Majalah Duta Rimba 45 Mar - Apr 2013

Page 1

DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI

NO. 45 • TH. 8 • MARET - APRIL • 2013

M A JA L A H

P E R H U TA N I

BENAH DIRI

Berubah atau Punah RIMBA UTAMA

52 Tahun Perhutani

Langkah Menuju Ekselen SOSOK RIMBA

Menteri BUMN Dahlan Iskan: EDISI NO. 45 • TH 8 • MARET - APRIL 2013

Perhutani Pasti Bisa WARISAN RIMBA

Legenda Jati Papak

Usia Hanya Angka

Karya Mesti Nyata


DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI

NO. 45 • TH. 8 • MARET - APRIL • 2013

M A JA L A H

P E R H U TA N I

BENAH DIRI

Berubah atau Punah RIMBA UTAMA

52 Tahun Perhutani

Langkah Menuju Ekselen SOSOK RIMBA

Menteri BUMN Dahlan Iskan: EDISI NO. 45 • TH 8 • MARET - APRIL 2013

Perhutani Pasti Bisa WARISAN RIMBA

Legenda Jati Papak

Usia Hanya Angka

Karya Mesti Nyata


SALAMREDAKSI

Penanggung Jawab Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani

Pemimpin Redaksi Hari Priyanto Wakil Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Redaksi Harian Lusia Diana Ruddy Purnama Ade Sudiman Maria Dyah Distribusi Guritno Perwakilan Humas Perhutani Unit I Jawa Tengah Humas Perhutani Unit II Jawa Timur Humas Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten Disain & Layout DUTA RIMBA Art Works Alamat Redaksi Humas Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com

Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan foto-foto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Iklan dan advertorial pada majalah DUTA RIMBA mendapatkan diskon menarik.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Tambah Usia Tambah Karya

Dok. Humas PHT

ISSN: 2337-6791

P

embaca yang budiman, Berbahagia sekali kami dapat kembali menyapa Anda semua. Semoga Anda senantiasa berada dalam kondisi sehat wal afiat dan selalu bersemangat untuk terus memberikan kemampuan yang terbaik dalam setiap aktivitas Anda. Di ruang ini, kami ingin menyampaikan selamat ulang tahun ke52 kepada seluruh jajaran Perum Perhutani. Ya, sebagaimana diketahui, tanggal 29 Maret adalah hari jadi perusahaan kita tercinta. Tahun ini, peringatan hari ulang tahun itu dilakukan di Pusdiklat Perum Perhutani, Madiun, Jawa Timur. Selain rangkaian acara seremoni, peringatan ulang tahun itu diisi dengan ragam aktivitas yaitu pameran produk PKBL, berbagai kegiatan olahraga, bakti sosial, juga peresmian dua pabrik dan dua fasilitas lain milik Perum Perhutani. Nah, rangkaian acara ulang tahun tersebut kami hadirkan dalam Rimba Utama edisi kali ini. Pembaca yang budiman, proses transformasi terus digulirkan di tubuh Perhutani. Sebab, perubahan mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar kita adalah suatu keharusan. Seperti dikatakan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat memberikan sambutan di peringatan hari ulang tahun Perhutani, jika kita tidak mau berubah, kita akan ditelan oleh perubahan zaman itu sendiri, lalu hilang punah dari peradaban. Karena itu, kita harus terus berubah ke arah yang lebih baik. Menteri Kehutanan menyatakan dukungan atas usaha Perhutani yang lewat momentum hari ulang tahun ini, mencanangkan tekad untuk berlari lebih cepat, dan menggarap sektor hilir. Bahkan, Menhut menegaskan, SDM Perhutani harus juga pandai bisnis. Namun, Menhut menekankan, bisnis Perhutani tidak boleh melupakan core competency dan core business sebagai pengelola hutan. Dan Menhut pun berharap, sektor hulu tetap menjadi perhatian utama Perhutani, yaitu menjaga agar jangan sampai ada lahan hutan di Pulau Jawa ini yang gundul. Semua harus tertanami. Proses transformasi tentu membutuhkan dukungan dari seluruh jajaran Perhutani. Karena itu, Pak Dirut pun menyampaikan pesan agar seluruh rimbawan dapat bahu membahu dan juga mengubah paradigma. Sebab, transformasi memang harus didahului dengan perubahan cara pandang. Dari sana, semangat dan etos kerja akan dapat dilecut untuk berlari lebih cepat mengikuti perkembangan. Tanggapan atas proses transformasi Perhutani juga dilontarkan Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Seperti apa pesan dan kritik Pak Menteri yang super dinamis ini? Anda dapat menyimaknya di rubrik Sosok Rimba. Anda juga akan kami ajak menikmati sajian ikan nila khas Waduk Widas di Saradan, Jawa Timur. Juga menelusuri keindahan pesona alam di Guci, Slawi, Jawa Tengah. Jangan juga lewatkan informasi-informasi lain di lembar-lembar Majalah Duta Rimba, yang tentu akan memuaskan dahaga keingintahuan Anda, pembaca yang budiman. Akhirnya, kami menghaturkan selamat membaca. Jangan lupa, kami tetap menantikan saran, pesan, maupun kritik Anda demi kemajuan majalah kita tercinta. Salam! • DR

DUTA Rimba 1


SEMAIRIMBA

SALAM REDAKSI 1 BENAH DIRI • Berubah Atau Punah

4

PRIMA RIMBA • Usia Hanya Angka, Karya Mesti Nyata

6

RIMBA UTAMA

6

• 52 Tahun Perum Perhutani Langkah

Menuju Ekselen

• Kebangkitan Industri Perhutani

10 16

• Pesan Menhut, Perhutani Harus Punya Ahli Bisnis 20 • Indahnya Berbagi

26

• Satu Malam, Lima Belas Ijab Kabul

30

• Karya Berbuah Penghargaan

34

• Olah Raga Bersama di Hari Ulang Tahun

38

• Refleksi Kemajuan Perhutani dalam Pameran

42

• Perhutani di Mata Rimbawan Senior

46

• Mereka Bicara

50

58

SOSOK RIMBA • Dahlan Iskan: Perhutani Pasti Bisa!

58

WARISAN RIMBA • Jati Papak, Pusat Bumi di Ujung Timur Pulau Jawa 62

LINTAS RIMBA

66

LENSA • Nyata dalam berKarya

72

OPINI

78

ENSIKLO RIMBA • Pohon Sono Keling Pesona Elegan Si Kayu Hitam 80

RIMBA DAYA • Much Suryadi dan Kriya Logam dari Cluwak

93

84

BISNIS RIMBA • Pabrik Plywood Pare, Kediri:

Mewujudkan Revitalisasi Industri Perhutani

88

WISATA RIMBA • Pesona Guci di Kaki Gunung Slamet

93

RESENSI RIMBA • Memperkaya Pustaka Hukum Agraria

100

98

REGULASI • Kinerja Unggul Menuju World Class Company

100

INOVASI • Riset Perhutani Hasilkan Kayu Putih Unggul

102

RIMBA KULINER • Nila Pedas Waduk Widas

2 DUTA Rimba

106

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


POSRIMBA Porang

Jl.Pahlawan No.20, Blitar, Jawa Timur,

Yth. Perhutani Mohon maaf saya ingin bertanya apakah Perhutani mempunyai data terkait produksi atau hasil umbi porang? Saya Masruri, mahasiswa biologi. terima kasih. M. Masruri Aziz masruri.bio@XXX.com

Terima kasih atas email yang telah

Telp. (0342) 801892, 801992, 806726, Fax:

Bapak kirimkan. Saat ini Perum Perhutani

(0342) 86726

belum ada rekruitmen untuk penerimaan karyawan baru. Kalau ada info lowongan

Pekerjaan

pekerjaan bisa dilihat di alamat website Perum Perhutani di www.perumperhutani.

Saya mau bertanya, apakah ada lowongan pekerjaan di Perhutani Jawa

com. Redaksi telah menerima ratusan

Tengah? Saya fresh graduate S-1 UNDIP

email yang menanyakan informasi

dan ingin sekali bekerja di Perhutani.

lowongan pekerjaan di Perum Perhutani.

Terimakasih. Terima kasih atas email yang

Devi Eka Septiyanti

telah Bapak kirimkan. Untuk informasi

deviekaseptiyantii@XXX.com

lebih lengkap mengenai data porang, silakan menghubungi bagian Industri

Pembelian Kayu Jati Apakah pembelian kayu di TPK harus

Terima kasih atas email yang telah

oleh orang asli tempat TPK tersebut

Perum Perhutani di Gedung Manggala

Ibu kirimkan. Saat ini Perum Perhutani

Wanabakti, Blok 7 lantai 9, dengan nomor

belum ada rekruitmen untuk penerimaan

Andy

ekstensi 919.

karyawan baru. Kalau ada info lowongan

andy.abadi@XXX.com

berada? Saya pedagang kayu.

pekerjaan bisa dilihat di alamat website Perum Perhutani di www.perumperhutani.

Karir Pak,di menu website perhutani tidak ada informasi untuk karir?? Totok Hardiyanto independent_scorp@XXX.co.id

Terima kasih atas email yang telah

com. Redaksi telah menerima ratusan

Bapak kirimkan. Untuk informasi lebih

email yang menanyakan informasi

lengkap silakan menghubungi bagian

lowongan pekerjaan di Perum Perhutani.

Pemasaran di Gedung Manggala Wanabakti, Blok 7 lantai 9, dengan nomor

Kebutuhan Madu

ekstensi 930.

Saya Susan dari Global Chemindo Terima kasih atas email yang telah Bapak kirimkan. Info lowongan pekerjaan bisa dilihat di alamat website Perum

Megatrading, anak perusahaan dari Kalbe Group.

Perhutani di www.perumperhutani.com.

dengan produk madu Perhutani untuk

Redaksi telah menerima ratusan email

keperluan industri.

yang menanyakan informasi lowongan pekerjaan di Perum Perhutani. Namun saat ini Perum Perhutani belum ada rekruitmen untuk penerimaan karyawan baru.

Mohon alamat pembeli porang basah

produk madu ke Industri? Apakah terdapat Sertifikat analisis (CoA) yang dapat diberikan kepada kami?

: Arista Wahyu Saputra

NIM

: 682010095

Progdi

: Sistem Informasi

Fakultas : Teknologi Informasi Ingin mempertanyakan mengenai

Susanti Louis susanti.louis@XXX.com

Apakah pihak Perum Perhutani dapat menerima Mahasiswa yang Magang / Kerja Praktik?

Terima kasih atas email yang telah Ibu

Atas perhatiannya kami ucapkan

Nama

Kerja Praktik.

jawabannya. Salam.

di Kabupaten Blitar, karena kami ingin menjual porang basah.

Saya Mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana :

Apakah perhutani dapat mensuplai

Terima kasih. Saya tunggu

Alamat Pembeli Porang

Penerimaan Kerja Pratik Dengan Hormat,

Ada customer kami yang tertarik

kirimkan. Untuk informasi lebih lengkap

Terima Kasih, Saya harap ada respon dari Bapak / Ibu sekalian.

silakan menghubungi bagian Pemasaran

terima ksih. Ahmad Sobirin ahmadsobirin_a@XXX.co.id Terima kasih atas email yang telah Bapak kirimkan. Untuk informasi lebih

Job Vacancy Perum Perhutani

Blitar. Berikut kami cantumkan alamat dan

pendaftarannya dimana?

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Terima kasih atas email yang telah saudara kirimkan. Untuk informasi lebih lengkap silakan menghubungi bagian SDM

Saya mau tanya untuk bekerja di Perhutani ini syaratnya apa saja dan

KPH BLITAR

682010095@XXX.uksw.edu

lantai 9, dengan nomor ekstensi 930.

lanjut Bapak bisa menghubungi KPH nomor yang bisa dihubungi.

Arista Wahyu Saputra

di Gedung Manggala Wanabakti, Blok 7

Perum Perhutani di Gedung Manggala Wanabakti, Blok 7 lantai 9, dengan nomor Alfan

ekstensi 912.

staraep01@XXX.com

DUTA Rimba 3


BENAHDIRI

Berubah Atau Punah Mengapa mahluk-mahluk purbakala semisal dinosaurus bisa punah? Itu karena mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan zamannya. Jika Perhutani tidak mampu menyesuaikan diri dengan dinamika dan perubahan zaman, maka akan berakhir seperti dinosaurus itu. Sebab, mereka yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, pada akhirnya akan punah.

R

Dok. Humas PHT

angkaian kalimat itu disampaikan saat Menteri mencapainya. Sebab, Perhutani adalah satu-satunya Kehutanan Zulkifli Hasan memberikan perusahaan yang diberikan modal oleh pemerintah untuk sambutan di acara Peringatan Hari Ulang mengelola kawasan yang begitu luas. Modal dasar kita Tahun ke-52 Perum Perhutani. Maksudnya, adalah 2,4 juta hektar lahan hutan di Pulau Jawa dan dinamika masyarakat di luar kita terjadi Madura dengan ragam kekayaan alam di dalamnya. begitu cepat. Dinamika itu juga memunculkan kebutuhan Modal dasar itu harus dikreasikan sedemikian rupa, yang berbeda dan penuh variasi. Masing-masing pihak agar kita bisa mendapatkan produk yang ekselen. Harus akan mencari sesuatu yang sesuai ada tahapan untuk mengolah modal kebutuhan mereka. Jika kita tidak dasar itu agar mampu meningkatkan mampu menyediakan kebutuhan itu, nilai tambah, dan akhirnya akan mereka akan mencarinya di tempat meningkatkan pendapatan. Hal lain dan meninggalkan kita. Sehingga itu merupakan “P” pertama dari akhirnya, kita akan sulit bertahan. tiga prinsip pengelolaan modal Kalimat pesan Menteri Kehutanan dasar tersebut, yaitu “profit”. itu sejalan dengan tekad yang Sebagai perusahaan, Perhutani tak telah kita canangkan di tahun boleh melupakan prinsip sebuah ke-52 Perum Perhutani. Kita akan badan usaha yaitu mendapatkan berubah, menyesuaikan dengan keuntungan. kondisi dan kebutuhan zaman. Tetapi sebagai sebuah BUMN, Dan menggeser sedikit paradigma kita juga tidak lupa “P” berikutnya. kita, menuju perusahaan terdepan “P” kedua adalah People, yaitu agar di bidang kehutanan di Indonesia, Perhutani harus juga mengakomodasi bahkan di Asia. Maka, kita pun telah masyarakat, terutama di Pulau Jawa. Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani menancapkan tekad yaitu “Menuju Sehingga, pengelolaan hutan harus Perhutani Ekselen”. dilakukan bersama masyarakat. Dan Beberapa pihak bertanya, seperti apa sih Perhutani itu sudah kita lakukan, melalui program yang bernama ekselen itu? Secara terminologi bahasa, ekselen adalah PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Yang suatu kondisi yang paling tinggi, bahkan di atas sempurna. ketiga, kita juga tidak lupa bahwa tugas kita ini harus Di dalam istilah lain, ekselen diartikan sebagai paripurna. memberikan kontribusi ekologis kepada lingkungan. Maka, Artinya, itulah kondisi yang paling baik dan paling tinggi “P” ketiga adalah Planet. Artinya, kita mengelola hutan ini untuk dicapai. harus sesuai dengan prinsip menjaga lingkungan hidup. Itulah cita-cita Perhutani. Ekselen. Paripurna. Maka, Modal yang sekarang kita punya ini merupakan potensi semua yang ada di Perhutani memiliki nilai itu. Termasuk yang sangat luar biasa, namun menurut saya belum pengolahan semua sumber daya yang dimiliki dan menjadi dimanfaatkan secara optimal. Mengapa? Sebab, selama aset perusahaan. Juga nilai tambah dari semua sumber ini kita hanya berpikir bagaimana agar hasil hutan itu kita daya itu yang juga selalu meningkat dari waktu ke waktu. ambil untuk segera kita jual. Tidak perlu ada tambahan nilai. Memang tidak mudah untuk mewujudkan cita-cita Padahal, justeru sumber pendapatan sebuah perusahaan itu. Namun, kita sudah memiliki modal besar untuk yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya

4 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


alam, apapun sumber daya alamnya, adalah dari sektor industrinya. Di sanalah ada nilai tambah. Sesungguhnya kita mampu mengolahnya sendiri, dan jika kita mengolahnya sendiri, sudah tentu nilainya akan berlipat-lipat bagi kita. Perhutani ekselen merupakan tema untuk melangkah ke arah sana. Mengapa? Agar sumber daya yang sudah dititipkan pemerintah dan negara ini dapat dioptimalkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hasil ini tidak bisa optimal kalau hanya berbentuk ekstraktif saja. Maka, saya berpendapat bahwa kita harus berpikir untuk mencapai kondisi yang ekselen itu dengan mengolah semua sumber daya yang kita punya. Sehingga, saat ini kita mengarah ke pengolahan. Hal itu dibuktikan dengan membangkitkan sektor hilir lewat peningkatan industri. Satu hal yang harus digarisbawahi adalah, kondisi yang ekselen itu tidak hanya perusahaannya, tetapi semua sumber daya yang terkandung di dalamnya. Termasuk sumber daya manusia. Maka, peningkatan kualitas sumber daya manusia agar menjadi tenaga profesional dan bekerja optimal juga akan kita genjot. Intinya, kita akan mengangkat seluruh potensi yang luar biasa yang dimiliki Perhutani. Memang tidak bisa sekaligus. Ada tahapan. Selain menggenjot hal-hal baru termasuk merevitalisasi sektor industri kehutanan, kita juga akan terus meningkatkan hasil yang sudah kita punya. Mulai dari kayu. Kita tingkatkan terus sumber daya kayu kita dengan banyak menanam. Juga dengan terus menumbuhkan lahirnya teknologi baru, agar hasil tanam itu dapat menghasilkan dengan cepat. Sebab, jalannya industri membutuhkan ketersediaan bahan baku yang cepat. Maka, kita butuh tanaman-tanaman dengan umur daur yang cepat pula. Begitu juga getah. Agar bisa menyuplai kebutuhan bahan baku untuk pabrik kita, harus tanam banyak pohon yang menghasilkan banyak getah. Begitu juga kayu putih. Dan produk-produk kita yang lain. Intinya, semua harus dikelola dengan baik dengan industri yang besar. Semua itu menuntut perubahan. Bukan hanya pada pola pengolahan modal dasar dan sumber daya seperti yang saya uraikan di atas. Tetapi juga perubahan pengelolaan organisasi. Organisasi kita harus efektif dan efisien. Setelah itu, alat atau tool harus berdayaguna dan berhasilguna. Maka, teknologi pun harus mendukung proses itu. Bagaimanapun, teknologi harus mampu mendukung, untuk bisa menyatukan, mengefektifkan, mengefisienkan, dan memadukan semua komponen. Memang tidak mudah untuk mencapai cita-cita itu. Bahkan sulit. Maka, tak heran jika ada yang meragukan, apakah Perhutani mampu mewujudkan misi dan citacita itu. Tetapi, keraguan itu justeru harus kita jadikan cambuk dan motivasi untuk membuktikan bahwa kita bisa. Perhutani pasti bisa.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Konsep untuk menuju ekselen ini sudah kita gulirkan. Tahap selanjutnya how to make decission to this idea. Dan itu pun telah kita lakukan, dengan mulai menggenjot sektor hilir lewat pembangunan sejumlah pabrik pengolahan sumber daya hutan. Dan proses itu akan terus berjalan, hingga cita-cita itu tercapai. Sehingga, seluruh SDM yang ada harus selalu menggelorakan dukungan dan semangat. Jangan lagi ada SDM di Perhutani yang terjebak di area comfort zone (zona nyaman). Artinya, sudah merasa nyaman dengan kondisi yang ada saat ini. Sebab, perasaan itu akan membuat kita enggan untuk bergerak ke arah yang lebih maju. Padahal, cita-cita kita adalah mencapai kondisi ekselen. Untuk mencapai kondisi ekselen atau paripurna, harus ada perjuangan yang juga paripurna. Maka, perlu ada “pengorbanan” dari semua rimbawan Perhutani. Bukan berarti mengorbankan diri. Pengorbanan itu bermakna mengeluarkan effort yang luar biasa. Mengeluarkan kemampuan kita yang maksimal. Dan mencapai kondisi yang paling tinggi yang dapat diraih. Itulah makna ekselen. Itulah cita-cita kita. Saat ini, kita sedang menuju ke sana. Saya optimis untuk mencapai kondisi ekselen ini. Sebab, saya melihat kondisi di lapangan, banyak sumber daya yang kita punya, anak-anak muda di lapangan yang sudah banyak memberikan kontribusi optimal, karena menginginkan Indonesia maju dan Perhutani maju. Mereka ingin mewujudkan Perhutani yang lebih baik. Maka, kita akan buka peluang-peluang agar mereka yang muda dan bersemangat itu dapat maju. Sebab, menurut saya, keberhasilan seorang pemimpin adalah ketika orang-orang yang dipimpinnya dapat lebih maju dan lebih berhasil ketimbang dirinya sendiri. Seperti juga keberhasilan seorang guru adalah ketika muridnya menjadi lebih pintar ketimbang dirinya sendiri. Jadi, salah satu hal utama yang manajemen tengah lakukan saat ini adalah untuk mempersiapkan sumber daya yang mumpuni itu. Akhirnya, kita semua harus berubah seiring dinamika kebutuhan masyarakat. Perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Ubahlah paradigma kita. Jangan terlena di dalam zona nyaman. Seperti kata-kata yang pernah diucapkan pemimpin kharismatis dari India, Mahatma Gandhi. “We must become the change we want to see.” Maknanya, jika kita ingin melihat perubahan, kita harus menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Dinamis mengikuti perubahan yang berlangsung di sekitar kita. Sebab, jika tidak, perubahan itu yang akan melindas kita. Sebab, perubahan itu adalah sesuatu yang pasti. Maka, jika di zaman perang kemerdekaan tahun 1945, para pejuang Indonesia dengan lantang meneriakkan “Merdeka Atau Mati”, saatnya sekarang kita pun mengumandangkan kalimat “Berubah Atau Punah”. • DR

DUTA Rimba 5


6 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


PRIMARIMBA

Usia Hanya Angka, Karya Mesti Nyata Akhir Maret 2013. Langit Kota Madiun tampak cerah. Sekalipun hujan masih turun di berbagai daerah, namun di kota brem tersebut, angin selalu mengusir awan, sehingga mendung tidak nyaman berada di atas wilayah Madiun. Angin yang berembus dari arah tenggara, seakan menyisir gumpalan awan yang berpendar-pendar di atas langit untuk menjauh dari kota yang dikenal memproduksi gerbong-gerbong kereta api itu.

S

uasana alam yang bersahabat tersebut seakan ikut merentang kehadiran para rimbawan yang akan merayakan ulang tahun ke-52 Perum Perhutani. Di Pusat Pendidilan dan Latihan (Pusdiklat) Perum Perhutani, Madiun, perayaan ulang tahun tersebut digelar. Ribuan karyawan Perhutani dan masyarakat di sekitar

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Pusdiklat membaur, seakan ingin menjadikan hari tersebut merupakan hari istimewa. Tentu bisa dipahami, jika karyawan Perhutani ingin merayakan ulang tahun perusahaannya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diakui sendiri oleh Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto. “Ulang Tahun Perhutani ini sebenarnya sudah 52 tahun. Tapi

baru kali inilah hari ulang tahun itu kami rayakan secara agak sedikit serius,” tegasnya di hadapan warga Madiun. Perhutani sesungguhnya berdiri tahun 1961. Awalnya bernama BPU Perhutani, yang wilayahnya ada di Jawa dan luar Jawa. Wilayah di luar Jawa itu sekarang menjadi Inhutani I s/d V. Di dalam perkembangannya, sepanjang beberapa dekade ini, memang tanggal dan waktu kelahirannya belum ditetapkan, karena masih banyak debat tentang hari kelahirannya, apakah tahun 1971, atau tahun 1959, atau tahun 1961. “Lalu kami putuskan tahun kemarin, tahun kelahirannya adalah tahun 1961," tambah Bambang, dimana hari ulang tahun itu jatuh pada 29 Maret. Ulang tahun Perhutani di Madiun itu merupakan yang ke-52, tetapi ini adalah tahun yang kedua mereka rayakan. Tahun 2012, mereka rayakan secara sederhana di Bogor, Jawa Barat. Hanya tumpengan saja.

DUTA Rimba 7


Memang pertanyaannya, di satu sisi apa sesungguhnya makna 52 tahun Perhutani dalam memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara, khususnya dalam menjaga hutan di Pulau Jawa dan Madura? Dan di sisi lain, apa kontribusi Perhutani sebagai BUMN ikut mendukung perekonomian nasional? Pertanyaan semacam itu perlu menjadi bahan renungan insan Perhutani, karena kehadiran perusahaan ini, tidak kedap dengan berbasgai permasalahan bangsa. Perhutani sebagai BUMN menjadi pilar penting dalam memperkokoh perekonomian nasional. Ibarat manusia, umur 52 tahun ini merupakan usia puncak. Pada umur seperti itu orang telah banyak mengukirkan prestasi. Mereka tak hanya mapan, tetapi juga matang dalam kehidupan. Tetapi bagaimana dengan Perhutani? Sebuah pertanyaan yang tentu jawabnya bisa beraneka ragam. Sejarah Perhutani Kehadiran Perhutani ini tidak lepas dari sejarah pengelolaan hutan di Jawa dan Madura secara modern-institusional tahun 1897 dengan dikeluarkannya “Reglement voor het beheer der bosschen van den Lande op Java en Madoera”, Staatsblad 1897 nomor 61 (disingkat “Bosreglement”) selain itu terbit pula “Reglement voor den dienst van het Boschwezen op Java en Madoera” (disingkat “Dienst Reglement”) yang menetapkan aturan tentang organisasi Jawatan Kehutanan, dimana dibentuk Jawatan Kehutanan dengan Gouvernement Besluit (Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari 1897 nomor 21, termuat dalam Bijblad 5164. Hutan-hutan Jati di Jawa mulai diurus dengan baik, dengan dimulainya afbakening (pemancangan), pengukuran, pemetaan dan tata hutan.

8 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

PRIMARIMBA

Sejarah hutan di bawah kekuasaan Hindia Belanda itu segera berakhir setelah Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka pada 17 Agustus 1945. Hak, kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan pengelolaan hutan di Jawa dan Madura oleh Jawatan Kehutanan Hindia Belanda q.q. den Dienst van het Boschwezen, dilimpahkan secara peralihan kelembagaan kepada Jawatan Kehutanan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini.” Dengan disahkannya Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960, seperti tersebut dalam Lampiran Buku I,

Jilid III, Paragraf 493 dan paragraf 595, industri kehutanan ditetapkan menjadi Proyek B. Proyek B ini merupakan sumber penghasilan untuk membiayai proyek-proyek A (Tambahan Lembaran Negara R.I. No. 2551). Pada waktu itu direncanakan untuk mengubah status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara yang bersifat komersial. Tujuannya, agar kehutanan dapat menghasilkan keuntungan bagi kas Negara. Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Untuk mewujudkan perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961, tentang ”Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Negara (PERHUTANI)”. Pada tahun 1961 tersebut, atas dasar UndangUndang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Fungsi Strategis Dari sejarah awal berdirinya Perhutani tersebut, terlihat ada fungsi strategis yang diemban oleh perusahan ini untuk memberikan kontribusi kepada negara dalam bentuk pundi-pundi penerimaan negara. Tugas semacam ini telah mereka emban hingga kini, karena sebagai BUMN mereka juga harus menjadi lokomotif pertumbuhan perekonomian nasional. Masalahnya memang dalam kumparan waktu 52 tahun, banyak perubahan sosial, ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap Perhutani. Ambil contoh, pasca reformasi, sebagaimana hutan-hutan yang lain, hutan-hutan Perhutani juga dijarah secara besar-besaran oleh masyarakat. Kondisi ini menyebabkan hutan Perhutani menjadi kerontang bahkan gundul, hingga bisnis Perhutani juga sempat merosot. Dalam konteks inilah, peran strategis Perhutani juga bertransformasi. Jika sebelumnya hanya berperan dalam sistem perekonomian nasional, pasca reformasi ia juga berperan dalam mendukung sistem kelestarian lingkungan, dan sistem sosial budaya, khususnya dalam memberdayakan masyarakat di sekitar hutan, agar mereka bisa merasakan manfaat adanya hutan di satu sisi. Pada sisi lain masyarakat juga terlibat dalam mengelola dan mengamankan hutan dari penjarahan. Dalam kondisi hutan yang rusak tersebut, untuk menjalankan fungsi strategis untuk mendukung sistem kelestarian linkungan hidup, Perhutani kini getol melakukan penanaman hutan. Penanaman pohon ini tak hanya dilakukan oleh

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

korporasi, tetapi juga oleh individu karyawan. Perhutani mewajibkan seluruh karyawan Perhutani untuk menanam paling sedikit 25 pohon baik di sekitar rumah, maupun lahan kosong lainnya. Mengubah Haluan Bisnis Dalam kondisi hutan yang rusak tersebut, Perhutani juga mengubah haluan bisnis. Jika sebelumnya perusahaan ini mengandalkan bisnisnya pada kayu, kini pelan tetapi pasti sudah bergeser ke bisnis non kayu. Proporsi bisnis kayu dan non kayu sudah mengarah pada 50 : 50. Dalam menggarap bisnis non kayu, bisnis Perhutani memang telah memasuki tahapan hilirisasi. Produk hutan yang dihasilkan Perhutani diolah terlebih dahulu, agar memiliki nilai tambah yang cukup tinggi, baik dari sisi penciptaan lapangan kerja, penguasaan teknologi, dan keuntungan. Perhutani getol menanam pohon pinus bocor getah. Tujuannya bukan untuk mendapatkan kayunya. Tetapi penanaman pohon tersebut untuk mendapatkan getahnya dalam rangka mengembangkan forest chemical product berupa gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, dan seedlac. Produk gondorukem dan Terpentin merupakan hasil destilasi getah pinus yang berkualitas tinggi. Minyak Terpentin yang berwarna transparan putih adalah pelarut yang kuat. Merupakan bahan baku pelarut cat, bahan baku parfum, desinfektan, dan campuran kimia lainnya. Selain forest chemical product, untuk menggenjot pendapatan non kayu Perhutani juga akan mengembangkan forest food & Health Product seperti madu berkualitas tinggi dan air minum dalam kemasan berlabel ”Air Perhutani”. Selain itu Perhutani juga akan memproduksi produk

pendukung kesehatan lainnya seperti Kopi, cengkeh, aren, jagung, empon-empon, dan bahan pangan lainnya bekerjasama dengan masyarakat desa hutan melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Selain produk-produk yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, Perhutani juga serius mengembangkan ecotrourisme & Lanscape Beauty, Forest Seed Product, Forest Training and Development, Forest Clean Energy Product, Flora & Fauna Forestry Products, dan Commercial Zone Products. Bila jalan lempang yang dibangun Perhutani dalam melakukan hilirisasi baik di sektor kayu dan non kayu, bukan tidak mungkin kinerja operasional, finansial, dan investasi dalam lima tahun ke depan akan bisa dua kali lipat dibandingkan sekarang. Jika pendapatan Perhutani tahun ini ditargetkan Rp 3,8 triliun maka lima tahun ke depan bisa menjadi Rp 7 s/d Rp 8 triliun. Kuncinya, sebagaimana disarankan Menteri Kehutanan Zulkilfi Hasan, perhutani harus meningkatkan kualitas SDM, khususnya di bidang bisnis. Perhutani yang memiliki lahan 2,4 hektar, tentu akan menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan, jika dikelola oleh SDM yang profesional. Dalam kerangka itulah usia 52 tahun itu hanyalah sebuah angka. Kematangan dan kemapanan perusahaan ini akan sangat ditentukan seberapa kencang perusahaan ini melakukan tranfosmasi untuk menghasilkan karya yang optimal. Pertarungan bisnis ke depan bukanlah pertarungan wacana, melainkan pertarungan untuk melahirkan karya nyata untuk memberikan produk dan jasa yang bernilai tinggi. Selamat Ulang Tahun. • DR

DUTA Rimba 9


52 Tahun Perum Perhutani

Langkah Menuju Ekselen

P

usdiklat Perum Perhutani, Madiun, Jawa Timur, 27 April 2013. Puluhan anak berbaris rapih dengan dandanan yang cantik dan tampan. Masingmasing asik memainkan tambur, drum, dan perangkat perkusi. Di depan, tampak mayoret cilik dalam gerak gemulai. Ada tiga mayoret yang masing-masing memimpin belasan anak pemain musik pagi itu. Mereka adalah drum band anakanak “Gita Tunas Rimba”. Mereka sehari-hari bersekolah di TK Tunas Rimba dari Madiun, Saradan, dan Ngawi. Drum band adalah salah satu kegiatan ekstra kurikuler di TK Tunas Rimba. Kehadiran tiga rombongan drum band cilik itu di Pusdiklat Perum untuk menyambut

10 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

kedatangan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, ke acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani. Anak-anak terlihat tetap bersemangat. Padahal, hari telah beranjak melewati tengah hari. Ketukan drum, bunyi perkusi, berpadu dengan lincah langkah dan gerak tubuh serta ekspresi khas anak-anak. Ketika waktu memasuki pukul 13.00 WIB, yang ditunggu pun datang. Rombongan Menteri Kehutanan memasuki Kompleks Pusdiklat Perum Perhutani. Mobil berhenti seratus meter dari Aula Wana Java Pusdiklat, tepat acara akan berlangsung. Pak Menteri pun turun dari mobil, diiringi Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto.

Dok. Humas PHT

Tanggal 29 Maret 2013, Perum Perhutani genap berusia 52 tahun. Sebuah usia yang matang untuk sebuah entitas. Rangkaian acara peringatannya pun digelar di Pusdiklat Perhutani, Madiun, Jawa Timur. Inilah langkah menuju Perhutani ekselen.

Di depan sebuah baliho besar bergambar dirinya, Menteri Kehutanan berhenti. Seorang anak perempuan maju ditemani tiga anak laki-laki. Sang anak perempuan lalu mengalungkan bunga kepada Menteri Kehutanan. Sambil tersenyum, Zulkifli Hasan menerima karangan bunga itu, lalu mencium

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


RIMBAUTAMA

kedua pipi sang anak. Musik pun segera mengalun dan langkahlangkah kecil berjalan. Menhut memerhatikan aksi drum band itu dengan wajah ceria. Itulah kejadian menarik saat Menhut tiba di acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani. Acara tersebut kali ini mengusung

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

tema “Menuju Perhutani Ekselen”. Rangkaian acara ulang tahun sebenarnya sudah dimulai sejak pagi hari, dengan aksi bakti sosial yang digelar di Dusun Kebonduren, Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Kegiatannya meliputi pemberian paket sembako, pengobatan massal

secara gratis, potong rambut massal secara gratis, khitanan massal, pemberian santuan untuk janda Perhutani, pemberian santunan untuk guru, serta bantuan pembangunan sarana MCK. Satu lagi bagian acara bakti sosial, yaitu nikah massal, dilangsungkan keesokan harinya. Acara ini memiliki arti khusus.

DUTA Rimba 11


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Sebab, kendati telah 52 tahun usianya, namun baru dua kali Hari Ulang Tahun Perum Perhutani ini diperingati. Tahun lalu, peringatannya dilakukan dengan sederhana yaitu pemotongan tumpeng dan kegiatan olahraga sepeda ria. Sebab, penetapan hari lahir Perhutani itu memang baru ditetapkan sesuai kajian yang dilakukan tahun 2012. Sebelumnya, ada beberapa versi tentang tanggal lahir perusahaan negara di sektor kehutanan ini. Di tahun ini, selain menggelar acar khusus peringatan Hari Ulang Tahun, rangkaian acaranya juga meliputi bakti sosial dan olah raga bersama. Juga ada momen peresmian dua pabrik dan dua sarana lain milik Perhutani. Dua pabrik yang hari itu sekaligus diresmikan oleh Menteri Kehutanan adalah Pabrik Industri Plywood di

12 DUTA Rimba

kendati telah 52 tahun usianya, namun baru dua kali Hari Ulang Tahun Perum Perhutani ini diperingati. Tahun lalu, peringatannya dilakukan dengan sederhana yaitu pemotongan tumpeng dan kegiatan olahraga sepeda ria.

peringatan Hari Ulang Tahun Perhutani tahun ini dirasakan perlu untuk diadakan secara lebih serius, karena di saat inilah menjadi momen untuk menyampaikan laporan tentang perkembangan kinerja dan torehan prestasi yang telah dicapai perusahaan. “Kita perlu menyampaikan laporan, apa yang dilakukan Perhutani selama ini, dan tentunya ini juga merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban kami semua, sehingga memang amanah yang diberikan negara kepada Perum Perhutani bisa kami jalankan secara transparan,” katanya.

Kediri dan Pabrik Pengolahan Porang di Kediri. Sedangkan sarana lainnya adalah Eboni Sport Center di Madiun, dan Hutan Pendidikan Perum Perhutani. Menurut Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto,

Naik Becak Perhutani punya cara unik untuk memeringati hari ulang tahunnya. Rombongan direksi berangkat dari Jakarta menuju Madiun pada Selasa, 26 Maret 2013, sore, menaiki kereta Bima dari Stasiun Gambir.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Sepanjang perjalanan, rombongan bercengkerama akrab. Pukul 03:30, kereta memasuki stasiun Madiun. Turun dari kereta, rombongan bergerak ke pintu keluar. Di pelataran staiun, telah menunggu 50 unit becak. Kendaraan yang sudah tak tampak di Jakarta ini memang sengaja disewa untuk mengantarkan rombongan Perhutani ke Kompleks Pusdiklat yang berjarak sekitar 2 kilometer dari stasiun. Dan begitulah. Satu demi satu anggota rombongan menaiki kendaraan roda tiga itu. Senyum ceria menghiasi wajah-wajah mereka, kendati baru saja tiba dari perjalanan jauh. Cukuplah untuk membangkitkan kenangan akan kendaraan yang satu ini. “Kita memang sengaja menempuh perjalanan ini dengan becak, untuk mengingatkan kepada

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Kita memang sengaja menempuh perjalanan ini dengan becak, untuk mengingatkan kepada kita semua dari mana kita berasal. Artinya, kita tidak boleh lupa kita berasal dari mana sehingga kita tahu akan melangkah ke mana. kita semua dari mana kita berasal. Artinya, kita tidak boleh lupa kita berasal dari mana sehingga kita tahu akan melangkah ke mana,” jawab Direktur Utama Bambang Sukmananto tentang alasan mereka mbecak.

Mesin Pertumbuhan Saat memberikan sambutan dan laporan perkembangan Perhutani, Direktur Utama Bambang Sukmananto, mengatakan, sesuai dengan rapat koordinasi BUMN di Yogyakarta tanggal 10 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan bahwa BUMN ini merupakan tangan kedua pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Tangan pertamanya adalah APBN. Jadi, BUMN ini dituntut untuk menjadi instrumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi, dan air. Itu adalah fungsi pertama BUMN. Yang kedua, dalam misi ini BUMN diharapkan untuk menjadi engine of growth yaitu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dan yang ketiga, menjadi pelopor dan kebanggaan nasional. Nah, berkaitan dengan tiga misi

DUTA Rimba 13


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

BUMN tersebut, Perhutani diberi tugas oleh negara untuk mengelola kawasan seluas 2,4 juta hektar di Pulau Jawa dan Madura. “Di dalam melaksanakan tugasnya juga Perhutani harus mempunyai rencana atau road map yang jelas. Kita punya tujuan untuk era atau tahun ini yaitu bagaimana agar Perhutani ini menjadi pengelola hutan yang ekselen. Jadi, target-target ini kita lakukan dengan terukur, terprogram, sehingga tentunya secara bertahap kita akan menuju Perhutani yang ekselen sesuai dengan harapan kita semua,” tuturnya. Langkah menuju status sebagai pengelola hutan yang ekselen itu telah disusun. Di tahun 20132014, menurut Bambang, hal yang utama yang mereka lakukan adalah penataan dan penggolongan bisnis inti. Bambang menegaskan, sebagai core business atau bisnis inti Perhutani adalah meningkatkan potensi sumber

14 DUTA Rimba

Kita punya tujuan untuk era atau tahun ini yaitu bagaimana agar Perhutani ini menjadi pengelola hutan yang ekselen. Jadi, targettarget ini kita lakukan dengan terukur, terprogram, sehingga tentunya secara bertahap kita akan menuju Perhutani yang ekselen sesuai dengan harapan kita semua daya hutan. Maka, Perhutani selalu mengedepankan penanaman bibit unggul yang sekarang ini sedang dilakukan secara intensif.

Upaya-upaya mengoptimalkan potensi sumber daya hutan itu dilakukan melalui penanaman bibit unggul di tanaman jati dengan produk Jati Plus Perhutani (JPP) yang didapatkan dengan sistem silvikultur intensif, juga pengembangan tanaman pinus bocor getah, pengembangan tanaman karet, dan penanaman kayu putih bibit unggul. Langkah berikutnya, menurut Dirut, adalah revitalisasi industri produk kayu dan non kayu. Hal ini dilakukan dengan diversifikasi jenis tanaman, terutama untuk mendukung industri yang ada. Revitalisasi industri ini diwujudkan antara lain dengan meningkatkan kapasitas industri kayu dan non kayu yang sudah dimiliki Perhutani, lalu melakukan pembangunan industri baru antara lain pabrik derivatif gondorukem dan terpentin di Pemalang, pabrik plywood

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


di Kediri, pabrik pengolahan porang di Kediri, pabrik minyak kayu putih, dan pengembangan 122 titik wanawisata yang tersebar di seluruh wilayah Perum Perhutani. Hal itu sekaligus menegaskan berjalannya proses transformasi bisnis dan revitalisasi industri yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir. Jika dulu lebih dari 75 % bisnis Perhutani ditopang oleh pendapatan dari kayu, dalam lima tahun terakhir kontribusi produk non kayu naik hingga 35%. Bahkan diharapkan, kelak 70 % pendapatan akan didapat dari industri baik kayu maupun non kayu, sedangkan 30 % dari penjualan kayu log. Menanggapi laporan tersebut, Menhut Zulkifli Hasan menyatakan, ia menyambut baik kinerja Perhutani. Ia pun mendukung upaya Perhutani untuk lebih memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki, sejauh hal itu masih terkait dengan bisnis intinya. Juga, Menhut menekankan, tugas utama Perhutani harus tetap diperhatikan, yaitu menjaga agar tidak ada lahan hutan yang gundul. Menhut menegaskan, dalam rangka menjalankan fungsi Perhutani sebagai salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah menanam dan menjaga agar jangan ada lahan-lahan Perhutani di Pulau Jawa ini yang kosong. Yang kedua, menggarap dengan baik lokasi-lokasi wisata yang terdapat di wilayah Perhutani. Dan yang ketiga, mengoptimalkan industri kayu. Setelah tiga hal ini dijalankan, Menhut mengatakan, Perhutani dapat merambah bidang yang lain semisal perdagangan, asal tidak lepas dari bisnis intinya sebagai pengelola hutan negara. Peluang Usaha Sambutan positif atas perkembangan Perhutani juga

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Industri akan berlangsung dengan baik ketika di-backup oleh sumber daya alamnya. Artinya, harus dikelola dari hulunya. Hulunya harus baik dulu. Nah, ini jangan dilupakan. Selain itu, mestinya akan ditingkatkan kapasitas produksinya atau kapasitas terpasangnya. Dan setelah itu, tergantung pada bagaimana pasar kita ciptakan. datang dari mantan orang nomor satu di Perhutani. Mantan Direktur Utama Perhutani yang menjabat di periode 2001 – 2005, Marsanto MS, menilai Perhutani telah melakukan langkah yang dengan masuk ke industrialisasi. Namun, ia menekankan, sumber daya alamnya tetap harus menjadi prioritas. “Industri akan berlangsung dengan baik ketika di-backup oleh sumber daya alamnya. Artinya, harus dikelola dari hulunya. Hulunya harus baik dulu. Nah, ini jangan dilupakan. Selain itu, mestinya akan ditingkatkan kapasitas produksinya atau kapasitas terpasangnya. Dan setelah itu, tergantung pada bagaimana pasar kita ciptakan. Pasar juga tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Harus kita ciptakan. Begitu nanti kita sudah punya produk, punya kesiapan bahan yang cukup, maka tinggal di sana masalahnya. Pasar. Tetapi kalau soal pasar, kita optimis-lah. Karena

penduduk pasti akan bertambah terus, sementara kebutuhan kayu per individu juga pasti akan naik terus. Tetapi, kita harus hati-hati dalam rangka itu tadi, memelihara sumber daya alam atau SDH atau sumber daya hutan itu sendiri,” urainya. Hal yang sama juga menjadi sorotan Mantan Direktur Utama Perhutani yang menjabar di periode 2008-2010, Upik Rosalina Wasrin. Menurut dia, banyak potensi Perhutani yang bisa digarap dan dikembangkan. Bahkan, Upik yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Sang Hyang Seri, menyebut, kelak akan ada kemungkinan membangun sinergi BUMN dengan menjalin kerja sama antara Perhutani dan Sang Hyang Seri. “Kalau Pak Menteri Kehutanan bilang ada masalah di akses lahan oleh LMDH atau oleh petani, menurut saya tidak hanya akses. Karena lahannya sempit, jadi yang ditanam harus benih-benih yang unggul yang produktivitasnya tinggi. Nanti kita kerjasamalah. Nanti kita gandengan juga misalnya dengan BRI dan yang lain, untuk sumber pendanaannya. Selama ini LMDH Perhutani (produksinya) hanya berkisar satu ton, itu kalau hitungan Perhutani kan ya. Padinya satu ton, yang lainnya satu ton. Itu belum bisa apa-apa. Karena biaya produksi sudah satu ton. Jadi masih impas. Tetapi kalau produksinya bisa tiga ton, maka yang satu ton untuk membiayai produksi, masih dapat dua ton. Apalagi kalau (produksinya) lima ton. Apalagi kalau tujuh ton. Nah, di PT Sang Hyang Seri ada benih-benih unggul di Padi Gogo yang bisa menghasilkan lima sampai enam ton,” jelasnya. Semua itu tentu memunculkan optimisme. Banyak potesi yang dimiliki dan banyak yang bisa digarap. Selanjutnya, kerja keras untuk mewujudkan semua itu menjadi nyata. Selamat Ulang Tahun! • DR

DUTA Rimba 15


RIMBAUTAMA

16 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Kebangkitan Industri Perhutani Peresmian pabrik plywood dan pabrik pengolahan porang oleh Menteri Kehutanan menambah jajaran industri milik Perhutani. Hal ini menjadi bagian dari program revitalisasi industri yang tengah digulirkan Perhutani. Seiring dengan itu, pembenahan di sektor lain pun terus dilakukan.

S

ebelumnya, Perhutani telah punya industri kayu yang dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu (KBM IK). Posisinya di tiga tempat, masing-masing di Gresik, Brumbung, dan Cepu. Selain itu, Perhutani juga punya Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (PAMDK), juga pabrik derivatif gondorukem dan terpentin. Keberadaan pabrik derivatif itu melengkapi pabrik-pabrik gondorukem dan terpentin yang sebelumnya telah dipunyai Perhutani. “Kita punya 8 pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin dengan kapasitas kurang lebih 120.000 ton. Namun, selama ini kita baru bisa memasak 92.000 sampai 95.000 ton. Baru di tahun 2011 kita bisa menyentuh angka 100.000 ton. Artinya, masih ada 20.000 ton getah yang harus dimasak. Sehingga, saat ini kita kembangkan revitalisasi industri yang menurut saya sangat sederhana tetapi sangat mengena, yaitu pemenuhan kapasitas terpasang pabrik gondorukem dan terpentin kita,” kata Direktur Industri

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Kayu dan Non Kayu Perhutani, Heru Siswanto. Menurut Heru Siswanto, saat ini gondorukem dan terpentin itu telah mendominasi hingga hampir 90 % penghasilan Perhutani yang didapat dari industri non kayu. Padahal, belum seluruh potensi produk getah pinus yang telah diolah menjadi gondorukem dan terpentin itu. Selain pabrik-pabrik yang sudah ada tersebut, ada 122 titik lokasi wana wisata yang tersebar di seluruh wilayah Perhutani. Industri wisata juga menjanjikan prospek yang cerah dan kini optimalisasi wana wisata juga menjadi salah satu program manajemen. Selain itu, kini Perhutani juga tengah dalam proses menyelesaikan pembangunan pabrik sagu di Papua. Hal itu merupakan tugas khusus dari Menteri BUMN terkait program pemerintah memenuhi keanekaragaman pangan Nusantara. Seiring dengan pembangunan produk-produk baru, pengembangan produk-produk yang telah ada juga dilakukan. Misalnya, perubahan pada kemasan air minum Perhutani.

Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Perhutani, semula memakai brand “Air Perhutani” dengan warna dominan biru-putih pada kemasannya. Biru tua menjadi warna tutup botol kemasannya. Warna ini menjadi warna identik produk air minum pada umumnya. Di momen Hari Ulang Tahun ke-52, muncul wajah baru dalam kemasan AMDK. Brand AMDK kini adalah “Tirta Forest” dengan warna tutup dan pembungkus yang dominan oranye. Ini menjadi penanda launching kemasan baru produk AMDK. Menurut Manajer PAMDK, H. Wahyudin, kemasan baru ini akan resmi digunakan saat produknya dilepas ke pasar pada Juni mendatang. “Jadi, saat ini produk AMDK kita ada dua yaitu ‘Air Pehutani’ dan ‘Tirta Forest’ yang akan launching ke eksternal pada bulan Juni itu,” ujarnya. Persoalan merek dan kemasan itu menjadi satu hal yang penting, terutama dalam pemasaran. Hal itu ditegaskan Direktur Pemasaran Perhutani, Muhammad Soebagja.

DUTA Rimba 17


Dok. Humas PHT

“Sekarang merek kita ini sudah kita daftarkan ke HKI (Hak atas kekayaan intelektual, red). Mudahmudahan akan efektif. Karena salah satu hal untuk mempromosikan barang itu adalah dengan ada mereknya, karena dengan ada mereknya kita jadi tahu produknya. Lalu mungkin ada hal-hal kecil seperti misalnya Air Perhutani itu saya ganti kemasannya agar lebih eye catching. Jadi, secara bertahap kita akan benahi semuanya,” tutur Soebagja. Semua itu menandai kebangkitan industri Perhutani. Hal yang menurut Heru Siswanto, akan meningkatkan value cruisen yang ujung-ujungnya adalah meningkatkan added value. “Misalnya kalau kita lihat pengembangan pabrik plywood di Pare, Kediri, yang sudah diresmikan oleh Pak Menteri Kehutanan. Sebagai gambaran, kalau kayu sengon di Perhutani yang kurang lebih 100.000 meter kubik itu hanya

18 DUTA Rimba

dijual log, kurang lebih hanya dapat 100.000 dikali 60 milyar. Padahal kita menggunakan bahan baku untuk plywood di Kediri ini hanya 48.000. Nah, 48.000 itu kalau dijual dalam bentuk log, hanya dapat kurang lebih 30 milyar. Tetapi begitu kita proses di hilir, yaitu kayu sengon itu kita jadikan plywood, ini satu tahun – kemarin seperti dipaparkan Pak Dirut di depan Pak Menteri – kurang lebih 97 milyar. Sehingga ada added value kurang lebih – kalau 30 ditambah biaya operasi dan macam-macam, yaitu 51 – berarti ada peningkatan penghasilan menjadi 97 milyar. Itu gambarannya. Demikian pun di industri non kayu. Kita tahu bahwa di Pemalang ini, produksi industri getah pinus di Perhutani kan kurang lebih 100.000 ton. Selama ini yang 100.000 ton getah itu hanya diolah menjadi gondorukem dan terpentin saja. Maka, untuk meningkatkan added value itu, kita lanjutkan ke

proses lanjutan yaitu ke derivatif di Pabrik derivat kita. Dengan bahan baku kurang lebih 24.500 ton, kalau diolah menjadi gondorukem dan terpentin, dengan rendemen rata-rata 85 persen, yaitu 70 persen gondorukem dan 15 persen terpentin, kalau hanya sampai gondorukem dan terpentin, berarti Perhutani hanya memperoleh kurang lebih 260 milyar. Tetapi begitu kita proses ke derivatif, ada peningkatan atau added value menjadi kurang lebih 460 milyar. Itu gambarannya. Tentunya dari 260 ke 460 itu tidak langsung dikurangi lalu dapat deltanya 200, nggak, karena kan ada biaya operasi untuk di sana. Maka, peningkatannya adalah 100 sampai 150 milyar added value-nya. Itu gambarannya,” urainya. Keraguan Menteri BUMN Di atas kertas, hal itu memunculkan optimisme. Namun, tetap harus diiringi dengan kerja

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


RIMBAUTAMA keras untuk mewujudkan hal itu. Sebab, memasuki era industrialisasi juga tidak mudah. Bukan sekadar faktor teknis yang harus diperhatikan tetapi juga kultur dan gaya dalam bekerja. Hal itu ditegaskan Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Menurut Dahlan, proses revitalisasi industri yang tengah dijalankan Perhutani merupakan langkah yang tidak mudah. Sebab, di mata Dahlan, Perhutani selama ini terbiasa bergelut dengan tanaman keras yang periodisasinya jangka panjang. Hal itu sangat bertolak belakang dengan kultur industri hilir yang sangat cepat dan dinamis. Kultur yang berbeda menuntut pendekatan dan gaya kerja yang berbeda. “Industri hilir itu harus cepat, non stop, perfect, dan seterusnya. Selain itu, juga perputarannya sangat cepat. Sehingga, saya melihat hal itu tidak gampang. Itu bukan transformasi. (Tetapi) Itu adalah dua industri yang berbeda. Di satu sisi, industri hulu dengan tanaman keras yang sangat berbeda karena merupakan tanaman jangka panjang dengan perilaku yang berbeda dengan industri hilir di sisi lain yang sangatsangat berbeda (perilakunya). Di situ dibutuhkan manusia-manusia industri. Sementara di pengelolaan tanaman itu dibutuhkan manusia ahli tanaman. Dan itu sangat-sangat berbeda. Saya tidak tahu bagaimana manajemen Perhutani bisa mengatasi bentrokan kultur ini. Tentu saja bukan tidak bisa! Pasti bisa! Tetapi diperlukan effort yang luar biasa dan diperlukan juga pembedaan (perlakuan) yang juga luar biasa,” kata Dahlan (selengkapnya, baca rubrik Sosok Rimba, red). Menanggapi keraguan tersebut, Direktur Keuangan Perhutani, Morgan Syarif Lumban Batu, menyebut, perbedaan kultur produksi antara sektor kayu dan non kayu, yaitu sektor kayu membutuhkan waktu yang lama sedangkan non kayu (hilirisasi/industri)

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

relatif lebih cepat, perlu disikapi dengan kehati-hatian dalam pengajuan pinjaman, terkait perhitungan untungruginya dan kepastian pengembalian modalnya akan menjadi stimulus untuk meningkatkan aset Perhutani. Misalnya investasi kayu yang hasilnya baru dirasakan sekitar 30 tahun ke depan, padahal belum tentu tanaman itu berhasil. Sekarang Perhutani sudah terlanjur besar, SDM jumlah banyak harus digaji, kalau hanya mengandalkan pendapatan kayu,

proses revitalisasi industri yang tengah dijalankan Perhutani merupakan langkah yang tidak mudah. Sebab, di mata Dahlan, Perhutani selama ini terbiasa bergelut dengan tanaman keras yang periodisasinya jangka panjang. Hal itu sangat bertolak belakang dengan kultur industri hilir yang sangat cepat dan dinamis. maka akan tertinggal dan ekselen yang dimaksud menjadi tidak tercapai. “Perhutani butuh pengungkit untuk tetap survive. Dengan apa? Dari sisi keuangan debt to equity ratio masih rendah, kalaupun ditingkatkan berapa kali masih bisa, dan perbankan masih percaya. Nah, tetapi kalau Perhutani berani melakukan pinjaman ke bank harus melihat kemana kita jalankan uang ini? Akan lebih baik untuk diinvestasikan? Investasi yang mana? Itu yang perlu kita berpikir keras. Sumber dari hutan itu banyak. Ada air, madu, minyak kayu putih, porang. Nah,

baru berani ekspansi kredit ke bank, lalu ekspansi kredit itu kita gunakan untuk investasi menguntungkan dan cepat pengembaliannya. Diberikan berdasarkan perputaran investasi yang cepat, maka secara otomatis asset perhutani berkembang. Itu yang dinamakan pertumbuhan perusahaan,” jelasnya. Saling Menopang Langkah telah terayun. Perum Perhutani telah memantapkan tekad untuk berkembang menjadi besar. Salah satunya dengan mengembangkan sektor hilir lewat revitalisasi industri. Harapan yang tertancap seiring ayunan langkah itu adalah agar sektor kayu dan non kayu lewat industrialisasi ini dapat saling menopang. “Sektor non kayu diharapkan tidak menjadi beban dari sektor kayu. Maksudnya, pendapatan dari sektor non kayu harus bisa menutup segala macam biaya yang ditimbulkan dari direktorat-direktorat yang terlibat menangani proses produksi produk-produk non kayu. Untuk itu, harus ada kejelasan apabila kita akan melakukan aktivitas produksi dan perdagangan produk-produk non kayu, terkait dengan untungruginya. Manajemen harus proaktif dalam mengambil keputusan di bidang keuangan, semisal penentuan harga produk, dan lain-lain. Apabila hal ini dapat diterapkan, maka ‘Menuju Perhutani Ekselen’ adalah keniscayaan,” jelas Morgan. Jika dilihat dari potensi dan areal yang Perhutani miliki, sesungguhnya potensinya sudah sangat mencukupi. Tinggal peningkatan produktivitasnya. Dan itu sudah dimulai. Langkah yang terayun ini selanjutnya perlu dilanjutkan dengan langkah-langkah lain. Sehingga, kebangkitan industri akan membuat Perhutani mencapai kondisi ekselen itu. • DR

DUTA Rimba 19


RIMBAUTAMA

Pesan Menhut,

Beberapa tahun terakhir, masyarakat kelas menengah di Indonesia meningkat pesat. Hal itu memicu juga peningkatkan konsumsi terhadap barang-barang kebutuhan hidup. Fakta ini membuka peluang pasar baru. Perhutani harus dapat memanfaatkan peluang itu. Maka, Perhutani kini butuh SDM-SDM yang bukan sekadar ahli tumbuhan dan tata kelola hutan, tetapi juga ahli bisnis. Demikian pesan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, di acara Hari Ulang Tahun ke-52 Perhutani. Seperti apa kondisinya?

20 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Perhutani Harus Punya Ahli Bisnis

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


S

edianya, Menhut Zulkifli Hasan dijadualkan hadir di hari kedua acara peringatan Hari Ulang Tahun Perhutani, yaitu 28 Maret 2013. Namun, karena di saat bersamaan ia harus mendampingi Presiden SBY menghadiri High Level Panel pada post and 2012 MDGs (High Level Panel of Eminent Persons (HLPEP) on Post 2015), di Denpasar, Bali, maka kehadirannya dimajukan. Zulkifli datang ke Madiun di tengah berlangsungnya acara tersebut, dan usai menghadiri acara pembukaan peringatan Hari Ulang Tahun ke-52

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Perhutani, ia pun terbang kembali ke Jakarta untuk kemudian kembali ke Bali. “Alhamdulillah, ekonomi kita masih tumbuh nomor 2 tertinggi di dunia. Oleh karena itu, dunia mengakui kita, mengakui kepemimpinan Bapak Presiden, dan oleh karena itu, mulai kemarin kita kumpul di Bali, 25-26-27 Maret 2013, di acara yang disebut High Level Panel itu, yang nanti hasilnya akan disampaikan kepada Sekjen PBB. Luar biasa, ini acara penting sekali di Bali. Itu membicarakan mengenai masa depan dunia setelah 2015 ini seperti

apa,” kisahnya. Meski terbilang singkat, kehadiran Menteri Kehutanan tersebut menunjukkan besarnya atensi atau perhatian pemerintah terhadap perkembangan Perum Perhutani. Sebab, Perhutani merupakan perusahaan yang mengelola lebih dari 2,4 juta hektare lahan yang sangat strategis di Pulau Jawa. Hal itu menempatkan perum ini di posisi strategis pengelolaan hutan. Maka, mengawali sambutannya, Zulkifli pun menyampaikan selamat kepada seluruh insan Perhutani yang tengah berbahagia memperingati ulang tahunnya. Dan Zulkifli pun menyebut, tidak lagi menjadi persoalan tentang sejarah berdirinya Perhutani. Ada juga yang mengatakan, Perhutani sudah ada sejak zaman Belanda. Jika itu, benar, artinya usianya sudah seratusan tahun. Tetapi, ada juga dokumen yang menyebut tahun 1961 sebagai tonggak awal berdirinya Perhutani, dan inilah yang ditetapkan oleh direksi, sehingga usia Perhutani saat ini adalah 52 tahun. Tetapi, ada lagi yang mengatakan Perhutani sudah ada tahun 1890-an. Ada juga yang bilang 1967. “Apapun kata orang, tetapi yang jelas Perhutani adalah perusahaan di bidang kehutanan yang tertua di tanah air. Perhutani adalah perusahaan yang mengelola lebih dari 2,4 juta hektar lahan hutan yang sangat strategis di Pulau Jawa. Tidak ada duanya. Satu-satunya perusahaan yang mengelola lahan seluas 2,4 juta ya Perhutani. Maka, untuk seluruh karyawan karyawati Perum Perhutani yang hari ini berbahagia memperingati ulang tahunnya yang ke-52, saya ucapkan selamat dan semoga semakin jaya,” katanya. Zulkilfi pun berpesan, Perhutani perlu berkonsentrasi penuh. Sebab, misi yang diembannya luar biasa

DUTA Rimba 21


RIMBAUTAMA

Dok. Humas PHT

besar dengan tantangan yang juga tak kalah besar. Misi 3P ia katakan, sangat penting. Profit, karena sebagai perusahaan ia harus mendapatkan laba. People, karena seabagai badan usaha milik negara ia juga mengemban amanat untuk mengembangkan kehidupan rakyat. Planet, karena sebagai perusahaan di bidang kehutanan ia juga mengemban misi penyelamatan lingkungan. Zulkifli juga menyebut, dunia yang kita hadapi saat ini berbeda dengan era-era 1940-an, 1960-an, 1980-an, dan 1990-an. Kondisi dunia yang berbeda ini memberikan tantangan yang berbeda pula bagi Perhutani dalam menjalankan misinya tersebut. Maka, Perhutani sangat perlu ahli-ahli hutan dan lingkungan hidup di antara SDM yang dimiliki. “Ahli-ahli hutan dan lingkungan itu perlu. Tetapi yang tidak kalah perlu, karena Perhutani ini adalah perusahaan bisnis – seperti juga dikatakan oleh Pak Dirut harus ada profit, perlu juga pengembangan people atau rakyat, dan faktor penyelamatan lingkungan atau planet – oleh karena itu akan ada tantangan yang tidak mudah yang dihadapi Perhutani. Maka, saya berharap Perhutani juga punya ahliahli bisnis,” tegasnya.

22 DUTA Rimba

Jangan Seperti Dinosaurus Menurut Zulkifli, saat ini perkembangan masyarakat Indonesia demikian cepat. Pertumbuhan masyarakat dari kelas menengah, kata dia, begitu luar biasa. “Sekarang ini diperkirakan ada 50 juta anggota masyarakat kelas menengah baru di tanah air. Dua puluh tahun mendatang diperkirakan akan ada 120 juta masyarakat kita yang masuk kelas menengah baru. Bayangkan! Terjadi perubahan percepatan dan pertumbuhan yang luar biasa

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


di tanah air ini. Dan hal itu tidak terbayangkan sebelumnya,” kata dia. Kenyataan itu, menurut Zulkifli, menuntut Perhutani harus dapat menyesuaikan diri. Ia pun mencontohkan, mengapa mahlukmahluk purba dari zaman prasejarah semisal dinosaurus bisa punah, yang ia sebut karena mereka tidak mampu menyesuaikan dengan perubahan zamannya. Seperti hukum alam, siapa pun yang tidak mampu bertahan dengan beradaptasi pada perubahan lingkungan di sekitarnya, ia akan hilang ditelan zaman itu sendiri. “Perhutani kalau tidak mampu menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan zaman, situasi dan tantangan zaman, ya seperti dinosaurus itu! Yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, pada akhirnya mereka akan punah. Itu adalah sesuatu yang wajar. Sesuatu yang biasa. Perusahaan apapun, kalau tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, dia akan ditinggalkan oleh konsumennya. Walaupun Perhutani diberikan modal yang begitu besar, lahan hutan di Pulau Jawa dan Madura, yaitu mengelola 2,4 juta hektar lahan hutan dengan segala sumber daya yang luar biasa di dalamnya, tetapi kalau tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, dia akan ditinggalkan oleh konsumennya,” ucapnya. Salah satu tantangan perubahan zaman itu adalah perubahan status sosial masyarakat yang membuat kebutuhan mereka pun meningkat. Tidak lagi sekadar berupaya memenuhi kebutuhan dasar semisal sandang, pangan, papan, tetapi juga rasa aman, dan hiburan. Masyarakat kelas menengah, sebut Zulkifli, butuh relaksasi dan rekreasi. Hal itu memberikan peluang, karena kini ada kecenderungan masyarakat ingin kembali menikmati keindahan alam

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

setelah bergelut dengan segalam macam rutinitas pekerjaan yang menyita tenaga dan pikiran. Menhut mengatakan, banyak tempat yang memiliki pemandangan alam yang indah di Pulau Jawa ini berada di lahan milik Perhutani. Itu merupakan potensi besar yang juga dimiliki Perhutani. “Kalau potensi yang dimiliki oleh Perhutani seperti lokasi rekreasi, tempat hiburan, dan sebagainya, ini dikembangkan, bayangkan betapa besar potensinya! Karena ketika orang sudah merasa lelah, butuh hiburan, uang sudah punya, makan sudah cukup, ke plasaplasa atau ke mal-mal sudah bosan,

Tidak hanya jati. Bisa saja yang cocok untuk jati ya kembangkan jati, yang cocok untuk pinus ya kembangkan pinus, yang dalam jangka pendek cocok untuk sengon ya kembangkan sengon, dan banyak jenis-jenis yang lain yang juga dapat dikembangkan. mereka ingin menikmati kebebasan alam, untuk rileks, dan seterusnya. Itu terkait dengan bisnisnya Perhutani,” urainya. Maka Zulkifli pun berharap, lokasi-lokasi wisata yang ada di lahan Perhutani itu digarap dengan baik dan profesional. Ia mencontohkan, ketika berkunjung ke Ciwidei. Pengelolaan wana wsiata Kawah Putih di Ciwidei menurut Zulkifli,

sangat bagus. Pengunjungnya pun ramai. Wana wisata lain yang serupa itu menurut dia, banyak tersebar di sejumlah lokasi yang dikelola Perhutani. Tinggal dikelola sedikit saja tempat-tempat wisata yang indah itu, maka dia akan mendatangkan keuntungan yang besar. Selain bermanfaat untuk masyarakat kelas menengah yang butuh rekreasi, lokasi wana wisata yang indah milik Perhutani i tu menurut Zulkifli juga memberi kesempatan bagi masyrakat di sekitar lokasi untuk ikut berkembang. Maka, Perhutani bisa bekerjasama dengan masyarakat untuk juga menunjang keberadaan lokasi wisata itu dengan mengembangkan potensi lingkungan. Misalnya, ada kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi yang bisa dikembangkan. “ini adalah sebuah tantangan yang sangat besar bagi Perhutani untuk melakukan semua kreativitas dan mengembangkan inovasi. Tanpa inovasi, tanpa memiliki pelaku-pelaku bisnis yang handal, tentu Perhutani bisa ketinggalan perkembangan zaman, ketinggalan model, ketinggalan pasar,” ujar Zulkifli. Era Industri Menhut juga menitipkan pesan, untuk mengembangkan pengelolaan hutan dengan banyak inovasi. Tuntutan kebutuhan masyarakat membuat pengelolaan hutan kini tak lagi cukup sekadar tanam pohon jati, lalu dipotong kayunya dan dijual, seperti lazimnya dilakukan di zaman dulu. Kebutuhan msyarakat menutut produk yang lebih dari sekadar kayu gelondongan. Dan hal itu juga memberikan peluang untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan Perhutani selama ini. Zulkifli pun menyatakan, dirinya menyambut gembira saat

DUTA Rimba 23


RIMBAUTAMA mendengar pemaparan Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto, bahwa Perhutani sedang mengembangkan usahanya ke bidang-bidang lain yang masih terkait dengan pengelolaan hutan. Misalnya, industri kayu yang melibatkan rakyat. “Tidak hanya jati. Bisa saja yang cocok untuk jati ya kembangkan jati, yang cocok untuk pinus ya kembangkan pinus, yang dalam jangka pendek cocok untuk sengon ya kembangkan sengon, dan banyak jenis-jenis yang lain yang juga dapat dikembangkan. Dan untuk mengelola itu bisa kerja sama dengan masyarakat. Pendek kata, kalau Perhutani ini mampu mengembangkan dirinya ke luar seperti itu tadi, bisa bermitra dengan masyarakat, lalu dianggap Perhutani ini bisa memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat, maka insya Allah masyarakat akan mendukung kinerja Perhutani,” katanya. Potensi-potensi besar yang dimiliki Perhutani perlu digarap semua. Dan untuk menggarap semuanya, Zulkifli menyebut, Perhutani lebih profesional. Maka, sekali lagi Zulkifli menekankan harapannya agar Perhutani juga memiliki SDM yang berspesifikasi sebagai ahli-ahli bisnis, selain tetap punya keahlian-keahlian di bidang tumbuhan, lingkungan, dan sebaginya. “Saya berharap Perhutani juga punya ahli-ahli bisnis. Itu yang saya lihat agak kurang di Perhutani. Entrepreneur-entrepreneur yang handal, yang memiliki jaringan luas baik lokal maupun internasional, yang mampu mengelola pasar, yang ahli perdagangan, yang ahli manajemen, yang ahli finansial atau keuangan, dan seterusnya. Jangan hanya ahli hutan semua. Kalau semuanya ahli hutan, nanti bagaimana kalau yang

24 DUTA Rimba

ahli bisnisnya nggak ada. Harus seimbang ahli kehutanan dan ahli bisnis. Jadi ada yang ahli hutan tentang pengelolaan tanaman dan pengembangan manufakturnya, dan ada juga yang ahli pasar, perdagangan, dan seterusnya,” tuturnya. Menurut Zulkifli, kehadiran ahli bisnis di antara SDM yang dimiliki Perhutani sudah menjadi keharusan. Jika pun Perhutani tidak memiliki kader yang dapat dikembangkan di bidang itu, ia bisa mengambil dari tempat lain. Hal itu lazim dilakukan di dalam dunia profesional. “Perhutani itu kan memang

Tidak hanya jati. Bisa saja yang cocok untuk jati ya kembangkan jati, yang cocok untuk pinus ya kembangkan pinus, yang dalam jangka pendek cocok untuk sengon ya kembangkan sengon, dan banyak jenis-jenis yang lain yang juga dapat dikembangkan. dulu happy-nya adalah menanam. Sehingga, di sini banyak ahli bibit unggul, ahli tanaman, ahli forestry, ahli-ahli lain itu banyak di sini, tetapi yang ahli bisnis kurang. Begitu. Oleh karena itu, saya meminta agar manajer-manajernya dididik bisnis. Kasih mereka belajar ke Jerman, ke Cina, ke Malaysia, agar mereka melihat bagaimana orang lain mengembangkan plantation atau

tanaman kayu dan ikutannya, seperti industri kayu, manufacture, dan lain sebagainya,” ujarnya. Sebab, menurut Zulkilfi, ketika ia mengunjungi pabrik-pabrik yang dikelola perusahaan lain, ia merasa pabrik-pabrik yang dikelola Perhutani masih jaub ketinggalan. Berpijak dari situ, Zulkifli pun meminta agar tenaga-tenaga ahli yang muda-muda yang dimiliki Perhutani dapat disekolahkan. Jika melanjutkan sekolah, ambil jurusan bisnis. Ia mencontohkan, banyak sekolah-sekolah bisnis yang bagus. SDM Perhutani dapat disekolahkan di sana. Hal itu akan menunjang kemampuan Perhutani sehingga laju pengelolaan bisnisnya pun canggih. Tidak hanya pengelolaan hutannya saja yang canggih. “Jadi saya ingin tekankan untuk Perhutani bahwa yang utama sekali adalah tanam. Jangan ada lahanlahan Perhutani di Pulau Jawa ini yang kosong! Yang kedua setelah menanam, lokasi-lokasi wisata itu digarap dengan baik. Yang ketiga yang perlu dikembangkan adalah tadi itu industri kayu. Itu juga bagus. Bisa jati, bisa sengon, dan sebagainya. Baru setelah tiga hal ini, bisa merambah ke bidang lain, sepanjang masih merupakan sumber daya kayu,” cetusnya. Di bagian lain sambutannya, Menhut pun mengajak seluruh insan Perhutani untuk bekerja keras. Di momentum 52 tahun Perhutani ini – usia yang seharusnya merupakan usia matang bagi sebuah badan usaha – Zulkifli menyerukan untuk mengoptimalkan potensi-potensi Perhutani yang memiliki lahan luas 2,4 juta hektar, dan karyawan 24.000 orang. “Perhutani sudah punya modal! Tetapi jangan terus mengandalkan kejayaan masa lalu! Masa depan menanti saudara! Karena Perhutani ini dinilai memiliki keunggulan

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

dibandingkan perusahaanperusahaan kehutanan lainnya. Mampu menanam lahan yang luas. Itu Perhutani,” tegasnya. Menyikapi Merger Modal besar yang sudah dimiliki Perhutani, menurut Menhut juga perlu dikembangkan lebih optimal lagi. Sehingga, Zulkifli menyebut, ia juga berharap agar kemampuan Perhutani itu bisa dikembangkan pula di luar Pulau Jawa. Maksudnya, mengelola lahan-lahan hutan yang kini merupakan wilayah yang dikelola PT Inhutani. “Tetapi jangan hutangnya! Kalau hutangnya itu juga ditarik, akan berat bebannya Perhutani,” tegasnya. Ia mengemukakan, justeru karena Perhutani sangat memiliki kemampuan yang besar dalam hal tanam menanam, keberadaannya

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Perhutani sangat memiliki kemampuan yang besar dalam hal tanam menanam, keberadaannya dibutuhkan pula di luar Pulau Jawa. dibutuhkan pula di luar Pulau Jawa. Sebab, di luar Pulau Jawa, menurut dia, tidak banyak yang mempunyai kemampuan menanam. “Dari dulu memang saya mengusulkan agar Inhutani itu digabung dengan Perhutani. Lahan-lahan Inhutani diserahkan

saja kepada Perhutani, tetapi jangan hutangnya. Lahan-lahannya kita tarik, serahkan ke Perhutani, hutangnya nanti dibicarakan tersendiri. Jangan ikut ke Perhutani, karena nanti jadi berat,” katanya. Di bagian akhir, Zulkifli kembali menegaskan kebanggaannya akan pengelolaan hutan oleh Perhutani selama ini. Namun, ia kembali menegaskan perlunya mengembangkan SDM yang ahli bisnis. Dukungan dari pemerintah sudah tentu akan terus diberikan kepada Perhutani yang mengelola 2,4 juta hektar lahan hutan. “Saya dukung penuh kegiatan Perhutani agar lebih maju lagi. Selamat ulang tahun kepada Perhutani. Jaya Selalu!“ tutupnya, disambut tepuk tangan riuh dari seluruh hadirin yang memadati ruang aula Pusdklat Perum Perhutani. • DR

DUTA Rimba 25


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

26 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Indahnya Berbagi Momentum pertambahan usia tidak melulu harus diisi dengan kegiatan pesta apalagi hura-hura. Justeru, momen tersebut menjadi waktu yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama yang membutuhkan. Dan itulah yang dilakukan Perum Perhutani di Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52. Lewat bakti sosial, Perum Perhutani berbagi kepedulian dan kasih sayang kepada masyarakat.

K

egiatan bakti sosial terkait Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perhutani ini mengambil tema “52 Tahun Perhutani Peduli Sesama”. Acaranya meliputi beberapa kegiatan sosial. Untuk masyarakat, Perhutani mengadakan pemberian paket sembako, pengobatan massal secara gratis, potong rambut massal secara gratis, khitanan massal, nikah massal, pemberian santuan untuk janda Perhutani, pemberian santunan untuk guru, serta bantuan pembangunan sarana MCK. Bakti sosial Perhutani ini tepatnya dilakukan tanggal 27 Maret 2013 di Dusun Kebonduren, Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Letak persisnya adalh sekitar 23 kilometer di sebelah utara Kota Madiun. Khusus untuk nikah massal,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

acaranya tidak dilakukan di sana tetapi di aula Pusdiklat Perum Perhutani, Madiun, keesokan harinya. Bakti sosial menjadi satu momen khusus, karena lewat acara ini Perum Perhutani membagikan kepedulian terhadap sesama yang memebutuhkan. Terlebih, para peserta kegiatan tersebut juga merupakan warga yang tinggal di sekitar wilayah hutan Perhutani. Sasaran dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan dapat membantu sekitar 300 orang warga masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan ini dimotori oleh ibu-ibu Darma Wanita Perum Perhutani bekerjasama dengan KPH Madiun. Ide tentang jenisjenis kegiatan yang termasuk bakti sosial pun dirumuskan bersama. Maka, di sana terlihat betapa besar keinginan keluarga besar Perhutani untuk berbagi. Dan itu memberikan keindahan tersendiri.

Satu hal yang menarik, ternyata masyarakat juga antusias menjadi peserta kegiatan potong rambut massal. Padahal, ketika ide tersebut dicetuskan, tak kurang dari Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto sendiri sempat meragukan bahwa kegiatan ini akan didatangi peminat. Sebab, acara potong rambut massal biasanya tidak lazim digelar dalam sebuah rangkaian acara bakti sosial. Berbeda dengan kegiatan semisal khitanan massal atau pembagian paket sembako yang merupakan agenda rutin setiap kali sebuah organisasi atau instansi melakukan kegiatan sosial. Namun, panitia pelaksana kegiatan ini meyakinkan Dirut Perhutani, bahwa jika dilihat dalam konteks kota-kota besar, memang kegiatan potong rambut tidaklah lazim dilakukan. Tetapi, di daerah

DUTA Rimba 27


RIMBAUTAMA sekitar hutan hal itu dibutuhkan. Banyak anggota masyarakat yang bahkan tidak mampu untuk memangkas rambut mereka. Apalagi jika harus pergi ke salon. Selain keberadaan salon yang jarang dijumpai di lingkungan sekitar hutan, biayanya pun lumayan untuk sekadar potong rambut. Maka, ketika kegiatan potong rambut massal itu digelar, jumlah warga yang datang hendak dipotong rambutnya pun banyak. Antusisme Warga Lokasi pelaksanaan bakti sosial di Dusun Kebonduren, Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, itu terlihat bersih. Kendati letaknya jauh dari tepi jalan raya, namun sejak pagi telah terlihat tempat pelaksanaan acara yang tertata dengan begitu rapih. Sejumlah tenda besar telah dipasang dengan ratusan kuri undangan berjajar rapih di bawahnya. Terlihat betul suasana kenduri di desa. Warga pun telah berkumpul sejak pagi buta. Tepat pukul 08.00 WIB acara dimulai. Bilik khitanan segera dipadati anak-anak yang telah berpakaian bersih dan terlihat rapih. Masing-masing mengenakan baju koko putih dengan kain sarung membungkus rapih kaki mereka sejak dari pinggang. Kopiah hitam pun melengkapi penampilan mereka. Tak lupa sandal selop terpasang manis di telapak kaki. Para mantri yang bertugas mengkhitan pun tersenyum manis menyambut mereka. Ini bukan pekerjaan brutal, yaitu memotong ujung kulit milik anak-anak. Tetapi hal itu memang salah satu syariat, bahwa anak laki-laki memang harus dikhitan. Cukup banyak anak-anak peserta khitanan massal tersebut. Terdapat 25 anak disunat hari itu. Kerinyut hidung karena menringis menahan

28 DUTA Rimba

sakit kerap terlihat manakala proses khitanan berlangsung. Bahkan, ada yang menjerit atau menangis. Memang sedikit sakit, namun setelah itu tak lagi terasa sakitnya. Yang ada adalah tawa gembira. Hal itu terlihat ketika keduapuluhlima anak yang selesai dikhitan itu berfoto bersama. Wajahwajah ceria terlihat begitu indahnya. Bukan hanya acara khitanan yang berlangsung meriah. Pembagian paket sembako pun demikian halnya. Sejumlah 200 paket sembako dibagikan di hari itu. Isinya, selain barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari, juga terdapat uang tunai untuk membantu pemenuhan kebutuhan hidup warga.

Ini bukan pekerjaan brutal, yaitu memotong ujung kulit milik anakanak. Tetapi hal itu memang salah satu syariat, bahwa anak laki-laki memang harus dikhitan. Warga sekitar yang akan mendapatkan paket sembako itu sebelumnya telah didata petugas setempat bekerjasama dengan aparat desa. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar wilayah hutan Perhutani di Kabupaten Madiun. Setelah didata, masing-masing mereka dibekali kupon yang akan ditukar dengan paket sembako. Di tanggal 27 Maret itu, warga telah datang ke lokasi sejak sekitar pukul 06.30 WIB. Mereka lalu mengantre dengan tertib, menunggu proses berjalannya acara. Sekitar pukul 11.00 WIB, keduaratus paket sembako pun selesai dibagikan. Warga pulang dengan perasaan

bahagia. Begitu pula panitia dan seluruh keluarga besar Perhutani. Bahagia meski lelah. Acara potong rambut massal adalah yang paling menarik perhatian semua orang yang hadir ketika itu. Bagaimana tidak, kegiatan yang biasanya tidak diadakan dalam bakti sosial itu ternyata terbukti sangat dibutuhkan warga di sekitar hutan. Buktinya, jumlah peserta potong rambut massal hari itu mencapai 127 orang. Banyak warga wanita yang ikut pula dalam kegiatan potong rambut massal. Ya, karena di tempat yang jauh dari pusat kota itu, sangat sulit menemukan warga yang datang ke salon untuk merapihkan rambut mereka. Terutama untuk wanita. Maka, kegiatan yang diselenggarakan Perhutani ini menjadi begitu bermakna. Di bagian lain, pengobatan massal juga dipadati warga. Di sini, bukan hanya penyakit-penyakit umum yang diperiksa, tetapi juga terdapat empat klinik pemeriksaan, yaitu klinik pengobatan umum, pemeriksaan ibu hamil, klinik gigi, dan klinik pemeriksaan laborat. Tercatat, 300 pasien berobat di pagi itu. Di kegiatan bakti sosial ini, Perum Perhutani juga membantu pembangunan 3 unit sarana sanitasi MCK (mandi, cuci, kakus) bagi warga. Pembangunan sarana sanitasi ini dirasakan warga sangat membantu. Sebab, pembangunan 3 unit sarana MCK itu mendorong pembudayaan hidup bersih, Sehingga dapat mencegah warga setempat untuk bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya. Upaya pembangunan sarana sanitasi ini diharapkan akan dapat membantu warga dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan. Tak lupa, Perhutani juga memberikan penghargaan khusus untuk orang-orang yang telah

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

memberikan kontribusi bagi perusahaan. Hal itu ditunjukkan dengan pemberian santunan bagi para janda mantan karyawan Perhutani. Pemberian santunan tersebut diterima oleh 34 orang janda mantan karyawan Perhutani. Selain pemberian paket sembako dan santunan bagi para janda, di hari yang sama juga dilakukan pemberian santunan bagi para guru. Ini juga wujud kepedulian Perhutani terhadap masyarakat, serta pembentukan kualitas manusia di sekitar hutan. Sebab, pendidikan merupakan jembatan bagi pembentukan manusia cerdas dan berkarakter yang kelak akan menjadi tumpuan pembangunan masyarakat. Sejumlah 25 orang guru pun menerima penghargaan di hari itu. Santunan ini diberikan untuk menghargai perjuangan mereka yang tanpa lelah memberikan ilmu bagi anak-anak bangsa. Seluruh rangkaian acara bakti sosial itu

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

selesai menjelang tengah hari. Wujud Kepedulian Kegiatan bakti sosial Perum Perhutani ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Corporate Sosial Responsibily (CSR). Lewat kepedulian untuk berbagi ini, Perhutani berkomitmen untuk juga memberdayakan masyarakat sekitar. CSR sendiri adalah suatu konsep yang menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan sekitarnya, dalam segala aspek operasional perusahaan. Pelaksanaan CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, karena ada argumentasi yang menyatakan bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata-mata berdasarkan faktor keuangan,

misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. CSR bukanlah sekedar kegiatan amal. Pelaksanaan CSR juga mengharuskan suatu perusahaan agar dalam setiap proses pengambilan keputusannya, dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Sebagai sebuah wujud kepedulian, lewat kegiatan bakti sosial ini Perum Perhutani telah menunjukkan indahnya berbagi. • DR

DUTA Rimba 29


RIMBAUTAMA

30 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Satu Malam, Lima Belas Ijab Kabul Kamis malam, 28 April 2013, menjadi malam yang meriah di Aula Gedung Wana Java, Kompleks Pusdiklat Perum Perhutani, Madiun. Sepanjang satu malam itu, 15 kali kalimat ijab kabul terucap. Ya, karena malam itu dilangsungkan pernikahan massal yang merupakan salah satu mata acara dari rangkaian kegiatan bakti sosial dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani.

M

asih banyak masyarakat di Indonesia yang belum memiliki buku nikah resmi. Bukan karena mereka menganut paham hidup bebas tanpa ikatan perkawinan yang sah. Bukan itu. Sebab, mereka telah sah menikah. Menurut agama, pernikahan mereka adalah pernikahan yang sah. Namun, pernikahan mereka belum dicatat secara resmi dalam hukum negara,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

karena surat-surat kelengkapan administrasi, sebagai syarat sahnya pernikahan mereka, yang belum diurus. Mereka pun bukan tidak mau mengurus pencatatan tersebut, agar pernikahannya sah menurut hukum negara dan sah pula menurut agama. Tetapi, masalahnya adalah kesulitan ekonomi yang memaksa mereka menunda pengurusan tersebut. Akhirnya, mereka merasa cukup menyandang status resmi menikah berdasarkan syariat agama. Ya,

sebab dalam agama Islam, syarat sahnya sebuah pernikahan adalah apabila telah memenuhi rukun nikah. Ada lima butir dalam rukun nikah yang harus dipenuhi agar pernikahan tersebut sah. Yaitu, ada mempelai wanita, ada wali (orang yang bertanggungjawab atas mempelai wanita itu, misalnya ayahnya, kakeknya, dan seterusnya, red), ada mahar atau mas kawin, kehadiran dua orang saksi nikah, dan terdapat ijab kabul.

DUTA Rimba 31


Dok. Humas PHT

Ijab kabul adalah ucapan dari orang tua atau wali mempelai wanita untuk menikahkan putrinya kepada sang calon mempelai pria. Ucapan itu kemudian disambut oleh mempelai pria dengan ucapan kalimat menerima langkah wali tersebut untuk menikahkan putrinya. Dengan demikian, orang tua mempelai wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi oleh seorang pria, dan mempelai pria menerima mempelai wanita untuk dinikahi. Ijab kabul merupakan ucapan sepakat di antara kedua belah pihak. Inilah yang dijembatani oleh Perum Perhutani. Lewat kegiatan nikah massal dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-52, malam itu 15 pasangan suami-istri melakukan proses akad nikah. Setelah melalui proses tersebut, ke-15 pasangan itu pun sah menjadi pasangan suami-

32 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

istri secara syariat dan berdasarkan hukum negara. Maka, malam itu di hadapan petugas dari Kantor Urusan Agama Madiun, 15 kali kalimat ijab kabul menggema. Seluruh jajaran Direksi dan tiga Kepala Unit secara bergantian menjadi saksi untuk 15 pasangan yang menikah tersebut. Dan secara khidmat, acara akad nikah tersebut pun berjalan dengan lancar. Proses Pendataan Sejumlah 13 pasang dari 15 pasangan yang melangsungkan proses akad nikah malam itu berasal dari sekitar wilayah KPH Saradan. Dua pasangan lainnya berasal dari KPH Madiun. Adalah Sudarmadji, yang sehari-hari menjabat Asper BKPH Kaliklampok KPH Saradan, sebagai pihak yang mengumpulkan ketigabelas pasangan tersebut.

Sudarmadji menuturkan, awalnya ia dihubungi Wakil Administratur KPH Saradan yang memberitahu bahwa Perhutani akan mengadakan kegiatan sosial. Ketika mendengar informasi bahwa Perhutani akan mengadakan kegiatan sosial Pernikahan Massal, Sudarmadji lantas berkoordinasi dengan Kepala Desa Baren, salah satu desa yang terdapat di sekitar tempat dia bertugas. Kepada Kepala Desa, Sudarmadji menanyakan, apakah ada warga desa tersebut yang merupakan pasanganpasangan suami-istri namun belum menikah secara resmi. Artinya, belum memiliki buku nikah secara resmi. Saat itu, Kepala Desa Baren mengatakan, ada beberapa pasangan warganya yang sesuai dengan apa yang dicari Sudarmadji. Kebetulan, beberapa bulan sebelumnya mereka memang

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


RIMBAUTAMA rencananya akan dinikahkan secara massal di daerah Kabupaten Bojonegoro. Namun, rencana menikahkan mereka secara massal di Kabupaten Bojonegoro itu batal, karena ada persyaratan administrasi yang kurang lengkap. Maka, Sudarmadji pun menawarkan kepada Kepala Desa tersebut untuk mendaftarkan pasangan-pasangan tersebut dalam kegiatan nikah massal yang diselenggarakan Perum Perhutani. Kepala Desa Baren menyanggupi untuk mendata pasangan-pasangan itu. Hasilnya, ada 4 pasangan yang sudah melengkapi surat-surat administrasi dan kelengkapan lain, sedangkan 7 pasangan lalu menyusul. Menjelang pelaksanaan nikah massal, terdapat dua pasangan lagi yang telah lengkap syarat-syarat administrasinya. Sehingga, total 13 pasangan dari KPH Saradan itu pun siap untuk melangsungkan proses akad nikah. “Mereka semua berasal dari satu desa yaitu Desa Baren. Namun dusunnya berbeda-beda. Ada yang dari Dusun Baren dan ada yang dari Dusun Sumbergalen. Tetapi desanya sama, Desa Baren, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro,” kisahnya. Setelah mendapatkan tiga belas nama pasangan yang telah menikah namun belum tercatat secara resmi dalam hukum negara, Sudarmadji pun menugaskan Mandor di BKPH Kaliklampok, yaitu Soewarno, untuk mendata ulang nama-nama pasangan tersebut. Maksudnya, untuk memastikan apakah memang betul mereka adalah pasangan yang belum memiliki surat nikah yang resmi. Setelah jelas dan pasti, Soewarno pun mengkonfirmasi ke Kepala Desa, sehingga ke-13 pasangan itu dapat didaftarkan untuk segera dinikahkan secara resmi. “Pada awalnya, kesulitannya ada di pendataan. Sebab, kami harus

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

datang ke tempat kediaman masingmasing pasangan itu. Artinya, kami harus mengecek satu per satu dan memastikan bahwa pasanganpasangan tersebut betul-betul bukan pasangan yang bermasalah. Maksudnya bermasalah itu, misalnya apakah mereka itu adalah pasangan kumpul kebo yang sebetulnya tidak terikat dengan tali pernikahan yang sah dengan pasangannya. Ternyata, mereka memang benar pasangan suami-istri yang sah, namun belum memiliki surat nikah yang sah secara administrasi negara,” tuturnya. Di antara lima belas pasangan yang menikah malam itu, yang tertua adalah pria berusia 58 tahun. Ia datang dari Desa Baren. Istrinya berusia delapan tahun lebih muda.

Pasangan yang malam ini menikah, yang usianya paling tua adalah 58 tahun. Yang paling muda adalah 17 tahun. Menurut Soewarno, sehari-hari mereka bekerja sebagai pesanggem atau petani penggarap. “Pasangan yang malam ini menikah, yang usianya paling tua adalah 58 tahun. Yang paling muda adalah 17 tahun. Tetapi yang 17 tahun itu bukan dari daerah saya melainkan dari daerah Madiun,” ujar Soewarno. Perasaan Lega Noto (58 tahun) merupakan salah satu mempelai pria yang menjalani proses akad nikah malam itu. Sepanjang acara, terlihat wajahnya

cukup tegang menunggu proses ijab kabul tuntas dijalaninya. Ketika namanya disebut oleh pembawa acara untuk segera melakukan ijab kabul, Noto pun berjalan menuju kursi pelaminan. Tasmi, istrinya, mendampingi langkahnya. Lalu, ijab kabul pun berjalan dengan baik. Anak tertua Noto juga melangsung akad nikahnya di malam itu. Usia sang anak 23 tahun dan telah memiliki satu orang putra. Jadi, malam itu, terdapat orangtua dan anak yang melangsungkan akad nikah secara resmi di tempat yang sama. “Sebenarnya saya sudah lama nikahnya. Tetapi belum resmi dinikahkan,” kata Noto dalam bahasa Jawa logat Jawa Timuran. Ia memang kesulitan untuk berbicara dengan Bahasa Indonesia. Noto menuturkan, perasaannya kini lega. Sebab, setelah mengucap ijab kabul dan dinyatakan secara resmi telah menikah dengan istrinya. Artinya, tidak ada keraguan tentang status keluarganya kelak, karena mereka telah mengantungi status yang sah secara hukum. “Setelah menerima surat nikah resmi ini, ini adalah bukti pernikahan saya, saya merasa senang dan merasa tenang,” ujarnya. Bapak lima orang anak ini pun menyebut, kini ia tinggal berharap agar bisa membina rumah tangga yang tenteram, sakinah, mawaddah wa rahmah, berdasarkan syariat agama Islam. Selain itu, kakek satu orang cucu ini juga berharap dapat menyekolahkan anak-anak hingga tinggi. Sebuah harapan sederhana namun luhur dari sosok yang bersahaja. Semoga keinginan itu dapat terwujud. Dan semoga pula, upaya Perhutani menyatukan kelimabelas pasangan tersebut dalam satu ikatan resmi pernikahan dicatat sebagai satu amal kebaikan. Amin. • DR

DUTA Rimba 33


RIMBAUTAMA

Dok. Humas PHT

34 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Karya Berbuah

Penghargaan Menjalani profesi dengan kesungguhan. Menganggap pekerjaan adalah bagian dari dirinya sendiri, sehingga menjalaninya dengan penuh kesungguhan. Itulah makna sebuah dedikasi. Seorang pekerja yang penuh dedikasi berarti melakukan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu, demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia. Pekerja penuh dedikasi ini layak mendapatkan penghargaan. Seperti juga Perum Perhutani yang memberikan penghargaan bagi karyawan-karyawan yang berdedikasi.

S

ebagai salah satu mata acara dalam rangkaian Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani adalah pemberian penghargaan untuk karyawan berprestasi. Pada 28 Maret 2013, di Aula Gedung Wana Java Kompleks Pusdiklat Perum Perhutani,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Madiun, Jawa Timur, sejumlah 31 orang karyawan berprestasi mendapatkan penghargaan dari perusahaan. Mereka adalah 9 orang KBKPH/ Asper, 9 orang KRPH/Mantri, dan 15 orang Mandor. Mereka semua dianggap sebagai yang terbaik di posisi masing-masing, berdasarkan

kriteria manajemen. Antara lain, mereka dinilai telah melakukan pekerjaan dengan prestasi yang baik dan melaksanakan tugas dengan penuh kesungguhan. Kesembilan orang KBKPH/Asper Terbaik yang mendapat penghargaan tersebut masing-masing 3 orang dari Unit I, II, dan III. Dari Unit I, Asper peraih penghargaan tersebut adalah: Lalu Muslihin (sehari-hari bertugas di BKPH Kendilan, KPH Cepu); Toto Suwaranto (BKPH Tuder, KPH Kebonharjo); dan Dedi Suparman (BKPH Kalisari, KPH Blora). Sementara Asper peraih penghargaan tersebut yang berasal Unit II adalah: Machfud Hadi (BKPH Tamanan, KPH Nganjuk); Digwanto (BKPH Pradok, KPH Bojonegoro); dan Sutono (BKPH Kampak, KPH Kediri). Sedangkan Asper dari Unit III yang meraih penghargaan tersebut adalah: Tarsidi (BKPH Banjar Utara, KPH Ciamis); Cecep Suryaman

DUTA Rimba 35


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

(BKPH Conggeang, KPH Sumedang); dan Entis Witarya (BKPH Pangkalan, KPH Purwakarta). Sembilan KRPH/Mantri Terbaik yang siang itu juga mendapat penghargaan juga masing-masing 3 orang yang sehari-hari bertugas di Unit I, II, dan III. Dari Unit I, KRPH Terbaik yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah: Agus Slamet (RPH Klapanunggal, KPH Pemalang); Mashudi (RPH Kebon, KPH Mantingan); dan Gunadi (RPH Kedungmenjangan, KPH Pati ). Sementara dari Unit II, KRPH Terbaik yang mendapatkan penghargaan di hari itu adalah: Jumawi Samsul Hamijoyo (RPH Seputih, KPH Jember); Sujarwo (RPH Gemarang, KPH Saradan); dan Suyatnoko (RPH Nguluhan, KPH Parengan). Sedangkan dari Unit III, para KRPH Terbaik yang mendapat penghargaan tersebut adalah: Rohaedin (KPH Indramayu); Alexander D Budi M (RPH Gadung, KPH Sukabumi); dan Suparlan (KPH Bandung Selatan). Ada lima kategori mandor terbaik. Yaitu Mandor Bidang Persemaian, Tanaman, Pemeliharaan, Keamanan, dan Bidang PHBM. Masing-masing kategori terdapat 3 orang yang masing-masing berasal dari Unit I, II, dan III. Mandor Terbaik di Bidang Persemaian adalah: Aris Soerojo

36 DUTA Rimba

(KPH Semarang, Unit I); Subagio (KPH Ngawi, Unit II); dan Cecet Hidayat (KPH Bandung, Unit III). Mandor Terbaik di Bidang Tanaman masing-masing adalah: Rahmat Zaenudin (KPH Kebonharjo, Unit I); Nono D (KPH Nganjuk, Unit II); dan Parma (KPH Purwakarta, Unit III). Di Bidang Pemeliharaan, Mandor Terbaik peraih penghargaan tersebut adalah: Sumarso (KPH Kendal, Unit I); Mistono (KPH Banyuwangi Utara, Unit II); dan Mumun Munawar (KPH Banten, Unit III). Sedangkan di Bidang Keamanan, Mandor Terbaik yang meraih penghargaan tersebut adalah: Purnomo (KPH Cepu, Unit I); Andre Ary Wijaya (Polhutmob di Kantor Unit II Jatim); dan Iman Rudi (KPH Indramayu, Unit III). Serta Mandor Terbaik di Bidang PHBM yang hari itu mendapatkan penghargaan adalah: Wikyono (KPH Balapulang, Unit I); Hananto Widodo (KPH Saradan); dan Abdullah (KPH Sukabumi, Unit III). Berhasil Tangani Konflik Ada beberapa kesamaan di antara tiga puluh satu orang yang terbaik di bidangnya masingmasing tersebut. Mereka semua menjalani pekerjaan dengan penuh kesungguhan, mendapatkan hasil pekerjaan yang bagus, serta memiliki pengalaman menarik dalam

penanganan konflik dengan pihak dari luar perusahaan. Lalu Muslihin, misalnya. Pria yang telah bekerja di Perhutani sejak tahun 1993 tersebut menyebut, kegiatannya sehari-hari tak lepas dari ragam kegiatan rutin semisal memerhatikan tanaman, melakukan pemeliharaan, mengawasi tebangan, dan memastikan agar semua kegiatan itu memenuhi standard yang sesuai dengan SOP-nya. Namun, yang menarik adalah ketika pria yang kini bertugas di BKPH Kendilan, KPH Cepu itu menangkap pelaku pencurian kayu di hutan. “Kami sering sekali memergoki aksi pencurian kayu. Ketika dalam situasi seperti itu, kadangkadang kita menghadapi karakter masyarakat yang berbeda-beda. Jadi, kita harus pahami betul situasinya. Artinya, kita lihat dulu situasinya. Kalau dia (pelaku pencurian, red) lagi bawa senjata tajam kan senjatanya ada, maka kita lihat dulu. Kalau nanti dia sudah memikul kayunya, senjatanya sudah nggak ada, baru kita sergap secara bersama-sama. Biasanya, pencuri itu kan kalau sudah memikul kayunya setelah dipotong-potong, senjata tajamnya itu kan sudah disarungkan atau disembunyikan atau dibawa ke tempat lain. Nah, waktu itulah baru kita sergap,” kisahnya. Pengalaman berbeda namun sama menariknya juga dialami Jumawi Samsul Hamijoyo. Ia kerap berhadapan dengan konflik tenurial, terkait sengketa kepemilikan atas tanah hutan. Misalnya, ketika ia bertugas di RPH Mandigu BKPH Ambulu (Ambulu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, red). Di sana terjadi konflik tenurial yang jumlahnya paling tinggi di KPH Jember. “Waktu saya menjabat di sana selama tiga setengah tahun dari tahun 2009, Alhamdulillah,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

walaupun di sana konflik tenurialnya sangat tinggi, selama tiga setengah tahun saya bertugas di sana, saya sudah berhasil mengeluarkan 6 petak dari konflik tenurial itu. Kurang lebih luasnya 70 hektare. Alhamdulillah, satu di antaranya adalah yang tanaman sengonnya itu menjadi yang terbaik se-Perhutani, sedangkan tanaman JPP-nya adalah yang nomor tiga se-unit II,” katanya. Jumawi yang kini bertugas di RPH Seputih, KPH Jember, itu menuturkan, perlu kesabaran dan pendekatan khusus dalam menangani persoalan terkait konflik tenurial. Hal itu ia jalani selama tiga setengah tahun bertugas di RPH Mandigu BKPH Ambulu. Bahkan, ia mampu mengubah pandangan masyarakat terhadap dia dan Perhutani. Jika di awal masa tugasnya, masyarakat di sana bersikap antipati terhadap petugas Perhutani, akhirnya berubah menjadi lebih simpati, sehingga partisipasi masyarakat untuk ikut mengamankan hutan pun meningkat pula. “Semua itu saya tempuh dengan menjalani proses komunikasi sosial. Caranya, saya rutin setiap selesai magrib, menjalani aksi door to door, berkunjung ke rumahnya masingmasing tokoh-tokoh yang ada di sana. Semuanya saya kunjungi, baik itu tokoh masyarakat, tokoh pemuda, maupun tokoh agama, dan saya lakukan itu setiap hari setiap selesai shalat magrib. Kami berdialog, bermusyawarah. Maka, Alhamdulillah kami bisa memberdayakan mereka dan mengajak mereka ikut berpartisipasi, sehingga yang awalnya mereka itu merusak hutan, maka selama saya di sana tiga setengah tahun, akhirnya mereka justeru membuat hutan,” urainya. Menurut Jumawi, semua itu ia lakukan dengan kesungguhan. Bukan untuk mengejar sesuatu. Jika pun akhirnya ia dinilai telah menjalankan tugas dengan baik, buat dia hal itu

adalah penghargaan yang harus ia jadikan motivasi untuk melangkah ke arah yang lebih baik lagi. “Saya bekerja bukan untuk mendapatkan penghargaan seperti ini saja. Tetapi saya melakukan pekerjaan karena niat untuk ibadah dan juga karena Allah. Sedangkan untuk masalah mengapa saya mendapatkan penghargaan ini, ya saya terserah pimpinan. Pimpinan yang menilai pekerjaan saya. Saya sendiri merasa sangat berterimakasih atas penilaian atau apresiasi pimpinan kepada saya,” ujarnya. Kesungguhan menjalani profesi juga ditunjukkan Mandor Tanam Terbaik yang kini bertugas di KPH Kebonharjo, Rahmat Zaenudin. Banyak suka maupun duka ia hadapi dalam menjalani pekerjaan. Namun, apapun duka yang dihadapi, tak lantas membuat ia mundur dari medan laga. Justeru hal itu ia jadikan cambuk semangat untuk terus melangkah ke depan. “Sukanya adalah kalau tanamannya tumbuh dengan bagus, hujannya cukup, dan hasilnya bagus, itu senang. Kalau ada pesanggem (petani penggarap lahan hutan, red), kepada mereka itu diberikan pengarahan biar tanamannya menjadi lebih bagus. Jadi, saya dalam pekerjaan sehari-hari, tekun di tanaman, memberi pengarahan

kepada tenaga yang ada, dan memelihara tanaman,” ucapnya. Harapan untuk Perhutani Bidang pekerjaan berbeda-beda. Lokasi tempat tugas bermacammacam. Tantangan yang dihadapi beraneka ragam. Namun, satu hal yang sama, para peraih penghargaan itu telah menunjukkan dedikasi tinggi terhadap pekerjaan. Toh masih ada harapan terselip dari sela bibir mereka. Mereka berharap, Perhutani dapat lebih maju lagi. Sehingga, perusahaan dapat terus memerhatikan kesejahteraan karyawan. Terutama untuk para Pekerja Pelaksana yang telah selesai bekerja atau pensiun. Harapan akan adanya semacam golden shake hand bagi mereka yang telah memasuki masa purna bakti itu pun terucap. Mereka pun berharap, akan lebih dapat memacu prestasi kerja mereka menjadi lebih baik daripada apa yang telah diraih saat ini. “Saya juga menyatakan terima kasih kepada Perhutani yang telah membantu saya untuk menjalani hidup, telah membiayai saya dan anak-istri saya serta keluarga saya. Namun yang lebih penting lagi, harapan saya adalah sejauhmana Perhutani itu dapat bermanfaat kepada masyarakat di sekitar hutan,” kata Jumawi. • DR

DUTA Rimba 37


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Olah Raga Bersama di Hari Ulang Tahun Satu hal yang juga menjadi ciri khas Perum Perhutani adalah setiap personel selalu menjaga kebugaran tubuhnya. Hal itu terlihat dari tetap segarnya para rimbawan Perhutani dalam mengikuti seluruh rangkaian acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 di Madiun. Padahal, jadual acaranya rapat dan kegiatannya padat. Termasuk juga olah raga bersama. 38 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


K

ompleks Pusat Pendidikan dan Latihan Perum Perhutani di Madiun, Jawa Timur, menjadi kian lengkap dengan diresmikannya Eboni Sport Center oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, 27 Maret 2013. Sport Center ini merupakan salah satu dari empat fasilitas yang diresmikan Menhut di hari itu. Tiga lainnya adalah Pabrik Pengolahan Porang, Pabrik Industri Plywood, dan Hutan Pendidikan Perum Perhutani. Kehadiran Eboni Sport Center menjadi satu kelebihan tersendiri. Sebab, fasilitas dan lapangan di sini

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

berstandard nasional. Di Eboni Sport Center terdapat fasilitas lapangan Futsal, lapangan volley ball, fitness, jogging track, lapangan bulutangkis, serta cafetaria. Nah, di sore hari tanggal 27 Maret 2013, setelah pukul 16.15 WIB, peserta acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perhutani memang memasuki acara bebas. Ada yang mengisinya dengan berjalan-jalan di seputar kompleks Pusdiklat, ada pula yang duduk-duduk menikmati suasana sore, dan ada pula yang segera mencoba fasilitas olah raga yang ada. Maka, tak kurang dari Direktur Umum Perhutani Ahmad Fakhrodji

serta Direktur Industri Kayu dan Non Kayu Heru Siswanto, segera mencoba lapangan bulutangkis di sore itu. Bersama beberapa personel Perum Perhutani lain, mereka bermain bulutagkis nomor ganda. Dan, terlihat betapa mereka cukup fasih bermain olah raga tepok bulu itu. Sementara Direktur Pemasaran, Muhammad Subagja, lebih memilih olah raga tenis meja. Ia juga terlihat cukup mahir memainkan bet dan bola kecil di atas meja berwarna hijau itu. Itu aktivitas di hari pertama. Di hari kedua, kegiatan olahraganya lebih ramai. Diawali sejak pukul

DUTA Rimba 39


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

06.00 WIB. Di pagi itu, seluruh personel Perhutani yang hadir turun ke jogging track di Eboni Sport Center. Mereka melakukan senam pagi bersama. Dipandu tiga orang instruktur yang lincah dengan gerakan-gerakan senam aerobik, semua personel terlihat antusias bersenam. Jika dilakukan dengan benar, gerakan-gerakan senam itu bisa membantu memperlancar peredaran darah, sehingga tubuh lebih segar. Cukup lama juga para Rimbawan Perhutani bersenam di pagi itu. Cukup banyak juga keringat yang menetes. Toh hal itu tak menyurutkan para rimbawan untuk terus berolahraga. Pukul 07.30 WIB, senam selesai. Sambil beristirahat, panitia menggelar acara pengundian door price. Ini menjadi pemandangan meriah, karena tawa canda bahagia pun terlontar lepas sepanjang acara.

40 DUTA Rimba

Tanding Futsal Selepas door price, kegiatan olah raga pagi itu belum selesai. Usai istirahat dan mengundi door price, para rimbawan beranjak ke lapangan futsal. Di lapangan, para Rimbawan segera menempati kursi tribun penonton. Namun, tidak dengan jajaran direksi. Ada yang menarik terjadi di pagi itu. Sesuatu yang mungkin jarang terlihat. Jajaran direksi Perum Perhutani bertanding futsal melawan tim dari unit. Tim Direksi diawaki oleh Direktur Utama Bambang Sukmananto, Direktur Umum dan SDM Akhmad Fakhrodji, Direktur Industri Kayu dan Non Kayu Heru Siswanto, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Pengembangan Usaha Hutan Rakyat Mustoha Iskandar, Direktur Pemasaran Muhammad Subagja, dan Kepala Satuan Pengawas Intern Elan Barlian. Sedangkan di Tim

Unit, selain terdapat Kepala Unit II Bambang Budhiarto, Kepala III Dadang Hendaris, dan Corporate Secretary Hari Priyanto, juga diperkuat oleh Asdir Renbangpus Agus Setiasprastawa, Kapusdiklat Mudjiono, dan Karo Industri Adi Pradana. Futsal sendiri adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dengan tujuan memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Tim pemenang adalah yang paling banyak dapat memasukkan bola ke gawang lawannya. Istilah “futsal” sendiri merupakan istilah yang dikenal secara internasional, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala. Berbeda dengan sepak bola, futsal dimainkan di lapangan berukuran lebih kecil dan biasanya di dalam ruangan. Aturan permainannya pun sedikit berbeda dengan sepak bola, walaupun

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

futsal di turnamen besar. Akhirnya, pertandingan berkesudahan dengan skor akhir 2-2. Kedua tim membagi angka setelah sama-sama mencetak dua gol. Kedua gol Tim Direksi masingmasing dicetak Akhmad Fakhrodji dan Elan Barlian.

sama-sama bertujuan memasukkan bola ke gawang. Perbedaannya antara lain jika bola ke luar lapangan, di pertandingan sepak bola bola dimasukkan kembali ke lapangan cara lemparan ke dalam, sedangkan di futsal bola ditendang ke dalam lapangan dengan mengoper bola itu ke teman satu tim. Permainan futsal ini sekarang berada di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association (FIFA). Dan futsal dimainkan di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara, serta Afrika, Asia, dan Oseania.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Pertandingan futsal antara Tim Direksi dan Tim Unit berlangsung cukup alot. Masing-masing ternyata cukup piawai mengolah si kulit bulat. Penjaga gawang masingmasing tim, yaitu Mustoha Iskandar yang menjaga di bawah mistar gawang Tim Direksi dan Dadang Hendaris di bawah mistar gawang Tim Unit, juga terlihat cukup taktis menagkis serangan tim lawan. Sementara dukungan penonton – terutama ibu-ibu – sangat membahana. Sorak sorai dengan teriakan menyemangati terdengar riuh rendah. Layaknya pertandingan

Sepeda Ria Kegiatan olah raga HUT ke-52 Perum Perhutani berlanjut di sore harinya. Mulai pukul 15.30 WIB, berlangsung kegiatan Fun Bike atau sepeda ria. Seperti peringatan HUT tahun lalu, tahun ini pun ada kegiatan sepeda ria. Dan pesertanya pun lumayan banyak. Sekitar 50 sepeda turun ke jalan raya di Madiun sore itu dengan atribut oranye khas Perhutani. Turut serta di dalam rombongan sepeda ria itu adalah Direktur Utama Bambang Sukmananto, Direktur Umum dan SDM Akhmad Fakhrodji, Direktur Industri Kayu dan Non Kayu Heru Siswanto, Kepala Unit II Bambang Budhiarto, Kepala Unit III Dadang Hendaris, Kepala Kepolisian Resor Madiun, serta para Rimbawan Perhutani. Rombongan dilepas dengan kibasan bendera dan letusan pistol start oleh Kapolres. Medan berliku yang kadang mendaki mereka lalui. Bahkan, Direktur Umum dan SDM Akhmad Fakhrodji sempat mengalami kecelakaan kecil. Ia terjatuh ketika roda sepeda yang ia kendarai bersenggolan dengan roda sepeda lain. Namun, meski ada luka kecil di lututnya, Pak Dirum ini tetap melanjutkan perjalanan dengan sepedanya hingga ke garis finish kembali di Eboni Sport Center. Semangat para Rimbawan mengayuh sepeda itu terlihat begitu besar. Di satu titik, semangat tersebut memaknai kobaran jiwa korsa rimbawan. Bravo! • DR

DUTA Rimba 41


42 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


RIMBAUTAMA

Refleksi Kemajuan Perhutani dalam Pameran Rangkaian acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani di Madiun juga diramaikan dengan penyelenggaraan pameran produk-produk Perhutani dan PKBL di bawah binaan Perhutani. Lapangan upacara di seberang Aula Wana Java Kompleks Pudiklat pun disulap menjadi lokasi pameran. Tenda-tenda penyangga stand berjajar rapih dengan ragam produk di bawahnya. NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 43


RIMBAUTAMA

Menhut Membatik Di stand pabrik porang, Pak Menteri berhenti cukup lama. Selain menyimak pemaparan tentang proses pengolahan porang, Zulkifli juga memerhatikan betul hasil olahan berupa tepung porang. Bahkan, ia sempat mencicipi aneka penganan yang terbuat dari bahan baku porang. Ternyata umbi porang dapat diolah hingga ke produk-produk konsumsi semisal mie. Dan semua itu

44 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

P

rogram Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sendiri merupakan Program Kementerian BUMN. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan para pengusaha kecil, agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus menjadi sarana pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN, melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Khusus di Perum Perhutani, penyaluran dana PKBL diprioritaskan untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang mempunyai usaha produktif dan Koperasi serta kegiatan usahanya minimal 1 tahun dan berpotensi untuk dikembangkan. Seluruhnya ada 19 stand yang berpartisipasi dalam pameran produk Perhutani tersebut. Seluruh Unit menampilkan produk-produk unggulan mereka. Selain aneka produk unggulan dari Unit, produkproduk hasil karya PKBL pun terlihat semarak di ajang pameran itu. Pameran ini dibuka secara resmi oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dengan melakukan pemotongan pita di pintu gerbangnya. Usai resmi membuka pameran itu, Pak Menteri pun berkeliling mengunjungi satu demi satu stand yang ada. Di setiap stand, Menteri Kehutanan menyempatkan untuk menyimak pemaparan petugas di setiap stand tentang produk yang dipamerkan.

disajikan di stand ini. Lanjut ke stand Puslitbang. Menhut Zulkifli Hasan menyimak paparan Aris Wibowo, peneliti di Puslitbang Perhutani. Ia terlihat terkesan dengan ragam hasil riset yang tengah dikembangkan Puslitbang Perhutani. Teruatama ketika melihat hasil-hasil pemuliaan tanaman jati dan kayu putih. Ia kerap mengajukan pertanyaan,

terutama ketika melihat foto-foto hasil pemuliaan tanaman jati yang menghasilkan Jati Plus JPP PHT3 dan JPP PHT4. Berpindah ke stand PKBL di bawah Unit I Jawa Tengah. Ada satu produk yang sangat menarik perhatian Pak menteri. Batik. Ya, di stand ini, Zulkifli sempat terkesima melihat peragaan membatik yang dilakukan seorang ibu dari PKBL

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Salem, KPH Tegal. “Wah, bagus, ya? Ini susah, lho, membuatnya,” ujar Zulkifli. Spontan, para wartawan pun meminta Pak Menteri Zulkifli Hasan belajar dan mempraktikkan torehan lilin malam pada kain batik. Zulkifli tersenyum dan mencoba untuk menorehkan malam di kain batik dengan bantuan sang ibu pembatik. Sebuah torehan malam dari Zulkifli Hasan pun terpatri di kain batik hasil karya PKBL Salem itu. Zulikifli pun tersenyum. “Ah, saya beli kainnya. Ini bagus, lho. Batik. Ini angel (susah, red) lho membuatnya,” ujarnya. Dan benar. Zulkifli pun memborong tiga lembar kain batik produksi Salem tersebut. Kemudian, ia kembali melanjutkan kunjungan ke setiap stand yang ada.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Pameran ini berlanjut hingga keesokan harinya. Selama dua hari pameran, para rimbawan dan undangan yang datang dibuat terkesan melihat aneka produk olahan. Kunjungan Mantan Dirut Setelah dikunjungi Menteri Kehutanan di hari pertama, di hari kedua giliran Anggota Komisi IV DPR RI yang datang berkunjung. Ya, Marsanto, Mantan Direktur Utama Perum Perhutani yang kini menjabat sebagai Anggota Komisi IV DPR RI, menyempatkan diri mengunjungi pameran tersebut usai menghadiri paparan Dirut Perhutani dan ramah tamah dengan seluruh rimbawan di Aula Pusdiklat. Direktur Utama Perum Perhutani periode 2001-2005 itu hadir di Pusdiklat bersama istri sejak malam hari sebelumnya.

Selain Marsanto, pameran itu juga dikunjungi Mantan Direktur Utama Perum Perhutani yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Sang Hyang Seri, Upik Rosalina Wasrin. Upik antara lain tertarik melihat perkembangan pengelolaan produk Perhutani yang terkait dengan produk pangan. Misalnya, ia terlihat serius menyimak hasil pengembangan padi gogo di sebuah stand. Mantan Direktur Utama Perhutani lain yang datang mengunjungi pameran adalah Abdul Fatah dan Haryono Kusumo. Mereka pun mengunjungi seluruh stand yang ada di pameran itu. Dan menyimak produk-produk yang merupakan cerminan perkembangan dan keberhasilan program PKBL oleh Perum Perhutani. • DR

DUTA Rimba 45


RIMBAUTAMA

Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani di Madiun dimeriahkan dengan kehadiran 5 orang yang pernah menempati posisi tertinggi di Perhutani. Mereka adalah para Mantan Direktur Utama Perhutani dari masa ke masa. Seperti apa pandangan para Rimbawan Senior ini terhadap Perhutani?

A

da pemandangan menarik dalam acara puncak Peringatan Hari Ulang Tahun ke52 Perum Perhutani yang digelar 28 Maret 2013. Di antara rimbawan yang hadir, duduklah lima rimbawan senior yang sosoknya sangat dikenal seluruh Rimbawan Perhutani di ruang Aula Pusdiklat tersebut. Mereka adalah Abdul Fattah DS, Marsanto MS, Transtoto Handhadari, Upik Rosalina Wasrin,

46 DUTA Rimba

dan Haryono Kusumo. Suasana pun menjadi meriah ketika satu demi satu mereka menyampaikan kesan terhadap Perhutani. Abdul Fattah adalah Direktur Utama Perum Perhutani periode 1997-1999. Ia menyebut, di masa ia menjabat direktur utama, Perhutani tidak pernah merayakan hari ulang tahun. Sebab, ketika itu memang tanggal kelahiran Perum Perhutani belum ditentukan secara jelas. “Dengan adanya kejelasan

Dok. Humas PHT

Perhutani di Mata Rimbawan Senior

tentang hari lahirnya, ini seperti air sungai yang jelas dari mana sumber airnya atau hulunya dan mengarah ke mana muaranya,” katanya. Sementara Marsanto yang menjabat Direktur Utama Perum Perhutani periode 2001-2005 itu menekankan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan SDM jika perusahaan ingin maju, yaitu skill, knowledge, dan attitude. Di antara ketiga, pria yang kini duduk sebagai Anggota DPR RI di Komisi IV ini,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


mengatakan, yang terutama harus ditingkatkan adalah attitude atau sikap mental. “Itu adalah yang paling susah. Kalau skill, peningkatannya bisa dengan kita melakukan job training, latihan-latihan, dan sebagainya. Untuk knowledge, bisa ditingkatkan dengan belajar terus, sekolah lagi ke jenjang S2, S3, dan seterusnya. Itu bisa kita pelajari. Tetapi kalau sampai pada urusan sikap mental, ini kita harus perhatikan betul. Harus telaten,

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

dengan pembinaan terus menerus, diberikan porsi yang sebagaimana mestinya, reward and punishment harus jelas, harus transparan, agar jangan sampai timbul presedenpreseden yang mengakibatkan nanti karyawan kehilangan suatu pegangan yang jelas,” ucapnya. Di sisi lain, Transtoto Handhadari menyebut, untuk mengelola Perhutani ini sebenarnya mudah. Menurut Direktur Utama Perhutani periode 2005-2008

ini, yang dibutuhkan untuk dapat mengembangkan Perhutani adalah SDM Perhutani yang cerdik, cerdas, dan antusias. Tiga hal itu jika disinergikan, akan menghasilkan kinerja optimal. “Hal ini menjadi penting, apalagi dengan tantangan situasi yang berbeda dibandingkan dulu. Sekarang ada dua organisasi pekerja. Termasuk masalah PP. Ini saya kira bisa ditangani dengan baik. Tetapi, saya melihat Perhutani sekarang ini

DUTA Rimba 47


Semua orang memang menginginkan agar Perhutani menjadi besar. Agar Perhutani menjadi perusahaan yang terbesar di sektor kehutanan.

sudah on the track. Jadi, di hari ulang tahun ini saya mengucapkan selamat kepada Perhutani sekarang,” ujarnya. Sedangkan Upik Rosalina Wasrin menekankan, yang dibutuhkan Perhutani adalah agar setiap personel bisa menerapkan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. Sebab, menurut Upik, dalam kondisi seperti sekarang ini seharusnya setiap SDM melipatgandakan energinya hingga dua atau tiga kali lipat. Hal itu disebabkan, setelah era reformasi Perhutani ibaratnya sudah agak tertinggal beberapa tahun. Banyaknya penjarahan sehingga lahan Perhutani banyak gundul memicu hal tersebut. Sehingga, sekarang ini Perhutani harus menanam juga harus mengembangkan bisnis pada saat bersamaan. Selain itu, sektor non kayu juga harus maju bersamaan

48 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Abdul Fattah DS Direktur Utama Perum Perhutani periode 1997-1999

Marsanto MS Direktur Utama Perum Perhutani periode 2001-2005

Ini seperti air sungai yang jelas dari mana sumber airnya atau hulunya dan mengarah ke mana muaranya.

Reward and punishment harus jelas, harus transparan, agar jangan sampai karyawan kehilangan suatu pegangan yang jelas.

dengan sektor kayu. Dan semua itu menurut Upik belum kelihatan perkembangannya secara signifikan sekarang ini. “Selain kerja keras luar biasa, karena aktivitasnya juga banyak berkaitan dengan ilmu pengetahuan, maka harus cerdas sekali. Kemudian, seperti yang kita inginkan juga bahwa di hilirnya misalnya ada gondorukem. Ya, jangan gondorukem terus. Derivatifnya apa? Jadi, yang nilainya tinggi tetapi volumenya sedikit. Banyak lagi, yang memerlukan kerja cerdas kita, dalam konteksnya adalah mengelola hutan. Lalu kerja tuntas itu artinya selama ini kalau kita menanam pohon, tetapi kita tidak kawal secara tuntas, sampai akhir, jangan berharap hutannya jadi! Pekerjaan itu bukan hanya sampai pada menanam,

lalu selesai. Tetapi, ada kegiatan memeliharanya, ada intensifikasi misalnya, dan lain-lain. Sedangkan ikhlas itu maknanya adalah, kalau kita merasa kita adalah aset perusahaan, maka kita akan betul-betul bekerja secara all out,” urainya. Haryono Kusumo yang menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Perum Perhutani periode 20102011, menilai, pengelolaan hutan di Jawa oleh Perhutani sudah tepat. Tetapi perlu diperhatikan agar dapat mensinergikan kebijakan yang dibuat dengan pelaksanaannya di lapangan. Hal itu hanya bisa diterapkan manakala manajemen menerapkan sistem reward and punishment yang jelas dan tegas. “Jadi, yang memang berprestasi harus dihargai sesuai dengan prestasinya, tetapi yang memang

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

Transtoto Handhadari Direktur Utama Perum Perhutani periode 2005-2008

Upik Rosalina Wasrin Direktur Utama Perum Perhutani periode 2009-2010

Haryono Kusumo (plt) Direktur Utama Perum Perhutani periode 2010-2011

Saya melihat Perhutani sekarang ini sudah on the track.

Kalau kita merasa kita adalah aset perusahaan, maka kita akan betul-betul bekerja secara all out.

Yang berprestasi harus dihargai sesuai dengan prestasinya, tetapi yang tidak bagus harus mendapat sanksi.

nggak bagus harus mendapat sanksi. Sehingga, hal itu sudah harus bisa benar-benar menjadi pedoman dari masing-masing personel. Dan saya kira, ini juga sudah mulai dirintis sejak zaman Bu Upik, dengan sistem CBRM. Manajemen SDM berdasarkan kompetensi. Competency Base Human Resourse Management. Itu harus dilanjutkan. Intinya adalah penilaian hasil kerja sampai dengan individu.” jelasnya. Tentang akan masuknya Perhutani ke sektor industri kehutanan, Marsanto menyebut, perlu juga dipastikan kesiapan sektor hulunya. Juga perlu disiapkan pasarnya. Dan menurut dia, masuk ke industrialisasi membutuhkan suatu keberanian untuk melakukan terobosan. Ketika akan melangkah ke depan, harus

bersifat risk taker. Harus berani mengambil risiko. “Ya, mudah-mudahan dengan road map yang sudah disusun ini, dan didukung oleh bawahan yang kuat, Perhutani akan lebih maju. Sebab, apapun bagusnya road map yang sudah kita susun bersama, tetapi kalau tidak didukung oleh sumber daya manusia yang punya competence yang bagus, nggak tuntas juga,” tutur Marsanto. Sedangkan Upik Rosalina menyelipkan harapan untuk Perhutani. Ia ingin Perhutani menjadi besar. Ia berharap, Perhutani dapat menjadi perusahaan BUMN di bidang kehutanan yang terbesar di Indonesia. “Semua orang memang ingin Perhutani menjadi besar. Kita berharap, Perhutani menjadi satusatunya perusahaan kehutanan

BUMN yang terbesar di Indonesia, lalu kalau bisa (menjadi yang terbesar) di Asia Tenggara, dan kalau bisa juga sampai ke Eropa dan sebagainya. Karena apa? Perusahaan kehutanan yang lainnya tidak punya lahan yang sampai mencapai 2,4 juta hektar. Maka, harus bisa jadi besar. Sekarang kan sudah PHM sudah masuk, FSC sudah masuk, walaupun didapat dengan segala macam dinamikanya, tetapi hal itu bisa membuktikan bahwa Perhutani nantinya bisa menjadi perusahaan kehutanan yang besar,” katanya. Ya, semua orang memang menginginkan agar Perhutani menjadi besar. Agar Perhutani menjadi perusahaan yang terbesar di sektor kehutanan. Semoga! • DR

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 49


RIMBAUTAMA

Dok. Humas PHT

Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani yang dipusatkan di Pusdiklat Perhutani, Madiun, Jawa Timur, ini mengusung tema “Menuju Perhutani Ekselen”. Seperti apakah “Perhutani Ekselen” itu dan bagaimana langkah untuk menuju ke sana? Duta Rimba merangkum pandangan Dewan Direksi dan Kepala Unit. Apa saja pandangan mereka? Simak petikan ucapan mereka berikut ini. 50 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Mereka Bicara

Bambang Sukmananto

Dok. Humas PHT

Direktur Utama

Akhmad Fakhrodji

Direktur Umum dan SDM

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

“Cita-cita Perhutani adalah mencapai ekselen. Untuk mencapai cita-cita ke sana, memang harus ada tahapan-tahapan. Dari sisi modal, sebenarnya kita sudah ada. Sebab, Perhutani adalah satu-satunya yang diberikan modal oleh pemerintah untuk mengelola kawasan yang begitu luas. Kita harus membentuk modal dasar itu agar bisa mendapatkan produk yang ekselen. Gondorukem, misalnya. Jika hanya diproses dari getah pinus menjadi gondorukem saja, hasilnya tidak besar. Tetapi kalau gondorukem itu diproses dan menghasilkan

produk akhir yang lalu dimanfaatkan oleh masyarakat, nilai jualnya bertambah. Demikian juga produk lain seperti porang, kayu putih, dan sebagainya. Perhutani ekselen ini kita kedepankan untuk mengarah ke sana. Untuk ekselen, harus ada effort yang luar biasa. Tetapi saya optimis untuk mencapai kondisi ekselen, karena yang penting sebetulnya anak-anak muda ini di lapangan sudah banyak memberikan support karena menginginkan Indonesia maju dan Perhutani maju, Perhutani lebih baik.” • DR

“Kalau sudah berusia 52 tahun, artinya Perhutani telah mengalami banyak pasang-surut. Terutama, di awal era reformasi, yaitu terjadi banyaknya penjarahan secara besarbesaran. Sehingga, terdapat lebih dari 500 hektar lahan Perhutani yang tanamannya hilang dan menjadi lahan kosong. Untuk memulihkan kondisi itu, perlu kerja keras. Kerja keras itu diterjemahkan oleh Dewan Direksi melalui transformasi. Nah, melalui momentum Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani ini, kita harapkan proses transformasi itu akan memperlihatkan kinerja Perhutani yang sesuai dengan harapan semua stake holder. Itulah makna ‘Menuju Perhutani Ekselen’. Dari sisi pengelolaan SDM, mulai

tahun lalu sistem pengelolaan SDM kita sudah mengalami pergeseran dengan diketengahkannya modul pengelolaan CBRM (Competency Base on Human Resources Management). Maka, kalau dulu semua personel baik yang pintar, bodo, rajin, malas, itu digaji dengan nilai yang sama sesuai pangkat dan golongannya, sekarang beda. Ukurannya sesuai dengan kinerja. Setiap individu yang tidak mampu perform, atau kinerjanya tidak bagus, otomatis akan terpinggirkan. Oleh karena itu, seluruh karyawan Perum Perhutani akan berlomba-lomba untuk menunjukkan kinerja yang terbaik. Itulah modal utama bagi Perhutani untuk Menuju Perhutani Ekselen.” • DR

DUTA Rimba 51


Tedjo Rumekso

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Strategi “Perhutani ekselen artinya Perhutani yang bisa tumbuh sesuai dengan visi dan misi yang dibebankan kepada Perhutani. Perhutani mengemban dua misi. Yang pertama adalah misi sebagai pengelola hutan. Itu merupakan tugas negara, yaitu Perhutani diberikan kewenangan untuk mengelola hutan seluas 2,4 juta hektar agar lestari, sehingga dapat menyejahterakan masyarakat sekaligus juga menyejahterakan karyawannya. Itu merupakan core activity atau aktivitas inti yang diberikan kepada Perum Perhutani. Tetapi jangan lupa, Perhutani juga mengemban misi sebagai perusahaan, yang berarti ada aspek bisnisnya. Bisnis ini harus tumbuh. Untuk mencapai pertumbuhan bisnis agar bisa mencapai nilai-nilai atau target-target yang ditetapkan, maka kita harus mengusahakan agar bisnisbisnis itu tumbuh sesuai dengan harapan, yang bersumber dari

sumber daya hutan yang berada di wilayah Perhutani. Kita menargetkan, kurang lebih tahun 2020 Perhutani terus tumbuh dan berkembang, sehingga pendapatannya akan bisa mencapai 20 triliun rupiah. Kalau kita hanya mengandalkan sumber pendapatan itu dari sumber daya hutan berupa kayu dan non kayu saja, itu tidak cukup. Maka, kita harus juga mengembangkan industriindustri yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Kita harus menyadari bahwa dalam sejak terbentuknya Perum Perhutani dulu kita hanya kuat di core activity yang berupa hutan, mulai dari penanaman hutan sampai kepada penebangan hutan. Ke sananya kita masih lemah. Sehingga, nanti banyak mungkin yang akan dibenahi dalam hal business activity. Unit-unit bisnis ini akan kita benahi. Selama ini banyak unit bisnis di Perum Perhutani yang sebenarnya berjalan, tetapi tidak pernah dilakukan analisis-analisis atas proses berjalannya. Sekarang ini kita dalam proses untuk terus berpikir mencari yang terbaik. Itu akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti. Karena seperti kita ketahui, kalau nanti kita sudah punya produk, kita akan benahi marketing-nya. Setelah marketing, kita akan benahi organisasinya. Kalau sudah organisasi, nanti juga akan kita lihat bagaimana kompetitornya, dan sebagainya, terus begitu, berkembang terus, untuk mencapai ekselen. Baik manusianya ekselen, produknya ekselen, servisnya ekselen, dan sebagainya.” • DR

MENUJU

PERHUTANI EKSELEN 52 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Morgan Syarif Lumban Batu

Direktur Keuangan “Pembenahan keuangan di Perhutani sangat diperlukan. Selama ini Perhutani mengandalkan pendapatan dari sektor kayu. Jika keadaan ini terus menerus berlangsung, Perhutani akan tertinggal di sisi pendapatan non kayu. Padahal, di masa depan justeru pendapatan non kayu harus ditonjolkan. Kaitannya dengan sisi keuangan, selama ini dari sektor kayu, struktur keuangannya sudah jelas, sedang dari sisi non kayu masih kurang mendapat perhatian. Padahal dari sektor non kayu, banyak sumbersumber pendapatan yang bisa menjadi andalan semisal produk air, madu, dan minyak kayu putih. Selama ini, akurasi penentuan harga dari produk-produk non kayu masih kurang, terkait dengan biayabiaya yang ditimbulkan dari produksi dan eksplorasi produk. Menjadi tugas Direktorat keuangan Perhutani untuk memperbaiki kondisi ini di tahun 2013. Sektor non kayu diharapkan tidak menjadi beban dari sektor kayu, maksudnya pendapatan dari sektor non kayu harus bisa menutup segala macam biaya yang ditimbulkan dari direktorat-

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


• DR

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

Heru Siswanto

Direktur Industri Kayu dan Non Kayu “Perhutani yang ekselen adalah Perhutani yang bisa membawakan visi dan misinya secara sinkron dengan apa yang diamanatkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah kementerian Kehutanan dan Kementerian BUMN. Untuk mencapai tujuan itu, semua jajaran Perhutani harus satu kata, satu bahasa, dan satu niatan yang mulia untuk korporat. Saya sangat optimis dan yakin, semua jajaran di Perhutani, mulai dari teman-teman kita yang terbawah sampai yang teratas sudah sangat terbiasa untuk menjalankan semua pekerjaan teknis. Menurut hemat

saya, yang harus dikedepankan dan dijunjung tinggi oleh kita bersama adalah komitmen dari semua jajaran bahwa Perhutani ini adalah korporat yang harus kita jaga dan besarkan. Caranya adalah dengan terus menjaga soliditas di antara semua jajaran yang ada di Perum Perhutani. Dalam rangka Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani, saya selaku salah satu Direksi Perum Perhutani, mengajak kepada seluruh jajaran Perum Perhutani, mari kita bersatupadu, bergandeng tangan, untuk menatap Perhutani yang lebih maju lagi. Karena, tanpa kita bersatu-padu, tanpa kita bergandeng tangan, maka konsep, terobosan, serta inovasi apapun, tidak mungkin akan bisa kita capai. Untuk itu, mari, jangan menunggu mulai dari siapa dulu perubahan itu akan dimulai, tetapi semua jajaran harus mulai dengan perubahan itu sendiri. Karena, konsep yang sudah kita rumuskan bersama itu sudah jelas, roadmap-nya juga sudah gamblang, tinggal kita mantapkan komitmen saja. Tanpa komitmen semua jajaran yang ada di Perum Perhutani, road map hanya tinggal konsep saja dan Perhutani nanti tidak akan bisa bersaing dengan BUMN lain, apalagi dengan swasta.” • DR

Dok. Humas PHT

direktorat yang terlibat menangani proses produksi produk-produk non kayu. Untuk itu, harus ada kejelasan apabila kita akan melakukan aktivitas produksi dan perdagangan produk-produk non kayu, terkait dengan untung ruginya. Manajemen harus proaktif dalam mengambil keputusan dalam bidang keuangan, semisal penentuan harga produk, dan lain-lain. Apabila hal ini dapat diterapkan, maka ‘Menuju Perhutani Ekselen’ adalah keniscayaan. Ada langkah-langkah yang harus ditempuh menuju keuangan modern. Kita harus tahu kondisi cashflow keuangan kita saat ini dan proyeksi cashflow keuangan di masa depan yang terdapat pada RKAP. Kerjasama dengan bank harus dilakukan dalam investasi di bidang-bidang yang penting, bermanfaat, dan pengembaliannya cepat, sehingga perputaran aset menjadi tinggi dan pertumbuhan aset perhutani menjadi lebih cepat dan tinggi. Akselerasi mencapai Perhutani Ekselen di bidang keuangan dilaksanakan dengan memperbesar investasi di bidang-bidang yang pengembalian investasinya cepat. Sebagai contoh investasi di produk minyak kayu putih dan air kemasan, harus total jangan tanggung, harus bisa merebut pasar, tentunya dengan feasibility study yang baik sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis yang telah ada di pasaran. Hitung-hitungannya harus ada dari segi pemasaran dan keuangan. Tahapan ekselen itu dinilai dari transparansi. SDM Perhutani itu bagus-bagus. Nah, kalau SDM yang bagus itu tidak diarahkan menjadi tepat, tidak tercapai ekselennya.”

DUTA Rimba 53


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Mustoha Iskandar

Dok. Humas PHT

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Pengembangan Usaha Hutan Rakyat

M. Soebagja

Direktur Pemasaran

54 DUTA Rimba

“Perhutani ekselen artinya bahwa semua aktivitas bisnis Perhutani tidak lagi cukup hanya dilakukan secara konvensional, tetapi harus lebih efisien, efektif, dan diperlukan adanya SDM yang lebih kompeten, sehingga mampu menghasilkan suatu added value yang bermanfaat untuk perusahaan ini ke depan. Artinya, semua aktivitas itu betulbetul harus didukung oleh sumber daya yang mumpuni. Dari sisi sumber dayanya punya kapasitas dan punya kompetensi, dan dari sisi prosesnya juga efisien, sehingga mampu menghasilkan suatu output yang ekselen. Menyikapi tantangan, pertama yang harus dilakukan oleh Perhutani adalah bagaimana agar kita mengubah prilaku – ini kaitannya dengan corporate culture – yang selama ini Perhutani lebih seperti

birokrat. Tantangannya adalah bagaimana birocratic culture itu berubah menjadi corporate culture. Sehingga, nanti mekanisme korporasi yang berjalan dan bukan mekanisme birokrasi. Industri dapat memberikan added value terhadap sumber daya hutan. Itu pembenahan di sektor hilir. Tetapi jangan lupa bahwa di sektor hulu juga harus kita benahi, sehingga mampu menghasilkan suatu row material yang juga ekselen. Karena bagaimana di hilir kita mampu menghasilkan suatu added value yang baik atau yang ekselen, kalau dalam proses di sektor hulunya tidak kita bangun secara ekselen. Jadi harus diupayakan agar inputnya ekselen, processing-nya juga ekselen, efektif dan efisien, sehingga mampu menghasilkan suatu output yang ekselen.” • DR

“Ulang Tahun berarti merefleksikan apa yang sudah kita lakukan, sedang apa kita sekarang, dan mau apa kita ke depannya. Ke belakang, peristiwa masa lalu kita jadikan referensi. Sedangkan yang dilakukan sekarang ini adalah persiapan untuk ke depan. Oleh direksi, hal ini direpresentasikan dengan fokus di 3 P. Profit, people, planet. Profit ini dari nilai tambah. Maka kita kembangkan nilai tambah ini. Misalnya kita kembangkan porang. Ada dua keuntungan sekaligus bisa diambil. Yang pertama, Perhutani sebagai BUMN akan mengambil keuntungan dari industrinya atau hilirnya. Tetapi people-nya atau masyarakatnya agar sejahtera akan mengambil keuntungan dari sektor hulunya. Nah, kita mengambil profit dari industrinya. Industri porang. Tetapi, saya dengan fungsi sebagai marketer, otomatis saya akan fokus di industrinya saja. Jadi memberikan

nilai tambah pada sektor hulunya. Jadi, ulang tahun ini menurut saya hendaknya dijadikan starting point untuk merumuskan komitmen kita bersama demi kemajuan Perhutani. Karena, ada tiga hal yang bisa mengindikasikan sebuah perusahaan maju. Yang pertama, asetnya bertambah terus yang artinya investasinya bertambah terus. Kedua, karyawannya makin sejahtera. Ketiga, bagian dari modal atau keuntungan itu makin meningkat. Ketiganya bisa diraih bukan dari pendapatan, tetapi dari margin. Jadi, kita harus menanamkan bahwa profit itu tetap harus ada. Nah, ke depan, selain ada CBHRM untuk menumbuhkan kinerja orang per orang, kita juga mengembangkan sektor industri untuk mengejar nilai tambah, di samping tetap melakukan fungsi utamanya yaitu tetap harus mereboisasi hutan di Jawa ini sehingga menjadi hutan yang benar-benar coverage-nya hutan dunia.” • DR

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Teguh Hadi Siswanto

Dok. Humas PHT

Kepala Unit I Perum Perhutani Jawa Tengah

Bambang Budhiarto

Kepala Unit II Perum Perhutani Jawa Timur

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

“Kita sudah berusia 52 tahun. Di usia ini kita harus terus berbenah lebih baik dan lebih baik lagi. Karena kita tahu, Perhutani adalah pengelola hutan yang di Indonesia ini sebagai pengelola hutan yang terdepan dan terbaik. Tetapi, dengan adanya tantangan zaman yang ada di depan kita sekarang ini, kita mesti mempersiapkan sistem operasi atau bisa memilih jenis-jenis tanaman yang bisa memberikan nilai tambah kepada Perhutani sendiri ataupun kepada rakyat. Juga pemanfaatan lahan di bawah tegakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itu perlu dilakukan agar perusahaan lebih maju dan meningkatkan pendapatan masyarakat ke depan. Oleh karena itu, sistem IT pun kita gabung semuanya supaya kita bisa menjadi yang terbaik di dalam rangka mengelola hutan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga sampai ke tingkat dunia. Hal ini ditunjukkan

bahwa kita telah mendapat kepercayaan dunia dengan telah mendapatkan sertifikat FSC, yang menunjukkan kita telah mengelola hutan lestari. Industri kehutanan juga menjadi tantangan bagi kita karena sekarang kita tidak hanya bermain di hulu tetapi juga di hilir. Maka, kita bangun pabrik-pabrik industri. Dan rakyat akan juga menjadi mitra kerja kita. Rakyat akan ada di hulu seperti menanam, memelihara, dan sebagainya, lalu juga di hilir dengan mengoperasikan pabrik pengolahan industri ini, agar dapat meningkatkan nilai tambah. Di masa depan, harapan saya adalah bagaimana agar kita dapat terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Juga dapat memberikan sumbangan yang lebih besar lagi kepada pemerintah. Artinya, harapannya adalah supaya kita menjadi lebih kuat.” • DR

“Pengembanganpengembangan baik itu di Pusdiklat SDM, maupun sarana dan prasarana yang sudah disiapkan untuk lebih meningkatkan nilai tambah, seperti pabrik pengolahan porang di Kediri, pabrik kayu lapis di Kediri, juga ada pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang Jawa Tengah, ini semuanya menuju Perhutani yang ekselen. Artinya, hebat di mana-mana. Itu bisa dicapai manakala SDM-nya mempunyai watak, mempunyai tindakan, yaitu mau, mampu, dan militan. Untuk SDM , selain semangat perlu terus digelorakan, juga pendidikan dasar perlu dicukupi. Seperti saya katakan tadi mau,

mampu, dan militan. Mau itu berarti semangatnya. Mampu itu berarti bukan hanya dia bisa bekerja dengan otot saja tetapi juga cerdas, karena itu dia juga harus mengikuti pendidikan, atau dia mampu mengembangkan diri. Kemudian militan, itu artinya usaha yang tidak berhenti dari mereka. Terus menerus untuk meningkatkan kualitas diri. Nah, itu semua sebetulnya adalah modal dasar yang kuat untuk menuju Perhutani hebat maupun menuju Perhutani ekselen. Harapannya adalah agar bisa bermanfaat sebesar mungkin, seperti yang sudah dicanangkan oleh Dirut, yaitu memenuhi 3P itu. Profit, People, dan Planet.” • DR

DUTA Rimba 55


Dok. Humas PHT

RIMBAUTAMA

Dadang Hendaris

hektar, harusnya banyak yang bisa dilakukan. Tantangannya banyak, peluangnya banyak, potensinya banyak. Yang paling mendasar adalah bagaimana kompetensi SDM bisa menjembatani. Itu jangan dilihat dari biaya. Tetapi itu adalah investasi untuk meningkatkan SDM. Ini harus mulai difokuskan. Dan memang sudah mulai, dengan sudah dibangun assessment center. Itu menunjukkan kita sudah menuju ke arah sana. Yang namanya perusahaan itu orientasinya bisnis. Bukan birokrat. Ini semua kembali kepada SDMnya. SDM kita sudah harus berubah paradigma. Sekarang, bagaimana agar teman-teman ADM tidak berkutat pada pekerjaan-pekerjaan rutin saja, tetapi teman-teman mulai dari Wakil Adm ke atas ini sudah mulai berorientasi kepada bisnis.” • DR

Dok. Humas PHT

Kepala Unit III Perum Perhutani Jawa Barat-Banten

“Perayaan hari ulang tahun ini meninggalkan kesan yang mendalam. Yang pertama, dengan begini kita tahu persis siapa diri kita dan kapan kita lahir. Hal itu sangat mendasar untuk menjawab kita atau Perhutani ini mau menuju ke mana. Jadi, dengan momentum ulang tahun ini, pertama kita bisa melakukan introspeksi, melihat ke dalam, lalu merumuskan apa yang harus kita lakukan di masa depan. Saat menuju ke depan, kita harus berpikir positif, berpikir maju, dengan fokus yang jelas. Maka, Perhutani akan semakin matang dan ujungujungnya adalah bagaimana agar Perhutani ini bisa menyejahterakan karyawannya, dan juga menciptakan lingkungan yang baik. Kalau saya melihat Perhutani ke depan, dengan 2.400.000 hektar, dan Jawa Barat punya 660.000

56 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 57


Sosok menteri yang satu ini memang fenomenal dan selalu menarik perhatian awak media untuk menjadikannya sumber berita. Sebab, selalu ada hal baru dari dirinya yang menarik untuk digali dan menjadi berita. Apalagi, sosok lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951, ini juga dikenal pekerja keras, dinamis, supel, dan selalu ramah kepada siapa saja. Selain itu, ia juga dikenal suka bicara ceplas-ceplos, apa adanya, dan banyak mencetuskan ide-ide baru.

T PH as um H k. Do

Perhutani Pasti Bisa! Dahlan Iskan:

Wawancara Khusus dengan Menteri BUMN RI

58 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


SOSOKRIMBA

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

D

ahlan Iskan diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) tanggal 19 Oktober 2011. Sebelumnya, CEO Jawa Pos Grup ini menjabat Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Sifat Dahlan Iskan yang pekerja keras itu sudah ia tunjukkan sejak menjadi wartawan. Mengawali karir sebagai reporter di sebuah surat kabar kecil di Samarinda tahun 1975, setahun kemudian Dahlan muda bergabung dengan Majalah Tempo. Di tahun 1982, ia dipercaya manajemen Tempo untuk memimpin surat kabar Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar. Kerja kerasnya menjadikan Jawa Pos surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar dalam waktu 5 tahun. Saat ini, oplah Jawa Pos mencapai lebih dari 500.000 eksemplar. Perkembangan pesat Jawa Pos membawa surat kabar itu menuju terbentuknya Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia. Jaringan ini memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Dilanjutkan dengan berdirinya stasiun televisi lokal JTV di Surabaya tahun 2002, yang diikuti Batam TV di Batam, serta Riau TV di Pekanbaru. Penulis buku berjudul “Ganti Hati” yang diterbitkan tahun 2008 ini dinilai berhasil ketika menjabat Direktur Utama Perusahaaan Listrik Negara (PLN). Keberhasilan itu membawa Dahlan berkantor di Jalan Medan Merdeka Selatan sebagai Menteri BUMN. Sejak dilantik menjadi menteri, Dahlan konsisten melaksanakan beberapa program pengelolaan BUMN. Kepemimpinannya pula yang membuat masyarakat menilai BUMN sekarang ini bersih dari korupsi.

Hal itu menunjukkan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN. Ketika meresmikan dimulainya proses pembangunan pabrik derivat gondorukem-terpentin milik Perum Perhutani, di kampung Bojongbata, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, 25 Juni 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, Perum Perhutani harus dipaksakan untuk bergerak, hidup, dan terus berkembang. “Kalau tidak dipaksakan, kadang kita malas berubah. Kalau tidak dipaksakan, kadang kita tidak mau maju. Karena itu harus dipaksa,” tegasnya saat itu. Kepada Perum Perhutani, ketika itu Dahlan Iskan juga memberikan tugas khusus. Menurut dia, harus ada proyek yang seharusnya ada, tetapi sekarang ini belum ada. Yaitu membangun pabrik sagu di Papua. Hal itu terkait dengan program pemerintah untuk memenuhi keanekaragaman pangan Nusantara. Juga rencananya untuk menggabungkan beberapa perusahaan BUMN di bidang kehutanan menjadi satu di bawah satu manajemen yang dikendalikan oleh Perhutani. Tanggal 6 Januari 2013, Dahlan Iskan sengaja blusukan di hutan petak 261, RPH Bendosewu, BKPH

Tritik, KPH Nganjuk. Di sana, ia terkesan pada pengembangan tanaman porang yang banyak tumbuh di hutan Nganjuk dan dibudidayakan warga sekitar di hamparan lereng Gunung Pandan Bendoasri. Ia juga memuji teknik trubusan dalam pengelolaan hutan jati yang dikembangkan di KPH Nganjuk. Di tengah kesibukannya yang padat, Dahlan tak pernah lupa menjaga kebugaran tubuhnya. Setiap pagi selepas subuh, ia selalu melakukan senam dan jalan pagi di seputar Monumen Nasional (Monas). Dan di suatu pagi Jumat, 12 April 2013, Duta Rimba pun berkesempatan mewawancarai khusus Menteri BUMN ini seusai ia senam pagi. Lelaki bersahaja yang pernah menjalani operasi cangkok hati di China itu terlihat begitu semangat, gemulai, dan lentur melakukan gerakan-gerakan senam. Apalagi, posisinya di barisan senam pagi itu dikelilingi sejumlah ibu-ibu. Sementara asisten dan stafnya yang laki-laki tampak juga ikut senam di barisan belakang. Begitu populisnya Dahlan kembali terlihat ketika di awal wawancara tersebut, seorang laki-laki muda menyapanya dan mengatakan

DUTA Rimba 59


bahwa ia adalah seorang “Dahlanis”. Maksudnya, ia adalah salah satu fans Dahlan Iskan. Di tengah wawancara berlangsung pun datang tiga orang pria yang mengaku dosen sebuah perguruan tinggi di Garut yang datang bersama dua mahasiswanya. Rupanya mereka telah ada di Jakarta sejak sehari sebelumnya dan khusus datang untuk menemui Pak Menteri, untuk melaporkan kegiatan “Mahasiswa Membangun Desa”, yang merupakan kelanjutan program PKBL yang digulirkan Kementerian BUMN. Dahlan pun antusias membaca laporan dan melihat foto-foto kegiatan itu, kemudian mengajak dosen dan mahasiswanya itu ke kantornya, untuk bicara lebih banyak. Tetapi yang paling menarik, saat Duta Rimba akan mengakhiri wawancara, datang seorang ibu paruh baya yang menyatakan punya tiga orang anak dan butuh modal usaha. Dahlan yang sudah akan masuk ke dalam mobil pun berhenti dan bertanya, “Butuh modal untuk apa?” Ibu itu menjawab, “Dagang.” “Pernah dagang?” tanya Dahlan. Sang ibu menjawab, pernah tetapi kini ia kehabisan modal karena tersedot oleh kebutuhan ekonomi keluarganya. Dahlan lalu merogoh sakunya, mengeluarkan dompet, dan memberikan sejumlah uang kepada ibu itu, seraya berkata, “Datang saja ke kantor saya. Nanti kita bicarakan apa yang bisa dikerjakan.” Hal itu selain menunjukkan sosok Dahlan yang populis, jauh dari stereotype pejabat yang sulit dijumpai masyarakat umum, dan betapa rakyat kecil percaya kepadanya. Lihatlah, betapa sang ibu paruh baya itu begitu percaya bahwa ia dapat berkeluh kesah kepada seorang menteri. Dan betapa ibu itu percaya bahwa Dahlan bisa mengatasi masalah yang ia hadapi. Di kesempatan wawancara

60 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

SOSOKRIMBA

khusus dengan Duta Rimba itu, Dahlan Iskan mengkritisi proses transformasi di tubuh Perum Perhutani yang ia nilai kurang cepat. Ia juga mengharapkan Perhutani mampu mensinergikan sukses di sektor hulu dengan hilir, kendati ia menyebut proses itu tidak mudah. Butuh kerja keras yang luar biasa. Apa lagi pendapatnya tentang Perum Perhutani? Simak petikan wawancaranya berikut ini. Bagaimana Bapak melihat proses transformasi di tubuh Perhutani untuk berubah dari kultur birokrat ke kultur korporat? Menurut saya kurang cepat. Seharusnya bisa lebih cepat dari ini. Jadi apa yang harus dipacu? Begini. Kultur itu bisa tercipta kalau pimpinan tertingginya sangat konsisten, lalu banyak turun ke

bawah, kemudian hal itu menular ke level tertinggi yang berikutnya, yang dilakukan secara konsisten juga, kemudian hal itu mengalir lagi ke bawah. Sehingga, memang kalau kita bicara mengenai transformasi, untuk bisa melaksanakan transformasi dengan baik itu harus dimulai dari atas. Maka, yang posisinya di atas harus bekerja lebih keras daripada yang di bawah, harus bekerja lebih lama daripada yang di bawah, harus lebih bersih daripada yang di bawah, harus lebih clean daripada yang di bawah, dan harus lebih efisien daripada yang di bawah. Tanpa itu semua, maka proses transformasi itu tidak akan berhasil. Pendapat Bapak tentang sektor hilir yang sedang digencarkan Perhutani dengan membangun beberapa pabrik pengolahan sumber daya hutan?

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


harus dipaksa untuk maju? Ya. Dipaksa untuk maju kan tidak harus ke hilir. Tidak harus ke hilir.

Dok. Humas PHT

Kalau begitu apa tanggapan Bapak terhadap sektor hulunya? Saya melihat makin lama makin tertib.

Menurut saya, (proses hilirisasi itu) tetap tidak gampang. Karena, kebiasaan Perhutani selama ini yang bergelut dengan tanaman jangka panjang, dan dengan tanaman keras. Hal itu sangat bertolak belakang dengan kultur industri hilir. Perbedaannya? Industri hilir itu harus cepat, non stop, perfect, dan seterusnya. Selain itu, juga perputarannya sangat cepat. Sehingga, saya melihat hal itu tidak gampang. Itu bukan transformasi. (Tetapi) Itu adalah dua industri yang berbeda. Di satu sisi, industri hulu dengan tanaman keras yang sangat berbeda karena merupakan tanaman jangka panjang dengan perilaku yang berbeda dengan industri hilir di sisi lain yang sangat-sangat berbeda (perilakunya). Di situ (sektor hilir, red) dibutuhkan manusia-manusia industri. Sementara di pengelolaan

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

tanaman itu dibutuhkan manusia ahli tanaman. Dan itu sangatsangat berbeda. Saya tidak tahu bagaimana manajemen Perhutani bisa mengatasi bentrokan kultur ini. Tentu saja bukan tidak bisa! Pasti bisa! Tetapi diperlukan effort yang luar biasa dan diperlukan juga pembedaan (perlakuan) yang juga luar biasa. Perlu kerja keras. Karena, kultur tanaman keras jangka panjang itu sangat bertolak belakang dengan kultur industri. Itu sangat bertolak belakang. Sementara Perhutani mau menyatukan dua hal ini. Saya tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak. Tetapi kalau sudah ditekadkan, ya terserah. Itu silakan diteruskan. Tetapi saya sangat mengkhawatirkan hal itu. Tetapi bukankah saat meresmikan Pabrik Derivat Gondorukem di Pemalang, Bapak sendiri mengatakan, Perhutani

Di masa awal reformasi banyak hutan yang dijarah sehingga gundul. Bagaimana Bapak melihat itu? Ya, itu adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari dan hal itu terjadi di manapun. Tetapi kan lantas saya melihat, makin lama makin tertib. Kemudian, Perhutani juga menemukan banyak teknologi (tentang) bagaimana menanam lebih cepat, bagaimana (tanaman) bisa tumbuh lebih cepat. Bahkan, saya melihat misalnya jati di Nganjuk itu tidak perlu menanam lagi tetapi memanfaatkan dari semacam ratoon (trubusan, red) tetapi dengan menerapkan perilaku khusus. Itu menurut saya adalah penemuan yang hebat. Menurut saya, hal-hal yang seperti itu harus digenjot. Apa tantangan untuk Perhutani di masa depan? Tantangan yang terdepan tetap adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia di Perhutani yang begitu luas dan begitu banyak ini. Kemudian, kulturnya juga harus terus bertransformasi. Lalu juga bagaimana meningkatkan kinerja agar sukses di hulu. (Sukses di hulu) Ini bukan sekadar hulu, ya. Tetapi hulu yang sifatnya tanaman jangka panjang. Dan bagaimana mensinergikan hal itu dengan yang di hilir. Bagaimana dengan SDM-nya? Oh, itu urusan manajemen Perhutani. • DR

DUTA Rimba 61


WARISANRIMBA

Dok. Humas PHT

Jati Papak

Pusat Bumi di Ujung Timur Pulau Jawa Selain keindahan alamnya, Pulau Jawa dianugerahi rekam jejak sejarahnya yang sangat panjang. Di pulau ini pula muncul kerajaan dan kesultanan besar Nusantara, seperti Tarumanegara, Singosari, Majapahit, Pajajaran, Demak, Mataram, Cirebon, Yogyakarta, Banten, dan lain sebagainya. Peradaban besar masyarakat Pulau Jawa melahirkan banyak destinasi menarik yang sarat kekayaan sejarah. Di antaranya adalah Jati Papak, sebuah warisan rimba yang memiliki daya magis nan mempesona.

62 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


orang untuk melakukan ziarah. Sebagai tujuan wisata ziarah, Jati Papak dikunjungi banyak orang dari beragam suku, budaya, dan agama. Terutama mereka yang masih kuat memegang tradisi kejawen. Konon, di tempat inilah ‘pusat bumi Nusantara’ itu berada. Jati Papak tidak hanya dikunjungi warga sekitar yang mayoritas penganut agama Islam, penganut agama lain pun kerap mengunjungi petilasan yang diyakini bertalian erat dengan Wali Songo itu. Untuk merawat petilasan itu, warga sekitar hutan dari lintas agama secara rutin menggelar ritual. Di antaranya ritual murwokolo tikus yakni upacara untuk mengusir hama tikus. Pernah di tahun 2004, warga juga sempat menggelar upacara Raja Sunya untuk meminta berkah keselamatan. Selain warga lokal, beberapa umat Hindu dari Bali juga pernah ikut dalam upacara Pakelem. Mereka sengaja datang untuk ikut memohon kerahayuan jagat.

J

ati Papak adalah nama yang disematkan kepada sebongkah potongan pohon jati. Namun rupanya, Jati Papak bukan sembarang nama, melainkan nama yang disematkan masyarakat setempat setelah memperhatikan kisah yang melatarinya. Bahkan, bagi sejumlah kalangan, Jati Papak memiliki kekuatan magis yang luar biasa, sehingga banyak dikunjungi

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Ritual Bhakti Pakelem Ritual upacara Bhakti Pakelem yang dilakukan warga paguyuban desa adat Tegaldlimo di laut Larangan, Alas Purwo, Banyuwangi, ditujukan untuk memohon kerahayuan jagat nusantara. Kegiatan ini dihadiri lima perwakilan dari lima agama. Mereka berdoa bersama meminta berkah keselamatan bumi pertiwi. Upacara diawali dengan melaspas petilasan Jati Papak di kawasan Alas Purwo. Kegiatan ini dipuput Ida Pandita Rsi Bhagawan Sila Dharma dari Griya Sading. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dari masing-masing perwakilan agama. Meski sederhana, upacara ritual ini berlangsung khidmat. Bhakti Pakelem biasanya dilaksanakan sekitar pukul 19.00 WIB. Dua perahu berukuran sedang yang mengangkut sesajian dan umat

akan bergerak pelan menuju laut Larangan. Kawasan ini termasuk areal taman nasional Alas Purwo. Laut Larangan adalah tempat paling angker yang diyakini menjadi salah satu pusat bumi Nusantara. Adapun wewalungan yang digunakan di antaranya seekor penyu, kambing, ayam, angsa, dan beraneka jenis bebantenan. Upacara Bhakti Pakelem sengaja dipusatkan di kawasan Jati Papak yang diyakini sebagai peninggalan zaman Majapahit. Di tempat ini terdapat akar pohon jati berukuran besar. Konon, pohon jati ini digunakan sebagai tiang di Masjid Agung Demak yang dibangun sekitar tahun 1478. Sementara pucuknya ditanam di Pura Puncak Jati, Jembrana. “Ini adalah peninggalan sejarah dan memiliki kekuatan besar. Di sinilah kita berdoa untuk memohon hayuning jagat atau kerahayuan jagat nusantara,” kata sesepuh Alas Purwo, M. Soegondo, seperti dilansir Bali Post.com pada 21 Desember 2006. Petilasan Jati Papak pertama kali ditemukan sekitar tahun 1995. Kala itu seorang pejabat Kehutanan bernama Ir. Helmi melihat sebuah sinar keluar dari kawasan itu. Warga sekitar akhirnya berusaha mencari sumber sinar tadi. Setelah ditemukan ternyata sebuah papak (akar-red) berukuran besar. Jati Papak mulai dipelihara dan dilestarikan sekitar tahun 1997. Meski letaknya di dalam hutan, warga yang tangkil tidak pernah sepi. Kini, petilasan Jati Papak masuk ke dalam kawasan hutan ritual di petak 123B, RPH Kedunggebang, BKPH Blambangan, KPH Banyuwangi Selatan. Bersama masyarakat setempat, Perhutani menjaga petilasan Jati Papak sebagai simbol budaya yang harus dilestarikan. • DR

DUTA Rimba 63


Dok. Humas PHT

WARISANRIMBA

Legenda Jati Papak

A

lkisah, ketika Wali Songo hendak mendirikan masjid di tanah keraton Demak, para wali bermusyawarah hingga berkalikali namun tidak ada hasilnya. Musyawarah itu hanya menghasilkan perdebatan dan pertengkaran satu sama lain. Melihat kejadian itu, Sunan Kalijaga pun bersemedi memohon petunjuk kepada Yang Maha Memberi Kehidupan. Di dalam semedinya, ditunjukkan kepada Sunan Kalijaga bahwa masjid bisa dibuat di Rawa Bintara. Para Wali beradu kesaktian menimbun danau yang akan dipakai sebagai lokasi masjid sambil dibantu para pengikutnya. Dalam situasi itu Sunan Kalijaga disindir karena beliau tidak ikut kerja bakti. Sindiran itu membuat Sunan Kalijaga marah. Karena sebenarnya beliau tengah mengupayakan suatu pekerjaan yang lebih penting dan tidak diketahui orang lain. Saat semua orang sibuk bekerja, malam itu Sunan Kalijaga melakukan sembahyang yang

64 DUTA Rimba

diteruskan dengan bersemedi. Di tengah semedinya Sunan Kalijaga diberi petunjuk atau wangsit supaya ia bertanya kepada Prabu Kertabumi. Karena Sunan Kalijaga adalah satusatunya keluarga Kerajaan Brawijaya yang memeluk agama Islam dan dinobatkan sebagai Senopati. “Sebagai tempat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” jawab Sunan Kalijaga saat ditanya Prabu Kertabumi. Mendengar jawaban itu, Prabu Kertabumi mengambil tanah keraton satu genggam. Prabu Kertabumi meminta Sunan Kalijaga agar tanah itu ditaburkan di tengah rawa pada malam Jumat Kliwon dan tidak boleh ada seorangpun yang mengetahuinya. Menjelang fajar, orang-orang melihat rawa Bintara sudah menjadi tanah yang rata. Bagai disambar petir, semua orang menjadi bingung dan ingin mengetahiu siapa yang bisa meratakan rawa dalam satu malam. Semua Sunan langsung menyangka kalau itu semua adalah pekerjaan Sunan Kalijaga dibantu Sunan Kuning.

Akhirnya para Sunan bersepakat untuk mendirikan masjid di tempat itu dan bersepakat bahwa untuk membangun masjid dibutuhkan satu batang pohon jati. Namun, di mana ada kayu jati satu pohon bisa membuat sebuah masjid? Seberapa besarnya? Dan di hutan manakah adanya? Sekali lagi Sunan Kalijaga bertanya kepada Prabu Ketabumi. Hasilnya, beliau disuruh berjalan ke sebelah timur, di ujung Pulau Jawa di tepi laut Hutan Purwa. Di sana beliau disuruh mengambil kayu dari pohon jati yang umurnya lebih dari 700 tahun. Bagaimana besarnya pohon jati itu? Sebagai gambaran, pohon jati yang besarnya satu pelukan orang dewasa, umumnya berumur 100 tahunan. Jadi untuk pohon jati berumur 700 tahun maka Sunan Kalijaga harus mencari pohon jati yang besarnya tujuh kali pelukan orang dewasa. Para Sunan pun berangkat berjalan ke arah timur melewati pantura mencari pohon jati itu sambil menyebarkan agama Islam.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Yang menjadi penunjuk arah adalah Sunan Giri. Ketika sampai di Kerajaan Blambangan, para Sunan mengemukakan maksud bahwa kedatangan mereka adalah untuk menyebarkan agama Islam. Maksud itu tidak serta merta diterima, bahkan menjadi perdebatan di masyarakat. Tapi karena kepandaian para Sunan berdiplomasi, akhirnya sebagian masyarakat menerimanya, meski belum semuanya. Masyarakat yang masih memeluk agama Hindu, akhirnya menyingkir ke pinggir laut di arah Timur dan menetap di sana. Tempat menetap masyarakat ini kemudian disebut Desa Gelondhong. Sementara masyarakat Hindu yang lari ke arah gunung menjadi Suku Tengger. Singkat cerita, lama kelamaan pengikut para Sunan di Blambangan bertambah banyak. Sambil dibantu para pengikutnya, para Sunan tetap mencari pohon jati yang menjadi tujuan utamanya. Ketika menemukan pohon jati itu, semua bergotong royong untuk menebangnya. Namun, sudah berhari-hari lamanya pohon jati itu ditebang, tetap saja pohon jati itu tidak bisa roboh. Biarpun kelihatannya hanya sbuah pohon dan yang menebang itu para Wali

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

dengan kesaktiannya, tetap saja pohon jati itu tidak bisa roboh. Akhirnya Sunan Kalijaga turun tangan untuk memudahkan penebangan pohon tersebut. Saat malam tiba, Sunan Kalijaga bersemedi meminta petunjuk kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam semedinya beliau diperintahkan supaya menghadap Prabu Kertabumi. Karena sudah medapat perintah, langsung dengan kesaiktiannya ia menghadap Prabu Kertabumi. Sesudah menceritakan kejadian yang sebenarnya, Sunan Kalijaga bersama Prabu Kertabumi diperintahkan membuat welad untuk memotong pohon jati itu di tengah malam Jumat legi tanpa ada yang tahu. Setelah dilaksanakan, pagi-pagi pohon jati itu sudah roboh dan tidak ada seorangpun yang tahu kapan dan bagaimana proses robohnya pohon tersebut. Saat melihat kayu jati itu roboh, orang-orang sudah tidak begitu kaget lagi, karena sudah bisa menduga siapa yang merobohkan. Hanya yang diherankan, bekas potongan bonggolnya itu rata, seperti dipapak. Akhirnya tempat itu lama-kelamaan dinamai “Jati Papak”.

Setelah itu, semua orang bergotong royong memotong pohon jati untuk dibawa ke Rawa Bintara. Supaya tidak kesulitan membawa kayu tersebut, dibuatkan rakit dari kayu itu dan dihanyutkan di laut utara. Setelah semuanya selesai, sebelum naik ke rakit, semua orang di tempat itu mengadakan selamatan dengan berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena kejadian itu, sampai sekarang tempat itu dinamakan Jati Papak. Tempat itu hingga kini diyakini memiliki karomah, kekeramatan dan kelebihan lain, sehingga didatangi banyak orang untuk berdoa, bersemedi, dan lain-lain, terutama pada malam Jumat legi. Semua orang yang datang memiliki tujuan yang sama, yaitu menghadap, berpasrah diri memohon ridha Tuhan. Bahkan kini, Jati Papak menjadi pintu masuk Hutan Purwa. Setiap orang yang akan masuk ke Hutan Purwa harus melewati Jati Papak. Dan sejatinya, “hati harus dipapak”. Artinya, semua keinginan hati harus sesuai (dengan ajaran-Nya), tidak boleh hanya memikirkan urusan duniawi semata. • Diterjemahkan dari “Legendha Jati Papak” (http://basausing.wordpress.com).

DUTA Rimba 65


LINTASRIMBA

Menteri BUMN, Dahlan Iskan, terkesan melihat petani-petani di sekitar area hutan wilayah KPH Nganjuk. Hidup di wilayah yang dikelilingi hutan tak lantas membuat warga desa itu tertinggal. Mereka justeru punya andalan di sektor pertanian melalui budidaya tanaman porang. Budi daya umbi-umbian yang belum banyak dilirik orang itu ternyata justeru mampu menyokong perekonomian masyarakat setempat.

T

anggal 6 Januari 2013. Pagi itu Menteri BUMN, Dahlan Iskan, sengaja blusukan di hutan petak 261, RPH Bendosewu, BKPH Tritik, KPH Nganjuk. Satu-satunya akses menuju petak 261 itu adalah jalan makadam berbatu. Namun, tak menghalangi langkah sang menteri untuk datang. Di dalam kunjungan itu Dahlan didampingi sejumlah pejabat dari kementerian BUMN, Asdir RUPHR, dan Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur beserta jajarannya. Dahlan sengaja ke sana untuk melihat satu jenis tanaman yang membuatnya penasaran, yaitu porang. “Saya sebenarnya sudah tahu porang sejak jadi wartawan dulu, “ ujarnya sambil mengamati bentuk anatomi tumbuhan umbi-umbian tersebut. Dahlan juga tahu, porang yang disebut punya nilai ekonomis tinggi itu banyak tumbuh di hutan Nganjuk. Tanaman jenis umbi-umbian itu sudah lama tumbuh dan dibudidayakan warga sekitar di hamparan lereng Gunung Pandan Bendoasri. Namun, baru kali itu ia berkesempatan melihatnya secara langsung di lokasi. Ia

66 DUTA Rimba

pun berniat membudidayakan porang di daerah lain. Selain melihat langsung lokasi tanaman porang, Dahlan juga menggali informasi langsung dari petani setempat. Ia mendapat informasi bahwa KPH Nganjuk mengalami kesulitan dalam pembuatan tanaman di dalam areal petak-petak hutan, banyaknya tanah kosong, serta tegakan yang tinggal tunggak-tunggak belaka akibat pencurian kayu. Menyikapi hal itu, di tahun 2003 Ir. Suwarno, Administratur KPH Nganjuk saat itu, mengambil langkah mengembangkan trubusan. “Masalahnya cuma dengan pihak bank, pak “ ujar Sawiji (45) kepada Dahlan. Pagi itu petani hutan asal Desa Tritik, Kecamatan Rejoso ini, bersama puluhan rekannya berkesempatan mengobrol santai dengan Dahlan. Mereka duduk melingkar di dalam gubug kayu di salah satu sudut hutan. Pak Menteri langsung mengernyitkan dahi. Ia tampak tak paham maksud Sawiji. Apalagi, Sawiji lalu berkata lebih gamblang, masalah dengan bank itu terkait sertifikat

Dok. Humas PHT

Kiprah Petani Porang di Lahan Perhutani Curi Perhatian Menteri BUMN

tanah yang digadaikan. Dahlan segera menyanggah, “Lho, ini kan tanah Perhutani, kok bisa digadaikan?” Tak disangka, pertanyaan Dahlan itu disambut gelak tawa puluhan petani yang mengelilinginya. Dahlan baru menyadari jika ia telah dikerjai. Sawiji dan rekan-rekannya hanya bercanda menyebut tanah telah digadaikan. Maksudnya tanah milik mereka pribadi, bukan tanah milik Perum Perhutani Nganjuk yang sedang digarap Sawiji dan rekanrekannya. “Kalau yang ini (tanah Perhutani) ya nggak mungkinlah, pak,” jawab Sawiji sambil tersenyum. Sejak 2003, Perum Perhutani dan para petani di bawah naungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bekerjasama dalam pemanfaatan lahan di bawah tegakan. Salah satunya tanaman porang. Petani bisa menggarap lahan Perhutani KPH Nganjuk seluas 766 hektar. Lahan tersebut merupakan tanah terbuka di sela-sela tegakan jati, sono, maupun jenis lain. Utamanya di hutan Tritik tanaman tersebut banyak tumbuh di hutan lindung. “Saya menggarap lima

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

hektar, Pak,” jawab Rianto (48) ketika ditanya Dahlan luas garapan budidaya porang miliknya. Kini setiap panen porang, Rianto yang sebelumnya hanya menanam palawija di tegalannya, bisa menghasilkan 10 hingga 15 ton porang. Dengan hasil sebanyak itu, Rianto yang biasanya bercocok tanam seorang diri mengaku kewalahan. Ia pun harus mengupah beberapa pekerja tak hanya untuk memanen, tetapi mulai penanaman, pemeliharaan, hingga panen.

Dialog Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan petani porang LMDH Artomoro dan LMDH Tri Mulyo

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

porang dari mentah sampai menjadi tepung porang yang gunanya untuk campuran getuk, sehingga bertahan hingga tiga hari tidak basi, “Bahkan saat ini porang banyak dipesan pengusaha asal Jepang,” tambahnya. Potensi itu dibaca Menteri BUMN sehingga rela blusukan ke hutan untuk menggali langsung informasi tentang budi daya porang dari para petani. Nganjuk dianggap telah bisa lebih dahulu dijadikan rujukan bagi daerah lainnya. Dahlan sudah berencana mengembangkan budi daya tanaman ini di daerah lain. ”Petani di sini (Nganjuk) saya ajak untuk menularkan ilmu kepada petani daerah lainnya,” tandas Dahlan sebelum mengakhiri pertemuan pagi itu. Administratur Perum Perhutani KPH Nganjuk, Yono Cahyono, menyambut baik rencana Menteri BUMN untuk mengembangkan budi daya porang. Menurut dia, lahan hutan di Nganjuk yang telah ditanami porang sudah seluas 766 hektar. Mayoritas berada di kawasan hutan BKPH Tritik. Sisanya ada di Desa Sugihwaras dan Desa Wengkal, Kecamatan Gondang. “Kami juga akan coba mengembangkan tanaman porang seluas kurang lebih 503,9 hektar di BKPH Tritik, BKPH Tamanan, BKPH Berbek, BKPH Bagor, dan BKPH Wengkal,” tandasnya. • Humas KPH SRD/Ida

Foto Bersama di Petak 56b RPH Bendosewu BKPH Tritik

Dok. Humas PHT

Menteri BUMN Dahlan Iskan di lokasi Tanaman Porang 261 RPH Bendosewu BKPH Tritik KPH Nganjuk

Setiap hektar lahan yang ditanami porang bisa menghasilkan kira-kira 4 ton panenan. Harga umbi porang di pasaran sekitar Rp 3.000 per kilogram. Sekali panen Rianto bisa mendapatkan Rp 36 juta. Ini masih diuntungkan lagi karena pemanfaatan lahan milik Perhutani yang dipakai secara cumacuma. “Syaratnya jangan merusak kelestarian hutan milik negara,” terang Yono Cahyono, S.Hut. Administratur Perum Perhutani KPH Nganjuk. Hasil panen porang selalu dicari dan diburu orang, terutama untuk kebutuhan bahan baku industri. Sehingga, para petani porang tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku di pasaran. Beberapa contoh industri yang memanfaatkan bahan baku umbi porang yaitu sebagai lem, campuran kertas agar kuat dan lemas, pengganti selulosa tumbuh mikroba, pengganti selulosa dalam film, isolator listrik, dan masih banyak lagi. Bahkan porang berkhasiat bagi kesehatan tubuh, yaitu dapat mengurangi kadar kolesterol darah, memperlambat pengosongan perut, dan mempercepat rasa kenyang, sehingga cocok untuk makanan diet bagi penderita diabetes, serta untuk bahan olahan makanan. Di dalam dialog itu juga hadir Kasim, kepala pabrik pengolahan porang milik Perhutani di Pare, menjelaskan proses pengolahan

DUTA Rimba 67


LINTASRIMBA

Akhir Januari 2013, Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto, berkunjung ke KPH Nganjuk. Kondisi cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini tak meruntuhkan semangat Dirut untuk langsung melihat potensi SDH serta mengetahui terobosan dari jajaran KPH Nganjuk dalam pengelolaan sumber daya hutan. Apa saja temuannya?

P

agi itu 27 Januari 2013 rombongan Dirut menyusuri jalan makadam menuju petak 56b RPH Bendoasri, BKPH Tritik. Turut dalam rombongan itu, jajaran Direksi Perum Perhutani, Wakanit II, Kepala Biro, dan Administratur wilayah administratif Kabupaten Nganjuk. Setiba di petak 242, RPH Kedungrejo, BKPH Tritik, Dirut berhenti, melihat hamparan porang di sana. Sebagai tanaman hijau sejenis umbi-umbian yang tumbuh baik di bawah naungan dan tak butuh pemeliharaan intensif, porang sangat cocok dikembangkan di lahan Perum Perhutani. Dari petak 242, rombongan menuju petak 56b RPH Bendosewu, BKPH Tritik, untuk melihat upaya Perhutani KPH Nganjuk merehabilitasi tanaman tanpa mengulangi kembali sebagai tanaman baru. Upaya yang

68 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Aktivitas Dirut di Kawasan Hutan Nganjuk

Dirut Perum Perhutani, Bambang Sukmananto, di petak 56b RPH Bendosewu BKPH Tritik (Tanaman Trubusan), didampingi Wakil Kepala Unit II Jawa Timur (Ir. Lukman Imam Safi'i) dan Adm/KKPH Nganjuk (Yono Cahyono S.Hut).

kemudian dikenal sebagai teknik “trubusan” ini sangat penting untuk menyikapi kondisi hutan yang menghadapi kesulitan pembuatan tanaman di dalam areal petak-petak hutan, banyak tanah kosong, serta tegakan yang tinggal tunggaktunggak akibat pencurian kayu. Bambang memuji trubusan yang ia sebut merupakan langkah yang perlu dikembangkan. Dirut berharap, daerah-daerah yang memerlukan investasi biaya besar bisa melakukan trubusan jati. Apalagi, tanaman dengan teknik trubusan ini tumbuh bagus di umur 2 bulan, tak butuh waktu lama, serta masih ada penghematan dari sisi tanaman. Dirut pun bertanya, mengapa ide seperti ini tidak dijalankan sejak dulu. “Opslag culture (Trubusan jati) dilakukan sesudah penjarahan hutan. Melihat kegiatan tanaman begitu banyak dan cash flow kita terbatas, tahun ini rencananya dikembangkan lebih kurang 4.358,9 hektar tetapi yang dapat ditrubus sebanyak lebih kurang 590,6 hektar di seluruh Perum

Perhutani Unit II Jawa Timur. Batasan untuk pertumbuhannya sampai dengan masa tebang kira-kira 10 tahun dan pelaksanaan trubusan dapat sekitar 2 kali perlakuan. Setelah itu dilakukan pembersihan lahan untuk mengawal tanaman baru, sehingga meminimalkan biaya tanaman maupun tebangan tetapi tetap mampu memberikan tambahan kontribusi pendapatan secara maksimal bagi Perusahaan,” jelas Wakanit II Jawa Timur, Lukman Imam Syafi’i. Setelah melihat trubusan jati, Dirut beserta rombongan menuju Pos Babagan petak 56b RPH Bendosewu, BKPH Tritik. Duduk santai di papan kayu, Dirut berdialog dengan para petani anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang menggarap lahan di bawah tegakan, baik di hutan lindung maupun hutan produksi. Salah satu petani, Riyanto (48), berkisah, sebelum pembentukan LMDH, sebenarnya sudah ada tanaman porang dengan cara tanam swadaya masyarakat setempat.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

Di tahun 2003 kepengurusan dan anggota LMDH Arto Moro Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, dibentuk. Lewat lembaga itu, setiap penggarap dibagi per kelompok (Andil), selalu berkoordinasi, dan lahan dibagi sesuai kemampuan masyarakat sendiri-sendiri. Bambang pun bertanya, berapa ton yang dihasilkan tanaman porang dalam satu tahun dan bagaimana bagi hasilnya. Hartoyo (35) menjawab, sehubungan sudah ada tanaman porang yang selalu tumbuh dengan sendirinya, dalam setahun sekali panen menghasilkan kira-kira 6 ton setiap 1 hektar dengan nilai uang Rp 15 juta, dari harga rata-rata Rp 2.500 per kilogram. Jika dilakukan secara intensif, tanaman porang dengan lahan di bawah tegakan jati atau lindung yang jalannya tidak begitu rapat masih bisa masuk bahkan di bawah tanaman sono, akan menghasilkan kira-kira 12 sampai 15 ton per hektar. Setelah cukup lama berdiskusi dengan para petani porang, Dirut dan rombongan berfoto bersama, lalu melanjutkan kunjungan dengan melihat tanaman porang di petak 262, RPH Bendosewu, BKPH Tritik. “Sekarang Perhutani mulai menjajaki Porang untuk dikembangkan menjadi industri besar yang bisa diekspor, dan mewujudkan ketahanan pangan melalui tanaman asli wilayah. Untuk itu kita harus mencermati pola perdagangan, distribusi, dan kondisi sosial masyarakat yang telah ada sebelum melangkah lebih lanjut,” Kata Bambang Sukmananto. Dirut lalu melanjutkan kunjungan hari itu ke RPH Klangon BKPH Pajaran KPH Saradan. Dirut melihat porang (Amorphopallus onchopillus) menjadi komoditi andalan program Pemanfaatan Lahan Di bawah Tegakan (PLDT)

Dirut didampingi Adm/KKPH Nganjuk di lokasi tanaman porang petak 242, RPH Kedungrejo BKPH Tritik

di wilayah KPH Saradan. Tanaman itu telah dikembangkan penduduk Desa Klangon sejak 1986 dan sampai sekarang berkembang pesat. Sejarah budi daya porang di KPH Saradan dimulai di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Masyarakat Desa Klangon mengenal porang seperti tanaman iles-iles lainnya (Suweg, Walur, dan lain-lain) yang tumbuh liar di hutan, kebun dan pekarangan yang ternaungi pohon. Sekitar tahun 1975, Porang dikenalkan oleh pedagang dari Nganjuk sebagai umbi yang memiliki nilai yang menguntungkan, sehingga masyarakat lalu beramai-ramai mengeksploitasi porang yang tumbuh liar di hutan. Akhirnya, persediaan tumbuhan tersebut di hutan pun kian berkurang. Karena persediaan umbi porang semakin lama semakin berkurang sedangkan kebutuhan pasar masih besar, tahun 1984 masyarakat coba membudidayakannya di bawah tegakan Sono dan Jati di lahan hutan Perum Perhutani KPH Saradan. Di tahun 1987, dilakukan panen raya porang pertama dan memberikan keuntungan yang tinggi bagi masyarakat Klangon. Karena karakteristik tanaman Porang bisa

bersimbiosis mutualisme dengan tanaman hutan, bernilai ekonomi dan sosial yang tinggi, tahun 1988 Perum Perhutani mengizinkan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Rino Kartiko yang beranggotakan 18 orang untuk membudidayakan Porang dalam skala besar, khususnya di bawah tegakan Sono dan Jati berumur 40 tahun ke atas. Tahun 2001 program PHBM di Desa Klangon mulai dirintis, dan tahun 2005 telah dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama PHBM antara Perhutani KPH Saradan dengan LMDH Pandan di hadapan Notaris. Objek kerjasamanya meliputi seluruh aspek pengelolaan sumber daya hutan, mulai perencanaan, persemaian, tanaman, pemeliharaan, keamanan, produksi, dan pemasaran hasil hutan, serta kegiatan agribisnis antara lain penanaman porang, jagung, emponempon, dan lain-lain. Di tahun 2011 dan tahun 2012, budi daya porang telah menyebar di 3 BKPH yaitu BKPH Pajaran, BKPH Tulung, dan BKPH Kedungbrubus, dengan luas 1.015,5 hektar, menghasilkan produksi 925.368,5 kg dan menyerap tenaga kerja 2.365 orang. • Humas KPH SRD/Ida

DUTA Rimba 69


LINTASRIMBA Perhutani Menambah Perolehan Sertifikat FSC KBRN, Jakarta: Sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable Forest Management) standard internasional Forest Stewardship Council (FSC) bertambah lagi di dua unit manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani. Pada hari Senin (8/4/2013), Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani menerima dua buah Sertifikat FSC yang dikeluarkan oleh SGS Qualifor untuk KPH Madiun dan KPH Banyuwangi Utara Perhutani Unit II Jawa Timur. Sertifikat Sustainable Forest Management FSC diserahkan oleh Shashibushan Jogani Bussiness Manager SGS Indonesia. Sebelumnya, di tahun 2011, Sertifikat SFM-FSC diperoleh KPH Kendal dan KPH Kebonharjo melalui Woodmark, disusul KPH Cepu, KPH Randublatung dan KPH Ciamis tahun 2012. Bambang Sukmananto menyampaikan apresiasi kepada sembilan unit manajemen atau KPH penerima sertifikat FSC atas kerja keras mereka. Prinsip Pengelolaan Hutan Lestari di Perhutani menjadi kewajiban bagi semua unit manajemen lapangan, tidak terkecuali apakah unit manajemen tersebut akan dilakukan audit sertifikasi atau tidak. • Disarikan dari rri.co.id., 8 April 2013

Perhutani Siap Mandiri Energi JAKARTA–Perum Perhutani tengah bersiap untuk mandiri energi dengan melakukan pengembangan energi listrik terbarukan melalui energi air, energi matahari, dan energi biomassa, yang diperkirakan dapat mulai dibangun pada medio 2014—2015. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengku proyek tersebut belum akan mulai dibangun pada tahun ini, tetapi dia optimistis proses feasibility study dapat mulai dilakukan pada akhir tahun ini setelah pendataan potensi selesai. “Ini rencana jangka panjang karena juga membutuhkan investasi yang cukup besar. Rencananya kami akan usahakan agar energi ini akan dipakai untuk Perhutani sendiri supaya kita tidak perlu lagi bergantung pada PLN [PT Pembangkit Listrik Negara] dan minyak bumi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/4). Selanjutnya, apabila energi yang dihasilkan dapat melebihi kapasitas kebutuhan seluruh lini bisnis Perhutani, maka kelebihan energi rencananya akan disalurkan bagi kebutuhan masyarakat sekitar, atau pun dijual kepada PLN. Bambang menilai hal ini menjadi krusial mengingat tingginya kebutuhan

energi di Indonesia yang belum dapat dipenuhi oleh PLN. Belum lagi persoalan energi tidak terbaharukan seperti minyak bumi dan batu bara yang dapat habis, belum termasuk persoalan emisi gas buang yang disisakan. Menurutnya, pengelola energi terbarukan tersebut nantinya bukan Perhutani secara langsung karena Perum ingin fokus pada pengembangan bisnis utama berupa produk hutan baik kayu maupun nonkayu. Nantinya pengelolaan energi tersebut akan dilakukan oleh pihak ketiga. • Bisnis Indonesia, 04 April 2013 Hal. 26

Pabrik Baru Perhutani Beroperasi JAKARTA–Perum Perhutani mulai mengoperasikan pabrik plywood barunya di Kediri, Jawa Timur mulai Maret lalu. Berkapasitas 24.000 meter kubik (m³) per tahun, sebagian besar produk akan diekspor ke pasar Jepang. Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani bilang, 16.800 m³ atau 70% kapasitas adalah untuk ekspor dan 7.200 m³ untuk domestik. “Perhutani sudah tandatangani kontrak jangka panjang dengan buyer Jepang,” katanya, Selasa (2/4). Dengan investasi pembangunan Rp 48 miliar, Perhutani

Ditemukan Bunker Untuk Olah Kayu Ilegal

Waka Administratur Wilayah Utara dan

Sebuah bunker di dalam rumah salah

Selatan pada pagi hari jam 04.00 WIB

seorang penduduk yang digunakan

anggota Polsek Randublatung. Penggeledahan yang dilakukan

didukuh tersebut.

untuk menggergaji kayu serta puluhan

bersama tersebut dilakukan setelah

kayu illegal persegian dan papan tebal

dilakukan pengembangan penyelidikan

pengembangan penyidikan, kayu-kayu

berhasil ditemukan saat dilakukan

serta adanya informasi dari masyarakat

tersebut diangkut dan diamankan di

operasi penggerebegan kayu illegal di

tentang keberadaan penimbunan

TPK milik Perhutani Randublatung,

Dukuh Mapring, Desa kalisari, Kecamatan

puluhan batang kayu jati illegal. Hal

dan tersangka yang berhasil ditangkap

Randublatung oleh jajaran keamanan KPH

itu dijelaskan Administratur KPH

diamankan di Mapolsek Randublatung

Randublatung yang terdiri dari anggota

Randublatung Ir Herdian Suhartono,

untuk mempertanggungjawabkan

Polhutmob, Tim Buser, Personil BKPH

saat memimpin langsung operasi

perbuatannya. • humasperhutanirandublatung.

Kedungjambu dan BKPH Ngliron serta

penggeledahan tersebut didampingi oleh

wordpress.com, 2 April 2013.

70 DUTA Rimba

Untuk penanganan dan

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Perhutani Bangun Pabrik Porang di Blora MADIUN–Perum Perhutani berencana membangun pabrik pengolahan umbi porang atau iles-iles menjadi tepung di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Realisasi pembangunan dimulai tahun 2014. Untuk menunjang pasokan bahan baku pabrik, Perhutani telah menyiapkan 1.200 hektar lahan hutan untuk ditanami porang di bawah tegakan tanaman produksi. “Target produksinya mencapai 16 ton per hektar. Adapun produk yang

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Estafet Semangat Menanam

dihasilkan akan diekspor ke Jepang dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Sekretaris Perusahaan dan Kepatuhan Perum Perhutani, Hari Priyanto, Rabu (27/3/2013) di Madiun. Tanaman porang dipilih untuk dikembangkan karena memiliki potensi pasar yang luar biasa. Tepung porang digunakan sebagai bahan mi ramen atau mie tradisional Jepang, bahan jeli konyaku, bahkan bahan kosmetik. Alasan memilih Kabupaten Blora, karena potensi kawasan hutannya yang luas. Selain itu, kehadiran pabrik ini diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat Blora yang sebagian besar miskin. []KOMPAS. com. 27 Maret 2013.

Tidak mau kalah dengan para seniornya para rimbawan KPH Madura, hari pertama masuk sekolah senin 7 Januari 2013 Siswa/siswi TK Tunas Rimba cabang Madura melaksanakan kegiatan tanam pohon di sekitar sekolahnya. Sorak-sorak dan tawa canda mewarnai acara yang di prakarsai Ketua yayasan TK Tunas rimba Cabang Madura Ny.Murgunadi di bantu para guru pengajar yayasan tersebut, tidak kurang dari 50 bibit pohon di tanam hari ini oleh tangan-tangan mungil penerus estafet perjuangan rimbawan madura, karena bukan tidak mungkin merekalah kelak yang akan menjadi pemimpin dan penerus untuk menghijaukan bumi pertiwi. Di temui terpisah Administratur/ KKPH Madura Ir.Murgunadi MM mengatakan sangat bangga akan semangat menanam yang sudah tumbuh dari siswa/siswi TK Tunas Rimba ini perlu kita jaga agar kelak mereka bisa tumbuh menjadi insaninsan rimbawan tulus yang tangguh yang akan makin mengobarkan semangat juang rimbawan – rimbawan pendahulunya imbuh beliau. • Hms mdr/herman.

Cegah Pencurian, Perhutani Bojonegoro Terjunkan Rimbawan Lensaindonesia.com: Pencurian kayu di wilayah hukum KPH Bojonegoro terus berlangsung hingga saat ini. Meksi tren nya menurun, namun ratusan rimbawan terus diterjunkan untuk mengamankan aset negara tersebut. Menurut ADM Perhutani KPH Bojonegoro Anggar Widyatmoko, kepada LICOM, Minggu (31/03/2013), dalam tahun 2012 kerugian yang dialami Perhutani mencapai Rp 1,2 miliar. Namun jika dibanding tahun sebelumnya, kerugian negara mencapai Rp 1,5 miliar. “Ada penurunan sekitar Rp 300 juta dan Bojonegoro termasuk tertinggi kedua di Jawa Timur untuk tingkat kerawanan pencurian kayu hingga akan terus kita lawan dengan tindakan operasi dan program yang menyentuh para warga di sekitar hutan ,” ujar Anggar. Menurut Anggar, pihaknya melibatkan sekitar 573 polisi hutan dan bekerjasama dengan 69 Lembaga Masyarakat Desa Hutan ( LMDH). • Lensaindonesia.com, 31 Maret 2013

Dok. Humas PHT

mengandalkan pasokan bahan baku kayu sengon dari hutan rakyat sekitar Kediri. Hutan tanaman sengon di Kediri mencapai kurang lebih 9.000 ha. Setiap tahun Perhutani membutuhkan bahan baku untuk plywood sebanyak 48.000 m³ kayu log. Dengan pabrik anyar tersebut Perhutani menghitung akan mendapatkan tambahan pemasukan Rp 74 miliar per tahun. Perhutani menargetkan pendapatan Rp 217 miliar di tahun 2013 ini, naik dari Rp 195 miliar tahun lalu. Selain menggenjot produksi plywood, mulai awal 2014 Perhutani juga akan mengoperasikan pabrik pengolahan gondorukem. Pabrik itu mampu mengolah 72.000 ton gondorukem menjadi 18.000 ton gliserol rosin ester per tahun yang akan dipasarkan ke India, Jepang, Spanyol, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Perhutani memiliki delapan pabrik gondorukem dan terpentin. Bahan baku berasal dari hutan pinus seluas 865.000 ha. Yang sudah menghasilkan 166.000 ha. Pabrik turunan gondorukem menjadi yang pertama bagi Perhutani. Untuk terpentin, dari bahan baku 15.000 ton diolah menjadi cineol, alphapinene, betapinene, dan D-limonene. • Harian Kontan, 4 April 2013 Hal. 17

DUTA Rimba 71


NYATA DALAM

BERKARYA

72 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


LENSA

Perbuatan nyata demi sebuah perubahan yang berarti bagi semua.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 73


Perubahan nyata selalu mengikuti perkembangan serta mampu menyesuaikan keadaan sekitar.

74 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Hasil sebuah perubahan adalah mampu bermanfaat bagi semua.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 75


76 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Melakukan sebuah perubahan yang nyata selalu diiringi dengan rasa suka cita dan tidak melukai siapapun.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 77


Mengintip Tim Sagu Perhutani di Sorong Papua Oleh: Ir Ronald Guido Suitela, MSi

D

alam rapat koordinasi BUMN tanggal 10 Oktober 2012 di Yogyakarta, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa BUMN adalah “tangan kedua” pemerintah dalam proses pembangunan. Tangan pertamanya adalah APBN. Sebagai tangan kedua, maka BUMN dituntut untuk menjadi instrumen ketahanan nasional di bidang pangan, energi dan air, instrument engine of growth – pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dan instrumen kepeloporan dan kebanggaan nasional.

78 DUTA Rimba

Dalam konteks instrumen ketahanan nasional bidang pangan, pada Agustus 2012 Perhutani mendapatkan mandat pemerintah, khususnya Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk membangun industri sagu di Sorong, Papua. Mengapa Papua? Ketika itu disampaikan oleh Dahlan Iskan, bahwa Papua adalah penghasil sagu yang luar biasa tetapi tidak memiliki pabrik pengolah sagu. Akibatnya, harga sagu di Papua menjadi sangat mahal dibanding daerah lain. Seharusnya, sebagai daerah penghasil, masyarakat Papua dapat membeli sagu lebih murah. Siapa Tim Sagu Papua Tentu saja mandat membangun pabrik sagu ini cepat direspon oleh

Dok. Humas PHT

Direksi Perhutani. Bahkan dalam hitungan kurang dari satu bulan sejak instruksi itu, Direktur Utama Bambang Sukmananto didampingi Direktur Perencanaan Sumber daya Hutan Tedjo Rumekso, langsung terbang ke Papua, bertemu dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, dan pemangku kepentingan lainnya. Gerak cepat dan cermat pun dilaksanakan. Tim Sagu Perhutani dibentuk. Lokasi rencana pembangunan pabrik dan areal ditetapkan berdasarkan survey lapangan yaitu di daerah Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan. Untuk luas pembangunan kebunnya tahap awal lebih kurang 16.000 Hektar. Kegiatan yang sedang

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


dalam proses adalah Perijinan dan Kewajiban di antaranya telah diperoleh IUPHHBK (Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu) Hutan Alam dari Bupati Sorong Selatan dan penyusunan AMDAL serta Pemetaaan Hak Ulayat secara partisipatif. Apabila semua proses lapangan termasuk penandaan batas selesai pada tahun 2013 ini, maka pabrik pengolahan sagu akan segera berdiri. Tentu saja Perhutani tetap membutuhkan dukungan dari pihak Pemerintah maupun BUMN lainnya terkait infrastruktur dan energi listriknya. Tim Sagu Perhutani yang bertugas di Papua terdiri: Ronald Guido Suitela (Administratur KKPH

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Telawa), Sem Charles (Asper KBKPH Tobo), Abraham Idorwae (Staf KPH Cepu), Ibnu Basuki (Staf KBM Pemasaran Cepu). Tim ini resmi bertugas sejak 1 Oktober 2012 dan melakukan aktivitas di Jalan Mulia, tepat di depan Bandara Dominic Eduard Osok (Kantor Perhutani Perwakilan Sorong) dan Kantor Perhutani Perwakilan Sorong Selatan di Jalan Dwikora Kel Kaibus Teminabuan (Eks Kantor Dinas Kehutanan Sorong Selatan). Budaya dan Etos Kerja Bekerja di lokasi yang sama sekali berbeda dengan wilayah perdesaan Jawa, bagi Tim Sagu Perhutani merupakan tantangan dan pembelajaran baru. Dalam

banyak hal mereka tidak mengalami kendala ketika berkomunikasi dengan masyarakat lokal. Pola kerja yang selama ini diterapkan Perhutani melalui pengelolaan hutan bersama masyarakat, banyak menginspirasi Tim Sagu Perhutani untuk menjalankan kegiatan-kegiatan diskusi partisipatif dengan warga desa. Ketika ditanya, apa yang membuat Tim Sagu terhenyak ketika baru bekerja di Sorong, serentak dan serempak mereka menjawab, harga barang di Sorong mahal luar biasa dibandingkan di Jawa. Bisa jadi mereka juga harus berlatih makan sagu. Mereka juga minta doa restu dari kawan-kawan Perhutani di JawaMadura agar di tempat kerja baru dapat menuai sukses. • DR

DUTA Rimba 79


ENSIKLORIMBA

Pohon Sono Keling

Pesona Elegan Si Kayu Hitam

P

ohon sonokeling atau dinekal pula dengan nama sanakeling, merupakan jenis tanaman hutan. Selain baik untuk penghijauan, tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena seperti pohon jati, kayu sonokeling tergolong kayu keras dan indah. Keindahan sonokeling diperlihatkan teksturnya, sehingga tak heran kayu jenis ini banyak dimanfaatkan untuk perlengkapan rumah, baik untuk lantai maupun furnitur.

80 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Bagi pecinta furnitur, siapa yang tak kenal sonokeling? Selain jati, salah satu jenis kayu keras yang banyak diburu untuk berbagai kebutuhan properti adalah sonokeling. Kayu yang dihasilkan dari pohon sonokeling atau sanakeling ini diminati banyak kalangan dan budidaya pohonnya pun menjanjikan keuntungan.

Sonokeling merupakan anggota dari suku Fabaceae. Kayunya yang berbobot sedang dan berkualitas tinggi itu dalam perdagangan dikenal sebagai Indian rosewood, Bombay blackwood atau Java palisander (Ingg.), palisandre de l’Inde (Prc.); dalam klasifikasi Indonesia digolongkan sebagai

kayu sonokeling. Di Jawa, dikenal varian yang dinamai sonobrit dan sonosungu. Sonokeling menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya. Budidaya Sonokeling terhitung investasi jangka panjang, yakni di atas 10 tahun. Namun, saat ini kayu Sonokeling muda juga sudah banyak

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


digunakan. Kayu muda ini biasanya dirajang atau dijadikan bahan pembuatan lantai kayu. Semakin tua pohonnya, harga kayunya pun semakin mahal. Waktu panen kayu sonokeling yang paling ideal agar kualitas kayunya maksimal adalah setelah pohon berusia 20 tahun. Namun, bisa saja pohon dibiarkan terus bahkan sampai 50 tahun. Semakin tua usianya, harga kayunya semakin tinggi.

Harga bibit sonokeling bervariasi, tergantung ukuran. Bibit setinggi 30 cm dijual Rp 2.000, sedangkan yang setinggi dua meter Rp 50.000 per bibit. Pohon sonokeling berwarna hitam paling banyak dicari karena tampilannya yang mengkilap dan elegan. Jenis ini disebut orang-orang sebagai kayu unggulan yang memiliki

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

kualitas super. Sonokeling tergolong ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat. Berat jenisnya antara 0,77-0,86 pada kadar air sekitar 15%. Teksturnya cukup halus, dengan arah serat lurus dan kadang kala berombak. Kayu ini juga awet, tahan terhadap serangan rayap kayu kering dan sangat tahan terhadap jamur pembusuk kayu. Kayu terasnya berwarna coklat agak lembayung gelap, dengan coreng-coreng coklat sangat gelap hingga hitam. Kayu gubal berwarna keputih-putihan hingga kekuningan, 3-5 cm tebalnya, terbedakan dengan jelas dari kayu teras. Pada proses olahan, kayu sonokeling agak sukar dikerjakan dengan tangan, namun sangat mudah dengan mesin. Kayu ini dapat diserut sehingga permukaannya licin dan dapat pula dikupas dan diiris untuk membuat venir dekoratif. Kayu ini juga dapat dibubut, disekerup dan dipelitur dengan hasil yang baik. Namun, kayu ini sukar diberi bahan pengawet. Bibit dari akar tua Budidaya pohon Sonokeling relatif mudah. Bibit pohon ini bisa didapat dari akar pohon Sonokeling yang sudah tua. Biasanya, akar pohon yang sudah berusia puluhan tahun akan tumbuh tunas-tunas baru. Kemudian tunas dipisahkan dari induk akar dan didiamkan sekitar dua minggu. Setelah itu, tunas bisa ditanam di polybag dan akan tumbuh besar nantinya. Setelah berukuran sekitar 30 centimeter hingga 1 meter, tunas sudah bisa dijadikan bibit dan ditanam di lahan perkebunan. Ketika akan ditanam, unsur hara di tanah harus sudah lengkap. Untuk itu tanah harus digemburkan terlebih dahulu dan diberi pupuk kompos. Supaya tumbuh maksimal, jarak tanam antar pohon sekitar

2 x 2 m - 2 x 3 m. Dengan begitu, pertumbuhan pohon tidak terganggu pohon lain dan batangnya bisa lurus. Pada masa awal tanam, pohon Sonokeling masih membutuhkan pemupukan intensif. Selama satu hingga dua tahun pertama, tanaman sebaiknya diberi pupuk dua minggu sekali. Setelah itu, pemupukan cukup dua kali setahun, yakni menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau. Pola pemupukan terus dilakukan selama bertahun-tahun, hingga pohon siap dipanen. Jika menginginkan kayu yang sangat keras dan kokoh, pohon sonokeling bisa ditebang pada usia 20 tahun hingga 50 tahun. Setelah pohon tua ditebang, akarnya jangan dicabut. Pasalnya, pada bagian akar itu nanti banyak tumbuh tunas baru yang bisa dijadikan calon bibit. Akan lebih baik jika akar ini dijadikan induk yang akan terus menghasilkan tunas baru. Namun, bagi Anda yang belum memiliki pohon indukan berusia tua, maka alternatif paling mudah bisa dengan membeli bibit di pasar. Saat ini para pembbudidaya sonokeling ada yang memanen pada usia sekitar lima tahun. Namun, harga jualnya lebih murah karena usia kayunya lebih muda. Menariknya, pohon yang sudah dipanen saat usia lima tahun itu masih bisa tumbuh lagi untuk dipanen kedua kalinya. Setelah itu, umumnya pohon tidak tumbuh lagi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya pohon Sonokeling ini. Pertama, pohon sebaiknya ditanam di lahan dengan ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain itu, gulma dan tanaman pengganggu yang ada di sekitar pohon harus rajin dibersihkan. Terutama pada masamasa awal pertumbuhan hingga pohon berukuran 8 meter. • DR

DUTA Rimba 81


ENSIKLORIMBA

Dok. Humas PHT

Tumbuh liar di hutan-hutan Jawa

Klasifikasi Ilmiah Nama binomial Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies

82 DUTA Rimba

: : : : : : : : :

Dalbergia latifolia Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Fabales Fabaceae Faboideae Dalbergia D. latifolia

SONOKELING memiliki nama binomial Dalbergia Latifolia. Pohonnya berukuran sedang hingga besar dengan tinggi 20-40 m dengan gemang mencapai 1,5-2 m. Tajuk lebat berbentuk kubah, menggugurkan daun. Pepagan berwarna abu-abu kecoklatan, sedikit pecah-pecah membujur halus. Daun majemuk menyirip gasal, dengan 5-7 anak daun yang tak sama ukurannya, berseling pada porosnya. Anak daun berbentuk menumpul (obtusus) lebar, hijau di atas dan keabu-abuan di sisi bawahnya. Bunga-bunga kecil, 0,5-1 cm panjangnya, terkumpul dalam malai di ketiak. Buah polong berwarna coklat, lanset memanjang, meruncing di pangkal dan ujungnya. Berisi 1-4 butir biji yang lunak kecoklatan, polong tidak memecah ketika masak. Di Indonesia, sonokeling hanya didapati tumbuh liar di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada ketinggian di bawah 600m dpl., terutama di tanah-tanah yang berbatu, tidak subur, dan kering secara berkala. Tumbuh berkelompok, namun tidak terlalu banyak, di hutan-hutan musim yang menggugurkan daun-daunnya di waktu kemarau. Sebaran alami sonokeling lainnya adalah anakbenua India, mulai dari kaki Pegunungan Himalaya hingga ujung selatan semenanjung, terutama di hutan-hutan monsun yang kering di wilayah-wilayah Karnataka, Kerala, dan Tamil Nadu, di Ghats Barat. Meskipun demikian, tumbuhan ini hidup baik di daerah dengan curah hujan antara 750 – 5.000 mm pertahun, di atas aneka jenis tanah, walau lebih menyukai tanah-tanah yang dalam dan lembap, yang memiliki drainase baik. Sonosiso (Dalbergia sissoo Roxb. Ex Benth.) adalah kerabat dekat sonokeling yang menghasilkan kayu yang hampir serupa kualitasnya. Dalam perdagangan dikenal sebagai kayu sonosissoo atau secara umum dimasukkan ke dalam kelompok rosewood. Marga Dalbergia sendiri meliputi lebih kurang 100 jenis, yang menyebar di kawasan tropika dan ugahari di semua benua. Sebagian besar jenis (70 spesies) didapati di Asia, dengan pusat keanekaragaman di sekitar Himalaya. Kebanyakan berupa perdu atau liana berkayu, sebanyak 18 jenisnya berupa pohon yang menghasilkan kayu yang berharga. • DR

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


LIBURAN KALI INI TAK LAGI DI RUMAH TERUS Kenalkan buah hati anda dengan lingkungan dan alam sejak dini, ajak mereka menikmati puluhan destinasi wisata alam menarik di Jawa Timur NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

dapatkan informasi lengkapnya di DUTA Rimba 83 www.wisataperhutanijatim.com


84 DUTA Rimba Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


RIMBADAYA

Much Suryadi dan

Kriya Logam dari Cluwak Siapa yang tidak memiliki hiasan dirumahnya? Dan siapa yang tidak suka menghias rumahnya? Tentu hampir semua orang selalu ingin menghiasi rumah, kantor, bahkan tempat Ibadah, dengan hasil-hasil karya dari tangan-tangan mungil yang ditulis dengan indah menggunakan berbagai media. Termasuk logam alumunium.

W

orkshop kaligrafi itu cukup sederhana. Letaknya pun jauh di pedalaman Kabupaten Pati, tepatnya di Desa Sentul, Kecamatan Cluwak, Jawa Tengah. Namun, isinya tidak sederhana. Workshop tersebut mengerjakan seni kaligrafi bernilai seni tinggi. Medium lukis kaligrafi di sini tidak menggunakan kanvas

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

atau lembaran kulit sapi. Tetapi ia menggunakan bahan baku logam Alumunium. Yang unik, huruf-huruf kaligrafi itu ditatah di atas logam alumunium dengan alat yang sangat sederhana dan murah. Namun, meski lahir dari alat sederhana, ia mampu menghasilkan kreasi seni bernilai tinggi. Buktinya, dari desa Sentul ini hasil-hasil kreasi logam itu telah menjelejah penjuru Nusantara.

Workshop kaligrafi di Cluwak itu adalah milik Much Suryadi. Alumnus IKIP Semarang (sekarang bernama Universitas Negeri Semarang/ UNES, red) tahun 1993 ini sudah menjalankan workshop kaligrafi dari logam itu sejak tahun 2011. Hasilnya sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, ada pula yang di pasarkan ke Thailand. Kiprah workshop dan produksi kaligrafi logam alumunium ini bermula dari berdirinya LMDH Mitra Tani pada tanggal 31 Desember 2003. Ketika itu, Much Suryadi yang lahir di Kota Magelang, 25 Juli 1970, turut membidani lahirnya LMDH Mitra Tani. Atas binaan yang intensif dari Perhutani KPH Pati, LMDH Mitra Tani kemudian dikembangkan untuk menjadi Koperasi Mitra Tani sejak Tahun 2008. Suryadi sendiri mulai hijrah dan menetap di Pati, tepatnya di Desa

DUTA Rimba 85


Dengan perjuangan dan kerja keras yang tulus, dan diilhami oleh keadaan lingkungan masyarakat yang mulai bergeser ke arah tatanan kehidupan dan pendidikan anak-anak yang kurang, bersama Perhutani KPH Pati beserta binaan LMDH Mitra Tani, kami menciptakan imajinasi kreatif, berupa Kriya Logam atau Sedet. Sentul Kecamatan Cluwak, sejak tahun 1994. Ketika itu, Suryadi muda yang baru saja satu tahun menyelesaikan sarjana itu segera menerapkan ilmu yang telah ia dapat di bangku sekolah. Ia mulai berkecimpung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dengan memberikan pendidikan pada anakanak di RA, MI, MTs, MA, KF. Ia juga mengajar pada Paket B dan Paket C. Sosok Much Suryadi yang ulet dan pekerja keras itu mampu sedikit demi sedikit memberikan angin segar bagi kehidupan sosial kemasyarakatan di desa tersebut. Termasuk ketika LMDH Mitra Tani telah berdiri. Suryadi pula yang tampil sebagai salah satu motor penggeraknya.

86 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

RIMBADAYA

Raih Prestasi Berbagai aktivitas positif dilakukan di LMDH Mitra Tani. Langkah-langkah positif itu senyatanya juga melahirkan prestasi yang positif pula. Misalnya, dengan beragamnya aktivitas produktif Koperasi Mitra Tani, membawa kelompok tersebut berhasil meraih prestasi sebagai Juara I Lomba Koperasi LMDH Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010 dan Juara III Lomba Koperasi LMDH Tingkat Nasional Tahun 2010. “Dengan perjuangan dan kerja keras yang tulus, dan diilhami oleh keadaan lingkungan masyarakat yang mulai bergeser ke arah tatanan kehidupan dan pendidikan anak-anak yang kurang, bersama Perhutani KPH Pati beserta binaan LMDH Mitra Tani, kami menciptakan imajinasi kreatif, berupa Kriya Logam atau Sedet. Kerajinan ini kami kemas sehingga siapapun bisa mengerjakannya, termasuk anak usia dini. Kemampuan anak usia dini ini bisa jadi mengejutkan orangtuanya, karena tidak terlintas sedikitpun dalam pikiran. Semua ini bertujuan akan memberikan sentuhan

positif dalam menjaga lingkungan, terutama lingkungan hutan lindung yang ada di pangkuan LMDH Mitra Tani,” urainya. Salah satu bisnis unggulan yang dikelola oleh Koperasi Mitra Tani adalah Kriya Logam. Kriya Logam ini menghasilkan aneka ukiran dan kaligrafi berbahan dasar Aluminium. Menurut Suryadi, sebenarnya ini bukan tujuan utama, melainkan sebuah sarana untuk membuat anakanak agar lebih kreatif dan mandiri. Juga, anak-anak akan mengenal budaya mereka sendiri lewat kerajinan tersebut. Pada awalnya, Much Suryadi mempunyai keinginan agar warga masyarakat desa Sentul memiliki jiwa wiraswasta, selain jiwa tani yang tentu telah tertanam di sanubari mereka sejak lama. Sehingga, muncullah ide untuk membangun usaha Kriya Logam. Mengapa usaha Kriya Logam ini dipilih oleh ayah dua orang anak ini? Sebab, menurut dia, kriya logam dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, pangsa pasarnya luas, bahkan dapat diekspor ke berbagai negara.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Mitra Tani melalui pendampingan dari Perum Perhutani KPH Pati, dengan cara menawarkan langsung melibatkan Karyawan kepada caloncalon pembeli. Kegiatan direct selling ini sejauh ini cukup efektif juga untuk mendongkrak pemasaran. Tenaga kerja yang terlibat seharihari di sini sebanyak 18 orang. Selain itu ada juga yang masih dalam taraf belajar, sesuai keinginan anak dan orang tua. Mereka semua merupakan anggota dari LMDH Mitra Tani dan kehadirannya untuk belajar seni kerasi logam di sini tanpa dipungut biaya. Bahan baku logam biasa didapatkan dari toko-toko bangunan terdekat. Dan, cukup pesat perkembangan usaha kriya logam ini. Aset usaha Kriya Logam tersebut sampai saat ini sudah mulai berkembang menuju nilai puluhan juta rupiah. Desain ukiran dan pola kaligrafi didapatkan dari berbagai sumber, maupun pesanan calon pembeli. Kerap kali memang calon membawa sendiri pola yang mereka ingin agar ditatah di logam sesuai pola yang mereka bawa. Kemampuan untuk mendesain ini menjadikan produk-

produk yang dihasilkan kriya logam LMDH Mitra Tani selalu beragam dan memiliki keunikan tersendiri. Kegiatan promosi pun mereka lakukan dengan aktif. Produk Kriya Logam dari LMDH Mitra Tani pernah diikutkan dalam pameran di Medan dan di Semarang pada Februari 2013. Saat berlangsung pameran dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani di Madiun, Maret tahun 2013, mereka pun ikut ambil bagian. Kendala yang masih dihadapi selama ini adalah untuk figura yang masih tergantung dengan produk orang lain. Selain itu, kemampuan teknis yang terbatas. Solusi yang sedang diupayakan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran adalah dengan berusaha menciptakan figura sendiri lewat pelatihan-pelatihan. Manfaat yang sudah didapatkan oleh Much Suryadi dan anggota Koperasi LMDH Mitra Tani berupa pendidikan paud dan sedikitmembantu anak-anak yang membuat kerajinan tersebut adalah biaya sekolah. Desa Sentul pun kini terkenal sebagai desa seni kriya logam. • DR

Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

Menuju Puluhan Juta Ternyata, Kriya Logam atau sedet mampu menelurkan hasil yang lumayan bisa dinikmati masyarakat umum. Pada tahun 2012, LMDH Mitra Tani yang mengembangkan Kriya Logam ini memperoleh dukungan modal berupa pinjaman lunak lewat Program Kemitraan Perum Perhutani Pati. Besarnya Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Kehadiran modal tersebut membuat LMDH Mitra Tani lebih bersemangat untuk mengembangkan hasil karya anakanak. Dengan modal sebesar itu, LMDH Mitra Tani membuatkan sebuah galeri sederhana di tempat yang strategis antara jalan Tayu Jepara. Galeri tersebut diharapkan menjadi sarana untuk menaikkan tingkat pemasaran. Produksi per bulan yang dihasilkan dari usaha Kriya Logam sebanyak 15 unit, dengan aneka motif. Produkproduk tersebut bernilai jual berkisar antara Rp 100.000. sampai dengan Rp 600.000. Waktu pengerjaannya berkisar satu sampai enam jam per unit. Sasaran pemasarannya adalah kota-kota di Pulau Jawa. Untuk pemasaran lokal dilakukan LMDH

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 87


Dok. Humas PHT

BISNISRIMBA

Pabrik Plywood, Pare, Kediri:

Mewujudkan Revitalisasi

Industri Perhutani 88 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Perum Perhutani menjadi momentum untuk memantapkan tekad Perum Perhutani dalam menjalankan revitalisasi industri. Hal itu ditandai dengan diresmikannya dua pabrik industri Perhutani oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, di momen ulang tahun tersebut. Salah satu pabrik yang diresmikan operasionalnya itu adalah Pabrik Plywood yang berlokasi di Pare, Kediri.

P

abrik plywood, Pare, Kediri. Hari menjelang siang. Celotehan beberapa perempuan dengan logat Jawa Timuran terdengar bersahutan di sela-sela waktu istirahat mereka. Riuh rendah mereka ditingkahi suara genset dan mesin rotary yang menggerus udara. Suasana panas di kantin pabrik plywood tampaknya tak terlalu mereka hiraukan. Para pekerja itu asik menikmati makanan bekal yang mereka bawa dari rumah, karena kantin masih sepi dari penjual makanan. Salah seorang dari mereka bernama Erma. Gadis usia 18 tahun itu adalah pekerja di bagian pendempulan. Sebagai pekerja di bagian pendempulan, dia dikontrak 3 bulan dan bisa diperpanjang jika masa kontraknya telah selesai. Sebelumnya, Erma bekerja sebagai penjaga toko di Samarinda. Saat mendengar informasi dari tetangga kampungnya mengenai lowongan di pabrik plywood dekat tempat tinggalnya, Erma bergegas kembali ke kampung halaman dan melamar sebagai pekerja. Dari segi upah, memang apa yang Erma dapat di Samarinda sedikit lebih tinggi. Namun, menurut dia biaya hidup di Samarinda jauh lebih tinggi daripada di Kediri.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dengan jam kerja pabrik yang pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.30 WIB dan istirahat makan siang satu jam, Erma sudah merasa cukup senang memperoleh Rp 377.000 per sembilan hari kerja di pabrik plywood ini. Sebab, ia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk kos. Genap setengah bulan bekerja, Erma pun berharap untuk dapat terus bekerja di pabrik plywood tersebut, karena dengan begitu dia dapat selalu berada dekat dengan keluarganya. Selain Erma, masih ada sekitar 200 orang pekerja kontrak lain yang sedang menjalani hari-hari pertamanya bekerja di Industri Kayu Pabrik Plywood KPH Kediri - Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Peningkatan Nilai Tambah Pabrik plywood milik Perum Perhutani tersebut memiliki kapasitas olah mencapai 4000 Meter Kubik log per bulan, dan menghasilkan 2.400 Meter Kubik plywood per bulan. Berdiri di atas tanah Kawasan Hutan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 1,2 Hektar, pabrik ini nantinya akan mengolah log sengon yang dipasok dari hutan sengon milik Perum Perhutani di wilayah Kediri dan sekitarnya yang mencapai luas 4.148 Hektar ditambah pasokan dari hutan rakyat.

DUTA Rimba 89


Dok. Humas PHT

BISNISRIMBA

Membaiknya situasi pasar plywood dunia mendorong tumbuhnya industri plywood di dalam negeri. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kebutuhan plywood di dalam negeri juga meningkat, diindikasikan dari meningkatnya impor plywood dan meningkatnya permintaan pasar domestik akan plywood. Di sisi lain, terjadi penurunan jumlah produksi plywood di Indonesia dikarenakan terbatasnya pasokan bahan baku log kayu sehingga sangat mungkin terjadi kekosongan pasar lokal maupun ekspor plywood. Peluang itu ditangkap oleh Perum Perhutani dengan mendirikan pabrik plywood yang berlokasi di Jalan Kepung Puncu, Dusun Templek, Desa Gadungan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Pendirian pabrik ini sejalan dengan revitalisasi

90 DUTA Rimba

industri Perum Perhutani yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan perusahaan, menguatkan struktur produk perusahaan, dan menyerap tenaga kerja. Luas pabrik plywood tersebut kira-kira 9 hektar. Pembangunan dilakukan secara bertahap. Di tahap berikutnya akan dibangun kantor dan dilakukan penambahan mesin backcore dan plywood selanjutnya untuk mengejar penambahan kapasitas. Menurut Kepala Biro Produksi dan Industri Kayu Unit II Jawa Timur sekaligus Penanggung jawab Pabrik, Ir. Hindario Priatno, berdirinya pabrik plywood sangat strategis mengingat kebutuhan plywood yang terus meningkat dan adanya peningkatan nilai tambah yang luar biasa pada produk log sengon. Dilihat dari segi harga, plywood lebih unggul

dibandingkan sengon. Jika harga jual sengon Rp 600.000 per meter kubik, plywood setebal 7,5 mm harga jualnya mencapai Rp 3.300.000 per meter kubik, sedangkan yang tebal 4,8 mm harganya Rp. 3.600.000. “Dengan dukungan kebijakan industri, tentunya akan lebih menguntungkan menjual plywood daripada menjual log sengon”, tuturnya. Pabrik plywood tersebut memulai proses pembangunan secara efektif pada April 2012. Pabrik ini memiliki kapasitas 4.000 meter kubik log per bulan atau 2.400 meter kubik plywood per bulan. Pabrik ini menggunakan bahan baku sengon sepenuhnya, dengan sortimen kayu A.II dan A.III yang berdiameter 16 cm ke atas. Adapun produk yang dihasilkan adalah plywood dengan ukuran 1,22 X 2,44 meter dengan berbagai ketebalan, diantaranya 2,7;

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

6,9; 12 dan 15 mm. Kehadiran pabrik plywood tersebut cukup menjanjikan prospek cerah. Sebab, permintaan pasar terhadap produk plywood cukup besar. Ekspor bernilai paling besar adalah ke Cina (Asia) dan negaranegara Timur Tengah. Dalam RKAP 2013, target industri plywood adalah sebesar 74 M, diperoleh dari hasil produksi 24.000 meter kubik. Laba diperkirakan naik 30 persen dibandingkan hanya menjual kayu, dengan perhitungan gross periode 3 tahun. “Permintaan plywood saat ini memang besar, terutama untuk Cina dan Timur Tengah. Hitunghitungannya paling lama 3 tahun kita bisa Break Even Point (BEP),” terang Hindario. Berdirinya pabrik plywood ini menambah daftar pendirian pabrik di Perhutani pada umumnya dan Perhutani Unit II Jawa Timur pada khususnya. Sebelumnya, telah berdiri industri kayu di Gresik, khusus pembuatan veneer sayat jati yang menjadi salah satu komponen saat penempelan khusus teak overlay plywood, yaitu plywood tetapi di-overlay dengan jati, sehingga memiliki nilai tambah yang luar biasa.

Sebab, di samping tersedia bahan baku plywood juga dapat ditempel untuk ukuran-ukuran tertentu, yaitu 7,5 mm up tebalnya bisa ditempel dengan veneer sayat jati. Jadi, komponen industri ini merupakan satu kesatuan dengan industri usage. Menurut Kepala Pabrik, Rahmadi Yudianto, saat ini pabrik sedang dalam masa uji coba produksi (trial commisioning) dan telah menghasilkan 300 Meter Kubik plywood (per 15 Maret 2013). Izin usaha industrinya baru terbit dari Menhut no 143/2013 (ditandatangani

5 Maret 2013). Investasi mencapai 35,3 Milyar rupiah. Pabrik tersebut masih menggunakan sepertiga dari kapasitas produksi maksimal. Ditargetkan, di bulan Mei 2013, pabrik sudah dapat beroperasi dengan kapasitas produksi maksimal. Hindario mengatakan, saat ini pihaknya masih mencari manajer pemasaran. Selain itu, operasional pabrik saat ini masih pada tahap produksi. Dan sejauh ini operasional pabrik cukup lancar dengan mesinmesin baru, dan diawaki tenagatenaga yang berpengalaman dalam bidang industri plywood. Mesin didatangkan dari Cina dan tiba di lokasi pabrik pada Agustus September 2012. Dari sisi teknologi, dari sisi output, mesin di pabrik ini memiliki keunggulan daripada mesinmesin yang ada di pabrik plywood yang lain. Sebab, secara teknis gerakannya lebih dinamis daripada mesin-mesin pabrik plywood lainnya dan kualitas finish product-nya lebih bagus. Ketersediaan bahan baku nampaknya tak menjadi masalah. Sebab, potensi tanaman sengon di KPH Kediri mencapai 9.990 hektar. Apabila proses re-design sengon belum maksimal, maka seluruh hasil

DUTA Rimba 91


Dok. Humas PHT

Dok. Humas PHT

BISNISRIMBA

Dok. KPH Madura

tebangan sengon perhutani masuk ke pabrik plywood milik perhutani. Apabila kapasitas produksi bisa dimaksimalkan, dalam 3 shift bisa menyerap 600 org tenaga kerja.

Dok. Humas PHT

Ir. Hindario Priatno Kepala Biro Produksi dan Industri Kayu Unit II Jawa Timur

Revitalisasi Industri Beroperasinya pabrik plywood merupakan bagian dari program revitalisasi industri kehutanan yang tengah digulirkan manajemen. Menurut Direktur Industri Kayu dan Non Kayu Perhutani, Heru Siswanto, saat ini industri non kayu yang dikembangkan Perhutani sudah menunjukkan kenaikan. Setidaknya hal itu terlihat dalam lima tahun terakhir. “Lima tahun terakhir ini, jika dilihat dari prosesntasenya, dari 100 persen, maka dari 1,5 triliun yang 500 milyarnya dari (sektor) kayu. Berarti hanya 35 persen dari kayunya, sedangkan 65 persen dari non kayu. Dan kalau kita bicara mengenai sektor industri di Perum Perhutani,

memang dari tahun ke tahun kita mencanangkan atau ini merupakan komitmen dari semua jajaran Perum Perhutani, bahwa kita ingin kontribusi industri yang kalau sekarang ini 45-55, maka nanti ke depan ini Pak Dirut mengharapkan, kalau bisa ya 70-30. Yang 70 ini industri baik kayu maupun non kayu, sedangkan yang 30 persennya adalah dari penjualan log itu sendiri,” kata Heru. Lalu bagaimana pemasarannya? Direktur Pemasaran Perhutani, Muhammad Subagja, punya jawabannya. “Kalau untuk plywood, mungkin saya akan coba untuk pasar dalam negeri, karena pasar dalam negeri ini juga terbuka dengan lebar,” ujarnya. Ada harapan besar mengiringi beroperasinya pabrik ini. Semua langkah ini mudah-mudahan akan menjadi hal yang baik di masa depan. Sebab, Perhutani punya begitu banyak produk dan masing-masing begitu besar potensinya. • DR

92 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


WISATARIMBA

Pesona Guci

di Kaki Gunung Slamet

Dok. Humas PHT

Lelah setelah beraktivitas dan butuh suasana segar? Ingin berendam di kolam air panas untuk melepas kepenatan? Atau ingin menghirup udara segar dan dingin khas daerah kaki gunung? Datang saja ke Guci. Semua itu ada di sana.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

DUTA Rimba 93


WISATARIMBA

94 DUTA Rimba

Dok. Humas PHT

W

ana wisata seluas 210 hektar di kaki Gunung Slamet bagian utara itu memang menawarkan pesona yang sangat khas. Terletak di ketinggian kurang lebih 1.050 meter di atas permukaan laut, hawa dingin segera menerpa begitu tiba di lokasi wisata yang berjarak sekitar 30 km dari Slawi, Jawa Tengah, itu. Jika Anda berangkat dari Tegal, jarak tempuhnya sekitar 40 km ke arah selatan. Jika menempuh perjalanan dari arah Kota Tegal menuju Slawi, Purwokerto, sebelum tiba di Guci, Anda akan melalui Lebaksiu. Lebaksiu adalah sebuah kecamatan kecil yang sebagian besar penduduknya adalah kaum migran atau perantau di kota-kota besar di seluruh penjuru tanah air. Umumnya, para perantau dari Lebaksiu ini menjadi pedagang martabak di kota-kota besar, mulai dari Banda Aceh sampai Jaya Pura. Termasuk pula sebagian besar pedagang martabak yang ada di Jakarta berasal dari Lebaksiu. Guci adalah nama wana wisata ini. Wana wisata Guci berada di bawah pengelolaan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya (JLPL) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Tepatnya, wawa wisata ini berada di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Lokasinya tepat di bawah kaki Gunung Slamet. Gunung Slamet sendiri adalah gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Semeru, dengan tinggi 3.428 meter di atas permukaan laut. Mendengar namanya, mungkin sudah akan menarik perhatian. Sebab, nama “Guci” tentu mengingatkan pada sebuah bejana terbuat dari tanah liat tempat

menampung air. Apa hubungan tempat wisata ini dengan produk tembikar dari tanah liat itu? Konon, di zaman Wali Songo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, mereka mengutus seseorang untuk menyiarkan agama Islam ke Jawa Tengah bagian barat, khususnya di sekitar Tegal. Kepada orang itu, para Wali memberikan air yang ditempatkan di dalam sebuah guci atau poci. Nah, masyrakat sekitar lantas memberinama lokasi tempat para wali memberikan air dalam poci tersebut sebagai “Guci”. Masyarakat kala itu ingin ikut menikmati air pemberian wali itu. Sebab, mereka percaya air

itu bisa memberikan bermacammacam manfaat. Tetapi karena jumlah air pemberian wali itu sangat terbatas, karena wahana penyimpanannya hanya sebuah guci, sedangkan masyarakat yang ingin menikmatinya begitu banyak, maka salah seorang wali kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah. Ketika tongkat itu dicabut, atas izin Allah, dari lubang di tanah bekas tongkat yang ditancapkan itu, mengalirlah air panas tanpa belerang. Hingga sekarang, air panas itu terus mengalir. Kejadian itu konon terjadi di tengah malam saat Malam Jumat Kliwon. Kejadian itu dipercaya

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

Lokasi wana wisata Guci dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, dari Kota Tegal dapat mengambil kendaraan menuju Purwokerto dengan arah ke selatan. masyarakat memiliki hubungan. Sehingga, setiap malam Jumat Kliwon, banyak masyarakat datang ke Guci untuk berendam. Mereka percaya, jika melakukan hal itu dimalam Jumat Kliwon, maka semua permohonan atau hajat mereka akan terkabul. Begitulah kepercayaan yang hidup di masyarakat di daerah sekitar Slawi di zaman dulu. Mungkin juga beberapa orang masih ada yang meyakininya sampai saat ini. Tentang kebenaran legenda tersebut, wallahu a’lam. Hanya Allah yang tahu. Tetapi, terlepas dari cerita tersebut, Guci memang menawarkan sejuta pesona keindahan alam khas daerah pegunungan. Apalagi, dalam perjalanan menuju lokasi, Anda juga akan disuguhi pemandangan yang luar biasa pula. Sepanjang jalan menuju Guci, terbentang banyak hamparan kebun buah strawberry, juga kebun tomat, wortel, cabai, serta hutan pinus. Selain itu, juga banyak tanaman-tanaman hijau lain yang melengkapi hamparan kebun-kebun itu.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Nah, terbayang bukan, betapa pemandangan hijau tetumbuhan begitu luas menghampar seluas mata memandang? Hal itu masih ditambah dengan begitu kentalnya suasana pedesaan manakala pengunjung melihat aktivitas penduduk yang sedang bercocok tanam. Umumnya, penduduk daerah ini memang berprofesi sebagai petani penggarap / pesanggem. Pemandian Air Panas Lokasi wana wisata Guci dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, dari Kota Tegal dapat mengambil kendaraan menuju Purwokerto dengan arah ke selatan. Setelah melewati pusat kota Slawi, Anda akan tiba di daerah Kecamatan para pedagang martabak, Lebaksiu. Di sini, Anda akan bertemu dengan pertigaan Yomani. Di tepi pertigaan itu, terdapat tanda penunjuk jalan ke arah Guci. Kendaraan akan mengambil belokan ke kiri untuk menuju ke arah Guci. Kurang lebih 25 kilometer dari sana, Anda akan

tiba di lokasi wana wisata Guci. Jika telah tiba di Slawi dan Anda menggunakan kendaraan umum, naik saja mini bus jurusan Bumi Jawa dengan ongkos Rp 5000. Setelah sekitar 30 menit menempuh perjalanan, Anda dapat turun dari mini bus di Desa Tuwel. Dari desa tersebut Anda harus melanjutkan perjalanan dengan naik kendaraan bak terbuka menuju Guci. Waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit dengan ongkos Rp 5000. Jika berangkat dari Kota Pemalang, pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat mengambil rute ke arah Purbalingga. Setelah tiba di pertigaan Moga, ambil belokan ke kanan menuju ke arah Guci. Namun, jika berangkat dari kota Pemalang, Anda harus menggunakan kendaraan pribadi karena tidak terdapat angkutan umum menuju ke sana. Begitu tiba di Guci, hawa sejuk dan segar segera akan terasa. Selain itu, ada ragam sarana relaksasi di wana Wisata Guci. Misalnya, ada pemandian umum

DUTA Rimba 95


WISATARIMBA yang berbeda bagi Anda yang telah penat dengan segala macam aktivitas dan rutinitas pekerjaan. Maka, banyak pengunjung segera berendam di tempat pemandian tersebut, atau setidaknya merendam kaki mereka yang tanpa alas. Pengunjung terkadang tak hanya terlihat di kolam pemandian air panas. Mereka juga kerap berendam di sungai yang mengalir di tengah wana wisata itu. Sama saja. Air sungai itu juga merupakan air panas yang memiliki kandungan sama dengan kolam. Sebab, sumber airnya sama. Memang, ketika pertama kali menyentuh airnya, akan langsung terasa panas dan kulit seakan melepuh karena panas. Tetapi, lambat laun, kulit akan beradaptasi dan air itu pun seakan berubah sehingga terasa hangat-hangat kuku di kulit. Dan suasana relaksasi pun akan tercipta dengan segera. Tidak percaya? Coba saja! Selain pemandian air panas,

juga terdapat sekitar 10 air terjun atau curug di Guci. Air terjun Guci (Curug Guci) menjadi satu obyek yang paling dicari pengunjung juga. Selain air panasnya. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, juga terdapat air terjun yang menjatuhkan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Namanya Air Terjun Jedor, karena dulu tanah di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Selain berendam di pemandian air panas atau mandi di bawah guyuran air terjun, pengunjung juga dapat melakukan olah raga renang di kolam renang atau water park. Di wana wisata ini, water park menyediakan fasilitas yang cukup lengkap. Atau jika pengunjung ingin berkeliling lokasi wana wisata Guci, dapat juga menunggangi kuda. Kuda-kuda di sini disewakan dengan tarif sewa yang relatif

Dok. Humas PHT

Pancuran 13 dan pancuran 7. Pemandian Pancuran 13 memang memiliki tiga belas buah pancuran dan semuanya mengalirkan air panas. Begitu pula Pancuran 7. Air yang mengalir keluar dari pancuran-pancuran di wana wisata Guci ini dipercaya masyarakat bisa menyembuhkan berbagai penyakit semisal rematik dan penyakit-penyakit kulit. Setidaknya, air panasnya berkhasiat untuk menyembuhkan gatal-gatal pada kulit. Sebab, air tersebut memang mengandung belerang. Ada juga golongan masyarakat yang percaya, air panas dari Pancuran 13 dapat memberi tuah dan kesehatan bagi siapa saja yang mandi di bawahnya. Terutama jika dilakukan di malam Jumat Kliwon. Sehingga, wana wisata ini biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan pada malam Jumat Kliwon. Yah, boleh percaya boleh tidak, yang pasti berendam air panas memang mampu memberikan suasana

96 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


murah. Nah, ingin mencoba menjadi cowboy atau cowgirl? Hmm... Ragam Fasilitas Wana wisata Guci juga menyediakan ruang bagi pengunjung yang datang bersama rombongan satu instansi dalam rangka rapat kerja, selain ingin bersantai tahunan. Terdapat dua wisma yang posisinya dekat dengan kolam renang. Masingmasing wisma berkapasitas empat dan tiga kamar. Masing-masing kamar memiliki fasilitas queen bed, bath-up, shower, dan air panas. Juga terdapat restoran dan bumi perkembahan. Juga bagi organisasi atau perusahaan yang ingin melakukan outbound, wana wisata Guci juga menyediakan fasilitas itu. Ya, outbound merupakan salah satu alternatif program pemberdayaan sumber daya manusia, yang menggunakan media alam terbuka sebagai sarana pembelajaran, melalui pengalamanpengalaman berkesan. Wana wisata Guci memiliki area khusus yang tepat untuk kegiatan outbound. Tempat persisnya di

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

Selain berendam di pemandian air panas atau mandi di bawah guyuran air terjun, pengunjung juga dapat melakukan olah raga renang di kolam renang atau water park.

sekitar Curug Jedor. Mengingat suasananya yang masih sangat asri, tentu akan lebih mendukung kegiatan outbound secara lebih optimal. Selain itu, masih ada lapangan tenis dan lapangan sepak bola. Dan seperti lazimnya wana wisata, tentu saja pengunjung juga dapat menikmati wisata hutan. Jalan-jalan menikmati hamparan pepohonan tinggi yang hijau. Sungguh sebuah relaksasi tersendiri. Jika merasa lapar setelah puas berjalanjalan dan menikmati ragam relaksasi, tetapi lupa membaya bekal, tidak perlu khawatir. Sebab, banyak jajanan dan masakan khas Tegal yang tersedia di sana. Ragam jajanan dan masakan itu tersedia di warung-warung di sekitar lokasi wana wisata. Anda bisa pilih sesuai selera dan kebutuhan. Pasti di antara Anda ada juga yang lantas teringat teh poci begitu mendengar nama Kota Slawi disebut. Apalagi, nama wana wisata Guci yang memang berasal dari kata poci itu. Lantas terbayang pula bagaimana nikmatnya menikmati teh tubruk hangat khas Slawi dan disajikan dengan poci,

dilengkapi gula batu. Gula batu diletakkan di dasar cangkir tanah liat, lalu teh hangat dari dalam poci pun dituang ke dalam cangkir. Ingin membawakan oleh-oleh untuk orang-orang yang berada di rumah? Jangan khawatir sluit mencarinya. Banyak sekali ragam pilihan oleh-oleh dan penganan khas yang bisa dibeli dan dibawa pulang. Di sana misalnya pengunjung dapat membeli manisan pepaya, manisan buah ceremai, juga ragam buahbuahan segar, sayur-sayuran segar, dan lain-lain. Jangan juga lewatkan untuk menengok rangkaian kios cendera mata ataupun kaos. Siapa tahu ada yang cocok dengan selera Anda. Nah, kurang apa lagi? Wana wisata Guci dijamin merupakan tempat yang cocok untuk liburan keluarga. Meski mungkin suasananya terlalu ramai jika masuk musim liburan sekolah, Anda tetap akan dapat menikmati suasana relaksasi di Guci. Dan buat yang mempunyai masalah kulit, tidak usah ragu-ragu untuk berendam di air panas yang airnya jernih dan mengalir. • Humas KBM JLPL

DUTA Rimba 97


Dok. Hum as

PHT

RESENSIRIMBA

Memperkaya Pustaka Hukum Agraria

K

onflik dan sengketa kawasan hutan bisa menjelma dalam berbagai bentuk dalam praktik pengelolaan hutan. Seperti klaim-klaim sepihak terhadap kawasan hutan yang diidentifikasi oleh pihak lain (instansi, badan hukum, atau masyarakat) sebagai tanah-tanah bekas hakhak barat seperti eigendom dan atau hak erfpach, atau dianggap sebagai tanah-tanah bekas hak-hak adat, atau dianggap sebagai “tanah negara bebas,” yang kemudian dapat dirambah, diduduki, digarap, serta dimohon hak atas tanah (disertifikatkan). Konflik semacam itu terjadi dalam pengelolaan hutan di Indo-

98 DUTA Rimba

JUDUL BUKU Hukum Agraria Kehutanan, Aspek Hukum Pertanahan Dalam Pengelolaan Hutan Negara PENULIS Bambang Eko Surpiyadi SH, M.Hum PENERBIT Rajawali Pers, TAHUN TERBIT 2013 JUMLAH HALAMAN 318 halaman nesia. Namun di Pulau Jawa yang penduduknya separo dari penduduk di Indonesia menggoreskan problem yang lebih serius. Membengkaknya jumlah penduduk, tanpa diimbangi dengan luas tanah garapan bagi penduduk untuk dikerjakan, semakin

memperparah persoalan kelangkaan tanah, yang menjadi salah satu faktor ancaman terhadap kawasan hutan yang masih tersisa, sehingga menimbulkan berbagai sengketa di daerah. Konflik semacam itu muncul karena belum semua pihak memahami tentang kedudukan hukum kawasan hutan, atau belum mengetahui masalah-masalah yang berkait dengan hukum agraria kehutanan. Dimana hukum tersebut bersumber pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Bumi, alam, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Selain masih minimnya pengetahuan hukum agraria, para pengelola hutan juga sering dihadapkan dengan pencurian hutan, yang kemudian dikenal dengan illegal loging. Pencurian itu tak hanya dilakukan oleh perorangan secara tradisional, tetapi telah diorganisasi secara rapi dan menggunakan alat-alat yang lebih maju, dan dengan motivasi bukan sekadar menyambung hidup tetapi telah digunakan untuk menumpuk kekayaan. Berdasarkan fakta semacam itu telah menyadarkan seluruh stakeholders tentang perlunya pengaturan hutan sebagai soko guru tegaknya konstitusi, yaitu konstitusi yang menempatkan hutan sebagai subyek hukum yang harus dilindungi. Di sinilah arti pentingnya buku yang ditulis oleh Bambang Eko Supriyadi. Buku ini erat kaitannya dengan pengetahuan tentang hukum agraria kehutanan yang memang terasa agak berat bagi awam, bahkan jarang dijadikan bahan diskusi terbuka atau diulas secara khusus. Buku ini terdiri dari enam bab dengan penjelasan beberapa pemahaman tentang politik hukum agraria kolonial, hukum agaria masa tahun 1945 sampai dengan berlakunya UUPA Nomor 5 tahun 1960, juga hukum agraria masa berlakunya UU No 5 tahun 1960 diulas dalam bab awal buku ini dengan struktur yang jelas. Penulis juga menyajikan pengertian hutan secara lugas hutan serta apa yang dimaksud dengan penguasaan hutan sampai sengketasengketa kawasan hutan termasuk cara penyelesaiannya. Penyajian pengertian hutan secara lugas tentu memperkaya pemahaman tentang hukum agraria kehutanan yang belum pernah disebut secara resmi atau baku seperti hukum agraria dalam UU No 5 tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria , atau yang

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

biasa disebut dengan UUPA. Kelebihan lain dari buku ini, selain memang ditulis oleh orang yang memiliki latar belakang pengetahuan hukum agraria Kehutanan yang baik, juga berlatar belakang seorang praktisi yang memiliki pengalaman cukup lama menangani masalah hukum Agraria Kehutanan di Perhutani, sebuah perusahaan yang memiliki lahan cukup luas di Pulau Jawa, yaitu sekitar 2,4 juta hektare. Perhutani sebagai BUMN Kehutanan diberikan tugas dan wewenang oleh pemerintah untuk mengelola hutan negara di Jawa dan Madura, kecuali hutan konservasi. Kawasan hutan negara yang dikelola Perum Perhutani di Jawa dan Madura di daerah yang sangat padat dan cepat pertumbuhan penduduknya. Pulau Jawa dan Madura dihuni lebih dari 58% dari total penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai 230 juta jiwa. Artinya ada 138 juta orang yang berdiam dan menggantungkan hidupnya pada pulau yang luasnya hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Gambaran demografi semacam itu yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanah untuk tempat tinggal, bercocok tanam, tempat usaha, maupun fasilitas umum. Karena itu jangan heran bila alih fungsi tanah di Pulau Jawa itu begitu cepat terjadi. Dari lahan pertanian menjadi tempat pemukiman, jalan, dan pabrik. Begitu pula lahan hutan menjadi kawasan pemukiman liar, bahkan infrastruktur yang lain, seperti kawasan geothermal, Migas dan lain sebagainya. Meningkatnya kebutuhan akan tanah tersebut tentu menjadi dilema besar, karena luas tanah di Pulau Jawa dan Madura tidak bisa bertambah, sebagaimana di Singapura melalui reklamasi. Untuk memenuhi kebutuhan tanah tersebut kemudian pilihan yang paling mudah adalah

dengan menguasai tanah hutan/kawasan hutan yang ada. Kondisi tersebut yang sering memicu ketegangan maupun konflik. Jangankan antara masyarakat lingkar hutan dengan Perhutani. Tetapi antara sesama instansi pemerintah pun juga sering terjadi gesekan. Dalam konflik semacam ini ego sektoral pun muncul. Masing-masing sering berpijak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menggunakan asumsi-asumsi dan wewenang masing-masing tanpa koordinasi yang baik. Buku ini kiranya bisa memberikan pemahaman kepada stakeholder seputar pengetahuan tentang masalah keagrariaan kawasan hutan yang hingga kini belum ada satu kesatuan pemahaman, bahwa kawasan hutan dan tanah hutan pada dasarnya mempunyai status dan kedudukan hukum yang khusus, yang pengaturannya bersumber dan berlandaskan kepada Undang-Undang Kehutanan, baik yang berlaku pada masa era kolonial, maupun pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Buku ini tak hanya menambah perbendaharaan buku-buku mengenai hukum agraria, tetapi juga memperkaya khasanah hukum agraria yang khusus fokus pada sektor kehutanan. Buku ini menjadi sumbangan yang berarti bagi kalangan akademisi, yang memiliki minat terhadap hukum Agraria dan Kehutanan. Buku ini bisa menjadi panduan untuk menggeluti bidang yang memang belum banyak dilirik orang. Meski demikian, buku ini juga layak dibaca oleh para praktisi dan pengambil kebijakan di bidang kehutanan, agar mereka lebih adaptatif dalam merespon persoalan-persoalan hukum di bidang kehutanan. Melalui buku ini, akan bisa tercipta ruang yang lebih arif dan tegas dalam menyelesaikan permasalahan kehutanan. • DR

DUTA Rimba 99


REGULASI

MENUJU WORLD CLASS COMPANY

L

ingkungan bisnis kini terus berkembang secara dinamis. Perkembangan tersebut, bagi sebuah korporasi bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Perusahaan yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan tersebut, mereka tak hanya lolos dari berbagai permasalahan yang mereka hadapi baik dari internal maupun eksternal. Dalam lingkungan bisnis yang dinamis tersebut, tidak tertutup kemungkinan sebuah perusahaan mendapat peluang-peluang baru yang menjanjikan. Perusahaan-perusahaan yang adaptatif terhadap lingkungan binis yang berubah dengan cepat, banyak menorehkan prestasi yang gemilang. Menteri Dahlan Iskan dalam Manufacturing Hope mencatat, di bidang sawit, perusahaan nasional telah mampu mengalahkan Malaysia. Garuda Indonesia telah mampu mengalahkan Malaysia Airlines, Semen dan pupuk kita sudah jauh di depan. Di bidang pelabuhan kita sedang mengejar dengan Proyek PT Indonesia Port Corporation (Pelindo II).

100 DUTA Rimba

Semua itu bisa dicapai, karena adanya kinerja korporasi yang unggul, yang berbeda dengan perusahaanperusahaan lainnya yang sejenis. Mereka tak hanya unggul dari sisi produk dan jasa yang ditawarkan, tetapi juga unggul dalam memberikan nilai lebih kepada pelanggannya. Berdasarkan pengalaman semacam itu, Kementerian BUMN yang menaungi lebih dari 130 BUMN kini mulai memperkenalkan Kriteria Penilaian Kinerja Unggul bagi BUMN. Kriteria ini mereka keluarkan, agar bisa menjadi panduan bagi BUMN dalam mengembangkan binisnya. “Membangun kinerja yang unggul merupakan suatu tuntutan utama bagi suatu perusahaan dalam pencapaian kinerja finansial dan nonfinansial terbaik pada tingkat nasional maupun regional sebelum menjadi world class company,” tegas Wahyu Hidayat, sekretaris Kementerian BUMN dalam pengantar pedoman kriteria tersebut. Ada enam BUMN Indonesia yang masuk daftar 2.000 perusahaan yang menguntungkan di seluruh dunia versi Majalah Forbes

Dok. Humas PHT

Kinerja Unggul

2012. Keenam perusahan tersebut; PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) urutan 479, PT Bank Mandiri Tbk urutan 488, PT Telkom Indonesia Tbk urutan ke 726, PT Bank Negara Indonesia Tbk urutan 969, PT Perusahaan Gas Negara Tbk urutan 1351 dan PT Semen Gresik Tbk urutan 1.674. “Keberhasilan enam BUMN ini nantinya bisa menginspirasi BUMN lainnya untuk bangkit, meningkatkan kinerja, serta berprestasi pada tingkat global, Pada gilirannya memperkuat jajaran korporasi Indonesia yang siap masuk ke pasar internasional, tegas Wahyu Hidayat dalam dalam syukuran BUMN pertengahan tahun 2012 Menjadi perusahaan kelas dunia, kini menjadi impian semua perusahaan nasional maupun BUMN. Peluang untuk menjadi world class company itu semakin terbuka dewasa ini. Apalagi, perekonomian nasional sangat mendukung. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercepat di Asia setelah China dan India, menjadi lingkungan strategis, yang cukup signifikan untuk menggenjot kinerja perusahaan.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


KRITERIA PENILAIAN KINERJA UNGGUL BUMN P Pengantar : Profil Perusahaan P.1 Gambar Umum Perusahaan P.2 Situasi Perusahaan KATAGORI DAN SUBKATAGORI 1

2

3

4

5

Kata kunci untuk bisa mencapai kinerja unggul itu akan sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam membangun fundamental dan tatanan kesisteman perusahaan yang kokoh dan powerful serta efektif dalam menngirim strategi maupun program-program utama perusahaan. Dari hasil evaluasi Kementerian BUMN, secara umum capaian BUMN masih mengindikasikan perlunya pembenahan-pembenahan agar memiliki kemampuan yang lebih tinggi lagi untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat dikategorikan perusahaan berkinerja kelas dunia. Dalam kerangka peningkatan kemampuan dan daya saing BUMN inilah, Kementerian BUMN memutuskan untuk membangun dan mengimplementasikan sistem pengelolaan dan pengendalian kinerja BUMN berbasis kriteria kinerja unggul yang diadopsi dan diadaptasi dari Malcom Baldrige Creteria for Performance Excellence yang disebut Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU BUMN)

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

6

Kepemimpinan

120

1.1 Kepemimpinan Senior

70

1.2 Tata Kelola dan Tanggung Jawab Kemasyarakatan

50

Perencanaan Strategis

85

2.1 Pengembangan Strategi

40

2.2 Impelementasi Strategi

45

Fokus Pada Pelanggan

85

3.1 Suara Pelanggan

45

3.2 Enggagement/Keterikatan Pelanggan

40

Pengukuran , Analisis, dan Pengelolaan Pengetahuan

90

4.1 Pengukuran, Analisis dan Peningkatan Kinerja Perusahaan

45

4.2 Pengelolaan Informasi, Pengetahuan , dan Teknologi Informasi

45

Fokus pada tenaga kerja

85

5.1 Lingkungan Tenaga Kerja

40

5.2 Enggagement/Keterikatan Tenaga Kerja

45

Fokus Pada Operasi

85

6.1 Sistem Kerja

45

6.2 Proses Kerja 7

NILAI POIN

40

Hasil-hasil Usaha

450

7.1 Kinerja Produk dan Proses

110

7.1 Kinerja Fokus Pada Pelanggan

90

7.1 Kinerja Fokus pada Tenaga nKerja

90

7.1 Kinerja Kepemimpinan dan Tata Kelola

80

7.7 Kinerja Finansial dan Pasar

90

TOTAL POIN

Kriteria Malcom Baldrige dirancang berdasarkan hasil penelitian National Institue of Standards and Teknology (NIST) terhadap perusahaan-perusahaan kelas dunia. Dari hasil riset itu ditemukan 11 nilai dan konsep inti (Core Values and consept). Dari 11 konsep tersebut dijabarkan lagi menjadi 300 persyaratan. Ke-11 nilai dan konsep yang mendasari KPKU BUMN itu antara lain; kepemimpinan yang visioner (visionary leadership), keunggulan yang didorong oleh pelanggan

1.000

(Customer Driven Exellence), pembelajaran organisasi dan individu, pengharkatan tenaga kerja dan mitra, kecekatan, fokus pada masa depan, manajemen inovasi, manajemen berdasarkan fakta, tanggung jawab kemasyarakatan, fokus pada hasil dan penciptaan nilai dan perspektif kesisteman. Melalui KPKU BUMN sebagai alat untuk mengukur kinerja BUMN, maka kelak dapat mengetahui dimana posisi BUMN Indonesia dibanding dengan perusahaan kelas dunia. Di mana posisi Perhutani kini? • DR

DUTA Rimba 101


Dok. Humas PHT

INOVASI

102 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Riset Perhutani Hasilkan Kayu Putih Unggul Satu lagi produk hasil riset Puslitbang Perum Perhutani. Strategi pemuliaan tanaman kayu putih dengan materi dari Kebun Benih hasil konversi uji keturunan berhasil meningkatkan rendemen minyak kayu putih (MKP), kadar cineol, dan produksi biomassa (daun kayu putih). Dan kayu putih unggul ini pun siap untuk dikembangkan.

H

asil penelitian di Puslitbang Perum Perhutani menghasilkan klonklon unggul yang kini terus dikembangkan. Klon-klon unggul itu dihasilkan dari pemuliaan tanaman yang dilakukan Puslitbang. Setelah sebelumnya menghasilkan Jati Plus PHT1 dan PHT2, kini sudah dihasilkan PHT3 dan PHT4 yang mulai dikembangkan di wilayah Perhutani. Selanjutnya, Perhutani akan terus mengembangkan hingga nantinya mendapatkan klon unggul yang memiliki banyak keunggulan

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

paling maksimal yang bisa diperoleh. Selain jati, saat ini tengah dilakukan proses pengumpulan pohon-pohon pinus unggul. Pinuspinus unggul ini akan difungsikan untuk bisa memproduksi getah pinus yang banyak. Istilah yang kerap digunakan untuk hal ini adalah bocor getah. Kebaradaan pinus-pinus bocor getah itu diharapkan akan membuat produksi pinus akan berkembang, dan industri turunannya juga kian maju. Seperti diketahui, sekarang ini Perhutani juga mengembangkan industri derivatif gondorukem dan terpentin.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Strategi Perhutani, Tedjo Rumekso, mengatakan, proses dari sisi pengembangan produk akan tetap berjalan seiring dengan berjalannya sisi penelitian yang ke dalam atau in dept. Hal tersebut kini juga dilakukan untuk produk kayu putih. Sebab, ada peningkatan permintaan terhadap produk kayu putih ini di pasaran. Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) adalah tumbuhan yang tumbuh di Indonesia, terutama di daerah Pulau Ambon, Pulau Buru, Pulau Seram, dan Pulau Jawa. Kegunaan tanaman kayu putih terutama untuk diambil minyaknya yang digunakan untuk obat-obatan. Menurut Tedjo, berdasarkan hasil penelitian di Puslitbang Perhutani, kini banyak potensi-potensi baru dari kayu putih yang muncul. “Memang di waktu-waktu lalu, kayu putih itu tidak begitu kelihatan sebagai sebuah bisnis yang menguntungkan. Karena apa? Karena pada waktu itu ada kompetitor kita yaitu tanaman kayu putih yang ada

DUTA Rimba 103


INOVASI di Pulau Buru. Kita tahu, produksi kayu putih di Pulau Buru itu sangat besar. Sehingga, serapan pasar pada waktu dulu – karena ada kompetitor – kalau tidak mencari di Perhutani, mereka akan mencari di Pulau Buru, dan produksi di Pulau Buru waktu itu sangat besar sekali. Pohon Kayu Putih dapat dijumpai di seluruh wilayah pulau Buru. Tetapi, akhir-akhir ini, pohon kayu putih di Pulau Buru itu ternyata rusak, karena sekarang di Pulau Buru itu kawasan tempat tumbuhnya kayu putih sudah diubah menjadi tambang, sehingga produksi kayu putihnya turun,” urai Tedjo. Maka, hukum ekonomi yaitu supply and demand pun terjadi. Ketika produksi yang ditawarkan menurun, permintaan pun meningkat. Maka, ketika produksi kayu putih dari Pulau Buru menurun drastis, otomatis permintaan kayu putih yang ada di Perhutani pun meningkat. Dan harga meningkat drastis. Fakta tersebutlah yang mendorong Perhutani untuk menyimpulkan bahwa Perhutani harus juga melakukan pemuliaan tanaman kayu putih. Itu harus dilakukan untuk menggenjot produksi kayu putih agar dapat memenuhi permintaan pasar. “Sebenarnya, dulu kita juga sudah melakukan pemuliaan kayu putih. Kalau dulu, pemuliaan kayu putih yang kita sudah lakukan itu bekerjasama dengan Pusat penelitian di Purwobinangun (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, red) untuk melakukan pengembangan kayu putih agar didapat jenis-jenis yang unggul. Nah, kemudian setelah bekerjasama, Purwobinangun mengembangbiakkan sendiri dan punya kebun sendiri, sedangkan Perhutani sendiri juga punya. Ternyata, hasil yang kita peroleh ini lebih bagus dari Purwobinangun. Yaitu kita sudah menemukan klon-

104 DUTA Rimba

klon unggul atau benih-benih unggul yang berasal dari kayu putih dengan rendemen dan kadar cineol 1 % sampai 1,4 %. Nah, inilah yang akan kita kembangkan,“ urai Tedjo. Klon Unggul Perum Perhutani sendiri mengelola kayu putih seluas sekitar 17.826 hektar, yang terdapat di KPH Gundih, KPH Madiun, KPH Mojokerto, dan KPH Indramayu. Berdasarkan Statistik Perum perhutani tahun 2008, produksi minyak kayu putih di Perum Perhutani tahun 2008 sebesar 415.445 kg dengan rendemen Minyak Kayu Putih (MKP) rata-rata 0,75 %.

ketika produksi kayu putih dari Pulau Buru menurun drastis, otomatis permintaan kayu putih yang ada di Perhutani pun meningkat Menurut laporan hasil penelitian dari para peneliti di Puslitbang Perhutani, yaitu Aris Wibowo, Urip Indera Nurvana, Sutijasno, Agus Cahyo Susanto, Fakir, Ganang Winduro dan Harcicik, penelitian pemuliaan kayu putih di Perhutani telah dimulai sejak tahun 2001 melalui kerjasama dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Purwobinangun, Yogyakarta, dengan dibangunnya uji keturunan kayu putih. Materi genetik kayu putih untuk uji keturunan, benihnya berasal dari Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, dan Ponorogo. Uji keturunan dilakukan di KPH Cepu, KPH Madiun, dan KPH Gundih. Dari

uji keturunan kayu putih di 3 lokasi tersebut, selanjutnya dikonversi menjadi Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK). Benih-benih dari KBUK saat ini diperuntukan untuk tanaman rutin di KPH. Menurut Aris Wibowo, upaya mendapatkan benih unggul tidak berhenti sampai KBUK saja. Puslitbang Perhutani di tahun 2011 juga melakukan uji terhadap rendemen dan kadar cineol minyak kayu putih setiap individu/famili. Dengan diperolehnya informasi rendemen dan kadar cineol minyak kayu putih akan menentukan strategi pemuliaan selanjutnya. Berdasarkan penelitian tersebut, dibuatlah strategi untuk pemuliaan kayu putih. Strateginya antara lain, untuk pengunduhan benih kayu putih tahun 2011, akan diunduh dari individu-individu pada KBUK yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % atau individuindividu yang mempunyai rendemen di atas kontrol yaitu 0,50 %. Setelah itu, dilakukan pembangunan kebun pangkas kayu putih yang diarahkan pada individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol tinggi. Individu-individu kayu putih terpilih dari KBUK kemudian diambil bagian vegetatifnya, dari pucuk atau akar, untuk pembuatan kebun pangkas. Kebun pangkas lalu dibangun dan diperuntukkan sebagai penyedia bahan stek pucuk. Puslitbang Perhutani sendiri telah menguasai teknik perbanyakan dengan stek pucuk. Di awal tahun 2012, dibangun kebun pangkas kayu putih dengan rendemen MKP di atas 0,8 % dan kadar cineol di atas 50%. Jumlah klon yang digunakan kebun pangkas sebanyak 84 individu dan setiap klon diulang 20 ramet (20 ramet/klon ditanam sebaris).

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Lalu pembangunan Kebun Benih Klonal (KBK). Pembangunan KBK kayu putih dilakukan tahun 2011, seluas 4,8 ha, di Petak 62 i, RPH Sidodadi, BKPH Ngimbang, KPH Mojokerto, menggunakan 84 klon dan ditanam dengan single plot dengan pengacakan sistematis. Pembangunan KBK menggunakan materi genetik berasal dari bagian vegetatif yaitu stek pucuk, dari individu-individu terseleksi dari KBUK. Untuk efisiensi dan mempercepat program pemuliaan, maka selain sebagai penghasil benih unggul, KBK ini dapat diperuntukkan bagi kegiatan penyerbukan terkendali, serta didesain sebagai uji klon. Penyerbukan terkendali pun diarahkan pada persilangan individu yang berendemen MKP tinggi dengan individu berkadar cineol tinggi. Setelah itu, Perhutanan klon dibangun dengan menggunakan klon yang mempunyai rendemen dan kadar cineol tinggi sebanyak 25 klon. Pembangunan perhutanan klon dan perhutanan semai dilakukan di KPH Gundih seluas 5 hektar dan KPH Mojokerto seluas 3 hektar. Hal itu dilanjutkan dengan dibangunnya tanaman dengan menggunakan materi yang berbeda yaitu stek pucuk (perhutanan klon) dan benih (perhutanan semai) untuk mengetahui kinerja asal bibit. Dari hasil uji dan penelitian tersebut, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, Heritabilitas rendemen MKP di KBUK Cepu sebesar 0,074 dan di KBUK Madiun sebesar 0,011. Kedua, berdasarkan hasil uji rendemen MKP, diperoleh individu-individu pohon dengan rendemen MKP di atas 0,8 % sampai dengan 1,4 % sebanyak 84 individu pohon. Ketiga, setelah diperoleh individu yang mempunyai rendemen MKP dan kadar cineol tinggi, akan digunakan sebagai

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

materi pemuliaan lebih lanjut. Pengembangan Hasil penelitian dan pemuliaan tanaman yang melahirkan klon unggul itu tentu merupakan hal yang menggembirakan. Maka, manajemen pun lantas mengambil keputusan bahwa semua upaya pengembangan dan penanaman kayu putih, akan menggunakan benih unggul tersebut. Dan menurut Tedjo Rumekso, manajemen Perhutani sudah menetapkan kebijakan bahwa semua penanaman kayu putih yang ada, secara perlahan akan diganti dengan benih unggul yang memiliki kadar cineol tinggi.

Sebenarnya, kayu putih ini sederhana. Untuk penanamannya itu umurnya pendek, pemangkasan dan pengolahannya juga pendek. “Sebenarnya, kayu putih ini sederhana. Untuk penanamannya itu umurnya pendek, pemangkasan dan pengolahannya juga pendek. Itu dari sisi hulunya. Nah, nanti di hilirnya sedang kita pikirkan untuk mengembangkan, bagaimana agar kayu putih yang ada di Perhutani ini bisa berkompetisi dengan produk-produk aromaterapi seperti yang sekarang kita ketahui juga berkembang sangat pesat,” ujar Tedjo. Tedjo menuturkan, saat ini omzet untuk produk-produk minyak kayu putih hasil pabrikan yang dikemas dalam kemasan kecil, terbilang tinggi. Meski kemasannya kecil, tetapi harganya mahal. Padahal, menurut

dia, produk itu merupakan hasil pencampuran dari beberapa minyak atsiri sehingga bisa menghasilkan kanasis tinggi. “Ini juga akan kita benahi, tetapi kita mulai dari hulunya dulu. Kemudian nanti di industrinya juga akan benahi, di produknya akan kita benahi, dan kita juga akan membenahi di retailnya. Karena produk-produk seperti ini sebenarnya adalah produk-produk komersial. Karena produk komersial, kita harus memikirkan pengetahuan tentang chain distribution, keagenan, produk, dan lain sebagainya, yang itu semua kita belum punya,” tuturnya. Direktur Pemasaran Perhutani, Muhammad Soebagja sepakat dengan hal itu. Menurut dia, produkproduk minyak kayu putih hasil pabrikan yang dijual dalam kemasan kecil itu, setelah ia lihat, ternyata kandungan kayu putihnya rata-rata hanya 4,5 persen hingga 15 persen. Sedangkan yang selama ini dijual Perhutani adalah biangnya yang kandungannya 100 persen. Sehingga, menurut dia, ada kemungkinan mereka akan coba mengembangkan pola kerja sama untuk produkproduk hilir yang langsung bisa dimanfaatkan oleh konsumen, khususnya untuk minyak kayu putih. “Saya sudah punya hitunghitungan kasarnya, sebetulnya nilai tambahnya akan jauh lebih banyak jika kita menjual kayu putih dalam bentuk hilir, bukan yang curah atau biangnya seperti yang sekarang ini kita jual. Itu yang akan kita kembangkan,” ujarnya. Tedjo pun menegaskan, tahun 2013-2014 ini mereka akan membenahi dan mempelajari halhal terkait kayu putih, sehingga diharapkan di tahun 2015 setelah memperbaiki sektor hulu tanaman kayu putih dengan mengembangkan terus jenis unggul ini, diharapkan hilirnya juga akan baik. • DR

DUTA Rimba 105


Dok. Humas PHT

KULINERRIMBA

Nila Pedas Waduk Widas Waduk Widas adalah sebuah waduk atau bendungan di Kecamatan Saradan, berjarak 40 km ke arah timur dari Kota Madiun. Selain menjanjikan pemandangan dan suasana alam yang teduh, waduk ini juga menjadi lokasi kuliner yang enak. Salah satu menu andalannya adalah nila bakar. Hmm.. seperti apa ya lezatnya?

106 DUTA Rimba

S

epoi-sepoi angin membelai saat memasuki kawasan Waduk Widas. Waduk seluas 860 km persegi itu dapat ditempuh dalam waktu kira-kira 30 menit dengan kendaraan bermotor dari KPH Saradan, Jawa Timur. Nyonya Kasiyo (49 tahun) tersenyum menyapa konsumen yang singgah di warung makan miliknya. Sudah 12 tahun ia berada di sini, menggeluti usaha kuliner yang menawarkan aneka masakan.

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013


Dok. Humas PHT

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Dok. Humas PHT

Warung makan yang ia tempati dan menemani usaha kulinernya ini bukan merupakan milik sendiri. Warung itu disewakan oleh Perum Jasa Tirta dengan biaya sewa Rp 350.000 per tahun. Ragam menu yang tersaji disana antara lain bakso, ikan bakar, ikan goreng, ayam lalapan, urap, dan masih banyak yang lain. Tetapi, di antara banyak menu itu, ada satu yang sangat khas di kawasan Waduk Widas. Di pondok sederhana yang ia namakan “Warung Asri” itu, Nyonya Kasiyo menyajikan masakan khas Waduk Widas yaitu olahan ikan Nila, baik dibakar maupun digoreng. Mengapa begitu khas? Karena jenis ikan yang paling banyak terdapat di Waduk Widas ini adalah Nila. Dan yang khas dari menu Ikan Nila Nyonya Kasiyo adalah olesan bumbu halus yang pedas pada permukaan ikan. Hmm...biarpun pedas, ia menggugah selera. Ibu 3 anak dan nenek 4 cucu ini mengatakan, Ikan Nila itu ia peroleh dari dua macam petani ikan, yakni petani ikan yang datang dan menjual ikannya langsung kepadanya, serta petani ikan yang harus ia datangi sendiri. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku masakan tersebut, yaitu Ikan Nila dari para petani ikan yang ada di kawasan Waduk Widas, setiap hari tiga kali ia mendatangi tempat

para petani ikan. Masing-masing pukul 03.00, 08.00 dan 19.00. Hal itu juga ia lakukan untuk mendapatkan ikan segar demi menjaga kualitas masakannya. Ikan Nila yang ada di Waduk Widas ini merupakan ikan yang liar atau tidak dibudidayakan. Dalam dua hari, Nyonya Kasiyo bisa menghabiskan sebanyak satu kwintal ikan Nila. Agar selalu segar dan tidak cepat busuk, ikan tersebut disimpan dalam kotak penuh balok es. Nyonya Kasiyo mengaku, tidak pernah dan tidak berniat menggunakan bahan pengawet berbahaya semisal formalin. Sebab, selain membohongi

pembeli, rasa ikan pun akan berbeda jika menggunakan formalin. Pada hari biasa, Nyonya Kasiyo mampu memasak sekitar 50 ekor ikan per hari. Sedangkan pada hari libur, jumlahnya bisa naik dua kali lipat menjadi 100 ekor ikan per hari. Keuntungan bersih yang didapatkan Nyonya Kasiyo dari penjualan menu olahan ikan air tawar ini berkisar antara 100.000-200.000 rupiah per hari. Padahal, promosi untuk menarik pelanggan hanya dilakukan secara gethok tular, dari mulut ke mulut. Terkadang ia diundang oleh orang yang memiliki hajatan, sehingga dari situlah masakannya dikenal. Ia juga enggan menerima bantuan pinjaman dari berbagai pihak, karena dirasa justeru akan menambah beban. Olahan ikan Nila yang banyak digemari di warung Nyonya Kasiyo adalah Nila Bakar Bumbu Rujak dan Bumbu Kecap. Nah, para pencinta kuliner, jika kapan-kapan berkunjung ke Madiun, singgahlah sejenak ke Waduk Widas dan nikmati pedasnya Ikan Nila made in Nyonya Kasiyo. Atau Anda ingin mencoba memasak sendiri di rumah? Tenang saja. Sebab, Nyonya Kasiyo pun membagi resepnya kepada redaksi Duta Rimba. Selamat makan! • DR

DUTA Rimba 107


Dok. Humas PHT

KULINERRIMBA

Resep Nila Bakar Bumbu Pedas Bahan : • Jeruk nipis • Bawang putih • Ketumbar • Garam • Kunyit • Cabai Alat : • Tungku arang • Penjepit ikan • Piring • Kuas • Kipas

Cara pembuatan : • Mula-mula bersihkan ikan Nila yang akan dimasak • Campur semua bahan kemudian haluskan • Letakkan ikan yang sudah dibersihkan di piring • Oleskan bumbu halus ke seluruh permukaan ikan hingga merata menggunakan kuas • Pasang ikan pada penjepit dengan posisi melebar agar matangnya merata • Bakar ikan dengan cara dibolak-balik agar tidak gosong selama ±15 menit • Oleskan lagi bumbu halus dengan kuas ke permukaan ikan • Kipas tungku arang pelan-pelan agar api tidak terlalu besar • Angkat setelah warna ikan kecoklatan/matang

Setelah semua proses pemasakan, ikan Nila bakar dapat disajikan segera pada sebuah piring bersama nasi, lalapan, urap, dan yang tidak kalah penting adalah sambal terasi yang pedas. Minuman yang paling cocok menemani santapan ini adalah es kelapa muda.

108 DUTA Rimba

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.