DUTA RIMBA • MAJALAH PERHUTANI
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
PRIMA RIMBA
Perhutani Kembangkan Empat Tanaman RIMBA OPINI
Menakar Efek Limpahan Perhutani POJOK KPH
KPH Purwodadi Dukung Ketahanan Pangan NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
INOVASI
KPH Telawa Kontrol Tanaman dengan Drone
PERHUTANI MENANAM
SALAM REDAKSI
Visi Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolahan Hutan Lestari
Misi Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet) Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People) Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)
ISBN : 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta PusatTelp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail:redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima artikel/naskah softcopy dan berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan.
Menanam dan Merawat
P
embaca yang budiman, tahun 2016 sudah kita tapaki bersama. Tantangan tahun ini makin berat dengan mulai berlakunya era perdagangan bebas di lingkup ASEAN. Kondisi tersebut juga menjadi pemacu semangat bagi seluruh jajaran Perum Perhutani untuk makin bekerja keras. Apalagi kondisi global masih penuh dinamika, yang itu juga berdampak kepada aneka industri di dalam negeri. Awal tahun ini juga bersamaan dengan kerja besar jajaran Perum Perhutani karena di awal musim penghujan ini sudah lazim dilakukan aksi tanam pohon di seluruh wilayah kelolaan Perhutani. Untuk itu, di dalam edisi ini dapat dibaca aneka tulisan khusus yang mengulas berbagai persiapan dan pelaksanaan program tanam pohon di tahun ini. Dalam edisi ini dapat ditemukan ulasan tanaman kayu yang akan dikembangkan manajemen Perhutani dalam rubrik Prima Rimba dengan judul Perhutani Kembangkan Empat Tanaman. Ada tulisan di Rimba Utama yang berjudul Terus Menanam di Saat Cuaca Tidak Menentu. Masih terkait dengan soal tanam menanam, para pembaca juga dapat menikmati tulisan opini dengan judul Menanamlah Sebanyak-banyaknya Klon Unggul. Dalam edisi ini dapat disimak tiga tulisan dalam rubrik Rimba Khusus yaitu Daur Efektif Tanaman Pinus, Beli Kayu Milik Perhutani Sekarang Gampang dan E-office Perhutani Raih Penghargaan. Untuk melengkapi keingintahuan pembaca apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo saat meresmikan pabrik sagu milik Perhutani di Sorong Selatan, jajaran redaksi mengabadikannya dalam rubrik Lensa dan tulisan spesial dalam rubrik Bisnis Rimba dengan judul Perhutani Segera Mendulang Pemasukan dari Pabrik Sagu. Tulisan menggugah dan menginspirasi dapat pembaca temukan dalam rubrik Rimba Daya dengan judul Empu Gitar dari Banjarnegara. Tulisan di rubrik Warisan Rimba dapat melengkapi pengetahuan pembaca dengan menyimak naskah berjudul Bondowoso, Saksi Sejarah Peradaban Megalitik dan Gamal, Tanaman Multiguna yang Disukai Ternak dalam rubrik Ensiklo Rimba. Di Rubrik Wisata Rimba dapat dinikmati tulisan dengan judul Menikmati Indahnya Air Terjun Coban Sewu. Dapat disimak juga tulisan dengan judul KPH Telawa Kontrol Tanaman dengan Drone dan Sang Penanda yang Hilang. Dan masih banyak tulisan lain yang tidak kalah menarik untuk dibaca. Selamat membaca. DR
Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.majalahdutarimba.com Perum Perhutani
@PerumPerhutani
www.perumperhutani.com
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 1
SEMAI RIMBA
SALAM REDAKSI
1
SEMAI RIMBA
2
MITRA RIMBA
3
10
BENAH DIRI Perhutani Perkuat Bisnis
4
PRIMA RIMBA Perhutani Kembangkan Empat Tanaman 6 RIMBA UTAMA Terus Menanam di Saat Cuaca Tidak Menentu Menanamlah Sebanyak-banyaknya Klon Unggul RIMBA OPINI Menakar Efek Limpahan Perhutani
10 16 20
RIMBA KHUSUS Iwan Gunawan : Mengkaji Daur Efektif Tanaman Pinus 24 Beli Kayu Milik Perhutani Sekarang Gampang 28 E-office Perhutani Raih Penghargaan 32 SOSOK RIMBA Suwarno : Tingkatkan Produksi dengan Tanam Pohon Pinus Bocor Getah
34
LINTAS RIMBA
40
32 68
LENSA RIMBA SORONG, Cahaya Fajar Baru di Ufuk Timur Indonesia 52 BISNIS RIMBA Perhutani Segera Mendulang Pemasukan dari Pabrik Sagu 58 RIMBA DAYA Empu Gitar dari Banjarnegara
64
WARISAN RIMBA Bondowoso, Saksi Sejarah Peradaban Megalitik
68
ENSIKLO RIMBA Gamal, Tanaman Multiguna yang Disukai Ternak 72 UJUNG RIMBA
76
WISATA RIMBA Menikmati Indahnya Air Terjun Coban Sewu
78
POJOK KPH KPH Purwodadi dukung Ketahanan Pangan 82 INOVASI KPH Telawa Kontrol Tanaman dengan Drone
84
RIMBA KULINER Ikan Bakar Waduk Kedung Ombo
88
84
RESENSI Mencari Jalan Mengangkat Harkat Petani Hutan Jawa 90 CERITA RIMBA Sang Penanda yang Hilang
2
DUTA Rimba
92
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
MITRA RIMBA
Produk Mitra Binaan Harga
: Industri Batik Garutan Tulis dan Cap : KPH Garut : Rp. 100.000. - Rp. 1.000.000.
Alamat
: Jl. Ciledug, Kp. Sisir, Desa Regol Kecamatan Garut - Kabupaten Garut.
Contact Person : (0262) 241104 Hj. Dodah St Saudah
Produk Mitra Binaan Harga
: Sapu Rumput Gelagah : KPH Banyumas Timur : Rp. 5.000 - Rp. 15.000
Alamat
: RT. 1, RW. 5, Desa Karangreja, Kecamatan Karangreja - Kab. Purbalingga
Contact Person : (0281) 635217 Sumarno
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 3
BENAH DIRI
Ditinjau dari namanya sudah jelas bahwa Perum Perhutani adalah suatu perusahaan. Sehingga di dalam keberlangsungannya memiliki kaidah sebagaimana layaknya perusahaan yang di dalamnya terdapat “jiwa” untuk mendapatkan keuntungan. Tidak cukup hanya bekerja sebagai tukang, tetapi harus memiliki jiwa bisnis sejati.
Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani
Perhutani Perkuat Bisnis
N
amun, dalam menjalankan usahanya, Perum Perhutani tidak selalu mengutamakan profit. Ada penugasan dari pemerintah yang tidak menghasilkan laba, seperti konservasi, menjaga hutan lindung, menjaga flora dan fauna yang dilindungi. Dengan kondisi seperti itu maka memang tidak mudah mengelola perusahaan seperti Perhutani ini. Ada juga penugasan lain dari pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan, meski itu bukan core bisnis Perhutani. Penugasan terbaru tersebut, pada awal tahun 2016 mulai berproduksi adalah pembangunan pabrik sagu di Distrik
4
DUTA Rimba
Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua. Presiden Joko Widodo meresmikan mulai beroperasinya perusahaan ini, hasil sinergi beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di dalam dinamika tuntutan sebagai perusahaan meraih untung dan menjalankan penugasan pemerintan tersebut, jajaran direksi Perhutani harus mampu melangkah dengan mengakomodasi semua kepentingan yang membelit di dalamnya. Dan sampai saat ini, Perhutani berhasil menjalankannya dengan baik serta memberikan keuntungan yang bisa disetor kepada negara. Perhutani mengelola kawasan hutan produksi dan hutan lindung
di Indonesia, khususnya Pulau Jawa dan Madura sejak tahun 1972. Bisnis perusahaan kehutanan tertua di dunia dalam sejarah ini, berorientasi pada tercapainya sustainability planet, profit, dan people secara terintegrasi di wilayah kerja kawasan hutan negara Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat & Banten. Sustainability Forest Management (SFM) atau Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) merupakan komitmen sekaligus best practice Perum Perhutani dalam membangun hutan secara lestari. Tujuannya untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan secara berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Getah Pinus Masih dalam upaya menjalankan misi Perhutani menjaga keasrian hutan secara berkelanjutan sekaligus mampu meraup untung itulah, kini akan dikembangkan sejumlah tanaman. Salah satunya adalah mengembangkan produksi getah pinus. Sekarang ini produksi getah pinus 200 ribu ton/tahun, akan ditingkatkan menjadi 500 ribu ton/ tahun. Tekad untuk meningkatkan produksi ini sudah bulat, dan kini telah menggulir ke hal berikutnya, yaitu mewujudkannya. Tekad itu bukan lagi sekadar hasrat untuk menentukan target pencapaian. Tekad itu telah didukung oleh temuan sangat menguntungkan, yaitu inovasi yang pada tahun 2015, telah dikembangkan. Inovasi ini layak untuk diterapkan di seluruh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), berupa budi daya pohon pinus bocor getah, menggunakan teknologi bajos. Untuk itulah semua ADM harus sudah menggunakan bibit pinus bocor getah. Ini menjadi tantangan dan sekaligus tugas bagi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani untuk memenuhi ketersediaan plances bocor getah. Setiap KPH diwajibkan melaksanakan penanaman pinus bocor getah. Sekarang ini baru satu KPH yang menerapkan tanaman pinus ini, padahal sudah setahun lalu program ini siap diterapkan. Para ADM yang masih terkesan kurang tertarik pada penanaman pohon pinus bocor getah, dapat menyempatkan waktunya untuk mempelajari dan melihat keadaan di lapangan masing-masing mengenai kelayakannya. Dengan begitu, dapat segera bersama-sama melakukan revolusi produksi. Hasil akhir, penjualan getah pinus dapat dilakukan secara langsung dalam jumlah besar. Terkait dengan penjualan ini, pada Maret 2016, akan digelar bussiness gathering di Bali. Diundang para calon pembeli potensial getah pinus Perhutani. Perhutani akan mengubah, 40% produk getah pinus, harus dijual langsung kepada para pengusaha, melalui sistem kontrak, yang harganya setiap tiga bulan akan ditinjau. Ini baru pertama kalinya dilakukan Perhutani. Jajaran direksi telah memangkas rantai distribusi getah pinus
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
kepada end user. Pertemuan di Bali sebenarnya merupakan awal transparansi penjualan getah pinus, karena selanjutnya penjualan itu akan dilakukan melalui e-commerce atau penjualan online. Sehingga siapa pun dapat membeli secara langsung dan pihak industri dapat memilih paketpaket kerja sama pembelian yang tersedia. Dengan cara ini, sudah jelas tidak akan ada lagi ketergantungan Perhutani kepada agen yang sekarang menguasai harga dan perdagangan getah pinus. Rencana penjualan online getah pinus ini sebenarnya juga didasari oleh keberhasilan panen kayu jati secara besar-besaran dan menjualnya melalui jalur e-commerce atau penjualan secara online. Dengan begitu, siapa pun dapat melakukan transaksi tanpa melalui pedagang perantara.
Sangat Menggembirakan Hasilnya, penjualan online kayu jati sangat menggembirakan. Pembeli kayu jati dapat membeli dengan harga standar tanpa terbebani berbagai hal yang meninggikan harga, sedangkan pihak Perhutani sebagai penjual dapat segera melakukan kalkulasi lebih efektif. Kayu jati tidak hanya dibutuhkan oleh industri kayu, tetapi para pengrajin pun membutuhkannya. Sistem pembelian online yang telah disosialisasikan berdampak semaraknya para pengrajin turut serta melakukan pembelian jarak jauh itu. Sedikit berbeda dengan getah pinus, yang merupakan komoditas khusus untuk industri. Hanya industri tertentu saja yang membutuhkannya maka sistem penjualan online akan menyusul kemudian. Namun, komunikasi secara online telah dibangun sehingga pada akhirnya bisa terjadi penjualan dengan sistem kontrak, dengan kesepahaman yang dapat dipersiapkan sebelumnya. Perhutani diharapkan dapat melakukan bisnis sendiri kepada end user-nya, dan mampu memperkuat bisnisnya tidak hanya bisnis yang terjadi di hulu saja, yaitu menghasilkan materi saja, tetapi juga harus menguasai pasar di hilir. Namun, berdirinya beberapa industri pengolah kayu oleh Perhutani, yang diharapkan dapat menjadi bisnis hilir yang produktif, sekarang ini kebanyakan merugi.
Yang seharusnya memberikan nilai tambah, memberikan masukan keuangan kepada perusahaan, justru menjadi perusahaan yang membebani. Untuk hal itu Perhutani akan melakukan perubahan besar, terus melanjutkan transformasi. Melakukan transformasi sudah tentu akan didahului dengan mengkaji persoalan yang terjadi pada industri yang memang sudah jelas merugi. Dalam kesempatan itu terdapat berbagai temuan yang berperan menentukan keberhasilan atau kegagalan usaha. Pertama, kompetensi para pengelola industri, apakah para pelaksana memang telah memiliki kematangan dan kemahiran dalam menangani tanggung jawab di bidang masing-masing. Kedua, peralatan penunjang yang tersedia yang dimanfaatkan sekarang ini ternyata telah kalah bersaing sehingga membuat proses pengolahan kurang efektif. Pasar tidak bisa dikuasai karena di dalam pemrosesan berjalan tidak efisien. Oleh karena itu harus dilakukan switching, melakukan transformasi dari Perhutani sebagai “tukang membuat sesuatu” menjadi “pebisnis”. Karena jika di processing, Perhutani dapat efisien maka akan mampu bersaing. Industri-industri kayu di Jawa itu sekarang masih merupakan “tukang jahit”. Untuk itulah sekarang Perum Perhutani mengubah diri berhenti menjadi tukang penyedia bahan dasar, tukang tanam pohon, dan tukang pemelihara atau penjaga pohon, tukang pasok bahan dasar saja atau tukang jahit saja, tetapi Perhutani akan melakukan tindakan sebagai pebisnis. Pebisnis dapat menjual barang berharga tinggi, jauh dari harga bahan pokok yang sebenarnya, karena menggunakan marketing communication strategy. Dapat menyihir pebisnis lain untuk menyatakan puas telah melakukan pembelian, walaupun dengan harga yang sangat tinggi. Sebagai pebisnis tentu saja dibutuhkan kemampuan untuk melakukan quality control atas produk yang dirancang dan dijualnya. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan riset yang tangguh agar bisa membangun strategi bisnis dan mengembangkan pasar. DR
DUTA
Rimba 5
PRIMA RIMBA
istimewa
jb moordiana~dutarimba
Perhutani Kembangkan Empat Tanaman
Pinus Bocor Getah Metode Bajos Dari Perum Perhutani
Bibit Jati Plus Perhutani (JPP) Stek Pucuk
T
ingginya pendapatan yang diraup Perum Perhutani dari hasil kayu menuntut segenap jajarannya bekerja keras menyiapkannya dari awal, saat menanam. Keberhasilan dalam memanen kelak sangat ditentukan oleh waktu taman dan pemeliharaan yang dilakukan oleh para petugas di lapangan. Manajemen Perum Perhutani sangat menyadari akan hal tersebut sehingga dalam strukturnya ada direktur yang memang bertugas, antara lain mengawal proses tanam hingga panen. Segenap jajaran di Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani inilah yang
6
DUTA Rimba
bertugas untuk hal tersebut. Persiapan musim tanam sudah dilakukan dari akhir tahun lalu agar saat musim penghujan tiba, penanaman dapat dilakukan dan awal tahun ini proses penamanan telah dan sedang dilakukan. Asisten Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, Yulianto, menjelaskan sekitar 80 persen pendapatan Perhutani itu berasal dari penjualan kayu. “Perhutani bertugas memikirkan yang ditanam sekarang dan yang akan ditanam di masa mendatang. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa yang dipanen sekarang adalah hasil karya para pendahulu. Setelah dipanen NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
sentratani.com
marketeers.com
Perhutani bertugas memikirkan yang ditanam sekarang dan yang akan ditanam di masa mendatang. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa yang dipanen sekarang adalah hasil karya para pendahulu maka setelah dipanen harus segera ditanami kembali dan dipelihara serta dijamin harus selamat sampai panen. Ada empat tanaman yang akan dikembangkan, yaitu pohon jati, pinus, sengon, dan kayu putih.
Sengon
harus segera ditanami kembali dan dipelihara serta dijamin harus selamat sampai panen,” tandas Yulianto.
Lima Syarat Untuk menjamin tanaman selamat hingga panen, menurut Yulianto perlu dipenuhi lima syarat. Pertama, kecocokan bibit tanaman dengan lahan. Tidak boleh salah jenis dengan lokasi tanamnya / lahannya. Bibit tanaman harus sesuai dengan lahan yang akan menjadi tempat tumbuhnya. “Cocok untuk jati ditanam jati, cocok untuk mahoni ditanam mahoni, cocok untuk sengon akan ditanam sengon, cocoknya untuk pinus ya NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Kayu Putih
harus ditanam pinus, dan lain-lain. Untuk hal itu, Perhutani sudah mempunyai pemetaan kecocokan bibit dengan lahannya,” tandas Yulianto. Kedua, tambah Yulianto, pemilihan jenis bibit yang unggul. Bibit jati yang unggul, pinus unggul, sengon unggul. Yang dapat menjamin hidupnya tanaman tersebut hingga menjadi besar dan waktunya dipanen. Di Perhutani ada bibit-bibit unggul. Misalnya kayu jati yang menjadi soko gurunya Perhutani atau tiang utama pendapatan. Perhutani mempunyai bibit unggul yang disebut JPP (Jati Plus Perhutani) yang pembibitannya melalui stek
pucuk. Menanamnya juga dengan teknik silvikultur intensif (Silin). Untuk pinus, tambah dia, menggunakan bibit pinus yang disebut bibit pinus bocor getah. Ketiga, tambah Yulianto, dilaksanakannya Standard Operating Procedure (SOP) dalam menanam pohon. SOP harus dilakukan dengan benar. Kapan membuat lobang tanah, kapan menanam bibit, kapan melakukan pemupukan, semua sudah ada SOP-nya, termasuk berapa banyak pupuk yang harus dimasukkan dalam setiap lubang. Kalau terjadi serangan penyakit mau diapakan, sudah ada SOP-nya. SOP menanam pohon harus dilaksanakan dengan
DUTA
Rimba 7
PRIMA RIMBA
Monitoring bisa dilakukan menggunakan teknologi informasi. Citra satelit beresolusi tinggi dapat memonitor tanaman yang sedang ditanam.
Dok. Duta Rimba
Yang ditanam di Jawa Timur dapat dilihat dari kantor di Jakarta.
Asisten Direktur PSDH Perum Perhutani, Yulianto.
disiplin dan benar. “Keempat, mengamankan tanaman. Diamankan dari penyakit, dari hama penyakit, dari binatang bahkan orang. Harus dijaga sehingga tanaman dapat tumbuh dengan normal. Kelima, monitoring. Monitoring adalah alat untuk memantau apakah kegiatan menanam sudah dilaksanakan sesuai SOP, sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen. Apakah tanaman ini memerlukan perlakuan apa dan apa saja yang dibutuhkan,” tandas Yulianto. Monitoring, tambah Yulianto, juga bisa dilakukan menggunakan teknologi informasi. Citra satelit beresolusi tinggi dapat memonitor tanaman yang sedang ditanam. Yang ditanam di Jawa Timur dapat dilihat dari kantor di Jakarta. Untuk menilai keberhasilan dalam menanam, Yulianto menjelaskan evaluasi tanaman tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok saja, tetapi juga mengenai tanaman sela, tanaman tepinya, dan tanaman pagarnya. Itu dilaksanakan dengan key performance indicator (KPI) yang dilakukan oleh KPH, Kantor Pusat, maupun kantor divisi regional. Lebih jauh Yulianto menjelaskan yang dievaluasi meliputi persentase tumbuh saat ditanam di tiga tahun pertama, maupun kualitas tumbuhnya, sebesar 90% harus hidup. Persentase tumbuh di penanaman kedua di tahun berikutnya setelah mendapatkan penyulaman / penanaman kembali tanaman yang mati. Sebesar 95 %
8
DUTA Rimba
harus hidup. Setidaknya 90% harus selamat hingga dipanen. “KPI menerapkan standar reward untuk yang berhasil dan punishment untuk yang gagal dalam melaksanakan kinerja sesuai yang ditetapkan,” tandas Yulianto. Menurut Yulianto ada empat produk Perhutani yang akan dikembangkan. Pertama, pohon jati. Jati merupakan pohon unggulan Perhutani. Tumbuh lurus karena yang diambil kayunya dan mempermudah pemanenan maupun pengolahannya. Kedua, pohon pinus. Pohon pinus bocor getah, bengkok-bengkok nggak apa-apa yang penting banyak / bocor getah. Ketiga, sengon. Menurut Yulianto, sengon cepat menghasilkan dalam 6-7 tahun. Diolah sendiri di pabrik Perhutani sebagai kayu lapis atau langsung dijual. Pasarnya bagus dan penanamannya tidak terlalu lama. Keempat, kayu putih. Diambil daunnya kemudian disuling untuk diambil minyaknya. Pohon yang bagus, tambah Yulianto, adalah pohon yang dapat memiliki rendemen yang banyak minyaknya atau “bocor minyak” / “banyak minyak”. Pohon kayu putih 0,8 artinya satu ton daun dapat 8 kilogram minyak. Pohon kayu putih unggulan 1,5 artinya kalau memasak 1 ton daun akan keluar minyak 15 kg. Lokasi yang ketinggiannya di atas 700 meter cocok untuk damar, tinggi lurus. Sedangkan lokasi 300 – 700
meter bagus untuk pinus. Kayunya kurang lurus dibanding damar. Gondorukem sebagai bahan baku cetak, termasuk bahan tinta, dan terpentin untuk minyak cat. Lokasi di bawah 300 meter cocok untuk tanaman jati. Tanaman pagarnya adalah secang, tanaman pengisinya adalah kesambi, sedang tanaman sisipannya adalah jenis flamboyan. Untuk mengetahui teknis pelaksanaan tahun lalu di lapangan, bisa disimak apa yang disampaikan Administratur/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pemalang, Rukman Supriatna. Menurut Rukman, seluas 1.380,7 hektare (Ha) penanaman tanaman tahun berjalan (rencana tahun 2015) sudah terealisasi 100%, baik jenis jati maupun rimba. Termasuk tanaman tahun ke II (sulaman) seluas 1.911,8 Ha juga sudah terealisasi 100%.
Pantau Curah Hujan Penanaman tahun 2015, tambah Rukman, memang sedikit ekstra hati-hati karena terbentur hujan yang tidak menentu atau sulit diprediksi. Pada pertengahan November Desember 2015 kondisi curah hujan sudah membaik, dan dimanfaatkan untuk melakukan penanaman yang sebelumnya sempat berhenti. Kondisi ini bisa ditanggulangi dengan terus memantau curah hujan secara kontinyu dan kebetulan pada November - Desember di wilayah hutan KPH Pemalang hujan masih NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Adm. Pemalang, Rukman Supriatna.
plances, KBK 494.296 plances, dan karet 121.809 plances. Untuk mengantisipasi El Nino, mengacu pada informasi yang diterima dari BMKG bahwa terjadi El Nino bukan berarti sama sekali tidak turun hujan. Ternyata benar setiap turun hujan durasinya berkisar 4 - 5 jam. Rukman menginstruksikan kepada petugas lapangan yang terkait dengan kegiatan penanaman untuk terus mencermati curah hujan sehingga bisa memprediksikan waktu turunnya hujan. Keberhasilan tanaman 100% mungkin belum bisa dilaksanakan. Namun sudah ada penekanan agar keberhasilan tanaman minimal 98,5%. Yang dinilai, tambah Rukman, bukan NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
hanya secara kuantitas tetapi kualitas (mutu/kondisi tanaman) misal bibit yang sehat tinggi bibit minimal 20 cm dan berkayu. Kemudian kerataan tumbuh, tinggi tanaman, keliling tanaman. Buat apa kalau secara kuantitas sudah tercukupi 100%, akan tetapi kondisi tanaman tidak baik, ya sama saja bohong. Kuantitas dan kualitas harus sama-sama baik. Untuk itu paling tidak perlu dilakukan empat upaya. Pertama, pengawasan dan kontrol tetap dilaksanakan. “Saya sudah menugaskan kepada unsur pejabat kantor KPH, Waka, Kasi, KTU KSS dan Kaur untuk ikut mengawasi. Ini sudah dituangkan dalam surat keputusan Administratur dan mereka sudah ditetapkan wilayah mana yang akan mereka periksa,” kata Rukman. Kedua, kontrol dalam penyediaan persediaan bibit di persemaian untuk cadangan sulaman terus dilakukan. Pembuatan bibit, tambah Rukman, sampai saat ini masih dilakukan. Ketiga, sebelum kegiatan penanaman, pembuatan bibit dan pengadaan bibit terus dikontrol, baik kuantitas maupun kualitasnya. Keempat, menerjunkan tim monitoring dan evaluasi “penyelesaian tanaman” tingkat KPH Pemalang. Rukman menilai peran Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sangat besar dalam membantu keberhasilan tanaman. Ini berkaitan dengan para pesanggem yang menggarap tanaman tumpangsari di areal tanaman Perhutani. Setiap awal musim tanam, LMDH diminta melakukan sosialisasi kepada para pesanggem dan ikut memberikan bimbingan dan pembinaan. Bersama-sama dengan petugas Perhutani ikut mengarahkan untuk menanam tanaman semusim yang ditanam di bawah tegakan, yang tanaman tersebut tidak mengganggu tanaman kehutanan. LMDH dalam kegiatan tanaman di Perhutani setiap tahun dilibatkan. Tidak hanya tanaman tahun berjalan, tetapi sampai kepada umur daur nanti, antara lain kegiatan perawatan dan pemeliharaan tanaman seperti kegiatan pemupukan, wiwil dan pruning, pendangiran sampai kepada penjarangan. Juga penyediaan tenaga kerja untuk kegiatan tanaman dan pembuatan bibit persemaian. Soal kendala, Rukman mengaku
Dok. Duta Rimba
baik. Untuk memantau kegiatan penanaman, salah satu cara yang ditempuh Rukman, meminta laporan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), baik harian, mingguan, dan bulanan per petak tanaman sehingga bisa terus memantau perkembangan realisasi tanaman. Bahkan sudah diperiksa dan dievaluasi oleh tim monitoring “penyelesaian penanaman” tingkat KPH Pemalang. Kegiatan Monev ini untuk memantau secara dekat untuk mengetahui kondisi fisik realisasi tanaman di lapangan. Sampai saat ini hujan masih ada dan merata di wilayah KPH Pemalang dan penanaman sudah selesai 100%. Menurut Rukman, rencana tanaman tahun 2015 seluas 1.380,7 Ha, terdiri dari tanaman jenis jati (JPP stek pucuk) 588,3 Ha dan tanaman jenis karet 230,7 Ha. Jumlah bibit yang diadakan sebanyak 1.133.809 plances, terdiri dari bibit jati stek pucuk 517.704
Staf uji plot jati puslitbang di Pemalang
yang sangat prinsip untuk tahun 2015 hampir tidak ada. Kendala pembuatan lubang kadang sedikit meleset dari tata waktu. Ada beberapa lokasi yang sulit dibuat lubang karena tanahnya keras dan berbatu. Biasanya cara mengatasinya dengan mendahulukan pada lokasi yang mudah dibuat lubang. Pembuatan lubang pada lokasi yang keras bisa menunggu setelah ada hujan 2 sampai 3 hari. Aneka terobosa untuk membuahkan hasil optimal juga terus dilakukan. Seperti disampaikan Wahyu Setiawan, staf plot uji jati Puslitbang Perhutani bahwa di Petak 49 dengan luas 8,9 Ha di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Klapanunggal Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bantarsari KPH Pemalang ditanami pada Februai 2004. Menurut Wahyu, penanaman sudah sesuai dengan SOP yang untuk JPP, mulai lubang dengan ukuran 40cm X 30cm X 30cm, pendangiran, pemupukan dan satu bulan setelah tanam dipupuk dengan urea 50 gram sebagai starter. Ini dilakukan untuk merangsang tumbuhnya akar, dalam setahun 100 gram pemupukan. Setahun pendangiran dan pemupukan setahun dua kali. Utuk 5 tahun pertama dilakukan pendangiaran dan pemupukan. Mandor tebang taksasi 489 bisa berhasil mendapat kayu realisasi 559. “Ini memberikan hasil luar biasa 123 persen. Dari petak ini setelah tebang, dipelihara trubusan. Satu petak disisakan sekitar 25 pohon, yang lain ditebang untuk dipelihara trubusannya,” kata Wahyu. Nantinya akan dilihat kualitas JPP stek pucuk dengan daur normal usia 20 tahun, serta trubusannya akan dipelihara secara intensif. Diharapkan Perhutani hanya akan menanam JPP stek pucuk sekali tetapi bisa dipanen berkali-kali dengan memelihara trubusan atau opslag culture ini. Tentu dengan perawatan yang intensif. DR
DUTA
Rimba 9
RIMBA UTAMA
Terus Menanam di Saat Cuaca Tidak Menentu Kondisi iklim yang tidak menentu karena pengaruh El Nino tidak membuat kendor semangat menanam jajaran pegawai Perum Perhutani. Di tengah terpaan El Nino, seluruh petugas lapangan di Divisi Regional (Divre) Jawa Barat & Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah terus melakukan persiapan dan penanaman aneka bibit pohon di sejumlah lokasi mereka. 10
DUTA Rimba
K
ondisi cuaca yang tidak menentu justru disikapi dengan ketelitian dan kekompakan mereka dalam bekerja. Koordinasi di antara mereka yang terlibat makin tertata baik, karena jika terjadi miskomunikasi akan berdampak kegagalan tanam dan pada ujungnya merugikan perusahaan. Jelas ini tidak boleh terjadi. Panen melimpah, harus diawali dengan kesuksesan pada musim tanam sekarang ini. Persiapan secara rigit dilakukan agar tanaman yang ditanam dapat tumbuh dengan baik. Mulai dari didekatkan benihnya ke lokasi tanam sampai penyiapan para tenaga yang menanam betul-betul dihitung dengan terliti, termasuk dengan pengamatan hujan turun selama ini. Seperti disampaikan Kepala Divre Jawa Barat & Banten, Ellan Barlian. Menurut Ellan, dampak El Nino pada 2015, terjadi kekeringan mempengaruhi pergeseran waktu tanam 2015/2016. Pada tahun-tahun sebelumnya awal November sudah turun hujan dan memulai tanam, namun dalam musim tanam sekarang,
Desember baru mulai tanam dan turun hujan pun belum merata, sehingga penanaman belum berani serentak dilakukan di semua wilayah. Penanaman dilakukan menyesuaikan dengan cuaca lokal atau turunnya hujan setempat. Kegiatan persiapan tanaman (bibit dan lahan) lingkup Divre Jawa Barat dan Banten sampai akhir Desember 2015 sudah terealisasi 100%. Persiapan lahan, tambah Ellan, meliputi pemancangan pal batas bidang tanaman, pembersihan lahan (gebrus), pemasangan ajir/tanda tanaman dan pembuatan lubang tanaman. Menurut Ellan, untuk pelaksanaan penanaman sampai Januari 2016 sudah dicapai 76% (sekitar 11.160 Ha). Diharapkan sampai pertengahan Februari 2016 selesai tertanam 100 %. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam tumpangsari (penanaman tanaman hutan dengan campuran di sela antar tanaman hutan dengan tanaman pangan) dan sebagian dilakukan sistem tanam banjarharian (penanaman sepenuhnya tanaman hutan). Pada musim tanam 2015/2016,
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dok. Duta Rimba
Kegiatan Groundbreaking tanaman tahun 2015 oleh Perhutani
HASIL EVALUASI TANAMAN KE-2 TAHUN 2004 S/D TAHUN 2013 DIVISI REGIONAL JAWA BARAT & BANTEN NO
KPH
1
2
TAHUN 2010
TAHUN 2011
RENC
LUAS
(HA)
(HA)
6
7
8
%
RENC
LUAS
(HA)
(HA)
9
10
TAHUN 2012
% 11
TAHUN 2013
RENC
LUAS
(HA)
(HA)
12
13
14
%
RENC
LUAS
(HA)
(HA)
15
16
TAHUN 2014 RENC
LUAS
(HA)
(HA)
17
18
19
20
%
%
1
BANTEN
1,349.81
1,349.81
97.77
552.62
552.62
96.87
196.16
196.16
98.64
314.16
314.16
98.02
1,367.08
1,367.08
98.08
2
BOGOR
1,046.70
1,046.70
97.71
1,293.10
1,293.10
96.35
531.28
531.28
97.92
749.34
749.34
97.16
1,060.52
1,060.52
98.11
3
SUKABUMI
2,706.25
,706.25
96.61 2,048.74
2,048.74
97.05
4,395.23
,395.23
95.25
592.02
592.02
97.59
1,482.51
1,482.51
98.65
4
CIANJUR
1,193.20
1,193.20
98.03
1,300.56
1,300.56
97.01
907.53
907.53
98.72
1,108.26
1,108.26
99.60
1,286.11
1,286.11
99.43
5
PURWAKARTA
2,865.40
2,865.40
94.46
1,608.06
1,608.06
98.04
1,929.85
1,929.85
96.74
1,486.01
1,486.01
97.26
1,037.68
1,037.68
96.32
6
BANDUNG UTARA
175.24
175.24
7.07
-
-
-
8.00
8.00
98.35
136.10
127.25
98.92
543.04
543.04
98.99
7
BANDUNG SELATAN
363.20
363.20
3.07
-
-
-
401.27
401.27
97.89
298.09
298.09
96.15
,267.68
1,267.68
97.16
8
GARUT
612.45
612.45
97.00
1,225.38
1,225.38
96.13
148.84
148.84
96.01
448.75
448.75
95.19
1,446.00
1,446.00
98.01
9
TASIKMALAYA
415.65
415.65
5.78
628.78
628.78
96.38
1,159.81
1,159.81
95.59
131.71
131.71
99.59
208.08
208.08
99.31
10
CIAMIS
640.88
640.88
98.24
575.37
575.37
98.17
614.65
614.65
97.39
319.49
319.49
99.94
441.71
441.71
99.96
11
SUMEDANG
1,591.18
1,591.18
92.37
1,359.40
1,359.40
95.48
463.11
463.11
97.15
530.55
530.55
98.41
,475.43
,475.43
97.57
12
MAJALENGKA
1,225.66
1,225.66
95.22
434.98
434.98
97.04
227.01
227.01
97.25
454.83
454.83
98.92
60.40
60.40
98.62
13
INDRAMAYU
2,472.25
2,472.25
95.75
1,803.97
1,803.97
94.70
1,395.60
1,395.60
97.48
338.90
338.90
95.28
1,186.21
1,186.21
97.45
14
KUNINGAN
1,061.08
1,061.08
97.84
542.04
542.04
95.91
1,168.49
1,168.49
97.51
308.61
308.61
97.51
470.93
470.93
98.09
RATA-RATA TERTIMBANG
7,718.95
17,718.95
95.61
13,373.00
13,373.00
96.55
13,546.83
13,546.83
96.59 7,216.82
7,207.97
97.79
13,333.38
13,333.38
98.05
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 11
RIMBA UTAMA Menurut Andi, antisipasi yang paling utama adalah mencadangkan bibit siap tanam sampai 20 persen. Di lapangan pelaksanaan penanaman dimaksimalkan pada saat hujan turun, pada Desember 2015 - Maret 2016. “Kami sudah perintahkan para Administratur untuk membuat tim sukses tanaman, para pejabat di KPH agar mempunyai petak binaan tanaman. Di Divre saya perintahkan kepada segenap Kepala Biro selaku pembina wilayah mengawal tanaman dengan turun ke lapangan dan berdialog dengan teman-teman di lapangan dan LMDH,” kata Andi. Untuk suksesnya penanaman, tambah Andi, teman-teman di lapangan melibatkan para pesanggem (yang merupakan anggota LMDH) untuk membantu kegiatan tanaman pada setiap musim tanam. Memang ada yang sangat antusias membantu, namun ada pula yang perlu dibujuk. Sosialisasi penyuluhan serta
Dok. Duta Rimba
tambah Ellan, yang ditanam jenis tanaman jati, pinus, mahoni, sengon, akasia, rasamala, kesambi, karet, kayu putih, kopi, dan tanaman rimba campur lainnya di lahan 14.684,94 Ha. Jumlah bibit yang sudah siap tanam seluruhnya 30.507.552 plances. Bibit tanaman ini diperuntukan sebagai tanaman pokok, tanaman tepi, dan tanaman pengisi. Adanya El Nino, tambah Ellan, membuat fenomena alam sulit ditebak. Saat musim hujan datang, turunnya tidak merata, sehari turun hujan dan kadang dua atau tiga hari berikutnya tidak turun hujan. Kejadian seperti ini harus diantisipasi, terutama kesiapan bibit tanaman. Bibit tanaman yang sudah tertanam akan mati bila kemudian tidak turun hujan dalam waktu lama.
Banyak yang Mati Ellan memberi contoh di Banten.
Kadivre Jatim, Andi Purwandi.
DATA EVALUASI TANAMAN 5 TAHUN TERAKHIR ( TH. 2010 S/D 2014 ) DIVISI REGIONAL JAWA TENGAH
KPH
NO
1
2
Rencana ( Ha )
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
3
4
5
Luas Tanaman Th. 2011 Rencana ( Ha ) 6
Luas Tanaman Th. 2012
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
Rencana ( Ha )
7
8
9
Luas Tanaman Th. 2013
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
Rencana ( Ha )
10
11
12
Luas Tanaman Th. 2014
Realisasi ( ha )
% Pkk/ Pngs
Rencana ( Ha )
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
13
14
15
16
17
1
Balapulang
1,566.4
1,566.4
94.6
1,360.1
1,360.1
96.1
830.10
830.10
97.3
793.9
793.9
97.1
1,341.50
1,341.50
99.0
2
Blora
118.3
118.3
96.0
637.9
637.9
98.5
899.00
899.00
99.0
200.8
200.8
99.4
329.30
329.30
99.5
3
Banyumas Barat
105.6
105.6
93.0
33.1
33.1
95.5
80.90
80.90
97.0
216.8
216.8
96.8
298.40
298.40
97.9
4
Banyumas Timur
119.1
119.1
99.1
634.5
634.5
100.0
302.10
302.10
100.0
204.9
204.9
87.2
939.70
939.70
95.2
5
Cepu
580.9
580.9
97.9
1,050.6
1,050.6
97.5
1,278.50
1,278.50
97.6
1,596.7
1,596.7
96.6
2,009.70
2,009.70
97.3
6
Gundih
990.2
990.2
97.7
1,406.3
1,406.3
7
Kebonharjo
390.8
390.8
99.0
855.0
855.0
97.2
798.50
798.50
98.3
1,033.2
1,033.2
98.3
1,832.30
1,832.30
100.0
701.20
701.20
99.9
488.5
488.5
99.8
506.10
506.10
97.9 100.0
8
Kedu Selatan
125.9
125.9
94.0
551.0
551.0
96.5
207.60
207.60
98.3
751.2
751.2
98.6
960.60
960.60
98.9
9
Kendal
355.9
355.9
97.0
352.3
352.3
99.4
156.10
156.10
99.4
602.0
602.0
99.9
381.90
381.90
99.8
10
Kedu Utara
133.7
133.7
95.6
436.1
436.1
91.0
14.70
14.70
98.5
68.5
68.5
98.0
741.10
741.10
95.9
11
Mantingan
836.9
836.9
94.6
927.7
927.7
96.9
625.82
625.82
98.0
374.2
374.2
99.5
1,327.90
1,327.90
98.5
12
Pati
302.4
302.4
97.5
1,874.2
1,874.2
94.3
1,247.70
1,247.70
95.8
1,471.5
1,471.5
92.9
1,669.60
1,669.60
96.3 96.2
13
Pekalongan Barat
77.1
77.1
94.7
77.5
77.5
95.2
240.00
240.00
84.1
741.7
741.7
87.6
1,002.90
1,002.90
14
Pekalongan Timur
146.5
146.5
95.0
1,211.1
1,211.1
96.4
146.30
146.30
97.0
148.0
148.0
97.2
412.15
412.15
97.5
15
Pemalang
739.4
739.4
96.0
1,560.9
1,560.9
96.3
861.50
861.50
96.7
1,408.9
1,408.9
96.6
1,911.80
1,911.80
95.6
16
Purwodadi
97.1
97.1
98.0
642.4
642.4
95.9
731.30
731.30
97.6
1,364.0
1,364.0
96.8
1,501.40
1,501.40
97.7
17
Randublatung
921.7
921.7
98.0
1,167.7
1,167.7
97.0
472.70
472.70
97.9
1,211.4
1,211.4
97.3
1,206.70
1,206.70
98.1
18
Semarang
949.4
949.4
98.6
1,862.8
1,862.8
96.4
1,865.40
1,865.40
96.0
1,136.0
1,136.0
96.4
1,492.80
1,492.80
96.0
19
Surakarta
115.6
115.6
97.0
663.1
663.1
97.0
420.70
420.70
98.2
948.0
948.0
872.40
872.40
98.5
20
Telawa
1,098.8
1,098.8
97.1
933.6
933.6
95.5
814.60
814.60
97.5
750.7
750.7
99.0
1,732.95
1,732.95
98.5
21
KBK - INK
48.0
48.0
97.7
-
-
-
-
-
-
-
-
9,819.7
9,819.7
96.7
18,237.9
18,237.9
15,510.7
15,510.7
96.7
Rata-rata tertimbang Divre
12
Luas Tanaman Th. 2010
DUTA Rimba
96.6
12,694.72
12,694.72
97.3
100.0
22,471.20
22,471.20
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
97.4
DATA TANAMAN 5 TAHUN TERAKHIR DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR NO
KPH
1
2
1
Padangan
2
Bojonegoro
3
Parengan
4
Jatirogo
5
Tuban
6
Ngawi
7
Madiun
Luas Tanaman Th. 2010
Luas Tanaman Th. 2011
Rencana ( Ha )
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
3
4
5
1,080.8
1,080.8
96.1
Rencana ( Ha ) 6 1,286.7
Luas Tanaman Th. 2012
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
Rencana ( Ha )
7
8
1,282.7
95.3
Luas Tanaman Th. 2013
Realisasi ( Ha )
% Pkk/ Pngs
Rencana ( Ha )
9
10
11
12
13
680.4
670.4
623.3
623.0
99.3
% Realisasi Pkk/ ( ha ) Pngs 14 98.2
3,949.1
3,949.1
96.4
2,180.4
1,874.9
92.9
1,378.2
2,025.2
96.5
2,165.3
2,165.3
96.0
832.2
832.2
92.0
535.0
533.0
95.2
165.9
165.9
98.5
492.4
492.4
98.4
274.6
274.6
97.1
558.8
556.3
96.6
230.1
230.1
97.8
998.9
699.8
94.7
2,841.7
2,841.7
87.3
695.0
688.0
82.8
762.5
762.5
97.6
699.8
998.9
93.6
1,852.6
1,852.6
94.0
1,121.8
1,111.8
96.6
807.1
807.1
98.1
869.9
885.0
96.9
1,246.9
1,246.9
97.1
957.2
891.6
92.6
1,019.8
1,351.2
96.9
994.5
857.1
99.3
8
Saradan
2,102.7
2,102.7
95.8
943.8
936.8
94.4
1,347.6
1,019.8
94.4
516.7
956.2
93.3
9
Lawu Ds.
667.1
667.1
81.7
332.4
332.4
95.2
187.9
187.9
94.4
113.3
113.3
95.6
10
Nganjuk
646.4
646.4
92.5
631.6
629.6
97.0
506.6
267.9
98.8
348.4
287.9
99.7
11
Jombang
861.3
861.3
93.1
713.7
713.7
92.2
263.1
263.6
97.5
746.0
746.0
97.8
12
Mojokerto
2,310.5
2,310.5
90.8
902.3
885.3
98.2
563.3
569.1
98.2
848.5
848.5
94.3
13
Kediri
1,761.5
1,761.5
94.9
1,201.5
1,201.5
66.0
1,882.4
1,882.4
97.1
667.2
667.2
94.0
14
Blitar
216.0
216.0
96.4
1,109.4
1,106.4
90.7
1,276.5
1,276.5
94.1
1,020.8
1,020.8
90.8
15
Malang
2,786.2
2,786.2
85.5
679.7
669.6
92.2
322.8
299.1
69.9
761.4
761.4
91.9
17
Madura
1,579.1
1,579.1
87.5
572.2
568.1
79.1
691.8
751.8
91.8
135.8
135.9
90.6
16
Pasuruan
235.4
235.4
98.3
92.1
92.1
92.7
177.7
177.7
89.0
949.8
949.8
96.4
18
Probolinggo
1,578.4
1,578.4
96.1
1,988.8
1,988.8
48.2
529.3
597.3
78.5
443.7
443.7
95.8
19
Jember
249.9
249.9
97.3
424.1
424.1
77.3
170.4
240.6
93.8
240.9
240.9
97.6
20
Bondowoso
560.3
560.3
85.6
1,160.7
1,160.7
77.1
162.7
162.7
93.5
133.7
133.7
96.2
21
Bwi. Sltn
397.1
397.1
88.4
468.2
462.7
94.1
200.9
200.9
99.9
309.2
309.2
94.8
22
Bwi. Utara
465.2
465.2
91.2
258.9
225.8
96.7
166.8
165.6
98.7
206.2
206.2
97.6
23
Bwi. Barat
345.1
345.1
91.5
164.2
164.2
89.0
96.9
96.9
93.1
94.8
94.8
99.2
28,840.0
28,840.0
92.5
18,978.5
18,500.1
88.4
13,590.7
14,172.2
94.2
14,380.5
4,637.0
95.8
UNIT II
Bibit tanaman yang sudah siap tanam dan ditanam, namun akibat setelah penanaman tidak turun hujan lama, maka tanaman mati sehingga perlu penyulaman kembali. Dalam tahun tanam ke depan 2016/2017 akan dipetakan rencana penanaman pada lokasi tanaman disesuaikan dengan kemungkinan mulai turunnya musim hujan. Daerah Jawa Barat bagian selatan (Priangan Selatan) biasanya hujan turun lebih awal sehingga penanaman bisa lebih dikonsentrasikan dan dilakukan penanaman lebih dulu. Sementara untuk di Jawa Barat bagian utara (Pantura) hujan turun pada akhir Januari. “Kami melakukan konsentrasi kesiapan bibit tanaman menjelang NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
penanaman didekatkan ke rencana lokasi tanaman, penanaman secara aktif dan terkonsentrasi sesuai peta area mulai turunnya hujan. Kesiapan petugas dan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan,” kata Ellan. Sementara itu, Kepala Divre Perum Perhutani Jawa Timur, Andi Purwadi mengatakan persiapan tanaman tahun 2015 berjalan baik. Temanteman di lapangan sudah berusaha menyelesaikan persiapan, pada November-Desember 2015 meskipun saat ini awal turun hujan tidak bersamaan dan tidak merata. Sebagai gambaran, di Banyuwangi utara, bulan Januari sampai 22 Januari baru dua kali turun hujan. Untuk itu, tambah Andi, data dari BMKG sangat penting sebagai acuan
dalam pelaksanaan tanaman. Untuk pelaksanaan tanamnya molor hingga awal tahun 2016. Ini terjadi karena di beberapa daerah curah hujan belum rata, sehingga penyelesaian tanaman diperkirakan akhir Februari. Tanaman tahun 2015 seluas 24.660,4 Ha sesuai dengan rencana RKAP. Jenis yang ditanam jati asal stek pucuk, jati asal benih KBK, jati asal benih APB, pinus, damar, mahoni, sengon, rimba lain, dan kayu putih asal benih serta kayu putih dengan perbanyakan internodia yang baru tahun ini dilaksanakan yang bibit unggulnya dari Puslitbang SDH di Cepu. Rencana bibit tersebut juga untuk sulaman adalah 39.133.183 plances dan alhamdulillah mencapai 100,4 % atau 39.291.932 plances. DUTA
Rimba 13
RIMBA UTAMA
Kadivre Jawa Barat dan Banten Ellan Barlian saat menanam Magrove
pembinaan terhadap pesanggem dan LMDH terus dilakukan. Ke depan, tambah Andi, LMDH berperan dalam proses pengelolaan sumber daya hutan, yang diatur di dalam sebuah perjanjian kerja sama yang juga mengatur hak dan kewajiban masing masing pihak. Kinerja LMDH akan diatur melalui mekanisme penilaian tanaman yang meliputi prosentase tumbuh dan kesehatan tanaman. Keterlibatan Forkom LMDH untuk menekankan kepada setiap LMDH agar membantu tim sukses tanaman di KPH. “Di Divre Jatim pelaksanaan penanaman di lapangan dipantau melalui laporan mingguan dengan menggunakan aplikasi google drive,” kata Andi.
Rentan Kekeringan ADM Parengan, Daniel Budi Cahyono mengatakan saat ini dampak El Nino sangat terasa di wilayah Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Frekuensi dan curah hujan sangat minim. Sedangkan bibit JPP asal stek pucuk pada dasarnya sangat rentan dengan cuaca kering pada masa awal penanaman. Oleh karena itu sejak awal di persemaian sudah upayakan agar bibit tidak terlalu ‘dimanja’ dengan penyiraman.
14
DUTA Rimba
Penyiraman dilakukan secukupnya. Selain itu, tambah Daniel, pangkas akar dan potong daun juga diintensifkan. Dengan upaya itu, bibit yang dihasilkan, batangnya sudah cukup berkayu meski ketinggian bibitnya tidak terlalu tinggi. Bibit yang batangnya sudah berkayu – meskipun – belum terlalu tinggi diharapkan akan lebih tahan terhadap situasi lapangan yang intensitas hujannya kurang. Supaya penanaman berhasil 100 persen, Daniel melakukan sejumlah langkah. Diawali dari persemaian harus dihasilkan bibit siap tanam yang kualitasnya optimal. Proses pengangkutan harus meminimalkan risiko kerusakan. Untuk itu di KPH Parengan menggunakan kotak bibit berbahan plastik (container box). Sementara itu, Kepala Biro Pembinaan SDH Divre Jateng, Yusuf Kristiyanto mengatakan persiapan dan pelaksanaan tanam tahun 2015 di Divre Jateng sudah selesai dikerjakan sesuai tata waktu. Realisasi penanaman sampai Januari 2016 mencapai 98,5%. Menurut Yusuf, tanaman yang ditanam tahun 2015 terdiri dari JPP silvikultur intensif (Silin), JPP nonsilin, pinus, sengon, kayu putih, mahoni, karet, damar, acasia mangium, sonokeling, dan rimba lain sebanyak
Dok. Duta Rimba
27.833.668 plances seluas 15.952 Ha. Agar dapat sukses dalam menanam, Yusuf menjelaskan dalam pembuatan tanaman dan pemeliharaan menerapkan silvikultur intensif melalui panca usaha kehutanan yang terdiri dari penggunaan bibit unggul, persiapan lahan, pemupukan, pemeliharaan, dan perlindungan. Monitoring dilaksanakan secara rutin dan intensif, baik oleh KPH, divisi regional, maupun direksi. Sejauh mana peran LMDH dan masyarakat sekitar hutan untuk membantu dalam musim tanam ini dan selanjutnya terlibat menjaganya? “Peran LMDH dan masyarakat sekitar hutan dalam musim tanam ini sangat baik, mulai persiapan lapangan sampai penanaman selalu terlibat langsung dan menjaga tanaman kehutanan dan gangguan pencurian, perempelan, atau penggembalaan liar,” kata Yusuf. Menurut Yusuf, paling tidak ada dua kendala yang sering ditemukan di lapangan. Pertama, kesulitan mendapatkan pesanggem pada lokasi-lokasi yang sulit berbatu (kritis). Cara mengatasinya untuk tanah kritis dan berbatu diberi tambahan biaya bantuan pengolahan tanah dan lokasi yang sulit dijangkau dipergunakan sistem banjarharian yang di dalamnya terdapat biaya babad, dangir, dan NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Desa Surajaya, Kabupaten Pemalang. Dia ikut membantu mengamankan tanaman pokok serta bisa menggarap lahan tanpa merusak tanaman pokok. Pria yang menjadi pesanggem sejak 1971 ini mulai menanam di Petak 41 dengan tanaman pokok jati. Dia merasakan manfaat dari LMDH. Rasmani dan anggota LMDH Wana Jaya yang beranggotakan 27 orang ini mendapat bantuan dari Perhutani.
Pengawalan Ketat
Kadivre Jateng SR Slamet Wibowo sedang menanam Sengon Laut
pemupukan. Kedua, cuaca tidak menentu. Untuk mengatasi cuaca yang tidak menentu dan menghindari tanaman yang mati, tambah Yusuf, dicadangkan bibit siap tanam dan dalam pelaksanaannya penanaman disesuaikan kondisi masing-masing lokasi. Lebih rinci Administratur/Kepala KPH Balapulang, Gunawan Sidik Pramono mengatakan pelaksanaan tanaman di KPH Balapulang seluas 1.762,7 Ha dengan realisasi 1746,8 Ha atau 99,10 %. Pengurangan luas tanaman terjadi akibat longsor, berbatu, lahannya curam. Bibit yang disiapkan, untuk jati sebanyak 1.249.931 plances yang terealisasi 100 %. Sedangkan tanaman rimba yang disiapkan 988.846 plances yang terealisir 1.015.708 plances (103%). Kepala Seksi Perencanan Sumber NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dok. Duta Rimba
Daya Hutan dan Lingkungan Perhutani KPH Randublatung, Rani Maharto mengatakan menghadapi musim tanam tahun 2016, KPH Randublatung menyiapkan 1.277.002 bibit tanaman kehutanan yang terdiri dari jenis jati dan tanaman rimba campur. “Tanaman yang merupakan bagian dari siklus pekerjaan memegang peran vital dalam sebuah mata rantai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan. Untuk tahun ini, kami melakukan penanaman di kawasan hutan seluas 983,9 Ha yang terdiri dari tanaman rutin jati seluas 886,9 Ha dan penanaman di kawasan perlindungan setempat (KPS) seluas 97 Ha,” kata Rani. Kiprah anggota LMDH dalam menjaga tanaman sudah terbukti bagus. Seperti disampaikan Rasmani (72 tahun), anggota LMDH Wana Jaya
Menurut Ellan, keberhasilan tanaman dapat dicapai 100% melalui pengawalan ketat sejak penanaman, pemeliharaan secara intensif (penyulaman, perawatan dan pemupukan). Semua dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Bila tidak turun hujan, penanaman bisa ditunda untuk mengurangi risiko kematian bibit. Untuk kesuksesan tanam, tambah Ellan, terus diberdayakan kelompok tani hutan dalam wadah LMDH. Diharapkan tanaman bisa tumbuh baik dan pemeliharaan dilakukan dengan pengawalan sehingga bisa dipanen dengan hasil baik. Bila tanaman bisa dipanen sesuai target maka LMDH akan mendapatkan sharing produksi besar sesuai ketentuan. Di sisi lain, para anggota LMDH sambil menunggu hasil berbagi produksi dari tegakan juga diperkenankan menanam di lahan sela melalui Pemanfaatan Lahan Dibawah Tegakan (PLDT), ditanami jenis tanaman pertanian, seperti porang, kapulago, lengkuas, dan umbi-umbian lain. LMDH ini berperan sebagai mitra kerja Perum Perhutani di lapangan. Secara garis besar Ellan menjelaskan proses persiapan penanaman di Divre Jawa Barat & Banten. Pertama, dimulai pemancangan pal atau patok batas bidang tanaman, petak andil atau garapan petani dan jalur pemeriksaan. Kedua, pembuatan dan pemasangan papan nama tanaman, pembangunan gubuk kerja tanaman dan pembuatan jalur pemeriksaan tanaman. Ketiga, perjanjian tanaman, antara para petani hutan (KTH) dengan Perhutani. Keempat, pembersihan lahan, penggebrusan atau pengolahan lahan, penanaman tanaman pagar, pemasangan acir /tanda tanaman, pembuatan lubang tanaman dan pemupukan pupuk kandang. Kelima, penanaman tanaman tanam sela, tanaman tepi, tanaman pokok, dan tanaman pengisi serta pemeliharaan, perawatan tanaman dan pengamanan/perlindungan tanaman sampai umur daur. DR
DUTA
Rimba 15
Dok. Duta Rimba
RIMBA UTAMA
Menyiapkan bibit tanaman jati
16
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dr Corryanti :
Menanamlah Sebanyak-banyaknya Klon Unggul S
eperti kita ketahui, sampai hari ini Perum Perhutani memiliki program penanaman berbagai komoditas, antara lain jati, pinus, kayu putih, sengon, karet, akasia. Dengan data yang tidak perlu datail dalam kesempatan ini, sebutlah tanaman jati asal Jati Plus Perhutani (JPP) yang mulai ditanam sejak tahun 2001 kini luasannya mencapai hampir 200.000 hektare. Tanaman pinus (Pinus merkusii) memiliki luas tanaman produktif sadap tidak kurang dari 155.000 hektare. Penanaman besar-besaran kayu putih (Mellaleucea cajuput) pengganti tanaman kayu putih sudah berusia tua diprogramkan hingga 30.000 hektare dalam tiga tahun belakangan ini. Tanaman sengon (Paraserianthes molluccana) Perhutani mencapai luasan sekitar 3.500 hektare, karet (Havea brasilensis) pernah juga dua tahun lalu menjadi calon jagoan perusahaan, sampai hari ini mencapai luasan tidak kurang dari 3.500 hektare. Tanaman akasia (Accasia mangium) mencapai luasan sekitar 4.600 hektare. Dengan luasan lahan produksi Perhutani yang tersebar merata di Pulau Jawa dan Madura, maka ragam komoditas itu mestinya tampak di mana pun wilayah Perhutani berada. Melengkapi langkah manajemen, maka tugas peneliti adalah mendapat klon-klon unggulan sebagai materi penanaman di lapangan. Klon-klon unggulan menjadi harapan petugas di lapangan, karena karakternya menunjukkan kelebihan-kelebihan dibanding materi sembarang atau
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
lokal. Klon-klon unggulan diperoleh melalui tahapan pengujian dalam suatu paket kegiatan pemuliaan pohon. Klon-klon unggulan diharapkan mampu mengatasi permasalahan tanaman yang sering kali terjadi. Tanaman selalu gagal, mudah terserang hama atau penyakit, diharapkan mampu digantikan dan diatasi dengan klon unggulan yang berpertumbuhan baik, produktif, dan berkualitas tinggi.
Dr. Corryanti, Kepala Biro Kelola SDH Puslitbang SDH Cepu (Purna Tugas)
Mengapa Klon? Klon menjadi materi penting bagi tanaman, karena klon diperoleh melalui perbanyakan non-generatif, yaitu vegetatif atau bagian tanaman induknya sehingga diharapkan turunannya pun akan menyamai tanaman induknya secara pasti.
Dengan keunggulan karakter klon, biasanya petugas di lapangan cenderung mengutamakan dan lebih memilih klon-klon unggulan yang terbaik agar target capaian bisa terlampaui. Sekalipun ada sejumlah klon unggulan yang disediakan, sudah pasti akan memilih satu klon unggulan terbaik secara praktis teknis. Bila melakukan pembibitan secara stek, misalnya, maka klon-klon yang mudah berakar dan cepat bertunaslah yang pasti diprioritaskan. Perilaku ini wajar dan realsitis, sepanjang target capaian menjadi fokus. Pengalaman saya mengunjungi sebuah lokasi pertanaman jati di Petchabul, Thailand, di atas hamparan seitar 100 hektare di sana paling tidak ditanami jati dari 50 klon, yang diperbanyak secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan (tissue culture). Dalam menanam pun pola jarak tanam di sana umumnya 4 meter X 4 meter atau 2 meter X 3 meter. Mempunyai alasan berdasarkan tujuan akhir menanam, sebagai kayu pertukangan , atau mebeler indoor. Daur tanaman jati asal kultur jaringan ditetapkan 20 tahun. Konsep menanam jati dengan ragam klon di Thailand itu misalnya, adalah upaya pengelola untuk mengantisipasi terjadinya goncangan ekosistem tanaman. Lima puluh klon yang ditanam dipertahankan keberadaanya, dipantau perkembangannya serta dijaga kesehatan tanaman dan lingkungannya sehingga menghasilkan produk secara lestari. Kita masih ingat peristiwa kutu DUTA
Rimba 17
RIMBA UTAMA
Dok. Duta Rimba
Pembibitan dengan klon-klon terbaik.
loncat yang menyerang lamtoro, petai cina (Leucaena leucocephala) atau masih menjadi masalah tentang tumor pada tanaman sengon dalm 10-15 tahun terakhir, semua ini adalah pelajaran luar biasa ketika kita mengunggulkan satu produk tanaman tanpa variasi atau mengunggulkan materi tanaman tanpa proses pemuliaan. Tanaman adalah makhluk hidup, bertumbuh dengan adanya aktivitas metabolisme dan fisiologis. Bereaksi dengan kondisi lingkungannya, oleh karenanya tanaman unggulan mestinya bukan final tanaman unggul. Mengapa ini harus saya katakan, karena saya khawatir kita selalu menggadang-nggadang klon unggulan, apalagi hanya satu klon. Klon-klon unggulan harus dipegang sebagai modal materi untuk memperbanyak bibit, menanamnya, menyebarnya secara ragam variasi klon tanpa membedakan klon yang terbaik dengan yang kurang baik di antara klon-klon unggulan. Mengapa? Klon-klon unggulan pada dasarnya
18
DUTA Rimba
sudah melalui tahapan uji antarklon sehingga didapati klon-klon unggulan tersebut. Klon-klon unggulan harus diyakini memiliki sifat keunggulannya sendiri-sendiri, unik, dan khas.
Aneka Keunggulan Yang dimaskud unggulan tidak sebatas produktivitas tumbuhnya, atau produk lain yang mengikuti, tetapi bisa jadi keunggulan dalam mempertahankan diri pada lingkungan ekstrim dan lingkungan dari ancaman kesehatan, dan lain sebagainya. Itulah mengapa menanam klon yang bervariasi adalah keniscayaan dan keharusan. Dengan kuantitas klon yang banyak diharapkan terdapat ragam sifat unggulan masingmasing klon. Bila banyak klon ditanam dalam suatu hamparan maka sifat-sifat unggulannya akan bersinergis mempertahankan secara komprehensif dalam ekosistem lingkungan hutan. Pemulia tanaman yang bijak tidak akan berhenti dengan satu – dua klon, tetapi bergerak terus
mendapatkan klon-klon unggulan untuk pada saatnya menghasilkan klon unggul. Dari sini muncul pertanyaan bagaiman dengan tanaman di Perum Perhutani? Materi stek PHT-1 dan PHT-2 pada tanaman jati menjadi andalan pertanaman jati dalam kurun waktu empat belas tahun belakangan ini di Perum Perhutani. Namun sayangnya ketika sempat meninjau di persemaian jati di lapangan, tak lagi dapat diketahui apakah bibit tanaman berasal dari klon PHT-1 maupun klon PHT-2. Di lapangan kita pun tidak dapat lagi membedakan antara tanaman PHT-1 dan PHT-2. Saya hanya khawatir, tanaman jati yang kita gadang-gadang hanya berasal dari satu klon saja. Belum lagi ketika menanam JPP asal benih Kebun Benih Klonal (KBK) ternyata hasilnya tidak lebih baik di lapangan. Maka materi stek menjadi satu-satunya andalan. Padahal menanam tanaman dengan satu klon dalam luasan yang besar sangat mengkhawatirkan NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
pertahanan ekosistem dalam kurun jangka panjang. Luasan lahan jati tentu tidak harus ditanami dengan dua atau satu klon saja. Bila belum dijumpai klon lain, maka benih asal sumber lain (Misal KBK) tetap harus menjadi campuran. Adanya calon- calon jati unggulan lain harus didukung untuk menjadi ragam tambahan dalam materi tanaman. Praktik silvikultur yang mengikuti penanaman jati JPP harus dilakukan dengan jujur di lapangan, sehingga pertanaman jati JPP tetap mampu menjadi andalan secara jangka panjang maupun jangka pendek. Harus diingat tanaman unggulan sekalipun, tetap harus diberi perlakuan silvikultur yang benar dan tepat adalah lebih baik daripada intensif itu sendiri. Mari kita lihat pada pinus, saat ini mulai mengandalkan benihbenih pinus dari pohon bergetah banyak (istilah lapangan bocor getah). Pengembangan perbanyakan vegetatif untuk pinus yang diyakini bisa menurunkan generasi sama dengan induknya harus mendapat dukungan yang penuh.
Perbanyakan Vegetatif Dalam kurun waktu lima tahun belakangan Puslitbang SDH telah merintis teknik perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk dan cangkok. Sambil menunggu keberhasilan pengembangan pinus mendapatkan klon-klon unggulan, maka benih pinus yang kini dibedakan atas asal bergetah banyak maupun bergetah tak banyak (dengan definisi tertentu) tetap harus menjadi materi yang berharga bagi penanaman pinus. Luasan lahan kayu putih yang dewasa ini dicanangkan seluas 30.000 hektare lebih, juga tidak boleh hanya ditanami dengan klon-klon unggulan yang disukai saja, tetapi manfaatkan klon-klon unggulan lain untuk materi tanaman. Klon-klon unggulan yang dimiliki saat ini dan dikembangkan di lapangan bolehlah disebut sebagai uji coba skala operasional oleh karenanya janganlah bertolak semata pada satu klon yang dianggarkan tetapi cukupi dengan berbagai ragam klon. Dalam perjalannya bisa jadi respons klon klon per klon tak sama satu lokasi dengan lokasi lainnya. Dan antarklon memiliki keunggulan di lokasi tertentu dibanding lokasi lainnya. Kayu putih yang diunggulkan saat ini ada 10-25 klon, dan saat ini 10 klon secara bertahap dan beragam disebar ke beberapa wilayah yang mengembankan kayu putih di
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Tanaman kayu putih klon unggul di KPH Mojokerto.
lapangan kerjanya. Kayu putih sangat rentan terhadap ancaman hama rayap, dan klon-klon unggulan yang ada masih terus diuji ketahanannya. Tanaman karet yang ditanam besar-besaran disebutkan terdiri dari delapan klon yang ditanam menyebar. Pengetahuan tentang klon mana yang paling adaptif dan produktif di lokasi tertentu masih menjadi pertanyaan dan perlu dievaluasi untuk pengembangan lebih lanjut. Untuk itulah dibutuhkan sejumlah persiapan. Dokumentasi dan pendataan menjadi alat yang baik sebagai acuan mengevaluasi kelemahan di antara banyak manajemen. Ini perlu dilakukan agar ketika ingin mengevaluasi, rekaman proses dan data tidak tersedia dengan baik. Sekali lagi, sekalipun saat ini kita baru memiliki dua klon unggulan jati; benih-benih asal pinus bergetah banyak; klon-klon unggulan kayu putih; namun bolehlah saya katakan tanaman yang kita lakukan adalah uji coba skala operasional. Kita masih terus belajar, apakah
Dok. Duta Rimba
benar tanaman unggulan kita mampu menjadi tanaman unggul. Bagaimana mempertahankan itu? Teruslah menanami dengan banyak klon sebanyak-banyaknya yang telah tersedia. Dokumentasi saat di persemaian selama proses pembibitan tetap menjadi kegiatan utama yang tidak kalah penting dengan kegiatan pembibitan itu sendiri. Pencatatan potensi klon per klon dalam proses pembibitan; ketika bibit dikeluarkan dan lokasi bibit ketika ditanam. Bagaimana menanamnya, zonasi dan pola tanam yang diterapkan pun harus menjadi catatan penting. Dengan demikian, pada saatnya kita dapat mengetahui kesesuaian lokasi, ketepatan menanam, keunggulan klon-klon tertentu di satu lokasi dibanding lokasi lainnya dan respons klon per klon terhadap lingkungan penanaman. Semoga kita tidak terjebak dengan rasa puas menanam klon-klon unggulan tanpa mempelajari dan memprosesnya menjadi klon ungul. DR DUTA
Rimba 19
RIMBA OPINI
Sarkoro Doso Budiatmoko
Menakar Efek Limpahan Perhutani 20
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sarkoro Doso Budiatmoko, Kepala Biro Pengawasan Wilayah Jawa Tengah Satuan Pengawasan Internal Perum Perhutani
beritadaerah.co.id
Efek Limpahan Semua aktivitas Perhutani akan melibatkan perputaran uang yang mampu menambah tinggi denyut nadi bisnis dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 21
RIMBA OPINI
S
eorang asisten Perhutani (Asper) bercerita tentang pimpinan pondok pesantren di wilayah kerjanya yang mengajak santrinya bersyukur dan lalu berterima kasih kepada Perhutani. Berterima kasih kepada Perhutani yang selama ini merawat dan menjaga hutan sehingga mereka bisa berwudu dengan air bersih yang mengalir tanpa henti. Senyatanya, bukan hanya berwudu, banyak hajat hidup mereka tercukupi dari mengalirnya air hutan. Ajakan pimpinan pondok pesantren seyogyanya bukan hanya untuk para santri. Kita semua juga sepatutnya berterima kasih. Kita semua, orang kota yang menghirup hawa dan menikmati pemandangan segar dari hutan yang hijau atau kita orang desa yang memakai kayu bakar, bungkus daun jati, menikmati enthung dan para peternak yang mengambil hijauan makanan ternak (HMT) dari hutan. Daftar terima kasih bisa menjadi panjang dari padi dan palawija hasil tumpangsari, ikan hasil minasari hutan payau, kesempatan kerja dari pengelolaan hutan mulai persemaian hingga memanen hasil hutan kayu maupun nonkayu. Tentu saja lengkap dengan rantai aktivitas ekonomi lanjutannya di komersial kayu dan nonkayu berserta industrinya, wisata dan agrobisnis beserta jasa lingkungannya. Belum lagi rangkaian aktivitas usaha Perhutani lainnya yang menggunakan jasa transportasi darat, laut, udara, pengadaan sarana dan prasarana perkantoran maupun investasi, penginapan, industri makanan dan minuman. Efek Limpahan Semua aktivitas Perhutani akan melibatkan perputaran uang yang mampu menambah tinggi denyut nadi bisnis dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional. Namun tidak semuanya dinikmati Perhutani. Banyak lagi manfaat yang dinikmati pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam transaksi perusahaan. Inilah yang disebut efek limpahan. Efek ini bisa bersifat positif (positive external effects, external economic) maupun bersifat negatif (negative external effects, external diseconomic). Angka Rencana Kerja dan Aggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2015 Perum Perhutani memang tidak lebih dari Rp 5 triliun, tetapi efek limpahan yang ditimbulkan bisa berlipat. Itu salah satu peran keumuman Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Memberi kemanfaatan
22
DUTA Rimba
kepada masyarakat umum. Nilai efek limpahan tentu saja bisa dihitung. Tulisan ini tidak mengajari menghitung nilai tersebut, tetapi sekadar memberi gambaran ringan untuk menakar berapa sumbangan perusahaan ini kepada masyarakat dilihat dari potensi efek limpahan yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, mari kita lihat di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Indramayu. Data statistik menunjukkan Indramayu adalah kabupaten cukup subur dengan luas wilayah 204.011 hektare dan 42% di antaranya berupa sawah. Enam tahun terakhir Indramayu memproduksi padi sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Dari jumlah itu 0,8 juta ton dipasarkan ke luar daerah. Tahukah Anda, di KPH Indramayu terdapat sekitar 10 ribu hektare tanaman kayu putih yang di bawahnya ditanami padi. Di luar padi, Kabupaten Indramayu juga merupakan gudang tambak dan di antaranya dihasilkan dari hutan payau yang dikelola Perhutani. Dari Indramayu, pindah ke contoh kedua, Blora. Separuh dari wilayah Kabupaten Blora berupa kawasan hutan, jauh di atas rata-rata 19% penutupan hutan di Pulau Jawa. Di kabupaten ini terdapat KPH Blora, Randublatung, Cepu, Kebonharjo, dan sedikit KPH Mantingan. Blora adalah penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Jawa. Ribuan orang bekerja dan mendapat manfaat ekonomi dari sektor kehutanan, mulai dari pemenuhan kebutuhan bibit, kebutuhan pupuk, terbukanya lapangan kerja dari kegiatan Perhutani. Dalam setiap pembangunan hutan tanaman, Perhutani selalu melibatkan masyarakat sekitar hutan. Tanaman jagung menjadi tanaman palawija utama pada areal tumpangsari. Maka sebagian dari produksi jagung di daerah Blora bisa dipastikan dari kawasan hutan Perhutani. Produksi jagung di Blora tiap tahun berkisar 200 ribu hingga 300 ribu ton. Belum lagi kegiatan kerajinan kayu jati, yang menyebar merata di daerah Blora hingga Bojonegoro. Untuk contoh lain, silahkan amati dari ujung barat di Banten hingga ujung timur di Banyuwangi. Jadi Penyelamat Dua contoh di atas memberi gambaran efek limpahan yang bisa ditimbulkan oleh kegiatan Perhutani, dari yang sifatnya subsisten hingga yang bernilai ekonomi tinggi. Ini sangat bermanfaat di Jawa, wilayah yang super padat di
Indonesia. Februari 2014, pemerintah sudah memprediksi tahun 2035 penduduk meningkat menjadi 305,6 juta jiwa. Mereka, di antaranya akan terpusat di Jawa 54,7%. Kepadatan penduduk tertinggi akan terjadi di Jawa Barat dengan jumlah penduduk 57,1 juta jiwa, kemudian secara berurutan Jawa Timur 41,1 juta dan Jawa Tengah 37,2 juta. Di sisi lain, lahan Pulau Jawa yang luasnya sekitar 126.700 km persegi tidak akan bertambah, sehingga di dalam 10-20 tahun mendatang ambang batas daya dukung Pulau Jawa sudah akan terlampaui. Tekanan akan terus meninggi terhadap
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Hutan Tumpang Sari, oleh Masyarakat Desa Hutan
eksistensi hutan dan Perhutani sebagai pengelola. Akan menjadi lebih berat menjelang tahun 2030, dimana fluktuasi perubahan iklim global semakin tajam, naiknya suhu bumi, naiknya permukaan laut, meningkatnya frekuensi banjir bersamaan dengan bencana longsor dan angin kencang. Pengaruh negatifnya terhadap ekonomi sosial akan tinggi. Efek limpahan bisa menjadi penyelamat dari bencana di Jawa. Tetapi efek limpahan hanya akan ada sepanjang Perhutani eksis dengan kegiatan usahanya yang nyata. Semakin perkasa Perhutani semakin jaya juga masyarakat Pulau Jawa.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Mengelola Isu Bagi internal Perhutani, efek limpahan dan peran pentingnya dalam dinamika perkembangan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan bahkan teknologi bisa menjadi tambahan bahan bakar motivasi meningkatkan kinerja. Dan kemudian, harus merasa berkepentingan terhadap terjaganya eksistensi Perhutani sebagai BUMN yang mampu menelorkan nilai tambah ekonomi dan efek limpahannya yang semakin besar. Bila Perhutani mampu mengelola efek limpahan ini dengan baik, yakinlah, banjir terima kasih akan datang dari segala penjuru. Sesuatu yang paling tidak bisa lebih digdaya
www.bangtaniblogspot.co.id
meskipun dibombardir berita miring media massa, seperti ketika berita nenek Asyani mencuat dan memanas. Sebaliknya, bila Perhutani tidak mampu menjaga eksistensinya dan tidak digdaya, yang akan timbul adalah lebih banyak efek limpahan negatif (negative external effects, external diseconomic). Ucapkan terima kasih akan tetap datang, tetapi dari para maling dan perampok yang bersembunyi di hutan, dan siapa pun yang berterima kasih karena bisa menjadi kaya dari hutan. Waspadalah. Sarkoro Doso Budiatmoko adalah Kepala Biro Pengawasan Wilayah Jawa Tengah Satuan Pengawasan Internal Perum Perhutani. DR
DUTA
Rimba 23
RIMBA KHUSUS
Iwan Gunawan :
Mengkaji Daur Efektif Tanaman Pinus Hasil kajian ditemukan bahwa kebijakan penetapan daur pinus (kayu dan getah) yang semula 35 tahun menjadi 50 tahun ini sudah tidak efisien lagi. Jangka waktu hidup yang 50 tahun untuk tanaman pinus sudah tidak relevan lagi. Banyak pohon pinus di usia 34 tahun sudah tidak produktif lagi.
P
erum Perhutani berperan menjadi perusahaan yang dapat memberikan kontribusi pada negara. Menjadi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Dapat memberikan perlindungan dan manfaat langsung kepada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar tempat usahanya. Menjadi bangsa yang produktif jika dapat memanfaatkan karunia
24
DUTA Rimba
keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri semaksimal mungkin dengan memanfaatkan tanaman sebagai sumber yang dapat terus diperbaharui. Itulah yang kini sedang dilakukan Perum Perhutani. Untuk memacu pendapatan, salah satu jurus yang dilakukan Perum Perhutani adalah mengembangkan produksi getah pinus. Pada tahun ini, produksi getah pinus sekitar 200 ribu ton per tahun, akan ditingkatkan menjadi 500 ribu ton per tahun.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
kayuphoria.com
Penyadapan pada Phon Pinus
Semua potensi dan kemampuan di jajaran Perhutani dikerahkan untuk mewujudkan target tersebut. Upaya peningkatan ini didukung oleh temuan inovatif, yang pada tahun 2015 telah dikembangkan. Inovasi yang perlu diterapkan di seluruh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yakni berupa budi daya pohon pinus bocor getah, menggunakan teknologi Bajos. Direksi pun menginstruksikan kepada semua administratur agar menggunakan bibit pinus bocor getah agar target yang ditetapkan dapat diraih. Target besar ini sekaligus menjadi tantangan bagi jajaran Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani untuk memenuhi ketersediaan plances bocor getah. Tidak itu saja, direksi sudah mewajibkan agar setiap KPH menanam pinus bocor getah. Para administratur yang masih terkesan
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
kurang tertarik pada penanaman pohon pinus bocor getah, diminta mempelajari dan melihat keadaan di lapangan masing-masing mengenai kelayakannya. Dengan semua itu, dapat segera bersama-sama melakukan revolusi produksi agar peningkatan penjualan getah pinus dapat segera diwujudkan. Namun, di sisi lain harus disadari perlunya peremajaan pohon pinus secara sistematis agar produktivitas terjaga. Di sini juga dibutuhkan satu penelitian yang teruji agar dalam meremajakan pohon pinus berjalan efisien dan efektif. Hasil kajian ditemukan bahwa kebijakan penetapan daur pinus (kayu dan getah) yang semula 35 tahun menjadi 50 tahun ini sudah tidak efisien lagi. Jangka waktu hidup yang 50 tahun untuk
tanaman pinus sudah tidak relevan lagi. Banyak pohon pinus di usia 34 tahun sudah tidak produktif lagi. Untuk mengetahui masalah ini Duta Rimba berkesempatan mewawancarai Iwan Gunawan, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani, di Baturaden, Purwokerto, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya. Meningkatkan kesejahteraan bangsa? Dengan mendatangkan masukan dari luar negeri. Caranya melakukan produksi yang hasilnya dibutuhkan untuk kebutuhan industri, sehingga laku dijual dalam jumlah yang besar. Renewable resources, sehingga sumber itu dapat dilakukan secara terus menerus tanpa keterbatasan waktu akan terus dapat diperbaharui. Pendapatan yang berguna untuk kesejahteraan warga negara.
DUTA
Rimba 25
RIMBA KHUSUS Dasar penelitian? Data Perum Perhutani 2008 – 2012 luas kawasan hutan produksi kelas perusahaan pinus di Perum Perhutani adalah 483.272 hektare. Guna mendapatkan produk unggulan getah pinus maka tahun 2001, Direksi Perum Perhutani menetapkan kebijakan penetapan daur pinus (kayu dan getah) yang semula 35 tahun menjadi 50 tahun. Hal itu berarti tegakan pinus umur 35 tahun tidak ditebang. Sebelum pemberlakuan 50 tahun, pinus berumur 34 tahun cenderung sudah dilaksanakan sadap mati dengan pembuatan jumlah quare sebanyakbanyaknya. Apa yang menjadi kendalanya? Membutuhkan banyak waktu untuk menanam sampai tanaman dapat menghasilkan. Membutuhkan biaya untuk membangun pengolahan agar dapat menjual komoditas siap jual. Yang disadap sekarang adalah tanaman warisan penanam sebelumnya. Warisan yang variatif, ada yang hasil getahnya sedangsedang saja, ada yang bocor getah, ada yang mulai menurun produksinya, bahkan ada yang sudah tidak produktif lagi. Langkah yang dilakukan adalah memaksimalkan tanaman yang ada untuk dapat menghasilkan lebih banyak. Sehingga dilakukan sayatan lebih lebar saat menyadap, tidak sesuai standard operating procedure (SOP) dengan tujuan mendapatkan getah yang lebih banyak. Itu semua berdampak pada kerusakan dan produktivitas pohon itu sendiri. Membuat pohon menjadi kurus terancam tidak produktif dan dapat mati. Pohon tetap hidup, tetapi produktivitasnya berkurang. Karena nutrisi untuk hidupnya lebih banyak tersalur dalam penyadapan. Data menunjukkan pohon produktif sampai umur sekitar 50 tahun, tetapi pada kenyataannya di usia 34-35 tahun, sudah terjadi penurunan. Peraturan tidak memperbolehkan ada penebangan sampai usia tertentu (50 tahun), dapat menghambat produktivitas. Dengan aturan tersebut, pohon akan tetap memakan tempat,
26
DUTA Rimba
Kegiatan penyadapan Pinus
sedangkan tanaman penggantinya belum dapat ditanam. Perumusan masalah dan fokus penelitiannya? Penurunan potensi sadapan getah tanaman pinus. Dalam penelitian difokuskan untuk mengkaji umur efektif produksi getah pinus melalui pendekatan bidang sadap dan frekuensi pembaruan quare. Lokasi penelitian dilakukan di KPH Pekalongan Barat, Lawu, dan Kuningan. Ketiganya merupakan KPH dengan wilayah sedang. Bukan yang paling luas, tetapi juga bukan yang terkecil.
nolsatugr.wordpress.com
Apa indikasi terjadinya eksploitasi berlebih? Didapatkan data bahwa ratarata tinggi quare adalah 323 Cm. Quare tertinggi 500 Cm. Ketentuan tinggi maksimal quare adalah 240 Cm (keputusan direksi tahun 2005). Hal ini menunjukkan adanya upaya mendapatkan getah secara maksimal. Ketersediaan bidang sadap yang semakin kecil terpaksa menambah tinggi quare. Objektif tinggi quare adalah di atas ketentuan, yaitu 240500 Cm. Realita kondisi sadap ini akan membuat pohon hanya dapat bertahan selama 29 tahun (Andayani, 2005) NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
daur 50 tahun memiliki selisih untung 10 miliar per tahun. Tentu masih harus dihitung luasan wilayah survei. Kesimpulannya apa? Berdasarkan realita tinggi dan jumlah quare maka bidang sadap akan berpotensi habis pada umur 29 tahun. Sedangkan berdasarkan
Iwan Gunawan, dalam Seminar
Apa itu sistem quare? Sistem quare merupakan sistem yang menggunakan tusukan kecil, untuk membuat lubang agar getah dapat mengalir deras. Coakan yang terlalu dalam dan jumlahnya banyak, dapat menyebabkan pohon tumbang. Setelah disadap apa yang dilakukan selanjutnya? Getah yang dihasilkan pohon pinus diolah menjadi gondorukem melalui penyulingan. Gondorukem yang berwarna kuning dan berwujud padat ini berguna dalam produksi berbagai macam produk, antara lain plester, eyeshadow, perban gigi, tinta, cat, dan timah solder. NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dok. Duta Rimba
Berapa banyak yang dibutuhkan? Sementara kebutuhan pasar alphapinene dan bethapinene di dunia mencapai 600.000 ton per tahun dan di dalam negeri mencapai 19.000 ton per tahun. Dari nilai investasi Rp208,7 miliar, akan dihasilkan nilai tambah derivat gondorukem sebesar 20 - 30 persen dan derivat terpentin 50 – 60 persen dengan harga produk antara 2.000 – 4.000 dollar Amerika Serikat (AS), bahkan ada yang mencapai 15.000 dollar AS per ton.
perilaku frekuensi pembaruan maka bidang sadap akan berpotensi habis pada usia 25 tahun.
Implementasi penelitian berkaitan peningkatan ekonomi apakah ada? Jelas ada, penerapan daur 35 tahun dalam waktu 10 tahun, dibandingkan
Peneliti Puslitbang Perhutani, Iwan Gunawan
Saran yang disampaikan? Hutan tanaman pinus dengan daur 50 tahun perlu dikaji ulang. SOP sadapan pinus memperhatikan pada kondisi di lapangan. Lingkar 85 - 125 dapat disadap dengan 2 quare, lebar 4 cm dan frekuensi pembaruan sadapan 1,5 Cm per 5 hari dengan daur 30 – 35 tahun. DR
DUTA
Rimba 27
RIMBA KHUSUS
28
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Beli Kayu Sekarang Gampang Sistem penjualan online di Perum Perhutani akan terus dikembangkan karena akan memudahkan konsumen mendapatkan barang dengan harga kompetitif. Tidak hanya penjualan kayu jati, tetapi juga pemasaran terpadu produk yang dihasilkan Perum Perhutani akan dilakukan secara online. Hasil industri kayu, khususnya kayu yang telah dilakukan pengolahan, madu Perhutani (merek Armadu), gondorukem untuk ekspor, maupun produk wisata rimbanya akan dipacu pemasarannya secara online. NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
A
da peringatan hari jadinya yang ke-54, di Kantor Divisi Regional Jawa Barat-Banten, di Bandung, pada 29 Maret 2015, Perum Perhutani memasuki era baru. Itu ditandai dengan implementasi aneka sistem yang mengadopsi kemajuan teknologi informasi (TI) terkini. Sistem baru ini sejalan dengan tema yang diangkat, yakni Kita Tingkatkan Profesionalisme Melalui Perubahan Menuju Perhutani Unggul. Dalam upacara yang dipimpin Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar ini beberapa sistem manajemen baru di-launching. Sistem tersebut, antara lain Sistem Informasi Karyawan Terintegrasi (IKAT PHT), Sistem Informasi Manajemen Aset Perhutani (SIM-A), Sistem Informasi Getah Pinus, Sistem Marketing Kayu e-commerce. “Pemanfaatan kemajuan hasil teknologi merupakan keniscayaan bagi kami bahwa ke depan TI-lah yang bermain. Karena itu Perhutani menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan TI, seperti PT Telkom untuk membangun sebuah sistem TI yang terintegrasi,” tandas Mustoha. Untuk itu, tambah Mustoha, Perhutani mulai menerapkan sistem TI pada semua bidang kerja, termasuk perpindahan sistem pengelolaan keuangan dari tradisional ke modern dengan membatasi transaksi tunai dan penerapan e-commerce. Menurut General Manager Telkom, Dwi Sulistiyani, Perhutani termasuk pionner e-commerce kayu. Melalui sistem ini, pembeli dapat DUTA
Rimba 29
Shutterstock
RIMBA KHUSUS
Jual beli secara online, lebih cepat, mudah dan efisien
dilayani online di mana saja dengan menggunakan aplikasi smartphone berbasis internet. “Caranya mudah, setelah memilih kapling kayu secara online, pembeli akan mendapat kode booking dan membayar langsung kayu yang telah dipilih. Bukti pembayaran dapat digunakan pembeli untuk pengambilan kayu di tempat penimbunan kayu Perum Perhutani,” papar Dwi.
Manfaatkan TI Lebih lanjut Mustoha menguraikan pemanfaatan TI tersebut, antara lain diaplikasikan dengan membangun sebuah operation room. Segala aktivitas Perhutani dapat dimonitor di suatu ruangan dengan dilengkapi Closed Circuit Television (CCTV). Begitu juga dalam hal pemasaran produk, di mana ke depan Perhutani akan lebih mengandalkan pemasaran secara online. Kepala Biro Pengembangan Pasar Kayu Perum Perhutani, M Yusuf Noor Hajiyanto, menjelaskan latar belakang penerapan sistem pemasaran online. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan pendampingan sejak 2011, merekomendasi agar melakukan penjualan secara online. Penjualan online ini, tambah Yusuf, sekaligus merupakan jawaban
30
DUTA Rimba
Perhutani untuk mengubah image kurang pas yang sudah menyebar dan membangun image baru. Yang paling menonjol di Perhutani adalah penjualan kayu. Penimbunan kayu rata-rata ada di hutan sedang proses pengolahan jauh dari lokasi penimbunan, sehingga pada proses penjualan melalui dua cara. Pertama, tambah Yusuf, pedagang lokal. Para pedagang yang membeli langsung ke tempat penimbunan. Jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pabrikan. Kedua, pabrikan. Ini dilakukan pembelian dengan kontrak dua atau tiga tahun. Pabrikan dapat membeli kayu dengan harga tanpa distorsi oleh pedagang lokal. Yusuf menjelaskan Pusat Penimbunan Kayu (PPK) kemudian berkembang menjadi kapling-kaplingan. Begitu truk yang membawa kayu datang, para pedagang langsung saling melakukan klaim ini punya A atau punya B, tergantung siapa yang memiliki “kekuatan”. Pedagang saling bersaing untuk dapat membeli kayu yang baru saja diangkut dari dalam hutan. Mereka akan memainkan harga. Menurut Yusuf, cara penjualan ini membuat kayu menjadi mahal ketika tiba di tangan penggunanya. Terlebih dengan alasan dari lokasi penimbunan membutuhkan biaya transportasi yang mahal sehingga kayu jati dijual lebih mahal lagi.
“Padagang lokal membeli kayu, menimbun, dan kemudian menjual dengan harga yang semahalmahalnya. Pedagang betah menunggu sampai orang benarbenar membutuhkan sehingga berani membeli dengan harga tinggi. Dampak lainnya adalah munculnya kesan bahwa kayu jati itu harganya memang mahal,” kata Yusuf. Sedangkan pabrik, tambah Yusuf, membeli kayu dengan sistem kontrak yang ditawarkan Perum Perhutani. Tujuan kontrak adalah melindungi pabrik agar mendapatkan bahan baku secara langsung tanpa perantara. Jika terdapat 40% kayu dapat tersalur ke pabrik, setidaknya Perum Perhutani dapat menentukan harga limit terendah agar harga kayu tidak terkesan mahal. Dengan pabrikan kemanfaatannya lebih luas dengan bahan baku yang dapat diperoleh dengan harga standar. Ini terjadi sebelum penerapan system online. Yang berarti, tambah Yusuf, memang telah ada upaya untuk menyalurkan produksi kayu glondong pada saluran yang mengalir tanpa distorsi harga. Yusuf menilai dampak tersiarnya harga kayu jati mahal membuat konsumen tidak akan menggunakan perangkat yang berbahan dasar kayu jati. Bahkan bisa jadi orang di tepi hutan yang tahu harga kayu jati, NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
akan memberitahukan pada yang lain bahwa ketika membeli lemari dari kayu jati, harganya mahal. Orang yang datang ke workshop kayu jati, misalnya, yang ada di Klender atau di Jakarta Selatan melihat harganya mahal, dan pengelola workshop pun hanya dapat berkata “ya kami dapatnya memang sudah mahal”. Kesimpulannya harga kayu jadi menjadi mahal sekali setelah sampai di kota. Untuk itu, tambah Yusuf, market akan memilih produk lain yang dibuat bukan dari kayu jati. Dampak lain yang didapatkan dari imej kayu jati itu mahal sehingga banyak orang tidak akan menggunakan bangunan atau materi produk lain dengan menggunakan kayu jati. Dengan sistem penjualan online, harapannya semua orang bisa mengakses, orang yang membeli kayu jati dapat melihat sendiri bahwa ternyata harganya tidak semahal yang dikabarkan. Sekarang maraknya media sosial juga dapat memberikan informasi yang sebenarnya mengenai standar harga kayu jati yang tidak semahal yang dikabarkan. Bukti tidak mahal itu dapat dilakukan dengan langsung mengakses ke online Perum Perhutani,” kata Yusuf kepada Duta Rimba, di ruang kerjanya, Jakarta, Jumat (15/1).
Mudah Diakses Menurut Yusuf, sistem online sangat mudah. Kalau mengunjungi dapat diakses dengan bebas, sedangkan kalau menginginkan booking atau memesan, baru melakukan registrasi. Target pembeli kayu jati sekarang ada tiga. Pertama, pembeli existing. Pembeli ini sudah melakukan jual beli jati dan sudah membeli langsung ke Perum Perhutani. Di sini ingin disampaikan bahwa yang dahulu harus membeli dengan mengurus berbagai izin, misalnya, ingin melakukan kontrak maka harus mengurus ke Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jateng di Semarang, Jabar di Bandung, Jatim di Surabaya. Setelah mendapatkan izin dari KBM baru mengurus ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK), ngurus ke manajer, baru dapat mengambil kayunya. Sekarang dengan online, tambah Yusuf, dapat langsung cepat dilayani. Untuk pembeli langsung prosesnya juga dilakukan dengan mengajukan dahulu ke manajer di TPK, baru kemudian bisa mengambil kayunya. Sekarang dengan klik-klik di internet dapat melihat kayu, dapat
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
dibantu hingga ke maksud dan tujuan yang diinginkan. Selain itu, tambah Yusuf, ada juga kontak center 1500235, yang akan memandu melakukan pembelian yang lebih mudah, dan melayani tanya jawab, sehingga pada akhirnya tidak ada pembeli yang Gaptek menggunakan teknologi yang sebenarnya sangat mempermudah.
Perluas Pemasaran
Kepala Biro Analisa Pasar, M. Yusuf Noorhajijayanto.
melihat harganya, dapat melakukan pemesanan, dan sekalian dapat melakukan pembayaran sehingga kayu langsung dapat diambil. Kedua, pembeli melalui perantara. Menyasar pada pembeli yang biasanya membeli, tetapi dilakukan melalui perantara. Memangkas jalur, sehingga harga menjadi lebih murah. Ketiga, pembeli kalangan kelas atas, yang sebenarnya ingin membeli kayu jati tetapi tidak jadi karena mendengar harganya yang mahal. Sehingga melalui online dapat diketahui bahwa harganya tidak semahal yang dibayangkan. Yusuf mengatakan dahulu imagenya membeli kayu itu membawa uang cash, memilih kayu kemudian langsung membayar. Sekarang online mempermudah cara pembelian dengan langsung transfer melalui rekening berbagai bank. Cara pembelian online adalah begitu “rekening dibuka” kemudian lakukan “booking”, kemudian memilih ‘kapling”, “membayar” sesuai klasifikasi yang dipilih. Begitu muncul kode booking, harga dan kemudian melakukan klik “ya”, maka kayu langsung dapat diambil di TPK. “Mengambil kayu masih di TPK, dengan mengambil sendiri. Dalam jangka panjang telah dipikirkan agar nanti melalui beberapa tahap dapat dilakukan dengan pelayanan pengiriman hingga ke tempat tujuan,” kata Yusuf. Untuk pembeli yang tetap Gaptek, Yusuf menjelaskan pemain kayu kebanyakan tidak akrab dengan tehnologi internet dan membayangkan kerumitan yang akan didapatkan. Untuk target seperti ini dipersilahkan untuk datang langsung ke kantor manajer, semua akan
Untuk memperluas pemasaran, Yusuf menjelaskan digunakan analitic digital campaign. Dengan technologi analitic digital, dapat dilacak siapa pun yang pernah mencoba menginginkan informasi tentang kayu jati. Subjek yang menginginkan informasi ini dapat diketahui keberadaannya secara online, sehingga Perum Perhutani dapat mengirimkan iklan tentang kayu jati yang sebenarnya, termasuk juga harga-harga yang telah ditetapkan. Campaign ini biasanya efektif karena langsung menyasar pada target yang mengindikasikan berurusan dengan kayu jati. Yusuf menggarisbawahi, penjualan online perlu diumumkan, perlu diiklankan sehingga semakin luas orang mendapatkan informasi yang dapat dipercaya, membangkitkan minat, dan meletupkan gairah untuk membeli. Online announcement juga diikuti dengan kegiatan road show off air, seperti temu pelanggan per KBM yang kegiatannya sudah mulai dilakukan dengan harapan terbangkit minat dan membangun loyalitas pelanggan. Memberikan informasi mengenai Perum Perhutani di berbagai pameran perkayuan. Website Perhutani adalah www. perhutani.com. Menyusul berikutnya, tambah Yusuf, nanti Perum Perhutani tidak hanya menonjol dalam hal komoditas utamanya saja yaitu kayu jati, tetapi juga akan terdapat pemasaran terpadu produk yang dihasilkan oleh Perum Perhutani. Misalnya hasil industri kayu (kayu yang telah dilakukan pengolahan), madu Perhutani (merek Armadu) sudah memasuki pemasaran di beberapa retail, gondorukem dibutuhkan untuk ekspor, maupun produk wisata rimbanya. Pada kelanjutannya Perhutani juga dapat membantu melakukan online hutan rakyat, sehingga masyarakat dapat mengetahui hasil dari hutan rakyat dan pemasarannya. Intinya beli kayu sekarang gampang. DR
DUTA
Rimba 31
RIMBA KHUSUS
Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar (kanan) menerima penghargaan TOP Green IT 2015
Dok. Duta Rimba
E-office Perhutani Raih Penghargaan Perkembangan teknologi informasi menuntut Perum Perhutani melakukan banyak terobosan, termasuk dalam surat menyurat perkantoran dengan menerapkan surat menyurat elektronik (e-office). E-office membuat pekerjaan perkantoran menjadi praktis, murah, dan aman sehingga kinerja Perhutani makin efisien dan efektif.
32
DUTA Rimba
P
erum Perhutani memenangkan TOP Green IT 2015 kategori Special Recognition dalam ajang TOP IT & TOP TELCO 2015 yang diselenggarakan oleh Majalah Itech bekerja sama dengan Indonesian Consultant Company of Telematics Asscociation (ASPEKTI). Penghargaan diterima Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar pada acara Indonesia Infrastructure Week 2015 di Jakarta Convention Center, baru-baru ini. TOP IT 2015 adalah penghargaan kepada perusahaan dan pimpinan manajemen yang telah mengimplementasikan dan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) untuk meningkatkan kinerja, daya saing dan layanan bisnis. Sedangkan TOP TELCO 2015 adalah penghargaan
untuk produk dan layanan telekomunikasi (TELCO) terbaik oleh masyarakat atau pengguna. Penghargaan TOP Green IT 2015 diberikan karena Perum Perhutani ini berhasil mengimplementasikan pemanfaatan IT, salah satunya penggunaan electronic office (e-office). Electronic office adalah bentuk perkembangan teknologi dan informasi perkantoran berupa surat menyurat elektronik dan diakui secara legal meskipun tanpa dibubuhi tanda tangan. Surat-surat e-office berlaku sah karena proses kerja telah melalui pejabat terkait untuk koreksi maupun keabsahannya. Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mengakui aplikasi e-office di Perum Perhutani berdampak positif bagi perusahaan, terutama dari aspek finansial NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Berdampak Positif Selain penghematan finansial tersebut, dampak positif pengurangan penggunaan kertas akan mengurangi jumlah pohon yang ditebang untuk bahan baku kertas sekitar 690 pohon per tahun. Apabila satu lembar kertas yang digunakan memiliki berat minimal 5 gram, maka perusahaan menggunakan rata-rata 34 ton kertas per tahun untuk kebutuhan surat menyurat, sedangkan 1 ton kertas membutuhkan 20 pohon dalam prosesnya atau minimal 690 pohon ditebang untuk mencukupi kebutuhan kertas. Kepala Biro Teknologi Informasi Perum Perhutani, Adi Prasetya Utama mengatakan e-office membuat pekerjaan perkantoran menjadi praktis karena empat kelebihan. Pertama, cepat. Semua surat menyurat dapat dilakukan sangat cepat. Komunikasi dengan berbagai pihak juga dapat berlangsung lebih cepat. Klik dan langsung sampai. Sabtu dan Minggu pun dapat dikerjakan. Kedua, spaceless. Dari berbagai tempat dapat memantau dan menanggapi berbagai pekerjaan dengan menggunakan laptop atau handphone. Biar pun sedang bertugas ke luar kota, pekerjaan surat menyurat tetap dapat berlangsung. Tidak perlu menunggu pemegang keputusan berada di kantor. Selama ada jaringan, tambah Adi, selama ada signal dapat melakukan internet, dapat melakukan pekerjaan. “Ketiga, murah. Dibandingkan sebelumnya teknologi ini bisa dibilang sangat murah. Keempat, safety. Data sementara dapat disimpan di berbagai pihak yang terkait berkomunikasi, dan dapat melakukan pengarsipan sendiri. Selain terekam di server yang aman,” kata Adi kepada Duta Rimba, di ruang kerjanya, baru-baru ini. Adi mengakui yang disebut perubahan suatu sistem biasanya tidak serta merta berubah, tetapi perubahan itu berproses, tahap demi tahap. Apalagi sistem sebelumnya kan sudah menjadi kultur yang sudah lama sekali dilakukan dan kemudian diubah. Walaupun tidak instan, tetapi berproses meningkat terus. Saat ditanya sejauh mana e-office sudah diterapkan di jajaran Perhutani, Adi menjelaskan dari KSS ke atas dan sebagian kepala urusan hingga ke pucuk pimpinan, kecuali pekerja lapangan yang memang bertugas melaksanakan pekerjaan yang sudah jelas. E-office yang dibangun memang
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
masih terbatas pada surat menyurat atau komunikasi electronic. Untuk soal kedisiplinan karyawan dalam melakukan pekerjaannya dilakukan oleh HRD. Yang nantinya akan terintegrasi sehingga dapat lebih mudah dan terbuka. “Jadi sudah banyak yang dilakukan, tetapi masih lebih banyak yang belum dilakukan dan semuanya akan dilakukan secara bertahap. E-office ini dilakukan belum lama, yaitu 1 Januari 2015 yang memang merupakan terobosan yang luar biasa,” kata Adi.
Dok. Duta Rimba
dan lingkungan. Dengan e-office perusahaan bisa hemat Rp 45 miliar per tahun terdiri dari penghematan kertas Rp 372,6 juta per tahun, tinta printer Rp 4,140 miliar per tahun, dan biaya personel Rp 41,25 miliar per tahun.
Kepala Biro TI Perum Perhutani, Adi Prasetya Utama
Banyak Perubahan Dengan teknologi paperless ini, tambah Adi, diharapkan terdapat banyak perubahan. Bekerja lebih fleksibel, lebih luwes menyesuaikan waktunya, lebih cepat, dan tidak berbatas tempat dapat melakukan tanggapan ataupun progres tugas perkantoran. Untuk makin mengenalkan teknologi e-office, Adi gencar melakukan sosialisasi ke sejumlah jajaran Perhutani di daerah. Seperti saat sosialisasi sistem e- office di Pasuruan, Adi mengatakan program TI merupakan program jangka 2012 – 2016. Sesuai SK Direksi No 594/KPts/ Dir/2012 tersebut diharapkan peran TI sebagai bentuk business enabler karena hal ini bisa memunculkan peluang bisnis baru atau memuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. E-office mempunyai keuntungan yang luar biasa, proses persuratan dapat dikerjakan dengan cepat. “Sistem kearsipan surat mudah dilacak, tidak memerlukan ruang khusus keberadaan surat sudah teragenda dalam komputer,” kata Adi. Adi pun memaparkan sejumlah data dalam penerapan e-office. Pengamatan implementasi e-office bulan Desember 2015, menunjukkan peningkatan kinerja yang konsisten
dari produksi surat pada Divisi Regional (Divre) Jawa Timur (Jatim), Divre Jawa Tengah (Jateng), dan Kantor Pusat. Produksi surat Divre Jatim, tambah Adi, meningkat 35% dari 424 surat pada November menjadi 573 surat pada Desember. Produksi surat Divre Jateng meningkat 288% dari 120 surat pada November menjadi 345 buah surat pada Desember. Produksi surat Kantor Pusat meningkat 13% dari 194 buah surat pada November menjadi 220 buah surat pada Desember. Kinerja produksi surat pada Desember 2015 mengalami penurunan pada Divre Janten, Divisi Kom Kayu, dan divisi lain. Produksi surat Divre Jawa Barat - Banten (Janten) menurun menjadi 56% dari 250 surat pada November menjadi 141 buah surat pada Desember. Produksi surat Divisi Kom Kayu demikian pula mengalami penurunan, bahkan pada Desember 2015 sama sekali tidak ada surat, e-office yang dihasilkan. “Semua divisi yang lain mengalami penurunan produktivitas surat e-office. Dengan demikian kinerja dalam Desember 2015, paling baik adalah Divre Jatim (573 surat), diikuti Divre Jateng (345 surat) dan Kantor Pusat (220 surat),” kata Adi. Secara akumulatif, tambah Adi, kinerja paling baik produksi surat sampai dengan Desember 2015 adalah Kantor Pusat (peringkat 1 dengan produksi 1973 buah surat), diikuti Divre Jatim (peringkat 2 dengan produksi 1128 buah surat), Divre Jateng (peringkat 3 dengan produksi 771 surat), dan Divre Banten (peringkat 4 dengan produksi 552 buah surat). Semua capaian Perum Perhutani ini semakin menjadi tantangan transformasi bisnis perusahaan ke depan dengan target implementasi pada semua unit kerja perusahaan. Perum Perhutani sebagai pengelola 2,4 juta hektare hutan di Jawa dan Madura serta sebagai induk holding perusahaan kehutanan Indonesia berkomitmen terus meningkatkan layanan terbaik bagi para pemangku kepentingan dengan mengutamakan kelestarian hutan dan lingkungan. DR
DUTA
Rimba 33
SOSOK RIMBA
34
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Suwarno :
Tingkatkan Produksi dengan Tanam Pohon Pinus Bocor Getah Puslitbang Perhutani menemukan teknologi sederhana tingkatkan produksi getah pinus, yang disebut Bajos. Terbukti stek Bajos dapat tumbuh dan memiliki kemampuan sama dengan induknya, yang memang sudah dipilih berasal dari induk yang bocor getah. Jika teknologi ini diterapkan akan mampu meningkatkan produksi getah pinus Perhutani melebihi 2 kali lipat dari hasil yang selama ini biasa didapatkan.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 35
SOSOK RIMBA
36
DUTA Rimba
~Duta rdiana
di Litbang harus ditempatkan SDM terbaik perusahaan. Ini sekaligus untuk menghapus anggapan sebagian orang bahwa mereka yang ditempatkan di Litbang adalah SDM buangan. Plesetan singkatan Litbang menjadi sulit berkembang harus dipatahkan. Senyatanya Puslitbang Perhutani sudah berhasil menemukan sejumlah inovasi. Terbaru adalah bibit unggul tanaman pinus yang dikenal dengan sebutan bibit bocor getah. Untuk mengetahui lebih jauh kiprah Puslitbang Perum Perhutani, Duta Rimba mewawancarai Kepala Puslitbang Perhutani, Suwarno, di sela-sela acara seminar terkait peringatan ulang tahun ke-18 lembaga penelitian ini di Baturraden, Purwokerto, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya. Untuk mendukung keberhasilan penanaman pinus dibutuhkan bibit yang berkualitas?
JB Moo
P
usat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) menjadi salah satu kunci keberhasilan dari suatu perusahaan, termasuk Perum Perhutani. Dari riset inilah akan dilahirkan banyak inovasi cemerlang. Apalagi di perusahaan yang terkait dengan tanaman, peran Litbang dalam menghasilkan bibit unggul sangat dibutuhkan agar produktivitas melesat. Yang menjadi persoalan, di banyak perusahaan peran Litbang belum dianggap dan tidak jarang, Litbang menjadi tempat “buangan” orang atau SDM yang tidak terpakai di manamana, akhirnya harus masuk Litbang. Bahkan kadang Litbang menjadi tempat “hukuman” bagi SDM yang bermasalah. Ini jelas kebijakan dan anggapan yang salah besar. Cara pandang dan kebijakan direksi harus diubah, dengan menempatkan Litbang sebagai penjuru karena dari Litbang ini embrio produktivitas diolah dan digali. Temuan dari Litbang akan mampu menjadi pemacu kenaikan laba perusahaan. Untuk itu
Rimba
Kepala Puslitbang Perhutani, Suwarno.
Betul. Tugas kami di Puslitbang adalah meneliti. Hasil penelitian berupa pembaruan yang telah dibuktikan mampu memberikan keuntungan, disampaikan kepada direksi. Selanjutnya dapat ditindaklanjuti atau diterapkan di seluruh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yang memiliki kelayakan untuk pengembangan tanaman atau teknologi yang baru saja ditemukan. Jadi tugas kami di penelitian itu meneliti dan ngomong. Masalah omongannya itu didengarkan atau ditindaklanjuti atau tidak, itu kewenangan manajemen yang memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri dalam penerapannya. Sejauh mana kiprah Puslitbang Perhutani dalam membantu dengan penelitian melahirkan bibit berkualitas tersebut? NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Kami terus meneliti untuk mendapatkan temuan yang katakanlah teknologi sederhana, yang disebut Bajos. Kenapa saya bilang sederhana? Karena memang terlihat sederhana saja. Hanya soal mengelupas kulit luar di pucuk pohon pinus, kemudian yang dikopek itu akan timbul kalus, yaitu upaya pemulihan kulit yang berpotensi mengeluarkan akar. Setelah keluar kalus, setek tersebut dipotong dari pohonnya kemudian ditanam. Ternyata terbukti bahwa setek tersebut dapat tumbuh dan memiliki kemampuan yang sama dengan induknya, yang memang sudah dipilih berasal dari induk yang bocor getah. Berapa banyak peningkatan yang akan diraih? Peningkatan yang dilakukan sangat signifikan, bahkan luar biasa. Jika diterapkan akan mampu meningkatkan produksi getah pinus Perhutani melebihi 2 kali lipat dari hasil yang selama ini biasa didapatkan. Target penghasilan getah pinus sekarang ini 2 ton per Ha per tahun. Jika menggunakan Bajos maka akan terjadi peningkatan luar biasa. Bayangkan jika Perhutani sekarang ini memiliki lahan sebesar 300 ribu Ha setidaknya akan menghasilkan 600 ton per tahun. Katakanlah nggak 600 ton, tapi hanya 500 ton itu juga sudah dua kali lipatnya. Perhitungan logisnya? Berkaitan dengan pinus bocor getah yang 2 ton per Ha per tahun, itu artinya satu plances menghasilkan 50 gram per 3 hari. Padahal kita punya materi yang dapat menghasilkan 100 gram per 3 hari. Ada yang bisa 200 gram per 3 hari, bahkan ada yang 300 gram per 3 hari. Sudah tentu dengan penerapan pinus bocor getah akan terjadi peningkatan 2 kali lipat lebih. Logika dibandingkan kenyataan yang memang telah ada? Katakanlah yang produktif nantinya adalah yang 100 gram per 3 hari maka terjadi kenaikan hasil dua kali lipat yaitu 4 ton per Ha per tahun. 4 ton dengan harga misalnya Rp12.000 per kg akan menghasilkan Rp48 juta setiap 4 ton. Ini mengalahkan produksi karet. Sementara ini produksi kita yang terbanyak adalah 2 ton saja. Berapa luas lahan telah ditanami jenis ini? Bocor getah sekarang sudah NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
ada 800 Ha. Untuk tahun ini kalau dikembangkan dengan Bajos akan terdapat terdapat 17 ribu Ha dengan 9 juta plances. Sayang kalau kita punya kawasan hutan yang cocok untuk pinus, kita juga sudah punya bibit bocor getah yang potensinya besar, tetapi masih menanam pinus yang tidak bocor getah. Lha wong nunggu panennya yang berkualitas dengan yang bukan Bajos itu kan bisa dibilang sama-sama lama, kok nggak milih yang menghasilkan lebih banyak. Malah sudah jelas yang ditanam dengan teknologi Bajos pertumbuhannya lebih cepat, pada umur 7 tahun sudah dapat dipanen, sedangkan yang biasa bisa 12 tahun. Seperti apa wujud pohon yang sudah dapat disadap, hasil dari setek Bajos? Pohon pinus bocor getah berusia 8 tahun telah mencapai diameter 80 cm. Pada tahun ketujuh pohon ini sudah dapat disadap dengan getah yang produktif. Perbandingannya dengan Pinus dari biji? Pinus yang ditumbuhkan dari biji baru bisa disadap pada usia 11 sampai dengan 15 tahun. Sedangkan pinus bocor getah dapat mulai disadap pada usia 7 tahun. Dengan hasil getah yang lebih dari 2 kali lipat. Apakah induk sama dengan anak keturunannya? Pinus yang bocor getah akan dengan sendirinya menghasilkan turunan yang bocor getah juga. Contoh di Jember ada pohon yang menghasilkan getah 230 gram per 3 hari, kemudian dilakukan Bajos dan ternyata setelah besar menghasilkan getah yang bocornya sama dengan induknya. Apa target seminar seminar ini? Seminar memaparkan beberapa proposal yang telah dilakukan pembuktiannya yang memiliki kelayakan untuk dapat diterapkan di lahan yang tepat sesuai jenis tanamannya. Tentu untuk meningkatkan hasil yang jauh lebih produktif. Apakah hasil tanaman dari batang ini akan berbeda dari yang ditanam dari biji? Ternyata tidak. Tanaman dari biji akan menghasilkan akar tunggang, demikian tanaman dari batang yang dibajos ternyata juga menghasilkan akar tunggang yang bahkan lebih
banyak dibandingkan yang ditanam dari biji. Memiliki sifat yang sama dengan induknya. Jadi sekarang ini ada sayembara untuk para mandor, siapa yang dapat menemukan pohon pinus yang memang bocor getah, itulah yang akan dijadikan induk yang dikembangkan. Bagaimana jika hasil produksi meningkat dan terjadi over produksi? Kalau saya malah jika hasilnya banyak, harganya diturunkan saja sehingga dapat bersaing dengan produksi dari China. Kalau sekarang ini kita kalah dari China karena produksi kita hanya sangat sedikit. Produk Perhutani yang telah nyata harganya menjadi lebih murah adalah produk kayu jati dengan produksi setidaknya telah mencapai Rp5 juta meter kubik per tahun. Apakah hanya pohon pinus saja yang bisa dibajos? Sekarang iya. Hanya pohon pinus saja di Perhutani. Tetapi kemudian ini akan dikembangkan adalah damar, bambu besar, bambu petung, dan kopi. Bambu sekarang bagus sekali prospeknya karena tidak hanya sebagai bahan bangunan, tetapi sudah masuk ke industri, seperti sumpit, bahan baju untuk militer dari serat bambu. Mengapa bambu? Di Indonesia saja sudah ada beberapa pabrik sumpit yang gulung tikar karena kekurangan bahan baku. Selain untuk sumpit, bambu juga digunakan sebagai bahan kain, bahan energi, dan juga diolah untuk bahan lantai. Lantai yang beberapa waktu lalu menggunakan kayu, sekarang sudah dapat menggunakan bambu dengan kualitas yang sama dengan kayu. Bambu juga merupakan tanaman yang cepat dipanen dengan waktu tanaman paling lama 5 tahun. Dimana akan menanam bambu? Kalau hutan pinus tanaman tepinya menggunakan bambu, kalau 1 ha setahun dapat tambahan penghasilan Rp4,2 juta sehingga setidaknya dapat digunakan untuk menggaji karyawan. Akar bambu yang kuat berguna sekali untuk konservasi, dan daun bambu merupakan jenis daun yang cepat membusuk dibandingkan pinus. Dengan pertumbuhan 6 cm per hari dan 3 tahun sudah dapat di panen. Bambu petung memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, sehingga DUTA
Rimba 37
SOSOK RIMBA cepat dapat dijual dijadikan bahan serat kain untuk pakaian militer, sumpit, dan bahan baku produk industri lain yang menggunakan bahan dasar serat kuat. Bambu petung dapat dikembangkan lewat peranakan dalam rumpunnya, tetapi bisa juga bisa melalui caran setek. Mengapa menanam bambu? Bambu akarnya kuat bermanfaat untuk konservasi lahan, daunnya mudah terurai dibandingkan daun pinus, efektif untuk menahan angin. Selain itu, bambu manfaatnya banyak, selain untuk bahan baku industri juga untuk keperluan bangunan dan rumah tangga. Penjualan bambu tidak sulit karena selain dibutuhkan masyarakat, juga dibutuhkan oleh industri. Bambu termasuk tanaman yang mudah dikembangkan dan selama ini pertumbuhannya relatif aman dari serangan hama penyakit. Bagaimana pengitungan keuntungan kalau tanam bambu petung per tahun? Setiap 7 meter terdapat satu rumpun bambu sehingga terdapat 14 rumpun bambu dalam 1 Ha. Pada tahun kelima, bambu dipanen 10 bambu per rumpun, sehingga lahan luas 1 ha akan menghasilkan 140 batang dikalikan Rp30.000 akan menghasilkan uang Rp 4.200.000 per tahun tahun. Lahan pinus Perhutani 350.000 ha. Diasumsikan yang dapat ditanami bambu adalah 70%. Hitungannya 245.000 ha x Rp4,2 juta, yakni 1,029 triliun per tahun. Bagaimana Perhitungan keuntungan jika menanam bambu kuning per tahun? Bambu kuning ditanam di sela tegakan pohon jati (jati umur 23 tahun). Berjarak 6 x 6 meter. Bambu ini menghasilkan rebung 600 – 700 kg per ha per tahun. Dengan hargaRp 6.500 per kg. Penghasilan rebung Rp3,9 – 4,5 juta per Ha per tahun . Jika keduanya dapat dilaksanakan maka Perhutani akan dapat membayar upah pemeliharaan tanaman hanya dengan tanaman selingan ini. Apa tanaman di Perhutani yang pernah sukses? Tebu sebagai selingan tanaman hutan jati yang berhasil, yaitu di Nganjuk dan di Telawah. Perhutani booming juga dengan tren pohon jati plus, yang cepat pertumbuhannya tanpa mengurangi kualitas kekuatan kayunya. Perhutani juga sukses
38
DUTA Rimba
di kayu putih yang dalam waktu tanaman 4 tahun menghasilkan 5-6 kg, sekarang menjadi 2,5 tahun menghasilkan 20 kg. Perhutani menemukan pohon pinus yang dapat dikembangkan dengan teknologi Bajos. Seberapa banyak jenis atau varietas bibit tanaman unggul yang sudah dihasilkan Puslitbang Perhutani? Dari penelitian Perhutani kita mempunyai pohon jadi plus, pinus Bajos, dan pohon kayu putih yang dapat menghasilkan rendemen atau minyak kayu lebih banyak. Penemuan jati sudah lebih dahulu dan sudah berlangsung pengembangan dan hasilnya, sedangkan pinus Bajos sudah dimulai pengembangannya dan terus ditingkatkan secara besarbesaran, sama dengan kayu putih. Apa kendala yang dihadapi Puslitbang Perhutani untuk menghasilkan bibit berkualitas? Bagaimana solusinya? Kendala sebagaimana tempat penelitian lain adalah keterbatasan sumber daya dan sarana. Untuk itu hari ini kita saksikan peningkatan sarana berupa peresmian Kantor Pusat Penelitian Pinus, di Baturraden Purwokerto ini. Sementara ini orang-orang (SDM) yang ditugaskan di Litbang itu kalau kemudian dapat tugas lain di bidang lain, akan muncul pertanyaan gimana kok bisa keluar dari Litbang? Maksudnya peneliti yang lain ingin segera mengikuti jejaknya keluar dari Litbang, karena kesannya Litbang itu dijadikan sebagai tempat kotak wayang gitu....peti es ha...ha....ha....ha.... Tidak dapat dipungkiri getah pinus menjadi salah satu pemasukan yang cukup besar dari Perhutani. Proses awal mendapatkan getah pinus yang berkualitas dimulai dari menanam pohon. Sejauh mana kiprah Puslitbang Perhutani dalam mendukung pelaksanaan musim tanam 2016 di jajaran Perhutani? Kiprahnya ya menemukan unggulan seperti Bajos ini. Kemudian melakukan pembuktian dan kelayakan lahan tanamnya, kemudian mengembangkan atau menerapkan ke semua KPH sehingga nantinya didapatkan hasil produksi getah pinus yang memang nyata sekali peningkatannya. Puslitbang bertugas meneliti, mendapatkan temuan yang berkualitas, sedangkan penerapannya ya nanti semua mandor di masing-
masing KPH akan melaksanakannya, akan mendapatkan pelatihan pengembangan dengan cara Bajos. Sedangkan pihak Litbang akan memonitor pelaksanaannya itu agar benar dan sesuai. Menanam Bajos ini kalau nggak tepat caranya, sangat memungkinkan tidak bisa tumbuh setelah seteknya ditanam. Contohnya ini ada yang membajos dengan kuku tangan, hasilnya semua yang dibajos dapat ditanam dan tumbuh dengan baik, sedangkan yang menggunakan pisau kecil, pada mati. Itu disebabkan karena dengan pisau semua kulitnya terkelupas. Sekarang Dirut sudah menyerukan agar semua KPH menanam, mengembangkan, ya sudah tentu sekarang ini sudah dimulai untuk mengembangkan. Apa masukan dari Puslitbang Perhutani agar keberhasilan tanam bisa mencapai 100 persen? Ya segera diterapkan saja dan diawasi sehingga tidak terjadi kesalahan cara maupun kelayakan lahan yang akan dijadikan media pengembangan pinus bocor getah ini. Selain tanaman sisipan dan tanaman pagar apa ada cara lain? Ya...kita bisa menggabungkan Perhutani dengan pengusaha ternak. Lahan Perhutani dapat dijadikan sebagai lahan pelepasan hewan ternak, misalnya sapi. Apakah tidak merusak? Kita sudah menemukan caranya. Jadi pada tanaman yang dijaga itu diberi gundukan tanah. Jadi tanahnya dibuat tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Mengapa jadi aman, karena hewan berkaki empat itu tidak bisa makan tidak bisa menelan saat kedua kaki depannya bertempat lebih tinggi dari kedua kaki belakangnya. Itu temuannya. Selama bergabung dengan Perhutani sejak tahun 1986, apa suka dukanya? Saya ini pada tahun 1986 baru masuk di Perhutani. Bukan sebagai peneliti, setelah di beberapa divisi lain baru kemudian ditugaskan menjadi peneliti. Harapan setelah dilakukan seminar? Hasil seminar ini diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh direksi, karena seminar ini berkait erat dengan temuan-temuan yang signifikan. Bagaimana upaya memacu agar hasil inovasi Puslitbang Perhutani makin diterima masyatakat? NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Untuk pertanyaan ini saya sudah menjawab di seminar mengenai tanaman selingan dan tanaman pagar, yang saya maksud begini. Kalau jenis tanaman sisipan dan pagar ini dapat ditumbuhkan dan dikelola dengan baik sebenarnya selain menjadi masukan tambahan Perhutani juga bisa menjadi upah para pekerjanya. Mandor, tukang sadap bisa mendapatkan gaji dari hasil panen tanaman sisipan dan tanaman pagar. Jika kesejahteraan orang-orang ini meningkat tentu akan diikuti yang lainnya, dan itu memang salah satu dari tugas Perhutani, yaitu menyejahterakan masyarakat di sekitar wilayah-wilayah atau hutan usahanya, karena sesuai anggaran dasarnya, Perhutani ini kan mencari duit juga untuk kesejahteraan masyarakat. Harapan kepada masyarakat atas masalah penghijauan dan upaya menjaga lingkungan hutan? Ya, turut menjaga saja, syukur dapat turut berpartisipasi. Jangan merusak. Karena hutan itu kalau dirusak, menumbuhkannya lagi itu lama. Bagaimana penilaian Bapak atas kesadaran masyatakat soal pelestarian lingkungan, khususnya penghijauan di Tanah Air? Kalau sengaja merusak itu tidaklah, tetapi secara tidak sengaja merusak itu bisa terjadi. Contohnya penanaman selingan jati yang ditanami tebu. Itu berjalan bagus, tetapi ketika panen dengan cara dibakar kan jadi merusak. Memang di beberapa tempat daundaun tebu itu sehabis dipanen dibakar. Bisa saja terjadi ketika bibit ditanam, masyarakat melepaskan hewan perliharaannya sehingga merusak tanaman yang belum bisa mandiri. Masih pendek, jadinya rusak. Tapi itu juga tidak banyak. Kesadaran akan kelestarian cukup baik karena kita juga berinteraksi dengan masyarakat. Mandor sering berkunjung, dan para penyadap yang dari sekitar hutan juga memiliki rasa kepemilikan, walaupun terkadang kalau kurang dimonitor mandor, sering nggak masuk nyadap. Tuntutan tugas yang mengharuskan sering berpindah, bagaimana tanggapan dari keluarga, istri dan anak-anak? Uah kalau itu sudah biasa sekali. Dari dulu saya sudah biasa berpisah dengan keluarga. Ketemu hanya kalau hari Sabtu dan Minggu atau hari libur NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
BIODATA
Nama : Suwarno Tempat/Tgl Lahir : Ngawi, 1 Juli 1960 Alamat : Jl Jeruk VIII/31 RT 002 RW 002, Desa Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah Istri : Dina Suliswati Anak : 1. Ardia Wanandi Suwarno 2.Irfan Dani Sworo Suwarno Pendidikan : SDN Sumberejo Sine Ngawi (1973) SMP Panti Pamardi Ngawi (1976) SMAN 1 Madiun (1980) S-1 Kehutanan Institut Pertanian Bogor/IPB (1985) Jabatan : • Staf di Ford Foundation Bidang Perhutanan Sosial (Januari 1986 -Maret 1989) • Staf Biro Produksi Unit I Jateng, Divisi Regional Jawa Tengah (Maret 1989 - Sept 1991) • KSS di SPH II Yogyakarta,
saja. Keluarga sudah biasa berpisah dengan saya. Tetapi kalau lagi di rumah ya kami benar benar menikmati kebersamaan dengan keluarga. Adakah cita-cita dan harapan atau impian yang belum dapat diwujudkan untuk makin membuat hutan di Jawa dan Madura makin hijau dan terjaga keasriannya?
Biro Perencanaan SDH dan perusahaan Jawa Tengah (Sept 1991 - Nov 1992) • Ajun Penyuluh Muda Unit I Jateng, Divisi Regional Jawa Tengah (November 1992 - 1 April 1997) • Ajun Kasi Lingkungan Biro Pembinaan Hutan Unit I Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa Tengah (1 April 1997 - Mar 1999) • ADM/Pimpinan Satuan Pembangunan Hutan Kemasyarakatan di NTB, Divisi Regional Jawa Tengah (Maret 1999 - Maret 2001) • Kepala Seksi Industri Kayu dan Non Kayu, Divisi Regional Jawa Tengah (Maret 2001 - Nov 2005) • Administratur/KKPH Kediri (November 2005 - April 2007) • Kepala Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan Divisi Regional Jawa Tengah (April 2007 - Februari 2010) • Asisten Direktur RUPHR (Februari 2010 - Januari 2014) Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani (Januari 2014)
Semoga hasil hasil temuan dari Litbang dapat ditindaklanjuti sehingga menghadirkan manfaat. Ya manfaat bagi negara, bagi orang banyak. Manfaat itu penting. Hidup itu harus bermanfaat. Manfaat itu misalnya ya dapat meningkatkan taraf hidup, membuat orang senang. Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat semaksimal mungkin. DR
DUTA
Rimba 39
LINTAS RIMBA
KPH Randublatung
Kembangkan Jahe Emprit
Sejumlah petani sedang menyiapkan lahan untuk ditanami jahe emprit
Blora - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sidodadi Mulya, Desa Ngliron mengembangkan penanaman emponempon jenis jahe emprit atau jahe sunti (Zingiber majus rumph). Kerja sama berupa pemanfaatan lahan di bawah tegakan di Petak 27 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngliron. “Untuk musim tanam yang akan datang, tanaman jahe akan dikembangkan pada kawasan hutan
Dok. Duta Rimba
yang cocok untuk budidaya emponempon ini. Dengan begitu bisa menambah jenis empon-empon di LMDH Sidodadi Mulya. Hal ini juga bisa menambah pendapatan petani hutan dari kegiatan agroforestry yang telah dilakukan sebelumnya,” kata Ketua LMDH Sidodadi Mulya, Mudiyono, di Blora, baru-baru ini. Penanaman empon-empon tersebut merupakan salah satu usaha produktif yang dilakukan LMDH tersebut selain menanam temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dan tanaman jenis palawija
Pekerjaan Anak Perusahaan Perhutani Harus Lebih Berkualitas Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyatakan kesepakatan bersama yang diteken ini dalam seminggu ke depan akan ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Konsepnya bagaimana unsur biaya dari Perhutani bisa menjadi pendapatan bagi anakanak perusahaan, tetapi kualitas pekerjaannya harus lebih baik dari yang selama ini dikerjakan induk. “Program yang akan kami kembangkan ke depan diharapkan anak-anak perusahaan Perum Perhutani bisa keluar dari bisnis tradisionalnya. Selanjutnya, mereka
40
DUTA Rimba
Dok. Duta Rimba
Penandatanganan Kesepakatan Bersama tentang Sinergi Pengelolaan Usaha/Bisnis
masuk ke bisnis yang ada di perusahaan induk” kata Mustoha pada acara penandatanganan Kesepakatan Bersama tentang Sinergi Pengelolaan Usaha/Bisnis dengan delapan anak perusahaan Perum Perhutani, di Ruang Kawah Putih Gedung Manggala
konvensional lain. Menurut Mudiyono, penanaman jahe emprit ini merupakan salah satu upaya LMDH mengembangkan varian empon-empon di dalam kawasan hutan yang menjadi pangkuan LMDH Sidodadi Mulya. Untuk sementara ditanam di lahan seluas 1 hektare, yang merupakan demplot tanaman jahe yang benihnya berasal dari hibah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Asper BKPH Ngliron, Margono menyambut baik demplot tanaman jahe yang dirintis LMDH binaannya. Dengan adanya keterlibatan pihak lain tersebut, masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH ini akan meningkat pendapatan mereka. “Hal ini menjadi angin segar bagi masyarakat maupun Perhutani, yang telah bekerja sama dengan sistim Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Dalam sistim tersebut, semua pihak bisa berkolaborasi secara maksimal sesuai dengan kepentingan masingmasing, di mana muaranya adalah mensejahterakan masyarakat,” tambah Margono. Tanaman jahe merupakan tanaman rimpang, pembudidayaannya dilakukan secara vegetatif dengan syarat tumbuh optimal di lahan mulai dari ketinggian 0 – 1500 meter di atas permukaan laut, curah hujan yang dibutuhkan antara 2500 sampai dengan 3000 mm per tahun serta PH tanah 5,5 sampai 7. Tanaman ini akan tumbuh baik pada lahan yang tidak tergenang air. DR
Wanabakti, Jakarta, Rabu (6/1). Anak perusahaan tersebut adalah Inhutani I, Inhutani II, Inhutani III, Inhutani IV, Inhutani V, PT Palawi Risorsis, PT Perhutani Anugerah Kimia (PT PAK), dan PT BUMN Hujau Lestari I. Tujuan kesepakatan bersama ini adalah untuk membangun kerja sama usaha dalam rangka pemanfatan biaya (cost) induk perusahaan sebagai pendapatan (revenue) anak perusahaan melalui berbagai kerja sama dan sinergi dalam pengelolaan usaha/bsinis. Sementara itu, Cipta Purwita, Direktur Inhutani II yang mewakilan anak perusahaan Perum Perhutani, menyampaikan semoga dengan adanya MoU sinergitas ini dapat menjadi kekuatan dalam membangun holding menjadi besar sesuai yang diharapkan. DR NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
KPH Mojokerto Bantu 80 Ribu Mojokerto - Untuk menyukseskan Jawa Timur (Jatim) Hijau dalam program penanaman 1 miliar pohon, one billion trees pada tahun 2015, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto telah selesai mendistribusikan 80 ribu plances bibit tanaman kepada masyarakat dan para pihak di Jatim secara cumacuma. Seribu empat ratus plances, di antaranya didistribusikan kepada perwakilan Gereja Wilayah Nganjuk, beberapa waktu lalu. Administratur Perhutani Mojokerto, Agus Sarwedi, mengatakan bantuan bibit gratis kepada masyarakat merupakan rangkaian kegiatan untuk membangun hubungan yang harmonis antara Perhutani, masyarakat, dan para pihak dalam rangka pengelolaan hutan lestari. “Bantuan bibit untuk mendukung upaya penghijauan dan pengkayaan lahan di dalam dan luar kawasan hutan di Jatim. Semua ini dilakukan agar tercipta iklim yang harmonis antara masyarakat, para pihak, dan Perhutani,” kata Agus. Pada tahun 2014, Perhutani Divisi Regional Jatim lewat Perhutani Mojokerto telah menyalurkan 70 ribu plances bibit tanaman kepada masyarakat dan sejumlah para pihak di Jatim secara cuma-cuma. Selain tanaman keras, jati, mahoni, dan trembesi, juga disalurkan bibit tanaman buah, yakni sukun, kluweh, nangka, durian, jambu, dan rambutan. Di Mojokerto, implementasi pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) tidak hanya penyediaan bibit tanaman untuk masyarakat atau pihak ke tiga saja. Implementasi PHBM, di antaranya peningkatan perekonomian desa (kelembagaan, ketenagakerjaan, komunikasi sosial, perawatan situs, sharing produksi), program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), pengembangan hutan rakyat, bantuan sosial dan mekanisme penyelesaian konflik. Komponen tersebut semua berkaitan dengan masyarakat desa hutan. Hal ini untuk mengetahui kondisi riil masyarakat sekitar hutan yang meliputi masalah sosial dan budaya, serta keinginan masyarakat NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dok. Duta Rimba
Bibit Tanaman Gratis
Perum Perhutani dan Dinas Kehutanan Provinsi Jatim melaksanakan aksi menanam, di Taman Hutan Rakyat R Suryo
terkait dengan adanya pengelolaan sumber daya hutan oleh Perhutani. Muaranya bertujuan hubungan kelembagaan yang baik, harmonis, dan citra baik perusahaan. KPH Mojokerto juga menyalurkan bantuan bibit tanaman 6.000
Dok. Duta Rimba
Mojokerto menyalurkan bantuan bibit tanaman 6.000 plances bibit tanaman kepada Pusat Pendidikan Polri Brigade Mobil
plances bibit tanaman kepada Pusat Pendidikan Polri Brigade Mobil (Brimob) di Watukosek, Pasuruan. Bibit gratis yang diperuntukkan penghijauan sekitar lokasi markas Brimob seluas 160 hektare tersebut berjenis jati, mahoni, trembesi dan aneka bibit buah-buahan, yakni sirsat,
kluweh, nangka, jambu air, dan durian. Kepala Pusdik Brimob, Kombes Polisi Prasetyo Wardhono mengapresiasi bantuan tersebut. Brimob akan selalu aktif bersama Perhutani dalam penanganan kelestarian lingkungan, antisipasi bencana alam, dan keamanan hutan. Tepat di penghujung tahun 2015, Perum Perhutani dan Dinas Kehutanan Provinsi Jatim melaksanakan aksi menanam. Aksi ini sebagai puncak peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (HMN) tingkat Provinsi Jatim Tahun 2015. Kegiatan dipusatkan di Taman Hutan Rakyat (Tahura) R Suryo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Acara dihadiri Kepala Divisi Regional (Kadivre) Jatim, Andi Purwadi dan Kadishut Jatim, Indra Wiragana, unsur pemerintahan lingkup Provinsi Jatim, BUMN, BUMD, Pramuka Saka Wanabakti, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dan penggerak sosial lainnya. Tak kurang 600 orang terlibat di dalamnya. Sebelum pelaksanaan penanaman pohon sebanyak 1.000 plances, beberapa rangkaian kegiatan, antara lain penyerahan dana hibah kemitraan, bantuan bibit penghijauan secara simbolis kepada unsur masyarakat petani hutan, pedagang dan pengrajin di Provinsi Jatim. DR DUTA
Rimba 41
LINTAS RIMBA
Perhutani Pacu Perum Perhutani berpeluang untuk mewujudkan pariwisata alam di wilayah Pulau Jawa dan Madura menjadi sektor unggulan dan bisa mendapat pengakuan internasional. Dengan luas pengelolaan hutan 2,4 juta hektare di Pulau Jawa Madura, Perum Perhutani memiliki tidak kurang dari 122 destinasi wisata besar dan kecil yang sangat bernilai strategis dan berpotensi menjadi sektor unggulan. “Beberapa lokasi wana wisata unggulan, baru saja kita kerjasamakan dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian LHK hari ini,” kata Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, seusai penandatanganan kerja sama yang mengangkat tema “Aktualisasi Pengembangan Destinasi Wisata Alam Unggulan Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Pariwisata”, di Auditorium Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, beberapa waktu lalu. Disaksikan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Mustoha menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan wana wisata di kawasan hutan dengan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), Tachrir Fathoni dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman. Hadir dalam
acara ini para pejabat Eselon I dan Eselon II Kemenpar dan Kemen LHK, Perwakilan MNC Group, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, dan Pariwisata (Stiepar), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Bunda Mulia (UBM), dan lembaga pendidikan lainnya. Tingkatkan Promosi Ruang lingkup perjanjian kerja sama, antara lain pengembangan wisata Perhutani, termasuk pengembangan promosi dan pemasarannya. Objek wisata tersebut, di antaranya Wana Wisata Cilember, Wana Wisata Cikole, Wana Wisata Cluster Ciwidey, Wana Wisata Penggaron, Wana Wisata Padusan, Wana Wisata Tanjung Papuma, dan Wana Wisata Pulau Merah. “Kerja sama ini juga bertujuan untuk mendukung program Nawacita yang menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan serta mendukung konservasi sumber daya alam dan pariwisata di Pulau Jawa dan Madura,” kata Mustoha. Arief Yahya dalam sambutannya mengatakan saat ini Kementerian Pariwisata memiliki tagline, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Tagline tersebut diambil saat melakukan observasi tentang dua kampung nelayan di Lampung. Salah satu kampung tersebut diberdayakan dengan baik sehingga pendapatannya meningkat lima kali lipat dengan fasilitas dan
Dok. Duta Rimba
Kembangkan Wisata Alam
Acara penandatanganan kerjasama Pengembangan Destinasi Wisata Alam antara Perhutani Kementerian Pariwisata dan Kementerian LHK.
waktu yang sama. Saat ini negara-negara yang berbasis pelayanan (services), dapat meningkatkan devisa negara menjadi lima hingga sepuluh kali lipat dari negara-negara yang berbasis manufacturing dan trading. “Ketika mengembangkan mempromosikan sesuatu, ada tiga hal yang sangat penting, yaitu subscribe, usage dan iklan. Ketika peminat banyak namun harganya mahal, subscribenya tidak ada, ya percuma. Intinya saya ingin pariwisata di Indonesia ini mudah, murah dan transparan” kata Arief menutup sambutannya. DR
Dirut Perhutani Memotivasi Mahasiswa IPB Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar memotivasi dan mengajar para mahasiswa Mayor Silvikultur Semester VII Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), di Auditorium Silva Pertamina Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jumat (8/1). Motivasi
42
DUTA Rimba
disampaikan dalam acara pembekalan praktik kerja profesi (PKP). Mustoha menyampaikan menjadi pemimpin itu tidak instan, tetapi berproses. Diharapkan mahasiswa tidak hanya belajar. Jika mahasiswa sudah pernah jadi aktivis maka naluri network menjadi pemimpin sudah
terbangun. Mustoha memotivasi mahasiswa dengan menceritakan riwayat hidupnya. Orangtua Mustoha dulu adalah pegawai level rendah di Perhutani berkarir mulai dari mandor, yaitu jabatan paling rendah di Perum Perhutani terakhir jabatan tertinggi
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
cerdik pandai itu banyak, tetapi yang dapat bekerja sama bisa dihitung dengan jari. Pentingnya arti atau hakekat kerja sama adalah saling menghargai perbedaan,” tambahnya. Sebelumnya, Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar dan Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Rinekso Soekmadi menandatangani kesepakatan bersama. Kerja sama ini tentang penelitian dan kajian bidang pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah kerja Perum Perhutani. Ruang lingkup kesepakatan bersama ini adalah pembuatan kajian-kajian dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi terkait kegiatan pengelolaan hutan sera pendidikan dan pelatihan bidang kehutanan. Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Rinekso Soekmadi menyatakan bahwa pihaknya mengucapkan terima kasih telah menjadi mitra lokasi praktik
Dok. Duta Rimba
orangtuanya adalah asper, Tetapi anaknya bisa menjadi Direktur Utama dan orang nomor satu di Perum Perhutani. “Teknik pengelolaan hutan di Perum Perhutani terbagi tiga, yaitu pengelolaan hutan lestari (kelola sosial, kelola lingkungan, dan kelola produksi), peningkatan kualitas hutan (pemuliaan tanaman dan silvikultur intensif) serta Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM),” kata Mustoha menjelaskan dalam paparannya. Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Rinekso Soekmadi, menyatakan ilmu yang didapat dari kampus mungkin nanti hanya 20% – 30% saja yang bisa diterapkan di tempat kerja. Sisanya adalah kemampuan sosial dan komponen utamanya yang paling penting adalah kemampuan berkomunikasi. “Belajarlah bekerja sama. Orang
Dirut Perhutani Mustoha Iskandar, Berikan Pembekalan Mahasiswa Fahutan IPB.
mahasiswa IPB. Kerja sama ini perlu dikembangkan, tidak hanya pada lokasi praktik, namun kegiatan lain. DR
KPH Saradan Panen Madiun - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Jawa Timur, memanen sekitar 13.000 meter kubik kayu selama 2015 dengan nilai mencapai Rp 45 miliar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.000 meter kubik di antaranya merupakan kayu jati, sedangkan sisanya adalah kayu rimba. “Jumlah kayu jati yang berhasil dipanen atau diproduksi tersebut melebihi dari target pendapatan yang ditentukan pihak manajemen sebesar Rp 30 miliar. Realisasinya mencapai Rp 45 miliar,” kata Administratur KPH Saradan, Amas Wijaya, di Madiun, baru-baru ini. Menurut Amas, jika dilihat dari segi jumlah tebangan, hasil produksi pada musim tebang tahun 2015 tersebut mencapai 98 persen dari target yang dibebankan pihak manajemen. Capaian produksi kayu 98 persen tersebut meningkat dari capaian selama 5 tahun terakhir yang hanya
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
berkisar antara 91 dan 95 persen. Jumlah pendapatan yang melebihi target hingga mencapai Rp45 miliar tersebut, kata Amas, dipengaruhi oleh harga rata-rata per tahun 2015 yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Amas optimistis target produksi kayu pada tahun 2016 juga akan terpenuhi seperti pada tahun sebelumnya. Hal itu seiring dengan upaya pengelolaan hutan yang baik dan pencegahan pencurian kayu yang terus dilakukan guna mendukung target yang ditentukan. Seperti diketahui, luas hutan di kawasan Perum Perhutani KPH Saradan mencapai 37.936 hektare. Hutan tersebut berada di wilayah Kabupaten Madiun seluas 24.869 hektare, di Kabupaten Ngawi seluas 5.200,9 hektare, Kabupaten Nganjuk seluas 566,9 hektare, dan Bojonegoro seluas 7.299,8 hektare. Adapun wilayah paling rawan terjadi pencurian kayu atau illegal
Dok. Duta Rimba
13.000 Meter Kubik Kayu
Hasil panen kayu jati Perhutani.
logging, di antaranya terdapat di Kabupaten Ngawi dan Madiun. Selain itu, tambah Amas, memasuki musim hujan kali ini pihaknya mulai melakukan penanaman pohon. Hal itu dilakukan, baik sebagai pengganti kayu yang sudah ditebang maupun pada lahan-lahan kosong. DR DUTA
Rimba 43
LINTAS RIMBA
Tanam Buah di Hutan Purwodadi untuk Cegah Banjir Kudus - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menanam berbagai tanaman jenis buahbuahan di wilayah hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Penganten, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi. Hal tersebut untuk mencegah bencana banjir dan melestarikan lahan kehutanan. “Beberapa jenis tanaman buah yang ditanam, antara lain mangga, mindi, nangka, dan sejenisnya.
Tanaman itu ditanam di lahan hutan yang digarap oleh warga supaya lahan tersebut tidak gundul,” kata Ketua Pokdarwis Desa Wonosoco, Lilik Harwawan, di Kudus, baru-baru ini. Lilik menilai bila lahan itu ditanami tumbuhan berbuah, maka setiap warga akan bisa memanfatkan buahnya saja dan tidak serta merta menebang pohonnya. Untuk saat ini, Pokdarwis yang terdiri dari 40 anggota itu sudah bekerja sama dengan pihak Perhutani KPH Purwodadi dalam pengadaan
tumbuhan yang ditanam di lahan milik warga. Menurut Lilik, yang paling penting ialah lahan hutan yang digarap sekitar 60 warga Wonosoco tersebut harus ditanami tumbuhan berbuah. Selain itu, bila ada kawasan hutan yang sudah ada tanaman pohon jatinya, maka akan dipantau dengan aparat Polsek dan Koramil setempat. “Dengan semua itu, status desa rintisan wisata ini tetap kelihatan hijau. Nantinya juga akan bermanfaat untuk warga,” imbuh Lilik. DR
Perhutani Jual Objek Wisata
Unggulan di London Jakarta - Perum Perhutani yang mengelola 2,5 juta hektare hutan di Pulau Jawa dan Madura serta memiliki 236 objek wisata berupaya mempromosikan tempat wisata unggulan dalam Word Travel Market (WTM) London. Perhutani untuk pertama kalinya mengikuti pameran pariwisata WTM London bersama 52 industri pariwisata yang difasilitasi Kementerian Pariwisata dalam upaya menjaring wisatawan Eropa, khususnya dari Inggris. “Kami memperkenalkan objek wisata yang dimiliki Perum Perhutani,” ujar Kepala Biro Wisata dan Agribisnis Perhutani, Lies Bahunta dari Perhutani yang didampingi GM Perhutani Tri Lastono, di London, beberapa waktu lalu. Potensi objek wisata di Pulau Jawa tidak kalah indahnya dari tempat lainnya. Untuk itu, tambah Lies, sejak lima tahun terakhir Perhutani dengan serius mengembangkan wisata sebagai bisnis nonkayu. Konsep yang dikembangkan adalah ecotourism, di mana di dalamnya mengedepankan konsep konservasi hutan serta edukasi dan keterlibatan masyarakat lokal. Lies mengatakan pada kesempatan WTM London tahun 2015 terjaring beberapa perusahaan untuk dapat membantu memasarkan objek wisata Perhutani lebih luas ke dunia internasional, antara lain Pulau Merah
44
DUTA Rimba
Lokasi wisata Kawah Putih yang terletak di Jawa Barat.
di Banyuwangi yang setiap tahun dilaksanakan kegiatan internasional surving. Sementara objek wisata Kawan Putih yang mempunyai ciri khas dengan heritage history tentang eksplorasi belerang dalam zaman kolonial Belanda itu sejak lima tahun terakhir banyak dikunjungi wisatawan, tidak saja domestik tetapi juga mancanegara. Menurut Tri Lastono, sejak lima tahun Perhutani dengan serius mencoba mengembangkan objek
Dok. Istimewa
wisata Kawah Putih, yang ada Provinsi Jawa Barat, yang memberikan kontribusi terbesar bagi Perum Perhutani. Tahun 2015, pendapatan dari seluruh objek wisata mencapai Rp 80 miliar, sedangkan tahun sebelumnya hanya Rp 60 miliar. Selain mempromosikan objek wisata yang dikelola, tambah Tri, Perum Perhutani juga berupaya menarik investor asing untuk menanamkan modalnya, khususnya untuk tempat wisata di Pulau Merah. DR NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Usaha Konveksi
Berkembang Berkat
Pinjaman PKBL Grobogan – Usaha dagang (UD) Tantris Collection konveksi berkembang setelah mendapat pinjaman dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perhutani Purwodadi. Di tengah banyaknya perusahaan konveksi yang gulung tikar, UD Konveksi Tantri’s Collection yang berdiri sejak 1995 justru omzetnya meningkat tajam. Usaha bidang konveksi yang didirikan Aditya Wahyu Argasasmitra yang berlokasi di Jalan Untung Suropati, Gg I RT 04/RW 19, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ini dahulu omzet per bulan hanya Rp10 juta. Pada tahun 2004, UD Tantri’s
Dok. Duta Rimba
Usaha konveksi, UD Tantris Collection berkembang setelah mendapat pinjaman dana PKBL dari Perum Perhutani KPH Purwodadi.
Collection mendapatkan bantuan dana pinjaman PKBL dari Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi sebagai tambahan modal usaha sebesar Rp12
juta. “Pada awalnya bisnis konveksi kami adalah bisnis dengan skala kecil dengan jumlah tenaga kerja hanya tiga orang. Namun, setelah menerima pinjaman modal PKBL itulah kesempatan untuk melebarkan sayap, tidak hanya membuat baju seragam saja, namun berbagai macam pesanan konsumen siap dilayaninya. Karyawan kami sekarang berjumlah 20 orang dengan omzet rata-rata per bulan mencapai Rp70 juta per bulan,” ujar Aditya. Kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Perhutani Purwodadi, Soeharsa, menambahkan UD Tantri’s Collection menerima pinjaman dana PKBL Perhutani Purwodadi sebanyak empat kali. Pertama, pada tahun 2004 sebanyak Rp 12 juta. Kedua, tahun 2008 sebanyak Rp 8 juta. Ketiga, tahun 2011 sebanyak Rp10 juta. Keempat, tahun 2013 mendapatkan pinjaman Rp 20 juta. DR
Mojokerto - Dalam kurun 2015, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto meraih tujuh penghargaan di bidang sumber daya manusia (SDM) tingkat Nasional, Provinsi Jawa Timur, dan Perum Perhutani. Untuk mempertahankannya, Administratur Mojokerto, Agus Sarwedi, senantiasa “blusukan” membina karyawan KPH Mojokerto dalam upaya memotivasi kerja di tahun 2016. “Kami manajemen senantiasa mengapresiasi tiap capaian prestasi dan kinerja unggul jajaran SDM KPH Mojokerto,” kata Agus saat tasyakuran awal tahun bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan para pihak di petak tebangan, di Mojokerto, belum lama ini. Agus menyatakan hasil capaian kinerja tahun 2015 menjadi tolok ukur dan parameter dalam rangka memperbaiki kinerja pada tahun kerja 2016. Ke depan reward dan punishment akan diterapkan lebih objektif agar karyawan semangat dan bertanggung jawab dalam bekerja. “Tanaman harus jadi, keamanan hutan senantiasa terjaga, dan target produksi tercapai menjadi kunci keberhasilan,” tambah Agus bangga NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
karena KPH Mojokerto juga termasuk urutan ‘wahid’ terkait efisiensi anggaran di tingkat Jawa Timur pada tahun 2015. Kepala Tata Usaha KPH Mojokerto, Atin Rukyatin, meminta agar loyalitas dan etos kerja karyawan KPH Mojokerto ditingkatkan dalam bekerja untuk meraih prestasi lebih baik. Tahun 2015 merupakan tahun yang membanggakan bagi KPH Mojokerto karena meraih berbagai penghargaan. Prestasi tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/629/KPTS/013/2015 dengan perincian Irawan Bintoro Aji, Pemenang I kategori Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), Mat Arif, Pemenang II kategori Resort Polisi Hutan (RPH), M Imron Nurasit, Pemenang I kategori Mandor Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Slamet, Pemenang III kategori Mandor Tanam Perum Perhutani. Irawan Bintoro Aji dan M Imron Nurasit juga sebagai pemenang III kategori BKPH dan Mandor PHBM pada ajang Wana Lestari tingkat Nasional yang berkesempatan bertemu Presiden di Istana Negara pada peringatan kemerdekaan RI
Dok. Duta Rimba
KPH Mojokerto Sabet Tujuh Penghargaan
Administratur Mojokerto, Agus Sarwedi pada tasyakuran awal tahun atas keberhasilan meraih tujuh penghargaan selama 2015
pada 17 Agustus 2015. Di tahun 2015 dipungkasi, di mana salah satu karyawan Perhutani Mojokerto, Eko Sulistio Wahyudi (Kaur Humas) mendapatkan penghargaan Satyalancana Pengabdian Sosial dari Presiden Joko Widodo dan penghargaan dari Ketua PMI, Jusuf Kalla sebagai pendonor darah sukarela 100 kali lebih, di Istana Bogor pada 18 Desember 2015. DR DUTA Rimba
45
Perhutani
Purwodadi Terima Penghargaan dari
PMI Grobogan
Grobogan - Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Grobogan, Sugiyanto menyerahkan penghargaan kepada Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan dana. Partisipasi melalui kegiatan bulan dana PMI Grobogan 2015 dengan intensitas yang tinggi di Kantor PMI Kabupaten Grobogan. Penghargaan diterima Kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat KPH Purwodadi, Soeharsa,
di Grobogan, belum lama ini. Kepala Kejaksaan Negeri Purwodadi, Sinarta Sembiring selaku ketua panitia bulan dana menyatakan untuk 2015, dana yang berhasil terkumpul melalui program ini mencapai Rp 395.226.795 dari yang ditargetkan Rp 391.250.000 atau sebesar 101,02 %. Untuk tahun ini, bulan dana PMI harus berani ditargetkan sampai Rp 1 miliar. Sementara itu, Sekda Grobogan Sugiyanto selaku Ketua PMI Kabupaten Purwodadi menambahkan sebagai organisasi kemanusiaan, tugas PMI cukup berat. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya diharapkan bantuan dari berbagai pihak agar ikut membantu dan mendukung kelancaran tugas yang diemban PMI. Bantuan tersebut, salah satunya adalah melalui sumbangan bulan dana PMI yang dilaksanakan setiap tahun. Penghargaan diberikan kepada lima dinas dalam lingkup Kabupaten
Perhutani Buka Akses BUMN Hijau Lestari Kembangkan Kopi Jakarta – Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mengatakan Perhutani akan memberikan akses seluas-luasnya kepada PT BUMN Hijau Lestari untuk mengembangkan potensi kopi di lahan Perhutani. Pada 2016, BUMN Hijau Lestari juga akan mengembangkan agroindustri pakan berbasis tanaman tarum, rumput
gajah, dan sorgum. “Kami akan memberikan akses seluasnya kepada PT BUMN Hijau Lestari untuk mengembangkan potensi kopi di lahan Perum Perhutani,” kata Mustoha pada rapat umum pemegang saham (RUPS), di Kantor Pusat Perum Perhutani Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, baru-baru ini.
Dok. Duta Rimba
Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, memimpin RUPS PT BUMN Hijau Lestari, di Kantor Pusat Perum Perhutani.
46
DUTA Rimba
Dok. Duta Rimba
LINTAS RIMBA
Kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat KPH Purwodadi, Soeharsa (kiri) menerima penghargaan dari PMI Kabupaten Grobogan.
Grobogan, di antaranya Perum Perhutani KPH Purwodadi, RSUD Raden Sudjati Purwodadi, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pendidikan, dan Kodim 0717 Purwodadi. DR
Sesuai dengan Anggaran Dasar Rumah Tangga Perusahaan, PT BUMN Hijau Lestari telah merampungkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2016 yang disahkan melalui RUPS. RUPS dibuka Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Perum Perhutani, Morgan Sarif Lumban Batu, yang selanjutnya diserahkan kepada pimpinan rapat, Mustoha selaku pemegang saham. Rapat dihadiri seluruh pemegang saham, dewan komisaris dan direksi PT BUMN Hijau Lestari beserta jajarannya. Direktur Utama BUMN Hijau Lestari, Ali Rahman, mempresentasikan rencana kerja dan pendapatan BUMN Hijau Lestari. Disampaikan rencana kerja sama dengan Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU Pusat P2H) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang akan menjadi salah satu sumber pendapatan perusahaan. Diharapkan dengan core business di atas, yaitu akselerasi kerja sama dengan BLU Pusat P2H dalam lima tahun ke depan Hijau Lestari akan menjadi eksportir kopi dan penyedia kebutuhan pakan berkualitas guna mendukung program-program pemerintah, khususnya penggemukan sapi. BUMN Hijau Lestari akan mengembangkan agroindustri pakan di Purwakarta dan sekitarnya. DR NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sukabumi - Forum Humas BUMN (FH BUMN) mengadakan kegiatan sosial, di Pondok Pesantren Yaspida Darusyifa Alfitrot Parungseah Km 43, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (9/1). Kegiatan ini mengangkat tema “PR Tanpa Batas - Indahnya Berbagi”. Kegiatan sosial FH BUMN dipimpin Kepala Bidang Humas dan Protokoler Kementerian BUMN sekaligus Sekjen FH BUMN, Teddy Poernama dan Direktur Eksekutif FH BUMN, Riana Setyaningrum. Pada kesempatan tersebut, Perum Perhutani turut membantu 1.200 bibit buah-buahan okulasi jenis rambutan, durian, petai, jambu, mangga, sukun, sirsak, dan kluwek untuk ditanam di areal pesantren yang luasnya hampir 48 hektare. Bibit diserahkan Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Daya Hutan (PSDH) Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi, Tofik Hidayat, kepada pimpinan pesantren Yaspida, H Ece Supriatna Mubarok, di depan para pengurus FH BUMN. Perum Perhutani juga membagikan poster “Perhutani Green Pen Award 2016”. Dengan informasi tersebut, diharapkan para siswa Yaspika mengikuti lomba menulis cerpen hutan dan lingkungan yang diselenggarakan Perum Perhutani. Kegiatan FH BUMN di Pesantren
Forum Humas BUMN dan
Perhutani Bantu Bibit
Perum Perhutani membantu bibit buah-buahan untuk Pondok Pesantren Yaspida Darusyifa Alfitrot Parungseah Km 43, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.
Yaspika Sukabumi tersebut didukung beberapa BUMN, yaitu PT Kimia Farma, PT Dana Reksa, PT Bio Farma, PT Adi Karya, PT Hotel Indonesia Natour, PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, PT Pegadaian, PT Produksi Film
Dok. Duta Rimba
Indonesia, Bank Mandiri, Perum Damri, Perum Peruri, dan Perum Perhutani. Acara ditutup dengan pemutaran film nasional “Biji Kopi” produksi PT PFN di depan 1.500 siswa Yaspika dan para guru. DR
Perhutani Terus Benahi Objek Wisata Alam Citumang
Ciamis - Perum Perhutani terus menggalakkan pelayanan bidang wisata. Salah satunya di objek wisata alam Citumang yang berada di kawasan hutan Perhutani Ciamis, Jawa Barat. Perhutani terus membenahi fasilitas objek wisata alam Citumang. “Kami terus membenahi fasilitas objek wisata di sini, seperti kolam renang untuk memanjakan wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam hutan Perhutani di Citumang,” kata Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Elan Barlian pada saat kunjungan ke objek wisata alam Citumang, Ciamis, baru-baru ini. Objek wisata alam Citumang secara administratif berada di Desa
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Dok. Duta Rimba
Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Elan Barlian berjanji meningkatkan layanan kepada pengunjung di objek wisata alam Citumang.
Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu destinasi wisata wajib bagi turis dalam dan luar negeri, khususnya yang mencari sensasi berbeda di Pangandaran. Apa yang menarik di Citumang ini adalah aliran sungainya berwarna hijau kebiruan, ada gua berukuran besar ditambah air terjun indah. Pengunjung dapat melakukan aktivitas body rafting dengan waktu hampir mencapai dua hingga tiga jam. “Dalam waktu dekat lokasi kolam kecil untuk anak-anak akan dibuat dekat dengan Sungai Citumang dengan sumber air dari sungai tersebut,” kata Elan. DR
DUTA
Rimba 47
LINTAS RIMBA
KPH Cianjur Galakkan Penanaman Cianjur - Perum Perhutani menggalakkan penanaman bibit yang berkualitas untuk menghasilkan hutan lestari di Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur. Kegiatan tabur benih persemaian tanaman pinus secara serentak, dimulai di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Gunung Kancana, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cianjur oleh Wakil Administratur KPH Cianjur, Dudu Abdulah, Sabtu (2/1). Dudu Abdulah berharap setelah diadakan tabur benih semua petugas di lapangan memiliki persepsi sama dalam pembuatan persemaian, khususnya jenis pinus. Petugas di lapangan diharapkan memahami tata waktu penaburan dan jumlah benih sesuai kebutuhan. Dengan semua itu, tambah Dudu Abdulah, kebutuhan bibit tanaman 2016/2017 untuk Perhutani KPH Cianjur terpenuhi. Kegiatan tersebut sekaligus untuk memberikan pelatihan praktis teknik persemaian pinus di
Dok. Duta Rimba
Bibit Berkualitas
kegiatan tabur benih di KPH Cianjur, diharapkan semua petugas di lapangan memiliki persepsi sama dalam pembuatan persemaian, khususnya jenis pinus.
lapangan kepada para mandor tanam sekaligus membuat bibit yang baik. Untuk menghasilkan bibit pinus sebanyak 618.358 plances sebagai
tanaman pokok di lahan hutan seluas 2.565,30 hektare, Perhutani KPH Cianjur membutuhkan benih pinus 49,53 kilogram. DR
KPH Mojokerto Berkomitmen Dukung Kedaulatan Pangan
48
DUTA Rimba
porang, dan lainnya. Menurut Agus, pemanfaatan lahan untuk tanaman tumpang sari program kedaulatan pangan seluas 6.440 hektare melibatkan 15.229 orang masyarakat desa hutan. Mereka ini tergabung dalam 105 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) termasuk 97 Koperasi LMDH. Perhutani Mojokerto mengelola hutan negara seluas 31.918,4 hektare di tiga kabupaten, yaitu Lamongan 24.168 hektare, Jombang 3.793,9 hektare, dan Mojokerto seluas 3.956,5 hektare. Selain itu, tambah Agus, Perum Perhutani melalui KPH Mojokerto pada tahun 2015 telah menyalurkan dana program kemitraan sebesar Rp 1.075.000.000, bantuan hibah bina lingkungan masjid sebesar Rp 35 juta,
dana pelestarian alam dan bantuan bibit Rp 80 juta, bencana alam/ bantuan air bersih sebesar Rp 15 juta, pendidikan/hibah renovasi sekolah Rp 70 juta. DR
Dok. Duta Rimba
Mojokerto - Perum Perhutani berkomitmen mendukung program kedaulatan pangan pemerintah melalui pemanfaatan lahan-lahan hutan oleh masyarakat. Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto sampai akhir 2015 mencatat kontribusi pangan kepada masyarakat melalui kegiatan tumpang sari mencapai nilai Rp 73.384.127.200. Selain kontribusi pangan, penyerapan tenaga kerja masyarakat sekitar hutan dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) juga mampu mengurangi pengangguran di desa. Administratur Perhutani Mojokerto, Agus Sarwedi menyatakan pemanfaatan lahan dilakukan dengan model tumpang sari padi, palawija,
Seorang warga sedang mengangkut hasil panen padi dari lahan tumpang sari di KPH Mojokerto. NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Perhutani Dukung Program Bandung – Perum Perhutani, khususnya untuk wilayah Jawa Barat telah mendukung program kedaulatan pangan yang dicanangkan pemerintah. Hal itu dilakukan dengan cara menyediakan lahan kawasan hutan seluas 16.000 hektare untuk ditanami padi dan palawija, terutama jagung oleh masyarakat sekitar hutan. “Kami mendukung program kedaulatan pangan yang dicanangkan pemerintah dengan cara menyediakan lahan kawasan hutan seluas 16.000 hektare untuk ditanami padi dan palawija,” kata Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Gedung Pakuan Bandung, Selasa (12/1). Dalam pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) itu, Mustoha didampingi Kepala Divisi Regional Jawa Barat Banten, Ellan Barlian. Pertemuan selama satu jam ini dalam rangka membahas peran Perum Perhutani dalam kelestarian sumberdaya hutan. Aher menyatakan apresiasinya kepada Perum Perhutani untuk
Dok. Duta Rimba
Ketahanan Pangan
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar (kanan) berdiskusi dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Gedung Pakuan, Bandung, Selasa (12/1).
program kedaulatan pangan tersebut dan berharap bisa segera melakukan acara panen raya di Jawa Barat. Selain mengharapkan kawasan hutan di Jawa Barat tetap lestari, dalam diskusi tersebut Aher juga menyampaikan dirinya sangat selektif dalam memberikan izin pertambangan serta
reklamasi dan rehabilitasinya harus benar-benar terawasi. “Pertambangan bukan tidak boleh dilakukan, tetapi harus memperhatikan kaidah lingkungan. Saat ini masih ada perusahaan pasir besi dan pertambangan lainnya di Jawa Barat,” tandas Aher. DR
Perhutani Gencar Promosikan Objek
Wisata Pulau Merah
Banyuwangi – Perum Perhutani sebagai pengelola kawasan objek wisata Pulau Merah (sebagian orang menyebut Pulomerah) terus meningkatkan pelayanan, termasuk menjaga kebersihan lokasi dan peningkatan para petugasnya. Perhutani bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi untuk menyelenggarakan aneka kegiatan khusus, seperti lomba international surfing dan
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
gencar berpromosi. “Kami terus gencar berpromosi dan meningkatkan pelayanan, termasuk menjaga kebersihan lokasi dan peningkatan para petugasnya. Kami bekerja sama dengan Pemkab Banyuwangi untuk menyelenggarakan aneka kegiatan khusus, seperti lomba international surfing,” kata Kepala Divisi Regional Jawa Timur, Andi Purwadi, di Banyuwangi, barubaru ini.
Perum Perhutani memiliki lebih dari 122 destinasi wisata di wilayah kerjanya, termasuk wisata Pulau Merah di kawasan hutan petak 70 dan 75 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukamade, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan. Untuk objek wisata Pulau Merah dikunjungi 338.834 wisatawan pada tahun 2015 dan awal tahun 2016. Pulau Merah adalah destinasi
DUTA
Rimba 49
wisata pantai yang diunggulkan oleh Perum Perhutani dan Pemkab Banyuwangi. Keindahan pantai menjadi tujuan wisatawan mancanegara untuk kegiatan international surfing. Pulau Merah ibarat wisata pantai kedua setelah Bali. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Pulau Merah sebab tanahnya berwarna merah. Bentuknya menyerupai sebuah bukit kecil, terletak tak jauh dari bibir pantai yang memiliki pasir putih sepanjang 3 km. Pengunjung dapat menginjakkan kaki di Pulau Merah ini tatkala air sedang surut, jaraknya hanya 100 meter dari bibir pantai. Cukup hanya dengan berjalan kaki saja. Pantai ini dahulu bernama Pantai Ringin Pitu, sekarang disebut sebagai Pantai Pulau Merah. Pantai ini menjadi salah satu tempat surfing di Banyuwangi. Pantai Pulau Merah memiliki ketinggian gelombang hingga 4-5 meter, sebuah
Dok. Duta Rimba
LINTAS RIMBA
Ratusan wisatawan memadati objek wisata Pulau Merah, di kawasan hutan petak 70 dan 75 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukamade, Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Selatan, baru-baru ini.
tempat yang pas untuk berselancar di Banyuwangi. Kondisi ini menarik para pemula atau bahkan peselancar yang sudah profesional. Pantai Pulau Merah berada di
Perhutani Hijaukan Kawasan Lapangan Tembak di Madiun Madiun - Perum Perhutani melalui Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madiun mendukung penghijauan di kawasan Lapangan Tembak Gunung Kendil, di Desa Pilang Rejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Dukungan diwujudkan dengan membantu 500 pohon kepada Kodim 0803 Madiun, Kamis (14/1). Administratur Perhutani KPH Madiun Widhi Tjahyanto dalam kegiatan tersebut menyiapkan 500 bibit pohon jenis trembesi, johar, dan mahoni. Kegiatan ini mengangkat tema “Ayo Kerja, Tanam dan Pelihara Pohon untuk Hidup yang Lebih Baik”. Komandan Kodim 0803 Madiun Rachman Fikri menyatakan bersama Forpimda Kabupaten Madiun dan Perum Perhutani pihaknya menghijaukan lokasi lapangan tembak. Ini dilakukan untuk membangkitkan kembali semangat seluruh lapisan
50
DUTA Rimba
masyarakat agar gemar menanam dan memelihara pohon sejak dini, serta peduli akan lingkungan hidup yang lebih baik. Selain itu, KPH Madiun menyediakan lahan hutan di bawah tegakan seluas 4.693,6 hektare bagi masyarakat desa hutan. Lahan tersebut diperuntukkan warga yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Kabupaten Madiun, Ponorogo, dan Magetan untuk tanaman padi dan palawija. Lahan hutan tersebut merupakan lokasi bekas tebangan, lahan di bawah tegakan tanaman kayu putih, lokasi tanaman tahun 2012, 2013, 2014 dengan sistem tumpangsari. Di sini melibatkan petani penggarap lebih dari 18 ribu orang. Widhi menyatakan Perhutani mendukung program kedaulatan pangan pemerintah untuk
Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Berjarak sekitar 80 km dari pusat kota Banyuwangi. Untuk ke tempat wisata ini, pengunjung dapat menggunakan transportasi publik. DR
memperkuat cadangan pangan nasional tiga tahun ke depan. Perhutani KPH Madiun telah membuat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan dengan LMDH. Lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk tanaman padi dan jagung pada masa tanam ke-1 atau kedelai pada masa tanam ke-2 untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa sekitar hutan. DR
Dok. Duta Rimba
Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun menyiapkan 500 pohon untuk mendukung penghijauan di kawasan Lapangan Tembak Gunung Kendil, di Desa Pilang Rejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (14/1). NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
10 Camat di Tasikmalaya Komitmen Menjaga Hutan Tasikmalaya – Sebanyak 10 camat di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang lokasinya berdekatan dengan kawasan hutan, berkomitmen untuk melestarikan dan menjaga hutan Perum Perhutani Tasikmalaya. Komitmen ini disampaikan agar hutan Perhutani tetap terjaga dan lestari sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Komitmen 10 camat ini disampaikan pada acara sosialisasi Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Acara yang diselenggarakan Perum Perhutani melalui Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya bersama Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Tasikmalaya, di Tasikmalaya, Kamis (14/1) ini juga diikuti perwakilan Perhutani KPH Ciamis dan Garut. Wakil Administratur Perhutani KPH Tasikmalaya, Deden Yogi Nugraha, mengatakan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada
Dok. Duta Rimba
Para camat di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang lokasinya berdekatan dengan kawasan hutan, semangat mengikiti sosialisasi Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, di Tasikmalaya, Kamis (14/1).
masyarakat desa hutan yang selama ini bekerja sama dengan Perum Perhutani melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Ini penting dilakukan untuk menghindari tumpang tindih pembayaran pajak
di dalam kawasan hutan. Dalam pengelolaan hutannya Perum Perhutani membayar provisi sumberdaya hutan dan membayar pajak kawasan hutan sebagai kewajiban kepada negara. “Selama ini diduga muncul Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) masyarakat yang menyebabkan pembayaran pajak ganda dan berpotensi memicu terjadinya gangguan keamanan hutan. Perlu kami luruskan bahwa seluruh areal hutan yang dikelola Perum Perhutani, termasuk di KPH Tasikmalaya pajaknya dibayar oleh Perum Perhutani, termasuk lahan-lahan hutan yang digarap masyarakat desa hutan melalui sistem PHBM,” kata Deden. Kepala Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan DPPKAD Kabupaten Tasikmalaya, Iwan Hermawan, menjelaskan tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang memang menjadi kewenangan pemerintah daerah. “Untuk menghindari tumpang tindih pajak di dalam kawasan hutan dibutuhkan koordinasi dengan Perum Perhutani, karena alur pelayanan pajak kita sebenarnya sudah sesuai standar operasional prosedur, namun tetap perlu koordinasi yang lebih baik lagi agar tidak terjadi tumpang tindih penerbitan SPPT,” kata Iwan. DR
Kakek Berusia 65 Tahun
Semangat Ikut
Green Pen Award Purwodadi - Sugeng Ariatmodjo, kakek kelahiran 15 April 1950 warga Dukuh Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang sangat antusias ikuti lomba Perhutani Green Pen Award (PGPA) 3 tahun 2016. Kaket berusia 65 tahun ini mengikuti lomba untuk katetori umum. Pensiunan Guru SMA yang juga berprofesi sebagai wartawan harian Wawasan wilayah liputan Kabupaten Grobogan sejak tahun 1987 ini memiliki hobi menulis sejak masa sekolah. Berbekal pengalaman menulisnya, kakek tujuh cucu ini bersiap membuat naskah tulisan bertemakan hutan dan lingkungan. “Saya sangat suka menulis, sejak SMA saya telah beberapa kali memenangkan lomba menulis cerpen. Saya akan memberikan karya
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Kakek Sugeng Ariatmodjo (kiri), antusias ikuti lomba Perhutani Green Pen Award 3 tahun 2016.
terbaik saya dalam lomba Green Pen Award Perum Perhutani tahun 2016 ini,” ungkap Sugeng dengan penuh semangat. Perhutani Green Pen Award adalah lomba menulis cerpen hutan dan lingkungan terbuka untuk
Dok. Duta Rimba
umum dengan segala usia diakukan sejak tahun 2015. Lomba dibagi dalam kategori A untuk pelajar SLTP sederajat, kategori B SLTA dan mahasiswa, dan kategori C untuk umum, guru, dosen, penulis atau pengarang. DR
DUTA
Rimba 51
SORONG
Cahaya fajar baru di ufuk Timur Indonesia.
52
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
LENSA Fajar tahun baru terbit di bumi Cendrawasih, saksi sejarah peran Perhutani pada negeri ini. Presiden Jokowi meresmikan pabrik sagu pertama yang dibangun Perum Perhutani.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 53
Sebuah langkah pasti, menapak mantap mengawali bakti pada pertiwi. Turbin industri dinyatakan mulai berputar, mengolah batangbatang sagu alam untuk kemakmuran.
54
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
LENSA
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 55
56
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
LENSA
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 57
BISNIS RIMBA
Pabrik sagu yang ada di Sorong Papua.
58
DUTA Rimba
Dok. Duta Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Perhutani Segera Mendulang Pemasukan dari Pabrik Sagu. Sagu adalah produksi pangan olahan khas Papua, yang paling tepat untuk menjawab tantangan mewujudkan ketahanan pangan yang memiliki nama latin Metroxylon Sp
K
ondisi ekonomi global dan Tanah Air yang melambat, tidak mengurangi semangat Perum Perhutani memacu usahanya. Hal itu bisa dilihat dari selesainya pembangunan Pabrik Sagu Perum Perhutani, di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Dengan beroperasinya pabrik baru ini, secara bertahap, namun pasti segera mengalir pemasukan ke pundipundi Perhutani. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar berkeliling melihat proses pengolahan sagu menjadi tepung. Para pejabat ini dengan serius mengamati aneka peralatan di pabrik sagu ini dan melihat cara kerja mesinnya. Dalam kunjungan ke Sorong Selatan, Papua Barat, Presiden Jokowi mengunjungi Pabrik Sagu Perum Perhutani, di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan. Presiden berharap pabrik sagu itu akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Yang membuat Presiden Jokowi bangga karena para pekerja pabrik sagu ini adalah warga setempat. Pabrik yang akan beroperasi penuh pada Maret 2016 ini, dibangun dengan total investasi Rp150 miliar dan jumlah
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
tenaga kerja yang mencapai total sekitar 600 orang. “Dan bagusnya yang bekerja di pabrik sagu ini berasal dari lingkungan masyarakat sekitarnya,” kata Presiden Jokowi saat berkeliling melihat proses pengolahan sagu di pabrik milik Perhutani, di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, Jumat (1/1). Sagu adalah produksi pangan olahan khas Papua, yang paling tepat untuk menjawab tantangan mewujudkan ketahanan pangan. Memiliki nama latin Metroxylon Sp, sagu adalah sumber karbohidrat utama yang juga dapat dimanfaatkan untuk makanan sehat, bioethanol, gula untuk industri makanan dan minuman, pakan ternak, industri kertas mapun kebutuhan industri farmasi. Terlebih jika melihat kualitas pohon sagu raja di Papua yang bisa menghasilkan tepung sagu hingga 900 kg per batang. Jauh di atas sagu dari negara tetangga, seperti Malaysia yang rata-rata hanya menghasilkan 250 kg per batang.
Pekerja Warga Lokal Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mengatakan dengan pekerja sebanyak 40 orang penduduk lokal di pabrik dan sekitar 600 orang di lahan sagu untuk memasok tual. Dari total investasi
tersebut, ia menilai, akan mampu memberi pemasukan Perhutani dengan target Rp100 miliar per tahun dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Pada saat ini harga tepung sagu di Pulau Jawa senilai Rp6.800 per kg dan tentu saja diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya permintaan tepung sagu. Namun, Mustoha mengemukakan, saat ini pabrik masih menggunakan dua genset dengan kapasitas 1.000 kilo volt ampere (kva) dan 800 kva. Untuk mengalirkan daya tersebut membutuhkan bahan bakar sebanyak 9.000 liter solar per hari. Hasil sagu olahan pabrik tersebut nantinya akan dipasarkan oleh Perhutani ke wilayah Papua, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Medan. Sedangkan target pasar luar negeri akan dikirimkan ke Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Tiongkok. Provinsi Papua, tambah Mustoha, memiliki potensi sebanyak 8 juta ton sagu alami (tumbuh tanpa dirawat petani) yang belum dimanfaatkan untuk diolah sebagai makanan pokok atau tepung. Ia berharap, pabrik sagu tersebut mampu memberi dampak yang baik bagi lingkungan, terutama dampak ekonomi. Dengan adanya pabrik sagu tersebut, akan dipasok ke pabrik seharga Rp9.000 per gelondong. Dengan kata lain, masyarakat Kais tidak perlu jauh mengirim ke Pasar Sorong yang jaraknya bisa memakan waktu satu minggu sekali jalan dengan menggunakan perahu dayung. Pembangunan pabrik dimulai 2013 dan telah dinyatakan selesai pembangunannya pada akhir Desember 2015. Tiga bulan selanjutnya akan dilakukan comissioning di pabrik sebelum pabrik beroperasi penuh. Kapasitas produksi tepung sagu 100 ton per hari dengan bahan baku 5.000 sampai 6.000 DUTA
Rimba 59
BISNIS RIMBA
Kunjungan Presiden Jokowi ke pabrik sagu di Sorong Papua
potong tual per hari. Tual adalah potongan batang sagu sepanjang satu meter. Rendemen diperhitungkan 15 persen dan limbahnya 85 persen. Target produksi sebesar 30.000 ton per tahun, namun masa awal percobaan pabrik hanya bisa berjalan 50 persen dari kemampuan. Luas pabrik sebesar 5 hektare dengan luas total daerah sebesar 8 hektare, distribusi pengiriman sebagian besar menggunakan jalur air, yaitu melalui sungai dan laut.
Sangat Menjanjikan Pakar sagu yang menjadi konsultan Perhutani, Prof Dr Nadirman Haska mengatakan prospek sagu secara global sangat menjanjikan. Sebetulnya kebutuhan akan pangan dan pati ini tetap merupakan kebutuhan yang sangat luas, tidak hanya pangan, tapi untuk bahan substitusi yang lain. Pati secara keseluruhan, tambah Nadirman, tidak hanya sagu tetap
60
DUTA Rimba
dibutuhkan karena bisa diolah untuk apa saja. Pati pemanfaatannya sangat terbuka dan bisa untuk bahan baku industri yang bermacam-macam, mulai dari industri farmasi, pupuk, tekstil, pangan, sampai ke energi. Kalau diolah lebih lanjut bisa untuk bioetanol. Di Indonesia sekarang ini yang paling banyak digunakan adalah pati tapioka yang sekarang masih impor dari Thailand. Untuk sagu, tambah Nadirman, berapa pun produksinya akan dapat diserap, apalagi kalau dilihat negara yang paling membutuhkan adalah Tiongkok. Prospek pengembangan sagu terbuka lebar. Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk sagu, seperti di Papua. Dari pohon sagu yang tidak ditebang dan mati karena usia, sesungguhnya bisa memproduksi sekitar 8,5-10 juta ton per tahun. Itu dari hutan alam bisa menyediakan kebutuhan karbohidrat untuk 80-90 juta penduduk. Ini terbuang percuma
Dok. Duta Rimba
karena tidak dimanfaatkan. Berdasarkan penelitiannya, ia berhasil mengungkap bahwa salah satu pohon asli Indonesia adalah sagu. “Padi, jagung, singkong, dan gandum itu bukan dari Indonesia, tapi dari berbagai negara pendatang, seperti padi dari India, singkong dari Amerika dan sebagainya. Hanya pohon sagu yang asli Indonesia,” kata Nadirman. Pendapat tersebut diperkuat dengan penjelasan relief yang ada di Candi Borobudur. Yang itu berarti bahwa sagu sudah dikenal sejak Kerajaan Budha berkembang di Bumi Nusantara. Sebelum mengenal makanan pokok dari padi, makanan pokok masyarakat dan raja-raja zaman Budha adalah sagu, bukan beras. Beras atau padi mulai dibawa oleh Kerajaan Hindu dari India, untuk digunakan sebagai makanan pokok di Nusantara. “Orang Jawa jika menyebut nasi adalah sego itu adalah sagu pada mulanya, kemudian orang Sunda menyebut nasi sebagai NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
sangu itu juga awal dari sagu. Hal itu menjelaskan bahwa di tanah Jawapun dulu mengonsumsi sagu,” kata Nadirman. Pada saat ini isu ketahanan pangan dunia sedang menjadi pembicaraan, bahkan para ilmuwan meramalkan, akhir abad 21, sagu menjadi salah satu solusi dari ketahanan makanan pokok atau sumber karbohidrat utama di dunia. Alasannya, hasil turunan sagu masih memiliki kandungan karbohidrat yang sama, tidak banyak mengandung glukosa seperti nasi dan tidak memerlukan lahan yang luas seperti sawah. Sedangkan olahannya pun mampu menjadi banyak jenis makanan, bisa menjadi tepung atau papeda yang mampu menjadi makanan pokok dengan tambahan lauk. Menurut Nadirman, saingan sagu hanya tapioka, tapi tapioka tidak banyak menghasilkan turunan dan kadar patinya berbeda. Saat ini negara yang paling serius mengembangkan potensi sagu adalah Jepang. Padahal, Indonesia penghasil sagu terbesar di dunia. Menurut hasil temuan informasi yang ia dapat, Jepang serius mengembangkan sagu bukan semata karena potensi karbohidratnya, namun ada kisah temuan fakta heroik di balik manfaat sagu. Ilmuwan Jepang pernah mengungkapkan bahwa ditemukan seorang prajurit Jepang bekas masa penjajahan di Indonesia yang telah hilang selama lebih dari 35 tahun, namun berhasil ditemukan dalam keadaan hidup dan sehat. Prajurit tersebut ditemukan di pedalaman hutan belantara daerah Halmahera, Maluku. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata prajurit tersebut berhasil bertahan hidup hanya dengan mengandalkan pohon sagu yang tumbuh secara alami di dalam hutan. “Berdasarkan kisah dan temuan fakta dari prajurit Jepang tersebut, diam-diam ilmuwan Jepang mulai mengembangkan salah satu tanaman asli Indonesia ini, sagu. Hal tersebut saya dapat dari Prof Nagato, ilmuwan Jepang,” ungkap Nadirman.
Karya Anak Bangsa Terkait konstruksi mesin, fakta lain pabrik pengolah sagu milik Perum Perhutani di Kais menggunakan rangkaian mesin karya anak bangsa sebanyak 80 persen dari keseluruhan total komponennya. Mulai dari mesin penyaring, pengangkut, hingga pengolah sagu menjadi serbuk adalah hasil karya anak bangsa Indonesia,
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Manajer Proyek Pabrik Sagu Perum Perhutani, Ronald G. Suitella.
belum ada di negara lain. Menurut Fidrianto, pemilik PT Asindo Tech yakni kontraktor mesin pabrik sagu, khusus mesin penggerusnya akan sulit bahkan cenderung tidak ada jika memesan secara impor. Karena kondisi tersebut, haruslah ditangani Indonesia sendiri. “Kemungkinan rangkaian penggerus sagu ini adalah yang pertama di dunia, kami akan segera mematenkannya atas hak cipta bangsa,” kata Fidrianto. Untuk komponen dan suku cadangnya didatangkan khusus dari Belanda, namun Fidrianto menegaskan mesin rangkaian lokal tersebut mampu bertahan lebih dari 10 tahun, tentu saja lebih menghemat anggaran. Manajer Proyek Pabrik Sagu di Papua, Ronald Guido Suitella, mengatakan pada tahun 2011 penelitian dan pendekatan dengan masyarakat Kais, dimulai. Butuh waktu dua tahun untuk meyakinkan masyarakat sekitar. Awalnya berbagai penolakan datang dari masyarakat dengan maksud dan tujuan Perhutani mendirikan pabrik. “Mereka selalu meminta uang kepada kami, tapi kami pada dasarnya memang tidak memiliki itu. Akhirnya saya menjelaskan jika meminta uang kami tidak ada, tapi jika ingin kaya bersama-sama kami bisa membantu, dengan memberi pekerjaan melalui pabrik sagu,” tegas Ronald. Akhirnya dibantu dengan tokoh adat sekitar, semua warga mendukung kehadiran pabrik sagu tersebut. Tahun 2012, pembangunan fisik dimulai, pabrik mulai didirikan pondasinya. Dalam proses pengolahannya, pabrik ini tidak menghasilkan limbah, hanya produk sampingan berupa ampas sagu, yang masih bisa dimanfaatkan
Dok. Duta Rimba
untuk pakan ternak, kalaupun dibuang di sungai atau kolam, akan menjadi makanan ikan yang penuh karbohidrat, sehingga menggemukkan ikan sekitar. Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bisiro Kais, Efradus Bandi membantu mengajak masyarakat sekitar untuk berpartisipasi aktif. Pabrik Sagu Perhutani yang berada di Kais mampu menyertakan tenaga kerja lokal. “Warga sekitar banyak yang sudah terlibat bekerja sejak mulai pembangunan pabrik pada 2013, dengan ini perekonomian kami terbantu,” kata Efradus. Efradus menjelaskan masyarakat lokal mengapresiasi adanya pabrik ini. Nantinya mereka akan dipekerjakan sebagai pekerja pabrik, suplier sagu, dan berbagai posisi lain sesuai kemampuan. Sebelum adanya pabrik, kegiatan warga hanya berburu dan berdagang dengan keuntungan biasa, serta Kais hanya menjadi daerah sepi kegiatan. Namun, tambah Efradus, dengan adanya pabrik, masyarakat mulai ramai melewati sungai dengan long boat dan perahu. Di perjalanan tersebut mereka bisa berdagang dengan hasil laut atau berburu.Ada lima kampung yang terdapat di Distrik Kais, namun ada dua yang terlibat banyak, yaitu Kais dan Tapuri. Selain itu, infrastruktur daerah pabrik mulai dibangun menjadi lebih baik. Sebelumnya untuk menuju Kais dari Sorong harus melalui jalan air selama enam jam. Sekarang terdapat jalan darat yang mampu ditempuh sekitar tiga jam. Efradus mengatakan sangat mengapresiasi langkah Perhutani untuk membangun pabrik sagu di Kais. DR
DUTA
Rimba 61
BISNIS RIMBA Proses Pengolahan
Sagu di Pabrik
Sagu
Kais Proses Pengangkatan Pohon sagu yang telah dipotong (tual) dari dermaga (sungai) diangkat ke areal pabrik (tual reception) menggunakan log lifter dibantu dengan tenaga manusia. Terdapat dua log lifter untuk mengangkut tual. log lifter
Batang sagu atau tual adalah pohon sagu murni yang telah dipotong sepanjang 100cm s/d 105cm dengan diameter diatas 30 cm. Tual ini harus steril dari material keras (paku, baut, dan lainlain) agar ketika proses pengolahan tidak merusak mesin terutama mesin pengupas dan mesin parut.
Batang Sagu/Tual
Proses Pengupasan
Dengan dibantu tenaga manusia, tual dimasukan satu persatu kemesin confeyor transfer. Dalam satu pabrik terdapat tiga mesin confeyor. Melalui confeyor transfer, tual masuk kemesin pengupas kulit (debarking). Dalam proses ini kulit tual dikupas dan dipisahkan dari dagingnya. Kulit tual yang sudah hancur dibuang ketempat penampungan melalui mesin cofeyor transfer. Selanjutnya kulit tual tersebut diolah kembali di mesin boiler untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Terdapat tiga unit mesin pengupas dalam satu pabrik.
Confeyor Transfer
Tempat tual
Debarking
Proses Pemarutan (Cruising)
Dalam tahap ini tual yang sudah dikupas kulitnya dipindahkan kemesin parut (pin rasper). Pemarutan/penghancuran tual dicampur dengan air bersih dengan perbandingan 1 tual : 1m3 air bersih. Tual yang telah hancur dan bercampur dengan air tersebut dari mesin parut langsung dialirkan ke tangki penampungan. Terdapat satu tangki untuk menampung sagu basah dari tiga pin rasper.
62
DUTA Rimba
Tempat tual
Pin rasper
Pipa sal sagu basah
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sagu basah dari tangki penampungan disedot/dialirkan ketangki penampungan lainnya (holding tank) yang berkapasitas ±21m3/buah melalui pipa besi. Dalam satu pabrik terdapat dua buah holding tank. Sagu basah dari holding tank dialirkan kembali kemesin penyaringan (counter curret). Dalam tahap ini dilakukan penyaringan pertama, yaitu pemisahan ampas sagu kasar dengan sagu halus (milksagu). Sagu halus dialirkan melalui pipa peralon ketempat penampungan (milk tank) yang berkapasitas ±4m3/tangki. Terdapat tiga buah tanki dalam satu pabrik. Ampas sagu dibuang ketempat penampungan dengan menggunakan confeyor transfer untuk selanjutnya akan dimanfaatkan untuk boiler.
Proses Penyaringan Pertama
Holding Tank
Tangki Penampungan
Milk Sagu Tangki ini sebanyak tiga buah masing-masing berkapasitas ± 4m3/tangki, digunakan sebagai wadah penyimpanan sementara milk sagu untuk kemudian dialirkan kembali kemesin penyaringan kedua. Milk Tank
Tangki air bersih
Contoh Starch Milk
Hasil berupa crude starch milk selanjutnya diendapkan secara manual. Hasil endapan itu lalu dijemur hingga kering dan menjadi produk bernama tepung sagu.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 63
RIMBA DAYA
Istimewa
Setelah mendapat pinjaman dana dari Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, usaha produksi gitar Agus Tri Saputro berkembang pesat. Tambahan modal dari Perum Perhutani digunakan Agus untuk mulai memproduksi gitar elektrik dan akustik. Hasilnya, kini pesanan gitar mengalir deras.
64
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
EMPU
GITAR DARI BANJARNEGARA
B
anjarnegara, merupakan kota kecil yang cukup sejuk dengan kondisi alam yang masih terjaga keasriannya. Kondisi alam yang demikian tidak menjadikan masyarakatnya tertinggal, bahkan taraf hidup masyararakat Banjarnegara cukup tinggi. Tingkat pendidikan, kemasyarakatan, bahkan daya beli masyarakat Banjarnegara boleh dikatakan tidak kalah dengan wilayah disekitarnya. Gaya hidup yang beragam dan modern sudah bukan hal yang asing. Beragam komunitaspun tumbuh
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
subur di Banjarnegara. Salah satu komunitas muda Banjarnegara yang menonjol adalah Komunitas Musik. Adalah seorang muda penggemar musik asal Solo, Agus Tri Saputro, merupakan salah seorang anggota komunitas musik, merasa tertantang untuk membesarkan komunitas musik di Banjarnegara. Apalagi latar belakang Agus adalah dari keluarga pengrajin gitar di Solo. Berbekal pengetahuan dan bakat turunan dari keluarganya, serta kecintaanya pada musik, Agus bertekad mengasah ketrampilannya ini dengan membuat gitar untuk kalangan teman-teman
DUTA
Rimba 65
Dok. Duta Rimba
RIMBA DAYA
Bengkel pembuatan Gital
komunitasnya. Agus Tri Saputro, lahir 48 tahun lalu, menikah dengan Elmi Yulistiani yang asal Wonosobo, dan telah dikaruniai 5 orang anak. “Semua anak-anak saya, harus cinta musik, dan harus mahir main gitar” begitu enteng kalimat itu selalu dia sampaikan kepada teman dan kerabatnya. Ucapannya bukan hanya isapan jempol, semua terbukti dengan prestasi yang sudah diraih putra putrinya, diantaranya adalah vokalis dan gitaris terbaik di Kabupaten Banjarnegara. Prestasi ini membuat Agus, yang juga merupakan Guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 5 Banjarnegara, bertekad untuk memproduksi gitar, tidak hanya untuk kalangan komunitasnya saja, tetapi untuk masyarakat luas. Apalagi, saat itu, di Banjarnegara belum ada penjual / toko gitar. Tahun 2000, merupakan tahun yang tepat menjadi tonggak sejarah bagi Agus untuk memulai usaha pembuatan gitar. Dengan modal awal sebesar sepuluh juta rupiah, Agus memulai usaha ini, dengan bantuan tenaga kerja yang dia datangkan dari Solo sebanyak tujuh orang. Dia mencoba dengan berbagai macam dan ukuran gitar akustik, sebagai langkah awal usahanya. Dia sama sekali tidak menyangka, bahwa gitar produksinya mendapat sambutan
66
DUTA Rimba
yang sangat baik dari masyarakat. Produksi pertama gitar dari usahanya ludes tanpa harus memajangnya. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan dan menambah semangat Agus untuk memproduksi tidak hanya gitar akustik, tapi juga gitar elektrik. Namun kesemuanya itu butuh modal yang tidak sedikit. Maka, ketika mendengar informasi adanya kredit lunak dari BUMN, Agus segera mencari informasi ke Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Banjarnegara pada saat itu. Oleh Dinas, Agus disarankan mengajukan permohonan pinjaman kredit ke Perum Perhutani KPH Banyumas Timur. Menjadi Mitra Binaan Perum Perhutani KPH Banyumas Timur Pada Agustus 2003, akhirnya Agus mengajukan proposal pengajuan kredit lunak ke Perum Perhutani KPH Banyumas Timur. Setelah di cek oleh Tim Pembina PUKK ( pada saat itu ), Tim menilai bahwa usaha produksi gitar Agus memang perlu dan pantas untuk diberikan pinjaman. Disamping peluang saat itu untuk wilayah Banjarnegara sangat besar, pesaingpun tidak ada, dan produknya dapat diunggulkan. Gitar produksi Agus sangat halus, dan bagus.
Agus yang saat itu menggunakan brand nama istrinya, yaitu Ani Gitar, mendapat bantuan pinjaman sebesar delapan juta rupiah pada November 2003 dari Perum Perhutani KPH Banyumas Timur. Dengan tambahan modal dari Perum Perhutani itulah, Agus mulai memproduksi gitar elektrik disamping gitar akustik. Saat itu benar – benar gitar sedang booming. Pesanan dari luar kotapun berdatangan. Agus sempat kewalahan karena dengan produksi paling sekitar 30 an gitar setiap bulannya sedangkan pesanan melebihi kapasitas produksinya. Berbagai model gitar akustik maupun elektrik dan dari berbagai aliran musik dipesan konsumen padanya. Maklum, pada saat itu, hanya Agus penjual gitar di Banjarnegara. Sehingga menjadi pioneer penjual gitar di kotanya. Pada perkembangan sampai sekarang ini, sudah banyak penjual / toko Gitar di Banjarnegara. Namun, untuk produksi gitar, sampai dengan sekarang, Agus merupakan satusatunya di kota yang berslogan Gilar-Gilar itu. Bahkan oleh Humas Kabupaten Banjarnegara, Agus mendapat julukan Empu Gitar Banjarnegara. Julukan ini merupakan kepercayaan dari Pemda Banjarnegara, agar Agus terus meningkatkan kualitas produksinya.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Empu Gitar dari Banjarnegara, Agus.
Gitar dalam proses pembuatan
Sehingga Agus merasa perlu untuk lebih menspesifikasi gitar produksinya. Spesifikasi Citra Gitar Saat ini, Agus mengunakan brand produksinya dengan nama putrinya yaitu Citra Gitar. Citra Gitar memproduksi gitar dengan lebih spesifik pada Bass dan Gitar Custom. Jadi Agus hanya menerima pesanan gitar dengan model sesuai selera konsumen. Inipun dibatasi pada Gitar untuk musik Pop dan Jazz. Namun, walau begitu, pesanan selalu banyak berdatangan ke rumahnya di Jalan Manyar no 10 RT 03 RW 05 Parakancanggah, Banjarnegara. Ada juga pesanan yang masuk ke kiosnya di Jalan Panjaitan no 55 Banjarnegara. Rata-rata pemesan adalah komunitas musik Pop dan Jazz dari Banjarnegara, Wonosono, Purwokerto, bahkan Yogyakarta. Ditanya tentang perbedaan produksinya dengan gitar pada umumya, Agus menjelaskan bahwa gitar music Pop – Jazz buatannya mempunyai Toon dan Scale yang berbeda dengan aliran musik lain. Nama Citra Gitar atau Agus Gitar,di Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya bukan nama yang asing bagi komunitas musik, khususnya Pop-Jazz. Menjadi kebangaan tersendiri bagi Agus, karena gitar buatannya banyak dipakai pemusik
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Jazz di Yogyakarta seperti Dani Jazz. Juga Parja Jazz asal Purwokerto. Dan beberapa komunitas Pop Wonosobo. Banyak juga pesanan dari Wonosobo, sehingga pada saat sekarang ini, Agus dengan Citra Gitarnya membuka perwakilan di Toko Agung Wonosobo. Pesananpun selalu mengalir dari Wonosobo melaui Toko Agung. Saat ini, kapasitas produksi / pesanan rata-rata 17 gitar akustik elektrik dan Bass, serta sekitar 30 gitar biasa/standar. Dengan jumlah nominal omzet sekitar Rp. 51.000.000 perbulan dengan keuntungan bersih rata- rata 8-9 juta rupiah perbulan. Itu diluar pesanan yang sifatnya khusus. Beberapa pesanan yang sifatnya khusus seperti permintaan untuk bahan dasar kayu tertentu dengan model tertentu serta finishing sesuai selera pemesan, seperti bass senar 6, 8 atau lainnya, biasanya harganya relatif lebih mahal. Biasanya pesanan seperti ini dari Yogyakarta. Maklum komunitas seniman Yogyakarta jauh lebih banyak dibanding kota lain di Jawa Tengah dan secara kebetulan putra kedua Agus juga menjadi mahasiswa ISI. Sehingga pemasaran langsung dari rekan rekan putranya ini terasa lebih efektif. Apalagi, untuk sekelas gitar yang diproduksinya, Agus / Citra Gitar memasang bandrol jauh lebih murah dibanding gitar-gitar serupa produksi tempat lain. Namun, untuk kualitas,
gitar Agus tidak kalah dengan gitargitar yang sudah punya brand di kelas music Pop-Jazz. Citra Gitar juga menerima reparasi gitar, yang tiap harinya rata-rata 3 gitar. Keuntungan dari reparasi ini sangat lumayan, mengingat pengerjaanya yang tidak terlalu sulit, dan konsumen jarang yang menawar karena merasa puas dengan hasilnya. Kendala yang sangat berarti bagi Citra Gitar adalah musim penghujan seperti sekarang ini. Karena Citra Gitar tidak mempunyai gudang/ tempat khusus untuk menampung gitar yang masih dalam proses, serta alat khusus untuk pengeringan dan finishing, sehingga diharapkan nantinya untuk pengembangan kedepan peran PKBL Perhutani sangat diharapkan untuk menghadapi kendala tersebut dengan menambah gudang dan alat pengering. Mengingat sebagian besar produknya adalah pesanan, sehingga begitu pengerjaan selesai, tak berapa lama akan diambil oleh pemesan tersebut. Seandainya ada stokpun, biasanya dalam waktu dekat akan terjual. Satu keuntungan dan anugerah bahwa ketrampilan membuat gitar masih sangat jarang di beberapa daerah, bahkan di Indonesia. Satu peluang…. Siapa minat menyusul menjadi Empu Gitar, bisa berguru pada Agus Tri Saputro. DR
DUTA
Rimba 67
WARISAN RIMBA “Banyaknya peninggalan benda-benda purbakala dari masa Prasejarah di Kabupaten Bondowoso harus menjadi perhatian pemerintah. Ratusan batu kuno, antara lain sarkofagus, dolmen, batu kenong, patung nenek moyang, alat rumah tangga, yoni, dan menhir di berbagai tempat di Bondowoso mesti dijaga. Sangat mungkin menjadikan Bondowoso sebagai museum terbuka untuk studi megalitik sekaligus objek wisata sejarah alternatif.”
Bondowoso, Saksi Sejarah Peradaban Megalitik B
ondowoso, kota kecil di Jawa Timur penghasil tape singkong yang terkenal dengan wisata alam Kawah Ijen ini juga menyimpan kekayaan benda-benda Prasejarah yang luar biasa. Di kabupaten dengan 23 kecamatan yang berbatasan dengan Jember, Banyuwangi, dan Situbondo ini ditemukan ratusan batu kuno peninggalan zaman Prasejarah. Keberadaan batu-batu kuno dalam berbagai bentuk dan ukuran itu ditemukan terbanyak di tiga lokasi, yaitu Situs Glingseran (Kecamatan Wringin), Situs Pekauman (Grujugan), dan Situs Dawuhan (Maesan). Dinas Pariwisata Pemuda Olah Raga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso mendata di Kecamatan Grujugan ditemukan 15 buah sarkofagus, dolmen (15), batu kenong (65), dan patung nenek moyang (1). Di Kecamatan Tlogosari ditemukan 5 buah yoni, relief (1), sarkofagus (10), dolmen (4), batu kenong (15), dan alat rumah tangga (1). Di Kecamatan Pujer ditemukan dolmen (80), batu kenong
68
DUTA Rimba
(12), dan alat rumah tangga (5). Sementara di Kecamatan Wonosari ditemukan 30 buah dolmen dan di Wringin terdapat 67 buah sarkofagus, menhir (1), batu kenong (15), alat rumah tangga (10), dan dua gua alam. Bahkan sebenarnya bila ditelusuri lebih seksama akan ditemukan lebih banyak batu peninggalan zaman Prasejarah yang tersebar merata hampir di seluruh kecamatan, di Bondowoso. Bondowoso pernah disebut-sebut sebagai kabupaten minus di Jawa Timur, tetapi sesungguhnya itu tidak benar bila ditelusuri dari situs-situs peninggalan zaman Batu di kota yang terletak sekitar 192 kilometer arah tenggara ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya ini. Dari banyaknya peninggalan zaman Megalitikum yang ditemukan, seperti batu dolmen, sarkofagus, menhir, pandusa, arca, batu kenong, dan lain sebagainya menguatkan dugaan bahwa dahulu Bondowoso adalah peradaban tua yang dihuni sejak zaman Prasejarah. Boleh dikatakan, Bondowoso NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sarkofagus, batu yang dibentuk seperti peti mati
menjadi semacam tanah saksi sejarah peradaban megalitik satu-satunya di Jawa Timur yang terkaya dan masih bisa disaksikan hingga kini. Bila Anda berkesempatan menelusuri jejak situs-situs megalitik di wilayah ini, hampir tiap jengkal wilayahnya dapat dijumpai dengan mudah. Kadang batu-batu peninggalan zaman Megalitik ini berserakan tidak jauh dari jalan kota, sawah-sawah, sungai, dan di tepi-tepi jalan kecil. Sebagian besar lainnya banyak berada di tengah tanah tegalan petani, di tengah perkampungan penduduk. Berikut beberapa titk-titik situs yang bisa dikunjungi.
Sarkofagus di Halaman Kantor Warisan Prasejarah pertama yang bisa disaksikan di Kabupaten Bondowoso adalah sarkofagus. Sarkofagus adalah batu yang dibentuk seperti peti mati yang terdiri dari dua bagian, di mana tempat jasad tertanam di tanah, sementara tutup peti berada di atas permukaan tanah pada posisi terbuka/miring. Terkadang sarkofagus berupa batu monolit berbentuk memanjang yang dicekungkan bagian tengahnya. Sekilas ia tampak seperti lesung. Di atasnya terdapat tutup batu tersendiri dengan bentuk yang sama, sehingga cekungnya di dalam. NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sarkofagus kerap disebut keranda batu atau pandusa ini berfungsi sebagai usungan mayat. Ukuran panjang batu peti biasanya sekitar 1,5 – 2 meter. Untuk menyaksikan sarkofagus ini pun tak perlu jauhjauh, tepat di halaman kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso ditemukan dua buah sarkofagus berukuran 1,6 meter. Tidak ada yang tahu persis sejarah dari kedua sarkofagus tersebut. Tidak jauh dari batu ini, di sebelah Selatan Kantor KPH juga ditemukan batu serupa, namun dengan ukuran yang lebih besar. Warisan rimba lain di KPH Bondowoso yang layak dikunjungi adalah batu so’on. Di tengah-tengah hutan jati, tepatnya pada Petak 11 D Resort Pemangkuan Hutan(RPH) Kladi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Prajekan, KPH Bondowoso ini dapat dijumpai batu raksasa dengan ketinggian sekitar 15 meter berdiameter 5-7 meter tersusun rapi dan saling bertumpuk. Kondisi antarbatu demikian inilah yang menyebabkan masyarakat setempat menyebutnya sebagai batu so’on (batu bersusun dari bahasa Madura). Sampai saat ini belum ada kendaraan umum sehingga untuk mencapai lokasi batu so’on hanya bisa diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi. Dari Kota Bondowoso, kita harus menempuh jarak sekitar 40 km untuk sampai di
wilayah Dukuh Batu Labeng, Desa Solor, Kecamatan Cermee. Jika ditotal akan membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam untuk sampai di kawasan ini. Akses jalan untuk menuju ke batu solor juga tergolong sangat menantang karena penuh bebatuan dan cukup terjal. Namun setelah sampai di sana bersiaplah menyaksikan batu alam yang sangat mengagumkan. Di sana kita bisa menyaksikan batu-batu alam berukuran raksasa berdiri tegak seperti para prajurit yang sedang berbaris. Tidak ada tiket masuk yang harus dibayar karena kawasan ini memang belum dikomersialkan. Memang masih belum ada penelitian kapan batu solor tersebut mulai ada, namun jika diperkirakan dari kenampakannya, batu-batu tersebut merupakan peninggalan zaman Prasejarah Megalithikum yang diperkirakan umurnya mencapai ribuan tahun. Tidak hanya barisan batu, namun di sekitar batu so’on ini juga ditemukan batu-batu dengan berbagai macam ukuran yang tersebar di kawasan hutan jati seluas 20 hektare.
Warisan Sejarah Jejak-jejak peradaban Megalitik yang lain terlihat di Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, sekitar 10 kilometer di sebelah selatan kota Bondowoso. Di sana terdapat satu patung nenek moyang yang bentuknya cukup unik. Orang Bondowoso menyebutnya betoh nyae (batu nyai dari bahasa Madura). Betoh nyae memiliki tinggi 153 cm dan tebal 52 cm. Lingkar dadanya berukuran 60 cm, sedang lingkar kepalanya 46 cm. Patung betoh nyae berada di tengah kebun milik petani. Walaupun bagian belakang dan tangan dari patung ini sudah hilang bekas dipahat, namum masih terlihat bahwa patung ini menggambarkan sosok seorang wanita. Patung batu ini konon dipercaya sebagai perlambang dewi kesuburan. Di sekitar betoh nyae, terdapat puluhan batu kenong, sarkofagus, dan dolmen. Jika dilihat dari sebaran batu-batu dalam rangkaian Situs Pekauman ini ada yang berbentuk singgasana (pelinggihan dari bahasa Madura) atau lazim disebut tahta batu yang letaknya membelakangi betoh nyae. Menurut para ahli, tahta batu ini kemungkinan dibuat untuk tokohtokoh penting, mungkin kepala suku atau rohaniawan pada masa lampau. Bisa juga berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungannya dengan DUTA
Rimba 69
pemujaan arwah nenek moyang. Sedangkan batu kenong dan lumpang untuk fondasi sudut rumah, dakon untuk tempat duduk, dan dolmen sebagai meja. Batu kenong berbentuk seperti gendang, yang pada satu sisinya memiliki tonjolan mirip kenong (peralatan gamelan Jawa). Perbedaan batu kenong dan lumpang terletak pada bagian atas. Batu kenong bagian atasnya menonjol sedangkan lumpang justru berlubang. Tonjolan dan lubang itu fungsinya untuk meletakkan tiang rumah. Untuk sarfofagus atau batu kubur ukurannya cukup besar dan karena bentuknya mirip mobil sedan, masyarakat setempat menyebutnya batoh motor. Batoh dalam bahasa Madura artinya batu dan motor artinya mobil. Diakui, hal-hal mistis masih mewarnai keberadaan batu-batu ini sehingga justru masyarakat yang tinggal di dekat Situs Pekauman ini sangat menghargai keberadaan batubatu tersebut. Untuk menjangkau dan menyaksikan benda bersejarah ini, harus berjalan kaki sekitar tiga ratus meter ke tengah kebun dengan hati-hati agar tidak merusak tanaman warga. Keberadaan situs yang lain bisa ditemukan di Desa Tegal Ampel, Kecamatan Sekar Putih berupa situs ceceran. Situs batu ini tampak teronggok di sisi jalan, jauh dari kumpulan batu lainnya. Sementara di Kecamatan Maesan sekitar 15 kilometer dari pusat kota Bondowoso, terdapat Situs Ko’ong, sejenis sarkofagus dan fragmen batu yang melambangkan sebuah kehidupan di lereng pegunungan. Lain lagi dengan Situs Glingseran, tepatnya di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin terdapat menhir berukuran raksasa dengan ketinggian mencapai sekitar 10 meter. Bahkan menhir berukuran lebih besar juga banyak terdapat di Desa Tarum dan Cangkring (Kecamatan Prajekan), Desa Sukokerto (Kecamatan Pujer), Desa Karang Sengon (Kecamatan Klabang), Desa Pakisan (Kecamatan Tlogosari), dan Desa Petung (Kecamatan Curahdami). Di sekitar menhir banyak berserakan situs-situs batu lainnya. Batu-batu itu hampir tak mudah dikenali karena bercampur dengan batu-batu gunung yang banyak ditambang penduduk. Tak jauh dari situ, banyak juga dolmen di tengah ladang petani. Ukurannya besar-besar menunjukkan status penghuni daerah itu di masa lalu. “Semakin besar dolmen atau sarkofagus, menunjukkan
70
DUTA Rimba
Dok. Duta Rimba
WARISAN RIMBA
Goa Jireg
tingginya status mereka. Mungkin karena kekayaan atau keramatnya seseorang,” tukas Slamet, tokoh budaya Bondowoso. Dari asal katanya, dol berarti meja dan men adalah batu, warga setempat menyebutnya betoh meja (batu meja). Dolmen ini, pada perkembangannya bukan lagi merupakan sarana pemujaan, tapi berfungsi sebagai penguburan (funeral place). Jenazah ditempatkan di bawah di antara empat sampai lima kaki dolmen. Di dalamnya terdapat berbagai bekal kubur (funeral give). Yang ditemukan beberapa tahun terakhir berupa gerabah, benda logam dari perunggu, dan manik-manik dari tanah liat yang dibakar. Soal bekal kubur, lanjut Slamet, tradisi megalitik Bondowoso juga terpengaruh dari luar. Terbukti dengan adanya bekal kubur, seperti manikmanik kaca atau perunggu yang dipengaruhi kebudayaan Dongson, budaya China yang masuk sekitar 500 tahun lalu. Benda-benda itu disertakan dalam kubur, karena dianggap sebagai benda kesayangan mereka yang meninggal. Dari sini menunjukkan bahwa tingkat pemikiran yang mengacu kepada cara-cara perlakuan masyarakat di zaman itu terhadap leluhur sedemikian kentalnya.
Pemujaan dan Pekuburan Berdasarkan hasil studi perbandingan soal struktur bangunan tradisi megalitik di berbagai wilayah di Indonesia dan melihat bentukbentuk peninggalan batu-batu purba di Bondowoso diperkirakan
keberadaan batu-batu purba ini selain berfungsi sebagai tempat penguburan atau sebagai umpak (fondasi penyangga) bangunan, juga berfungsi sebagai sarana upacara pemujaan untuk memohon sesuatu kepada zat yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari tonjolan-tonjolan di atas batu berfungsi sebagai penahan balok-balok kayu yang berfungsi sebagai gelagar (tiang penyangga utama, Jawa) agar balok-balok kayu bangunan tidak lepas dari umpak. Menyitir pemikiran R Van Heine Geldern, peneliti asal Belanda, yang tertulis di bukunya Das Megalitihen Problem (1959), Slamet kembali menjelaskan ada dua era tradisi megalitik yang dikenal orang, yaitu tradisi Megalitik Tua dan tradisi Megalitik Muda. Tradisi Megalitik Tua berkembang pada masa Neolitik atau masa cocok tanam, sedangkan yang muda berkembang pada masa perundagian (zaman logam). Bangunan batu-batu besar (Megalith, red) yang dihasilkan pada masa tradisi Megalitik Tua, jelas Slamet, banyak berhubungan dengan aktivitas pemujaan roh-roh nenek moyang yang berlangsung di zaman itu. Peninggalannya berupa menhir, dolmen, teras berundak, meja, dan kursi batu. Sedangkan peninggalan tradisi Megalitik Muda lebih didominasi oleh tempat-tempat penguburan. Megalitik yang dihasilkan di era ini biasanya berupa arca primitif, sarkofagus, karanda, kubur peti batu, pandhusa, dan dolmen sebagai penguburan. Dalam perkembangannya, ternyata
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
kedua jenis tradisi Megalitik tersebut bercampur baur, saling tumpang tindih, hingga membentuk variasivariasi lokal. Sebab ini pulalah para arkeolog Indonesia menemui kesulitan menentukan batas tegas antara tradisi megalitik tua dan muda. Sebab dalam beberapa kasus, monumen peninggalan yang dimaksud dalam Megalitik Tua masih dipergunakan hingga masuk periode Megalitik Muda. Namun, para peneliti sejarah bersepakat bahwa Kabupaten Bondowoso diperkirakan tergolong dalam era tradisi Megalitik Muda, yang berlangsung sangat lama hingga sekitar abad XIV Masehi. Bahkan diperkirakan Dolmen Bondowoso berlangsung antara awal tarikh Masehi hingga sekitar 2500-2000 sebelum Masehi. Gambaran waktu ini konon terlihat dari dolmen di Situs Pekauman, Kecamatan Grujugan. Diakui Tjahjo Adisetyawan ST, Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bondowoso,sampai saat ini belum ada penelitian menyeluruh terhadap situs-situs batu di wilayah ini sehingga jumlah temuan yang pernah terpublikasi bukan menjadi catatan akhir jumlah situs yang ada. Bahkan jika diperkirakan dari banyaknya temuan batu purba maka Bondowoso menyimpan situs-situs batu terkaya dan terlengkap dibanding yang pernah dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti di Sumba, Toraja, Flores dan beberapa tempat lain di Jawa. Dikatakan terkaya sebab jumlahnya sangat banyak dan dikatakan terlengkap karena jenis batu-batu peninggalannya beragam. Sayangnya, sebagian besar situs kondisinya memprihatinkan. Di beberapa tempat, banyak batu kenong yang hilang. Ada yang terdampar di kawasan markas TNI, ada yang rusak atau berubah posisi karena berbagai faktor. Selain pengaruh alam, sebagian besar karena jarahan tangan manusia yang belum mengerti. “Bila diperhatikan, batubatu ini seperti tak bernilai. Karena itu, masyarakat tidak mengerti arti penting peninggalan ini sehingga dengan mudahnya membuang atau merusaknya. Apalagi pernah ada yang mencoba menggali sebuah situs dan mereka menemukan emas atau manik-manik di dalamnya,” terangnya.
Museum Terbuka Kekayaan Bondowoso akan peninggalan sejarah tradisi Megalitik hingga kini belum mendapatkan
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Pandhusa (atas), Situs Kodada (bawah)
Batu so’on peninggalan masa Prasejarah
perhatian serius dari berbagai pihak, terutama yang berwenang terhadap kelestarian batu peninggalan Prasejarah itu. Upaya pelestarian pun belum menjadi agenda penting Pemerintah Kabupaten Bondowoso, akibatnya perawatan bendabenda bersejarah itu pun tak bisa dilakukan secara optimal. Beberapa fragmen batu tampak terlepas dari kesatuannya, berserakan di sekitarnya. Batu-batu penyangga dolmen juga tampak amblas dan sebagian sarkofagus pecah. Bahkan, pecahannya tercecer di sekitar rumah penduduk. Padahal, dari batu-batu purbakala itulah kita bisa mengenang tradisi Megalitik yang pernah ada. Karena itu, Tjahjo prihatin mengapa Bondowoso tidak menjadi museum terbuka untuk studi Megalitik, yang sekaligus menjadi objek wisata sejarah alternatif di Jawa Timur. “Biarlah situs-situs Megalitik tetap berada di tempatnya seperti aslinya. Tapi ada sarana bagi pengunjung dan peneliti untuk memudahkan pencapaian ke tempat-tempat yang tersebar itu,” cetusnya. Penelitian dan pendataan yang pernah ada, menurut Tjahjo, belum menyentuh semua titik sebaran situs
yang ada. “Sehingga jumlahnya belum ditemukan dan letaknya belum secara keseluruhan,” tandasnya. Soal belum lengkapnya data, juga disayangkan Sigit Purnomo, Kepala Dinas Pariwisata Bondowoso. Kewenangan pengelolaan situs batu peninggalan Megalitik ini berada di Dinas Pendidikan Bondowoso, namun karena biaya untuk penelitian sangat besar, sehingga belum mampu dilakukan hingga kini.Sementara, rencana menjadikan tempat-tempat dimana situs berada, masih terkendala oleh berbagai hal. “Selama ini kami hanya mengadakan seminar tentang tradisi Megalitik di Bondowoso. Itu saja,” tandasnya. Ditambahkan, kalau mau menjadikannya sebagai objek wisata sejarah, maka perlu dilakukan penataan yang matang. Menyikapi hal tersebut, Perhutani Bondowoso semakin mengintensifkan inventarisasi sumber daya hutan di lingkup KPH Bondowoso, khususnya untuk kawasan yang memiliki potensi wisata rimba. Keberadaan kawasan wisata yang memiliki potensi besar dan masuk dalam kawasan hutan juga mendorong keseriusan Perhutani untuk mengembangkannya sebagai kawasan wana wisata. DR
DUTA
Rimba 71
fr.academic.ru/pictures/frwiki
ENSIKLO RIMBA
Gamal
Tanaman Multiguna yang Disukai Ternak 72
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
tropical thefern.info
Bunga Gamal
Dalam beberapa kasus gamal dapat menghasilkan biomasa sama atau bahkan lebih banyak dari lamtoro.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
T
anaman gamal (Gliricidia sepium) telah dimanfaatkan secara luas untuk berbagai keperluan. Batangnya dapat digunakan sebagai kayu bakar, arang, bahan bangunan, dan alat pertanian. Gamal digunakan pula dalam berbagai sistem pertanaman, sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh, cokelat atau kopi. Sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam, dan ubi jalar. Gamal juga bermanfaat suplemen pakan ternak. Gamal dipercaya sebagai tanaman multiguna yang paling banyak kedua dibudidayakan setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Tanaman ini dapat digunakan untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi alang alang (Imperata cylindrica). Bahkan, nama gamal itu merupakan akronim dari ganyang mati alang-alang. Dalam beberapa kasus gamal dapat menghasilkan biomasa sama atau bahkan lebih banyak dari lamtoro (Stewart et al. 1992). Salah satu sebab mengapa gamal ini cepat populer adalah resistensinya terhadap hama kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang telah meluluhlantakan lamtoro di berbagai belahan dunia tropis (FAO 1998). Yang lebih umum digunakan, gamal sebagai pagar hidup, tanaman pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan terasering.
Meskipun dapat diperbanyak dengan biji, tapi lebih sering digunakan setek batang dalam usaha mengembangbiakan gamal. Alasan pertama adalah sulitnya mencari dan mengumpulkan biji gamal. Di berbagai tempat yang ditemui, jarang pohon gamal yang dapat tumbuh sampai besar, berbunga, dan berbiji. Hal ini disebabkan gamal sudah secara berkala dipanen daun dan batangnya, jarang yang dapat tumbuh sampai berbunga dan berpolong. Alasan lain, perbanyakan dengan setek batang lebih mudah dan lebih cepat daripada melalui biji. Tanaman yang diperbanyak dengan stek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun, biasanya 8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh pada usia sekitar dua tahun. Penanaman stek lebih baik berasal dari batang bawah tanaman yang cukup usia (di atas dua tahun), diameter batang cukup besar (di atas 4 cm) dengan panjang stek bervariasi, mulai dari 40 cm sampai 1,5 m. Jarak tanam juga bervariasi, antara 40 – 50 cm sampai dengan 1,5 – 5 m tergantung kebutuhan. Pembuatan Madu Lebah Biji, pepagan, daun, dan akarnya dapat digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi. Bunganya digunakan oleh lebah sebagai sumber nutrisi dan zat gula dalam pembuatan madu lebah. Di beberapa daerah, gamal ditanam sebagai tumbuhan
DUTA
Rimba 73
Tanaman Gamal muda dan gamal berbunga
eksotik dan penghias taman karena memiliki bunga berwarna lembayung yang indah. Di beberapa tempat di Afrika, masyarakat memakan bunga gamal setelah terlebih dahulu direbus. Meskipun kadang-kadang menggugurkan daunnya pada musim kering dan kondisi udara dingin, gamal dapat dikategorikan sebagai pohon yang selalu hijau (ever green). Dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali, dengan hasil antara 1 – 2 kg hijauan basah per tanaman. Gliricidia sepium merupakan tanaman yang cocok untuk tanah asam dan marginal seperti diutarakan oleh Szott et al. (1991). Lebih lanjut, Whiteman et al. (1986) menilai gamal beradaptasi dengan baik pada tanah dengan kandungan kalsium rendah, seperti di Australia. Sayangnya, pada tanah yang mengandung saturasi alumunium cukup tinggi, seperti beberapa daerah di Indonesia, gamal tumbuh kurang baik dan memiliki tingkat tahan hidup yang rendah (Dierolf dan Yost, 1989). Beberapa literatur menyebutkan waktu penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Namun, ada sedikit masalah ketika curah hujan terlalu tinggi. Banyak stek tanaman menjadi busuk akibat curah hujan yang tinggi. Biasanya gamal ditanam pada tengah atau bahkan akhir musim hujan atau membuat guludan (raised bed) di sekitar lokasi penanaman apabila diperkirakan curah hujan tinggi. Sebagai pagar hidup dan suplemen pakan ternak, gamal dapat ditanam dengan jarak 40 -50 cm sepanjang
74
DUTA Rimba
pagar. Sehingga apabila Anda memiliki pagar gamal sepanjang 400 meter, akan dimiliki 800 – 1000 pohon yang diharapkan dapat menghasilkan hijauan sekitar 10kg per hari. Gamal mengandung nilai gizi yang tinggi. Protein kasar berada di antara 18-30% dan nilai ketercernaan 50-65%. Daun gamal sebaiknya dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. Beberapa literatur menyebutkan pelayuan selama 12 – 24 jam terbukti meningkatkan kuantitas asupan pakan. Pada ternak, terutama sapi yang belum terbiasa terhadap gamal, perlu dilakukan pembiasaan terlebih dahulu. Caranya bisa dengan ternak dilaparkan dahulu. Selama setengah hari (dari pagi sampai sore) tidak diberi makan, tapi tetap diberi air minum yang cukup. Baru pada malam hari diberikan daun gamal yang telah dilayukan dan kemudian rumput. Pada pemberian selanjutnya biasanya tidak perlu dilaparkan lagi, ternak sudah akan langsung menyantap daun gamal. Daun gamal juga cukup baik untuk diawetkan dengan menggunakan metoda silase, baik dicampur dengan bahan lain maupun tunggal. Dalam beberapa percobaan awal yang dilakukan, silase campuran daun gamal, lamtoro, dan rumput gajah menghasilkan wangi dan rasa yang disukai ternak. Khusus sebagai pakan ternak hewan ruminansia terutama sapi, gamal adalah kombinasi dan partner yang baik bagi rumput gajah. Penanaman dapat dilakukan secara
berselang-seling baris dengan rumput gajah dengan metode alley cropping atau ditanam memanjang sebagai pagar hidup. Dengan cara ini manfaat yang diperoleh dapat berlipat ganda. Selain pupuk hijau, penahan angin juga sebagai bank protein bagi ternak ruminansia.
Kemampuan Adaptasi Keunggulan lain dari gamal adalah kemampuan adaptasi yang sangat luas terhadap berbagai kondisi tanah dan klimat, mudah ditanam, dan mampu memproduksi biomasa yang cukup besar, selaras dengan kandungan nutrisi dan protein yang sangat tinggi. Sedangkan kandungan racun dan zat antinutrisi, terutama bagi ternak monogastrik, walaupun perlu diwaspadai, merupakan kendala kecil bagi pemanfaatan gamal dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Apalagi dengan penanganan yang tepat (pelayuan) dan manajemen pakan yang baik, masalah ini dapat di minimalisir. Gamal juga merupakan tanaman yang tidak rewel dan relatif aman dari serangan hama. Ada literatur yang menyebutkan organisme pengganggu tanaman berupa kutu kecil, aphid, dan beberapa jenis serangga. Namun, kerusakan yang ditimbulkannya tidak signifikan dan secara umum dapat diabaikan. Pohon berukuran kecil sampai sedang tinggi sekitar 10-12 m. Daun bersirip ganjil, panjang sekitar 30 cm. Helai daun 5-20 cm, berbentuk NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
tropical thefern.info
tropical thefern.info
ENSIKLO RIMBA
oval sampai bulat, panjang 2-7 cm, dan lebar 1-3 cm. Bunga membentuk kelompok tangkai pada batang muda dan tua. Bunga keluar tunggal dengan 20-40 per tangkai, merah muda sampai ungu muda, bercampur putih. Buah polong hijau dan kuning-cokelat muda ketika tua, panjang 0-18 cm, lebar 2 cm, biji 4-10, kuning-cokelat muda sampai cokelat dan hampir bulat. Tanaman gamal tahan terhadap pemangkasan berulang. Untuk pakan, pemangkasan pertama pada 8-12 bulan setelah tanam pada ketinggian sekitar 0.5-1 m di atas tanah, dan kemudian dapat dilakukan setiap 2-4 bulan tergantung pada curah hujan dan suhu. Gamal berasal dari daerah Amerika Tengah dan Brazil. Di daerah asalnya digunakan sebagai pelindung tanaman cokelat dan dikenal dengan nama madre cacao. Oleh penjajah Eropa, tanaman ini dibawa ke Benua Asia dan ditanam di India dan Srilangka sebagai tanaman pelindung teh sejak tahun 1870-an. Gamal masuk ke Indonesia melalui perusahaan perkebunan Belanda yang tertarik untuk menggunakannya sebagai tanaman pelindung di perkebunan teh di Medan pada tahun 1900-an. Menurut Ir Satria Nusantara N, M.Agr.Sc dalam Keunggulan Gamal sebagai Pakan Ternak (2009), gamal dapat ditanam dengan beberapa sistem sesuai dengan fungsinya misalnya sebagai sumber pakan ternak, tanaman naungan kopi atau kakao, penahan erosi, tanaman rambatan panili dan lain-lain. Gamal mudah dikembangbiakkan, baik dengan biji maupun dengan stek batang. Penanaman dengan stek, tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran lebih dalam jika ditanam dengan biji daripada setek. Penanaman yang tepat dengan kedua cara tersebut, dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi, 90 – 95 %. Biji gamal dapat diperoleh dengan dengan cara memanen saat biji benar-benar sudah masak. Gamal mulai berbunga pada awal musim kemarau. Waktu mulai berbunga sampai dengan biji masak sekitar bulan Agustus/September. Pada saat biji telah benar-benar masak, polong akan pecah dan bijinya akan terlempar berserakan. Maka untuk mendapatkan biji sebagai bibit, polong yang telah masak harus segera dipanen sebelum pecah dan pemanenan yang paling baik dilakukan sampai akhir musim NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
kemarau. Pemanenan pada saat musim hujan, biasanya sebagian besar biji membusuk. Disemaikan Dulu Penanaman dengan biji dapat dilakukan secara langsung di lahan atau disemaikan dulu di bedengan atau polybag lalu dipindahkan ke lahan setelah tanaman mencapai tinggi 30 cm. Penanaman dengan biji membutuhkan media tanam yang lebih baik bagi biji untuk berkecambah dan tumbuh dengan baik. Sebelum ditanam atau disemai, biji direndam terlebih dahulu dalam air hangat selama 12 jam, untuk mempercepat perkecambahan. Tanaman dapat
Klasifikasi Ilmiah Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae/Leguminosa/ Papilionoideae
Upafamili : Faboideae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia sepium
mencapai tinggi sekitar 3 m dan siap berbunga setelah berumur 6-8 bulan. Penanaman dapat berhasil baik bila dilakukan pada akhir musim kemarau. Kebutuhan banyaknya biji ditentukan sistem penanaman dan jarak tanam. Setiap kg biji kering berisi sekitar 600 biji. Sebagai tanaman baru, gamal yang baru tumbuh mempunyai daya saing yang lebih rendah, terutama terhadap rumput atau gulma. Perlu dilakukan penyiangan terhadap tanaman pengganggu, terutama pada saat awal-awal pertumbuhan. Bila perlu dilakukan pemupukan ringan dengan urea, TSP, dan KCL untuk mempercepat pertumbuhan awal. Pertumbuhan selanjutnya akan berlangsung cepat sehingga mampu bersaimg dengan tanaman lain termasuk rumput / gulma. Pemangkasan awal setinggi 30- 60 cm dari tanah setelah tanaman berumur 3-4 bulan dapat dilakukan untuk memperbesar diameter pangkal batang dan memperbanyak percabangan. Pemotongan hijauan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6-8 bulan, kemudian tanaman dapat dipotong setiap 6-8 minggu sekali. Frekuensi pemotongan dapat lebih pendek jika gamal ditanam di lahan yang subur atau lebih panjang pada musim kemarau. Penanaman gamal dengan stek batang tidak membutuhkan pengolahan tanah yang terlalu baik, yang penting tanah tersebut bebas dari gulma dan tidak terlalu keras. Stek batang yang akan ditanam ada dua macam tergantung kadar air tanah dan kondisi lingkungan, yaitu stek panjang dan pendek. Setek panjang berukuran 1-2,5 m dan berdiameter 6-10 cm, diruncingkan kedua ujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar. Setek panjang ditanam sedalam 50 cm agar kuat . Stek pendek berukuran 30-50 cm dan diperlakukan serupa dengan setek panjang. Setek pendek ditanam lebih kurang sepertiganya dalam tanah. Di daerah kering atau air tanah kurang, sebaiknya menggunakan setek panjang dan jika air tanah cukup, dapat digunakan setek pendek. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak kehabisan persediaan zat makanan dan air pada awal pertumbuhan, terutama sebelum akar keluar dan berfungsi secara normal. Namun untuk menghemat kebutuhan setek, sebaiknya menggunakan setek pendek tanpa mengurangi daya tumbuh. DR
DUTA
Rimba 75
UJUNG RIMBA
Suwanto, Mandor Keamanan
S
uwanto lahir di Desa Medalem, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, pada 6 Desember 1966. Mantan Komandan Pasukan Buser ini pada tahun 2015 saat bertugas di Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Jatirogo pernah berjuang melawan lebih dari 20 orang untuk mengamankan hutan di wilayah Petak 30 dan 31 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tuwiwiyan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bahoro. Dia kembali mendapatkan penghargaan. Penghargaan kali ini bukanlah sebagai komandan buser, melainkan penghargaan sebagai mandor keamanan terbaik peringkat I tingkat direksi tahun 2015. Bapak dari dua anak, yakni M Nur Alfian dan Leli Maulida Ilmiati ini dilantik sebagai pasukan buser pada tanggal 1 Januari 2013. Pria ini memang dikenal sebagai sosok
76
DUTA Rimba
Mandor keamanan hutan, Suwanto.
yang pemberani. Selain dikenal pemberani juga dikenal pria yang kuat, terbukti dari keterangan rekan seperjuangannya terkait peristiwa pada tanggal 28 Agustus 2008 silam. Punggung sebelah kirinya terkena bacokan dari salah satu penjarah hutan. Meski dibacok, namun berkat lindungan Allah dia tidak apa-apa, hanya bajunya yang sobek dan punggungnya terlihat garis bekas bacokan. Menjelang lima tahun akhir masa pengapdiannya, suami Mundiah, terhitung mulai tanggal 6 Oktober 2015 diberi amanah sebagai pelaksana harian KRPH Dikir BKPH Ngulahan.
Dok. Duta Rimba
Ada tiga filosofi hidup Suwanto yang didedikasikan untuk generasi muda rimbawan. Pertama, nikmati hidup. Jalani proses dengan ikhlas dan kebersamaan. Kedua, rintangan bukan berarti halangan, kegagalan bukan sebuah akhir segalanya, tetapi berhenti melangkah itulah akhir segalanya. Ketiga, setiap kesusahan pasti ada hikmahnya, setiap kegagalan pasti ada nikmatnya.
Dok. Duta Rimba
yang Pemberani
Mandor Suwanto sedang melakukan patroli di kawasan hutan
Tiga Filosofi Paling tidak ada tiga filosofi hidup Suwanto yang didedikasikan untuk generasi muda rimbawan. Pertama, nikmati hidup. Jalani proses dengan ikhlas dan kebersamaan. Kedua, rintangan bukan berarti halangan,
kegagalan bukan sebuah akhir segalanya, tetapi berhenti melangkah itulah akhir segalanya. Ketiga, setiap kesusahan pasti ada hikmahnya, setiap kegagalan pasti ada nikmatnya. DR NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Tanaman Ibarat Anggota
Keluarga yang Butuh Perhatian
M
eski namanya singkat, hanya satu kata, Catur, namun prestasinya cukup panjang. Mandor tanam berperawakan sedang, yang kini bertugas di KPH Pemalang ini secara berturut turut sudah meraih delapan penghargaan. Semua penghargaan ini dia raih untuk bidang yang digelutinya, yakni tanaman. Bapak satu anak mengatakan tananam akan berhasil dengan baik kalau petugas sering menengok ke lokasi dan memeriksa secara menyeluruh pada petak yang menjadi tanggung jawab seorang mandor tanam. Dengan begitu, jika pada
Dok. Duta Rimba
Catur bekerja di Perhutani mulai tahun 1995 sebagai mandor tanam, sampai sekarang ini sudah banyak mendapat penghargaan, baik KPH maupun tingkat Divisi Regional Jawa Tengah.
larikan tanaman ada yang mati bisa langsung tertangani untuk segera dilakukan penyulaman. “Dapat diibaratkan, tanaman seperti keluarga kita yang butuh perhatian,” kata Catur (51 tahuh) saat ditemui di Petak 27 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Baturaksa, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Slarang beberapa waktu lalu. Kesuksesan pekerjaan bidang tanaman akan lebih baik bila diberikan pupuk berupa sepatu mandor tanam. Artinya dengan seringnya mandor tanam memeriksa lokasi secara menyeluruh, bisa secepatnya mendeteksi kekurangan di lapangan. Dengan begitu, langsung dapat dilakukan penyulaman, baik tanaman pokok, pengisi maupun tanaman tepi. Catur bekerja di Perhutani mulai tahun 1995 sebagai mandor tanam, sampai sekarang ini sudah banyak mendapat penghargaan, baik tingkat KPH maupun tinggkat Divisi Regional Jawa Tengah. Pertama kali ia mendapat penghargaan dari petak 139 saat dia masih menangani perhutanan sosial karena tanaman yang ditanam dinilai berhasil. Dia saat itu meraih juara I tingkat KPH Pemalang. Terakhir karena tanaman yang dikelola Catur di Petak 143 RPH Baturaksa BKPH Slarang, membawanya kembali menjadi juara III, mandor tanam tingkat KPH Pemalang. Catur pun berharap rekan-rekan sejawat untuk selalu turun ke lapangan, mengontrol andil per andil agar tanaman bisa berhasil, tanamannya aman dari gangguan, sehinga produksi kayu Perhutani bisa terjamin. Dengan begitu, manajemen yang di atas bisa menaikkan gaji dan membayarkan bonus. DR
Mandor RPH Baturaksa BKPH Slarang KPH Pemalang, Catur NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 77
WISATA RIMBA
Wisata alam air terjun Coban Sewu
78
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Menikmati Indahnya Air Terjun Coban Sewu
Dok. Duta Rimba
Objek wisata di Kabupaten Lumajang kini bertambah dengan makin dikenalnya Air Terjun Coban Sewu. Keberadaan Coban Sewu melengkapi aneka objek wisata lain di kabupaten ini, seperti Danau Segitiga, Air Terjun Manggisan, Pantai Watu Godek, Pantai Watu Pecak, Pantai Bambang, Pantai Tlepuk, Pantai Dampar, Pantai Wotgalih, Pemandian Selokambang, dan Puncak B-29.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
DUTA
Rimba 79
WISATA RIMBA
K
ehadiran Coban Sewu membuat objek wisata di Lumajang makin bervariasi. Apalagi objek wisata ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Malang di sisi barat. Sehingga jika berada di Malang bisa dijadwalkan untuk singgah ke Coban Sewu karena boleh dikatakan destinasi wisata ini sangat menawan. Begitu mendengar nama Air Terjun Coban Sewu maka yang terlintas di pikiran adalah tempat wisata yang berada di Jawa Tengah. Objek wisata di lereng Gunung Lawu yang berada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Tapi nanti dulu, kalau yang di Tawangmangu ini namanya Air Terjun Grojogan Sewu, bukan Air Terjun Coban Sewu. Atau bisa jadi, saat mendengar nama Air Terjun Coban Sewu yang ada di benak kita adalah objek wisata yang ada di Dusun Tretes, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Curug ini juga sering disebut Air Terjun Grojogan Sewu oleh masyarakat Malang. Lagi-lagi bukan itu. Coban Sewu yang di Kabupaten Lumajang ini berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo. Air terjun ini bisa dikatakan masih alami dan untuk menuju ke lokasi dibutuhkan perjuangan tersendiri karena memang harus melewati jalan yang belum begitu bagus dan menyusuri sungai.
Paling Indah Air Terjun Coban Sewu yang di Lumajang ini merupakan air terjun paling indah menurut tongkrongin. com. Hal ini karena Coban Sewu memiliki area air terjun yang cukup luas dan tinggi, selain itu keindahan tebing dan jernihnya air membuat wisata ini tidak boleh dilewatkan saat berada di Lumajang. Tidak heran jika banyak para wisatawan yang menamakan Coban Sewu sebagai surga yang tersembunyi. Coban Sewu atau bisa disebut Air Terjun Tumpak Sewu adalah sebuah destinasi wisata baru. Karena masih baru sehingga masih sedikit informasi mengenai wisata air terjun ini dan belum banyak terdengar di kalangan wisatawan. Kini Coban Sewu sudah mulai diperbincangkan dan menjadi destinasi kunjungan wisatawan lokal, bahkan beberapa wisatawan manca negara sudah menyinggahinya. Awalnya memang oleh warga sekitar disembunyikan dikarenakan takut atau khawatir tidak terawat oleh pemerintah seperti Gua Tetes.
80
DUTA Rimba
Warga sekitar baru percaya setelah pemerintah mulai memperhatikan tempat wisata alam ini. Warga berharap pemerintah dengan adanya objek wisata baru segera melakukan pengembangan. Untuk menuju Coban Sewu, dari Lumajang kemudian setelah di tugu perbatasan antara Kabupaten Lumajang dan Malang sekitar 100 meter sebelum tugu tersebut ada gang turun pada kiri jalan. Kemudian lurus saja sampai sungai, lalu motor diletakkan di gubuk penambang pasir. Tempat ini disebut Coban Sewu karena dari segi bahasa coban berarti air terjun dan sewu berarti seribu. Mengapa seribu karena air terjun ini aliran air dari atas sangatlah banyak sepanjang tebing, memang sih mungkin kalau dihitung, tidak sampai seribu jumlahnya. Air terjun ini sangat tinggi sampai-sampai terasa seram saat mengambil foto dari atas tebing. Jika kita ingin melihat air terjun dari bawah maka pengunjung dapat turun melalui Gua Tetes. Nah di Air Terjun Gua Tetes tersebut ada akses jalan yang bisa dilalui untuk ke bawah tebing. Jika tidak tahu, silakan bertanya saja ke warga setempat. Meskipun Air Terjun Gua Tetes dapat dilalui untuk ke bawah, namun pengunjung juga perlu berhati-hati. Pasalnya, medan yang dihadapi cukup sulit dan licin. Setelah sampai di bawah, tentunya masih ada tantangan lagi yang pengunjung hadapi, yakni melawan arus sungai menuju Coban Sewu. Saat menyusuri sungai, Anda juga perlu hati-hati karena arusnya cukup kuat dan deras, jika lengah sedikit saja bisa terbawa arus. Saat menyusuri sungai pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan alam sekitar yang sungguh menakjubkan, dan membuat kita terasa terhipnotis dengan keindahan alamnya.
Wisata Petualangan Coban Sewu berbeda dengan wisata air terjun lainnya, karena tergolong wisata yang ekstrim yang identik dengan petualangan. Pengunjung harus menyusuri sungai, naik turun di tebing yang licin penuh lumut. Harus ekstra hati-hati untuk melewatinya. Namun, semua perjuangan tersebut tidak sia-sia dan akan terbayar lunas, bahkan berlipat saat sampai di bawah air terjun. Ya, jika sudah sampai Anda akan disuguhi pemandangan yang begitu eksotis. Kejernihan airnya dan tempat yang masih terjaga keasriaannya. Air terjun
Pemandangan air terjun Coban Sewu
ini sangatlah cocok untuk mereka yang hobi dengan fotografi dan petualangan. Makanya jangan lupa jika ke Lumajang mampir ke tempat ini, dijamin nggak bakalan rugi. Kita bisa mengunjungi dua air terjun sekaligus, yakni satunya adalah Gua Tetes yang tak kalah indah dengan Coban Sewu. Letaknya pun berdekatan karena satu jalur. Bahkan Detik Travel menuliskan untuk menikmati betapa mengagumkan Air Terjun Niagara, kini tak perlu jauh-jauh ke garis perbatasan internasional antara negara bagian Amerika Serikat, New York dengan salah satu provinsi Kanada, Ontario. Coban Sewu akan menjawab semua rasa takjub Anda tentang air terjun yang super tinggi NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
guide. Jangan pernah mencoba untuk mencari jalan sendiri. Jalannya sulit diprediksi dan sebenarnya memang tidak ada. Hanya warga sekitar yang biasa mencari rumput yang menerobos jalan dan membuatnya dapat dilewati wisatawan. Ketiga, simpan dan amankan alat elektronik. Bungkus alat elektronik dengan plastik dan masukkan dalam tas. Hal ini dikarenakan saat menyusuri sungai dan desiran angin yang membawa butiran-butiran air menerpa Anda. Jadi agar tidak basah terkena air. Keempat, membawa tali akan sangat membantu. Kalau rombongan patut kiranya untuk membawa tali karena lebih aman. Kelima, makanan dan minuman. Bawalah cemilan dan air mineral, karena dipastikan tidak ada penjual di sana, karena ini masih
Dok. Duta Rimba
Dok. Duta Rimba
dan besar. Air Terjun Tumpak Sewu, julukan dari Coban Sewu adalah Niagara Indonesia yang terletak di perbatasan Malang-Lumajang. Jelajah Nusantara pun memberi tips untuk para pengunjung yang berencana berpetualang ke Coban Sewu. Berikut ini sedikit tips dan saran yang bisa digunakan sebagai bekal sebelum menuju Coban Sewu. Paling tidak ada tujuh hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bawalah sendal atau sepatu outdoor. Sangat disarankan untuk memakai sepatu atau sendal dengan gerigi atau standar outdoor karena akan sangat berguna untuk menuruni tebingtebing yang curam serta medan batuan cadas berlumut yang amat licin. Kedua, disarankan memakai jasa
alam liar. Jadi jangan bayangkan ada penjual cilok atau makanan ringan lainnya di sana. Keenam, matangkan persiapan waktu. Sebagai referensi saja: dari Tempeh - Gua Tetes (60 menit), turun sungai via Gua Tetes (30 menit), menyusuri sungai - Coban Sewu (20 menit), naik sungai - Gua Tetes (45 menit). Ketujuh, perhatikan cuaca, pastikan Anda memperhatikan cuaca sebelum ke sana, karena tidak mungkinkan jika cuaca lagi mendung dan berada di sana ketika hujan mengguyur. Terus perhatikan timing waktu, jangan sampai turun sudah terlalu sore, karena akan berbahaya jika hari sudah gelap. DR
DUTA
Rimba 81
POJOK KPH
KPH Purwodadi Dukung
Ketahanan Pangan
Panen raya jagung bersama Meneg. BUMN RI Rini MS Soemarno di KPH Purwodadi
Dok. Duta Rimba
Meski usaha utamanya berada pada sektor kehutanan, namun Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi ikut peduli membantu program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan. Hal itu diwujudkan dengan menyediakan sebagian lahan hutan untuk penanaman komoditas pertanian, utamanya jagung.
P
enyediaan lahan untuk pertanian ini sudah dilakukan Perum Perhutani sejak beberapa tahun lalu dengan melibatkan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH). Termasuk pula di wilayah KPH Purwodadi juga ada lahan yang disiapkan untuk LMDH. Administratur KPH Purwodadi, Damanhuri, menjelaskan total kawasan hutan yang dimiliki sekitar seluas 19.636,5 Ha. Pada tahun 2016, sebanyak 12,3 persen atau sekitar 2.422,3 Ha disiapkan untuk penanaman jagung dengan sistem tumpang sari dengan tanaman keras.
82
DUTA Rimba
“Lahan buat penanaman jagung itu, seluas 1.924 Ha berada di kawasan hutan yang masuk wilayah Grobogan. Kemudian, sisanya seluas 498,3 Ha ada di wilayah Pati,” kata Damanhuri. Menurut Damanhuri seperti dikutip dari murianews.com, tanaman jagung ini dipilih karena dinilai cocok dengan kondisi lahan yang ada. Selain itu, tanaman jagung merupakan salah satu komoditas andalan Kabupaten Grobogan. Hasil panen jagung di sini per tahun berkisar 600 ribu ton. Dalam rangka ketahanan pangan tahun 2015 KPH Purwodadi mendapatkan bantuan benih jagung 24.929,2 Kg dan pupuk urea 124.620,8
Kg, NPK 83.080,5 Kg. Untuk LMDH Jurang jero mendapatkan bantuan benih jagung 1.457,6 Kg, pupuk urea 7.287,8 Kg dan NPK 4.858,5 Kg dengan keluasan 97,2 Ha.
Panen Raya Apa yang ditanam tersebut, sudah siap panen. Rencana lokasi panen raya jagung di Petak 31F Luas 4,2 Ha dengan tanaman tumpangsari jagung jenis tanaman pokok jati JPP SP tahun tanam 2015 masuk pangkuan LMDH Jurang Jero, RPH Plosokerep, BKPH Penganten, KPH Purwodadi dengan kapasitas produksi 12,6 ton. Panen dilaksanakan di Desa Penganten, NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan. KPH Purwodadi memiliki luas 19.636,5 Ha. Lahan seluas itu tersebar di wilayah Karesidenan Semarang, Kabupaten Grobogan dengan luas 17.901 Ha, di Karesidenan Pati, Kabupaten Pati seluas 1.199,9 Ha, dan di Kabupaten Kudus dengan luas 535,6 Ha. Dalam pengelolaan sumber daya hutan di Provinsi Jawa Tengah, KPH Purwodadi berada di bawah pengelolaan kesatuan wilayah kerja Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Wilayah kerja KPH Purwodadi ini berada dengan ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar sampai dengan curam. Seluruh wilayahnya merupakan kelas perusahaan jati, dan terbagi dalam delapan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Untuk wilayah BH Grobogan (BKPH Penganten, Jatipohon, dan Linduk) sejumlah 203 petak, seluas 8.769,7 Ha. Untuk BH Sambirejo (BKPH Pojok, Sambirejo, dan Tumpuk ) sejumlah 158 petak, seluas 6.452,1 Ha. Sedangkan BH Kradenan Utara (BKPH Karangasem dan Bandung) sejumlah 132 petak, seluas 4.414,7 Ha. Secara klimatologis, KPH Purwodadi berada pada kawasan dengan perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Perbandingan bulan basah dengan bulan kering antara 33% sampai dengan 60% sehingga termasuk dalam iklim Tipe C ( Schmidt and Fergusson ). Kawasan hutan KPH Purwodadi bagian terluasnya (91.16%) terletak di Kabupaten Grobogan. Kabupaten Grobogan dengan luas 1.975,86 Km² terbagi ke dalam 19 kecamatan, sedangkan yang berdekatan dengan KPH Purwodadi ada 8 kecamatan, yaitu Wirosari, Tawangharjo, Ngaringan, Kelambu, Brati, Grobogan, Godong, dan Purwodadi. Untuk Kabupaten Pati terdapat dua kecamatan, yaitu Sukolilo dan Kayen. Sedangkan untuk Kabupaten Kudus yang berdekatan dengan KPH Purwodadi adalah Kecamatan Undaan. Pada desa-desa hutan, baik yang berada di tepi maupun tengah
Tabel Kedaulatan Pangan KPH Purwodadi Tahun 2015 KPH
Tahun Tanam
1
2
3
1
Purwodadi - Pati - Grobogan
2013
2
Purwodadi - Pati - Grobogan
3
Purwodadi - Pati - Grobogan
NO
Komoditas TPS 4
KPH
Tahun Tanam
1
2
3
1
Purwodadi - Pati - Grobogan
2016 2016
Total KPH NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
7
6
Jagung Jagung
365 1.545 1.910
2014
Jagung Jagung
199,30 609,90 809,20
518 1.586 2 .104
2015
Jagung Jagung
115,40 646,58 761,98
300 1.681 1 .981
Pati
Jagung
455,20
1 .184
Grobogan
Jagung
1.850,58
4 .812
2 .305,78
5 .995
hutan dan merupakan enclave, masih dijumpai aktivitas masyarakat yaitu meramu dan mengumpulkan hasil-hasil hutan berupa kayu bakar, bahan-bahan makanan berupa umbiumbian yang tumbuh secara alami, dan rumput untuk makanan ternak serta hasil-hasil hutan lain. Aktivitas tersebut telah berlangsung secara turun-temurun sejak dahulu hingga saat ini. Penduduk yang menghuni wilayahwilayah desa sekitar hutan di wilayah KPH Purwodadi adalah penduduk Suku Jawa dan mayoritas memeluk agama Islam. Sebaran pemukiman penduduk cenderung terkonsentrasi pada wilayah-wilayah yang menjadi tempat bagi warga menggantungkan mata pencaharian mereka, misalnya sekitar hutan, ladang, sawah, dan tepitepi jalan raya yang menghubungkan antara satu desa atau kecamatan dengan tempat-tempat lainnya. Budaya Jawa dan Islam sangat terasa di desa-desa hutan. Proses akulturasi antara tradisi Jawa dan Islam, juga tampak dalam corak kehidupan masyarakat desa hutan. Ritual-ritual khusus yang bernuansakan Jawa, misalnya slametan dan sedekah bumi masih
Komoditas TPS
Jagung Jagung
Ket
5
Total KPH
4
Realisasi Panen ton
140,50 594,50 734,60
Tabel Rencana Kedaulatan Pangan KPH Purwodadi Tahun 2016 NO
Jml TPS (6+8) ha
Rencana Tanam ha
Ket
5
6
498,29 1.944,16 2 .442,45
Kayu Putih Kayu Putih
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat desa hutan (MDH) terlibat pada kegiatan-kegiatan unit manjemen, antara lain penggarapan lahan (pembersihan, pembuatan lubang), tanaman (tumpangsari), pemeliharaan, tebangan . Profesi sebagai petani dan buruh tani merupakan jenis mata pencaharian yang terkait langsung dengan aktifitas di hutan. Program tumpangsari merupakan kegiatan yang juga membuka peluang bagi masyarakat desa hutan untuk meningkatkan pendapatan/ penghasilan rumah tangga mereka. Jenis tanaman yang pada umumnya dibudidayakan oleh masyarakat desa hutan pada kegiatan tumpang sari, antara lain jagung, padi, kacang tanah, dan ketela pohon. Konflik sosial yang selama ini terjadi setidaknya dapat dilihat dari aspek kebutuhan dasar hidup masyarakat desa hutan yang sangat tergantung akan keberadaan hasil alam, seperti pertanian lahan kering dan hutan sebagai sumber bahan bakar dan sumber penghidupan lainnya (seperti pakan ternak). Mengingat kepemilikan lahan yang relatif terbatas dalam luas dan jumlah orangnya sehingga menjadikan kawasan hutan sebagai alternatif yang sangat masuk akal. Konflik sosial lainnya adalah pengambilan tegakan kayu jati di kawasan hutan. Penyelesaian pencurian kayu diatur lebih lanjut dalam kelola keamanan, di mana struktur tingkat pencurian kayu didefinisikan dan diberikan pola penyelesaian berjenjang sesuai aturan hukum dan kewenangan. DR
DUTA
Rimba 83
INOVASI RIMBA
KPH Telawa Kontrol Tanaman dengan Drone
Kemajuan teknologi harus digunakan untuk memacu bisnis agar kinerja perusahaan dapat efektif dan efisien. Itulah yang digunakan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Telawa, yang menggunakan drone untuk mengontrol perkembangan tanaman di lahan hutan. Semangat kerja pegawai KPH Telawa meningkat karena mereka tahu bahwa kerja mereka diawasi dengan drone.
Dok. Duta Rimba
Penggunaan Drone oleh KPH Telawa untuk memudahkan pekerjaan mulai dari persemaian tanaman, sampai kegiatan produksi.
84
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
D
rone sudah sering kita dengar. Bahkan pengadaan pesawat drone menjadi salah satu program yang akan diwujudkan Presiden Jokowi sebagai alat untuk menjaga keamanan wilayah Indonesia. Hal ini disampaikan saat debat presiden tahun lalu. Drone merupakan pesawat nir awak atau pesawat tanpa awak. Pesawat ini tidak membutuhkan seorang pilot untuk memandunya, serta sering disebut sebagai pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Teknologi ini menjadi salah satu yang berkembang pesat di dunia. Tidak hanya dimanfaatkan dalam dunia militer, drone juga dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan, pengiriman barang, dan memantau bencana. Sebagai pesawat tak berawak, tentunya tidak ada manusia di dalam sebuah drone. Bentuknya bermacam-macam mengikuti tujuan utama penggunaan. Sedangkan cara kerja drone, yaitu memanfaatkan kendali jarak jauh atau sistem remote, di mana pilot memegang kontrol dari darat. Dengan semakin berkembangnya teknologi, kini ada pula drone yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya secara mandiri setelah diprogram menggunakan komputer onboard yang dipasangkan di drone. Pada awalnya, pesawat jenis
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
drone digunakan sebagai alat pengintaian dan penyerangan atau secara umum dimanfaatkan pihak militer. Menurut sejarahnya, ide pengembangan pesawat tanpa pilot sudah ada sejak 22 Agustus 1849. Waktu itu, Austria berusaha menyerang kota Venesia di Italia dengan menggunakan balon tak berawak yang penuh akan bahan peledak. Cara kerja drone sederhana ini tidak sepenuhnya berhasil. Beberapa balon mengenai sasaran, tetapi ada yang terjebak angin dan berubah arah. Namun, dewasa ini pemanfaatan teknologi drone juga menjalar ke area sipil. Tujuannya kini berubah sebagai alat yang bermanfaat untuk pemetaan wilayah, fotografi, pemadam kebakaran, pemeriksaan jalur pemipaan, dan sebagainya. Tentunya cara kerja drone disesuaikan dengan fungsi dan tujuan penggunaan.
Untuk Bisnis Sampai saat ini, drone telah dimanfaatkan dalam industri bisnis dan diaplikasikan ke dalam berbagai layanan, seperti pengiriman komersial, pengawasan keamanan komersial, eksplorasi tambang, minyak dan mineral, bantuan kesehatan darurat, serta pembuatan film. Dalam pembuatannya, umumnya drone dirancang dalam bentuk multirotor, di mana jenis paling populer, yaitu quadcopters atau
DUTA
Rimba 85
INOVASI RIMBA
KPH Telawa terus mengikuti perkembangan teknologi untuk meningkatkan kinerjanya dengan mengoperasikan drone.
kendaraan dengan empat rotor (penggerak). Adapula jenis flapping wings, di mana bentuk rancangannya menyerupai burung. Semakin canggih teknologi yang ditanam dalam suatu desainnya, semakin rumit pula cara kerja drone. Namun, kemudahan mengatur pesawat tanpa awak ini secara jarak jauh justru memberikan fleksibilitas bagi pengguna melakukan suatu misi di area tertentu atau tidak mudah dijangkau oleh manusia. Sebagai contoh saat melakukan tinjauan di area yang terkena bencana. Saat tim penyelamat masih kesulitan menjangkau tempat tersebut untuk melakukan penyusuran dan evakuasi, drone dapat dikirim untuk meninjau lokasi dan mengirimkan laporan dengan lebih cepat. Teknologi drone semakin menarik perhatian banyak kalangan, terutama di bidang bisnis. Fungsinya yang mampu diterapkan ke dalam berbagai misi menjadi pertimbangan utama. Hal ini ternyata dapat membantu meningkatkan produktivitas, penekanan biaya operasional, dan meminimalisasi risiko kecelakaan.
86
DUTA Rimba
Banyaknya pihak yang menginginkan drone, membuka peluang bagi para ahli teknologi robotika untuk mengomersilkan keahliannya. Drone yang sering kita lihat di beberapa tempat umum ini memiliki ukuran yang tidak begitu besar dan lebih mirip seperti mainan anak-nak, yaitu helikopter yang menggunakan remote. Sebenarnya memang mirip jika melihat cara kerja yang sederhana, namun drone memiliki kerumitan dan harga yang jauh berbeda dari segi pembuatan. Jika mainan anak-anak atau yang mereka memiliki hobi aero medelling menggunakan pesawat mini berbahan bakar bensin atau baterey yang lain dikendalikan menggunakan remote kontrol, drone pun demikian. Bedanya drone menggunakan jarak radio yang lebih luas sekitar 2,4 GHz. Drone dapat dikontrol menggunakan smartphone karena memiliki chip komputer. Chip ini membuat drone dapat mengolah gambar dari kamera yang terpasang padanya kemudian mengirimkan hasilnya ke smartphone yang digunakan sebagai kontrol. Gambar yang dikirimkan oleh
chip drone adalah real time dan bisa diatur resolusi sesuai spesifikasi drone, mengarahkan ke mana drone itu akan bergerak, belok kanan dan kiri sesuai dengan tampilan video yang dikirimkan. Cara mengendalikannya pun mirip saat memainkan game race pada gadget, hanya perlu menggunakan telunjuk dan mengarahkan ke kiri atau kanan. Bisa juga diatur, video atau foto mana akan diambil. Beberapa drone mahal delengkapi dengan chip Global Positioning System (GPS). Cara kerjanya adalah sebelum terbang harus dipastikan dapat sinyal GPS dulu dan ada batas minimal sinyal yang didapatkan untuk drone bisa terbang. Drone yang akan diterbangkan menggunakan GPS benar-benar tergantung dengan kekuatan sinyal GPS. Karena drone yang diterbangkan dengan GPS tidak terikat jarak antara pilot dan drone, sehingga di mana pun pengendali berada, drone akan tetap terbang sesuai perintah si pengendali. Di situ ada perantara, yaitu satelit GPS. Pengendali mengirimkan data ke satelit dan satelit mengirimkan data ke drone. Itu kenapa sinyal harus kuat NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
KPH Telawa, Denny Rafidin kepada Duta Rimba baru-baru ini. Berawal dari beban pekerjaan seorang administratur kadang tidak bisa melihat secara keseluruhan pekerjaan kondisi di lapangan secara detail serta hobi “ngulik” akhirnya diputuskan untuk membeli pesawat tanpa awak untuk diaplikasikan dalam mendukung pekerjaan sehari-hari. Hal tersebut seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) dengan melakukan rekaman udara untuk memantau lokasi, mulai dari persemaian tanaman, pemeliharaan sampai produksi. Melalui drone inilah Denny merasa terbantu dalam pengawasan dan peninjauan di lapangan. Lewat foto dan video yang dihasilkan dari pesawat tanpa awak ini, Denny dan jajaran manajemen KPH Telawa bisa mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan. “Misalnya di salah satu petak ada tanaman yang mati dan mana yang tumbuh dengan baik, kami bisa melihat dan mengevaluasi. Ini sangat membantu fungsi kontrol seorang administratur karena bisa lebih kongkret mengambil gambar-gambar secara detail dari drone. Meskipun
kami memiliki waktu yang sempit, bisa melihat pekerjaan teman-teman di lapangan secara acak dan keseluruhan serta detail,” kata Denny. Akirnya teman-teman di lapangan akan memiliki rasa tanggung jawab, karena mereka merasa diawasi pekerjaannya, bisa dilihat secara detail pekerjaan mereka. Mereka tidak bisa berbohong atau menutup-nutupi pekerjaan-pekerjaan mereka karena foto-foto drone ini komplet dan mendetail. “Karena saya akan melihat, sejauh mana pekerjaan mereka. Saat saya ke lapangan dengan membawa drone, mereka akan merasa semua pekerjaan mereka akan terpantau, otomatis rasa tanggung jawab mereka akan lebih tinggi,” lanjut Denny. Yang jelas, tambah Denny, pengelolaan di suatu KPH, kuncinya ada di SDM. Kinerja KPH tidak akan berhasil kalau SDM-nya tidak bisa menyatu dan kompak. Tiap KPH penanganannya tentu berbedabeda. Bagaimana mereka ada rasa tanggung jawab. Tidak disuruh, tetapi mereka punya inisiatif sendiri untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. DR
Dok. Duta Rimba
atau jika tidak, drone tersebut akan hilang selamanya, bisa juga lost control. Drone dengan kemampuan GPS sudah diwajibkan untuk dilakukan setting home base (tempat pulang) melalui koordinat sesuai keinginan si pengendali. Drone akan kembali ke rumah jika hilang kontak atau perhitungan baterey pada jarak tertentu tidak akan cukup untuk kembali ke koordinat rumah.
Teknologi drone inilah yang diadopsi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Telawa, yang terletak di daerah Juwangi, Boyolali. Siapa sangka kalau sudah sekitar dua tahun KPH Telawa menggunakan teknologi drone untuk membantu memudahkan pekerjaannya. Mungkin di Perhutani hanya KPH Telawa yang mengadopsi teknologi drone, untuk memudahkan kontrol pekerjaan sehari-hari, mulai dari persemaian tanaman, sampai kegiatan produksi. Seperti dituturkan Administratur NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
newshour-tc.pbs.org/newshour
KPH Telawa
Drone (pesawat tanpa awak) dilengkapi dengan kamera DUTA
Rimba 87
RIMBA KULINER
Ikan Bakar
Waduk Kedung Ombo Waduk Kedung Ombo, salah satu bendungan besar di Jawa Tengah ini menyimpan pesona keindahan alam yang menyegarkan mata. Waduk ini dibangun sekitar tahun 1980. Tepatnya di era Orde Baru, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Salah satu keistimewaan dari objek wisata ini adalah menu ikan bakarnya.
O
bjek wisata Waduk Kedung Ombo terletak di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, sekitar 29 Km ke arah selatan kota Purwodadi. Saat ini objek wisata ini masuk dalam pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan Telawa Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Lokasi Waduk Kedung Ombo ini terletak di 3 kabupaten, yakni Grobogan, Sragen, dan Boyolali. Waduk ini dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Serang yang terletak persis di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat,
Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas kurang lebih 6.576 Ha yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan dataran seluas 3.746 Ha. Dari Solo, objek wisata ini bisa ditempuh melalui rute Solo - Kalioso - Gemolong - Sumberlawang - Geyer - Waduk Kedung Ombo. Kalau dari Boyolali rutenya Boyolali - Kalioso Gemolong - Sumberlawang - Geyer - Waduk Kedung Ombo. Sedangkan kalau dari Yogyakarta maka rutenya Yogyakarta - Solo - Kalioso Gemolong - Sumberlawang - Geyer - Waduk Kedung Ombo.
Rumah makan apung yang berada di Waduk Kedung Ombo
88
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
tersedia adalah jenis nila dan ikan emas. Terkadang, ada pula yang menyediakan ikan segar hasil tangkapan dari kawasan Waduk Kedung Ombo. Tetapi, jumlahnya tidak begitu banyak dan tidak selalu ada setiap hari.
Dok. Duta Rimba
Harga Terjangkau
Menu andalan Ikan Bakar Waduk Kedung Ombo
Tiket masuk ke Waduk Kedung Ombo ini hanya Rp 5.000. Cukup murah bukan jika dibandingkan dengan keindahan pemandangan dan fasilitas yang didapatkan. Fasilitas di waduk ini bisa dibilang cukup lengkap dan sudah memadahi. Mulai dari toilet, warung makan, tempat duduk bersantai hingga gardu pandang untuk melihat keindahan pemandangan Waduk Kedung Ombo.
Menikmati Sunset Di area Waduk Kedung Ombo terdapat banyak pepohonan sehingga membuat suasana lebih asri, sejuk, dan rindang sehingga membuat para pengunjung betah di sana. Apalagi di sana terkenal dengan spot melihat sunset yang sangat eksotis dan menawan. Jangan ragu untuk menunggu sampai sore hari dikarenakan penantian Anda akan terbayarkan dengan cantiknya pemandangan sunset di Waduk Kedung Ombo ini. Selain disuguhi pemandangan hijau alam nan indah dan pesona eksotisme sunset-nya, bagi pengunjung yang suka berlayar, di sana disediakan jasa berpetualang memutari bendungan dengan perahu motor. Ditambah lagi terdapat area bermain anak yang asri dan rindang sehingga membuat anak-anak betah bermain. Jika Anda penggemar olahan ikan bakar atau hobi mengail ikan, di Waduk Kedung Ombo juga tersedia
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan ikan. Aroma wangi ikan yang dibakar atau digoreng langsung menyergap, mengundang selera makan. Di kawasan Waduk Kedung Ombo, tepatnya di Desa Ngargotirto, telah dibangun arena pacuan kuda yang diberi nama Nyi Ageng Serang. Arena lintasan pacuan kuda sekitar 600 meter itu merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Bagi pengunjung objek wisata Waduk Kedung Ombo Grobogan, rasanya kurang lengkap jika belum mencicipi menu makanan ikan bakar. Di sekitar kawasan objek wisata yang ada di Desa Rambat itu banyak warung makan yang menyediakan menu ikan bakar. Warung-warung makan yang ada di sana, memang khusus menyediakan menu itu. Sehingga setelah pengunjung menikmati wisata keliling waduk, mereka kemudian bisa beristirahat sambil menikmati ikan bakar. ”Ikan bakar ini dijamin segar, karena diambil langsung dari keramba yang ada di sekitar waduk. Di sini, banyak warga yang membudidaya ikan di dalam karamba. Selain di dalam objek wisata, di luar sana juga banyak warung yang menjual ikan bakar,” kata Winarno, warga di sekitar Waduk Kedung Ombo seperti dikutip dari Koran Muria. Kebanyakan, ikan yang
Harga ikan bakar boleh dibilang cukup terjangkau. Bisa dibilang harga kaki lima rasa bintang lima. Untuk satu porsi harganya berkisar Rp 20.000 saja. Porsi yang ditawarkan ini terdiri satu ekor ikan nila bakar, lalapan, dan sambel. Ditambah segelas es jeruk yang cukup untuk membasahi kerongkongan setelah makan ikan bakar. ”Harga yang ini untuk ukuran ikan yang standar. Kalau ingin ikan yang lebih besar, harganya tambah sedikit. Sekitar Rp 10.000 sampai Rp 20.000, tergantung ukurannya,” kata Ningsih, salah satu penjual ikan bakar. Atau kalau Anda ingin lebih hemat, bisa beli ikan bakarnya saja. Itu pun sudah dapat bonus sambal plus lalapan. Sementara nasi dan minumannya bisa bawa sendiri dari rumah. Apalagi, banyak sekali tempat yang bisa dijadikan berteduh menikmati ikan bakar saat di sana. Di sekitar objek wisata, tersedia tempattempat teduh yang biasa dipakai istirahat dan makan. Di setiap warung makan, pasti tersedia ikan yang dalam kondisi sudah dibakar. Namun, bisa juga pembeli minta dibakarkan lagi ikan yang masih segar. Meski hanya dikasih bumbu sederhana, cita rasa ikan bakar di situ tidak kalah dengan masakan restoran besar. Terlebih, jika makannya ramai-ramai, menu ikan bakarnya jadi terasa lebih lezat. ”Menu ikan bakarnya memang top. Saya tadi sudah habis dua porsi besar,” kata Ayik, warga Semarang yang tengah berwisata dengan keluarganya, menceritakan bagaimana kesannya. Oh ya, jadwal buka warungwarung makan di lokasi Waduk Waduk Kedung Ombo ini, menyesuakan dengan jadwal buka dari waduk sendiri. Yakni mulai dari pukul 08.00-16.00 WIB. Selamat menikmati makan siang Anda, di tengah deburan air waduk yang menyejukkan. Meminjam istilah Administratur/ KKPH Telawa belum lengkap jika kita berkunjung ke Telawa kalau belum makan ikan bakar di warung apung Kedung Ombo. DR
DUTA
Rimba 89
RESENSI
Judul : Jalan Menuju Hutan Subur Rakyat Makmur Penulis: Barid Hardiyanto Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2015 Tebal: 134 Hal + XX
Mencari Jalan
Mengangkat Harkat Petani Hutan Jawa Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara pihak petani hutan, perhutani dan LMDH terjadi secara laten maupun manifest, ketika konflik memuncak secara terus menerus tanpa adanya upaya yang dilakukan untuk meredam konflik. Konflik manifest yang didasarkan pada sumber daya alam yang direbutkan dengan kepentingan ekonomi setiap pihak akan menjadikan konflik semakin besar bahkan akan menimbulkan suatu kekerasan. Konflik yang timbul dengan kekerasan akan memberikan kerusakan pada sistem sosial pengelolaan hutan secara bersama tersebut.
90
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
B
uku merupakan sebuah laporan yang berbasis pada penelitian penulis terhadap konflik petani hutan di Cilacap. Penulis ingin mengangkat kejadian-kejadian yang dialaminya pada kapasitasnya sebagai seorang pegiat hak-hak petani hutan. Salah satu tujuannya adalah memberi rekomendasi atau masukan kepada Perhutani selaku pemegang kuasa pemanfaatan hutan di Pulau Jawa. Dengan demikian para pengambil keputusan mempunyai masukan dari perspektif lain. Apa yang perlu disadari oleh penulis, saat mengawali pekerjaannya, adalah studi serupa telah banyak dilakukan sebelumnya. Bagaimanapun, pembaca, termasuk kalangan Perhutani, akan mengapresiasinya bila memang ada sesuatu yang baru dalam buku tipis itu. Pada bagian awal, penulis mengutip berbagai referensi tentang pola pemanfaatan hutan di Jawa yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Dari masa ke masa, sebagaimana, telah dipelajari oleh para cerdik cendikia, Pokok persoalan penelitian yang merupakan temuan tim peneliti dimana penulis terlibat dipaparkan dalam Bab IV Konflik Hutan: Api Dalam Sekam dan Bab V Menggali Problem Pokok dan Upaya Penyelesaian Tuntas Mewujudkan Hutan Subur Rakyat Makmur. Perhutani selaku perusahaan pemegang hak pengelolaan hutan di Pulau Jawa, sejauh ini nampak akomodatif terhadap usaha-usaha penelitian ilmiah oleh perguruan tinggi maupun LSM. Tentu ini adalah pertanda baik bagi upaya pencarian jalan menuju terwujudnya kesejahteraan petani hutan. Banyak peneliti merasa terbantu dengan akses informasi yang dibuka oleh Perhutani. Namun demikian penulis yang berlatarbelakang pegiat masyarakat sipil memandang bahwa ada yang salah dalam pelaksanaan PHBM oleh Perhutani. Ini menyangkut paradigma, kelembagaan dan pola kemitraan. Pada sisi lain, langkah para petani
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
hutan Cilacap yang bergerak di awal reformasi, mengikuti sejawatnya di tempat-tempat lain, untuk mengklaim kembali tanah-tanah di lahan hutan yang dahulu sesungguhnya milik para leluhurnya. Penulis dengan mengutip pendapat para peneliti yang lebih senior melihat hal itu sebagai akibat dari pengelolaan sumberdaya hutan berbasis negara yang kurang memihak kepentingan petani hutan. Tak heran bila pada saat negara melemah mereka berusaha kembali mengambil apa yang mereka anggap hak yang hilang. Itulah konflik tenurial, konflik karena ketidakpastian. Hutan di Jawa yang luasnya lebih dari 2 juta ha telah berfungsi menjadi hutan produksi,
hutan wisata, Taman Nasional juga cagar alam. Akibatnya ratusan ribu petani hutan tak bisa bergerak. Ruang hidupnya menyempit tak sebebas yang dirasakan oleh nenek moyangnya dahulu. Di lingkungan Perhutani, pengertian konflik Tenurial bukan sesuatu yang tidak dikenal. IR. Mubarak N.A. Sigit MM, Kepala Seksi Komunikasi Sosial, Perhutani Jawa Timur, misalnya, dalam tulisan berjudul Identifikasi Masalah Tenurial Dengan Pendekatan Komunikasi Sosial, http:// pusdikbangsdmperhutani.com/ berita.detail.php?id=174, menekankan bahwa permasalahan konflik tenurial yang terjadi di dalam kawasan hutan adalah persoalan yang sangat kompleks yang dihadapi oleh Perum Perhutani dalam mengemban tugas pengelolaan kawasan hutan selama
ini. Kondisi atau permasalahan tenurial yang terjadi berkembang menjadi konflik tenurial dan konflik sosial dan merupakan akumulasi dari kegiatan penggarapan lahan di kawasan hutan oleh masyarakat atau pihak ketiga yang tidak mendapatkan penanganan serius. Antara lain : kegiatan penggarapan lahan secara liar, bibrikan lahan, penambangan liar, kerja sama lahan yang melewati batas waktu hingga kemudian berkembang menjadi pendudukan/ okupasi dan klaim kepemilikan lahan. Kondisi sosial yang kompleks tersebut di atas akan menjadi “BOM WAKTU” bagi Perum Perhutani apabila permasalahan konflik tenurial dan konflik sosial yang timbul kurang tertangani dan terselesaikan dengan baik. Sampai saat ini permasalahan maupun potensi permasalahan yang timbul belum teridentifikasi dengan baik sehingga perlunya Identifikasi Permasalahan Tenurial dengan Pendekatan Komunikasi Sosial. Buku ini seharusnya ditulis agar menjadi konsumsi masyarakat luas terutama generasi muda yang banyak tinggal di kota dan tak mengerti persoalan hutan, lebihlebih kesulitan hidup para petani hutan yang telah berlangsung beberapa generasi. Pada bagian akhir, bab 6, hal 81118, penulis bermaksud menuliskan epilog. Di situ poin terpenting yang ditekankan masalah tenurial merupakan problem pokok selain PHBM. Untuk itulah butuh alternative penyelesaian. Penulis nampak lebih banyak menyitir pendapat para peneliti sebelumnya ketimbang berfokus pada data primer yang ditemukan sendiri bersama tim penelitinya. Ini nampak sekali dalam epilog yang seharusnya merupakan pendapat akhir atas seluruh persoalan pokok penelitian. Hanya dua halaman saja yang merupakan pendapatnya sendiri. Selebihnya dalam epilog itu berisi daftar referensi hasil karya penelti senior. DR
DUTA
Rimba 91
CERITA RIMBA
Mbah Ranto menatap penuh kebahagiaan tanaman tembakau yang terhampar menghijau di kaki bukit Kemukus. Sudah sejak pukul satu siang lelaki tua itu menikmati hasil jerih payahnya. Orang kampung bilang, tanaman tembakau yang mulai mekar layaknya istri kedua, tak bosan-bosan menikmatinya. Sebulan lagi, tanaman itu akan dipanen. Daunnya dirajang, dijemur, menjadi bahan rokok, yang harganya sangat menggiurkan. Namun siapa menyangka, pada malam harinya turun hujan lebat menyebabkan hektaran tanaman tembakau milik penduduk menjadi porak poranda. Pupus sudah harapan penduduk untuk mendapatkan jutaan rupiah di musim kemarau tahun ini dari hasil tanaman tembakau.
Dok. Istimewa
92
DUTA Rimba
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Sang Penanda yang Hilang Karya : Nasin M.Pd Juara Unggulan 3 Kategori B
D
uh Gusti, dosa apa yang telah hamba lakukan, sehingga menjadi macan tua yang kehilangan daya kelinuwihan?” keluh Mbah Ranto, ketika aku mendatanginya di lahan tanaman tembakau yang porakporanda. Daun-daunnya tampak sengkleh, seperti barisan tentara yang kalah perang. “Bukan salah, Mbah,” kataku berusaha mengurangi rasa bersalahnya, “Tetapi memang musim sudah kehilangan rumus ilmiahnya, sehingga terjadi salah mangsa. Bulan Juli, seharusnya masih kemarau, tetapi hujan deras mendadak turun. Akibatnya, tanaman tembakau milik petani gagal panen. Mbah pasti masih ingat, tahun kemarin Bulan April, seharusnya hujan sudah jarang turun, karena Mei merupakan awal kemarau. Petani kebingungan, antara menanam padi atau palawija. Petani menjadi salah prediksi...” “Sekarang apa, Sarwono?” tanya Mbah Ranto kehilangan daya semangatnya. Aku menjadi bingung sendiri.
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Ketika aku masih kecil, Mbah Ranto yang dituakan di kampungku menjadi tempat bertanya. Beliau tahu banyak hal tentang tanda-tanda alam. Dulu belum ada teknologi canggih seperti sekarang. Orang desa menggunakan fenomena alam untuk memprediksi apa yang akan terjadi. Termasuk menggunakan fenomena alam untuk menentukan waktu ibadah. Terbitnya fajar sidiq sampai terbit Matahari menjadi acuan waktu salat subuh, dan jika pagi berkabut suara kokok ayam menjadi penggantinya. Matahari tepat di atas kepala, sehingga bayangbayang badan hanya berupa titik menjadi penanda waktu salat dzuhur, dan jika cuaca mendung, lebah sirat menjadi acuannya. Bayangbayang sama panjang dengan badan menjadi penanda waktu ashar, dan jika cuaca mendung, maka sebagai penggantinya adalah suara tonggeret. Tenggelamnya Matahari menjadi penanda waktu magrib, dan bila cuaca buruk, maka bunyi orong-orong dan satwa malam lainnya menjadi penandanya. Sementara, hilangnya tanda merah lembayung di langit DUTA
Rimba 93
CERITA RIMBA barat menjadi penanda tibanya waktu salat isa, dan jika cuaca buruk, maka kita menunggu sepenanak nasi saja setelah waktu magrib. “Dulu musim mareng sangat mudah ditandai,” kata Mbah Ranto sambil menghela nafas panjang, “di kalen katak-katak kawin lalu bertelur. Orang Banjarnegara membuat dawet ayu yang di kedua pikulannya diberi gambar Semar-Gareng yang dijajakan di jalan-jalan. Orang berebut membeli, karena udara sedang terik....” “Apa maksud gambar SemarGareng, Mbah?” tanyaku heran. “Semar-Gareng kalau disingkat menjadi Mareng. Mareng itu musim hujan tertunda turun. Orang-orang kemudian menanam palawija, sebelum masa tanam padi. Orang Jawa menyebut mongso labuh, masa menanam bayung, bayem, lombok, terong. Setelah itu, hujan deras akan turun, para petani membalikkan tanah bekas tanaman palawija untuk diganti dengan tanaman padi. Anak-anak akan mencari kutu tanah, orongorong di bekas tanaman palawija. Hamparan sawah dan kebun penuh dengan capung beterbangan. Suasana desa memang bersahaja dengan semua aktivitas yang dilakukan oleh masyarakatnya.” Mbah Ranto memang mampu membaca simbol-simbol alam yang diperoleh secara turun-temurun dengan menyaksikan fenomena alam, baik cakrawala langit, flora maupun fauna. Untuk mengintip musim penghujan, misalnya, beliau bisa mengintip bintang Waluku atau Orion pada tanggal 9 September. Jika pada tanggal itu, tepat pukul 4 sampai 5 pagi, bintang Orion berada di langit selatan, dan bintang Beruang dilangit utara, maka sebentar lagi akan datang musim penghujan. Musim penghujan juga dapat ditandai dengan munculnya laron di pagi dan malam hari. Laron menunjukkan bahwa hujan deras akan segera turun. Untuk melihat kesiapan lahan sawah ditanami, dapat dilihat dari cacing tanah. Ketika kita menemukan adanya cacing tanah di lahan sawah, artinya kondisi tanah di lahan tersebut cukup tersedia air. Sebaliknya, jika tidak ada cacing, maka tanah tersebut dapat dikatakan kering, dimana kondisi keasaman serta bahan organiknya kurang tersedia cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Bahkan, datangnya musim hujan dapat dilihat dari bayangan tubuh kita. Jika pada pukul 12 siang, bayangan berada di
94
DUTA Rimba
sebelah utara, maka musim penghujan akan segera tiba. Musim kemarau juga dapat ditandai dengan daun kapuk. Jika banyak daun kapuk beterbangan, maka musim kering akan segera tiba. Tonggeret atau Cicada juga bisa menjadi penanda musim kemarau. Jika suara tonggeret semakin keras, maka musim kemarau akan segera tiba. “Memang, waktu itu kita sangat tergantung pada alam dan lingkungannya,” kataku pada Mbah Ranto, “sekarang, bagaimana Mbah?” “Mbah sudah seperti harimau tua yang kehilangan indera penciuman,” jawab Mbah Ranto dengan tatapan kosong, “Alam sudah tidak memberikan penanda lagi. Semua sudah berubah, terutama sejak hutan tutupan di sebelah selatan desa kita dibuka untuk lahan pertanian. Tonggeret menghilang, tanaman randu musnah, kodok hijau entah ke mana....” Dulu, Mbah Ranto terkenal sebagai orang yang tahu sadurunging winarah. Bukan hanya soal-soal kehidupan, bahkan penanda akan ada orang mati pun seakan beliau tahu. Beliau tidak membuka primbon, tetapi melalui tafsir alam. Ketika kutanya, tentang cara mengetahui bahwa di suatu kampung akan ada orang yang meninggal, beliau menjawab dari burung gagak. Di pekuburan umum yang disebut setana gede, terdapat pohon blabak yang tinggi. Di situ tinggal sepasang burung gagak. Biasanya, burung gagak itu terbang ke kampung. Kalau terbangnya sampai dua kali, maka akan ada orang yang menemui ajal. Itu bukan cerita tahayul, tetapi insting burung gagak sendiri yang menuntun pada bangkai atau mayat, karena burung gagak memang hobi menyantap bangkai manusia atau bangkai hewan. Insting itu yang menuntun binatang lambang kematian itu terbang ke arah orang yang akan menemui ajal. Juga dikenal kisah tentang gagak Bani Adam, burung gagak yang hidup di zaman Nabi Adam yang mengajari Qabil tentang cara mengubur mayat saudaranya, Habil. Sayang, karena dianggap menakutkan maka pohon blabak itu ditebang, dan burungburung gagak penghuninya entah pindah ke mana. Sejak saat itu, tidak ada lagi kemunculan burung gagak menjelang seorang menemui ajal. Masih terngiang-ngiang di telingaku, pagi itu aku masih mengantuk ketika ayahku menyuruhku
mengambil bumbung kecil yang digunakan untuk menampung air batang daun sente di ladang sebelah selatan kampung. Dalam kondisi masih sempoyongan, aku berangkat sendirian ke tempat tanaman sente. Aku sudah hafal tempat itu, karena kemarin sore aku yang memasang bumbung untuk menampung air batang sente yang digunakan untuk obatbatuk. Semalaman adikku yang masih balita memang terserang batuk. Biasanya penyakit batuk sembuh dengan air batang tanaman sente. Sore harinya, adikku sudah berkurang sakit batuknya. Setelah tiga hari, sakit batuk adikku benar-benar sembuh. Bukan hanya sakit batuk yang dapat dihilangkan dengan herbal yang ada di kawasan hutan tutupan di sebelah selatan desa. Tuhan telah menyediakan begitu banyak anugerah untuk manusia yang ada di alam semesta. Hutan tutupan dengan aneka flora dan faunanya memberikan manfaat yang banyak sekali. Tanaman bandotan digunakan untuk mengobati luka, atau kadang menggunakan cairan yang ada pada bekicot. Daun dadap yang tumbuh dipinggir sungai digunakan untuk obat sakit panas. Aku menjadi ingat pepatah dalam film Kembalinya si Pendekar Rajawali, yang menyebutkan tujuh langkah dari tanaman bunga cinta terdapat tanaman pemangkas usus. Getah bunga cinta dalam film itu bisa menyebabkan kematian, tetapi ternyata tujuh langkah dari tanaman itu tumbuh tanaman penangkalnya, yakni rumput pemangkas usus. Kita tinggal mengenali manfaat dari setiap tanaman, maka semua permasalahan penyakit dapat diatasi. Hutan tutupan menjadi sumber keanekaragaman hayati dengan sejuta manfaatnya. Tidak hanya tanaman obat, ketika aku kecil dulu, hutan tutupan benarbenar menjadi sumber kehidupan. Kami bisa mendapatkan banyak lauk pauk di hutan tutupan, mulai dari jenis dedaunan, jamur-jamuran, serangga, burung, sampai ayam hutan. Bahkan, konon dulu masih banyak rusa yang hidup di hutan tutupan. Aku sendiri sering mencari jamur kayu, termasuk jamur kuping di kayu lapuk, jamur tanah yang tumbuh di rumah rayap, seperti jamur wulan, jamur barat, cempagi, siung kidang, dan kenthos. Biasanya jamur itu dimasak dengan cara dipepes atau disayur oseng. Rasanya nikmat dimakan siang hari sepulang sekolah. Tentang serangga, anak-anak kampung yang tinggal di kaki bukit NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
memang agak menjijikan, tetapi dulu aku sering melakukannya. Kami biasa menangkap garanggati, ulat jati, ulat daun johar, kepompong ulat daun pisang, kepompong ulat daun kedondong, kerab, gendon, tawon baluh, ondohan, jangkrik, belalang, kasir, gaongan, kepihi, kroto, dan masih banyak lainnya. Semuanya dimasak dengan cara dibakar, dioseng,dan sebagian lain harus digoreng. Boleh dikata, orang desa tidak pernah kehabisan lauk pauk. Hutan, ladang, ngarai, sawah, sungai, kebun, semuanya menyediakan lauk pauk. Meskipun jarang pegang uang, soal makan nikmat, orang desa tidak ada duanya, apalagi mereka makan karena perut lapar setelah bekerja keras. Biasanya, hanya dengan sambal miwon dan lalap buah lamtoro muda, orang bisa makan enak sambil habisi nasi setengah bakul. Masa indah itu sudah berlalu sekitar tiga puluh tahun silam. Ketika aku pulang kampung untuk menjenguk Mbah Ranto yang kebun tembakaunya rusak, situasi sudah jauh berbeda. Kebetulan anak keduaku terserang batuk, dan aku tidak membawa obat batuk. Aku mencari tanaman sente, ternyata tanaman itu sudah tidak tumbuh di ladang dekat hutan tutupan. Pohon randu yang biasa diambil kapuk pembalut bijinya untuk membuat isi bantal, yang getah batangnya biasa digunakan untuk obat rabun oleh nenekku juga sudah tidak ada. Pohon salam, pohon kedondong, pohon mangga, yang tumbuh di pinggir kali juga sudah tidak kelihatan. Sebagian pohon itu tumbang sendiri, dan sebagian lagi ditebang, karena sudah terlalu tinggi, dan dikhawatirkan roboh ke arah rumah penduduk. Pohon sadang tempat bersarang burung prit gantil, yang dulu gagal kuambil juga sudah tidak ada lagi. “Pak, rasanya aku ingin menikmati ikan lunjar dan ikan ceba,” kataku pada ayahku, yang kini sudah menjadi kakek-kakek seusia Mbah Ranto, dengan sebagian rambutnya memutih. Dulunya, ayahku punya keahlian menjala ikan. Beliau suka menjala ikan, untuk bekal aku sekolah di kota. “Sekarang ikan-ikan di sungai sudah habis oleh obat dan strum,” jawab ayahku. “Sayang sekali, Pak, padahal kedua jenis ikan itu rasanya sangat gurih. Apalagi ikan lunjar yang sedang bertelur, telurnya lebih nikmat.” “Di Bandung kanbanyak ikan emasNak, yang kadang telurnya NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
besar-besar...” kata ayahku yang memang pernah kujamu dengan ikan emas yang besar. “Sudah bosan makan ikan emas Pak. Lagi pula, kebanyakan ikan emas karamba yang diberi makan pelet. Rasanya memang kurang gurih.” Dulu, kalau ada orang menggoreng ikan hasil tangkapan di sungai, bau wanginya menebar kemana-mana, tetapi sekarang sudah jarang terjadi. Bahkan, ayahku sendiri sudah lama menanggalkan jalanya. Dulu, dia mempunyai grup tukang menjala ikan, sebagian besar orang tua. Mereka pergi menjala sampai ke sungai yang jaraknya puluhan kilometer dari rumah. Mereka memiliki dua jenis jala, jala kerep dan jala arang. Jala kerep digunakan untuk menangkap ikan kecil, dan jala arang digunakan untuk menangkap ikan besar, seperti ikan gabus dan ikan ceba. Berangkat ke sungai berjalan kaki, pulangnya naik cold, penumpang lain akan menutup hidung, karena bau anyir ikan, tetapi kalau sudah digoreng ikan berubah menjadi bau wangi.Kalau tidak dibawa pulang, biasanya ayahku menjual ikan hasil tangkapannya di Warung Mbok Sumirah yang ada di Karangsambung. Perjuangan ayahku memang hebat. Dengan keterampilan bertani dan menjala ikan itulah, beliau menyekolahkan aku sampai menjadi sarjana. Beliau benarbenar mengais rejeki dari alam untuk menghidupi keluarga dan membiayai pendidikanku dan adikadikku. Aku bisa seperti sekarang, setidaknya memiliki pekerjaan yang baik, karena dukungan ayahku, dan ayahku banyak mengambil dari alam di sekitar rumah, yang kalau ditelisik semuanya bersumber dari hutan tutupan atau hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani. Yang mengherankan, mengapa hutan tutupan itu menjadi lahan pertanian? Waktu aku masih kecil, sudah ada pembagian yang jelas, antara lahan untuk pemukiman, lahan untuk sawah, lahan untuk ladang, dan lahan untuk hutan tutupan yang dikelola oleh Perhutani. Lahan pemukiman biasanya terletak di kaki bukit. Bagian bukit pertama dijadikan ladang untuk penduduk yang ditanami singkong, kacang-kacangan, pohon kelapa atau jenis tanaman lainnya yang disesuaikan dengan musim. Nah, setelah ladang, maka ada bagian tanah yang dikuasai negara, dalam hal ini Perhutani. Lahan itu tidak digunakan untuk pertanian, melainkan ditanami pepohonan
yang bisa memberikan perlindungan, seperti menahan air hujan, agar tidak banjir di musim penghujan. Yang aku ketahui, dulu banyak tumbuh tanaman jati, mahoni, angsana, sono keling, walikonang, dan sejenisnya. Pada saat aku berkumpul dengan beberapa orang tua, seperti ayahku, Mbah Ranto, Mbah Santa, dan Mbah Urip, aku menanyakan hal itu. “Setelah kemarin aku berjalanjalan ke ladang kontrak, tampaknya yang mempengaruhi kehidupan di kampung ini adalah lenyapnya hutan tutupan. Apa sebenarnya yang menyebabkan hutan tutupan berubah menjadi lahan pertanian?” tanyaku kepada para orang tua yang duduk di situ. “Biar Mbah Ranto yang menjelaskan,” kata ayahku. Mbah Ranto memang dikenal orang yang banyak dongengnya. Ketika kami masih kecil dulu, dari mulut beliaulah kami menikmati Dongeng Sarimbala dan Keong Emas, Dongeng Raden Mantri dan Putri Raksasa. Beliau juga sangat hafal cerita wayang, dan biasa mendalang tanpa iringan gamelan. “Begini, Wono,” kata Mbah Ranto, “Pada sekitar tahun 1999, saat ada peristiwa reformasi, semua orang sepertinya menjadi liar. Atas nama kebebasan, mereka melakukan apa saja yang menguntungkan mereka. Salah satunya adalah penebangan pohon di hutan tutupan. Pemerintah yang sedang “cheos” terkesan membiarkan. Akibatnya, hutan tutupan menjadi rusak berat. Pihak Perhutani yang berhak atas lahan hutan kemudian turun tangan. Mereka akhirnya mengalah, melakukan kontrak kerja dengan petani di sekitar kawasan hutan. Rakyat yang membersihkan hutan dijadikan lahan pertanian, dan boleh menanami lahan hutan dengan tanaman pertanian selama lima tahun. Setelah itu, hutan akan ditanami pohon pinus dan pohon besar lainnya yang berfungsi sebagai pohon lindung. Nantinya, rakyat yang akan bekerja sebagai penoreh getah pinus yang dikelola oleh pihak Perhutani. Jadi, rakyat akan memperoleh dua keuntungan. Pertama, mereka mendapatkan uang dari kegiatan menoreh getah. Kedua, hutan pinus akan menjadi hutan lindung yang menahan air hujan, sehingga di musim penghujan tidak terjadi banjir dan tanah longsor, dan di musim kemarau air sungai tidak kerontang.” “Sebuah rencana yang sangat bagus, semoga dengan DUTA
Rimba 95
CERITA RIMBA dikembalikkannya lahan Perhutani menjadi hutan pinus, benar-benar mengembalikan suasana desa seperti dulu.” Para petani terpaksa memanen tembakau yang belum tiba masanya untuk dipanen. Tembakau yang masih belum cukup umur, harga jualnya sangat murah. Namun, terpaksa mereka melakukan hal itu, daripada rugi besar. Kerja keras mereka, mencangkul tanah yang keras, menyirami tembakau setiap hari selama dua bulan akan menjadi siasia, jika tembakau dibiarkan rusak oleh hujan yang terus turun dengan deras. Untuk menjemur tembakau sampai kering diperlukan sinar Matahari yang cukup, sedangkan cuaca saat itu memang kurang bersahabat. Setiap hari ada saja hujan turun,walau sekedar gerimis. Mereka terpaksa mengeringkan tembakau di atas tungku. Setelah tembakau kering, maka tembakau itu digulung menjadi eleran. Tembakau yang sudah cukup umur, dengan pemanasan yang cukup, akan menghasilkan tembakau yang kata ayahku berbau wangi. Padahal kalau aku masuk ruang tempat menyimpan tembakau, baunya nggak karuan. Setelah tembakau dipanen, maka para petani bingung apa yang harus dilakukan. Bulan Agustus menjelang September harusnya masih kemarau. Sekarang hujan masih turun. Apakah mereka akan membajak sawah untuk ditanami padi atau membiarkan lahan mereka seperti itu. Sekali lagi, orang-orang mendatangi Mbah Ranto. Mereka ingin menanyakan, apakah yang harus mereka lakukan saat ini, menanam padi, atau membiarkan saja hujan turun sampai diketahui musim hujan benar-benar telah tiba. Patokan bulan, sepertinya sudah tidak bisa dipegang lagi. Ya, kalau tanah mereka itu dibantu irigasi, tidak masalah ada hujan atau tidak, tetapi tanah mereka itu tadah hujan, jenis tanaman harus pasti, dan air harus tersedia dari kucuran hujan. “Mbah, apakah kita akan menanam padi?” tanya orang-orang saat mendatangi Mbah Ranto. Lelaki tua itu menatap nanar ke arah bentangan alam. Langit tampak mendung. Suasana tercium seperti bau musim penghujan. Kalau dibiarkan berlalu, rasanya sayang. Tampaknya, beliau sudah tidak mencermati fenomena alam, melainkan dari perasaan belaka. “Mbah akan menyiapkan lahan
96
DUTA Rimba
untuk menanam padi,” kata Mbah Ranto kemudian. Aku paham, Mbah Ranto tidak menyuruh orang-orang untuk segera menanam padi, melainkan beliau hanya bilang, bahwa beliau akan menyiapkan lahan untuk menanam padi. Namun, orang-orang memahaminya, bahwa mereka disuruh segera membajak sawah untuk ditanami padi. Demikianlah, ketika aku datang dua bulan berikutnya, bentangan sawah di kaki Bukit Kemukus sudah berubah menjadi lahan tanaman padi dengan airnya yang bening dan tanaman padinya yang mulai tumbuh menghijau. Hanya saja, ketika itu hujan memang mulai jarang turun. Lahan sawah di bagian atas sudah ada yang mengering. Ketika aku berkunjung ke rumah Mbah Ranto, ternyata lelaki itu sedang terbujur sakit. Kondisi sakitnya agak parah, tetapi beliau masih mengenali siapa yang datang. “No, Sarwono...” katanya memanggilku. “Ya, Mbah...” “Apakah kamu melihat burung gagak di sekitar kampung kita?” “Tidak, Mbah, sudah tidak ada burung gagak di desa kita...” “O, syukurlah berarti ajalku belum dekat, burung gagak belum muncul sampai dua kali seperti biasanya...” “Burung gagak sudah lama pergi dari desa kita, Mbah, apa Mbah lupa?” “Masih ada, No, Wono...” Aku menjadi tertegun. Seingatku, sejak pohon blabak di tanah pekuburan Setana Gede ditebang, maka burung penanda maut itu sudah tidak ada lagi. Apakah Mbah Ranto sudah lupa? “Tapi, Mbah...” kataku tertahan, sebab melihat lelaki tua itu kemudian tertidur pulas. Aku kembali ke rumah dan menceritakan kondisi Mbah Ranto kepada ayahku. Bakda magrib ada orang yang mengabarkan, bahwa Mbah Ranto mengalami sekaratul maut. Aku bergegas menjenguk. Kondisinya memang mengkhawatirkan. Terdengar nafas beliau yang terasa berat tersengal. Aku segera membacakan Surat Yasin sambil berurai air mata. Tiga kali kuulangi bacaanku, sampai Mbah Ranto terlihat tidur kembali, dan orang-orang pun menjadi lega dibuatnya. Aku tidak kembali ke rumah, melainkan duduk-duduk di rusbang panjang yang ada di rumah anak sulung Mbah Ranto, sampai aku
tertidur. Tengah malam aku terbangun, dan orang-orang sedang ramai berkumpul. Ternyata Mbah Ranto telah berpulang ke rahmat Ilahi. “Innalilahi...” ucapku sambil meyakinkan diri, bahwa Mbah Ranto memang sudah kehilangan daya linuwihnya. Sebenarnya, beliau tidak kehilangan daya linuwih itu, melainkan simbol-simbol sebagai penanda akan terjadinya sesuatu memang menghilang dari lingkungan alam di sekitar rumahnya. “Burung gagak sudah lama lenyap dari kampungnya, maka penanda kematian itu pun telah pergi...” kataku di dalam hati. Menuruku, kematian beliau sebelum sebulan lagi itu menguntungkan, sebab sebulan kemudian prediksinya menanam padi di ujung musim kemarau yang dihampiri hujan juga keliru. Beberapa hari kemudian, hujan benar-benar menghilang, dan semua lahan sawah yang sudah ditanami pun menjadi mengering. Jika beliau masih hidup, maka beliau akan lebih merasa bersalah, karena kegiatannya menanam padi yang diikuti banyak orang kembali mengalami kegagalan. Lenyapnya hutan tutupan, menyebabkan Mbah Ranto kehilangan daya linuwih-nya, karena alam yang lestari juga memberikan simbolsimbol yang dapat diprediksi oleh manusia. Penutupan kembali hutan dengan tanaman produktif yang sekaligus bertahan lama adalah hal terbaik yang dapat dilakukan. Penduduk kaki Bukit Kemukus harus bersabar menanti musim penghujan yang sebenarnya, dan juga menanti hutan pinus semakin meninggi, sampai mereka bisa menyadapnya. Betapa indah bayangan masa depan mereka, saat musim penghujan tiba dengan hamparan sawah yang luas menghijau. Sambil menunggu masa panen raya, mereka bisa bekerja menyadap getah pinus di hutan tutupan. Alhamdulillah, syukur ya Allah. * Nasin adalah Staf Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI). Cerpen ini adalah Pemenang Unggulan 3 Kategori B Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan 2015. DR
NO. 62 • TH 11 • JANUARI - FEBRUARI • 2016
Syariah
“Didirikan Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga Besar Perhutani” “Didirikan Untuk Memenuhi dukungan Kami telah menjalin kerjasama dan memberikan Kebutuhan Keluarga Besar Perhutani” kepada Perhutani dalam program asuransi bagi Kami telah menjalin kerjasama dan memberikan dukungan pengunjung lokasi wisata yang dikelola Perhutani, kepada Perhutani dalam program asuransi bagi asuransi bagi Belandong, dan Penyadap.
pengunjung lokasi wisata yang dikelola Perhutani, asuransi program bagi Belandong, dan Penyadap. Dapatkan informasi asuransi lainnya untuk kebutuhan :
Investasi (Unit Link)
Dapatkan informasi program asuransi lainnya untuk kebutuhan : Dana Pendidikan Investasi (Unit Link) Dana Tua Dana Hari Pendidikan Dana Hari Tua
Hubungi:
Hubungi: Kantor Pusat Gedung KantorMenara Pusat 165 lantai 5 Gedung Menara Kav.1 165 lantai 5 Jl. TB. Simatupang Cilandak Timur Jl. TB.12560 Simatupang Kav.1 Cilandak Timur Jakarta Jakarta Telp. (021) 12560 29406315 | Fax. (021) 29406316 Telp.customerservice@amanahgitha.com (021) 29406315 | Fax. (021) 29406316 Email:
Email: customerservice@amanahgitha.com
www.amanahgitha.com www.amanahgitha.com
Kami juga hadir di:
Kami Jakartajuga hadir di:
Gd. Manggala Wanabakti Jakarta Lt. IIManggala Blok IV Ruang 212 Wing B Gd. Wanabakti Lt. II Blok IV Ruang 212 Wing B Jl. Gatot Subroto, Senayan Jl. Gatot Subroto, Senayan Telp. (021) 5705090 Telp. (021) 5705090 Bandung
Surabaya Perhutani Unit II Surabaya Divisi Regional Perhutani Unit II Jawa Timur Divisi Regional Jawa49 Timur Jl. Gentengkali Jl. Gentengkali 49
Semarang
Semarang Bandung Perhutani Unit I Perhutani Unit III Unit I Perhutani Unit III Divisi Regional Jawa Tengah Divisi Regional Jawa Barat & BantenPerhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten Divisi Regional Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 15-17 Jl. Soekarno Hatta No. 628 KM. 14 Jl. Pahlawan No. 15-17 Jl. Soekarno Hatta No. 628 KM. 14 Telp. 082819036539 Telp. 082819036539 NO. 53 • TH. 9 • juli - agus
Tus • 2014
DUTA Rimba 67