3 minute read
Jangan menunda untuk berseru kepada Yesus
tiga
Jangan menunda untuk berseru kepada Yesus
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (MARKUS 4:37-39)
Kedua belas murid yang ketakutan itu berusaha sendiri melawan badai tersebut. Yang mereka punyai untuk melawan laut yang berombak hanyalah lengan dan dayung. Mereka tidak membangunkan Yesus ketika ombaknya semakin tinggi. Mereka tidak membangunkan Dia ketika airnya menutupi mata kaki mereka di dalam perahu. Mereka menunda hingga mereka merasa akan tenggelam, baru mereka membangunkan Yesus. Ini
tideak mengherankan, karena mereka mengira bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. Bukankah demikian watak kita sebagai manusia? Kita ingin merasa kuat dan mampu. Kita merasa sanggup menyelamatkan diri sendiri.
Ketika sedang menghadapi badai, kita mudah sekali menjadi seperti kedua belas murid itu, yang mengira bahwa mereka sedang melakukan hal yang benar dengan tidak membangunkan Yesus. Padahal sikap diam kita, kesombongan kita, dan perasaan bahwa diri kita mampu, hanya memperpanjang dan memperparah penderitaan kita, sehingga bahayanya semakin besar. Raja Daud menulis dalam Mazmur 32, “Selama aku berdiam diri, tulangtulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari” (ay.3). Meski konteksnya adalah Daud yang tak kunjung mengakui dosanya, intinya sama: menunda datang kepada Allah hanya memperparah dan memperpanjang penderitaan kita.
Mudah bagi kita menghakimi kedua belas murid itu, dan mempertanyakan mengapa mereka menunda begitu lama. Namun, ingatlah, waktu itu mereka tidak tahu akhir kisah mereka seperti kita sekarang. Mereka masih menjalani kisah tersebut. Mereka masih mencoba mengenali diri Yesus.
Saya curiga mereka membangunkan Yesus agar Dia bisa bergantian mendayung. Yang jelas, mereka tidak mengira Dia bakal menghardik angin dan danau! Keheranan mereka
Ketika Daud menulis nyanyian pertobatannya yang agung (MAZMUR 51), ia meminta kepada Allah: “Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu . . . Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran” (AY.14-15). Mazmur 32 menjadi ungkapan Daud untuk memenuhi komitmen yang dibuatnya kepada Allah.
begitu murni, sehingga tidak terbayangkan oleh mereka bakal ada mukjizat, apalagi mukjizat sebesar itu. Namun, dengan penundaan itu, mereka pun menderita lebih lama daripada yang seharusnya. Ketika akhirnya membangunkan Yesus, mereka juga tidak yakin Dia masih mengasihi mereka: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” tanya
mereka (markus 4:38).
Jangan menunda sampai perahu kehidupan Anda sudah mau tenggelam dan Anda baru berseru kepada Yesus. Dia selalu menyertai Anda, bahkan sebelum angin mengamuk. Tetaplah berseru kepada-Nya. Seperti Raja Daud, renungkan apakah ada dosa dalam hidup Anda yang perlu diakui. Dalam Mazmur yang sama seperti di atas, Daud menulis:
Aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. (mazmur 32:5)
Badai ketakutan dan rasa bersalah yang dialami Daud pun berlalu ketika ia berseru dan mengakui dosa-dosanya. Bagian kedua dari mazmurnya berisi nyanyian keyakinan dan pujian yang berkemenangan. Ia mendorong kita semua untuk berdoa kepada Tuhan sekarang juga, agar kita dapat diselamatkan dari badai yang mengamuk:
Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.
Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. (ay.6-7)
Berserulah kepada Yesus hari ini, sekarang juga. Biarlah Dia mendengar seruan itu dan menjawab Anda.
Renungkan
1. Bacalah beberapa mazmur ratapan, seperti Mazmur 3, 4, 7, dan 10. Apa yang dapat kita pelajari dari mazmur-mazmur tersebut tentang perbuatan berseru kepada Allah?
2. Keinginan untuk merasa mampu mengatasi semuanya sendiri sudah menjadi watak kita sebagai manusia. Kapan Anda pernah berusaha sendiri mencari jalan keluar dari suatu situasi yang buruk, tanpa berseru kepada Allah? Apa yang terjadi?
3. Tulislah daftar cara Allah menjawab doa-doa Anda di masa lalu. Tuliskanlah doa Anda sekarang tentang badai yang sedang Anda alami. Jangan lupa untuk menuliskan juga jawaban Allah atas pergumulan tersebut kelak.