madurais Edisi Perdana | Mei 2013
MADURAIS edisi I Mei 2013
PENASEHAT Zeinul Ubbadi PENANGGUNG JAWAB Ach. Rofiqi (Ketua OSIS SMK NH) DEWAN REDAKSI M. Kamil Akhyari Taufiqurrahman Sidqi PIMPINAN REDAKSI Iik Krisdayanti SEKRETARIS REDAKSI Uswatun Hasanah STAF REDAKSI Naufal AL-Mahrosi Rizkiyah Naufil Al-Romsi Omilatul Hasanah Qurratul Hasanah LAYOUTER Abut Thawilul Ana Vicky Asama Robert AM Novel Syaputra HARDWARE Iflah Zaki, Fauqi ALAMAT REDAKSI Jl. KH. Ahmad Abd. Syakur 10 Gingging Bluto Sumenep. Telp: 087850056655, email: vicki. asama@gmail.com
Majalah Edukasi, Kreasi dan Seni
Merawat Budaya Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji kami haturkan kepada tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua, sehingga kita dapat beraktifitas dan berkreasi sebagaimana mestinya. Madurais kini hadir kembali kehadapan sahabat sahabat sekalian. Kali ini jajaran awak redaksi se pakat untuk mengusung tema “mengangkat budaya madura ke dunia international”. Banyak sekali masyarakat madura sendiri yang seakan apatis akan kearifan lokal madura, bahkan tak sedikit yang memang tidak tau dari akar budaya itu sendiri. Sehingga mereka hidup dengan pola yang tidak selurus dengan masyrakat madura, bahkan mereka lebih bangga dengan pola hidup luar yang mereka sendiri tidak tau asal muasal budaya tersebut. Maka dari itu cukup menarik sekali untuk kita perbincangkan dan biar tidak penasaran maka izin kan kami untuk mengatakan good luck...! Bbbbbyyyyeeeeee Assalamu’alaikum Wr.Wb
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
1
Fokus Utama
BEDAH BUKU
Menghapus Stigma “Kasar”
Orang Madura
A
da banyak pengalaman yang saya jumpai tentang suku kita ini, Madura. Dari yang membuat saya bangga hingga yang membuat saya merasa tidak percaya diri. Suatu saat saya berjumpa seorang teman dari sebuah kabupaten di pulau jawa. Ia menanyakan, dari mana asal saya. Saat saya menjawab dari Madura, Raut mukanya langsung berubah. Saya bisa menangkap kekhawatiran dan kewaspadaan yang tiba-tiba tersirat pada sorot matanya. Dalam hati, saya membatin, rupanya benar apa yang dikatakan
2
banyak orang, bahwa Madura memiliki citra keras di mata orang luar jawa. Suka main kasar, membunuh orang, carok, dan membuat onar di tengah-tengah masyarakat. Maka ketika sorot mata teman saya ini berubah, saya menjadi mengerti; dia mungkin sedang berpikir harus hati-hati berhadapan dengan orang Madura. Sebab salah-salah bisa berujung carok atau penganiayaan. Anggapan itu, juga dibarengi dengan sikap keras kepala dan tidak mau kalah. Hal ini diperkuat dengan adanya berbagai anekdot yang selalu memojokkan orang
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
Madura. Masih ingat dengan cerita orang Madura saat ditilang polisi karena melanggar lampu merah? Saat itu sang tokoh dari madura ditanya sama polisi, “Anda tahu kesalahan anda?”. “Iya pak, saya melanggar lampu merah,” jawabnya dengan tenang. “Lalu mengapa anda melanggar kalau tahu itu tidak boleh?” kejar pak polisi. “Hehe... saya tidak tahu ada Bapak.” katanya tanpa merasa bersalah. Masih banyak cerita lain yang juga menegaskan tentang sikap orang Madura. Bahkan tokoh cerita ini adalah anak-anak. Seakanakan karakter keras kepala sudah ditanamkan sejak usia dini. Suatu saat seorang guru memberikan tugas pada anak muridnya untuk mengukur tinggi tiang bendera. Spontan anak tersebut naik hingga ke ujung tiang untuk memastikan perintah gurunya dilakukan dengan benar.
Begitu turun, sang guru langsung menertawakannya dan menanyakan pada muridnya yang orang Madura ini. “Mengapa kamu capek-capek harus naik ke atas tiang bendera? mengapa tidak kau tidurkan saja tiangnya kemudian kau ukur. Bukankah itu lebih mudah?” “Saya tahu itu lebih mudah pak” jawab si murid, “tapi bila saya menidurkannya, artinya saya tidak mengukur tingginya, melainkan panjangnya”. Guru itu terdiam, tersenyum kecut. Stereotipe atau stigma orang Madura di mata orang luar ini terkadang membuat kita kurang percaya diri. Sebab, belum apaapa, orang lain sudah menganggap kita orang keras kepala yang suka carok, mau menang sendiri dan sering bikin onar. A. Dardiri Zubairi yang datang ke Sekolah kita beberapa waktu lalu mengatakan, bahwa anggapan atau stigma ini sudah sangat kuat tertanam di benak orang luar. Menurutnya, ini antara lain disebabkan oleh Hub de jonge, seorang peneliti dari Belanda yang membuat kesimpulan-kesimpulan minor tentang orang Madura.
Selain karena penelitian itu, stigma keras dan suka bikin onar juga disebabkan oleh orang-orang Madura yang memanfaatkan anggapan itu. Satu misal saat bepergian ke luar Madura, seseorang akan menampakkan identias kemaduraannya dan sok kasar. “Biasanya untuk menakut-nakuti orang atau untuk melindungi diri dari kejahatan yang mungkin menimpanya” kata Dardiri.
Huub De jong Peneliti kepala, tu memang benar. Namun kan tidak berarti semua orang di
Bahwa ada sebagian orang Madura yang kasar dan suka keras kepala, tu memang benar. Namun kan tidak berarti semua orang di Madura seperti itu
Madura seperti itu” ujar Dardiri yang kini menjabat sebagai sekertaris PCNU Sumenep ini.
Agar tidak terus menerus dicap sebagai suku yang kasar dan suka membuat onar, orang-orang Madura, utamanya yang sedang merantau atau sedang menempuh pendidikan sebaiknya berusaha menampakkan diri sebagai sosok yang lebih baik dari apa yang distigmakan selama ini. Sebagai orang Madura, kita perlu menampakkan nilai-nilai baik yang kita miliki. Tidakkah banyak filosofi orang madura yang keras pa a baik? Misalnya, kerres, adagium ini mengajarkan bahwa keras saja tidak cukup. Bila tidak tepat hanya akan membuat orang terlihat tidak bijak. Benni e kasengkae, tape gun e katako’e. Begitu katanya. (fiq/but/ik/fil/fal)
Penelitian itu kemudian dibaca oleh orang luar Madura dan menggeneralisir (menganggap semua) orang madura sama seperti apa yang dikatan Hub de jonge. Semua orang Madura seakan-akan suka carok, keras kepala dan suka bikin onar. “Bahwa ada sebagian orang Madura yang kasar dan suka keras
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
3
Cerita Pendek
Impianku,
Merubah Tradisi Pesantren Cerpen Lailatul Qamariyah
A
ku termenung memikirkan semua tentang nasibku, kesuksesanku di masa mendatang. Aku lelah deangan semua budaya pesantren Abah yang masih sangat lengket dengan kitab kuning dan mengaji sistem sorogen. Apa Abah tak pernah bermimpi bahwa pesantren ini akan di modifikasi menjadi kaum bersarung yang tak gaptek dan kuper??. Namun mereka juga tak lupa dengan hakikat pesantren mereka. Ah............ Abah kau tak mengerti bah. Apa kau tak ingin anakmu ini kuliah dapat biasiswa ke barcelona di spanyol universitas de autonoma, atau ke london inggris, atau kemana sajalah bah?? apa abah tak ingin itu?? kenapa abah hanya mencekokiku dengan budaya pesantren abah yang menurutku kurang baik karena setiap harinya hanya kitab kuning yang selalu abah sodor - sodorkan terhadap murid - muridnya termasuk aku sebagai putra tunggal abah. Seandainya saja abah punya fikiran yang sama denganku. lamunanku terus berjalan merembat bahkan terus memupuk semangat ku untuk bisa meyakinkan abah bahwa aku lebih
4
memilah kuliah. “ Faruq, kau berfikir tentang apa nak??” sapa Ummi yang nampaknya beliau mengerti tentang apa yang sedang ku fikirkan. “ Ummi....!! ee... beggini ummi, masih sama seperti hari - hari sebelumnya. Faruq ingin kuliah ummi, sudah berapa tahun waktu faruq di habiskan dengan mengaji kitab kuning di pesantren, sementara hp saja abah tak mau membelikannya. Ayolah ummi tolong bujuk abah tentang keinginan faruq” pintaku kepada ummi yang nampaknya lebih mudah untuk ku pengaruhi. “ Ummi sudah coba ngomong ke Abahmu, namun tetap saja tak mengizinkanku pergi. Berencana untuk memberangkatkanmu ke jepara jawa tengah nyalaf disana” Tutur ummi, ada kesal dan menderu-deru dalam batinku. “ Abah selalu saja begitu” jawabku ketus “ Sudahlah faruq, lebih baik kau nurut saja kemauan Abahmu” “ Sudah cukup ummi, faruq benar- benar ingin merubah tradisi pesantren di sini sepulangnya faruq nanti dari kuliah,” aku tetap ngotot dengan ke-
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
berangkatank. Tak apalah meski keluar negri asalkan kuliah. Mungkin Abah mendengar tentang percakapanku dengan ummi. Namun suasana hening tak ada satupun dari kami yang berani angkat bicara. “ mau kemana kau faruq, sudah cukup dengan keputusan abah. kau minggu depan harus berangkat ke jawa tengah dan nyalaf. “ “Ma’af aba, faruq tak bisa, bukan kerana persoalan segala sesuatunya, setiap harinya harus berkaitan dengan kitab tapi bah faruq ingin kuliah dan merubah tradisi pesantren kita bah menjadi pesantren yang tak gagap teknologi dan tahu tentang hal-hal sekian pelajaran yang diajarkan dipesantren, agar ilmu mereka sempurna bah. mereka tak hanya menguasai dibidang agama tapi umum dan teknologi juga bisa mereka kuasai.“ tuturku pada abah secara panjang lebar, sementara ummi kedalam mengambilkan teh dan kue kedapur, setelah itu kembali kedalam. “Apa kau akan merubah tradisi yang memang dari kakek buyutmu demikian? namapaknya abah mulai merasakan sua-
sana panas“ “Bukan begitu bah, tapi aku hanya ingin pesantren kita lebih maju dan lebih berkualitas lagi bah, agar para orang tua yang akan memasukkan anaknya ke pesantren kita tak perlu berfikir dua kali. nampaknya demikianlah kata yang pas untukku mencoba meredam perasaan abah yang mulai memanas“ berulangkali ku coba meyakinkan abah bahwa ku bisa meraih prestasi nantinya dan akan aku buktikan semua kata-kataku saat ini untukku bisa merubah pesantren menjadi lebih berkualitas dengan jerih ayahku, akhirnya abah merestui keinginanku untuk kuliah namun aku haru menepati janjiku kepada abah. akhirnya ITB bandung menjadi pilihankui untuk kuliah, dan dan nampaknya abah setuju setuju saja dengan keputusanku. oh abah terima kasih akan ku buatkan nanti bahwa aku bisa menjadi seperti apa yang ku katakan kini. satu minggu lagi aku akan berangkat ke banduung. *** Semangatku pun terus mengepul bak secangkir kopi yang baru saja di tuangkan. namun asap itu terus meliuk liuk seperti kehidupanku kini di bandung. tak ku biarkan waktu kosongku berlalu begitu saja. setiap hari aku penuhi kegiatan dan aktivitasku bahkan tak lupa tuk ku jadwal semuannya rapi bahkan sesuai dengan rencanaku “ Waktu terasa sangat singkat dengan semangatku yang kadang kembang kempis bak sebuah balon, namun janjiku pada abah yang terus saja meniupkan udara pada bulan itu. Bukti-bukti prestasiku yang baik nampak su-
dah mulai mengenbun. beberpa piala dan piagam penghargaanku sudah ku paketkan ke kampung agar abah atau tentang kesungguhan hatiku. “ Di kampus ini pun aku mengenal sosok maria, perempuan anggun bermata teduh, muslim, taat beribadah, cantik aktivis PSK. Seringkali aku melihatnya menjadi pembicara di sebuah forum. Berawal dari rasa kagumku padanya hingga terus menyakar menjadi rasa sayang yang mendalam. Hubungan kami sudah sangat dekat sampai akhirnya aku beranikan diri untuk menyatakan perasaanku. Dan diapun menerimanya. Aku berjanji selesai aku wisuda akan mengenalkan dia kepada keluargaku, dan mimpiku akan membangun pesantren dengannya. Semoga saja *** “Selesai ku wisuda dengan wisuda terbaik, ku persembahkan segala untuk abah, segala prestasiku untuk abah, dan pesantren tercinta, Abah tersenyum penuh wibawa melihat perestasiku yang sedemikian hebat, janjiku kepada abah tak kan pernah ku lupa.” “ Aku kembali ke pesantren setelah dua hari lalu aku di wisuda, namun selama dua hari ini aku tak melihat maria . Dia sama sekali tak mmbiriku kabar padahal aku punya janji padanya untuk mengenalkan terhadap keluargaku, sampai tiga hari aku di pesantren maria tak kunjung memberiku kabar dan pagi itu. kulihat hpku ada pesan dri maria yang memberitahuku bahwa dia sudah di nikahin dengan lelaki lain oleh keluarganya seminggu yang lalu.
“Kabar itu sungguh tak mengenakkan bagiku, sementara aku di sini menantinya dengan penuh berharap akan merubah tradisi pesantren bersamanya, namun hal iyu hanyalah sebatas mimpi, kembali ku harus mengubur impian itu dalam-dalam. “ *** “ Kini aku merasa harus fokus dengan janjiku kepada abah dulu sebelum keberangkatanku ke bandung, dan mencoba menyibukkan diri dengan aktifitas serta tugas-tugasku di pesantren agar aku tak lagi mengingat sosok maria yang pernah ku kagumi dan berharap menjadi pendampingku“ “Aku harus tetap semangat menjalani tugas dan peranku, aku ingin semua menjadi omong kosong hanya karena aku kehilagan sosok yang pernah ku banggaka.” Segala sesuatu t e n t a n g ku ada pada tuhan, jika ku tak berkehendak untuk menyatukan dengan dia. ajarilah aku berikhlas dan melupakan sesuatu yang pernah melekat pada hati dan ingatanku. ku minta agar engkau menggantinya dengan yang jauh lebih baik, selama ini aku berusaha mengkondisikan dengan gejolak jiwaku untuk tak berlebihan untuk menaruh harapan dan perasaanku padanya. namun tetap saja saat ini aku merasakan sakit itu. oh... tuhan “ Faruq bukankah sekarang jadwalmu mengajar, kenapa kau masih di sini lihat santri - santrimu menunggu” tutur abah membuyarkan lamunanku “iya bah” jawabku singkat, aku berdiri lantas pergi, ah..... pesantren kau selalu saja begitu!! desahku dalam hati. (*)
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
5
Pamator
Menjadi Orang Besar Oleh: Zeinul Ubbadi | Kepala SMK Nurul Huda
B
anyak orang mengimpikan hal-hal besar, namun tidak mau melakukan hal yang kecil. Padahal sesuatu yang besar selalu dimulai dari yang kecil. Dan ironisnya, ini sudah mereka tahu. Tapi mereka tetap tidak mau berbuat sesuatu. Mungkin mereka tidak yakin bahwa hal kecil itu akan mewujudkan impian mereka yang besar, mungkin mereka tidak sabar menelateni yang kecil itu, atau bahkan mungkin ia memang tidak bakat menjadi orang atau sesuatu yang ia impikan. Ya “tidak bakat�. Saya tidak salah memilih istilah ini. Sebab menjadi orang besar dan sampai pada apa yang diimpikan, memang bukan sesautu yang terjadi begitu saja.
6
Menjadi orang besar itu artinya “menjadi punya karakter� untuk menjadi orang besar itu. Satu contoh nyata adalah profesi sebagai sopir. Tidak mungkin seseorang menjadi sopir bila tidak punya kebiasaan berada di jalan raya, kebiasaan memegang setir, prosneleng, rem dan gas. Bagaimana mungkin orang yang menyebrang jalan saja takut, lalu tiba-tiba akan menjadi sopir. Tentu, tidak ada pilihan bagi orang yang ingin menjadi sopir selain membiasakan diri akrab dengan keramaian jalan raya, teliti melihat alur lalu lintas dan mempelajari lalu lintas dan aturan berkendara. Begitu pula dengan impian-impian yang lain. Butuh kesungguhan dalam mempersiapkan diri men-
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
jadi sesuatu yang kita impikan. Sebab bila tercapai pada suatu saat, impian itu artinya menjadi dunia nyata kita yang akan kita jalan setiap hari. Bila kita tidak siap menjalaninya, maka kesempatan itu akan lari. Katakanlah ada keajaiban yang tiba-tiba membuat kita memiliki sebuah mobil. Sementara kita, tidak pernah tahu bagaimana mengendarai, merawat dan memperlakukan mobil tersebut. Alih-alih memberi manfaat, justeru mobil tersebut bisa membawa celaka pada kita sendiri. Kecelakaan. Atau bisa jadi hilang dicuri orang karena kita memang tidak punya garasi untuk menyimpan mobil tersebut. Bingung Ya, sebagai orang yang juga sedang berporses, saya terkadang merasa bingung, dalam hal apa saya harus bersungguh-sungguh? Apa sebenarnya yang harus saya tekuni? Di mana saya harus banyak belajar dan dengan siapa saya harus sering bergaul? Bagi orang yang sudah memilih profesinya, ini tentu gampang dijawab. Seorang guru misalnya, dengan sendirinya dia sudah tahu apa yang harus ditekuni, dipelajari dan dengan siapa dia harus banyak bergaul untuk mengembangkan profesinya. Namun bagi anak muda yang masih dalam pendidikan --seperti yang saya alami-memang sangat membingungkan. Saya baru tahu ada dua hal yang perlu ditekuni sejak masih dibangku sekolah. Pertama adalah karakter. Ya, karakter. Ini meliputi
setidak tiga hal; jujur, disiplin, sabar dan tanggung jawab. Nyaris tidak ada hal yang lebih penting yang harus kita miliki dalam hidup ini selain empat hal di atas. (kecuali iman, tentu). Masyarakat madura punya adagium terkait pentingnya empat hal di atas. Mereka menyebutnya tengka. Adagium itu bunyinya kira-kira begini, ajer cong, jhek gun aji chellenga maloloh, tape ajih ben potena. Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk bingung “apa sebenarnya yang harus saya pelajari dan tekuni”. Sebab orang-orang tua kita sudah mengatakannya. Tinggal tanyakan pada diri sendiri saja, apakah saya sudah disiplin? Mengerjakan tugas tepat waktu, datang ke sekolah dengan rapi, atau tanyakan dengan sungguh-sungguh pada diri sendiri apakah saya pernah diserahi tanggung jawab dan apakah saya sudah menyelesaikannya? Baik sebagai pengurus osis, pengurus kelas, panitia kegiatan atau hal remeh temeh semisal tugas membersihkan papan. “Ah bagaimana mungkin saya disipilin, wong guru saya tidak disipilin”, gerutu ini mungkin pernah terucap dan mungkin pernah terdetak dalam hati. Sebagai salah satu guru di SMK yang masih baru berdiri ini, saya tidak hendak membantahnya. Banyak yang harus diperbaiki di semua sektor yang ada di SMK. Namun terlepas diri itu semua, kita seharusnya berpikir “jangan sampai kita menjadi korban dari kejelekan yang diperbuat orang lain”. Karena orang lain tidak disiplin,
maka kita juga membiarkan diri kita tidak disiplin. Orang lain berbuat kejelekan, dan kemudian kita gembira karena dengan kejelekan orang itu kita merasa bisa berlehaleha untuk tidak melakukan sesuatu yang baik untuk kita. Padahal, bila kita terpuruk dan tidak berhasil, orang-orang itu tidak akan ikut bertanggung jawab memikul akibat dari kegagalan kita. Taruhlah kita menjadi tidak diterima melamar pekerjaan di perusahaan manapun karena kita ternyata --setelah di tes secara psikologis-- kita bukan orang yang benar-benar bisa diserahi tanggung jawab, kurang disiplin dan bahkan kurang jujur. Melamar pekerjaan ke manapun, selalu saja ditolak. Dan akhirnya kita menjadi gelandangan, miskin dan tidak satupun orang yang memperhitungkan kita….. Pada saat itu, siapa yang menanggung makan kita?, biaya bila sakit?, dan nafkah anak isteri? Tentu diri kita sendiri. Bukan orang yang dulu kita jadikan alasan untuk tidak belajar menempa diri dengan disiplin dan tanggun jawab. Nah, karena siapapun tidak akan ikut bertanggung jawab terhadap masa depan kita kelak, maka tidak ada alasan bagi kita untuk hanya berleha-leha dan melakukan hal yang tidak cukup berguna. Apalagi alasan itu adalah orang lain seperti guru yang tidak disiplin tadi itu. Kita harus lebih banyak berharap pada diri kita sendiri dari pada kepada orang lain. Tidak hanya di sekolah, di manapun. Yang kedua selain karakater ada-
lah keahlian. Keahlian ini meliputi banyak hal, seperti keahlian berbahasa asing, menulis, membaca kitab, memperbaiki computer, designer, menghitung, qira’at dan masih banyak lagi hal-hal lain yang bisa kita tekuni. Tapi kadang kita masih bingung, keahlian yang mana yang akan kita tekuni dari banyak bidang keahlian itu. Caranya mudah, tulis semua bidang keahlian yang kamu tahu. Kemudian pilih yang paling kita senangi. Atau jika kamu merasa tidak ada yang kamu senangi, pilih yang kamu merasa paling bisa. Yang penting pilih. Tidak boleh tidak memilih. Setelah kita menentukan pilihan tersebut, berjanjilah kepada diri sendiri untuk terus menekuni bidang tersebut secara disiplin. Belajarlah sedikit demi sedikit, biasakan, pelajari dengan sabar, maka itu akan benar-benar menjadi keahlianmu yang akan membuatmu lebih berharga dari orang lain di sekitar kamu. Akhirul kalam, saya mau tanya, apakah kamu masih bingung tentang bagaimana seharusnya kamu menekuni belajar untuk menjadi orang besar sesuai yang kamu impikan? Bila iya, coba baca lagi tulisan ini. Bila masih bingung juga, saya bersdia ngopi bersamamu untuk ngobrol santai tentang kebingunganmu itu… Saya yakin, kamu bisa berhasil meraih impianmu. Hanya butuh kesungguhan dan fokus untuk mewujudkannya. Kecuali kamu memang tidak punya impian. Goodluck!!!
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
7
Curhat SULIT LUPAKAN DIA (gadizz manja, SMK kelas XI)
Assalamu’alaikum mbak... semoga mbak selalu dalam keadaan sehat dan tetap semangat, mbak aku mau curhat nieeech.... gini mbak satu tahun yang lalu aku menjalin hubungan dengan seseorang tapi takdzir berkata lain, aku dan dia berpisah karena sebuah perbedaan yang tidak bisa kita pecahkan, tapi entah kenapa aku tidak bisa melupakan dia padahal aku sudah berusaha melupakan dia dengan cara menjalin hubungan dengan orang lain, tapi hati ini tidak bisa membohongi bahwa aku masih mencintai dia, saat aku mencoba untuk melupakan dia aku malah semakin terpuruk dengan semua ini, aku bingung apa yang harus aku lakukan mbak?? Wa’alaikumsalam adek..... Menurut mbak adek itu harus terlepas dari semua itu caranya gampang, cukup banyak berdzikir dan mencari aktivitas yang menarik dan menyenangkan, dan yang pasti adek harus punya komitmen untuk benarbenar melupakan dia. Oh iya.... ada yang lupa niech dek, ini niiiiich yang paling ampuh. Adek cukup menghapus semua kenangan dengan dia, kalau misalkan ada sesuatu yang dia kasih buat adek buang aja tuh barang-barang yang dia kasih. Gampang kan???
PACARAN (Abut, SMK kelas XI)
Selingkuh Assalamu’alaikum........... Mengapa di dunia ini harus ada perselingkuhan?? Sedangkan hati ini terlalu mengagungkan keberadaannya?? Karena memang begitulah sekenario Tuhan tak selamanya cinta itu bersemi dengan indah, cinta memang terjal berliku, tapi sebagai pengembara cinta yang tulus kamu akan mencari kesempurnaan itu, karena Allah tidak akan memberikan suatu perkara kepada hambanya kalau kamu tidak mampu menanggungnya, karena jodoh telah tertulis di laul mahfud, jika memang dia jodoh kamu dia akan kembali kepadamu, kau akan menunggu senjamu untuk melangkah ke dunia syurgawi dan biar bidadari-bidadari kecil yang akan menuntunmu untuk menemuuinya?? Wa’alaikumsalam.... Cuma dua, tanyakan pada diri kamu sendiri apa rasa sayang kamu bisa menutupi kepedihanmu. Silahkan cari tahu apa dan kenapa orang yang kamu sayangi bisa menyelingkuhi dirimu. Dari situ kamu baru bisa memutuskan apa yang terbaik buat diri kamu.
Assalamu’alaikum.......... Saya seorang santri putra masih berumur 17 tahun. Begini, saya kayaknya sedang terjangkit VMJ (Virus Merah Jambu) dengan seorang akhwat di pondok pesantren saya. Saya sering kontak dengan dia, tapi jarang ketemu. Saya tahu kalau akhwat itu punya rasa simpatik dengan saya, dan kita juga sudah saling mengakui, tapi kita punya semboyan ANTI PACARAN. Dia remaja dan sering mengisi acara kajian disekolahnya. Akhwat (17 th) itu minta untuk saling menunggu. Apakah betul, keputusan itu diambil? Berikan solusinya! Jazakumullah khairan katsiran. Wa’alaikumsalam akhi..... Kalian sendiri saling cinta bukan?? Jika kalian berdua memang serius, why not?? Berusahalah untuk sabar dan berdo’a kepada Tuhan agar kalian berdua bisa bersama hingga hubungan yang di ridhoi oleh Allah, semoga kalian bisa bersatu hingga nanti sampai mati, Amiiieeennnnnnnnn
8
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
Tahu Nggak Sih
SOMBHER Dalam beberapa desa terpencil terdapat beberapa sumber mata air, tapi hanya sebagian saja yang masih berfungsi dan masih layak dipakai. Seperti desa Gilang, Gingging dan Sera Barat. Kita mulai saja dari desa gilang. Desa gilang yang hanya memiliki satu sumber mata air, yang masyarakat sekitarnya menyebut dengan sumber barat (Somber bere’) dalam bahasa naduranya. Dan yang kedua di desa gingging. Desa gingging memiliki tiga sumber mata air, yang masyarakat sekitar menyebutnya sumber nangger, beringin dan sumber kalompang. Dan yang terakhir desa sera barat. Di desa sera barat terdapat beberapa sumber mata air, masyarakat sera barat biasa menyebutnya sumber bungur, sumber pandeman, sumber gajam, sumber sok sok, sumber kalobungan, tetapi masyarakat sekitar biasa menyebutnya somberrah kh. Hadi. Tapi sayang, dari semua sumber-sumber tersebut hanya sebagian yang masih berfungsi dan layak untuk digunakan oleh masyrakat sekitar karena mengalami kekeringan dan mati, semua itu terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya, adanya teknologi, maka dengan teknologi mereka dipaksa untuk menggali sumur di dekat sumber-sumber itu sehingga bisa mematikan aliran-aliran air yang semestinya mengalir ketiap-tiap sumber lainnya. (iflah/ noval/novil/robert)
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
9
Sajak
Senyum Di Bawah Awan Hitam Oleh: Usthatul Hasanah
aku bernyanyi di ujung pilu, bernyanyi akan risalah hati yang tak menentu di bawah naungan awan hitam ku masih terus berdendang mengundang resah dan gelisah, hingga ku tak percaya akan sebuah kebahagiaan, di bawah naungan awan hitam ku terus berjalan, entah kemana ku langkahkan kaki ini yang tak bertuan, hingga resah dan gelisah datang tanpa harus ku undang, di bawah naungan awan hitam ku masih berlaga dalam dunia nestapa mencari akhir dari sebuah cerita. Hingga tuhanpun berkata lagamu tlah usai waktumu tlah selesai
10
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
Masih Untukmu Oleh: Iik Krizdayanti
2 tahun sudah berlalu menemanikku dalam sepi menunggu kehadiran dia di sisiku akupun terasa gontai di antara dinding - dinding kesunyian seakan semua ikut larut dalam rasa yang tak menentu ini kerinduanku semakin tak tertahankan ketika aku ingat cerita kita berdua yang dulu pernah ada entah mengapa seiring berjalannya waktu rasa ini semakin menguak dan tak tertahankan aku tak tahu apa hanya aku yang merasakan ini semua atau mungkinkah engkau juga merindukanku di persimpangan jalan sana
Dialog Air Mata Oleh :Rizqiyah
dalam gelap ku simpan gemuruh ombak hingga terbentuk raut wajah cerah diatas luka perih ini sesungguhnya aku tak berharap ada orang lain yang tahu disekeliling ka’bah itu namun ada beban yang menghimpit dada ini hingga pada ahirnya harus ada air yang tumpah mengalir kepangkuanmu untuk menyampaikan keadaan yang sesungguhnya air itu berkata “mengertilah dengan bahasaku� disini aku melukis luka dari hati yang mengandung selama ini sebab dia sudah tidak kuat dengan sisa keindahan sejarah pada saat bersamamu dia saat ini menangis dengan puisi yang dia yang dia tulis untuk menyampaikan rindu pada kekasihnya mungkin karena dia sadar sudah tidak mungkin lagi menyulam suka duka denganmu seperti dulu
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013
11
Oase INDONESIAKU Oleh: Vicky Asama
Alangkah luasnya negeriku, dan Kau selalu ada disaat ku tiada Tetapi kemeskinan selalu menyertaimu Sungguh nasibmu Indonesiaku.... Potensimu begitu besar Tetapi tak ada yang maksimalkan Kekayaanmu yang melangit Tapi kau begitu lemah Sehingga kekayaanmu Tak ada di tanganmu Indonesiaku... Nyaris tiada harapan Untuk memperbaikinya Nyaris tiada harapan Untuk menyadarkan pemimpinnya Indonesiaku... Malu rasanya menjadi rakyatmu Negara kaya yang terkenal miskin Negara kaya yang terkenal dengan pencuri berdasi Negara kaya yang mengabaikan rakyatnya Indonesiaku Tak bangga menjadi rakyatmu Indonesiaku... Harapanku tak pernah pudar untukmu Semoga di hari kelak nanti Anak-anakmu dan cucumu Bisa mengharumkan namamu
12
Madurais | Edisi Perdana | Mei 2013