NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
M A JA L A H
P E R H U TA N I
BISNIS RIMBA
Panen Raya Perdana Kacang Tanah di Hutan Bojonegoro Electronic Ticketing
INOVASI
di Kawah Putih Ciwidey WARISAN RIMBA
Menyusuri Lorong Waktu dengan Kereta Tua
RIMBA KULINER
Terang dan Kenyang di Bale Caang
EXECUTE NOW!
SALAMREDAKSI
Selamat Tahun Baru PENGARAH Denaldy M Mauna Direktur Utama Perum Perhutani PENANGGUNG JAWAB Agus Dwi Nurjanto Sekretaris Perusahaan PEMIMPIN REDAKSI Yuswan Hendrawan Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan REDAKTUR PELAKSANA Harry Soediana SEKRETARIS REDAKSI Nararya Gunadharma REDAKTUR Adehika Intan, Rizka Amalia SCRIPT EDITING AND LAYOUT Duta Rimba Art Work PERWAKILAN - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Timur - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten ALAMAT REDAKSI
Departemen Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: humas@perhutani.co.id www.perhutani.co.id
Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perhutani.co.id aplikasi
Perum Perhutani
@PerumPerhutani
Perum Perhutani
PerumPerhutani
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
2018
Dok. Kom PHT®2018
ISSN: 2337-6791
P
embaca yang Budiman, Bergembira sekali rasanya kami dapat kembali menyapa Anda semua. Semoga Anda semua selalu sehat wal afiat dan senantiasa sukses dalam menjalani semua aktivitas. Tak lupa pula kami mengucapkan “Selamat Tahun Baru 2018”. Semoga pencapaian prestasi kita di tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Kami ingin mengajak kita semua untuk mengawali tahun ini dengan semangat tinggi. Semangat yang juga akan menumbuhkan harapan. Harapan itu setidaknya diproyeksikan dari pencapaian laba positif yang dapat dibukukan oleh perusahaan di tahun 2017. Dan seperti dikatakan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, pencapaian itu memberikan harapan bahwa kita bisa bangkit dan berpotensi untuk dapat berjalan normal kembali. Bahkan berlari. Rangkaian langkah positif pun dapat kita ayunkan, sehingga dapat mencapai visi kita, yaitu “Menjadi Perusahaan Pengelola Hutan Terkemuka di Dunia dan Bermanfaat bagi Masyarakat”. Lebih lengkap pandangan Direktur Utama tersebut dapat Anda simak di rubrik Benah Diri. Di rubrik Bisnis Rimba, kami ajak Anda menyimak perjalanan program Agrikanas (Agribisnis Kacang Nasional) hasil kerja sama Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas) MUI, Perum Perhutani dan PT Garuda Food. Pola kemitraan itu diawali Kegiatan Tanam Raya Perdana Kacang pada 31 Oktober 2017 dan pada 5 Februari 2018 dilakukan panen raya perdana kacang tanah di Bojonegoro. Kami juga akan mengajak Anda lebih kenal dengan manglid, pohon Penghasil Kayu Kuat, Padat, dan Mengkilat. Selengkapnya ada di rubrik Ensiklo Rimba. Serta menyimak aktivitas KPH Bojonegoro menghelat kegiatan “Rimbawan Menyapa Siswa” di rubrik Pojok KPH. Juga perjalanan kripik pisang sebagai oleh-oleh khas Lumajang di rubrik Rimba Daya. Di rubrik Warisan Rimba, kami juga akan mengajak Anda untuk menyusuri lorong waktu dengan kereta tua. Serta menikmati asyiknya berselancar di Pulo Merah. Selengkapnya ada di rubrik Wisata Rimba. Dan tentu saja sajian utama kami tentang proyeksi bisnis di tahun 2018, serta sajian khusus tentang mekanisme penanganan bencana. Jangan lewatkan juga ragam informasi menarik lain yang tersaji di rubrik-rubrik Duta Rimba edisi ini. Semua ditujukan untuk memenuhi dahaga keingintahuan Anda, pembaca yang budiman. Tentu saja, kami berharap seluruh informasi yang kami sajikan dapat bermanfaat besar bagi Anda semua. Salam! • DR
DUTA Rimba 1
SEMAIRIMBA
SALAM REDAKSI BENAH DIRI • Execution Now
1 4
PRIMA RIMBA • Menuju Social Agroforestry Kolaboratif Berkeadilan
14
6
RIMBA UTAMA • Ketika Bisnis Perhutani Bertransformasi • Hutan Lestari, Manfaat Diberi
14 22
• Kelola Bisnis Sambil Menjaga Air, Energi, dan Lingkungan Hidup
30
RIMBA KHUSUS • Perhutani Peduli Penanggulangan
36 • Prosedur Proses Penanggulangan Bencana 42 SOSOK RIMBA Bencana Alam
36
• Wawan Triwibowo Pertahankan Fungsi Ekologi, Ekonomi, dan Sosial dalam Pengelolaan Hutan
50
LENSA • Out Bond Mojosemi 11-12 Januari 2018
SOBAT RIMBA LINTAS RIMBA WARISAN RIMBA • Menyusuri Lorong Waktu dengan Kereta
56 58 62
50
68
ENSIKLO RIMBA • Manglid, Penghasil Kayu Kuat, Padat dan Mengkilat
72
RIMBA DAYA • Keripik Pisang Oleh-oleh Lumajang
76
BISNIS RIMBA • Panen Raya Perdana Kacang Tanah di Hutan Bojonegoro
80
POJOK KPH •
Rimbawan Menyapa Siswa di KPH Bojonegoro
86
84
WISATA RIMBA • Asyiknya Berselancar di Pulo Merah
86
INOVASI • Electronic Ticketing di Kawah Putih Ciwidey
90
RIMBA KULINER Terang dan Kenyang di Bale Caang 2 DUTA Rimba
94 NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
SOBATRIMBA
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 3
BENAHDIRI
Dok. Kom PHT®2018
Execution Denaldy M. Mauna Direktur Utama Perum Perhutani
S
elamat Tahun Baru 2018, Rimbawan! Kalimat pembuka itu rasanya masih pantas untuk kita ucapkan, sebagai bahan bakar pembangkit semangat kita di awal tahun 2018 ini. Semoga kesuksesan selalu mengiringi langkah kita di sepanjang tahun ini. Insan Perhutani yang saya cintai dan banggakan. Dengan berbagai disruption yang telah kita lalui pada tahun 2017, akhirnya kita dihadapkan pada satu kesimpulan, bahwa sikap disiplin dan kerja keras yang konsisten yang kita terapkan secara konsekuen telah berhasil membawa kita keluar dari kebangkrutan. Hal itu tercermin dari pencapaian laba positif yang dapat dibukukan oleh perusahaan tahun 2017. Bahkan, di akhir tahun 2017, perusahaan dapat memberikan bantuan dana pendidikan, khusus untuk karyawan. Kita telah melewati masa yang sangat dinamis dalam beberapa tahun ke belakang. Jika kita melihat kembali momen di akhir tahun 2016, saat itu tidak ada yang mengira bahwa Perhutani, perusahaan kehutanan terbesar di Indonesia, dapat melewati dinamika yang
4 DUTA Rimba
Now!
begitu hebat selama beberapa waktu sebelumnya. Bahkan, tak sedikit yang memerkirakan Perhutani sudah berada di ambang kebangkrutan. Sehingga, saat itu kita telah berada di titik “to change or die” (berubah atau punah). Perubahan harus dilakukan. Sebab, perubahan adalah kunci untuk menyelamatkan perusahaan yang menjadi sumber nafkah bagi 19.840 orang karyawan atau sekitar 37.000 anggota Keluarga Besar Perhutani. Pasang-surut juga telah kita lalui di tahun 2017. Di tahun 2017 itu pula diperkenalkan Komitmen Kerja dengan rumusan “Back to Basic: Disciplined Execution (Disiplin Eksekusi), Efficient Through Process (Efisien dalam Penggunaan Sumber Daya), and Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan).” Rumusan itu dibuat agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sikap disiplin dan kerja keras yang konsisten akhirnya berhasil membawa kita keluar dari ancaman kebangkrutan. Bahkan, kita mampu melompat lebih tinggi. Hal itu tercermin dengan raihan laba positif yang berhasil dibukukan perusahaan di penghujung tahun 2017. Keberhasilan pencapaian laba
tersebut terbukti diperoleh dari perubahan-perubahan fundamental yang kita lakukan bersama, dari aspek keuangan, operasional, organisasi, maupun budaya (SDM). Momentum ini menumbuhkan harapan, bahwa kita bisa bangkit dan berpotensi untuk dapat berjalan normal kembali. Bahkan berlari. Rangkaian langkah positif pun data kita ayunkan, sehingga dapat mencapai visi kita, yaitu “Menjadi Perusahaan Pengelola Hutan Terkemuka di Dunia dan Bermanfaat bagi Masyarakat”. Insan Perhutani yang saya cintai dan banggakan. Di tahun 2017, telah diperkenalkan Komitmen Kerja “Back To Basic: Disciplined Execution, Efficient Through Process and Accountability”. Di tahun 2018 ini, kita akan meneruskan Komitmen Kerja tersebut dengan mempertajam eksekusi secara nyata dan harus sekarang (EXECUTION NOW!). Eksekusi terhadap semua proses bisnis harus terukur dan menghasilkan output dengan Quality, Cost, dan Speed yang Superior! Hal ini tentu tidak lepas dari Tata Nilai INTIKU, yaitu: INtegritas, InovaTIf, FoKus Pelanggan, dan Unggul. Tata
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Nilai INTIKU merupakan hal yang harus meresap pada diri kita semua dan menjiwai setiap derap langkah kita dalam menjalankan kegiatan sehari - hari. Execution Now merupakan cara kerja yang sangat penting, mengingat rencana investasi tahun 2018 lebih besar dari tahun 2017. Rencana investasi yang lebih besar itu sebagian berasal dari PROFIT yang berhasil kita kumpulkan, untuk terus mengembangkan fungsi PLANET dan PEOPLE sesuai dengan Misi yang kita emban. Akuntabilitas menjadi unsur yang utama dalam menjalankan kegiatan investasi ini. Akuntabilitas akan dicapai dengan menggunakan sistem pengendalian terpadu berbasis teknologi informasi SAP yang sedang kita kembangkan. Hal tersebut bukan hanya di Induk Perhutani Group, namun juga di seluruh Anak Perusahaan. Pengelolaannya juga
menjadi fokus BOD selaku Pemegang Saham, supaya dapat berkontribusi lebih besar bagi akselarasi pertumbuhan Perhutani Group. Untuk mendukung pencapaian target perusahaan, kita akan terus menerapkan 4DX (The 4 Disciplines of Execution), dimana setiap karyawan dipandu dalam mengeksekusi rencana untuk mencapai target tersebut secara efektif, disiplin, terukur, serta dapat dipertanggungjawabkan. Reward dan punishment juga akan secara konsisten diterapkan. Fungsinya untuk melakukan pengukuran produktivitas kinerja dan penegakan kedisiplinan secara individual. Hal tersebut bukan hanya akan diterapkan di induk perusahaan Prhutani Group, tetapi juga di seluruh anak perusahaan. Pengelolaannya juga menjadi fokus BOD (Board of Director) supaya dapat berkontribusi lebih besar bagi akselerasi
pertumbuhan Perhutani Group. Insan Perhutani yang saya cintai dan banggakan. Tahun 2017 memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Rangkaian pengalaman sepanjang tahun lalu menunjukkan bahwa PERUBAHAN secara terus menerus merupakan kunci keberhasilan. Dan tahun 2018 akan memberikan harapan bagi kita semua untuk mewujudkan Perhutani yang lebih baik. Maka, mari kita sambut tahun ini, dengan dilandasi semangat untuk mengemban amanah mulia mengelola hutan negara sebagai life support system, tidak hanya bagi Indonesia melainkan dunia. Terima kasih atas kerja keras dan kontribusinya di sepanjang tahun 2017. Dan saya hal yang sama di tahun 2018. Perhutani Berubah, Perhutani Bisa, Perhutani Luar Biasa !!! Salam Hangat,
ISTIMEWA
Akuntabilitas menjadi unsur yang utama dalam menjalankan kegiatan investasi ini. Akuntabilitas akan dicapai dengan menggunakan sistem pengendalian terpadu berbasis teknologi informasi SAP yang sedang kita kembangkan.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 5
Dok. Kom PHT®2018
PRIMARIMBA
Hutan Perhutani BKPH Lembang KPH Bandung Utara
Menuju
Social Agroforestry
Kolaboratif Berkeadilan
6 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Tahun ini, Perhutani mencanangkan untuk melakukan Transformasi Bisnis Menuju Social Agrofestry Kolaboratif Berkeadilan. Lewat proses transformasi tersebut, Perhutani berusaha untuk berperan lebih besar dalam mendukung program pemerintah. Khususnya di dalam mendukung program kedaulatan pangan, pariwisata, kedaulatan energi, industri, ketahanan air dan lingkungan hidup, serta infrastruktur konektifitas. Semua itu dilakukan dengan bingkai “Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat pada Seluruh Proses Rantai Nilai untuk Meningkatkan Kesejahteraan”.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 7
Dok. Kom PHTÂŽ2018
PRIMARIMBA
Pesanggem di antara tumpangsari jagung BKPH Ngliron KPH Randublatung
S
alah satu target transformasi bisnis Perum Perhutani adalah mendukung program Kedaulatan Pangan yang dicanangkan pemerintah lewat program Nawa Cita. Di awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo memang berusaha untuk menintrodusir ketahanan pangan melalui upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri. Sebab, sudah nyaris dua dasawarsa Indonesia selalu mengandalkan ketahanan pangan untuk dalam negeri dari impor. Hal tersebut terjadi karena produksi pangan di dalam negeri ternyata tak mampu mencukupi kebutuhan pangan 255 juta penduduk Indonesia. Hampir semua produk pangan yang kita konsumsi sehari-hari merupakan hasil impor. Mulai dari beras, jagung, kedelai, hingga daging. Bahkan, kebutuhan akan
8 DUTA Rimba
bumbu semisal cabai, bawang merah, serta garam pun masih harus impor. Menurut catatan sejumlah media massa, ada 28 jenis komoditas pangan yang kecukupannya harus dipenuhi dengan cara impor. Sebenarnya tak ada yang salah dari kebijakan membuka lebar keran impor untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Namun, untuk negara berpenduduk 255 juta jiwa, upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional sepenuhnya dengan cara impor dapat menimbulkan kerawanan. Tengok saja fenomena yang terjadi ketika krisis kedelai terjadi di tahun 2012, akibat petanipetani kedelai di Amerika Serikat mengalami gagal panen. Akibatnya, harga kedelai melonjak hingga dua kali lipat. Hal itu membuat banyak usaha pengolahan tempe dan tahu yang terpaksa harus menghentikan
kegiatan produksi mereka lantaran tak lagi mampu membeli kedelai sebagai bahan baku utamanya.
Sebenarnya tak ada yang salah dari kebijakan membuka lebar keran impor untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Namun, untuk negara berpenduduk 255 juta jiwa, upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional sepenuhnya dengan cara impor dapat menimbulkan kerawanan. NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHTÂŽ2018
Tumpangsari jagung BKPH Ngliron KPH Randublatung
Akibatnya, masyarakat kesulitan mendapat tempe dan tahu untuk kebutuhan pangan mereka. Padahal, kedua makanan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak jenis makanan sehari-hari penduduk, selain tentu saja beras. Itu baru dari sisi stok. Dari sisi devisa, kebijakan impor pangan juga bisa memicu timbulnya defisit neraca perdagangan. Hal itu bisa berdampak pada tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Memang nilai impor bahan pangan masih jauh di bawah jumlah impor minyak. Namun, tetap saja impor bahan pangan oleh negeri ini menjadi satu hal yang mengkhawatirkan. Lihat saja fakta tahun 2013 sebagai contoh. Ketika itu, Indonesia mengimpor bahan pangan senilai kurang lebih 17 milyar kilogram seharga US$ 8,6 Milyar atau setara dengan Rp 105 Triliun. Bentuknya
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
adalah bahan-bahan kebutuhan pokok untuk kebutuhan pangan. Bayangkan, jika produksi pangan tersebut dapat diproduksi secara maksimal dan optimal di Indonesia, maka impor akan dapat ditekan, yang pada gilirannya devisa juga akan berkurang, sehingga devisit neraca perdagangan nasional juga bisa dipangkas. Maka, tak berlebihan jika Presiden Joko Widodo menyatakan tekad untuk memenuhi kebutuhan pangan itu di dalam negeri, demi mengatasi komplesitas masalah yang terjadi. Bahkan, di dalam program pemerintah, Presiden menargetkan bahwa di akhir masa pemerintahannya pada 2019 Indonesia akan bisa mewujudkan swasembada pangan. Target itu bukan sesuatu yang muluk, karena di tahun 1984 Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto bisa mencapai kondisi
Presiden menargetkan bahwa di akhir masa pemerintahannya pada 2019 Indonesia akan bisa mewujudkan swasembada pangan. Target itu bukan sesuatu yang muluk, karena di tahun 1984 Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto bisa mencapai kondisi swasembada pangan itu. DUTA Rimba 9
Dok. Kom PHTÂŽ2018
PRIMARIMBA
Pesona Pantai Grajagan Jawa Timur
swasembada pangan itu. Ketika itu, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk 120 juta jiwa penduduk. Bahkan, kondisi swasembada pangan atau memenuhi sendiri kebutuhan pangan di dalam negeri itu dapat kita pertahankan hingga tahun 1989.
Sumbangsih Positif Demi menggenjot ketahanan pangan tersebut, serangkaian kebijakan pun dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut melibatkan unsur lintas departemen yang memiliki persinggungan dengan dunia pertanian. Di sektor kehutanan, misalnya. Pemerintah juga melibatkan BUMN di bidang Kehutanan untuk secara pro aktif mendukung program ketahanan pangan yang dicanangkan dalam program Nawa Cita. Sebagai salah satu perusahaan
10 DUTA Rimba
pelat merah, Perum Perhutani yang memiliki 2,5 juta Hektare lahan hutan di Pulau Jawa, selama ini sangat aktif untuk memanfaatkan lahan mereka, khususnya di bawah tegakan, untuk menanam tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari. Bahkan, jauh sebelum pemerintah menggulirkan program Ketahanan Pangan, setiap tahun Perhutani sudah aktif melakukan pembinaan terhadap para pesanggem (petani hutan) yang tinggal di sekitar hutan, untuk melakukan penanaman padi, jagung, dan kedelai. Perhutani juga memelopori pengadaan keanekaragaman pangan. Di Jawa, inisiatif dilakukan Perhutani dengan penanaman tanaman porang yang ditanam di bawah tegakan. Sejak 2011 hingga kini, hampir setiap tahun setidaknya terdapat 30 Hektare lahan hutan
Perhutani juga memelopori pengadaan keanekaragaman pangan. Di Jawa, inisiatif dilakukan Perhutani dengan penanaman tanaman porang yang ditanam di bawah tegakan. yang di bawah tegakannya ditanami tanaman pangan dengan angka produksi yang cukup signifikan untuk ikut menopang kebutuhan akan produksi pangan nasional. Di luar Jawa, tepatnya di Papua, Perhutani juga mengemban tugas untuk mendirikan pabrik sagu. Dua hal itu setidaknya membuktikan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Berkuda di Vanaphrasta Gedong Songo Jawa Tengah
peran dan sumbangsih Perhutani dalam pengadaan keanekaragaman pangan. Hmm! Di tahun 2015, Perhutani juga memberikan sumbangsih positif dalam upaya untuk ikut menopang produksi pangan nasional itu. Ketika itu, sumbangsih diberikan Perhutani di Jawa Tengah, dengan melakukan kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan sistem pertanian terpadu (integrated farming system). Di dalam sistem itu, petani hutan bisa mengembangkan pengelolaan lahan hutan milik Perhutani untuk mengelola pertanian secara terintegrasi. Hal itu juga ditujukan untuk sedapat mungkin memenuhi kebutuhan pangan. Kini, di tahun 2018, Perhutani mencangkan pula program
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
transformasi bisnis menuju social agroforestry kolaboratif berkeadilan. Lewat program ini, di sektor agribisnis Perhutani berusaha mencapai produksi 41.000 Ton beras; 1.000.000 Ton jagung; dan 0,4 Juta Ton tebu. Ini merupakan hal yang sangat berbeda dibandingkan apa yang selama ini dikembangkan oleh insaninsan Perhutani. Jika selama ini hasil hutan yang dikelola Perhutani yang utama adalah kayu, kini perusahaan memandang komoditas yang lain untuk dikembangkan pula dalam konteks bisnis. Sebab, jika hanya mengandalkan pada sektor kayu, jangka atau masa daurnya panjang. Usia daur yang paling cepat di produksi tanaman keras itu adalah sengon, yaitu tujuh tahun atau enam tahun. Sedangkan jagung, padi, tebu, daurnya lebih cepat. Jagung dan padi itu dalam waktu tiga bulan
Perhutani di Jawa Tengah, melakukan kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan sistem pertanian terpadu (integrated farming system) atau empat bulan setelah tanam, sudah akan bisa dipanen. Tebu juga memiliki daur tak terlalu lama. Mungkin dalam satu tahun, tebu sudah bisa dipanen. “Tetapi hal ini memerlukan kompetensi baru bagi kita. Artinya,
DUTA Rimba 11
Dok. Kom PHT®2018
PRIMARIMBA
Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) Pemalang Jawa Tengah
cara kita mengelola hal itu juga harus berbeda. Demikian juga kultur kita harus berubah. Sebab, umumnya Rimbawan terbiasa dengan pola tanam tanaman keras yang usia daurnya panjang. Jadi, kalau dulu misalnya kita harus menunggu lama sebelum tanaman itu dapat dipanen, sekarang harus cepat. Harus intensif. Maka, kultur juga harus berubah,” jelas Direktur Pengembangan Bisnis dan Perencanaan Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa. Menurut Agus, ada bagian kawasan hutan yang dikelola Perhutani yang selama ini berada berdekatan dengan pemukiman warga. Sehingga, sangat mungkin terjadi interaksi di antara pengelola hutan dengan masyarakat. Maka, dengan konsep kolaboratif berkeadilan, sebetulnya Perhutan
12 DUTA Rimba
memberikan kesempatan, ruang, dan akses kepada penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan Perhutani, untuk bekerjasama dengan perusahaan. Sehingga, para penduduk itu juga dapat merasakan manfaat dari keberadaan hutan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Dan mereka pun dapat merasakan ikut mengelola kawasan hutan.
Sektor Lainnya Bukan hanya dari sisi tanaman. Wisata juga menjadi salah satu unggulan untuk digarap Perhutani dalam proses transformasi bisnisnya. Juga sektor biomassa dan industri. Di sektor wisata, sejak 1 Januari 2016, pimpinan Perum Perhutani melihat bahwa ecotourism ini menjadi salah satu hal yang harus lebih serius ditangani. Karena itu,
sejak 1 Januari 2016 dibentuklah satu divisi baru ketika itu, yaitu Divisi Ecotourism dan Agroforestry. “Untuk wisata ini juga harus ada kultur yang memang khas untuk dibangun di situ. Maka, butuh orang-orang yang memang memiliki kompetensi di sektor wisata, yang
Bukan hanya dari sisi tanaman. Wisata juga menjadi salah satu unggulan untuk digarap Perhutani dalam proses transformasi bisnisnya. Juga sektor biomassa dan industri. NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Pabrik pengelolaan getah pinus Perhutani menjadi Gondorukem, Terpentin, dan Derivat
orang-orang itu memiliki kultur tertentu, misalnya kalau ada tamu datang mereka menyambut dengan ramah. Misalnya tersenyum kalau ada orang yang datang, dan seterusnya,” ujar Agus Setya Prastawa. Hal itu diwujudkan dengan program Canopy. Artinya, setiap destinasi wisata di Perhutani harus memenuhi standard canopy. Hasilnya sangat signifikan. Misalnya, sebelum standard canopy itu dilaunching, rata-rata pengunjung di Banyunget setiap bulan berjumlah 257 orang. Setelah launching standard canopy, pengunjungnya bisa menembus angka 6.179 orang. Begitu pula di Kawah Putih, Ciwidey. Di bulan Desember 2017, sebelum diterapkan standard canopy, ratarata pengunjung di Kawah Putih berjumlah 24.247 orang. Setelah
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
penerapan standard canopy, ratarata bisa mencapai 54.807 orang. Peningkatan secara signifikan itu membuat di tahun 2018 Perhutani mencoba untuk juga menerapkan standard canopy di beberapa tempat. “Ada delapan tempat yang kita terapkan standard canopy tahun ini. Yaitu, di Jawa Timur ada tiga lokasi. Yaitu di Pulo Merah yang dikelola oleh KPH Banyuwangi Selatan, Tanjung Papuma yang dikelola oleh KBM Ecotourism, dan Air Terjun Serambang yang merupakan satu lokasi wisata rintisan di Ngawi yang dikelola oleh KPH Lawu DS. Penerapan standard canopy di Jawa Tengah tahun ini ada di dua lokasi, yaitu di Pantai Menganti di Kedu Selatan dan Guci yang dikelola oleh KPH Pekalongan Barat bersama mitra. Dan untuk Jawa barat,
rencananya ada tiga lokasi yang kita terapkan standard canopy, yaitu di Cikole, di Puncak Bintang, dan di Curug Cilember,” kata Wawan. Di sektor perlindungan, ada 72.000 Hektare yang merupakan kawasan lindung yang terdapat di 6 daerah aliran sungai (DAS). Selain itu, Perhutani akan mewujudkan 78% tutupan lahan. Juga 416 juta Ton cadangan karbon. Dari sisi infrastruktur, ditargetkan 3.000 kilometer jalur penghubung antar desa hutan. Semua itu merupakan bukti bahwa sebagai sebuah entitas, Perhutani selalu dinamis menjawab tantangan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Juga memberi manfaat untuk sebanyak mungkin orang. Jika menyimak semua itu, optimisme kita akan masa depan yang lebih baik pun menjadi kian besar. • DR
DUTA Rimba 13
RIMBAUTAMA
Ketika
Bisnis Perhutani
Bertransformasi Manajemen Perhutani telah mencanangkan program Transformasi Bisnis Menuju Social Agroforestry Kolaboratif Berkeadilan. Tranformasi bisnis itu diterapkan dalam bingkai “Revitalisasi Pemberdayaan pada Seluruh Proses Rantai Nilai untuk Meningkatkan Kesejahteraan”. Lalu bagaimana penerapan transformasi bisnis Perhutani itu?
14 DUTA Rimba
J
ulukan sebagai negara agraris bagi Indonesia sebenarnya tidak salah jika dilihat dari jumlah penduduk yang menyandarkan hidup mereka di sektor agraria. Sebab, data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hingga Februari 2017 penduduk Indonesia paling banyak bekerja di sektor pertanian. Kepala BPS, Suhariyanto dalam Jumpa Pers di Jakarta, 5 Mei 2017, menuturkan, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian adalah 39,68 juta orang atau 31,86% dari jumlah penduduk bekerja yang jumlahnya 124,54 juta orang. Sedangkan sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan (29,11 juta orang atau 23,37%), dan jasa kemasyarakatan (20,95 juta orang atau 16,82%). Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian itu meningkat dibandingkan data BPS tahun 2013.
Di tahun 2013, sebanyak 31,70 juta orang bekerja di sektor pertanian. Sejumlah 14,11 juta orang bekerja di sektor perkebunan. Sedangkan 14,73 juta orang yang bekerja di peternakan; 7,24 juta orang bekerja di sektor kehutanan; 1,28 juta orang bekerja di perikanan budidaya; dan 927 ribu orang bekerja di perikanan tangkap. Namun, Bank Indonesia mencatat, secara rata-rata serapan tenaga kerja di sektor pertanian menurun, dari sebanyak 55,1% di tahun 1990 menjadi 31,86% di tahun 2017. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir pun terus mengalami penurunan. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan, pangsa pasar pertanian turun terhadap PDB dari 22,09% di tahun 1990 menjadi 13,45% di tahun 2016.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Agus Setya Prastawa Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 15
Dok. Kom PHTÂŽ2018
RIMBAUTAMA
Demplot tanaman padi di wilayah Perhutani
Apalagi, data tentang luas sawah di Indonesia menunjukkan, kian hari terus terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perkebunan, industri, dan perumahan. Meski telah ada UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, ditambah sejumlah aturan turunan yang diterbitkan tahun 2012, yang semuanya mengatur larangan alih fungsi lahan pertanian, hingga kini masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menindaklanjutinya. Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Pending Dadih Permana, baru sekitar 215 dari 600-an kabupaten/kota yang menetapkan aturan turunan terkait hal itu. Itu pun masih harus diperhatikan dengan ketat, karena persepsi daerah berbeda-beda tentang lahan
16 DUTA Rimba
pertanian berkelanjutan. Fakta yang juga membuat miris sebagai negara agraris adalah Indonesia kini menjadi negara pengimpor beras. Padahal, tahun 1984 hingga 1989 Indonesia sempat mencapai kondisi swasembada pangan. Kebutuhan pangan untuk seluruh rakyat Indonesia mampu dipenuhi dari dalam negeri sendiri. Saat ini, kendati pemerintah terus berusaha mencapai kembali swasembada pangan, banyak hambatan menghadang usaha itu.
Selain faktor alam semisal perubahan iklim, produktivitas pertanian kita belum mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri karena terus menyusutnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan maupun konflik tenurial. Misalnya, catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Indonesia menyebut sepanjang 2016 di seluruh provinsi di Indonesia telah terjadi sedikitnya 450 konflik agraria dengan luas wilayah mencapai 1.265.027 hektare. Sebanyak 86.745
Fakta yang juga membuat miris sebagai negara agraris adalah Indonesia kini menjadi negara pengimpor beras. Padahal, tahun 1984 hingga 1989 Indonesia sempat mencapai kondisi swasembada pangan. NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHTÂŽ2018
Suasana Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) Pemalang Jawa Tengah
kepala keluarga terlibat di konflik itu. Sehingga, dapat dikatakan persoalan mendasar dari kegagalan meraih kondisi swasembada pangan ada pada persoalan agraria. Sebab, pertanian dan produksi pangan sangat bergantung pada lahan. Persoalan agraria sering membuat petani yang biasanya menggarap sawah milik sendiri, terpaksa kehilangan lahan miliknya dan harus menggarap sawah milik orang lain sebagai pekerjaan sehari-hari. Kemungkinan lain yang menjadi alasan mereka harus menggarap sawah milik orang lain adalah karena para petani kerap mengalami tekanan hidup karena harga panen yang tak menguntungkan dibandingkan biaya produksi yang mereka keluarkan. Akibatnya, mereka terpaksa menjual
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Selama ini kita mengelola hutan yang utamanya lebih banyak ditujukan untuk produksi kayu dengan produk ikutan yang masih berupa getah dan sebagainya. Di masa depan, seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, kita juga dituntut untuk menghasilkan hal lain yang juga merupakan kebutuhan pokok dari pengelolaan tanaman. lahan tempat bercocok tanam dan beralih menjadi petani penggarap. Sementara lahan pertanian pun semakin menyusut seiring kian meningkatnya alih fungsi pertanian. Mungkin hal itulah yang menjelaskan mengapa menurut data BPS, penduduk Indonesia paling banyak bekerja di sektor pertanian, tetapi
di saat bersamaan negara justru harus mengimpor beras dan produk pertanian lain.
Pandangan Optimis Manajemen Perhutani tidak ingin menyikapi semua data tersebut di atas dengan sikap pesimis. Sebaliknya, sebagai badan usaha
DUTA Rimba 17
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Salah satu sudut pabrik milik Perhutani
milik negara, Perhutani sangat mendukung program pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo yang ingin mewujudkan kedaulatan pangan. Perhutani memandang, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung dan membantu upaya pemerintah mencapai kondisi kedaulatan pangan. Salah satunya adalah mengoptimalkan lahan untuk menghasilkan ragam produk pangan. Dan itulah salah satu yang saat ini dikedepankan Perhutani dengan melakukan transformasi bisnis menuju social agroforestry kolaboratif berkelanjutan. Direktur Pengembangan Bisnis dan Perencanaan Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa, menyebut, transformasi bisnis Perhutani merupakan upaya untuk menjawab tuntutan di masa depan. Sebab, seiring dengan angka pertumbuhan penduduk dan populasi masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa,
18 DUTA Rimba
yang semakin meningkat, sedangkan lahan pertanian tidak bertambah dan tuntutan keberadaan lahan untuk industri serta pemukiman juga kian meningkat, ada tuntutan agar Perhutani yang notabene adalah pemilik lahan kehutanan yang sangat luas di Pulau Jawa, ikut bertanggungjawab juga. Akhirnya hal itu memengaruhi pikiran tentang pengelolaan hutan di masa yang akan datang. “Selama ini kita mengelola hutan yang utamanya lebih banyak ditujukan untuk produksi kayu dengan produk ikutan yang masih berupa getah dan sebagainya.
Di masa depan, seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, kita juga dituntut untuk menghasilkan hal lain yang juga merupakan kebutuhan pokok dari pengelolaan tanaman. Tentunya jika pengelolaan tanaman untuk memenuhi kebutuhan pokok itu bisa diselenggarakan di ruang-ruang yang ada di selasela tanaman pokok kita di hutan. Karena kenyataannya memang sebetulnya banyak sekali yang bisa dilakukan di dalam lahan hutan. Walaupun tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan, karena ada peraturan negara, bahwa
Di masa depan seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, Perhutani juga dituntut untuk menghasilkan hal lain yang juga merupakan kebutuhan pokok dari pengelolaan tanaman. NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Sungai di Kawasan Gunung Puntang Jawa Barat
penyelenggaraan tanaman pangan ini tidak bisa dilakukan dilakukan secara sembarangan tetapi harus ada pengaturan yang diterapkan pengaturan,” katanya. Kesanggupan Perhutani untuk memenuhi tuntutan tersebut menghadirkan optimisme. Tetapi, hal itu tetap dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, Perhutani tetap memiliki idealisme untuk menjaga kelangsungan hutan sebagai hutan yang difungsikan untuk ekosistem, ekologi, dan sebagainya. Sementara, di sisi yang berbeda, masyarakat membutuhkan ruang yang difungsikan untuk pangan, pemukiman, industri, infrastruktur, dan sebagainya. Ketika dihadapkan pada situasi dan tuntutan itu, Perhutani merasa tidak mungkin bertahan di sisi idealisme saja. Berpikiran bahwa semua yang ada di hutan harus difungsikan untuk hutan saja. Tidak lagi bisa seperti
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
itu. Tetapi, di masa depan Perhutani juga harus memikirkan untuk bisa mengakomodasi tuntutan-tuntutan yang ada, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan serta untuk ruang-ruang yang lain. Menurut Agus, dari tuntutantuntutan itulah pemikiran tentang perlunya transformasi bisnis Perhutani untuk menuju social agroforestry di masa depan menjadi sebuah keniscayaan. Agar kita bisa tetap mempertahankan hutan dengan sistem pemeliharaan hutan, tetapi juga bisa memberikan kontribusi terhadap penyediaan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Karena ada isu-isu bahwa ke depan ini pengelolaan hutan sebetulnya bukan hanya untuk produksi kayu saja, tetapi juga ada pangan, air, energi, serta pemenuhanpemenuhan kebutuhan yang lain seperti jasa lingkungan, wisata, dan lain-lain, yang semua itu juga merupakan hal yang menjadi sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat yang ada di kawasan hutan juga,” ucapnya. Di dalam menjawab tuntutan itu, tentu Perhutani tidak bisa sendirian melakukannya. Karena di dalam pengelolaannya, ada kompetensikompetensi yang dibutuhkan dan itu di luar kompetensi yang mereka
Perhutani merasa tidak mungkin bertahan di sisi idealisme saja. Berpikiran bahwa semua yang ada di hutan harus difungsikan untuk hutan saja. Tidak lagi bisa seperti itu. DUTA Rimba 19
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Melintasi hutan jati Perhutani
miliki selama ini. Oleh karena itu, maka di masa depan mau tidak mau Perhutani harus bisa berkolaborasi dengan mitra-mita lain. Baik mitra yang punya kompetensi dan juga memiliki dana, maupun juga mitramitra lain yang ada di sekitar hutan dan merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, walaupun notabene tidak memiliki dana. “Jadi, kemampuan pengelolaan hutan kita di masa depan mungkin bertambah seiring dengan transformasi ini. Jika produk kita selama ini adalah kayu, dengan hasil hutan non kayunya mungkin masih terbatas getah, copal, daun kayu putih, dan lain-lain, maka di masa depan mungkin hasil hutan dapat berupa kopi, jagung, tebu, padi, dan sebagainya. Ini menjadi sesuatu
20 DUTA Rimba
hal yang tidak mustahil lagi. Yang penting di situ ada pengaturan. Karena kalau tidak ada pengaturan, semua bisa rusak karena tidak ada kesepakatan. Artinya, kita tetap menganggap bahwa hutan dijadikan kebun atau sawah itu merupakan hal yang ilegal. Tetapi, kalau memang hal itu diatur dalam aturan pengelolaan yang memungkinkan bahwa di dalam satu wilayah hutan itu ada tanaman hutan yang diselingi dengan tanaman lain dengan jenis tertentu, selagi masih merupakan kegiatan yang masih bisa dipertimbangkan sebagai kegiatan agroforestry, misalnya begitu. Artinya, unsur-unsur kehutannya tidak ditinggalkan sama sekali. Maka, kita butuh adanya aturan itu,” urainya.
Tentang aspek kolaboratif berkeadilan, Agus bertutur, sejumlah kawasan hutan Perhutani berada berdekatan dengan kawasan pemukiman warga. Sehingga di sana sangat mungkin ada interaksiinteraksi di antara pengelola hutan dengan masyarakat. Bahkan sangat mungkin terjadi gesekan. Maka, di dalam proses transformasi bisnis ini, menurut Agus, sebetulnya Perhutani memberikan kesempatan, ruang, dan akses kepada mereka untuk bekerjasama dengan perusahaan, sehingga mereka juga bisa berkesempatan untuk mendapatkan manfaat dari keberadaan hutan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. “Jadi, makna istilah kolaboratif berkeadilan di sini sebetulnya
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Duta Rimba dengan Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa
lebih kepada pengelolaan hutan yang diupayakan agar masyarakat yang ada di sekitar hutan itu juga diberi ruang untuk ikut mengelola. Jadi, jangan sampai kita hanya memikirkan pengelolaan hutan dengan mitra yang jauh dari kawasan hutan, tetapi masyarakat yang ada di sekitar hutan diabaikan. Di sanalah arti berkeadilan itu,” ucapnya.
Social Agroforestry Ketika mendengar istilah social agroforestry, tentu pertanyaan mendasar adalah apa artinya dan dari mana istilah itu berasal. Agroforestry merupakan kata dari bahasa Inggris yang terbentuk sebagai gabungan antara kata “Agro” artinya pertanian dan “Forestry” yang berarti Kehutanan. Di Indonesia, agroforestry juga dikenal dengan istilah “Wanatani”, yaitu berasal dari kata “Wana” yang berarti hutan dan “Tani” yang artinya pertanian. Jadi, agroforestry adalah suatu sistem budi daya tanaman pertanian atau tanaman semusim di antara tanaman kehutanan atau pohon-pohon keras.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Jadi, makna istilah kolaboratif berkeadilan di sini sebetulnya lebih kepada pengelolaan hutan yang diupayakan agar masyarakat yang ada di sekitar hutan itu juga diberi ruang untuk ikut mengelola Sedangkan social forestry atau perhutanan sosial adalah suatau upaya atau kebijakan kehutanan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar hutan. Produk utama dari perhutanan sosial adalah berupa kayu dan non-kayu. Oleh karena itu, di dalam praktiknya social forestry dapat berupa pembangunan hutan tanaman (man-made forest) atau penanaman pohon-pohon pada lahan milik masyarakat yang dimanfaatkan bagi industri besar. Kegiatan perhutanan sosial kadang-kadang menerapkan pola agroforestry, jika penanaman pohon-pohon tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan komponen pertanian dan/atau peternakan. Walaupun demikian, social
agroforestry tetap merupakan kegiatan kehutanan. Sebab, pada intinya kehadiran komponen pertanian sebagai kombinasi tersebut tidak mutlak harus dilakukan. Sebenarnya, istilah social agroforestry sebenarnya dipopulerkan di India tahun 1970-an. Sedangkan FAO dalam kegiatannya memberikan istilah “Forestry for Rural Community Development”. Intinya, transformasi bisnis Perhutani merupakan suatu keniscayaan untuk menjawab semua tuntutan tersebut. Dan seperti kata Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, saatnya kini kita mengatakan “Execute Now!” So, let’s do it. No more discussion. Discussion was yesterday. Now, we have to execute! • DR
DUTA Rimba 21
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Jalan membelah sejuknya hutan pinus
22 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Hutan Lestari,
Manfaat Diberi Proses transformasi bisnis Perhutani telah bergulir. Tidak lagi hanya bermain di sektor tanaman keras dengan produk utamanya kayu, Perhutani kini juga memikirkan tanaman penghasil produk pangan. Namun, semua itu tetap dilakukan di dalam koridor pengelolaan hutan yang lestari. Artinya, mempertahankan fungsi hutan tetap menjadi prioritas utama. Sehingga, aspek profit, people, and planet tetap akan terjaga dengan baik.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 23
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Proses pengemasan gondorukem
S
ebagai badan usaha milik negara, Perhutani sangat mendukung program pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo yang ingin mewujudkan kedaulatan pangan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan lahan yang mereka miliki untuk menghasilkan ragam produk pangan. Dan itulah salah satu yang saat ini tengah dikedepankan Perhutani dengan melakukan transformasi bisnis menuju social agroforestry kolaboratif berkelanjutan. Proses transformasi bisnis Perhutani juga memerhatikan potensi lain yang mereka miliki. Yaitu sektor pariwisata, industri, kedaulatan energi, ketahanan air, serta infrastruktur lain. Dan yang
24 DUTA Rimba
tak kalah penting, adalah bisnis Perhutani tetap harus memerhatikan fungsi sebagai penjaga kelestarian hutan. Memastikan hutan tetap lestari adalah tugas Perhutani dan sumbangsih bagi lingkungan hidup. Hal itu ditegaskan oleh Direktur Pengembangan Bisnis dan Perencanaan Perum Perhutani, Agus Setya Prastawa. Menurut Agus, pengelolaan transformasi bisnis Perhutani tetap terkait dan melekat erat dengan fungsi hutan itu sendiri. Sebab, fungsi hutan berbeda dengan fungsi sawah. Sehingga, ketika melakukan pengelolaan tanaman pangan di area hutan, fungsi-fungsi hutan tetap harus dijaga dan dikelola dengan baik. Jangan sampai, keberadaan tanaman pangan yang sejatinya merupakan tanaman-
tanaman antara yang ditanam di bawah tegakan, justru membuat keberadaan pohon-pohon utamanya menjadi terganggu. “Fungsi hutan adalah antara lain memiliki fungsi lindung, fungsi produksi, dan juga fungsi sosial. Fungsi lindung inilah yang mungkin tidak dimiliki oleh kawasan lain selain hutan. Mungkin kawasan lain hanya memiliki fungsi produksi dan fungsi sosial. Tetapi fungsi lindung yang dimiliki hutan ini spesifik. Sehingga, di dalam tata guna ruangnya, kawasan hutan selalu ditempatkan pada ketinggian tertentu. Biasanya ada tingkatan tertentu pada lahan yang difungsikan sebagai hutan dengan jenis tertentu. Biasanya, yang datarannya paling tinggi itu dimanfaatkan sebagai
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Tumpangsari tanaman temulawak di bawah tegakan jati
hutan lindung. Di dataran yang ada di bawahnya adalah hutan produksi, lalu di bawahnya lagi adalah ladang atau tegalan, dan di bawahnya lagi baru merupakan daerah permukiman, sawah, pantai, perairan. Desainnya memang seperti itu karena di masing-masing dataran tersebut ada fungsi dari masingmasing wilayah itu,” jelas Agus. Agus menegaskan, setiap kawasan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik itu harus selalu diperhatikan jika ingin melakukan sesuatu yang berbeda ketimbang pengelolaan hutan yang biasa. “Sehingga, di daerah-daerah yang memiliki tingkat ketinggian tertentu, kelerengan tertentu, curah hujan tertentu, jenis tanahnya tertentu, mau tidak mau harus tetap
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
menjadi hutan dan difungsikan sebagai hutan. Karena kalau hutan di kawasan seperti itu dikonversi menjadi kawasan yang lain, misalnya menjadi sawah atau permukiman, maka hal itu bisa menjadi hal yang sangat membahayakan. Khususnya kalau itu adalah fungsi hutan lindung. Kalau dialihfungsikan, tentu saja bisa membahayakan misalnya akan ada bencana alam seperti banjir. Juga ada sedimentasi, sungai meluap, pendangkalan, lalu ada
banjir lagi. Hal-hal tersebut selalu terjadi jika pengelolaan hutan tidak diperhatikan dengan serius,” urainya.
Penjaga Lingkungan Hidup Sebagai entitas yang bidang pengelolaannya terkait dengan lingkungan hidup, khususnya menjaga hutan tetap lestari, Perhutani tetap menjaga komitmen itu. Komitmen untuk terus menjaga fungsi hutan berjalan dengan semestinya.
Fungsi orologis hutan artinya adalah fungsi mencegah erosi. Maksudnya, keberadaan hutan yang baik akan menahan hanyutnya bunga tanah dan mencegah erosi serta melindungi tanah lapisan atas. Khususnya fungsi ini terdapat di hutan-hutan lindung. DUTA Rimba 25
Secara umum, fungsi hutan adalah sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora dan fauna, pengendali bencana, tempat penyimpanan air, dan untuk mengurangi polusi atau pencemaran udara. Agus pun menekankan, selain fungsi lindung, hutan memiliki fungsi orologis yang kental. Hal ini harus betulbetul diperhatikan sebelum melakukan pengelolaan tanaman pangan di area hutan. Fungsi orologis hutan artinya adalah fungsi mencegah erosi. Maksudnya, keberadaan hutan yang baik akan menahan hanyutnya bunga tanah dan mencegah erosi serta melindungi tanah lapisan atas. Khususnya fungsi ini terdapat di hutan-hutan lindung. “Kita harus perhatikan juga fungsi-fungsi yang merupakan fungsi hutan untuk konservasi, taman nasional, atau untuk ekosistem yang khusus, misalnya untuk cagar alam dan sebagainya. Untuk cagar alam itu memang pengelolaannya bukan oleh Perhutani, tetapi oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Dan hal-hal itu yang tidak bisa digantikan oleh lahan-lahan produksi yang lainnya. Misalnya, di lereng kemiringan tertentu tentu akan menimbulkan masalah jika di situ ada sawah. Sebab, kalau di daerah itu dilakukan pencetakan sawah, hal ini tentunya akan menimbulkan erosi atau akan menimbulkan dampak banjir, dan sebagainya. Oleh karena itu, selama ini kalau kita melakukan tata guna lahan, pasti daerah yang paling tinggi itu adalah hutan. Dan menurut UndangUndang, keberadaan hutan itu harus 30% dari luas suatu wilayah. Itu menunjukkan betapa pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan. Hutan itu boleh dikatakan
26 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Plywood produksi Perhutani
merupakan pondasi dari berbagai sektor pembangunan, atau pondasi pembangunan dari berbagai sektor,” jelas Agus. Menurut Agus, hutan memiliki hubungan dan keterkaitan yang kuat dengan bidang lain. Sebab, jika hutan lestari, ketersediaan air akan tercukupi. Jika aira tercukupi, ketersediaan air itu akan mampu menghidupi waduk-waduk atau
dam atau bendungan. Di waduk atau dam itu terdapat turbin-turbin yang menggerakkan pembangkit tenaga listrik. Maka, jika misalnya di waduk itu airnya mengalami kekurangan, tenaga listrik yang dapat disediakan oleh pembangkit listrik tenaga air tersebut menjadi berkurang. Pasokan listrik yang kurang akan membuat proses produksi yang harus dijalankan oleh
Aktivitas di area hutan yang dilakukan tanpa memerhatikan kelestariannya akan menimbulkan banyak masalah. Itu semua sangat memengaruhi fungsi keberadaan hutan terhadap berbagai keperluan. NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
pabrik-pabrik menjadi berkurang. Sehingga, pabrik-pabrik itu harus menyediakan generator set sebagai penyedia pasokan listrik. Padahal, generator set membutuhkan penyediaan energi yang lebih mahal. “Maka, aktivitas di area hutan yang dilakukan tanpa memerhatikan kelestariannya akan menimbulkan banyak masalah. Itu semua sangat memengaruhi fungsi keberadaan hutan terhadap berbagai keperluan. Banyak orang seringkali seolah-olah mengatakan bahwa terlalu jauh jika kita menghubungkan fungsi hutan dengan industri atau ketahanan air dan energi. Padahal tidak. Ada keterkaitan yang sangat erat. Misalnya Waduk Jatiluhur. Sumber air waduk Jatiluhur antara lain adalah Sungai Citarum. Artinya, pasokan air itu berawal dari hulu Sungai Citarum. Jika air yang mengalir turun dari hulu Sungai Citarum itu debitnya mengecil, lalu air di waduk Jatiluhur itu berkurang dan tidak cukup kuat untuk bisa menggerakkan turbin, lalu apa yang terjadi? Pasokan listrik berkurang. Kalau pasokan listrik berkurang, apa yang terjadi? Pabrik mungkin akan mengurangi produksi. Akhirnya apa yang terjadi? Kalau produksi berkurang, mungkin akan ada tenaga kerja yang dikurangi. Atau kalau itu adalah produk ekspor, mungkin hasil pajak yang mampu mereka bayarkan akan berkurang. Padahal, hasil pajak itu memberikan pendapatan bagi negara. Artinya, pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang. Ini semua dampak berantai,” tuturnya. Agus kembali menegaskan, proses transformasi bisnis Perhutani yang akan lebih memerhatikan potensi dan peluang besar yang ada di dalam kawasan hutan tetap akan dilakukan dengan menekankan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Wisata BanyuNget Trenggalek, Jawa Timur
Hal yang berbeda ini tentu memerlukan kompetensi baru bagi kita. Artinya, cara kita mengelolanya juga harus berbeda. Maka, cara pandang kita harus berubah. Demikian juga kultur kita. aspek lestari hutan. Sebab, jika hutan tetap lestari, banyak manfaat yang akan diberikan hutan bagi kemaslahatan orang banyak.
Transformasi Bisnis Berkaitan dengan proses transformasi bisnis Perhutani untuk menuju Social Agroforestry, Agus Setya Prastawa menyebut,
ini memang merupakan hal yang sangat berbeda dari yang selama ini dijalankan Perhutani. Dan hal itu tentu akan memengaruhi kebiasaan serta kultur setiap personel. Maka, semua personel Perhutani harus mampu berubah, mengikuti perubahan yang sedang digulirkan oleh perusahaan. “Memang ini adalah hal yang
DUTA Rimba 27
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Golden sunrise Puncak Sikunir
sangat berbeda. Karena selama ini hasil hutan kita yang utama adalah kayu. Untuk mendapatkan hasil panen kayu, jangka waktunya panjang. Usia daurnya panjang. Masa daur yang paling cepat itu misalnya adalah sengon, yaitu tujuh tahun atau enam tahun. Sedangkan jagung, padi, tebu, dan sebagainya, masa daurnya lebih cepat. Jagung dan padi itu misalnya, dalam jangka waktu tiga bulan atau empat bulan sudah bisa dipanen. Tebu juga demikian. Mungkin dalam satu tahun, tebu sudah sudah bisa dipanen. Hal yang berbeda ini tentu memerlukan kompetensi baru bagi kita. Artinya, cara kita mengelolanya juga harus berbeda. Maka, cara pandang kita harus berubah. Demikian juga kultur kita. Juga harus berubah. Kalau dulu misalnya kita harus menunggu lama, sekarang harus lebih cepat. Pemeliharaannya harus intensif.
28 DUTA Rimba
Bukan hanya di sektor tanaman saja kultur kita harus berubah. Di sektor wisata juga begitu. Untuk wisata ini, harus ada kultur yang memang khas, sehingga dibutuhkan orangorang yang cocok di sektor wisata. Orang-orang itu hendaknya memiliki kultur tertentu. Misalnya, ketika ada tamu, ia segera menyambut dengan ramah dan sikap yang sopan, selalu tersenyum, dan seterusnya. Bukan bergaya misalnya seperti petugas keamanan hutan,” kata Agus. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam proses mengubah paradigma dan kultur tersebut. Menurut Agus, semua
dimulai dari Sumber Daya Manusia (SDM). SDM Perhutani harus bisa berubah. Begitu pula dari sisi modal. Alokasi permodalan harus berubah karena proses bisnis juga akan berubah seiring dengan transformasi yang tengah bergulir. Dari proses bisnis, juga harus ada banyak hal di Perhutani yang mengalami banyak perubahan. Sebab, banyak hal yang akan diberi sentuhan-sentuhan baru. Dan tentu saja hal itu menuntut mereka untuk berubah. Apalagi transformasi bisnis Perhutani nantinya juga harus memerhatikan satu hal, yaitu pemanfaatan teknologi informasi.
Dengan penjualan online, mereka bisa mengurangi pertemuan langsung antara pembeli dan penjual. Sehingga, kemungkinan terjadinya kebocoran transaksi akan bisa lebih ditekan NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Tujuan pemanfaatan teknologi informasi adalah agar dapat lebih mengefisienkan semua proses transformasi bisnis tersebut. “Di dalam proses transformasi bisnis Perhutani, juga mungkin diperlukan mekanisasi. Artinya, ada pengadaan mesin-mesin penggerak di dalam proses bisnis kita. Tetapi, sebelum mekanisasi ini dilakukan, kita akan mengalami proses tarik menarik. Sebab, kita melihat masih banyak orang yang tinggal di sekitar hutan yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Tetapi kalau bisnis kita di masa depan sudah berada dalam skala yang besar seiring transformasi yang kita lakukan ini, maka mau tidak mau kita harus lakukan mekanisasi. Dan untuk hal ini, tentu kita tidak akan bisa melakukannya sendiri. Kita harus kolaborasi dengan mitramitra strategis yang sudah punya kompetensi, punya pengalaman, punya pasar, punya modal, punya keunggulan research and development, dan seterusnya,” tegas Agus. Saat ini pun Perhutani telah memulai melakukan itu. Yaitu dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas bisnis sehari-hari. Mulai dari proses produksi hingga ke pemasaran. Untuk hal ini, Perhutani berkolaborasi dengan pihak lain yang memang memiliki kompetensi di bidang itu. “Hal itu sudah kita mulai. Antara lain, kita kerja sama dengan pihak PT Telkom, khususnya untuk pemasaran hasil hutan berupa kayu. Yaitu dengan POTP atau Penjualan Online Toko Perhutani. Jadi, di situ kita menjual kayu secara online. Jadi, sekarang untuk membeli kayu pun menjadi relatif lebih mudah. Tinggal klik di online toko Perhutani itu. Nanti di masa depan bisa saja kita kembangkan ke komoditi-komoditi
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Target pelaksanaan transformasi ini adalah mewujudkan sebuah penegasan, bahwa Perhutani sebagai pengelola hutan akan selalu mengejar tujuan untuk menjaga agar hutan tetap lestari. Selain menjaga hutan tetap lestari, juga memastikan akan ada pertumbuhan dan keberlangsungan produksi perusahaan. yang lain. Mungkin di sektor non kayu juga bisa, dan sebagainya,” ucap Agus. Menurut Agus, dengan penjualan online, mereka bisa mengurangi pertemuan langsung antara pembeli dan penjual. Sehingga, kemungkinan terjadinya kebocoran transaksi akan bisa lebih ditekan. Di dalam proses penjualan online itu, konsumen tinggal meng-klik seperti layaknya sedang membeli tiket, lalu setelah terjadi transaksi, nanti barang akan disediakan dan ditentukan jadwal pengambilan dan lokasinya. Selain lebih praktis, juga bermanfaat bagi konsumen karena bisa mengurangi biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli kayu. Kalau selama ini mungkin mereka harus datang dari jauh untuk melihat produk kayu itu di TPK, sehingga harus menempuh biaya perjalanan, mengeluarkan biaya hotel, serta biaya makan di jalan, kini mereka bisa memangkas semua biaya itu karena dapat melakukan transaksi di mana pun tempat mereka.
Target dan Efektivitas Tentu ada target dan ukuran tentang efektivitas pelaksanaan proses transformasi bisnis tersebut. Menurut Agus, target pelaksanaan transformasi ini adalah mewujudkan sebuah penegasan, bahwa Perhutani sebagai pengelola hutan akan selalu mengejar tujuan untuk menjaga agar hutan tetap lestari. Selain menjaga hutan tetap
lesatri, juga memastikan akan ada pertumbuhan dan keberlangsungan produksi perusahaan. “Paradigma kita sebagai sebuah perusahaan pengelola hutan tetap dan tidak berubah, yaitu agar hutan lestari, perusahaan lestari, masyarakat sejahtera. Masyarakat di sini termasuk di dalamnya adalah segenap stakeholder. Ada karyawannya, ada dewan pengawas, ada pemerintah, dan sebagainya. Puncaknya sekali lagi adalah kita ingin memastikan agar hutan bisa lestari, baik lestari fungsi maupun manfaatnya,” tegasnya. Kini, sebagian proses transformasi bisnis ini sudah berjalan. Sebagai suatu hal yang baru, agroforestry menjadi perhatian khusus. Memang, sebetulnya selama ini agroforestry sudah dijalankan oleh masyarakat. Tetapi apa yang dilakukan masyarakat ini lebih condong untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi, mereka memiliki keterbatasan modal dalam pelaksanaannya, sehingga belum terlalu intensif seperti apabila sudah mencapai skala industri. Nah, itulah yang kini tengah dijajaki Perhutani. Yaitu melakukan kerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten. Arahnya tentu saja agar di masa depan bisa mengejar posisi hingga ke skala industri, dan harus bisa juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan Perhutani. • DR
DUTA Rimba 29
RIMBAUTAMA
Kelola Bisnis Sambil Menjaga Air, Energi, dan Lingkungan Hidup
Dok. Kom PHT®2018
Lewat transformasi bisnis yang tengah digulirkan, Perhutani bertekad tetap menjadi pengelola hutan yang baik. Sebab, ada kesadaran bahwa di hutan terdapat sumber kehidupan. Di sana ada sumber air, energi, dan kelangsungan lingkungan hidup yang sehat. Menjaga hutan lestari sejatinya merupakan upaya menjaga kelestarian hidup kita semua. Seiring dengan itu, sebagai sebuah entitas, aktivtas untuk mengejar profit tetap merupakan sebuah keniscayaan. Dan Perhutani akan selalu menjaga keseimbangan itu.
Tual sagu di sungai Distrik Kais Papua Barat
30 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 31
RIMBAUTAMA
32 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2018
S
ebenarnya, social agroforestry telah ada cukup lama di masyarakat. Khususnya praktik ini dapat ditemukan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang di dalam bahasa Inggris kerap kali dikenal dengan istilah social forestry. Di dalam proses berjalannya pengelolaan hutan bersama masyarakat itu, Perhutani kerap mengizinkan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan untuk bersama-sama menggarap dan menjaga lahan hutan. Praktik lama agroforestry di lahan hutan dikenal dengan istilah tumpangsari. Dulu, biasanya kegiatan tumpangsari dilakukan pada awal pembangunan hutan tanaman, yang umumnya berlangsung selama dua tahun pertama. Di dalam sistem tumpangsari ini, petani diizinkan untuk menanam tanaman palawija di antara baris tanaman keras penghasil kayu. Syaratnya, mereka harus ikut memelihara tanaman pokok tersebut selama masa periode tumpangsari. Sebenarnya, social forestry pada awalnya dicanangkan tahun 1873. Tujuannya ketika itu adalah untuk menghemat biaya tanam, dengan memanfaatkan kondisi masyarakat yang lapar lahan, miskin, dan kurang memiliki kesempatan kerja. Sebab, ketika itu memang masyarakat sangat sedikit yang bisa memiliki lahan sendiri. Keterbelengguan penjajahan menjadi penyebab kesejahteraan mereka menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan. Lambat laun, semangat untuk mengembangkan prinsip social forestry tersebutberubah menjadi semacam tendensi untuk ikut menyejahterakan rakyat. Maka, lahirlah program Prosperity
Mendukung program Ketahanan Pangan di KPH Banyuwangi Utara
Approach, perhutanan sosial, dan terakhir berkembang dalam bentuk PHBM. Di dalam penerapannya di lapangan, kebijakan-kebijakan yang berbau social forestry selalu akan berakhir pada keputusan untuk menggunakan pola agroforestry, dari yang sederhana (tumpangsari) sampai yang kompleks, misalnya campuran tegakan pinus, kopi, dan tanaman bawah (empon-empon) yang berharga lainnya. Proses transformasi bisnis yang digulirkan Perhutani saat ini sudah berjalan. Di dalam beberapa hal, Perhutani telah pula melakukannya. Ada banyak perubahan yang terjadi, walaupun mungkin skala maupun hasilnya belum bisa menggantikan
pendapatan dari sektor kayu. “Tetapi kalau kita melihat trennya, perkembangan transformasi bisnis kita cukup bagus. Misalnya wisata kita. Tren wisata kita juga maju terus. Walaupun memang hasilnya masih jauh kalau dikatakan akan bisa menggantikan pendapatan dari sektor kayu maupun gondorukem dan terpentin. Karena, gondorukem dan terpentin itu sudah lebih dulu berjalan dan juga sudah menjadi salah satu tulang punggung kita. Tetapi nanti di masa depan lokasilokasi wisata dan juga hasil-hasil dari agroforestry ini bisa juga menjadi salah satu pilar pendukung bagi pendapatan Perhutani. Karena
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Panen nanas BKPH Rejotangan KPH Blitar
kita punya potensi yang sangat besar dan sangat banyak,” tutur Agus Setya Prastawa, Direktur Pengembangan Bisnis dan Perencanaan Perum Perhutani. Hal yang sama dikatakan oleh kepala Divisi Ecotourism dan Agroforestry Perhutani, Wawan Triwibowo. Menurut dia, memang ada perkembangan yang baik di sektor wisata Perhutani. Di tahun 2013, pendapatan kotor perusahaan yang didapat dari sektor wisata nilainya sekitar enam puluh tiga milyar rupiah. Di tahun 2014, pendapatan kotor dari pariwisata tersebut naik menjadi tujuh puluh tujuh milyar rupiah. Dan di tahun 2017, pendapatan kotor perusahaan dari sektor wisata telah naik menjadi kurang lebih seratus tiga puluh tiga milyar rupiah. “Memang meningkat. Tetapi, menurut saya semestinya angka pendapatan perusahaan dari sektor wisata itu bisa meningkat lebih dari nilai itu. Sebab, pendapatan sebesar
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
itu jika dilihat dari share revenue perusahaan, hanya berkisar 3,6% dari total pendapatan perusahaan,” ujarnya. Namun, ketika manajemen Perhutani menggulirkan proses transformasi bisnis dan mengoptimalkan sektor-sektor selain kayu, termasuk wisata, hasil signifikan pun didapat. Wawan mencontohkan, sebelum diterapkan standard canopy, ratarata pengunjung di Kawah Putih Ciwidey adalah 24.247 orang. Setelah penerapan standard canopy, rata-rata pengunjung bisa mencapai
54.807 orang. Jadi, bisa dikatakan bahwa dengan diterapkannya standard canopy, terjadi peningkatan yang sangat signifikan di bidang pendapatan perusahaan.
Target Pendapatan Perusahaan Beberapa tahun lalu, target pendapatan Perhutani memiliki porsi 60:40. Artinya, enam puluh persen dari sektor kayu dan empat puluh persen dari non kayu, termasuk gondorukem dan terpentin. Agus Setya Prastawa mengatakan, saat ini pola sudah tidak lagi seperti itu.
Target pelaksanaan transformasi ini adalah mewujudkan sebuah penegasan, bahwa Perhutani sebagai pengelola hutan akan selalu mengejar tujuan untuk menjaga agar hutan tetap lestari. Selain menjaga hutan tetap lestari, juga memastikan akan ada pertumbuhan dan keberlangsungan produksi perusahaan. DUTA Rimba 33
Dok. Kom PHT®2018
RIMBAUTAMA
Gondorukem Perhutani
Menurut dia, di tahun 2017 justru pendapatan perusahaan dari sektor non kayu itu sudah mencapai 45%, sedangkan dari kayu saat ini mungkin malah sekitar 40%. “Jadi artinya, di tahun 2017 boleh dikatakan bahwa pendapatan perusahaan dari sektor non kayu itu sudah seimbang dengan kayu. Padahal, beberapa tahun yang lalu pendapatan kita masih didominasi oleh kayu, khususnya kayu jati. Karena selain mengolah getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin, kita juga sudah mengolah produk derivatif di pabrik kita di Pemalang itu, salah satunya yaitu alfapinen. Harga jualnya cukup tinggi dan produk itu sangat laku. Jadi, prospek dari produk derivatif itu bagus,” katanya. Di dalam proses mengejar target pendapatan tersebut, lagi-lagi Agus Setya Prastawa menyebut pentingnya masalah kultur dan budaya perusahaan ditanamkan betul di dalam diri setiap personel
34 DUTA Rimba
Rimbawan. Sebab, ada sejumlah perilaku yang akan berbeda seiring dengan proses transformasi bisnis Perhutani. Dulu, personel Perhutani terbiasa dengan pengelolaan tanaman keras yang usia daurnya panjang. Jika sekarang Perhutani juga mengembangkan tanaman dengan usia daur yang pendek, tentu ada perubahan perilaku dan kultur yang harus dilakukan. “Hal itu sudah menjadi bagian dari program yang dikembangkan SDM. Itu sebagai awal dari upaya kita untuk menggali kembali nilainilai perusahaan kita agar kita bisa terus mengembangkan budaya perusahaan kita di dalam setiap gerak langkah kita sehari-hari. Itu kita jadikan semacam patokan perilaku kita untuk melangkah ke depan dalam rangka menempuh proses perjalanan bisnis kita yang baru nanti. Bisnis yang baru sekarang ini kita jalankan. Dan pasarnya kan juga berbeda. Karena kalau umpamanya pelari, kita
ketahui bahwa pelari jarak jauh dengan pelari jarak dekat itu tentu berbeda. Mulai dari posturnya, bentuk tubuhnya, hingga iramanya dalam berlari, ayunan langkahnya saat berlari, semuanya itu tentu berbeda. Jadi, hal-hal yang seperti ini pasti akan memengaruhi gerak langkah kita. Sebab pasar kayu dengan pasar beras atau jagung kan berbeda. Sehingga, cara memasarkan kayu dengan memasarkan beras atau jagung kan juga berbeda. Ini semua menuntut kultur yang berbeda. Dan SDMnya juga harus bisa mengikuti. Harus bisa mendukung ke arah itu. Baik kompetensi maupun kultur setiap SDM harus bisa mengikuti perkembangan itu. Jadi, harus didesain untuk match dengan bisnis yang sedang kita jalankan,” urainya.
Energi Alternatif Ketika menjalankan proses transformasi bisnis, Agus menekankan, Perhutani tetap harus
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
memerhatikan kelestarian hutan sebagai penyedia air, energi, dan parameter lingkungan hidup yang terjaga dengan baik. Ketika hutan lestari, hal itu menunjukkan bahwa lingkungan hidup kita masih baik. Dan lingkungan hidup yang baik tentu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Agus menegaskan, ketersediaan air akan tercukupi jika hutan lestari. Seiring dengan upaya menjaga kelestarian hutan agar ketersediaan air tetap terjaga dengan baik, mereka juga dapat mengembangkan biomassa. Saat ini pun menurut Agus, Perhutani memang tengah mengembangkan biomassa sebagai energi alternatif dari hutan. Terutama di tengah maraknya isu tentang ketersediaan energi dari fosil yang dikatakan jumlahnya kian terbatas dan suatu saat nanti bisa habis, maka ketersediaan energi alternatif dari dalam hutan menjadi sebuah kabar baik. “Biomassa ini juga kita sedang kembangkan. Di masa depan ini kita juga akan kembangkan terus biomassa. Dan barangkali biomassa ini juga akan menjadi salah satu bisnis kita yang baru. Karena saat ini kita sering mendengar dengan adanya kabar bahwa minyak bumi sering kali dikatakan menimbulkan polusi dan dikhawatirkan di masa depan akan habis dan sebagainya, maka dengan adanya biomassa sebagai energi alternatif, mungkin akan menjadi salah satu alternatif bahan bakar bagi keberlangsungan industri, yang juga dapat kita jadikan sebagai salah satu sumber bisnis. Karena biomassa lebih ramah lingkungan dan juga bisa sustaine, karena ada keberlangsungan proses dan budidaya biomassa terus bisa diperbarui. Tanamannya terus
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Sungai Sumber Semen (High Conservation Forest Area)
bisa ditanam dan dibudidayakan. Tanaman biomassa itu relatif mudah pertumbuhannya. Teknologinya juga tidak terlalu tinggi. Hanya dibutuhkan luasan tertentu dengan jenis tertentu. Budi daya tanaman biomassa juga mungkin tidak membutuhkan hi-tech,” katanya. Ada lagi kandungan energi alternatif yang dimiliki hutan Perhutani. Yaitu geothermal atau panas bumi. Namun, Perhutani tidak bisa masuk dan menggarap geothermal karena terbentur aturan yang ada. “Kalau geothermal, di kawasan Perhutani ada. Tetapi kita tidak bisa masuk ke situ (pengelolaan geothermal secara langsung, red). Karena kalau kita masuk ke situ, maka kita akan masuk ke wilayah
yang berada di luar core business kita. Jadi, kita akan terbentur aturanaturan yang ada. Maka, potensi dan kandungan geothermal yang ada di kawasan hutan Perhutani saat ini masih dikelola oleh swasta murni atau mungkin dikelola oleh BUMN lain seperti Pertamina. Perhutani tidak ada perannya sama sekali di dalam pengembangan geothermal itu,” ujarnya. Apa pun ceritanya, proses transformasi bisnis Perhutani menghadirkan hal baru. Juga memberikan tuntutan baru. Yaitu tuntutan untuk dapat berubah mengikuti proses transformasi yang bergulir. Maka, menegaskan kembali kalimat Direktur Utama Perum Perhutani, saat ini waktunya untuk melaksanakannya. Execute Now! • DR
DUTA Rimba 35
RIMBAKHUSUS
Perhutani Peduli
Penanggulangan Bencana Alam
M
usibah melanda Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 22 Februari 2018 pukul 8.30 WIB. Kala itu, bencana alam tanah longsor melanda sebagian wilayah Desa Pasirpanjang dan Desa Capar di Kecamatan Salem. Lokasi longsor di dua desa tersebut termasuk wilayah kerja Perhutani KPH Pekalongan Barat. Tepatnya musibah itu terjadi di Petak 7 dan 26 (luas 12,5 Hektare) RPH Babakan, BKPH Salem, KPH Pekalongan Barat. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
36 DUTA Rimba
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sutopo Purwo Nugroho, sebenarnya sejak dua pekan sebelum musibah terjadi, sudah ada tandatanda akan ada longsor di Brebes. Prediksi BNPB itu karena dua minggu sebelum musibah terjadi hujan deras mengguyur daerah itu. Intensitas hujan yang cukup tinggi mengakibatkan tanah jenis latosol di lokasi tersebut menjadi jenuh air dan memicu terjadinya longsor di atas batuan Napal pada kedalaman 120 meter. Usai hujan deras, terlihat adanya rembesan-rembesan dari mata air yang mampet dari lereng perbukitan di Gununglio yang
Dok. Kom PHT®2018
Siapa pun tak menghendaki adanya musibah dan bencana. Tetapi, ketika musibah atau bencana – khususnya bencana alam – itu terjadi, tak ada manusia yang dapat mencegah. Yang dapat dilakukan adalah menyikapi musibah dan bencana itu dengan bijak. Salah satunya adalah mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah atau bencana alam itu sejak dini, berupaya meminimalkan dampak terjadinya bencana alam, serta menyiapkan langkah penanggulangan pasca bencana.
Direktur Operasional Perum Perhutani, Hari Priyanto
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 37
RIMBAKHUSUS notabene adalah asal muasal terjadinya longsor tersebut. Didukung gaya gravitasi ke bawah lereng gunung, longsor pun semakin cepat terjadi. Kurang lebih, luas longsor mencapai 16,8 hektare, dengan panjang longsoran mencapai sekitar 1 kilometer dari mahkota longsor sampai titik terakhir. Musibah itu menyebabkan 11 orang meninggal dunia. Sepuluh di antaranya ditemukan meninggal di TKP, sedangkan satu korban lagi meninggal di rumah sakit. Selain itu, tujuh orang dinyatakan hilang. Korban lainnya adalah sekitar 82 orang warga Desa Pasirpanjang harus mengungsi di enam lokasi, sementara 3 dusun dengan jumlah penduduk kira-kira 900 orang menjadi terisolasi, serta di Dusun Cikarae 25 rumah rusak berat dan 5 rumah rusak ringan. Musibah longsor di Desa Pasirpanjang juga membuat jalur lalu lintas provinsi putus. Khususnya jalur Bumiayu-Bantarkawung-Salem. Jalan provinsi di antara Kecamatan Salem menuju Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes juga tertutup longsor, mengakibatkan akses jalan terputus. Sebab, jalan-jalan yang tertutup material longsor membuat jalur tersebut tidak bisa dilewati kendaraan sama sekali. Perhutani secara khusus juga terkena dampak musibah tersebut. Bukan saja area di Petak 7 dan 26 RPH Babakan yang terlanda longsor, sejumlah aset milik perusahaan pun menjadi korban. Antara lain 5 Basecamp penyadap, 3 unit motor penyadap, 1 Tempat Pengumpulan Getah Induk Pangurudan, serta 1 Tempat Pengumpulan Getah Pembantu Bentar. Selain itu, di Petak 1a RPH Winduasri, BKPH Salem, KPH Pekalongan Barat, yang masuk wilayah Desa Capar, Kecamatan
38 DUTA Rimba
Perhutani secara khusus juga terkena dampak musibah tersebut. Bukan saja area di Petak 7 dan 26 RPH Babakan yang terlanda longsor, sejumlah aset milik perusahaan pun menjadi korban. Salem, sebanyak 328 Kepala Keluarga (669 orang) mengungsi ke 3 lokasi. Di antara para pengungsi tersebut, terdapat 62 orang penyadap dan 1 mandor sadap Perum Perhutani. Selain itu, 40 rumah terkena banjir lumpur, 1 Rumah hancur, 1 Musholla rusak, dan 4 Jembatan rusak.
Perhutani Peduli Menyikapi musibah yang terjadi, manajemen Perhutani bergerak cepat. Menurut Direktor Operasional Perum Perhutani, Hari Priyanto, saat diberlakukan masa tanggap darurat usai kejadian longsor di Salem, Perhutani bergabung dengan Tim dari BUMN Peduli yang terdiri dari 9 BUMN (PLN, Pertamina, Telkom, Pelindo III, BNI, BRI, Bank Mandiri, Semen Indonesia, dan Perhutani sebagai Koordinator) sama-sama menggunakan anggaran CSR masing-masing, untuk memenuhi seluruh keperluan masyarakat yang terdampak bencana. Perhutani menjadi pengelolanya. Respon sigap itu mendapatkan tanggapan positif masyarakat di sana. “Setelah kejadian bencana, penanganan dan pembersihannya dilakukan oleh Perhutani bersama-
sama BUMN lain dalam Tim BUMN Peduli. Termasuk sampai mengerahkan excavator atau kendaraan berat dari BUMN. Jadi, kami selalu mengupayakan agar kami selalu hadir setiap kali musibah bencana terjadi. Saat itu, tim kami mengantarkan pasien korban bencana longsor yang semula dirawat di Puskesmas setempat ke Purwokerto karena kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Daerah Purwokerto. Kami juga menyantuni korban dan kerluarga korban yang meninggal maupun luka-luka. Semua di dalam bingkai BUMN Peduli. Bukan hanya dalam hal teknis tetapi juga secara psikologis. Secara psikologis, kami juga membantu melakukan trauma healing untuk mengatasi trauma yang mereka alami, khususnya anak-anak yang terkena dampak bencana,” jelasnya. Lebih lanjut, Hari bertutur, aksi penanggulangan bencana yang dilakukan Perhutani bukan sekadar untuk menyikapi musibah tanah longsor di Salem. Tetapi memang merupakan komitmen dan kepedulian Perhutani terhadap lingkungan sekitar. Artinya, di manapun musibah terjadi, penanganan bencana tetap akan mereka lakukan, karena sistem yang ada di Perhutani sudah terpola. Memang sudah menjadi kewajiban Perhutani untuk menjalankan manajemen penanggulangan bencana yang merupakan implementasi dari UU No 24 Tahun 2007. Menurut Hari, penerapan UU itu di lapangan harus ditindaklanjuti dan diimplementasikan dengan membuat payung hukum untuk melakukan aktivitas itu. Payung hukum itu bisa berbentuk prosedur kerja, SOP, maupun instruksi kerja. “Selanjutnya, perangkatnya harus dilengkapi juga. Perangkat itu bisa dari sisi organisasinya, bisa
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
dari sisi SDM-nya, maupun dari sisi sarana dan prasarananya. Termasuk bagaimana kita membangun sinergi dengan para stakeholders yang terkait dengan bidang penanggulangan bencana. Di tingkat pusat di Jakarta ada BNPB, di daerah juga ada BNPB di masing-masing provinsi, juga dengan lembaga lain semisal Tim SAR. Baik Basarnas maupun Basarda di tingkat provinsi, sinergi itu kami bangun,” ujar Hari. Selain organisasi-organisasi yang bergerak di tingkat operasional, lanjut Hari, Perhutani juga menjalin komunikasi dan punya jalinan hubungan dengan Badan Komunikasi Biospasial, juga Pusat Vulkanologi yang memiliki bagianbagian yang bisa melakukan rangkaian analisa terhadap kawasan hutan kita, dilihat dari sisi kerentanan tanahnya. Perhutani juga menjalin kerja sama dan membangun jaringan dengan Kementerian LHK, khususnya BP-DAS yang juga bisa melihat
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
faktor-faktor apa saja yang bisa memengaruhi datangnya bencana, khususnya yang ada di dalam kawasan hutan. Sebab, mereka punya peta yang menunjukkan di mana saja areal
Perhutani turut serta melakukan pendirian Posko BUMN Peduli di Desa Pasirpanjang dan Desa Capar. Juga melakukan pendirian dapur umum BUMN Peduli dan menyerahkan bantuan, antara lain berupa sembako, selimut, dan donasi/ santunan untuk korban.
yang memiliki potensi akan terjadi bencana. “Di internal Perhutani pun hal itu sudah dibangun, khususnya di bagian perencanaan. Namanya tipologi tapak. Jadi, seluruh kawasan hutan kita – yang sudah terbagi ke dalam petak-petak hutan – itu sudah ada tipologinya, di mana saja bagian yang termasuk bagian rawan bencana, dan seterusnya. Sehingga, pengelolaan kawasan kehutanan kita pun disesuaikan dengan kondisi topografi kawasan tersebut. Itu yang harus kita siapkan,” katanya. Hari menyebut, Perhutani telah memiliki mekanisme yang harus dijalankan jika terjadi bencana. Antara lain, Perhutani sudah membuat kebijakan bahwa jika ada laporan tentang potensi bencana yang terjadi, dalam waktu 1X24 jam harus segera ada laporan kilat ke jajaran manajemen sampai ke tingkat kantor pusat. Selanjutnya, berdasarkan petunjuk kerja atau SOP,
DUTA Rimba 39
RIMBAKHUSUS manajemen akan menyiapkan Tim K3 untuk turun melakukan investigasi terhadap kecelakaan atau bencana alam yang terjadi. Lalu, mereka membentuk posko-posko di lokasi kejadian, membuat laporan tentang rangkaian aktivitas di sana terkait penanggulangan bencana, dan kalau pemerintah daerah setempat menetapkan kejadian tersebut menjadi bagian dari tanggap bencana, maka Tim Perhutani harus ikut dan masuk di dalam tim tanggap darurat. Dan Tim Perhutani akan ada di tim tersebut selama masa pemberlakuan tanggap darurat. Hal itu selama ini sudah mereka lakukan. Prosedur yang sama juga berlaku untuk musibah yang lain, semisal kebakaran dan sebagainya. “Dari sisi sarana dan prasarana, terhadap bencana alam ini memang kita memerlukan adanya early warning system (EWS). Hal itu bisa dilakukan dengan memasang alat yang standard atau bisa juga menggunakan alat sederhana yang kita pasang di lapangan, agar mudah dan bisa langsung digunakan. Ini juga salah satu cara agar kita bisa memitigasi risiko-risiko atau potensi
40 DUTA Rimba
terjadinya bencana, sehingga bisa cepat mengetahui ketika bencana itu terjadi. Karena kita tidak bisa tahu kapan dan di mana bencana itu terjadi,” tuturnya.
Hadir Untuk Negeri Hari Menegaskan, sebenarnya tugas Perhutani tidak hanya meliputi penanganan kejadian yang terjadi di dalam kawasan hutan saja, tetapi juga berupaya agar Perhutani selalu hadir di setiap aktivitas penanganan di lokasi-lokasi yang mengalami kejadian bencana. Di setiap lokasi bencana alam, Perhutani menurunkan tim untuk datang ke sana, bergabung dengan tim dari pemerintah daerah setempat. Tim itu bersatu untuk melakukan evakuasi dan hal-hal lain yang dibutuhkan. Intinya, Perhutani punya komitmen untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menangani bencana. Di Salem, misalnya. Di dalam sinergi bersama 9 BUMN dalam tajuk “BUMN Hadir untuk Negeri”, Perhutani turut serta melakukan pendirian Posko BUMN Peduli di Desa Pasirpanjang dan Desa Capar. Juga melakukan pendirian
Tugas Perhutani tidak hanya meliputi penanganan kejadian yang terjadi di dalam kawasan hutan saja, tetapi juga berupaya agar Perhutani selalu hadir di setiap aktivitas penanganan di lokasi-lokasi yang mengalami kejadian bencana. dapur umum BUMN Peduli dan menyerahkan bantuan, antara lain berupa sembako, selimut, dan donasi/santunan untuk korban. Selain itu, Perhutani juga bersinergi dengan PT Adhi Karya dalam peminjaman excavator mini yang beroperasi untuk melakukan perbaikan jalan dan aliran sungai. Juga berkoordinasi dengan PT Telkomsel untuk memasang mobile BTS untuk menunjang aktivitas komunikasi. Bantuan lain juga diberikan kepada para korban
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
untuk meringankan beban mereka. “Setiap kali terjadi musibah atau bencana, teman-teman di lapangan selalu bersinergi dengan BNPB dan Basarnas. Karena jika ada kejadian, Tim dari Basarnas atau BNPB yang akan memimpin tim penanggulangannya, dan kami menjadi bagian dari tim tersebut. Sebab, merekalah yang memiliki kewenangan untuk penanganan bencana. Tetapi setiap saat terjadi musibah, polisi-polisi hutan yang ada di KPH tempat musibah terjadi segera akan bergabung ke tim yang dibentuk Basarnas atau BNPB itu. Jika personelnya kurang, kita akan minta Polisi Hutan dari KPH terdekat untuk dapat membantu. Biasanya operasi pencarian korban jika terjadi bencana adalah sekitar tujuh hari. Maka kami buat jadwal secara bergilir, sehingga semua personel yang ikut serta dalam tim penanggulangan bencana itu selalu dalam kondisi tubuh yang bugar,” kata Hari. Tim dari Perhutani juga ikut melakukan sosialisasi tentang penanggulangan bencana terhadap masyarakat yang mengalami kejadian tersebut. Sosialisasi tetap harus dilakukan, agar masyarakat tetap waspada dan dapat menangani bencana yang kemungkinan terjadi selanjutnya.
Peningkatan Kompetensi Hari mengakui, masih ada sejumlah kendala dalam penerapan aksi penanggulangan bencana oleh Tim Perhutani. Kendala utama ditemukan di sisi kompetensi untuk menangani bencana. Maka, salah satu yang menjadi perhatian pihaknya adalah perlunya segera dibentuk tim yang memang memiliki kompetensi, dengan meng ikutkan mereka ke ragam pelatihan seputar metode Search and Rescue yang diadakan Basarnas,
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
selain juga melatih mereka untuk dapat mengenali tanda-tanda akan terjadinya bencana. Untuk membuat pelatihan-pelatihan tersebut, Pehutani juga sudah membuat rencana kerja sama dengan Basarnas, BNPB, dan lain-lain. “Sebenarnya, mudah untuk mengenali ciri-ciri akan terjadinya bencana misalnya longsor. Potensi longsor itu minimal ada tiga, yaitu ketika curah hujan di wilayah itu tinggi selama beberapa waktu, lalu kalau kita bisa lihat kondisi tanahnya berpotensi rawan longsor, dan ada kejadian-kejadian lain misalnya sebelumnya ada gempa bumi, atau ada rekahan-rekahan tanah, ada pergeseran tanah, ada sungai yang tiba-tiba airnya berhenti mengalir atau kering, dan sebagainya. Nah, teman-teman di lapangan harus bisa menguasai dan mengenali tandatanda alam tersebut. Hal-hal seperti ini harus dikomunikasikan kepada petugas-petugas di lapangan dan masyarakat di lokasi rawan bencana tersebut,” tutur Hari. Saat ini, sebenarnya Perhutani sudah punya Tim K3 untuk melakukan investigasi terhadap bencana itu. Selain di Kantor Pusat, tim itu juga ada di Divisi Regional, bahkan sampai tingkat KPH. Tim ini keberadaannya sejalan
Saat ini, sebenarnya Perhutani sudah punya Tim K3 untuk melakukan investigasi terhadap bencana itu. Selain di Kantor Pusat, tim itu juga ada di Divisi Regional, bahkan sampai tingkat KPH.
dengan program pemerintah, yaitu menerapkan Desa Tanggap Bencana. Jadi, ketika sudah diketahui bahwa ada faktor-faktor rawan bencana di suatu daerah, tim ini bisa segera melatih warga di desa-desa yang terletak di bawah lokasi rawan bencana itu supaya bisa melakukan penanganan bencana saat terjadi. Misalnya kalau lokasi itu rawan longsor, kelerengannya cukup tinggi, curah hujannya tinggi, dan tim sudah mengenali potensi itu, menjadi tugas tim itulah untuk melakukan sosialisasi tentang hal tersebut kepada masyarakat. Sehingga, kalau benar-benar terjadi bencana, mereka sudah siap. Dengan cara itu, minimal dampak bencana dapat dikurangi. “Tetapi lagi-lagi kita perlu terus melatih mereka secara masif tetapi bertahap, agar kemampuan mereka untuk dapat mengenali lingkungannya terus meningkat. Untuk kasus kebakaran pun sama prosesnya. Karena sebenarnya di lapangan mereka juga sudah tahu daerah-daerah mana yang rawan bencana kebakaran. Setiap tahun datanya ada. Misalnya di daerah Lawu, Gunung Slamet, dan sebagainya. Jadi tim kita sudah tahu potensi itu. Tinggal bagaimana agar pengetahuan mereka di lapangan itu bisa dipergunakan semaksimal mungkin untuk mengurangi peluang terjadinya bencana dan mengurangi dampak bencana itu. Itu yang kita sedang tingkatkan di Perhutani,” tegasnya. Semua komponen dan prosedur telah disiapkan. Tinggal dikombinasikan, dan kita sudah bisa mengetahui lokasi mana saja yang rawan bencana, semisal longsor atau kebakaran. Sudah itu, lalu melakukan optimalisasi pengawasan di kawasankawasan tersebut. Semua itu perlu dilakukan, sebagai bagian dari kepedulian Perhutani. Juga sebagai sumbangsih untuk negeri. • DR
DUTA Rimba 41
Dok. ISTIMEWA
RIMBAKHUSUS
Penanggulangan bencana dengan menggunakan alat berat.
42 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Prosedur Proses Penanggulangan
Bencana Perhutani telah memiliki prosedur dan alur proses untuk kegiatan penanggulangan bencana. Antara lain hal itu dilakukan dengan membangun sinergi bersama stake holders yang terkait dengan bidang penanggulangan bencana. Hal itu selain sebagai bentuk implementasi terhadap UU Nomor 24 Tahun 2007, juga merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial Perhutani.
K
etika musibah longsor terjadi di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Perhutani segera membentuk tim evakuasi yang langsung turun ke lokasi, untuk membantu menyelamatkan korban. Sejumlah 55 orang menjadi personel inti Tim Evakuasi Perum Perhutani. Mereka bergabung dalam Tim evakuasi bersama tim dari Basarnas dan BNPB. Yang menarik, tim dari Perhutani bahkan ikut mengantar 3 orang pasien rawat inap untuk cek lanjutan ke Rumah Sakit rujukan. Tim itu
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
juga terlibat dalam rapat evaluasi setiap malam dengan seluruh pihak terkait. Selain itu, tim pemetaan PHW I Pekalongan bersama tim BIG melakukan pemetaan dengan menggunakan drone di titik-titik longsor di Petak 1,2 dan 25 RPH Winduasri masuk wilayah Desa Capar. “Penanganan pasca terjadinya bencana itu menjadi hal yang penting juga. Operasi pemulihannya penting dilakukan. Maka, kami juga bersinergi dengan BUMN lain dalam rangka menjawab bagaimana penanganan pasca terjadinya bencana itu,” kata Direktur
DUTA Rimba 43
RIMBAKHUSUS
Peringatan Dini yaitu upaya memberikan tanda peringatan bahwa Bencana akan segera terjadi, bersifat resmi, tegas, dan segera.
Operasional Perum Perhutani, Hari Priyanto. Prosedur penanganan bencana yang diterapkan di Perum Perhutani mengacu kepada sejumlah peraturan perundang-undangan. Dasarnya adalah UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Perpres Nomor 8 Tahun 2008 tentang BNPB, PP Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional, PP Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga, PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Permendagri Nomor 27 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana, serta Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
44 DUTA Rimba
Prosedur Penanganan Bencana Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud bencana? Nah, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan oleh faktor alam dan/ atau non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Maka, bencana terbagi dua yaitu bencana alam dan non alam/ulah manusia. Bencana Alam antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, kekeringan, angin topan, serta tanah longsor. Menyikapi prosedur dasar penanggulangan bencana, dibentuklah Disaster Management
/ Penanggulangan Bencana. Sesuai UU Nomor 24 Tahun 2007, yang dimaksud disaster management adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berrisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Rangkaian upaya itu meliputi kegiatan pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Di dalam proses pra bencana, terdapat kegiatankegiatan pencegahan, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Pencegahan berarti serangkaian kegiatan pemberian peringatan segera pd masyarakat ttg kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat, untuk meniadakan korban. Peringatan Dini yaitu upaya memberikan tanda peringatan bahwa Bencana akan segera terjadi, bersifat resmi, tegas, dan segera. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, melalui pembangunan fisik,penyadaran, peningkatan kapasitas untuk menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan menurut UU Nomor
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Terkait dengan prosedur penanganan pra bencana, saat ini Perhutani tengah mematangkan Rencana Pengembangan Integrated Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini yang terntegrasi. 24 Tahun 2007 ialah serangkaian kegiatan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdayaguna, semisal penyiapan Posko Bencana; penyiapan lokasi evakuasi; sosialisasi peraturan/pedoman penaggulangan Bencana; penyiapan sarana komunikasi. Prosedur penanganan saat bencana, antara lain menetapkan masa tanggap darurat. Tanggap Darurat meliputi upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan pengungsian. Sedangkan penanganan pasca bencana meliputi proses pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan artinya upaya untuk memerbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain) pada keadaan semula. Rehabilitasi merupakan upaya untuk membantu
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
masyarakat memerbaiki rumahnya, fasilitas umum, fasilitas sosial yang penting dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan panjang guna perbaikan fisik, sosial, ekonomi, untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelum terjadi bencana terjadi.
Kebutuhan Penunjang Sebagai pola pengelolaan pra bencana, perlu disiapkan peta. Kebutuhan peta ini meliputi sejumlah peta yang menunjukkan lokasilokasi penting. Misalnya, peta rawan bencana banjir, peta rawan bencana kebakaran/hot spot, peta rawan bencana tanah longsor, peta rawan bencana angin, peta topografi, peta riwayat bencana, peta cuaca, peta rumah sakit serta penyedia ambulance, dan lain-lain. Terkait dengan prosedur penanganan pra bencana, saat ini Perhutani tengah mematangkan Rencana Pengembangan Integrated
Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini yang terntegrasi. Langkah Awal yang disiapkan dalam integrated EWS adalah pemantauan pergerakan menggunakan alat sederhana; sistem Ronda Warga di sekitar sungai yang dilengkapi dengan alat pengukur ketinggian air, serta dilengkapi dengan kentongan atau gong; serta Pelatihan dan sosialisasi tentang pengenalan gejala dini pergerakan tanah. Sehingga, di masa depan ada sejumlah langkah yang tengah disiapkan. Antara lain adalah Pengembangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System / EWS) Bencana Longsor untuk Mewujudkan Masyarakat Tangguh Bencana di sekitar Kawasan Hutan. Tujuannya antara lain untuk Pemasangan sistem peringatan dini (Early Warning System / EWS) di lokasi yang rentan tanah longsor dan padat penduduk; Peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan longsor; serta Mempersiapkan desa tangguh bencana. • DR
DUTA Rimba 45
Dok. Kom PHT®2018
SOSOKRIMBA
Wawan Triwibowo Kepala Divisi Ecotourism dan Agroforestry
46 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Wawan
Triwibowo
Pertahankan
Fungsi Ekologi, Ekonomi, dan Sosial dalam Pengelolaan Hutan Sejak 1 Januari 2016, pimpinan Perum Perhutani memutuskan untuk mengangkat ecotourism menjadi salah satu yang harus ditangani lebih serius. Karena itu, sejak 1 Januari 2016 dibentuklah satu divisi baru ketika itu, yaitu Divisi Ecotourism dan Agroforestry. Sejak 2 Januari 2018, Divisi Ecotourism dan Agroforestry dikepalai oleh Wawan Triwibowo. Sosok ramah dan murah senyum itu sudah hampir 17 tahun berkarir di Perum Perhutani. Pengalaman selama 17 tahun itu membawa Wawan sangat memahami betapa hutan memiliki peran dan fungsi yang besar bagi manusia. Kini, apa pandangannya sebagai Kepala Divisi Ecotourism dan Agroforestry tentang pengelolaan hutan?
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
K
eseriusan Perum Perhutani menggarap sector Ecotourism dan Agroforestry terlihat dengan pencanangan Program Canopy di penghujung tahun 2017. Program Canopy menegaskan standard tertentu yang harus dipenuhi sebuah lokasi wisata Perhutani. Semua wana wisata dan ecowisata Perhutani harus memenuhi standard Canopy. Menurut Wawan Triwibowo, penerapan standard canopy dalam kebijakan kelola wisata yang baru ini mendatangkan hasil yang sangat signifikan. Menurut lelaki kelahiran Kebumen, 28 Juli 1975, ada perubahan besar dalam jumlah pengunjung sebuah lokasi wisata Perhutani, jika dilihat kondisi sebelum dan sesuadah diterapkannya standard Canopy.
DUTA Rimba 47
Dok. Kom PHT®2018
SOSOKRIMBA
Contohnya di Banyunget. Sebelum launching standard canopy, ratarata pengunjung di Banyunget setiap bulannya berjumlah 257 orang. Setelah launching, angka kunjungan ke sana bisa menembus angka 6.179 orang. Begitu pula di Kawah Putih, Ciwidey. Sebelum diterapkan standard canopy, ratarata pengunjung Kawah Putih berjumlah 24.247 orang. Setelah penerapan standard canopy, ratarata pengunjung bisa mencapai
48 DUTA Rimba
54.807 orang. “Jadi, kita bisa melihat setidaknya di Banyunget dan Kawah Putih hasilnya sudah nampak. Artinya, bisa dikatakan bahwa dengan diterapkannya standard canopy, terjadi peningkatan pendapatan yang sangat signifikan,” ucapnya. Lebih lanjut, Wawan yang menyelesaikan pendidikan Strata Satu dan Strata Dua di Fakultas Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu mengatakan,
di bidang pengelolaan hutan, ada satu keunggulan jika kita menggarap sektor wisata kehutanan ketimbang sektor lain. Sebab, di masa depan tuntutan tentang pengelolaan hutan akan semakin tinggi pada persoalan terkait lingkungan hidup, selain juga tuntutan terkait masalah sosial. Sedangkan selama ini, jika kita berbicara tentang fungsi hutan yang dikelola oleh Perhutani, jawabannya adalah terdapat tiga fungsi pengelolaan hutan. Ketiganya adalah ekologi, ekonomi, dan sosial. “Secara teori, ketiga fungsi ini akan saling menekan. Artinya, ketika salah satu di antara ketiga fungsi itu dikembangkan, maka fungsi yang lain akan berkurang porsinya, meskipun tidak secara mutlak. Itulah yang disebut dengan mutually exclusive. Nah, ketiga fungsi tersebut bersifat mutually exclusive. Contoh, jika selama ini Perhutani mengintensifkan kegiatan penebangan kayu, maka ketika kegiatan menebang kayu itu meningkat, fungsi ekonomi akan meningkat tetapi di saat bersamaan fungsi ekologi akan menurun. Begitu juga ketika kita memberi ruang sosial yang lebih luas kepada masyarakat, yaitu untuk melakukan penanaman tanaman pertanian secara lebih luas di lahan hutan milik Perhutani, tentunya fungsi ekologi juga akan menurun. Itulah teori dalam ilmu kehutanan, yang memandang tiga sudut fungsi kehutanan seperti demikian,” katanya. Tetapi, suami dari Kusma Sandra Sari itu lantas menyebut, ada satu aktivitas kehutanan yang memiliki pola fungsi tidak seperti itu, yaitu aktivitas di sektor wisata. Sebab, dengan pengelolaan wisata kehutanan secara lebih optimal, maka kelestarian hutannya juga akan terjaga dengan baik, sehingga fungsi ekologi akan meningkat, sementara fungsi ekonomi juga akan meningkat, baik untuk perusahaan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
maupun untuk masyarakat di sekitar kawasan, dan fungsi sosial juga akan meningkat karena di sana ada penyediaan lapangan pekerjaan yang lebih besar. “Hal itulah yang mendasari pandangan kita bahwa Perum perhutani perlu lebih mengoptimalkan pengembangan sektor wisata. Nah, saat ini Pak Dirut ingin mencoba pengelolaan wisata yang lebih baik. Yaitu, bagaimana sebuah kelola wisata dibuat agar mengikuti sebuah standard yang baik. Setelah dicoba di Banyunget dan Kawah Putih, hasilnya sangat signifikan. Untuk tahun 2018 ini kita coba menerapkan standard canopy itu di delapan tempat. Di Jawa Timur standard itu kita akan terapkan di Pulo Merah yang dikelola oleh KPH Banyuwangi Selatan, Tanjung Papuma yang dikelola oleh KBM Ecotourism, dan Air Terjun Serambang yang merupakan satu lokasi wisata rintisan di Ngawi yang dikelola oleh KPH Lawu DS. Di Jawa Tengah rencana penerapan standard canopy ada di dua lokasi, yaitu Pantai Menganti di Kedu Selatan dan Guci yang dikelola oleh KPH Pekalongan Barat bersama mitra. Dan untuk Jawa Barat, ada tiga lokasi yang rencananya akan kita terapkan standard canopy, yaitu di Cikole, di Puncak Bintang, dan di Curug Cilember,” urai bapak tiga anak itu. Khusus untuk di Pulo Merah, kata Wawan, saat ini ada perhatian dari pemerintah. Sebab, di bulan Oktober 2018 Indonesia akan menjadi tuan rumah annual meeting antara IMF dan World Bank. Tempatnya di Nusa Dua, Bali. Sehingga, Pulo Merah di saat itu akan menjadi lokasi wisata pendukung untuk wisatawanwisatawan yang datang berkunjung. “Maka, beberapa waktu lalu kita sudah menjajaki kerja sama pengelolaan wisata di Pulo Merah dengan Patra Jasa (BUMN, anak
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
perusahaan Pertamina, red). Hal ini menjadi perhatian kita karena pemerintah nasional juga memberi atensi, khususnya untuk persiapan annual meeting tersebut. Dan mungkin rencana investasi untuk pengembangan wisata di Pulo Merah ini nanti akan dialokasikan untuk membangun sarana-sarana penunjang untuk mendukung tujuan tersebut,” katanya. Menurut Wawan, jika berbicara tentang pendapatan Perum Perhutani dari sektor wisata, dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini memang terdapat peningkatan. Di tahun 2013, pendapatan kotor dari sektor wisata Perhutani adalah sekitar enam puluh tiga milyar rupiah. Di tahun 2014, pendapatan kotor itu naik menjadi tujuh puluh tujuh milyar rupiah. Dan di tahun 2017, pendapatan kotor perusahaan dari sektor wisata naik menjadi kurang lebih seratus tiga puluh tiga milyar rupiah. Tetapi, menurut dia, semestinya angka pendapatan Perhutani dari sektor wisata itu bisa meningkat lebih dari itu. Sebab, jika angka pendapatan tersebut dilihat dari share revenue perusahaan, angkanya hanya berkisar 3,6% dari total pendapatan perusahaan. Maka, tak salah jika saat ini perusahaan memutuskan untuk lebih menggenjot pendapatan dari sektor wisata, dengan menerapkan standard baku pengelolaan lokasi wisata.
Atasi Masalah Akomodasi Wawan Triwibowo mengawali karir di Perhutani pada 5 Juli 2001 dengan posisi sebagai Staf Pelaksana Produksi di Direktorat Komersial Non
Kayu, Kantor Pusat Jakarta. Pada 1 Februari 2002, ia dipindahtugaskan ke Divisi Regional Jawa Timur, masih sebagai Staf Pelaksana Produksi. Setahun kemudian, tepatnya 1 Maret 2003, ia diangkat sebagai Kepala Sub Seksi Pengukuran pada Biro Perencanaan SDH dan Perusahaan Jawa Timur. Tujuh bulan di sana, ia lalu menempati posisi Kepala Sub Seksi Statistik di Biro Perencanaan SDH dan Perusahaan Jawa Timur. Sejak Juni 2004, Wawan menjadi Asisten Perhutani (Asper) di BKPH Bandung (KPH Kediri) lalu September 2005 dimutasi sebagai Asper di BKPH Kediri (KPH Kediri). Awal Januari 2007, Wawan dipromosikan menjadi kepala Seksi Humas dan Protokoler di Kantor Pusat, Jakarta. Satu setengah tahun kemudian, ia kembali ditempatkan di Divisi Regional Jawa Timur, tepatnya sebagai Kepala Seksi perencanaan Hutan. Setahun kemudian, ia menjadi Kepala Seksi Tanaman dan Hutan Rakyat di Kantor Divisi Regional Jawa Timur. Selanjutnya, sejak 24 Januari 2014, ia menjabat Administratur di KPH Banyumas Timur. Pada 28 Februari 2017, Wawan kembali ditarik ke Kantor Pusat karena menerima promosi sebagai Kepala Divisi Produksi dan Industri. Dan sejak 2 Januari 2018, alumni SMAN Gombong tahun 1993 ini menjabat sebagai Kepala Divisi Ecotourism dan Agroforestry. Ia dipandang mampu mewujudkan pelaksanaan program baru di bidang wisata Perhutani agar dapat berjalan dengan efektif dan optimal. Khusus untuk program-program wisata yang akan dikembangkan
Menurut Wawan, jika berbicara tentang pendapatan Perum Perhutani dari sektor wisata, dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini memang terdapat peningkatan. DUTA Rimba 49
Dok. Kom PHT®2018
di tahun 2018, Wawan menyebut, Perhutani ingin mendukung program pemerintah, terutama di dalam upaya mengembangkan nomadic tourism dan digital tourism. Nomadic tourism berarti penyediaan sarana serta fasilitas pendukung bagi wisatawan yang mobile atau terus bergerak dan berkeliling ke daerahdaerah wisata yang tersebar di banyak lokasi. Digital tourism adalah kebijakan wisata Perhutani yang bertujuan memaksimalkan tren yang ada saat ini terutama di kalangan anak muda “zaman now”, yaitu tren penggunaan media sosial yang sangat tinggi. “Ada tiga kelompok yang kita
50 DUTA Rimba
sediakan untuk nomadic tourism itu yaitu caravan, grand camp, humputs. Humputs itu adalah rumah telur. Jadi, nomadic tourism itu adalah pola pengelolaan untuk mengatasi masalah akomodasi yang selama ini jumlahnya terbatas dan keberadaannya cukup jauh dari lokasi wisata. Keberadaan nomadic tourism ini kita terapkan karena kita diminta untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akomodasi bagi para wisatawan terutama yang mobile. Dengan adanya nomadic tourism itu, diharapkan persoalan akomodasi yang selama ini ada, akan teratasi lewat tiga kelompok tadi, yaitu caravan, grand camp, dan
humputs,” tuturnya. Sedangkan lewat digital tourism, insan Perhutani harus mampu memanfaatkan tren dan dapat menangkap peluang dari penggunaan media sosial yang sangat tinggi. Antara lain adalah bagaimana agar Perhutani bisa membangun viral marketing, mengedepankan lokasi-lokasi wisata yang instagramable (cocok dan menarik untuk dimuat di instagram, red), serta menyiapkan generasigenerasi milenial yang mampu menjadi jejaring Perhutani untuk memotret atraksi wisata di lokasi wisata Perhutani yang menarik lalu mem-blasting di media sosial.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
tidak memiliki daya tarik wisata, lalu dengan membuat Pasar Genpi bisa kita create sehingga memiliki daya tarik. Hal itu kita lakukan misalnya di Pasar Papringan yang ada di Temanggung atau Pasar Karetan di Kendal. Pasar Papringan sebelumnya adalah lokasi rumpun tanaman bambu yang barangkali menurut kita tidak menarik, tetapi kemudian bisa kita kemas menjadi menarik dengan membuat sebuah pasar yang dilengkapi dengan makananmakanan tradisional dan hadir setiap hari Minggu. Orang banyak datang berkunjung atau berbelanja ke sana. Itu contoh-contoh yang menarik. Artinya, semestinya kita memang masuk dan bermain ke sana,” urainya.
World Class Wawan juga menjelaskan tentang salah satu program Perhutani di Divisi Wisata yaitu penerapan e-ticketing. Hal itu ditujukan agar bisa mengaktifkan lokasi-lokasi wisata yang ada dan mencegah terjadinya kebocoran cashflow. Caranya antara lain dengan melakukan kerja sama dengan IT untuk menerapkan e-ticketing.
“Salah satu yang ingin kita lakukan di dalam hal ini adalah mencoba membangun pasar-pasar tradisional yang unik di dalam kawasan hutan. Kalangan wisata biasanya menyebut pasar ini dengan istilah Pasar Genpi atau Generasi Pesona Indonesia. Pasar Genpi itu artinya adalah, bagaimana kita bisa meng-create atau menciptakan sebuah pasar dengan tampilan yang instagramable. Unik dan menarik. Perhutani akan merintis penerapan Pasar Genpi di obyek-obyek wisata kita. Dengan cara itu, kita akan bisa mengatasi persoalan yang selama ini ada. Misalnya, selama ini kerap kali ada sebuah daerah yang dikatakan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
pengelolaan obyek wisata. Contohnya, nanti di masa depan kita akan mewajibkan semua obyek wisata untuk mencantumkan pengumuman ‘Anda berhak masuk ke lokasi wisata ini secara gratis apabila petugas tidak memberikan e-ticket.’ Misalnya begitu. Nah, itulah beberapa kiat yang akan kita lakukan dalam pengembangan wisata Perhutani,” ujarnya. Kata Wawan, ada mimpi besar yang ingin Perhutani wujudkan. Yaitu menjadikan pengelolaan wisata Perhutani memiliki standar World Class Company. Tetapi, untuk mencapai standar itu, ada banyak langkah yang harus diayunkan. “Terus terang, untuk pengembangan wisata ini memang kita membutuhkan investasi yang sangat besar jika memang kita mau bermain di world class. Sehingga, kita harus selalu membuka diri dengan adanya kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak lain. Kerja sama dengan pihak lain ini tentunya harus bisa menguntungkan semua pihak. Kerja sama yang baik dengan para pihak itu antara lain dimungkinkan untuk melakukan
Lewat digital tourism, insan Perhutani harus mampu memanfaatkan tren dan dapat menangkap peluang dari penggunaan media sosial yang sangat tinggi. Antara lain adalah bagaimana agar Perhutani bisa membangun viral marketing. Dan pihaknya tengah menggodok penerapan e-hotel untuk lokai-lokasi resort. Dengan pola electronic yang melibatkan IT, menurut Wawan, sedapat mungkin setiap transaksi bisa kita pertanggungjawabkan. “Selain itu, tentunya kita harus berani memberikan pernyataan atau komitmen terkait dengan
pengembangan destinasi baru. Itu yang nanti juga akan kita sasar. Saat ini pun hal itu sedang digodok di Divisi Pengembangan Bisnis dan Perencanaan. Yaitu terkait dengan penerapan aturan-aturan yang lebih memungkinkan kerja sama tersebut berjalan dengan baik,” pungkasnya. • DR
DUTA Rimba 51
OUT BOND MOJOSEMI
Dok. Kom PHT®2014 | Foto : SOE.
11-12 JANUARI 2018
Hamparan hijau menawan Dingin hawa pegunungan Berkumpul para punggawa hutan Jalin keakraban dan kebersamaan
52 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
LENSA
Menggelar aktivitas kreatif Agar hidup tetap produktif Memberikan teladan edukatif Menawarkan ide-ide kreatif
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 53
Menatap masa depan Penuh harapan dan keyakinan Memompa semangat sesama rekan Menjalankannya dengan kegembiraan
54 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Cermat dalam bertindak Bangun pondasi kekuatan Satukan tekad dan langkah Menapaki lika-liku medan perjalanan
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 55
Menyimak situasi dengan seksama Mendengar masukan dengan pikiran terbuka Memotivasi diri tingkatkan prestasi Yakinkan hati meraih ridho illahi
56 DUTA Rimba
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
Evaluasi hasilkan perbaikan Rencana dan strategi giat diciptakan Tak lupa apresiasi dan penghargaan Demi kinerja yang makin gemilang
NO. 55 • TH. 9 • NOVEMBER - DESEMBER • 2014
DUTA Rimba 57
SOBATRIMBA
58 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 59
SOBATRIMBA
60 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 61
LINTASRIMBA
Perhutani Resmikan
Outbond Kids
Dok. Kom PHT®2018
di Buper Pakembangan Kuningan
Anak-anak riang bermain di arena Outbond Kids
Kuningan - Kepedulian terhadap pendidikan anak-anak juga menjadi bagian dari hari-hari rimbawan di Perhutani. Hal itu pula yang ditunjukkan saat Administratur Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Kuningan, Tubagus Aep Saepudin, meresmikan beroperasinya Outbond Kids di Bumi Perkemahan (Buper) Pakembangan, 10 Januari 2018. Selain karyawan Perum Perhutani KPH Kuningan, acara tersebut juga dihadiri oleh siswa-siswi Taman Kanak-kanak Khidayatul Islam, Kabupaten Kuningan. Outbond Kids sendiri merupakan wahana arena bermain bagi anak-anak, yang dibangun untuk melengkapi ragam fasilitas di Bumi
62 DUTA Rimba
Perkemahan Pakembangan. Buper Pakembangan tersebut terletak di Petak 32c Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pakembangan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Garawangi, KPH Kuningan. Di sana, tersedia area camping ground, spot foto selfie dan area bersantai untuk keluarga sambil menikmati keindahan alam hutan pinus. Di dalam kesempatan itu, Tubagus Aep Saepudin menyampaikan, dibukanya wahana bermain itu merupakan wujud kepedulian Perhutani untuk memberi ruang belajar sambil bermain bagi anakanak. Selain itu, kehadiran Outbond Kids juga sekaligus sebagai upaya untuk menarik lebih banyak pengunjung. Diharapkan, wahana
bermain tersebut membawa gairah baru dan dapat semakin menarik minat pengunjung untuk datang ke lokasi wisata Buper Pakembangan, baik wisatawan lokal maupun yang datang dari luar Kabupaten Kuningan. Sebagai obyek wisata, Buper Pakembangan berlokasi tidak jauh dari pusat kota Kuningan, dan dapat diakses dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Dari Kota Kuningan, untuk menuju Buper Pakembangan hanya butuh waktu tempuh sekitar 20-30 menit. Dengan jalur yang memiliki topografi berbukit, berhawa sejuk, serta menyajikan keindahan Hutan Pinus, ada nuansa tersendiri saat menempuh perjalanan menuju Buper Pakembangan. • DR (Kom-PHT/Kng/Isp)
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Perhutani dan LMDH Jati Kunci
Tanam Perdana Sengon Laut
penanaman ini bertujuan untuk melakukan percepatan pemulihan hutan di wilayah KPH Penanaman sengon laut Bojonegoro. “Melestarikan hutan, menyelamatkan Kunci pun telah disepakati. Adapun sumber mata air, meningkatkan bagi hasil panen kayu saat diproduksi kesuburan tanah, dan mencegah nanti adalah 55% untuk LMDH dan terjadinya bencana alam. Diharapkan 45% untuk Perhutani. Selama proses juga dapat menyejahterakan berlangsung, LMDH menanggung masyarakat di sekitar hutan,” biaya penanaman, perawatan, dan tambahnya. pengamanan, sedangkan Perhutani Pola kerja sama yang terjalin memberikan bimbingan teknis dan di antara Perhutani dan LMDH Jati pendampingan. • DR (Kom-PHT/Bjn/Mkm)
Ciamis - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis dan Pemerintah Kabupaten Ciamis melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait Pengembangan Ekowisata di Pendopo Kabupaten Ciamis, 9 Februari 2018. Menurut Administratur KPH Ciamis, Mulyadi, MoU ini dilaksanakan untuk mengembangkan wisata yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis. Sebab, kawasan tersebut sebagian besar masuk wilayah Perum Perhutani. Mulyadi pun berharap, MoU ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan pembangunan wisata sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. “Banyak destinasi wisata unggulan yang ada di Kabupaten Ciamis, saat ini Curug Tujuh dan Curug Salosin menjadi prioritas kita,” ujarnya. Sementara itu, Bupati Ciamis, Iing Syam Arifin, menyampaikan
Perhutani dan Pemkab Ciamis
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Bojonegoro - Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jati Kunci, melaksanakan kegiatan tanam perdana sengon laut pada 13 Januari 2018. Lokasinya di atas lahan seluas 52.8 Hektare di RPH Babat, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro, Jawa Timur. Kegiatan ini didukung oleh Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bojonegoro, Nur Yasin, dan 200 peserta kelompok bela diri Setia Hati Terate Ranting Balen Bojonegoro. Menurut Administratur KPH Bojonegoro, Daniel Budi Cahyono,
Tandatangani MoU Pengembangan Ekowisata
Dok. Kom PHT®2018
rasa syukur dan terima kasih kepada Perum Perhutani KPH Ciamis atas MoU yang telah dilaksanakan. Ia berharap, di masa depan wisata yang ada di Kabupaten Administratur KPH Ciamis, Mulyadi (ketiga dari kiri) dan Ciamis menjadi Bupati Ciamis, Iing Syam Arifin (keempat dari kiri) setelah lebih maju dan penandatanganan MOU Pengembangan Ekowisata berkembang, serta dapat memberi manfaat besar, kita dapat mengoptimalkan baik untuk Perhutani, maupun bagi pembangunan sektor pariwisata masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan ekonomi Kabupaten Ciamis. masyarakat, membentuk Kepala Dinas Pariwisata penyerapan tenaga kerja, memberi Kabupaten Ciamis, Toto Marwoto, nilai penghasilan, dan akhirnya menambahkan, “MoU ini merupakan mengangkat harkat serta martabat langkah baru dan langkah maju masyarakat Ciamis.” • DR (Kom-PHT Ciamis/ bagi masyarakat Ciamis. Semoga Bun).
DUTA Rimba 63
LINTASRIMBA
Dirut Perhutani Berikan Penghargaan Atas
Dok. Kom PHT®2018
Kinerja 2017
Direksi Perhutani dan penerima penghargaan Inovasi dan Implementasi Terbaik The 4 DX (Diciplines of Execution)
Jakarta - Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, memberikan penghargaan kepada pemenang Inovasi dan Implementasi Terbaik The 4 DX (Diciplines of Execution) tahun 2017, di Aula Pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM Perum Perhutani di Madiun, 12 Januari 2018. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi perusahaan terhadap prestasi karyawan. “Pemberian Penghargaan 4 DX kepada karyawan yang menerapkan 4 DX secara utuh dan menyeluruh dalam semua proses bisnis Perhutani, serta penghargaan inovasi diberikan untuk meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan dan meningkatkan prestasi kerja karyawan,” kata Denaldy.
64 DUTA Rimba
Sesuai Surat Keputusan Nomor 2351 /KPTS/DIR/2017, pemberian Penghargaan Implementasi Terbaik The 4 DX diberikan kepada Divisi Pemasaran, KPH Bojonegoro, KPH Telawa, dan KPH Sukabumi. Dan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 2352/KPTS/DIR/2017, Penghargaan untuk Pemenang Inovasi Tahun 2017 diberikan kepada Wismo Tri Kancono (KPH Bandung Utara): terobosan fenomenal Wisata Puncak Bintang dan Rainbow Water Falls/Curug Cimahi; Aris Wibowo (Puslitbang Cepu): Perbanyakan vegetative dengan stek pucuk; Marsudi Suharto (KPHW II Madiun): Sistem monitoring dan evaluasi RTT plus online; Budi Widodo (KPH Mojokerto): Bajos pucuk, solusi percepatan perbanyakan pinus bocor getah; Harnoto (Puslitbang
Cepu): Model pengepakan bibit JPP stek pucuk, upaya pengiriman jarak jauh; Budi Widodo (KPH Mojokerto): Kalender Sadapan, Produksi getah, dan Padang Jayanto (Puslitbang Cepu): Metode penyimpanan pucuk jati dan kayu putih. Kegiatan tersebut dilaksanakan tanggal 10-12 Januari 2018. Agenda acaranya adalah evaluasi kinerja 2017, rencana kerja 2018, serta kontrak manajemen. Rangkaian acara itu diselingi kegiatan Outbond di Mojosemi Resort Park Madiun. Acara tersebut diikuti oleh segenap KPHW, Administratur, General Manager, Kepala Departemen, Kepala Divisi, KSPI, Wakil Kepala Divisi Regional, Kepala Divisi Regional, segenap BOD, serta Plt Direktur/General Manajer/Kepala Divisi Anak Perusahaan. • DR (Kom.PHT/ Kanpus/Hry)
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Perhutani Berikan 3,5 M
Dana Sharing ke 68 LMDH dan mendampingi penyerahan dana sharing tersebut Kepala BPH I Wilayah Blora & Grobogan Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah, Forkopimda Kabupaten Blora, Sekda Kabupaten Blora, Ketua DPRD Kabupaten Blora, Kapolres Blora, Dandim Blora, dan Ketua Forum Komunikasi PHBM Kabupaten Blora. Mewakili Kepala Divisi Regional Jawa Tengah Perum Perhutani, Weda Panji Hudaya mengatakan, tahun ini terdapat sumber sharing baru, yaitu Sharing Pengelolaan Wisata sebesar Rp 3.683.168. Memang jumlahnya relatif kecil, karena baru mulai tahun 2017. Diharapkan, ke depan LMDH bisa terdorong untuk lebih menggali serta mengoptimalkan potensi wisata dan hortikultura di kawasan hutan, sehingga tak hanya berharap pendapatan dari dana sharing kayu saja. Djoko Nugroho mengucapkan terima kasih kepada Perum
Perhutani atas dana sharing yang diberikan. Ia juga berterima kasih kepada Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan bantuan bibit hortikultura kepada LMDH. “Pembagian dana sharing ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Atas nama seluruh masyarakat, pemerintah, dan LMDH, kami mengucapkan terima kasih kepada Perum Perhutani atas pemberian dana sharing ini. Pesan saya kepada LMDH, gunakan dana ini dengan baik, sesuai aturan. Insya Allah akan membawa kemakmuran bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah untuk bantuan bibit hortikultura bagi LMDH. Kami mohon pendampingan dari Dinas Pertanian Kabupaten Blora, agar bantuan bibit ini bisa berhasil,” urai Djoko. • DR (KomPHT/DivreJateng/Ayk)
Dok. Kom PHT®2018
Jawa Tengah - Enam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di lingkup Perum Perhutani menyerahkan dana sharing produksi kayu dan non kayu sebesar Rp 3,5 miliar kepada 68 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ada di wilayah kerjanya. Kegiatan tersebut diadakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, 16 Januari 2018. Keenam KPH tersebut adalah KPH Blora, KPH Cepu, KPH Randublatung, KPH Mantingan, KPH Kebonharjo dan KPH Ngawi. Bupati Blora, Djoko Nugroho, secara simbolis melakukan penyerahan dana sharing tersebut kepada para perwakilan LMDH dari masing-masing KPH. Expert Perlindungan Hutan Perum Perhutani Regional Jawa Tengah, Weda Panji Hudaya, hadir mewakili Kepala Divisi Regional Jawa Tengah. Turut hadir pula di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora
Bupati Blora, Djoko Nugroho memberikan simbolis penyerahan dana sharing kepada LMDH
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 65
LINTASRIMBA
Perhutani dan Toyota
Dok. Kom PHT®2018
Bangun Taman Sakura di Gunung Lawu
Urut dari kiri : Gubernur Jawa Tengah (Ganjar Pranowo), Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah (Adi Pradana), Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Jepang di Indonesia (Kozo Honsei), Presiden Direktur PT TMMIN, Warih Andang Tjahjono
Karanganyar - Perum Perhutani bekerjasama dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) melalui program Toyota Forest, kembali menunjukkan komitmen penghijauan dengan membangun Taman Wisata “Sakura Lawu” (Sakral). Taman Sakral dibangun di wilayah hutan Perum Perhutani Petak 34-1 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Blumbang dan petak 37-1 RPH Tlogodringo, Bagian Kesatuan pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu DS, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Peresmian pembangunannya dilakukan pada 27 Januari 2018. Sejumlah instansi turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, antara lain Kementerian
66 DUTA Rimba
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPTP DAS Solo), Lipi Kebon Raya Cibodas, dan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal itu menunjukkan, penanaman pohon sakura menyinergikan berbagai instansi dari bidang akademi, bisnis, komunitas, dan pemerintah. Peresmian Pembangunan Taman Sakura Lawu ditandai dengan penanaman pohon sakura dari Jepang oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang didampingi Bupati Karanganyar, Juliyatmono; Counselor Trade & Invest & Industry Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Taro Aaki; Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Kozo Honsei; Presiden Direktur PT TMMIN, Warih Andang Tjahjono; dan Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Adi Pradana. Pembangunan Taman
Sakura Lawu merupakan tanda persahabatan yang sudah terjalin dengan baik selama 60 tahun antara Negara Indonesia dan Jepang. Adi Pradana berharap di masa depan, mereka dapat berperan memberikan manfaat positif terhadap keanekaragaman ekosistem serta kualitas lingkungan. “Misi utama Perhutani adalah berkolaborasi dengan para mitra untuk meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Harapannya pembangunan Taman Wisata Sakura di Lawu ini bisa menjadi wahana edukasi generasi muda bahwa ada bunga sakura dari Jepang yang bisa ditanam dan tumbuh dengan baik disini yang tidak kalah indah dengan yang ada di negara asalnya serta mempererat hubungan Perhutani dengan para mitranya,” jelasnya. • DR (Kom-PHT/DivreJateng/Isa)
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Di Saradan, Perhutani Kembali
Surabaya - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan menerima Penghargaan Gubernur Jawa Timur terkait Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award). Piagam Penghargaan Gubernur Jawa Timur itu diterima oleh Administratur Utama Perhutani KPH Saradan, Djohan Surjoputro. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Hanif Dhakiri, didampingi Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menyerahkan penghargaan tersebut secara simbolis dalam upacara peringatan bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Ballroom Hotel Grahadi, Surabaya, 12 Januari 2018. Perhutani KPH Saradan meraih penghargaan tersebut karena prestasi mereka dalam pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Mereka mencapai 7.463.506 Jam kerja tanpa kecelakaan kerja (Zero Accident) terhitung sejak 1 November 2010 sampai dengan 31 Oktober 2017. Penghargaan ini cukup prestisius bagi KPH Saradan. Sebab, ini adalah penghargaan Zero Accident yang kedelapan kalinya mereka terima. Dibandingkan beberapa Instansi Pemerintah dan Perusahaan yang mendapatkan penghargaan Zero Accident, Perhutani KPH Saradan terbilang yang paling sering mendapatkannya. Itu artinya, angka kecelakaan kerja di wilayah kerja mereka relatif minim. Saat menyampaikan sambutan Menteri Tenaga Kerja
Dok. Kom PHT®2018
Raih Zero Accident Award
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Penghargaan Zero Accident KPH Saradan
dan Transmigrasi, Hanif Dhakiri menegaskan, “Peringatan hari K3 tahun 2018 ini merupakan terobosan bagi bangsa Indonesia yang secara terus menerus berjuang, berperan aktif, dan bekerja keras secara kolektif dalam mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia berbudaya K3 tahun 2020.” Djohan mengaku senang dan bangga dengan diterimanya apresiasi dan penghargaan Zero Accident Award kedelapan yang diberikan kepada Manajemen Perum Perhutani KPH Saradan. Sebelumnya, mereka mendapatkan penghargaan Zero Accident dari Walikota Madiun tahun 2016, dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2013, serta dari Gubernur Jawa Timur selama empat kali berturut-
turut yaitu tahun 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018. “Ini merupakan hasil kerja keras dari manajemen Perhutani KPH Saradan untuk menerapkan K3 dalam usaha untuk menekan terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan Perum Perhutani KPH Saradan,” ujarnya. “Salah satu penyebab kecelakaan kerja tersebut adalah kesadaran di kalangan masyarakat industri baik dunia usaha maupun pekerja yang masih harus ditingkatkan. Penerapan sistem manajemen K3 harus dioptimalkan dan sekaligus meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan yang lebih kuat, agar K3 benar-benar menjadi budaya dan perilaku di masyarakat Industri,” tambah Hanif Dhakiri. • DR (Kom-PHT/ Srd/wrn)
DUTA Rimba 67
WARISANRIMBA
Menyusuri Lorong Waktu dengan
Kereta Tua Anda yang suka menonton televisi pada pertengahan tahun 1970-an hingga awal 1980an, tentu ingat film serial “Time Tunnel”. Film petualangan tentang sekelompok orang yang dapat berpindah ruang dan waktu melalui alat yang disebut terowongan waktu. Nah, di KPH Cepu Anda tak perlu melewati terowongan waktu untuk menikmati sensasi masa lalu. Cukup naik kereta tua di lokasi Loco Tour, Anda akan merasakan seolah-olah dilemparkan ke masa lalu dan menikmati sensasi petualangan baru.
M
omen acara PisahSambut Adminitratur Utama (ADM) dari pejabat sebelumnya, Yudha Suswardanto kepada pejabat baru, Agus Yulianto, membawa sensasi tersendiri. Sebab, acara pada Rabu, 17 Januari 2018 tersebut berbarengan dengan launching tempat wisata yang diberi label Heritage Loco Tour. Acaranya pun digelar di halaman Stasiun Heritage Trainz Loco Tour, yang berada di wilayah kerja KPH Cepu, tepatnya di Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa-tengah. Launching program Heritage Loco Tour sekaligus pisah-Sambut Aministratur Perhutani KPH Cepu
68 DUTA Rimba
tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Blora H Arif Rohman, Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora Kunto Aji, serta wakil dari kalangan Perhotelan dan Perbankan yang menjadi mitra dalam program wisata ledendaris Loco Tour. Ketika itu, di depan peserta launcing program loco tour, Yudha Suswardanto menjelaskan, pengoperasian alat transportasi lokomotif tua itu bermula dari kegiatan Pemerintah Kolonial Belanda yang menggunakan moda transportasi lokomotif yang telah berumur ratusan tahun itu untuk mengangkut kayu jati dari kawasan hutan ke dalam TPK yang ada di wilayah Cepu. “Saat itu, Pemerintah Belanda melakukan eksploitasi hasil hutan
berupa kayu jati dari kawasan hutan di sekitar Gubug Payung menuju TPK Batokan di Cepu, menggunakan sarana lokomotif. Menurut catatan kami, rangkaian loko buatan Jerman pada sekitar tahun 1820-an tersebut awalnya didatangkan ke Indonesia berupa rangkaian loko uap sebanyak 3 buah. Kemudian ditambah dengan loko bermesin diesel yang juga dibuat di negara Jerman. Seiring dengan perkembangan zaman, alat transportasi untuk angkutan hasil hutan tersebut sekarang sudah berganti dengan menggunakan mobil,” jelasnya. Pengoperasian kembali lokomotif yang digerakkan dengan mesin uap sebagai wahana wisata ini membuat Blora kini punya ikon wisata baru bertaraf nasional. Kereta uap. Bukan kereta uap biasa, tetapi yang tertua di Blora. Pada moncong lokomotif kereta uap itu tertera angka 1928, yang menunjukkan tahun produksi kereta berbahan bakar kayu tersebut. Ada sejumlah gerbong yang telah disiapkan untuk mengangkut penumpang guna kepentingan berwisata. “Dengan pengaktifan kembali kereta tua ini, kami berharap bisa mengangkat sektor wisata di Kabupaten Blora. Karena kereta ini sudah terbilang tua dan ketika kami coba memang kondisinya masih prima. Kereta ini akan menempuh
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
rute di sekitaran KPH Cepu,” kata Yudha kepada wartawan. Sementara itu, Wakil Bupati Blora, Arif Rohman, yang turut menghadiri acara peresmian Heritage Loco Tour tersebut menyatakan, mengapresiasi langkah KPH Cepu untuk memajukan sektor pariwisata di Blora. Ia pun berharap keberadaan wana wisata tersebut juga bisa mengangkat nama Kabupaten Blora di kancah nasional. “Ini sebetulnya bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang berbeda dari yang lain. Dinas pariwisata dan dinas pendidikan nanti bisa kita sinergikan untuk membahas soal wisata ini. Ini bisa menjadi wisata edukasi. Pemerintah Kabupaten Blora sangat mendukung upaya Perhutani KPH Cepu mempertahankan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
wisata loco tour. Karena wisata ini bisa menjadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Blora. Kami akan bantu mempromosikan sekaligus menginformasikan ke negara asal lokomotif ini dibuat, yaitu Jerman. Bahwa di Blora masih ada peninggalan nenek moyang mereka berupa mesin lokomotif tua yang sampai saat ini masih bisa dinikmati,” ucapnya.
Rute yang Panjang Loco Tour merupakan sebuah paket perjalanan wisata menyusuri hutan jati di KPH Cepu, dengan menaiki rangkaian kereta api yang ditarik oleh lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun, Jerman, tahun 1928. Stasiun Heritage
Trainz Loco Tour di Desa Ngelo menjadi start point titik awal dari perjalanan wisata Loco Tour Cepu. Obyek utama perjalanan ini adalah menikmati suasana di dalam hutan jati (Tectoca grandis) yang dikelola Perhutani dengan memerhatikan asas kelestarian hutan. Menurut Yudha, pihak Perum Perhutani telah menyiapkan rute perjalanan sejauh 26 km untuk para wisatawan berkeliling di seputar KPH Cepu. Menyimak jaraknya, rute perjalanan Loco Tour sangat panjang. Maklum, ia memang dipersiapkan khusus untuk kaum wisatawan. Rutenya berturut-turut melintasi hutan jati di wilayah BKPH Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo, Cabak, dan Nglebur.
DUTA Rimba 69
Dok. Kom PHT®2018
WARISANRIMBA
Prewedding dengan latar loco tour
Di dalam ketataprajaan, lokasilokasi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, dan Jiken yang termasuk wilayah Kabupaten Blora. Selain itu, loco tour juga melewati dua wilayah lain yang masuk wilayah Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, Jawa Timur. “Khusus lokomotif uap ini, memang bahan bakarnya lebih mahal karena menggunakan kayu. Sistemnya kami gunakan semacam carter, begitu. Dengan biaya tujuh belas juta rupiah, nanti menempuh rute dari Ngelo sampai Gubug Payung di Kecamatan Jepon,” ujarnya. Selain lokomotif tua buatan tahun 1928, ada sejumlah objek wisata yang bisa disaksikan di dalam paket Loco Tour, antara lain Bengkel Traksi, TPK Batokan, Bergojo, Kegiatan Pengelolaan Hutan Jati
70 DUTA Rimba
berprinsip pada asas kelestarian hutan (penanaman, pemeliharaan, tebangan, saradan,angkutan), serta Gubug Payung. Oya, Bergojo adalah semacam tempat penampungan air yang terletak di tengah hutan dan dibuat untuk keperluan lokomotif. Di lokasi Heritage Loco Tour tak hanya ada kereta uap. Di sana juga terdapat kereta bermesin diesel dengan bahan bakar yang jauh lebih murah. Kereta tersebut nantinya akan digunakan setiap hari untuk melayani para wisatawan dengan tarif yang jauh lebih murah. “Kereta Ruston, namanya. Produksi tahun 1970-an. Ini nanti warga bisa naik dengan tarif lima belas ribu rupiah per orang. Rute perjalanannya sampai ke Pusbang lalu kembali lagi ke sini. Saat ini sudah berjalan. Setiap hari Sabtu dan Minggu sudah ramai,” imbuh Yudha.
Membawa Kebahagiaan Ada beberapa paket heritage loco tour yang ditawarkan. Mulai loco tour kereta Drensine, loco tour kereta Ruston, hingga loco tour kereta uap Bahagia buatan Jerman. Yudha menyatakan, wisata heritage loco tour ini akan beroperasi setiap hari. Tiket masuknya untuk Senin sampai Jumat adalah Rp 3000, sedangkan Sabtu dan Minggu adalah Rp 5000. Setiap hari kami buka
pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Untuk loco tour kereta ‘Drensine’, sekali jalan biayanya Rp 50.000, dengan penumpang maksimal 6 orang dewasa. Sedangkan loco tour Kereta Ruston dengan rute dari Depo ke TPK Batolan beroperasi setiap Sabtu dan Minggu. Dengan jumlah penumpang 25 orang per gerbong, per orangnya membayar Rp 15.000 atau paket sewa sebesar Rp 750.000 per gerbong. “Khusus loco tour Kereta Uap Bahagia, biayanya lebih mahal yaitu sembilan jutaan Rupiah untuk jarak minimal dari Depo menuju Jembatan Batokan. Sebab, operasionalnya mahal karena membutuhkan banyak kayu jati sebagai bahan bakar. Sedangkan untuk paket jalur maksimal hingga Gubug Payung, memerlukan biaya hingga tujuh belas jutaan Rupiah,” jelas Yudha. Yudha Suswardanto menambahkan, untuk sementara ini para wisatawan bisa menikmati jalur loco tour mulai dari stasiun utama di Bengkel Traksi di KPH Cepu sampai pusat pengembangan dan penelitian hutan yang berjarak sekitar 3 kilometer. Menurut dia, tak lama lagi, untuk menunjang sektor kepariwisataan yang dimiliki oleh Perhutani, akan dibuka lagi jalur loco tour sampai ke Gubug Payung dengan jarak sekitar 10 Kilometer. Perhutani KPH Cepu tak sendirian menggarap Heritage Loco Tour. Sebab, perlu ada kerja sama yang baik antara pihak Perhotelan, Perbankan, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata, Pers, dan semua pihak yang terkait. Hal itu disadari betul oleh Perhutani KPH Cepu. “Untuk memajukan wisata loco tour, semua pihak memang harus saling mendukung, sehingga akan tercipta multiplier effect dari keberadaan wana wisata ini. Pihak perhotelan akan berupaya
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
untuk menarik wisatawan untuk meningkatkan jumlah hunian dan pihak lain pun saling mendukung, sehingga tercipta hubungan yang saling menguntungkan semua pihak,” Kata Yudha.
C2902, 1 buah Drensin buatan Jepang merk Honda, 1 buah Drensin hasil modifikasi dari jenis Colt T120, serta Lori onthel. Loko B (Bahagia), lori onthel, maupun drensin, saat ini masih dapat dioperasikan dan dinikmati oleh wisatawan. Mesin-mesin tua itu masih tangguh menjelajah wilayah, meski zaman sudah berubah dan masa kejayaan mereka pun telah berlalu. Tetapi dengan kereta ini, penumpang bisa menikmati sensasi perjalanan dengan total rute sepanjang 26 km yang penuh pemandangan indah hutan jati, tempat penimbunan kayu (TPK), desa-desa di tepi hutan, dan persemaian di Puslitbang Perhutani.. Kendati biaya operasionalnya cukup mahal karena berbahan bakar kayu jati, kereta tua ini masih sering melayani tamu-tamu, baik lokal maupun mancanegara. Pengunjung lokal yang pernah mencoba, antara lain Komunitas Pecinta Kereta Indonesia. Sedangkan pengunjung mancanegara kebanyakan datang dari Eropa dan Jepang. Biaya yang mencapai belasan juta untuk sekali perjalanan dengan kereta tua ini tentunya akan
Bengkel Traksi atau Depo Loco Tour sendiri merupakan peninggalan sejarah masa pemerintahan Belanda, jauh sebelum Indonesia Merdeka. Tempat bersemayamnya lokoloko tua milik Perum Perhutani ini dibangun sekitar tahun 1911. Jaringan relnya dibangun tahun 1915 dan merupakan salah satu jalur rel tertua di Pulau Jawa, bahkan di Indonesia. Di masa itu, jaringan rel kereta api di dalam kawasan hutan jati Cepu dibangun. Panjang relnya mencapai 300 km dengan lebar sepur (kereta) 1.076 mm. Pemilihan lebar sepur ini diperkirakan untuk memudahkan sambungan jalan rel lintas utama Semarang – Surabaya. Keberadaan jaringan kereta api di hutan Cepu tentu tidak dapat dilepaskan dari fungsi utama pengoperasian lokomotif uap kala itu, yaitu sebagai alat transportasi pengangkut hasil hutan. Saat ini, alat transportasi warisan masa lalu itu masih tersimpan dan terawat dengan baik. Ada beberapa lokomotif tua yang tersimpan di Depo loko / Bengkel Traksi Perum Perhutani KPH Cepu, antara lain 4 lokomotif bersaudara buatan Berliner Maschinebau –Actien Gesellschft (BMAG) Jerman yang masing-masing diberi nama “Tujuh Belas”, “Augustus”, “Bahagia”, dan “Madjoe”. Khusus lokomotif “Madjoe”, kini lokomotif itu telah dijadikan monumen di Kompleks Gedung Manggala Wanabakti Jakarta. Selain itu, juga ada 2 lokomotif langsir uap buatan Du Croo dan Braun. Juga ada 1 lokomotif Hanomag tahun 1922 Exs PJKA
ISTIMEWA
Peninggalan Sejarah
terbayar dengan sensasi perjalanan yang tak terlupakan. Di dalam sejarah, Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, juga pernah menjajal naik kereta itu tahun 1947. Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto, juga pernah naik kereta yang sama ketika meresmikan Industri Pengolahan Kayu (IPK) di Cepu. Tokoh lain yang pernah merasakan sensasi kereta tua itu di antaranya adalah dua Mantan Menteri Kehutanan, Djamaludin Suryohadikusumo dan M Prakoso, serta Siswono Yudo Husodo yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Menyimak rangkaian perjalanannya, tak berlebihan jika Heritage Loco Tour Cepu menjadi salah satu ikon wisata yang pantas dilirik wisatawan. Faktanya, kini Heritage Loco Tour Cepu kian dilirik dan kerap dijadikan lokasi bagi para pasangan yang ingin membuat foto pra nikah (pre-wedding) mereka. Dan perjalanan melintasi waktu pun kian menarik bersama Heritage Loco Tour Cepu. Sungguh sebuah warisan sejarah yang sangat perlu disambangi. Salam! • DR
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 71
ENSIKLORIMBA
Manglid
Penghasil Kayu Kuat, Padat, dan Mengkilat
L
aporan Ekspedisi Manglid Rimpala dari Institut Pertanian Bogor tahun 2002 menyebutkan, hasil pengamatan terhadap kondisi tegakan Manglid yang ada di 3 desa di kawasan Gunung Salak, tepatnya daerah Kawah Ratu, Ciapus, dan Cidahu, ternyata diketahui hanya ditemukan tingkat pohon 40 batang, 97 tingkat tiang, 35 tingkat pancang, 22 tingkat semai, dan 70 tunggak bekas tebang atau tumbang. Artinya, jumlah pohon dan jumlah tiang Manglid relatif sedikit, kerapatan tingkat permudaan (semai dan pancang) tak terlalu besar, serta adanya tunggak-tunggak bekas penebangan yang relatif banyak. Data tersebut cukup memunculkan kekhawatiran yang teramat sangat tentang kelangkaan pohon bernama ilmiah Manglietia glauca Bl dan nama botani Magnolia Blumei PRANTL. Laporan menunjukkan, hingga kini budi daya manglid baros masih sangat kurang, sedangkan laju pengurangan tanaman di habitatnya sangat cepat. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pengamat jenis-jenis tumbuhan andalan setempat. Sehingga, perlu penyikapan serius terhadap upaya perbanyakan tanaman itu.
72 DUTA Rimba
Tumbuhan dari famili Magnoliaceae ini punya sejumlah nama. Ia dikenal dengan nama daerah Baros dan Manglid di masyarakat Sunda; Baros, cempaka bulus (Jawa); Cempaka, Kepelan (Bali); Jatuh (Karo); serta Madang limpaung, Sitibai (Minangkabau). Belakangan, muncul kekhawatiran yang teramat sangat akan adanya ancaman kelangkaan terhadap manglid. Sampai saat ini, perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji belum banyak diketahui. Sebab, benih mempunyai viabilitas rendah. Daya simpan atau ketahanan biji manglid rendah, yaitu bersifat rekalsitran (tidak tahan disimpan lama), hanya berkisar antara 2-5 minggu. Setelah lewat waktu tersebut, biji akan sulit tumbuh. Sedangkan kloning tanaman Manglid sebagai alternatif untuk perbanyakan dengan perlakuan yang telah diberikan, ternyata hasilnya tidak berhasil tumbuh seperti yang diharapkan.
Jenis Kayu yang Disukai Pohon manglid adalah penghasil kayu yang disukai. Terutama untuk konsumen di Jawa Barat dan Bali.
Masyarakat di wilayah tersebut sangat menyukai manglid, karena selain kayunya mengkilat, juga memiliki struktur yang padat, halus, ringan, dan kuat. Kekuatan kayunya digolongkan dalam kelas III dan keawetannya kelas II. Di Jawa Barat dan Bali, manglid banyak digunakan sebagai bahan baku jembatan dan perkakas. Kekuatan dan keawetannya itulah yang membuat manglid juga menjadi jenis kayu yang sering dijadikan bahan baku pembuatan jembatan, perkakas rumah, dan barang-barang lain. Keuntungan lain dari kayu Manglid adalah karena kayunya ringan, dengan berat jenis (bj) 0,41 sehingga mudah dikerjakan. Proses pengeringan kayu manglid butuh waktu 4 bulan, dengan cara kering
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 73
angin dengan ketebalan papan 40 mm dan mencapai 320-580 kg/m3 dengan kadar air 15%. Selain itu, ekstrak daun manglid dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis oleh fraksi kloroform pada konsentrasi 2,5 persen . Sedangkan jamur Alternaria solani (jamur pada tomat) dan Sclerotium oryzae (jamur pada padi). Fraksi kloroform dapat menghambat pertumbuhan mulai tampak pada konsentrasi 0,5 persen dan pada 1,5 persen jamur tersebut tidak tumbuh sama sekali. Pohon manglid merupakan tumbuhan asli dataran tinggi. Pohon ini dapat mencapai tinggi 25 hingga 40 m dengan bebas cabang 25 m dan diameter mencapai 150 cm. Manglid tumbuh baik secara berkelompok pada tanah yang subur dan selalu lembab, khususnya di ketinggian 900 – 1700 mdpl dalam hutan campuran yang lembab. Tajuk manglid membulat, lebat, serta percabangannya berbentuk garpu yang dimulai jauh dari atas tanah. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau elips melebar, kebanyakan bulat telur memanjang, ukuran 13-18 cm, dan panjang kadang mencapai 25 cm. Ujung dan pangkal daun runcing, tangkai daun panjang. Tidak berbulu, permukaan bawah daun berwarna abu-abu kebiruan, permukaan atas hijau muda agak mengkilap, dan tersusun spiral. Bunga terminal, soliter, besar, tangkai panjang 2,5 - 4 cm, berwarna kuning muda, harum, kelopak 9-13 tersusun dalam 3 lingkaran, benang sari banyak dan tersusun spiral, tangkai benang sari panjang atau pendek. Ovary ada 4 atau lebih pada masing-masing karpel. Penyerbukan dibantu oleh lebah madu dan berbunga sepanjang tahun. Buah majemuk, berbentuk kerucut (kegelvormig) panjang 6-8 cm. Pada
74 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2018
ENSIKLORIMBA
permukaan buah berwarna hijau dengan titik-titik putih, kemudian menjadi coklat hitam. Biji berwarna merah, 2-6 banyaknya, kadang sampai 12. Bahan untuk bibit manglid biasanya didapat saat musim bunga yang terjadi bulan Oktober – Desember. Buah manglid berbentuk cone, yaitu dalam satu buah terdapat banyak ruang yang setiap ruangnya berisi satu benih seperti buah srikaya. Benihnya memiliki sifat masak buah yang berkaitan dengan waktu pengunduhan dan cara penanganan benih yang khas. Buah dapat diunduh jika benih sudah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna kulit buah hijau tua kecoklatan dengan warna benih merah. Ekstraksi benih dilakukan dengan cara menjemur buah sampai ruang-ruang benih terbuka. Setelah itu, benih dikeluarkan dengan cara mengetuk-ketuk buah di atas tampah sampai benih keluar. Kulit benih yang berwarna merah lalu dikelupaskan dari benihnya, agar benih mudah berkecambah.
Kemudian, benih dipisahkan dari kotoran-kotoran sisa ekstraksi. Viabilitas benih mudah turun sehingga harus segera ditabur. Lalu, budi daya tanaman dapat dilakukan. Media tabur untuk persemaian manglid yaitu berupa tanah topsoil dicampur dengan pupuk kandang. Media lain yang dapat digunakan untuk mengecambahkan biji Manglid adalah abu sekam bakar dengan prosentase berkecambah dapat mencapai 51,3%. Setiap kilogram berisi lebih kurang 41.500 benih kering, dapat disimpan sampai 5 minggu. Pada 2 minggu pertama perkecambahan akan meningkat dan daya berkecambah antara 55 - 70 %. Di Jawa Barat, sudah dilakukan penanaman dengan masa penebangan setiap 35 tahun dengan hasil 12,1m³ per hektare. Bedeng tabur harus dinaungi dengan atap padi, alang-alang, rumbia atau sarlon. Intensitas naungan sebesar 40% memberikan pengaruh yang nyata terahadap pertumbuhan tinggi, diameter dan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
berat basah tanaman pada bibit yang berumur 3 bulan. Media sapih yaitu menggunakan tanah topsoil yang dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Pertumbuhan diameter, tinggi dan jumlah daun bibit yang terbaik yaitu menggunakan campuran media tanah + pupuk kandang + pasir (1:1:1). Biji manglid sebaiknya berasal dari pohon induk yang baik yang diperoleh dengan cara mengambil pada saat biji sudah tua dan masih menempel pada tangkainya. Jika biji sudah jatuh biasanya sudah dimakan oleh semut, sehingga mengurangi kualitasnya. Setiap kilogram berisi lebih kurang 41.500 benih kering, dapat disimpan sampai 5 minggu dimana pada 2 minggu pertama perkecambahan akan meningkat dan daya berkecambah antara 55 – 70 %.
dan pada saat bibit berumur 3 bulan dengan pupuk urea. Bibit siap ditanam jika telah berumur 4 bulan dan sudah mencapai tinggi sekitar 30 - 40 cm. Untuk pengangkutan bibit, lebih baik jika dilakukan pagi atau sore hari. Sedangkan waktu dan pelaksanaan penanaman diusahakan ketika awal musim hujan atau saat curah hujan cukup merata. Selanjutnya tahap pemeliharaan, yaitu terdiri dari penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan penjarangan. Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik. Penyiangan artinya membebaskan tanaman pokok dari tanaman
pengganggu dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman. Penyiangan dilakukan tahun permulaan agar pertumbuhan manglid tidak terhambat. Pendangiran yaitu penggemburan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Pemangkasan, artinya melakukan pemotongan cabang pohon, karena sifat pohon manglid yang memiliki cukup banyak ranting. Dan penjarangan, yang dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman manglid yang tinggal. Penjarangan dilakukan pada umur 5 -7 tahun. • DR
Manglid termasuk jenis tanaman intoleran, ditanam pada tempat terbuka. Penanamannya diawali dengan pengolahan tanah. Tanah dicangkul sampai halus dan tidak ada bongkahan tanah, dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm dengan jarak tanam 3 x 1,5 m atau 3 x 3 m. Lalu masukkan pupuk dasar (pupuk kandang yang telah matang ke dalam lubang tanam sebanyak 2 kg setiap lubang. Setelah itu dilanjutkan ke tahap pemeliharaan bibit manglid. Pemeliharaan bibit meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dengan frekuensi satu kali sehari. Pemupukan dilakukan 4 kali dengan pembagian waktu: ketika bibit berumur 20 hari dengan pupuk NPK 3 butir per tanaman, saat bibit berumur 35 hari dengan pupuk NPK 5 butir per tanaman, ketika bibit berumur 2 bulan dengan pupuk urea,
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Pengadaan Bibit dan Penanaman
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Famili : Magnoliaceae
Spesies : Manglietia glauca Bl
DUTA Rimba 75
Dok. Kom PHT®2018
RIMBADAYA
76 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Keripik Pisang
Oleh-oleh Lumajang Kabupaten Lumajang terkenal sebagai penghasil pisang. Ragam olahan dari pisang pun banyak dikembangkan di Lumajang. Hal itu mendasari Perhutani KPH Probolinggo bekerjasama dengan LMDH Wono Lestari mengembangkan kripik pisang. Kini, kripik pisang hasil budi daya mereka menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Lumajang.
S
ejak lama memang Lumajang dikenal sebagai Kota PIsang. Pisang-pisang yang ada di pasaran banyak didatangkan dari Lumajang. Bahkan, pisang yang selalu menjadi menu hidangan di Istana Negara Jakarta pun adalah pisang asal Lumajang. Jenis pisang yang biasa dipasok dari Lumajang antara lain adalah pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang kapok, pisang agung semeru, dan pisang mas kirana. Nah, jenis yang terakhir ini bahkan sudah dapat menembus pasar internasional. Permintaan pasar
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
internasional terhadap pisang mas kirana terbilang cukup besar dan menjadikan pisang mas kirana sebagai salah satu komoditas andalan. Di Lumajang, pisang mas kirana juga termasuk jenis pisang yang banyak ditanam. Bukan hanya dijual dalam bentuk buah. Pisang dari Lumajang juga disajikan dalam ragam olahan panganan. Salah satunya adalah keripik pisang. Keripik pisang itulah yang kini dikembangkan oleh Lembaga Masyarakat Desa (LMDH) Wono Lestari, Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Keripik pisang itu diolah
dengan bahan baku pisang yang dibudidayakan oleh Perhutani KPH Probolinggo bekerjasama dengan LMDH Wono Lestari. Usaha produksi dan pengelolaan keripik pisang tersebut berada di bawah struktur unit mandiri LMDH Wono Lestari. Penanggungjawabnya adalah Enis, Jabat, dan Wito. Jumlah anggota yang tergabung dalam unit usaha ini adalah 41 orang dengan omzet rata-rata 48 juta rupiah per bulan. Jenis Pisang yang menjadi bahan baku Keripik Pisang Lumajang produksi LMDH Wono Lestari adalah pisang agung. Sebab, pisang agung memiliki ketebalan dan tekstur yang pas untuk dijadikan keripik. Pisang agung juga tidak butuh waktu pengolahan tidak terlalu lama saat digoreng.
Hasilkan Milyaran Rupiah Kerja sama pembudidayaan pisang itu dilakukan dengan sistem agroforestry di kawasan hutan kelola Perhutani KPH Probolinggo. Kecamatan Senduro adalah daerah yang berada pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Petak hutan yang dikerjasamakan untuk pengembangan tanaman pisang itu seluas 60 hektare dengan hasil ratarata 2,5 ton per hektare. Dan melalui pembinaan yang intensif, Perhutani KPH Probolinggo berharap ada proses pengolahan lanjutan dari berbagai produk yang dihasilkan, sehingga memberikan penghasilan yang lebih tinggi. Selain kripik pisang, produksi pisang di sana juga dimanfaatkan untuk bahan baku utama produk pakan ternak, untuk mendukung usaha ternak sapi perah yang banyak terdapat di Senduro dan sekitarnya. Tentu keripik pisang bukan satu-satunya produk andalan LMDH Wono Lestari. Namun, kini keripik pisang itulah yang sedang menjadi
DUTA Rimba 77
RIMBADAYA sorotan. Secara total, pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang itu ternyata mampu menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dalam jumlah cukup besar. Catatan akhir tahun 2017 menyebutkan, dalam setahun PHBM tersebut minimal menghasilkan 4,6 Milyar Rupiah untuk 476 anggota LMDH Wono Lestari. Jika dibagi, setiap anggota tersebut dapat meraih 9,6 juta rupiah lebih dalam setahun atau setara dengan 800.000 rupiah lebih per bulan.
Beberapa orang masih kerap berpikir bahwa membuat keripik pisang itu susah. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Termasuk untuk menghasilkan produk olahan Keripik Pisang Lumajang yang terkenal dan disukai banyak orang karena rasanya yang nikmat dan gurih. Rasanya berbeda dibandingkan jika kita makan buah pisang itu secara langsung tanpa diolah. Betulkah mengolah Keripik Pisang Lumajang itu mudah? Betul. Cara membuat keripik pisang khas Lumajang itu dapat dipraktikkan di rumah. Kalau tak percaya, coba saja langkah-langkahnya. Pertama, kupas semua kulit pisang. Lalu iris tipis daging buah pisang dengan bentuk seperti koin logam. Sementara itu, siapkan wadah bersih, lalu tuang 1 liter air ke dalamnya. Masukkan kapur sirih ke dalam air itu, lalu aduk hingga tercampur rata. Setelah itu, masukkan pisang yang sudah diiris tipis tadi ke dalam air tersebut. Rendam selama kurang lebih 1 jam. Lalu siapkan wadah bersih lainnya. Kemudian, tiriskan pisang dan taruh pada wadah, lalu taburi
78 DUTA Rimba
Dok. Kom PHT®2018
Proses Pengolahan
Keripik pisang Kirana siap dikemas
Permintaan pasar internasional terhadap pisang mas kirana terbilang cukup besar dan menjadikan pisang mas kirana sebagai salah satu komoditas andalan. garam. Aduk sampai rata. Siapkan penggorengan dengan api sedang. Biarkan hingga minyak panas. Lalu, goreng pisang hingga berwarna coklat keemasan. Angkat keripik pisang dan tiriskan. Rebus 1 liter air dengan gula. Aduk hingga gula larut. Rebus
larutan gula itu dengan api sedang hingga mengental. Lalu, masukkan keripik pisang yang sudah digoreng tadi ke dalam rebusan gula. Aduk hingga semua pisang sudah terselimuti gula. Angkat dan tiriskan. Keripik pisang manis pun siap disajikan. • DR
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 79
BISNISRIMBA
Panen Raya Perdana
Kacang Tanah
Dok. Kom PHT®2018
di Hutan Bojonegoro
80 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas) MUI dan KSP menggandeng Perum Perhutani dan PT Garuda Food untuk meluncurkan Program baru bertajuk Agrikanas (Agribisnis Kacang Nasional). Hal itu merupakan tindak lanjut hasil-hasil Kongres Ekonomi Umat. Dan sebagai wujud kerja sama mendukung program Agrikanas, Perhutani KPH Bojonegoro bersama MUI dan Garuda Food melakukan panen raya perdana kacang tanah, di Bojonegoro, 5 Februari 2018.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
M
enteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, hadir dan memimpin acara panen perdana kacang hasil program Agrikanas tersebut di Bojonegoro, Jawa Timur. Di dalam kesempatan itu, Puspayoga didampingi oleh Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI, Azrul Tanjung; Komisaris GarudaFood Group, Hartono Atmadja; Bupati Bojonegoro, Suyoto; dan Kadivre Perum Perhutani Jawa Timur, Sangudi Muhammad. “Panen perdana kacang tanah dari program Agrikanas ini merupakan tindak lanjut dari hasil Kongres Ekonomi Umat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas) MUI, serta KSP menggandeng Perum Perhutani dan Garuda Food. Realisasi tahap pertama kemitraan itu dibuktikan dengan pelaksanaan Kegiatan Tanam Raya Perdana kacang pada 31 Oktober 2017 lalu,” kata Puspayoga. Kacang tanah hasil panen perdana itu merupakan tanaman yang ditanam sebagai bentuk realisasi tahap pertama kemitraan Perhutani dan Garuda Food. Ketika itu, pelaksanaan Kegiatan Tanam Raya Perdana Kacang Tanah tersebut diadakan tanggal 31 Oktober 2017 di Desa Dander, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Penanaman kacang tanah tersebut disaksikan langsung oleh Kepala Staf Presiden, Teten Masduki; Ketua Umum MUI Pusat, KH Ma’roef Amin; dan Chairman Garuda Food Group, Sudhamek AWS. Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jawa Timur, Sangudi Muhammad, menjelaskan, panen perdana kacang tanah yang merupakan bentuk dukungan terhadap program Agrikanas
DUTA Rimba 81
Dok. Kom PHT®2018
BISNISRIMBA
Foto Bersama setelah panen raya kacang tanah
(Agribisnis Kacang Nasional) kali ini menghasilkan sekitar 1,5 ton kacang tanah. “Petani bisa mendapatkan ilmu tentang budi daya tanaman kacang tanah dengan pola tanam yang benar, serta dengan adanya pendampingan, diharapkan hasil panen kacang menjadi lebih maksimal,” ucapnya. Guna mendukung program Agrikanas, Perhutani menyiapkan lahan hutan KPH Bojonegoro seluas 939.15 hektare untuk tahun 2018. Lahan itu tersebar di BKPH Dander seluas 130,6 hektare, BKPH Pradok seluas 47,2 hektare, BKPH Tengger seluas 197,3 hektare, BKPH Clebung seluas 253,6 hektare, BKPH Nglambangan seluas 237,1 hektare, serta BKPH Clangap seluas 73,35hektare.
Pilot Project Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dalam kesempatan panen tersebut menyatakan, pihaknya menyambut positif berjalannya Program Agrikanas. Sebab, dengan adanya pola kemitraan tersebut,
82 DUTA Rimba
Petani bisa mendapatkan ilmu tentang budi daya tanaman kacang tanah dengan pola tanam yang benar, serta dengan adanya pendampingan, diharapkan hasil panen kacang menjadi lebih maksimal kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah akan dapat terlibat langsung dalam rantai nilai usaha milik kelompok usaha besar, yaitu perusahaan seperti GarudaFood Group. Puspayoga pun menyebut, pemerintah mendukung program Kemitraan Ekonomi Umat ini karena dapat turut membantu mengembangkan para petani dan santri sebagai pelaku UMKM yang akan menjadi sumber ekonomi baru di Indonesia. “Mereka memiliki ketahanan ekonomi atau resiliensi yang tinggi, sehingga dapat menjadi penopang bagi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesia. Pengembangan ekonomi umat harus digerakkan oleh seluruh pihak terkait,” ujar Puspayoga. Kegiatan Tanam Raya Perdana
Kacang Tanah pada Desember 2017, yang dua bulan kemudian bermetamorfosis menjadi Kegiatan Panen Raya Perdana Kacang Tanah itu menjadi pilot project Program Agrikanas. Program ini menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi umat yang melibatkan banyak unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain Perhutani, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok Tani, PT Perkebunan Nusantara, organisasi kemasyarakatan (ormas), pondok– pondok pesantren, serta petani penggarap dan pihak swasta. Dari total luas 6,5 hektare tanaman kacang tanah sebagai pilot project, hasil panennya cukup besar. Sekitar 3 ton per hektare kacang tanah. Hasil panen tersebut sepenuhnya digunakan sebagai
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Pengembangan ekonomi umat Dok. Kom PHT®2018
harus digerakkan oleh seluruh pihak terkait Para peserta panen raya kacang tanah
bibit pada tanaman berikutnya. Bibit kacang tanah yang didapatkan tersebut kemudian akan ditanam di lahan seluas 2.200 hektare dengan hasil kotor sekitar 18 juta rupiah per hektare per panen. Perhutani berharap, pemanfaatan kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat dapat dioptimalkan seiring dengan kelestarian hutan yang tetap terjaga. Faktanya, pengelolaan hutan bersama masyarakat yang dilakukan KPH Bojonegoro dan LMDH yang melibatkan stakeholder lain itu pun berjalan dengan baik. Sedangkan Ketua LMDH Jati Makmur Desa Jono Kecamatan Temayang, Muji, berharap hasil panen akan melimpah dan ada akses pemasaran yang menguntungkan. Sehingga, diharapkan pemerintah dapat membantu permodalan pendirian koperasi LMDH dan anggotanya diberi kemudahan dalam membeli pupuk sebagai pendukung keberhasilan petani kawasan hutan.
Bisnis Agrikanas Inisiasi pelaksanaan program Agrikanas itu dibuat sebagai upaya untuk mengarahkan kebijakan, pendampingan, maupun monitoring dan evaluasi program agribisnis kacang nasional. Secara kolektif, strategi pelaksanaannya diatur oleh koordinator kolektif yang
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
terdiri dari MUI, Pemerintah (KSP dan Perhutani), serta pelaku usaha yang berkompeten (Garuda Food). Skema bisnis yang dikembangkan menggunakan sistem kerjasama syariah dengan pola bagi hasil yang dijalin antara Perhutani, LMDH dan Pinbas MUI. Upaya implementasi kemitraannya dilakukan dengan sistem konsep Inti-Plasma. Konsepnya meliputi pendampingan, penyiapan benih unggul, dan penyaluran offtaker. Pola pendampingan pun dikembangkan dalam program ini. Pendampingan tanam untuk benih Biga (Biji Tiga) dilakukan oleh tim dari GarudaFood sebagai Perusahaan Inti. Pendampingan motivasi dan mental dilakukan tim dari Pinbas MUI. Perhitungan bisnis dilakukan mengacu pada AUT (Analisis Usaha Tani) serta hasil panen diserap sepenuhnya oleh perusahaan Inti. Bisnis bisa dikembangkan dengan pola tanam, trading, dan industri rakyat. Nilai tambah yang didapatkan berupa income melalui industri rakyat, dan dapat dijual sebagai kabas (kacang basah) atau dalam bentuk kacang Ose, kacang Kulit kering, kacang olahan. Sebagai analisa gambaran usaha ini, setiap satu hektare lahan masing-masing petani butuh waktu 90 hari hingga panen. Lahannya
menggunakan lahan perhutani, biaya benih dan operasional awal dari GarudaFood, sedangkan biaya pupuk dan herbisida dari Pinbas MUI. Menurut Puspayoga, pemerintah mendukung program Kemitraan Ekonomi Umat ini karena dapat membantu mengembangkan para petani dan santri sebagai pelaku UMKM. Juga akan menjadi sumber ekonomi baru di Indonesia. Mereka memiliki ketahanan ekonomi atau resiliensi yang tinggi, sehingga dapat menjadi penopang bagi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesia. “Pengembangan ekonomi umat harus digerakkan oleh seluruh pihak terkait,” tambahnya. Sementara Komisaris Garuda Food Group, Hartono Atmadja, menambahkan, kemitraan ini memberikan kebermanfaatan tidak hanya untuk industri namun juga para Petani serta Santri. “Mereka mendapatkan ilmu dari pelatihan budidaya kacang tanah dan benih berkualitas yang kami berikan. Dan GarudaFood juga mendapatkan jaminan ketersediaan bahan baku kacang tanah,” kata Hartono. Sebagai sebuah pilot project, Agrikanas telah cukup menunjukkan hasil yang menjanjikan. Selanjutnya, diharapkan program ini akan terus memberikan hasil yang baik. Bravo! • DR
DUTA Rimba 83
POJOKKPH
Rimbawan Menyapa Siswa
di KPH Bojonegoro
Dok. Antaranews®2018
Ada banyak cara untuk menyampaikan pesan-pesan moral bertema Menjaga Kelestarian Hutan. Salah satunya dihelat Rimbawan dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur. Lewat kegiatan “Rimbawan Menyapa Siswa”, para siswa dari Tim Kreatif Pokja Adiwiyata SLTP mereka ajak mencintai hutan.
Sesi tanya jawab dengan siswa
84 DUTA Rimba
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Antaranews®2018
Pengisi Acara “Rimbawan Menyapa Siswa”
S
ejumlah 350 siswa anggota pokja Adiwiyata dari 17 lembaga pendidikan SLTP yang dikoordinir oleh Tim Kreatif Pokja Adiwiyata SMPN 1 Bojonegoro hadir dalam acara yabg digelar pada 19 Februari 2018 itu. Turut hadir sekitar 50 guru dari 17 lembaga SLTP di daerahnya termasuk SMPN 1 Bojonegoro. Kepala Dinas Pendidikan Hanafi dan Kepala Disbudpar Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid, pun turut hadir. KPH Bojonegoro telah tiga kali menghelat acara “Rimbawan Menyapa Siswa”. Acara yang diisi
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
dialog interaktif dan hiburan itu bertujuan memberikan pesanpesan moral tentang menjaga kelestarian hutan. Di dua kali kegiatan yang digelar sebelumnya, kegiatan itu dihadiri kalangan pelajar SLTA. KPH Bojonegoro memiliki wilayah kerja seluas 50.144 Hektare. Produksi utama KPH Bojonegoro adalah jati dan mahoni. Produksi log jati dari KPH Bojonegoro umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan industri furnitur di Jepara, Pasuruan, dan Surabaya. Administratur KPH Bojonegoro, Daniel Budi Cahyono, menjelaskan, “Rimbawan Menyapa Siswa” kali
ini dikemas dengan konsep EduTainment Seminar yaitu seminar yg diramu dengan tampilan hiburan, yang mengangkat tema “Cinta Hutan Cara Keren Jadi Remaja”. Di sesi hiburan, Alaska Band tampil di acara yang juga didukung tujuh “Duta Hutan Lestari”, yaitu Agna Apsadifia Solechah , Tikha Marantia, Lintang, Riska, Lia, Dimas dan Hasni, itu. Tujuh Duta Hutan Lestari tersebut merupakan pemenang Sylva Swara “Youth Singing Contest” yang digelar KPH Bojonegoro beberapa waktu lalu. Menurut Daniel, program “Rimbawan Menyapa Siswa” yang dikembangkan KPH Bojonegoro itu sejalan dengan program Pokja Adiwiyata, yaitu membuat para siswa ikut menjaga kelestarian hutan. Sehingga, kata dia, kegiatan yang dilakukan selalu bersifat pendidikan yang antara lain berupa dialog interaktif terkait kelestarian hutan. Para siswa yang hadir di kegiatan itu juga memeroleh bibit pohon nangka yang bisa ditanam di halaman atau pekarangan rumahnya masingmasing. “Kegiatan ini sebagai upaya mendorong langkah kongkrit menumbuhkan rasa cinta alam di kalangan generasi muda,” ucap Daniel. • DR
DUTA Rimba 85
WISATARIMBA
Asyiknya Berselancar
di Pulo Merah Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki berbagai lokasi wisata dengan ragam keunikan. Mulai wisata pantai, gunung, air terjun, sampai danau, dan sebagainya. Salah satunya Pantai Pulo Merah yang kini mulai dikenal sebagai salah satu lokasi tujuan wisata di Kabupaten Banyuwangi. Lokasi wisata yang menyimpan pesona keunikan tersendiri ini tak kalah menarik dibandingkan destinasi wisata lain.
P
uteri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri menyatakan terpukau takjub akan keindahan dan keasrian Wana Wisata Pantai Pulo Merah. Ketika itu, Anindya berkesempatan mengunjungi beberapa destinasi wisata di Banyuwangi dan salah satunya adalah pantai berpasir putih Pulo Merah. Anindya pun langsung ber-selfie di sejumlah titik Pulo Merah. “Saya sangat senang dengan wisata pantai Pulo Merah, karena selain indah juga sangat bersih,” tuturnya saat itu. Kedatangan Puteri Indonesia 2015 ke Wana Wisata Pulo Merah ketika itu menambah nilai plus pantai yang terletak di RPH Kesilir Baru dan RPH
86 DUTA Rimba
Pulomerah, BKPH Sukamade, KPH Banyuwangi Selatan, Divisi Regional Jawa Timur. Hal itu berarti, Pulo Merah tak hanya dikenal masyarakat biasa, tetapi kalangan selebriti tanah air pun tertarik datang ke destinasi wisata yang kini menjadi unggulan Banyuwangi. Pulo Merah, adalah wisata pantai yang secara administratif berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggrahan, Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat sekitar menamakan pantai itu “Pulo Merah” karena hamparan pasirnya yang putih kecoklatan. Selain keindahan alamnya yang eksotik, Pulo Merah juga terkenal dengan sea food. Daya tarik utama wisata kuliner sea food di Pulo Merah adalah aneka jenis lobster dan ikan bakar.
Mitos dan Mistis Pantai Pulo Merah tepatnya berlokasi sekitar 67,2 KM ke arah selatan dari Pusat Kabupaten Banyuwangi. Kawasan pantai ini berada di kaki Gunung Tumpang Pitu yang merupakan kawasan hutan lindung. Total wilayah Pulo Merah adalah 42 hektare. Lebar pantainya sekitar 30 hingga 50 meter. Dari pusat Banyuwangi menuju ke Pulo Merah dengan kendaraan bermotor membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 Jam perjalanan. Waktu tempuh dari Bandara Blimbingsari ke Pulo Merah adalah 1 jam 45 menit. Sedangkan dari arah Kota Jember, waktu tempuhnya adalah 3 jam 15 menit. Akses menuju Pantai Pulo Merah sudah sangat bagus. Untuk menuju ke sana, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Dari bandar udara Belimbingsari, Banyuwangi, banyak tersedia jasa sewa kendaraan. Sehingga, pengunjung ke Pulo Merah tak akan kesulitan akses untuk menuju ke sana. Hal unik yang sekaligus menyajikan keindahan tersendiri adalah karena di pantai ini terdapat bukit setinggi 200 meter. Posisinya berada tepat di tengah pantai. Di Pulo Merah juga terdapat Pura
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 87
WISATARIMBA sejumlah orang percaya bahwa di dalam gunung yang terletak tidak jauh dari bibir pantai Pulo Merah terdapat sebuah paku bumi. Ada pula yang meyakini, jika ada orang yang berhasil masuk ke dalam sebuah gua yang terdapat di Pulo Merah itu, ia akan mendapatkan rezeki yang melimpah. Mitos yang terakhir adalah, adanya sebuah cahaya merah yang memancar dari pantai Pulo Merah, sehingga menjadikan pantai ini berwarna merah. Sebenarnya, dari keyakinan yang terakhir inilah asal-usul pantai ini dinamakan Pantai Pulau Merah.
Dok. Kom PHT®2018
Surfing Paradise
Bersantai di tepi pantai Pulo Merah
yang setiap tahunnya digunakan warga beragama Hindu untuk melaksanakan upacara Mekiyis. Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya yang ada di Jawa Timur, fasilitas di Pulo Merah lebih memadai. Di pantai ini sudah terdapat hotel, homestay, guest house, dan fasilitas akomodasi lainnya. Terdapat juga payung dan tempat berjemur yang disewakan oleh pengelola. Saat hari menjelang petang, Anda pun dapat menikmati panorama indah saat mentari terbenam. Panorama keindahan pantai dan tekstur pasir yang halus tentu akan membuat liburan Anda dan keluarga menjadi sangat mengesankan. Anda pun dapat berjalan-jalan di atas pasir putih yang halus sambil bersenda gurau bersama pasangan atau putra putri Anda. Tentu semua itu akan
88 DUTA Rimba
menambah indahnya suasana keluarga yang bahagia. Jadi, Pantai Pulo Merah sangat cocok bagi liburan keluarga. Khusus untuk pengunjung yang suka backpacking, Anda tidak hanya dapat menikmati keindahan Pantai Pulo Merah yang memesona. Para backpacker juga dapat mendatangi rumah-rumah penduduk yang tinggal di sekitar pantai untuk menginap di sana, dan merasakan kehidupan nelayan sehari-hari. Hal itu menciptakan liburan dengan suasana yang berbeda. Dan merasakannya akan sangat mengasyikkan. Tetapi hal yang paling menarik dari Pantai Pulo Merah adalah karena pantai ini tidak lepas dari keberadaan beberapa kisah mistis dan mitos yang melingkupinya. Misalnya, sebagian orang percaya Pulo Merah ini konon memiliki kandungan emas yang sangat melimpah. Selain itu,
Selain memiliki keindahan panorama saat mentari terbenam, Pantai Pulo Merah tidak memiliki banyak batu karang dan gulungan ombaknya lebih banyak. Sehingga, para peselancar dapat menghabiskan waktu untuk bermain-main dengan berbagai teknik surfing. Bagi pengunjung yang ingin belajar surfing, Anda bisa datang ke tempat ini pada bulan April – Mei atau September – Desember. Sebab, di bulan-bulan tersebut ombak di Pantai Pulo Merah memiliki ketinggian dengan kisaran 2 – 5 meter. Pulo Merah memang mempunyai keunggulan ombak yang cocok untuk surfing pemula, apalagi garis pantai di sana cukup panjang. Apalagi, ada ikon pulau yang bisa dijangkau dengan menyeberangi lautan saat sedang surut. Cocok untuk surfing dan water sport. Pantai ini memiliki kelebihan karena lebih aman bagi peselancar. Sebab, tidak banyak batu karang di bibir pantai Pulo Merah. Mirip Pantai Kuta di Bali, namun ombaknya lebih bergulung dengan ketinggian 2 meter dan panjang 300 meter. Hal itu sangat memungkinkan peselancar melakukan manuver dengan berbagai teknik. Sehingga,
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Spot swafoto berlatar Pulo Merah
cocok untuk pemula, amatir, maupun professional. Hal unik lain dari Pulo Merah adalah tiga spot ombak yang dapat digunakan untuk berselancar, serta memiliki gugusan pulau di antara deburan arus laut, yang apabila air surut dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Tak heran jika pantai yang berada di ujung timur Pulau Jawa ini pernah dijadikan sebagai lokasi kejuaraan surfing tingkat dunia yang diikuti oleh peserta dari 20 negara. Hal itu terjadi sejak 2012. Ketika itu, keindahan panorama dan keistimewaan Pulo Merah membuat Perum Perhutani bekerjasama dengan Pemkab Banyuwangi memberikan perhatian penuh untuk menjadikan pantai itu sebagai lokasi wisata andalan. Salah satu wahana promosi destinasi wisata tersebut dengan menjadikan Pulo Merah sebagai spot penyelenggaraan event bertaraf internasional. Dua di antara event internasional yang digelar di Pulo Merah adalah Banyuwangi Tour de Ijen dan Banyuwangi International Surfing Competition. Sejak itu, Banyuwangi International Surfing Competition
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
digelar setiap tahun di Pulo Merah. Setiap tahun, puluhan surfer dari 20 negara ikut ambil bagian dalam kejuaraan ini. Mereka antara lain datang dari Venezuela, Swiss, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Hungaria, Prancis, Thailand, dan Indonesia. Mereka beradu dalam 7 kategori lomba, yaitu open international, national, expat, long board, paddle race, juga ada grommet pushing division < 10 tahun. Penyelenggaraan kejuaraan tersebut di Pulo Merah memiliki tujuan untuk menjadikan Pulo Merah sebagai surfer point yang layak untuk ditampilkan di kancah nasional maupun internasional. Selain Pulo merah, di Banyuwangi juga ada pantai Plengkung yang lebih dulu dikenal sebagai lokasi untuk olah raga selancar. Plengkung, yang lebih dikenal dengan nama G-Land itu mempunyai karakteristik ombak yang lebih tinggi dan menantang. Sehingga, G-Land dipandang lebih pas untuk para surfer yang sudah professional. Sementara Pulo Merah, karena kondisi ombaknya yang lebih landai, cocok diperuntukkan bagi surf school.
Rencana Pengembangan Kian menariknya Pulo Merah bagi para wisatawan dan penyuka olah raga selancar, membuat perhatian Perum Perhutani dan Pemkab Banyuwangi terhadap pengembangan Pulo Merah pun terus meningkat. Ada rencana pengembangan yang tengah dipersiapkan untuk peningkatan layanan Pulo Merah. Rencana pengembangan wana wisata Pulo Merah itu antara lain adalah melakukan pelebaran jalan lingkar menuju lokasi. Selain itu, juga membuat perluasan areal parkir untuk kendaraan roda empat, pembangunan playground yang menyatu dengan alam, dan penataan landscape atau tata letak area wisata. Selain itu, juga terus dilakukan penghijauan di sekitar Pantai Pulo Merah. Penghijauan dilakukan dengan menanam ragam tanaman lokal. Juga dengan melakukan sejumlah pembangunan restoran atau café sebagai ikon (rock bar) Pulo Merah, penambahan signage Pulo Merah, dan penyusunan paket wisata dengan destinasi yang lain. • DR
DUTA Rimba 89
INOVASI
Electronic Ticketing
di Kawah Putih Ciwidey
Di dalam konteks bisnis, setiap entitas dituntut untuk terus menghadirkan hal baru sebagai aspek pembeda dengan produk pesaing. Begitu pula dalam hal yang terkait dengan jasa. Proses yang mudah dan cepat akan lebih memberikan kepuasan bagi konsumen. Itulah yang ingin diwujudkan di wana wisata Kawah Putih dengan hadirnya electronic ticketing atau lebih populer dengan istilah e-ticketing.
90 DUTA Rimba
S
elama ini, Bandung terkenal dengan banyak sekali obyek wisata. Mulai wisata alam, wisata sejarah, hingga wisata kuliner, mudah sekali dijumpai di Bandung. Ragam wisata itu pun telah terkenal bahkan hingga tingkat internasional. Salah satu yang banyak menarik minat wisatawan baik luar maupun lokal untuk berkunjung adalah Kawah Putih. Kawah Putih terletak di daerah Bandung selatan. Persisnya setelah Ciwidey. Jaraknya dari pusat kota Bandung kira-kira 50 KM. Tetapi, cara untuk menuju Kawah Putih terbilang cukup mudah. Apalagi, banyak terdapat rambu yang mengarahkan pengunjung untuk menuju ke Kawah Putih. Jika dari Jakarta, Anda cukup masuk ke jalan tol Cipularang dan keluar di gerbang tol Kopo. Dari sana, Anda belok kanan menuju ke arah Soreang – Ciwidey – Ciwidey Selatan. Nah, jika menggunakan kendaraan umum, Anda dapat menggunakan angkutan dari Terminal Leuwi
Panjang menuju Terminal Ciwidey. Dari Terminal Ciwidey, lanjutkan perjalanan dengan angkutan menuju Situ Patenggang, dan berhenti tepat di gerbang masuk Kawah Putih. Para pengunjung yang menggunakan bis wisata dan motor diwajibkan untuk parkir di area parkir bawah, lalu menuju ke lokasi kawah dengan menggunakan angkutan khusus bernama ontang-anting. Angkutan ini berkapasitas 12 orang dan khusus untuk mengangkut pengunjung dari parkir bawah sampai ke area kawah. Bagi pengunjung, menggunakan ontanganting juga memberi suasana yang mengasyikkan. Saat mengendarainya, Anda akan mendapatkan suasana lain untuk bergerak menuju lokasi. Jika Anda datang dengan rombongan, Anda bisa memilih jenis ontang-anting yang lebih bagus.
Pesona Romantisme Kawah Putih sendiri merupakan kawah bekas letusan Gunung Patuha pada sekitar abad 10. Pada mulanya, area Kawah Putih dikenal
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
DUTA Rimba 91
Dok. Kom PHT®2018
INOVASI
Pelayanan pemeriksaan tiket sebelum memasuki Kawah Putih
oleh masyarakat setempat sebagai wilayah yang angker. Sehingga, ketika itu tak banyak orang yang berani mendekati kawasan sekitar Kawah Putih. Namun, tahun 1837 seorang ahli berkebangsaan Belanda, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, tertarik untuk menyelidiki tempat ini. Saat sedang menelusuri jarangnya keberadaan hewan di sekitar kawasan itu, ia menemukan adanya kawah besar berwarna putih yang menyajikan pemandangan demikian indah. Junghuhn lalu memperkenalkan hasil temuannya. Sejak itulah, area Kawah Putih mulai dikenal masyarakat. Dan sejak tahun 1987, area ini dikelola pemerintah dan dikemas menjadi Tempat Wisata Kawah Putih Ciwidey Bandung. Keberadaan Kawah Putih selalu
92 DUTA Rimba
Kawah Putih Ciwidey dikelilingi Kebun Teh Walini yang indah dan terawat menghadirkan suasana asri yang menenangkan. Disertai udara segar khas wilayah gunung. menarik minat wisatawan. Mereka datang sekadar untuk menikmati relaksasi di antara kesibukan yang padat, ataupun memang secara khusus ingin datang untuk melakukan hal khusus, misalnya membuat foto pre-wedding. Suasana romantis yang terbangun dari fenomena alam di Kawah Putih juga kerap menarik minat pembuat film layar lebar untuk menjadikannya sebagai lokasi pengambilan gambar. Salah satu contoh film yang menjadikan kawah putih sebagai latar belakang adalah film “Heart”
yang diperankan oleh Nirina Zubir, Irwansyah, dan Acha Septriasa. Pesona Kawah Putih yang sulit dijumpai di lokasi lain kerap tak mampu hilang dari ingatan wisatawan. Wisatawan yang sudah pernah mengunjunginya pun kerap kali berkeinginan untuk terus datang kembali ke sana. Hal itu antara lain diungkap Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, di tahun 2013. Saat itu, Zulkifli yang menjabat Menteri Kehutanan menghadiri Peringatan Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani. Di depan wartawan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Terobosan Tiket Elektronik Kini, ada kabar baru dari Kawah Putih. Sebuah terobosan baru diterapkan di sana. Inovasi baru itu adalah penerapan tiket elektronik atau e-ticketing. Ketika mendengar istilah e-ticketing, tentu kesan kita adalah sistem pemesanan tiket seperti yang diterapkan di bandar udara. Sebab, menurut arti istilahnya, e-ticketing atau electronic ticketing sebenarnya adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper ticket. Sebab, semua informasi mengenai electronic ticketing disimpan secara digital dalam sistem komputer milik airline. Di Kawah Putih, penerapan pola e-ticketing belum sampai seperti itu. Tetapi istilah e-ticketing memang digunakan untuk menamakan inovasi ini. Maksudnya agar mudah untuk diingat. Dengan sistem e-ticketing di Kawah Putih, ketika pengunjung datang ke Kawah Putih, di sana
Dok. Kom PHT®2018
yang mewawancarainya, Zulkifli menyatakan, banyak potensi wisata yang dimiliki Perhutani dan salah satu yang selalu ia ingat serta menggugah minatnya untuk terus berkunjung adalah Kawah Putih Ciwidey. Setidaknya itu menunjukkan betapa Kawah Putih memiliki keunikan dan keindahan sebagai sebuah lokasi wisata. Apalagi, posisi dan suasananya yang sangat cocok sebagai tempat relaksasi. Dikelilingi Kebun Teh Walini yang indah dan terawat menghadirkan suasana asri yang menenangkan. Disertai udara segar khas wilayah gunung, jelas menjadi hal yang amat memikat siapapun yang tengah berlibur ke daerah ini.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Senyum, Salam, Sapa dalam menyambut pengunjung
akan menjumpai dua pos petugas. Pertama, saat memasuki gerbang tiket. Di saat itu, petugas akan melihat ada berapa orang yang ada di dalam mobil pengunjung dan akan masuk ke wana wisata Kawah Putih. Pengunjung perlu membayar tiket sesuai jumlah orang yang akan masuk ditambah biaya masuk untuk kendaraan. Setelah pengunjung membayar, akan mendapatkan struk bukti pembayaran. Dari gerbang pertama yang merupakan gerbang tiket, selang 50 meter kemudian pengunjung akan ketemu portal yang tertutup. Di sana, ada petugas yang memegang alat semacam remote control. Setelah pengunjung menunjukkan struk tanda bukti pembayaran tiket, sang petugas menekan tombol di remote control tersebut, lalu portal akan terbuka. Setelah palang portal itu terbuka, pengunjung dapat masuk dan menikmati keindahan Kawah Putih.
Nah, ketika pengunjung membayar tiket di gerbang pertama lalu mendapat struk tanda bukti pembayaran, data tentang transaksi pembayaran tiket itu langsung masuk ke data di Kantor Pusat. Sebab, sistem e-ticketing di Kawah Putih ini terkoneksi dengan sistem di Kantor Pusat. Sehingga, Direksi Perum Perhutani di Kantor Pusat segera dapat mengetahui perkembangan pengunjung di Kawah Putih kapan saja mereka ingin mengetahuinya. Jadi, kelebihan penerapan sistem ini adalah pelaporan perkembangan pendapatan di Kawah Putih dilakukan secara online secara real time. Memang, penamaan e-ticketing untuk pola yang baru di Kawah Putih ini kerap membuat kesan yang berbeda di pikiran orang yang mendengar istilah itu pertama kali. Tetapi, sebagai sebuah terobosan dalam sistem pelaporan, electronic ticketing di Kawah Putih tetap perlu diapresiasi. Bravo! • DR
DUTA Rimba 93
RIMBAKULINER
Terang dan Kenyang di
M
Bale Caang
omen pergantian tahun dari 2017 ke 2018 membawa perubahan menarik di wana wisata Cikole Jayagiri, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Sebab, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten resmi membuka wahana baru di wilayah Wana Wisata Cikole Jayagiri. Wahana baru itu adalah Area Wisata Kuliner “Bale Caang”. Prosesi pembukaan Bale Caang diawali dengan acara Shout Out Day. Acara tersebut berupa aksi parade Band dari komunitas binaan Djarum di Bandung. Bale Caang memang dibuka sebagai fasilitas baru bagi pengunjung di Wana Wisata Cikole Jayagiri, Bandung. Selanjutnya, pengelolaan Bale Caang berada di bawah manajemen KBM Ecotourism Jawa Barat dan Banten. Keberadaan Bale Caang diharapkan dapat menjadi pusat aktivitas pengunjung dalam berkegiatan yang membawa keasikan tersendiri di hutan. Apalagi, posisi Bale Caang terbilang strategis. Posisinya tak lebih dari 30 km berjarak dari pusat Kota Bandung. Untuk menuju Bale Caang, dapat ditempuh melalui dua arah, yaitu dari arah GT Subang (Cipali) dan melalui GT Pasteur (Cipularang). Hal ini melengkapi suasana sebelumnya di Cikole Jayagiri yang menawarkan suasana alam hutan pinus. Ya, wana wisata Cikole Jayagiri sebelumnya memang telah menawarkan berbagai kegiatan
94 DUTA Rimba
Salah satu daya tarik sebuah lokasi wisata bagi para pengunjungnya adalah keberadaan lokasi makan dan minum. Bukan sekadar menikmati kuliner yang tersaji dan siap santap, pengunjung biasanya juga ingin menikmati suasana yang nyaman. Suasana dan lingkungan yang menawan akan menambah cita rasa dan menggugah selera mereka. Konsep itulah yang dibawa oleh Bale Caang di Wana Wisata Cikole Jayagiri, Lembang, Bandung. wisata. Antara lain berkemah, outbond, offroad, berkuda, Archery Battle, serta wisata kuliner dan wisata harian lainnya. Bale Caang diproyeksikan akan meningkatkan jumlah pengunjung. Terlebih para penikmat kuliner. Sebab, Bale Caang menawarkan beragam produk kuliner nasional, dengan menu andalan Sate Maranggi, Susu Lembang, dan bajigur. Berbagai macam makanan dan minuman yang disediakan Bale Caang juga memiliki harga yang sangat terjangkau. Apalagi, area yang cukup luas dan mampu menampung banyak orang membuat area Bale Caang dapat digunakan untuk lokasi penyelenggaraan event maupun wedding party. Ini sebuah nilai plus yang lain lagi. Saat memberikan sambutan di acara peresmian Bale Caang, Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Andi Purwadi,
menyampaikan, wisata kuliner secara bertahap akan dikembangkan di wilayah kerja Perum Perhutani Jawa Barat dan Banten. Tentu saja pengembangannya disesuaikan dengan standardisasi wisata yang ada di Perum Perhutani. “Pengembangan wisata kuliner merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dan optimalisasi potensi kawasan hutan dalam menunjang pengembangan Wana Wisata Cikole-Jayagiri,” kata Andi. Di kesempatan yang sama, General Manager KBM Ecotourism Jawa Barat dan Banten, Wismo Tri Kancono, berharap, kehadiran Bale Caang dapat melengkapi daya tarik Cikole Jayagiri. Sebab, pengelolaan Bale Caang dikemas dengan konsep yang memadukan pesona alamiah dan kuliner. Perpaduan antara keindahan alam yang dikelilingi hutan Pinus dengan beranekaragam kuliner jaman now itu diharapkan akan
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
Dok. Kom PHT®2018
Suasana Bale Caang di malam hari
mampu mengembalikan nostalgia Bumi Perkemahan Cikole yang sudah ada sejak dahulu kala.
Pesona Khas Pegunungan Cikole Jayagiri adalah sebuah resort yang dikelola oleh Perum Perhutani. Tepatnya Cikole Jayagiri berada di Jalan Raya Tangkuban Perahu Nomor 147, Lembang. Lokasinya tak jauh dari pintu masuk Tangkuban Perahu dan berada di jalur utama Lembang-Ciater-Subang yang mudah diakses darimana pun, terlebih setelah dibukanya jalan tol Cikapali. Hal yang terutama akan diingat penunjung Cikole adalah hawa
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018
dingin yang langsung menyentuh saat pertama kita menginjakkan kaki di kawasan Cikole Jayagiri Resort, Lembang, Bandung. Maklum, Cikole yang terletak di ketinggian 1500 mdpl di kawasan kaki Gunung Tangkuban Perahu itu memang terkenal dengan hawa dingin khas pegunungan. Sebagai kawasan yang menyajikan suasana khas pegunungan, Cikole Jayagiri juga memiliki kontur dan kondisi alam khas pegunungan. Konfigurasi lapangan umumnya landai sampai bergelembung dan mempunyai curah hujan 2.700 mm per tahun dengan suhu udara 12-29o C. Cikole Jayagiri cukup mudah
dijangkau. Sebelum memasuki kawasan Gunung Tangkuban Perahu yang terkenal dengan legenda “Sangkuriang” itu, ambil arah kanan, lalu Anda akan menemukan papan petunjuk jalan yang bertuliskan “Cikole Jayagiri Resort”. Bagi Anda yang ingin datang namun tidak dengan kendaraan pribadi, Anda dapat menggunakan angkutan umum dengan jurusan LembangCikole. Di Cikole Jayagiri Resort Lembang, Anda bisa mendapatkan salah satu tempat wisata alam yang masih alami. Di sana, Anda akan disuguhi pemandangan alam hutan pinus yang hijau dan menyejukkan
DUTA Rimba 95
RIMBAKULINER mata serta hati. Tempat ini adalah tempat yang sangat cocok bagi Anda yang sangat penat dengan kesibukan atau aktivitas hidup di perkotaan. Selain itu, Anda pun dapat menikmati wisata alam lain di sekitar lokasi penginapan. Cikole Jayagiri Resort juga menawarkan beberapa akomodasi berupa bungalow (jungle hut) yaitu rumah-rumah kayu yang didesain sedemikian rupa dengan konsep “menyatu dengan alam”, tanpa menghilangkan fasilitas pendukung yang dibutuhkan setiap orang. Rumah-rumah kayu tersebut tersedia dalam ragam bentuk. Fungsi lain dari Cikole Jayagiri Resort juga menyediakan arena untuk outbond training, jungle kids, jogging track dan beberapa fungsi lain. Anda juga dapat bermalam dengan pola camping di Camping Ground Cikole Jayagiri Resort, Lembang. Di lokasi ini terdapat area perkemahan yang mampu menampung 50 unit kemah. Kawasan hutan seluas kurang lebih 10 Hektare yang kini dikembangkan menjadi bumi perkemahan itu sebelumnya merupakan hutan produksi pinus. Di Cikole Jayagiri Resort
96 DUTA Rimba
Sate Maranggi Sate maranggi yang menjadi salah satu menu andalan Bale Caang adalah sate khas dari tanah Pasundan. Sate maranggi dapat ditemui di sejumlah wilayah yang merupakan Tatar Sunda. Antara lain di Purwakarta, Bandung, dan Cianjur. Di daerah-daerah itu, sebagian penjual sate maranggi kerap berkeliling menjajakan dagangannya. Sate maranggi sendiri merupakan sate yang berisi irisan daging sapi. Berbeda dengan sate yang lain, sate maranggi menjalani proses perendaman daging dalam bumbu terlebih dahulu sebelum dibuat menjadi sate dan kemudian digarang
di atas bara. Proses perendaman itulah yang membuat bumbu sate meresap dalam daging yang telah diiris dan diolah menjadi sate. Bumbu rendamnya terbuat dari paduan kecap manis dan beberapa jenis rempah-rempah, semisal jahe, ketumbar, lengkuas, kunyit, ditambah sedikit cuka untuk memberikan sedikit rasa masam. Cuka yang bisa dipakai untuk menyiapkan sate maranggi adalah cuka lahang (cuka yang terbuat dari aren). Tetapi jika tidak ada cuka lahang, cuka jenis lainnya juga dapat digunakan. Karena proses pembubuan tersebut, setelah dimasak dan matang, sate maranggi disajikan tanpa dilengkapi saus pendamping. Sate maranggi pun biasa dihidangkan dengan sambal oncom. Selain disajikan bersama nasi putih, sate maranggi juga bisa dihidangkan dengan lontong, ketan bakar, atau nasi timbel. Ingin tahu apa lagi yang dapat Anda temui di Bale Caang? Datang saja ke Bale Caang. Lalu nikmati suasana berbeda yang membuat pandangan mata Anda terang, perut juga kenyang, dan pikiran pun lapang. • DR
Dok. ISTIMEWA
Sate maranggi yang menjadi salah satu menu andalan Bale Caang adalah sate khas dari tanah Pasundan. Sate maranggi dapat ditemui di sejumlah wilayah Tatar Sunda. Antara lain di Purwakarta, Bandung, dan Cianjur.
juga terdapat sumber mata air yang digunakan untuk keperluan pengunjung, terutama yang berkemah. Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan yang berkemah itu, Cikole Jayagiri Resort menyediakan fasilitas cukup lengkap, di antaranya pagar pengaman, shelter, jalan setapak, jembatan, tempat parkir, gardu jaga, gerbang / loket karcis, rumah petugas, musholla, MCK, instalasi air, instalasi listrik, dan mesin diesel.
NO. 72 • TH. 12 • JANUARI - FEBRUARI • 2018