DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
M A JA L A H
P E R H U TA N I
SOSOK RIMBA
Basani Situmorang
GSH “Plus Plus” ala PERHUTANI RIMBA KHUSUS
Prospek Perhutani 2015, Genjot Investasi Untuk Kinerja Lebih Baik EDISI NO. 55 • TH 9 •NOVEMBER - DESEMBER 2014
ENSIKLO
Selasihan, Wangi dan Bikin Kuat
WOW !!!
1 3
7
Industri kayu Perhutani bersertifikat CoC - FSC
4,6
50
Triliun rupiah pencapaian pendapatan Perhutani tahun 2014 *
Anak perusahaan Holding BUMN Kehutanan Perum Perhutani, yaitu :
WOW Leader Indonesia MarkPlus salah satunya adalah Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani
1. PT INHUTANI I 2. PT INHUTANI II 3. PT INHUTANI III 4. PT INHUTANI IV 5. PT INHUTANI V
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat Controlled Wood FSC
54
Triliun rupiah target pendapatan Perhutani tahun 2015 *
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat SFM - FSC
Industri kayu Perhutani bersertifikat SVLK
5 *) Non Audited
Industri air minum dalam kemasan Perhutani bersertifikat ISO 22000
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
4
5,2
Majalah Duta Rimba Edisi 46 Th. 8 Mei - Juni 2013 Terbaik Pertama (Emas) BUMN INTERNAL MAGAZINE AWARD 2014 untuk substansi Bahasa dan Sistematika
13
Industri Perhutani bersertifikat ISO 9001 -2008
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat SVLK
217
Karyawan Divisi Industri Kayu Perhutani menerima Golden Shake Hand
5,2
7 50
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat SFM - FSC WOW Leader Indonesia MarkPlus salah satunya adalah Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat Controlled Wood FSC
54
13
Industri Perhutani bersertifikat ISO 9001 -2008
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani bersertifikat SVLK
217 NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Triliun rupiah target pendapatan Perhutani tahun 2015 *
Karyawan Divisi Industri Kayu Perhutani menerima Golden Shake Hand
DUTA Rimba 1
SEMAIRIMBA
SALAM REDAKSI BENAH DIRI • Lompatan Besar untuk Karya Besar
PRIMA RIMBA
5 6
• Golden Shake Hand Solusi Kompetensi Bisnis 8
RIMBA UTAMA
• Penataan Bisnis Sifatnya Ad Hoc • Siap Bersaing di Industri Kehutanan Indonesia • Kompensansi Menyehatkan dan Menguatkan Perusahaan • GSH Itu Bukan PHK • Bekal Wirausaha Para Purnatugas • Mereka Bicara Golden Shake Hand 2014
RIMBA KHUSUS • Prospek Perhutani 2015 Genjot Investasi Untuk Kinerja Lebih Baik • Revitalisasi Industri Perhutani Dongkrak Pundi-Pundi Korporat • Perkuat Hilirisasi Lanskap Sinergi antara Anak dan Induk
SOSOK RIMBA • Basani Situmorang Golden Shake Hand Plus - Plus ala Perhutani
LENSA • Pertiwana untuk Nusa
LINTAS RIMBA RESENSI • WOW Leadership Gerakan Hati dan Pikiran Manusia
OPINI • Merintis Lembaga Sertifikasi Profesi di Perum Perhutani
WARISAN RIMBA • Jati Denok Nan Elok
ENSIKLO RIMBA • Selasihan, Wangi dan Bikin Kuat
RIMBA DAYA • Lele Lincah Pembawa Berkah
BISNIS RIMBA • Penyelamatan Lahan Kritis dan Peluang Bisnis
POJOK KPH •
KPH Purwodadi Optimalisasi Asetnya
WISATA RIMBA • Curug Cimahi, Air Terjun Mandi Cahaya
INOVASI • “Albantkerpin” Alat Keruk Getah Pinus
RIMBA KULINER • Bandeng Pak Elan, Enak Tenan! 2 DUTA Rimba
12
12
38
16 20 24 28 34 38 42 46
50 56 62
50
68 70 74 78 82
92
86 90 92 96 100 NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
SALAMREDAKSI
ISSN: 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani
Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan
Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan
Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama
Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana
Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno
Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten
Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works
Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com
Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perumperhutani.com @Perum Perhutani @PerumPerhutani
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Resolusi
P
2015
embaca yang budiman. Pada akhir tahun ini kiranya layak untuk melakukan refleksi, mengenai apa yang sudah kita lakukan, dan apa yang hendak kita lakukan pada tahun berikutnya. Refleksi dan komtemplasi memang menjadi kegiatan setiap pergantian tahun. Dengan refleksi dan kontemplasi, umumnya kita membuat resolusi. Di Penghujung tahun 2014, Perum Perhutani menetapkan Program Golden Shake Hand untuk Divisi Industri Kayu. Sebanyak 217 karyawan ikut dalam program ini. Untuk Golden Shake Hand kita jadikan liputan dalam rubrik Rimba Utama. Program penyehatan perusahaan ini, kelak akan berimbas pada daya saing Perhutani dengan perusahaan sejenis dalam memberikan nilai tambah secara ekonomi. Selain itu, di tengah hiruk-pikuk pergantian tahun, pada edisi ini juga kita turunkan gambaran Perum Perhutani tahun 2015 dalam rubrik Rimba Khusus. Sekalipun perekonomian nasional tahun depan tidak jauh berbeda dengan 2014, tetapi Perhutani lebih optimis. Pertumbuhan pendapatan diproyeksikan dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Tak berlebihan bila tahun 2015 menjadi titik penting untuk menggenjot keuntungan perusahaan dua kali lipat pada tahun 2016. Yang tak boleh dilewatkan dalam edisi ini adalah dalam rubrik Sosok Rimba yang menurunkan Basani Situmorang SH, Mhum, pakar ketenagakerjaan yang ikut membidani Golden Shake Hand Perum Perhutani. Ia menilai kompensasi yang diberikan perusahaan peserta Golden Shake Hand sudah sesuai dengan UU. Bahkan Plus Plus. Bagi mereka yang biasa berburu kuliner, jangan lewatkan lezatnya ikan bandeng dalam rubrik Rimba Kuliner. Begitu pula bagi anda yang suka berpetualang bisa menikmati dahsyatnya Curug Cimahi, yang mengeluarkan kilatan sinar pada malam hari dalam Wisata Rimba. Sementara untuk mengetahui inovasi di internal (Perhutani) Duta Rimba mengangkat alat keruk getah dalam Rubrik Inovasi. Rubrik-rubrik lain yang bisa anda simak di tengah kesibukan seharihari. Kami berharap, majalah yang hadir di tangan Anda ini memberikan inspirasi dalam mendorong dan membangun industri kehutanan nasional kita. Selamat Tahun Baru 2015. Selamat membaca.
DUTA Rimba 3
BENAHDIRI
Dok. Kom PHTÂŽ2014
Dibutuhkan mimpi yang besar, untuk bisa menghasilkan karya yang besar. Dengan mimpi yang besar, akan membimbing kita untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Bahkan bila perlu juga harus melakukan lompatan-lompatan besar. Tak ada yang tak bisa dicapai, kalau kita betulbetul ingin berkarya besar.
Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani
Lompatan
Besar
untuk Karya Besar
T
anpa terasa kita sampai di penghujung 2014. Banyak yang telah kita capai, tetapi banyak juga yang masih harus kita kerjakan. Inillah arti sebuah entitas bisnis. Ibarat jantung harus terus berdetak, untuk memompa darah agar mengalir ke seluruh tubuh. Tidak boleh berhenti sedetik pun. Sekali berhenti, tinggalah sebagai sebuah sejarah, yang hanya enak dikenang, tetapi belum tentu bisa diulang. Tentu yang belum dikerjakan pada tahun lalu, harus dilanjutkan pada tahun 2015, untuk menjaga kesinambungan sebagaimana detak jantung manusia. Namun sebagai entitas bisnis, yang tantangannya berbeda dari tahun ke tahun,
4 DUTA Rimba
tidaklah cukup kalau hanya sekadar melanjutkan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Harus ada akselerasi, agar entitas bisnis bisa memberikan nilai tambah lebih maksimal. Apalagi, kalau 2015 akan dijadikan point untuk melakukan lompatanlompatan besar untuk menggenjot kinerja perusahaan pada tahun berikutnya. Justru pada awal tahun ini harus start untuk melakukan breaktrough (terobosan-terobosan) guna mengkonsolidasikan seluruh potensi yang dimiliki oleh perusahaan. Tak ada pilihan lain, kecuali kita harus bergerak mulai dari sekarang untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Bila pada 2015 nanti diproyeksi keuntungan perusahaan mencapai sekitar Rp 250 miliar. Pada 2016 kita
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
harus bisa meningkatkan keuntungan perusahaan mencapai dua kali lipat menjadi Rp 500 miliar. Target ini sangat mungkin dicapai, karena dalam industri Sumber Daya Alam (SDA) profit net to revenue itu bisa mencapai 20%. Bila pendapatan Perhutani Rp 5 triliun, sesungguhnya keuntungan Perhutani bisa mencapai Rp 1 triliun. Bahkan kalau di karet profitnya bisa mencapai 40%. Asumsi yang berlaku di industri SDA tersebut, tentu bukanlah dimaksudkan untuk mengolok-olok diri kita. Tetapi supaya kita lebih optimis dan mencari skenarioskenario yang realistis. Kalau 2016 keuntungan kita belum bisa mencapai 20%, kiranya realistis bila dipatok Rp 500 miliar atau sekitar 10% dari pendapatan perusahaan. Untuk mewujudkan target 2016 tersebut tentu harus kita persiapkan sejak awal 2015. Hal yang cukup signifikan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada 2016, dimana pada 2015 Perum Perhutani akan membangun seluruh proses bisnisnya dengan informasi teknologi (IT). Untuk menerapkan IT di Perusahaan, Perum Perhutani sudah melakukan kerja sama dengan Telkom. Dalam membangun sistem IT ini Perhutani tak perlu melakukan investasi, melainkan hanya menggunakan jasa layanan yang dimiliki oleh Telkom. Seluruh proses bisnis, mulai dari pembibitan, penanaman, penebangan, pergerakan kayu, produksi, bahkan ticketing di destinasi wisata ke depan harus berbasis IT. Melalui IT, seluruh proses bisnis akan terkoneksi dan termonitor dalam layar computer, hingga bisa mencegah terjadinya distorsi di lapangan. Untuk membangun sistem IT, Perhutani juga akan membangun operator room. Bahkan bila diperlukan Telkom bisa masuk
dalam struktur organisasi Perhutani, meski yang membayar tetap Telkom. Bahkan bila perlu kita bisa mengangkat Direktur IT dari Telkom. Disinilah kita harus berani melakukan paradox marketing. Ke depan, Perhutani harus bisa melakukan efisiensi. Program Golden Shake Hand yang dilakukan perusahaan pada industri kayu, tentu tidak lepas, agar Perhutani makin efisien dan pada khirnya mampu bersaing dengan perusahaan sejenis. Dari hasil kajian yang mendalam, industri kayu ini produktivitasnya rendah sehingga kurang profitebel, karena itu ditawarkan Golden Shake Hand kepada karyawan yang tidak bisa maksimal produkvitasnya. Golden Shake Hand ini juga merupakan bagian dari penyehatan perusahaan yang juga saya sebut turn around. Dalam turn around itu ada dua konsep. Yang pertama dengan cost reduction agar bisa lebih efisien. Kedua Asset Reduction, yaitu pengurangan aset. Karyawan dalam sebuah perusahaan itu merupakan aset, sehingga Golden Shake Hand bisa digolongkan dalam pengurangan aset. Golden Shake Hand ini sifatnya ad hoc baik dari sisi waktu, unit bisnisnya, karyawannya dan tidak boleh voluntir. Semua yang akan mengikuti program tersebut harus fiks. Mereka yang mengikuti program ini juga akan diberikan kompensasi baik secara normatif sebagaimana di atur dalam Undang-undang dan sisa masa kerjanya juga dihitung.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Pemberdayaan Pesantren Selain aksi korporasi yang sifatnya internal pada 2015, Perum Perhutani juga akan menggenjot kepeduliannya terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan. Dalam tahun tersebut akan dirintis upaya untuk memberdayakan pesantren dalam ikut memberikan penyuluhan soal lingkungan dan kehutanan kepada masyarakat sekitar wilayah hutan. Pulau Jawa yang memiliki puluhan ribu pesantren yang tersebar di sekitar wilayah hutan Perhutani kiranya bisa dilibatkan dalam mengoptimalkan pemanfaatan hutan. Para santri tersebut bisa ditraining soal lingkungan dan kehutanan di Diklat Perum Perhutani di Madiun, agar dalam melakukan dakwah bisa menyampaikan pesan-pesan kepada umat, perlunya menjaga lingkungan dan kelestarian hutan. Sementara untuk memberdayakan, mereka bisa dilibatkan dalam memanfaatkan lahan-lahan Perhutani untuk kegiatan produktif, baik melalui konsep tumpang sari, maupun agroforestry. Bahkan peran para santri bisa ditingkatkan, tidak hanya sebagai dai, tetapi juga penyuluh kehutanan swasta. Bila mereka bisa berpartisipasi dalan penyuluh kehutanan, tentu tak hanya bermanfaat bagi Perum Perhutani, tetapi juga bagi bangsa dan negara, dalam menjaga hutan nusantara. Semoga.• DR
Golden Shake Hand ini sifatnya ad hoc baik dari sisi waktu, unit bisnisnya, karyawannya dan tidak boleh voluntir. Semua yang akan mengikuti program tersebut harus fiks.
DUTA Rimba 5
PRIMARIMBA
Golden Shake Hand
Solusi Kompetensi Bisnis Mengakhiri tahun 2014, Perum Perhutani terus melakukan penataan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung transformasi bisnis korporat. Sejauh kaki melangkah, kunci keberhasilan dari transformasi adalah pada kesiapan SDM perusahaan. Bisnis Perhutani yang makin melebar, sejalan dengan hilirisasi, tentu membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk menggerakkan bisnis tersebut.
6 DUTA Rimba
M
emang dari analisa kebutuhan sumber daya manusia yang ada di Perhutani, secara kuantitatif SDM Perhutani cukup melimpah. Jumlah karyawan Perhutani sebesar 24.000 orang, bukanlah jumlah yang kecil. Belum lagi kalau ditambah dengan tenaga kontrak, tentu jumlahnya akan semakin mengbengkak. Namun jumlah sebesar itu ternyata belum menjamin ketersediaan dan kesiapan SDM untuk mengoperasionalkan linilini bisnis baru yang akan dimasuki Perhutani. Perhutani yang akan memasuki sektor industri baik kayu maupun non kayu, bisnis retail, property dan pariwisata, tentu membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang sangat jauh berbeda bila dibanding SDM yang ada selama ini. Perhutani membutuhkan SDM yang piawai di bidang industri yang memiliki latar belakang teknik mesin, teknik kimia, teknik industri, teknik fisika, farmasi, bahkan kesehatan. Begitu pula untuk mendukung bisnis Perhutani di bidang property, retail maupun industri juga membutuhkan tenaga
kerja yang memiliki latar belakang arsitektur, marketing, bisnis intelijen, branding, dan sejumlah tenaga yang memiliki keahlian di bidang bisnis modern. Untuk meningkatkan kompetensi, Perhutani mulai melakukan analisis beban kerja di satuan-satuan bisnis yang ada. Salah satunya di sektor industri. Karena di sektor industri sebagaimana dikonstantir oleh Teguh Hadi Siswanto, Direktur Umum dan SDM, pada industri inilah titik lemah Perhutani. Di sektor industri yang lebih menekankan padat modal, tentu dibutuhkan tenaga kerja dengan kompetensi yang tinggi. Tanpa SDM yang kompeten susah diharapkan sektor industri Perhutani ini bersaing di pasaran. Untuk menyehatkan satuan kerja, Perhutani melakukan kajian secara mendalam di industri kayu. Hipotesis yang diajukan, apakah dengan personil yang ada mampu memproduksi produk-produk yang bisa bersaing di pasar. Pertanyaan mendasar itu perlu diajukan karena di era pasar bebas ini, hanya produk-produk yang harga pokok produksinya (HPP) kompetitif yang
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Surat Keputusan program Golden Shake Hand
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 7
Dok. Kom PHT®2014
PRIMARIMBA
Sosialisasi GSH di Divisi Industri Kayu
bisa bersaing. Apalagi untuk produkproduk masal Dari kajian yang mendalam, pada industri kayu, terdapat beberapa distorsi. Pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan secara borongan, justru dikerjakan oleh pekerja dengan status pegawai, sehingga memberikan beban produksi dan menjadikan harga pokok produksi (HPP) makin mahal dan produknya kurang bisa bersaing di pasaran. Untuk menata industri kayu, perusahaan melakukan progam penyehatan satuan bisnis yang terlalu gemuk ini pada tahun 2014. Perusahaan secara khusus menggunakan sebagian dana cadangan 2013 untuk menyehatkan perusahaan. Penyehatan perusahaan itu sebagaimana dijelaskan oleh Teguh Hadi Siswanto, dengan menawarkan Program Golden Shake Hand bagi karyawan yang tidak bisa lagi memberikan kontribusi kepada perusahaan. Kepada mereka
8 DUTA Rimba
ditawarkan sebuah kompensasi yang cukup menarik. Meminjam istilahnya Tanri Abeng, ketika melakukan Golden Shake Hand pada perusahaan grup Bakrie tahun 1990-an adalah sebuah tawaran manusiawi. Tak berlebihan bila kini Perhutani tengah melakukan penataan sumber daya manusia, untuk menyehatkan satuan kerja pada bidang-bidang bisnis yang digeluti oleh perusahaan ini. Mereka mulai menghitung untuk satuan kerja tertentu, seberapa banyak SDM yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah produk dengan tingkat harga pokok produksi (HPP) yang paling kompetitif. Di era persaingan bebas, untuk bisa bersaing , satuan-satuan kerja pada lini bisnis yang dioprerasionalkan oleh SDM yang berkompeten, agar bisa menghasilkan produk-produk yang bisa bersaing di pasaran. Dalam program ini dilaksanakan secara selektif. Ada persyaratan tertentu bagi mereka yang bisa
masuk dalam program ini. Seperti misalnya hanya karyawan yang memiliki usia 47 tahun atau dengan masa kerja 15 tahun. Mereka juga harus memiliki status sebagai karyawan tetap/pekerja pelaksana. Di luar itu tak bisa dieksekusi. Dalam tawaran kompensasi, Perhutani tetap mengacu pada peraturan pesangon sebagaimana di atur dalam UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan. Misalnya Anda pensiun normal (asumsi umur pensiun adalah 56 tahun), maka Anda akan mendapatkan minimum sejumlah uang seperti telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 sebagai berikut: 1. Pasal 156 ayat 1 UU No 13 tahun 2003 yang menyebutkan,” Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dalam Golden Shake Hand tersebut, hak karyawan sebagaimana dalam UU No 13 tahun 2003 dengan segala perhitungannya diberikan oleh Perum Perhutani. Namun karena ini menyangkut progam penyehatan, perusahaan juga membayarkan
Dok. Kom PHT®2014
hak yang seharusnya diterima.” 2. Pasal 156, ayat 2 yang menyebutkan, “Perhitungan pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 paling sedikit (masa kerja-1 tahun sama dengan uang pesangon (bulan upah). 3. Pasal 156, ayat 3 menyebutkan, “Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan (masa kerja-1 tahun sama dengan Penghargaan bulan upah) 4. Pasal 156, ayat 4 menyebutkan, “ Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja; c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/ atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Surat Permohonan GSH
seluruh gaji pokok masa kerja yang tersisa kepada pekerja yang ikut dalam Golden Shake Hand. Seperti misalnya bagi karyawan yang masih memiliki sisa kerja selama 5 tahun (60 bulan), maka jika gaji pokoknya sebesar Rp 1 juta, perusahaan akan memberikan kompensasi tambahan diluar ketentuan UU No 13 tahun 2003 sebesar Rp 60 juta. Tambahan kompensasi ini merupakan langkah win-win solution. Dimana dengan program ini, perusahaan mempunyai kesempatan untuk melakukan penyehatan, agar ke depan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Sementara bagi karyawan yang terkena program ini mampu mengembangkan diri di luar, untuk mencari kerja, maupun
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
merintis usaha sesuai dengan minat dan keahliannya Tak berlebihan bila apa yang dilakukan oleh Perum Perhutani dalam memberikan kompensasi dalam Golden Shake Hand telah menawarkan kompensasi “UU Plus” yang cukup menarik, sehingga tak ada yang dirugikan dalam program ini. Para penerima Golden Shake Hand sebagaimana digambarkan oleh Teguh Hadi Siswanto, semua penerima Golden Shake Hand ini dengan penuh rasa syukur. Mereka memiliki komtimen yang kuat untuk mendorong Perum Perhutani untuk tumbuh dan berkembang, mengembangkan peluang bisnis dengan prinsip-prinsip bisnis secara objektif dan rasional.• DR
DUTA Rimba 9
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAUTAMA
Kegiatan produksi di Divisi Industri Kayu
10 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Penataan Bisnis
Sifatnya Ad Hoc Untuk menyehatkan Industri Kayu, Perum Perhutani menawarkan Golden Shake Hand. Karyawan yang masih memiliki masa kerja yang tersisa ditawarkan kompensasi yang menarik, baik dari sisi ketentuan UU No 13 tahun 2003 maupun kompensasi tambahan. Meski menjadi solusi bagi perusahaan, maupun karyawan, program ini sifatnyta Ad Hoc. Dimana unit bisnisnya tertentu, orangnnya tertentu dan waktunya juga tertentu. Melalui program ini diharapkan bisa meningkatkan daya saing industri yang berbasis hasil hutan. olden Shake Hand yang digulirkan Perum Perhutani di industri kayu, berjalan mulus. Tak ada riak, apalagi gelombang. Program itu telah diterima dengan lapang dada oleh para penerimanya, dan mereka kini sudah memulai hidup baru, setelah puluhan tahun mengabdikan diri di perusahaan. Sementara bagi perusahaan dengan progam tersebut memberi peluang untuk melakukan penataan bisnis, guna meningkatkan daya saing industri kayu. Golden Shake Hand ini merupakan program yang sifatrnya ad hoc, sesuai dengan kebutuhan perusahaan, yang pelaksanaannya tergantung pada karyawan tertentu, unit kerja tertentu, dan waktu tertentu. “Bahkan seleksinya
terhadap orang yang akan mengikuti program ini tidak boleh voluntir, tetapi harus fiks,” tegas Mustoha, Ditekrur Utama Perum Perhutani. Program ini tidak bertentangan dengan ketentuan ketenagakerjaan, karena para pihak melakukan dengan kesadaran dan sukarela. “Ini merupakan hak perogratif manajemen untuk melakukan efisiensi perusahaan,” jelas Basani Situmorang, mantan Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja RI Program Golden Shake Hand ini bisa dibenarkan dari sisi ketenagakerjaan. Bayangkan kalau pemutusan hubungan kerja itu dilakukan melalui PHK. Ada persyaratan tertentu karyawan diputuskan hubungan kerjanya, seperti adanya kesalahan pekerja dan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
harus ada penetapan Perselisihan Hubungan Industrial (PHI). “Golden Shake Hand tak memerlukan penetapan PHI, karena Golden Shake Hand atas kemauan sendiri oleh karyawan dan tidak ada paksanaan atau kesalahan,” tambah Basani yang kini menjadi Nara Sumber senior BPJS. Basani yang ikut mendampingi Perhutani menyiapkan Golden Shake Hand ini sejak dari awal menyarankan empat hal dalam pelaksanaannya. Pertama, manajemen harus melakukan sosialisasi kepada karyawan. Kedua, menjelaskan hak karyawan yang akan mengikuti Golden Shake Hand. Ketiga, karyawan harus mengajukan permohonan kepada manajemen bahwa mereka akan
DUTA Rimba 11
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAUTAMA
Kantor Divisi Industri Kayu di Surabaya
mengambil program Golden Shake Hand. Keempat, manajemen dapat menerima atau menolak permohnan Golden Shake Hand untuk menghindarkan karyawan yang berprestasi tinggi yang sangat dibutuhkan perusahaan ikut mengambil Golden Shaka Hand. Untuk menghindari karyawan yang berprestasi mengikuti program ini, Perum Perhutani memberlakukan persyaratan yang ketat. Dimana mereka yang bisa mengikuti program ini adalah mereka yang telah berumur 47 tahun atau memiliki masa kerja 15 tahun. Mereka juga berstatus sebagai pegawai tetap atau pelaksana. Karyawan yang bisa mengikuti program ini maksimal masa kerjanya paling tinggi sembilan tahun, karena umur pesiun karyawan Perhutani 56 tahun. Tentu yang menjadi pertanyaan, kenapa hanya industri kayu saja yang diberlakukan golden shake hand? Memang dengan hilirisasi, industri Perhutani kini mulai berkembang luas. Selain industri kayu ada juga industri non kayu. Namun dari kajian yang mendalam, pada industri kayu ini terjadi titik lemah. Karena itu manajemen perlu melakukan
12 DUTA Rimba
penyehatan, agar industri bisa memilkiki Harga pokok industri (HPP) yang bersaing. Jumlah karyawan yang terlalu banyak bisa membuat cost produksi meningkat secara signifikan, sehingga bisa menyebabkan daya saing menjadi rendah. Golden Shake Hand merupakan sebuah solusi jalan tengah. Karyawan di industri kayu tentu tak bisa mudah dipindahkan misalnya ke tanaman atau ke industri yang lain. Masingmasing industri itu membutuhkan karyawan yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda, yang tak bisa diisi oleh sembarang karyawan. Dengan Golden Shake Hand, perusahan memilki kesempatn untuk melakukan penataan proses bisnis. Sementara bagi karyawan yang mengikuti program ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan kompensasi yang jauh lebih baik dibanding dengan mengundurkan diri. Karena kalau mengundurkan diri, mereka tak berhak mendapat pesangon. Sementara dengan Golden Shake Hand karyawan mendapat kompensasi, sesuai dengan UU No 13 plus gaji pokok sisa masa kerjanya dibayar penuh.
Dengan dana kompensasi tersebut, karyawan yang ikut dalam program ini, bisa menyisihkan dana kompensasi tersebut untuk meningkatkan ketrampilannya untuk mendapatkan pekerjaan lainnya. Atau kalau tidak mencari kerja, mereka bisa menyisihkan sebagaian kompeansasi tersebut untuk metintis usaha secara mandiri, untuk meneruskan kehidupan. “Karena itu karyawan yang menerima kompensasi harus pandai-pandai menggunakan dana kompensasi. Jangan dihabiskan untuk kegiatan konsumtif. Tapi gunakan untuk kegiatan yang produktif,” tegas Basani Dalam program Golden Shake Hand, Perum Perhutani menyediakan anggaran yang cukup besar dari dana yang dicadangkan dari keuntungan perusahaan pada 2013, sehingga tidak mengganggu operasional perusahan pada 2014. Dana tersebut untuk memberikan kompensasi kepada peserta Golden Shake Hand sebagaimana ketentuan Pasaal 156 UUNo 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan. Selain itu perusahaan juga memberikan kompensasi dengan membayar gaji
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Operator PGM (penggergajian mesin) Divisi Industri Kayu
pokok sisa masa kerja yang tersisa. Dari hasil kompensasi tersebut banyak karyawan yang mengikuti Golden Shake Hand, sudah banyak yang merintis usaha. Ada yang memulai membuka toko menyediakan keperluan bahan pokok bagi masyarakat sekitarnya. Ada juga yang membuka bengkel las. Bahkan ada juga dari dana kompensasi yang membuat kos-kosan. Ini mdemberikan gambaran, dana yang didapat dari Golden Shake Hand dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Memang langkah ini baru merupakan tahapan awal untuk hidup secara mandiri, setelah mereka tidak bekerja lagi di Perhutani. Tentu membutuhkan kesabaran dan keuletan dalam merintis usaha, selain tentu meningkatkan ketrampilan dalam beusaha dan memperkuat akses baik ke pemasaran maupun keuangan. Namun jika usaha mereka bisa tumbuh dan berkembang, akses itu akan dengan mudah mereka dapat. Beberapa pilihan lapangan usaha yang mulai dirintis oleh para penerima Golden Shake Hand ini, karena Perum Perhutani telah ikut
menyiapkan para karyawan tersebut dengan program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan minat mereka masing-masing. Pendidikan ini banyak mengilhami mereka dalam merintis usaha. Jika mereka tekun dalam menjalankan usaha, bukan tidak mungkin mereka kelak bakal menjadi wirausaha tangguh. Tak hanya bisa menghasilkan keuntungan untuk membiayahi kehidupannya, tetapi bisa juga memperkerjakan orang lain untuk menjalankan usaha mereka. Dalam Program Golden Shake Hand ini, sesungguhnya perusahaan tidak punya kewajiban untuk memberikan pendidikan dan pelatihan. Hanya saja dalam progam ini, kompensasi harus diberikan sekaligus dan dibayarkan secara lunas, pada saat mereka menyetujui program ini. Perum Perhutani telah mengeluarkan dana kompensasi hingga Rp 36 miliar untuk 217 karyawan yang mengikuti Golden Shaka Hand Adanya kompensasi seperti pemberian pesangon sebagaimana UU No 13 tahun 2003, pembayaran gaji pokok masa kerja yang tersisa, dan pemberian pendidikan dan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
pelatihan bagi penerima Golden Shake Hand, Basani setuju, bila dalam program ini Perhutani telah melaksanakan UU Plus Plus. Kompeansasi ini sudah cuikup memadai, dan menjadi solusi yang baik bagi perusahaan maupun karyawan yang terkena Program Golden Shake Hand. Bagi Perhutani Golden Shake Hand ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan dalam sejarah perjalanan perusahaan. Pertanyan yang muncul, apakah Golden Shake Hand ini jugakan dilaksanakan di unit bisnis yang lain, ketika perusahaan menuju hilirisaasi dan industrialisasi. Bukankah hilirisasi ini membutuhkan efisiensi, dan karyawan yang kompeten? Tentu, karena Golden Shake Hand ini sifatnya Ad Hoc, program ini amat tergantung pada hasil kajian terhadap unit bisnis mana yang membutuhkan penyehatan. Menurut Teguh Hadi Siswanto, Direktur Umum dan SDM, tidak ada roap map tertentu untuk Golden Shake Hand. Bila ada kajian secara komprehensif pada unit bisnis tertentu dilakukan penyehatan, Golden Shake Hand ini bisa digulirkan.• DR
DUTA Rimba 13
RIMBAUTAMA
Siap Bersaing di Industri
Kehutanan Indonesia Golden Shake Hand 2014 dimaksudkan untuk menyehatkan industri kayu agar memiliki daya saing dengan perusahaan sejenis. Untuk penyehatan ini diambilkan dari dana yang dicadangkan dari hasil keuntungan tahun 2013 yang diberikan oleh pemerintah.
D
alam penyehatan satuan kerja, Perum Perhutani menggulirkan terobosan dengan menawarkan program Golden Shake Hand kepada karyawannya secara selektif. Perusahaan pada 2014 menyiapkan anggaran sebesar Rp 62 miliar untuk memberikan kompensasi yang menarik , yang mengacu pada UU No 13. Untuk tahap awal program diberlakukan pada industri kayu, agar ke depan industri ini mampu bersaing di tengah pasar yang makin kompentitif Bagi Perum Perhutani, wacana untuk menggulirkan program
14 DUTA Rimba
Golden Shake Hand sudah digulirkan beberapa tahun yang lalu, ketika perusahaan tengah melakukan transformasi menuju industrialisasi. Dengan industrialisasi tentu dibutuhkan sumber daya manuysia yang kompeten. Jumlah tenaga kerja yang cukup belum menjamin semuanya kompeten untuk menggerakkan roda industri. Karena itu wacana untuk menggulirkan Golden Shake Hand terus menjadi wacana. Baru mulai dengan terbitnya SK 007 yang dieksekusi pada bulan Januari 2004, sebagaimana dijelaskan oleh Teguh Hadi Siswanto,
Direktur Umum dan SDM Perum Perhutani, dimana bisnis industri merupakan bisnis yang terpisah dan berbeda dari core bisnisnya Perhutani. “ Dari beberapa kajian proses bisnis ini, industri merupakan titik lemah dari bisnis Perhutani. Dimana dalam industri ini kita tidak bisa bersaing dengan swasta karena bisnis ini padat karya. Sehingga kita perlu melakukan penyesuaian, berapa banyak kita mengelola kayu dan berapa orang yang dibutuhkan. Langkahnya adalah bagaimana kita mengurangi biaya umum. “ Perhutani diharapkan bisa bersaing dengan perusahaan swasta,
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Produk kayu Industri Perhutani yang sudah siap dikirim
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 15
RIMBAUTAMA
Dok. Kom PHT®2014
Di bidang lain juga bisa diberlakukan Golden Shake Hand. Bagi unit kerja yang tidak produktif, kemungkinan untuk dilaksanakan Golden Shake Hand itu sangat terbuka. Operator pabrik Divisi Industri Kayu
dimana pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan secara borong, tetapi kini kenyataannya dikerjakan oleh pegawai. Sehingga yang tidak produktif harus dikurangi. “Karena itu untuk industri harus padat modal. Semenntara untuk padat karya di core intinya. Kita main di industri tidak padat modal, kita tidak bisa bersaing, ” tambah Teguh Bagi Perum Perhutani, Program Golden Shake Hand ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan . Sehingga bagi satuan-satuan bisnis yang mengalami kerugian akan diteliti. Apakah bisnis tidak bisa bersaing, kaena jumlah orangnnya tidak memenuhi, atau beban kerja dari masing-masing orang itu tidak maksimal Termasuk masalah kompentensi dari masing-masing karyawan. “ Kan ada sejarahnya dari tradisional menuju ke industri modern. Dulu kita bekerja tidak pernah ada seleksi secara baik. Dalam arti mereka hanya masuk dan ikut. Dan sekarang sudah kita mulai dimana seleksi harus dilakukan secara benar. Seleksi itu didasarkan pada analisa kebutuhan
16 DUTA Rimba
kerja, lalu kompetensinya, pasar, dan, satuan-satuan kerja itu intinya ada di situ.” Hingga kini sebanyak 217 karyawan yang terkena Program Golden Shake Hand. Prosedurnya sebagaimana dijelaskan Teguh, prinsipnya adalah dengan penunjukan, karena mereka tidak memenuhi kompetensi. “Kita tunjuk siapa yang tidak bisa memberikan kontribusinya pada bidang tersebut. Ya alhamdulilah mereka bisa kita sadarkan dan kita laksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. “ Program ini kompensasinya sesuai dengan UU No 13, ditambah dengan hak-hak lainnya. Karena mereka ditunjuk oleh perusahaan . Tambahan hak berupa pembayaran gaji pokok dari masa kerja yang tersisa tersebut dimaksudkan untuk penyehatan satuan unit kerja, agar bisa sehat semua. “Kita bisa memberikan kesempatan kepada karyawan untuk bekerja di tempat lain, dan perusahaan akhirnya juga bisa jalan.” Dalam program ini terlihat masing-masing sayang pada
perusahaan. Karena itu Teguh menyarankan kepada mereka yang masih bekerja di perusahaan baik yang baru maupun yang sudah lama bisa melihat permasalahan secara obyektif. Tak hanya di industri kayu, tetapi di bidang lain juga bisa diberlakukan Golden Shake Hand. Bagi unit kerja yang tidak produktif, kemungkinan untuk dilaksanakan Golden Shake Hand itu sangat terbuka. Memang dalam Program Golden Shke Hand ini, perusahaan baru melaksanakan pada 2014 untuk industri kayu. Untuk 2015, nanti akan dilihat pada bisnis mana yang tidak menguntungkan. Sekarang di industri kayu, ke depan tentu pada bisnis lainnya. “Di bisnis tertentu ada kelebihan tenaga kerja atau tidak, sehingga HPPnya menjadi tinggi dan tidak bisa bersaing. Hal semacam itu tidak bisa dipertahankan. Dalam rangka penyehatan satuan kerja tadi, kita berharap di satuan kerja baik yang di core maupun di satuan bisnis. Paling tidak mereka BEP dan bisa membiayahi dirinya sendiri. Syukur
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Target perusahaan untuk menggenjot keuntungan perusahaan pada 2014 sebesar Rp 250 miliar tentu tidak akan terganggu. Karena dana untuk Golden Shake Hand ini adalah dana yang diambil dari keuntungan tahun 2013
Dok. Kom PHT®2014
bisa memberikan kontribusi kepada korporasi.” Memang ada persyaratan khusus bagi mereka yang terkena Program Golden Shake Hand. Seperti mereka yang telah berumur 47 tahun dan memiliki masa kerja 15 tahun dan berstatus sebagai pekerja tetap. Kepada mereka itu selain mendapat pesangon sesuai dengan UU No 13, juga masih mendapat pembayaran gaji pokok dari masa kerja yang tersisa. Dari masa pensiun karyawan Perhutani pada umur 56 tahun, berdasarkan verifikasi terakhir ada 217 karyawan yang terkena program ini, yang terbanyak sisa kerjanya ada yang delapan tahun. “Dan dari pengalaman program ini, karyawan yang terendah mendapat kompensasi ada yang bisa mendapat Rp 160 juta,” tegas Diana Jumlah sebesar itu memang sangat relatif. Tapi setidaknya dengan jumlah kompensasi sebesar itu bisa untuk memulai modal merintis kerja dan usaha baru. Karena itu ia menyarankan penggunaan dana kompensasi itu sebaiknya digunakan
Operator pabrik Divisi Industri Kayu
untuk kegiatan-kegiatan produktif, untuk meneruskan kehidupan di masa depan. Untuk melakukan program ini, Perusahaan pada 2014 menganggarkan dana sebesar Rp 62 Miliar. Dan dana tersebut sebagaimana dijelaskan Teguh baru digunakan Rp 36 miliar untuk memberikan kompensasi kepada 217 karyawan yang mengikuti Program Golden Shake Hand. “Dana itu kan tidak harus dihabiskan. Dana itu dikeluarkan sebagaimana kebutuhan.” Tentu yang menjadi pertanyaan, dengan dana yang cukup besar membiayai Golden Shake Hand, apakah tidak akan mengganggu kinerja keuangan Perusahaan. Tentu saja tidak? “ Dana ini adalah dana cadangan korporasi yang tidak disetor oleh perusahaan kepada pemerintah, dan kemudian oleh Kementerian BUMN sebagai Pembina Perum Perhutani menyetujui dana tersebut untuk sebuah kegiatan. Salah satunya penyehatan korporasi lewat Golden Shake Hand. Jadi ini dana cadangan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
dari laba tahun 2013 yang tidak diminta oleh Pemerintah.” Target perusahaan untuk menggenjot keuntungan perusahaan pada 2014 sebesar Rp 250 miliar tentu tidak akan terganggu. Karena dana untuk Golden Shake Hand ini adalah dana yang diambil dari keuntungan tahun 2013 yang tidak di setor ke pemerintah, tetapi disetujui oleh Kementerian BUMN untuk penyehatan perusahaan. “Keuntungan tahun lau tidak disetor ke Kementerian BUMN, karena Kementerian BUMN tidak meminta. Menjadi cadangan Perhutani. Kita diberikan dana sekitar Rp 240 miliaran, salah satunya untuk Golden Shake Hand,” tambah Teguh. Dana sebesar Rp 240 miliar itu digunakan selain untuk Program Golden Shake Hand juga untuk membiayahi pensertifikatan tanah Perhutani. Banyak tanah Perhutani yang belum disertifikatkan. Ini aset harus diamankan dengan program pensertifikatan. Yang terakhir dana cadangan itu untuk memperbaiki tanaman. “Jadi tidak mengganggu kinerja perusahaan 2014,” • DR
DUTA Rimba 17
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAUTAMA
Direktur SDM dan Umum, Teguh Hadi Siswanto
18 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Kompensansi Menyehatkan dan Menguatkan Perusahaan
T
ransformasi Perum Perhutani telah berjalan cukup jauh. Bila sebelumnya perusahaan pelat merah ini masih hanya berkutat di sektor tanaman. Kini sudah mulai bergerak ke sektor hilir. Bila produk-produk hutan sebelumnya dipasarkan dan diekspor secara mentah. Kini era semacam itu telah berlalu. Produkproduk hasil hutan tersebut harus diolah terlebih dahulu, sebagaimana kebijakan di sektor industri yang dikenal dengan hilirisasi, agar bisa memberikan nilai tambah tak hanya bagi perusahaan, tetapi juga secara nasional, dalam menciptakan lapangan pekerjaan, nilai tambah bagi publik dan sederet keuntungan lainnya. Tentu sejalan dengan hilirisasi dan industrialisasi ini, bisnis Perum Perhutani, tak hanya melulu soal tanaman, tetapi juga mulai beranakpinak, bahkan melebar ke berbagai bidang yang tak terbayangkan sebelumnya. Selain industri yang berbasis hutan, bukan tidak mungkin ke depan, Perhutani juga memiliki
Program Golden Shake Hand mendapat respon positif dari para karyawan Perum Perhutani. Karena dalam program ini para pihak tak ada yang dirugikan, tetapi justru sebaliknya diuntungkan oleh program ini. Tak berlebihan bila program ini di sebut sebagai Win-win Solution di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Perusahaan untung, sementara yang menerima Golden Shake Hand pun juga untung. hotel, ritail, hospitility, property, dan lain sebagainya, yang dimungkinkan oleh aturan regulasi dan peluang usaha. Perubahan-perubahan secara fundamental tersebut, sebagaimana sering diungkapkan Direktur Utama Mustoha Iskandar, tentu membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang handal. Hanya dengan SDM yang handal, segala proses transformasi yang kini tengah bergulir di BUMN ini akan bisa berhasil. Tanpa SDM yang handal, transformasi itu bisa jadi hanya menjadi sebuah wacana.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Memang tidak mudah bagi Perum Perhutani ini untuk menyiapkan SDM yang handal. Dari sisi kuantitas SDM Perhutani bila dibanding dengan SDM BUMN besar lainnya, memang cukup banyak. Jumah tenaga kerja sekitar 24.000 pekerja, bukanlah jumlah SDM yang sedikit. Bandingkan dengan SDM Pertamina, Bank Mandiri, Bank BRI yang berkisar antara 10.000 sampai dengan 20.000an, SDM Perum Perhutani jauh lebih dari cukup, meskipun belum sepenuhnya ideal. Belum lagi, dengan pertumbuhan bisnis yang makin meluas, maka
DUTA Rimba 19
kompetensi SDM yang ada juga dirasakan tidak memadai lagi. Perhutani ke depan tidak hanya membutuhkan SDM yang hanya memiliki komptensi di bidang tanaman, tetapi juga di bidang industri, marketing, branding, dan bidang-bidang lain untuk menggerakan industri hilir. Untuk menjaga kompetensi SDM inilah, Perum Perhutani melakukan terobosan dengan menawarkan Golden Shake Hand, bagi karyawankaryawan yang mau secara sukarela untuk pensiun dini dan mengembangkan diri di luar. Untuk melaksanakan Golden Shake Hand ini, memang Perhutani tidak melakukan secara gegabah. Program ini dilakukan secara selektif, berdasarkan evaluasi yang mendalam dari sisi bidang usaha maupun kompetensi yang dibutuhkan dari masing-masing industri yang ada di Perum Perhutani, yang satu sama lain memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk industri kayu, tentu analisisnya berbeda dengan industri gondorukem, pangan, obatobatan dan lain sebagainya. Untuk tahun 2014, Golden Shake Hand ini baru ditawarkan untuk karyawan Divisi Industri Kayu. Program ditawarkan secara sukarela kepada karyawan yang sudah berumur 47 tahun dan memilik masa kerja di atas 15 tahun, dengan status Pegawai Tetap dan Pekerja Pelaksana. “Jadi untuk karyawan yang tinggal setahun pensiunnya, tidak bisa mendaftar program ini,” tegas Oka Hendrijati, Petugas Khusus Bidang Benefit dan Kompensasi Perum Perhutani. Dan, mereka yang bisa mengikuti Program Golden Shake Hand, harus mendaftar terlebih dahulu. Karena dalam program ini ada beberapa tahapan. Selain pendaftaran, ada juga sosialisasi. Dimana kebijakan
20 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAUTAMA
Oka Hendrijati, Petsus Bidang Benefit dan Kompensasi Perhutani
bidang SDM ini disosialisasikan kepada karyawan di lingkungan Industri Kayu secara terbuka dan transparan. “Jadi para General Manager yang ada di daerah ini yang aktif melakukan penjelasan kepada karyawan yang akan mengikuti program ini,” tambah Diana Muliatini, Petugas Khusus Pembinaan SDM Perum Perhutani. Tahapan pendaftaran ini diperlukan untuk keperluan verifikasi. Seperti misalnya, apakah dari sisi prosedur administrasi, calon yang mendaftar itu memenuhi syarat, dari sisi umur, lama bekerja, dan status kekaryawanannya. Kemudian Manajemen bisa menentukan menerima atau penolak permohonan karyawan Prosedur dalam program ini sama dengan prosedur yang berlaku di berbagai perusahaan seperti Bakrie, Bank Permata, dan perusahaan-perusahaan lain yang pernah menerapkan Golden Shake Hand. Dimana karyawan yang akan mengikuti program ini, harus berdasarkan keinginan pribadinya secara suka rela, tanpa ada tekanan
dan paksaan. Bahkan untuk memastikan, program ini bisa berjalan sesuai dengan koridor hukum yang berlaku, Perum Perhutani juga mengundang konsultan yang ahli di bidang ketenaga kerjaan. Konsultan ini bertugas untuk mengawal, agar program ini bisa berjalan secara alamiah, tetapi tak ada aspek hukum yang dilanggar. “Kita meminta bantuan Basani Situmorang, konsultan bidang ketenagakerjaan,” jelas Oka. Dari jumlah pendaftar Program Golden Shake Hand ini terdapat 217 karyawan yang disetujui mengikuti program ini. Dari jumlah tersebut terdiri karyawan Industri Kayu Cepu sebanyak 145 pekerja, Industri Kayu Gresik 53 karyawan, Industri Kayu Brumbung 18 pekerja, dan dari Kantor Divisi Industri Kayu 1 orang. Sesuai dengan SK 3006/ Kpts/Dir/2014 Junto 3018/Kpts/ Dir/2014, kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang ikut program ini, selain sesuai dengan UU ketenagakerjaan diberikan pesangon, sisa masa
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Berdasarkan pengalaman Golden Shake Hand, kali ini ada karyawan yang bisa menerima kompensasi sekitar Rp 160 juta. “Tentu dengan jumlah sebesar itu, bisa dijadikan modal untuk membiayai kegiatan produktif,” tegas Diana. Diana Muliatini, Petsus Bidang Pembinaan SDM
kerja dibayarkan x gaji pokok. Dengan demikian dalam program ini sesungguhnya perusahaan membayarkan kompensasi seperti UU Plus. Sungguh sebuah tawaran yang sangat menarik. Karena dengan kompensasi yang mereka terima, para pekerja masih memungkinkan untuk mengembangkan diri, bahkan mengembangkan usaha. Berdasarkan pengalaman memberikan Golden Shake Hand di kantor pusat Bakrie Group tahun 90an Tanri Abeng yang kala itu menjadi CEO-nya menyebut metoda ini sangat manusiawi. Dimana karyawan dan perusahaan sama-sama untung. Ungkapan Tanri itu terasa relevan dengan apa yang dilakukan oleh Perhutani. Karena kalau kompensasi yang diberikan oleh Golden Shake Hand dibanding dengan kompensasi pensiun sangat jauh. Untuk pensiun hanya diberikan 2 x pesangon, 1 kali masa kerja dan 1 kali pergantian hak. Pembayaran gaji pokok masa kerja yang tersisa inilah yang menjadi keunggulan dari program ini. Dimana bagi karyawan yang memiliki sisa masa kerja 5 tahun, itu berarti ada 60 bulan sisa masa kerja. Bila gaji
pokok mereka sekitar Rp 1 juta, maka perusahaan akan membayarkan Rp 60 juta, selain tentu pesangon yang diatur dalam UU. Berdasarkan pengalaman Golden Shake Hand, kali ini ada karyawan yang bisa menerima kompensasi sekitar Rp 160 juta. “Tentu dengan jumlah sebesar itu, bisa dijadikan modal untuk membiayai kegiatan produktif,” kata Diana, Petugas Khusus Bidang Pembinaan SDM. Disinilah kuncinya, bagaimana para karyawan yang baru saja menerima dana kompensasi itu bisa membuat alokasi anggaran untuk kegiatan produktif, sesuai dengan minat dan keahlian yang dikuasai. “Untuk itu saya menyarankan, selain ditabung, ada yang dialokasikan untuk kegiatan usaha,” tambah Diana Untuk membantu agar peserta Golden Shake Hand, Perum Perhutani juga menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang akan memasuki pensiun dini. Program ini selain untuk mengedukasi, juga untuk memberikan inspirasi, agar mereka terbuka wawasan dan motivasinya untuk mengembangkan diri. Dalam
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
program pelatihan selain ditekankan pada motivasi, juga kewirausahaan. Program pelatihan ini dilaksanakan di Yogyakarta. Para peserta juga diajak langsung untuk mengunjungi sentra-sentra industri kecil seperti di Kasongan, Bantul. Di sentra-sentra industri ini mereka bisa melihat langsung dan mencari ide serta gagasan untuk memilih bidang usaha yang kira-kira cocok untuk mereka ,” Diana menambahkan. Disinilah Golden Shake Hand itu bagai gayung bersambut. Bagi perusahaan, momentum ini menjadi kesempatan perusahaan untuk menata SDM sebagaimana kompetensi yang dibutuhkan bagi perusahaan yang akan berkembang beranak-pinak bisnisnya. Sementara dari sisi karyawan yang mengikuti program ini, juga menjadi momentum untuk mengembangkan diri secara mandiri untuk mengarungi hidup yang lebih bermakna. Karena itu melalui program ini, sebaiknya jangan ada pihak yang terlena. Meminjam istilah Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, kini saatnya untuk Bekerja...Bekerja... dan Bekerja.• DR
DUTA Rimba 21
RIMBAUTAMA
GSH Itu
Bukan PHK Menjelang penghujung tahun 2014, Perhutani melakukan langkah restrukturisasi organisasi. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dan langkah itu berwujud program Golden Shake Hand (GSH).
K
ebijakan GSH di Perhutani sebenarnya muncul sejak pertengahan tahun 2014. Bermula dari pengamatan dan penilaian Mustoha Iskandar yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Komersial Kayu. Mustoha menilai terdapat kondisi tidak efisien di salah satu rumpun dalam struktur organisasi perusahaan. Ia pun merasa berkepentingan untuk melaksanakan efektivitas dan meningkatkan produktivitas di setiap satuan unit kerja. Penilaian tersebut kemudian dibahas oleh direksi dan kesimpulannya adalah perlu peningkatan “produktivitas” dan efisiensi pada unit-unit kerja tertentu. Sebab, pengelolaan unit-unit kerja yang ada di Perhutani perlu ektifitas dan efisiensi. Berdasarkan
22 DUTA Rimba
pembahasan tersebut, direksi menilai perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan Golden Shake Hand. “Golden Shake Hand ini kita lakukan secara sangat selektif. Lebih dulu kita lakukan seleksi khususnya pada unit kerja Industri Kayu. Jadi, di tahun 2014 ini program GSH dilakukan terbatas di Unit Kerja Industri Kayu. Di dalam pelaksanaannya, kita lakukan pembahasan dulu. Perhutani baru kali ini menerapkan kebijakan ini. Karena ini adalah proses yang baru di Perhutani, kita pelajari pelaksanaannya di BUMN lain yang pernah melakukannya,” kisah Asisten Direktur SDM dan Organisasi, Iing Mohammad Ichsan. Tim Direksi lalu mempelajari dokumen dari PT Telkom, BUMN yang pernah melakukan program
GSH. Direksi juga melakukan konsultasi dengan Pakar Hukum Hubungan Industrial, tentang mekanisme bagaimana pelaksanaan GSH. Dipahami, inti program GSH adalah bahwa program bersifat sukarela. Artinya, karyawan sendiri yang bersedia dan mengusulkan untuk ikut GSH. Direksi punya kewenangan untuk menerima atau menolak usulan tersebut. Iing menuturkan, mekanisme usulan tersebut melalui tahapantahapan. Tahap awal adalah sosialisasi. Sebelum sosialisasi kepada karyawan, terlebih dahulu dilakukan pembahasan mengenai pedoman pelaksanaan program GSH dengan serikat pekerja. Hal itu dituturkan juga oleh Ketua Umum Serikat Pekerja Perum Perhutani (SP2P), Nur Budi Susatyo. “SP2P diajak rembugan dan berbicara dengan manajemen sebelum pedoman GSH itu disusun dan diberlakukan. Bahkan SP2P dengan Serikat Karyawan dilibatkan juga dalam proses penyusunan pedoman GSH yang diterapkan di Divisi Indutri Kayu. Intinya, SP2P sangat mendukung program GSH ini, selama bisa menyejahterakan mantan karyawan Perum Perhutani,”
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Asisten Direktur SDM dan Organisasi, Iing Mohammad Ichsan
katanya. Hal senada disampaikan Andi Andrian, yang kini duduk sebagai Ketua Umum Serikat Karyawan (Sekar) Perum Perhutani. Menurut dia, pembicaraan tentang upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi di Divisi Industri Kayu memang sudah lama ada. “Kami diajak bicara tentang rencana GSH, dan kami juga menyadari bahwa pembicaraan tentang kinerja di Industri Kayu itu tidak efisien itu sudah lama ada. Karena memang dari sisi biaya, sudah tidak ideal. Dan wacana tentang adanya GSH dalam rangka bersaing
dengan industri swasta di luar ini sudah lama ada bahkan mungkin sudah sejak 10 tahun yang alu ada. Tetapi keberanian untuk melakukan GSH itu baru sekarang ada,” ujarnya. Berkurang 217 Orang Setelah mendapat masukan dari berbagai pihak, menurut Iing, kesimpulannya kemudian diterbitkan dalam sebuah pedoman yang disebut “Pedoman Golden Shakehand Tahun 2014”. Setelah pedoman itu ditandatangani, sosialisasi kepada unit kerja tempat GSH diterapkan pun dilakukan. Setelah sosialisasi, dilakukan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
pendaftaran para karyawan yang dengan sukarela menjadi peserta program GSH. Jumlahnya 217 orang. Masing-masing 145 orang berasal dari Indutri Kayu Cepu, 53 orang dari Indutri Kayu Gresik, 13 orang dari Indutri Kayu Brumbung, 5 orang dari Kantor General Manager Indutri Kayu, dan 1 orang dari Divisi Industri Kayu. Sukarela menjadi kata kunci dalam proses pendaftaran peserta GSH. Tidak ada paksaan. Bahkan, ada syarat yang dilakukan dalam proses pendaftaran peserta GSH, yaitu minimal telah berusia 47 tahun atau telah bekerja di Perhutani
DUTA Rimba 23
minimal selama 15 tahun. Selain itu, juga ada syarat berupa penilaian dari atasan karyawan yang bersangkutan tentang patut tidaknya ia mengikuti program GSH. Jika dinilai masih produktif dan menurut pandangan atasannya ia memang masih diperlukan perusahaan, itu tidak kita bolehkan untuk ikut program GSH. “Alhamdulillah sekarang sudah berjalan dan sudah direalisasikan per 1 November 2014. Karena Perhutani juga ada kewajiban sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama, maka setelah mereka selesai prosesnya serta menerima pesangon dan sebagainya, tentu mereka harus kita bekali pemahaman tentang bagaimana mengelola uang itu. Maka, kita berikan training dan pembekalan kepada mereka tentang Golden Shake Hand. Kita berikan training dan pembekalan tentang bagaimana mendayagunakan, bagaimana menyiapkan mental setelah tidak bekerja, dan sebagainya,” urai Iing. Namun, jumlah karyawan yang bersedia mengikuti program GSH itu awalnya tak sampai 217 orang. Bahkan di pekan-pekan awal sosialisasi belum banyak karyawan yang mendaftar. Setidaknya hal itu terlihat di Industri Kayu (IK) Gresik seperti dituturkan Manajer Operasional IK Gresik, Cahyo Kawedar. “Waktu awal pertama sosialisasi memang belum banyak yang berminat. Lalu kami berikan kesempatan untuk berpikir lagi lebih dalam. Mungkin waktu itu belum banyak yang berminat karena awalnya mereka masih mengira GSH itu sama dengan PHK. Sekarang bahkan sebaliknya. Banyak yang menyatakan minat untuk ikut program GSH,” ujarnya. Bukan PHK Pemahaman tentang perbedaan
24 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAUTAMA
Kepala Divisi Industri Kayu, Adi Pradana
GSH dengan PHK itu terus dilakukan. GSH memang bukan PHK. Karena itu, sebelum sosialisasi kepada seluruh karyawan dilakukan, direksi memandang perlu untuk mengajak bicara serikat pekerja yang ada. “GSH itu bukan PHK. Tetapi GSH adalah sebuah kebijakan untuk menyehatkan industri kita yang memang selama ini dinilai oleh banyak orang – termasuk juga pimpinan – bahwa telah terjadi inefisiensi. Nah, kalau kita runtut dari awal, pabrik-pabrik kita ini kan didirikan sekitar tahun 1970 dan terus berkembang hingga saat ini. Orang-orangnya itu kan hampir tidak pernah berubah dari dulu. Indutri Kayu Cepu itu ada sekitar 1000 orang yang bekerja. Begitu juga dengan Gresik. Kendalanya, yang pertama tentu saja ada di Sumber Daya Manusianya, yaitu masalah jumlah maupun usia, kompetensi, dan lain-lain, yang tentu saja hal itu sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas kita. Apalagi jika dari sektor umur, pendidikan, dan sebagainya, kondisi pabrik kita itu sangat menunjang untuk dilakukan
proses revitalisasi itu karena umumnya umur SDM di industri kayu sudah di atas 50 tahun. Nah, dengan bergulirnya perkembangan dinamika industri yang begitu pesat, akhirnya kita memandang perlu melakukan revitalisasi organisasi. Salah satunya adalah untuk meningkatkan produktivitas yang ada di masingmasing unit kerja,” urai Kepala Divisi Industri Kayu, Adi Pradana. Menurut Adi, berdasarkan statistik karyawan, rata-rata umur SDM di Divisi Industri Kayu adalah antara 48 sampai 50 tahun dengan tingkat pendidikan yang banyak di antaranya hanya tamatan SD dan SLTP. Hal itu dipandang sangat berbeda dengan kondisi di pabrikpabrik lain. Di perusahaan swasta, SDM yang bekerja di pabrikan khususnya di lapangan rata-rata berumur 20 sampai 30 tahun. “Sehingga, apabila kita ingin meningkatkan produktivitas, kita terkendala sekali dengan hal itu. Dan kita memang menyadari sekali akan hal itu. Kita juga mempertimbangkan dan menyadari sepenuhnya faktor bahwa mereka ini sudah sejak lama
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
memberikan sumbangsih untuk Perhutani. Tidak mungkin kita akan menerapkan kebijakan PHK kepada mereka yang sudah sejak lama memberikan sumbangsih, walaupun ketentuan yang ada di Disnaker dan lain-lain memungkinkan hal itu dilakukan. Sehingga, kita mencoba mempunyai program dan melaksanakan program yang juga bisa membantu mereka di dalam kesejahteraan tetapi juga pabrik juga dapat produktif. Sehingga lahir kebijakan GSH, yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan mereka yang mendapatkan GSH ini masih tetap sejahtera. Jadi GSH bukan PHK. Justeru tujuan GSH sebetulnya untuk meningkatkan produktivitas yang ada di pabrikpabrik kita tanpa harus melakukan PHK,” Adi Pradana mengatakan. Adi melanjutkan, sejauh ini profit yang didapat Industri Kayu Perhutani baru mencapai 5% sampai 7%. Bahkan kalau kurang hati-hati, bisa rugi. Sedangkan masing-masing unit kerja baru bisa dikatakan produktif dan efektif jika profit minimalnya bisa 12% sampai 15%. “Yang jelas, Unit Kerja itu harus produktif. Sehingga, dengan adanya program GSH yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas dengan adanya efisiensi dan lainlain ini, kita akan bisa mendongkrak produktivitas dan profit yang tadi hanya 5% sampai 7% menjadi 12% sampai 15%,” kata Adi. Semua Senang Proses pemahaman tentang GSH kepada SDM terus dilakukan seiring dengan proses pendaftaran. Masingmasing unit kerja membuka meja konsultasi. Setelah proses sosialisasi kepada para karyawan, pada umumnya mereka menerima dengan senang hati. Apalagi, kepada mereka yang mendapatkan GSH ini sisa masa kerjanya dan sisa masa kerjanya juga
Kita akan minta dilakukan dulu evaluasi bersama terkait pelaksanaan GSH itu. Nanti juga akan kita lihat teman-teman yang menerima golden shake hand itu sekarang kondisinya bagaimana. dihitung dan Perhutani memberikan semuanya kepada mereka, ditambah dengan kompensasi-kompensasi lain. Kebijakan itu membuat semua pihak merasa senang dengan pemberlakukan GSH. Rasa senang itu antara lain diungkap Mistari. Karyawan yang sudah 26 tahun bekerja di Industri Kayu Gresik itu dengan sukarela mengikuti program GSH. “Untuk saya, program GSH ini menguntungkan sekali. Saya sungguh-sungguh senang dengan adanya program Golden Shake Hand ini, karena sudah nggak kerja, dikasih uang (pesangon) banyak, masih dapat pensiun juga. Saya manfaatkan juga uangnya,” ujar Mistari. Rasa senang yang sama juga dituturkan Wiwik Kartiningsih. Menurut dia, GSH memberi banyak manfaat bagi dia dan keluarga. “Semakin senang lagi karena GM mengatakan seperti kemarin itu, bahwa kalau nanti suatu saat kami masih dibutuhkan masih akan dipanggil lagi. Kami senangnya seperti itu. Jadi kami punya motivasi dan senang. Barangkali besok jika masih dipanggil lagi, akan dapat berapa pun, kami sudah nggak ngoyo lagi karena sudah dapat cadangan uang ini,” ujar Wiwik. Jika dilihat rangkaian pendapat tersebut, pelaksanaan GSH tahun 2014 boleh dikatakan berjalan mulus. Faktanya, program GSH ini memberikan rasa senang bagi semua pihak. Bahkan, ada harapan agar program GSH dilanjutkan kembali di
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
masa depan, dan juga menyentuh unit kerja yang lain. Terhadap usulan ini, baik pihak manajemen Perhutani maupun serikat pekerja menyatakan, perlu evaluasi dulu atas pelaksanaan program GSH tahun ini. “Kita akan minta dilakukan dulu evaluasi bersama terkait pelaksanaan GSH itu. Nanti juga akan kita lihat teman-teman yang menerima Golden Shake Hand itu sekarang kondisinya bagaimana. Kita evaluasi dulu bersama-sama, dan pihak manajemen menyatakan sudah siap. Jadi, nanti dalam rangka penyusunan PKB yang baru di tahun 2015, kita minta semuanya dievaluasi dulu, baru kemudian kita susun PKB 2015. Di sana kita semua ketentuannya akan kita ikat. Sementara itu, kita akan minta teman-teman di Dewan Pertimbangan Daerah agar memantau para penerima GSH itu kondisinya seperti apa sekarang,” ujar Andi Adrian. Nur Budi sepakat dengan hal itu. Menurut dia, mereka akan evaluasi dulu bersama-sama dengan Serikat yang lain, dalam hal ini Sekar, dan pihak manajemen. “Yang penting karyawan yang aktif maupun yang terkena GSH tetap sejahtera,” tegasnya. Kendati masih merupakan kebijakan baru di Perhutani, pelaksanaan GSH terbukti berjalan mulus. Bahkan semua pihak mendukung dan bisa memahami kebijakan ini. Sebab, tujuan akhirnya adalah demi meningkatkan produktivitas perusahaan. • DR
DUTA Rimba 25
RIMBAUTAMA
Bekal Wirausaha
Para Purnatugas Demi peningkatan produktivitas dan edisiensi, manajemen Perhutani mengambil langkah penataan dan perbaikan komposisi SDM di Divisi Industri Kayu. Konkretnya adalah pelaksanaan program Golden Shake Hand (GSH) kepada karyawan. Lewat program ini, karyawan yang ikut menerima imbalan kompensasi sesuai kemampuan perusahaan dan bekal pelatihan wira usaha.
K
egiatan pembekalan untuk para peserta program GSH di Divisi Industri Kayu Perhutani tahun 2014 ini diselenggarakan dalam 2 gelombang di Hotel Wisma MM UGM, Kota Yogyakarta. Gelombang pertama dilaksanakan tanggal 2528 November 2014. Sedangkan gelombang kedua dilaksanakan tanggal 2-5 Desember 2014. Kegiatan pelatihan ini diberinama “Peningkatan Kemandirian dalam Menghadapi Masa Purnabakti”. Inti program pembekalan yang diberikan tersebut meliputi materi-materi kewirausahaan, motivasi, aspek pengelolaan keuangan, pemasaran, cerita sukses wirausahaan dari pengusahaan UKM yang berhasil, kiat
26 DUTA Rimba
mengubah demand menjadi peluang, serta studi lapangan. Menurut Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Adi Pradana, pembekalan ini penting untuk diberikan agar SDM penerima program GSH benar-benar siap memasuki kondisi tak lagi aktif bekerja di Industri Kayu. Sebab, masalah yang kerap dihadapi para pekerja yang memasuki masa pensiun adalah perasaan tak lagi menerima pendapatan bulanan sebagai sumber kehidupan bagi keluarga. Selain itu, pensiun juga kerap dirasakan sebagai akhir kebahagiaan karena hilangnya kekuasaan dan kewenangan di tempat kerja, yang kemudian berdampak pada menurunnya
kesehatan karena usia. “Dengan program pembekalan lewat pelatihan bagi peserta Golden Shake Hand, para peserta akan dilatih dan ditingkatkan kemandiriannya, agar lebih mengenali diri dan segala potensi yang dimilikinya. Ini akan menjadi bekal dalam memasuki dunia barunya. Program ini secara keseluruhan bermuara pada dukungan dan dorongan agar para peserta tetap memiliki semangat produktif dalam menghadapi masa purnabakti,” kata Adi Pradana. Sementara Petsus SDM Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Mubarak N.A. Sigit, mengatakan, maksud pembekalan melalui pelatihan kewirausahaan bagi para peserta program Golden Shake Hand
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Pembekalan bagi peserta GSH di Divisi Industri Kayu.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 27
RIMBAUTAMA
Dok. Kom PHT®2014
Pelatihan ini juga menjadi wadah bagi peserta Golden Shake Hand untuk meningkatkan sinergitas dan bertukar pengalaman tentang usahausaha yang sudah dirintis dan dikembangkan sebelumnya. Peserta pembekalan kewirausahaan.
antara lain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM untuk berwirausaha. Tetapi bukan sekadar pengetahuan dan keterampilan terkait teknis berwirausaha saja. Materi terkait motivasi spiritual, perencanaan strategis, sampai aspek-apsek manajerial juga diberikan. “Pelatihan ini juga menjadi wadah bagi peserta Golden Shake Hand untuk meningkatkan sinergitas dan bertukar pengalaman tentang usaha-usaha yang sudah dirintis dan dikembangkan sebelumnya. Hasil akhir yang diharapkan, peserta Golden Shake Hand dapat lebih tertib dan terarah dalam menata manajemen usahanya, sehingga di masa depan usaha yang dijalaninya bisa berkembang dengan lebih baik,” tuturnya. Memang memulai suatu usaha sebagai wirausahawan tidaklah mudah dan sederhana. Terlebih jika sebelumnya tidak pernah punya pengalaman berusaha. Banyak orang
28 DUTA Rimba
yang kerap berhenti di tengah jalan saat merintis sebuah usaha. Hal ini karena berwirausaha memerlukan kesiapan mental baik pribadi maupun keluarganya. Perhutani menyadari betul hal itu. Karena itulah program pembekalan ini bergulir. Belajar Sukses Gelombang Pertama Pembekalan bagi peserta GSH dalam menghadapi masa purnabakti itu berjumlah 109 orang. Gelombang II diikuti oleh 108 orang. Selain mendapatkan siraman motivasi tentang mengapa manusia tetap perlu melakukan kegiatan usaha kendati telah pensiun, para peserta juga mendapat materi tentang karakteristik usaha yang cocok bagi pensiunan, dan kunci sukses dalam bisnis. Tampil sebagai fasilitator dalam dua gelombang pembekalan tersebut adalah Hairullah Gazali, Direktur PT Kirana Adhirajasa Indonesia. Juga hadir sebagai fasilitator, perwakilan dari Dinas
Koperasi dan UKM Kabupaten Gresik dan Bojonegoro. Di dalam rangkaian pembekalan itu, para peserta GSH juga berkesempatan mengunjungi Sentra Industri Yogyakarta dan berdialog dengan para pengusaha UKM di sana. Selain itu, juga ada motivasi buat peserta GSH yang disampaikan oleh Direktur PT Timboel, Dr Timbul Rahardjo, M.Hum. “Jadi di sana kita ajarkan kepada para peserta GSH tentang bisnis, lalu kita hadirkan success story dari pelaku usaha yang sudah berhasil, dengan menghadirkan seorang wirausahawan bernama Pak Timbul. Usaha Pak Timbul berawal dari nol sampai sekarang bisa melakukan ekspor. Dia memberikan materi tentang kisah suksesnya, dan temanteman peserta GSH juga diajak ke showroom-nya dan ke pabriknya, melihat proses produksinya, finish product-nya, sampai ke cara pemasarannya. Sehingga mereka semua terlihat begitu senang pada saat itu,” urai Mubarok N.A. Sigit.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Program pembekalan kewirausahaan.
Di pelatihan tersebut, para peserta seakan dibukakan matanya, bekerja setelah masuk masa pensiun juga mempunyai sisi baik, yaitu memperlambat proses pikun. Sebab, dengan terus beraktivitas, otak akan dilatih untuk terus bekerja dan berkonsentrasi. Ingatan pun akan terus terasah. Karakteristik usaha yang cocok untuk dilakukan oleh pensiunan antara lain adalah sektor usaha yang risikonya terukur dan secara alamiah tahan terhadap siklus tren naikturun. Selain itu, jenis usaha tersebut hendaklah bukan usaha yang sifatnya spekulatif, mudah dioperasikan, value atau nilainya terus meningkat bahkan dalam keadaan didiamkan sekalipun. Yang terakhir, jenis usaha tersebut perlu mengandung daya ungkit. Para peserta GSH juga mendapatkan pencerahan, besarkecilnya usaha yang dibangun bukanlah satu-satunya ukuran keberhasilan. Tetapi, dengan memiliki usaha mandiri, berarti seorang
wirausaha sudah melepaskan diri dari kesulitan seseorang untuk memulai usaha. Jika menyimak penjelasan tersebut, pilihan Wiwik Kartiningsih untuk membuka usaha rumah kost merupakan pilihan bijak. Apalagi, sebagai seorang ibu yang masih memiliki anak balita, Wiwik merasa waktunya akan lebih banyak bias diberikan untuk keluarga. “Uang dari program Golden Shake Hand itu saya manfaatkan untuk membeli tanah yang nantinya akan saya bangun rumah di sana untuk dijadikan tempat kost-kostan. Dari kost-kostan kan nantinya akan ada penghasilan setiap bulannya. Saya memperhitungkan begitu. Sehingga, sambil merawat anak di rumah kan tetap bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Jadi semuanya bisa terurus dengan baik. Saya juga berpikir, sebagai seorang istri, saya tidak sepenuhnya bertanggungjawab atas perekonomian keluarga. Hanya
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
membantu. Tetapi seandainya nanti saya pun mengelola kost, setiap bulan ada pemasukan tambahan untuk keluarga dan anak lebih terurus karena waktu saya akan lebih banyak dihabiskan di rumah,� kisahnya. Sebagian Materi Salah satu isi materi pembekalan adalah bahwa tidaklah sulit untuk memulai sebuah usaha. Yang diperlukan adalah akal sehat dan komitmen. Satu hal yang penting untuk dilakukan oleh seseorang ingin memulai sebuah usaha adalah mengubah mindset (pola pikir, red) dari seorang karyawan menjadi seorang wirausahawan. Setelah pola pikir berubah ke pola pikir pengusaha, perlu untuk membuat rencana usaha yang baik, berdasarkan latar belakang yang kuat. Jika kedua hal itu telah ada dalam diri seseorang, ia akan siap secara mental dalam menghadapi segala masalah dan rintangan
DUTA Rimba 29
Dok. Kom PHTÂŽ2014
Peserta pembekalan GSH gelombang I.
dengan tetap fokus kepada rencana usaha. Banyak karyawan yang karena telah puluhan tahun bekerja sebagai pegawai, pola hidup dan pola pikirnya telah terbentuk sehingga mengubahnya menjadi pola pikir seorang pengusaha tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Itulah alasan materi yang diberikan juga menyangkut pembentukan pola pikir itu. Bahwa untuk menjadi wirausahawan membutuhkan pembelajaran tentang investasi waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Sebab, naluri seorang pegawai pasti berbeda dengan naluri seorang pengusaha. Seorang wirausahawan tidak cukup hanya melulu mendapatkan masukan berupa teori. Teori itu penting sebagai dasar berpikir untuk berwirausaha, tetapi yang lebih penting dari itu adalah keberanian untuk segera bertindak. Sebab,
30 DUTA Rimba
keberhasilan itu tidak ada di dalam pikiran semata, tetapi merupakan hasil dari tindakan. Ada beberapa kepribadian yang harus dimiliki seorang wirausahawan untuk bisa eksis dan sukses. Kepribadian tersebut di antaranya adalah memiliki rasa tanggung jawab yang besar, sangat memerhitungkan risiko, mampu melihat peluang bisnis, memiliki rasa percaya diri, berani menghadapi tantangan, punya energi yang besar karena jam kerja yang tak terbatas dan kerja yang dibutuhkan lebih keras, punya orientasi ke depan, serta mampu melihat sebuah potensi ketika orang lain melihatnya sebagai sebuah masalah semata. Tetapi, di atas semua itu, sebuah usaha hendaklah dibangun di atas keseriusan dan ketekunan. Keseriusan itu secara otomatis akan membuat seseorang akan bersedia untuk bekerja keras. Tetapi, di dalam materi pembekalan tersebut
ditekankan bahwa kerja keras saja tak cukup, tetapi juga harus disertai kerja cerdas. Sehingga, kerja keras dimaksud tetap butuh perhitungan yang efektif dan efisien. Salah satu kunci utama kesuksesan dalam bisnis adalah membangun sistem. Jika sistem bisnisnya bagus, jalan ke arah kesuksesan bisnis tersebut akan menjadi lebih terjamin. Dan yang lebih penting lagi adalah tumbuhnya jiwa profesionalisme di dalam diri di samping kemandirian yang kuat. Prinsip-prinsip profesionalisme yang harus dimiliki seorang wirausahawan antara lain adalah memiliki rasa tanggung jawab yang besar, berinisiatif, kesetiaan atau loyalitas, punya rasa cinta kepada pekerjaan, menundukkan diri kepada nilai-nilai etis, mau belajar dari kesalahan, serta jujur dan bisa dipercaya. “Intinya, pelatihan ini juga
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Kunjungan panitia pembekalan GSH ke Kasongan - Bantul.
menjadi wadah bagi peserta GSH untuk meningkatkan sinergitas dan bertukar pengalaman usahausaha yang sudah dirintis dan dikembangkan sebelumnya. Hasil akhir yang diharapkan, peserta GSH menjadi lebih tertib dan terarah dalam menata manajemen usahanya, sehingga ke depan usahanya bisa berkembang dengan lebih baik setelah masa purnabakti, melalui program Golden Shake Hand Perum Perhutani di Divisi Industri Kayu tahun 2014,” kata Mubarok N.A. Sigit. Rasa Senang Di dalam diri para peserta GSH, setelah mendapat pelatihan tersebut, tumbuh pemahaman bahwa pensiun bukanlah akhir. Tetapi justeru sebuah awal untuk melangkah ke jenjang kesuksesan baru yang berbeda. Sebab, jalan ke depan masih panjang membentang. Sedangkan tujuan akhir pada kesuksesan itu tergantung
bagaimana para peserta GSH menempuh jalan tersebut. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, para peserta GSH terlihat sangat senang. Setidaknya hal itu terpancar dari wajah Mistari. Bapak dua anak berusia 53 tahun itu sebelumnya sudah 26 tahun bekerja di Industri Kayu Gresik. Kini, ia mantap menggeluti usaha barunya sebagai pedagang kelontong. Ia menuturkan, uang GSH yang diterimanya ia belikan tanah dan ia membangun toko di atasnya. Di toko itu ia menjual barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal, menurut dia dulunya ia tak punya pikiran sama sekali untuk berdagang. “Dulunya nggak senang dagang. Dulunya saya hanya ingin kerjakerja saja. Tetapi dengan adanya program Golden Shake Hand ini kok terbuka pikiran saya untuk ingin dagang. Karena untuk bekerja keras sudah nggak mungkin, mengingat
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
usia saya sudah tua. Maka, saya cari yang enteng-enteng saja, tetapi yang menguntungkan. Di pelatihan itu saya diajari untuk dagang. Tetapi sebelum diajari pun saya sudah punya rencana untuk dagang dan buka toko. Tetapi kemarin sudah dikasih pelatihan dan pembekalan di Yogyakarta itu, saya menjadi punya pengetahuan lebih banyak tentang dagang. Karena itu, saya juga mengucapkan sangat-sangat terima kasih,” kata Mistari. Pada akhirnya, Perhutani telah berupaya memberikan manfaat bagi para karyawan yang sebelumnya telah memberikan sumbangsih bagi perusahaan. Selain itu, juga sekaligus membantu melahirkan sosok wirausahawanwirausahawan baru yang diharapkan dapat membuahkan hasil-hasil pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Bravo! • DR
DUTA Rimba 31
RIMBAUTAMA
Mereka Bicara Golden Shake Hand
2014
Program peningkatan produktivitas dan efisiensi lewat pelaksanaan Golden Shake Hand (GSH) di Perhutani mendapat sambutan beragam. Kendati umumnya menyambut baik kebijakan itu, ada pula catatan yang disertakan untuk pelaksanaannya. Seperti apa pendapat mereka? Kepala Divisi Industri Kayu Adi Pradana
Dok. Kom PHT®2014
“Dengan bergulirnya perkembangan dinamika industri yang begitu pesat, akhirnya kita memandang perlu melakukan revitalisasi organisasi. Salah satunya adalah untuk meningkatkan produktivitas yang ada di masingmasing unit kerja. Sebab, selama ini ada kendala tentang SDM kita, menyangkut jumlah, usia, kompetensi, dan lain-lain, yang tentu saja hal itu
32 DUTA Rimba
sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas kita. Apalagi, umumnya umur SDM kita di Industri Kayu sudah di atas 50 tahun. Rata-rata umurnya 48 sampai 50 tahun. Itu untuk tenaga-tenaga lapangan. Hal itu sangat berbeda dengan pabrik-pabrik lain khususnya swasta, yang tenaga lapangan di pabrikan itu rata-rata berumur 20 sampai 30 tahun. Itu untuk tenagatenaga pelaksana di lapangan. Sedangkan di kita, rata-rata umurnya antara 48 sampai 50 tahun. Sehingga, apabila kita ingin meningkatkan produktivitas, kita terkendala sekali dengan hal itu. Kita menyadari sepenuhnya, tidak mungkin kita akan menerapkan kebijakan PHK kepada mereka yang sudah memberikan sumbangsih sejak lama. Sehingga, kita mencoba melaksanakan program agar pabrik semakin produktif tetapi juga bisa
membantu kesejahteraan mereka. Lahirlah kebijakan GSH, yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan tidak meninggalkan asas bahwa mereka yang mendapatkan GSH ini juga tetap sejahtera. Setelah kita melakukan sosialisasi, pada umumnya mereka menerima dengan senang hati. Dengan adanya GSH ini kami berharap kondisi di Industri Kayu baik di Cepu, di Gresik, maupun di Brumbung, dapat lebih produktif dan meningkatkan masingmasing provit. Itu tujuannya.”
Asisten Direktur SDM dan Organisasi Iing Mohammad Ichsan “Program GSH ini kita lakukan dengan sangat selektif. Kita lakukan seleksi khususnya pada unit kerja Industri Kayu di tahun 2014 ini. Intinya, GSH sifatnya adalah sukarela.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
“Di Divisi Industri Kayu kita membentuk tim GSH. Saya ada di tim itu. Di sana kita lakukan verifikasi atas pengajuan mereka.
“Sebelum pedoman GSH itu disusun dan diberlakukan, SP2P diajak berbicara dengan manajemen. Bahkan SP2P dan Serikat Karyawan juga dilibatkan dalam penyusunan pedoman GSH yang diterapkan di Divisi Indutri Kayu. SP2P sangat mendukung program ini, selama bisa menyejahterakan mantan karyawan Perum Perhutani. Golden Shake Hand kan bukan PHK, tetapi merupakan salah satu solusi untuk menyehatkan Divisi Industri Kayu yang dinilai tidak produktif dan efisien. SP2P Sepakat dengan GSH, asal kesejahteraan mantan karyawan di Divisi Industri Kayu bisa terjamin. Kalau manajemen menilai Divisi Industri Kayu tidak efisien dan tidak produktif, hal itu bisa dimaklumi. Karena selama ini Divisi Industri Kayu belum pernah mencapi laba seperti yang diinginkan pihak manajemen, salah satu faktornya karena besarnya Fixed Cost yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggaji karyawan. Untuk GSH, tentu Manajemen di tingkat KBM Industri kayu sudah mempertimbangkan banyak hal,
atau tidak. Kita perlu melakukan seleksi dan verifikasi berdasarkan kebutuhan di Industri Kayu itu sendiri, agar jangan sampai yang ikut GSH itu adalah mereka yang produktif. Terutama tenaga operator. Lalu kita memberikan pembekalan kepada mereka, berupa materi-materi tentang kewirausahaan, cara menghitung keuntungan atau business plan, bagaimana merencanakan bisnis yang akan mereka geluti setelah pensiun, tertib keuangan, dan sebagainya. Kita ajarkan kepada mereka tentang bisnis, kita hadirkan success story dari pelaku usaha yang sudah berhasil, sampai berkunjung
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Petsus SDM Divisi Industri Kayu Mubarok N.A. Sigit
Ketua Umum SP2P Nur Budi Susatyo
Dok. Kom PHT®2014
Dok. Kom PHT®2014
Artinya, karyawan mengusulkan lalu direksi punya kewenangan untuk menerima atau menolak usulan tersebut. Tentu mekanisme usulannya adalah melalui tahapan-tahapan. Kita melakukan dulu sosialisasi. Dan sebelum sosialisasi itu dilakukan, kita melakukan dulu pembahasan mengenai pedoman itu sendiri, dengan serikat pekerja. Karena Perhutani punya kewajiban sesuai Perjanjian Kerja Bersama, setelah selesai proses dan mereka menerima pesangon, tentu harus kita bekali tentang bagaimana mengelola uang itu. Maka, kita berikan training dan pembekalan kepada mereka tentang bagaimana mendayagunakan, menyiapkan mental setelah tidak bekerja, dan sebagainya. Kita berikan pemahaman tentang kewirausahaan sambil mereka kita ajak juga ke tempat usaha-usaha lain yang mereka bisa memanfaatkan uang hasil GSH itu dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah sekarang program GSH sudah direalisasikan. Karena GSH ini merupakan kebijakan strategis, kita mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas. Dan kita nanti diminta laporannya.”
ke showroom dan ke pabriknya. Di sana kita lihat proses produksinya, finish product-nya, sampai ke cara pemasarannya.”
Intinya, mereka yang ikut GSH itu usianya minimal 47 tahun, atau masa kerjanya minimal 15 tahun. Kemudian, mereka melalui proses seleksi. Jika dinilai masih produktif dan hasil kerjanya baik, tentu kita pertahankan. Sedangkan kalau usianya sudah di atas 47 tahun dan hasil kerjanya dinilai tidak produktif, kita setujui. Selain itu, juga ada rekomendasi-rekomendasi dari pimpinannya. Masing-masing perima GSH itu juga harus membuat surat pernyataan bahwa mereka siap menerima program GSH, yang diketahui oleh manajemen lapangan, yaitu para GM. Jadi, GM juga ikut memberikan rekomendasi apakah yang bersangkutan bisa ikut GSH
DUTA Rimba 33
RIMBAUTAMA
Manajer Operasional Industri Kayu Gresik Cahyo Kawedar
Dok. Kom PHT®2014
“Waktu pertama sosialisasi memang belum banyak yang berminat, karena masih mencoba memahami dulu, kira-kira prosesnya seperti apa. Setelah sosialisasi ulang, barulah teman-teman di IK Gresik mendapatkan gambaran. Setelah itu, ada 10 orang yang mendaftar. Dari 10 lalu menjadi 40, lalu akhirnya fixed 53. Kami juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendiskusikan dulu dengan keluarganya. Jadi bukan keputusan yang secara sepihak diambil oleh
34 DUTA Rimba
karyawan yang bersangkutan. Setiap hari, kami juga membuka ruang konsultasi. Setiap hari ada yang datang untuk menanyakan tentang program GSH. Setelah penjelasan gamblang, mereka mantab. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah ‘Saya dapat berapa?’ ‘Setelah pensiun saya masih dapat penghasilan atau tidak?’ dan sebagainya. Karena sebelumnya mereka berpikir setelah GSH, mereka tidak dapat dana pensiun. Ketika ternyata dijelaskan mereka tetap dapat dana pension, akhirnya mereka mantap mendaftar. Kebanyakan orang tidak mau ikut program GSH karena khawatir dana yang akan didapat nantinya tidak mencukupi kewajiban dia yang sebelumnya sudah ada. Misalnya karena mereka ada pinjaman ke koperasi dan sebagainya. Setelah konsultasi dan kita bilang, bisa, barulah mereka tertarik. Jadi setelah dapat uang GSH, mereka bisa lunasi semua kewajiban, masih ada kelebihan yang bisa dimanfaatkan untuk bekerja di tempat lain, dan itu lebih menguntungkan. Ada yang punya usaha tambak, bengkel las, dan sebagainya.”
Ketua Umum Sekar Perhutani Andi Adrian “Untuk Sekar, program GSH itu adalah suatu bentuk upaya winwin solution. Di satu sisi, Sehingga, pada prinsipnya sikap Sekar adalah mendukung, sepanjang pelaksanaan GSH itu sesuai koridor aturan yang sudah ditetapkan, Sepanjang tidak ada unsur paksaan. Perusahaan tidak bisa memaksa tetapi hanya bisa menyadarkan kepada para pihak tentang kondisi yang sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga kalau bisa mari kita lanjutkan yang baik. Artinya, itu adalah keinginan yang muncul dari pribadi yang bersangkutan.
Kebanyakan orang tidak mau ikut program GSH karena khawatir dana yang akan didapat nantinya tidak mencukupi.
Dok. Kom PHT®2014
antara lain usia di atas 47 tahun dan punya masa kerja minimal 15 tahun. Mekanismenya juga melalui beberapa tahap seleksi dan verifikasi, antara lain dengan surat pernyataan, surat izin dari keluarga, dan terakhir adalah pengsyahan pimpinan unit kerja tempat mereka bekerja dalam hal ini GM KBM Divisi Indsutri Kayu. Dan yang jelas karyawan dengan sukarela, tanpa paksaan dan dapat menerima dengan legowo mengapa mereka harus GSH. Kalau melihat nilai nominal kompensasi yang didapat dari GSH yang berkisar antara Rp 150 juta – Rp 300 Juta, kita melihat bahwa Perhutani sudah dalam track yang benar, artinya sudah menerapkan bahkan melebihi dari ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan.”
Kami melihat, memang ada proses dialog dan penawaran. Sebab, faktanya memang industri kita ini memang tidak pernah dapat bersaing dengan swasta. Ternyata salah satu komponen terbesar yang memberikan beban cost adalah fixed cost untuk SDM yang semuanya berstatus pegawai tetapi sebenarnya jenis pekerjaannya tidak terlalu prinsip. Jadi bagi Sekar, GSH ini hendaknya menjadi sebuah upaya baru untuk mulai menata ulang SDM Perhutani. Kami berharap agar mekanisme ini tidak menjadi sarana untuk menyingkirkan orang yang tidak disukai atau tidak disenangi atasan, tetapi murni karena alasan agar perusahaan dapat melangkah ke arah yang lebih baik, berdasarkan kriteria-kriteria kinerja dan sebagainya, sehingga ini bisa lebih fair. Bukan karena faktor like or dislike. Dan faktanya hingga saat ini
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Penerima GSH Mistari “Saya sudah 26 tahun bekerja di Perhutani. Dari tahun 1988. Di bagian produksi, di penggergajian kayu. Waktu katanya ada program GSH, awalnya saya nggak langsung mengajukan. Saya masih tanyatanya dulu kepada teman-teman, bagaimana tanggapannya. Dan waktu itu juga belum ada kepastian jadi atau tidaknya program GSH itu. Setelah ada kepastian mengenai program Golden Shake Hand, setelah saya hitung-hitung, ternyata
jumlahnya menguntungkan bagi saya. Karena mengingat umur saya ini sudah tua – tiga tahun lagi masuk masa pensiun – saya hitung-hitung ternyata menguntungkan, saya putuskan untuk ikut. Tidak ada yang memaksa. Malah saya senang sekali. Untuk saya program GSH ini menguntungkan. Usia saya sekarang 53 tahun, masa kerja masih ada 3 tahun. Jadi, saya sunguh-sungguh berterimakasih dengan adanya Golden Shake Hand ini karena sudah nggak kerja tetapi dapat sangu banyak, dan masih dapat pensiun juga. Saya sungguhsungguh terima kasih kepada Perhutani atas adanya GSH. Inginnya saya, Perhutani tetap jaya selalu. Karena paling tidak saya sudah merasakan enaknya bekerja di Perhutani. Selama 26 tahun saya bekerja, enak. Saya keluar dari Perhutani juga enak-enak saja. Jadi, saya tidak akan melupakan Perhutani.”
Penerima GSH Wiwik Kartiningsih Saya bekerja di Perhutani sejak tahun 1994. Sudah 20 tahun. Sebelumnya saya bekerja di pabrik teakwood. Lalu karena teakwood berhenti, saya dipindah ke PGM (Penggergajian mesin). Waktu pertama mendengar tentang GSH, pada mulanya saya
Dok. Kom PHT®2014
Saya sunguhsungguh berterimakasih dengan adanya GSH ini karena sudah nggak kerja tetapi dapat sangu banyak, dan masih dapat pensiun juga. NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
kami belum pernah mendapatkan laporan tentang adanya faktorfaktor tersebut dari teman-teman yang kemarin ditawari untuk mendapatkan GSH. Maka, jika semua berjalan dengan benar dan tidak ada complain sama sekali, pada prinsipnya kami akan mendukung GSH. Keberanian Perhutani untuk melakukan GSH dengan harapan agar ada kinerja yang lebih baik, saya harus katakan kebijakan ini langkah yang berani. Tetapi, sekali lagi catatannya adalah tidak ada unsur pemaksaan dan seharusnya mereka dibekali. Maka, harus dipastikan mereka sanggup menerima dan mengelola dana GSH itu dengan baik, sehingga mampu mendapatkan manfaat dari GSH itu. Sekar ini ada untuk menjamin hal itu terjadi.”
nggak tertarik. Karena saya merasa usia saya masih muda, 35 tahun, dan masa kerja masih 20 tahun lebih jika mencapai usia pensiun. Tetapi, saya pikir-pikir kembali, bersama temanteman, akhirnya saya berkesimpulan, dalam kurun waktu saya bekerja sampai pensiun nanti pun belum tentu saya bisa mengumpulkan uang dengan nominal sampai sebesar itu. Lalu saya berpikir begini, ‘Apakah nggak lebih baik saya mencoba bekerja yang lain di rumah?’ Sebab, dengan bekerja di rumah saya bisa mengawasi anak dan sebagainya. Sebagai perempuan, saya bukan sepenuhnya tulang punggung keluarga. Ada suami. Jadi dengan pertimbangan seperti itu, lalu saya berunding dengan suami, ternyata suami saya membolehkan, saya pun ikut GSH. Uang dari GSH itu saya manfaatkan untuk membeli tanah yang nantinya akan saya bangun untuk dijadikan tempat kost-kostan. Dari kost-kostan kan nanti akan ada penghasilan setiap bulannya. Perhitungan saya begitu. Sambil merawat anak di rumah, tetap bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Alhamdulillah saya mendapatkan dana GSH. Barokah. Saya dan teman-teman merasakan seperti itu. Senang. Semakin senang lagi karena Pak GM kemarin mengatakan, kalau nanti suatu saat masih dibutuhkan, masih akan bisa dipanggil lagi.” • DR
DUTA Rimba 35
RIMBAKHUSUS
Prospek Perhutani 2015
Genjot Investasi
Untuk Kinerja
Lebih Baik
T
ahun 2014 akan berakhir. Sementara tahun 2015 segera tiba. Pertanyaannya bagaimana prospek bisnis Perum Perhutani tersebut? Adakah peluang-peluang baru yang bisa dikembangkan oleh korporat untuk menggenjot kinerja operasional, keuangan dan investasi? Serta pada sisi mana korporat harus fokus, agar target pencapaian 2015 maksimal. Untuk melihat prospek bisnis Perhutani 2015, tentu banyak variable yang harus diperhitungkan, mengingat sebagai entitas bisnis, Perum Perhutani terkait erat dengan lingkungan bisnisnya. Tak hanya secara makro dan mikro, tetapi juga secara global. Bisnis Perhutani tak hanya terkait dengan persoalanpersoalan domestik, tempat dimana perusahaan menjalankan operasionalnya. Bisnis Perhutani telah melesat jauh melintasi batas antar
36 DUTA Rimba
negara, bahkan antar benua. Gejolak perekonomian dunia, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bisnis Perhutani. Belum pulihnya perekonomian dunia, khususnya di negara-negara importir seperti China, Jepang, Eropa dan Amerika bisa berpengaruh terhadap ekspor oproduk-produk Perhutani. Begitu pula dengan menguatnya dolar AS terhadap seluruh keuangan negara-negara ASEAN, bisa meningkatkan kinerja keuangan Perum Perhutani. Mengingat produkproduk Perhutani yang banyak didanai dengan rupiah, tetapi diekspor dengan nilai dolar. Bisa dipastikan selisih kurs dolar terhadap rupiah itu akan membuat kinerja keuangan Perhutani membaik. Tak berlebihan, sekalipun secara makro ekonomi pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan bergerak sekitar 5,8%, tetapi Perhutani mematok pertumbuhan pendapatan dua kali lipat dari
Dok. Kom PHT®2014
Tahun 2015 menjadi titik penting bagi Perhutani untuk menggenjot kinerja finansial 2016 dua kali lipat. Sejumlah aksi korporasi akan dilakukan, agar perusahaan pelat merah ini bisa lari lebih kencang.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis, Agus Setya Prastawa
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 37
RIMBAKHUSUS pertumbuhan ekonomi nasional. Bila pendapatan perusahaan pada 2014 mencapai Rp 4,6 triliun, pada 2015 diproyeksikan menjadi Rp 5,2 triliun. Ada peningkatan pendapatan perusahaan antara 10 s/d 12%. Memang selisih kurs rupiah itu memiliki pengaruh yang kuat untuk mendongkrak kinerja keuangan Perum Perhutani, sehingga seakan-akan kurang memiliki sikap nasionalisme? Hipotesis semacam itu tentu saja tidak salah, tetapi juga tidak seluruhnya benar. Dalam bisnis yang berbasis sumber daya alam, gejolak harga maupun nilai mata uang, bisa mendatangkan winfal profit. Justru pada saat harga komoditas atau kurs mata uang lagi bergolak, bisa dijadikan momentum untuk menggenjot ekspor, dalam rangka mengurangi defisit perdagangan dan mendapatkan devisa negara. Karena itu, kalau Perum Perhutani mematok pertumbuhan pendapatan antara 10 s/d 12%, tentu bisa dipahami dalam kerangka memanfaatkan pasar uang dan pasar komoditas yang tengah mengalami fluktuasi. Bila banyak perusahaan nasional berjalan bersama Perhutani untuk melakukan egginering dalam mendongkrak pendapatan korporat, tentu akan bisa mempengaruhi penguatan perekonomian nasional. Bukankah pertumbuhan ekonomi nasional akan ditopang oleh pertumbuhan mikro ekonomi yang digerakan oleh entitas-entitas bisnis. Hanya saja sebagaimana diingatkan oleh Agus Setya Prastawa, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Perusahaan seharusnya tak hanya menggenjot kinerja finansial, tetapi juga kinerja operasional, bahkan juga kinerja investasi. Ketiga kinerja operasional, finansial dan investasi itu harushlan bergerak beriringan untuk
38 DUTA Rimba
Untuk mencapai target keuntungan dua kali lipat pada 2016 tersebut, kata Mustoha Perhutani pada 2015 akan mengembangkan Informasi Teknologi (IT) di seluruh proses bisnisnya. menopang kinerja perusahaan secara keseluruhan. Banyak hal yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk menggenjot kinerja Perum Perhutani pada 2015. Bahkan pada 2015 ini dilihat oleh Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani sebagai titik penting untuk mengenjot kinerja perusahaan pada tahun berikutnya. Ia terobsesi pada tahun 2016 untuk bisa meningkatkan keuntungan perusahaan dua kali lipat bila dibanding 2015. Bila pada 2015 keuntungan perusahaan diproyeksikan mencapai sekitar Rp 250 miliar. Pada 2016 keuntungan perusahaan harus bisa mencapai Rp 500 miliar. Untuk mencapai target keuntungan dua kali lipat pada 2016 tersebut, kata Mustoha Perhutani pada 2015 akan mengembangkan Informasi Teknologi (IT) di seluruh proses bisnisnya. Perhutani telah merintis kerja sama dengan Telkom , sehingga seluruh proses bisnis harus terecord oleh IT. Mulai dari penanam, penebangan dan pergerakan kayu, ticketing di destinasi wisata dan proses bisnis yang lain semuanya bisa termonitor oleh IT. Melalui cara demikian bisnis Perhutani akan
efisien hingga bisa meningkatkan profit perusahaan Begitu pula dalam mendongkrak kinerja operasional, Perum Perhutani pada 2015 kata Agus, akan melakukan restrukturisasi industri. Untuk bisa memberikan nilai tambah yang maksimal, Perum Perhutani yang industrinya kurang kompetitif karena peralatan mesinnya sudah tua-tua, akan direstukturisasi, baik melalui upgrading maupun pembelian mesin-mesin baru. Sebagaimana dengan industri pada umumnya, Perum Perhutani juga mengalami problem yang sama. Dimana banyak produkproduk industri nasional kalah bersaing dengan produk negaranegara lain, karena banyaknya mesin-mesin industri yang sudah tua. Hal semacam ini terlihat jelas pada industri tekstil. Lebih dari 70% mesin-mesin industri tekstil terdiri dari mesin-mesin tua, sehingga produknya kurang bisa bersaing. Untuk mengatasi problematika di industri tekstil, Kementerian Perindusttrian sejak awal tahun 2000 menggulirkan restrukturisasi tektisl dan produk tesktil (TPT). Dalam restukturisasi ini pemerintah menawarkan potongan harga kepada perusahaan tekstil yang ingin melakukan restrukturisasi mesin-mesin tekstil, agar produknya kompetitif dengan produk negara lain. Beruntung Perhutani, memiliki kesadaran sendiri untuk melakukan restrukturisasi industrinya. Ini menunjukkan adanya partisipasi industri untuk memperkuat industri nasional. Bila langkah restrukturisai industri Perhutani ini juga diikuti oleh industri yang lain, tentu akan menjadi gerakan restrukturisasi industri nasional yang akan meningkatkan daya saing nasional, untuk menghadapi pasar bebas ASEAN. Untuk meningkatkan kinerja
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Kegiatan Divisi Industri Kayu Perhutani
operasional, Perusahaan juga akan mengalokasikan dana untuk investasi antara 8 s/d 10% pendapatannya pada n 2015. Dimana dari investasi sebesar itu, sekitar Rp 125 miliar untuk investasi upgrading dan pembelian mesin-mesin industri. Jumlah tersebut tentu sangat signifikan, karena untuk investasi mesin itu 2% dari pendapatan perusahaan. Bila perusahaan ini ke depan mampu meningkatkan alokasi investasi untuk mesin, bisa dipastikan hilirisasi dan industri Perum Perhutani akan melesat. Selain restrukturisasi industri, pada 2015, Perum Perhutani, yang kini menjadi holding perusahan berbasis hutan, tentu akan mengefektifkan sinergi antara induk dengan anak perusahaan maupun antara sesama anak perusahaan. Langkah ini harus dilakukan oleh Perhutani, setelah di akhir 2014, pemerintah memutuskan sejumlah BUMN kehutanan digabung menjadi holding operasional dengan Perhutani sebagai induknya. Anak perusahaan yang bergabung dengan induk itu antara lain Inhutani I s/d V Dalam holding operasional, hanya kepemilikan saham dari Inhutani I s/d V yang dipindahkan, dari saham
pemerintah kepada saham Perhutani. Sementara operasional perusahaan di masing masing Inhutani I s/d V tetap berjalan sebagaimana biasa untuk menciptakan nilai tambah. Sebagai perusahaan induk, Perhutani sebagai pemegang saham yang baru, bertugas untuk menyehatkan Inhutani I s/d V agar bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang bersangkutan maupun induknya dalam kinerja konsolidasi. Dalam menyehatkan anakperusahaan tersebut, Pada 2015, Perum Perhutani, tentu akan meningkatkan sinergi antara induk dengan anak perusahaan maupun sesama anak perusahaan agar bisa memberikan nilai tambah yang maksimal. Banyak aspek yang bisa disinergikan antara induk dengan anak perusahaan. Seperti untuk getah pinus yang dihasilkan sejumlah Inhutani, bisa dikerjasamakan pengolahannya dengan Perhutani. Apalagi selama ini untuk memproduksi gondorukem dan terpentin, Perhutani juga sudah membeli getah pinus dari sejumlah Inhutani yang memiliki wilayah operasional di Aceh.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Tentu sinergi antara induk dan anak perusahaan ini bisa dikembangkan pada bidangbidang usaha yang lebih prospektif. Seperti misalnya bidang pangan, industri kayu dan lain sebagainya. Bahkan anak perusahaan ini juga diarahkan oleh Perhutani untuk mengembangkan bidang jasa tanam dan pembibitan. Bidang ini masih sangat prospektif, karena di induk sendiri, hingga kini masih menggencarkan tanaman. Tak hanya tanaman kayu sebagai tanaman hutan, tetapi juga agroforestry. Perhutani yang kini gencar melakukan tanaman karet, kiranya bisa mengunakan jasa anak perusahaan untuk menanam karet. Bebeberapa aksi korporasi yang dilakukan oleh Perhutani pada 2015, perusahaan ini memasuki tahun baru ini dengan optimisme. Tak hanya dari sisi pendapatan yang akan digrenjot, tetapi juga dari sisi keuntungan konsolidasi sebesar Rp 253 miliar. Dimana keuntungan dari induk perusahaan sebesar Rp 249 miliar dan anak perusahaan sekitar Rp 4 miliar. “Memang keuntungan itu tak bisa dipatok terlalu tinggi, karena Perum ini banyak misi sosialnya,” tegas Agus. Dari gambaran proyeksi 2015, Perum Perhutani melangkah memasuki tahun 2015 dengan langkah yang tegap menyusuri kumparan waktu setahun mendatang dengan optimisme. Masalahnya sekarang, bagaimana target yang dipatok oleh manajemen itu menjadi insipirasi dan motivasi bagi seluruh karyawan untuk saling bahumembahu mewujudkan target tersebut. Tak berlebihan, bila kita menyitir apa yang sering diucapkan oleh Presiden Joko Widodo, untuk bekerja dan bekerja, menjadi kata kuncui bagi perusahaan pelat merah ini bisa melintasi tahun 2015 dengan sukses.• DR
DUTA Rimba 39
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAKHUSUS
Pabrik kayu Industri Perum Perhutani 2104
40 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Revitalisasi Industri Perhutani
Dongkrak Pundi-Pundi Korporat Industri harus bisa memberikan kontribusi pendapatan secara signifikan untuk mendongkrak pendapatan perusahaan. Untuk itu daya saing industri Perhutani harus ditingkatkan melalui restrukturisasi mesinmesin yang sudah tua dengan mesinmesin baru. Untuk mendukung revitalisasi industri, Korporat akan menggelontorkan investasi ratusan miliar rupiah
I
ndustri perum Perhutani pada 2015 bisa menjadi kontributor pendapatan perusahaan secara signifikan. Manajemen kini tengah merancang restrukturisasi industri agar bisa kompetitif dan fleksibel untuk menghadapi persaingan yang tajam di industri kehutanan. Program Golden Shake Hand di industri kayu, tentu tidak lepas dari penataan industri kayu agar bisa lebih kompetitif dengan perusahaanperusahaan lain sejenis. Karena dalam industri itu membutuhkan dukungsan SDM yang paham tentang pasar, memiliki kompetensi, dedikasi dan sisiplin yang tinggi Untuk meningkatkan daya saing industri, sebagaimana industri pada umumnya, Industri Perum Perhutani juga menghadapi masalah dengan mesin-mesin yang telah usang dan berumur tua. Sehingga pada 2015, industri Perhutani juga mengusulkan perlunya peremajaan mesin . “Industri juga mengusulkan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
investasi baru untuk membeli mesinmesin baru untuk mendukung penciptaan produk-produk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Itu mau tidak mau harus dilakukan . Karena kalau tidak melakukan, orang lain melakukan lebih duluan. Itu kita jangan sampai didahulu orang lain,” tegas Agus Setrya Prastawa, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Untuk melakukan restrukturisasi industri itu informasi pasar sangat diperlukan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Produk dengan kualifikasi seperti apa? Produk dengan harga berapa yang diinginkan oleh pelanggan? Industri tentu harus merespon tuntutan pelanggan tersebut untuk membuat produk apa. Kalau dari sisi bahan baku semuanya sudah tersedia. “Cuma untuk membuat produk apa, tentu harus disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh pasar. Disamping tentu saja kita bisa saja
DUTA Rimba 41
Perum Perhutani juga melakukan pembenahan mulai dari hulunya. Seperti untuk gondorukem dan terpentin, Perum Perhutani terus memperbaiki teknologinya untuk menghasilkan getah premium dari hutannya. membuat desain dan masyarakat kita edukasi . Kalau pasarnya sudah jelas kita tinggal masuk ke situ.” Kecuali produk masal seperti Plywood. Namun plywood sekarang naik turun sesuai dengan situasi dunia. Namun jika situasi perekonomian dunia stabil, plywood akan bisa menguntungkan. Apalagi untuk plywood, bahan baku berasal dari dalam negeri, tetapi diekspor dengan dolar. Cuma masalahnya untuk saat ini pembeli di luar negeri tengah menurun. “Untuk orientasi ekspor, sekarang ini memang menguntungkan , karena bahan baku berasal dari domestik. Cuma masalahnya daya beli internasional kini lagi menurun.” Untuk meremajakan mesin tua industri Perhutani itu antara lain dengan membeli mesin baru. Seperti untuk menghasilkan produk baru Lamela, tentu Perum Perhutani harus membeli Mesin yang bisa menghasilkan Lamela. Untuk industri yang basisnya kayu jati, tentu mesin yang perlu diremajakan adalah mesin
42 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2014
RIMBAKHUSUS
Kegiatan pekerja Industri Kayu Perum Perhutani
pembuat floaring, moulding dan lain sebagainya. Sedangkan untuk yang berbasis sengon adalah mesin plywood. Untuk industri non kayu adalah untuk mesin gondorukem dan terpentin yang saat ini pabriknya dalam proses penyempurnaan . Bahkan untuk gondorukem dan terpentin, Perum Perhutani juga melakukan pembenahan mulai dari hulunya. Seperti untuk gondorukem dan terpentin, Perum Perhutani terus memperbaiki teknologinya untuk menghasilkan getah premium dari hutannya. Sehingga dengan getah premium itu diharapkan akan menghasilkan lebih banyak gondorukem dan terpentin. Disamping tentu kalau pabrik gondorukem itu sudah berproduksi sebagaimana kapasitasnya akan bisa menghasilkan gondorukem dan terpentin serta turunannya dengan harga yang mahal. Untuk pabrik gondorukem dan Terpentin, Perhutani memiliki pabrik terbesar di ASEAN. Melalui pabrik
ini diharapkan bisa menjadi sumber penerimaan yang signifikan dari sektor non kayu. “Karena untuk mendapatkan nilai tambah itu ya dari hilirisasi gondorukem dan terpentin. Karena kalau kita ingin menambah luas tanaman pinus itu membutuhkan waktu 11 tahun baru bisa disadap. Karena itu untuk meningkatkan pendapatan harus dengan jalan mengolah getah pinus , sehingga harus ada investasi. Dalam revitalisasi industri ini tentunya tak hanya dalam pengadaan mesin-mesin baru untuk menghasilkan produk-produk baru yang akan dihasilkan. Tetapi yang tidak kalah pentingnnya adalah penyiapan SDM-nya, khususnya orang yang bisa mengoperasionalkan mesin-mesin yang baru tersebut. Revitalisasi industri itu harus menyeluruh. Untuk membiayai revitalisasi industri ini, korporat mengalokasikan anggaran cukup signifikan. Dari dana investasi yang dipatok oleh perusahaan pada 2015 sekitar
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Kegiatan pekerja Industri Kayu Perum Perhutani
Rp 450 miliar, setidaknya skitar Rp 125 miliar dicadangkan untuk restukturisasi industri Perhutani. Jumlah tersebut sekitar 2 s/d 3% dari pendapatan perusahaan. Sebuah langkah maju bagi BUMN ini untuk memperkuat hilirisasi dan industri. Jumlah tersebut memang cukup besar. Namun dengan investasi sebesar itu tentu besar pula harapan yang akan diperoleh oleh Perhutani. Ibarat membeli kendaraan. Kalau membeli bus tentu harapan untuk mendapatkan pendapatan jauh lebih besar dari pada mobil kecil, yang pendapatannya juga kecil. Jadi besar kecilnya investasi itu amat bergantung pada seberapa besar harapan yang akan didapat oleh korporat. Sementara untuk wisata, ke depan Perum Perhutani harus fokus. Perusahaan pelat merah ini memiliki banyak destinasi wisata. Jumlahnya bisa ratusan. Tetapi sebagaimana dijelaskan oleh Agus, Perhutani harus mengkonsentrasikan secara bertahap, mana yang harus
dikembangkan. Dimulai dari mana yang paling prospek yang bila dilakukan investasi untuk menambah sarana dan prasarana yang menarik bisa langsung meningkat. Memang bila dilihat trend wisata yang potensial terjadi pergeseran. Bila selama ini orang Jakarta mau berlibur tujuannya ke Puncak, Bogor. Sekarang sudah bergeser ke Bandung. Pergeseran ini tentu harus diantisipasi oleh Perum Perhutani. Kebetulan di Jawa Barat, perusahaan ini memiliki ikon wisata Kawah Putih, Cikole dan lain sebagainya. Dimana semua itu menjadi unggulan Perhutani untuk terus dikembangkan. Memang untuk mengembangkan destinasi wisata kendalanya mengenai infrastruktur menuju ke Kawah Putih. Karena jalan yang ada adalah jalannya pemerintah, bukan jalan milik Perhutani. “Tapi kawah putih itu merupakan pasar besar bagi orang Jakarta. Karena kalau orang Jakarta ingin liburan pasti memilih Bandung. “ Untuk menggerakkan bisnis
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
wisata Perhutani juga diperlukan orang-orang yang memiliki visi wisata Perhutani seperti apa ke depan. Khususnya dalam menyiapkan master plan untuk setiap lima tahun ke depan, harus dilakukan oleh masing-masing destinasi wisata. Bahkan untuk destiniasi wisata yang berdekatan, harus dikembangkan secara terintegrasi, bukan saling membunuh. Dalam pengembangkan wisata itu hal yang terpenting adalah sarana dan prasarananya. Termasuk dalam hal ini mempromosikan kepada publik. “Promosi harus ditingkatkan lagi, karena yang datang masih banyak wisatawan lokal. Kita harus menjaring turis manca negara.” Turis manca negara biasanya kurang menyukai yang hiruk pikuk, tetapi lebih menyukai yang sepi, damai dan di pantai. Karena kalau gunung yang dingin itu di negaranya sudah banyak. Tren semacam ini harus direspon secara jeli, kalau Perum Perhutani ingin menggenjot industri wisatanya.• DR
DUTA Rimba 43
Dok. Kom NHT®2014
RIMBAKHUSUS
Kegiatan Logging PT Inhutani III anak perusahaan Perum Perhutani
44 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Perkuat Hilirisasi Lanskap Sinergi antara Anak dan Induk Tahun 2015, merupakan tahun pertama bagi Perum Perhutani mengendalikan sejumlah perusahaan di bidang kehutanan, setelah pembentukan holding pada akhir 2014. Setidaknya ada lima perusahaan, yaitu Inhutani I s/d V, yang kini dibawah kendali Perum Perhutani. Tahun 2015 tentu menjadi momentum bagi Perum Perhutani untuk ikut menyehatkan Inhutani I s/d V.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 45
RIMBAKHUSUS
Dok. Kom NHT®2014
Bagi anak perusahaan, pertumbuhan bisnisnya memang belum semua menggembirakan. Namun demikian, sudah ada anak perusahaan yang telah melakukan transformasi, sehingga bisnisnya mulai tumbuh secara positif.
Bibit Akasia Inhutani II.
S
esungguhnya kesadaran untuk menyehatkan anak perusahaan itu tidak hanya tertanam dalam diri Perum Perhutani. Kesadaran itu juga tertanam kuat di tubuh anak perusahaan. Dalam pembentukan holding ini sebagaimana pernah dijelaskan Tjipta Purwita, Direktur Utama Inhutani II (Persero), dalam wawancara khusus dengan Duta Rimba edisi September –Oktober 2014, anak perusahaan tak ingin hanya sekedar menjadi beban. Yang mereka butuhkan dari induk perusahaan adalah energaizer untuk mengakselerasai bisnis anak perusahaan. Sebagai entitas bisnis, yang dibutuhkan anak perusahaan bukanlah charity. Dalam menyehatkan anak perusahaan
46 DUTA Rimba
pendekatannya haruslah tetap bussines to bussines (B to B), agar bisnis antara induk dan anak perusahaan akan saling menguntungkan dan berkelanjutan. Bagi anak perusahaan , pertumbuhan bisnisnya memang belum semua menggembirakan. Namun demikian, sudah ada anak perusahaan yang telah melakukan transformasi, sehingga bisnisnya mulai tumbuh secara positif. Seperti Inhutani II, yang dalam beberapa tahun menderita kerugian, kini sudah mulai membukukan keuntungan. Sebuah tahapan yang cukup menggembirakan. Setidaknya realitas semacam itu bisa menjadi modal untuk menyehatkan anak perusahaan. Untuk menyehatkan anak
perusahaan tersebut, sebagaimana dijelaskan Agus Setya Prastawa, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani akan menggalakkan sinergi antara induk dan anak perusahaan. Sinergi ini akan diwujudkan pada 2015 untuk memberikan kontribusi kepada korporat. Masing-masing anak perusahaan, Inhutani I s/d V memiliki kekhasan atau karakterisitik masing- masing. Inhutani I dan II memiliki industri kayu yang prospektif. Industri yang sama juga dimiliki oleh Perum Perhutani. Potensi ini bisa disinergikan, untuk memproduksi kayu olahan. Perhutani yang memliki kayu jati bisa digabung dengan kayu yang lebih murah hasil dari Inhutani I dan II, untuk menghasilkan kayu olahan yang
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Kegiatan pekerja Industri Kayu Perum Perhutani
Dengan sinergi ini ke depannya, idealnya tak ada hasil hutan nantinya yang tidak diolah terlebih dahulu, agar bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan, maupun publik yang lebih luas dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru. diminati oleh pasar di manca negara Begitu pula untuk memproduksi Gondorukem dan terpentin, sinergi bisa dilakukan dengan Inhutani IV. Apalagi setelah Pabrik Gondorukem yang dibangun di Pemalang kapasitas produksinya bisa normal, getah pinus yang dihasilkan Inhutani IV bisa memperkuat bahan baku gondorukem dan Terpetin. Bahkan
ke depannya , bila sadapan pinus bisa meningkat juga dimungkinan di Medan dibangun pabrik kecil Gondorukem dan Terpetin. Sedangkan pabrik lain yang bersifat terintegrasi di Aceh. Dengan sinergi ini ke depannya, idealnya tak ada hasil hutan nantinya yang tidak diolah terlebih dahulu, agar bisa memberikan nilai tambah
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
bagi perusahaan, maupun publik yang lebih luas dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru, maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui mata rantai perekonomian dari hilirisasi. Tahun 2015, menjadi momentum bagi Perhutani untuk meletakkan lanskap hilirisasi di induk maupun anak perusahaan. Semoga. • DR
DUTA Rimba 47
Dok. Kom PHT®2014 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.
SOSOKRIMBA
Penataan sumber daya manusia (SDM) Perum Perhutani telah memperhatikan beberapa aspek. Tak hanya dari sisi sumber daya, tetapi juga dari aspek ketenagakerjaan. Kebijakan di bidang SDM selalu melibatkan masukan beberapa ahli ketenagakerjaan sebelum diputuskan manajemen. Begitu pula ketika program Golden Shake Hand, Perhutani juga melakukan konsultasi dengan mantan Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja RI, Basani Situmorang, SH Mhum. Wanita kelahiran Pematangsiantar yang dikenal luas di bidang ketenaga kerjaan ini menerima Duta Rimba di kantornya Menara BPJS Jalan Gotot Subroto, Jakarta. Ia menuturkan keterlibatannya dalam membidani lahirnya Program Golden Shake Hand Perhutani. 48 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Basani
Situmorang
Golden Shake Hand Plus - Plus ala Perhutani Anda menjadi penasehat ketenagakerjaan di Perhutani? Benar. Saya pernah diminta nasihat pada waktu penataan karyawan Perhutani. Saat itu ada karyawan BUMN dari Pegawai Negeri. Karena waktu itu ada perin tah dari Kementerian BUMN bahwa usia pensiun 56 tahun, tetapi ada karyawan yang pensiun 58 tahun, 60 tahun dan 56 tahun. Sehingga kita bikinkan mapping, berapa karyawan Perhutani, dari BUMN dan dari pegawai negeri. Ini harus bisa disatukan, karena hukum ketenagakerjaan berlaku untuk perusahaan. Waktu itu saya sarakan karyawan harus memilih untuk tetap sebagai pegawai negerinya, atau
menjadi pegawai Pehutani. Jadi supaya jelas statusnya. Begitu kita mapping berapa karyawan yang berumur 56, 58 dan 60 tahun. Lalu dibuat kebijakan usia pensiun 56 tahun, sehingga yang umur 58 tahun dan 60 tahun pensiun. Akhirnya diberilah pesangon sebagai kompensasi. Mereka sebelumnya kan pegawai negeri yang seharusnya bisa mendapatkan pensiun. Itulah pertama kali saya membantu Perhutani. Aku baru tahu kalau di Perhutani itu ada pegawai negerinya, padahal kan BUMN. Tapi rupanya dulu ada PNS dari Kementerian Kehutanan diperbantukan untuk membantu pengelolaan Perhutani.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
BUMN lain apakah ada dobel status seperti Perhutani? Ada, misalnya Jamsostek. Pertama kali dibentuk ada juga karyawannya dari Kementerian Tenaga Kerja. Akhirnya mereka harus memilih. Sebelum Jamsostek adalah Astek. Karena sama-sama BUMN saya sarankan kepegawaiannya harus BUMN dan usia pensiunnya 56 tahun. Karena ada Undang-Undang Pegawai Negeri, maka ada upaya usia pensiun karyawan BUMN mau dibikin 58 tahun. Saya katakan kepada Perhutani “Anda ini BUMN, bukan pegawai negeri”. Pada waktu menata dulu dengan umur pensiun 56 tahun pastinya sudah membutuhkan pemikiran apa kita
DUTA Rimba 49
SOSOKRIMBA harus ikuti ASN (Aparatur Sipil Negara-red). Sedangkan Perhutani adalah BUMN.
Kemudian Anda dimintai pendapat soal Benar, beberapa bulan yang lalu. Waktu itu saya katakan Golden Shake Hand (GSH) itu hak prerogatif manajemen. Dalam rangka bagaimana manajemen mengelola perusahaan. Bagaimana mengefisienkan dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Seperti mengurangi karyawan yang prestasinya kurang begitu optimal. Karena kalau kita PHK tidak boleh, karena persyaratannya harus ada kesalahan dan mendapat penetapan dari PHI (Pengadilan Hubungan Industrial). Jadi GSH itu dilaksanakan secara kekeluargaan dengan memberikan kompensasi, karyawan senang, perusahaan senang. Oleh karena itu saya katakan, Pertama, sosialisasikan kebijakan itu kepada seluruh karyawan, sehingga mereka tahu bahwa di perusahaan ada kebijakan tersebut. Jadi keluar dari perusahaan secara baik-baik. Kedua, menjelaskan apa hak-hak karyawan yang mengikuti program GSH. Hak karyawan itu tidak boleh kurang dari yang normatif. Biasanya harus lebih dari yang normatif sebagaimana dalam UU No 13 tahun 2003, seperti uang pesangon dan hak karyawan lainnya. Ketiga, karyawan harus mengajukan permohonan kepada manajemen apabila ingin ikut program GSH. Keempat manajemen dapat menerima atau menolak permohonan GSH karyawan. Hal ini untuk menghindarkan karyawan yang berprestasi tinggi yang dibutuhkan perusahaan ikut mengambil GSH. Jangan sampai kecolongan, yang ikut program ini yang baik-baik prestasinya. Kalau
50 DUTA Rimba
ini yang terjadi tujuan perusahaan untuk melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas tidak tercapai.
GSH Perhutani syaratnya minimal umur 47 tahun dan masa kerja 15 tahun. Itu tidak ada-apa, karena itu menyangkut track record yang bersangkutan. Itu bagus, karena kita ingin meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan. Kalau yang muda-muda keluar, kan perusahaan yang rugi. Makanya saya katakan dalam formulir pendaftaran itu harus dicantumkan manajemen bisa menerima dan menolak permohonan karyawan.
GSH bisa dibenarkan dari sisi ketenagakerjaan, apa bedanya dengan PHK? Bisa. Bisa dibenarkan. Karena Direksi mempunyai wewenang untuk
mengelola perusahaan, Direksi itu memiliki hak prerogatif, seperti akan memberlakukan GSH. Lantas apa bedanya dengan PHK. Kalau PHK itu harus ada kesalahan dan harus mengikuti prosedur, dari bipartit, mediasi dan pengadilan hubungan industrial (PHI). Karena dalam UU, PHK tanpa penetapan PHI batal demi hukum. Jadi tidak boleh melakukan PHK seenak kita. Harus ada alasan dan prosedurnya. Sementara GSH atas kemauan sendiri, sehingga harus kita sesuaikan. Bagi mereka yang tertarik, silahkan. GSH ini tidak memerlukan penetapan PHI. Ini mau sama mau. Tetapi tidak mengundurkan diri. Karena kalau mengundurkan diri itu tidak berhak mendapat pesangon dan penghargaan. Jadi karyawan mau berhenti, tetapi tidak mengundurkan diri, dan bisa mendapat hak lebih dari pesangon. Seperti di Perhutani selain mendapat pesangon, masih
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
mendapat tambahan sisa masa kerja dibayar gaji pokoknya. Kalau umur 47, sisa kerjanya selama 8 tahun ini dihargai. Jadi kompensasinya itu seperti UU No 13 Plus.
Kalau sisa kerja delapan tahun, bagi perusahaan yang tidak mampu apa wajib memberikan kompensasi delapan tahun tersebut? Tidak wajib. Tetapi kalau perusahaan mampu, mereka bisa memberikan kompensasi sebanyak 98 bulan. Biasanya begitu, supaya orang berminat. Jadi manusiawi sekali. Makanya jangan karyawan yang bagus-bagus yang ikut program ini. Jadi dalam GSH itu diselesaikan secara kekeluargaan, tidak ada paksaan, karena kemauan sendiri.
Sifatnya kekeluargaan? Jadi ini mau sama mau. Tidak ada paksaan. Tidak ada intimidasi. Makanya kita bikinkan kreteria. Walupun begitu masih ada kewenangan manajemen menerima atau menolak.
Jadi persyaratan melaksanakan GSH? Ya harus dan wajib ada sosialisasi. Ada hak-hak karyawan yang harus dibayarkan. Tidak boleh ada paksaan, jangan ada intimidasi. Karena ini atas kemauan sendiri. Kompensasi minimal yang harus dipenuhi oleh perusahaan, minimal dua kali pesangon (Pasal 156 ayat 2) . Uang penghargaan masa kerja satu kali (Pasal 156 ayat 3). Uang penggantian hak yang seharusnya diterima satu kali (Pasal 156 ayat 4). GSH di Perhutani kemarin seluruh hak karyawan sebagaimana UU No 13 tahun 2003 diberikan masih ditambah dengan gaji pokok sisa masa kerja juga dibayarkan.
Bagaimana cara kompensasi itu diberikan? Yang terpenting kompensasi itu diberikan sekaligus dan dibayar lunas. Tidak boleh dicicil. Misalnya Rp 50 juta ya harus dibayar Rp 50 juta. Riilnya seberapa pesangon, penghargaan masa kerja, penggantian hak yang harus dibayar di tambah dengan masa kerja yang tersisa. Dengan kebijakan khusus tersebut harus dibayar sekaligus.
Apakah perlu menyiapkan pelatihan bagi mereka yang GSH ? Peraturan perundang-undangan tidak mengatur soal pendidikan dan pelatihan bagi mereka penerima GSH. Kalau untuk yang pensiun, masa persiapan pensiun itu ada pendidikan atau pelatihannya. Tapi itu tergantung kemapuan perusahaan. Bukan perundangundangan. Kalau bisa tidak masalah. Tapi dalam UU Ketanagakerjaan itu tidak ada. Mungkin bisa saja diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Tidak ada dalam UU ketenagakerjaan. Itu good will-nya perusahan saja.
Dalam program GSH Perhutani, mereka dapat pelatihan? Tidak apa-apa. Malah bagus. Itu berarti di atas normatif. Jadi plus. Iya itu malah plus-plus. Itu tidak masalah. Sepanjang kita bisa memberikan kepada karyawan, kenapa tidak. Karena perusahaan ini bisa berkembang karena karyawan. Apapun alat produksinya kalau tidak ada manusianya kan tidak jalan. Inilah yang disebut hubungan industrial. Mitra dalam produksi, mitra dalam bertanggung jawab. Berprestasi dulu baru di bagi. Bertanggung jawab, supaya perusahaan eksis. Kalau perusahaan eksis akan ada kelangsungan usaha . Kalau ada
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
usaha kan ada kesejahteraan. Jadi kalau kemarin diberikan pelatihan oleh Perhutani sebenarnya itu tidak ada kewajiban dalam UU.
Mereka dilatih Industri kecil di Kasongan, Bantul Yogyakarta Bagus. Itu bagus sekali. Biasanya tergantung minat dan ketrampilannya . Oh saya ingin beternak misalnya maka diberi pelatihan beternak. Oh saya ingin kembangkan sayur-sayuran, nanti diberikan pelatihan bercocok tanam. Misalnya mau bikin susu sapi, diberi pelatihan susu perah. Ada yang mau ternak ayam dan lain sebagainya.
Saran Anda kepada penerima GSH ? Saya sarankan kepada penerima GSH jangan konsumtif. Sebaiknya menggunakan dana kompensasi ini untuk kegiatan yang produktif. Misalnya untuk berusaha mandiri. Atau meningkatkan ketrampilannya untuk mencari kerja yang baru. Apakah nanti menjadi wirausaha atau menjadi pengusaha baru. Kan ada yang sisa kerjanya yang delapan tahun, bahkan 10 tahun. Ini kan masih usia produktif. Jangan langsung beli motor atau mobil, karena baru dapat uang banyak. Gunakan untuk kegiatan produktif supaya bisa menyambung hidup lagi. Jangan habis GSH terus melarat. Dapat uang banyak terus habis.
Aspek ketenagakerjaan Perhutani apa yang masih kurang? Kalau saya lihat sekarang sudah cukup lumayan baik, ada serikat pekerja. Mereka bisa memahami kebijakan perusahaan. Manajemen juga sudah memikirkan kesejahteraan karyawan. Saya lihat sudah ada keseimbangan. Dulu serikat pekerjanya Perhutani sering mogok-mogok. Sekarang saya lihat
DUTA Rimba 51
tidak lagi.
BUMN dengan serikat pekerja lebih dari satu pengaruh dan korelasinya apa? UU No 21 tahun 2000 memungkinkan multi Serikat Pekerja (SP). Dalam UU Serikat Pekerja itu dikatakan sepuluh orang saja bisa membentuk Serikat Pekerja. Sehingga bisa lebih dari satu SP. Dan ada kecenderungan karena ada yang ingin menjadi ketua SP, kemudian membentuk SP. Saya kira fenomena itu ada sekarang ini. Jadi sudah politisasi itu, seperti kalau mau Pilkada. Ada tuntutan pekerja soal upah minimum untuk bisa diakomodir. Fenomena ini saya lihat kurang sehat.
Jadi kalau SP lebih dari satu ada indikasi tidak sehat?. Bukan itu maksud saya. Kalau mereka aman-aman saja kan tidak masalah. Karena kalau SP lebih dari satu, dalam UU No 13 hanya boleh ada satu PKB untuk seluruh pekerja, apakah mereka anggota atau tidak. Kalau lebih dari satu SP, itu kemudian perebutan anggota. Padahal kalau serikatnya satu saja sesungguhnya lebih kuat. Kalau lebih dari satu SP, kan kurang kuat. Tapi karena ada yang ingin jadi ketua dan lain sebagainya, saya lihat itu sekarang ini kecenderungannya. Mereka harus paham bahwa perusahaan lebih dulu ada baru ada karyawan, jangan dibalik-balik.
Dalam UU No 13 hanya satu PKB, sementara di UU No 21 multi SP? Kita adalah dalam era demokrasi. Lantas siapa yang menjadi tim perunding. Makanya dalam UU No 13 berlaku 50 Plus 1 yang jadi perunding. Aturan ini berlaku karena ada sebuah bank swasta (contoh:red) yang memiliki 6 SP.
52 DUTA Rimba
Selama ini yang menjadi juru runding dari 3 SP. Maka keluarlah keputusan MK (Mahkamah Konstitusi). Kelompok Serikat Pekerja Bersatu menggugat kepada MK pasal 120 UU No 13. Karena kalau sudah ada yang mayoritas yang lain tak perlu lagi. Kalau misalnya ada 1.000, dan sudah ada 501 karyawan anggota SP, maka yang lain tak perlu lagi. Itulah yang terjdi di bank swasta tersebut. Mengugat pasal 120 UU NO 13 dan keluarlah Putusan MK No 115, Serikat Pekerja bisa menjadi tim perunding dengan catatan 10% anggotanya. Selama ini kalau tidak mayoritas selalu tersisih oleh pasal 120 tersebut. Jadi kalau berunding PKB, selalu saya sarankan SP membentuk tim perunding. Jangan pihak manajemen menentukan tim perunding. Biarkan mereka saja. Sebelum ada satu tim perunding jangan mau berunding dan merundingkan PKB. Karena hanya ada satu PKB. Kalau PKB kita buka lebih dari satu, maka manajemen tugasnya hanya berunding berunding dan berunding, sehingga tidak kerja, kapan kerjanya. Berunding satu PKB bisa tiga sampai
enam bulan. Coba bayangkan kalau enam PKB dan setiap PKB berlaku dua tahun. Maka bias sampai dua tahun tak jadi-jadi itu PKB di perusahaan. Oke anda bebas berorganisasi tapi dalam hubungan industrial hanya ada satu PKB. Kasihan kan manajemen, kalau PKB lebih dari satu. Kemudian kalau lebih dari satu PKB kan ada diskriminasi. Dengan SP ini begini, dengan SP yang lain PKB-nya lain . Padahal dalam UU No 13 hanya ada satu PKB, dengan perlakuan yang sama kepada seluruh karyawan.
Apa yang tidak boleh dilakukan Perhutani ke depan dengan karyawannya yang 24.000? PHK dihindari. Kalau memang ada karyawan yang kurang produktif, kalau ada PHK diberikan hak-haknya bahkan lebih. Kalau saya lihat ketentuan PKB-nya, kebijakannya sudah sesuai. Perhutani harus mulai melakukan penataan-penataan untuk SDM. Sekarang sudah cukup baik,
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
kesejahteraan sudah dipikirkan. Saya kira GSH ini bagus, bisa dilanjutkan di bagian-bagian lain.
Jadi program GSH sudah Kalau saya lihat sudah dan saya kira cukup banyak ya lebih dari 200 orang tepatnya 217 karyawan mengikuti GSH tahun ini. Selalu saya katakan GSH ini hak prerogatif manajemen, tetapi harus hati-hati dan hak-hak karyawan itu harus diberikan. Hak itu juga ada koridor peraturannya. Karena prinsipnya UU dan pemerintah, kalau bisa jangan sampai ada PHK. Boleh mengurangi dalam rangka menyehatkan perusahaan. Lebih baik keluar 200 dari pada perusahaan tutup.
Persepsi Anda tentang Perhutani ? Kayu. Perhutani yang saya tahu identik dengan kayu. Padahal ternyata kan banyak. Ada industri, ada wisata. Kemarin saya ke wisata Perhutani Cikole Jayagiri, kita bicara soal outsourcing. Saya belum mendalami soal outsource itu. Tapi kalau berdasarkan pengamatan saya memang harus ada pembenahan juga. Karena harus ada pada bidang mana, asosiasinya dan peraturan yang baru ini . Tidak boleh lebih dari lima yang di outsource, ada catering, angkutan, tambang. Yang ini harus kita lihat. Tapi kalau untuk operator tentu tidak bisa . Ini yang harus harus dibenahi setelah program GSH.
Pesan Anda untuk karyawan Perhutani? Ya bekerja dengan disiplin. Menjalin kerjasama dengan manajemen secara harmonis. Kalau itu tercapai amanlah. Saya lihat tak ada disharmonisasi. Saya lihat di kantornya rajin-rajin bekerja, mudah-mudahan di semua tempat begitu. • DR-SOE NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Kepala Biro Hukum Selamanya Dengan Banyak Pengganti Perempuan kelahiran Pematang Siantar, 6 Februari 1942 ini merintis karier di dunia ketenagakerjaan. Cukup panjang perjalanan karier Basani Situmorang. Selama 32 tahun berkiprah di Kementerian Tenaga Kerja Indonesia, hampir 28 tahun ia bertahan di lingkungan Biro Hukum, mulai staf hingga puncak tertingginya sebagai Kepala Biro Hukum. Sekalipun sudah pensiun, perempuan energik ini laris kesana kemari sering diminta pendapatnya oleh banyak perusahaan BUMN maupun Kemeterian Tenaga Kerja. Apabila akan ada peraturan ketenagakerjaan baru, pihak kementerian selalu menghadirkan dirinya sebagai “orang dalam”. Mantan anak buahnya selalu bilang “Bu Basani adalah Kepala Biro Hukum selamanya, sementara Kepala Biro Hukum yang ada sekarang adalah penggantinya”. Ibu tiga anak dengan tiga cucu ini, menamatkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. ia pernah menjabat Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja, setingkat eselon satu. Saat ini menjadi nara sumber Bidang Hukum Ketenagakerjaan. Ibarat sebagai “guru besar”, tak hanya Jamsostek dan Perhutani, yang sering meminta pendapatnya. Ia juga sering diminta oleh Kimia Farma, Bio Farma dan Kabel Farma untuk ikut menata masalah ketenagakerjaan di perusahaan tersebut. Pengalaman lainnya adalah sebagai delegasi Indonesia dalam sidang ILO di Geneva, masih aktif mengajar di Lembaga Pendidikan Advocate Universitas Kristen Indonesia (UKI), Lembaga Training Advocate Gayus Lumbun, dan Yan Apul. Ia juga aktif menjadi nara sumber di bidang hukum ketenagakerjaan di berbagai forum nasional maupun internasional. Basani Situmorang, hebat benar alumni S2 Hukum Unkris ini. Usia memang hanya angka, karyanya dimana-mana.• DR-SOE
DUTA Rimba 53
PERTIWANA Dok. Kom PHT®2014 | Foto : SOE.
UNTUK NUSA
Dari hamparan belantara Ibu Pertiwi Pertiwana digelar pada suatu masa Sebagai pangilan hati nurani Melestarikan hutan dan alam jagad raya
54 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
LENSA
Menggelar aktivitas kreaktif Agar hidup tetap produktif Memberikan teladan edukatif Menawarkan ide-ide inovatif
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 55
Kutanam akar pohon dengan cinta kasih Ku jaga kelestarian lingkungan Kepada Sang Pencipta kami memohon Untuk keberkahan alam 56 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Tak cukup hanya bicara Untuk kehidupan alam Butuh Pengorbanan Dengan Karya dan tindakan nyata
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 57
Wahai Para Pramuka Kutitipkan Bumi Bersada Agar Selalu kau jaga Memberikan makna bagi anak bangsa
58 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dari Sabang-Merauke Dari Nias hingga Pulau Rote Kita Bersaudara Berkomitmen jaga alam semesta
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 59
LINTASRIMBA
Kampak
kerok getah karena sekali kerok mendapatkan getah hampir 1 tempurung,sehingga petani sadapan bisa bernafas lega atau tersenyum dengan penemuan alat tersebut. Administratur Perhutani Kediri, Maman Rosmantika menyatakan bahwa pelaksanaan Gerakan Kerok Getah ini untuk mengatasi kendala klasik produksi getah pinus menjelang akhir tahun yaitu bulan
Desember karena musim hujan dan persaingan dengan kegiatan pertanian. “Biasanya penyadap meninggalkan lokasi sadapan untuk menanam padi maupun polowijo”, Tambahnya. Saat ini produksi getah pinus menjadi komoditi primadona Perum Perhutani. Karena Perum Perhutani ke depan tidak mungkin lagi terus mengandalkan pendapatan yang menjadi andalan selama ini yaitu kayu walaupun dalam kenyataannya belum dapat secara signifikan melepaskan produksi kayu. Target produksi getah pinus Perhutani Kediri tahun 2014 sebesar 9.609.622 Kg realisasi produksi sampai dengan periode II Nopember 2014 mencapai 8.787.099 Kg (91,4%), sedangkan target produksi BKPH Kampak tahun 2014 sebesar 1.803.424 Kg realisasi produksi sampai dengan periode II Nopember 2014 sudah mencapai 2.004.944 Kg atau 111,2 %. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam kegiatan “Gerakan Kerok Getah” antara lain : Sosialisasi GKG kepada kepada internal (jajaran Perhutani) dan eksternal (Penyadap dan LMDH), Inventarisasi petak-petak berpotensi untuk dilakukan kegiatan kerokan getah, Membentuk Tim GKG, Membuat jadwal GKG, Pelaksanaan kegiatan GK, Monev pelaksanaan GKG. • DR
biscuit dan lain lain beras). Sebelumnya diberangkatkan satu regu gabungan pasukan siaga bencana Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang memberikan bantuan tenaga sukarelawan dari mandor Polter dan karyawan memberikan bantuan natura beras. Kloter kedua diberangkatkan oleh ketua tim Penanggulangan Bencana
Alam (PBA) tingkat KPH Balapulang, Isnin Soiban untuk membantu penanganan darurat di lokasi longsor. Adminiatratur Perhutani balapulang, Isnin Soiban menyatakan bahwa jika memang dibutuhkan pihaknya bahkan siap menjadi relawan yang akan turut membantu para pengungsi di lokasi bencana sampai dirasa cukup kondusif. • DR
Dok. Kom PHT®2014
Gerakan Kerok Getah
Pengerokan getah oleh tim GKG BKPH Kampak
Kediri - Perhutani Kediri melaksanakan “Gerakan Kerok Getah” atau “GKG” dengan memakai alat kerok “Suru” di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kampak dalam upaya mengoptimalkan pendapatan getah Pinus. Alat ini terbuat dari pipa galpanis yang dipotong miring menyerupai bambu runcing yang cukup efektif untuk melakukan
Bantu korban bencana longsor di Banjarnegara Banjarnegara - Karyawan Perhutani Balapulang bersama Pramuka saka Wanabakti Kabupaten Brebes bantu korban bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah berupa natura (susu, mie instan dan makanan ringan roti
60 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
HMPI dan BMN Jabar di Tasikmalaya Tasikmalaya - Perum Perhutani KPH Tasikmalaya melakukan gerakan menanam bersama Jajaran Muspika Kecamatan Cikatomas, Desa Lengkong Barang dan tokoh masyarakat di petak 11a luas 39,35ha RPH Cikatomas, BKPH.Cikatomas, dengan jenis Jati Plus Perhutani (JPP) dan tanaman pengisi jenis Mahoni. Administratur Perhutani Tasikmalaya, Henry Gunawan menyampaikan bahwa kegiatan menanam ini untuk mencapai keberhasilan tanaman secara maksimal. Selain itu juga guna menjalin kebersamaan dari Adm/ Pejabat sampai mandor sebagai wujud nyata mensukseskan keberhasilan tanaman di KPH Tasikmalaya dan juga sebagai upaya mewujudkan Gerakan Hari Menanam Pohon (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Penanaman sebelumnya telah dilaksanakan di 3 BKPH, BKPH Tasik, Singaparna dan Karangnugggal, saat ini penanaman dilaksanakan di 2 BKPH, BKPH Tarju dan Cikatomas. Kepala Desa Lengkong Barang, Ayi menyatakan bahwa kegiatan penanaman disambut sangat positif, kami dan masyarakat berusaha untuk terlibat menjaga alam dan bahu membahu untuk melestarikan hutan sesuai dengan program kami tentang pembangunan pembuatan DAM pengairan di luar kawasan hutan. “Dengan adanya penanaam pohon sangat membantu pengairan untuk kepentingan masyarakat sekitar hutan, karena pohon yang ditanam sangat berguna untuk kehidupan manusia di muka bumi yaitu dapat menghasilkan air dan udara, program tersebut cukup banyak menyentuh kepentingan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. • DR
Siti Nurbaya Kunjungi KPH Ngawi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar melakukan kunjungan kerja di wilayah kerja Perum Perhutani Ngawi Divisi Regional Jatim dalam acara meninjau tanaman tumpangsari masyarakat sekitar hutan, didampingi Dirut Perhutani, Mustoha Iskandar di BKPH Kedungggalar KPH Ngawi Masuk Wilayah Administrasi Desa Kedunggalar, Kecamatan Kedunggar Kabupaten Ngawi. Peninjauan Tanaman Tumpangsari Masyarakat Desa Sekitar Hutan Berupa Jagung, Ketela, Umbi Umbian, dan Beragam Tanaman Lainnya. Administratur Perhutani Ngawi, Joko Siswantoro menyatakan bahwa kontribusi Perum Perhutani dalam membantu Pemerintah dalam bidang ketahanan pangan nasional melalui tanaman tumpangsari di wilayah kawasan hutan sangat besar. • DR
Gelar Latihan POLMOB Jatirogo Tuban - Perhutani Jatirogo bekerjasama dengan Polres Tuban Jawa Timur gelar latihan kesamaptaan 100 personil Polisi Hutan Mobil (POLMOB), Buru Sergap dan Polisi Hutan Teritorial di lapangan sepak bola Kecamatan Jatirogo. Jumat. Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas petugas keamanan sehingga memiliki integritas dan profesionalime yang tinggi dalam menjalankan tugasnya menegakkan peraturan dan menjaga keamanan hutan. Administratur | Perhutani Jatirogo, Achmad Basuki mengharapkan agar bersungguhsungguh dan tekun dalam mengikuti proses berlangsungnya
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
pelatihan. Peserta pelatihan akan mendapat materi/dasar bela diri dari narasumber Polres Tuban. “Seorang petugas keamanan hutan tentunya harus memiliki kemampuan, ketrampilan, ketahanan mental dan fisik yang kuat sebagai tombak kekuatan seorang petugas keamanan hutan” tambahnya. Adapun maksud dari pelaksanaan kegiatan kesamaptaan dimaksud untuk membentuk watak, integritas, loyalitas, kepribadian, tutur kata, sikap, kerjasama, kedisiplinan, ketahanan mental, fisik yang baik dan jiwa korsa petugas keamanan hutan untuk menunjang tugasnya sehari-hari. Diharapkan dengan diadakannya pelatihan kesamaptaan ini dapat menumbuh kembangkan kepercayaan diri bagi petugas keamanan agar menjadi pribadi yang disiplin tanggap tegas cekatan dan tidak loyo dalam menjalankan tugas yang diemban. • DR
Pramuka Harus Bisa Jadi Motivator Cibubur - Perhutani dalam perannya pada Pertiwana IV menghadirkan Ketua Kwartir Daerah Jawa Barat, Dede Yusuf dan Gubernur Lampung M Ridho Ficardo pada talk show agenda wawasan kebangsaan di Buperta Cibubur, Kamis malam. Talk show wawasan kebangsaan ini digawangi oleh Kak Hezlisah dan Kak Lies Bahunta sebagai pengurus Saka Wanabakti Kwartir Nasional. Tujuan kegiatan wawasan kebangsaan sendiri adalah untuk meningkatkan pemahaman dan menanamkan rasa bangga terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan ketrampilan dalam mengkomunikasikan wawasan kebangsaan. Tak kurang 250 peserta Pertiwana IV dari 34 provinsi hadir mengikuti dengan antusias talk
DUTA Rimba 61
LINTASRIMBA show dengan tema Memperkokoh Ketahanan Nasional di Kalangan Generasi Muda Dalam Rangka Menangkal Radikalisme yang dibawakan oleh Muhammad Ridho Ficardo, Gubernur termuda di Indonesia ini. Sedangkan Kakwarda Jabar, Dede Yusuf berpesan kepada Gerakan Pramuka Saka Wanabakti untuk mengedepankan nilai-nilai positif yang harus dimiliki oleh tiap anggota Pramuka. “Saya singkat MKIK, Pramuka harus bisa menjadi Motivator, Kreatif, Inovatif, dan mempunyai Komitmen” ungkap Dede Yusuf yang juga anggota Komisi X DPR RI ini. Di akhir acara juga disampaikan kesan-kesan mendalam peserta Pramuka utusan luar negeri yaitu Pengakap Malaysia dan Brunai Darussalam sebagai tamu kehormatan Pertiwana IV. • DR
Hibah 1 Ton Bibit Jahe Sumenep - Perum Perhutani Madura dan Dinas Propinsi Jawa Timur menyerahkan bantuan hibah 1 ton bibit Jahe kepada Lembaga Masyarakat desa Hutan (LMDH) Sumekar Jaya Desa Soddara Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep di Kantor Perum Perhutani Madura. Bantuan 1 ton Jahe diserahkan oleh Kasi Produksi Hasil Hutan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur R. Setiadi didampingi Administratur Perhutani Madura, Dudi Kurniadi kepada Ketua LMDH Sumekar Jaya, H.Muhammad Hasan. Kasi Produksi Hasil Hutan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, R. Setiadi mengatakan bahwa tanaman sistim tumpangsari memberikan manfaat lebih kepada petani dan Perhutani, dalam artian LMDH beserta anggotanya bisa memanfaatkan kawasan hutan di bawah tegakan dengan semaksimal
62 DUTA Rimba
mungkin mendapatkan hasil yang baik anggotanya sejahtera disisi lain Perum Perhutani tanaman pokok bisa terpelihara dengan baik dan terhindar dari gangguan keamanan hutan sehingga hutannya lestari. Administratur Perhutani Madura, Dudi Kurniadi berharap dengan adanya bantuan bibit 1 ton Jahe tersebut bisa terbentuk kelompok petani empon empon yang terarah, termonitor, dan pertanggung jawabannya jelas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di sekitar hutan dalam wadah lembaga LMDH. • DR
Pelatihan Pemadaman Kebakaran di KPH Bojonegoro Bojonegoro – Perhutani Bojonegoro ikuti pelatihan pemadam kebakaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro yang dilaksanakan pada hari Kamisi bertempat di halaman kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro. Wakil Administratur/KSKPH Bojonegoro Timur, Sofiudin Nurmansyah menyampaikan pelatihan ini dilakukan untuk memberikan ketrampilan cara penggunaan alat pemadam kebakaran dan apa yang harus dilakukan bila terjadi kebakaran baik dihutan maupun dikantor. Kepala Sub Seksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Sukirno menjelaskan penyebab kebakaran diantaranya adalah Kayu, Kertas, Karet, Plastik, Bensin, Minyak Pelumas, Cat Pernis, dan LPG, sedangkan peralatan yang digunakan untuk memadakan api adalah dengan air dari mobil pemadam kebakaran, apar, karung goni, handuk, dan pasir.
Perlengkapan yang harus dipakai oleh petugas pemadam kebakaran sesuai dengan standard operasional (SOP) adalah baju tahan api, tabung oksigen (Breathing Apparatus), helm (pelindung kepala), sarung tangan, dan sepatu karet,”Imbuhnya”. Pelatihan yang digelar bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro tersebut diikuti oleh 40 orang peserta terdiri dari 26 Polhuter dan 14 orang karyawan kantor KPH Bojonegoro. • DR
Sembako Untuk Pengungsi Karangkobar Banjarnegara - Perhutani Pekalongan Barat bantu sembako kepada pengungsi bencana tanah longsor Desa Sampang Kecamatan Karangkobar. Bantuan diserahkan di Posko Satgana Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Karangkobar Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur. Selasa. Sembako sangat dibutuhkan bagi seribu lebih pengungsi asal warga dukuh Jemblung desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Tidak kurang dari 100 orang pengungsi anak-anak dan orang tua tinggal di Posko Satgana kantor Asisten Perhutani BKPH Karangkobar. Bantuan berupa dua kuwintal beras, satu kuwintal gula pasir, 25 dos mie instan dan 10 dos air mineral. Diserahkan secara simbolis oleh kepala urusan (kaur) humas mewakili Administratur Anton Fadjar Agung Susetyo S.Hut atas nama Perum Perhutani KPH Pekalongan Barat. Diterima oleh Asper Karangkobar Taufik Hidayat atas nama masyarakat dukuh Jemblung Desa Sampang, dengan disaksikan petugas P2TP2A Kabupaten Banjarnegara Sri
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Sekretaris Perusahaan Apresiasi Kontributor Suara Rimba Teraktif Mojokerto - Sekretaris Perusahaan
suara rimba kurun waktu Januari s.d Nopember 2014. Sekper Perum Perhutani mengatakan bahwa apresiasi tersebut diberikan sebagai penghargaan atas semangat Kaur Humas di daerah dalam
Pelatihan Jurnalistik tingkat Divisi
perannya ikut meramaikan pemberitaan
(Sekper) Perum Perhutani, John
Regional (Divre) Jawa Timur dan Jawa
kepada publik internal dan eksternal
Novarly memberikan apresiasi kepada
Tengah.di Kesatuan Pemangkuan Hutan
akan eksistensi perusahaan.
Komunikasi Perusahaan Perum
(KPH) Surakarta. (12/12).
Perhutani / Kepala Urusan Humas yang
John Novarly memberikan
“Ke depan akan diadakan evaluasi tiap tiga bulanan (triwulan)
memberikan kontribusi berita terbanyak
penghargaan berupa Laptop,
sebagai langkah pemberdayaan dan
pada website Perhutani sebagai bentuk
Tablet dan Handphone
peningkatan komunikasi perusahaan
stimulus untuk lebih meningkatkan
Android kepada 5 (lima) Kaur
sesuai perannya serta merangsang
kinerjanya pada acara Evaluasi Kinerja
Humas kontributor berita pada
untuk lebih meningkatkan kinerja
Bidang Komunikasi Perusahaan dan
website perumperhutani.com posted
kehumasan KPH dengan dibarengi peningkatan teknologi sarana prasarananya”, kata Pak John. Sedangkan Kepala Biro Komunikasi Perum Perhutani, Susetiyaningsih menyatakan bahwa Humas Perhutani harus senantiasa meningkatkan kompetensi jurnalistiknya. “Harus lebih baik dari yang kemarin”, tegasnya. Adapun Komunikasi Perusahaan / Kaur Humas teraktif pertama adalah Eko S Wahyudi dari KPH Mojokerto;
Dok. Kom PHT®2014
kedua Markum dari KPH Bojonegoro, ke tiga andan dari KPH Randublatung, ke empat Kantor Divre Jatim, ke lima KPH Balapulang. satu hadiah akan diserahkan untuk kontibutor Divisi John Novarly saat memberikan apresiasi kepada Humas yang memberikan kontribusi berita terbanyak.
Listyaningsih. Memasuki hari ke 5, bantuan di Posko Satgana Perum Perhutani BKPH Karangkobar terus mengalir, datang dari berbagai daerah. Kegiatan penerimaan ditangani oleh jajaran rimbawan BKPH Karangkobar dengan dibantu dinas/instansi terkait. Menurut salah seorang pengungsi asal Desa Sampang yang terhindar dari bencana, Parno (74) menyampaikan terimakasih kepada perhutani dan juga semua yang sudah peduli membantu kami yang terkena musibah. • DR
133 TPK Bakal Dipasang IT Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar pada hari ini pukul 15.30 menandatangani kontrak berlangganan sambungan VPN IP dengan Enterprise General Manager PT Telkom Enterprise (Persero) TBK Siti Choirina, didampingi Direktur Enterprise dan Bisnis Service, Muhammad Awaludin, dalam rangka percepatan pelayanan pelanggan Perhutani untuk pembelian kayu secara online. Saat menandatangani kontrak berlangganan tersebut, Mustoha
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Regional Jawa Barat dan Banten • DR
Iskandar menyampaikan bahwa Perum Perhutani terus melakukan peningkatan sistem IT-nya guna mendukung transformasi bisnis internal. Kerjasama dengan Telkom mulai dilakukan tahun 2012 untuk membangun IT governance, hingga kini telah beberapa sistem informasi internal telah terbangun secara online. Kontrak berlangganan kali ini meliputi pemasangan sambungan VPN IP berjumlah 133 poin yang akan dipasang pada Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perum Perhutani di seluruh Kesatuan Bisnis Mandiri
DUTA Rimba 63
LINTASRIMBA (KBM) di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. • DR
Praktek Kerja di Randublatung Randublatung - Sejumlah 14 orang siswa Pendidikan Menengah Kehutanan dari Pusat Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya manusia (PUSDIKBANG SDM) Madiun, mengadakan kajian praktek kerja Lapangan yang dilakukan di Kantor Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan ( KPH ) Randublatung. Praktek kerja lapangan bagi siswa Pendidikan Menengah Kehutanan merupakan salah satu mata kuliah lapangan yang harus ditempuh masing – masing siswa, kegiatan ini merupakan implementasi ilmu kehutanan yang didapat di
Kampus Pusat Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya manusia Perhutani yang berada di Madiun. Dalam melakukan kajian tersebut masing – masing siswa melakukan pemaparan hasil kerja selama melakukan magang pada masing – masing Resort Pemangkuan Hutan ( RPH ) yang ada diwilayah kerja Perum Perhutani KPH Randublatung. Kepala Biro Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan PUSDIKLATBANG SDM Madiun, Urip Indera Nurvana menyatakan bahwa tujuan diadakan pemaparan hasil kerja ini adalah untuk menilai kesiapan masing – masing siswa dalam menganalisa dan meng evaluasi sistim pekerjaan yang ada di Perum Perhutani. “Hal ini perlu dilakukan karena
Dirut Perhutani Masuk Tokoh WOW Leadership 2015 Jakarta - MarkPlus Conference 2015 kembali menjadi ajang pemasaran akbar dan terbesar di Asia Tenggara. Kali ini temanya “WOW Marketing = Creativity + Productivity”. Ajang yang digelar 11 Desember 2014 tersebut menjelaskan secara komperhensif dan konkret tentang trend dan fenomena pemasaran di tahun 2015. Acara dihadiri oleh lebih kurang 5.000 peserta terdiri dari para eksekutif, pebisnis, pemasar, academia, pelajar serta tamu-tamu dari sejumlah negara ASEAN juga internasional dan professional lainnya. Selain itu, melibatkan 500 perusahaan dan 50 pembicara yang sangat berpengalaman di bidangnya. Sementara itu, dalam MarkPlus Conference 2015 selain ada Panel
64 DUTA Rimba
Discussion, juga menghadirkan pembicara-pembicara ahli di bidangnya, antara lain Menteri Pariwisata Arief Yahya, Direktur DBL Indonesia Azrul Ananda, Co-Founder & Executive Director Kellogg Innovation Network Robert C. Wolcott, serta Founder & CEO MarkPlus, Inc., Hermawan Kartajaya. Pada acara tersebut MarkPlus melaunching buku “WOW Leadership”, buku bersampul putih hardcover setebal 351 halaman. Buku yang ditulis oleh Hermawan Kartajaya dan Ardhi Ridwansyah ini menguraikan tentang kisah-kisah WOW Leadership dari tokoh-tokoh terkemuka di Indonesia yang dianggap WOW saat memainkan perannya di perusahaan atau lingkungan sekitarnya.
kedepan siswa disiapkan sebagai pejabat Kepala Resort Pemangkuan Hutan ( KRPH ) yang merupakan jenjang jabatan ujung tombak pada struktur Perhutani ” jelasnya. Ditambahkannya bahwa rumusan hasil kerja yang dilakukan pada masing masing KPH tersebut nantinya juga akan dibahas di kampus secara bersama ,sehingga hasil akhir dari semua pemaparan tersebut dianalisa bersama sehingga dicapai kesimpulan secara umum yang nantinya bisa dijadikan bahan acuan bagi masing – masing siswa dalam melakukan pekerjaan dilapangan. Dalam pemaparan kajian praktek kerja tersebut materi pokok yang dibahas adalah Kelola Sosial, kelola lingkungan serta kelola Produksi dimana ketiga kelola
Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Walikota Denpasar. Jahja Setiiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA). Komaruddin Hidayat, rector Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani. Rosarita Niken Widiastuti, Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) adalah tujuh tokoh yang terpilih menjadi pemimpin perusahaan yang sukses dibidangnya. Yang menarik, terpilihnya Mustoha Iskandar yang belum lama ini menjadi Direktur Utama Perum Perhutani karena salah satu terobosannya di bidang marketing dan berani mengusung perubahan berspirit “trias integritas” serta beberapa gebrakan Mustoha sebagai Direktur Utama Inhutani IV sebelumnya yang dinilai sangat menginspirasi. • DR-Media
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
tersebut merupakan pilar yang menunjang pengelolaan hutan secara lestari. • DR
Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Wuluhgede, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Krobokan, KPH Telawa. Tujuan untuk menambah ketrampilan khususnya kepada Mandor pemeliharaan/ Penjarangan (RKP/RKPm). Kepala Seksi Pemeliharaan Divre Jawa Tengah, Joko Gunawan mendistribusikan dan memperkenalkan fungsi alat-alat ukur Laser Cina dan Haga Jerman kepada segenap Mandor RKP/
Sosialisasi Alat Pengukur Tinggi Pohon Krobokan - Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah melaksanakan sosialisasi penggunaan HAGA Hypsometer (alat pengukur tinggi pohon), Height Measure Instrument CGQ-1 dan alat FLUKE Laser Distance Meter di petak 61,
Humas Yang Baik
Butuh Passion dan Komitmen
Dok. Kom PHT®2014
JAKARTA – Sekretaris Perusahaan Kantor Pusat Perum Perhutani, John Novarly membuka acara evaluasi kinerja kehumasan sekaligus workshop penulisan jurnalistik bagi Kepala Urusan dan staf Humas Divisi Regional Perhutani Jawa Barat bekerjasama dengan Tribun Jabar di lokasi Wisata Cikole Jayagiri Resort – Lembang, Bandung. Senin (22/12). Dalam sambutannya, John Novarly menyatakan bahwa tugas dan fungsi humas sangat vital sebagai corongnya perusahaan, humas dituntut mempunyai kemampuan lebih untuk membangun citra positif perusahaan. “Berlatih menulis jurnalistik tidak cukup menjamin para staf humas langsung ahli membuat berita di wilayahnya, apabila tidak diimbangi dengan ketekunan menulis berita yang ada di wilayahnya. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi kinerja khususnya pemberitaan tingkat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) masih sangat kurang, padahal banyak sekali materi dan informasi yang dapat dijadikan bahan berita” demikian John Novarly menambahkan dalam sambutannya. Pimpinan Redaksi Tribun Jawa Barat, Cecep Burdansyah
RKPm untuk mendukung kegiatan pemeliharaan guna mendapatkan data-data pengukuran Petak Coba Penjarangan (PCP) atau Tunjuk Seset Polet (TSP) yang akurat. Kegiatan tersebut diikuti oleh 20 KPH dengan peserta segenap Kepala Urusan Perencanaan dan segenap Mandor (RKP/RKPm). Diharapkan dengan masingmasing Mandor mendapatkan alat-alat tersebut tentu akan mempengaruhi kepada pekerjaan menjadi lebih efektif. • DR
Sekretaris Perusahaan Kantor Pusat Perum Perhutani, John Novarly ketika membuka acara evaluasi kinerja kehumasan
yang hadir atas undangan Perhutani, membagikan ilmunya tentang penulisan jurnalistik. Pada kesempatan tersebut Cecep menyampaikan bahwa, sebuah media berbasis internet, dilihat dari kekuatannya butuh kecepatan dalam pembuatan berita, karena aksesnya ada dalam genggaman, sementara untuk media cetak diperlukan keakuratan, kelengkapan dan dokumentatif. “ Penting untuk orang-orang Humas
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
adalah passion dan komitmen. Apabila tidak ada passion dan komitmen menulis untuk Perhutani, maka sehebat apapun kita maka Humas timpang” ujar Cecep mengakhiri pesannya. Pada acara workshop tersebut dijelaskan kembali prosedur kerja bidang komunikasi perusahaan untuk acuan operasional guna meningkatkan citra positif melalui pemberitaan di media cetak, online dan lainnya. • DR -Soe
DUTA Rimba 65
RESENSI
WOW
Leadership Gerakan Hati dan Pikiran Manusia Judul Buku
: WOW Leadership
Halaman
: 347
Penulis
: Hermawan Kartajaya dan
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Ardhi Ridwansyah Tahun Terbit : 2014
B
anyak teori modern membahas soal kepemimpinan. Salah satu teori kepemimpinan yang teranyar kini menjadi pembicaraan publik adalah WOW Leadership. Sebuah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh pakar marketing kelas dunia Hermawan Kartajaya dari MarkPlus Institute. Hermawan yang berhasil mengembangkan Leadership 3.0, yang sudah banyak diimplementasikan dalam kepemimpinan bisnis menambah filosofi WOW dan 5 A (Aware, Appeal, Aks, Act, serta advacate) dalam 6 atribut kepemimpinan leaderships 3.0. Maka lahirlah WOW Leadership. Tentu yang menarik dalam WOW Leadership ini Hermawan, tak menguraikan dari berbagai postulat yang bersumber dari sejumlah referensi yang terasa kaku dan membuat kening mengkerut. Buku ini juga dilengkapi dengan kisah-kisah WOR Leader dari tokohtokoh terkemuka di Indonesia, yang kini tengah memainkan perannya di lingkungan sekitarnya. Ada kisah sukses Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan
66 DUTA Rimba
Daerah (DPD) RI. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Walikota Denpasar. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA). Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani. Rosarita Niken Widiastuti, Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI). Tentu yang menarik, hadirnya Mustoha Iskandar, yang baru saja beberapa bulan terpilih menjadi Direktur Utama Perum Perhutani dalam buku ini. Ternyata beberapa terobosan Mustoha sebelumnya dalam memimpin Inhutani IV sangat menginspirasi kalangan profesional, tak luput dari perhatian Mark Plus. Ketika ditunjuk sebagai Dirut Inhutani IV, ia seakan dimasukkan dalam kawah candradimuka.
Mengapa demikian?. Saat itu Inhutani IV sedang megap-megap. BUMN yang memiliki wilayah kerja di Aceh, Sumatera Utara, Riau, serta Sumatera Barat) “diwariskan” kepada Mustoha dalam belitan banyak utang. Para karyawan sudah 3 bulan tidak gajian. Dewan Direksi juga terpaksa harus “puasa gaji” selama 5 bulan lamanya. Mustoha sendiri terpaksa harus menggadaikan mobil dinasnya agar bisa melakukan kunjungan kerja. Cobaan Mustoha menjadi semakin berat karena pada saat yang sama ia sedang dalam proses penyelesaian desertasi program doktor di bidang manajemen bisnis, sesuatu yang pasti akan menyita waktu dan konsentrasinya. Hampir bersamaan isteri tercintanya jatuh sakit. Mustoha sampai merahasiakan kondisi perusahaannya agar sang isteri tidak bertambah beban pikirannya. Beberapa gebrakan dilakukan Mustoha antara lain, menghapuskan jabatan General Manajer (GM), efisiensi, audit anak perusahaan . Dengan pekerjaan yang sangat simple tersebut kurang lebih 1 tahun, Inhutani IV sudah menjadi perusahaan yang sehat. Dalam tiga tahun kepemimpinannya, kinerja Inhutani IV berubah total. Jika tahun 2006 keuangan perseroan masih minus Rp 13,19 miliar, tetapi pada akhir 2007 mampu membukukan laba Rp 2,9 miliar. Mustoha menawarkan manajemen yang ajaib bisa menyulap perusahan rugi menjadi perusahaan yang untung. Kepemimpinannya sangat WOW. Buku yang diterbitkan Penerbit Gramedia memberikan perpektif kepemimpinan dalam tataran implementasi, bukan hanya sekedar persepsi. Buku setebal 347 halaman ini tak hanya cocok bagi kalangan profesional, tetapi juga kalangan akademisi, khususnya dalam ikut mendekatkan teori kepemimpinan dengan bumi tempat berpijak. • DR
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
RESENSI
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 67
OPINI
Merintis
Lembaga Sertifikasi Profesi di Perum Perhutani Oleh: Rohayati*)
Kita akan segera menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015. Era ini diyakini akan membawa peluang sekaligus tantangan. Lalu lintas barang dan jasa masuk - keluar wilayah Indonesia praktis tanpa portal bea masuk atau prosedur keimigrasian seperti yang lazim dilakukan. Kompetisi menjadi semakin terbuka, termasuk kompetisi produk dan SDM. Lalu bagaimana kabar sumber daya manusia di Perum Perhutani?
S
emakin meningkatnya jumlah masyarakat yang masuk kategori komunitas terdidik dan didukung meningkatnya kesadaran konsumen barang dan jasa yang menuntut produk dari proses yang jelas, ramah lingkungan, asal-usulnya dapat ditelusuri, mendorong banyak lembaga melakukan serangkaian persiapan menyambut MEA 2015. Selain sosialisasi via berbagai media, beberapa lembaga usaha mulai menyusun skema dan instrumen tertentu guna menghindari konsekuensi-konsekuensi yang berpotensi menimbulkan kerugian. Ada yang memulai dengan membuka kerja sama seluas-luasnya minimal untuk meningkatkan pemahaman budaya, hingga menyusun penyesuaian standard dan persyaratan teknis (SNI), skema labeling, sertifikasi, dan kelayakan produk. Sekecil apapun usaha tersebut sangat berarti. Sebab, setiap pelaku usaha saat itu dituntut untuk bisa meyakinkan pasar yang sudah terbuka lebar, bahwa produk yang
68 DUTA Rimba
dihasilkannya adalah produk yang layak dikonsumsi, berkriteria unggul, dan harganya bersaing. Sebenarnya sektor kehutanan telah memulai persiapan tersebut sejak isu pemanasan global bergulir. Implementasinya melalui penerapan skema sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, guna menghasilkan produk hasil hutan yang diyakini ramah lingkungan. Sertifikat pertama yang Perum Perhutani perjuangkan saat itu adalah sertifikat ecolabel dari “Smartwood”. Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan tenaga kerja/pelaksana pengelola hutan yang telah berpengalaman. Dengan diberlakukannya MEA, kriteria pengalaman tenaga kerja sektor kehutanan ini perlu ada legalisasi atau bukti tertulis, untuk meyakinkan para peminat/ calon konsumen barang dan jasa, bahwa produk yang akan dibeli itu benar-benar dihasilkan dari proses pengelolaan hutan secara lestari. Kelestarian itu dapat ditelusuri dan dilaksanakan oleh petugas-petugas (SDM) yang kompeten di bidangnya.
Memerhatikan perkembangan terkait MEA akhir-akhir ini, tidak menutup kemungkinan adanya lalu lintas jasa tenaga kerja bidang kehutanan dari negara lain ke Indonesia maupun ke Perum Perhutani, atau adanya tuntutan produk dari proses tata kelola perusahaan yang baik dan ramah lingkungan, maka mulai April 2014 Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) SDM berupaya merintis kemungkinan didirikannya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang Kehutanan di lingkungan Perum Perhutani. Dengan dilandasi visi dan misi Pusdikbang SDM sebagai lembaga pembelajaran yang terus berusaha bekerja unggul membangun SDM Perhutanan yang profesional, LSP Perum Perhutani menetapkan Visi dan Misinya. Cita-cita yang hendak dicapai oleh LSP adalah mewujudkan sertifikasi dan terpeliharanya kompetensi tenaga kerja sektor Kehutanan untuk mendukung proses bisnis Perum Perhutani dalam mengelola hutan lestari.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Cita-cita itu dijabarkan dalam misi lembaga ini. Pertama, menyelenggarakan sertifikasi profesi tenaga kerja di sektor Kehutanan dan kegiatan pendukung (supporting) secara internal untuk mendukung proses bisnis Perum Perhutani. Kedua, memelihara kompetensi kerja di sektor Kehutanan dan kegiatan pendukung sektor Kehutanan. Ketiga, mengembangkan sistem sertifikasi profesi tenaga kerja di sektor Kehutanan dan sektor pendukung sektor Kehutanan. Bukan proses instant, memang. Sebagian besar petugas yang merupakan awak Assessment Center rajin bertanya ke mana-mana – antara lain ke LPP Yogyakarta dan lembaga lain – hingga akhirnya mendapatkan contact person di Badan Nasional Standardisasi Profesi (BNSP). Alhamdulillah upaya Pusdikbang SDM ini mendapat tanggapan positif dari BNSP.
Sehingga, tanggal 30 Juni hingga 5 Juli 2014, Pusdikbang SDM dengan bantuan BNSP menyelenggarakan pelatihan Assessor Uji Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan. Selain menyelenggarakan pelatihan bagi assessor, BNSP juga melatih pengurus LSP dalam hal pemberkasan dan penerbitan dokumen. Koordinasi dan komunikasi terus dilakukan untuk menyusun kelengkapan berdirinya LSP. Saat ini sudah tersusun struktur organisasi LSP di Pusdikbang SDM, 6 modul uji kompetensi (MUK), dan sudah dilaksanakan uji coba atas MUK yang telah disusun. Mengapa Perum Perhutani merasa perlu mendirikan LSP? Pelaku dunia usaha bisa jadi akan dan telah dihadapkan pada kondisi kompetitor (dalam hal ini adalah pelaku usaha sektor kehutanan) yang telah memiliki SDM lebih kompeten dan kompetensinya telah teruji.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Sementara sebagian besar SDM Perum Perhutani kompetensinya belum terstandardisasi. Maka, penerapan skema sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) yang selama ini sudah berproses di beberapa wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan menuntut tersedianya tenaga teknis PHPL yang tersertifikasi dari institusi pemegang mandatory dari Kementerian Kehutanan. Dengan jumlah karyawan yang relatif besar, jika Perum Perhutani mempunyai Lembaga Sertifikasi sendiri – karena faktor spesifikasi pengelolaan hutan di Pulau Jawa dengan wilayah hutan yang sudah tertata – proses sertifikasi akan lebih murah. Sejalan dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, struktur organisasi LSP yang saat ini masih berada di Pusdikbang SDM menjadi relevan dengan salah satu tujuan sertifikasi kompetensi, yaitu
DUTA Rimba 69
memelihara pentingnya kompetensi yang dimiliki setiap jajaran pelaksana di Perum Perhutani, di sisi lain Pusdikbang SDM adalah institusi learning center. Apa manfaat didirikannya LSP di Perum Perhutani? Terkadang para pengelola wilayah kerja (KPH) dihadapkan pada kondisi karyawan baru, yang sekalipun lulusan sekolah kehutanan tidak segera mampu menerapkan prosedur kerja dan memahami situasi kerja lapangan. Dengan adanya LSP, dimungkinkan kondisi tersebut dapat disikapi lebih awal karena setiap SDM yang akan bekerja di Perum Perhutani akan menjalani uji kompetensi teknis terlebih dahulu, dimana pada SDM yang sudah dinyatakan kompeten dapat direkomendasikan untuk bekerja sesuai kompetensinya. Sedangkan SDM yang dinyatakan belum kompeten akan direkomendasikan untuk berlatih kembali guna mendapatkan kompetensi yang diperlukan sebelum bekerja. Dengan kata lain, adanya LSP memungkinkan terjadinya komunikasi yang dapat memastikan link and match antara kompetensi lulusan dengan tuntutan kompetensi rimbawan yang dibutuhkan. Adanya LSP juga memungkinkan Perum Perhutani memetakan kompetensinya sehingga pengembangan program Diklat lebih efisien, terarah, dan hasilnya optimal. Selain itu, adanya sertifikat juga akan membantu Pusdikbang SDM dalam sistem penilaian kompetensi teknis yang dapat memastikan pemegang sertifikat memelihara kompetensinya. Terlepas dari latar belakang dan manfaat pendirian LSP di Perum Perhutani, keberadaan lembaga sertifikasi profesi didukung seperangkat peraturan mulai dari UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, PP No 23 Tahun
70 DUTA Rimba
Gambar 1. Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi, PP No 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, hingga Perpres No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Di dalam UU No 13 Tahun 2003 pasal 11, ditegaskan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja. Dimana sesuai dengan pasal 9 UU No. : 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja, guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Dalam hal ini, negara memfasilitasi setiap tenaga kerja untuk memperoleh pengakuan akan kompetensinya dan dalam perjalanannya setiap tenaga kerja akan mendapatkan kepastian hak untuk mengembangkan kompetensinya, dimulai dari level ke berapa kompetensi itu harus dipelihara untuk kemudian dapat ditingkatkan. Sebagai gambaran, berdasarkan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, sertifikasi kompetensi menyentuh strata
pendidikan mulai pendidikan dasar hingga spesialis, mulai tingkat keahlian operator hingga tenaga ahli, dan mulai level jabatan teknisi hingga jabatan strategis. Gambar 1 menjelaskan skema sertifikasi sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Perangkat organisasi LSP kini sudah dibentuk. Lembaga ini dipimpin seorang Ketua yang menggerakkan perangkat-perangkat proses yang menangani sertifikasi profesi, yaitu Komisi Sertifikasi, Komisi Manajemen Mutu, Komisi Administrasi dan Pengurus Tempat Uji Kompetensi. Sesuai klasifikasi Lisensi BNSP, LSP yang pendiriannya sedang dirintis melalui Pusdikbang SDM termasuk dalam kategori lisensi LSP-P2. LSP ini berhak menjalankan program sertifikasi kompetensi profesi di dalam perusahaan tempat LSP berdiri untuk memenuhi permintaan assessment dari unit kerja lain sebagai klien. Sedangkan jenis skema sertifikasi kompetensi yang nantinya diselenggarakan oleh LSP Perum Perhutani adalah Skema Sertifikasi Berdasarkan Paket Kompetensi (Cluster), yaitu melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasi atas kelompok kompetensi yang masih termasuk dalam satu rangkaian proses kerja, misalnya cluster kompetensi sadapan getah
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
pinus mulai dari unit kompetensi perencanaan sadapan hingga melakukan penerimaan getah di TPG dan pengangkutan getah ke PGT. Hingga Nopember 2014, LSP Perum Perhutani telah menyusun 6 cluster modul uji kompetensi teknis, yaitu: Pertama, Unit kompetensi perisalahan hutan, meliputi kompetensi : menyusun perencanaan risalah, membuat petak ukur, melakukan pengumpulan data lapangan dan mengolah hasil risalah. Kedua, Unit kompetensi persemaian, meliputi kompetensi mempersiapkan materi semai dan media pada persemaian, membuat bedeng tabur dan sapih, menabur benih pada media tabur, menyapih semai, memelihara bibit, menyeleksi bibit siap tanam, membuat laporan kegiatan persemaian. Ketiga, Unit kompetensi pembuatan tanaman, meliputi kompetensi menyiapkan lahan, mengemas dan mengangkut bibit, merawat bibit jati, menanam bibit dan memelihara tanaman. Keempat, Unit kompetensi penjarangan jati, meliputi kompetensi : mempersiapkan pekerjaan penjarangan, membuat batas luar dan blok, melaksanakan pembuatan PCP di lapangan, menentukan pohon yang dimatikan dan membuat klem, melakukan pengecekan terhadap kegiatan penentuan pohon yang dimatikan di masing-masing blok. Kelima, Unit kompetensi tebang habis jati, meliputi kompetensi membuat perencanaan tebang habis hutan jati, mempersiapkan lapangan untuk tebang habis hutan jati, mempersiapkan pekerjaan tebang habis jati. Keenam, Unit kompetensi penyadapan pinus, meliputi kompetensi merencanakan kegiatan penyadapan getah pinus, mempersiapkan kegiatan penyadapan, melaksanakan penyadapan dan pemungutan getah, melakukan penerimaan getah di TPG
MEMBENTUK
6
REKOMENDASI
7
LSP
KOMITE TEKNIK
MENUNJUK ASSESSOR
LAPORAN ASSESSMEN
3
5
TEAM ASSESOR KOMPETENSI
ASSESSMEN 1 4
SURVAILEN
9
MENGAJUKAN PERMOHONAN
PESERTA di TUK
8 PEMBERIAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
2 MEMILIH TUK
PESERTA UJI KOMPETENSI Gambar 2. Proses Generik Uji Kompetensi Teknis
Gambar 2. Proses Generik Uji Kompetensi Teknis
dan pengangkutan getah di PGT. Sebagai satu-satunya badan penyelenggaraan sertifikasi profesi di Indonesia, Pendirian LSP di Perum Perhutani benar-benar harus sesuai standard BNSP. Dalam hal ini sifat LSP Perum Perhutani lebih kepada pelaksana uji kompetensi dan memberi rekomendasi kelayakan sertifikasi kompetensi bagi peserta uji kompetensi teknis yang dinyatakan “KOMPETEN”. Adapun sertifikat bagi yang bersangkutan tetap dikeluarkan oleh BNSP. Lebih jelasnya, proses generik uji kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP Perum Perhutani terlihat di Gambar 2. Pelaksanaan uji kompetensi diawali pengajuan permohonan dari peserta uji kompetensi kepada LSP Perum Perhutani. Berdasarkan permohonan tersebut, LSP menentukan tempat uji kompetensi dan assessor kompetensi teknis. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan assessment, pada tahap ini LSP memastikan dan menjamin bahwa proses penyelenggaraan assessment akan selalu memenuhi prinsip-prinsip assessment kompetensi teknis yaitu Valid, Reliable, Flexible, dan fair. Segera setelah selesai dilaksanakan,
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Assessor menyusun laporan hasil assessment kepada LSP. Berdasarkan laporan tersebut, LSP menunjuk komite teknik guna menyusun rekomendasi hasil assessment, lalu menyampaikan hasil assessment kepada BNSP. Penerbitan sertifikat menjadi kewenangan BNSP dan secara berkala LSP akan melaksanakan surveilen guna memastikan pemegang sertifikat kompetensi teknis telah memelihara kompetensi teknis yang dimiliki sebagai tahap peningkatan dan pengembangan kompetensi teknis selanjutnya. Hanya ada dua kemungkinan atas hasil uji kompetensi ini. Seorang peserta dinyatakan KOMPETEN (K) atau BELUM KOMPETEN (BK). Bagi peserta yang dinyatakan KOMPETEN, diharuskan memelihara kompetensinya, dan bagi peserta yang dinyatakan BELUM KOMPETEN diwajibkan melatih kemampuannya agar pada saatnya nanti diakui sebagai tenaga kerja yang KOMPETEN dan layak dipekerjakan/ ditugaskan sesuai kompetensi yang dipersyaratkan. Selamat bekerja LSP Perhutani! • DR *) Penulis adalah Kasi Knowledge Management dan Humas Pusdikbang Perum Perhutani
DUTA Rimba 71
WARISANRIMBA
Jati Denok
Dok. Kom PHT®2014
Nan Elok
Situs Budaya Jati Denok merupakan salah satu situs budaya hutan yang berada di wilayah Kabupaten Blora. Keberadaannya relatif masih terpelihara dengan baik. Bahkan, masyarakat setempat memanfaatkan situs budaya itu sebagai sarana untuk melakukan ritual dan kepentingan budaya lokal yang lain. Hal itu justeru kian menambah elok jati denok.
72 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
S
elain mengutamakan bidang produksi dan lingkungan, pengelolaan hutan secara lestari di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung juga memberikan perhatian utama bagi kepentingan masyarakat yang terkait dengan budaya lokal. Caranya antara lain dengan tetap mempertahankan situs budaya setempat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari potret kondisi sehari-hari di kawasan hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanjang yang merupakan miniatur lengkap kawasan hutan KPH Randublatung. BKPH Temanjang memiliki kawasan hutan seluas 2.598,7 Hektar yang terbagi menjadi 4 Resort Pemangkuan hutan (RPH). Keempatnya adalah RPH Jambean seluas 588,6 Hektar; RPH Gumeng seluas 630,7 Hektar; RPH Temetes seluas 601,2 Hektar; RPH Banyuurip seluas 772,2 Hektar. BKPH Temanjang terletak pada posisi LS 07‘.06“, BT 111⁰.22’ 31”. Dari sebaran luas tersebut, wilayah hutan BKPH Temanjang membawahi pangkuan 4 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Langgeng Jati Desa Tanggel, LMDH Sidodadi Mulya Desa Ngliron, LMDH Ngudi Karyo Desa Banjarejo, serta LMDH Jati Denok Lestari Desa Jatisari. Wilayah kerja BKPH Temanjang umumnya memiliki karakteristik tanah dengan jenis tanah margalit hitam, sedikit berbatu dan berhumus. Secara geografis, sebagian besar wilayah hutannya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Banjarejo Blora. BKPH Temanjang sangat memerhatikan pemeliharaan potensi hutan. Salah satu potensi hutan yang dijaga adalah keberadaan situs budaya. Situs Budaya jati Denok menjadi salah satu situs
budaya hutan yang menjadi kebanggaan di wilayah Kabupaten Blora. Demikian dikatakan Asper BKPH Temanjang, Margono. “Di wilayah BKPH Temanjang ini, potensi hutannya masih terjaga. Sebaran Kelas Umur atau KU di wilayah BKPH Temanjang ini masih lengkap. Mulai KU termuda sampai KU tertua masih bisa dijumpai di sini. Selain itu, kami juga mengakomodasi kepentingan masyarakat untuk memanfaatkan situs budaya sebagai sarana melakukan ritual serta kepentingan budaya lokal lain. Hal itu masih dipertahankan,“ urainya. Faktanya, saat ini ada 6 tempat yang dijadikan situs budaya oleh warga masyarakat di Kabupaten Blora. Semuanya termasuk ke dalam kawasan hutan BKPH Temanjang. Situs tersebut adalah Jati Gong, Jati Denok, Bale Kambang, Banyu Tes, Sendang Putri, dan Manganan. “Ada juga situs budaya yang digunakan sebagai pusat sedekah bumi bagi masyarakat sekitar hutan seperti di Situs Manganan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa hutan Dukuh Kaliwader Desa Ngliron, serta Situs Banyu Tes yang merupakan sumber mata air,” ucap pria kelahiran Mranggen, Demak, tersebut. Ada keunikan tersendiri dari situs-situs budaya tersebut. Masing-masing situs budaya itu memang punya ciri berbeda, namun umumnya semua memiliki satu kesamaan. Yaitu, sebuah fakta bahwa oleh sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar desa hutan, masing-masing situs budaya itu masih dipercaya sebagai tempat untuk melakukan nadar apabila keinginannya terkabul. Tengok saja misalnya di Situs Jati Denok. Di Situs Jati Denok ini, kita kerap dapat menemukan bekas-bekas sesaji yang diletakkan di bawah pohon tersebut.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Asal Usul Jati Denok Membicarakan BKPH Temanjang, tentu tak bisa lepas dari Jati Denok. Bagaimana tidak? Jati Denok sudah menjadi sebuah ikon penting kawasan hutan di BKPH Temanjang, Randublatung. Mengapa namanya Jati Denok? Secara etimologis, “Denok” berasal dari bahasa Jawa. Kata “Denok” merupakan kata yang identik dengan penampilan gadis cantik dengan tubuh sintal, padat berisi. Ungkapan tersebut dipandang sangat pas jika kita melihat pohon jati yang satu ini. Ia merupakan sebatang pohon jati besar dan kokoh dengan hiasan gembol yang tumbuh di sebuah kawasan hutan KPH Randublatung. Gembol yang berada di atas pangkal pohon serta alur kayu yang unik sehingga seakanakan kelihatan sudah mengeras dan membatu tersebut memberi kesan elok dengan sangat kuat. Sehingga, masyarakat setempat pun menamakan pohon jati tersebut “Jati denok”. Pohon itu tumbuh besar dan kokoh, dengan ukuran keliling batang bagian bawahnya mencapai 839 centimeter, dan tingginya menjulang hingga sekitar 30 meter. Lokasi persisnya terletak di Petak 62 RPH Temetes BKPH Temajang KPH Randublatung. Untuk memastikan ukuran keliling pohon Jati Denok, dibutuhkan enam orang dewasa yang saling bergandengan dengan tangan saling direntangkan. Dan seperti umumnya pohon besar berumur tua di Indonesia, Jati Denok pun tak lepas dari mitos di sekelilingnya. Beberapa pertanyaan yang muncul, antara lain adalah apakah pohon itu dulunya sengaja ditanam atau ia tumbuh dengan sendirinya? Mengapa pohon itu sampai sekarang tidak ditebang atau sengaja tidak ditebang? Dan sebagainya.
DUTA Rimba 73
Tentang pertanyaan kedua, kemungkinan besar karena faktor monumentalnya. Ada banyak cerita di seputar asal-usul jati denok. Dari cerita tutur tinular yang berkembang di masyarakat sekitar, ada banyak versi yang berkembang. Di antaranya adalah cerita tentang seorang punggawa keraton bernama Begede Katong, yang bermaksud melamar seorang putri di daerah Gumeng. Gumeng adalah nama sebuah daerah yang berada tidak jauh dari keberadaan pohon jati tersebut. Entah karena apa, lamarannya ditolak, sehingga ia pun pulang dengan tangan hampa. Di dalam perjalanan pulang, Begede Katong merasa lelah. Ia pun berhenti di bawah sebatang pohon jati yang berukuran cukup besar untuk istirahat. Saat istirahat, dia membayangkan kecantikan dan kemolekan putri Gumeng tersebut. Di dalam bahasa Jawa, diceritakan kecantikan putri Gumeng itu dengan sebutan Denok Deblong. Begitu tersadar dari lamunannya, Begede Kantong lantas memberinama pohon tempat dia beristirahat itu sebagai Jati Denok. Dari penuturan warga sekitar, sejak itulah pohon tersebut dikeramatkan hingga kini. Menurut versi lain, konon sebutan Jati Denok masih erat kaitannya dengan sejarah Kedung Putri Kedung Putri (nama sebuah situs budaya lokal, red). Kedung Putri adalah situs lokal berupa sebuah kedung atau kolam di tengah hutan. Pohon itu konon diinjak untuk dijadikan tumpuan oleh Pangeran Jonggrang Prayungan ketika ia ingin melihat kecantikan putri Citrowati dari negara Purwo Carito yang sekarang dikenal dengan Dusun Gumeng. Sampai sekarang, sekitar pohon tersebut masih dipercaya masyarakat sebagai tempat untuk mencari wangsit (petunjuk gaib, red) dari leluhur. Karena kesaktian yang dimiliki
74 DUTA Rimba
Dok. Kom PHTÂŽ2014
WARISANRIMBA
Situs Budaya Jati Denok.
Jonggrang Prayungan, pohon jati yang diinjak itu tidak kuat menahan beban di atasnya. Akhirnya pohon jati tersebut tertekan dan di bagian yang diinjak batangnya membesar membentuk tonjolan (gembol, red). Tonjolan itu terlihat dengan cukup jelas.
Cerita Mistis Jati Denok terletak di di Dukuh Temetes, Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, tepatnya di petak 62, RPH Temetes, BKPH Temanjang, KPH Randublatung. Lokasi tempat tumbuhnya Jati Denok dapat ditempuh dari KPH Randublatung ke arah Blora dengan jarak 26 Km, menyusuri kawasan hutan jati yang berada pada zona cekungan Randublatung yang diapit Kawasan Pegunungan Kendeng Utara dan Selatan. Entah karena lokasinya yang memang berada di ketinggian, pohon Jati Denok yang diperkirakan tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda itu sudah akan tampak tinggi menjulang dari jarak sekitar satu kilometer. Apalagi, kebetulan pohon jati yang tumbuh di sekitarnya berukuran kecil, sehingga Jati Denok itu semakin
tampak mencolok. Menurut warga setempat, pucuk pohon Jati Denok yang tinggi menjulang itu sempat terbakar pada sekitar empat tahun yang lalu. Tidak ada yang tahu apa penyebab pohon itu terbakar. Serta mengapa yang terbakar di bagian pucuk pohon. Tetapi anehnya, meski sempat terbakar, namun pohon itu tidak mati, bahkan sebaliknya justeru tumbuh kian bagus. Nah, hal itu pun kian menambah cerita mistis yang hidup di sekitar Jati Denok. Cerita-cerita beraroma mistis kian membuat pohon itu hingga saat ini dikeramatkan oleh warga sekitar. Indikatornya, di sekitar pohon selalu tampak ada beberapa bekas botol minyak wangi. Bahkan tampak pula bekas-bekas sesajen yang diletakkan di bawah pohon jati Denok. Menurut warga desa setempat, biasanya setiap Jumat banyak orang yang datang ke lokasi tumbuhnya Jati Denok. Jati Denok diperkirakan kini telah berusia lebih dari 350 tahun. Seiring berjalannya waktu, Jati Denok kini menjadi monumen hidup dan berdiri kokoh melengkapi kekayaan flora di
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Jati Denok adalah jati terbesar dan umurnya paling tua di Indonesia. Pohon jati monumental itu bisa jadi sudah cukup banyak diketahui orang. Namun boleh jadi tidak sedikit pula yang belum tahu tentang keberadaannya. kawasan hutan KPH Randublatung. Bahkan, Jati Denok sudah ditetapkan sebagai kekayaan warisan budaya oleh Pemkab Blora. Ia merupakan satu situs budaya lokal Blora. Perhutani KPH Randublatung pun sangat menyadari pentingnya posisi Jati Denok di tengah masyarakat sekitar hutan. Maka, untuk kenyamanan pengunjung, pihak Perhutani KPH Randublatung telah membangun selter yang cukup luas dengan lantai keramik. Keberadaan selter ini cukup membantu, karena di sana pengunjung dapat melepaskan kepenatan sambil menikmati segarnya angin semilir yang berhembus di sela–sela tanaman muda. Pihak Perhutani pun berupaya melestarikan pohon tua nan elok tersebut. Asper KBKPH Temanjang, Margono, mengatakan, beberapa tahun lalu pohon tersebut pernah diambil kultur jaringannya. Kultur jaringan itu selanjutnya dikembangkan dengan harapan akan ada pohon jati yang nantinya tumbuh menyerupai Jati Denok. Dari pengamatan lapangan di beberapa titik di sekitar situs tersebut, rata–rata tegakan pohon hutan masih terjaga dengan baik. Hal ini karena ada persyaratan teknis dari
Perusahaan bahwa kawasan di sekitar situs budaya yang ada di kawasan hutan, secara otomatis menjadi area Kawasan Perlindungan Setempat (KPS). Di hutan BKPH Temanjang, ada beberapa kawasan yang kita jaga kelestariannya, utamanya disekitar jurang, yang dijadikan sebagai KPS Jurang karena memiliki tingkat kecuraman sekitar 45 %. Pada kawasan ini dilakukan pengayaan tanaman dengan tanaman rimba campur yang mempunyai fungsi untuk pengamanan tanah serta tempat tinggal beberapa satwa jenis burung dan satwa lain yang ada. Sedangkan untuk kawasan mata air di situs Banyu Tes juga dilakukan penanaman dengan tanaman yang bersifat ever green semisal tanaman Ploso (Butea monosperma), Kesambi (Schleichera oleosa), dan lain–lain.
Penghasil Jati Wilayah Blora yang total luasnya 182.059 hektar, 90.417 hektar (49,66 %) di antaranya merupakan kawasan hutan. Sisanya kawasan permukiman, persawahan dan tegalan. Maka, tidak mengherankan begitu mendengar nama Kabupaten Blora, orang akan menghubungkan dengan penghasil kayu jati yang kualitasnya terbaik di dunia. Masih banyak pohon jati di Blora. Namun, seiring terjadinya aksi penjarahan saat awal reformasi silam, jumlahnya banyak berkurang. Dari sisa-sisa yang ada, memang masih ada yang layak dibanggakan. Selain Jati Denok, juga ada pohon jati alam yang ada di Gubug Payung di wilayah KPH Cepu. Di periode tahun 2007-2008, Blora mendapatkan dua rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran pohon jati. Yang pertama adalah sebatang pohon jati di kawasan Temengeng Kecamatan Sambong, tak jauh dari Gubug
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Payung, karena laku terjual Rp 1 miliar. Pohon jati berusia lebih dari 150 tahun itu dijual karena mati tersambar petir. Rekor kedua adalah – tentu saja – Jati Denok. Pohon jati berusia lebih dari tiga abad yang sampai saat ini masih hidup dengan gagahnya. Konon, Jati Denok adalah jati terbesar dan umurnya paling tua di Indonesia. Pohon jati monumental itu bisa jadi sudah cukup banyak diketahui orang. Namun boleh jadi tidak sedikit pula yang belum tahu tentang keberadaannya. Ini menjadi peluang untuk terus memasyarakatkannya. Untuk menuju lokasi tumbuhnya Jati Denok, dari Blora Kota memang jaraknya agak lumayan. Menuju arah Randublatung, pada sekitar kilometer 15, belok ke arah barat dengan jarak sekitar 7 kilometer. Tetapi, dari jalan raya Blora-Randublatung, begitu masuk kawasan hutan kondisi jalannya masih makadam dan naik turun. Sehingga, perlu dilakukan penataan serius jika ingin “menjual” Jati Denok kepada wisatawan. Perhutani sendiri pernah melakukan inventarisasi pohon jati tua. Hasilnya, pohon jati yang berumur lebih dari 150 tahun diketahui tumbuh di beberapa tempat. Di antaranya adalah 1.766 pohon yang tumbuh di Temengeng, serta ribuan pohon lainnya di kawasan hutan Padangan Jawa Timur, Randublatung, Gundih, Purwodadi, serta Surakarta. Keberadaan pohon-pohon jati itu dilindungi, sehingga tidak akan ditebang. Tempat tumbuhnya pohon jati tua itu pun lalu ditetapkan sebagai wilayah cagar alam, hutan lindung, maupun situs budaya lokal. “Wacana untuk lebih mengembangkan kawasan Jati Denok menjadi lebih baik memang ada, tentu saja tanpa mengubah fungsi hutan,” tandas Humas Perhutani Randublatung, Andan Subiyantoro. • DR
DUTA Rimba 75
ENSIKLORIMBA
Selasihan,
Wangi dan Bikin Kuat
S
elasihan termasuk salah satu jenis pohon dari suku Lauraceae. Ciri khas selasihan memang terdapat pada wanginya. Keharuman selasihan yang aromatis itu berasal dari kulit dan kayunya. Sehingga, kulit selasihan kerap digunakan untuk bahan pengharum makanan. Selain fungsi tersebut, kulit selasihan juga dijadikan sebagai bahan penguat (tonikum) dan obat untuk penyakit hati. Kayunya banyak diturunkan menjadi produk ekstrak. Minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstraksi kayu selasihan itu diketahui mengandung safrol yang digunakan untuk bahan obat dan bahan pembuatan sabun. Tetapi bukan hanya kulit dan kayunya yang bermanfaat. Akarnya juga digunakan untuk obat demam yang bisa dipakai oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Yang unik dari selasihan adalah, ternyata pohon pemilik nama ilmiah Cinnamomum partenoxylon ini juga dikenal dengan banyak nama. Nama lain selasihan antara lain adalah pohon kisereh (Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterman). Jenis pohon ini mempunyai nama sinonim yaitu Cinnamomum parthenoxylon (Jack), Cinnamomum Nees dan Cinnamomum sumatranum (Miq.)
76 DUTA Rimba
Mungkin banyak orang belum mengenal selasihan. Pohon selasihan punya wangi yang khas. Selain bersifat aromatis, pohon yang harganya mahal ini juga memiliki banyak kegunaan. Ia pun menyimpan prospek pasar yang menjanjikan. Sayang, kini keberadaannya semakin langka. Lantas apa lagi yang belum kita ketahui dari selasihan? Meiiner. Selasihan juga sering disebut dengan nama-nama daerah sesuai dengan tempat persebarannya. Nama-nama daerah pohon ini antara lain madang loso, gadis, kayu lada, medang lesa, medang sahang (Sumatera); kipedes, kisereh, selasihan (Jawa); marawali, merang, parari, pelarah, peluwari (Kalimantan); serta palio (Sulawesi). Ya, pohon selasihan memang tumbuh subur pada hutan primer dan sekunder di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sehingga, masyarakat di pulau -pulau tersebut mengenal pohon selasihan, kendati dengan nama yang berbeda-beda. Di wilayah Perum Perhutani, pohon selasihan antara lain dapat dijumpai di wilayah kerja KPH
Bondowoso. Di KPH Bondowoso, pohon selasihan bisa ditemui di hutan lindung RPH Kluncing BKPH Sumber Wringin dan RPH Wringin Tapung BKPH Bondowoso. Selasihan pun tumbuh secara berkelompok. Pohon ini dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim dan berbagai jenis tanah yang punya sistem drainase baik. Selain tumbuh secara alami di Indonesia, pohon selasihan terdapat juga di sejumlah negara antara lain India, Myanmar, Vietnam, Cina Selatan, Thailand, Malaysia dan Singapura. Tempat tumbuhnya tersebar pada daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan kisaran tinggi umumnya 10 2000 meter di atas permukaan laut. Masyarakat memanfaatkan selasihan, karena dikenal sangat
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHTÂŽ2014
cocok untuk digunakan sebagai bahan bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, dinding, kerangka pintu dan jendela, bahan pembungkus, alat olahraga, alat musik, perkapalan, kayu profil (moulding), dan berbagai jenis barang kerajinan. Karena memiliki harum aromatis yang terdapat pada kulit dan kayunya, kulit selasihan kerap digunakan untuk
pengharum makanan.
Sifat-Sifat Kayu Pohon selasihan umumnya berukuran sedang hingga besar. Tingginya dapat mencapai 35 - 45 meter, bebas cabang hingga 10 - 25 meter, dan dapat memiliki diameter 90 - 105 cm. Batangnya bundar, lurus, dan umumnya tidak berbanir. Permukaan pepagan (kulit batang)
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
berwarna kelabu atau kelabu coklat sampai krem, beralur dangkal merapat, mengelupas kecil-kecil, kulit dalam berwarna coklat kemerahan. Semakin ke dalam bagian kulit, warnanya menjadi merah muda atau putih. Pohon ini memiliki morfologi berdaun tunggal; kedudukan sedikit berhadapan atau spiral; tangkai silindris, panjang 1 - 3 cm; daun muda
DUTA Rimba 77
ENSIKLORIMBA
berwarna merah, dan berwarna hijau jika sudah tua; helaian daun tebal seperti kulit dan tidak berbulu, daun bentuk jorong atau bundar telur, berukuran 5 - 15 cm x 2,5 - 8 cm, dengan pinggir yang rata; ujung daun melancip pendek atau tumpul; serta pangkal bundar atau sedikit meruncing. Perbungaan majemuk pada ketiak daun dan umumnya di bagian dekat ujung ranting; panjangnya mulai 2,5 - 15 cm; bunga kecil, dengan mahkota bunga kuning muda; dan umumnya tidak berbulu. Buahnya berbentuk lonjong, buah muda berbentuk bulat berwarna hijau, berubah coklat kehitaman ketika buah sudah tua, diameter buah antara 0,8 - 1 cm. Pohon selasihan biasanya berbuah di bulan November. Di pulau Jawa, buah selasihan bisa didapatkan di antara bulan Juni sampai Desember. Buahnya sering dimakan oleh monyet, bajing, kelelawar pemakan buah, dan burung. Hal itu membuat bijinya tersebar. Setiap kilogram biji selasihan, jumlahnya bisa mencapai 20.000 butir. Tetapi harus diingat bahwa biji selasihan tidak dapat disimpan lama. Hal itu dikarenakan daya perkecambahannya cepat menurun. Ada yang istimewa pada kayu
78 DUTA Rimba
Peluang Usaha
Dok. Kom PHTÂŽ2014
Harga selasihan terbilang cukup mahal. Hal itu dapat dimengerti, mengingat keberadaan selasihan yang kini sudah semakin langka.
tergolong kelas II. Sedangkan sifat pembentukannya tergolong kelas I (baik - sangat baik). Sehingga, kayu ini sangat cocok untuk moulding. Sifat pengupasannya baik. Selasihan dapat dikupas dalam keadaan segar. Sifat perekatannya juga baik. Susut venirnya 6,93% dan pengembangannya 3,62%. Kayu lapis yang dihasilkan pun memenuhi standar SNI.
selasihan. Yaitu, kayu gubal tebal 2 - 9 cm berwarna kuning muda, kayu teras dengan batas jelas, warna coklat kemerah-merahan mengkilat atau coklat kekuningkuningan. Tekstur kayu agak halus atau agak kasar dan merata, arah serat lurus, agak bergelombang atau berpadu, permukaan kayu mulai agak licin sampai licin, tidak jarang terasa berlemak, permukaan kayu mengkilap nyata dan indah. Jika masih segar, selasihan berbau aromatis. Namun, wangi aromatis itu lambat laun akan menghilang dan akan muncul kembali jika dibuat sayatan baru. Kayu selasihan termasuk kelas awet III, kayunya sukar diawetkan. Retensi pengawetan dengan CCB: 3,2 kg/m3. Kayu selasihan tergolong kelas kuat II - III, berat jenis kering udara rata-rata 0,63 (0,40-0,86), keteguhan lentur (tegangan pada batas patah) dalam keadaan kering udara 848 kg/cm2, modulus elastisitasnya 74.830 kg/cm2. Kayu selasihan umumnya mudah dikeringkan, penyusutan sampai kering tanur (oven) 3,3 % (radial) dan 5,7% (tangensial). Rendemen penggergajian kayu kisereh basah adalah 65%. Sifat pengetaman, pengamplasan, dan pembubutan,
Harga selasihan terbilang cukup mahal. Hal itu dapat dimengerti, mengingat keberadaan selasihan yang kini sudah semakin langka. Dua fakta tersebut membuat peluang usaha untuk membudidayakannya memiliki potensi yang besar. Jika ingin mencoba membudidayakannya, Anda perlu melalui tahap pertama untuk pengadaan bibit. Ada beberapa cara yang bisa digunakan yaitu secara generatif dan vegetatif. Pengadaan bibit secara generatif dilakukan dengan menyemaikan benih/biji di persemaian atau mencabut anakan alam untuk dipelihara di persemaian. Bisa juga dengan mencabut anakan alam untuk dipeliharan di persemaian sampai bibit siap tanam. Sedangkan pengadaan bibit secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek. Benih/biji yang matang (sudah dikeluarkan dari dalam buah) dan tidak cacat dapat ditanam langsung pada medium pertumbuhan bibit. Cara lain adalah dengan mengecambahkan benih dalam bak perkecambahan yang berisi medium tanah dan pasir dengan perbandingan volume 1:1. Setelah kecambah cukup berumur untuk dipindah, ia disapih ke medium pertumbuhan. Bibit dalam wadah ditempatkan di bawah naungan. Medium pertumbuhan bibit berupa campuran tanah lapisan atas dan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
yang permudaannya kurang, dapat dilakukan dengan pembebasan tajuk secara vertikal dan horizontal yang akan banyak membantu pertumbuhan permudaan alam. Pemeliharaan tanaman pada areal semak belukar dilakukan dengan cara membabat belukar dan membersihkan tanaman merambat yang melilit batang. Selanjutnya dilakukan penjarangan tanaman yang terlalu rapat dengan cara menebang tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Penanaman ex situ (di luar habitatnya) tergolong lambat. Hal ini bisa dibuktikan bila membandingkan tanaman yang tumbuh di hutan. Tanaman yang masih muda lebih baik di tempat yang mendapat
Pola Tanam Pada areal hutan sekunder yang berupa semak belukar, persiapan penanaman dilakukan dengan pembersihan lahan. Jarak tanam yang umum digunakan 3 x 3 m. Lubang tanam dibuat 30 x 30 cm, dan sebaiknya ditambahkan kompos. Saat melakukan penanaman bibit, perlu diperhatikan karena tidak boleh terlalu dangkal atau pun terlalu dalam, tetapi sebatas leher akar. Bibit dibuka dari wadahnya sehingga tidak ada akar yang terlipat. Jika ada akar yang terlalu panjang, dapat dipotong sebagian. Pengayaan jenis di hutan alam
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
naungan daripada di tempat terbuka. Pertumbuhan jenis ini termasuk cepat. Pada tanaman percobaan umur 24 - 28 tahun di Jawa mempunyai riap tinggi 0,7 - 1,0 m/ tahun dan riap diameter batang 1,2 cm/tahun. Pada umur 20 tahun, diameter pohonnya sekitar 24 cm. Sementara itu, di Arboretum Manggala Wanabakti Jakarta, pohon kisereh memiliki diameter 62 cm pada umur 23 tahun. Nah, kita sudah mengetahui manfaat pohon selasihan. Maka, tidak ada salahnya Anda mencoba peluang bisnis dengan membudidayakan selasihan. Sebab, sampai saat ini kayu selasihan hanya terdapat di hutan alam. Tertarik? Coba saja! • DR
Dok. Kom PHT®2014
kompos dengan perbandingan 3:2. Pemeliharaan bibit selama proses persemaian dilakukan dengan menyiram bibit setiap pagi hari dan menjaganya dari serangan hama. Pengadaan bibit dari cabutan anakan hasil permudaan alam dilakukan dengan mengambil anakan yang jumlah daunnya 2 sampai 5 lembar dan tingginya kurang dari 15 cm. Bibit dari benih maupun bibit asal anakan alam siap tanam setelah tingginya sekitar 40 cm. Sebelum dipindahkan ke lapangan, bibit terlebih dahulu dibiasakan dalam kondisi kering dengan mengurangi jumlah air yang disiramkan selama lebih kurang 2 minggu. Bahan stek diambil dari tunas akar atau tunas terubusan dan tunas batang bagian atas (tunas orthotrop). Bahan stek dipotong sepanjang sekitar 8 cm, dengan dua daun yang dipotong dua pertiganya. Medium stek dapat berupa tanah lapisan atas, gambut, pasir atau campuran gambut : vermikulit : perlite = 1 : 1 : 1 (v/v). Stek dioles dengan hormone penumbuh akar pada bagian pangkalnya, kemudian ditanam pada medium. Stek ditempatkan dalam sungkup plastik yang dinaungi paranet.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum partenoxylon (Jack.) Meissn
DUTA Rimba 79
RIMBADAYA
Lele Lincah
Pembawa Berkah
P
ria itu bernama Katidjo. Ia lahir di Ngawi, 25 Desember 1965. Kini, ia adalah seseorang lelaki yang sukses mengelola usaha budi daya ikan lele. Apalagi sejak ia aktif sebagai anggota LMDH Wonodadi Lestari. Ayah satu anak ini betulbetul serius menggeluti usaha pengembangbiakan ikan lele. Keseriusan itu ia tunjukkan dengan menjadikan lahan di rumahnya yang berada di Dusun Tumang, Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, selain sebagai tempat tinggal, juga sekaligus ia manfaatkan sebagai ladang mencari nafkah. Ya, ia menyulap halaman rumahnya menjadi beberapa kolam untuk tempat membiakkan ikan-ikan air tawar yang lincah itu. Aktivitas pembudidayaan lele-lele lincah itu pun kemudian menjadi lapangan pekerjaan buat Katidjo. Areal budi daya ikan lele milik Katidjo yang terletak di halaman rumahnya itu sebenarnya tidak terlalu luas. Ukurannya hanya 16 x18 meter yang dibagi menjadi beberapa buah kolam. Semua kolamnya memiliki kedalaman yang sama yaitu satu meter. Namun, ia toh mampu memanfaatkan areal kolam yang tak terlalu luas itu dengan baik, sehingga mendatangkan hasil yang maksimal. Omzet dari usaha budi daya ikan lele ini cukup menjanjikan. Menurut
80 DUTA Rimba
Totalitas menekuni pekerjaan akan membawa pelakunya pada kesuksesan. Apa pun pekerjaan itu. Termasuk mengelola usaha budi daya ikan lele. Dan pria asli Ngawi ini telah membuktikan hal itu. Katidjo, dalam sekali panen, ia bisa mencapai omzet hingga Rp 15 juta. Keuntungan bersih yang didapatkan oleh Katidjo dari omzet sebesar itu mencapai kurang lebih Rp 3,5 juta. Keuntungan itu didapatkan dari taburan 10.000 ekor ikan, dengan tenggang waktu 2,5 bulan. Padahal, dalam satu tahun lele bisa dipanen terus menerus secara bergiliran minimal 4 kali. Katidjo pun tampaknya telah sejak dini memerhitungkan jalannya usaha yang ia rintis. Pembuatan kolam pun terlihat memiliki konsep tersendiri, kendati letaknya hanya di pekarangan rumah. Konsepnya adalah pemanfaatan lahan yang sangkil dan mangkus (efisien dan efektif, red). Karena kolam-kolam tersebut dibuat dan dikelola dengan desain yang seefektif dan seefisien mungkin, Katidjo dapat melakukan pekerjaan lanjutan dengan optimal. Pekerjaan-pekerjaan semisal memberi makan ikan lele, menguras kolam, serta membersihkan kolam dapat dilakukan sendiri atau dibantu istrinya. Jadi, usaha Katidjo sangat
efisien karena tidak memerlukan tenaga kerja tambahan. Sedangkan untuk kegiatan pemanenan, biasanya tengkulak yang datang sudah membawa tenaga sendiri. Sehingga, dapat dikatakan biaya operasional usaha budi daya ikan lele Katidjo adalah nol.
Kualitas Sama Usaha budi daya ikan lele milik Katidjo dimulai pada sekitar 5 tahun yang lalu. Mengapa memilih lele sebagai obyek budidaya? Sebab, menurut Katidjo, ikan lele adalah salah satu bahan pangan yang praktis untuk diolah, dapat dikonsumsi hanya dengan menggoreng. Bisa pula dengan menjadikannya sebagai keripik. Selain itu, ikan lele juga memiliki banyak peminat atau konsumen, sedangkan pemeliharaannya tidak terlalu sulit. Sejak awal, Katidjo sudah memerhitungkan jumlah maksimal ikan lele yang bisa ditabur di kolamnya adalah 12.000 ekor. Maka, hal pertama-tama yang ia lakukan adalah mengadakan bibit ikan lele.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 81
Bibit ikan lele ia beli dan ia taburkan ke kolam yang berukuran 3 x 5 meter. Kendati masih kecil, bibit ikan lele itu sudah menunjukkan kelincahannya bergerak. Sebulan kemudian, lele-lele tersebut ia sortir lalu ia pindahkan ke kolam penggemukan yang berukuran lebih besar, yaitu 8 x 10 meter. Ada tiga kolam yang berukuran besar. Masing-masing kolam lalu diisi dengan kategori ukuran lele berdasarkan hasil sortiran tersebut. Yaitu lele yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Katidjo menjelaskan, kegiatan penyortiran lele tersebut dilakukan bukan untuk membuat perbedaan harga, melainkan untuk perbedaan perlakuan. Jadi, nantinya ikan lele yang berukuran kecil pemberian pakannya akan lebih diperhatikan supaya bisa menyusul pertumbuhan lele-lele yang besar. Sehingga, saat tiba masanya lele-lele tersebut dipanen, kualitas lele menjadi sama bagusnya. Di dalam sehari, ikan lele diberi makan sebanyak 2 kali, yaitu pagi dan sore hari. Harga pakan juga bervariasi, tergantung jenisnya. Semakin tua umur ikan, harga pakan juga semakin murah. Namun, kuantitasnya juga semakin besar. Katidjo menerangkan, terdapat perbedaan perlakuan pemberian pakan bagi lele. Di usia 0 – 2 minggu, jenis pakannya adalah pengli atau semacam pur/bubuk udang. Di usia 2 – 3 minggu, jenis pakannya adalah PF 500. Saat usia 3 minggu – 1 bulan, jenis pakannya adalah PF 1000. Jenis pakan lele saat usianya 1 – 1,5 bulan adalah LP 1. Di usia 1,5 – 2 bulan jenis pakan untuk ikan lele tersebut adalah LP 2. Sedangkan di usia 2 bulan dan seterusnya jenis pakannya adalah LP 3. Pemberian pakan menjadi satu hal yang perlu betul-betul diperhatikan. Sebab, lele termasuk
82 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2014
RIMBADAYA
binatang kanibal. Jika kelaparan, lele dapat memakan sesama lele yang lain. Sehingga, pemberian pakan tambahan akan mencegah hal tersebut terjadi. Dalam hal ini, limbah peternakan unggas semisal ayam tiren (mati kemaren, red) bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan tambahan bagi lele. Hal itu juga memberikan keuntungan tersendiri bagi peternak unggas yang ada di desanya. Sebab, dengan demikian, para peternak unggas juga tidak perlu repot-repot membuang atau membakar limbah berupa ayam-ayam tiren tersebut. Saat ini, Katidjo memliki rekanan dalam hal pengadaan bibit, pakan, maupun untuk mengatasi masalah pemasaran. Dalam pengadaan bibit biasanya rekanan Katidjo berasal dari golongan penjual pakan ternak. Perusahaan sengaja menciptakan pakan sekaligus menyediakan bibit ikan yang sesuai (berpasangan) untuk mendapatkan keuntungan ganda. Caranya adalah dengan menarik minat para petani untuk membeli bibit ikan dan pakan sekaligus, agar pertumbuhan ikan menjadi bagus. Bibit ikan dijual
satuan, sedangkan pakan ikan dijual secara kiloan. Dalam hal pemasaran, lele-lele yang sudah siap panen tersebut biasanya langsung diambil oleh tengkulak yang bekerjasama dengan LMDH, sehingga Katidjo tidak mengalami kesulitan memasarkan produknya pada saat harga naik maupun turun. Pria sederhana ini sebenarnya tidak menjual lele secara eceran. Namun, jika ada tetangga yang membutuhkan dalam jumlah kecil, ia akan menjual ikan lele dengan harga pasar yang tengah berlaku saat itu. Kisaran harga lele per kilogram saat ini adalah 16.000 rupiah. Saat ditanya tentang hambatan ataupun kesulitan dalam mengelola budi daya ikan lele yang ia tekuni, Katidjo menjelaskan, selama ini ia belum pernah dan berharap tidak akan pernah mengalami hambatan yang berat semisal wabah penyakit, kekurangan air, dan lain sebagainya. Semua itu menurut dia karena usaha budi daya lele memang memerlukan ketelatenan dan kejelian peternak dalam memahami perilaku si ikan, sehingga hal-hal negatif tersebut bisa dicegah. Misalnya dengan mengamati
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
perilaku lele. Jika mulai banyak lele yang menyembul ke permukaan, berarti ada masalah dengan kondisi air di kolam tersebut sehingga harus segera diganti. Caranya cukup mudah, yaitu air kolam dibuang sampai tersisa seperempat bagian saja, kemudian ditambahkan lagi dengan air yang baru sampai penuh.
Anggota LMDH Katidjo juga dikenal sebagai Anggota LMDH yang aktif. Pria asli Ngawi ini adalah sekretaris LMDH Wonodadi Lestari. LMDH tersebut sudah menjadi Mitra Binaan Perum Perhutani sejak tahun 2008. LMDH Wonodadi Lestari tempat Katidjo bernaung berdiri pada tahun 2006 di Desa Jenggrik. Katidjo menceritakan, dulu kegiatan LMDH Wonodadi Lestari bergerak di bidang peternakan. Namun, ternyata perkembangannya kurang berhasil. Sehingga usaha LMDH tersebut pun diubah menjadi sektor perikanan, yaitu budidaya ikan lele. Tak dinyana, justeru kegiatan di sektor perikanan itu membawa LMDH Wonodadi Lestari berjalan maju. Katidjo mengenal PKBL dari seorang Mandor RPH Sidowayah bernama Heri Sujianto. Menurut Katidjo, Heri Sujianto adalah orang yang memberi informasi dan pendampingan terus menerus buatnya, bahkan sampai ke urusan verifikasi provinsi. Katidjo pertama kali mendapat bantuan dari PKBL pada tahun 2009. Jumlahnya kala itu sebesar Rp 5 juta, dan telah lunas pada tahun 2011. Katijdo mendapat jumlah yang lebih besar pada pinjaman kedua, yaitu Rp 20 juta dan akan lunas akhir tahun ini. Suami dari Suparti ini lantas menceritakan, usaha budi daya ikan lele miliknya benar-benar hanya bermodal dari bantuan PKBL ditambah sedikit tabungannya.
Selebihnya adalah kerja keras yang mengiringi pengelolaan usahanya. Menurut Katidjo, asal memiliki niatan yang kuat, maka sekecil apapun modal usaha berupa uang yang kita miliki, kita pasti akan berhasil mewujudkan usaha yang kita citacitakan. PKBL menjadi pilihan Katidjo untuk mendapatkan modal, karena PKBL menurut dia memiliki kelebihan yaitu bunganya lebih rendah dibandingkan pinjaman dari instansi lain. Tetapi, memang secara nominal, pinjaman yang ia dapatkan dari jalur PKBL lebih kecil ketimbang instansi lain. Namun, hal itu tak menjadi kendala buatnya. Katidjo lantas bercerita, ia pernah mendapatkan pinjaman dari sebuah bank. Bahkan ia mengaku sampai sekarang pun masih sering ditawari pinjaman bank, tetapi Katidjo merasa sudah tidak perlu lagi tambahan pinjaman. Berkat Perhutani yang memberikan kesempatan kepada mitra binaan untuk mengikuti seminar pengembangan usaha seperti yang pernah diadakan di Yogyakarta tahun 2012, kini manajemen usaha Katidjo menjadi bagus. Perum Perhutani meninggalkan kesan dalam hati Katidjo, yaitu bahwa programprogramnya selama ini selalu sampai kepada mereka yang ada di desa,
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Perum Perhutani meninggalkan kesan dalam hati Katidjo, yaitu bahwa programprogramnya selama ini selalu sampai kepada mereka yang ada di desa. Katidjo Pengelola usaha budi daya ikan lele Anggota LMDH Wonodadi Lestari
keamanan hutan juga terjaga, serta dengan adanya program PKBL ini menunjukkan bahwa Perhutani sangat peduli terhadap kesejahteraan masyarakat desa hutan. Katidjo lantas menyelipkan pesan, apapun program yang datang dari Perhutani, semoga selalu sampai kepada masyarakat desa seperti dirinya. “Dan semoga kerja sama ini dapat berlangsung terus, serta jika diperbolehkan semoga nominal dana bantuan PKBL dapat diperbesar,” tuturnya. Toh Katidjo masih memiliki impian yang ingin segera ia wujudkan. Disamping budi daya lele, Katidjo ingin mencoba usaha penggemukan sapi supaya kegiatannya tidak monoton. Demi mewujudkan keinginannya mencoba usaha penggemukan sapi, ia bermaksud mengajukan pinjaman yang lebih besar kepada Perum Perhutani. Selain itu, ia juga ingin mengembangkan usaha istrinya yaitu pembuatan tas dan egg roll. “Semoga semua dapat berjalan beriringan secara lancar,” ujarnya sembari tersenyum, menutup pembicaraan. • DR
DUTA Rimba 83
Dok. Kom PHT®2014
BISNISRIMBA
84 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Penyelamatan
Lahan Kritis dan Peluang Bisnis Berawal dari kepedulian terhadap lingkungan, penanaman pohon buah pun dilakukan. Perhutani pun kepedulian itu dan memberikan peluang besar untuk menindaklanjutinya. Kawasan perlindungan pun kembali hijau.
L
ahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga fungsinya berkurang sampai batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang berkungan itu adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah. Lahan kritis dapat disebabkan oleh banyak faktor. Antara lain adalah terjadinya longsor dan
letusan gunung berapi, banyaknya aksi penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan, pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berasaskan kelestarian, penataan zonasi kawasan belum berjalan, pola pengelolaan lahan tidak konservatif, serta pengalihan status lahan karena berbagai kepentingan. Umumnya, lahan kritis terdapat di daerah pegunungan atau di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu. Ciri utamanya antara lain adalah lahan berlereng terjal, sedikit atau tanpa vegetasi penutup tanah alias lahan gundul, adanya tanda-tanda lahan telah tererosi, dan tanah berwarna merah karena
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
lapisan atasnya telah tererosi. Itulah yang terjadi di kawasan hutan yang termasuk wilayah kerja RPH Puncak, BKPH Cianjur, KPH Cianjur. Khususnya di hutan yang secara administratif berada di Desa Cibanteng, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur ini. Aksi penjarahan hutan oleh oknum masyarakat dengan titel “hutan untuk rakyat” pada awal era reformasi membuat kawasan itu terancam kritis. Sebab, setelah menjarahi dan menebangi pohon-pohon, mereka meninggalkan hutan itu karena dianggap sudah lagi produktif, untuk kemudian merambah wilayah hutan yang lain.
DUTA Rimba 85
Dok. Kom PHT®2014
BISNISRIMBA
Salah satu usaha bibit tanaman H. Nurdin
Akibatnya, kawasan hutan itu menjadi kawasan hutan yang secara ekologis sangat rapuh. Bahkan sempat terjadi longsor di lahan yang kemiringannya nyaris 40 derajat itu. Lahan yang semula hijau oleh pepohonan rimbun lantas berubah menjadi hutan alang-alang. Tentu hal ini memicu munculnya kepedulian. Dan kepedulian itu pun tumbuh di hati Haji Nurdin. Lelaki kelahiran 14 Mei 1945 itu melihat, terjadinya lahan kritis di sekitar tempat tinggalnya di Desa Cibanteng. Sebab, kekritisan lahan itu dapat menyebabkan kerusakan fisik, kimia, dan biologi tanah. Pria yang kurang fasih berbahasa Indonesia itu mungkin tak dapat merumuskan pemikirannya secara akademik. Tetapi, secara naluriah ia memandang perlu adanya upaya dan solusi untuk mengurangi lahan kritis yang ada di depan matanya. Yaitu dengan melakukan reklamasi dengan membuat tanaman penghijauan, penanaman tanaman semusim, dan pembuatan teras. Namun yang terpikir jelas di kepalanya saat itu adalah menanami dengan pohon-
86 DUTA Rimba
Apa yang dilakukan Haji Nurdin sejalan dengan upaya Perhutani. Itu sebabnya, Perhutani memberikan dukungan sangat besar kepadanya. pohon buah-buahan. “Awal tahun 1999 saya mulai menanami lahan hutan yang sejak penjarahan tahun 1998 menjadi hutan alang-alang. Ada banyak pohon yang saya tanam. Ada pala, kopi, cengkeh, petai, durian, manggis, menteng, coklat, dan lainlain. Awalnya bibit pohon-pohon itu saya beli dari Ciawi, Bogor. Lalu saya mengembangkannya lagi menjadi banyak dan menanamnya kembali,” kisahnya.
Sambut Positif Penanaman pohon yang bermula dari kepedulian Haji Nurdin itu mendapat sambutan positif Perum Perhutani KPH Cianjur. Haji Nurdin berkisah, seorang Petugas PKBL dari KPH Cianjur bernama Budi memandunya untuk berbuat lebih
banyak dan menghasilkan lebih baik. Budi mengabarkan tentang keberadaan Program PKBL dari Perhutani. Haji Nurdin tertarik dan mengajukan proposal. Ia pun beroleh modal awal sebesar sepuluh juta rupiah. “Waktu itu Pak Budi melihat Pak Haji Nurdin sebagai seorang pelopor pemeliharaan lingkungan,” kata Abun Gana, KSS PHBM Perum Perhutani KPH Cianjur. Abun menuturkan, apa yang dilakukan Haji Nurdin sejalan dengan upaya Perhutani. Itu sebabnya, Perhutani memberikan dukungan sangat besar kepadanya. Di sisi lain, sebagai institusi bisnis, Perhutani juga perlu memandang peluang bisnisnya di masa depan. Dan peluang itu pun terlihat. Sebab, modal sepuluh juta rupiah dana
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
H. Nurdin saat menerima Duta Rimba di rumahnya.
PKBL tadi telah membuat tanaman buah kian bertumbuhkembang. Kini ada 51 jenis tanaman yang dikembangkan di bekas lahan kritis Desa Cibanteng itu. dari 51 jenis tanaman buah tersebut, potensi dan peluang bisnisnya cukup besar. Hal itu tercermin dari proyeksi Abun Gana. “Bayangkan, saat ini harga kulit manggis di pasaran adalah Rp 30.000 per kilogram. Artinya, 1 ton bisa mencapai harga Rp 30.000.000. Itu baru dari tanaman manggis. Tanaman buah yang lain juga menyimpan potensi bisnis yang besar. Sedangkan saat ini di kawasan tersebut telah ada ribuan pohon dengan 51 jenis tanaman buah yang dikembangkan,” katanya. Secara hitungan kasar memang demikian. Namun, tentu laba secara materi seperti itu tak akan terlihat dalam waktu dekat. Dan Abun pun mengiyakan hal itu. “Memang, hasilnya belum bisa terlihat sekarang. Tetapi dua atau tiga tahun ke depan sedikit demi sedikit hasilnya akan kita lihat. Ini peluang bisnis yang terdapat dari upaya penyelamatan lahan kritis,” ujarnya.
Tetapi, Abun menegaskan, peluang bisnis itu harus dijaga agar tetap memerhatikan fungsi utamanya yaitu sebagai penyelamatan lahan kritis. Apalagi, letak hutan tersebut termasuk kawasan perlindungan yang harus dijaga betul dari kemungkinan kerusakan fisik. Maka, pihaknya akan tetap menjaga koordinasi untuk menjaga hal itu tetap terkondisi, terutama dengan Haji Nurdin sebagai Mitra Perhutani. “Karena itu, lahan yang telah diolah dengan penanaman tanaman buah ini akan terus dijaga agar tidak dirusak. Pohon-pohonnya tidak akan ditebang. Pengambilan buah juga akan dikontrol sehingga tidak mengganggu pertumbuhan pohonnya. Semua dilakukan untuk menjaga fungsinya tetap sebagai perlindungan lahan,” tegasnya.
Perintis Lingkungan Aksi peduli lingkungan Haji Nurdin itu pun melahirkan apresiasi dari pemerintah daerah setempat. Di tahun 1998, Haji Nurdin mendapatkan Piagam Penghargaan dari Bupati Cianjur sebagai Perintis Lingkungan. Di piagam tersebut tertulis,
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
penghargaan itu diberikan karena aksi Haji Nurdin mengolah lahan kritis dengan tanaman buah-buahan. “Sebenarnya saya tidak punya keinginan yang terlalu muluk. Saya hanya ingin daerah resapan air menjadi normal,” ujar Haji Nurdin. Haji Nurdin yang kini tercatat sebagai Anggota LMDH Karyamukti itu pun berujar, masih ingin meningkatkan kemampuan dalam penggarapan lahan. Sebab, ia melihat potensi lahan yang ada di sekitarnya itu masih demikian besar tetapi belum sepenuhnya dapat dioptimalkan. Sementara untuk dirinya pribadi, ia menyebut keinginan untuk beternak ayam di pekarangan rumahnya. “Saya berharap agar Perhutani memberikan pelatihan tentang bagaimana cara mengoptimalkan lahan yang ada agar mendatangkan hasil yang lebih baik,” ucapnya. Keinginan dan tindakan manusia dalam melindungi lingkungannya yang berharga mungkin telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namun, langkah yang telah dilakukan tetap harus diapresiasi. Sekecil apapun langkah itu. • DR
DUTA Rimba 87
POJOKKPH
KPH Purwodadi
Optimalisasi Asetnya
S
Dok. Kom PHT®2014
Pengembangan bisnis dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah senantiasa mencoba memasuki semua potensi pasar yang ada. Caranya, antara lain mengoptimalkan aset yang dimiliki dan mengembangkannya menjadi salah satu jalan meningkatkan pendapatan.
alah satu cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki tersebut dicontohkan oleh Perum Perhutani KPH Purwodadi. Salah satu KPH yang berada di bawah pengelolaan Divisi Regional Jawa Tengah itu kini mengoperasikan wahana pencucian mobil dan sepeda motor bertajuk
Tectona Car Wash KPH Purwodadi.
88 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
“Tectona Car Wash”. Menurut Wakil Administratur / KSKPH Purwodadi, Ronny Merdyanto S.Hut, Tectona Car Wash kini menjadi pengembangan usaha yang cukup menjanjikan karena potensinya cukup besar. “Didirikannya tempat pencucian mobil dan motor ini adalah bentuk pengembangan usaha untuk menambah penghasilan di luar usaha pokok,” tutur Ronny Merdyanto yang juga bertindak selaku Ketua Tim Pengembangan Usaha Perum Perhutani KPH Purwodadi. Tectona Car Wash merupakan hasil investasi dari Divisi Regional Jawa Tengah. Proses pendiriannya dicapai melalui Rapat Tim Pengembangan Usaha. Sebelum rapat dilakukan, langkah pengembangan usaha tersebut diawali survey tentang bidang usaha yang terbilang punya potensi besar di wilayah Purwodadi dan sekitarnya. Hasil survey menyebutkan bahwa usaha pencucian mobil yang berada di Purwodadi selalu dipenuhi konsumen. Setiap harinya banyak kendaraan antre di setiap tempat pencucian. Diprediksi pula, jumlah mobil dan sepeda motor akan semakin banyak. Hal itu merupakan potensi besar, sehingga optimisme pun menyala bahwa usaha tersebut di masa depan akan sangat menguntungkan. Saat ini, Tectona Car Wash memiliki dua pompa hidrolis. Tempat pencucian tersebut juga dilengkapi fasilitas Ruang Tunggu ber-AC dan Tempat Karaoke, sehingga konsumen dapat merasakan kenyamanan saat menunggu kendaraan mereka dicuci. Kegiatan operasionalnya dijalankan oleh 3 orang tenaga cuci dan 1 orang tenaga kasir. Mereka diberi honor lewat sistem bagi hasil, dengan perhitungan 60% dari total keuntungan untuk Perum Perhutani dan 40% untuk tenaga operasional tersebut.
KPH Purwodadi sendiri berada di ketinggian antara 0 – 500 meter di atas permukaan laut, dengan topografi datar sampai dengan curam. Menurut pembagian derajat geografis bumi, KPH Purwodadi terletak di antara 110 derajat 32` dan 111 derajat 13` Bujur Timur, serta 6 derajat 43` dan 7 derajat 6` Lintang Selatan. Wilayah kerja KPH Purwodadi memiliki luas 19.636,5 Hektar yang seluruhnya merupakan Kelas Perusahaan Jati. Secara klimatologis, KPH Purwodadi berada pada kawasan dengan perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau. Perbandingan bulan basah dengan bulan kering di KPH Purwodadi antara 33% sampai dengan 60%, sehingga termasuk dalam iklim Tipe C (Schmidt and Fergusson). KPH Purwodadi membawahi 8 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), yaitu Penganten, Jatipohon, Linduk, Pojok, Samborejo, Tumpuk, Karangasem, dan Bandung. Pengelolaan 8 BKPH tersebut dibagi dalam tiga Bagian Hutan (BH), yaitu BH Grobogan (meliputi BKPH Penganten, Jatipohon dan Linduk), yang memiliki 203 petak dengan total luas 8.769,7 Hektar; BH Sambirejo (BKPH Pojok, Sambirejo dan Tumpuk), dengan 158 petak seluas total 6.452,1 Hektar; serta BH Kradenan Utara (BKPH Karangasem dan Bandung), sejumlah 132 petak dengan total luas 4.414,7 Hektar. Secara administratif, 17.901 Hektar kawasan hutan KPH Purwodadi termasuk wilayah Kabupaten Pati seluas 1.199,9 Hektar (6,11%) dan Kabupaten Grobogan seluas 18.436,6 Hektar (91,16%). Hal ini menunjukkan bahwa bagian terluas dari kawasan hutan KPH Purwodadi (91.16%) terletak di Kabupaten Grobogan. Kabupaten Grobogan yang memiliki luas 1.975,86 Hektar tersebut terbagi dalam 19 wilayah
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
kecamatan, sedangkan yang terkait atau berdekatan dengan KPH Purwodadi ada delapan kecamatan, yaitu Wirosari, Tawangharjo, Ngaringan, Kelambu, Brati, Grobogan, Godong, dan Purwodadi. Sedangkan wilayahnya yang termasuk Kabupaten Pati terdiri dari dua kecamatan, yaitu Sukolilo dan Kayen. Ada lagi satu wilayah yang secara administratif berada di bawah Kabupaten Kudus yang berdekatan dengan KPH Purwodadi, yaitu Kecamatan Undaan. KPH Purwodadi saat ini memang tengah gencar melakukan upaya optimalisasi aset. Selain aktif mengoperasikan Tectona Car Wash, upaya peningkatan penghasilan KPH Purwodadi dilakukan juga dengan melakukan optimalisasi aset yang lain. Di antaranya adalah dengan mengoperasionalkan Penginapan City View yang berada di BKPH Jatipohon. Rumah Dinas yang tidak terpakai di wilayah kerja KPH Purwodadi tersebut disewakan untuk umum. Selain itu, lahan yang berada di luar kawasan hutan juga disewakan untuk dijadikan kios atau warung. KPH Purwodadi juga kerap melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat sekitar hutan. Kegiatan dengan masyarakat tersebut antara lain dilakukan terkait momen tertentu. Misalnya dengan mengaktifkan Paguyuban Istri Karyawan (PIK) KPH Purwodadi. Kegiatannya antara lain, pada 6 Desember 2014, PIK KPH Purwodadi menyelenggarakan pertemuan rutin dengan tema “Aksi Sosialisasi Tentang Kesehatan Kebidanan”. Kegiatan yang diadakan di Aula Kantor Perum Perhutani KPH Purwodadi dihadiri seluruh anggota dan segenap pengurus PIK KPH Purwodadi, serta dilakukan juga dalam rangka memperingati Hari Ibu. Salut! • DR/Agus.Sp
DUTA Rimba 89
WISATARIMBA
Curug Cimahi, Air Terjun Mandi Cahaya Sentuhan estetika menjadi satu pesona tersendiri sebuah kawasan wisata. Tanpa mengubah keaslian dan keasrian alamiahnya, Perum Perhutani Bandung Utara memberika sentuhan estetika itu pada Curug Cimahi. Kini, wisatawan dapat menikmati pesona air terjun tersebut bukan hanya ketika matahari memancarkan sinarnya. Tetapi juga di malam hari, bahkan dengan keindahan yang lebih berwarna.
P
erum Perhutani Bandung Utara memiliki lokasi wisata yang unik. Namanya Curug Cimahi. Wujudnya adalah air terjun. Tetapi bukan sekadar air terjun. Air terjun Curug Cimahi dikemas dan dikembangkan dengan nilai estetika tinggi yang menyorotkan keunikan. Keunikan Curug Cimahi adalah jatuhan air terjunnya yang bermandikan cahaya warna-warni menarik nan memanjakan mata. Cahaya vertikal setinggi kurang lebih 71 meter yang memancar di antara deburan air terjun Curug Cimahi menjadi pemandangan menarik saat malam hari. Cahaya tersebut bersumber dari rangkaian
90 DUTA Rimba
lampu dengan instalasi khusus yang dipasang persis di dinding belakang air terjun. Wanawisata Curug Cimahi berada di areal seluas 25,75 hektar di dalam kawasan hutan negara yang dikelola Perhutani Bandung Utara. Tepatnya, Curug Cimahi terletak di wilayah kerja BKPH Lembang, RPH Cisarua, KPH Bandung Utara. Secara administratif, Curug Cimahi termasuk wilayah Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Lokasi wisata ini berjarak kurang lebih 10 kilometer dari kota Cimahi ke arah Lembang atau 20 km dari kota Bandung. Curug Cimahi dari pusat Kota Bandung bisa ditempuh dalam
waktu sekira 45 menit dengan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Cimahi, lokasinya dapat ditempuh dengan waktu sekira 30 menit. Suhu di kawasan ini berkisar 18-22 derajat Celsius. Air terjun atau Curug Cimahi memiliki tinggi sekira 87 meter. Di wilayah Bandung dan sekitarnya, Curug Cimahi merupakan salah satu air terjun yang tertinggi. Nama Cimahi yang melekat pada curug itu berasal dari nama sungai yang mengalir di atasnya, yaitu Sungai Cimahi. Sungai tersebut yang berhulu di Situ (danau) Lembang dan mengalir ke Kota Cimahi. Curug ini berada di ketinggian 1050 meter di atas permukaan laut. Secara etimologi, nama “Cimahi” berasal dari bahasa Sunda yang berarti air cukup. Sesuai namanya, debit air terjun ini selalu sama, baik saat musim penghujan maupun kemarau. Jika dilihat dari atas, curug ini memiliki dua tingkat dan karenanya termasuk unik. Tak jauh dari Curug Cimahi, terdapat juga Curug Bugbrug dan Curug Panganten. Hal itu menjadikannya juga punya daya tarik tersendiri.
The Rainbow Waterfall Kini, ada satu lagi keunikan Curug
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 91
Dok. Kom PHT®2014
WISATARIMBA
Keindahan Pemandangan Curug Cimahi malam dan siang hari.
Cimahi. Jika dulu biasa dinikmati pagi hingga senja, Curug Cimahi kini bisa dinikmati juga saat malam menjelang. Bahkan, wajah lain Curug Cimahi pada malam hari sungguh memukau. Jika pada siang hari pengunjung dimanjakan dengan debur air terjun dan keindahan panorama alamnya yang memesona, saat malam tiba pengunjung dimanjakan dengan
92 DUTA Rimba
pemandangan cahaya warna-warni yang melumuri air terjun itu. Cahaya warna-warni itu berasal dari lampulampu di sekujur dinding belakang air terjun. Lampu-lampu itu didesain sedemikian rupa, sehingga bisa menghasilkan warna-warna pelangi, semisal biru, merah, hijau , kuning, jingga, dan lainnya. Jika salah satu warna lampu dinyalakan, sontak membuat air
curug yang jatuh pun turut berwarna. Eksotis sekali, menyaksikan bagaimana derasnya jatuhan air setinggi sekitar 80 meter tersebut menampilkan warna yang indah. Wajah lain Curug Cimahi saat malam hari itu menjadi daya tarik tersendiri. Pasalnya, tidak banyak kreasi yang menyandingkan keindahan alam curug dengan teknologi cahaya yang di-setting melalui lampu. Boleh jadi, Curug Cimahi adalah yang pertama di Indonesia. Untuk dapat menikmati The Rainbow Waterfalls di Curug Cimahi, Anda bisa datang ke Curug Cimahi saat sore menjelang malam. Namun harus diperhatikan jam operasionalnya. Dulu, Curug Cimahi dibuka dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. Setelah adanya The Rainbow Waterfalls, waktu operasionalnya diperpanjang sampai pukul 21.00 WIB. Bukan hanya air terjun saja pesona Curug Cimahi. Pengunjung juga dapat menikmati keindahan flora dan fauna di sepanjang jalan menuju lokasi Curug Cimahi. Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan ditemani suara kicauan burung liar dan riuh rendahnya celoteh monyet-monyet yang bermain di dahan-dahan pohon. Memang hewan-hewan tersebut adalah penghuni asli kawasan wisata ini. Tetapi jangan khawatir, karena monyet-monyet di sini cukup jinak. Setelah sampai di lokasi tujuan, untuk masuk ke Curug Cimahi pengunjung hanya dikenakan tarif Rp 10.000 per orang.
Akses Jalan Ada beberapa alternatif jalan yang bisa dipilih untuk mencapai lokasi curug ini. Namun, kebanyakan pengunjung menggunakan jalur Cimahi melalui Cihanjuang dan Parongpong, dan jalur Lembang.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Dok. Kom PHT®2014
Keindahan Pemandangan Curug Cimahi malam dan siang hari.
Jika menggunakan kendaraan pribadi atau travel dari pusat Kota Bandung, cukup menyusuri jalur Cihideung menuju Cisarua. Dan jika dari pusat Kota Cimahi dapat melalui Sersan Bajuri ke arah Universitas Advent Indonesia menuju ke Terminal Parongpong. Lokasi Curug ini sendiri cukup mudah untuk dijangkau baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan kondisi jalan umumnya baik (beraspal). Pintu masuk Curug Cimahi terletak tepat di sebelah terminal angkot Cisarua, di pinggir jalan Kolonel Masturi sehingga tidaklah sulit untuk mencarinya. Sedangkan bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, dapat menggunakan jasa angkutan umum dengan jurusan Ledeng-Sukasari dari terminal Ledeng. Setelah sampai di Terminal Sukasari (di depan Vila Istana Bunga), dapat diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 15-20 menit atau dapat memanfaatkan jasa angkutan umum Cisarua-Lembang dengan ongkos yang relatif murah. Jika dari kota Cimahi jalan termudah adalah dari Terminal Pasar Atas Cimahi jurusan Cimahi-Cisarua. Sementara jika dari Kota
Bandung, bisa menggunakan angkutan jurusan St.Hall-Lembang dari Stasiun Kota, kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum jurusan Lembang-Cisarua, dan turun persis di depan pintu gerbang Wana Wisata Curug Cimahi. Atau juga dperjalanan dapat ditempuh menuju terminal Ledeng, dilanjutkan dengan angkutan Ledeng-Parongpong. Dari terminal dilanjutkan memakai angkutan jurusan ParongpongPadalarang. Sesampai di depan pintu gerbang wanawisata Curug Cimahi, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak berundak yang menurun dan berkelok-kelok. Jalan setapak berundak ini berjumlah sekira 587 buah anak tangga yang terbuat dari batu dan semen dengan kemiringan sekitar 45 derajat, sehingga cukup menguras tenaga dan membuat nafas terengah-engah. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke lokasi curug ini dari pintu gerbang sekitar 30 menit. Beberapa ekor monyet ekor panjang yang berceloteh sambil bergelantungan di atas pohon menemani sepanjang perjalanan dari pintu gerbang ke lokasi curug. Suasana itu seakan menambah keindahan alam dari
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
hijaunya rerimbunan pohon di sekujur Curug Cimahi.
Fasilitas Fasilitas yang telah disediakan pihak pengelola di antaranya adalah shelter yang terdapat di pinggir jalur dari gerbang menuju air terjun, tempat parkir, pintu gerbang, pagar pengaman, peta lokasi, jalan setapak, picnic site, bangku, tempat sampah, pusat informasi dan pos jaga, serta musholla, dan kamar kecil. Selain itu, terdapat pula beberapa warung milik warga yang menjual makanan dan minuman yang biasanya buka pada hari-hari ramai seperti akhir pekan dan liburan. Fasilitas parkir untuk kendaraan baik roda empat dan roda dua telah tersedia. Pengunjung dapat parkir di area terminal angkutan kota kecil yang terletak persis di pinggir gerbang masuk Curug Cimahi. Curug Cimahi kini menjadi satu contoh sentuhan modern pada lokasi wisata yang tak menghilangkan pesona alaminya. Sebaliknya, torehan cahaya lampu warna-warni justeru menjadi nilai tambah tersendiri yang menambah keindahan sang air terjun. Ingin tahu lebih dalam keindahannya? Datang saja! • DR
DUTA Rimba 93
INOVASI
“Albantkerpin”
Alat Keruk Getah Pinus Sebuah inovasi kerap tercipta dari proses kerja sehari-hari. Renungan atas rutinitas yang lalu terangkai menjadi sebuah ide atau gagasan yang kadang muncul seketika, kemudian dicoba mewujudkan sebagai hasil karya yang tepat guna dan berdayaguna. Dari rangkaian proses itu pulalah sebuah alat keruk getah pinus bernama “albantkerpin” ini tercipta.
N
amanya terdengar unik. Albantkerpin adalah sebuah alat kerok getah pinus, yang terbuat dari pipa atau bambu dengan panjang sesuai yang kebutuhan dikehendaki si pemakai (penyadap). Sehingga, panjangnya relatif. Sesuka penggunanya. Tetapi ukuran panjang yang lazimnya dipakai adalah 10 - 15 cm. Diameter umumnya adalah 7 cm atau pipa ukuran 2,5 inc. Potongan pipa atau bambu tersebut lalu dibantu kayu atau galah sebagai sumbat dan sekaligus untuk mengukur tinggi getah yang harus dikeruk. Adalah KPH Pekalongan Barat yang kini menjadi tempat lahirnya inovasi bertajuk Albantkerpin. Alat ini menjadi sebuah produk inovasi terbaru dalam rangka upaya meningkatkan produktivitas getah pinus. Sebab, adalah sebuah
94 DUTA Rimba
kenyataan bahwa Indonesia memiliki potensi getah pinus yang besar. Faktanya, Indonesia adalah produsen gondorukem terbesar di Asia Tenggara. Bahkan di dunia, Indonesia menempati posisi ketiga produsen terbesar gondorukem setelah China dan Brazil. Dan di Indonesia, Perum Perhutani adalah penyumbang terbesar produksi gondorukem itu. Menurut KRPH Cikuning BKPH Bantarkawung KPH Pekalongan Barat, Teguh Setiyono, penemuan alat ini merupakan buah dari pengerahan segala upaya untuk meningkatkan raihan getah pinus. Ketika getah menjadi primadona pemberi penghasilan utama bagi KPH dengan produk utama getah pinus, maka segala daya upaya mesti dilakukan untuk menggapai peningkatan jumlah produksinya. “Semua bentuk inovasi atau ide dan gagasan kita coba lakukan agar
memberi value atau nilai tambah bagi Perusahaan,” ujarnya. Sejalan arahan Administratur/ KKPH Pekalongan Barat, A. Fadjar Agung Susetyo, SHut yang selalu disampaikan di setiap rapat dinas, berbagai upaya pun ditempuh demi tujuan tersebut. Misalnya dengan meningkatkan rutinitas kegiatan penyadap untuk melakukan pembaharuan, melaksanakan syarat rukunnya kegiatan sadapan, mencukupi segala perlengkapan sarana dan prasarana sadapan, mobilisasi sirkulasi getah dari hutan ke tempat penampungan getah (TPG) dan dari TPG ke PGT (pabrik gondorukem dan terpentin). Selain itu, arahan Fadjar Agung Susetyo juga agar keuangan selalu tersedia, tertib administrasi/buku catatan kemajuan sadapan, menjamin lancarnya transportasi dari dan ke lokasi pabrik, serta terus mencoba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
untuk melakukan semua inovasi atau ide dan gagasan baru agar adge value atau nilai tambah bagi Perusahaan.
Target pendapatan pun ditetapkan sebagai barometer target yang harus dicapai, baik oleh pengelola, pelaksana, pelaku, pengolah dan pemasaran. Pelaksanaan pembaharuan sadapan “quare” pun harus dilakukan secara rutin. Mengapa demikian? Tidak lain agar sirkulasi getah berjalan secara lancar dan diperoleh getah yang bersih. Syarat rukun sadapan sesuai standard operational procedure (SOP) juga harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. Misalnya, pembaharuan dilakukan secara rutin setiap 3 hari sekali, menggunakan alat pacok atau saru berukuran lebar dengan permukaan pisau yang tajamnya 4 cm. Di samping itu, pemakaian cas atau etrat sesuai kebutuhan 0,5 – 1 kali semprotan per quare (sesuai kebutuhan) berdasarkan pengamatan penyadap dilakukan pada hari ke-4 setelah pembaruan dengan kedalaman luka baruan maksimal 1 cm – 2 cm; tinggi luka baruan maksimum 1 cm – 1,5 cm; ketebalan baruan 1 – 2 mm; dan selalu menaikkan batok/ tempurung setiap 30 cm di bawah luka pembaruan quare. Kualitas getah hasil sadapan juga ditentukan oleh memadainya sarana dan prasarana sadapan yang tersedia. Alat-alat yang dibutuhkan misalnya talang, tempurung, saru/ pacok, alat keruk sadap, ember/ wadah getah, pantek, cas/etrat, timbangan, minyak tanah, dan prasarana lain semisal sepatu sadap, jas hujan, topi sadapan, serta alat saring getah untuk mendapatkan getah premium, dan sebagainya. Keberadaan sarana dan prasarana
Dok. Kom PHT®2014
Sesuai Standard Kualifikasi
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 95
INOVASI
Dok. Kom PHT®2014
SDM Penyadap juga harus tahu bagaimana cara memperoleh getah mutu I atau premium. Berdasarkan hasil ujicoba di KPH Banyuwangi Utara seperti dikutip Duta Rimba No 50 Tahun 9, getah mutu I / premium diharapkan mampu menghasilkan rendemen minimal 94%. Kualitas getah dengan nilai rendemen tersebut akan meningkatkan produktivitas proses pemasakan dan efisiensi dalam proses produksi. Setiap 100 kg getah pinus (input) akan menghasilkan kurang lebih 76kg getah mutu I premium (76%) , 21 kg getah mutu I dan 3 kg kotoran. Berdasarkan pengamatan terebut, dapat disimpulkan bahwa setiap 1 kg getah yang disetorkan oleh penyadap akan dihasilkan 0,030 kg/ 30 gram kotoran per Kg getah. Berikutnya adalah “uang”. Ketersediaan uang atau dana yang cukup akan memicu sadapan lancar. Seperti motto yang dikatakan Kepala Biro Produksi Divisi Regional Jawa Tengah Ir. Dwi Witjahjono, MBA kepada penyadap saat blusukan ke lapangan, “Kerja, kerja, kerja, Dibayar, Getah Lancar.”
Penemuan Albantkerpin sadapan tersebut juga harus sesuai standard kualifikasi yang dibutuhkan. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) pun harus memenuhi standard kualifikasi. Sebab, sumber daya manusia sangat menentukan berhasil dan tidaknya kegiatan sadapan. Tersedianya tenaga penyadap pada lokasi sadapan mutlak diperlukan untuk menjamin proses keberlanjutan kegiatan sadapan hingga sampai usia MK (masak tebang) atau daur pohon pinus yang disadap. Selanjutnya, untuk meningkatkan kompetensinya, terhadap SDM sadapan yaitu mandor sadap
96 DUTA Rimba
dan penyadap harus dilakukan kegiatan pembinaan, pelatihan ataupun training yang diperlukan secara berkala dan kontinyu. Tujuannya, agar pelaku sadapan khususnya mandor sadap dan tenaga penyadap mengetahui dan dapat menghitung target produksi dan target pendapatan kg getah per periode, per bulan/per tahun; produksi getah per-pohon/hari, per tempurung/pohon/hari; kebutuhan sarpra sadapan; bahkan dapat menghitung pula berapa rupiah pendapatan yang akan diperoleh sesuai kemampuannya setiap bulan, sudah atau belum sesuai UMR.
Sejak satu tahun yang lalu, semua penyadap di RPH Cikuning BKPH Bantarkawung sudah diwajibkan memakai alat kerok Albantkerpin setiap melakukan pengerokan getah saat ludang. Menurut KRPH Cikuning, Teguh Setiyono, Albantkerpin merupakan alat made in sendiri hasil karya bersama Mandor sadap, KRPH Cikuning, dan Asper. Albantkerpin lantas digunakan secara intensif karena dipandang lebih praktis dan lebih efisien. “Dengan alat ini dijamin tidak ada getah kerukan yang jatuh tercecer kemana-mana. Semuanya masuk ke dalam alat ini,” jelas Teguh sembari memeragakan cara mengeruk getah
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
yang menempel pada coakan quare yang tingginya hampir 80 cm dari luka pembaharuan. Teguh menyebut, sejak Albantkerpin ditemukan, alat kerok yang lama sudah tidak lagi mereka pakai. Sebab, perusahaan memang sedang mencari terobosan dan inovasi baru untuk mendapatkan produksi getah maksimum dengan mutu getah I / premium, dengan berbagai daya upaya baik yang sudah, sedang dan atau akan dilakukan, demi mencapai target produksi getah. Maka, mau tidak mau alat ini diperlukan penyadap sebagai sarana mengerok getah pinus yang mangkus dan sangkil (efektif dan efisien, red). Yang segera menarik perhatian tentu saja adalah namanya. Albantkerpin. Apa artinya? Ternyata, itu adalah singkatan dari “alat bantu kerok pinus”. “Alat bantu kerok getah pinus yang dinamakan Albantkerpin ini berawal dari kreasi seorang tenaga penyadap bersama mandor sadap bernama Harto. Awalnya sekitar satu tahun yang lalu. Ketika sedang melakukan peludangan atau pemungutan getah dari pohon pinus, mereka tidak membawa alat kerok getah produk lama. Akhirnya, mereka tidak bisa mengeruk getah yang ada di dalam tempurung. Tetapi mereka tetap berada di lokasi peludangan getah itu selama beberapa saat. Ketika itu, secara tidak sengaja mereka menemukan sepotong bambu berdiameter 5 - 7 cm di sekitar tempat sadapannya. Bambu itu sudah terpotong agak runcing model potongan miring atau serong, tidak lurus. Bambu itu diperkirakan merupakan sisa potongan tukang yang sebelumnya mencari rumput untuk pakan ternak di sana,” kisah Teguh. Mereka lalu mencoba menggunakan bambu itu untuk
mengeruk getah yang ada di dalam tempurung. Ternyata bisa. Bahkan, hasilnya pun sama seperti jika memakai alat kerok dari Perhutani. Mandor Harto memerhatikan hasil kerja alat kerok tersebut. Ia lalu mengatakan kepada sang penyadap, apakah alat baru tersebut bisa dipakai untuk kerok getah dari pohon atau tidak. Seketika itu juga dicoba diterapkan di pohon pinus. Ternyata bisa, dan hasil getah kerokan itu semuanya masuk ke dalam bambu tersebut. Mandor Harto lalu menyampaikan temuan tersebut kepada KRPH. Oleh KRPH, hal itu lalu dimusyawarahkan dengan Asper. Pola kerja bambu pengeruk getah itu kemudian dipelajari, lalu dicoba menggantinya dengan menggunakan pipa besi berukuran 1,5 in dengan panjang pipa 15 cm yang ditambah galah sebagai sumbat dengan panjang sesuai tinggi/rendahnya tempat getah yang akan dikeruk. Hasilnya cukup memuaskan. “Beberapa hari kemudian, Asper Bantarkawung memerintahkan kepada semua KRPH agar membuat alat bantu kerok pinus dengan pipa untuk dipakai sebagai alat kerok getah bagi semua penyadap di BKPH Bantarkawung. Saat itulah muncul nama ‘Albantkerpin’. Kini, sudah 1 tahun alat tersebut digunakan,” jelas Asper Bantarkawung, Teguh Waryono.
Keunggulan dan Kelemahan Tentu saja Albantkerpin punya kelemahan dan keunggulan. Albantkerpin yang berbahan bambu, ketajamannya tidak bertahan lama. Jika telah dipakai untuk mengeruk getah di 3 sampai 5 pohon, ia sudah harus ditajamkan kembali. Tetapi kelebihannya, harga bambu murah. Sedangkan Albantkerpin yang berbahan pipa, kelebihannya bisa dipergunakan terus menerus sampai
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
selesai mengeruk semua pohon yang akan diludang atau dipungut getahnya. Kekurangannya adalah pipa sedikit berat dan harganya juga sedikit mahal. Tetapi, walaupun mahal, Albantkerpin lebih awet dan tahan lama. Harga pipa memang tergantung dengan ukurannya. Pipa ukuran 1,5 in per meter adalah Rp 12.000. Sebatang pipa memiliki panjang sampai mencapai 4 meter. Jika pipa sepanjang itu dipotong sesuai ukuran panjang Albantkerpin yang disesuaikan dengan kebutuhan si penyadap, akan menjadi 26 buah. Atas dasar musyawarah, kemudian diputuskanlah untuk membuat dan menggunakan Albantkerpin di semua RPH yang ada di wilayah Bantarkawung. Di BKPH Bantarkawung, alat ini dibuat dengan panjang 15 cm agar lebih mudah dan ringan penggunaannya. Lalu alat itu ditambahkan dengan galah sebagai sumbat sesuai dengan tinggi dan rendahnya tempat getah yang akan dikeruk atau di-quare di setiap pohon. Galah ini bisa terbuat dari bambu atau batang kayu. Diharapkan, karya yang sederhana dan efisien ini bisa meringankan penyadap dalam peludangan. Dengan menggunakan alat kerok Albantkerpin, gairah penyadap untuk rutin melakukan pembaharuan sadapan dapat bertambah. Sebab, dengan Albantkerpin getah hasil kerokan tidak tumpah ke mana-mana dan langsung tertampung di dalam alat kerok tersebut. Hal itu akan menambah jumlah kilogram perolehan getah si penyadap yang bersangkutan. Semoga Albantkerpin bisa bermanfaat bagi penyadap, khususnya di KPH Pekalongan Barat dan umumnya bagi KPH Penghasil Getah sebagai ikon pendapatannya. • DR (Tofik Purwa)
DUTA Rimba 97
RIMBAKULINER
Bandeng
Pak Elan, Enak Tenan!
R
umah Makan Bandeng Pak Elan awalnya adalah sebuah depot makan yang didirikan Pak Elan tahun 1959. Kini, depot makan Pak Elan telah menjelma menjadi rumah makan besar yang mampu menampung banyak pengunjung. Bahkan, ia telah membuka cabang. Ya, Rumah Makan Pak Elan II telah hadir di Jalan Veteran 100, Gresik. Rumah makan Pak Elan II terlihat lebih menarik minat pengunjung ketimbang Rumah Makan Bandengn Pak Elan I, karena punya lahan parkir lebih nyaman. Rumah makan Pak Elan boleh disebut sebagai spesialis bandeng. Sebab, menu sajian yang diandalkan adalah aneka masakan bandeng, mulai bandeng goreng, bandeng
98 DUTA Rimba
bakar, otak-otak bandeng, asemasem bandeng, sampai bandeng dadar telur (daging bandeng dicacah lalu dicampurkan ke dalam kocokan telur, red), dan bandeng otak-otak (daging bandeng dikeluarkan, dibumbui, lalu dikembalikan ke dalam kulitnya sehingga terasa manis dan enak jika dimakan dengan nasi hangat, red). Semua ikan bandeng dalam menu ini dipajang dalam keadaan matang di sebuah etalase. Cara itu memudahkan konsumen untuk mencari makanan yang ingin dinikmati. Saat datang, konsumen tinggal menunjuk saja sajian bandeng dengan cara apa yang ia inginkan. Pelayan segera akan memanaskan ikan bandeng masak itu kembali, sehingga dijamin semua menu itu
Dok. Kom PHT®2014
Di sela liputan ke Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu Gresik-Divisi Industri Kayu, Jawa Timur, Duta Rimba mampir ke Rumah Makan Pak Elan II. Ternyata, ini rumah makan yang cukup dikenal di kota pudak. Menu spesialnya adalah aneka sajian berbahandasar ikan bandeng. Dan ternyata, Bandeng Pak Elan memang enak tenan.
disajikan dalam keadaan panas dan segar. Mengapa bandeng? Ya, sebagai wilayah yang punya banyak tambak, Gresik memang terkenal sebagai penghasil bandeng. Seperti dituturkan Melinda, cucu Pak Elan yang kini ikut mengelola restoran itu, bandeng yang dipakai Rumah Makan Bandeng Pak Elan disuplai
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
para petani tambak dari Ujung Pangkah, wilayah pesisir Gresik yang dekat dengan Laut Jawa. Sehingga, bandeng dari sana tergolong ikan air payau (campuran antara air tawar dan air laut). Bandeng memang bisa dipelihara di air tawar maupun payau. Namun menurut dia, ikan bandeng air tawar lebih berbau tanah daripada bandeng yang dipelihara di
tambak air payau. Satu hal menjadi kelebihan Bandeng Pak Elan. Semua jenis masakan ini dijamin bebas duri. Padahal, kita tahu, bandeng termasuk jenis ikan yang kerap digemari sekaligus dibenci, lantaran dagingnya empuk dan rasanya enak, tetapi durinya banyak dan sering menusuk kerongkongan.
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 99
Dok. Kom PHTÂŽ2014
RIMBAKULINER
Namun, bukan berarti menunya hanya bandeng. Sate kerangnya oke, tahu telurnya juga enak, dan ada satu lagi menu andalan yaitu pepes telur bandeng. Uniknya, semua masakan bandeng, sate kerang, tahu telur, itu dimakan dengan satu bumbu khas Elan, kecuali pepes telur bandeng. Sebelum diolah, semua bagian duri bandeng dipisahkankan lebih dulu dari dagingnya. Lalu masingmasing diperlakukan sesuai dengan jenis masakannya. Untuk menu bandeng goreng, sisiknya pun dibersihkan. Untuk menu bandeng bakar, sisiknya tetap dibiarkan sebagai pelindung agar bagian daging ikan tidak rusak saat dijilat api. Saat dipanggang, bandeng akan mengeluarkan minyak ikan dari dagingnya dan itu membuat rasanya menjadi kian sedap. Untuk otak-otak, setelah durinya dibuang, bagian dagingnya dikeluarkan sehingga tinggal tersisa selongsong kulitnya. Bagian daging bandeng ini lalu dibumbui bersama telur dan dimasukkan kembali ke dalam selongsong kulit, sesudah itu dipanaskan dengan dijepit
100 DUTA Rimba
menggunakan sepasang bilah bambu. Bandeng bakar dan goreng disajikan dengan sambal kecap yang terbuat dari paduan kecap manis, cabai, garam, dan kacang tanah. Saat menyentuh lidah, rasanya dominan manis kecap, dan tidak terlalu pedas. Nah, jika Anda penyuka rasa asin, rasa asli menu Bandeng Pak Elan mungkin masih terasa kurang mantap. Sebab, rasa bandengnya murni daging bandeng yang gurihnya ringan, tidak berbumbu. Jadi jika Anda merasa masakannya kurang asin, pesan saja urap-urap kangkung sebagai pendamping bandeng. Maka, selera asin Anda akan terpenuhi. Rata-rata, berat seekor bandeng sekitar setengah kilogram. Konsumen tidak boleh pesan separuh. Umumnya, satu ekor bandeng ini tidak untuk dimakan satu orang saja karena ukurannya besar. Biasanya satu ekor untuk berdua atau bertiga. Kalau datang sendirian, Anda bisa minta pelayan untuk menyajikan sebagian saja untuk Anda makan di tempat. Selebihnya bisa dibungkus untuk dibawa pulang. Ini memang salah satu bagian layanan di Rumah Makan Bandeng Pak Elan. Bandeng tidak hanya untuk disantap di tempat, tetapi juga untuk dijadikan oleh-oleh. Selain bandeng, rumah makan ini juga menyediakan menu pepes telur ikan bader (sejenis ikan mas, red). Untuk bandeng gorengnya sebelum digoreng sisiknya dibersihkan terlebih dahulu, sedangkan untuk bandeng bakar sisiknya tetap dibiarkan ada untuk melindungi daging saat dibakar. Otak-otak bandengnya dibuat dengan mengeluarkan seluruh isi daging bandeng, dicampur dengan bumbu dan telur, kemudian dimasukkan kembali ke dalam kulitnya dan dibakar atau digoreng
dengan dijepit menggunakan semacam tongkat bambu untuk merekatkan. Duta Rimba memilih untuk memesan bandeng goreng. Tidak pakai lama, pesanan keluar. Seekor bandeng goreng yang masih hangat disertai pendampingnya, yaitu sambal kecap. Tak perlu khawatir kesulitan memisahkan duri-duri bandeng yang cukup menggangu karena disini duri-duri dari ikan bandeng telah disingkirkan. Rasa bandeng goreng disini cukup pas antara rasa asin dan gurihnya, juga tidak terasa bau tanah, apalagi jika dicocolkan ke sambal kecapnya. Sambal kecap disini juga rasanya lebih mantap karena diberi campuran kacang tanah yang dihaluskan. Secara keseluruhan rasa bandeng yang ditawarkan disini cukup memuaskan bagi Anda pecinta bandeng. Sebagai minuman penutup, Anda bisa memesan es legen bumbung. Ini adalah minuman khas daerah setempat yang berupa sadapan nira mayang pohon siwalan (lontar, red). Es Legen ini disajikan secara tradisional menggunakan bumbung (tabung dari batang bambu, red). Ciduknya berupa tempurung kelapa kecil yang diberi gagang dari bilah bambu. Ini yang juga unik. Apalagi jika disajikan bersama dengan buah siawalan yang disajikan secara dingin dengan siraman es batu. Unik, kan? Sayang, Pak Elan tak sempat melihat rumah makan yang kedua ini. Ia telah meninggal dunia beberapa tahun lalu dan kini usaha rumah makan bandengnya diteruskan sang anak, Suhartono, yang juga mengelola sejumlah tambak ikan bandeng. Jadi, jika sedang berada di Gresik, mampirlah ke Rumah Makan Bandeng Pak Elan. Makan bandeng lalu minum legen, wah enak tenan! • DR
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014