Majalah Duta Rimba Edisi 61 Nopember - Desember

Page 1

Perum Perhutani

DUTA RIMBA • MAJALAH PERHUTANI

Segenap Direksi dan Karyawan

Suwandi: Kita Hidup dalam Situasi Lucu

RIMBA DAYA

25 Desember 2015

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

1 Januari 2016

SOSOK RIMBA

Cost Reduction Butuh Dukungan Sektor Lain

Selamat Natal Tahun Baru

MAJALAH PERHUTANI M A JA L A H PER H U TANI

RIMBA UTAMA

Mengucapkan

&

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015 NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Naik Haji Berkat UsahaTape Ketan WISATA RIMBA

Puncak Bintang Kian Cemerlang

JURUS JURUSJITU JITU DIDISAAT SAATLESU LESU


SALAM REDAKSI

Visi Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolahan Hutan Lestari

Misi Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet) Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People) Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)

ISBN : 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta PusatTelp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail:redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima artikel/naskah softcopy dan berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.majalahdutarimba.com Perum Perhutani

@PerumPerhutani

www.perumperhutani.com

Perhutani Optimistis Songsong 2016

P

embaca yang budiman, tahun 2015 segera berakhir. Selamat menyambut Natal dan Tahun Baru 2016. Kondisi ekonomi di dalam negeri dan global belakangan ini menuntut segenap direksi Perum Perhutani bekerja ekstra keras. Ini mesti dilakukan karena capaian yang diperoleh hingga sekarang, masih jauh dari target yang ditetapkan. Untuk mengejar target pendapatan dan laba usaha Perum Perhutani, jajaran direksi bekerja keras dengan memacu usaha. Sejumlah langkah sudah ditempuh. Dalam edisi ini ada tulisan khusus yang mengupas seputar bagaimana kiat bisnis Perhutani di saat lesu. Di sini akan dibahas bagaimana kiat-kiat jitu seluruh jajaran Perhutani untuk bisa mencapai target serta melakukan perbaikan. Ditampilkan juga wawancara dengan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar membahas perihal cost reduction, Direktur SDM dan Umum Perum Perhutani, Morgan Sarif Lumban Batu juga membahas perihal efisiensi di kalangan karyawan serta Direktur Keuangan Perum Perhutani Mohamad Soebagja yang mengupas kondisi keuangan Perhutani di 2015. Dalam edisi ini, para pembaca juga dapat menemukan tulisan Rimba Khusus dalam edisi ini membahas upaya Perhutani mendukung keinginan Presiden Jokowi untuk mengatasi kemiskinan di wilayah hutan. Petani hutan akan disertakan dan mendapat perhatian yang sama dari Kementrian Pertanian karena sebelumnya mereka diurus Kementrian Kehutanan, dan jumlah mereka sekitar setengah juta jiwa. Dan tak kalah menarik di edisi ini juga ada ketua tim Ketahanan Pangan Perum Perhutani Ema Ismariana, yaitu membahas rencana jangka panjang Perhutani untuk ekspansi di penanaman jagung, dan sektor nonkayu lain dalam rangka membantu program Presiden Jokowi mewujudkan ketahanan pangan (semangat Nawacita Presiden Jokowi). Tidak itu saja, kami juga mendokumentasikan Porseni BUMN 2015 yang diikuti Perhutani dalam rubrik bidikan. Para pembaca dapat menemukan tulisan menawan di rubrik wisata yang berjudul Indahnya Wisata Hutan dan Bahari di Logending. Dalam rubrik Ensiklo Rimba, dapat disimak tulisan Pulai, Tanaman Industri Yang Kaya Khasiat. Pojok KPH kali ini menyuguhkan naskah yang berjudul KPH Mantingan Berkontribusi untuk Ketahanan Pangan. Di rubrik Inovasi Rimba dapat diikuti upaya mengembangkan alat mekanis lubang tanam dari Sumedang, Jawa Barat. Rimba Kuliner kali ini membahas tentang ikan patin bakar bambu yang menggoda selera pencinta kuliner Tanah Air sehingga bisa menjadi referensi kuliner pada saat berlibur. Yang tidak kalah menariknya, rubrik Cerita Rimba kali ini berjudul Perjalanan Sehelai Daun. Untuk memuaskan keinginan pembaca, kami juga menampilkan tulisan Rimba Daya yang berjudul, Naik Haji Berkat Usaha Tape Ketan. Dan masih banyak tulisan lain yang menarik. Selamat membaca.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 1


SEMAI RIMBA

SALAM REDAKSI

1

SEMAI RIMBA 2 MITRA RIMBA 3 BENAH DIRI 4 PRIMA RIMBA - Wisata Puncak Bintang

10

6

RIMBA UTAMA - Setelah Cost Reduction, Butuh Dukungan Sektor Lain

10

- Ada Hal Penting yang Terlupakan

15

- Mencari Tempat di Tengah Persaingan Bisnis

18

OPINI - Manajement Aset Perhutani, Antara Asa dan Realita

24

RIMBA KHUSUS - Sumbangsih pada Produksi Pangan

28

- Semoga Tak Ada Lagi Orang Miskin di Sekitar Hutan 30

SOSOK RIMBA - F Suwandi Putro: Kita Hidup dalam Situasi Lucu

30

38

LINTAS RIMBA 42 LENSA RIMBA - Porseni BUMN

56

70

BISNIS RIMBA - Potensi Karet Perhutani Pemalang, Jawa Tengah

62

RIMBA DAYA - Naik Haji Berkat Usaha Tape Ketan 66

WARISAN RIMBA - Batu Panjang, Situs Budaya Perhutani 70

ENSIKLO RIMBA

- Pulai Tanaman Industri yang Kaya Manfaat

74

UJUNG RIMBA 78 WISATA RIMBA - Pantai Logending, Jawa Tengah 80

POJOK KPH

86

- KPH Mantingan, Jawa Tengah 84

INOVASI - Perhutani Sumedang: Kembangkan Alat

Mekanis Lubang Tanam 86

RIMBA KULINER - Lezatnya Patin Bakar Bambu 90

RESENSI - Membangun Dari Pinggir, Mengembalikan Identitas Desa

92

CERITA RIMBA - Perjananan Sehelai Daun

2

DUTA Rimba

94 NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


MITRA RIMBA

Produk Mitra Binaan Harga

: Kaligrafi : KPH Pati : Rp. 100.000-Rp. 600.000

Alamat

: Ds. Sentul Kec. Cluak, Pati

Contact Person : KPH Pati 0295 381 472

Produk Mitra Binaan Harga

: Sarung Tholdem : KPH Pemalang : Rp. 100.000-Rp. 250.000

Alamat

: Primkopkar KPH Pemalang, Jl Jend. Sudirman Timur No.1 Pemalang Contact Person : 0284 321617, 321 841

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 3


BENAH DIRI

Majalah Duta Rimba edisi ini hadir ke tangan Anda saat masyarakat Indonesia tengah ada dalam suasana pergantian tahun. Sebagaimana masyarakat Indonesia umumnya, kami pun berharap bakal meraih kehidupan yang lebih baik. Tahun 2015 memang tak terlalu menggembirakan bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat luas. Demikian pula Perum Perhutani. Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

Jalan Keluar Menuju Orientasi Bisnis Baru

U

ntuk itulah kami bersiapsiap menjalankan berbagai upaya agar dapat kembali tampil lebih baik di waktu mendatang. Perhutani punya banyak potensi yang bisa dikembangkan agar lebih baik. Dengan luas lahan lebih dari 2 juta hektare potensi meraih pendapatan itu bervariasi mulai dari wisata, tanaman pangan dan tentu saja kayu terutama diolah menjadi bahan industri. Keputusan memangkas biaya, atau cost reduction, merupakan sebuah keputusan yang mungkin tidak mengenakkan. Namun demikian, hal itu bisa dikerjakan mengingat selama ini memang harus dilakukan kendati

4

DUTA Rimba

kondisi tak seburuk saat ini. Target pendapatan Perhutani 2015 adalah Rp 4,7 trilliun, hingga bulan November sebenarnya telah tercapai angka Rp 3 triilun. Sehingga dalam waktu tersisa kita mesti berbuat maksimal agar tercapai kekurangan sebesar Rp 1,7 trilliun. Namun demikian, menurut saya, kita akan sedikit mengalami kesulitan sebagaimana dialami oleh BUMNBUMN yang lain. Untuk mewujudkan langkah pemangkasan biaya itu salah satu ujudnya adalah kebijaksanaan efisiensi karyawan. Hal itu berjalan bersamaan dengan penerimaan karyawan baru. Bukan berarti ini merupakan langkah yang mendua. Bagaimanapun, saat ini

Perhutani membutuhkan tenaga sain seperti sarjana kimia dan lain-lain. Bila telah terpilih mereka, para sarjana sain itu, kelak akan kita didik lebih jauh dengan mengirim mereka melanjutkan pendidikan agar sesuai dengan rencana pengembangan perusahaan. Mereka pun mesti punya sertifikasi untuk membuat produkproduk baru di masa depan. Sebagaimana kita tahu, Perhutani punya produk kayu dan produk bukan kayu. Produk unggulan nonkayu Perhutani ada beberapa, salah satunya minyak kayu putih yang sudah bisa dipanen dalam waktu yang relatif lebih cepat ketimbang produk kayu yang butuh waktu lama. Bila kita menaman kayu putih, hanya dalam

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


waktu tiga tahun panen pertama sudah tiba. Bandingkan dengan kayu jati misalnya. Perbandingan waktu yang dibutuhkan tentu amat jauh. Sedangkan masalah pangan, kini Perhutani tengah ikut serta dalam usaha pemerintahan Presiden Jokowi menjalankan program kedaulatan pangan. Kita di Perhutani sedang mengembangkan jagung di areal tanah dan berpotensi menyumbang pendapatan dari panen sekitar 1,2 juta ton/tahun. Dengan produk-produk seperti ini kita akan segera bisa mengurangin porsi ketergantungan produk-produk kayu seraya memperbesar kontribusi pendapatan dari produk pangan, setidaknya dari panenan jagung tersebut. Beberapa kendala yang terjadi di lapangan dan kita lagi cari solusinya dengan menggabungkan produk kayu dengan nonkayu dengan cara istilah kita zona adaptif yang ada di luar jarak konvensional untuk ketahanan pangan. Kontribusi Perhutani pada usaha pemerintah untuk menciptakan ketahanan pangan memang belum besar. Anda mesti memakluminya karena kami memulainya pada sekitar bulan Mei sehingga bekerja dalam tenggat waktu yang tak terlalu longgar. Semoga pada tahun kedua bisa lebih baik. Untuk itulah koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mesti diperbaiki. Di tahun 2015, jumlah kayu tebangan yang dikelola Perhutani tercatat 800.000 meter kubik. Dari jumlah itu sebanyak 405.000 meter kubik merupakan jenis kayu jati yang bernilai lebih tinggi ketimbang jenis kayu lain yakni mahoni dan pinus. Pendapatan penjualan kayu senilai total Rp 1,5 trilliun. Dari angka itu jati menyumbang Rp 1,25 trilliun. Divisi Komersial Kayu bukanlah penyumbang terbesar bagi Perhutani. Penyumbang terbesar adalah Divisi GTD, Terpentin dan MKP yang pada tahun 2015 diharapkan sanggup menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,4 trilliun. Namun saya merasa berat untuk mencapai target Rp 4.7 trilliun. Pasalnya kondisi ekonomi berat jadi penghalang utama tercapainya target itu. Hal serupa juga tengah dihadapi oleh BUMN-BUMN yang lainnya. Kita semua tahu bahwa akhir-akhir ini memang amat berat. Selain melakukan efisiensi dengan menekan berbagai pengeluaran,

Kami juga melakukan upaya-upaya di bidang industri kayu. Bila dalam urusan ini sebelumnya Perhutani Ibarat tukang dan sekarang kami ingin merubah mindset dari tukang menjadi pedagang.

Perhutani pun berpikir bagaimana menyiapkan diri menghadapi tantangan yang akan datang. Divisi GTD sebagai penyumbang income besar pun perlu diperkuat langkahnya. Untuk mengamankan pendapatan, misalnya, penjualan terpentin butuh perhitungan cermat karena harga sangat tergantung pada pasar. Bila situasi tengah bergejolak tentu pendapatan akan tertekan. Baginya, kayu putih bisa dipertimbangkan sebagai pilihan yang lebih tepat karena berbagai alasan. Di bidang pariwisata Perhutani punya 122 usaha di seluruh Indonesia. Yang besar ada tiga kluser. Pertama, Ciweday ada Kawah Putih, Patuha Resort. Kedua, Cikole termasuk Cilember Puncak. Ketiga, Banyuwangi. Sektor ini merupakan bidang usaha yang tengah berada di atas angin seiring dengan tumbuhnya kelompok masyarakat yang menempatkan rekreasi sebagai kebutuhan pokok. Di samping itu kita juga menyaksikan terus bertambahnya jumlah wisatawan asing datang ke Indonesia. Tentu semuanya memberi kesempatan dan keuntungan kepada Perhutani untuk terus mengembangkan diri dan memperkuat posisinya selaku salah satu pelaku usaha bidang wisata. Hasil hutan milik Perhutani juga memberi peluang-peluang bisnis lain yakni madu juga tanaman energi. Oleh karenanya, tahun 2016 Perhutani ingin menghidupkan energi bukan fosil yaitu energi terbarukan berupa tanaman energi seperti kleresede (Gliricidia sp), kaliandra (Caliandra calothyrsus), nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Semuanya membutuhkan masa tanam hingga panen yang jauh lebih pendek ketimbang kayu. Keterlibatan Perhutani dalam upaya perwujudan kedaulatan pangan pemerintah adalah mendirikan pabrik pengolahan sagu di Sorong, Provinsi

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Papua Barat. Fasilitas modern ini diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan merupakan bentuk kerja sama bisnis Perhutani dengan beberapa BUMN lain yang terintegrasi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 50 unit rumah bagi para karyawan, Kementerian Kesehatan akan mengurusi persoalan-persoalan kesehatan. Dalam upaya itu, Perhutani juga akan berupaya mendorong danadana Corporate Sosial Responsibility/ CSR bisa dialokasikan bagi kesejahteraan warga sekitar. Bagaimanapun, Perhutani kini bukanlah sebuah perusahaan sektor kehutanan yang mengandalkan income dari kayu. Zaman telah menggesernya menjadi perusahaan berbasis sumber daya hutan seperti wisata dan tanaman nonkayu Dengan orientasi itu, di masa mendatang porsi perolehan kayu bisa jadi akan menurun. Namun masyarakat akan melihat Perhutani punya kontribusi besar dalam penyediaan pangan nasional. Setidaknya hal itu terlihat dari rencana investasi sebesar Rp 200 miliar untuk menanam padi dan jagung pada 2016 mendatang. Lahan yang akan dimanfaatkan mencapai 267.000 ha. Adapun target produksi Perhutani per tahun untuk tahap awal mencapai sekitar 1 juta ton padi, dan 500.000 ton jagung. Untuk itulah, zona penanaman kayu pun diubah karena lahan akan dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Pola tanam jati yang semula 3x3 meter diubah menjadi 8x2 meter atau bahkan 10x2 meter. Hal itu akan dilakukan lewat zona adaptif. Untuk mencapainya Perhutani tak bekerja sendirian. Pemerintah akan memberi subsidi berupa berupa pupuk, bibit unggul, peralatan pertanian, dan fasilitas pascapanen. DR

DUTA

Rimba 5


PRIMA RIMBA

Model Pengembangan Wisata Puncak Bintang Jadi Percontohan

Puncak Bintang KPH Bandung Utara

6

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Wisata Puncak Bintang berkembang pesat, berkat kepiawaian Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Wismo Tri Kancono. Dialah penggagas dibukanya lokasi wisata Puncak Bintang di wilayah Bandung utara.

D

i tengah kondisi ekonomi melambat dan pemasukan seret, serta upaya Perhutani melakukan penghematan di berbagai bidang, Wismo membuat terobosan brilian. Dia mengembangkan tempat wisata, yang dalam waktu singkat sudah terkenal dan menjadi objek wisata favorit warga Bandung dan sekitarnya. Terbukti langkah cerdas Administratur Perhutani KPH Bandung Utara ini membuahkan hasil manis. Terobosan baru dengan mengembangkan wisata Puncak Bintang mampu menambah pundipundi penghasilan. Bayangkan target yang dipatok Rp 300 juta berhasil diloncati karena terbukti dapat meraih Rp 1,5 miliar. Ini sunggah prestasi yang membanggakan dan patut ditiru semua pihak. Kondisi keuangan yang terbatas dan iklim ekonomi yang melambat, bukan halangan untuk berinovasi dan berkreasi secara cerdas. Wismo mengakui bahwa kunci keberhasilan ini adalah jalinan kerjasama yang sinergis dengan semua pihak. Ide kreatif dan inovatif, tanpa dukungan kerjasama yang sinergis, akan sulit membuahkan hasil. Ke depan jalinan kerjasama sudah baik ini akan ditingkatkan dengan aneka promosi kepada masyarakat. Lokasi Puncak Bintang awalnya adalah wilayah sadapan 2015. Setelah Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Wismo Tri Kancono, melihat ke lapangan, lokasi ini dinilai lebih potensial dikembangkan untuk wisata. Penilaian ini didiskusikan dengan atasan dan mendapat sambutan yang sangat baik. Setelah itu Wismo meminta disosialisasikan ke jajaran lain dan

Pusat informasi wisata Puncak Bintang

masyarakat serta didiskusikan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Awalnya hanya ada pos tiket, jalanan masih tanah. Setelah beberapa bulan, animo masyarakat ternyata luar biasa. Kemudian ditata, dengan memasang bintang dan mempromosikan ke media cetak dan elektronik. Menurut Ocep Daslia, penjaga tiket di wisata Puncak Bintang, sebelum dibuka menjadi objek wisata, lokasi Puncak Bintang adalah semak belukar. Berkat tangan dingin Wismo berhasil disulap menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan setiap hari. Para pengunjung yang rata-rata mahasiswa dan anak muda merasa senang saat berkunjung ke sini karena masih alami lokasinya dan cocok

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

untuk berfoto dan mengabadikan pemandangan yang menawan. Banyak dari pengunjung yang meng-upload ke media sosial dan itu menjadi salah satu ajang promosi Puncak Bintang sehingga bisa dikenal masyarakat yang berada di luar Provinsi Jawa Barat. Pada awal pengembangan Puncak Bintang, Wismo hanya bermodal ala kadarnya. Dengan dibantu masyarakat sekitar, pelan-pelan lokasi Puncak Bintang ditata dan diresmikan pada 23 September 2014. Wismo yang mengawali karir di Perhutani pada 1997 di Biro Pembinaan Hutan Unit II Jawa Timur itu kepada Duta Rimba mengatakan wisata Puncak Bintang berawal dari ide dan modal yang sederhana. Dengan jurus khusus, Puncak Bintang

DUTA

Rimba 7


PRIMA RIMBA kini menjadi lokasi wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Prinsipnya, pengunjung harus dibuat datang berkali-kali ke lokasi wisata Puncak Bintang. Caranya, dengan membuat inovasi berbeda setiap bulan. Wismo bercerita bahwa pencapaian hari ini merupakan buah dari proses komunikasi sosial yang terjalin dengan baik. Harapan dari Perhutani pun terwujud. Keberhasilan Puncak Bintang mencapai target yang ditetapkan, tambah Wismo, berawal dari komunikasi sosial. Komunikasi jajaran Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan tentang keamanan hutan dan lain sebagainya berjalan konstruktif. Menurut Wismo, membangun lokasi wisata menguntungkan Perhutani, pemerintah, dan masyarakat desa. Dampaknya hari ini bisa dilihat bahwa target Puncak Bintang sebesar 300 juta rupiah bisa terlewati, yaitu 1,5 miliar rupiah. Dari segi sosial, juga berhasil menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar. Perparkiran dikelola warga desa dan pemuda setempat agar mereka ikut menjaga keamanan dan ketertiban lokasi Puncak Bintang. Pendapatan dari parkir bisa mencapai 1 miliar/tahun. Masyarakat sekitar diuntungkan, tambah Wismo, minimal ada perputaran uang Rp 4 miliar di lokasi area wisata karena masyarakat sekitar memperoleh manfaat dari berjualan di area wisata. Pengembangan tempat ini, kata Wismo, secara keseluruhan ditekankan pada sapta pesona, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. KPH Bandung Utara memulai dari nol. Tidak salah jika wisata Puncak Bintang sekarang menjadi tempat percontohan KPH yang berada di wilayah Jawa Barat. Setiap bulan, tambah Wismo, KPH Bandung Utara membagi hasil dengan cara menyerahkan Rp900/karcis ke desa, Rp1.200/karcis ke LMDH dari harga tiket Rp8.000/orang. Setiap bulan diserahkan bagi hasil tersebut disaksikan KPH Bandung Utara, pihak desa, dan LMDH. Dalam setahun ini Puncak Bintang sudah dikunjungi lebih 100.000 orang. “Padahal dulu tidak ada yang tahu tempat ini. Kini, Puncak Bintang menjadi primadona baru wisata alam di Bandung, terutama di akhir pekan. Saya berharap, dengan adanya Puncak Bintang pengunjung tetap menjaga kelestarian alam,” kata Suasana Sore Hari di Puncak Bintang

8

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Pemandangan pada malam hari di Puncak Bintang

Wismo. Para pengunjung sekarang, tambah Wismo, sudah banyak kalangan keluarga dan travel dari Jakarta yang khusus datang ke Puncak Bintang untuk refresing dan berwisata alam. Lokasi Puncak Bintang juga sering digunakan TV swasta untuk syuting Puncak Bintang juga meraih prestasi gemilang dengan menyambet gelar Wanalestari tahun 2015 dari Kementerian Kehutanan serta banyak prestasi lain. Ke depan, Wismo akan mendirikan menara untuk melihat pemandangan lebih baik, yang akan di-launching kemungkinan awal tahun baru. Puncak Bintang berada di ketinggian 1.442 meter di atas permukaan laut. Luas kawasan wisata ini adalah 11 hektare. Dari tempat ini, terlihat hampir seluruh area cekungan Bandung. Daerah ini memang dikenal sebagai salah satu tempat terbaik untuk melihat Kota

Bandung dari ketinggian. Di kompleks Puncak Bintang ini, pengunjung dapat melakukan hiking di hutan pinus sampai ke patahan Lembang dan tersedia area perkemahan untuk umum. Puncak Bintang yang berada di Kampung Buntis Bongkor, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung ini berdekatan dengan tempat wisata lain, yakni Caringin Tilu dan Saung Angklung Udjo. Untuk menuju ke lokasi bisa melalui rute Padasuka Cimenyan – Caringin Tilu – Puncak Bintang. Puncak Bintang terletak 8,5 Km dari tempat wisata Saung Angklung Udjo. Jalan menuju lokasi didominasi tanjakan panjang. Kondisi jalan lumayan bagus, namun sempit karena merupakan jalan desa. Tiket masuk wisata Puncak Bintang adalah Rp 8.000 untuk pengunjung biasa dan Rp 15.000 untuk pengunjung yang menginap/camping di lokasi

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

Puncak Bintang. Beberapa fasilitas pendukung, antara lain tempat parkir untuk motor dan mobil terletak di bagian bawah bukit Puncak Bintang, warung makan yang dikelola warga, toilet, dan musala. Pada malam Minggu tempat parkir biasanya sangat ramai. Sebelum pintu masuk, pengunjung bisa melihat perkebunan palawija dan tomat. Di lokasi perkebunan tomat, pengunjung bisa memetik tomat langsung dengan cukup membayar Rp 4.000 per kilogram. Pengunjung bisa mencicipi tomat segar yang langsung dipetik dari tangkainya. Panorama sunset menjelang malam juga mempesona. Satu lagi yang tak kalah seru adalah menikmati lautan awan di pagi hari, saat sunrise. Sangat direkomendasikan untuk camping agar bisa menikmati sunrise dan sunset. DR

DUTA

Rimba 9


RIMBA UTAMA

Setelah Cost Reduction,

Butuh Dukungan Sektor Lain Dengan berbagai faktor keunggulan kompetitif seharusnya Indonesia tidak perlu khawatir akan masa depan bisnis kehutanan. Masih banyak peluang menuju kebangkitan bisnis Perhutani.

P

erjalanan Perum Perhutani sepanjang 2015 berbanding lurus dengan kondisi ekonomi Indonesia yang tak menggembirakan. Pendapatan ada di bawah target yang dipatok. Manajemen pun berpikir keras bagaimana menjawab atau mengatasi kondisi itu. Langkah efisiensi pun menjadi pilihan. Keputusan itu mulai efektif ketika kepala-kepala divisi regional mengeluarkan surat pemberlakuan hal itu sekitar bulan Agustus 2015. Semenjak itu, kebutuhan-kebutuhan yang dianggap tak perlu mesti ditunda atau dihapuskan. Kinerja personil dan fasilitas kerja yang tidak optimal mesti dipicu agar bisa memberikan sumbangsih yang lebih

10

DUTA Rimba

besar ketimbang sebelumnya. Pada sisi lain kondisi tak menyenangkan itu berjalan bersamaan dengan transformasi bisnis kehutanan yang telah berjalan beberapa tahun sebelumnya. Beberapa model dan bidang bisnis baru telah dijalankan seperti perternakan, tanaman pangan serta wisata. Para direksi mengakui bahwa perolehan Perhutani memang turun. Sebagai gambaran, Perhutani menargetkan Rp 4,4 triliun pada 2015. Namun, hingga Oktober 2015 hanya Rp 2,7 triliun yang tercapai. Menurut Direktur Keuangan Perum Perhutani, M Subagja, langkah yang harus ditempuh untuk mencapai perolehan target adalah penggenjotan semua sektor, baik kayu maupun nonkayu.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


M Soebagja, Direktur Keuangan Perum Perhutani

“Tujuan keuangan adalah memperoleh laba sesuai RKAP dan menyediakan cash flow dengan baik. Cash flow tentu saja diperoleh dari pendapatan dan efisiensi biaya,” ujar M. Soebagja. Hasil akhir perolehan sepanjang 2015 belum didapat saat redaksi Duta Rimba bekerja menyiapkan penerbitan edisi ini. Namun demikian kecil kemungkinan target itu terpenuhi. Tentu saja tidak ada pembicaraan soal pertumbuhan karena situasinya memang amat sulit. Perkiraan perolehan 2015 tak cuma lebih rendah ketimbang target, namun juga jauh di bawah perolehan 2014, di mana tercatat pendapatan usaha mencapai Rp 4,6 trilliun dengan laba bersih sebesar Rp 374 miliar. Total

aset meningkat sebesar 19% menjadi Rp 4,14 trilliun. Angka tahun itu merupakan paling tinggi dalam masa 5 tahun sebelumnya. Dalam laporan tahunan 2014, terlihat bahwa semenjak 2010 Perum Perhutani mencapai laju kenaikan terus menerus baik pendapatan usaha, laba bersih, total asset maupun ekuitas. Kurva pertumbuhan itu kini kondisinya antiklimak atau malah berbalik menurun. Sesungguhnya, menurut Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Teguh Hadi Siswanto, sepanjang 2015, Perhutani fokus memproduksi gondorukem dan terpentin dengan perolehan pendapatan Rp2,3 triliun dari sektor industri nonkayu.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Tren masa depan, Perhutani akan memproduksi kayu-kayu kecil dengan ukuran diameter kurang dari 19 cm. “Produksi lima tahun ke depan diperkirakan 1 juta meter kubik yang didominasi kayu-kayu kecil. Itu sebabnya, Perhutani berusaha untuk mendayagunakan potensi kayu yang tersedia,” ujar Teguh Hadi Siswanto. Sementara dari sektor industri nonkayu, Perhutani ingin menggeser posisi Brasil sebagai negara penghasil gondorukem terbesar di dunia dengan volume produksi 155.000 ton per tahun. “Kami menargetkan produksi 220.000 ton gondorukem pada 2029,” ujar Teguh Hadi Siswanto. Tekad itu mengharuskan Perhutani mulai berbenah. Strategi yang dipilih adalah peremajaan dan perluasan

DUTA

Rimba 11


RIMBA UTAMA

Duta Rimba/JB Murdiana

Teguh Hadi S, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani

wilayah. Teguh menuturkan sebagian besar pohon penghasil gondorukem yang tersebar di Pulau Jawa sudah mulai tua. Itu sebabnya, peremajaan mutlak dilakukan untuk mencapai produksi tinggi. Adapun perluasan wilayah dilakukan di Aceh. Menurut Teguh, pihaknya mempunyai total 220.000 hektare hutan pinus. Untuk mencapai target produksi, masih ada 70.000 hektare wilayah yang harus digarap. Perhutani juga memasok gondorukem dari Sulawesi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sementara produk-produk lain seperti madu, cengkeh, kopi, dan aren, Perhutani melakukan evaluasi. Produk yang kurang mendatangkan keuntungan akan dihapus. “Perhutani harus fokus menanam jati, pinus, sengon, dan kayu energi. Lainnya bisa dikerjakan oleh anak-anak perusahan,” ujar Teguh. Mengenai sektor pariwisata, Perhutani fokus di dua tempat, yakni Banyuwangi dan Bandung. “Tujuan wisata di Indonesia adalah Batam, Bandung, Jakarta, Bali, dan Banyuwangi,” ujar Teguh. Itu sebabnya, Perhutani mulai mengelola Pulau Merah di Banyuwangi. Mencari alternatif bisnis baru tentu jadi salah satu kewajiban yang mesti

12

DUTA Rimba

segera ditempuh selain menjalankan kebijaksanaan pemangkasan biaya. Perhutani punya banyak alternatif baik berorientasi jangka panjang maupun menengah. Baik kayu atau produkproduk nonkayu. Sebagaimana di bagian lain dunia ini, para pengelola hutan kini berhadapan dengan kelompokkelompok pecinta lingkungan hidup dengan kesadaran tinggi akan pentingnya pohon. Warga sekitar kawasan wisata Batu, Malang, Jawa Timur, misalnya, adalah salah satu contoh kuatnya kesadaran itu. Mereka menolak penebangan pohon di hutan. Semua pihak mau tak mau mentaatinya, termasuk Perhutani. Perhutani sebagai BUMN tentu mesti mengacu kepada tekad pemerintah lewat Kementerian KLH dan Kehutanan untuk hadir dan mewujudkan hak rakyat untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang baik. Kementerian KLH dan Kehutanan mempunyai peran strategis dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yaitu menjaga kualitas lingkungan hidup, menjaga jumlah dan fungsi hutan dan isinya, serta menjaga keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumber daya alam (SDA) untuk kelangsungan kehidupan.

Gejala itu adalah dorongan kuat agar Perhutani menggeser orientasi bisnisnya. Penebangan kayu bukan lagi aktivitas utama. Lahan hutan yang amat luas membutuhkan kreativitas dan inovasi untuk diolah agar memberikan hasil dan manfaat luas bagi rakyat dan negara. Keduanya adalah pemangku kepentingan utama lingkungan hidup. “Kami punya kesempatan untuk mengembangkan wisata karena banyaknya objek menarik di wilayah kerja kami. Setidaknya kini sudah ada sekitar 20 lokasi wisata pantai yang telah dikembangkan dan akan terus bertambah. Tak cuma pantai, namun juga getah dari pohon pinus,” ujar Arief Herlambang, Kepala Perum Perhutani KPH Malang. Banyak penelitian menyebutkan adanya kecenderungan pergeseran filosofi pengelolaan. Ke depan, tren pengelolaan bisnis kehutanan akan bergeser filosofinya. Para pemangku kepentingan yang berpengaruh memandang penting ekosistem sebagai penyedia berbagai jasa bagi umat manusia. Filosofi bisnis baru itu memandang hutan sebagai aset yang berguna untuk berbagai hal, seperti pengendalian air, klimatologi, habitat berbagai spesies, dan sarana rekreasi.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Semua bakal memberi nilai lebih tinggi ketimbang sekadar nilai jual kayu yang dipotong dari hutan. Dalam pengertian itu, apa yang digambarkan Arief menyangkut apa yang terjadi di wilayah Perhutani Malang benar. Di masa mendatang perusahaan kehutanan di seluruh dunia mungkin akan lebih memilih tidak menebang pohon namun mengelolanya sebagai sumber daya yang berkelanjutan. Untuk menopang usahanya, Arief sengaja merangkul kelompokkelompok masyarakat yang langsung atau tidak bakal mendorong kemajuan bisnis wisata. Kantor Perum Perhutani Malang pun menjadi salah satu pusat interaksi berbagai kelompok itu. Kerja sama dengan jurnalis dan pengguna media sosial adalah salah satu contohnya. Wilayah Malang Raya sebagai salah satu destinasi penting wisata di Indonesia barangkali faktor penting yang menguntungkan Perhutani. Namun bukan berarti itu langsung jadi keniscayaan bagi keberhasilannya. “Kita mesti mengerti bagaimana memposisikan diri di depan destinasi wisata lain di sini yang ada pada kelas yang lebih tinggi,� ujar dia. Semangat mengembangkan wisata

dikelompokkan berdasarkan fungsifungsinya. Salah satunya adalah fungsi komersial yang dilakukan oleh perusahaan baik swasta maupun milik negara. Di situlah Perum Perhutani hadir. Kawasan hutan yang dikelola seluas 2.446.907,27 ha, terdiri dari hutan produksi (HP) dan hutan lindung. Tentu saja, luas hutan yang dikelola Perhutani tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata. Sebagaimana sebuah perusahaan tentu tantangan selalu datang tiap saat. Penghematan biaya atau cost reduction, tentu punya latar belakang sendiri. Pada kenyataannya efisiensi bisnis kehutanan di Indonesia memang kalah dibanding negaranegara lain. Swedia, misalnya, jumlah lahan hutannya jauh lebih sempit ketimbang Indonesia. Namun efektifitas dan produkifitas industri kehutanan di sana amat tinggi. Sebuah studi oleh Biro Riset LM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) berjudul Analisis Industri Kehutanan dan Implikasi Bagi BUMN Kehutanan menunjukkan adanya dominasi negara-negara maju di sektor ini. Perusahaan-perusahaan Swedia, Kanada, Russia, dan Finlandia mendominasi industri kehutanan

Arif Herlambang, Administratur Perum Perhutani KPH Malang

yang dia miliki tentu terbatas pada kewenangan yang ada mengingat posisi KPH Malang dalam struktur Perum Perhutani. Namun sisi positif adalah hal itu pasti akan dicatat sebagai bukti keseriusan menggarap potensi seiring kian pentingnya sektor wisata dalam perekonomian negara. Indonesia punya hutan tropis yang luas. Selama ini lahan itu

Duta Rimba/JB Murdiana

dunia. Kecuali Russia, negara-negara itu tak punya lahan luas. Laporan itu memastikan bahwa dominasi negara maju dapat terjadi karena utilisasi kapasitas produksi yang lebih tinggi dan efektif. Sehingga dari lahan yang tak terlalu luas dibanding Indonesia sanggup menghasilkan volume produksi yang lebih tinggi. Swedia adalah kasus unik.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Sepanjang 2015, Perhutani fokus memproduksi gondorukem dan terpentin dengan perolehan pendapatan Rp 2,3 triliun dari sektor industri bukan kayu.

Negeri ini mengekspor 85% produk industri hutannya ke negara-negara Eropa. Tingkat efisiensinya amat tinggi karena sanggup menghasilkan 6% volume produksi sawn timber dunia, 3% produksi kertas dunia, dan 6% produksi pulp dunia. Swedia hanya punya hutan seluas 1% saja dari seluruh hutan dunia. Perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN negeri itu hanya diijinkan untuk mengelola 39% total lahan hutan yang mencapai 35 juta hektare. Produktivitas dan efisiensi tentu jadi faktor penting untuk selalu diperhatikan oleh perusahaanperusahaan industri kehutanan, termasuk Perhutani. Dalam pengertian itulah kebijakan cost reduction menjadi sesuatu yang wajar dan mesti diterima. Tentu saja tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjalankannya. Keunggulan hutan Indonesia di mata banyak kalangan masih besar. Dunia penelitian, baik perguruan tinggi maupun pusat riset dan pengembangan nonkampus di Indonesia, sesungguhnya punya banyak temuan yang bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan keunggulan itu. Memang susah untuk membayangkan kesulitan yang ada sekarang bisa teratasi dalam jangka pendek. Namun pemanfaatan itu bakal memberi ujud nyata setidaknya dalam jangka menengah karena sebenarnya sebagian temuan telah siap dimanfaatkan peneliti semenjak lama. Untuk mewujudkannya, kuncinya terletak jalinan hubungan dunia usaha, pemerintah, dan pusat-pusat penelitian mesti berjalan sinkron. Di masa lalu banyak contoh kesempatan yang terbuang karena salah satu dari elemen tidak mendukung. DR

DUTA

Rimba 13


RIMBA UTAMA

Mohammad Na’im, guru besar pemuliaan tanaman UGM

14

DUTA Rimba

Duta Rimba/JB Murdiana

Dok. kom. PHT

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Ada Hal Penting yang Terlupakan Pertarungan perebutan pasar industri kehutanan telah banyak bergeser. Kini era transformasi tengah terjadi menyusul perubahan lingkungan. Berbagai hal mesti diperhatikan Perum Perhutani, tak cuma pemangkasan biaya.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 15


RIMBA UTAMA

Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani

D

alam beberapa tahun terakhir pemberitaan media-media dunia banyak melaporkan kemerosotan bisnis kehutanan. Harian terkemuka Sidney Morning Herald, 9 Agustus 2014, menggambarkan kondisi pusat-pusat industri kayu yang lesu di Negeri Kanguru. Lewat artikel berjudul Forestry Industry Out on a Limb, media terkemuka di Australia itu memaparkan kesaksian seorang pekerja yang telah menghabiskan hampir empat dekade hidupnya di industri kayu. Pekerja itu mengeluhkan perubahan drastis lima tahun terakhir sehingga dia memastikan bahwa bisnis itu segera jadi sesuatu yang tak lagi layak dikerjakan. Pasar produk kehutanan memang berjalan mengikuti siklus yang mengekor pada jatuh bangunnya perekonomian. Pergeseran yang terus terjadi itu membuka peluang sekaligus tantangan bagi pelaku industri kehutanan. Indonesia, Vietnam, Thailand,

16

DUTA Rimba

dan Afrika Selatan kini berhadapan dengan negara-negara industri kayu yang maju, seperti Swedia, Australia, dan Kanada. Negara-negara maju itu berpikir serius persaingannya dengan negara-negara berkembang dalam memperebutkan pasar dunia yang berubah. Kanada, misalnya, merasakan penurunan drastis. Salah satu sebabnya adalah pertumbuhan industri media elektronik yang menggeser media cetak secara besarbesaran. Media sebagai sektor yang dahulu paling banyak mengonsumsi kertas sudah berubah secara total. Kelompok industri kayu yang maju kini tengah mengalami kendala besar akibat kombinasi berbagai faktor global dan internal yang membuat lesu kehidupan sentral-sentral produksi kayu, baik hilir maupun hulu. Menghadapi tantangan perubahan itu di banyak kalangan industri kehutanan, terutama di negara-negara maju, mentransformasikan diri dalam beberapa sektor yang berbeda. Yakni pengembangan pemasaran, efisiensi

operasi, perubahan proses bisnis serta pengembangan produk-produk baru. Indonesia tak perlu mengeluh terlalu banyak sebagaimana disampaikan oleh pekerja di Australia tadi. Banyak hal yang masih bisa dilakukan. Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Mohmmad Na’iem, mengingatkan bahwa dalam kondisi seperti sekarang masih banyak hal yang bisa dilakukan agar dalam jangka menengah posisi industri kehutanan Indonesia kuat. Beberapa hasil riset bisa mulai dimanfaatkan bagi keberlangsungan bisnis Perum Perhutani. Jati dan pinus menurut keyakinannya masih merupakan tanaman yang paling utama untuk dikembangkan di lahan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa yang merupakan kewenangan Perum Perhutani. Ada banyak temuan untuk diterapkan seiring perkembangan perubahan struktur pasar global. Saat berbincang dengan Duta Rimba, pertengahan Desember 2015 di Jakarta, dia bertutur panjang lebar

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Dok Duta Rimba

berbagai temuan sekitar penelitian pinus dan jati. Kedua tanaman itu cocok untuk dikembangkan dalam jangka panjang dengan tetap melibatkan masyarakat sekitar hutan. Pinus yang telah diteliti bekerja sama dengan Perum Perhutani ternyata mampu menghasilkan getah yang jauh lebih banyak ketimbang yang selama ini diyakini. Semula ada anggapan bahwa sekali sadap sebatang pinus akan menghasilkan 10 gram saja, namun ternyata kini penyadap bisa mendapatkan setidaknya 50 gram hingga 150 gram. “Bahkan ada yang sanggup memberi getah hingga 328 gram seperti yang terdapat di hutan Gunung Batur di Bali,” ujar Na’iem. Hal itu bisa didapatkan dengan cara mengembangkan penyadapan, yakni dengan cara dibor. Tidak lagi menggunakan cara lama, yaitu dengan membuat kowakan dan menampung tetes getahnya dalam tempurung kelapa. Dalam sekali penyadapan bisa dibuat lubang bor lebih dari satu tempat dengan

Pemakaian kertas berbahan dasar kayu terus berkurang

Dok. Istimewa

Teknologi informasi berbasis elektronik mengalami kemajuan pesat

Dok. Istimewa

kedalaman 1 centimeter. Bekas-bekas lubang itu akan pulih kembali. Pinus-pinus yang ditanam itu mampu memberi getah setelah berusia 6 tahun. Batangnya lurus, tak lagi bengkok seperti dahulu, sehingga bila batang-batangnya kelak dimanfaatkan untuk diolah menjadi kayu lapis dengan hasil lebih baik. Pelajaran penting lain dalam penelitian pengembangan pinus adalah temuan bahwa tanaman getah ini akan produktif bila bibitnya diperhatikan. Setelah tanam, pemupukan, dan perawatan mesti diperhatikan. Dengan demikian pinus akan tumbuh dan memberi hasil optimal. Sampai tahap ini produksi getah dengan kualitas baik dan jumlah banyak bisa tercapai. Namun, hal itu tidaklah cukup. Bagaimana pun, Perhutani perlu diingatkan bahwa pemulihan atau recovery yang cepat amat dibutuhkan untuk menjaga produksi. “Hal seperti itu selama ini kurang diperhatikan,” tegas Na’iem. Tugas itu penting. Na’iem

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

mengumpamakan pada aksi donor darah. Saat pengambilan darah dilakukan para petugas disibukkan oleh berbagai hal untuk membantu pendonor cepat pulih. Sehingga setelah itu, dia cepat dapat beraktivitas secara normal. Aksi sosial itu tidak berubah menjadi sesuatu yang malah mengganggu. Kewajiban seperti itu, saat ini belum diperhatikan oleh Perum Perhutani. Catatan itu sejalan dengan apa yang dituturkan F Suwandi Putro, eksportir produksi hutan Indonesia. Suwandi mencontohkan keluhan yang disampaikan seorang buyer dari Jepang akan kualitas gondorukem yang diolah dari getah pinus. Hal seperti itu merugikan banyak pihak, walaupun pada tingkat awal pihaknya selaku eksportir yang mesti mengatasinya. Bila dibiarkan, pihakpihak lain pasti akan merasakan pula konsekwensinya. DR

DUTA

Rimba 17


RIMBA UTAMA

Mencari Tempat

di Tengah Persaingan Bisnis Hutan Indonesia lebih cocok untuk menanam berbagai jenis kayu yang dibutuhkan dunia ketimbang wilayah subtropis. Banyak kesempatan bagi Perum Perhutani agar pendapatannya kembali tumbuh.

B

elasan pekerja tampak sibuk dengan tugas masingmasing siang itu. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok dengan tugas yang berbeda-beda. Peralatan modern pengolah kayu butuh keterampilan sendiri sehingga pekerja sebuah kelompok tentu akan kesulitan bila masuk ke kelompok lain dengan peralatan berbeda. Pada bagian lain fasilitas oven modern tampak kosong, baru sebagian ruangan pemanasan terisi. Rupanya pengeringan baru akan dimulai bila hasil produksi yang harus dipanaskan sudah cukup. Wajar saja pemanasan tentu butuh energi yang besar, manajemen menuntut efisiensi. Bahan untuk menghasilkan panas adalah sisa-sisa potongan kayu ukuran kecil yang tak terpakai. “Di sini tak ada sisa sampah kayu yang terbuang, semua dimanfaatkan dengan baik,” ujar Manajer Penjualan Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu II Gresik, Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Marsaid kepada Duta Rimba, Jumat, 11 Desember 2015, menjelaskan prinsip zero waste. Begitulah suasana pusat pengolahan kayu jati milik Perum Perhutani yang terletak tak jauh dari Pelabuhan Gresik, JawaTimur itu. Saban hari manajemen memang terus dipacu untuk bekerja lebih efisien dan produktif. Marsaid kemudian membandingkan bila batang-batang kayu jati hasil penebangan di hutan JawaTimur dijual begitu saja dengan produk hasil olahan yang telah dihasilkan. Tiap meter kubik batang kayu jati mentah dijual seharga Rp 8 juta sedangkan hasil olahan rata-rata dijual seharga US$ 1400. Perbedaannya hampir dua

18

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Duta Rimba/JB Murdiana

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 19


RIMBA UTAMA

kali lipat mengingat biaya produksi tiap kubik terlalu besar. Berbagai jenis produk jati olahan itu kemudian dikenal dengan sebutan teak housing component. Dalam kemasan produk olahan itu, logo Perum Perhutani secara sengaja dicetak mencolok. Alamat kantor dan alamat surat elektronik pun dicantumkan secara mencolok berdampingan dengan logo industri legal wood untuk memastikan produk itu legal. “Nama Perhutani kini secara tak langsung mulai dikenal dunia, banyak calon pembeli mengirim surat lewat email dahulu sebelum datang,” tambah Marsaid. Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Adi Pradana, memastikan bahwa produk industri kayu Perhutani berbasis pada jati. Pabrik pengolahan di Gresik adalah salah satu dari enam pabrik yang dimiliki. Pabrik-pabrik lain terletak di Semarang, Cepu, Jatirogo serta Ngawi. Sebagaimana disampaikan Marsaid, Adi membenarkan bahwa 80% hasil produksi diekspor untuk pasar China dan Eropa. Sayang dalam tahun 2015 perolehannya turun. “Penurunan volume ekspor mencapai 15-20% untuk pasar Eropa, sedangkan China hanya 5-10%,” ujar Adi Pradana. Sebagai strategi untuk mengatasi kelesuan ekonomi dunia, Perhutani melakukan diferensiasi produk menyesuaikan kebutuhan pasar. “Kami menjalin komunikasi dengan konsumen untuk mengetahui kemauan mereka,” ujar Adi Perhutani memang tengah dalam posisi tak menguntungkan sehingga mesti menata ulang langkah-langkah bisnisnya. Setelah terus mencatat pertumbuhan selama setengah dekade terakhir, kini ancaman stagnasi menghadang. Beruntung para petinggi perusahaan pelat merah ini tanggap dan merumuskan kebijakan pemangkasan biaya serta mencari kiat bisnis yang jitu. Inovasi hasil riset telah menyumbang cukup untuk produksi kayu. Tak cuma pinus, kini produksi kayu jati pun telah jauh lebih baik. Waktu pertumbuhan menjadi lebih singkat karena pemilihan bibit, pemupukan serta perawatan yang lebih baik. Selanjutnya, persoalan lain yang menunggu adalah apakah dengan hasil produksi yang lebih baik Perum Perhutani mampu mengolahnya agar punya nilai tambah lebih baik dengan kualitas yang terus terjaga. Sehingga seluruh lahan hutan Perhutani mesti ditanami sebanyak-banyaknya untuk

20

DUTA Rimba

Adi Pradana, Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani

Pekerja mengerjakan pesanan di KBM industri kayu

kemudian dipotong menjadi bahan baku industri dan menjualnya ke pasar. Proses tanam, pelihara kemudian tebang pada satu sisi tetap harus berjalan. Larangan menebang atau moratorium sendiri menjadi tidak seusai dengan siklus alam yang ada. “Kalau tidak berarti tidak memanfaatkan hutan untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar pakar pemuliaan pohon dan silvikultur, Prof Dr Muhammad Na’iem. Untuk itu penting membuat sebuah road map bagi kepastian pasokan jati. Masyarakat mesti dilibatkan dengan memberi kesempatan mereka meraih manfaat dari jenis-jenis jati yang cepat tumbuh dan bisa dipotong dalam masa relatif pendek. Hal itu terutama di wilayah-wilayah buffer yang dekat

dengan pemukiman penduduk. Sedangkan keberadaan kayu-kayu jati tua perlu diinventarisir. “Sebagian lagi ditanami dengan pohon pinus dengan bibit terpilih,” tambah dia. Berbagai hal yang perlu diperhatikan di sini adalah penentuan saat penanaman. Perlakuan yang baik terhadap pinus setelah penanaman secara terus menerus. Karena dengan berlakunya masa pemanfaatan hutan cenderung ada perubahan lahan termasuk erosi, dan lain sebagainya. Di mata mantan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu selama ini Perhutani tidak memberikan perawatan dengan baik terhadap pohon-pohon pinus yang dideres terus menerus getahnya. Sehingga dia mengkhawatirkan kondisi pinus-pinus itu lemah. Tak

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Suasana pabrik pengolahan kayu di KBM industri kayu

heran bila kemudian hama penyakit mudah menyerang dan berakibat kualitas dari hasil produksinya turun. “Wajar saja bila itu terjadi karena nutrisi untuk kebutuhan tanaman kurang,” ujar dia kembali. Bila kemudian Perhutani ingin mendapatkan hasil penanaman pinus yang baik langkah-langkah tadi perlu diterapkan. Setidaknya setelah bibit pinus baik dimiliki, waktu penanaman mesti diperhatikan jangan sampai terlambat. Penanaman bulan April misalnya, akan terlambat karena tanaman tumbuh saat curah hujan sudah berkurang, maka bulan Desember merupakan saat yang lebih tepat. “Kemudian perlu diikuti dengan langkah pemupukan yang benar, dua faktor itu saja pasti akan menjamin

produksi yang lebih baik,” katanya. Dengan hutan yang relatif lebih luas ketimbang negara-negara maju, industri hutan di Indonesia terbukti kalah bersaing. Pohon dan hutan di negara-negara maju kawasan subtropis itu, selama ini, dalam pengamatan Mohammad Na’iem mendapat pengawasan yang sangat ketat. Penebangan pohon berjalan secara ketat dan amat memperhatikan rotasi tanaman. Sehingga pada saat penebangan dilakukan sesuai jadwal. Indonesia merupakan negara tropis yang cocok untuk berbagai jenis pohon. Hal itu mesti disadari dengan baik oleh dunia industri, termasuk Perum Perhutani. Pergaulan Na’iem dengan para peneliti negaranegara maju membuktikan hal itu. Misalnya saja pengakuan Jepang

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

untuk membeli kayu meranti dari Indonesia merupakan bukti bahwa dalam banyak hal hutan Indonesia lebih unggul. Di Hokaido, bibit itu butuh waktu untuk dipindahkan dari persemaian ke lahan penanaman. Sedangkan hutan di Indonesia punya air yang melimpah, matahari yang terus menerus bersinar sepanjang tahun. Pohon pinus berumur 4 tahun sudah bisa dipanen. Perkembangannya biasanya setahun diameternya bertambah 3 cm. Dengan demikian Na’iem sampai pada keyakinan bahwa Indonesia sebenarnya bisa menjadi raja kayu dunia, bila ada komitmen yang kuat untuk bekerja menanam dan menjaga hutan dengan baik. DR

DUTA

Rimba 21


RIMBA UTAMA

Lihat Struktur Biaya, Jangan Gegabah

Andi Purwadi, Kadivre Perum Perhutani Jawa Timur

Duta Rimba/Ruddy Purnama

Pemangkasan biaya yang berarti penghematan mesti dijalankan secara tenang tanpa kepanikan. Sebaliknya langkah ini bisa berarti sebuah tindakan cerdas menyikapi situasi bisnis yang sulit. Tak semua karyawan mendapatkan penghasilan yang menipis karena banyak perusahaan malah memberikan tambahan insentif kepada kelompok karyawan tertentu agar dapat bekerja secara lebih produktif.

L

angkah penghematan wajar diambil untuk mengatasi situasi sulit. Namun bukan berarti asal ngirit. Justru bagian-bagian yang produktif perlu mendapat insentif agar lebih baik lagi. Kebijaksanaan penghematan telah berjalan di lingkungan Perum Perhutani. Pendapatan dan produksi beberapa satuan kerja menunjukkan hasil yang baik. Untuk itu, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengawal kebijaksanaan cost reduction. Administratur Balapulang Gunawan Sidik Pramono mengingatkan bahwa langkah pemangkasan biaya atau cost reduction, mesti direncanakan

22

DUTA Rimba

dengan cermat. “Struktur biaya harus dianalisa, mana yang berhubungan dengan peningkatan produksi dan mana biaya yang hanya sebagai pendukung. Prioritas cost reduction adalah biaya-biaya yang tidak terkait peningkatan produksi dan kelola hutan,” tutur Gunawan. Pendapatan Perum Perhutani KPH Pemalang sendiri dari target Rp 47 miliar tercapai Rp 59 miliar. Jadi dengan adanya pencapaian target pendapatan laba yang didapat dari target Rp 14 miliar terealisasi Rp 20 miliar. Bagi awam, langkah pemangkasan biaya tentu terasa aneh karena terjadi pada bagian-bagian yang mencapai target pendapatan. Namun demikian

tentu mekanisme keuangan Perum Perhutani tidak bisa dipahami dari sisi saja. Opini senada datang dari KTU KPH Kendal Rini Hendrawati. Menurut dia, masalah efisiensi memang berkaitan dengan langkah strategis, namun untuk memahaminya kita mesti terlebih dahulu mengetahui bagaimana perusahaan berusaha memenangkan pasar dan meraih hati konsumen. Kemauan pasar dan konsumen mesti dilayani dengan sebaik-baiknya. Setelah semua jelas pembicaraan baru bisa berlanjut kepada pengurangan biaya yang mengarah ke efisiensi. Efisiensi mesti selalu dilakukan perusahaan, tak terkecuali Perum NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Perhutani, demi meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Dalam menjalaninya, faktor kepuasan konsumen mesti selalu diperhatikan. Ditegaskan Rini Hendrawati bahwa perusahaan seperti Perhutani bisa saja melakukan efisiensi tapi tidak boleh tidak memperhatikan kepuasan konsumen. “Efiensi harus melibatkan seluruh elemen karyawan dari tingkatan bawah dan tingkatan atas,” ujar dia.

yang harus atau mutlak dilakukan tidak boleh dikorbankan atas nama pengiritan biaya. Karena jika itu yang dilakukan maka Perhutani telah menyalahi penugasannya dan dengan demikian mencederai hak rakyat,” tegas dia.

Tindakan Cerdas Pemangkasan biaya yang berarti penghematan mesti dijalankan secara tenang tanpa kepanikan. Sebaliknya langkah ini bisa berarti sebuah tindakan cerdas menyikapi situasi bisnis yang sulit. Tak semua karyawan mendapatkan penghasilan yang menipis karena banyak perusahaan malah memberikan tambahan insentif kepada kelompok karyawan tertentu agar dapat bekerja secara lebih produktif. “Tidak boleh secara gegabah dimaknai sebagai pemangkasan biaya atau efisiensi saja,” ujar ADM Parengan Daniel Budi Cahyono. Bagi dia langkah ini tidak sekadar ngirit atau mengencangkan ikat pinggang, namun mencari bentuk paling efektif dalam menggunakan dana perusahaan. Dalam hal itu, apa yang harus dilakukan adalah mengurangi nonvalue added activities atau kegiatan-kegiatan yang tidak memberi atau mendorong tumbuhnya nilai tambah. Hal itu berjalan dilakukan bersamaan dengan tetap dijaganya keberlangsungan kegiatan-kegiatan yang menciptakan nilai tambah. Agar kebijaksanaan cost reduction berhasil, mesti ada evaluasi regular dan diikuti perbaikan-perbaikan secara secara simultan. Bagaimana pun, lanjut Daniel, sebagai sebuah korporasi, pelanggan Perhutani bukan hanya para pembeli produk saja. Pelanggan utama Perhutani adalah rakyat yang berhak memperoleh layanan berupa lestarinya fungsi dan manfaat hutan. Rakyat melalui pemerintah memberi penugasan kepada Perhutani sebagai BUMN. Rujukan utama dari memilah value added activities adalah PP 72 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa Perum Perhutani menerima tugas sebagai pengelola hutan di Jawa berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Jadi pemangkasan biaya ini tidak boleh menyebabkan kelestarian hutan terancam. “Aktivitas-aktivitas kelola hutan

membuat karyawan resah. Pasalnya hak-hak mereka tidak terpangkas, bahkan ada usulan RKAP 2016 untuk membayar gaji mereka sebanyak 18 kali tiap tahun, Kendati demikian, fokus pada keharusan mengendalikan biaya terus dijaga. Demikian pula dengan skala prioritas biaya, efisiensi dan efektifitas pembiayaannya dan kewajiban untuk menghindari pengeluaran yang sifatnya tidak berpengaruh langsung pada peningkatan pendapatan perusahaan. “Sedangkan untuk mempertahankan pendapatan, kami akan fokus kepada pencapaian target-target produksi RKAP baik kayu maupun non kayu termasuk penggalian potensi-potensi baru dalam bidang pengembangan wisata dan sebagainya,” ujar Andi kembali. Sepanjang tahun anggaran 2015, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa

Agus Wahyu Setiono, Karo Keuangan Perhutani Divre Jatim

Cost and Benefit Kebijakan pemangkasan biaya di wilayah Divisi Regional Jawa Timur berjalan seiring dengan langkah-langkah pengawalan pada semua bidang. Ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pemborosan biaya. “Dalam pelaksanaanya, efisiensi dan efektivitas pembiayaan sangat kami pertimbangkan. Penggunaan anggaran biaya juga mempertimbangkan skala prioritas,” ujar Kepala Perum Perhutani Divre Jawa Timur, Andi Purwadi . Rasio cost and benefit menjadi pertimbangan berikutnya dalam pelaksanaan kebijaksanaan itu. Pembiayaan besar untuk sebuah kegiatan masih dimungkinkan apabila memang kegiatan itu penting dan tak bisa dihindari. Keputusan pembiayaan hanya diberikan bila ada kepastian bahwa kegiatan itu akan menghasilkan benefit yang lebih besar dan optimal. Sejauh ini Cost reduction tidak mempengaruhi produkstivitas para penyadap karena seluruh hak penyadap tetap diberikan sesuai dengan ketentuan. Untuk meningkatkan produktifitas, yang melampaui target diberikan insentif pada saat masa kritis, yakni pada saat musim hujan tiba. “Kami optimis bahwa produksi tahun depan dapat tetap tumbuh karena Cost reduction tidak mengurangi produktivitas kerja,” tambah Andi. Pelaksanaan kebijaksanaan penghematan itu terbukti tak

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Rini Hendrawati, KTU KPH Kendal

Timur memang mampu menjaga produktifitas. Produksi kayu dan non kayu yang dihasilkan melebihi target yang ditetapkan semula. “Hingga bulan Oktober, kami sudah meraih laba sebesar Rp 412 miliar,” ujar Kepala Keuangan, Divisi Regional Jawa Timur, Wahyu Agus Setiono. Hal itu diterjadi karena produksi dan pendapatan memang bagus. Biaya-biayo produksi sepanjang 2015 dikawal bersama-sama dengan para kepala-kepala biro, sehingga tidak ada loose control dan membuahkan laba yang bagus. Produksi kayu dan non kayu bagus. Laba diharapkan akan lebih banyak saat perhitungan keuangan akhir tahun dilakukan. Getah pinus menjadi penyumbang laba paling besar bersama dengan kayu. Diperkirakan pada akhir tahun, produksi getah pinus sudah mencapai 110% dari target. DR

DUTA

Rimba 23


OPINI

Manajemen Aset Perum Perhutani

Antara Asa dan Realita

Dok. Duta Rimba

Sangudi Muhammad Kepala Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset Perum Perhutani

24

DUTA Rimba

Kegiatan operasi bisnis Perum Perhutani dikelompokkan berdasarkan tiga aktivitas, yaitu aktivitas utama dalam bentuk pengelolaan sumber daya hutan (SDH), aktivitas bisnis, dan aktivitas pendukung. Kelompok organisasi yang menjalankan aktivitas utama pengelolaan SDH dan aktivitas bisnis selanjutnya disebut sebagai divisi.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


S

ejak 17 Januari 2014, struktur organisasi baru, yakni Divisi Perum Perhutani mulai diberlakukan. Tulisan ini akan menyampaikan konsep pemikiran tentang harapan dibentuknya Divisi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset (PPA) sebagai divisi baru Perum Perhutani. Divisi PPA belum banyak diketahui para stakeholders, karyawan, dan pejabat Perum Perhutani serta tantangan yang dihadapi dalam membesarkannya. Meskipun Divisi PPA berdiri bersamaan dengan divisi-divisi lain, tetapi substansi masalahnya jauh berbeda. Divisi Regional adalah wujud lain dari unit kerja Perhutani yang berada di tiap provinsi yang dulu dikenal sebagai Perum Perhutani Unit. Divisi Komersial GTD & MKP, Divisi Komersial Kayu, Divisi Komersial Industri Kayu, dan Divisi Komersial Wisata dan Argrobisnis semuanya merupakan nama baru dari wujud lama yang sebelumnya sudah ada. Wujud Divisi PPA benar-benar baru, diperlukan kantor baru di masing-masing wilayah. SDM yang mengisinya ditunjuk bukan berdasar kompetensi yang diperlukan, tetapi sisa SDM yang tidak terpakai di divisi lain. Tantangan baru inilah yang secara substansial memerlukan komitmen Board of Director (BoD) Perum Perhutani, mau dibawa ke mana Divisi PPA. Meskipun terdapat uraian job disc, namun dalam perkembangannya Divisi PPA berjalan terseok-seok mengingat tidak ada supporting dana rutin & investasi yang memadai pada 2014 untuk menjalankan roda organisasinya karena saat itu RKAP 2014 telah disahkan. Kondisi ini diperparah dengan belum adanya tahuja dan pedoman yang menuntun arah kerja Divisi PPA. Dalam realitanya, masih terjadi beberapa gesekan di lapangan akibat belum satunya persepsi para petinggi Perhutani dalam menyikapi lahirnya Divisi PPA. Pada awalnya Divisi PPA berada dalam binaan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Bisnis (PPB), tetapi mengingat adanya masukan kepada BoD bahwa tidaklah elok sebuah organisasi direncanakan dan dieksekusi sendiri oleh Direktorat PPB. Kemudian Divisi PPA berada di bawah Direktur Utama, tetapi pembinaannya diserahkan kepada Direktorat Komersial Non Kayu. Dalam posisi ini, Divisi PPA berada pada persimpangan jalan mengingat belum satunya persepsi antara kewenangan

Direktorat PPB dan kewenangan Direktorat Komersial Non Kayu. Perjalanan Kinerja Divisi PPA sampai di situ masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian mulai mengkaji fungsi pekerjaan yang melekat pada Divisi PPA, di mana Direktorat SDM & Umum sangatlah sesuai untuk membawahi Divisi PPA mengingat keberadaan Portal Data Aset dan Sub Direktorat Pengadaan Barang & Jasa serta sarana dan prasana berada di bawah Direktorat SDM & Umum. Hal ini sejalan dengan masukan dari anggota Dewan Pengawas Perhutani cq Dr Ir Upik Rosalina

Wasrin yang mengatakan bahwa aset bukanlah manufaktur sehingga tidak bisa disamakan dengan produk nonkayu. Di sebagian besar BUMN, Divisi PPA berada di bawah Direktorat Umum dan sejak Januari 2015, di bawah binaan Direktorat SDM & Umum.

Konsep dan Penerapan Pernyataan Joko Santoso sebagai konsultan perumus STO Divisional Perum Perhutani perlu dipertanyakan independensinya karena empat alasan. Pertama, konsep Joko Santoso tentang Ruang Lingkup Kerja Divisi adalah seperti bagan berikut :

Bahwa kerja Divisi PPA baru dimulai sejak project development selesai atau berdasar bagan di bawah berikut :

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 25


OPINI Kerja Divisi PPA dimulai setelah persetujuan Komite Investasi atau fokus pada Kontrak Kerja sama. Kedua, berdasar konsep tersebut disebutkan bahwa pekerjaan perencanaan, penyusunan FS, penyusunan business plan, pembahasan business review, sampai dengan penyusunan MoU & pengajuan kepada Komite Investasi dilakukan Direktorat PPB. Ketiga, padahal Joko Santoso sebagai konsultan juga telah membuat Struktur Divisi PPA lengkap dengan turunan di bawahnya, yaitu KBM PPA Jawa Tengah, KBM PPA Jawa Timur, KBM PPA Jawa Barat dan Banten. Keempat, jika Perum Perhutani konsisten untuk mengikuti pemikiran konsultan tersebut, Divisi PPA baru didirikan pada 5-10 tahun yang akan datang sejak STO disahkan. Paling cepat Divisi PPA didirikan pada 2019.

Jadi Anak Perusahaan Agar kelola aset lebih berdaya guna melalui usaha retail dan property, ada baiknya bila BoD Perum Perhutani berkomitmen menjadikan PPA sebagai anak perusahaan. Sebagai persiapan, perlu upaya membesarkan Divisi PPA sejak sekarang dengan tiga langkah. Pertama, Subdit Pengembangan Bisnis di bawah Direktorat PPB memiliki dua biro, yaitu Pengembangan Bisnis dan Pengembangan Aset. Tetapi yang ditangani Divisi PPA hanya line dari Biro Pengembangan Aset, sedangkan Biro Pengembangan Bisnis sampai saat ini eksekusinya masih diserahkan kepada Divisi terkait sehingga konsentrasinya belum penuh untuk urusan bisnis. Ada baiknya semua cakupan pengembangan bisnis eksekutornya diserahkan kepada Divisi PPA. Kedua, kelola aset sampai saat ini masih menjadi wewenang Direktorat Umum dan Divisi terkait. Jika BoD sepakat membesarkan Divisi PPA, maka sejak sekarang sudah harus mulai diserahkan pengelolaannya kepada Divisi PPA dengan proses serah terima secara bertahap. Semua unit perkantoran (kantor pusat, kantor regional, kantor divisi komersial, kantor biro-biro, kantor KBM, kantor SPH, kantor KPH, kantor Sub KPH, Kantor BKPH dan kantor-kantor yang diakui oleh Perum Perhutani), rumah dinas, rumah jabatan dan perangkat “aset tidak bergerak” lain harus berada dalam wewenang Kelola Divisi PPA. Dengan posisi ini Divisi PPA bisa segera membuat standarisasi perkantoran, baik design, arsitektur,

26

DUTA Rimba

warna cat maupun isi perlengkapan di dalamnya sesuai standar perkantoran modern dan tentu berdasar persetujuan Direksi Perum Perhutani. Ketiga, Divisi PPA perlu diberi task force untuk “menyelesaikan tugas khusus” sebagai langkah awal untuk menilai layak-tidaknya Divisi PPA menjadi anak perusahaan. Task force yang dimaksud, antara lain penyelesaian aset-aset yang berada dalam sengketa, baik yang bersengketa dengan pihak III maupun dengan pensiunan Perhutani. Tugas lain task force adalah mengurus rest area serta tugas lain yang berbasiskan lahan dan bangunan. Divisi PPA ke depan harus menetapkan portofolio bisnisnya dengan ruang lingkup yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada optimalisasi aset tidak bergerak saja, tetapi juga mengeksekusi hasil kajian bisnis yang dikembangkan Sub Direktorat Pengembangan Bisnis, utamanya yang berbasis lahan dan bangunan. Dalam Bisnis Plan Divisi PPA 2015-2019 telah ditetapkan bahwa bisnis dengan pay back period (PBP) < 5 tahun harus Perhutani prioritaskan untuk segera diambil. Meskipun hanya berupa penyewaan bangunan yang dikerja samakan dengan mitra berpengalaman dan terpercaya, antara lain Indomaret, Alfamart, Sarinah Hijab Stores, namun bisnis tersebut memiliki return investasi yang sangat cepat. Hal ini bisa direalisasikan bila ada komitmen BoD untuk memberikan keleluasaan investasi kepada Divisi PPA. Jika tidak, peluang bisnis yang prospektif ini akan lewat begitu saja tanpa bisa dimanfaatkan dengan optimal.

Pengembangan Bisnis Paling tidak ada empat bidang bisnis yang harus dikembangkan Divisi PPA ke depan. Pertama, menjadi pengelola aset dan sarana prasarana Perusahaan (kantor, rumah dinas, gedung pertemuan) dengan standarisasi yang ditetapkan Direksi Perum Perhutani. Kedua, pengembangan bisnis retail dan property dengan menggandeng mitra yang berpengalaman dan terpercaya. Ketiga, membangun rest area di ruas jalan tol yang lahannya hasil tukar menukar dengan Perhutani. Keempat, pengembang perumahan rakyat (KPR) yang diawali dengan membangun rumah KPR untuk karyawan Perum Perhutani. Kegiatan PPA pada tahun 2014 & 2015 telah mampu memberikan penghasilan bagi perusahaan, namun kontribusi yang disumbangkan

kepada Perhutani belumlah signifikan. Hal itu terjadi karena ada tiga kendala. Pertama, status aset. Aset BUMN berstatus milik BUMN. Perhutani adalah BUMN berbentuk Perum yang sangat berbeda operasionalnya dengan BUMN yang berbentuk Perseroan (PT). Anggaran Dasar Perum berupa Peraturan Pemerintah yang menempatkan Menteri BUMN sebagai pemilik modal mewakili Pemerintah, sedangkan Anggaran Dasar Perseroan (PT) cukup dengan akta notaris dan menempatkan Menteri BUMN sebagai pemegang saham sehingga segala keputusan bisa langsung diputuskan dalam RUPS. Berdasarkan pada realita bentuk badan BUMN tersebut, tentulah kelincahan Perum dalam berbisnis pendayagunaan aset tidaklah selincah Perseroan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan aset pastilah hasilnya berbeda disebabkan cara menafsirkan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah juga berbeda. Kedua, bentuk pengelolaan dan karakter bisnis aset. Secara garis besar, bentuk pengelolaan aset hanya dibagi dua, yaitu dikelola secara swakelola atau dikelola melalui kerja sama. Kerja sama dengan pihak III harus melalui prosedur birokrasi yang cukup panjang. Kerja sama lebih dari dua tahun sampai lima tahun diperlukan izin tertulis dari dewan Pengawas Perhutani. Untuk kerja sama lebih dari lima tahun diperlukan izin dari menteri BUMN. Sedangkan karakter bisnis properti adalah kegiatan padat modal dengan tingkat pengembalian rata-rata di atas lima tahun. Dengan demikian Perhutani membutuhkan aliansi strategis berupa mitra bonafide dan berpengalaman. Berdasar pengalaman selama 2014 & 2015, tidak ada satu pun mitra kerja sama yang bersedia kontrak investasi < 10 tahun. Dari sisi ini, maka semua rencana kerja sama investasi besar membutuhkan izin Menteri BUMN sehingga proses birokrasi di internal Perhutani harusnya dipersingkat, sederhana, dan tidak bertele-tele. Jika birokrasi Perhutani masih seperti ini, dikhawatirkan para mitra sebagian besar akan mengundurkan diri. Peluang pemanfaatan dan pengelolaan aset melalui investasi sendiri dengan dana dari Perusahaan baru dapat dilaksanakan pada 2015 dengan investasi yang sangat minim (hanya Rp 6 miliar). Sementara di tahun 2014 tidak tersedia alokasi anggaran investasi.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar (kiri) saat menyerahkan pengesahan RKAP 2015 ke Divisi PPA

Ketiga, kewenangan pengelolaan dan kondisi aset. Kewenangan pengelolaan aset (aktiva tetap) Perum Perhutani sampai saat ini berada di bawah Direktorat Umum. Dalam operasional lapangan, aset yang ada berada dalam kendali Divisi terkait. Sampai saat ini belum ada declare dari direksi kepada para kepala divisi terkait agar legowo bila ada aset yang akan didayagunakan PPA. Kondisi aset yang akan dikerja samakan diprioritaskan pada aset yang relatif idle. Namun, secara keseluruhan aset yang demikian ratarata dalam keadaan bangunan rusak atau membutuhkan renovasi berat, tanah kosong yang membutuhkan pengurugan dan atau pembersihan, bangunan existing tidak sesuai dengan rencana pendayagunaan, sebagian aset berstatus sengketa atau dikuasai pihak III. Adapun kewenangan waktu pendayagunaan aset untuk direktur utama hanya terbatas dua tahun, sama persis dengan kewenangan kepala divisi PPA. Keterbatasan waktu

ini sangat membelenggu pelaksanaan pendayagunaan aset di Perum Perhutani. Sudah dicoba meminta tambahan waktu kepada Kementerian BUMN, tetapi tidak dikabulkan oleh Menteri BUMN.

Perlu Diskusi Bersama Ada beberapa hal yang perlu didiskusikan bersama, bukan saja terkait keberadaan Divisi PPA, namun secara umum terkait organisasi divisi di Perum Perhutani. Adakah dari para karyawan dan pejabat Perum Perhutani memperhatikan situasi dan kondisi terkini pasca diberlakukannya organisasi divisi di Perum Perhutani. Mengapa ada yang merasa “Rumah kita sekarang bukan Perum Perhutani” lagi melainkan sudah berubah menjadi “Rumah Divisi”? Mengapa perbedaan pendapat di lapangan tidak segera diselesaikan dengan musyawarah agar tidak menggunakan birokrasi yang memperpanjang proses bisnis dan memperlambat masuknya pendapatan perusahaan? Fakta seperti ini harus menjadi masukan bagi tim perumus

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

STO Perum Perhutani baru yang sedang menggodok organisasi Perum Perhutani terbaik yang akan menjadi bahtera bagi seluruh karyawan Perum Perhutani. Khusus terkait keberadaan Divisi PPA, ada beberapa argumen yang perlu diperhatikan. Aset bukanlah manufaktur sehingga upaya pendayagunaannya perlu proses dan waktu, tidak bisa instan yang segera menghasilkan pendapatan. Terdapat dua skema utama dalam pendayagunaan aset, yaitu kerja sama dengan mitra bonafide yang butuh masa BoT lebih dari 25 tahun atau swakelola dengan investasi dari dana perusahaan sendiri. Jika salah satu dari kedua skema tersebut tidak bisa diberikan Direksi Perum Perhutani, ada baiknya keberadaan Divisi PPA ditinjau ulang untuk dilikuidasi. Segera lupakan mimpi besar membentuk anak perusahaan retail & property karena cikal bakal dari janin yang akan dilahirkan telah gugur dengan sendirinya. DR DUTA

Rimba 27


RIMBA KHUSUS

Sumbangsih pada

Produksi Pangan

P

angan merupakan indikator penting keberadaan sekaligus penentu martabat sebuah negara. Bila warga kesulitan mencari pangan, kehidupan pun bakal goyah. Pemerintah manapun pasti berusaha menjamin keberadaan pangan, tak hanya untuk meraih kepercayaan rakyat, namun juga untuk keamanan negara. Semenjak awal pelantikannya, pemerintahan Presiden Jokowi telah mencanangkan pencapaian swasembada pangan. Tugas ini jadi tanggung jawab bersama bukan sebatas di pundak Kementerian

28

DUTA Rimba

Pertanian saja. Perhutani pun ikut serta. Rencana Perhutani untuk ikut serta mewujudkan kedaulatan pangan pun tak main-main. Presiden Jokowi pada 6 Maret 2015 lalu berkunjung ke KPH Randublatung untuk meninjau sistem Pertanian terpadu di Desa Semanggi, Jepon, Blora, Sabtu (7/3/2015). Lokasi ini merupakan lahan yang dikelola oleh Perhutani dan UGM dengan lokasi petak 18 KPH Randublatung, Desa Semanggi, Jepon, Blora. Presiden saat itu mengatakan kepada wartawan bahwa hutan jati dan perkebunan sawit dapat dimanfaatkan dengan tanaman

pertanian. Mantan Wali Kota Surakarta itu pun menunjuk penanaman jagung di sela-sela pohon kayu putih di Ponorogo. Hal seperti itu diharapkan dapat ditiru di wilayahwilayah hutan lain di seluruh Indonesia. Dengan demikian, di wilayah Randublatung pun, jagung bisa ditanam di sela-sela pohon jati. Lebih lanjut, Presiden Jokowi, sebagaimana dikutip laman Harianblora.com, mengatakan bahwa dengan perkiraan panen jagung sekitar 7,6 ton tiap hektare lahan Perhutani, masing-masing petani penggarap mendapat penghasilan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Perhutani ikut serta dalam upaya pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan. Berbagai jenis tanaman ditanam pada sela-sela pepohonan hutan di Jawa lewat sistem pertanian terintegrasi. Sayang kekeringan mengganggu tumbuhan padi, namun panen jagung menggembirakan.

cukup besar. Misalnya harga jual Rp 2.800 per kilogram, bila tiap hektare digarap 3-4 orang petani, hasil yang diperoleh tiap orang adalah Rp 1,3 juta sebulan. Dalam pengantar sebuah laporan Program Optimalisasi Lahan Dalam Rangka Meningkatkan Produksi Pangan di Perhutani, yang dikeluarkan pada bulan Oktober 2015, Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar menekankan bahwa arahan Presiden Jokowi itu kemudian ditindaklanjuti. Program itu berjalan dengan kerangka kerja sama yang dibangun dengan Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta Perum Bulog. Untuk mengurus beroperasinya kesepakatan itu maka dibentuklah sebuah Sekretariat Kedaulatan Pangan yang dipimpin oleh Ema Ismariana. “Pada tahap awal kami bekerja untuk mengkoordinir agar bantuan benih dan pupuk bisa sampai ke tangan para petani hutan,” ujar Ema. Menurut dia, aspek sosial menjadi perhatian awal bagi tim yang baru terbentuk pada Mei 2015 lalu. Selanjutnya baru aspek komersial akan dikembangkan. Hal itu akan dilakukan lewat upaya intensifikasi yang akan memicu meningkatnya produktivitas tanaman. Tak ingin gagal dalam mengelola lahan seluas kurang lebih 75.000 hektare untuk menanam padi dan jagung, Perhutani wajib memberikan laporan perkembangan tiap tiga bulan. Aturan itu ditetapkan oleh Sekretaris Kabinet lewat sebuah surat tertanggal 31 Maret 2015. Para petani yang tinggal di sekitar hutan mendapatkan kesempatan memanfaatkan lahan dalam kawasan hutan yang ditentukan. Mereka mendapatkan bantuan benih dan pupuk. Hasilnya akan dibeli oleh

Perhutani dengan menggunakan dana sendiri maupun dana pihak lain. Panen hasil pembelian akan disimpan di gudang-gudang milik Bulog. Hal itu dimungkinkan karena telah ada nota kesepakatan bersama di antara kedua BUMN itu. Setelah penyimpanan itu, hasil panen disalurkan kepada para pembeli. Perhutani membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan off farm, salah satunya adalah kesepakatan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) untuk menjamin kepastian pembelian dan harga hasil pertanian. Dengan demikian, Perhutani pun mesti ikut serta dalam urusan pemenuhan sarana prasana yang mencakup gudang, alat transportasi, pembuatan tempat penimbunan beras dan jagung, lantai jemur serta pengadaan alat pengering jagung. Cukup panjang memang pekerjaannya, namun demikian semuanya harus dilakukan karena program ini punya sasaran lain yakni menjamin keberhasilan pembangunan hutan dan kawasan hutan. “Sesuai dengan arahan Menko Bidang Perekonomian, Perum Perhutani diarahkan untuk membangun kluster padi dan jagung dengan mengoptimalkan lahan kawasan hutan,” tutur laporan bulan Oktober itu.

Kekeringan Sampai dengan September 2015, program itu telah menghasilkan panen gabah kering sebanyak 108.594 ton atau setara 70% dari target sebesar 153.027 ton. Tingkat produktivitas yang dicapai adalah 2,52 ton tiap hektare. Kekeringan panjang sebagaimana terjadi di seluruh negeri telah menghalangi produksi beras yang lebih tinggi. Di beberapa lahan hutan yang digarap petani terjadi

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

kekurangan air sehingga padi tumbuh tak optimal bahkan mengalami gagal panen. Sementara untuk jenis tanaman jagung, para petani penggarap memanen sebanyak 396.120 ton lebih besar ketimbang target yang hanya 315.427 ton. Perolehan itu berarti tingkat produktivitas tiap hektare tanaman jagung mencapai 3,37 ton. Kekeringan yang berlangsung tidak terlalu berpengaruh karena jenis tanaman jagung yang dipilih adalah varietas hibrida yang tahan kering. Perlu dicatat bahwa untuk tanaman padi selain menghadapi kekeringan luas realisasi lahan lebih rendah ketimbang yang semula direncanakan. Baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat maupun Banten luas yang ditanami lebih rendah ketimbang rencana. Sementara realisasi penanaman jagung lebih luas ketimbang rencana. Hal itu terjadi di seluruh provinsi yang dimaksud. Untuk itulah, kini tengah berlangsung pemeriksaan detail lapangan terkait kondisi lahan tegakan, sosial-ekonomi, kesuburan lahan, kesiapan kelembagaan, serta perhitungan kebutuhan pupuk subsidi dan alat intensifikasi pertanian. Hasilnya akan dilaporkan, misalnya soal pupuk dan benih kepada Kementerian Pertanian. Dengan demikian hal itu akan diusulkan agar mendapatkan anggaran dari APBN 2016. Pada bagian akhir laporan tiga bulanan yang diterbitkan Oktober 2015 disebutkan, untuk 2016 mendatang, luas tanaman padi mesti mencapai 43.454,7 hektare dengan target produksi 217.270 ton gabah kering. Artinya produktivitas mencapai 5 ton tiap hektare. Sedangkan untuk tanaman jagung target luas lahannya adalah 202.975,71 hektare dengan target produksi 1.217.854 ton, atau dengan tingkat produktivitas 6 ton tiap hektare. DR DUTA

Rimba 29


RIMBA KHUSUS

Semoga Tak Ada Lagi Orang Miskin di Sekitar Hutan

Presiden Jokowi berkunjung untuk memantau kondisi Suku Anak Dalam

Foto : Merdeka.com

Petani sekitar hutan kerap tak tersentuh oleh bantuan. Perhutani berniat membantu agar mereka lebih mendapat perhatian dalam usaha mewujudkan kedaulatan pangan. Petani hutan mesti disamakan dengan petani lain.

30

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


S

uatu saat Presiden Joko Widodo mengungkapkan impiannya untuk tidak lagi melihat orang miskin ada di sekitar hutan. Cita-cita mulia mungkin saja berat karena kenyataannya kelompok orang-orang miskin itu memang sudah beberapa generasi ada. Padahal mereka adalah penjaga sumber daya yang amat penting bagi bangsa ini. Impian lain presiden pertama bertitel sarjana kehutanan itu adalah mewujudkan swasembada pangan dalam kurun tiga tahun. Kedua citacita bisa digabungkan yakni dengan mensinergikan beberapa pihak agar menyatu dan bekerja sama. Untuk itu, dia pun meminta Menteri Pertanian dan Direktur Utama Perum Perhutani bekerja sama dalam pemanfaatan lahan hutan. Keduanya cepat bekerja menjalankan keinginan presiden. Menteri Pertanian Amran Sulaiman segera membentuk Gugus Tugas Kedaulatan Pangan (GTKP), pada 6 Juli 2015, yang dipimpin Dr Noer Fauzi Rachman. Beberapa bulan sebelumnya, Perhutani membentuk Tim Kedaulatan Pangan yang dipimpin Ema Ismariani. GTKP bertugas mendorong percepatan terwujudnya swasembada pangan lewat berbagai cara Salah salah satu tugas khususnya adalah mendorong dan memgawal proses produksi di lahan hutan dengan berkoordinasi bersama jajaran Kementerian Pertanian, Perum Perhutani dan kelompok-kelompok tani. Sementara menurut Ema Ismariana, untuk mendukung keinginan presiden, pihaknya terutama menfokuskan pada para petani sekitar hutan yang selama ini masih kurang mendapatkan perhatian dari Kementerian Pertanian. “Membantu mengoptimalisasi bantuan-bantuan dari Kementrian yang masuk khusus untuk petani hutan yang kadang tidak tersentuh oleh kementrian pertanian,” ujar dia. Perhutani menfokuskan diri pada tanaman jagung, padi, dan sagu. Sedikit berbeda dengan Kementerian Pertanian. Akan tetapi kerja sama Kementerian Pertanian dan Perhutani lebih menekankan pada bagaimana bantuan bisa optimal. “Kementan siap mengalokasikan kebutuhan benih, pupuk, alat mesin pertanian, subsidi modal usaha yang diperlukan dan membantu penyerapan produknya,” ujar Sekretaris GTKP Kementan Usep Setiawan saat dihubungi Duta Rimba.

Ema Ismariana, Ketua Tim Kesekretariatan Kedaulatan Pangan Perum Perhutani Untuk mewujudkan arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, menurut Usep, terkait dengan program petani sekitar hutan, GTKP telah melakukan sejumlah langkah. Pertama, menemui Direktur Utama Perum Perhutani dan jajaran. Dalam pertemuan itu didiskusikan bagaimana mengoperasikan arahan Menteri Pertanian guna meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai di lahan hutan seluas 200.000 hektare yang dikelola Perhutani. Berikutnya, melakukan asesmen awal di beberapa kabupaten di Pulau Jawa untuk meninjau potensi. Kemudian melaksanakan focus group discussion (FGD) dan workshop persiapan penataan produksi. Agar pekerjaan lebih lancar, termasuk koordinasi dengan Perhutani dan mitra lain, maka GTKP membentuk tim kerja di 4 provinsi dan 68 kabupaten di Pulau Jawa. Kemudian, tim kerja mengadakan kunjungan koordinasi ke Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Perhutani di daerah-daerah. Dalam kesempatan itu tim menemui kelompok-kelompok petani untuk menyiapkan teknis operasional produksi. Ini diteruskan dengan mengumpulkan data calon petani dan calon lahan (CPCL) dan mengkoordinasikannya dengan Perhutani, jajaran Kementan dan pihak terkait lainnya.

Belum Optimal Menurut Usep, perkembangannya sejauh ini, peningkatan produksi padi, jagung dan kedele di kawasan hutan belum optimal. Sebab utamanya adalah karena kelembagaan pelaksana di lapangan masih mengunakan instrumen lama yang tidak lagi

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Duta Rimba/JB Murdiana

memadai untuk membuka ruang partisipasi bagi petani di sekitar hutan. Para petani itu mesti terlibat aktif dalam upaya khusus mengejar swasembada pangan menuju kedaulatan pangan ini. Kelembagaan semacam PHMB dan LMDH perlu ditinjau ulang agar membangkitan gairah petani dalam peningkatan produksi pangan sekaligus mengatasi masalah sosial ekonomi yang dihadapinya selama ini. Dia mengingatkan bahwa penataan produksi pertanian pangan di lahan hutan mensyaratkan adanya kerja sama yang apik antara Kementan dan petani. Ini mesti terorganisir dengan baik dan siap bekerja di lapangan dengan dukungan dari pihak Perhutani dalam penyediaan sebagian dari lahannya untuk dikelola khusus melalui skema kedaulatan pangan. Peran pemerintah daerah sangat menentukan keberhasilan upaya ini agar sinergis dgn penguatan kualitas otonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Menyangkut persoalan itu, Ema Ismariana mengingatkan bahwa tahun pertama waktu kerja pihaknya terlalu mepet. Dengan demikian mesti dimaklumi bahwa pada awalnya memang kerja sama itu masih belum bisa benar-benar baik. Proyeksi tahun 2016, GTKP mengharapkan kesiapan CPCL utk penataan produksi pajale di lahan hutan dapat dilaksanakan secara lebih sistematis dan masif. Tim Kerja GTKP siap bekerja sama dengan semua pihak untuk memastikan terjadinya peningkatan produksi pada tahun 2016 sehingga berkontribusi pada percepatan perwujudan kedaulatan pangan.

DUTA

Rimba 31


RIMBA KHUSUS

Tanaman Padi Usep mengatakan bahwa GTKP hendak mengajak dan menyerukan kepada publik. “Jadikan tahun 2016 sebagai tahun menanam,” kata Usep. Tahun 2016 adalah tahun penentuan dalam perjuangan menggapai ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan. Di sisi lain, Perhutani sendiri telah mengawali langkahnya di tahun 2015 dengan berbagai langkah. Di Jawa Tengah, misalnya, telah berjalan kerja sama dengan UGM dan Pemerintahan Provinsi mengerjakan lahan seluas 42.000 ha. Para petani penggarap menerima bantuan pupuk dan benih dari Kementerian Pertanian masingmasing senilai Rp 1,9 juta. “Tahun depan kita sudah ada lahan 50 ribu hektare wilayah kawasan hutan,” ujar Ema. Lebih jauh dia mengatakan bahwa selanjutnya petani harus bisa berkembang dan merubah mindset. Di sini pihak Perhutani telah menyiapkan berbagai rencana sumbangsih yang lebih jauh lagi.

Kesetaraan Petani Menurut Mangku Purnomp Ph.d, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, dalam kerja sama Kementerian Pertanian dan Perum Perhutani di bidang pangan sudah semestinya menggunakan pola pikir baru. Selama ini, menurut dia, Perhutani tidak menempatkan soal pangan sebagai bisnis utama yang menghasilkan keuntungan. “Untuk itulah pengelaan kawasan hutan sosial tidak lagi sebagai tanggung jawab sosial tetapi sebagai bagian dari bisnis,” tambahnya. Tekad Perhutani untuk membantu

32

DUTA Rimba

Tanaman Kedelai distribusi bantuan kepada para petani sekitar hutan, perlu disambut baik. Bagaimanapun petani hutan mesti menjadi satu kesatuan dengan petani biasa sehingga mereka mendapat perlakuan sama dengan petani lain. “Selama ini petani hutan tidak dicatat sebagai kelompok resmi di kantor penyuluh, jadi tidak mendapatkan fasilitas dari Kementan dan Dinas Pertanian setempat,” ujar dia kembali. Dengan demikian, penjelasan Ema Ismariani, bahwa Kementerian Pertanian tidak pernah memperhatikan petani di sekitar hutan bisa dimengerti. Para petani hutan itu memang masuk dalam catatan Dinas Kehutanan. Bila kini masih berkonsentrasi pada padi, beras dan kedelai, di masa depan sebenarnya banyak hal bisa dikembangkan dalam pola kerja sama Kementerian Pertanian dengan Perhutani. Dengan target Perhutani untuk memberdayakan petani sebanyak 500.000 orang dan menggarap hingga 200.000 hektare lahan hutan, bidang yang digarap mesti dikembangkan. Mangku menunjuk kepada bio massa yang potensinya di hutan cukup besar. Perhutani bisa menginisiasinya lewat upaya-upaya berskala rumah tangga dengan pemanfaatan tanaman di hutan serta limbah yang ada. Selain itu, Perhutani juga bisa mendorong tumbuhnya industri pangan untuk petani hutan. Ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan jagung, etanol dan produk lainnya. Bagaimanapun, pemerintah sekarang sudah lebih serius untuk menggarap energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar

Dok. Duta Rimba

fosil yang saat ini dirasakan terlalu banyak menyedot devisa negara karena mesti impor.

Sistem Pertanian Terpadu Sebagaimana diketahui cakupan kawasan hutan merupakan 60% dari total daratan di Indonesia. Sedangkan luas lahan untuk produksi pangan hanya 15,35 juta hektare. Apabila, dalam hitungan Prof Dr Mohammad Na’iem, guru besar Fakultas Kehutanan UGM, kebutuhan pangan per kapita dicukupi oleh lahan seluas 1000 meter persegi tiap tahun, maka seluruh populasi butuh 24, 2 juta hektare agar dapat makan. Artinya agar dapat berdaulat di bidang pangan, negara butuh tambahan lahan untuk memproduksi pangan hampir 9 juta hektare. Jumlah lahan bisa saja tidak ditambah dan kebutuhan dipenuhi dengan cara impor. Selama cadangan devisa cukup dan ekonomi negara tumbuh dengan baik kehidupan bisa berlangsung tenang. Namun bayangkan bila kondisi memburuk lantaran ekonomi mandek sementara harga pangan dunia melambung lantaran berbagai sebab. Untung pemerintah tidak memilih jalan impor sebagai tumpuhan pemenuhan kebutuhan pangan melainkan mencari jalan kedaulatan. Pembiayaan pekerjaan besar itu, salah satunya, didapat dari kebijakan pemangkasan subsidi BBM. Hasilnya sebesar Rp 15 trilliun dialihkan untuk pembangunan bidang pangan, yakni untuk memperbaiki jaringan pengairan bagi sawah seluas 1 juta hektare, distribusi benih, pupuk dan alat mesin pertanian. Sebagian disalurkan di dalam kawasan hutan. Kementerian Kehutanan berperan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Usep Setiawan

Dok. Duta Rimba

dalam upaya ini dengan mendukung kedaulatan pangan 2015-2019. Lahan hutan seluas 1 juta hektare disediakan untuk membuat sawah baru. Hal itu dilakukan melalui pelepasan kawasan hutan dan pinjam pakai, pemanfaatan areal hutan di bawah tegakan hutan seluas 250.000 hektare. Dunia usahapun dirangkul lewat dana CSR produktif seluas 1,6 juta hektare, dan terbangunnya urban farming melalui pemanfaatan kompos di 100 kota. Perum Perhutani menjadi bagian dari pekerjaan besar itu dan menjalankannya dengan menggunakan sistem pertanian terpadu,integrated farming system. Pemerintah, sektor swasta serta petani bersatu untuk bersama-sama mengolah lahan hutan agar bisa menghasilkan bahan pangan yang bisa digunakan untuk mendukung cita-cita kedaulatan pangan itu. Sudah Lama Sesungguhnya, sebelum era kepemipinan Presiden Jokow Widodo, Perum Perhutani sudah terlibat langsung dalam upaya peningkatan produksi padi dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan di Tanah Air. Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) melalui sinergi BUMN itulah salah satunya. GP3K telah dilaksanakan mulai tahun 2011 untuk mendukung peningkatan produksi pangan dan penguatan ketahanan pangan. Berdasar Inpres No 5/2011 tentang Pengamanan Produksi Beras Nasional sebagai Dampak Adanya Iklim Ekstrim dan Inpres No 8/2011 tentang Pengamanan Cadangan Beras Nasional sebagai Dampak Adanya Iklim Ekstrim, pemerintah membaca peluang yang belum termanfaatkan dalam menyokong program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Perhutani menjadi salah satu operator dalam program GP3K. Operator lain adalah PT Pupuk Indonesia Holding Company, PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Pertani (Persero), dan Perum Bulog.Kelima BUMN ini dituntut untuk saling bersinergi, sehingga mampu meningkatkan efesiensi dan efektivitas, yang ujungnya diharapkan bakal meningkatkan kinerja BUMNBUMN tersebut. Sasaran program tersebut, antara lain meningkatkan produktivitas di areal lahan hutan wilayah kerja Perum Perhutani dengan sistem tumpang sari dan lahan milik anggota LMDH. Untuk memberikan sedikit gambaran dapat disampaikan nilai produksi pangan melalui GP3K yang dilakukan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, yang berhasil mencapai angka hingga Rp 438 miliar selama tahun 2012. Jika membuka catatan lama dan yang disampaikan pejabat Perhutani ketika itu akan dapat dilihat data yang lebih spesifik. Yahya Amin, yang saat itu menjabat Sekretaris Unit dan Kepatuhan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, mengatakan, jumlah tersebut diperoleh dari pengembangan tanaman padi,

Tahun 2011 seluas 149.690 Ha dengan realisasi tiap komoditi :

a.

b.

c.

Padi luas tanam 55.210 Ha, dengan produksi 196.434 ton Jagung luas tanam 80.953 Ha, dengan produksi 325.541 ton Kedelai luas tanam 13.528 Ha, dengan produksi 14.434 ton.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

kedelai, dan jagung yang ditanam dibawah tegakan di berbagai daerah kesatuan pemangkuan hutan (KPH) di Jawa Timur. “Untuk produksi padi berhasil mencapai sebanyak 16.000 ton, komoditas jagung sebanyak 172.000 ton, dan kedelai sebanyak 5.000 ton lebih,” ujar Yahya. Menurut dia, tahun 2013, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur masih akan melakukan program GP3K sebagai salah satu bentuk peningkatan kinerja dalam pengelolaan sumber daya hutan

Duta Rimba/JB Murdiana

Yahya Amin, Sekretaris Divisi Regional Jawa Timur

bersama masyarakat atau kelola sosial. ”Selain itu, program GP3K juga berperan penting dan berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional sesuai dengan program pemerintah,” kata Yahya. Untuk melihat lebih lengkap capaian GP3K yang dilakukan Perhutani bisa dilacak dari dokumentasi yang tersimpan di Perhutani. Datanya dapat disimak realisasi GP3K tahun 2011-2013 seluas 396.539 Ha dengan rincian sebagai berikut :

Tahun 2012 seluas 113.648 Ha dengan realisasi tiap komoditi :

a.

b.

c.

Padi luas tanam 42.106 Ha, dengan produksi 168.195 ton Jagung luas tanam 58.750 Ha, dengan produksi 193.340 ton Kedelai luas tanam 12.612 Ha, dengan produksi 12.458 ton

Tahun 2013 seluas 133.201 Ha dengan realisasi tiap komoditi :

a.

b.

c.

Padi luas tanam 45.871 Ha, dengan produksi 193.752 ton. Jagung luas tanam 81.341 Ha, dengan produksi 334.730 ton Kedelai luas tanam 5.989 Ha, dengan produksi 5.496 ton

DUTA

(DR)

Rimba 33


RIMBA KHUSUS

Dari Zona Adaptif Hingga Upaya

Menghindari Pengijon

Jarak penanaman jati dengan sistem zona adaptif

34

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Perhutani akan terlibat aktif mewujudkan kedaulatan pangan. Tak cuma menyediakan padi, jagung, dan kedelai. Kelak juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture

P

residen Joko Widodo berniat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, terutama yang dikelola oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk mewujudkan itu, Presiden meminta Perum Perhutani dan seluruh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk meningkatkan inovasinya dalam memfasilitasi petani sekitar hutan. “Tadi pesan Presiden saat mengakhiri rapat terbatas sangat tegas. Saya dari kecil sampai tua begini melihat desa-desa di sekitar hutan Perhutani itu miskin, dan saya tidak mau lagi lihat mereka itu miskin,” kata Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menirukan ucapan Jokowi, di Istana Kepresidenan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Seperti diketahui, Presiden Jokowi menargetkan ketahanan pangan bisa terwujud dalam tiga tahun mendatang. Untuk merealisasikan target ini, sudah ada program konkrit yang dilakukan pemerintah, seperti pembagian traktor dan pompa air, pembagian benih, hingga peningkatan lahan produksi dan pembangunan waduk. Siti Nurbaya menambahkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan para petani hutan tersebut, pemerintah menjanjikan memberikan subsidi pupuk dan benih bagi mereka mulai pada 2016. Perum Perhutani juga akan memfasilitasi dengan melakukan rekayasa dalam penanaman jati, dimana nantinya para petani dapat menanam jagung di antara tanaman jati tersebut. “Jadi kira-kira sebagai pelaksana, kami dapat menangkap bahwa orientasi harus semata-mata untuk rakyat. Jadi tidak boleh Perhutani yang dapat keuntungan dari adanya subsidi-subsidi itu,” ujar Siti. Pada kesempatan lain, pada Maret

lalu, Presiden Jokowi mengumpulkan beberapa akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Direksi Perum Perhutani dan PTPN, serta Siti Nurbaya di Istana Kepresidenan membahas mengenai peningkatan produksi pertanian. Merespons instruksi Presiden tersebut, Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar mengaku siap mensejahterakan warga di sekitar hutan, terutama di hutan yang menjadi kelolaannya. Mustoha sudah mempresentasikan beberapa metode dengan warga sekitar hutan dapat bertani hingga meningkatkan produksinya. Mengingat yang dikelola Perhutani mayoritas adalah hutan jati maka cara yang akan dilakukan adalah memperlebar jarak penanaman dalam setiap pohon jatinya. ”Dalam konteks ini kami siapkan namanya zona adaptif, jadi jarak tanam antarpohon bisa dilebarkan. Kalau biasanya 3x3m, kami lebarkan menjadi 8x2m bahkan mungkin ada 6x2m atau hingga 10x2m,” kata Mustoha. Dengan model penanaman pohon jati tersebut, nantinya para warga di sekitar hutan dapat menanam tanaman seperti jagung dan kedelai secara multi years. Perum Perhutani sebagai BUMN yang bergerak di sektor kehutanan, tentunya memiliki potensi besar dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan. Terutama, melihat dari sisi luasan hutan yang dikelola Perhutani yang mencapai 2,5 juta hektare. UU No 18 tahun 2012 mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan seperti itulah, Perum Perhutani akan terlibat secara aktif. “Mengenai food estate, kami akan terlibat secara aktif. Sudah ada program-program yang kami buat untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan ini. Kami akan mengembangkan integrated farming system atau sistem pertanian terpadu,” kata Mustoha. Selain membuat sistem pertanian terpadu, Perhutani juga sudah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam hal penyediaan pupuk bersubsidi dan benih unggul. Selain itu, juga akan mengembangkan pengolahan pertanian secara mekanis. Langkah selanjutnya, Perhutani akan menjadi off taker (pembeli langsung) dari petani untuk menghindari pembelian dari pengijonpengijon. Untuk rencana ini, Perum Perhutani menganggarkan dana sebesar Rp 200 miliar. Kesanggupan Perhutani tidak saja dalam mendukung ketahanan untuk padi dan jagung, namun juga dalam penyediaan daging. Perhutani juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture, yaitu kombinasi antara ternak dan hutan. “Potensi pasar daging itu kan besar, kenapa tidak kita siapkan sendiri tanpa harus impor,” tutur Mustoha. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menilai model tanaman tumpangsari padi gogo dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, karena petani mendapat hasil padi sebelum tanaman pokok hutan menutup kanopinya.

DUTA

Rimba 35


RIMBA KHUSUS

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Dalam http://bbpadi.litbang. pertanian.go.id disebutkan dengan jelas bahawa bila setelah panen padi gogo diikuti oleh tanaman palawija yang lebih tahan kering, maka produktivitas lahan lebih meningkat dan pendapatan petani juga meningkat. Pola tanam yang dianjurkan adalah padi gogo diikuti kacang tanah atau kedelai atau kacang hijau dan selanjutnya bila masih ada hujan dapat diiikuti oleh penanaman kacang tunggak atau kacang uci. Penerapan pola tanam berbasis padi gogo yang intensif seperti tersebut, dapat berfungsi sebagai tindakan konservasi tanah secara vegetatif. Kontak langsung air hujan secara fisik dengan permukaan tanah akan berkurang karena tertahan oleh daun dan ranting tanaman. Selanjutnya penyerapan air secara perkolasi melalui akar tanaman akan meningkat, sehingga aliran permukaan berkurang dan erosi tanah dapat diminimalkan. Paling tidak ada enam keuntungan dari tanaman tumpangsari. Pertama, tenaga kerja untuk persiapan tanam dan pemeliharaan tanaman pokok menjadi berkurang. Kedua, residu pupuk yang diberikan pada tanaman pangan yang diusahakan dapat dimanfaatkan oleh tanaman pokok hutan. Ketiga, terjadi penambahan bahan organik dari sisa atau limbah tanaman pangan. Keempat, tegakan tanaman pokok hutan menjadi lebih baik. Kelima, mengurangi penjarahan tanaman

36

DUTA Rimba

Duta Rimba/JB Murdiana

hutan. Keenam, penggembalaan ternak bebas dapat dikurangi (ternak perlu dikandangkan agar tidak merusak tanaman pangan yang diusahakan dan pemeliharaanternak menjadi lebih intensif). Pupuk organik atau pupuk kandang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk anorganik atau sebagai sumber pendapat lain bilamana dijual. BB Padi menilai usaha untuk meningkatan produktivitas lahan dan sekaligus pendapatan petani adalah dengan penerapan pola tanam yang intensif. Bila dilihat dari sebaran pola hujan yang ada, sebetulnya pada areal sekitar KPH Indramayu dapat diusahakan minimal dua kali pertanaman setahun. Adapun komoditas yang biasa ditanam setelah padi gogo adalah kacang tanah atau kedelai. Pada beberapa lokasi ada yang bertanam sayuran (kacang panjang atau mentimun) dan ada juga yang bertanam jagung. Sedangkan pada musim ketiga masih dapat ditanami kacang tunggak yang lebih tahan kering tanpa olah tanah. Dengan pengaturan pola tanam yang intensif, permukaan tanah akan tertutup tanaman sepanjang tahun yang dapat berfungsi sebagai tindakan konservasi tanah secara vegetatif. Keuntungan lain adalah dengan adanya pertanaman sepanjang tahun, lahan tidak akan digembalakan ternak, pertumbuhan gulma akan berkurang dan dengan semakin banyaknya sisa tanaman (jerami) akan menambah kandungan

bahan organik tanah. Tindakan peningkatan kandungan bahan organik tanah merupakan kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering dalam jangka panjang. Model tumpangsari ini sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh Perhutani. Sejak ada program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang diluncurkan Perhutani sejak beberapa tahun lalu dan disusul Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) memungkinkan petani sekitar hutan di Jawa menanam padi dan palawija di kawasan hutan. Sistem tumpang sari ini dirasakan manfaatnya oleh Udin (46) dan warga Desa Wanawali, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sistem tumpangsari membuat Udin dan petani penggarap tanaman pertanian di kawasan hutan Perhutani (pesanggem) bisa bertani di lahan milik Perhutani. Bagi mereka, ini merupakan sebuah berkah. Sistem tumpang sari memungkinkan Udin mengolah tanah garapan seperempat hektare untuk tanaman padi, kacang kedelai atau jagung. Tanaman semusim ini biasanya hanya dapat diusahakan secara maksimal selama tajuk tanaman kayu menutupi lahan di bawahnya. “Kami bisa menanam tanaman semusim tiga kali setahun, padi diselingi palawija. Tiap pesanggem maksimal memperoleh tanah garapan satu hektare agar makin banyak yang bisa bertani,” kata Udin seperti dikutip dari Antara beberapa waktu lalu. Dengan mengolah lahan Perhutani, Udin bisa memperoleh satu ton gabah kering. Dia menanam padi huma varietas Inpago yang gabahnya laku Rp 300.000 per kuintal. Dia juga mengaku sangat terbantu karena memperoleh benih gratis dan pupuk yang disubsidi BUMN yang terlibat dalam GP3K, yakni Perum Perhutani, PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan PT Petrokimia Gresik. Sebagai kompensasinya, Udin cukup menanam, memelihara, dan menjaga tegakan pohon jati milik Perhutani di lahan garapannya. Namun untuk kerjanya itu, Udin memperoleh ganjaran berupa pembagian hasil penjualan jati sebesar 25 persen saat panenan tegakan. Menurut catatan direksi Perum Perhutani, produktivitas padi huma di lahan seluas 17,60 hektare di Resort Pemangkuan Hutan Cijangkar, Bidang Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cipeundeuy ini minimal 3,5 ton gabah kering dari biasanya hanya 2,5 ton per hektare. DR

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Membuka Ruang Kemakmuran Desa Pinggir Hutan Kesejahteraan petani pinggir hutan mesti bisa meningkat. Kerja sama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) jadi kesempatan Perhutani tunjukkan kepedulian di lingkungan kerjanya.

P

enduduk Indonesia hidup di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri sendiri mereka menghuni wilayah kota dan desa. Sebagian besar daratan yang jadi hunian penduduk ada di wilayah hutan. Sebagian kecil ada di tengah hutan, sebagian lain membangun pemukiman di sekitar hutan. Warga desa sekitar hutan merupakan ujung tombak keberadaan hutan kendati pengakuan secara formal tidak ada. Posisi mereka selama ini lemah. Telah beberapa generasi kehidupan mereka tak beranjak baik meskipun mereka terus menerus ikut menjaga kekayaan alam yang tak ternilai yang disebut hutan. Pemerintahan Presiden Joko Widodo punya pandangan dan sikap yang berbeda terhadap keberadaan warga sekitar hutan yang hidup dari bercocok tanam itu. Dalam kaitannya dengan program utama pemerintah, yakni kedaulatan pangan, warga sekitar hutan dianggap bagian penting dan diajak untuk ikut serta mewujudkannya. Lewat pemerintah daerah, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Desa, serta jajaran BUMN, warga atau petani sekitar hutan ikut serta dalam program kedaulatan pangan. Mereka mendapat bantuan bibit, alat pertanian dan sebagainya. Untuk mendapatkan landasan kerja sama itu, Menteri Desa PDTT, Marwan Jaffar menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Peningkatan Peran Desa Hutan Dalam Pengelolaan Hutan dengan Perusahaan Umum (Perum) Perhutani pada 5 Mei 2015.

Marwan Jaffar, Menteri Desa PDDT

Kedua pihak berharap kerja sama mereka bakal bisa mempercepat proses tercapainya kemandirian dan meningkatkan peran masyarakat desa hutan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya dengan model kemitraan. Saat menjelaskan kepada wartawan, Marwan mengatakan bahwa ruang lingkup kerja sama ini adalah inventarisasi jumlah dan tipologi desa hutan di wilayah Perum Perhutani, pemetaan potensi kerja sama desa hutan , penyusunan pedoman pengelolaan hutan Perum Perhutani bersama desa, penguatan kelembagaan desa dari Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi Pengelolaan Hutan Bersama Desa (PHBD) serta pembentukan desa model PHBD pada desa hutan. “MoU ini ditandatangani dalam konteks kerja sama untuk memberdayakan desa-desa hutan,” kata Menteri Desa PDTT Marwan Djafar saat itu. Dalam daftar yang dikeluarkan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Humas Kemendes PDTT terdapat 50 desa yang akan mendapat bantuan dalam kerangka kerja sama itu. Desa-desa itu menyebar dari desa di Kabupaten Lebak wilayah Provinsi Banten hingga desa di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Namun Marwan mengungkapkan melalui kerja sama ini Kemendes PDTT dan Perhutani akan memberdayakan lebih dari 5 ribu desa hutan yang tersebar di Jawa dan Madura. “Banyak desa hutan kita yang akan diberdayakan supaya lebih produktif dengan berbagai macam aktivitas untuk peningkatkan perekonomian masyarakat desa hutan kita,” ujar Marwan. Pekerjaan tahun 2016 akan lebih besar karena Perum Perhutani sendiri akan menambah 50.000 ha lahan garapan untuk memproduksi pangan. Kerja sama dengan Kementerian Desa PDTT yang juga menyalurkan dana desa bisa membuka banyak kemungkinan dan kesempatan untuk mensejahterakan warga sekitar hutan termasuk para petani di sana. Perhutani pada sisi lain yang bertekad untuk mensejahterakan hingga 500.000 petani sekitar hutan tentu mendapat kesempatan lebih luas dengan kerja sama itu. Setidaknya kesadaran Kementerian Desa PDTT melihat ironi belum termanfaatnya lahan subur di Indonesia yang luas adalah penanda keseriusan program pangan. Sebagian lahan subur yang dimaksud kemungkinan adalah lahan hutan yang jadi wilayah kerja Perhutani. Atas kerja sama itu, Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, menyatakan bahwa Perhutani dengan 24 ribu karyawan yang ada hingga tingkat dusun siap menjadi kaki penggerak program Kementerian Desa PDTT. “Perlu saya tekankan adalah bagaimana hutan itu untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk rakyat. Karena kalau untuk rakyat ada pengertian boleh dimiliki. Sehingga, mungkin akan ada modifikasi dari PHBM menjadi PHBD,” ujar dia. Tim Kedaulatan Pangan Perhutani mesti pandai menerjemahkan peluang yang ada dalam program kerja Kementerian PDTT yang terfokus pada desa. Kemandirian pangan sendiri merupakan upaya-upaya yang sebenarnya sangat tergantung kepada kondisi desa. Bagaimanapun, lahan produksi pangan atau sawah lebih banyak berada di kawasan desa, termasuk desa pinggir hutan. DR

DUTA

Rimba 37


SOSOK RIMBA

F Suwandi Putro

Kita Hidup dalam Situasi Lucu Bisnis kehutanan seolah berada dalam kegelapan malam. Tak perlu tenggelam bingung menghadapinya karena terang pasti bakal datang. Persoalannya bagaimana para pemangku kepentingan yang ada mampu bekerja agar terang lebih cepat datang. Misalnya, inovasi.

38

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Duta Rimba/JB Murdiana

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 39


SOSOK RIMBA

S

ebagai eksportir utama gondorukem Perhutani, F Suwandi tak gampang ditemui. Apabila berkesempatan berbincang dengannya, telepon genggam milik pria kelahiran Surabaya itu pasti terus menerus berdering. Bila tak tengah pergi keluar negeri, pria yang mengaku tak menamatkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga itu menghabiskan waktunya di tiga kota yakni Jakarta, Semarang dan Surabaya. Kepada wartawan dia tak segan mengaku dirinya adalah ahli soal gondorukem. Produk itu telah ia tekuni bersama banyak peneliti. Sebagai pengusaha dia memasarkan hasilnya ke berbagai belahan dunia. Perkenalannya dengan bisnis kehutanan bermula dari permintaan mitra dagangnya dari Italia, pada dekade 1980-an, akan produk gondorukem. Permintaan itu bermula dari upayanya menggalang usaha pengolahan gula nipah dari sebuah kawasan perkebunan di Kalimantan Barat.Kebutuhan gula yang besar mendorongnya merintis hal itu. Akan tetapi ujungnya adalah kegagalan. Meskipun berangkat dengan keyakinan yang disokong riset dari Pusat Penelitian Gula di Pasuruan, Jawa Timur, serta dukungan dari petinggi pemerintah, mulai dari Presiden Soeharto, Soedharmono serta Bustanul Arifin yang saat itu mengepalai Bulog, rintisan itu tetap gagal. Sebabnya banyak, mulai dari buruh tak professional yang berlatar transmigrasi, hingga koordinasi di lapangan yang sulit. Saat berusaha mencari bantuan ke mitra asal Italia yang tengah bekerja sama itulah perkenalannya dengan gondurukem, atau kolokunia, secara tak sengaja mulai. Mitra asing itu menjelaskan keinginannya untuk membeli. Suwandi yang belum paham itu berusaha mencari tahu ke sana kemari hingga dia berlabuh ke Perum Perhutani. Naluri bisnisnya kemudian berkembang saat menyadari bahwa potensi yang ada di Indonesia besar, sementara kebutuhan dunia juga besar. Sayang belum tergarap sehingga dia tertantang untuk bekerja dan berusaha mendapatkan bahan baku gondorukem berupa getah pinus dalam jumlah besar. Angka-angka penjualan pun segera dia raih hingga menyentuh lebih dari 50.000 ton sampai pernah mencapai 90.000 ton. Sebuah pencapaian besar dari waktu relatif singkat. Namun

40

DUTA Rimba

Loading Gondorukem di gudang KBM industri non kayu

saat itu tantangan pun segera timbul karena konsumen mulai mencari bahan pengganti yang lebih murah. Beberapa negara memanfaatkan limbah kayu yang diolah untuk bahan pulp sebagai pengganti gondurukem yang mahal. Hal itu banyak dilakukan oleh negara-negara Eropa seperti di semenanjung Scandinavia, Rusia juga Amerika Serikat. Keadaan pasar gondorukem dunia kemudian menjadi kacau ketika China bermain-main dengan harga. Dalam batas normal semestinya hanya senilai US$ 1400 tiap ton naik sehingga mencapai US$ 4000 tiap ton. Tentu konsumen menolak harga yang ditetapkan China sebagai pemasok utama gondorukem dunia. Bahan substitusipun menjadi pilihan lain. Hal itu terjadi dalam kurun 2000-2002. Peran yang dimainkan Suwandi adalah membeli produk gondorukem pruduksi Perhutani dari spot market dengan harga yang lebih tinggi

ketimbang agen. Awalnya, dia membeli gondurukem yang dihasilkan Perhutani Jawa Timur sebanyak tiga kontainer saja. Jumlah yang dibeli itu setara dengan 60 ton. Harganya US$ 390 tiap ton. Padahal mitra Italia yang membelinya butuh sebanyak 1000 ton. Kebutuhan besar namun yang tersedia di spot market hanya sedikit sekali. Pembeli Eropa banyak tidak hanya Italia saja, kebutuhan keseluruhan mencapai antara 30.000 hingga 40.000 ton. Namun penambahan kapasitas produksi dengan penanaman dan pendirian pabrik-pabrik baru menemui banyak kendala yang butuh waktu untuk menyelesaikannya. Berikut petikan perbincangan Duta Rimba dengan pengusaha asal Surabaya itu dalam sebuah kesempatan di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, pertengahan, Desember 2015.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Dalam situasi sulit seperti sekarang apa yang mesti dilakukan? Dunia butuh pasokan gondorukem yang banyak. Namun cara kita menjual yang mesti selalu diperbaiki. Kita berhadapan dengan kompetisi dan tantangan. Paling akhir kita menghadapi persoalan hidro karbon. Yakni limbah minyak bumi yang bisa diubah jadi substitusi dari gondorukem. Produk dengan bahan itu dijual dengan harga yang murah sekali. Disinilah kita mesti pandai dalam memasarkan produk kita yang berkualitas. Saya tahu hal itu sehingga dalam pertemuan tahunan asosiasi produk pinus saya katakan masalah penggunaan produk dengan bahan baku limbah itu mesti diperhitungkan dampaknya. Bagaimanapun yang namanya limbah pasti berdampak negative.

Kemudian apa reaksinya? Mereka kini sudah menyadari itu. Hal itu saya katakan tiga tahun lalu. You are wrong. Kita tidak bisa menggunakan bahan hidro karbon yang merupakan limbah dari minyak bumi, menjadi substitusi gondorukem, agar diproses menjadi bahan makanan. Pasti efeknya akan panjang bila dibiarkan terus. Bukankah kita melihat pada sisi lain tiap tahun ada banyak orang meninggal terserang kanker. Hal seperti itu mesti disadari bersama.Kita tidak boleh terus berpikir sekedar mencari hal-hal yang murah saja. Kompetitor kita dari China misalnya kerap membuat produk berbahan baku substitusi misalnya membuat beras plastik. Anda juga lihat kan gejala over weight di Amerika karena terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji. Kita mendapat informasi bahwa kondisi bisnis kehutanan dunia memang tengah menghadapi tantangan, benar demikian? Begini lho. Hidup di dunia ini kadang ada siang kadang ada malam. Saat ini produk gondorukem tengah ada dalam situasi malam. Sewaktuwaktu kita memang bisa berada di atas namun sewaktu-waktu bisa saja berada di bawah. Itulah hukum alam yang mesti disadari. Dahulu kita tidak pernah berpikir, dalam dunia politik, bahwa Bung Karno bisa saja jatuh. Demikian pula selanjutnya kita juga tak pernah berpikir bahwa Pak Harto akan jatuh suatu kali. Saya sendiri berharap bahwa

Pinus, pohon penghasil Gondorukem dan Terpentin

situasi malam yang kini tengah dihadapi adalah subuh. Artinya pagi akan segera datang. Jadi saya tidak berharap kita, atau produk gondorukem, berada dalam situasi magrib. Yang berarti perjalanan panjang harus dilalui sebelum pagi datang. Saya sampaikan kepada kawan-kawan di Perhutani agar berdoa untuk itu.

Bagaimana upaya kita agar pagi lebih cepat datang? Ya kita mesti berusaha mencari jalan keluarnya. Kita ini lucu. Kita punya bahan baku dalam jumlah banyak kemudian mengeskpornya. Namun kemudian, untuk menghidupkan industri, kita mengimpor bahan derivatnya. Inilah situasi lucu yang kita tengah hadapi.

Seberapa yakin Anda? Kita mesti yakin bakal bisa. We can learn. Dahulu kita pernah punya Menteri Muda Urusan Produksi Dalam Negeri. Saat ini topik pembicaraan masyarakat terpusat pada masalah Freeport. Kenapa sih kita tidak mengelola sendiri? Kita kan bisa belajar dan kita bisa pula bayar teknologi. Tinggal kita mau atau tidak. Sayang bila banyak opportunity yang hilang.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

Untuk gondorukem sendiri bagaimana? Ya mesti dikembangkan derivatnya. Bagaimanapun, pabrik-pabrik kita butuh derivatnya, misalnya untuk pabrik cat dan untuk industri makanan. Cuma kita akan punya kewajiban untuk terus menerus menjaga kualitasnya. Kita dikaruniai alam yang betulbetul subur, sehingga kita bisa menanam pohon pinus yang benarbenar terpilih. Yang kelas prime.

Perjalanan bisnis seperti apa yang akhirnya menyadarkan Anda pada hal itu? Dahulu saya banyak berkecimpung dengan para peneliti. Salah seorang di antaranya yang paling berkesan bagi saya bernama Dr Gunawan Satari. Dia sosok pribadi yang mengagumkan dalam bekerja.Dia bukan seorang yang yes man. Dia berani bilang tidak kepada Pak Harto saat dipanggil. Saya sendiri bergaul dengan beliau karena sebagai seorang kontraktor saya banyak membantu membangunkan gedunggedung, saat beliau memimpin Litbang Departemen Pertanian. Saya banyak terpengaruh oleh dia

DUTA

Rimba 41


SOSOK RIMBA

Karakter Orang Kehutanan Beda dengan Orang Kebun Mestinya Perhutani itu punya kebanggaan karena produkproduknya dikonsumsi oleh warga negara-negara maju seperti Rusia dan Amerika Serikat. Ini persoalan sikap saja. Orang-orang Perhutani kan cenderung low profile padahal sebagai sebuah perusahaan sudah pantas masuk dalam majalah Forbes. Kita bisa melihat orangorang di bidang usaha lain ada yang cenderung bersikap sebaliknya. Terkait dengan kebiasaan itu, Suwandi terus terang lebih menyukai sikap yang ditunjukkan oleh orangorang Perhutani. Namun dia pun merasakan ada sisi lain yang tak dia sukai pada karakter umum yang sering ditunjukkan oleh orang-orang kehutanan, yakni, menurut dia, sifat kepala batu.

Karakter orang kehutanan memang berbeda dengan orang-orang perkebunan. Suwandi merasa tak suka dengan kebiasaan orang-orang perkebunan yang sering menonjolkan diri. Dia melihatnya sebagai kebiasaan buruk yang diturunkan oleh orangorang Belanda yang dahulu menjajah. Mereka secara tak langsung membentuk kultur feodal itu. Suwandi pun menceritakan pengalaman tak mengenakkan yang hampir membuatnya naik pitam ketika suatu saat berhadapan dengan orang Belanda. Peristiwa yang itu terus terbayang karena dia hampir beradu fisik dengan lawan bicaranya itu. Semua terkait dengan sifat buruk manusia yang dia anggap sombong. Mantan aktifis mahasiswa angkatan 66 itu membayangkan punya

kesempatan belajar hukum di Harvard University. Dengan bekal ilmu hukum itu dia membayangkan akan dapat menggugat orang-orang Belanda yang suka mempersoalkan HAM di Indonesia padahal pada masa lalu mereka juga punya kesalahan. “Begitu lulus saya akan langsung datang ke Leiden untuk menuntut pemerintah Belanda agar minta maaf atas kesalahan masa lalunya di Indonesia,� ujar dia. Dalam urusan penegakan keadilan, bagi dia, banyak yang harus diluruskan. Tentu tidak benar bila orang-orang Belanda ikut mengadili kesalahan orang-orang yang dianggap melanggar HAM. Seharusnya bangsa Indonesia pun ikut aktif mempersoalkan kesalahan para penjajah Belanda di masa lalu dan tidak membiarkan Dunia usaha bidang kehutanan memang butuh SWOT agar mengerti di mana posisinya dalam peta besar kompetisi global ini. Kekuatan apa yang sesungguhnya ada dan dimiliki dan bagaimana kita bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada selama ini. Itulah syarat yang mesti segera dirumuskan karena dibutuhkan untuk jadi dasar menyusun langkahlangkah keluar dari kesulitan ini. Sifat terus terang itu juga kerap

F Suwandi Putro, eksportir utama produk gondorukem Perhutani

42

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


dilontarkan pada lingkungan bisnis utamanya yakni soal produksi dan perdagangan gondorukem. Menurut dia kelemahan yang nampak pada sektor ini adalah masalah kualitas. “Kemarin ada tamu dari Jepang yang bilang ingin menambah gondurukem dari Indonesia tapi dia khawatir kualitasnya tidak stabil,” ujar Suwandi. Soal inilah yang mesti dijadikan bahan instrospeksi dalam diri kita. Prof Dr Mohmmad Na’iem, sebagai pakar kehutanan, menurutnya, sudah puluhan kali mengingatkan hal itu. Ini relevan karena memang kondisi hutan yang harus diperbaiki. Kita butuh penanaman kembali hutan kita. Sayang selama ini tidak ada kebiasaan untuk menghargai aktifitas penelitian. Mengingat kondisi itu, Suwandi mencoba melakukan percobaan penanaman di lahan hutan dengan luas terbatas, antara lima puluh hingga seratus hektare, agar mendapatkan formula regenerasi yang tepat. Sayang kemajuaan untuk ide-ide perbaikan itu kerap menemui kendala karena birokrasi yang lebih banyak dikendalikan oleh politik saat ini. Ketidaksukaan Suwandi terhadap kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang dia yakin terbentuk akibat penjajah panjang pemerintah Kolonial Belanda diakuinya mempengaruhi langkahlangkah bisnisnya. Kendati kadang memang ada kelebihan yang ada dalam diri bangsa Belanda, di mana sebagian generasi mudanya punya sikap berbeda pada orang Indonesia, Suwandi masih menyimpan ketidaksukaan itu. “Mereka seharusnya secara kesatria mengaku adanya kesalahan,” tegasnya. Hubungan bisnis Suwandi dan Perhutani terpusat pada perdagangan gondorukem dan terpentin. Komoditi hutan itu dia pasarkan ke mitra dagangnya yang tersebar ke seluruh dunia. Kemampuannya menembus pasar negara-negara maju seperti Rusia dan Amerika Serikat diakuinya telah membuatnya bangga. Baginya hal itu merupakan bukti bahwa bangsa ini memang mampu memproduksi sesuatu yang dibutuhkan masyarakat maju. Hal itu merupakan bukti atau pengakuan bahwa Indonesia memang mendapatkan penghargaan atas

Gondorukem

Sebagai seorang pengusaha, relasinya amat luas hingga mampu menyebar ke seluruh dunia. Dari situlah dia mengerti kekurangan dan kelebihan produk kehutanan Indonesia. Bila ada kekurangan dia tak segan mengkritik.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

hasil karyanya. Untuk itu kebutuhan untuk menjaga kualitas menjadi amat penting. Kualitas sendiri merupakan gambaran dari SDM yang ada di sebuah negara. Kenyataan yang ada kualitas komoditi hasil hutan itu kini tidak stabil. “Kita sepertinya tidak mau belajar lantaran didorong keinginan untuk mendapatkan hasil lebih cepat,” tambah dia. Itulah kenapa aktivitas riset dan percobaan menjadi tidak menarik bagi para pemangku kepentingan bisnis kehutanan. Untuk itulah mental jadi sesuatu yang harus diubah. Beruntung belakangan ini komplain atas ketidakkonsitenan mendapat tanggapan yang lebih baik. Ada sebuah tim dari Perhutani yang datang ke Rusia menjawab keluhan konsumen di sana. DR

DUTA

Rimba 43


LINTAS RIMBA

Aparat Jangan Ragu

Tindak Pelaku Kejahatan di Kawasan Hutan

Dok. Duta Rimba

Suasana acara apel siaga pengamanan

Malang - Perlu ketegasan dari aparat penegak hukum, untuk melakukan tindakan represif agar pelaku kejahatan di kawasan hutan di wilayah Jawa Timur (Jatim) menjadi jera. Untuk mencegah gangguan di kawasan hutan, Pemerintah Provinsi

Jatim membentuk Satuan Tugas Pengamanan Hutan yang diketuai Kepala Dinas Kehutanan Jatim. “Penegak hukum harus tegas menindak para pelaku kejahatan di kawasan hutan di wilayah Jatim agar mereka menjadi jera,” kata Wakil

Gubernur (Wagub) Jatim, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pada apel besar pengamanan hutan 2015, di Lapangan Rampal TNI AD Yonif 512/QY Marabunta Malang, baru-baru ini. Perum Perhutani Divisi Regional (Divre) Jatim bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyelenggarakan apel besar pengamanan hutan 2015. Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk respons atas berbagai ancaman eksistensi potensi kawasan hutan, baik gangguan yang ditimbulkan dari masyarakat maupun alam. Apel siaga pengamanan hutan diikuti ratusan personel pengamanan hutan yang terdiri Polisi Hutan Mobil (Polhutmob) Perum Perhutani, Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC), sejumlah anggota LMDH serta anggota Pramuka Sakawanabhakti. Sebagai tindak lanjut sinergitas pelaksanaan pengamana hutan bersama itu dilakukan penandatanganan nota kesepakatan oleh para pihak. Mereka adalah Kadivre Perum Perhutani Jatim, Kepala Balai Besar KSDA Jatim, Kepala Balai Besar Bromo Tengger Semeru, Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Kepala Balai Taman Nasional Alas Purwo, Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri. Penandatanganan nota kesepakatan itu disaksikan Gus Ipul, Dirut Perum Perhutani Mustoha Iskandar, Direktur PSDH Heru Siswanto, Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Istanto serta para undangan. Usai apel siaga dilanjutkan dengan peragaan bela diri oleh satuan pengaman hutan Polhutmob Divre Jatim dan anggota SPORC Balai Besar BKSDA Jatim yang mendemontrasikan cara menangkap pelaku tindak kejahatan illegal logging. DR

Sedekah Tolak Bala dan Doa Keselamatan Surabaya - Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur (Divre Jatim) menggelar ruwatan tolak bala dengan menyantuni sejumlah anak yatim dan membaca ayat-ayat suci Alquran, di Ruang Tectona Graha Perum Perhutani, baru-baru ini.

44

DUTA Rimba

Kegiatan serupa juga digelar serentak sehari kemudian di 23 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) se-wilayah Divre Jatim. Hal ini dilakukan terkait serangkaian kejadian negatif yang terjadi beberapa waktu lalu di sebagian wilayah Divre

Jatim, mulai dari kasus pencurian kayu yang melibatkan nenek Asyani, kasus penambangan pasir besi yang menewaskan aktivis antitambang Salim Kancil hingga musibah tewasnya beberapa pendaki yang terjadi di kawasan hutan Gunung Lawu.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Sekretaris Divre Jatim, Yahya Amin, mengungkapkan salah satu manfaat shodaqoh itu adalah tolak bala atau menghindarkan musibah. Oleh karena itu, Perum Perhutani Jatim memberikan shodaqoh kepada anak yatim, abang becak, pemulung, warga kurang beruntung serta pengguna jalan yang kebetulan lewat. Yahya berharap dengan digelarnya acara ini semoga karyawan Perhutani dan stakeholder-nya selalu sukses, sehat, panjang umur, manfaat dan barokah, keluarga sakinah, mawaddah dan rohmah. Anak dan keturunannya hebat, saleh dan salehah, rezeki halal, baik dan melimpah. Zakat dan sedekah kian bertambah. Segala urusan, murah dan mudah. Jauh dari segala fitnah dan musibah. Bahagia, sejahtera di dunia dan akhirat. Dalam kesempatan itu diberikan santunan kepada 60 anak yatim yang dikelola oleh Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Surabaya, abang becak dan pejalan kaki. Acara diakhiri dengan tausiah oleh ustad Syamsudin dari Ikatan Dai Indonesia. DR

Dok. Duta Rimba

Sejumlah anak yatim menerima santunan dari Perum Perhutani

Tanam Tahun 2015 Tinggal Tunggu Hujan Ngawi - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sepakat menyukseskan tanaman tahun 2015. Dalam kesepakatan tersebut masyarakat sekitar hutan atau pesanggem dilibatkan secara langsung untuk ikut mengelola potensi sumber daya hutan dengan melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Itu diwujudkan dengan berbagi peran saling mendukung dalam keberhasilan dibidang tanaman. Luas tanaman tahun 2015 untuk KPH Ngawi direncanakan 830,5 hektare, dengan jenis tanaman pokok jati plus perhutani (JPP) seluas 805,6 hektare dan jenis tanaman pokok rimba (mahoni dan sono) seluas 24,9 hektare. Semua keperluan untuk tanaman sudah dipersiapkan mulai pertengahan tahun ini misalnya pemasangan acir dan pupuk kandang yang didatangkan melalui rekanan sudah terpenuhi. Wakil Administratur Sub Ngawi Tengah, Agus A Fadoli, didampingi Asper Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan(BKPH) Begal Harsono setelah menemui para mandor, tepatnya di

Pos RPH Krandekan langsung menuju ke Petak 34 RPH Kedung Merak untuk melihat langsung persiapan tanaman tahun 2015. Agus setelah melihat persiapan para mandor di lapangan merasa lega karena lokasi tanaman secara teknis sudah sesuai standar operasional prosedur. Agus menekankan kepada mandor tanam agar selalu prooaktif dengan

pesanggem dilapangan dan terus memantau tanaman sampai lepas kontrak. Dengan begitu diharapkan kedepan tanaman ini bisa menjadikan KPH Ngawi unggul. Setelah itu Agus mengajak para mandor tanam untuk berdoa bersama memohon kepada Allah agar hujan segera turun dan tanaman 2015 segera dimulai. DR

Dok. Duta Rimba

Diskusi mandor dengan petani

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Dok. kom. PHT

Rimba 45


LINTAS RIMBA

Hijaukan Indramayu dengan Tanam Mangrove Bandung - Perum Perhutani dan PT Pertamina EP bekerja sama menghijaukan kawasan Indramayu dengan menanam bibit mangrove. Kegiatan nyata ini merupakan wujud nyata kepedulian Perhutani dan Pertamina EP terhadap lingkungan. Penghijauan ini ditandai dengan dimulainya penanaman 35 ribu bibit mangrove di lahan hutan mangrove oleh Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Ellan Barlian dan General Manager PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, Fahrizal, Rabu (11/11). Hadir pada penanaman mangrove tersebut, Perwakilan Muspida Indramayu, Komisi B DPRD, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Indramayu. Ellan menyampaikan selain dengan Pertamina EP, Perhutani juga menggandeng BUMN lain dan perusahaan swasta untuk kegiatan yang sama. Sesuai dengan visi dan misi perusahaan, Perhutani membuka kesempatan kerja sama pemanfaatan ruang dan lahan yang masuk wilayah pengelolaan kami.

Perhutani Terus Tingkatkan Kesejahteraan Karyawan Jakarta – Perum Perhutani sebagai entitas bisnis akan terus meningkatkan kesejahteraan karyawan. Itu diwujudkan melalui program-program, baik langsung maupun tidak langsung, agar karyawan merasa kesejahteraan, hari tua, bahkan kematiannya pun dijamin perusahaan. Demikian disampaikan Direktur Utama (Dirut) Perum Perhutani, Mustoha Iskandar seusai menandatangani naskah perjanjian kerja sama tentang Kepersertaan Direksi dan Pegawai Perum Perhutani dalam Program Asuransi Jiwa Taspen di Ruang Monas Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (9/11). Dari PT Asusransi Jiwa Taspen kerja sama diteken oleh Dirut Maryoso Sumaryono

46

DUTA Rimba

Penanaman bibit mangrove oleh PT Pertamina EP dan Perum Perhutani

Dok. Duta Rimba

Sementara GM PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, Fahrizal mengatakan latar belakang dilaksanakan kerja sama ini adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Dengan

penghijauan ini diharapkan dapat mencegah pergeseran pipa yang terpasang dari Jatibarang menuju Balongan yang melalui kawasan hutan mangrove. DR

Mustoha mengapresiasi jajaran PT Asuransi Jiwa Taspen, yang merespons secara cepat kerja sama yang merupakan sinergi antara Perum Perhutani dan PT Asuransi Jiwa Taspen. Sebanyak 23 ribu karyawanPerhutani, baru 10 ribu yang mengikuti program ini. Diharapkan sisa 13 ribu karyawan bisa masuk ke

dalam program tunjangan hari tua dan tunjangan kematian. Penandatanganan perjanjian kerja sama ini merupakan kelanjutan dari kerja sama yang ditandatangani kedua perusahaan pada 4 Februari 2015. Yaitu penyerahan portofolio pertanggungan asuransi tunjangan hari tua dari Taspen Persero kepada Taspen Life. Pada waktu itu ada instruksi Menteri Keuangan bahwa PT Taspen Persero tidak diperkenankan mengelola program asuransi non-PNS. Oleh karena itu, PT Taspen Persero mendirikan anak perusahaan, PT Asuransi Jiwa Taspen pada 26 Februari 2014. Biarpun usia PT Taspen ini belum genap dua tahun, PT Asuransi Jiwa Taspen mengelola kepersertaan program yang diserahkan dari PT Taspen (Persero) dan program-program lain, sekitar 300 ribu peserta. DR

Kesepakatan penandatanganan perjanjian kerja sama

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Perhutani Jatirogo Peduli Pendidikan Tuban - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo membantu 150 paket alat tulis kepada siswa di tiga Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Jatirogo, baru-baru ini. Sekolah yang mendapat bantuan, yaitu SDN Ngepon II, SDN Jamprong III, dan SDN Dingil III. “Bantuan alat tulis kepada para siswa ini menjadi bukti nyata kepedulian Perhutani terhadap pendidikan. Melalui bantuan ini diharapkan akan menambah semangat belajar siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga ke depan akan lahir generasi muda yang tangguh dan cerdas,” kata Administratur Perhutani Jatirogo, Achmad Basuki, di Jatirogo, belum lama ini. Bantuan alat tulis yang diberikan ini berupa tas, buku tulis, buku gambar, bollpoint, pensil, pensil warna, serutan pensil, mistar, tempat pensil, tip ex, karet penghapus, dan peralatan olah raga.

“Kami sangat berterimakasih kepada Perhutani Jatirogo atas bantuan yang telah diberikan kepada kami. Kami akan menggunakan bantuan-bantuan yang diberikan

Gangguan Keamanan Hutan Makin Kompleks

“Perhutani berharap adanya tindakan dari Polres setempat. Tindakan tersebut berupa menangkap para pelaku perusak hutan yang tidak bertanggung jawab seperti yang sudah dilakukan sebelumsebelumnya,” kata Administratur KKPH Jatirogo, Achmad Basuki pada acara penyuluhan dan sosialisasi hukum, di Jatirogo, baru-baru ini. Perum Perhutani Kesatuan

Tuban - Gangguan keamanan hutan yang dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat yang tidak bertanggung jawab semakin kompleks. Gangguan tersebut, antara lain perusakan hutan, mematikan tanaman hingga penebangan seperti yang terjadi di BKPH Bancar.

dengan sebaik-baiknya. Semoga bantuan ini akan terus dilakukan oleh Perhutani, khususnya KPH Jatirogo,” kata Ani Setyorini, Kepala Sekolah SDN Ngepon II. DR

Dok. Duta Rimba

Para siswa SD di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban tampak ceria setelah menerima bantuan alat tulis dari Perum Perhutani

Dok. Duta Rimba

Perum Perhutani KPH Jatirogo menggelar sosialisasi pencegahan pemberantasan perusakan hutan NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo bersama Kejaksaan Negeri dan Polres Tuban mengadakan penyuluhan dan sosialisasi UU No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan serta UU Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. Acara dihadiri segenap muspika, para kepala desa, dan karyawan Perum Perhutani KPH Jatirogo. Tujuan sosialisasi untuk membangun kesepahaman antara Perhutani, Kejaksaan, Polres, dan pemerintahan daerah agar ke depannya tidak ada yang menyalahkan satu sama lain. “Perhutani KPH Jatirogo akan semaksimal mungkin membantu kesulitan masyarakat demi kesejahteraan masyarakat, khsusnya yang berada di sekitar hutan,” kata Basuki. Kasat Reskim Polres Tuban, Suharta, menyampaikan anggota Polres akan siap membantu Perhutani dalam memcahkan permasalahan gangguan keamanan hutan. Tindakan perusakan hutan sudah termasuk pelanggaran UU No 18 tahun 2013 dan harus ditindak. DR

DUTA

Rimba 47


LINTAS RIMBA Tasikmalaya - Karyawan Perum Perhutani Tasikmalaya melakukan donor darah di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tasikmalaya, Senin (2/11). Kegiatan donor darah merupakan wujud rasa kemanusiaan karyawan Perhutani dalam membantu sesama, khususnya mereka yang membutuhkan darah. “Hampir setiap tiga bulan sekali karyawan Perhutani melakukan kegiatan donor darah,” kata Wakil Administratur Perhutani Tasikmalaya, Deden Yogi Nugraha, di Tasikmalaya, baru-baru ini. Oleh karena itu, Deden mengajak karyawan Perhutani untuk bersamasama menyumbangkan darah. Ini dilakukan agar tubuh menjadi sehat sehingga dalam melaksanakan tugastugas kedinasan selalu siap setiap saat serta dapat berjalan dengan baik dan lancar. Donor darah dilaksanakan berkat kerja sama Perhutani dengan PMI Kota Tasikmalaya. Deden mengharapkan kerja sama yang telah terjalin baik ini semakin erat, sehingga dapat memperlancar kegiatan donor darah yang rutin dilakukan Perhutani. DR

Perhutani Jatim Tingkatkan Layanan Wisata Mojokerto -Memasuki persaingan wisata di dalam negeri dan ASEAN menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur (Jatim)

Bantu Sesama Lewat Donor Darah

Para karyawan Perhutani Tasikmalaya sedang mendonorkan darahnya untuk membantu sesama yang membutuhkan.

mencoba menaikkan kualitas sektor layanan jasa wisata. Ha itu diwujudkan dengan sertifikasi ISO 9001 seri 2008, di Wana Wisata Padusan, Pacet, Mojokerto, Rabu (4/11). General Manajer Wisata dan Jasa Lingkungan II Jatim, Hendy Satiarto, mengatakan wana wisata di Jatim secara bertahap diharapkan berstandar ISO. Dengan demikian

Dok. Duta Rimba

akan menaikkan kualitas wisata di Jatim dari segi manajemen, produk, dan layanannya. ISO 9001 seri 2008 untuk menilai manajemen suatu perusahaan bahwa pengelolaannya sesuai dengan yang telah distandarkan, baik dari pelayanan, produk, dan marketingnya. “Harapannya dengan standar internasional akan memberi jaminan kepuasan kepada konsumen, terutama wisatawan mancanegara,” kata Hendy. Asesor ISO 9001, Mutu Agung Lestari, menyatakan manfaat sertifikasi ISO 9001 akan dapat dengan mudah dibedakan dengan organisasi lain terkait kualitas tinggi dari produk mereka, layanan, dan prosesnya. Mutu organisasi dan kinerjanya dapat dipantau dan dioptimalkan dengan sistem manajemen mutu. “Dengan ISO 9001 akan membantu organisasi apa pun untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, memotivasi karyawan, dan mempromosikan budaya perbaikan yang berkelanjutan,” kata Lestari. DR

Dok. Duta Rimba

Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur meningkatkan layanan wisata agar dapat bersaing di tingkat ASEAN

48

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Droping Air Bersih Untuk Masyarakat Desa Hutan Rembang - Akibat kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Rembang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo menyalurkan bantuan air bersih ke tiga desa, yaitu Klakeh, Kaligede, dan Medalem. Bantuan terwujud berkat kerja sama Perhutani dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang dan Muspika Kecamatan Bangilan. “Setiap desa mendapatkan enam tangki air bersih. Air bersih diambil dari sumber mata air Kajar, di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang,” kata Administratur KKPH Jatirogo, Ahmad Basuki, di Rembang, belum lama ini. Menurut Ahmad, kegiatan ini adalah wujud kepedulian Perum Perhutani KPH Jatirogo terhadap keluhan masyarakat selama musim kemarau. Diharapkan bantuan air bersih ini dapat sedikit membantu masyarakat. Selanjutnya KPH Jatirogo

Warga Desa Klakeh dengan semangat mengambil bantuan air bersih dari Perum Perhutani KPH Jatirogo

masih terus mendistribusikan air bersih ke Desa Sadang, Sekaran, dan Nglateng. “Banyak warga yangkesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan mereka sangat gembira dengan adanya bantuan ini. Apalagi dalam proses pembagian air bersih berjalan dengan

Dok. Duta Rimba

lancar,” tambah Ahmad. “Alhamdulillah kami sangat berterima kasih kepada Perhutani KPH Jatirogo atas bantuan air bersihnya. Ini sangat bermanfaat bagi kami yang tinggal di desa yang sangat sulit untuk mendapatkan air bersih saat musim kemarau,” kata Kepala Desa Klakeh, Sumiati. DR

Perhutani Kuningan Bina Masyarakat Desa Hutan Kuningan - Perhutani Kuningan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan mengadakan pembinaan tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kepada Masyarakat Desa Hutan (MDH) Desa Cageur, Kecamatan Darma, di Aula Desa Cageur, barubaru ini. Wakil Administratur Perhutani Kuningan, Erwin Lukmandar mengatakan maksud dari PHBM untuk memadukan aspek ekonomi, ekologi, sosial, dan meningkatkan sinergitas dengan pemerintah daerah. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan, Bunbun Budhiyasa, menyatakan kawasan hutan tidak hanya berfungsi produksi, lindung maupun konservasi, tapi juga harus berfungsi sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan, tidak hanya sebatas tenaga kerja biasa.

Dok. Duta Rimba

Perhutani dan Dishutbun Kabupaten Kuningan membina masyarakat desa hutan Desa Cageur, Kecamatan Darma

Selain itu, tambah Bunbun, dapat memperluas akses masyarakat dalam pengelolaan hutan sesuai dengan kondisi wilayah LMDH Cageur. Akses tersebut, antara lain untuk budidaya tanaman kopi maupun kapulaga, sehingga dapat tercapai peningkatan usaha produktif menuju masyarakat

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

desa hutan yang mandiri dan terciptanya hutan lestari. “Masyarakat sekitar hutan diposisikan sebagai subjek yang memiliki posisi tawar yang kuat dengan menerapkan prinsip saling berbagi (sharing), dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan,” kata Bubun. Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Cageur, Mardi, merespons dan menyampaikan rencana penanaman tanaman kopi robusta seluas 7 hektare pada lahan di bawah tegakan petak 2.d dari keluasan hutan pangkuan desa seluas 57,25 hektare, yang termasuk RPH Haurkuning BKPH Garawangi dengan sitem bagi hasil pola PHBM. Dengan harapan setelah dilaksankan kegiatan tersebut, masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH bisa lebih sejahtera dan tetap menjaga keamanan serta kelestarian hutan. DR DUTA Rimba

49


LINTAS RIMBA

SWB Cianjur Juara Dua Lomba Lintas Hutan Dan Kota Se-Pulau Jawa Cianjur – Saka Wana Bakti (SWB) Cianjur yang diketuai Ade Juandi meraih juara dua dalam Lomba Lintas Hutan & Kota (L2HK) SePulau Jawa Tahun 2015. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 2-4 Oktober 2015 di Bumi Perkemahan Galeuyeh, Cibatu, Purwakarta, Jawa Barat ini mengusung tema “Lestarikan Hutanku, Indah Kotaku, Jaga Lingkunganku”. Atas prestasi Saka Wana Bakti Cianjur yang dikirim oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur ini, mereka mendapat hadiah berupa tropi yang diserahkan langsung oleh Administratur KPH Purwakarta, Cecep selaku panitia penyelenggara. Lomba ini diikuti sekitar 500 peserta dari anggota Saka Wana Bakti se-Pulau Jawa dan anggota T&D Kabupaten Purwakarta. DR

Cegah Banjir dengan Penghijauan Surakarta - Kekeringan dan banjir terus terjadi bila tidak ada perbaikan lingkungan. Banjir bisa diminimalisir dengan cara resapan di sekitar sungai dilindungi, budi daya sekitar sungai dihilangkan. Masyarakat sekitar sungai harus diberi penyuluhan untuk menyadarkan mereka tentang pentingnya penataan lingkungan. “Untuk itu semua, perlu dilaksanakan penghijauan (reboisasi) dan perlu terus diupayakan pemeliharaan agar penghijauan dapat tumbuh dengan baik,” kata Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, pada apel Resikresik Bengawan Solo, di Surakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Ganjar, salah satu bencana alam adalah kekeringan saat kemarau dan banjir saat penghujan. Salah satu penyebab bencana ini adalah kondisi sungai yang memprihatinkan. Jateng secara geografis memang menjadi “supermaket” bencana, maka setiap saat seluruh masyarakat harus siaga. Acara Resik-resik Bengawan Solo dilaksanakan dalam rangka persiapan musim penghujan yang diperkirakan awal bulan November 2015. Kegiatan

50

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

Penyerahan hadiah lomba Lintas Hutan & Kota Se-Pulau Jawa Tahun 2015

yang diikuti sekitar 3.000 orang ini dihadiri, antara lain Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta, Bob Priambodo, personil

dari BPBD Jateng, Orari, Tagana Jateng, Solo Rescue Unit, SAR, TNI, Polri, pejabat setempat, dan Pramuka. DR

Dok. Duta Rimba

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada acara Resik-resik Bengawan Solo NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Perhutani Garut Sediakan Pinjaman Murah Garut – Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Garut membuka program pinjaman dengan bunga murah untuk usaha kecil menengah. Pinjaman murah ini merupakan program kemitraan bina lingkungan atau program kepedulian Perum Perhutani KPH Garut kepada masyarakat di sekitar hutan Perhutani (hutan lindung) khusus untuk meningkatkan usaha mereka. “Kami berikan keringanan supaya program pinjaman ini bergulir dan lancar. Ini sebetulnya merupakan program kepedulian terhadap masyarakat di sekitar hutan Perhutani,” kata Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Garut, Iwayat Kusmadi, di kantor Perum Perhutani KPH Garut, Tarogong, baru-baru ini. Iwayat seusai acara pembukaan menjelaskan untuk bunga yang dibebankan kepada debitor hanya sebesar 6 persen per tahun atau hanya 0,5 persen tiap bulannya. Dengan begitu debitor merasa tidak terbebani sama sekali sehingga program ini diyakini sebagai pinjaman termurah yang pernah ada di Garut. Lebih lanjut Iwayat menjelaskan, sebetulnya program pinjaman murah

Ngarot Jadi Ikon Budaya Kota Indramayu Indramayu - Darma Ayu, pedukuhan di hilir Sungai Cimanuk kini jadi Kabupaten Indramayu yang didirikan Raden Wiralodra, kesatria dari Bagelen, Jawa Tengah. Raden Wiralodra merupakan keturunan Hayam Wuruk dari Kerajaan

Dok. Duta Rimba

Pimpinan KPH Indramayu Agus Yulianto menaiki becak hias bersama rombongan

ini bukan pertama kali, tapi sudah lama berjalan di Garut yaitu sejak tahun 1992 sampai sekarang. Selama itu perguliran dana sudah mencapai Rp2,3 miliar dengan jumlah mitra yang sudah terbangun sebanyak 408 mitra. Untuk tahun ini jumlah dana yang disediakan untuk program sekarang sebesar Rp175 juta yang diperuntukan untuk tiga sektor, yakni industri sebanyak 23 persen, perdagangan sebanyak 27 persen serta pertanian dan perkebunan sebanyak 50 persen. “ Total mitra yang sudah terbangun untuk tahap sekarang sebanyak 16 mitra,” kata Iwayat. Program bantuan ini tidak hanya dibatasi kepada masyarakat di sekitar hutan Perhutani saja. Masyarakat yang tinggal jauh dari hutan, tapi memiliki kontribusi terhadap hutan dan berniat ingin meningkatkan usahanya juga bisa mendapatkan pinjaman. Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan BMT Kabupaten Garut, Budi Gan Gan mengakui bahwa program pinjaman ini merupakan yang termurah yang pernah ada di Kabupaten Garut. “Untuk bunga sangat luar biasa menurut saya, karena bunga enam persen itu sama juga rasanya dengan dikasih, karena saya juga pengusaha. Kami tahu bagaimana minjam ke bank itu, harus memikirkan bunganya yang besar, admnistrasinya, dan segala macam

Majapahit. Pedukuhan Cimanuk pada tahun 7 Oktober 1527 Masehi diresmikan, tepatnya pada 1 Sura 1449 / 1 Muharam 934 H berubah nama menjadi Indramayu. Dalam rangka mengenang jasa Arya Wiralodra, Pemerintah Kabupaten Indramayu bersama DPRD Kabupaten Indramayu dalam sidang paripurna pada tahun 1977 menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari jadi Kabupaten Indramayu, yang itu tertuang dalam peraturan daerah. Berangkat dari sejarah tersebut, Kabupaten Indramayu menginjak usia 488 tahun sementara Sungai Cimanuk sudah menjadi akses penghubung ke laut Jawa. Dengan menaiki perahu, Sungai Cimanuk menjadi jalur yang sangat penting bagi kehidupan para nelayan. Bung Karno pernah berujar bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Begitu pula masyarakat Indramayu dengan bangga pada 7 Oktober dengan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

Perhutani memberikan pinjaman murah kepada masyarakat

urusan lain,” kata Budi. Budi menilai program ini merupakan upaya sinergis untuk menjaga keberadaan hutan karena dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat di sekitar hutan akan memberikan pekerjaan kepada mereka. Dengan begitu, masyarakat di sekitar hutan tidak lagi memikirkan bagaimana merambah hutan karena mereka sudah memiliki usaha sendiri. “Kami memiliki kewajiban bagaimana mengawasi, memfasilitasi, dan melakukan pembinaan supaya usahanya meningkatk sehingga pengembalian uangnya itu relatif menjadi lancar. Mudah-mudahan ini juga menjadi contoh bagi lembaga atau BUMN lain,” tandas Budi. DR

sangat antusias untuk memperingati hari jadinya Kabupaten Indramayu. Wujud perayaannya dilakukan dengan cara mengadakan pameran hasil pembangunan, pameran pendidikan, job fair, festival seni, dan lain-lain. Semua di lakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Pencipta. Pada acara karnaval tak ketinggalan pimpinan tertinggi di KPH Indramayu, Agus Yulianto turut serta dengan menaiki becak hias bersama rombongan bupati dan mantan bupati Indramayu berpawai menuju gedung DPRD diiring dengan Cimanuk Karnaval, ikon eksotik 1000 gadis ngarot dan expo pendidikan. Ngarot merupakan budaya asli Indramayu yang berkembang di Kecamatan Lelea. Ngarot sudah diakui oleh Badan Dunia UNESCO pada 2014 sebagai warisan budaya tak benda (intangible heritage). UNESCO mengakui bahwa Budaya Ngarot sebagai tradisi Indramayu. DR

DUTA

Rimba 51


LINTAS RIMBA Nganjuk - Bupati Nganjuk, Taufiqurrahman mengatakan Air Terjun Sedudo merupakan ikon Kabupaten Nganjuk. Pemerintah Darah Ngajuk merasa bersalah kalau tidak bersyukur kepada Tuhan karena Sedudo ini sudah ratusan tahun, bahkan ribuan tahun tidak pernah behenti mengalir sedetik pun walaupun kemarau panjang. “Manfaat air Sedudo ini luar biasa, mulai untuk mandi, minum, dan pengairan lahan masyarakat sekitar. Untuk itu marilah kita jaga kelestarian hutannya sehingga akan tetap lestari, sejuk, dan menjadi wisata andalan Kabupaten Nganjuk ke depannya,” kata Taufiqurrahman pada acara siraman di objek wisata Air Terjun Sedodo, Nganjuk, belum lama ini. Prosesi siraman ini terlaksana berkat kerja sama Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri dengan Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Acara yang digelar di wilayah Petak 21F Resort Pemangkuan Hutan Gedan Klutuk ini dihadiri ribuan pengunjung. Para pengunjung tak hanya melihat prosesi siraman, tapi juga mandi dan mengambil airnya yang konon bisa menyembuhkan segala penyakit dan bisa membuat awet muda. Para pengunjung tampak menikmati air terjun di lereng Gunung Wilis yang memiliki tinggi sekitar 105 meter ini. Acara ritual yang digelar pemerintah

Prosesi Siraman Sedudo Hadirkan

Ribuan Pengunjung

Dok. Duta Rimba

Prosesi acara siraman Sedudo

daerah dan masyarakat tersebut rutin diadakan 1 tahun sekali untuk mendapatkan berkah dari air terjun tersebut. Yatno, salah satu pengunjung yang ditemui humas KPH Kediri dan sejumlah pengunjung yang tergabung dalam komunitas Ngudi Rahayu jugamelakukan doa dan mandi bersama di air terjun. Mereka mandi diiringi sholawat dan puji-

pujian kepada Tuhan dilantunkan para anggota komunitas. Komunitas ini beranggotakan puluhan orang, tidak hanya masyarakat Ngliman saja bahkan dari Malang, Kediri, Tulungagung hingga Surabaya. Dalam ritual kemarin, mereka mengenakan ikat kepala khas, yaitu merah putih saat berdoa tepat di bawah air terjun. DR

KPH Banyuwangi Barat Miliki 21 Jenis Bambu Banyuwangi - Potensi hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat tampak cukup lengkap. Hutan di Kabupaten Banyuwangi, khususnya di Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat memiliki potensi bambu yang luar biasa, yaitu arboretum bambu, yang berada di bawah lereng Gunung Raung. Mesti berada di tengah hutan, ada 21 satu jenis bambu di sana. Arboretum tanaman bambu itu sudah dilestarikan sejak lama. Dari data yang tumbuh saat ini, pohon bambu dengan beragam jenis itu mencapai puluhan ribu dan bambubambu ini ditanam dan dilestarikan sejak tahun 1997. Menurut pakar bambu Ir Agung, yang melihat arboretum bambu di Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat, potensi ini sangat luar biasa.

52

DUTA Rimba

Belum ada di KPH lain yang punya, karena bambu di Banyuwangi Barat bermacam-macam jenis. Aneka jenis bambu tersebut, antara lain wuluh, rampal, gading, cina, jawa, pecut, olet, petung, tutul, serit, batu, gesing, apus, legi, mangong, ampel, ori, ireng, besing, dan peting. Dari data terkini setiap jenis bambu memiliki jumlah bervariasi. Setiap blok paling sedikit berjumlah 303 batang, seperti bambu petung yang tumbuh di 53 dapur. Menurut Administratur/KKPH Banyuwangi Barat, Prihono Mardi, arboretum bambu ini bakal terus dilestarikan. Arboretum bambu ini banyak dijadikan riset oleh peneliti, baik dari mahasiswa kehutanan Swedia dan Indonesia maupun penelitian dari pakar bambu lainnya. “Mereka semua kami sambut

Foto bersama Perum Perhutani KPH Banyuwangi

Dok. Duta Rimba

dengan baik. Tidak itu saja, setiap orang yang ingin tahu tentang arboretum bambu di sini, kami layani dengan baik. Melihat pentingnya arboretum, kami menajak semua lapisan masyarakat untuk bersamasama menjaga kawasan ini dengan baik,” kata Prihono. DR

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Mitra Perhutani Terus Diberdayakan Garut - Perum Perhutani Divisi Regional (Divre) Jawa Barat dan Banten membina masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani mitra Perhutani dalam program hutan rakyat dari 14 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Jawa Barat dan Banten. Pembinaan tersebut bekaitan dengan inventarisir aset dan bagaimana mengelola hutan rakyat sampai panen. Kasi Tanaman dan Hutan Rakyat Perum Perhutani Divre Jawa Barat dan Banten, Ahmad Rusliadi, menjelaskan pembinaan ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka memberdayakan dan memberikan arahan teknis kepada mitra Perhutani yang sejak tahun 2009 telah tergabung dalam mengelola hutan rakyat. “Program hutan rakyat ini sudah berjalan sejak tahun 2009 sampai tahun 2013, di antara itu ada yang sudah mau berakhir masa kerjanya. Dengan begitu kami akan memberikan arahan mau dibagaimanakan hasil kayunya nanti dan program ke depannya bagaimana. Yang lebih kami tekankan adalah pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, kami datangkan dosen dari IPB untuk memberikan ilmu bagaimana membuat persemaian yang benar, cara menanam yang benar, cara membuat kompos, cara membuat arang,” jelas Ahmad Rusliadi, di Garut, baru-baru ini. Seperti dikutip dari Radar, Ahmad menjelaskan total luas area dalam program hutan rakyat di seluruh Jawa Barat dan Banten seluas 4225 hektare yang ditanam dalam lahan milik masyarakat. Jadi hutan rakyat ini merupakan program penanaman pohon keras yang ditanam di luar area milik Perhutani untuk memberdayakan masyarakat di sekitar hutan dengan anggaran total dari tahun 2009 sampai 2013 sebesar Rp19 miliar. Dari 4225 hektare itu hanya 40 persen yang berhasil tumbuh dan berkembang sampai sekarang. Hal itu disebabkan karena kurangnya anggaran untuk perawatan. Perhutani sekarang fokus pada pemeliharaan hutan rakyat yang ada dan belum merencanakan untuk menambah kembali.

Mengenai bagi hasil masyarakat dengan Perum Perhutani, Ahmad menjelaskan di tiap KPH memiliki MoU berbeda terkait persentasenya, namun yang lebih banyak diutamakan harus masyarakat. “Tergantung kesepakatan, tapi yang diutamakan dan lebih besar persentasenya harus masyarakat. Pembagiannya ada yang 80:20, ada yang 70:30, bahkan pemerintah desa juga kebagian persentase bagi hasil di situ,” kata Ahmad. Untuk jenis tanaman pun tergantung kecocokan lokasi, disesuaikan dengan tanaman apa yang cocok di daerah tersebut. Namun, tentu yang diutamakan ditanam adalah tanaman keras yang cepat produksi. Selain itu, Perhutani juga memberikan arahan untuk bagaimana mengoptimalkan lahan sebelum panen tanaman pokok. Ini dilakukan agar petani mendapatkan hasil cepat

sementara menunggu tanaman pokok dipanen. Misalnya dengan memanfaatkan lahan di sela-sela tanaman pokok dengan tanaman semusim (tumpang sari) agar hasilnya cepat dirasakan petani dan mereka tidak memikirkan untuk menebang tanaman pokok tadi. Sementara itu, dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Ir Andi Sukendro M.Si, menjelaskan harus ada pendampingan bagi petani dari badan penyuluhan atau dari mahasiswa agar program ini berjalan baik dan tanaman itu bisa tumbuh sesuai dengan harapan. Di sini juga tentunya harus ada kemandirian dari petani itu sendiri, karena pada dasarnya bantuan ini merupakan stimulan agar petani mandiri dan tidak tergantung hanya pada Perhutani untuk perawatannya. DR

Foto bersama masyarakat desa di hutan rakyat

Dok. Duta Rimba

Dok. Duta Rimba

Pemeriksaan hutan dan tanaman yang dilakukan oleh masyarakat

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 53


LINTAS RIMBA

Rembang – Kebersamaan antara Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Perhutani telah dibangun selama tiga belas tahun. Ini momentum yang tepat untuk bersama-sama bangkit. Sinergitas masyarakat hutan dengan Perhutani sangat dibutuhkan dan ditingkatkan dalam mempertahankan keamanan hutan. “Jika hutan dengan segala sumbernya dijaga dengan baik maka hutan pun pasti akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat sekitarnya,” kata Wakil Adm Kebonharjo, Asep Ruskandar pada acara pembagian sharing produksi tahun 2014 dari Perhutani Kebonharjo, baru-baru ini. Dengan sharing ini, tambah Asep, ke depan Perhutani, LMDH, dan stakeholder lainnya dapat lebih dinamis dan komunikatif dalam menciptakan hutan lestari. Yang tak kalah pentingnya, ada sharing maupun tidak, kerja sama tetaplah dijalankan secara maksimal. Dengan kreasi dan inovasi masyarakat dapat dimanfaatkan potensi hutan demi kehidupan dan penghidupan seharihari. Masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam LMDH di tiga wilayah Kabupaten Rembang, Blora, dan Tuban kembali mendapat bagian dana sharing produksi tahun 2014 dari Perhutani Kebonharjo. Sebanyak 27 LMDH mendapat sharing bagi hasil dengan total Rp 799.839.813. Untuk Kabupaten Rembang ada 16 LMDH penerima sharing dengan jumlah Rp 604.394.021, sementara Kabupaten Blora terdapat tiga LMDH dengan Rp116.302.824, dan Kabupaten Tuban Rp79.142.966 untuk delapan LMDH. “Pembagian dana sharing tahun ini sengaja dilakukan di dalam kawasan hutan. Dengan segala kondisinya, sharing kita bagikan di

Rembug dan Gelar Potensi Lembaga Masyarakat Desa Hutan Bandung Barat - Perwakilan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, ikut dalam acara Rembug dan Gelar Potensi LMDH se-Jawa Barat dan Banten, di Villa Melati Putih Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Acara berlangsung dari tanggal

54

DUTA Rimba

Sinergitas Masyarakat Hutan dan Perhutani Terus Ditingkatkan

Pemberian bagi hasil produksi kepada LMDH Rembang, Blora, dan Tuban

Dok. Duta Rimba

petak-petak kawasan hutan supaya lebih mengena sasaran,” kata Asep. Sebelum masyarakat menerima bagi hasil, digelar diskusi ringan untuk perbaikan LMDH dan Perhutani ke depan. Perhutani, tambah Asep, tidak pernah menutup diri. Perhutani selalu terbuka jika masyarakat memberikan masukan demi kelestarian hutan untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Kepala Desa Sale, Sujarwo, mengatakan dengan sharing dari Perhutani Kebonharjo hendaknya para pengurus LMDH dapat memanfaatkan dengan baik dan benar sesuai petunjuk yang ada. Dana yang ada hendaknya dapat untuk mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan.

Masyarakat selalu siap membangun kebersamaan dalam kelola hutan demi kepentingan bersama. Pembagian sharing dalam kawasan hutan dihadiri oleh para pengurus maupun anggota wilayah pangkuan Kebonharjo, jajaran pemerintahan desa, dan tim pendamping masyarakat. Acara semakin meriah dengan diberikannya hadiah kepada para pesanggem terbaik oleh LMDH Reksa Wana Kumala dan LMDH Dharma Wana Raharja Sale Rembang. Penerima sharing terbesar yaitu LMDH Reksa Wana Kumala dengan jumlah Rp 216.915.665. Sedangkan sharing terkecil diterima LMDH Sejahtera Tuder sebesar Rp 274.394. DR

18-20 Oktober 2015 dibuka Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Hadi Daryanto. Peningkatan usaha dari komoditas yang dikelola masyarakat desa hutan menjadi fokus bahasan pada acara tersebut yang dihadiri 70 undangan yang mewakili sekitar 1.500 LMDH, perwakilan Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, BPLHD Jawa Barat sejumlah LSM serta penggiat lingkungan hidup.

“Rembug ini kami gelar untuk mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan usahanya,” kata ketua panitia Lee Roy Matita yang juga merupakan ketua Paguyuban LMDH Bandung Utara, di Lembang, Bandung Barat, baru-baru ini. Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Hadi Daryanto, mengatakan untuk peningkatan usaha masyarakat desa hutan pihaknya akan merevisi Permen terkait kemitraan. NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Suasana rembug dan gelar potensi Lembaga Masyarakat Desa Hutan

“Permen 39 pasal 9 sedang direvisi. Untuk itu kita memfasilitasi untuk komunikasi dengan LMDH jika ada aturan yang merugikan kerja sama antara perusahaan dan masyarakat. Kami ingin memastikan negara hadir dalam mendorong kemitraan antara

pengelola hutan dan masyarakat agar ada mutual benefit,” kata Hadi. Menurut Hadi, salah satu yang menjadi bahasan dalam revisi tersebut adalah soal market. Harus dibuat skema bisnis sosial seperti di Banglades karena di sana cukup

Dok. Duta Rimba

berhasil. Untuk market bisa juga dioptimalkan sistem online. Dengan langkah itu, keuntungan petani bisa lebih banyak. Narman Nuralam, Ketua LMDH Bakti Lestari Sejahtera, Cikajang, Kabupaten Garut menjelaskan saat ini 351 anggota LMDH Bakti Lestari Sejahtera mengelola tanaman kopi di atas lahan seluas 300 hektare. Dari luas tersebut dalam setahun rata-rata panen mencapai 200 ton, dalam bentuk ceri gelondong. Kopi yang dihasilkan selama ini dipasarkan ke geraigerai yang menjual kopi dan perusahaan

trading kopi. Narman berharap seiring dengan usaha peningkatan kualitas kopi, jaringan untuk memasarkan kopi juga semakin luas. “Kami berharap selain bantuan pupuk terkawal, pemerintah juga membantu perluasan market kopi,” tandasnya. DR

Perhutani Bojonegoro Dukung Grebeg Berkah Jonegoroan Bojonegoro - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro bersama Bupati Bojonegoro, seluruh Forpimda, segenap Satker, Kepala BUMN, BUMD, dan seluruh masyarakat Bojonegoro ikut malam budaya grebeg berkah Jonegoroan di Alun-alun kota Bojonegoro, baru-baru ini. Administratur/KKPH Bojonegoro, Erwin, menjelaskan Perum Perhutani sangat mendukung pesta budaya rakyat yang telah rutin digelar Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Ini merupakan rasa syukur masyarakat Bojonegoro kepadaTuhan atas segala rezeki yang telah diberikan sehingga mereka bisa mendapatkan hasil panen padi dan jagung maupun hasil panen lainnya.

Administratur KPH Bojonegoro bersama Bupati Bojonegoro mengikuti acara Malam Budaya Grebeg

Menurut Erwin, kontribusi Perhutani ke Kabupaten Bojonegoro adalah memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitar hutan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

untuk mengerjakan lahan hutan dengan sistem tumpang sari. Itu dilakukan sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah ditentukan sehingga masyarakat dapat menikmati hasil panen. Secara tidak langsung Perhutani turut mendukung program Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi nasional. Jadi sinergi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan Perhutani atau pun dengan stakeholder sangatlah penting. Semua ini, tambah Erwin, intinya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyakarat Bojonegoro. DR

DUTA

Rimba 55


PORSENI BUM Ajang laga dan sportivitas

56

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


MN

LENSA

Papua tanah kaya di ujung timur Nusantara Kembali bersatu, usai berlaga, keceriaan, keakraban insan BUMN mewarnai penutupan perhelatan pesta olahraga dan seni

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 57


58

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


LENSA

“Bintang untuk Negeri” tajuk perhelatan Pesta Olah Raga dan Seni 2015. Perhutani berperan aktif dalam agenda tahunan yang dirancang oleh Forum Humas BUMN ini.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 59


Sportivitas hal yang dijunjung tinggi. Menang dan kalah adalah sebuah risiko dalam pertandingan.

60

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


LENSA

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 61


BISNIS RIMBA 4 BISNIS RIMBA

Getah yang dihasilkan dari pohon karet

62

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Potensi Karet

Perhutani Pemalang

Optimisme Mewujudkan KPH Mandiri Tanaman karet mulai dikembangkan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pemalang Divisi Regional Jawa Tengah tahun 2008. Dan sampai saat ini tidak kurang 1000 hektare lahan yang sudah tertanami dengan tanaman bergetah ini. Karet merupakan tanaman inovasi baru untuk merobah mindset bahwa perhutani harus menanam tanaman kehutanan, melulu hanya berkutat pada jenis jati dan rimba. Tentu aspek bisnis juga sangat menjadi pertimbangkan, untuk mendapatkan pundi-pundi selain dari kayu dan nonkayu yang sudah memberikan pendapatan yang signifikan bagi perusahaan plat merah ini.

D

alam era industri sudah saatnya Perhutani berubah kultur yang diarahkan pada pengembangan bisnis. Salah satunya tanaman karet di Perhutani Pemalang merupakan peluang untuk meningkatkan nilai tambah. Karet Perhutani Pemalang salah satu inovasi baru yang bisa mengangkat kinerja dan pendapatan perusahaan dalam waktu singkat dan merupakan jawaban untuk mendukung pendapatan perusahaan. Dan yang lebih penting lagi adalah untuk memperluas lapangan kerja serta dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi di lingkungan masyarakat desa sekitar hutandan meningkatkan devisa negara. Sekarang seluas 105,5 hektare tanaman karet di KPH Pemalang sudah menghasilkan getah dan sudah dipasarkan. Administratur Perhutani Pemalang, Rukman Supriatna ketika mendampingi para peserta studi banding tanaman karet mengatakan bahwa semula pihaknya menanam karet di sana sebagai chapment area Waduk Cacaban. Wilayah itu sebelumnya mengalami degradasi lahan menyusul tingginya tekanan sosial dan masalah tenurial yang

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

belum terselesaikan. “Itulah maka timbul gagasan untuk mencoba menanam tanaman karet yang awalnya adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan,” kata Rukman Supriatna. Dia menambahkan bahwa dalam pelaksanaannya Perhutani Pemalang bekerja sama dengan Balai Penelitian Karet GETAS Salatiga dengan prinsip bagi hasil. Kerja sama itu terutama dalam hal alih tehnologi pengembangan karet yang masih sangat dibutuhkan Perhutani. Getas memasok bibit karena keterbatasan anggaran Perhutani Pemalang untuk membuat persemaian sendiri. DUTA

Rimba 63


BISNIS RIMBA

Tanaman karet di KPH Pemalang

Kepada para peserta studi banding itu, Kepala Seksi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Perhutani Pemalang Rana Gumelar menjelaskan soal penataan ulang tanaman karet yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Tehnik Tahunan (RTT). Dalam hal itu, kata Rana Gumelar, seluruh pembiayaan pengembangan tanaman karet masih berada dibawah standar biaya karet yang biasa dilakukan sebelumnya. Kendati biaya yang tersedia minim, dia tetap merasa optimis bahwa tanaman karet di Perhutani Pemalang setiap tahun dapat berproduksi. Untuk memasarkan hasilnya, Perhutani Pemalang mengikuti perkembangan pasar dunia. Dalam dua puluh tahun ini sampai tahun 2014 terlihat prospektif dengan kecenderungan harga terus meningkat, sejak tahun 1994 US $ 1/Kg dan pada tahun 2014 sebesar US $ 3,7/Kg. Kemudian tahun 2015

64

DUTA Rimba

mengalami penurunan. Walaupun secara manajemen keuangan penghasilan dari produksi karet, masih belum untung. Diperhitungkan bahwa keuntungan akan didapat pada tahun 2022. “Namun demikian tanaman karet di Perhutani Pemalang tetap sebuah harapan untuk menopang penghasil kedepan,”ujar Rana Gumelar. Perhutani Pemalang sendiri berencana menanam karet hingga seluas 2.500 hektare, saat ini belum separuhnya yang terujud. Namun hasil getah karet (Latex) keringyang sudah didapat sebanyak 5.933 kg. Masingmasing dari petak 53 dan 55 tanaman tahun 2008, Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Winong, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jatinegara dengan luas 105,5 hektare. Hasil produksi ini berasal dari aktifitas penyadapan selama 8 bulan terakhir terhitung sejak awal Maret 2015. Kemudian setelah dijual dengan

harga Rp 9200 per kilo nilai yang didapat mencapai Rp. 54.583.600. Rana Gumelaroptimis tanaman karet di petak 53 dan 55 setiap tahun dapat menghasilkan produksi getah karet jenis latek. Dari hasil uji coba penyadapan yang sudah dilakukan oleh para penyadap pada 100 pohon, getah kering (lateks) yang dihasilkan sangat baik. Banyaknya sadapan getah karet kering dalam uji coba yang dilakukan dalam satu hari menghasilkan rata-rata per pohon 28 mililiter. Para penyadap mayoritas dari masyarakat sekitar yang sudah mengikuti pembinaan dan pelatihan sehingga sudah mampu bekerja dengan baik. Tahun 2016 produksi diperkirakan bertambah karena karet seluas 200 hektare yang ditanam 2009 lalu siap dideres. Kepastiannya akan ditentukan hasil penelitian dan pengkajian pada petak tanaman karet tahun tanam 2009 dan 2008 oleh

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

P


Balai Penelitian Karet GETAS Salatiga. Penanaman karet di Perhutani Pemalang merupakan adalah merupakan langkah jitu. Ini pertama kalinya sepanjang sejarah Perhutani oleh Perhutani Pemalang. Awalnya banyak hambatan, terutama adanya anggapan bahwa penanaman karet di Perhutani Pemalang menyimpang dari kaidah-kaidah perencanaan dan pengelolaan. Kendati ada hambatan internal, muncul dukungan eksternal yaitu Pemda Kabupaten Tegal. Mereka mengharapkan hal itu akan dapat mengatasi permasalahan yang ada di sekitar Waduk Cacaban yang lokasinya masuk wilayah Kabupaten Tegal. Dengan upaya meyakinkan serta komitmen jajaran Perhutani Pemalang, hambatan dari internal akhirnya diatasi. Tanaman karet dipastikan bisa mengatasi permasalahan di wilayah sekitar Waduk Cacaban. Jika kita tanamani dengan jenis Jati atau mungkin rimba campur mungkin tidak akan menyelesaikan masalah, malah sebalikya yang ada adalah permasalahan lain seperti tekanan sosial dan kerawanan keamanan. Tanaman Karet memiliki kelebihan, antara lain : masyarakat sekitar akan mendapatkan peluang meningkatkan penghasilan sebagai penyadap tanaman karet dan dari penghasilan penyadapan ini mereka akan

menikmati hasilnya sehingga dapat menopang tarap kehidupan mereka. Kelebihan lainnya adalah meredam konflik tenurial, karena rata-rata penyadap dan calon penyadap yang ada saat ini adalah mayoritas para petani hutan dan beberapa dulunya adalah pelaku pencurian kayu. Dengan adanya tanaman karet diwilayah Bagian Hutan Jatinegara khususnya kerawanan keamanan menurun drastis. Harapan lain dengan dikembangkannya tanaman karet seluas 2.500 hektare, Perhutani Pemalang menjadi KPH Mandiri. Tentu harus ditopang ada pengorganisasian tersendiri yaitu dengan dibentuk unit bisnis Mandiri. Agribisnis karet di Perhutani Pemalang di masa mendatang mempunyai prospek yang cerah, diiringi semakin meningkatnya industri polymer pengguna karet serta semakin langka sumber-sumber minyak bumi dan semakin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Harapan untuk menjadikan Perhutani Pemalang pelopor dan keberhasilannya dapat sebagai acuan atau contoh bagi KPH yang lain. Dukungan deregulasi dari manajemen puncak yang mengarah kepada kebijakan biaya tanaman karet tetap harus ada untuk mendukung keberhasilan pengembangan tanaman karet di Perhutani Pemalang. Ini penting untuk menjawab kekhawatiran bahwa pengelolaan tanaman karet di Perhutani Pemalang dilaksanakan dengan setengah hati mengingat dukungan biaya yang belum memadai. Kebijakan yang diperlukan untuk pendapatan dan investasi pembangunan sarana dan prasarana (infrastruktur) berupa tempat penimbunan/pengumpulan getah karet yang ditempatkan berdekatan dengan petak tanaman karet. Investasi prasarana jalan produksi dan jembatan, alat komunikasi dan alat transportasi serta sumber energy. Disamping itu pengembangan sistim kemitraan dengan petani hutan (calon penyadap)melalui LMDH. Juga pembentukan unit kelola bisnis dengan pengorganisasian sendiri. Pengelolaan SDM sangat diperlukan untuk membentuk SDM lapangan yang terorganisasi terdiri dari orangorang yang telah ahli dibidangnya.DR

Proses Penyadapan Karet

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 65


RIMBA DAYA

Naik Haji Berkat Usaha Tape Ketan Pinjaman lunak dari Perum Perhutani KPH Balapulang telah memberikan jalan sehingga usaha Tape Ketan Ibu Ono bisa berkembang pesat. Ini bukti kepedulian Perum Perhutani dalam pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan dana untuk mengembangkan usaha kecil.

B

rebes merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat. Bila Anda melintasi jalur Pantura Cirebon - Pekalongan, Kabupaten Brebes banyak ciri khasnya, seperti bawang merah dan lomboknya yang mampu mempengaruhi stok pasar lokal, regional maupun nasional dan makanan khasnya adalah telor asin. Di kalangan jajanan khas Brebes, yang banyak diproduksi untuk oleholeh, salah satunya Tape Ketan Ibu Ono. Tape ketan yang dibungkus daun jambu sangat cocok sebagai buah tangan. Tape ketan ini cocok dinikmati segala lapisan masyarakat, golongan menengah ke bawah maupun menengah ke atas, tidak hanya di wilayah Pulau Jawa saja, melainkan sudah sampai ke Sulawesi, Bali, dan Aceh. Untuk pemesan jarak jauh bisa dengan sistem paket, yang pemesannya hanya lewat telepon. Packing tape ketan “Ibu Ono” tergolong cukup pantas dan menarik,

66

DUTA Rimba

yaitu dengan dus dan stoples taperware tanpa menghilangkan khas tape ketan ini, dibungkus dengan daun jambu. Dengan begitu, aroma dan rasanya benar-benar khas, segar, dan hangat sehingga bermanfaat juga untuk kesehatan, yaitu mencegah masuk angin. Tape ketan “Ibu Ono” diolah secara higienis tanpa pengawet dan dicampur dedaunan serta rempah-rempah. Untuk harga sesuai dengan jumlah isi tape ketannya dan besar kecil serta jenis pembungkusnya. Harga tape ketan dengan pembungkus dari dus kertas, mulai Rp12.000 sampai Rp76.000 per bungkus. Sedangkan dengan pembungkus dari stoples / taperwer, mulai Rp140.000 sampai Rp190.000 per bungkus, tergantung selera pembeli. Pemilik produk industri rumah tangga tape ketan “Ibu Ono” yang beralamat di Jl Sultan Agung – Jurusan Jatibarang Gg Darussalam No 77, Brebes ini nama aslinya adalah Ny Sumarlin dan suaminya, Ono NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Dok. Duta Rimba

Bu Sumarlin

Kuswono yang asli orang Salem, Brebes. Silakan kunjungi dan nikmati tape ketan “Ibu Ono” atau dapat pesan dengan telepon ke No: (0283) 6176481, HP: 08122669065. Melihat kemajuan usaha tape ketan “Ibu Ono”, Duta Rimba berkesempatan mewawancarai pengusaha tape ketan tersebut, Ny Sumarlin dan suaminya, Ono Kuswono. Berikut petikan selengkapnya.

Sebelum punya usaha tape ketan kegiatan Bu Sumarlin apa?

Mengapa produk ini diberi nama Tape Ketan Ibu Ono? Nama Ibu Ono saya ambil untuk nama produk tape ketan, bukan berarti karena saya istrinya Pak Ono Kusmono. Nama produk tape ketan ini kami ambil dari ibu mertua, yaitu ibunya Pak Ono Kusmono (almarhumah), yang dikenal dengan nama Ny Kembang (almarhumah). Ibu saya dulu sangat pinter kalau memasak apa saja dan rasanya pasti enak, termasuk membuat tape ketan yang bungkusnya dari daun jambu air. Untuk menghargai beliau maka

produk tape ketan ini kami sepakat dinamakan Tape Ketan “Ibu Ono”.

Mengapa bungkusnya dengan daun jambu air? Itu merupakan ciri khas dari daerah Sunda dan kebetulan kami orang asli dari Salem, Brebes. Walaupun masih masuk Jawa Tengah, tetapi masih perbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yang kerjanya mengurus anakanak dari suami saya yang bekerja jadi PNS di kantor Bawasda Kabupaten Brebes. Jadi saya hanya mengandalkan dan menunggu hasil dari gaji suami setiap bulannya.

Apa yang menginpirasi Ibu menggeluti usaha tape ketan? Awalnya sebelum punya usaha tape ketan hidup kami pas-pasan, bahkan kekurangan. Dari situ saya mulai berpikir untuk mencoba usaha, akan tetapi waktu itu belum punya keahlian apa-apa. Terpikir oleh saya DUTA

Rimba 67


RIMBA DAYA

Dok. kom. PHT Dok. Duta Rimba

Produk Tape ketan “Ibu ONO”

kenapa tidak usaha membuat tape ketan daun jambu saja. Pada saat itu di kota Brebes belum ada yang usaha tape ketan dari daun jambu. Kemudian saya minta izin kepada Pak Ono untuk belajar membuat tape ketan daun jambu kepada Ibu Mertua (Ibu Ono/Ny Kembang). Rencana mau membuka usaha kecil-kecilan di rumah, untuk membantu suami mencari tambahan penghasilan.

Mulai kapan Ibu memulai usahanya? Setelah saya bisa membuat tape ketan sendiri hasil belajar dari Ibu Mertua (Ibu Ono), pada tahun 1985 saya mulai tahap belajar membuka usahanya.

Awal membuka usaha tape ketan berapa modal yang diperlukan? Waktu mau membuka usaha, ada kendala yaitu masalah modal, karena saya tidak mempunyai modal besar. Beruntung untuk peralatan saya tidak harus beli karena sudah ada dan belum membutuhkan peralatan yang kapasitasnya besar. Waktu itu kebetulan saya punya uang Rp1.000 kemudian saya belikan beras ketan dapat 3 kg. Waktu itu harga beras ketan Rp350 per kg. Kalau sekarang sudah mencapai Rp16.000 - 20.000 per kg. Sedangkan

68

DUTA Rimba

Orang Perhutani tersebut mendengar dari temannya kalau di Brebes ada tape ketan daun jambu (khas brebes), terus dia datang. Dari awal pertemuan tersebut, saya diperkenalkan dengan program pinjaman di Perhutani daun jambu waktu itu tidak bayar (gratis), minta tetangga saja diberi. Kalau sekarang untuk beri upah yang metik daun saja Rp10 per lembar sampai di tempat mencapai Rp25 per lembar.

sangat ingat sekali sampai sekarang. Setelah saya pikir dari modal Rp1.000 baru terjual lima bungkus saja dapat uang Rp2.500 sehingga sudah kembali modal, bahkan ada kelebihannya. Saya pikir waktu itu perlu dilanjutkan untuk buka usaha tape ketan daun jambu.

Bagaimana dengan awal mulai usahanya? Awalnya sangat sulit, penuh suka duka. Pernah dihina dan direndahkan orang, tapi saya dan suami tetap berusaha tegar menjalaninya karena masih awal dan harus belajar. Dari modal beras 3 kg dapat saya olah menjadi lima dus dan setiap dus isi 10 bungkus tape ketan daun jambu. Kemudian saya coba tawarkan dengan keliling ke tetangga, karena tetangga juga baru tahu bahwa ada tape ketan dibungkus daun jambu. Ada yang beli, tetapi ada yang tidak beli sama sekali. Setelah berjalan keliling saya sampai di rumah Ibu RA Aminah kemudian saya tawarkan tape ketannya. Oleh Bu Aminah tape ketan saya dihargai Rp500 per bungkus dan dibeli lima bungkus (merupakan orang yang pertama kali beli). Saya masih

Terus ke mana lagi Ibu menjual tape ketannya? Karena dengan keliling ke tetangga tidak laku, saya coba tawarkan ke teman-teman suami di kantor, saya titipkan di warung-warung. Dari teman-teman suami di kantor ternyata banyak yang membeli. Saya coba juga titipkan di toko-toko, koperasi. Dari situlah mulai dikenal orang. Kemudian saya mencoba menasarkan ke luar kota Brebes, yaitu sampai di Tegal dengan dibonceng sepeda motor oleh suami. Saya tawarkan dan titipkan di toko-toko, karena kalau di warung-warung kurang cepat lakunya.

Waktu itu buat tape ketan dibantu siapa? Semua saya kerjakan sendiri.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Apa yang sudah dirasakan dengan hasil usaha tape ketan sekarang? Yang pertama tentunya bersyukur pada Allah yang telah memberikan usaha saya maju sehingga bisa mengangkat keluarga hidup lebih baik. Saya bisa melangsungkan hidup sampai sekarang dengan usaha tape ketan. Rejeki yang diberikan Allah pada kami sangat besar, yaitu bisa menyekolahkan dua anak sampai sarjana, terus saya juga bisa membeli kendaraan roda empat walaupun dengan kredit. Anugerah yang paling besar dari Allah, Alhamdulillah pada 2006 saya bersama suami bisa ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Haji. Tidak lupa saya juga menyampaikan terima kasih kepada Perum Perhutani KPH Balapulang yang telah memberikan jalan sehingga usaha tape ketan saya bisa maju.

Apa yang menjadikan permasalahan selama menjalankan usaha dan bagaimana mengatasinya?

Spanduk promosi

Membuat sendiri dan dipasarkan sendiri dengan suami, karena belum mampu untuk membayar tenaga.

Apa waktu itu ibu sudah merasa mempunyai cukup modal? Walaupun produk sudah banyak diminati orang, tapi untuk modal belum mencukupi. Produk yang dibuat masih sedikit dan keuntungan juga masih sedikit sehingga memerlukan tambahan modal.

Dari mana Ibu mengetahui ada pinjaman lunak dari Perhutani? Ya itu namanya rejeki kalau sudah waktunya akan sampai juga. Dengan bekerja keras dan tidak melupakan berdoa, makanya Allah mengabulkan doa saya. Secara kebetulan pada 1998 ada karyawan Perum Perhutani KPH Balapulang datang ke rumah, untuk mencari oleh-oleh katanya buat tamu, tapi yang khas dari wilayah Tegal atau Brebes. Orang Perhutani tersebut mendengar dari temannya kalau di Brebes ada tape ketan daun jambu (khas Brebes), terus dia datang. Dari awal pertemuan tersebut, saya diperkenalkan dengan program pinjaman di Perhutani, namanya PUKK waktu itu. Saya diminta membuat proposal pinjaman ditujukan kepada Aministratur Perhutani Balapulang.

Sudah berapa kali Ibu mendapat pinjaman dari Program Kemitraan dari Perhutani KPH Balapulang dan berapa nilainya? Saya mendapat pinjaman lunak dari Perhutani KPH Balapulang sudah tiga kali, yaitu pada 10 Juli 1998 senilai Rp5 juta, 13 November 2001 senilai Rp6 juta, 28 Desember 2012 senilai Rp12 juta. Terakhir tahun 2014 mendapat pinjaman Rp 25 juta. Jadi saya mendapatkan pinjaman lunak sudah senilai Rp48 juta. Pinjaman tersebut sangat bermanfaat karena saya bisa menambah produk dan bisa mencukupi bila ada pesanan banyak. Usaha saya semakin maju.

Bagaimana Ibu mengelola dana pinjaman tersebut? Dana tersebut benar-benar saya pergunakan sebaik-baiknya dengan perhitungan yang matang. Bagaimana menyisihkan dari keuntungannya supaya bisa mengangsur secara rutin dan tepat waktu setiap bulannya. Dan diupayakan bisa melunasi sebelum batas waktunya. Untuk pinjaman pertama dan kedua sudah lunas. Pinjaman ketiga belum lunas karena baru berjalan 11 bulan dengan setoran setiap bulan pokok ditambah jasa sebesar Rp 395 ribu per bulan.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Selama ini yang menjadi permasalahan adalah daun jambu yang selalu kekurangan karena sering kehabisan stok. Untuk mengatasinya dengan berbagai cara. Mencari daun jambu ke wilayah lain bahkan sampai ke Kuningan di Jawa Barat, menambah jumlah pengembangan tanaman jambu air di pekarangan, kerja sama dengan petani di daerah Salem atau daerah lain untuk mengembangkan tanaman jambu air lebih luas, koordinasi dengan Perum Perhutani KPH Balapulang untuk bisa mengembangkan tanaman jambu air di kawasan hutan. Diupayakan tetap memakai daun jambu air sebagai pembungkus agar tetap mempunyai daya tarik bagi konsumen. Bila ada pameran, tape ketan “Ibu Ono” harus siap diikutkan sebagai mitra Perhutani KPH Balapulang.

Ada pesan dan saran? Bagi yang membaca tulisan ini, baik yang sudah menjalankan usaha atau yang belum dan berniat menjalankan usaha di bidang apa saja, semoga apa yang kami sampaikan ini bisa memberikan inpirasi. Ini merupakan perjalanan hidup saya, kisah nyata dalam menjalani dan menekuni usaha itu tidak boleh putus asa, kerja keras, ulet, ikhlas dan selalu berdoa pada Allah agar selalu diberi kemudahan. DR

DUTA

Rimba 69


WARISAN RIMBA

Batu Panjang, Situs Budaya Perhutani Ciamis

Peninggalan Peradaban Purba

Dok. Duta Rimba

Pemandangan di sekitar situs Batu Panjang, Ciamis

Puncak pegunungan Madati, kesejukan alam masih terjaga. Pepohonan tetap menghijau dan gemercik air masih terdengar. Itu yang terasa saat kita menyambangi Situs Budaya Batu Panjang yang berada di kawasan hutan pinus Gunung Madati wilayah Jahim yang dikelola oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis.

70

DUTA Rimba

S

ebagian besar masyarakat di wilayah Jahim tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sukamantri. Masyarakat bermata pencaharian sebagai penyadap pinus dan sebagian lagi melakukan kegiatan Pengelolaan Lahan Di bawah Tegakan (PLDT) dengan jenis tanaman kopi. Batu Panjang Jahim terletak di wilayah Dusun Cimara, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Termasuk kabuyutan yang letakannya berada paling utara Kabupaten Ciamis karena sudah berdekatan dengan tapal batas Kabupaten Ciamis dan Majalengka.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Yang menjadi juru kuncinya saat ini adalah Ki Idi Shahidin. Kabuyutan yang berada di ketinggian sekitar 1100 mdp ini berada tepat di pinggir jalan lintas desa yang cukup ramai dilalui kendaraan bermotor karena merupakan jalur alternatif yang menghubungkan kedua kabupaten. Ciri kabuyutannya dapat dilihat dari rimbunan pepohonan hutan yang masih tersisa di antara dominasi pohon-pohon pinus, sehingga mudah untuk mengenalinya. Keindahan alam sudah terasa manakala akan memasuki kawasan hutan pinus. Baik dari arah Majalengka maupun dari Ciamis panorama luas akan terhampar. Di Sebelah utara, ngemplang (membentang) daerah Sawah Lega Cikijing dan sekitarnya, dari arah selatan membentang hamparan pesawahan Sukamantri dan sebagian Panjalu. Keberadaan Situs Batu Panjang sudah dikenal sejak lama di kalangan masyarakat sekitarnya. Luasnya sekitar 1000 meter persegi. Bagi sebagian masyarakat, pegunungan ini juga disebut Gunung Bitung karena terkait dengan keberadaan Situs Gunung Bitung yang berjarak beberapa kilometer ke arah timur, yaitu di Kampung Pawijen, Desa Wangkelang, Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka.

Cikal Bakal Gunung Bitung sudah dikenal sebagai situs sejarah peninggalan masa klasik terkait dengan Kerajaan Sunda Galuh Kawali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa Gunung Bitung merupakan cikal bakal KerajaanTalaga. Secara fisik, apa yang dapat dilihat di kabuyutan ini berupa kumpulan batu andesit berukuran besar dengan bentuk dominan panjang. Posisinya ada yang berdiri memancang dan rebah melintang, nyaris tak beraturan. Batu-batu panjang inilah yang melatar belakangi penamaan kabuyutan. Gugusan bebatuan utama dari situs ini ini berada di cekungan lereng bukit dengan arah memanjang timur laut– barat daya. Lebar cekungan itu sekitar 8 meter dan panjangnya menanjak sekitar 30 meter. Ujung bukit yang mengarah ke timur merupakan bagian yang menurun, sekaligus sebagai gerbangnya, berhadapan tepat dengan jalan aspal. Sedangkan bagian baratnya merupakan lereng menuju puncak bukit. Di jalan masuk situs terdapat sekelompok batu panjang yang

bertumpangan. Batu ini disebut masyarakat sebagai Batu Kendang, karena mirip alat musik kendang. Sesungguhnya sebaran batu berukuran panjang dan besar terlihat cukup banyak di wilayah sekitarnya. Sepertinya, jika lereng bukit itu dikupas akan tersusun dari bebatuan seperti itu. Menurut keterangan Ki Idi Shahidin, juru kunci yang sudah bertugas selama 20 tahun, wilayah sakralnya berada di sebelah selatan ditandai dengan kelompok batu yang berciri khusus. Ciri khusus ini berupa batu yang berdiri tegak setinggi kurang lebih 1,7 meter. Batu ini dikelilingi batu-batu panjang lainnya dengan posisi rebah maupun berdiri dengan psosisi lebih rendah. Didekatnya tumbuh Pohon Tanjung. Tidak jauh dari kedua batu itu, terdapat sebuah batu yang juga dikeramatkan karena di dindingnya ada cekung-cekung kecil berjumlah lima buah yang dianggap masyarakat setempat merupakan jejak kaki maung. Batu Tapak Maung ini tingginya sekitar 80 cm dan berdiameter 50cm. Bentuknya seperti batang pohon yang terpotong. Sementara sebaran batu lainnya yang terhampar menurun ke arah timur laut juga seperti terkondisi membentuk semacam tatanan. Walau terkesan acak-acakan, namun beberapa susunan batu menyiratkan adanya pesan tertentu. Seperti misalnya batu besar yang berdiri tegak di disisi kiri dan kanan seolaholah merupakan lawang masuk ke area utama. Terdapat juga batu tegak yang dikelilingi kumpulan batu yang lebih kecil serta batu pasangan yang berdiri miring dan ujungnya saling tertaut membentuk bangun segitiga.

Tradisi Megalitikum Apa yang terlihat di Situs Batu Panjang Jahim, merupakan ciri penting tinggalan budaya dari masa megalitikum (megas berati besar, lithos berarti batu). Dalam tradisi megalitikum, batu yang digunakan dapat berupa satu batu tunggal (monolit), tumpukan batu besar maupun kecil, atau susunan batu yang diatur dalam bentuk tertentu. Megalit seringkali dipotong atau dipahat terlebih dahulu dan dibuat terkait dengan ritual religius atau upacaraupacara tertentu seperti kematian atau masa tanam. Beberapa ciri budaya Megalitikum, di antaranya menhir, dolmen, kubur batu, sarkofagus. Selain itu, batu dakon, batu kenong,waruga,

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

batu lumpang pun termasuk ciri Megalitikum. Tidak semua mesti berciri primer batu saja, struktur ruang pun dapat menjadi ciri zaman Megelitikum seperti punden berundak misalnya. Budaya Megalitikum berkembang antara 2500-1500 SM. Masa yang lebih muda disebut Neolitikum (1000-100 SM) ditandai dengan batubatu yang sudah mengalami proses penghalusan. Di tatar Sunda, punden berundak, batu lumpang, batu dakon dan menhir termasuk paling banyak ditemukan tersebar di berbagai tempat. Dari gambaran di atas, maka Situs Budaya Batu Panjang Jahim memenuhi unsur tradisi megalitik. Adanya menhir dari batu yang masih utuh tegak berdiri, dan mungkin dolmen dari susunan batu yang rebah atau bertumpuk, memberi gambaran bahwa pada zamannya tempat ini merupakan wilayah sakral terutama pemujaan terhadap Hyang (sembahhyang) dan unsur lainnya yang berhubungan dengan kesuburan. Kenapa bebatuan seperti itu berada di Gunung Madati? Dari beberapa sumber lisan, menyebutkan bahwa batu-batu panjang tersebut merupakan reruntuhan bangunan kuno. Bisa saja hal itu benar, bahwa zaman baheula (dahulu) ada bangunan sederhana yang terbentuk dari tatanan batu sebagai pusat ritual, atau memang kabuyutan ini adalah punden berundak. Analisa sementara menurut abah Idi Sahidin, dugaan adanya basalt yang muncul di wilayah Jahim bisa dikaitkan dengan pristiwa meletusnya Gunung Gegerhalang (Gunung Candradimuka) 7000 tahun SM. Gunung ini merupakan priode kedua setelah Gunung Plistosen yang meletus sebelumnya. Dari kaldera di sisi utara Gunung Gegerhalang ini lahirlah Gunung Ciremai yang dikenal saat ini. Ada juga yang menyebutkan bahwa Sawah Lega (hamparan sawah) yang terdapat di Wilayah Cikijing merupakan danau purba yang terbentuk berbarengan dengan lahirnya Gunung Api Gegerhalang. Namun ketika Gegerhalang meletus dan melahirkan Gunung Ceremai, danau itu mungkin terkubur material letusan Gegerhalang sehingga terjadi pendangkalan dan berubah menjadi rawa. Danau Purba Cikijingini membentang dari timur hingga ke barat, di ujung barat dari danau ini mengalir Sungai Cilutung dan sebelah selatan mengalir pula sebuah sungai ke arah Ciamis. Sungai-sungai ini DUTA

Rimba 71


WARISAN RIMBA berfungsi sebagai tempat buangan air dari danau purba tersebut. Selain Gunung Gegerhalang yang berada di arah timur laut, maka di arah lainnya berdiri Gunung Sawal, Gunung Cakrabuana, dan Gunung Galunggung yang juga pernah meletus pada masanya. Jadi masuk akal jika akhirnya tersingkap batuan tihang kekar di Jahim karena lokasi ini memang berada di tengah dua gunung api purba yang sudah tidak aktif dan dua gunug api lainnya yang masih aktif dan juga pernah meletus pada masanya. DR

Situs Batu Panjang Ciamis Potensial menjadi tujuan wisata arkeologis Dalam upaya menjaga dan melestarikan benda-benda peninggalan sejarah masa lalu berupa situs-situs ataupun tempat bersejarah dalam kawasan hutan, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis sangat mendukung untuk menjaga dan melestarikan situs-situs tersebut. Administratur Perhutani KPH Ciamis, Bambang Juriyanto mengatakan Situs-situs budaya merupakan salah satu warisan leluhur yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak mengalami kerusakan. Situs-situs tersebut harus dilindungi dan dijaga kelestariannya sebagai bukti kepedulian Perum Perhutani dalam menjunjung tinggi kearifan lokal yang merupakan warisan leluhur, ungkapnya. Saat ini Perhutani Ciamis telah mengidentifikasi sebanyak 126 situs budaya dan ekologi yang tersebar di wilayah pangkuan hutan KPH Ciamis. Jika kita dari Ciamis menuju Majalengka melalui jalan alternatif dengan rute Ciamis-Kawali-Panjalu kemudian Sukamantri, kita akan disuguhi pemandangan yang indah khususnya setelah masuk di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri. Rute yang berkelok dan menanjak dengah pepohonan yang rindang di kiri kanan jalan menambah kesejukan pada dataran tinggi lebih dari 887 dpl pada kisaran suhu 18-24 derajat celcius. Dengan kondisi daerah seperti ini sangat memungkinkan Desa Cibeureum menjadi sentra hortikultura. Sehingga desa ini dinobatkan sebagai kota Agropolitan dengan dua core bussines yaitu agrobisnis dan agrowisata, ini ditandai juga dengan pasar agro yang berada di tepi Danau Cibubuhan. Melewati Danau Cibubuhan jalan

72

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

Salah Satu Objek Situs Batu Panjang

Situs-situs tersebut harus dilindungi dan dijaga kelestariannya sebagai bukti kepedulian Perum Perhutani dalam menjunjung tinggi kearifan lokal yang merupakan warisan leluhur. semakin menanjak dan hanya sesekali ditemukan pemukiman, selebihnya areal Perhutani dengan tegakan Pinus mengawal jalan yang sedikit rusak sampai pada perbatasan dengan Kecamatan Cingambul (dulu kecamatan Cikijing) Kabupaten Majalengka. Di lereng atau bahkan hampir mendekati puncak gunung Madati inilah Situs Batu Panjang berada, tepatnya di ujung Dusun Cimara walaupun sebetulnya situs ini berada di areal Perhutani Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Madati,Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciamis Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis. Situs ini berupa kumpulan batu dari reruntuhan bangunan dan didominasi batu yang berbentuk panjang sehingga situs ini dinamakan Situs Batu Panjang, meskipun ada sebagian masyarakat yang menamakan Situs

Batu Kendang. Ini karena ada batu yang disangga dua batu sehingga menyerupai Kendang. Jika diamati sebetulnya tidak terlalu mirip kendang,karena batu ini panjangnya sekitar 2,20m dan kemungkinan difungsikan sebagai Dolmen walaupun permukaannya tidak rata atau juga mungkin Menhir yang roboh. Dolmen adalah meja batu tebal yang disangga oleh beberapa batu di bawahnya, kegunaannya untuk meletakkan hidangan atau sesajen saat upacara tertentu terutama untuk upacara pemujaan atau tugu peringatan. Di bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Selain Dolmen ada juga batu tegak atau biasa disebut Menhir yang dibuat untuk tujuan tertentu. Biasanya untuk pemujaan pada roh nenek moyang atau ketua suku. Menhir ini juga menjadi lambang tempat-tempat

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


keramat yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia roh. Batu Menhir ini juga mungkin didirikan oleh penduduk untuk mengingat pemimpin mereka yang banyak berjasa atau yang sangat dihormati karena jasanya kepada masyarakat dan apabila pemimpin itu meninggal sebuah Menhir didirikan kemudian secara tidak langsung dijadikan sebagai tugu pemujaan roh. Mengamati Situs Batu Panjang, menurut balai Arkeologi yang dikutip oleh staf Disbudpar Kabupaten Ciamis, situs ini diprediksi sebagai pusat arah pemujaan dari berbagai lokasi pemukiman disekitarnya, ini dicirikan dengan letak situs yang menghadap ke gunung (gunung Sawal). Atau secara langsung berfungsi sebagai tempat pemujaan.

Kuncen situs Batu Panjang Idi Sahidin (baju hitam) bersama Mandor PHBM Rudiana

Kondisi di Sekitar Situs Batu Panjang

Kondisi Situs Batu Panjang sebagai warisan prasejarah belum sepenuhnya terpelihara dengan baik, hal ini ditandai dengan artefak-artefak yang terbenam dan juga berada di semaksemak atau bahkan ada artefak yang terlilit akar. Mungkin karena lokasinya berada di areal Perhutani. sehingga dalam pengelolaannya dibutuhkan sebuah koordinasi yang khusus antara pihak Perhutani dan Pemerintah Daerah. Jika Situs Budaya Batu Panjang ini terawat dan tertata dengan baik sangat mungkin menjadi tujuan wisata dari arah Ciamis maupun Majalengka. Beberapa pengendara mobil dan motor yang sempat saya tanya mengenai situs ini, tidak terlalu mengetahui tentang situs budaya batu panjang yang sering dilewatinya, umumnya mereka hanya tahu dari yang terlihat di tepi jalan, padahal sebagian besar artefak berada sedikit di dalam hutan dan mereka juga tidak seragam dalam menyebut situs ini. Ada yang menyebut situs batu kendang ada juga yang menyebut situs batu geni. Mungkin ini berkaitan dengan penanda yang kurang jelas, papan nama yang tercantum berada

di batang pohon dengan ketinggian sekitar 2 meter pada papan yang hanya selebar 20cm dan panjang 60cm dengan tulisan yang sudah kabur. Situs Budaya Batu Panjang yang terdapat di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, dipercaya masyarakat sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Galuh. Bahkan dewasa ini, Situs Budaya Batu Panjang tersebut kerap dikunjungi wisatawan dari luar daerah. Idi Shaidin, Juru Kunci Situs Budaya Batu Panjang, mengatakan, untuk menuju lokasi Situs Budaya tersebut tidaklah terlalu sulit. Pasalnya lokasi situs berada tepat di pinggir jalur alternatif Ciamis-Majalengka atau lebih dikenal dengan tanjakan jahim. Menurut cerita Juru Kunci yang sudah bertugas sejak 20 tahun silam itu, Situs Budaya Batu Panjang menyimpan cerita mistis. Bahkan, cerita itu membuat masyarakat disana menjadi ketakutan. “Kebanyakan masyarakat yang mengetahui keberadaan Situs Budaya Batu Panjang ini bercerita bahwa batu-batu yang tergeletak itu merupakan bentuk lain dari ular jadijadian. Ada juga yang menyebutkan bahwa di bawah batu-batu itu terdapat makam yang menyerupai ular,” ujarnya. Mitos lain yang beredar di masyarakat, kata Idi, bila seseorang datang di Bulan Maulid, kemudian mampu mengukur panjang salah satu batu dengan kedua tangan, maka usahanya akan dimudahkan serta

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

mendapatkan rezeki yang berlimpah. “Setiap pada Bulan Maulid, baik siang ataupun malam, pasti tempat ini banyak dikunjungi orang. Begitupun di hari-hari biasa, ada saja orang yang datang kesini,” katanya. Edi menuturkan, Situs Budaya Batu Panjang faktanya merupakan lokasi ditemukannya batu-batu panjang yang berserakan, bersusun dan berdiri. Masyarakat juga mengenal situs tersebut sebagai Situs Batu Kendang, karena ditemukan bongkahan batu yang menyerupai satu set kendang. Melihat kondisi situs ini masih membutuhkan penelitian untuk membuktikan ada tidaknya hubungan batu-batu panjang yang terdapat di lokasi dengan sejarah di masa lalu atau bahkan dengan jaman prasejarah. Sebab, belum ada catatan dan informasi yang valid mengenai situs ini. “Dilihat dari fisiknya, beberapa batu disini ada yang berbentuk kendang, meja atau dolmen besar dan bundar. Ada juga batu tegak atau menhir yang dibuat untuk tujuan khusus. Biasanya batu itu digunakan untuk upacara pemujaan pada roh nenek moyang atau ketua suku. Batu menhir ini juga dijadikan lambang tempat keramat yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia roh,” katanya. Jika mendapatkan perhatian, situs ini cukup potensial menjadi tujuan wisata arkeologis di kemudian hari. Bagi pembaca yang meminati wisata minat khusus, bisa berkunjung ke objek wisata ini. Selamat mengunjungi. DR

DUTA

Rimba 73


ENSIKLO 4 ENSIKLO RIMBA

Pohon Pulai

74

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Pulai Tanaman Industri

Yang Kaya Khasiat Pulai termasuk tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sangat bagus prospeknya karena memiliki banyak kegunaan dan permintaannya cukup tinggi. Tanaman pulai potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan menjadi aneka bahan industri, pakan ternak, dan pengobatan herbal. Industri terdukung karena karakteristiknya, antara lain kayunya mudah diolah (digergaji, diserut, diukir, dan dibor). Wajar jika pulai menjadi kayu incaran para perajin dan pengusaha furniture.

P

ohon pulai (Alstonia scholaris) termasuk tumbuhan herbal dari jenis kamboja-kambojaan dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Jawa tanaman pulai biasanya tumbuh di hutan jati, hutan campuran, dan di halaman belakang rumah yang ada di pedesaan. Menurut jenisnya, pulai terbagi menjadi dua, yaitu pulai putih dan hitam. Tanaman yang tingginya bisa mencapai 20 - 25 meter ini sering ditemukan di dataran rendah sampai 900 meter di atas permukaan laut. Ia kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau sebagai pohon hias. Tanaman pulai potensial untuk

dikembangkan dan dibudidayakan menjadi aneka bahan industri, pakan ternak, dan pengobatan herbal. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa tanaman pulai dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit scabies pada ternak kambing. Pulai dibutuhkan untuk industri pensil slate, pulp, korek api, kerajinan (topeng, patung, golek, cenderamata, dan lain-lain), sepatu/kelom, furniture, peti dan cetakan beton, audio (sub woofer, salon, dan lain-lain), farmasi (fitofarmaka), serta tanaman hias. Di Jawa Barat para perajin wayang golek lebih menyukai kayu pulai sebagai bahan bakunya karena mudah dibentuk dan diukir.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Selain aneka manfaat di atas, pulai juga berfungsi sebagai tanaman konservasi. Ada banyak faktor yang menjadi nilai tambah pulai sebagai tanaman konservasi, antara lain termasuk tanaman perintis yang bisa tumbuh di mana saja dengan kondisi tanah marginal. Pulai termasuk tanaman indigenous dan cepat tumbuh serta memiliki sebaran di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kemampuannya menyimpan air, tanaman lain yang lebih populer mengemban fungsi ini adalah beringin. Ikatan sosiologis dan kultural yang membuatnya relatif lebih aman dari jarahan (antara lain, identik dengan keangkeran), mendukung konservasi hewan karena disukai oleh

DUTA

Rimba 75


ENSIKLO RIMBA beberapa hewan endemik seperti badak.

Prospek Bagus Pulai termasuk tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sangat bagus prospeknya karena memiliki banyak kegunaan dan permintaannya cukup tinggi. Beberapa industri yang menggunakan kayu pulai sebagai bahan baku, di antaranya industri pensil slate di Sumatera Selatan, industri kerajinan di Yogyakarta, dan kegiatan ritual di Bali. Khusus di Jawa Timur, kayu pulai paling sering dibuat topeng panji, bantengan, barongan, dan topeng kesenian lainnya yang berhubungan dengan makhluk halus. Hal ini dilakukan karena dipercaya dengan menggunakan topeng yang terbuat dari kayu pulai akan mempermudah para pemainnya untuk kerasukan bangsa jin. Menurut kepercayaan banyak orang, pohon pulai dihuni oleh raja jin, dan biasanya di bagian tengah dari pohon ini digunakan untuk menyimpan mustikanya. Sedang dalam dunia metafisika kayu pulai dianggap mempunyai daya potensi supernatural yang berguna untuk menolak energi negatif dalam rumah atau pekarangan, mengobati kesurupan dan mengusir roh-roh jahat dengan cara dicambukkan. Di Sumatera Selatan kebutuhan kayu pulai disuplai dari hutan rakyat, di Yogyakarta kayu pulai didatangkan dari Purworejo. Pada tahun 1987, Indonesia berhasil mengekspor kayu pulai sebesar 50.000 m3, tahun 1989 sebesar 90.000 m3, kemudian pada tahun 2000 potensi ekspor menurun akibat eksploitasi kayu tidak diimbangi dengan budidayanya. Karakteristik dari tanaman pulai yang mendukung untuk industri, antara lain kayunya mudah diolah (digergaji, diserut, diukir, dan dibor). Wajar jika pulai menjadi kayu incaran para perajin dan pengusaha furniture. Selain itu kayunya memiliki karakteristik ringan, tapi cukup kuat dan awet. Harga pohon pulai beragam mengikuti bentuk dan ukuran pohon tersebut. Dapat mencapai 5 juta sampai 100 juta rupiah utuk ukuran fosil atau diameter batang 2-3 meter.

Pakan Ternak Salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi ternak, terutama kambing adalah penyediaan pakan yang berkualitas secara kontinu serta berkelanjutan. Salah satu caranya, penyediaan tanaman

76

DUTA Rimba

Daun Pulai

pulai secara kontinu melalui budidaya tanaman tersebut. Budidaya tanaman pulai dapat dilakukan baik secara generatif maupun vegetatif. Penyediaan bibit berkualitas secara generatif masih terhambat karena belum adanya sumber benih yang sudah diuji. Oleh karena itu bibit dapat diperoleh dari pohon induk. Teknik ini sangat penting karena akan mempertahankan genotif jenis-jenis pohon yang melakukan penyerbukan silang dan berdaur panjang. Teknik pembiakan vegetatif pulai dapat dilakukan dengan cara stek cabang dan stek pucuk. Tingkat keberhasilan stek pucuk dapat mencapai 89%. Di Indonesia pulai biasanya berbunga dan berbuah antara bulan Mei sampai Agustus. Pulai berbiji sangat banyak, rata-rata tiap kilogram biji kering berisi 500.000 butir. Produksi segar tanaman pulai per panen yang diperoleh pada intensitas pemotongan 120 cm dan interval panen 90 hari dengan jarak tanam 2 meter x 3 meter, yakni sebanyak 4,83 kg/phn/panen, atau menghasilkan sebanyak 32,34 ton/ha/tahun. Proporsi daun dibandingkan dengan batang pada tanaman pulai relatif bagus, yakni 0,42. Proporsi daun ini penting diketahui, sebab umumnya bagian tanaman yang dikonsumsi ternak dan lebih palatabel (disukai) adalah daun. Disamping itu kandungan nutrien daun lebih baik dibanding batang. Daun merupakan bagian tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis maupun sintesa protein. Kualitas hijauan pakan ternak tanaman pulai ditunjukkan dengan kandungan nutrisi yang terdapat dalam hijauan tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kandungan

protein kasar, serat deterjen netral dan serat deterjen asam tanaman pulai berturut-turut sebesar 18%, 25%, dan 17%. Kandungan bahan organik tanaman pulai dalam penelitian ini berkisar antara 91-92% setara dengan kandungan bahan organik pada G.sepium 87-91% dan S. sesban 89-90% yang dipotong pada umur 6 minggu. Terlihat dari kualitas yang dimiliki, tanaman pulai sangat berpotensi sebagai sumber pakan ternak, serta merupakan alternatif sumber protein murah untuk peningkatan produktivitas ternak ruminansia. Kandungan tanin pada tanaman pulai mencapai 0,67%, tanin terkondensasi (condensed tanin) 0,009%, dan saponin 1,92%. Komponen sekunder pada tanaman pulai relatif rendah, sehingga diharapkan ternak yang mengonsumsi tanaman ini tidak akan mengalami ganggguan dalam pertumbuhannya.

Bahan Pengobatan Pada bagian pohon ini terdapat sejumlah kandungan bahan yang bermanfaat untuk pengobatan yang sudah diketahui, antara lain alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-kaoetchine. Pada kulit batang terdapat kandungan saponin, flavonoida, dan polifenol. Sedangkan untuk zat pahitnya terdapat kandungan echeretine dan echicherine. Dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, pulai sering pula digunakan dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki sifat antipiretik, antimalaria, antihipertensi, antiandenergik, dan melancarkan saluran darah. Penggunaan kandungan ini bisa berasal dari akar, kulit batang, daun,

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


dan getah pulai dapat dijadikan obat nyeri (di sisi dada atau karena tusukan) jika dikunyah bersama pinang dan ampasnya dibuang. Kulit batang pulai bermanfaat untuk mengatasi demam, hipertensi, tonikum, ekspektorant, perut kembung, ginjal membesar, demam nifas, hemoroid, dan sakit kulit. Cara penggunaanya adalah dengan merebus kulit batang pulai yang dicampur dengan bahan lainnya. Air rebusannya itu disaring dan diminum sekaligus. Penggunaan getahnya dapat pula berkhasiat untuk mengatasi koreng, borok pada hewan, bisul dan kecacingan (kremi). Untuk mengatasi penyakit tersebut, getahnya dicampurkan dengan bahan lain. Daunnya pun punya manfaat yang banyak. Dengan merebus daun pulai dan bahan lainnya bisa mengobati sifilis, beri-beri, sakit usus, cacing, disentri, diare menahun, diabetes dan malaria, jenis pulai yang sering digunakan adalah pulai waluh. Akarnya juga obat tukak didalam hidung, mengobati koreng dan borok serta demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul, tekanan darah tinggi (hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), beri-beri, masa nifas, dan payudara bengkak karena ASI dan banyak mamfaat pengobatan dari pohon pulai.

KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom: Plantae Subkingdom: Tracheobionta Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Sub Kelas: Asteridae Ordo: Gentianales Famili: Apocynaceae Genus: Alstonia Spesies: Alstonia scholaris R. Br.

Tanaman Perkebunan Pulai atau biasa disebut pule ini banyak tumbuh liar di hutan dan ditanam di perkebunan untuk bahan baku pensil, seperti di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Pulai banyak pula tumbuh di daerah Jambi, Bengkulu, Kalimantan, dan daerah lainnya. Nama lokal adalah lame (Sunda), pulai (Jawa), polay (Madura), kayu gabus, pulai (Sumatera), hanjalutung (Kalimantan). Pohon pulai mengandung banyak getah. Getah berwarna putih ini rasanya sangat pahit. Rasa pahit itu didapatkan pula dari akar, kulit batang, dan daunnya. Pulai daunnya rimbun berwarna hijau mengkilat serta melebar ke samping jadi sangat cocok bila dijadikan sebagai pohon peneduh. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Sifat kayu pulai termasuk kelompok kayu ringan. Dari segi kekuatannya tergolong kayu

kelas kuat IV-V. Mudah diawetkan dan dikeringkan, dengan tingkat keawetannya termasuk kelas awet V. Dalam bahasa Inggris tanaman ini mempunyai nama Indian Devil Tree. Tanaman ini tersebar di China, negaranegara di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, dan Kepulauan Solomon. Ciri-ciri tanaman pulai ini adalah pohon yang ukuran besar dengan bentuk daun tersusun melingkar denga jumlah 4-8 helaian daun mirip daun ketela dengan buah berbentuk panjang. Fungsi dan kegunaan kayu pulai digunakan sebagai perkakas rumah karena kayunya memiliki serat yang halus.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Tanaman pulai merupakan salah satu dari jenis tanaman dari keluarga Apocynaceae. Pohon pulai besar lurus berkayu dengan ukuran panjang tanaman dari 20 sampai 25 m, diameter 60 cm dan bercabangan menggarpu. Kulit tanaman pulai ini mudah rapuh. Daun tanaman pulai tunggal tersusun bulat telur melingkar. Daun tanaman pulai bertekstur permukaan atas daun licin, bagian bawah permukaan buram, tepi rata pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Bunga tanaman pulai majemuk tersusun dalam malai yang bergagang. Bunga tanaman pulai berbau wangi, berwarna hijau terang sampai putih kekuningan dan berambut halus. Buah tanaman pulai berupa buah bumbung berbentuk pita dengan ukuran panjang 20-25 cm posisi menggantung. Biji tanaman pulai kecil memiliki ukuran panjang 1,5-2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Pengembangan tanaman pulai dilakukan dengan cara cangkok batang dan biji. Habitat tanaman pulai ini tumbuh baik pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan syarat hidup curah hujan dan intensitas matahari yang cukup. Bunga berwarna hijau muda sampai kuning keputihan dan tersusun dalam malai. Buah pulai berbentuk polong panjangnya 30-50 cm dan berisi biji dalam jumlah yang banyak. Biji pulai yang telah dijemur selama dua hari dan disimpan selama dua bulan dalam kaleng tertutup rapat masih mampu berkecambah sampai 90% dengan pesentase 80%. Masa pembibitan dapat dilakukan denag cara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Bibit dapat diperoleh dengan penyemaian biji di dalam bedeng persemaian (bak perkecambahan) dengan media perkecambahan pasir. Setelah sekitar dua bulan di dalam bak perkecambahan bibit siap disapih dan dipindahkan kedalam polybag yang telah diisi media sapih. Media sapih menggunaakan tanah (top soil) dan kompos. Setelah bibit mencapai 30 cm siap ditanam di lapangan. Bibit yang dibuat secara vegetatif dapat diperoleh melalui stek batang dan stek pucuk dari kebun pangkas. Jenis hama utama yang menyerang tanaman pulai adalah penggerek daun Clauges glaucalis. Sedangkan penyakit yang menyerang pulai belum banyak diketahui. DR

DUTA

Rimba 77


UJUNG RIMBA 2 UJUNG RIMBA Sugyan

Jejak-Jejak Kakiku Menuai Prestasi PEMALANG – Perhutani (14/8) Memang tidak mudah untuk meraih sebuah prestasi. Sebuah prestasi tidak datang begitu saja. Prestasi datang karena buah usaha dan kerja keras. Kadang kala menuai sebuah prestasi bisa datang tanpa terencana, meskipun awalnya prestasi bukanlah sebuah cita-cita.

K

onteks kalimat diatas mungkin sesuai dengan sosok profil ini, sebut saja Sugyan, sebuah nama yang singkat. Kata pepatah apa artinya sebuah nama. Namun namanya yang singkat itu kini sudah dikenal, nama yang sudah melekat dengan prestasinya. Sugyan yang sejak tahun 2005 menjabat mandor tanam ini tidak menyangka hasil kerja kerasnya membuahkan hasil yang gemilang. Dua piagam penghargaan sudah dia raih, yaitu pada tahun 2008 penghargaan mandor tanam terbaik ketiga tingkat Perhutani KPH Pemalang dan pada tahun 2013 penghargaan yang diraihnya adalah penghargaan mandor tanam terbaik kesatu tingkat Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Penghargaan yang sudah diraihnya bagi Sugyan adalah sebuah anugrah, betapa tidak, prestasi yang awalnya bukanlah sebuah citacitanya. Selama ini yang dia pikirkan adalah bekerja dan bekerja sesuai apa yang diperintahkan pimpinan. Sugyan dengan bahasa logat jawa ngapak Tegal ini menuturkan, tidak menyangka kalau akan dapat penghargaan sebagai mandor berprestasi. Sejak awal saya diberi tanggungjawab membuat tanaman tidak sebersitpun dalam pikiran saya untuk menjadi seorang mandor terbaik,bahkan setelah saya melepas jabatan dari mandor polisi kehutanan pada tahun 2005 saya bingung dan bimbang, selanjutnya tugas apa yang akan saya terimananti, kata Sugyan menuturkan. Begitupun ketika saya diberi tugas untuk menangani tanaman tanpa pikir panjang saya langsung menerima tawaran itu, walaupun ketika itu di benak saya

78

DUTA Rimba

Sugyan mandor di Perhutani

Dok. Duta Rimba

sangsi apakah saya bisa karena sebelumnya tidak pernah menangani pekerjaan semacam ini,tuturnya. Sugyan yang lahir di Tegal pada bulan Agustus 39 tahun silam ini merupakan salah satu dari sekian banyak mandor di Perhutani yang bertangan dingin. Seluas 206,1 hektare tanaman sudah dia tangani dan ratarata pertumbuhannya sangat baik. Dan beberapa diantaranya sudah mengharumkan namanya sebagai mandor tanam terbaik. Mayoritas tanaman yang ditanganinya adalah jenis Jati Plus Perhutani (JPP) dan ada juga beberapa tanaman jenis rimba seperti sengon, jabon dan rimba campur. Sugyan Mandor tanam Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Jatinegara, BKPH Jatinegara ini,kerap menangani pekerjaan tanaman yang lahannya rata-rata berkontur miring dan berombak. Wilayah hutan BKPH Jatinegara pada Ketika ditanya kiat-kiatnya

sehingga tanaman yang sekian lama dia tangani rata-rata pertumbuhannya sangat baik, bahkan beberapa diantaranya menjadi tanaman terbaik di tingkat Perhutani KPH Pemalang maupun ditingkat Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, Sugyan menceritakan bahwa selama ini tugas pekerjaan yang dia embankan kepadanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan penuh percaya diri. Ketekunan dan terus mau belajar dari pengalaman serta cinta terhadap pekerjaanya itulah sebenarnya kunci utama keberhasilannya. Tekun menurut Sugyan adalah pantang menyerah walaupun putus asa kadang kala muncul dibenaknya. Kegagalan bagi Sugyan bukanlan episode terkakhir. Justru kegagalan dia jadikan sebuah pengalaman. Kita cari akar permasalahan sesulit apapun dan jika sudah kita temukan solusi,seterusnya kita lakukan perbaikan, kata Sugyan. Solusi inilah yang kadang kaladia buat sebagai acuan untuk dijadikan pedoman. Cinta terhadap pekerjaan menurutnya tidak mudah untuk dilakukan. Rasa cinta terhadap pekerjaan tidak bisa sekaligus muncul akan tetapi butuh waktu lama, perlu proses panjang, ungkapya. Bahkan dengan proses yang lamapun belum tentu cinta terhadap pekerjaan itu akan datang, malah bisa juga rasa jenuh, bosan, putus asa yang datang sehingga akibatnya sifat apriori muncul. Menurut Sugyan yang sudah dikaruniai satu orang putra buah perkawinannya dengan Kurinah, pekerjaan yang kini ditanganinya sudah menyatu dengan jiwanya, baginya tanaman Perhutani adalah istri keduanya, ungkap Sugyan. Tahun 2015 kembali Sugyan mengukir prestasi menjadi Mandor Tanam Terbaik Tingkat KPH Pemalang. Piagam Penghargaan kembali dia raih dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke 70 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2015. Kebanggan nampak terbesit diwajahnya ketika Administratur/ KKPH Pemalang, Rukman Supriatna, S.Hut, M.Mpar menyerahkan piagam penghargaan Mandor Tanam Terbaik I Tingkat KPH Pemalang. Penyerahan dilakukan seusai upacara pengibaran bendera merah putih dihalaman kantor Perhutani Pemalang pada tanggal 17 Agustus 2015. Terus ukir prestasimu jangan berhenti sampai disini. Mudahmudahan sosok Sugyan menjadi inspiratif Mandor-Mandor yang lain. DR

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


KRPH Mohamat Karto

Dari Tengah Hutan Hingga Tepi Lautan Amankan Hutan Untuk dapat memaksimalkan pemberdayaan masyarakat desa hutan, banyak mitra yang bisa diajak berkolaborasi. Dengan banyak pihak yang membantu maka pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa hutan menjadi lebih cepat.

Dok. Duta Rimba

Cak Karto foto bersama seorang polisi

P

ria ini berbadan kekar. Namanya Mohamat Karto yang biasa dipanggil Cak Karto. Lahir di Banyuwangi pada 15 Juni 1972. Tegas berwibawa, namun ramah terpancar dari ayahanda Safira Risqi Octavialin ini. Mengawali karier di Banyuwangi Utara sebagai mandor tanam pada tahun 1989 dan beralih tugas pada tahun 1998 sebagai mandor Polter Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bajulmati dan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Bangsring. Pada Oktober 2010, suami dari Sukarsih ini berpindah tugas ke Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso dengan jabatan sebagai KRPH Wringin Tapung. Sebagai seorang KRPH, Cak Karto cukup dekat dengan kelompok pesanggem. Anjoso,

seorang Ketua LMDH menyatakan hampir setiap hari bertemu dengan Cak Karto di petak hutan. “Kalau lebih dari tiga hari saja tidak bertemu Pak Mantri rasanya tidak enak. Kalau dulu kami seakan-akan menghindari petugas Perhutani, tapi dengan Pak Mantri Karto justru kami merasa diayomi. Beliau tegas, kalau kami menyalahi aturan tetapi setelah itu kami diberikan solusi supaya tidak salah lagi,” kata Anjoso. Berkat ketelatenan dan bimbingan dari Cak Karto, masyarakat pinggir hutan Tasnan mulai tertarik mencoba berbagai jenis tanaman. Dulu yang ditanam hanya jagung, rumput gajah, dan tembakau, tapi sekarang mereka juga menanam pepaya. Perawatan pepaya relatif mudah dan pasar pun sangat terbuka.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Selain itu pesanggem juga didampingi cara mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik. Untuk itu, Karto mengundang Dinas Peternakan Kabupaten Bondowoso dan LSM yang peduli terhadap pemberdayaan masyarakat pinggir hutan. “Untuk dapat memaksimalkan pemberdayaan masyarakat desa hutan, kita tidak sendirian. Banyak mitra yang bisa diajak berkolaborasi sehingga dengan banyak pihak yang membantu maka pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa hutan menjadi lebih cepat. Setiap kali diundang pengajian oleh masyarakat, saya pasti datang. Dengan demikian masyarakat cepat kenal kepada saya,” tutur Karto. Selama bekerja, Karto selalu menampilkan prestasi baik, dari segi produksi getah, tebangan, dan unggul dalam hal pengamanan kawasan hutan. Hal inilah juga yang menghantarkannya mendapat penghargaan Lencana Emas Wana Lestari dari Menteri Kehutanan pada tahun 2008 kategori Mandor Keamanan Hutan Terbaik III Tingkat Nasional. Sebelumnya pada tahun 1991, Karto pernah meraih Juara Terbaik II Tingkat Direksi Bidang Tanaman dan pada tahun 2007 meraih Juara Terbaik I tingkat KPH kategori Mandor Polter. Melihat potensi yang terkandung dalam diri Karto maka pada tahun 2013, oleh KPH Bondowoso, Karto dipercaya menjadi KRPH Bungatan. Tidak hanya mengemban tugas rutin yang melekat pada seorang KRPH, Karto terus berupaya menampilkan kinerja yang terbaik bertambahnya satu tugas yang diembannya, yaitu pengawasan pengelolaan Wana Wisata Pasir Putih. “Dipercaya pimpinan itu amanah, melaksanakan kepercayaan dengan baik itu yang harus dilakukan secara konsisten dengan menggandeng Muspika dan tokoh masyarakat. Dari tengah hutan hingga tepi lautan semua harus kita amankan,” ujarnya. Saat ini, Karto masih bertugas di RPH Bungatan. Rumah Dinasnya pun terletak di tengah hutan jati dan berhadapan dengan pantai Pasir Putih. Rumah tinggalnya yang berada di bawah hutan jati membuat hampir setiap akhir pekan atau musim liburan dikunjungi anak-anak Pramuka dan pecinta alam untuk berkemah. Penghargaan yang diraihnya barubaru ini adalah Terbaik I dalam bidang Pencapaian Produksi Tebangan Tingkat KPH Bondowoso. DR

DUTA

Rimba 79


WISATA RIMBA

Pemandangan Alam di Pantai Logending

80

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Pantai

Logending Pantai Logending, 8 km Selatan Gua Jatijajar, atau 53 km dari Kota Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa/Kecamatan Ayah, merupakan objek wisata pantai yang memiliki keindahan alam sangat menawan. Dari kondisinya, yang berada di antara Laut Selatan dengan kawasan hutan jati milik Perum Perhutani KPH Kedu Selatan ini, merupakan kombinasi atau perpaduan antara pantai dan hutan, seperti itu jarang kita jumpai. Untuk di Jawa Tengah mungkin hanya ada di kota yang berslogan “BERIMAN” ini.

L Dok. Duta Rimba

ogending merupakan salah satu objek wisata yang cukup terkenal karena menggabungkan wisata hutan dan bahari, yakni Hutan Wisata Logending dan Pantai Logending. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pantai Logending dikenal juga sebagai Pantai Ayah karena terletak di Desa Ayah, Kecamatan Ayah, yang berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Pantai ini berjarak sekitar 53 km dari kota Kebumen dan sekitar 8 km dari objek wisata Gua Jatijajar. Nama Logending berasal dari kata “Lo” dan “Gending”, di mana “Lo” adalah nama sebuah pohon yang kayunya dapat dicampur ke dalam alat musik, yang dalam bahasa Jawa disebut Gending. Kedua kata tersebut digabungkan sehingga menjadi kata

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Logending. Hutan Wisata Logending merupakan hutan jati milik Perum Perhutani. Menurut cerita pada zaman dahulu, hutan Pantai Logending digunakan sebagai pengawasan dan pos penjagaan oleh tentara Belanda dan Jepang selama menduduki Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan warisan benteng yang terletak di pantai atau di Pegunungan Logending. Pada tahun 1948-1950, ketika terjadi revolusi di Indonesia, Hutan Logending juga digunakan sebagai tempat persembunyian para pejuang militer dalam mempertahankan wilayah tersebut. Di atas bukit terdapat sebuah rumah, yang dari pagarnnya dapat dilihat laut dan kampung nelayan di sekitar pantai. Selain keindahan pemandangan lautnya, Pantai Logending juga terkenal dengan hutan yang mengelilingi wilayahnya.

DUTA

Rimba 81


WISATA RIMBA Tempat Berkemah Hutan tersebut merupakan hutan milik Perum Perhutani KPH Kedu Selatan. Hutan wisata tersebut mempunyai ketinggian sekitar lima meter di atas permukaan air laut dengan suhu berkisar antara 24 hingga 34 derajat celcius. Hutan Wisata Pantai Logending sering dijadikan sebagai tempat berkemah, baik oleh wisatawan maupun anggota Pramuka Bumi Perkemahan Logending. Untuk menuju objek ini, pengunjung dapat menggunakan mobil pribadi maupun sarana angkutan umum bus dari Kebumen. Untuk sampai ke Pantai Logending, wisatawan dapat melalui jalur selatan jurusan Yogyakarta - Cilacap. Jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi dari Kota Kebumen, akan menempuh jarak sekitar 20 km sampai ke lokasi Pantai Ayah. Namun, bagi pengunjung yang naik bus, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Kebumen. Dari terminal ini banyak bus yang melewati objek wisata tersebut dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Untuk dapat masuk ke objek wisata Pantai Ayah, setiap pengunjung dipungut biaya Rp 2.200 per orang Terdapat daya tarik yang lain, yakni jembatan di atas air sepanjang 554 meter yang memudahkan wisatawan melihat langsung indahnya panorama alam dan Pantai Logending. Pengunjung juga dapat menikmati wisata perahu dengan membayar Rp 5000 per orang. Logending dapat dikatakan terlengkap dibandingkan pantaipantai lainnya. Karena diapit oleh dua pegunungan yang membuat pemandangan menjadi begitu indah, pantai ini juga menjadi lahan para nelayan untuk menunjang kehidupan rutinnya sehari-hari. Tiap hari puluhan perahu berjejer di pantai itu, tanpa terkecuali perahu-perahu nelayan yang siap melaut. Pemandangan seperti ini merupakan ciri khas dan spesifik pantai nelayan. Sebagai pantai yang berada di selatan Laut Jawa, Pantai Logending erat kaitannya dengan mitos Nyai Roro Kidul. Hal ini ditambah dengan bentuk-bentuk peninggalan maupun batu-batuan di pantai itu yang oleh masyarakat sekitar dipercaya merupakan barang-barang keramat dan berbau mistis dan dapat menarik wisatawan untuk terus datang berkunjung. Di Pantai Logending terdapat batu Pemandangan Pantai Logending dari pinggir pantai

82

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Dok. Duta Rimba

Jalan menuju Pantai Logending

karang yang diyakini sebagai pintu gerbang Nyi Roro Kidul. Dari kejauhan batu karang tersebut terlihat seperti seekor beruang yang sedang minum air laut. Di tempat ini selain menikmati pantai, pengunjung juga dapat menyaksikan matahari tenggelam yang mengagumkan. Pantai wisatanya cukup luas, apalagi saat ini sudah bebas pandangan, dengan dilarangnya mendirikan warung-warung di sentral pandangan. Sehingga para wisatawan bisa lebih asyik menikmati pemandangan yang ada tanpa terganggu pandangan yang kurang sedap.

Muara Sungai Bodo Para wisatawan juga bisa menikmati indahnya muara Sungai Bodo, dengan perahu-perahu pesiar yang disediakan para nelayan. Dengan perahu-perahu tradisional maupun perahu tempel, pengunjung bisa menelusuri muara Sungai Bodo yang merupakan pemisah wilayah Kabupaten Kebumen dan Cilacap. Selain air Sungai Bodo yang tenang,

rimbunnya pohon-pohon di tepian sungai, serta lebatnya hutan jati milik Perhutani, menambah indahnya pemandangan. Setelah puas menikmati suasana pantai, pengunjung dapat menuju kawasan hutan Logending yang terletak puluhan meter dari pantai. Di dalam hutan ini terdapat berbagai macam tumbuhan yang merupakan tanaman lokal maupun mancanegara yang tergolong langka. Salah satu tumbuhan yang tergolong langka yang terdapat di dalam hutan ini adalah Mahoni Afrika. Tumbuhan ini jarang terdapat di hutan-hutan lain di Indonesia. Karena alasan itulah, kemudian area hutan ini dijadikan sebagai tempat penelitian tanaman langka dan sekaligus pengembangan Mahoni Afrika tersebut. Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana objek wisata ini pada malam hari, dapat mendirikan tenda-tenda perkemahan di lokasi perkemahan Perum Perhutani yang terletak di kawasan hutan jati tersebut. Area perkemahan yang luas, bersih, dan sejuk ini khusus

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

diperuntukkan bagi wisatawan yang gemar camping sambil berwisata. Di Pantai Logending pengunjung dapat menghirup udara segar sambil berjalan-jalan menyusuri pantai. Tak hanya itu, wisatawan juga dapat bermain sepak bola, voli pantai, maupun duduk bersantai di atas pasir. Di kawasan objek wisata Pantai Ayah terdapat berbagai fasilitas, di antaranya area perkemahan, tempat bersantai, parkir luas, mushola, penginapan, sarana permainan anak, tempat persewaan perahu, pusat pelayanan informasi wisata. Terdapat juga warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman, souvenir (kerajinan anyaman pandan, dan kece), dan pedagang ikan laut yang menjajakan ikannya dalam kondisi masih segar. Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang oleh-oleh khas Kebumen, yaitu grubi dan gula kelapa, dapat dengan mudah mendapatkannya. Di area wisata ini banyak warung yang menjual kedua dagangan tersebut dengan harga yang murah dan mudah dijangkau. DR

DUTA

Rimba 83


POJOK KPH

KPH Mantingan Berkontribusi untuk Ketahanan Pangan

Kantor KPH Mantingan

Perhutani berkontribusi untuk ketahanan pangan di Tanah Air. Hal itu diwujudkan dengan memberikan peluang pemanfaatan lahan Perhutani pada lokasi tanaman dengan sistem tumpangsari. Ini memberikan masyarakat desa hutan kesempatan memanfaatkan hasil hutan nonkayu, antar lain berupa lahan untuk padi, palawija, hijauan makanan ternak, ikan, dan lain-lain. 84

DUTA Rimba

K

Dok. Duta Rimba

esatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan merupakan salah satu unit di wilayah Divisi Regional Jawa Tengah. Luas wilayahnya 16.751 Ha meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten Rembang dan Blora. Berdasarkan evaluasi potensi sumber daya hutan 2014, kawasan KPH Mantingan adalah hutan produksi seluas 16.745,41 Ha (99,96%) dan 6,51 Ha (0,04%) alur dan LDTI. Pengelolaan kawasan hutan di KPH Mantingan diorganisasikan dalam 6 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan 21 Resort Pemangkuan Hutan (RPH). Masingmasing RPH mempunyai kegiatan tanaman, pemeliharaan, penjarangan, keamanan, pembantu penyuluh/ sosial, pembantu lingkungan, dan tebangan. Keenam BKPH tersebut adalah Kalinanas, Sudo, Ngiri,

Demaan, Kebon, dan Medang. BKPH Kalinanas meliputi empat RPH, yakni Sumberjo, Bedingin, Kedungbacin, dan Gaplokan. BKPH Sudo terdiri dari tiga RPH, yaitu Tanjung, Logede, dan Jatigenuk. BKPH Ngiri membawahi tiga RPH, yakni Ngiri, Sangkrah, dan Tlogo. Sementara BKPH Demaan meliputi empat RPH, yaitu Blebak, Jukung, Pamotan, dan Trembes. Lalu BKPH Kebon terbentuk dari tiga RPH, yaitu Mantingan, Sadang, dan Timbrangan. Untuk BKPH Medang terdiri dari empat RPH, yakni Nglangitan, Pasedan, Sendangharjo, dan Kedungrejo. Tenaga kerja KPH Mantingan tahun 2015 berjumlah 269 orang, terdiri dari 242 pegawai perusahaan, dan 27 pekerja pelaksana. Di KPH Mantingan ada forum komunikasi dan pemantapan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


(PHBM) dilaksanakan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan. Koordinasi dan kerja sama dengan dinas / pihak terkait yang bertanggung jawab terhadap suksesnya PHBM. Pengelolaan sumber daya hutan dilaksanakan dengan jiwa berbagi untuk menumbuhkembangkan rasa memiliki dan meningkatkan peran serta rasa tanggung jawab bersama. Tahun 2013 telah diberikan bagi hasil kayu kepada LMDH. Realisasi dana sharing yang sudah diterima LMDH digunakan untuk kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat desa hutan di wilayah masing-masing. Jumlah LMDH di KPH Mantingan ada 53, 40 di Kabupaten Rembang dan 13 di Kabupaten Blora. Yang sudah membentuk koperasi dan berbadan hukum ada 9 LMDH, yaitu Koperasi Ngudi Mulyo (LMDH Jati Agung), Koperasi Lancar Jaya (LMDH Sumber Rejeki), Koperasi Rahayu (LMDH Rimba Mukti), Koperasi Argo Lestari (LMDH Wono Marto), Koperasi Wana Sejahtera (LMDH Wana Langgeng), Koperasi Wana Mulya (LMDH Bangun Wono), Koperasi Wono Arto (LMDH Wana Gua Pasucen), KSU Ngiri Sejahtera (LMDH Ngiri Sejahtera), KSU Sumber Air (LMDH Wana Salam. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan upaya perusahaan dalam pengelolaan hutan dengan memperhatikan aspek sosial. Banyaknya pengusaha kecil serta terbentuknya LMDH termasuk kelompok yang menjadi perhatian perusahaan. Melalui pinjaman dana PKBL dengan bunga rendah, diharapkan dapat menjadikan tambahan modal usaha. Sasaran PKBL adalah LMDH dan masyarakat desa hutan (perorangan) yang memiliki usaha produktif. Sejak tahun 1992 hingga 2015, pinjaman dana PKBL sebesar Rp 1.327.800.000 telah disalurkan kepada 212 mitra binaan. Tingkat pengembalian dana PKBL sampai 2015 adalah 63,87 %, prosentase tunggakan 36,13%. Perbandingan Anggaran PKBL tahun 2014 adalah sebesar Rp 523.977.900 dan di tahun 2015 adalah sebesar Rp 479.717.900 angkanya sedikit menurun. Kontribusi pangan Perhutani memberikan peluang pemanfaatan lahan pada lokasi tanaman dengan sistem tumpangsari. Ini memberikan masyarakat desa hutan kesempatan memanfaatkan hasil hutan nonkayu, antar lain berupa lahan untuk padi,

Hutan jati di KPH Mantingan

palawija, hijauan makanan ternak, ikan, dan lain-lain.

Cadangan Pangan KPH Mantingan menyumbang penyediaan cadangan pangan tahun 2014 sebesar Rp 7.051.515.000 terdiri dari produksi padi sebesar Rp 2.470.335.000 dan jagung sebesar Rp 4.581.180.000. Di 2015 sebesar Rp 19.437.490.000 terdiri dari produksi padi Rp 4.349.070.000 dan jagung Rp 15.088.420.000. Untuk mengetahui manfaat atau tidaknya bagi masyarakat atas program-program yang dilaksanakan, Perum Perhutani setiap lima tahun melakukan penilaian dampak sosial. Pemantauan lingkungan dibagi dua lokasi, yaitu di kawasan lindung dan kawasan produksi dengan kegiatan fisik, kimia, dan biologi. KPH Mantingan juga memiliki tanaman yang bernilai konservasi tinggi dan pengelolahan 14 situs yang berada di wilayah KPH Mantingan. Sistem pengelolaan SDH dan sistem silvikultur dilakukan dengan basis masyarakat dan sumber daya hutan, mulai aspek perencanaan hutan (mencakup aspek produksi, lingkungan, dan sosial) hingga pemanenan. Sistem silvikultur yang diterapkan adalah Tebang Pilih Permudaan Buatan (THPB) dengan jenis jati daur 40 tahun. KPH Mantingan telah menghitung prediksi produksi kayu jati yang lestari hingga 40 tahun (tahun 2003- 2022) dengan memerhatikan berbagai faktor koreksi semisal kerusakan hutan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

(pencurian kayu), kesuburan tanah, tanah kosong, kegagalan tanaman (serangan hama penyakit), dan kondisi tegakan miskin riap. Produksi kayu bundar jati menyesuaikan dengan produktivitas tegakan yang ada. Pengaturan hasil kayu bundar jati KPH Mantingan, dihitung mengikuti petunjuk SK No143/1974, yaitu maksimal produksi tebangan dibatasi dengan kombinasi etat luas dan etat volume atau massa. Untuk mewujudkan kelestarian hutan, realisasi tebangan tahunan tidak boleh melebihi etat. Sistem kelola produksi dalam pelaksanaan kegiatan tebangan selalu memperhitungkan kelestarian hutan, aspek lingkungan dan sosial. Selama penebangan selalu memerhatikan sistem manajemen K3 serta setiap kegiatan telah diatur dengan prosedur kerja. Perhutani KPH Mantingan juga menjalin hubungan harmonis dengan pihak eksternal, khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk memonitoring asal usul kayu. Proses lacak balak atau monitoring asal usul kayu dimulai dari petak tebangan sampai TPK. Setiap potongan kayu diberi tanda dan dicatat. Secara rutin, dua kali dalam sebulan dilakukan pengamatan di TPK untuk memantau konsistensi pelaksanaan ketentuan lacak balak. Dari potongan kayu dapat dilihat asal usul kayu, mulai TPK hingga petak tebangan. Bidang pengujian untuk memenuhi kebutuhan pasar dan BBI pengujian kayu diatur menggunakan standar SNI. DR

DUTA

Rimba 85


INOVASI 4 INOVASI RIMBA

Perhutani Sumedang

Kembangkan Alat Mekanis Lubang Tanam SUMEDANG - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sumedang, mengembangkan alat mekanis pembuatan lubang tanam dengan melakukan uji coba penggunaan alat pada lokasi rencana tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. Cajuputi) di Petak 98 e RPH Nyalindung, BKPH Tomo Utara, KPH Sumedang, baru-baru ini.

86

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 87


INOVASI RIMBA

H

al tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas kinerja mandor tanam dalam menghadapi musim tanam tahun 2015. Dalam rangka menyamakan persepsi dalam pembuatan lubang tanam yang sesuai dengan Standart Opersional Prosedur (SOP), di antaranya pembuatan lubang tanam tepat waktu diperlukan

88

DUTA Rimba

sarana yang dapat menunjang untuk kegiatan tersebut. Sehingga untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas mandor tanam perlu adanya terobosan baru guna mencapai sasaran yang diharapkan. Maka dengan itu KPH Sumedang membuat terobosan baru dalam rangka mempercepat dan meningkatkan produktivitas kinerja mandor tanam dalam hal pembuatan lubang tanam.

Wakil Administratur KPH Sumedang Utara, Moch Dradjat, mengatakan modifikasi traktor ini dilatarbelakangi saat dirinya melihat dan merasakan kendala dalam pembuatan lubang tanam pada saat kemarau panjang ini yang dilakukan para pekerja di lapangan. Apalagi dia mempunyai estimasi pekerjaan dengan rentang waktu yang tersisa di tahun 2015 yang tinggal sebentar lagi, dalam rangka menghadapi

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Nama : Moch Dradjat Tempat/Tgl Lahir : Sumedang/24 Arpil 1966 Pangkat/Golongan Penata Muda Tk 1 (III/2) Jabatan Wakil Adm/KS KPH Sumedang Utara Istri Al Kartini Anak 1. Anisa Widiani Utami 2. Rizal Pebriana Dradjat 3. Fajar Nur Budiana Dradjat

Uji coba pembuatan lobang tanam dengan mesin hasil pengembangan KPH Sumedang.

persiapan tanaman kayu putih. “Inovasi baru ini dilakukan guna untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas mandor tanam dalam rangka persiapan lahan tanaman, di mana lahan calon tanaman tahun 2015 di KPH Sumedang rata-rata keras dan berbatu, apalagi sekarang musim kemaraunya panjang lagi,” kata Administratur KPH Sumedang, Agus Mashudi. Dradjat saat melakukan uji coba pembuatan lubang tanam secara

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

langsung dengan alat mekanis ini mengharapkan semua jajaran di lapangan dapat melakukan uji coba alat ini di lokasi masing-masing. Harapannya dengan bantuan alat ini dapat berpacu dengan waktu sehingga persiapan lapangan untuk tanaman dapat terealisasi tepat waktu. Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten (Kadivre), Ellan Barlian, berkesempatan melihat langsung uji coba pembuatan lubang tanam yang menggunakan mesin traktor hasil kreasi Moch Dradjat dan Sarifudin di Petak 101 i RPH Nyalindung, BKPH Tomo Utara, KPH Sumedang. Ellan mengatakan terobosan teknologi sederhana mesin pembuat lubang tanam ini dapat disederhanakan dengan mempertimbangkan efektivitas fungsinya. Apresasi terhadap Sarifudin selaku Asper/KBKPH Tomo Utara yang telah membuat inovasi dan terobosan teknologi sederhana ini, sehingga hasil kreasi ini dapat diusung kepada lomba inovasi teknologi dan materi unggul tahun 2015. Pembuatan lubang tanam di petak tanaman secara mekanis dapat meningkatkan produktivitas penanaman dan meringankan beban pekerja tanaman kayu putih. Tanaman kayu putih atau dalam literatur lama sering juga disebut dengan Melaleuca leucadendron (Doran and Turnbull 1997) merupakan tanaman asli Indonesia yang cukup penting bagi industri minyak esensial. Kayu putih tersebar secara alami di kepulauan Maluku dan Australia bagian utara. Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling secara tradisional oleh masyarakat maupun secara komersial menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. DR

DUTA

Rimba 89


RIMBA KULINER 2 RIMBA KULINER

Lezatnya Patin bakar bambu Hidangan Patin Bakar Bambu

K

alimantan tak hanya terkenal dengan Jeruk Pontianak. Masakannya pun beraneka ragam.Cirikhas masakan Kalimantan adalah unik dan kaya bumbu. Itulah yang membuat orang tak akan lupa rasa masakan Kalimantan kendati baru sekali mencicipi. Salah satu masakan khas Kalimantan adalah ikan patin bakar didalam bambu. Siang itu sinar mentari di atas Jakarta benar-benar terik menyengat. Apa lagi kondisi lalu lintas di siang hari yang rapat kendaraan. Hal itu masih ditambah dengan manuver sang driver menembus kepadatan lalu

90

DUTA Rimba

Dok. Duta Rimba

lintas, yang membuat jantung kami berdebar. Namun, ini seakan terbayar lunas saat kami sudah sampai tempat tujuan. Oya, tujuan kami adalah rumah makan bertajuk Pondok Ikan Bakar Kalimantan. Ya, kali ini jajaran Biro Komunikasi Perusahaan memang sedang melakukan wisata kuliner ke Pondok Ikan Bakar Kalimantan. Rasa penasaran mendorong kami untuk datangdan mencicipi olahan ikan bakar khas Kalimantan itu. Memang, makan akan lebih terasa nikmat jika ada usaha ekstra yang harus ditempuh untuk menuju tempat makan yang diinginkan.

Hmm membayangkan olahan ikan patin bakar khas rumah makan itu saja sudah membuat saya berdecak menelan ludah. Lokasinya yang seberapa jauh dari pusat ibu kota Jakarta. Pondok Ikan Bakar Kalimantan itu tepatnya beralamat di Jalan Raya Tapos No 1, Kecamatan Tapos, Depok. Ia dapat ditempuh dengan mengarungi jalan tol dari Jakarta ke arah Bogor, lalu keluar di Pintu Tol Cimanggis, Depok. Selanjutnya tempuh saja jalan lurus ke arah Bogor. Lokasi rumah makan ada di dekat pertigaan jalan, terletak kira-kira 200 meter dari Pintu Tol Cimanggis. NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


Untuk Anda yang datang dari arah Cibubur atau Cileungsi, tentu lebih gampang lagi untuk ke sana. Melalui Jalan Raya Kranggan menuju kearah Cimanggis, rumah makan ini dapat ditempuh hanya dalam waktu setengah jam saja. Tempatnya sendiri tidak terlalu besar, tetapi ada papan plang nama rumah makan yang menunjukkan posisinya dengan cukup jelas. Dan nampaknya rumah makan ini cukup dikenal oleh masyarakat Depok dan sekitarnya. Buktinya, saat sedang waktunya makan siang yang berarti peak season restoran, tempat parkir rumah ini makan agak sesak. Masakan khas Kalimantan memang tidak jauh berbeda dengan masakan dari beberapa daerah lain di Indonesia, semisal Sumatera Barat dan Riau. Namun, karakteristik Pulau Kalimantan yang memiliki banyak alur sungai, rawa, dan dilingkari pesisir, membuat masakan mereka tak pernah kekurangan olahan makanan berbahan baku ikan. Bahkan, ikan nyaris menjadi lauk sehari-hari bagi banyak warga di sana. Salah satu menu istimewa di rumah makan ini adalah Ikan Patin Bakar dalam Bambu khas Kalimantan. Kelezatannya sudah tersohor dikalangan pecinta kuliner ikan. Tidak heran jika masakan ini selalu dicari penikmatnya. Nah, untuk penyuka kuliner ikan, tidak perlu jauh-jauh bertandang ke Kalimantan. Di Depok pun Anda dapat menemukannya, datang saja ke Pondok Ikan Bakar Kalimantan di Depok. Masuk ke dalam rumah makan, ada 3 area yang bisa digunakan untuk bersantap. Area tengah dengan suasana “agak tradisional”, area sayap kanan dengan bangunan baru yang semi modern, dan 2 tempat lesehan di bagian depan bangunan. Langsung saja kami pesan Ikan Patin Bakar Bambu. Rasa penasaran begitu membuncah ketika pramusaji Pondok Ikan Bakar Kalimantan, di rumah makan yang termasuk kawasan Tapos, Kota Depok, itu menghadirkan piring besar berisiIkan Patin Bakar Bambu. Bambu berisi ikan itu dibelah dua, dan di dalamnya tersaji seekor ikan patin berlumur bumbu yang terbungkus daun pisang. Ikan Patin Bakar Bambu tampil dengan balutan bumbu merah (seperti bumbu pepes, red) yang sangat banyak. Bumbu menutupi seluruh badan ikan yang disajikan dalam gulungan daun pisang dan potongan bambu yang sudah dibelah dua. Bambu ini nampak kehitaman

karena telah melewati proses pembakaran yang sempurna. Wangi daun pisang yang dibakarpun sontak menambah cita rasa akan ikan patin di hadapan. Terlihat kepulan asap tipis dari dalam bilah bambu. Aroma bumbunya pun menguar, masuk perlahan ke dalam hidung, lalu merangsang keluarnya liur. Tak sabar rasanya untuk segera melahap ikan patin yang terhidang. Apalagi dilengkapi dengan sup gurami panas, sambal petai balado, sambal mangga muda, sambal terasi, dan sambal mentah berupa irisan cabai, bawang, tomat, Masih ditambah minuman es kelapa jeruk. Semula, kami ragu dapat menghabiskan semua sajian itu. Sebab, porsinya memang besar. Namun, kelezatannya merangsang kami melahap satu demi satu sajian. Rasa bumbu merah tadi begitu merasuk sampai ke dalam daging ikan patin. Sehingga, bau tanah khas patin tidak berbekas sama sekali. Keberanian memainkan dan memadukan bumbu, memberikan sensasi kelezatan pada masakan ini. Itulah yang membedakannya dari masakan serupa di daerah lain. Bumbu yang banyak membalut tubuh ikan tadi menjadi ciri khas masakan ini. Rasa bumbunya bercampur antara pedas, asam, dan gurih. Rasa pedas, gurih, dan wanginya pas. Benar-benar terasa nendang di lidah!. Karena setiap porsinya tersedia dalam jumlah yang sangat berlimpah, tidak salah jika bumbu ikan patin itu dibawa pulang untuk teman makan

nasi atau tambahan bumbu pepes di rumah.Di antara semua menu yang tersaji, Ikan Patin Bakar Bambu adalah yang paling menggoda nafsu makan. Mencecapnya mengingatkan kami pada masakan rendang dari Padang. Serupa tetapi tak sama. Sementara itu, patin yang dibakar dalam bambu itu begitu lembut, gurih, dan tidak amis. Proses pemasakan ikan patin hingga matang membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Namun, Anda tak perlu khawatir terlalu lama menunggu. Sebab, juru masak di sana sudah menyiapkan hidangan dalam bentuk setengah matang. Ikan dalam bambu itu tinggal dimasak kembali di tungku pembakaran yang membara. Maka, rasa khas Ikan Patin Bakar Bambu pun segera menendang lidah.Bukan hanya mak nyus, bisa jadi mak jleb! Sup gurami tampil sebagai kontradiksinya. Kuahnya sangat segar. Walaupun bergelimang daging gurame di dalam kuahnya, tidak ada rasa amis yang tertinggal. Kuahnya kaya akan daun kemangi dan cabe rawit utuh yang menantang untuk di-“kletus” sekali-sekali. Dan terasa lengkap, tak kalah kita pun menikmati sajian minuman es jeruk kelapa yang rasanya sungguh juara. Menu Ikan Patin Bakar Bambu di rumah makan ini dijual dengan harga Rp 125.000 per kilogram. Ada juga ukuran lebih kecil, kurang dari 1 kg, yang dibanderol seharga Rp 90.000. Sedangkan untuk sup gurami, pengelola rumah makan mematok harga Rp 110.000.Tertarik? Silakan coba! DR

Rumah makan Pondok Ikan Bakar di Daerah Depok

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

Dok. Duta Rimba

DUTA

Rimba 91


RESENSI 2 RESENSI

Membangun dari Pinggir,

Mengembalikan Identitas Desa

Judul

: Panggilan Tanah Air

Penulis : Noer Fauzi Rachman Penerbit : Prakarsa Desa, Jakarta, 2015, 122 hal + XX

92

DUTA Rimba

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


J

auh sebelum Perubahan ternyata tak kemerdekaan kehidupan hanya terjadi secara kasat warga desa sudah Buku kecil ini berusaha mata, cara berpikir orang desa tertinggal ketimbang pun secara massif berubah. mengingatkan kembali saudaranya di kota. Tak hanya orang desa pergi cita-cita dibalik pendirian Kemudian banyak pihak mengaku ke kota untuk mengejar telah member sumbangsih agar kesempatan hidup, orang Negara Kesatuan Republik kondisi desa menjadi lebih baik. desa mendapati lingkungan Indonesia. Penulisnya, Demikian pula Perhutani lewat fisik dan cara berpikirnya program-program social ekonomi Noer Fauzi Rachman, selain berubah menjadi seperti bagi warga desa sekitar hutan. kota. Semua orang ikut serta hendak memperlihatkan Namun kehidupan disana tetap dalam membangun cara hidup suatu keadaan “gawat” saja tidak menjadi lebih baik. baru dengan gaya perkotaan Sesungguhnya bila dilihat modern (urban modernity). dan juga bermaksud secara kasat mata, desa kita saat Kampung halaman desa jadi mengundang pembaca ini sudah berubah ketimbang porak poranda karena mesti dahulu. Warga masih bercocok menjadi pandu tanah air melayani hidup bergaya kota. tanam atau pergi kehutan mencari Desa menjadi sasaran sebagaimana dikehendaki penghidupan. Namun cara berpikir perluasan di mana lagu kebangsaan Indonesia mereka dan kondisi fisiknya sudah produktifitas rakyat yang berbeda dengan yang dimiliki ada diabaikan. Wilayah Raya. generasi sebelumnya yang tinggal hidup mereka kemudian dan hidup di lokasi yang sama. berubah menjadi lokasi Orang desa selalu melihat kota proyek pertambangan, sebagai pusat kehidupan yang perkebunandan lain-lain. mengagumkan. Mereka terus Kehancuran cara hidup yang berdecak menatap kemajuan telah lama melekat dalam terus-menerus wilayah kota. kehidupan orang desa tidak Tempat tinggal mereka yang pernah dilaporkan dan ada di tepi hutan atau persawahan seolah bukti dibahas oleh para pembuat keputusan. ketertinggalan. Semua berjalan lamban jauh berbeda Rusaknya tata kehidupan desa itu, bagi penulis, dengan kota yang selalu cepat dan serba gemerlap. adalah akibat dari reorganisasi ruang yang digerakkan Buku kecil ini berusaha mengingatkan kembali kekuatan-kekuatan system produksi kapitalis. Sistem cita-cita dibalik pendirian Negara Kesatuan Republik itu secara tegas memisahkan pemilik dan pekerja Indonesia. Penulisnya, Noer Fauzi Rachman, selain serta manajer pengelola produksi. Seluruh komponen hendak memperlihatkan suatu keadaan “gawat” dan system itu berorientasi pada pelipat gandaan juga bermaksud mengundang pembaca menjadi keuntungan pemilik. Mesin-mesin industri pun mesti pandu tanah air sebagaimana dikehendaki lagu senantiasa bergerak untuk menghasilkan barang kebangsaan Indonesia Raya. dagangan secara massal. Penyandang gelar doctor dari University of Pada bagian akhir penulis berusaha menunjukkan California, Berkeley, ini, tidak melihat rakyat desa jalan keluar yang diayakini dapat mengatasinya. menyambut hadirnya milineum baru dengan Situasi sulit wilayah desa yang ditandai dengan krisis kegembiraan satu setengah decade lalu. Sebaliknya ekologi para itu mesti diselamatkan dengan cara yang terjadi adalah perasaan gelisah yang menyebar membangun dengan arus balik. Ide itu terwujud dalam benak mereka yang hidup di desa, tepihutan, dengan membuat proyek pembangunan untuk menata pinggir pantai dan pulau-pulau terpencil. ulang pemerintahan lokal. Hal itu terjadi akibat beban berat kolektif yang Pemerintah SBY dahulu melakukannya lewat ada di pundak warga karena terus kehilangan akses Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ketanah pertanian, hutan dan lingkungan hidupnya. (PNPM) mulai 2007. Lewat cara ini pemerintah Produktifitas mereka kian merosot, lingkungan merasa berhasil “memerintah melalui komunitas” Kini ekosistem kian tak mendukung sehingga secara pemerintah Jokowi yang bekerja dengan 9 agenda relative kesejahteraannya menurun. utama atau Nawacita bertekad membangun Indonesia Pada halaman 6, dia menegaskan bahwa secara dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah dan Desa teoritik setiap satu menit satu rumah tangga petani dalam Kerangka Negara Kesatuan. hilang, berganti pekerjaan kebidang lain. Tiap tahun Semoga kelak bakal terwujud. Identitas desa akan setidaknya 110.000 hektare lahan pertanian terkonversi benar-benar jadi kesatuan masyarakat hukum dengan pada kurun 1992-2002. Laju itu bertambah cepat pada wilayah otonom untuk mengatur dan mengurus dirinya tahun-tahun berikutnya, sehingga mencapai 200.000 sendiri. DR ha padakurun 2007-2010.

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

DUTA

Rimba 93


CERITA 3 CERITA RIMBA

Perjalanan Sehelai Daun Karya Kenza Luthfiani Pemenang Harapan 1 Katagori A “Srekk... Srekk...” suara ranting yang saling bergesekan terdengar jelas karena semilir angin pagi yang menerpa.

K

ini aku dan semua daundaun di pohon jati ini tampak menikmati tiupan angin yang seakan mengajak kami terbang. Dan tentu saja, kami sebagai para daun dengan senang hati mengikuti permainannya. Sambil menari, kulihat Kakek Pohon Jati di bawah sana sedang bersenandung kecil lagulagu nostalgia. Ia tampak menikmati suasana sambil terus mengalunkan lagu yang bahkan, aku tidak mengetahui judulnya. Hmm.. mungkin akan lebih baik jika aku menyapanya. “Selamat pagi, kakek!” sapaku kepada Kakek Pohon Jati yang sibuk bersenandung. “Selamat pagi juga, nak” jawabnya sambil tersenyum ramah kearahku. “Apa yang ingin kamu lakukan hari ini?” sambungnya kepadaku. Aku yang mendengar hal itu hanya bisa diam dan berpikir. “Hmm... entahlah. Tapi jika kakek mau, aku ingin kakek bercerita tentang suasana dizaman kakek kecil selama seharian penuh! Pasti akan

94

DUTA Rimba

Dok. Istimewa

menyenangkan.” pintaku semangat. “Haha, anak ini. Jika kamu ingin berkeliling kota, kamu harus lepas dari rantingmu. Dan itu akan terjadi saat musim kemarau datang. Pohon akan meranggas dan kamu serta semua daun lainnya akan berguguran. Jika kamu beruntung, bisa saja angin membawamu terbang” jelas kakek. “Wah, benarkah? Aku jadi tidak sabar menunggu musim kemarau datang!” kataku berbinar-binar. Tekadku untuk mencapai mimpiku yang satu ini semakin bulat saat mendengar penjelasan dari kakek. “Nah, Bersabarlah nak. Nanti kamu juga bisa menikmati indahnya kota.” Ucapnya lagi. Aku tersenyum-senyum sendiri mengingat masa laluku. Kini aku adalah sehelai daun hijau yang besar dan segar. Tak kusangka sekarang sudah memasuki bulan Januari. Itu artinya, beberapa bulan lagi musim kemarau akan tiba. Walaupun aku merasa senang, tapi disisi lain aku juga sedih karena takut tidak bisa bertemu

dengan kakek lagi. “Hei! Jangan melamun, dong” tegur salah satu temanku yang membuatku tersadar. “Eh? Baiklah, maaf ya aku melamun” kataku sambil tersenyum kecil dan mulai berbaur dengan yang lain. Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa kini aku sudah mulai menguning dan layu. Aku bahkan baru menyadari bahwa ranting tempatku tumbuh sudah mulai rapuh dan sepertinya aku akan segera lepas dari sana. Aku tidak tahu pasti kapan waktunya, karena itu adalah bagian dari hidupku. Tapi aku bisa merasakan bahwa hari itu akan segera tiba. Bulan Juni telah tiba. Hari ini mentari bersinar sangat terik. Tentu saja, karena sekarang adalah musim kemarau. Seperti biasa aku menarinari bersama angin dan temantemanku. Tapi, kini aku tidak bisa seaktif dulu. Sekarang aku adalah sehelai daun tua yang layu. Aku yang dulunya berwarna hijau, kini mulai

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


berkerut dan kecokelatan. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa takut. Aku berpikir bahwa aku akan gugur sebentar lagi. Aku bertanya-tanya bagaimana bila nanti angin tidak datang dan membawaku terbang? Dan bagaimana bila nanti aku berakhir layu dibawah sana? Aku tentu saja tidak ingin berakhir seperti itu. Berbagai pertanyaan negatif terlintas begitu saja dari kepalaku. Hingga tanpa kusadari angin kencang datang dan mencoba untuk menerbangkanku. Angin mengajakku sedikit berayun-ayun di ranting rapuhku. Perlahan-lahanaku mulai terputus dari rantingku. Hingga akhirnya,”Ctasss!!!” Suara lepasya aku dan beberapa daun lainnya dari ranting terdengar. Aku terjatuh dari pohon dan langsung dibawa melayang-layang oleh hembusan angin. “Wusshh” suara angin sejuk yang menerbangkanku terdengar menggelitik ditelinga. Aku mencoba untuk mencerna apa yang terjadi karena tak percaya dengan apa yang kualami. Sekarang aku merasa senang sekali sampai tidak bisa berhenti tersenyum. Dengan semangat aku menoleh kearah belakang, melihat Kakek Pohon dan semua teman-temanku untuk terakhir kalinya. “Sampai jumpa semuanya!” teriakku keras kepada mereka sambil tersenyum senang. “Sampai jumpa! Semoga perjalananmu menyenangkan” teriak mereka tak kalah keras sambil membalas senyumanku. Setelah mereka sudah tidak terlihat lagi oleh jarak pandangku, aku berbalik kearah depan dan menikmati perjalanku. Aku sedikit tersenyum bangga mengingat satu dari banyaknya impianku kini tercapai. Kira-kira, kemana angin akan membawaku pergi, ya? Sekian lama aku mencari-cari, kini aku tahu kalau angin membawaku menuju sebuah perbukitan dipinggir kota. Bagus! Menurut cerita kakek, perbukitan adalah tempat yang penuh dengan pepohonan indah. Pasti akan sangat menyenangkan! Jalan menuju perbukitan melewati sebuah jalan besar yang terlihat sangat elit. Berbagai gedung tinggi pencakar langit berdiri angkuh disisi jalan. Puluhan kendaraan bermerek bertumpuk dan membuat padat jalan raya. Belum lagi mentari bersinar cukup terik saat ini, menyisakan rasa gerah bagi siapapun yang terkena pancarannya. Aku jadi bingung, dimana pepohonan asri dan ratusan kupu-kupu seperti yang ada di cerita kakek? Ingatan masa kecilku masih

terekam jelas dikepalaku. Kakek dulu sering berkata kalau pohon dimana-mana. Kendaraannya pun sangat sedikit. Jarang sekali terlihat kendaraan seperti mobil dan motor. Saat itu kakek dijual mengelilingi kota oleh seorang pedagang tanaman dengan beberapa tumbuhan lain. Kakek sangat senang waktu itu, karena bisa berkeliling melihat indahnya kota bersama temantemannya. “Tiiinn!! Tinnn!!” suara klakson yang nyaring dari bawah sana memecah lamunanku. Kualihkan pandanganku kebawah. Ternyata, sedang terjadi kemacetan yang sangat panjang dan memusingkan. Aku hanya terdiam bingung sambil memandangi jalan raya itu dari atas awan. Mungkin dibukit aku akan bertemu dengan suasana yang aku cari. Lagi pula, gedung-gedung ini unik dan arsitekturnya bagus. Cukup menarik untuk dilihat. Jadi, waktuku selama diperjalanan kuhabiskan dengan menyaksikan hebohnya jalan raya saat itu. Karena asyik melihat kemacetan kota, tak terasa ternyata aku telah sampai diperbukitan. Hembusan angin yang tadi menerbangkanku perlahan-lahan menghilang. Selama beberapa detik aku oleng sebelum akhirnya jatuh dan tersangkut disalah satu tiang yang berdiri tidak jauh dari lereng curam. Kuperhatikan pemandangan yang terbentang didepanku sambil tersenyum. Inilah yang kucari, sebuah tempat yang penuh dengan pepohonan rimbun. Aku menghirup dalam-dalam aroma khas dari pepohonan yang terasa sangat menyegarkan. Setelah puas melihat-lihat lereng, kini tatapanku tertuju kearah bawah lereng itu. Mengapa sepi sekali disini? Hanya ada beberapa pemuda yang sedang bersantai disebuah warung kecil dan ibu-ibu yang berprofesi sebagai tukang jamu keliling. Tidak lama kemudian, tampaklah sebuah truk besar yang panjang. Dari situ turunlah beberapa lelaki sambil menggenggam sebuah besi bergerigi atau yang aku kenal sebagai gergaji. Mereka turun dari truk itu dengan cekatan dan langsung berbaris dan berjajar dengan rapi. Dan tak lama setelah itu, turunlah seorang lainnya dari pintu pengemudi. Badannya besar dan wajahnya terlihat kurang bersahabat. Ia dengan kasarnya membuka dan menutup pintu truk itu. Selama beberapa detik ia hanya berjalan mondar mandir dihadapan anak buahnya sebelum akhirnya ia angkat bicara. “Oke, sesuai perintah bos kita harus menyelesaikan ini dengan cepat dan rapi. Jangan sampai ketahuan

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015

petugas setempat. Agar mudah, kita bagi tugas. Kamu dan Acang potong pohonyang disana. Kalian bertiga, potong pohon yang disana. Dan sisanya, ikut aku. Mengerti?!” perintah orang tadi sambil memasang ekspresi garangnya. “Siap. Mengerti, pak!” ucap semua anak buahnya secara tegas dan serentak. Semua orang yang diberi perintah pun dengan segera pergi sesuai komando. Mereka berlari kecil kearah tempat yang telah diatur oleh pria tadi. Setelah memastikan semuanya sudah berada diposisi masing-masing, mereka mulai mengarahkan gergaji mereka dan memotong pohonpohon itu. Aku baru menyadari satu hal, mereka adalah penebang liar! Aku sedikit kaget dengan kehadiran mereka hingga tidak sadar bahwa suara raungan mesin penebang pohon sudah mulai terdengar. “Ngeng.. Ngeng” suara mesin gergaji itu terdengar sangat nyaring dan memekik ditelinga. Mereka memotong habis semua pohon dilereng itu tanpa khawatir dilaporkan sedikitpun. Jelas, seperti yang kukatakan jalanan ini sangat sepi. Hanya ada beberapa orang setempat yang menatap mereka dengan sinis dan takut sambil sesekali berbisik-bisik dengan teman disebelahnya. Satu persatu pohon yang ada dilereng itupun tumbang. Pohon-pohon yang tadinya berdiri kokoh disana sekarang telah tumbang tak berdaya. Perasaan sedih dan kesal berkecamuk ketika aku melihat lereng yang kini sudah berubah menjadi tandus. “Huh, bagaimana bisa mereka dengan tenangnya menebang pohon-pohon itu? Tidakkah mereka berpikir dulu terhadap resiko-resiko dari tindakan mereka? Banjir dan tanah longsor, bukankah itu salah satu akibatnya? Belum lama aku disini tapi yang aku dapatkan adalah pemandangan yang menyedihkan. Dasar penebang liar! Mengerikan sekali!” gerutuku. Saat aku sedang memerhatikan gerak gerik orang-orang itu, aku merasakan angin mulai datang kembali untuk membawaku pergi dari tempat ini. Angin tampak mengayun-ayunkan aku yang tersangkut pada celah kecil yang ada ditiang itu. Butuh beberapa waktu untuk membebaskanku dari celah itu sebelum akhirnya aku terbebas dari sana. Tanpa membuang waktu lagi, angin langsung membawaku pergi. “Wuussshhhh” untuk kedua kalinya aku terbang lagi bersama angin. Aku dibawa angin menjauhi bukit itu dan dibawa melayang-layang melintasi jalanan kota yang terlihat begitu ramai dan padat. Terlihat jelas

DUTA

Rimba 95


CERITA RIMBA asap kotor yang keluar dari knalpot itu bercampur dengan awan yang mulai mendung. Membuat para pejalan kaki terpaksa menggunakan masker guna menghindari polusi udara. Disaat aku sedang melamun, tanpa kusadari angin menyangkutkanku kepada sebuah pohon yang sudah mati. Kulihat kearah bawah, ada sebuah kursi panjang yang diisi beberapa gadis yang tengah asyik memakan camilan sambil berbincangbincang ringan. Aku yang tersangkut disini hanya bisa berdiam diri menunggu angin sambil sesekali mendengarkan percakapan gadisgadis itu. Tapi tanpa diduga, terdengar suara gemuruh keras dari atas langit. “Aah, sudah mau hujan. Ayo berpindah tempat ke kedai disana! Nanti kita bisa kehujanan bila disini terus” kata seorang gadis berjaket sambil memandangi awan gelap. “Iya benar! Aku juga ingin beli makanan dan minuman lagi. Masih lapar, nih” ucap gadis yang tubuhnya paling besar membenarkan. “Baiklah. Tapi, sampah kita dibuang kemana? Disini tidak ada tempat sampah” kali ini gadis berpita angkat bicara sambil menoleh kesana kemari mencari tempat sampah terdekat. “Sudahlah, buang saja disini. Kalau hanya kita yang buang, tidak akan langsung kotor, kan?” jawab gadis yang sedari tadi hanya membaca novel memberi pendapat. Semua teman-temannya pun mengangguk setuju. Setelah membuang sembarangan sampah mereka, gadis-gadis itu pergi menuju sebuah kedai yang terletak tidak jauh dari sini. Aku melihat kepergian mereka dengan perasaan kesal. Sekarang tempat ini sudah tidak bersih lagi. Mengapa mereka tidak membawa sampah-sampah itu ke kedai dan membuangnya ketempat sampah yang ada disana? Lagi pula bagaimana bisa disini tidak ada tempat sampah?Pantas saja para pengunjung yang datang kesini membuang sampah sembarangan. “Duarrrr!!!!!”Lamunanku buyar saat suara gemuruh terdengar lagi dari atas langit. Aku mendongak keatas untuk melihat awan gelap. Benar, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Aku tetap menunggu angin yang akan membawaku pergi dari pohon ini dengan sabar. Tapi diluar harapanku, tiba-tiba tampaklah seekor burung kecil yang menghampiriku. “Citt.. Citt..” teriak burung itu sesaat sebelum menggigitku dengan paruh lancipnya dan membawaku terbang menjauh dari pohon mati itu. Kalau tadi yang membawaku pergi adalah angin, kini yang membawaku pergi adalah seekor burung kecil cantik berwarna hitam keabu-abuan.

96

DUTA Rimba

Aku dibawa jauh keatas awan sambil sesekali berputar dan meliuk-liuk melintasi mega mendung. Dari sini bisa kulihat sebuah sungai yang membelah jalanan kota. Sayangnya, airnya sungai itu berwarna keruh dan kecokelatan. Disekitar sungai itu, terdapat beberapa rumah kumuh dan ibu-ibu yang sedang mencuci baju, membuat air semakin keruh. Entah mengapa aku sedih melihat sungai itu. “Ciitt...Cittt..” tiba-tiba burung itu membuka paruhnya dan mengeluarkan suara melengkingnya yang khas. Tentu saja, aku yang tadi dibawa menggunakan paruh lancipnya itu jatuh saat paruhnya terbuka. Saat kukira aku akan jatuh kejalan, ternyata takdir berkata lain. “Sreettttt!” aku tersangkut disalah satu hiasan toko baju yang ada dipinggir kota. “Lagi-lagi tersangkut. Padahal aku ingin sekali menghabiskan sisa-sisa waktu yang ada dengan berjalanjalan. Apalagi sebentar lagi akan turun hujan. Pastinya aku akan terjebak tanpa bisa terbang bebas. Sekarang apa yang bisa kulakukan ya?” pikirku. Beberapa menit aku tergeletak diatas sambil berpikir keras apa yang akan kulakukan untuk pergi dari sini. Tapi saat aku sedang mencoba untuk konsentrasi, aku merasakan sesuatu mengenai tubuhku. “Tesss...” setetes air yang jatuh dari langit berhasil mengenai sekujur tubuhku. Entah mengapa, aku merasa sesuatu yang aneh dengan air ini. Air hujan yang ini tidak menyegarkan seperti air hujan biasa. Kurasakan tubuhku menjadi aneh saat terkena air itu. “Air apa ini?” batinku sedikit takut melihat perubahan yang terjadi. “Kwaakkk” saat aku sedang bertanyatanya, aku mendengar sebuah suara dari kejauhan. Karena penasaran, aku mencaricari asalnya suara itu. Semakin lama, suaranya semakin jelas terdengar. Ditengah-tengah rasa penasaranku, terlihatlah seekor burung menghampiriku.Seekor burung besar yang memiliki bulu indah berwarna putih pucat. Ia mendekatiku dan mencoba untuk membawaku dengan cakarnya yang cukup tajam. Setelah berhasil, ia menerbangkanku dan mengajakku melayang-layang diatas awan kelabu. “Wiiii” kurasakan tiupan angin yang mengenaiku. Sangat sejuk dan dingin. Sebuah sensasi yang terasa sangat mengasyikkan. Burung yang satu ini terbang membawaku sedikit lebih tinggi dari burung tadi. Aku merasa sangat senang diajak terbang tinggi seperti ini. Tapi kebahagiaanku terhenti saat beberapa tetes hujan

mengenaiku dan bulu burung itu. “Kwaaakk” teriak burung itu dengan kerasnya. Tampaknya ia tidak menyukai air hujan yang berhasil mengenainya. Aku terjatuh lagi saat ia oleng dan tanpa sengaja membuka cakarnya. Tapi bukannya mengejarku, ia malah pergi dan menghilang dibalik sebuah gedung. Saat kukira akan ada burung lain atau angin yang akan membawaku pergi, kurasakan sesuatu yang mengerikan terjadi. “Syuuuutt... srekk” suaraku yang terjatuh dan robek terdengar secara bersamaan. Dengan kecepatan tinggi aku mulai turun mendekati tanah. Tamatlah riwayatku. Percuma saja, kalau tidak ada yang menyelamatkanku aku bisa robek dan mati. Tepat disaat keraguan dan keputus-asaan hampir menguasaiku, samar-samar kulihat seorang ibu paruh baya yang tampak menarik-narik tangan anaknya. “Nak, ayo berlindung! Ini hujan asam, bahaya!” ucapnya panik sambil menarik tangan seorang anak laki-laki bertopi hitam. Jadi, ini yang namanya hujan asam?Kali ini aku benar-benar putus asa. Sepertinya perjalanan hidupku akan segera berakhir. Sekarang semua orang dan binatang pergi berlindung. Angin juga pergi entah kemana. Aku termenung mengingat kenyataan pahit ini. Ternyata impianku untuk berada ditengah-tengah indahnya suasana kota hanyalah sebuah anganangan. “Tess..Tess..Tess..” semakin lama, air dari hujan asam yang mengenaiku semakin banyak. “Sebenarnya apa yang terjadi disini? Mengapa semuanya berbalik jauh dengan apa yang kubayangkan? Ah, pasti semua ini pasti ulah mereka. Mereka yang membuang, menebang dan mengotori kota sembarangan. Tidak sadarkah mereka?” Ucapku pelan. “huft, hutan yang indah dan rimbun itu telah hilang seperti ditelan bumi karena ulah manusia. Kemanakah hutan hijau dan rimbun yang sering diceritakan kakek dulu? ” batinku didalam hati sambil tersenyum miris. Semakin lama, aku bisa merasakan kalau aku semakin dekat dengan tanah. Hingga akhirnya, “Ibu, tunggu ak..” “Krashhh” “Eh? Apa itu? Oh, hanya daun kering rupanya” ucap anak itu sekilas sebelum akhirnya berlari lagi menghindari tetesan air hujan asam itu. DR

NO. 61 • TH 10 • NOVEMBER - DESEMBER • 2015


I

n j Iu

ah

Ro

al Inn

ll

I wa

Inna Il

h aI

I

Segenap DirekSi Dan Seluruh karyawan perum perhutani turut BerDuka Cita ataS wafatnya

Bp. Ir. H. Marsanto Ms Semoga Segala DoSa Dan keSalahannya Diampuni Dan menDapat tempat terBaik Di SiSi allah Swt

NO. 53 • TH. 9 • juli - agusTus • 2014

DUTA Rimba 67


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.