Henti jantung dan henti napas sering terjadi berbarengan. Hal ini awalnya terjadi karena adanya henti jantung atau henti napas yang ketika berlanjut sehingga akan memicu dan menyebabkan yang lainnya muncul. Henti napas dapat disebabkan oleh: •

Penyakit Paru Berat

•

Obstruksi Jalan Napas

•

Gagal Ventrikel Kiri

•

Cedera Otak

(Sumber: Davey, Pattrick. 2005. At Glance Medicine. Jakarta:Erlangga) Angina Pectoris Angina Pectoris adalah itilah medis untuk angina. Angina bisa disebabkan karena kontraksi arteri koroner. Kebanyakan disebabkan oleh aterosklerosis, dimana arteri mengalami penyempitan akibat endapan lemak(plak). Sehingga, angina dianggap salah satu tanda peringatan adanya penyakit jantung koroner. Nyeri angina timbul akibat melakukan kegiatan seperti membawa beban berat, aktivitas seksual atau olahraga berat. Hawa dingin yang membekukan atau emosi seperti ketakutan yang sangat, amarah, kesedihan, frustasi, begitu juga sehabis makan berat dapat menimbulkan nyeri angina. Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner berkembang secara perlahan - sampai bertahun-tahun – tanpa disadari. Bahkan bisa berlangsung terus sampai tiba-tiba terjadi serangan jantung. Penyakit ini biasanya disebabkan terjadinya penumpukan lemak (plak) pada dinding arteri. Plak terdiri dapat terdiri atas kolesterol, jaringan parut, dan kalsium. Hal ini akan menyebabkan penyempitan arteri dan menimbulkan aterosklerosis. Faktorfaktor yang dapat memicu aterosklerosis adalah tingginya kadar kolesterol darah, tekanan darah tinggi, diabetes, dan pemakaian tembakau.


Plak juga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembekuan darah. Bila bekuan darah menyumbat aliran darah di arteri koroner, otot jantung tidak akan menerima pasokan darah, oksigen, dan nutrisi. Inilah yang disebut iskemia miokardial. Jika kematian jaringan otot jantung terjadi, hal ini disebut serangan jantung (infark miokardial). Serangan Jantung Serangan jantung terjadi ketika bekuan darah menyumbat aliran darah di arteri koroner. Kekurangan aliran darah ke otot jantung dapat merusak atau mematikan sebagian jantung. Jika bekuan darah sampai menyumbat aliran darah dalam arteri koroner selama lebih dari 20 menit sampai 2 jam, akan timbul serangan jantung. Gejala utama serangan jantung adalah tiba-tiba mengalami napas pendekpendek yang tidak atau bisa diikuti rasa nyeri dada. Sekitar 10% orang yang terkena serangan jantung mengalami gejala jatuh pingsan secara mendadak. Serangan jantung bisa berakibat kematian mendadak, karena sebagian besar jaringan otot mati, sehingga jantung tidak berfungsi, atau karena terjadi gangguan irama jantung yang fatal. Sebagian besar orang yang meninggal karena serangan jantung, mengalami penyumbatan total pada lebih dari satu arteri koroner. Namun, sekitar 60% orang mengalami serangan jantung bisa bertahan hidup karena jaringan yang rusak masih dalam wilayah kecil dan sistem listrik jantung tidak terganggu. Serangan jantung bisa menimbulkan komplikasi lebih lanjut, termasuk: •

Irama jantung abnormal, contohnya fibrilasi ventrikel.

•

Gagal jantung kongestif.

(Sumber: Litin, Scott C. 2008. Mayo Clinic Family Health Book : Panduan Kesehatan Keluarga Ed. 4 . Jakarta: Intisari Mediatama.)

Tenggelam Keadaan tenggelam adalah kematian korban karena tidak bisa bernapas saat dia tenggelam dalam media cair apapun yang menyebabkan asfiksia, sementara penyebab kematian oleh keadaan yang mematikan lainnya tidak terbukti. Tenggelam dibagi 2 berdasarkan Kondisi Kejadian: 1. Tenggelam Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian epiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.


2. Hampir Tenggelam Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar. Tenggelam dibagi dua berdasarkan aspirasi cairan, yaitu: •

Tenggelam Kering, tidak adanya aspirasi cairan. Obstruksi saluran napas yang lama terjadi sekunder akibat spasme laring. Ketika tingkat kesadaran menurun, penutupan glotis akan terjadi sehingga timbul asfiksia.

•

Tenggelam Basah, adanya aspirasi cairan. Dipicu oleh spasme laring yang menyebabkan kehilangan kesadaran, kemudian diikuti oleh relaksasi glotis sehingga korban menghirup cairan dan tidak dapat bernapas. Tenggelam basah sering terjadi dengan perawana korban yang keras , korban akan menghembuskan udara dalam paru-parunya keluar sehingga mempercepat aspirasi air.

(Sumber: Oman, Kathleen S; etall. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC)

Penyebab tenggelam -

Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan.

-

Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cidera, atau kelelahan.

-

Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.

Manifestasi Klinis -

Koma

-

Peningkatan edema paru

-

Kolaps sirkulasi

-

Hipoksemia

-

Asidosis

-

Hiperkapnia

Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam - Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat terjadi pada keadaan near drowning yakni :


a. Perubahan Pada Paru-Paru -Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung,organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas. b. Perubahan Pada Kardiovaskuler -Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa. c. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat -Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. d. Perubahan Pada Ginjal - Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal. e. Perubahan Cairan dan Elektrolit - Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas (Ronald, 2002). -

Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam 1. Prinsip pertolongan di air : a. Raih ( dengan atau tanpa alat ). b.Lempar ( alat apung ).


-

c.Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ). d.Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ). 2. Penanganan Korban a.Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman. b.Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat. c.Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan. d.Upayakan wajah penderita menghadap ke atas. e.Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu. f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol. g.Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti. h.Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada. i.Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

Ketika tenggelam di air tawar yang bersifat hipotonis, maka cairan di CES akan masuk ke dalam CIS. Hal ini menyebabkan disrupsi selular berat, pembengkakan mitokondria, dan destruksi endotelial. (Sumber: Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika) Aspirasi air tawar akan menyebabkan tegangan permukaan tinggi yang abnormal pada alveoli paru, hilangnya surfaktan, kolaps alveoli, dan akhirnya edema paru akibat tekanan hidrostasik intra-alveoli negatif. (Sumber: Oman, Kathleen S; etall. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC) Hipoksia terjadi pada setiap korban tenggelam (kering dan basah). Ketika terjadi hipoksia paru-paru dan selanjutnya jantung akan mengalami henti napas-jantung dan otak, secara perlahan seiring terus terjadinya hipoksia, mengalami kerusakan. Kerusakan otak yang irreversibel terjadi 4-6 menit tenggelam, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian. (Sumber: Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta: EGC) Hubungan tersedak, sesak nafas, sulit berbicara dan sianosis Tersedak merupakan suatu perasaan tercekik yang diikuti dengan batuk-batuk yang sifatnya mendadak dan bertubi-tubi. Terkadang muka sampai membiru atau sianosis di


sebabkan adanya obstruksi atau karena tidak sempat inspirasi akibat batuk yang hebat kemudian hb yang Seharusnya mengikat oksigen karna lupa inspirasi maka kandungan oksigen dalam darah berkurang membuat warna kulit kebiruan. Keluhan lain adalah sesak nafas yang bersifat inspiratory, terjadi jika benda asing cukup besar sehingga udara respirasi sulit masuk. Jika benda asing berada di daerah subglotik atau terjepit pada pita suara akan timbul suara parau. Biasanya makanana yang tersangkut pada daerah laring karena di sana terdapat pita suara. Pertolongan untuk korban tersedak adalah dengan himlich maneuver : 1.berdirilah di belakang korban 2. lingkarkan tangan disekeliling pinggang dengan kedua tangan saling menggenggam. Posisi tangan diatas pusar di bawah tulang dada. 3. tekan bagian perut ke arah atas dengan kuat, cepat, dan menyentak 4. ulangi sampai 4 kali, apabila klien tidak sadar, turunkan badannya perlahan-lahan ke lantai. Kemudian sanggah kepala dan leher untuk mencegah cedera lakukan check trust kemudian cek benda asing yang ada di dalam mulut kemudian keluarkan. Tersedak adalah masuknya benda asing ke arah paru-paru dan menyumbat jalan napas. Tersedak merupakan suatu perasaan tercekik yang diikuti dengan batuk-batuk yang sifatnya mendadak dan bertubi-tubi. Gejala Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal karena batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan. Akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang tercekik ( choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak nafas. Klasifikasi 1.

Obstruksi total yaitu : Pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.

2.

Fenomena check valve / Parsial yaitu : Pembuntuan saluran napas secara parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat bernapas tetapi kurang adekuat,


dan benda asing harus segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi parsial maka dapat terjadi emphisema paru. Patogenesis Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis sehingga makanan tidak akan salah masuk ke jalan napas. Tetapi jika anak atau orang dewasa tersebut inspirasi yang kuat dan dalam secara tiba-tiba, misalnya berteriak atau tertawa, terkejut maka laring akan terbuka dan benda yang berada di dalam mulut akan ikut terhirup masuk. Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik,akan terjadi suara parau, batuk, sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk ke trakea-bronkus, juga akan terjadi batuk – batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi. Keadaan ini akan berlangsung sekitar 30 menit dan kemudian akan berkurang. Selama periode ini, benda asing bergerak dari satu bagian kebagian yang lain dari trakeo bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada bronkus kanan. Bronkus kanan merupakan tempat yang tersering karena posisinya di garis tengah tetapi agak ke kiri, diameter lumen bronkus kanan lebih besar dari pada bronkus kiri dan bronkus kanan posisinya lebih lurus terhadap trakea dibanding bronkus kiri. Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang, penderita relatif tanpa gejala. Jenis benda asing juga menentukan berat ringan gejala yang akan timbul. Pertolongan untuk korban tersedak adalah dengan heimlich maneuver : 1.berdirilah di belakang korban 2. lingkarkan tangan disekeliling pinggang dengan kedua tangan saling menggenggam. Posisi tangan diatas pusar di bawah tulang dada. 3. tekan bagian perut ke arah atas dengan kuat, cepat, dan menyentak


4. ulangi sampai 4 kali, apabila klien tidak sadar, turunkan badannya perlahan-lahan ke lantai. Kemudian sanggah kepala dan leher untuk mencegah cedera lakukan check trust kemudian cek benda asing yang ada di dalam mulut kemudian keluarkan. Hubungan Tersedak dengan Kesulitan Berbicara dan Sianosis Tersedak dan Sianosis - Karena terhalangnya jalan napas, maka aliran udara tidak dapat masuk kedalam, otomatis pertukaran CO2 dan O2 melalui darah terhambat.O2 berikatan dengan Hb dalam darah agar bisa beredar keseluruh tubuh, karena suplai O2 berkurang, maka Hb tidak dapat berikatan (deoksiHemoglobin). Berkurangnya suplai O2 juga dirasakan oleh vena superfisial bagian wajah, Hb tidak bisa berikatan dengan O2, hal inilah yang menyebakan wajah si anak membiru (sianosis). Tersedak dengan Kesulitan Berbicara -

Tersedak adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu bernapas atau berbicara karena tenggorokan terhalang total oleh benda yang menyumbat didalam tenggorokan. Karena terdapat benda yang menyumbat tersebut, aliran O2 tidak dapat masuk. Sedangkan dibawah tenggorokan terdapat laring. Di laring terdapat Voice box (pita suara ), dua pita jaringan elastik yang melintang di pintu masuk laring, dapat di renggangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot laring. Sewaktu udara dilewatkan melalui pita suara yang kencang , lipatan

tersebut

bergetar

untuk

menghasilkan

berbagai

suara

bicara.

Kesimpulannya : -

Karena tidak ada udara yang masuk dikarenakan ada benda yang menyumbat jalan napas, maka lipatan tersebut tidak bergetar, tidak ada suara yang timbul, sehingga korban kesulitan berbicara.

Referensi : -ilmu penyakit telinga hidung tenggorokan, de.sri herawati JPB,Sp THT, 2009,penerbit buku kedokteran :EGC


-buku ajar praktikkeperawatan klinik kozier erb,Audrey berman dkk, 2003, penerbit buku kedokteran :EGC

Kondisi Darurat Membolehkan Sesuatu yang Terlarang Oleh: al-Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf hafidzahullah MUQODDIMAH Sebenarnya, kaidah ini adalah salah satu cabang dari kaidah (kesulitan mendatangkan kemudahan) yang sudah dibahas secara global pada edisi sebelumnya. (sebenarnya pada blog ini, kaidah-kaidah tersebut belum dimuat, tapi insya Allah jika nanti ada keluangan waktu, kami akan memuatnya, -admin) Namun, kaidah ini harus diangkat kembali sehubungan banyaknya kekeliruan dalam penahaman dan penerapannya. Alangkah banyaknya orang yang menerjang larangan yang sangat jelas keharamannyadengan alasan kondisi darurat. Misalnya, orang yang karena ‘tuntutan’ pekerjaan sampai tidak bisa shalat Zhuhur dan Ashar, juga seseorang yang ‘terpaksa’ bekerja di perusahaan rokok atau minuman keras. Tatkala dinasihati, dengan entengnya mereka beralasan bahwa ini karena kondisi darurat. Juga seseorang yang bekerja saat bulan Ramadhan tidak puasa, pun beralasan dengan darurat. Di sisi lainnya, terkadang ada seseorang yang memang benar-benar dalam kondisi darurat, namun ternyata dalam prakteknya kebablasan, sehingga saat kondisi darurat yang menimpa dia sudah hilang, dia ‘keenakan’ dalam kondisi darurat tersebut dalam mengerjakan perkara yang haram. Dan masih banyak contoh lainnya. Maka dengan ini kita mohon kepada Allah untuk memberikan taufiq kepada kita untuk memahami agama kita yang mulia ini. Wallahu Musta’an.

DALIL ADANYA KONDISI DARURAT DALAM SYARI’AT ISLAM Banyak sekali ayat dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa kondisi darurat mempunyai hukum tersendiri yang berbeda dengan kondisi normal. Di antara dalil-dalil tersebut adalah: 1. Dalil al-Qur’an Firman Allah:


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang [ketika disembelih] disebut [nama] selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa [memakannya] sedang ia tidak menginginkannya dan tidak [pula] melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]: 173) Ayat-ayat yang senada dengan ini banyak sekali, yaitu: al-Maidah [5] ayat 3, al-An’am [6] ayat 119 dan 145, dan an-Nahl [16] ayat 115. Ayat-ayat ini menunjukkan pembolehan mengkonsumsi makan makanan yang haram tersebut dalam kondisi darurat. Dengan ini, semua yang asalnya haram pun bisa menjadi boleh jika dalam kondisi darurat. 2. Dalil as-Sunnah Kisah Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu. Para ulama tafsir, berkaitan dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl [16] ayat 106, meriwayatkan tentang kisah Sahabat Ammar bin Yasirradhiyallahu ‘anhu ketika disiksa oleh orang kafir. Mereka memaksanya kufur akan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dengan terpaksa Ammar mengikuti kehendak mereka. Kemudian Ammar mengadukan hal itu pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bertanya: “Lalu bagaimana dengan hatimu sendiri?” Ammar menjawab: “Masih sangat mantap dengan keimanan.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika mereka menyiksamu lagi, lakukan seperti yang engkau lakukan tersebut.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman [dia mendapat kemurkaan Allah], kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman [dia tidak berdosa], akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An-Nahl [16]: 106) Kisah ini sangat jelas menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Ammar bin Yasirradhiyallahu ‘anhu –dengan tindakan kekufurannya- tidak menjadikan dia kufur, karena beliau melakukan itu dalam kondisi terpaksa. 3. Dalil kaidah umum syar’i Masalah kondisi darurat ini masuk dalam keumuman kaidah-kaidah umum, yaitu: Pertama: Syari’at Islam ini terbangun atas dasar mendatangkan kemaslahatan dan menolak mafsadat. Kedua: Syari’at Islam dibangun untuk menjaga lima pokok utama yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Ketiga: Syari’at Islam dibangun di atas dasar kemudahan dan menghilangkan kesulitan. Keempat: Hukum-hukum Islam terbangun atas dasar kemampuan hamba.


Semua kaidah ini sudah kita jabarkan pada edisi-edisi sebelumnya. Silakan ditelaah kembali. PENGERTIAN “DHORUROT” Dalam istilah, kata dhorurot (darurat) mempunyai beberapa makna: 1. Dalam istilah ahli kalam Dalam istilah mereka, dhorurot adalah suatu ilmu yang dihasilkan tanpa butuh berpikir dan menelaah. Menurut mereka, ilmu terbagi dua: ilmu yang dihasilkan dengan penelaahan dan berpikir, maka ini disebut ilmu nazhori; sedangkan ilmu yang tidak butuh hal tersebut disebut ilmu dhoruri. 2. Dalam istilah ahli ilmu ‘arudh Ilmu ‘arudh adalah ilmu untuk menggubah sya’ir berbahasa Arab. Istilah dhorurot menurut mereka adalah sebuah kondisi dimana mereka harus keluar dari salah satu kaidah ilmu nahwu atau shorof agar sesuai dengan timbangan ilmu ‘arudh tersebut. 3. Dalam istilah ulama syar’i Dhorurot menurut para ulama dimaksudkan untuk dua makna, makna umum dan makna khusus. Makna umum adalah sesuatu yang harus ada demi tegaknya maslahat agama dan dunia; yang dalam hal ini ada lima, yaitu: penjagaan pada agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam makna ini, kebutuhan seseorang itu ada tiga tingkatan: dhoruriyyat, hajiyyat, dankamaliyyat. Dhoruriyyat adalah lima hal di atas yang tidak akan tegak kehidupan manusia tanpanya. Hajiyyat adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, namun kalaupun tidak ada maka manusia tidak akan binasa, hanya kehidupannya akan sangat susah. Kamaliyyat adalah sesuatu yang hanya sebagai penyempurna kehidupan manusia, agar kehidupan mereka menjadi nyaman dan nikmat. Adapun dalam makna khusus, dhorurot adalah: “Sebuah kebutuhan yang sangat mendesak yang menjadikan seseorang terpaksa menerjang larangan syar’i.” Maknanya, kondisi darurat adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendesak, di mana tidak mungkin dihindari yang menyebabkan seseorang menerjang dan melanggar larangan syar’i yang bersifat haram. Dan kalau keharaman itu tidak diterjang maka akan menyebabkan sesuatu yang membahayakan dirinya. Lalu apakah batas bahaya tersebut? Imam Suyuthi –dalam Asybah wan Nazho’irmenjawabnya. Beliau rahimahullah berkata:


“Dhorurot adalah sampainya seseorang pada sebuah batas di mana jika dia tidak melakukan yang terlarang (haram) maka dia akan binasa atau mendekati binasa. Kondisi inilah yang membolehkan pelanggaran larangan.” Namun jika tidak sampai pada batas tersebut, maka tidak disebut “dhorurot”, tetapi itulah yang diistilahkan oleh para ulama dengan “hajah”. Imam Suyuthi rahimahullah berkata: “Hajah adalah semacam orang yang lapar yang seandainya dia tidak mendapatkan apa yang dia makan maka dia tidak binasa, hanya saja dia akan mengalami kesulitan dan keberatan. Ini tidak membolehkan perkara yang haram dan hanya membolehkan berbuka saat puasa.” Sebab-Sebab Darurat: Bila dicermati, akan kita temukan banyak sekali sebab yang menjadikan seseorang berada dalam kondisi darurat. Baik darurat yang ditimbulkan oleh perbuatan orang lain ataupun tidak. Bisa karena kelaparan, berobat dari sakit, saat terjadi kebakaran, tenggelam, kecelakaan, dan lainnya. Namun, semuanya bisa ditarik garis kesimpulan bahwa yang menyebabkan kondisi darurat adalah karena menjaga lima hal yang pokok dalam agama Islam di atas. Demi menjaga agama, pasukan muslim –bisa saja karena terpaksa- membunuh orang tua dan anak-anak jika musuh menjadikan mereka tameng untuk melindungi diri, dan jika tidak demikian maka akan muncul bahaya yang jauh lebih besar atas kaum muslimin. Demi menjaga jiwa dan akal, seseorang boleh memakan bangkai kalau dalam kondisi sangat lapar, yang seandainya tidak makan bangkai tersebut, ia meninggal dunia. Demi menjaga keturunan dan kehormatan, seseorang boleh menyerahkan sejumlah uang tebusan kepada seorang jahat yang menyendera wanita muslimah, yang jika tidak demikian maka dikhawatirkan dia akan merusak kehormatan wanita tersebut. Demi menjaga harta, seseorang boleh merusak hartanya demi menjaga hartanya yang lebih banyak. SYARAT-SYARAT DARURAT Tatkala kondisi darurat ini bisa menjadikan seseorang menerjang keharaman, maka kita harus benar-benar hati-hati dan sangat selektif dalam penerapannya. Oleh karena itu, para ulama membuat sebuah garis besar dan syarat-syarat yang harus terpenuhi sehingga kondisi ini disebut kondisi darurat. Syarat-syarat tersebut adalah:


1. Kondisi bahaya besar itu telah benar-benar terjadi atau belum terjadi, namun diyakini atau diprediksi kuat akan terjadi. Maknanya, sesuatu yang membahayakan lima pokok dasar –yang telah disinggung di atas- itu secara yakin atau prediksi kuat telah atau akan terjadi. Di mana kalau tidak menerjang yang haram, maka akan membinasakannya atau minimalnya mendekati kebinasaan. Atas dasar ini, sesuatu yang hanya prasangka belaka atau masih diragukan, tidak bisa dijadikan dasar dalam menentukan kondisi darurat. Dalil syarat ini: Allah mencela prasangka, dalam firman-Nya:

Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (QS. Al-Hujurot [49]: 12) Dalam suatu hadits diriwayatkan: Dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu berkata: Kami pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, kami berada di sebuah negeri yang terkena paceklik, maka bangkai apa yang halal untuk kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Apabila kalian tidak menyiapkannya sebagai sarapan pagi atau makan sore, maka silakan memakannya.” (HR. Ahmad: 1600 dan dishahihkan oleh Hakim 4/125) Kaidah umum dalam syari’at Islam, bahwa banyak hukum yang dikaitkan dengan kondisi yakin atau predikat kuat. Namun, jika hanya prasangka belaka maka sama sekali tidak digubris.

2. Tidak bisa dihilangkan dengan cara yang halal. Maknanya bahwa bahaya itu tidak bisa dihilangkan kecuali dengan cara haram, dan tidak ada satu pun cara halal yang bisa mengatasinya. Namun, apabila ditemukan cara yang halal meskipun dengan kualitas di bawahnya, maka harus dan wajib menggunakan cara halal tersebut. Dalil syarat ini, firman Allah Ta’ala:

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (QS. At-Taghobun [64]:16)


Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang harus mengerahkan apa yang dia mampu untuk bertaqwa pada Allah, dan dalam masalah ini untuk meninggalkan yang haram. Apabila ada cara yang dihalalkan maka sama sekali tidak boleh yang haram, dan tidak ada alasan darurat. Dari Jabir bin Samuroh radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seseorang yang tinggal di sebuah lembah bersama istri dan anaknya. Lalu ada seseorang yang berkata (kepadanya): “Untaku hilang, jika engkau menemukannya maka ikatlah.” Dan laki-laki itupun menemukannya namun tidak menemukan pemiliknya. Lalu unta itu sakit. Istrinya berkata: “Sembelihlah ia.” Namun suaminya tidak mau, sehingga unta itu mati, lalu istrinya berkata: “kulitilah sehingga kita bisa membuat dendeng dagingnya lalu kita makan.” Dia menjawab: “ Saya tidak akan melakukannya hingga saya bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Setelah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau balik bertanya: “Apakah engkau memiliki lainnya?” Dia menjawab: “Tidak” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab: “Makanlah.” (Hasan. HR. Abu Dawud: 3816) 3. Ukuran melanggar larangan saat kondisi terpaksa itu harus dilakukan sekadarnya saja. Maksudnya bolehnya melakukan yang terlarang saat kondisi darurat tersebut, hanya sekadar untuk menghilangkan bahaya yang menimpa dirinya saja. Jika bahaya tersebut sudah hilang maka tidak boleh lagi melakukannya. Allah berfirman:

Barangsiapa dalam keadaan terpaksa [memakannya] sedang ia tidak menginginkannya dan tidak [pula] melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.al-Baqarah [2]: 173) Atas dasar ini, orang kelaparan yang kalau tidak makan bangkai akan meninggal dunia maka boleh makan sekadar untuk menyambung hidupnya saja. Tidak boleh sampai kenyang. 4. Waktu melanggar larangan saat kondisi darurat ini tidak boleh melebihi waktu darurat tersebut. Artinnya, kalau kondisi itu sudah hilang maka tidak boleh lagi melakukan perkara terlarang tersebut. Itulah yang sering diistilahkan oleh para ulama dalam sebuah kaidah: “Apa yang boleh dilakukan karena ada udzur, maka akan batal apabila udzur itu sudah tidak ada.” Contoh: orang yang tidak menemukan air atau tidak bisa menggunakan air boleh bertayamum, namun kalau kemudian ada air maka tidak lagi tayamum dan harus


berwudhu. Begitu pula jika sudah bisa menggunakan air, maka tidak boleh lagi bertayamum. 5. Melanggar sesuatu yang terlarang dalam kondisi darurat tersebut tidak akan menimbulkan bahaya yang lebih besar. Wallahu A’lam. (Sumber: majalah AL FURQON no. 108, Edisi 05 Tahun Kesepuluh, Dzulhijjah 1431 H)

BAB III PENUTUP SIMPULAN Korban 1 diduga mengalami fibrilasi atrium mendadak sehigga nadinya tidak terada, dikarenakan aktivitas jantung meningkat yang menyebabkan pemompaan jantung berlebihan sehingga terjadi otomatisasi dan blok jantung. Pertolongan Pertama yang dilakukan adalah DRABC.


Korban 2 diduga mengalami spasme laring karena air bayak masuk dalam alveolus sehingga alveolus jadi kolaps lalu terjadi edema pulmonary dan cedera alveolar menyebakan hipoksemia yang berkelanjutan menjadi apnea. Korban diduga tenggelam selama 4-6 menit karena sudah terjadi kerusakan otak. Pertolongan Pertama yang dilakukan adalah DRABC. Korban 3 mengalami sumbatan jalan napas pada laring yang menyebabkan aliran udara tidak dapat masuk mengakibatkan voice box atau pita suara tidak bergetar sehingga sulit bicara dan kekurangan suplai O2 sehingga Hb tidak berikatan dengan O2 menjadi deoksihemoglobin, maka terjadilah sianosis superficial.


DAFTAR PUSTAKA Davey Patrick.2005.at a glance medicine.Jakarta:Erlangga Purwoko,susi.2006.Pertolongan Pertama dengan RJP pada Anak.Jakarta:Arcan Sri herawati.2009. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Penerbit Buku Kedokteran :EGC. Jakarta .Audrey berman dkk. 2003. Buku Ajar Praktikkeperawatan Klinik Kozier Erb. Penerbit Buku Kedokteran :Egc. Jakarta Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta: EGC Oman, Kathleen S; etall. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC Davey, Pattrick. 2005. At Glance Medicine. Jakarta:Erlangga file.upi.edu/direktori/FPOK/Jur_pend_kesehatan Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta. EGC.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.