Majalah Duta Rimba Edisi Maret-April 2015

Page 1

DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI

NO. 57 • TH. 10 • Maret - april • 2015

M A J ALA H

PER H U T A N I

SOSOK RIMBA

Hariadi Kartodihardjo

Litbang KPK: Tinggalkan Anda itu Korporat Rimba daya

“Cipta Rasa” Kerupuk Rambak Kulit Kerbau ENSIKLORIMBA

Kepuh, Pohon Obat dari Genderuwo EDISI NO. 57 • TH 10 • MARET - APRIL 2015

WISATA RIMBA

Perawan Cilalay Kemolekannya Belum Dilirik

Mengintip

SPI "BARU"


Visi

SalamRedaksi

Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolaan Hutan Lestari

Misi Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet) Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People) Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)

Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan

Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan

Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama

Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana

Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno

Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten

Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works

Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com

Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perumperhutani.com Perum Perhutani @PerumPerhutani

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015

ISSN: 2337-6791

Makin Matang

P

embaca yang budiman. Bandung, akhir Maret 2015 menggoreskan sejarah bagi Perum Perhutani. Di Kantor Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Jalan SoekarnoHatta diselenggarakan Hari jadi Perhutani yang ke 54. Selain menyelenggarakan upacara peringatan, acara diawali dengan rapat kerja para pimpinan BUMN ini. Hari jadi ke 54 ini kami tuangkan dalam beberapa tulisan melalui Rubrik Rimba Khusus. Mengapa demikian, karena Dirut Perhutani Mustoha Iskandar menilai pada usia yang ke 54 ini, Perhutani makin matang. Untuk memberikan gambaran visual pelaksanaan peringatan, kami turunkan rangkaian foto dalam rubrik Lensa. Melalui sajian khusus ini, kami berharap hari jadi ke 54 jadi momentum bagi seluruh insan Perhutani untuk terus melangkah menuju Perhutani Unggul. Sekalipun dalam suasana hari jadi, pada edisi kali ini, kami membedah Satuan Pengawasan Intern (SPI) dalam Rimba Utama. SPI, organ yang langsung dibawah kendali Direktur Utama, kini menjadi andalan “role model” Perhutani Bersih. Dalam melakukan pemeriksaan pelaksanaannya mandiri dengan mengedepankan independensi, obyektifitas dan profesional. Untuk memberikan gambaran bagaimana Perhutani membangun zona integritas, kami menurunkan wawancara dengan Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo MS, Kepala Litbang KPK dalam Rubrik Sosok. Bagi maha guru IPB, apapun sistem yang kini tengah dikembangkan Perhutani, kalau tidak mengubah kultur, itu percuma. Edisi kali ini cukup unik dari sisi materi. Kita menurunkan kerupuk rambak dari kulit kerbau pada Rubrik Rimba Daya. Sementara untuk rubrik kuliner kami turunkan hidangan spesial dari kota Pahlawan, belut elek bikin melek. Sebuah hidangan yang kiranya bisa dijadikan petualangan bila kita sempat mampir ke Surabaya Tentu masih banyak rubrik yang lain , yang akan bisa memperkaya khasanah pengetahuan anda mengenai bisnis kehutanan. Beberapa rubrik lainnya yang kami turunkan pada edisi ini akan memberikan gambaran, bahwa bisnis kehutanan bukan hanya secara konvesional. Hilirisasi yang kini tengah dirintis oleh Perhutani, menawarkan sebuah paradigma baru, bahwa industrialisasi yang dikembangkan oleh Perhutani justru akan bisa memberikan kepastian hutan lestari secara berkelanjutan. Selamat membaca.

DUTA Rimba 1


semairimba

SALAM REDAKSI MITRA RIMBA BENAH DIRI

1 3

• Selesai Dengan Diri Sendiri 4

PRIMA RIMBA

• SPI Mandiri

RIMBA UTAMA

• • • •

SPI Bisa Seperti Penyidikkah ? Tancap Gas Agent Of Change Hilang Tips Ganti Insentif ala SPI Ketika Pasuruan dan Randublatung Rindu SPI

WACANA

• SPI Sebagai Smart Partner

RIMBA KHUSUS

• • •

Laba Bersih Rp 389 Miliar Menuju Perhutani Unggul Berprestasi Dapat Apresiasi Kepatuhan Hukum Ditengah Hari Jadi Perhutani

SOSOK RIMBA

6

22 26 28 34 38

42 50

• Be Pelle Unggulan Baru Perhutani

64

RIMBA DAYA

28

10 14 18

• Hariadi Kartodihardjo Litbang KPK: Tinggalkan Cliental, Anda itu Korporat LINTAS RIMBA LENSA • 54 Tahun Perhutani

BISNIS RIMBA

10

58

42

• “Cipta Rasa” Kerupuk Rambak Kulit Kerbau 68

WARISAN RIMBA

• Wisata Religi Ziarah ke Makam Syech Maulana Mansyuruddin

72

• Kepuh Pohon Obat dari Genderuwo UJUNG RIMBA

76 80

• Perawan Cilalay Kemolekannya Belum Dilirik

82

ENSIKLO RIMBA WISATA RIMBA

POJOK KPH

• KPH Purwakarta Harmonis dengan Pemda 86

INOVASI

• PUSLITBANG: Teknik Internodia Bibit Kayu Putih RESENSI • Bila Hutan Jadi “Ranah Petaka”

90

• Belut Elek Bikin Melek

94

• Nyanyian Meranti Merah

96

RIMBA KULINER CERITA RIMBA

2 DUTA Rimba

76

88

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


mitraRIMBA Nama Usaha Produk Mitra Binaan Harga Alamat

: : Kayu Jati : Perum Perhutani KPH Cepu : Rp 10.000,- s/d Rp 500.000,: RT 024 / RW 04 Desa Batokan, Kec. Kasiman, Kab. Bojonegoro Contact Person : Masfuatin (0852 3386 5330)

Nama Usaha : Ngudi Roso Produk : Egg Roll Waluh Mitra Binaan : Perum Perhutani KPH Cepu Harga : Rp 10.000,- s/d Rp 20.000,Alamat : Desa Ngroto, Kec. Cepu, Kab. Blora, Jawa Tengah Contact Person : Any (0813 2579 1012)

Nama Usaha Produk Mitra Binaan Harga Alamat Contact Person

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

: Batik Salem : Batik : Perum Perhutani KPH Pekalongan Barat : Rp 150.000,- s/d Rp 500.000,: Desa Salem, Kab. Brebes : Cicih Darminingsih (0812 2005 8524)

DUTA Rimba 3


BENAHDIRI

Dok. Kom PHT®2015

Perhutani Bersih menjadi ikon perusahaan ke depan. Untuk mewujudkan ikon semacam itu, Perhutani harus dikelola oleh orang pintar dan jujur. Oleh karena itu Perhutani Bersih harus dimulai dari Direksi dan pejabatnya. Mereka sudah saatnya selesai dengan dirinya sendiri, agar bisa fokus bekerja dan berfikir untuk kemajuan perusahaan.

Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

P

Diri Sendiri

erum Perhutani baru saja memperingati hari jadinya yang ke 54. Ibarat manusia, umur 54 tahun itu merupakan usia matang. Memang di tubuhnya sudah mulai berlemak. Namun pada usia tersebut, mereka memiliki kematangan jasmani, intelektual, emosional dan sosial secara stabil. Pada usia yang matang ini, seseorang mampu membuat pertimbangan secara masak dalam melakukan tindakan. Arif dan bijaksana dalam merespon setiap persoalan yang ada di luar dirinya. Pandai “mengikat dan mempengaruhi” teman atau orang lain secara bijak dengan tetap memperhatikan tutur kata yang baik,

4 DUTA Rimba

Selesai Dengan

kesopanan, keramahan, kerjasama, pengorbanan, penguasaan emosional dan pengetahuan. Kematangan semacam itu, membuat pada usia matang, seseorang berada pada posisi puncak. Hal serupa juga terjadi dengan Perum Perhutani. Bila memakai capaian pada 2014, Perhutani telah meraup pendapatan Rp 4,6 triliun dengan laba bersih Rp 380 miliar atau naik 186% dari pendapatan perusahaan tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan laba usaha sebesar 26% per tahun. Sementara pendapatan lima tahun mengalami pertumbuhan sebesar 15%. Berdasarkan indikator penilaian kinerja, Perhutani dinyatakan berkinerja ‘SEHAT AA’ bertahan dari

2010 hingga 2014. Pendapatan perusahaan yang terus meningkat tiap tahunnya itu didominasi oleh penerimaan non kayu sebesar 52% dan penerimaan kayu 48%. Ke depan idealnya penerimaan non kayu terhadap penerimaan kayu komposisinya 70% : 30%. Karena itu transformasi bisnis Perhutani yang terus kita gulirkan dengan hilirisasi ini harus terus dilanjutkan, agar kinerja Perhutani ke depan makin meningkat. Tahun 2014, Perhutani juga ditetapkan pemerintah sebagai induk holding BUMN Kehutanan Indonesia dengan lima anak perusahaan holding; PT Inhutani I, PT Inhutani II, PT Inhutani III, PT Inhutani IV dan PT Inhutani V melalui Peraturan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Pemerintah No 73 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Perusahaan umum (Perum) Kehutanan Negara. Ditambah anak perusahaan milik perusahaan, PT Perhutani Anugerah Kimia, PT Palawi Resorsis, BUMN Hijau dan Dana Pensiun Perhutani, BUMN ini memiliki sembilan anak perusahaan. Dengan potensi anak perusahaan semacam itu, Perhutani ke depan idealnya seperti Telkomsel dan Pertamina EP. Dimana anak-anak perusahaan akan menjadi ujung tombak untuk mencari untung. Sementara holding bisa lebih fokus untuk mejaga dan mewujudkan hutan lestari secara berkelanjutan. Sejalan dengan semakin mekarnya anak perusahaan, tanggung jawab Perhutani semakin besar, karena sebagai BUMN juga dituntut menjadi 1) Instumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi dan air. 2) Pendorong pertumbuhan ekonomi nasional; 3) Kepeloporan dan kebanggaan nasional Untuk itu, Perhutani mulai menerapkan sistem teknologi informasi pada semua bidang kerja, termasuk perpindahan sistem pengelolaan keuangan dari tradisional ke moden dengan membatasi transaksi tunai, dan e-commerce. Langkah demikian dilakukan agar Perhutani ke depan mampu menjadi perusahaan yang unggul. Dalam mengaplikasikan sistem teknologi informasai, pada hari jadi Perhutani ke 54, beberapa sistem manajemen dan produk baru di launching antara lain, Sistem Informasi Karyawan Terintegrasi (IKAT PHT), Sistem Informasi Manajemen Aset Perhutani (SIM-A), Sistem Informasi Getah Pinus, Sistem Marketing Kayu e-Commerce. Pemanfaatan teknologi

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

informasi merupakan keniscayaan bagi Perhutani bahwa ke depan TI lah yang bermain. Karena itu, Perhutani menjalin kerjasama dengan perusahaan TI seperti PT Telkom untuk membangun sebuah sistem TI yang terintegrasi.. Lebih lanjut, pemanfaatan TI tersebut antara lain diaplikasikan dengan membangun sebuah operation room sebagai dashboard. Segala aktivitas Perhutani dapat dimonitor di suatu ruangan dengan dilengkapi CCTV. Dengan TI diharapkan Perhutani ke depan harus benar-benar berubah menuju Perhutani bersih, bebas dari gratifikasi sebagaimana dikampanyekan oleh KPK yang beberapa waktu yang lalu pernah memberikan pencerahan kepada Perhutani Peluang Perhutani menjadi perusahaan yang terdepan di bidang kehutanan sangat terbuka. Dengan catatan seluruh karyawan bekerja dengan keras, cerdas dan jujur Nilai kejujuran dan kepintaran sama penting dan harus dimiliki oleh para pegawai Perum Perhutani. Bila diminta memilih, antara pegawai yang jujur dan kurang pintar dengan yang pintar tetapi tidak jujur, maka pilihan saya tetap kepada yang pintar dan jujur. Oleh karenanya, menjadi salah satu visi Perum Perhutani adalah bekerja dengan pintar dan jujur. Secara nalar ilmiah sudah tersedia alat pemantau kualitas kejujuran seseorang. Namun selaku pemimpin maupun calon pemimpin, pastilah kita memiliki kemampuan untuk mendeteksi sejauh mana tingkat kejujuran diri sendiri maupun orang lain yang sedang bersama kita melakukan suatu pekerjaan. Saya pun juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi tingkat kejujuran seseorang, khususnya para pegawai Perhutani yang saya pimpin.

Perhutani bersih harus menjadi ikon Perhutani ke depan. Karena kalau tidak bersih, sesunguhnya mentalnya, mental dhuafa. Dengan mental bersih, akan menjadi modal bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan mental bersih juga bisa menjadi modal untuk menekan potensi kerugian perusahaan. Pendek kata, dengan Perhutani Bersih perusahaan ini akan bisa lebih tangguh dalam memasuki era kompetisi yang semakin tajam. Perhutani Bersih itu harus dimulai dari direksi dan pejabat di lingkungan Perhutani. Karena kalau tidak bersih itu sesungguhnya mentalnya mental dhuafa. Untuk mewujudkan sikap semacam itu, saya meminta dari seluruh Direksi dan pejabat Perum Perhutani harus sudah selesai dengan dirinya sendiri baik dalam dimensi vertikal dan horisontal. Ketika selesai dengan dirinya sendiri, Direksi dan pejabat Perhutani tak akan berfikir untuk dirinya sendiri dalam bekerja. Mereka akan mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk terus mengembangkan perusahaan. Bila direksi dan pejabat Perhutani bisa selesai dengan dirinya sendiri, kinerjanya akan bisa menjadi role model bagi seluruh insan Perhutani Dengan gaji yang diterima sekarang ini sudah cukup. Tidak perlu mencari-cari lagi ke sana kemari. Seluruh Direksi dan pimpinan di Perhutani harus sudah cukup dengan gaji yang mereka terima. Mereka dilarang keras untuk mencari pendapatan informal di luar gaji Seberapa pun gaji yang diterima haruslah disyukuri, agar menjadi berkah, sehinga rezekinya tak akan pernah habis. Dengan selesai dengan dirinya sendiri, para direksi dan pejabat di Perum Perhutani hanya akan mementingkan urusan perusahaan • DR

DUTA Rimba 5


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

primarimba

Kepala Satuan Pengawas Intern Perum Perhutani, Andi Purwadi.

6 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


SPI Mandiri Untuk mewujudkan Perhutani Bersih, Satuan Pengawasan Intern SPI harus bekerja secara mandiri. Untuk mewujudkan SPI semacam itu, Direksi Perum Perhutani telah mengeluarkan Internal Audit Charter, sebuah dukungan penuh terhadap SPI dalam menjalankan tugas pengawasan intern. Melalui Charter tersebut juga mewajibkan kepada seluruh karyawan untuk mendukung tugas SPI. Dalam konteks ini SPI bukanlah “ancaman”, tetapi sebaliknya menjadi sahabat yang diperlukan.

D

inamika internal maupun eksternal Perhutani kini bergulir dengan cepat. Boleh dikata, hampir tiap hari tanpa sebuah perubahan. Tentu saja perubahan yang positif dan konstruktif, agar Perhutani ke depan tak hanya menjadi BUMN yang tangguh, tetapi juga menjadi agent pembangunan. Untuk bisa menjadi agen pembangunan, Kementerian BUMN telah menggandeng Komisi Pemberantasan (KPK) untuk memberlakukan Zona Integritas

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Bebas Kurupsi bagi kalangan BUMN. Kebijakan tersebut tentu saja juga berlaku bagi Perhutani. Melalui zona integritas tersebut Perhutani akan bisa menjadi the world Class Company di sektor kehutanan. Sebagai institusi bisnis, melihat kebijakan kementerian BUMN itu menjadi sebuah cambuk bagi Perum Perhutani yang sudah menggulirkan Perhutani Bersih. Memang masih membutuhkan waktu untuk membuktikan apakah Perhutani Bersih itu mampu menjadi sebuah realitas dalam pengelolaan manajemen korporat. Namun tanda-

DUTA Rimba 7


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

primarimba

Jajaran Tim Auditor SPI Perum Perhutani.

Bila secara konvensional SPI itu berfungsi melakukan pengawasan intern semata, maka dengan SPI “baru” tugasnya tidak hanya sekedar pengawasan, tetapi lebih luas lagi sebagai tanda perusahaan untuk bisa menjadi perusahaan yang bersih sangat terbuka. Dari segi kinerja finansial terlihat efisiensi di Perum Perhutani sudah menunjukkan tren yang cukup signifikan. Sebagaimana pernah digambarkan oleh Direktur Keuangan Morgan Syarif Lumban Batu, untuk tahun 2014, Perhutani mampu mewujudkan delta pendapatan lebih besar dari pada delta biaya. Delta Pendapatan sekitar 95%, sementara delta biaya sekitar 93%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pertum Perhutani selama 2014

8 DUTA Rimba

mampu menunjukkan efisiensi yang cukup signifikan. Efisiensi menjadi kata kunci bagi Perhutani yang pada 2014 mampu meraup laba bersih Rp 380 miliar atau naik 186% dari pendapatan perusahaan tahun 2013. Fakta tersebut tentu akan diteruskan oleh perusahaan pada 2015. Masalahnya memang dibutuhkan kerja keras dari seluruh komponen perusahaan, yang meminjam istilahnya Presiden Joko Widodo untuk terus bekerja dan bekerja secara keras. Dalam mewujudkan efisiensi ini, Direktur Utama Perhutani

Mustoha Iskandar kini banyak menerapkan sejumlah terobosan (Breaktrough) khususnya dalam melakukan trasformasi perusahaan. Perusahaan yang selama ini berkultur birokrat, secara perlahan dibawa oleh Mustoha menuju pada kultur korporat, agar bisa memberikan value yang maksimal terhadap perusahaan. Salah satu terobosan yang dicoba diterapkan oleh manajemen untuk mendukung efektivitas dan efisiensi perusahaan, Perhutani melakukan revitalisasi Satuan Pengawas Intern (SPI). Bila secara konvensional SPI itu hanya berfungsi melakukan pengawasan intern semata. Maka dengan SPI “baru” tugasnya tidak hanya sekedar pengawasan, tetapi lebih luas lagi sebagai agent of change. Sebuah tugas SPI yang tentu saja tidaklah sederhana, karena dalam pengawasan internal

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Kepala Satuan Pengawas Intern bersama Kepala Biro Pengawasan Wilayah Divisi Regional Jawa Timur, Budi Setijono.

tersebut tujuannya tidak hanya sekedar melakukan pengawasan. Yang esensial SPI harus bisa memberikan jaminan bahwa operasional manajemen telah menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan, dengan mempertimbangkan prinsip efektif dan efisien serta aspek ekonomis, lingkungan dan sosial dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan esensi semacam itu, tentu SPI menjadi garda terdepan bagi Perum Perhutani untuk meningkatkan kinerja operasional, investasi dan finansial. Pengawasan yang dilakukan oleh SPI bukanlah semata-mata bisa menermukan kesalahan, tetapi yang lebih fundamental bisa mendorong seluruh satuan kerja yang ada di Perhutani bisa melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang obyektif.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Untuk bisa menjalankan tugas yang lebih edukatif, SPI tak bisa melaksanakan tugas dengan cara kerja lama. SPI “baru” harus bekerja dengan cara dan metoda baru, sebagaimana digambarkan oleh Kepala SPI Andi Purwadi, SPI harus mandiri. Dimana sebagai unsur pengawasan, SPI dalam menjalankan tugas harus independen di dalam melakukan pemeriksaan. Dengan independen, maka SPI juga bisa obyektif, sehingga bisa mendorong profesionalisme di kalangan auditor. Dalam melakukan pengawasan ini, SPI Perum Perhutani tentu mengharapkan peran dari pengawasan melekat (Waskat) dari seluruh satuan kerja. Dimana melalui Waskat itu diharapkan setiap ada potensi penyimpangan langsung bisa dicegah dan diatasi oleh insan di satuan kerja yang bersangkutan. “Jadi kita akan terus mendorong waskat ini bisa berjalan di satuan kerja yang

ada di Perhutani,” tegas pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini Sementara untuk SPI ‘Baru” akan fokus melakukan pengawasan pada resiko-resiko yang terdapat pada satuan kerja yang ada di Perhutani. Seperti misalnya untuk tanaman sebagai investasi, kita masuk pada resiko apa saja yang terjadi di sektor tanaman. Ini tentu sangat vital. Jangan sampai kita menanam, kemudian tidak berhasil. Sehingga perusahaan perlu menanam lagi. Tentu resiko kegagalan dalam menanam itu harus dicegah melalui pemeriksanaan secara intensif, agar jangan sampai kegagagaln itu terulang kembali di masa depan. Begitu pula temasn-temuan yang strategis misalnya di investasi. Dimana antara Project Statemen (PS), investasi berjalan sesuai dengan proposal. Sehingga tindakan SPI harus bisa mengarah pada upaya pencegahan-pencegahan terjadinya penyimpangan. Dengan demikian SPI bisa menjadi alat penting pula dalam rangka mitigasi resiko atau early warning system. Sebelum terjadi kesalahan, yang lebih besar, SPI bisa memberikan rekomendasi baik kepada pimpinan maupun satuan kerja yang ada untuk melakukan pencegahan. Untuk meningkatkan kualitas pengawasan internal ini, SPI juga didampingi oleh KPK selama dua tahun ke depan. Pendampingan ini dimulai bulan Februari 2015. Melalui pendampingan yang dilakukan oleh lembaga yang memiliki pengalaman dalam memberantas korupsi, SPI Perum Perhutani ke depan bisa menjadi lembaga yang bisa memastikan perusahaan yang memiliki kawasan hutan di Pulau Jawa dan Madura, mampu menjadi Perhutani Bersih dan tangguh hingga berpeluang menjadi perusahaan kehutananan kelas dunia. • DR

DUTA Rimba 9


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Tim auditor Satuan Pengawas Intern Perum Perhutani.

10 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


SPIBisa Seperti

Penyidikkah ? Perhutani Unggul kini tak hanya menjadi slogan. Tetapi Perhutani Unggul kini menjadi cita-cita dan tujuan dari transformasi yang digulirkan o leh perusahaan pelat merah ini. Tak hanya di hulu, tetapi di hilir, Perhutani harus yang terdepan. Bahkan dengan hilirisasi, tak hanya dari sisi pendapatan yang akan meroket, tetapi terwujudnya hutan lestari akan menjadi realitas.

U

ntuk mewujudkan Perhutani Unggul, Perhutani tak hanya mengutamakan perencanaan dan pelaksanaan tugas di setiap satuan kerja. Yang tak kalah digenjot juga fungsi pengawasan agar pengelolaan perusahaan dilakukan secara profesional untuk meningkatkan nilai pendapatan perusahaan dan mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada shareholder, mssyarakat khususnya pelanggan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

dan stakeholder lainnya. Untuk menggenjot fungsi pengawasan tersebut, Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Perum Perhutani pada akhir 2014 telah menyetujui dan mengesahkan Piagam Audit Internal Satuan pengawas Intern (SPI). Melalui piagam ini jelas Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani, direksi memberi peran SPI kepada SPI bisa menjalankan tugasnya secara profesional, independen dan obyektif dalam melakukan audit

internal. “Seluruh pimpinan satuan kerja dan karyawan membantu dan bekerja sama dengan SPI guna mewujudkan butir-butir yang termuat dalam Piagam Audit Internal.” Tegasnya. SPI harus dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya sebagai Perhutani Unggul. Tentu SPI harus menerapkan suatu pendekatan sistemik untuk menilai kesesuaaian antara ketentuan perundang-undangan/kebijakan/ peraturan/prosedur yang berlaku

DUTA Rimba 11


dan pelaksanaan di masing-masing satuan kerja. SPI juga harus mampu memberikan rekomendasi yang bertujuan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, keefektifan pengendalian dan keefektifan atau perbaikan terhadap kebijakan/ peraturan/sistem. SPI ini merupakan satuan organisasi dalam organisasi Perhutani yang membantu Direktur Utama dalam menjalankan fungsi pengawasan. SPI harus independen dan obyektif sehingga mampu melakukan analisa dan rekomendasi tanpa pengaruh atau pun tekanan dari pihak lain. Adapun ruang lingkup tugasnya; Pertama, melakukan audit terhadap seluruh kegiatan operasional dan keuangan Satuan Kerja yang ada di Perhutani dan perusahaan yang ada di bawah holding Perhutani. Kedua, audit terhadap ketaatan Satuan Kerja terhadap Peraturan/ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik Sedangkan tanggung jawab dari SPI; Pertama, memberikan analisa, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai efektifitas yang diperiksa yang dilakukan sesuai dengan standar audit dan standar perilaku profesional. Kedua, Melakukan koordinasi dengan eksternal auditor dalam kaitan tugas-tugas pengawasan di perhutani. Untuk bisa menjalankan tugas secara profesional, independen dan obyektif, SPI Perhutani sebagaimana digambarkan oleh Andi Purwadi, Kepala Satuan Pengawasan Intern, SPI harus Mandiri dalam menjalankan tugasnya. Untuk melakukan audit di satuan kerja, SPI harus mampu menjalankan tugasnya tanpa bantuan dari pihak mana pun Standar operasional SPI ini mirip dengan SOP KPK. Bila melakukan audit di satuan kerja, mulai dari

12 DUTA Rimba

Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Wewenang SPI 1. Satuan pengawasan Intern berwenang untuk mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas, semua catatan, dokumen dan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. 2. Satuan pengawasan Intern berwenang seluas-luasanya untuk melaksanakan investigasi dalam upaya mencari pembuktian atas dugaan atau adanya indikasi penyimpangan. 3. Satuan Pengawasan Intern memiliki wewenang untuk menentukan fokus, ruang lingkup dan jadwal audit, serta mengalokasikan sumber dana audit dan teknik audit yang dipandang perlu sesuai tujuan audit 4. Satuan Pengawasan Intern memiliki wewenang melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pimpinan di semua level manajemen. 5. Satuan Pengawasan intern dapat memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan sistem otorisasi yang berlaku dalam perusahaan, dan dapat menggunakan bantuan tenaga ahli/konsultan dengan persetujuan Direktur Utama. Sumber : Piagam Audit Internal

transportasi, akomodasi dan pembiayaan diurus oleh SPI. Begitu pula para auditor juga dilarang keras untuk menerima pemberian dalam bentuk apapun dan siapapun yang mengganggu pertimbangan profesi

internal auditor, Untuk memastikan SPI bisa bekerja secara mandiri, Mustoha Iskandar memang memberikan operasional dan insentif yang cukup. Para auditor selain mendapat

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Rapat Kerja tim auditor SPI.

Kode Etik SPI 1. Berperilaku dan bersikap jujur, obyektif dan cermat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya 2. Memiliki integritas dan loyalitas terhadap profesi, perusahaan. 3. Tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun, dan siapapun yang mengganggu pertimbangan profesi internal auditor. 4. Menghindari kegiatan atau perbuatan yang merugikan atau patut diduga dapat merugikan internal auditor atau perusahaan. 5. Menghindari aktifitas yang bertentangan kepentingan dengan perusahaan atau yang mengakibatkan tidak dapat melakukan tugas kewajiban secara obyektif 6. Mematuhi sepenuhnya tandar profesional auditor internal 7. Tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan atau keuntungan pribadi atau hal lain yang menimbulkan atau patur diduga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan dengan alasan apapun. 8. Membuat laporan hasil audit sesuai dengan fakta yang ada dan tidak menyembunyikan hal yang dapat merugikan perusahaan dan atau dapat melanggar hukum. 9. Menjaga kerahasiaan informasi hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan.

tunjangan, juga mendapat insentif 5% dari kerugian perusahaan yang bisa diselamatkan oleh SPI. Apa yang diberikan oleh perusahaan kepada SPI itu merupakan reward. Namun bagi mereka yang

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

melanggar kode etik tentu juga akan mendapat punishment berupa peringatan hingga diberhentikan sebagai auditor. SPI memiliki kewenangan hampir sama dengan para penyidik KPK,

sehingga para karyawan dan satuan kerja yang tengah diperiksa harus kooperatif. Wewenang SPI sangat luar biasa. Mereka bisa bertindak sebagai investigator dalam upaya mencari pembuktian atas dugaan atau adanya indikasi penyimpangan . Memang yang menjadi pertanyaan, dengan SPI yang mandiri, dugaan yang muncul, biaya operasional SPI dalam melakukan audit tentu akan meningkat secara signifikan bila dibanding dengan SPI sebelumnya. Dugaan semacam itu tentu saja di bantah oleh Andi Purwadi. Bila dulu, biaya audit untuk satuan kerja sebesar Rp 70 juta. Kini dengan audit mandiri justru bisa dihemat tinggal Rp 35 juta. Bahkan dengan biaya audit yang sangat efisien tersebut SPI juga mampu meningkatkan target satuan kerja yang menjadi obyek pemeriksaan pada 2015 itu meningkat menjadi 92 satuan kerja, meningkat bila dibanding dengan tahun sebelumnya sekitar 52 satuan kerja. Dengan konfigurasi semacam itu, SPI Mandiri mampu meningkatkan jumlah satuan kerja yang diaudit dengan anggaran yang jauh lebih efisien bila dibandi dengan SPI sebelumnya. . Dengan 92 satuan kerja hanya membutuhkan biaya pemeriksanaan Rp 3,22 miliar jauh lebih murah bila dibanding dengan 52 satuan kerja dengan biaya audit Rp 3.64 miliar. Tak berlebihan, bila direksi Perhutani meminta kepada seluruh karyawan dan satuan kerja yang ada di perusahaan tersebut mendukung SPI. Direksi berharap benar SPI ikut mengimplementasikan pengendalian internal dengan mengadopsi kerangka (framework) seperti yang ditetapkan Committee of Sponsoring Organization (COS) dan menerapkan konsep Risk-Based Audit.• DR

DUTA Rimba 13


rimbaUTAMA

Tancap Gas

Agent Of Change

B

erpacu dalam waktu. Itulah tugas yang dihadapi oleh Satuan Pengawasan intern (SPI) dalam melakukan fungsi audit, agar internal kontrol di dalam Perhutani memadai. Ketika hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2014 ada 142 temuan yang direkomendasikan untuk diklarifikasi, SPI langsung tancap gas untuk menuntaskan rekomendasi tersebut. Sebagai lembaga yang memiliki kewajiban untuk ikut menyelesaikan temuantemuan auditor ekternal dalam rangka perbaikan ke depan, SPI langsung mengerahkan seluruh auditornya untuk menuntaskan rekomendasi BPK tersebut. Sampai dengan akhir 2014 setidaknya sudah 138 rekomendasi

14 DUTA Rimba

SPI seakan tancap gas untuk memastikan fungsi pengawasan berjalan di Perhutani. Sebagai lembaga pengawasan, SPI tak hanya sekedar ingin mencari kesalahan di satuan kerja. SPI juga ingin menjadi agen perubahan, agar Perhutani ke depan menjadi perusahaan kelas dunia. BPK tersebut yang bisa dituntaskan oleh SPI. “Tinggal 6 yang belum tuntas, dan diperkirakan kini tinggal 4, karena yang 2 sudah bisa diselesaikan,” tegas Andi Purwadi, Kepala Satuan Pengawasan Intern Perum Perhutani. SPI sejak dilakukan revitalisasi oleh direksi Perum Perhutani, memang harus bergerak cepat untuk memastikan fungsi kontrol di BUMN ini berjalan sebagaimana mestinya.

Sejalan dengan transformasi Perhutani, SPI diharapkan mampu memberikan jaminan bahwa operasional manajemen telah menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan. SPI juga harus masuk pada hal-hal yang sensitif. Seperti untuk Piutang perusahaan yang mencapai sekitar Rp 200 miliar. SPI tentu akan masuk untuk menangani piutang macet yang besarnya mencapai Rp

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Kepala Biro Pengawasan Operasional dan Kesisteman Perum Perhutani, Philemon T. Tarigan.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 15


rimbaUTAMA

Kehadiran SPI juga mulai dirasakan dalam membuat efisiensi perusahaan. Pada 2014, memperlihatkan delta penerimaan lebih besar dari delta biaya. Tentu ini bisa terjadi tidak lepas dari peran SPI.

42 miliar. “Dalam penanganan ini, tentu kita akan meminta bantuan dari para advokat untuk ikut menagih ,” tegas Andi Purwadi. Apa yang dilakukan SPI dalam setengah tahun terakhir ini, tentu tidak lepas karena adanya revitalisasi SPI. Sebagai organisasi yang membantu Direktur Utama dalam menjalankan fungsi pengawasan oleh Direktur utama sekarang ini dijadikan SPI yang mandiri. Dimana arah kemandirian itu ada beberapa kata kunci . Pertama, kemandirian itu dimaksudkan agar SPI bisa independen dalam melaksanakan pemeriksaan. Kedua, diharapkan lebih obyektif, sehingga kemandirian itu juga akan membuat profesional bagi para auditor. Kemandirian ini juga menyangkut fasilitas kerja, dimana semua itu dikelola sendiri oleh SPI. Mulai dari biaya operasional, tiket, akomodasi, rental mobil, makan para auditor itu ditanggung oleh SPI. “Yang awalawalnya rikuh, karena kita berteman. Tapi kita sampaikan kepada mereka SOP-nya mandiri.” Tegas Andi Dalam revitalisasi itu ada

16 DUTA Rimba

Tips Untuk Auditor SPI 1. Didalam satuan Unit kerja pastikan pengendalian di situ sudah berjalan. Waskat sudah berjalan 2. Kawal kebijakan. Kita inghin tahu bahwa kebijakan-kebijakan yang sudah disampaikan itu berjalan tidak di bawah. Jangan sampai kebijakan tak sampai di bawah. Ada gap tidak antara kebijakan dengan realisasi di lapangan. Tentunya akan kita cari, dan bagaimana mencarikan solusinya. 3. Perhutani bersih berjalan. Dengan prinsip GCG; transparansi akuntabilitas, Responsibility, independen dan fairnes di setiap aktivitas sudah berjalan tidak. Semua aktivitas itu harus berjalan efektif, efisien dan ekonomis. Baik proses maupun hasil. 4. Kita sebagai agen perubahan , baik secara institusi tentunya ada misi yang perlu kita sampaikan, begitu dinamika turbelensi kita harus bisa membaca, mengikuti dan mengantisipasi. Perlu kita sampaikan kepada jajaran ke bawah. Baik dalam setiap opening meeting maupun closing meeting. 5. Bila kita melihat adanya inovasi di lapangan. Kita perlu menyampaikan kepada teman-teman yang lain adanya inovasi hingga bisa menjadi sumber inspirasi. 6. Kita juga menemukan berbagai temuan strategis yang berdampak jangka panjang. Seperti contoh tananan sebagai investasi. Jangan sampai gagal. Karena kita kelola industri hilir, harapan kita tercapai juga. Jangan sampai antara FS dan realisasinya ada gap. Kita ingin mengawal itu. Terhadap temuan-temuan berulang jangan sampai berulang lagi. 7. Hilangkan potensi kerugian.

reward and Punishment. Adapun reward diberikan dalam bentuk tunjangan auditor. Selanjutnya juga diberikan insentif, kalau dari hasil temuan-temuan itu memungkinkan perusahaan bisa mendapatkan pemasukan dari penyelamatan kekayaan, besarnya sekitar 5%. Dari uang yang diselamatkan. “Tapi jangan lupa juga ada punishment bila melanggar kode etik.” Kehadiran SPI juga mulai dirasakan dalam membuat efisiensi perusahaan. Pada 2014, memperlihatkan delta penerimaan lebih besar dari delta biaya. Tentu ini bisa terjadi tidak lepas dari peran SPI. “SPI punya peran dalam melakukan pengawasan internal. Yang diawali kita dengan ada Waskat masingmasing satuan kerja. SPI harus memastikan apakah pengawasan

melekat di satuan kerja itu sudah efektif atau belum,” tegas Andi Purwadi Dalam SPI “baru” ini fokus pada pengawasan yang berbasis pada resiko. Seperti untuk satuan kerja tertentu dalam satu tahun itu, resikoresiko apa yang paling besar. Untuk resiko seperti tanaman sebagai investasi sangat vital. Jangan sampai Perhutani menanam, tetapi tidak berhasil. Terus ditemukan kegagalan beberapa tahun kemudian, dan kemudian harus menanam lagi. “Melalui SPI ini diharapkana tidak akan terjadi seperti itu.” Begitu juga untuk temuantemaun strategis, seperti investasi. Ini diharapkan antara proposal awal atau Project Statement (FS). Investasi itu bisa berjalan sesuai dengan FS. Jangan ada gap yang terlalu jauh.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Sehingga tindakan SPI itu mengarah pada tindakan pencegahan. Jadi early warning system dikedepankan. Sebelum ada kejadian yang besar, SPI harus mencoba mengingatkan. SPI selalu memiliki Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT). Yang menarik dalam 2015 , PKPT SPI mencapai semua obyek pemeriksaan atau satuan kerja yang jumlahnya 92 satuan kerja. Suatu jumlah yang cukup besar bila dibanding tahun 2014 yang hanya 52 satuan kerja. “ Dengan begitu Insya Allah kita bisa lihat semua,” Dengan kemandirian ini, Andi Purwadi memastikan lebih efisien. Kalau dulu biaya pemeriksaan satu satuan kerja itu bisa mencapai Rp 70 juta. Sekarang hanya sekitar Rp 35 juta. Dalam revitalisasi ini, Dirut Mustoha iskandar berharap SPI menjadi Agen perubahan (Agent of Change) secara institusi. Dimana SPI harus bisa membawa perubahan secara organisasi. Untuk menjadi agen perubahan, Andi Purwadi menjelaskan strateginya, , penataan SDM, dimulai dari rekruitmen SDM yang berintegritas, peningkatan kompetensinya dan peningkatan integritasnya. Semua anggota SPI dites soft competency melalui tes grafologi. Dimana melalui tulisan tangan itu bisa dinilai 20 soft compentensi. “Jadi 58 orang SPI sudah dites Grafologi untuk mengetahui soft competensi terutama integritas. Bagi SPI integritas adalah harga mati.” Dalam penataan SDM SPI bisa saja nantinya direkrut dari fresh graduate. Bahkan mungkin juga orang-orang yang memiliki pengalaman di administrasi maupun di lapangan. Selain itu, jenjang kepangkatan SPI itu minimal jenjang 3 B, karena satuan kerja Perhutani yang terkecil

Kepala Biro Pengawasan Keuangan Perum Perhutani, Dedy Iskandar.

itu ada di KPH dan KBM. Di mana ada Asper dan Manteri. Di KBM itu ada asisten manajer. Sehingga auditor minimal 3 B. Supaya lebih sepadan bahkan bisa lebih tinggi dengan yang diperiksa. Dengan kompetensi dan integritas anggota SPI yang berkualitas diharapkan akan mampu mengawal kebijakan direksi hingga sampai ke tingkat bawah . Sebagai agent of change, auditor itu mampu menjadi konsultan. Memjamin kualitas dalam proses bisnis secara efektif dan efisien. Ini menjadi pertaruhan SPI.

Karena untuk ini, SPI juga kini didampingi Litbang KPK guna memberikan pembaharuan sistem baik di sistem produksi maupun sistem pemasaran. SPI didampingi Litbang KPK selama dua tahun. Dalam perubahan SPI ini Andi Purwadi mematikan akan sangat bergantung pada SDM-nya. Dimana SPI harus digerakkan oleh SDM yang berintegritas. Tanggap terhadap dinamika perubahan di perusahaan. Tetapi tetap harus menunjukkan keteladanan dalam menjalankan tugas maupun kehidupan sehari-hari. Semoga• DR

DUTA Rimba 17


rimbaUTAMA

Hilang

Tips

Ganti Insentif ala SPI Bagi mereka yang bekerja keras dan produktif di Perhutani bisa mendapat insentif. Termasuk di SPI. Insentif bisa diberikan kalau melalui temuan di lapangan bisa mengembalikan uang perusahaan yang disalahgunakan.

D

alam pemasaran kayu secara on line, tipstips untuk petugas di lapangan tak akan ada lagi. Direksi justru akan memberikan insentifinsentif baru bagi mereka yang bisa meningkatkan penjualan melalui sistem on line. Dalam sistem yang baru ini semuanya halalan toyiban. Tak ada karyawan yang ngentatngentit di sana-sini. Semuanya bisa

18 DUTA Rimba

mendapat insentif kalau memang bekerja dan menunjukkan prestasi. Itulah konsep yang kini terus dimatangkan dalam Perhutani Bersih. Melalui informasi teknologi (IT) semua aktivitas karyawan bisa termonitor. Dan, penjualan tak harus melalui pertemuan langsung antara konsumen dengan karyawan Perhutani. Melalui on line, konsumen dengan mudah mendapatkan produk-produk Perhutani.

Dalam Perhutani Bersih ini berlaku pada seluruh satuan kerja dan karyawan Perhutani. Namun sebagaimana dijelaskan oleh John Novarly, Sekretaris Perusahaan Perhutani, Direksi menghendaki dimulai dari Satuan Pengawasan Intern (SPI). Dalam melakukan tugas pengawasan SPI dewasa ini harus secara mandiri. Mereka tidak boleh dilayani oleh satuan kerja yang menjadi obyek pemeriksaan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani, John Novarly.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 19


rimbaUTAMA

SPI harus memberi jaminan bahwa operasional manajemen telah menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan, dengan mempertimbangkan prinsip efektif dan efisien serta aspek ekonomis, lingkungan dan sosial dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perusahaan memberikan anggaran khusus kepada SPI untuk melakukan pemeriksaan.Mulai dari akomodasi, tiket, rental mobil, dan keperluan untuk pengawasan disediakan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan agar SPI bisa independen, obyektif dan professional dalam menjalankan tugasnya. Mereka bisa mendapatkan temuan-temuan penyimpangan secara bebas serta melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada pimpinan secara jujur dan merdeka. Melalui pengawasan internal secara mandiri, SPI bisa memastikan kepada seluruh satuan kerja yang ada di Perhutani dalam seluruh proses bisnis menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. SPI harus memberi jaminan bahwa operasional manajemen telah menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan, dengan mempertimbangkan prinsip efektif dan efisien serta aspek ekonomis, lingkungan dan sosial dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam Perhutani Bersih, GCG menjadi indikator utama untuk

20 DUTA Rimba

Kewajiban Spi 1. Memberikan penilaian dan rekomendasi agar kegiatan manajemen perusahaan mengarah pada pencapaian tujuan secara efisien dan efektif. 2. Memberikan penilaian dan rekomendasi ketaatan terhadap kebijakan rencana , sistem, prosedur dan peraturan yang ditetapkan. 3. Memberikan jaminan bahwa operasional manajemen menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan, dengan mempertimbangkan prinsip efektif dan efisien serta aspek ekonomis, lingkungan dan sosial dalam pencapaian tujuan perusahaan. 4. Menilai pengelolaan risiko untuk memastikan bahwa risiko pada seluruh aktivitas kegiatan telah dikelola secara memadai dengan sistim pengendalian internal (internal control) - yang dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. 5. Memberi opini yang obyektif dan independen kepada manajemen terhadap efektivitas penanganan resiko yang ada. 6. Memberi jaminan (assurance) untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan melakukan penilaian (assessment) atas efektivits pelaksanaan pengendalian internal berkenaan dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. 7. Memonitor dan mendorong semua satuan kerja untuk menyelesaikan temuan-temuan audit termasuk temuan dari auditor eksternal dalam kerangka perbaikan ke depan. 8. Memberi informasi terhadap perubahan lingkungan, risiko-risiko yang muncul, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan. 9. Memberi nilai tambah dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang memungkinkan peningkatan penghasilan perusahaan. 10. Mendorong unit manajemen dan satuan kerja di lingkungan perusahaan untuk menerapkan sistem pengendalian internal dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan atau sasaran perusahaan.

mengukur sejauh mana satuan kerja melaksanakan operasional perusahaan sesuai dengan standar operasional perusahaan. Karena itu kata John Novarly, Kementerian BUMN selalu mendesak Perhutani setiap tahun indek GCG harus terus meningkat. “Pada 2014, GCG Perhutani mencapai 81. Pada 2015 aspiration shareholder 86. Ini memang cukup berat, tetapi harus kita kejar, karena semua BUMN harus semakin baik GCG-nya,” tegas John Novarly. Perhutani cukup gencar dalam mewujudkan aspirasi pemilik modal

dalam penerapan GCG. Perhutani menjalin kerjasama dengan KPK dalam melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pengisian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara LHKPN bagi Asisten Direktur , Kepala Biro dan Pejabat Perhutani tingkat I dan II. Sosialisasi itu merupakan tindak lanjut dari hasil assessmen Good Corporate Governance dan komitmen penerapan sistem tatakelola berkelanjutan. Sebagai BUMN, Perhutani mewajibkan kepada seluruh pejabatnya untuk mengisi formulir

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

“Jadi insentif SPI sebesar 5% itu SKnya sudah keluar dari direksi. 5% itu dihitung dari hasil temuan yang uangnnya bisa dikembalikan ke perusahaan. Kalau ada yang bisa diselamatkan bisa dikasih insentif,” tegas John Novarly.

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

LHKPN dan mengembalikannya kepada KPK. Pengisian LHKPN ini sejalan dengan UU No 20/2001 dalam rangka mencegah kemungkinan terjadinya korupsi. Sebagaimana UU tersebut terdapat 30-an jenis korupsi yang dikelompokkan dalam 7 klasifikasi yang merugikan kekuangan negara seperti suap, gratifikasi, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang dan konflik kepentingan. Perhutani juga mewajibkan kepada seluruh karyawan yang

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

menerima gratifikasi wajib untuk melaporkan kepada KPK. Sebagaimana UU di atas, gratifikasi yang diperoleh pegawai atau penyelenggara negara dianggap suap. Namun ketentuan itu tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, yang wajib dilakukan 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. Dalam menegakkan GCG peranan SPI ini sangat penting,

karena itu Direksi memutuskan SPI harus menjadi garda terdepan untruk mewujudkan Perhutani Bersih. Melalui SP Mandiri, direksi memberikan tunjangan, biaya operasional dalam menjalankan tugas pengawasan, dan insentif. Namun direksi juga akan memberikan hukuman, bila auditor SPI melanggar kode etik SPI, seperti menerima hadiah dari satuan kerja yang menjadi obyek pemeriksaan “Jadi insentif SPI sebesar 5% itu SK-nya sudah keluar dari direksi. 5% itu dihitung dari hasil temuan yang uangnnya bisa dikembalikan ke perusahaan. Kalau ada yang bisa diselamatkan bisa dikasih insentif,” tegas Joh Novarly. Memang peluang SPI untuk mengembalikan uang perusahaan itu juga besar. Sebagaimana diakui Andi Purwadi, Kepala SPI, lembaganya juga mendapat tugas untuk menangani piutang macet sebesar Rp 41 miliar. Sementara utang yang belum macet, bila diserahkan ke Sekretaris Perusahaan, tentu akan masuk ke wilayah hukum. Sekper tentu juga akan memanfaatkan lawyer-lawyer profesional untuk menagih. Karena itu cepat lari, kalau perusahaan ingin melesat.• DR

DUTA Rimba 21


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Kepala Satuan Pengawas Intern Perum Perhutani bersama jajaran Kepala Biro Pengawasan.

22 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Ketika Pasuruan dan Randublatung

Rindu Spi Banyak hal yang bisa didapat oleh satuan kerja menerima kehadiran SPI. Mereka bisa menjadi nara sumber, diajak untuk berkonsultasi mengatasi potensi penyimpangan yang terjadi di internal satuan kerja. Untuk memastikan sistem berlaku di satuan kerja, sudah saatnya SPI dirindukan kehadirannya untuk perbaikan.

P

asuruan dan Randublatung menyedot perhatian khusus Satuan Pengawasan Intern (SPI) Perum Perhutani pada triwulan pertama 2015. Sekalipun dalam triwulan pertama dua satuan kerja itu tak masuk dalam daftar 32 satuan kerja yang akan diaudit, SPI menerjunkan timnya untuk melakukan audit khusus Di Randublatung ini kasusnya cukup menarik. Andi Purwadi, Kepala SPI Perhutani, mencatat adanya semacam “mafia kayu” yang melibatkan pihak internal maupun eksternal. Dalam hal ini ada penggiringan yang melibatkan pedagang kayu lokal dengan teman-

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

teman internal. Dari kalangan internal ada 33 yang diperiksa dan dikenai sanksi. Baik mandor yang ada di lapangan, mandor angkutan, mandor penerimaan dan lain sebagainya. Saksinya seperti penangguhan kenaikan pangkat. Yang menarik dalam kasus di Randublatung, SPI juga memberikan solusi ke depan. “Setiap kita melakukan PDTT nanti ada solusi ke depan, sebagai komItmen ke depannya. Bahkan pihak eksternal juga saya kumpulkan juga. Mereka itu adalah para broker untuk diberikan penjelasan. Kita minta kepada mereka untuk tidak mengganggu sistem. Kita akan perbaiki tarif dan akan berlakukan barcode system,”

tambah Andi Memang cukup padat tugas SPI pasca diterbitkannya Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) oleh Direksi. Bayangkan saja bila sebelumnya satuan kerja hanya sekitar 52 satuan kerja yang diaudit, kini membengkak menjadi 92 satuan kerja. “Dalam triwulan pertama ini ada 32 satuan kerja yang harus diaudit. Namun karena ada dua kasus di pasuruan dan Randublatung, maka SPI juga harus periksa disana,” jelas Philemon T Tarigan, Kepala Biro Pengawas Operational dan Kesisteman SPI Perhutani. Pemeriksaan di Pasuruan dan Randublatung itu dikenal dengan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) yang dulu disebut pemeriksaan khusus (Riksus). Tentu saja itu membutuhkan penanganan khusus. Yang tadinya sejak awal direncanakan untuk melakukan pemeriksaan di satuan kerja yang sudah dirancang, akhirnya harus pindah di PDTT. “ Kadang-kadang itu yang membuat program kita tidak terealisir semua, ” tambahnya . Randublatung dan Pasuruan itu diluar perencanaan tiwulan pertama 2015. Tadinya target di triwulan dua 2015. Tapi karena ada perintah

DUTA Rimba 23


khusus dan permasalahan yang harus segera diselesaikan, tentu saja yang tadi merencanakan pemeriksaan rutin, sedikit berubah. Auditor SPI sekitar 45 orang yang terbagi dalam delapan tim untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing tiga tim dan JabarBanten sebanyak 2 tim. Para auditor SPI ini nyaris tak pernah di kantor. Di kantor Pusat misalnya, hanya hari Senin dan Selasa mereka rapat. Selebihnya mereka berada di lapangan untuk melakukan audit di satuan-satuan kerja yang menjadi program pemeriksaan. Tarigan bangga sebagai auditor SPI. Mereka ini umumnya memiliki integritas yang tinggi, sejak dari dahulu hingga sekarang. Integritas merupakan modal dasar bagi seorang auditor. Apapun sistem yang dibangun, kalau mereka tidak mau menjaga diri dan mengendalikan dirinya percuma juga. Yang cukup fenomenal dengan Internal Audit Charter ini, para auditor SPI dalam menjalankan tugasnya mandiri. Bila sebelumnya tugas pemeriksaan menjadi beban satuan kerja. Sekarang ini, pemeriksaan menjadi beban SPI. “Mulai dari akomodasi, tiket, kendaraan, biaya makan semua ditanggung oleh SPI,” tambah Tarigan Hal itu dirasakan sendiri oleh Tarigan yang melakukan supervisi tugas SPI di Kendal, Jawa Tengah. Ia berangkat sendiri dari Jakarta naik pesawat dan kemudian dari Semarang ke Kendal naik angkutan yang disiapkan oleh SPI di Jawa Tengah. Begitu pula untuk akomodasi dan keperluan makan semua dibiayai oleh SPI. Hal serupa juga dirasakan oleh anggota SPI lainnya dalam melaksanakan auditor di satuan kerja Perhutani. Mereka mencukupi keperluannya sendiri. Semua ini

24 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Kegiatan pemeriksaan tanaman oleh tim SPI.

dilakukan agar pengawasan ini bisa dilakukan secara profesional, independen dan obyektif agar dapat meningkatkan nilai pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan audit, SPI biasanya mengikuti prosedur antara lain: pada tahap awal adalah melakukan opening meeting di satuan kerja. Pada opening meeting ini dijelaskan tentang maksud dan tujuan audit, ruang lingkup pemeriksaan, tim audit, tata waktu, prosedur audit, kemandirian SPI, termasuk audit charter. Begitu juga penekanan temuan-temuan yang belum tuntas audit sebelumnya. Selain itu, juga minta pimpinan satuan kerja untuk melakukan presentasi apa kinerja yang sudah dicapai yang lalu hingga kini. Kalau misalnya sampai dengan 2015 sampai dengan triwulan satu. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan audit yang dilaksanakan sekitar dua jam setelah opening meeting. Ketua tim audit akan membuat pembagian kerja, tata

kelola waktu, lokasi-lokasi yang akan dikunjungi apa saja, pembidangan oleh siapa saja, mulai dari keuangan, pengadaan, SDM, teknik kehutanan , tenurial dan lain sebagainya. Sementara dalam closing meeting ini, auditor menyampaikan secara garis besar hasil temuan. Dalam pertemuan ini juga bisa dilakukan verifikasi terhadap hasil temuan, serta saran dan masukan agar temuan yang merugikan perusahaan ke depan tidak terulang lagi. Dalam melakukan audit, SPI menetapkan waktu sekitar delapan hari. Misalnya untuk minggu pertama mulai hari Rabu, Kamis, Jumat. Minggu kedua full dan hari Jumat melaksanakan closing meeting di satuan kerja. Meski begitu ketua tim dan anggota pemeriksa bisa setiap saat menyampaikan progress report hasil audit kepada satuan kerja. Sementara kepada pimpinan SPI bisa melalui alat komunikasi yang ada baik telepon, SMS, Email dan lain sebagainya. “Biasanya H-2 mereka

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Kegiatan pemeriksaan tanaman oleh tim SPI.

sudah menyampaikan konsepnya,” tambah Tarigan. Setiap tahun SPI menyusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Program ini kita susun seperti tenaga auditor ada berapa. Tata waktunya seperti apa, Satuan kerja yang akan diaudit disusu kalender setiap tahun . Masalahnya sekarang bagaimana untuk menentukan satuan kerja yang akan diaudit. Tentu ini disusun beradasarkan manajemen resiko . Misalnya KPH A, KBM B atau divisi C. Kenapa itu dimasukkan dalam satuan kerja yang diaudit? Hal itu dilakukan karena resikonya besar. Misalnya target perusahaan besar, sehingga pendapatan dari divisi itu sangat menentukan. Kalau KPH, misalnya sumber daya hutannya harus dikelola dengan baik. Getahnya harus besar atau kayunya juga harus besar Ada sepuluh kriteria untuk menentukan satuan kerja yang akan diaudit, khususnya dari sisi resiko, sehingga masuk dalam rangking . Kreteria itu antara lain; target RKAP,

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

permasalahan-permasalahan yang ada di situ , keluasan wilayah, Biaya yang dikelola, sudah berapa tahun tidak diaudit, sehingga diprioritaskan pada tahun ini, jumlah tenaga kerja yang ada di satuan kerja itu, temuan-temuan sebelumnya yang belun ditindaklanjuti secara tuntas, termasuk temuan dari auditor eksternal. Adapun mengenai obyek pengawasan antara lain masalah piutang macet. Namun sebagaimana ditekankan oleh Tarigan piutang macet itu hanya salah satu obyek yang diaudit. Masalah yang lebih penting adalah selain piutang macet itu bisa dengan cepat ditagih, kinerja SPI itu adalah bagaimana mencegah agar jangan sampai terjadi piutang macet lagi di masa mendatang. Tim audit itu harus mampu memberikan Early Warning System (EWS) agar jangan sampai terjadi lagi hal semacam itu ke depan “Dengan begitu kita bisa berkonsentrasi hal-hal lain untuk membuat perusahaan lebih maju ke depan.”

Upaya untuk merevitalisasi SPI ini tentu tidak lepas untuk mendorong pengawasan melekat (Waskat) agar bisa berjalan secara maksimal di satuan kerja . Kalau pengawasan melekat itu bisa dilaksanakan oleh satuan kerja peluang terjadinya penyimpangan itu juga semakin kecil. “Jadi tantangan kita itu adalah membangun sistem pengawasan melekat terbangun . Kalau itu bagus peluang untuk kecurangan dan penyimpangan menjadi minim.” Dalam waskat itu, secara berjenjang adalah peran para pimpinan di satuan kerja mampu menjadi pengawas di lingkungannya. SPI selalu mendorong para pimpinan satuan itu berperan serta dalam melakukan pengawasan internal di lingkungan kerjanya. Dalam triwulan pertama melaksanakan tugas audit, SPI fokus untuk melakukan pemeriksaan untuk keberhasilan tanaman dan tanah kosong di kawasan hutan supaya segera ditanami. Selain itu, juga masalah tenurial khususnya dengan pihak ke tiga. Agar SPI bisa menjalankan fungsinya, lembaga ini kata Tarigan harus terus menjalin hubunan baik dengan satuan kerja yang ada. SPI datang itu karena tugas untuk memonitor. Karena itu, kedatangan SPI saatnya dirindukan. “Bahwa kita datang itu berguna untuk bertanya, konsultasi, untuk pencegahan dari penyimpangan, deteksi awal bila ada Jadi itu yang perlu dibangun . Intinya kedatangan SPI itu dirindukan, “tambah Tarigan. Dari pada ketemu SPI sudah banyak masalah. Karena rutinitas kita melihat kesalahan itu sudah biasa. Padahal sesuatunya sudah menyimpang dari relnya. Dengan kedatangan SPI mereka diingatkan lagi. Kalau ada masalah, mereka bisa konsultasi. Kita berusaha untuk memenuhi harapan itu. • DR

DUTA Rimba 25


wacana

SPI Sebagai

Smart Partner Oleh: Sarkoro Doso Budiatmoko*)

D

ulu, dahulu kala, orang melakukan transaksi tidak memerlukan bukti tertulis apapun, tidak tanda tangan, tidak kwitansi, tidak materai, tidak ada saksi dan hal tetek-bengek lainnya. Transaksi didasarkan pada saling percaya, menjaga nama baik, menomorsatukan reputasi dan tidak mau merugikan orang lain. Disamping, mungkin, orang dulu lebih takut berbuat dosa. Saat ini karena perkembangan jaman, pengetahuan, teknologi, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan meluasnya rambahan arus informasi, semua hal dituntut harus transparan dan akuntabel. Terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan. Demikianpun dalam urusan penyelenggaraan sebuah korporasi, apapun dan sekecil apapun setiap transaksi, harus disertai bukti, saksi, latar belakang, proses, hasil dan penanggungjawabnya. Semuanya harus jelas dengan harapan akan lebih terjamin akuntabilitasnya. Sesudah terjadi transaksi, kekayaan perusahaan, aset, sekecil apapun yang muncul harus jelas keberadaan dan nilainya. Bukan hanya urusan korporasi, untuk urusan harta kekayaan pribadi Anda pun, sebaiknya mulai saat ini siapkan kejelasan nilai dan

26 DUTA Rimba

asal-usulnya. Terlebih lagi apabila Anda masuk kategori sebagai penyelenggara negara. Telah disiapkan LHKPN untuk diisi dan dalam periode tertentu disampaikan ke KPK. Bahkan meskipun Anda bukan siapa-siapa, harus mulai paham istilah-istilah seperti pencucian uang, gratifikasi, memperkaya diri, memperkaya orang lain, pembiaran, dan istilah lainnya. Berita TV dan koran juga mengajarkan secara gamblang, kalau Anda tidak mau repot berurusan dengan penegak hukum, jangan sembarangan menerima harta dalam rupa apaun tanpa tahu asal-usulnya. Apabila diamati dengan seksama, pada setiap kemajuan jaman dan teknologi yang bermuara untuk pembangunan dan kesejahteraan ternyata juga diikuti dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi dalam penyimpanganpenyimpangannya. Oleh karena itu pemangku kepentingan sebuah perusahaan harus memiliki keseimbangan yang baik antara keinginan memajukan usaha dengan segala teknologi yang tersedia dengan kewaspadaan untuk selalu meminimalkan peluang terjadinya penyimpangan.

Sebagai Pagar Pemerintah sebagai pemegang

saham BUMN sudah sejak lama menyiapkan perangkat untuk mengelola risiko adanya penyimpangan dalam pengelolaan usaha. UU RI No.19 2003 Tentang BUMN mewajibkan setiap BUMN membentuk Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagi aparat pengawas intern perusahaan. Demikian juga PP 72 / 2010 tentang Perum Perhutani menyebutkan bahwa Perusahaan wajib membentuk SPI yang membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan operasional dan keuangan, menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya, memberikan saran perbaikan, dan melaporkan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas kepada Direktur Utama. Apabila perusahaan sudah memiliki Tata Nilai, Visi, Misi dan Rencana Kerja Tahunan maupun Jangka Panjang, sebagai acuan dalam mengelola usaha mencapai kinerja yang diinginkan, maka SPI berperan menjadi semacam pagar untuk lebih menjamin agar rencana usaha bisa dicapai sesuai keinginan. Tentu saja sesuai dengan kemajuan jaman, SPI tidak cukup hanya melaporkan temuan yang sekedar perbedaan antara kriteria (pedoman,ketentuan dan rencana) dengan realisasi. Jauh lebih dari itu adalah memberi laporan hasil analisa

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


atas temuan dengan didasarkan pada risiko yang terjadi, menyampaikan peluang-peluang pengembangan (opportunity of improvement) dan masukan-lain untuk kemajuan perusahaan.

Maju mundur perusahaan Sebuah perusahaan kemajuannya tergantung pada bentuk dan struktur organisasi dan SDM yang mengisinya. Bentuk dan struktur organisasi sebuah perusahaan harus mampu mewadahi pergerakan kelola usaha yang lincah, gesit, penuh terobosan, cepat dan tepat, dan tidak dikungkung oleh budaya yang menghalangi pemikiran dan gagasan out of the box. Struktur organisasi perusahaan juga harus mampu memberi peluang dan memelihara tingginya motivasi kerja SDM yang mengisinya. Struktur organsasi juga harus dinamis, supaya tidak gagal melakukan penyesuaian pada saat yang tepat, peka terhadap kritik, dan selalu terbarukan dengan apa yang sebenarnya terjadi di dunia luar. Maka tepat sekali apa yang sering disampaikan Direktur Utama: “bukalah jendela, di luar sana hari sudah siang”. Demikian halnya dengan organ perusahaan bernama SPI. Sebagai smart partner manajemen, akan sangat ideal apabila terbangun pengertian umum bahwa SPI yang maju, canggih dan mumpuni akan membawa perusahaan lebih maju lagi. Dan sebaliknya, setiap upaya pelemahan SPI akan melemahkan perusahaan juga. Sama halnya dengan organ perusahaan yang lain, struktur organisasi SPI dan SDM yang mengisinya haruslah sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Struktur organisasi SPI harus mampu mewadahi auditor yang berperan maksimal dalam pengawalan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

akuntabilitas pengelolaan perusahaan dan menghasilkan poteret yang utuh dan berorientasi masa depan secara komprehensif. Paradigma pengawasan tidak lagi memberi vonis benar atau salah, namun lebih mengarah pada memberi solusi dan menciptakan tatakelola usaha yang baik menuju terciptanya perusahaan yang bersih. Untuk itu diperlukan SDM yang integritas, independensi dan profesionaliosme auditor di dalamnya.

Optimalkankan SPI Memerankan SPI secara optimal sebagai smart partner tidak saja dipengaruhi oleh para SDM di dalamnya tetapi juga oleh partner dalam tugas pengawasannya. Sifat dinamis, proaktif, terbarukan dan selalu meningkatkan kemampuan diri sudah menjadi keniscayaan bagi insan SPI. Tanpa itu, akan terlindas oleh kemajuan jaman sebagaimana awal tulisan ini. Maka, SPI harus diisi oleh SDM unggul yang berintegritas, bersikap independen dan obyektif, dan berperilaku selalu memperbarui diri sebagai dasar untuk berpandangan masa depan. Diperlukan cara rekruasi yang tidak biasa untuk memperoleh SDM berkarakter seperti di atas. SDM menjadi aset strategis sekaligus faktor penting dalam menggerakan roda organisasi. Direktur Utama saat ini memberi perhatian yang besar terhadap SPI. Perhatian ini menjadi moment yang tepat bagi SPI untuk menyikapinya dengan membangun dan menerapkan pola rekrutment yang jelas, kesempatan pengembangan karir yang transparan, penetapan indikator kinerja yang komprehensif, penetapan sistem reward dan punishment yang adil dan proporsional, pendidikan profesi yang berkelanjutan, dan penyediaan sarpra

yang memadai. Momentum seperti di atas jangan sampai terlewatkan. Tanpa itu, SPI akan kembali pada peran SPI yang lama, tidak lebih sebagi watchdog.

Peran Salah satu amanat dari PP 72/ 2010 tentang Perum Perhutani terkait SPI adalah bahwa Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh SPI. Dalam kaidah melakukan perbaikan, dikenal semboyan, lakukan sekarang juga, sekecil apapun dan dimulai dari diri sendiri. Semboyan ini mengandung manfaat, segera terjadi perbaikan, menghemat biaya, tenaga dan pikiran. Bandingkan apabila hal sebaliknya, masalah atau temuan tidak kunjung diselesaikan, akan membawa konsekwensi pemborosan biaya, tenaga dan pikiran. Sejauh ini peran yang dimiliki oleh SPI dalam manajemen perusahaan adalah memberi rekomendasi langkah perbaikan atas temuan yang ditemukan dalam pelaksanaan pengawasan. Maka, selain kualitas dari rekomendasi yang akan memberi warna dan peran pentingnya SPI, juga sejauh mana langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh manajemen atas rekomendasi SPI. Oleh karena itu, seperti judul lagu “every body need somebody”, untuk maju dan berperan optimal SPI juga memerlukan kerjasama dan peran positif dari pihak operasional yang diawasi. Secara kelembagaan SPI bekerja untuk memperlancar dan mempercepat pencapaian tujuan perusahaan, maka tidak tersedia alasan untuk tidak mendukung SPI untuk maju. Jakarta, April 2015. • DR *) Kepala Biro Pengawasan Wilayah Perum Perhutani

DUTA Rimba 27


Dok. Kom PHT®2014 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

rimbakhusus

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

28 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Laba Bersih Rp 389 Miliar

Menuju

Perhutani Unggul Minggu, 29 Maret 2015, Perum Perhutani genap berusia 54 tahun. Ragam torehan prestasi telah dirangkai. Optimisme pun ditebarkan, untuk terus berkinerja baik dan meningkatkan profesionalisme, menuju perusahaan unggul di bidang kehutanan.

P

uncak peringatan hari jadi ke-54 Perum Perhutani diselenggarakan di Kantor Divisi Regional Jawa Barat-Banten, Jl. Soekarno-Hatta, Bandung. Hari jadi kali ini mengusung tema “Kita Tingkatkan Profesionalisme Melalui Perubahan Menuju Perhutani Unggul”. Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, memimpin langsung rangkaian peringatan hari jadi Perhutani yang telah berlangsung sejak 28 Maret 2015 itu. Hari pertama puncak peringatan hari jadi ke-54 Perhutani berisi rapat kerja serta penyampaian ceramah motivasi dan Program Aksi Litbang KPK. Di kesempatan rapat kerja tersebut, masing-masing divisi menyampaikan permasalahan utama yang dihadapi serta usulan mereka. Setelah itu, diskusi dan pembahasan atas permasalahan yang mengemuka pun dilakukan. Lalu masing-masing direktorat juga menyampaikan arah, kebijakan, dan program kerja 2015. Hari kedua diawali upacara.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Seluruh personel yang hadir telah memasuki halaman Kantor Divisi Regional Jawa Barat-Banten tempat upacara berlangsung sejak pukul 06.00 WIB. Tepat pukul 07.00 WIB upacara dimulai. Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar, bertindak sebagai Inspektur Upacara. Usai upacara di lapangan, acara berlanjut di Gedung Graha Rimba Harmoni Divre Jawa Barat-Banten. Yang menarik, di akhir upacara, Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, secara simbolis menyerahkan sepeda motor jenis Kawasaki KLX L kepada 14 orang perwakilan Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) atau Asper, dan Kawasaki KLX S kepada 14 orang perwakilan Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) atau Mantri dari seluruh Kepala Pemangkuan Hutan (KPH). Penyerahan sepeda motor tersebut merupakan wujud program Motorcycle Ownership Program (MOP). Lewat program itu, Perum Perhutani memberikan fasilitas kepemilikan motor kepada pejabat

lapangan, khususnya KBKPH/Asper dan KRPH/Mantri, agar mereka dapat meningkatkan kinerja dan memberikan pelayanan yang prima. Di kesempatan itu, Mustoha Iskandar menyebut, selain sebagai fasilitas bagi pejabat lapangan untuk meningkatkan kinerjanya, Motorcycle Ownership Program (MOP) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan. Sebanyak 2.077 unit motor dibagikan kepada KBKPH/Asper dan KRPH/Mantri di seluruh Divisi Regional Perum Perhutani. Selain itu, perusahaan nantinya juga akan memberikan fasilitas berupa bahan bakar minyak sebanyak 15 liter setiap bulan untuk setiap motor. Acara di Bandung itu merupakan puncak peringatan Hari Jadi Perhutani. Rangkaian peringatan tersebut juga dilangsungkan secara serentak oleh karyawan di seluruh unit kerja Perhutani. Semua personel Perhutani yang kini berjumlah 21.700 orang itu mengusung semangat yang sama, untuk menjawab tantangan dan tanggung jawab yang kian besar. Tanggung jawab semakin besar. Sebab, sejak September 2014, pemerintah menetapkan Perhutani sebagai induk holding BUMN Kehutanan. Ketetapan itu ditorehkan dalam Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan

DUTA Rimba 29


Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Sebagai induk, Perhutani langsung memiliki lima anak perusahaan tambahan, PT Inhutani I, PT Inhutani II, PT Inhutani III, PT Inhutani IV, dan PT Inhutani V. Sehingga, kini Perum Perhutani memiliki 8 anak perusahaan dan satu yayasan. Tanggung jawab juga semakin besar. Sebab, sebagai BUMN Kehutanan, Perhutani kini dituntut juga untuk menjadi instrumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi, dan air. Juga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan sebagai kepeloporan dan kebanggaan nasional.

Pertumbuhan Pendapatan Di Gedung Graha Rimba Harmoni, sebagai pembuka, seluruh personel yang hadir menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Seruan Rimba. Dilanjutkan laporan Ketua Panitia, Sumardi, yang sehari-hari menjabat Asdir Umum dan Pengadaan. Usai mendengarkan laporan panitia, seluruh yang hadir pun disuguhkan dengan tampilan kilas balik Perhutani tahun 2014. Layar besar yang terpampang di depan panggung pun memancarkan gambar-gambar bercahaya. Di sana, seluruh hadirin melihat rangkaian prestasi Perhutani sepanjang 2014 yang tercatat dalam kaleidoskop. Di tampilan kaleidoskop, antara lain disebutkan, prestasi Perum Perhutani meraih pendapatan sebesar 4,604 triliun Rupiah, dengan laba bersih sebesar 380 miliar Rupiah. Hal itu berarti terdapat kenaikan 186 persen dari pendapatan perusahaan tahun 2013. Di sebutkan pula, rata-rata pertumbuhan laba usaha sebesar 26% dan capaian rupiahnya per tahun mengalami peningkatan. Di dalam lima tahun terakhir,

30 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar saat rapat kerja di Bandung.

pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen. Menurut Dirut Perhutani, Mustoha Iskandar, salah satu penyebab naiknya laba tersebut adalah perolehan dari pendapatan di sektor kayu yang meningkat hingga 25 persen menjadi 2,15 triliun Rupiah. Di tahun 2013, Perhutani hanya memperoleh pendapatan sebesar 1,7 triliun Rupiah. Memang, saat konferensi pers usai acara Peringatan Hari Jadi ke-54 Perhutani, Mustoha mengakui dalam 5 tahun terakhir terdapat kerugian akibat illegal logging sebesar 44 milyar Rupiah. Hal itu diakui Mustoha, menunjukkan masih tingginya gangguan keamanan terhadap kawasan perhutanan yang Perhutani kelola. Namun, menurut dia, jumlah kerugian tersebut dapat dikatakan nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan raihan pendapatan yang

dikumpulkan perusahaan dalam lima tahun terakhir. “Secara umum, pendapatan lima tahun terakhir juga mengalami pertumbuhan sebesar lima belas persen,” katanya. Tak hanya itu. Berdasarkan indikator penilaian kinerja, Perum Perhutani dinyatakan berkinerja “SEHAT AA”. Predikat tersebut telah bertahan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Terkait dengan peningkatan pendapatan tersebut, Mustoha juga menegaskan, Perum Perhutani selanjutnya secara bertahap akan terus menekan prosentase pendapatan dari sektor kayu dari tahun ke tahun. Ia berharap, di masa depan pendapatan Perum Perhutani akan didominasi oleh produk non kayu. Hal itu dilakukan demi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, berbagai produk inovatif

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: Istimewa.

Karyawan berprestasi foto bersama BOD Perum Perhutani.

pun akan terus dikembangkan Perum Perhutani bersama sejumlah anak perusahaannya. Sehingga, tahun ini Perhutani mulai menerapkan sistem teknologi informasi untuk semua bidang pekerjaan. Sistem teknologi informasi tersebut diluncurkan (launching) sebagai bagian dari rangkaian acara puncak Hari Jadi ke-54 Perhutani di hari itu. Pemberlakuan sistem itu termasuk perpindahan sistem pengelolaan keuangan dari tradisional ke modern, dengan membatasi transaksi tunai dan menerapkan e-commerce. “Sekarang pemasaran secara online adalah keniscayaan. Selain memperluas pangsa pasar, kami juga ingin menekan kemungkinan munculnya ‘hantu-hantu’ dalam transaksi tatap muka,” ucap Mustoha. Penerapan e-commerce juga memungkinkan transaksi

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

berjalan dengan lebih cepat dan efektif. Menurut Deputi Direktur Pengendalian dan Peningkatan Kinerja, Hari Priyanto, satu kali transaksi lewat e-commerce hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Hari menuturkan, saat ini sudah 142 TPK terkoneksi dengan sistem tersebut. Penerapan sistem teknologi informasi itu diproyeksikan akan menyumbang penjualan hingga 60%. Di tahun ini Perhutani juga menetapkan transformasi di hulu dan hilir. Maka, untuk mendukung transformasi hulu dan hilir, perubahan sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan spesialisasi SDM pun dilakukan. Termasuk di dalamnya adalah pemberlakuan Golden Shake Hand bagi 217 karyawan pada Divisi Industri kayu. Demikian pula dengan perubahan culture migration atau migrasi budaya/etos kerja yang digalakkan di semua lini Perhutani

yang kini diawaki 21.700 orang personel itu. Semua itu merupakan wujud nyata perubahan yang tengah dijalankan Perhutani.

Launching Produk Terus berinovasi. Itulah semangat yang terasa dalam pemaparan di layar besar kali itu. Demi menandai semangat dan optimisme menuju perusahaan unggul itu, beberapa sistem manajemen dan produk baru pun di-launching. Sejumlah sistem manajemen yang berbasis teknologi informasi itu adalah Sistem Informasi Karyawan Terintegrasi (IKAT PHT), Sistem Informasi Manajemen Aset Perhutani (SIM-A), Sistem Informasi Getah Pinus, dan Sistem Marketing Kayu e-commerce. Mustoha mengatakan, Saat ini Perhutani menggencarkan sistem pemasaran lewat online. Tak hanya sekadar tuntutan kemajuan

DUTA Rimba 31


teknologi, penerapan sistem tersebut juga dilakukan untuk menekan kemungkinan adanya penyelewengan-penyelewengan oleh oknum di lapangan dalam sistem pemasaran konvensional. Sebab, dengan pemberlakuan sistem tersebut, calon pembeli kayu tak lagi perlu datang ke TPK. Bahkan menurut Mustoha, calon pembeli dilarang datang ke TPK. Maka, di setiap TPK Perhutani akan dipasangi kamera pemantau (CCTV) yang akan terhubung ke media center di Perhutani pusat. Lewat CCTV itu, setiap aktivitas di TPK akan terpantau dan dengan demikian segala bentuk pelanggaran dan penyelewengan akan dapat diminimalkan. Ujung semua itu, tentu untuk mewujudkan tujuan “Perhutani Bersih”. Mustoha melanjutkan, penggunaan CCTV juga dapat dioptimalkan demi menekan terjadinya kehilangan. Menurut dia, Perhutani akan terus memperketat pengawasan yang nantinya akan diintegrasikan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Lewat penerapan sistem itu, lagi-lagi semua aset atau segala sesuatu yang terjadi di hutan milik negara bisa dipantau secara terpusat. Bukan hanya sistem baru yang di-launching tepat di puncak acara Hari Jadi ke-54 Perhutani. BUMN Kehutanan ini juga meluncurkan sejumlah produk baru. Produkproduk baru yang dilincurkan itu adalah Air Madu, Sabun Madu, serta Tas Kulit Buaya Perhutani. Tak kulit buaya Perhutani itu dipasarkan dengan merek “Be-Pelle”. Produksi tas berbahan kulit buaya itu dilakukan dengan menggunakan kulit buaya dari jenis Crocodylus porosus atau buaya muara. Ya, buaya muara ini merupakan jenis buaya yang ditangkarkan dan dikembangbiakkan

32 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyerahkan potongan tumpeng HUT Perhutani ke 54 kepada Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani, Hadi Daryanto.

Perhutani di Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Terkait launching tas dari kulit buaya tersebut, Kepala Biro Bisnis Wisata dan Agribisnis Perum Perhutani, Lies Bahunta, menyebut, dengan dilakukannya pengembangan agroindustri produk fashion berbahan baku kulit buaya tersebut, diharapkan pula menghasilkan nilai tambah dan menguntungkan dari sisi populasi buaya yang ditangkarkan oleh Perum Perhutani khususnya Divisi Regional Jawa Barat-Banten. Pengelolaannya menjadi lebih terintegrasi, dari sisi pemanfaatan populasi untuk aspek wisata, juga aspek pengendalian populasi, serta pemanfaatan optimal untuk menghasilkan produk-produk fashion. “Kami baru mencoba-coba pasarnya saat ini, dengan melihat

perbandingan segmen pasar produkproduk berbahan kulit buaya di kancah nasional dan internasional. Untuk desain, kami sudah bekerjasama dengan pihak-pihak yang selama ini diketahui memang ahlinya. Sehingga, diharapkan produk-produk yang dihasilkan sangat menarik selera konsumen,” ujar Lies. Selain itu, Perum Perhutani juga berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam peningkatan produksi komoditas padi dan jagung. Mustoha menuturkan, dengan memperlebar jarak tanam pohon kayu, Perhutani menargetkan mulai 2016 petani hutan di bawah binaan Perum Perhutani akan dapat menyumbang pasokan 1 juta ton jagung dan 500.000 ton padi setiap tahun. Menindaklanjuti peran hutan yang

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Penghargaan Rangkaian acara puncak peringatan Ulang Tahun ke-54 Perhutani juga diisi pemberian penghargaan dan Surat Keputusan Direksi untuk peningkatan status karyawan. Sejumlah 10 Surat Keputusan Direksi untuk peningkatan status Pekerja Pelaksana menjadi karyawan atau pegawai perusahaan diberikan saat upacara berlangsung Minggu pagi. Selain itu, juga diserahkan Penghargaan kepada 85 karyawan berprestasi, Penghargaan kepada 15 karyawan penata arsip terbaik, serta Penyerahan 28 unit sepeda motor operasional kepada Asisten Perhutani (Asper) dan Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH). Pemberian penghargaan juga berlanjut di dalam Gedung Graha Rimba Harmoni. Penghargaan yang diberikan itu antara lain disampaikan kepada 6 karyawan pemenang Duta Rimba Best Reader 2015. Selain penghargaan kepada para karyawannya, Perhutani juga memberikan penghargaan berupa piala, piagam dan uang tunai kepada generasi muda Indonesia pemenang Lomba Menulis Cerita Pendek Hutan dan Lingkungan (LMCHL) – Perhutani Green Pen Award 2015 yang diadakan oleh Perhutani dan telah memasuki tahun kedua.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

semakin besar dalam menunjang ketersediaan pangan tanah air, Perum Perhutani menggaet Perum Bulog untuk melakukan penyerapan gabah pada musim panen padi awal 2015. Hal itu merupakan upaya optimalisasi pengadaan cadangan beras nasional. Kemitraan tersebut juga dilakukan pada musim panen padi pada sejumlah kehutanan lingkup Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, yang kini mulai mengalir pada sejumlah kabupaten.

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar saat melepaskan balon HUT Perum Perhutani ke 54.

Cerpen berjudul “Buah Kangen Untuk Bapak” karya Amelia Nuraisyah Quinsy (kategori A), “Lemari Hujan” karya Ilham Vahlewi (Kategori B) dan “Musim Jamur” karya Ilham Q Muhiddin (kategori C) masing-masing ditetapkan Dewan Juri sebagai pemenang pertama Lomba Menulis Cerpen Hutan Dan Lingkungan Perhutani Green Pen Award 2015. Perhutani Green Pen Award diadakan pertama kali tahun 2014. Kala itu, pendaftarannya dibuka sejak 22 November 2013 hingga 22 Februari 2014. Dari ajang dua kali penyelenggaraan Perhutani Green Pen Award tersebut, satu fakta dengan jelas menunjukkan, banyaknya bermunculan peminat untuk menulis cerita tentang hutan dan lingkungan. Apalagi, 60% dari peserta tersebut merupakan “pengarang baru” atau “baru memulai mengarang”. Menurut Sekretaris Perusahaan Perhutani, John Novarly, lomba Perhutani Green Pen Award ini

merupakan stimulasi kepada pelajar, mahasiswa, dan public, untuk cinta hutan. Juga sebagai bentuk environmental awareness yang coba ditanamkan sejak dini. “Perhutani Green Pen Award kami jadikan agenda tahunan Perum Perhutani dan akan selalu ditingkatkan penyelenggaraannya dari tahun ke tahun” tambahnya. Dan yang paling menarik, rangkaian acara dimeriahkan penampilan ibu-ibu darma wanita dari setiap divisi. Masing-masing divisi menampilkan karya dan kreasi unik. Ada yang menyanyi, menari, membaca puisi, atau paduan dari semua unsur itu. Nah, pada akhirnya seluruh rangkaian kemeriahan acara puncak Peringatan Hari Ulang Tahun ke54 Perhutani itu kian memberikan optimisme bagi pengelolaan hutan di Indonesia. Juga optimisme bagi pengelolaan Perhutani sebagai perusahaan unggul di bidang kehutanan Di Indonesia, bahkan di dunia. Semoga! • DR

DUTA Rimba 33


rimbakhusus

Berprestasi

Dapat Apresiasi Makna sebuah dedikasi adalah menjalani profesi dengan penuh kesungguhan dan menganggap pekerjaan adalah bagian dari dirinya sendiri. Seorang pekerja yang menjalani profesinya dengan penuh dedikasi berarti melakukan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu, demi keberhasilan suatu usaha dan tentu saja mencapai tujuan mulia. Untuk mencapai hasil yang maksimal sebagai bagian dari ibadahnya kepada Tuhan. Dan pekerja yang bekerja penuh dedikasi ini layak mendapatkan penghargaan. Hal itu juga yang dilakukan Perum Perhutani dengan memberikan penghargaan bagi karyawankaryawan yang berdedikasi tinggi.

S

ebagai bagian dari rangkaian mata acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-54 Perum Perhutani, Direksi Perum Perhutani memberikan penghargaan kepada 93 karyawan berprestasi. Ke-93 karyawan itu mulai tingkat Staf Pelaksana atau Mandor, Penguji Kayu, Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH), serta Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH)/Asper. Penghargaan itu juga merupakan apreasiasi dan pengakuan perusahaan terhadap prestasi masing-masing personel. Para peraih penghargaan

34 DUTA Rimba

tersebut terlihat sumringah. Betapa tidak. Diraihnya penghargaan itu menunjukkan, mereka semua dianggap sebagai yang terbaik di bidang masing-masing, berdasarkan penilaian dan kriteria manajemen. Faktor yang dinilai itu antara lain, telah melakukan pekerjaan dengan prestasi yang baik dan melaksanakan tugas dengan penuh kesungguhan. Di tingkat mandor, penghargaan diberikan untuk mandor di 6 kategori. Keenam kategori itu adalah bidang Persemaian, bidang tanaman, bidang pemeliharaan, bidang tebangan, bidang sadapan, Mandor Pendamping PHBM, Mandor Polter,

dan Mandor TPK. Di masing-masing kategori, terdapat 3 nama terbaik. Mandor terbaik untuk bidang persemaian berturut-turut adalah Didik Kustam Arifin (BKPH Ciledug KPH Kuningan), Arifin (BKPH Tegaron KPH Padangan), dan Pardiyanto (BKPH Karang Rayung KPH Telawa). Di bidang tanaman, mandor terbaik berturut-turut adalah Sutikno (BKPH Ngandang KPH Kebonharjo), Abdul Ajis (BKPH Watudodol KPH Banyuwangi Utara), dan Bambang (BKPH Jampang Kulon KPH Sukabumi). Untuk bidang pemeliharaan, Mohammad Mahmud (BKPH Segoro Gunung KPH Gundih), Iskak (BKPH Gn. Kancana KPH Banten), dan Andika Dinasti (BKPH Watudodol KPH Banyuwangi Utara) menjadi yang terbaik. Sedangkan di bidang tebangan, tiga terbaik tersebut berturut-turut adalah Dwi Hadi Purnomo (RPH Jajakan BKPH Kesamben KPH Blitar), Karyono (RPH Regaloh BKPH Regaloh KPH Pati), dan Kamsari (RPH Songgom BKPH Songgom KPH Sumedang). Di bidang sadapan, mandor terbaik berturut-turut adalah Yono Sumaryono (BKPH Rajamandala KPH Bandung Selatan), Giyono (BKPH Sukapura KPH Probolonggo), dan Sungkowo (BKPH Karangkobar KPH Banyumas Timur). Sementara mandor terbaik di bidang pendampingan PHBM berturut-turut adalah Undaiman (BKPH Cikajang KPH Garut), Kuswanto (BKPH Bumijawa KPH

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Salah satu Asper menerima kunci secara simbolis Motorcycle Ownership Program dari Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

Pekalongan Barat), dan Mohamad Saiful (BKPH Lawang Barat KPH Pasuruan). Dan Mandor Polter terbaik masing-masing adalah Suwanto (BKPH Bate KPH Jatirogo), Uban Sobandi (BKPH Cikalong KPH Tasikmalaya), dan Kiskandar (BKPH Ledok KPH Cepu). Serta Mandor TPK terbaik masing-masing adalah Ade Sudirman (Mandor Wilayah Tasikmalaya, Wilayah Manager Komersial Kayu Cirebon), Mashudi (Mandor Penerimaan TPK Bangsri,

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Wilayah Managel Komersial Kayu Cepu), dan Jumaasin (Mandor Penerimaan TPK Jember, Wilayah Manager Komersial Kayu Jember).

Berhasil dalam Tugas Banyak sekali memang penerima penghargaan dalam Peringatan Hari Ulang Tahun ke-54 Perhutani. Tetapi ada sejumlah kesamaan di antara semua nama yang terbaik itu. Mereka semua dinilai telah menjalani bidang pekerjaannya dengan penuh

kesungguhan, mendapatkan hasil kerja yang bagus, serta memiliki pengalaman yang menarik dalam menghadapi bidang pekerjaan mereka sehari-hari, termasuk dalam proses penanganan konflik dengan pihak dari luar perusahaan. Arifin misalnya. Lelaki berperawakan sedang itu menyebut, kegiatannya sehari-hari tak lepas dari kegiatan rutin semisal memerhatikan tanaman dan melakukan pemeliharaan, serta memastikan agar

DUTA Rimba 35


semua kegiatan tersebut memenuhi standard yang sesuai dengan SOPnya masing-masing. “Saya sendiri kurang memahami mengapa saya mendapatkan penghargaan. Saya terserah pimpinan saja. Pimpinan yang menilai hasil pekerjaan saya. Saya bekerja bukan untuk mendapatkan penghargaan ini saja. Tetapi saya melakukan pekerjaan ini dengan niat untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT,” ujarnya. Hal yang sama diungkapkan Pardiyanto. Menurut dia, saat dipanggil ke Kantor KPH Telawa ia tak menduga sama sekali akan diberitahu bahwa ia akan menerima penghargaan sebagai Mandor Terbaik III tingkat direksi di bidang persemaian. Sebab, selama ini ia hanya berusaha untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan pimpinannyalah yang kemudian menilai bahwa ia telah berhasil dalam tugas. “Saya sendiri merasa sangat berterimakasih atas penilaian atau apresiasi pimpinan kepada saya,” tuturnya. Sementara Sutikno menyebut, perlu kesabaran dan ketelitian khusus dalam menjalani hari-harinya sebagai mandor di bidang tanaman. Terlebih karena tugasnya bersinggungan dengan masyarakat di sekitar hutan. Maka, ia pun menerapkan strategi khusus untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan bersikap lebih simpati terhadap Perhutani. Tentu banyak suka maupun duka ia alami. Namun, apapun duka yang ia hadapi, tak lantas membuat ia surut ke belakang dari medan laga. Sebaliknya, semua pengalaman ia jadikan soko guru untuk terus melangkah maju. “Sukanya adalah kalau tanamannya tumbuh dengan bagus. Kalau hujannya bagus, tanaman tumbuh dengan bagus. Itu saya senang. Kepada para pesanggem

36 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Juara I kategori C Perhutani Green Pen Award.

(petani penggarap lahan hutan, red) juga kami berikan pengarahan agar mereka ikut memelihara sehingga tanamannya menjadi lebih bagus. Jadi, dalam pekerjaan sehari-hari, saya menekuni tanaman, memelihara tanaman, dan juga memberikan pengarahan kepada tenaga-tenaga yang ada itu,” katanya.

KRPH dan Asper Terbaik Sedangkan KRPH terbaik di bidang tanaman tahun ini berturutturut diraih oleh Supani Nurcahyono (KRPH Bangsring BKPH Watudodol KPH Banyuwangi Utara), Nanang Heryadi (KRPH Cisujen BKPH Jampang Kulon KPH Sukabumi), dan Didiet Sofi, SP (KRPH Magangan BKPH Kalibodri KPH Kendal). Di bidang sadapan, KRPH terbaik

masing-masing adalah Marwoto Yudoasmoro (KRPH Martopuro BKPH Lawang Timur KPH Pasuruan), Asep Sarifudin (KRPH Gonggang Selatan BKPH Sagaranten KPH Sukabumi), dan Hartono (KRPH Pandanarum BKPH Karangkobar KPH Banyumas Timur). Untuk Asper, seperti juga KRPH, terbagi dua kategori. Masingmasing di bidang tanaman dan sadapan. Asper terbaik di bidang tanaman, berturut-turut adalah Soma Sudarmana (Asper/KBKPH Parung Panjang KPH Bogor), Alimin (Asper/KBKPH Karang Rayung KPH Telawa), dan Witono (Asper/KBKPH Watudodol KPH Banyuwangi Utara). Sedangkan Asper terbaik di bidang sadapan, berturut-turut adalah Suratman (Asper/KBKPH Wanareja

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Salah satu karyawan berprestasi menerima ucapan selamat dari Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

Harapan untuk Perhutani

Betapa kesungguhan menjalani profesi melahirkan dedikasi yang begitu besar terhadap pekerjaan. Dedikasi yang besar itu akhirnya bermuara pada totalitas dalam berkarya. Ujungujungnya adalah keinginan dan tekad yang kuat untuk memajukan perusahaan. KPH Banyumas Barat), Dede Sutisna (Asper/KBKPH Segaranten KPH Sukabumi), dan Mulyadi (Asper/ KBKPH Ponorogo Selatan KPH Lawu Ds).

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Bidang pekerjaan mereka memang berbeda-beda. Lokasi tempat tugas mereka juga berbedabeda. Tantangan yang mereka hadapi juga beranekaragam. Namun, satu hal yang sama di antara para peraih penghargaan tersebut adalah, mereka sama-sama memiliki kesungguhan dan totalitas dalam berkarya. Dan dedikasi tinggi mereka terhadap pekerjaan telah mereka tunjukkan dengan sungguh-sungguh. Toh masih ada harapan yang terselip dari sela-sela bibir mereka. Mereka menyatakan harapan, Perhutani dapat lebih maju lagi. Dengan makin majunya perusahaan, perusahaan akan dapat terus memerhatikan kesejahteraan karyawan. Terutama untuk para Pekerja Pelaksana yang telah selesai masa tugas atau pensiun. Mereka pun berharap, selanjutnya akan lebih dapat memacu prestasi kerja mereka menjadi lebih baik daripada apa yang telah mereka raih saat ini. Mereka pun berharap, Perhutani semakin menunjukkan

manfaat yang besar kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Para peraih penghargaan tersebut, pada akhirnya menunjukkan betapa kesungguhan menjalani profesi melahirkan dedikasi yang begitu besar terhadap pekerjaan. Dedikasi yang besar itu akhirnya bermuara pada totalitas dalam berkarya. Ujung-ujungnya adalah keinginan dan tekad yang kuat untuk memajukan perusahaan. Dedikasi yang besar itu tak hanya dituntut di kalangan ujung tombak perusahaan seperti mereka. Namun, para personel yang menjabat di posisi-posisi yang lebih tinggi pun dituntut memiliki dedikasi dan totalitas. Seperti dikatakan Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar, setiap personel Perhutani harus selesai dengan dirinya. Artinya, setiap personel hendaknya telah merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan, sehingga tidak lagi merasa perlu untuk mengais-ngais rezeki dengan cara-cara yang tidak benar. • DR

DUTA Rimba 37


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Konferensi Pers saat HUT Perhutani ke 54 di Bandung.

38 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Kepatuhan Hukum Ditengah Hari Jadi

Perhutani Rangkaian prestasi dan peningkatan pendapatan yang dicatat Perhutani menjadi tema sentral dalam konferensi pers usai Acara Puncak Peringatan Hari Jadi ke-54 Perhutani. Selain itu, juga ada banyak pertanyaan lain yang terlontar. Tetapi, di antara banyak tema pertanyaan itu, ada satu yang cukup menarik perhatian wartawan kala itu. Apa lagi kalau bukan terkait kasus pencurian kayu dengan terdakwa seorang perempuan bernama Asyani, yang kasusnya bergulir di Pengadilan Negeri Situbondo, Jawa Timur.

S

aat berlangsung konferensi pers usai acara Peringatan Hari Jadi ke-54 Perhutani, Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mengakui dalam 5 tahun terakhir Perhutani mengalami kerugian hingga sebesar 44 milyar Rupiah akibat illegal logging. Menurut

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Mustoha, hal itu menunjukkan masih tingginya tingkat gangguan keamanan terhadap kawasan perhutanan yang dikelola Perhutani. Namun, menurut dia, jumlah kerugian tersebut dapat dikatakan nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan raihan pendapatan yang dikumpulkan perusahaan dalam lima tahun terakhir.

DUTA Rimba 39


rimbakhusus “Secara umum, pendapatan lima tahun terakhir juga mengalami pertumbuhan sebesar lima belas persen,” katanya. Namun, Mustoha menegaskan, Perum Perhutani tidak pernah melakukan kriminalisasi terhadap seseorang. Pun ketika terjadi kehilangan aset di hutan negara. Hal itu ditegaskannya menanggapi pertanyaan wartawan terhadap kasus yang saat ini tengah bergulir di pengadilan yang melibatkan terdakwa Asyani di Jawa Timur. Selama ini, media massa banyak memberitakan kasus Asyani. Perum Perhutani menjadi sasaran cercaan di media massa, karena dianggap tidak mempertimbangkan aspek kemanusiaan dengan melaporkan Asyani kepada aparat penegak hukum. “Kami tidak pernah menunjuk - apalagi melaporkan - siapa yang mencuri kayu atau apapun di hutan negara yang kami kelola. Kami hanya melaporkan kehilangan yang terjadi di hutan negara,” katanya menegaskan. Mustoha Iskandar mengatakan, apa yang dilakukan Perum Perhutani dalam kaitan dengan kasus tersebut adalah melaporkan tindakan pencurian aset milik Negara, tanpa menyebutkan orang per orang. “Kalau kami tidak melaporkan adanya pencurian tersebut, kami akan terkena sanksi,” ujarnya. Menurut Mustoha, sesuai Undang Undang No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Perhutani memang diwajibkan untuk melaporkan setiap bentuk kehilangan di dalam areal hutan negara yang mereka kelola. Hal itu diatur dalam Pasal 104 Undang Undang tersebut. Sebab jika tidak, Perum Perhutani akan diangggap telah melakukan pembiaran, dan karena itu dikenakan sanksi pidana. Bahkan, petugas

40 DUTA Rimba

Perhutani di lapangan bisa diancam kurungan 6 bulan hingga 15 tahun penjara serta denda 1 Milyar - 7,5 Miliar Rupiah. “Tugasnya Perhutani hanya melapor, dan tidak tahu pelakunya, karena itu menjadi ranah penyidik,” sambungnya. Dalam kasus di Situbondo itu, Mustoha mengatakan, Perum Perhutani melaporkan kejadian pencurian kayu atau hilangnya pohon jati, tanpa melaporkan siapasiapa saja yang diduga sebagai pelakunya, termasuk Asyani. Penetapan tersangka, lanjutnya, menjadi kewenangan penyidik dan bukan kewenangan Perhutani. Terkait dengan hal itu, Mustoha Iskandar pun berharap, masyarakat memahami bahwa Perum Perhutani tidak pernah ingin menyakiti siapapun, apalagi rakyat kecil. Sebab, setelah melaporkan kehilangan, proses penyidikan dan penyelidikan selanjutnya merupakan wewenang kepolisian sebagai penegak hukum. Perhutani sudah tidak memiliki kewenangan secara hukum. Batas kewajiban Perhutani adalah melaporkan kehilangan yang terjadi di dalam areal hutan Negara.

Kronologi Kasus Asyani didakwa melanggar Pasal 12 juncto Pasal 83 UU No 18/2013 karena diduga memiliki bagian kayu dari dua pohon jati yang hilang di Petak 43F hutan produksi milik Perhutani KPH Situbondo. Sudah sepuluh kali sidang ia hadapi di Pengadilan Negeri Situbondo. Pada setiap sidang, Asyani selalu bersikukuh tidak mencuri kayu jati milik Perhutani, seperti yang didakwakan jaksa penuntut umum. Selain Asyani, penyidik telah menetapkan tersangka utamanya adalah seorang menantunya bernama Ruslan yang membantu mengangkut kayu, Abdussalam

sebagai pemilik kendaraan pengangkut kayu, dan Cipto seorang tukang kayu. Jadi, ada empat orang tersangka – yang kini telah menjadi terdakwa – dalam kasus tersebut. Supriyono, kuasa hukum Asyani, menilai ada rekayasa hukum terhadap kliennya. Kasus illegal logging itu bermula saat Asyani dan Ruslan memindahkan kayu dari rumahnya untuk dibawa ke rumah seorang tukang kayu bernama Cipto untuk dijadikan kursi. Asyani dan Ruslan tinggal di Dusun Secangan, Desa Jatibanteng, Kecamatan Jatibanteng, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Sesampai di rumah Cipto, ketujuh batang kayu yang telah ditumpuk itu dinyatakan merupakan hasil illegal logging. Asyani menolak anggapan tersebut. Menurut dia, ketujuh kayu tersebut merupakan hasil tebangan suaminya pada 5 tahun yang lalu di lahan miliknya sendiri dan selama itu disimpan di rumahnya. Kepemilikan lahan ini dibuktikan dengan sertifikat hak atas tanah yang dimiliki Asyani. Namun, lahan tempat kayu jati yang ditebang saat itu kini sudah menjadi milik orang lain. Sedangkan suami Asyani sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Kini kasus tersebut sudah bergulir di pengadilan. Asyani kini menghadapi tuntutan 1 tahun penjara dari jaksa. Perhutani pun dituding untuk segera menghentikan penuntutan kasus tersebut. Namun, Perhutani tak memiliki wewenang untuk menghentikan kasus yang kini sudah bergulir di pengadilan itu. “Kalau kami punya wewenang, kami akan minta agar Asyani segera dibebaskan. Namun, ini bukan delik aduan. Jadi kami tak bisa mencabut laporan kehilangan itu,” tegas Dirut Perhutani, Mustoha Iskandar di hadapan wartawan. • DR

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Syariah

“Didirikan Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga Besar Perhutani” Kami telah menjalin kerjasama dan memberikan dukungan kepada Perhutani dalam program asuransi bagi pengunjung lokasi wisata yang dikelola Perhutani, asuransi bagi Belandong, dan Penyadap. Dapatkan informasi program asuransi lainnya untuk kebutuhan : Investasi (Unit Link) Dana Pendidikan Dana Hari Tua

Hubungi:

Kami juga hadir di:

Kantor Pusat Gedung Menara 165 lantai 5 Jl. TB. Simatupang Kav.1 Cilandak Timur Jakarta 12560 Telp. (021) 29406315 | Fax. (021) 29406316 Email: customerservice@amanahgitha.com

Jakarta Gd. Manggala Wanabakti Lt. II Blok IV Ruang 212 Wing B Jl. Gatot Subroto, Senayan Telp. (021) 5705090

Surabaya Perhutani Unit II Divisi Regional Jawa Timur Jl. Gentengkali 49

Bandung Perhutani Unit III Divisi Regional Jawa Barat & Banten Jl. Soekarno Hatta No. 628 KM. 14 Telp. 082819036539

Semarang Perhutani Unit I Divisi Regional Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 15-17

NO.www.amanahgitha.com 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 41


SOSOKrimba

Hariadi Kartodihardjo

Litbang KPK: Tinggalkan Cliental Anda itu Korporat Hariadi Kartodiharjo. Profesor Kehutanan dari IPB salah satu anggota Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat terkesima para pejabat peserta workshop Hari Jadi Perhutani ke 54 pada 29 Maret 2015 di Bandung Jawa Barat yang notabene banyak kawan-kawan dan ex mahasiswanya. Masuknya KPK dalam percepatan proses transformasi Perhutani menurutnya bisa jadi milestone baik buat Perhutani, tetapi disisi lain profesor ahli tenis lapangan ini juga mengingatkan agar anggota organisasi Perhutani mengikis politik yang bersifat Cliental dan berpesan ‘Anda harus berposisi untuk korporat’. Duta Rimba berbincang lebih satu jam selepas beliau memaparkan materinya. Simak hasil wawancaranya berikut ini. Apa kaitan Litbang KPK dengan Perhutani ? Pada 2013-2014 orientasi pembenahan governance adalah kawasan hutan. Kita tidak bisa menyelesaikan tanpa melakukan review perijinan misalnya, maka kalau di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) terkait dengan DirjenBUK, sedangkan untuk Jawa kita menyebutkan Perhutani. Perhutani memiliki sifat khusus bukan ijin tetapi sangat strategis. Kalau dilihat dari perspektif KPK keseluruhannya memang perbaikan sistem di BUMN itu belum digarap. Oleh karena itu Perhutani menjadi yang pertama dan menjadi

42 DUTA Rimba

sangat strategis karena kebijakankebijakannya akan bermuara di kementerian yang sama.

Bagaimana menyikapi kenaikan kinerja ? Pertanyaannya adalah bagaimana kementerian BUMN menyikapi kenaikan kinerja BUMN dibawahnya. Sebenarnya bisa dilihat tranformasi yang dilakukan Perhutani bersama KPK ini. Lalu kita melihat juga input dari luar terutama seperti tidak hanya pemerintah tetapi tetapi juga CSO. Dari situ maka harus dipastikan mengapa 10 provinsi yang awalnya itu ditetapkan sebagai prioritas selalu diluar pulau Jawa. RED++ itu kan

di luar Jawa yang memiliki hutan alam tinggi, padahal Jawa sendiri tidak kurang-kurang masalahnya berdasarkan pertimbangan itu juga maka semakin relevan bahwa BUMN Kehutanan seperti Perhutani menjadi bagian dari rencana aksi.

Pandangan tentang zona integritas ini bagaimana ? Boleh dibilang misinya sama tetapi yang saya maksud itu spesifikasi Perhutani menjadi bagian dari rencana aksi. Sementara yang disebut kementerian BUMN itu tadi tidak. Mungkin mereka memiliki strategi sendiri dengan rencana aksi tertentu, saya tidak begitu paham

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 43

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.


Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

SOSOKrimba

tetapi ketika melihat tingkat kesulitan dari sebuah perusahaan untuk memperbaiki diri, itu justru tidak lepas dari kementerian pembuat kebijakan atas perusahaan itu. Jadi dari sisi analogi dengan kebijakan zona anti korupsi di BUMN, adalah tidak mungkin BUMN itu juga bisa memperbaiki diri ketika tidak menyangkut kementerian lain yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan BUMN itu sendiri. Apalagi kalau yang dimaksud BUMN secara keseluruhan itu ada BUMN tambang, kelautan dan sebagainya, yang kemudian KPK justru masuk kesana dalam perspektif kebijakan publik. Seperti contoh pencabutan ijin, memperbaiki sistem pendataan dan perijinan pertambangan itu kan bukan oleh kementerian BUMN tetapi oleh pemda dan pemerintah, yang implikasinya bisa juga memperbaiki BUMN tadi. Jadi sebetulnya sejalan misinya tetapi rutenya yang agak berbeda.

44 DUTA Rimba

Apakah praktek zona integritas mewujudkan GCG ? Ini menjadi perbincangan ketika kita membicarakan temuan KPK terkait kebijakan perijinan. Pada saat itu saya presentasi dengan pengusaha, ini ada upaya pemerintah yang beberapa peraturannya sudah disesuaikan dengan coruption impact assesment, tetapi korupsi itu selalu ada dua pihak. Nggak bisa kalo terus begini tapi tetap saja terus suap menyuap dari waktu ke waktu. Kalau masih demikian proses-proses GCG perusahaan itu dimana. Memang sulit tapi perusahaan kehutanan harus membuat road map untuk mencapai GCG itu. Contoh, ada perusahaan pemegang ijin hutan alam, mereka mengutarakan semua masalahnya, mereka membuat rencana aksi perusahaannya dan ingin dikawal KPK. Anda bisa bayangkan, kalau perusahaan swasta saja mau dikawal KPK, pastilah perusahaan GCG,

karena nggak mungkin juga KPK masuk perusahaan anda tetapi masih ada suap-suapan. Mengapa inisiatif ini terjadi? Ternyata gampangnya begini: Mas, saya ini mau kerja benar nggak bisa kok, saya mau ngurus ini, mau ngurus koridor ngangkut kayu hutan tanaman dan ini proses harus dilakukan, karena hutan tanaman kalau kayunya kesana kan lewat punya orang, koridornya diurus satu setengah tahun nggak selesai-selesai jadi RKAP pertama itu sampe busuk. Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu si perusahaan memastikan begini “Mas kayaknya kalau tidak GCG perusahaan saya bangkrut”.

Perusahaan berinisiasi dikawal KPK bisa ? Dalam konteks seperti ini akhirnya menjadi keharusan juga, tetapi tingkat kesulitan dari setiap perusahaan itu berbedabeda. Ada yang malah sebaliknya,

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Jadi, kesimpulannya kalau tidak ada

dengan proses yang “kotor” high cost ekonomi justru mereka mendapatkan previlege dengan membayar mendapat kecepatan, mendapat konsesi, orang lain yang nggak bisa bayar nggak dapat. Situasi seperti ini selalu dimanfaatkan orang-orang kuat. Maka dalam konteks perubahanperubahan ini nggak mungkin kita meninggalkan aparat seperti TNI, Polri, karena kekuatan real mereka ada di lapangan. Memastikan hal seperti itu ruangnya menjadi cukup besar, kita tahu sebetulnya ada juga perusahaan yang memastikan dirinya GCG, tetapi tekanannya luar biasa karena kalau nggak GCG akan mati perusahaannya.

Apakah ini pencegahan agar tidak tergoda korupsi ? Kalau dari asumsi-asumsi dasar, program ini intinya adalah memperbaiki perilaku. Jadi orientasinya beda-beda lalu kita melihat rasionalitas perilaku yang katakanlah misalnya kebanyakan mereka mencari duit sendirisendiri. Mengapa ini terjadi, maka kita harus melihat unsur-unsurnya untuk memastikan itu nggak terjadi. Menjadi sangat penting bagi orang itu sebetulnya ukuran kinerjanya administrasi, kalau dalam pengertian anggarannya sudah beres, terus dianggap beres. Tetapi apakah

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

sebetulnya akan gagal juga, karena itu intinya.

anggaran itu langsung ke dirinya atau sampai sasaran dan memperbaiki performance? Itu sebetulnya sesuatu yang mesti kita lihat, itu satu. Yang kedua, ketika kemudian ada performa perusahaan yang meningkat yang harus dibereskan itu dimana-mana adalah pendapatan pekerja sendiri. Sedangkan segudang cara pencapaiaan itu sebentulnya arah semacam anak panah saja, tetapi bagaimana cara mencapai goalnya itu, sebetulnya ada instrument leadership manajemen keuangan yang nggak boleh hilang. Jadi kesimpulannya kalau tidak ada strong leadership akan gagal juga karena itu intinya.

Proses perubahan Perhutani bagaimana ? Pertama, sisi dengan Perhutaninya mau berubah, dari sisi lain mengapa kemudian dengan KPK menjadi strategis. Sebetulnya

adalah menggunakan kredibilitas KPK untuk memastikan proses perubahan ini nggak main-main. Dalam konteks pertama yang seperti tadi tentunya penajaman menjadi sangat penting, lalu kita masuk suatu frame yang lengkap, makanya mengapa banyak seperti itu karena nggak bisa kita mengatakan ini berubah ketika ukurannya nggak ada, kelembagaannya juga tidak ada. Dari sisi ini memang apapun juga terkait dengan kredibelitas KPK. Itu bukan hanya persoalan tupoksinya KPK tetapi juga unsur politik. Oleh karena itu sesungguhnya kalau tibatiba juga KPK-nya celometan, siapa lembaga yang mau menuruti, nah ini yang saya maksud ada dua sisi tadi.

Bagaimana peluang Perhutani berubah menjadi lebih baik dan bersih ? Begini, kalau diproses analisis ada istilahnya milestone, suatu

DUTA Rimba 45


SOSOKrimba kondisi yang menekan perubahan. Saya melihat paling tidak ada dua di Perhutani. Pertama adalah semakin terbatasnya resource di Perhutani terutama di hutan. Itu sebenarnya menekan perubahan. Kalau itu masih bundling resources orang jadi males, proses itu saya kira sudah terlihat dimana-mana. Yang kedua, ini suatu perubahan generasi juga, nggak seperti dulu, walaupun masih ada dan orang mengatakan itu, tapi kan sudah terkikis. Saya tidak mengatakan hal-hal teknis dari Perhutani terkait dengan itu tapi justru milestone. Lalu karakter temanteman yang sudah menjadi bagian dari ini, kalau disentuh dengan strong leadership ditambah dengan adanya suatu proses credibility seperti KPK, saya yakin ini sesuatu yang bisa jalan dan kemungkinan itu menjadi besar. Itu konteks di Perhutani yang saya lihat.

Kaitannya dengan sebagai Kalau kita melihat satu aspek istilahnya satu saja masih kotor ngapain gitu ngurusin yang lainlain. Tapi kalau kita melihat gerakan sumberdaya alam secara keseluruhan yang disentuh itu kan bukan Perhutani, tapi juga provinsi. Kemarin juga kita sudah terbuka betul dengan dinas kehutanan daerah juga kabupaten. Kalau dengan anak perusahaan Perhutani atau InhutaniInhutani ini sebetulnya mempunyai beban sama dengan swasta tadi, tentunya kalau tidak GCG maka mati lah. Tetapi kalau dilihat dari perspektif bagaimana respon dari dinas kehutanan terhadap bisnis, respon kabupaten terhadap bisnis, mereka juga harus GCG pelayannannya. Pada saat kita melihat keseluruhannya bukannya hanya Perhutani yang susah “Aku sendiri lagi diskusi kok ngurusin yang lain, tapi yang lainlain itu berjalan bersama”. Kesitu

46 DUTA Rimba

Kalau kita dengar cerita temanteman lapangan Perhutani itu begini “Mas saya tahu kok masalahnya dan saya juga tahu solusinya, tetapi saya mengatakan sesuatu nggak dirubah juga tuh”. kuncinya, memang dilihat nggak otomatis terjadi, maka mungkin di akhir tahun 2015 ketika semua samasama melihat dua periode evaluasi, apa yang dilakukan Perhutani kita juga harus memikirkan bagaimana Inhutani, jajaran Direksi Perhutani dan Inhutani untuk melihat apakah ada titik-titik tertentu di Inhutani untuk memastikan bagaimana perubahan yang mereka lalukan. Jadi bisa juga semacam skilling up tetapi juga tidak wise sekali sekarang karena proses ini perlu resource. Nah, akhir 2015 itu evaluasi juga rencana aksi dengan Perhutani apa yang berhasil, mengapa berhasil, apa yang gagal mengapa gagal. Dari situlah sebetulnya kekuatan KPK, memastikan apa yang harus dieksekusi dari situ. Dieksekusi dalam pengertian begini, kalau kita dengar cerita teman-teman lapangan Perhutani itu begini “Mas saya tahu kok masalahnya dan saya juga tahu solusinya, tetapi saya mengatakan sesuatu nggak dirubah juga tuh”. Maksud saya Perhutani adakan agenda untuk memastikan eksekusi-eksekusi itu dan tentu

dapat dimengerti mengapa sih orang tahu solusinya tidak dilakukan, pasti dia juga menghitung resiko. Nah, resiko ini bisa diperkecil ketika ada KPK, itu intinya. Jadi dalam proses kerjasama ini sebetulnya kita ingin meminimumkan resiko pejabat yang akan mengambil keputusan karena kalau tidak ada proses ini dia seolaholah tidak ada kawan dan punya resiko besar, itu proses yang nantinya bisa diandalkan.

Berarti masih panjang proses perubahan Perhutani ? Saya kira iya dalam konteks ini, karena misalnya orang membandingkan dengan PT KAI berapa tahun sudah bisa berubah cepat. Saya melihat dari perspektif seperti ini, jangan salah proses bisnis dan karakteristik kan berbedabeda, itu kan dengan jual jasa. Jasa angkutan dalam konteks proses bisnis lalu ada manajemen segala macam yang kalau kita kotakkan itu lebih simpel. Nah, Perhutani kan ada lingkungan, ada sosial. Tetapi nggak boleh juga dari kondisi itu lantas kita seolah-olah “ya nggak apaapalah kalau perhutani berubahnya lama-lama”, kan nggak begitu. Maka akal kita adalah mencari titik kritis pada setiap skema dari produksi, pemasaran dan segala macam dibikin bisnis proses, kita tentukan ini loh sebetulnya. Memastikan suatu model walaupun karakterristiknya tidak sama dengan PT KAI tadi tetapi apa yang diperbaiki sebetulnya sama dengan itu, titik kritisnya yang dilihat.

Bagaima cara pendampingan KPK dan butuh berapa lama ? Ada faktor yang tadi saya belum sebutkan selain resource terbatas, yang kedua generasinya berubah, yang ketiga tekanan sosial meningkat. Salah satu perubahan yang bisa drastis kalau saya

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


dipelihara. Makanya teman-teman di RKP-KPK awal itu juga sangat sadar betul ini kalau murni internal pemerintah, BUMN nggak mungkin juga. Kita justru berkoordinasi dengan CSO, apa sih sebetulnya yang dilakukan supaya juga positif, apakah bisa mampu mendampingi atau membuat tekanan supaya mereka mempunyai tindakantindakan yang relevan dengan perubahannya.

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

Apa persepsi pertamakali mengenal Perhutani ?

melihat strateginya Pak Kuntoro mengenai PT Timah itu adalah keterbukaan informasi. Justru orang itu sebetulnya memainkan peran dengan kewenangannya berlebihan, diskresi yang nggak terukur itu karena tertutup sebetulnya. Tetapi kalau saya sampaikan tadi, pilihlah informasi yang sekarang ini dikuasai orang tertentu dan digunakan untuk memastikan berjalannya diskresi. Kenapa bisa begitu?, karena dia bisa melindungi apa yang terjadi kalau itu dibuka sebetulnya, apalagi tekanan sosial di Jawa ini dari waktu ke waktu tidak terjadi surut tapi terus meningkat. Nah itu juga suatu yang penting untuk memastikan “kayaknya nggak bisa lagi kalau nggak GCG”. Seperti perusahaan swasta tadi yang justru saya surprise dia ingin ketemu. Saya memastikan proses itu, kita nggak pernah kepikir untuk mendampingi swasta. Oh ternyata

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

sudah sampai titik itu si swasta, harus mengambil keputusan. Jadi dengan kata lain juga ada perubahan sikap begini “Jangan kemudian Perhutani terlalu membuat perbedaan dengan takanan-tekanan sosial” karena itu juga bisa bermanfaat positif, bukan bagi orang yang baik tetapi bagi orang yang mempunyai diskresi tinggi yang nggak karu-karuan. Perhutani nggak bisa kita lihat sebagai satu entitas tunggal, selalu ada yang positif ada juga yang negatif, keterbukaan informasi dan tekanan sosial, tingginya gugatan LSM dan segala macam sesungguhnya adalah dalam konstalasi perubahan-perubahan ini menuju kesana, yang justru membuat uniknya Perhutani karena kalau saya tidak begini ternyata diomongin orang banyak, ditekan-tekan, itu menjadi suatu mekanisme yang dari sisi proses perubahan justru

Saya tahu sejak tahun 70-an waktu praktek mahasiswa. Tetapi saat itu tidak melihat problemproblem seperti sekarang. Tahu problem, ikut bersama-sama memastikan problem-problem diselesaikan. Bedanya saya melihat Perhutani sekarang dengan dulu itu seperti itu. Kalau dulu saya melihat Perhutani wow bagus sekali tetapi sekarang apa itu, itu kan cuman kategori, seterusnya gimana? Anda nggak liat politiknya kok, padahal penyelesaian ini adalah dibalik A, dibalik B apa. Contoh sertifikat tanah dikategorikan sebagai sesuatu yang berat, belum tentu kalau cuman satu orang kalau sedesa bagaimana. Nggak pakai sertifikat tapi satu desa di-backup oleh tertentu bagaimana. Nggak bisa, itukan beda perspektif melihat bagaimana masalah diselesaikan dengan sekedar membuat fasilitasnya. Mudah-mudahan ketika kita sekarang ini bukan hanya teknis tapi juga kemasalah-masalah politiknya, itu memang menurut saya inti permasalahaannya. Apa sih susahnya menindak adanya sertifikat dikawasan hutan yang hukumnya juga sudah jelas tapi kok nggak dieksekusi, Nah pejabatnya sendiri mungkin ada kaitan nggak dengan itu. Hal demikian yang perlu dilihat juga dalam konteks GCG.

DUTA Rimba 47


SOSOKrimba Apa yang tidak boleh dilakukan Perhutani kedepan? Kita tidak boleh terjebak simbolik yang namanya Perhutani. Sama juga Perhutani jangan terjebak simbolik menginterpretasikan LSM, karena LSM itu warna-warni, Perhutani juga begitu. Dalam konteks gugus Perhutani kalau saya lihat yang dimaksud tidak boleh itu adalah memastikan hal-hal yang bekerja tetapi tidak berdasarkan problem dan berdasarkan capaian perusahaan. Karena kalau di dalam politik organisasi sebetulnya yang kuat dipolitik itu adalah orang ingin memuaskan diri sendiri dan mencapai prestasi kerja individual. Yang harus dilakukan adalah “anda harus berposisi untuk korporat”, nggak bisa lagi sebetulnya ada clienty “oh ini kelompok A, kelompok B” bukan itu lagi urusan anda. Urusan anda bekerja di Perhutani adalah memastikan korporat ini bekerja, sekali lagi korporat. Kalau masih begitu saja dan ini dipelihara, nggak ada selesai, karena ini politik tenaga kerja, politik siapa yang menduduki jabatan, politik untuk ikut karena teman dapat sesuatu kita juga harus dapat. Itu nggak bisa, tetapi landasan-landasan korporasi yang harus ditentukan dengan kinerjakinerja sesuai dengan perkembangan korporasi. Dalam konteks politik organisasi seperti ini tentu kita juga melihat “ya wajar dong kalau saya misalnya sebagai dosen masa nggak kepingin jadi profesor”, itu sudah wajar. Tentu di dalam perusahaan juga begitu “wajar dong kalau saya ingin berprestasi”, betul tetapi wadah-wadah seperti ini selayaknya disimpan dalam konteks bagaimana perusahaannya itu bisa bekerja dengan baik. Saya melihat dalam politik birokrasinya Perhutani itu masih kental dengan urusan-urusan cliental tadi, itu sudah nggak bisa lagi. Itu inti dasarnya, jangan dilakukan.

48 DUTA Rimba

Yang sangat penting adalah pada saat perubahan begini tidak semata-mata mudah. Karena yang berubah kan perilakunya, disuruh bersih. Tetapi pikirannya, “Lho kalau suruh bersih, aku makan ”

Perubahan dengan penggunaan teknologi bagaimana ? Teknologi itu penting tetapi ada batasnya. Misalnya begini, yang tadinya kita naik kereta itu bisa naik lalu kita bayar separuh ke kondektur, itu kan mungkin dulu, karena online itu nggak mungkin, itu teknologi bermain. Tetapi perubahan teknologi dan institusi itu hanya strategi, yang dituntut adalah value. Kalau online sistem tetapi value Perhutani nya nggak berubah, dimainkan juga bisa kok. Saya punya research mengenai online perijinan di sebuah lembaga. Saya bukan omong kosong. Bagaimana perijinan itu dinilai oleh yang menyusun, dinilai oleh petingginya, dinilai oleh orang yang mengurus ijin dengan online. Itu ada gap tinggi sekali yang dinilai sendiri itu ini omong kosong. Siapa bilang kalau saya mau mempercepat juga harus bayar. Artinya apa, teknologi itu ternyata juga tidak berdaya ketika value-nya nggak ditata. Pertanyaannya bagaimana menata value? Saya lihat itu leadership gak ada. Leadership ini begini maksudnya, kenapa sih sudah

online masih begitu, ternyata swasta juga ngomong begitu, “halah pak pimpinan juga begitu”. Jadi nggak bisa dibohongi, anda disuruh jujur, suruh begini, suruh online, “orang saya juga tau kok pak, apa yang terjadi di dalam”. Nah persoalan ini menjadi sangat penting, sama dengan tadi saya menyebut peran KPK, peran KPK itu ada kalau credibility KPK ada, tetapi kalau kemudian ada pergantian pimpinan, ini itu, akhirnya juga bisa disogok misalnya maka hancurlah semua, pasti itu. Oleh karena itu center point dari Perhutani adalah membangun credibility pada setiap simpul, itu menjadi strategi dasar. Teknologi itu nggak berdaya kalau nggak ada value yang berubah.

Pesan ke karyawan Perhutani ? Zaman berubah. Informasi tidak dapat dihalangi. Oleh karena itu yang sangat penting adalah pada saat perubahan begini tidak semata-mata mudah karena yang berubah harusnya perilaku. Disuruh bersih, inikan pasti ada sebuah proses, dimana awal itu berat. Dari situ pentingnya leader untuk memastikan. Bagaimana membuat suatu kepastian, ini awalnya kita begini tetapi nanti arahnya kesitu. Nah seperti itu leader menjadi sangat penting. Persoalannya credibility, leadership, kata kuncinya terbuka, perilaku dan cara berpikir yang kemaren itu diubah dengan cara terbuka. Apa terbuka itu? Decision tetap di Anda sebagai sesuatu yang punya kewenangan. Nggak mungkin sebenarnya orang itu tidak menghargai decision itu. Kenapa terbuka? Orang punya opini, dengarkan dulu itu. Tapi tetap saja opini apapun, itu decision ada. Keterbukaan ini membawa efek yang luas sekali. Dibalik itu, sama dengan birokrasi tentu teman-teman

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


melakukan itu ada pembenaran, pembenarannya itu tupoksi atau prosedur kerja. Masuk ke yang lebih filosofi regulasi itu kan untuk keadilan, untuk kemanfaatan bukan untuk pasal-pasal. Kalau kita melihat kebenaran itu pasal-pasal itu keliru juga, karena pasal-pasal itu digunakan untuk mencapai keadilan, untuk mencapai anda bisa komunikasi untuk kemanfaatan. Jangan dibalik seolah-olah ketika megang instruksi itu adalah sebuah kebenaran, bukan itu. Karena sebetulnya tanggungjawab tetap dimasing-masing. Tentu di Perhutani yang namanya hukum itu bukan hanya Undang-Undang, mungkin ada instruksi Direksi, Keputusan Direksi itu sebagai hukum-hukum yang harus dipatuhi, itu yang harus dicairkan dalam konteks sesama manusia.

Apa sebenarnya yang sudah berubah di Perhutani ? Perhutani sudah berubah dari sisi meletakan dasar-dasar perubahannya. Itu menjadi modal yang sangat baik. Kenapa kemarin ada nawacita? Saya pernah sampaikan ini di KPK waktu koordinasi dengan Ibu Menteri dengan Dirut, mengapa nawacitanya begitu dan mengapa teman-teman Direksi protes? Ini bukan persoalan Direksi, tetapi petani yang merasa terancam. Tahu nggak, Perhutani itu intinya adalah hubungan antara petani dengan mandor. Yakin nggak mandor Anda baik? Nggak tau kan?. Jadi ini semua urusan petani dengan mandor, bukan petani dengan Direksi. Jadi urusan sebetulnya di Perhutani adalah antara membenahi tingkat KPH dan para mandornya. Orang lain bilang “apaan di lapangan nggak ada perubahan”. Kalau tidak sampai kesana, citra baiknya perubahan cuman di Direksi saja. • DR/soe

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Profesor Kehutanan Mantan Pengumpul Bola Tenis

P

ada peringatan Hari Jadi ke-54 Perum Perhutani, 29 Maret 2015, para peserta workshop yang hadir di Kantor Divisi Regional Perum Perhutani Jawa Barat–Banten mendengarkan paparan Anggota Tim Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS. Lelaki kelahiran Jombang, 24 April 1958, ini menyebut, dilihat dari perspektif KPK, memang belum satupun perbaikan sistem dilakukan BUMN untuk Perhutani. Sehingga, Perhutani menjadi yang pertama dan sangat strategis, karena semua kebijakannya bermuara di satu kementerian yaitu Menneg BUMN. Sehingga, dalam rangka menyikapi kenaikan kinerja BUMN yang ada di bawah pengelolaannya, Menneg BUMN bisa melihat transformasi yang dilakukan Perhutani bersama KPK. Menyelesaikan seluruh pendidikan jenjang S1, S2, dan S3 di Institut Pertanian Bogor ini juga menyebut, di dalam politik organisasi, sebetulnya yang kuat adalah orang yang ingin memuaskan diri sendiri dan mencapai prestasi kerja individual. Yang harus ditinggalkan adalah pikiran “Anda harus berposisi untuk korporat”. Apalagi ada pembedaan, “Ini kelompok A, kelompok B, dan sebagainya”. Sebab, urusan kita adalah memastikan korporat ini bekerja dengan baik. Sejak mahasiswa di IPB ia dikenal sebagai pemulung bola-bola tenis di lapangan ketika para dosennya main. Alhasil dari kegiatan pemulungan ini mengantarnya menjadi pemain tenis handal disamping hobi. Selain main tenis, ia juga suka mendengarkan musik, jenisnya macam-macam musik asal sound system-nya bagus. Profesor ahli kelembagaan ini mengaku tidak punya possessiveness terhadap barang-barang tertentu, baginya kawan-kawan dekat adalah hal yang paling berharga dalam hidup. • DR

DUTA Rimba 49


lintasrimba

Presiden Jokowi:

Dok. Kom PHT®2015

Padi, Jagung, Kedelai Bisa Ditanam di Hutan Jati

Dirut Perum Perhutani bersama Presiden RI saat panen raya jagung di Randublatung beberapa waktu lalu.

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas bersama beberapa menteri ekonomi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar, serta perwakilan Universitas Gadjah Mada (UGM). 11 Maret 2015. Ketiga pihak tersebut cukup aktif melakukan riset tentang pemanfaatan kawasan hutan di Pulau Jawa untuk pertanian. Khususnya untuk menanam padi, jagung dan kedelai di sela-sela

50 DUTA Rimba

tanaman hutan. Setelah mendengar hasil riset tersebut, Presiden Jokowi ingin di areal hutan jati, khususnya milik Perhutani, juga bisa ditanami tanaman pangan semisal kedelai, jagung, dan padi, untuk mendukung swasembada pangan di tengah keterbatasan lahan. Hal itu diungkap Menko Perekonomian Sofyan Djalil usai rapat tersebut di Kantor Presiden. “Intinya bagaimana bisa memanfaatkan tentang kawasan

hutan untuk tingkatkan produksi pertanian,” kata Sofyan. Ada beberapa rekomendasi dari rapat itu, terkait perubahan regulasi pertanian, serta sistem pembelian dan pendistribusian pupuk dan benih. “Belum bisa disampaikan rinciannya, tetapi tujuannya supaya ide untuk memanfaatkan kawasan hutan itu menjadi lebih efektif,” imbuh Sofyan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, menambahkan, program ini bisa dimulai tahun depan. Sebab, harus ada perubahan Peraturan Pemerintah (PP) 72 tahun 2010 tentang Perhutani dan PP 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan. “Tadi Pak Presiden mengatakan, kita akan memulainya tahun 2016. Berarti kami harus usulkan perubahan regulasi,” kata Siti Nurbaya. Sementara itu, Mustoha Iskandar menyampaikan, Perhutani menyiapkan upaya untuk mendorong produksi ketiga produk pangan tersebut, yaitu dengan menanam di antara tanaman pokok kehutanan. Pemerintah dinilai siap memberikan subsidi pupuk kepada petani hutan, beserta benih unggul dan alat-alat yang dibutuhkan. Dalam konteks ini, kami siapkan zona adaptif. Jadi jarak tanam antara pohon jati kita lebarkan. Biasanya 3x3 menjadi 8x2 atau 10x2,” kata Mustoha. “Dengan demikian Perhutani siap offtaker terhadap produk-produk baik jagung atau kedelai,” imbuhnya. • DR

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Perhutani Kediri Hijaukan Pantai Cengkrong Dengan Pohon Mangrove Kediri - Perum Pehutani KPH Kediri bersama Kelompok Masyarakat Pengawas (Pok Mas Was) Trenggalek dan Forum Pimpinan Daerah (FORPIMDA) Trenggalek menanam pohon Mangrove sebanyak 6001 pohon di kawasan hutan Petak 113c Pantai Cengkrong Trenggalek, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Prigi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandung, Perhutani KPH Kediri, 1 April 2015. Kegiatan yang diprakarsai Pok Mas Was ini dihadiri Forpimda Trenggalek, Perum Perhutani, dan beberapa tokoh masyarakat Trenggalek. Selain menanam pohon mangrove, kegiatan juga diisi pelepasan bibit kerang hijau untuk di kawasan hutan mangrove dikembangbiakkan. Administratur Perhutani Kediri, Maman Rosmantika, mengucapkan terima kasih kepada stakeholder yang ada di Kabupaten Trenggalek. Sebab, tanpa dukungan banyak pihak, Perum Perhutani mustahil akan menjadikan hutan di Kabupaten Trenggalek ini sesuai diharapan. “Saya akan mendukung ide-ide yang positif kelompok masyarakat binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harapannya, ke depan tidak hanya di Pantai Cengkrong saja tetapi pantai yang lain juga bisa ditanami. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi, kalau sudah ditanam juga dirawat dan dijaga, karena di samping untuk menjaga abrasi, hutan mangrove juga untuk melindungi biota laut yang ada, seperti kepiting, kerang, dan biota lainnya sehingga ke depan biota tersebut bisa dinikmati atau menambah income masyarakat sekitar hutan tersebut,” katanya. Bupati Trenggalek, Mulyadi, juga mengatakan terima kasih atas kerja

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

sama Perum Perhutani dan Pok Mas Was. Menurut dia, tanpa dukungan dan ide-ide mereka, Kabupaten Trenggalek yang panjang pantainya kurang lebih 96 Km, dari Kecamatan Panggul sampai Popoh, tidak akan maksimal. Untuk itu, harapannya kerja sama ini dilanjutkan. “Kalau hutan terjaga, Kabupatennya juga terjaga, karena hutan mangrove di samping untuk menjaga abrasi laut juga akan menambah pengunjung wisata dengan melihat hamparan yang luas dan indah,” imbuhnya. • DR

Perhutani Jatim Incar Pendapatan 1,9 Triliun Rupiah Jawa Timur - Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur tahun ini menargetkan pendapatan Rp 1,9 triliun seiring rencana perluasan usaha di bidang non kayu. Sekretaris Divisi Perum Perhutani Regional Jawa Timur, Yahya Amin, mengatakan, target itu meningkat dibandingkan pencapaian pendapatan tahun lalu yang Rp 1 triliun. Pendapatan tersebut disumbang lini bisnis kayu 45% dan nonkayu 55%. “Dulu memang hasil kayu lebih dominan yaitu kontribusinya sekitar 70%, tetapi sekarang kayu memang dikurangi karena berkaitan dengan lingkungan atau perlindungan alam lalu diimbangi dengan bisnis nonkayu,” katanya di Surabaya. Adapun bisnis nonkayu yang berkontribusi dalam pendapatan tersebut di antaranya hutan minyak kayu putih, wisata alam, air minum dalam kemasan (AMDK), dan hasil madu. Rencananya, Perum Perhutani Jatim akan menambah luas hutan untuk kayu putih sekitar 4.000 hektar per tahun menjadi 30.000 hektar dalam waktu 5 tahun. Perluasan lahan hutan kayu putih tersebut dilakukan di wilayah

Ponorogo, Mojokerto, Tuban, Pasuruan, Nganjuk, dan Madura yang saat ini memiliki total luas lahan 10.000 hektar dengan jumlah produksi 18.538 ton. Secara nasional, total luas lahan kayu putih milik Perum Perhutani mencapai 30.000 hektar. “Diharapkan nanti kontribusi hasil kayu dan non kayu bisa menjadi 40% dan 60%,” ujar Yahya. Sepanjang 2014, Perum Perhutani Jatim menghasilkan produksi kayu 425.000 m3 atau lebih dari yang ditargetkan yaitu 399.000 m3. Namun, tahun ini Perum Perhutani justeru menurunkan target produksi kayu menjadi 400.000 m3. “Memang targetnya turun karena ada bencana seperti hujan dan angin yang memengaruhi kualitas kayu, sedangkan tahun lalu pencapaiannya bisa lebih dari target karena ada faktor bencana pohon yang roboh dan ada kasus pencurian yang tidak ketemu pelakunya sehingga barang bukti kayu dikembalikan kepada kami,” kata Yahya. Selain memperkuat bisnis non kayu, Perhutani Jatim juga akan mengembangkan usaha lain dengan memanfaatkan aset yang dimiliki di wilayah Banyuwangi dan Tuban untuk usaha penambangan. • DR

Pemerintah Ajak UGM Optimalkan Lahan Perhutani Jakarta - Pemerintah berencana mengoptimalkan pemanfaatan lahan kawasan Perum Perhutani untuk meningkatkan hasil produk pertanian dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengatakan, proyek ini dimulai tahun depan dengan menggandeng akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM). Targetnya 100.000 hektar lahan tanaman padi dan 167.000 hektar jagung dalam kurun waktu

DUTA Rimba 51


lintasrimba

Panen Kacang

di Hutan Perhutani Hasilkan Rp 13,5 Juta Per Hektar tumpangsari. Administratur KPH Tasikmalaya, Henry Gunawan, menyatakan, Perhutani tak menyangka animo masyarakat sekitar hutan yang ada di Kota Tasikmalaya dalam menjalankan program kedaulatan pangan ternyata sangat tinggi. “Saya selaku Administratur, terharu melihat petani sekitar hutan ini melakukan panen kacang tanah. Hal ini untuk memberdayakan dan peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar hutan dalam rangka mendukung program pemerintah tentang kedaulatan pangan. Ini berkaitan dengan program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM)”, jelasnya. Ketua LMDH Sarongge, Eem Herliana, mengungkapkan, hasil

Dok. Kom PHT®2014

Tasikmalaya - Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sarongge, Kampung Sukajaya, Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, 7 April 2015 melakukan panen kacang tanah di Petak 4c dan 4d Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sukaraja, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Singaparna, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya. Panen kali ini menghasilkan 3 ton per hektar, dengan penghasilan mencapai 13,5 Juta Rupiah per Hektar. Panen di kawasan hutan produksi itu adalah bagian dari Program Kedaulatan Pangan di wilayah Kota Tasikmalaya. Kegiatan tersebut didasari pola kemitraan dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) pengelolaan hutan di bawah tegakan melaui sistem

Panen kacang oleh LMDH Sarongge Kp. Sukajaya, Kel. Urug Kec. Kawalu, Tasikmalaya.

52 DUTA Rimba

panen kacang tanah tahun ini lumayan bagus. Sebab, dapat menghasilkan 3 ton per hektar. Dari luas 18 hektar, para petani dapat memproduksi 54 ton kacang tanah setara Rp 243.000.000 per satu kali panen, dengan harga jual basah saat ini Rp 4.500 per kilogram. Untuk pengolahan berikutnya, para petani akan menanam padi gogo. Sementara Ketua KTH Tanjungjaya, Mutakin, menyampaikan, panen kacang tanah (Gondolo) itu dilakukan di hutan produksi Perhutani seluas 18 hektar dengan jumlah penggarap sebanyak 147 orang. Awalnya, penanaman kacang tanah ini merupakan hasil dari swadaya masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam wadah LMDH Sarongge. Kepala Kelurahan, Urug Iwan, menyampaikan, dengan adanya program pemanfaatan lahan di bawah tegakan dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar hutan. “Selama ini kami menjalin hubungan sinergis dengan pihak terkait, yaitu Perhutani, MUSPIKA Kecamatan Kawalu, dan masyarakat sekitar hutan, guna menjaga dan melestarikan sumber daya hutan, serta mewujudkan program pemerintah tentang kedaulatan pangan,” ujarnya. • DR

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


setahun. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lanjut dia, segera menyiapkan payung hukum berupa penyesuaian peraturan pemerintah. “Kami Kementerian LH dan Kehutanan akan melakukan penyesuaian–penyesuaian peraturan,” katanya dalam jumpa pers usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Rabu 11 Maret 2015. Peraturan tersebut yaitu PP No 72/2010 tentang Perhutani, PP No 10/2010 tentang Perubahan Kawasan Hutan dan PP No 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan. PP tersebut sudah menjadi bahan diskusi oleh para akedemisi termasuk di UGM. Belum lama ini, Fakultas Kehutanan UGM menggelar workshop yang mendesak PP No 72/2010 direvisi, karena peran Perum Perhutani sangat dominan, dan kurangnya kewenangan Pemerintah Daerah, Desa, serta akses masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan serta hasil hutan di Jawa. Saat ini, UGM digandeng untuk melaksanakan program pemerintah dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian. “Kenapa UGM? Karena dalam PP dikatakan, Perhutani kalau melakukan permanfaatan itu harus beri kajian. Oleh karena itu, UGM didukung Gubernur Jawa Tengah melakukan penelitian visible,” kata Menteri Siti Nurbaya. • DR

Bakti Sosial Terpadu, Perhutani Madiun Bagi Sembako Madiun - Perhutani KPH Madiun bekerjasama dengan Pemkab Madiun, 9 April 2015, menyelenggarakan acara Bakti Sosial Terpadu (BST). Di kesempatan itu, mereka menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat Dusun Pintu, Desa Dagangan, Kecamatan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dagangan, Kabupaten Madiun. Menurut Administratur KPH Madiun, Widhi Tjahjanto, Perhutani sangat peduli kepada Masyarakat Desa Hutan. Untuk itu, Perhutani ikut mendukung program Pemkab Madiun, yaitu Bakti Sosial Terpadu (BST) dengan menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat miskin atau kurang mampu. Hal itu merupakan wujud kepedulian Perhutani dan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR/Corporate Social Responsibility) dalam upaya pengelolaan hutan lestari masyarakat sejahtera. • DR

Pramuka Saka Wanabakti melakukan penanaman pohon di sempadan sungai Randublatung - Sebanyak 25 orang Anggota Saka Wanabakti Randublatung bersama masyarakat Dukuh Kedungjaran, Kelurahan Wulung, Kecamatan Randublatung, medio Maret 2015, melakukan penanaman pohon di sempadan Sungai Wulung. Penanaman 30 pohon jenis rimba campur itu dilakukan anggota Saka Wanabakti Randublatung, karena lokasi sempadan Sungai Wulung itu sangat rawan longsor akibat gerusan air sungai wulung. Menurut salah satu pamong Pramuka Saka Wanabakti Randublatung, Andhan Subiyantoro, pohon rimba campur yang ditanam itu jenis Trembesi, Asam Jawa, dan Mahoni. “Maksud penanaman adalah untuk mempertahankan sempadan sungai dari ancaman erosi yang selalu menggerus lokasi sempadan sungai yang memang curam, akibat longsor beberapa tahun lalu yang nyaris memutus akses jalan masyarakat akibat terpotongnya jalan satu–satunya menuju perkampungan tersebut. Untuk

mengatasi hal tersebut, masyarakat setempat sudah berupaya melakukan penanaman berbagai jenis tanaman yang diharapkan bisa menahan laju longsoran tanah,” Katanya. Andhan menambahkan, keterlibatan Anggota Saka Wanabakti Perhutani KPH Randublatung untuk menanam di lokasi tersebut bertujuan memperkaya tanaman yang sudah ditanam masyarakat beberapa tahun lalu. Sedangkan Ketua Rukun Tetangga setempat, Kadir, mengatakan, sebetulnya masyarakat sudah melakukan upaya penyelamatan pada sempadan sungai tersebut dengan menanam tanaman rumput glagah dan berbagai tanaman lain. Namun hal itu dirasakan masih kurang. Sehingga, bantuan dari Perhutani KPH Randublatung melalui Pramuka tersebut diharapkan bisa menambah kekuatan struktur tanah yang pernah longsor beberapa tahun lalu. “Kami selaku warga berharap, dengan penanaman ini kondisi tanah di sekitar sungai bisa dihambat erosinya dengan ditanami jenis tanaman rimba yang mempunyai perakaran kuat dan cepat tumbuh besar, sehingga mampu memperkuat sturtur tanah disekitar sungai,” katanya. • DR

Perhutani Tasikmalaya Kembangkan Sektor Pariwisata Tasikmalaya - Perhutani Tasikmalaya bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya membahas lokasi wisata yang ada di wilayah Perhutani. Hal tersebut dilakukan saat kegiatan olahraga bulutangkis bersama sebagai ajang meningkatkan silaturahmi karyawan Perhutani dengan Dinas Pariwisata, di Gor Pa Darwin Tasikmalaya, 10 April 2015. Pembahasan itu menindaklanjuti hasil pertemuan

DUTA Rimba 53


lintasrimba dengan Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum, di Wisata Galunggung. Administratur KPH Tasikmalaya, Henry Gunawan, menyampaikan, beberapa lokasi wisata Perum Perhutani yang bernuansa wisata alam semisal Wana Wisata Galunggung dan Curug Panoongan, Curug Ciparay, Curug Dengdeng, Pantai Cipatujah, dan Pantai Cikalong, serta wisata yang masuk wilayah Kota Tasikmalaya yaitu Wisata Urug. Dalam pengelolaanya, Perhutani dan Dinas Pariwisata akan melakukan perjanjian kerjasama (PKS) pengelolaan wisata. “Selain Wisata Galunggung, Wisata Urug, dan Wisata Pantai yang sudah menjadi ikon Kabupaten Tasikmalaya, sebagian wisata lainnya saat ini memang masih terkendala akses jalan angkutan,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Nana, menyampaikan, saat ini Dinas Pariwisata sedang fokus melirik sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini untuk meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) dan untuk meningkatkan pendapatan sehari-hari bagi masyarakat yang ada di sekitar lokasi wisata itu. Selain wisata yang dikelola Dinas Pariwisata, terdapat juga wisata yang bernuansakan alam yang dikelola Perhutani. • DR

Jambore Double Cabin 2015 Sensasi Unik Menembus Hutan Bandung - Sejumlah 67 peserta mengikuti Jambore Double Cabin 2015 yang diselenggarakan di hutan pinus Cikole, Lembang, Perhutani KPH Bandung utara, tanggal 21–22 Maret 2015. Mereka berasal dari Bandung, Jabodetabek, Jogyakarta, hingga Palembang. Kegiatan ini sangat unik karena off road

54 DUTA Rimba

dilakukan pada malam hari sehingga menambah nuansa petualangan yang begitu kental. Administratur KPH Bandung Utara, Wismo Trikancono, mengharapkan, kegiatan itu menjadi jalinan kerja sama yang baik, serta tetap peduli pada lingkungan, khususnya untuk menjaga kawasan hutan Bandung Utara. Sementara Ketua Panitia Jambore Double Cabin 2015, Taufan Satria Bijaksana, menyatakan, panitia ingin memberikan pengalaman baru untuk suasana off road. Sehingga, kegiatan tersebut dilakukan di malam hari yang tentu pengalamannya berbeda dengan di siang hari. Selain off road, peserta juga disuguhi acara menarik lain, yaitu coaching clinic, camping ceria, acara ramah tamah sesama anggota. Jambore Double Cabin Cikole 2015 merupakan event kedua. Yang pertama, jambore berlangsung tahun 2012 di Ranca Upas, Ciwidey, diikuti 50 mobil. • DR

Perhutani Terapkan Teknologi Canggih Ukur Batas Kawasan Hutan Jombang - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang, bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung, 7 April 2015, menerapkan Sistem UTM-WGS (Universal Transverse Mercator – World Geodetic System) dalam mengukur batas kawasan hutan. Sistem ini dinilai lebih akurat ketimbang sebelumnya yang sistem Proyeksi Polyeder. Sistem sebelumnya dirasakan kurang akurat, karena menggunakan peralatan dan cara manual serta kurang mengikuti perkembangan teknologi. Peralatan Universal Transverse Mercator – World Geodetic System dikoneksikan langsung lewat satelit, sehingga bisa dibaca dari jarak jauh.

Pemasangan oleh Tim Geodesi & Geomatika ITB itu didampingi Kepala Urusan Perencanaan Perhutani Jombang, Sutopo. Pemasangan alat canggih ini berlangsung selama empat hari di seluruh bagian hutan yang titik-titiknya sudah ditentukan secara sampling. Institut Teknologi Bandung juga mengirimkan para ahlinya untuk melakukan pemasangan dan penyetelan alat teknologi tinggi itu di lapangan secara tepat dan akurat. Menurut Sutopo, manfaat alat canggih ini adalah Transformasi Peta Kawasan Hutan yang lebih akurat pada lahan Kawasan Hutan. Sehingga, pengelola dapat melaksanakan kegiatannya secara tepat pada luasan kawasan hutan dan dapat dipantau langsung dari jarak jauh, khususnya dari Kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan atau Kantor Pusat. • DR

Perhutani dan Bupati Tasikmalaya Beri Bantuan Panti Jompo Tasikmalaya - Pemkab Tasikmalaya dan Perhutani KPH Tasikmalaya, 6 April 2015, memberikan bantuan sembako kepada panti jompo dan anak yatim warga masyarakat di sekitar Gunung Galunggung. Bantuan itu disampaikan Bupati Tasikmalaya, UU Ruzhanul Ulum, dan Administratur Perhutani KPH Tasikmalaya, Henry Gunawan, di Kantor Desa Lingarjati, Galunggung. Hal itu dilakukan dalam rangkaian kegiatan rutin tahunan “Gebyar Citra Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya (The Memory Of Galunggung) tahun 2015”. Kegiatan itu sendiri diselenggarakan 3 hari pada 3 - 5 April 2015. Kegiatan itu merupakan rangkaian momentum untuk mengenang serta mengambil hikmah dari peristiwa meletusnya Gunung Galunggung (“Galunggung neda

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


papayung, papayung Nu Maha Agung, Galunggung neda pangraksa Nu Maha Kawasa”, red). Berbagai kegiatan diselenggarakan, antara lain

doa bersama, pemberian santunan kepada anak yatim piatu, istigotsah, pemberian sembako kepada fakir miskin, jalan sehat, pentas seni

tradisional khas Jawa Barat, dan pemberian hadiah untuk jalan sehat. Pada 4 april 1982 atau 33 tahun yang lalu Gunung Galunggung

Pembagian Tugas dan Wewenang Baru

Direksi Perhutani

Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyampaikan Surat Keputusan Direksi No. 261/Kpts/Dir/2015 Tanggal 21 April 2015 tentang pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi Perum Perhutani kepada semua anggota Direksi di Kantor Pusat Perhutani Jakarta. Selasa. Keputusan tersebut mengubah formasi susunan anggota Direksi Perum Perhutani. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan dimaksud anggota Direksi adalah Heru Siswanto sebagai Direktur Pengelolaan Sumberdaya Hutan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

(PSDH), Teguh Hadi Siswanto sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis (PPB), Agus Setyaprastawa sebagai Direktur Komersial Kayu merangkap Direktur Komersial Non Kayu, Morgan Sharif Lumban Batu sebagai Direktur SDM dan Umum, dan Mohamad Soebagja sebagai Direktur Keuangan. Mustoha Iskandar menegaskan bahwa perubahan atau perputaran pembagian tugas dan kewenangan anggota Direksi semata-mata bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja korporasi dan efektifitas masing-masing Direktorat yang

tantangan aspek produksi, sosial dan lingkungannya semakin tinggi. “Bagaimanapun juga marwah perusahaan harus diutamakan, perusahaan mencapai kinerja terbaik dalam pengelolaan sumberdaya hutan, pemasaran produk, penguatan Divisi-Divisi serta reward dan punishment karyawan berjalan sesuai aturan” demikian Direktur Utama. Tugas dan kewenangan baru masing-masing anggota Direski tersebut mulai berlaku terhitung sejak Surat Keputusan dimaksud ditandatangani Direktur Utama tanggal 21 April 2015. • DR

DUTA Rimba 55


lintasrimba meletus. Saat itu, lebih dari 85.000 orang harus mengungsi ke lokasi yang aman hingga kondisi Gunung Galunggung kembali normal. Perkampungan warga pun porak poranda. Hingga kini peristiwa tersebut terus membayangi masyarakat sekitar kaki Gunung Galunggung. Administratur KPH Tasikmalaya, Henry Gunawan, menyampaikan, Galunggung kini menjadi ikon Tasikmalaya di bidang pariwisata. Namun, daya tarik Gunung itu belum dikembangkan secara optimal. Maka, sebagai sarana informasi sejarah Gunung Galunggung, Perhutani dan Pemkab Tasikmalaya berencana menambah obyek wisata lain dengan membangun museum berisi dokumentasi serta diorama letusan Gunung Galunggung tahun 1982. Ia pun berharap, Galunggung bisa menjadi objek wisata nomor satu di Indonesia. “Museum ini diisi sejarah Tasikmalaya, sehingga pada gilirannya para pelancong yang datang ke Gunung Galunggung tidak hanya pada saat libur saja, tetapi kapan pun ramai wisata Galunggung terus dikunjungi,” katanya. Sementara Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum, menyampaikan, 33 tahun lalu Gunung Galunggung meletus. Tetapi saat ini, kita jangan hanya memikirkan peristiwa itu. Kita harus berpikir bagaimana memanfaatkan potensi Gunung Galunggung, untuk kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat Galunggung. “Potensi yang ada di sekitar kawasan Gunung Galunggung cukup melimpah. Ini harus digali kembali dan dikembangkan saat ini. Contoh nyata, ternyata air panas yang dihasilkan Galunggung cukup berkualitas jika dibandingkan air panas yang dihasilkan gunung lain di Jawa Barat,” imbuhnya.

56 DUTA Rimba

Di Kesempatan yang sama, UU dan Henry menyebut, tahun ini mereka akan membuat billboard bertuliskan “GALUNGGUNG” di punggung Gunung Galunggung. Tulisan itu dapat dilihat dan dibaca dari kejauhan layaknya tulisan “HOLLYWOOD” di negeri Paman Sam. • DR

Perhutani Tandatangani MoU dengan Perum Bulog Jakarta - Perum Perhutani dengan Perum Bulog, 9 April 2015, menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) tentang “Pelaksanaan Penyerapan Padi Dalam Negeri”, di Kantor Perum Bulog, Jakarta. Naskah MoU itu ditandatangani Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, dan Direktur Utama Perum BULOG, Lenny Sugihat. MoU itu bertujuan mendukung pemerintah dalam Program Kedaulatan Pangan serta memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Pembuatan kesepakatan bersama itu merupakan implementasi dari tugas dan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada Perum Perhutani untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Perhutani pun telah melakukan Kesepakatan Bersama dengan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, serta Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan untuk Ketahanan Pangan, antara lain berupa Penyediaan lahan kawasan hutan untuk tanaman pangan dan ternak; Penyediaan dan memfasilitasi pupuk bersubsidi bagi petani hutan (LMDH); Penyediaan benih unggul

tanaman pangan; Penyediaan dan memfasilitasi sarana produksi pertanian; Melakukan pembinaan kepada petani hutan dalam budi daya tanaman pangan. Mustoha Iskandar menyatakan, Perum Perhutani sebagai BUMN dituntut lebih profesional dan menjadi Instrumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi, dan air; Pendorong pertumbuhan ekonomi nasional; serta Kepeloporan dan kebanggaan nasional. Hal ini sesuai misi Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam dokumen Nawa Cita, yaitu untuk menjamin ketersediaan pangan dan jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau. “Peran strategis Perhutani dikukuhkan dalam Rapat Kabinet Terbatas di Istana Negara tanggal 11 Maret 2015. Perhutani diminta Bapak Presiden RI, Joko Widodo, untuk mendukung pemerintah dalam Program Kedaulatan Pangan,” tambahnya. Di musim tanam tahun 2015, Perhutani telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) untuk tanaman pangan berupa padi dan jagung seluas 129.094 Hektar pada kawasan hutan di Jawa. Rinciannya adalah Padi dengan luas tanam 33.963 Hektar dengan target produksi 169.817 ton Gabah Kering Panen (GKP), dan Jagung dengan luas tanam 95.131 Hektar dengan target produksi 570.785 ton. Musim tanam tahun 2016, Perum Perhutani berencana memberikan kontribusi ketahanan pangan dengan menanami 265.683 Hektar areal kawasan hutan. Rinciannya adalah Padi dengan luas tanam 42.171 Hektar dengan target produksi 210.855 Gabah Kering Panen (GKP) dan Jagung dengan luas tanam 223.512 Hektar dengan target produksi 1.341.074 ton. • DR

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 57


54 tahun perhutani

Hari Jadi Perhutani seakan membangkitkan Jiwa Korsa yang tertanam dalam jiwa para Dok. Kom PHT®2015

Pengelola hutan

58 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


LENSA

Selama dua hari di Paris van Java Mereka isi rapat kerja dan upacara Menyatukan tekad profesionalisme Menuju Perhutani Unggul

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 59


Dalam perjalanan panjang Kinilah saatnya Menjadi holding BUMN Kehutanan Dengan sejumlah anak perusahaan

60 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Menggenjot hilirasi, mewujudkan hutan lestari Dengan ketekunan dan kerja keras Hadapi tantangan dapatkan peluang Demi masa depan yang makin menawan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 61


Memang tak hanya masalah hutan Bangsa memanggilmu Untuk peduli Mengemban tugas Ibu Pertiwi

62 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Mulai dari pangan, energi dan air Harus kau kembangkan untuk kesejahteraan Karena dari kubangan itulah Kehadiranmu menjadi kebanggaan anak bangsa

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 63


bisnisrimba

Be Pelle Unggulan Baru

Dok. Kom PHT®2014

Perhutani

Buaya Blanakan yang diolah menjadi tas kulit.

“Tas hitam dari kulit buaya, selamat pagi”, berkata Bapak Oemar Bakri. Ini hari, aku rasa kopi nikmat sekali. Tas hitam dari kulit buaya, mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti. Itu murid bengalmu, mungkin sudah menunggu...”

64 DUTA Rimba

P

enggalan lirik lagu berjudul “Guru Oemar Bakri” karya Iwan Fals itu sontak terngiang tatkala menyaksikan launching produk baru di puncak acara Hari Jadi ke-54. Bisa jadi, lagu itu menginspirasi jajaran Divisi Komersial Non Kayu Perum Perhutani untuk memproduksi Tas Kulit Buaya yang diberi merek “Be Pelle” itu, produk baru yang di-launching kala itu.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Mengapa “Be Pelle”? Menurut Direktur Komersial Non Kayu, Mohammad Soebagja, “Be Pelle” berasal dari kata “Be” yang bermakna Blanakan dan “Pelle” yang berarti kulit. Secara harafiah, Be Pelle bermakna Kulit Blanakan. Blanakan adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Di Blanakan itu, terdapat tempat penangkaran buaya yang saat ini penegelolaannya berada di

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

bawah Divisi Wisata dan Agribisnis Perum Perhutani. General Manager Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agribisnis Perum Perhutani, Trilastono, menambahkan, kata “Be Pelle” yang dipilih sebagai merek untuk produk kulit buaya itu juga diambil dari bahasa Italia “Be Pelle” yang artinya buaya. Sehingga, penggunaan kata ini sebagai merek dipandang tepat untuk merepresentasikan produknya. Peluncuran produk tas berbahan baku kulit buaya dari Blanakan itu disambut antusias seluruh undangan yang hadir di puncak acara Hari Jadi ke-54 Perum Perhutani di Kantor Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Peluncuran produk tas Be Pelle itu juga dibarengi pameran aneka tas wanita, tas kulit pria, sepatu, dan dompet. Bahkan di acara itu pun Kantor KBM Wisata dan Agribisnis juga sudah melayani pemesanan sepatu dari kulit buaya Blanakan. Secara resmi, Perum Perhutani memang baru menggeluti usaha kulit buaya sejak Januari 2015. Menurut Trilastono, keputusan Perhutani menggeluti bisnis kulit buaya berawal dari adanya permasalahan di tempat penangkaran buaya Blanakan. Terjadi peningkatan populasi buaya yang tidak akhirnya menunjukkan kondisi yang seimbang dengan sarana dan prasarana yang ada. “Selain itu, juga adanya tantangan ke depan untuk lebih memantapkan Posisi Perhutani sebagai Perusahaan BUMN yang Baik, maka harus mempunyai usaha lain,” ujar Trilastono. Menurut Trilastono, populasi buaya di Blanakan telah melebihi kapasitas sarana dan prasarana yang ada. Dibandingkan kolamnya, jumlah buaya di sana telah over population. Maka, solusi yang ditempuh oleh Perhutani adalah mengupayakan penjualan buaya dalam bentuk utuh

(buaya hidup, red) maupun dengan cara menjual kulit buaya mentah kepada pengusaha-pengusaha kulit buaya. “Di dalam perjalanan penjualan kulit buaya mentah, kami menemukan permasalahan yang kedua, yaitu ternyata ada retur kulit buaya mentah. Berawal dari banyaknya retur kulit buaya inilah, akhirnya kami berupaya mengoptimalkan kulit buaya yang retur itu agar tidak menjadi produk aval. Karena penyelamatan kulit buaya mentah yang harus segera dilakukan agar tidak terjadi pembusukan pada kulit buaya mentah itulah, maka Kami mulai mengerjakan kulit buaya mentah untuk disamak menjadi kulit buaya siap pakai sebagai bahan untuk produksi tas dan lainlain. Dengan cara mengerjakan penyamakan ke perajin penyamakan kulit buaya, proses penyamakan berlangsung selama kurang-lebih 1 bulan, dilakukan dengan cara makloon. Karyawan Perhutani yang terlibat di sini hanya 3 orang yaitu sebagai pengawas dan koordinator,” urai Trilastono.

Produk Unggulan Saat ini di banyak daerah telah banyak bermunculan perajin dan produsen kerajinan atau produk hiasan yang terbuat dari kulit hewan. Mulai dari wayang yang terbuat dari kulit sapi ataupun kambing, hingga ikat pinggang dan dompet yang terbuat dari kulit ular. Di antara kulitkulit hewan yang dipakai sebagai bahan baku produk-produk tersebut, kulit buaya menjadi salah satu pilihan utama. Ya, kulit buaya memang sudah sejak lama dikenal sebagai bahan baku yang kuat, bandel, dan awet untuk digunakan sebagai bahan pembuatan produk-produk semisal tas, sepatu, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain. Di sejumlah daerah,

DUTA Rimba 65


bisnisrimba

misalnya Yogyakarta, terdapat sentra produsen kerajinan yang terbuat dari kulit buaya semisal sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, serta sandal. Salah satu ciri khas produk berbahandasar kulit buaya itu selain kekuatannya, adalah harganya yang menjulang tinggi. Tingginya harga jual produkproduk dari kulit buaya itu bukan main-main. Untuk satu jenis barang, harga jualnya dapat mencapai hingga 15 juta rupiah. Tentu harga yang bisa membikin sebagian kalangan gelenggeleng kepala. Uniknya, walaupun harganya relatif mahal, produk berbahandasar dari kulit buaya sejak puluhan tahun lalu tetap mampu menarik minat beli konsumen di mana pun. Begitu pula dengan Be Pelle. Sejak resmi diluncurkan, produk

66 DUTA Rimba

dari kulit buaya bermerek “Be Pelle” ini telah menjadi salah satu produk unggulan Perum Perhutani yang mempunyai kualitas tinggi. Betapa tidak. Dibandingkan produk sejenis, Be Pelle memiliki keistimewaan. Be Pelle dibuat dengan teknik pelapisan khusus, sehingga bahan kulit buaya yang digunakan itu tidak akan rusak, walaupun terkena air ataupun bensin. Sehingga, rasanya bukanlah suatu hal yang luar biasa, jika harga jualnya menjadi relatif mahal. Misalnya, harga untuk sepasang sepatu berkisar lima hingga enam juta rupiah. Sedangkan untuk sebuah tas, harganya mencapai 10 juta rupiah, bahkan ada yang lebih mahal lagi. “Kisaran harganya, mulai dari dompet dan ikat pinggang yang dikombinasi dengan kulit sapi, ada di kisaran angka 1 jutaan rupiah, sampai

ke tas wanita yang seluruh bahan dasarnya adalah kulit buaya berada di kisaran 8-15 jutaan,” kata Trilastono. Meskipun harga jualnya lumayan tinggi, produk Be Pelle yang baru diluncurkan itu ternyata juga mampu menarik minat konsumen dari berbagai daerah, semisal Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. “Kita saat ini untuk (produksi barang-barang berbahan dasar kulit) buaya, pada umumnya lebih kepada tas, dompet, ikat pinggang, sepatu, yang kalau kita jahit dengan posisi yang baik, dan kita dapat menggandeng brand yang mahal dan terkenal, harganya bisa sampai 5 hingga 6 juta rupiah. Tas sendiri bisa tembus sampai sekitar 15 juta rupiah,” imbuh Trilastono, mengibaratkan. Menurut sejarahnya, di Indonesia produksi kulit buaya tersebut berasal dari provinsi Papua sejak kira-kira 30 tahun yang lalu. Konon, ketika itu di Papua, buaya dianggap sebagai ancaman dan hama bagi penduduk setempat. Sehingga, buaya-buaya di sana seringkali diburu warga setempat. Sementara kulitnya kemudian dijadikan bahan baku barang-barang produksi semisal sepatu dan sandal. Mereka memanfaatkan kulit dari jenis buaya khas Papua, yaitu buaya-buaya dari jenis Nouvageunia Irian dan Porosus, sebagai bahan baku. Kedua jenis buaya itu merupakan jenis bauaya air laut dan payau.

Proses Produksi Banyak orang belum mengetahui, mengapa harga jual produkproduk dari kulit buaya, semisal tas, sepatu, ikat pinggang, dan dompet, bisa sedemikian fantastis. Harga jualnya memang jauh lebih tinggi dibandingkan tas dan aneka asesoris berbahan baku kulit lembu, kerbau, maupun domba. Menurut Trilastono, hal itu karena proses produksinya memakan waktu lama.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2014

Produk-produk baru Perum Perhutani.

Dan pemanfaatan kulit buaya itu juga harus memerhatikan aspek kelestarian hewan itu sendiri. “Setelah selesai proses penyamakan dari kulit buaya mentah menjadi kulit buaya jadi dan siap untuk diolah sebagai bahan baku tas dan lain-lain, kami pun mencari perajin tas kulit buaya. Pengerjaan pembuatan tas dan lain-lain dilakukan dengan cara makloon juga, yaitu dipekerjakan ke pihak perajin tas yang kami percaya. Sedangkan pengerjaan polanya langsung diawasi Pegawai Perhutani sampai produksi tas itu selesai,” tutur Trilastono.

Pemasaran Menurut Trilastono, karena proses produksi baru selesai bulan Maret 2015 dan launching atau peluncuran produk itu baru dilakukan di puncak acara Hari Jadi ke-54 Perum Perhutani tanggal 29 Maret

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

2015, pemasaran Be Pelle pun masih terbatas. Saat ini, untuk pemasaran Be Pelle, pihaknya melakukan dengan mengikuti pameran-pameran yang diadakan pihak ketiga, semisal di Pameran Jakarta dan Dubai. “Pemasaran yang selama ini kami lakukan adalah baru sebatas mengikuti pameran-pameran. Ke depan, kami akan memasukkan (promosi Be Pelle) ke dalam media sosial, media elektronik, ataupun media cetak. Dan tidak menutup kemungkinan untuk membuat outlet khusus produk kulit buaya Be Pelle. Distribusi atau angkutan kepada pembeli dapat dilakukan secara langsung di Kantor kami ataupun dapat dikirim via jasa angkutan,” kata Trilastono. Sebagai produk baru, Be Pelle tentu masih menghadapi masalahmasalah di seputar produksi dan pemasaran. Menurut Trilastono,

untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, pihaknya pun selalu berkonsultasi dengan Direktorat Komersial Non Kayu Kantor Pusat serta para pelaku bisnis kulit buaya. Bagi yang tertarik produk berbahandasar kulit buaya, Anda tidak perlu merasa khawatir akan cara penyimpanannya. Sebab, cara penyimpanan produk ini relatif mudah. Ia dapat disimpan di dalam ruangan dengan suhu rata-rata normal. “Perawatan yang harus diingat adalah penyimpanan. Mungkin bukan kulit bagian luarnya, tetapi kulit dalamnya bisa menjamur. Yang harus diingat adalah tempat penyimpanannya jangan terlalu lembab dan jangan juga terlalu panas. Kalau dalam pemakaian jangka panjang, mungkin bisa diplastikkan dan disimpan dengan baik,” tuturnya. • DR/RUD

DUTA Rimba 67


rimbadaya

“Cipta Rasa” Kerupuk Rambak

Kulit Kerbau

H

al itu pulalah yang dialami Sutego. Lelaki paruh baya yang tinggal di Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sejak tahun 1985, anak ketiga dari lima bersaudara itu mewarisi usaha pengolahan kerupuk rambak dari orangtuanya, Almarhumah Ibu Sumiyah, yang semasa hidupnya dulu merupakan perajin krupuk rambak. Meski kini telah memasuki usia separuh baya, Sutego beserta istri tetap gigih menjalankan usaha pembuatan kerupuk rambak atau kerupuk kulit itu. Sehari-hari, dalam menjalankan usaha kerupuk rambak, Sutego dan istri dibantu salah satu putra mereka, serta lima orang karyawan. Yang unik, sejak mengambilalih usaha ibunya yang meninggal dunia tahun 1985, Sutego tetap memertahankan cara manual dan tradisional. Cara tradisional dan manual dalam menjalankan usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan dasar kulit kerbau ini ditekuni Sutego sejak proses pembersihan kulit, pemotongan sesuai bentuk dasar kerupuk rambak, sampai dengan proses pengeringan, hingga kerupuk

68 DUTA Rimba

Kerapkali orang tua perlu menurunkan usaha yang telah mereka rintis kepada anak-anaknya. Hal itu untuk menjaga kelangsungan usaha. Tetapi, yang lebih penting lagi adalah warisan keahlian. Sebab, dengan keahlian yang dimiliki, anak-anak yang menerima warisan itu akan sanggup bertahan dan bahkan mengembangkan usaha orangtuanya. siap untuk digoreng. “Pembuatan kerupuk rambak dengan cara tradisional membuat mutu lebih terjaga,” tuturnya. Sutego pun melanjutkan, sampai saat ini ia belum pernah menemui atau melihat di antara para perajin kerupuk rambak – baik di daerah sekitar tempat tinggalnya maupun di luar Desa Penanggulan – yang membersihkan kulit untuk bahan pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan peralatan yang lebih modern. Sehingga, ia tidak bisa memerkirakan, apakah cara modern akan lebih mudah dan lebih cepat dalam proses pembersihan kulit kerbau tersebut. Baik pembersihan dari kulit paling luar, sisa daging, dan lain-lain. “Yang saya tahu ya dengan cara

tradisional tadi. Jika kita rasakan, memang proses pembuatannya agak sedikit rumit, namun seimbang dengan harga jual kerupuk rambak yang kami hasilkan,” ujarnya. Padahal menurut Sutego, sebetulnya ada beberapa kekurangan yang didapat dari metode tradisional dengan menggunakan cara manual seperti yang ia lakoni sehari-hari. Misalnya, dalam hal pemotongan yang menurut dia kurang rapi, ukuran tebal dan tipisnya berbeda, serta kurang cepat. Sehingga, proses pembuatan kerupuk rambak membutuhkan waktu yang agak lama. Padahal, proses pembuatan kerupuk rambak ini dituturkannya sangat membutuhkan panas matahari. Di dalam proses menjemur

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2014

bahan kerupuk rambak sampai siap goreng, biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari di bawah terik matahari yang sempurna. Jika belum siap untuk disimpan, kerupukkerupuk rambak itu harus tetap berada di bawah sinar matahari. Sebab, bahan kerupuk rambak harus diusahakan dalam keadaan kering. Tidak boleh menyimpan bahan rambak dalam keadaan basah atau lembab, karena hal itu akan menyebabkan bahan kerupuk rambak menjadi rusak, bahkan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

busuk, dan tidak bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya.

Kulit Kerbau Di banyak tempat, kerupuk rambak menggunakan bahan dasar kulit sapi yang dikeringkan. Tetapi, Sutego menggunakan kulit kerbau. Begitu pula perajin kerupuk rambak lain yang terdapat di Desa Penanggulan. Oya, di Desa Penanggulan terdapat sekitar sepuluh perajin yang masing–masing menggunakan bahan dasar kulit

kerbau. Sutego menyebut, alasan dia menggunakan kulit kerbau, karena lebih tebal dan bisa mengembang. Hal itu berbeda jika menggunakan kulit sapi. Sehingga, menurut Sutego, di daerah tersebut kulit sapi biasa digunakan sebagai rambak sayur. “Memang proses pembuatan rambak dari kulit kerbau ini bisa dibilang cukup rumit. Karena dari proses pembersihan kulitnya saja harus sampai bersih dan berwarna putih. Kita harus betul-

DUTA Rimba 69


rimbadaya betul menghilangkan lapisan yang berwarna hitam pada kulit kerbau. Jika proses pembersihan kulit tidak sampai bersih, akan menimbulkan bercak warna dan rasanya kurang ‘nyus’,” jelas Sutego. Mencari bahan dasar kulit kerbau juga tidak semudah mendapatkan kulit sapi. Dulu, Sutego kerap kali mendapatkan kulit kerbau dari Pekalongan. Sebab, ketika itu di kota batik Pekalongan masih banyak kerbau yang dipotong karena masyarakatnya masih banyak yang membutuhkan daging kerbau. Namun, sekarang masyarakat di Pekalongan bisa dikatakan tidak lagi memotong kerbau. Sebab, mereka lebih banyak memotong sapi. “Sehingga, untuk mendapatkan kulit kerbau kita pindah ke daerah Demak. Karena di Demak banyak masyarakat yang memotong kerbau. Namun, Demak juga menjadi tempat tujuan para perajin rambak dari daerah lain untuk mendapatkan kulit kerbau. Jadi, kita harus pintarpintar melobi rumah potong hewan atau para pedagang yang biasa melaksanakan pemotongan kerbau, untuk mendapatkan kulit kerbau. Biar nanti pas ada acara tertentu yang banyak memotong kerbau, mereka akan menghubungi kita,” kata Sutego. Maka, di acara-acara yang melibatkan kerbau, Sutego kerap mendapatkan pasokan bahan baku yang lumayan banyak. Misalnya, jika ada acara hajatan atau kenduri, hari raya Idul Adha, dan momen-momen tertentu lainnya. Di saat-saat seperti itu, kata dia, banyak orang yang memotong kerbau. “Di waktu-waktu seperti itu, kita tidak boleh sia-siakan kesempatan. Sebisa mungkin kita mendapatkan kulit sebanyak–banyaknya, kemudian kita proses sampai benar–benar kering dan siap untuk digoreng. Selanjutnya, kulit yang sudah kering dan siap goreng itu kita simpan

70 DUTA Rimba

sebagai tandon atau cadangan kerupuk rambak yang siap goreng dan kita keluarkan saat kita mau menggoreng,” kisahnya.

Harapkan Bimbingan Kendati tetap menjalankan usaha pengolahan kerupuk rambak kulit kerbau dengan cara tradisional, sebagai bagian dari peninggalan orang tua, Sutego tak menampik bahwa mereka butuh masukan dari sesama perajin ataupun pengusaha yang sudah sukses. “Untuk ke depannya, para perajin kerupuk rambak di daerah Penanggulan ini sebetulnya sangat membutuhkan bimbingan dari para pengusaha atau instansi yang ada di Kabupaten Kendal khususnya, agar kita bisa berkembang, maju, dan dikenal oleh masyarakat di luar Kendal,” kata Sutego. Kesadaran akan pentingnya terus menambah wawasan demi kemajuan usaha membuat Sutego kerap mencari pengetahuan baru. Kerap kali, untuk mengembangkan usaha, bapak tiga anak ini mengajak para perajin kerupuk rambak untuk membuat kelompok dan mengajukan permohonan bimbingan atau modal kerja kepada instansi-instansi yang bisa memberikan bimbingan atau mengucurkan pinjaman kepada kelompok pengusaha kecil. Namun, diakuinya, kadang para perajin sulit untuk diajak membentuk kelompok. Mereka lebih memilih untuk berjalan sendiri-sendiri. Hal yang menurut Sutego adalah kurang pas. “Karena kalau berjalan sendiri, kadang kita mendapatkan hasil tetapi kadang juga mengalami kerugian. Saat mengalami kerugian itu, jika kita punya kelompok kan ada yang membantu berpikir dan mencari cara untuk membangkitkan kembali, bukan semakin terpuruk,” kata Sutego.

“Memang proses pembuatan rambak dari kulit kerbau ini bisa dibilang cukup rumit. Karena dari proses pembersihan kulitnya saja harus sampai bersih dan berwarna putih. Kita harus betul-betul menghilangkan lapisan yang berwarna hitam pada kulit kerbau. Berkali-kali Sutego mengajak rekan-rekannya sesama perajin kerupuk rambak untuk membentuk kelompok, tetapi tidak mendapatkan hasil. Tetapi, Sutego tidak menyerah. Ia bertekad untuk mencoba dan memberikan contoh kepada rekanrekannya tentang perlunya bermitra. Seiring dengan itu, Sutego sendiri juga mencari mitra. “Kemudian, pada tahun 2003 saya mendapat informasi dari seorang karyawan Perum Perhutani KPH Kendal, bahwa di Perhutani ada pinjaman yang diperuntukkan bagi para perajin dan pengusaha kecil, khususnya yang tinggal di sekitar hutan, dengan bunga yang rendah. Setelah saya mendapatkan informasi tersebut, saya coba datang ke Kantor KPH Kendal dan menanyakan persyaratan untuk menjadi mitra binaan di KPH Kendal,” kisahnya. Sutego tertarik akan informasi tersebut. Ia merasa sangat membutuhkan modal untuk menambah biaya pengadaan bahan baku bagi usaha kerupuk rambak,

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015

Kulit kerbau saat dikeringkan.

yaitu pembelian kulit kerbau yang semakin tahun semakin bertambah mahal harganya. Ia lantas membuat proposal pengajuan pinjaman. Proposal disetujui. Ia diberi pinjaman sebesar Rp 3.000.000 (Tiga juta rupiah) yang lagsung dibelanjakan untuk bahan baku kerupuk rambak.

Mitra Perhutani Di masa awal menjadi mitra Perhutani, dalam satu bulan Sutego mampu membuat sekitar 150 kg kerupuk rambak. Jumlah itu membutuhkan 15 lembar kulit kerbau. Setelah menjadi mitra Perhutani KPH Kendal dan mendapatkan pinjaman modal, Sutego pun kerap ikut pameran. “Alhamdulillah, kalau ada pameran-pameran yang diikuti Perum Perhutani KPH Kendal, produk saya selalu diikutkan. Alhamdulillah banyak yang laku. Bahkan sampai habis. Bahkan pameran yang diadakan di Madiun saat ulang tahun ke-52 Perum Perhutani. Jadi, ada keuntungan buat saya karena saya tidak perlu repot–repot membawa atau menyetor barang tersebut,” katanya.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Di tahun 2006, pinjaman Sutego lunas, dan usaha rambak kelompok mereka semakin dikenal masyarakat hingga ke luar Kendal, semisal Semarang, Salatiga, Pekalongan, dan daerah lain. Jadi, bagi masyarakat yang ingin mencicipi hasil kerajinan Sutego dan kelompoknya, silakan coba kerupuk rambak merek “Cipta Rasa” Pegandon, Kendal. “Kenapa kami beri label Cipta Rasa? Nama Cipta Rasa kami maksudkan untuk menciptakan rasa yang digemari para konsumen. Karena kami sudah dikenal masyarakat di luar Kendal, permintaan pun semakin bertambah. Dalam satu hari saya harus bisa membuat 10 kg kerupuk rambak yang kami kemas dalam kardus kecil, karena konsumen lebih banyak membeli kerupuk rambak yang dikemas dalam kardus berukuran kecil dengan harga tiga puluh lima ribu rupiah,” katanya. Demi memajukan usahanya, tahun 2011 Sutego mengajukan kembali pinjaman modal kerja PKBL ke Perum Perhutani KPH Kendal. Ia mendapat pinjaman modal sebesar Rp 8.000.000 (Delapan juta rupiah)

yang digunakan untuk perputaran usaha mereka, serta mempercepat proses usaha agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dan pesanan dari toko-toko dan rumah makan yang biasa menjadi konsumen produk rambak mereka. “Tahun 2013, saya mencoba membeli mesin pegering atau oven seharga sekitar Rp 8.000.000 untuk mengeringkan bahan rambak tanpa mengandalkan panas matahari. Sebab, kalau sudah masuk musim hujan, tanpa mesin pengering atau oven, produksi kerupuk rambak sangat kacau. Permintaan banyak – karena musim hujan permintaan meningkat dibandingkan musin kemarau – sedangkan proses pembuatannya terganggu, terutama dalam penjemuran,” ujarnya. Kini, Sutego dan kelompok usaha kerupuk rambak Desa Penanggulan kian melangkah maju. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Perhutani KPH Kendal yang telah membimbing kami dan ikut mempromosikan produk kami,” ujarnya sembari tersenyum. Sutego pun melanjutkan, “Semoga dengan apa yang sudah kami contohkan kepada para perajin kerupuk rambak di daerah kami khususnya, mereka akan mau membentuk kelompok dan mau bermitra dengan instansi-instansi atau pengusaha. Dan semoga usahanya dapat lebih berkembang maju.” Amin. • DR

DUTA Rimba 71


warisanrimba

Wisata Religi

Ziarah ke Makam Syech Maulana Mansyuruddin

S

itus budaya Gunung Gombong tepatnya berada di Petak 36b Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Takokak, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cikawung, KPH Sukabumi. Secara administratif, situs budaya ini terletak di Dusun Pasir Hideung, Desa Cijurey, Kecamatan Geger Gintung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Areal seluas 131,87 Hektar yang didominasi peopohonan Rasamala, Mahoni, Puspa, Pinus Angrit, Menteng, Huru, dan Kecapi ini menjadi tempat hunian sejumlah satwa yang dilindungi semisal Owa Jawa, elang, babi hutan, burung perkutut, kakatua, tupai, beberapa spesies ular, dan masih banyak satwa lain yang bisa kita jumpai di situs budaya ini. Gunung Gombong sendiri sebenarnya lebih tepat disebut bukit besar. Lokasinya berada di pegunungan di antara perbatasan wilayah Kabupaten Cianjur dengan Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi. Dari pusat Kota Sukabumi, ia berjarak kurang lebih 20 km. Gunung Gombong merupakan lokasi di antara perjalanan ke arah Gunung Gede. Topografisnya yang cukup tinggi dan berbukit menyajikan pemandangan alam yang indah di antara perjalanan ke arah Gunung Gede dan melihat hamparan kota Sukabumi. Lokasi Situs Budaya Gunung Gombong merupakan hutan lindung yang memiliki banyak pepohonan

72 DUTA Rimba

Jika ingin berlibur tetapi bosan dengan destinasi wisata biasa, Anda patut mencoba wisata religi yang ada di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi ini. Tepatnya di Situs Budaya Gunung Gombong. Banyak pengunjung telah menyambangi dan berziarah ke makam Syech Aulia Maulana Mansyuruddin yang terdapat di areal tersebut. berusia ratusan tahun. Lokasi ini juga memiliki curug atau air terjun yang indah. Tetapi, yang paling menarik adalah karena di areal ini terdapat makam Syech Aulia Maulana Mansyuruddin. Oleh warga sekitar, makam tersebut dikeramatkan. Sejak tahun 1850, diketahui banyak peziarah yang datang serta menggelar pengajian di makam itu. Peziarah yang datang bukan hanya dari sekitar Skabumi, tetapi banyak yang dari Jawa, Jakarta, Banten, bahkan dari jazirah Arab seperti Qatar, Quwait, dan Arab Saudi. Perum Perhutani pun menetapkan areal Makam tokoh agama bernamalengkap Syeh Aulia Mansyuruddin Caikaduen Banten itu sebagai situs sejarah penyebaran Islam. Namun, ada perbedaan pendapat di seputar keberadaan makam tersebut. Ada yang mengatakan, makam yang terdapat di puncak Gunung Gombong tersebut merupakan area pemakaman Syekh

Aulia Mahmud RA. Ada pula yang mengatakan, itu merupakan tempat beliau bertirakat untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Menurut catatan sejarah perkembangan Islam di daerah Jawa Barat, Gunung Gombong merupakan salah satu tempat “pamijahan”.

Terkait Kerajaan Banten Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal juga dengan nama Sultan Haji. Beliau adalah putra Sultan Ageung Abdul Fatah Tirtayasa (Raja Banten ke-6). Sekitar tahun 1651 M, Sultan Ageung Abdul Fatah berhenti dari Kesultanan Banten, dan pemerintahan diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Maulana Mansyurudin. Beliau diangkat menjadi Sultan ke-7 Banten. Setelah menjabat sebagai Sultan Banten selama kira-kira 2 tahun, beliau berangkat ke Bagdad, Irak, untuk mendirikan negara Banten di tanah Irak. Pengelolaan kesultanan untuk sementara diserahkan kepada

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015

Jalan menuju ke makam Syech Aulia Maulana.

putranya, Pangeran Adipati Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli. Saat akan berangkat ke Bagdad, Irak, Sultan Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, Sultan Ageung Abdul Fatah. ”Apabila engkau mau berangkat mendirikan negara di Bagdad, janganlah menggunakan/memakai seragam kerajaan. Nanti engkau akan mendapat malu. Dan kalau mau

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

berangkat ke Bagdad, jangan mampir ke mana-mana. Harus langsung ke Bagdad, kecuali engkau mampir ke Mekkah. Dan sesudah itu langsung kembali ke Banten,” pesannya. Di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin tak sanggup untuk mendirikan negara Banten di sana. Sehingga, beliau mendapat malu. Di dalam perjalanan pulang kembali ke tanah Banten, Sultan

Maulana Mansyuruddin lupa akan wasiat Ayahnya, dan mampir di Pulau Menjeli yang terletak di kawasan Cina. Ia menetap di sana selama kurang lebih dua tahun. Di sana, Sultan Maulana Mansyuruddin menikah dengan Ratu Jin dan memiliki satu putra. Selama Sultan Maulana Mansyuruddin berada di Pulau Menjeli Cina, Sultan Adipati Ishaq

DUTA Rimba 73


warisanrimba yang diberi mandat untuk sementara mengelola Kerajaan Banten, terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sultan resmi Banten. Tetapi, Sultan Ageung Abdul Fatah tidak setuju karena Sultan Maulana Mansyuruddin masih hidup. Sehingga, pengangkatan sultan baru harus menunggu kepulangannya dari negeri Bagdad. Perbedaan pendapat tersebut memicu terjadinya kekacauan di Kesultanan Banten. Di saat seperti itu, datang seseorang yang baru turun dari kapal dan membawa oleh-oleh dari Mekkah. Ia mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin. Orang-orang di Kesultanan Banten - termasuk Sultan Adipati Ishaq percaya orang itu adalah Sultan Maulana Mansyurudin yang telah pulang. Namun, konon orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyuruddin itu ternyata adalah raja pendeta keturunan dari Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli, Cina. Selama menjabat sebagai Sultan palsu, raja pendeta itu membawa kekacauan di Banten. Akhirnya rakyat Banten termasuk ayahanda Sultan yaitu Sultan Ageung Abdul Fatah membenci Sultan dan keluarganya. Sultan Ageung Abdul Fatah pun turun tangan untuk menghentikan kekacauan di Banten, dibantu oleh seorang tokoh atau Auliya Allah yang bernama Pangeran Buang (Tubagus Buang) dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Pangeran Buang adalah keturunan Sultan Maulana Yusuf (Sultan ke-2 Banten, red). Kekacauan di masyarakat Banten dapat diredakan, rakyat pun membantu Sultan Ageung Abdul Fatah dan Pangeran Buang. Lalu terjadilah pertempuran antara pasukan Sultan Maulana Mansyuruddin palsu dengan pasukan Sultan Ageung Abdul Fatah dan Pangeran Buang yang dibantu rakyat Banten. Tetapi Sultan Ageung Abdul

74 DUTA Rimba

Fatah dan Pangeran Buang kalah dalam pertempuran itu, sehingga dibuang ke daerah Tirtayasa. Dari kejadian itu, rakyat Banten pun memberi gelar kepada Sultan Ageung Abdul Fatah dengan sebutan Sultan Ageung Tirtayasa.

Pulang ke Banten Peristiwa pertempuran dan dibuangnya Sultan Ageung Abdul Fatah ke Tirtayasa sampai juga ke telinga Sultan Maulana Mansyuruddin asli di Pulau Menjeli Cina. Ia sadar dan teringat wasiat ayahandanya. Beliau pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang ke tanah Banten, beliau pergi ke Mekkah untuk memohon ampunan kepada Allah SWT di Baitullah, karena telah melanggar wasiat ayahnya. Setelah sekian lama memohon ampunan, semua perasaan bersalah dan permohonannya dikabulkan oleh Allah SWT, sampai beliau mendapatkan gelar kewalian dan punya gelar Syekh di Baitullah. Setelah itu, beliau berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT untuk dapat pulang ke Banten. Akhirnya beliau mendapatkan petunjuk, dan dengan izin Allah SWT beliau menyelam di sumur zam-zam, kemudian muncul suatu mata air yang terdapat batu besar di tengahnya. Lalu dengan menggunakan telunjuknya, oleh beliau batu tersebut ditulisi. Kini batu itu berada di daerah Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten. Cibulakan terdapat di muara sungai Kupahandap, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang Banten. Oleh masyarakat sekitar, batu itu dikeramatkan dan dikenal sebagai Keramat Batu Qur`an. Setibanya di Kasultanan Banten dan membereskan semua kekacauan, ia memohon ampunan kepada ayahandanya, Sultan Ageung Abdul Fatah Tirtayasa. Akhirnya, Sultan

Maulana Mansyuruddin kembali memimpin Kesultanan Banten. Selain menjadi Sultan, beliau pun mensyiarkan Islam di daerah Banten dan sekitarnya. Sultan Ageung Abdul Fatah Tirtayasa wafat dan dimakamkan di kampung Astana Desa Pakadekan Kecamatan Tirtayasa Kawadanaan Pontang Serang Banten. Di dalam perjalanan mensyiarkan Islam, Sultan Syekh Maulana Mansyuruddin tiba di daerah Cikoromoy. Ia pun tinggal di daerah Cikoromoy sekian lama. Di sana ia menikah dengan Nyai Sarinten atau Nyi Mas Ratu Sarinten, lalu memiliki seorang putra bernama Muhammad Sholih yang dijuluki Kiai Abu Sholih. Konon Nyi Mas Ratu Sarinten memiliki rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya. Suatu ketika, terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal dunia. Beliau terbentur batu kali pada saat mandi, karena terpeleset menginjak rambutnya sendiri. Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di Pasarean Cikarayu Cimanuk. Makam Cicaringin terletak di daerah Cikareo, Cimanuk, Pandeglang, Banten. Akibat peristiwa itu, Syekh Maulana Mansyuruddin lantas melarang semua wanita keturunannya untuk mempunyai rambut yang panjangnya seperti Nyi mas Ratu Sarinten. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten, Syekh Maulana Mansyuruddin pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang, dengan membawa Khodam Ki Jemah. Di sana, beliau menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan. Suatu hari, Syekh Maulana Mansyuruddin menyebarkan agama Islam di daerah selatan hingga ke pesisir laut. Di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung, Sultan Syekh Maulana Mansyuruddin

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


dimakamkan di kampong Koncang desa Kadu Gadung Kecamatan Cimanuk, Pandeglang, Banten.

Dok. Kom PHT®2015

Ragam Fasilitas

Papan penanda situs makam.

beristirahat di bawah sebatang pohon waru sambil bersandar bersama khodamnya, Ki Jemah. Tibatiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang menghormati. Sampai saat ini, tidak ada pohon waru yang lurus. Ketika Syekh Maulana Mansyuruddin sedang beristirahat di bawah pohon waru itu, beliau mendengar suara harimau di pinggir laut. Ketika Syekh menghampiri, ternyata kaki harimau tersebut terjepit kima. Melihat ada manusia di depannya, harimau tersebut pasrah dan merasa ajalnya telah dekat. Di dalam perasaan putus asa, harimau itu mengaum kepada Syekh Maulana Mansyuruddin. Atas izin Allah SWT, tiba-tiba Syekh Maulana Mansyuruddin dapat mengerti bahasa binatang. Maka atas izin Allah pulalah, karena beliau adalah seorang manusia pilihan Allah serta seorang Auliya dan Waliyullah, melalui karomah beliau kima yang menjepit kaki harimau itu dapat dilepaskan. Setelah itu, harimau tersebut dibai`at oleh beliau lalu beliau berkata, ”Saya sudah menolong kamu! Saya minta, kamu dan anak buahmu berjanji tidak mengganggu anak, cucu, dan semua keturunan saya.“ Harimau itu menyanggupi. Syekh

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Maulana memasangkan kalung surat Yasin di lehernya dan memberi nama harimau itu Si Pincang atau Raden Langlangbuana atau Ki Buyud Kalam. Ternyata, harimau itu adalah salah seorang raja/ratu siluman harimau dari semua 6 Pakuwon. Keenam Pakuwon itu adalah Ujung Kulon yang dipimpin oleh Ki Maha Dewa; Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana; Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang; Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya; Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri; dan Mantiung yang dipimpin oleh Raden Langlangbuana atau Ki Buyud Kalam atau Si Pincang. Setelah sekian lama menyiarkan Islam ke berbagai daerah di Banten dan sekitarnya, Syekh Maulana Manyuruddin dan khadamnya Ki Jemah pun pulang ke Cikaduen. Akhirnya, tahun 1672 M Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia dan dimakamkan di Cikaduen Pandeglang, Banten. Tetapi ada juga yang meyakini Syeh Aulia Mansyuruddin Caikaduen Banten dimakamkan di Gunung Gombong. Hingga kini dua lokasi yang terkait Syeh Aulia Mansyuruddin Caikaduen Banten itu sering diziarahi dan dikeramatkan masyarakat. Sedangkan Ki Jemah

Fasilitas yang ada di Gunung Gombong, selain Masjid, juga terdapat Maqom, Tempat dzikir/ bertawasul, MCK, tempat sampah, dan jalan setapak. Gunung gombong sendiri memiliki beberapa mata air dan air terjun di dalam hutannya. Di sebelah bawah serta lerengnya juga dihiasi persawahan model trasering, serta sebagian area Situs Budaya Gunung Gombong tersebut digunakan sebagai “huma” atau lahan untuk menanam padi di pegunungan dengan pengairan minimal. Sebab, iklim di daerah sekitarnya dalam radius di bawah 1 km terbilang cukup sejuk. Sebelum era reformasi, di tahun 1990-an, jika mendaki ke Gunung Gombong, kita akan disambut oleh banyak sekali Monyet dan Owa Jawa, disertai kicauan burung saling bersahutan dan tupai yang berlompatan. Sayang, kini jarang sekali kita jumpai sambutan natural fauna serupa itu di sana. Selain itu, juga adalah fakta bahwa masih banyak perbedaan pendapat di seputar Situs Budaya Gunung Gombong. Tetapi, walaupun banyak pendapat di seputar keberadaannya, Situs Budaya Gunung Gombong merupakan bagian dari warisan budaya. Dan menjadi kewajiban kita untuk ikut menjaganya. Maka, rasanya belum terlambat untuk lebih memperketat konservasi hutan, termasuk pelestarisan flora dan fauna demi keberlangsungan pelestarian alam Gunung Gombong. Semoga generasi kita serta generasi penerus kita dapat membantu terwujudnya kelestarian lingkungan dan ekosistem di Gunung Gombong. Cag! • DR

DUTA Rimba 75


ensikloRIMBA

Kepuh Pohon yang kerap dijumpai di hutan-hutan pantai ini punya ciri yang khas. Batangnya besar dan menjulang tinggi. Bentuk buahnya pun besar dan dianggap aneh. Di Indonesia, khususnya Jawa dan Bali, pohon yang pertumbuhannya cepat ini juga banyak ditemukan di tempattempat yang dianggap keramat, semisal areal pemakaman, punden, atau lokasi-lokasi sakral lainnya. Bentuk dan lokasi tumbuhnya itu membuat Kepuh di Indonesia kerap disebut sebagai Pohon Genderuwo.

P

ohon kepuh yang kadang disebut juga dengan nama pranajiwa, adalah sejenis pohon tahunan. Kepuh punya nama ilmiah Sterculia foetida Linn. Di dalam bahasa Inggris, pohon kepuh punya sebutan lain, yaitu “wild almond”. Sebab, bentuk bijinya memang seperti biji almond. Rasa buah kepuh ini terbilang gurih dan berlemak. Kepuh juga disebut sebagai Hazel Sterculia. Selain itu, kepuh juga sering disebut sebagai Indian Almond, Indian-Almond, Java Olive, Java Olives, Java-Olive, Peon, Skunk Tree, dan Sterculia Nut. Di beberapa daerah, kepuh atau pranajiwa juga dikenal dengan beberapa nama, semisal kepoh, jangkang, dan kalumpang. Di

76 DUTA Rimba

dalam bahasa daerah, kepuh juga punya nama yang berbeda-beda. Misalnya, halumpang (Batak); kepoh, koleangka (Sunda); kepuh, kepoh, jangkang (Jawa); jhangkang, kekompang (Madura); kepuh, kepah, kekepahan (Bali); kepoh, kelompang, kapaka, wuka, wukak (NTT); bungoro, kalumpang (Makassar); alumpang, alupang, kalupa (Bugis); dan kailupa furu, kailupa buru (Maluku). Juga ada yang menyebut sebagai kabu-kabu, kalupat, lepong, kelumpang jari. Kepuh (Sterculia foetida) merupakan sejenis pohon yang termasuk kerabat jauh dari kapuk randu. Nama marganya diambil dari Sterculius atau Sterquilinus, yaitu nama dewa pupuk dalam mitologi Romawi. Sedangkan nama spesiesnya, yaitu foetida berarti

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : RUD, Foto: RUD.

Pohon Obat dari

Daun Kepuh

berbau keras atau busuk. Nama ilmiah kepuh tersebut merujuk kepada bau tidak enak yang dikeluarkan oleh pohon ini, terutama dari bunganya. Tetapi, yang umumnya diingat orang adalah bentuk pohonnya yang berukuran besar dan tinggi menjulang dengan daun menjari. Pohon kepuh mempunyai batang yang tinggi dan besar. Pohon kepuh besar yang menggugurkan daun, berrumah-dua, tingginya bisa mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah pohon ini dapat mencapai 3 meter. Cabangcabang kepuh tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, secara bertingkattingkat. Daun pohon kepuh merupakan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


daun majemuk menjari, berbentuk jorong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Panjang daunnya berkisar antara 10 cm sampai 17 cm. Daun-daun kepuh yang majemuk menjari itu tumbuh bertangkai 12,5 cm hingga 23 cm dan berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7 - 9, jorong lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing, serta panjangnya 10 cm – 17 cm. Di waktuwaktu tertentu, pohon kepuh ini menggugurkan daunnya. Yang unik, di beberapa daerah, pohon kepuh dinamakan juga sebagai pohon genderuwo dan buahnya pun disebut buah genderuwo. Genderuwo di masyarakat Jawa adalah sejenis hantu yang suka menakut-nakuti. Wah, mengapa pohon kepuh itu

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

dilekatkan dengan mahluk mitologi yang konon berperawakan tinggi besar dan berkaitan erat dengan cerita-cerita horor dan mistis? Selain karena bentuk pohon dan buahnya yang besar dan terbilang tidak lazim ditemui pada tumbuhan lain, juga karena keberadaan pohon itu yang kini mulai jarang ditemui, sehingga pohon kepuh atau pranajiwa ini sudah masuk kategori pohon Langka. Langkanya pohon tersebut antara lain karena saat ini pohon kepuh hanya ditemukan orang tumbuh di beberapa tempat yang dianggap keramat, semisal lokasi pemakaman, punden, ataupun tempat-tempat yang jauh dari keramaian. Maka, orang kerap menganggap kepuh sebagai pohon angker.

Buah kepuh berbentuk besar agak lonjong, berukuran 7-9 cm dengan lebar sekitar 5 cm. Kulit buah tebal dan keras dengan warna merah kehitaman. Bentuk buahnya yang besar dan aneh itulah yang membuat buah kepuh oleh sebagian orang disebut sebagai buah genderuwo.

Mitos dan Manfaat Sesungguhnya, habitat kepuh adalah daerah-daerah dengan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Terutama di daerah kering. Persebaran pohon kepuh ini terbilang sangat luas, mulai dari Afrika bagian timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara (Indonesia), hingga Australia. Tetapi, diperkirakan asal-usul kepuh adalah dari Afrika

DUTA Rimba 77


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : RUD, Foto: RUD.

ensikloRIMBA

Pohon Kepuh

tropis. Kepuh memiliki bunga. Bunga kepuh terdapat di bagian ujung batang atau ranting. Pada awalnya, bunga kepuh tersebut berwarna kuning keabu-abuan, kemudian menjadi merah. Bunga kepuh merupakan bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting. Panjangnya berkisar 10 cm – 15 cm, berwarna hijau atau ungu pudar, dengan kelopak yang berbagi 5 laksana mahkota, berwarna jingga, taju hingga 1,3 cm. Buah kepuh merupakan bumbung besar; lonjong gemuk; berukuran 7,6 –9 cm x 5 cm; berkulit tebal; berwarna merah terang yang akhirnya mengayu; dan berkumpul dalam karangan berbentuk bintang. Biji kepuh berjumlah 10 hingga 15 butir per buah. Warnanya kehitaman, dan melekat dengan aril berwarna kuning. Panjangnya 1,5 cm – 1,8 cm. Di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, pohon kepuh selalu dilekatkan pada mitos

78 DUTA Rimba

dan keberadaan mahluk halus di seputarnya. Hal itu dapat dimaklumi, lantaran tempat hidupnya dan ukuran batang serta bentuk buahnya yang berukuran jumbo. Seperti juga genderuwo, sebangsa hantu yang suka menakut-nakuti, dan konon berukuran tinggi besar. Namun, di balik mitos yang melingkupi pohon kepuh sebagai tumbuhan angker dan penyebutan pohon itu sebagai tanaman genderuwo, ternyata pohon genderuwo ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Ya. Hampir semua bagian tanaman tersebut, mulai dari kulit batang, daun, hingga buah dan bijinya, sering dimanfaatkan orang sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun kepuh dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit. Antara lain penyakit-penyakit rheumatic, diuretic, dan diaphoretic. Kepuh juga dapat bermanfaat meringankan rasa sakit pada kaki atau tangan yang

terkilir. Bagian yang dimanfaatkan sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang terkilir atau patah tulang itu adalah daun-daunnya. Selain itu, daun-daun kepuh konon juga digunakan untuk mengobati demam serta mencuci rambut. Tumbuhan ini juga dimanfaatkan sebagai korek api. Selain itu, kulit buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk memantapkan warna yang dihasilkan oleh kesumba. Abu kulit buah dan buah kepuh serta kembang pulu dapat memberikan warna merah Jawa Tengah. Air rendaman abu ini juga digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah. Buah kepuh, jeruk, kunyit, dan kembang pulu juga menghasilkan warna jingga Jawa Tengah. Di Jawa, biji kepuh juga dimanfaatkan sebagai bahan jamu. Kulit kayunya jika diseduh dapat juga digunakan sebagai obat penggugur kandungan (abortivum). Tetapi, sebaiknya untuk

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


fungsi tersebut tidak digunakan kecuali untuk alasan-alasan medis. Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue. Sedangkan bijinya dapat dimakan. Kayu pohon kepuh atau pranajiwa itu berwarna putih keruh. Kayu kepuh bersifat ringan, kasar, tidak kuat, tidak awet, serta tidak tahan terhadap serangan serangga. Kayu kepuh ini, meskipun mudah didapatkan dalam ukuran besar, tetapi kurang baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan, karena sifatnya yang mudah rusak. Biasanya, kayu kepuh digunakan untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek api. Namun, pohon kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras bergaris-garis kuning yang cukup baik untuk membuat perahu dan peti mati. Bahkan, kayu kepuh ini mungkin juga cocok untuk bahan mebel.

dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Selain itu, biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri dari asam lemak, yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat dimanfaatkan sebagai ramuan kosmetik, sabun, shampo, pelembut kain, pewarna alami, dan plastik. Asam lemak minyak Kepuh itu juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel (biofuel), yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C. Bahkan, sejak dulu beberapa anggota masyarakat di sejumlah daerah telah mengolah biji kepuh itu untuk diambil minyaknya. Minyak kepuh itu lalu digunakan sebagai minyak lampu, maupun minyak goreng. Di Kangean, minyak kepuh

juga dipakai sebagai malam untuk membatik. Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Misalnya burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi. Di Taman Nasional Komodo yang terdapat di Pulau Komodo, dilaporkan bahwa populasi kakaktua jambul kuning ternyata menggunakan dan memanfaatkan pohon kepuh sebagai sarangnya. Selain itu, karena pohon Kepuh memiliki tajuk dan perakaran yang cukup besar, pohon genderuwo ini dapat juga berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi. Sebab, akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar. • DR (Rud)

Bentuk buah kepuh cukup unik. Buah kepuh ini terdiri dari 5 benjolan (lokus) yang cukup besar dengan berat kurang lebih 1 kg – 3 kg. Bentuk yang unik itu membuat menarik masyarakat, sehingga sering menamakan buah kepuh sebagai buah genderuwo. Sehingga, biji-biji kepuh di sejumlah daerah sering dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal, karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya. Padahal, sebagaimana dicatat Heyne, inti biji kepuh mengandung 40% minyak kuning muda yang tak mengering. Biji-biji kepuh disangrai untuk dimakan atau dibuat sambal. Dulu, biji kepuh juga acapkali dikempa untuk diambil minyaknya. Dan karena mengandung senyawa racun, semua bagian tanaman kepuh, mulai dari kulit batang, daun, buah, dan bijinya sering

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : RUD, Foto: RUD.

Mikro Habitat Hewan

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Sterculia

Spesies : Sterculia foetida L

DUTA Rimba 79


ujungRIMBA Mokhamad Rasuli Mandor Tanam Berprestasi Perhutani Divisi Regional Jawa Timur

Tak Ingin Ada

Lahan Kosong

Dok. Kom PHT®2015

Ini satu lagi mandor terbaik yang dimiliki KPH Banyuwangi Barat. Ia adalah Mohkamad Rasuli. Pria satu ini menjadi aset besar bagi kemajuan KPH Banyuwangi Barat.

B

agaimana tidak. Rasuli sukses meraih double title di tingkat Perum Perhutani Divisi Regional Jawa timur. Pria berusia 33 tahun itu sukses dua kali meraih penghargaan sebagai Mandor Berprestasi, masing-masing tahun 2007 dan 2013. Saat ini, Rasuli mengemban amanah sebagai Mandor Tanam di petak 24 E, 26 H, RPH Sumber Manggis, BKPH Glenmore, turut hutan pangkuan desa LMDH Melati Putih Desa Margomulyo. Ia bertugas sebagai Mandor Tanam di kawasan itu sejak 2012. Berkat kinerjanya,

80 DUTA Rimba

perkembangan tanaman di area itu semakin tumbuh subur. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan terpilihnya ia untuk dinobatkan sebagai Mandor Terbaik Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur tahun 2013. Prestasi itu semakin memacu dirinya untuk terus bergerak. Rasuli memiliki pedoman, tanaman yang sudah baik wajib dipertahankan. Sebab, jika tanaman itu tumbuh subur, jelas akan sangat membantu perusahaan untuk terus berkembang. Hingga saat ini, suami Ruhainah itu tetap eksis dalam bertugas.

Sebagai Mandor Tanam, bapak satu anak ini tak ingin melihat lahan kosong. Apalagi, lahan itu justeru ditumbuhi semak belukar yang tak terawat. Sebab, lahan kosong itu dianggap sia-sia. Padahal, lahan yang ada di hutan sangat subur. Oleh karena itu, ia sangat serius melakukan penanaman. Bukan hanya sebatas menanam, dia juga secara intensif melakukan perawatan dan pemeliharaan. Sebab, jika asal tanam, hasilnya juga tidak akan maksimal. Bahkan justeru akan dianggap membuang-buang energi dan dinilai sia-sia. Rasuli menyadari betul pentingnya menjaga hutan. Lahan kosong pun ia sulap menjadi lahan syarat potensi. Sebab, di matanya, keberadaan hutan yang baik itu juga membantu perekonomian masyarakat sekitar hutan. Ketika bertanam, ia tetap mengedepankan pola tanam yang baik. Jadi, bukan hanya asal menanam tetapi juga melakukan pemupukan menggunakan pupuk organic, meski di lahan subur. Sehingga, tanaman tumbuh semakin subur. Rasuli tahu betul bagaimana menjaga kualitas tanaman. Kualitas tanaman yang memenuhi syarat harga itu adalah yang tinggi, lurus, dan tentu saja batangnya besar. Maka, pola tanam harus benar-benar diperhatikan. Artinya, tanaman pokok yaitu pinus jangan sampai diganggu tanaman lain. Salah satu pedoman Rasuli dalam mengerjakan tanaman, yang terpenting adalah sikap jujur, keterbukaan, dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu, ia dituntut bisa mengemong para pesanggem. Sebab, pesanggem merupakan mitra kerja Perhutani. Dengan kerja sama itu, jelas sangat membantu dalam membangun citra yang baik bagi KPH Banyuwangi Barat. • DR

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Marsirin Mandor Sadap Berprestasi Perhutani Divisi Regional Jawa Timur

Penemu

Namanya memang singkat. Matsirin. Itu saja. Tetapi prestasi kerjanya tidak singkat. Hasil kreasinya pun memberikan manfaat bagi perusahaan dan masyarakat. Salah satu karyanya adalah sebuah alat saring getah pinus portable yang diberi nama “Techmadipol”.

M

atsirin sehari-hari punya penampilan dan sikap sederhana alias bersahaja. Namun, di balik kesederhanaan itu, lelaki kelahiran 7 Agustus 1962 itu memiliki kreasi besar yang bermanfaat bagi perkembangan perusahaan. Juga bagi masyarakat, khususnya para penyadap getah pinus di Kabupaten Jember dan sekitarnya. Wujudnya adalah sebuah alat saring getah pinus portable. Marsirin yang tinggal di Dusun Sumberjati, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, menemukan alat saring getah pinus yang ia beri nama “Techmadipol” tersebut pada pertengahan tahun 2014. Suami Karmina itu mengisahkan, alat tersebut merupakan hasil modifikasi

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2014

Techmadipol

pada alat pemecah buah kopi. Lalu, ia dan timnya melakukan modifikasi pada bagian baling-baling mesin. “Kami melakukan sedikit perubahan pada baling-baling mesin tersebut. Yang semula untuk memecah buah kopi, kami ubah menjadi alat pemutar dan penyaring getah. Dan hasilnya Alhamdulillah ternyata bisa menghasilkan getah premium dengan cara yang sederhana, cepat, dan mudah,” kisahnya. Setelah melalui beberapa tahap seleksi dan uji kelayakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani pun menobatkan Techmadipol besutan Matsirin sebagai salah satu alat saring getah pinus terbaik di antara alat saring getah pinus yang telah

ada. Padahal, dari sisi perangkat dan cara kerjanya, Techmadipol karya Matsirin terbilang sebagai alat saring getah paling sederhana ketimbang alat saring getah yang lain. Sifatnya portable alias mudah dibawa ke mana-mana. Bobot alat sadap itu juga ringan, serta bentuk dan rancang bangunnya sederhana sehingga memberikan kemudahan dalam penggunaan maupun perawatannya. Menurut ayah dua anak ini, ide untuk membuat karya penemuannya itu pun cukup sederhana. “Setelah sekian lama kami diberi kesempatan untuk melihat dan mempraktikkan alat penyaring getah temuan temanteman terdahulu, kami pun terpacu dan berpikir untuk menemukan alat penyaring getah pinus yang lebih sederhana. Dan setelah melalui banyak uji coba, akhirnya kami menemukan alat saring getah pinus hasil modifikasi yang merupakan perpaduan dari mesin giling kopi manual,” tuturnya. Salah satu nilai unggul Techmadipol adalah biaya pembuatannya murah meriah. Kurang-lebih 1,5 juta rupiah, tergantung bahan baku yang digunakan. Keunggulan lain Techmadipol adalah kemampuan alat sadap itu untuk menghasilkan getah pinus premium dengan cepat. Untuk mendapatkan 1 drum berkapasitas 125 kg getah pinus, Techmadipol hanya butuh waktu penyaringan kurang-lebih 11 menit, dengan kadar kotoran dan kadar air (KK +KA) kurang dari 5 persen. Mandor yang telah 30 tahun mengabdi di Perhutani itu menyebut bangga dan berterimakasih kepada perusahaan, karena mesin hasil kreasinya kini sudah digunakan secara luas. Dan terbukti, Techmadipol sangat membantu meningkatkan kualitas getah. • DR

DUTA Rimba 81


wisatarimba

Perawan Cilalay Dok. Kom PHT®2015

Kemolekannya

Belum Dilirik

82 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Indonesia memang negeri yang kaya akan keindahan alam. Banyak lokasi yang mengandung potensi wisata alamiah yang indah, namun belum tersentuh. Salah satunya karena terdapat resistensi dari sejumlah anggota masyarakat untuk pengembangan potensi wisata tersebut. Terhadap hal ini, perlu dicarikan langkah penyelesaian yang terbaik bagi semua pihak.

M

ungkin Curug Cilalay adalah salah satu contoh lokasi wisata yang punya potensi besar tetapi belum digarap secara profesional. Air terjun yang secara geografis terletak di antara kaki Gunung Parangpang dan kaki gunung Sanggabuana ini belum banyak dikenal di kalangan wisatawan sebagai lokasi wisata pilihan. Padahal, Curug Cilalay yang terletak di dalam wilayah Perum Perhutani Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cigunungsari, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pangkalan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta blok Ciporong, itu punya keunikan alamiah yang memesona. Curug Cilalay pertama kali ditemukan tahun 2009. Air terjun ini dikelilingi pemandangan Gunung Parangpang di sebelah selatan dan Gunung Sanggabuana di sebelah barat. Posisi geografis itu menjadikan area sekitar Curug Cilalay menyajikan pemandangan indah dengan hembusan udara segar khas daerah pegunungan. Secara administratif, Curug Cilalay termasuk wilayah Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Keunikan Curug Cilalay adalah bentuk alamiah air terjunnya yang

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

seperti tangga dengan undak-undak bersusun lima yang masing-masing memiliki ketinggian bervariasi. Selain itu, Curug Cilalay memiliki dinding batu alam yang sangat unik. Diperkirakan, tinggi keseluruhan Curug Cilalay mulai dari tangga pertama hingga kelima adalah 100 meter. Air terjun yang tertinggi terdapat pada tangga/undak yang kedua dengan ketinggian kuranglebih 12 meter, sedangkan ukuran ketinggian tangga yang lainnya adalah antara 3 – 8 meter. Tetapi, sayangnya sejauh ini Curug Cilalay masih tetap menjadi potensi lokasi wisata yang eksotik dan menarik. Masih potensi? Ya, sebab potensi wisata Curug Cilalay yang demikian besar itu belum digali dan dioptimalkan secara profesional. Bahkan, dapat dikatakan kondisi Curug Cilalay masih “perawan”. Sebab, belum banyak pengunjung mendatangi dan menikmati keindahan Curug Cilalay. Selain karena kurangnya publikasi, promosi, serta sentuhan profesional dalam pengelolaan, Curug Cilalay juga menyisakan persoalan terkait infrastruktur. Hal itu membuat, sejauh ini, hanya orang dan kalangan tertentu saja yang bisa sampai ke Curug Cilalay. Sebab, akses menuju Curug Cilalay cukup ekstrem. Untuk

DUTA Rimba 83


wisatarimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : RUD, Foto: RUD.

Sebenarnya, masyarakat pun berharap Perhutani menggali potensi wisata Curug Cilalay dengan baik dan menjadikannya lokasi wisata yang dikelola secara profesional. Setidaknya, harapan itu terlontar dari LMDH Giri Makmur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Salah satu sudut Curug Cilalay.

mencapai Curug Cilalay dan menikmati keindahannya, pengunjung harus melalui jalan setapak di tengah areal persawahan, menyeberangi sungai, serta menyusuri aliran sungai. Diperkirakan, jalur yang harus dilalui dari jalan raya menuju ke lokasi Curug Cilalay mencapai lebih dari 10 kilometer. Di saat air sungai tengah mengalir dengan deras, jarak tersebut pun menjadi semakin sulit untuk dilalui dan sampai ke Curug Cilalay. Seperti juga umumnya lokasi wisata alam di Indonesia, Curug Cilalay juga tak lepas dari mitos yang melingkupinya. Menurut keterangan juru kunci Gunung Parangpang, ada mitos yang berkembang bahwa lokasi air terjun tersebut merupakan tempat petilasan Eyang Jaka Lalana. Di lokasi curug tersebut, diyakini Eyang Jaka Lalana pernah bermeditasi. Selain itu, konon menurut ceritanya, airnya dapat digunakan untuk pengobatan.

Harapan LMDH Hal yang patut disayangkan, keindahan Curug Cilalay itu belum tersentuh baik oleh masyarakat,

84 DUTA Rimba

pemerintah setempat, maupun Perum Perhutani. Sehingga, sampai saat ini selain lokasi curug tersebut belum tertata, kondisinya juga kotor. Padahal, jika ditata dan dikelola dengan serius, keindahan alam Curug Cilalay bisa menjadi daya tarik wisata alam baik baik masyarakat lokal maupun luar. Selain itu, bagi pihak Perum Perhutani sendiri, pengelolaan yang serius Curug Cilalay akan menambah aset wisata yang dimiliki perusahaan, dan pada gilirannya akan menambah pendapatan perusahaan. Sekaligus juga akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Sebenarnya, masyarakat pun berharap Perhutani menggali potensi wisata Curug Cilalay dengan baik dan menjadikannya lokasi wisata yang dikelola secara profesional. Setidaknya, harapan itu terlontar dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Giri Makmur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ketua LMDH Giri Makmur, Enip, berharap agar Perum Perhutani Divisi Regional Jabar-Banten, khususnya KPH Purwakarta, menetapkan Curug

Cilalay sebagai objek wisata. “Curug Cilalay yang berada di Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, sangat bagus. Tetapi sayangnya Curug Cilalay belum dikelola sebagai objek wisata,” kata Enip. Enip menyatakan, tidak hanya LMDH Giri Makmur dan seluruh anggota LMDH se-Karawang yang menjadi pihak yang menginginkan Curug Cilalay menjadi objek wisata. Tetapi ada banyak pihak lain yang menyelipkan harapan serupa. Pihak lainnya, menurut dia, adalah pemerintah desa dan masyarakat setempat yang juga mendukung keinginan LMDH agar Curug Cilalay dibuka secara resmi sebagai objek wisata alam. Bahkan, menurut dia, saat ini masyarakat mulai menyambut baik rencana dibukanya objek wisata Curug Cilalay. Langkah sambutan masyarakat itu antara lain dengan membuka lapak-lapak warung di sepanjang jalur yang menuju Curug Cilalay. Hal itu tentu akan juga ikut menyejahterakan masyarakat sekitar. “Roda perekonomian akan terbangun jika Curug Cilalay secara

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


resmi dibuka sebagai objek wisata,” kata dia. Curug Cilalay sendiri sebenarnya sudah cukup populer di kalangan masyarakat Karawang. Selain Curug Cilalay, di lokasi lain yaitu Karawang bagian selatan, juga ada Curug Cigentis dan Curug Bandung. Kedua curug tersebut saat ini sudah cukup banyak dikunjungi warga Karawang dan luar Karawang.

Penolakan Sepetak Tetapi, upaya menggali potensi wisata Curug Cilalay nampaknya akan sedikit terganjal karena terdapat resistensi dari sebagian anggota masyarakat. Penolakan itu antara lain disuarakan oleh Serikat Petani Karawang (Sepetak). Saat berlangsung forum terbuka bersama antara Perhutani KPH Purwakarta dengan LMDH se-Karawang, 31 Maret 2015, di Sekretariat LMDH Dusun Tipar Kolot, Desa Medalsari, Sepetak dengan tegas menolak gagasan untuk menjadikan Curug Cilalay sebagai lokasi obyek wisata. Bahkan, di forum yang diinisiasi oleh LMDH Karawang dan Perhutani tersebut, sempat terjadi ketegangan antara Sepetak, LMDH, dan KPH Purwakarta. Ketiganya beradu argumen tentang regulasi Peraturan Bersama 4 menteri, tentang Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T). Awalnya, pertemuan berjalan dengan baik. Pihak KPH Purwakarta dan LMDH memberikan pemaparan yang didengar dengan seksama oleh para petani setempat. Menurut Kasie PSDH KPH Purwakarta, warga Desa Medalsari akan sejahtera, jika Curug Cilalay dimanfaatkan menjadi obyek wisata dan dikelola dengan profesional. Namun, kemudian seorang Anggota Sepetak bernama Solihin menyanggah pernyataan tersebut.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Solihin menyatakan, Sepetak sebagai representasi petani tidak menginginkan obyek wisata alam Curug Cilalay itu dibuka. Sebab, menurut dia, paparan KPH Perhutani dan LMDH sangat tidak obyektif. Ia menyebut, cerita manis tentang potensi wisata Curug Cilalay yang perlu dioptimalkan itu justeru hanya memberi ilusi kepada para petani dengan kredo kesejahteraan, padahal ia tidak memiliki landasan material. Solihin lalu menunjuk Peraturan Bersama 4 menteri tentang IP4T sembari mengatakan, Perhutani seharusnya tunduk terhadap peraturan yang berlaku. Pernyataan Solihin itu lantas ditanggapi Koordinator LMDH yang juga Ketua LSM Lodaya Karawang, Nace Permana. Menurut Nace, kedudukan Peraturan Bersama 4 menteri tersebut lebih rendah dari UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan PP No 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. “Saya sudah berdiskusi dengan Cellica (Plt. Bupati Karawang, red) dan para pakar hukum mengenai kedudukan hirarki hukum dari Peraturan Bersama 4 Menteri tersebut,” katanya. “LMDH dalam hal ini berada di tengah, tidak berpihak kepada Perhutani ataupun kepada petani,” imbuh Nace. Anggota Sepetak yang lain, Mustofa Bisry, menyanggah ucapan Nace. Menurut Mustofa, di sana masih berlangsung tataran empiris mengenai dampak negatif dari pembukaan obyek wisata di kawasan hutan dan konflik tanah di antara petani dengan Perhutani. Nace kembali menanggapi ucapan Mustofa. Forum diskusi pun semakin hangat bahkan tegang, ketika Sekjen Sepetak, Engkos Koswara, angkat bicara dengan intonasi yang cukup keras. “Kubur dalam-dalam mimpi

indah tentang kesejahteraan rakyat yang akan lahir dari pembangunan sektor pariwisata, serta lempar jauhjauh ekspektasi peningkatan derajat hidup masyarakat sekitar hutan Desa Medalsari yang akan digantungkan pada rencana pembukaan obyek wisata alam Curug Cilalay,” serunya. Engkos melanjutkan, IP4T sangat legitimated karena merujuk kepada UUD 1945 Pasal 33. “Jangan memandang sempit IP4T kepada dimensi hukum formal, tetapi lebih kepada dimensi sosial, HAM, kelestarian ekologi dan pengetahuan komunal,” ujarnya. Setelah itu, seorang Pengurus Sepetak bernama Odang Rodiana menginstruksikan para petani yang hadir untuk melakukan walk out. Sebelum walk out, mereka menyatakan menolak rencana menjadikan Curug Cilalay sebagai lokasi wisata dan siap melakukan perlawanan dengan cara apapun, jika Perhutani dan LMDH tetap memaksakan kehendak membuka objek wisata curug di Medalsari.

Perlu Pemahaman Adanya sikap penolakan LSM tersebut perlu disikapi dengan bijaksana. Kepada mereka perlu diberikan pemahaman bahwa dengan menjadikan lokasi Curug Cilalay sebagai wana wisata, tidak lantas akan membuat air terjun alamiah tersebut seolah dieksploitasi. Sebailknya, Curug Cilalay akan dirawat dan dikelola dengan baik dan profesional. Selanjutnya, perlu ditemukan media yang tepat untuk menyampaikan penjelasan kepada LSM tentang rencana menggali potensi wisata Curug Cilalay. Sebab, pada akhirnya masyarakat pun akan merasakan manfaat optimalisasi potensi wisata Curug Cilalay. Semoga akan segera ditemukan jalan tengah dari persoalan itu. • DR

DUTA Rimba 85


pojokkph

KPH Purwakarta

Harmonis

dengan Pemda Perum Perhutani KPH Purwakarta mengikuti pawai alegoris mobil hias di Kabupaten Subang, 6 April 2015. Pawai itu merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke -67 Kabupaten Subang yang jatuh tanggal 5 April 2015. Di kesempatan lain, Pemerintah Kabupaten Karawang pada awal 2015 memberikan bantuan kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) binaan Perum Perhutani di wilayah BKPH Pangkalan dan BKPH Telukjambe. Hal itu menunjukkan sinergi dan hubungan harmonis yang dibina Perhutani KPH Purwakarta dengan pemerintah daerah setempat.

P

erhutani KPH Purwakarta ikut berpartisipasi dalam pawai alegoris memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Subang dengan menghias mobil mengusung tema tanaman agroforestry berupa pinus dan nanas. Ini merupakan hasil kolaborasi Perhutani dengan Dishutbun Kabupaten Subang. Seperti biasa, setiap perayaan ulang tahun, Pemkab Subang selalu menggelar pawai alegoris mobil hias yang dibentuk menyerupai bangunan, hutan, tanaman, serta tampilan drum band dan lain-lain. Pawai itu diikuti seluruh instansi pemerintah, swasta, BUMN/BUMD, dan masyarakat Subang umumnya.

86 DUTA Rimba

Selain pawai, Hari Ulang Tahun ke-67 Kabupaten Subang juga dimeriahkan pameran, upacara, serta aneka lomba permainan tradisional semisal lomba panco, lomba makan nanas, dan sebagainya. Dan Perhutani KPH Purwakarta juga berpartisipasi dalam pameran. Mereka menampilkan produk–produk Perhutani, antara lain madu, Air Perhutani, air madu, minyak kayu putih, dan sejumlah produk unggulan LMDH binaan Perhutani, berupa gula merah serta makanan ringan semisal rangginang, kiripik pisang, dan lainlain. Partisipasi Perhutani KPH Purwakarta memeriahkan peringatan hari jadi Kabupaten

Subang itu membuat keberadaan Perum Perhutani semakin dikenal masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Subang, terutama menyangkut produk-produk Perhutani. Juga mengenalkan kontribusi Perhutani bagi pemberdayaan masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan hutan, berupa bantuan modal, pembinaan pembuatan produkproduk unggulan dan promosi produk-produk unggulan Masyarakat Desa Hutan. Bukan itu saja contoh sinergi dan hubungan harmonis Perhutani KPH Purwakarta dengan pemerintah daerah. Hubungan baik juga terjalin dengan Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan. Antara lain ditunjukkan saat Distanhutbun Pemkab Karawang memberikan bantuan berupa sarana prasarana serta bimbingan teknis tentang budi daya tanaman, baik tanaman keras maupun tanaman tumpangsari, yang mereka terapkan di kawasan hutan. Pemerintah Kabupaten Karawang sendiri di tahun anggaran 2015 telah memberikan bantuan kepada LMDH binaan Perum Perhutani di wilayah BKPH Pangkalan dan BKPH Telukjambe. Bantuan itu antara lain 30 stup untuk budidaya lebah madu, 3000 kantong untuk budidaya jamur tiram, bimbingan teknis untuk persemaian bambu, serta bimbingan teknis untuk kegiatan budidaya trubus yang meliputi pembibitan, pemeliharaan, dan pemasaran. Bantuan kepada LMDH binaan Perum Perhutani KPH Purwakarta tersebut kian menampakkan perhatian dan keharmonisan hubungan Pemkab Karawang dengan Perum Perhutani. Hal itu membuat komunikasi dan koordinasi antara pemerintah daerah dengan Perum Perhutani, khususnya KPH Purwakarta, akan lebih mudah.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Dok. Kom PHT®2015

KPH Purwakarta berada di bawah koordinasi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten. Secara administratif, wilayah pangkuan KPH Purwakarta meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang. Sedangkan secara geografis, wilayah KPH Purwakarta terletak pada koordinat 1070 02’ sampai dengan 1070 40’ BT dan 50 56’ s/d 60 45’ LS. Wilayah pangkuan KPH Purwakarta berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, di sebelah timur dengan wilayah KPH Indramayu dan KPH Sumedang, di sebelah selatan dengan wilayah KPH Bandung Utara, serta dengan wilayah KPH Bogor dan KPH Cianjur di sebelah barat. KPH Purwakarta mengelola kawasan hutan seluas 60.555,39 Hektar yang menurut fungsinya berdasarkan SK Menhut 195 tahun 1999, terbagi dalam Hutan Produksi (seluas 44.658,18 Hektar) dan Hutan Lindung (15.897,21 Hektar). Menurut jenis pengusahaannya, KPH Purwakarta termasuk 5 Kelas Perusahaan, yaitu Karet, Jati, Mahoni, Payau, dan Pinus. Wilayah KPH Purwakarta dibagi 2 wilayah wakil Administratur, yaitu wilayah Subang dan Karawang. Wilayah Karawang membawahi 7 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan wilayah Subang membawahi 5 BKPH. BKPH di wilayah Karawang adalah Purwakarta, Jatiluhur- Prg Gombong, Sadang, Cipeundeuy, Cikiong, Pangkalan, dan Teluk Jambe. Sedangkan BKPH di wilayah Subang adalah Kalijati, Cipeundeuy, Subang, Tambakan, dan Pamanukan. BKPH Purwakarta meliputi RPH Plered, Warung jeruk, dan Cileunca. BKPH Jatiluhur-Prg Gombong meliputi RPH Kertamanah, Prng Gombong, dan Sukasari. BKPH Sadang meliputi RPH Campaka,

KPH Purwakarta memeriahkan Festival Hari jadi Kabupaten Subang.

Cibatu, dan Pondoksalam. BKPH Cipeundeuy meliputi RPH Cijangkar dan Ciloji. BKPH Cikiong meliputi RPH Cibuaya, Ciwaru, Pakis/Cikeruh, dan Pangakaran. BKPH Pangkalan meliputi RPH Cigunungsari, Cintalanggeng, dan Kutalanggeng. Sedangkan BKPH Teluk Jambe meliputi RPH Kutapohaci, Pinayungan, dan Wanakerta. BKPH Cipeundeuy di wilayah Subang membawahi RPH Cicadas. BKPH Kalijati meliputi RPH Cijengkol, Jambelaer, dan Tanggulun. BKPH

Subang meliputi RPH Balenyengked, Subang, dan Wanareja. BKPH Tambakan meliputi RPH Cigore, Cijambe/Patrol, dan Cimenteng. Sedangkan BKPH Pamanukan meliputi RPH Bobos, Muaraciasem, Poponcol, dan Tegaltangkil. Lokasinya yang strategis karena dekat dengan ibukota negara dan ibukota provinsi, membuat KPH Purwakarta diharapkan dapat menjadi barometer pengelolaan hutan di Jawa, sesuai visi dan misi Perum Perhutani. Semoga. • DR

DUTA Rimba 87


inovasi

PUSLITBANG:

Teknik Internodia

Bibit Kayu Putih Kayu putih merupakan salah satu produk unggulan Perum Perhutani. Serangkaian studi untuk menghasilkan produk kayu putih yang unggul pun terus dilakukan. Selain strategi pemuliaan tanaman kayu putih, studi terhadap proses pembibitan yang akan menghasilkan produk unggul juga terus dilakukan. Yang teranyar, penelitian Puslitbang Perum Perhutani terhadap pembiakan generatif pun menghasilkan pembibitan kayu putih yang lebih produktif.

T

anaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) adalah tumbuhan yang tumbuh di Indonesia. Lokasi tumbuhnya kayu putih terutama terdapat di Pulau Ambon, Pulau Buru, Pulau Seram, dan Pulau Jawa. Kegunaan tanaman kayu putih ini terutama untuk diambil minyaknya. Sudah banyak dipahami, minyak kayu putih merupakan salah

88 DUTA Rimba

satu perlengkapan dalam kotak obatobatan yang boleh dikatakan tak boleh ketinggalan. Terutama untuk para ibu dan mereka yang memiliki anak-anak atau saat bepergian menggunakan kendaraan bermotor. Tanaman kayu putih juga menjadi tanaman unggulan yang terus dikembangkan Perum Perhutani. Perum Perhutani mengelola tanaman kayu putih seluas 17.826 hektar.

Lokasinya antara lain terdapat di KPH Gundih, KPH Madiun, KPH Mojokerto, dan KPH Indramayu. Dan berdasarkan hasil penelitian di Puslitbang Perhutani, kini banyak bermunculan potensi-potensi baru dari tanaman kayu putih. Salah satu penelitian Puslitbang terhadap tanaman kayu putih adalah pada proses pembiakan generatif. Tim Puslitbang yang aktif melakukan studi terhadap proses pembiakan generatif tanaman kayu putih itu terdiri dari Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto. Mereka menerapkan teknik internodia pada proses pembibitan kayu putih. Hasilnya, pembibitan menjadi lebih produktif. Menurut Aris Wibowo, benih hasil pembiakan generatif akan memiliki variasi genetik yang tinggi dan produksi benihnya sangat dipengaruhi oleh iklim dan musim. Seperti pendapat Muhammad Na’iem (1999), pembiakan vegetatif menjadi alternatif pilihan, karena seluruh kinerja genotype akan dapat diulangi secara konsisten dan berkelanjutan. Sehingga, dengan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR

Tanaman Kayu Putih.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 89


demikian perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanaman yang lebih unggul, seragam, dan dalam situasi tertentu dapat mempercepat penyebaran hasil pemuliaan (Zobel & Talbert 1984). Pembiakan vegetatif sangat kecil dipengaruhi oleh mutasi gen dan potensi genetik ditangkap penuh oleh anakannya (Soeseno,1977). Di dalam laporan hasil penelitian mereka, Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto menulis, kegiatan pemuliaan kayu putih yang sudah berlansung selama satu dekade mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan produksi dengan karakter rendemen minyak tinggi dan biomasa daun kayu putih tinggi serta kualitas minyak kayu putih berkadar sineol tinggi. Sementara itu, berdasarkan statistik Perum Perhutani tahun 2008, produksi minyak kayu putih di Perum Perhutani tahun 2008 adalah sebesar 415.445 kg dengan rendemen Minyak Kayu Putih (MKP) rata-rata 0,75%. Menurut Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto, di tahun 2014 telah diperoleh 8 klon kayu putih dengan rendemen minyak kayu putih (MKP) pada kisaran 1% - 1,4%, biomassa DKP umur panen 9 bulan seberat 3,5 kg 5,6 kg dan kadar sineol di atas 55%. Dari materi ini, kemudian dibangun kebun pangkas, sebagai penyedia bahan setek pucuk dalam skala operasional.

Memperbanyak Setek Pucuk Kayu Putih Sebenarnya, penelitian pemuliaan tanaman kayu putih di Perhutani telah dimulai sejak tahun 2001 melalui kerja sama dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Purwobinangun, Yogyakarta. Kerja sama itu diwujudkan dengan dibangunnya uji keturunan kayu putih. Materi genetik kayu putih

90 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

inovasi

untuk uji keturunan, berasal dari Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, dan Ponorogo. Uji keturunan dilakukan di KPH Cepu, KPH Madiun, dan KPH Gundih. Dari uji keturunan kayu putih di 3 lokasi tersebut, selanjutnya dikonversi menjadi Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK). Benih-benih dari KBUK saat ini diperuntukkan bagi tanaman rutin di KPH. Hasil penelitian Aris Wibowo dan kawan-kawan tahun 2011 menyebutkan, pembiakan vegetatif massal dengan setek pucuk dapat dilakukan pada kayu putih. Bahkan, hasilnya adalah pembentukan klonklon baru dengan kualitas unggul. Aris Wibowo juga menyebut, klon-klon yang ditanam sebagai indukan pada kebun pangkas telah mengalami tahapan seleksi yaitu mudah berakar, bertunas, dan produktivitas MKP-nya tinggi. Kemampuan produksi pucuk pada kebun pangkas selama setahun adalah sebanyak 240 pucuk setiap indukan.

Hal itu lantas memicu keputusan untuk memperbanyak setek pucuk kayu putih. Sebab, hasil pembuatan bibit tanaman kayu putih dengan setek pucuk terbilang cukup bagus. Menurut Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto, keberhasilan pembuatan bibit setek pucuk kayu putih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pembuatan bibit setek pucuk kayu putih itu antara lain adalah, pemilihan tunas sebagai bahan setek pucuk yang baik, yaitu tunas berumur 12 – 15 hari, batang masih lunak, tinggi 5 cm – 7 cm, warna hijau muda, serta ranting dan daun tidak berbulu. Selain itu, juga dilakukan pemberian hormon pengatur tumbuh dengan menggunakan IBA 20 ppm. Media yang digunakan adalah topsoil : kompos : pasir dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Hasilnya, tingkat keberhasilan pembuatan bibit setek pucuk menjadi bibit siap tanam adalah sebesar 75 %.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


pada kayu putih merupakan teknik mengembangbiakkan secara vegetatif yang lebih produktif. Yaitu, satu bibit dapat diperbanyak menjadi 625 pucuk selama setahun tanpa kebun pangkas.

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Potensi Besar

Tim Puslitbang SDH penemu Teknik Internodia.

Perbanyak Setek dengan Potongan Internodia Perbanyakan setek dengan potongan internodia adalah teknik perbanyakan dengan menggandakan satu cabang muda yang dipotongpotong menjadi beberapa bagian potongan. Setiap potongan berisi satu internodia (2 nodus) yang kelak akan menjadi tanaman baru. Ada tiga tahapan metoda perbanyakan dengan internodia. Tahap pertama, membuat bibit setek pucuk terlebih dahulu. Setelah bibit setek pucuk itu berakar dan tumbuh tunas berumur 1,5 bulan dengan tinggi 15 cm – 20 cm, selanjutnya tunas dipotong sepanjang 15 cm. Tahap kedua, tunas sepanjang 15 cm kemudian dipotong–potong per 2 nodus atau 1 internodia, sehingga menjadi 4–5 eksplan, dan siap ditanam dalam sungkup. Tahap ketiga, jika potongan tersebut sudah tumbuh dan berakar dapat dipotong lagi. Keunggulan metode perbanyakan internodia pada setek pucuk kayu

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

putih adalah, akan diperoleh bibit dengan jumlah besar dalam waktu singkat. Perhitungan dengan menggunakan metode propagasi internodia adalah:

{ Rumus X Pangkat n.} Perhitungan dengan metode ini adalah:

1 = 5 = 125 = 625........ dst 1000 plc = 5000 plc = 125.000 = 625.000 plc Dari perhitungan tersebut di atas, pada bulan ke-7 maka dari 1000 plances indukan menjadi 625.000 potongan, asumsi persen berakar 85% menjadi bibit siap tanam sebanyak 532.150 plances. Teknik propagasi dengan internodia pada kayu putih ini lebih efektif dan efisien dibandingkan perbanyakan dengan setek pucuk. Kesimpulannya, menurut Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto, teknik propagasi dengan internodia

Keberhasilan pengembangbiakan secara vegetatif dengan teknik internodia itu kian memberi harapan besar bagi pengembangan produk kayu putih Perum Perhutani. Harapan itu kian besar jika melihat potensi besar yang dikandung dari pengembangan produk minyak kayu putih. Sebab, saat ini omzet untuk produk-produk minyak kayu putih hasil pabrikan yang dikemas dalam kemasan kecil, terbilang tinggi. Meski kemasannya kecil tetapi harganya mahal. Padahal, seperti pernah dikatakan Direktur Komersial Non Kayu Perum Perhutani, Muhammad Soebagja, produk itu merupakan hasil pencampuran dari beberapa minyak atsiri, sehingga bisa menghasilkan kanasis tinggi. Menurut dia, produkproduk minyak kayu putih hasil pabrikan yang dijual dalam kemasan kecil itu, setelah ia lihat, ternyata kandungan kayu putihnya rata-rata hanya 4,5% hingga 15%. Sedangkan yang selama ini dijual Perhutani adalah biangnya yang kandungannya adalah 100%. Sehingga, menurut dia, ada kemungkinan pihaknya akan mencoba untuk mengembangkan pola kerja sama untuk produk-produk hilir yang langsung bisa dimanfaatkan oleh konsumen, khususnya untuk minyak kayu putih. Maka, di tahun 2015 ini setelah melakukan penyempurnaanpenyempurnaan di sektor hulu tanaman kayu putih dengan mengembangkan terus bibit jenis unggul, tak berlebihan rasanya jika kita berharap, sektor hilirnya pun juga akan baik. • DR

DUTA Rimba 91


resensi

Bila Hutan Jadi

“Ranah Petaka”

S

etidaknya selama dua dasawarsa terakhir, setiap kali terdapat berita tentang lingkungan hidup, yang kita dengar adalah kabar buruk. Tentang pemanasan global, hutanhutan yang diterabas dan rusak, penggundulan hutan, kekeringan yang meranggas, dan sebagainya. Seolah tidak ada harapan akan hutan di masa depan. Pun ketika cerita itu kita temukan di karangan fiktif. Kadang, kita ingin juga mendengar cerita tentang harapan akan masa depan hutan yang cerah. Mungkin, memang itulah gambaran yang ada di kepala hampir semua anggota masyarakat di saat bicara tentang lingkungan hidup, termasuk hutan. Mungkin juga memang seperti itulah fenomena yang tengah terjadi di bumi kita. Gambaran seperti itu pula yang tertangkap di sejumlah karya cerita pendek (cerpen) yang ikut Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan atau lebih dikenal sebagai “Pehutani Green Pen Award” 2014. Sebagian besar cerpen-cerpen hasil seleksi Dewan Juri Perhutani Green Pen Award 2014 ini berisi tema tentang hutan yang rusak dan merana akibat keserakahan manusia. Tengok saja cerpen “Nyanyian Meranti Merah” karya Sulfiza Ariska. Cerpen pemenang pertama Kategori B (mahasiswa, guru, dosen,

92 DUTA Rimba

penulis/pengarang, dan umum) ini secara garis besar bercerita tentang kondisi hutan yang ada di sekitar Sungai Barito. Di cerpen yang judulnya sekaligus menjadi judul buku kumpulan cerpen ini, Sulfiza bertutur, kondisi alam di sekitar Sungai Barito yang dulunya berjubah hutan tropis, berubah drastis ketika sejumlah pendatang dari kota tiba di sana dan secara membabibuta membabat pohonpohon mereka dengan gergaji mesin. Kondisi hutan setelah itu lantas ia sebut sebagai “ranah petaka”. Sulfiza menulis, “Eksekusi pohon terjadi setiap hari. Lahan-lahan yang mereka buka, dibiarkan telanjang, tidak ditanami lagi. Bukit-bukit gundul dalam hitungan hari.” Itulah memang gambaran yang terjadi ketika manusia dengan segala keserakahannya mengambil seluruh potensi dan kekayaan alam tanpa memerhatikan keseimbangannya. Hal yang nyaris sama juga tergambar di cerpen pemenang pertama Kategori A (pelajar tingkat SLTP dan SLTA). Cerpen berjudul “Gemerlap Lubang-lubang Gelap” karya Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy itu bercerita tentang kondisi desa di sekitar hutan yang dulu begitu lestari, berubah menjadi meranggas ketika diketahui kawasan tersebut tenyata mengandung emas. Hijau hutan pun berubah menjadi coklat ladang emas. Padahal, hutan di

sekitar desa itu, seperti tertulis di cerpen tersebut, “adalah hadiah terbesar dari Tuhan yang sengaja diberikan kepada kami yang bermukim di sini. Tanah yang subur, hutan penjaga alam dengan beragam satwa, air yang melimpah, semua itu lebih dari apa yang kami butuhkan.” Selain dua cerpen pemenang di dua kategori tersebut, buku ini juga menampilkan 6 karya pemenang lain di Kategori A dan 6 karya pemenang lain di Kategori B. Adapun hasil Perhutani Green Pen Award 2014 adalah: Di kategori A, pemenangnya berturut-turut adalah “Gemerlap Lubang-lubang Gelap” karya Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy (SMPN 2 Blitar); “Reminisensi Debu” karya Joshua Timothy (SMPK Ora et Labora, Bumi Serpong Damai, Tangerang); dan “Serpih Randu” karya Ghirah Madani (SMPN 12 Bandung). Sedangkan pemenang di Kategori B berturut-turut adalah “Nyanyian Meranti Merah” karya Sulfiza Ariska (Cerpenis, Yogyakarta); dan “Sepasang Mata di Balik Kayu” karya Safira (Mahasiswi IPB, Bogor); sementara pemenang ketiga dinyatakan didiskualifikasi. Masih banyaknya tertangkap kesan stereotype tentang lingkungan hidup di banyak karya yang tergabung di buku ini tak lantas membuat karya-karya itu menjadi tidak menarik. Justeru sebaliknya. Karya-karya cerpen

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


ISBN

: 9786029879230

Judul

: Cerpen Pilihan Perhutani Green Pen Award 2014

“Nyanyian Meranti Merah”

Penyunting : Susetiyaningsih Sastroprawiro Penerbit

: Perum Perhutani

Tahun terbit : Maret 2015 Tebal buku

: 187 halaman

Jenis buku : Kumpulan Cerpen Fiksi

tersebut seperti membawa pesan yang akan menggugah kesadaran kita tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan agar keseimbangan alam tetap terjaga. Dan kesadaran ini sangat membanggakan, mengingat banyak peserta lomba menulis cerpen ini yang notabene adalah generasi muda. Jika melihat semangat penulis-penulis muda ini menuturkan kepedulian terhadap hutan dan lingkungan, seharusnya kita optimis akan masa depan hutan. Setidaknya, di masa depan akan kian banyak orang-orang muda pembawa kabar baik dan juru cerita yang handal yang akan menggugah kesadaran akan kelestarian alam lewat karyakarya fiksi mereka.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Satu hal yang juga membanggakan, animo masyarakat begitu besar terhadap isu-isu tentang hutan dan lingkungan hidup. Hal itu terlihat dari banyaknya karya yang masuk untuk dilombakan. Hasil seleksi Dewan Juri Perhutani Green Pen 2014 – yang terdiri dari Naning Pranoto, Ahmadun Y Herfanda, Maman S Mahayana, Soesi Sastro, Gunawan Marga Widada, Free Hearty, Dedi Muhtadi, dan Tosca Santoso – setidaknya menunjukkan, terdapat 33 pemenang harapan di Kategori A selain 3 pemenang utama dan 3 pemenang unggulan. Di kategori B, selain 2 pemenang utama dan 3 pemenang unggulan, juga terdapat 50 pemenang harapan.

Bahkan, menurut catatan Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani, naskah lomba yang masuk ke panitia mencapai 1000 judul. Padahal, event Perhutani Green Pen Award 2014 yang pendaftarannya dibuka sejak 22 November 2013 hingga 22 Februari 2014 ini, baru pertama kali diadakan. Setidaknya, hal itu menunjukkan, banyaknya bermunculan peminat untuk menulis cerita tentang hutan dan lingkungan. Apalagi, 60% dari peserta tersebut merupakan “pengarang baru” atau “baru memulai mengarang”. Artinya, Indonesia tidak akan kekurangan pengarang-pengarang unggul di masa depan. Bravo! • DR

DUTA Rimba 93


rimbakuliner

Belut Elek Bikin

Melek Ini salah satu menu andalan Rumah Makan Spesial Belut Surabaya milik Haji Poer. Di dalam bahasa Jawa, elek berarti jelek. Tampilan masakan belut ini memang dibuat agak buruk rupa, dengan warna coklat kehitaman dan permukaan kulit yang licin berminyak. Tetapi rasanya bakal bikin mata melek (terjaga dari kantuk, red).

94 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2014

A

khirnya singgah juga di Rumah makan “Spesial Belut Surabaya”. Rumah makan milik Haji Poer ini beralamat di Jalan Banyu Urip Kidul IV / 39 (Bok Abang), Surabaya. Tepatnya di daerah Surabaya Barat. Dan wisata kuliner di Kota Pahlawan ini pun terasa lengkap saat mencicipi penganan dari belut, hewan yang secara fisik mirip ular itu, tetapi punya daging yang rasanya mirip ikan lele. Begitu duduk, langsung saja setuju untuk memesan Pecel Belut Elek. Yang membuat tertarik tentu saja namanya. Begitu pesanan datang, melihat penampilan belut elek, tak heran namanya demikian. Daging seekor belut yang dipotong-potong dan dibuka bagian tengahnya, tersaji dalam kondisi basah alias digoreng setengah matang, dan di bagian atasnya ditaburi bawang putih yang juga tidak ditata, tetapi hanya digeprek lalu digoreng setengah

Belut yang belum diolah.

matang dan ditaburkan begitu saja. Ditambah sambal yang benar-benar membuat mata tak bisa terpejam seusai santap. Olahan itu masih dilengkapi lalapan semisal kubis, kacang panjang, serta daun kemangi. Tetapi, walau penampilannya jelek, ternyata belut elek ini sudah tak lagi berbau amis. Mungkin itu karena pengaruh bawang putih. Daging belutnya lembut, sehingga

saat tulang belut dikeluarkan dari mulut seusai santap, daging belut dipastikan tidak ada yang tertinggal. Sambal yang disajikan juga termasuk unik karena disajikan dengan toping berupa potongan bawang putih yang digoreng kasar lengkap dengan kulitnya. Hasilnya, sensasi pedas bercampur gurih, terasa sekali di lidah. Sambalnya … untuk para penyuka masakan pedas, ini cocok untuk Anda. Dan buat yang tak terlalu suka rasa pedas, dapat memesan agar rasa sambalnya dibuat medium atau tidak pedas. Sambal di sana memang tersedia dalam tiga pilihan yaitu pedas, sedang, dan tidak pedas. Sambal tersebut selalu dibuat baru, diulek langsung saat pembeli memesan. Warung makan “Spesial Belut Surabaya” ternyata cukup populer di Surabaya. Itu terlihat dari banyaknya foto selebritis yang pernah berkunjung ke sana. Antara lain ada Ahmad Dhani, Andra and The Backbone, dan sebagainya. Menurut sang pemilik, H. Joko Poerwono yang akrab disapa Pak Haji Poer, warung belut itu dibuka pertama kali tahun 1985. Mulanya, ia memilih warung makan yang menjajakan belut hanya karena ingin membuat warung yang berbeda dari warung makan lain di Surabaya yang umumnya menampilkan menu bebek goreng. Uniknya, Pak Haji Poer menuturkan, resep Belut Elek ia temukan secara tidak sengaja. Waktu itu, ia sedang menggoreng belut terakhir karena warungnya hendak tutup. Saat belut belum benarbenar garing, gas kompornya habis. Akhirnya, belut setengah matang itu diberikan kepada konsumen secara gratis. Ternyata mereka bilang rasanya enak, dan meskipun digoreng setengah matang, belut itu sama sekali tidak amis. Di masa awal warungnya buka,

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dok. ISTIMEWA

ia hanya bisa menjual 1 kg belut sehari. Sekarang, setiap hari 60 kg belut bisa habis terjual. Untuk suplai belut sebanyak itu, ia mengandalkan pasokan dari banyak daerah, semisal Madura, Gresik, Lamongan, dan Benowo. Rumah makan “Spesial Belut Surabaya” buka malam hari, mulai pukul 18:00 WIB. Dulu menu yang dijual hanya gorengan belut biasa yang ditambah sambal dan lalapan. Kini selain Belut Elek, “Spesial Belut Surabaya” juga punya sejumlah menu olahan belut yang lain semisal Belut Goreng Biasa/Kering, Belut Basah, dan Belut Saos Inggris. Juga ada

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

menu lele dan burung dara. Pilihan minumnya adalah air es, teh, jeruk nipis, dan softdrink, serta minuman sehat, semisal beras kencur dan sinom. Dari berbagai macam menu belut itu, Belut Elek tetap merupakan hidangan spesial yang banyak diminati konsumen dan menjadi menu andalan warung makan “Spesial Belut Surabaya”. Buat yang ingin mencoba mengolah sendiri, resep belut elek sederhana saja. Bahan utamanya adalah belut. Cara memasaknya adalah menggoreng dengan minyak biasa. Lengkapi dengan Saus Inggris dan Sambel Elek. Sambal elek ini

memakai bahan-bahan seperti sambal untuk pecel lele tetapi sudah digoreng matang, lalu lengkapi dengan topping bawang putih yang dikeprek. Kini, warung makan “Spesial Belut Surabaya” juga membuka cabang di Jalan Ngagel Jaya Selatan No 119 Surabaya, Jalan H. R. Muhammad No. 249 Surabaya, serta di Jalan KH Mukmin 65 Sidoarjo. Nah, Anda para pecinta wisata kuliner, cobalah sajian belut ini. Jangan dibayangkan saat belut belum diolah dan dimasak, tetapi cicipi setelah tersaji di atas piring. Rasa Belut Elek akan membuat Anda melek. Beneran! • DR

DUTA Rimba 95


ceritarimba

Nyanyian

Meranti Merah *Sulfiza Ariska

*) Sulfiza Ariska adalah seorang cerpenis, tinggal di Yogyakarta. Cerpen ini adalah Pemenang Pertama Kategori B Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan 2015.

P

erempuan itu kunamai Cinta. Di rahimnya, Ranying Mahatala Langit1 menanam asa. Saat bumi memejamkan mata, ia menuruni tangga betang2. Menyusuri pundak Gunung Purei yang terjal. Mengerat sunyi. Melangkah sepasti matahari. Angin resah mengulurkan tangan, membelaiku dan bibit pohon yang dipikulnya. Meranti merah, ulin, agatis, dan ramin. Sebelum fajar membentangkan sayap, ia telah mendayung perahu, membelah kabut perak Sungai Barito, menuju Ranah Petaka. Angin kencang meniupkan bisikan Seniang3, “Hentikan perjalananmu ke neraka. Pulanglah. Kembali ke daratan.

96 DUTA Rimba

Kau akan mati sia-sia.“ “Tidak!” bantahnya. “Lebih baik karam daripada menjadi pecundang.“ Tiba-tiba, Sungai Barito terbangun dari mimpi, mengeliat dan mengerang. Lalu mengamuk seketika. Melemparkan sulur-sulur ketidakberdayaan. Aliran air yang berwarna coklat keruh, perlahan berbuih. Riak lembut menjelma gelombang, menghantam lambung perahu. Berkali-kali, aku dan para bibit pohon, diterkam gelombang, terjun ke pusaran arus deras. Tapi, perempuan itu dengan sigap menyambar kami. Hujan mencakar-cakar. Badai menerjang. Memukul

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


punggung dayung. Mengeping harapan. Selembar daunku direnggut angin kencang, melayang-layang dipermainkan udara beku, serupa layang-layang yang putus dari talinya, lalu jatuh ke pusaran arus deras. Aroma maut menguar lantang. Bayang-bayang bukit gundul, semak berduri, bunga-bunga bakung, mengabur dari pandangan. Kabut kelabu bergulung-gulung. Petir menyambar-nyambar. Bulan dan bintang-bintang bersembunyi ketakutan. Semesta menjelma neraka. Ia terus mendayung. Mendayung. Mendayung dan terus mendayung, mengabaikan bisikan para Seniang. Perahunya menghantam kesumat Sungai Barito. Ujung tapih4 berkibar liar. Aku dan bibit-bibit pohon gemetar ketakutan, merapat ke tubuhnya. Ulin dan Agatis memeluk bahunya. Ramin memeluk punggungnya. Aku bersembunyi di dada. “Ranying Mahatala Langit yang melindungi kita,” bisiknya pada kami, menghalau sulursulur ketidakberdayaan. Lalu, ia berdoa. “Oh, Ranying Mahatala Langit. Bila usia tidak meminjamkan cukup waktu untukku, kumohon tumbuhkanlah benih-benih kehidupan di Ranah Petaka. Agar sirna angkara dan dunia melahirkan cinta.” Perlahan, amuk Sungai Barito mereda. Kabut kelabu menjauh. Petir berlari ke ceruk langit, bersembunyi di sana. Bayang-bayang bukit gundul, tunggul-tunggul pohon, semak berduri, bunga-bunga bakung, kembali melimpahi pandangan. Perempuan itu menarik nafas lega bersamaku dan para bibit pohon. Ia mengucap syukur. Dari kejauhan, Ranah Petaka mencuat di kelopak matanya . ••• Dulu, Ranah Petaka berjubah hutan tropis. Di sana, orang Dayak, bertani dan memuja alam. Ajaran Kaharingan5 menuntun orang Dayak—dari Gunung Purei6—memuliakan semesta. Sebelum membuka lahan, mereka akan memberitahu para Tamanggung7. Beberapa orang diutus untuk memeriksa hutan yang cocok untuk dijadikan ladang. Lalu, dilaksanakan upacara untuk membuka hutan. Tarian-tarian magis pun menyempurnakan upacara itu. Sebab hutanlah sumber kehidupan. Mereka membajak, menugal8, menyemai, memupuk, menyadap, sampai menuai panen. Semua langkah-langkah bertani dilakukan secara handep9. Meskipun memegang tradisi berladang berpindah, orang Dayak tetap menjaga kelestarian alam. Mereka bertani secara tumpang sari. Di ladang-ladang tersebar cabai, mentimun, jagung, singkong, dan sayur-mayur. Tapi, mereka tetap menanam tumbuh-tumbuhan yang menyerupai tanaman hutan, seperti karet, rotan, dan tengkawang. Akar tanaman tetap mampu menyerap air.

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

Hewan-hewan tidak merasa kehilangan rumah. Udara tetap sesuci nafas bayi. Setelah panen usai, mereka mengadakan upacara bagondang10. Sayangnya, sekelompok pendatang tiba untuk mengubah sejarah. Konon, sekelompok pendatang itu berasal dari kota. Tanpa izin Tamanggung, mereka mengukur lingkaran pinggang batang pohon. Tidak ada upacara atau pun tarian magis untuk menghormati hutan. Bila lingkaran pinggang sebuah pohon mencapai enam puluh senti, eksekusi langsung dilaksanakan. Mesin chain saw11 membabat leher-leher pohon. Membabi buta. Menderu-deru. Ngiiing. Ngiiing. Ngiing. Pohon-pohon menjerit. Kraaak. Kraaak. Lalu tersungkur ke pangkuan bumi. Selanjutnya, mesin serupa capit kepiting raksasa, mengangkat kayu-kayu ke logging truk, diusung ke log pond, dan menjelma singgasana-singgasana raja di negari asing. Eksekusi pohon terjadi setiap hari. Lahan-lahan yang mereka buka, dibiarkan telanjang, tidak ditanami lagi. Bukit-bukit gundul dalam hitungan hari. Nasihat Tamanggung tidak dihiraukan. Ladang-ladang Dayak Ngaju mereka gusur. Hingga pecahlah perang. Mandau12 melayang-layang. Sumpit beracun menyambar-nyambar. Tombak menghujam-hujam. Senapan menyalak. Pelurupeluru beradu dengan mantra ganjil. Masing-masing kubu membakar benteng satu sama lain. Menciptakan lidah api yang menjalar liar, berkobar buas. Melalap batang-batang pohon, mayat, dan prajurit yang terluka. Darah membanjiri tanah. Aroma daging yang terbakar, membaur dengan bau batang-batang pohon yang hangus sia-sia. Ribuan nyawa luruh be rsama daundaun yang ditanggalkan api. ••• Perang tersebut tidak melahirkan pahlawan dan pecundang, kalah atau menang. Hutan yang damai menjelma api, menjelma arang, menjelma puing, menjelma hampa, menyisakan dendam yang terus menggarang. Serupa rayap yang melahap buku-buku tua, hutan lenyap dalam sekejap. Dan, sejak perang usai, hutan yang hijau tinggal dongeng-dongeng. Demang menamakannya Ranah Petaka. “Siapa yang menginjakkan kaki di sana, akan tertimpa bala13,” tegas Demang. Balian14 memagari Gunung Purei dengan mantra. Agar penduduk desa tidak mengayuhkan perahu ke Ranah Petaka, aman dari cakar-cakar bala. Di sana, bertahun-tahun tidak ada upacara atau pesta adat. Nyaris dilupakan masa, serupa kitab-kitab suci yang tidak dibaca. Hingga burung-burung meniupkan kabar, ranah itu akan tenggelam.

DUTA Rimba 97


ceritarimba Kabar buruk itu sampai ke telinga perempuan yang kunamai Cinta. Ia terkesiap dan menghentikan gerak tari manawi15. “Jadi, ranah itu ada?” tanyanya. “Bukan hanya dongeng-dongeng pengantar tidur?” “Ada!” jawab anak perempuan Demang16 bernama Jenta. “Umaaq17 mengatakannya padaku. “Jata!18 Bila kita tidak tanam pohon-pohon di sana, Ranying Mahatala Langit akan murka. Kehidupan harus dimulai kembali, entah siapa yang menghancurkan.” “Benar. Tapi, siapa yang ke sana? Aku tidak berani melintasi pagar mantra Balian.” “Kumpulkanlah bibit-bibit pohon. Aku akan menanam kembali di sana,” tegasnya. Hari itu juga, para perempuan mengumpulkan bibitbibit pohon, membawanya ke tepian. Di sana, Jenta memuatnya ke dalam perahu. Tak seorang laki-laki pun diberitahu. Hingga angin meniupkan nyahuq19 ke dalam labirin pikiran Balian. Bersama Tamanggung, Balian mendatangi betang perempuan itu. “Menjauhlah!” tegas Balian yang paling sakti di Gunung Purei. “Ranah itu terkutuk.” “Bumi semakin tidak berdaya memeluk hujan,” sanggahnya. “Sungai Barito sering mengamuk dan mengirimkan banjir. Harus ada yang menanam pohon di sana, sebelum tinju Sungai Barito menghancurkan punggung bukit-bukit.” “Mantraku hanya memagari daratan. Bila kau mengayuh perahu, kau tidak akan pernah kembali utuh. Alam yang menghabisi nyawamu. Atau, para pendatang yang memperkosamu.” “Jangan sampai sejarah kembali terulang!” tambah Demang. “Bila hutan kembali lestari di ranah itu, sekelompok orang kota akan datang, membunuh pohonpohon, dan meletuskan kesumat dendam.” “Perang telah menjadi abu masa lalu, Demang!” bantahnya. “Ranying Mahatala Langit menganugerahi hutan untuk masa depan. Aku tidak akan merelakan, abu masa lalu mengaburkan masa depan orang-orang Dayak.” “Kau akan mati di sana!” jerit Ineen20 sambil membeturkan kepala di dinding betang. “Dayak Ngaju sejati takkan takluk pada kematian!” sanggahnya. “Kamu anak kami satu-satunya,” ujar Umaaq, mencoba melelehkan kristal di hatinya. “Kami mencintaimu. Bila kau tiada, kami akan menjelma hampa.“ “Aku mencintai Umaaq dan Ineen,” bisiknya pilu. Jemarinya yang pipih, membelai daun-daunku. “dengan separuh hati. Separuh hatiku yang lain, telah menjadi milik bumi. Pada Ranying Mahatala Langit, aku bersumpah menjaga hutan. Kini, hutan memanggilku berbakti. Aku tidak akan lari dari takdir yang kupilih sendiri.” Hatinya

98 DUTA Rimba

telah menjelma karang. Larangan tidak membuat keteguhannya menjelma serpih-serpih arang. ••• Kini, perempuan tersebut berdiri di Ranah Petaka, memikul bibit-bibit pohon, menantang matahari. Perahu dan dayung patah jadi dua, terkapar di tepian Sungai Barito. Ia tak mungkin pulang. Sesekali, angin kerontang setajam paku, berhembus keras, menusuk luka memar di tubuhnya. Di sini, selain tunggul-tunggul mati serupa Patung Jurong21 yang terlupakan, tidak terlihat tandatanda kenangan tentang hutan. Aroma kematian masih abadi. Tumpukan tengkorak-tengkorak manusia, bagai bola yang ditinggalkan anak-anak bosan, menyambut kedatangannya. Perempuan itu melangkah. Udara kering merintih di setiap jejaknya, mengirimkan bau maut yang telah berlumut. Keheningan Ranah Petaka, membuat detik-detik merambat pilu, serupa iring-iringan menuju pemakaman. Matahari bersinar kejam. Sulur-sulur sinarnya menjalar liar, membakar bumi. Tidak ada pohon-pohon rimbun yang mampu menangkal terik amarahnya. Di punggung tanah, kelopak-kelopak bunga liar terkapar, serupa irisan-irisan daging mayat korban mutilasi. Dengan ketabahan pelangi bulan Januari, perempuan itu menyembunyikan hujan kepedihannya pada langit. Meski kelelahan masih bermekaran di seluruh sendi, ia melangkah menyusuri punggung Ranah Petaka.“Oh, Ranying Mahatala Langit!” pintanya dengan lidah kelu. “Engkau telah menuntunku melalui amarah Sungai Barito. Kuyakin, Engkau memberiku kekuatan untuk menuntaskan janjiku.” Sehelai daunku yang direnggut angin, melayanglayang di udara, lalu membawa bisikannya ke Lawu Tatau22. Pintanya dikabulkan Ranying Mahatala Langit. Awan-awan berhenti bergerak ke selatan, memayungi dirinya dari terik amarah matahari. Di Ranah Petaka, tak ada senjata sakti yang disisakan perang. Mandau, sumpit, tombak, dan senapan. Semua lapuk dilipat musim. Perempuan itu memungut seruas tulang, lalu menggali liang untukku dan bibit-bibit pohon. Entah tulang siapa. Tulang orang Dayak atau tulang pendatang yang curang. Apa bedanya? Bukankah di Pulau Batu Nindan Tarung23 semua makhluk setara di hadapanNya? Perempuan itu menggali liang sendirian. Hingga terik amarah matahari mengerut. Telapak tangannya yang menggenggam tulang penggali, terluka, menebarkan nyeri. Darah merembes dari celah-celah luka. Ia tidak peduli dan terus menggali. Di sebuah liang yang ia gali, tulang di genggamannya beradu dengan sebuah tabung

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


air berukuran besar. Entah tabung milik siapa. Milik Dayak atau pendatang yang curang, tidak ada bedanya. Usai menggali, perempuan itu menaruh akarku di sebuah liang. Dengan kehati-hatian seorang ibu muda, ia menimbun akarku dengan tanah gersang. Lalu, ia melakukan hal yang sama pada bibit-bibit pohon yang lain. Menjelang senja, bibit pohon berjejer gembira di Ranah Petaka. Beberapa bibit tidak utuh lagi, termasuk diriku. Daun-daunku telah rontok, menyisakan sehelai pucuk muda yang menolak layu. Setelah menatap jejeran bibit pohon yang ditanamnya, perempuan itu meraih tabung air dan sebuah tengkorak kepala. Lalu menyeret langkahnya ke tepian Sungai Barito, menciduk air dengan tengkorak kepala, sampai tabung itu penuh, dan bergegas kembali. Dengan tengkorak kepala itu pula, ia menciduk air dari tabung, lalu menyirami kami. Ulin yang masih rindang dengan daun, melambaikan tangkai-tangkainya, menyapa langit lembayung. Begitu menyentuh air, akar agatis langsung menyesapnya dengan rakus. Ramin mengeliat dan mendesis, menghembuskan nafas baru. Akar-akarku menyerap air dengan gembira. Oh! Rasanya, aku ingin segera tumbuh dewasa, menjulang jangkung, memberi rindang dan oksigen segar. Dengan kesabaran seorang ibu sejati, perempuan itu merawat para bibit-bibit pohon. Tak pernah jemu. Bila lelah membengkak di seluruh sendi, ia akan tertidur berselimutkan langit. Tulang-belulang prajurit yang tewas, menjadi bantalnya. Ketika rasa lapar melilit lambung, ia beranjak ke tepian Sungai Barito, memakan buah-buah kayu yang hanyut dari hulu. Sepanjang waktu, Ranying Mahatala Langit melindunginya dari bala. Sehingga, hewan buas dan orang-orang jahat tak ingin melukainya. Suatu malam, seekor anaconda betina yang kelaparan, mencium wangi darah perempuan itu. Mendesis licik. Taringnya berkilau ditempa cahaya bulan. Ia mendekati perempuan yang tertidur kelelahan. Angin yang tidak pernah tidur, selalu mengawasi, tiba-tiba resah dan berpusing. Sehelai daunku yang berwarna hijau tua, direnggutnya, lalu diterbangkannya ke Lawu Tatau, menyampaikan pesan dari bumi. Sebelum anaconda tersebut melilit dan menyantapnya, seekor burung enggang24 melayang dan menyerang. Meskipun tidak sebesar anaconda, burung enggang utusan Ranying Mahatala Langit tidak gentar. Dalam hitungan menit, kepala anaconda putus dipatuknya. Paruhnya yang setajam mandau, mencacah-cacah tubuh anaconda menjadi irisan-irisan sepipih sosis. Pernah pula seekor harimau datang menerkam. Sebelum angin merenggut daunku, lalu membawanya ke Lawu Tatau, tiba-tiba sekawanan burung pipit menghadang dan menyerang hewan itu. Dalam hitungan

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

detik, sepasang mata sang harimau, dipatuk mereka. Sambil mengaum kalah, sang harimau buta menjauh. ••• Perempuan itu tidak pernah kembali ke Gunung Purei. Orang-orang kampung mulai melupakannya. Banyak yang mengira dirinya mati tertimpa bala, kecuali para sahabatnya, perempuan-perempuan yang kini telah menjadi ibu. “Semalam aku bermimpi menelan bulan,” tutur Jenta pada teman-temannya. Saat itu, mereka sedang mandi di tepian. “Lalu, di pagi hari, aku mendengar burung mentit berkicau di sebelah kiri betang.” “Kata nenekku, itu pertanda perjalananmu ke ladang yang baru dibuka, akan membawa hasil yang memuaskan,” sahut temannya yang bernama Rimbun. “Almarhum Umaaq juga mengatakan begitu. Tapi, ladang yang mana? Burung itu berkicau terus. Berharihari.” “Mungkin kamu punya ladang yang belum dibuka. Ladang yang jauh sekali.” Jenta tersentak. “Mungkinkah?” desisnya. “Mungkin apa?” tanya perempuan bernama Sallie. “Kau ingat teman kita yang pergi ke Ranah Petaka?” “Tentu!” sahut Rimbun. “Kita turut mencarikan bibit pohon.” “Mungkinkah Ranah Petaka menjelma hutan dan ladang?” “Sudah dua puluh lima tahun berlalu. Ia tidak pernah kembali.” “Bagaimana kalau kita ke Ranah Petaka?” “Wah, kamu sudah gila? Gunung Purei sudah dipagari Balian dengan mantra.” Jenta memutuskan, “Apapun yang terjadi, aku akan ke Ranah Petaka. Lebih baik dikaramkan Sungai Barito, daripada hidup menghamba pada ketakutan.” *** Di hari yang ditentukan, Jenta mengayuh perahu menuju Ranah Petaka. Semua perempuan di Gunung Purei berangkat bersamanya. Bahkan, ada yang membawa anak perempuan yang masih kecil. Tidak ada yang bisa menghalangi keteguhan hati mereka. Sepanjang Sungai Barito, perahu mereka melaju tenang. Tidak terlihat tanda-tanda kemarahan alam, badai, ataupun bala. Alam seolah bersekutu, agar perahu para perempuan dari Gunung Purei, melaju cepat menuju daratan Ranah Petaka. Angin dan arus Sungai Barito, mendorong perahu. Sekawanan burung enggang menjadi petunjuk arah. Bahkan, mereka, tidak perlu mengayuh dengan dayung. Ketika ubun-ubun Ranah Petaka mencuat dari pandangan,

DUTA Rimba 99


mereka tidak melihat tanah gersang yang ditinggalkan, melainkan Pulau Batu Nindan Tarung sangat indah. Memang, sebutan Pulau Batu Nindan Tarung untuk daratan itu, agak berlebihan. Tapi, para perempuan Gunung Purei kehilangan kata-kata, tidak tahu sebutan yang tepat. Pohon-pohon perkasa merayapi seluruh permukaan tanah, serupa barisan prajurit. Berbagai suku Dayak tumpah-ruah. Dayak Punan, Dayak Ngaju, Dayak Mama, Dayak Kenyah, Dayak Kayan, dan ratusan suku Dayak lainnya. Mereka menyatu dengan para pendatang, saling mencintai. Di mana-mana, terlihat perempuan yang mengenakan ta a25 dengan leher dihiasi kalung dari manikmanik. Terlihat pula laki-laki memakai sampe sapaq26 dengan abet kaboq27, serta mandau di pinggang. Terlihat pula pendatang yang memakai sasirangan28. Upacara bagondang tengah dihelat di sebuah betang. Kadire, gong, dan uding, mengalun merdu. Berbagai taritarian digelar. Tari Enggang Terbang, Tari Hudog, dan Tari Jiak. Jenta dan para perempuan Gunung Purei disambut sebagai tamu. Sayang, mereka tidak bisa berlama-lama. Mereka mengutarakan niat mencari sahabat di masa lalu. Seorang sesepuh mengarahkan telunjuknya ke bukit di selatan. Perlahan-lahan, iring-iringan perempuan dari Gunung Purei beranjak ke sana. Mereka menjumpai hutan homogen meranti merah, lima orang pendatang, dan seorang gadis yang memakai ta a memeriksa diriku. Jenta tertegun. Sebuah luka lama menyelinap dalam hatinya. Ia pun menghampiri mereka. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Jenta membendung amarah.

1 2 3 4 5

6

7 8

Disebut juga Ranying Hattala Langit yang berarti Tuhan Penguasa Langit Rumah panjang dan besar tempat berkumpul beberapa keluarga Roh-roh suci Kain panjang Disebut juga Helu. Dianggap sebagai agama paling dulu oleh suku Dayak Ngaju. Gunung Purei adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Indonesia. Ketua adat Gotong royong

100 DUTA Rimba

“Kami ahli agrikultur kehutanan. Di sini, aku satusatunya perempuan Dayak,” sahut si gadis dengan bahasa Dayak Ngaju khas Gunung Purei. Senyum seribu kupukupu terukir dari wajahnya yang jelita. Jenta merasa pernah bertemu dengannya. “Lihatlah,” ia mengarahkan telunjuknya pada daun-daunku, “meranti merah yang tampan ini sedang sakit. Daun-daunnya terinfeksi virus. Bila tidak segera diobati, virusnya akan menyebar ke seluruh pohon di hutan ini.” Jenta terpukau. Matanya berkaca-kaca. Gadis itu bisa mengerti bahasanya. Ia tampak sangat cerdas. “Kami ingin berguru padamu,” tutur Jenta, sambil menggenggam jemari ahli agrikultur Dayak tersebut. Kemudian, Jenta menanyakan perempuan yang dicarinya. “Dua puluh lima tahun lalu, ia berangkat ke sini, membawa bibit-bibit pohon.” Senyum seribu kupu-kupu kembali terukir di wajah si Jelita. Kali ini, disertai air mata haru yang bergulir di tebing pipinya. “Dia ibuku,” tuturnya dengan bibir bergetar. “Pantas saja. Kau sangat mirip dengannya,” tutur Jenta. “Di mana ibumu? Kami, para sahabatnya, selalu merindukan dirinya.” Air mata gadis itu terus bergulir. “Di Lawu Tatau29,” bisiknya pilu. Di bawah guguran daun-daunku, para perempuan Gunung Purei memeluknya penuh rindu. Kerinduan mereka melampaui kematian. Perempuan yang menamai diriku Cinta. Di rahimnya, Ranying Mahatala Langit menanam asa. Dipenuhinya janji menjaga hutan rimba. Ditempuhnya jalan menuju surga. [...]

9 Gotong royong 10 Upacara adat sehabis panen 11 Gergaji listrik 12 Pedang khas Dayak 13 Sial 14 Dukun 15 Tari penyambutan 16 Ketua Agama 17 Ayah 18 Tuhan Penguasa Langit 19 Firasat 20 Ibu 21 Patung sesembahan

22 Surga 23 Tempat tinggal manusia sebelum berada di bumi 24 Hewan keramat Dayak yang menjadi simbol spiritual tertinggi/Ketuhanan ‘Dunia Atas’. 25 Pakaian adat perempuan Dayak. 26 Bagian atasan pakaian adat Dayak untuk laki-laki, berbentuk rompi. 27 Sejenis cawat, bagian bawah pakaian adat Dayak untuk laki-laki 28 Batik kalimantan 29 Surga

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.