NO. 41 • TH. 7 • JANUARI - FEBRUARI 2012
M A J A L A H
P E R U M
LENSA
Hutan Adalah Sahabat... SOSOK RIMBA
Apa Kabar Frances Seymour BISNIS RIMBA
Potensi Besar Getah Pinus RIMBA KULINER
Sate Maranggi Cibungur
Seragam Baru Kultur Baru Harapan Baru
P E R H U T A N I
I K L A N
L A Y A N A N
M A S Y A R A K A T
SALAMREDAKSI
Kultur Baru, Semangat Baru Penanggung Jawab Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani Pemimpin Redaksi Hari Priyanto Wakil Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Sekretaris Redaksi Avid Rollick Septiana Redaksi Harian Lusia Diana Maria Dyah Rudi Purnama Ade Sudiman Distribusi Guritno Syafei Perwakilan Humas Perhutani Unit I Jawa Tengah Humas Perhutani Unit II Jawa Timur Humas Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten Disain & Layout DUTA RIMBA Art Works Alamat Redaksi Humas Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: humas@perumperhutani.com www.perumperhutani.com
Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan keburuhan penerbitan. Iklan dan advertorial pada majalah DUTA RIMBA mendapatkan diskon menarik.
Pembaca yang budiman, Berbahagia sekali kami dapat menyapa Anda kembali. Majalah Duta Rimba edisi Januari-Februari 2012 yang kini hadir di tangan Anda, seperti biasa, menghadirkan ragam informasi yang bernas, pepak, dan padat. Semuanya tentu untuk memenuhi dahaga keingintahuan Anda. Pada edisi ini ada cerita tentang transformasi yang tengah gencar dilakukan Perum Perhutani, antara lain lewat seragam baru. Dengan seragam baru, diharapkan tercipta sebuah kultur dan semangat baru dalam bekerja sehingga menumbuhkan harapan baru menjadi Perum Perhutani yang semakin maju. Seperti layaknya kulit bawang yang berlapis-lapis dan setiap lapisan itu mewakili semangat yang akan terus terbarukan. Semua tulisan-tulisan di rubrik Rimba Utama. Cerita tentang bawang hofstede juga akan hadir di edisi ini. Temukan apa saja filosofi yang dalam dan luas dari bawang itu di rubrik opini. Jangan juga lewatkan untuk berselancar dalam romantika bisnis produk olahan getah pohon pinus yaitu gondorukem dan terpentin di rubrik Bisnis Rimba. Di rubrik Inovasi, cari tahu juga bagaimana proses pengolahan gondorukem tersebut. Jangan juga lewatkan rubrik-rubrik lain yang tentu memuat banyak informasi menarik. Edisi kali ini juga dilengkapi tulisan ringan sebagai ’oleh-oleh’ tim Duta Rimba setelah melakukan pelancongan. Pada rubrik Warisan Rimba, pembaca diajak untuk menelusuri Goa Jepang di atas Gunung Gumitir, Jember, Jawa Timur. Sementara pada Wisata Rimba, pembaca dapat merasakan romantisme kisah-kasih yang terpendam dalam misteri Pantai Karang Nini. Dalam pelancongan kali ini, Duta Rimba juga memiliki menu spesial dalam Rimba Kuliner, yaitu Sate Maranggi Cibungur. Dalam rubrik ini, pembaca tak hanya disuguhkan narasi yang dapat melambungkan imajinasi, tapi juga dapat mempraktekkan menu yang tersaji di dalamnya. Pembaca yang budiman, sudah tentu kehadiran Duta Rimba tak akan banyak bermakna jika tanpa Anda. Karena itu, kami senantiasa mengharapkan umpan balik dari Anda. Kirimkanlah masukan, kritik, saran, serta usulan Anda kepada kami. Semua itu kami perlukan untuk dapat menghadirkan ragam informasi penting dan bermanfaat ke meja Anda. Dan seperti kata pepatah, ”Sekali layar terkembang, surut kita berpantang”. Seperti itu pula semangat kami untuk terus hadir dan membawakan informasi penting, hangat, dan bermanfaat bagi Anda. Majulah terus. Cag! Pemimpin Redaksi
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
1
DAFTARISI
SALAM REDAKSI POS RIMBA PRIMA RIMBA
1 3
• Dari Kayu ke Sumber Daya Hutan
4
RIMBA UTAMA • Tampil Elegan & Percaya Diri • Perhutani Butuh Role Model
8
8 13
• Membangun Kinerja, Menumbuhkan Harapan Baru
15
• Kebersamaan Menjaga Citra Korporat
16
28
• Merentang Kultur Baru Perusahaan Kelas Dunia
20
• Meninggalkan Kenangan Menumbuhkan Semangat Baru
24
SOSOK RIMBA • Apa Kabar Frances Seymour
28
WARISAN RIMBA • Goa Jepang, Desa Sidomulyo
LINTAS RIMBA LENSA • Hutan Adalah Sahabat...
32 38 44
44
OPINI • Budaya Perusahaan Berlapis A la “Bawang Hofstede”
48
ENSIKLO RIMBA • Serba-serbi Pinus Merkusii
50
RIMBA DAYA • Berkunjung ke LMDH Artha Wana Mulya
54
BISNIS RIMBA • Potensi Besar Getah Pinus
PUSTAKA WISATA RIMBA
58 64
68
• Mengintip Romantisme Karang Nini
68
INOVASI • Gondorukem Olahan Getah Pinus
74
RIMBA KULINER • Sate Maranggi Cibungur
2
DUTA Rimba
50
76
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
POSRIMBA
Data Penelitian
Penanaman Jabon Putih
Apakah Perhutani masih menyimpan data mengenai penelitian yang saya cantumkan berikut: Kartini, A. A. 1986. Komposisi kimia berbagai jenis madu di Indonesia. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Perum Perhutani, Jakarta. Hal 143-148
Saya dan kawan-kawan sangat tertarik untuk melakukan penanaman Jabon putih di daerah Bandung Selatan. Saya ingin mempelajari lebih jauh mengenai usaha ini. Saya butuh informasi bagaimana cara kiat-kiat yang harus saya perhatikan, mulai dari land clearing sampai waktu panen (Kira-kira 6 tahun).
Yuyun <enyun_tkl@xxxxx.com> Sayang sekali kami tidak menyimpan data dimaksud
Perkebunan Jabon Kami bermaksud mengundang pihak PERHUTANI untuk bergabung dalam kaitan rencana membangun Kebun Jabon di salah satu kabupaten di propinsi Riau . Untuk arealnya, disediakan oleh pihak Pemda Kabupaten setempat. Mohon saran dan pendapat jika hal ini mungkin untuk di-realisasikan oleh para pihak . Muhammad Iqbal <iqbal.5ingh@xxxxx.com>
Penawaran Jasa Penanaman Pohon di Kalimantan Timur Saya ingin bertanya, bagaimana ajukan kerja sama untuk jasa penanaman pohon di kalimantan timur. Benito <bullion.jaya@xxxxx.com> Untuk penawaran kerjasama Saudara bisa mengirimkan surat penawaran resmi disertai proposal ke Perum Perhutani Kantor Pusat untuk dikaji kemungkinannya.
Michele Tan <mtt041071@xxx.com> Baik sekali apabila saudara tertarik berinvestasi di bidang kehutanan (hutan rakyat). Perum Perhutani sendiri tidak melakukan penanaman Jabon di daerah Bandung Selatan, tetapi salah satu perusahaan patungan Perhutani, PT BUMN HL I, yang berkantor di Bandung telah menanam jabon di wilayah Banjaran dan sekitarnya. Untuk menambah referensi, Saudara bisa berbagi pengalaman dengan mereka.
Primata Lutung Ingin bertanya tentang rehabilitasi lutung, bagaimana prosedurnya? seandainya menemukan seekor lutung yang diperdagangkan dan ingin mengembalikan ke rehabilitasi? anna <onosuzanne@xxxxx.com> Dalam program rehabilitasi primata, Perhutani menjalin kerjasama dengan Kementerian Kehutanan dan Aspinal Foundation telah membangun Pusat Reahbilutasi Satwa di Bandung Selatan. Untuk prosedur rehabilitasi Saudara dapat nenghubungi langsung ke Direktur Aspinal Foundation Indonesia, Sdr. Made Wedana.
Menjadi Reseller Madu
Bandung - Jawa Barat, dan tertarik untuk menjadi reseller Madu dari PERHUTANI. Kemana saya bisa mengajukan diri untuk menjadi reseller? Faisal Darmawan <fdarmawan7@xxxxx.com> Untuk menjadi reseller Madu Perhutani di daerah kota Bandung, bapak bisa menghubungi outlet Madu Perhutani di Jl. A Yani No 276 (dekat Lapang Persib) Bandung. Kontak: Aris Harisman (081320368220)
Kepramukaan Mohon penjelasan hubungan Perhutani dengan kepramukaan, kami mohon bagaimana korelasinya. kedudukan Pramuka di mata Perhutani? wuwuh sajugo <akangsiwoh@xxxxx.com> Sebagaimana diketahui bahwa dalam Gerakan Pramuka terdapat satu kesakaan di bidang kehutanan dan lingkungan hidup yang bernama Saka Wanabakti. Perum Perhutani adalah salah satu instansi yang melakukan pembinaan terhadap Pramuka Saka Wanabhakti.
Kayu Kosambi Kami rencana membuat seâ&#x20AC;&#x2122;i resto di dekat Tanah Lot Bali. Apakah di daerah Bali ada terdapat pohon Kosambi yang akan kami pakai/ beli untuk bahan bakunya? Benny Sidarta <bennysidarta@xxxxxxx.com> Sayang sekali Perum Perhutani tidak memiliki areal di P. Bali.
Saya memiliki Apotek di kota
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
3
PRIMARIMBA
Dari Kayu ke Sumber Daya Hutan
Dok. HUMAS PHT
Transformasi yang digulirkan oleh Perum Perhutani dalam beberapa tahun terakhir ini secara bisnis terlihat cukup signifikan. Jika pendapatan perusahaan selama ini bertumpu pada hasil kayu tebangan dan kayu olahan, kini pendapatan hasil industri non kayu dan pendapatan dari hasil hutan lainnya pertumbuhannya cukup signifikan.
4
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
M
aka, tak berlebihan kalau Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto, akan terus menggenjot bisnis non kayu dan mendorong indudtrialisasi di tubuh Perhutani khususnya dalam memperkuat hilirisasi industri. Mengapa demikian? Karena peluang untuk menggenjot bisnis non kayu dan hasil hutan lainnya masih cukup potensial. Berdasarkan laporan tahunan 2011 misalnya. Perum Perhutani berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan 10,71% menjadi Rp 3,1 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,8 triliun. Upaya peningkatan efisiensi operasional dan perbaikan proses pengolahan produk hasil hutan membuat laba bersih Perum Perhutani meningkat lebih besar, yakni naik 41,% menjadi Rp. 388,89 dari tahun sebelumnya sebesar 275,8 miliar. Total pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan berbagai produk hasil hutan berupa kayu, non kayu, maupun hasil hutan lainnya. Penjualan dari produk kayu tebangan dan olahan 2010 masih mendominasi, dengan prosentase pendapatan mencapai 57,7% dari total pendapatan senilai Rp 1,608,2 miliar. Sedangkan produk non kayu dan hasil hutan lain sebesar 42,3% dari total pendapatan, yakni sebesar Rp 1.178,9 miliar. Dari total pendapatan tersebut, kontribusi pendapatan dari kelompok industri non kayu menunjukkan peningkatan cukup pesat dengan mencatatkan kenaikan sebesar 34,0% pada 2010 atau sebesar Rp 957,3 miliar dari nilai penjualan tahun 2009 yang sebesar Rp 709,5
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
miliar. Sementara pendapatan hasil hutan lainnya meningkat lebih besar lagi, yakni 80,9% dari nilai sebesar Rp 122,5 miliar pada 2009, menjadi sebesar Rp 221,7 miliar. Kondisi demikian tentunya juga terjadi pada 2011. Sebab, Bambang Sukmananto setelah ditunjuk menjadi Dirut Perum Perhutani juga langsung menggenjot bisnis non kayu secara signifikan. Manajemen Perum Perhutani akan terus menggenjot pemasukan non kayu ini sehingga akan seimbang dengan pemasukan kayu secara gradual. Jika pada 2010 pemasukan non kayu baru sekitar 42,3%, maka pada 2011 ini komposisi untuk non kayu digenjot menjadi 45% dan pendapatan kayu sebesar 55%. Untuk selanjutnya, secara bertahap komposisinya akan sama. Perubahan komposisi pendapatan tersebut menunjukkan upaya transformasi bisnis semalam ini ikut pula mengubah mindset “manajemen kayu” menjadi “manajemen berdasarkan Sumber Daya Hutan” dalam pengelolaan kawasan hutan yang mulai menunjukkan hasil nyata. Potensi untuk menggenjot bisnis non kayu memang masih terbuka lebar. Perhutani yang memiliki sumber daya air cukup melimpah dan membentang di belantara hutan Pulau Jawa kiranya bisa menjadi sumber air minum dalam kemasan (drinking water packaged) yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari produksi air minum kemasan pada 2010 yang meningkat 111% menjadi 1.869.545 M2, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 887.768 M2. Dari usaha air minum kemasan, Perhutani telah melakukan
diversifikasi produk dengan melahirkan air minuman kemasan rasa madu. Kemasan air minum rasa madu ini merupakan produk yang unik dan berbeda dibandingkan produk air minum kemasan yang lainnya. Jika ini bisa dikemas sesuai dengan selera konsumen, air kemasan rasa madu ini bisa menjadi produk unggulan Perhutani untuk consumer good. Tentu untuk mengembangkan air minum kemasan ini, Perhutani bisa saja menggandeng investor. Membanjirnya dana dari luar negeri ke Indonesia menyusul naiknya peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings, kiranya bisa menjadi tantangan dan peluang bagi Perhutani untuk membiayai pengembangan air kemasan. Begitu pula madu saset (industry honey) yang bahan bakunya berasal dari hutan. Produk ini juga masih Perhutani genjot, untuk menjadi produk spesifik yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Begitu pula madu honey yang produknya pada 2010 mencapai 51 ton, kiranya bisa terus digenjot untuk menciptakan nilai tambah pada bisnis non kayu. Masih cukup banyak bisnis non kayu yang bisa dikembangkan dan produksinya pada 2010 cukup menjanjikan bagi Perhutani. Seperti misalnya, minyak kayu putih (223,6 ton), minyak nilam (1, 2 ton), Seedlak (21 ton), Benang sutera (498 Kg), kopal (105 ton, tarpetin (9,7) ton dan gondorukem (54,2 ton). Untuk Gondorukem, Perhutani Unit I Jawa Tengah telah mengekspor 2.000 ton gondorukem ke Cina. Ekspor ke Cina ini sebagaimana dijelaskan oleh Kepala
DUTA Rimba
5
PRIMARIMBA
6
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Perum Perhutani Unit I Jateng, Teguh Hadi Siswanto, merupakan bagian dari rencana ekspor sebesar 8.000 ton ke China pada 2012. Gondorukem tersebut dihasilkan dari empat pabrik yang ada di Jateng. Ekspor dengan nilai total Rp 2,3 miliar tersebut diharapkan bisa membantu perekonomian nasional. Ekspor gondoruken ini luar biasa dan merupakan pertanda bagus, karena produksi Perhutani mampu menembus China sebagai negara produsen terbesar dan terpenting di dunia. Sementara untuk hasil hutan lainnya, kiranya Perhutani bisa menggenjot Wana Wisata (tourism forest). Perhutani memiliki lebih dari 120 lokasi wana wisata yang tersebar di belanta hutan pulau Jawa. Itu kiranya bisa menjadi industri potensial untuk dapat menambah tebal pundi-pundi Perhutani. Perhutani harus menggenjot pendapatan dari sektor wana wisata, karena dewasa ini terjadi pergeseran minat wisata manca negara yang lebih memilih untuk berwisata dengan jalan kembali ke alam (back to nature). Tren itu harus ditangkap oleh Perhutani yang memiliki hutan terbaik di dunia. Tren semacam itu terlihat di berbagai wana wisata Jawa Timur, yang setiap tahunnya sudah mulai banyak dikunjungi wisatawan manca negara. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa bila digarap secara optimal, wana wisata untuk bisa dijadikan ladang untuk menangguk dolar. Peluang wana wisata untuk menangguk pendapatan bagi perhutani, terlihat dari tren kunjungan wisatawan domestik dan manca negara. Pada tahun 2009 misalnya, wisatawan yang berkunjung ke wana wisata Perhutani yang tersebar di seluruh pulau Jawa sempat menembus 3.247.056
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
orang. Arus wisatawan sebesar itu menunjukkan wana wisata memiliki potensi untuk menggenjot pendapatan Perhutani dari hasil hutan sektor non kayu lainnya. Masalahnya tinggal bagaimana Perhutani mengemas industri wana wisata ini sehingga mampu menarik perhatian para wisatawan, baik dari sisi infrastruktur maupun hospitality. Masalah tersebut memang bukan permasalahan mudah. Namun,
Selain wana wisata, masih banyak potensi hasil hutan lainnya yang bisa dikembangkan oleh Perum Perhutani dari sumber daya hutan. Seperti misalnya, telur ulat sutera yang pada tahun 2010 produksinya mencapai 6.295 boks, padi (619 ton), kopi glondong (777,96 ton), dan lain-lain. untuk mewujudkan infrasruktur dan pengembangan wana wisata ini, Perhutani bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah. Seperti misalnya dalam proses pengembangan wana wisata Jateng Park, Perhutani bekerjasama dengan Pemerintah Jawa Tengah guna mengembangkan wisata hutan di selatan Semarang. Bahkan untuk mengembangkan wana wisata ini, Perhutani bisa juga bekerjasama dengan masyarakat sekitsar hutan. Seperti untuk pengelolaan wana wisata Grojokan Klenting Kuning yang ada di Semarang. Di sana, penduduk setempat berminat untuk bekerjasama dengan perhutani untuk mengelola obyek wisata tersebut.
Masalahnya, apakah perhutani memberikan ijin pengelolaan obyek wisata tersebut atau tidak. Selain wana wisata, masih banyak potensi hasil hutan lainnya yang bisa dikembangkan oleh Perum Perhutani dari sumber daya hutan. Seperti misalnya, telur ulat sutera yang pada tahun 2010 produksinya mencapai 6.295 boks, padi (619 ton), kopi glondong (777,96 ton), dan lain-lain. Selain itu, masih terdapat 42 jenis hasil hutan lainnya, baik yang sudah diolah maupun belum. Bambang Sukmananto sangat getol untuk menggarap bisnis non kayu dan sumber daya hutan lainnya. Mengapa? Karena bisnis non kayu dan sumber daya hutan lainnya itu tidak hanya menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi Perhutani, tetapi juga bisa memberikan nilai tambah yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar hutan. Apalagi kalau terhadap bisnis non kayu dan sumber daya hutan lainnya itu bisa dilakukan proses hilirisasi industri. Maka selain mendatangkan keuntungan bagi korporat, juga bisa menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan, khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan. Di dalam posisi demikian, hilirisasi bisnis non kayu dan sumber daya hutan lainnya itu akan memberikan sumbangan yang berarti bagi negara yang kini tengah berpacu dengan upaya melakukan percepatan dan perluasan ekonomi nasional. â&#x20AC;&#x153;Sebagaimana disampaikan pemerintah pusat, semua BUMN termasuk perum Perhutani dalam situasi sekarang ini harus bisa membantu perekonomian negara. Banyak investor yang menahan diri, akibatnya keuangan negara sedikit tertahan. BUMN tak boleh ikut-ikutan ragu dalam berinvestasi,â&#x20AC;? tegas Bambang. Karena itu, larilah dengan kencang dan rebutlah peluang. (DR)
DUTA Rimba
7
RIMBAUTAMA
Tampil Elegan & Percaya Diri 8
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Ada begitu banyak cara menyambut tahun baru. Ada yang meniup terompet, atau membakar petasan dan melepas kembang api menyala di udara. Namun tak sedikit yang melakukan kontemplasi, kemudian membuat resolusi.
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
spektakuler di tengah perekonomian dunia yang melambat akibat krisis global yang berpusat di AS dan Eropa. Gejala semacam itu sesungguhnya juga terlihat di jajaran Perum Perhutani, perusahaan yang menge-
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
D
ua hal yang terakhir ini terasa bermakna ketika memasuki 2012, yang banyak kalangan memerkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh di atas 6%. Proyeksi pertumbuhan itu sangat
9
RIMBAUTAMA
lola hutan di Pulau Jawa dan Madura. Optimisme untuk menyambut tahun 2012 begitu menyeruak. Memang tak ada yang meniup terompet atau membakar petasan dan kembang api, sebagaimana layaknya masyarakat dalam merayakan tahun baru. Namun, justeru pada tahun baru itu dijadikan momentum bagi seluruh karyawan Perhutani untuk membulatkan tekad melanjutkan transformasi perusahaan, yang jika meminjam istilah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dari kultur birokrat menuju kultur korporat. Untuk menandai sebuah era baru tersebut, Perhutani memang telah melakukan rebranding. Diawali dengan perubahan logo perusahaan, kemudian pada tahun 2012 ini dilanjutkan dengan pergantian seragam baru bagi seluruh karyawan. Mulai dari office boy hingga jajaran direksi kini tampil lebih elegan dengan seragam baru. Seragam baru yang terdiri dari setelan kemeja dan celana panjang
10
DUTA Rimba
itu memang didesain secara kasual. Celana panjang berwarna coklat tua, sementara kemeja berwarna krem ditingkahi warna oranye pada bagian krag (lihat gambar, red). Warna-warna yang menunjukkan sikap dinamis dan optimis. Hal itu disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto. “Warna orange ini juga merefleksikan perasaan optimisme bagi seluruh karyawan Perhutani untuk melangkah ke depan melakukan transformasi,” tegas Bambang Sukmananto. Penggunaan seragam baru ini dilakukan secara serentak oleh seluruh karyawan Perum Perhutani mulai awal tahun 2012, untuk menggantikan seragam lama, yang menurut Achmad Fachrodji, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, disebut seragam yang bersifat polisional. Melalui seragam baru inilah, karyawan Perhutani akan terlihat lebih profesional dan bersahabat dengan siapa saja.
Seragam baru itu merefleksikan bahwa Perhutani telah menjadi sebuah entitas bisnis di sektor kehutanan, yang didukung oleh karyawan-karyawan yang memiliki etos kerja dan semangat baru. Pemberlakukan seragam baru ini disambut secara suka cita oleh seluruh karyawan Perhutani. Umumnya mereka berpendapat, dengan seragam baru ini tidak hanya tampilan dirinya sebagai seorang karyawan di sebuah BUMN yang berubah menjadi lebih elegan dan percaya diri, lebih dari itu, melalui penggunaan seragam baru ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan semangat dan etos kerja baru, untuk mendukung perusahaan dalam bertransformasi menuju entitas bisnis yang produktif, berkualitas, dan efisien. “Kami bangga dan percaya diri dengan seragam baru ini. Tetapi kita juga harus terus bersemangat dan meningkatkan etos kerja,” jelas Afif, karyawan Perhutani di kantor pusat.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Semangat dan etos kerja karyawan sangat dibutuhkan bagi proses transformasi di tubuh Perhutani. Mengapa demikian? Karena transformasi Perhutani ini tak hanya mampu meningkatkan performa bisnisnya. Tetapi pada sisi lain, juga meningkatkan kepercayaan di kalangan pemangku kepentingan. Kepercayaan dunia perbankan untuk memberikan pinjaman sebagai modal kerja dan investasi pada 2011 tentu tidak lepas karena transformasi bisnis Perhutani yang mulai banyak membuahkan hasil. Dalam kinerja Perhutani pada 2011, terlihat bahwa transformasi bisnis sangat signifikan. Bisnis non kayu pertumbuhannya telah melebihi bisnis kayu, sekalipun dari sisi pendapatan sektor kayu masih cukup besar memberikan kontribusi. Fakta tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran mindset atau pola pikir dari manajemen kayu menuju manajemen yang berbasis pada sumber daya hutan. Jika hal ini terus dilanjutkan, Perhutani ke depan akan bisa menjadi penyokong utama pengembangan industri hilir, yang kini tengah digulirkan oleh pemerintah untuk menciptakan nilai tambah bagi produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam. Buah dari transformasi Perhutani ini juga menjadi magnet pemberitaan media massa. Sebagaimana hasil media monitoring pemberitaan pada media massa selama kurun waktu 2011, terlihat kinerja operasional, investasi, dan finansial Perhutani mendapat liputan luas oleh media nasional. Dari fakta tersebut, dapat ditarik kesimpulan, transformasi Perhutani tak hanya menjadi milik karyawan Perhutani, tetapi juga menjadi milik publik. Artinya, sekecil apapun perubahan yang terjadi di Perhutani akan menjadi obyek liputan pers. Fenomena tersebut kiranya
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Menjadi tantangan, dimana insan Perhutani harus bekerja keras untuk menjalankan dan mengawal proses transformasi ini agar tetap on the right track, sesuai dengan koridor bisnis yang berlaku. Jika tidak, ini bisa menjadi isu krusial dan sorotan publik yang bisa merepotkan Perhutani. Jika transformasi ini bisa berjalan on the right track, maka Perhutani akan tumbuh menjadi perusahaan yang memiliki kinerja unggul, dan pada gilirannya akan
Jika transformasi ini bisa berjalan on the right track, maka Perhutani akan tumbuh menjadi perusahaan yang memiliki kinerja unggul, dan pada gilirannya akan menjadi peluang bagi perusahaan ini untuk meningkatkan posisi tawar yang tinggi di tengah percaturan bisnis yang semakin kompetitif. menjadi peluang bagi perusahaan ini untuk meningkatkan posisi tawar yang tinggi di tengah percaturan bisnis yang semakin kompetitif. Sebagai perusahaan perkebunan, saat ini Perhutani tak hanya tampil sebagai perusahaan yang menjaga kelestarian hutan di Pulau Jawa. Yang tidak kalah penting, perusahaan ini bisa menjadi garda
terdepan bersama BUMN yang lain untuk menggerakkan perekonomian nasional dan mempercepat Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), khususnya di koridor Jawa. Melalui akselerasi MP3EI, Perhutani tak hanya ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Tetapi juga ikut melakukan pemerataan pembangunan, melalui penciptaan lapangan kerja, pemberdayan masyarakat, dan pengurangan kemiskinan bagi masyarakat di sekitar hutan. Dalam perspektif makro semacam itu, seragam baru Perhutani ini bisa ditempatkan sebagai bagian dari upaya untuk mendorong perusahaan ini agar bisa berperan lebih besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Masalahnya bagi Dirut Perhutani, bagaimana seragam baru ini juga diikuti dengan kultur baru dan harapan baru. Kultur baru ini untuk mengikis kultur lama yang tidak relevan lagi di era kompetisi. Dalam kultur lama, sebagaimana digambarkan Achmad Fachrodji, karyawan Perhutani dihinggapi rasa menang-menangan. Dalam budaya lama, orang berebut beli kayu, antre panjang, sampai tokoh politik pun ikut berebut kayu. “Budaya semacam itu tentu tak bisa dikembangkan,” tegas sang Dirum. Jika budaya lama itu tak diperbarui, maka Perhutani bisa ditinggalkan oleh konsumen. Orang sekarang begitu mudah mencari subtitusi kayu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Karena itu kita sekarang yang harus mendatangi konsumen,” tambah Fachrodji. Kalau tidak ada inovasi dalam melakukan pelayanan kepada pelanggan, pembeli tentu akan lari. Dalam memberikan pelayanan tentu dibutuhkan pelayanan yang progresif. Untuk membeli produk
DUTA Rimba
11
Dok. HUMAS PHT
RIMBAUTAMA
Perhutani misalnya, harus bisa membayar tunda. Namun untuk menjamin pembayaran tepat waktu, Perhutani memberlakukan garansi bank. Cara melayani konsumen secara progresif tersebut tentu membutuhkan kultur baru dengan memangkas kultur lama yang tidak produktif. Untuk membangun kultur baru tersebut, sejumlah pemikiran memang muncul dari karyawan Perhutani baik di pusat maupun di daerah. Mereka secara kreatif menggali nilai-nilai yang ada di sekitarnya untuk membangun kultur korporat. Beberapa usulan kulktur baru itu muncul dari Surabaya, Cirebon, dan tentu saja dari kantor pusat. Pemikiran baru itu kiranya perlu dirumuskan dan disepakati bersama, agar kultur baru ini bisa menjadi tata nilai yang menginternal dalam sikap dan perilaku karyawan. Kultur baru tentu tak hanya sekadar sebuah tag line di perusahaan, semisal Pegadaian yang “mengatasi masalah tanpa masalah” atau “terus terang, semakin terang” tag line PLN. Lebih jauh dari itu, kultur baru itu harus memiliki nilai filosofis yang digali
12
DUTA Rimba
dari sejarah panjang Perhutani yang positif agar bisa menggerakkan seluruh karyawan Perhutani untuk memompa kinerjanya. Untuk mewujudkan kultur baru ini harus dimulai dari unsur pimpinan, karena mereka ini menjadi “role model” bagi seluruh karyawan. Tak heran untuk membangun kultur baru perusahaan ini, jajaran direksi Perhutani sering memanfaatkan hari libur pada Sabtu dan Minggu untuk turun ke lapangan guna memompa semangat dan motivasi karyawan untuk terus membesarkan perhutani. Selain itu, direksi juga semakin gencar melakukan debirokratisasi, untuk menjaga hubungan pimpinan dan karyawan agar semakin dekat. Debirokratisasi ini juga terlihat dalam pengambil keputusan. “Untuk mengisi 85 jabatan di daerah, biasanya dirapatkan dalam waktu empat hari. Sekarang ini bisa diputuskan dalam waktu dua jam,” tegas Bambang Sukmananto. Itulah sebuah contoh kerja yang efisien, yang kiranya cocok bagi entitas bisnis seperti Perhutani yang harus masuk dalam medan persaingan yang makin ketat. Hanya saja, seperti diingatkan oleh Dirut
Perhutani, seragam baru dan kultur baru tidaklah cukup bagi karyawan Perhutani. Seragam baru, kultur baru itu juga harus diikuti dengan harapan baru. Tanpa harapan baru, kultur baru itu bisa menguap. Mengapa demikian? Karena kultur baru itu tak bisa membawa manfaat yang dirasakan langsung oleh karyawan. Disinilah tantangan yang harus diwujudkan oleh jajaran direksi. “Dengan kultur baru tersebut kinerja perusahaan tentu akan meningkat. Kalau ini terjadi tentu harus ada perbaikan kesejahteraan pada karyawan, karena mereka telah memberikan yang terbaik bagi perusahaan,” tambah Bambang. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa konsep seragam baru, kultur baru, dan harapan baru, sejalan dengan teori partisipasi pembangunan. Dimana karyawan Perhutani tak hanya terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan operasional perusahaan, tetapi yang tidak kalah penting juga menikmati hasil yang dicapai oleh perusahaan. Karena itu, majulah terus Perhutani menggapai mimpimu menjadi perusahaan kelas dunia. (DR)
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
RIMBAUTAMA Bambang Sukmananto, Dirut Perum Perhutani
Perhutani Butuh Role Model Di tengah kesibukannya sebagai Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto sangat getol untuk melakukan sosialisasi transformasi Perum Perhutani. Bahkan pada hari libur pun, ia tidak segansegan untuk turun ke lapangan menyapa para karyawannya.
rima Duta Rimba untuk melakukan wawancara di ruangannya. Berikut ini petikan wawancara dengan Dirut Perhutani tersebut. Dok. HUMAS PHT
M
enjelang keberangkatannya ke Banyuwangi di sebuah akhir pekan, untuk melakukan sosialisasi transformasi Perhutani, Bambang sempat mene-
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Dengan Seragam baru, tentu akan diikuti dengan kultur baru di Perhutani? Kita berharap, tahun 2012 ada sesuatu yang baru. Dilambangkan dengan seragam baru. Harapannya, Perhutani punya kultur yang baru. Mengarah kepada budaya baru Perhutani, tentunya berbeda dengan yang dulu.
DUTA Rimba
13
RIMBAUTAMA Kultur baru tersebut kongkretnya seperti apa? Perhutani kan perusahan. Harus ada budaya perusahaan, yang tentu bukan budaya birokrasi sebagaimana di pemerintahan. Budaya tersebut terkait dengan pelayanan, yaitu melayani. Aspek ini harus dicerminkan lewat seragam baru, untuk memberikan pelayanan. Ada warna terang, sinar harapan, ini juga budaya dan semangat baru, dimana itu harus dipunyai oleh perhutani.
Ada tahapan khusus untuk mencapai target? Dibantu dengan tim transformasi. Harus pakai sistem. Sistem sudah dibentuk. Tetapi harus dilaksanakan. Tim pengawalan harus jalan, dari Jakarta ke daerah. Ke Banyuwangi saya kumpulkan. Ke hutan-hutan, ketemu yang ada di bawah, keliling sampai ke Jawa Tengah. Menunjukkan kepada teman-teman di lapangan, transformasinya serius. Perlu waktu seperti itu.
yang luar biasa, dalam waktu 2 jam? Bapak melakukan transformasi secara fundamental? Kita tidak punya agenda tersembunyi kepada seseorang. Kalau bagus, ya go. Anda jangan mikirin satu, dua, tiga orang. Berpikirlah penguatan ke masingmasing unit. This is my authority. Kita ikutin 80 persen mau mereka. Jangan sampai bikin kerajaan masing-masing. Penguatan pada sistem. Ini yang harus dijelaskan. Karana titip-titipan tidak ada. Menilai seseorang itu universal. Jadi cepat, 85 orang dalam 2 jam.
Apakah transformasi itu juga Jadi seragam baru ini menandai semangat baru dan kultur ke bisnis non kayu? baru Perhutani? Di kultur lama, orang dulu Korporat harus dapat untung, Jadi perubahan kultur dimulai berpikir kayu. Sekarang kita balik, harus efisien. Kalau tidak, nggak dari pimpinan? non kayu. Dan satu lagi ke industri. akan untung. Selama ini, terjadi Teman-teman Perhutani harus Bapak harus beri contoh ke mengalihkan pikirannya ke era pemborosan. Dengan aset yang anak. Anak ikut bapaknya. Seorang begitu besar, keuntungannya pemimpin harus berani berkorban. industri. Memerlukan orang yang sedikit. Tidak semata-mata Anak buah pada takut, anak buah tidak bisa macam-macam. Ini semua salahnya direksi. Recruitment direksi juga tidak menunjukkan harus dikasih contoh yang benar recruitment perusahaan. Bahwa kalau ingin maju. BUMN banyak sekali titipannya. Jadi ini menjadi langkah para Sistem penyeleksian melalui fit and direksi lain? proper. Tetapi Kalau mau mengubah tidak bisa revolusi, jadi Harapannya Perusahaan bertahap untuk meyakinkan orang. harus seperti itu. Semoga sampai hari ini profesional. pikirannya disiplin. Teman-teman Sekarang harus ada budaya baru. direksi masih solid, gampang diatur. Perhutani berpikir masih seperti Saya masih konsisten sampai hari Kira-kira perubahan kultur petani, menanam lalu jual, sekarang ini. Kita juga harus melihat fakta di ini bisa dicapai dalam 1 tahun - 2 menanam besok jual. Kalo mau lapangan. Kalau mau mengubah tidak bisa revolusi, jadi bertahap tahun? survive sebagai perusahaan, harus untuk meyakinkan orang. Dari Kalau jangka pendek namanya berubah. Tantangan di luar semakin berat. Nanam, tebang. Padahal yang pengalaman, orang Indonesia revolusi. Tidak bisa dengan itu. ditebang lama-lama habis. Dengan tidak seperti Amerika. Explicit Tetapi ada contoh. Dengan contoh akan mengimbas. Perubahan ini akan banget, marah tetapi kalau bisa adanya baju baru , sesungguhnya itu hanya sebagai simbol dari kultur cepat terjadi kalau pimpinan cepat tidak tersinggung, itu kan susah. baru. Dan di dalam menyusun berinteraksi dengan karyawan. Kultur Kadang-kadang kalau terpaksa ya personel menentukan 85 pejabat bentak. Karena marah itu perlu, pak. inilah yang harus ditularkan. Kalau yang ngerti ya perlu. Kembali daerah (yang baru saja dilakukan oleh direksi-red) , nggak sampe ke filosofi seragam, Perhutani Tidak hanya bapak sebagai diharapkan lebih baik. Potensi besar, sehari. Ini 2 jam sudah beres. Semua Dirut, tetapi juga direksi yang lain? sistem sudah ada, tinggal perlu Kita coba, harus ada role model yang terlibat tidak ada pertengkaran sentuhan, dan bagaimana sistem ini baru, harus banyak berinteraksi. tetapi decision di Dirut. bisa berjalan. Kalau cuma diomongin doang, nggak (DR) Proses pengambilan keputusan bisa. Kultur harus ditularkan.
14
DUTARimba Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
RIMBAUTAMA
Membangun Kinerja, Menumbuhkan Harapan Baru
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
bisa membangkitkan harapan baru di tengah perubahan kultur baru yang disimbolkan oleh seragam baru. Mengapa demikian? Harapan mempunyai peranan penting dalam prestasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki harapan yang tinggi dapat membantu individu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
Dok. HUMAS PHT
S
eragam baru yang mulai diterapkan oleh Perum Perhutani, tentu memiliki implikasi yang luas untuk mendorong lahirnya kultur baru perusahaan, yang menciptakan budaya melayani, fokus, hatihati, dan progresif. Jika kultur ini diimplementasikan, tentu akan bisa menghasilkan produktivitas, kualitas, dan efisiensi yang tinggi bagi korporat. Namun seragam baru dan kultur baru tidaklah cukup. Hal itu diingatkan oleh Dirut Perhutani, Bambang Sukmananto. Selain seragam baru dan kultur baru, karyawan juga harus memiliki harapan baru. Di dalam proses perubahan tersebut, karyawan yang merupakan aset perusahaan, tentu berhak untuk memiliki harapan baru tentang adanya perbaikan kualitas kerja maupun kualitas hidup. “Iya-lah, harapan baru itu harus ada,” tambah Bambang. Tentu apa yang diungkapkan oleh Bambang itu tidak lepas dari interaksinya selama ini dengan karyawan Perhutani baik di pusat maupun di daerah. Karyawan Perhutani tentu menaruh harapan yang besar pada transformasi korporat. Perubahan kultur ini selain akan mampu meningkatkan kinerja, diharapkan juga mampu meningkatkan kesejahteraan para karyawan. “Kita usahakan ada perbaikan kesejahteraan di masa mendatang,” tegasnya lagi. Sebagai Direktur Utama, Bambang memang harus bisa membangkitkan harapan para karyawannya. Sebab, adalah tugas pimpinan Perum Perhutani untuk
Bambang Sukmananto, Dirut Perhutani
Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan untuk memiliki dan mempertahankan harapan mempunyai peranan penting dalam kesuksesan daripada bakat alami yang dimiliki karyawan. Penelitian itu juga menyimpulkan, harapan yang tinggi juga memiliki kaitan dengan kesehatan fisik, mental, dan emosional. Tidak ada seorang pun yang akan bekerja keras jika mereka berfikir bahwa perubahan kultur itu merupakan usaha yang siasia. Dengan demikian, jajaran manajemen harus bisa meyakinkan kepada seluruh karyawan Perhutani, bahwa perubahan kultur baru korporat harus bisa membawa harapan perubahan yang lebih baik baik kepada perusahaan maupun karyawan. Disinilah tantangan bagi direksi
Perum Perhutani untuk bisa terus menjaga harapan karyawan dari seragam baru dan kultur baru. “Harapan itu harus terrealisasikan. Direksi harus kerja keras dan harus dipimpin dengan empati,” tegas Bambang Sukmananto. Memang harapan karyawan baru itu beraneka macam dalam proses transformasi. Namun secara universal, harapan karyawan dalam setiap perubahan besar di lingkungan kerjanya adalah adanya perbaikan baik dari sisi korporat maupun karyawan itu sendiri. Perbaikan itu tentunya berkait erat dengan harapan untuk kondisi yang lebih baik, yaitu kesejahteraan. Bagi korporat, kesejahteraan perusahaan diukur melalui penerimaan dan keuntungan perusahaan. Sementara kesejahteraan karyawan diukur dari seberapa jauh manfaat yang mereka terima dari tempat mereka bekerja. Mengutip pendapat Malayu SP Hasibuan, kesejahteraan karyawan adalah balas jasa lengkap, materi dan non materi, yang diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaannya. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar produktifitasnya meningkat. Pemberian kesejahteraan akan memberikan ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal terhadap perusahaan sehingga labour turnover yang terjadi relatif rendah. Tak berlebihan jika jajaran direksi Perum Perhutani memandang, dalam rangka penggantian seragam baru, kultur baru, juga harus diikuti dengan harapan baru. (DR)
DUTA Rimba
15
RIMBAUTAMA
Kebersamaan Menjaga Citra Korporat 16
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
Apa sesungguhnya makna yang tersimpan di balik perlunya sebuah seragam baru? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu bisa beraneka macam, tergantung dari sisi mana seseorang melihat. Ada yang menafsirkan seragam kerja itu untuk menunjukkan identitas. Tetapi ada juga yang menafsirkan untuk menunjukkan keren-kerenan atau gagah-gagahan.
17
RIMBAUTAMA
J
Khusus bagi orang yang memiliki keterbatasan stok pakaian, memakai seragam kantor memberikan kemudahan untuk tidak memikirkan baju apa yang harus dipakai besok dan besoknya lagi. Memakai seragam kantor berarti menghemat dana untuk belanja baju. Dana yang dimiliki karyawan tersebut pun bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih produktif. Begitu indahnya kebersamaan yang akan ditunjukkan dengan seragam baru Perhutani, yang menggantikan seragam lama yang telah puluhan tahun menjadi
pemain sepak bola, yang lebih penting bukanlah nama di bagian belakang, melainkan nama di depan kostum seragamnya. Sebab, di sana tertulis nama klub dan nama negara. Dengan seragam, para pemain sepak bola bisa membawa harum nama negara dan nama klub sepakbolanya. Jika pemain sepak bola dunia saja bangga dengan kaos yang dikenakan, lalu mengapa karyawan Perhutani tidak bisa bangga dengan seragam bajunya? Memang bagi perusahaanperusahaan besar yang memiliki karyawan puluhan ribu, ratusan ribu,
melakukan penyetaraan kedudukan karyawan di mata perusahaan. Dengan seragam, tak ada alasan bagi seorang karyawan untuk menonjolkan eksistensi dirinya di mata pegawai lain dengan pemakaian busana secara berlebihan.
indentitas Perum Perhutani. Ungkapan tersebut tentu bukanlah isapan jempol. Dengan berseragam baru, rasa persaudaraan akan tercipta, sehingga semangat dan loyalitas kerja akan tumbuh dengan sendirinya. Layaknya seorang
bahkan jutaan orang, ada alasan pragmatis untuk memberlakukan seragam kerja. Yaitu sebagai penanda identitas personal. Perusahaan sekelas ini sudah susah menghafal orang satu persatu, sehingga pemberlakukan seragam
Alexey Klementiev@Photoxpress.com
awaban semacam itu tentu tidak ada yang salah, karena seseorang bisa memiliki seribu satu jawaban atas pertanyaan di atas. Namun jika ditarik benang merah dari sekian banyak jawaban tersebut dan dikaitkan dengan kepentingan korporasi, maka seragam kerja apalagi dengan seragam baru - tentu dimaksudkan untuk menciptakan kebersamaan dalam mewujudkan dan menjaga citra perusahaan. Dengan seragam, perusahaan
18
DUTA Rimba
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
menjadi salah satu cara untuk mengenal mereka. Namun, di era kompetisi ini seragam kerja diberlakukan untuk identitas profesi dan institusi. Misalnya, bagi seorang wartawan yang ditugaskan oleh kantornya untuk sebuah peliputan. Mereka pasti butuh penanda identitas. Lebih-lebih jika tempat tugasnya di kawasan yang tingkat risikonya tinggi. Seragam dinilai penting untuk membedakan indentitas profesi, institusi dan eksistensi. Bahkan, untuk membangun kepercayaan (trust) pihak lain, seragam cukup efektif meyakinkan pihak lain. Kita bisa langsung lebih mudah percaya terhadap orang yang datang ke rumah dengan memakai seragam kantor. Begitu mudahnya orang membangun trust dengan seragam, banyak kasus penipuan yang berhasil meloloskan idenya dengan menggunakan seragam. Pertanyaannya, dalam lanskap semacam itu, bagaimana seragam Perhutani ini bisa ditempatkan? Tentu dalam acuan manajemen, seragam baru itu bukanlah untuk gagah-gagahan atau kerenkerenan. Namun, seragam baru itu dimaksudkan untuk mempersatukan berbagai karakter dan kepribadian individu dalam formula kolektif pada waktu dan kondisi tertentu. Perhutani yang kini tengah melakukan transformasi fundamental, bisnis dan lingkungan hidup, seragam kerja ini harus bisa menjadi sarana untuk menciptakan budaya kerja yang dianut seluruh karyawan Perhutani. Membangun budaya organisasi dengan seragam baru tentu tidaklah
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
mudah. Edgard Schein dalam bukunya “Organization leadership and Culture” (1992) mengingatkan budaya kerja, kapasitas seragam dalam kaitannya dengan budaya itu masih di atas permukaan, meskipun
Membangun budaya organisasi dengan seragam baru tentu tidaklah mudah. Edgard Schein dalam bukunya “Organization leadership and Culture” (1992) mengingatkan budaya kerja, kapasitas seragam dalam kaitannya dengan budaya itu masih di atas permukaan, meskipun itu adalah salah satu tool yang cukup efektif di awalawal perubahan. itu adalah salah satu tool yang cukup efektif di awal-awal perubahan. Schein membagi kultur perusahaan menjadi tiga lapisan, yaitu artifacts, espoused value dan basic assumtion and value. Seragam
termasuk artifact atau lambang dari kultur perusahaan yang belum tentu merefleksikan kultur perusahaan. Belum tentu orang yang memakai seragam tertentu kemudian menjalankan nilai-nilai tertentu yang dianut oleh institusinya. May be Yes dan may be No. Namun secara kasat mata, seragam sedikit banyak mewakili standar budaya institusi tersebut. Karena itu seragam baru yang diberlakukan oleh Perhutani ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan lapisan kultur perusahaan sebagaimana digariskan Schein tersebut. Dari lapisan artifacts secara bertahap ditingkatkan menuju espoused values, yang sifatnya kognitif. Begitu pula dari espoused ditingkatkan menjadi kultur yang paling tinggi, agar nilai-nilai, strategi atau berbagai kode organisasi itu sudah menjadi seperti udara yang kita pakai untuk bernafas. Orang menjalankan nilai-nilai, keyakinan dan standar organisasi secara refleks, sudah membudaya, tidak seperti diatur, sudah menjadi basic assumption and value. Dari level kultur Schein, seragam baru Perhutani bisa dipakai sebagai jembatan menuju espoused values, baik melalui peraturan maupun perumusan standar operasi (SOP) atau makna di balik lambangnya. Karena itu, tekad direksi untuk terus melakukan sosialisasi transformasi korporasi dengan mendorong lahirnya role model-role model baik di Perhutani pusat maupun daerah, merupakan langkah bijak, yang akan menghasilkan kearifan korporat yang dianut oleh seluruh karyawan. (DR)
DUTA Rimba
19
RIMBAUTAMA
Merentang Kultur Baru
Perusahaan Kelas Dunia 20
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Lingkungan bisnis kini berubah cepat. Hal itu juga berlaku di sektor kehutanan. Dulu, orang membangun rumah tidak bisa lepas dari kayu yang dihasilkan oleh hutan yang ada di sekitar kita. Kini situasinya telah berbeda. Untuk membangun rumah, manusia bisa tidak lagi menggunakan kayu. Mulai dari pintu, jendela,kaso dan reng, semua itu bisa menggunakan bahan dari baja.
D
i tengah lingkungan Bisnis yang terus berubah tersebut, nampak sekali kultur lama perusahaan-perusahaan di bidang kehutanan mulai limbung. Jika dahulu karyawan perusahaan di bidang kehutanan dihinggapi rasa “menang-menangan”, kini tidak relevan lagi. Rasa “menangmenangan” itu dulu hinggap, karena tanpa harus keliling menawarkan kayu, orang masih berebut membeli kayu dari perusahaan kehutanan. Kultur “menang-menangan” semacam itu sekarang ini tentu tidak bisa dipertahankan oleh Perhutani. Mengapa demikian? Untuk membangun rumah misalnya, orang dengan mudah mencari subtitusi kayu dengan plastik atau besi. Sehingga, mereka tak perlu lagi antre untuk mendapatkan kayu. Fenomena kecil inilah yang mendorong Perhutani untuk melakukan transformasi. Tidak saja secara bisnis, tetapi juga secara kultur. Melalui transformasi fundamental, yaitu mengubah sikap dan perilaku karyawan, yang dulunya pasif menjadi lebih aktif. Di tengah lingkungan bisnis yang terus berubah, Perhutani harus menjemput bola. Jika dulu menunggu saja dan orang antre untuk membeli kayu, maka
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
sekarang menurut Dirut Perhutani Bambang Sukmananto, karyawan Perhutani harus bisa melayani. Jadi dengan pergantian seragam baru, diharapkan menjadi momentum bagi seluruh karyawan Perhutani untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk membangun kultur baru, memang harus berani memangkas kultur lama yang tidak produktif. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh Perhutani saja. Banyak perusahaan
Untuk membangun kultur baru, memang harus berani memangkas kultur lama yang tidak produktif. Banyak perusahaan besar yang kemudian harus meninggalkan kultur lama untuk berganti dengan kultur baru agar bisa tetap survive, bertahan, tumbuh, dan berkembang menjadi gurita bisnis, bahkan menjadi powerhouse bagi bangsanya.
besar yang kemudian harus meninggalkan kultur lama untuk berganti dengan kultur baru agar bisa tetap survive, bertahan, tumbuh, dan berkembang menjadi gurita bisnis, bahkan menjadi powerhouse bagi bangsanya. Perhutani yang sebelumnya banyak disorot oleh publik, khususnya di kalangan pengamat lingkungan, tak ubahnya seperti rumah sakit. Dari luar terlihat megah. “Tetapi begitu masuk ke dalam, banyak koreng, borok, dan sakit semua. Padahal Perhutani memiliki potensi besar. SDM dengan kualifikasi yang isitmewa. Perusahaan kehutanan yang menjadi ikon pengelolaan hutan terbaik di Indonesia,” tambah Achmad Fachrodji, Direktur Umum dan SDM Perhutani. Melihat fenomena semacam itu, Perhutani kiranya perlu belajar dari perusahaan-perusahaan besar yang pernah mengalami nasib yang sama, yaitu terlihat indah dari luar, tetapi di dalamnya penuh borok. Sebut saja, misalnya perusahaan seperti General Electric, Marks & Spencer, dan Pertamina, pernah mengalami nasib serupa. Marks & Spencer misalnya. Perusahaan retail dari Inggris ini pernah satu abad memiliki ketenaran yang sama dengan
DUTA Rimba
21
RIMBAUTAMA keluarga Kerajaan Inggris. Marks menjadi peritel paling menguntungkan selama lebih dari 50 tahun. Seperempat abad populasi penduduk Inggris membeli di Marks & Spencer. Lalu datanglah krisis. Penguasaan pasarnya tiba-tiba diambilalih oleh pelaku usaha lokal yang sebagian datang tanpa pengalaman apaapa. Mulanya mereka memang tidak bagus, tetapi mereka cepat
Dok. HUMAS PHT
hasil. Bahkan kehebatan GE juga mampu menempatkan CEO-nya, Jack Welch, di posisi sebagai eksekutif terbaik dunia. Karena itu, tak ada kata “ketinggalan kereta” bagi Perhutani untuk melakukan perubahanan kultur menyusul pergantian seragam baru. Sejumlah BUMN yang kini mulai kelihatan hasilnya secara bisnis, belum terlalu lama melakukan transformasi. Faktanya, Pertamina, Bank Mandiri, Bank BTN, Telkom, dan sejumlah BUMN lainnya, baru lima tahun terakhir serius melakukan transformasi bisnis dan fundamental secara serius.
Achmad Fachrodji, Direktur Umum dan SDM Perhutani.
belajar dan berhasil merebut hati pelanggan. Karyawan Mark Spencer menjadi tampak tua dan produkproduknya mulai kurang diminati. Pada saat penurunan terjadi, para eksekutifnya menyangkal telah terjadi penurunan. Padahal, semakin mereka menyangkal, semakin cepat mereka ditinggalkan oleh pasar. Kondisi ini diikuti oleh hukuman para analis pasar modal. Turunnya nilai saham pun menjadi satu hal yang sulit dibendung. Beruntung kondisi semacam itu segera disadari oleh Marks & Spencer maupun General Electric untuk melakukan transformasi secara fundamental guna mengubah kultur perusahaan yang lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen. Transformasi kultur ini membuahkan
22
DUTA Rimba
Bisnis Perhutani ke depan harus bisa memperkuat program hilirisasi industri. Produk dan potensi hutan itu bisa dikelola dan diolah agar memiliki nilai lebih tidak saja dari sisi profit, tetapi juga penciptaan lapangan kerja, maupun pengurangan kemiskinan. Masalahnya, kultur perusahaan macam apa yang ingin dikembangkan oleh Perhutani? Selain harus meningkatkan pelayanan, sebagai sebuah perusahaan, jelas Bambang, Perhutani harus untung dan efisien. Sebab dari segi aset, perusahaan ini memiliki aset yang begitu besar. Namun dari segi untung, masih sedikit.
Untuk menggenjot kinerja Perhutani, memang sejumlah pemikiran tentang kultur baru yang relevan dengan lingkungan bisnis telah banyak digagas oleh karyawan Perhutani, baik di pusat maupun di daerah. Melalui kreativitasnya, mereka mulai menggali kultur perusahaan itu dari nilai-nilai yang tumbuh di lingkungan Perhutani dan menyinergikannya dengan lingkungan bisnis. Tentu berbagai macam pemikiran yang muncul dari karyawan Perhutani baik di pusat maupun di daerah itu, harus diformulasikan dan dirumuskan agar bisa menjadi kultur perusahaan yang bisa diimplementasikan oleh seluruh karyawan. Perumusan dan formulasi kultur perusahaan itu harus bisa diterima oleh semua pihak, tanpa kecuali. Mengapa demikian? Karena budaya perusahaan merupakan nilai kepercayaan , sikap dan perilaku yang dipegang oleh anggotanya (Eugene Mc Kenma dan Nic Beech, 2000 : 18). Budaya perusahaan harus menjadi sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, ditetapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk menciptakan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan (Djokosantoso, 2000: 21). Merumuskan budaya perusahaan yang bisa diterima oleh semua karyawan menjadi kata kunci, mengingat kultur perusahaan itu tidak hanya akan menjadi dokumen sejarah, tetapi harus menjadi way or life karyawan dalam bersikap dan berperilaku di perusahaan. Nilainilai yang terkandung di dalam kultur perusahaan ibarat gunung berapi harus menjadi magma, energi untuk menggerakkan karyawan
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
agar berbuat yang terbaik bagi perusahaan. Lantas seperti apakah kultur baru Perhutani yang relevan dengan lingkungan bisnis dewasa ini? Jika dicari benang merahnya, menurut Achmad Fachrodji yang mengutip apa yang selalu diingatkan oleh Dirut Perhutani, nilai-nilai baru yang perlu dikembangkan oleh korporat agar menjadi kultur perusahaan adalah fokus, hati-hati, dan progresif. Banyak kesalahan masa lalu yang disebabkan karena kurang hati-hati, sehingga kehati-hatian perlu menjadi sikap dan perilaku seluruh karyawan Perhutani dalam menggerakkan roda perusahaan. Begitu pula sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, tentu harus fokus pada line bisnisnya, maupun pada pelanggannya. Perhutani tidak boleh tergoda dengan bisnis yang memang tidak pada jalurnya. Mengapa demikian? Karena kalau hutan di Jawa ini bisa dikelola secara baik dan benar, Perhutani tak cukup hanya bergerak di sektor kayu saja. Namun sebagaimana dijelaskan Bambang Sukmananto, Perhutani bisa menggarap bisnis non kayu. “Kalau kayu kan bisa habis. Kalau non kayu masih terbuka luas,” Bisnis Perhutani ke depan harus bisa memperkuat program hilirisasi industri. Produk dan potensi hutan itu bisa dikelola dan diolah agar memiliki nilai lebih tidak saja dari sisi profit, tetapi juga penciptaan lapangan kerja, maupun pengurangan kemiskinan. Melalui bisnis yang fokus, Perhutani bisa berada pada arus besar bangsa untuk mengakselerasi percepatan dan perluasan ekonomi nasional. Hanya saja fokus dan hati-hati tidaklah cukup. “Tidak boleh karena terlalu fokus dan hati-hati, Perhutani malah tidak bergerak. Karena itu, ke depan Perhutani harus progresif,” tambah Fahrodji.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
3 In 1 Ketiga kultur baru yang perlu dikembangkan oleh Perhutani tersebut menurut Fachrodji adalah untuk mencapai 3 in 1. Yaitu produktivitas, kualitas, dan efisiensi. Apapun bentuknya, kultur baru Perhutani haruslah bisa menghasilkan produktivitas yang tinggi. Bagaimanapun hebatnya seseorang, harus diukur dari kinerjanya. Hanya saja, bagaimanapun tinggi kinerjanya, kualitas kerja dan produknya harus juga dijamin. Untuk itu, Perhutani membutuhkan standar mutu melalui ISO. Begitu pula setelah produktivitas dan kualitasnya tercapai, jangan sampai
Perhutani baik di pusat maupun di daerah harus menjadi role model dalam mengimplementasikan kultur baru korporat. Implementasi kultur baru tak cukup hanya dibicarakan secara terbuka. biayanya tinggi. “Harus ada efisiensi, agar nanti harga pokok produksi (HPP) tidak tinggi,” tegasnya.
Secara Gradual Begitu mendasarnya kultur baru Perhutani, sebagaimana diingatkan oleh Dirut Perhutani Bambang Sukmananto, implementasinya tak bisa dilakukan secara revolusioner. Implementasi kultur baru tersebut harus dilakukan secara bertahap. Dimana dalam pelaksanaannya harus terjadi proses pembelajaran, agar internalisasi nilai-nilai korporat
itu bisa berlangsung secara alamiah. Untuk mengubah kultur masyarakat, salah satu tokoh penting dalam sejarah Cina modern, Deng Xiaoping, pernah mengibaratkan dengan menyeberang sungai. Dari satu batu pindah ke batu berikutnya. Pada saat sampai pada batu kedua, menengok ke belakang guna melakukan evaluasi apa yang telah dicapai, untuk kemudian melangkah ke batu berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga Cina kini telah menjelma menjadi raksasa dunia. BUMN-BUMN-nya telah berhasil melakukan transformasi dari kultur birokrat menjadi kultur korporat. BUMN di negeri tersebut kini menjadi lokomotif perekonomian Cina. Meski perubahan kultur baru tersebut dilakukan secara bertahap, Bambang meyakini hal itu bisa diakselerasi. “Perubahan itu akan cepat terjadi kalau pimpinan-pimpinannya cepat berinteraksi dengan karyawan, untuk memberikan contoh langsung,” tegasnya Pemikiran Bambang itu juga sejalan dengan BUMN-BUMN yang telah lebih dahulu melakukan transformasi. Meski mereka memiliki road map untuk melakukan perubahan dengan time frame yang jelas, tetapi dengan kerja keras time frame itu bisa dipercepat. Karena itu, Bambang menekankan kepada jajarannya, setiap pimpinan di lingkungan Perhutani baik di pusat maupun di daerah harus menjadi role model dalam mengimplementasikan kultur baru korporat. Implementasi kultur baru tak cukup hanya dibicarakan secara terbuka. Yang lebih mendasar adalah bagaimana agar para pimpinan dapat memberikan contoh yang kongkret tentang kultur baru. Karena itu sering-seringlah berinteraksi kepada seluruh karyawan untuk melakukan perubahan. (DR)
DUTA Rimba
23
RIMBAUTAMA
Meninggalkan Kenangan
Menumbuhkan Semangat Baru
Dok. HUMAS PHT
24
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Ibarat sebuah perpisahan, tentu banyak kenangan yang melekat dalam memori seseorang. Apalagi kalau perpisahan itu dengan kekasih kita. Perasaan bisa campur aduk. Antara benci dan rindu tak bisa diurai lagi. Tarik menarik keduanya bisa membelah jiwa manusia menjadi sentimentil. Seakan-akan kenangan lama itu tak bisa dihapus dari pelupuk mata.
F
akta semacam itu juga banyak dirasakan oleh karyawan Perhutani, ketika harus menanggalkan seragam lama, diganti dengan seragam baru, yang warnanya cukup kontras. “Harus jujur diakui jika saya pribadi memiliki kenangan dengan seragam lama,” tutur Nur Ichwan Fibrianto, Ketua Tata Usaha Perum Perhutani KPH Purwakarta. Kenangan Nur Ichwan, lelaki murah senyum ini biasa disapa, tentu saja bisa dipahami. Ia yang telah belasan tahun mengenakan seragam lama, rasanya berat harus menanggalkannya. Maklumlah melalui sergam lama itu jati dirinya sebagai karyawan Perhutani telah tertanam dalam aliran nadi darahnya. Ia tentu merasakan seragam lama itu telah menyatu dengan dirinya. Namun sebagai karyawan yang mendedikasikan profesionalismenya, ia tak ingin berkubang dengan kenangan lama. Ia memahami kalau korporat memberlakukan seragam baru bagi seluruh karyawan. Seragam baru ini merupakan rangkaian panjang proses
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
transformasi Perum Perhutani. Dalam transformasi ini Perhutani memang melaksanakannya secara bertahap. Mulai dari tahap pembenahan dan penyempurnaan. Dilanjutkan dengan tahap pengembangan dan dilanjutkan lagi dengan tahap pencapaian. Dalam tahap pembenahan dan penyempurnaan, dari sisi bisnis, memang banyak kemajuan yang telah dicapai, di mana bisnis Perhutani mulai bergeser dari bisnis kayu menuju bisnis non kayu. Meski bisnis non kayu dan hutan lainnya belum mampu mengalahkan bisnis kayu, namun pertumbuhan bisnis non kayu dan hutan lainnya terjadi percepatan yang luas biasa. Komposisi bisnis kayu dan kayu ini menuju komposisi yang berimbang. Memang banyak makna dari manajem kayu menuju majamen berbasiskan suber daya alam (agroforesty). Baik dari sisi bisnis, manajemen, tata kelola perusahaan, maupun lingkungan. Namun pergeseran itu bisa mengalami stagnasi, bila tidak didukung oleh sikap dan perilaku SDM.
Dalam konteks inilah manajemen juga melakukan transformasi fundamental, untuk mengubah mindset karyawannya. Mereka harus memiliki kultur baru, yaitu dari kultur birokrat menjadi kultur korporat, dari kultur pegawai menjadi kultur wirausaha, dan dari kultur dilayani menjadi kultur melayani. Untuk melakukan perubahan kukltur ini dibutuhkan lambang dan ikon baru. Setelah melakukan perubahan logo, kini gilirannya perubahan seragam. Logika semacam itu kini mulai banyak dimengerti oleh para karyawan. Apalagi, untuk memberikan pengertian baru tersebut, jajaran direksi dan manajemen juga getol untuk melakukan sosialisasi dengan jalan turun ke lapangan bertemu dan bertatap muka dengan karyawan. Begitu intensnya manajemen meyakinkan karyawan akan perlunya seragam baru, kini karyawan Perhutani tak lagi sentimentil dengan seragam lamnya. “Adanya seragam baru tentu memiliki tujuan yang sangat penting. Antara lain bukti kuat adanya komitmen untuk
DUTA Rimba
25
RIMBAUTAMA
Dok. HUMAS PHT
menerapkan kultur dan semangat baru di lingkungan Perum Perhutani,” tandas Nur Ichwan. Banyak karyawan memaknai, dengan sergam baru itu sesungguhnya Perum Perhutani tengah membangun kultur baru. “Kami di daerah tentu saja turut senang sekaligus mendukung upaya perbaikan ke arah yang lebih baik,” tambahnya.
Tampil Smart dan Dinamis Makin gencarnya jajaran manajemen melakukan sosialisasi pergantian seragam baru, kini karyawan mulai memahami maksud pergantian seragam baru. Pergantian sergam baru itu tak hanya dimaknai secara harfiah, yaitu meninggalkan seragam lama yang berwarna hijau dengan seragam baru yang berwana
26
DUTA Rimba
Makin gencarnya jajaran manajemen melakukan sosialisasi pergantian seragam baru, kini karyawan mulai memahami maksud pergantian seragam baru. Pergantian sergam baru itu tak hanya dimaknai secara harfiah, yaitu meninggalkan seragam lama yang berwarna hijau dengan seragam baru yang berwana krem untuk baju dan coklat untuk celana panjang.
krem untuk baju dan coklat untuk celana panjang. Ada makna di balik pergantian sergam baru tersebut. “Dengan seragam baru berarti Perhutani sudah meninggalkan feodalisme, terlihat menyatu dengan masyarakat. Menurut saya komunikasi sosial dengan seragam baru lebih preventif,“ tambah Kusdaryono, Kepala Urusan Humas KPH Surakarta Unit I Jateng. Feodalisme itu mungkin memang mewakili gambaran Perum Perhutani tempo dulu, ketika lingkungan bisnis belum berubah. Namun setelah lingkungan bisnis berubah dengan cepat, Perhutani tentu harus melakukan penyesuaianpenyesuaian untuk bisa meraih peluang bisnis yang jauh lebih menjanjikan bila dibanding dengan
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
bisnis kayu. Penyesuaian itu antara lain, Perhutani ingin mengubah kultur “dilayani” menjadi kultur melayani. Penyesuaian itu juga diperlihatkan dengan seragam baru. Seragam yang diperkenalkan pada awal tahun ini bukanlah sekadar untuk bisa tampil gagah, cantik, dan elegan. Lebih dari itu, seragam baru itu agar bisa membuat karyawan tampil smart dan dinamis. “Seragam baru lebih disukai karyawan di sini (Perhutani Brumbung Unit I Jateng – red) dari pada yang hijau, karena yang baru warnanya lebih bagus dan ada sisipan warna oranye di kancing dan lengan baju, sehingga menambah kesan dinamis,” tambah Anggar, Manager Pemasaran KBM INK Brumbung I Jateng. Kesan dinamis sangat diperlukan di tengah era kompetisi. Karyawan Perhutani memang harus mengubah mindset dalam mengembangkan usahanya. Di era persaingan ini mereka harus gesit dan dinamis untuk menangkap peluang usaha. Hutan yang memiliki sumber daya alam, kiranya bisa menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menggenjot kinerja perusahaan. Dalam konteks inilah, karyawan Perhutani yang memahami seragam baru secara artifisial merasakan seragam ini cukup keren. Hal itu dirasakan oleh Iing Moch. Ihsan, seragam baru itu cukup representatif bagi karyawan Perhutani. “Komentar saya seragam baru itu, wow..keren.” Sekalipun keren, seragam baru itu juga masih menyisakan pertanyaan di kalangan Perhutani, khususnya bagi mereka yang sehariharinya bekerja di lapangan untuk mengelola hutan secara langsung. Pertanyaan baru tersebut antara lain, apakah seragam baru itu juga diberlakukan bagi petugas di lapangan. Moh. Iksan, Karo SDM dan Umum Unit I Jawa Tengah, termasuk yang mempertanyakan masalah
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Kesan dinamis sangat diperlukan di tengah era kompetisi. Karyawan Perhutani memang harus mengubah mindset dalam mengembangkan usahanya. Di era persaingan ini mereka harus gesit dan dinamis untuk menangkap peluang usaha. Hutan yang memiliki sumber daya alam, kiranya bisa menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menggenjot kinerja perusahaan. tersebut. “Yang perlu dipikirkan mengenai penerapan di lapangan, apakah seragam baru berlaku bagi petugas di lapangan?” Menurut Iksan, seragam Perhutani di lapangan tentu membutuhkan fleksibilitas, karena petugas yang di lapangan itu berbeda dengan mereka yang ada di kantor. Mereka di lapangan harus membawa bibit, menanam bibit, dan menjalankan tugas lainnya yang terkait langsung dengan masalah kehutanan. “Menurut saya harus ada seragam yang lebih representatif untuk petugas di lapangan. Mungkiin seragam yang banyak kantongnnya yang dapat digunakan sebagai tempat bibit yang akan ditanam di hutan.”
Berubah Secara Bertahap Dari berbagai aspirasi yang muncul sehubungan dengan
kewajiban mengenakan seragam baru tersebut, manajemen menerapkannya secara hati-hati. Manajemen tak ingin memaksakan pelaksanaan seragam baru itu harus dikenakan seluruh karyawan selama lima hari penuh. Hal semacam itu juga diakui oleh Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Achmad Fachrodji. “Saya pernah bertanya kepada karyawan, kenapa belum menggunakan seragam baru. Mereka bilang seragamnya masih dijahit,” kisahnya. Fakta di lapangan inilah yang membuat manajemen tak mau semena-mena dalam menerapkan aturan penggunaan seragam baru. Agar tidak terjadi goncangan, penerapan itu dilakukan secara bertahap. Di Unit I Jawa Tengah, misalnya, untuk Hari Senin dan Selasa menggunakan seragam baru Perhutani, sementara untuk Hari Rabu menggunakan seragam lama. Sedangkan Hari Kamis menggunakan seragam batik dan Hari Jumat menggunakan seragam olah raga. Pergantian seragam baru memang tak bisa dilihat dari segi fisik, tetapi juga harus dilihat dari sisi psikologi karyawan. Karyawan yang masih ingin bernostalgia dengan sergam lama tetap diakomodi untuk jangka waktu tertentu. Namun mereka tertus dibimbing dan diarahkan untuk segera mencintai dan menggunakan seragam baru. Karena itu strategi di berbagai unit Perhutani untuk menerapkan aturan penggunaan seragam baru yang diselingi seragam lama ini bisa dipahami sebagai bagian untuk mengakomodir kenangan lama. Namun ini tak bisa lama-lama, karena seragam baru itu juga merefleksikan semangat baru, kultur baru, dan harapan baru. Semakin cepat mereka berubah, semakin baik bagi korporat. (DR)
DUTA Rimba
27
Dok. HUMAS PHT
28
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
SOSOKRIMBA
Apa Kabar
Frances Seymour Ia membidani program Java Social Forestry tahun 1986. Sudah beberapa ujicoba social forestry dilaksanakannya bersama Perhutani.
P
ertengahan Februari 2012, Perhutani kedatangan tamu istimewa ‘bule’ perempuan paruh baya, Frances Seymor orang nomor satu CIFOR Indonesia. Reuni kecil yang membanggakan kata Frances Seymour ketika bertemu dengan Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani. Dalam pertemuan tersebut terkuak bahwa Bambang Sukmananto adalah satu dari sekian “investasi” capacity building program Social Forestry yang pernah diluncurkan the Ford Foundation di Indonesia era delapanpuluhan. Bambang Sukmananto saat itu mendapat kesempatan belajar di Philippina untuk program Strata dua Social Forestry.
Siapa Frances Seymour ? Perempuan yang terkesan awet muda itu adalah bidan program Java Social Forestry tahun 1986. Beberapa ujicoba social forestry dilaksanakan dengan tiga pilot project bersama Perhutani di Jawa Barat, Jawa Tengah dan
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
29
SOSOKRIMBA Jawa Timur. Program yang banyak memberi peluang masyarakat lokal berperan aktif dalam pengelolaan hutan jawa itu dinilai sebagai perjuangan luar biasa teman-teman Perhutani yang menggerakkannya. Proses transformasi pemberdayaan masyarakat desa hutan di Jawa ini
masyarakat untuk production sharing akan banyak memberi pembelajaran pada usaha REDD. Mungkin saja program REDD akan menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami Perhutani dalam prosesproses bagaimana menerapkan benefit sharing seperti saat ini,
sekarang ini. Kebanggaan lain, Perhutani sekarang mengakui perempuan dalam leadership management. Menurutnya investasi SDM masa lalu yang ditanam Ford Foundation kini berbuah, tidak pernah selesai dan harus berlanjut. Paradigma pemikiran harus terus
Dok. HUMAS PHT
melalui pembelajaran lintas negara seperti: India, Nepal. Thailand, Philippina. Ketika ditanya tentang Perhutani “masa kini” ia mengatakan Perhutani berubah dibandingkan duapuluh lima tahun yang lalu (1984: red). Organisasinya kini lebih terbuka, transparan dan banyak mengadaptasi gagasangagasan baru. Contoh konkritnya adalah Production Sharing dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang duapuluh tahun lalu berpikir tentang itu saja tidak boleh karena kayu hanyalah “milik” Perhutani. Perubahan bertahap mulai pelebaran jarak tanam sampai benefit sharing itu luar biasa. Duapuluh lima tahun kedepan, peran Perhutani semakin penting sebagai ecosystem services bagi Jawa. Hutan Jawa menjadi tumpuan penyerapan karbon. Selain itu, pengalaman Perhutani dengan
30
DUTARimba
Perhutani berubah dibandingkan duapuluh lima tahun yang lalu (1984: red). Organisasinya kini lebih terbuka, transparan dan banyak mengadaptasi gagasan-gagasan baru. demikian pendanganya tentang hutan jawa. Frances bangga dengan ideide individual personal dari dalam Perhutani sendiri yang mengantarkan Social Forestry menjadi seperti
di-charge melalui lembaga lain (outside stimulant). Dalam catatan Frances ada Sembilan orang ex Ford Foundation yang bergabung di Perhutani. Bagaimanapun juga Perhutani harus melakukan review kegiatan terbaiknya ini dan investasi pada hal-hal positif lainnya. CIFOR sebagai lembaga sangat tertarik dengan lesson learnt ini. Perhutani bisa diikutsertakan dalam global comparative research project untuk sharing experience. Frances Seymor erat dengan hutan tropis di Asia Tenggara sejak era 1980 an ketika bekerja di USAID. Sebelum bergabung dengan CIFOR beliau adalah Direktur World Resources Institute’s (WRI) dan the World Wildlife Fund. Frances tercatat banyak menghasilkan publikasi tentang forestry, environmental dan development issues di Asia, Africa and Latin America. (DR – SS)
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
31
WARISANRIMBA
Dok. HUMAS PHT
32
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Penjajahan Jepang di Indonesia tahun 19421945 meninggalkan jejak sejarah di negeri ini. Perhutani wilayah Jember melestarikannya sebagai Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value Forest) .
T
ak hanya jejak sejarah berbentuk ďŹ sik seperti situs, namun pendudukan serdadu Nippon itu juga menorehkan luka dalam sejarah kelam rakyat Indonesia. Betapa tidak, puluhan juta rakyat dipaksa menjadi Romusha, dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia dan Asia Tenggara untuk bekerja secara paksa di bawah tekanan tentara Jepang. Dalam catatan sejarah, Romusha kebanyakan berasal dari kalangan petani. Mereka dipaksa menjadi Romusha sejak Oktober 1943. Namun ironisnya, Bung Karno lah yang diminta Jepang untuk merayu rakyat agar bersedia menjadi
Goa Jepang, Desa Sidomulyo
Melongok Jejak Dai Nippon di Gunung Gumitir NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
33
Rimusha! Sebuah catatan kelam Sang Proklamator yang akhirnya diakui Bung Karno sebagai bagian kelam dalam hidupnya. Bagian sejarah ini antara lain terukir dalam biografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams. Bung Karno mengakui itu semua dengan hati yang remuk. Dirinya sadar jika para Romusha yang dikirim ke Burma, hampir 99 persen mati. Ada yang mati kelaparan, mati disiksa, mati dipenggal kepalanya, mati di dalam gerbong kereta tertutup yang berisi ribuan Romusha. Mereka dipaksa bekerja hingga tinggal kulit pembalut tulang. Inilah pernyataan Bung Karno tentang Romusha: “Sesungguhnya akulah –Sukarno– yang mengirim mereka kerja paksa.
34
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
Dok. HUMAS PHT
WARISANRIMBA
Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan Romusha.
Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang Romusha. Dengan para
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
mis e g n e M ir it m u G g n u n u G lan kabut ba tembus ketemu ke timur kunu t eli rs be punggung gu rlingan menetes putih bak bembun dedaunan menempel ri buhnya seribu jenis, dibaktgeerliai, tjatumur, burung-burung pohon, lumut rlindung di ketiak-ketiak tanganmu binatang, be
si Sastro fas-Nafas" karya Soe Na lam "Da isi pu n ula Dari kump
Dok. HUMAS PHT
Dok. HUMAS PHT
gunung Gumitisar r kekayaan indah dan be bangga hati pasti semuamenebar nafas jutaan kehidupan eksistensi ngemis air hujan tak perlu me air pegunungaran nabedirlimpah terserap ak setiap insan melembabkan di sisi selatan bukit-bukitmu bergantung uh bibir bukit semakin dalamlutku, tebemp etar bibir mpuan ternganga mu para rg dan pere keriput kulitsepuh talelk akbei rdaya tua renta kan dua buah tapak tangan menengadah kelokan-kelokan di sekujur
ayat pilu sungguh hati batengrsga runtuh luruh n nafas berontak nadi-nadi danung Gumitir penguasa gu ribuan tangan para orang tua membiarkan nta-minta bangga memi pesan bangsa ini menguatkan nta-minta bangsa pemi kemaluan tak ada malu, tak ada k bersisa tanya tandassa ta engaja be para penguategorirsme manusia fauna ka membuat salah saturekabiodiversity menjadikan kah Gumitir di bedulapakanng lang kulepas gunung a ragam kehi kukenang anek a juga ribuan nypeangdiemriisku tu tetap kuta sa pikiran penguasa itu pergi ke mana ra ret 2010 @Jember-Banyuwangi, 17 Ma
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
wartawan, juru potret, Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer) dan para pembesar pemerintahan, aku membuat perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang, kerangka hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis-belakang, itu jauh di dalam tambang batubara dan tambang mas. Mengerikan. Ini membikin hati di dalam seperti
DUTA Rimba
35
Dok. HUMAS PHT
WARISANRIMBA
36
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
diremuk-remuk.” Kini, 67 tahun berlalu. Jejak-jejak keberadaan tantara Nippon saat aksi penjajahannya di Indonesia berserakkan di sejumlah wilayah. Salah satunya adalah Goa Jepang yang terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo, Jember. Konon, Goa Jepang yang terletak di atas bukit Gunung Gumitir ini ditemukan oleh sebuah keluarga Jepang pada tahun 1996 yang sengaja mencari lokasi goa tersebut. Sekilas tentang Sidomulyo, desa ini merupakan daerah paling timur wilayah Kabupaten Jember yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuwangi. Sepintas kondisi wilayah Desa Sidomulyo merupakan daerah pegunungan, dan sebagian besar terdiri dari tanah
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT
kering. Topografi desa ini terdiri atas dataran seluas 2357 hektar, serta pebukitan dan pegunungan seluas 2636 hektar. Desa Sidomulyo sendiri merupakan sentra tanaman perkebunan kopi, apokat dan petai.
Lebih Pantas Disebut Bunker Melihat bentuk fisik Goa Jepang, sebenarnya kurang tepat bila ia disebut goa. Mungkin lebih tepat dinamakan bunker. Bunker ini berfungsi sebagai tempat mengintai sekaligus pertahanan pasukan Jepang apabila diserang musuh. Goa Jepang terbuat dari beton tebal, berukuran sekitar 6 x 8 meter. Terletak di atas bukit bernama Gunung Gumitir dekat Blok Watu Gudang. Letaknya yang berada di bagian tertinggi, membuatnya
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Kelas Hutan: Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)
Lokasi: Petak 2A, BKPH Sempolan, RPH Garahan KPH Jember. Terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo. 35 Km dari Kota Jember arah tenggara, sekitar 40 menit perjalanan.•
strategis untuk melihat pergerakan musuh yang bergerak dari arah lereng selatan, di mana terdapat jalur kereta api menuju Banyuwangi. Menurut Ali Maki, petugas Perhutani KPH Jember, goa ini
dibangun sekitar tahun 1942-1943. Namun, menurutnya, tidak jelas apakah pernah terjadi pertempuran di daerah tersebut atau tidak. Juga tidak diketahui apakah di sekitar goa terdapat kuburan para prajurit yang gugur seperti yang ditemukan di Goa Jepang di Wisata Papuma. Di dalam Goa Jepang ini terdapat satu buah ruangan utama dan satu lagi ruangan kecil. Ruangan utama kemungkinan dipergunakan untuk menyimpan senjata mesin yang cukup besar. Terbukti dengan lobang sedalam setengah lingkaran untuk memutar senjata plus lobang tembak di bagian depan. Sementara di bagian belakang atas terdapat satu buah ruangan kecil yang mungkin digunakan untuk para sniper membidik musuh. (DR)
DUTA Rimba
37
LINTASRIMBA
Dok. HUMAS PHT
Perhutani Mendapatkan InMA Award 2012 “Gold Winner” Inhouse Magazine dari Dahlan Iskan
Majalah internal Perhutani “DUTA RIMBA” mendapat “Gold Winner” atau Juara I untuk kategori BUMN pada acara “Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMA) dan Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2012” yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPP) di Ballroom Hotel Novita Jambi, 7 Februari 2012. Piala penghargaan diserahkan langsung oleh Ketua SPS Pusat Dahlan Iskan kepada Perhutani dan diterima oleh Kepala Biro Humas Protokoler, Susetiyaningsih S. Pemenang kedua (Perak) diraih Majalah “KILAU” PT. Telkom dan Majalah “REL” dari PT. KAI sebagai pemenang ketiga atau Perunggu. Ajang InMA 2012 diikuti 67 entri majalah dari 19
KPH Cianjur Siap Bangun Rest Area Perum Perhutani KPH Cianjur berencana akan membangun objek wisata yang berbentuk Rest Area pada kawasan hutan blok Cisokan RPH Cikalongkulon BKPH Ciranjang Utara, Desa Ciranjang, Kabupaten Cianjur. Perhutani sendiri sangat mendukung upaya penataan di wilayah tersebut, karena selain Rest Area, rencananya kawasan itu nantinya akan dijadikan tempat wisata alam, dan wisata budaya, dengan tujuan menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai kota
38
DUTA Rimba
lembaga kategori Lembaga Pemerintah, BUMN, BUMD, Perguruan Tinggi, Perusahaan Multi Nasional, dan Swasta. Dewan Juri untuk InMA adalah Oscar Motuloh (Antara), Prof.Dr. Ibnu Hamad (Universitas Indonesia), Daniel Surya (DM IDHolland Singapura), Ndang Sutisna (Adwork Euro RSCG), Dian Anggraeni (Konsultan PR) dan Ricardo Indra (Telkomsel). Menurut Dewan Juri, Majalah Duta Rimba edisi “Transformasi Sepenuh Hati” yang terbit pada Mei 2011 dengan sampul muka kupu-kupu dianggap mengandung elemen “pemasaran” dan “kehumasan” yang tepat untuk menyampaikan pesan korporasi internal dan eksternal. Selain itu, sampul muka Duta Rimba mempunyai komposisi variable tangible yang tepat seperti gambar ilustrasi, fontase, penempatan logo, teks headline, desain keseluruhan dan pesan komunikasi untuk pembaca. Prestasi Perhutani untuk karya kreatif Kehumasan ini menurut Ketua SPS Pusat harus terus ditingkatkan sebagai pengakuan kinerja BUMN. Dalam siaran pers di Jambi, Kepala Biro Humas Protokoler Perhutani menyampaikan, Majalah Duta Rimba akan terus dijaga kualitas tampilan dan isi dengan tema yang berbeda pada setiap edisi. Majalah ini direncanakan terbit dua bulanan mengingat keterbatasan pengelolaan. Selain untuk internal, majalah ini juga beredar di kalangan BUMN dan stakeholder Perhutani. Perolehan Award InMA 2012 ini adalah salah satu bukti kerja keras Perhutani sebagai korporasi untuk melakukan “Transformasi Sepenuh Hati”. Selamat untuk Tim Redaksi Duta Rimba. (Sumber: http://perumperhutani.com)
wisata. Demikian dikatakan Administratur KPH Cianjur Hezlisyah Siregar. Melihat potensi yang terdapat pada kawasan hutan tersebut serta dengan dibangunnya Rest Area maupun objek wisata alam, diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sekitar, pihak pemerintah daerah dan Perum Perhutani. Upaya ini sekaligus dapat menambah objek wisata di Kabupaten Cianjur, juga tertatanya hutan dan bersih lingkungan sekitar hutan. (Sumber: Harian PELITA, 4 Januari 2012)
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
SMP Rimba Teruna Terima Dana PKBL Perhutani
Dok. HUMAS PHT
Perhutani Randublatung Blora mengucurkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) kepada SMP Rimba Teruna Randublatung sebesar Rp. 20 juta. Menurut Administratur Perhutani KPH Randublatung Tri Setya Pratama, Sabtu (7/1), bantuan dana PKBL ini diharapkan bisa mendorong kemajuan bidang pendidikan di wilayah kerja Perhutani Randublatung, antara lain dengan memperbaiki infrastruktur sekolah. Tri Setya Pratama menyatakan, untuk program sosial perusahaan terhadap lingkungan, pihaknya juga
memberikan bantuan berupa buku tulis kepada siswasiswi yang berada di lingkungan hutan, mulai dari siswa pra sekolah, TK dan SD. Program ini antara lain bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang kelestarian hutan kepada para siswa. ”Kami ingin menumbuhkembangkan rasa cinta hutan dan cinta lingkungan sejak dini melalui jalur pendidikan,” katanya. (Sumber: Suara Merdeka, 8 Januari 2012)
Usaha Kayu Rakyat: Lingkungan Terjaga, Lahan Berdaya Pengusahaan pohon kayu-kayuan oleh masyarakat di Jawa Barat kini menjadi komoditas sangat menjanjikan. Nasib baik menghampiri masyarakat yang menghijaukan lahan-lahannya dengan aneka pohon kayu-kayuan karena pasar meresponsnya dengan baik. Bisnis produkproduk kayu asal Jawa Barat kini tengah menjadi perhatian pasar nasional, baik pemenuhan domestik maupun ekspor. Aneka produk kayu dari jenis pohon spesies cepat tumbuh (jast growing species/FGS) seperti albasia, akasia, eucaliptus, suren, manglid, jati
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
kebon menjadi incaran pasar. Tak terkecuali pohon kayu jati, mahoni, dan sejenisnya. Bergairahnya usaha kayu rakyat itu terutama terlihat di wilayah Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Bandung Barat, Bandung, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, Kuningan, Majalengka, Bogor, Subang, Karawang, dan Cirebon. Pemandangan pun cukup drastis berubah pada wilayah-wilayah tersebut. Kondisi pada Januari 2012 ini jauh lebih rimbun dibandingkan 2003 lalu. Banyak lahan masyarakat dipenuhi aneka pohon, kayu-kayuan, mulai dari yang siap tebang hingga penanaman yang dilakukan secara sporadis. Terus membaiknya prospek dan harga jual produkproduk kayu rakyat juga tak terlepas peran Perum Perhutani Unit III. Mereka agresif membeli aneka produk kayu rakyat dalam bentuk gelondongan atau bentuk jadi dengan harga lebih baik, untuk kemudian dijual ke pasar ekspor. Peraturan pemerintah yang menetapkan terus bertambahnya areal hutan lindung milik negara di Jawa Barat, menjadikan peluang bagi usaha kayu rakyat. Paling tidak, untuk mengisi kekurangan pasokan produk-produk kayu dari sejumlah hutan yang kemudian dijadikan hutan lindung yang dilarang untuk ditebang. Kepala Seksi Humas Perhutani Unit III Yovita Sari menyebutkan, peningkatan volume pembelian kayu rakyat sudah ditetapkan pada 2012 ini. Sepanjang 2011 lalu, Perhutani Unit III telah membeli produk-produk kayu rakyat sampai senilai Rp 52 miliar karena prospeknya terus membaik maka nilai pembelian ditingkatkan tahun ini. Sementara itu, Kepala Unit III Perum Perhutani Bambang Setiabudi yang didampingi Kepala Biro Perlindungan Hutan NP Adnyana mengatakan, kegairahan usaha kayu rakyat dapat berpengaruh terhadap percepatan pemulihan lingkungan di Jawa Barat. Anomali iklim yang terjadi akibat perusakan lingkungan pada masa lalu diharapkan dapat terpulihkan oleh iklim mikro melalui kelestarian yang berimbang antara hutan negara dengan hutan rakyat. (Sumber: Pikiran Rakyat, 13 Januari 2012)
12 LMDH Terima Bagi Hasil dari Perhutani Sebanyak 12 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dari Kecamatan Tenjo, Parung Panjang, dan Jasinga Kabupaten Bogor menerima bagi hasil dari Perum Perhutani KPH Bogor di Aula Kantor Perum Perhutani, Selasa (17/1). Penyerahan bagi hasil produksi kayu sebesar Rp. 171,3 juta ini didapat dari lokasi perjanjian kerjasama Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di wilayah Kabupaten
DUTA Rimba
39
LINTASRIMBA
yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. “Manfaatkanlah hutan tanpa merubah fungsi hutan itu sendiri, dengan memelihara hutan maka kita turut menyelamatkan bumi dari kehancuran, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan,” katanya. Politisi PPP ini juga berterima kasih kepada Perum Perhutani dan masyarakat yang telah menjalin kerjasama dengan baik dalam mengelola hutan. “Ini merupakan kerjasama yang baik antara Perhutani dan masyarakat, kerjasama ini juga sangat bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu saya sangat berterima kasih kepada Perum Perhutani yang telah melakukan kemitraan dengan masyarakat Kabupaten Bogor dalam mengelola hutan, serta kepada masyarakat yang telah membuat LMDH hingga dapat terjadinya kemitraan yang sangat bermanfaat ini,” paparnya. (Sumber: Harian PELITA, 18 Januari 2012)
III Jawa Barat dan Banten Lies Bahunta, Rabu (18/1) di Bandung. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat memprioritaskan investasi di kluster Bandung sejalan dengan pertumbuhan minat wisatawan di kawasan obyek tersebut. Dengan alokasi anggaran yang terbatas, Perhutani terpaksa membuat anggaran perbaikan skala prioritas, agar hasil yang didapat lebih maksimal. Menurut Lies, pemegang hak pengusahaan hutan di Jawa Barat dan Banten itu membutuhkan anggaran tambahan dari kalangan swasta dan pemerintah daerah. Pasalnya, anggaran untuk perbaikan obyek wisata yang dimilikinya terbatas. Kepala Unit Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten Bambang Setiabudi mengatakan, kerjasama antara pemerintah daerah dan Perhutani saat ini sangat diperlukan, terutama daerah yang mengharapkan peningkatan PAD dari sektor pariwisata. Apalagi, pemerintah akan melarang pemerintah daerah memungut PAD dari retribusi tiket wisata. (Sumber: Harian PELITA, 19 Januari 2012)
Dok. HUMAS PHT
Dok. HUMAS PHT
Bogor. Penyerahan secara simbolis dilakukan langsung oleh Bupati Bogor Rachmat Yasin. Dalam sambutannya, Rachmat Yasin mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola hutan
Perhutani dan Polda Jateng Sepakat Bentuk Polmas LMDH Perhutani Tambah Rp. 15 Miliar Kembangkan Bisnis Wisata Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten berencana menambah anggaran investasi Rp. 15 miliar. Penambahan dana tersebut untuk pengembangan bisnis wisata alam di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. ”Hampir 70 persennya, anggaran itu dialokasikan untuk perbaikan obyek wisata di kluster Bandung, seperti Kawah Putih, Patuha Resort, Ranca Upas dan lainnya. Sementara sisanya, untuk pengembangan objek wisata daerah lainnya di Jawa Barat,” kata General Manager Jasa Lingkungan dan Produk Lain Perum Perhutani Unit
40
DUTA Rimba
Polda Jawa Tengah dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah sepakat membentuk polisi masyarakat (polmas) di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, dengan melibatkan Lembaga Masyarakat Desa sekitar Hutan (LMDH). Wujud realisasi kesepakatan itu ialah penandatanganan Pedoman Pembentukan Polmas Bersinergi dengan LMDH, Minggu (12/2), di Desa Gedangan Kec. Wirosari, Kab. Grobogan Jawa Tengah. Hadir dalam penandatanganan itu ialah Perum Perhutani se-Rayon III Unit I Jawa Tengah yang terdiri atas KPH Purwodadi, KPH Gundih, KPH Semarang, dan KPH Randublatung, serta Polres Grobogan. Beberapa
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
hari sebelum penandatanganan, ada kegiatan donor darah di Kantor KPH Purwodadi, bekerja sama dengan PMI cabang Grobogan. Kegiatan diikuti karyawan Perhutani KPH Purwodadi, KPH Gundih, anggota Polres Grobogan, komunitas trail dan anggota Grobogan Jeep Community (Gojec). Administratur Perum Perhutani KKPH Purwodadi Roberto P Esdyanto mengatakan, keberadaan polmas adalah bentuk dukungan pengarnanan wilayah kawasan hutan Perum Perhutani. ”Pengelolaan Hutan Lestari adalah pengelolaan hutan yang menjarnin keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan, dengan memperhatikan fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Jadi harus berdampak positif pada kesejahteraan sosial dan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat lokal. Namun juga tetap menjaga fungsi lingkungan hidup,” katanya. (Sumber: Pikiran Rakyat, 17 Februari 2012)
wilayah Kabupaten Tuban, termasuk Perum Perhutani KPH Kebonhajo yang memiliki lahan hutan di wilayah Kabupaten Tuban seluas 3.170,14 ha. Administratur Perhutani KPH Kebonharjo Sudarwanto mengatakan, pihaknya terus berupaya dan mendukung cita-cita besar mewujudkan Indonesia berbudaya K3. Penerapan SMK3 di Perhutani Kebonharjo sudah cukup lama, karena hal itu harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari (PHL) dengan standar Forest Stewardship Counsil (FSC) melalui Lembaga Sertifikasi Rainforst Aliance- Smart Wood (USA). Perhutani Kebonharjo sudah mengimplementasikan berbagai program SMK3 (Sistem Menegemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) mulai dari bidang persemaian, tanaman, keamanan dan produksi. Pada tahun 2011 lalu Perhutani Kebonharjo juga menerima penghargaan Zero Accident dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar. (Sumber: http://perumperhutani.com)
Perhutani KPH Kebonharjo Kembali Raih Penghargaan Zero Accident
Dok. HUMAS PHT
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kebonharjo kembali meraih penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Zero Accident (tidak terjadi kecelakaan kerja) tingkat Kabupaten Tuban, tahun 2011. Penghargaan diserahkan Bupati Tuban H. Fathul Huda kepada Administratur KPH Kebonharjo Ir. Sudarwanto, M.Si pada upacara peringatan hari
Dok. HUMAS PHT
Perhutani Peduli Hutankan Kota Surakarta
keselamatan dan kesehatan kerja nasional serta pernyataan dimulainya bulan keselamatan dan kesehatan kerja nasional tahun 2012, di alun-alun kota Tuban pada Jumat (17/2). Penghargaan diberikan kepada 17 perusahaan di
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Pemandangan sedikit berbeda tampak di halaman kediaman rumah dinas Walikota Surakarta atau sering disebut Loji Gandrung, pada Jumat pagi (24/2). Loji Gandrung yang terletak di pinggir Jalan Slamet Riyadi sudah dipenuhi masyarakat sembari membawa sepeda. Masyarakat Solo memang mencintai pemimpin daerahnya yang akrab disapa Jokowi. Dengan antusias masyarakat mengikuti acara Jokowi tersebut. Acara sepeda santai yang diikuti Jokowi beserta jajarannya, Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto beserta jajarannya, dan masyarakat Kota Surakarta, ini digelar dalam rangka acara Corporate Social Responsibility (CSR) Perhutani penanaman pohon.
DUTA Rimba
41
LINTASRIMBA Acara ini mengambil mengambil rute Loji Gandrung, kemudian melewati Edu Park Karangasem Manahan dan berakhir di Taman Balekambang. Di Taman Balekambang sudah terlihat tanaman Perhutani mulai tumbuh. Tanaman dengan jenis cepat tumbuh (fast growing species) ini mulai ditanam Perhutani sejak 27 Desember 2011 melalui program CSR Perhutani Peduli Pelestarian Lingkungan. Saat itu Perhutani menanam 9.240 bibit tanaman bekerja sama dengan Pemkot Surakarta dalam proses hutan kota seluas 3,4 hektar di Taman Balekambang dan Edu Park seluas 5 hektar. (Sumber: http://perumperhutani.com)
lengket dan wangi sehingga Cina yang merupakan produsen terbesar di dunia masih membutuhkan pasokan gondorukem Indonesia. Selama ini negara yang menjadi tujuan ekspor gondorukem yakni India, Taiwan, Belanda, Pakistan dan Turki. (Sumber: http://perumperhutani.com)
Hebat…Tanam Salak Hasilkan Rp. 5 Miliar Per Tahun Hasil dari tanaman salak di lahan seluas 30 hektare yang dikelola Perum Perhutani bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Rimba Mulya, Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten
Perhutani Ekspor Gondorukem
Dok. HUMAS PHT
Dok. HUMAS PHT
Sebagai produsen gondorukem terbesar di Indonesia dan peringkat kedua dunia setelah Cina, Perum Perhutani telah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ekspor gondorukem. Perhutani kembali melakukan ekspor perdana gondorukem untuk tahun 2012 pada Sabtu (25/2) sebagai pemenuhan permintaan pasar internasional yang semakin meningkat serta harga yang cenderung naik dari 1.300 USD per ton menjadi 1.500 USD per ton. Bertempat di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Non Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang terletak di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, hadir Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto beserta jajarannya untuk melepas kegiatan ekspor gondorukem ke Cina. Ekspor kali ini memberangkatkan 52 kontainer atau setara dengan 2.000 ton dan disusul 200 kontainer pada bulan Maret.
Gondorukem merupakan hasil olahan getah Pinus merkusii atau pohon pinus yang telah disadap dan gondorukem Perhutani sejak lama terbukti mempunyai kualitas dan mutu bagus yakni lebih tahan panas, lebih
42
DUTA Rimba
Wonosobo melampaui Rp. 5 miliar per tahun. Hasil ini menambah pendapatan masyarakat. “Pengelolaan hutan tersebut sekitar 30 hektar dari luasan total 69 ha di Kalimendong, dikelola LMDH dan Perhutani dengan pola tumpangsari dengan tetap mempertahankan tanaman tegakan jenis pohon,” kata Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng Teguh Hadi Siswanto, Minggu (26/2). Ia menjelaskan, jumlah tanaman salak mencapai 336.338 batang. Produksinya terdata mencapai 1.680 ton per tahun dengan nilai jual Rp3.000/kg. Dengan hasil yang cukup besar ini, ia berharap petani di sekitar hutan tetap memanfaatkan lahan subur hutan. Namun juga punya kewajiban merawat tanaman keras sebagai akar dalam menjaga kelestarian hutan. Administratur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perum Perhutani Kedu Utara, Endro Koesdijanto menilai masyarakat Desa Kalimendong LMDH Rimba Mulya berhasil dalam mengelola hutan rakyat dan hutan Perhutani di wilayahnya. Terbukti LMDH Rimba Mulya berhasil meraih juara dua dalam lomba Tingkat Nasional tahun 2011. (Sumber: http://mediaindonesia.com)
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT
Dewan Pengawas Baru Perum Perhutani Dilantik
P
ada hari Senin (06/2) pukul 13.00 WIB, bertempat di Kantor Kementerian BUMN telah dilaksanakan pelantikan Dewan Pengawas Perum Perhutani. Pelantikan dilakukan oleh Plt. Deputi Bidang Industri Primer, Muhammad Zamkhani yang juga dihadiri oleh Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto beserta segenap jajaran BOD lain. Ada 3 orang yang dilantik, yaitu Dr. Ir. Hadi Daryanto DEA, Dr. Ir Harianto dan Ir. Sarwono Kusumaatmadja. Hadi Daryanto yang sebelumnya menjabat sebagai Plt. Dewan Pengawas Perum Perhutani dilantik sebagai
ketua Dewan Pengawas definitif. Sebagaimana diketahui, Hadi menjabat Plt. Dewan Pengawas setelah Ketua Dewan Pengawas sebelumnya, Dr. Ir. Muslimin Nasution habis masa jabatannya, Nopember 2011 lalu. Sementara itu Dr. Ir. Harianto dilantik kembali sebagai anggota Dewan Pengawas Perum Perhutani untuk masa jabatan kedua. Dan yang terakhir adalah Ir. Sarwono Kusumaatmadja. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Abdurrahman Wahid ini masuk sebagai anggota Dewan Pengawas baru Perum Perhutani. (Humas Perhutani Kantor Pusat).
Pimpinan dan Segenap Jajaran Redaksi
Mengucapkan Selamat Atas Terbentuknya
PUSAT KOPERASI KARYAWAN (PUSKOPKAR) PERHUTANI
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
43
LENSA
Menyimak perikehidupan produksi getah pinus memiliki keasyikan sendiri. Keakaraban mereka yang terlibat di dalamnya dengan hutan yang terpelihara, seperti melihat sebuah keluarga yang sedang bercengkrama.
Hutan Adalah Sahabat... Dok. HUMAS PHT/ Arya
44
DUTA Rimba
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Saat menyusuri jalan setapak di antara pepohonan pinus, kesadaran makin mengemuka bahwa mereka juga adalah ciptaan-Nya yang juga sahabat manusia...
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
45
LENSA
Rupanya kebanyakan masyarakat kota lupa, hijau-hijau yang mereka hilangkan adalah ciptaan-Nya yang juga berlimpah manfaat bagi kehidupan...
46
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
47
OPINI
Budaya Perusahaan Berlapis A la
“Bawang Hofstede” Oleh: Susetiyaningsih S.
S
eorang costumer service menjawab pertanyaan pelanggan dengan baik, bahasa yang digunakan sopan, terstandarisasi dan membuat pelanggan nyaman mendengar jawabannya. Setiap karyawan saling menyapa dan ucap salam. Sikap alami atau konstruksi?
Mengapa Bawang Hofstede Bawang Hofstede yang dikemukakan ini bukanlah sejenis bumbu dapur yang bau dan rasanya khas tersebut, tetapi “bawang” yang satu ini adalah alat yang (mudah-mudahan) memudahkan kita untuk menemukenali suatu budaya organisasi (baca: perusahaan). Menurut Swieringa dan Wierdsma (1992) ada empat unsur pendukung sebuah organisasi untuk menjalankan fungsi tugasnya, yaitu strategi organisasi, struktur organisasi, system organisasi dan budaya organisasi.
Andaikan struktur organisasi adalah tubuh manusia, maka kepribadian, jiwa atau budayanya adalah cara-cara anggota organisasi tersebut saling berhubungan, nilainilai yang dianut dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki. Budaya ini menentukan aturan-aturan tidak tertulis (norm) dalam kehidupan sehari-hari organisasi.
Mengupas Kulit Sebagaimana sebutir bawang, untuk memahami
48
DUTA Rimba
budaya yang sebenarnya dari sebuah organisasi, perlu mengupas kulitnya yang berlapis-lapis dimana setiap lapisan memiliki penampakan dan nilai yang berbeda. Kulit terluar merupakan performance resmi organisasi yang diterima pihak luar (dan “orang dalam” yang baru saja masuk) yaitu potret organisasi dilihat dari sudut pandang yang diinginkan manajemen. Performance resmi ini dapat dilihat dari profil organisasi, logo, poster, bahan tertulis seperti laporan-laporan pertanggungjawaban, keterangan pers, iklan-iklan, brosur, dan lainnnya. Lapisan luar ini merupakan penanda yang sifatnya dangkal, meskipun demikian lapisan-lapisan luar dapat menjadi penunjuk jalan kearah nilai-nilai sejati yang dianut oleh organisasi yang bersangkutan. Lapisan pertama menunjukkan lambang-lambang yang dipakai perusahaan. Contoh lambang-lambang antara lain: ukuran, tatawajah, bentuk bangunan,
tataletak ruangan tempat kerja organisasi. Bagaimana pakaian yang dikenakan para pekerja organisasi; jenis kendaraan perusahaan. Lambang-lambang tersebut umumnya sudah dapat menunjukkan sebuah citra apakah profesionalitas, fleksibilitas, efisien, dinamis dan sebagainya. Lapisan kedua menunjukkan Para Pahlawan dan Bukan Pahlawan. Siapa saja pemimpin atau mantanmantan pemimpin organisasi yang “dipuja” oleh para
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
bawahan dan sebaliknya siapa saja yang dianggap memang perlu berhati-hati, perlu pula dibedakan antara “mimpi buruk”. Perasaan dan pendapat anggota nilai-nilai yang dicita-citakan oleh organisasi (ideal) organisasi tentang pimpinan bisa membuka banyak dengan nilai-nilai yang terintegrasi dalam kehidupan informasi tentang bagaimana sebenarnya kepahlawanan organisasi (nyata). yang diyakini anggota organisasi. Bahkan pemujaan Ciri nilai-nilai ideal adalah selalu diucapkan oleh dapat menjadi tauladan atau ditiiru bawahan. Bisa jadi anggota organisasi dengan kalimat “penting bagi seorang pimpinan yang benar-benar profesional dimata organisasi/perusahaan kami untuk…..”. Sedangkan banyak pihak malah dianggap penjahat dalam organisasi. nilai-nilai nyata (realitas) adalah nilai-nilai yang Apabila para bawahan tidak dapat menunjukkan secara sebenar-benarnya bersemayam di “hati” organisasi dan sendiri-sendiri maupun secara bersama siapa heroes menetukan tiap langkahnya. Bisa jadi nilai-nilai nyata dan anti heroes dalam organisasi maka sebanarnya justru bukan nilai-nilai yang diakui oleh organisasi. organisasi tersebut berjalan atas tuntunan “pribadiTanda-tanda, pernyataan dan jawaban pertanyaan pribadi” dan bukan pemimpin. disetiap lapisan kulit bawang itulah yang minimal bisa Lapisan ketiga tentang upacara atau kegiatan dipakai untuk melihat secara jernih, budaya apa yang bersama. Lapisan ini merupakan lapisan yang hakiki, melekat pada sebuah organisasi dan budaya seperti apa realitas sehari-hari yang dapat ditemukenali melalui yang sebenarnya diinginkan oleh anggota organisasi tatacara yang dianut organisasi tersebut. Apakah dimasa depan. tatacara makan dilakukan bersama di suatu tempat Budaya dan Perubahan Organisasi atau sendiri-sendiri; apakah anggota akan saling Budaya organisasi menjadi sangat penting manakala memberi salam apabila bertemu; bagaimana masalahsebuah organisasi ingin melakukan perbaikanmasalah organisasi dipecahkan; bagaimana hubungan perbaikan bahkan perubahan-perubahan. Namun antar anggota organisasi secara vertikal maupun demikian tergantung sejauh mana tingkat perubahan horizontal; bagaimana tatacara menerima oranglain hendak diupayakan. Ketika atau tamu; bagaimana tatacara kita menginginkan perubahan rapat; bagaimana kebiasaan Budaya organisasi menjadi menancap di “jantung” organisasi memperingati hari besar sangat penting manakala maka perubahan harus menyentuh organisasi; bagaimana cara semua unsur organisasi. Para menerima anggota yang baru sebuah organisasi ingin teoritisi sepakat bahwa tingkat masuk; bagaimana cara melepas melakukan perbaikanpaling mendasar dimana anggota yang keluar; bagaimana perbaikan bahkan perubahan harus dimulai adalah tatacara organisasi menyikapi perubahan-perubahan. tingkat budaya organisasi. Bukan musibah kematian anggota dan Namun demikian karena budaya organisasi bersifat sebagainya; bagaimana organisasi memperlakukan pekerja lakitergantung sejauh mana tidak tertulis dan tidak sering laki dan perempuan, apakah tingkat perubahan hendak dievaluasi seperti halnya kesehatan keuangan atau keberhasilan ada pembedaan-pembedaan diupayakan. fisik. Alasan utama adalah yang menyolok antara lakibudaya organisasi mewadahi laki perempuan, pimpinan dan sistem-sistem keyakinan dan bawahan. Lapisan yang menjadi nilai perorangan dalam organisasi yang bersangkutan. CORE Culture ini merupakan sebuah situasi yang Tidak menjadi soal seberapa radikalnya strategi, universal, kembali kepada hubungan antar manusia., struktur, sistem suatu organisasi diubah, apabila budaya kebutuhan dasar manusia dan memanusiakan manusia. organisasi tidak disentuh maka segala perubahan Menandai Budaya Organisasi yang dilakukan hanyalah perubahan semu dan polesan Semua lapisan tersebut akan memberikan petunjuk (pseudochange). kepada pemahaman nilai-nilai hakiki organisasi. Prinsip Seperti pepatahnya Tolstoy bahwa: ”Everybody dan kepercayaan yang kerap menjadi rujukan keseharian thinks to change the worlds but nobody think to change budaya organisasi adalah: Menetukan apa yang himself”. • dianggap penting, apa yang dianggap tidak penting, apa Sumber: Mandy MacDonald dkk. 1997. Gender and yang disukai, apa yang tidak disukai, apa yang dihargai, Organizational Change. Royal Tropical Institute Amsterdam. apa yang tidak dihargai. Untuk melihat nilai-nilai hakiki
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
49
biotik.org
50
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
ENSIKLORIMBA
Serba-serbi
Pinus Merkusii Banyak hasil hutan yang memberi manfaat bagi manusia. Yang terutama tentu saja pohon. Salah satu pohon itu adalah pinus. Pinus memiliki peran penting, selain sebagai tanaman pioner, ia juga menghasilkan getah yang dapat diolah lebih lanjut sehingga punya nilai ekonomi yang tinggi.
P
ohon pinus termasuk dalam genus pinus dan masuk dalam family Pinaceae. Pinus adalah sebutan untuk pohon tersebut di Jawa. Di Sumatera, orang menyebutnya tusam. Di dunia, terdapat ratusan jenis pinus. Di Indonesia, secara alami hanya terdapat satu jenis pinus yaitu Pinus merkusii, yang awalnya dijumpai di Sumatera bagian utara (sekitar Aceh dan Tapanuli). Selain di Indonesia, Pinus merkusii juga ditemukan di Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, India dan Philipina. Secara geografis, Pinus merkusii tersebar antara 20 LS220 dan 95030’ BB-120031. Yang menarik, pinus termasuk tumbuhan yang evergreen dan dapat tumbuh hingga setinggi 3 sampai 80 meter. Namun, tinggi rata-rata pohon pinus adalah 15 – 45 meter. Umumnya, pinus berumur panjang. Sebatang pohon pinus dapat hidup 100 hingga 1000 tahun. Pinus juga kerap memiliki nama berbeda di beberapa Negara. Di Indonesia, selain dikenal dengan nama pinus, ada juga yang menyebutnya dammar bunga. Di Filipina disebut Mindoro Pinus, Tapulau (Sambali, Tagalog).
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Di Thailand namanya Anak-haangmaa. Sedangkan di Burma, namanya Tingyu.
Daerah Penyebaran Pinus merkusii pertama kali ditemukan dengan nama tusam oleh seorang ahli botani dari Jerman, Dr. F. R.Junghuhn, di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan, pada 1841. Jenis ini tergolong cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan khusus. Hal istimewa yang lain, jenis ini merupakan satu-satunya jenis pinus yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa sampai melewati 20 LS . Pinus merkusii tidak meminta syarat yang tinggi untuk tempat tumbuh. Namun, pertumbuhannya dipengaruhi berbagai faktor semisal tanah, iklim, dan attitude. Untuk dapat tumbuh dengan baik, pinus membutuhkan ketinggian tempat tumbuh 200-2000 mdpl, temperatur udara berkisar 180-300 C, reaksi tanah (pH) antara 4,5-5,5, dan bulan basah (5 - 6 bulan) diselingi bulan kering yang pendek (3 - 4 bulan). Pinus merkusii tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara, dan Gunung Kerinci. Pinus merkusii
memiliki sifat pioneer, yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alangalang. Di Indonesia, Pinus merkusii dapat tumbuh di ketinggian antara 200 - 2.000 mdpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400 - 1.500 mdpl (Khaerudin, 1999). Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, tanah berpasir, tanah berbatu dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200 - 1.700 mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon Pinus merkusii besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm. Kelemahan Pinus merkusii adalah peka terhadap kebakaran. Itu karena ia menghasilkan serasah daun yang tak mudah membusuk secara alami. Kebakaran hutan umumnya terjadi saat musim kemarau. Sebab, saat itu kandungan air, baik pada ranting-ranting dan serasah di lantai hutan maupun pada pohon, menjadi berkurang. Produksi serasah pinus termasuk tinggi, yaitu sebesar 12,56 - 16,65 ton/hektar. Sedangkan Pinus spp memiliki daerah penyebaran yang meliputi daerah Eurasia dan Amerika.
DUTA Rimba
51
52
DUTA Rimba
panoramio.com
Menurut data yang tersedia tahun 1967, suku Pinus memiliki lebih kurang 107 jenis yang tersebar secara alamiah di berbagai tempat tumbuh yang berbeda-beda. Sebarannya merata di benua Eropa, Afrika, dan Asia. Di Asia, terdapat lebih kurang 28 jenis pinus. Di antaranya, 3 - 7 jenis yang terdapat di Asia Tenggara, antara lain Pinus merkusii, Pinus kaysia, Pinus insularis. Kebanyakan pinus bersifat berrumah satu (monoecious). Artinya, dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious). Kayu pinus bermanfaat untuk konstruksi, korek api, bahan triplek, venir, pulp, dan kertas serat panjang.
Bagian kulitnya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan abunya untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium. Daur panen untuk kebutuhan pulp adalah 12 tahun dan non pulp 20 tahun.
Daun Pinus merkusii dalam berkas dua dan berkas jarum (sebetulnya adalah tunas yang sangat pendek dan tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik, berupa
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
ENSIKLORIMBA
panoramio.com
Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersebut tersayat atau pecah.
selaput tipis sepanjang sekira 0,5 cm. Panjang bunga jantan sekira 2 cm, pada pangkal tunas yang muda tertumpuk berbentuk bulir. Bunga betina terkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas yang muda, selindris, dan sedikit berbangun telur, kerap kali bengkok. Sisik kerucut buah dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang,akhirnya merenggang; panjang kerucut buah 7-10 cm. Biji pipih berbentuk bulat telur, panjang 6 - 7 mm, pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas (Steenis, 2003).
Getah Pinus Selain kayunya, pohon pinus juga memiliki potensi lain yang tak kalah penting. Getah. Getah yang dihasilkan pinus selanjutnya diolah
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
menjadi gondorukem dan terpentin. Kedua produk ini sangat bermanfaat dalam industri batik, plastik, sabun, resin, tinta cetak, bahan politur, dan sebagainya. Sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat serta untuk bahan industry parfum, obat-obatan, dan desinfesktan. Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersebut tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul dari kulit atau terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota family Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae. Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket. Terdiri dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsurunsur terpenting yang menyusun getah pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alkohol, bensin, ether, dan sejumlah pelarut organik lainnya, tetapi tidak dalam air. Dari hasil penyulingan getah Pinus merkusii, rata-rata dihasilkan 64%
gondorukem; 22,5% terpentin; dan 12,5% kotoran. Faktor eksternal dan internal berpengaruh terhadap produktivitas getah. Faktor eksternal berupa tempat tumbuh serta tindakan dalam pemeliharaan hutan yang memengaruhi produksi getah secara langsung atau tak langsung. Salah satu aspek eksternal yang berpengaruh ialah tenaga penyadap itu sendiri. Hal itu ditentukan antara lain usia penyadap, keterampilan penyadap, dan pengalaman penyadap. Sedangkan faktor internal berupa faktor biologi pohon. Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap yang ada tidak sepenuhnya bekerja pada penyadapan. Artinya, menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan. Sehingga, hal itu memengaruhi tingkat produksi getah pinus dan menyebabkan potensi getah pinus tidak tergarap dengan maksimal. Itu sebabnya, saat ini Perhutani memberikan kebijakan kepada para penyadap dengan memberi area sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan mereka, yaitu antara 2 sampai 5 hektare. Jadi, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada para penyadap berdasarkan kemampuan masingmasing. Demikianlah. Betapa besar manfaat dari alam bagi kemaslahatan hidup manusia. Salah satunya hutan. Hutan merupakan sumber kekayaan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kelangsungan dan kelestariannya tergantung pada sikap dan tindakan manusia dalam memanfaatkan potensi hutan tersebut. (DR)
DUTA Rimba
53
RIMBADAYA
Berkunjung ke
Dok. HUMAS PHT
LMDH Artha Wana Mulya
Salah satu sumber daya yang perlu dioptimalkan adalah keberadaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Keberadaan lembaga ini untuk menghimpun dan memberdayakan masyarakat yang tinggal di desa di sekitar hutan dan umumnya hidup dari memanfaatkan hasil hutan. 54
DUTA Rimba
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Usaha Produktif Kali ini, giliran Duta Rimba berkesempatan mengunjungi LMDH Artha Wana Mulya. Kedatangan Duta Rimba disambut pengurus inti LMDH Artha Wana Mulya, yaitu Rudi Santoso (Ketua), Ali Parwoto (Wakil Ketua), Veni (Sekretaris), dan H Synol (Bendahara). Mereka menuturkan, dari sekira 1.000 Hektare HPD milik LMDH Artha Wana Mulya, sebagian besar berupa hutan pinus. Ini menjadi sumber penghidupan bagi
Dok. HUMAS PHT
K
ali ini, Duta Rimba berkesempatan mengunjungi LMDHArtha Wana Mulya, Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Berdiri tahun 2005, LMDH Artha Wana Mulya berdomisili di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember, atau BKPH Sempolan KPH Jember. Saat ini jumlah anggotanya 208 orang, berasal dari Desa Sidomulyo dan Garahan. LMDH ini memiliki Hutan Pangkuan Desa (HPD) seluas kurang lebih 1.000 Hektare, terdiri dari hutan produksi dan hutan lindung. Keberadaan LMDH Artha Wana Mulya menjadi menarik, karena sempat menjadi tempat kunjungan rombongan Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur. Peristiwa itu terjadi hari Jumat, 12 Agustus 2011. Rombongan Anggota Komisi B DPRD Jatim yang hadir saat itu di antaranya Drs. Subiantoro, MM; Sutrisno MP; Ir. H. Artono; dan H. Luluk Mauludiyah, SE serta beberapa staf komisi. Mereka didampingi Putut Adji S dan Udina Nainggolan (Dinas Kehutanan Jatim), Agus Pudji Waluyo (Dinas Koperasi Jatim), dan Ir. Dadang Pratikto, MM (Kepala Biro Kelola Sumber Daya Hutan Unit II Jatim). Sedianya, rombongan Komisi B akan melihat dinamika kegiatan pemberdayaan MDH yang terus berkembang, khususnya di lingkup KPH Jember. Namun, karena jumlahnya cukup besar, 50 LMDH, sementara jadual kunjungan yang telah diagendakan cukup padat, akhirnya mereka memutuskan untuk membatasi kunjungan hanya ke satu LMDH di wilayah kerja BKPH Sempolan. Dan yang terpilih untuk dikunjungi adalah LMDH Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember.
DUTA Rimba
55
RIMBADAYA
Dok. HUMAS PHT
Veni, Sekretaris LMDH Artha Wana Mulya.
Jumlahnya cukup besar. Tahun 2011, mereka mendapatkan sharing Rp 31 juta, sedang tahun sebelumnya Rp 51 juta. “Tahun 2010 terdapat tambahan dari sharing kayu penjarangan,” ujar Veni. LMDH Artha Wana Mulya menggunakan hasil sharing itu untuk membangun usaha produktif lain, yaitu peternakan kambing dan domba. Menurut Ali Parwoto, saat ini sudah ada 50 ekor domba dan kambing. Pakan tidak menjadi masalah, karena mereka menanam Hijauan Makanan Ternak (HMT) di bawah tegakan hutan. Pemilihan anggota yang berkesempatan mendapatkan ternak itu ditentukan melalui kesepakatan pengurus. “Kita pilih yang kira-kira bertanggungjawab,” kata Ali. Di bidang peternakan, desa ini memiliki prestasi cukup bagus. Dikembangkan mulai tahun 2000, tahun 2004 mereka mendapatkan
56
DUTA Rimba
penghargaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada lomba Peternakan Domba tingkat Nasional. Di masa depan, selain mengusahakan ternak sebagai hewan pedaging, mereka juga akan mengembangkan usaha susu kambing.
Potensi Kopi Selain beternak, sebagian masyarakat juga menanam kopi di kawasan hutan. Ini berawal dari masa
penjarahan sekitar tahun 1999. Ketika itu, kawasan hutan di sekitar desa banyak yang dijarah oleh masyarakat dari luar desa. “Pada saat itu petugas takut pulang ke rumah,” ujar Ali Maki, Kepala Urusan Lingkungan Perhutani KPH Jember yang mendampingi Duta Rimba. Ali Maki yang sudah 15 tahun menjadi mandor di BKPH itu mengisahkan, awalnya hutan yang dijarah seluas 115 Hektare. Namun, kemudian meluas. “Saat itu, masyarakat dengan petugas saling berhadapan, ” tutur Ali. Di awal tahun 2000, Perhutani melakukan perubahan pendekatan. Kali ini pendekatan lebih menekankan kepada pendekatan sosial dan kemitraan serta mengubah hubungan masyarakat dengan petugas. Hubungan yang tegang pun mencair. Bahkan mereka lantas saling mengikat diri dalam kerjasama PHBM. “Dengan PHBM, masyarakat dan petugas Perhutani seperti
Dok. HUMAS PHT
Selain beternak, sebagian masyarakat juga menanam kopi di kawasan hutan. Ini berawal dari masa penjarahan sekitar tahun 1999. Ketika itu, kawasan hutan di sekitar desa banyak yang dijarah oleh masyarakat dari luar desa.
masyarakat sekitar. Umumnya mereka bermatapencaharian sebagai penyadap getah pinus. Selain setiap bulan mendapatkan upah hasil sadapan yang dihitung dari jumlah getah yang diperoleh, LMDH Artha Wana Mulya juga mendapatkan sharing (bagi hasil) jika target getah tercapai.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT Dok. HUMAS PHT
keluarga,” kata Ali Parwoto. Kawasan hutan yang dijarah tersebut kemudian ditanami warga dengan kopi rubusta, yang memang sudah banyak dibudidayakan di daerah tersebut. Perjanjian
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
kerjasama pun diikat. “Saat ini luas tanaman kopi sekitar 450 hektar,” kata H Synol. Dari kopi ini, di setiap hektare anggota LMDH mendapatkan sekitar 2,5 kwintal OC (beras kopi).
“Memang tidak maksimal, karena berada di bawah tegakan,” kata H. Synol. Harga kopi fluktatif, namun ratarata OC berharga Rp 20.000 per kg. Hasil kopi, selain dijual berupa OC, sebagian juga diolah menjadi kopi bubuk oleh ibu-ibu anggota LMDH. “Namanya kopi Bintang Dunia,” kata Ali Parwoto. Produk tersebut dipasarkan di sekitar kota Jember. Tentang kopi ini, Agus Sulaeman, Staf PHBM KPH Jember, mengatakan, KPH Jember telah membentuk Unit Bisnis Kopi (UBK) yang beranggotakan petugas Perhutani dan LMDH lingkup KPH Kember. Menurut Leman (panggilan akrab Agus Sualeman, red), UBK ini menghimpun produksi kopi dari seluruh LMDH lingkup KPH Jember yang jumlahnya cukup banyak. “Kami sudah menebus pasar ekspor,” katanya. “Sayang, tahun kemarin produksi menurun karena pengaruh cuaca,” kata Ali Parwoto. Namun, lanjutnya, seiring cuaca yang sudah kembali normal, produksi tahun ini diperkirakan akan kembali meningkat. Di Desa Sidomulyo juga telah berdiri koperasi. Namanya Buah Keta Kasih. Koperasi ini bergerak di bidang pengadaan Saprodi dan simpan pinjam. Saat ini asetnya sudah mencapai Rp 1,5 M. Ketika Duta Rimba menanyakan hubungan Koperasi Buah Keta Kasih dengan LMDH, Ali mengatakan, anggota LMDH juga merupakan anggota koperasi. Leman pun menambahkan, ketika ada anjuran agar LMDH mengembangkan koperasi, khusus di LMDH Artha Wana Mulya ini, karena sudah terbentuk koperasi dengan kinerja yang bagus, maka diputuskan tidak lagi membuat yang baru. “Kita memanfaatkan yang sudah ada saja,” katanya. Bravo! (DR)
DUTA Rimba
57
BISNISRIMBA
Potensi Besar
Getah Pinus Hutan pegunungan di Pulau Jawa yang menjadi lahan konsesi Perum Perhutani menyimpan banyak potensi. Bukan hanya produk kayu, tetapi juga non kayu. Salah satu produk non kayu hasil hutan yang memiliki potensi besar adalah gondorukem dan terpentin. Sebesar apa potensinya?
R
evitalisasi industri saat ini menjadi salah satu program yang tengah dikedepankan Perum Perhutani. Salah satu wujudnya adalah dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas industri kayu dan non kayu. Di industri non kayu, produk unggulan Perhutani saat ini didominasi produk getah pinus yang diproses industri menjadi gondorukem dan terpentin. Hal itu ditunjukkan Perhutani Unit I Jawa Tengah lewat kegiatan ekspor perdana 2.000 ton gondorukem ke China pada Sabtu, 25 Februari 2012. Pelepasan ekspor perdana gondorukem itu dilaksanakan di Kompleks Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Nonkayu Perhutani Unit I Jateng di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Di kesempatan tersebut, Kepala Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Teguh Hadi Siswanto, menuturkan, menurut rencana pihaknya akan
58
DUTA Rimba
melakukan ekspor gondorukem ke China hingga 8.000 ton sampai Juni 2012. Gondorukem komoditas ekspor tersebut akan dihasilkan dari empat pabrik yang ada di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah sendiri, saat ini luas lahan tanaman pinus penghasil gondorukem mencapai 239.000 hektare dan diperkirakan bisa menghasilkan sampai 50.000 ton gondorukem setiap tahun. Capaian 50.000 ton adalah juga hasil yang diraih pada 2011 lalu.
Potensi Besar Pada awalnya, industri gondorukem di Perum Perhutani didirikan dalam rangka memanfaatkan tegakan-tegakan pohon pinus sebelum ditebang. Sebab, setiap tegakan pohon pinus sudah bisa disadap dan diambil getahnya sejak berumur 11 tahun. Di dalam perjalanan waktu, ternyata industri gondorukem dan terpentin menjadi penting karena
bisa memberikan andil yang besar dalam proses pengumpulan revenue atau penghasilan Perusahaan. Potensi besar gondorukem dan terpentin saat ini memberi ruang bagi Perum Perhutani untuk terus mengembangkannya. Hal itu dituturkan Direktur Produksi dan Industri Perum Perhutani, Heru Siswanto. Menurut dia, saat ini hampir 90 % penghasilan yang didapat dari industri non kayu Perhutani didominasi produk getah pinus yang diproses industri menjadi gondorukem dan terpentin. Itu pun belum seluruhnya potensi produk getah pinus telah diolah menjadi gondorukem dan terpentin. â&#x20AC;?Kita punya 8 pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin dengan kapasitas kurang lebih 120.000 ton. Namun, selama ini kita baru bisa memasak 92.000 sampai 95.000 ton. Baru di tahun 2011 kemarin kita bisa menyentuh angka 100.000 ton. Artinya, masih ada 20.000 ton getah
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
59
BISNISRIMBA yang harus dimasak. Sehingga, saat ini perlu revitalisasi industri yang menurut saya sangat sederhana tetapi sangat mengena, yaitu pemenuhan kapasitas terpasang pabrik gondorukem dan terpentin kita,” katanya. Bapak tiga anak ini pun menyebut, jumlah 20.000 ton getah yang belum dimasak tersebut adalah potensi yang memberi peluang besar. “Kalau kita kalikan randomain untuk gondorukem 71% dan terpentin 15%, artinya 86% dikalikan 20.000 ton, artinya kita punya peluang penghasilan yaitu 17.000 ton gondorukem dan terpentin. Kalau kita kalikan dengan harga sekarang, yaitu US$ 1.500 per ton untuk gondorukem dan US$ 1.850 per ton untuk terpentin, hasilnya tidak kurang dari Rp 270 milyar,” ucapnya. Potensi besar tersebut tersebar di sebagian besar areal milik Perhutani yang merupakan kawasan pegunungan. Heru Siswanto menyebut, di Jawa Tengah kawasan potensial tersebut antara lain terdapat di Banyumas Barat, Bayumas Timur, Kedu Selatan, Kedu Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, dan Surakarta. Di Jawa Timur, potensinya dimulai dari Jember, Banyuwangi Barat, Probolinggo, Lawu DS, Malang, dan Pasuruan. Sedangkan di Jawa Barat, potensinya hampir merata karena daerah di provinsi ini sebagian besar memang area pegunungan. Daerah hutan pinus yang potensial menghasilkan gondorukem dan terpentin di Jawa Barat adalah Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Sukabumi.
Dok. HUMAS PHT
Olahan Getah Batang Pinus
60
DUTA Rimba
Gondorukem dalam bahasa latin disebut resina colophonium. Gondorukem adalah produk olahan dari getah hasil sadapan pada
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
batang pohon pinus atau tusam. Selain gondorukem, hasil olahan getah pinus adalah terpentin. Di Indonesia, gondorukem dan terpentin dihasilkan dari olahan batang pohon pinus Sumatera (Pinus merkusii). Sedangkan di luar negeri, sumbernya adalah Pinus palustris, Pinus pinaster, Pinus ponderosa, dan Pinus roxburghii. Gondorukem sendiri merupakan hasil pembersihan terhadap residu proses destilasi atau penyulingan uap dari getah pinus. Hasil destilasinya sendiri kemudian menjadi terpentin. Produk gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan. Kandungan
cat (lak). Sementara Terpentin merupakan hasil olahan dari getah pinus yang berupa cairan (fluid). Terpentin berasal dari Bahasa Yunani terebinthine, yang merupakan salah satu nama spesies pohon. Terpentin digunakan sebagai pelarut dan sumber bahan untuk sintesa organik. Karena digunakan sebagai pelarut, maka terpentin merupakan bahan baku dalam industri kimia. Selain itu, terpentin oil juga dimanfaatkan oleh industri kreatif, yaitu sebagai pelarut cat bagi lukisan cat minyak. “Proses produksi dari getah pinus menjadi gondorukem itu sederhana saja. Itu hanya proses penyulingan biasa. Kalau untuk derivatif, itu memang sudah canggih. Kendala kita ya cuma itu tadi, belum memenuhi kapasitas terpasang. Kalau kita sudah memenuhi kapasitas terpasang, tidak ada masalah. Mengapa saya dalam hal ini menekankan industri gondorukem dan terpentin ini, karena share revenue kedua produk itu dalam satu tahun tidak kurang dari Rp 1,5 Trilyun. Itu dari gondo-terpentin saja,” kata Heru.
Proses produksi dari getah pinus menjadi gondorukem itu sederhana saja. Itu hanya proses penyulingan biasa. Kalau untuk derivatif, itu memang sudah canggih. Kendala kita ya cuma itu tadi, belum memenuhi kapasitas terpasang.
Dok. HUMAS PHT
Pasar Potensial
gondorukem sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat. Penggunaannya antara lain sebagai
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
bahan pelunak plester, campuran perban gigi, campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, serta bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan
Menurut Heru Siswanto, sejauh ini tidak ada masalah dengan pasar bagi produk terpentin dan gondorukem. Kendati sempat goyah tahun 2011 lalu, akibat terpapar krisis ekonomi global yang melanda Amerika Serikat dan sebagian Uni Eropa, namun relatif pasar gondorukem dan terpentin terjaga dengan aman. “Kalau kita bicara tentang pasar untuk gum rosin – hasil produk gondorukem adalah gum rosin, sedangkan terpentin adalah terpentin oil – tidak ada masalah karena Indonesia ini bukan market leader,” kata lelaki berkumis tebal itu. Heru yang lahir tanggal 19 Desember 1959 itu pun menyebut,
DUTA Rimba
61
Dok. HUMAS PHT
BISNISRIMBA
Heru Siswanto, Direktur Produksi dan Industri Perum Perhutani
terhadap kualitas gondorukem dan terpentin dari Indonesia. “Tidak masalah. Setiap tahun mereka tetap pesan. Selain itu, kita kan juga punya CRM (Customer Relationship Management). Kalau dilihat dari CRM, bisa disimpulkan selama ini zero complain. Artinya, bukan berarti tidak ada keluhan sama sekali tetapi jumlahnya tidak besar. Kalau dari ekspor kita yang 60.000 ton sampai 100.000 ton dalam setahun, terdapat satu atau dua complain kan tidak representatif? Dan kalau pun ada, complain yang diajukan itu kebanyakan soal yang tidak esensial seperti misalnya drum
kemasannya yang penyok. Bukan pada kualitas produknya itu sendiri,” jelas Heru. Pengembangan tetap perlu terus dilakukan. Itu pula yang dicanangkan Direktorat Produksi dan Industri. Untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil olahan getah pinus itu, saat ini tengah dilakukan penetrasi pasar. Dan pasar yang tengah disasar saat ini adalah Amerika Latin. “Direksi sudah melakukan terobosan, yaitu tahun ini kita akan masuk ke pasar Amerika Latin. Sehingga, itu juga bisa dijadikan benchmark atau untuk indikator harga,” tutur Heru.
Cina merupakan negara terbesar penghasil gondorukem dan terpentin. Kapasitas produksi negara tirai bambu itu per tahun tidak kurang dari 900.000 hingga 1 juta ton gondorukem dan terpentin. Karena bukan market leader, target pemasaran dan harga produk hasil olahan getah pinus dari Indonesia pun mengikuti langkah negara pimpinan Hun Jintao itu. “Selama ini tujuan ekspor kita terutama ke Eropa, Jepang, India, Korea, dan Vietnam,” ucap Heru. Memang bukan market leader. Namun, produk gondorukem dan terpentin dari Indonesia tetap bisa berbicara di luar negeri. Faktanya, sejauh ini hampir tidak ada keluhan dari negara-negara tujuan itu
62
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
Kalau kita bicara tentang pasar untuk gum rosin – hasil produk gondorukem adalah gum rosin, sedangkan terpentin adalah terpentin oil – tidak ada masalah karena Indonesia ini bukan market leader.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT
Dari negara-negara di Amerika Latin, Heru menyebut Argentina sebagai negara yang akan menjadi negara tujuan ekspor gondorukem dan terpentin dari Perhutani. Negara asal Diego Maradona itu dipandang punya potensi cukup besar sebagai pembeli gondorukem dari Indonesia.
Peningkatan Produktivitas Tentu saja, potensi besar akan tetap menjadi sekadar potensi tanpa hasil jika tak diolah dengan baik. Butuh kerja keras untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menaikkan kualitas. Lalu bagaimana cara mewujudkannya? Heru Siswanto punya jawabnya. “Bagaimana cara untuk itu? Intensifikasi atau peningkatan produktivitas sadapan getah pinus. Jika selama ini rata-rata 8 - 9 gram per hari per pohon, mengapa tidak bisa kita tingkatkan menjadi 12 gram per hari per pohon? Caranya sederhana saja. Selain memakai stimulansia yang bisa merangsang keluarnya getah pinus dalam jumlah banyak dari tiap batang pohon pinus, tetapi yang lebih utama menurut saya adalah memanfaatkan stimulansia yang paling cocok untuk industri ini, yaitu telapak kaki
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Memang ketika kita akan membangun pabrik derivatif ini, kita memperkirakan point back value adalah tiga tahun. Nah, untuk membangun pabrik itu dananya kurang-lebih Rp 208,7 milyar. petugas-petugas kita di lapangan. Artinya, para petugas kita di lapangan harus sesering mungkin turun ke lapangan dan melakukan stimulansia itu. Karena adalah omong kosong kita bicara ‘Stimulansia ini bagus, stimulansia itu bagus’, selama administratur hutannya, wakil administratur hutannya, asisten Perhutani, kepala resor, mantri hutannya, sampai mandor hutannya tidak pernah ke lapangan, ya percuma saja,” urainya. Selain meningkatkan produktivitas SDM di lapangan, revitalisasi industri yang tengah dikejar adalah dengan terus berupaya meningkatkan kapasitas
terpasang di pabrik-pabrik tersebut. Sejalan dengan itu, tahun ini pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang berkapasitas 24.500 ton pun siap dibangun. Acara ground breaking atau pencanangan pembangunan industri pembangunan pabrik derivat gondorukem dan terpentin tersebut telah dilakukan pada 19 Desember 2011. Jika kapasitas 24.500 ton itu terpenuhi, dan semuanya dapat dimasak menjadi gondorukem dan terpentin, menurut hitungan Heru Siswanto, penghasilan Perhutani dapat mencapai tidak kurang dari Rp 340 milyar. Apalagi, dengan membangun pabrik derivatif, maka 24.500 ton getah pinus tersebut tidak hanya dapat diolah sampai menjadi gondorukem dan terpentin saja, tetapi juga dapat diolah menjadi derivatif. Jika hal itu terwujud dengan efektif, minimal penghasilan Perhutani dapat mencapai angka penghasilan Rp 500 milyar. Artinya, terdapat nilai tambah kurang lebih Rp 160 milyar. “Memang ketika kita akan membangun pabrik derivatif ini, kita memperkirakan point back value adalah tiga tahun. Nah, untuk membangun pabrik itu dananya kurang-lebih Rp 208,7 milyar. Jadi, dengan adanya value added sebesar Rp 160 milyar setahun itu, maka dua sampai tiga tahun dana pembangunan pabrik tersebut akan kembali,” ulas Heru. Pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang itu sendiri dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare. Pemilihan lokasi di Pemalang karena letaknya yang dekat dengan sumber bahan baku dan Pelabuhan. Pabrik ini akan meyerap tenaga kerja sekitar 1.650 orang (150 orang tenaga kerja langsung dan sekitar 1500 orang tenaga kerja tidak langsung). (DR)
DUTA Rimba
63
PUSTAKA
Pesona Sang Cinta di Toba Samosir
Anggrek adalah simbol cinta, kemewahan dan keindahan. Bangsa Yunani menyebutnya sebagai simbol kejantanan. Sementara bangsa Tiongkok memercayai aroma harum yang dikeluarkannya berasal dari tubuh kaisar.
S Judul Buku : Wild Orchids in Toba; Pesona 100 Anggrek Hutan di Toba Samosir Penulis : dr. Ria Novida Telaumbanua, M.Kes Penerbit : CV. Solagratio Medan Jumlah Hal. : xxvi + 152 Ukuran : 25,5 x 26 cm No. ISBN : 978-602-19370-0-6 Sponsor : Perum Perhutani
64
DUTA Rimba
ebagai salah satu negeri tropis Indonesia dikenal sejak lama sebagai surganya tanaman anggrek. Ya, konon, di negeri ini paling tidak terdapat 6.000 jenis anggrek alam dari 17.000 – 35.000 jenis anggrek yang tersebar di seluruh dunia. Perbedaan suhu, kelembaban udara, dan kondisi geografis merupakan faktor utama penyebab keragaman jenis anggrek. Di Indonesia, beragam jenis anggrek dapat ditemukan secara unik di berbagai wilayah, di antaranya di Toba Samosir, Sumatera Utara. Terbentuk dari letusan gunung berapi, sebagian reruntuhan Danau
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Toba menjadi Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah danau. Fenomena letusan ini membuat Danau Toba dikelilingi dinding bukit yang tingginya mencapai hampir 500 meter di atas permukaan laut. Di dinding-dinding tebing ini jugalah tumbuh berbagai jenis tanaman anggrek, seperti anggrek Vanda Three Colour, Vanda Kalajengking, Anggrek Hitam, dan masih banyak lagi. Anggrek merupakan kelompok tumbuhan yang unik dengan berbagai tipe bunga, daun, dan 'gaya hidup'. Bunga anggrek sangat bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, warna, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan daun, bervariasi dari berdaun pensil (bulat panjang) sampai berdaun lebar. Cara hidup anggrek juga bermacam-macam, ada yang epifit (menempel pada batang pohon atau tumbuhan lain), hidup di tanah (terrestrial), hidup secara amoebofit, bahkan ada yang hidup di dalam atau di bawah tanah. Namun sangat disayangkan, keberadaan anggrek di Danau Toba mulai terusik kerusakan ekosistem akibat pengrusakan hutan. Penebangan pohon secara ilegal di kawasan ini turut mengancam kepunahan ratusan bahkan ribuan anggrek species dari habitatnya. Padahal, anggrek ini merupakan anggrek alam yang terbilang langka dan sudah selayaknya dilindungi.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Bahkan disinyalir dari 2.000an spesies yang diperkirakan ada di kawasan Danau Toba, kini tinggal 800an jenis saja. Berangkat dari keprihatinan dan rasa kecintaannya terhadap anggrek species mendorong dr. Ria Novida Telaumbanua, M. Kes. mendokumentasikan 100 macam anggrek hutan yang ditelitinya di hutan wisata Taman Eden Desa
Sionggang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, (Tobasa). Pencarian dan penelitian dilakukan Direktur rumah sakit pemerintah di Pematangsiantar ini selama 3 tahun dengan penuh kejelian, kesabaran, dan kerja keras. Sejatinya, mendokumentasikan tanaman anggrek merupakan hal yang sulit dilakukan. Karena anggrek merupakan tumbuhan musiman yang tidak berbunga sepanjang tahun. Beberapa jenis anggrek
bahkan hanya berbunga setahun sekali atau lebih dan mekar hanya beberapa saat saja. Dan benar saja, untuk menyelesaikan penyusunan buku yang dicetak dengan konsep coffee table book ini, penulis sampai harus menunggu sampai semua anggrek berbunga dan mengenali jenis atau spesies anggrek yang ada di kawasan Taman Eden. Kemudian membandingkan spesimen dengan gambar yang ada pada katalogkatalog anggrek spesies, buku referensi anggrek, jurnal penelitian, majalah-majalah dan situs. Meski
diakuinya, terkadang cara ini tidak efektif untuk menemukan nama spesimen yang dicari karena famili anggrek memiliki ribuan spesies dari berbagai genus. Buku berjudul “Wild Orchids in Toba” Pesona 100 Anggrek Hutan di Toba Samosir ini patut diapresiasi karena tidak hanya menjadi alat promosi kekayaan anggrek hutan khas Toba, tetapi juga turut berperan serta memperkaya wawasan masyarakat luas. Lebih dari itu, buku ini telah memaparkan dokumentasi sejarah dan bahan ilmu pengetahuan sekaligus menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk lebih aware terhadap eksistensi tanaman langka ini. (DR)
DUTA Rimba
65
PUSTAKA
Mendulang Rezeki Dengan Berdagang
Menghargai Diri Sendiri
Judul Buku : Ayo Berdagang! Membuka 9 Pintu Rezeki Semudah Membuka Pintu Rumah Anda Penulis : Muhaimin Iqbal Penerb : Republika Jumlah Hal. : viii + 223 Ukuran : 15 x 23 cm No. ISBN : 978-602-8997-43-0
Judul Buku Penulis Penerbit Jumlah Hal. Ukuran No. ISBN
S
aat anak-anak ditanya apa yang menjadi cita-citanya, umumnya, akan menjawab ingin menjadi dokter, guru, polisi, hingga presiden. Jarang sekali seorang anak dengan lantang berteriak ingin menjadi pedagang! Fenomena di atas sepertinya lumrah terjadi pada anak-anak kita. Masyarakat kita lebih senang menjadi pegawai negeri sipil, dokter, guru, dan lain sebagainya. Hal ini tidaklah salah, bahkan sungguh mulia. Namun, tahukah Anda, jika sejatinya pedagang merupakan profesi yang mendulang begitu banyak rezeki? Bahkan, dari sepuluh pintu rezeki yang ada, sembilan pintu rezeki ada di bidang perdagangan. Betapa luas dan besar kesempatan kita untuk menjemput rezeki, bila kita mau dan mampu aktif di bidang ini. Kebangkitan bangsa ini juga dimotori pedagang. Bahkan, hingga kini, para pedagang memiliki peran dan andil yang signiďŹ kan dalam memajukan negeri ini. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini, sebagian besar masyarakat kita adalah konsumen daripada produsen, lebih banyak membeli daripada menjual. Ayo Berdagang! mencoba membangkitkan spirit dagang ini kembali muncul di kalangan masyarakat, khususnya muslim Indonesia. Ditulis berdasarkan pengalaman penulis, buku ini akan menjawab lima pertanyaan pokok seputar berdagang, yaitu: (1) Mengapa Berdagang itu Penting? (2) Bagaimana cara berdagang yang mendatangkan keuntungan dan keberkahan? (3) Apa yang Kita Perdagangkan? (4) Di mana Kita Berdagang? dan (5) Apa yang Kita Dapatkan dengan Berdagang? (DR)
66
DUTA Rimba
: Karena Kita Begitu berharga : dr. Ade Hashman, Sp.An : Republika : xxv + 218 : 13,5 x 20,5 cm : 978-602-8997-45-4
W
acana seputar siapa diri kita, dari mana, dan untuk apa kita hidup telah bergaung sejak berabad-abad silam. Meski beragam literatur memaparkan sosok ciptaan Sang Maha Pencipta ini, namun tetap saja jiwa manusia menyimpan sejuta misteri. Di zaman ini kebanyakan manusia justeru terjerumus dalam lubang kegelapan. Hanya mereka yang mengenal dirinya sajalah yang tidak akan terjerumus pada lubang kegelapan itu. Mereka yang benar-benar mengenal siapa dirinya, dari mana dia, dan untuk apa dia hidup merupakan manusia pilihan Tuhan untuk berjalan di atas rel keridaan-Nya. Sesungguhnya manusia tidak punya saham kepemilikan terhadap dirinya sendiri dan tidak memiliki kedaulatan terhadap sistem yang bekerja secara autopilot dan begitu canggih yang berlangsung di dalam tubuhnya. Kita ternyata hanya tinggal menjalankan semua fungsi kehidupan ini begitu saja, bernapas dengan lancar, berjalan dengan bebas, melihat aneka warna dan rupa, merasakan berbagai cita rasa kelezatan makanan, mendengar kemerduan suara, tidur nyenyak, dan lain sebagainya. Jadi sebenarnya jika kita mau menyadari semua itu, maka mengagungkan nama Tuhan menjadi aktiďŹ tas yang terus menerus. Penulis buku ini merupakan seorang dokter spesialis anestesi yang memiliki referensi luar biasa luas dan dalam. Ia mampu menjabarkan semua fakta melalui bahasan yang lugas, logis, dan mudah dimengerti orang awam sekalipun. Secara gamblang ia menggambarkan perjalanan manusia sejak penciptaannya hingga lahir ke dunia. Ia juga menggambarkan secara detail anatomi tubuh dengan beragam anugerah yang dinikmatinya. (DR)
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
DUTA Rimba
67
WISATARIMBA
68
DUTA Rimba
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
M Mengintip Romantisme Karang Nini
erryanzslo@panoramio.com
Secara perlahan matahari mulai beranjak dari tempat terbitnya menjauh ke tengah langit, menerobos gumpalan hitam yang sejak pagi tadi menghalangi keindahannya.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
eski tak langsung hilang dari permukaan langit, gumpalan awan hitam mulai menyingkir, mempersilakan sang raja siang menempati singgasananya. Sedikit demi sedikit kecerahan mulai tampak, menghilangkan prediksi akan terjadinya hujan. Perubahan cuaca ini juga yang kembali membulatkan tekad DUTA RIMBA untuk mengunjungi sebuah obyek wana wisata nan eksotis di selatan Jawa Barat, Karang Nini. Menyebut namanya, setiap orang pasti mafhum jika Karang Nini merupakan sebuah karang di pelataran pantai. Ya, memang begitulah bentuk aslinya, sehingga obyek ini pun dikenal dengan sebutan Pantai Karang Nini. Namun, Pantai Karang Nini bukanlah obyek wisata biasa. Pantai Karang Nini yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis ini adalah kawasan perpaduan antara hutan dan pantai. Obyek wana wisata ini memiliki pemandangan yang luar biasa indah dengan hiasan hamparan hutan jati yang luas dan rimba yang masih alami. Wana wisata Karang Nini sebenarnya terletak pada jalur wisata menuju Objek Wisata Pantai Pangandaran yang merupakan salah satu objek wisata primadona di Jawa Barat. Hanya saja , karena letaknya yang menjorok ke dalam sejauh ± 2,5 km serta kondisi jalannya yang kurang baik menjadi salah satu penyebab kurangnya tingkat kunjungan ke wana wisata ini. Dengan letaknya yang berjarak ± 9 km sebelum Pangandaran, wana wisata Karang Nini dapat ditempuh
DUTA Rimba
69
WISATARIMBA
70
DUTA Rimba
cuaca cerah dengan lukisan langit yang begitu indah.
Kaya Pesona Alam Secara administrasif pemerintahan, Objek wana wisata ini termasuk ke dalam wilayah Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis. Dengan luas area 90.5 ha, Pantai Karang Nini terletak di RPH Kalipuang, BKPH Pangandaran, KPH Ciamis. Objek wana wisata Karang Nini berada di ketinggian antara 0-25 m dpl dengan konfigurasi lapangan yang umumnya bergelombang.
Satu ciri khas yang menjadi daya tarik Pantai Karang Nini adalah adanya dua buah batu karang yang sangat melegenda, yakni Karang Nini dan Bale Kambang. Selain bentuknya yang unik, kedua batu karang tersebut berbalut kisah yang memesonakan. Kisah kasih dua sejoli antara seorang nenek dan kakek yang berubah wujud menjadi batu sebagai simbol kuatnya tali cinta mereka. Dengan adanya kisah ini pula daya magis Pantai Karang Nini begitu kentara. Selain fenomena dua batu karang tadi, obyek wana wisata ini
erryanzslo@panoramio.com
dari berbagai arah, baik Jawa Barat maupun Jawa Tengah yang dilewati oleh berbagai jenis kendaraan umum seperti bus, mini bus, elf, dan lain sebagainya. Jika ditelusuri, paling tidak ada 4 jalur perjalanan yang dapat ditempuh yakni (1) Garut – Tasikmalaya – Banjar – Ciamis – Kalipucang – Karang Nini: ± 170 km; (2) Bandung – Tasikmalaya – Banjar -Ciamis – Kalipucang – Karang Nini: ± 210 km; (3) Cirebon – Kuningan – Ciamis – Banjar - Kalipucang – Karang Nini: ± 170 km; dan (4) Cilacap/Purwokerto – Kalipucang – Karang Nini: ± 95 km. Kali ini, tim DUTA RIMBA memilih jalur yang melalui Kota Banjar untuk menuju obyek wana wisata ini. Jalanan yang kami lalui tidak selebar jalan utama Pangandaran – Banjar, bahkan cenderung mengecil dan berbelok-belok. Perlu sedikit kesabaran dan kehati-hatian, meski untungnya jalan beraspal dengan kondisi cukup baik. Kesabaran kami pun akhirnya terbalaskan saat keindahan Pantai Karang Nini mulai terlihat sejak kami memasuki area parkir. Di pelataran parkir ini suasana teduh berbalut kesejukan yang dihembuskan angin pantai langsung kami rasakan. Begitu banyak pepohonan jati yang menjulang tinggi merindangi pinggiran pantai itu. Suasana itu juga tampaknya dirasakan para pengunjung lainnya dengan asyik berteduh di bawah rindangnya pepohonan jati, sambil mendengarkan deburan ombak yang dibawa tiupan angin. Tidak hanya itu saja, pada beberapa bagian jalan, kami disuguhi panorama pantai di kejauhan dengan latar belakang Sagara Anakan (muara Sungai Citanduy yang berujung di Pulau Nusakambangan). Sungguh sebuah pemandangan yang tak terlupakan. Apalagi kami datang di saat yang tepat, ketika
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
yss899@photobucket.com
juga menawarkan pemandangan yang luar biasa indah. Pengunjung dapat menyaksikan berbagai jenis potensi obyek dan daya tarik wisata lainnya, seperti: (1) Pantai Perelek yang merupakan hamparan terumbu karang yang ditumbuhi oleh biota laut sebagai sarana bagi Pendidikan dan penelitian Biota Laut serta kegiatan menyelam ataupun Snorkelling; (2) Hutan Pantai dengan formasi Baringtonia yang merupakan hamparan hutan pantai yang didominasi oleh tumbuhan jenis Butun (Baringtonia asiatica), Nyamplung (Callophylum
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Satu ciri khas yang menjadi daya tarik Pantai Karang Nini adalah adanya dua buah batu karang yang sangat melegenda, yakni Karang Nini dan Bale Kambang. Selain baentuknya yang unik, kedua batu karang tersebut berbalut kisah yang memesonakan.
innophylum), Pandan Laut (Pandanus tectorius), Waru Laut (Hibiscus tilliceus). Berikutnya adalah (3) Vegetasi Pes-Caprae, merupakan formasi vegetasi yang khas pada pesisir/ pantai berpasir yang didominasi oleh tumbuhan Kangkung laut (Ipomoea pescaprae); (4) Hutan Tanaman Jati, di mana para wisatawan bisa mengamati atau mengobservasi mengenali jenis tumbuhan Jati dan Mahoni. Bahkan wisatawan bisa mengamati bagaimana proses kegiatan Pengelolaan Hutan Tanaman Jati (teak plantation forest management), mulai dari kegiatan persemaian, tanaman, pemeliharaan hutan hingga kegiatan produksi/ tebangan. Adapun jenis fauna yang sering dijumpai antara lain Kera (Macacca fascicularis) dan Lutung (Trachipytecus auratus sondaicus). Sedangkan satwa lain yang terdapat di kawasan wisata Karang Nini di antaranya Landak (Hystrix bracyura), Trenggiling (Manis javanica), Kancil (Tragulus javanicus), Ayam Hutan (Gallus.g.varius), Burung Tulumtumpuk (Megalaema javensis), Burung Raja Udang (Halcyon spp), Ular Sanca (Phyton molurus), dan lain sebagainya. Aura magis semakin terasa kental saat kita berkunjung ke sejumlah makam. Masyarakat meyakini di sejumlah makam inilah disemayamkan para karuhun yang memiliki kedekatakan dengan mereka. Bagi yang senang berwisata ziarah, setelah datang kepada Juru Kunci atau Kuncen terlebih dahulu, Anda dapat berkunjung ke Situs Budaya Cikabuyutan di mana di dalamnya terdapat makam Eyang Anggasinga Wencana dan Mahapatih Bagaspati. Di obyek wana wisata ini pengunjung juga dapat menikmati sejuknya aliran mata air Sumur
DUTA Rimba
71
WISATARIMBA Tujuh. Kokon, menurut kabar dari masyarakat setempat, air dari mata air Sumur Tujuh itu bisa membuat orang awet muda serta menyembuhkan berbagai penyakit. Terdapat juga aquarium alam di muara Cipangbokongan yang sangat menarik di saat air laut surut. Para pengunjung dapat melihat berbagai jenis ikan hias yang terjebak di relung-relung terumbu. Dan pengunjung juga dapat meneropong pulau Nusa Kambangan di sebelah timur dan cagar alam Pananjung di sebelah selatan, dari menara pandang. Di sini para pengunjung juga dapat menemukan gua-gua alam yang terhampar di sepanjang wana wisata ini. Sejumlah gua tersebut antara lain Gua Dompet, Gua Panjang, Gua Parat dan Gua Pendek. Setiap gua, konon, menyimpan beragam kisah mistis yang menawarkan sensasi misteri. Bahkan, konon, Gua Panjang merupakan jalan tembus menuju Kasunanan Cirebon. Sebuah polesan kisah yang memperkaya khazanah budaya nusantara.
lebih menikmati pesona Pantai Karang Nini. Sembari menyaksikan sunset yang tenggelam di permukaan laut, DUTA RIMBA menyusuri pantai. Pilihannya adalah jogging track di antara rerimbunan pohon jati, mahoni, angsana, ketapang, keben, johar, dan jenis lainnya di pinggir pantai. Suasana sore kali ini memang sangat berkesan. Didukung cuaca yang cerah, DUTA RIMBA mengabadikan sejumlah pesona alam yang tersaji. Terlebih lagi saat pantai Nusa Kambangan dibidik
Pengunjung dapat melihat keindahan pemandangan alam hingga aktifitas outdoor seperti outbond dan flying fox. Bahkan, di sini juga para pengunjung dapat melakukan observasi lingkungan alam, baik flora, fauna, terumbu karang, maupun gejala fisik terbentuknya Gua Alam, Situs Budaya Batu Kalde dan Situs Sejarah Gua Jepang. Atau pengunjung dapat pula memaksimalkan penjelajahan obyek wana wisata ini dengan Trekking, yaitu melakukan penjelajahan hutan dan pantai hingga ke terowongan
melalui menara pandang. Sebuah pengalaman eksotisme yang tak terlupakan. Secara umum, di wana wisata Pantai Karang Nini para pelancong dapat melakukan beragam aktifitas.
tempo dulu Wilhelmina Tunnel sepanjang 1.200 meter. Untuk berwisata di malam hari, pengunjung dapat pula memanfaatkan aktifitas wisata menginap dengan Camping dan Pondok Wisata. (DR)
Jogging Track di Rerimbunan Alam Liar
72
DUTA Rimba
yss899@photobucket.com
Beragam cara dapat dilakukan untuk menikmati Pantai Karang Nini. Obyek wana wisata yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis ini menawarkan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati. Di sini sedikitnya terdapat 5 pemondokan wisata dengan arsitektur khas Sunda. Bagi pengunjung yang datang berkelompok disediakan juga saung pertemuan Bale Rancage yang dapat digunakan sebagai tempat menggelar beragam acara. Sejatinya, sangat disayangkan jika berkunjung ke wana wisata ini hanya sesaat. Dengan menyewa pemondokan yang tersedia, DUTA RIMBA sengaja bermalam untuk
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Kisah Kasih Karang Nini dan Bale Kambang
P
antai Karang Nini tak bisa lepas dari kisah percintaan dua insan. Wujud dua buah batu yang saling berhadapan di pantai ini mengisyaratkan adanya peristiwa tersebut. Paling tidak, demikianlah riwayat yang berkembang di masyarakat. Alkisah, pada zaman dahulu di kampung Karang Tanjung tinggal lah sepasang kakek dan nenek sakti yang bernama Ambu Kolot dan Aki Arga Piara. Sejak kali pertama bertemu hingga umur serenta itu keduanya hidup sangat bahagia. Meski tak dikaruniai anak, namun cinta kasih keduanya tak pernah luntur. Tampaknya, keduanya memang jodoh sejati yang pertemukan. Aki Arga Piara memiliki kegemaran memancing ikan di laut. Suatu pagi, seperti biasanya, Si Aki pergi memancing. Si Nini yang melihat cuaca yang kurang baik berusaha melarangnya pergi. Tetapi Ki Angga Piara bersikeras tetap pergi mengingat persediaan bahan makanan di rumah hampir habis. Beberapa kali kekhawatiran Si Nini disampaikan pada suaminya tetapi tetap saja Si Aki keukeuh pergi. Walau dengan berat hati, akhirnya Si Nini harus rela membiarkan suaminya pergi.
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Waktu terus berjalan dengan cuaca yang semakin memburuk. Awan hitam menyelimuti langit, angin bertiup semakin kencang dengan petir yang saling menyambar. Tidak berapa lama hujan pun turun dengan derasnya. Si Nini yang sendirian di rumah semakin was-was. Dia gelisah dan bingung tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam kepasrahan ia terus memikirkan nasib apa yang sedang menimpa suaminya. Sementara itu, Ki Angga Piara yang berada di tengah lautan menyesali sikapnya. Ia menyesal karena tidak mau menggubris nasihat istrinya. Perahu yang dinaikinya terombang-ambing oleh gulungan ombak yang kian lama kian dahsyat. Badai pun datang. Akhirnya perahu yang ditumpangi Si Aki pun hancur diserang badai hingga ia terpental dan tenggelam ditelan ombak yang begitu besar dan berpusar-pusar. Hujan dan badai tak juga berhenti, meski hari telah berganti malam. Bahkan hingga keesokan harinya. Barulah menjelang siang, hujan dan badai mereda dengan menyisakan keporak-porandaan di sepanjang pantai. Begitu pun dengan kondisi Si Nini. Hujan dan badai menyisakan kepingan-kepingan kecemasan yang menderanya sejak satu hari lalu. Hari merembang petang saat matahari mulai manaiki peraduannya di ufuk barat. Namun, Si Aki tak kunjung pulang. Kecemasan semakin mencabik-cabik hati Si Nini. Kecemasan membuat dirinya gusar karena khawatir terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan menimpa diri
si Aki. Tanpa pikir panjang, Si Nini pun mencari suaminya. Ditelusurinya sepanjang pantai seraya memanggilmanggil nama Si Aki. Suaranya yang parau harus berlomba menembus pekikan suara deburan ombak. Namun, hingga hari berganti malam, kemalangan lah yang menimpa Si Nini. Aki Arga Piara tak juga berhasi ia temukan. Begitu pun dengan para penduduk yang turut membantu upaya pencarian. Mereka putus asa hingga kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Kini tinggal lah Si Nini di tepi pantai. Ia meratapi hilangnya sang suami. Akhirnya, demi menemukan Si Aki, dengan segenap kesaktiannya ia pun bersemadi memohon kepada sang penguasa laut selatan, Nyi Ratu Laut Kidul, agar bisa dipertemukan dengan Si Aki bagaimana pun keadaannya. Permohonannya terkabul. Tidak berapa lama kemudian menjelma lah di hadapan si Nini sebuah batu karang dalam keadaan mengambang, sebagai perwujudan dari jasad Si Aki. Inilah batu yang saat ini dikenal sebagai Bale Kambang. Konon kabarnya, jika kita berdiri di atas batu karang tersebut, ia seolah-olah bergoyang. Didorong oleh keinginan untuk membuktikan cinta kasih dan kesetiaannya, Si Nini kembali bersemadi memohon kepada Nyi Ratu Laut Kidul agar dirinya dijelmakan seperti Si Aki. Dan, akhirnya Si Nini pun menjelma menjadi batu karang yang menghadap laut ke arah Bale Kambang. Inilah Karang Nini, sebuah simbol cinta kasih dan kesetiaan dua insan sepanjang masa. (DR)
DUTA Rimba
73
Dok. HUMAS PHT
INOVASI
Gondorukem
Olahan Getah Pinus Banyak manfaat bisa didapat dari gondorukem. Produk olahan berbahanbaku getah pinus ini banyak dimanfaatkan untuk industri kertas, tinta, cat, karet, percetakan, farmasi, dan lainlain. Proses produksinya pun terbilang sederhana dan tak memerlukan teknologi yang super canggih.
74
DUTA Rimba
G
ondorukem dan terpentin dihasilkan dari getah hasil penyadapan pada batang kayu pohon pinus. Gondorukem berbentuk padat sedangkan terpentin adalah cair. Ada beberapa macam pohon pinus. Di Indonesia, jenis pohon pinus yang disadap getahnya adalah Pinus Merkusii. Namun, tidak sembarang getah hasil sadapan di pohon pinus yang
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Dok. HUMAS PHT
NO. 41 â&#x20AC;˘ TH. 7 â&#x20AC;˘ JANUARI-FEBRUARI 2012
Untuk memperoleh produk gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Sebab itu, proses pengujian bahan baku untuk memisahkan getah berkualitas baik dan tidak menjadi satu faktor yang penting. Gondorukem yang dihasilkan dari pemisahan dengan terpentin itu memiliki beberapa warna. Warna gondorukem yang paling jernih disebut dengan X (Rex), WW (Water White) untuk warna gondorukem
Dok. HUMAS PHT
dapat diolah menjadi gondorukem. Di pabrik gondorukem dan terpentin Perum Perhutani, getah pinus yang diterima umumnya berupa cairan kental yang bercampur dengan kristal, air, serpihan kayu, daun pinus, kembang pinus, dan kotoran-kotoran lain yang tercampurkan secara sengaja atau tidak, misalnya tanah, pasir, dan lain-lain. Getah pinus yang telah dikumpulkan itu pun harus diproses dengan melalui beberapa tahap. Tahap pertama, setelah dikumpulkan dan diterima di pabrik, getah kemudian melalui proses pengujian bahan baku. Dilanjutkan proses pemurnian dari kotorankotoran. Setelah itu, di tahap kedua getah memasuki proses distilasi atau penguapan/pemasakan. Dari proses distilasi ini, terpisahlah gondorukem dan terpentin. Terpentin sendiri merupakan hasil destilasi berupa cairan. Sedangkan gondorukem merupakan hasil residunya dan berbentuk padat. Proses pemisahan gondorukem dan terpentin ini bisa dilakukan dengan cara langsung dipanaskan, dapat pula dengan tidak langsung atau melalui cara penguapan.
yang bening seperti air, gondorukem berwarna bening seperti kaca jendela disebut WG (Window Glass), N (Nancy) untuk yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, dan M untuk warna yang lebih gelap. Perbedaan warna, titik lunak, dan kadar kotoran yang terkandung dari gondorukem hasil residu getah pinus itu menentukan kualitas dan harganya dalam perdagangan. Di tahap ketiga, dilakukan proses pemurnian getah tersebut. Tahapannya adalah dengan mengencerkan getah menggunakan terpentin, lalu menyaringnya dari kotoran-kotoran kasar, serta pencucian. Setelah mencapai kondisi pengenceran yang diinginkan, larutan getah tersebut kemudian diendapkan atau didiamkan beberapa menit untuk memberikan kesempatan terjadinya endapan kotoran dan air yang ditunjukkan dengan turunnya ktoran dan air itu ke bagian bawah. Setelah itu dilakukan pembuangan dan penyaringan untuk memisahkan kotoran-kotoran halus dari produk gondorukem. Untuk memperoleh produk gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Sebab itu, proses pengujian bahan baku untuk memisahkan getah berkualitas baik dan tidak menjadi satu faktor yang penting. Selain kualitas bahan baku yang baik, produk gondorukem berkualitas tinggi juga sangat ditentukan oleh perlakuan yang cermat dan trampil. Sebab, walaupun proses pencucian berhasil sempurna, namun jika tidak ada dukungan dari proses pemasakan yang baik, maka hasil dari gondorukem pun menjadi bermutu rendah. Hasil berkualitas rendah itu misalnya ditunjukkan dengan titik lunak yang terlalu rendah, browning atau hangus, atau berkristal. ď Ž
DUTA Rimba
75
RIMBAKULINER Sate Maranggi Cibungur
Menu Juara
Penggugah Selera Cuaca siang ini tak seekstrim biasanya. Guyuran hujan diselingi gelegar petir yang menjadi fenomena seminggu terakhir di wilayah Ibukota Jakarta dan sekitarnya, tak kunjung terlihat.
76
DUTA Rimba
Dok. HUMAS PHT
S
iang ini, di penghujung Februari, sinar matahari begitu terik menyengat. Langit terlihat cerah, meski di sebelah barat Jakarta, awan mulai tampak bergerombol membentuk gundukan yang menghitam. DUTA RIMBA akan mengunjungi sebuah tempat yang terkenal di Cibungur, Purwakarta, untuk berwisata kuliner menikmati kelezatan Sate Maranggi. Sebuah tempat dengan sajian masakan yang memang telah lama menjadi rekomendasi para petualang kuliner. Konon, warung makan yang lokasinya 3 kilometer dari
pintu tol Cikopo Purwakarta atau yang lebih dikenal dengan pintu tol Cikampek itu, tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi jika di akhir pekan atau musim liburan. Informasi itu ternyata benar. Saat DUTA RIMBA memasuki area parkir warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur”, tampak kendaraan beroda empat dengan pelat B, D, dan T memenuhi area parkir yang luasnya sekitar 1.000 m2. Para pengunjung terlihat menikmati makanan di sejumlah titik di warung
makan yang didisain dengan konsep outdoor itu. Jika dihitung, setidaknya terdapat seratus lebih pengunjung yang datang. Padahal, saat itu, DUTA RIMBA datang satu jam lebih telat dari jam makan siang. Artinya, saat jam makan siang, tentu lebih banyak lagi pengunjung yang memadati warung makan tesebut. Menemukan warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur” sangatlah mudah. Posisinya yang tak jauh dari pintu tol Cikopo Purwakarta (pintu
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
kesuksesan warung sate yang saat ini telah termasyhur hingga mancanegara. Awalnya, menurut mantan kepala desa ini, sekitar tahun 1980an warung ini menjual Es Kelapa Muda. Kemudian setelah berjalan beberapa tahun, atas saran para konsumen, di tahun 1990 menu sajian ditambah dengan berjualan Sate Maranggi.
Tenda Plastik dan Empat Kayu Penyangga
Dok. HUMAS PHT
Adalah H. Sawon Suharyono (60), pengelola warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur”, yang berkisah tentang usaha warung makan tersebut. Sosok ramah dan murah senyum ini begitu lugas mengurai kisah
Dok. HUMAS PHT
tol Cikampek) dapat dijangkau konsumen, baik yang datang dari arah Bandung maupun Jakarta. Bagi konsumen dari Jakarta, tempat ini dapat dicapai hanya dengan 2 jam perjalanan. Namun bagi konsumen yang berasal dari Bandung, tempat ini dapat dijangkau lebih cepat, hanya sekitar 1 jam melalui tol Cipularang. Pada wisata kuliner kali ini, DUTA RIMBA ditemani rekan-rekan dari Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Purwakarta. Mereka turut berpetualang kuliner bukan tanpa alasan. Nyatanya, ada ikatan ‘persaudaraan’ antara Perum Perhutani dan Warung Makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur”. Sejak tahun 2006, warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur” merupakan mitra kerja Perum Perhutani. Sebagian lokasi usaha warung makan tersebut berada di atas lahan tanaman jati yang dikelola Perum Perhutani KPH Purwakarta. Kerjasama ini tentu saja membuat Perum Perhutani KPH Purwakarta dapat berbangga diri karena turut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasinya.
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Perjalanan sukses warung ini pun terus berlanjut. Jika awalnya warung ini hanya bertudungkan tenda plastik dengan empat kayu sebagai tiang penyangga, kini, bentuk warung pun berubah lebih besar dengan menempati lahan yang jauh lebih luas. Begitu pun dengan pembeli. Jika di awal berjualan hanya sekitar 20an pembeli dalam sehari, kini jumlah pembeli mencapai ratusan dalam sehari, bahkan ribuan pada hari-hari libur. Untuk melayani ratusan hingga ribuan pembelinya, warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda
DUTA Rimba
77
RIMBAKULINER
Dok. HUMAS PHT
ini dapat melayani pembeli hingga pukul 20.00 WIB. Pengecualian juga berlaku jika ada konsumen yang booking hingga melewati jam operasi. Warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur” juga dilengkapi sejumlah fasilitas penunjang, antara lain toilet bersih, mushalla, area parkir gratis, dan sebuah galeri yang menjual bermacam merchandise. Di galeri ini para pengunjung dapat membeli sejumlah barang-barang khas Purwakarta seperti hasil kerajinan keramik dan lain sebagainya. Satu hal yang perlu diketahui, warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur” tidak memiliki cabang di manapun. Menurut H. Sawon, hal ini dimaksudkan untuk menjaga cita rasa Sate Maranggi. “Sebab kalau buka cabang, kami agak sulit memantau keunikan rasanya. Beda koki kan beda juga hasil masakannya,” ujar H. Sawon berkilah.
Rahasianya: Racikan Istimewa
Dok. HUMAS PHT
“Cibungur” didukung oleh hampir 100 karyawan. Dengan dukungan para karyawan itu para pembeli dijamin terpuaskan, baik dari sajian menu maupun pelayanannya. Dibandingkan saat awal berjualan, jumlah karyawan ini tentu saja
78
DUTA Rimba
meningkat berkali lipat. Dulu, karyawan hanya berjumlah 20 orang. Para pembeli dapat menikmati Sate Maranggi dan menu lainnya sejak pukul 07.00 hingga 18.00 WIB setiap hari. Namun jika Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur, warung
Di samping terkenal dengan kelezatan Sate Maranggi, warung makan ini juga dikenal dengan keramah-tamahannya dalam memanjakan konsumen. Hal ini sesuai dengan nama “Maranggi” yang berasal dari Bahasa Sunda, “Marangga” yang bermakna “silakan”. Menurut H. Sawon, memperlakukan konsumen bak raja merupakan salah satu kunci sukses warung makan ini. Di sini pembeli juga tidak perlu berlama-lama menunggu pesanan, sebab pesanan akan segera hadir kurang dari 5 menit. Perbedaan Sate Maranggi “Cibungur” dengan sate lainnya adalah dari proses pembuatannya. Dalam pembuatan Sate Maranggi, daging yang telah dicincang kemudian dibaluri bumbu-bumbu khusus. Setelah itu daging ditusuk,
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
dibakar, dan disajikan hanya dengan sambel tomat dan cabe rawit yang ditumbuk kasar ditambah kecap. “Sate lainnya kan umumnya menggunakan sambel kacang dan lain sebagainya. Sate Maranggi tidak menggunakan tambahan itu. Kami memiliki racikan istimewa untuk menu juara ini,” papar H. Sawon. Mengenai racikan istimewa Sate Maranggi ini, H. Sawon sendiri mengaku kurang mengetahuinya. Menurutnya, ‘racikan istimewa’ ini dikirim khusus dari peracik bahan di Cikampek, Karawang. Dan, sudah menjadi ‘kode etik’ di warung makan tersebut jika ‘racikan istimewa’ tidak diberikan kepada sembarang orang. Dengan ‘racikan istimewa’ tersebut, pembeli dijamin terpuaskan dengan empuknya daging Sate Maranggi dan bumbu-bumbunya yang meresap serta memiliki cita rasa paduan manis, asam, dan pedas. Racikan istimewa ini juga yang menjadi pembeda Sate Maranggi khas Cibungur dengan Sate Maranggi khas Cianjur. Perbedaan paling jelas adalah Sate Maranggi Cianjur disajikan dengan sambal oncom, dan biasanya ditemani ketan bakar. Dagingnya menggunakan daging sapi yang sudah dibumbui, dengan rasa ketumbar yang menonjol. Dalam sehari, warung makan ini dapat menghabiskan 70 – 80 kg daging, baik daging sapi maupun daging kambing. Namun jika Sabtu dan Minggu, daging yang digunakan bisa mencapai lebih dari satu kwintal. Daging didatangkan khusus dari pemasok tetap yang terjamin kehalalan dan kebaikannya. Selain Sate Maranggi, para konsumen dapat menikmati menu lainnya. Warung makan ini menyediakan juga sejumlah menu juara, antara lain Gurame Bakar, Ayam Bakar, Sop Daging, dan beragam minuman termasuk
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012
Es Kelapa Muda Cibungur yang tersohor sejak tahun 1980an. Racikan Es Kelapa Muda tidak berubah sejak pertama. Menurut H. Sawon, pihaknya memiliki ramuan khusus untuk membuat Es Kelapa Muda yang khas. Sementara kelapa muda dipilih dari buah kelapa yang tidak terlalu muda, pun tidak terlalu tua. “Kami memiliki karyawan yang
Perbedaan Sate Maranggi “Cibungur” dengan sate lainnya adalah dari proses pembuatannya. Daging yang telah dicincang kemudian dibaluri bumbubumbu khusus. Setelah itu daging ditusuk, dibakar, dan disajikan hanya dengan sambel tomat dan cabe rawit yang ditumbuk kasar ditambah kecap. sudah sangat berpengalaman mengetahui jenis buah kelapa apa saja yang pas untuk Es Kelapa Muda. Racikannya tetap kami pertahankan sejak dulu. Hal ini pun masukan dari pengunjung. Sepertinya mereka belum puas jika sesudah makan, tapi tidak minum Es Kelapa Muda,” jelas H. Sawon. Untuk menyantap beragam menu di warung ini, para pengunjung tidak perlu merogoh kantong dalamdalam atau mengernyitkan dahi karena khawatir kemahalan. Hargaharga di warung ini relatif sangat murah, apalagi jika dibandingkan dengan rasa juara dari menu-menu yang ada. Satu tusuk Sate Maranggi
dihargai Rp. 1.500,- saja, sementara Nasi Timbel seharga Rp. 5.000,per buah. Adapun Ayam Bakar Rp. 60.000,- per ekor dan Rp. 12.000,per potong, Sop Daging Rp. 12.000,per porsi, dan Es Kelapa Muda Rp. 10.000,-.
Sukses Bersama Opini Konsumen Diakui H. Sawon, mendengarkan saran-saran konsumen menjadi salah satu kunci sukses warung makan Sate Maranggi dan Es Kelapa Muda “Cibungur”. Sejak awal berdirinya warung, ketika masih berjualan Es Kelapa Muda dengan konsumennya yang hanya puluhan saja, hingga kini di mana ribuan konsumen memadati warung, konsumen memiliki peran penting. Atas saran para konsumen lah menu Sate Maranggi dapat dinikmati hingga selezat saat ini. Para konsumen pula yang memberi masukan menu apa saja yang sebaiknya disediakan untuk ‘menemani’ Sate Maranggi. Begitu pula tentang bentuk warung yang mengalami perubahan. Saat ini, warung makan berbentuk outdoor dengan meja-meja dan bangku-bangku yang diatur rapi di sekitar area perkebunan tanaman jati milik Perum Perhutani KPH Purwakarta. Sejak awal, warung sudah menempati area perkebunan tanaman jati, sehingga menambah kesan natural. Lantainya pun hanya berupa plesteran semen, sekadar menghindari becek saat musim hujan. Rupanya, hal inilah yang disukai para konsumen. Sebuah tempat makan di alam terbuka di bawah rerimbunan tanaman pohon jati. “Konsep seperti ini memang sudah merupakan ciri khas dan komitmen kami untuk menjaganya. Kami tidak ingin konsep warung seperti di kota yang lantainya dipasang keramik, dipasang AC, dan
DUTA Rimba
79
RIMBAKULINER lain sebagainya. Konsep ini kami terapkan berdasarkan masukan dari para konsumen yang menginginkan warung sate tetap menampilkan konsep natural,” jelas H. Sawon. Dengan konsep seperti ini, tampaknya, para konsumen lebih
menikmati suasana tempat makan yang tidak ber-AC sambil menikmati semilir angin dan sedikit berpanaspanasan. Mungkin, menurut H. Sawon, karena orang-orang kota terbiasa makan tidak berkeringat. Sementara di sini ketika mereka
Dok. HUMAS PHT
makan pasti berkeringat, karena selain tempatnya tidak ber-AC, air teh tawar yang disuguhkan pun masih panas, nasi timbel panas, dan satenya juga masih panas. Kenyamanan menyantap Sate Maranggi dalam warung berkonsep outdoor ini juga diamini Arfa, salah seorang pengunjung dari Bandung yang ditemui DUTA RIMBA. Menurutnya, makan di alam terbuka, di antara rerimbunan pohon jati dan semilir angin membuatnya serasa di perkampungan. Ditambah dengan kelezatan Sate Maranggi yang diakuinya jempolan membuat dirinya sering berkunjung ke tempat ini bersama keluarga. “Suasananya asyik, apalagi seperti kita makan di alam bebas, meski sedikit gerah setelah makan. Saya suka makan Sate Maranggi karena berbeda dengan sate lainnya. Daging Sate Maranggi empuk dan bumbunya meresap,” katanya. (DR)
Resep Sate Maranggi • 1 kg daging sapi atau kambing muda. Untuk Sate Maranggi “Cibungur”, daging sapi dipisahkan dari lemaknya, sementara daging kambing dicampur dengan lemaknya untuk menambah aroma bakaran sate. • Tusuk sate • Kecap manis
Haluskan: • • • • •
5 buah bawang merah 5 buah bawang putih 1 sdm ketumbar Garam secukupnya ½ sendok makan gula merah
Cara Membuat: • Potong daging bentuk dadu besar • Masukkan bumbu halus ke dalam
80
DUTA Rimba
potongan daging, lalu aduk-aduk, tutup dengan daun papaya dan simpan selama 2 jam. • Tusuk sate dengan tusukan sate dari bambu • Bakar di atas bara api sedang sesekali celupkan ke dalam kecap manis hingga matang.
Sajian Tambahan • Sate Maranggi lebih nikmat jika disantap dengan tambahan sambal khasnya, yaitu Sambal Gowang dan kecap manis. Adapun cara pembuatan Sambal Gowang adalah: tumbuk secara kasar cabe rawit, campurkan dengan irisan bawang merah dan irisan tomat merah serta daun kemangi. • Cara menikmati Sate Maranggi, letakkan sate di atas sambal lalu
Dok. HUMAS PHT
Bahan:
disiram kecap manis dan diaduk • Hidangkan Sate Maranggi dengan Nasi Timbel, yaitu nasi hangat yang dibungkus dengan daun pisang. (DR)
NO. 41 • TH. 7 • JANUARI-FEBRUARI 2012