Duta Rimba 76

Page 1

NO. 76 • TH. 13 • Januari - Februari • 2019

M A JA L A H

P E R H U TA N I

BISNIS RIMBA

Barcode, Tertib Administrasi, Bangun Sistem Tata Kelola Hutan WARISAN RIMBA

Bening Manfaat

Sendang Geulis Kahuripan WISATA RIMBA

Petualangan Baru

di Ekowisata De Loano

RIMBA KULINER

Mendoan Banyumas

Yang Melegenda

kick off perhutani menuju 4.0 +



SalamRedaksi

Perhutani ISSN: 2337-6791 Pengarah Denaldy M Mauna Direktur Utama Perum Perhutani Penanggung Jawab Asep Rusnandar Sekretaris Perusahaan Pemimpin Redaksi Yuswan Hendrawan Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Redaktur Pelaksana Suharsono Sekretaris Redaksi Nararya Gunadharma Redaktur Adehika Intan, Rizka Amalia, Nanjar Munandar Script Editing and Layout Duta Rimba Art Work Perwakilan - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Timur - Expert Komunikasi Perusahaan Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten Alamat Redaksi

Departemen Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: humas@perhutani.co.id www.perhutani.co.id

Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan fotofoto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.perhutani.co.id aplikasi

Perum Perhutani

@PerumPerhutani

Perum Perhutani

PerumPerhutani

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

R

Salam Rimba, imbawan yang budiman. Berbahagia sekali kami kembali dapat menyapa Anda semua, di manapun Anda berada, apalagi di dalam suasana penuh semangat mengawali tahun yang baru ini. Semoga Anda semua selalu sehat wal afiat dan selalu sukses dalam menjalani semua aktivitas. Rimbawan yang budiman. Duta Rimba kembali hadir mengisi harihari Anda dengan ragam informasi yang akan memuaskan dahaga keingintahuan Anda. Semua informasi itu kami kemas dalam satu bingkai sajian yang lugas dan informatif. Secara nasional, tahun 2019 ini disebut sebagai tahun politik karena di tahun ini ada hajatan besar seluruh rakyat Indonesia, yaitu pemilihan umum. Tetapi di dunia profesional, tahun 2019 ini menandai sebuah era baru dalam kehidupan umat manusia. Ya, karena saat ini kita sedang berada di tengah berlangsungnya era industri generasi keempat atau yang populer dengan sebutan “Industri 4.0”. Revolusi industri generasi keempat yang lazim disebut Industri 4.0 itu diawali dengan revolusi internet yang dimulai sejak tahun 1990-an. Lebih jauh tentang Industri 4.0 dan posisi Perhutani di era internet tersebut, dapat Anda baca di rubrik Rimba Utama. Industri 4.0 adalah sebuah fenomena yang tak mungkin kita hindari. Maka, Perhutani pun ikut dalam perkembangan itu dengan mencanangkan tekad yang termaktub di dalam “Perhutani 4.0”. Seperti apa? Simak tulisan Bapak Dirut Perhutani tentang hal itu di rubrik Benah Diri. Di Rimba Khusus, kami sajikan informasi tentang Perhutanan Sosial, sebuah program nasional yang bertujuan melakukan pemerataan ekonomi, dan mengurangi ketimpangan ekonomi melalui tiga pilar, yaitu lahan, kesempatan usaha, dan sumber daya manusia. Sedangkan di rubrik Sosok Rimba, kami ajak Anda kenal lebih dekat dengan Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani, Bambang Catur Wahyudi. Di rubrik Bisnis Rimba, tersaji informasi tentang penataan hasil hutan secara transparan menggunakan sistem barcoding yang sejak 1 Januari 2019 telah diterapkan di KPH Randublatung. Langkah KPH Randublatung diikuti KPH Saradan, dengan melakukan sosialisasi sistem barcode kayu jati dalam kegiatan pelatihan Job Training Tebangan yang dilaksanakan di Petak 38 RPH Notopuro, BKPH Notopuro, KPH Saradan, 20 Februari 2019. Ada pula informasi tentang Gamal di rubrik Ensiklo Rimba. Juga informasi tentang keberadaan mata air Sendang Geulis Kahuripan di Bandung Barat yang ternyata memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Informasinya ada di rubrik Warisan Rimba. Dan di rubrik Wisata Rimba, ada informasi tentang Petualangan Baru di Ekowisata De Loano, KPH Kedu Selatan. Dan banyak lagi informasi yang kami sajikan. Nah, Rimbawan yang budiman. Tak perlu berlama-lama lagi. Silakan simak halaman demi halaman Duta Rimba edisi kali ini. Salam! • DR

Dok. Kom PHT®2018

di Era Industri 4.0

DUTA Rimba 1


semairimba

SALAM REDAKSI 1 BENAH DIRI • Perhutani 4.0 Governance Through Connectivity

4

PRIMA RIMBA • Berada di Era Digitalisasi Industri

6

12

RIMBA UTAMA • Program dan Komitmen Kerja Tahun 2019 Telah Ditetapkan • Tahun Baru, Semangat Baru, Direktur Baru

12 18

RIMBA KHUSUS • Perhutanan Sosial dan Upaya Membangun 22 Indonesia dari Pinggiran • Wujud Nyata Keseriusan Pemerintah di Perhutanan Sosial 28 • Perhutanan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan 32

22

SOSOK RIMBA • Bambang Catur Wahyudi “Mari Wujudkan dan Laksanakan 3 Tema Strategi dalam RJP Perhutani” LENSA • Perhutani Kick-Off Meeting 2019 SOBAT RIMBA LINTAS RIMBA

36 42 46 50

36

WARISAN RIMBA • Bening Manfaat Sendang Geulis Kahuripan 54

ENSIKLO RIMBA • Gamal Sang Pelindung

58

rimba daya • Nurhasanah, Wanita Inspiratif dari Sukabumi

62

BISNIS RIMBA • Barcode, Tertib Administrasi, Bangun Sistem Tata Kelola Hutan Lestari

66

POJOK KPH • Dari Kantor Pusat, Perhutani Membangun 5R

70

72

WISATA RIMBA • Petualangan Baru di Ekowisata De Loano

72

INOVASI • Ide Segar Bermunculan dalam Lomba Inovasi 2018

78

RIMBA KULINER • Mendoan Banyumas yang Melegenda 2 DUTA Rimba

82 NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


SobatRIMBA

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 3


Dok. Kom PHT®2018

BENAHDIRI

Denaldy M. Mauna Direktur Utama Perum Perhutani

Perhutani 4.0 Governance Through Connectivity

I

nsan Perhutani yang saya cintai dan saya banggakan. Selamat Tahun Baru 2019. Senang sekali saya dapat menyapa Anda semua, di awal tahun ini. Mari kita awali tahun baru dengan semangat yang baru. Semangat yang besar dan tinggi. Karena semangat besar itulah yang akan membuat bendera perusahaan terus berdiri tegak dan berkibar dengan gagahnya. Insan Perhutani yang saya cintai dan saya banggakan. Tahun 2018 telah kita lalui dengan penuh semangat dan menorehkan hasil yang cukup membanggakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan pendapatan

4 DUTA Rimba

perusahaan yang meningkat hingga lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Investasi untuk mendorong kelanjutan usaha juga mengalami pertumbuhan, yang diwujudkan dengan penanaman dan pemeliharaan tanaman, revitalisasi industri, standarisasi pengelolaan wisata melalui re-branding CANOPY, dan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam peningkatan kompetensi di tengah era persaingan digitalisasi global. Dengan kinerja keuangan yang membaik sebagai hasil dari kerja keras kita semua, telah diwujudkan berbagai bentuk peningkatan kesejahteraan karyawan, termasuk kenaikan take home pay, bonus,

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


dana bantuan pendidikan, benah rumah karyawan, pemeriksaan kesehatan, biaya operasional , serta tambahan fasilitas lainnya. Hal ini terwujud berkat kerja keras dan disiplin kita semua dalam Program Transformasi Sinergi dan Budaya (Prostrada), termasuk dengan penerapan 4DX dan manifestasi tata nilai budaya INTIKU (Integritas, Inovasi, Fokus Kepada Pelanggan, Unggul). Komitmen implementasi program perusahaan tersebut harus terus digelorakan dengan penuh antusiasme hingga terwujud cita-cita Perhutani, menjadi Perusahaan Kelas Dunia. Untuk tahun 2019, selain terus berupaya meningkatkan pendapatan yang berfokus kepada business process re-engineering dengan mendorong perbaikan Quality, Cost, dan Speed secara terukur, kita akan terus mengintensifkan pengelolaan sumber daya hutan dengan rencana penanaman lebih dari 70.000 (tujuh puluh ribu) hektare termasuk reboisasi dan rehabilitasi lahan. Di samping itu, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta peningkatan kesejahteraan menjadi prioritas, sejalan dengan pertumbuhan perusahaan. Sesuai dengan tema 2019, yaitu “Perhutani 4.0+ : Governance Through Connectivity”, untuk dapat terus mendorong pertumbuhan perusahaan, perpaduan perbaikan Good Corporate Governance (GCG) dengan konsep kerja Industri 4.0 merupakan suatu keharusan jika kita ingin mewujudkan cita-cita menjadi perusahaan kelas dunia

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

tersebut. Di dalam mewujudkan program GCG, kita akan mengawali dengan penerapan ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Suap (SMAP) di seluruh tingkatan organisasi. Dengan basis teknologi informasi SAP, akan diterapkan Perhutani Union QRCode, dalam meningkatkan konektifitas dan pengendalian data tebangan hingga penjualan kayu. Konektifitas merupakan hal yang penting dalam mengintegrasikan antara hulu – hilir – konsumen, antara satuan unit kerja, termasuk pemangku kepentingan, dalam menunjang penerapan tata kelola perusahaan yang baik dengan memperkuat unsur Transparansi, Akuntabilitas,

Responsibilitas, Independensi, dan Fairness. Insan Perhutani yang saya cintai dan saya banggakan. Izinkan saya untuk mengucapkan, mari kita gelorakan terus Jiwa Korsa Rimbawan. Dan dalam kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan “Selamat Natal” untuk Insan Perhutani yang Kristiani dan “Selamat Galungan” untuk Umat Hindu. Semoga di tahun 2019 ini kita dapat menjemput keberkahan dengan semangat baru. Selamat bekerja! Perhutani Berubah! Perhutani Bisa!! Perhutani Luar Biasa!!! Salam Hangat • DR

DUTA Rimba 5


primarimba

Berada di Era

Digitalisasi Industri

D

i sela-sela momentum penyerahan penghargaan “Indonesia Digital Innovation Award 2019” kepada Perum Perhutani, di Jakarta, 22 Februari 2019, Chief Executive Officer (CEO) Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan, mengatakan, ia berharap penghargaan tersebut dapat mendorong BUMN untuk terus berinovasi dalam mendukung pembangunan serta pertumbuhan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Hal itu menjadi penting karena di tengah pertumbuhan ekonomi nasional dan dunia yang semakin tinggi, tuntutan untuk terus memunculkan hal baru menjadi sangat niscaya. Sebab, persaingan yang kian ketat dan masif sangat menuntut aspek pembeda yang jelas antara satu produk dengan produk lainnya. Hal itu pula yang menjadi dasar bagi Perum Perhutani untuk terus berinovasi. Selain karena tuntutan

6 DUTA Rimba

Era baru dalam perkembangan dunia bisnis dan industri telah ada di tengah kita. Saat ini, kita sedang berada di tengah era digitalisasi industri. Sebuah era yang lazim disebut sebagai era Revolusi Industri Generasi Keempat atau Industri 4.0 yang ditandai dengan dominasi internet dalam setiap sisi kehidupan umat manusia. Dan di saat ini, seluruh manusia di dunia menyaksikan bagaimana dahsyatnya dampak dari internet of things. untuk memenangkan kompetisi dan mengejar visinya menjadi perusahaan pengelola kehutanan terdepan di dunia, juga untuk menjawab tantangan di era digital ini. Pencapaian Perum Perhutani dalam proses menjawab tantangan di tengah gempuran disrupsi digital itu antara lain diwujudkan dengan diraihnya penghargaan dari Majalah Warta Ekonomi itu.

Di malam itu, Perum Perhutani dinyatakan meraih penghargaan “Indonesia Digital Innovation Award 2019” untuk kategori “State-owned Innovative Forestry Company in Providing Online Wood Sales Category Agriculture, Forestry, and Fisheries”. Perum Perhutani sendiri meraih penghargaan “Indonesia Digital Innovation Award 2019” itu dari Majalah Warta Ekonomi, lantaran

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 7


primarimba

dinilai berhasil mengembangkan inovasi digital di dalam proses pengelolaan bisnisnya. Founder and Commisioner Warta Ekonomi, Fadel Muhammad, bersama CEO Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan, menyerahkan penghargaan tersebut kepada Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, yang malam itu diwakili Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani,

8 DUTA Rimba

Bambang Catur Wahyudi. “Indonesia Digital Innovation Award 2019” merupakan penghargaan dari Warta Ekonomi kepada BUMN di Indonesia yang dinilai berhasil melewati tantangan di era disrupsi digital ini, dengan menampilkan inovasi terbaik di sektor digital. Di dalam proses penilaian untuk menentukan pemenangnya, Warta Ekonomi melakukan survey data sekunder

dan media monitoring terhadap 40 media online mainstream dengan kategori penilaian yaitu digital innovation, process, dan people. Bambang Catur Wahyudi di dalam keterangannya saat itu menjelaskan, selama ini Perhutani telah mengembangkan Penjualan Online dengan tajuk Toko Perhutani. Selain itu, Perhutani juga mengembangkan aplikasi mobile Toko Perhutani yang merupakan mobile apps pertama platform produk kehutanan yang akan terus diperkaya dengan fitur-fitur yang memudahkan proses transaksi dan interaksi produk-produk kehutanan dari Perhutani. Di sisi lain, menurut Duta Rimba, Perum Perhutani telah membuktikan diri mampu beradaptasi dengan era baru dalam perkembangan dunia bisnis dan industri yang saat ini tengah kita hadapi. Saat ini, kita sedang berada di tengah era digitalisasi industri, yang lazim disebut sebagai era Revolusi Industri Generasi Keempat atau Industri 4.0 yang ditandai dengan dominasi internet dalam setiap sisi kehidupan umat manusia. Dan Perhutani sejauh ini mampu berpijak, bertahan, bahkan berjaya di era persaingan dunia digital itu. Salah satu wujud kemampuan Perhutani beradaptasi dengan era baru digitalisasi industri itu, selain website penjualan online dan aplikasi mobile Toko Perhutani, juga dengan penerapan barcode atau kode batang dalam proses pemasaran kayu Perhutani. Penerapan teknologi barcode atau kumpulan data optik yang bisa dibaca dengan mesin pada kayu jati hasil tebangan dari hutan Perum Perhutani itu antara lain telah diterapkan di KPH Randublatung. Dan saat ini, pelatihan tentang penerapan teknologi barcode itu terus dilakukan di sejumlah KPH. Teknologi barcode yang diterapkan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


di Perhutani adalah sebuah cara untuk mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel. Data yang dihasilkan itu memuat semua informasi mengenai asal-usul kayu serta ukuran dan volume kayu yang dihasilkan dari hutan, sebelum dibawa ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK).

Globalisasi dan Digitalisasi Dunia terus bergerak. Perkembangan pola pikir manusia terus bergulir. Industri pun terus menunjukkan pertumbuhannya. Perubahan demi perubahan di dunia industri terus terjadi. Revolusi pola pikir manusia kemudian menuntun ke arah revolusi industri di dunia. Hal itu pun berdampak kepada perkembangan dunia bisnis. Perkembangan dunia bisnis seiring dengan perubahan industri itu diwujudkan dengan revolusi industri generasi keempat atau lazim disebut “Industri 4.0” yang saat ini tengah

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

berlangsung. Menyikapi era Industri 4.0 itu, pemerintah sedang terus membahas langkah-langkah strategis memasuki era itu. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah meresmikan peta jalan (roadmap) yang disebut “Making Indonesia 4.0”. Mungkin, sebagian publik Indonesia bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “Industri 4.0” itu? Jawabannya diungkap oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto. Di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu, 4 April 2018, secara gamblang Airlangga Hartarto menjelaskan apa yang dimaksud dengan Revolusi Industri 4.0 dan apa tujuan dari adanya revolusi industri itu. Di dalam penjelasannya, Airlangga Hartarto mengisahkan apa-apa saja yang ada di balik adanya Revolusi Industri 4.0 itu. Dia mengatakan, sejatinya Revolusi Industri itu dimulai sejak tahun 1800-an. Di zaman

pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia itu, revolusi industri hadir di dalam konteks steam engine atau mesin uap. Di Eropa, kehadiran mesin uap hasil karya James Watt itu memang memicu tumbuhnya perubahan besar dalam perjalanan hidup umat manusia. Mesin uap itu memungkinkan pembuatan banyak ragam peralatan yang membantu memudahkan hidup manusia pun semakin marak. Perubahan besar pun terjadi di kalangan industri dunia. Dan revolusi industri di Eropa itu menular serta menyebar ke belahan dunia yang lain. “Kemudian Revolusi Industri Generasi Kedua terjadi pada saat otomotif general Fort membuat line production Indonesia yang ketika itu juga masih bernama Hindia Belanda,” ujarnya. Awal tahun 1900-an itu menandai hadirnya Revolusi Industri Generasi Kedua. Lalu, Airlangga mengatakan, revolusi

DUTA Rimba 9


primarimba di Jerman kemudian bekerjasama dengan JETRO, JICA, dan secara khusus dengan AT Kearney untuk menyusun seluruh roadmap dan roadmap itu hari ini sudah kita selesaikan dan kami pun sudah menyampaikannya kepada Bapak Presiden,” kata Airlangga.

Revolusi Industri

industri ketiga dimulai di tahun 1990-an, dengan mulai terjadinya otomatisasi dan pada waktu itu terjadi globalisasi. Airlangga pun melanjutkan, pada saat itu globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Di tahun 1990-an, menurut Airlangga pula, di dalam rapat APEC disebutkan bahwa globalisasi untuk kawasan ASEAN bakal dimulai di tahun 2020. “Saat ini kita memasuki Revolusi Industri Generasi Keempat. Yang namanya Revolusi Industri Keempat (kemunculannya) diawali dengan revolusi internet yang dimulai pada tahun 1990-an. Nah, ketika di tahun 1990-an itu kita belum tahu kalau internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini, seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari Internet of Things,” katanya. Fenomena yang kemudian mengiringi revolusi industri keempat itu adalah munculnya globalisasi yang ditandai pemanfaatan digitalisasi di hampir semua proses pengembangan industri. Lebih lanjut, Airlangga kemudian menguraikan, bahwa pemanfaatan Internet of

10 DUTA Rimba

Things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Jerman pulalah yang kemudian mengglobalkan istilah “Industri 4.0” itu. “Jadi, Industri 4.0 itu mengikat kepada industri di Jerman. Bapak Presiden menekankan berkali-kali bahwa kita harus punya roadmap ke sana. Pada saat usai menghadiri Pertemuan G20 di China, Bapak Presiden pergi ke Alibaba dan sejak saat itu kita sering membahas ekonomi digital dan roadmap,” katanya. Untuk mewujudkan maksud itulah, menurut Airlangga Hartarto, pihaknya kemudian menyusun roadmap Industri 4.0 dengan bantuan sejumlah pihak. Diharapkan, dengan adanya roadmap ini, akan dapat meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global. Diharapkan pula, roadmap ini dapat menadikan Indonesia tampil sebagai negara dengan peringkat 10 Besar ekonomi dunia di tahun 2030. “Sejak saat dimulainya penyusunan roadmap itu, Kemenperin mengundang Fraunhover yang menginisiasi hal itu

Revolusi industri dari generasi ke generasi selalu ditandai dengan kemunculan ciri-ciri khusus. Di revolusi industri pertama yang diawali kemunculan mesin uap itu, diikuti mechanization, artinya seluruh proses industri mulai dilakukan dengan alat bantu mesin-mesin yang digerakkan secara mekanik. Gerakan mekanik itu antara lain dilakukan dengan bantuan water power (kekuatan air) dan steam power (kekuatan uap). Di revolusi industri kedua, terjadilah mass production (produksi massal) terutama untuk produk kendaraan bermotor, assembly line dan electricity. Revolusi industri ketiga ditandai dengan kemunculan computer and automation. Serta kemunculan revolusi industri keempat yang sedang kita songsong kehadirannya ini ditandai dengan Cyber Physical System. Saat ini, kita tengah berada di pintu gerbang era Revolusi Industri Generasi Keempat atau Industri 4.0. Industri 4.0 tersebut adalah nama tren yang diberikan untuk menyebut otomasi dan pertukaran data terkini di dalam teknologi pabrik. Istilah Industri 4.0 tersebut mencakup sistem siber fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Dengan dilengkapi peralatan canggih yang digerakkan dengan komputerisasi dan digitalisasi itu, Industri 4.0 menghasilkan “pabrik cerdas”. Maksudnya, kegiatankegiatan di dalam pabrik dilakukan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


dengan efentif dan efisien serta cepat. Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat internet untuk segala (internet of things / IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerjasama satu sama lain dan dengan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai. Istilah “Industri 4.0” berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik. Istilah “Industri 4.0” kemudian diangkat kembali di dalam pergelaran Hannover Fair tahun 2011. Pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0 itu kepada pemerintah federal Jerman. Anggota Kelompok Kerja Industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0.

Perhutani 4.0 Seiring dengan langkah pemerintah menyiapkan roadmap Industri 4.0 itu, Perum Perhutani juga mencanangkan langkah sejalan dengan mengusung tema tahun 2019, yaitu “Perhutani 4.0+ : Governance Through Connectivity”. Hal itu dikatakan oleh Direktur Utama Perhutani, Denaldy M Mauna, mengawali kinerja perusahaan di tahun 2019. Menurut Denaldy M Mauna, untuk dapat terus mendorong pertumbuhan perusahaan, proses perwujudan perpaduan perbaikan Good Corporate Governance (GCG) dengan konsep kerja Industri 4.0 merupakan suatu keharusan.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Apalagi jika Perum Perhutani ingin mewujudkan cita-cita menjadi perusahaan kelas dunia di bidang pengelolaan sumber daya hutan. “Di dalam mewujudkan program GCG, kita akan mengawali dengan penerapan ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Suap (SMAP) di seluruh tingkatan organisasi. Dengan basis teknologi informasi SAP, akan diterapkan Perhutani Union QRCode, dalam meningkatkan konektifitas dan pengendalian data tebangan hingga penjualan kayu. Konektifitas merupakan hal yang penting dalam mengintegrasikan antara hulu – hilir – konsumen, antara satuan unit kerja, termasuk pemangku kepentingan, dalam menunjang penerapan tata kelola perusahaan yang baik dengan memperkuat unsur Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness,” jelasnya.

Artinya, Perhutani mencoba menerapkan IT Platform secara digital dengan mengintegrasikan manusia, proses, mesin, fisik sumber daya hutan dan industri ecosystem forestry dengan memperkuat transparansi, responsibility, independen dan fairness. Seluruh proses itu pada akhirnya bermuara pada upayauntuk mewujudkan cita-cita perusahaan, yaitu menjadi perusahaan kelas dunia di bidang pengelolaan sumber daya hutan. Selanjutnya, perlu menjadi komitmen bersama seluruh insan Perhutani untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Sehingga,citacita itu dapat terwujud secara nyata. Bukan hanya angan-angan semata. Dan langkah awal ke arah perwujudan cita-cita itu kini telah diayunkan. Langkah-langkah selanjutnya pun segera terayun. Bravo! • DR

DUTA Rimba 11


RIMBAutama

12 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Program dan Komitmen Kerja Tahun 2019

Telah Ditetapkan Mengawali tahun 2019, Perum Perhutani mencanangkan tekad untuk mengoptimalkan jalinan konektifitas antara hulu-hilir-konsumen dan pemangku kepentingan. Koneksi yang optimal dan maksimal itu ditujukan untuk mendorong perusahaan menuju, mencapai, dan mewujudkan cita-citanya menjadi perusahaan kehutanan kelas dunia. Hal itu akan dicapai dengan mewujudkan tata kelola yang baik (Good and Clean Governance) dengan konsep industri 4.0.

R

uang Aula di Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) SDM Perum Perhutani, Madiun, Jawa Timur, Jumat, 11 Januari 2019. Momen di hari itu menjadi titik kulminasi dimulainya semangat baru di tubuh perusahaan negara di sektor kehutanan ini. Di hari itu, Perum Perhutani mengadakan kegiatan kick off meeting 2019. Kegiatan tersebut dihadiri oleh semua unsur dari seluruh Unit Kerja yang ada di dalam tubuh Perum Perhutani. Kegiatan di hari Jumat itu disebut titik kulminasi, karena rangkaian kegiatan pertemuan dan perumusan sebenarnya telah

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

diselenggarakan sejak Rabu, 9 Januari 2019. Rangkaian acara selama 3 hari tersebut digelar dalam rangka penetapan program dan komitmen kerja Perhutani di awal tahun 2019. Sedangkan kegiatan di hari Jumat itu merupakan pencanangan secara resmi program kerja dan tema yang akan mewarnai seluruh rangkaian kerja Perhutani yang akan dilakukan sepanjang tahun 2019. Rangkaian kegiatan selama tiga hari itu diawali dengan evaluasi kerja selama tahun 2018. Kegiatan itu diadakan di hari pertama. Paparan berisi evaluasi kerja tahun 2018 itu disertai pula penjelasan tentang program strategi budaya (prostrada) Perhutani. Seluruh

DUTA Rimba 13


rimbaUTAMA

personel yang hadir di saat itu mendapatkan suntikan semangat agar menyukseskan prostrada Perhutani. Di hari kedua, kegiatan terdiri dari pemaparan tentang bussines plan (rencana bisnis) dan RJP (Rencana Jangka Panjang) 2019 – 2024. Hal ini menjadi pembahasan yang cukup penting, karena dengan penyusunan RJP, terlihat proyeksi tentang kondisi yang ingin dicapai Perhutani dalam lima tahun ke depan. Dan, di hari ketiga kegiatan utamanya diisi dengan penyampaian materi pencerahan dari Direksi Perhutani. Inti kegiatan tiga hari tersebut sebenarnya adalah penetapan komitmen bersama terhadap program kerja perusahaan yang tertuang baik di dalam bussines plan (rencana bisnis) maupun RJP (Rencana Jangka Panjang) 2019 – 2024. Pelaksanaannya yang di awal tahun juga seakan menandai semangat baru dalam mengawali

14 DUTA Rimba

tahun yang baru. Nah, karena dilakukan di awal tahun yang baru, kegiatan ini kemudian dikemas dalam satu tajuk “Kick Off Meeting”. Di dalam rangkaian kegiatan Kick Off Meeting tersebut, juga berlangsung penandatanganan kontrak kerja manajemen dari setiap unit kerja Perum Perhutani serta pengikraran komitmen 4T. Hal itu merupakan langkah awal Perhutani dalam menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) di seluruh tingkatan organisasi. Intinya, di tahun 2019 ini, Perhutani mengusung tema “Perhutani 4.0+: Governance Through Connectivity”. Artinya, Perum Perhutani akan menjalin konektifitas antara hulu-hilirkonsumen serta pemangku kepentingan untuk mencapai dan mendorong perusahaan dengan tata kelola yang baik (GCG) dengan konsep industri 4.0. Terkait hal tersebut, di dalam sambutannya,

Direktur utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, menjelaskan peran peningkatan konektifitas merupakan penunjang penerapan tata perusahaan yang baik. “Perhutani mencoba menerapkan IT Platform secara digital dengan mengintegrasikan manusia, proses, mesin, fisik sumber daya hutan, dan industri ecosystem forestry dengan memerkuat transparansi, responsibility, independent, dan fairness,” jelas Denaldy. Denaldy menjelaskan pula, di saat bersamaan Perhutani juga melakukan restrukturisasi dan transformasi yang meliputi proses bisnis Perhutani Grup hingga ke tahap restrukturisasi perusahaan. “Proses restrukturisasi tersebut dilakukan dalam lima tahapan. Yaitu melalui Situation Analysis, Management Change, Emergency Actions, restrukturisasi bisnis atau Business Restucturing, dan Normal to Growth,” paparnya.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Gencar Sosialisasi Sebagai tindak lanjut upaya mewujudkan Program dan Komitmen Kerja Perhutani Tahun 2019 yang merupakan bagian dari hasil-hasil kick off meeting tersebut, selanjutnya Denaldy gencar melakukan sosialisasi tentang Perhutani 4.0+ yang mengedepankan tagline “Governance through connectivity”. Bahwa di era bisnis modern seperti ini, konektivitas atau keterhubungan menjadi unsur utama yang menjiwai seluruh proses kegiatan yang ada di sebuah badan usaha. Hal itu merupakan ciri revolusi industri generasi keempat atau lazim disebut “Industri 4.0” yang saat ini tengah berlangsung. Sebab, tanpa konektivitas yang baik, proses bisnis menjadi lebih panjang, karena keputusan tidak dapat ditelurkan dengan cepat, sementara perkembangan dunia usaha bergerak demikian cepat. Perkembangan dunia

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

usaha yang bergerak demikian cepat itu memerlukan keputusan yang juga cepat, dan konektivitas menjadi hal yang sentral di sana. Maka, badan usaha yang tidak dapat mengimbangi kecepatan perkembangan dunia usaha di luar sana, sudah tentu akan ketinggalan. Dan jika ketinggalan, di era sudah demikian maju ini, akan sulit bagi badan usaha tersebut untuk dapat bersaing dalam kompetisi. Perhutani sendiri selama ini telah membuktikan diri mampu beradaptasi dengan industri dan perkembangan bisnis di era baru dalam perkembangan dunia bisnis dan industri yang saat ini tengah kita hadapi. Misalnya, Perhutani telah mengembangkan Sistem Penjualan Online dengan tajuk “Toko Perhutani”. Selain itu, Perhutani juga mengembangkan aplikasi mobile Toko Perhutani yang merupakan mobile apps pertama platform produk kehutanan yang akan terus

diperkaya dengan fitur-fitur yang memudahkan proses transaksi dan interaksi produk-produk kehutanan dari Perhutani. Artinya, Perum Perhutani sejauh ini mampu berpijak, bertahan, bahkan berjaya di era persaingan dunia digital itu. Salah satu wujud kemampuan Perhutani beradaptasi dengan era baru digitalisasi industri itu, selain website penjualan online dan aplikasi mobile Toko Perhutani, juga terlihat dengan penerapan barcode atau kode batang dalam proses pemasaran kayu Perhutani. Penerapan teknologi barcode atau kumpulan data optik yang bisa dibaca dengan mesin pada kayu jati hasil tebangan dari hutan Perum Perhutani itu antara lain telah diterapkan di KPH Randublatung. Dan saat ini,pelatihan tentang penerapan teknologi barcode itu terus dilakukan di sejumlah KPH. Teknologi barcode yang diterapkan di Perhutani adalah

DUTA Rimba 15


rimbaUTAMA Di dalam paparannya di hadapan ratusan mahasiswa yang hadir ketika itu, Denaldy kembali menjelaskan mengenai proses Restrukturisasi dan Transformasi Perum Perhutani. Selain itu, juga tentang tema yang diusung Perum Perhutani sepanjang tahun 2019 ini, yaitu “Perhutani 4.0+: Governance Through Connectivity”. Bahwa sepanjang tahun 2019 Perhutani mengedepankan tema keterhubungan atau konektivitas, yaitu menjalin konektivitas antara hulu-hilir-konsumen serta pemangku kepentingan untuk mencapai dan mendorong perusahaan dengan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance/GCG) dengan konsep industri 4.0. Usai tampil sebagai pembicara, di kesempatan itu Denaldy juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU/Nota Kesepahamanan) antara Unpad dengan Perum Perhutani tentang Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan SDM.

Terus Bina Sinergi

sebuah cara untuk mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel. Data yang dihasilkan itu memuat semua informasi mengenai asal-usul kayu serta ukuran dan volume kayu yang dihasilkan dari hutan, sebelum dibawa ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK). Hal-hal itu antara lain dikemukakan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, saat berkesempatan tampil menjadi narasumber dalam kegiatan “Kuliah Umum Direktur Utama BUMN” di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jumat, 1 Maret 2019. Kegiatan tersebut antara lain dihadiri oleh Keri Lestari (Wakil Rektor Unpad Bidang Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kerja sama, dan

16 DUTA Rimba

Korporasi Akademik), dan Gilarsi W Setijono (Direktur Utama PT Pos Indonesia). Selain Denaldy, Gilarsi juga tampil sebagai narasumber di hari itu. Kegiatan yang diselenggarakan oleh BUMN Centre of Excellent (BCE) Universitas Padjadjaran ini dihadiri oleh sekitar 600 orang mahasiswa. Rangkaian kegiatannya dilaksanakan sejak tanggal 20 Februari 2019 hingga 6 Maret 2019. Selama penyelenggaraan kegiatan tersebut, beberapa CEO BUMN diundang untuk tampil sebagai narasumber. Tujuannya untuk meningkatkan wawasan mahasiswa tentang gayagaya kepemimpinan CEO, serta profil dan strategi bisnis BUMN yang ada di Republik Indonesia.

Selain itu, Perhutani juga aktif menjalin sinergi dengan banyak pihak, khususnya pemangku kepentingan terkait bidang pengelolaan sumber daya hutan. Misalnya, jalinan sinergi di antara Perum Perhutani dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dalam hal terkait pengamanan hutan. Hal itu diwujudkan saat Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna dan Asisten Operasi Kapolri Irjen Pol Deden Juhara mewakili Kapolri, melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding / MoU) tentang pengamanan hutan dan penegakan hukum di wilayah kerja Perum Perhutani, Senin, 7 Januari 2019, di Mabes Polri, Jakarta. Sebenarnya, jalinan kerja sama

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


dan sinergi di antara Perhutani dengan POLRI bukan baru kali ini saja terjadi. Sebab, Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Perum Perhutani dengan POLRI di awal tahun 2019 ini sendiri merupakan lanjutan dari Nota Kesepahaman Nomor 045/SJ/Dir/2012 dan Nomor B/29|VI/2012 tanggal 19 Juni 2012, tentang Pengamanan Hutan di Wilayah Kerja Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Lanjutan, karena di tahun 2017 nota kesepahaman tersebut telah berakhir masa berlakunya. Perum Perhutani sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan di Pulau Jawa dengan total kawasan hutan seluas 2,442 juta hektar. Sehingga, jalinan sinergi dengan POLRI dibutuhkan, karena kegiatan pengamanan aset negara berupa sumber daya hutan merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, sinergi juga dijalin Perhutani dengan kalangan kampus. Wujud konkritnya antara lain berupa Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (MMB) tahap I tahun 2019. Kegiatan MMB tersebut dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) SDM Perhutani, pada Kamis 31 Januari 2019. Program MMB sendiri yang merupakan aplikasi dari BUMN hadir untuk negeri serta dalam rangka pengayaan wawasan dan keterampilan mahasiswa seIndonesia.

Peningkatan Kualitas Layanan Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan seiring dengan hadirnya Perhutani di tengah era Industri 4.0 ini adalah peningkatan kualitas layanan. Sebab, di saat industri di seluruh dunia tengah

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Di era internet seperti ini, kondisi pelanggan dan pasar demikian dinamis. Maka, perusahaan yang spesialis harus selalu bisa beradaptasi dengan pasar baru yang selalu bergerak dinamis. Perusahaan harus mampu dengan cepat dan lancar beradaptasi terhadap perubahan musiman dan kondisi tren di pasar. bergerak secara bersama dalam sebuah kompetisi besar, semua pihak pasti berusaha untuk dapat memenangkan kompetisi itu. Dan untuk memenangkan kompetisi, setiap entitas harus fokus terhadap core business dan core competency yang ia miliki. Sehingga melahirkan perusahaan-perusahaan spesialis. Perusahaan yang spesialis harus berorientasi kepada pelanggan. Sedangkan di era internet seperti ini, kondisi pelanggan dan pasar demikian dinamis. Maka, perusahaan yang spesialis harus selalu bisa beradaptasi dengan pasar baru yang selalu bergerak dinamis. Perusahaan harus mampu dengan cepat dan lancar beradaptasi terhadap perubahan musiman dan kondisi tren di pasar. Di sisi itu, Perhutani juga perlu selalu mengikuti tren dunia bisnis sehingga dapat selalu memenuhi keinginan konsumen dengan menghadirkan kemudahankemudahan dalam rangka meningkatkan kualitas layanan terhadap konsumen. Memang, tak dapat diingkari, Perhutani masih perlu terus melakukan transformasi infrastruktur IT. Tetapi, hal itu bukan hanya dialami Perhutani saja. Sebab, pada kenyataannya, seluruh elemen industri di Indonesia hingga saat ini masih memerlukan transformasi infrastruktur IT. Selain itu, Indonesia juga masih memerlukan penegakan kedaulatan data, serta kehadiran

Undang-Undang Perlindungan Pribadi. Sebab, di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan internet ini, setiap orang atau badan yang memiliki kemampuan akan dapat melakukan akses terhadap data pribadi yang dimiliki setiap orang. Jika tidak ada jaminan perlindungan terhadap data pribadi tersebut, dikawatirkan data pribadi setiap orang dapat dengan muda diakses dan privasi menjadi hal yang sangat sulit diterapkan. Tentu saja, di satu sisi hal itu dapat meresahkan. Di samping peningkatan kualitas layanan dan menghadirkan layanan berkualitas prima kepada konsumen, Perhutani juga perlu melakukan edukasi kepada masyarakat. Sebab, sejauh ini kemampuan masyarakat dalam beradaptasi dengan sistem baru yang sangat terkoneksi dengan internet dan jaringan itu masih belum sama. Sehingga, untuk dapat menerapkan layanan dengan kualitas prima yang menggunakan jaringan dan konektivitas itu, Perhutani perlu terus melakukan sosialisasi teradap masyarakat. “Termasuk dengan penerapan 4DX dan manifestasi tata nilai budaya INTIKU (Integritas, Inovasi, Fokus Kepada Pelanggan, Unggul). Komitmen implementasi program perusahaan tersebut harus terus digelorakan dengan penuh antusiasme hingga terwujud cita-cita Perhutani, menjadi Perusahaan Kelas Dunia,” tegas Denaldy M Mauna. • DR

DUTA Rimba 17


rimbaUTAMA

Tahun Baru, Semangat Baru,

Direktur Baru Di bulan kedua tahun 2019, terjadi perubahan di jajaran Direksi Perum Perhutani. Menandai semangat baru yang mengiringi datangnya tahun yang baru, kehadiran Direktur Baru Perhutani di jajaran Direksi diharapkan akan memberikan kesegaran dalam kinerja Perhutani selanjutnya. Sebab, Perhutani sebagai sebuah badan usaha kini dihadapkan kepada tuntutan untuk terus meningkatkan produktivitas demi meraih laba.

A

wal tahun 2019 menjadi lembaran baru bagi Perum Perhutani. Mengawali tahun yang lazim disebut tahun politik ini, BUMN di sektor kehutanan tersebut mendapatkan darah baru di jajaran direksi. Sebab, dua nama baru ditunjuk mengisi dua posisi direksi Perhutani. Secara resmi, direksi BUMN mendapatkan satu nama baru yang menggantikan pejabat lama pada 4 Februari 2019. Di hari itu, bertempat

18 DUTA Rimba

di Gedung Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan-Jakarta, Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, yang mewakili Menteri BUMN, menyerahkan Salinan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-43/MBU/02/2019 tanggal 4 Februari 2019 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Direksi Perum Perhutani kepada Bambang Catur Wahyudi. Penyerahan SK tersebut menandakan resminya Bambang

Catur Wahyudi mengisi posisi Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani. Bambang Catur Wahyudi menggantikan Direktur Pengembangan Bisnis Perusahaan Perum Perhutani yang sebelumnya dijabat oleh Agus Setya Prastawa. Selanjutnya, Agus menjabat sebagai Direktur Utama PT Inhutani I. Bambang Catur Wahyudi sebelumnya menjabat sebagai Kepala Divisi Regional Jawa Tengah Perum Perhutani.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Di dalam sambutannya ketika itu, Wahyu Kuncoro menyampaikan pesan agar direksi baru Perhutani segera dapat menyesuaikan diri. Setelah menyesuaikan diri, selanjutnya direktur baru akan dapat segara menjalankan tugas dengan baik, karena perkembangan dunia usaha begitu cepat seiring dengan bergulirnya waktu. “Harapannya, direksi baru agar

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

tidak berlama-lama belajar dan segera menyesuaikan diri karena kita bertarung dengan waktu,” katanya. Saat ini, jajaran Direksi Perum Perhutani diisi oleh Denaldy M Mauna sebagai Direktur Utama, dengan para Direktur lainnya adalah Sugiarti (Direktur Keuangan), Hari Priyanto (Direktur Operasional), Endang Suraningsih (Direktur SDM, Umum, dan IT) dan Bambang Catur Wahyudi

(Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran).

Dua Misi Penyesuaian diri seperti yang dipesankan Wahyu Kuncoro itu diperlukan, karena Perum Perhutani merupakan perusahaan negara yang memiliki visi dan misi khusus. Sebagai BUMN yang bergerak di sektor kehutanan, Perum Perhutani

DUTA Rimba 19


rimbaUTAMA

mengemban dua misi. Yang pertama adalah misi sebagai pengelola hutan. Misi ini merupakan tugas negara yang dibebankan kepada Perhutani. Yaitu, Perhutani diberikan wewenang dan bahkan kewajiban untuk mengelola lahan hutan seluas 2,4 juta hektare agar lestari. Pengelolaan lahan hutan agar lestari itu perlu terus dijaga agar dapat selalu menyejahterakan masyarakat sekaligus juga menyejahterakan karyawannya. Hal itu merupakan core activity atau aktivitas inti yang diberikan kepada Perum Perhutani. Yang kedua adalah misi sebagai sebuah entitas bisnis. Perum Perhutani sebagai sebuah perusahaan berarti selalu mengemban aspek bisnis di dalam setiap aktivitasnya. Bagaimanapun, bisnis Perhutani itu harus tumbuh. Untuk dapat mencapai pertumbuhan bisnis agar bisa mencapai nilainilai atau target-target yang telah ditetapkan, maka Perum Perhutani harus mengusahakan agar seluruh jalinan bisnisnya itu dapat tumbuh sesuai dengan harapan. Sumber dari

20 DUTA Rimba

pencapaian target dan nilai itu adalah dari sumber daya hutan yang berada di wilayah kerja Perum Perhutani. Apalagi, sejak memasuki usia 51 tahun, Perum Perhutani telah mencanangkan target bahwa di tahun 2020 nanti, Perhutaniakan terus tumbuh dan berkembang, sehingga pendapatan perusahaan akan bisa mencapai nilai di atas dua puluh trilyun rupiah. Sehingga, di masa itu Perhutani akan mewujudkan salah satu cita-citanya, menjadi perusahaan kelas dunia yang bergerak di sektor kehutanan. Yang perlu diingat, untuk mencapai pendapat di atas dua puluh trilyun rupiah itu, Perhutani tidak bisa lagi semata-mata hanya mengandalkan sumber pendapatan dari sumber daya hutan berupa kayu dan non kayu saja. Sebab, dua hal itu tidak akan cukup. Sehingga, Perhutani harus benar-benar mengembangkan dan mengoptimalkan industriindustri yang sudah direncanakan sebelumnya. Artinya, Perhutani harus melihat bahwa industrialisasi

atau hilirisasi di sektor kehutanan merupakan hal yang penting digarap serius. Problema-problema di bidang perencanaan dan pengembangan bisnis itulah yang kini ada di pundak Bambang Catur Wahyudi. Sebelumnya, dalam tahun-tahun yang telah dilewati Perum Perhutani, disadari bahwa sejak terbentuknya perusahaan di sektor kehutanan bernama Perum Perhutani ini dulu, Perhutani hanya kuat di core activity yang berupa sumber daya hutan. Mulai dari penanaman hutan sampai kepada penebangan hutan dan mendapatkan kayu. Selanjutnya, proses lanjut hingga ke sektor hilir, Perhutani masih mengalami kelemahan. Hal itu perlu diakui. Sehingga, masih banyak hal yang mungkin perlu dibenahi, khususnya dalam hal business activity. Unit-unit bisnis yang ada di Perum Perhutani perlu dibenahi sekaligus ditingkatkan sehingga kinerjanya bisa optimal dalam mendongkrak pendapatan perusahaan. Sebab, selama ini banyak unit bisnis di tubuh Perum Perhutani yang sebenarnya berjalan, tetapi tidak pernah dilakukan analisisanalisis terhadap proses berjalannya unit-unit bisnis tersebut. Di masa depan, hal itu menjadi salah satu bahan kajian di sektor perencanaan dan pengembangan bisnis. Seiring berjalannya waktu, saat ini di usianya yang sudah terbilang matang, Perhutani perlu mendalami proses untuk terus berpikir dan menjalankan ritme untuk mencari yang terbaik. Itu merupakan proses yang akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti. Proses mencari yang terbaik bisa dikatakan merupakan sesuatu yang never ending process. Sebab, seperti kita ketahui, ketika sebuah perusahaan sudah memiliki produk, maka ia harus membenahi pemasarannya. Sehingga, produk

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


tersebut dapat terserap pasar. Setelah pemasarannya dibenahi, mereka juga akan membenahi organisasinya. Sehingga, jalannya proses produksi hingga pemasaran dapat betul-betul tertata dengan baik dan memberikan hasil yang baik pula. Jika sudah membenahi organisasi, perusahaan tersebut akan juga melihat pesaing-pesaingnya. Apa saja yang dihasilkan para pesaing yang mereka tidak punyai. Hal itu harus diperhatikan betul agar bisa memenangkan persaingan di tengah pasar. Terus berlanjut. Setelah melihat para pesaing, akan ada banyak hal lain yang perlu menjadi perhatian untuk terus ditelaah dan dibenahi. Terus begitu. Berkembang terus, untuk mencapai cita-cita perusahaan. Baik di bidang sumber daya manusia, produksi, produk, servis, pemasaran, dan sebagainya.

Saling Menopang Langkah kini telah terayun. Perum Perhutani telah memantapkan tekad untuk berkembang dan terus tumbuh

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

menjadi besar. Salah satu langkah untuk menjadi besar itu adalah dengan mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Termasuk dengan mengembangkan sektor hilir lewat revitalisasi industri. Harapan yang tertancap seiring dengan ayunan langkah tersebut adalah agar sektor kayu dan non kayu yang merupakan core business Perhutani akan dapat saling menopang lewat industrialisasi hasil-hasil hutan ini. Diharapkan untuk saling menopang. Jadi, sektor non kayu diharapkan tidak akan menjadi beban bagi sektor kayu. Maksudnya, pendapatan dari sektor non kayu Perhutani itu harusnya bisa menutup segala macam biaya yang ditimbulkan dari direktorat-direktorat yang terlibat menangani proses produksi untuk produk-produk non kayu itu sendiri. Sehingga, jika Perhutani akan melakukan aktivitas-aktivitas produksi dan perdagangan produk-produk non kayu, harus ada kejelasan terkait dengan hitung-hitungan soal untung

dan ruginya. Dengan demikian, manajemen Perhutani hendaknya sangat proaktif di dalam proses pengambilan keputusan terutama yang terkait sektor keuangan, semisal menentukan harga produk dan sebagainya. Apabila hal ini dapat diterapkan dengan konsisten dan konsekuen, bisa dikatakan bahwa tercapainya cita-cita menjadi perusahaan kelas dunia itu merupakan sebuah keniscayaan. Demikianlah. Sesungguhnya jika dilihat dari potensi dan areal yang Perhutani miliki, masih sangat banyak yang bisa dikembangkan. Potensinya sesungguhnya sudah sangat mencukupi. Yang perlu diperhatikan tinggal soal peningkatan produktivitasnya. Dan arah menuju ke sana sudah dimulai. Langkah yang sudah terayun ini selanjutnya perlu dilanjutkan dengan langkah-langkah lain. Sehingga, pencapaian cita-cita serta perwujudan visi dan misi Perhutani untuk menjadi perusahaan kelas dunia pun akan menjadi sebuah kenyataan. • DR

DUTA Rimba 21


RIMBAkhusus

22 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Perhutanan Sosial dan Upaya Membangun Indonesia dari Pinggiran

Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan salah satu program unggulan, yaitu Membangun Indonesia dari Pinggiran. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) lalu mendefinisikan upaya membangun Indonesia dari pinggiran itu salah satunya dengan program Perhutanan Sosial. Seperti apa wujud konkret program Perhutanan Sosial dan upaya membangun Indonesia dari pinggiran itu serta realisasinya di lapangan?

S

uasana gembira melingkupi para petani tambak di lokasi Perhutanan Sosial di Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Bukan saja karena mereka tengah melakukan panen udang vannamei di hari itu, Rabu 30 Januari 2019. Tetapi juga karena di hari itu mereka kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Presiden RI, Joko Widodo, ketika itu melakukan kunjungan kerja ke lokasi Perhutanan Sosial tersebut, dalam rangka panen udang vaname di lokasi Perhutanan itu. Presiden yang akrab dengan sapaan Jokowi saat itu berkesempatan melakukan panen

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di tambak udang yang termasuk Kawasan milik Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor. Sejumlah Menteri Kabinet Kerja turut hadir dan mendampingi Presiden dalam kegiatan tersebut. Di antaranya Menteri LHK, Menteri BUMN, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri PU dan Perumahan Rakyat. Juga hadir di acara itu Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, serta direksi beberapa BUMN lainnya. Ketika memberikan sambutan di hadapan seluruh yang hadir, Presiden Jokowi mengharapkan petani dan petambak udang dapat menggunakan lahan perhutanan sosial dengan produktif, sehingga

bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Jokowi menjelaskan, lewat program Perhutanan Sosial ini, warga yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki akses legal untuk mengelola kawasan hutan. Akses legal itu berupa izin untuk ikut mengelola kawasan hutan. Salah satu bentuk pengelolaan kawasan hutan itu adalah budi daya udang vaname dengan tambak itu. “Dari izin seluas 80,90 hektare, sampai saat ini baru berjalan di luasan sekitar 10 hektare. Kita masih mencari pola yang sesuai untuk diterapkan dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi petani tambak udang,” jelas Jokowi. Kawasan Muara Gembong, Bekasi, ditetapkan sebagai salah satu

DUTA Rimba 23


rimbakhusus kawasan hutan sosial berdasarkan SK IPHPS Nomor 3767/MENLHKPSKL/PKPS/PSL.0/7/2017 tanggal 3 Juli 2017. Hal itu dijelaskan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, di kesempatan yang sama. Lebih lanjut, Denaldy menjelaskan, Izin pengelolaan kawasan hutan sosial untuk lokasi budi daya udang vaname tersebut diberikan kepada Kelompok Tani Mina Bakti seluas 80,90 Hektare. Penyerahannya dilakukan tanggal 2 November 2017 oleh Presiden RI, Joko Widodo, kepada 38 Kepala Keluarga. “Setiap petani tambak mengelola kurang lebih 2 hektare dengan design silvofishery pola komplangan, yakni dari luasan masing masing tambak, 60% untuk areal budi daya perikanan atau udang dan 40% lagi untuk konservasi mangrove,” tutur Denaldy. Ada upaya lain yang telah dilakukan dalam rangka menunjang perekonomian masyarakat setempat selain pelaksanaan revitalisasi tambak dan rehabilitasi mangrove. Antara lain dengan telah dibangunnya jalan dan jembatan penyembarangan yang melintasi Sungai Citarum. Selain itu, juga telah dilakukan kegiatan electricity (pemasangan listrik) ke rumah-rumah keluarga tidak mampu. Direncanakan, electricity tersebut dilakukan teradap 309 rumah yang berada di dua Kecamatan.

Untuk Pemerataan Ekonomi Kegiatan Presiden Joko Widodo terkait program Perhutanan Sosial berlanjut seminggu kemudian. Jumat, 8 Februari 2019, Presiden Jokowi melakukan penyerahan Surat Keputusan (SK) Program Pengakuan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (KULIN KK) dan Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS), di wilayah hutan negara yang dikelola Perum Perhutani di Wana Wisata Pokland (Pongpok Landak), yang

24 DUTA Rimba

termasuk dalam wilayah pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur. Di kegiatan yang bertema “Hutan Sosial Untuk Pemerataan Ekonomi” itu, Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, hadir selaku tuan rumah. Kegiatan itu juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, Menteri BUMN Rini Soemarno, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil, Plt. Bupati Cianjur Herman Suherman, Direktur BUMN terkait, dan sejumlah pejabat lainnya. Juga dihadiri oleh lebih dari 3.500 orang peserta yang terdiri dari unsur masyarakat, anggota LMDH, anggota KTH, dan tenaga pendamping masyarakat.

Acaranya diawali dengan proses edukasi kepada masyarakat penerima Surat Keputusan Hutan Sosial. Dilanjutkan dengan penyerahan tropi terhadap sembilan Tokoh Hutan Sosial pilihan Tempo 2018, penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Menko Perekonomian, penyerahan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Menteri BUMN, penyerahan bibit tanaman buahbuahan sejumlah 7.000 plances dari Perum Perhutani dan Kementerian LHP, dan penyerahan alat ekonomi produktif oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebagai puncak acara, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melaksanakan penyerahan SK Hutan Sosial sebanyak 42 SK, terdiri dari 4 SK IPHPS dan 38 SK

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Kulin KK dengan luas 13.976,28 Hektare untuk 8.941 KK. Ribuan KK yang menerima SK tersebut tersebar di sejumlah wilayah yang meliputi 12 Kota/Kabupaten, yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Indramayu, Majalengka, Sumedang. Di dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menyampaikan agar pemberian SK Hutan Sosial kepada masyarakat dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab, pemberian SK tersebut setiap tahun akan dievaluasi produktivitasnya. Ia menambahkan, merupakan tugas kita bersama untuk mengawal lahan yang sudah diberikan itu agar menjadi produktif. Tidak hanya di Jawa Barat tetapi juga di Provinsi lain, mengingat target luas total Hutan Sosial adalah 12,7 juta Hektare. Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyampaikan, kondisi geologi di Jawa Barat. Di provinsi dengan jumlah penduduk 50 juta orang itu, menurut dia, masih terjadi ketimpangan antara Desa dan Kota. Maka, dengan adanya pemberian SK Hutan Sosial tersebut akan mengurangi kesenjangan ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, Perhutani sangat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan program pemerintah. Hal itu dibuktikan dengan luas hutan sosial di wilayah kerja Perhutani yang sampai saat ini mencapai seluas 57.137,26 Hektare.

Akses Legal Kelola Hutan Perhutanan Sosial sendiri merupakan salah satu wujud dari Nawacita. Nawacita adalah sembilan program kerja unggulan pemerintahan Joko Widodo –

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Presiden Joko Widodo menyampaikan agar pemberian SK Hutan Sosial kepada masyarakat dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab, pemberian SK tersebut setiap tahun akan dievaluasi produktivitasnya. Jusuf Kalla. Khususnya di butir kesatu, keenam, dan ketujuh. Butir kesatu Nawacita berbunyi “Negara hadir melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Indonesia”. Butir keenam berbunyi “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional”. Dan isi butir ketujuh adalah “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.” Program Perhutanan Sosial merupakan definisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap program Nawacita tersebut. Sebab, tujuan digulirkannya program perhutanan sosial tersebut

adalah untuk melakukan pemerataan ekonomi dan mengurangi ketimpangan ekonomi melalui tiga pilar, yaitu lahan, kesempatan usaha, dan sumber daya manusia. Wujud konkretnya adalah, Perhutanan Sosial memberikan akses legal kepada masyarakat terhadap lahan yang termasuk kawasan hutan negara seluas 12,7 Juta Hektare. Ada sejumlah kalangan yang menjadi pelaku kegiatan PerhutananSosial. Di antaranya adalah Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) atau Lembaga Adat; Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), dan Koperasi; Masyarakat Hukum Adat (MHA), dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

DUTA Rimba 25


rimbakhusus

Akses legal pengelolaan kawasan hutan negara tersebut dibuat dalam lima skema pengelolaan. Kelima skema itu adalah skema Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR/IPHPS), Hutan Adat (HA), dan Kemitraan Kehutanan. Hutan Desa adalah hutan negara yang hak pengelolaannya diberikan kepada lembaga desa untuk kesejahteraan desa. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Hutan Tanaman Rakyat adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hutan adat. Sedangkan skema terakhir adalah Kemitraan Kehutanan, dimana adanya kerja sama antara masyarakat setempat

26 DUTA Rimba

Perhutanan Sosial memungkinkan masyarakat melakukan pengelolaan atas hutan negara. Tetapi Pelaku Perhutanan Sosial sudah diatur. dengan pengelola hutan, pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan, jasa hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan. Perhutanan Sosial memungkinkan masyarakat melakukan pengelolaan atas hutan negara. Tetapi Pelaku Perhutanan Sosial sudah diatur. Pelaku Perhutanan Sosial adalah kesatuan masyarakat secara sosial yang terdiri dari Warga Negara Republik Indonesia, yang tinggal di kawasan hutan atau di dalam kawasan hutan atau di dalam kawasan hutan negara, yang keabsahannya dibuktikan lewat Kartu Tanda Penduduk, dan memiliki komunitas sosial berupa riwayat penggarapan kawasan hutan dan tergantung pada hutan, dan aktivitasnya dapat berpengaruh

terhadap ekosistem hutan.

Niat Sejahterakan Masyarakat Program Perhutanan Sosial sebenarnya sudah didengungkan sejak tahun 1999. Ketika mulai didengungkan itu, keadaan Indonesia pada umumnya masih gamang pasca reformasi. Sehingga, pelaksanaan Perhutanan Sosial menjadi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Bahkan, agenda besar ini lantas menjadi kurang terperhatikan. Seiring bergulirnya waktu, pemerintahan Republik Indonesia kian stabil dan agenda reformasi terus berjalan. Di tahun 2007, program Perhutanan Sosial ini mulai dilaksanakan. Namun, hingga tahun 2014, perjalanan pelaksanaan program Perhutanan Sosial dinilai tersendat. Selama tujuh tahun itu,

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


program Perhutanan Sosial hanya menyentuh sedikit saja wilayah hutan negara. Faktanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mencatat, selama periode 2007-2014, hutan yang terjangkau akses kelola masyarakat hanya mencapai seluas 449.104,23 Hektare. Menyikapi kurangnya wilayah hutan negara yang tersentuh program Perhutanan Sosial ini, setelah periode 2007-2014 tersebut pemerintah melakukan percepatanpercepatan. Selama kurang lebih tiga tahun berjalannya masa Kabinet Kerja di bawah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini, tercatat telah mencapai luasan 604.373,26 Hektare kawasan hutan, legal membuka akses untuk dikelola oleh masyarakat. Semua

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

itu dilakukan dengan niat untuk menyejahterakan masyarakat. Di dalam pelaksanaannya hingga saat ini, sejumlah 239.341 Kepala Keluarga telah memiliki akses legal untuk mengelola kawasan hutan nusantara. Dan sejauh ini pula, sosialisasi serta fasilitasi juga telah dilakukan kepada 2.460 kelompok. Fasilitasi yang dilakukan tersebut adalah dalam bidang Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sendiri memiliki target untuk membentuk dan memfasilitasi lebih kurang 5.000 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial di Indonesia hingga tahun 2019. Niat pemerintah untuk menyejaterakan masyarakat Indonesia ini bukan tidak memiliki tantangan dan hambatan. Jauhnya

masyarakat dari akses infrastruktur menjadi salah satu kendala dalam perlaksanaan verifikasi kelompok masyarakat dan seringkali menjadi hal yang membuat terlambatnya sosialisasi program Perhutanan Sosial. Maka, pendampingan menjadi upaya untuk memaksimalkan sosialisasi itu. Program ini tentu saja membutuhkan banyak sekali tenaga pendamping yang turun ke lapangan. Di dalam kegiatan pendampingan, pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bekerjasama dengan banyak pihak, termasuk LSM. Para pendamping yang turun ke lapangan difungsikan untuk memberikan pengetahuan dan pengidentifikasian potensi kawasan hutan, pengembangan usaha, serta pemasaran hasil usaha masyarakat yang sering kita sebut sebagai akses ekonomi masyarakat, hingga ke penguatan legal sehingga masyarakat mampu mengadvokasi dirinya sendiri. Akses legal mengelola kawasan hutan ini diharapkan akan menjadi jembatan yang mampu memberikan bentuk nyata dari kehadiran negara dalam melindungi segenap bangsa Indonesia, dan memberikan kesejateraan bagi masyarakat khususnya daerah terdepan Indonesia. Hal ini juga sekaligus memberikan penggambaran dari Nawacita butir keenam, yang bertujuan meningkatkan produktivitas masyarakat serta daya saing di tingkat internasional. Sehingga, produk masyarakat bisa bersaing dengan produk-produk dari negara-negara ASEAN lainnya. Hal yang juga menjadi landasan dari dilaksanakannya program Perhutanan Sosial ini adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi, melalui sektor-sektor ekonomi strategis domestik. Bravo! • DR

DUTA Rimba 27


rimbakhusus

Wujud Nyata Keseriusan Pemerintah

di Perhutanan Sosial

Dua BUMN, Perum Perhutani dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, bersinergi dalam menggarap program Perhutanan Sosial. Perum Perhutani menyediakan lahan hutan yang siap digunakan untuk mendukung program Perhutanan Sosial, sementara BNI memberikan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) kepada petani penggarap. Sebuah kerja sama yang menunjukkan keseriusan perusahaan negara dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat tersebut. Menteri BUMN pun menegaskan keseriusan pemerintah dalam program tersebut saat mengunjungi lokasi perhutanan sosial diLumajang, Jawa Timur.

J

umat, 15 Februari 2019 sore, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini M Soemarno, berkesempatan untuk bertatap muka dengan ratusan warga Kecamatan Senduro yang mengikuti Sarasehan Petani Perhutanan Sosial di Hutan Siti Sundari, Dusun Karanganyar. Di kesempatan itu, Rini menyampaikan harapan dia agar Dusun Karanganyar yang terletak di Desa Burno,

28 DUTA Rimba

Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dapat menjadi Dusun BNI. Hutan Sosial Desa Burno merupakan kawasan hutan negara yang diberikan kepada masyarakat setempat untuk dioptimalkan menjadi sumber pendapatan dan penggerak ekonomi masyarakat. Dusun Karanganyar, juga Desa Burno, merupakan salah satu lokasi perdesaan di Jawa Timur yang menjadi tempat berlangsungnya

sinergitas BUMN dalam bentuk optimalisasi penggunaan lahan negara untuk masyarakat. Kawasan hutan Siti Sundari di Desa Burno itu termasuk dalam sembilan lokasi Perhutanan Sosial di Jawa Timur. Di kesempatan itu, Menteri Rini Soemarno mengungkapkan, program Perhutanan Sosial di Kabupaten Lumajang tersebut merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah dalam mendorong perbaikan kesejahteraan petani dan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 29


rimbakhusus

pemerataan ekonomi di wilayah tersebut. Konsep Perhutanan Sosial yang digulirkan pemerintah akan memberikan aspek legal bagi masyarakat untuk mengelola hutan negara. Artinya, masyarakat dapat menanam di hutan rakyat tersebut sembari melestarikan sumber daya hutan. “Saya senang kawasan hutan sosial sudah dimanfaatkan masyarakat, yang artinya optimalisasi lahan sudah berjalan dan masyarakat atau Petani di sini sudah merasakan manfaatnya. Kawasan di sini sangat potensial dan ke depan harus ditingkatkan. Terima kasih juga kepada BUMN yang sudah bersinergi mendukung upaya pemerintah dalam mendorong kesejahteraan petani. Saya harapkan nanti Dusun Karanganyar ini bisa menjadi Dusun BNI,” kata Rini.

30 DUTA Rimba

Di tengah Sarasehan Petani Perhutanan Sosial itu, belasan warga menyampaikan keluh kesah, kendala, dan masukan mereka kepada Rini Soemarno. Beberapa permintaan warga tersebut antara lain tentang penyediaan bibit kopi, mesin penggilingan kopi, mesin pembuatan silase untuk makanan ternak, kemudahan pembayaran cicilan KUR, perbaikan jalan menuju dan ke Dusun Karangnyar, juga penyediaan tempat pendidikan anak usia dini di Dusun Karanganyar. “Kami mengharapkan ada bantuan bibit kopi yang bagus untuk kami karena hutan yang kami tanami cukup luas, sekitar 35 hektare. Juga kalau bisa ada bantuan mesin untuk pembuatan silase makanan ternak, juga fermentasi rumput. Sehingga ketika musim kemarau, kami tidak kesulitan mencari makanan ternak,”

ujar Sinto, seorang peternak sapi perah dan kambing etawa Dusun Karanganyar Desa Burno.

Sinergi Perhutani dan BNI Di dalam pelaksanaan program Perhutanan Sosial, dua BUMN yaitu Perum Perhutani dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, menjalin sinergi. Perhutani menyediakan lahan hutan yang siap digunakan untuk mendukung program perhutanan sosial, sementara BNI memberikan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) kepada petani penggarap. Tahun 2018, melalui program bina lingkungan, BNI memberikan bantuan pembuatan reaktor biogas kepada lima KK di Dusun Karanganyar, Desa Burno. Biogas itu kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas untuk memasak di kompor gas, menggantikan gas elpiji.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Pemerintah mencatat, terdapat 25.863 desa di Indonesia berada di dalam kawasan hutan. Sejumlah 70 persen di antaranya menggantungkan hidup pada sumber daya hutan Selain itu, warga Dusun Karanganyar juga memiliki kandang sapi perah yang difungsikan sebagai lokasi wisata edukasi peternakan sapi perah. Terdapat 24 ekor sapi perah di kandang wisata edukasi itu. Lokasi wisata edukasi yang dikelola oleh LMDH Wono Lestari itu dibangun melalui pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI. BNI mencatat, dari sisi pembiayaan, hingga saat ini perseroan tersebut telah melakukan penyaluran KUR sebesar Rp 4,6 miliar bagi petani di Desa Burno. Fasilitas KUR tersebut dicairkan dalam bentuk Kartu Tani yang terkoneksi dengan sistem database Kelompok Tani yang sudah terregistrasi dari hulu sampai hilir. Mulai pengadaan pupuk, penanaman, sampai pemasaran hasil pertanian dan perkebunan. Di Desa Burno, pemerintah memberikan dukungan berupa SK pengakuan dan perlindungan kemitraan bagi kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wonosari Lestari seluas 940 Hektare untuk anggota sebanyak 367 KK. Petani di Desa Burno memanfaatkan hutan sosial ini untuk aktivitas peternakan, pemeliharaan rumput, madu dan perkebunan kopi. Di hutan sosial Desa Burno, tercatat petani rumput gajah memanfaatkan lahan seluas 133 Hektare dan menghasilkan 1.700 ikat rumput gajah per hari. Sedangkan petani sapi perah di sana tercatat memiliki sapi sejumlah 804 ekor dan menghasilkan 5.172 liter susu per

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

hari. Sementara petani madu setiap tiga bulan dapat memanen dan menghasilkan 30 liter untuk sekali panen. Di kesempatan itu, Menteri Rini berharap, melalui skema pemberdayaan dan pendampingan, kehadiran Perhutanan Sosial di Kabupaten Lumajang pada akhirnya mampu memberikan manfaat terutama dalam memecahkan persoalan sosial ekonomi masyarakat. Sebab, dengan konsep Perhutanan Sosial, petani penggarap dapat memperoleh akses sumber pendanaan, mendapatkan kepastian pasar atau serapan hasil produksi, mendapatkan pembinaan intensif dari departemen terkait serta perbankan, dan mendapatkan pendapatan tambahan yang pada akhirnya mampu meningkatan kesejahteraan hidup para petani.

Optimalisasi Lahan Di Desa Burno pula, Rini berkesempatan melihat pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas, program bantuan dari BNI. Rini juga berkunjung ke kandang sapi perah yang menjadi lokasi wisata edukasi peternakan sapi perah di desa tersebut. Kandang sapi untuk wisata edukasi itu juga hasil dari pembiayaan BNI melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program Perhutanan Sosial yang digulirkan pemerintah tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi lahan milik Perum Perhutani yang dikuasai dan digarap secara liar oleh petani. Jumlahnya hingga kurang lebih

12 juta hektare. Penggarapan liar itu dilakukan masyarakat tanpa memerhatikan kondisi lingkungan dan keseimbangan alam, serta ditemukan praktik jual beli lahan di lapangan. Pemerintah mencatat, terdapat 25.863 desa di Indonesia berada di dalam kawasan hutan. Sejumlah 70 persen di antaranya menggantungkan hidup pada sumber daya hutan. Sementara itu, terdapat 10,2 juta penduduk belum sejahtera di kawasan hutan dan tanpa aspek legal dalam mengelola sumber daya hutan. Melalui program Perhutanan Sosial, pemerintah mendorong optimalisasi lahan. Hal itu dilakukan dalam rangka mewujudkan pemerataan ekonomi, memperkuat produksi sektor berbasis pangan yaitu perikanan, pertanian dan peternakan, membuka lebih banyak akses kesempatan kerja bagi masyarakat dan secara makro diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja ekonomi nasional. Menteri Rini terlihat ceria saat berada di lokasi wisata edukasi peternakan sapi perah itu. Apalagi, ia berkesempatan menerangkan tentang sapi perah kepada puluhan pelajar SD yang hadir di tempat tersebut. Rini juga mendengarkan keluhan dan masukan dari sejumlah peternak sapi, kambing etawa, juga petani kopi di Desa Burno, dan secara umum di Kecamatan Senduro. Keluar dari kandang sapi perah itu, Rini pun melayani permintaan para pelajar dan warga setempat yang ingin foto bareng. “Bu, kami pejuang hutan juga mau berfoto bersama ibu,” ujar seorang peternak yang juga anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Wono Lestari Desa Burno. Rini menyanggupi. Mereka pun berfoto bersama. • DR

DUTA Rimba 31


rimbakhusus

32 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Perhutanan Sosial

dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan

Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, mengatakan, program Perhutanan Sosial yang digulirkan pemerintah sangat membantu dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa hutan. Sebelum digulirkannya program Perhutanan Sosial, Perhutani menjadi satu-satunya pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat desa hutan. Maka, dengan adanya Perhutanan Sosial, masyarakat desa hutan menjadi sangat terbantu, terutama dalam hal permodalan.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 33


rimbakhusus

H

al itu dikatakan Denaldy M Mauna saat tampil sebagai salah satu narasumber dalam talkshow “Paradigma”, yang diselenggarakan oleh “Spirit of Millenials” Kementerian BUMN. Acara yang diadakan Jumat malam, 1 Februari 2019, di Jakarta itu mengusung tema “Hak Masyarakat Atas Rimba”. Ketika itu, Denaldy tampil sebagai pembicara bersama DirekturJenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Bambang Supriyanto, serta Direktur Usaha Kecil dan Jaringan Bank Negara Indonesia (BNI) Catur Budi Harto. Di dalam kesempatan itu, Denaldy memberikan penjelasan mengenai skema dan penerapan program Perhutanan Sosial yang saat ini tengah digulirkan pemerintah di wilayah kerja Perum Perhutani. Menurut Denaldy, program Perhutanan Sosial memberikan ruang sangat besar bagi keterlibatan berbagai

34 DUTA Rimba

stakeholder. Salah satunya dengan adanya sinergi BUMN. “Sebelum digulirkannya program Perhutanan Sosial ini oleh pemerintah, Perhutani sendirian dalam pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat hutan. Saat ini, dengan adanya keterlibatan berbagai stakeholder, salah satunya dengan sinergi BUMN, sangat membantu dalam pemberdayaan masyarakat desa hutan. Khususnya melalui program Perhutanan Sosial,” ujarnya. Menurut Denaldy, selama

ini ada berbagai kendala yang dihadapi masyarakat desa hutan. Terutama kendala itu terkait dengan hal permodalan. Selain itu, juga persoalan akses ke pasar untuk memasarkan produk-produk mereka. “Di dalam program Perhutanan Sosial, masyarakat desa hutan menjadi sangat terbantu terutama dalam hal permodalan. Kemudian adanya pendampingan dalam hal pengelolaan hutan, melalui skema agroforestry maupun silvofishery serta adanya akses ke pasar untuk

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


pemasaran produk mereka,” tutur Denaldy.

Kepastian dan Akses Luas Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Bambang Supriyanto, juga ikut menjelaskan tentang penerapan program Perhutanan Sosial di Indonesia. Menurut dia, pelaksanaan program Perhutanan Sosial telah memberikan kepastian dan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk melakukan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

pengelolaan hutan. “Dengan adanya pelaksanaan program Perhutanan Sosial ini, ekonomi menjadi lebih merata. Ketimpangan juga dapat ditekan. Semua itu dilakukan melalui tiga pilar, yaitu lahan, kesempatan usaha, dan sumber daya manusia,” ujar Bambang. Sedangkan Direktur Usaha Kecil dan Jaringan BNI, Catur Budi Harto, di dalam kesempatan itu memberikan penjelasan tentang skema permodalan yang diberikan untuk masyarakat desa hutan dalam

program Perhutanan Sosial, dan bantuan pembiayaan berupa kredit usaha rakyat. Ia menyebut, bantuan penyediaan modal yang diberikan BNI merupakan bagian dari upaya untuk melakukan pemerataan ekonomi di masyarakat. Nah, jika semua pihak bersinergi, masala apa pun tentu dapat menemukan jalan keluar. Begitu pula, seberat apa pun problematika yang muncul di masyarakat, dengan kebersamaan di antara seluruh stakeholder, semuanya dapat dicarikan solusinya. Cag! • DR

DUTA Rimba 35


SOSOKrimba

36 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Bambang

Catur Wahyudi “Mari Wujudkan dan Laksanakan

3 Tema Strategi dalam RJP Perhutani”

Tanggal 4 Februari 2019 mungkin akan menjadi salah satu tanggal yang penting di dalam perjalanan hidup dan karir Bambang Catur Wahyudi. Di hari itu, Bambang Catur Wahyudi menerima Salinan Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-43/MBU/02/2019 tanggal 4 Februari 2019 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Direksi Perum Perhutani dari Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, mewakili Menteri BUMN. Bambang Catur Wahyudi menerima Surat Keputusan itu karena ia telah diputuskan untuk mengisi posisi Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani. Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perum Perhutani sebelumnya dijabat oleh Agus Setya Prastawa. Sedangkan Bambang Catur Wahyudi sebelumnya menjabat Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 37


SOSOKrimba

P

ergantian posisi Direktur Perum Perhutani tersebut dilakukan karena selanjutnya Agus Setya Prastawa akan menjalani tugas baru setelah ditunjuk untuk menjabat sebagai Direktur Utama PT Inhutani I. Dan dengan pengangkatan itu pula, saat ini Direksi Perum Perhutani telah lengkap kembali. Jajaran Direksi Perum Perhutani saat ini diisi oleh Denaldy M Mauna sebagai Direktur Utama, Direktur lainnya adalah Sugiarti (Direktur Keuangan), Hari

38 DUTA Rimba

Priyanto (Direktur Operasional), Endang Suraningsih (Direktur SDM, Umum, dan IT) dan Bambang Catur Wahyudi (Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran). Segera setelah menerima surat keputusan, Bambang bergerak. Lelaki kelahiran Blora, 20 Maret 1967 itu segera memetakan strategi untuk pengembangan usaha Perum Perhutani. Menurut bapak tiga anak itu, sesuai visi dan misi Perhutani, terdapat 3 tema strategi yang akan dilaksanakan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2019-

2024, yaitu Redesain Pengelolaan Sumber Daya Hutan, Implementasi Perhutanan Sosial Agroforestri Kolaboratif, dan Restrukturisasi Portofolio. Bambang pun mengajak seluruh personel Perhutani agar melaksanakan dan berusaha mewujudkan 3 tema strategi dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2019-2024 tersebut. Redesain Pengelolaan Sumber Daya Hutan diarahkan untuk penataan portofolio berorientasi pada prinsip kelestarian dan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


membangun Sumber Daya Hutan (SDH) untuk meningkatkan pasokan bahan baku industri khususnya produksi getah pinus. Sebab, saat ini lebih dari 50% pendapatan usaha perusahaan didukung oleh kegiatan bisnis gondorukem, terpentin dan derivat yang merupakan produk komoditas ekspor/global. “Padahal, Pengelolaan Kelas Perusahaan Getah Pinus saat ini menghasilkan produksi getah 90.100 ton atau 66% di bawah kapasitas terpasang industri Pengolahan Gondorukem dan Terpentin sebesar 135.514 ton. Gondorukem yang dihasilkan 66.182 ton atau 83% dari rencana sebesar 79.930 ton, sedangkan untuk terpentin yang dihasilkan 13.788 ton atau 86% dari rencana sebesar 86%. Artinya, sesungguhnya produksi getah pinus itu masih bisa lebih ditingkatkan,” ucapnya. Mengingat bisnis ini merupakan komoditas global, dimana Indonesia – dalam hal ini Perhutani – bukan menjadi penentu harga karena secara volume perdagangannya masih di bawah Tiongkok dan Brazil, maka dalam pengelolaan bisnisnya harus ditujukan pada produktifitas yang tinggi dan pembiayaan yang efektif. Hal itu harus diperhatikan agar produk Perhutani mampu bersaing harga di pasar global. “Saat ini, tercatat luas total tanaman Pinus Perhutani adalah 305.293,5 Hektare. Di Hutan Lindung seluas 44.837,3 Hektare. Di Hutan Produksi adalah 253.783,9 Hektare. Sedangkan luas tanaman pinus produktif adalah 219.233,8 Hektare. Dan luas tanaman pinus tidak produktif adalah 34.550,0 Hektare,” urai suami wanita asal Pidie Padang bernama Syarifah ini. Lebih lanjut, Alumnus Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini menuturkan,

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

peningkatan produktifitas Kelas Perusahaan (KP) Getah dilakukan dengan 2 pendekatan. Keduanya yaitu produktifitas SDH dan produktifitas SDM pengelola dan tenaga penyadap. Produktifitas SDH dimulai dari pemilihan benih unggul bocor getah, penentuan tapak/lokasi tanaman (dibawah 1.000 mdpl), penetapan daur, jarak tanam, sistem tanam dan jenis spesies Pinus merkusii, pembuatan persemaian, tanaman dan pemeliharaan sesuai prosedur kerja, kolaborasi tanaman agroforestri dan kelola sosial, penyiapan sarana prasarana jalan angkutan/pembukaan wilayah hutan, dan pengelolaan aspek aspek untuk keberhasilan pembuatan tanaman hutan. Sedangkan produktifitas SDM dengan menyediakan SDM Pengelola dan tenaga penyadap dalam jumlah dan kualifikasi/kompetensi yang memadai, prosedur kerja yang dapat diterapkan, penyiapan peralatan dan sarana prasarana produksi, sistem pengupahan, standar mutu produk, terasering dan lain lain.

Optimalisasi Potensi Bambang yang menyelesaikan pendidikan Program Magister Manajemen Satyagama itu menjelaskan, ada sejumlah langkah optimalisasi potensi getah pinus yang ada di Perhutani. Pria yang bergabung dengan Perum Perhutani sejak 1 Maret 1993 itu menuturkan, sadapan getah pinus dimulai saat umur tanaman mencapai 11 tahun. Daur Pinus ditetapkan 35 tahun, tetapi apabila produksi getah masih baik dapat dipertahankan sampai umur tegakan maksimal 50 tahun. Saat ini, potensi sadapan getah Pinus di Perhutani adalah seluas 178.293,7 Hektare. Potensi itu tersebar di Jawa Tengah seluas 67.928,9 Hektare, Jawa Timur seluas 70.330,8 Hektare, serta Jawa Barat

“Regenerasi tanaman pinus ditujukan untuk meningkatan kualitas dan produktifitas SDH. Diarahkan tegakan pinus tua yang produktifitasnya sangat rendah atau tidak memungkinkan dilakukan penyadapan karena bidang sadapan telah habis atau jumlah pohon per hektar kecil dan sudah masuk umur daur tebangan,” ucap Bambang. dan Banten seluas 40.033,9 Hektare. Sedangkan potensi tebangan pinus saat ini juga relatif cukup menjanjikan. Luas Tegakan Pinus yang sudah masuk umur daur atau lebih seluas 75.490,2 Hektare. Posisinya tersebar di Jawa Tengah seluas 41.825,4 Hektare, Jawa Timur seluas 28.810,1 Hektare, serta Jawa Barat dan Banten seluas 4.854,7 Hektare. Bambang juga menyoroti soal pemanfaatan kayu hasil kegiatan rehabilitasi. Menurut dia, regenerasi tanaman pinus merupakan hal lain yang juga perlu diperhatikan. Sebab, hal itu merupakan salah satu upaya untuk terus melestarikan dan mengoptimalkan potensi tanaman pinus. “Regenerasi tanaman pinus ditujukan untuk meningkatan kualitas dan produktifitas SDH. Diarahkan tegakan pinus tua yang produktifitasnya sangat rendah atau tidak memungkinkan dilakukan

DUTA Rimba 39


SOSOKrimba

penyadapan karena bidang sadapan telah habis atau jumlah pohon per hektar kecil dan sudah masuk umur daur tebangan,” ucapnya. Pria yang pernah menjabat sebagai Administratur / KKPH Sukabumi ini, menuturkan, pemanfaatan kayu hasil tebangan berpotensi menambah pendapatan perusahaan. Caranya dengan penjualan kayu bulat, penjualan

40 DUTA Rimba

kayu gergajian, untuk bahan baku industri plywood pinus, Finger Joint Laminating Board/FJLB dan bahan pulp kertas semen, serta industri biomassa dari limbah tebangan atau kayu bekas quare sadapan. “Mengingat industri plywood, FJLB, kertas semen dan wood pellet belum dimiliki Perhutani saat ini, maka perlunya ada kerjasama strategis pengolahan jangka

panjang untuk memastikan serapan pasar terhadap kayu hasil kegiatan rehabilitasi tersebut,” ujarnya. Apalagi, menurut proyeksi kegiatan tebangan 5 tahun ke depan, akan menghasilkan produksi kayu pinus sebesar 598.000 m3. Sehingga, perlu sistem perencanaan SDH dan bisnis perusahaan agar pengelolaan KP Getah Pinus dilakukan secara sesuai dan layak. Pengambilan keputusan untuk kebijakan dan operasional harus didukung database yang terintegrasi hulu dan hilir dan sistem monitoring SDH yang akurat. “Data proyeksi tebangan menggunakan data RPKH,” ujarnya. Selain itu, perbaikan proses bisnis untuk operasional kegiatan yang efektif dan efisien perlu terus dilakukan secara kontinyu. Sehingga, produk yang dihasilkan dari pengelolaan SDH dan proses industri memiliki daya saing yang baik di pasar nasional dan global. Satu lagi. “Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan penggunaan teknologi informasi akan mampu meningkatkan operational excellence, meningkatkan kapasitas hilirisasi dan meningkatkan kepuasan pelanggan Perhutani,” katanya. Bambang Catur Wahyudi juga menekankan, perlu dicatat bahwa rata-rata produktifitas Tebangan Pinus adalah 125 m3 per Hektare. Dengan Daur Pinus 35 tahun, apabila masih berproduksi, kegiatan sadapan dapat dilanjutkan sampai tegakan berusia maksimal 50 tahun.

Jalan Karir Dari pernikahannya dengan Syarifah, Bambang memiliki dua putra dan satu putri. Anak pertamanya, Raihan Adhie Satrya, lahir di Ponorogo, 13 Desember 1999. Anak keduanya, Rezaldi Faisal Mumtaz, lahir di Ngawi, 16 Desember

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


2000. Dan anak ketiganya, Farah Zhafira Larasati, lahir di Cirebon, 23 Juli 2006. Bambang mengawali karir di Perhutani sebagai Staf Pelaksana Produksi di Kantor Divisi Regional Jawa Timur, tepatnya di Biro Produksi, Seksi Produksi Kayu, pada 14 Desember 1993. Pada 3 Mei 1995, ia ditugaskan sebagai Asisten Perhutani / KBKPH Kraksaan, di KPH Probolinggo, Divre Jawa Timur. Dari Kraksaan, ia dipindahtugaskan ke BKPH Klakah, dengan posisi sebagai Asisten Perhutani, masih di KPH Probolinggo, sejak 7 Mei 1997. Pada 28 September 1998, ia dipromosikan sebagai Wakil Administratur/KSKPH Lawu DS. Masih di Divre Jawa Timur. Setahun kemudian, tepatnya 2 September 1999, Bambang ditugaskan sebagai Wakil Administratur/KSKPH Ngawi. Pada 28 April 2003, Bambang ditarik ke Kantor Pusat dan ditugaskan sebagai Staf Khusus Bidang Sistem Informasi Manajemen di Direktorat Keuangan. Dua tahun kemudian 17 Desember 2005, Bambang kembali ke bidang teknis dengan ditugaskan sebagai Kepala Seksi Perencanaan Hutan di Seksi Perencanaan Hutan IV Cirebon, Biro Perencanaan SDH dan Perusahaan, Divre Jawa Barat dan Banten. Sejak 30 Agustus 2006, Bambang ditugaskan sebagai Administratur/ KKPH Madura. Lalu menjadi Administratur / KKPH Sumedang sejak 13 April 2009. Dilanjutkan dengan menjadi Administratur / KKPH Sukabumi sejak 24 Juni 2010. Tiga bulan kemudian, 30 September 2010, Bambang ditugaskan di Divisi Komersial Kayu dengan menjadi General Manager Komersial Kayu dan berkantor di KBM Komersial Kayu Jawa Timur, Wilayah Bojonegoro. Pada 17 Januari 2012, Bambang kembali ditarik ke Kantor Pusat. Ia ditempatkan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

sebagai Kepala Biro Produksi dan Industri Kayu di Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Kantor Pusat Perum Perhutani, Jakarta. Enam bulan kemudian, tepatnya sejak 24 Juli 2012, Bambang ditugaskan ke Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, sebagai Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Umum, dan Sarpra. Selanjutnya, sejak 22 Januari 2014, Bambang dipindahtugaskan sebagai Kepala

Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan dan berkantor di Kantor Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Pada 1 Agustus 2018, Bambang dipromosikan sebagai Kepala Divisi Regional Jawa Tengah. Dan pada 4 ebruari 2019, sesuai Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-43/MBU/02/2019, Bambang Catur Wahyudi dipercaya untuk menempati posisi sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran. • DR

DUTA Rimba 41


Perhutani

Kick-Off Meeting

Dok. Kom PHT®2014 | Foto : SOE.

2019

42 DUTA Rimba

NO. 76 • TH.NO. 13 •74 januari • TH. 12 -• februari MEI - JUNI • 2019 2018


LENSA

NO. 74 76 • TH. 12 13 • MEI januari - JUNI- •februari 2018 • 2019

DUTA Rimba 43


44 DUTA Rimba

NO. 76 • TH.NO. 13 •74 januari • TH. 12 -• februari MEI - JUNI • 2019 2018


LENSA

NO. 74 55 • TH. 12 76 13 9 •• november MEI januari - JUNI- •februari -2018 desember • 2019 • 2014

DUTA Rimba 45


SobatRIMBA

46 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 47


SobatRIMBA

48 DUTA Rimba

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 49


lintasrimba

Perhutani dan Polri

Kerja Sama Pengamanan Hutan

Jakarta - Perum Perhutani dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengamanan hutan dan penegakan hukum di wilayah kerja Perum Perhutani. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna dan Asisten Operasi Kapolri Irjen Pol Deden Juhara mewakili Kapolri, melakukan penandatangan MoU tersebut pada Senin, 7 Januari 2019, di Mabes Polri Jl Trunojoyo No 3 Kebayoran Baru, Jakarta. Di dalam sambutannya, Asisten Operasi Kapolri Irjen Pol

50 DUTA Rimba

Deden Juhara menyampaikan, dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, diharapkan dapat meningkatkan kerja sama yang sinergis di antara kedua instansi tersebut dalam rangka pengamanan hutan dan penegakan hukum di wilayah Hutan Negara. Isi Nota Kesepahaman tersebut selanjutnya akan disosialisasikan ke daerahdaerah dengan melibatkan jajaran Kepolisian Republik Indonesia. Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menyampaikan, di tahun 2019 Perhutani memiliki Program Kerja yang salah satunya

adalah upaya untuk terus menerus mengintensifkan pengelolaan sumber daya hutan melalui keterpaduan dan konektifitas dengan berbagai pemangku kepentingan. Hal itu dilakukan dalam rangka menunjang penerapan tata kelola perusahaan yang baik. “Untuk mewujudkan program kerja tersebut dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Perum Perhutani memerlukan adanya sinergitas kerja sama termasuk dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), dalam hal pengamanan kawasan hutan negara dan aset perusahaan. Sebab, POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri,” urai Denaldy. Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Perum Perhutani dengan POLRI di awal tahun 2019 ini merupakan lanjutan dari Nota Kesepahaman Nomor 045/SJ/Dir/2012 dan Nomor B/29|VI/2012 tanggal 19 Juni 2012, tentang Pengamanan Hutan di Wilayah Kerja Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara, yang tahun 2017 telah berakhir masa berlakunya. Perum Perhutani sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan di Pulau Jawa dengan total kawasan hutan seluas 2,442 juta hektar. • DR

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Penandatanganan Kontrak Kerja Anak Perusahaan Perum Perhutani

Jakarta -Direktur SDM, Umum dan IT Perum Perhutani Endang Suraningsih, Selasa 15 Januari 2019, melaksanakan penandatanganan kontrak kerja Anak Perusahaan Perum Perhutani di Jakarta. Kegiatan itu dilaksanakan untuk menindaklanjuti diterbitkannya Surat Keputusan Menteri BUMN tentang persetujuan penetapan Direksi Anak Perusahaan Perum Perhutani. Sebelumnya, di dalam Surat Keputusan Menteri BUMN tersebut disebutkan sejumlah pejabat yang menempati posisi-posisi puncak pimpinan Anak Perusahaan Perum Perhutani. Agus Setya Prastawa menjabat Direktur Utama PT Inhutani I dan Sri Widodo menjabat Direktur PT Inhutani I. Pramusti Indras-

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

caryo menjabat Direktur Utama PT Inhutani II dan Sangudi Muhamad menjabat Direktur PT Inhutani II. BM Setio Baskoro menjabat Direktur Utama PT Inhutani III dan Hezlisyah Siregar menjabat Direktur PT Inhutani III. Sumardi menjabat Direktur Utama PT Inhutani IV dan Andi Purwadi menjabat Direktur PT Inhutani IV. Natalas Anis Harjanto menjabat Direktur Utama PT Inhutani V dan Bakhrizal Bakri menjabat Direktur PT Inhutani V. Sementara itu, Lucy Mardianna selanjutnya menjabat Direktur Utama PT Palawi Risorsis dan Wawan Triwibowo menjabat Direktur PT Palawi Risorsis. Gunawan Marga Widada menjabat Direktur Utama PT Perhutani Anugerah Kimia dan Yulianto menjabat

Direktur PT Perhutani Anugerah Kimia. Philemon Theopilus Tarigan menjabat Direktur PT BUMN Hijau Lestari. Di dalam sambutannya, Endang Suraningsih menjelaskan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2014 tentang holding BUMN Kehutanan. “Dibentuknya holding BUMN Kehutanan memiliki tiga ultimate goals, yaitu mencapai keunggulan bersaing sebagai world class holding company, creating values dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa, serta profesionalitas BUMN Kehutanan sebagai life support di Indonesia,” jelasnya. “Dengan ditandatanganinya kontrak kerja ini, diharapkan menjadi komitmen bersama dalam mencapai goals tersebut,” tutup Endang. • DR

DUTA Rimba 51


lintasrimba

Lima Owa Jawa Dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Malabar

Bandung - Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jawa Barat dan Banten, Ahmad Ibrahim, hadir dalam acara pelepasliaran lima individu Owa Jawa di hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat, Rabu 21 Februari 2019. Kelima Owa Jawa tersebut sebelumnya telah menjalani proses rehabilitasi di Javan Gibbon Center, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selama tiga bulan sebelum dilepasliarkan, mereka juga menjalani proses habituasi di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar. Kegiatan pelepasliaran lima individu Owa Jawa tersebut merupakan implementasi dari kerja sama Yayasan Owa Jawa dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan berbagai pihak. Berbagai pihak tersebut antara lain Pertamina EP Asset 3 Subang Field, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perum Perhutani, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Conservation International Indonesia, dan Silvery

52 DUTA Rimba

Gibbon Project. Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Wahju Rudianto, Owa Jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang tertera di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019, untuk ditingkatkan populasinya. Hal itu ia kemukakan lewat press release ke sejumlah media massa, Kamis 21 Februari 2019. “Program rehabilitasi Owa Jawa di Javan Gibbon Center merupakan kerja sama Yayasan Owa Jawa dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang berperan penting dalam mempersiapkan Owa Jawa yang pernah dipelihara masyarakat, kemudian dilepasliarkan untuk penguatan populasi di alam,” ujarnya. Owa Jawa sendiri merupakan spesies kharismatik, yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami. Mengingat

hutan dan Owa Jawa memiliki peran yang demikian besar sebagai sistem penyangga kehidupan, maka diperlukan adanya upayaupaya konservasi dengan pelibatan masyarakat. Oleh sebab itu, upaya konservasi dimaksud pun terus dilakukan. Salah satu upaya konservasi itu adalah pelestarian Owa Jawa dari ancaman kepunahan di habitat alaminya akibat perburuan, perdagangan, serta kehilangan habitat melalui pelepasliaran. Sementara itu, Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jawa Barat dan Banten, Ahmad Ibrahim, menjelaskan, beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. Kawasan hutan lindung yang menjadi habitat Owa Jawa itu terdapat di Jawa Barat dan di sebagian Jawa Tengah. Sehingga, Perum Perhutani berkomitmen untuk melakukan upaya pelestarian Owa Jawa, sekaligus mempertahankan habitatnya. “Selain perlindungan terhadap Owa Jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional, bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata, berkat dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” katanya. Sedangkan Field Manager Pertamina EP Asset 3 Subang, Armand Mel I Hukom, mengatakan, pelepasliaran Owa Jawa ini adalah yang keenam kalinya. Sebelumnya, sejumlah 19 individu Owa Jawa telah dilepasliarkan sejak tahun 2013. “Upaya pengembalian Owa Jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan,” ujar Armand. • DR

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Perhutani

Perhutani, pada Kamis 31 Januari 2019. Kegiatan pembukaan dan pembekalan yang dilaksanakan tanggal 30 hingga 31 Januari 2019 tersebut merupakan tahap awal pelaksanaan program MMB. Program MMB sendiri yang merupakan aplikasi dari BUMN hadir untuk negeri serta dalam rangka pengayaan wawasan dan keterampilan mahasiswa se-Indonesia.

adakan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat Jakarta - Perum Perhutani melaksanakan pembukaan dan pembekalan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (MMB) tahap I tahun 2019. Kegiatan MMB tersebut dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) SDM

Lima Owa Jawa Dilepasliarkan di KPH Bandung Selatan Bandung - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan bersama-sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), PT Pertamina, dan Yayasan Owa Jawa, bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, melepasliarkan 5 ekor Owa Jawa (Hylobates moloch) pada Kamis, 21 Februari 2019. Kegiatan yang merupakan keenam kalinya diselenggarakan itu dilakukan di Bumi Perkemahan Gunung Puntang, tepatnya Petak 30-d Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Logawa, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banjaran, KPH Bandung Selatan. Lima individu Owa Jawa tersebut dilepasliarkan setelah terlebih dahulu direhabilitasi di Javan Gibbon Center Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pelepasliaran tersebut dilakukan dalam rangka menyelamatkan Owa Jawa yang saat ini populasinya hampir punah dan untuk mengembalikan keberlangsungan ekosistemnya. Pelepasliaran Juwi, Cuplis, dan Messi, yang merupakan 2 keluarga Owa Jawa tersebut mengikuti keluarga

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Owa Jawa lainnya yang jumlahnya sebanyak 19 individu, yang telah dilepasliarkan sejak tahun 2013 - 2018. Puluhan orang peserta menghadiri acara pelepasliaran Owa Jawa tersebut. Para peserta tersebut terdiri dari unsur Kementerian LHK, PT Pertamina EP Subang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Yayasan Owa Jawa, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Conservation International Indonesia, perwakilan dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Amanah, serta Administratur Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan jajarannya. Di kesempatan itu, Administratur Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Tedy Sumarto, mengatakan, pelepasan Owa Jawa merupakan tanggung jawab bersama dalam rangka melestarikan ekosistem. Terkait hal tersebut, Perum Perhutani berkomitmen untuk mendukung kegiatan bersama pelepasliaran Owa Jawa dan memberikan apresiasi terhadap semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif untuk menyelamatkan keberadaan Owa Jawa. Sementara Kepala Balai Besar

Sebanyak 27 Mahasiswa dari sembilan Universitas di Indonesia mengikuti Program MMB di Perum Perhutani. Selama kegiatan magang tersebut, para peserta akan didistribusikan ke beberapa unit pengelolaan di Perhutani sesuai bidang dan kompetensi masingmasing peserta. Pada tahap akhir kegiatan magang, peserta juga akan melewati uji kompetensi dan mendapatkan sertifikat kompetensi dari BNSP. • DR

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Wahyu Rudianto, menyatakan, program rehabilitasi Owa Jawa di Javan Gibbon Centre merupakan hasil kerja sama antara Yayasan Owa Jawa dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kerja sama tersebut berperan penting dalam mempersiapkan Owa Jawa yang pernah dipelihara masyarakat, yang kemudian dilepasliarkan untuk penguatan populasi di alam. Sedangkan Field Manager PT Pertamina EP Asset 3, Armand Mel I. Hukom, menyatakan bahwa Pertamina mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dengan cara memberikan bantuan dana Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya untuk melestarikan keberadaan Owa Jawa. Armand menambahkan bahwa untuk mendukung keberadaan Owa Jawa, Pertamina EP Asset 3 juga mendukung upaya-upaya dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui Program Melintang (Masyarakat Pecinta Alam Puntang) yang wujudnya antara lain adalah pemberdayaan ekonomi berupa budi daya kopi, kepada warga Desa Campaka Mulya. Desa tersebut berlokasi yang berbatasan langsung dengan area konservasi Owa Jawa di Gunung Puntang. • DR

DUTA Rimba 53


warisanrimba

Bening Manfaat

Sendang Geulis Kahuripan Banyak manfaat dilimpahkan dari keberadaan mata air Sendang Geulis Kauripan. Selain airnya yang terus melimpah dan tak pernah surut walau di musim kemarau yang panjang, keindahan alam bawah airnya juga menarik banyak pengunjung dan peminat wisata bawah air. Apalagi, airnya yang bening dan segar juga memberikan kesejukan tersendiri. Ditambah panorama alam di sekitarnya yang memanjakan mata. Semua itu juga memberikan manfaat dari sisi ekonomi bagi warga di sekitarnya. Tak berlebihan jika disebutkan beningnya air Sendang Geulis Kahuripan menebar sejuta manfaat.

54 DUTA Rimba

A

ktivitas berwisata kini menjadi gaya hidup bagi banyak orang. Banyak kalangan kini menyediakan waktu khusus untuk melakukan perjalanan wisata. Sekadar melepaskan penat usai beraktivitas rutin sehari-hari, atau mencari makna tersembunyi dari setiap lokasi yang didatangi. Saat ini, banyak ragam wisata tersaji di seluruh Nusantara. Banyak orang tertarik mengeksplorasi lokasilokasi wisata baru yang berbeda dari tempat wisata yang sudah ada. Bukan hanya di atas daratan, tetatpi juga di bawah lapisan bumi. Di perut bumi, maupun di bawah permukaan air.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 55


warisanrimba mengenalkannya. Sebab, di daerah Bandung Barat terdapat sebuah lokasi yang menyajikan spot foto bawah air tidak kalah cantik. Lokasi itu bernama Sendang Geulis Kahuripan atau Sirah Cai Kahuripan. Nama Sendang Geulis Kahuripan segera menghubungkan pemahaman orang kepada kesejukan air di sebuatu lokasi sumber mata air di Jawa Barat. Sebab, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti sendang adalah kolam di pegunungan yang airnya berasal dari mata air di dalamnya, yang biasanya dipakai untuk mandi dan mencuci, serta airnya jernih karena terus menerus mengalir. Kata Geulis berasal dari bahasa Sunda yang artinya cantik, dan Kahuripan berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti kehidupan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sendang Geulis Kahuripan berarti sebuah kolam yang terletak di pegunungan, dengan sumber air yang berasal dari mata air, yang memiliki pemandangan cantik dan mampu memberikan kehidupan bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya.

Kaya Manfaat

Wisata air, kini bukan hanya dapat dinikmati dari tepian, tetapi juga menyelami hingga ke dasar. Berfoto di bawah air, saat ini bukanlah hal yang aneh untuk dilakukan banyak wisatawan dan pemburu gambar. Bahkan, para penikmat foto seringkali menyengajakan diri untuk mencari titik lokasi yang menyajikan spot–spot foto bawah air yang menarik, untuk mendapatkan hasil

56 DUTA Rimba

foto yang bagus dan unik. Selama beberapa tahun terakhir, orang mengenal wisata bawah air yang menyajikan keindahan alami di bawah permukaan air umumnya terdapat di Indonesia Timur. Kini, Bandung Barat rupanya tidak mau kalah. Masyarakat bandung Barat pun berbangga karena memiliki potensi besar wisata bawah air itu. Dan kini mereka pun gencar

Sendang Geulis Kahuripan berlokasi di Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Saat ini, lokasi wisata Sendang Geulis Kahuripan sedang hits di kalangan masyarakat, khususnya pengguna media sosial. Letaknya agak terpencil, sehingga lokasi wisata tersebut selama ini belum banyak dikunjungi orang. Sendang Geulis Kahuripan tepatnya berlokasi di Petak 29F Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cikalong Wetan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Padalarang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara. Selama

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


ini, sendang tersebut juga menjadi sumber mata air bagi masyarakat setempat. Bahkan, Administratur KPH Bandung Utara, Komarudin, mengatakan, berdasarkan informasi dari PDAM, debit air yang dihasilkan dari mata air yang sangat bening itu mencapai 400 liter per detik. Sehingga, pada musim hujan maupun kemarau sekalipun, air di Sendang Geulis Kahuripan tidak pernah surut. Komarudin menambahkan, mata air Sendang Geulis Kahuripan kaya manfaat. Sendang Geulis Kahuripan tidak hanya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk pertanian, dan lain sebagainya. Bahkan, rencananya Sendang Geulis Kahuripan akan menjadi sumber air juga untuk pembangunan Kota Walini atau Kawasan Cikalong Wetan Terpadu, yang menjadi salah satu titik lokasi stasiun Kereta Cepat

Warga sekitar Sendang Geulis Kairupan meyakini, jika seseorang berenang di Sendang Geulis Kahuripan, ia dapat merasakan khasiat dari dinginnya air kolam ini yaitu rasa pegal–pegal di tubuhnya akan hilang, kulit menjadi halus dan cantik, bahkan orang yang berenang di situ akan terlihat awet muda. NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Indonesia - China (KCIC). Hal itu menambah pesona Sendang Geulis Kahuripan yang sebelumnya juga sudah demikian memesona dengan keasrian lingkungan di sekitarnya. Sementara itu, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Talaga Cikahuripan, Hadori, menyebutkan, mata air Sendang Geulis Kahuripan selama ini digunakan sebagai sumber mata air bagi tiga desa, yaitu Desa Ciptagumati, Desa Mandalamukti, dan Desa Cipada, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Selain manfaat airnya, masyarakat sekitar pun kini juga terbantu secara ekonomi dengan dibangunnya destinasi wisata di lokasi Sendang Geulis Kahuripan tersebut.

Khasiat Sendang Lokasi Sendang Geulis Kahuripan juga tak sulit untuk dijangkau. Untuk mencapai lokasi, dari jalan utama Bandung – Purwakarta, pengunjung bisa menempuh tiga jalur. Ketiga jalur tersebut yaitu Jalur Cipada, Panglejar, dan Tugu Ganas. Tetapi jika ingin menikmati wisata hiking, pengunjung disarankan untuk melewati jalur Tugu Ganas. Sebab, jalur tersebut menyajikan pemandangan yang sangat Indah. Tetapi, yang lebih menarik buat masyarakat sekitar adalah kandungan khasiat Sendang Geulis Kauripan. Warga sekitar Sendang Geulis Kairupan meyakini, jika seseorang berenang di Sendang Geulis Kahuripan, ia dapat merasakan khasiat dari dinginnya air kolam ini. Khasita itu adalah rasa pegal–pegal di tubuhnya akan hilang, kulit menjadi halus dan cantik, bahkan orang yang berenang di situ akan terlihat awet muda. Hmm...Anda boleh percaya boleh tidak. Itu terserah Anda. Selain berenang, di Sendang Geulis Kahirupan juga Anda dapat mencoba sensasi berfoto di dalam

air. Sebab, selain airnya yang dingin menyegarkan, Sendang Geulis Kahuripan juga terkenal memiliki air yang sangat jernih. Hal ini karena air di Sendang Geulis Kahuripan selalu mengalir. Sehingga, tidak ada bau ataupun kotoran yang bersarang di mata air ini. Selain itu, sumber mata air berbentuk kolam ini juga dapat Anda manfaatkan untuk sekadar memasang hammock dan bersantai di tepian kolam, sambil menghirup udara segar. Pepohonan di sekeliling kolam ini yang sangat rimbun juga ikut menambah sejuk dan asri pemandangan sekitar Sendang Geulis Kahuripan. Bagi Anda yang sudah puas berenang di mata air ini, tidak perlu bingung mencari tempat untuk berganti baju. Sebab, tempat yang dikelola oleh Perum Perhutani Regional Jawa Barat dan Banten ini sudah dilengkapi dengan toilet dan kamar ganti, serta beberapa warung dan lesehan untuk melepas haus dan rasa lapar. Meskipun berada di lokasi yang agak terpencil, nama Sendang Geulis Kahuripan sudah terkenal di masyarakat. Sehingga, bagi Anda yang hendak mencari keberadaan mata air ini, tidak perlu takut salah arah. Anda hanya perlu menuju jalan raya Cikalong sampai menemukan perbatasan. Setelah melewati perbatasan Cikalong Wetan, sekitar 3 Km, Anda akan menemukan sebuah pertigaan dimana terdapat gapura berbentuk nanas. Sesampai di sana, Tanya saja kepada tukang ojek yang berada tidak jauh dari sana tentang keberadaan Sendang Geulis Kahirupan, dan Anda akan diantar menuju lokasi Sendang Geulis Kahuripan. Jadi bagaimana? Ingin tampil awet muda setelah berenang di mata air? Datang yuk, ke Sendang Geulis Kahuripan! Let’s Find and Explore! • DR

DUTA Rimba 57


ensikloRIMBA

Gamal

Sang Pelindung

T

anaman Gamal ini punya nama ilmiah Gliricidia sepium. Ia adalah sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Seperti juga banyak tanaman lain, di banyak tempat Gamal juga punya sebutan yang berbeda-beda. Nama-nama lain Gamal misalnya kerside, gliriside (kolokial), sliridia, liriksidia, sirida (Jawa); cebreng (Sunda); kh’è: no:yz, kh’è: fàlangx (Laos (Sino-Tibetan)); bunga Jepun (Melayu); kakawate (Filipina); madre de cacao (Portugis); mata raton (Honduras); dan Dliricidia, Nicaraguan coffee shade (Inggris). Gamal adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika Tengah dan Brazil. Tumbuhan ini asli Meksiko, Amerika Tengah, Hindia Barat, dan Kolombia. Di daerah asalnya, Gamal dikenal dengan nama madre cacao karena digunakan sebagai pelindung tanaman kakao atau coklat. Di abad ke-19, Gamal dibawa oleh penjajah dari bangsa Eropa ke benua Asia. Sejak tahun 1870-an Gamal ditanam di India dan Srilangka sebagai tanaman pelindung teh. Tahun 1900-an, Gamal masuk ke Indonesia melalui perusahaan perkebunan Belanda yang tertarik untuk menggunakannya sebagai

58 DUTA Rimba

Tanaman ini bernama Gamal (Gliricidia sepium). Mendengar namanya, ingatan kita mungkin langsung tertuju ke nama seseorang dari Timur Tengah. Hal itu benar. Sebab, penemu tanaman ini yang pertama kali memang memberinya nama sesuai dengan nama presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser. Di banyak negara, Gamal sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh. Saat ini, tanaman Gamal dapat ditemui di hampir seluruh wilayah Indonesia. Jadi, mari mengenal lebih dekat tanaman yang berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma, terutama alang-alang, ini. tanaman pelindung di perkebunan teh di Medan. Namun, hingga tahun 1950-an Gamal belum menyebar dan hanya ada di daerah Medan saja. Di tahun 1958, R.Soetarjo Martoatmodjo menemukan tanaman ini. Soetarjo lalu memopulerkan tanaman Gamal ke seluruh Indonesia. Karena waktu itu belum ada nama Indonesianya, tanaman itu ia beri nama Gamal, yang diambil dari nama cucunya, yang sesuai dengan nama Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser. Gamal atau Kemal atau Jamaal (suku kata kedua diucapkan panjang, red) berarti bagus atau halus. Sedangkan jika Jamal diucapkan dengan sukukata kedua pendek, maknanya adalah unta. Nah, Soetarjo

Martoatmodjo menafsirkan tanaman Gamal sebagai unta yang sanggup menundukkan sahara di Indonesia, yaitu padang alang-alang. Sedangkan Menteri Pertanian Indonesia waktu itu, Frans Seda, memelesetkan Gamal sebagai singkatan “Ganyang Mati Alang-alang”, karena Gamal memang digunakan sebagai tanaman untuk membasmi alang-alang.

Pagar Hidup Ciri-ciri Gamal adalah tumbuhan perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2–15m, dan gemang (besar batang) 15–30 cm. Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15–30 cm; ketika muda dengan rambut-rambut halus

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


seperti beledu. Anak daun 7–17 (-25) pasang yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3–6 cm × 1.5–3 cm, dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya. Selain itu, Gamal memiliki pepagan coklat keabuabuan hingga keputih-putihan, kadang kala beralur dalam pada batang yang tua. Di musim kemarau, Gamal menggugurkan daunnya. Gamal memiliki bunga, sehingga sebagian orang menanamnya sebagai tumbuhan yang eksotik. Bunga Gamal sering tampak di seluruh pohon, walau dalam kondisi daun yang sangat sedikit. Karangan bunga berupa malai berisi 25-50

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

kuntum, 5–12 cm panjangnya. Bunga berkelopak 5, hijau terang, dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga muncul di akhir musim kemarau, tatkala pohon tak berdaun. Buah polong berbiji 3–8 butir, pipih memanjang, 10–15 cm × 1.5–2 cm, hijau kuning dan akhirnya coklat kehitaman, memecah ketika masak dan kering, melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya. Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (khususnya untuk pohon kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran Gamal adalah penambat nitrogen yang baik. Gamal berfungsi pula

sebagai pengendali erosi dan gulma, terutama alang-alang. Bunga-bunga Gamal merupakan pakan lebah yang baik. Namun bunga Gamal dapat pula dimakan setelah dimasak. Sedangkan daun-daun Gamal mengandung banyak protein dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia. Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memerbaiki kesuburan tanah. Tanaman ini merupakan sumber kayu api yang baik. Kayu Gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg. Kayu Gamal dapat terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap. Kayu terasnya awet dan tahan

DUTA Rimba 59


ensikloRIMBA

rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8. Kayu Gamal baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain. Daun-daun, biji dan kulit batang Gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Di dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami, sesuai dengan nama ilmiahnya. Sebab, Gliricidia berasal dari Bahasa Latin yang kurang lebih berarti racun tikus. Di Wonogiri, irisan batang Gamal direbus dalam air dan diteteskan ke mata untuk mengobati penyakit belekan. Habitat asli Gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0–1600 m dpl. Gamal dapat tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan aluvial di tepi danau, pada

60 DUTA Rimba

curah hujan 600–3500 mm/tahun. Gamal bisa diperbanyak dengan vegetatif dan generatif. Biji-biji itu, khususnya yang segar (baru), dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian. Cara lain adalah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun pendek. Stek sepanjang 1–2,5 m dengan diameter 6–10 cm, diruncingkan kedua ujungnya, dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar. Stek panjang itu ditanam sedalam lk 50 cm agar kuat. Stek pendek seukuran 30 – 50 cm panjangnya dan diperlakukan serupa dengan stek panjang tadi. Stek pendek ditanam lebih kurang sepertiganya dalam tanah.

Sumber Energi Biomassa Prioritas dari kebijakan energi Indonesia adalah mengurangi konsumsi bahan bakar minyak dan meningkatkan penggunaan bahan bakar yang berasal dari energi baru dan terbarukan yang salah satunya adalah energi yang berasal dari

biomassa. Pengembangan energi terbarukan adalah salah satu target utama pemerintah. Sesuai Road Map Energi Nasional, di tahun 2025 nanti, 23% bauran energi Indonesia harus berasal dari sumber energi baru dan terbarukan. Angka ini meningkat menjadi 31% di tahun 2050. Saat ini, bauran energi negara Indonesia yang merupakan energi terbarukan hanya sebesar 7%. Tantangan yang muncul terkait dengan pencapaian tujuan ini menjadi sangat penting, terutama jika mempertimbangkan pertumbuhan konsumsi listrik tahunan yang diharapkan yaitu sebesar 8,3%. Walaupun Indonesia adalah produsen biomassa terbesar di ASEAN, baik yang berasal dari pertanian dan kayu yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 60 juta ton biomassa per tahun (15% berasal dari kayu dan 85% berasal dari pertanian), namun pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi ternyata masih di bawah 10%. Lain halnya dengan negara-negara Eropa yang lebih dari 50% sumber energinya berasal dari energi terbarukan. Selama ini, asal sumber energi di Indonesia didominasi dari energi Fosil yaitu 43% berasal dari batubara dan 27% berasal dari gas. Sektor kehutanan di Jawa adalah hutan hasil budi daya yang didominasi oleh jati (Tectona grandis). Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, diperlukan tingkat diversifikasi yang lebih besar karena beberapa alasan. Alasan utama adalah adanya area tanaman jati yang luas dengan produktivitas yang sangat rendah dan digolongkan oleh Perum Perhutani sebagai lahan yang tidak produktif. Dengan memperkenalkan spesies lain dan menyediakan kayu untuk energi, dimungkinkan untuk membantu sektor energi untuk memenuhi sasaran mitigasi perubahan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


iklim melalui penggunaan energi terbarukan, dimana pada saat bersamaan mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di sektor kehutanan. Meskipun nilai pasar kayu energi beberapa kali lebih rendah daripada kayu keras, ada sejumlah manfaat yang terkait dengan kayu energi, yang utama. Pertama, produktifitas yang lebih tinggi (t / ha / tahun). Kedua, tidak harus menunggu 20-30 tahun untuk mulai memperoleh pendapatan. Ketiga, ada kemungkinan yang lebih baik untuk menggabungkan sisi kehutanan dengan produksi pakan ternak (daun, dan usaha lain yang memberi manfaat bagi masyarakat lokal). Maka, Perum Perhutani sebagai BUMN Holding di sektor kehutanan terbesar di Indonesia yang mempunyai luas areal 3.7 juta hektar di wilayah Indonesia, akan mengembangkan integrated biomass industry dengan membangun energy crop plantation dan industri pengolahannya (wood pellet/wood chips). Untuk tujuan itu, Perhutani telah menyiapkan kurang lebih 200.000 hektar lokasi indikatif untuk dikembangkan menjadi energy crop plantation di Pulau Jawa. Perhutani telah menetapkan lokasi indikatif pengembangan tanaman biomassa seluas kurang lebih 200.000 hektare. Lokasi tersebut disebar di Divisi Regional Jawa Barat dan Banten seluas kurang lebih 53.000 hektare; Divisi Regional Jawa Tengah seluas kurang lebih 65.000 hektare; dan Divisi Regional Jawa Timur seluas kurang lebih 96.000 hektare. Di dalam pengembangan tanaman biomassa tersebut, Perum Perhutani memilih species yang direkomendasikan oleh Balitbang Kehutanan (FORDA). Species-species tersebut antara lain Akor (Acacia auriculiformis), Mangium (Acacia

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

mangium), Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala), Gamal (Gliricidia sepium) dan Kaliandra (Caliandtra calothyrsus). Gamal dan Kaliandra adalah jenis yang paling direkomendasikan, karena termasuk tanaman legume yang dapat menfiksasi nitrogen di dalam tanah, sehingga dapat membantu menyuburkan tanah dan dapat memerbaiki lahan yang rusak. Tanaman jenis ini juga memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, yaitu dapat tumbuh di lahan yang rusak, mampu untuk bertahan dari kebakaran hutan, hama dan penyakit tanaman. Berdasarkan hasil Pre FS yang dilakukan oleh ESP3 Denmark dan juga hasil pemantauan terhadap lokasi uji coba tanaman Gamal di KPH Semarang, diperoleh nilai produktivitas sebesar 35 GT/ ha/tahun untuk tanaman Gamal dan 30 GT/ha/tahun untuk tanaman Kaliandra. Sejak tahun 1974, Perhutani telah menyebarkan bibit Kaliandra kepada petani hutan dan memanfaatkannya sebagai tanaman batas antara

kawasan hutan dan daerah pedesaan atau lahan pertanian. Budi daya kaliandra pada saat itu terutama ditujukan untuk menyediakan kayu bakar dan makanan ternak bagi masyarakat yang tinggal di hutan, dan mengurangi ketergantungan pada minyak tanah untuk memasak. Kaliandra digunakan sebagai tanaman teras (penahan erosi) dengan kemiringan tinggi untuk memperkuat perkebunan utama, misalnya dengan perkebunan jati, dan juga untuk tujuan perlindungan tanah, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui kemampuannya untuk menyerap nitrogen. Gamal merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman tepi atau tanaman pagar untuk mencegah ternak besar memasuki hutan. Kayu Gamal digunakan sebagai kayu bakar dan daunnya digunakan sebagai pakan ternak. Kayu Gamal dapat dipanen dengan cepat, dan pemangkasannya juga dilakukan dengan proses yang cepat. • DR

DUTA Rimba 61


rimbadaya

Nurhasanah,

Wanita Inspiratif dari Sukabumi Sosok wanita ini memberikan inspirasi bagi lingkungannya. Semangatnya yang gigih dalam berupaya meningkatkan kondisi ekonomi keluarga sekaligus warga masyarakatnya membuat banyak orang di lingkungannya berdecak kagum. Bukan sekadar kagum, tetapi juga tergerak untuk juga berupaya meningkatkan taraf hidup mereka. Dan inilah kisah wanita berperawakan kecil yang punya tekad besar bernama Nurhasanah.

D

i Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, ada sebuah kampung bernama Babakan Limbangan. Letak kampung itu tak terlalu jauh dari Kota Sukabumi. Yang menarik, di kampung itulah kami temukan seorang wanita tangguh yang layak menjadi inspirasi bagi kita. Namanya Nurhasanah. Lebih akrab dipanggil Bu Nur. merupakan wanita yang punya semangat besar dan sangat gigih berupaya meraih keberhasilan. Hal itu ia tunjukkan khususnya dalam meningkatkan taraf kehidupan ekonomi keluarga dan lingkungan. Kendati perawakannya kecil, keinginan dan tekad Nurhasanah begitu besar. Begitu pula kegigihanya dalam upaya mewujudkan tekad dan keinginan itu. Hasilnya, wanita ini dapat merangkai

62 DUTA Rimba

sebuah cerita sukses yang inspiratif bagi banyak orang. Semuanya berawal dari keinginan Nurhasanah untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Ibu tiga anak itu kemudian berpikir, apa yang bisa ia lakukan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga tanpa harus meninggalkan dua buah hatinya yang ketika itu masih balita. Yang terpikir olehnya adalah membuat olahan kue lalu menjualnya. Sebab, aktivitas itu ia bisa lakukan tanpa harus pergi dari rumah. Maka, ia memulai usahanya. Awalnya dengan membuat kue kembang goyang dan simping. Tetapi, usaha itu tak berjalan lancar. Akirnya, ia tinggalkan usaha kue karena merasa hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Tetapi, ia tak lantas berhenti. Lalu, Nurhasanah mencoba usaha baru, yaitu membuka warung kecil di depan rumahnya. Di tahun 1996, Nurhasanah

merintis usaha warung kecil di depan rumahnya. Dagangannya adalah bubur ayam, kopi, dan aneka makanan kecil. Namun, lagi-lagi usaha yang ia jalani pada saat itu belum bisa memenuhi harapannya. Ia merasa, hasil dari usaha dagang yang ia jalani itu hanya bisa untuk sekadar membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan belum dapat meningkatkan taraf hidup serta ekonomi keluarga.

Bandros, Pangsit, Cheese Stick Merasa usaha warungnya belum banyak menghasilkan jalan untuk meningkatkan kehidupan keluarga, dirinya lantas memutar otak, berpikir, mencari-cari usaha lain yang menurut dia lebih menguntungkan, yang dapat dicoba untuk dijalankan. Setelah beberapa lama berpikir, terbersit di kepalanya untuk membuat kue Bandros. Kue khas ini memang dikenal cukup banyak disukai di kalangan masyarakat Sukabumi dan Cianjur. Sehingga, kue bandros menurut dia lebih bisa menguntungkan, karena hasil dari penjualannya cukup menjanjikan keuntungan tetapi modal untuk membuat kue bandros tidak besar. Dan benar perkiraannya. Pembuiatan dan penjualan kue bandros lebih memberikan hasil yang baik ketimbang usaha Nurhasanah yang terdahulu. Usaha kue bandros yang ia tekuni pun perlahan-lahan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


dapat mencukupi kebutuhan dan sedikit meningkatkan ekonomi keluarganya. Tetapi seiring itu pula, kebutuhan keluaraga Nurhasanah terus bertambah. Apalagi, anak pertamanya mulai memasuki usia sekolah. Ketika itu, Nurhasanah ingin memasukkan anak pertamanya ke sekolah taman kanak-kanak. Tentu saja, hal itu membutuhkan biaya. Nurhasanah kembali berpikir mencari tambahan sumber pendapatan. Ia pun mengerahkan segenap kemampuan untuk mencari tambahan sumber pendapatan baru, agar keinginan dia menyekolahkan sang anak dapat terpenuhi. Terpikirlah olenya untuk memroduksi cheese stick.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Cheese stick memang menjadi salah satu kue khas untuk dihidangkan menyambut tamu, sebagai oleh-oleh, ataupun sebagai penganan saat santai. Satu lagi yang terpikir olehnya adalah membuat dan menjual kue pangsit. Maka, berbekal sebuah wajan, kompor minyak tanah, dan satu buah alat penggilingan cheese stick, Nurhasanah memulai usaha dia yang baru. Saat itu, ia memperoleh alat penggilingan cheese stick itu dengan membelinya secara kredit dari salah seorang sanak keluarganya. Tak terlalu banyak kue pangsit yang pertama kali ia olah. Hanya bermodal 2 kg terigu dan 2 kg minyak goreng. Tetapi, ia merasa sebagai langkah awal, produksi kue

pangsit sebanyak itu pun cukuplah. Ia lalu membungkus hasil olahan itu dalam kemasan plastik kecil-kecil yang siap dipasarkan. Pemasaran kue pangsit dan cheese stick Nurhasanah dilakukan dengan menjualnya melalui warung-warung dan sekolah-sekolah. Hampir setiap hari, ia mengantarkan dan menitipkan dagangannya ke warung dan kantin sekolah.

Tresna Sari Usaha pembuatan kue pangsit dan cheese stick Nurhasanah mengalami kemajuan. Selain berkat kegigihannya dalam memasarkan dagangan, Nurhasanah merasa hal itu juga tidak terlepas dari dukungan dan dorongan suami yang sangat dicintainya. Selain itu, Nurhasanah

DUTA Rimba 63


rimbadaya

selalu memanfaatkan kesempatan yang ia miliki, termasuk ketika mendapatkan peluang baru demi kemajuan usahanya. Sebab, menurut Nurhasanah kesempatan tidak datang dua kali. Jadi, manfaatkanlah setiap kesempatan yang datang, karena ia tak akan datang lagi. Termasuk memanfaatkan peluang ketika anaknya masuk sekolah. Sambil mengantarkan anaknya ke sekolah, Nurhasanah pun selalu membawa daganganya. Dua atau tiga kantong besar berisikan kue pangsit dan cheese stick ia bawa untuk ditawarkan kepada sesama wali murid atau guru sekolah. Sejak itu pula, tepatnya tahun 1998, Nurhasanah memperkenalkan merek dagangnya dengan nama TRESNA SARI. Nama Tresna Sari yang digunakan sebagai merek tersebut diambil dari nama putri kesayangannya. Dan sejak menggunakan merek Tresna Sari, dagangan Nurhasanah menjadi kian dikenal orang. Kesempatan kembali berpihak kepada wanita kelahiran Oktober 1969 ini. Salah satu temannya sesama wali murid di sekolah, menawarkan jasa untuk menghubungkan Nurhasanah dengan salah satu Toserba di Sukabumi. Saat itu, Nurhasanah diberi kesempatan untuk mengisi dan menyediakan kebutuhan Toserba berupa produk-produk

64 DUTA Rimba

makanan ringan. Tetapi, ia tak boleh menggunakan nama atau merek dagangnya sendiri, dan hanya boleh memakai nama Toserba itu sebagai merek. Meskipun hal itu dirasakan cukup mengganggu, kesempatan itu segera dimanfaatkan Nurhasanah. Awalnya Nurhasanah hanya diberi kesempatan mengisi produk makanan ringan sebanyak 2 ball setiap bulan. Ternyata produknya laku. Akhirnya produk dia yang bisa dititipkan di Toserba itu terus meningkat hingga menjadi 30 ball setiap bulan. Usaha itu pun terus berjalan dan meningkat dari waktu ke waktu.

Saluyu dan Perhutani Kemajuan usaha yang ia raih tak membuat ibu tiga anak itu melupakan masyarakat dan lingkungannya. Sebaliknya, ia punya keinginan agar setiap wanita di

lingkungannya bisa juga menjadi tulang punggung keluarga. Bukan sebaliknya, selalu menjadi beban bagi keluarga. Artinya, Nurhasanah ingin sekali berbagi ilmu dan pengalaman dengan wanita di sekelilingnya, agar mereka juga dapat mengangkat taraf hidup seperti yang ia lakukan selama ini. Di tahun 2006, sebagai alat untuk menjalin komunikasi dengan temanteman di lingkungannya, Nurhasanah membentuk kelompok wanita dengan nama SALUYU. Ketika dibentuk, sebanyak 10 orang menjadi anggotanya. Keberadaan kelompok Saluyu ia rasakan sangat membantu Nurhasanah dalam menyampaikan pikiran dan idenya. Lewat pertemuan rutin yang diadakan setiap bulan, kelompok ini menjadi semakin kuat dalam upaya saling membantu mengembangkan usaha masingmasing anggota.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Kelompok Saluyu selanjutnya tidak hanya mengembangkan usaha semata. Namun juga mulai menjalin komunikasi dengan instansi-instansi yang ada untuk melakukan keja sama kemitraan. Salah satu instansi itu adalah Perum Perhutani. Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), tahun 2007 Perum Perutani memberikan bantuan kepada Nurhasanah untuk mengembangkan usaha. Di tahap pertama, Nurhasanah memperoleh bantuan sebesar 3 Juta Rupiah dari PKBL. Di tahun 2009, setelah melihat pengembalian pinjaman Nurhasanah yang baik dan perkembangan usaha dia kian menunjukkan peningkatan, Perum Perhutani kembali memberikan bantuan uang dengan nilai 7 Juta Rupiah. Bantuan tersebut bagi Nurhasanah merupakan tambahan modal yang sangat berarti. Sehingga Nurhasanah berpendapat, keberhasilan yang ia raih kini sebenarnya salah satunya berkat adanya bantuan Perum Perhutani. Di tahun 2011, Nuhasanah dan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

kelompk Saluyu sudah benar-benar dikenal dan banyak mendapat perhatian. Hal tersebut dikarenakan mereka sudah dapat memanfaatkan semua kesempatan dan peluang. Pelatihan yang diadakan oleh instansi terkait selalu mereka ikuti. Sedangkan untuk lebih memperkenalkan produk hasil olahannya, setiap pameran yang diselengarakan selalu diikuti. Hasil dari mengikuti pelatihan membuat pengetahuan Nurhasanah bertambah dan kreativitas dia juga semakin banyak. Produk makanan yang diolahnya pun semakin beragam. Kini, produk yang dihasilkan bukan hanya sekadar kue pangsit, cheese stick, maupun bandros. Kini, Nurhasanah sudah menghasilkan 50 jenis makanan ringan. Sebagai contoh, kini Nurhasanah sudah berhasil mengolah produk dari bahan dasar ikan menjadi 17 jenis makanan ringan yang enak. Ada brownis ikan, dodol ikan, tulang ikan crispy, balado kepala ikan, dan lain-lain. Semuanya merupakan hasil kreativitas Nurhasanah. Karena kreativitasnya itu pula, Nurhasanah

berhasil mendapat penghargaan dari Menteri Pertanian sebagai Juara II tingkat Nasional dalam Lomba Mengolah Makanan dengan Bahan Dasar Ikan. Nurhasanah dan Kelompok Saluyu juga sering menjadi target kunjungan para kelompok dan Instansi lain untuk studi banding. Mereka ingin melihat keberhasilan Nurhasanah dan belajar dari dia. Bahkan beberapa stasiun televisi nasional sudah meliput keberhasilan Nurhasanah dan Kelompok Saluyu. Keberhasilan tersebut berkat kerja keras yang telah dilakukan Nurhasanah. Dari hasil kerja keras dan ketekunannya, impian dia selama ini telah menjadi kenyataan. Ketiga putra-putrinya sudah bersekolah dengan layak. Bahkan, anak pertamanya sudah akan diwisuda menjadi sarjana kesehatan. Usaha Nurhasanah saat ini mempunyai omset Rp 200 Juta per tahun dengan nilai aset Rp 50 Juta. Nilai keberhasilan yang sangat sepadan dengan upaya dan kegigihannya. Bagi Nurhasanah, hidup adalah perjuangan. Perlu pengorbanan dan kesabaran serta keikhlasan untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Jangan takut untuk selalu mencoba. Buang jauh rasa putus asa. Semuanya bisa dilakukan. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Itulah yang menjadi prinsip Nurhasanah. • Taufik Mulya Hidayat / DR

DUTA Rimba 65


bisnisrimba

Barcode, Tertib Administrasi,

Bangun Sistem Tata Kelola Hutan Lestari

Perum Perhutani mendukung upaya pemerintah dalam membangun sistem tata kelola hutan lestari secara transparan dan berkelanjutan. Wujud dukungan itu antara lain dengan komitmen Perhutani untuk terus melakukan penataan hasil hutan secara transparan sehingga kesesuaian data administrasi dengan fisik kayu dapat selalu dipastikan. Caranya antara lain dengan penerapan sistem barcode atau barcoding. Seperti apa pelaksanaannya?

M

ulai 1 Januari 2019, Perum Perhutani KPH Randublatung telah melakukan penataan hasil hutan secara transparan menggunakan sistem barcoding. Hal itu dalam rangka tertib administrasi mulai dari bidang produksi sampai dengan penjualan kayu. Penerapan sistem barcode ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian data administrasi dengan fisik kayu, mulai dari sensus Kayu/Sortimen di Petak Tebangan, fisik Tempat Penimbunan Kayu (TPK), dan untuk mempermudah tracking proses penjualan kayu mulai dari TPK sampai dengan pembeli. Administratur Perhutani KPH

66 DUTA Rimba

Randublatung, Achmad Basuki, menegaskan, KPH Randublatung berkomitmen untuk selalu menerapkan inovasi dalam bidang produksi dan pemasaran, termasuk soal penatausahaan hasil hutan yang terkini dengan menggunakan sistem barcoding. Pemberian tanda barcode ini dilakukan pada semua sisa persediaan kayu di TPK yang ada di wilayah KPH Randublatung, baik yang belum terjual maupun barcode induk pada tegakan yang akan ditebang produksi tahun 2019. Penerapan barcode pada kayu produksi Perhutani bertujuan untuk menertibkan administrasi tata usaha hasil hutan dan menghindari kesalahan dalam perhitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak

dan Provisi Sumber Daya Hutan, sebagai kewajiban Perhutani kepada Pemerintah. Selain itu juga untuk mempermudah petugas TPK dalam pengangkutan saat kayu tersebut terjual dan diambil oleh pembeli. “Penerapan sistem ini dilakukan untuk menuju Perhutani yang bersih, terbuka dan akuntabel dalam menjalankan bisnisnya,” jelas Achmad Basuki. Proses ke arah penerapan sistem barcode (kode batang) pada tebangan kayu jati di KPH Randublatung sebenarnya telah dirintis sejak tahun 2014. Ketika itu, sudah dilakukan pelatihan untuk menyongsong penerapan sistem tersebut. Pelatihan yang dilakukan di Petak 31a Resort Pemangkuan Hutan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 67


bisnisrimba (RPH) Banyuasin kala itu diikuti kalangan rimbawan lapangan di KPH Randublatung dan menghadirkan Kepala Biro Pemasaran Perhutani, Sudarwanto. Ketika itu, Sudarwanto mengatakan, sistem barcode sebagai sistem baru di Perhutani punya tujuan antara lain agar memudahkan setiap orang melakukan pelacakan asal-usul kayu yang akan dibeli. Sebab, dengan sistem barcode itu, informasi kayu dimasukkan secara detail, mulai dari asal kayu hingga ukuran kayu. Selain itu, petugas lapangan dalam hal ini mandor tebang maupun mandor angkut juga akan mudah melakukan pekerjaannya. Sebab, dengan sistem barcode itu, mereka tidak perlu lagi membuat beberapa jenis dokumen kayu yang akan dikirim dari hutan menuju ke tempat penimbunan kayu (TPK) terdekat. “Dengan begitu, pembeli yakin bahwa asal usul kayu tersebut memang dari Perhutani. Awalnya memang penerapan sistem ini belum familiar. Namun perlahan tetapi pasti, sistem barcode ini akan mudah dilakukan di lapangan,” kata Sudarwanto ketika itu. Langkah Perhutani KPH Randublatung menerapkan sistem barcode diikuti KPH Saradan. Hal itu ditunjukkan KPH Saradan dengan melakukan sosialisasi sistem barcode kayu jati dalam kegiatan pelatihan Job Training Tebangan yang dilaksanakan di Petak 38 RPH Notopuro, BKPH Notopuro, KPH Saradan, 20 Februari 2019. Kegiatan tersebut diikuti 95 orang peserta, terdiri dari Asper, Kepala RPH, Penguji Kayu, dan seluruh Mandor Tebang yang bertugas di KPH Saradan. Di dalam pelatihan Job Training Tebangan ini, peserta diajarkan tentang teknik penebangan kayu yang benar dan tertib, semisal

68 DUTA Rimba

pembagian batang (bucking policy) agar selanjutnya mampu menerapkan administrasi sesuai dengan sistem penatausahaan hasil hutan. Hal itu berdasarkan Peraturan Menteri P.42 Tahun 2014 tentang penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan produksi, dan Surat Keputusan (SK) Direksi Perhutani Nomor 3169 Tahun 2014 tentang Prosedur Kerja Penatausahaan Kayu Hasil Pemanenan yang berasal dari wilayah pengelolaan Perum Perhutani.

Pemasaran Online Pelatihan penerapan barcode yang dilakukan Perum Perhutani terhadap kalangan rimbawan lapangan di KPH Randublatung dan KPH Saradan itu merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan bagi petugas.

Sehingga, petugas tersebut memiliki pengetahuan terapan yang bermanfaat bagi kemudahan pekerjaan secara menyeluruh. Selanjutnya, barcode pada tebangan kayu jati akan diterapkan di seluruh tebangan Perum Perhutani. “Terutama untuk jajaran divisi komersial. Sistem barcode harus dipahami mereka,” ujar Acmad Basuki. Di dalam sambutannya, Administratur KPH Saradan, Noor Rochman, kayu yang ditebang dan telah memiliki barcode akan memuat seluruh informasi kayu, hingga terdeteksi di mana posisi asal-usul kayu tersebut. Hal itu akan memudahkan siapa pun untuk malakukan acak balak atau penelusuran asal kayu itu dari Petak berapa. “Setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini, saya harapkan ilmu

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


yang didapat tersebut bisa langsung diterapkan di lapangan. Baik tentang teknik pemasangan barcode, teknik penebangan kayu, menentukan arah rebah yang benar, juga cara menentukan pembagian batang atau bucking policy yang benar, sehingga kayu bisa dijual di pasar dengan harga tinggi, kata Noor Rochman. Dia menjelaskan beberapa keuntungan penerapan sistem barcode, yaitu selain kemudahan administrasi lapangan, sistem ini juga akan sangat membantu dalam melakukan pembayaran upah bagi pekerja angkutan kayu jati, karena semuanya terkoneksi dalam sebuah sistem. Menurut dia, pemasaran kayu jati juga akan dilakukan secara online melalui sistem ini. Sehingga, diharapkan memudahkan pembeli untuk memilih ukuran sesuai dengan keinginan. Sebab, kayu yang akan dibeli sudah termuat informasi yang diperlukan secara komplit baik asal usul maupun volume dan mutu kayu serta harga. “Semuanya sudah tercantum dalam sebuah sistem yang terkoneksi dan bisa dilihat secara online di mana pun pembeli berada,” katanya. Sementara itu, saat berlangsung pelatihan penerapan sistem barcode pada tebangan kayu jati di KPH Randublatung tahun 2014, Kepala Biro Pemasaran Kantor Pusat Perum Perhutani, Sudarwanto, mengatakan, barcode sebagai sistem baru di Perhutani memiliki tujuan memudahkan orang melakukan pelacakan asal-usul kayu yang akan dibeli. Sebab, pada sistem ini informasi kayu dimasukkan secara detail, mulai dari asal kayu dari petak mana hingga ukuran kayu. Ukuran kayu yang disebutkan itu mulai dari sortimen kayu besar (A3) sampai potongan sortimen terkecil (A2 dan A 1). Juga memudahkan dalam pembayaran upah bagi pekerja pengangkutan.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

“Selain itu, dengan adanya sistem ini, petugas lapangan semisal mandor tebang maupun mandor angkut juga akan mudah melakukan pekerjaannya, karena tidak perlu lagi membuat beberapa jenis dokumen kayu yang akan dikirim dari hutan ke TPK Terdekat,” kata Sudarwanto.

Kumpulan Data Optik Penerapan teknologi kode batang (Barcode) atau kumpulan data optik yang bisa dibaca dengan mesin pada kayu jati hasil tebangan Perum Perhutani adalah sebuah cara untuk mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis parallel. Data yang dihasilkan tersebut memuat semua informasi mengenai asal-usul kayu serta ukuran dan volume kayu yang dihasilkan dari hutan, sebelum dibawa ke Tempat Penimbunan kayu (TPK). Selain memudahkan untuk melacak asal-usul kayu tebangan yang berarti memberikan jaminan kepada konsumen bahwa kayu yang ia beli benar-benar berasal dari hutan Perhutani, sistem ini akan sangat membantu bagi Perhutani dalam melakukan pembayaran upah terhadap pekerja angkut kayu jati hasil tebangan, karena semuanya terkoneksi di dalam satu sistem. Di sisi pemasaran kayu jati, sistem ini juga memberikan kemudahan bagi

Selain memudahkan untuk melacak asal-usul kayu tebangan yang berarti memberikan jaminan kepada konsumen bahwa kayu yang ia beli benarbenar berasal dari hutan Perhutani.

konsumen untuk memilih ukuran kayu sesuai dengan keinginan, karena kayu dengan barcode yang akan dibeli itu sudah memuat informasi yang diperlukan secara komplet, baik asal-usul, volume, mutu kayu, maupun harga. Semua informasi itu sudah tercantum dalam sebuah sistem yang terkoneksi dan bisa dilihat secara online.

Menyamakan Persepsi Pelatihan barcode kayu tebangan 2019 juga dilaksanakan di Divisi Regional (Divre) Jawa Barat dan Banten. Perhutani Divre Jawa Barat dan Banten bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakannya selama dua hari, 11-12 Februari 2019. Total 42 orang peserta mengikuti pelatihan yang digelar di Kantor Divre Jawa Barat dan Banten, di Bandung, itu. Di dalam sambutan Kadivre Jawa Barat dan Banten, Ahmad Ibrahim, yang disampaikan oleh Kepala Departemen PIEA, Sudarwanto, tujuan Pelatihan Keterampilan Barcode Kayu Tebangan, adalah menyamakan persepsi dan memberikan pemahaman bagi petugas KPH, khususnya Operator Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH) mengenai mekanisme implementasi barcode pohon berdiri dan turunan pada kayu tebangan disertai praktiknya. Sudarwanto berharap, hasil pelatihan keterampilan barcode tebangan kayu dapat menghasilkan tenagatenaga terampil dalam implementasi barcode pohon, pelaksanaan teknis proses upload klem, Rencana Teknik Tahunan (RTT) klem tebangan seluruh KPH tervalidasi pada SIPUHH, sampai dengan pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan penerbitan SKSHHK (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu). • DR

DUTA Rimba 69


pojokkph

Dari Kantor Pusat, Perhutani Membangun

5R

Kinerja sebuah badan usaha ditentukan oleh produktivitas sumber daya manusianya. Produktivitas kerja dapat dicapai saat seluruh personel di badan usaha tersebut merasa nyaman dalam bekerja. Rasa nyaman dalam bekerja dapat diwujudkan dengan membangun suasana yang mendukung kenyamanan itu. Di dalam konteks itulah, membangun sebuah sistem yang mendorong terciptanya semua kondisi tersebut menjadi sesuatu yang penting. Termasuk membangun penerapan 5R.

P

erum Perhutani sadar betul, budaya perusahaan yang baik akan mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas, yang ujungnya adalah peningkatan revenue atau pendapatan. Maka, manajemen Perhutani di Kantor Pusat terus menggelorakan penerapan budaya perusahaan yang baik. Sejak kuartal akhir 2018, 5R menjadi fokus yang sedang digarap serius. Semua itu diawali proses sosialisasi oleh manajemen Perhutani. Setiap personel Perhutani diharapkan memahami hakikat 5R. Disebut 5R, karena terdiri dari lima unsur yang semua katanya diawali dengan huruf “R”. Kelima unsur itu adalah Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin.

70 DUTA Rimba

Sejatinya, 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memerlakukan tempat kerjanya secara benar. Sebab, menurut manajemen Perhutani, jika tempat kerja tertata secara rapih, bersih, dan tertib, maka kemudahan perorangan dalam bekerja dapat diciptakan. Sehingga, empat bidang sasaran pokok, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja, dapat lebih mudah dicapai. Tujuan penerapan 5R dapat dirumuskan dalam empat poin. Pertama, 5R dapat meningkatkan produktivitas dengan pengaturan tempat kerja yang lebih efisien. Kedua, 5R dapat meningkatkan kenyamanan, karena tempat tempat selalu bersih dan akan menjadi lebih luas/lapang. Ketiga, mengurangi

bahaya di tempat kerja karena keberadaan tempat kerja yang lebih bagus. Dan keempat, menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.

Budayakan 5R Manfaat penerapan 5R, jika diterapkan dengan benar dan konsisten, antara lain adalah zero waste sehingga dapat mengurangi biaya, dan dengan begitu maka efisiensi meningkat. Juga zero injury yang berarti keselamatan kerja lebih baik. Dan zero breakdown yang berarti pemeliharaan lebih baik. Manfaat lain adalah zero defect yang berarti kualitas lebih baik. Lalu ada zero set up time yang berarti tidak ada waktu yang terbuang. Juga ada zero late delivery yang berarti dapat memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu. Serta zero customer claim yang berarti masyarakat menaruh tingkat kepercayaan yang tinggi. Terakhir, zero defisit yang berarti perusahaan akan lebih maju. Sesungguhnya, 5R merupakan konsep yang sangat sederhana, sehingga dapat mudah dimengerti dan diterapkan oleh siapa saja. Tetapi, faktanya sangat susah untuk dapat menerapkan 5R dengan benar. Sebab, kebiasaan manusia umumnya ingin senang sendiri dan tak ingin diikat oleh aturan-aturan yang ada. Maka, dibuatlah kebijakan bahwa penerapan 5R di lingkungan Perhutani harus diikuti seluruh karyawan dari semua level, dari staf sampai ke Top Management (Dewan Pengawas). Asumsinya, jika 5R diterapkan dengan baik, produktivitas kerja kita dapat ditingkatkan, keamanan (safety) di tempat kerja meningkat, serta kita dapat bekerja seefektif dan seefisien mungkin. Juga dapat meningkatkan pelayanan prima berupa Customer Focus, karena penataan dan kerapihan di

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


tempat kerja juga mencerminkan sikap kita terhadap pekerjaan. Terdapat 4 langkah penerapan 5R di Perhutani. Pertama, melakukan perekaman keadaan sekarang agar dapat dijadikan perbandingan setelah melakukan kegiatan 5R (before and after). Kedua, melakukan Kegiatan 5R antara lain lewat program Jumat bersih, patrol 5R, dan audit 5R. Ketiga, pembudayaan 5R, dengan menjadikan 5R sebagai bagian tak terlepas dari aktivitas kerja harian, meliputi Soft Skill: Kesopanan, Kerajinan, Kebiasaan (Budaya), dan Hard Skill: dijumpai di pabrik-pabrik berupa penetapan SOP (Standard Operating Procedure) yang harus dipatuhi. Keempat, evaluasi kembali 5R dan lakukan tindakan pencegahan agar 5R tetap terjaga di tempat kerja. Contohnya, bagaimana mencegah debu melekat di meja kerja, bagaimana mencegah peletakan barang tidak pada tempatnya, dan sebagainya. Beberapa cara yang sering dilakukan untuk menjaga agar 5R tetap berjalan dengan baik di perusahaan adalah menerapkan Petugas Khusus 5R, Piket 5R, Patroli (Audit) rutin, 5R day/ month (hari atau bulan 5R), Lomba 5R, dan Warta 5R.

Penerapan 5R Pertama, Ringkas. Prinsip Ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang tak diperlukan dari tempat kerja. Sebab, mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpan agar dapat mudah diakses, terbukti sangat berguna bagi sebuah perusahaan. Ada lima prinsip penerapan unsur Ringkas. Satu, cek-barang yang ada di area masing-masing. Dua, tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan yang tidak digunakan.

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

Tiga, beri label warna merah untuk barang yang tidak digunakan. Empat, siapkan tempat untuk menyimpan / membuang /memusnahkan barang barang yang tidak digunakan. Lima, pindahkan barang barang berlabel merah ke tempat yang telah ditentukan. Manfaat meringkas antara lain, kita akan lebih merasa nyaman di tempat kerja, tempat kerja menjadi terasa luas karena hanya barangbarang yang benar-benar kita butuhkan saja yang berada di area kerja kita. Selain itu, mudah untuk melakukan manuver/pergerakan. Juga, penghematan. Serta menemukan barang menjadi lebih mudah. Dan siap dalam menerima tugas-tugas baru. Kedua, Rapih. Prinsip Rapih adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapihan adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah. Perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam memutuskan di mana bendabenda harus diletakkan, agar mempercepat waktu untuk memeroleh barang tersebut. Prinsip Rapih dimulai dari lima aspek. Satu, pengelompokan barang. Dua, penyiapan tempat. Tiga, pemberian tanda batas. Empat, pemberian tanda pengenal barang. Lima, membuat denah/peta penyimpanan. Ketiga, Resik. Prinsip Resik adalah membersihkan tempat/lingkungan kerja, mesin/peralatan dan barangbarang agar tidak terdapat debu dan kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh setiap orang dari tingkat Direksi hingga tingkat staf. Prosesnya diawali dari penyediaan sarana kebersihan, pembersihan tempat kerja, peremajaan tempat kerja, hingga pelestarian resik.

Keempat, Rawat. Prinsip Rawat adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan membakukannya (standardisasi). Pemberlakuannya dengan melakukan penentuan butir kendali, penetapan kondisi tidak wajar, menerapkan rancangan mekanisme pemantauan, menetapkan pola tindak lanjut, serta melakukan pemeriksaan berkala/ audit. Kelima, Rajin. Prinsip Rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja. Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan prima setiap saat. Prinsip Rajin di tempat kerja adalah “Lakukan Apa yang Harus Dilakukan dan Jangan Melakukan Apa yang Tidak Boleh Dilakukan”. Semua dimulai dari penetapan target bersama. Lalu, adanya teladan atau contoh dari atasan. Selanjutnya, pola hubungan Dewas, BOD, SPI, Sekretaris Perusahaan, Pejabat Fungsional/ Struktural, Staf dan Tenaga Honorer. Serta adanya kesempatan belajar dari karyawan. Ada banyak manfaat penerapan 5R. Pertama, tempat kerja nyaman sehingga karyawan bahagia, dan produktivitas meningkat hingga 3-8%. Kedua, mudah beraktivitas sehingga pekerjaan cepat selesai, dan produktivitas meningkat hingga 4-11%. Ketiga, dapat melakukan penghematan sehingga terdapat penurunan biaya dan peningkatan profit hingga 5-15%. Selain itu, dapat mudah menemukan barang sehingga terdapat efisiensi waktu. Juga selalu siap menerima tugas baru sehingga banyak target yang tercapai. Ujung-ujungnya, penerapan 5R berarti peningkatan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Bravo! • DR

DUTA Rimba 71


wisatarimba

Petualangan Baru di

M

Ekowisata De Loano

enjelang akhir Januari 2019, Perum Perhutani KPH Kedu Selatan memfasilitasi Badan Otorita Borobudur (BOB) menyosialisasikan rencana pengembangan di zona otorita kawasan pariwisata Borobudur. Acaranya digelar di Balai Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Rabu 23 Januari 2019. Rencana pengembangan ekowisata tersebut berada di kawasan hutan Perum Perhutani seluas 309 Hektare yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bener, Kecamatan Loano dan Kecamatan Samigaluh. Selain seluruh Camat dan Kepala Desa dari Sedayu, Benowo, Medono, Kalitapas, Ngargosari, dan CacabanLor, hadir pula dalam acara tersebut Kapolsek, Danramil, tokoh masyarakat, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), penyadap dan pesanggem yang merupakan masyarakat sekitar desa hutan sekaligus mitra kerja Perhutani, dan Direksi BOB beserta jajarannya. Sebelumnya, Kementerian BUMN Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi mengunjungi kawasan hutan Perhutani KPH Kedu Selatan yang direncanakan menjadi salah satu wilayah pengembangan wisata Borobudur itu pada Jumat

72 DUTA Rimba

Perum Perhutani bekerjasama dengan Badan Otoritas Borobudur (BOB) membuka obyek wisata baru yang berlokasi di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Lokasi wisata baru seluas 50 Hektare itu tepatnya berada di Petak 99T dan Petak 99O, Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Loano, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Purworejo, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan. Lokasi wisata yang akan dikembangkan dengan konsep ekowisata bernama “De Loano” ini menjadi bukti komitmen Perhutani mengembangkan ekowisata di Perhutani dan pariwisata Indonesia secara umum. 28 September 2018. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka penyusunan DED (Detail Engineering Desain) Badan Otorita Borobudur (BOB). Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, Bambang Catur Wahyudi, didampingi Administratur KPH Kedu Selatan, Yudha Suswardhanto, ikut hadir di acara tersebut. Kunjungan di lahan seluas 50 Hektare di Petak 99T dan Petak 99O RPH Loano, BKPH Purworejo itu turut didampingi pengurus LMDH Sedayu. Di dalam kesempatan itu,

Bambang Catur Wahyudi menjelaskan, kelola kawasan seluas 50 Hektare tersebut nantinya akan masuk ke dalam otoritas BOB. Sedangkan kawasan seluas 259 Hektare yang ada di sekitarnya akan dirancang bersama oleh BOB dan Perum Perhutani untuk dikembangkan bersama dengan LMDH. “Ke depan, khususnya untuk wilayah hutan seluas 259 Hektare yang masuk dalam pengembangan wisata Borobudur, kami harap agar peran LMDH diperkuat

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 73


wisatarimba

dalam pengelolaannya serta tidak mengesampingkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Kabupaten Purworejo,” ujarnya. Sementara Yudha Suswardhanto mengharapkan agar terjalin komunikasi yang baik antara BOB, Perhutani, dan masyarakat. Maka, ia menegaskan agar dalam rancangan BOB, juga melibatkan LMDH di dalam setiap event. “BOB diharapkan dapat mengakomodasi potensi yang ada di masyarakat, serta mendorong manfaat ekonomi untuk menambah kesejahteraan masyarakat dan nilai tambah untuk pemerintah daerah Kabupaten Purworejo,” jelasnya. Sedangkan Direktur Organisasi dan Kelembagaan BOB, Bisma Jatmika, menjelaskan, prinsipnya rencana pengembangan ekowisata ini berbasis kemasyarakatan di wilayah kawasan hutan. “Kami berharap ini dapat menyerap potensi yang ada di desa hutan dalam bentuk wisata edukasi. Ke depannya kehadiran wisatawan akan berimbas meningkatkan pendapatan masyarakat desa hutan. Kami dengan

74 DUTA Rimba

tangan terbuka menampung dan menyambut ide dari masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan pariwisata ini,” katanya.

Glamping di Hutan Pinus Ekowisata De Loano resmi beroperasi sejak 14 Februari 2019. Hal itu ditandai dengan kegiatan launching De Loano yang dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, serta Direktur Badan Otoritas Borobudur (BOB) Indah Juanita alam. De Loano menjadi nama yang diusung ekowisata yang dikelola Perhutani bekerjasama dengan BOB itu. Lokasinya di RPH Loano, KPH Kedu Selatan. Secara administratif, ia berada di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Ekowisata De Loano dibangun dengan mengusung konsep Glamourus Camping atau Glamping menawarkan panorama hutan Pinus seluas 309 Hektare untuk menarik

investor dan wisatawan. Di lahan yang asri dan sejuk itu, terdapat 11 tenda eksklusif yang terdiri dari 1 tenda yang difungsikan sebagai mushola dan 10 tenda khusus untuk tamu menginap. Glamping sendiri adalah konsep yang menghadirkan kemah dengan fasilitas lengkap. Yang menarik, masyarakat sekitar juga turut dilibatkan dalam pengelolaan lokasi wisata ini. Di antaranya melalui penampilan berbagai atraksi menarik di wisata De Loano. “De Loano merupakan hasil sinergi dalam bentuk kerja sama usaha antara Badan Otoritas Borobudur dengan Perum Perhutani. Ke depan, harapannya lokasi ini dapat menjadi contoh lokasi wisata dengan konsep glamping di Indonesia,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya. Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, menyatakan sangat mendukung kerja sama ini. Selain karena kerja sama ini sejalan dengan program pemerintah mengembangkan obyek-obyek

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Saat ini, Perhutani tengah mengembangkan bidang ekowisata, di antaranya dengan membuka kurang lebih 641 objek wisata hutan.

wisata baru, juga sesuai langkah pengembangan sektor wisata di Perhutani. Saat ini, Perhutani tengah mengembangkan bidang ekowisata, di antaranya dengan membuka kurang lebih 641 objek wisata hutan. Di dalam meningkatkan pelayanan di sektor wisata, Perhutani juga telah meluncurkan standar pengelolaan objek wisata dengan nama Canopy. “Ekowisata merupakan salah satu fokus Perhutani untuk dikembangkan. Kerja sama pengembangan De Loano ini adalah salah satu upaya kami dalam rangka pengembangan ekoturisme di Perhutani dan pariwisata Indonesia secara umum,” jelas Denaldy.

Fokus Wisata Berkonsep Eko De Loano berjarak 13 kilometer dari Candi Borobudur, Magelang. Lokasinya dapat ditempuh dalam setengah jam berkendara dari Candi Borobudur. Pengembangan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

De Loano menjadi bukti kesungguhan pemerintah yang tengah memberikan fokus untuk membangun wisata berkonsep eko di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Badan Otorita Borobudur (BOB) menjadi lembaga utama yang mengemban tugas mewujudkan itu semua. BOB merupakan badan yang dibentuk berdasarkan Perpres RI Nomor 46 Tahun 2017 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur. BOB turut berdiri atas Permen Pariwisata Nomor 10 Tahun 2017. BOB memiliki tugas otoritatif dan koordinatif. Zona otoritatif BOB mencakup kawasan seluas 309 Hektare di Kabupaten Purworejo. Lokasinya memang berbatasan langsung Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Untuk zona koordinatif, wilaya kerja BOB mencakup Destinasi Pariwisata

Nasional (DPN) BorobudurYogyakarta dan sekitarnya, DPN Solo-Sangiran dan sekitarnya, serta DPN Semarang-Karimun Jawa dan sekitarnya. Rencananya, di atas zona otoritatif itu akan dibangun fasilitas wisata bertaraf internasional semisal glamorous camping, eco resort, dan fine dinning restaurant. Saat ini, glamorous camping sudah beroperasi. Lokasi sekitar yang sudah cukup berkembang dirasa mampu menarik investor. Lokasinya cukup strategis karena berjarak hanya 13 kilometer dari Candi Borobudur dan 35 kilometer dari New Yogyakarta International Airport (NYIA). NYIA sendiri diperkirakan sudah bisa beroperasi pada April 2019. Sehingga, De Loano memiliki nilai tersendiri sebagai sebuah destinasi wisata. Menurut Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BOB, Bisma Jatmika, pengembangan di Kabupaten Purworejo menekankan pada konsep culture and adventure eco-tourism. Budaya dan alam menjadi sajian utamanya. Dari 309 hektare hutan pinus yang saat ini dikelola Perhuatni, BOB akan mendapatkan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) sebanyak 50 Hektare. Sedangkan 259 Hektare lahan lain akan dikelola bersama Perhutani. Bisma merasa, penerbangan langsung dari mancanegara ke NYIA

DUTA Rimba 75


wisatarimba

mendatang akan memberi potensi besar bagi Purworejo. Jika biasanya daerah-daerah mengandalkan pantai, pengembangan Purworejo memang akan mengandalkan dataran tinggi. Untuk aksesibilitas, lokasi direncanakan menggunakan dua jalur utama yaitu Jalur Sentolo Nanggulan dan Lingkar Purworejo. Jika NYIA sudah beroperasi, akan terus didorong agar aksebilitas menuju lokasi di bawah 60 menit. Ia pun menekankan, terselesaikannya infrastruktur tentu akan memudahkan investorinvestor melihat potensi besar yang tersimpan. Selain itu, ia memerkirakan pengembangan wilayah itu akan mampu memberikan lapangan kerja yang sangat besar. Ia melanjutkan, destinasi wisata ini akan menjadi salah satu pemenuhan target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak dua juta wisatawan. Itu merupakan target yang dicanangkan Menteri Pariwisata untuk DIY dan Jawa Tengah. Sedangkan Direktur Keuangan, Umum dan Komunikasi Publik BOB, Yohanes Sigit Widiyanto, mengatakan, BOB dibentuk untuk membangun destinasi wisata baru di Kabupaten Purworejo. Jadi, tugasnya tidak mengelola candi. Sehingga, konsep pembangunan destinasi wisata yang diusung berbeda dengan candi-candi. Pembangunan yang akan dilakukan di Purworejo mengusung konsep memanfaatkan

76 DUTA Rimba

keindahan alam. Rencananya, masyarakat sekitar tidak cuma akan diajak untuk menjadi pelaku wisata, tetapi juga pelestari wisata. Sehingga, tidak ada benturan-benturan yang ditimbulkan dari pembangunan yang dilaksanakan. Sejauh ini, menurut Sigit, kendala-kendala yang ada masih sekadar hal-hal administratif. Ia berharap, kendala-kendala itu dapat segera terselesaikan dan pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Purworejo dapat segera terlaksana.

Penandatanganan MoU Sebelumnya, kerja sama antara Badan Otorita Borobudur (BOB) dengan Perum Perhutani tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam di Zona Otorita Kawasan Pariwisata Borobudur ditegaskan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU). Untuk penandatanganan MoU itu, BOB diwakili Direktur Utama Indah Juanita dan Perum Perhutani diwakili Direktur Utama Denaldy M Mauna. Acaranya berlangsung tanggal 7 Desember 2018 di Gedung Sapta Pesona Lantai 16, disaksikan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Hadir pula dalam acara penandatanganan MoU ini antara lain Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata; Direksi Badan Otorita Borobudur; Asdep Regional II

Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata; Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism; PIC Bromo Tengger Semeru dan Wakatobi dari Tim Percepatan 10 DPP; Pengelola Glamping Baliwoso; dan PT Lima Tent. MoU tersebut ditandatangani sebagai langkah awal untuk melakukan kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam di Zona Otorita Badan Otorita Borobudur. MoU itu berlaku untuk jangka waktu dua tahun sejak ditandatangani dengan objek kerja sama Kawasan Hutan seluas kurang lebih 259 Hektare yang terletak di RPH Loano, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Langkah berikutnya bagi BOB dan Perhutani adalah melaksanakan Perjanjian Kerja Sama agar kegiatan riil di lapangan dapat dilaksanakan. Agenda utama BOB tahun 2019 adalah menghadirkan Glamorous Camping (Glamping) yang merupakan implementasi Nomadic Tourism. Sesuai arahan Menteri Pariwisata, Nomadic Tourism adalah solusi pengembangan amenitas yang relatif cepat, fleksibel, dan saat ini sedang menjadi tren dunia. Pengembangan zona otorita di masa depan mencakup Penyediaan Jasa Wisata Alam dan Penyediaan Sarana Wisata Alam, yang akan diwujudkan dalam konsep cultural and adventure eco-tourism. Di dalam pelaksanaannya, BOB mengelola zona otorita secara single destination single management. “Ekowisata merupakan salah satu fokus Perhutani untuk dikembangkan. Kerjasama pengembangan De Loano ini adalah salah satu upaya kami dalam rangka pengembangan ekoturisme di Perhutani dan pariwisata Indonesia secara umum,” kata Denaldy M Mauna.  DR

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

DUTA Rimba 77


inovasi

Ide Segar Bermunculan dalam Lomba Inovasi 2018

P

roses ajang Innovation Award 2018 diawali dari penjaringan para inovator dan hasil inovasinya di tiga Divisi Regional. Pada 7 Desember 2018, daftar nominator dari Divre Jateng, Divre Jatim, dan Divre Janten, masuk ke meja panitia penyeleksi. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan cek lapangan dan rapat untuk menentukan 40 Inovasi yang masuk sebagai Nominator ke tahap berikutnya. Pada 10 Desember 2018, panitia melakukan pengelompokan nominator. Di saat bersamaan, dilakukan penyusunan SK Tim Juri. Tim juri dipilih berdasarkan kemampuan dan kapabilitas masingmasing anggota juri. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan surat undangan kepada Tim Juri, berikut pula sosialisasi penilaian, penyusunan SOP, serta penilaian nominator. Semua proses itu berjalan maraton di hari yang sama. Dari 40 Inovasi yang masuki sebagai Nominator, dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang inovasi. Yaitu Produksi, Industri, Wisata dan Agroforestry sebanyak 17 Nominasi; Tan. Sos sebanyak 14 Nominasi; serta Perencanaan, SDM dan IT sebanyak 9 Nominasi. Segera setelah ditetapkan Tim Juri pun langsung bekerja. Proses penjurian terhadap 40 inovasi yang masuk sebagai nominator dilakukan

78 DUTA Rimba

Personel Perhutani selalu kreatif dan inovatif. Hampir setiap tahun selalu ada inovasi baru yang ditelurkan insan Perhutani. Hal itu kembalimengemuka dalam ajang Lomba Inovasi 2018 atau Innovation Award. Menarik, karena banyak ide segar dan terobosan baru yang bermunculan. Bahkan, penyelenggaraan lomba inovasi itu saja merupakan sebuah inovasi tersendiri. antara tanggal 12-20 Desember 2018. Penjuarian awal pun dilakukan. Proses ini untuk menjaring 20 nominator yang akan masuk ke tahap berikutnya. Di tanggal 20-21 Desember 2018, hasil seleksi terhadap 40 nominator terpilih tersebut masuk ke Sekretariat, untuk menetapkan 20 nominator terpilih. Hal-hal yang dilakukan selama proses penjurian awal adalah Pendalaman Materi; Penilaian Nominator Inovasi; dan Penetapan Nominator Inovasi. Sesuai SOP, proses penjurian awal meliputi penilaian bobot inovasi oleh tim inovasi (on desk); On the spot / cek lapangan untuk 20 Nominator yang masuk sebagai inovasi terpilih; Penetapan 20 nominator berdasarkan rapat tim juri awal; serta Penetapan nominator terpilih. Di tanggal 15 Januari 2019, proses penjurian masuk ke tahap untuk penentuan 20 inovasi

nominator. Proses ini disebut Proses Penjurian Kedua. Proses penjurian dilakukan oleh Tim A dan Tim B. Tim A melakukan penilaian inovasi dan menetapkan kandidat. Proses Penjurian SOP dilakukan dengan tahap penilaian terhadap Nominator termasuk Karya Inovasi; Diskusi, tanya jawab untuk Tim Juri; Penilaian oleh Tim Juri yang dilakukan dalam rapat Tim Juri; serta Penetapan warnawarna/ Tim Juri. Pada 7 Februari 2019, dilakukan rapat penetapan nominator terpilih dan tanggal 11 Februari 2019 dilakukan penyusunan laporan kegiatan penjurian (Ketua KSMP). Masuklah 10 Inovasi Terbaik. Mereka inilah yang selanjutnya akan memerebutkan Juara Inovasi Terbaik 1, 2 dan 3; Juara Harapan 1, 2 dan 3; serta Juara Favorit 1, 2, 3 dan 4. Pada 7-11 Februari 2019, Rapat Paripurna untuk penilaian bagi Lomba Inovasi pun dilakukan. Penganugerahan

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Innovation Award 2018 ditargetkan dilakukan tepat di hari ulang tahun Perhutani, 29 Maret 2019.

Dua Puluh Besar Saat penetapan dua puluh besar inovator yang masuk ke Proses Penjurian Kedua, terlihat sebaran inovator berdasarkan asal bidang tugas masing-masing. Tengok saja, tiga nama yang masuk ke 20 Besar

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

dengan posisi Rangking 1, 2, dan 3. Ketiganya adalah Sajiman, Padang Jayanto, dan Aris Wibowo. Sajiman sehari-hari menjabat sebagai KRPH Sumberejo, BKPH Ngadisono, KPH Kedu Selatan. Sedangkan Padang Jayanto sehari-hari merupakan Koordinator Kelompok Peneliti Utama Pinus di Puslitbang Perhutani. Dan Aris Wibowo sehari-harinya adalah Peneliti Muda FGS dan Jenis

Lain di Puslitbang Perhutani. Sajiman masuk nominasi peraih Innovation Award 2018 karena karya penelitiannya dengan obyek penelitian “Pembuatan Stimulansia Organik ‘Bios One’”. Sedangkan Padang Jayanto mengambil obyek peneitian “Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Getah Pinus dengan Teknik Sadap PJ18 dan SN 72. Sementara Aris Wibowo menyoroti

DUTA Rimba 79


inovasi “Peningkatan Produktifitas Daun Kayu Putih Unggul dengan metode TEPAT (Teknis Pangkas Bertingkat)” sebagai obyek penelitiannya. Selain mereka, nama-nama lain yang masuk nominasi 20 besar Calon Penerima Innovation Award 2018 juga berasal dari ragam divisi kerja. Misalnya ada nama Subekti yang sehari-hari merupakan Staf Wisata dan Aset KPH Banyumas Timur. Ia masuk nominasi penerima Innovation Award 2018 dengan obyek penelitian “Ecofo System (Ecotourism Information System)”. Juga ada Lii Kurnia Asih (Waka PHW III Bandung) yang masuk nominasi penerima Innovation Award 2018 dengan obyek penelitian “Model Prediksi Erosi pada Tingkat Tapak Memanfaatkan Database Tipologi Tapak dengan Metode USLE”. Ada lagi Ipin, Angga Kartana, Rudian Mutaqin (Tim Kerja PHW II Cianjur). Mereka bertiga masuk nominasi sebagai satu tim yang berpeluang meraih Innovation Award 2018 dengan obyek penelitian “Penggunaan Base Map Peta Kerja Perhutani di GPS dan HP Android”. Selanjutnya, berturut-turut ada nama Arief Sylviyanto, Rahmat Hidayat, Dasep, dan Edi Suroso. Arief yang sehari-hari adalah Asper/ BKPH Juwono KPH Gundih, masuk nominasi dengan obyek penelitian “Alat Pruning / Pemeliharaan dengan Gergaji elektrik (Prutul)”. Sedangkan “Optimalisasi HHBK melalui identifikasi Citra Satelit”menjadi obyek penelitian yang mengantarkan Rahmat yang sehari-hari adalah Supervisor Persediaan Kayu KPH Kuningan, untuk masuk sebagai salah satu nominator. Sementara Dasep (Auditor SPI / EM Dalkin Divisi Regional Jawa Barat/Banten) masuk sebagai salah satu nominator lewat obyek penelitian bertajuk “Pengembangan Aplikasi Sistem Pelaporan Audit”. Dan

80 DUTA Rimba

Edi Suroso (Wakil Adm Jombang Barat KPH Jombang) masuk nominasi dengan obyek penelitian “Perbanyakan Sonokeling dari stek batang”. Selain sepuluh nama tersebut, para nominator lain yang menembus daftar dua puluh besar calon penerima Innovation Award 2018 adalah Wismo Tri Kancono (obyek penelitian bertajuk “Spot Selfie Galunggung”); Sukamto (“Gravity Skyline (GSS) Untuk Meningkatkan Produksi Getah”); Soleh Hendry A (“Dermaga Ponton”); Handojo Prajitno (“Pembuatan Aplikasi PICA Online sebagai alat kontrol

dlm proses PDCA di Perhutani”); Sugito (“Alat Panjat ‘Tangbuji’ untuk Mengatasi Pemanjatan Pohon Besar dan Tinggi di KBS Baturraden”). Di belakang mereka, ada nama-nama Aji Setio Aji (“Aplikasi Sistem Informasi Pertanggungjawaban Keuangan dan Penerapannya /Sipanjul”); Idwan Sugih Wirakarsa (“Agro Nol Rupiah”); Pujo Sunantoro (“Teknik Perbanyakan Vegetatif Klon Unggul Pinus Bocor Getah”); Shalahudin HM (“Kartu Masak Untuk Meningkatkan Rendemen Masak dan Frekuensi masak Yang Lebih Tinggi”); serta Budi Widodo (“Bajos, alternatif Teknik Pembuatan Bibit Kayu Putih

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Peserta lomba inovasi memerebutkan Innovation Award 2018 terlihat banyak dan antusias, menunjukkan betapa banyaknya ide segar dan kreativitas positif yang dilahirkan insan-insan Perhutani. Sekaligus juga menjadi refleksi optimisme Perum Perhutani bahwa SDM yang dimiliki memiliki kualitas mumpuni. Yang Cepat tumbuh, Murah, Cepat Berproduksidan Tahan Terhadap Serangan Hama Rayap”).

Ide Segar Peserta lomba inovasi memerebutkan Innovation Award 2018 terlihat banyak dan antusias. Hal itu menunjukkan betapa banyaknya ide segar dan kreativitas positif yang dilahirkan insan-insan Perhutani. Sekaligus juga menjadi refleksi optimisme Perum Perhutani bahwa SDM yang dimiliki memiliki kualitas mumpuni, dan kelak akan menjadi sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan. Para peserta yang telah masuk 20 besar selanjutnya melalui proses seleksi lagi. Di tahap selanjutnya, Juri memutuskan 10 besar yang masuk nominasi Innovation Award 2018. Mereka adalah Sajiman, Padang Jayanto, Aris Wibowo, Subekti, Lili Kurnia Asih, Tim Kerja PHW II Cianjur (Ipin, Angga Kartana, Rudian Mutaqin), Arief Sylviyanto, Rahmat Hidayat, Dasep, dan Edi Suroso. Daftar urutan pemenang telah dihimpun sesuai dengan keputusan dewan penilai. Keputusan pemenang diberikan kepada TIM atau individu,

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

jika memang inovasi secara individu Yang menarik, karya-karya inovasi yang masuk 20 besar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok inovasi. Pengelompokan inovasi dari 20 Terbaik tersebut dapat dilakukan berdasarkan bentuk dan rumpun inovasi. Pengelompokan inovasi dari bentuk inovasi tersebut adalah Sistem Informasi/Aplikasi (4 inovasi), yaitu PICA online, SPJ Online, Pelaporan Auditor, Ecofo System; Sistem Informasi/Pengelolaan Data (4 inovasi), yaitu Base map peta di GPS, Peta kelas erosi, HHBK dengan citra satelit, Agro nol rupiah; serta Kegiatan Teknis (12 inovasi), yaitu Tangbuji, Vegetatif klon PBG, Bios One, Teknik sadap PJ18 dan SN 72, GSS, View Deck Galunggung, Dermaga ponton, Bajos DKP, DKP Tepat, Kartu masak, Prutul, Stek batang sonokeling. Sedangkan pengelompokan inovasi dari Rumpun Inovasi adalah Bisnis Utama HHBK Getah Pinus (yaitu Tangbuji, Vegetatif klon PBG, Bios One, Teknik sadap PJ18 dan SN 72, GSS), Bisnis Utama HHBK Kayu Putih (yaitu Bajos DKP, DKP Tepat, Kartu masak), Bisnis Utama Hasil Hutan Kayu (yaitu Prutul, Stek batang sonokeling), Bisnis Pengembangan Wisata (terdiri dari View Deck Galunggung, Dermaga ponton, Ecofos), Bisnis Pengembangan HHBK/Agroforestry (terdiri dari HHBK dengan citra satelit, Agro nol rupiah), Bisnis Penunjang Kelola Lingkungan (yaitu Peta kelas erosi), dan Enabler Pengendalian Kinerja (yaitu Base map peta di GPS, PICA online, SPJ Online, Pelaporan Auditor). Berdasarkan telaah, dapat disimpulkan potensi masing-masing inovasi jika diterapkan secara optimal. Bios One: Stimulansia Organik, mudah dibuat, potensi produksi getah > 30%, ramah lingkungan, aman bagi penyadap, peningkatan

income penyadap, perlu uji terbatas. PJ18 – SN72: Sistem sadap getah pinus, produktivitas > 100 %, kualitas > 100%, potensi pohon dapat disadap selamanya, peningkatan income penyadap, perlu investasi alat, perlu pengawalan proses, perlu uji coba terbatas. Model Prediksi Erosi: Mitigasi bencana, mengurangi potensi korban bencana alam longsor, mitigasi pengelolaan kesuburan tanah hutan. Android Risalah: Penggunaan android sbg alat bantu penentuan lokasi risalah, mempercepat pelaksanaan risalah, mengurangi tenaga kerja perisalah, catatan akurasi koordinat. Alat Pruning: Alat pruning dengan mesin gergaji, mempercepat kegiatan pruning, mengurangi tenaga kerja pruning, perlu investasi. Citra untuk HHBK: Potensi menambah penghasilan, governance, kecepatan dan ketepatan manajemen data. Subekti: Ecofo System (Ecotourism Information System). Pangkas DKP: meningkatan produktifitas DKP, mengurangi daun tolak pabrik, meningkatkan rendemen, meningkatkan income pemetik daun. App Audit: aplikasi Sistem Pelaporan Audit SPI, mempermudah manajemen data hasil audit, mempercepat proses kerja, governance. Serta Alat Panjat Pohon: Alat panjat Pohon Besar dan Tinggi, meningkatan produktivitas pemanenan buah, mempercepat proses, menguangi tenaga kerja pemanenan buah, perlu investasi. Intinya, kita semua patut berbangga dengan capaian para insan Perhutani. Banyak ide segar bermunculan. Banyak juga personel yang tampil dengan percaya diri menunjukkan terobosan dan inovasi yang mereka bisa telurkan. Dan muara dari semua itu tentu adalah peningkatan produktivitas perusahaan. Bravo! • DR

DUTA Rimba 81


rimbakuliner

Mendoan Banyumas

yang Melegenda

H

ampir setiap warung dan restoran di Purwokerto selalu menjual Medoan Banyumas. Semua orang yang berkunjung ke Purwokerto hampir pasti selalu mencari Mendoan Banyumas untuk dijadikan oleh-oleh. Termasuk di warung-warung yang ada di sekitar Kantor KPH Banyumas Barat, yang letaknya persis di seberang SMA Negeri 1 Purwokerto. Jika Anda berkunjung ke daerah eks Karesidenan Banyumas, Anda tidak akan kesulitan untuk mencari dan membeli mendoan. Di sepanjang jalan di Kota Purwokerto, warungwarung, rumah makan, atau restoran, selalu menampilkan mendoan ini sebagai salah satu menu andalan. Sehingga, mencari Mendoan anget Banyumas di Kota Purwokerto tidaklah terlalu sulit. Bahkan di tempat-tempat wisata semisal Baturraden, Anda akan dengan mudah menemukan tempe mendoan, baik di restoran, cafe, maupun di ruang makan yang terdapat di hotel Baturraden. Satu lagi tempat yang lazim menyajikan mendoan sebagai menu andalan, yaitu Angkringan Pasar Wage Purwokerto. Di malam hari, lokasi ini selalu ramai karena menjadi tempat destinasi wisata kuliner malam dengan sajian Lontong plus Mendoan Anget khas Banyumas. Menu ini menjadi favorit para remaja dan

82 DUTA Rimba

Purwokerto menjadi salah satu kota yang dikenal publik di antara sekian banyak kota di Jawa Tengah. Kota kecil yang dulunya merupakan bagian dari wilayah eks Karesidenan Banyumas ini menyimpan berbagai macam keindahan alam, seni dan budaya, serta ragam kekayaan kuliner yang khas. Khas, karena aneka penganan di Purwokerto punya keunikan tersendiri dan tak dapat dijumpai di tempat lain. Salah satunya adalah Mendoan Banyumas. Penganan yang satu ini bahkan identik dengan Purwokerto. Sehingga, Purwokerto kerap kali disebut sebagai Kota Mendoan Banyumas. mahasiswa di sana. Sebab, harganya murah, rasanya nikmat, pedagangnya ramah. Nama “mendoan” berasal dari kata dalam Bahasa Jawa “mendo” yang berarti mentah atau setengah matang. Sebab, medoan sendiri memang merupakan penganan tempe yang dilumuri tepung dan diracik dengan aneka bumbu yang menggugah selera, lalu digoreng setengah matang. Nah, inilah keunikan mendoan, sehingga orangorang yang tinggal di luar wilayah eks Karesidenan Banyumas kerap kali kesulitan membuat mendoan. Sebab, cara menggoreng mendoan

ini unik. Jika terlalu lama digoreng, ia akan terlalu matang sehingga tidak menjadi mendoan melainkan hanya jadi tempe goreng biasa.

Hangat dan Nikmat Rasa gurih dengan citarasa yang khas membuat Mendoan Banyumas begitu lekat di ingatan siapa saja yang pernah menyantapnya. Rasa itu pula yang membuat Mendoan Banyumas selalu enak untuk dinikmati. Maka, tak aneh jika mayoritas Warga Banyumas menyebut, “Walaupun dimakan setiap hari, Mendoan langka mblengere.” Itu istilah dari Bahasa Ngapak – Bahasa

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019


Foto : istimewa

Jawa logat Banyumas – yang kurang lebih memiliki arti “tidak pernah ada bosannya”. Di dalam penyajiannya, mendoan kerap ditemani oleh sambal kecap pedas atau ada juga yang langsung memakannya dengan lombok mentah. Istilah Jawa untuk menyebut aktivitas makan tempe mendoan sambil diselingi dengan lombok/ cabai hijau itu ialah nyigit. Tentu saja, sensasi makannya nikmat sekali. Kehangatan santapan Mendoan Banyumas akan terasa semakin

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019

nikmat saat dilakukan bersama orang-orang terdekat. Sebab, Mendoan Banyumas akan semakin terasa enak jika dimakan saat masih hangat. Itu pula yang kerap menjadi sebab mayoritas penduduk Banyumas menyukai penganan gorengan berbahan baku tempe ini. Untuk mendapatkan tempe mendoan asli khas Banyumas, goreng tempe yang diiris tipis lalu baluri dengan balutan tepung terigu berbumbu itu di dalam minyak goreng yang cukup panas dan

banyak. Gorengnya sebentar saja, sekitar dua menit. Jika sekiranya telah dicelup dalam minyak goreng di atas api tungku sedang itu, terlihat tepung terigunya sudah membungkus tempe dengan cantik, langsung angkat dan tiriskan di tisyu makan agar minyak mendoan itu segera meresap.

Bukan Keripik Tempe Yang menarik, karena digoreng setengah matang, tekstur mendoan tempe khas Banyumas ini masih lembek alias mendo. Bahkan

DUTA Rimba 83


rimbakuliner

84 DUTA Rimba

digoreng sampai kering seperti keripik tempe. Mendoan Banyumas bukan keripik tempe. Foto : istimewa

masih basah. Tidak ada crispy atau kriuk tepung sama sekali. Nah, mendo inilah yang sangat khas dari Tempe Mendoan Banyumas. Tetapi, seiring perkembangan zaman, kini Mendoan Banyumas tak melulu memertahankan tekstur lembek, karena sekarang banyak muncul variasi dan kreasi baru pada mendoan sehingga memunculkan aneka rasa yang unik, enak, dan gurih. Mulai dari Tempe Mendoan Pedas, Tempe Mendoan Keju, Tempe Mendoan Daun Jeruk, Tempe Mendoan Bayam, Tempe Mendoan Imut ala Cafe, sampai Tempe Mendoan Crispy atau Mendoan Garing Kriuk, dan Sushi Mendoan Tempe. Ciri khas Tempe Mendoan Banyumas adalah ukurannya sedang dengan bentuk irisan tempe yang tipis. Ukuran irisannya sekitar 10 X 15 centimeter. Biasanya, tempe yang khusus untuk diolah menjadi mendoan adalah tempe yang dibungkus dalam daun jati atau daun pisang, yang berisi sekitar 3-4 lembar tempe. Hal itu tentu berbeda dengan tempe goreng tepung yang biasa dijual pedagang kaki lima di Jakarta dan sekitarnya. Di gerobak para pedagang gorengan itu, tempe dan adonan terigunya sangat tipis dan

Resep Mendoan Banyumas Bagi Anda yang penasaran dengan tempe medoan, bikin sendiri saja di rumah. Jika tidak ada tempe mendoan yang khas dan tipis, Anda bisa saja menggantinya dengan tempe papan tebal tetapi diiris lagi hingga sedikit lebih tipis. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah 1 sendok makan tepung beras, 250 gram tepung terigu protein sedang, 400 mililiter air, 10 buah Tempe Mendoan Banyumas (bisa juga menggunakan tempe biasa yang diiris tipis), 2 batang daun bawang diiris halus, dan minyak goreng secukupnya. Untuk bumbu, haluskan 1 cm kencur, 2 siung bawang putih, ¾ sendok teh ketumbar, 1 sendok teh kaldu bubuk, dan garam secukupnya. Caranya adalah, campurkan tepung beras, tepung terigu, air, dan bumbu halus dalam satu wadah, lalu aduk rata. Tambahkan daun bawang, lalu aduk rata kembali. Masukkan tempe ke dalam adonan tersebut, balut tempe dengan adonan tepung. Panaskan minyak goreng, setelah

terasa cukup panas, masukkan tempe yang telah dibalut adonan tepung. Goreng tempe itu sebentar saja (kira-kira dua menit) hingga mendo atau setengah matang, tak perlu sampai kering. Angkat dan tiriskan sejenak. Bahan sambal kecap pedas: 5 sendok makan kecap manis, 1 siung bawang putih (haluskan), 4 buah cabai rawit merah (haluskan, potong kecil-kecil), 1/8 sendok teh garam. Cara membuatnya adalah, campurkan semua bahan sambal ke dalam satu wadah, kemudian aduk rata. Lalu sajikan sambal kecap pedas itu bersama mendoan yang masih hangat. Itulah Tempe Mendoan Banyumas. Penganan kas Banyumas yang melegenda. Bahkan, kata warga Banyumas – baik pemuda maupun orang tua – berkumpul dengan orang-orang terdekat kurang lengkap tanpa mendoan. Tidak percaya? Coba saja! • DR

NO. 76 • TH. 13 • januari - februari • 2019




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.