Materi Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Guluk-Guluk Batu Putih, 23-24 Oktober 2008
MAPABA PMII SUMENEP 08
1
Pengantar Jika ditanya apa bedanya menjadi siswa, dengan menjadi mahasiswa, jawaban paling gampang adalah: siswa itu sekolah, sementara mahasiswa itu kuliah. Siswa gedung tempat belajarnya disebut sekolah, sementara gedung tempat belajar mahasiswa di sebut kampus. Lain dari itu, yang pasti bayarannya lebih mahal. bisa dua kali lipat, atau bahkan tiga kali lipat. Banyak orang tua, khususnya di Sumenep, yang masih takut untuk sekedar membayangkan anaknya harus kuliah. Karena biaya mahal dan mewah menurut akal sehat mereka jelas tidak terjangkau. Jangankan untuk kuliah, untuk makan sehari-hari saja kadang harus pontang-panting mencari hutang. Kerja keras para orang tua yang sebenarnya jarang pulang dari tengah ladang itu tak cukup kuat untuk membuat dapur tetap mengepul. Anehnya, tidak semua sahabat-sahabat kita (yang punya kesempatan mencicipi bangku kuliah) mau peduli atau sekedar bertanya pada diri sendiri: untuk apa sebenarnya dia harus membayar lebih mahal di sekolah bernama “Kampus� itu. Aktifitas mereka nyaris tak ada bedanya dengan ketika mereka masuk di ruang kelas bernama “sekolah�. Hanya datang, duduk, mendengarkan dosen ngoceh, mencatat yang sempat di dengar, kemudian pulang untuk istirahat, makan, tidur, ke kamar mandi dan... keesokan harinya kembali berangkat ke kampus untuk memulai rutinitas yang sama.
2
MAPABA PMII SUMENEP 08
Harapan paling jauhnya adalah bisa bekerja di perusahaan para pemilik modal, dengan satu harapan: menadapat upah atas pengabdiannya pada orang-orang kaya tersebut. Ya, menjadi perkerja bagi konglomerat untuk membuat orang kaya itu semakin kaya. Cita-cita seperti ini kini disebut cita-cita untuk menjadi “Karyawan”, sementara dulu, sebelum kita mengenal istilah keren itu, cita-cita seperti ini disebut citacita untuk menjadi “Buruh” atau “Pekerja”. Naifnya, kini banyak orang kuliah di jurusan keguruan cita-citanya juga sudah sangat sederhana (atau mungkin pragmatis): ingin menjadi guru dengan harapan --hanya sebatas- untuk mendapatkan upah demi menyambung hidup. Subhanallah, bisa kita bayangkan, seperti apa jadinya muridnya jika guru sudah mengajar bukan karena cita-cita ingin mengabdikan ilmu, tapi sekedar ingin mencari sesuap nasi? **** Mahasiswa. Ia kelompok masyarakat yang konon masuk dalam katagori masyarakat kelas menengah dan terdidik. Ya, kaum muda dan terdidik, “Muda” yang identik dengan energik, dan “terdidik” yang identik dengan pengetahuan, kecerdasan dan sebuah kondisi yang lebih baik. Jika bukan pada mereka, pada siapa lagi bangsa akan menggantungkan harapan? siapa lagi yang masih punya idealisme, berkemauan untuk berjuang bagi kebaikan bersama? untuk ketentraman semua? di mana yang menjadi pejabat tidak menindas yang rakyat, di mana yang berkuasa tidak korup dan memperdaya yang dipimpin. Ketika banyak orang hanya sibuk memperjuangkan hidupnya sendiri (mencari kerja, menjadi buruh, memburu upah), tidak layak kiranya jika mahasiswa (sebagai kaum terdidik) ikut-ikutan cuma peduli dengan diri sendiri seperti orang tidak terdidik, apa artinya menjadi terdidik jika ternyata sama dengan yang tidak terdidik? Lewat MAPABA kali ini, semoga ada arah baru cara berpikir dan bertindak kita: harus menjadi pintar, menjadi berguna, menjadi bermanfaat dan menjadi rahmat lil ‘alamiiin...
MAPABA PMII SUMENEP 08
3
Sejarah PMII dan Gerakan Mahasiswa Proses Kelahiran PMII Kelahiran PMII menjadi suatu kebutuhan untuk menjawab tantangan jaman : pertama, carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia yaitu kurun waktu 1950 – 1959 , tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang undangan yang ada, dan pisahnya NU dari MASYUMI serta tidak enjoynya lagi mahasiswa NU bergabung dengan HMI karena kedekatan politik dan aktifitasnya lebih condong ke Masyumi – bahkan mereka berkampanye untuk partai Masyumi, sehingga masyarakat mengidentikanHMI dengan” anak Masyumi “. Kedua, dinamika internal yang muncul dikalangan intelektual muda NU, kegelisahan dan keinginan kuat dari mereka untuk mendirikan organisasi sebagai wahana menyalurkan aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahasiswa yang berkultur NU serta adanya hasrat kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang beridiologi Ahlussunnah Wal Jama’ah. Pada awalnya berdiri IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul ‘Ulama’) pada bulan Desember 1955 di Jakarta yang dipelopori wakil Haris Sugianto. Sedangkan di Surakarta beberapa mahasiswa NU yang dimotori Mustahal Ahmad mendirikan keluarga mahasiswa Nahdlatul ‘Ulama’ (KMNU). Akan tetapi, keberadaan IMANU dan KMNU ini ditentang keras oleh pimpinan pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama’ (IPNU) maupun oleh PBNU dengan alasan IPNU baru berdiri pada tanggal 24 pebruari 1954 di Semarang. IPNU beranggapan bahwa berdirinya kedua organisasi tersebut terlalu dini, karena masih sedikitnya jumlah mahasiswa Nu diperguruan tinggi serta adanya kekhawatiran kalau IMANU dan KMNU akan meninggalkan dan menggerogoti eksistensi IPNU.
4
MAPABA PMII SUMENEP 08
Gagasan untuk membuat wadah sebagai penyaluran aspirsi bagi mahasiswa NU pada Mu’tamar ke – 2 IPNU di Pekalongan 15 Januari 1957 kembali menjadi perbincangan hangat. Namun gagasan tersebut kembali ditentang karena organisasi itu hanya akan menjadi pesaing IPNU. Dan pada Mu’tamar NU ke-3 di Cirebon tgl 27-31 desember 1958 dibentuklah departeman Perguruan tinggi sebagai upaya kompromistis atas ditolaknya pendirian organisasi mahasiswa NU. Sebagai ketua pertama badan otonomi IPNU ini adalah Ismail Makky mahasiswa senior fakultas Syari’ah PTAIN Yogyakarta. Namun dalam perjalananya, antar IPNU dan departemen perguruan tingginya sering terdapat ketimpangan dalam melaksanakan program organisasi. Ketimpangan tersebut terjadi karena adanya cara pandang yang diterapkan para mahasiswa dengan pelajar yang menjadi pimpinan organisasi serta tidak bebasnya para mahasiswa un tuk melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PPIPNU. Sehingga usulan legalisasi atau pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali. Semangat yang tak pernah padam dari kalangan mahasiswa NU, mengalami puncaknya pada konferensi besar IPNU yang pertama pada tgl 14-17 Maret 1960 di Kali urang Yogyakarta sehingga Konbes tersebut menghasilkan sebuah keputusan penting yaitu berdirinya organisasi mahasiswa NU secara khusus diperguruan tinggi. Untuk merumuskan keputusan tersebut dan menindak lanjutinya dibentuklah tim yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU se Indonesia untuk mempersiapkan musyawarah mahasiswa NU dalam waktu satu bulan. Tokoh-tokoh tersebut adalah A. Cholid Mawardi (jakarta), M. Said Budairy (Jakarta), M. Shabich Ubaid (Jakarta), Makmun Syukri, BA (Bandung), Hilman (Bandung), H. Ismail Makky (Yokyakarta), Munsif Nachrawi (Yogyakarta), Nuril Huda Suaidi, BA (Surakarta), Laili Mansur (Surakarta), Abdul Wahab Jailani (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M. Chalid Narbuko (Malang), dan Ahmad Husain (Makasar). Selain 13 tim tersebut KonBes juga mengutus tiga orang yaitu Hisbullah Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk berkonsultasi dengan KH. Idham Chalid yang sekaligus ketua umum PBNU. Melalui musyawarah mahsiswa NU tersebut, yang dilaksanakan pada tanggal 14-16 april 1960 disekolah muaamalat NU Wonokromo Surabaya. Yang dihadiri oleh perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Maksar dan sejumlah perwakilan senat mahasiswa dari perguruan tinggi yang bernaung dibawah NU. Dalam musyawarah tersebut terjadi sebuah perdebatan nama organisasi yang akan didirikan ini. Mahasiswa jakarta mengusulkan nama IMANU, Yogy-
MAPABA PMII SUMENEP 08
5
akarta mengusulkan nama persatuan atau himpunan mahsiswa ahlusunnah wal jamaah atau perhimpunan mahasismwa SUNI sedangkan dari bandung yang didukung Surakarta mengusulkan nama PMII. Akhirnya PMII disepakati menjadi nama organisasi yang akan didirikan. Tetapi kembali terjadi perdebatan persoalan kepanjangan PMII.”P” dalam PMII ada yang mengartikan persatuan atau perhimpunan. Maka musyawarah memutuskan PMII berkepanjangan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesisa. Selain itu, musyawarah juga menghasilkan rumusan peraturan dasar dan anggaran rumah tangga organisasi serta memilih sahabat mahbub junaedi sebagai ketua umum, A. Kholid mawargi sebagai wakil ketua dan Said Budairi sebagai sekretaris umum. Serta ketiga orang tersebut diberi wewenang untuk menyusun kelengkapan pengurus pusat PMII sedangkan pendeklarasian secara resmi PMII tanda 17 april 1960 / 17 syawal 1379. Filosofi, Asas Dan Tujuan PMII Awal kata “P” dengan kepanjangan porgerakan adalah sebagai satu bentuk penegasan bahwa PMII sebagai organisasi yang tidak hanya grubyak grubyuk atau sebagai tempat berhimpun, berkumpul yang terbesar stagiman tapi sebagai organisasi yang progresif dan selalu dinamis. Kata “mahasiswa” adalah sekelompok generasi muda yang kritis, mempunyai tanggung jawab intelektual, kebangsaan program dan indifidu dengan tetap memegang idealisme sebagai alat perjuangan. Kemudian kata “Islam” bermakna satu tata nilai keselamatan bagi seluruh alam, dengan landasan atau pijagan ahli sunnah wal jamaah sebagai manhaj alfikr yang dinamis dan ekletik. Sedangkan kata dengan”Indonesisa” mempunyai makna bangsa dengan satu pemahaman negara kesatuan republik indonesia yang pluralistik. Maka komitmen berislam bagi PMII sebagai organisasi siswa yang progresif adalah sebuah keniscayaan untuk meneber nilai – nilai universal islam bagi terwujudnya tataran seluruh alam. Dalam petanya dengan Indonesia PMII akan mengembangkan potensi-potensi, nilai-nilai islami yang sudah ada tanpa harus melakuakan islamisasi atau mengaraban Indonesia bahkan menjadi missionaris fundamentalisme yang ekstreem. Karena PMII mencita-citakan sebuah tata kebangsaan, yang berbudi luhur,beradab dan menghargai pluralitas.
6
MAPABA PMII SUMENEP 08
PMII berasaskan pancasila; bersifat kemahasiswaan, kekeluargaan, kemasyarakatan, dan mandiri. Landasan idiil; Ahlussunnah Wal Jamaah, Nilai Dasar Pergerakan, pancasila. Landasan struktural; Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Landasan historis; produk dan dokumen organisasi. Motto; Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh. Komitmen perjuangan PMII diformulasikan dalam PMII yaitu terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia. Gerakan Indonesia Angkatan ‘66 Dalam pergerakannya PMII bersama elemen lain yang tergabung di KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia; M Zamroni salah satu presidium pusat KAMI adalah warga PMII). Mulai menjalankan perannya ketika pemerintah orla ditemukan melakukan penyelewengan terhadap pelaksanaan pancasila dan UUD 45 serta telah jauh menyimpang dari cita-cita bersama kemerdekaan negeri ini yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Puncaknya terjadi setelah diketahui bahwa penderitaan rakyat semakin berat akibat kenaikan harga-harga pokok, kelaparan meraja lela, dan lain-lain penyelewengan dalam pelaksanaan politik kenegaraan. Mahasiswa menyadari betul akan tanggungjawab sosialnya untuk menyelamatkan rakyat bangsa ini, sehingga mereka melakukan aksi turun jalan dengan tuntutannya yang dikenal dengan TRITURA, aksi ini berakhir dengan runtuhnya pemerintahan orla digantikan dengan pemerintah orba yang diselimuti semangat baru untuk melaksanakan pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen. Gerakan mahasiswa yang terlibat dalam aksi penurunan orla ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan angkatan 66. Masa Independensi PMII Sejak 14 Juli 1971 melalui MUBES di Murnajati, Pandaan, Jatim, PMII merencakan independensinya sebagai organisasi kemahasiswaan yang secara organisatoris terlepas dari organisasi manapun dan dikukuhkan secraa resmi pada konggres V PMII tahun 1973 di Cikoto Jabar. Keharusan independensi ini kalau dilihat dari faktor historis yang melatarinya merupakan satu bentuk upaya sadar sebagai bentuk rekayasa sosialnya untuk menjawab tantangan perubahan zaman.
MAPABA PMII SUMENEP 08
7
Pertama, deklarasi independensi ini dicetuskan tidak lama setelah PEMILU 1971 berlangsung dimana ternyata NU sebagai organisasi induk PMII masih merupakan partai yang tidak kena bulldozer GOLKAR. Hal semacam ini merupakan sesuatu yang tidak dikhendaki orba karena percepatan pembangunan, menurut orba bisa terhambat karena apabila tidak ada satu parta yang menguasai. Sehingga menjadi “lebih baik� bagi PMII untuk independen dari parti NU yang rawan konflik kepentingan. Kedua, gerakan kemahasisawaan seperti kehilangan titik sasaran setelah tumbangnya orla sehingga mahasiswa harus ikut menciptakan iklim yang tertib, terang demi upaya perbaikan ekonomi rakyat. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan memberlakukan kebijaksanaan back to campus sehingga upaya mengisi kemerdekaan diwujudkan melalui pekerjaan pembangunan yang mengedepankan profesionalisme, perguruan tinggi bertugas mencetak mahasiswa siap pakai. Menurut Kholidi Ibhar, 1988, kaharusan independensi ini disebabkan karena tercurahkannya perhatian dan tersitanya energi yang ada untuk kepentingan partai telah membuat kepedulian terhadap kiprah sosiokulturalnya nyaris terabaikan. Termasuk pengaruhnya ke dalam adalah minimnya usaha internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai aswaja yang notabene asasnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa independensi ini, pertama dimaksudkan dalam rangka mendinamisir dan mengembangkan potensi kultural yang bersumber pada nilai ajaran islam. Kedua, dengan independensinya tersedia kemungkinan alternatif yang lebih lengkap bagi cita-cita perjuangan organisasi yang berdasarkan islam Ahlussunnah Wla jamaah. Ketiga, merupakanpengembangan sikap kreatif, keterbukaan dalam sikap dan pembinaan rasa tanggungjawab sebagai dinamika. Pergerakan dilakukan dengan bermodal dan bersifat kemahasiswaan serta didorong oleh moralitas untuk memperjuangkan pergerakan dan cita-cita perjuangn nasional yang berlandaskan pancasila. Sedangkan menurut Otong Abbdurrahman 1987, 1). Sebagai insan akademis mahasiswa harus bebas menentukan sikap, ukurannya objektifitas dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan. 2). Untuk memeperjuangkan ideologinya PMII mencoba mengembangkannya sendiri, sebab dengan perubahan AD/ART (asas islam ASWAJA) yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzhab 4. dengan demikian PMII supaya bisa berkembang di Perguruan-perguruan tinggi umum terutama di PT agama. Interdependensi PMII
8
MAPABA PMII SUMENEP 08
Pasca deklarasi Murnajati, walaupun secara organisatoris PMII independen, namun hubungannya dengan Nu tetap tidak bisa dipisahkan karena antara lain adanya kesamaan dalam menggunakan ASWAJA sebagai ideologinya, keterpautan moral dan kesamaan background. Belum tuntasnya independensi PMII di satu pihak dan telah comebacknya NU sebagai jam’iyah keagamaan di lain pihak maka pada tahun 1991 PMII menegaskan pola hubungannya dengan PMII sebagai hubungan saling ketergantungan (interdependensi). Kelompok Cipayung Konstelasi politik diindonesia dan gejala depolitisasi di kalangan mahasiswa sesudah tahun 70’an, dampaknya dirasakan berkepanjangan oleh organisasi ekstra. Kondisi semacam ini disikapi secara arif dengan cara mengkonsolidasikan gerakan dan aktifitas organisasi kelompok Cipayung. Kelompok Cipayung yang berdiri tahun 1972 di Cipayung Jabar pada mulanya hanya terdiri dari GMNI, HMI, PMKRI dan GMKI. Dua tahun kemudian PMII turut bergabung di dalamnya. Barangkali ini disebabkan karena saat itu PMII masih merupakan organisasi underbouw NU sehingga PMII merasa canggung dalam menghadapi masalah nasional karena harus selalu melihat dan memperhatikan induknya. Dalam gerakannya kelompok Cipayung lebih banyak menyoroti kebijaksanaan pemerintah secara kritis. Berdirinya KNPI Pada tanggal 23 Juli 1973 diaadakan deklarasi pemuda Indonesia yang merupakan deklarasi berdirinya Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI). Dalam deklarasinya dicantumkan bahwa KNPI merupan forum komunikasi riil antar generasi muda di Indonesia serta menampilkan kegiatan-kegiatan pemuda sebagai indikator adanya komunikasi antar generasi muda, dll. Dalam perjalanan selanjutnya KNPI ternyata lebih merupakan alat politik korporasi pemerintan orba yang dijadikan lembaga yang diminta persetujuan politisnya atas nama pemuda bagi program-program yang dicanangkan pemerintah. Demikaian hanya yang dilakukan oleh orang-orang KNPI itu sendiri dijadikan kendaraan politik untuk menduduki jabatan-jabatan setrategis di pemerintahan sebagai timbal balik atas persetujuan yang telah diberikannya. Kondisi semacam ini akhirnya menbdorong sebagian organisasi yang tergabung dalam komite ini menyatakan diri keluar dari KNPI pada tahun 90-an.
MAPABA PMII SUMENEP 08
9
Peristiwa Malari (15 januari 1974) Kondisi perekonomian indonesia yang telah membawa beban berat kepada rakyat indonesia pada mas orla telah disadari bersama seluruh rakyat indonesia. Hal inilah yang menggariskan kebijakan luar negeri orde baru menitik beratkan pada usaha-usaha penanggulangan ekonomi dengan mencari sembur-sumber luar negeri sebagai jalan keluarnya. Selain negara-negara barat, jepang juga merupakan negara yang menjadi sumber modal asing bagi indonesia. Jepang ynag kita kenal sebagai negeri yang mempunyai teknologi tinggi dipandang mampu memberikan modal, pengalihan teknologi dan industri, pengalihan keahlian pengolahan dan penggalian sumber-sumber alam, dll. Bagi jepang, indonesia adalah negara potensial karena kekeyannya akan sumber-sumber alam bagi industri-industri di jepang sekaligus merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk jadinya. Saling ketergantungan antara indonesia jepang ini tidak menumpulkan daya klritis mahasiswa masa itu. Analisa kritis mahasiswa ternyatan menemukan bahwa pola hubungan itu tidak banyak memberi keuntungan bagi keseluruhan rakyat bangsa indonesia. Di jepang upah buruh yang semakin menanjak terus, pencemaran udara yang semakin meningkat akibat industri memeksa pengalihan pabrik-pabrik di jepang ke negara-negara lain, termasuk pabrik tekstil ke indonesia. Di Indonesia sendiri, kerjasama ini ternyata interprestasi dan model langkah politik luar negeri yang diambil oleh elit penguasa yang tidak lepas dari kepentingan politiknya. Demi kepentingan kekuasaan yang berakaitan dengan kepentingan ekonominya (kompetisi untuk mendapatkan sumber-sumber politiknya: uang, informsai, masa dll demi bergainaing posisinya dalam negeri) mengeraskan kecenderungan korupsi. Hal inilah yang kemudaian memperemah posisi indonesia dalam konstelasi politik internasional. Dampak dari kebijakan ini adalah membengkaknya jumlah pengangguran, jurang antara kaya dan miskin yang menganga lebar, terpusatnya kekuasan dan tidak adanya dialog antara yang dibawah dan diatas. Seluruh ketidak adilan sosial ekonomi yang semakin nyata inilah yang menjadi mandat bagi mahasiswa untuk turun melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang diawali sejak pembacaan Petisi 24 Oktober 1973 dan puncaknya terjadi pada tanggal 15 Januari 1974 dimana kelompok mahasiswa
10
MAPABA PMII SUMENEP 08
telah bercampur dengan komponen lain dan terjadi aksi pembakaran mobil, motor serta bangunan-banguna yang berbau jepang khususnya. Peristiwa ini berlanjut dengnan penangkapan dan pengadilan mahasiswa yang sampai sekarang merupakan yang fenomenal dengan tokoh-tokohnya yang terkenal “Angkatan 74� NKK/BKK Pasca peristiwa Malari tersebut pemerintah orba menganggap berbahaya aktivitas politik mahasiswa/kampus. Sehingga untuk membatasi, meredam dan menekannya pemerintah orba menetapkan peraturan NKK/BKK yang intinya tentang peraturan yang membatasi dan menjauhkan mahsiswa dari keterlibatan aktivitas sosial politik (depolitisasi mahasiswa). Kampus hanya dijadikan tempat membekali mahasiswa dengan kemampuan ilmu praktis, mahasiswa dijauhkan dari realitas sosialnya. Turunan dari kebijakan ini adalah munculnya SK yang mengaganti DEMA-DEMA di PT dengan SENAT-SENAT mahasiswa PT, yang sudah barang tentu hak dan kewenangannya serta kebebasannya telah dibatasi. Kalau dulu DEMA mampu mempengaruhi dan bahkan menentukan kebijakan REKTORAT, ada kesamaan hak serta posisinya adalahsejajar, sekarang SEMA posisinya adalah subordinasi dengan pihak REKTORAT. Azas Tunggal Pancasila Upaya untuk melakukan dealiranisasi yang dilakukan oleh orde baru demi cita-cita stabilitas politik dan keamanan yang merupakan syarat mutlak bagi orba untuk melaksanakan pembangunan membuat pemerintah menelurkan asas tunggal bagi seluruh organisasi politik maupun sosial keagamaan pada tahun 1984. bagi PMII keharusan menggunakan pancasila sebagai asas organisasinya ini bukan merupakan barang baru karena secara historis ideologis, PMII dan pancasila pada hakikatnya tidak pernah mengalami pertentangan karena sejak berdirinya nama PMII sudah menunjukkan aspek keindonesiaan. Meskipun pada awalnya historisnya PMII menggunakan ASWAJA sebagai asasnya tetapi rumusan pancasila dan wawasan kebangsaan tampak sekali pada AD/ARTnya. Berdirinya FKPI Munculnya FKPI di sekitar akhir 90an adalah bentuk ketidakcocokan elemen-elemen Cipayung terhadap salah satu elemen yang ada (HMI). Hal ini disebabkan karena banyak alumni HMI yang duduk dalam jajaran yang memimpin negeri ini melalui orba, sehingga diantara elemen Cipayung sering menemukan ketidakkon-
MAPABA PMII SUMENEP 08
11
sistenan HMI karena kepentingannya yang ganda. Forum ini muncul tidak tersentralkan dari pusat, tetapi lebih merupakan inisiatif masing-masing kelompok Cipayung yang ada di masing-masing kota. FKPI juga sering ada yang menyebutnya dengan kelompok Cipayung minus HMI. Periode Transisi Orba-era Reformasi. Periode ini adalah periode yang masih paling hangat dibenak kita karena peristiwa ini baru terjadi pada tahu 1998. orba yang dulu merupakan tumpuan bagi terselenggaranya tata kehidupan yang dicita-citakan ternyata selama 32 tahun berkuasa akhirnya orba melakukan penyimpangan-penyimpangan juga. Dengan dipicu oleh krisis moneter, krisis ekonomi hingga disusul krisis kepercayaan dan berbagai macam krisis lainnya yang melanda Indonesia, mahaiswa seakan menemukan titik sasaran kembali. Mahasiswa harus kembali tampil bersama komponen lain untuk melakukan kontrol apa yang dilakukan orba. Gerakan mahasiswa “Angkatan 98� mampu menggantikan tatanan pimpinan orba yang kemudian diganti dengan sebutan era reformasi.keberhasilan ini sekaligus membuktikan bahwa walau ditekan seperti apapun mahasiswa tetap akan tetap bangkit melawan kebatilan.****
12
MAPABA PMII SUMENEP 08
Memahami Aswaja sebagai Manhaj Al-fikr Pendahuluan Selama ini ahlussunah wal jamaah (aswaja) sering dianggap sebafgai idiologi kaku dan mengklaim sebagai satu-satunya kelompok aliran keislaman yang berhak masuk surga. Konsepsi yang kaku tersebut sering memunculkan rivalitas dan gesekan pemikiran, bahkan konflik antar kelompok dalam islam. Konflik dan rivalitas itu berujung pangkal pada klaim kebenaran tersebut. Klaim ini tidak lepas dari pemahaman mereka tentang Aswaja sebagai sebuah madzhab, sehingga eksistensi Aswaja semakin mengkristal bahkan menjadi sebuah institusi yang baku dan establish. Melihat realitas ini Said Aqil Siraj mengatakan bahwa aswaja akan menjadi paradoks ketika Aswaja hanya dipahami sebagai madzhab. Karena hal ini bertentangan dengan fakta sejarah kelahiran Aswaja itu sendiri. Aswaja adalah paham inklusif bagi seluruh umat isla m. Bukan milik organisasi atau institusi tertentu. Maka dari itu PMII bersama dengan tokoh progresif NU seperti Gus Dur, Said Aqiel Siraj, Ulil Absor Abdalla dll memahami Aswaja sebagai manhaj Al-fikr (metode berfikir). Apa itu ASWAJA? Ahlussunah wal jamaa’ah (aswaja) adalh terdiri dari tiga kata yaitu Ahlun, sunnah, dan jamaah. Kata ahlun dalam kamus Almunawir berarti famili, oleh Zabidi dan Said A.S. diartikan sebagai pengikut aliran. Sedangkan kata Sunnah yang artinya perilaku dari kata sunah yang artinya jalan . dalam pandangan ‘ulama’ hadits , sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan maupun penetapan dan perjalanan Nabi baik sebelum diutus menjadi Rasul maupun sesudahnya (Hasbie AsSidiqie, 1964).
MAPABA PMII SUMENEP 08
13
Ulama’ ushul Fiqh mendefinisikan fiqh sebagai , “segala sesuatu yang berasal dari nabi SAW selain Al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil untuk menetapkan syara’”. Ulama’ fiqh dalam perspektif lain mendefinisikan sebagai “segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW dan tidak menjadi bagian dari masalah fardlu dan wajib dan dia adalah jalan yang diikuti dalam persoalan agama”. Berdasarkan lacakan bahasa, Said a.S. (1998) mendefinisikan As-Sunnah sebagai “segala sesuatu yang dirujukkan kepada perilaku atau jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW beserta sahabatsahabatnya”. Ada yang menggaris bawahi perilaku sahabat-sahabat Nabi dapat dijadikan sandaran jika tidak bertentangan dengan Sunnah Nabi, jadi sifatnya masih relatif. Adapun pengertian Al-jama’ah secara etimologi berarti kelompok. Berasal dari kata jama’ah yang artinya perhimpunan (AlMunawir 1984). Secara terminologi Al- Jama’ah menurut Imam Bukhari adalah Ahlul ‘ilmi (kaum intelektual). Imam Ath-Thabari mendefinisikan Al-Jama’ah adalah mayoritas golongan. Adapun menurut Imam Al Mubaraq menafsirkan Al jama’ah sebagai orang yang memiliki sifat-sifat keteladanan yang sempurna berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan menurut As-Satibi Al-Jama’ah adalah para sahabat Nabi SAW dan masih banyak pengertian yang lain(Badrun 2000). Menurut Harun Nasution term Ahlussunnah wal jamaah timbul sebagai reaksi terhadap faham-faham golongan mu’tazilah yang tidak begitu berpegang pada Sunnah atau tradisi karena meragukan keotentika Sunnah. Selain itu Mu’tazilah bukan paham yang populer dikalangan rakyat biasa yang terbiasa dengan pemikiran yang sederhana. Karena persoalan itu muncullah term Ahlussunnah wal Jama’ah yang berarti golongan yang berpegang teguh pada Sunnah (tradisi) dan merupahan faham mayoritas ummat. Jika ditelusuri secara teoritis, definisi dari istilah sunni atau Aswaja akan sulit didapatkan secara pasti dan konsensus. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya perbedaan dalam menggunakan istilah sunni secara akademik dan politik. Terlepas dari perbedaan tentang pengertian Sunnah tadi terdapat persamaan bahwa Sunnah kebiasaan Nabi baik berupa praktek ibadah maupaun praktek kehidupan Rasulullah sebagai makhlul sosial yang butuh berinteraksi dengan alam, manusia dan Tuhannya. Dalam perkembangan islam sunni dapat dipandang dalam dua perspektif yaitu Sunni sebagai pemikiran aliran dan Sunni sebagai sejarah politik.
14
MAPABA PMII SUMENEP 08
Pertama, Sunni sebagai pemikiran aliran yakni Sunni dalam dataran akademis tidak dibatasi oleh madzhab seperti pembatasan hanya ada dua imam dalam theologi (Asy’ariyah Dan Al-Maturidiyah), dua imam dalam bidang tasawuf (Al-Ghazali dan Junaidi), dan empat imam fiqh (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali). Perumusan konsep Sunni seperti diatas hampir sama dengan konsep yang ditawarkan KH. Said Aqiel Siraj bahwa Asy’ari dan Maturiddi hanya dua dari sekian banyak ‘ulama’ yang menggunakan metode jalan tengah dalam merespon dan menghukumi persoalanpersoalan sosial keagamaan. Karena dasar itu pula Said Aqiel Siraj tidak mau mengklaim Wasil bin Atha’ , hasan Basri dan Qadli abdul jabar bukan orng-orang Sunni. Kedua, sunni dalam sejarah politik yaitu kelahiran pemikiran Sunni tak lepas dari “gonjang-ganjing” setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tentang perbedaan pendapat dari kalangan sahabatnya, siapa yang menjadi pemimpin ummat Islam setelah Nabi wafat . Adanya Pertemuan Tsaqifah yang bertujuan untuk mencari titik temu (konsensus) karena adanya friksi dikalangan ummat islam dalam mensikapi pergantian pemimpin ummat. Justru menjadi perjuangan politik dari berbagai aliran yang ada di Madinah untuk memunculkan nama kandidat mereka dalam kursi khalifah. Kelompok-kelompk di Madinah yang terlibat dalam frisi politik antara lain, pertama kelompok Muhajirin yaitu golongan yang berhijrah bersama Nabi dari Makkah ke Madinah. Muhajirin mengklaim dbahwa ia berhak memimpin ummat islam karena mereka adalah orang yang masuk islam terlebih dahulu. Kedua, adalah kelompok Anshar yaitu orang-orang Madinah yang menerima dan menollong Muhajirin dari tekanan politik serta ekonomi yang dilakukan kelompok kafir Quraisy. Ketiga, kelompok Ali bin Abi Thalib yang juga disebut kelompok syiah bani hasyim. Kelompok inin mencalonkan Ali sebagai kepala negara karena sebagai kelompok terakhir secara keturunan yang lebih berhak menggantikan posisi Nabi SAW. Akhir dari pertemuan Tsaqifah menetapkan Abu Bakar sebagai khalifah dan ini tetap belum mampu mengeleminir friksi yang ada diantara umat islam, apalagi menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat dengan terlambatnya (6 bulan) pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah karena Ali tidak bersedia membai’atnya. Dan Ali baru bersdia ketika setelah Fatimah wafat. Perbedaan pendapat tadi ternyata menimbulkan konflik poli-
MAPABA PMII SUMENEP 08
15
tik yang berkepanjangan yang puncaknya setelah khalifah usman wafat, konflik fisik tak dapat dihindarkan. Selain disebabkan friksi yang berbeda terjadi juga dipicu kebijakan Usman dan kontroversi yang menyebabakan terbunuhmya Usman. Akibat friksi politik yang semakin kronis, kemudian menjadi konflik horizontal yang menimbulkan dua perang besar yaitu, pertama perang siffin , kelompok Ali berhadapan dengan kelompok Muawiyah. Kedua perang Jamal, dalam perang ini kelompok Ali bertemu dengan kelompok Aisyah, Zubair dan Thalhahdi medan perang. Akibat perang besar tersebut, kekalutan politik semakin kronis, faksi politik semakin banyak seiring dengan semakin banyaknnya perbedaan pandangan seputar konflik Ali dan Muawiyah. Kelompok lain yang muncul setelah kelompok Khawarij dan Syiah. Abdul Qadir Zailany dalam Jahmiyah Najriyah yang kemudian dikutip oleh Bulakia Syakir menyebutkan kelompok-kelompok yang lahir kemudian adalah Mu’tazilah, Murji’ah, Musyhibah, Jahmiyah, Najariyah, Darrariyah, Kilabiyah, dan Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Maka awal adanya perbedaan yang melatarbelakangi timbulnya aliran-aliran tersebut adalah disebabakan persoalan sosiai politik dari pada masalah pemahaman teks keagamaan.dalam perjalanan selanjutnya perbadaan tersebut semakin mengkristal dan berkembang ke semua aspek keagamaan. Setiap kelimpok mempunyai aliran pemikiran sendiri dalam persoalan teologis dan hukum. Diantara perbedaan pemikiran tadi ada beberapa kelompok yang memperlihatkan perbedaan yang sangat ekstrim. Kelompok mu’tazilah misalnya lebih bercorak rasionalistik, Jabariyah cenderung bercorak fatalistik. Kelompok lainnya, Qadariyah mempunyai pola pemikiran yang tingkat rasionalismenya sangat ekstrim. Di tengah sengitnya perselisihan antar golongan yang menjurus pada pertikaian politik dan pemahaman keagamaan tadi muncullah ide tabi’in yang berfikir moderat. Kelompok tersebut ini dimotori Abu Hasan bin Abi Hasan Al-Bahsyari. Perkembangan Pemikiran Sunni Di dalam kekhalifahan Abbasyiyah (750-1258 M) , pemikiran Sunni memiliki perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini lahirlah pemikir-pemikir Sunni yang monumental diantaranya Abi Hanifah (W. 795 M), Malik bin Annas (W. 759 M), Asy-Syafi’i (W. 820 M), Ahmad bin Hanbal (W 855 M).
16
MAPABA PMII SUMENEP 08
Pada masa itu Sunni tumbuh bersama dengan Mu’tazilah. Karena itu perkembangan Sunni secara langsung maupun tidak langsung tidak luput dari pengaruh rivalitas pemikiran antara Sunni dengan Syafi’i dan kelompok lainnya. Pesaing tersebut disikapi kelompok Sunni ddengan mengambil langkah-langkah penting diantara dengan mengembangkan dasar-dasar hukum islam (Al-Qur’an dan AsSunnah) hal ini dilakukan karena diluar main stream kelompok tersebut ada kelompok lain yang mengembangkan aliran pemikiran yang bercorak rasionalistik dan penilaian yang subyektif. Langkah tersebut dilanjutkan dengan merumuskan konsep teoririk yang digali dari nilai-nilai tradisi untuk menggantikan tradisi hidup yang informal. Tujuannya selain untuk membatasi penggunaan rasio yang berlebihan juga untuk membatasi penggunaan hadis-hadis yang benar-benar autentik. Pembatasan untuk menggunakan hadis-hadis tersebut diiringi dengan upaya menginfestigasi untuk menyelidiki hadis-hadis mana yang lebih shahih dan layak untuk digunakan serta hadis mana yang masuk kategori mursal. Karena itu di masa ini lahir kompilasi-kompilasi hadis yang spektakuler seperti Al Jami’us Shahih Bukhari, karya Imam Bukhari (W. 870), Al jami’us Shahih karya Imam Muslim (W. 1915 M), As-Sunnah karya An-nasa’i, As Sunan karya ibnu majah, As-sunan karya abu daud. Sikap kelompok sunni yang mencoba merumuskan tradisi secara teoristis untuk memelihara tradisi untuk berkembang. Begitu kuatnya usaha tersebut sehinga dalam perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran.sunni yang pada awalnya dlebih diposisikan sebagai manhaj Al Fikr berubah mejadi madzhab. Karena itulah kelompok tersebut disebut sebagai kelopok yang dalam memutuskan persoalan Fikih lebih mengutamakan pada penggunaan metodologi dan keunggulan epistimologi tradisi dari pada penggunaan nalar. Geneologi Pemikiran Sunni Pemikiran sunni tidak bisa lepas dari pengaruh sejarah yang setidaknya mengandung tiga dimensi.pertama,pergolakan politik yang terjadi paska pertemuan di Darut Tsagfah bani saidah yang memecah umat islam dan memunculkan konflik yang berkepanjangan. Kemudian menyebabkan teoritisasi pemikiran sunni yang cenderung menggutamakan keharmonisan stabilitas sebagaisebuah preferensi yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.hal ini telihat dari banyaknya kaidah-kaidah fikih yang menjadi komponen banguan, fikih sunni lebih mengutamakan untuk menghindari sebuah kerusakan daripada untuk mencapai sebuah kemahslahatan,seperti kaid-
MAPABA PMII SUMENEP 08
17
ah dar’u Al mafasid muqoddamun ala jalbi Al Mashalikh. Keberpihakan pada penguasa terlihat jelas akibat kehatihatian tadi seperti yang tercermin dari pendapatnya Al Mawardi dalam Ahkam Suthaniah yang mengatakan bahwa mendirikan dan menguatkan suatu negara adalah suatu kewajiban yang didasari oleh Wahyu bukan semata-mata di dasari oleh rasio. Kedua, kuatnya pergulatan intelektual dan perebutan hegemoni pemikiran yang berasal dari perbedaan teologi. Pergulatan intelektual tersebut juga di iringi klaim kebenaran dari setiap kelompok aliran karena adanya perbedaan yang mendasar. Bahkan ada diantara kelompok yang mempunyai perbedaan ekstrim. Misalnya antara paham jabariah yang fatalistis dengan Qodariah yang rasionalisasinya sangat tinggi. Jika dikaitkan dengan kondisi tersebut, maka tumbuhlah pemikiran Sunni sebenarnya lebih terlihat sebagai jalan tengah. Ketiga, ada pengaruh pemikiran yunani. Masuknya pemikiran Yunani terjadi secara signifikan di masa Abbasiyah. Persamaan tersebut diantaranya adalah pandangan tentang substansi adanya negara atau pemerintahan. Menurut Aristoteles, sebuah pemerintahan pada dasarnya bukan untuk memenuhi tujuan dari negara itu sendiri tetapi untuk manusia yang menjadi warganya secara keseluruhan. Tujuan manusia yang tertinggi menurut Aristoteles adalah kebijakan tertinggi (The hightess Good), yaitu kualitas moral manusia. Sementara itu hampir sama dengan Aristoteles, Ibnu Majah mengatakan bahwa fungsi utama negara adalah untuk membimbing rakyatnya untuk mencapai tujuan hidup. Maka Sunni memperlihatkan sebagai aliran pemikiran yang mau melakukan proses adaptasi dengan pemikiran lain sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Visi Kerakyatan Sunni a.Konsep Maslahat Pemikiran Sunni yang pada awalnya adalah respon terhadap kondisi umat islam yang chaos memang cenderung konservatif, dekat dengan penguasa dan terkesan tidak memberikan ruang yang lebih luas kepada rakyat untuk menyalurkan kepentingannya. Pemikiran Sunni seperti Ibnu Taimiyah, Al-Ghazali dan Al- Mawardi cenderung memberikan celah bagi terbentuknya kekuasaan yang otoriter. Ada beberapa pemikiran dasar Sunni yang sebenarnya menjadi embrio politik ekonomi yang memihak pada kepentingan rakyat diantaranya adalah konsep amanah, adil dan maslahat. Pertama,
18
MAPABA PMII SUMENEP 08
konsep maslahat. Bagi pemikir Sunni salah satu tujuan sebuah kekuasaan menurut pemikir Sunni adalah untuk mensejahtarakan rakyat. Dalam hal ini ada sebuah kaidah yang mengatakan stasharruful imam ‘ala al-ra’iyah manuthun bil maslahah (semua kebijakan pemimpin harus didasari pertimbangan kemaslahatan umat). Kaitannya dengan upaya membangun Visi kerakyatan fiqih, konsep maslahat setidaknya memberikan tiga kontribusi : pertama, menjaga keberpihakan pada kepentingan umum. Kedua, mengontrol kelompok yang mempunyai otoritas politik, ekonomi maupun intelektual dalam membuat kebijakan publik agar tidak didominasi oleh kepentingan individu atau golongan. Ketiga, menyelaraskan kepentingan syari’at dengan kepentingan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kebutuhan dunia. b.Konsep Amanah Terkait dengan konsep amanah ada dua pemikiran Sunni yang pemikirannya telah populer pada saat ini, Imam Ghazali, Ibnu Timiyah dan al- Mawardi. Mereka sepakat bahwa terbentuknya sebuah negara selain untuk menjamin terpeliharanya syariat dalam kehidupan manusia juga untuk menciptakan kemaslahatan kehidupan dunia manusia. Pendapat kedua pemikiran tadi memang tidak seekstrim teori kontrak sosial dalam kamus politik konvensional meskipun demikian konsep amanah yang ditawarkan Ibnu Taimiyah dan Al-Ghazali tadi merupakan modal untuk membangun konstruksi fiqih dengan visi kerakyatan yang kuat. Perkembangan Konsep Aswaja Dalam PMII Dalam alur besar pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah ada dua pemahaman yang selama ini sering diperdebatkan. Yang pertama Aswaja dipahami sebagai sebuah madzhab yang sudah baku dan transeden. Misalnya dalam fiqh disandarkan pada empt imam yaitu imam Syafi’i, Hanafi, Hambali, dan Maliki, dua imam teologi Maturidi dan Imam Asy’ari dan dua imam tasawuf yaitu Imam AlJunaidi dan Imam Ghazali. Konsep yang kedua memandang Aswaja sebagai metodologi berfikir (manhaj). Konsep Aswaja sebgai manhaj fikr lebih adaptif, eklektik dan mengakui pemikiran yang filosofis dan sosiologis. Pemahaman Aswaja tersebut dipopulerkan para kiai muda seperti Abdurrahman Wahid, Said Aqil Siraj dan tokoh-tokoh muda lainnya. Dalam sejarah PMII, kata independen bisa disebut kata suci. Bagi organisasi kemahasiswaan ini, perdebatan tentang independen-
MAPABA PMII SUMENEP 08
19
si organisasi mempunyai sejarah paling panjang dan tidak habishabisnya melahirkan kontroversi. Karena persoalan independensi itulah, melalui Mubes di Murnajati (Jatim) 14 juli 1971 PMII menyatakan diri putus hubungan dengan NU (organisasi yang pada awalnya menjadi induk PMII) secara struktural (baca deklarasi Murnajati). Meskipun demikian dilihat dari pola pikirnya dan landasan teologinya, ada kesamaan antara PMII dan NU, keduanya mencoba menjadi pengawal gerbang ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Hanya PMII lebih mencoba mengembangkan Aswaja sebagai Idiologi elektik dan adaptif demi terwujudnya islam rahmatan lil ‘alamin. Sebagaian besar anak muda PMII yang lahir dari kalangan pesantren meskipun terkesan liberal dalam berfikir tetapi dalam berfikir masih memegang hirarki yudisial dalam sistem bermadzhab begitu mapan. Meskipun demikian penggunaan metodologi keilmuan seperti filsafat, sosiologi, linguistik, tidak bisa dipungkiri sangat dibutuhkan untuk menterjemahkan sumberhukum tersebut dalam konteks kekinian. Dengan pola pikir seperti itu, tokoh seperti KH. Said Aqiel, Gus Dur dan juga Ulil Abshar sering menjadi referensi bagi anakanak PMII. Dalam perkembangan pemikiran selanjutnya, dalam konteks sosial keagamaan Aswaja diterjemahkan sebagai manhaj yang mengakui proses dialektika sejarah pemikiran dan pergerakan. Konsepsi Aswaja yang mengakui pemikiran yang filosofi yang sosiologos tersebut. Hal ini tentunya tidak lepas dari hasil perjuanagn para kiai muda seperti Said Aqiel Siraj. Ia menawar kan definisi baru mengenai Aswaja sebagai manhaj. Secara sempurna definisi Aswaja menurutnya adalah; “ Manhaj Al-fikr Al-Diny al Syiml ‘Ala Syu’un Al Hayat wa Mu’tadlayatiha Al Khaim Ala Asas Al Tawasuh Wal Tawazzun Wal Al i’tidal Wa Al Tasamuh (metode berfikir keagamaan yang mencakup segala aspek kehidupan dan berdiri di atas prinsip keseimbangan, balancing, jalan tengah dan netral dalam aqidah penengah dalam permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan serta keadilan dan toleransi dalam politik). Dari paparan diatas sekiranya dapat diambil benang merah bahwa, PMII lebih condong untuk memakai Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr dari pada sebagai madzhab.****
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dan Visi Misi PMII Arti, Fungsi, dan Kedudukan Arti : Secara esensial Nilai Dasar Pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah wal jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan menginspirasi Nilai Dasar Pergerakan ini meliputi cakupan aqidah, syari’ah dan akhlak dalam upaya kita memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai pemahaman keagamaan yang paling benar. Fungsi : Landasan berpijak: Bahwa NDP menjadi landasan setiap gerak langkah dan kebijakan yang harus dilakukan. Landasan berpikir : Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yang dikemukakan terhadappersoalan-persoalan yang dihadapi. Sumber motivasi : Bahwa NDP menjadi pendorong kepada anggota untuk berbuat dan bergerak sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Kedudukan : Rumusan nilai-nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi aspek ideal dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII. Landasan dan dasar pembenar dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku. Rumusan Nilai Dasar Pergerakan 1. Tauhid : Meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi yang dalam sejarah agama samawi telah terkandung sejak awal keberadaan manusia. Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat-sifat, dan perbutan-perbuatan-Nya. Allah adalah dzat yang fungsional. Allah menciptakan, memberi petunjuk, memerintah, dan memelihara alam semesta ini. Allah juga menanamkan pengetahuan, membimbing dan menolong manusia. Allah Maha Mengetahui, Maha Menolong, Maha Bijaksana, Hakim, Maha Adil, dan Maha Tunggal. Allah Maha Mendahului dan Maha Menerima segala bentuk pujaan dan penghambaan. Keyakina seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari pada alam semesta, serta merupakan kesadaran dan keyakinan kepada yang ghaib. Oleh karena itu, tauhid merupakan titik puncak, melandasi, memadu, dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan dalam perbuatan. Maka konsekuensinya Pergerakan harus mampu melarutkan nilai-nilai Tauhid dalam berbagai kehidupan serta terkomunikasikan dan mermbah ke sekelilingnya. Dalam memahami dan mewujudkan itu, Pergerakan telah memiliki Ahlussunnah wal jama’ah sebagai metode pemahaman dan penghayatan keyakinan itu. 2. Hubungan Manusia Dengan Allah. Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah,
22
MAPABA PMII SUMENEP 08
manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah. Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal. Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas, artinya pola ini dijalani dengan mengharapkan keridloan Allah. Sehingga pusat perhatian dalam menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh. Sedangkan hasil optimal sepenuhnya kehendak Allah. Dengan demikian, berarti diberikan penekanan menjadi insan yang mengembangkan dua pola hubungan dengan Allah. Dengan menyadari arti niat dan ikhtiar, sehingga muncul manusia-manusia yang berkesadaran tinggi, kreatif dan dinamik dalam berhubungan dengan Allah, namun tetap taqwa dan tidak pongah Kepada Allah. Dengan karunia akal, manusia berfikir, merenungkan dan berfikir tentang ke-Maha-anNya, yakni ke-Mahaan yang tidak tertandingi oleh siapapun. Akan tetapi manusia yang dilengkapi dengan potensi-potensi positif memungkinkan dirinyas untuk menirukan fungsi ke-Maha-anNya itu, sebab dalam diri manusia terdapat fitrah uluhiyah - fitrah suci yang selalu memproyeksikan terntang kebaikan dan keindahan, sehingga tidak mustahil ketika manusia melakukan sujud dan dzikir kepadaNya, Manusia berarti tengah menjalankan fungsi Al Quddus. Ketika manusia berbelas kasih dan berbuat baik kepada tetangga dan sesamanya, maka ia telah memerankan fungsi Arrahman dan Arrahim. Ketikamanusia bekerja dengan kesungguhan dan ketabahan untuk mendapatkan rizki, maka manusia telah menjalankan fungsi Al Ghoniyyu. Demikian pula dengan peran ke-Maha- an Allah yang lain, Assalam, Al Mukmin, dan lain sebagainya. Atau pendek kata, manusia dengan anugrah akal dan seperangkat potensi yang dimilikinya yang dikerjakan dengan niatyang sungguh-sungguh, akan memungkinkan manusia menggapai dan memerankan fungsi-fungsi Asma’ul Husna. Di dalam melakukan pekerjaannya itu, manusia diberi
MAPABA PMII SUMENEP 08
23
kemerdekaan untuk memilih dan menentukan dengan cara yang paling disukai. Dari semua pola tingkah lakunya manusia akan mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai yang diupayakan, karenanya manusia dituntut untuk selalu memfungsikan secara maksimal ke4merdekaan yang dimilikinya, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam konteks kehidupan di tengahtengah alam dan kerumunan masyarakat, sebab perubahan dan perkembangan hanyalah milikNya, oleh dan dari manusia itu sendiri. Sekalipun di dalam diri manusia dikaruniai kemerdekaan sebagai esensi kemanusiaan untuk menentukan dirinya, namun kemerdekaan itu selalu dipagari oleh keterbatasan-keterbatasan, sebab prerputaran itu semata-mata tetap dikendalaikan oleh kepastian-kepastian yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana,yang semua alam ciptaanNya iniselalu tunduk pada sunnahNya, pada keharusan universal atau takdir. Jadi manusia bebas berbuat dan berusaha ( ikhtiar ) untuk menentukan nasibnya sendiri, apakah dia menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh, kaya atau miskin, manusia harus berlomba-lomba mencari kebaikan, tidak terlalu cepat puas dengan hasil karyanya. Tetapi harus sadar pula dengan keterbatasanketerbatasannya, karaena semua itu terjadi sesuai sunnatullah, hukum alam dan sebab akibat yang selamanya tidak berubah, maka segala upaya harus diserrtai dengan tawakkal. Dari sini dapat dipahami bahwa manusia dalam hidup dan kehidupannya harus selalu dinamis, penuh dengan gerak dan semangat untuk berprestasi secara tidak fatalistis. Dan apabila usaha itu belum berhasil, maka harus ditanggapi dengan lapang dada, qona’ah (menerima) karena disitulah sunnatullah berlaku. Karenanya setiap usaha yang dilakukan harus disertai dengan sikap tawakkal kepadaNya. 3. Hubungan Manusia Dengan Manusia Kenyataan bahwa Allah meniupkan ruhNya kepada materi dasar manusia menunjukan , bahwa manusia berkedudukaan mulia diantara ciptaan-ciptaan Allah. Memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang dimiliki manusia, anak manusia mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai warga dunia manusia adalah satu dan sebagai warga negara manusia adalah sebangsa , sebagai mukmin manusia adalah bersaudara. Tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya , kecuali karena ketakwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang tentang
24
MAPABA PMII SUMENEP 08
potensi kebaikannya , tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya, agar antara satu dengan yang lainnya saling mengenal, selalu memadu kelebihan masing-masing untuk saling kait mengkait atau setidaknya manusia harus berlomba dalam mencaridanmencapai kebaikan, oleh karena itu manusia dituntut untuk saling menghormati, bekerjasama, totlong menolong, menasehati, dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama. Manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapannya terhadap kehidupan. Tanggapan tersebut pada umumnya merupakan usaha mengembangkan kehidupan berupa hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan demikian maka hasil itu merupakan budaya manusia, yang sebagian dilestarikan sebagai tradisi, dan sebagian diubah. Pelestarian dan perubahan selalu mewarnai kehidupan manusia. Inipun dilakukan dengan selalu memuat nilai-nilai yang telah disebut di bagian awal, sehingga budaya yang bersesuaian bahkan yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai tersebut dilestarikan, sedang budaya yang tidak bersesuaian diperbaharui. Kerangka bersikap tersebut mengisyaratkan bergerak secara dinamik dan kreatif dalam kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk memanfaatkan potensinya yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Melalui pemanfaatan potensi diri itu justru manusia menyadari asal mulanya, kejadian, dan makna kehadirannya di dunia. Dengan demikian pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dalam hubungan dengan Allah, manusia dan alam selaras dengan perekembangan kehidupandan mengingat perkembangan suasana. Memang manusia harus berusaha menegakan iman, taqwa dan amal shaleh guna mewujudkan kehidupan yang baik dan penuh rahmat di dunia. Di dalam kehidupan itu sesama manusia saling menghormati harkat dan martabat masing-masing , berderajat, berlaku adil dan mengusahakan kebahagiaan bersama. Untuk diperlukan kerjasama yang harus didahului dengan sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog antar sesama. Semua usaha dan perjuangan ini harus terus -menerus dilakukan sepanjang sejarah. Melalui pandangan seperti ini pula kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dikembangkan. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan kerelaan dan kesepakatan untuk bekerja sama serta berdampingan setara dan saling pengertian. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
MAPABA PMII SUMENEP 08
25
dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita bersama : hidup dalam kemajuan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Tolok ukur bernegara adalah keadilan, persamaan hukum dan perintah serta adanya permusyawaratan. Sedangkan hubungan antara muslim ddan non muslim dilakukan guna membina kehidupan manusia dengan tanpa mengorbankan keyakinan terhadap universalitas dan kebenaran Islam sebagai ajaran kehidupan paripurna. Dengan tetap berpegang pada keyakinan ini, dibina hubungan dan kerja sama secara damai dalam mencapai cita-cita kehidupan bersama ummat manusia.Nilai -nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudsaraan antar insan pergerakan , persaudaraan sesama Islam , persaudaraan sesama warga bangsa dan persaudaraan sesama ummat manusia . Perilaku persaudaraan ini , harusd menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapatv memberikan kemanfaatan maksimal untuk diri dan lingkungan persaudaraan. 4. Hubungan Manusia Dengan Alam Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai taiuhid melingkupi nilai hubungan manusia dengan alam . Sebagai ciptaan Allah, alam berkedudukan sederajat dengan manusia. Namun Allah menundukan alam bagi manusia, dan bukan sebaliknya . Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam , bukan penghambaan terhadap Allah. Karena itu sesungguhnya berkedudukan sebagai khalifah di bumi untuk menjadikan bumi maupun alam sebagai obyek dan wahana dalam bertauhid dan menegaskan dirinya. Perlakuan manusia terhadap alam tersebut dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan di dunia dan diarahkan kepada kebaikan di akhirat, di sini berlaku upaya berkelanjutan untuk mentransendensikan segala aspek kehidupan manusia. Sebab akhirat adalah masa masa depan eskatologis yang tak terelakan . Kehidupan akhirat akan dicapai dengan sukses kalau kehidupan manusia benarbenar fungsional dan beramal shaleh. Kearah semua itulah hubungan manusia dengan alam ditujukan . Dengan sendirinya caracara memanfaatkan alam , memakmurkan bumi dan menyelenggarakan kehidupan pada umumnya juga harus bersesuaian dengan tujuan yang terdapat dalam hubungan antara manusia dengan alam tersebut. Cara-cara tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan bersama. Melalui
26
MAPABA PMII SUMENEP 08
pandangan ini haruslah dijamin kebutuhan manusia terhadap pekerjaan ,nafkah dan masa depan. Maka jelaslah hubungan manusia dengan alam merupakan hubungan pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup bersama antar manusia berarti hidup dalam kerja sama , tolong menolong dan tenggang rasa. Salah satu hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia . Dalam memanfaatkan alam diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum tertentu; karena alam ciptaan Allah buykanlah sepenuhnya siap pakai, melainkan memerlukan pemahaman terhadap alam dan ikhtiar untuk mendayagunakannya. Namun pada dasarnya ilmu pengetahuan bersumber dari Allah. Penguasaan dan pengembangannyadisandarkan pada pemahaman terhadap ayat-ayat Allah. Ayat-ayat tersebut berupa wahyu dan seluruh ciptaanNya. Untuk memahami dan mengembangkan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah itulah manusia mengerahkan kesadaran moral, potensi kreatif berupa akal dan aktifitas intelektualnya. Di sini lalu diperlukan penalaran yang tinggi dan ijtihad yang utuh dan sistimatis terhadap ayat-ayat Allah, mengembangkan pemahaman tersebut menjadi iptek, menciptakan kebaruan iptek dalam koteks ke,manusiaan, maupun menentukan simpul-simpul penyelesaian terhadap masalah-masalah yang ditimbulkannya. Iptek meruipakan perwujudan fisik dari ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, terutama digunakan untuk memudahkan kehidupan praktis. Penciptaan, pengembangan dan penguasaan atas iptek merupakan keniscayaan yang sulit dihindari. Jika manusia menginginkan kemudahan hidup, untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama bukan sebaliknya. Usaha untuk memanfaatkan iptek tersebut menuntut pengembangan semangat kebenaran, keadilan , kmanusiaan dan kedamaian. Semua hal tersebut dilaksanakan sepanjang hayat, seiring perjalanan hidup manusia dan keluasan iptek. Sehingga, berbarengan dengan keteguhan iman-tauhid, manusia dapat menempatkan diri pada derajat yang tinggi. Penutup Itulah Nilai Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang dipergunakan sebagai landasan teologis normatif, etis dan motivatif dalam pola pikir, pola sikap dan pola perilaku warga
MAPABA PMII SUMENEP 08
27
PMII, baik secara perorangan maupun bersama-sama dan kelembagaan. Rumusan tersebut harus selalu dikaji dan dipahami secara mendalam, dihayati secara utuh dan terpadu, dipegang secara teguh dan dilaksanakan secara bijaksana. Dengan Nilai Dasar Pergerakan tersebut dituju pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu, bertaqwa, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, yaitu sosok ulul albab Indonesia yang sadar akan kedudukan dan peranannya sebagai khalifah Allah di bumi dalam jaman yang selalu berubah dan berkembang , beradab, manusiwi, adil penuh rahmat dan berketuhanan. ****
28
MAPABA PMII SUMENEP 08
Mahasiswa & Tanggung Jawab Sosial Terminologi PT Perguruan tinggi adalah sebuah institusi yang tidak sekedar untuk kuliah, mencatat pelajaran, pulang dan tidur. Tapi harus dipahami bahwa perguruan tinggi adalah tempat untuk penggemblengan mahasiswa dalam melakukan kontempelasi dan penggambaran intelektual agar mempunyai idealisme dan komitmen perjuangan sekaligus tuntutan perubahan. Penggagasan terhadap terminologi perguruan tinggi tidak akan bisa dilepaskan bisa dilepaskan dari suplemen utama, yaitu mahasiswa. Stigma yang muncul dalam diskursus perguruan tinggi selama ini cenderung berpusat pada kehidupan mahasiswa. Hal ini sebagai konsekuensi logis agresitivitas mereka dalam merespon gejala sosial ketimbang kelompok lain dari sebuah sistem civitas akademika. Akan tetapi fenomena yang berkembang menunjukkan bahwa derap modernisasi di Indonesia dengan pembangunan sebagai ideologinya telah memenjarakan mahasiswa dalam sekat institusionalisasi, transpolitisasi dan depolitisasi dalam kampus. Keberhasilan upaya dengan dukungan penerapan konsep NKK/
MAPABA PMII SUMENEP 08
29
BKK itu, pada sisi lain mahasiswa dikungkung dunia isolasi hingga tercerabut dari realitas sosial yang melingkupinya. Akibatnya, mahasiswa mengalami kegamangan atas dirinya maupun peranperan kemasyrakatan yang semestinya diambil. Mahasiswapun tidak lagi memiliki kesadaran kritis dan bahkan sebaliknya bersikap apolitis. Melihat realitas seperti itu maka perlu ditumbuhkan kesadaran kritis mahassiwa dalam merespon gejala sosial yang dihadapinya, karena di samping belum tersentuh kepentingan praktis, mahasiswa lebih relatif tercerahkan (well informed) dan potensi sebagai kelompok dinamis yang diharapkan mampu mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis mayarakat baik dalam lingkup kecil maupun secara luas. Dengan tataran idela seperti itu, semestinya mahasiswa dapat mengambil peran kemasyrakatan yang lebih bermakna bagi kehidupan kampus dan mayarakat. Peran Strategis Mahasiswa Dalam proses perubahan sosial dan kebudayaan mahasiswa memiliki posisi dan peranan yang essensial. Ia sebagai transformator nilai-nilai dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Dan merintis perubahan dalam rangka dinamisasi kehidupan dalam peradaban yang sedang berjalan. Kalau kita percaya kalao masa kini adalah proses masa lalu yang mendapat pengaruh dari cita-cita masa depan, maka kedudukan dan peranan mahasiswa sebagai transformator nilai dan inovator dari perkembangan yang berorientasi ke masa depan lebih jelas, bahwa mahasiswa harus menjadi semangat yang hidup dalam nilai-nilai ideal, dan membangun subkultur serta berani memperjuangkan. Sebagai bagian dari intelektual community mahasiswa menduduki posisi yang strategis dalam keterlibatannya melakukan rekayasa sosial menuju independensi masyarakat, dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dalam posisinya sebagai komunitas terdidik, mahasiswa sebagai salah satu kunci penentu dalam transformasi menuju keadilan dan kemakmuran bangsa. Di samping dua kelompok strategis lainnya yaitu kaum agamawan dan masyarakat sipil (Madani) yang mempunyai kesadaran kritis atas situasi sosial yang sedang berlangsung sast ini. Posisi mahasiswa secara sederhana bisa kita gambarkan sebagai sosok yang barada di tengah-tengah level. Di masyarakat menjadi bagian masyarakat, di kalangan intelektual mahasiswa juga dianggap berada diantara mereka. Dengan kata lain keberadaan mereka berada di tengahtengah level apapun mempunyai nilai strategis. Nilai strategis lain mahasiswa menurut Arbi Sanit adalah mahasiswa sebagai komunitas strategis dalam proses perubahan.
30
MAPABA PMII SUMENEP 08
Empat Kekuatan Sebagai langkah taktis dan preferensi pengembangan ke depan, mahasiswa harus memiliki 4 kekuatan : 1. kekuatan moral; 2. kekuatan kontrol sosial; 3. kekuatan intelektual; 4. kekuatan profesional. Oleh karena itu mahasiswa harus berani mengambil peranperan strategis tersebut di atas. Sebagai kekuatan moral dan kontrol sosial, mahasiswa harus mampu benrsentuhan aksi-aksi pembelaan kaum tertindas. Pada tataran mikro secara aktif menjadi kelompok penekan (pressure group) terhadap kebijakan refresif di tingkat kampus. Pada tingkat makro, mampu melakukan advokasi terhadap masyarakat yang terpinggirkan seperti nelayan, buruh, petani, anak jalanan, dan PSK. Sebagai kekuatan intelektual mahasiswa harus mampu melakukan pengembangan dan pembangunan komunitas intelektual (inteletual community) dengan melakukan kajian-kajian strategis dan membentuk kelompok-kelompok studi sebagai basis pembentukan reading and intelektual society dan penciptaan kultur akademis dengan menciptakan hubungan yang lebih egaliter antara dosen dan mahasiswa.****
MAPABA PMII SUMENEP 08
31
GENDER : Sebuah Pengantar Apa itu Gender? Adalah pembagian peran, tanggung jawab, fungsi hak dan kwajiban baik laki-laki maupun perempuan yang dibentuk dan dikembangkan oleh sosial, budaya dari sekelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu tempat serta kondisi setempat. Seks adalah perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki yang bersifat biologis, kodrati, dan Karunia Tuhan Yang Maha Kuasa. Mengenal Gender berarti.... Memahami perbedaan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang non kodrat (seks/biologis). Perbedaan laki-laki dan perempuan bersifat tidak abadi, tidak kekal dan tidak berlaku universal dan merupakan ciri-ciri non kodrat yang dibangun dan dibentuk manusia. Ciri-ciri itu adalah kondisi yang berbeda dari masa kemasa berbeda dari satu tempat ke tempat lain, bahkan berbeda dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya dan kondisi yang dimaksud dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Mengapa Gender dibicarakan? Karena perbedaan gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktifitas laki-laki dan perempuan dalammasyarakat. Konsep gender diketengahkan oleh ilmuan sosial untuk menjelaskan: perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat kodrat dan perbedaan kodrat yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan sosialisasikan. Perbedaan ini menjadi sangat penting, karena sela-
32
MAPABA PMII SUMENEP 08
ma ini sering dicampur adukan. Perbedaan membantu kita untuk memikirkan ulang tentang pembagianperan yang selama ini yang dianggap meleket pada manusia laki - laki dan perempuan. Dengan mengenali perbedaan gender sebagai sesuatu yang tidak tetap, memudahkan untuk membangun gambaran tentang kenyataan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dinamis, lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Apakah Gender merupakan masalah? Gender akan dipermasalahkan apabila adanya perbedaan(diskrimikinasi) perlakuan dalam akses partisipasi, kontrol dalam menikmati hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Tidak adanya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan didalam pembagian peran, tanggung jawab, hak dan kewajiban serta fungsi sebagai anggota keluarga maupun masyarakat yang akhirnya tidak menguntungkan kedua belah pihak. Apa kesetaraan Gender? Adalah suatu kondisi yang setara, seimbang dan sederajat dalam hubungan peran, kedudukan dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Menerima perbedaan kodrati individu-individu lakilaki dan perempuan sebagai hikmah. Memahami kondisi hidup lakilaki dan perempuan berbeda; bahwa pendapat itu pada dasarnya karena fungsi kodrati. Kesetaraan gender berarti sederajat dalam keberadaan, sederajat dalam keberdayaan dan keikut sertaan dari kedua jenis kelamin laki-laki dan perempuan disemua bidang kehidupan(publik privat). Keadilan gender, apakah itu? Adalah suatu kondisi dan perlakuan yang adil tanpa ada bembedaan dalam hubungan peran, kedudukan, hak, tanggung jawab dari fungsi antara laki-laki dan perempuan. Berperilaku antara adil dan tidak adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan baik dirumah, tempat kerja maupun di masyarakat. Ketidakadilan terjadi karena hubungan dan pengertian gender yang tidak seimbang: pembedaan gender ada karena dikonstruksikan oleh masyarakat dan budaya yang melembaga atau dilembagakan�kesetaraan dan keadilan gender perlu dibentuk dan dibagun bersama antara laki-laki dan perempuan, dan harus dimulai dari keluarga kita�. Apa akibat ketidak setaraan dan ketidakadilan gender. Penomerduaan (subordination)
MAPABA PMII SUMENEP 08
33
Perempuan sebagai “konco wingking� (orang belakang). Hak dalam perkawinan perempuan dinomerduakan. Bagian waris perempuan lebih sedikit. Perempuan dinomerduakan dalam keperluan dibidang politik, jabatan, karir, pendidikan dan sebagainya. Peminggiran (marginalitation). Upaya perempuan lebih kecil izin usaha perempuan harus diketahui oleh ayah. (jika msih lajang jika suami sudah menikah). Permohonan kridit harus seijin suami pembatasan dibidang kesempatan kerja bagi perempuan. Kemajuan teknologi industri meminggirkan peran serta perempuan. Beban ganda (Double Burden). Perempuan bekerja diluar maupun dirumah... laki-laki bekerja dan masih harus siskamling. Perempuan sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami dan pencari nafkah tambahan. Laki-laki mencari nafkah utama sekaligus keplala keluarga. Kekerasan (Violence). Ekploitasi terhadap perempuan, pelecehan seksual terhadap perempuan, pemerkosaan dan perempuan sebagai objek ikan. Laki-laki di haruskan/diharapkan sebagai pencari nafkah keluarga, perempuan bertubuh pendek dianggap kutang laki-laki, gagal dibidang karier, dilecehkan. Pelabelan negatif (stereo type). Perempuan : sumur, dapur, masak, kasur, manak, macak... laki-laki tulang punggung keluarga, kehebatannya dilakukan pada kemampuan seksual dan kariernya, mata keranjang dan sebagainya janda mudah dirayu. Gender. Dipermasalahkan karena 1).adanya perbedaan / diskriminasi, 2). Tidak adanya kesetaraan dan keadilan, 3). Kesetaraan gender adalah suatu kondisi yang seimbang dan sederajat dalam hubungan peran, kedudukan dan fungsi, 4). Keadilan gender adalah suatu kondisi dan perlakuan yang adil, tidak membeda-bedakan. Pelecehan seksual Adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual, namun tidak disukai / diharapkan oleh yang menjadi sasaran sehingga menimblkan akibat negatif seperti: rasa malu, terhina, tersinggung kehilangan harga diri. Pornografi. Adalah suatu bentuk materi yang terkait dengan seks dan bertujuan merangsang hasrat seksual pembaca. Atau yang melihatnya. Bila seseorang remaja harus terus menerus mengkonsumsi materi pornografi, ia akan mudah melakukan hubungan seksual diusia dini yang tidak bertanggung jawab, dan bisa berdampak menghasiulkan kehamilan tak diinginkan serta memungkinkan penyebaran penyakit menular seksual. Penelitian menunjukan kon-
34
MAPABA PMII SUMENEP 08
sumen pornografi cenrderung mengalami efek kecanduan. Sekali menyukai akan merasakan kebutuhan yang terus menerus meningkat. Pornografi umumnya menonjolkan perempuan sebagai objek seks, memperkuat mitos bahwa perempuan adalah makhluk rendah yang berfungsi sebagai pemuas nafsu seks pria. Kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk pelecehan. Yang paling ekstrim adalah perkosaan. Berbagai jenis kekerasan : Kekerasan fisik, kekerasan yang menyebabkan cidera, luka atau cacat pada tubuh seseorang dan atau menyebabkan kematian. Kekerasan psikologis, adalah segala sesuatu perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan ketakutan, kehilangan percaya diri dan kemampuan untuk bertindak, dan rasa tidak berdaya pada jiwa seseorang. Kekerasan seks, perbuatan yang menyangkut pelecehan seksual tanpa persetujuan atau korban tidak menghendaki atau melakukan hubungan seksual yang tidak disukai korban atau mengisolasi kebutuhan seksualnya. Kekerasan ekonomi, perbuatan yang membatasi seseorang untuk bekerja didalam atau diluar rumah yang menghasilkan uang atau barang dan atau dieksploitasi atau menelantarkan anggotanya.****
MAPABA PMII SUMENEP 08
35
Atas terpilihnya
KOMISARIAT YUNIAM
e
Mengucapkan
Selamat dan Sukses
Pengurus Komisariat PMII Se- Kabupaten Sumenep
wwwwwwwwwwwwwwwwwwww
e
KOMISARIAT STKIP
PUSAWI Sebagai Ketua Umum PMII Cabang Sumenep Masa Juang 2008-2009
KOMISARIAT GULUK-GULUK
MAPABA PMII SUMENEP 08
36