Majalah Duta Rimba Edisi 58 Mei - Juni

Page 1

MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANKAN

DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI

REDAKSI

IBADAH RAMADAN

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

M A JA L A H

P E R H U TA N I

SOSOK RIMBA

Said Aqil Siradj

DAN

Perusak Hutan Harus !!! ditindak

MERAYAKAN

IDUL FITRI 1SYAWAL 1436 H

RIMBA KHUSUS

Bisa Jadi Perhutani Pemain Utama ENSIKLORIMBA

Teduh Di Antara Racun Bintaro KULINER EDISI NO. 58 • TH 10 • MEI - JUNI 2015

Minal Aidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir Bathin

Iga Bakar Gunung Betet

Dai

ketika Masuk Hutan


SalamRedaksi

Visi Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolaan Hutan Lestari

Misi Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People) Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)

ISSN: 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan

Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan

Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama

Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana

Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno

Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten

Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works

Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com

Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan.

Inisiatif Religius

Dok. Kom PHT®2015

Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet)

P

embaca yang budiman. Hampir tiada waktu, berlalu begitu saja tanpa makna. Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan aksi korporasi Perum Perhutani. Bila transformasi BUMN ini lebih banyak difokuskan untuk meningkatkan kinerja internal perusahaan, pada tahun 2015 transformasi juga dilakukan secara eksternal, agar memiliki kontribusi kapada korporat. Dalam menghidupkan partisipasi publik untuk melestarikan hutan, Perhutani menginisiasi program penempatan Dai Lingkungan dan Kehutanan di 57 KPH. Para Dai ini memiliki tugas untuk mengedukasi masyarakat di sekitar wilayah hutan untuk ikut melestarikan hutan. Inisiatif pengerahan Dai Lingkungan dan Kehutanan ini kami angkat dalam laporan rimba utama baik dari sisi konsep dan implementasi penyiapannya dalam berbagai pelatihan yang dilakukan bersama dengan PBNU. Dalam setiap KPH nantinya akan ditempatkan 10 s/d 30 Dai untuk menjadi agent of change masyarakat sekitar. Untuk melengkapi laporan utama, juga kami turunkan dalam Rubrik Sosok dengan mewawancarai Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Shiradj. Kiai yang ikut menyiapkan hadirnya Dai Lingkungan dan Kehutanan banyak memberikan perspektif baru pengelolaan hutan yang berbasis pada religi Untuk memberikan gambaran inisiatif Perhutani dalam melakukan transformasi, rubrik Rimba Khusus kami meliput industri kayu Perum Perhutani, sekaligus mengambil momentum kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno ke Industri Kayu Gresik Jawa Timur pertengahan Mei. Rini menginstruksikan Perhutani untuk terus menggenjot industrinya, termasuk industri kayu. Sementara untuk memenuhi rasa ingin tahu Anda dalam liputan inovasi, ada temuan tentang Genium Generator dalam menghasilkan getah premium. Sedangkan bagi pemburu kuliner Duta Rimba menurunkan Sop Iga Bakar Gunung Betet Lodoyo, Blitar dalam Rubrik Rimba Kuliner. Masih banyak rubrik-rubrik lainnya yang perlu Anda ikuti untuk memperkaya khasanah pengetahuan di bidang kehutanan. Kami tetap bertekat, untuk menghadirkan khazanah baru di bidang kehutanan praktis agar majalah ini bisa memberikan kontribusi yang positif bagi pembaca. Selamat menikmati dan membaca majalah ini, Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadan 1436 H.

Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perumperhutani.com Perum Perhutani @PerumPerhutani

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 1


semairimba

SALAM REDAKSI MITRA RIMBA BENAH DIRI

1 3

• Dai Agent Of Change 4

PRIMA RIMBA • Program Korporat Berarus Global

10

6

30

RIMBA UTAMA • • • •

Ketika Dai Masuk Hutan Keterlibatan Stakeholder Itu Penting Fungsi Religius Hutan Menurut Alquran Apa yang Didapat Dai

10 16 20 26

RIMBA KHUSUS • • •

Kunjungan Kerja Menteri BUMN Industri Kayu Pencetak Dolar Masa Depan 30 Bisa Jadi Pehutani Pemain Utama Barecore 34 Butuh Terobosan Revitalisasi Industri Kayu 38

SOSOK RIMBA • Prof Dr KH Said Aqil Siradj Perusak Hutan Harus Ditindak Dong !!! LINTAS RIMBA LENSA • Barecore Unggulan Perhutani

42 48 56

BISNIS RIMBA • Wajah Baru Armadu

62

RIMBA DAYA • Harapan Berlabuh di Kandang Puyuh

42

66

WARISAN RIMBA • Jejak Mataram Islam di Air Terjun Bongok

70

ENSIKLO RIMBA • Teduh di Antara Racun Bintaro UJUNG RIMBA

74 78

WISATA RIMBA • Leuwi Hejo, Air Terjun Bengkok di Atas Kolam Hijau

80

POJOK KPH • KPH Cianjur Menoreh Banyak Prestasi

84

INOVASI • Genium Generator Robot Getah Pinus Kelas Premium

74

86

RIMBA KULINER • Iga Bakar Gunung Betet RESENSI • Menjaga Kelestarian Hutan

90 92

CERITA RIMBA • Reminisensi Debu

2 DUTA Rimba

96 NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


mitraRIMBA Produk : Gatot Batik Mitra Binaan : Perum Perhutani KPH Tuban Harga : Rp 180.000,- s/d Rp 600.000,- /pc Alamat : Jl. Majapahit 748, Karang - Tuban Jawa Timur Contact Person : Gatot (0852 325 011)

Produk : Batik Jonegoroan Mitra Binaan : Perum Perhutani KPH Bojonegoro : Rp 150.000,- s/d Rp 500.000,- /pc Harga : Desa Jono, Kec. Temyang, Alamat Kab. Bojonegoro Contact Person : Mak Ni (Paini - 0853 3008 1685)

Produk Mitra Binaan Harga Alamat

: Rambak Asli “Cipta Rasa” : Perum Perhutani KPH Kendal : Rp 40.000,- s/d Rp 80.000,: Desa Penanggulan RT 01/02, Kec. Pegandon, Kab. Brebes Contact Person : Sutego (0813 2573 6499)

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 3


Dok. Kom PHTÂŽ2015

BENAHDIRI Dai Lingkungan dan Kehutanan yang kini tengah disiapkan oleh Perum Perhutani bersama dengan pesantren di sekitar hutan di Pulau Jawa dan Madura ke depan tak hanya sekadar mengedukasi masyarakat akan perlunya melestarikan hutan. Para Dai ini akan menjadi penyuluh berbasis religi untuk melakukan perubahan bagi masyarakat di sekitar hutan agar lebih pro aktif ikut mengelola sumberdaya hutan. Mereka ini bisa menjadi agent of change untuk menjaga kelestarian hutan

Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

D

alam jangka panjang, hutan dapat berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan (Live supporting System) serta sebagai kontriburor penyedia pangan (Forest For Food Production). Untuk itu menjadi kewajiban manusia untuk selalu berfikir menjaga kelestarian hutan, agar bisa memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan. Kerangka pemikiran semacam itu tentu saja tetap berlaku bagi kelangsungan hutan di Pulau Jawa dan Madura, sekalipun di pulau ini luas hutannya hanya sekitar 19 s/d 21%, di bawah ketentuan UU sebesar 30%. Justru di tengah keterbatasan itulah upaya untuk terus melestarikan hutan di Pulau Jawa itu tidak boleh berhenti. Semangat untuk melestarikan hutan itu harus tertanam kuat dalam sanubari manusianya, agar fungsi hutan itu bisa menjadi penyangga kehidupan manusia. Begitu penting nya peranan hutan bagi kehidupan, kiranya perlu terus disosialisasikan, agar masyarakat di sekitar hutan mendapat pencerahan dan pendidikan, khususnya kepada

4 DUTA Rimba

Dai

Agent Of Change anak-anak TK, SD hingga orang dewasa itu pentingnya hutan. Hutan diciptakan oleh Tuhan lebih dahulu dari pada manusia. Hutan diciptakan oleh sang Khaliq agar bisa menjadi sarana dan prasarana bagi kehidupan manusia. Hutan diciptakan sebelum manusia menjadi khalifah di muka bumi. Untuk mengedukasi masyarakat di sekitar hutan, sudah saatnya Perhutani menginisiasi hadirnya penyuluh kehutanan yang berbasis religiusitas (dai/ustaz). Penyuluh kehutanan itu bisa bersumber dari para santri yang berasal dari pesantren yang ada di sekitar hutan Pulau Jawa dan Madura. Mereka ini kelak akan menjadi agent of change (agen perubahan) untuk mengedukasi masyarakat tentang kehutanan dari perspektif religi.

Untuk menyiapkan penyuluh kehutanan yang berbasis religiusitas ini sesungguhnya sudah saya rintis ketika saya menjadi Direktur PSDH. Dimana saya mulai menjalin hubungan dengan pesantren. Namun, pada era sekarang inilah secara kelembagaan Perhutani mulai merintis untuk menginisiasi sebuah program untuk mendorong lahirnya penyuluh kehutanan yang berbasis religiusitas agar bisa berkontribusi dalam ikut mewujdukan hutan yang lestari. Untuk mempercepat terbentukya penyuluh kehutanan yang berbasis relegiusitas, Perhutani menggandeng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, PBNU. Sebagai organisasi yang memiliki puluhan ribu santri di Pulau Jawa dan Madura, kiranya merupakan mitra yang paling tepat untuk ikut

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


mendorong mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Dalam mewujudkan penyuluh kehutanan yang berbasis religiutas ini, Perum Perhutani bekerja sama dengan PBNU juga menyelenggarakan pendidikan dan latihan kepada para santri, masalah-masalah kehutanan. Dalam pendidikan ini Perhutani juga membagikan buku panduan bagi para santri untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang hutan lestari. Seperti misalnya, Perhutani melakukan pembekalan para santri untuk menjadi penyuluh kehutanan di Tuban, Jawa Timur. Dan yang terbaru pembekalan juga dilakukan di Tegal, Jawa Tengah. Dalam pembekalan ini dibimbing langsung oleh Prof KH Said Aqil Siradj, Ketua PBNU Para santri yang menjadi penyuluh kehutanan ini nantinya akan ditempatkan di desa-desa KPH untuk membina masyarakat di sekitarnya sekaligus berdakwah soal kehutanan. Dalam program ini dalam satu KPH setidaknya akan ada 10 s/d 30 santri yang ditempatkan sebagai penyuluh kehutanan. Sehingga dari 57 KPH, ke depannya akan ada sekitar 1.000 penyuluh kehutanan dari para santri. Tentu yang menjadi pertanyaan, apakah penyuluh kehutanan itu hanya khusus bagi para santri dari pesantren? Tentu saja tidak. Bila di suatu KPH terdapat penganut agama lain seperti Kristen, Khatolik dan Budha, misalnya, Perhutani juga membuka peluang bagi mereka untuk menjadi penyuluh kehutanan yang berbasis pada agama yang mereka anut. Program penyuluh kehutanan yang berbasis relegiusitas ini terbuka untuk semua pemeluk agama, disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi yang ada. Tentu para penyuluh kehutanan yang berbasis relegisiutas yang ditempatkan di desa-desa ini, ke

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

depannya juga perlu mendapat kompensasi dalam rangka pemberdayaan. Tentu kompensasi mereka bukan sebagai karyawan, melainkan bisa melalui konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sistem PHBM dilaksanakan dengan jiwa BERSAMA, BERDAYA dan BERBAGI, yang meliputi pemanfaatan lahan, waktu dan hasil dalam pengelolaan sumber daya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, memperkuat dan mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial. Dengan PHBM diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dengan kesadaran tanggung jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa Hutan Mandiri dan Hutan lestari. Melalui PHBM, para penyuluh kehutanan itu akan bisa berperan aktif untuk mengelola hutan agar bisa lebih produktif. Apalagi kalau para santri tersebut bisa membangun pesantren, ke depannya bisa kita kembangkan one product one pesantren. Konsep ini tentu akan bisa memberikan nilai lebih, bila para penyuluh kehutanan itu bisa mengembangkan produk yang menjadi ciri khas masyarakat di sekitarnya. Misalnya mengembangkan jeruk, duren, mangga, tentu ini akan menjadi ciri khas pesantren serta memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat di sekitar hutan. Hadirnya para dai dari kalangan pesantren dalam PHBM ini kelak juga bisa menjadi role model untuk melakukan pemerataan pembangunan. Bila negara ini selalu menghadapi kendala untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan dan pemerataan, dengan keterlibatan Dai pada PHBM, bisa menjadi solusi untuk memacu

pertumbuhan di satu sisi, tetapi pada sisi lain juga mampu memastikan unsur pemerataan juga mengikuti pertumbuhan. Hadirnya penyuluh kehutanan yang berbasis religiusitas ini, tentunya akan mendukung kegiatan KPH. Melalui penyuluhan yang mereka lakukan, akan bisa membangkitkan partisipasi masyarakat sekitar hutan untuk menjaga kelestarian hutan. Para penyuluh ini akan menjadi garda terdepan untuk mengatasi masalah masalah sosial, tenurial yang sering menjadi problem pelik. Dengan bahasa-bahasa agama, mereka lebih mudah untuk mengedukasi publik menjaga hutan. Hadirnya Dai Kehutanan ini jelas menjadi tanggung jawab KPH untuk bisa membina mereka. Para Dai Lingkungan dan Kehutanan ini bisa menjadi penggerak partisipasi publik untuk ikut bersama-sama mengelola sumber daya hutan. Mereka bisa menjadi mediator bagi KPH untuk melakukan komunikasi dengan masyarat di sekitar hutan ketika terjadi masalah sosial. Dengan perpektif agama Islam yang mereka kuasai, tentu akan lebih mudah untuk mengedukasi publik, pentingnya hutan bagi kehidupan. Bukankah agama juga mengamanatkan kepada umatnya untuk menjaga bumi dan seisinya. Bahkan dari Dai Lingkungan dan Kehutanan ini, sesungguhnya Perhutani juga memiliki kader-kader yang handal untuk menggerakan partisipasi publik untuk melestarikan hutan. Bila perusahaan nanti harus merekrut mandor yang bertugas di lapangan, perusahaan ini bisa merekrut para Dai ini secara selektif. Perjuangan selama ini untuk mengedukasi masyarakat di sekitar hutan, bisa menjadi latihan bagi mereka untuk menjadi rimbawan yang handal di tengah hutan. • DR

DUTA Rimba 5


primarimba

Program Korporat

Berarus Global Energi baru segera tiba di KPH Perhutani. Energi itu datang dari para santri yang akan menjadi Penyuluh – dai - yang berbasis religiusitas untuk mengedukasi dan mensosialisasikan perlunya pelestarian lingkungan dan kehutanan. Sebagai ciptaan Sang Khaliq, permasalahan lingkungan dan kehutanan itu tak hanya persoalan teknis, tetapi juga menyangkut masalah spiritual. Dimana manusia sebagai ciptaan Allah mendapat amanah untuk bisa menjaga lingkungan dan kehutanan agar tetap lestari untuk kelangsungan hidup manusia dan mahkluk lainnya.

D

alam kerangka berfikir semacam itu, kehadiran para Dai Lingkungan dan Kehutanan tentu akan menjadi elan vita baru bagi KPH dalam menjaga wilayah hutan yang mereka kelola. Dengan hadirnya para dai tersebut, masalah keamanan hutan yang

6 DUTA Rimba

mereka kelola, bisa ditempatkan dalam perspektif yang lebih luas, yaitu dengan melestarikan hutan, yang memang diajarkan oleh agama mana pun. Meningkatnya suhu panas global, yang kini mulai dirasakan oleh negara seperti India, dan sebelumnya juga Rusia, hingga

suku panas di negara tersebut mencapai suhu 45 s/d 50 derajat, telah berdampak parah terhadap kehidupan. Di India misalnya kurang lebih 2.000 korban tewas karena suhu panas. Sebuah bencana yang tak pernah terbayangkan lima tahun sebelumnya, namun kini menjadi sebuah realita yang tak bisa dihindari

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 7


Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

primarimba

Penandatanganan perjanjian kerja sama pelatihan Dai Kehutanan.

oleh umat manusia. Kasus di India dan Rusia itu barulah gejala awal dari pemanasan global. Gejala di India itu bisa menjadi gejala global, karena ada kecenderungan suhu global itu terus meningkat. Yang dari tahun ke tahun peningkatannya secara tajam mulai dirasakan di Indonesia. Suhu panas kini mulai dirasakan hampir di semua daerah di Indonesia. Bisa dibayangkan, bila panas global ini tak terkendali, banyak digambarkan para ahli, juga akan memicu es di Kutub Utara juga akan mencair, hingga memicu meningkatnya air laut di seluruh dunia, hingga berpeluang untuk menggelamkan wilayah daratan yang menjadi tempat tinggal manusia. Bila gambaran tersebut tidak mulai diantisipasi oleh umat manusia, maka dunia ke depan dalam suasana bencana. Memang banyak variable yang menyebabkan pemanasan global sebagaimana diungkapkan oleh para ahli di bidang lingkungan. Tetapi yang cukup menonjol karena rusaknya lingkungan, akibat ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Satu contoh hutan yang menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan suhu udara, kini

8 DUTA Rimba

banyak diekploitasi secara tak terkendali oleh manusia. Eksploitasi ini bisa dilakukan legal maupun illegal, yang pada akhirnya hutan menjadi gundul. Dari realitas semacam itu, hadirnya Dai Lingkungan dan Kehutanan yang dirintis oleh Perum Perhutani sesungguhnya berada dalam arus global. Melalui para Dai Lingkungan dan Kehutanan, mereka bisa mengedukasi masyarakat di sekitar wilayah hutan milik Perhutani untuk menjaga kelestarian hutan, agar bisa berkontribusi untuk ikut mengerem laju peningkatan suhu udara global yang bisa mengancam kehidupan manusia. Langkah Perhutani ini jelas merupakan investasi bagi BUMN terbesar di sektor kehutanan dalam ikut memberikan sumbangan global untuk ikut mengatasi pemanasan global. Langkah Perhutani ini ke depan bisa menjadi role model bagi perusahan kehutanan dunia untuk bisa ikut mengendalikan pemasanan global dengan kearifan masingmasing. Bila Perhutani bisa merintis Dai Lingkungan dan Kehutanan, perusahaan kehutanan dunia lainnya bisa menginisiasi program serupa dengan kekhususan yang mereka miliki, untuk memperkecil ancaman

pemanasan global. Sekalipun Dai Lingkungan dan Kehutanan ini memiliki perspektif global, tetapi secara domestik, bahkan korporat, juga memiliki kontribusi yang tidak kecil. Hutan di Pulau Jawa yang besarnya 19% s/d 21% memang sangat kecil bila dibanding dengan ketentuan UU yang harusnya 30%. Sekalipun jumlahnya terbatas, pasca reformasi 1999, hutan di Pulau Jawa dan Madura sempat mengalami kerusakan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini, karena adanya penghancuran hutan sebagai dampak dari transformasi dan demokrasi. Hutan yang memiliki multifungsi, ternyata juga memiliki fungsi ekonomi. Menguasai hutan bisa untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Tak berlebihan bila di Pulau Jawa ini juga muncul pemikiran untuk membagi-bagi hutan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Masalahnya kalau hutan hanya dilihat dalam perspektif ekonomi, bagaimana nasib Pulau Jawa dan Madura yang menjadi tumpuan hidup lebih dari separo penduduk Indonesia. Ekploitasi hutan secara besar-besaran, tanpa

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Untuk mempertahankan hutan yang lestari ini juga diperlukan peran kalangan cendekiawan muslim untuk mengedukasi agar bisa menempatkan hutan dalam perspektif lebih utuh. Direktur PSDH Heru Siswanto (kanan) bersama Bupati Tegal, Enthus Susmono (tengah) dan Imam Pituduh (kiri), Sekjen LPPNU.

mempertimbangkan kelestarian hutan, bukan tidak mungkin akan membuat pulau terdepan dalam ancaman bahaya. Untuk tetap mempertahankan hutan di Pulau Jawa dan Madura, memang dibutuhkan tugas ekstra dari kalangan rimbawan untuk meyakinkan stakeholders untuk mempertahankan hutan yang terbatas ini secara lestari. Bahkan untuk mempertahankan hutan yang lestari ini juga diperlukan peran kalangan cendekiawan muslim untuk mengedukasi stakeholders agar bisa menempatkan hutan dalam perspektif lebih utuh. Tidak saja secara ekonomi, tetapi juga secara sosial, budaya dan kelestarian lingkungan hidup. Begitu pula secara korporat, dimana Perhutani memiliki 57 KPH, tentu untuk memecahkan masalah kehutanan, bisa melibatkan publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Dalam konteks inilah hadirnya Dai Lingkungan dan Kehutanan kiranya bisa menjadi jembatan bagi KPH untuk memecahkan berbagai masalah kehutanan Dalam setiap KPH nantinya akan ada 10 s/d 30 Dai Lingkungan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

dan Kehutanan yang ditempatkan di desa-desa. Di 57 KPH tersebut nantinya aka ada sekitar 1.000 Dai Lingkungan dan Kehutanan. Para dai itu merupakan hasil kerja sama antara Perhutani dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, yang memiliki puluhan pesantren yang tersebar di sekitar hutan Perhutani. Kerja sama ini jelas merupakan sebuah terobosan. Bila selama ini Perhutani asyik sendiri dalam mengelola hutan, kali ini mereka mengajak para santri tidak hanya dalam mengedukasi masyarakat sekitar hutan, tetapi juga ikut mengelola sumber daya hutan. Itu maknanya kehadiran Perhutani bukalah dimaksudkan untuk dirinya sendiri, melainkan yang lebih substansial untuk kesejahteraan masyarakat. Jelas ini sebuah paradigma baru bagi Perhutani. Sejalan dengan era transformasi dan demokratisasi mengamankan dan melestarikan hutan kini tak bisa dilakukan dengan gaya militeristik. Untuk mengamankan dan melestarikan hutan harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara dinamis. Konsep PHBM yang mulai dikembangkan Perhutani dalam beberapa tahun terakhir

kelihatanya bisa menjadi sarana untuk mengikutkan publik dalam menjaga kelestarian hutan. Dalam konteks ini, kehadiran Dai Lingkungan dan Kehutanan ini bisa menjadi elan vita untuk melibatkan masyarakat di sekitar hutan dalam melestarikan hutan. Para dai ini bisa mengedukasi seluruh segmen masyarakat. Mulai dari anak SD hingga orang dewasa. Melalui edukasi ini masyarakat di lingkungan hutan disadarkan secara religi untuk mengamankan hutan lestari. Bahkan dalam penempatan Dai Lingkungan dan Kehutanan tersebut Perum Perhutani juga akan melibatkan para dai dalam PHBM. Dengan kebijakan ini, para dai ke depan tak hanya bicara soal agama dalam melestarikan hutan, tetapi juga membicarakan dan mempraktikkan PHBM kepada masyarakat. Peluang ini tentu akan bermanfaat pula untuk menunjang Program Perhutani untuk menggenjot agroforestry, ketahanan pangan dan program kehutanan lainnya yang membutuhkan keterlibatan publik. Para dai ini biar menjadi garda terdepan untuk mensukseskan program-program Perhutani • DR

DUTA Rimba 9


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Kadiv PPA Perum Perhutani, Sangudi Muhammad bersama Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj.

10 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Ketika

Dai Masuk Hutan Perhutani menggandeng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui LPPNU (Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama), untuk bekerjasama memberikan pelatihan tentang kehutanan. Peserta pelatihan adalah para dai atau pendakwah. Setelah penandatangan MoU Perum Perhutani dengan PBNU, langkah selanjutnya adalah menggelar rangkaian halaqoh pembangunan desa dan pelatihan pendampingan dai kehutanan bagi kader NU. Seperti apa wujud konkretnya?

S

ebanyak 90 orang dai mengikuti kegiatan Pelatihan dan Pendampingan dai Penyuluh Kehutanan, di Hotel Bahari Inn, Tegal, Jawa Tengah, 28-30 Mei 2015. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kerjasama PBNU dan Perum Perhutani dalam program dai Penyuluh Kehutanan. Sebelumnya, para dai yang berasal dari tiga

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

wilayah KPH yaitu Pekalongan Barat, Balapulang, dan Banyumas Barat, itu berkumpul mengikuti acara Halaqoh Pembangunan Desa yang digelar di Pendopo Amangkurat Pemerintahan Kabupaten Tegal, 28 Mei 2015 pagi. Kegiatan halaqoh tersebut dihadiri Ketua Umum PBNU Pusat, KH Said Aqil Siradj; Direktur PSDH Perum Perhutani, Heru Siswanto; Bupati Tegal, Enthus Susmono; Wakil Bupati Tegal, Umi Azizah;

Kepala Divisi Regional Perhutani Jawa Tengah, SR Slamet Wibowo; Administratur KPH Pekalongan Barat, Anton Fajar Agung Susetyo; Administratur KPH Banyumas Barat, Setiawan; Dandim 0712/Tegal, Letkol Inf Hari Santoso; Danlanal Tegal, Lekol (L) Sirilus Arif Sisbintoro; Kapolres Tegal diwakili Kabag Ren, Kompol Sudarto; Kajari Tegal diwakili Jaksa Fungsional, Teguh Suhadi, SH, MH; Danbrig 4/DR diwakili Kasiter,

DUTA Rimba 11


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbaUTAMA

Pelatihan Pendampingan Dai Kehutanan di Tegal, Jawa Tengah

Kapten Inf Suratman; Danyonif 407/ PK Diwakili Pabintal, Kapten Inf Herdi; Danki Zipur 4/TK, Kapten Czi Sarwiyono; Para Ketua NU Wilayah Pekalongan, Pemalang, Pemalang, dan Tegal; Kepala SKPD seKabupaten Tegal; Camat dan Lurah/ Kepala Desa se-Kabupaten Tegal; serta perwakilan dari 17 Kabupaten/ Kota se-JawaTengah. Di kesempatan halaqoh itu, dilakukan pula penandatangan MoU untuk Pelaksanaan Program Dai Penyuluh Kehutanan. Penandatanganan dilakukan oleh Kadivre Perhutani Jawa Tengah SR Slamet Wibowo dan Sekretaris Pusat LPPNU Imam Pituduh, disaksikan Ketua Umum PBNU Pusat, Direktur PSDH Perum Perhutani, serta Bupati dan Wakil Bupati Tegal. Di acara itu pula, Bupati Tegal Enthus Susmono mengucapkan terima kasih kepada Perum Perhutani yang telah memberikan akses lahan terhadap warga melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), sehingga Tegal dapat berswasembada pangan, bahkan surplus. Capaian tersebut sekaligus

12 DUTA Rimba

dapat mendongkrak perekonomian masyarakat. MoU yang ditandatangani di Pendopo Amangkurat itu lalu dilanjutkan penandatanganan MoU untuk membentuk dai kehutanan antara tiga KPH Perhutani yaitu Pekalongan Barat, Balapulang, dan Banyumas Barat, dengan Pondok Pesantren Ta’alamul Huda, Brebes, 29 Mei 2015, disaksikan Kadivre Perhutani Jawa Tengah, SR Slamet Wibowo. Penandatanganan kerja sama dilakukan Anton Fadjar Agung Susetyo (KPH Pekalongan Barat), Mugni (KPH Balapulang), Setiawan (KPH Banyumas Barat), dan Saeful Rohman (Ponpes Ta’alamul Huda). Halaqoh di Tegal ini merupakan lanjutan acara halaqoh yang sebelumnya diadakan di Pendopo Krido Manunggal, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, 14 Maret 2015. Secara harafiah, dalam kajian bahasa, halaqoh berarti lingkaran. Secara istilah, halaqoh berarti pengajian dimana orang-orang yang ikut di dalamnya duduk melingkar. Di dalam bahasa lain, halaqoh bisa juga disebut majelis taklim atau forum yang

bersifat ilmiah. Ada lagi istilah yang dapat menggambarkan acara serupa itu yaitu liqo’ yang berarti pertemuan. Istilah liqo’ lebih umum dari halaqoh, karena isinya bisa saja bukan merupakan kajian ilmiah, tetapi bisa juga diisi dengan rapat, pertemuan, musyawarah, dan seterusnya. Sedangkan menurut Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, halaqoh dapat dimaknai sebagai pertemuan orang-orang muslim dengan maksud tertentu yang bersifat positif. Kiai Said Aqil Siradj juga menyambut baik kerja sama ini. Menurut dia, orang NU tak hanya pandai menikahkan orang maupun istighotsah saja, namun juga bisa bicara tentang kehutanan dan pemerintahan juga. Selanjutnya, para dai kehutanan ini diharapkan agar selalu menyampaikan wawasan dan pentingnya menjaga hutan dalam setiap aktivitas dakwah. Selain itu, para kiai NU juga diharapkan terus berjuang menjaga desanya masing-masing dari perusakan alam. Yang lebih utama lagi agar bisa ikut mengajak dan memengaruhi masyarakat serta santrinya untuk menjaga hutan dan melestarikan alam yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Mengkader Dai Kehutanan Kiai Said Aqil Siradj menyatakan, ia yakin para kiai NU pasti akan selalu menjaga desanya dan tak mungkin merusak alam maupun hutan. Sebab, sejak sebelum kemerdekaan pun kiai NU selalu menjaga lingkungan tempat tinggalnya, bahkan tanah air Indonesia. Sebab, NU dibentuk untuk mejaga keutuhan NKRI dari segala macam perusakan, termasuk rusaknya alam. Maka, ia menyerukan, para kiai NU harus bisa menjaga lingkungan alam sekitarnya. “Hutan juga merupakan tanggung

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

jawab kiai dan menjadi kebanggaan milik kita semua,” tegas Kiai Said. Halaqoh yang dimulai pukul 10.00 WIB itu berlangsung hingga pukul 13.30 WIB. Di halaqoh itu dilangsungkan pula diskusi dengan narasumber Direktur PSDH Perhutani dan Bupati Tegal, dimoderatori Sekretaris Pusat LPPNU. Saat diskusi, peserta yang nyaris berjumlah seribu orang itu terlihat antusias. Terutama di sesi tanya-jawab. Banyak pertanyaan dan persoalan sehari-hari pun mereka ungkapkan, sehingga suasana halaqoh tak ubahnya serupa bahtsul masa’il. Usai halaqoh, KH Said Aqil Siradj segera melanjutkan agenda selanjutnya di Kantor PCNU Kabupaten Tegal. Di sana, Kiai Said meresmikan tiga aset milik Pengurus Cabang Nahdladul Ulama di Tegal, yaitu Gedung Pusat PCNU, Poliklinik Bersalin NU, dan Kantor Sekretariat Induk STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Sedangkan para dai peserta Pelatihan dan Pendampingan dai Penyuluh Kehutanan, bergerak ke Hotel Bahari Inn, Tegal, untuk melanjutkan pelatihan. Imam Pituduh menyebut, para penyampai mat eri dari Tim Perhutani dan LPPNU berupaya untuk mencari formulasi pencegahan kerusakan hutan melalui pendekataan keagamaan. “Kegiatan konkretnya adalah bagaimana nilai-nilai keagamaan itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Setelah ada bekal, kami akan formulasikan ke dalam dua kegiatan konkret. Mereka bisa terlembagakan menjadi penyuluh kehutanan sekaligus bisa menjalankan tugas secara pribadi melalui dakwah. Sehingga, diharapkan ketika berdakwah di kampung, para dai bisa memberikan pencerahan tentang pentingnya hutan lestari kepada masyarakat. Jadi, akan ada tindak lanjut setelah

Model konservasi air Perum Perhutani KPH Cepu

pelatihan ini,’’ katanya. Selama pelatihan tersebut, daidai kehutanan mendapatkan materi mengenai kehutanan, lingkungan, juga dibekali wawasan tentang Perum Perhutani dan aturanaturan tentang kehutanan lainnya. Diharapkan, usai mengikuti kegiatan pelatihan dan pendampingan dai kehutanan tersebut, mereka dapat memberikan penyuluhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat di sekitar hutan. Dai-dai tersebut juga bisa mendapatkan akses lahan hutan, namun statusnya bukan kepemilikan melainkan hanya hak pengelolaan saja. Menurut Imam, keputusan melibatkan dai untuk ikut serta menyampaikan pesan pentingnya menjaga hutan merupakan bagian dari upaya pencegahan perusakan hutan secara sistematis. Sebab, selama ini masyarakat sering mengartikan hutan yang menjadi milik negara itu otomatis merupakan milik bersama. Akhirnya, penebangan kayu secara ilegal pun marak terjadi. Maka, secara bertahap pembentukan dai kehutanan akan dilakukan di

semua daerah. Imam melanjutkan, ada tantangan besar yang akan dihadapi terkait pengelolaan hutan. Di antaranya adalah menerjemahkan UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dua Undang-Undang ini menurut dia saling berisisan dan berkaitan dalam rangka menjadi landasan bagi upaya membangun desa dan membangun kehutanan. Sebab, di UU No 6 Tahun 2014, ada ketentuan tentang hutan sebagai aset yang dapat dikelola oleh desa tetapi tidak untuk dimiliki desa. Maka, tantangannya adalah bagaimana melakukan pengelolaan hutan dan desa tanpa ada pihak yang dirugikan. Artinya, pembangunan desa dapat berjalan dengan baik, seiring dengan kelestarian hutan yang juga tetap terjaga dengan baik. Hal itu diiyakan Enthus Susmono. Menurut dia, ada fakta bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia termasuk yang paling pesat di dunia. Maka, ada tiga hal penting yang perlu dicermati. “Indonesia dikenal sebagai surganya pencurian kayu, dan 75% hutan kita saat ini sudah hilang. Oleh

DUTA Rimba 13


rimbaUTAMA

Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar, ketika itu menyatakan, tujuan Perum Perhutani menggandeng kiai NU adalah agar dai selalu menyampaikan pentingnya menjaga hutan dan pelestarian alam, setiap kali melakukan kegiatan dakwah. karena itu, pengelolaan hutan yang optimal haruslah berorientasi kepada keseimbangan tiga aspek kelestarian, yaitu aspek ekologi, ekonomi, dan sosial,” tuturnya. Menurut dia, saat ini program untuk mengkader dai kehutanan sudah menjadi kebutuhan. Sebab, potensi hutan Indonesia sangat besar. Di Kabupaten Tegal saja, kata Enthus, potensi hutan yang terdiri dari hutan Negara yang dikelola Perum Perhutani KPH Balapulang, Pekalongan Barat, dan Banyumas Barat, seluas 25.760 Hektaree dan hutan rakyat yang dikelola rakyat seluas 11.620 Hektaree. “Maka, pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah tenaga penyuluh maupun meningkatkan kapasitas dan kinerja penyuluh tersebut melalui berbagai program dan kegiatan,” ujarnya.

Paham Wawasan Kehutanan Halaqoh pembangunan desa dan pelatihan pendampingan dai kehutanan bagi kader NU yang diadakan di Tegal itu sesungguhnya bukan yang pertama. Halaqoh pertama dalam rangkaian MoU

14 DUTA Rimba

PBNU dan Perum Perhutani ini dilangsungkan di Tuban, Jawa Timur, 14 Maret 2015. Di halaqoh yang diadakan di Pendopo Krido Manunggal Pemkab Tuban itu, hadir Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar; Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj; Bupati Tuban, H Fathul Huda; Dirjen Pembangunan Kawasan Pedesaan pada Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Drs. Johozua Max Yoltuwu, M.Si; Kepala Divisi Regional Perhutani Jawa Timur, Agus Setya Prastawa; sejumlah Kepala Biro dan Administratur, segenap Forpimda serta seluruh Camat dan Kepala Desa se-Kab. Tuban. Acara halaqoh pembangunan desa itu kemudian dilanjutkan dengan penandatangan perjanjian kerjasama oleh Kepala Divisi Regional Jawa Timur, Agus Setya Prastawa, dengan Ketua LPPNU Pusat, Arief Rohman. Usai halaqoh, para dai kemudian langsung mengikuti pelatihan pelatihan yang diadakan di hotel Willis, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, 14-17 Maret 2015. Terdapat 70 dai kehutanan yang hadir dan ikut pelatihan ketika itu. Tujuan pelatihan, seperti juga di Tegal, adalah untuk menciptakan sosok-sosok kiai muda khusus kehutanan atau lazim disebut dai kehutanan. Setelah dilatih dan dilakukan pendampingan, diharapkan para dai kehutanan tersebut bisa menyebarkan wawasan kehutanan dan pentingnya menjaga kelestarian alam kepada masyarakat umum melalui kegiatan dakwah. Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar, ketika itu menyatakan, tujuan Perum Perhutani menggandeng kiai NU adalah agar dai selalu menyampaikan pentingnya menjaga hutan dan pelestarian alam, setiap kali melakukan kegiatan dakwah. Sehingga, para dai harus

paham tentang wawasan kehutanan. Maka, pembentukan dai kehutanan ini akan memberikan bekal bagi kiai NU agar bisa mengerti wawasan kehutanan maupun pelestarian alam. Semula Perhutani berencana mengkader personelnya sendiri untuk menjadi dai-dai kehutanan guna memberikan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar hutan. Tetapi setelah melalui pertimbangan matang, disimpulkan bahwa lebih baik jika kegiatan tersebut dilakukan oleh dai yang sudah ada namun telah menerima pelatihan tentang kehutanan. Itu sebabnya, Perhutani menggandeng PBNU melalui LPPNU untuk bekerjasama memberikan pelatihan dai kehutanan itu. “Awalnya kami ingin mengkader orang-orang Perhutani menjadi daidai kehutanan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan. Tetapi kalau pegawai Perhutani dilatih menjadi dai, kayaknya sulit berhasil. Lebih baik kami mengambil dai yang sudah ada untuk kemudian diberikan pelatihan tentang kehutanan. Sehingga, kami lalu berinisiatif menggandeng kiai NU agar selalu menyampaikan tentang wawsan lingkungan setiap melakukan dakwah di masyarakat,” katanya. Mustoha Iskandar menuturkan, para dai kehutanan yang berasal dari kalangan kiai NU ini diharapkan selanjutnya akan mampu memiliki desa dan mushala binaan. Selanjutnya, mereka mampu mengajarkan para santri agar mengerti tentang wawasan lingkungan dan manfaat hutan bagi masyarakat. Sehingga, pemanfaatan hutan maupun pelestariannya dapat berhasil secara maksimal dan sesuai aturan. “Di situ para dai juga diberi wawasan, bagaimana caranya memanfaatkan hutan dengan menjaga ekosistem lingkungan hutan,” jelasnya.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Peserta Pelatihan Pendampingan Dai Kehutanan.

Di sela berlangsungnya halaqoh pembangunan desa yang dilanjutkan penandatanganan MoU tentang dai kehutanan itu, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, mengatakan, para dai kehutanan setiap kali berdakwah diharapkan agar selalu menyampaikan wawasan dan pentingnya menjaga hutan. Selain itu, ia juga meminta kepada para kiai NU di Tuban agar terus berjuang menjaga desanya masing-masing dari kegiatan perusakan alam. Bahkan, lebih utamanya lagi, ia mengimbau agar para kiai NU bisa memengaruhi dan mengajak masyarakat serta santrinya untuk menjaga hutan dan melakukan kegiatan pelestarian alam yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Seperti di Tegal, di Tuban pun KH Said Aqil Siradj menyatakan keyakinannya bahwa kiai NU pasti akan selalu menjaga desanya dan tidak mungkin merusak alam maupun hutan. Sebab, sejak sebelum kemerdekaan pun para kiai NU selalu mejaga lingkungan tempat tinggalnya, bahkan menjaga tanah air Indonesia. Sebab, NU dibentuk untuk mejaga keutuhan NKRI dari

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

segala macam perusakan, termasuk perusakan alam.

Apresiasi dan Pujian Di kesempatan yang sama. Bupati Tuban, H Fathul Huda, mengucapkan terima kasih kepada Perum Perhutani yang telah memberikan akses lahan terhadap warga melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Lewat program PHBM itu, Tuban dapat berswasembada pangan bahkan surplus. Capaian tersebut sekaligus dapat mendongkrak tingkat perekonomian masyarakat. Hasil dari pertanian di 328 desa yang ada di Kabupaten Tuban telah menjadikan Tuban menjadi lumbung pangan nasional. Pencapaian produksi pangan di Tuban di antaranya adalah padi surplus 54%, daging surplus 79%, jagung surplus 99%, serta ubi jalar surplus 99%. Dari lahan garapan seluas kurang lebih 1.180.000 hektaree yang ada di Tuban tersebut, seluas 56.000 hektaree atau sekitar 30% di antaranya merupakan lahan hutan milik Perum Perhutani. Sementara itu, Dirjen Pembangunan Kawasan Pedesaan

pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Johozua Max Yoltuwu, menyoroti pembangunan desa yang menjadi salah satu prioritas kerja pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo saat ini. Pembangunan di desa meliputi jalan usaha tani dan juga saluran air untuk mengairi daerah persawahan yang diprioritaskan untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat desa. Di masa depan, menurut dia, desa akan mendapatkan dana yang besar, sehingga memiliki risiko yang besar pula. Sehingga, tingkat pengetahuan, keahlian, dan juga kompetensi Kepala Desa beserta perangkatnya harus terus ditingkatkan. Langkah menggandeng dai-dai NU untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya hutan itu juga mendapat pujian dari PBNU maupun pemerintah kabupaten yang telah menjadi tuan rumah pelatihan. Sebab, dengan latar belakang agama yang baik yang dimiliki para dai itu, mereka akan dapat memberikan penyuluhan tentang kehutanan kepada masyarakat, namun tanpa meninggalkan pendidikan keislaman. Hal ini selain dapat menjaga keberlangsungan pola pikir tentang lingkungan, juga tentang Islam ahlussunah wal jama’ah yang jauh dari faham garis keras. Menurut rencana, kegiatan halaqoh dan pelatihan dai kehutanan selanjutnya akan diadakan di Provinsi Jawa Barat. Lokasi persisnya masih akan direncanakan lebih lanjut. Yang pasti, kegiatan ini merupakan langkah positif yang diayun Perhutani, dengan membangun sinergi yang kuat di antara ulama dan umaro untuk bersama secara konkret menjaga hutan sebagai aset negara sekaligus membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak hutan. • DR

DUTA Rimba 15


rimbaUTAMA

Keterlibatan Stakeholder Itu

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

Penting

Penandatanganan kerja sama Perum Perhutani dan PBNU dalam pengelolaan hutan.

16 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, menyatakan pihaknya menyambut baik penandatanganan kerja sama Perum Perhutani dan PBNU dalam pengelolaan hutan. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi massa (ormas) bukanlah partai politik. Sehingga, ia lebih banyak bersinggungan dengan kemaslahatan orang banyak dan lepas dari kepentingan politik untuk menggenggam kekuasaan. Maka, keterlibatan ormas itu menjadi penting, agar ada rasa ikut memiliki dan ikut menjaga kelestarian hutan sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia.

H

al itu dikemukakan Kiai Said di depan wartawan saat jumpa pers usai halaqoh yang digelar di Pendopo Amangkurat, Pemerintah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 28 Mei 2015. Menurut dia, PBNU merupakan representasi rakyat Indonesia. Sedangkan pengelolaan hutan memang harus melibatkan ormas yang mewakili rakyat. Ormas, bukan partai politik. “Kerja sama pengelolaan hutan ini tepat sekali. Sangat tepat sasaran,” katanya. Lebih lanjut, Kiai Said menyatakan, hal yang harus ditekankan kepada masyarakat di sekitar hutan adalah agar mereka ikut melestarikan hutan. Tidak merusak hutan. Dan kesadaran untuk ikut menjaga hutan itu harus ditanamkan terus. Jika mengandalkan Polisi untuk menangkap para perusak hutan, hal itu menurut dia sudah terlambat. Sebab, kata dia, jika perusak hutan telah ditangkap aparat kepolisian, artinya orang tersebut telah melakukan kerusakan hutan. Sehingga, kondisi hutannya telah rusak. Jadi, yang harus dikedepankan adalah tindakan preventif. Kiai Said menyebut, pemerintahan saat ini di bawah Presiden Joko Widodo memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk memperbaiki sistem yang ada. Namun, pasti kendala yang

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

dihadapinya banyak. Sebab, banyak pihak yang telah sangat lama merasakan kenyamanan dengan pola lama yang ternyata tidak sejalan dengan sistem yang seharusnya ditegakkan. Pihak-pihak tersebut tentu keberatan dengan perubahan yang tengah dilakukan. “Tetapi, ketegasan dan konsistensi Presiden saat ini sudah ada yang menunjukkan hasil. Sudah ada perubahan yang mendatangkan hasil yang baik. Adapun beberapa yang belum berhasil nampaknya masih perlu dilakukan proses lebih lanjut. Ya, intinya saya mendukung segala kebijakan yang mengarah kepada perbaikan sistem,” ujarnya. Nahdlatul Ulama sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia memiliki banyak cabang di banyak wilayah. Apalagi, jumlah anggota Nahdlatul Ulama kini mencapai 80 juta orang. Jika diminta untuk ikut membantu mengatasi permasalahan yang ada, pihaknya akan dengan senang hati membantu. Tetapi, Kiai Said menegaskan, sebagai ormas, pihaknya tidak boleh berada di depan aparat pemerintah untuk mengatasi semua persoalan berkaitan dengan pengelolaan negara dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Pihaknya sekadar membantu pemerintah. Dan NU siap melakukan hal itu. Para dai kehutanan ini

DUTA Rimba 17


Semua MoU yang ditandatangani PBNU, baik dengan Perum Perhutani maupun dengan unsur pemerintah yang lain, bertujuan yang sama. Yaitu sebagai mitra program ikut mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat banyak. selanjutnya diharapkan agar selalu menyampaikan wawasan dan pentingnya menjaga hutan dalam setiap kegiatan berdakwah. Selain itu kepada para kiai NU juga diserukan agar terus berjuang menjaga desanya masing-masing dari kegiatan perusakan alam. Bahkan, lebih utamanya lagi agar para dai kehutanan ini bisa memengaruhi dan mengajak masyarakat serta santrinya untuk bekerja bersama-sama demi mejaga hutan dan melestarikan alam yang ada di tempat tinggalnya. Menjawab pertanyaan Duta Rimba tentang target yang diharapkan dari pelaksanaan program dai penyuluh kehutanan, Kiai Said menegaskan, harapannya adalah Perhutani dapat sukses dan dampak kesuksesan itu akan kembali kepada rakyat banyak. Pihak Nahdlatul Ulama sebagai mitra program akan mendukung tercapainya sukses Perum Perhutani tersebut, agar kesejahteraan rakyat banyak dapat juga terwujud. “Semua MoU yang ditandatangani PBNU, baik dengan Perum Perhutani maupun dengan unsur pemerintah yang lain,

18 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Kadivreg Perum Perhutani Jateng, Slamet SR. Wibowo, saat menghadiri Pelatihan Dai Kehutanan.

bertujuan yang sama. Yaitu Nahdlatul Ulama sebagai mitra program ikut mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat banyak. Tetapi, tentu saja Nahdlatul Ulama tidak dapat menjalankan program pembangunan itu sendirian. Harus ada unsur dari pemerintah yang mengajak. Dan Nahdlatul Ulama akan menyambut baik ajakan kerja sama itu. Kalau di Eropa, peran sebagai mitra program seperti ini dijalankan oleh gereja,” kata KH Said Aqil Siradj kepada Duta Rimba.

Potensi Besar Sementara Direktur PSDH Perum Perhutani, Heru Siswanto, mengatakan, kegiatan pengamanan hutan tergantung kekhususan masing-masing wilayah (local specific). Nah, local specific di Pulau Jawa ini adalah fakta bahwa

kalangan Nahdliyin adalah mayoritas. Ini merupakan potensi yang besar. Maka, kerja sama dengan kalangan Nahdliyin dalam pengelolaan hutan tersebut menjadi sesuatu yang patut untuk dilakukan. “Hal itu bisa dilakukan di banyak bidang, baik di tanaman, pengamanan, maupun penyuluhan,” tuturnya. Heru mengisahkan, kerja sama ini merupakan perwujudan MoU Perum Perhutani dengan PBNU yang telah ditandatangani tanggal 31 Januari 2015. Kerja sama Perum Perhutani dengan PBNU itu tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) Nomor 03/MoU/DIR/2015 dan 3489/A.II.03/02/2015 tentang PHBM, Pengembangan Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan serta Pendampingan Masyarakat Desa Hutan. Kerja sama itu lalu dilanjutkan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


dengan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan para santri di pondok-pondok pesantren untuk menjadi penyuluh kehutanan. “Orang yang mengerti agama itu banyak. Orang kehutanan yang paham masalah hutan di Perhutani itu banyak. Tetapi, orang yang mengerti masalah agama dan pengelolaan hutan sekaligus itu kan jarang. Nah, dengan perjanjian ker ja sama ini kami ingin menjembatani dan mensinergikan kedua hal tersebut,” lanjutnya. Heru menuturkan, pihaknya akan mencoba mensinergikan dua pemahaman tersebut. Apalagi, adalah fakta bahwa terdapat sekitar 5.617 desa yang ada di sekitar hutan. Kerja sama itu menurut Heru akan dilanjutkan, jika di tingkat direksi di kantor pusat bekerjasama dengan PBNU, di tingkat regional dengan Pengurus Wilayah NU, serta di tingkat KPH dengan Pengurus Cabang NU. Halaqoh Pembangunan Desa yang dilanjutkan Pelatihan dan Pendampingan Dai Penyuluh Kehutanan di Pendopo Amangkurat Pemkab Tegal dan Hotel Bahari Inn Tegal itu berlangsung pada 28 – 30 Mei 2015. Dihadiri oleh peserta dari PWNU Jawa Tengah, LPPNU Pusat, Forpimda (Forum Pimpinan Daerah, red), SKPD, Camat, Kepala Desa, MWC-NU, serta perwakilan dari PCNU Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Batang, Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Magelang, Wonosobo, Temanggung, Banjarnegara, Purwokerto, Cilacap, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, serta dari pihak Perum Perhutani sendiri, baik dari Divisi Regional Jawa Tengah maupun KPH Balapulang, Pekalongan Barat, dan Banyumas Barat. Saat ditanya tentang targetnya, Heru menyebut, mereka tidak

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

mengukur tingkat keberhasilan program ini secara kuantitas. Jadi, setelah di pelatihan pendampingan dai kehutanan yang digelar di Tuban terdapat 70 peserta, dan di Tegal ini diikuti 90 peserta, Heru menyebut, para peserta itu selanjutnya diharapkan dapat mengemban amanat dengan baik.

Revitalisasi Hutan Di kesempatan yang sama, Bupati Tegal, Enthus Susmono, menyatakan keprihatinannya karena ada data bahwa Indonesia merupakan negara dengan laju kerusakan hutan tertinggi di dunia. Setiap menit, menurut dia, terdapat hutan seluas hampir lima kali luas lapangan sepak bola yang rusak. Selain itu, Indonesia ini sejak dulu merupakan surga bagi para pencuri kayu. Banyak kasus illegal logging yang tidak selesai. Indonesia juga ia sebut telah kehilangan 75% dari hutan aslinya. “Peran hutan sebagai penjaga keseimbangan fisik, kebutuhan kayu, kebutuhan pangan, air, sumber energi, dan kebutuhan non fisik sebagai tempat rekreasi, penghasil oksigen, kawasan konservasi, dan lain sebagainya. Namun, kenyataannya kemampuan hutan itu dari waktu ke waktu mengalami penurunan,” tutur Enthus. Maka, Enthus menekankan pentingnya merevitalisasi fungsi hutan. Hutan perlu dikembalikan kepada fungsinya sebagai penjaga keseimbangan. Dan hal itu telah dirintis oleh Perhutani. Antara lain dengan salah satu programnya yaitu pengelolaan hutan bersama masyarakat. Sehingga, masyarakat yang biasanya memiliki kecenderungan untuk merusak hutan itu dirangkul Perhutani untuk diajak bersama-sama mengelola hutan. Enthus pun menyebut, pihaknya mendukung upaya Perhutani

“Dai penyuluh kehutanan swadaya masyarakat ini memiliki posisi sentral sebagai pihak yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola hutan dengan baik dan tidak merusak hutan,” ujar Enthus.

untuk bersama-sama masyarakat mengelola hutan, antara lain dengan menggandeng Nahdlatul Ulama. “Dai penyuluh kehutanan swadaya masyarakat ini memiliki posisi sentral sebagai pihak yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola hutan sengan baik dan tidak merusak hutan,” ujarnya. Selanjutnya, Enthus pun menyatakan harapannya agar para dai penyuluh kehutanan itu terus mengajak masyarakat di lingkungannya untuk melestarikan hutan. Karena itu, kecerdasan bagi seorang dai merupakan hal yang penting sekali. Ia pun mengharapkan pihak Perhutani, baik KPH Balapulang, Pekalongan Barat, dan Banyumas Barat, terus memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Tegal, tentang pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat. Dan, ia pun berjanji pihaknya akan memberikan bantuan apapun yang dibutuhkan. Sehingga sinergi yang baik pun akan terwujud. Semoga. • DR

DUTA Rimba 19


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Kadiv PPA Perum Perhutani, Sangudi Muhammad menjadi salah satu narasumber Pelatihan Dai Kehutanan 2015 di Tegal.

20 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Fungsi Religius

Hutan Menurut Alquran Sejatinya, hutan diciptakan Allah SWT sebagai tempat yang memiliki fungsi sangat vital bagi mahluk hidup. Bukan hanya bagi manusia. Sangat banyak ayat di dalam Kitab Suci Alquran yang memuat perihal isi hutan sekaligus mengingatkan manusia tentang kemahakuasaan dan kemahapemurahan Allah SWT.

M

anusia memiliki ketergantungan besar kepada hutan. Bahkan, di dalam riwayat agama-agama besar dunia, hutan – atau lebih khusus lagi – pohon, memiliki aspek penting dalam proses diturunkannya suatu agama. Contohnya, Sang Budha yang mendapat pencerahan ketika beliau sedang bersemedi di bawah pohon Bodhi. Contoh lain, Maryam berada di bawah pohon kurma yang buahnya sudah masak dan ranumranum ketika melahirkan Nabi Isa as. Sehingga, ketika Maryam kehabisan tenaga difirmankan oleh Tuhan agar mengoyang-goyangkan pokok pohon tersebut hingga buahnya berjatuhan dan lalu ia makan untuk

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

mengembalikan tenaga setelah melahirkan Nabi Isa. Alquran sendiri menyatakan bahwa sesungguhnya pepohonan, gunung, dan semuanya adalah hamba Allah yang selalu tunduk dan patuh kepada Allah sepanjang masa tanpa mengenal lelah. “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohonpohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (QS Al Hajj: 18).

Banyak ayat Alquran yang berkenaan dengan fungsi religius hutan, antara lain: “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya)” (QS An Nahl: 1012). “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)” (QS An Nahl: 65). “Dan Apakah mereka tidak

DUTA Rimba 21


memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhtumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman” (QS Asy Syu’araa: 7-8). Jadi, fungsi hutan secara religius adalah sebagai tempat yang sangat nyaman untuk merenung serta memikirkan dan mengingat Tuhan. Ketenangan yang ada itu agar tetap dijaga sehingga manusia tidak termasuk orang-orang yang disindir sebagai orang bodoh karena menyianyiakan anugerah alam. Ada dua macam fungsi hutan secara religius, yaitu sebagai promosi spiritual dan sebagai promosi moral. Ada contoh yang baik sekali telah diceritakan oleh Alquran tentang Nabi Ibrahim AS. Yaitu ketika beliau dibuang ayahnya ke hutan, karena saat itu raja Namrudz yang berkuasa melarang penduduknya memiliki anak laki-laki. Namun justeru di hutanlah beliau mendapat petunjuk tentang siapa Tuhan yang sesungguhnya, sesudah beliau menganalisis bumi dan seisinya. Akhirnya, sesudah berpikir dan merenung, beliau menemukan bahwa hanya sesungguhnya Allah sajalah yang patut disembah. Berbagai keindahan, keagungan, dan manfaat hutan serta keanekaragaman hayati di dalamnya sebagaimana diuraikan Alquran, berimplikasi spiritual pada kedekatan manusia dengan Tuhan. Jika manusia mampu menangkap makna yang paling dalam dari hutan sebagai ciptaan Tuhan, akan muncul semacam kesadaran betapa kecil dan tidak berdayanya manusia di hadapan kekuasaan dan keagungan Tuhan. Jika kesadaran ini selalu diasah akan dapat melahirkan sikap rendah hati dalam diri manusia. Dari sini, diharapkan lahir sikap moral

22 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Pelatihan Pendampingan Dai Kehutanan di Tegal.

untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan alam lainnya, dan jauh dari sifat merusak.

Fungsi Ekonomi Hutan Di dalam ajaran Islam, prinsip ekonomi yang berulang-ulang ditekankan Alquran adalah alat produksi dan sumber daya alamiah. Keduanya diciptakan Allah sebagai pendukung kehidupan manusia. “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS Al Baqarah: 2). “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungaisungai” (QS Ibrahim: 32). “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,

sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (QS An Nahl: 10-11) Berdasarkan pernyataan tersebut, Alquran meletakkan prinsip dasar bahwa seseorang diperintahkan untuk memanfaatkan hasil bumi secara layak, tetapi tidak berhak secara bebas mengambil dan mengeksploitasi sumber daya alam sekehendaknya. Prinsip ini setara dengan larangan Tuhan bagi manusia untuk tidak seenaknya menentukan garis pemisah antara yang hak dan bathil. Bahkan, Allah menghukum kaum Madyan (suku bangsa Arab kuno, red) karena penduduknya mengklaim hak untuk menggunakan kekayaan alam tanpa batas. Sebagai anugerah-Nya, Allah SWT telah menciptakan alam dengan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

Dai peserta pelatihan terlihat serius menyimak materi yang disampaikan.

segala macam isinya untuk manusia manfaatkan. Dari hasil ciptaan-Nya itu, manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Hutan merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang berfungsi sebagai kekuatan ekonomi bagi manusia. Macam-macam kekayaan hutan dapat diperoleh dan dikelola, mulai buah-buahan, kayu-kayuan, akar-akaran, umbi-umbian, maupun binatang buruan. Maka, bagi sebagian masyarakat, hutan merupakan harapan dan lapangan kerja. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan telah lama mengenal dan memanfaatkan hutan sebagai lahan kerja. Di era modern, kemajuan zaman yang ditandai meningkatnya teknologi kian mempertegas fungsi hutan. Kayu olahan tidak hanya untuk keperluan rumah tangga dan perabotan. Tetapi banyak peralatan yang dihasilkan oleh teknologi modern membutuhkan kayu sebagai bahan baku, antara lain kertas. Maka, sistem kehidupan modern yang menitikberatkan pada keseimbangan antar komponen, turut menambah fungsi hutan.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Selain kayu, hutan menghasilkan buah-buahan, tanam-tanaman, akar-akaran, madu, hewan, dan sebagainya. Mengingat luasnya hutan dan aneka ragam jenis tumbuhtumbuhan di atasnya, buah adalah produk penting bagi masyarakat disekitar hutan yang memanfaatkan hutan secara tradisional. Di dalam Alquran, banyak sekali ayat yang menyebutkan bahwa buah-buahan merupakan hasil alam yang dianugerahkan untuk manusia. Misalnya, ayat 22 dalam Surat Al Baqarah. “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui” (QS Al Baqarah: 22). Di dalam Surat An Nahl, Alquran menerangkan fungsi pohon bagi lebah, proses terjadinya madu, dan fungsi madu bagi kesehatan manusia. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada

lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS An Nahl: 6869). Selain anjuran yang sangat simpatik untuk mengonsumsi madu, ayat tersebut juga mengisyaratkan teknologi yang sangat maju. Sebab, untuk mendapatkan madu, para pencari madu harus menelusuri hutan, bahkan terkadang sampai bermalam. Kegiatan semacam ini sama sekali tidak merusak hutan, kecuali dari api unggun yang mereka buat untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya malam. Namun, jika dihitung secara seksama, kerusakan hutan akibat pencarian madu tidaklah berarti. Selain menyatakan secara tegas, semisal tentang lebah tersebut, Alquran juga menyiratkan alat-alat yang diciptakan manusia yang bahan bakunya dihasilkan oleh hutan. Ketika menyebut pakaian yang dikenakan manusia, Alquran ingin mengajak kita memahami dan merenungkan bahan baku pakaian, khususnya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan semisal kapas dan sutera. Juga ketika Alquran menyebut kapal-kapal laut, sudah tentu sebagian besar bahan dasarnya bersumber dari hasil hutan. “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. Yang demikian itu

DUTA Rimba 23


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Kadiv PPA Perum Perhutani, Sangudi Muhammad ketika menyampaikan materi ketika menjadi narasumber Pelatihan Dai Kehutanan 2015 di Tegal.

adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan mereka selalu ingat” (QS Al A’raaf: 26). “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan Mudahmudahan kamu bersyukur” (QS Al Jaatsiyah: 12).

Fungsi Ekologis Hutan Fungsi hutan yang sangat penting bagi kehidupan manusia tetapi kurang disadari adalah fungsi ekologi. Hutan adalah bagian-bagian ekosistem yang merupakan suatu jaringan yang masing-masing tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seluruh bagian tersebut merupakan satu mata rantai yang saling tergantung dan membutuhkan. Maka, fungsi ekologi hutan memiliki arti bahwa hutan berfungsi untuk menyeimbangkan siklus kehidupan yang ada di bumi agar tidak mengalami kerusakan secara cepat. Manusia, tumbuh-tumbuhan, dan

24 DUTA Rimba

binatang adalah anggota dari suatu ekologi yang merupakan bagian dari ekosistem. Maka, hutan dalam hal ini berfungsi menjaga alam agar tetap hijau dan segar, memelihara keanekaragaman hayati yang ada, juga menjaga stabilitas sistem dari penyakit dan perkembangbiakan serangga dalam perubahan cuaca. Di dalam hutan tidak hanya ada sejumlah pohon yang tegak berdiri, tetapi juga terdapat tanah yang subur, udara, air, bahan-bahan pengatur iklim dan pertumbuhan (climate materials), bakteri, virus, jamur, rerumputan, semak-semak, tumbuhan, serangga, reptilian, binatang ampibi, burung-burung, dan binatang menyusui. Hutan dengan segala isinya merupakan tempat yang sengaja diciptakan Allah untuk tumbuhnya berbagai jenis spesies tetumbuhan dan berbagai jenis satwa. “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami

tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatangbinatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tandatanda kekuasaan Allah bagi orangorang yang berakal” (QS Thaahaa: 53-54). Islam mengajarkan manusia agar selalu sadar lingkungan. Artinya, manusia harus selalu dapat membaca dan mempelajari alam sekitar agar mampu mengolah dan memanfaatkannya dengan baik. “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Fungsi ekologi hutan sudah disebut dalam Alquran, bahwa ketika hutan rusak, manusia membuat celaka bagi dirinya sendiri. Maka, konservasi energi yang dilakukan hutan untuk manusia sebetulnya sangat besar, di antaranya adalah hutan menjaga agar udara tetap segar.

akal (QS Az Zummar: 21). “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS Al Mulk: 15). Fungsi hutan sebagai konservasi pengadaan air juga sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia sangat tergantung kepada hutan sebagai salah satu mata rantai ekosistem. Artinya, ketika air laut menguap akibat panas sinar matahari, maka air yang berbentuk uap tersebut mengalir ke arah yang lebih dingin. Tempat yang lebih dingin sebagian besar terletak di wilayah pegunungan yang masih memiliki hutan. Jika tidak ada pohon pelindung di hutan, uap air yang turun berbentuk air hujan akan menghanyutkan humus atau bagian atas tanah yang sangat subur dengan deras, sehingga terjadilah erosi. Jika hutan sudah tidak ada, maka akan dapat dibayangkan betapa gersangnya bumi ini. Manusia tidak lagi dapat merasakan betapa damai bumi ini. Kesejukan yang ditebarkan oleh hutan tidak ada lagi.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Ketika semua lenyap, keseimbangan di bumi terancam. Tentang konservasi, Allah mengungkapkan dalam firman-Nya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya” (QS Al Hijr: 22). Di era globalisasi ini manusia sebetulnya semakin membutuhkan alam sebagai penyokong kehidupan. Fungsi ekologi hutan sudah disebut dalam Alquran, bahwa ketika hutan rusak, manusia membuat celaka bagi dirinya sendiri. Maka, konservasi energi yang dilakukan hutan untuk manusia sebetulnya sangat besar, di antaranya adalah hutan menjaga agar udara tetap segar. Sebab, betapa dahsyat akibat dari perbuatan manusia yang tanpa perhitungan. Hal itu sesungguhnya telah digambarkan Alquran. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum : 41). Dari uraian tersebut dapat digarisbawahi, hutan sebagai salah satu mata rantai ekosistem secara ekologi memiliki makna yang sangat penting bagi manusia. Sehingga, upaya melestarikan hutan beserta isinya, baik tumbuh-tumbuhan maupun satwa dan jasad renik lainnya, merupakan kewajiban manusia, agar kelestarian kehidupan dan ekosistem tetap berjalan. Jika tidak, bencana akan mengancam manusia.

Jangan Rusak Hutan Banyak ayat yang menyebut tentang pentingnya hutan dan kelestariannya. Bukan hanya di dalam Alquran. Kitab suci agama

lain juga menyatakan hal yang sama. Maka, upaya memelihara dan memakmurkan alam harus terus dilakukan. Hal itu bertujuan untuk melestarikan daya dukung lingkungan, sehingga dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walau lingkungan berubah, kita harus selalu mengusahakan agar tetap berada di kondisi yang mampu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang semakin baik. Tujuan tersebut dapat dicapai jika manusia tak membuat kerusakan di bumi. “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik” (QS Al A’raf: 56). Terkait pemeliharaan lingkungan, Rasulullah Muhammad SAW pun mengajarkan beberapa hal, di antaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya. Hal itu terungkap dalam beberapa hadits yang antara lain adalah: “Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka” (HR Abu Daud). “Barangsiapa di antara orang Islam yang menanam tanaman, maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat” (HR Muslim). • DR

DUTA Rimba 25


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Pimpinan Pondok Pesantren Ta’alamul Huda, Saeful Rahman.

Sejumlah 90 dai yang hadir sebagai peserta Pelatihan dan Pendampingan Dai Penyuluh Kehutanan di Hotel Bahari Inn, Tegal, menyatakan senang diikutsertakan dalam program tersebut. Mereka merasa ikut memiliki hutan dan merasa bertanggungjawab untuk ikut menjaganya. Dan peran mereka untuk ikut menjaga adalah dengan mengajak masyarakat menjaga hutan dalam setiap aktivitas dakwah.

26 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Apa

yang Didapat

Dai W

ajah Muhammad Suja’i terlihat sumringah saat ditemui di tengah suasana rehat di tengah Pelatihan Pendampingan Dai Penyuluh Kehutanan. Ia baru saja keluar dari ruang pelatihan di Hotel Bahari Inn, Tegal, saat pelatihan memasuki masa istirahat untuk coffee break. Pria paruh baya yang sehari-hari menjabat sebagai Wakil Ketua PCNU Kabupaten Kebumen, yang membidangi Pertanian dan Kesehatan itu menyebut, materimateri yang disampaikan dalam

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

pelatihan dan pendampingan dai penyuluh kehutanan itu sesuai dengan harapan. Artinya, materi tersebut dapat menjawab persoalan yang selama ini kerap ia hadapi sebagai dai yang memiliki wilayah binaan di sekitar hutan. Lelaki yang akrab disapa Pak Jangi itu pun menyatakan, sesungguhnya pola pengelolaan hutan yang selama ini sudah dijalankan Perum Perhutani yaitu lewat pola Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sudah bagus. Tetapi, ia berharap benar-benar diberikan penegasan kepada masyarakat bahwa Perhutani

melakukan kerja sama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan itu betul-betul memang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat itu sendiri. Sebab, selama ini masyarakat yang tinggal di sekitar hutan belum paham akan hal itu. “Masyarakat desa di sekitar hutan selama ini belum paham bahwa tujuan pengelolaan hutan bersama masyarakat yang dilakukan Perhutani itu bertujuan untuk menyejahterakan mereka. Ini mungkin karena selama ini masyarakat memiliki persepsi buruk karena diberikan contoh yang kurang baik oleh berbagai pihak. Berbagai pihak

DUTA Rimba 27


ini bisa dikatakan sebagai oknum baik dari dalam Perhutani sendiri maupun dari masyarakat sekitar serta dari aparat. Banyak oknum yang justeru memanfaatkan hutan untuk kepentingan sendiri dan itu merupakan contoh yang kurang baik. Sebetulnya PHBM itu sudah bagus. Tinggal bagaimana menegaskan pemahaman itu kepada masyarakat,” urai Pak Jangi. Pak Jangi pun menyoroti pentingnya menjalankan pola manajemen yang baik pada pengelolaan program PHBM. Manajemen yang baik akan menimbulkan pengelolaan yang baik pula. Sehingga, masyarakat pun akan betul-betul tercerahkan bahwa pengelolaan hutan bersama masyarakat itu bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan itu sendiri. “Jika manajerial dan pola manajemennya baik, didukung personel yang mampu bekerja dengan baik, semuanya akan berjalan baik. Selama ini, seringkali hanya dijalankan oleh satu orang saja, yaitu ketuanya. Akhirnya, semua dana dikelola sendiri oleh satu orang itu,” ujarnya. Menyikapi hal itu, Pak Jangi menyatakan dirinya berbahagia dengan adanya program pelibatan dai sebagai penyuluh kehutanan. Menurut dia, warga NU akan menerima penjelasan dan sosialisasi yang dilakukan oleh ulama NU itu sendiri. Sehingga, ia optimis penyuluhan tentang pentingnya menjaga dan mengelola hutan dengan baik kepada masyarakat dengan melibatkan ulama NU itu akan berhasil. “Kalau komitmen ini dilanjutkan dengan baik, dan konsisten dilakukan, saya yakin akan berhasil. Paling tidak, akan bisa menambah keluasan wilayah konservasi,” tegasnya.

28 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah & Foto: Tim DR

rimbaUTAMA

Wakil Ketua PCNU Kabupaten Kebumen bidang Pertanian dan Kesehatan, Muhammad Suja’i

Mengubah Kultur Pak Jangi juga mengkritisi kecenderungan ulama yang selama ini sering bersikap feodal. Mereka kerap ingin disambangi dan tidak secara aktif turun ke lapangan. Sehingga, ketika diminta untuk turun langsung dan masuk ke hutan untuk memberikan penyuluhan, mereka sering merasa malas. Kultur seperti inilah yang harus diubah. Bahwa para dai perlu turun langsung dan masuk ke tengah masyarakat di sekitar hutan untuk memberikan pencerahan tentang pengelolaan hutan yang baik. Tetapi, dengan penerapan model pelatihan dan pendampingan seperti yang kini dilakukan Perhutani dan LPPNU, yang akan dilakukan secara intensif dan terus menerus secara berkesinambungan, ia yakin hasil akan mencapai hal yang baik. Ia pun

mencontohkan keberhasilan pola tersebut yang telah ia coba terapkan di Kebumen selama empat tahun terakhir. Di wilayahnya itu, Pak Jangi menyatakan, pihaknya melakukan pola tersebut untuk pengembangan jabon dan hasilnya bagus bahkan kini telah dapat dipanen. “Saya membuktikan. Jadi tidak hanya ngomong. Sekarang kondisinya sudah baik, meskipun mungkin dari segi ekonomi belum menghasilkan apapun, tetapi paling tidak arahnya sudah terlihat,” tegasnya. Pak Jangi menyatakan, langkah Perhutani menggandeng Nahdlatul Ulama dalam pengelolaan hutan ini sangat positif. Tetapi hal itu harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten. Dan juga harus diperjelas apa yang akan didapat dai jika melakukan penyuluhan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


itu. Dai penyuluh kehutanan itu nanti menurut Pak Jangi akan berperanserta aktif dalam mendidik dan mengedukasi masyarakat desa hutan tentang pelestarian hutan. Ia pun tak mempersoalkan jika hal itu termasuk ke hal-hal yang lebih teknis, asalkan ada komitmen yang jelas. “Nyuwun sewo (mohon maaf, red) paling tidak kepada para dai diberikan honor,” ujarnya sembari tertawa. Tetapi Pak Jangi buru-buru menyanggah. Ia menegaskan, pernyataannya itu ditujukan untuk orang lain. Bukan untuk dirinya pribadi. Ia menyebut, kalau untuk dirinya sendiri tidak perlu diberikan honor pun ia sudah senang. Tetapi bagi orang lain yang melakukan tugas penyuluhan kehutanan itu perlu dipertegas, dai mendapatkan apa. Maksudnya honornya perlu diberikan sesuai kesepakatan. Berapa pun nilainya, bahkan jika hanya dibekali beberapa puluh ribu rupiah pun tak masalah, asalkan memang jelas komitmennya. Hal itu terkait dengan kultur ulama yang kerap ingin disambangi dan tidak secara aktif turun ke lapangan. Jadi, ia menyebut, jika diperjelas dai dapat apa, hal itu akan menambah motivasi tersendiri. Namun, ia menegaskan, kesepakatan itu – termasuk nominalnya – haruslah menjadi bagian dari kesepakatan dengan PBNU, bukan dengan perseorangan dai. Pak Jangi pun menyambut baik ketika dikatakan bahwa di dalam MoU Perhutani dengan PBNU sudah ada ketentuan tentang hal-hal yang akan didapat dai penyuluh kehutanan tersebut. Ia pun tersenyum ketika dikatakan bahwa dai-dai tersebut antara lain bisa mendapatkan akses lahan hutan, namun statusnya bukan kepemilikan, melainkan hanya hak pengelolaan saja. Maka, ia pun menyatakan kesiapan dai

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

menjalankan peran sebagai penyuluh kehutanan kepada masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan. “Saya yakin, dai yang sudah siap untuk menjalankan peran sebagai penyuluh kehutanan itu ya dai-dai NU. Sampai ke pelosok-pelosok desa, dai-dai NU ada dan siap untuk menjalankan hal itu. Dan komitmen NU sendiri terhadap hal itu sangat besar,” tuturnya.

Akurasinya Lebih Baik Sementara itu, Sajidin, peserta Pelatihan dan Pendampingan Dai Penyuluhan Kehutanan dari Cilacap, menyatakan, para dai pasti akan bisa berperan aktif dalam membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kehutanan. Pria yang aktif di LPPNU Kabupaten Cilacap itu menyatakan, jika nantinya kepada dai diberikan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah kehutanan, mereka akan bisa ikut melestarikan atau melindungi hutan. Sebab, keberadaan dai sendiri sebagai tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarakat desa hutan. “Jadi, dengan pelibatan dai sebagai penyuluh kehutanan, saya yakin akurasinya akan lebih baik,” ucapnya. Menurut Sajidin, perilaku perusakan hutan di daerah-daerah umumnya dipicu karena desakan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan secara ekonomi berada di kondisi kekurangan, lalu memanfaatkan hasil hutan untuk dijual demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan mereka tidak memahami bahwa apa yang mereka lakukan itu illegal. Pemahaman itulah yang perlu diberikan. “Pendekatan sosial dengan melibatkan dai yang merupakan tokoh masyarakat akan membuat penyuluhan tentang pentingnya menjaga hutan itu lebih efektif,” katanya.

Menurut Sajidin, saat ini dai penyuluh kehutanan memang masih merupakan embrio. Tetapi secara historikal hal itu dapat disimpulkan, bahwa di mana masyarakat dekat dengan ulama, mereka akan mendengar apa kata ulama itu.

Menurut Sajidin, saat ini dai penyuluh kehutanan memang masih merupakan embrio. Tetapi secara historikal hal itu dapat disimpulkan, bahwa di mana masyarakat dekat dengan ulama, mereka akan mendengar apa kata ulama itu. Sehingga, ketika ulama itu bicara tentang pelestarian hutan, masyarakat pun akan mendengar dan mematuhinya. Apalagi, nanti para dai yang telah dibekali materimateri pelatihan dan pendampingan itu akan dapat berbicara tentang hutan serta apa yang dikandung di dalamnya. Pada akhirnya, mereka akan lebih luas memaknai hutan. “Dai akan lebih komprehensif melakukan pendekatan kepada masyarakat. Jadi, jika kepada dai telah diberikan bekal tentang pelestarian hutan, hasilnya akan lebih efektif,” kata Sajidin. Demikian harapan yang terucap. Demikian pula hal yang ingin diwujudkan. Selanjutnya adalah menunggu implementasinya di lapangan. Semoga hasil baik pun akan tercapai. • DR

DUTA Rimba 29


Dok. Kom PHT®2014 | Reporter : SOE, Fotografer: RUD.

rimbakhusus

Tumpukan Kayu di IPKJ Gresik

30 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Kunjungan Kerja Menteri BUMN

Industri Kayu

Pencetak Dolar Masa Depan

I

barat roda terus berputar. Untuk menciptakan nilai tambah, Perum Perhutani terus menggenjot industri kayu. Perusahaan yang memiliki bahan baku yang cukup melimpah, tentu harus bisa memanfaatkan hasil kayu yang mereka miliki untuk menjadi produk jadi maupun setengah jadi agar bisa menciptakan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Melimpahnya bahan baku kayu milik BUMN di bidang kehutanan ini tentu tidak lapas dari konfigurasi hutan yang mereka miliki. Dari jumlah hutan yang tersebar di Jawa sebesar 2,5 juta hektare, Perhutani memiliki hutan produksi sebesar 1,8 juta hektare (73,88%). Sementara hutang lindung sebesar 0,64 juta hektare (26,12). Hutan produksi Perhutani berlokasi di Jawa Tengah seluas 546.290 ha, Jawa Timur 809.959 ha, Jawa Barat 349.649 ha, dan Banten 61.406 ha. Realisasi tebangan Perhutani sekitar 800.000 m3/tahun. Ini campuran kayu Jati, Sengon, Mahoni, dan Sonokeling. Hutan jati milik Perhutani seluas 1,21 juta ha diestimasi menghasilkan 417.021 m3 kayu jati/ tahun. Sebanyak

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Hilirisasi Perum Perhutani mulai menyedot perhatian banyak pihak. Termasuk di industri kayu. Untuk melihat sejauh mana industri kayu Perum Perhutani bisa dikembangkan, Menteri Negara BUMN RI, Rini Soemarno secara khusus melakukan kunjungan kerja ke KBM Industri Kayu di Gresik, Jawa Timur pada 21 Mei 2015. Rini secara serius menyaksikan kesiapan Perhutani dalam memproduksi produk baru industri kayu barecore yang bahan bakunya berasal dari kayu Akasia Mangium yang banyak ditanam di sekitar hutan Jawa Timur. Dari kunjungan ini Rini menunjukkan optimismenya dengan meminta Perhutani mampu meningkatkan produksi kayu agar bisa menyumbang pendapatan perusahaan secara signifikan. 81% atau 339.521 m3 kayu dipasarkan dalam bentuk kayu bulat di pasar domestik dan dipasok ke industri sebanyak 19% atau 77.500 m3. Adapun, hutan rimba seluas 1,31 juta ha diestimasi menghasilkan 343.195 m3 kayu/tahun. Realisasi tebangan mayoritas dipasarkan dalam bentuk log 324.395 m3 atau 95% dan hanya 5% atau 18.800 m3

yang diolah. Perhutani, memiliki empat pabrik pengolahan kayu di Jawa Timur, yakni di Cepu, Brumbung, Gresik, dan pabrik kayu lapis (plywood) sengon di Kediri. Kapasitas produksi empat pabrik pengolahan tersebut mencapai 125.000 m3/tahun mencakup produk kayu gergajian, furnitur taman, komponen rumah

DUTA Rimba 31


tangga, veneer, lamela, parket, dan flooring. Melihat potensi semacam itu, tak berlebihan bila Perum Perhutani kini juga getol untuk menggenjot industri kayu. Kayu yang dihasilkan oleh Perhutani, harus diolah dulu agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tidak saja dalam menghasilkan keuntungan, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja maupun unggulan komperatif bagi perusahaan agar ke depan berpeluang menjadi perusahaan di bidang kehutanan ber kelas dunia (The World Class Company) Tak berlebihan bila, Menteri Negara BUMN Rini M Soemarno, ketika melakukan kunjungan ke Industri Kayu Perhutani di Gresik begitu bersemangat menyaksikan para pekerja untuk menghasilklan produk-produk kayu berkelas tinggi. “Saya melihat, Perhutani memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk untuk flooring dan olahan kayu lainnya. Saya minta ini ditingkatkan.” Mustoha iskandar, Direktur Perum Perhutani yang mendampingi Rini dalam kunjungan ke Industri Gresik, menyatakan siap untuk melaksanakan intruksi Menteri BUMN. “Kami memanfaatkan ketersediaan bahan baku yang melimpah. Kami siap.” Ujarnya Rini yang memiliki pengalaman menjadi eksekutif di industri mobil, memang mempunyai kesan tersendiri dengan industri kayu yang dimiliki oleh Perhutani. Industri milik BUMN ini terus melakukan inovasi untuk bisa menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. Rini misalnya menyaksikan sendiri bagaimana produk Barecore di proses di Pabrik Gresik. Produk baru ini ke depan diharapkan bisa menjadi andalan ekspor dan menangguk dolar. Produk barecore ini merupakan hasil dari teknologi pengolahan

32 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar Bersama Menneg BUMN, Rini Soemarno saat Meninjau Industri Kayu di IPKJ Gresik.

Potret Industri Kayu Perhutani Potret Industri Kayu I Sub Brumbung •

PGM dibangun 1953 - Kapasitas Mesin : 20.000 m3 - Kapasitas Riil : 9.000 m3

Moulding dibangun 1980 Kapasitas Mesin : 2.100 m3 264 FCL

Karyawan/Tenaga Kerja Pegawai/pekerja : 116 org Tenaga borong : 150 org ______________________ Jumlah

: 266 org

Negara Tujuan Ekspor - Belgia - Singapura - Eropa - Taiwan - Malaysia - China - Hongkong - Amerika

Karyawan/Tenaga Kerja Pegawai/Pekerja : 244 org Tenaga Borong : 300 org ______________________

Produk : - Kayu Gergajian - FJL - Housing Component - Furniture - Finish Flooring

Potret Industri Kayu I Sub Cepu •

PGM Dibangun 1955 - Kapasitas mesin : 37.999 m3 - Kapasitas riil : 18.000 m3

Moulding dibangun 1983 - Kapasitas mesin : 2.700 m3 337 FCL

Produk : - Gardent Furniture - Housing Component - Veneer - Lamela - RST

kayu, yang memungkinkan untuk memproses gelondongan kayu dengan diameter kecil yang berdiameter 10 s/d 15 Cm. Untuk memproduksi barecore ini bisa menggunakan kayu sengon yang kini tak hanya dibudidayakan oleh Perhutani tetapi juga oleh penduduk di Pulau Jawa. Sebelum pabriknya

Jumlah •

: 544 org

Negara Tujuan Ekspor - Korea - Eropa - Taiwan - China

selesai di bangun di Kediri, produk tersebut mulai diproduksi di Industri Gresik. Rini yang melihat langsung pengerjaan produk Barecore secara intensif berdialog dengan para pekerja di Gresik. Memang industri kayu Perum Perhutani masih dalam proses pertumbuhan. Industri kayu di

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Potret Industri Kayu II Sub Gresik • •

PGM dibangun tahun 1955 Kapasitas PGM - Saradan : 6.250 m3 - Jatirogo : 12.100 m3 - Gresik : 4.000 m3 Produk : - Decking - Flooring - Lamela - Gardent Furniture - Parquet Block - Veneer Sayat

Karyawan/Tenaga Kerja : Pegawai/Pekerja : 265 org Tenaga Borong : 98 org ______________________ Jumlah : 963 org

• - - - -

Negara Tujuan Ekspor Korea Eropa Taiwan China

Potret Industri Kayu II Sub PPI (Perhutani Plywood Industry) INVESTASI (selesai dibangun 2013) Total Nilai Investasi : Rp 47,40 Miliar • IRR : 32,42% • NPV : 21,58 M • BCR : 1.80 • Pay Back Periode : 4 tahun 7 bulan KAPASITAS PROYEK Input (bahan baku) : 48.000 M3 Log/tahun Output (Playwood) : 24.000 M3/tahun. ORIENTASI PASAR Dalam negeri : 40%, Luar negeri 60% (Jepang, China, Timur Tengah, Australia). TENAGA KERJA 628 orang: terdiri pegawai : 19 orang, Tenaga Borong : 590 orang BAHAN BAKU • Total luas hutan sengon KPH Kediri 9.000 Ha, luas efektif 4.148 Ha, dengan daur 8 tahun. • Sumber bahan baku bertumpu pada : Hutan Perum Perhutani 90% dan hutan rakyat 10% • Rencana produksi/tebangan sengon tahun 2013-2017

Brumbung, Cepu, dan Gresik dibangun pada tahun 1953 s/d 1955. Sudah cukup tua. Namun untuk meningkatkan kapasitas, di Brumbung pada tahun 1980 dibangun Moulding dengan kapasitas mesin 2.100 m3 dan Di Cepu pada tahun 1983 dengan kapasitas 2.700 m3. Untuk mengelola industri kayu di Brumbung, Cepu dan Gresik ini Perhutani memperkerjakan karyawan tetap dan karyawan borongan. Seperti di Brumbung memperkerjakan 266 pekerja, terdiri dari pegawai 116 orang dan tenaga borong sebanyak 250 orang. Begitu juga di Cepu mepekerjakan 544

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

orang dengan pegawai 244 orang dan tenaga borong 300 orang. Sementara di Gresik mempekerjakan 363 karyawan dengan pegawai 265 orang dan tenaga borong 98 orang. Sesungguhnya kapasitas mesin industri di Cepu itu 37.000 m3, tetapi kapasitas riilnya hanya 18.000 m3. Sementara di Brumhung yang kapasitasnya 20.000 m3, kapasitas riilnya hanya 9.000. Tidak maksimalnya kapasistas industri tersebut, bukan karena tiadanya bahan baku, tetapi karena banyak peralatan yang dimiliki industri tersebut sudah banyak yang telah tua. Tak berlebihan bila kemudian BHUMN ini juga merencanakan untuk

melakukan restrukturisasi industri kayu, dengan mengganti mesimmesin yang lebih baru dan dinamis. Dalam rangka hilirisasi Perum Perhutani bertekad untuk terus mempertahankan industri kayu yang ada dan membangun industri kayu yang baru. Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Adi Pradana, menjelaskan pihaknya akan memperbesar volume produksi, dengan menambah pabrik olahan kayu baru, yaitu di Jawa Timur bagian timur dan di Jawa Tengah. “Membangun pabrik baru di Jawa Timur bagian timur akan lebih efektif dalam mengolah kayu di lahan kami di wilayah timur, mereduksi biaya transportasi,” kata Adi. Upaya semacam itu telah dilakukan Perhutani dengan membangun Perhutani Polywood Industri (PPI) di Gresik pada tahun 2013. Pabrik baru itu dibangun dengan investasi Rp 47,40 Miliar, dengan kapasitas pabrik, input bahan baku 48.000 m3 log per tahun dan out put 24.0000 M3 per tahun. Pabrik dengan jumlah pekerja 628 orang volumenya terus meningkat. Bila pada tahun 2013 produksinya 65.749,2 M3 pada 2014 menjadi 82.823,0 M3. Kehadiran PPI ini cukup signifikan untuk menggenjot pendapatan industri kayu. Bila pada tahun 2013 pendapatan dari industri kayu olahan sebesar Rp 3.22.060 miliar, pada tahun 2014 meningkst lebih dari 25% menjadi sebesar Rp 404 miliar. Karena itu tak terlalu berlebihan bila industri kayu ini terus digenjot, bisa menjadi sumber dolar baru Perhutani. Produk kayu olahan Perhutani kini telah menembus sejumlah negara seperti; Belgia, Singapura, Eropa, Taiwan, Malaysia, Korea, China, Hongkong dan Amerika. Karena itu jangan lewatkan momentum ini, genjot terus industri kayu. • DR

DUTA Rimba 33


rimbakhusus

Bisa Jadi Pehutani

Pemain Utama Perum Perhutani memang baru saja memproduksi Barecore, kayu olahan yang kini banyak dibutuhkan negara importir utama. Pasar barecore ini masih sangat terbuka, dan Perhutani berpeluang menjadi pemain utama, karena memiliki bahan baku, kayu sengon yang diproduksi melalui hutannya sendiri. Barecore bisa menjadi sumber untuk menangguk dolar dar bisnis kayu olahan.

I

novasi terus dilakukan untuk menghasilkan produk kayu olahan yang dibutuhkan oleh pasar. Sekalipun perekonomian dunia masih tumbuh sekitar 3%, inovasi ini menjadi kata kunci bagi Perum Perhutani untuk menangguk keuntungan pada saat perekonomian dunia kembali pulih dan lari kencang. Inovasi produk pada industri kayu terus digenjot. Inovasi yang cukup baru bagi

34 DUTA Rimba

industri kayu Perhutani adalah untuk memproduksi barecore, kayu olahan dari potongan kayu berbentuk papan sebagai bahan untuk pembuatan furniture. “Ya saya sudah wujudkan, pabriknya sudah mulai produksi,” tegas Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani. Bahkan pabrik yang memproduksi Becore milik Perhutani ini juga sudah dikunjungi langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno,

pertengahan April 2015. Rini melihat langsung proses pembuatan Becore, mulai dari pemotongan panjang Balken (RST), pengerjaan di double planner, multiripsaw, sortir stik, push cross cut, conveyor penyusunan, corr cut format panjang, pengeleman, composser & Press, finish Barecore, Double Cutting finishing, pengemasan dan produk siap kirim dan ekspor. Memang cukup panjang proses

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

MENEG BUMN RI, Rini Soemarno ketika mengunjungi KBM Industri Kayu Gresik.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 35


produksi barecore. Namun yang cukup menjanjikan dari teknologi pengolahan kayu dewasa ini memungkinkan untuk memproses gelondongan kayu dengan diameter kecil, karena untuk produk barecore dapat memanfaatkan kayu dengan diameter 10 Cm-15 Cm. Untuk memproduksi barecore ini, Perhutani memanfaatkan kayu sengon yang dikembangkan dalam 7 tahun terakhir ini di hutannya. Tanaman sengon itu dikembangkan bersama dengan masyarakat sekitar Hutan. Di hutan-hutan Perhutani yang ada di sekitar Kediri, Bondowoso dan wilayah Jawa Timur lainnya, banyak ditanam sengon, hingga menjadi bahan baku pembuatan barecore. Rini Soemarno yang melihat langsung produksi Barecore, tampak optimis. Bahkan secara terbuka di hadapan wartawan agar Perhutani terus meningkatkan kinerjanya di sektor industri kayu. “Saya melihat, Perhutani memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk untuk flooring dan olahan kayu lainnya. Saya minta ini ditingkatkan.” Perhutani memang menghasilkan puluhan produk kayu olahan yang dihasilkan oleh industri Kayu yang ada di Gresik, Brumbung, Cepu dan Kediri . Mulai dari furnitures, plywood, flooring, veneer, finger joint laminating, lamela dan lain sebagainya, mampu dihasilkan oleh BUMN ini. Namun Barecore, merupakan produk baru yang diharapkan akan bisa menggenjot pendapatan perusahaan dari kayu olahan. Harapan semacam itu tentu didasarkan perkembangan pasart barecore kini tengah menanjak khususnya di China dan Taiwan. Indonesia tentu menjadi andalan utama untuk mengekspor barecore. Pada 2015 ini diproyeksikan ekspor barecore mencapa US$ 500 juta (Rp 6,5 triliun), naik signifikan bila

36 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menjelaskan kepada MENEG BUMN RI, Rini Soemarno tentang industri kayu Perum Perhutani di KBM Industri kayu Gresik.

Perhitungan Kebutuhan Sengon Kapasitas Produksi/Bulan

600 M3 out put

Kapasitas Pabrik/Tahun

7200M3 out put

Rendemen RST Ke Finish Product

45%

Kebutuhan RST/Tahun

1600 m3

Rendemen Log RST

70%

Kebutuhan BBI Sengon/Tahun

22857 m3

Rendemen Akhir Log Ke Finish Product

31,5%

dibanding tahun 2014 sebesar US$ 450 juta. “Tahun ini ditargetkan bisa naik menjadi 500 juta dolar AS dengan tujuan utama Tiongkok dan Taiwan,” kata Hari Mulyono, Ketua Umum Indonesia Barecore Association (IbcA) Menurut Hari pasar Barecore masih sangat terbuka lebar dan Indonesia menguasai pasar negara tujuan ekspor tersebut sebesar 90% dari kebutuhan antara 4.000-5000 kontainer per bulan.

Memang persaingan untuk mengekspor barecore cukup tajam, mengingat pelaku di bidang ini sekitar 150 perusahaan yang berpusat di Pulau Jawa. Tapi Perhutani tentu memiliki keunggulan, bahan baku barcore, yang dihasilkan oleh hutannya sendiri. Kelebihan ini selain akan bisa menjadi daya saing Perhutani pada sisi lain membuat harga barecore produksi Perhutani bisa lebih kompetitif. • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 37


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

rimbakhusus

Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar, menjelaskan proses produksi Indukstri Kayu kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno.

38 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Butuh Terobosan

Revitalisasi

Industri Kayu I ndustri perkayuan sesungguhnya merupakan penerapan teknologi kayu pada sekala ekonomi untuk meningkatkan produktivitas hasil secara efisien. Sekalipun demikian perkembangan teknologi industri perkayunan dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan kontribusi naiknya efisiensi dan desain peralatan/ mesin yang ergonomis sehingga mampu memberikan nilai tambah dan keuntungan yang berlipat bagi perusahaan/industri pengelolaan kayu Hal semacan itu juga dirasakan oleh perum Perhutani, yang memiliki industri kayu baik di Cepu, Brumbung, Gresik dan kediri. Dalam memberikan nilai tambah dalam dua tahun terakhir ini cukup signifikan. Bila pada tahun 2013 penjualan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Untuk menggenjot industri kayu, Perhutani terus melakukan berbagai terobosan. Tak hanya merevitalisasi industri kayu yang ada agar lebih produktif. BUMN ini juga masih ingin membangun pabrik-pabrik baru, agar bisa mengolah bahan baku kayu yang jumlahnya melimpah.

kayu olahan baru Rp 322.060 miliar, pada tahun 2014 telah meningkat menjadi Rp 404 miliar.”Jadi sudah naik penjualannya,” tegas Mustoha Iskandar, Direktur utama Perum Perhutani. Untuk menggenjot industri kayu, memang tak hanya ingin mengandalkan industri kayu yang sudah tua. Perum Perhutani juga sudah membangun industri kayu Perhutani Plywood Industri (PPI) di Kediri, Jawa Timur. PPI ini selesai

dibangun pada tahun 2013 dengan total investasi Rp 47,70 miliar. Pabrik kayu yang meperkerjakan 628 pekerja ini memiliki kapasitas pabrik untuk input (bahan baku) sebesar 48.000 m3 LOG per tahun . Sementara out put (Plywood) sebesar 24.000M3 per tahun. Adapun sumber bahan baku kayu bertumpu 90% dari Perhutani dan 10% dari hutan rakyat. Nilai tambah kayu sengon yang diolah menjadi playwood sekitar

DUTA Rimba 39


rimbakhusus 30% bila dibanding dengan kayu sengon yang dijual secara batangan. Dengan adanya PPI ini diharapkan akan menggairahkan penanaman sengon baik oleh Perhutani maupun masyarakat pada umumnya. Mereka akan bisa mendapatkan kepastian untuk menjual kayu sengon yang mereka panen. Tentu PPI ini yang ikut mendorong meningkatnya penjualan kayu olahan pada 2014. Pertanyaan kemudian bagaimana dengan industri kayu lainnya? Tentu saja hanya industri kayu Gressik dan PPP yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Produksi PPP penjualan meningkat dari Rp 43,98 miliar pada 2013 menjadi Rp 81,52 miliar pada 2014. Pendapatan naik sekitar 100%. Begitu pula industri Gresik pendapatannya juga naik dari Rp 94,59 miliar pada 2013 menjadi Rp 120,89 miliar pada 2014. Begitu pula Brumbung juga naik dari Rp 68.73 miliar pada 2013 menjadi 83.038 miliar. Justru Cepu tampaknya yang pendapatanya turun drastis dari Rp 114,756 triliun pada 2013 menjadi Rp 88.451 miliar pada 2014. “Di Cepu ini, kita malah rugi,” tegas Mustoha Iskandar. Untuk mencegah Cepu jangan terus merugi, manajemen Perhutani tentu harus membuat terobosan. Karena kalau tidak ada terobosan, sampai kapan pun industri kayu Cepu ini akan terus merosot. Dalam konteks inilah Mustoha menggagas kemungkinan untuk menjalin kemitraan dengan investor, agar mau membenamkan modalnya di Cepu. “Jadi disini kita bisa mendapat investasi untuk menggenjot produksinya, disamping tentu dengan kemitran tersebut, akan terjadi pertukaran ilmu dan pengetahuan bagi karyawan Perhutani untuk mengembangkan industri kayu,” tegas Mustoha. Memang untuk meningkatkan

40 DUTA Rimba

Pendapatan Industri Kayu Tahun 2009-2014 Satuan Kerja Brumbung Cepu IKS & Janten Gresik PPI Jumlah

Tahun 2009

2010

2011

2012

2013

2014

138.801 61.425

162.143

118.812

75.878

81.499

132.208

68.733

83.038

94.549

114.756

88.451

-

-

-

-

-

30.177

48.928 -

36.167

36.290

104.260

94.593

120.887

-

-

-

43.978

81.562

249.154

272.188

336.601

331.017

322.060

404.055

produktivitas industri kayu, Perhutani harus berani melakukan investasi. Apalagi untuk peralatan yang umurnya sudah cukup lama. Mereka perlu direkstrukturisasi, dari sisi peralatan dan mesinya yang sudah banyak usang dan tua hingga kurang produktif. Perusahaan telah mengalokasikan anggaran untuk mengganti mesin-mesin yang sudah tua pada 2015 ini. Bahkan untuk menggenjot produktivitas industri kayu, Perhutani tidak hanya cukup melakukan restrukturisasi peralatan dan mesinnya, tetapi yang tak kalah pentingnnya, juga berani membangun pabrikpabrik pengolahan kayu baru untuk mengolah bahan baku yang melimpah dimiliki Perhutani. BUMN ini masih bertekad untuk memperbesar volume produksi kayu olahanan dengn menambah pabrik kayu olahan baru di Jawa Timur bagian timur dan di Jawa Tengah. “Membangun pabrik baru di Jawa Timur akan lebih efektif dalam mengolah kayu di lahan kami di wilayah timur, mereduksi biaya transportasi,” jelas Adi Pradana, Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani. Untuk menggenjot industri kayu, Perum Perhutani juga terus mengembangkan sistem pemasaran. Untuk menggenjot pemasaran industri kayu di China, Perhutani melakukan kerja sama dengan

Shanghai Sacred Investment untuk mengembangkan keagenan industri kayu di China. Penandatanganan kerja sama itu telah dilakukan awal Mei 2015. Kerjsama keagenan ini merupakan satu sejarah baru bagi Perhutani. Dengan adanya keagenan ini, Perhutani akan menenpatkan petugas dan menyiapkan gudang khusus untuk produk industri kayu. Direktur Utama Shanghai Sacred Investment Jiang Zheng Rong menyatakan bahwa perusahaannya sangat senang dapat bekerjasama dengan Perhutani. Sacred memiliki lima perusahaan dan tiga sub perusahaan serta lima perusahaan yang telah melakukan kerjasama. ”Penggunaan kayu di Shanghai sangat besar sekali kira-kira 1/3 dari penggunaan kayu di China yaitu 500 Juta M3/tahun. Sementara penggunaan kayu di China pada 2014 adalah 1,9 miliar M3/tahun, sehingga Sacred berharap bisa bekerjasama dengan Perhutani untuk memenuhi pasar China di bidang furnitur dan barang jadi lainnya,” tambahnya. Dengan adanya keagenan industri kayu di China, memungkinkan bagi Perhutani untuk menggenjot ekspor produk-produk industri kayu di negeri Panda. China yang memiliki potensi pasar yang cukup luas bisa menjadi andalan bagi perusahaan ini untuk terus menggenjot ekspornya pada 2015. • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Syariah

“Didirikan Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga Besar Perhutani” Kami telah menjalin kerjasama dan memberikan dukungan kepada Perhutani dalam program asuransi bagi pengunjung lokasi wisata yang dikelola Perhutani, asuransi bagi Belandong, dan Penyadap. Dapatkan informasi program asuransi lainnya untuk kebutuhan : Investasi (Unit Link) Dana Pendidikan Dana Hari Tua

Hubungi:

Kami juga hadir di:

Kantor Pusat Gedung Menara 165 lantai 5 Jl. TB. Simatupang Kav.1 Cilandak Timur Jakarta 12560 Telp. (021) 29406315 | Fax. (021) 29406316 Email: customerservice@amanahgitha.com

Jakarta Gd. Manggala Wanabakti Lt. II Blok IV Ruang 212 Wing B Jl. Gatot Subroto, Senayan Telp. (021) 5705090

Surabaya Perhutani Unit II Divisi Regional Jawa Timur Jl. Gentengkali 49

Bandung Perhutani Unit III Divisi Regional Jawa Barat & Banten Jl. Soekarno Hatta No. 628 KM. 14 Telp. 082819036539

Semarang Perhutani Unit I Divisi Regional Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 15-17

NO.www.amanahgitha.com 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

DUTA Rimba 41


Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOL, Fotografer: RUD.

SOSOKrimba

42 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Prof Dr KH

Said Aqil Siradj

Perusak Hutan

Harus Ditindak !!!

Sebagai Organisasi berbasis perdesaan, Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai kepedulian terhadap hutan. Bagi mereka, hutan merupakan amanah dari Tuhan yang harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh umat manusia, termasuk warga NU yang banyak tinggal di desa-desa yang letaknya di pinggir hutan. Hutan ke depan harus dikelola bersamasama agar bisa memberikan manfaat banyak pihak.

L

ogika itu melatarbelakangi, NU bergandengan tangan dengan Perum Perhutani merintis lahirnya dai kehutanan. NU memiliki dai dan kiai di berbagai desa sekitar hutan akan dilibatkan untuk mendampingi masyarakat sekitar hutan agar memiliki kepedulian terhadap

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

kelestarian hutan. Tidak tanggungtanggung, Ketua Pengurus Besar (PB) NU Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj turun langsung melihat keseriusan NU mengerahkan para dainya berpartisipasi dalam melestarikan hutan. Duta Rimba sempat mendapatkan slot waktu berbincang dengan Kiai yang sibuk ini dikantornya. Simak hasil bincang-

DUTA Rimba 43


SOSOKrimba

Laut kan kekayaannya luar biasa, tetapi para nelayan itu miskin. Di hutan yang kekayaannya luar biasa, yang kaya justru yang tinggal di Jakarta. Bukan di sekitar hutannya.

bincangnya sebagai berikut:

Apa latar belakang NU peduli masalah kehutanan. Pertama bagi NU, Hutan itu merupakan anugerah dari Allah. Kita diberi tanah air yang sangat kaya raya. Seperti sumber daya alam, sumber energi, sumber daya hutan, kekayaan hewani serta nabati dan lain sebagainya. Itu adalah anugerah dari Tuhan. Nah disamping anugerah dari Tuhan, kita juga mempunyai kewajiban memelihara, melestarikan dan mengembangkannya. Sangat bodoh bagi seseorang yang diberi kenikmatan dari Allah, tetapi masih dalam keadaan miskin. Diberi sarana dan prasarana yang semporna tetapi tidak mampu memanfaatkannya. Diberi ajaran dan prinsip-prinsip yang sudah baik, tapi tidak mengamalkannya. Ini tantangan kita semua.

Apa Urgensi Dai NU untuk kehutanan Oleh karena itu fungsi dari Dai dari NU nanti menyadarkan masyarakat, penduduk di sekitar

44 DUTA Rimba

hutan agar sadar bahwa di antara kekayaan yang diberikan Allah adalah kekayaan hutan. Itu adalah amanat Allah kepada kita yang harus kita lestarikan, kita kembangkan yang manfaatnya harus kita nikmati bersama. Dan jangan sampai hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan rakyat banyak tidak menikmatinya Dalam Hadis Rasulullah, pada 15 abad yang lalu, Nabi wanti-wanti dan sudah warning. Tiga hal yang dimiliki oleh semua. Tidak boleh satu kelompok yang memiliki. Harus dinikmati dan dikelola bersama-sama. Yaitu, air, tidak boleh dimonopoli oleh sekelompok pengusaha saja. Dan, energi, gas, minyak, batubara itu adalah amanat Allah untuk bangsa, karena itu harus dinikmati oleh bangsa ini. Dan hutan. Sepertinya nabi tahu 15 abad yang lalu akan terjadi monopoli. Dimana tiga sumber daya alam itu akan dimonopoli oleh sekelompok orang saja. Yang lain tidak.

Sudah ada juga aturan yang mengatur Kita juga sudah memiliki UU yang sudah pas. Yaitu UUD 1945 pasal 33 bahwa kekayaan sumberdaya alam itu untuk kesejahteraan rakyat. Sebenarnya itu sesuai dengan sabda nabi tadi. Tapi implementasinya yang salah. Banyak yang menyimpang. Coba kalau kita lihat, masyarakat yang miskin itu adanya di tepi kekayaan alam. Di tepi pertambangan. Tepi laut. Laut kan kekayaannya luar biasa, tetapi para nelayan itu miskin. Di hutan yang kekayaannya luar biasa, yang kaya justru yang tinggal di Jakarta. Bukan di sebelah hutannya. Oleh karena itu pemerataan harus segera dilakukan. Bukan hanya pertumbuhan. Jangan sampai kekayaan dinikmati

oleh sekelompok orang. Harta harus dinikmati semua. Kalau kita mendengar pertumbuhan ekonomi 5,5% - 6 % alhamdulilah, kita bersyukur. Tapi siapa yang menikmati pertumbuhan itu. Pemerataannya belum kita rasakan

Jadi apa yang diperlukan dari pemerintah Yang kita harapkan dari pemerintah, bukan hanya memperhatikan pertumbuhan, tetapi juga pemerataan. Ada kebijakan KUR ( Kredit Usaha Rakyat) – itu belum menyentuh usaha kecil. Saya pulang kampung, kalau saya pulang ke Cirebon, saya tanya kepada masyarakat di sekitar desa saya tidak ada yang dapat KUR itu yang tanpa agunan yang hanya membutuhkan kredit Rp 2,5 juta ke bawah, Rp 2 juta, Rp 1,5 juta Ternyata setelah saya selidiki. yang mendapat kredit adalah orang-orang yang sudah punya warung makan, yang punya agunan. Yang punya koletral. Yang menerima itu bukan Solikin, Djumadi, tetapi Haji Hasan, Haji Abubakar. Yang sudah punya Waserda, punya toko. Mereka membutuhkan dana Rp 10 juta, Rp 15 juta dan Rp 25 juta. Karena kalau yang Solikin, tukang bakso, tukang es, terus Pok inah, tukang rujak kan hanya butuh Rp 1 juta. Tapi tak punya agunan. Saya turun ke bawah, saya pulang ke kampung, saya tanya, tidak ada tetangga saya yang masyarakat miskin yang menikmati KUR itu. Ternyata yang menikamati itu adalah masyarakat yang hampir kelas menengah. Jadi yang butuh Rp 10 juta, Rp 20 juta yang ada agunan Jadi perlu ada kebijakan tegas dari pemerintah. Seperti dalam Hadis dikatakan “kebijakan pemimpin

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOL, Fotografer: RUD.

pemerintah dan penguasa harus mempertimbangkan kemasylahatan rakyat. Sekiranya kebijakan itu diambil dan diputuskan membikin mudharat, sengsara rakyat harus dicabut dan dibersihkan. Ganti kebijakan yang semacam itu. Segera kebijakan apa yang melihat masa lalu yang menyebabkan rakyat bangkrut, negara bangkrut, ekonomi bangkrut dan rakyat ini sengsara, segera dicabut dan diperbaiki. Potensi yang luar biasa ini.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Kalau hutan bagaimana Hutan yang luar biasa luasnya dan luar biasa kekayaannya untuk orang banyak, untuk bangsa harus dikelola bersama-sama. Sinergi antara negara, atau pemerintah , pengusaha dan masyarkat supaya masing-masing merasa memiliki. Dan masyarakat jangan sampai hanya menjadi penonton. Rakyat harus diberdayakan. Dan kita pun sebagai warga NU yang basisnya di pedesaan dan pinggir hutan harus diikutsertakan.

Kalau tidak, hanya jadi penonton. Timbul kecemburuan. Yang akan terjadi kita tidak tahu. Terjadi mudharat yang menyengsarakan kita semua. Ada UU Desa No 6 itu coba disingkronkan dengan UU Kehutanan No 41. UU itu sudah bagus. Membela rakyat, tetapi prioritasnya harus diperjelas.

Bagaimana Kerjasama dengan Perhutani Sangat saya hargai kalau Perhutani bekerja sama dengan

DUTA Rimba 45


SOSOKrimba Nahdlatul Ulama. Karena NU adalah berbasis perdesaan di pinggiran hutan, dan ada lagi minimal warga NU itu adalah sisa warga bangsa yang bermoral. Kalau secara umum moral bangsa ini rusak, saya yakin di NU masih ada orang-orang yang bermoral baik. Kiai-kiai masih ada. Warga di perdesaan yang polos, yang tulus, yang mentaati agama, mentaati negaranya dan mentaati kiainya. Pokoknya tulus. Kalau melangkah terus berfikir profit, itu tidak baik. Kerja dulu, mentaati kiainya, mentaati pemerintah dan UU dengan tulus. Saya akan mendapat berapa dan untung apa, itu nanti. Tidak berfikir awal. Sebelum bekerja, dapat apa dan berapa? Ini tandatanda orang yang tidak tulus. Sudah kalkulasinya keuntungan. Kepentingan dan materi. Masih banyak warga NU, jumlahnya jutaan yang bermoral ihklas dan tulus, karena perintah kiainya, taat kepada pemerintahnya. Oleh karena itu warga NU harus disinergikan dan dai-dai itu harus difungsikan. Dai lah yang akan memelihara moral masyarakat.

Apakah yakin dai-dai dari NU itu sudah kualifikasi kiai Minimal kalau di NU itu, walaupun dai dan khotib di Masjid itu alim. Lumayan dalam menguasai ilmu agama. Tidak asal-asalan. Kita tidak akan melepas dai yang membaca Alqurannya belum fasih. Minimal harus standar kenal dengan kitab kecil. Arbain Nawawi, Fatkhul Hadits atau ayat-ayat dakwah. Kalau belum tidak kita lepas. Pengkaderan selalu ada. Sekarang saja di lantai delapan. Selalu ada pengkaderan Dai. Jadi tidak sembrono mengirim dai. Tetapi yang betul-betul sudah mumpuni. Walaupun belum ulama semua, tetapi di Jawa Timur

46 DUTA Rimba

itu lumayan. Minimal membaca Alqurannya fasih, bertanggung jawab dalam mengeluarkan ceramahnya. Tidak asal-asalan.

Kalau jadi pemimpin di lingkungannya sudah bisa? Minimal mereka nanti akan mengawal moralitas bangsa dan masyarsakat. Walaupun skill belum ada nanti disinergikan dengan yang sudah punya skill. Yang penting para dai itu bisa mendampingi masyarakat agar dari dasar agama itu, mereka peduli dengan hutan, peduli dengan alam, peduli dengan kekayaan yang ada di sekitarnya. Berangkat dari imam, berangkat dari Teologis lah.

Apakah para dai itu bisa didorong ikut berdayakan masyarakat sekitar hutan? Harus kita latih betul bagaimana para dai itu memahami lapangan, Memahami secara sosiologi dan secara psikologis masyarakat di sekitar hutan itu. Bukan hutan melulu hutan, tetapi hutan sebagai sumber daya alam hayati, kemudian di sekitar hutan juga ada situssitus sejarah. Seperti di hutan ada makam-makamnya para wali kita temukan di hutan. Dulu kan wali kuburannya ada di hutan, harus kita lestarikan situsnya. Jangan sampai sejarah kehilangan fakta situsnya. Kemudian para dai itu memberdayakan masyarakat setempat, mengembangkan kawasan terpadu, bagaimana modelnya dan harus sadar akan itu. Dan nanti Perhutaninya harus membangun kepentingan masyarakat dan keuntungan. Perusahaan kan harus untung, tetapi kepentingan masyarakat kan harus dipikirkan. Keselamatan hutan harus diperhatikan. Harus berhasil menjadi hutan sebagai kawasan cadangan pangan, cadangan energi

Harus kita latih betul bagaimana para dai itu memahami lapangan, Memahami secara sosiologi dan secara psikologis masyarakat di sekitar hutan itu. Bukan hutan melulu hutan, tetapi hutan sebagai sumber daya alam hayati, kemudian di sekitar hutan juga ada situs-situs sejarah.

hijau , konservasi. Kesimpulannya, Perhutani harus maju bersama rakyat. Sehingga kami tidak mendzolimi siapapun dan kamu tidak didzolimi oleh siapapun. Sepanjang ini rakyat kan didzolimi. Rakyat selalu didzolimi. Orang kecil kalau mau kredit bank kok susah. Konglomerat malah ditawari,

Rakyat punya komitmen ? Betul, yang punya komitmen kepada bangsanya adalah rakyat desa. Rakyat kecil kalau salah langsung diproses dengan cepat. Contoh Asyaini itu, kalau Asyani itu mencuri itu memang salah. Tetapi yang kita butuhkan itu keadilan. Okelah Asyani itu dihukum dengan cepat. Diproses dan divonis dengan cepat. Tetapi perusak hutan jutaan dan ribuan hektare itu juga harus

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


ditindak dong. Yang kita tangisi itu seperti itu. Yang korupsi Rp 100 juta cepat ditindak. Kalau ada pejabat yang korupsi Rp 100 juta cepat diproses, cepat ditindak, cepat diadili dan cepat divonis.

Saya optimis. Karena masalah NU itu hanya butuh didorong, disentuh, disapa, diberi motivasi, diberi modal, mereka itu langsung jalan. Tidak menghitung nanti dapat apa dan untung berapa. Asal disapa, diajak ngomong, diajak kerja sama , disentuh dan dimodali sudah. Contoh misalnya ketika terjadi bencana alam, ketika gunung merapi meletus. Banser itu dengan tulus ikhlas membersihkan jalan yang terkena debu, tanpa dibayar. Ada nasi bungkus, diperitah langsung berangkat semua. Kalau Banser masih ada ketulusan. Masih ada pengabdian untuk mengabdi

Semangat itu dikonversi untuk mengatasi kelestarian hutan? Bisa sekali. Kalau diberi motivasi. Dikasih modal. Bukan modal besar. Tetapi dikasih kesempatan untuk menikmati itu akan cepat bisa dilakukan.

Perhutani nanti akan nerjunkan dai di hutan, pandangan Kiai Terima kasih. Waktu Tsunami Aceh, Kita kirimkan para santri dari Lirboyo, Sidogiri dan lainnya banyak. Kerja bakti, mereka bantu. Yak kalau begitu kita nanti akan libatkan asosiasi pesantren NU dan Organisasi Otonomi yang lain.

Ada 5500 desa sekitar hutan di Jawa, bagaimana. Itulah yang harus kita berdayakan. • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Reporter : SOL, Fotografer: RUD.

Bagaimana keseriusan Perhutani menggerakkan dai kehutanan

Cendekiawan Pimpin NU

P

rof Dr KH Aqil Siradj cukup fenomenal ketika terpilih menjadi Ketua umum PBNU (2010-2015). Memang Aqil cendekiawan yang unik. Ia tumbuh dan besar di lingkungan pesantren, di Kempek (Cirebon), Lirboyo (Kediri) dan Krapyak (Yogyakarta). Namun setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Universitas King Abdul Aziz (S1) dan Universitas Ummal – Qura (S2 dan S3) di Saudi Arabia. Tak berlebihan bila ia merupakan sosok seorang kiai yang juga cendekiawan Kiai kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 ini dikenal gigih memperjuangkan Islam di berbagai aspek kehidupan. Termasuk dalam pengelolaan hutan. Ia sangat setuju kawasan hutan menjadi milik negara. Namun pengelolaan hutan bisa dikerjakan secara bersama antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Karena itu ia menyambut positif langkah perhutani yang ingin melibatkan dai NU untuk mendampingi masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan. Ia memiliki pengalaman luas di dunia akademik, ulama, anggota MPR, pemberdayaan masyarakat, serta pembicara berbagai aspek kehidupan, merintis karier dari bawah dalam organisasi NU. Ia pernah menjadi Sekretaris PMII, organisasi kemahasiswaan NU pada Rayon Krapayak, Yogyakarta (1972-1874), Ketua Keluarga Mahasiswa NU di Mekah, Wakil Katib Aam , Katib Aam PBNU, Rais Syuriah PBNU (1999-2004) dan ketua PBNU (2010-2015). Ia akan maju lagi dalam Muktamar NU pada Agustus 2015 • DR

DUTA Rimba 47


lintasrimba

Perhutani

Dok. Kom PHT®2015

Tandatangani MoU dengan Bulog

Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar bersama Dirut Perum Bulog, Lenny Sugihat setelah menandatangani MoU di Jakarta.

Jakarta - Untuk meningkatkan serapan beras di dalam negeri, Perum Bulog dan Perum Perhutani melakukan Nota Kesepahaman (MoU) tentang “Pelaksanaan Penyerapan Padi Dalam Negeri” di Kantor Perum Bulog , Jakarta. Rabu. Naskah Nota Kesepahaman ini ditandatangani Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar dengan Direktur Utama Perum BULOG, Lenny Sugihat, dengan tujuan mendukung pemerintah dalam Program Kedaulatan Pangan serta memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyatakan bahwa sebagai BUMN, Perum

48 DUTA Rimba

Perhutani dituntut lebih profesional menjadi Instrumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi, dan air; Pendorong pertumbuhan ekonomi nasional; dan Kepeloporan dan kebanggaan nasional. “Peran strategis Perhutani dikukuhkan dalam Rapat Kabinet Terbatas di Istana Negara pada tanggal 11 Maret 2015, Perhutani diminta Bapak Presiden RI, Joko Widodo untuk mendukung pemerintah dalam Program Kedaulatan Pangan” tambahnya. Hal ini sesuai dengan misi Pemerintahan Presiden, Joko Widodo dan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dalam dokumen Nawa Cita yaitu untuk menjamin ketersediaan

pangan dan jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau. Pembuatan kesepakatan bersama merupakan implementasi dari tugas dan kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada Perum Perhutani untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan Hutan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Perhutani telah melakukan Kesepakatan Bersama dengan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, dan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian dalam rangka peningkatan tanaman pangan untuk Ketahanan Pangan, antara lain berupa : a. Penyediaan lahan berupa kawasan hutan untuk tanaman pangan dan ternak ; b. Penyediaan dan memfasilitasi pupuk bersubsidi bagi petani hutan (LMDH) ; c. Penyediaan benih unggul tanaman pangan ; d. Penyediaan dan memfasilitasi sarana produksi pertanian ; e. Melakukan pembinaan kepada petani hutan dalam budidaya tanaman pangan. Musim tanam tahun 2015, Perhutani telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) untuk tanaman pangan berupa padi dan jagung seluas 129.094 Ha pada kawasan hutan di Jawa dengan rincian : a. Padi, luas tanam 33.963 Ha dengan target produksi 169.817 ton Gabah Kering Panen (GKP) ; b. Jagung, luas tanam 95.131 Ha dengan target produksi 570.785 ton. Musim tanam tahun 2016, Perum Perhutani berencana untuk dapat memberikan kontribusi ketahanan pangan dengan menenam areal kawasan hutan seluas 265.683 Ha dengan rincian : a. Padi, luas tanam 42.171 Ha dengan target produksi 210.855 Gabah Kering Panen (GKP) ; b. Jagung, luas tanam 223.512 Ha dengan target produksi 1.341.074 ton • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


LMDH Banten dapat Sharing dari Perhutani Rp 838 juta Banten, - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten, Maysaroh Mawardi didampingi Kepala Divisi Regional Jawa Barat Banten Ellan Barlian menyerahkan hasil sharing produksi kayu Perhutani 2013 sebesar Rp. 838 juta kepada 45 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang di Pendopo Propinsi Banten. Kamis. Maysaroh Mawardi menyatakan bahwa hutan merupakan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pengelolaan hutan oleh Perhutani harus berperan aktif melibatkan masyarakat sekitar hutan. Kerjasama Perhutani dengan LMDH bertujuan selain untuk menjaga kelestarian hutan juga memperoleh bagi hasil untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat desa hutan. “Kami mengapresiasi Perum Perhutani dalam pengelolaan hutannya yang telah melibatkan masyarakat desa hutan melalui LMDH dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan cara berbagi peran dan tanggungjawab, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Sementara Ellan Barlian dalam sambutannya menyatakan dana sharing tidak diberikan pada saat selesai penebangan tetapi harus menunggu sampai kayu tersebut terjual, jadi untuk sharing tahun 2013 baru bisa diserahkan pada triwulan I 2015. “Agar dana sharing yang diterima LMDH mempunyai manfaat yang berkelanjutan, disarankan agar sebagian dana sharing digunakan untuk modal awal pengembangan usaha produktif LMDH, pendirian Koperasi LMDH dan pembagunan

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

desa hutan” tambahnya. Menurut Administratur Perhutani Banten, Cucu Suparman, proses kemandirian LMDH merupakan tolak ukur dari keberhasilan implementasi PHBM di wilayahnya, salah satunya dengan pemanfaatan dana sharing atau bagi hasil kerjasama PHBM yang tepat sasaran. Dari 45 LMDH penerima dana sharing, anggotanya 6500 orang dengan rincian wilayah Kabupaten Lebak memiliki 22 LMDH mendapat Rp. 192.658.000,- dan 23 LMDH wilayah Kabupaten Pandeglang mendapat Rp. 645.416.000,-. Nilai sharing kayu Perhutani KPH Banten selama 3 tahun terakhir (2012 s/d 2014) sebesar Rp. 1,17 Milyar. Selain itu kontribusi produksi non kayu (getah karet, cengkeh,padi sawah, durian, kelapa dll) Perhutani Banten senilai Rp. 16,8 Milyar. • DR

Ruwatan Hutan Nusantara Situbondo (Radar Banyuwangi) – Perhutani Bondowoso mengadakan “Ruwatan Hutan Nusantara” di Alun-alun Kota Situbondo pada Rabu malam (12/5) lalu. Acara yang menghadirkan Emha Ainun Nadjib bersama Kyai Kanjengnya ini mampu mengundang animo masyarakat Situbondo. Sebagaimana dilaporkan Radar Banyuwangi , sedikitnya 5.000 orang mengikuti acara yang berlangsung hingga sekitar pukul 23.00 tersebut. Dalam acara ini turut hadir Asdir PSDH Perum Perhutani, Divre Perhutani Jawa Timur dan jajarannya, seluruh Administratur Perhutani KPH yang ada di wilayah Rayon IV dan V, Bupati Situbondo, Dandim, Kejari, Kapolres dan seluruh tokoh agama serta ulama yang ada di wilayah Tapal Kuda. “Seluruhnya duduk bersama di

forum itu dengan tujuan mendoakan keselamatan hutan di nusantara. Caranya, dengan membangun senergitas antara pemangku kepentingan. Sehingga, kelestarian hutan terjaga dan masyarakatnya sejahtera. Khususnya kawasan hutan yang ada di Kabupaten Situbondo,” kata Adi Winarno, Administratur KPH Bondowoso selaku penanggung jawab kegiatan. Rangkaian kegiatan “Ruwat Hutan Negara” dimulai dengan kegiatan penanaman pohon bersama pada Rabu sore di RPH Bungatan BKPH Panarukan. Dilanjutkan tausiyah kebangsaan yang diadakan pada Rabu malam di Alun-alun Kota Situbondo. Cak Nun (panggilan Emha Ainun Nadjib) dengan piawai mengomunisasikan tentang makna ruwatan dari aspek filosfi, religi dan budaya. Sehingga, dapat membuka nilainilai yang memberikan kesadaran bersama untuk memperoleh paradigma yang membuka ruang– ruang dinamis dalam pembangunan hutan yang dipercayakan kepada Perhutani selaku kafi lahnya dan perlu didukung bersama. Acara Ruwat Hutan yang dilakukan Perhutani merupakan pintu keberhasilan menuju Perhutani baru. Namun, tentu tidak meninggalkan Perhutani lama. Dalam acara ini juga ditampilkan “tumpeng raksasa” sebagai simbol harapan, bahwa hutan bisa terus dilestarikan oleh semua pihak dan hutan Indonesia selamat dari hal-hal yang mengancam kelestariannya. Bupati Situbondo pada saat memberikan sepatah-dua patah kata pada acara tersebut, menyebutkan bahwa ruwatan itu sesungguhnya dimulai dari diri sendiri. “Kita berkumpul di tempat ini untuk mempersatukan tekat dalam melestarikan dan menjaga hutan,” terangnya.

DUTA Rimba 49


lintasrimba

LMDH Perhutani

JAKARTA (26/5) | Tiga Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) binaan Perum Perhutani bersama dua Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan temu wicara dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam rangka Hari Bhakti Rimbawan sekaligus menyambut Hari Lingkungan Hidup bertempat di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (26/5). Selain bertatap muka langsung dan temu wicara, LMDH dan KTH tersebut mengikuti Lomba Asah Terampil yang diselenggarakan oleh Kementerian LHK. Mereka yang berlomba adalah para pemenang wana lestari tahun 2014 yaitu LMDH Manggala Dharma (Perhutani KPH

Balapulang), LMDH Wono Lestari (Perhutani KPH Probolinggo), LMDH Rahayu Tani (perhutani KPH Bandung Selatan), KTH Giri Yuwono Kab. Banjarnegara dan KTH Margawiwitan IV Kabupaten Ciamis. Temu wicara dan lomba dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus mengetahui tingkat kesadaran dan tanggungjawab para kelompok tersebut akan pentingnya kelestarian sumberdaya hutan dan lingkungan disekitar mereka. Perhutani menetapkan sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) sejak 2001 dengan prinsip pemberdayaan, berbagi peran dan tanggungjawab antara Perhutani, masyarakat desa hutan dan pemangku kepentingan

lainnya yang terlibat. Dalam sistem PHBM, masyarakat desa hutan bekerjasama dengan Perhutani melalui organisasi sosial Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Dari 5.386 jumlah desa hutan di Jawa, sampai dengan 2014 saat ini terdapat 5.278 LMDH yang bekerjasama dengan Perhutani dan mengelola hutan pangkuan desa seluas 2.216.225 ha. Melalui PHBM tenaga kerja masyarakat desa hutan yang terserap dalam kegiatan kehutanan mencapai 6.304.467 orang dengan total nilai pendapatan sebesar Rp 2.705,71 miliar. Kontribusi PHBM kepada masyarakat melalui bagi hasil atau production sharing dari tahun 2002 sampai 2012 mencapai nilai Rp 252,34 miliar. Meskipun belum sempurna tetapi sampai saat ini PHBM diakui masyarakat desa hutan sebagai sistem terbaik yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung, dengan eksistensi sumberdaya hutan yang terjaga sesuai kaidah-kaidah silvikultur, dan konservasi. Tokoh lain dalam acara temu wicara sekaligus juri kehormatan lomba adalah Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo dan Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar. Lomba Asah Terampil akan memperebutkan Trophy, piagam dan uang pembinaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Keluar sebagai Juara Nasional 2015 adalah: Juara 1 LMDH Wono Lestari Perhutani KPH Probolinggo, Juara II KTH Margawiwitan IV Kab. Ciamis, dan Juara III KTH Giri Yuwono Kab. Banjarnegara. • DR

Pada hakekatnya, lanjut Bupati, acara ini untuk menyelamatkan semua komponen dari berbagai bencana, teruma bencana banjir yang dikawatirkan selama ini. “Saya selaku Bupati Situbondo

mengucapkan terima kasih pada Perhutani, yang telah menjaga hutannya dengan baik. Sehingga, dalam kurun lima tahun terakhir tidak ada banjir,” urainya. Selain itu, juga dilakukan

penyematan jaket dan baret Polhut oleh Administratur KPH Bondowoso kepada Ketua Pagar Nusa Jawa Timur Kabupaten Situbondo. Ini sebagai simbol bahwa seluruh relawan Pagar Nusa

Dok. Kom PHT®2015

Bertemu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya saat temu wicara dalam rangka Hari Bhakti Rimbawan.

50 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


turut mendukung dalam menjaga keamanan hutan, khususnya di wilayah Tapal Kuda. • DR

Rembuk LMDH Dukung Hutan Lestari Tasikmalaya - Masyarakat desa hutan melalui 123 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten dan Kota Tasikmalaya beranggotakan sebanyak 45.689 orang, siap menjaga dan melestarikan hutan demi keselarasan kehidupan pada aspek ekonomi, ekologis dan sosial. Hal ini disampaikan pada acara Urun Rembug LMDH di Aula Kantor Perhutani (21/5) Ketua Asosiasi LMDH, Dedi Sadiman menyampaikan bahwa seluruh LMDH Kota dan Kab. Tasikmalaya sepakat untuk menjaga dan melesatarikan kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perhutani sesuai dengan fungsi dan manfaat hutan yaitu ekologi, ekonomi dan sosial, hal tersebut berkaitan dengan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan program Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa) yang sedang di galakan oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya “Pelestarian hutan ini intinya harus bersama-sama dengan peningkatan ekonomi masyarakat desa hutan yang ditopang dengan program perhutani yaitu PHBM dan Gerbang Desa, sehingga muncul komoditas komoditas unggulan seperti budi daya tanaman kopi, kapol dan coklat yang penanamannya di bawah tegakan. Ini mempunyai nilai jual secara ekonomis yang dapat mendorong pendapatan masyarakat sekitar hutan. Sesuai dengan istilah masyarakat Jawa Barat yaitu “leuweung Hejo Rahayat Ngejo,” tutur Dedi Administratur Perhutani

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Tasikmalaya, Heny Gunawan menyampaikan bahwa pengelolaan sumber daya hutan secara lestari melalui kerjasama Perhutani, LMDH dan pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang diwadahi dengan gerakan membangun desa sangat bersinergi, dimana pengelolaan sumber daya alam dapat mendorong Indeks Pembangunan Manusia (IPM), supaya masyarakat yang ada di sekitar hutan bisa merasakan manfaat dari keberadaan sumber daya hutan dipangkuan desanya masing masing. “Contonya penanaman kopi di bawah tegakan di Desa Wandasari Kec Bojonggambir, Wana Wisata Galunggung di Desa Linggajati Kec. Sukaratu, Pemanpaatan Air di Desa Karangjaya Kec. Karangjaya dan Desa Cidugaleun Kec Cigalontang’ Tambahnya. Semua kegiatan ini dalam pelaksanaannya harus didasari melalui pola kemitraan kerjasama dengan dilakukannya pembuatan Perjanjian Kerjasama (PKS) Pengelolaan hutan. Selain itu, melesatarikan hutan secara ekologi dapat terjaga keberadaan potensi yang ada di hutan tersebut seperti sumber mata air baik di hutan lindung, produksi, maupun di hutan produksi terbatas dapat terjaga keberlangsungannya, tutur Henry. • DR

KPH Tasik Serangkan Bantuan Kepada LMDH Tasikmalaya - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya memberikan bantuan sembako dan paket alat tulis kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Yudha Kencana, Kampung Sodong, Desa Sodong, Kec.Sodonghilir, Kab. Tasikmalaya, wilayah hutan Resort Pemangkuan Hutan

(RPH) Sodong Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Taraju, di kantor Desa Sodong. Senin (1/6). Penyerahan dilakukan oleh Kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Bina lingkungan, Elis Habibah.Administratur Perhutani KPH Tasikmalaya, Henry Gunawan menyampaikan bahwa bantuan sembako ini diberikan kepada orang tua yang tidak mampu, sedangkan untuk paket alat tulis sekolah kepada anak yatim piatu masyarakat LMDH Yudha Kencana, Kampung Sodong. Bantuan sosial kemasyarakatan ini kata Henry merupakan kepedulan perhutani kepada masyarakat dan anak anak sekolah yang tidak mampu, yang diaktualisasikan kepada bantuan sembako dan paket alat tulis belajar kepada masyarakat disekitar hutan atau anak-anak sekolah /putra LMDH (Lembaga Masyarakat disekitar Hutan). Ini juga merupakan wujud dari implementasi kegiatan PHBM. Kepala Desa Sodong PJS, Ulpah Nurhasanah menyampaikan ucapan terimakasih kepada Perhutani yang telah memberikan bantuan sosial kemasyarakat kepada warganya. Bansos ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan diharapkan akan berlanjut di kemudian hari. • DR

Tanam Pohon di Embung Tambong Kediri - Forum Pimpinan Daerah (FORPIMDA) Kabupaten Trenggalek bersama Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri menanam disekitar Embung Tambong kawasan hutan petak 28c Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pule Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Karangan. Kamis. Penyelamatan lingkungan yang di hadiri FORPIMDA tersebut juga dihadiri Camat serta kepala Desa sekecamatan Pule,dan juga murid-

DUTA Rimba 51


lintasrimba murid SMA dan beberapa anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa setempat kurang lebih 300 Orang,acara yang dimulai pukul 08.00 Wib tersebut dengan menanam beberapa jenis pohon di antaranya:pocung,trembesi,aren,s ukun dan beberapa jenis tanaman buah lainya. wakil Administratur Kediri Selatan, Andi Iswindarto mengatakan bahwa kedepanya kerja sama dilanjutkan terus dalam upaya penyelamatan lingkungan terutama di sumber-sumber air yang perlu di hijaukan agar masyarakat Kabupaten Trenggalek tidak ada yang kekurangan air terutama di musim kemarau, ini juga menghimbau disamping menanam juga perawatanya di perhatiakan serta keamananya. Wakil Bupati Trenggalek, H.Kholiq mengatakan terimakasih kepada Perhutani karena untuk membangun kesadaran masyarakat itu bukan hal yang mudah terutama untuk penyelamatan lingkungan. “Untuk itu kami selaku pimpinan Daerah menghimbau masyarakat Kabupaten Trenggalek agar rajin menanam pohon baik untuk kebutuhan sendiri atau untuk kemaslakatan,dan beliau berharap kebersamaan ini di bangun terus demi untuk tercapainya cita-cita Kabupaten Trenggalek gemah ripah lohjinawe” tambahnya. • DR

Pemkot Batu Gandeng Perhutani Kembangkan Coban Talun Malang - Dalam waktu tujuh tahun, Kota Batu menjelma menjadi tempat kunjungan wisata. Objek wisata buatan pun menjamur untuk menunjang jumlah kunjungan wisata. Yang terbaru, Pemkot Batu melakukan Memorandum of Understanding(MoU) dengan

52 DUTA Rimba

Perum Perhutani KPH Malang untuk pengelolaan wana wisata Coban Talun. Sebagaimana dilaporkan Radar Malang, sejak dipimpin Wali Kota Batu Eddy Rumpoko, objek wisata di Kota Batu berkembang pesat. Banyak berdiri objek wisata bam yang memiliki konsep edukasi. Sehingga, wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu pun bisa belajar sambil berwisata. Sebut saja Jatim Paik 2. Di objekwisata yang berada di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu tersebut mengenalkan wisatawan dengan beraneka ragam hewan di dunia. Seperti halnya museum satwa yang menyajikan berbagai jenis hewan yang sudah diawetkan. Mulai binatang pemangsa hingga binatang purba dari berbagai negara di dunia. Selain binatang diawetkan, Jatim Parik 2 juga memilikikebun binatang modern. Berbagai jenis binatang didatangkan dari benuabenua di dunia. Di tempat tersebut, wisatawan juga bisa belajar mengenai jenis binatang asalusulnya, hingga habitat aslinya. Begitu juga dengan objekwisata Eco Green. Wisatawan bisa belajar mengenai pertanian, budaya, maupun jenis binatang. Bahkan, wisatawan juga bisa mempelajari candi-candi yang ada di tanah jawa. Yang terbaru, di Kota Batu dibangun objek wisata Museum Angkut. Berbagai jenis kendaraan lawas dari berbagai penjuru dunia dipamerkan. Menjadi salah satu daya tarikwisatawan yang ingin berkunjung di Kota Batu. Karena wisata buatan sudah mulai banyakyang tumbuh, Eddy pun melirik wisata alam untuk dikembangkan. Mengingat wisata alam yang ada di Kota Batu cukup besar sekali Butuh sentuhan untuk menarik kunjungan wisata. Kawasan wisata alam yang kini

mulai dikembangkan di antaranya Gunung Banyak dan wana wisata Coban Talun. Untuk sekarang ini Gunung Banyak yang juga sebagai tempat start paralayang, sudah banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan, juga sudah dikembangkan rumah pohon maupun rumah Hobbit Sedangkan untuk Coban Talun, Pemkot Batu pada bulan Februari 2015 sudah melakukan MoU dengan Perum Perhutani KPH Malang. Dalam MoU tersebut, kawasan hutan milik Perhutani akan ditambah berbagai fasilitas penunjang untuk wisata. Wisata alam berbasis kawasan hutan di Dusun Wonorejo, DesaTulungrejo, Kecamatan Bumiaji, merupakan gagasan langsung Eddy. Melibatkan LMDH (lembaga masyarakat desa hutan) untuk mengelola Coban Talun. “Nanti yang mengelola masyarakat sendiri. Untuk mengangkat ekonomi masyarakat sekitar hutan,” ungkap Eddy. Lahan yang dipersiapkan untuk pengelolaan wisata alam itu mencapai 2 hektaree lebih. Ada empat hal yang dikerjasamakan. Di antaranya Agroforestry, yakni budi daya tanaman kehutanan (pohonpohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Agroforestry juga dikenal dengan istilah ‘Wanatani’ yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian. Kemudian, silfopasture atau kombinasi antara kehutanan danpeternakan. Dalam pengelolaan nantinya ada peternakan seperti kambing rusa, dan kelinci di dalamnya Selanjutnya adalah eco wisata atau wisata alam yang memanfaatkan potensi yang ada di kawasan hutan. “Ke depan, pengelolaan hutan ini juga bisa menyumbang PAD (pendapatan asli daerah), karena ada pajak yang

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Kultweet Mustoha Iskandar di Metro TV

Puasa Sebagai

Dok. Kom PHT®2015

Kebutuhan Jakarta – Puasa janganlah hanya dilihat sebagai sebuah kewajiban, sebagaimana diperintahkan dalam Surat Al Baqaroh ayat 192. Dalam perspektif lain, puasa harus dilihat sebagai sebuah kebutuhan agar manusia bisa menyeimbangkan diri. Puasa sebagai sebuah kebutuhan, karena puasa bisa dijadikan sebagai mekanisme untuk menjaga kesehatan tubuh. Dimana dengan berpuasa, tubuh manusia bisa dinetralkan dari sisa-sisa makanan yang menumpuk dalam tubuh. “Jadi orang yang perutnya gendut, pagi untuk menetralkan, tetapi pagi itu pula makannya sudah banyak karena sarapan. Siang makannya banyak. Malamnya banyak lagi, sehingga mengganggu metabolisme, karena makan terus sampai malam. Akhirnya orang itu menjadi gendut, karena makanan itu menunpuk-numpuk. Karena dalam satu tahun itu ada satu bulan unuk menchun up, untuk membersihkan tubuh kita dari racun-racun. Itu intinya puasa itu menjadi kebutuhan.” Jelas Direktur Utama Perum Perhutani Dr Mustoha Iskandar dalam acara buka puasa bersama Karyawan/Karyawati Perum Perhutani Kantor Pusat di Manggala Wanabhakti awal Puasa Ramadhan 2015. Dalam buka puasa itu juga menampilkan Ustadz kondang Dr MK

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Sutrisna Suryadilaga. Mustoha menggambarkan, jika manusia bekerja terus menerus tanpa istirahat beberapa pekan misalnya, maka tubuh akan mengalami stress secara berlebihan. Selama tidak berpuasa akan terjadi penumpukan racun yang akan membahayakan kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Sehingga dibutuhkan keseimbangan baru dengan jalan berpuasa. Dalam konteks ini, Mustoha melihat, sehabis lebaran, puasa itu sebaiknya tetap dikerjakan karena sebagai sebuah kebutuhan. Ada namanya puasa syawal, puasa 6 hari. Kalau seandainya tidak mampu, kata Mustoha ada puasa Nabi Daud. Sehari puasa sehari tidak puasa. Sehari menumpuk racun, hari berikutnya dinetralkan lagi. “Itu Puasa Nabi Daud, tetapi itu terlalu berat. Sehingga bisa puasa Senin-Kamis. Dua hari dalam seminggu untuk menetralkan tubuh kita.” Tidak kuat Puasa Senin-Kamis, puasa tengah bulan. Pada tanggal 13, 14, dan 15. Yang penting makannya

diatur, jangan sembarangan. “Jadi puasa itu mekanisme untuk memberikan kesempatan kepada tubuh setelah selama satu tahun membebani pencernaan secara marathon. Selama satu tahun pencernaan itu bekerja keras. Melalui puasa menjadi suatu proses detoksifikasi. Jadi ada pembersihan racun-racun itu . Ibarat mobil yang dipakai setiap hari harus di tune up. Jadi ada penggelontoran sisa-sisa racun dalam metabolisme manusia. Yaitu dicuci habis selama satu bulan. Oleh karena itu puasanya jangan sampai batal.” Di dalam puasa itu ada proses peremajaam dalam tubuh manusia. Yang kemudian dilanjutkan dengan stabilisasi. Dengan berpuasa manusia bisa membangun keseimbangan fisik dan jiwa manusia. Begitu juga dengan puasa bisa membangun kembali keseimbangan sosial dan keseimbangan spiritual. Dari sini Mustoha menegaskan, betapa pentingnnya puasa itu bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi sebagai sebuah kebutuhan.• DR

DUTA Rimba 53


lintasrimba disetor ke pemerintah,” terang pria yang juga ketua DPC PDI Perjuangan ini. Rencananya, di wisata alam kawasan hutan Coban Talun bakal dilengkapi dengan camping ground, kawasan outbond, jalur off-road, hingga motocross Fasilitasnya pun juga disediakan pengelola. Sehingga, wisatawan datang ke kawasan tersebut langsung bisa bermain. “Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan akan lebih terangkat,” urai suami dari Dewanti Ruparin Dyah Rumpoko ini. • DR

Awasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Madiun (19/5) - Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madiun bersama Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Ponorogo, Tenaga pendamping Masyarakat (TPM) dan perwakilan Paguyuban LMDH tingkat KPH mendukung program kedaulatan pangan Nasional dengan mengawal dan mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi kepada kelompok tani hutan di wilayah kerja Perhutani Madiun. Hal tersebut disampaikan dalam musyawarah kerja dengan pemangku kepentingan dalam agenda pengawalan dan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi, bertempat di aula kantor Perhutani Madiun. Administratur Perhutani Madiun, Widhi Tjahjanto menyatakan bahwa Perhutani diberi tugas dan tanggung jawab oleh Pemerintah untuk mengawal dan mengawasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi kepada kelompok tani hutan (LMDH) di wilayah kerja Perhutani KPH Madiun. Kedua penyediaan pupuk bersubsidi sektor pertanian tahun 2015 adalah termasuk pemanfaatan lahan Perhutani untuk pengusahaan komoditas

54 DUTA Rimba

tanaman pangan oleh masyarakat sekitar hutan (LMDH). Untuk dapat menyediakan pupuk bersubsidi bagi kelompok tani hutan / LMDH wajib membuat atau menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) masing-masing kelompok dan perkomoditi. Penyaluran pupuk bersubsidi kepada kelompok tani (LMDH) akan dilakukan oleh kios pupuk yang telah ditunjuk oleh Dinas Pertanian Kabupaten maupun Kecamatan setempat dengan menunjukkan RDKK yang telah disetujui, demikian tegasnya. Kepala Sub Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Ponorogo Jamal sesuai dengan tugas wewenang dan tanggung jawabnya bersedia membantu, bekerjasama dengan Perum Perhutani KPH Madiun dalam hal pengawalan dan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi kepada kelompok tani hutan (LMDH) diwilayah Kabupaten Ponorogo • DR

Alif Bingkeng Pusat Karya Seni di Tasikmalaya Tasikmalaya (1/6) – Wana Wisata Urug Tasikmalaya terdapat Alif Bingkeng, tempatnya karya seni khusus bagi yang mencintai dan mengetahui seni. Di tempat inilah macam macam jenis karya seni. Wana Wisata Urug Tasikmalaya berlokasi di Jalan Tasikmaya – Karangnunggal sekitar 5 kilo meter dari pusat Kota Tasikmalaya, tepatnya di Kampung Urug, Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Perhutani Tasikmalaya.Minggu (31/5). Wana Wisata Urug ini menyediakan rupa rupa jenis karya seni, pengunjung bisa datang dan membeli berbagai jenis karya seni dan berbagai jenis kerajinan, kata Evi pengelola Wana Wisata Urug. Wana Wisata Urug ini selain

tempat wisata bagi para pengunjung yang akan menikmati keindahan alam dengan udaranya segar, dan ditunjang berbagai fasilitas seperti jalan yang membelah hutan, jalur offroad serta area camping, Aula tempat pertemuan, Shelter—shelter tempat istirahat, Outbond dan Rumah Pondokan. Selain menampilkan berbagai karya seni, tempat tersebut melayani pengunjung yang hendak dilukis, untuk pengunjug yang mau dilukis disini sudah ada pelukis khusus yang propesional. Pengunjung tinggal membayar mulai harga Rp. 150 ribu hingga 450 ribu, itu tergantung ukuran besar kecilnya lukisan, tambahnya. Aceng seorang pelukis profesional dan pengelola ALIF BINGKENG di wana wisata Urug asal kota Tasikmalaya ini, merasa bangga atas kerjasama dengan wana wisata Urug ini, karena selain bakat jiwa seni melukisnya dapat tersalurkan juga lukisan karyanya dapat terjual. Selain itu, pengunjung yang datang ke sisni pasti selalu ada yang minta mau dilukis. tuturnya. Menuju lokasi ini sangat mudah terutama jika menggunakan kendaraan pribadi. Dari Kota Tasikmalaya tinggal menuju kearah selatan Tasikmalya, dengan sendirinya lokasi Wana Wisata Urug akan terlewati. Sedangkan jika menggunakan kendaraan umum, dari Terminal Indihiang – Tasikmalaya satu kali naik bis atau elf jalur selatan Cipatujah, Karangnunggal, Bantarkalong, dan pamijahan. Demikian juga pulang, bisa numpang kendaraan jurusan Tasikmalaya yang hampir setiap menit melintas di depan pintu gerbang Wana Wisata Urug. Memasuki Wana Wisata Urug setiap pengunjung harus bayar Karcis Tanda Masuk (KTM) sebesar Rp 5000. • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Pemerintah Dukung Kedaulatan Pangan

Dok. Kom PHT®2014

Perhutani Penandatanganan MoU antara Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar

Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Peningkatan Peran Desa Hutan Dalam Pengelolaan Hutan dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Kantor Pusat Perhutani Gedung Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Soebroto Senayan-Jakarta, Senin (18/5). Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyatakan bahwa Perhutani mengelola kawasan hutan seluas 2,4 juta ha di Jawa Madura, selama ini telah bekerjasama dengan 5.293 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Kerjasama tersebut telah menghasilkan 925 lembaga koperasi Masyarakat Desa Hutan dan lebih kurang 3.847 usaha produktif LMDH. Sampai 2014, mereka didukung pula dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) melalui pinjaman berbunga rendah senilai Rp 99 miliar dan dana

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

hibah senilai Rp 17,6 miliar untuk 14.361 mitra binaan. Dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang diterapkan Perhutani sejak 2001, kontribusi Perhutani untuk tanaman pangan di lahan hutan sejak 2002 sampai sekarang rata-rata seperti padi mencapai 99.072 ton/tahun senilai Rp 262,5 miliar/tahun, jagung mencapai 290.702 ton/tahun senilai Rp 448,4 miliar/tahun dan hasil kacang2an, empon-empon, porang mencapai 6.700 ton/tahun senuilai Rp 286,5 miliar per tahun. Kerjasama ini merupakan kegiatan untuk mempercepat proses tercapainya kemandirian dan meningkatkan peran masyarakat desa hutan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya dengan model kemitraan. Ruang lingkup kerjasama ini meliputi Inventarisasi jumlah dan tipologi Desa Hutan di wilayah Perum Perhutani, Pemetaan potensi kerjasama Desa Hutan dengan Perum Perhutani, Penyusunan

Pedoman Pengelolaan Hutan Perum Perhutani Bersama Desa, Penguatan kelembagaan desa dari Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi Pengelolaan Hutan bersama Desa (PHBD) serta Pembentukan Desa Model Pengelolaan Hutan Bersama Desa (PHBD) pada Desa Hutan. Dengan adanya dukungan dari Kementerian Desa, Pengembangan daerah Tertinggal dan Transmigrasi tersebut diharapkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa hutan melalui kelembagaan LMDH dapat lebih ditingkatkan lagi lebih luas ke tingkat Desa. Sebagaimana agenda prioritas pemerintah “NAWACITA” dalam butir ke tiga disebutkan “Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan”. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar menyatakan bahwa kerjasama ini untuk memberdayakan desa-desa hutan yang kurang lebih 5000 desa dan memberdayakan masyarakat sekitar hutan yang kondisinya belum terberdayakan dengan baik. “Peran strategis Perhutani sangat penting untuk menopang keberadaan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi khususnya di wilayah Jawa dan Madura. Nantinya tidak hanya ketahanan pangan tetapi sekaligus dapat meningkatkan kedaulatan pangan” tambahnya. Perum Perhutani dan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi berharap pengelolaan hutan mampu menjadikan desa mandiri yang juga merupakan program strategis dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. • DR

DUTA Rimba 55


barecore

unggulan PErhuTANI Dari hamparan panas Jawa Timur Menteri BUMN sengaja menyempatkan diri Melakukan kunjungan kerja

Dok. Kom PHT®2015

Di KBM Industri Kayu Gresik

56 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


LENSA

Ada produk baru Yang akan jadi andalan perusahaan Susunan kayu akasia Menjadi produk Barecore

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 57


Dari deritan mesin yang beroperasi Menggambarkan semangat baru Industri kayu terus dipacu Agar berikan nilai tambah baru

58 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Dengan bahan baku kayu yang melimpah Menjadi Unggulan bagi industri kayu Untuk berpacu dan bersaing Merebut pasar yang makin kompetitif

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 59


Dari pandangan langsung Terlihat jelas kesiapannya Untuk terus berkinerja maksimal Hasilkan produk yang optimal

60 DUTA Rimba

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015


Sebagai petinggi di BUMN Menteri meminta Perhutani Tingkatkan industri kayu Agar Indonesia terus maju

NO. 57 • TH. 10 • maret - april • 2015

DUTA Rimba 61


bisnisrimba

Wajah Baru

Dok. Kom PHT®2015

Armadu

62 DUTA Rimba

Di puncak acara Ulang Tahun ke-54, Perhutani resmi meluncurkan sejumlah produk baru. Produk-produk baru yang diluncurkan itu adalah Air Madu, Sabun Madu, serta Tas Kulit Buaya Perhutani. Air madu yang di-launching itu merupakan wajah baru dari produk minuman madu bermerek “Armadu”. Harapan baru pun meluncur seiring peluncuran produk-produk baru Perhutani. Seperti apa wajah baru Armadu itu? NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


A

rmadu adalah salah satu produk siap konsumsi yang diproduksi Perum Perhutani. Armadu sendiri adalah minuman yang menyegarkan. Bahan baku utamanya adalah perpaduan madu pilihan yang berkualitas dan air alami dari sumber pegunungan yang diproses secara higienis. Komposisi dari Armadu antara lain adalah madu, air, fruktosa dan glukosa. Yang istimewa dari Armadu wajah baru ini adalah produk ini dibuat tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan! Sehingga, Armadu baik untuk dikonsumsi segala umur, tidak serik di tenggorokan, dan tidak menyebabkan batuk. Hal itu menjadi Armadu sebagai produk yang bisa untuk dinikmati sehari-hari bersama keluarga, teman - teman, dan rekan kerja. Sebagai minuman berkhasiat, Armadu juga bermanfaat untuk tubuh. Manfaat Armadu untuk tubuh antara lain adalah meningkatkan daya tahan atau stamina, melegakan tenggorokan yang kering, sangat baik untuk pencernaan, serta berfungsi sebagai anti virus sehingga dapat juga mengobati flu dan penyakit lain yang disebabkan oleh virus. Data dari Biro Pemasaran Non Kayu Perum Perhutani menyebutkan, Armadu diproduksi pertama kali tahun 2005 atas ide dari M Chandra Widjaja. Ketika itu, minuman air madu Perhutani diproduksi dalam kemasan cup dengan 2 merek, yaitu Midu (Minuman Madu) dan Armadu (Air Madu). Nama Armadu sebagai merek merupakan singkatan dari Air Madu, dipilih karena nama itu dapat segera menggambarkan produknya yang merupakan campuran dari madu dan air. Produk ini dapat dikatakan sebagai produk minuman madu pertama yang memiliki nilai pembeda (differensiasi) ketimbang produk

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

yang lain. Hal itu dikatakan Kepala Biro Pengembangan Pasar Non Kayu, Hezlisyah Siregar. “Armadu merupakan produk differensiasi pertama dari madu dan air yang memudahkan orang untuk menikmati madu tanpa harus direpotkan dengan membawa sendok untuk meminum madu,” katanya. Sepuluh tahun setelah produk tersebut pertama kali diluncurkan, Armadu hadir dengan wajah baru. Hal itu menunjukkan, Perhutani selalu berusaha untuk terus meningkatkan kualitas semua produk yang dihasilkannya. Jika sepuluh tahun lalu Armadu lahir dengan kemasan cup, wajah baru Armadu yang di-launching bertepatan dengan peringatan Ulang Tahun ke-54 Perhutani itu muncul dalam kemasan tetrapack. “Seiring dengan gaya hidup dan cara handling, maka untuk meningkatkan nilai tambah, di awal tahun 2015 dibuatlah produk Armadu dengan kemasan tetrapack. Dengan kemasan tetrapack, maka produk Armadu yang diproduksi tanpa bahan pengawet itu, lebih higienis, cara handling lebih mudah, dan produk lebih elegan, serta diharapkan agar dapat lebih mudah masuk ke pasar retail dan diterima konsumen,” demikian keterangan Tim Biro Pemasaran Non Kayu Perum Perhutani.

Menengah ke Atas Adalah Mohamad Soebagja yang menjadi tokoh di balik perubahan tampilan wajah Armadu. Soebagja yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Komersial Non Kayu Perum Perhutani, melihat ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, dikoreksi, dan ditingkatkan dari Armadu. Antara lain adalah hal yang menyangkut aspek kualitas dan legalitas produk. “Pertama, Armadu yang dikemas

dalam cup plastik yang diproduksi dari Babakan Madang, belum jelas karena belum ada nomor lisensi dari BPOM. Selain itu, komposisinya juga tidak dipatenkan ketika itu. Padahal, produk-produk makanan dan minuman itu (komposisi dan izin BPOM-nya) harus jelas, apalagi membawa nama Perhutani di situ. Kalau ada yang komplain masalah produk, sangat berbahaya,” ujarnya. Selain tentang komposisi, Mohamad Soebagja yang kini menjabat Direktur Keuangan Perhutani, ketika itu juga menilai, harga jual Armadu saat itu terlalu mahal. Harga jual Armadu di tingkat retail adalah Rp 3.500. Harga tersebut menurut Soebagja membuat Armadu tidak akan mampu bersaing dengan produkproduk yang kemasannya sejenis. Ia mencontohkan, banyak produk minuman yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak dan sama-sama dikemas dengan menggunakan kemasan cup, hargajualnya hanya Rp 1.000. Sehingga, Armadu yang harganya Rp 3.500 jelas tidak dapat bersaing, kendati secara kualitas produk, Armadu memang lebih baik ketimbang minuman-minuman kemasan cup yang lain. “Armadu kita jelas tidak mungkin bersaing dengan (produk minuman dalam cup yang lain) itu, walaupun dari segi kualitas produk memang lebih baik. Tetapi ketika itu masih menggunakan pengawet, produksinya tidak bisa banyak, karena hanya merupakan bagian kecil dari produk yang dihasilkan di Babakan Madang,” kata Soebagja. Soebagja dan Tim Pemasaran Non Kayu pun lalu menggelar rapat, diskusi, serta sejumlah konsultasi terkait rencana pengembangan produk Armadu. Konsultan pemasaran dari luar perusahaan pun ditanya. Setelah proses konsultasi dan upaya meriset pasar, didapat

DUTA Rimba 63


bisnisrimba data bahwa tidak ada minuman dalam kemasan lain yang beredar di pasaran bebas dengan komposisi yang merupakan campuran air mineral dan madu. Dulu memang ada jus madu, tetapi sekarang sudah tidak beredar lagi. “Keinginan saya, Armadu ini masuk ke pasar menengah ke atas. Sebab, kalau sasarannya ke anak sekolahan, tidak akan terkejar, karena akan kalah dengan minuman yang kemasannya seperti cup yang harganya lebih murah. Akhirnya saya beralih menggunakan kemasan lain untuk menyejajarkan Armadu dengan produk lain. Kita pun memilih untuk memakai kemasan tetrapack,” kata Soebagja. Kemasan baru dengan tetrapack memberikan kesan elegan kepada Armadu. Seiring dengan itu, komposisi dan lisensi pun didaftarkan kepada BPOM, mereknya didaftarkan di Kemenkumham, serta dilakukan pengurusan sertifikasi halal dari MUI. Nama Armadu tetap dipertahankan sebagai merek, karena dianggap sudah melekat pada produknya. Kemasan baru, pendaftaran komposisi dan lisensi, serta diperolehnya sertifikasi halal dari MUI itu sontak mendongkrak kelas Armadu ke ceruk pasar kelas menengah ke atas. Pemilihan ceruk pasar produk tersebut kepada segmen menengah ke atas tersebut, menurut Tim Pemasaran Non Kayu, karena harga jual Armadu yang diiringi kemasan yang elegan akan terjangkau oleh konsumen menengah ke atas. “Jadi harapannya adalah produk Armadu kita ini nanti masuk ke tempat-tempat sosialisasi, seperti Gym, Lapangan Futsal, lapangan golf, karena belum pernah ada produk minuman seperti ini ataupun minuman kesehatan yang masuk ke tempat-tempat seperti itu. Inilah yang membuat kita ingin mencoba untuk

64 DUTA Rimba

menggunakan packaging lain. Tetapi saya tidak menutup kemungkinan kalau dapat menembus pasar keduaduanya, yaitu menengah ke bawah dan ke atas kita jalankan bersama,” lanjut Soebagja. Tetapi, dari aspek produksi, ada kelebihan kemasan tetrapack dibandingkan kemasan cup. Soebagja menekankan, memakai kemasan tetrapack ini ternyata lebih baik daripada kemasan cup plastik. Yang terutama, kemasan cup plastik itu membuat Armadu harus menggunakan pengawet, sedangkan ketika menggunakan tetrapack, pengawet tidak lagi perlu digunakan. Hal itu menjadi produk Armadu ini lebih aman Karen tanpa bahan pengawet. “Selain itu, jauh sebelum kita tetapkan Armadu sebagai produk di agro industri, saya coba tes pasar dengan menggunakan komposisi sesuai dengan produk kita, dan ternyata respon pasarnya baik. Tes pasar dilakukan dengan menggunakan kemasan produk lain yang tidak dipakai dan dibungkus dengan kemasan kita. Tes pasar itu gratis, tetapi tidak diberikan dengan kemasannya, melainkan Armadu kita hanya dituangkan ke gelas lalu diberikan kepada mereka untuk diminum. Ternyata, mereka tertarik. Tes pasar ini kita coba di ibukotaibukota provinsi di Jawa dan Bali. Ternyata hanya orang bule yang komplain, karena katanya terlalu manis,” kata Soebagja.

Strategi Pasar Pemilihan kemasan pada tetrapack juga memberikan konsekuensi tersendiri. Kendalanya adalah, mesin tetrapack itu mahal, dan perusahaan tidak mungkin membelinya. Sebab, tidak akan sebanding antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang mungkin didapat. Hal itu lalu

Kemasan baru dengan tetrapack memberikan kesan elegan kepada Armadu. Seiring dengan itu, komposisi dan lisensi pun didaftarkan kepada BPOM, mereknya didaftarkan di Kemenhumham, serta dilakukan pengurusan sertifikasi halal dari MUI. membuat Soebagja dan Tim Pemasaran terus mencari terobosan baru. Soebagja menuturkan, ia lantas mendapatkan inspirasi dari seorang yang mengelola pabrik consumer goods dengan produksi besar. Padahal, ia hanya punya merek dan desain, tidak punya pabrik sendiri, tetapi omzetnya besar. Solusinya adalah menggunakan jasa pengemasan dari perusahaan lain. “Ternyata banyak perusahaan di luar Perhutani yang menyediakan jasa pengemasan. Setelah saya survey ke pabrik, termasuk kemasan tetrapack yang sering kita minum itu, ternyata semuanya tidak punya pabrik. Semuanya dijasakan. Makanya kita coba jasakan, dan relatif skala ekonominya masih masuk. Kita hitung semua biaya produksi termasuk jasa pengemasan itu dengan harga Rp 5.000, ternyata kita masih bisa mendapatkan margin lebih dari 20%,” katanya. Apalagi, Perhutani tak menemui kendala dalam hal pengadaan bahan baku. Bahan baku untuk Armadu selama ini telah mencukupi, tanpa perlu mengurangi bahan baku untuk memproduksi madu murni dalam kemasan. Di dalam satu kali proses

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2014

Direktur Keuangan Perum Perhutani, Mohammad Soebagja yang menunjukkan produk minuman Armadu dalam kemasan tetrapack.

pengemasan, bisa menghasilkan 351 pcs. “Nah, saya berharap kalau saja dalam sebulan bisa dilakukan 10 kali proses pengemasan, margin Perhutani dari segi nominal bisa mencapai beberapa milyar dalam setahun, dan hal itu bisa mengalahkan margin dari pabrik kayu putih. Mudah-mudahan temanteman di Komersial bisa melanjutkan ini. Kepada mereka, sudah diberikan penjelasan tahapan-tahapannya dan sudah ada rancangan seperti ini. Bahkan kita sudah coba mencari distributor untuk produk Armadu ini,” lanjut Soebagja. Ya, nampaknya Armadu akan menjadi salah satu produk andalan Perhutani. Hal itu disebutkan Tim Pemasaran Non Kayu. Disebutkan, Direktur Komersial Non Kayu, Agus Setya Prastawa, mengarahkan agar produk-produk yang bisa diproduksi dengan jumlah banyak (mass production) semisal Madu, Armadu, Sabun Madu Honey Plus, dan Kopi, dapat dipasarkan melalui jaringan retail nasional. Tentunya strategi pemasaran melalui jaringan retail

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

nasional itu harus dibarengi dengan promosi yang memadai, baik melalui pameran, maupun media cetak, media videotron, dan pada saatnya nanti di media elektronik, guna menjangkau pasar yang lebih besar. Menyikapi arahan Direktur Komersial Non Kayu itu, Hezlisyah Siregar sebagai Kepala Biro Pengembangan Pasar Non Kayu pun telah melakukan pemasaran melalui jaringan retail, yaitu Guardian untuk produk madu, dan menyusul dengan Indomaret dan Indogrosir untuk pemasaran Armadu, Sabun Madu, Kopi, dan lain-lain. Hal itu dilakukan dengan tetap mempertahankan pasar yang sudah ada selama ini. Selain itu, untuk produk-produk yang baru saja soft launching yaitu Armadu, Sabun Madu Honey Plus, dan Tas Kulit Buaya Be-Pelle, telah dilakukan pula kegiatan promosi melalui program promosi media LCD/LED yang ada di dua lokasi di Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Sisingamangaraja. “Harapannya adalah agar produkproduk tersebut dikenal masyarakat

dan laku di pasaran, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari produk-produk agribisnis,” tutur Hezlisyah Siregar. Sejauh ini, belum ada kendala atau kesulitan apa pun dalam proses produksi Armadu. Saat ini, Tim Pemasaran Non Kayu terus mengembangkan pola pemasaran produk unggulan baru Perhutani tersebut dengan strategi antara lain meningkatkan produksi produk tersebut, memertahankan kontinuitas produksi produk tersebut, melakukan kajian pemasaran terhadap produkproduk tersebut, serta meningkatkan pemasaran domestik dan ekspor. Optimisme pun terpancar dari produk-produk baru tersebut. Setidaknya hal itu terpancar dari raut wajah Mohammad Soebagja. “Saya firm terhadap Armadu,” ujarnya sambil tersenyum. Seiring optimisme yang mewarnai Armadu dan produk-produk lain Perhutani, juga tengah disiapkan produk baru yang lain. Antara lain, produk itu adalah Masteroxy Honey. Produk apakah itu? Tunggu saja tanggal mainnya! • DR/RUD

DUTA Rimba 65


rimbadaya

Harapan Berlabuh di

Kandang Puyuh

P

ria paruh baya itu baru saja keluar dari kandang puyuh ketika Duta Rimba datang. Kandang itu tepat di depan rumahnya. Nama pria itu adalah Taat. Profesinya peternak burung puyuh. Ia menyambut kami dengan penampilan sederhana. Berbincang sebentar, ia lantas mempersilakan kami masuk ke beranda rumahnya. Taat masuk sejenak untuk membersihkan diri. Tak berapa lama berselang, istrinya, Darni, keluar dan mempersilakan kami duduk di ruang tamu sembari menghidangkan segelas teh manis. Sejenak kemudian, Taat keluar lagi dan duduk bersama kami. Suasana di Desa Cibiyuk, Kecamatan Ampir Gading, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, saat itu sedang panas tengah hari. Di tengah sinar mentari yang sedang terik-teriknya membakar hari, pria kelahiran Pemalang, 29 Maret 1952, itu pun mulai menceritakan kisah perjalanan usahanya. Taat bertutur, semua bermula dari hobi memelihara ayam. Tahun 1990, Taat berinisiatif menjadikan hobinya sebagai pekerjaan. Ia pun memulai usaha menjadi peternak ayam. Di tahun 1993, usaha ternak ayamnya yang baru berjalan beberapa tahun tersebut ternyata membuahkan hasil yang menggembirakan. Betapa tidak! Ia langsung mendapatkan penghargaan sebagai Juara 3 Nasional Ternak Ayam Buras.

66 DUTA Rimba

Jangan sepelekan hobi. Banyak orang sukses karena menekuni hobinya dengan serius. Salah satu bukti hal itu ada pada diri seorang peternak puyuh di Pemalang, Jawa Tengah. Bermula dari hobi memelihara ayam, ketekunan dan konsistensinya kini membawanya meraih pendapatan besar. Bahkan, ia pun kerap diundang menjadi instruktur dalam pelatihanpelatihan kewirausahaan. Hal itu sekaligus menjadikan Desa Cibiyuk sebagai sentra peternakan unggas. Keberhasilan itu membuat Pemerintah Daerah setempat membangun sebuah monumen berbentuk tugu ayam yang berada di tepi jalan masuk ke Desa Cibiyuk. Tugu itu sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap keberhasilan Desa Cibiyuk menjadi Sentra Peternakan Unggas.

Dari Ayam ke Puyuh Tak disangka, ternyata hubungan antara Taat dan Perhutani sudah lama terjalin sangat erat. Hal itu terungkap dalam perbincangan kami di siang terik itu. Mungkin, karena dulu Taat tinggal dekat dengan Kantor Perhutani KPH Pemalang dan memiliki banyak teman di sana. Salah satu teman sekolah Taat kini bekerja di Perhutani. Namanya Gito. Dari Gito, Taat mendapat informasi tentang program mitra binaan

Perhutani dan dana bantuan PKBL. Ia pun tertarik untuk bergabung sebagai mitra Perhutani dan memanfaatkan program tersebut. Tahun 1996, Taat memperoleh pinjaman pertama senilai 5 juta rupiah dari Perhutani. Bagi Taat, uang 5 juta rupiah di masa itu nilainya sangat besar. Sebab, ia ingat saat itu nilai mata uang Dolar AS hanya Rp 2.000. Pinjaman yang diperoleh itu tak ia sia-siakan. Semua diberdayakan untuk mengembangkan usahanya beternak ayam. Terbukti, usahanya kian berkembang dan pinjaman dana PKBL itu dapat segera ia lunasi. Di tahun 1997, Taat kembali mendapat suntikan dana dari Perhutani dengan nilai yang lebih besar, yaitu 10 juta rupiah. Ternak ayam Taat kian berkembang. Dan selama menjadi mitra binaan Perhutani, Taat juga sering mendapat pelatihan, semisal Pelatihan Nasional di Ciawi, Ungaran,

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHTÂŽ2015

Suropadan, Magelang, dan lain-lain. Namun, jalan tak selalu mulus. Tahun 2000, krisis moneter kembali melanda negeri. Taat pun harus menelan pahitnya kenyataan bahwa harga pakan ayam menjadi terlalu mahal dan tidak seimbang dengan harga jual telur ayam. Hitungannya, jika di tahun 1997 harga bekatul Rp 600 per Kg dan harga telur Rp 600 per butir, sejak krisis moneter terjadi, harga bekatul menjadi Rp 3000 per Kg dan harga telur hanya Rp 1.250 per butir. Taat merugi. Kerugian

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

sangat besar amat memukul usaha Taat. Akhirnya, Taat memutuskan mengambil langkah frontal. Ia berhenti menjalankan usaha ternak ayam yang telah dirintis bertahuntahun. Setelah menghentikan bisnis ayam, Taat istirahat sejenak dari aktivitas usaha ternak. Selama masa transisi, Taat banyak berpikir dan mencari peluang usaha lain. Akhirnya, semua terjawab, Di tahun 2004, Taat bangkit kembali. Tetap dengan usaha ternak, namun kali ini ia coba memulai

usaha ternak puyuh. Tak dinyana, usaha barunya di ternak puyuh bisa dibilang sukses hingga sekarang. Dari sisa modal beternak ayam, Taat membangun kembali kandang untuk puyuh. Ia pun tak hanya menjual telurnya saja, tetapi juga membuat pembibitan burungnya. Kandang penetasan dan penggemukan juga ia buat. Jenis puyuh yang ia kembangkan adalah jenis lokal yang sudah diseleksi (dipisahkan antara yang jantan dengan betina, red). Dasar sudah mahir beternak,

DUTA Rimba 67


rimbadaya ringan, tidak ada potongan, bunga menurun, serta tidak ketat dengan denda asalkan rutin membayar dan memberi kabar setiap bulan. Kekurangannya menurut Taat cuma satu, yaitu nilai pinjamannya kurang besar. Di tahun 2011 juga, Taat didaulat menjadi Ketua Gapoktan (Gabungan kelompok Tani) “TANI MAKMUR” periode 2011-2016. Ia ditunjuk langsung oleh Pemda. Setiap sebulan sekali, mereka mengadakan pertemuan.

Dok. Kom PHT®2015

Tak Pelit Ilmu

Taat segera dapat menguasasi usaha ternak puyuh. Perlahan-lahan tangga sukses kembali ia tapaki. Dulu sukses ternak ayam, sekarang beternak puyuh pun sepertinya tidak sulit buat Taat. Usaha Taat berkembang sedikit demi sedikit. Kini, usahanya benar-benar berkembang pesat. Jika dulu lahan yang dia pakai untuk mendirikan kandang masih berstatus sewa, sekarang statusnya sudah menjadi miliknya sendiri. Dulu, ia harus memasarkan telur sendiri, sekarang justeru para pedagang yang datang mencari-cari. Itu semua berkat kegigihan dan kerja keras Taat yang konsisten beternak unggas. Usaha keras Taat dibuktikan dengan raihan penghargaan atas prestasinya. Tahun 2007, Taat kembali mendapatkan penghargaan sebagai “Petani Berprestasi” dari Menteri Pertanian dan mendapatkan dana bantuan sebesar 20 juta rupiah. Taat sangat senang, karena dengan uang

68 DUTA Rimba

itu ia bisa memperbesar usahanya. Selain itu, ia pun bisa memberi manfaat bagi lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Salah satunya, Taat membiayai pengaspalan akses jalan ke arah peternakannya dari Jalan Raya, serta membangun jembatan kecil yang melintasi sungai yang dilewati jalan tersebut, sehingga memudahkan truk pedagang untuk mendekati kandang. Dan masyarakat yang lain juga bisa menikmati jalan yang bagus serta tidak becek lagi. Tahun 2011, kakek 3 cucu ini mendapatkan lagi bantuan PKBL dari Perhutani. Kali ini sebesar 6,5 juta rupiah. Angsurannya masih berjalan hingga awal tahun 2015. Di titik ini, muncul pertanyaan, apakah Taat pernah juga ditawari pinjaman atau bahkan meminjam dari instansi lain? Dia menjawab, pernah tetapi tidak ia ambil. Sebab, kata Taat, pinjaman dari Perhutani adalah yang paling sesuai untuknya. Mudah, cepat, angsuran

Taat selalu merasa haus ilmu. Tetapi ada satu kenangan yang menurut dia sulit dilupakan. Yaitu ketika dia mendapat undangan untuk mengikuti diklat di Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada tahun 1995. Saat materi kesehatan ternak, pengantar materinya adalah seorang Dosen dari Thailand dan menggunakan Bahasa Inggris. Taat yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMP tentu saja kesulitan. Namun dengan polos Taat meminta seorang mahasiswa asal Bali yang berada di sebelahnya untuk mengartikan apa yang tadi dijelaskan oleh Dosen. Si mahasiswa pun kaget dan bertanya darimana asal Taat. Ternyata pada waktu itu Taat adalah satu-satunya peserta yang berasal dari kalangan peternak biasa, karena peserta lain semuanya adalah Mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia. Taat juga bukan orang yang pelit ilmu. Segala pengetahuan yang ia dapatkan dari pelatihan selama ini, ia tularkan kembali kepada banyak orang. Sudah banyak binaan Taat yang termotivasi dan mengikuti jejak suksesnya. Sudah banyak instansi yang meminta Taat menjadi narasumber di berbagai seminar tentang peternakan. Pernah juga ia diundang menjadi instruktur dalam

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015

pelatihan yang diadakan di KPH Pati. Apabila ia diundang menjadi narasumber, Taat tidak pernah meminta bayaran. Ayah 3 anak ini selalu berpendapat, ilmu tidak akan habis jika dibagikan kepada orang lain. Dia hanya ingin membagi ilmu, bukan sekadar mengomersilkan ilmu. Rekan-rekan yang dibina oleh Taat pun masih sering ia bantu, terutama dalam memasarkan produknya. Produk peternakan yang dikelola Taat rupanya memang sudah merajai pasar penjualan di wilayah Pemalang, Pekalongan, Cirebon, Tegal, Bumijawa, dan masih banyak lagi. Bahkan, permintaan juga datang dari Jakarta dan nilainya begitu besar, namun belum mampu ia penuhi. Taat menjual telur puyuh dengan cara meletakkannya di dalam satu dus yang masing-masing berisi 750 butir. Harga satu dus telur puyuh adalah Rp 195.000. Sedangkan harga burung puyuh sendiri adalah Rp 3.000 per ekor. Dahulu, Taat menjual produk dengan cara menjemput bola. Artinya, ia sendiri yang pergi untuk memasarkan dagangan itu ke berbagai daerah. Kini, saat semua orang sudah mengenal dan puas akan produk yang dihasilkan oleh peternakan Taat, ia hanya perlu stand by di rumah dan menunggu

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

pelanggan datang sendiri menjemput pesanan.

Omzet Jutaan Rupiah Kini, Taat mempekerjakan 5 orang untuk mengurus kandang puyuh, yang masing-masing digaji Rp 900.000 per bulan, sesuai UMR Kabupaten Pemalang. Itu belum termasuk bonus Tunjangan Hari Raya dan upah lembur Rp 120.000 per hari bagi pekerja yang tetap masuk selama Hari Raya. Tugas para pekerja tersebut antara lain adalah memberi makan burung puyuh di pagi dan sore, mengisi tempat minum dengan air yang baru, mengganti air minum, membersihkan kandang, dan mengumpulkan telur. Bicara masalah omzet, Taat menuturkan, penghasilan dari penjualan telur puyuh kurang lebih 4 juta rupiah per bulan. Untuk pembibitan burung puyuh, penghasilannya bisa mencapai 6 juta rupiah per bulan, bahkan bisa lebih besar lagi, tergantung permintaan pasar. Itu semua adalah penghasilan bersih, termasuk untuk membayar gaji karyawan dan biaya operasional lainnya. Saat ditanya soal kendala dalam beternak burung puyuh, Taat mengatakan bahwa semua usaha

pasti memiliki kesulitan atau risiko kerugian. Namun, semua kesulitan itu dapat diantisipasi atau diminimalkan jika pemiliknya perhatian. Misalnya, jika ada gejala burung sakit, segera pisahkan dengan burung-burung yang lain. Jika burung mulai tidak produktif, segera jual dan gantikan dengan yang produktif. Selain itu, juga mencegah orang sembarang masuk ke kandang jika tidak memiliki kepentingan. Serta secara rutin memeriksa kelayakan kandang. Terakhir, Taat menyampaikan bahwa ia sangat berterimakasih kepada Perhutani yang sejak dulu banyak membantu dalam menjalankan usahanya. Taat mengakui, sebagian keberhasilannya adalah berkat kucuran dana PKBL dari Perhutani, serta berbagai kesempatan mengikuti pelatihan yang menambah ilmu pengetahuannya. Juga rangkain pameran produk yang memperluas pasar penjualan produk ternak Taat. Ia pun berharap, usahanya selalu lancar, sehingga dapat terus menjadi mitra binaan Perhutani serta menularkan ilmu yang telah didapatkan kepada orang lain. Dengan demikian, ia berharap masyarakat khususnya di daerah Desa Cibiyuk semakin sejahtera. • DR

DUTA Rimba 69


warisanrimba

Jejak Mataram Islam

Dok. ISTIMEWA

di Air Terjun

Bongok Bagi telinga masyarakat di sekitar Tuban, nama sumber air Bongok terdengar begitu akrab. Sumber air Bongok berpusat di sebuah air terjun. Sejatinya, air terjun Bongok menyimpan keindahan alami yang luar biasa. Begitu indah, hingga banyak orang yang menyebut, air terjun Bongok bagaikan sebuah potongan dari Negeri Dongeng. Sayang, potensi keindahan air terjun Bongok belum dikembangkan untuk wisata.

70 DUTA Rimba

A

ir terjun Bongok berada di Dusun Kerokan, Desa Jetak, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Begitu akrabnya nama air terjun ini di telinga masyarakat sekitar, membuat tak susah untuk mencarinya. Ketika namanya disebut, warga setempat yang ditanya akan segera menunjuk ke arah gugusan kawasan hutan yang tepat berada di sektor wisata di Petak 104c RPH Kebonagung, BKPH Merakurak, KPH Tuban. Luas

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Wanawisata Air Terjun Bongok ini kurang lebih 6,8 Hektaree. Posisi air terjun di Tuban memiliki nilai tersendiri. Sebab, selain menyimpan banyak potensi wisata alam, masyarakat selama ini lebih mengenal Kabupaten Tuban sebagai daerah tujuan wisata religi. Keberadaan sejumlah makam ulama besar penyebar agama Islam di Pulau Jawa, membuat Tuban diberi julukan “Bumi Wali”. Maka, keberadaan Air Terjun Bongok juga tak lepas dari kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Untuk menuju air terjun Bongok, dari kota Tuban wisatawan dapat mengikuti jalur pantura TubanSemarang. Setelah rumah makan Pangestune, wisatawan akan ketemu pertigaan. Di sana belok kiri dan mengikuti petunjuk ke arah Merakurak. Kemudian ketemu pertigaan. Di sana, ambil jalan lurus sampai pertigaan SMPN 4 Tuban, lalu berbelok ke kanan sampai ketemu pertigaan lagi, lalu berbelok kiri mengikuti petunjuk ke arah Montong. Ikuti saja jalan raya Montong itu sampai ketemu pertigaan lagi menjelang masuk ke Desa Talun. Setelah masuk gapura Desa Talun , ikuti jalan sampai ketemu pertigaan yang terdapat papan petunjuk ke Makam Singonegoro. Ikuti petunjuk tersebut, ambil jalan lurus terus sampai jalan aspal yang dilalui berubah menjadi jalan makadam. Tak lama setelah masuk jalan makadam, belok kanan di perempatan dan tinggal ikuti petunjuk saja untuk menuju ke Makam Ki Singonegoro. Orang mengenal Air Terjun Bongok sebagai lokasi yang indah dengan gugusan pepohonan yang lebat mengelilinginya. Suasana yang alami itu bagaikan memberikan rasa damai yang demikian kental ketika mengunjungi Air Terjun Bongok. Pesona Air Terjun Bongok nan alami itu akan menghipnotis siapa

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

saja yang datang mengunjunginya. Sungguh cocok bagi siapa pun yang ingin menikmati keindahan asli yang alami. Namun, air terjun ini jarang dikunjungi orang karena lokasinya yang memang tersembunyi. Tersembunyi, karena posisi sumber air dan Air Terjun Bongok itu berada di bawah bukit. Lembah Bongok itu berada di tengah hutan jati di wilayah perbukitan kapur. Sebuah jalan setapak sepanjang sekitar 2 km yang kedua sisinya diplester semen akan membimbing pengunjung untuk menuruni bukit tersebut. Mobil tidak bisa melaluinya. Tetapi jalur itu bisa ditempuh dengan sepeda motor. Wisatawan yang terlanjur membawa mobil bisa memarkir kendaraannya di ujung jalan beraspal, lalu berjalan kaki. Sedikit jauh memang, tetapi rute perjalanan tersebut cocok bagi para pecinta wisata alam. Sebab, untuk menuju lokasi mata air tersebut, pengunjung harus berjalan kaki menuruni jalan tanah setapak yang kedua sisinya ditumbuhi semak. Di atas pepohonan besar, sejumlah monyet akan terlihat asyik bergelantungan. Begitu juga aneka burung berkicau. Semua dapat dinikmati di sekeliling lokasi itu. Saling melintas dan bermain-main di antara dahan pepohonan. Persis di bawah bukit, terdapat tanah landai yang lumayan luas. Nah, di tengah dataran itu terdapat makam kuno yang dikelilingi batu. Berdasarkan buku Tuban Bumi Wali The Spirit of Harmoni, diungkapkan pusara di kawasan sumber air ini adalah makam Ahmad Abdul Alim atau lebih dikenal dengan sebutan Ki Singonegoro. Dia adalah tokoh keturunan kerajaan Mataram. Di tempat itu, suara curahan air terjun terdengar samar. Sebab, posisi sumber air dan Air Terjun Bongok berada di balik pepohonan yang besar di kawasan hutan lindung.

Pohon-pohon tersebut begitu rindang dan menjulang tinggi, sehingga membuat suasana di sana agak redup karena sinar matahari tak mampu menembus. Sumber air Bongok berada di bagian atas bukit. Ada pemandangan menarik di atas sumber air ini. Yaitu pohon besar yang tumbang dan melintang tepat di atas aliran sumber air itu. Curahan sumber air inilah yang membentuk air terjun. Dari atas bukit, aliran air terjun Bongok terlihat hijau sebagai pembiasan lebatnya pepohonan di sekitarnya.

Ki Singonegoro Air Terjun Bongok memiliki tiga air terjun yang mengalir deras dan berkumpul menjadi satu untuk membentuk sebuah kolam lebar yang kemudian mengalir ke sebuah sungai. Sungai ini pun menarik karena tidak pernah kering airnya walau di musim kemarau. Karena itulah selama ini air sungai tersebut dijadikan sumber air bagi warga sekitar. Sejatinya Air Terjun Bongok begitu indah, hingga banyak orang yang menyamakan potensi keindahan alam di sana sebagai bagian potongan dari Negeri Dongeng. Apalagi, di lokasi tersebut juga terdapat situs makam yang menurut informasi dari warga sekitar adalah makam seorang tokoh penyebar agama Islam bernama Ki Singonegoro. Makam Ki Singonegoro memang menjadi daya tarik yang lain lokasi wisata ini, khususnya untuk wisata ziarah. “Cukup banyak peziarah dari luar kota yang jauh-jauh datang ke makam tersebut untuk berziarah,” kata Kepala Desa Jetak Kecamatan Montong, Zuhri Ali. Tak dapat dimungkiri, Tuban merupakan kota penuh ulama. Sebab, pada zaman dahulu kala Wali Songo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, Tuban meruapakan salah satu sentra penyebaran Islam. Sehingga,

DUTA Rimba 71


warisanrimba hingga saat ini Kota Tuban dijuluki sebagai Kota Wali oleh pemerintahan setempat. Sayang, potensi wisata dari keindahan air terjun Bongok hingga saat ini tidak dikembangkan untuk wisata. Baik wisata alam maupun wisata ziarah. Hal itu diakui Zuhri Ali. Menurut dia, meski potensi alam kawasan sumber air Bongok terbukti sangat indah dan layak menjadi tempat wisata, namun potensi tersebut kini lebih banyak dimanfaatkan warga di sekitar air terjun untuk memasok kebutuhan air bersih dan mengaliri sawah mereka. Sebab, limpahan air dari sumber air Bongok begitu melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan warga di sekitarnya. ”Saat musim kemarau panjang, sumber air ini pun tidak kering,” kata Zuhri Ali. Setiap tahun, warga Desa Kerokan rutin mengadakan acara Sedekah Bumi. Hal itu dilakukan sebagai wujud ungkapan syukur kepada Tuhan atas limpahan air yang tak pernah surut dari sumber air Bongok. Juga sebagai penghormatan atas Ki Singonegoro yang disemayamkan di tempat tersebut. Zuhri Ali menjelaskan, ada tradisi unik di setiap perhelatan sedekah bumi yang berlangsung di wilayahnya. Tradisi itu adalah menanam pohon. Ia mengungkapkan, penanaman pohon merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan. Tradisi itu menambah kelestarian alam di lokasi Air Terjun Bongok dan Situs Budaya Makam Ki Singonegoro tersebut. Ki Singonegoro atau kerap disebut juga sebagai Mbah Singonegoro disebut-sebut adalah seorang senopati atau panglima perang di zaman Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ketika Mataram Islam tengah

72 DUTA Rimba

”Kami berharap, Perhutani dan Pemerintah Kabupaten Tuban mau membangun tempat ini dan mengenalkan kepada masyarakat luas. Sehingga, wisata ini dapat juga meningkatkan ekonomi warga,” tandas Hanim. berjuang melawan penjajah Belanda, Ki Singonegoro ikut melawan pendudukan Belanda. Karena Mataram kalah dalam peperangan melawan Belanda, Ki Singonegoro dan anggota pasukannya pergi ke arah timur lalu bersembunyi di Dusun Kerokan. Di tempat persembunyiannya itu, Ki Singonegoro berbaur dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Akhirnya Ki Singonegoro menyiarkan agama Islam bagi penduduk sekitar tempat sembunyinya. Lambat laun, Ki Singonegoro berhasil membina masyarakat di sana dan menjadi tokoh penyebar agama Islam yang begitu dihormati. Ketika meninggal dunia, Ki Singonegoro dimakamkan di dekat tempat persembunyiannya selama bertahun-tahun. Tebing di lokasi makam Ki Singonegoro memiliki panorama yang indah dan sumber air. Di sana ada tiga air terjun yang meluncurkan percikan air tanpa henti, dan air yang jatuh di hamparan kolam berbatu-batu kuning. Sejak itu, hingga ratusan tahun kemudian air tersebut terus mengalir tanpa henti,

membelai batu dan membentuk stalaktit yang indah. Rumbaian pepohonan menggantung seperti rambut perawan. Jika wisatawan memasuki gua yang tepat berada di bawah air terjun, akan terlihat tulisan Jawa dan Arab pada dinding gua. Sejak itu, warga selama bertahun-tahun berusaha untuk melindungi situs ini. Selain karena terdapat sumber air yang baik sebagai pengisi kendi, juga karena keberadaan Situs Makam Ki Singonegoro. Dan untuk menghormati Ki Singonegoro pula, masyarakat sekitar mengadakan upacara tradisional. Menurut Kepala Dusun Kerokan, Hanim, lokasi makam Ki Singonegoro juga banyak digunakan masyarakat untuk meditasi atau menyepi. Mereka yang melakukan meditasi ditempat ini tidak hanya warga Tuban saja. Namun, pengunjung dari luar Tuban pun banyak. Hal itu sesunguhnya menunjukkan betapa besar potensi yang dimiliki Air Terjun Bongok. ”Kami berharap, Perhutani dan Pemerintah Kabupaten Tuban mau membangun tempat ini dan mengenalkan kepada masyarakat luas. Sehingga, wisata ini dapat juga meningkatkan ekonomi warga,” tandas Hanim.

Mulai Dikenal Kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi dengan kemajuan internet, dalam hal ini jejaring sosial, membuat wana wisata Air Terjun Lembah Bongok perlahan namun pasti mulai dikenal. Setiap setiap orang yang usai berkunjung dari sana, umumnya mendokumentasikan kegiatan travelling mereka dengan foto, kemudian mengunggahnya ke jejaring sosial. Maka, keindahan alam tersembunyi itu pun bisa dilihat oleh pengguna internet di mana pun berada. Hal itu menjadikan Air Tejun Lembah Bongok sebagai objek

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


hingga Kamis, serta bisa mencapai 500 orang di hari Sabtu dan Minggu atau hari libur. Air Terjun Lembah Bongok dibuka untuk umum setiap hari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB.

Dok. ISTIMEWA

Optimalkan Potensi

wisata baru di Kabupaten Tuban. Sejak sekitar pertengahan Maret 2015, Air Terjun Bongok sebagai lokasi wisata alam dan ziarah mulai diketahui warga Tuban, khususnya kawula muda yang suka bertualang. Kini, tak hanya kawula muda, namun para orang tua bersama keluarga dan buah hatinya juga mulai menyukai wisata alam di Bongok, di sela-sela kesibukan mereka sehari-hari. Namun, Pemkab Tuban mengaku tak dapat mengelola secara optimal potensi wana wisata Air Terjun Lembah Bongok. Sebab, lokasi air terjun tersebut berada di area milik Perhutani. Hal itu ditegaskan Kabid Pariwisata di Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban, Sunaryo. “Kami tidak bisa begitu saja mengambilalih tempat itu untuk kami kelola menjadi lokasi wisata,” kata Sunaryo. Sunaryo melanjutkan, yang paling mungkin untuk mengelola Lembah Bongok sebagai kawasan wisata adalah Pemerintah Desa setempat. Sedangkan Dinas Pariwisata hanya bisa membantu perizinan dan menjadi penghubung dengan pihak Perhutani. Namun, hingga kini Pemerintah Desa Jetak selaku pemangku wilayah belum menindaklanjuti wacana tersebut. “Kami sudah pernah memfasiltasi

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

desa untuk membuat surat pengelolaan lokasi itu sebagai tempat wisata denganPerhutani, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya,” jelas Sunaryo. Menurut Zuhri Ali, masyarakat sekitar berharap, potensi keindahan alam Lembah Bongok tidak dibiarkan rusak begitu saja. Sebab, lokasi wisata ini diyakini akan menyedot banyak pengunjung, jika dikelola secara profesional. Sedangkan pesanggem yang selama ini mengerjakan tanah di sekitarnya wana wisata Bongok sebagai lahan pertanian Pemanfaatan Lahan di bawah Tegakan (PLDT), saat ini aktivitasnya mulai dihentikan. Berbarengan dengan itu, dilaksanakan pengayaan tanaman langka rimba campur jenis Kepoh, Mahoni, Trembesi, dan tanaman buah-buahan. Zuhri Ali menuturkan, hal itu untuk selanjutnya mendasari pola kemitraan Kehutanan dengan pembuatan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Perhutani dengan LPTNU. Zuhri Ali mengatakan, retribusi masuk lokasi wana wisata sementara ini hanya berupa parkir sepeda motor dan mobil. Hasilnya digunakan untuk pengelolaan lokasi wisata, semisal pembuatan MCK serta sarana dan prasarana lain. Setiap hari, menurut dia, rata-rata pengunjung berjumlah 100 sampai 150 orang di hari Senin

Pengelolaan Air Terjun Lembah Bongok secara profesional kini mulai menunjukkan arahnya. Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban bersama Kepala Desa Jetak Kecamatan Montong Kabupaten Tuban, telah sepakat mengoptimalisasikan potensi yang terkandung di sekitar hutan lindung untuk Wahana Wisata Alam (Wana Wisata Air Terjun Mbongok dan Situs Budaya Mbah Singonegoro), seluas 6,8 Hektaree yang terletak di Petak 104c RPH Kebonagung BKPH Merakurak KPH Tuban itu, sebagai salah satu Usaha Produktif Desa Jetak, khususnya di sektor wisata. Administratur KPH Tuban, Riyanto Yudhotomo, mengatakan, dengan terjalinnya kerjasama di bidang pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang telah disepakati bersama, dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Kesepkatan itu dilakukan KPH Tuban dengan masyarakat Desa Jetak yang tergabung dalam Yayasan Peduli Lingkungan dan Penyelamat Sumber Mata Air “SONGGO BUWONO”. Manfaat yang telah dirasakan antara lain, Himpunan Pemanfaatan Air Minum (HIPAM), pengembangan Wana wisata Air Terjun Bongok, dan Situs Budaya Mbah Singonegoro, yang ada di Petak 104c RPH Kebonagung BKPH Merakurak KPH Tuban. “Keberadaan Wana Wisata Air Terjun Bongok dan Situs Budaya Mbah Singonegoro itu sudah kami laporkan ke Divisi Regional Jawa Timur, untuk segera dikelola sebagai wana wisata mengingat potensinya sangat bagus dan indah,” katanya.• DR

DUTA Rimba 73


ensikloRIMBA

Teduh Di Antara Racun

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Bintaro

Pohon Bintaro

Dulu, bintaro dikenal sebagai tumbuhan pantai. Namun, dua dasawarsa terakhir, pohon bintaro dengan mudah dapat dijumpai di sisi hampir semua jalan tol. Sebab, pohon ini dimanfaatkan sebagai pohon peneduh di sepanjang sisi jalan tol. Bahkan, ia juga ditanam sebagai pohon pelindung di beberapa kota. Hal itu sempat memunculkan pro-kontra setelah diketahui bahwa pohon bintaro mengandung racun yang berbahaya bagi manusia.

74 DUTA Rimba

B

intaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya. Pohon bintaro di Pasifik dikenal dengan banyak nama. Di Samoa ia disebut leva, toto di Tonga, serta vasa di Fiji. Di Indonesia sendiri, pohon bintaro tumbuh sejak sekira 15 tahun silam dan diperoleh dari Amerika. Awal tumbuhnya bintaro di Indonesia adalah di Pulau Kalimantan.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Bintaro dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 12 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan berwarna hijau tua yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3 hingga 5 cm. Bentuk bunganya serupa terompet dengan pangkal berwarna merah muda. Benang sari masing-masing bunga berjumlah lima dan bakal buahnya berposisi tinggi. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang 5 sampai 10cm, berwarna hijau pucat mengkilat saat muda dan merah cerah jika sudah masak. Bintaro seringkali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Secara alami, penyebaran bintaro berlangsung di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Perancis. Di Indonesia, sekarang bintaro kerap digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota. Hal itu antara lain dilakukan Pemerintah Kota Surabaya di Jawa Timur yang sejak beberapa tahun terakhir membudidayakan bintaro sebagai tanaman peneduh untuk penghijauan kota. Pihak pemkot menanam bintaro di sepanjang pinggir jalan-jalan utama. Nah, inilah yang kini menuai pro dan kontra. Sebab, di awal Maret 2015 seorang peneliti di bidang pertanian yang juga warga Surabaya bernama Trisno Wardani mengungkapkan, pohon bintaro yang buahnya ketika mentah berwarna hijau pucat namun mengkilap menyerupai mangga itu mengandung racun yang sangat berbahaya dan bisa merusak lingkungan di sekitarnya. Apalagi, buah bintaro kerap dijadikan mainan oleh anak-anak, tanpa tahu racun yang terdapat di dalam buah tersebut.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Menurut Trisno Wardani, dari hasil penelitian yang pernah ia lakukan, tanaman yang berada pada jarak atau radius dua meter dari pohon bintaro dipastikan tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman yang berada di sekitar pohon bintaro biasanya akan kering dan mati. Sebab, tanaman-tanaman itu selalu tumbuh kering akibat kekurangan air. Artinya, Trisno menyimpulkan, ada zat tertentu di dalam pohon bintaro yang menyedot air sehingga membuat tanaman di sekitarnya tidak bisa hidup karena kekurangan air. Ketika itu, Trisno menyebut, dalam sebuah percobaan diketahui, sebuah kolam yang penuh ikan, dalam hitungan detik ikan-ikannya bisa mati jika daun bintaro dimasukkan dalam air di kolam itu. Bahkan, dalam hitungan detik, air yang tercemari daun bintaro dapat langsung membuat jentik-jentik di dalam air itu mati. Jadi, jika bintaro ditanam di dekat kolam atau tambak, ketika daunnya rontok dan masuk ke dalam air, ikan di dalam kolam itu bisa dipastikan mati. Ia juga menjamin, pohon bintaro tidak akan pernah ditumbuhi benalu. Bahkan, ulat dan cacing tanah pun, , tak akan berani mendekat hanya mencium aroma pohon ini. Apalagi, menurut Trisno, akar pohon bintaro juga mengandung zat yang bisa mengeraskan tanah. Sehingga, jika ditanam di sisi jalan-jalan protokol, justeru akan memperlambat serapan air ketika terjadi banjir di kota. Dan jika daun-daunnya dikumpulkan untuk dicampur dengan daun kering lain lalu akan dijadikan pupuk, hal itu tidak akan menyuburkan, melainkan justeru akan membuat tanah lebih keras. Intinya, Trisno menyatakan, dirinya menyayangkan budi daya bintaro

yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk penghijauan kota. Namun, ia maklum jika hal itu akibat ketidaktahuan. Sebab, memang tidak banyak yang tahu adanya racun pada pohon bintaro.

Racun Sejak Lama Bintaro selama ini banyak ditanam sebagai tumbuhan peneduh di sisi jalan raya, karena pohon ini tahan banting, kuat, dan mudah beradaptasi di berbagai kondisi. Dengan kemampuan tersebut, tak jarang banyak orang, tidak terkecuali dinas-dinas pertamanan kota, menggunakan pohon bintaro untuk dibudidayakan sebagai bagian dari program penghijauan maupun sekadar menjadikannya pohon teduh. Pohon bintaro diketahui tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, kecuali sengaja ditanam. Setelah banyak yang mengetahui racun yang terdapat di buah, daun, akar, bahkan getahnya, kini banyak orang yang memanfaatkannya juga di rumah. Biasanya, buah bintaro itu dipetik orang dan diletakkan di rumah untuk mengusir tikus. Karena itulah, buah pada pohon ini populer dikenal masyarakat sebagai “Buah Pengusir Tikus”. Buahnya memang tidak masalah jika hanya dipegang, tetapi jangan digigit! Jika buah bintaro itu sampai digigit anakanak untuk mainan, akibatnya bisa fatal. Masalahnya, karena bentuk buahnya yang bagus dan menarik, anak-anak biasanya tertarik untuk menjadikannya sebagai mainan. Menurut penelitian, daun dan buah pohon bintaro mengandung zat yang bisa memengaruhi kerja jantung. Zat yang dikandung buah bintaro itu adalah suatu “glikosida” yang disebut “cerberin”, yang sangat beracun. Cerberin merupakan senyawa glikosida yang dapat menghambat saluran ion kalsium dalam otot jantung

DUTA Rimba 75


ensikloRIMBA pembakaran kayu bintaro pun juga dapat menyebabkan keracunan.

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Bahaya dan Manfaat

manusia, sehingga membuat detak jantung tidak stabil yang berujung dengan kematian. Selain itu, getah yang terkandung di dalamnya, jika mengenai luka di tubuh manusia, dapat mengakibatkan kelumpuhan. Maka, masyarakat perlu mengetahui racun pohon yang meneduhkan itu, agar dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi, sesungguhnya racun pada pohon bintaro telah diketahui orang sejak lama. Tanaman ini diketahui termasuk salah satu tanaman beracun di dunia. Bahkan, nama ilmiah bintaro yaitu Cerberus, diambil dari nama anjing berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani. Hal itu sudah menyiratkan, betapa pohon ini memiliki sesuatu yang perlu diketahui lebih dalam. Dan sejak lama orang telah mengetahui hal itu. Getahnya sejak dulu telah digunakan orang sebagai racun panah atau tulup untuk berburu. Pada beberapa suku, racun ini dioleskan di ujung anak panah, karena kemampuan untuk melumpuhkan jika racun ini bersentuhan dengan luka. Racun bintaro itu pun dilaporkan telah dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang. Yang terakhir ini mohon jangan dipraktikkan untuk alasan apapun! Daun bintaro berbentuk

76 DUTA Rimba

memanjang, simetris, dan menumpul pada bagian ujung. Mirip daun mangga. Ukuran daun bintaro bervariasi. Bunga bintaro memiliki aroma yang wangi. Bintaro juga kerap disebut Pongpong tree atau Indian suicide tree, dan secara ilmiah memang telah dimasukkan ke dalam klasifikasi tumbuhan mengandung racun. Buahnya tidak dapat dikonsumsi karena mengandung racun, kendati pohonnya berbentuk indah dan jika dipandang memang cocok untuk tumbuhan peneduh. Buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau pucat ketika muda dan merah jika tua. Bentuk buah bintaro terdiri dari tiga lapis, yaitu kulit bagian terluar buah, lapisan tengah berupa serat seperti sabut kelapa, dan biji yang dilapisi kulit biji atau testa. Buah bintaro ini juga sering disebut Cerbera. Dari namanya, seharusnya sudah dapat disimpulkan racin yang terkandung di bintaro. Ya, nama itu diberikan karena biji, buah, daun, getah, akar, dan semua bagian pohon bintaro mengandung racun yang disebut “cerberin”. Cerberin adalah racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga dapat mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari hasil

Menurut penelitian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB), buah bintaro terdiri dari 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya terbagi menjadi cangkang 14% dan daging biji 86%. Biji bintaro mengandung minyak antara 35%50%. Perbandingan kandungan minyak tersebut dapat dilihat pada biji jarak yang 14% dan kelapa sawit yang 20%. Semakin kering biji bintaro, semakin banyak kandungan minyaknya. Minyak ini termasuk jenis minyak nonpangan, dan di antaranya asam palmitat (22,1%), asam stearat (6,9%), asam oleat (54,3%), dan asam linoleat (16,7%). Pohon bintaro diketahui sebagai tumbuhan yang menyerap karbondioksida (CO2). Selain itu, pohon bintaro sebenarnya dapat diolah dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Selain sebagai penakut tikus yang sudah banyak dilakukan masyarakat, yaitu dengan menaruh buahnya di dekat tempat biasanya tikus lewat, bintaro juga dimafaatkan orang untuk bahan baku lilin, bio-insektisida, obat luka, deodorant, dan juga berpotensi sebagai biodiesel. Bahkan menurut hasil penelitian Faperta IPB, buah bintaro sebenarnya bisa juga dijadikan sebagai bahan bakar alternatif, yang jika dibandingkan dengan biji jarak, biji bintaro memiliki kadar minyak yang jauh lebih tinggi. Dari 1,8 kg biji bintaro yang sudah kering, melalui beberapa tahap pengolahan, dapat dihasilkan 1 kg minyak. Minyak yang dihasilkan dari hasil pengolahan tersebut masih termasuk minyak kasar berwarna hitam. Namun, minyak itu dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk bahan bakar kompor. Dan berdasarkan hasil uji toksisitas

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


dari getah buah, dapat dilihat bahwa minyak bintaro layak digunakan sebagai bahan bakar dengan bau, asap, dan residu lainnya yang tergolong aman. Proses pengolahan buah bintaro menjadi minyak terhitung cepat dan mudah. Jika Anda tinggal di daerah yang banyak ditumbuhi pohon bintaro, Anda pun bisa mencobanya sendiri. Beberapa langkah pengolahan buah bintaro menjadi minyak adalah: Kumpulkan biji bintaro dari buah yang jatuh alami, kupas buah bintaro kering lalu ambil bijinya, keringkan biji bintaro tersebut di bawah sinar matahari, kemudian giling atau tumbuk biji bintaro kering itu. Setelah itu, lakukan pengepresan sampai minyaknya keluar. Jika minyak yang keluar itu masih bercampur dengan kotoran, saring minyak tersebut. Jika perlu, diamkan minyak selama 1 hingga 2 malam agar kotorannya mengendap. Dan minyak bintaro pun sudah siap untuk digunakan sebagai bahan bakar. Nah, Anda ingin mencoba?

Yang Harus Dilakukan Dengan adanya racun yang begitu mematikan, tak heran jika tikus pun takut ketika dihadapkan dengan buah bintaro. Sehingga, masyarakat pada umumnya telah menggunakan buah bintaro ini untuk mengusir tikus. Caranya sangat

sederhana. Ambil beberapa buah bintaro muda yang lalu ditempatkan di sudut rumah atau tempat-tempat yang diketahui sering ada tikusnya. Senyawa cerberin pada bintaro itu meracuni dan merusak syaraf pada pusat otak tikus. Otomatis tikus yang memiliki penciuman sensitif terhadap bau racun itu akan menjauh sebelum masuk ke rumah. Namun, peletakan buah bintaro di dalam rumah harus diperhatikan. Ia harus diposisikan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak kecil, mengingat racun yang dikandung oleh buah bintaro sangat berbahaya. Satu lagi yang perlu diingat juga. Batang, dahan, dan ranting dari pohon bintaro juga tidak boleh dibakar di antara keramaian. Sebab, asap dari hasil pembakarannya mengandung racun. Setelah mengetahui bahaya dari pohon bintaro, lantas apa tindakan yang harus kita lakukan untuk menghindari bahaya dari racun tersebut? Ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, jika ada buah bintaro yang harus dibersihkan, misalnya jatuh berserakan di tanah, gunakanlah sapu untuk menyingkirkannya. Jika terpaksa harus menggunakan tangan, segera bersihkan tangan dan mencucinya bersih-bersih setelah bersentuhan dengan buah. Kedua, hindarkan anak kecil

dari memainkan buah bintaro di mana pun. Sebab, kita tidak pernah mengetahui kalau getahnya mengenai badan atau tubuh anak tersebut. Hal itu sangat berbahaya bagi keselamatannya. Ketiga, jangan membakar dahan,ranting, batang, ataupun bagian dari pohon bintaro, termasuk daunnya, di antara keramaian. Jika memungkinkan, bakarlah di tempat pembakaran yang jauh dari lokasi masyarakat. Keempat, langkah yang paling aman adalah mengganti pohon bintaro yang ada di kompleks perumahan dengan pohon hijau peneduh yang lain. Sebab, pohon bintaro dapat tumbuh sangat cepat dan mudah beradaptasi. Jika tidak dilakukan secepatnya, pohon bintaro akan semakin rindang dan besar. Begitu banyaknya pro dan kontra dari keberadaan pohon ini hendaknya tidak menutup mata kita bahwa bintaro juga banyak mengandung manfaat. Maka, selain langkah untuk merelokasi pohon ini ke tempat dimana pemanfaatannya dapat dilakukan secara maksimal karena kegunaan buah bintaro yang juga besar, tak lupa juga perlu langkah untuk memberikan edukasi yang informatif kepada masyarakat tentang bahaya dari efek samping racun yang ada di dalam pohon bintaro terhadap keselamatan.• DR

Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Dok. Kom PHTÂŽ2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Famili : Apocynaceae

Genus : Cerbera

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Ordo : Gentianales

Spesies : C. manghas Nama Binomial : Cerbera manghas

DUTA Rimba 77


ujungRIMBA Sunandar Mandor Tanam KPH Nganjuk

Terdepan

di bidang Tanaman

Dok. Kom PHT®2015

Nama singkat yang mudah dikenal menjadi ciri pria kelahiran Nganjuk 10 Oktober 1975 ini. Hanya satu kata: Sunandar. Panggilannya Nandar.

N

andar mengawali karir di Perhutani tahun 2004, sebagai mandor tanam di Puslitbanghut Cepu. Kala itu, ia menangani cikal bakal tanaman dari stek pucuk klon GE (genetic environment) seluas + 20 hektaree dan berhasil mencapai kondisi 100% tumbuh menjadi tegakan hutan. Sehingga, Administratur KPH Nganjuk saat itu, Amirul, merekrut Nandar sebagai mandor tanam dengan spesialisasi Mandor Silvikultur Intensif, berstatus Pekerja Borong. Ada dua tugas yang ia emban, yaitu mengawasi tanaman uji coba GE dan melakukan penanaman tanaman JPP (Jati Plus Perhutani, red) di 4 petak/anak petak dengan total luas

78 DUTA Rimba

mencapai + 90 hektaree. Prestasi kerja ia lanjutkan di KPH Nganjuk. Pengalaman mempelajari SOP (standard operasional prosedur) tanaman, serta mendapatkan bimbingan dan arahan dari Puslitbang Cepu membawa Nandar berturut-turut meraih penilaian tanaman cukup memuaskan tingkat KPH Nganjuk. Di tahun 2006, ia memperoleh hasil 100% nilai Tanaman Tahun VI di Petak 208 seluas 17,0 Hektaree. Ia juga meraih 100% nilai tanaman lepas kontrak tahun 2007 di Petak 218c luas 17,6 Hektaree; 100% nilai tanaman lepas kontrak tahun 2008 di Petak 209a luas 18,4 Hektaree; dan 99% nilai tanaman tahun II tahun 2010 luas 36,2 Hektaree. Atas keberhasilan itu, Nandar mencatat 2 prestasi, yaitu sebagai Juara I Lomba Mandor Tanam Terbaik Tingkat KPH Nganjuk Tahun 2009 dan Terbaik I Kategori Mandor Tanam Terbaik. Selain itu, Nandar juga pernah meraih penghargaan dari Perum Perhutani Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari Tahun 2012 Tingkat Unit II Jawa Timur, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Unit II Jawa Timur Nomor 1855/ KPTS/II/2012 tentang Penghargaan Kepada Satuan Unit Kerja Dan Karyawan Perum Perhutani Unit

II Jawa Timur. Juga Penghargaan LMDH Berprestasi di Bidang PHBM pada Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam (PKA) Wana Lestari Tahun 2012. Bidang tanaman nampaknya cocok dengan keahlian Nandar sebagai alumni SMK Negeri Pertanian Nganjuk. Pengabdian dan dedikasi Nandar demi kemajuan perusahaan menjadikan dirinya sosok yang layak menjadi panutan dalam bekerja bagi rekan-rekannya di Perum Perhutani KPH Nganjuk. Banyak cerita dan pengalaman yang dapat digali dari bapak dua putra ini, untuk dijadikan inspirasi dan teladan bagi orangorang di sekitarnya. Saat ini, Nandar masih berstatus Pekerja Pelaksana (PP) dan bertugas sebagai Mandor Tanam di RPH Senggowar BKPH Wengkal KPH Nganjuk. Pendampingan bidang tanaman bersama pesanggem ia lakukan dengan mengadakan pertemuan rutin setiap bulan. Tujuannya merumuskan kegiatan tanaman yang akan dilaksanakan, mencari kesepakatan pembagian andil guna menghindari konflik sosial, serta melakukan pendekatan secara personal dan kelompok kecil dan memberikan arahan-arahan sesuai SOP tanam agar dalam setiap kontrol andil per andil dapat diketahui kondisi tanamannya. Selain menanam sesuai Standard Operating Procedure (SOP), Nandar juga ikut serta membantu pengamanan hutan secara bergilir bersama Petugas Polhutmob (Polisi Hutan Mobil), patroli gabungan dengan RPH sekitar, serta ambil bagian dalam patroli gabungan bersama Polsek dan Anggota LMDH setempat untuk pengamanan kawasan hutan BKPH Wengkal. Saat berinteraksi dengan rekanrekannya, Nandar sering berbagi pendapat tentang penerapan pemahaman masyarakat dalam

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


pengelolaan sumber daya hutan. Ia sadar, sebagai petugas Perhutani harus mau mengubah perilaku sebagai fasilitator yang mau terbuka, peduli, dan penuh keikhlasan, dengan bersama-sama melaksanakan pembelajaran. Intinya, jangan ada yang merasa lebih pintar.

Di sela kesibukannya yang tak pernah lelah setiap hari sejak matahari terbit sampai terbenam karena tugas dan tanggungjawabnya sebagai Mandor Tanam, Nandar juga aktif bermasyarakat. Ia rajin ikut bakti sosial dan berpartisipasi dalam Karang Taruna Desa Gondangkulon,

Subagyo Mandor Persemaian KPH Ngawi

Ibadah

Membuat selalu juara Namanya Subagyo. Asli dari Ngawi. Dan sejak 11 September 1998 menjalani hari demi hari sebagai Mandor di Perum Perhutani KPH Ngawi.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Dok. Kom PHT®2014

I

a mengawali karir sebagai Mandor Tanam di RPH Gendingan BKPH Walikukun KPH Ngawi. Pria kelahiran Ngawi, 14 Februari 1980, itu menjalani pekerjaan tersebut hingga tahun 2007. Dan sejak 2007 hingga kini, pria yang akrab disapa Bagyo itu menjadi Mandor Persemaian KPH Ngawi. Sebagai Mandor Persemaian, Bagyo kerap meraih banyak penghargaan terkait bidang pekerjaan. Berturut-turut, Bagyo mendapatkan Penghargaan Tingkat Divisi Regional Jatim Bidang Persemaian Stek Pucuk oleh Kadivre Tahun 2009, Penghargaan Tingkat KPH Bidang Persemaian Stek Pucuk oleh Administratur Tahun 2010, Penghargaan Puslitbang Cepu Bidang Pengelolaan Kebun Pangkas oleh Kapuslitbang Cepu Tahun 2010, serta Penghargaan Tingkat Divisi Regional Jatim Bidang Persemaian stek pucuk oleh Kadivre Tahun 2010.

Tak berhenti di situ saja. Penghargaan untuk Bagyo kembali ia peroleh di tahun 2012, dengan ali meraih Penghargaan Tingkat Divisi Regional Jatim Bidang Persemaian Stek Pucuk oleh Kadivre. Berlanjut di dua tahun berikutnya. Bagyo meraih kembali Penghargaan

Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk. Semua tak ia rasakan sebagai beban. Sebab, ia memegang prinsip untuk menjadikan aktivitas bekerja sebagai ibadah. Sehingga, ia merasa tak pernah lelah dan terus menguatkan kemauan, keterampilan, serta memperbanyak doa. • DR

Tingkat Divisi Regional Jatim Bidang Persemaian Stek Pucuk oleh Kadivre Tahun 2013. Di tingkat Perum Perhutani, Bagyo meraih Penghargaan Tingkat Direksi Bidang Persemaian oleh Direktur Utama Tahun 2013. Totalitas dan dedikasi tinggi membuat suami dari Nana Evan Diana ini tak pernah berhenti bekerja dengan sepenuh hati. Sepenuh hati pula Subagyo mencurahkan perhatian untuk bidang pekerjaannya. Perhatian itu pun berbuah inovasi yang ia hasilkan demi memperkaya khazanah bidang persemaian yang kini menjadi bagian dari hari-harinya. Hal itu ia tunjukkan lewat uji coba pengunaan ZPT Super Gib dan Perlakuan untuk perbanyakan pucuk di Kebun Pangkas KPH Ngawi di tahun 2014. Inovasi lewat uji coba pengunaan ZPT Super Gib dan Perlakuan untuk perbanyakan pucuk di Kebun Pangkas KPH Ngawi itu mengantarkan Subagyo untuk mendapatkan pula Penghargaan Puslitbang Cepu Bidang Penemuan inovasi teknologi dan materi unggul oleh Kapuslitbang Cepu Tahun 2014. Bekerja bukan sekadar menjalani rutinitas tugas sehari-hari, tetapi merupakan bagian dari pengabdian dan ibadah. Hal tersebut menjadi bagian keyakinan ayah dari Amalya Hanifah Bagdin dan Amri Aidil Bagdin ini. Itu pula yang memberikan motivasi bagi Subagyo untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi. • DR

DUTA Rimba 79


wisatarimba

Leuwi Hejo,

Dok. Kom PHT®2015

Air Terjun Bengkok di Atas Kolam Hijau

M

encari tempat tujuan wisata yang menyajikan keindahan pemandangan alam sejatinya tak perlu selalu di pulau-pulau eksotis. Bahkan di sekitar kota besar semisal Jakarta, keindahan alam itu dapat ditemukan. Ya, tidak jauh dari Jakarta, ternyata juga terdapat tempat wisata indah layaknya surga yang tersembunyi.

80 DUTA Rimba

Tepatnya di Sentul, Bogor. Jika menggunakan kendaraan bermotor, waktu tempuhnya hanya sekitar 1 Jam perjalanan dari Sentul City. Maka, tanpa perlu berpayah-payah pergi dengan ragam kendaraan dan biaya besar, sebuah air terjun indah yang belum banyak terjamah orang menanti Anda di sana. Warga setempat menyebut air terjun itu sebagai Curug Leuwi Hejo.

Curug Leuwi Hejo berada di wilayah KPH Bogor, tepatnya di Kampung Wangun Cileugsi, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Nama Curug Leuwi Hejo segera menggambarkan bentuk air terjun ini. Sebab, di dalam bahasa Sunda, kata “leuwi” berarti bagian sungai yang dalam atau ujung sungai. Sedangkan “hejo” berarti warna hijau.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Banyak yang tak menyadari, ternyata Kabupaten Bogor menyimpan banyak potensi wisata alam. Salah satunya adalah air terjun mini yang alami bertajuk Curug Leuwi Hejo. Namanya segera menggambarkan kelebihannya, yaitu curahan airnya berkumpul di sebuah kolam mini yang memancarkan warna hijau dari dasar kolamnya. Kini, Curug Leuwi Hejo menjadi salah satu destinasi wisata alam yang tersembunyi di Bogor. Seperti apa keindahannya yang alami itu?

Leuwi Hejo adalah sebuah kolam alami sedalam 2 hingga 2,5 meter yang dilengkapi dengan air terjun mini. Uniknya, kolam kecil yang terbentuk secara alami itu terlihat berwarna hijau, sehingga orang pun menyebutnya Leuwi Hejo. Leuwi Hejo memiliki air yang sangat jernih namun lumayan dingin hingga menusuk tulang. Sungai yang mengalir di Curug Leuwi Hejo ini

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

bernama Sungai Cileungsi. Air terjun di dalam bahasa Sunda disebut “Curug”. Nah, curug yang airnya mengguyur Leuwi Hejo pun dikenal sebagai Curug Leuwi Hejo. Namun, masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan nama Curug Bengkok. Disebut demikian, karena alur air yang terjun dari bagian atas terlebih dahulu menyusup di antara bebatuan, sehingga jatuhnya tidak lurus, melainkan berbelok akibat mengikuti alur bebatuan. Sehingga, masyarakat pun menyebutnya Curug Bengkok. Keunikan yang jarang dijumpai di tempat lain itulah yang kini membuat air terjun mini Curug Leuwi Hejo mengundang banyak lirikan para pecinta alam. Hal itu memang baru terjadi beberapa bulan belakangan. Sebabnya adalah sebuah kiriman foto dari seorang petualang yang mengenalkan lokasi ini di sebuah forum komunitas dunia maya. Kini, Curug Leuwi Hejo sedang diburu para petualang, baik dari wilayah sekitar Bogor, maupun dari luar kota terdekat semisal Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bandung. Satu hal lagi yang membuat Curug Leuwi Hejo menarik perhatian. Tak jauh dari lokasi Curug Leuwi Hejo, terdapat juga sebuah air terjun bernama Curug Barong. Nah, kini Curug Leuwi Hejo dan Curug Barong sudah banyak dibahas oleh para Blogger di dunia maya. Sehingga, keindahannya pun sudah dapat Anda bayangkan. Curug Leuwi Hejo akan menjadi tempat yang sangat pas untuk Anda yang mencari lokasi piknik bernuansa alam. Suasana yang masih asri, dengan nuansa pegunungan yang khas, hijau pepohonan, dan gemericik air terjun, menjadi satu harmoni tersendiri ketika kita berada di Curug Leuwi Hejo. Bermain-main air di kolam alami bersepuh warna hijau itu pun akan jadi kegiatan

yang sangat menyenangkan. Tetapi perlu diingat, kolam alami Leuwi Hejo memiliki kedalaman sekitar 2 sampai 2,5 meter. Jadi, Anda harus memastikan bisa berenang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika Anda tak bisa berenang dan tetap ingin menikmati segarnya air di kolam, sebaiknya membawa pelampung dari rumah.

Belum Banyak Fasilitas Tidak sulit untuk menuju Curug Leuwi Hejo. Apalagi jika kalian berada di daerah Bogor, Jakarta, Bekasi, bahkan Sukabumi. Bagi yang berdomisili di luar Bogor, meeting point atau patokan yang paling tepat berada di depan gerbang luar Jungle Land. Papan penunjuk akses ke Jungle Land dapat dibaca di salah satu bagian tepi jalan tol Jagorawi. Akses itu terbilang cukup mudah dicari. Setelah berada di gerbang luar Jungle Land, Anda dapat segera ambil jalur kanan hingga tiba di pertigaan menuju ke Kampung Wangun Cileungsi Desa Karang Tengah. Di sini tidak ada tanda atau rambu-rambu yang menunjukkan arah ke Leuwi Hejo. Jadi, jika ragu, jangan sungkan untuk bertanya karena masyarakat di sana sangat ramah dan bersahabat, sehingga akan segera menunjukkan jalannya. Sebelum jalan masuk yang menuju Leuwi Hejo, pengunjung akan disambut spanduk bertuliskan “Selamat Datang di Wisata Alam Curug Bengkong Leuwi Hejo, Curug Barong”. Jika sudah melihat spanduk itu, langsung saja masuk. Sekitar 500 meter dari sana, akan sampai di Pos masuk ke Curug Leuwi Hejo dan Curug Barong. Retribusi masuk per orang Rp 10.000 dan Jasa parkir Rp 5.000. Di tempat parkir wisata Curug Leuwi Hejo, parkirkan kendaraan Anda, lalu berjalan kaki menelusuri sungai selama 30 menit untuk sampai ke Leuwi Hejo. Untuk

DUTA Rimba 81


Dok. Kom PHT®2015

wisatarimba

mobil, akses masuk hanya sampai di atas saja, sehingga selanjutnya pengunjung harus berjalan kaki. Perjalanan menuju Curug Leuwi Hejo memakan waktu kira-kira 30–40 menit. Jalannya agak terjal dengan kemiringan 20% - 40 % dilanjutkan jalan landai hingga bergelombang. Sebab, Curug Leuwi Hejo berada di ketinggian 500 – 1000 meter di atas permukaan laut. Jadi, sebaiknya sebelum mulai mendaki ke Kampung Wangun Cileungsi, pengunjung mempersiapkan dulu perbekalan berupa makanan, minuman, serta jaket windbreaker. Lebih baik jika berkunjung ke Leuwi Hejo di musim panas. Sebab, jalan yang dilalui tidak terlalu licin dan debit air sungainya pun tidak terlalu besar. Saat musim penghujan, jalan itu licin akibat tanah, lumpur, dan bebatuan kerikil yang basah. Di musim penghujan, debit air Sungai Leuwi Hejo cukup tinggi, sehingga penunjung harus memperhitungkan segala sesuatu sebelum datang, termasuk soal cuaca. Hanya sekitar 5 menit waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan dari Pos Retribusi menuju Curug Leuwi Hejo. Di sekitar aliran Sungai Leuwi Hejo, pemandangan pun tak kalah

82 DUTA Rimba

menariknya. Pemandangan di sana cukup memanjakan mata. Di sana juga ada beberapa kubangan air yang jernih bagi mereka yang tidak bisa berenang. Tetapi yang paling mantab, apalagi kalau bukan Curug Leuwi Hejo itu sendiri. Aliran air yang terjun berbelok dengan ketinggian sekitar 4 meter langsung ke kolam hijau alami di bawahnya, hmm … benar-benar menantang bagi yang mahir berenang. Setelah puas bermain di Curug Leuwi Hejo, jika masih ingin bermanja-manja dengan keindahan alami, pengunjung masih dapat menikmati sajian alam nan asri di Curug Barong. Lokasinya tak jauh, masih di satu kompleks. Jika Curug Leuwi Hejo berada di bawah, Curug Barong ada di atasnya. Jadi, para pengunjung perlu berjalan menanjak ke atas. Perjalanannya dengan jalan kaki dari pos retribusi makan waktu kira-kira 15 menit. Curug Barong memiliki ketinggian kira-kira 7 meter. Debit airnya deras. Bagian yang tepat di bawah air terjunnya terlihat seperti ada kubangan terowongan air. Menurut warga sekitar curug, konon kubangan itu merupakan saluran air bawah tanah yang berbentuk

terowongan. Namun, taka da yang tahu sampai di mana ujung terowongan tersebut. Sehingga, kepada pengunjung tidak disarankan untuk berenang di Curug Barong, karena sangat berbahaya. Jika pengunjung ingin berenang, lebih baik di Leuwi Hejo saja. Tetapi untuk sekadar berfoto - foto di Curug Barong, boleh saja. Dan satu hal lagi yang menarik dari Curug Barong, bebatuan di sana seolah memancarkan suasana yang “lain”. Jika pengunjung mengamati pola bebatuan di sana, akan merasa seolah sedang diamati oleh seekor burung garuda besar yang berada di atas air terjun. Tak percaya? Coba saja sendiri! Hingga kini, Curug Leuwi Hejo belum menjadi tempat wisata resmi. Sehingga, di sekitar lokasi belum banyak fasilitas yang tersedia. Semula, pengunjung belum dikenakan tarif apapun untuk menikmati segala keindahan yang ada di Curug Leuwi Hejo. Namun, belakangan ini warga setempat mulai menarik retribusi. Nah, jika ingin berkunjung ke Curug Leuwi Hejo, sebaiknya rombongan pengunjung tak terlalu beramai-ramai. Sebab, kolam Leuwi Hejo tidak besar. Idealnya menampung 6 hingga 8 orang dalam satu kali berrendam.

Sejarah Belum Terkorek Tentu menarik untuk menelusuri bagaimana terbentuknya kolam berwarba hijau yang dialiri air terjun di bagian atasnya. Kendati secara sepintas, segera terlihat bahwa tempat itu terbentuk secara alamiah. Tetapi, bagaimana proses alamiah sehingga ia terbentuk, akan menarik juga untuk diketahui. Sayang, sejarah pasti keberadaan Leuwi Hejo belum sempat terkorek dengan pasti. Warga di sekitar curug pun kurang paham secara pasti. Tetapi, berdasarkan definisi dari

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Dok. Kom PHT®2015

namanya, bisa diketahui jika Leuwi Hejo berasal dari bahasa Sunda yaitu Leuwi dan Hejo. Leuwi bermakna lubuk atau tempat pemandian. Pengertian sebenarnya, Leuwi adalah suatu area atau daerah tertentu pada sebuah sungai yang memiliki kedalaman tidak terukur. Sehingga, jika kita menyelaminya atau jika kita ingin mengukur kedalamannya, harus dengan menggunakan batang kayu yang sangat panjang. Biasanya orang di zaman dulu menggunakan tangkal bambu (dalam bahasa Sunda: awi) sepanjang 1 leunjeur . Permukaan air di daerah yang disebut leuwi biasanya diteduhi pepohonan yang sangat rimbun, terdapat bebatuan besar, dan airnya terlihat tenang seolah menandakan airnya tidak dalam. Kadang kondisi itu membuat leuwi tersebut terkesan mistis. Sedangkan Hejo merupakan bahasa Sunda yang artinya hijau. Hal itu karena pancaran air di leuwi tersebut yang terlihat bersemu hijau ketika terkena sinar matahari. Jadi, kalau didefinisikan, Leuwi Hejo bermakna tempat pemandian yang airnya jernih berwarna hijau. Sedangkan arti kata Curug yang juga berasal dari bahasa Sunda adalah air terjun. Bagaimana dengan Curug Barong? Curug berarti air terjun. Sedangkan Barong adalah karakter dalam mitologi Bali yang biasanya berbentuk binatang. Di Jawa, barong disebut “Barongan”. Ia adalah raja dari roh-roh yang melambangkan kebaikan. Menarik sekali mengetahui sejarah mengapa air terjun ini dinamakan Curug Barong. Mungkin nama itu berasal dari bebatuan besar yang berada tepat di atas air terjun tersebut, yang terlihat persis seperti penampakan seekor burung Garuda yang memiliki mata, paruh, mulut, serta sedikit siluet sayap yang dominan di kanan. Tetapi, jika nama

“Barong” itu berasal dari bebatuan itu, apakah namanya tepat karena bebatuan itu lebih mirip burung garuda? Hmm… Sumber air Curug Leuwi Hejo dan Curug Barong masih termasuk satu aliran sungai yang sama. Masingmasing air terjun memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Walaupun kini Curug Barong belum seterkenal saudaranya yang berada di bawah, yaitu Leuwi Hejo, tetapi potensinya tak kalah besar. Dapat diyakini, dengan pengelolaan yang baik, kelak 2 titik wana wisata baru tersebut akan banyak dilirik para petualang dan wisatawan.

Perlu Digarap Serius Pengelolaan Curug Leuwi Hejo dan Curug Barong nampaknya perlu digarap dengan serius. Sebab, seiring dengan semakin populernya nama Curug Leuwi Hejo, tampaknya membuat masyarakat yang tinggal di sekitar curug tersebut tidak tinggal diam. Segala perubahan dan fasilitas mereka coba sediakan demi kenyamanan para pengunjung. Tak ayal, sepanjang perjalanan menuju Curug Leuwi Hejo akan ditemukan beberapa titik yang terdapat pospos kecil yang dibangun masyarakat sekitar untuk beristirahat bagi para petualang sebelum melanjutkan

perjalanan. Bahkan, di salah satu pos yang ada itu sudah terdapat seorang penjaja minuman dan makanan kecil. Jika hal itu berangkat dari solidaritas para warga demi mengembangkan potensi wisata daerah mereka, tentu kita dapat ikut berbangga. Tetapi jika pembangunan pos-pos tersebut serta penarikan biaya tiket masuk ke lokasi air terjun ternyata hanya “ulah” oknum tertentu di masyarakat sekitar yang pertanggungjawabannya tidak jelas, tentu sangat disayangkan. Ya, boleh-boleh saja hal itu dilakukan, asal hasilnya digunakan untuk kepentingan bersama, terutama untuk mengembangkan berbagai fasilitas desa yang dibutuhkan, terutama untuk memerbaiki jalan yang rusak. Padahal, jika didukung pengelolaan yang profesional dengan manajemen yang tepat serta kerjasama yang mendukung, kesejahteraan penduduk Kampung Wangun Cileungsi juga akan meningkat. Curug Leuwi Hejo dan Curug Barong adalah lokasi wisata baru yang potensial menambah panjang deretan objek wisata menarik di Bogor. Semoga selalu tetap terjaga, lestari, dan “mengalir dengan tenang”. Berminat berkunjung ke sana? Coba saja! • DR

DUTA Rimba 83


pojokkph

KPH Cianjur

Menoreh

Prestasi

Tahun 2015 agaknya menjadi tahun emas buat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur. Sejumlah predikat terbaik diraih para personelnya. Apa lagi hal yang menarik dari KPH yang mengelola areal kerja seluas 70.064,40 Hektaree itu?

K

PH Cianjur berada di koordinat 106° 30’ BT sampai dengan 107° 25’ BT dan 06° 36’ LS sampai dengan 07° 26’ LS. Wilayah kerja KPH Cianjur berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Bogor di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, KPH Sukabumi dan KPH Bogor di sebelah barat, serta di sebelah timur berbatasan dengan KPH Bandung Utara, KPH Garut, dan KPH Bandung Selatan. Di awal 2015, KPH Cianjur yang kini dipimpin Administratur Henry Purnomo diumumkan sebagai peraih penghargaan khusus untuk Ruang Arsip Terbaik dalam Lomba Kearsipan tingkat Kantor Pusat Perum Perhutani. Lomba itu dilaksanakan tanggal 28 Oktober – 21 November 2014. Pesertanya meliputi perwakilan masing-masing satuan kerja wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Jawa Barat dan Banten. Pencapaian predikat sebagai

84 DUTA Rimba

Tata Arsip Terbaik se-Perhutani itu seakan melengkapi raihan terbaik KPH Cianjur tahun 2015 ini. Juga menggenapi pencapaian KPH Cianjur di tahun 2013 saat terpilih sebagai Kantor Terbersih dan Terrapih se-Perhutani. Menurut KaUr Umum KPH Cianjur, Dedi Haryadi, pencapaian KPH Cianjur untuk bidang Tata Arsip Terbaik 2015 itu merupakan wujud kepedulian para personel. Juga dengan kerap melakukan pengontrolan pada penataan arsip mereka. Dedi menuturkan, arsip merupakan hal yang penting namun kerap dianggap sepele. Padahal, jika penataan arsip dikelola dengan baik, hal itu akan sangat membantu bidang yang lain, karena dapat menemukan data yang diinginkan secara cepat dan tepat. “Tata arsip yang baik itu juga penting saat ada pemeriksaan misalnya dari BPK, KAP, maupun SPI, yang dilakukan setiap tahun. Karena itu, pencapaian predikat sebagai Tata Arsip Terbaik se-Perhutani

Tahun 2015 itu juga memberikan motivasi bagi pengelola arsip untuk mempertahankan kebersihan kantor dan meningkatkan terus tata kelola arsip yang baik,” ujar Dedi. Dedi menyebut, pengelolaan arsip di KPH Cianjur memang diperhatikan betul. Gedung arsip terpisah dari Kantor KPH. Di sana ada 1 orang tenaga khusus sebagai pengelola arsip. Selain sebagai Tata Arsip Terbaik se-Perhutani Tahun 2015, KPH Cianjur juga dinyatakan sebagai yang terbaik di tingkat Direksi (Kantor Pusat) dalam evaluasi tanaman tahun II (Tanaman Tahun 2013). Meraih predikat “sangat baik”, tanaman tahun 2013 di KPH Cianjur itu ditanam di lahan seluas 1.108 Hektaree dengan prosentase tumbuh 99,60%. Hasil ini melampaui pencapaian KPH Telawa (768 Hektaree dengan prosentase tumbuh 99,60%) dan KPH Ngawi (543 Hektaree dengan prosentase tumbuh 96,90%). KPH Cianjur juga meraih predikat “terbaik” untuk Keamanan Hutan KPH di tingkat Divre Jawa Barat & Banten. Tercatat 3 kejadian pencurian kayu di KPH Cianjur dengan jumlah pohon 17 dan nilai kerugian Rp 25.391.000. Di tingkat Direksi, KPH Cianjur menempati posisi ketiga di bawah KPH Banyumas Timur dan KPH Banyuwangi Barat. Keamanan Hutan KPH Banyumas Timur dinyatakan sebagai yang terbaik di tingkat Direksi, karena dari 6 kejadian, ada 10 pohon yang hilang, dengan nilai kerugian Rp 3.638.000. Posisi kedua Keamanan Hutan ditempati KPH Banyuwangi Barat dengan 4 kejadian pencurian dan sebanyak 40 pohon yang hilang dengan nilai kerugian sebesar Rp 14.237.000. Di ranking Produksi Getah Perum Perhutani hingga 23 Maret 2015, KPH Cianjur juga dinyatakan sebagai yang terbaik di tingkat Direksi,

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Dok. Kom PHT®2015

dengan pencapaian NPS 24,9%. Pencapaian ini melewati perolehan KPH Banyumas Timur (pencapaian NPS 22,0%) dan KPH Jember (pencapaian NPS 19,1%). Masih ada lagi. Seorang personel KPH Cianjur, Hasanudin, dinyatakan sebagai “Asper Penguji Terbaik SePerhutani Tahun 2015”. Sudah tentu, predikat itu membuat Hasanudin merasa sangat senang dan terharu. Menurut Hasanudin, tugas Asper Penguji adalah memberikan arahan kepada penguji Tk II dan pembantu penguji tentang pencapaian mutu. Hasanudin bekerja di Perum Perhutani sejak 1992. Awalnya ia bertugas di KPH Banten. “Dari KPH Banten, saya dimutasi ke KPH Bogor, kemudian ke KPH Garut, kembali ke KPH Bogor, lalu ke KPH Banten, lalu ke KPH Purwakarta, dan terakhir dimutasi lagi ke KPH Cianjur sampai sekarang,” kisahnya. KPH Cianjur sendiri mengelola

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

areal hutan seluas 70.064,40 Hektaree. Berdasarkan fungsi hutan, kawasan hutan KPH Cianjur terdiri dari Hutan Produksi (24.506,17 Hektaree), Hutan Produksi Terbatas < 15% (16.382,20 Hektaree), Hutan Produksi Terbatas > 15% (4.916,27 Hektaree), serta Hutan Lindung (24.259,76 Hektaree). Berdasarkan Bagian Hutan (BH), ada 6 BH di KPH Cianjur yaitu Agrabinta, Cisokan, Cugenang, Citiis, Caringin, dan Cisadea. Secara administratif pemerintahan, wilayah kerja KPH Cianjur terletak di tiga kabupaten, yaitu Cianjur seluas 69.136,40 Hektaree (98,70%), Sukabumi seluas 777,17 Hektaree (1,10%), dan Purwakarta seluas 150,83 Hektaree (0,30%). Ada 8 BKPH di dalam KPH Cianjur yaitu Tanggeung, Sindangbarang, Cianjur, Ciranjang Utara, Ciranjang Selatan, Cibarengkok, Sukanagara Utara, dan

Sukanagara Selatan. BKPH Tanggeung memiliki 5 RPH yaitu Cibinong, Ciogong, Kadupandak, Salatri, dan Walahir. BKPH Sindangbarang membawahi 5 RPH yaitu Cidaun, Cipandak, Sindangbarang, Simpang Barat, dan Simpang Timur. BKPH Cianjur memiliki 4 RPH yaitu Cijedil, Cikondang, Gunung Kencana, dan Puncak. BKPH Ciranjang Utara punya 3 RPH yaitu Cikalong Kulon, Kiara Payung, dan Majalaya. Sedangkan BKPH Ciranjang Selatan punya 3 RPH yaitu Bojong Picung, Jati, dan Tubuy. Sementara BKPH Cibarengkok membawahi 4 RPH yaitu Bengbreng, Cibarengkok I, Cibarengkok II, dan Hanjawar Timur II. Di BKPH Sukanagara Utara ada 3 RPH yaitu Campaka, Cibeber, dan Hanjawar Timur I. Serta di BKPH Sukanagara Selatan ada 3 RPH yaitu Hanjawar Barat, Kendang Kidul, dan Takokak. • DR

DUTA Rimba 85


Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR

inovasi

Robot Genium Generator

86 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Genium Generator

Robot Getah Pinus Kelas Premium

U

paya untuk memenuhi target getah pinus dengan meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas getah, masih terus dilakukan oleh masingmasing KPH Perum Perhutani. Mulai dari proses penyadapan hingga penyaringan untuk menghasilkan getah premium kini menjadi fokus dari masing-masing KPH. Mereka tak ingin main-main dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas getah pinus. Ada berbagai terobosan yang dilakukan oleh masing-masing KPH untuk menghasilkan kuantitas produksi maupun kualitas getah pinus. Bahkan untuk menjamin getah pinus masuk dalam kualifikasi premium, KBM Gondorukem dan Terpentin juga melakukan pengujian secara ketat mutu getah secara selektif. Langkah itu dilakukan, tentu Perhutani yang ingin menjadi pemain terdepan di bisnis pine chemical dunia dengan empat pabrik Gondorukem dan terpentin, dimana salah satunya adalah Pabrik derivate dan Gondorukem terpadu di Indonesia yang terbesar di Asia

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Ada banyak kreativitas yang bisa dilakukan oleh insan Perhutani untuk menghasilkan produk getah pinus yang berkualitas. Sumiran, karyawan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu DS, mampu melakukan inovasi dengan mencetak alat penyaring getah pinus yang diberi nama Genium Generator. Alat ini dibuat dengan memodifikasi generator atau mesin diesel untuk menggerakan alat penyaring getah agar menghasilkan getah premium. Sebuah inovasi penuh dengan kreativitas brilian. Tenggara, tentu membutuhkan produksi dan kualitas getah pinus yang berkelas premium. Belum lagi dengan pabrik Perhutani Pine Chimical Industry (PPCI) di Pemalang yang juga sudah mulai beroperasi tahun lalu, ini memberi isyarat dalam memproduksi dan menjamin kualitas getah pinus tidak bisa main-main. Hadirnya PPCI di Pemalang itu bukanlah sekadar untuk menandai bangkitnya hilirisasi di Perum Perhutani. Yang tidak

kalah pentingnnya, di sektor hulu, khususnya non kayu, Perhutani juga harus mampu menyediakan bahan baku getah pinus dalam jumlah dan kualitas yang optimal. Tanpa itu, industrialisasi di sektor gondorukem dan terpentin tak akan mampu bersaing dengan pemain dunia lainnya, khususnya China yang kini juga memiliki industri serupa dengan produksi yang melimpah. Latar belakang pemikiran korporat semacam itu, yang terus mendorong Perhutani Lawu DS,

DUTA Rimba 87


selalu menggali kreaktivitasnya untuk bisa memberikan jumlah produksi dan kualitas getah pinus secara prima. Mereka selalu berfikir bekerja dengan cara-cara baru untuk bisa memproduksi dan menghasilkan getah pinus yang berkualitas. Cara-cara kerja konvensional harus mulai mereka tinggalkan untuk digantikan dengan cara kerja modern yang efektif dan efisien untuk memproduksi getah sesuai dengan target yang mereka tetapkan dengan kualitas getah pinus yang premium. Belum lagi sudah banyak KPHKPH lainnya yang telah melakukan inovasi untuk bisa memproduksi dan menghasilkan getah pinus secara optimal. Ambilah contoh Perhutani KPH Pekalongan Barat Divisi Regional Jawa Tengah, untuk menghasilkan getah pinus premium melakukan inovasi dengan membuat keruk getah pinus yang dikenal dengan “Albantkerpin”. Sebuah alat kerok pinus, yang terbuat dari pipa atau pun bambu dengan panjang sesuai yang dikehendaki oleh penyadap. Dengan ukuran panjang 10-15 cm, diameter 7 cm atau pipa ukuran 2,5 in, menjadi alat yang efektif untuk membantu produksi getah pinus. Begitu pula di Jember, juga ditemukan inovasi untuk menyaring getah pinus yang ditemukan oleh Matsirin dan Edi, Mandor Getah Tempat Penampungan Getah (TPG) di BKPH Sempolan. Alat penyaringan tersebut kemudian diberi nama Techmadipol. Alat penyaringan itu mampu menghasilkan getah mutu premium dan super premium yang mutunya di atas getah mutu 1 dan 2 Lantas kalau KPH Pekalongan Barat Divisi Regional Jawa Tengah saja bisa melakukan inovasi dengan menciptakan “Albantkerpin”, apalagi yang harus dilakukan oleh Perhutani

88 DUTA Rimba

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

inovasi

Genium Generator karya Sumiran karyawan Perhutani KPJH Lawu DS.

Lawu DS. Sebagai KPH Lawu DS yang meliputi Magetan, Ngawi, Madiun, Ponorogo dan Pacitan memiliki luas wilayah sekitar 52.385 hektaree. Dari luas wilayah tersebut sebesar 8.892 hektaree terdiri dari pinus yang cukup potensial menghasilkan getah. Berdasarkan data tahun 2012 produksi getah pinus sebanyak 8.138,7 ton Masalahnya dari produksi getah pinus sebesar itu, bagaimana bisa direkayasa agar bisa menghasilkan getah premium secara maksimal. Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Guyangan, wilayah bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ponorogo Barat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds, Sumiran, dengan kreativitasnya merancang sebuah alat untuk menyaring getah pinus agar menghasilkan getah yang berkualitas. Yang terpikir oleh Sumiran ketika merancang alat penyaringan getah ini adalah bagaimana mengamankan target dan meningkatkan mutu getah. Sumiran memulai kreativitasnya ketika mereka-reka bagaimana

kalau generator atau mesin diesel itu dimodifikasi agar bisa menyaring getah. Prinsip dasarnya bagaimana generator atau mesin diesel itu mampu menggerakan alat penyaringan agar bisa menghasilkan getah pinus yang berkualitas. Tentu untuk mengoperasionalkan generator tersebut membutuhkan bahan bakar minyak ( BBM) sebagaimana yang berlaku pada mesin diesel lainnya Sementara untuk menyaring getah pinusnya tentu harus disediakan alat penampung (plat) 3 mm, yang sekaligus untuk menyaring getah yang diproduksi oleh para penyadap, menjadi getah yang berkualitas. Melalui alat penampung tersebut yang didalamnya ada alat menyaring yang digerakan oleh mesin diesel itu harus bisa menyaring rendemen getah pinus, sehingga pinus yang dihasilkan bisa berkualitas prima. Dalam ujicoba yang dilakukan oleh Sumiran, generator atau mesin diesel yang ia gunakan berkapasitas 5 PK. Mesin diesel itu diletakan dalam satu perangkat yang

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR, Foto: RUD.

terbuat dari besi yang terintegrasi dengan alat penampung getah. Antara alat penampung getah dengan generator dihubungkan dengan dengan alat teknis untuk mengoperasionalkan penyaringan getah. Robot getah ini cukup mudah digunakan oleh siapa saja termasuk para penyadap getah. Mereka bisa menaruh sendiri getah yang mereka sadap di plat penampung mesin untuk disaring. Ada dua kran untuk mengeluarkan hasil saringan, Kran pertama untuk mengeluarkan getah pinus yang sudah disaring. Sedangkan kran kedua untuk mengeluarkan kotoran. “Kalau biasanya penyadap membawa 40 Kg sadapan getah, setelah disaring mereka bisa mendapatkan 40 getah premium,” tegas Sumiran. Alat penyaring getah di Ds Lawu itu diberi nama Genium Generator. Sebuah nama yang merefleksikan kegunaan alat tersebut untuk menyaring getah pinus yang dihasilkan para penyadap di lapangan. Dari hasil uji coba yang dilakukan oleh Sumiran, ternyata Genium Generator itu lebih efektif dalam menyaring getah pinus. Bila penyaringan dilakukan dengan manual untuk satu ton membutuhkan waktu 3 s/d 4 jam. Maka dengan genium Generator itu mampu disaring 1,5 jam dengan menghasilkan getah premium sebanyak 900 Kg Temuan Genium Generator itu jelas merupakan sebuah inovasi untuk bisa menghasilkan getah pinus premium. “Genium generator ini dilatarbelakangi dirinya melihat dan merasakan kendala proses penyaringan getah menjadi mutu I, maupun mutu premium. Apalagi dirinya juga mempunyai tambahan target mutu getah premium yang lebih besar lagi tahun ini,” jelas Sumiran.

Sumiran penemu Genium Generator

Kadar getah pinus sesuai dengan ketentuan SNI memang menjadi tantangan tersendiri dalam pengencerah getah pinus. Dimana untuk mendapatkan getah pinus yang berkualitas sebagaimana dalam tabel itu akan sangat tergantung seberapa kadar air dan kadar kotoran. Namun terlepas dari ketentuan SNI tersebut, KPH Lawu sangat mengapresiasi hasil inovasi Sumiran tersebut. Wakil Admnistrasi KPH Lawu DS, Desi Nurhadi menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi alat yang menjadi inovasi. Harapannya tentu alat Genium Generator ini bisa dikembangkan lebih banyak lagi sehingga bisa menjadi target untuk menghasilkan getah yang bermutu dari KPH Lawu Ds. Amien • DR

Namun alat ini dirancang oleh Sumiran sepraktis mungkin. Alat ini juga mudah dipindahkan, karena dalam alat tersebut juga diberi roda, sehingga untuk memindahkan Genium Generale ini tinggal didorong atau di tarik. Untuk merancang alat ini Sumiran menghabiskan biaya Rp 12.275.000. ‘Kalau diproduksi banyak, tentu akan banyak cost yang bisa ditekan,” jelasnya. Sebagaimana dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) getah pinus bisa diklasifikasikan, pertama, Mutu I dengan tanda mutu I pada dokumen dan kemasan. Kedua, Mutu II dengan Mutu II pada dokumen dan kemasan. Adapun syarat mutu getah pinus sebagaimana SNI dapat dilihat dalam tabel berikut: Syarat Mutu Getah Pinus No

Karakteristik

Satuan

Mutu I

II Putih sampai kecoklat-coklatan

1.

Warna

-

Putih

2.

Kadar Air

%

≤7

7 < ka ≤ 9

3.

Kadar Kotoran

%

≤7

7 < kk ≤ 9

4.

Kadar Air + kadar Kotoran

%

≤14

14 < ka + kk ≤ 14

Keterangan => KA : Kadar Air • KK : Kadar Kotoran

DUTA Rimba 89


rimbakuliner

Dok. Kom PHT®2015 | Naskah : Tim DR

Blitar. Kota kecil di Jawa Timur ini dikenal sebagai tempat dimakamkannya Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno. Tetapi, ada satu lagi yang perlu diketahui dari kota yang terletak sekitar 167 km sebelah selatan Surabaya ini. Tak lain adalah pesona kulinernya. Dan salah satu menu wisata kuliner yang tak boleh dilewatkan adalah sajian iga sapi bakar Gunung Betet.

Iga Bakar

Gunung Betet

L

odoyo, Blitar. Wilayah Lodoyo merupakan kawasan hutan lindung dengan tumbuhan utama pohon jati. Selebihnya, hutan Lodoyo juga ditumbuhi pohon mahoni dan beberapa pohon keras lainnya. Hutan Lodoyo memiliki kontur tanah berbukit dan merupakan kawasan hutan Perum Perhutani yang hijau dan dipenuhi pepohonan rindang. Masyarakat sekitar kawasan tersebut memberikan nama bukit itu sebagai

90 DUTA Rimba

Gunung Betet. Gunung ini dibelah oleh jalan yang menghubungkan Kota Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Kademangan di wilayah Kabupaten Blitar. Gunung Betet memiliki posisi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Blitar, khususnya kecamatan Sutojayan dan Kademangan. Gunung Betet dipandang sebagai penjaga keseimbangan di antara musim penghujan dan kemarau. Sebagian besar area di sekeliling kawasan

hutan Gunung Betet dimanfaatkan warga sekitar hutan untuk bercocok tanam, mulai tanaman ketela pohon sampai palawija, dengan mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pemandangan alam khas kawasan hutan dan areal persawahan yang bercampur menjadi satu menjadi pesona tersendiri jika melintasi Gunung Betet. Apalagi, saat melintas di kawasan Gunung Betet, kita akan segera disambut keteduhan suasana dan sejuknya udara yang

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


menyajikan kesegaran tersendiri. Dan satu lagi yang pastinya tak pernah bisa dilepaskan wisatawan jika sedang rekreasi. Sajian makanan begitu akrab di lidah masyarakat sebagai sajian wisata kuliner yang lezat lagi enak selalu menjadi incaran para pelancong. Mencicipi kuliner khas suatu tempat wisata seakan menjadi tantangan tersendiri bagi para wisatawan. Begitu pun di Gunung Betet. Bagi mereka yang pernah melintasi kawasan hutan berbukit yang terletak di selatan Sungai Brantas itu, Gunung Betet menjadi salah satu lokasi wisata kuliner pilihan. Menu spesialnya adalah iga sapi bakar. Aroma harumnya iga sapi saat dibakar akan membuat wisatawan dan para penikmat kuliner seolah semakin lapar dan tak sabar untuk segera menyantap. Suasana di sekitar Gunung betet yang teduh, dan dilingkupi hijaunya pepohonan hutan yang rindang, sangat cocok untuk menjadi lokasi wisata kuliner. Jarak kira-kira 15 km dari jantung Kota Blitar dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Tak perlu bingung mencari tempat menikmati hidangan iga sapi bakar yang nikmat. Cari saja Warung Betet. Warung Betet merupakan salah satu warung yang terdapat di sekitar Gunung Betet. Pemiliknya adalah Nyonya Sunarti. Sebenarnya, baru tiga tahun ini Nyonya Sunarti menekuni wirausaha kuliner. Ada banyak ragam menu pilihan yang ia sajikan. Menu makanan yang tersedia di warung Betet adalah ikan gurami bakar, ayam bakar, ayam goreng, puyuh pedas, ikan jendil (patin), terancam, bothok, urap, sayur lodeh, dan masih banyak lagi. Tetapi, dari beragam menu yang disediakan itu, hanya satu yang banyak dicari dan dianggap pengunjungnya sebagai sajian yang

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

memang spesial dari Warung Betet. Apa lagi kalau bukan iga sapi bakar. Makanan khas itu disajikan dengan urap dengan tiga alternatif nasi, yaitu nasi beras, nasi jagung, dan nasi tiwul. Ditambah lagi dengan minuman air kelapa muda. Hmm, semuanya berpadu menjadi satu dan menambah selera serta kelezatan tersendiri yang membuat suasana makan menjadi semakin mantab. Bumbu iga sapi bakar terdiri dari bumbu yang dihaluskan dan dioleskan saat iga sapi dibakar. Bumbu yang dihaluskan adalah bawang putih, garam, merica, dilengkapi daun salam dan air putih. Sedangkan bahan untuk dioleskan saat iga sapi dibakar adalah kecap manis, bawang putih goreng yang dihaluskan, jeruk nipis yang diperas, serta merica bubuk. Soal rasa iga sapi bakar made in Nyonya Sunarti, jangan diragukan lagi. Rasanya memang enak, lezat, dan empuk. Yang terakhir ini menjadi ciri yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Jika ditanya kesannya, mayoritas pengunjung akan lantas berujar, “Iga sapi bakarnya pancen uempuk tenan!” Rasa empuk iga sapi bakar yang gurih akan segera terasa saat pertama menggigitnya. Dijamin, jika sekali mencicipi, pasti akan kembali lagi. Setidaknya, akan segera merancang rencana untuk berkunjung lagi di kali kedua, ketiga, dan seterusnya. Nah! Warung Betet buka setiap hari, mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Di hari biasa, Nyonya Sunarti bisa menghabiskan 10 kg iga sapi. Dan semuanya habis dipesan pengunjung. Sedangkan di hari libur, pesanannya bisa meningkat hingga dua kali lipat menjadi 20 kg iga sapi bakar. Itu bisa menjadi parameter betapa sajian kuliner ini begitu diminati.

Hal itu menjadi menarik. Sebab, ibu dua anak pemilik Warung Betet ini tidak pernah berpromosi selama menjalani wirausaha kilunernya. Tetapi, ia menempati lokasi yang sangat strategis karena warungnya berada di pinggir jalan yang menjadi akses utama di kawasan hutan Lodoyo. Warung Betet juga berada tepat di bawah pohon sengon buto yang sangat besar. Semua faktor itu menjadikan tempat usahanya cepat dikenal luas di kalangan masyarakat dan pelancong. Warung Betet menjanjikan satu paket lengkap sajian wisata kuliner. Ia bukan saja menyajikan hidangan lezat penggugah selera, tetapi juga hamparan suasana alam, tempat makan lesehan, dan kesegaran udara alam. Semua berpadu menjadi satu. Satu paket wisata kuliner itu membuat pengunjung kerap merasa sangat betah untuk tinggal berlamalama di Warung Betet, sembari menikmati makanan dan minuman yang tersaji. Sajian iga sapi bakar ini sangat disukai pengunjung dan pecinta wisata kuliner. Maka, jika datang berkunjung ke Kota Blitar, sempatkanlah untuk singgah di Warung Betet dan menikmati menu andalannya, iga sapi bakar yang empuk. Jika tidak singgah ke Warung Betet kala berada di Blitar, rasanya kunjungan Anda ke Kota Proklamator Ir Soekarno menjadi kurang lengkap. Dijamin! • DR /Romi Y.

DUTA Rimba 91


resensi

Menjaga

Kelestarian Hutan Judul Buku

: Kumpulan Khutbah Jumat Lingkungan Hidup

Penulis

: Mustoha Iskandar dan Saeful Rohman

Penerbit

: Perhutani dan PP Ta’alamul Huda Brebes

dan Kehutanan

Jumlah Halaman : 156 halaman Tahun Terbit

: 2013

H

utan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi, termasuk untuk manusia yang ada di dalamnya . Sungguh banyak fungsi hutan untuk mendukung kehidupan. Selain sebagai paru-paru dunia, hutan juga menjadi sumber ekonomi. Selain untuk manusia hutan juga menjadi habitat flora dan

92 DUTA Rimba

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


fanuna. Dengan adanya hutan, flora dan fauna akan bisa tumbuh dan berkembang untuk memperkaya isi dunia. Hutan pula juga menjadi tempat penyimpanan air, pengendali bencana, menyuburkan tanah dan mengatasi polusi dan pencemaran udara Dari seabrek fungsi yang dimiliki hutan tersebut, tentu manusia mempunyai tanggung jawab untuk bisa melestarikan hutan, agar jangan sampai hutan semakin termarginalkan. Bila hutan termarginalkan hingga rusak, maka manusia pula yang akan menanggung akibatnya. Beberapa bencana yang terjadi belakangan ini, mulai dari banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, naiknya temperatur, sedikit atau banyak dipengaruhi oleh kerusakan lingkungan, termasuk hutan. Dalam kerusakan lingkungan ini, hutan yang rusak tak mampu mengatasi polusi dan pencemaran udara, hingga mengakibatkan hujan deras yang tak terkendali hingga menyebabkan banjir. Hutan yang rusak tak mampu menahan pencemaran hingga memicu naiknya suhu udara sebagimana di India dan Israel hingga mengakibatkan ribuan orang meninggal karena kepanasan. Fakta tersebut memperlihatkan betapa manusia sering lalai untuk menjaga bumi dan lingkungannya. Pada hal Islam sebagai agama yang dianut sebagian besar penduduk di Indonesia mengajarkan kepada umat manusia, dimana selain mempunyai tugas dan kewajiban untuk beribadah kepada Allah juga diberi tugas untuk memakmurkan bumi, dalam artian bagaimana manusia juga harus melestarikan dan mengelola lingkungan . Dalam Alquran , beberapa surat diberi nama dengan nama hewan, seperti Surat al-Baqarah

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

(sapi), al-An’am (binatang ternak), al-Fil (Gajah), al-Adiyah (kuda) an-Naml (semut), an-Nahl (lebah), al-Ankabut (laba-laba) dan nama tumbuh-tumbuhan seperti athThin ( sejenis tumbuh-tumbuhan) dan nama lainnya, seperti al-Hadid (tambang), adz-Dzariyat (angin yang menerbangkan sesuatu), anNajm (bintang), al-syams (matahari), al-Lail (malam) dan sebagainya. Nama-nama tersebut mengandung makna agar manusia menyadari bahwa dirinya ada hubungan dan terikat dengan alam lingkungan dan tidak boleh lalai untuk melestarikan alam dan linkungan. Alam dan lingkungan tidak boleh dirusak, karena mereka memiliki kehidupan sebagaimana manusia Jika manusia berbuat sewenangwenang terhadap lingkungan hidup dengan melakukan berbagai kerusakan, apakah itu kerusakan hutan, kerusakan tanah, kerusakan keanekaragaman hayati lainnya, maka keseimbangan kehidupan makhluk penghuni bumi ini akan terganggu dan berujung pada rusaknya ekosistem, yang akhirnya berakibat kerusakan dengan bencana, seperti timbulnya bencana alam, menularnya berbagai wabah penyakit dan bencana-bencana lainnya yang menimpa kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya yang ada di bumi. Karena itu Allah dalam surat Ar-Ruum ayat 41 memberikan peringatan: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan merekan, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” Untuk menjaga kelestarian linkungan hidup, hutan memiliki arti penting. Untuk bisa menjalankan fungsinya sebagai daerah resapan

air, maka hutan harus dipelihara. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan memiliki peran penting dalam rangka pelestarian hutan. Untuk itu mengedukasi dan mensosialisasikan betapa pentingnnya hutan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sangat diperlukan. Tentu sosialisasi itu akan semakin efektif bila dilakukan para ustad atau dai, karena dalam menjaga kelestarian hutan itu merupakan bagian pentingnya yang diamanahkan oleh Al-Quran dan Al Hadis. Melalui para ustad dan Dai inilah, masalah pelestarian hutan tak hanya ditempatkan dalam soal teknis kehutanan. Lebih jauh dari itu, pelestarian hutan merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat manusia untuk mengambil peran sebagaimana diperintahkan oleh Sang Khaliq. Dalam konteks inilah terbitnya buku kumpulan Khutbah Jum’at mengenai Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini memiliki arti strategis khususnya bagi para dai dan ustad tidak saja bagi mereka yang tinggal di wilayah hutan, tetapi juga bagi mereka yang mengemban amanah untuk melakukan dakwah. Melalui buku ini mereka bisa mendapatkan perpektif baru bagaimana manusia mendapat tugas dan tanggung jawab dari Allah untuk ikut melestarikan hutan dan lingkungan. Namun demikian, karena buku ini memberikan perspektif upaya menjaga kelestarian hutan dari sisi agama, kiranya layak juga buku ini dibaca oleh para rimbawan. Buku ini selain bisa meneguhkan kerja keras para rimbawan dalam melestarikan hutan, buku ini juga bisa memperkaya pengetahuan yang sangat berharga bila mereka mengedukasi masyarakat yang tinggal di tengah hutan. Selamat membaca. • DR

DUTA Rimba 93


ceritarimba

Debu

Reminisensi *Joshua Timothy

Aku hanyalah senoktah kecil debu yang tersusun dari partikel tanah. Kau pastilah menjumpai aku dan teman-temanku di mana-mana. Mungkin aku tampak kotor dan tidak berguna, namun kau selalu melahirkan saudara tiriku dari pencemaran. Manusia diciptakanNya sebagai penguasa dan penakluk alam semesta. Sayangnya, sebagian dari mereka hanya memikirkan prinsip keuntungan ekonomi dalam menggunakan haknya. Ingat, bahwa tanah mencatat, debu juga mencatat.

Dok. Istimewa

*) Joshua Timothy adalah Siswa SMPK Ora et Labora BSD. Naskah cerpen ini adalah pemenang kedua Kategori A Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan 2015.

A

ku telah menjadi saksi, bagaimana kota ini berubah menjadi neraka dunia. Dahulu kota ini adalah pedesaan hijau, tidak banyak bangunan yang berdiri. Setiap hari selalu terdengar tawa riang dan suara hewan ternak yang bersautan. Angin membelai sejuk, bunga-bunga tersenyum memandang langit dan kicau burung mengumandangkan simfoni alam. Dedaunan hijau menari bermandikan sinar surya menghiasi hari. Keadaan berubah, ketika sang raja siang mengamuk. Aliran air menguap habis, hewan ternak mati merindukan air dan kelaparan, serta bunga-bunga bergantikan

94 DUTA Rimba

semak belukar. Penduduk desa tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, sebab semua terjadi begitu mendadak. Saat itu tampillah sosoksosok yang sok pahlawan. Mereka merupakan investor dari kota. Dengan tipu muslihatnya, mereka menawarkan bantuan dengan syarat penduduk desa harus hengkang dari tempat tinggal mereka. Warga yang polos pengharapkan bantuan, mengiyakan tawaran itu. Sungguh udang di balik batu. Sosok-sosok yang merasa pahlawan itu mulai membuka topeng kepahlawanannya. Licik. Mereka adalah tikus-tikus rakus yang telah memperdayakan

warga. Mereka mulai melakukan pembangunan raksasa. Mereka memaku bumi dengan paku bumi dan mengubah hamparan rumput hijau menjadi aspal kering. Awalnya mereka mempromosikan kawasan hunian hijau, iming-iming hutan-hutan kota. Tentu hal ini sangat menarik animo masyarakat luas. Perumahan yang dibangun mulai terisi, hingga permintaan melewati batas penawaran. Dengan keuntungan yang menggiurkan dan akar cinta uang yang telah tertancap dihati, tikus-tikus rakus itu mulai membabi buta. Aku pernah menyaksikan tipu muslihat mereka. Saat itu matahri

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


mulai condong ke ufuk barat. Tibatiba angin antahberantah meniupku. Sehingga aku menempel di jas mewah tikus rakus itu. Rupaku yang amat kecil tidak disadarinya. Tikus rakus itu berjalan menuju gedung putih di tengah kota. Ia berjalan menaiki tangga dan sampailah di sebuah ruangan. Di sana aku melihat seorang pria berseragam coklat, dengan kumis mendeplang di bawah hidungnya dan lambang pemerintahan tersemat di dadanya. Pembicaraan sangatlah ruwet, sampai di ujung pembicaraan. “Maaf bapak, saya belum bisa memberikan persetujuan atas permintaan Bapak. Lahan yang pembebasan Bapak ajukan, merupakan lahan terbuka hijau.” Kata Si Kumis. Tikus rakus itu mengambil jalan pintas. Ia mengeluarkan sebuah amplop, lalu menyodorkan kepada Si Kumis itu. Si Kumis ternyata menolak. Aku senang, Si Kumis berpegang teguh pada prinsip lahan harus hijau. Tapi tikus itu memiliki seribu satu akal. Si Tikus Rakus itu kembali mengeluarkan sebuah kotak. Aku pun terkejut ketika dibuka terdapat sebuah jam tangan mewah bertahtakan permata. Ekspresi Si Kumis berubah. Setelah mengecek keadaan, dengan sigap tangan Si Kumis mengambil amplop serta jam tangan itu. Ia memberi tanda-tangan: setuju. Sungguh ironi, nasib bumi hanya dihargai dengan amplop berisi uang dan jam tangan mewah. Si Kumis tersebut sama saja dengan Si Tikus Rakus. Si Tikus Rakus itu berjalan keluar dari ruangan Si Kumis dengan kesombongannya, sambil mengantungi persetujuan pembebasan lahan. Bumi semakin diperkosa dengan paku bumi yang semakin banyak. Taman-taman kota mulai dialih fungsikan. Pohon-pohon dipenggal.

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015

Pembanguan semakin ganas dan merajalela. Tembok-tembok beton menghiasi kota, gedung-gedung pencakar lagit berdiri kokoh menambah beban bumi, dan kudakuda besi berpacu di jalan-jalan raya. Hai manusia, apa kau tidak peka dengan rintihan bumi? Dampak buruk belum terasa. Namun mulai menghantui ketika kawasan industri dibangun tidak jauh dari kota itu. Setelah berdiri, kawasan itu selalu menderukan suara bising, memuntahkan limbah dan menebar polusi. Buruknya sistem pengolahan limbah, membuat pencemaran menjamah daerah perkotaan. Tumbuhtumbuhan penghasil oksigen mati, polusi meracuni udara, air sungai menghitam jelaga, dan ikan-ikan mati. Penyakit pun mulai bermunculan. Sesak nafas, alergi, iritasi, infeksi saluran pernafasan, penglihatan terganggu, itulah berbagai penyakit yang timbul. Lagi-lagi, manusia tidak menyadari kesalahannya dan berbalik saling menyalahkan. Sebagai debu, aku terkena imbasnya. Aku dicap sebagai penyebab penyakit-penyakit itu. Bukan aku, tapi saudara tiriku yang lahir dari pencemaran ulah manusia. Aku hanya mengandung partikel tanah, sedangkan saudara tiriku mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya. Manusialah yang sebenarnya melahirkan bahaya itu sendiri. Semua manusia menghindari dan mengusir keberadaanku. Namun kepedihan bumi tidak berkepanjangan, sebab ada seorang pahlawan hijau yang sesungguhnya. Pria muda itu bernama Vino. Dengan gagah berani, ia menentang perusakan alam dan menggalakkan penghijauan. Vino adalah orang pertama yang menyadari kerusakan alam telah terjadi di kota ini. Ia mengetahui bahwa kerusakan

alam yang terjadi di kota ini, dapat mempengaruhi bumi secara keseluruhan. Ia mulai melakukan perubahan, sebelum bumi bertindak. Vino selalu mengkampanyekan penghijauan untuk menyadarkan manusia lainnya. Jalannya memang tidak selalu mulus, banyak yang mendukungnya dan banyak juga yang menolaknya. Namun, pahlawan pantang menyerah. Vino memulai dari rumahnya terlebih dahulu. Ia mengubah rumahnya menjadi oasis di tengah padang gurun. Langkahnya mulai diikuti oleh tetangganya yang juga merasakan manfaatnya. Sehingga sedikit demi sedikit usahanya mulai tercapai. Ia juga sering berpidato ditempat umum, untuk menarik animo masyarakat. Salah satu penggalan pidatonya adalah “Kita adalah bagian dari bumi, namun mengapa kita justru memperkosanya. Kita memperoleh kehidupan dari bumi. Pelukan hangat selalu kita rasakan, aliran sungai bagaikan susu yang memuaskan dahaga, daun-daun menyumbangkan oksigen penyambung kehidupan, dan kita selalu menikmati kekayaan bumi bahkan kita merampasnya. Pantaskah kita memperlakukan bumi seperti ini. Kita membayar keindahan, padahal kita sedang menyiksa tumbuhan. Atau membunuh bunga, hanya sekadar untuk melambangkan kasih semu. Apakah tidak pernah terlintas di pikiran bagaimana nasib generasi penerus kita? Akankah mereka hanya mengenal apa yang disebut keindahan bumi hanya melalui cerita, tanpa pernah menyaksikannya secara langsung. Semua jawaban ada di tangan kita. Mari kita kembalikan bumi seperti sediakalanya. Untukku, untukmu, untuk kita semua, dan untuk generasi penerus kita.” Pidato ini mampu mengubah dan memperngaruhi

DUTA Rimba 95


ceritarimba paradigma pendengarnya. Sejak saat itu tunas-tunas muda dan kokoh mulai menghiasi kota. Aku harap tunas itu dapat tumbuh dengan cepat, dan merubah kota ini. Pemuda bernama Vino itulah sosok pahlawan hijau sesungguhnya. Ia mendedikasikan dirinya untuk melekat dengan alam. Namun, di sisi lain tikus-tikus rakus itu berteriak tidak setuju dan melakukan pemberontakkan. Karena penghijauan mempersempit lahan pembangunan mereka. Malam itu, semua penduduk tengah dalam peraduannya. Saat itu aku menyaksikan dua orang sedang berjalan di bawah sorotan rembulan. Gerak-geriknya sungguh mencurigakan. Dengan cepat dan hati-hati mereka menuangkan cairan hitam ke sekitar bibit-bibit pohon. Andai saja aku memiliki kuasa, aku pasti akan bertindak. Aku hanya mencatat tindakan mereka. Selesai menunaikan perintah, kedua pria itu berjalan meninggalkan bibit-bibit pohon itu. Meninggalkan bekas yaitu kematian. Ketika fajar mulai menyingsing dan membentangkan cahayanya. Betapa terkejutnya aku, bibit-bibit itu tertunduk lemas. Sungguh keji perbuatan mereka, menindas yang lemah. Limbah beracun telah membunuh bibit-bibit pohon itu. Untunglah Vino dan masyarakat pendukungnya tidak berputus asa. Vino mulai menempuh jalan lain sebelum bertindak melakukan penghijauan. Ia mengirimkan petisi kepada penegak politik daerah. Petisi itu berisi permintaan untuk lebih mengetatkan syarat pembebasan lahan, agar lahan tidak mudah dikuasai oleh tikus-tikus rakus. Petisi itu juga menyuarakan aspirasi bumi yang merindukan kehijauan. Sudah seharusnyalah peraturan mengenai lahan terbuka hijau dan penghijauan diberlakukan.

96 DUTA Rimba

Bila nantinya petisi itu dipersetujui, maka kegiatan penghijauan dapat terwujud. Vino dan para pendukungnya sangat menantikan keputusannya. Namun penantian mereka tidak akan berujung. Sebab petisi itu jatuh ke tangan pria yang menjual bumi seharga satu amlop uang dan jam tangan mewah. Tentulah, permohonan petisi itu diketahui tikus-tikus rakus. Mereka menggunakan cara apa pun, agar petisi tersebut tidak disetujui. Karena penerima petisi itu sudah terjerat perangkap tikus-tikus rakus. Mudahlah bagi Si Kumis itu untuk kembali dijerat. Dengan nominal yang jauh lebih besar, Si Kumis dijamin akan menggagalkan persetujuan petisi itu tanpa melakukan pemberitahuan. Tidak mau menunggu lama, dengan bermodalkan aspirasi bumi Vino mengirimkan petisi yang sama kepada pemerintah pusat. Dalam petisi kedua ini, ia membubuhkan tentang tindakan penegak politik daerah yang seperti di bawah kendali pihak tertentu. Vino mengharapkan pemerintah pusat dapat melakukan penyelidikan. Sebab kalau tidak ditindaki, maka korupsi akan meluas. Beberapa minggu setelah itu, pemerintah pusat mengirimkan surat keputusan langsung kepada Vino. Surat tersebut memberitakan bahwa pemerintah pusat menyanggupi usulan mengenai pembentukan peraturan pembebasan lahan dan peraturan lahan terbuka hijau serta penghijauan. Hal ini cukup membuat senang Vino dan pendukungnya. Pemerintah pusat juga akan melakukan penyelidikan kepada penegak politik daerah. Hal ini menyempurnakan kebahagian Vino dan Pendukungnya. Bumi turut bersukacita. Sebulan setelah persetujuan

dikeluarkan, tersirat kabar bahwa Si Kumis yang menjual bumi itu terungkap kebusukannya. Dengan barang bukti jumlah kekayaan yang mencurigakan dan petisi penghijauan yang dibiarkan tertumpuk dalam berkas-berkas arsip, penegak hukum segera memprosesnya. Tentu, dengan tertangkapnya pria itu, satu per satu tikus-tikus rakus mulai terjerat jebakan penegak hukum. Namun selayaknya tikus, tikus-tikus rakus itu memiliki koloni yang besar. Untuk menghindari jeratan hukum, mereka kembali mengenakan topeng-topeng kepahlawananya. Sehingga kita harus waspada. Namun kebenaran selalu menang, kebusukan perlahan akan tercium baunya. Sehingga, tikus-tikus rakus yang menjelma dengan topeng kepahlawanan itu tidak dapat hidup dengan rasa aman. Dengan dikeluarkannya peraturan mengenai penghijauan dan tertangkapnya para penjual bumi, upaya perbaikan bumi dapat berjalan lancar. Upaya itu tidak hanya terjadi di kota ini, namun hingga seluruh pelosok negri ini. Semua orang mulai menanam pohon, karena satu pohon berarti satu kehidupan baru dimulai. Aku tidak sabar melihat kota ini kembali hijau seperti sedia kala. Di mana apa yang disebut keindahan itu bisa kembali disaksikan dan dinikmati. Sehingga perubahan positif tercatat dalam memoriku. Tampaknya tugasku dikota ini sudah berakhir. Angin antahberantah membawa diriku entah menuju kota lain atau belahan dunia lain, untuk melanjutkan tugas ku. Aku tetap akan dibumi ini dan menjadi saksi semua perubahan yang terjadi. Termaksud perubahan yang kau lakukan. Lakukanlah perubahan positif bagi bumi, masa depan bumi ditanganmu. Dan ingat, debu mencatat • DR

NO. 58 • TH. 10 • mei - juni • 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.