Duta Rimba Edisi 56

Page 1

DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

M A JA L A H

P E R H U TA N I

SOSOK RIMBA

Dwikorita Karnawati

“ Begini Perhutani Ngerti Sih” RIMBA KHUSUS

Efisiensi Kata Kunci Laba Terus Meroket ENSIKLORIMBA EDISI NO. 56 • TH 10 •JANUARI - FEBRUARI 2015

Cendana Wangi Sahabat Wanita RIMBA KULINER

Nasi Ungu Sukabumi Unik Bergizi

DI HUTAN

ADA PANGAN



Visi

SalamRedaksi

Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolaan Hutan Lestari

Misi Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet) Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People)

Dok. Kom PHT®2015

Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)

ISSN: 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan

Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan

Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama

Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana

Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno

Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten

Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works

Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com

Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perumperhutani.com Perum Perhutani @PerumPerhutani

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Memperkaya Wacana

K

isruh beras beberapa waktu terakhir, memberi pelajaran yang menarik, bagi ketahanan pangan. Sebagai negara dengan penduduk 240 juta, tentu membutuhkan pangan yang harus tersedia di pasaran dengan harga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam konteks ini, dibutuhkan kedaulatan pangan yang mandiri, yang berbasis pada produk pangan domestik. Begitu pentingnya masalah pangan, pembaca yang budiman, Duta Rimba Edisi kali ini mengangkat isu ketahanan pangan dalam Rimba Utama. Dalam liputan kali ini kita mengangkat peran Perhutani, yang memiliki lahan 2,5 juta hektare di Pulau Jawa, dalam mendukung ketahanan pangan dengan memberdayakan petani hutan (Pesanggem) untuk menggenjot produksi pangan melalui sistem tumpang sari. Dalam edisi ini juga kita turunkan wawancara dengan Prof Dwikorita Karnawati, MSc.PHD, Rektor Universitas Gajah Mada dalam rubrik sosok. Sebagai pimpinan Universitas yang kini tengah merintis Integrated Farming System di kawasan hutan Perhutani di Jawa Tengah, banyak memberikan perspektif baru dalam memperkuat ketahanan pangan. Tak hanya tanaman pangan yang bisa dikembangkan di bawah tegakan hutan, tetapi bisa juga ternak dan perikanan untuk mendukung kedaulatan pangan. Yang cukup mengispirasi dalam edisi kali ini adalah prestasi dari seorang peternak ayam potong binaan Perhutani dalam membangun brand produknya. “Ada Sriyatin di hatiku” menjadi brand ayam potong produksi Nyamiran (34) di wilayah Pedas, Ngawi , Jawa Timur. Melalui brand “Siryatin di Hatiku” membukukan omset ratusan juta rupiah dalam tiap bulannya, sebagaimana termuat dalam rubrik Rimba Daya. Begitu pula bagi anda pemburu kuliner yang unik dan original jangan lewatkan Rubrik Rimba Kuliner. Pada kali ini kita turunkan Nasi Ungu, yang gurih, terbuat dari racikan ala Sukabumi, Jawa Barat. Nasi yang dimasak pulen ini akan mudah menggoyang lidah, apalagi kalau dimakan dengan ayam goreng kampung dengan bumbu ciamik. Tentu masih banyak rubrik-rubrik lain yang bisa anda nikmati. Apalagi dalam edisi kali ini anda juga bisa menikmati rubrik baru antara lain; Mitra Rimba yang memuat katalog produk mitra binaan Perhutani, Ujung Rimba yang memuat garda terdepan pengelolaan hutan Perhutani, dan Cerita Rimba, yang memuat karya pemenang Perhutani Green Pen award. Selamat membaca.

DUTA Rimba 1


SemaiRimBa

Salam RedakSi miTRa RimBa BeNaH diRi

1 3

• MOP Motorcycle Ownership Program

4

• Produksi Pesanggem Hutan Wujudkan Ketahanan Pangan

6

PRima RimBa

RimBa UTama

10 30

• Swasembada Pangan Bukan Sekadar Angan 10 • Pengelolaan Pangan dan 18 Kemandirian Desa Cara Perhutani • Tanaman Semusim di Hutan 24

RimBa kHUSUS

• efisiensi Kata Kunci Laba Perusahaan Terus Meroket • Kerja Keras Kejar Target • Obsesi Perhutani Ke Depan Jadi Telkomsel Hingga Pertamina EP

SOSOk RimBa • Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D: “ Mosok Begini Aja Perhutani Ndak Ngerti Sih”

liNTaS RimBa leNSa

30 34 36

40 48

• Green Pen 2 Perhutani

56

• Melirik Potensi Porang Saradan

62

BiSNiS RimBa RimBa daYa

• Ada Sriyatin di Hatiku

WaRiSaN RimBa • Curug Cipamingkis, Air Terjun Bau Mistis

eNSiklO RimBa • Cendana Wangi Sahabat Wanita

UJUNG RimBa WiSaTa RimBa • Curug Sewu, Niagara van Java

POJOk kPH

KPH Cepu Pemuliaan Pohon Ala Clone Bank

iNOVaSi

• “Mujitek Gaya Baru” dari Sukabumi

RimBa kUliNeR • Nasi Ungu Sukabumi Unik Bergizi

ReSeNSi

40

66 70 74 78 80 84

80

86 90

• Membaca Persoalan Hutan dan Lingkungan 92 di Indonesia Lewat “Sarongge”

CeRiTa RimBa

• Gemerlap Lubang-Lubang Gelap

2 DUTA Rimba

94 NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015


miTRaRimBa Nama Usaha

: Yukka Handycraft

Produk

: Alat-Alat Rumah Tangga, Hiasan

Mitra Binaan

: Perum Perhutani KPH Tasikmalaya

Rumah, Jam Dinding, Tas, Sandal, Dll. Harga

: Rp 3.000,- s/d Rp 120.000,-

Alamat

: Jl. Raya Rajapolah No. 153 Tasikmalaya, Jawa Barat ( Sentra Kerajinan )

Contact Person : Nia Yuliani (0813 23777686)

Nama Usaha

: Seni Ukir Tunggak indah dua

Produk

: Meja, Kursi, Relief, Patung, Sesoris, Souvenir, Gambol, dll

Mitra Binaan

: Perum Perhutani KPH Saradan

Harga

: Rp 200.000 s/d Rp. 10.000.000

Alamat

: Jl. Raya Madiun – Nganjuk, Petung, Waduk Bening, Saradan, Madiun

Contact Person : Soejarwo (0351 – 7522204)

Nama Usaha

:

Produk

: Hiasan dari Kayu Pulai dalam berbagai bentuk dan ukuran

Mitra Binaan

: Perum Perhutani KPH

Harga

: Rp 20.000,- s/d Rp 60.000,-

Alamat

: Jl. Tangkuban Parahu, Cikole,

Bandung Utara

Lembang, Jawa Barat Contact Person : Suherman (0813 22794115)

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

DUTA Rimba 3


BENAHDIRI

Dok. Kom PHTÂŽ2015

Mandor dan KRPH merupakan ujung tombak perusahaan. Sudah saatnya mereka harus diperkuat agar bisa menjalankan tugasnya secara maksimal. Menerabas belantara hutan Perhutani untuk melakukan pengawasan. Manajemen akan menerapkan program kepemilikan motor untuk menunjang operasional di lapangan.

MOP Motorcycle Ownership

Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

S

ebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, sudah saatnya Perum Perhutani melakukan transfer pemahaman tentang Visi, Misi dan Program Perhutani kepada masyarakat, khususnya di sekitar 2,5 juta hektare hutan di Pulau Jawa. Masalahnya kini belum ada yang menyampaikan. Kalaupun ada dari kita yang menyampaikan, tak ada yang mau. Kita pun belum ad home. Apalagi kalau masuk ke pesantrenpesantren yang ada di sekitar wilayah hutan. Berdasarkan realitas semacam itu, saya ingin menggandeng pesantren sebagai agent of change Perhutani untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat

4 DUTA Rimba

betapa pentingnya hutan itu bagi kehidupan, pangan, plasma nutfah maupun sumber ekonomi. Kalau orang Kristen boleh juga ada di situ pendeta. Atau ada siapapun tidak membatasi diri. Hanya karena di sekitar hutan itu banyak yang beragama Islam. Maka akan lebih efektif melalui pesantren. Jadi nanti, saya akan melakukan road show dengan KH Said Aqil Siradj, ketua PBNU, mengadakan istighosah-istighosah di beberapa titik seluruh Jawa. Sambil istighosah tersebut kemudian dilanjutkan pembekalan para dai oleh orang Perhutani, supaya mereka punya bekal tentang Perhutani . Dia juga tahu sedikit banyak soal PHBM, tentang kehutanan, lingkungan dan harus ada training khusus. .

Kemudian dai-dai itu ditempatkan di berbagai masjid dan mushala yang ada di sekitar hutan. Masjidmasjid dan mushala itu harus ada yang dimeneg oleh para dai sambil memberikan pengajian kepada anakanak. Untuk bekal mereka, Perhutani sudah menyiapkan buku seperti kumpulan Khotbah Jumat. Jadi mereka punya pegangan. Mereka tahu ayat-ayat soal lingkungan dan kehutanan. Disamping itu, para santri tersebut juga diberi konsesi lahan garapan. Sehingga ke depan bisa membangun pesantren dengan sentral produksi durian. Sementara di pesantren lainnya menjadi sentral mangga.Kalau dewasa ini ada konsep one product one vilage , ke depan bisa one product one

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


pesantren. Kalau ekonomi pesantren itu berjalan, mereka tak perlu meminta sumbangan ke mana-mana. Sementara dari situ hutan Perhutani akan terjaga. Kalau ada orang yang macam-macam terhadap hutan, mereka akan melindunginya Jadi konsepnya pemberdayaan. Karena tanpa mereka, kami tak bisa amankan hutan. Yang bisa ikut amankan hutan itu para santri. Tentu tidak kalah pentingnnya juga Asper dan KRPH. Muai tahun ini saya berikan Motorcycle Ownership Program. Dalam program tersebut Asper dan KRPH bisa memiliki motor sendiri untuk menunjang tugasnya dalam mengawasi hutan . Program kepemilikan motor untuk Asper dan KRPH itu sekaligus untuk memotong kesenjangan yang terlalu jauh dengan unsur pimpinan Perhutani di daerah. ADM diberi fasilitas kendaraan Pajero Sport, sudah saatnya Asper dan KRPH mendapat fasilitas motor untuk menunjang tugas-tugasnya melakukan pengawasan hutan. Program ini juga dimaksudkan agar Asper dan KRPH itu tidak merasa di dholimi. Ini harus dijaga, karena Asper dan KRPH itu ujung tombak di bawah untuk amankan hutan Dalam program ini, para Asper dan KRPH itu hanya membayar uang mukanya saja. Sementara cicilannya dibayarkan oleh perusahaan. Uang muka pun nanti juga bisa meminjam di bank yang pembayarannya bisa dilakukan dengan tunjangan yang mereka terima tiap bulannya. Pendek kata mereka harus diberi kemudahanan, karena ujung tombak Perhutani adalah mereka . Bukan ADM apalagi Jakarta. Asper ke bawah itu yang harus saya perkuat, termasuk struktur organisasinya. Dalam program ini, perusahaan hanya menfasilitasi., sekaligus untuk menepis kesan berpuluh-puluh tahun mereka tak pernah mendapat

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

fasilitas. Bagaimana tanaman akan berhasil kalau Asper, KRPH dan mantri tak punya kaki untuk mengontrol hutan. Bagaimana kita ngomongin program penanaman kalau masalah ini tak diselesaikan. Bagaimana akan meningkatkan tanaman, kalau struktur organisasi tidak diperkuat. Program kepemilikan kendaraan bermotor merupakan komitmen manajemen untuk memperkuat mereka dalam melaksanakan tugas pengawasan hutan. Melalui program ini, pekerja di level bawah akan bergairah dalam bekerja. Mereka juga bisa percaya diri memakai kendaraan dalam menjalankan tugasnya, sehingga hutan pun bisa mereka terabas. Bila ini terjadi, Kepala Devisi Regional tak perlu menerabas hutan dengan di kawal polisi. Cara-cara semacam itu hanya akan menimbulkan kebencian masyarakat saja. Saya larang Kadivre terabas-terabas hutan . Sekarang, justru Asper dan KRPH yang harus

Program kepemilikan motor untuk Asper dan KRPH itu sekaligus untuk memotong kesenjangan yang terlalu jauh dengan unsur pimpinan Perhutani di daerah. ADM diberi fasilitas kendaraan Pajero Sport, sudah saatnya Asper dan KRPH mendapat fasilitas motor untuk menunjang tugastugasnya melakukan pengawasan hutan.

terabas hutan . Masyarakat tentu akan lebih nyaman. Mereka tidak senang melihat show of Force. Ke depan, saya juga ingin Perum Perhutani memiliki media center yang lebih representatif. Sebagai holding di sektor kehutanan yang bisnisnya terus tumbuh, harus bisa merangkul media masa. Jadi berita perusahaan itu jangan hanya untuk internal saja. Sudah saatnya berita Perhutani juga mewarnai berita nasional. PLN kerja sama dengan perusahaan lain saja bisa masuk running text di televisi, masak Perhutani tidak bisa. Disinilah peran Media Center harus bermain untuk menciptakan berita Perhutani menjadi magnet bagi media massa. Kemudian untuk melakukan komunikasi internal, kiranya tidaklah cukup hanya dengan majalah. Prinsipnya semua karyawan harus bisa mengakses semua berita dan informasi perusahaan. Tak terkecuali di tingkat middle management, tetapi di karyawan lapis bawah pun juga punya hak yang sama untuk mengakses informasi perusahaan. Untuk itu sudah saatnya diterbitkan Newsletter untuk memberikan layanan informasi kepada pekerja di lapis bawah yang ada di daerah-daerah. Kita jangan membayangkan semua karyawan Perhutani itu bisa dijangkau dengan majalah. Kita sudah saatnya mendekati mereka dengan kaca mata mereka, jangan dengan kaca mata kita. Dengan Newsletter, mandor sambil bekerja masih bisa mendapat informasi teraktual perkembangan perusahaan, sekalipun itu harus dilipat-lipat kumal dalam kantong sakunya. Tapi yang terpenting disini, mereka bisa mendapat pengayaan informasi seputar perusahaan. Karena itu garaplah dengan serius, karena mererka ini ujung tombak perusahaan • DR

DUTA Rimba 5


primarimba

Produksi Pesanggem Hutan

Wujudkan Ketahanan Pangan Dibutuhkan sinergi dari seluruh stakeholder untuk mewujudkan ketahanan pangan. Perum Perhutani yang memiliki lahan di bawah tegakan, kiranya bisa memberdayakan para penaggem untuk menggenjot produksi pangannya melalui sistem tumpang sari. Apalagi, kini pemerintah juga memberikan dukungan subsidi pupuk kepada para petani hutan, upaya untuk menggenjot produksi bahan pangan tinggal di depan mata.

6 DUTA Rimba

S

epuluh tahun terakhir ini, ketahanan pangan selalu mengandalkan impor. Hal ini terjadi karena produksi pangan nasional tak mampu memenuhi kebutuhan penduduk yang mencapai 240 juta. Mulai dari beras, jagung, kedelai, daging semua impor untuk memenuhi konsumsi nasional. Bahkan yang menyedihkan mulai dari lombok, bawang merah, dan garam juga masih impor. Dalam catatan ada 28 jenis komoditas pangan yang masih impor. Sebenarnya tidak ada yang salah

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menerangkan IFS (Integrated Farming System) kepada Presiden RI, Jokowi.

untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional itu dengan impor. Namun bagi negara dengan penduduk 240 juta memenuhi pangan dengan impor bisa menyebabkan kerawanan. Hal itu bisa kita saksikan ketika krisis kedelai tahun 1912, akibat gagal panen di Amerika, hingga menyebabkan harga kedelai melonjak dua kali lipat. Banyak usaha tahu tempe yang menghentikan produksinya, karena tak mampu lagi membeli kedelai. Akibatnya masyarakat susah mendapat tahu dan tempe. Padahal kedua makanan tersebut merupakan makanan sehari-

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

hari penduduk, selain tentu saja beras. Itu baru dari sisi stok. Dari sisi devisa, impor pangan juga bisa memicu defisit neraca perdagangan yang berimbas pada tertekannya nilai rupiah terhadap dolar AS. Meskipun rekornya masih dibawah jauh dari impor minyak, tetapi impor bahan pangan negeri ini cukup mengkhawatirkan. Ambilah contoh pada 2013, Indonesia mengimpor bahan pangan sekitar 17 miliar kilogram bahan pokok seharga US$ 8,6 miliar atau setara Rp 105 triliun. Kalau produksi pangan itu

bisa diproduksi secara maksimal oleh Indonesia, maka impor itu bisa ditekan, yang pada gilirannya devisanya juga berkurang, hingga devisit neraca perdagangan nasional pun bisa dipangkas. Melihat kompleksitas masalah pangan tersebut, Presiden Joko Widodo di awal kepemimpinannya itu mengintrodusir ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan di dalam negeri. Bahkan Presiden Joko Widodo sampai dengan akhir pemerintahannya menargetkan untuk bisa berswasembada

DUTA Rimba 7


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

primarimba

Tanaman Padi dan Kedelai dengan sistem Tumpang Sari.

pangan. Target semacam itu tentu saja tidak muluk-muluk, karena Presiden Soeharto saja pada tahun 1984 bisa berswasembada pangan untuk memenuhi pangan bagi 120 juta penduduk Indonesia. Swasembada pangan itu bahkan bisa dipertahankan sampai dengan 1989. Untuk menggenjot ketahanan pangan , serangkaian kebijakan dikeluarkan yang melibatkan antar departemen, yang memiliki pesinggungan dengan sektor pertanian. Di sektor kehutanan misalnya, pemerintah juga melibatkan BUMN di bidang kehutanan untuk pro aktif dalam mendukung ketahanan pangan. Perum Perhutani sebagai BUMN pelat merah yang memiliki lahan hutan 2,5 juta hektare di Pulau Jawa, sangat aktif untuk memanfaatkan tanah-tanah di bawah tegakan untuk tananam tumpang sari. Jauh sebelum digulirkan program Ketahanan pangan, setiap tahun Perhutani sudah aktif membina para petani (pesanggem) yang ada di sekitar hutan untuk menanam padi, jagung dan kedelai. Hampir setiap tahun sejak 2011 hingga kini setidaknya terdapat 30 Hektare lahan di bawah tegakan untuk tanaman pangan dengan produksi yang cukup signifikan untuk menopang produksi

8 DUTA Rimba

pangan nasional. Bahkan inisiatif baru juga dilakukan oleh Perum Perhutani dalam penganekaragaman pangan. Di Jawa misalnya, Perhutani mempelopori tanaman porang. Sementara di luar Jawa, tepatnya di Papua, Perhutani mendirikan pabrik sagu, yang akan segera beroperasional. Begitu pula Perum Perhutani juga melakukan inisiasi baru dalam mendukung ketahanan pangan. Seperti di Jawa Tengah, Perhutani melakukan kerja sama dengan UGM dan Pemerintah Propinsi Jawa tengah untuk mengembangkan sistim pertanian terpadu (Integreted Farming System). Dimana dalam sistim ini petani hutan bisa mengembangkan lahan pertanian milik Perhutani secara terintegrasi. Selain menanam tanaman pangan, mereka juga bisa mengembangkan peternakan sapi untuk mendukung kemandirian daging. Bahkan bila di areal tersebut ada tambaknya, maka bisa dikembangkan pula budidaya ikan. “Betapa banyak tambak milik Perhutani yang belum dibudidayakan secara maksimal oleh para pesanggem,” jelas Mustoha iskandar, Dirut Perum Perhutani. Tentu program ini juga akan dikembangkan di wilayah lain.

Kalau misalnya nanti dikembangkan di Jawa Barat, Perum Perhutani akan bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Jawa Barat yang dikenal tanahnya subur, kiranya cocok untuk dikembangkan sistem pertanian terpadu. Keseriusan Perhutani dalam menggarap masalah pangan itu ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Meskipun tidak secara langsung memberikan bantuan kepada Perum Perhutani. Pemerintah memberikan bantuan kepada para pesanggem Perum Perhutani. Bantuan itu berupa pemberian pupuk bersubsidi untuk meningkatkan produksi pangan para petani. Sebagaimana surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No S.602/Menhut-V/2014 tertanggal 19 Desember 2014 kepada Menteri Pertanian untuk memberika alokasi subsidi pupuk kepada petani hutan yang melaksanakan kegiatan; Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Menteri Pertanian merespon positif dengan kesiapannya untuk memberikan alokasi pupuk bagi petani hutan. Menteri Pertanian juga meminta kepada Perum Perhutani

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015

Panen Raya Tanaman Jagung di KPH Ngawi

Sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi Perum Perhutani pada 2015 telah merekap sebanyak 73.726,78 hektar lahan pertanian hutan yang diusulkan mendapat subsidi pupuk. menfasilitasi para petani hutan di lingkungan BUMN pelat merah untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Penyaluran pupuk bersubsidi itu nantinya akan didasarkan pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan lahan maksimal 2 Hektare per keluarga setiap musim tanam. RDKK disusun melalui musyawarah Kelompok tani dengan pengawasan petugas penyuluh setempat. Perhutani yang mendapat amanah dari Kementerian Pertanian untuk menfasilitasi penyaluran pupuk bersubsidi melalui surat Direktur Utama No 036/054.3/ Keslos/Dir tertanggal 15 Januari 2015 mengintruksikan kepada Kepala Devisi Regional Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat dan Banten

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

menfasilitasi penyaluran pupuk bersubsidi serta berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Lembaga Penyuluh Tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi. Sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi Perum Perhutani pada 2015 telah merekap sebanyak 73.726,78 hektare lahan pertanian hutan yang diusulkan mendapat subsidi pupuk. Subsidi pupuk itu menjangkau 196.407 petani hutan yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten. Adapun jenis pupuknya antara lain Urea, SP-36, ZA, NPK dan organik. Tentu Perhutani akan memastikan penyaluran pupuk bersubsidi itu betul-betukl sampai kepada para

pesanggem yang menjadi sasaran. Begitu pula untuk menjamin para pesanggem tidak jatuh ke tangan tengkulak dalam menjual produknya, Perhutani juga akan masuk pada pasca panen. Dimana Perhutani juga siap untuk membeli hasil tani para pesanggem sesuai dengan harga pasar. “Kita menjadi Bulog secara kecil-kecilan-lah,” jelas Mustoha Iskandar. Untuk menangani pasca panen ini, tentu Perhutani akan membangun gudang untuk menyimpan hasil pertanian. Selain itu juga akan membeli mesin sederhana untuk mengolah bahan pangan tersebut. Disinilah tentu Perhutani harus melakukan investasi. Untuk mendukung ketahanan pangan, khususnya pasca panen bagi para petani hutan tersebut, Perhutani mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan penyertaan modal. Adapun dana yang diusulkan sebagaimana diungkapkan oleh Mustoha sebesar Rp 500 miliar. Sebuah jumlah yang cukup untuk membeli produksi pangan yang dihasilkan para petani hutan • DR

DUTA Rimba 9


RimBaUTama

Swasembada Pangan

Bukan Sekadar Angan

B

ukan main-main target pemerintah Republik Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Bahkan, pemerintah memasang target, kedaulatan pangan bisa terwujud dalam kurun tiga tahun ini. Hal itu ditegaskan kembali oleh Presiden RI, Joko Widodo, saat melaksanakan kegiatan panen raya jagung Petak 33 B & 34 B, Resort Pemangkuan Hutan

10 DUTA Rimba

(RPH) Nglayang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukun, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madiun, Jumat 6 Maret 2015. Presiden Joko Widodo hadir dalam panen raya jagung tersebut didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Mensesneg Pratikno, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar. Jagung yang dipanen tersebut merupakan

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Di medio tahun 1980-an, Indonesia pernah mencapai swasembada pangan. Kala itu, seluruh produk pangan diproduksi sendiri di dalam negeri. Artinya, Indonesia berdaulat dalam produksi pangan. Sekian tahun kemudian, terjadi kondisi sebaliknya, Indonesia justeru banyak mengimpor produk pangan dari luar negeri. Kini, pemerintah Republik Indonesia menargetkan untuk meraih kembali kedaulatan pangan.

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015


dirut Perum Perhutani, mustoha iskandar saat panen raya bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di kPH Bnyumas Timur.

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

DUTA Rimba 11


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Direktur Renbangbis, Agus Setya Prastawa bersama Prof. Dr. Soekotjo dan Kabiro Lind SDH dan Kelola Sosial Divre Jateng Imam Fuji Raharjo Meninjau uji coba jarak tanam di RPH Ngliron

tanaman yang ditanam dengan pola tumpangsari pada tanaman kayu putih tahun 2012. Hasil ubinan jagung di lahan tersebut mencapai 6 Ton per hektare. Menurut Presiden yang akrab disapa Jokowi tersebut, untuk implementasi program kedaulatan pangan Nasional, pemerintah menerapkan sistem pertanian terpadu. Dan sistem ini juga akan diterapkan di lahan Perkebunan serta lahan hutan yang dikelola Perhutani. Agenda acara di Madiun itu merupakan rangkaian kegiatan panen raya yang dilakukan di kawasan hutan yang dikelola Perhutani. Keesokan harinya, Sabtu 7 Maret 2015, Jokowi juga hadir dalam panen raya yang dilangsungkan di kawasan hutan Petak 18a Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. “Kawasan hutan maupun perkebunan ke depan akan dilakukan juga pemanfaatan lahannya untuk tanaman pangan di sela–sela

12 DUTA Rimba

Seperti kata Presiden, setiap 1 hektar dapat digarap 5 kepala keluarga. Maka, jika jagung itu dijual seharga Rp 2.800 per kilogram dan 1 hektar bias menghasilkan 6-7 Ton jagung, maka dalam 1 hektar bisa menghasilkan pendapatan hingga 20 juta rupiah. tanaman pokok. Seperti yang ada di kawasan hutan Perhutani. Pada lokasi ini dihasilkan panen jagung sebanyak 7,8 ton per hektare,” kata Jokowi. Sementara itu, Mustoha Iskandar menyatakan, Perum Perhutani siap mendukung program kedaulatan pangan yang telah dicanangkan pemerintah. Menurut dia, sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di sektor kehutanan, Perhutani memiliki potensi besar dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan di Indonesia. Terutama, melihat luasan hutan yang berada dalam cakupan pengelolaan Perhutani yang mencapai 2,5 juta

hektare. Mustoha menambahkan, untuk mendukung tercapainya kedaulatan pangan itu, Perhutani akan mengembangkan sistem pertanian terpadu. Di dalam sistem ini, Perhutani mengembangkan zona adaptif dengan memperlebar jarak tanam dari yang normal 2X2 meter, menjadi jauh lebih lebar hingga bisa 6X2 meter atau lebih. Dengan begitu, masyarakat desa di sekitar hutan yang berprofesi sebagai petani itu bisa memanfaatkan lahan di antara tegakan tersebut untuk menanam padi atau jagung. “Model pertanian ini untuk

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Tanaman padi IFS siap panen di KPH Banyumas Timur

Menurut penelitian Puslitbang, pengembangan ternak di dalam hutan dapat dilakukan setelah kawasan hutan tersebut tidak lagi menghasilkan palawija atau tanaman yang tidak dilakukan tumpangsari. meningkatkan produktivitas petani di lahan hutan yang dikelola Perhutani dan mendukung program kedaulatan Pangan nasional,” tegas Mustoha. Sangat wajar keinginan untuk meningkatkan produktivitas petani tersebut. Sebab, secara matematika, keuntungan dari pengembangan dan pemanfaatan lahan hutan untuk tanaman pangan itu juga cukup besar. Seperti kata Presiden, setiap 1 hektare dapat digarap 5 kepala keluarga. Maka, jika jagung itu dijual seharga Rp 2.800 per kilogram dan 1 hektar bisa menghasilkan 6-7 Ton jagung, maka dalam 1 hektare bisa menghasilkan pendapatan hingga

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

20 juta rupiah. Dan kondisi itu dapat dicapai petani dalam tiga bulan selama waktu menanam jagung. “Maka rata–rata per bulan mereka bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 1.456.000. Ini merupakan penghasilan yang cukup banyak bagi masyarakat desa hutan, agar mereka tidak merambah kawasan hutan,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, menegaskan, guna mendukung program kedaulatan pangan pemerintah, perusahaan

kini juga tengah merancang implementasi program integrated farming system atau sistem pertanian terintegrasi. Hal itu dilakukan bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Implementasinya dilakukan Perhutani dengan menyediakan lahan 146 hektare di kawasan hutan KPH Randublatung untuk dikelola sebagai lahan pertanian terintegrasi. “Tahun ini lahan tersebut akan kita perluas menjadi 4000 hektar,” kata Mustoha Iskandar seusai konferensi pers pemaparan Pencapaian Kinerja Perum Perhutani 2014, Selasa 3 Maret 2015, di Jakarta. Menurut dia, dengan konsep pertanian terintegrasi, Perhutani juga dapat mencegah maraknya sistem ijon dan rentenir, dengan menjadi off taker dari produk pertanian yang dihasilkan. Perhutani, kata Mustoha, juga menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Pertanian soal distribusi pupuk dan benih unggul bersubsidi. Di lahan yang akan di buka pun Perhutani akan memberikan sentuhan mekanisasi teknologi, agar hasil pertanian menjadi optimal. “Kita siapkan gudang, ada pabrik pengolahan jagung, padi, kedelai, agar penyimpanannya lebih awet dan kualitas terjaga,” tuturnya. Hal itu juga dituturkan Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, Heru Siswanto. Menurut dia, potensi Perhutani sangat besar untuk mendukung program ketahanan pangan. Sebab, Perhutani memiliki cakupan lahan yang besar dan dengan sendirinya juga memiliki sumber daya hutan yang juga besar. Bahkan, Perhutani bukan hanya berperan sebagai pendukung kedaulatan pangan dengan tanaman-tanaman pangan, tetapi juga sebagai lumbung daging dan ikan.

DUTA Rimba 13


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Menteri LHK, Siti Nurbaya di lokasi uji coba jarak tanam RPH Ngliron, KPH Randublatung

“Kedaulatan pangan juga menyentuh komoditas yang bernilai ekonomis tinggi semisal porang dan sebagainya. Porang ini merupakan produk ekspor dengan tujuan utama ke Jepang. Kita juga sedang menyiapkan 5000 hektar lahan Perhutani sebagai lumbung daging has dengan sistem silvopasteur,” kata Heru. Tetapi, pengelolaan tanaman pangan di lahan Perhutani itu tetap dilakukan dengan memerhatikan aspek hutan lestari. Karena itu, menurut Heru, Puslitbang Perhutani sudah meneliti, dan hasilnya adalah sapi-sapi itu tidak merusak tegakan. Menurut penelitian Puslitbang, pengembangan ternak di dalam hutan dapat dilakukan setelah kawasan hutan tersebut tidak lagi menghasilkan palawija atau tanaman yang tidak dilakukan tumpangsari. Setiap 25 hektare dapat berisi 48 sapi betina dan 2 pejantan serta menghasilkan 41 ekor per tahun. “Perhutani hanya menyediakan lahannya saja, sedangkan aspek-

14 DUTA Rimba

aspek yang terkait dengan ekonomis dan teknis disinergikan dengan BUMN lain yang terkait. Dalam kaitan dengan hal itu, Perhutani juga sudah bekerjasama dengan UGM untuk mengembangkan integrated farming system antara lain di Pati, Blora, Banyumas Timur, dan Kendal,” ujarnya. Kerja sama yang dimaksud Heru itu telah dilakukan sejak 8 Oktober 2014. Ketika itu, naskah kerjasama Pengembangan Pertanian terpadu Dalam Kawasan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan di Provinsi Jawa Tengah, ditandatangani Direktur Utama Perhutani yang saat itu dijabat Bambang Sukmananto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Prof. Dr. Suratman, M.Sc yang mewakili UGM. Ketiga pihak saat itu berharap, kerja sama itu mampu mendorong dan mendukung terwujudnya program kedaulatan pangan di Provinsi Jawa Tengah, melalui pengembangan pertanian terpadu di dalam kawasan hutan,

dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya hutan. Nota kerja sama itu segera ditindaklanjuti dengan mempertegas titik-titik dan komoditasnya. Sebab, pihak akademisi, para penyuluh, bina produksi, SKPD, Peternakan, Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kehutanan, telah siap mendukung realisasinya di lapangan. “Saya sangat tertarik gagasan Perhutani untuk mengoptimalisasi asetnya, dan ini merupakan kerja sama yang luar biasa antara government, bisnis, akademisi, dan BUMN,” kata Ganjar saat itu.

Menjawab Tantangan Krisis Penggarapan lahan milik Perhutani untuk dikerjakan oleh para petani dengan sistem tumpang sari di bawah tegakan pohon jati itu juga menjadi perhatian Presiden. Bahkan, Presiden Jokowi berharap agar hal itu terus dikembangkan. “Kita ini di sini kan mempunyai jati. Mungkin bisa juga nanti PTP, nanti sawit. Ini yang sudah berpuluh-puluh tahun

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

tidak produktif,” kata Presiden. Menurut Presiden Jokowi, penerapan pola seperti itu akan membuat produksi tanaman pangan semisal jagung, kedelai, dan padi, juga bisa meningkat. Sebab, tanaman pangan itu tidak hanya ditanami di lahan yang memang selama ini diperuntukkan bagi pengembangan tanaman pangan itu, namun juga ditanam di lahan perkebunan dan kehutanan dengan sistem tumpang sari. Hal itu dikatakan Presiden saat melakukan panen raya jagung di KPH Randublatung, 7 Maret 2015. Apalagi, sistem tumpang sari yang dikembangkan untuk tanaman pangan di kawasan hutan itu dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan atau kebun yang dikelola oleh perusahaan pemerintah, dalam hal ini Perhutani. Menurut Presiden, dengan pola seperti itu maka masyarakat sekitar hutan juga akan mendapatkan penghasilan tambahan yang meningkatkan kesejahteraan. “Inilah yang contohnya sudah ada. Di sini per hektare bisa mencapai 7,6 ton. Kemarin di Ponorogo bisa mencapai 5,4-5,6 ton. Kalo per kilonya dikalikan Rp. 2.800, sudah gede banget, sudah puluhan juta. Kalau per hektarenya dibagi 5 KK, berarti sudah Rp. 4 juta, jagung per 3 bulan. Bagi 3 lagi, Rp. 1.300.000. Menurut saya income yang sangat bagus untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar kita, agar mereka tidak merambah ke hutan itu sendiri,” urai Kepala Negara pula. Bukan hanya jagung. Padi hasil tumpangsari di kawasan juga telah mengalami masa panen raya. Kegiatan panen raya varietas padi jenis Inpago 5 dilakukan di lahan seluas 50 hektar milik Perhutani yang masuk kawasan hutan KPH Banyumas Timur, oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kamis

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Asdir Perlindungan SDH dan Kelola Sosial, Bambang Wuryanto menyiapkan lokasi panen raya

5 Maret 2015. Secara administratif, panen raya padi yang menggunakan integrated farming system itu dilakukan di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Menurut Ganjar, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya mendorong pemanfaatan lahan milik Perum Perhutani agar bisa dijadikan lahan pertanian bagi para petani, guna mewujudkan kedaulatan pangan. “Simbiosis mutualisme seperti ini diharapkan bisa terus dilakukan, dan kami akan mendorong pemanfaatan serta pengintensifan lahan-lahan milik Perhutani,” kata Ganjar Pranowo. Pemanfaatan lahan Perhutani untuk mendukung program kedaulatan pangan itu juga sekaligus menegaskan kesiapan hutan Perhutani untuk menjawab isu di seputar energi, pangan, dan air. Seperti diketahui, isu terkait krisis energi, pangan, dan air, selalu

menjadi isu sentral saat bincang tentang lingkungan hidup. Maka, keberhasilan panen raya kali ini sekaligus juga menegaskan komitmen Perhutani menjaga hutan Jawa untuk pengelolaan tata air, iklim, dan perlindungan. Hal itu ditegaskan Asisten Direktur Perlindungan Sumber Daya Hutan dan Kelola Sosial, Bambang Wuryanto. “Untuk menjawab tantangan krisis pangan, kita telah melakukannya dengan menanam tanaman pangan di hutan. Penanaman pangan di kawasan hutan dengan pola tumpangsari ini juga menyumbang pangan dalam negeri. Pengembangannya kita lakukan dengan sistem intensifikasi di dalam kawasan hutan,” tutur Bambang Wuryanto. Menurut Bambang Wuryanto, Perhutani juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian

DUTA Rimba 15


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berbincang dengan Rektor UGM, Dwikorita Karnawati sebelum panen raya

Pertanian soal distribusi pupuk dan benih unggul bersubsidi. Lahan yang akan disediakan untuk tanaman pangan itu pun akan disentuh oleh mekanisasi teknologi agar hasil pertanian menjadi optimal. Setidaknya, hasilnya telah terlihat lewat panen raya jagung tumpangsari tersebut yang dikatakan Bambang, rata-rata menghasilkan 4-6 Ton jagung per hektare dan 6 Ton padi per hektare. “Untuk mencapai kedaulatan pangan, semua pihak harus menjadi subyek dan saling bersinergi. Jika hal itu bisa dilakukan dan masing-masing pihak saling percaya, kita akan lebih cepat mencapai kedaulatan pangan,” katanya.

Kedaulatan Pangan Kedaulatan pangan sendiri merupakan istilah yang dibuat oleh anggota Via Campesina tahun 1996. Menurut definisinya, kedaulatan

16 DUTA Rimba

pangan adalah hak seseorang untuk mendefinisikan sistem pangan bagi mereka sendiri. Artinya, kedaulatan pangan menempatkan individu – bukan korporasi atau institusi pasar – sebagai pemeran utama dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi pangan di tengah pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan pangan. Kedaulatan pangan menjadi berbeda dengan prinsip ketahanan pangan dan kebijakan penyediaan pangan yang dominan secara global. Kebijakan ketahanan pangan lebih menekankan akses pangan bernutrisi yang mencukupi untuk semua, dan dapat disediakan melalui produksi dari dalam negeri maupun dengan cara impor. Di berbagai negara, pengembangan prinsip ketahanan pangan dengan mengatasnamakan efisiensi dan produktivitas, justeru memicu berkembangnya rezim korporasi pangan. Korporasi

pangan membuat perusahaan besar mendominasi produksi dan perdagangan pangan, sementara petani kecil terlantarkan. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai masalah yang terus meluas secara global, semisal hilangnya pangsa pasar bagi produsen kecil dan berbagai dampak lingkungan dari pertanian. Pangan sendiri merupakan kebutuhan dasar yang utama bagi manusia yang setiap saat harus dipenuhi. Di Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras. Sebab, beras memang merupakan makanan pokok utama orang Indonesia. Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok yang paling penting. Beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin. Kedaulatan pangan menjadi sebuah kondisi yang penting untuk

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Sudah menjadi rahasia umum akan panjangnya rantai pasokan yang mengakibatkan perbedaan harga tingkat produsen dan konsumen yang cukup besar dengan penguasaan perdagangan pangan pada kelompok tertentu (monopoli, kartel dan oligopoli). Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar saat panen raya.

diwujudkan. Sebab, hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No 7/1996 tentang Pangan. Hal itu ditegaskan lagi dalam UU No 18/2012 tentang Pangan yang antara lain menyebut, “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) dengan kemandirian

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food safety). Artinya, “Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal”. Ketahanan pangan di Indonesia tidak lepas dari sifat produksi komoditi pangan itu sendiri yang musiman dan berfluktuasi karena sangat mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca. Permasalahan lain yang muncul adalah distribusi. Stok pangan yang sebagian besar tersedia di daerah produksi harus didistribusikan antar daerah/pulau. Hal itu juga tak lepas dari persoalan tata niaga. Sudah menjadi rahasia umum akan panjangnya rantai pasokan yang mengakibatkan perbedaan harga tingkat produsen dan konsumen yang cukup besar dengan penguasaan perdagangan

pangan pada kelompok tertentu (monopoli, kartel dan oligopoli). Semua masalah tersebut mendasari kebijakan pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan. Perum Perhutani menyatakan mendukung program kedaulatan pangan, bukan saja karena posisinya sebagai BUMN, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian kepada konsisi sosial ekonomi masyarakat. Maka, Perhutani siap mendukung kedaulatan pangan, sejak pembenihan, pembiakan, hingga soal pemasaran, dengan kesiapan perusahaan untuk menjadi off taker produk pangan yang dihasilkan para petani hutan. “Intinya, Perhutani siap untuk mengawal dan melaksanakan program kedaulatan pangan yang sudah dicanangkan oleh Presiden,” tegas Heru Siswanto. Jika menilik semua itu, optimisme kita menjadi kian besar. Bahwa kedaulatan pangan bukan sekadar angan. Tetapi merupakan sesuatu yang sangat bisa diwujudkan. • DR

DUTA Rimba 17


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Direktur PSDH Perum Perhutani, Heru Siswanto.

18 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Pengelolaan Pangan

dan Kemandirian Desa Cara Perhutani Kedaulatan Pangan sudah menjadi program nasional yang ditargetkan akan tercapai dalam tiga tahun. Perhutani menyatakan dukungan penuh pada pelaksanaan program tersebut. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma pengelolaan hutan. Kini, hutan bukan sekadar produsen kayu, tetapi juga penyedia produk pangan yang kontinyu. Selain pengembangan padi, jagung, ketela pohon, dan porang, juga pengembangan produk agroforestri lain, serta menjadi lumbung daging, bahkan ikan dan udang.

P

erum Perhutani menyatakan mendukung penuh program kedaulatan pangan. Caranya antara lain, Perhutani saat ini tengah merancang implementasi program integrated farming system atau sistem pertanian terintegrasi di kawasan hutan. Di awal pengimplementasian sistem tersebut, Perhutani bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Pemerintah

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Provinsi Jawa Tengah, untuk mengelola lahan pertanian seluas 146 hektare di kawasan RandublatungCepu Jawa Tengah. Bahkan, menurut Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perhutani, Heru Siswanto, di tahun 2015, Perhutani menyediakan 80.000 hektare lahan untuk mendukung kedaulatan pangan. Jumlah itu tersebar di Jawa Tengah seluas 30.000 hektare, Jawa Timur 30.000 hektare, dan Jawa

Barat 20.000 hektare. “Uji coba integrated farming system dilakukan bekerjasama dengan UGM dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak Oktober tahun 2014. Hal itu sejalan dengan pernyataan Presiden Jokowi saat melakukan panen raya jagung di kawasan hutan KPH Randublatung, Sabtu 7 Maret 2015. Menurut Jokowi, lahan perkebunan maupun kehutanan akan menjadi sasaran program pertanian terpadu untuk

DUTA Rimba 19


rimbaUTAMA

mendukung kedaulatan pangan nasional. Seiring dengan itu, Presiden Jokowi juga mengingatkan perlunya diatur waktu penanaman agar panen produk pangan dapat berlangsung secara bergiliran. Sebab, jika di mana–mana ada panen raya jagung secara serentak di waktu yang sama, jangan sampai saat produksi melimpah itu harganya menjadi murah, namun di saat yang lain ketika jagung sedang memasuki musim tanam dan sulit didapat, harganya menjadi mahal. “Jadi panen jagung agar diatur antar pulau antar provinsi sehingga harga jagung bisa dipertahankan,” pesannya. Selain jagung, produk pangan yang ditanam di lahan hutan milik Perhutani juga meliputi padi, ketela pohon, sampai porang. Padi pun telah memasuki masa panen raya. Panen raya varietas padi jenis Inpago 5 yang menggunakan pola integrated farming system itu dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, di lahan seluas 50 hektare milik Perum Perhutani. ’’Sistem pertanian terpadu yang melibatkan banyak pihak itu diharapkan bisa membuat masyarakat desa hutan lebih

20 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

“Jadi panen jagung agar diatur antar pulau antar provinsi sehingga harga jagung bisa dipertahankan,” pesan Presiden .

Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar dan Presiden Jokowi saat panen raya jagung di kawasan hutan KPH Randublatung

sejahtera, karena mereka secara langsung akan dikenalkan sistim pertanian yang terintegrasi,’’ ujar Direktur Perencanaan dan Pangembangan Bisnis Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa. Seperti di Randublatung dan Madiun, Integrated farming system di Banyumas itu merupakan program sinergi antara Pemprov Jateng, Perum Perhutani, dan Universitas Gadjah Mada, dalam rangka mendorong serta mendukung terwujudnya program kedaulatan pangan di Jawa Tengah melalui penerapan sistem pertanian terpadu di dalam kawasan hutan dan sekitar hutan. Menurut Ganjar, jika integrated farming system ini dapat diintegrasikan di seluruh daerah maka akan banyak lahan Perum Perhutani yang bisa difungsikan untuk bercocok tanam. “Dalam penerapan sistem pertanian ini, secara ilmu pengetahuan dan pengadaan lahan

sudah siap semua,” ujar Ganjar. Panen padi tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal itu dituturkan oleh Asisten Direktur Perlindungan Sumber Daya Hutan dan Kelola Sosial Perhutani, Bambang Wuryanto. Menurut dia, hasil panen padi yang menggunakan integrated farming system dengan sistem pengairan tadah hujan itu dapat mencapai 5-6 Ton per hektare. Saat panen raya tersebut, padi jenis varietas Inpago 5 yang berhasil dipanen mencapai rata-rata 5,2 Ton per hektare, sedangkan padi varietas Situbagendit mencapai ratarata 5,6 Ton per hektare. Padahal, sebelumnya padi yang dipanen hanya sekitar 3 ton per hektare.

Pupuk dan Benih Bersubsidi Sebagai langkah konkrit kemandirian desa dan dukungan terhadap kedaulatan pangan, Perhutani mengedepankan pola Pengelolaan Hutan Bersama

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Kegiatan petani hutan (pesanggem) di wilayah hutan Perhutani.

Masyarakat (PHBM). Lewat pola tersebut, Perhutani menerapkan program kemitraan dengan masyarakat. Antara lain dengan memperluas akses tanaman tumpangsari. Kepala Biro Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, Purwanto, mengatakan hal itu. “Program tahun 2015 ini, petani hutan mendapat kesempatan untuk membeli pupuk dan benih dengan harga bersubsidi. Semua petani yang bekerja untuk Perum Perhutani mendapat pupuk dengan harga subsidi,” katanya. Purwanto menuturkan, program tersebut diawali dengan surat dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, kepada Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, tertanggal 29 Desember 2014. Di dalam surat itu, Men LHK menyebut, PHBM di areal Perum Perhutani merupakan kelompok tani hutan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

yang dibina oleh Kementerian LHK. Sebagai bentuk ikut serta mendukung program Kedaulatan Pangan, menurut surat Men LHK itu, kelompok tani hutan melakukan kegiatan tumpangsari untuk tanaman semusim, yaitu padi dan jagung. Terkait dengan hal tersebut, Men LHK pun meminta Mentan memberikan alokasi pupuk bersubsidi kepada para petani hutan sesuai ketentuan yang berlaku. Juga agar memberikan kemudahan di dalam pelaksanaannya. Setelah menerima surat dari Men LHK itu, Kementerian Pertanian lewat Dirjen Pupuk dan Pestisida, Muhrizal Sarwani, berkirim surat kepada Direktur Utama Perhutani, pada 9 Januari 2015. Antara lain isinya adalah penyaluran pupuk bersubsidi oleh pengecer/kios kepada petani/kelompok tani dilakukan berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan lahan maksimal 2

hektare per keluarga setiap musim tanam. RDKK disusun melalui musyawarah kelompok tani dengan pengawalan petugas penyuluh setempat. Dirut Perhutani lantas menindaklanjuti surat tersebut dengan surat kepada Kepala-Kepala Divisi Regional bahwa penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun 2015 adalah termasuk pemanfaatan lahan Perum Perhutani untuk komoditas tanaman pangan oleh masyarakat sekitar hutan berbasis kelompok tani. Terkait hal tersebut, Kepala-kepala Divisi Regional diperintahkan untuk memfasilitasi penyusunan CPCL dan RDKK sesuai format dan kebutuhan, serta berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Lembaga Penyuluhan tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Untuk tahun 2015, areal yang dibuatkan CPCL dan RDKK adalah lokasi tanaman tumpangsari dan lokasi tanaman lain di luar

DUTA Rimba 21


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Kapuslitbang Perum Perhutani, Suwarno menjelaskan proses IFS kepada Presiden RI, Jokowi.

tumpangsari yang cocok untuk komoditas padi dan jagung. Menurut Purwanto, sinergi dilakukan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN). Perhutani selanjutnya berfungsi sebagai penjamin dan sekarang ini sebagai fasilitator bagi penyediaan pupuk dengan harga khusus bersubsidi itu. Purwanto menyebut, program tersebut merupakan perwujudan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). “Maka, penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan RDKK itu disahkan oleh Kepala Desa. RDKK itu kemudian bisa digunakan oleh para petani hutan untuk membeli pupuk dengan harga khusus,” ujar Purwanto. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani, Heru Siswanto, menambahkan, perlu pengawalan dalam proses distribusi

22 DUTA Rimba

pupuk dari produsen ke petani/ pesanggem. Hal itu diperlukan agar penyalurannya dapat tepat sasaran. “Semua petani yang bekerja untuk Perhutani mendapat pupuk bersubsidi,” tegasnya. Bambang Wuryanto pun menegaskan, peran Perhutani dan pemerintah dalam hal itu adalah sebagai fasilitator. Bentuknya, dengan menyediakan lahan di kawasan hutan Perhutani untuk lokasi menanam tanaman pangan, sehingga dapat menyumbang bagi produksi pangan nasional per tahun dengan sistem tumpangsari. Juga dengan menerapkan intensifikasi di dalam kawasan hutan. Serta menyediakan sarana dan prasarana dengan memberikan kemudahan – lewat pembuatan RDKK – agar petani dapat memperoleh pupuk dan benih bersubsidi. Saat ini, prioritas program ini adalah jagung dan padi. Selanjutnya, Perhutani

akan berusaha untuk menjadi off taker produk pangan tersebut pasca panen. “Kita berkedaulatan pangan jika bisa menetapkan ketersediaan pangan sendiri,” katanya. Agus Setya Prastawa menjelaskan, dalam sistem pertanian terpadu tersebut, masyarakat desa hutan bisa memanfaatkan lahan yang ada di kawasan hutan untuk kegiatan menanam dan mengembangkan tanaman pangan. Di sisi lain, keterlibatan para pihak juga mencakup bagaimana agar para petani bisa mendapatkan pupuk untuk tanaman, bagaimana cara pengolahan lahan untuk pertanian, serta bagaimana cara penanganan pasca panen khususnya untuk memasarkan hasil panen mereka.

Lumbung Pangan Pengelolaan hutan tak bisa

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani, Hadi Daryanto bersama Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, Direktur PSDH, Heru Siswanto dan Kadivre Jateng, SR Slamet Wibowo.

Intinya, Perhutani telah memiliki pengelolaan pangan dan mendorong kemandirian desa di sekitar hutan. Bukan sekadar untuk mendukung program pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan. dilepaskan dari masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Puslitbang Perhutani mencatat, dari kawasan hutan seluas 500.000 hektare dikelilingi oleh 877 desa. Rata-rata 1 desa mempunyai hutan pangkuan seluas 570 hektare. Menurut Heru Siswanto, pengelolaan hutan bersama masyarakat sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Kini, pemanfaatan PHBM juga dimanfaatkan untuk tanaman forbo (teresan). Semua itu digunakan untuk menyokong kedaulatan pangan. “Kedaulatan pangan juga menyentuh komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, semisal porang dan sebagainya. Porang ini merupakan komoditas ekspor dengan tujuan utama ke Jepang,” ujar Heru.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Selain itu, Perhutani juga memproyeksikan hutan sebagai lumbung daging dan ikan. Sebagai lumbung daging, antara lain dengan pengembangan ternak di dalam kawasan hutan. Hal itu dilakukan dengan pola silvopasteur dan sudah diujicobakan pada lahan seluas 5.000 hektare. “Berdasarkan penelitian Puslitbang, ternak sapi yang dikembangkan di dalam kawasan hutan tidak akan merusak tegakan. Dan penelitian Puslitbang juga mengatakan, setiap 25 hektare lahan dapat berisi 48 ekor sapi betina dan 2 ekor pejantan serta akan menghasilkan 41 ekor per tahun,” kata Heru. Di masa depan, Perhutani juga berpotensi mengoptimalkan

hutan sebagai lumbung ikan. Hal itu ditegaskan oleh hasil penelitian Puslitbang. Hal itu mengingat luas hutan mangrove di Perhutani mencapai 51.000 hektare yang kondisinya secara umum berupa sawah dan tambak. Hutan mangrove seluas itu tersebar di KPH Banyumas Barat (14.500 hektare), KPH Purwakarta (15.000 hektare), KPH Bogor (11.000 hektare), KPH Indramayu (8.000 hektare), serta KPH banten (1.500 hektare). Puslitbang lantas merekomendasikan, fungsi hutan mangrove seluas 51.000 hektare itu perlu ditingkatkan. Menurut Kapuslitbang, Suwarno, untuk mengatasi lokasi tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Yang pertama,meberikan ganti garapan yang merupakan kompensasi berupa uang. Yang kedua, melakukan penanaman mangrove selebar 200 meter sepanjang garis pantai. Lalu melakukan penanaman kayu putih dengan model 50% kayu putih dan 50% empang, dengan estimasi sekitar 40.000 hektare. Maka, lokasi tersebut diproyeksikan akan menghasilkan ikan bandeng hingga mencapai sekitar 3 Ton per hektare per tahun. Jika dikalikan total 2.000 hektare, maka potensi ikan yang dikandung hutan mangrove Perhutani adalah 60.000 Ton. Potensi itu kira-kira dapat mendatangkan pendapatan hingga sebesar Rp 900 Miliar per tahun. Intinya, Perhutani telah memiliki roadmap pengelolaan pangan dan mendorong kemandirian desa di sekitar hutan. Bukan sekadar untuk mendukung program pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Tetapi lebih jauh dari itu, untuk memajukan pembangunan Indonesia dan ikut serta menyejahterakan masyarakat. • DR

DUTA Rimba 23


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Senyum salah satu petani hutan (pesanggem) dengan hasil panennya.

24 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Tanaman Semusim

di Hutan

Sejatinya, Perhutani telah lama menerapkan pola pengelolaan hutan bersama masyarakat. Kemitraan dengan masyarakat dilakukan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sejak proses persemaian hingga ke sektor keamanan hutan. Kini, akses pemanfaatan lahan di bawah tegakan dengan sistem tumpangsari diperluas, demi mendukung program kedaulatan pangan.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 25


rimbaUTAMA

26 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

P

residen Jokowi sudah menegaskan, lahan kehutanan dan perkebunan akan menjadi sasaran program pertanian terpadu untuk mendukung kedaulatan pangan nasional. Menyikapi hal tersebut, Perhutani pun telah menyatakan komitmen untuk mendukung perwujudan program Kedaulatan Pangan tersebut. Wujudnya adalah, Perhutani memfasilitasi sistem pertanian terpadu (integrated farming system) yang saat ini sedang diujicobakan di kawasan hutan yang dilakukan dengan melibatkan multi stakeholder. Penerapan sistem tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Salah satu upaya untuk menyokong kedaulatan pangan adalah menyediakan lahan di bawah tegakan di dalam kawasan hutan Perhutani sebagai lahan untuk mengembangkan tanaman pangan. Tanaman-tanaman pangan yang boleh dikatakan sebagai tanaman semusim itu kini banyak ditanam dan dikembangkan di kawasan hutan Perhutani. Selain itu, juga dengan mempermudah akses para petani untuk membeli pupuk dan benih dengan harga khusus bersubsidi. Pola tumpangsari menjadi pilihan untuk mendukung kedaulatan pangan. Menurut Presiden Jokowi, dengan pola tumpangsari seperti itu, produksi tanaman pangan semisal jagung, kedelai, dan padi, bisa meningkat karena tidak hanya ditanami di lahan yang memang untuk tanaman pangan itu, namun juga ditanam di lahan perkebunan dengan sistem tumpang sari. Selain menambah produksi pangan, dengan sistem tumpang sari yang melibatkan masyarakat sekitar hutan atau kebun yang dikelola oleh

Kegiatan panen jagung oleh pesanggem.

Untuk meningkatkan produksi pangan para petani, Presiden Jokowi juga meminta agar Menteri Pertanian memberikan benih gratis. Selain itu, ia berharap Perhutani juga menambah luas lahan PTT yang bisa dikerjakan oleh petani.

perusahaan pemerintah, menurut Presiden Jokowi, masyarakat sekitar hutan juga akan mendapatkan penghasilan tambahan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Untuk meningkatkan produksi pangan para petani, Presiden Jokowi juga meminta agar Menteri Pertanian memberikan benih gratis. Selain itu, ia berharap Perhutani juga menambah luas lahan PTT yang bisa dikerjakan oleh petani. Menurut Kepala Biro Pengelolaan Sumber Daya Hutan, Purwanto, saat ini lahan yang disediakan untuk

ditanami tanaman pangan totalnya adalah 73.726,78 hektare. Luas lahan tersebut tersebar di Jawa Tengah seluas 25.194,66 hektare; di Jawa Timur seluas 31.097,06 hektare; di Jawa Barat seluas 16.185,64 hektare; serta di Banten seluas 1.249,42 hektare. Lahan seluas itu digunakan untuk mengembangkan tanaman padi dan jagung. Total luas lahan tersebut disediakan berdasarkan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi. “Untuk padi, total luas lahannya adalah 20.320,78 hektare. Sedangkan untuk jagung, jumlah lahan yang

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Tanaman padi jenis Inpago 5 disela tanaman JPP dengan jarak tanam 8x2 m.

disediakan adalah seluas 53.406 hektare,” kata Purwanto.

Kebutuhan Pupuk Purwanto menguraikan, berdasarkan RDKK, pupuk bersubsidi yang dibutuhkan pun dibagi dalam beberapa kelompok klasifikasi. Untuk padi, jumlah total kebutuhan pupuk urea bersubsidi adalah 6.973.557 kg. Sedangkan untuk jagung, jumlah total kebutuhan pupuk urea bersubsidi adalah 19.637.214 kg. Sehingga, total kebutuhan pupuk urea bersubsidi adalah 26.610.772 kg. Sementara itu, total jumlah jenis pupuk SP-36 yang dibutuhkan berdasarkan RDKK adalah 5.502.526 kg. Jumlah itu diperuntukkan bagi tanaman padi sebanyak 132.195 kg dan untuk jagung sebanyak 5.370.332 kg. Untuk pupuk jenis ZA, jumlah total kebutuhannya yang tercatat berdasarkan RDKK adalah 2.166.822 kg. Jumlah itu diperuntukkan bagi kebutuhan tanaman padi sebanyak 105.368 kg dan untuk jagung

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Purwanto juga menegaskan, seluruh proses dan perkembangan pelaksanaan program dukungan untuk kedaulatan pangan itu dicatat dan dilaporkan secara berkala kepada Menteri LHK dan Menteri Pertanian. sebanyak 2.061.455 kg. Jumlah total kebutuhan pupuk jenis NPK yang tercatat berdasarkan RDKK adalah 25.959.500 kg. Jumlah itu diperuntukkan bagi kebutuhan tanaman padi sebanyak 8.914.283 kg dan untuk jagung sebanyak 17.045.217 kg. Serta untuk pupuk organik, jumlah total kebutuhannya yang tercatat berdasarkan RDKK adalah 13.978.232 kg. Jumlah itu diperuntukkan bagi kebutuhan tanaman padi sebanyak 4.678.635 kg dan untuk jagung sebanyak 9.299.597 kg. “Yang penting adalah, pada saat dibutuhkan, pupuk itu ada,” kata Purwanto. Purwanto menambahkan, jumlah

total petani yang mendapatkan kemudahan untuk membeli pupuk dengan harga khusus bersubsidi adalah 196.407 orang. Jumlah tersebut untuk petani yang menanam padi adalah 46.159 orang dan untuk petani/pesanggem yang menanam jagung sebanyak 150.248 orang. Purwanto juga menegaskan, seluruh proses dan perkembangan pelaksanaan program dukungan untuk kedaulatan pangan itu dicatat dan dilaporkan secara berkala kepada Menteri LHK dan Menteri Pertanian. Memang, untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan, Perhutani perlu bersinergi dengan pihak lain.

DUTA Rimba 27


Budi daya porang oleh KPH Kediri terbilang cukup bagus. Di bulan Desember 2014, Perhutani KPH Kediri sudah menanam porang di lahan seluas 5 hektar dengan jarak tanam 1X1 M3. Dari budi daya porang tersebut, mereka dapat menghasilkan kurang lebih 30 ton per hektar per tahun

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Bibit porang hasil rekayasa genetika dari pusllitbang Perhutani.

Sehingga, tujuan sistem pertanian terpadu (integrated farming system) untuk menuju kedaulatan pangan nasional bisa secepatnya tercapai. “Perhutani siap menjembatani dengan cara menyediakan lahan kawasan hutan untuk kegiatan tersebut,” tutur Direktur Perencanaan dan Pangembangan Bisnis Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa.

Budi Daya Porang Komitmen dukungan Perhutani untuk kedaulatan pangan bukan hanya disuarakan Kantor Pusat. Seluruh struktur organisasi Perhutani juga menyatakan komitmen yang sama. Dan mereka semua juga telah bergerak bersama. Hal itu antara lain ditunjukkan KPH Kediri. Administratur Perhutani KPH Kediri, Maman Rosmantika, mengatakan, seluruh jajaran

28 DUTA Rimba

Perhutani KPH Kediri mendukung program pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan. Wujud dukungan KPH Kediri adalah dengan mengembangkan budi daya tanaman porang yang ditanam di bawah tegakan Pinus khususnya di Petak 25A Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumber Bening, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dongko. Budi daya Porang tersebut merupakan hasil kerja sama antara Perum Perhutani KPH Kediri, Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH), dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hutan (PUSLITBANG SDH)-Cepu. Maman Rosmantika mengatakan, kegiatan budidaya Porang ini dalam upaya mensukseskan program pemerintah yaitu menjaga kestabilan pangan nasional.

“Perhutani Kediri sebagai fasilitator, LMDH sebagai Pelaksana, dan Puslitbang SDH Cepu sebagai penyuplai bibit,” tambah Maman. Maman mengharapkan, kerja sama tersebut akan mampu memberikan nilai tambah kepada masyarakat sekitar hutan. Sebab, menurut dia, tanaman porang termasuk jenis tanaman langka. “Mengapa saya katakan langka? Karena tidak bisa dimakan tanpa diolah melalui prosedur terlebih dahulu,” ujarnya. Budi daya porang oleh KPH Kediri terbilang cukup bagus. Di bulan Desember 2014, Perhutani KPH Kediri sudah menanam porang di lahan seluas 5 hektare dengan jarak tanam 1X1 M3. Dari budi daya porang tersebut, mereka dapat menghasilkan kurang lebih 30 ton per hektare per tahun. Harga porang

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Petani hutan (pesanggem) saat beraktifitas.

di masa depan, Perhutani bukan saja akan berperan sebagai jembatan atau fasilitator dalam program kedaulatan pangan tersebut. Tetapi juga berperan dalam penanganan pascapanen saat ini berada dalam kisaran Rp 3000 per kilogram. Pemanfaatan lahan di bawah tegakan sebagai bentuk dukungan terhadap program kedaulatan pangan itu menjadi komitmen Perhutani. Bahkan, menurut Asdir Perlindungan Sumber Daya Hutan dan Kelola Lingkungan Perhutani, Bambang Wuryanto, pengembangan budi daya porang sejauh ini telah 90% berhasil.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Jadi “Bulog Kecil” Bambang Wuryanto, mengatakan, di masa depan, Perhutani bukan saja akan berperan sebagai jembatan atau fasilitator dalam program kedaulatan pangan tersebut. Tetapi juga berperan dalam penanganan pascapanen. Artinya, Perhutani juga berperan sebagai off taker yang berfungsi seperti “Bulog Kecil” yang akan membeli hasil produk pangan yang telah ditanam petani/pesanggem di bawah tegakan yang ada di lahan di kawasan hutan Perhutani. “Sebab, yang juga harus dipikirkan adalah bagaimana penanganan produk tanaman pangan itu pascapanen,” ujarnya. Rasanya bukan sesuatu yang terlalu muluk untuk membayangkan Perhutani menjadi off taker. Setidaknya, untuk porang hal itu sudah mungkin untuk dilakukan. Sebab, Perhutani telah memiliki pabrik pengolahan porang yang

berlokasi di Pare, Kediri. Tetapi, Perhutani harus menggandeng banyak pihak, karena banyak pihak yang akan terkait dalam proses menjadi off taker itu. Yang jelas, pemanfaatan lahan di bawah tegakan sebagai lahan untuk mengembangkan tanaman pangan itu juga memberikan banyak manfaat. Antara lain, keberhasilan tanaman menjadi lebih terjamin, manajemen pohon per pohon dapat terwujud, timbulnya rasa memiliki tanaman di kalangan masyrakat di sekitar kawasan hutan, serta menambah besar peranan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Selain itu, manfaatnya juga akan semakin manambah harmonisnya hubungan petugas lapangan dengan masyarakat. Di sisi lain, manfaat yang juga akan dapat diraih adalah adanya peningkatan pendapatan masyarakat desa hutan, serta terwujudnya kemandirian desa. • DR

DUTA Rimba 29


rimbakhusus

Efisiensi Kata Kunci

Laba Perusahaan Terus Meroket Sekalipun target pendapatan perusahaan tidak tercapai, tetapi laba perusahaan pada 2014 justru meroket dari target yang ditetapkan. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya efisiensi yang digulirkan oleh perusahaan, serta adanya penguatan kurs dolar AS. Kondisi demikian yang membuat Perum Perhutani memasuki 2015 penuh dengan optimisme. Perusahaan mematok keuntungan sebesar Rp 400 miliar.

D

i tengah perekonomian dunia yang masih muram, ternyata efisiensi bisa menjadi solusi bagi beberapa perusahaan keluar dari lubang jarum. Hal itu setidaknya dirasakan oleh Perum Perhutani. Sekalipun perekonomian nasional pada 2014 hanya tumbuh sekitar 5,06%, tetapi

30 DUTA Rimba

perusahaan pelat merah ini mampu membukukan pertumbuhan laba tiga kali lipat bila dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Memang tidak mudah bagi sejumlah korporasi dari jebakan perekonomian dunia. Apalagi bagi perusahaan yang mengelola sumber daya alam. Di bidang energi misalnya sebuah perusahaan pelat merah,

pendapatannya merosot secara signifikan, karena harga minyak dunia anjlok. Bila pada 2013, harga minyak dunia bertenger di atas US$ 100 per barel, pada 2014 merosot drastis ke kisaran US$ 60 per barel. Tak berlebihan, bila pendapatan perusahaan dan laba perusahaan energi juga menukik jatuh. Hal yang sama juga dirasakan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2014 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

Kegiatan produksi di Perhutani Plywood Industry.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 31


oleh perusahaan perusahaan kelapa sawit. Menurunnya harga CPO dunia, membuat perusahaan perkebunan juga mengalami penurunan pendapatan. Begitu pula, perusahan yang bergerak di bidang pertambangan umum, menurunnya harga batu bara, dan produk-produk tambang lainnya, membuat mereka seperti terperangkap oleh beban usaha yang menunpuk. Sedikit berbeda dengan perusahaan yang berbasis sumber daya alam, adalah Perum Perhutani yang berbisnis di bidang sumber daya kehutanan. Dari target pendapatan pokok dan lainnya sebesar Rp 4,6 triliun pada 2014, realisasinya hanya Rp 4,3 triliun. “Jadi pencapaian dari pendapatan 2014 hanya sekitar 95%” jelas Morgan Sarif Lumban Batu, Direktur Keuangan Perum Perhutani. Pendapatan 2014 itu ditopang dari penjualan kayu tebangan, kayu olahan dan hasil hutan lainnya, seperti Gondorukem, terpentin, kayu putih, pariwisata, AMDK sebesar Rp 4,1 triliun (90,67%). Sementara bila diklasifikasi lebih tajam sedikit, pendapatan non kayu lebih besar bila dibanding dengan pendapatan dari kayu. Besarnya pendapatan non kayu ini tentu tujuannya untuk hutan lestari. Karena kalau hasil hutannya diekspor terus tentu akan habis hutannya. “ Misi kita tidak tercapai, karena tidak lestari.” Tambah Morgan. Sementara komposisi pendapatan kayu tebangan dan kayu olahan masih lebih banyak pendapatan dari kayu tebangan, khususnya kayu log. Hal ini terjadi karena terkait dengan kapasitas industri dan harga. Kalau di kayu itu ada kayu jati dan non jati. Sementara untuk kayu jati kalau diolah itu hanya terbatas untuk furniture. Tentu harganya mahal. Kalau perekonomian Eropa belum berubah, kiranya sulit untuk digenjot, karena tujuan pasar

32 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Direktur Keuangan Perum Perhutani, Morgan Sharif Lumban Batu.

kayu olahan itu ke kawasan Eropa. Tidak tercapainya target pendpatan itu disebakan oleh aspek fisik dan harga. Dari sisi fisik pencapaiannya rata-rata hanya sekitar 87%. Yang membuat pendapatan Perhutani tertolong, karena harga naik khususnya dari non kayu, seperti harga gondorukem Disamping tentu kurs dolar juga naik terhadap rupiah. Dari harga dolar yang direncanakan Rp 9.750 per dolar AS, sementara rata-rata 2014 dolar terhadap rupiah itu sekitar Rp 11.000. Sumbangan perbedaan kurs rupiah terhadap dolar Amerika cukup besar untuk menopang pendapatan Perhutani. Bila volume penjualan bisa dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan, tentu makin banyak pendapatan yang bisa diraup. Atau dengan kata lain, bila kinerja operasional bisa maksimal sesuai

dengan target yang ditetapkan, sesungguhnya peluang untuk meraup pendapatan makin besar. Begitu pula sebaliknya, bila target penjualan tak tercapai, maka akan ada potential loss yang harus diterima. Memang bila ditelaah lebih lanjut dari total biaya yang ditargetkan 2014 sebesar Rp 4,3 triliun, realisasinya mencapai Rp 4,0 triliun atau sekitar 93%. Dari capaian tersebut bila dibanding dengan realisasi pendapatan sekitar 95%, maka sesunguhnya pada tahun 2014 jauh lebih efisien bila dibanding yang direncanakan. ”Bila delta pendapatan lebih besar dari delta biaya, itu artinya lebih efisien,” tegas Morgan. Sementara laba perusahaan sebelum pajak direncanakan pada 2014 mencapai Rp 287 miliar dan realisasinya Rp 312 miliar atau sekitar 115%. Itu artinya pertumbuhan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: Istimewa.

Beberapa objek wisata Perum Perhutani.

laba sekitar 15%. Pertumbuhan laba perhutani itu mirip dengan pertumbuhan laba pada sektor perbankan sekitar 15 s/d 20%. “Hanya bedanya laba perbankan itu sudah cukup besar.” Dari sisi pertumbuhan laba perusahaan Pertumbuhan perhutani cukup tercapai. Tapi kalau sampai pada laba bersih mencapai Rp 242 miliar. Pertumbuhan laba Perum Perhutani itu sudah sesuai dengan target yang ditentukan oleh pemegang saham dalam hal ini Kementerian BUMN . Jadi sudah memenuhi aspirasi pemegang saham. Sebenarnya tujuan perusahaan itu bukanlah pada besarnya laba perusahaan, tetapi yang lebih mendasar adalah bagaimana hutan di Pulau Jawa itu bisa lebih lestari. Kalau hutan itu lestari, pendapatan dari non hutan itu harus jauh lebih besar dari

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Untuk menjamin hutan lestari, ke depan Perum Perhutani harus fokus untuk menggenjot pendapatan non kayu, termasuk di dalamnya melalui hilirisasi, serta potensipotensi non kayu seperti minyak kayu putih, AMDK, madu, pariwisata. pada pendapatan dari kayu. Untuk menjamin hutan lestari, ke depan Perum Perhutani harus fokus untuk menggenjot pendapatan non kayu, termasuk di dalamnya melalui hilirisasi, serta potensi-potensi non kayu. Misalnya aset-aset yang ideal itu supaya dioptimalkan. “Kita menggenjot produksi bukan kayu, tetapi hasil hutan seperti minyak kayu putih, AMDK, madu, pariwisata. Kalau ada potensi lain di hutan seperti minihidro, galian C kita manfaatkan. Dan lahan-lahan kosong kita cover

dengan hutan , sehingga visi kita untuk mewujudkan hutan lestari akan lebih cepat direalisasikan.” tambah Morgan Sebagai perusahaan yang punya amanah untuk mewujudkan hutan lestari, Perhutani ke depan memang harus fokus untuk mengembangkan usaha non kayu. Melalui bisnis semacam itu, peluang perusahaan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar akan bisa dicapai, selain tentu saja untuk mewujudkan hutan lestari • DR

DUTA Rimba 33


rimbakhusus

Kerja

Kerja keras menjadi kata kunci bagi Perum Perhutani untuk memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Pada 2015, perusahaan pelat merah ini mematok target pendapatan perusahaan sebesar Rp 5,01 triliun atau naik sekitar 18% dari pendapatan tahun 2014 sebesar Rp 4,3 triliun.

D

ari sisi efisiensi, tentu perusahaan ini tak akan terlalu susah untuk mewujudkannya. Tahun 2014 telah memberikan pelajaran yang cukup berarti bagi perusahaan ini. Delta pendapatan lebih besar dari delta biaya. Tentu keberhasilan untuk menggenjot efisiensi 2014 akan bisa dilanjutkan pada 2015. Apalagi sebagaimana ditegaskan

34 DUTA Rimba

Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Keras Kejar Target Kegiatan logging kayu di salah satu TPK.

oleh Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, perusahan ini harus terus melakukan cost reduction untuk membuat perusahaan ke depan makin sehat. Penegasan ini tentu ditujukan agar seluruh jajaran manajemen untuk terus melakukan efisiensi. Begitu pula dari sisi harga produk non kayu, diproyeksikan akan seperti pada 2014, mengingat perekonomian AS dan Eropa

dewasa ini relatif lebih baik bila dibanding dengan tahun lalu. Begitu pula dari sisi fluktuasi rupiah terhadap dolar, juga membuka peluang perusahaan untuk mendapatkan tambahan pendapatan cukup besar. Bayangkan saja satu dolar AS di atas Rp 13.000, memberikan harapan bagi perusahaan untuk menggenjot ekspor dan menarik keuntungan secara signifikan.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Masalah yang terberat adalah bagaimana perusahaan pelat merah ini, mampu menggenjot kinerja operasional, agar peluang untuk mendapatkan pendapatan dan perusahaan makin besar. Bila target operasional bisa ditingkatkan dari 87% menuju ke angka 100%, maka pendapatan dan laba perusahaan akan bisa melesat. Bila masalah operasional ini bisa digenjot, tidak terlalu berlebihan,

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

bila laba perusahaan pada 2015 sebelum pajak diproyeksikan bisa mencapai diatas Rp 400 miliar. Itu akan bisa dicapai, bila kinerja operasional itu mampu memastikan volume penjualan baik kayu maupun non kayu sesuai dengan target yang ditentukan. Untuk bisa mencapai laba sebesar Rp 400 miliar haruslah diusahakan dari sisi volume maupun harga jangan sampai meleset. Tentu dengan target laba

Rp 400 miliar pada 2015, akan memungkinkan Perhutani sebagaimana diproyeksikan oleh Mustoha Iskandar pada 2016 labanya bisa mencapai Rp 500 miliar. Sebuah angka yang kiranya tidak terlalu berlebihan dicapai oleh perusahaan ini. Masalahnya sekarang bagaimana bisa menjaga kinerja operasional, agar target pendapatan dan laba perusahaan bisa terjaga. • DR

DUTA Rimba 35


rimbakhusus

Obsesi Perhutani Ke Depan

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Jadi Telkomsel Hingga Pertamina EP

36 DUTA Rimba

Perhutani Pine Chemical Industries di Pemalang.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Sebagai holding perusahaan kehutanan, Perum Perhutani akan memperkuat anak-anak perusahaan untuk lebih fokus menggarap bisnis yang lebih spesifik. Anak perusahaan ini nantinya akan menjadi ujung tombak untuk mencari keuntungan. Pendek kata, Perhutani menginginkan adanya telkomseltelkomsel dan Pertamina EP – Pertamina EP yang menjadi tulang punggung induk perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Gaji di anak perusahaan ini bisa saja lebih besar, sehingga orang berambisi bekerja di anak-anak perusahaan.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 37


rimbakhusus

38 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

T

ahun 2015 harus menjadi tahun berkarya dan pembuktian. Dalam soal efisiensi, harus kita tunjukkan bahwa pada tahun ini, Perum Perhutani harus bisa mewujudkan berapa besar melakukan efisiensi. Kalau sudah bisa melakukan efisiensi, berarti harus sudah bisa menaikkan gaji sekian persen. “Jadi baru yakin. Kalau sekarang belum yakin, karena belum tahu berapa efisiensi yang telah dicapai,” tegas Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar. Ke depan untuk meningkatkan kinerja karyawan, Perusahaan akan mengembangkan insentif. Seperti di hukum. Kasusnya sangat banyak. Masing-masing orang menangani satu kasus. Selesai kasih insentif. “Mereka itu nanti akan cari kasus. Kalau sekarang bila tidak di kasih kasus, diam saja. “ Jadi divisi hukum nantinya tak banyak di kantor. Karena mereka harus menyelesaikan kasus-kasus itu yang jumlahnya cukup banyak. Kalau tidak ya tidak bisa. Hutang itu banyak sekali. Apalagi optimalisasi aset. Perhutani bila mampu mengelola aset, tak perlu menebang kayu, cukup kaya. Mengelola aset saja sudah cukup banyak pendapatannya. Mustoha telah melakukan pertemuan dengan Direktur Semen Indonesia. Ia meminta Perhutani untuk menyediakan areal 135 hektare untuk bahan semen, dengan skimk pinjam pakai. Sebagai kompensasi dalam mengerjakan 135 hektare itu operatornya adalah Perhutani. Dimana untuk operator ini akan dilakukan oleh anak perusahaan, Palawi. Untuk selanjutnya, Semen Indonesia itu juga diminta memiliki share di Palawi. Karena Palawi membutuhkan expertise-nya. Ke

Perhutani Pine Chemical Industry di Pemalang.

depan untuk unsur galian yang akan urus adalah Palawi. Fokus itu, pasarnya jelas, Semen Indonesia. “Saya akan menciptakan Telkomsel-Telkomsel Perhutani. Menciptakan Pertamina EPPertamina EP Perhutani,” tegas Mustoha. Dalam konsep semacam itu, Perhutani Pusat sebagai holding. Sementara yang mencari uang adalah anak perusahaan. Hal semacam itu tentu bisa saja diterapkan. Tidak terlalu susah Selanjutnya untuk Mini Hidro Perhutani akan bekerja sama dengan PLN. PLN bisa punya share di Hijau Lestari I. Jadi dengan konsep semacam itu seluruh Mini

Hidro nantinya ditangani oleh Hijau Lestari. Sementara untuk tambang emas, Perhutani akan bekerja sama dengan Antam (Aneka Tambang). Jadi ke depan Perhutani tanpa harus menebang kayu, bisa kaya raya. Dengan cara begini, Perhutani akan mampu mewujudkan hutan lestari. Jadi ke depan Perhutani pusat itu akan fokus untuk mengembangkan masalah kehutanan Bisa jadi ke depan, sebagaimana di Telkom, gaji di anak perusahaan itu lebih besar dari pada di induknya. Kenapa tidak, di Perhutani juga bisa seperti itu. “Orang bisa berbondong-bondong masuk ke

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Pekerja di Perhutani Pine Chemical Industry di Pemalang.

“Saya ingin dalam satu tahun itu tertanam 10.000 hektare. Bukan ditanam seperti anak tiri. Hanya satu galengan dua, di sisinya padi. Tidak bisa begitu. Semua harus jadi anak emas. sana nantinya,” tegas Mustoha. Begitu pula dalam soal minyak kayu putih. “Saya ingin dalam satu tahun itu tertanam 10.000 hektare. Bukan ditanam seperti anak tiri. Hanya satu galengan dua, di sisinya padi. Tidak bisa begitu. Semua harus jadi anak emas. Modelnya harus seperti kebun teh. Saya targetkan dalam tiga tahun sudah 30.000 hektare. Sehingga tahun ke tiga pada semester ke 2 sudah bisa

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

dipanen.” Dari proyek minyak kayu putih setelah dikalkulasi oleh Mustoha bisa memberikan kontribusi pendapatan Rp 2 triliun. Sebuah lonjakan yang cukup besar bila dibanding pada sekarang ini yang hanya memberikan kontribusi Rp 69 miliar. Disinilah Mustoha menawarkan sebuah kerja yang lebih terprogram dan terintegrasi. Untuk menciptakan

value yang besar tentu bukan seperti membuat combro, tetapi juga butuh waktu . “Tanaman itu butuh waktu. Tidak ada yang cepat.” Yang cepat menghasilkan income, Perhutani membuat perusahaan bekerja sama dengan Semen Indonesia, dengan PLN, Antam, itu memang akan cepat menghasilkan income yang mendatangkan keuntungan. Dengan semen, materialnya sudah tersedia tinggal dieksploitasi dan kemudian dikirim ke Semen Indonesia. Mini Hidro, paling butuh waktu satu tahun untuk membangun, hasilnya dijual ke PLN. Begitu pula kerja sama dengan Antam (Aneka Tambang), juga bisa segera mendatangkan keuntungan. • DR

DUTA Rimba 39


SOSOKrimba

Prof. Ir.

Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D

Begini Perhutani Ngerti Sih”

Sosok Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D dikenal luas setelah menjadi moderator debat Calon Wakil Presiden dalam proses Pemilihan Presiden Republik Indonesia tahun 2014. Saat itu, ia menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kerja Sama dan Alumni. Di kalangan akademisi, ia dikenal sebagai pakar dan pengamat masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi. Salah satu penelitiannya adalah membuat zona atau peta daerah Bantul yang rawan gempa bumi dan tingkat intensitas kerentanannya pasca gempa bumi 27 Mei 2006. Kini, Dwikorita adalah Rektor perempuan pertama UGM. Pada 22 November 2014 ia terpilih sebagai Rektor melalui sidang pleno Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, menggantikan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., yang terpilih sebagai Menteri Sekretaris Negara sejak 27 Oktober 2014. Apa pandangan Alumnus S1 Jurusan Teknik Geologi, FT Universitas Gadjah Mada (1988) ini tentang ketahanan pangan, integrated farming dan pemanfaatan lahan hutan? Simak Perbincangan Pimpinan Redaksi Duta Rimba ketika diundang breakfast Dwikorita pada sebuah pagi di Jakarta. Apa konsep dan pemikiran UGM dalam mendukung ketahanan pangan? Tahun 2011, saya menjadi Visiting Professor di Amerika Serikat. Waktu itu saya belum menjadi Wakil Rektor. Saya mengajar distance learning, mengajarnya dari Amerika tetapi yang mendengarkan berasal dari berbagai negara, termasuk Asia, bahkan ada yang dari Australia

40 DUTA Rimba

juga. Apa yang saya sampaikan itu mengenai education for sustainable development, yaitu bagaimana mendidik generasi muda terutama mahasiswa agar tak hanya memahami sustainable development, tetapi yang penting lagi adalah bersikap. Jadi membentuk karakter sustainable development. Salah satu bahasan yang saya sampaikan di Amerika adalah integrated farming.

Apa pandangan UGM tentang Kami memandang integrated farming adalah bagian dari education for sustainable development, untuk menyadarkan generasi muda bahwa kita harus bersikap atau berjiwa sustainable development. Kenapa demikian? Karena di dalam integrated farming sudah mencakup berbagai aspek, misalnya

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 41


SOSOKrimba Tetapi ada apresiasi terhadap pentingnya pertanian. Pertanian itu pun terintegrasi dengan kehutanan, dan ternyata juga terintegrasi dengan peternakan. Jadi, sekaligus geologi itu mempelajari integrasi bencana.

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

Bagaimana geologi bisa mensejahterakan ?

aspek pertanian, yaitu bagaimana memanfaatkan lahan pertanian tetapi bisa berdampingan dengan kehutanan. Kadang-kadang kita berpikir sektor pertanian terpisah dengan sektor kehutanan. Pemikiran yang terpisah itu bukan pemikiran sustainable development. Jadi, kami menyadarkan ke generasi muda bahwa agar bumi kita selamat dan hidup kita berkelanjutan, kita harus mampu berpikir di luar pembatas, beyond the limit. Misalnya, saya dulu tidak kuliah di Kehutanan tetapi di Teknik Geologi Angkatan ‘83. Kalau saya tidak terdidik secara sustainable development, pikiran saya hanya bagaimana caranya menambang, mendapatkan bahan-bahan mineral sebanyak-banyaknya, bagaimana bisa memperoleh profit dari Oil and Cash. Tetapi pola pikir itu tidak sustainable development. Jika hanya berpikir bagaimana melakukan

42 DUTA Rimba

eksplorasi dan eksploitasi, mahasiswa geologi tidak akan pernah berpikir sama sekali tentang pentingnya hutan, pentingnya pertanian, dan bagaimana bisa menambang berdampingan dengan hutan pertanian. Itu poinnya. Sehingga, itulah mata kuliah yang saya ajarkan di San Diego State University di California. Saya sampaikan ke universitas-universitas di beberapa negara termasuk Indonesia, negaranegara ASEAN, Korea, Hongkong, Australia, mengenai integrated farming. Tema itu saya angkat untuk menyadarkan mereka bahwa menjadi sustainable development, kita harus bersikap sustainable development. Contohnya meskipun kita orang geologi, tetapi kita harus berpikir tentang pertanian. Paling tidak apresiasi. Tidak harus menjadi ahli pertanian. Kalau belajar geologi kan ahlinya ahli geologi, bukan pertanian.

Bagaimana ilmu geologi itu untuk tidak hanya meningkatkan kesejahteraan manusia tetapi juga memitigasi bencana. Jadi itu filosofinya, dan sudah sejak beberapa waktu yang lalu UGM sudah mencanangkan education for sustainable development. Kalau tidak salah dari tahun 2007 atau 2006 kami di UGM sudah mencanangkan education for sustainable development, dan salah satu tema untuk education for sustainable development itu adalah integrated farming. Bahkan di UGM itu, kami ada unit khusus yang mengembangkan program-program education for sustainable development. Unit itu ada di tingkat universitas dan di situ kami mengembangkan pemikiranpemikiran, bahkan action-nya. Tidak hanya berpikir, berdiskusi, karena kita kadang-kadang di lingkungan akademisi sangat enjoy atau sangat asik dengan diskusi membahas sesuatu dan saling berdebat, tetapi yang penting itu action. Action antar fakultas satu program dengan tema payung, misalnya integrated farming yang digarap bersama mahasiswa dari teknik, pertanian, sosial, sebagai contoh misalnya baru saja kemarin kita masih mengembangkan integrated farming, ada beberapa lahan Perhutani yang oleh temanteman di Fakultas Kehutanan, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Biologi, dimanfaatkan untuk penanaman padi tanpa irigasi. Itu sudah panen

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


beberapa kali, dengan produk 9 ton per-hektar, misalnya di Ngawi, Randublatung, Banyumas, Pati.

Jadi, selain padi di sela-sela tegakan itu juga bisa untuk tanamantanaman. Jadi Forest for food (hutan untuk padi) bisa juga menjadi forest for wood (hutan untuk kayu), bisa juga forest for energy. Jadi, limbah-limbahnya itu bisa diolah untuk dijadikan biomas, dan bahkan dengan Fakultas Peternakan di sela-sela tegakan itu bisa juga untuk ternak, misalnya sapi. Sehingga bisa menunjang produk daging dan susu. Itulah yang sudah dikembangkan sejak paling tidak 3 tahun terakhir ini. Baru saja beberapa minggu yang lalu kami canangkan bersama dengan Gubernur Jawa Tengah, Direktur Utama Perhutani, dan teman-teman. Jadi itulah program UGM, yaitu bagaimana dalam kaitannya kehutanan ini, hutan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Tidak hanya pangan, tidak hanya kayu, tetapi juga energi. Bahkan saya memesankan, perlu ditambah untuk mitigasi bencana. Jadi, mungkinkah dijadikan “tukar guling”, dalam arti penduduk yang sudah terlanjur tinggal di lahanlahan yang rawan bencana semisal di Banyumas, dapat direlokasi, dipindahkan ke lahan yang lebih aman. Entah ditukarkan dengan lahan Perhutani atau masyarakat itu dipindahkan ke suatu tempat yang bisa hidup dengan pertanian dan Perhutani. Nah, lahan rawan bencana longsor yang ditinggalkan itu bisa dihutankan.

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

Bagaimana Ibu melihat pemanfaatan hutan secara optimal?

Bagaimana prioritas penanganan lokasi lahan rawan bencana tersebut? Lahan rawan bencana itu

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

bisa diklasifikasikan, ada yang kerawanannya sangat tinggi, ada yang menengah, dan ada yang rendah. Prioritas yang kerawanannya sangat tinggi, yang kira-kira kemungkinan terjadinya bencana lagi akan lebih besar. Contohnya di Karanganyar, itu banyak lahan yang tegakannya sudah tidak ada. Nah di situ mungkin bisa ditanam sengon atau tanaman hutan, sambil untuk menguatkan batuan atau tanah di situ. Sehingga, penduduknya bisa dicarikan lahan yang lebih aman. Tetapi tidak mungkin semua, hanya sebagian saja. Nah mereka yang berada di kerawanan menengah itu bisa kita edukasi untuk menerapkan local wisdom-nya. Ilmu titel-nya untuk melihat mana lahan yang rawan, artinya mereka kan harus paham tanda-tandanya. Mereka harus mampu melihat tanda-tanda ini termasuk rawan atau tidak,

mereka juga harus mampu melihat tanda-tanda akan mulai longsor atau bergerak, dan mereka harus mampu melihat kalau sudah muncul tandatanda lalu apa yang harus dilakukan, apakah bisa dicegah atau harus meninggalkan tempat tersebut. Jadi secara sosial melalui edukasi, mereka diberdayakan untuk bisa menolong diri mereka sendiri. Dan dalam kondisi terbatas, mereka bisa beradaptasi dan bisa mencegah, misalnya dengan kesadaran penanaman pohon-pohon. Dan satu lagi yang sering salah, yaitu menganggap bahwa kalau semua itu dihijaukan pasti aman, hutan yang lebat pasti aman dari bencana longsor, padahal ternyata dari hasil riset kami tidak seperti itu. Yang dijamin pasti aman itu jika lerenglereng lahan miringnya kurang dari 1:1, tingginya seratus meter lebarnya seratus meter itu sudah

DUTA Rimba 43


Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

SOSOKrimba

kritis. Di lahan seperti itu, boleh ditanami tegakan tetapi jaraknya tidak boleh terlalu rapat dan tidak boleh terlalu lebar. Jadi harus rajin dipangkas. Karena apa? Karena jika terlalu rapat dan terlalu lebar, itu malah menambah beban terhadap batuan di lereng tadi. Malah akan mempercepat longsor. Sehingga, ini sangat ideal untuk Integrated Farming, karena jaraknya lebar, sehingga di sela-selanya bisa untuk tanaman-tanaman yang bermanfaat untuk pertanian atau ternak. Tetapi kami dari geologi mengatakan, beban yang terlalu besar pada lereng yang perbandingannya 1:1 atau 45 derajat itu justeru akan memicu longsor. Jadi kalau penghijauan itu hati-hati. Jangan sembarangan ditanami rapat-rapat. Kecuali kalau

44 DUTA Rimba

lerengnya itu landai, kurang dari 1:1. Jadi, sama-sama menghijaukan kalau salah mengatur pola dan jarak tanam, menjadi bencana. Contohnya di Taman Nasional Gunung Leuseur, itu lerengnya curam-curam sampai 60 derajat dan pohonnya lebat, karena hutan taman nasional, malah terjadi banyak longsor dan banjir bandang.

Jadi, itu sejalan dengan hal tersebut? Kalau integrated farming itu hanya dilakukan oleh Jawa Tengah dan UGM saja, tidak ada artinya. Harus dilakukan secara massal, disesuaikan dengan kondisi lokal masing-masing. Kalau di Papua, mungkin pendekatannya lain, yang ditanam juga lain, model pendekatan

dengan masyarakatnya untuk menggalakkan juga lain. Tetapi poinnya adalah memanfaatkan lahan-lahan yang ada, terutama lahan marjinal itu. Mungkin di lahan rawan atau yang kurang subur itu, kita manfaatkan untuk ikut berkontribusi menambah produkproduk tadi semisal jagung, kedelai, padi. Pernah kami menyampaikan kepada Presiden Jokowi ketika beliau memberikan kuliah di UGM, untuk mendukung ketahanan pangan. Memang diperlukan lahan yang luas, tetapi bukan berarti mengonversi hutan menjadi lahan pertanian. Itu yang bahaya. Bisa menambah frekuensi bencana. Sehingga, caranya adalah bagaimana agar tetap bisa menanam yang lebih banyak, ya integrated farming. Bukan mengonversi hutan, tetapi menyisipkan tanaman pangan di sela-sela hutan itu. Itu merupakan kebijakan nasional dan gerakan massal. Sepertinya Menteri Pertanian, Gubernur-gubernur, Perhutani sudah (melakukan itu) tetapi harus lebih masif dan serempak. Kalau di pertanian, 3 komoditas itu yang diutamakan, bekerjasama dengan UGM, yaitu kedelai, jagung, padi.

Dimana contoh lokasi yang berhasil ? Kemarin Menteri mengabarkan bahwa sudah berhasil panen raya di salah satu lokasi di daerah Jawa. Artinya, itu masih proses. Jadi memang harus didukung. Minimal ada kebijakan untuk mengurangi impor, kemudian mendukung dan menggerakkan masyarakat. Kalau pemerintah saja tidak didukung, masyarakat tidak akan jalan. Dan sektor privat seperti Perhutani justeru diperlukan, karena kadang ada pola pikir entrepreneur kalau sektor itu lain dengan pegawai negeri. Pola pikir entrepreneur itu juga diperlukan untuk menekan efisiensi dan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


meningkatkan produktifitas. Kadangkadang kalau kami yang pegawai negeri, pola pikirnya amtenar, sehingga dengan masyarakat juga mungkin bisa kurang pas. Jadi yang penting bagaimana pentahelix, bagaimana kita bekerjasama antara pemerintah - baik daerah maupun pusat - dengan masyarakat, akademisi, business sector termasuk Perhutani, dan satu lagi mungkin kita juga memerlukan filantropi. Jadi, misalnya dengan yayasan-yayasan yang memberikan foundation seperti Rockefeller atau Bill Gates atau masih banyak filantropi lainnya yang bisa diajak untuk memberikan donasidonasi.

Apakah tidak menjadi ribet seperti saat tsunami? Itu tergantung cara kita melibatkan mereka. Di Yogyakarta (saat penanganan musibah gemba bumi tahun 2006, red) tidak ribet, karena Pak Gubernur waktu itu tegas. Kalau ingin terlibat, ya ada aturan. Tidak boleh mendirikan benderabendera. Bahkan tidak hanya dengan mereka, tetapi dengan partai-partai pun seperti itu.

Inovasi-inovasi yang berhasil UGM lakukan apa saja ? Misalnya kedelai malika. Itu sekarang yang diproduksi Unilever, adalah temuan salah satu Profesor UGM. Masih banyak juga varietas tertentu untuk padi.

Kondisi swasembada pangan zaman Soeharto apa bisa terulang di Indonesia? Swasembada pangan akan tercapai jika pemerintah, baik pusat maupun daerah, tegas dalam hal perizinan IMB. Aturan dan perangkatnya itu sudah ada semua. Kemudian semuanya bangkit untuk gerakan massal kesadaran dari berbagai kalangan yaitu pemerintah,

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

masyarakat, akademisi, sektor bisnis, dan filantropi, dan didukung oleh kebijakan tegas.

Apa tantangan atau hambatan Komunikasi antar lembaga. Pengalaman kami di lapangan, ternyata komunikasi itu tidak semudah yang kita omongkan. Kadang-kadang bahasanya sama, persepsinya berbeda. Kalimat yang sama, persepsinya berbeda. Dan perbedaan persepsi akan berujung pada keengganan untuk bergerak bersama. Jadi yang bertugas menjaga komunikasi ini harus sabar dan telaten. Khusus untuk masyarakat, karena bahasa masyarakat, bahasa masyarakat di pesawahan akan berbeda dengan bahasa masyarakat yang berada di perkotaan, berbeda dengan masyarakat akademisi, berbeda pula dengan pemerintah.

Pemerintah menggandeng BUMN dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Bagaimana pandangan Ibu? Kalau menurut saya, fungsinya memang di situ. Mungkin tadi yang saya katakan, budayanya sangat berbeda. Budaya Pemerintah Daerah, pegawai, itu amtenar, paradigmanya belum bisa membayangkan aspek entrepreneur, aspek yang bagi BUMN atau sektor privat seharusnya sudah tahu sendiri. Tetapi ini kan dua makhluk yang berbeda. Yang satu sense business-nya sangat kuat, yang lain sense of amtenarnya kuat. Akademisi juga begitu. Saya merasakan sendiri, budaya kami bukan budaya entrepreneur. Budaya kami ini pokoknya ingin tahu, menganalisis, dikejar-kejar sampai lupa itu gunanya untuk apa. Masing-masing bahasanya berbeda, lubangnya berbeda, itu tantangan yang terberat. Dan kenapa itu terjadi

selama ini, karena kita sebagai akademisi ini merasa seharusnya Perhutani tahu hal itu hal ini yang menyebabkan banjir dan lain-lain. Perhutani dan akademisi merasa, seharusnya Pemda lebih tahu. Oleh sebab itulah sehingga perlu satu unit khusus.

Unit khusus seperti apa ? Kami di UGM membentuk unit khusus juga, khusus melayani komunikasi dengan sektor bisnis. Karena bahasa kita para peneliti, dosen dan profesor memang dibesarkan dengan dunia yang berbeda. Jangan bermimpi bahwa para peneliti itu otomatis bisa paham. Kalaupun bisa, itu sudah melewati tahap perjuangan yang jatuh bangun berkali-kali. Sehingga, misalnya saya sebagai Rektor, waktu Rektor (masih dijabat) Pak Pratikno, beliau membentuk suatu direktorat khusus untuk pengembangan usaha dan inkubasi, padahal di masa lalu itu tidak ada. Direktorat ini makcomblang-nya atau komunikatornya para peneliti yang bahasanya beda dengan para pengusaha yang bicara bagaimana produktifitas, efisiensi dan profit. Itu kuncinya selama ini. Kenapa kita dulu itu belum berhasil, menurut saya karena komunikator-komunikator itu kurang. Semua kuat tetapi kalau tidak sinergi, percuma. Akan jalan sendirisendiri, dan itu kami mulai sejak Pak Pratikno (menjadi Rektor). Meskipun secara individu, sudah mulai banyak dosen UGM yang mampu berkomunikasi dengan pemerintah, publik, dan berbagai pihak, namun jumlahnya belum signifikan untuk menggerakkan secara massal. Sehingga perlu ada sistem. Jadi jangan tergantung pada individu. Sebelumnya kami tergantung kepada individu, tetapi ini harus dibentuk sistem. Sehingga dibentuk direktorat khusus untuk melakukan itu. Individu

DUTA Rimba 45


SOSOKrimba boleh berganti tetapi sistem harus tetap ada.

Sejak kapan mengenal Perhutani? Ketika saya riset tentang bencana longsor pacet di Mojokerto tahun 2003, dan di pacet itu lahan Perhutani. Karena saya dulu peneliti longsor, saya selalu bersinggungan dengan Perhutani.

Kalau salah, lahan-lahan yang longsor itu kadang adalah yang dialihkan fungsinya oleh rakyat untuk ladang.

Persepsi Ibu tentang Perhutani? Perhutani itu bisnis hutan. Kalau ndak salah, lahan-lahan yang longsor itu kadang adalah yang dialihkan fungsinya oleh rakyat untuk ladang. Waktu itu ada yang mengatakan itu ilegal, tetapi juga ada yang mengatakan itu atas inisiatif Perhutani. Sehingga, terus terang saat itu saya tak begitu concern dengan hal itu tetapi saya simpulkan, lahan-lahan Perhutani yang dikonversikan menjadi lahan terbuka atau ladang itu (karena di lereng gunung) menjadi rentan untuk longsor, terutama di musimmusim hujan. Sehingga, waktu itu saya keliru persepsi dan berpikir, “Mosok begini aja Perhutani ndak ngerti sih?” Artinya, masyarakat itu belum sadar, sebetulnya perambahan itu mengancam hidup mereka yang hidup di bawah itu (tegakan, red). Kami challenge-nya adalah bagaimana membuat masyarakat yang haus lahan menjadi sadar. Kami pun minta tolong psikolog atau antropolog.

Apa Yang Harus Dilakukan Perhutani dengan Dulu saya tidak kenal apa itu integrated farming. Saya kenal waktu menjadi wakil rektor, 3 tahun yang lalu. Kalau sekarang, menurut saya kuncinya adalah agar integrated farming berjalan dengan benar, sesuai skenario, dalam arti sudah

46 DUTA Rimba

ditetapkan pola tanam, karena sepertinya yang dibuka itu lebih dari 10 meter sehingga botak. Dan bagaimana supaya masyarakat tidak mencuri-curi seperti itu. Berarti harus action yang membuat masyarakat benar-benar menyadari bahwa itu bukan kehendak Perhutani tetapi ia yang membutuhkan. Itu tidak mudah. Saya sendiri tidak bisa. Saya selalu minta tolong expert-nya. Perhutani itu expertnya.

Harapan Ibu dalam konteks kedaulatan pangan ? Harapannya makin digalakkan integrated farming di lahan-lahan Perhutani di seluruh Indonesia. Tetapi harus hati-hati, keberhasilan integrated farming di Jawa Tengah belum tentu akan berhasil diterapkan di Kalimantan atau di Sumatera, apabila approach-nya tipikal Jawa Tengah. Artinya, integrated farmingnya tetap berjalan tetapi approach dan metodenya dengan kondisi sosial masyarakat yang berbeda, sehingga komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah daerah itu harus disetel menyesuaikan lokal. Sehingga (harus ada) mapping social. Apapun program kita, kalau belum ada social mapping, kami di UGM mengharamkan, karena biasanya gagal. Yang dijalankan Perhutani itu sudah bagus, digalakkan. Barangkali juga sudah

dilakukan kajian sosial sebelum dan selama program. Itu tetap harus dilakukan. Dan biasanya itu yang melelahkan dan merepotkan, tetapi itu jaminan program kita berhasil atau gagal. Artinya, jangan sampai program ini seolah-olah kehendak Perhutani untuk masyarakat. Meskipun sesungguhnya itu keinginan Perhutani, tetapi jangan kelihatan. Harus ada persuasi, sehingga seolah-olah masyarakat yang butuh.

Perhutani memasuki usia 54 tahun, apa pesan Ibu ? Kami melihat Perhutani itu sudah di lingkungan bisnis. Saya pesan kepada karyawan Perhutani untuk lebih mendorong ke arah socio entrepreneur, kewirausahaan sosial, semakin mengeratkan sinergi kerjasama dengan perguruan tinggi, karena kami punya mahasiswa dan peneliti dan bisa bekerjasama mengembangkan riset-riset inovasi. Baik di lab ataupun di demplot ataupun sudah menerapkan di lapangan. Jadi, hal semacam itu juga bagi kami sangat berarti untuk terus meningkatkan inovasi, produk kita benar-benar dibutuhkan, bukan hanya ambisi peneliti, dan membuatnya lebih terarah. Dari sisi Perhutani, saya pikir yang terus menerus dikejar sebagai bagian dari meningkatkan produktivitas adalah teknologi. Mohon aspek inovasi riset bisa lebih ditingkatkan dengan kerjasama. Kami siap mendukung. Dalam setahun, UGM menerjunkan 7000 mahasiswa KKN dalam 3 batch. Kalau kita sudah menemukan hasil produk riset dan perlu diterapkan di lapangan, bisa melibatkan mahasiswa KKN. Misalnya untuk integrated farming, ketahanan pangan, mahasiswa KKN itu dilibatkan. Bisa untuk skripsi atau disertasi. Semua mendapat manfaat sesuai posisi masing-masing.• DR/soe

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Prof Ir Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D adalah seorang akademis dan dosen Indonesia. Ia adalah Rektor wanita pertama Universitas Gadjah Mada, menggantikan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., yang terpilih sebagai Menteri Sekretaris Negara sejak 27 Oktober 2014. Ia terpilih sebagai rektor melalui sidang pleno Majelis Wali Amanat (MWA) dalam penetapan rektor antar waktu. Terpilih melalui musyawarah mufakat dari 19 anggota MWA. Dari 23 anggota MWA, empat di antaranya berhalangan hadir, yaitu Sri Sultan HB X, Jenderal (purn) TNI Luhut Pandjaitan, Hery Zudianto, dan Sri Suparjatie. Selanjutnya ditetapkan oleh Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada pada 22 November 2014, sebagai Rektor UGM masa bakti 2014-2017 dan dilantik pada 24 November 2014. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Wakil Rektor (Warek) Bidang Kerja Sama dan Alumni. Sebelumnya Dwikorita merupakan Guru Besar Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Geologi. Kegiatannya selama ini ialah mengintensifkan kerja sama kolaborasi UGM di lingkup ASEAN dan Asia. Rita, sapaan akrabnya juga menjadi tokoh yang memprakarsai program keterlibatan universitas-industri melalui riset dan implementasinya dalam berbagai bidang industri termasuk agroindustri, tekstil, kesehatan, dan geothermal. Dwikorita dikenal sebagai pakar dan pengamat masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi. Salah satu penelitiannya adalah membuat zona atau peta daerah Bantul yang rawan terhadap gempa bumi dan tingkat intensitas kerentanannya pasca gempa 27 Mei 2006. Ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM, bersama suaminya Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D. Dwikorita Karnawati adalah pendukung konsep Integrated Farming di lahan hutan Perhutani. Alumnus S1 Jurusan Teknik Geologi, FT Universitas Gadjah Mada (1988) ini menyatakan, ketahanan pangan memang memerlukan lahan yang luas, tetapi bukan berarti mengkonversi hutan menjadi lahan pertanian. Sebab, hal itu justeru bisa menambah frekuensi bencana. Sehingga, integrated farming menjadi pilihan dengan menyisipkan tanaman pangan di sela-sela hutan itu. Ia menyelesaikan S2 dan S3 di bidang Engineering Geology dari Leeds University, Inggris. Berhobi menghirup udara segar dengan berolahraga sepeda, dan sangat menyukai batubatuan. Bahkan koleksi batu-batuannya bisa berasal dari berbagai Negara. Dwi mengaku merasa adem atau tenang ketika memakai perhiasan berbahan batuan. Namanya semakin melambung setelah menjadi moderator dalam debat Capres, Juli 204 lalu. Selain

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Rektor Perempuan Pertama Universitas Gadjah Mada itu, Dwikorita merupakan merupakan sahabat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sejak di bangku SMA. Tepatnya di SMAN 1 Jogja (SMA Teladan), keduanya duduk satu bangku. Prestasi

• The Young Academic Award dari World Bank (1997 1998)

• Leverhulme Professorship Award, Institute for Advanced Studies, University of Bris (2002).

• Pustawakawan Berprestasi II dan Laboran Berprestasi

• • •

1, Seleksi Nasional Akademisi Berprestasi tahun 2010 UGM Hitachi Scholarship Foundation for Post Doctoral Research (Oct. to Nov 1998) Graduate Research Team Grant -World Bank (19912001). Best paper and best presentation in Joint Convention on Indonesian Association of Geologist – Ind. Assoc. of Geophysicists – Ind. Assoc. of Petroleum Engineers. November 2005. Best Paper and Presentation in the International Association of Engineering Geology conference, Nottingham, UK.,Sept 2006. Delphe (Development of Partnership in Higher Education) – British Councilwith respect to the Research entitled : Seismicity and Landslide Hazard Mapping for Community Empowerment in Yogyakarta, Indonesia (2007-2010). International Program on Landslide-UNESCO Recognition with respect to the Research entitled Landslide and multi geohazard mapping for community empowerment in Indonesia (2008-2010). • DR/SOE

DUTA Rimba 47


lintasrimba

Dirut Perhutani

Wanabakti Blok VII lantai 10, Jakarta. Pondok Pesantren (Ponpes) Ta’alamul Huda berada di Desa Gemawang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Di kesempatan itu, Pemimpin Ponpes Ta’alamul Huda, Saeful Rohman, hadir langsung untuk menandatangani kesepakatan tersebut. Begitu pula dengan Pemimpin Ponpes Wali Sembilan Gomang, KH Noer Nasroh Hadiningrat. Naskah MoU tersebut berisi kesepakatan untuk mengadakan

kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengelolaan hutan bersama masyarakat, bagi pemberdayaan masyarakat, pondok pesantren, serta kelestarian sumber daya hutan. Selain itu, juga untuk mendukung terwujudnya pengelolaan hutan lestari, ketahanan pangan, dan keberdayaan masyarakat desa hutan secara mandiri serta berkelanjutan. Ruang lingkup MoU itu meliputi penyuluhan masyarakat sekitar hutan dan penyebaran informasi kehutanan oleh Dai, Ustadz, Kiai, dan anak didik (santri); implementasi edukasi konsep go green kepada anak usia dini, santri dan pelajar; edukasi dan peningkatan kapasitas spiritual bagi stakeholder kehutanan di lingkungan Perum Perhutani; pengembangan lembaga pendidikan kehutanan berbasis pesantren dan penguasaan skill kehutanan bagi komunitas santri; penyediaan tempat praktik dan tenaga pengajar bidang kehutanan bagi para murid SMK Kehutanan Tuban; Perekrutan bagi alumni SMK Kehutanan Tuban yang berprestasi; dan pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar hutan melalui pemberdayaan ekonomi dan penguatan sumber daya hutan; serta implementasi PHBM Ponpes dan pendampingan Lembaga Mayarakat Desa Hutan (LMDH) dan pengelolaan PHBM. • DR

Teguh Hadi Siswanto, dan dihadiri 648 Anggota Sekar Perhutani dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD), terdiri dari 462 orang Pengurus Sekar, 114 orang undangan, dan 72 orang panitia. Menurut Teguh, Sekar adalah mitra manajemen dalam memajukan perusahaan dan kesejahteraan karyawan. Teguh berharap, Mubes Sekar V dapat memberikan kontribusi

bagi perusahaan berupa rumusan dan rekomendasi dalam memajukan perusahaan, tidak hanya sekadar memilih Ketua dan Sekjen saja. “Direksi Perhutani tetap berkomitmen untuk menaikkan status karyawan sebanyak 3000 orang setiap tahun. Untuk itulah diharapkan Sekar segera menyiapkan tim untuk menyusun PKB yang sebentar lagi akan berakhir guna mengawal kebijakan-kebijakan manajemen,” tambahnya.

Dok. Kom PHT®2015

Tandatangani MoU PHBM dengan Dua Ponpes

Dirut Perum Perhutani menandatangani MoU dengan dua pondok pesantren di Jakarta.

Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, menandatangani naskah Kesepakatan Bersama (MoU) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan Pimpinan Pondok Pesantren Ta’alamul Huda Kabupaten Brebes dan Pimpinan Pondok Pesantren Wali Sembilan Gomang Kabupaten Tuban, 29 Januari 2015. Penandatanganan MoU dilakukan di Ruang Rapat Direktur Utama Perum Perhutani, Gedung Manggala

Sekar Perhutani Selenggarakan Mubes V di Madiun Madiun - Serikat Karyawan (Sekar) Perum Perhutani menyelenggarakan Musyawarah Besar (Mubes) V 2015, 24-25 Februari 2015, di Pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM Perhutani, Madiun. Mubes bertema “Tegas dan Lebih Berani” itu dibuka oleh Direktur Umum dan SDM Perum Perhutani,

48 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Sementara Ketua DPP Sekar Periode 2012 – 2015, Andi Andrian Hidayat, menyatakan, sejak didirikan tahun 2005, Sekar mendukung dan selalu mengharapkan Perhutani tetap eksis dalam pengelolaan hutan serta karyawan sejahtera. “Untuk itulah, tema ‘Tegas dan Lebih Berani’ ini sangat tepat dalam Mubes kali ini, sehingga diharapkan ke depan Sekar lebih tegas bersikap dan menilai, serta lebih berani menyampaikan aspirasi dan masukan kepada manajemen dalam pengelolaan perusahaan,” katanya. Tahun 2015, Direksi meminta seluruh karyawan termasuk Sekar membantu identifikasi aset-aset milik Perhutani dan mengembalikan asetaset yang dikuasai pihak ketiga. • DR

Karyawan Perhutani Randublatung Donor Darah Blora - Sejumlah 19 orang karyawan dan karyawati Perum Perhutani KPH Randublatung melakukan donor darah yang difasilitasi PMI Cabang Blora, Kamis 12 Februari 2015. Aksi donor darah yang dilakukan di ruang Brigade Hijau ini merupakan bentuk kepedulian bagi sesama yang memerlukan bantuan darah segar. Kepala Tata Usaha Perum Perhutani KPH Randublatung, Agoes Bejono, mengatakan, kegiatan donor darah karyawan-karyawati KPH Randublatung tersebut merupakan agenda rutin setiap 3 bulan sekali. “Donor darah yang dilakukan jajaran karyawan, karyawati, dan keluarga Perhutani KPH Randublatung ini merupakan salah satu wujud rasa berbagi untuk sesama manusia yang membutuhkan darah segar untuk tindakan medis. Kepedulian ini patut kita apresiasi karena hal ini menyangkut hajat sesama manusia yang sangat membutuhkan bantuan darah di saat kritis dalam tindakan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

medis” katanya. Menurut Agoes Bejono, untuk bulan ini karyawan yang mendonorkan darahnya sementara hanya dari lingkungan kantor. “Ke depan, donor darah diharapkan melibatkan karyawan yang berada di lapangan, sehingga akan lebih banyak lagi jumlah darah yang disumbangkan untuk misi kemanusiaan,” ujarnya. Sementara itu, Perwakilan PMI Cabang Blora mengucapkan terima kasih atas partisipasi karyawan-karyawati Perhutani KPH randublatung. Sebab, setetes darah yang disumbangkan sangat berarti bagi sesama manusia yang membutuhkan. “Semoga hal ini dilakukan secara terus menerus, dan pihak PMI siap untuk menerima donor darah tersebut,“ tegasnya. • DR

Direktur Utama Tegaskan Perhutani Bersih Surabaya - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mengadakan pertemuan dengan mitra usaha bisnis Perhutani seJawa Timur, dalam rangka sosialisasi rencana strategi pemasaran dan program kerja Perhutani 2015, di Gedung Flamengo Surabaya, Selasa 24 Februari 2015. Di kesempatan itu, Mustoha Iskandar menegaskan, ke depan Perhutani harus benar-benar bersih. Hal itu ia deklarasikan guna menciptakan budaya perusahaan yang bersih, bebas dari gratifikasi, sebagaimana kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Perum Perhutani baru-baru ini yang memberikan pencerahan tentang hal itu. Untuk mendukung tekad Perhutani Bersih, diperlukan sistem Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan guna mewujudkan hal ini telah ada kerjasama dengan PT Telkom. “Jadi semua kegiatan

nanti akan termonitor di Jakarta, bahwa Perhutani harus benar-benar berubah menuju Perhutani bersih,” tegasnya. Salah satu upaya memutus gratifikasi adalah sistem penjualan kayu secara online. Tak hanya memanfaatkan jaringan internet terintegrasi, saluran pengaduan resmi hotline Perhutani akan bekerja selama 24 jam. Sementara Kepala Divisi Industri Kayu Perhutani, Adi Pradana, mengatakan, mitra usaha yang selama ini melakukan pembelian langsung log tetap terlayani dengan baik, karena proses bisnis Divisi Komersial Kayu dengan Divisi Industri Kayu terhubung dengan baik. Di sisi lain, Kepala Divisi Komersial Kayu Achmad Ibrahim mengatakan, tahun 2015 ini Harga Jual Dasar (HJD) kayu jati dan rimba Perum Perhutani naik 10% - 20%. • DR

Perhutani Resmikan Persemaian Biomassa dan Pusat Pelatihan Korea-Indonesia Semarang - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, 26 Februari 2015, meresmikan Persemaian Biomassa dan Pusat Pelatihan Korea-Indonesia Kerja sama Perum Perhutani Dengan Korea Green Promotion Agency (KGPA), di RPH Mliwang, BKPH Tanggung, KPH Semarang. Peresmian ditandai penandatangan Prasasti antara Dirut Perhutani dengan KGPA. Acara ini dihadiri sekitar 130 undangan dari Perhutani dan Anggota Dewan Pengawas, KGPA, Dinas Kehutanan Kabupaten Grobogan, Muspika, dan pesanggem yang berada di wilayah itu. Kerja sama Perum Perhutani dan Korean Green Promotion Agency (KGPA) dimulai sejak Maret 2009 dan telah melakukan penanaman 3.300 pohon untuk penelitian pelet

DUTA Rimba 49


lintasrimba

Keempat Kalinya,

Dok. Kom PHT®2014

Perhutani Tandatangani MoU dengan Telkom

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar bersama Direktur Enterprise & Business Service PT Telkom Indonesia Tbk, Muhammad Awaluddin setelah penandatanganan MoU.

Jakarta - Hotel Peninsula Jakarta menjadi tempat pelaksanaan Penandatanganan Kick Off Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Sinergi Pemanfaatan Sumberdaya Perusahaan, pada 16 Februari 2015. MoU tersebut berisi kerjasama BUMN untuk mendapatkan efisiensi dan pertumbuhan bisnis perusahaan melalui kerjasama yang saling menguntungkan. Naskah Nota Kesepahaman itu ditandatangani

50 DUTA Rimba

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, dan Direktur Enterprise & Business Service PT Telkom Indonesia Tbk, Muhammad Awaluddin. Ini merupakan MoU keempat di antara kedua institusi. Sebelumnya, Perhutani dan Telkom juga telah bekerjasama dalam e-PHT 1 (2009) tentang Pengembangan Sistem Manajemen (khususnya ERP Modul untuk Keuangan), e-PHT 2 (2012) tentang Pengembangan

Sistem Manajemen (khususnya ERP Pemasaran), dan Kontrak Berlangganan Sambungan VPN IP (2014) dalam rangka percepatan pelayanan pelanggan Perhutani untuk pembelian kayu secara online. Mustoha Iskandar menyampaikan, kerjasama ini dibuat untuk membangun sebuah sistem informasi terintegrasi yang diharapkan dapat meng-cover seluruh aktifitas bisnis di Perhutani, mulai penanaman, keamanan, eksploitasi, angkutan kayu ke TPK, industri, hingga wisata, secara Day to Day serta transparan, dan menambah laba perusahaan. Ruang lingkup kerjasama itu meliputi pemanfaatan jasa Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment dan Services (TIMES) yang dikelola, dikembangkan, dan disediakan PT Telkom untuk Perhutani. MoU itu tidak terbatas pada Pengembangan arsitektur sistem informasi, implementasi, dan pembuatan program-program aplikasi yang mendukung operasional Perum Perhutani secara transparan, akurat dan efektif, Pengembangan pemasaran produk Perum Perhutani secara online dan pengelolaan sumber daya pendukung secara terintegrasi, integrasi, dan implementasi program-program aplikasi yang telah dibuat, hingga dapat dilakukan konsolidasi data secara online dan hal-hal yang dipandang perlu dalam rangka sinergi antar BUMN. • DR

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


kayu di Sentul, KPH Bogor. April 2013, ditandatangani MoU penanaman biomassa seluas 500 hektar di Perum Perhutani KPH Semarang Divisi Regional Jawa Tengah. Bulan Desember 2014 terdapat penambahan luas menjadi 1.500 hektare tanaman biomassa di KPH Semarang dimana seluas 300 ha ditanam di tahun 2014, sisanya akan ditanam pada tahun 2015 ini. Total rencana tanaman biomassa di KPH Semarang seluas 2.000 ha, ini merupakan ukuran minimum untuk membangun pabrik wood pellet sesuai kajian study kelayakan. Mustoha Iskandar mengharapkan, KGPA segera mewujudkan pembanguan pabrik wood pallet dan Perum Perhutani akan mendukung penyediaan bahan bakunya. Lebih lanjut, Mustoha berharap, kerja sama Perhutani dan KGPA akan sukses di masa depan dan masing-masing pihak akan mendapatkan manfaat, termasuk masyarakat di sekitar hutan. “Saat ini glirisidia yang sudah ditanam tahun 2013 seluas 496,8 hektar, tahun 2014 seluas 301,2 hektar, serta tahun 2015 direncanakan seluas 199,7 hektar,” imbuhnya. • DR

Dirut Perhutani Serahkan Beasiswa untuk Anak Pesanggem Semarang - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, 26 Februari 2015, menyerahkan beasiswa kepada anak-anak petani hutan (pesanggem) yang tinggal di sekitar lokasi tanaman Biomassa Wilayah KPH Semarang saat acara Peresmian Persemaian Biomassa dan Pusat Pelatihan Korea Indonesia Kerja sama Perum Perhutani dengan Korea Green Promotion Agency (KGPA). Beasiswa itu merupakan salah satu bentuk perhatian Perum Perhutani terhadap keluarga pesanggem dalam bidang pendidikan. Diharapkan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

beasiswa ini bermanfaat bagi anak-anak para pesanggem untuk menempuh pendidikannya. Anak-anak pesanggem yang menerima beasiswa ini adalah Mila Kamila Muslihah, Nurkholis, Setyawan, dan Selfa Erna Renata. Semuanya dari Desa Ngambakrejo yang berdekatan dengan lokasi persemaian tanaman Biomassa. • DR

Perhutani Kediri dan Stakeholder Studi Banding ke Cikole Bandung - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri bersama stakeholder wisata Kabupaten Trenggalek, 27 Februari 2015, melaksanakan studi banding pengelolaan wisata di Cikole Jayagiri Resort dan Patuha Resort, Bandung, Jawa Barat. Di kegiatan ini, Perhutani Kediri mengajak Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Kepala Dinas Pariwisata, Ketua Komisi 2 DPRD Kabupaten Trenggalek beserta 2 orang anggota, 2 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), 2 Kepala Desa, serta pelaku usaha wisata (CV Pandu Alam). Administratur Perhutani Kediri, Maman Rosmantika, menyatakan, studi banding ini bertujuan menggali informasi sekaligus menambah wawasan tentang pengelolaan wana wisata dalam kawasan hutan Perum Perhutani Kediri. “Diharapkan kerjasama pengelolaan wana wisata ini dapat meningkatkan pendapatan Perum Perhutani dari usaha sektor wisata, serta lebih meningkatkan sinergitas kerjasama dengan multi pihak atau stakeholder yang meliputi Pemkab, Pemdes, LMDH, dan Pelaku Usaha Wisata” tegasnya. • DR

Perhutani Kediri Resmikan Track Downhill Di Sumber Podang Kediri - Perum Perhutani

KPH Kediri bersama Pemerintah Kabupaten Kediri dan Kediri Downhill Community (KEDOC), 27 Februari 2015, meresmikan tempat Track Downhill sepanjang 2 km di Petak 114a Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Parang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan(BKPH) Kediri. Administratur Perhutani Kediri, Maman Rosmantika, menyatakan, di masa depan track downhill di Kediri Raya ini dapat dijadikan obyek wisata. Sebab, selain track downhill, di hutan produksi seluas 5,3 hektar ini sudah ada perlebahan dan downhill track (joging track, adventure track, baik trail maupun jeep 4wd). “Dengan adanya downhill track di dalam kawasan hutan Kediri ini, diharapkan akan lahir banyak atletatlet sepeda yang dapat berprestasi di tingkat nasional dari Kabupaten Kediri, karena sebelum ada track ini sudah ada 3 orang atlet yang sudah berprestasi di tingkat nasional dari Kabupaten Kediri”, tambahnya. Wakil Bupati Kediri, Maskuri, menyampaikan terimakasih kepada Administratur Perhutani, sehingga mimpi komunitas olahragawan track downhill telah terwujud, yaitu mempunyai lapangan atau tempat sendiri. “Hanya ada 3 tempat olahraga bergengsi ini di Jawa Timur yaitu di Malang, Tulungagung, dan Kediri. Dan diharapkan agar tempat ini menjadi ikon wisata,” imbuhnya. • DR

Perhutani Ngawi dan Pemkab Blora Sukseskan Kedaulatan Pangan Nasional Blora - Administratur Perhutani Ngawi, Joko Siswantoro, bersama Bupati Blora, H Joko Nugroho, 27 Februari 2015, melakukan panen raya tanaman tumpangsari jagung seluas 300 hektar bersama 600 orang warga desa di kawasan hutan Petak 58 Resort Pemangkuan Hutan (RPH)

DUTA Rimba 51


lintasrimba Jliru, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngandong, Perhutani Ngawi, wilayah administratif Desa Ngandong, Kecamatan Randublantung, Kabupaten Blora. Dari 45.909,70 Hektar Kawasan hutan Perum Perhutani Ngawi, seluas 8.257 Hektar masuk wilayah adminitratif Kabupaten Blora. H Joko Nugroho mengajak seluruh warga Kecamatan Kradenan dan Randublatung bekerjasama dengan Perhutani Ngawi yang sudah menyediakan lahan garapan sistem Tumpangsari. Caranya dengan menjaga dan memelihara tanaman jati. Selain itu, masyarakat juga bisa menanam palawija jenis tanaman jagung di sela-sela larikan tanaman pokok Jati. Sementara Joko Siswantoro menyatakan, Perhutani membuka lebar kesempatan kepada masyarakat Kecamatan Kradenan dan Randublatung untuk bekerjasama dengan Perhutani dalam wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), untuk sukseskan tanaman Jati selain menanam palawija dengan sistem tumpangsari. “Perum Perhutani mendukung Program Nasional untuk mencapai ketahanan dan kedaulatan Pangan, sehingga harapan pemerintah akan kesejahteraan masyarakat, bisa terpenuhi,” imbuhnya. • DR

Program Kemitraan Perhutani Bantu Masyarakat Sekitar Hutan Batang - Administratur Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur, Akhmad Taufik, menyatakan, sampai 2014 Perhutani Pekalongan Timur telah menyalurkan pinjaman modal Program Kemitraan (PK) sebesar Rp 1.386.500.000, dengan 207 Mitra Binaan. Perum Perhutani merupakan salah satu BUMN yang mempunyai Program Kemitraan (PK) sangat

52 DUTA Rimba

bermanfaat, karena membantu peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar Hutan serta meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Masyarakat Desa Hutan merupakan sarana utama bagi penyaluran program kemitraan baik secara personal, organisasi maupun kelembagaan. Salah satu contohnya adalah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wahana Karya, RPH Sodong, BKPH Bandar, Desa Pesalakan, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, yang telah menjadi Mitra Binaan Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur sejak 2006 sampai sekarang untuk kegiatan usaha produktif penggemukan kambing. Ketua LMDH Wahana Karya, Partono, mengungkapkan, sebagai Mitra Binaan pihaknya sangat berterimakasih kepada Perum Perhutani Pekalongan Timur, karena dengan program tersebut ekonominya merasa terbantu dan bisa meningkatkan pendapatan bagi masyarakat terutama anggota LMDH. • DR

yang ingin belajar bersama dengan kami mengenai pengelolaan hutan. Kami menyadari sepenuhnya belum sempurna dalam pengelolaan hutan, tetapi kami berusaha dan berupaya terus untuk mengelola hutan dengan baik sehingga benar–benar lestari,” tegasnya Agus Mashudi. Dosen Pembimbing praktik kerja lapangan Mahasiswa Program Studi Rekayasa Kehutanan SITHITB, Ihak Sumardi, menyampaikan, mahasiswa perlu mengenal secara dini pengelolaan hutan yang baik dan benar. “Kami melihat, Perum Perhutani telah lama menjadi barometer keberhasilan pengelolaan hutan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Dan kami sering mendengar Perum Perhutani sering menjadi benchmark dari instansi–instansi seperti Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, mengenai pengelolaan hutan. Untuk itulah kami yang jaraknya lebih dekat alangkah ruginya kalau tidak mau belajar ke KPH Sumedang mengenai pengelolaan hutan di Perum Perhutani”, urai Ihak Sumardi. • DR/Smd

Mahasiswa ITB Belajar Hutan di Perhutani Sumedang

Dirut Perhutani : Penjualan Online Putus Mata Rantai Gratifikasi

Sumedang - “Perencanaan hutan meliputi penyusunan buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH), kegiatan inventarisasi tata batas, dan pembagian hutan,” demikian disampaikan Administratur Perhutani KPH Sumedang, Agus Mashudi, saat menerima Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa Semester IV Program Studi Rekayasa Kehutanan Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Hayati – Institut Teknologi Bandung (SITHITB), di Aula Perhutani Sumedang, 24 Februari 2015. “Kami sangat terbuka kepada siapapun, termasuk kepada SITH-ITB

Surakarta - Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Komersial Kayu I Jawa Tengah mengelar pertemuan bersama dengan para mitra kayu se-Jawa Tengah di Gedung Kleco, KPH Surakarta, Rabu 25 Februari 2015. Pertemuan ini merupakan sosialisasi untuk konsumen kayu yang ada di wilayah Jawa Tengah agar dapat membeli kayu dengan cara mudah. Direktur Utama Perum Perhutani, Sekretaris Perusahaan, Kepala Divisi Komersial Kayu, Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, General Manager dan Manager

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah, Administratur KPH Surakarta beserta 75 Mitra KBM Komersial Kayu I Jawa Tengah, hadir dipertemuan itu. Kepala Divisi Komersial Kayu, Achmad Ibrahim, mengatakan, Perum Perhutani dalam upaya memanjakan mitra/ pembeli kayu, untuk membeli kayu tidak perlu datang ke TPK di mana kayu tersebut berada. Cukup datang ke sentra pelayanan/ loket penjualan dan mengisi aplikasi online. Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, menegaskan, Perum Perhutani sudah mengunakan sistem IT terintegrasi untuk seluruh kegiatan, termasuk penjualan kayu di TPK. “Jadi semua kegiatan kayu sejak di petak sampai TPK, maupun penjualan kayu, dapat dimonitor di Jakarta. Semua itu untuk mendukung dan meningkatkan mutu dalam pelayanan penjualan kayu. Diharapkan kerja sama yang baik antara mitra dengan Perum Perhutani dalam program tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar, sebagai upaya memutus mata rantai gratifikasi,” tandasnya. • DR

Tanam Pohon Simbol Kerja Sama Perhutani – Korea Semarang - Secara bersamasama, Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, Anggota Dewan Pengawas Perum Perhutani Upik Rosalina Wasrin, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perhutani Heru Siswanto, Kepala Divisi Regional Jawa Tengah SR Slamet Wibowo, Asisten Direktur Pembinaan Hutan dan Produksi Yulianto, Director of Global Business headquarters of Korea Green Promotion Agency (KGPA) Kong Young Ho, Director of Global Resources Division Korea Forest Service Park Eun Sik, Director of Korea Indonesia Forest Center

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Sugeng Marsudianto, Korean Co Director of KI FMU/REDD + Joint Project in TBS Lee Seoang Hwan, dan Director of KGPA Indonesia Lee Chang Bae, menanam tanaman secara simbolis dalam rangkaian acara peresmian Persemaian Biomassa dan Pusat Pelatihan Indonesia – Korea, 26 Februari 2015. Tiga Jenis tanaman glirisidia, jati, dan sengon, yang ditanam oleh 12 peserta dari Perhutani dan KGPA di depan Pusat Pelatihan Korea – Indonesia ini merupakan upaya penghijauan di lokasi Pusat pelatihan dan merupakan bentuk kepedulian Perum Perhutani terhadap lingkungan sekitar serta simbol kerja sama antara Perum Perhutani dengan KGPA. • DR

Bupati Bojonegoro Sukseskan Ketahanan Pangan Bersama Perhutani Bojonegoro - Administratur Perhutani KPH Bojonegoro, Erwin, Senin 23 Februari 2015, mendatangani Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Pemda Bojonegoro untuk pembangunan waduk Gonseng dalam rangka mendukung program ketahanan pangan. Erwin menyatakan, Perhutani mendukung sekali program tersebut untuk kemakmuran rakyat. Hal ini menurut dia harus sesuai dengan prosedur dan kewenangan Perhutani selaku penggelola hutan dan mudahmudahan tidak ada lagi kata jemberi. Erwin mengapresiasi upaya Bupati Bojonegoro Kang Yoto membantu Perhutani menyadarkan masyarakat Bojonegoro tentang pentingnya hutan untuk kehidupan manusia dan ekosistemnya. Sementara Bupati Bojonegoro, Suyoto yang akrab disapa Kang Yoto, berharap, pembangunan waduk Gongseng di Kabupaten Bojonegoro dapat bermanfaat bagi

pertanian masyarakat sehingga ke depan Indeks Pertanaman (IP) Pertanian bisa meningkat. “Tersedianya air dari waduk untuk produksi harus didukung pula dengan pupuk yang cukup sehingga tekad Bojonegoro sebagai Lumbung Pangan dan Energi Nasional bisa tercapai” imbuhnya. Kang Yoto melanjutkan, ia akan sosialisasikan kepada pimpinan satuan kerja di pemeritah Kabupaten Bojonegoro dan masyarakat Bojonegoro pada umumnya tentang pentingnya hutan untuk keberlangsungan waduk dan sumber mata air di Bojonegoro. “Hampir 40% rakyat Bojonegoro bekerja di lahan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani. Jadi jujur saya sampaikan, Perhutani telah bertahun-tahun membantu dan memberi banyak kontribusi terhadap masyarakat. Untuk itu, kita harus membantu Perhutani dalam memberikan pengertian dan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya hutan untuk keberlangsungan hidup umat dan ekosistemnya. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro akan selalu menggandeng Perhutani untuk bersinergi dalam pembangunan dan menyejahterakan masyarakat Bojonegoro,” demikian Kang Yoto. • DR/Rafik

Perhutani Ajak Masyarakat Batang Hijaukan Hutan Batang - Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur bersama Dishutbun Kabupaten Batang dan masyarakat Kabupaten Batang yang tergabung dalam wadah komunitas pecinta alam “Racika Palm” Batang, menyelenggarakan Aksi Menanam Pohon Bersama di petak 52F RPH Gerlang, BKPH Bawang, yang secara administratif masuk Desa Gerlang, Kecamatan Blado, Kabupaten

DUTA Rimba 53


lintasrimba Batang, 22 Februari 2015. Kegiatan itu diikuti sekitar 200 peserta. Di kesempatan itu, Administratur Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur, Akhmad Taufik, mengajak masyarakat Batang menghijaukan Hutan. Turut hadir jajaran KODIM 0736 Batang, KORAMIL 09 Blado, Bank Jateng Cabang Batang, BPBD Batang, PMI Batang, SMA I Bandar, PT Primatex Batang, Kepala Desa Gerlang beserta Perangkat dan LMDH Gerlang Asri Desa Gerlang, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Sebanyak 2.000 plances Eucaliptus ditanam di acara ini.

Lewat kegiatan menanam pohon bersama, diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan hutan, sehingga tidak terjadi bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. • DR/Turmudi

Perhutani Sukabumi Beri Bantuan Sekolah Rp 99,5 Juta Sukabumi - Perhutani KPH Sukabumi, Selasa 24 Februari 2015, menyerahkan bantuan pembangunan ruang belajar sebesar Rp 99,5 Juta yang berasal dari dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) kepada MTS Cidahu yang bernaung di bawah Yayasan Khoirul

Perhutani Bantu Masyarakat

Dok. Kom PHT®2014

Baduy Luar untuk Sekolah

Banten - Perum Perhutani Banten bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak dan Forum Komunikasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (FK-PHBM) Kecamatan Cimaria membangun bangunan keaksaraaan fungsional Baduy Luar di wilayah hutan Petak 20a Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cileles Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Rangkasbitung Perhutani Banten, Desa Sudamanik Kecamatan

54 DUTA Rimba

Cimaria Kabupaten Lebak. Sabtu. Bangunan yang merupakan bantuan Dana Bina Lingkungan Kantor Pusat Perhutani diresmikan oleh Kepala Biro Kelola Sosial Perhutani Kantor Pusat, Purwanto dapat menampung 80 0rang Suku Baduy luar untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Kepala Biro Kelola Sosial Kantor Pusat Perhutani, Purwanto mengatakan bahwa Perum Perhutani dalam mengelola hutan

Anwar di Desa Cidahu Kecamatan Cibitung Kabupaten sukabumi. Bantuan itu diserahkan oleh Wakil Administratur Perhutani Sukabumi, Agus Soleh. Acara dihadiri oleh Muspika Kecamatan Cibitung. Agus Soleh menyatakan, masyarakat agar mengawal pemanfaatan dana tersebut untuk pembangunan ruang belajar. ”Kami berharap, masyarakat terus meningkatkan kepedulian terhadap keamanan dan kelestarian hutan,” tambahnya. Menurut catatan pihak sekolah, kini terdapat 350 siswa MTS Cidahu yang sebagian besar anak dari Anggota LMDH Rimba Makmur. • DR

menggunakan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) mulai dari persemaian hingga tebangan. “Kegiatan pembangunan fasilitas keaksaraan fungsional ini dibiayai dari Bina Lingkungan dan diharapkan merupakan program yang berkelanjutan, tidak hanya berhenti pada tahun 2014 saja, dengan catatan ada dukungan dari pihak Pemda karena ini merupakan kewajiban kita bersama” harapannya. Forum Komunikasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (FKPHBM) Kecamatan Cimaria, eman sebagai pelaksana menyatakan bahwa pada tahun 2011 sudah ada kegiatan keaksaraaan fungsional seperti ini bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak dengan jumlah siswa 20 orang dan dari 20 orang, 18 orang sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. “Untuk tahun 2014 ini merupakan program Perum Perhutani dengan target siswa sebayak 80 orang dan sampai saat ini sudah mendaftar sebanyak 54 calon siswa. Harapannya agar pembelajaran ini bisa diakui oleh pemerintah sebagai program paket A” tambahnya. • DR

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dirut Perhutani Tandatangani

Dok. Kom PHT®2014

MoU dengan PBNU

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menandatangani MoU dengan PBNU.

Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, menandatangani Kesepakatan Bersama (Memorandum of Understanding/ MoU) tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Pengembangan Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Pendampingan Masyarakat Desa Hutan, dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqiel Siradj, Sabtu 31 Januari 2015. Acara tersebut dilakukan di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

(PBNU), Jl Kramat Raya No 164 Jakarta Pusat, bertepatan dengan Peringatan Harlah Ke-89 NU, sekaligus Launching Muktamar ke33 NU yang bertema “Memperkuat Khittah 1926, Menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama”. Turut hadir dalam kesempatan itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja, di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menristek dan Pendidikan Tinggi M Natsir, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Desa PDT dan Transmigrasi

Marwan Ja’Far, Menpora Imam Nahrawi, dan Menakertrans M Hanif Dzakiri. Sedangkan Dirut Perum Perhutani hadir didampingi Direktur Pengelolaan Sumberdaya Hutan Heru Siswanto, Kepala Divisi Pengembangan dan Pengelolaan Aset Sangudi Muhamad, serta Asisten Direktur Perlindungan SDH dan Kelola Sosial Bambang Wuryanto. MoU tersebut meliputi implementasi PHBM/Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Nahdlatul Ulama dan pendampingan LMDH dalam pengelolaan PHBM, pengembangan ketahanan pangan, penyuluhan masyarakat sekitar hutan, dan penyebarluasan informasi kehutanan oleh Dai, Kiai, Ustadz, dan Tokoh Nahdatul Ulama. Di kesempatan tersebut, KH Said Aqil Siraj meminta pemerintah serius menggarap sektor ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas demokrasi di Tanah Air. Mustoha menyatakan, kerja sama itu diharapkan mendukung pemberdayaan masyarakat desa sekitar hutan, pengamanan hutan secara terpadu berbasis pesantren dan masyarakat, reboisasi dan konservasi sumber daya hutan di dalam kawasan Perum Perhutani, pengembangan lembaga pendidikan kehutanan berbasis pesantren, dan penguatan skill kehutanan komunitas nahdlatul ulama, serta pengembangan usaha produktif dan usaha konservasi masyarakat desa hutan. • DR

DUTA Rimba 55


Dok. Kom PHT®2014 | Foto : SOE.

perhutani

2

Dari ruangan yang bersahaja Kemilau Belantara terus menggoda Mengusik nurani penuh sukma Untuk hasilkan karya sastra 56 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


LENSA

Ada gairah yang membuncah Dari talent-talent muda Menggali potensi diri Untuk terus berkreasi

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 57


Belantara itu akan berjiwa Bila Diberi makna Secara bergelora Lewat tulisan bercerita

58 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Ada beragam cara Mengolah belantara Menjadi sebuah karya Yang mempesona

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 59


Dibutuhkan nyali dan kreasi Mengemas tumbuhan hijau Di atas lembaran kertas Penuh dengan sentuhan seni

60 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dari kumparan waktu Yang tersedia untuk mereka Kutunggu lahirnya sebuah karya Cerminan belantara yang menyatu

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 61


bisnisrimba

Dok. Kom PHT®2014

Bermula dari permintaan pasar yang besar sementara ketersediaannya cenderung langka, KPH Saradan mengembangkan tanaman porang. Caranya dengan mengizinkan masyarakat sekitar hutan menanam porang di lahan Perhutani, di bawah tegakan Sono dan Jati yang berumur 40 tahun ke atas. Hasilnya pun cukup bagus. Tengok saja.

Porang di Saradan.

62 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Melirik Potensi

Porang Saradan K

PH Saradan ternyata sudah lama membudidayakan tanaman porang. Terhitung sudah hampir 27 tahun budi daya porang dilakukan KPH Saradan. Tepatnya budi daya porang itu dilakukan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Area pembudidayaan porang itu termasuk ke dalam wilayah hutan RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan. Masyarakat Desa Klangon mengenal Porang (Amorphopallus muelleri) sebagai tanaman sejenis Suweg, Iles-iles, Walur, yang tumbuh liar di hutan, kebun, dan pekarangan, dan hidupnya perlu naungan pohon. Perkenalan masyarakat Desa Klangon terhadap porang bermula di tahun 1975. Ketika itu, porang diperkenalkan oleh pedagang dari Kabupaten Nganjuk sebagai umbi yang bernilai ekonomi tinggi dan sangat menguntungkan. Tertarik akan keuntungan yang akan didapat dari tanaman itu, masyarakat Desa Klangon pun bersemangat untuk mencoba menanam tanaman baru tersebut di desa mereka. Ternyata benar.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Permintaan pasar sangat besar saat itu. Dan warga pun kian bersemangat menanam porang. Namun, keberadaan bibit Porang saat itu sangat terbatas dan langka. Menyikapi hal tersebut, di tahun 1984 masyarakat Desa Klangon pun mencoba untuk mempelajari dan membudidayakan porang di lahan Perhutani KPH Saradan. Tanaman porang yang memerlukan naungan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung itu dinilai cocok untuk ditanam di bawah tegakan Sono dan Jati sebagai tanaman PLDT (Pemanfaatan Lahan Di bawah Tegakan). Kian hari, semangat masyarakat Desa Klangon pun kian besar untuk membudidayakan porang dan tanaman itu pun semakin dikenal luas. Semangat dan keuletan masyarakat Desa Klangon mengembangkan produksi tanaman porang ternyata membuahkan hasil. Tahun 1987 menjadi tanda hal itu. Di tahun 1987 itu panen raya Porang untuk pertama kali dilakukan, dan keuntungan yang tinggi pun hinggap kepada masyarakat Desa Klangon. Melihat potensi Porang yang memiliki propek cukup bagus itu, tahun 1988 akhirnya Perum Perhutani

KPH Saradan memberikan izin kepada masyarakat sekitar hutan di Desa Klangon, khususnya yang tergabung dalam wadah Kelompok Tani Hutan (KTH) Rino Kartiko, Desa Klangon, untuk menanami porang di lahan Perhutani, di bawah tegakan Sono dan Jati yang berumur 40 tahun ke atas sebagai tanaman PLDT. Seiring berjalannya waktu, serta kian bertumbuhnya perkembangan dan kajian dalam bidang kehutanan, berbagai program mengalami perubahan-perubahan dan penyempurnaan. Termasuk di dalam pengelolaan hutan yang melibatkan unsur masyarakat di dalamnya. Perubahan dan pernyempurnaan itu antara lain dengan keberadaan program Malu (Mantri dan Lurah), Insus Tumpang Sari (ITS), Perhutani Sosial (PS), Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), dan terakhir program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang sampai saat ini masih berjalan. Hal itu berlaku juga di dalam pengelolaan dan pembudidayaan tanaman porang sebagai tanaman PLDT. Kerjasama yang harmonis di antara Perhutani dengan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dalam mengeksploitasi

DUTA Rimba 63


bisnisrimba Data Realisasi Produksi Porang Desa Klangon Tahun 1990 – 2014 : No.

Tahun Panen

Luas Tanah

Hasil (Ton)

Pendapatan (Rp.) Harga/kg

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

20 50 76 145 198 313 313 315 325 415 468 615 615 615 615 615 615 615 575 550 615 558.40 457.15 326.30 297.17

180 450 684 1.332 1.782 2.817 2.817 2.835 2.935 3.735 3.510 5.535 5.535 5.535 5.535 5.535 4.000 4.100 3.800 3.400 3.410 614.24 502.87 347.88 326.89

115 115 115 175 115 135 250 350 400 600 700 800 800 800 800 1.000 1.500 1.700 2.000 2.200 2.500 2.800 3.000 3.500 4.000

Keterangan

Jumlah 20.700.000 51.750.000 78.660.000 233.100.000 204.930.000 380.295.000 704.250.000 992.250.000 1.174.000.000 2.241.000.000 2.457.000.000 4.428.000.000 4.428.000.000 4.428.000.000 4.428.000.000 5.535.000.000 6.000.000.000 6.970.000.000 7.600.000.000 7.480.000.000 8.525.000.000 1.719.872.000 1.508.610.000 1.217.580.000 1.307.560.000

Sumber dari bagian PHBM KPH Saradan.

porang ternyata berdampak positif dalam pengelolaan hutan lestari di KPH Saradan, baik untuk menjaga kelestarian hutan maupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Komoditi Pilihan Sejak tahun 2001, di Desa Klangon sudah mulai dirintis untuk dilaksanakan program PHBM (Pra Kondisi). Di tahun 2005, telah dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama PHBM antara Perum Perhutani KPH Saradan dengan LMDH Pandan Asri di hadapan Notaris dengan PKS No 32 tanggal 27 Juli 2005. Adapun Obyek kerjasamanya meliputi seluruh aspek kegiatan pengelolaan sumber daya hutan, mulai dari perencanaan, persemaian, tanaman, pemeliharaan,

64 DUTA Rimba

keamanan, produksi, pemasaran hasil hutan, serta kegiatan agrobisnis, antara lain penanaman jagung, empon-empon, porang, dan lain-lain. Sampai saat ini, pembudidayaan porang di Desa Klangon, RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kini, poran telah menjadi komoditi pilihan yang bagus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Juga sebagai penunjang pemanfaatan lahan di bawah tegakan (PLDT) di KPH Saradan. Porang merupakan tanaman yang cocok untuk dibudidayakan, baik secara ekologi, ekonomi, dan sosial, dalam rangka membangun dan melestarikan hutan. Selain di Desa Klangon, kegiatan

pengembangan tanaman porang juga dilakukan oleh LMDH Rimba Mas Sejahtera yang berkedudukan di Desa Pajaran dan LMDH Sumber Wono Lestari di Desa Sumberbendo Kecamatan Saradan. Kerja sama yang terjalin di antara LMDH Pandan Asri, LMDH Rimba Mas Sejahtera, dan LMDH Sumber Wono Lestari dengan Perhutani dalam pengembangan tanaman Porang di bawah tegakan, merupakan suatu kerja sama yang benar-benar bermanfaat dan saling menguntungkan di kedua belah pihak. Pihak Perhutani diuntungkan karena masyarakat di sekitar hutan juga ikut menjaga kelestarian hutan yang berfungsi sebagai naungan bagi tanaman porang yang mereka tanam di bawahnya. Sebaliknya, dari pihak masyarakat juga diuntungkan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHTÂŽ2014

Irisan-irisan porang yang siap diolah dan tanaman porang.

karena bisa mengerjakan lahan atau bidang garapan, untuk ditanami porang yang selanjutnya mampu untuk meningkatkan perekonomian mereka. Keberadaan pengembangbiakan tanaman porang di Desa Klangon dan sekitarnya, ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran hutan. Hal itu sekaligus juga bisa berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Madiun. Fakta tersebut pun lantas mengundang Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mulai melirik potensi tanaman Porang di Desa Klangon yang terletak di wilayah paling timur Kabupaten Madiun dan berbatasan dengan Kabupten Nganjuk. Pemkab Madian pun berkomitmen untuk menjadikan Desa Klangon sebagai sentra kajian budi daya tanaman porang. Selanjutnya, pengembangan budi daya tanaman porang juga terus dilakukan, untuk meningkatkan produksi porang dalam upaya Pemerintah Kabupaten Madiun untuk meningkatkan perekonomian

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

masyarakat Desa Klangon dan untuk meningkat pendapatan asli daerah Kabupaten Madiun.

Cara budidaya tanaman Porang Semua diawali dari proses penyiapan bibit porang. Untuk mendapatkan bibit tanaman porang yang baik, penyiapannya dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang didapat dari Bubil/katak atau menggunakan umbi porang. Jika mengambil bibit dengan menggunakan Bubil/katak, terlebih dahulu harus mendapatkan Bubil. Bubil diperoleh atau dipungut dari sekitar rumpun tanaman yang telah cukup tua yang telah melepaskan Bubil/katak. Tanaman porang yang sudah besar dan tua mampu menghasilkan 15 Bubil/katak. Selanjutnya, Bubil disortir dan dipilih yang sehat saja. Bubil yang terpilih lalu dikumpulkan. Kemudian Bubil/ katak tersebut dikemas dalam wadah dan disimpan di tempat yang kering untuk kemudian ditanam. Jika mengembangkan bibit dengan menggunakan Umbi,

terlebih dahulu perlu menentukan anakan tanaman Porang yang telah berumur kurang lebih 1 tahun yang pertumbuhannya subur dan sehat. Selanjutnya, bongkar tanaman tadi, kemudian bersihkan umbinya dari akar-akar dan tanah yang masih menempel. Lalu, kumpulkan bibit tersebut di tempat yang teduh dan mudah untuk penanganan selanjutnya. Selanjutnya adalah proses menanam porang. Cara penanaman porang diawali dengan pembersihan lahan/babat tumbuhan bawah. Setelah itu, tanah digebrus dan dibuat guludan. Lalu buat lubang sedalam 10-20 cm dengan jarak 1 X 0,5 m tanam. Pada masingmasing lubang, diuruk kira-kira 3 cm. Kemudian, bubil/katak atau umbi ditanam. Selanjutnya, bubil/katak atau umbi itu ditutup dengan tanah yang dicampur kompos. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah, tanaman porang ini cocok ditanam pada ketinggian 700 m dpl dengan waktu tanam terbaik pada bulan NopemberDesember. Nah. • DR

DUTA Rimba 65


rimbadaya

Ada Sriyatin di Hatiku Bermula dari menumpang dengan peternak lain, kini omzetnya mencapai ratusan juta rupiah. Padahal, alasan awal menggeluti usaha ini hanya karena dipandang lebih cepat menghasilkan uang ketimbang bisnis yang lain. Lalu seperti apa profilnya sekarang?

S

riyatin. Bagi pedagang ayam pasar Ngawi, penjual sayuran keliling, bahkan pemilik restoran, nama itu tidak asing. Sebuah poster bertuliskan “Sriyatin Ayam Potong” berukuran lumayan panjang menurut teras sebuah rumah di Dusun Pancuran, Padas, Kabupaten Ngawi. Nyamiran, pria 34 tahun yang bertempat tinggal di RT 01 RW 04, Dusun Pancuran, Desa Pancing, Padas, Ngawi, Jawa Timur, adalah pemiliknya. Sebagai peternak ayam potong yang ulet dan ramah, ia merintis usaha sejak 2004. Sepuluh tahun lalu bersama sepuluh

66 DUTA Rimba

orang warga desa usaha kelas kampung itu dimulai. Bermodal awal Rp 2 juta, Nyamiran mulanya “nebeng” peternak lain dengan cara menitipkan 500 ekor ayam miliknya. Ketika beberapa peternak mulai ambruk dan gulung tikar, Nyamiran justeru mampu bertahan dan semakin maju. Bahkan ia bisa mendirikan kandang di tanah milik keluarga seluas 1 hektar. Alasan menggeluti usaha ternak ayam potong itu sederhana. Lebih cepat menghasilkan uang. Itu saja. Ayam petelur butuh waktu enam bulan untuk menghasilkan telur. Ayam potong hanya butuh 30 hari sampai 45 hari untuk sampai pada

tahap siap potong dan lalu dijual. Bibit ayamnya dibeli dari Magetan. Pakannya jagung yang digiling dan dicampur dengan pur. Dibutuhkan enam sak atau 300 kg pakan untuk 100 ekor ayam. Tiga minggu sekali, Nyamiran membeli sedikitnya 150 kg sak pakan ayam, masing-masing berisi 50 kg seharga Rp 50 juta. Harga ayam potong kini Rp 15.000 – Rp 22.000 per kg. Sehari, Nyamiran menerima pesanan ayam potong rata-rata dua sampai lima kuintal. Pada hari-hari besar atau musim hajatan pesanan bahkan mencapai delapan sampai sepuluh kuintal. Dalam satu tahun, sedikitnya

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2014

Pemberian pakan ayam.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 67


rimbadaya

Nyamiran panen ayam potong 20 kali dengan jumlah 2.000 ekor ayam sekali panen. Omzetnya mencapai Rp 180 juta. Apabila dirata-rata, keuntungan bersihnya mencapai Rp 9 juta setiap kali panen. Dibantu dua orang pekerja tetap dengan upah 1,2 Juta Rupiah per bulan. Ia juga mempekerjakan dua sampai empat orang pekerja lepas yang membantu pemotongan ayam dengan upah Rp 40.000 per hari. Info-info PKBL terbatas saat itu. Kebetulan saja ayah mertuanya adalah Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sehingga ia bisa mendapatkan informasi yang cukup. Pinjaman dari Perhutani Ngawi itu termasuk kecil untuk usaha ternak ayam. Tetapi, menurut

68 DUTA Rimba

dia sangat membantu. Mendirikan sebuah kandang saja diperlukan biaya Rp 20 – 30 juta. Namun, tanpa bantuan PKBL maka usaha yang dibangun dari nol ini akan semakin kekurangan modal dan tidak mampu berkembang seperti sekarang. Nyamiran mengakui bahwa sejak tahun 2007 sampai sekarang PKBL sangat berperan dalam membantu permodalannya. Sebagai mitra Perhutani, ia memperoleh pinjaman awal sebesar 5 Juta Rupiah yang lunas tahun 2010. Pinjaman kedua 20 Juta Rupiah yang proses pelunasannya masih berjalan hingga akhir 2014. Mengaku pernah meminjam bank sebesar Rp 40 juta, ia harus menerima konsekuensi bunga angsuran per bulannya lebih

berat dibandingkan pinjaman dari Perhutani Ngawi. Harapannya, dana PKBL dapat memberikan pinjaman lebih besar dari yang sekarang ini. Sehingga peternak kecil di kampung-kampung dapat terbantu semua dari BUMN. Kini, Nyamiran punya lima kandang. Tiga kandang dibangun sebelum mendapat PKBL, dua kandang lagi setelah mendapat PKBL. Usahanya makin berkembang. Nama “Sriyatin Ayam Potong” setia digunakan untuk usaha. Terpampang di depan rumah. “Nama Sriyatin itu selalu ada di hati saya. Dia adalah mitra kerja sekaligus isteri saya,” demikian ucap Nyamiran mengakhiri wawancara, sembari menimbang ayam potong. • DR/Soesi Sastro

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 69


warisanrimba

Curug

Cipamingkis,

Air Terjun Bau Mistis Lokasi curug satu ini berjarak hanya 800 meter dari gerbang Curug Ciherang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kedua curug ini mampu menghipnotis pengunjung dengan pesona masing-masing. Yang menarik, Curug Cipamingkis mengandung banyak mitos dan aroma mistis. Berbeda dengan Curug Ciherang yang menjanjikan suasana main air seru. Nah, jika Anda tertarik wisata alam sekaligus membuktikan mitos tentang panjang jodoh, datanglah ke curug cipamingkis.

S

itus Wisata Curug Cipamingkis terletak di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cipamingkis, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor. Secara administratif, air terjun ini masuk wilayah Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas situs wisata tersebut 16,50 Hektar. Cukup dingin suhu udara di sekitar lokasi Curug Cipamingkis. Bukan sekadar karena temperatur suhu udara di sana yang berkisar antara 18-20 derajat celcius

70 DUTA Rimba

semata, tetapi juga karena ada “hawa lain” yang begitu terasa melingkupinya. Sebab, keberadaan Curug Cipamingkis memang tak bisa dilepaskan dari legenda dan mitos di seputarnya. Curug Cipamingkis merupakan tempat pertemuan aliran dua sungai yang melintas Kabupaten Bogor, yaitu Sungai Cipamingkis dan Sungai Cisarua. Konon, dari nama salah satu sungai sumber airnya itulah nama Curug Cipamingkis berasal. Tetapi, ada juga sekelompok masyarakat setempat yang menyebut, Curug Cipamingkis merupakan air terjun pamungkas atau terakhir. Kelompok masyarakat ini meyakini, dari filosofi

kata pamungkas itu kemudian menjelma nama Cipamingkis. Yang menarik, Curug Cipamingkis terlihat lebih banyak didatangi pengunjung ketimbang Curug Ciherang yang sama-sama berada di wilayah KPH Bogor. Kendati lokasi kedua curug tersebut berdekatan, legenda Curug Cipamingkis lebih terasa kental ketimbang Curug Ciherang. Penyebab hal itu tak bisa dimungkiri karena Curug Cipamingkis sangat lekat mengandung aroma mistik yang melegenda. Ada banyak legenda dan mitos di seputar Curug Cipamingkis. Salah satu mitos yang melingkupi Curug Cipamingkis itu menyatakan, jika seseorang yang belum mendapatkan jodoh dalam hidupnya lalu mandi di bawah terjunan airnya dengan melafadzkan niat, maksud dan tujuan yang dikehendaki itu akan terlaksana. Selain itu, juga ada mitos yang menyebut bahwa Curug Cipamingkis memiliki “penunggu”. Menurut mitosnya, penunggu Curug Cipamingkis itu berbentuk Ular Naga yang digelari masyarakat sebagai Ratu Ular atau Dewi Ular, yaitu paduan Pangeran Langit. Juga ada salah satu cerita yang konon berasal dari salah satu pengunjung Curug Cipamingkis. Konon, menurut cerita itu, ketika ia tengah berada di Curug Cipamingkis, pada suatu saat tiba-tiba ia

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015

Jembatan menuju Curug CIpamingkis.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

DUTA Rimba 71


warisanrimba

Dok. Kom PHTÂŽ2015

Potensi dan Daya Tarik

Pesona Curug Cipamingkis

didatangi sosok yang sinar matanya memancarkan sinar tajam berbentuk bola merah dan semakin lama semakin dekat menghampirinya. Akhirnya, ia merasakan keanehan pada dirinya. Dan sejak itu, konon ia lantas merasa secara tidak langsung telah mendapatkan kekuatan gaib dan daya tarik terutama terkait perjalanan cinta kasihnya. Cerita yang tak jauh berbeda juga terdengar di seputar Curug Ciherang yang notabene merupakan tetangga dekat Curug Cipamingkis. Situs Wisata Curug Ciherang saat ini merupakan air terjun obyek wisata religi yang kerap didatangi masyarakat. Air terjun

72 DUTA Rimba

ini juga dilingkupi legenda kendati aroma mistisnya tidak sekental Curug Cipamingkis. Di Curug Ciherang, legendanya diawali oleh keberadaan tempat pemandian dan pertapaan para keturunan raja yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung luar kota. Tempat pemandian itu dipercayai dapat memberikan tuah setelah pengunjung mandi di sana. Airnya konon dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit serta kebugaran dan berkah bagi pengunjunngnya. Selain itu, jalan untuk menuju ke Puncak Curug Ciherang berbentuk seperti lekuklekuk tubuh Ular Naga.

Kendati tak lepas dari cerita mistis di seputar air terjun, Curug Cipamingkis tak bisa dimungkiri juga menyimpan potensi besar karena kekayaan pesona dan daya tarik alamiahnya. Sebab, Curug Cipamingkis terlihat begitu indah dengan hamparan hutan pinus yang hijau mengelilinginya. Suasana yang asri, sejuk dan hawa segar khas pegunungan pun begitu terasa saat memasuki area air terjun. Potensi alam yang begitu indah itu menjadi daya tarik Curug Cipamingkis bagi para wisatawan, selain aroma mistis yang demikian kental. Apalagi, lokasi Curug Cipamingkis relatif mudah untuk dijangkau. Dari Bogor, jaraknya hanya sekitar 40 km. Rutenya dengan melewati Bogor-Sentul-Babakan MadangSukamakmur-Desa Wargajaya-Curug Cipamingkis. Bagi pengunjung dari Jakarta, jaraknya pun tak terlalu jauh, hanya sekitar 60 km dari Pintu Tol Cibubur. Rutenya adalah CibuburGunung Putri-Jonggol-SukamakmurDesa Wargajaya-Curug Cipamingkis. Dari arah Jonggol, pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat mengambil jalan menuju Sukamakmur ke arah Cipanas. Para pengunjung diperkirakan tak akan banyak mengalami kesulitan untuk tiba di lokasi Curug Cipamingkis setelah keluar pintu tol Cibubur. Sebab, perjalanan dari sana hanya tinggal lurus saja mengikuti jalan raya ke arah timur. Dilihat dari posisi lokasi wisata, Curug Cipamingkis juga memiliki keunggulan. Lokasi parkirnya lebih dekat dengan jalan utama. Begitu tiba di area air terjun, tempat parkir akan segera terlihat. Banyak kendaraan roda empat dan roda dua yang parkir di sana. Hal itu membuat Curug Cipamingkis lebih dekat dan lebih mudah diakses ketimbang Curug Ciherang yang lokasinya

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


berjarak kira-kira 500 meter dari gerbang utamanya. Tiket masuk Curug Cipamingkis seharga Rp 9000 plus biaya parkir untuk mobil @ Rp 4000. Di pelataran parkir, pengunjung sudah akan disambut oleh jajaran pohon pinus yang hijau dan tinggi menjulang, dihiasi alur parit kecil yang dingin airnya. Di sekitar tempat parkir terdapat pondok-pondok yang menjual makanan dan minuman ringan. Dari lokasi parkir, terdapat jembatan bambu yang harus dilewati untuk menyeberang. Sehingga, sekilas sudah terlihat pengelolaan yang cukup baik di sana. Menyadari besarnya potensi dan daya tarik Curug Cipamingkis, Perhutani juga telah melengkapi fasilitas di area Curug Cipamingkis. Misalnya, di sana telah ada areal perkemahan, jongging track, outdoor activity, toilet, musholla, serta tendatenda dan saung-saung untuk istirahat. Dan suasana di tengah hutan pinus yang asri pun membuat banyak pengunjung yang menggelar tikar di antara pokok-pokok pohon pinus, lalu duduk dan menikmati bekal yang mereka bawa.

Pilihan Menarik Memang, aliran sungai yang menjadi sumber air terjun Curug Cipamingkis tak selebar Curug Ciherang. Tetapi, pesona Curug Cipamingkis tak kalah dari Curug Ciherang. Banyak di antara pengunjung yang mengabadikan foto-foto di sana. Maka, kedekatan lokasi dua air terjun ini memunculkan potensi tersendiri. Pengunjung pun dihadapkan pada pilihan yang menarik. Jika pengunjung ingin mengunjungi wisata alam dengan tujuan untuk membuktikan mitos tentang panjang jodoh, datang saja ke Curug Cipamingkis. Tetapi jika ingin menikmati wisata alam dengan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

tujuan untuk menikmati suasana main air yang seru, Curug Ciherang agaknya cocok juga. Faktanya, kedua curug ini mampu menghipnotis pengunjungnya dengan pesona masing-masing. Bagi para pengunjung, jika hendak naik ke bawah air terjun, hendaklah memerhatika beberapa hal. Yang pertama, hendaknya memakai sandal atau sepatu yang khusus untuk para pendaki gunung. Sehingga, pijakan kaki akan tetap mantap saat melewati jalan berbatu, jalan tanah, dan medan yang licin. Jangan sampai Anda terpaksa harus mencopot dan menjinjing sepatu cantik, lalu jalan kaki berjinjit-jinjit karena kesulitan berpijak.

Penguasaan Kembali Perhutani sangat sadar besarnya potensi wana wisata yang ada di wilayah kerja perusahaan. Karea itu, permasalahan yang melingkupi masing-masing lokasi pun segera diselesaikan. Termasuk untuk persoalan seputar tenurial. Menurut Administratur/KKPH Bogor, Asep C. Mulyadi, banyak obyek wisata yang sudah ada ternyata sudah diklaim oleh pihak lain yang bahkan sudah mengantongi sertifikat. Ada pula yang lain yang menyangka memiliki penguasaan teritorial lalu melakukan kesepakatan lain dengan jalur hukum untuk ke arah kerjasama. Kini, telah dilakukan penguasaan kembali secara de yure maupun secara fakta. Sebab, menurut dia, faktanya masih banyak lokasi yang sebenarnya berada di wilayah kerja Perhutani, tetapi diklaim pihak lain. “Alhamdulillah sudah berapa lokasi yang semula secara liar dikelola oleh pihak lain yang tak jelas lembaganya, kini kita perjelas statusnya. Misalnya ada Curug Barong, Curug Panca, Naga, Kembar, Bidadari, Ciherang, Cipamingkis, Cibeet, Cisarua,

Jika pengunjung ingin mengunjungi wisata alam dengan tujuan untuk membuktikan mitos tentang panjang jodoh, datang saja ke Curug Cipamingkis. Tetapi jika ingin menikmati wisata alam dengan tujuan untuk menikmati suasana main air yang seru, Curug Ciherang agaknya cocok juga. Ciguntur, dan masih banyak lagi yang lokasinya di tengah hutan. Dan kita nanti juga akan membuat paket-paket, sehingga diharapkan pengunjung itu datangnya rombongan dan lebih banyak lagi. Terutama di momen-momen tertentu. Misalnya, saat perayaan taun baru kemarin, hampir 2.000-an pengunjung yang datang dan itu adalah langkah pertama yang saya lakukan,” ucapnya. Potensi yang luar biasa itu memang perlu dioptimalkan. Dan langkah ke arah itu pun sudah diayun. Mudah-mudahan langkah di masa depan, bisa lebih dikembangkan ke arah yang lebih baik. Apalagi, lokasinya masih akan potensial, mengingat Curug Cipamingkis berada tak jauh dari lokasi jalur alternatif Puncak Dua. Maka, langkah yang telah terayun itu selanjutnya tinggal dilanjutkan oleh langkah-langkah yang lain. Dan Curug Cipamingkis pun kian menarik imaji wisatawan. • DR

DUTA Rimba 73


ensikloRIMBA

Cendana Wangi

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Sahabat Wanita

Daun Cendana.

74 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Orang Indonesia tentu sangat akrab dengan kata “Cendana”. Kata ini biasa dilekatkan dengan idiom “Keluarga Cendana” yang lekat dengan keluarga Presiden kedua RI, Soeharto, karena rumah pribadinya terletak di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Sejatinya, cendana adalah nama sebuah tumbuhan khas berbau harum, yang bermanfaat sebagai pembersih darah haid dan dapat mengharumkan organ intim wanita.

S

elain menjadi nama jalan yang populer di masa Orde Baru, orang Indonesia juga mengenal cendana karena kerap diucapkan dalam sebuah peribahasa, “Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula”. Gaharu dan Cendana sama-sama merupakan jenis tanaman khas yang memiliki bau harum mewangi. Keharuman cendana sudah kerap digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari bahkan sejak berabad-abad silam. Cendana (Santalum album) atau kerap juga disebut cendana wangi merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Di awal kehidupannya, cendana adalah tumbuhan parasit. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya. Sebab, sistem perakaran tumbuhan itu tidak sanggup untuk dapat mendukung kehidupannya sendiri. Prasyarat inilah yang membuat pohon cendana terkenal sulit untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Bau harum mewangi khas tumbuhan cendana berasal dari kayunya. Itu sebabnya, kayu cendana kerap digunakan orang sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum,

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

serta sarung keris (warangka). Di Indonesia, kayu cendana banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang banyak pula ditemukan di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Tanaman cendana adalah pohon tahunan yang sangat bermanfaat dan banyak tumbuh di Indonesia. Terutama di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jika ditinjau dari bahasa Belanda (sandelhout) dan bahasa Inggris (sandalwood), kayu cendana diyakini memang berasal dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Pulau Sumba. Hal ini dapat dilihat dari julukan Pulau Sumba, yaitu Sandalwood Island. Julukan ini kemudian dibawa secara turun temurun sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang hingga sekarang. Sebagai bahan untuk aromaterapi, kayu cendana juga dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Harum cendana juga memberi efek tenang. Kayu cendana wangi yang asli diyakini memiliki beberapa fungsi dan khasiat antara lain untuk menentramkan jiwa dan raga, sebagai penenang jiwa yang suci, mampu merukunkan rumah tangga, dan sebagai pewangi

ruangan untuk menetralisir hawa negatif. Tetapi bukan hanya kayunya. Di dalam bentuknya yang murni, minyak dasar kayu cendana juga kerap dicari orang, bahkan dengan harga yang sangat mahal. Minyak cendana kerap digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda dan untuk menghilangkan rasa cemas. Kayu cendana yang kualitasnya baik dapat menyimpan wangi aromanya selama berabad-abad. Itu satu keunikan tersendiri yang sangat jarang dimiliki oleh tumbuhan wangi yang lain. Konon, di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam atau mengawetkan jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9.

Punya Banyak Nama Sejak abad ke-15, pohon cendana menjadi daya tarik bagi bangsa Eropa untuk memburunya ke Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya Pulau Sumba. Konon, karena pohon cendana yang banyak tumbuh di sanalah, Pulau Sumba kemudian mendapatkan julukan sebagai Sandalwood Island. Juga karena itulah, pohon cendana yang kemudian ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Nusa Tenggara Timur. Kayu cendana adalah tanaman yang termasuk family Santalaceae dan dari ordo Loranthaceae. Tanaman cendana memiliki nama latin Santalum album linn. Selain itu, tumbuhan ini juga memiliki banyak nama. Misalnya, dalam bahasa Belanda ia disebut sandelhout dan dalam bahasa Inggris disebut sandalwood. Di Indonesia, kayu cendana juga dikenal dengan beberapa nama, tergantung daerahnya masingmasing. Nama-nama lain cendana di Indonesia antara lain adalah Candana (Minangkabau) Tindana, Sindana (Dayak), Candana (Sunda),

DUTA Rimba 75


ensikloRIMBA cenderung tumbuh menggantung. Daun cendana berhadap-hadapan, bentuknya elips hingga lanset (bulat telur) dengan dua ujungnya lancip.

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Kaya Manfaat

Pohon Cendana.

Candana, Candani (Jawa), Candhana, Candhana lakek (Madura), Candana (BeIitung), Ai nitu, Dana (Sumbawa), Kayu ata (FIores), Sundana (Sangir), Sondana (Sulawesi Utara), Ayu luhi (Gorontalo), Candana (Makasar), Ai nituk (Roti), Hau meni, Ai kamelin (Timor), Kamenir (Wetar), dan Maoni (Kisar). Kayu cendana yang kualitasnya dianggap paling bagus biasanya adalah cendana yang berasal dari daerah Mysoram di India Selatan. Di Indonesia, kayu cendana yang berasal dari Timor juga sangat dihargai. Namun kini, kayu cendana wangi (Santalum album) menjadi sangat langka, sehingga harganya pun sangat mahal. Sebagai gantinya, sejumlah pakar aromaterapi dan parfum kini menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu tersebut memiliki kandungan konsentrasi bahan kimia

76 DUTA Rimba

yang berbeda, dan karena itu kadar harumnya pun berbeda. Tanaman cendana dapat tumbuh di daerah yang memiliki perbedaan iklim sangat jelas antara musim kemarau dan penghujan. Tanaman cendana dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Selain itu, cendana juga sangat sering tumbuh di daerah penuh bebatuan atau bebatuan vulkanis yang meneruskan aliran air. Pohon cendana dapat tumbuh hingga ketinggian 11 – 15 meter, dengan diameter batang 25 – 30 cm. Batangnya bulat dan kulitnya berwarna mulai coklat keabu-abuan hingga coklat merah. Cabangnya mulai tumbuh pada bagian setengah pohon. Dahan-dahan primer sangat tidak beraturan, sering bengkok dan memiliki banyak ranting. Dahan bagan bawah tumbuhan cendana

Pohon cendana merupakan tanaman setengah parasit yang memperoleh makanan dari pohon inangnya melalui akar yang dihubungkan lewat haustori. Tanaman yang kerap dijadikan inang oleh tumbuhan cendana banyak macamnya. Sebab, cendana tidak hanya menginangkan tumbuhan cendana yang tua saka. Tanaman yang biasanya dijadikan inang oleh cendana antara lain adalah Akasia, Albasia, Dalbergia, Inga, Pongamia, dan Alang-alang. Kayu cendana memiliki 2 jenis, yaitu cendana merah dan cendana putih. Cendana yang berjenis merah banyak tumbuh di daerah Funan dan India, sedangkan tanaman cendana yang berjenis putih banyak tumbuh di daerah Nusa Tenggara Timur, antara lain di Pulau Flores, Alor, Sumba, Solor, Adonara, Lomblen, Pantar, Timor, Rote, dan Sabu. Tetapi, kualitas kayu dan wangi cendana merah dan putih itu berbeda. Kayu cendana merah dikenal kurang harum dan kualitasnya kurang bagus, sehingga dalam dunia perdagangan kayu tidak terlalu laris diperdagangkan. Kayu cendana sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture, kriya atau kerajinan tangan, karya seni, hingga tasbih. Namun, di balik manfaat kayu cendana yang sudah dikenal sejak zaman dahulu, tumbuhan cendana sebenarnya juga sangat bermanfaat untuk kesehatan. Yup! Selain sering dijadikan sebagai bahan baku kerajinan dan bangunan, cendana juga dapat dijadikan sebagai bahan untuk obat herbal. Cendana bermanfaat

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Sahabat Wanita Sebagai bahan herbal, cendana memiliki khasiat antara lain sebagai anti radang, anti disentri, serta emenagogum (pembersih haid). Nah, fungsi yang terakhir ini menjadikan cendana sebagai salah satu tumbuhan sahabat wanita. Dan ternyata, manfaat cendana bagi wanita bukan hanya sebagai pembersih haid, tetapi juga membuat harum organ intim wanita, serta memberikan manfaat bagi kecantikan kulit. Beberapa manfaat kayu cendana bagi kecantikan kulit antara lain adalah untuk perawatan bagi kulit berminyak. Bagi pemilik kulit berminyak, menggunakan bedak dari kayu cendana untuk wajah merupakan ide yang bagus. Sebab, kayu cendana dapat menghilangkan minyak yang kadarnya berlebihan. Dan jika digunakan secara teratur, masker wajah dari bedak cendana dan jus tomat dapat membantu mengontrol kulit berminyak serta mengencangkan pori-pori. Cendana juga dapat mengatasi kulit keriput. Keriput merupakan tanda–tanda awal penuaan yang bisa membuat penampilan menjadi kurang menarik. Nah, bedak kayu cendana dapat menjaga kulit agar terbebas dari kerutan. Caranya bagaimana? Oleskan pasta bedak cendana, air mawar, dan gliserin pada wajah secara teratur. Masker ini dapat menjadikan kulit lebih bersih dan tampak lebih muda. Manfaat lain cendana bagi wanita adalah untuk mengatasi masalah jerawat. Kayu cendana memiliki sifat antimikroba, sehingga efektif untuk mengatasi masalah jerawat. Masker kayu cendana yang digunakan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

secara teratur dapat membantu menghilangkan jerawat di wajah. Bagaimana cara membuatnya? Mudah saja. Ambil 2 sendok makan bubuk cendana dan tambahkan air mawar, lalu aduk hingga berbentuk pasta. Lalu bersihkan wajah, dan oleskan pasta ke wajah, selanjutnya biarkan selama 15 menit. Kemudian, cuci wajah dengan air dingin dan oleskan toner. Satu lagi manfaat cendana bagi wanita. Yaitu sebagai bahan untuk membersihkan darah haid. Berikut ini adalah cara membuat obat herbal untuk membersihkan darah haid dari tanaman cendana. Mula-mula, sediakan kulit cendana dan air panas secukupnya. Gilinglah kulit cendana hingga halus. Seduh bubuk cendana yang sudah halus tersebut dengan

air panas, lalu tunggu beberapa saat hingga air berubah warna. Setelah itu, saringlah air tersebut hingga terpisah dengan ampas bubuk cendananya. Minumlah air saringan cendana tersebut. Lakukan hal itu beberapa kali selama beberapa hari hingga darah haid benar-benar bersih. Ramuan dari cendana dapat diminum secara rutin. Bahkan, sering meminum ramuan dari cendana diyakini bisa membuat organ intim wanita menjadi harum dan wangi. Memang, khasiat cendana bagi organ pribadi wanita tersebut belum teruji secara medis, namun secara turun termurun hal itu telah diyakini oleh masyarakat sejak lama. Semoga bermanfaat dan semakin sehat! • DR (Rud)

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

untuk bahan terapi pengobatan secara herbal. Bagian yang biasanya dijadikan obat adalah kayu, kulit dan minyak dari tanaman cendana.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Santalales

Famili : Santalaceae

Genus : Santalum

Spesies : Santalum album

DUTA Rimba 77


ujungRIMBA Anton Sujarwo Mandor Berprestasi dari KPH Banyuwangi Barat

Sukses Tularkan

Virus

Tugas sebagai mandor tidaklah mudah. Setiap mandor dituntut bekerja keras supaya kawasan hutan tetap terjaga dengan baik. Berbagai upaya pun dilakukan semata-mata demi melindungi dan mencegah hutan agar tidak gundul. Seperti yang dilakukan Anton Sujarwo sehari-hari.

A

nton Sujarwo mengawali tugas di BKPH Licin tahun 2000. Ketika itu, pria kelahiran Banyuwangi, 26 Mei 1979, itu menjadi penjaga tebangan. Karena kinerjanya yang gemilang, ia naik pangkat menjadi mandor tenaga borong. Sejak 1 April 2003, ia pun menjadi Mandor Tebang di kawasan itu. Dua bulan berselang, ia pindah tugas dan dipercaya menjadi Mandor Sadap di kawasan itu. Selama bertugas, Anton cukup intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan. Banyak pendekatan ia lakukan kepada masyarakat. Tak

78 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015

‘’Cinta Hutan’’

ayal, bapak dua anak itu cukup disegani masyarakat sekitar. Kinerjanya yang semakin bagus membuat ia bergeser ke kawasan hutan BKPH Kalisetail, tepatnya di Petak 62A Silin, KPH Purwodadi. Kali ini, suami Suparni Ratmawati itu menjadi Mandor Tanam. Amanah itu ia jalankan dengan suka cita. Sebagai mandor tanam, ia diberi mandat untuk menjaga hutan seluas 5 hektar. Awalnya kawasan hutan itu masih gundul. Sehingga, butuh peremajaan agar hutan menjadi rindang. Berbekal semangat menjaga hutan, ia langsung bergerak. Gebrakan pertama adalah membersihkan lahan yang masih

banyak semak belukar. Tentu saja, masyarakat menyambut baik langkah itu, khususnya para pesanggem. Sebab, lahan itu akhirnya bisa dimanfaatkan masyarakat asalkan tidak merusak tanaman milik Perhutani. Setelah bersih-bersih, Anton melakukan pemasangan acir. Tahap berikutnya adalah membuat lubang berukuran 40 x 40 centimeter, lalu mulai menanam tanaman dengan aneka jenis. Rinciannya adalah tanaman pokok yang ditanam yaitu pinus. Khusus area tepi, Anton menanam pohon mahoni. Bibit manting menjadi tanaman pengisi dan flaminga menjadi tanaman sela. Selain itu, bersama para pesanggem ia juga melakukan gebrus piring dan pemupukan (urea tablet). Agar tanaman tetap tumbuh subur dan terjaga, ia mengajak masyarakat bersama-sama menjaga hutan. Sebab, tujuan menjaga hutan adalah demi masa depan anak cucu. Kerja sama dengan masyarakat itu memang membutuhkan hasil yang cukup signifikan. Sebab, Perhutani dengan masyarakat khususnya pesanggem terjadi simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Atas dedikasinya itu, Administratur KPH Banyuwangi Barat, Adi Winarno, menobatkan Anton Sujarwo sebagai salah satu Mandor Tanam Terbaik. Sebagai pekerja pelaksana, tahun 2014 ia juga meraih penghargaan dari Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur sebagai “Mandor Berprestasi Kelas Rimba”. Berkat kedekatannya dengan masyarakat, Anton cukup dihormati. Di lingkungannya, ia bahkan dipercaya menjadi Ketua RT. Anton pun bertekad terus meningkatkan kinerjanya. Menurut dia, menjaga hutan dengan baik menjadi salah satu bentuk pengabdian dirinya kepada tanah air. • DR-Komper Divre Jatim

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Iwan Siswandi, Mandor Berprestasi dari KPH Bandung Utara

Lomba Wana Lestari tahun 2013 menorehkan nama seorang ustadz dari Lembang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Iwan Siswandi, sebagai Mandor Pendamping PHBM terbaik I. Karena itu, Iwan berkesempatan untuk bertemu dan bersalaman langsung dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara.

S

ejak 1998, Iwan Siswandi bekerja di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara tepatnya di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Lembang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lembang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara. Awalnya, ia ditugaskan di persemaian tanaman rimba campur, selanjutnya di tanaman, dan sejak 2008 sampai sekarang ditugaskan di PHBM. Pria kelahiran Garut, 13 November 1973, ini merasa cocok di PHBM. Sebab, pekerjaan sehari-hari Alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Bandung (2001) itu membuat Iwan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Selain memberi ceramah keagamaan kepada masyarakat sekitar hutan, ia juga mendidik 200 lebih santri di Pondok Pesantren Al Mubarakah Jl Maribaya, Kampung Sukahaji, Desa Kayu Ambon, Lembang, Bandung Barat, dan mendirikan Yayasan Yatim Piatu Al Muhidin. Sebagai ustadz, Iwan pun kerap diundang mengisi pengajian di luar Kota Bandung, dan secara rutin menjadi khatib shalat Jumat di masjid di Lembang dan sekitarnya.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

“Menanam pohon itu sedekah. Shodaqah yang tak ternilai itu adalah menanam pohon,” ujar Mandor PHBM yang di lingkungan KPH Bandung Utara lebih dikenal sebagai ustadz. Nilai-nilai semacam itu yang sering ditanamkan kepada masyarakat sekitar hutan, agar mereka sadar bahwa menanam pohon itu bagian dari amal saleh yang pahalanya tidak akan terputus. “Metode pendekatan PHBM dengan agama tidak hanya (dengan agama) Islam,” tutur Iwan sambil mengatakan, pihaknya pernah menyelenggarakan pengajian di rumah makan Grafika, yang notabene pemiliknya adalah non muslim. Paling tidak, seminggu sekali - setiap jumat - laki-laki yang pernah nyantri di Ponpes Al Musyri Cianjur dan Al Islamiyah Cikalong Wetan, Bandung Barat, ini memberikan ceramah di Majelis Taklim yang anggotanya masyarakat sekitar hutan. Tempatnya tak harus di mushala atau masjid, namun di pinggiran hutan pun jadi. Pengembangan sosialisasi PHBM dilakukan dengan metoda Pendekatan prefentif dan penjelasan kepada masyarakat

Dok. Kom PHT®2015

Mandor ngUstadz

melalui pengajian di sekitar hutan ini menyebabkan masyarakat lebih respon dari pada melalui penyuluhan dari dalam hutan. Metode pendekatan PHBM yang sangat unik dan berhasil menyadarkan masyarakat desa sekitar hutan atau LMDH membuat Iwan berhasil meraih Juara Terbaik I Lomba Wana Lestari tingkat Nasional 2013 Kategori Mandor Pendamping PHBM Perhutani. Tak lama, Iwan diangkat menjadi Pegawai Perum Perhutani. Lebih lanjut, Iwan menuturkan, ibuibu LMDH banyak yang sudah menunaikan Ibadah Umrah, dan ia pun bercita–cita akan menunaikan ibadah haji dengan menyisihkan uang dari hasil sadapan pinus. Tentang keberhasilannya, Iwan menyebut, meraih juara bukanlah yang utama, tetapi mempertahankan apa yang sudah diraih merupakan upaya tak kalah berat. Dengan motto Tiga S yang sudah sangat melekat dalam dirinya yaitu Hati Ikhlas, Kerja Keras, Loyalitas, Iwan tak kenal lelah untuk selalu memberikan pemahaman terhadap masyarakat desa hutan, untuk lebih mencintai hutan dan lingkungan. • DR-Komper Divre Jatim

DUTA Rimba 79


WiSaTaRimBa

Dok. Istimewa

Sebagai obyek wisata, air terjun memiliki pesona yang tidak akan pernah habis. Di mana pun lokasinya. Hal yang sama bisa kita lihat di Curug Sewu. Seperti apa pesona air terjun yang satu ini?

80 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015


Curug Sewu,

Niagara van Java

C

urug Sewu merupakan air terjun tingkat tiga yang memiliki ketinggian hampir 80 meter. Dengan ketinggian itu, Curug Sewu tercatat sebagai air terjun tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Lantas mengapa air terjun tertinggi itu dinamakan Curug Sewu? Tentu saja, nama air terjun tersebut tidak ada hubungannya dengan ketinggiannya. Sebab, jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, Curug Sewu berarti air terjun seribu. Sehingga, sekilas nama tersebut dapat diartikan sebagai seribu air terjun yang berada di satu lokasi yang sama. Namun, ternyata bukan itu arti nama Curug Sewu yang melekat di air terjun tersebut. Sebab, nama Curug Sewu sebagai nama lokasi wisata itu diambil dari nama desa tempat air terjun tersebut berada, yaitu desa Curugsewu. Curug Sewu terletak di bagian paling Selatan dari wilayah Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Tepatnya, ia terletak di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jaraknya kira-kira 44 kilometer dari kota Kendal, dengan terlebih dahulu melewati kota Weleri dan Sukorejo. Di dalam peta dan koordinat GPS, Curug Sewu terletak di 7° 5’ 8.64” S 110° 5’ 58.15” e. Kota Kendal sendiri sangat mudah dijangkau, karena terletak di jalur utama Pantai Utara Jawa Tengah. Apalagi, Kendal menjadi

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

kota yang menghubungkan Kota Pekalongan dengan Kota Semarang. Sehingga, orang yang melintasi jalur Pantai Utara dapat dipastikan mengetahui keberadaan kota yang satu ini. Dari kedua kota tersebut, Kota Kendal dapat dijangkau dalam waktu yang relatif tidak lama. Jarak sekitar 40 km ke arah selatan dari Kota Kendal menuju lokasi wisata Curug Sewu itu dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum. Jika berangkat dari arah Temanggung dan Wonosobo, rute menuju Curug Sewu dapat ditempuh dengan melewati Parakan- Ngadirejo-PateanCurug Sewu. Jika pengunjung berasal dari wilayah Semarang, untuk menuju Curug Sewu dapat melintasi rute Mijen-Boja-SingorojoPatean-Curug Sewu. Bagi yang menggunakan kendaraan umum, dari kota Semarang dapat naik bis jurusan Sukorejo, melewati Mijen, Boja. Selanjutnya, dari Sukorejo naik angkot atau ojek menuju Curug Sewu. Jaraknya sekitar 7 km perjalanan. Bagi pengguna kendaraan pribadi, untuk menuju objek wisata ini dapat menempuhnya dengan dua jalan utama dari kota Kendal. Jika dari arah barat, menggunakan jalur Weleri - Sukorejo yang terlebih dahulu melalui kota Cepiring. Sedangkan dari arah timur, menggunakan jalur Boja-Patean. Nah, pengunjung yang menempuh rute lewat Boja akan menikmati pesona tersendiri, karena sebelum

masuk Patean, mereka akan melewati perkebunan durian. Selain kedua jalur tersebut, untuk menuju Curug Sewu juga bisa ditempuh dengan berkendara dari Temanggung yang memakan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Atau bisa juga dari arah Kebumen melewati Parakan kemudian langsung ke lokasi. Jalur manapun yang Anda pilih, perjalanan menuju lokasi wisata Curug Sewu terbilang cukup nyaman. Sebab, kondisi jalan yang ada pada kedua jalur tersebut sudah merupakan jalan beraspal mulus, kendati medannya naik-turun dan berkelok-kelok.

istimewa dan Nyaman Setelah memasuki lokasi wisata Air Terjun Curug Sewu, Anda akan disuguhi keindahan alam dan menikmati udara sejuk. Perjalanan melewati jalan yang berkelok serta naik turun yang melelahkan seakan terbayar lunas saat kaki Anda sudah menapaki kawasan wisata Air terjun Curug Sewu. Pemandangan yang indah serta suasana yang asri dan sejuk khas wilayah pegunungan akan membuat mata dan hati Anda seolah dimanjakan. Air terjun Curug Sewu memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri dibandingkan air terjun lainnya. Dari total ketinggian yang nyaris 80 meter itu, terdapat 3 titik terjunan air. Masing-masing titik terjunan tersebut memiliki ketinggian 45 meter, 15 meter, dan 20 meter. Titik-titik terjunan yang membuat Curug Sewu terlihat seolah berundak-undak itu

DUTA Rimba 81


wisatarimba

Dok. Istimewa

Selain keistimewaan alamiah air terjun, Curug Sewu juga menjanjikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Di sekitar lokasi air terjun Curug Sewu telah hadir taman rekreasi sebagai pelengkap pesona wisata.

terlihat sangat indah dan menawan untuk dipandang. Apalagi, jika dilihat pada saat tertentu, dari antara titik terjunan air itu muncul pelangi yang menyajikan paduan aneka ragam warna yang memesona. Keindahan air terjun ini begitu terpancar jika kita memandangnya. Yang unik, keindahan air terjun Curug Sewu yang berada pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut itu juga bisa kita lihat dari bagian atas air terjun. Sebab, di sana terdapat gardu pandang yang sengaja dibangun

82 DUTA Rimba

untuk melihat alur air Curug Sewu yang mengalir turun dengan indahnya. Sekaligus juga untuk menikmati pemandangan alam di sekitar lokasi air terjun yang tak kalah menarik mata untuk memandang. Menara pandang yang membuat pengunjung dapat melihat keindahan alam dan air terjun dengan lebih seksama itu dilengkapi dengan teropong seharga 25 juta rupiah. Keberadaan menara pandang dan fasilitas teropong tersebut diharapkan dapat memberikan variasi pilihan

wisata dan menambah keistimewaan Curug Sewu jika dibandingkan air terjun yang lain. Sebab, pengunjung dapat melihat keindahan air terjun dari atas, bukan sekadar dipandang dari bawah seperti obyek wisata air terjun di tempat-tempat lain. Dengan teropong itu, pengunjung juga dapat melihat keindahan air terjun, bentangan pemandangan alam yang hijau, serta bangunan rumah-rumah yang ada di bawahnya dengan sangat jelas. Bahkan, seperti dikutip Kompas, 17 Januari 2005, dengan meneropong dari menara pandang, pengunjung juga bisa melihat pemandangan Kota Kendal, bahkan sampai ke Kota Semarang yang bejarak lebih jauh. Selain keistimewaan alamiah air terjun, Curug Sewu juga menjanjikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, di sekitar lokasi air terjun Curug Sewu telah hadir taman rekreasi sebagai pelengkap pesona wisata. Taman rekreasi itu punya fasilitas pelengkap semisal panggung taman bermain anak, kebun binatang mini dengan koleksi satwa yang beragam, kolam renang, serta ragam fasilitas lainnya. Taman bermain anak yang ada di sana pun telah dilengkapi macam-macam wahana permainan semisal kereta

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Istimewa

Harmonisasi warna pelangi yang berpadu dengan kegagahan terjunan air yang bertingkattingkat itulah yang menjadi daya tarik utama obyek wisata ini, mengingatkan orang pada Air Terjun Niagara di Canada yang terkenal di seluruh dunia. mini dan jet coaster. Untuk melengkapi berbagai fasilitas dan sarana yang sudah ada, telah hadir pula kereta mini, jet coaster, dan kolam renang dengan standard nasional. Beberapa fasilitas lain yang ada di lokasi wisata Curug Sewu ini adalah area parkir yang luas, musholla, toilet, dan beberapa warung penjual makanan, bahkan hingga ke lapangan tenis, gedung pertemuan, serta penginapan. Maka, dengan kehadiran segala macam peosna dan fasilitas itu, jangan khawatir jika ingin berlama-lama menghabiskan waktu di lokasi wisata ini.

Niagara di Pulau Jawa Sudah dipahami bahwa nama Curug Sewu diambil dari nama desa tempat air terjun ini berada. Tetapi, ada juga sejumlah kalangan yang meyakini bahwa kata “Sewu” di dalam nama “Curug Sewu” itu memang sengaja dipakai untuk menggambarkan struktur air terjun ini yang bertingkat-tingkat. Seperti dikutip www.epwisata.wordpress. com, tingkat-tingkat yang terdapat di air terjun itu berjumlah banyak, sehingga air terjun tersebut pun diberi nama Curug Sewu. Sebab,

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

dalam bahasa Jawa “sewu” berarti “seribu”, sedangkan istilah “curug” dikenal dalam bahasa Sunda yang bermakna “air terjun”. Jadi, Curug Sewu dapat ditafsirkan memiliki arti “air terjun yang mempunyai banyak tingkat”. Pendapat ini boleh diterima boleh juga tidak. Yang jelas, Curug Sewu memang memiliki tiga titik terjunan air yang membuatnya kian memesona. Tiga tingkatan terjunan air 45 meter, 15 meter, dan 20 meter tak pelak merupakan nilai pembeda yang unik dari Curug Sewu. Harmonisasi warna pelangi yang berpadu dengan kegagahan terjunan air yang bertingkat-tingkat itulah yang menjadi daya tarik utama obyek wisata ini. Adanya tingkatan-tingkatan terjunan air itu mengingatkan orang pada Air Terjun Niagara di Canada yang bergitu fenomenal dan terkenal di seluruh dunia. Jika dipandang sekilas, seolah-olah Curug Sewu merupakan miniatur Niagara. Bisa juga disebut dengan kata lain, Curug Sewu adalah Niagara van Java. Di musim liburan dan Hari Raya Idul Fitri, lokasi wisata Curug Sewu biasanya banyak dikunjungi wisatawan lokal dari dalam maupun

luar Kabupaten Kendal. Selain mengandalkan air terjun utama untuk menarik pengunjung, lokasi wisata air terjun Curug Sewu yang sejak 26 Juni 2002 dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal ini masih memiliki telaga dan dua air terjun lain. Menyimak banyak keunggulan dan keistimewaan tersebut, tak salah jika kini Curug Sewu yang lokasinya berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Temanggung itu menjadi obyek tujuan wisata andalan Kabupaten Kendal. Hal ini pun disadari pemerintah setempat. Maka, Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kendal bersama pihak pengelola obyek wisata Curug Sewu pun telah berkomitmen untuk terus melakukan inovasi dan renovasi dari tahun ke tahun di lokasi wisata Curug Sewu. Sehingga, Curug Sewu dapat semakin digemari wisatawan. Kini, fasilitas penunjang yang disediakan di obyek wisata Curug Sewu sudah terbilang lengkap dan mampu memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Maka, tak salah untuk menjadikan Niagara van Java ini sebagai destinasi yang mengisi agenda perjalanan liburan Anda. Mau? • DR

DUTA Rimba 83


pojokkph

KPH Cepu

Pemuliaan Pohon Clone Bank

Kali ini kita berkenalan dengan KPH Cepu. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 73/Um/52 tanggal 16 Juni 1952,secara administratif wilayah kerja KPH Cepu ditetapkan meliputi Kabupaten Blora, Tuban, dan Bojonegoro. SK Menteri Pertanian itu dikeluarkan sebagai pengganti ketetapan yang dimuat dalam keputusan “Wd Directeur Van Landbow, Nijvereid en Handel” No 13250/Dep tanggal 31 Desember 1928 (Bylaad No. 11854) tentang pembagian daerah hutan untuk Jawa dan Madura.

K

esatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu punya luas wilayah kerja 33.017,29 Hektar. Secara administratif, wilayah kerjanya seluas 27.068,18 Hektar berada di Kabupaten Blora Jawa Tengah, 00.116,20 Hektar di Kabupaten Tuban Jawa Timur, dan 5.832,91 Hektar di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Secara geografis, ia terletak di antara 111° 23’58” BT sampai dengan 111°39’44” BT dan 06°57’00” LS s/d 07°10’45” LS. Wilayah kerja KPH Cepu di sebelah utara berbatasan dengan KPH Kebonharjo, KPH Parengan di sebelah timur, Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan, dan KPH Randublatung di sebelah barat. Berdasarkan kesesuaian lahan dan jenis kayu yang diusahakan, KPH Cepu masuk kategori Kelas Perusahaan Jati, dengan struktur kelas hutan yang dibagi tiga. Kawasan untuk perlindungan seluas 4.259,85 hektar atau 12.9 %; Kawasan Hutan Produksi seluas 27.214,06

84 DUTA Rimba

hektar atau 82,4 %; dan kawasan untuk penggunaan lain 1.543,38 Ha atau 4.67 %. KPH Cepu terletak di ketinggian 30 - 250 m di atas permukaan laut. Beriklim type C dan D menurut Schmidt & Ferguson. Temperatur rata rata 26o C, dan curah hujan ratarata 1.636 mm/tahun. Wilayah hutan KPH Cepu dan sekitarnya beriklim tropis, ditandai musim hujan dan kemarau yang bergantian sepanjang tahun. Lingkungan dengan type iklim ini sangat cocok untuk ditana mi tegakan jenis jati. Kawasan hutan KPH Cepu, di bagian Utara terletak di Pegunungan Kendeng, di bagian barat termasuk ke dalam DAS Lusi, dan di bagian selatan merupakan kawasan penyangga aliran sungai Bengawan Solo. Sebagian besar kawasan hutan KPH Cepu merupakan daerah berbatu kapur. Umumnya, ada 5 jenis tanah di wilayah hutan Cepu yang sebagian besar berupa tanah grumosol kelabu tua dan asosiasi grumosol coklat keabuan serta

kelabu kekuningan. Secara umum, keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah kerja KPH Cepu, baik yang termasuk Kabupaten Blora maupun Bojonegoro masih bersifat marginal. Dinamikanya relatif lamban dan sulit menerima hal-hal baru. Memiliki ketergantungan terhadap alam dan lingkungan yang masih tinggi. Lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar wilayah kerja KPH Cepu luasnya sangat terbatas dibandingkan jumlah penduduk. Jumlah penduduk pada kelompok umur produktif yang cukup tinggi dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, sangat berdampak kepada konfigurasi interaksi masyarakat dengan hutannya. Interaksi negatif sering muncul, dan akhir-akhir ini dampaknya sangat dirasakan. Ini merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan hutan. Maka, salah satu terapi yang dikembangkan KPH Cepu adalah pengelolaan hutan melalui pola kemitraan dan bagi

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Dok. Kom PHT®2015

Administratur KPH Cepu, Endro Koesdijanto saat menanam pohon bersama.

hasil (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). KPH Cepu diawaki 472 orang karyawan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan. Untuk meningkatkan kualitas tegakan di masa yang akan datang, di KPH Cepu terdapat kegiatan-kegiatan penelitian dan pemuliaan pohon. Misalnya penelitian tentang pohon plus. Pohon plus adalah pohon induk yang terpilih dengan ciri-ciri berbatang lurus, diameter besar, tidak cacat, tinggi cabang pertama minimum 11 m, penampakan batang dan tajuk sehat, diperuntukkan sebagai sumber benih pemuliaan pohon. Pohon plus ditetapkan oleh Direksi Perum Perhutani dan diberi nomor register. Proses pemuliaan pohon plus dilakukan di Clone Bank. Clone Bank merupakan tempat penyimpanan sifat-sifat unggul pohon plus guna mendapatkan tunas-tunas baru untuk pengembangan kegiatan

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

pemuliaan pohon selanjutnya. Di KPH Cepu terdapat 2 lokasi Clone Bank, yaitu Ledok Kejalen Pt. 4027 dan Wonoagung Kedungprahu Pkr. Di samping kegiatan-kegiatan penelitian dan pemuliaan pohon tersebut, KPH Cepu sering dijadikan tempat penelitian dan percobaan, baik dilakukan Perum Perhutani maupun pihak lain semisal Perguruan Tinggi serta instansi terkait. Di KPH Cepu terdapat percobaan tanaman jati asing, uji keturunan, kultur jaringan, rencana uji clone, percobaaan jati Muna dan Mycoryza, dan lain-lain. KPH Cepu telah mengantongi sertifikasi. Proses sertifikasi di KPH Cepu diawali dengan Gap Assessment (penilaian kesenjangan) yang dilaksanakan tanggal 14 sampai 20 Januari 2005 oleh TFT dengan performa : 21 kriteria Major, 17 kriteria Minor, 10 kriteria Pass dan 8 kriteria N/A (Tidak dapat diterapkan). Berdasarkan rekomendasi TFT, KPH Cepu menyusun rencana kegiatan

untuk menutup gap yang ada. Setelah melalui proses panjang pada 12 sampai 14 Februari 2009 dilaksanakan Pre-assessment oleh Tim Auditor SGS Qualifor. Untuk mengetahui kelayakan KPH Cepu dalam hal memperoleh Sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari, dilaksanakan Main Assessment pada 27 sampai 30 Januari 2009 dengan ketetapan 3 CAR Major (2 CAR pada Pinsip 6 dan 1 CAR pada prinsip 7 ) serta 21 CAR Minor. Semua CAR Major harus sudah dipenuhi dalam kurun waktu kurang lebih 8 bulan, sedangkan untuk CAR Minor akan ditinjau setelah mendapat sertifikat (survilance pertama). Pada 17 November 2009 SGS Qualifor melaksanakan Re-Audit, dengan hasil semua CAR Major dinyatakan close namun SGS Qualifor menambah 1 CAR yaitu KPH harus menutup semua bentuk penggarapan KPS oleh masyarakat. Terhitung sejak tanggal 28 Maret 2013 KPH Cepu telah berhasil memperoleh Sertifikasi PHL dengan Nomor SGS-FM/COC-0093318 dan Nomor Lesensi FSC : FSC-C102660. Tanggal 12 – 14 Desember 2013 SGS Qualifor melaksanakan survaillance I, dengan hasil Sertifikat masih dapat dipertahankan, namun masih terdapat temuan 5 CAR minor ( Car 29 prinsip 6, Car 30 prinsip 9, Car 32 prinsip 8, Car 33 prinsip 1 dan Car 34 prinsip 4 serta 4 Obsevation (OBS 2 prinsip 8, OBS 3 prinsip 5,OBS 4 prinsip 10 dan OBS 5 prinsip 6. Tanggal 12-14 Desember 2013 SGS Qualifor melaksanakan survaillance II , Sertifikat masih dapat dipertahankan dan temuan pada audit survellance I close namun terdapat temuan baru 2 CAR minor (CAR 36 prinsip 4 dan 37 prinsip 5) dan Observasi 4 (OBS 07 prinsip 4,OBS 08 prinsip 1,OBS 09 prinsip 6 dan OBS10 prinsip 6). Remuan tersebut harus dipenuhi dalam kurun satu tahun • DR

DUTA Rimba 85


iNOVaSi

“mujitek Gaya Baru”

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Mujitek adalah alat untuk meningkatkan produksi getah pinus yang dilahirkan di Malang tahun 2010. Kini, keberadaan Mujitek telah diaplikasikan di banyak daerah dan dimodifikasi sesuai topografi daerah yang bersangkutan. Salah satu modifikasi positif atas Mujitek itu dilakukan oleh seorang personel dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi. Seperti apa bentuk modifikasinya?

86 DUTA Rimba

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015


m

ujitek sejatinya dilahirkan oleh Mujiono. Seorang penyadap getah pinus dari Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pujon, KPH Malang. Dari nama penemunya itulah nama Mujitek berasal. Ya, karena Mujitek adalah singkatan dari “Mujiono Teknologi”. Alat ini terbuat dari mesin rumput yang mata pisaunya dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan luka yang mengeluarkan getah dengan lebih optimal dan berkualitas. Dan, sejak 2010 Mujitek banyak digunakan di KPH lain. Kini keberadaan Mujitek, banyak dikembangkan di daerah-daerah lain, tergantung topografi daerah tempat Mujitek tersebut diaplikasikan. Dan, selanjutnya penggunaan Mujitek juga memunculkan banyak ide segar untuk lebih memperkaya, mengoptimalkan, dan memaksimalkan kinerjanya. Sejumlah langkah pun dilakukan untuk memperkaya inovasi itu dan menghasilkan sesuatu yang positif dan produktif. Salah satunya adalah apa yang dilakukan oleh Iman, Kepala Urusan Perencanaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi. Iman telah berhasil memodifikasi alat “Mujitek”. Dan “Mujitek Gaya Baru” dari Sukabumi itu kini mulai diperkenalkan untuk diaplikasikan di wilayah kerja KPH. Sesungguhnya, “Mujitek Gaya Baru” merupakan hasil pembaruan dari Mujitek hasil karya Mujiono. Yang membedakan hanyalah mata pisau untuk membuat luka di batang tegakan pinus untuk mengeluarkan getah. Di “Mujitek Gaya Baru”, mata pisau di mesin rumput dibuat berbentuk sebilah pisau, sedangkan Mujitek hasil karya Mujiono berbentuk seperti bulatan

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

baling-baling. Menurut Iman, pertama kali ia mengenal alat Mujitek saat disosialisasikan Perum Perhutani tahun 2010 di Surakarta. Saat itu, ia masih bekerja di KPH Garut. Dan ketika itu, Iman segera mengaplikasikan penggunaan Mujitek di lapangan. Namun, ketika itu Iman merasa masih ada sejumlah kendala saat mengoperasikan alat Mujitek untuk menghasilkan getah. Terutama di mata pisau. Sebab, menurut Iman, saat dipraktikkan di lapangan untuk membuat quare di tegakan pohon pinus, alih-alih pisau itu memacu keluarnya getah, malah pori-pori pinus tertutup karena bentuk pisaunya yang belum dapat berfungsi maksimal. “Di antara mata pisau ketika mengenai pohon atau kayu, pada pembuatan quare yang keduanya itu yang kena mata pisau lagi. Itulah perbedaan dengan Mujitek, ketika pertama yang kena mata pisau, yang keduanya malah punggungnya. Ketika dilukai yang pertama, lalu saat melukai yang kedua malah membentur sehingga membuat bentuk mata pisaunya berubah menjadi seperti paruh burung gagak. Jadi tidak lurus lagi,” ujarnya. Kendala di lapangan itu tak lantas membuat Iman terhenti untuk menggunakan Mujitek. Di mata Iman, sesungguhnya alat ini sangat potensial jika dapat lebih dioptimalkan. Yang perlu dilakukan adalah memodifikasinya sehingga lebih optimal hasil kerjanya. “Dulu kalau kita ukur, quare pada pisau keduanya bukan kena ke matanya tetapi malah mengenai punggungnya. Di tahun 2012 kita pelajari hal itu di RPH Bentang Timur. Saya mencoba menggunakan mesin mujitek produksi tahun 2010. Lalu mesin itu tidak kami gunakan lagi karena kami memandang

pengoperasiannya tidak maksimal dan produksi getah malah turun. Lalu saya menganalisa dan mencoba lagi beberapa kali. Dan ternyata benar, ketika kami sudah meruncingkan atau mengasah mata pisau supaya tajam, ternyata satu penyadap bisa menghasilkan getah hingga 100 Kg. Hal ini memicu saya untuk melakukan modifikasi pada mata pisaunya. Setelah saya coba memakai Mujitek dengan pisau yang sudah kami modifikasi, ternyata pendapatannya bisa 3 kali lipat dibandingkan dengan memakai kadukul,” urai Iman.

Tiga kali lipat Setelah uji coba, Mujitek Gaya Baru dari Sukabumi ini ternyata mampu menghasilkan getah hingga tiga kali lebih banyak ketimbang menggunakan alat lama semisal petel atau kadukul. Iman menyebut, jika menggunakan petel atau kadukul, dalam satu menit hanya akan mendapatkan quare pada satu atau dua pohon. Tetapi ketika menggunakan Mujitek Gaya Baru dengan mata pisau yang sudah mereka modifikasi, hasilnya bisa mencapai 3 kali lipat. “Penggunaan Mujitek dengan modifikasi mata pisau itu kemudian disosialisasikan ke seluruh Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) di KPH Sukabumi. Pertamatama sosialisasi yang berjalan hanya di wilayah Bentang Timur saja, tetapi lambat laun juga merebak ke seluruh BKPH penghasil getah di KPH Sukabumi. Saat ini secara total produksi Mujitek dengan mata pisau yang sudah dimodifikasi itu sudah mencapai 261 unit,” tutur Iman. Hal itu dibenarkan oleh Kaur Produksi KPH Sukabumi, Jaenudin. Menurut dia, saat menggunakan Mujitek yang telah dimodifikasi itu, terdapat peningkatan yang signifikan produksi getah pinus di KPH Sukabumi. Hal itu tentu saja

DUTA Rimba 87


iNOVaSi

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

“Jika dibandingkan dengan produksi getah pinus tahun 2004, ketika menggunakan mujitek dengan mata pisau yang telah dimodifikasi terdapat peningkatan yang signifikan. Padahal potensinya sama. itu salah satu keunggulan dari mujitek.

kasi PSdH kPH Sukabumi, Taufik Hidayat

menjembatani kesulitan mencari tenaga penyadap handal yang kian sulit ditemukan. “Jika dibandingkan dengan produksi getah pinus tahun 2004, ketika menggunakan Mujitek dengan mata pisau yang telah dimodifikasi terdapat peningkatan yang signifikan. Padahal potensinya sama. Itu salah satu keunggulan dari Mujitek. Sebenarnya Mujitek saat itu diperuntukan bukan untuk mengejar target produksi, tetapi untuk menghandle tenaga sadap yang susah dicari. Kini, penggunaannya jadi semakin diperlukan,” tegas Jaenudin. Setiap inovasi baru pasti memiliki untung dan rugi. Tetapi, semuanya tentu terpulang kepada operator penggunanya. Misalnya, dengan menggunakan alat Mujitek hasil modifikasi ini, produktivitas akan tinggi kalau operator yang menggunakannya sudah memahami alat tersebut secara maksimal atau sudah paham teknik menggunakan alat tersebut. Menurut Iman, dalam satu hari produksi getah pinus bisa mencapai 3600 pohon, dengan 3 orang tenaga penyadap dan hanya dengan satu operator Mujitek.

88 DUTA Rimba

“KPH Sukabumi telah membentuk kelompok kerja untuk Mujitek. Tujuannya, agar saat musim hujan orang-orang yang tidak bisa mengerjakan sadapannya secara manual, dapat ditutupi oleh kelompok Mujitek yang segera akan mengerjakan sadapan itu. Ketika tenaga penyadap meninggalkan sadapan atau ada keperluan yang memerlukan waktu lama, maka ia bisa memberitahukan kepada mandor, sehingga sadapannya bisa digarap oleh Tim Mujitek atau kelompok yang lain. Hal itu membuktikan, Mujitek sangat membantu pekerjaan dan pencapaian target di lapangan. Dan dampaknya bikan saja kepada pendapatan untuk Perhutani saja, melainkan untuk para penyadapnya juga. Yang tadinya mendapat maksimal 2 kwintal getah per periode, sekarang sudah bisa mencapai 6-7 kwintal. Itu yang sudah berjalan maksimal,” lanjut Jaenudin.

Pemanfaatan di lapangan Pemanfaatan Mujitek hasil modifikasi di lapangan kini kian digiatkan di KPH Sukabumi. Sebab, hasilnya memang terasa lebih baik dan optimal. Hal itu dituturkan oleh Kasi PSDH KPH Sukabumi, Taufik Hidayat. “Awalnya, memang Mujitek didatangkan ke sini seperti bentuk aslinya. Kemudian dilakukan penyesuaian setelah digunakan, sampai akhirnya dimodifikasi di mata pisaunya. Kalau pisau yang

awal itu kecenderungannya setelah mutar gigi pisau berikutnya justeru malah menutup pori-pori kayu pada tegakan. Maka dilakukanlah modifikasi. Mujitek hasil modifikasi ini saat ini jumlahnya sudah sampai 261 unit,” ujar Taufik Hidayat. Proses menyosialisasikan penggunaan Mujitek hasil modifikasi itu ke penyadap-penyadap tentu saja bukan perkara yang mudah. Apalagi, jika mereka sebelumnya sudah terbiasa melakukan penyadapan dengan menggunakan alat kadukul yang menimbulkan lukan coakan (quare) sangat besar. “Kalau memakai kadukul biasa, paling hanya 400-500 pohon satu orang. Jadi kalau 3 orang itu antara 1500 pohon sudah paling banyak, sementara kalau dengan Mujitek hasil modifikasi ini bisa 2000-2500 pohon untuk satu orang operator Mujitek dengan tenggat waktu yang sama,” tutur Taufik. Lebih lanjut Taufik Hidayat menjelaskan, penggunaan Mujitek kini dioptimalkan pada lokasilokasi yang belum ada tenaga penyadapnya, serta di lokasi-lokasi yang ditinggalkan oleh tenaga penyadap. KPH Sukabumi tahun 2014, untuk produksi getah telah tercapai 84% dari target 5.057 ton. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 yang targetnya 4700 ton dan tercapai 64%, itu dikarenakan kekurangan tenaga penyadap. Idealnya, kata Taufik, lokasi sadapan itu dengan jumlah pohon

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Waka Adm KPH Sukabumi, Agus Soleh dan Iman modifikator pisau Mujitek.

sekitar 2 juta pohon, artinya 2 juta pohon dibagi rata-rata 1500-2000 jumlah penyadap, maka seharusnya 1000 pohon per orang. Namun, kenyataannya tidak demikian. Oleh karena itu mereka menyiasati dengan pemanfaatan Mujitek, dimana penggunaan satu alat Mujitek bisa menutup 3 orang penyadap. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Mujitek adalah salah satu alternatif untuk memecahkan kedala kekurangan tenaga penyadap. Sementara Wakil Administratur KPH Sukabumi, Agus Soleh, menjelaskan, jajaran KPH Sukabumi sangat mendukung inovasi dan pengembangan alat Mujitek ini. Pemanfaatan Mujitek hasil modifikasi itu pun diberi ruang yang cukup lebar di lapangan. “Pengadaan Mujitek dilalukan secara bertahap, menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Ketika mata pisau mereka rusak, akan langsung dikirim ke KPH, dan KPH yang akan memperbaiki bahkan mengganti pisaunya. Hal itu dilakukan jajaran KPH Sukabumi, supaya tidak merepotkan tenaga lapangan. Jangan sampai

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Pemanfaatan Mujitek hasil modifikasi itu terbukti lebih efisien dan menghasilkan getah secara lebih produktif. Hal itu membuat KPH Sukabumi tak sungkan mengeluarkan biaya lebih untuk mendukung opreasionalnya. penggunaan Mujitek tidak berjalan dengan baik hanya gara-gara pisaunya rusak. Dan kalau secara teknis, maka teknisi yang bekerja untuk memperbaiki pisau satu itu hasilnya akan sama dibandingkan mereka memperbaiki sendirisendiri”, lanjut Agus. Pemanfaatan Mujitek hasil modifikasi itu terbukti lebih efisien dan menghasilkan getah secara lebih produktif. Hal itu membuat KPH Sukabumi tak sungkan mengeluarkan biaya lebih untuk mendukung opreasionalnya. Misalnya, saat terjadi kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu, KPH Sukabumi memberikan subsidi untuk membeli BBM bagi Mujitek. Sebab, dengan menggunakan Mujitek yang sudah dimodifikasi, dapat meningkatkan

pendapatan dari sektor getah KPH Sukabumi. Faktanya, pendapatan dari sektor getah 2013 tercapai 63% dari RKAP, 2014 tercapai 84%. “Kenaikannya cukup signifkan, hampir 20% dengan menggunakan Mujitek yang telah dimodifikasi mata pisaunya. Dari 90% tenaga penyadap yang ada di KPH Sukabumi, merupakan penyadap lokal dari jumlah penyadap kurang lebih 1800an orang,” ujar Agus. Agus pun berharap agar manajemen bisa memberikan perhatian kepada para tenaga penyadap. Misalnya, dengan memberikan insentif bagi para penyadap, untuk memotivasi para penyadap supaya lebih meningkatkan produksi getahnya. Semoga. • DR

DUTA Rimba 89


rimbakuliner

Nasi Ungu Sukabumi

Pernah makan nasi uduk berwarna ungu? Setidaknya pernahkah melihatnya? Di Sukabumi ada sebuah restoran yang menyajikan nasi berwarna ungu, yaitu Mamih Ungu Resto. Terletak di jalan Brawijaya No 16, Kecamatan Gunungpuyuh – Kota Sukabumi, Jawa Barat. Tidak terlalu sulit untuk menemukan restoran ini. Ingin coba? 90 DUTA Rimba

14 Dok. Kom PHT®20

Dok. Kom PHT®2014

Unik Bergizi

h elola Resto Mami Nurhayati, Peng

Ungu.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


M

emang lidah tak bertulang. Itu ungkapan umum tentang betapa mudahnya lidah digunakan untuk memutarbalik kata. Namun untuk urusan rasa, lidah tak pernah bohong. Rasa adalah satusatunya indera yang tidak memiliki subjektivitas. Baik rasa secara fisik maupun psikologis. Logika kadang bisa dipermainkan dan direkayasa, tapi rasa tidak. Menu di Mamih Ungu Resto, Sukabumi, membuktikan hal itu. Menu andalan Resto ini adalah Nasi Uduk Ungu Spesial. Nasi uduk berwarna ungu yang disajikan dengan ayam goreng kemiri, tahu, tempe, lalap dan sambal serta telor dadar tipis sebagai alasnya. Apa istimewanya? Nah, Anda pasti sangat mengenal nasi uduk. Namun bagaimana dengan nasi uduk ungu yang satu ini? Warnanya ungu tentu sangat jarang dijumpai. Warna ungu ini berasal dari ubi ungu dan buah bit. Awal kemunculannya merupakan makanan khas di sebuah rumah makan di sukabumi. Namun lambat laun, karena rasanya yang khas dan enak banyak ditiru rumah makan lainnya dan pada akhirnya menjadi salah satu wisata kuliner Sukabumi. Selain Nasi Uduk Ungu, Mamih Ungu Resto ini juga menawarkan satu menu unik lainnya yaitu Nasi Uduk Ijo. Nasi uduk ijo bercita rasa agak pedas karena menggunakan cabe hijau sebagai campurannya. Resto ini memulai usahanya di tahun 2007 dengan menawarkan aneka sajian khas Sunda. Restoran mulai berkembang pesat setelah menawarkan Nasi Ungu ini kepada para pelanggannya. Menu nasi uduk ungu dan hijau ini dipilih, kerena ingin mempunyai ciri khas tersendiri karena biasanya nasi uduk hanya berwarna natural

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

atau putih dan kuning saja. Pada tahun 2013, resto ini berekspansi dengan membuka tempat yang lebih besar, tidak jauh dari tempat asalnya. Bahkan keberadaan restoran ini mulai dikenal tidak hanya di Sukabumi, tetapi sudah sangat dikenal orangorang dari luar kota semisal Bogor, Bandung, Jakarta, bahkan sampai negara tetangga seperti Brunei Darusalam. Banyak pengunjung yang datang dari wilayah-wilayah tersebut yang menyatakan, sebelumnya sudah mengenal keunikan nasi uduk ungu di restoran ini. Bahkan sudah banyak tawaran kerja sama untuk membuka restoran dengan sajian khas nasi uduk ungu ini dari daerah lain, semisal dari daerah Probolinggo, dan Malang.

Dari mana warna ungu untuk nasi itu didapat? Nurhayati menjelaskan bahwa warna tersebut berasal dari buah bit dan ubi. Kandungan gizi yang terdapat pada umbiumbian itu menjadi nilai tambah tersendiri untuk sajian ini, selain tentunya penampilannya yang unik dan menarik. Jadi, dijamin tidak akan membahayakan kesehatan penikmatnya. Jika berkunjung ke Kota Sukabumi, Jawa Barat, belum lengkap rasanya jika belum mencicipi kuliner khasnya. Selain mochi, Bubur Ayam Bunut, ada lagi kuliner khas Sukabumi yang unik, yaitu nasi uduk ungu dan hijau. Selamat mencoba. • DR-Rud

Resep Nasi Uduk Ungu Bahan: • • • • • • •

150 gram beras 50 gram Ubi ungu kukus, atau satu kepal ubi ungu 250 gram santan kelapa 1 helai daun salam 2 batang serai Garam secukupnya Air secukupnya untuk memasak nasi

Lauk Pelengkap Nasi Uduk Ungu: • Ayam goreng hangat • Sambal • Tempe goreng • Tahu goreng • Lalapan tomat, timun sesuai selera

Cara Membuat: 1. Pertama-tama, cuci beras lalu masak nasi didalam panci atau menggunakan magic com sampai nasi setengah matang 2. Sambil menunggu nasi matang, kita haluskan ubi ungu kukus dan santan kelapa, blender sampai merata. Masukkan ke dalam panic atau magic com bersama serai, daun salam, dan garam. Pastikan air cukup, jika perlu lebihkan sedikit, agar nantinya nasi empuk dan tidak keras 3. Setelah matang, segera aduk nasi sampai merata agar santan meresap 4. Sajikan selagi hangat, lengkap dengan ayam goreng, sambal, lalapan, tempe, dan tahu goreng. • DR-Rud

DUTA Rimba 91


resensi

Membaca Persoalan Hutan dan Lingkungan di Indonesia Lewat

“Sarongge” D i mata Tosca Satoso, merawat Bumi bukan sekadar merawat tanaman, hutan, dan lingkungan. Yang lebih penting dari itu adalah merawat kesejahteraan rakyat. Setidaknya, itulah yang ingin ia sampaikan lewat novelnya, “Sarongge”. Sarongge adalah cerita tentang hutan, manusia, dan cintanya. Sarongge adalah kisah tentang upaya merawat bumi dan menjaganya dari kehancuran akibat keserakahan manusia. Sarongge adalah dongeng tentang Karen dan Husin yang memilih untuk berjuang dan mencurahkan cinta untuk Bumi dengan sepenuh hati. Tetapi intinya, Sarongge bertutur tentang ragam tumbuhan, yang disertai bumbu kisah cinta dua anak manusia. Kata “Sarongge” yang digunakan sebagai judul novel tersebut diambil dari nama sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Gede, Jawa Barat. Tepatnya di ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Di desa yang termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango itu, seorang aktivis lingkungan bernama Karen Hidayati bertemu kembali dengan Husin, sahabat lamanya saat kuliah. Pertemuan dua sejoli itu selanjutnya

92 DUTA Rimba

memunculkan kembali benih-benih rasa dan mulai memupuk cinta di atasnya. Hati Karen, sang aktivis yang telah menjelajah Kampar hingga Papua dan mengabdikan seluruh jiwa dan raganya untuk membela bumi ini, pada akhirnya tertambat kepada Husin, seorang pemuda desa yang rendah hati dan menghabiskan usia untuk berjuang bersama masyarakat kampungnya demi penghidupan yang layak dan upaya menghijaukan kembali hutan. Dari pertemuan di Desa Sarongge itu, banyak kisah pun terkuak. Kemiskinan masyarakat desa yang bagaikan tradisi turuntemurun, ledakan penduduk hingga ke lereng pegunungan, perjuangan petani kecil melawan para penguasa, kerusakan hutan, hingga harapan untuk mengembalikan hutan Jawa Barat seperti kondisi sediakala. Semuanya menghiasi hari-hari Karen dan Husin, di sela perjalanan menanam benih cinta di dalam hati, sembari berkeliling hutan Sarongge. Rasa cinta itu pula yang menghiasi sajak-sajak di dalam surat-surat yang saling mereka kirimkan ketika jarak memisahkan. Perpaduan prosa dan puisi pun tersaji dengan indah di novel “Sarongge”. Novel ini tidak hanya menawarkan kisah cinta

yang unik. Namun juga terselip banyak pesan tentang realita yang dihadapi bumi dewasa ini. Lewat sajak lembut Husin dan surat yang dikirimkan Karen, “Sarongge” membuka mata, telinga, dan hati kita tentang banyaknya keindahan keanekaragaman hayati yang telah hilang dari negeri ini. Tosca Santoso, sang empunya cerita, adalah wartawan dan aktivis yang sekarang giat mengurus dan mengelola sebuah kampung di Cianjur, Jawa Barat, bertajuk Kampung Sarongge. Sejak beberapa tahun lalu, bersama Green Radio, Tosca telah aktif membuat program menghutankan kembali kawasan Gunung Gede-Pangrango, serta membuat program-program untuk meningkatkan taraf hidup para petani di kampung tersebut. Sebuah gerakan penghijauan yang melibatkan masyarakat yang hidup disekitarnya. Novel Sarongge akan mengalihkan pikiran kita dari hirukpikuk perkotaan, lalu menelusuri hutan Sarongge di bawah guguran bunga Ki Hujan. Di antara pepohonan Puspa yang daunnya mulai memerah, di sanalah kita akan meretas janji. Menjaga hutan dan seluruh isinya. Demi kita, demi anak cucu kita. Seperti yang telah

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


: 9789790784758

Judul

: Sarongge

Pengarang

: Tosca Santoso

Penerbit

: Dian Rakyat

Tahun terbit : September 2012

dilakukan Karen dan Husin. Seperti tertulis di Bab 1, “Sebab, hutan yang hilang tak pernah punah sendiri. Ia juga membawa punah beberapa satwa asli, seperti harimau Jawa.” Novel ini juga akan mengantarkan kita untuk menyelami pengalaman Karen menjelajahi Indonesia untuk bergabung ke dalam sebuah kelompok LSM yang berjuang untuk menyelamatkan lingkungan. Kita juga diajak untuk mengingat kembali beberapa peristiwa nyata terkait kerusakan lingkungan yang pernah terjadi di Indonesia. Campuran fiksi dan fakta tersebut membuat novel ini kian

NO. 56 • TH. 10 • JANUARI - FEBRUARI • 2015

Tebal buku

: 384 halaman

Jenis buku

: Novel fiksi

menarik untuk dibaca. Seperti dituturkan novelis Ayu Utami yang menuliskan kata pengantar dalam novel ini. Menurut dia, “Buku ini mengandung banyak ide dan ideal, mengenai perjuangan dan manusia. Ke-gentle-an Husin, sekalipun dalam kenyataannya sangat sulit ditemukan di kalangan lelaki tradisional-agraris, toh konsisten dengan posisinya sebagai penjaga dan perawat domestik. Keberanian Karen yang menakjubkan pun harus ditebus dengan keterpisahan, apapun bentuknya. Husin adalah pahlawan keluarga. Karen adalah pahlawan

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

ISBN

ide-ide besar. Dan keduanya sama penting. Itu barangkali salah satu pesan yang ada dalam buku ini, sekaligus ideal yang dijunjung pengarangnya dalam kehidupannya. Buku ini sangat menyentuh hati saya…..” Maka, para penggiat lingkungan dan kehutanan, juga semua manusia yang peduli kelestarian lingkungan, nampaknya perlu meluangkan waktu untuk membaca lembar demi lembar novel ini. Mengapa? Sebuah kalimat di buku ini menjelaskannya. Sebab, “Cinta selalu membawa serta harapan. Dan itu sangat berharga untuk diperjuangkan…” • DR

DUTA Rimba 93


ceritarimba

Gemerlap

**

Lubang-Lubang Gelap

*Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy * Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy - Siswa SMPN 2 Blitar, Jawa Timur ** Gemerlap Lubang-lubang Gelap pemenang 1 kategori A Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan (LMCHL) Perhutani Green Pen Award 2014

S

ebenarnya jalan raya yang lengang ini memberiku cukup ruang untuk lebih cepat mengayuh pedalku. Desir angin dari sela-sela pohon di kiri-kanan jalan rasanya sanggup meredam terik mentari. Namun segera kuperlambat laju sepedaku tatkala menyadari sepertinya ada sesuatu yang tak beres. Benar saja. Kali ini ban belakang sepedaku membuatku menyerah. Aku segera menepi. Beberapa kali kupencet ban belakang sepedaku untuk memastikan kondisinya, meskipun hanya dengan melihat saja sudah bisa kupastikan ban itu memang kempis. Kuedarkan pandangan ke sekitarku. Tidak ada tukang tambal ban. Kalaupun ada percuma, pikirku. Tidak ada rupiah tersisa di kantong celanaku. Uang sakuku hari ini habis untuk fotocopy latihan soal matematika. Ibuku memang tidak pernah memberiku uang jajan lebih. Namun aku tidak pernah mengeluh untuk hal yang satu itu. Bagiku membawa bekal sebotol air sudah cukup untuk mengantarku sampai ke sekolah walaupun jarak antara rumah dan sekolahku tidaklah dekat. Sekitar 18 km untuk berangkat dan 18 km untuk kembali ke rumah. Jarak 36 km dengan medan berkelokkelok penuh tanjakan dan turunan yang kutempuh setiap hari membuatku merasa lebih sehat dibandingkan teman-temanku yang lain. Seperti itulah aku menyemangati hariku. Keringat mulai merembes dari sela-sela topi pramukaku. Sebagian mengalir menggelitiki punggung. Tak bisa kukendalikan desah nafas yang saling memburu seiring alas sepatuku menapaki jalanan beraspal. Beberapa kendaraan yang lalu lalang dengan mulus membuatku menelan ludah. Sudahlah, toh ini bukan kali pertama. Bukan pula sesuatu yang perlu diratapi. Bahkan, bagi seorang anak laki-laki cengeng sekalipun. Binar lega tak bisa kusembunyikan tatkala aku mendapati simpang kecil di sebelah kanan mushola. Saat itu langit telah berubah warna dari cerah menjadi sedikit kemerahan. Hawa kampung tempat tinggalku menjalar damai bersama burung

94 DUTA Rimba

walet yang terbang rendah di atas pemukiman. Berapa langkah ke depan sebuah rumah dengan pelataran yang luas tempat bapak biasanya menjemur gabah akan menyambutku. Di sebuah lincak (balai-balai dari bambu) yang menghiasi teras rumahku, dua orang yang kukenal akrab sedang terlibat percakapan yang sepertinya tidak biasa. Sebenarnya aku ingin tidak peduli saja, mengingat di betisku rasanya tertancap balokbalok kayu yang mengganjal hingga terasa panas luar biasa. Pandangan keduanya tertuju kepadaku. “Lho,kok sampai sore, le. Sepedamu mana?” tanya bapak menyambut kedatanganku. “Bocor, Pak. Agung titip di tukang tambal ban,” jelasku menyalami Bapak dan Paklik Handoko. Bapak bukan tipe orang tua yang suka memanjakan anakanaknya. Kejadian yang kualami ini bukan apa-apa. Melihat kedua orang tuaku yang pekerja keras membuatku jadi anak yang mandiri tanpa harus dilatih. “Kamu lihat itu kan, mas? Kamu nggak kasihan melihat anakmu seperti itu? Kamu bisa membelikannya sepeda motor kalau bersedia mengikuti saranku.” Paklik sepertinya ingin melanjutkan pembicaraan yang sempat terpotong kedatanganku. Kulihat bapak menghela nafas panjang. Dari raut mukanya aku bisa menebak ada sesuatu yang sedang beliau pikirkan dan itu membuatku tak tega. Bapak sudah terlalu lelah. Tidak seharusnya ada hal yang membebani beliau lagi. Aku berpamitan masuk ke dalam. Aku tidak mungkin terlibat dalam pembicaraan dua orang dewasa ini. Samar-samar kudengar Paklik masih gencar dengan kalimat-kalimatnya. Apa yang sebenarnya mereka perbincangkan? Tidak biasanya mereka terlihat seserius itu. Aroma harum setengah gosong merebak dari dapur. Di sana kudapati ibuku sedang sibuk melemparkan jerami dan batang-

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


batang kayu kering ke bara api dalam sebuah tungku. Dibantu alat peniup dari bambu (semprong) ibuku mencoba menyesuaikan besarnya api. Di atasnya sebuah wingko besar beliau gunakan untuk menggoreng biji kopi yang dicampur beras. Menurut ibu, ini bisa lebih menghemat karena akan lebih banyak bubuk kopi yang dihasilkan. Begitulah, hampir semua yang kami makan dan minum adalah buah kerja keras yang berasal dari kebun dan sawah milik kami. Selanjutnya tugaskulah menumbuk biji kopi itu dengan lumpang batu dan alu peninggalan nenek. Tak perlu mesin penggiling kopi. Bahkan saat panen raya sekalipun semua dilakukan dengan otot. “Ibu tahu apa yang dibicarakan Paklik dengan Bapak kemarin?” tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Mendengar pertanyaanku, Ibu mengerutkan dahi. “Soal apa to, le?” ibuku balik bertanya. “Sepertinya Paklik kemarin meminta Bapak melakukan sesuatu, Bu,” jelasku. Aku mendengar jelas desahan nafas ibuku. “Bukan apa-apa, le. Paklik cuma menawari bapakmu pekerjaan.” Aku lebih kebingungan mendengar penjelasan ibu. Pekerjaan? Bukannya Bapak sudah bekerja sangat rajin setiap hari? Butiranbutiran keringatnya telah mampu mencukupi apa yang kami butuhkan. Apakah itu belum cukup? Kampungku ini adalah surga tanaman bagi para penduduknya. Bentangan sawah terhampar luas bagai permadani. Pohon-pohon jati tumbuh dengan gagah menghiasi lereng gunung seperti lukisan alam yang sengaja dipamerkan Tuhan. Memang, itu adalah hadiah terbesar dari Tuhan kepada kami yang bermukim di sini. Tanah yang subur, hutan penjaga alam dengan beragam satwa, air yang melimpah, semua itu lebih dari apa yang kami butuhkan. Di saat aku mulai benar-benar paham seberapa hebatnya peranan hutan bagi bumi, aku merasa pilu melihat apa yang terjadi di depan mataku. Ini jawaban kedatangan Paklik menemui Bapak beberapa waktu yang lalu. Aku tak tahu apakah ini bisa disebut anugerah atau sebaliknya. Kabar burung menyebutkan bahwa kawasan yang kami tinggali ini ternyata kaya akan emas. Tak pelak kenyataan ini disambut riang gembira oleh banyak orang. Tambang emas menjadi idola baru bagi sebagian penduduk yang sudah bosan dengan hidup apa adanya. Banyak orang mulai berani membangun mimpi-mimpi mereka yang tadinya mustahil terbeli. Aku merasakan firasat buruk. Diam-diam dalam hati aku berdoa semoga di tengah-tengah gemerlapnya tambang emas yang menjajikan itu, masih ada orang-orang yang tidak silau dibuatnya. Rasa penasaran membawaku menyusuri lereng gunung. Pagi itu napas masih menimbulkan uap putih. Aku keluar rumah lebih cepat dari biasanya. Kulihat ke arah timur, matahari belum sepenuhnya terjaga. Pagar-pagar bambu yang kulewati seakan berlarian meninggalkanku. Semakin jauh semakin kusadari ternyata telah banyak hal yang berubah. Aku sangat terkejut ketika melewati pinggiran sungai yang biasanya digunakan bermain anakanak kecil termasuk aku dan teman-temanku kala itu. Hamparan luas berwarna putih terang laksana padang pasir menguasai sungai. “Apa yang terjadi?” gumamku. Prasangka buruk mulai berkecamuk di kepalaku. Belum hilang keterkejutanku, aku dibuat lebih terkejut lagi.

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015

Dari atas terlihat jelas warna hijau dedaunan yang dulu menjadi selimut lereng gunung tanpa celah, kini sebagian telah berganti coklat tanah liat. Berkali-kali aku mengucek mataku berharap ada kesalahan pada penglihatanku. Kuhela napas panjang dan menghembuskannya pelan. Di tengah-tengah perjalanan kurasa telah menemukan jawaban rasa penasaranku. Dengan mengumpulkan segenap nyali, aku mendekati sekelompok orang yang tengah sibuk dengan berbagai peralatannya. “Itukah mereka?” batinku. Aku memperhatikan segala aktifitas mereka dengan seksama. Kulihat beberapa orang mulai menggali tanah hingga menembus bagian pasir. Kemudian tanah itu disedot dengan mesin khusus dan diarahkan ke mesin lain yang didesain untuk menyaring pasir dan air. Dan bijih emaspun akan terpisah di bagian penyaring yang mengandung bahan kimia merkuri. Aku ternganga. Inilah yang membuat orang tergila-gila. Bukan hanya emas yang mereka dapat. Bagian lain berupa pasir halus berwarna hitam manis -yang kuduga zirkon- juga dipisahkan untuk dijadikan rupiah. “Tidak satupun orang yang tidak tergiur melihat ini,” gumamku lirih. Bisa ditebak, kawasan ini kian banyak diserbu orang-orang yang berlomba menambang mimpi-mimpinya. Semakin hari semakin banyak pendatang yang suka tidak suka akhirnya mengubah kehidupan kami. Layaknya makan buah simalakama, kenyataan ini mampu mendongkrak ekonomi warga kampungku. Namun di sisi lain hatiku seperti disayat-sayat sembilu ketika menyaksikan orang-orang itu, mesin-mesin itu, lubang-lubang itu, limbah-limbah itu, nyatanya telah merusak apa yang dulu kami miliki. “Harus seperti itukah cara untuk menjadi kaya?” berkali-kali aku melontarkan pertanyaan itu kepada bapakku. Bapak yang sepaham denganku hanya menggelengkan kepala. Gelombang keresahan mulai melanda di tengah lompatan kegirangan sebagian orang yang merasa pundi-pundi uangnya makin gembung. Udara panas yang berhembus di pematangpematang sawah kian menyulut kegalauan para petani. “Bagaimana lagi, airpun harus berebut,” begitulah keluh yang kudengar dari orang-orang yang setia dengan sawahnya. Kudapati sosok bapakku berdiri di antara mereka. Sosok yang selalu terlihat tenang itu nyatanya tak mampu menyembunyikan kekhawatiran dari raut mukanya. Sejak dibukanya tambang-tambang emas, para petani harus berbagi air dari sungai dengan penambang yang juga butuh berliter-liter air setiap hari untuk memisahkan bijih emas. Tak hanya itu, rusaknya lingkungan hutan juga sangat menganggu ketersediaan air bawah tanah. Selalu saja saat senja menjelang, aroma secangkir kopi panas merebak di bilik kami yang tak luas. Sementara di luar kulihat Ibu sibuk mengandangkan ayam-ayamnya. Aku berjalan mendekati Bapak. Sejenak aku memperhatikan dia duduk bersila di lincak depan rumah. Sesekali beliau memijit-mijit telapak kakinya sendiri. Menyadari kehadiranku, Bapak menggeser duduknya. “Sini, le,” bapak mengajakku bergabung. “Pak, Agung tak sabar menjadi dewasa,” kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku. Mendengar itu Bapak malah terkekeh. “Bapak dulu waktu umur lima belas tahun juga sama sepertimu. Pingin cepat-cepat besar, hahaha,” Bapak mengacak-

DUTA Rimba 95


ceritarimba acak rambutku sambil tertawa lebar. Tak kulihat beban di matanya. “Sekolahmu bagaimana? Kamu harus jadi insinyur nanti, le. Biar bisa bikin bapakmu ini bangga. Ir. Agung Prasetyo...” senyum Bapak kembali merekah mengakhiri kalimatnya. Bukannya mengabaikan kalimat-kalimat Bapak, namun pikiranku kini sedang tak menentu. “Pak, Agung tahu kenapa sekarang petani di sini kesulitan air.” Bapak mengerutkan dahinya yang mulai keriput. Seketika rona wajahnya berubah. “Kamu itu sebenarnya mikir apa to, le?” Aku menghela napas panjang. Bedug maghrib terdengar bertalu-talu memanggil kami untuk segera mengambil air wudlu. Dan perbincangan kami ini tak pernah berlanjut. Kembali aku mengitari lereng gunung. Kini semakin terlihat jelas beberapa bagian hutan telah gundul. Lubang-lubang bekas galian tambang menganga sementara limbah pasir dan sampah plastik berserakan di mana-mana. Jalanan becek bekas guyuran hujan memperlengkap kemirisan hati siapapun yang peduli apa yang terjadi pada kawasan ini. Harusnya ada yang bisa aku lakukan, paling tidak untuk bapakku. Bayanganku berkelebat di gelapnya malam. Mungkin ini sangat konyol atau bahkan sedikit gila. Kubiarkan kaki dan tanganku mengikuti perintah hatiku. Berbekal cangkul milik bapak, aku larut dalam misi rahasiaku. Tak ingin siapapun tahu, kucoba mengembalikan alamku dengan caraku sendiri. Saat orang beranjak tidur, aku mengendap-endap di antara pohon yang meliuk diterpa angin. Lubang-lubang itu begitu gelap. Aku menatapnya awas. Di lubang gelap itu tersimpan gemerlap harapan yang menyilaukan banyak orang. Aku melangkah semakin dekat. Kemudian tanpa ragu aku mulai menguruk lubang itu dengan gundukan tanah hasil galian di sekitarnya. Cangkulku menari dengan lincah. Otot-otot tanganku menyembul di antara keringat yang mulai mengucur. Disaksikan tatap mata satwa malam, aku beraksi. Sedikit demi sedikit aku berhasil memasukkan tanah ke lubang itu, kemudian menimbunnya, dan terus menimbunnya tanpa lelah, hingga kokok ayam terdengar menyambut terbitnya fajar, dimana aku harus kembali pulang. Satu malam, dua malam, satu minggu, hingga bulan. Kurasa pekerjaanku tak akan sia-sia. Setidaknya satu demi satu lubanglubang itu berhasil teruruk. Seperti biasanya, udara dingin berhembus dari lereng gunung. Kabut mengambang di atas rerumputan liar. Sesekali terdengar nyanyian pungguk, membuat bulu-buluku meremang. Tanah masih basah bekas siraman hujan sore tadi. Kuedarkan pandangku ke segala penjuru sebelum mantap menyelinap di antara pepohonan. Di sana satu lubang menantiku. Kurasa aku sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan malamku. Kutancapkan cangkul di gundukan tanah lalu menariknya sekuat tenaga, dan melemparkannya ke dalam lubang, lagi, dan lagi. Aku terlalu bersemangat hingga tak sadar sesuatu yang buruk mengintai. Langit seakan bersendawa. Bunyi gemuruh terdengar mengiringi tetes-tetes air yang kian lama kian nampak seperti sengaja dimuntahkan. Aku segera mengambil langkah untuk berlindung. Namun naas, kakiku tergelincir. Aku terperosok ke

96 DUTA Rimba

dalam lubang galian tambang. Kepanikan luar biasa menghantuiku saat air melongsorkan tanah di atasku. “Tolong aku, Tuhan!” aku merintih pasrah. Tidak seorangpun di sana. Napasku mulai sesak. Longsoran tanah menerjang tubuhku bertubi-tubi. Aku bersujud, melindungi bagian kepalaku dengan kedua tanganku. Rasa sakit mulai menjalar. Longsoran tanah terus menguburku. Telingaku mendenging, kepalaku terasa sangat berat. Dadaku seperti terhimpit membuat napasku tersengal-sengal. Sesak, pengap. Entah mengapa tiba-tiba aku menggigil hebat. Aku tidak bisa lagi mengendalikan tubuhku yang mengejang. Pandangan mataku abstrak, lunglai, hingga aku tidak bisa merasakan apapun. Semua berubah gulita. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba aku mendapati sinar lurus bagai panah cahaya. Aku merasakan tubuhku seringan kapas, melayang, mengikuti arah cahaya itu. Sebuah lorong putih menantiku di depan sana. Ragu-ragu aku melangkah menyusuri lorong itu. “Dimana aku? Apa yang terjadi?” Samar-samar aku melihat sebuah jalan setapak. Aku berjalan di atas tanah berumput, di tepi sebuah sungai. Rasanya aku pernah melihat sungai itu. Dulu, dulu sekali. Sungai yang begitu jernih. Aku berniat mencuci muka, namun air sungai itu tiba-tiba meluap menyeretku ke tepi sebuah hutan. Kudongakkkan kepala. Pohon-pohon tinggi menjulang. Anehnya semua pohon di hutan itu terbalik dengan akar di atas yang menjulur-julur seolah ingin menjeratku. Aku lari menjauh. Sekencang-kencangnya, hingga aku kembali menemukan jalan setapak yang tadi kulalui. Sebuah tanah berumput di tepian sungai bersaput kabut. Oh, semua sangat membingungkan. Dalam lengang aku melihat seorang anak laki-laki berbadan kurus berseragam pramuka tengah menuntun sepedanya. “Hai...” aku menyapanya pelan. Namun anak itu bergeming. “Bolehkah aku bertanya?” kucoba menyapanya dengan pertanyaan, namun ia tetap membisu. Aku mengikutinya. Sesampai di simpang kecil sebelah kanan mushola, anak itu berbelok dan menghilang begitu saja di sebuah rumah dengan pelataran luas. Bendera putih terpasang di tugu depan rumah itu. Orang-orang berkumpul di sana. Isak tangis terdengar di manamana. Di sebuah lincak aku melihat seorang laki-kali paruh baya terkulai, pucat, enggan bergerak. Sorot matanya redup, butiran air bening mengalir dari sudutnya. “Bapak, apa yang terjadi?” aku berteriak sekuat-kuatnya hingga tenggorokanku terasa panas. Namun semua orang sepertinya tak mempedulikanku. Dadaku berdegup kencang. Di ruang tengah terbaring sesosok tubuh di atas sebuah tikar ditutupi selembar kain jarit. Lantunan ayat suci Al Qur’an bergema. Di tengah kerumunan orang, kulihat ibuku terisak-isak memeluk sebuah nisan bertuliskan Agung Prasetyo. Genangan air memantulkan sempurna serpihan sinar rembulan. Tanah dan pasir telah menimbun lubang naas itu, meninggalkan sisa-sisa ingatan perih di batin tiap orang. Tambang itu telah ditutup, menyimpan segudang misteri serta gemerlap emas yang masih berkilau nun jauh di bawah permukaan bumi – di sela-sela timbunan tanah, batu, dan memori tentang Agung Prasetyo. • DR

NO. 56 • TH. 10 • januari - februari • 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.