4 minute read
Allah tidak meminta kita berjalan di atas air
daftar isi
satu Allah tidak meminta kita berjalan di atas air .............. 5 dua Meski tampak “tidur”, Yesus tetap menyertai ........... 11 tiga Jangan menunda untuk berseru kepada Yesus .......15 empat Tidak ada badai yang kebetulan .....................................19 lima
Kita dimampukan Allah untuk mengasihi
enam Sekalipun tenggelam, kita tetap aman ....................... 27
EDITOR: Monica Brands, Tim Gustafson, J.R. Hudberg, Peggy Willison GAMBAR SAMPUL: © Shutterstock.com / Bruno Ismael Silva Alves PERANCANG: Steve Gier
PENERJEMAH: Arvin Saputra EDITOR TERJEMAHAN: Monica Dwi Chresnayani PENYELARAS BAHASA: Dwiyanto Fadjaray PENATA LETAK: Mary Chang
GAMBAR ISI: (hlm.1) © Shutterstock.com / Bruno Ismael Silva Alves; (hlm.5) Smokedsalmon via Shutterstock.com; (hlm.11) Terry Bidgood; (hlm.15) US Army photo by Sgt. 1st Class Andrew Porch (Public Domain); (hlm.19) Andrejs Polivanovsvia Shutterstock.com; (hlm.23) Patricia Alexandre via Pixabay.com; (hlm.27) Majaranda via Pixabay.com
Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974
© 2022 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, MI
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia.
Indonesian Discovery Series “Clinging to Hope in the Storm”
satu
Allah tidak meminta kita berjalan di atas air
Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriakteriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. (MATIUS 14:25-29)
Malam itu memang gelap dan berangin kencang. Sudah barang tentu para murid cemas. Bisakah kita sampai di seberang? Sudah sembilan jam mereka mendayung, sebagian besar dilakukan dalam kegelapan. Mereka pasti ingin pulang kepada keluarga dan tempat tidur mereka, tetapi hanya bermodalkan lengan dan dayung melawan angin dan ombak yang menggelora, perahu mereka sama sekali tidak mampu bergerak maju.
Namun, mereka juga tidak mungkin menyerah. Berhenti mendayung berarti membiarkan perahu terombang-ambing oleh ombak, yang pada akhirnya akan menenggelamkan mereka. Akan tetapi, mereka tidak lagi punya kekuatan. Pelaut paling berani sekalipun bisa tenggelam pada malam seperti itu.
Lalu, Injil Matius menceritakan bahwa dari dalam badai muncullah seseorang, berjalan di atas air ke arah mereka. Ataukah itu hantu? Nyali para murid yang sudah ketakutan setengah mati itu semakin ciut saja. Namun, tentu saja, itu Yesus. Dia berseru dan menyatakan diriNya untuk menenangkan mereka. Lalu, terjadilah hal yang tidak terduga. Petrus melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan: ia minta berjalan di atas air juga seperti Yesus. Setelah dipersilakan, ia turun dari perahunya ke dalam ombak yang mengamuk. Petrus ingin meniru Yesus dalam aksi ajaib tersebut. Namun, ia tidak bisa melakukannya. Kisah dalam Matius berakhir begini:
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. (14:30-32)
Kita sering memandang turunnya Petrus ke air sebagai teladan iman yang hebat. Toh ia sempat berjalan di atas air!
Kitab-kitab Injil mencatat dua peristiwa terpisah tentang Yesus meredakan angin kencang di laut. Secara kronologis, ini adalah kejadian kedua. Catatan paralel tentang kisah ini terdapat dalam Matius 14:24-33, juga dalam Markus 6:47-52 dan Yohanes 6:17-21.
Namun, mungkin kita melewatkan gambaran yang lebih besar. Yesus justru menegur Petrus karena imannya yang kurang. Jadi, mengapa kita memandang peristiwa ini sebagai teladan iman? Yesus sudah meyakinkan para murid yang ketakutan itu dengan Dia ingin setiap pernyataan-Nya di tengah kehadiran-Nya badai: “Tenanglah! Aku ini, jangan menghibur dan takut!” Petrus meminta bukti. meredakan Barangkali murid-murid lainnya terlalu ketakutan untuk berkata-kata, ketakutan kita. tetapi Kitab Suci mencatat bahwa Petrus sendirilah yang meminta Yesus untuk membuktikan pernyataan-Nya. “Kalau Engkau memang Yesus, suruhlah saya datang berjalan di atas air.”
(ay.28 bis, penekanan ditambahkan).
Bukan Yesus yang mengajak Petrus turun dari kapal. Bukan Kristus juga yang memintanya berjalan di atas air. Begitu Petrus meminta, memang, Yesus memberikan izin— dan kuasa. Namun, Yesus meminta Petrus dan murid-murid yang lain untuk melakukan sesuatu yang lebih tenang dan tidak begitu dramatis: Dia meminta mereka meneguhkan hati. Dia meminta mereka untuk percaya saja, bahwa Dia sungguh-sungguh hadir menyertai mereka. Dia meminta mereka untuk tidak takut.
Yesus sedang mengajak mereka untuk percaya dan meyakini kuasa serta kehadiran-Nya, bahkan di tengah angin yang menderu-deru, ombak yang bergelora, dan segala hal yang tidak mereka ketahui—tetapi mereka justru menyangka Dia hantu. Yesus ingin kedua belas murid— dan kita—mengetahui bahwa Allah kita yang Mahakuasa,
Mahakasih, jauh lebih besar daripada badai apa pun yang kita alami. Dia ingin kehadiran-Nya menghibur dan meredakan ketakutan kita. Dia menghendaki kita tahu bahwa tidak ada satu hal pun—baik angin, ombak, badai maupun ketakutan—yang sanggup menghentikan Dia datang kepada kita.
Dalam Yesaya 43, Allah memfirmankan kata-kata penghiburan yang serupa kepada umat-Nya:
“Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.” (ay.2-3)
Dalam kelelahan dan kebingungan mereka berjuang melawan angin dan ombak dahsyat, para murid tidak mengenali Yesus. Ketika Dia mendekati mereka, yang mereka lihat hanyalah ancaman berikutnya terhadap keselamatan mereka.
Barangkali keadaan yang Anda hadapi saat ini telah menggiring Anda kepada respons yang sama: “Ya ampun, apa lagi yang terjadi?” Ingatlah, Yesus berkuasa atas angin dan ombak. Dia berjalan melintasi air yang mengancam akan menenggelamkan kita. Dia berjalan melewati terpaan angin yang dapat menjungkirbalikkan kita. Dari dalam perahu Anda, dengarkanlah suara yang berseru, “Teguhkanlah hatimu.” Yesus mendekat dari dalam kegelapan, dan berkata, “Ini Aku.” Yesus berjalan di atas ombak, dan menenangkan Anda, “Jangan takut.”
Jangan takut.
Renungkan
1. Di manakah dapat Anda temukan contoh-contoh lain dalam
Kitab Suci yang mencatat Allah mengucapkan perkataan yang sama, “Jangan takut”?
2. Apakah ketakutan Anda yang terbesar sekarang ini?
3. Cobalah ingat-ingat dan sebutkan pengalaman Anda diluputkan dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus di masa lalu.