DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI
NO. 49 • TH. 8 • november - desember • 2013
M A JA L A H
P ER H U T A N I
SOSOK RIMBA
Prof. M. Na’iem:
“Tanaman Perhutani Seperti Manusia, Butuh Makan” WISATA RIMBA
Pantai Goa Cina Ranumnya Perawan Lugu OPINI
Strategi Pemasaran Kayu Jati Plus Perhutani EDISI NO. 49 • TH 8 • NOVEMBER -DESEMBER 2013
BISNIS RIMBA
Menengok Bisnis Hutan Rakyat Lestari DIPANTARA
kalau pohon bisa
ngomong
SalamRedaksi
ISSN: 2337-6791
Dok. Humas PHT
Tanaman untuk Kesejahteraan
Pengarah Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani
Penanggung Jawab Hari Priyanto Sekretaris Perusahaan dan Kepatuhan
Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Humas, Protokoler & Kesekretariatan
Sekretaris Redaksi
P
Ruddy Purnama
Redaktur Dadang Kadarsyah • Maria Dyah • Lusia Diana
Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno
Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Unit I di Semarang Kepala Seksi Humas Perhutani Unit II di Surabaya Kepala Seksi Humas Perhutani Unit III di Bandung
Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works
Alamat Redaksi Humas Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta Pusat Telp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail: redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com
Naskah & Advertensi DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima tulisan, artikel, naskah, dan foto-foto menarik yang sesuai dengan visi dan misi tema penerbitan DUTA RIMBA edisi berikutnya. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal lima halaman dan dikirim melalui e-mail (softcopy). Redaksi berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan. Iklan dan advertorial pada majalah DUTA RIMBA mendapatkan diskon menarik.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
embaca yang budiman, Apa kabar Anda saat ini? Semoga Anda sehat wal afiat dan tetap semangat di akhir tahun 2013. Harapan kami, Anda senantiasa memberikan dedikasi terbaik dalam setiap aktifitas sehari-hari untuk menyongsong 2014 yang gemilang dan menjanjikan kesuksesan. Bagai dua sisi mata uang, Perhutani dan tanaman tak bisa dipisahkan. Namun, apa jadinya jika tanaman tak diurus dengan baik? Jika saja bisa ngomong, pastilah tanaman akan menjerit dan mengisahkan kesedihannya. Hal inilah yang terus dihindari Perhutani. Sebagai pengelola hutan yang ditunjuk pemerintah, Perhutani senantiasa dituntut mengeluarkan kinerja terbaiknya untuk mengelola sumberdaya hutan dengan baik dan maksimal. Hasilnya, tak saja untuk kemajuan perusahaan, namun juga untuk kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitar kawasan. Maka tak heran jika dalam rubrik Benah Diri, Direktur Utama Perhutani mengajak seluruh insan Perhutani untuk menanam dengan hati. Kisah di balik usaha Perhutani mengelola tanaman menjadi fokus DUTA RIMBA edisi ini. Ada banyak cerita tentang rencana dan strategi Perhutani. Begitu pula informasi tentang ragam inovasi dalam teknik pengembangbiakkan tanaman, termasuk kisah mandor hutan yang kinerja dan kesederhanaannya patut diteladani. Untuk menambah wawasan Anda, kami sertakan rubrik Inovasi yang mengulas sekelumit teknik penyiraman metode infus untuk mengatasi kekeringan, di mana Perhutani turut merehabilitasi lahan kritis di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kami juga menengahkan informasi bisnis hutan rakyat yang dilakukan Dipantara pada rubrik Bisnis Rimba, infromasi seputar Egg Roll Waluh dalam Rimba Daya, dan mengenal potret dan manfaat Puspa di rubrik Ensiklo. Pada edisi ini kami ajak Anda “mencicipi” kare rajungan khas Tuban. Anda juga dapat memanjakan mata dengan menikmati pemandangan indah Pantai Goa Cina di Malang, atau memperkaya informasi wisata Anda dengan mengenal Kahyangan Api Bojonegoro di rubrik Warisan Rimba. Selain rubrik-rubrik di atas, jangan lewatkan pula liputan khas DUTA RIMBA pada rubrik-rubrik lainnya, seperti Resensi yang mengulas buku Fun Writing for Kids dan Pojok KPH yang kali ini menampilkan profil KPH Banyuwangi Utara. Anda juga kami ajak untuk menyisir sejumlah aktifitas Perhutani di berbagai daerah di rubrik Lintas Rimba. Terakhir, segenap jajaran redaksi DUTA RIMBA mengucapkan Selamat Natal bagi Anda yang merayakan dan Tahun Baru 2014. Tak lupa, kontribusi Anda dalam bentuk sumbang saran dan kritik tetap kami nantikan demi kemajuan majalah kita tercinta. Salam! • DR
DUTA Rimba 1
semairimba
SALAM REDAKSI BENAH DIRI • Menanam dengan Hati
1 4
PRIMA RIMBA • Jangan Biarkan Pohon Menangis
6
RIMBA UTAMA • • • •
Capaian Rp 10 T Bukan Khayalan Kultur Jaringan dari Jati Hingga Porang Menanam Pohon untuk Anak-Cucu Banyak Jalan Mengelola Lahan Kosong
10
10 14 20 26
RIMBA KHUSUS • Perhutani Green Pen Award Cinta Hutan dan Lingkungan Melalui Tulisan 30 • Perhutani Green Pen Award di 3 Unit 34
SOSOK RIMBA • Prof. M. Na’iem “Tanaman Perhutani Seperti Manusia, Butuh Makan” LINTAS RIMBA LENSA • Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani Green Pen Award
40 48
30
56
OPINI • Strategi Pemasaran Kayu Jati Plus Perhutani (Jpp)
62
WARISAN RIMBA • Meniti Kahyangan Api
40
66
ENSIKLO RIMBA • Puspa, Antara Nyeri Haid sampai Hapus Tatto 70
RIMBA DAYA • Egg Roll Waluh Manisnya Bisnis Si Bulat Panjang
74
BISNIS RIMBA • Menengok Bisnis Hutan Rakyat Lestari DIPANTARA
78
WISATA RIMBA • Pantai Goa Cina Ranumnya Perawan Lugu
84
POJOK KPH • KPH Banyuwangi Utara Menanam di Zona Tradisional
88
84
RESENSI • Menebar Virus Menulis Secara Fun
90
INOVASI • Metode Infus di NTT Atasi Kekeringan
92
RIMBA KULINER • Mari Menyayat Lidah dengan Rajungan Tuban
2 DUTA Rimba
94
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
POSRIMBA Pesan Benih Saya butuh benih tanaman Jabon,
Perhutani bisa melakukan ekspor log
Telp : (031) 5343851
kayu jati dengan tujuan Belanda?
• KBM Trading dan Industri Kayu
kayu putih dan kayu manis. Apakah
Rakyat Unit III Jawa Barat &
Mohon konfirmasinya pada
di sana tersedia tempat penyemaian?
Banten
kesempatan pertama,
Tolong informasi tentang nomor HP
Atas perhatian dan kerjasama yang
yang bisa dihubungi. Terima kasih.
Jl. Soekarno Hatta No. 628 Km 14. Bandung
diberikan diucapkan terima kasih.
Zuina Harefa, SP, MP
Telp : (022) 7802971
Salam, Dimas Pratama
dishut.kabnias.h24@XXX.com
dhimas.pratama9@xxx.com
Order Akasia
Untuk informasi lebih lengkap, silakan menghubungi Bagian Pemasaran
Perum Perhutani tidak dapat
Saya Hermawan. Saya mendapat
di Gedung Manggala Wanabakti, Blok
melakukan ekspor log kayu jati.
order akasia dari luar negeri. Dengan
7 lantai 9, dengan nomor 021-5721 282
Untuk informasi lebih lengkap silakan
e-mail ini saya bermaksud menanyakan,
ekstensi 930.
menghubungi bagian Pemasaran Kantor
apakah Perum Perhutani memiliki akasia
Pusat di 021-5721 282 ekstensi 930.
dengan kuantitas minimal 5.000 MT/ bulan?
Lowongan Kerja di BUMN Careers Day
Seandainya Perhutani berkenan
Menjual Jati
terhadap tawaran bisnis saya ini, saya
Selamat siang Admin
Selamat malam.
mohon bantuan untuk membalas e-mail
Saya ingin bertanya perihal
Saya Rifky ingin bertanya apabila
saya.
perekrutan karyawan Perhutani di
ingin menjual jati ke Perum Perhutani
BUMN Careers Day. Mengapa tidak ada
bagaimana tata caranya ?
lowongan yang ditawarkan? Apakah sedang tidak membuka lowongan?
Untuk bantuan dan perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih.
Rifky Adhiansyah
Hermawan Kusnadi
rifky.adhiansyah@xxx.com
hermawandiriku@XXX.com
Kapan kira-kira lowongannya dibuka? Untuk informasi lebih lengkap silakan
Karena saya dan teman-teman dari
menghubungi :
Fakultas Kehutanan IPB sangat ingin
• KBM Trading dan Industri Kayu
bergabung dalam tim di Perhutani.
Rakyat Unit I Jawa Tengah
Mohon informasinya dan terimakasih
Untuk informasi lebih lengkap, silakan menghubungi Bagian Pemasaran di Gedung Manggala Wanabakti, Blok 7 lantai 09, di 021-5721 282 ekstensi 930.
Jl. Pahlawan No. 15-17 Semarang
banyak atas perhatiannya.
Telp : (024) 8413631
Rizka Yuni Kartika
• KBM Trading dan Industri Kayu
rizkayunikartika@xxx.com
Rakyat Unit II Jawa Timur Redaksi telah menerima banyak
Jl. Genteng Kali No. 49 Surabaya
Lowongan Pekerjaan Saya dari sekolah Vokasi UGM D3 Pengelolaan Hutan angkatan 2010. Bulan
e-mail yang menanyakan informasi
November ini saya telah lulus. Saya ingin
lowongan pekerjaan di Perum Perhutani.
menanyakan tentang lowongan pekerjaan
Namun saat ini di Perum Perhutani
untuk perhutani. Bagaimana syarat-
belum ada rekruitmen untuk penerimaan
syarat yang dibutuhkan untuk masuk ke
karyawan baru. Selanjutnya, info
perhutani? Terima kasih.
lowongan pekerjaan bisa dilihat di
rarasaty sekar arumsari
alamat website Perum Perhutani di www.
rarasatysekar@yahoo.co.id
perumperhutani.com. Redaksi telah menerima banyak e-mail yang menanyakan informasi
Ekspor Kayu Log
lowongan pekerjaan di Perum Perhutani.
Yth. Perhutani
Namun saat ini di Perum Perhutani
Perkenalkan nama saya Dimas, saya
belum ada rekruitmen untuk penerimaan
representative dari Holtim International, dibidang suppliers produk kayu. Saya ingin menanyakan, apakah
Dok. ISTIMEWA
Belanda. Perusahaan yang bergerak
karyawan baru. Selanjutnya, info
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
lowongan pekerjaan bisa dilihat di alamat website Perum Perhutani di www. perumperhutani.com.
DUTA Rimba 3
BENAHDIRI
Menanam dengan Hati
DNA perubahan terus menguat di Perhutani dan tak bisa dihentikan. Tak hanya di hilir transformasi terus dipacu, tetapi di hulu juga terus digenjot. Bila sebelumnya menanam dilakukan secara konvensional, ke depan harus dilakukan secara intensif dan produktif. Tak hanya kayu jati, Perhutani juga akan mengembangkan agroforestry dengan tanaman andalan seperti pinus, karet, kopi, sengon dan lain sebagainya, agar dalam jangka pendek dan menengah bisa memperkuat pundi-pundi korporat.
M
Dok. Humas PHT
enanam dengan keuangan dari jati hampir menipis intensif tentu dari segi produksinya, sekalipun membutuhkan dari dari segi luasan masih bagus. penanganan yang Jati yang ada umumnya belum siap lebih serius. Mulai panen. Umurnya rata-rata masih 10dari membuat lubang, menanam, 12 tahun. Sementara untuk kayu jati merawat, dan memberi pupuk, yang bagus bisa dipanen minimal agar pohon terpenuhi gizinya. 20 tahun ke atas untuk bibit jati Biaya yang diperuntukkan untuk plus. Sedangkan untuk jari dari bibit tanaman harus betul-betul sampai biji butuh waktu 40 tahun. Padahal kepada tanamannya, agar pohon panen itu dibutuhkan Perhutani bisa tumbuh sesuai dengan target untuk membangun. dan bisa berproduksi secara Di era reformasi, daging maksimal. Perhutani itu sudah banyak diambil Insan Perhutani harus orang lain. Mereka menebang menanam menggunakan dan mengambil kayu jati, hingga hati. Kalau tidak dengan hati, membuat hutan kita menjadi bagaimana mungkin tanaman bisa gundul. Sekarang ibaratnya tinggal Bambang Sukmananto tumbuh secara maksimal. Kalau tulang-tulangnya berserakan, yang Direktur Utama Perum Perhutani sudah saatnya dipupuk, jangan kini sedang kita benahi. Sehingga ditunda-tunda lagi. Begitu pula dalam 10 tahun ini Perhutani terus dalam perawatan, harus juga dilakukan dengan maksimal. menanam dan menanam. Pendek kata untuk tanaman Biaya tanaman dan perawatan yang setiap tahun kita harus berbenah diri. ditingkatkan, harus bisa maksimal dimanfaatkan untuk Dalam berbenah diri, bila kita mengacu pada meningkatkan gizi tanaman. perencanaan zaman Belanda yang harus menanam kayu Sebagai insan Perhutani kita harus menyadari bahwa jati saja, kiranya tidak tepat. Kita tidak akan segera bisa kayu jati yang sejak dulu menjadi andalan merupakan mendapatkan pundi-pundi untuk membangun. Sehingga hadiah dari Sang Maha Kuasa. Begitu kita datang sudah saatnya kita memulai menanam dengan tanamanada warisan dari Belanda. Kalau hutan ini bisa dikelola tanaman yang cepat jual, cepat menghasilkan uang dan seperti dahulu dengan aturan yang berlaku pada jaman cepat meredakan konflik lahan dengan masyarakat. Kalau Belanda, kayu jati kiranya bisa menjadi sumber keuangan cepat panen kan masyarakat juga cepat mendapatkan yang luar biasa pada sekarang ini. uang, konflik tak perlu terjadi, karena mereka ikut Tapi persoalan sekarang tidaklah seideal dulu. Sumber menikmati hasil. Kita punya konsep HTM. Sekarang ada
4 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
konsep tanaman non jati. Terutama di daerah-daerah padat penduduk. Kita sudah mulai ubah jadi sengon. Kedua tanaman yang dulunya terlalu tinggi untuk jati kita ubah dengan pinus. Agar pinus juga cepat menghasilkan, maka kita membuka diri dengan menanam kopi. Agroforestry kopi. Untuk Kopi ini ke depannya seperti konsepnya Pertamina, ditangani oleh anak perusahaan. Namun kini masih ditangani rakyat melalui HTM, sehingga manfaatnya masih dirasakan oleh mereka, sekalipun kayu pokoknya masih untuk Perhutani. Ke depan, tanaman-tanaman yang sifatnya agroforestry, atau tanaman campuran, tanaman berdaun pendek dan berdaun panjang akan dikelola Perhutani. Di sektor tanaman akan ada transformasi dari kayu jati ke agroforestry. Tergantung pada lokasinya. Kalau bisa 2,5% dari lahan dipakai agroforestry sudah cukup bagus. Bila 2,5% tanaman kebun bisa dilaksanakan, bukan tidak mungkin kita akan menemukan pola baru dalam menanam. Di mana kita menanam untuk tanaman jangka pendek, menengah dan jangka panjang, sehingga sangat cocok bagi perusahaan seperti Perhutani. Petumbuhan penduduk yang begitu besar tidak hanya bisa dikeluhkan saja, atau mengusir mereka. Tidak mungkin itu dilakukan. Saya kira harus ada pengorbanan dengan tujuan untuk mendapatkan yang lebih baik usaha di masa depan. Kalah sedikit tetapi untuk maju ke depan. Tentu saja konsep ini harus disosialisasikan. Perhutani pada 2015 akan menghubah visi dan misi perusahaan, setelah perencanaan lima tahunan akan berakhir 2014. Perubahan itu dimaksudkan, supaya rencana-rencana itu terwadahi untuk jangka menengah dan jangka panjang. Tanaman yang dikembangkan juga akan fokus untuk menunjang kebutuhan bahan baku industri. Kita menanam Pinus, karena kita memiliki pabrik Gondorukem. Bila memungkinkan penanaman pinus juga diperluas. Kita tanam sengon, karena kita memiliki pabrik pulp di Kediri. Pendek kata, karena perusahaan ini juga bertransformasi ke industri, maka kalau kita mengembangkan industri tertentu, maka kita juga harus memilih tanaman apa yang harus dikembangkan. Tanaman rimba seperti sonokeling itu masih tetap ditanam, disesuaikan dengan kondisi lokasinya yang cocok. Namun, yang penting lagi ke depan, tanaman yang kita kembangkan adalah yang berproduksi tinggi. Bukan tanaman yang ecek-ecek. Semuanya harus terukur dan jelas, sehingga membutuhkan pemeliharaan yang baik, pupuk yang cukup, tidak bisa dibiarkan lagi seperti yang dulu. Ditanam kemudian ditinggal. Ini harus intensif yang ujung-ujungnya adalah SDM yang mengelola tanaman kebun.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Untuk mewadahi kegiatan agroforestry ini, ke depan Perhutani akan membentuk KPH Agroforestry sendiri. Hal ini dilandasi pemikiran, bahwa untuk mengelola agroforestry ini tentu berbeda dengan pengelolaan hutan jati. Untuk agroforestry ini setiap tahunnya bisa produksi, sehingga warna bisnisnya sangat kental. Bahkan untuk getah, produksinya bisa setiap hari. Belum lagi dalam agroforestry ini produksinya bisa juga buah-buahan. Jadi dalam konsep agroforestry ini, tanaman jangka panjangnya sudah jelas sebagai ciri khas Perhutani. Tapi tanaman agronya bisa tiap hari berproduksi. Ini semua bila dibarengi dengan industri untuk mengolah hasil panen tentu akan bagus ke depannya. Untuk sementara KPH Agroforestry ini akan dibuka di Jawa Barat. Ini tentu harus direncanakan secara matang. Karena kalau sudah dimulai, maka akan ada proses penebangan dulu, untuk menanam tanaman kebun. Pada 2015 paling tidak sudah ada satu KPH Agroforestry. Karena untuk membentuk organisasi baru, harus ada yang dikelola terlebih dahulu. Sekarang ini kita memang sedang menanam. Pada 2014 sudah sudah ada pohon yang tinggi. Umur tiga tahun sudah harus ada yang mengurusi. Kalau karet 5 tahun sudah panen. Minimal kalau agroforestry itu 3000 hektar dikelola secara intensif. Kalau jati 5000-6000 ha itu besar. Kalau karet itu kecil tetapi intensif. Karena tiap hari berproduksi, sehingga cara tanam pun juga harus berubah. Mungkin ada tujuh ADM yang mengurusi KPH Agroforestry. Bila pengelolaannya sudah bagus bisa dibentuk perusahaan sendiri. Kalau perusahaan sudah mulai bagus, dan tahapannya sudah bisa mengelola sendiri kita harus lepas. Anak usaha mengenai agroforestry yang bisa memproduksi karet, memproduksi kayu, dan memproduksi lainnya. Hingga kini memang baru Jawa Barat yang disiapkan menjadi KPH Agroforestry. Kita belum berpikir untuk daerah lain, meskipun potensinya di Jawa Timur bisa membuat satu, di Jawa Tengah satu dan di Jawa Barat bisa dua Agroforestry. Di sinilah tantangan kita sebagai Insan Perhutani untuk bisa mengubah mindset. Tidak saja perusahaan ini akan bertransformasi menjadi industri yang berbasis hasil hutan, tetapi dari sisi tanaman juga akan bertransformasi dari tanaman konvensional menjadi tanaman yang produktif untuk menopang industri Perhutani. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui. Dari transformasi di sektor tanaman ini akan banyak yang bisa diurai untuk membangun Perhutani. Karena itu marilah selalu menanam dengan sepenuh hati. • DR
DUTA Rimba 5
Dok. Humas PHT
primarimba
6 DUTA Rimba Dok. Humas PHT
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Jangan Biarkan
Pohon Menangis Sektor tanaman kini digenjot habis oleh Perhutani. Ibaratnya, sepanjang tahun tak ada kata berhenti menanam. Namun dalam menanam, korporat tak bisa menyerahkan kepada sabda alam. Begitu menanam, ditinggal pergi, agar kemudian tumbuh sendiri. Cara menanam semacam itu kini mulai ditinggalkan. Perhutani memasuki sebuah era menanam pohon yang intensif.
M
enanam pohon seperti membesarkan seorang bocah. Mulai dari pembibitan hingga berproduksi, tanaman harus dijamin gizinya. Ibarat bocah, tanaman tak boleh dibonsai, apalagi sampai kuntet. Berbagai kebijakan kini tengah ditempuh, agar tanaman jangan sampai menangis, karena kekurangan gizi. Masalahnya, bagaimana kebijakan manajemen untuk menjamin gizi tanaman itu betul-betul bisa menggemukkan tanaman? Caracara lama untuk memanipulasi biaya tanam sudah saatnya ditinggalkan. Apalagi menjadikan biaya tanaman untuk membiayai kegiatan nontanaman ke depan tak bisa ditolelir. Ini perlu mendapatkan penegasan, karena sering terjadi penyalahgunaan biaya tanaman oleh petugas di lapangan untuk membiayai operasional yang sifatnya individual. Seperti misalnya untuk
memberikan tip aparat keamanan, biaya entertainment, upeti kepada atasan dan lain sebagainya yang tak ada kaitannya dengn peningkatan gizi tanaman. “Untuk satu lubang tanaman ukuran 30 x 40, biaya cangkulnya adalah Rp. 300. Tapi dalam praktiknya, biaya tadi hanya sampai kepada pekerja sebesar Rp. 150. Akibatnya, pembuatan lubang itu banyak yang tidak maksimal. Kalau di pinggir jalan tentu tak bisa dimanipulasi, tetapi kalau di dalam hutan, bisa-bisa pembuatan lubang itu asal-asalan,” tutur salah seorang mantan Asper saat menggambarkan rawannya penyalahgunaan biaya tanaman. Tak heran bila banyak kalangan menggambarkan, tanaman yang menjadi andalan pundi-pundi pendapatan di perhutani itu sering menangis, karena gizinya kurang. Dana yang dianggarkan cukup besar, tapi implementasi di lapangan sering disalahgunakan. “Maklumlah, karena
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
minimnya anggaran operasional, anggaran tanaman yang paling mudah disalahgunakan,” imbuhnya. Kondisi demikian tentu tak bisa dibiarkan. “Teman-teman di lapangan ini harus dicerahkan kembali bagaimana menanam secara bagus. Kalau dulu ditanam langsung ditinggal pergi. Sekarang harus mulai diberi gizi di pupuk dan lain sebagainya. Otomatis ada kenaikan biaya. Kenaikan biaya itu tak masalah kalau ada kenaikan hasil. Kita nambah satu tidak apa-apa, asal hasilnya tambah dua,” jelas Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani. Manajemen memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan produksi tanaman. Apalagi tanaman ini ke depan juga harus mendukung industrialisasi Perhutani. Membenahi sektor tanaman, tak bisa dilihat hanya untuk membenahi sektor hulu, tetapi juga untuk menjamin agar pabrik-pabrik yang didirikan oleh Perhutani itu juga terjamin bahan bakunya. Perhutani memiliki pabrik pulp, tentu tanaman sengon yang kini tengah digencarkan harus bisa menyuplai pabrik pulp tersebut agar bisa tetap berproduksi. Begitu pula Perhutani memili pabrik gondorukem, tentu tanaman pinus yang sekarang terus diperluas diharapkan menjadi pemasok getah ke pabrik tersebut. Untuk meningkatkan produktifitas tanaman, melalui pola intensifikasi, dalam tiga tahun terakhir ini Perhutani terus menggenjot biaya tanaman. Biaya itu
DUTA Rimba 7
primarimba
Dok. Humas PHT
terbukti ada oknum-oknum yang menyalah gunakan biaya tanam. Kami dari direksi sendiri kalau melakukan kesalahan juga akan ditindak,” tegasnya. Memang untuk mencegah terjadinya distorsi penggunaan biaya tanam itu tak hanya dilakuakn secara kuratif. Manajemen tengah memikirkan upaya-upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Bukankah mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati? Demikian pepatah yang tengah dikembangkan oleh pimpinan Perhutani.
dimaksudkan untuk menanam dan merawat pohon. Tiga tahun terakhir ini kenaikan kenaikan biaya tanaman cukup signifikan. Bila pada tahun 2012 biaya tanam sekitar Rp 101,44 miliar untuk 42.679 hektar tanaman, pada 2014 direncanakan menjadi 173,25 miliar untuk 55.948 hektar tanaman, atau mengalami kenaikan hampir 70%, atau rata-rata 35% setahun. Begitu pula biaya rawat tanaman juga meningkat tiga kali lipat. Bila pada tahun 2012 biaya perawatan tanaman sekitar Rp 16,06 miliar untuk 42.679 hektar tanaman, pada 2014 meningkat menjadi Rp 47,55 miliar untuk 55.032 hektar tanaman, atau mengalami peningkatan 300%. Dari data tersebut terlihat bahwa upaya Perhutani untuk meningkatkan gizi
8 DUTA Rimba
tanaman tidak tanggung-tanggung. Semua itu dilakukan agar intensifikasi dalam menanam bisa menghasilan produktivitas yang maksimal. Yang menjadi pertanyaan, apakah dana sebesar itu betul-betul sampai ke gizi tanaman? Ini sebuah pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Namun bagi Direktur PSDH dan PUHR, Mustoha Iskandar, yang menjadi komandan dalam urusan tanam, akan berupaya keras dana itu bisa dioptimalkan untuk melakukan pengelolaan tanaman secara intensif. Di mana mulai dari tanam, perawatan dan pemupukan, harus bisa dijamin implementasinya. “Jajaran direksi sudah melakukan penandatanganan pakta integritas. Jadi kita juga akan melakukan tindakan tegas kalau memang
Pola Menanam Ubah Bambang Sukmananto menggagas perlunya mengubah mindset para petugas di lapangan, bahwa menanam tanaman itu harus dengan hati. Karena kalau tidak paki hati bisa tidak optimal. Dan, kalau tidak optimal maka tanamannya bisa kuntet. “Karena itu kembalikan tanaman kepada harkat dan martabatnya. Intinya kembali menanam itu pakai hati. Kalau tak pakai hati, kasih makan pun seenaknya. Kalau kasih makannya tak pakai hati, biaya makannya di masukkan kantong sendiri, maka kasihan tanamannya,” tegas Bambang. Membudayakan tanaman pakai hati harus menjadi nilai-nilai dasar bagi insan Perhutani. Mereka yang hidup dengan pohon, tentu harus mencintai dan menyayangi tanaman layaknya mahkluk hidup yang bisa bergerak. Bila tidak, tanaman yang menjadi sumber penghidupan bagi karyawan dan perusahaan tak akan mampu memberikan sumber penghidupan yang maksimal. Janganlah tanaman hanya diberlakukan sebagai sumber pendapatan saja. Tanaman harus diberlakukan sebagaimana makluk hidup, agar bisa memberikan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
manfaat yang optimal bagi manusia. Selain merubah mindset, Perhutani ke depan juga perlu mengembangkan teknologi informatika (TI) untuk mengontrol kinerja petugas di lapangan. Misalnya seseorang telah menanam pada areal 10 hektar, maka penanaman tersebut bisa dipastikan melalui perangkat teknologi. Dalam menanam tanaman juga harus dilakukan standarisasi. Teknologi informatika itu akan membantu manajemen dalam mengendalikan seluruh operasional yang diperlukan dalam menanam dan merawat tanaman. Melalui TI ini akan bisa dikontrol setiap kegiatan dari masing-masing petugas lapangan dalam melakukan tugas penanaman tanaman. Untuk mencegah terjadinya distorsi penggunaan anggaran tanaman, Mustoha juga menggagas, kemungkinan penerapan cara kerja Pertamina. Misalnya, dalam pengeboran lapangan migas, pembuatan pipa gas, maupun pengelolaan lapangan gas, Pertamina banyak mempekerjakan anak-anak perusahaannya. Untuk driling diserahkan pada Pertamina Driling Service Indonesia (PDSI). Untuk pipanisasi diserahkan kepada Pertamina Gas (Pertagas), untuk pengelolaan gas diserahkan kepada Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi. Untuk mengolah LNG diserahkan kepada Nusantara Regas. Hal demikian juga bisa diberlakukan pada tanaman Perhutani, di mana untuk menanam
ke depan bisa diserahkan kepada anak perusahaan atau Koperasi LMDH. Melalui cara demikian, KPH itu ke depan tugasnya mengawasi dan mengontrol penaman yang dilakukan oleh anak perusahaan. Mereka harus bisa memastikan bahwa biaya tanam yang cukup besar dianggarkan oleh korporat itu dipastikan digunakan secara maksimal untuk meningkatkan gizi tanaman. Begitu pula dalam penyaluran dana tanaman agar sampai ke tanaman, sebagaimana tengah dirintis oleh Direktur Keuangan, ke depan akan dikembangkan cash management system. Di mana setiap transaksi dengan siapapun dalam urusan tanam tidak bisa dilakukan secara cash. Semua transaksi harus dilakukan melalui transfer bank. Memang akan banyak hal yang harus dibenahi untuk mewujudkan cash management system ini. Seperti misalnya, apakah pihak yang melakukan transaksi ini dipastikan memiliki rekening di bank. Maklumlah para petani yang ikut menanam tanaman di lahan Perhutani tak semua memiliki rekening di bank. Namun kalau belajar dari implementasi pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program kompensasi kenaikan harga BBM yang menjangkau hampir 16 juta kepala rumah tangga yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, kiranya cash management system di Perhutani tak akan serumit BLT. Di Jawa dan Madura, masih ada BRI atau kantor pos yang masih bisa dijangkau oleh penduduk
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Mencegah tentu lebih baik dari pada mengobati. Prinsip itu kiranya layak dijadikan acuan bagi Perhutani untuk memastikan anggaran yang disediakan dapat meningkatkan gizi tanaman dan betulbetul digunakan untuk tanaman.
desa. Semua itu tinggal kemauan keras manajemen mengimplementasikan cara-cara preventif untuk mencegah terjadinya distorsi. Mencegah tentu lebih baik dari pada mengobati. Prinsip itu kiranya layak dijadikan acuan bagi Perhutani untuk memastikan anggaran yang disediakan dapat meningkatkan gizi tanaman dan betul-betul digunakan untuk tanaman. Menyerahkan tanaman dengan sabda alam, tampaknya tidak memadai lagi bagi Perhutani yang terus berevolusi menjadi perusahaan kehutanan yang tangguh di masa depan. Menanam secara intensif dan produktif harus menjadi pilihan bagi Perhutani, kalau perusahaan ini ingin mendapatkan pundi-pundi untuk membangun bisnis di masa depan. Karena itu membangun sistem pengawasan jauh lebih penting ketimbang dengan tindakan memberikan sanksi dan hukuman bagi mereka yang menyalahgunakan kewenangan.• DR
DUTA Rimba 9
Dok. Humas PHT
RIMBAutama
10 DUTA Rimba Dok. Humas PHT
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Capaian
Rp 10 T Bukan Khayalan Sektor tanaman masih tetap menjanjikan pundipundi bagi Perhutani di masa depan. Apalagi bila Perhutani mampu mengoptimalkan aset negara berupa lahan seluas 2,4 juta hektar yang dimiliki. Peluang perusahaan untuk melipatgandakan pendapatan masih tetap terbuka.
P
undi-pundi itu akan semakin membengkak jika pendapatan dari sektor tanaman di-mix dengan hilirisasi yang kini tengah digencarkan. Namun untuk mengelola tanaman di lahan seluas itu memang tak bisa dilakukan secara tradisional. “Kita bukan mengejar luasnya tanaman tetapi produktifitasnya rendah. Ke depan itu kita pilih tanaman 50 Ha atau 25 ha dengan out put yang sama,” kata Dr. Mustoha Iskandar, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Pengembangan Usaha Hutan Rakyat (PSDH & PUHR) Perum Perhutani. Dengan demikian pola tanam Perhutani bukan ekstensifikasi untuk mengejar kuantitas. Ke depan pola tanam perhutani harus mengejar kualitas, di mana produktifitas
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
menjadi tujuannya. Karena itu untuk mengejar produktifitas ini, Perhutani tengah mencari format bagaimana mengoptimalkan aset yang dimiliki agar memberikan nilai tambah secara maksimal. Salah satu upaya tersebut adalah dengan merancang agroforestry, suatu metode penggunaan lahan secara optimal yang mengkombinasikan sistemsistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi-kombinasi produksi kehutananan dan produksi biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian, secara bersamaan atau berurutan, dalam kawasan hutan atau di luarnya dengan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Langkah ini dilakukan Perhutani, sebagaimana dijelaskan Dirut
DUTA Rimba 11
rimbaUTAMA
Dok. Humas PHT
Hingga kini pendapatan Perhutani sekitar Rp 4 triliun, baik dari kayu maupun nonkayu. Angka tersebut memang masih terlalu jauh jika dibandingkan dengan angka Rp 10 triliun.
Perhutani Bambang Sukmananto, karena perusahaan yang memiliki aset luar biasa ini kurang produktif. Melalui agroforestry, pemanfaatan lahan hutan secara maksimal yang ditujukan kepada produksi hasil tanaman berupa kayu dan kayu secara berurutan dan/atau bersamaan. Dalam konteks ini Bambang menggariskan, transformasi di Perhutani tidak hanya di hilir dengan melakukan hilirisasi melalui industrialisasi. Di sektor tanaman juga harus terus digenjot dengan bertransformasi dari menanam kayu jati meluas pada tanaman yang lebih produktif dan intensifikasi. Melalui transformasi di sektor tanaman, ke depan Perhutani memiliki tanaman jangka pendek, jangka memengah dan jangka panjang, sehingga akan mempercepat perusahaan ini untuk mengembangkan usahanya di sektor kehutananan. Pada agroforestry ini ada yang berbasis karet, kopi, bahkan buahbuahan. Namun dalam melakukan tanaman kebun yang produktif tentu harus berbeda dengan yang dimiliki
12 DUTA Rimba
oleh PTPN. Misalnya kalau di PTPN menanam karet itu murni karet, maka di agroforestry tetap ada tanaman hutannya sebagai ciri khas. Seperti di Waduk Cacaban itu ada 20% tanaman tradisional Perhutani. Hanya saja, sebagaimana diingatkan oleh Mustoha, dalam menanam tanaman hutan maupun kebun dalam konsep agroforestry harus dilakukan secara intensif. “Kalau tidak intensif produktifitasnya rendah. Ke depan eranya harus intensifikasi,” katanya. Mustoha mencontohkan, kayu jati itu bila dikelola secara intensif akan menghasilkan kayu yang maksimal. Dalam satu hektar bisa menghasilkan 150 kubik. Bila tiap tahun bisa menanam 10.000 hektar, maka dalam dua puluh tahun ke depan, produksi kayu jati Perhutani bisa mencapai 1,5 juta kubik. Bandingkan dengan produksi kayu jati sekarang ini yang rata-ratanya sekitar 450 meter kubik. Kayu jati masih tetap menjanjikan di masa mendatang, bila perusahaan ini mampu mengelolanya secara intensif. “Katakan harga kayu jati dua puluh tahun ke depan Rp 3 s/d
4 juta per kubik. Kalau kita punya 1,5 juta kibik, bukan tidak mungkin kayu jati bisa memberikan tambahan pendapatan Rp 5-6 triliun. Itu baru kayu jati, belum dari kayu yang lain maupun pendapatan nonkayu. Jadi pendapatan perhutani ke depan mencapai Rp 10 Triliun itu bukan sebuah angan-angan. Pendapatan sebesar itu bisa dicapai, bila kita serius dalam melakukan transformasi, baik di hilir maupun di hulu,” tegas Mustoha. Hingga kini pendapatan (revenue) Perhutani sekitar Rp 4 triliun, baik dari kayu maupun nonkayu. Angka tersebut memang masih terlalu jauh jika dibandingkan dengan angka Rp 10 triliun. Namun kalau sektor hulu dan hilir bisa bertransformasi, prediksi pendapatan hingga mencapai Rp 10 triliun bukanlah hal yang tidak mungkin. Angka itu sangat realistis dan bisa dicapai. Memang Perhutani pernah menargetkan pendapatan Rp 8 triliun. Namun target itu tak bisa dicapai, karena kurang diimbangi dengan berbagai terobosan. Namun bila kini di sektor hulu dan hilir ditranformasikan pada usaha yang produktif, maka target pendapatan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Bukan Sabda Alam Untuk mengoptimalkan lahan Perhutani dengan tanaman yang produktif tentu tidak lepas dari upaya perusahaan ini untuk menanam. Dalam tiga tahun terakhir ini ada aktifitas menanam yang cukup signifikan. “Tanaman ini dari sisi biaya ada tren. Naik turun, Tetapi kalau tahun ini kenaikannya luar biasa,” kata Mustoha. Bila pada tahun 2012 luas tanam sebesar 42,679 Ha, pada 2014 direncanakan membengkak menjadi
meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang. Bebeberapa langkah yang dilakukan Perhutani untuk menggenjot sektor tanaman itu tentu tidak lepas untuk memenuhi proyeksi penanaman redesign. Ke depan Perhutani harus memiliki tanaman jati seluas 600.000 Ha, sengon 40.000 Ha, Karet (20.000 Ha) dan Kayu putih (20.000 Ha) yang harus dikelola secara intensif. “Bukan menanam seabrekabrek kemudian diserahkan kepada alam. Tapi itu tadi, ada kepentingan dikelola secara intensif ada untuk kepentingan covering di Jawa. Karena kalau kita tanam 10.000 Ha saja nanti diteriaki, kenapa masih ada yang lakukan, 2012kosong-kosong. 2013 Itu tetap kita 2014 (Ha) (Ha) (Ha)
55,948 hektar. Dalam penanaman pohon jati dan non silin jati luas tanaman naik turun. Namun untuk rimba silin dan karet kenaikannya cukup signifikan. Bila pada tahun 2012 rimba silin sebesar 89 Ha, maka pada 2014 diproyeksikan mencapai 7.330 Ha. Begitu pula untuk karet dalam tiga tahun ini trennya terus meningkat, hal ini tentu tidak lepas dari road map perusahaan untuk mengembangkan agroforestry yang berbasis karet. Bila pada 2012 baru menanam karet sebesar 563 Ha, pada 2013 menjadi 1.755 Ha. (Lihat tabel berikut) Luas Tanam Perhutani No.
Jenis Kayu
1.
Silin Jati
4.462
5.073
4.990
2.
Non Silin Jati
19.816
16.615
17.036
3.
Rimba Silin
89
6.740
7.330
4.
Rimba Non Silin
13.581
3.978
8.871
5.
Karet
563
1.683
1.755
6.
Lain-lain Total
4.167
6.557
11.849
42.679
40.646
55.948
Bagi Perhutani karet diharapkan bisa menjadi pundi-pundi perusahaan di masa mendatang. Mengapa demikian? Karena menurut perhitungan Mustoha, karet itu net ptofit to revenue kurang lebih 30 s/d 40%. “Maka wajar kalau PTPN itu hanya dengan 14.000 Ha atau kurang dari 20.000 Ha, pendapatannya sama dengan pendapatan Perhutani,” katanya. Bagi Perhutani, kini eranya adalah era menanam. Era ini sejalan dengan Keputusan Presiden No 24 tahun 2008, Hari Menanam Pohon (HMPI) yang ditetapkan 28 November dan Bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN). Selain mengimplementasikan program pemerintah, menanam pohon merupakan upaya untuk
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Rp 10 triliun itu bisa dicapai, bila skenario transformasi dijalankan. Untuk menggenjot sektor tanaman, sebagaimana dijelaskan Mustoha, tak hanya luas tanam yang terus dipacu, tetapi biaya tanam dan biaya pemeliharaan juga ditingkatkan secara signifikan. Bila biaya tanam kayu jati dan rimba silin pada 2012 sebesar Rp 2.545.000 per hektar, pada 2014 digenjot hampir dua kali lipat menjadi Rp 4.700.000. Begitu pula non silin jati dan rimba non silin dari Rp 2.545.000 (2012) menjadi Rp 3.645.000 per hektar pada 2014. Hal serupa juga untuk tanaman karet dan jenis perkebunan lainnya ditingkatkan secara signifikan. Hal yang sama dilakukan pada biaya pemeliharaan. Bila pada 2012 biaya pemeliharaan sekitar Rp 515.500 per hektar, maka pada 2014 ditingkatkan menjadi Rp 864.000 per hektar. Kenaikan rupiah tersebut, selain untuk menyesuaikan angka inflasi tiap tahun yang bergerak sekitar 5 - 7%, pada sisi lain juga mencerminkan komitmen perusahaan untuk melakukan intensifikasi dan meningkatkan produktifitas di sektor tanaman. “Standar pembiayaan kita naikkan. Karena kita ingin sasaran produktifitas itu naik. Kalau gizinya kurang bagus kan jadinya kuruskurus,” tambah Mustoha.
tetapi ada dalam kerangka covering area. Untuk kerjasama dengan masyarakat, dengan pihak lain dan lain sebagainya,” ujar Mustoha. Sebagai BUMN yang memiliki peran strategis mendukung sistem kelestarian lingkungan, sistem sosial budaya dan sistem perekonomian masyarakat kehutanan, Perhutani tentu harus menjadi lembaga terdepan dalam mewujudkan kelestarian lingkungan, khususnya pasca reformasi. Hutan gundul akibat penjarahan pada masa reformasi, menjadi tanggung jawab Perhutani untuk melakukan rehabilitasi dengan melakukan penanaman pohon. Karena itu covering area untuk menjadikan hutan lestari tak bisa ditinggalkan. • DR
DUTA Rimba 13
rimbaUTAMA
Kultur Jaringan dari Jati Hingga
Porang
Pantas saja Perhutani dianggap sebagai ‘biangnya’ tanaman hutan di negeri ini. Sebagai pengelola hutan yang ditunjuk secara resmi oleh negara, Perhutani melengkapi dirinya dengan ragam fasilitas yang dapat mengurai informasi seputar sumberdaya hutan. Lembaga vital yang mengurusi pengembangan sumberdaya hutan di perusahaan BUMN ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani. Hasil dari penelitian lembaga ini diharapkan menghadirkan kesejahteraan untuk perusahaan dan masyarakat, sekaligus menjadi sedekah bagi bumi.
Dok. Humas PHT
A
wan mendung menyambut DUTA RIMBA saat mengunjungi Puslitbang Perhutani di awal Desember. Di bangunan yang dominan bercorak oranye itu kami sengaja ingin berkunjung sekaligus mencari informasi seputar pengembangan Jati Perhutani Plus (JPP), pinus dan porang. Tiga
14 DUTA Rimba
tanaman ini memang tengah menjadi sorotan pemerhati tanaman. Terlebih porang yang dimandatkan langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan agar pengembangannya digarap secara intensif. Tanaman pertama, Jati Plus Perhutani atau yang disingkat JPP sudah lebih dahulu dikenal. JPP adalah produk pemuliaan tanaman jati yang dilakukan oleh
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 15
para peneliti di Puslitbang. JPP bisa berupa tanaman jati yang diperbanyak secara setek (vegetatif) dan biji (generatif). Disebut jati plus karena jati ini berasal dari indukan unggul pohon plus yang ditemui sebelumnya. Menurut peneliti senior sekaligus Plh. Kapuslitbang Perhutani/ Wakapuslitbang-Bid. Penelitian Dr. Corryanti, JPP diperoleh dari rangkaian dan tahapan kegiatan pemuliaan tanaman jati yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Perolehan jati unggul perhutani dimulai dari mendapatkan pohonpohon plus, berkarakter unggul, dari hutan alam maupun hutan tanaman dari pulau Jawa maupun luar pula Jawa. Perbanyakan jati unggul diawali dengan memapankan plotplot tanaman uji yang dievaluasi dari tahun ke tahun. Bila materi tanaman uji berasal dari biji disebut tanaman uji keturunan, sementara bila berasal dari setek dinamai dengan tanaman uji klonal. Tanaman uji klonal ini menjadi titik penting menentukan adanya iklonklon unggul di kemudian hari. Bila klon-klon unggul diperbanyak secara setek maka akan diperoleh hasil perbanyakan yang relatif menyamai karakter induknya. Sampai dengan saat ini terdapat 2 klon unggul yang menjadi andalan materi pertanaman jati di wilayah Perhutani. Dua klon unggul ini kemudian disebut dengan nama kepemilikian PHT1 dan PHT2. “Saat ini Perhutani mengeluarkan kebijakan menanam lahan hutan klaster jati dengan materi JPP, yaitu asal setek jati, PHT1 dan PHT2 serta benih jati hasil kebun Benih Klon,” jelas Corryanti. Menurutnya, keunggulan jatiJPP adalah dari sisi jaminan sifat keunggulan yang diturunkan. Jati-JPP diperoleh dari indukan yang diketahui asal-usulnya. Bila indukannya berkarakter unggul, dan
16 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
rimbaUTAMA
diperbanyak secara vegetatif maka bisa dijamin pewarisan sifat indukan yang unggul itu akan tampak pada hasil perbanyakannya. JPP Optimis Dapat Bersaing Sebagaimana jati lain, jati-JPP dapat ditanam pada beberapa kondisi tanah, dengan persyaratan tumbuh kembang tertentu; jati sangat peka terhadap drainasi yang buruk, perlakuan jati-JPP pada lahan kurus dengan lahan subur tentu akan berbeda. Kegiatan menanam dengan membuat lubang tanam yang tepat, memupuk, memelihara secara intensif hingga tumbuh produktif pada umur jati muda amat diperlukan. Puslitbang sudah menetapkan teknis silvikultur untuk penanaman jati-JPP. “Jati-JPP pun sangat diminati masyarakat. Sejak sekitar tahun 2007-2008 tahun, minat membeli jati-JPP sudah ada di masyarakat, baik di Jawa maupun di luar Jawa, baik secara institusi maupun perorangan. Dari sisi harga jual yang ditawarkan, yaitu untuk bibit setek Rp. 7.500/ plances maupun untuk
benih Rp. 850.000/kg tampaknya dapat diterima masyarakat,” kata Corryanti. Ia pun sangat optimis dengan prospek jati-JPP. Terlebih lagi setelah Menteri Kehutanan pada 15 November 2013 lalu mengumumkan kepada khalayak, bahwa untuk menanam harus bersumber dari benih dan bibit yang bersertifikat. Jati Perhutani tidak boleh berhenti pada JPP yang ada saat ini. Puslitbang Perhutani diakui Corryanti masih memiliki banyak materi genetik yang terus menerus dievaluasi untuk mendapatkan individu-individu unggul baru yang akan menyemarakkan klon-klon unggul yang sudah ada sekarang. Sumber-sumber benih Perhutani untuk keperluan operasional pun sudah bersertifikat. Saat ditanya persaingan jatiJPP dengan Jati Utama Nasional (JUN) yang konon lebih diterima masyarakat, Corryanti mengatakan hal itu masalah selera saja. Selama ini, menurutnya, pilihan masyarakat berdasarkan pengetahuan terhadap suatu produk. Meski saat ini diakui
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
baik maka produktivitas benih akan terjaga. Selama ini rata-rata produksi benih tahunan dari tiga KBK sekitar 20 ton per tahun. Untuk menjaga kepemilikan materi genetik yang sudah tersebar di tengah masyarakat, mekanisme pengawasan yang baik harus dibangun. Porang untuk kesejahteraan rakyat Dengan wilayah kerja dan tanggung jawabnya di pulau Jawa, Perhutani memiliki tuntutan yang besar secara perusahaan maupun nasional, yaitu masalah kesejahteraan masyarakat. Tidak kurang 5.000 desa berada di dalam dan atau dekat dengan hutan. Hal ini mendorong perusahaan perlu menciptakan kondisi agar semua aspek, sosialekonomi-lingkungan dapat terjaga. Di sisi lain Perhutani sebagai BUMN Kehutanan juga dituntut pemerintah berkontribusi dalam menjaga
ketahanan pangan nasional. Porang menjadi harapan untuk menciptakan lapangan kesibukan bagi masyarakat desa hutan, memberikan kesempatan masyarakat meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraannya melalui hasil porang. Hal ini sekaligus menjawab tantangan Menteri BUMN Dahlan Iskan agar porang dikembangkan menjadi produk benefit bagi Perhutani dan masyarakat. Kebijakan Perhutani adalah menyediakan lahan di bawah tegakan hutan bagi masyarakat desa hutan-terutama mereka yang belum memiliki garapan untuk menanam porang. Bibit dan pengerjaan penanaman porang akan dibantu sepenuhnya oleh Perhutani. Pada tahun 2013-2014 rencana Direksi Perhutani mempunyai rencana menanam sekitar 1.600 ha tanaman porang di bawah tegakan jati di
Dok. Humas PHT
Corryanti pemanfaatan jati-JPP lebih mengutamakan keperluan perusahaan, namun ia tetap optimis jika ke depan jati-JPP akan menjadi harapan masyarakat ketika sudah mengetahui keunggulannya. “Perlu ada kebijakan dan komitmen manajemen untuk mempublikasikan jati-JPP di tengah masyarakat. Ruang publikasi yang lebih aktif dan proaktif mencari pembeli menjadi keharusan,” tegas Corryanti. Menurutnya, Perhutani memiliki kebun pangkas jati bersumber dari klon unggul yang ada di hampir seluruh wilayah KPH ber-klaster tegakan jati. Dalam satu tahun, bila kapasitas mampu menjaga produktivitasnya, paling tidak dapat menyumbang tidak kurang dari 50.000.000 plances per tahun. Dari Kebun Benih Klon jati pun asal pemeliharaan dilakukan dengan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 17
Dok. Humas PHT
rimbaUTAMA
wilayah KPH Blora, Cepu, Mantingan dan Randublatung di Jawa Tengah. Puslitbang Perhutani masih terus mencoba mempelajari teknik budidaya yang tepat terhadap pertanaman porang di lapangan, dan mengupayakan perbanyakannya secara semi bioteknologi. Saat ini para peneliti sudah berhasil mengkulturjaringan-kan porang melalui materi kultur dari bubil atau umbi batang porang. Materi bubil atau yang dikenal dengan istilah katak ini cenderung menunjukkan hasil kultur berupa bibit siap tanam ketimbang menggunakan materi kultur berupa umbi. “Kelebihan dari katak ini adalah menghasilkan calon tunas yang lebih banyak. Dari bintil-bintil yang ada di katak ini maksimal bisa tumbuh sekitar 40 tunas,” jelas Endah Yulianti, peneliti senior. Untuk menghasilkan bibit porang dengan cara kultur jaringan dibutuhkan paling tidak 5-6 bulan. Karena budidaya kuljar ini termasuk budidaya vegetatif, maka dengan memperbanyak tentu diharapkan sifat-sifat induk yang baik akan terbawa pada bibit kuljar. Penelitian
18 DUTA Rimba
lanjut tentang bibit porang kuljar ini akan terus dilanjutkan untuk menelaah kualitas umbi, senyawa glukomanan, dan keunggulan lainnya. Upaya memperbanyak porang dengan cara kultur jaringan memiliki banyak kelebihan, yaitu mampu menyediakan bibit tanpa tergantung musim, meski biasanya secara alami panen bibit berlangsung di bulan April-September. Kuljar juga mampu menggandakan materi bakal bibit cukup fantastis, 4-6 kali dari cara alami. Pada waktunya dengan optimalisasi di beberapa unsur proses pembibitan kuljar porang, biaya bibit akan bisa ditekan. Saat ini dipatok hitungan bibit kular Rp. 2000 per bibit. Penelitian tentang teknis dan efisiensi masih terus diupayakan. Dewasa ini masyarakat pun semakin menyadari manfaat porang yang begitu besar, baik dari sisi kesehatan dan industri. Senyawa kimia yang dikandung olehnya, glukomanan, memiliki manfaat bagi penderita kolesterol, diabetes, dan pediet. Di samping itu untuk kepentingan industri, porang mampu menjadi pengganti
tepung, pembungkus tablet, bahan perekat, bahkan dapat dipakai sebagai pencampur bahan pengilap kertas, bahan filem, dan pencampur panganan dan seterusnya. “Saya berharap kebijakan dan aksi Perhutani, harus jelas, tegas, dan amanah. Buka kesempatan bertanam porang di bawah tegakan seluas-luasnya, adakan komunikasi yang baik-tulus-intensif dengan masyarakat, bangun kepercayaan, kepastian lahan untuk menanam dan berusaha. Sementara di sisi perusahaan saya sangat berharap komitmen manajemen untuk memberdayakan lahan, memberdayakan masyarakat, dan memberdayakan fungsi ekosistem yang harus committed,” tegas Coryanti. Pinus “bocor getah” yang bergetah banyak Selain jati-JPP dan porang, tanaman lainnya yang tengah dikembangkan Perhutani adalah pinus “bocor getah” atau lebih patut disebut dengan pinus bergetah banyak (high resin yielder). Jenis ini, menurut Coryanti, bukanlah temuan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Saat ini Puslitbang juga terus mengoptimalisasi perbanyakan cara setek pinus, khusus untuk individu bergetah banyak. Cara setek ini dipercaya akan mewarisi sifat indukan lebih besar ketimbang memperbanyaknya secara biji. varietas unggul, tetapi hasil kajian dari sebuah kebijakan manajemen yang berubah. Program pemuliaan pinus (Pinus merkusii) di Jawa sesungguhnya sudah dirintis oleh Tim Fakultas Kehutanan UGM sejak tahun 19751976, saat itu bersama Kementerian Kehutanan. Orientasi awal penanaman kayu pinus saat itu adalah untuk menghasilkan kayu pinus, dari upaya rintisan itu telah terbangun tiga kebun benih semai pinus di wilayah Perum Perhutani, di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, untuk menghasilkan benih pinus. Dalam perjalanan berkembangnya orientasi bisnis perusahaan maka penanaman pinus tidak hanya berbasis target kayu tetapi diutamakan pada produktivitas getah. Mengapa getah? Manfaat produk getah pinus berupa gondorukem dan terpentin yang diketahui meliput banyak keperluan hidup dan
harga jualnya yang tinggi (harga gondorukem USD 2,300 per ton dan terpentin usd 2,500-2,600 per ton) inilah dasar perlunya menyiapkan tanaman pinus bergetah banyak yang cukup. Manajemen Perhutani telah pula membangun pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang dengan kapasitas terpasang 24.500 ton per tahun. Puslitbang sendiri membantu menyediakan benih dan bibit pinus bergetah banyak ini, yaitu sejak tahun 2002 melakukan eksplorasi dan infusi terhadap individu-individu pinus yang memiliki keluaran getah minimal 50 gram/ 3 hari/ pohon. Jadi, semua individu dengan produksi getah sama atau di atas ini akan disebut pinus bergetah banyak, lebih dikenal di tengah petugas lapangan sebagai pinus “bocor getah”. Terkait penyediaan benih dan bibit pinus bergetah banyak, Puslitbang hingga saat ini telah
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
menghasilkan sekitar 1.356 individu pinus bergetah banyak, menanam tanaman uji keturunan pinus bergetah banyak seluas 78ha, menghasilkan benih bergetah banyak rata-rata 20kg per tahun, dan telah terdistribusi benih pinus bergetah banyak dan ditanam pada sekitar 1.500 ha di wilayah Perhutani. Puslitbang pun telah menyusun dua konsep program, yaitu Program Pemuliaan Pinus merkusii dan Program Upaya Penyediaan Benih dan Bibit Pinus Bergetah Banyak. SDM di bidang pemuliaan pinus pun dirasa sudah cukup, karena pemahaman teori dan praktik sudah dikuasai oleh para peneliti. Di samping parktik cara konvensional, Puslitbang juga merintis upaya pendekatan secara high tech melalui genetika-molekuler agar perolehan benih dan bibit unggul pinus bergetah banyak ini bisa dipertanggunjawabkan dengan lebih detil. Saat ini Puslitbang juga terus mengoptimalisasi perbanyakan cara setek pinus, khusus untuk individu bergetah banyak. Cara setek ini dipercaya akan mewarisi sifat indukan lebih besar ketimbang memperbanyaknya secara biji. Sementara target yang diharapkan dari aspek manajemen adalah lagi-lagi komitmen, kesungguhan dan keseriusan, yaitu menanami lahan-lahan berklaster pinu dengan prasyarat, perlakuan, pemeliharaan yang terjaga. “Tanpa itu, saya khawatir mimpi yang ambisius untuk menjadikan Perhutani mampu menguasai produk derivat gondo pertama di dunia akan sia-sia. Dengan terbangunnya pabrik derivat gondo dan terpentin di Pemalang, besar harapan kami unsuir-unsur pendukungnya menjadi perhatian yang serius dari manajemen,” Corryanti menegaskan. • DR
DUTA Rimba 19
Dok. Humas KPH BOJONEGORO
rimbaUTAMA
20 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Menanam Pohon
untuk Anak-Cucu Semilir angin yang berhembus dari Gunung Gede sore itu, seakan menurunkan suhu udara di Banjar Langlangan Desa Datah, Kecamatan Abang, Kabupaten Karang Asem, Bali, akhir November lalu. Di lahan kritis, suhu udara panas, berlatar belakang Gunung Gede di sebelah Barat itu dilangsungkan peringatan puncak Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Pohon (BMP).
D
i hamparan yang menghadap langsung ke laut Bali, Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono melakukan penanaman pohon Kalpataru (Hura Crepitan) yang dikenal dengan sebutan Buah Roda. Wakil Presiden Boediono menanam Badung (Garcinia dulcis), Ibu Wakil Presiden Herawati Boediono menanam Sawo
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Kecik (Manilkara kauki), dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menanam Cendana (Santalum Album) serta Soraya Zulkifli Hasan menanam Mangga (Mangifera indica). Penanaman itu kemudian diikuti oleh jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Ketua MRR RI, DPR RI, Duta Besar, para gubernur, bupati dan masyarakat sekitar Bali, termasuk para pelajar dan
DUTA Rimba 21
rimbaUTAMA
22 DUTA Rimba
Realiasi Program Menanam Pohon No
Tahun
Program
Target
Realisasi
Prosentase
1
2009
One Man One Tree
231,8 juta
251,6 juta
2
2010
Menanam 1 Miliar pohon
1 miliar
1,3 miliar
130%
3
2011
Menanam 1 Miliar pohon
1 Miliar
1,5 miliar
150%
4
2012
Menanam 1 Miliar pohon
1 miliar
1,6 miliar
160%
5
2013
Menanam 1 Miliar Pohon
1 Miliar
1,7 miliar*
170%
Ket : *) Proyeksi
Dok. Humas PHT
mahasiswa. Pada perhelatan tersebut juga dihibur dengan tarian Barong Bali. Sesuai dengan Keputusan Presiden No 24 tahun 2008, Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) ditetapkan tanggal 28 November dan Bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN). Tema peringatan HMPI dan BMN tahun 2013 adalah “Wariskan Hutan yang Lebih Baik untuk Generasi Penerus Bangsa”. Tema ini dipilih untuk meninggalkan legasi kepemimpinan Kabinet Indonesia Bersatu II dengan mewariskan hutan yang baik hasil moratorium hutan dan lahan hasil rehabilitasi yang telah dilakukan untuk generasi penerus bangsa Indonesia. “Indonesia konsisten melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk kita wariskan hutan bagi anak cucu kita sebagai penyelamat lingkungan hidup,” jelas Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Pemilihan Karangasem sendiri sebagai tempat penanaman, dikatakannya karena wilayah yang terletak di timur Bali ini dikelilingi gunung dan lautan. Sehingga, penanaman di sini lebih sebagai penghormatan terhadap lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Meski termasuk daerah kering karena 87 kilometer garis pantai, namun ia optimistis pohon yang ditanam bisa tumbuh subur. “Kita membuat embung sehingga masyarakat bisa berdayakan lahan yang kering lewat penampungan air,” kata Zulkifli. Sejak dikeluarkan Kepres No 24 tahun 2008, gerakan menanam pohon bergulir bagai bola salju. Mulamula pada tahun 2009 dicanangkan gerakan One man one tree, kemudian disusul dengan Gerakan Menanam Sejuta Pohon. Sejak 2009 s/d 2013, setidaknya sudah lebih dari 6 miliar pohon yang ditanam di seluruh Indonesia.
Di Desa Datah itu, Presiden Susilo Yudhoyono di hadapan tamu undangan yang hadir menyerukan untuk terus menanam pohon. “Mari menanam pohon sekarang, bersamasama dan sebanyak-banyaknya, menanam selamanya,” tegasnya. Presiden begitu antusias untuk menyukseskan program menanam satu miliar pohon. Hal ini ditandai dari berbagai kegiatannya untuk selalu menanam pohon. Baik pada acara-acara formal, maupun informal, presiden selalu meluangkan waktu untuk menanam pohon. Ia seakan ingin mewariskan tanaman pohon yang rimbun kepada generasi penerus bangsa. Gerakan menanam pohon yang
dicanangkan presiden lima tahun yang lalu, tak hanya membuat bumi di Nusantara ini semakin hijau. Lebih dari itu gerakan menanam pohon itu juga telah menjadi bagian dari gaya hidup (life style). Banyak kalangan merasakan belum lengkap bila mereka belum menanam pohon. Baik instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan negara maupun swasta kini berlomba-lomba untuk mensukseskan menanam pohon. Bagi sejumlah perusahaan bauk negara maupun swasta penuh menanam pohon menjadi ikon implementasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Misalnya menanam pohon trambesi
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas KPH BOJONEGORO
sepanjang jalan Pantura. Menanam mangrove di sepanjang pantai dan lain sebagainya. Bahkan Pertamina selaku BUMN terbesar, mencanangkan menanam 100 juta pohon selama lima tahun dari 2011 s/d 2015 dari Aceh sampai Papua. Mereka tak hanya menggandeng masyarakat yang ada di lingkar tambang, tetapi juga TNI untuk menanam pohon di daerah perbatasan. Dalam konteks ini, menanam pohon tak ubahnya menjadi perekat pemersatu bangsa. Perhutani Dapat Penghargaan Pada Peringatan puncak tersebut Presiden juga memberikan penghargaan kepada pemenang
loma Penanaman Satu Miliar Pohon tahun 2012 tingkat nasional yaitu; Gubernur Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bengkulu, Bupati Banyuwangi, Karangasem dan Minahasa, serta Walikota Pasuruan, Ternate dan Balikpapan. Sebagai juara Umum Pemenang Lomba Wana Lestari Tahun 2013 adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu Kementerian Kehutanan memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha non kehutanan yang telah berpartisipasi aktif melakukan gerakan penanaman hutan yaitu PT. Pertamina EP, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT. Djarum. Sementara
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Untuk pelaku usaha sektor kehutanan, Menteri Kehutanan memberikan penghargaan kepada Perum Perhutani, KPWN (Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara), dan Usaha Konservasi PT. Duta Indonesia Djaya. Penghargaan juga diberikan kepada para pengusaha tambang atas upayanya melakukan reklamasi hutan di kawasannya yaitu kepada PT. Aneka Tambang, Tbk dan PT. Bukit Asam, Tbk. Penghargaan ini dimaksudkan sebagai dukungan motivasi yang diharapkan dapat diikuti oleh yang lainnya. Selain itu juga penghargaan kepada perguruan tinggi dan LSM yaitu UGM Yogyakarta dan
DUTA Rimba 23
Dok. Humas KPH KEBONHARJO
rimbaUTAMA
Komunitas Pohon Indonesia. Sedangkan penghargaan perorangan diberikan kepada Mayjen TNI Doni Monardo (Penggiat Penanaman Pohon Penyerap Karbon), Andi Tenri Gappa (Penggiat Penanaman Pohon Penyerap Karbon), TGH Hasanain Juaini, LC (Perintis Konservasi Hutan dan Lahan di Pulau Lombok NTB), Pastor Marselinus Agot (Penggiat Bibit Pohon Berbasis Masyarakat di Klaten Jateng) dan Amin Sidik (Penggiat Tanaman Mangrove di Pasuruan Jatim). Pada kesempatan ini pun Menteri Kehutanan menyerahkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, yaitu Izin Usaha Hutan Rakyat kepada H. Herman (Ketua Kelompok Tani HTR Dusun Tampaning Desa Patampanua, Kec. Marioriawa, Kab. Soppeng, Prov. Sulawesi Selatan). Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan HKm kepada Antonius Seyli (Ketua Kelompok Tani HKm Adat Obo Bao, Desa Runut Kec. Waigete, Kab. Sikka, Prov. NTT) dan Hak Pengelolaan Hutan Desa kepada Sarmadi (Ketua Panitia Lembaga Pengelolaan Hutan Desa Depati Junjung, Desa Taba Padang, Kec. Seberang Musi, Kabupaten Kapahiang Prov. Bali). Penanaman Satu Milyar Pohon merupakan gerakan nyata
penanaman pohon yang bertujuan untuk: (1) menambah tutupan lahan untuk mencegah terjadinya bencana banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran; (2) konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity); (3) penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfir untuk antisipasi dampak perubahan iklim; dan (4) ikut berpartisipasi terhadap kebutuhan pangan, energi dan ketersediaan air untuk kesejahteraan masyarakat. Sasaran lokasi penanaman pohon adalah di dalam kawasan hutan pada hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang rusak/tidak produktif dan di luar kawasan hutan pada lahan kritis, tidak produktif dan/ atau lahan kosong.
instruksi Presiden ini, selain setiap tahun secara korporat menanam 200 juta pohon, Perhutani juga mewajibkan kepada seluruh karyawannya menanam 25 pohon. Penanaman itu bisa dilakukan di lingkungan rumahnya, di tanah kosong maupun di kawasan hutan. Bagi Perhutani, menanam pohon itu telah melekat dalam kegiatan manajemen. Selain untuk mengatasi hutan gundul di Jawa-Madura akibat penjarahan pada era reformasi, penanaman pohon juga bagian transformasi di sektor tanaman dalam ikut memperkuat pundi-pundi perusahaan. Bila sebelumnya pundipundi Perhutani berasal dari tanaman kayu jati, ke depan pundi-pundi itu berasal dari agroforestry. Pada agroforestry ini tanaman bisa berbasis tanaman perkebunan, sebagaimana tanaman karet, kopi, bahkan buah-buahan. Namun tanaman hutannnya masih tetap dipertahankan sebagai ciri khas tanaman Perhutani. Ciri khas ini diperlukan, agar stakeholder tetap mempercayai bahwa Perhutani tidak bertransformasi menjadi perusahaan perkebunan. Sebagai perusahaan di bidang kehutanan, Perhutani tetap pada khitahnya sebagai perusahaan yang menanam dan mengandalkan tanaman keras seperti kayu jati, sengon, sono keling, yang kini jadi andalan untuk menyukseskan program menanam sejuta pohon. • DR
Sasaran Lokasi Penanam Pohon No
Sasaran Lokasi
Program/kegiatan a.
1
2
Dalam Kawasan Hutan (Hutan Konservasi, Hutan Lindung/Hutan Produksi)
Luar Kawasan Hutan
b. c. d. e. f.
Rehabilitasi Hutan Konservasi dan Hutan Lindung Reklamasi Hutan Bekas Tambang Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Hutan Tanaman Industri (HTI) Rehabilitasi Hutan Mangrove/Hutan Pantai Rawa dan Gambut.
a. b. c. d. e.
Hutan Rakyat Hutan Kota Penghijauan Lingkungan Perkebunan Hortikultura
Untuk mengimplementasikan
24 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Ada banyak cerita seputar petugas Perhutani di lapangan. Di bawah ini ada cuplikan cerita tentang mandor hutan yang dinukil dari Antara Jatim, 10 Desember 2013. Kali ini Antara melansir cerita tentang kesederhanaan mandor hutan yang patut diteladani insan-insan Perhutani.
Mandor Teladan Itu Sederhana di Hutan
M
untono (46), demikian nama mandor teladan di lingkungan Perum Perhutani ini. Sebuah nama sederhana, sesederhana hidup yang dilakoninya saat ini. Meski telah mengabdikan diri selama 16 tahun di Perhutani, tidak membuat hidup Muntono bergelimang harta. Dia hingga saat ini masih tinggal di rumah babakan atau lebih tepat disebut gubuk kerja di hutan. Dia tidak pernah merasakan empuknya kasur saat tubuhnya mulai lelah, hanya tempat tidur kayu berukuran kecil dengan tikar anyaman yang dibalut kelambu usang sebagai pengantar mimpinya. Rumah babakan yang ditempati Muntono berdinding kayu yang sudah berlubang-lubang. Atap dan gentingnya sudah mulai renggang sehingga mudah sinar matahari menerobos ke dalam rumahnya. Rumah tanpa aliran listrik dan air bersih itu pun masih berlantai tanah. Tidak ada televisi apalagi perabotanperabotan rumah yang istimewa. Bahkan, di pojok ruangan ada gundukan pasir bekas bangunan jalan yang dikumpulkan istrinya, “Pasir ini rencananya saya pakai untuk merabat lantai, tapi belum ada uang lebih untuk membeli semen, apalagi memperbaiki rumah ini,” kata Muntono. Selama 16 tahun Muntono hidup
di rumah babakan itu bersama anak dan istrinya. Kini anaknya yang menginjak usia remaja bersekolah di madrasah di daerah Tuban. Ketika musim liburan sekolah tiba, saat putri semata wayangnya itu pulang ke rumah, Muntono dan istrinya merasa sedih karena hanya ada satu tempat tidur kayu. Jika demikian, sang bapak mengalah tidur di kursi kayu panjang di ruang tamu. Sebenarnya Muntono memiliki rumah sendiri di daerah Perbon sebelum bekerja sebagai Mandor, namun kondisi rumahnya hampir sama dengan babakannya, berdinding kayu dan berlantai tanah dan saat ini ditempati orangtuanya. Ia teringat petuah almarhum kakak iparnya yang mengajaknya bekerja sehingga Muntono memilih tinggal di babakan hutan mulai dirinya bekerja hingga sekarang ini. Sebelum bekerja di Perhutani, Muntono muda memiliki kenangan indah saat ikut seorang Mantri/KRPH Wangon bernama Kasmad (Alm) pada tahun 1990-an. Selama ikut dan membantu menjaga ternak sapi milik
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Kasmad, dia mendapat bagi hasil dari anak sapi yang dirawatnya hingga bisa membeli rumah kecil di daerah Perbon, Tuban. “Kenangan bersama Kasmad (Alm) itulah yang diingatnya hingga kini. Bahkan saat keinginannya menjadi mandor diungkapkan kepada Kasmad yang kala itu sebagai Mantri Wangon, langsung mengiyakan karena Muntono dianggap penuh kesungguhan dan seorang yang jujur dan rajin dalam bekerja,” kata istri Muntono yang juga adik Kasmad (almarhum). Sebagai mandor penyuluh teladan dia tidak pernah berharap lebih dari apa yang diperbuat. Muntono lebih senang melihat masyarakat sekitar hutan sadar akan kelestarian hutan dan hutan yang dijaganya aman dari ganguan keamanan hutan, “Sebenarnya tugas pokok saya adalah Mandor Polisi Teritorial (Polter), tapi sejak tahun 2002 saya merangkap menjadi Mandor Penyuluh PHBM dan hingga saat saya merangkap juga sebagai Mandor Tanam dan Mandor RKP,” kata Muntono.
DUTA Rimba 25
Dok. Humas PHT
rimbaUTAMA
26 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Banyak Jalan Mengelola
Lahan Kosong Persoalan Perhutani untuk memanfaatkan sumberdaya hutan diyakini tidak sederhana. Ada bermacam persoalan, mulai pemilihan bibit unggul yang tepat, beragam konflik sosial, hingga memanfaatkan lahan-lahan kosong. Ada beberapa strategi yang akan dilakukan Perhutani. Apa saja?
P
ola penanaman yang dilakukan Perhutani memang selalu terkait dengan luas lahan kosong. Pada saat lahan kosong, sementara tekanan sosialekonomi masyarakat cenderung meningkat, orang menilainya seolaholah pemanfaatan lahan kosong itu berhenti di tempat. Padahal ketika Perhutani berusaha menanam, tapi bersamaan dengan adanya konflik sosial, maka hasilnya kalau dibanding dengan tingkat kerusakannya cenderung hampir sama. Untuk menangani hal ini, menurut Asisten Direktur Pengelolaan SDH & Lingkungan, Ir. Suwarno, Perhutani memiliki beberapa strategi yang akan dilakukan. Strategi itu antara lain melakukan penanaman dengan pola silvikultur intensif (silin) di lokasi lahan subur. “Artinya lahan subur ini ditangani dengan instensif, sehingga ke depan hasilnya maksimal,” kata
Suwarno. “luas lahan subur itu sekitar 20.000 hektar yang terdiri dari jati, sengon, pinus, akasia, dan kayu putih,” imbuhnya. Lebih lanjut Suwarno memaparkan, dengan silin pohon jati diharapkan bisa ditebang saat usia 20 tahun. Bahkan jati ini pernah ditebang saat usia 9 tahun dan hasilnya 150 m3/hektar. Karena tanamannya masih muda, maka tidak ditanami lagi melainkan dipelihara tunasnya. Sehingga setelah ditebang bisa langsung jadi tanaman kembali dan tidak perlu ditanam (trubusan). Untuk pinus silin, Perhutani menggunakan bibit bocor getah. Jika pinus biasa dalam 3 hari disadap dapat 25 gram, maka dengan bibit bocor getah minimal dapat 50 gram. Jika pinus bisa disadap ketika usia 1115 tahun, maka dengan silin usia 6-7 tahun bisa disadap. Selain itu, Perhutani juga memiliki metode baru dengan cangkokan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
(bajos). Perhutani sudah membentuk tim bajos dan banyak melatih karyawan untuk dapat melakukan bajos ini. Masing-masing KPH dilatih 2 orang mandor persemaian dan 1 Kaur tanaman. “Nanti ketika pulang ke KPH masing-masing, mereka harus melatih 50 orang. Jadi sekarang sudah banyak sekali kader untuk melakukan persemaian dengan bajos. Nanti setelah pelatihan, hasilnya mereka harus membuat denpot penanaman. Harapannya di tahun 2014 bajos sudah berkembang pesat,” jelas Suwarno. Sementara untuk tanaman sengon, jika selama ini baru bisa ditebang saat usia 7 tahun, maka dengan silin diharapkan dapat ditebang pada usia 5 tahun. Sedangkan untuk tanaman kayu putih juga diharapkan dapat ditingkatkan produktifitas daun dan rendemennya. Adapun tanaman mangium diharapkan pada usia 6 tahun sudah menghasilkan 150 kubik/hektar. Itu untuk lahan subur. Sementara untuk lahan bekas tebangan jati yang masih ada tunggaknya, menurutnya, Perhutani melakukan pola trubusan. Pada tanah-tanah yang terlalu kritis, ditangani dengan jenis-jenis pionir yang berfungsi untuk perbaikan struktur tanah dan menjaga
DUTA Rimba 27
Dok. ISTIMEWA
rimbaUTAMA
konservasi. Untuk lahan terlalu kritis ini memang tidak ditanami jenis tanaman ekonomis karena biayanya mahal. Di sini yang penting lahannya hijau, konservasi tanah meningkat, dan diharapkan kesuburannya meningkat, sehingga pada periode tertentu dapat ditanami jenis tanaman eknomis. Sedangkan tanah-tanah yang tidak terlalu subur dan tidak ada tunggaknya dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, kawasan Perhutani sudah tertutup semua. Berharap pada Bajos Metode bajos yang saat ini tengah dikembangkan Perhutani menjadi harapan baru. Menurut Suwarno, tingkat keberhasilan metode pencangkokan dengan bajos luar biasa, hingga mencapai 80 persen tanaman bisa hidup.
28 DUTA Rimba
Bahkan dengan bajos ini Perhutani melakukan penghematan luar biasa karena tidak lagi diperlukan media persemaian, pupuk, kantong plastik, dan angkutan pun sangat murah. “Setiap tahun Perhutani melakukan penanaman pinus di lahan seluas 6.000-7.000 hektar. Dan ke depan, dengan bajos, untuk pinus itu akan berhasil 100 persen,” kata Suwarno. Metode bajos ini juga penting untuk menangani persoalan lahan kosong dan untuk mengembangkan bibit bocor getah. Karena jika untuk bocor getah yang mengandalkan biji hanya dihasilkan 300-400 hektar dalam setahun, maka dengan bajos pada 2015 semuanya sudah dapat ditanami pinus bocor getah. Dengan bajos juga diharapkan persoalan sosial dapat dikurangi, antara lain karena pendapatan penyadap getah dapat meningkat.
Perhutani sangat optimis dengan terobosan semacam bajos ini. Makanya Perhutani tidak main-main memberikan pelatihan. Boleh jadi saat ini orang-orang yang dapat melakukan persemaian dengan bajos sudah ada 1000 orang. Dari 50 orang yang dilatih KPH bisa juga menyertakan masyarakat sekitar, meski yang diutamakan adalah karyawan Perhutani. “Ini juga menjadi strategi untuk melibatkan masyarakat sekitar melalui PHBM. Makanya Perhutani sedang menyempurnakan pedoman PHBM. Jika selama ini sharing dimiliki oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), ke depan juga harus didapat oleh pesanggem yang menggarap lahan,” jelas Suwarno. Pelatihan bajos ini telah dilakukan serempak di seluruh KPH pada Oktober lalu. Pada Januari nanti hasilnya, masing-masing KPH akan menanam di lahan seluas 5 hektar. Jika ini sukses, maka pada 2014 bajos akan dikembangkan secara besarbesaran, terutama dimulai dari pinus bocor getah. Perencanaan dan Evaluasi Terkait lahan kosong, Asisten Direktur Perencanaan SDH Ir. Agus Setya Prastawa, MBA, memiliki penilaian senada. Menurut Agus, sebetulnya Perhutani tidak memiliki lahan kosong yang tidak ada habisnya. Realitas yang ada adalah di satu sisi Perhutani menanam, di sisi lainnya ada saja kepentingankepentingan lain yang menghambat penanaman di lahan kosong. Ada banyak strategi dan perencanaan yang tentu saja diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu strategi dan perencanaan yang dilakukan juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan penegakan hukum. Semua ini perlu waktu untuk berubah
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
menjadi lebih baik lagi. “Setiap tahun ada perencanaan untuk lahan kosong sesuai usulan KPH. Misalnya ada Asper yang memiliki 5000 hektar, itu tidak langsung ditanami semua pada tahun itu melainkan bertahap. Salah satu aspek keberhasilan adalah kemampuan. Karena Perhutani juga memperhatikan keberhasilan tidak melulu pada selesainya lahan,” jelas Agus. Ada juga pandangan miring bahwa selama ini prosentase lahan putus kontrak selalu menurun di tahun ke-5. Hal ini perlu diluruskan, di mana sebenarnya prosentase yang menurun di tahun ke-5 itu bukan karena tanamannya mati, tetapi lebih banyak karena adanya konflik kepentingan dengan masyarakat. Misalnya di suatu tempat ada masyarakat yang menginginkan garapan jangka panjang. Sementara yang ditanam masyarakat itu tanaman pangan yang ditanam di sela-sela tanaman hutan dan membutuhkan cahaya matahari. Untuk jangka panjang, seringkali yang dikorbankan masyarakat itu tanaman hutan. Hal-hal seperti ini yang menjadi persoalan sosial. “Ketika terjadi konflik dengan
masyarakat, umumnya mereka akan memangkas cabang-cabang tanaman hutan sehingga daunnya habis dan tanaman pun mati merana. Jadi tanaman hutan mati bukan karena Perhutani tidak bisa menanam, melainkan karena konflik sosial seperti itu,” kata Agus. Agus menambahkan, hal ini juga bukan terkait lepas kontrak. Tanaman tumpangsari itu hanya dua tahun. Setelah itu mereka harus keluar dan mencari lahan lain. Tapi mungkin mereka menilai lahan mereka itu subur dan dekat rumah, sehingga mereka maunya di tempat itu terus. Sementara dalam peraturannya memang harus seperti itu. Untuk itu perlu komunikasi agar masyarakat paham dan menyadari posisinya. Sebagai pengelola hutan, Perhutani dihadapkan pada kenyataan: jika tanaman pangan sukses tapi tanaman hutan tidak sukses, berarti Perhutani dianggap tidak sukses karena tidak tercapai tujuannya. Untuk itu, sebagai salah satu strateginya, maka perlu dipertimbangkan tanaman yang cocok untuk ditanam di bawah naungan seperti porang. Cuma saat ini masyarakat belum terbiasa dengan porang.
Dok. ISTIMEWA
...jadi tanaman hutan mati bukan karena Perhutani tidak bisa menanam, melainkan karena konflik sosial seperti itu NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Diperlukan komunikasi dan sosialisasi agar masyarakat memahaminya. Agus pun meyakini jika sejatinya masyarakat juga mau jika diberikan pemahaman bahwa porang memiliki kontribusi ekonomis bagi mereka. Persoalan di masyarakat umumnya seperti itu. Sementara dari sisi internal, Agus tak menampik adanya petugas nakal yang mengutip uang. Namun selama ini Perhutani memiliki peraturan keras, mulai teguran hingga dicopot dari jabatannya. “Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan seperti itu adalah dengan lebih menyejahterakan karyawan. Meski tentu saja menyejahterakan karyawan itu juga harus didahului dengan peningkatan pendapatan perusahaan. Hal ini saling berkaitan, di mana perusahaan meningkat pendapatannya didukung oleh kinerja baik para karyawannya. Selanjutnya, ketika pendapatan perusahaan meningkat, maka kesejahteraan karyawan pun akan meningkat,” papar Agus. Selama ini Perhutani melakukan evaluasi secara berjenjang. Ada evaluasi pada tahun kedua untuk pembuatan tanaman, evaluasi tahun ketiga yang disebut lepas kontrak, dan evaluasi tahun keenam. Evaluasi juga berlangsung setiap tahun untuk sumberdaya hutan yang disebut evaluasi potensi sumberdaya hutan, bukan hanya tanaman tetapi secara keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan di tapak, di lapangan. Dan pada akhirnya yang dievaluasi adalah mandor, KRPH, maupun asper. Meski yang dievaluasi adalah tanamannya, tapi itu juga menunjukkan kinerja petugas di lapangan. Evaluasi tersebut tentu saja untuk menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya bekerja keras yang dilandasi semangat kejujuran.• DR
DUTA Rimba 29
Dok. Humas PHT
RIMBAkhusus
30 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Perhutani Green Pen Award
Cinta Hutan dan Lingkungan
MelaluiTulisan Rindangnya hutan menjadi salah satu alasan bumi ini tetap ada. Hijaunya dedaunan menjadi salah satu alasan manusia bebas menghirup udara. Maka pantas jika setiap manusia harus selalu mencintai hutan dan eksistensinya. Dan banyak cara mencintai hutan dan lingkungan. Salah satunya melalui tulisan.
A
da yang berbeda dengan peringatan Hari Pohon sedunia dan Hari Menanam Nasional tahun ini. Kedua ‘hari lingkungan’ itu diperingati Perhutani dengan meluncurkan “Perhutani Green Pen Award”. Ajang ini merupakan gerakan budaya dan lomba menulis cerita pendek genre sastra hijau bagi generasi muda Indonesia. Inilah cara unik Perum Perhutani mengajak remaja Indonesia mencintai lingkungan, mencintai hutan dan sekaligus mengasah kemampuan menulis. “Perhutani Green Pen Award” merupakan yang pertama kali
digelar Perhutani bekerjasama dengan lembaga pendidikan sastra Rayakultura. Selain mengundang sejumlah sastrawan, hadir pula dalam acara soft launching itu para guru dan siswa-siswi tingkat SD, SMP, dan SMA dari wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Animo para pelajar dan sekolah terhadap lomba ini begitu besar. Bahkan pihak Perhutani sendiri tidak menduga tingginya animo peserta yang mendaftar. Hingga acara ini digelar, terdapat 400 peserta yang mendaftar. Tidak hanya dari sekolahsekolah di Jakarta, tapi juga ada yang dari Cirebon, Cianjur, Sukabumi, Bandung dan Bogor. Saat membuka kegiatan tersebut
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
di gedung Manggala Wanabakti Jakarta, pada Kamis (21/11), Direktur Utama Perum Perhutan Bambang Sukmananto menegaskan jika kegiatan ini bertujuan menggerakkan budaya menulis cerita tentang dan lingkungan pada generasi muda. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menumbukan kreatifitas, mengasah dan kesadaran lebih awal akan pentingnya hutan dan lingkungan sekaligus membangun karakter di era digital yang serba instan. “Saya ingin anak-anak mengenal pohon, hutan dan lingkugan lebih baik, punya kepekaan akan fungsinya sejak dini dan mampu menuangkan kepekaan ini dalam bentuk karya tulis
DUTA Rimba 31
Dok. Humas PHT
rimbakhusus
sastra,” tambah Bambang. Senada dengan Bambang, Ketua Penyelenggara Perhutani Green Pen Award yang juga Sekretaris Perusahaan dan Kepatuhan Perum Perhutani, Hari Priyanto, dalam sambutannya mengatakan jika acara ini ditujukan untuk membumikan rasa cinta lingkungan dan hutan melalui tulisan sekaligus untuk menciptakan karakter generasi muda. Tak hanya itu, melalui kegiatan ini upaya untuk mengajak generasi muda mencintai hutan dan lingkungan bisa diperluas, tak hanya sekadar seremonial penanaman pohon saja. Selain memberikan manfaat dan menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai hutan, bumi dan alam, lomba akan memasyarakatkan budaya menulis di kalangan anakanak sejak dini, mengasah kecerdasan emosi, intelektual dan pengembangan karakter serta mengajak orang tua, guru dan pengajar membiasakan putra-putrinya menulis agar mampu menjalani proses belajar secara terpadu dan optimal. “Perhutani mendorong kesadaran
32 DUTA Rimba
penyelamatan hutan dan lingkungan sejak dini karena masa depan bumi dan alam ini ada di tangan generasi muda sesuai salah satu misi sosial Perhutani yakni pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan untuk kesejahteraan anak bangsa,” tandas Hari. Dalam sambutannya Bambang Sukmananto juga menjelaskan, hutan adalah penghasil oksigen. Hutan Perhutani di pulau Jawa saja menyerap emisi karbon rata-rata 1,5 miliar ton CO2 equivalen setiap tahun. Akar-akar pohon yang kokoh merupakan penyimpan air yang baik. Tidak Kurang dari 772 titik mata air dan 337 air terjun terdapat di dalam kawasan hutan perhutani. “Perhutani, juga selalu menanam 200 juta pohon setiap tahunnya terdiri dari jati, mahoni, sonokeling, kesambi, jabon, akasia dan lainnya untuk kelestarian sumber daya hutannya. Jumlah ini belum termasuk kontribusi pada hutan rakyat dan kegiatan penghijauan lainnya. Hutan dengan interaksi sosialnya yang unik merupakan sumber inspirasi untuk
sebuah karya tulis sasta,” ungkapnya. Total Hadiah Rp. 50 Juta Acara Perhutani Green Pen Award sekaligus mengawali dibukanya lomba menulis Cerpen Hutan Lingkungan dengan total hadiah Rp 50 juta. Lomba dapat diikuti oleh para peserta yang dibagi ke dalam dua kategori. Untuk kategori A terdiri dari para pelajar SMP dan SMA. Sementara untuk kategori B, lomba dapat diikuti oleh para mahasiswa, guru, dosen, penulis/pengarang, maupun masyarakat umum di seluruh Indonesia. Para peserta dapat mengirimkan naskah cerpennya hingga 22 Februari 2014. Adapun judul bebas dengan mengikuti tema yang disediakan, yakni ‘kehidupan manusia atau makhluk hidup dengan berbagai aspek terkait dengan hutan dan lingkungan hidup yang menjadi eksistensi bumi’. Setelah dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari Naning Pranoto, Free Hearty, Maman S Mahayana, Ahmadun Y, Nenden
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Acara Perhutani Green Pen Award di gedung Manggala Wanabakti Jakarta ini sekaligus mengawali dibukanya lomba menulis Cerpen Hutan Lingkungan. Sekitar 420 undangan yang hadir merupakan perwakilan dari 100 sekolah di Jabodetabek bersama guru pendamping.
Lilies, Soesi Sastro, Dedi Muhtadi, dan Gunawan Marga, pemenang lomba akan diumumkan pada 22 Maret 2014. “Kami sangat antusias menghadiri acara ini. Sekolah kami juga sudah biasa mengikuti lomba menulis seperti ini. Bahkan pada lomba terakhir, kami menjadi juara 1 menulis se-Kota Bogor. Untuk ajang ini, kami akan mengikutsertakan guru dan siswa-siswi kami,” kata Hj. Nur D. Sudirman, Kepala SMP Rimba Teruna, Yayasan Bina Wana Kencana, Bogor, penuh semangat. Hal yang sama diutarakan Sofie, pengajar SDN Rawamangun Jakarta. Menurutnya, acara ini bagus untuk kelestarian alam yang mulai rusak. Ini juga menyadarkan
para guru dan siswa-siswi untuk turut berperan menanam hutanhutan gundul. “Acara ini juga sesuai dengan pembelajaran yang kami berikan di sekolah. Kebetulan kami juga pernah menang pada lomba menulis di tahun 2010 yang diadakan Rayakultura. Pastinya, kegiatan ini cukup diminati siswa-siswi,” paparnya. Ia sendiri datang beserta sejumlah guru dan membawa puluhan siswa-siswinya. Acara Perhutani Green Pen Award di gedung Manggala Wanabakti Jakarta ini sekaligus mengawali dibukanya lomba menulis Cerpen Hutan Lingkungan. Sekitar 420 undangan yang hadir merupakan perwakilan dari 100 sekolah di Jabodetabek bersama
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
guru pendamping. Sebelumnya, peluncuran buku “Seni menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” untuk generasi muda dan “Fun Writing for Kids-Mencerdaskan Anak Melalui Menulis” untuk para pendidik anak-anak balita mengawali acara ini. Buku yang ditulis oleh Naning Pranoto, Soesi Sastro dan Sides Sudyanto DS tersebut diharapkan dapat menginspirasi anak-anak dan remaja untuk bisa menulis karyanya dengan bahasa sastra yang baik. Selepas peluncuran, panitia mengajak para peserta berkeliling ke Arboretum dan Museum Kehutanan Manggala Wanabakti Jakarta untuk diperkenalkan pada pohon, hutan dan sejarah kehutanan Indonesia. Dan akhirnya, kegiatan pun ditutup dengan Workshop “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” yang diikuti 200 peserta di bawah arahan Naning Pranoto. • DR
DUTA Rimba 33
rimbakhusus
Perhutani
Dok. Humas PHT
Green Pen Award di 3 Unit
34 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Setelah melakukan launching di Gedung Manggala Wanabakti pada 21 November 2014, secara berturut-turut “Perhutani Green Pen Award” dilakukan di tiga unit Perhutani. Kegiatan ini dilakukan untuk menyosialisasikan lomba menulis cerpen tersebut, sekaligus menggerakkan budaya menulis cerita tentang hutan dan lingkungan pada generasi muda.
S
ejatinya, Perhutani Green Pen Award hadir tidak sekadar memberikan manfaat dan menginspirasi generasi muda agar lebih mencintai hutan, bumi dan alam. Lebih dari itu, “Perhutani Green Pen Award” bermaksud menggerakkan budaya menulis di kalangan anak-anak sejak dini, mengasah kecerdasan emosi, intelektual dan pengembangan karakter serta mengajak orangtua, guru dan pengajar membiasakan putra-putrinya menulis agar mampu menjalani proses belajar secara terpadu dan optimal. Agar gaungnya lebih terasa, “Perhutani Green Pen Award” disosialisasikan ke semua unit di bawah Perhutani. Sosialisasi tak hanya terkait lomba menulis cerpen. Kegiatan ini juga dibarengi dengan workshop “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” di bawah asuhan Naning Pranoto serta peluncuran kembali buku “Seni menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” untuk generasi muda dan “Fun Writing for Kids-Mencerdaskan Anak Melalui Menulis” untuk para pendidik anakanak balita yang ditulis oleh Naning Pranoto, Soesi Sastro dan Sides Sudyanto DS. Dari Bojonegoro ke Cianjur Di Bojonegoro, sosialisasi “Perhutani Green Pen Award”
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 35
rimbakhusus
mendapat sambutan hangat. Dihadiri Kepala Biro Humas, Protokoler dan Kesekretariatan Kantor Pusat Perhutani Susetiyaningsih, kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Perhutani Bojonegoro pada 30 November 2013. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani Bojonegoro, Anggar Widyatmoko ini diikuti oleh Siswa dan Guru SMP, SMA serta Mahasiswa Kabupaten Bojonegoro dan Tuban (secara kewilayahan Perum Perhutani masuk jajaran Perhutani Wilayah I Bojonegoro yang terdiri dari Perhutani Bojonegoro, Perhutani Parengan, Perhutani Jatirogo dan Perhutani Padangan). Dalam sambutannya Anggar mengatakan, Perhutani mendorong kesadaran masyarakat terutama generasi muda sejak dini melalui pendekatan budaya dan mengharapkan kegiatan berbasis budaya ini bermanfaat untuk menumbuhkan kreatifitas, mengasah kesadaran lebih awal akan pentingnya hutan juga lingkungan sekaligus membangun karakter di era digital yang serba instan. Kegiatan Roadshow dam sosialisasi “Perhutani Green Pen
36 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
Dalam materi -nya, sastrawan nasional Naning Pranoto mengajak generasi muda Bojonegoro untuk menulis cerita pendek genre sastra hijau.
Award” sekaligus dibukanya Lomba Menulis Cerpen Hutan Lingkungan ini dihadiri 140 undangan perwakilan dari 38 sekolah di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban bersama guru pendamping bidang studi Bahasa Indonesia. Acara pun ditutup dengan Workshop “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” yang diikuti semua peserta. Dalam materi workshop-nya, sastrawan nasional Naning Pranoto mengajak generasi muda Bojonegoro untuk menulis cerita pendek genre sastra hijau. Menurut penulis puluhan buku sastra ini, kondisi bumi sekarang sudah memprihatinkan akibat ulah dari tangan-tangan manusia yang cenderung modern dan ingin praktis. “Kita harus meniru Suku Aborigin yang hidup menyatu dengan alam, tidak mau merusak
alam karena mereka tahu hidup mereka bergantung pada alam,” terang alumnus Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional Jakarta ini. Roadshow “Perhutani Green Pen Award” berlanjut ke Unit I Jawa Tengah. Bertempat di Gedung Perhutani Kleco, Surakarta, “Perhutani Green Pen Award” yang digelar pada 14 Desember 2013 mendapat sambutan luas dari berbagai kalangan. Tak kurang dari 256 orang yang berasal dari perwakilan SLTP, SLTA, mahasiswa, guru bahasa Indonesia, Pramuka Saka Wanabhakti dan penggiat seni di Surakarta dan sekitarnya hadir memenuhi undangan. Kepala Biro Humas Protokoler Perhutani Pusat, Susetiyaningsih dalam sambutannya menyampaikan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
sastra hijau di kalangan mahasiswanya. Pada kesempatan ini Soesi Sastro secara simbolis memberikan buku “Seni Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” dan Poster Lomba kepada Wakil Dekan 3 FKIP Univ Surya Kancana H.AM Suganda, Mahasiswa Univ Surya Kancana, Guru dan siswa SMP PGRI Cianjur, Sanggar Nina Bobo, Dewan kesenian Cianjur, dan Siswa SMAN 1 Cianjur. Seperti di Unit 1 dan 2, kegiatan ini juga ditutup dengan workshop “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” yang dipandu Naning Pranoto. • DR
Melalui penulisan cerpen Naning mengajak generasi muda dan masyarakat untuk mengasah kecerdasan emosi, intelektual dan pengembangan karakter.
Dok. Humas PHT
bahwa “Perhutani Green Pen Award” yang berupa lomba menulis cerpen tentang hutan dan lingkungan ini merupakan bentuk dukungan Perhutani untuk menanamkan rasa mencintai dan merawat hutan lingkungan melalui budaya menulis sastra. ”Selepas ulangan atau ujian sekolah, di sela waktu libur anak-anak bisa mulai mengisi liburan dengan menulis sastra dan mengirim ke panitia lomba,” kata Susetiyaningsih. Pada kesempatan tersebut, Perhutani menyerahkan secara simbolis buku “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani” kepada perwakilan SMAN 4 Surakarta, Universitas Muhammadiyah Solo, Saka Wanabhakti Kwarcab Solo dan sastrawan Solo. Buku terbitan Perhutani yang ditulis oleh tiga sastrawan tersebut diharapkan menginspirasi pembaca untuk mulai berani menuliskan karyanya dengan bahasa sastra yang baik. Di sesi workshop “Menulis Sastra Hijau Bersama Perhutani”, peserta tampak sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan Nanaing Pranoto. Sastrawan berkacamata ini memberikan tips dan trik bagaimana menulis cerpen dengan baik dan menarik. Melalui penulisan cerpen Naning mengajak generasi muda dan masyarakat untuk mengasah kecerdasan emosi, intelektual dan pengembangan karakter. Setelah Bojonegoro dan Surakarta, Cianjur menjadi destinasi terakhir roadshow “Perhutani Green Pen Award”. Bertempat di aula FKIP Universitas Suryakencana Cianjur, kegiatan ini dibuka Kepala Biro Humas Protokoler Perhutani Pusat, Susetiyaningsih. Selain diikuti 152 peserta, rangkaian terakhir roadshow ini dihadiri pula Pembantu Dekan 3 FKIP Universitas Suryakencana Cianjur, H. AM Suganda sebagai bentuk dukungan mensosialisasikan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 37
rimbakhusus Hj. Nur D. Sudirman (Kepala SMP Rimba Teruna, Yayasan Bina Wana Kencana, Bogor) Kami sangat antusias menghadiri acara ini. Sekolah kami juga sudah biasa mengikuti lomba menulis seperti ini. Bahkan pada lomba terakhir, kami menjadi juara 1 menulis se-Kota Bogor yang diselenggarakan SMAN 5 Bogor. Karena itu jalur prestasi, sehingga siswa kami yang menjadi juara berhak masuk ke SMAN 5 Bogor tanpa tes. Untuk ajang ini, kami akan mengikutsertakan guru dan siswa-siswi kami dalam lomba ini.
Puji Istriadi (Penulis dan Pengajar Bahasa Indonesia di SMAN 26 Tebet) Saya pribadi sangat mengapresiasi kegiatan positif seperti ini. Saya juga membawa 5
Apa Kata
Mereka? Para Pecinta Sastra Antusiasme ajang “Perhutani Green Pen Award” ditunjukkan para peserta workshop. Di antara mereka adalah para sastrawan, guru di tingkat SD hingga SMA, serta para siswa-siswi. Apa komentar para pecinta sastra ?
menyadarkan kami dan siswa-siswi kami sebagai generasi untuk kembali menanam hutan-hutan gundul. Acara ini juga sesuai dengan pembelajaran yang kami berikan di sekolah. Kebetulan kami juga pernah menang pada lomba menulis di tahun 2010 yang diadakan Kultura. Kegiatan menulis ini cukup diminati siswa-siswi kami.
Darmadi (Sastrawan/Penulis) siswa untuk mengenal alam tropis Indonesia yang harus dilestarikan. Bisa jadi tanpa kegiatan seperti ini, para siswa tidak tahu. Melalui kegiatan ini juga para siswa akan bangkit kecintaan mereka terhadap lingkungan.
Sofie (Pengajar SD IKIP Rawamangun Jakarta) Acara ini bagus untuk kelestarian alam yang mulai rusak. Ini juga
38 DUTA Rimba
Acara ini merupakan langkah yang luar biasa, sehingga tidak hanya harus dilihat, dinikmati, tetapi juga harus didokumentasikan, bagaimana orang Indonesia mengungkapkan keindahan alamnya yang saat ini sangat memprihatinkan. Acara ini sangat bagus untuk membangkitkan kecintaan generasi muda pada alam sejak dini. Karena tidak mungkin mengubah pola pikir orang dewasa tentang hal ini. Harus sejak dini. Makanya saya sangat mengapresiasi acara ini dengan hadirnya siswa-siswi
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Astuti Parengkuh (Jurnalis dan Aktifis SIGAB/ Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel)
SD, SMP, dan SMA.
Cunong (Sastrawan/Penulis) Acara ini bagus karena Perhutani memiliki kepedulian untuk mengajak masyarakat menulis. Adanya lomba ini juga baik, cuma sayangnya dipaksakan dengan adanya tema sehingga peserta digiring. Padahal kalau namanya menulis, harusnya dibebaskan. Seperti dulu waktu kita menggambar, selalu yang digambar adalah gunung dan sawah. Begitu juga dengan menulis. Kalau diarahkan maka akan berpola. Sebaiknya peserta dibiarkan menulis alam tanpa dibatasi oleh tema. Dengan demikian peserta akan meneliti dan menulis lebih dalam tentang alam.
Eni Martini (Penulis)
kalangan. Apalagi saya yang aktif di kelompok penulis, lomba seperti ini memang dicari.
Aida (Penulis dan Guru SMP Islamic Boarding School Tangerang) Acara ini bagus, esensinya dapat, dan ada misi di dalamnya di mana saat ini karya-karya tulis kurang sekali mengangkat sastra hijau. Bagi generasi muda, hal ini juga sangat bermanfaat karena selama ini mereka kurang mendapat informasi tentang lingkungan. Saya yakin generasi ke depan masih punya harapan asal kita memberikan arahan yang betul tentang pemeliharaan lingkungan. Sementara bagi pihak sekolah, dunia menulis itu saat ini dipandang sebagai sesuatu yang seksi karena menarik minat banyak siswa.
Acara perhutani Green Pen Award yang diselenggarakan di Solo kemarin sungguh menarik. Tandanya, kursi peserta penuh. Saya kira pelatihan model Green Pen Award bisa dijadikan contoh sebagai pelatihan menulis yang tidak membosankan. Tak hanya paparan, namun juga pemutaran video yang sungguh inspiratif. Tidak eksklusivisme dalam pengajuan pertanyaan. Nyaris tidak ada batas bagi peserta yang bukan hanya peserta didik, namun juga pendidik. Semua menerima materi dengan bagus. Saya berharap ini diadakan setiap tahun, sehingga para siswa yang ikut lebih banyak lagi, sekolah mungkin bisa ditambah lagi.
Saya bangga dan senang adanya acara ini karena ada muatan lingkungan untuk kepentingan dunia. Cuma acara ini terlalu padat teknisnya. Mungkin sebaiknya materi workshop dilakukan secara bertahap hingga 2 hari, sehingga kita punya background lengkap tentang lingkungan. Begitu pula dengan kategori lomba, saran saya sebaiknya dibedakan berdasarkan usia seperti kategori anak sekolah, penulis, dan lainnya. Meski demikian, lomba seperti ini pasti diminati banyak
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 39
SOSOKrimba
Prof. M. Na’iem “Tanaman Perhutani Seperti Manusia, Butuh Makan” Kamis pagi, 12 Desember 2013, suasana ruangan di sebelah perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang berdampingan dengan “hutan mini” alias arboretum itu masih sepi. Tepat jam delapan seperempat, Profesor Na’im memasuki ruang kerjanya dan mempersilakan Duta Rimba mewawancara. Beliau dikenal sebagai ahli pemuliaan pohon dan merupakan sosok penting dibalik cerita Silvikultur Intensif atau SILIN, Pinus Bocor Getah dan Jati Plus Perhutani. Simak penuturan exclusive-nya berikut ini.
40 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 41
SOSOKrimba Kata Professor ada Penopang Perhutani, apa saja? Ada spesies penting di Perhutani seperti jati, pinus, mahoni dan kesambi (yang belum diseriusi). Empat spesies itu, jati dan pinus sudah pada tataran yang bagus dalam arti dari aspek sumberdaya genetik atau plantation-nya tersedia, teknologinya untuk mendapatkan atau membangun planting model sudah ada. Yang belum adalah bagaimana Perhutani bisa mengawal tanaman itu menjadi tanaman yang produktif, itu saya kira PR (pekerjaan rumah: red). Dirut (Perhutani: red) pasti paham, tanaman produktivitasnya harus tinggi, sebab kalau tidak maka tidak akan bisa berpacu dan tidak akan menang dengan kompetisi yang sekarang ada di depan mata kita, terutama perkembangan penduduk yang begitu cepat. Ini kalau tidak diimbangi dengan produktivitas pasti tidak bisa. Produktivitas Jati misalnya, materi genetiknya sudah ada, lahan sudah ada, tetapi mengkombinasikan materi genetik yang bagus dengan lingkungan yang proper sehingga bisa menghasilkan produktivitas tinggi ini masih kurang. Kalau tanaman hanya genetiknya saja yang dilihat tapi lingkungannya tidak disiapkan, maka pertumbuhannya tidak begitu optimal seperti contoh Jati Plus Perhutani (JPP) dan sebagainya. JPP akan optimal kalau lingkungannya juga optimal. Kalau genetik sih sudah guaranted, sudah disiapkan sejak 1997-1998 dengan membangun teak centre (pusat penelitian dan pengembangan sumberdayahutan Cepu). Lingkungan memang harus disiapkan, misal lubangnya harus standar, pupuknya harus standard lalu planting time harus tepat, karena kalau penanaman itu sudah mundur ke Februari itu berarti tanaman tidak
42 DUTA Rimba
bagus dan Desember harus sudah menanam.
Perhutani kembali ke Silvikultur Teknis? Iya, kembali ke silvikultur teknis bisa mendapatkan produktivitas tinggi. Tanpa itu saya kira tidak bisa. Direksi Perhutani dan kawankawan level Administratur ke bawah harus komit, kalau ingin mendorong Perhutani bisa eksis. Kembali saja ke materi genetiknya dengan pohon yang cepat, batangnya lurus, pruning availibility-nya bagus, kemudian hama penyakit juga relatif tidak ada, itu sudah siap semuanya. Pernah saya sampaikan, jangan Pusbanghut itu dijadikan tempat untuk produksi benih, Pusbanghut itu tempat untuk research. Produksi benih harus ada di KPH-KPH. Orang-orang KPH yang muda yang punya loyalitas tinggi, itu ditunjuk beberapa orang, di-training di Cepu, nanti setelah training tiga bulan, membangun nursery di KPH dengan otoritas pengawasan Pusbanghut. Sekarang saya melihat di KPH Jati sudah ada, sudah bagus dari segi itu, saya pikir tinggal dukungan dana yang paling krusial.
Apa perubahan yang dibutuhkan? Jati Perhutani dengan luar negeri tidak kalah. Dengan Thailand saya berani bertaruh Perhutani sudah on track, karena terus terang saya ikut membidanginya sejak awal. Yang mesti harus dilakukan adalah lahan yang terlanjur kosong sejak era reformasi 1996-1998 itu karena penjarahan terlalu parah, sehingga jumlah kecepatan penanaman dengan kecepatan rehabilitasi hasilnya belum memadai. Kuncinya menurut saya adalah dana Perhutani tidak banyak tersedia, saya berpikir apakah dimungkinkan menggandeng pemilik modal untuk bisa menanami
“penyakit cabuk lilin itu apakah memang penyakit dalam arti kondisi ketidakseimbangan pinus sehingga menimbulkan cabuk lilin yang menyerang sampai mati, ataukah justru munculnya cabuk lilin itu karena pinusnya lemah karena tidak pernah diberikan nutrisi ?�. lahan-lahan yang kosong itu agar supaya tertutup. Dimungkinkan apa tidak apabila Perum melaksanakan itu karena untuk mempercepat progress menanam kalau tidak akan terus tanah kosong-tanah kosong. Jadi harus ada crash program, pendanaan yang paling urgent. Langkah Dirut sudah bagus menurut saya bahwa sekarang ini diajak untuk berpikir visioner para Administratur itu. Harusnya berpikir membangun hutan itu aset, tidak hanya sekedar membangun tetapi bisa dijadikan aset untuk masa depan, jadi harus tahu betul-betul tanaman KU-1 itu dimana, KU-2 dimana, kondisinya bagaimana, itu khusus tanaman jati.
Untuk tanaman Pinus bagaimana ? Saya agak sedih dengan tanaman pinus. Dirut membuat lompatan-
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
lompatan untuk memanfaatkan pinus tidak hanya kayunya tapi getahnya, karena getahnya itu nilainya sangat tinggi. Bahkan seperti pabrik yang di Trenggalek itu kini dibangun lagi pabrik untuk derivatnya di Pemalang. Sayangnya menurut pengamatan saya, plantation-nya belum diperhatikan atau belum disentuh secara totalitas. Masalahnya penyakit pinus sekarang banyak, terutama cabuk lilin. Saya punya thesis yang
harus dibuktikan, “penyakit cabuk lilin itu apakah memang penyakit dalam arti kondisi ketidakseimbangan pinus sehingga menimbulkan cabuk lilin yang menyerang sampai mati, ataukah justru munculnya cabuk lilin itu karena pinusnya lemah karena tidak pernah diberikan nutrisi ?”. Nah, pinus yang kita sadap terus menerus tanpa ada pengembalian nutrisi di tanah, itu sesuatu yang bisa menyebabkan lemah. Kalau tanaman
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
itu lemah atau ibarat badan kita lemah maka penyakit akan mudah masuk. Memang biayanya besar untuk pemupukan itu, tetapi kalau itu tidak dilakukan, maka akan makin parah. Saya minta Pusbanghut Perhutani mencoba thesis ini dibuktikan. Kalau bisa mulai sekarang Kebun Benih Bocor Getah yang ada di Jember itu di treatment sehingga pada tahun ke sepuluh ada hasilnya. Kalau dari
DUTA Rimba 43
SOSOKrimba
awal kita tidak tahu getahnya, karena getah baru bisa disadap umur lima sampai enam tahun, tapi sekarang lima sampai enam tahun ini mari kita treatment, dengan dijarangi dengan jarak tanam berbeda, dipupuk dengan dosis berbeda, kalau perlu apakah pupuknya itu organic atau unorganic, diamati betul, sehingga ada satu rekomendasi sifatnya menyeluruh tapi based on research yang bisa dipertanggungjawabkan.
44 DUTA Rimba
Jadi ini nanti bisa jadi dasar bidang perencanaan untuk bikin policy. Kita pilih, kita thread, ada yang dipupuk ada yang tidak, ada yang diatur jarak tanamannya longgar ada yang tidak. Saya kira dengan sinar matahari masuk leluasa maka peluang untuk proses fotosintesisnya optimal dan itu akan menghasilkan tambahan getah yang optimal untuk jarak tanam. Untuk pupuk juga menghasilkan kontribusi yang luar
biasa tidak hanya untuk growth tapi persebaran atau istilahnya kefiguritas pohon bisa menyebabkan kekuatan dan produktivitas. Apabila dicoba mungkin perlu waktu lima tahun tapi lima tahun ini akan berdampak jauh ke depan untuk pinus. Kebutuhan getah pabrik di Pemalang dan Trenggalek itu banyak, tapi selama nutrisi pohon pinus itu tidak dicukupi maka kecenderungan produktivitas getahnya akan turun.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Kalau di bor, air tidak bisa masuk, getahnya langsung masuk di plastik, cost mahal tapi dikompensasi dengan produk yang murni, dan pemasaran harus bisa bargaining bahwa harga itu kalau bisa jangan diputuskan oleh pasar luar.
Perencanaan hutan dengan tantangan yang ada harus seperti apa? Kita tidak harus berpegang pada perencanaan lama karena kita berada pada posisi kondisi berpacu dengan waktu karena kebutuhan lahan semakin besar. Populasi masyarakat semakin tinggi, bisa dibayangkan sebagian besar populasi Indonesia ada di Jawa dan Perhutani ada di Jawa. Perhutani ini memang HTI terbesar di Indonesia, posisinya di Jawa dengan segala permasalahan yang ada. Oleh karena itu perencanaan Perhutani harus adaptability-nya tinggi dan perencanaan kolaboratif. Saya tidak harus menyarankan diubah, tapi kaitannya dengan pinus, lima tahun thesis saya harus bisa dibuktikan, apakah betul karena nutrisi yang rendah itu, produktivitas
getah pinus juga rendah dan juga menyebabkan penyakit. Saat ini penanaman konvensional, disadap pakai kuare yang koakan. Padahal sekarang itu ada teknik bor, memang agak repot dan agak memerlukan tenaga dengan teknik bor, tetapi dengan bor itu getahnya murni/tidak campuran, sehingga kalau itu dilakukan betul, masalahnya tinggal cost. Kalau kuare gampang tapi dampaknya kambiumnya masuk di getah, sandal jepit masuk di getah, tercampur dengan air. Kalau di bor, air tidak bisa masuk, getahnya langsung masuk di plastik, cost mahal tapi dikompensasi dengan produk yang murni, dan pemasaran harus bisa bargaining bahwa harga itu kalau bisa jangan diputuskan oleh pasar luar. Hal itu bisa saja kalau dengan kemurnian getah kita. Harga getah di drive oleh pasar, jangan sampai produktivitas kita rendah. Untuk pinus potensi Perhutani luar biasa, belum lagi kalau Perhutani sekarang mulai start dengan bocor getah dan mampu menjangkau Riau, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, planningnya bagus dan SDM disediakan. Teknologi membangun sistem breeding dan pemuliaan sejak saya mahasiswa tahun 1976 sampai sekarang, tidak banyak yang punya catatan sejarah panjang, tapi anakanak didik saya sudah banyak dan tidak hanya di Perhutani. Pesan saya kembali saja lagi ke komitmen dan dana. Dana bisa di create kalau produk kita bagus dan mampu bersaing. Saya yakin Dirut Perhutani (Pak Bambang: red) mampu melakukan hal ini dan meyakinkan Kementerian BUMN untuk kemajuan perusahaan.
Apakah penanaman jati daur panjang masih relevan? Beberapa waktu lalu tanaman jati dirilis lima tahun bisa di panen. Saya
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
banyak disalahkan karena konsep itu muncul dari UGM, saya bilang lima tahun mulai bisa ditebang. Tadinya saya tidak setuju kalau lima tahun ditebang, sebab semakin tua jati itu semakin bagus, tetapi lima tahun itu kalau ditanam di daerah-daerah yang cocok untuk jati asal jangan di Jawa Barat, daerah jati artinya daerah yang kandungan kapurnya tinggi, lima tahun terasnya sudah terbangun, artinya dari kekuatan kayunya itu sudah ok bisa digunakan untuk furniture, kalau dari segi keawetannya itu dengan rosin bisa dilapis, pertimbangan yang kedua saat deklarasi jati lima tahun panen itu pasarnya ada, Pasar Eropa dan Jepang bisa menerima itu, sehingga dampaknya mungkin berpengaruh di Perhutani, namun saya kira tidak, Perhutani punya pasar sendiri, saya diskusi dengan Pak Dirut, ya memang yang berbatasan dengan masyarakat ya memang bisa diperpendek daurnya. Dulu saya waktu membuat jati prospektif kemudian muncul istilah JPP itu daur saya 20 tahun, dengan perhitungan per etatnya kira-kira 400 pohon itu bisa menghasilkan 200m3 dan itu di plot-plot research di Pemalang maupun di Ngawi bisa dicapai. Kemarin menebang 9 tahun sudah 100m3 di Ngawi, kalau 20 tahun itu berarti 200m3. Jadi daerah yang dekat-dekat itu bisa daur pendek, tetapi untuk klas ekspor ke Eropa tetap harus menggunakan daur panjang tetapi materinya tetap yang bagus, misalnya di Randublatung KU4 dan KU5 ya tetap dipertahankan itu. Kembali lagi mesti ada planning yang bagus. Permasalahannya JPP yang ditanam di Perhutani itu ada masalah dengan persiapan lahan, pupuk yang tidak masuk ke lubang. JPP mestinya kalau mengikuti SOP saya yakin 15-20 tahun itu 200m3 tercapai. Bagaimana policy Perhutani ke
DUTA Rimba 45
SOSOKrimba depan, saya tetap bahwa Perhutani tidak perlu khawatir dengan maraknya hutan rakyat, karena hutan rakyat jual segitu. Perhutani tidak terganggu. Waktu saya membangun materi genetik bagus, pimpinan Puslitbang tidak membolehkan orang lain mengakses, toh akhirnya muncul pembeli, nggak boleh, minta nggak boleh nah sekarang dengan banyaknya materi genetik itu memang sudah saatnya di share ke masyarakat.
Mengapa keberhasilan tanaman sebelum dan sesudah tutup kontrak berbeda? Begitu kontrak ditutup hubungan dengan masyarakat juga putus, memang Perhutani itu tidak lima tahun tapi tiga tahun lepas kontrak padahal saat tiga tahun lepas kontrak itu saat-saat krusialnya karena ternak boleh masuk, tidak ada penjaganya, hanya diawasi oleh mandor keamanan. Nah didalamnya itu petani tidak punya hak untuk itu, kalau petani diberikan hak/ kesempatan untuk memiliki pasti dijaga, kalau dijaga pasti tanamannya aman, krusial begitu tahun kelima dia declining karena memang terinjak-injak oleh ternak, karena jati itu kuncinya dua, yang pertama adalah jati itu tidak boleh becek jadi tanah yang grumosol/liat kalau tidak digemburkan itu air maka akan mematikan (dieback), pucuk kering atau tahu-tahu kuning/daunnya rontok, yang kedua dia tidak boleh padat, jadi overgrassing itu sangat tidak menguntungkan, makanya penggembalaan itu seharusnya tidak boleh di ladang hutan, lebih baik mengambil rumput dari hutan kandangnya di taruh di desa, kalau padat itu tidak bisa bernafas, respirasinya tidak sempurna, dan itu mesti harus digemburkan. Makanya di Jati ada gebrus satu gebrus dua dalam rangka itu, kalau itu dipegang,
46 DUTA Rimba
Bagaimana Pengembangan Tanaman Biomas untuk Bioenergi ?
Memang monokultur salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas, tanpa monokultur produktivitas tidak bisa digenjot tinggi. bibitnya bagus ya pasti jadi.
Apakah agroforestry bisa dijadikan alternatif pembiayaan? Agroforestry sekarang ini secara nasional dan internasional dianggap satu pola pengembangan hutan yang paling bagus. Sebenarnya di Perhutani bukan hal yang baru, karena tumpangsari juga salah satu tipe agroforestry. Jadi kalau polanya dikembalikan ke jaman dulu, Perhutani harvestingnya monokultur itu perlu penebangan serentak, kalau mix forest di Temanggung itu juga agak sulit. Kalau dikembalikan pola agroforestry baku, saya kira bisa kesana. Memang monokultur salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas, tanpa monokultur produktivitas tidak bisa digenjot tinggi. Tetapi monokultur yang dirancang oleh kebutuhan itu ya dua-duanya bisa, artinya untuk produktivitas bisa, untuk harvesting di dalam satu waktu tapi menghasilkan tambahan-tambahan untuk kepentingan masyarakat juga bisa seperti kayu bakar ada, biji kemlandingan ada. Pangsa pasar dimungkinkan kesana, tidak pure agroforestry seperti hutan rakyat Temanggung atau Sumedang.
Sebenarnya biomassa itu memang tidak menuntut pohon yang kualitasnya bagus, tidak menuntut pohon yang lurus atau apa, karena itu akan dibuat chip terus dibuat semacam gergajian kecil diserbuk, kemudian serbuknya di press atau dimampatkan. Sebenarnya di Korea memang hanya waste dari perusahaan-perusahaan kayu disana, tidak kayu solid yang dibuat biomassa, itu akan cost. Tetapi di Indonesia ini luar biasa sekali, di Perhutani yang luasnya 2,4 juta ha itu mestinya bisa dicadangkan untuk lahan tertentu dengan memilih spesies-spesies yang memang high calory, kalau dibakar tinggi kalori, diantaranya gliricidia, acacia, kesambi kalori tinggi tapi lambat pertumbuhannya, acacia deforent, itu memerlukan uji spesies, uji spesies untuk kayu bakar, persyaratannya FGS, kalorinya tinggi, bijinya mudah, pertumbuhannya cepat karena biomassa kontradiktif antara kalori dan biomassa, pertumbuhan cepat tetapi kalori tinggi, itu bisa tetapi tidak serta merta dicampur dengan jati, saya kira harus klas perusahaan sendiri yang di manage secara khusus, syukur-syukur tidak satu jenis sehingga semua bisa mix karena menurut pemikiran saya bisa ditanam campur karena pertama kedua hanya untuk kayu bakar, masa tebangnya bisa sama. Jati hanya cabang-cabangnya saja yang tidak masuk ke furniture bisa di chip, kalau perusahaan bisa dipilih, misalnya kaliandra itu bagus, energinya luar biasa, kemlandingan juga energinya tinggi, toh itu hanya sebagian untuk diversifikasi usaha. Perhutani punya policy tanaman energy untuk bioenergy tidak masalah yang penting masyarakat
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
bisa dilibatkan, di Jawa masyarakat terlibat hutan aman.
Bagaimana menopang industri hilir Perhutani Dulu pernah kenapa sekarang kondisi tanamannya cenderung menurun. Itu tadi Perhutani tidak konsisten. Tanaman itu seperti manusia, butuh makan, butuh nutrisi. karena konsep silvikutur intensif itu mempermadukan tiga komponen silvikultur penting, kesatu, genetiknya termasuk spesiesnya, kedua, memanipulasi/meng-create supaya cepat tumbuh bagus termasuk
kesuburannya, termasuk gembur/ tidaknya, termasuk airnya di hutan, plantingnya harus proper, ketiga, pengendalian hama penyakitnya. Masih belum (diperhatikan), tadi saya katakan, Pusbanghut Perhutani dominasinya baru breeding. Manipulasi lingkungan juga luar biasa di Ngawi, dengan tanah digemburkan itu significant sekali. Challenge saya ke Perhutani, thesis saya tentang penyakit cabuk lilin apakah memang itu penyakit atau pohonnya yang lemah? Ini harus dijawab memang perlu waktu tapi itu dicapai untuk menopang industri.
Apakah JPP lebih unggul dibandingkan jati-jati lainnya? Jujur saja, jati di luar Perhutani, saya berani bertaruh atau diadu, semua berasal dari Perhutani. Sebelum ada research, mulai tahun 1997, saya menemukan diantara klon yang lain, ada 2 klon yang bagus yaitu PHT1 dan PHT2 yang berasal dari nomor 97 dan 110. Jati yang beredar di luar mengapa popular, disamping karena promosi, juga salah Perhutani yang dulu nggak boleh beli nggak boleh diminta akhirnya dicuri, vegetative-nya itu gampang sekali. • DR-Soe
Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Na’iem, M.AgrSc. lahir di Cepu Jawa Tengah pada 16 April 1954. Sebagai Guru Besar Pemuliaan Pohon, pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada selama dua periode berturut-turut dari 2004 s/d 2012. Telah menghasilkan publikasi ilmiah nasional dan internasional lebih dari dua belas judul selama lima tahun terakhir. Doktor lulusan Universitas Tsukuba Jepang bidang studi breeding dan pemuliaan pohon ini tercatat sebagai pakar peneliti Pinus Bocor Getah dan Jati Plus Perhutani selain konsultan ahli untuk Silvikurtur Intensif (SILIN) Meranti untuk Kementrian Kehutanan Republik Indonesia.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 47
lintasrimba
Perhutani Optimistis Raih Laba Rp 220 Miliar Jakarta – Perum Perhutani optimistis bisa memenuhi target pendapatannya tahun ini yaitu sebesar Rp 3,9 triliun. Optimisme tersebut beralasan. Soalnya, sampai awal November, perusahaan pelat merah ini sudah berhasil mengantongi pendapatan Rp 3,2 triliun, atau sekitar 85% dari target 2013. “Sesuai dengan target, sisanya 15% bisa dicapai dalam waktu satu bulan terakhir,” ujar Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani, Kamis (21/11). Meski tak merinci, Bambang bilang, pendapatan Perhutani pada 10 bulan pertama ini naik 15% dibandingkan tahun lalu, periode yang sama. Dari jumlah pendapatan tersebut, kontribusi paling besar berasal dari penjualan kayu.
Sampai pertengahan November, jumlah volume kayu milik Perhutani yang terjual sekitar 800.000 meter kubik atau 95% dari target. “Saat ini, komposisi pendapatan masih 55% kayu dan 45% non kayu,” kata Bambang. Sementara untuk laba, Bambang memperkirakan Perhutani bisa mengantongi laba hingga Rp 220 miliar sampai akhir tahun ini. Di tahun depan, Perhutani menargetkan pendapatan hingga mencapai Rp 4,4 triliun. Berbanding terbalik dengan pendapatan, untuk laba Perhutani justru susut sebesar 5% dibandingkan dengan tahun ini. Sebab, Perhutani banyak mengeluarkan investasi untuk pengembangan industri kayu serta gondorukem tahun ini. “Biaya awalnya besar dan industri ini masih baru-baru jadi belum maksimal
(memberikan laba),” kata dia. Tahun depan Perhutani berencana untuk merogoh kocek sekitar Rp 30 miliar hingga Rp 50 miliar untuk mengembangkan bisnis air Perhutani. Perhutani berencana untuk menaikan kapasitas produksi air di pabriknya yang berada di Lumajang. Sebelumnya, kapasitasnya hanya 1 juta liter per tahun akan ditingkatkan menjadi 10 juta liter per tahun. Selain itu, Perhutani juga akan meningkatkan PH dari 7,2 menjadi 7,4. Perusahaan pelat merah ini memiliki delapan pabrik gondorukem dan terpentin. Sumber bahan baku pabrik ini berasal dari lahan pinus milik Perhutani yang mencapai 865.000 hektare (ha). Adapun, areal yang bisa menghasilkan gondorukem dan terpentin tahun depan seluas 166.000 ha. Sumber bahan baku lain dipasok dari Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain di luar Jawa. • Sumber: Kontan, 25 Nopember 2013
Donor Darah
Randublatung – Sebanyak 30 orang karyawan Perhutani Randublatung, baik yang berasal dari petugas lapangan maupun dari unsur manajemen, melakukan aksi donor darah melalui PMI Cabang Blora. Kepala Tata Usaha Perhutani KPH Randublatung Rahardian Iskarimanto SE mengatakan, donor bagi kalangan karyawan tersebut adalah wujud
48 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
Perhutani Lakukan Aksi
kepedulian antar manusia yang dilakukan oleh jajaran rimbawan Perhutani KPH Randublatung. Jumlah peserta dalam aksi donor darah tahun ini mengalami peningkatan. Tercatat jika tahun 2012 lalu sebanyak 12 orang pendonor, maka untuk tahun 2013 ini meningkat
menjadi 30 orang peserta. “Mudahmudahan untuk tahun berikutnya minat untuk menjadi pendonor darah dari kalangan karyawan bisa bertambah sehingga bisa membantu bank darah PMI yang telah tersedia,” kata Rahardian Iskarimanto. • HMS RDBANDAN.S. Diedit oleh Dadang K. Rizal
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Perhutani Peduli Bibir Sumbing 2013
kabupaten, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Rumah Sakit Negeri maupun swasta saat ini rata-rata pertahun melayani pasien hingga 1000 orang pasien pertahun. Bahkan, lanjut Ningsih bulan Juni tahun 2013 kegiatan serupa bekerjasama dengan Perhutani Unit II Jawa Timur dan Polda Jatim melayani 63 orang pasien. Kegiatan ini akan terus dilakukan karena tidak terfasilitasi dalam program Jamkesda maupun Jamkesmas. Kepala rumah sakit Bhayangkara Bayu Dharma S dalam kegitan baksos kali ini memberikan pelayanan sangat baik dengan menyiapkan juga ruang rawat inap gratis pasca operasi bagi pasien. Kegiatan ini diikuti 8 orang dewasa dan 15 orang anak-anak. Pelaksanaan operasi berjalan lancar. Para keluarga pasien pun mengaku senang dengan operasi gratis ini. Karena jika melaksanakan operasi sendiri biaya yang dibutuhkan sekitar Rp.30 juta untuk 2 kali tindakan operasi. • Humas
Bojonegoro – Perhutani Bojonegoro bersama Yayasan Permatasari Semarang, Pemkab Bojonegoro, Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro serta Polres Bojonegoro mengadakan kegiatan Bhakti Sosial operasi sumbing bibir dan langitlangit pada 22-24 November 2013. Administratur Perhutani Bojonegoro Anggar Widiyatmoko, SHut berharap dengan diadakanya kegiatan
Bhaksos Perhutani Peduli ini sedikit dapat membantu meringankan beban penyandang cacat sumbing bibir dan langit-langit terutama masyarakat kurang mampu. Menurut Pembina Yayasan Permata Sari Semarang Dra. Hj. Rutriningsih, MSi, awalnya kegiatan ini dalam setahun hanya dapat melayani rata-rata 150 orang pasien. Namun setelah bekerjasama dengan pihak pemerintah propinsi,
Bandung – Kera merupakan salah satu daya tarik pariwisata di lokasi wisata air terjun Curug Cimahi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Sejak dibuka untuk umum oleh Perhutani pada tahun 1992, di lokasi tersebut hidup ratusan kera jenis Makaka atau kera ekor panjang. Pada tahun 2002 silam, wahana wisata Curug Cimahi sempat ditutup hingga tahun 2010 karena mengalami perbaikan fasilitas pascalongsor yang terjadi di tempat tersebut. Namun, para kera tetap setia tinggal di hutan Curug Cimahi. Pengelola Curug Cimahi dan Kepala Resor Pemangku Hutan (KRPH) Cisarua, Eem Sulaeman mengatakan, pada saat Curug Cimahi kembali dibuka untuk umum
Kera Ekor Panjang di Curug Cimahi Bertambah di tahun 2010 lalu, tercatat sebanyak 180 ekor kera ekor panjang tinggal di hutan sekitar lokasi itu. Namun, ketika diperiksa kembali beberapa bulan ke belakang, jumlah populasi kera ekor panjang semakin bertambah. “Tahun lalu kita hitung ada sekitar 220 ekor kera, tapi sekarang jumlahnya ada 235 kera,” kata Eem di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (28/11/2013). Lebih lanjut Eem menambahkan, bertambahnya jumlah kera tersebut membuat jumlah kelompok kera ikut bertambah. Pada saat jumlah kera masih 220 ekor, kata Eem, mereka
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Perhutani Bojonegoro Markum, diedit oleh: Dadang K Rizal
terbagi ke dalam dua kelompok. “Ada kelompok kecil baru, jumlahnya sekitar 35 ekor. Mereka adalah kerakera yang tersisih dari dua kelompok besar,” jelas Eem. Kehadiran kera di Curug Cimahi memang memberikan dampak positif untuk wisata Curug Cimahi. Pasalnya, kera-kera tersebut terbilang jinak dan tidak pernah mengambil barang-barang milik pengunjung seperti di tempat lain. Di sisi lain, kehadiran kera-kera di Curug Cimahi juga memberikan berkah untuk para petani sayur di sekitar lokasi wisata. • Sumber: Kompas Online, 29 November 2013
DUTA Rimba 49
lintasrimba Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan ke-15, atau yang menyebut diri Ambissi IPB 1978, datang ke Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menggelar sejumlah kegiatan antara lain penanaman ratusan pohon dan pelepasan puluhan burung di Ranca Upas. Menurut Ketua Ambissi Nurcahyo Adi, meski tidak terlalu berpengaruh langsung terhadap lingkungan, namun kegiatan ini
Alumni IPB Tanam Pohon di Ciwidey merupakan upaya untuk menggugah kesadaran terhadap lingkungan. Kegiatan yang juga digelar dalam rangka reuni 35 tahun IPB angkatan 1978 ini mendapat dukungan Perhutani Jawa Barat dan PT Perkebunan Nusantara VIII. Mereka menanam pohon jenis damar atau A
Hutan Mangrove Cikeong
Dok. ISTIMEWA
Akan Dijadikan Objek Wisata
Karawang – Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani Purwakarta akan mengembangkan kawasan hutan mangrove Cikeong sebagai objek wisata, menyusul tingginya kawasan itu untuk ditetapkan sebagai tempat wisata. “Tetapi perlu penataan
50 DUTA Rimba
terlebih dahulu untuk menjadikan kawasan hutan mangrove Cikeong sebagai objek wisata,” kata Wakil Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Purwakarta, Rakhmat, Kamis. Di antara penataan yang perlu dilakukan ialah akses jalan menuju
gathis dammara, serta melepaskan burung cangkakak, jalak, dan koak. “Kami berharap kegiatan ini tidak hanya seremonial belaka, tapi bisa berlanjut sebagai sebuah gerakan,” papar Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat Budi Susatyo. • Sumber: Media Indonedia, 2 Desember 2013
kawasan hutan mangrove yang kini kondisinya rusak. Mengenai hal itu, kini Menteri Lingkungan Hidup tanam mangrove Pemkab Karawang telah melakukan perbaikan di Karawang. Penataan lainnya ialah pembangunan jembatan menuju kawasan hutan mangrove, serta penataan khusus kawasan hutan mangrove yang kini kurang terpelihara dengan baik. Menurut dia, persiapan pengembangan kawasan hutan mangrove Cikeong saat ini sudah mulai dilakukan. Targetnya, pada tahun 2015 sudah selesai persiapanpersiapan tersebut. “Nantinya, kawasan hutan mangrove itu akan dilengkapi dengan penangkaran buaya, seperti yang ada di Blanakan, Subang,” katanya. la mengakui puluhan hektare areal hutan mangrove Cikeong, di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Karawang saat ini kondisinya banyak yang rusak. Padahal kawasan hutan mangrove yang dahulu diresmikan mantan Presiden RI Soeharto sebelumnya terawat dengan baik dan kondisinya bagus. Kerusakan hutan mangrove itu mulai terjadi sejak 1998-2002. Setelah tahun 2002 hingga saat ini, pihaknya mulai rutin melakukan perbaikan kondisi hutan mangrove tersebut. • Sumber: Antara News, 28 November 2013
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Eksplorasi Pertamina EP di
Dok. Humas PHT
Kawasan Perhutani Mojokerto
Mojokerto – Operator Blok Nona (Bojonegoro, Jombang dan Lamongan), PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (Pertamina EP) menindaklanjuti hasil studi seismik yang telah dilakukan di wilayah hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngimbang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto. Eksternal Relations
PT Bama Bumi Sentosa (BBS) mitra kerja Pertamina EP, Yudhi Madjid, mengatakan, akan segera dilakukan eksplorasi besar di wilayah Ngimbang yang menjadi satu paket dari Blok Nona (Bojonegoro, Jombang, dan Lamongan). “Untuk itulah pada hari ini, akan diadakan suatu proses peninjauan lokasi bersama stakeholders terkait
Perhutani Bantu Bedah Rumah Tidak Layak Huni Bojonegoro - Bupati Bojonegoro, Kang Yoto menyerahkan kunci kepada Ibu Supani, salah satu dari 10 orang penerima bantuan program Bedah Rumah Perhutani pada saat peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan bulan Menanam Nasional dengan gerakan menanam 1 milyar pohon di Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (25/11). Kegiatan bedah rumah ini terlaksana atas kerjasama Tim penggerak Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Direksi yang diprakarsai oleh Karo Kelola Sosial dan Pengembangan Koperasi Teguh Purwanto, Tim Penggerak PHBM Unit II Jatim Karo Kelola Sosial dan Pengembangan Koperasi Unit II Jatim Kristomo serta Tim Penggerak PHBM Perhutani Bojonegoro Administratur Perhutani Bojonegoro, Anggar Widiyatmoko, beserta jajaran. Selain itu program ini juga didukung oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Setyo Utomo, LMDH Wono Mulyo, pemerintah desa
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
dan pembuatan berita acara pemeriksaan dalam rangka bagian dari pengajuan pinjam pakai kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan Republik Indonesia”, papar Yudhi dihadapan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Lamongan, Kepala Dinas instansi terkait, Camat, Kapolsek, Danramil Ngimbang, Kepala Desa Girik dan Sendangrejo, serta Administratur Mojokerto bersama jajaran di Kantor Perhutani BKPH Ngimbang, Kamis, 14 Nopember 2013. Dalam Sambutannya, Administratur Mojokerto, Widhi Tjahjanto mengatakan, jika dari hasil studi seismik yang telah dilakukan Pertamina EP, ada kandungan minyak dan gas (migas) di wilayah kawasan hutan BKPH Ngimbang, tentu itu merupakan berkah tak terhingga bagi masyarakat sekitar hutan dan Kabupaten Lamongan. “Oleh karena itu Perum Perhutani sebagai pemangku wilayah akan membantu dan memberikan dukungan penuh dalam proses perijinan hingga kegiatan eksplorasieksploitasi”, papar Widhi. • Humas Mojokerto/Eko Eswe, diedit oleh : Dadang K. Rizal
serta pihak-pihak lain. Pelaksanaan BRTLH (Bedah Rumah Tidak Layak Huni) bulan Juli hingga Agustus 2013 dengan sasaran 10 rumah yaitu rumah bapak Maidi, Masrip, Nurhadi, Sandim, Sumo, Samijan, Lasmo serta ibu Samijah, Supani dan Tamijah dengan total biaya yang dikeluarkan senilai Rp.124.017.000,Harapan dari manajemen dengan diadakannya kegiatan semacam ini ialah dapat membantu warga miskin dan membawa dampak positif terhadap masyarakat, sehingga terjalin hubungan komunikasi sosial yang harmonis antara Perhutani dengan semua pihak. • Humas Perhutani Bojonegoro, Markum
DUTA Rimba 51
lintasrimba
Pembenahan Objek Wisata Perhutani Bandung – Menjelang liburan akhir tahun, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten membenahi objek wisata alam yang berada di bawah pengelolaannya. Terdapat beragam objek wisata di bawah Perhutani, seperti Kawah Putih, Cikole Jayagiri, Curug Cilember (Bogor), Patuha Resort, Wana Wisata Gunung Galunggung, dan Wana Wisata Urug Tasikmalaya. Manager Komunikasi Perum Perhutani Unit III, Thomas Machmud, mengatakan, daya tarik tempat wisata diharapkan semakin tinggi dengan adanya pembenahan dan penambahan fasilitas tempat wisata. Dia mengatakan, salah satu tempat wisata yang akan
direvitalisasi saat ini adalah Wana Wisata Urug di Tasikmalaya. Menurutnya, selama ini pihaknya menargetkan pendapatan Rp 500 juta per tahun dari tempat wisata tersebut. Akan tetapi, realisasinya hanya mencapai setengahnya saja. Realisasi hingga pertengahan November lalu baru tercapai sebesar Rp181 juta. Sementara per bulannya, jumlah pengunjung ratarata baru mencapai 800 orang. Hal tersebut terjadi, menurut dia, karena kurangnya promosi. “Oleh sebab itu, mendekati liburan tahun baru 2014 mendatang, pengelola wana wisata urug juga akan membenahi dan menambah sejumlah wahana maupun fasilitasnya untuk
Perhutani Gandeng Korea Penanaman Wood Pellet Semarang – Perhutani Semarang bersama Korea Green Promotion Agency (KGPA) melakukan ujicoba penanaman biomassa jenis tanaman Gliricidia di wilayah kerja Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang sejak akhir tahun 2012 . Direktur Utama Perum Perhutani dan Presiden KGPA sudah melaksanakan Memorandum of Understanding/ MOU dilanjutkan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (Joint Operation Contract) oleh Kepala Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Teguh Hadi Siswanto dan Presiden Direktur PT.KGPA Indonesia Mr. Lee Chang-Bae, dengan disaksikan oleh Direktur Utama Perum Perhutani dan Presiden KGPA pada tanggal
52 DUTA Rimba
30 April 2013 lalu bertempat di gedung Forest Vision Center milik KGPA di Seoul Korea Selatan. Administratur Perhutani KPH Semarang Ir. Bob Priambodo, dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa rencana kerjasama ini merupakan sinergitas yang sangat baik antara Perhutani dengan KGPA, bahkan bukan hanya antara Perhutani dengan KGPA tetapi antara dua pemerintahan negara yaitu Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Korea Selatan. Lebih lanjut Bob berharap uji coba ini berjalan sukses dan bisa berlanjut dengan kerjasama lainnya mengingat Pemerintah Korea sangat berkepentingan dengan
meningkatkan daya tarik,” ujarnya, Rabu (27/11/2013). Setelah dibuka tiga tahun lalu, Wana Wisata Urug yang mempunyai luas lahan 3,7 ha cenderung belum dibenahi sehingga berpengaruh pada tingkat kunjungan. Dalam upaya memperbaiki capaian tersebut, fasilitas pemondokan, barak, aula, dan area kemping, serta tempat permainan anak-anak akan disediakan. Lokasi wisata itu juga satu paket dari rangkaian objek wisata lainnya di kawasan Tasikmalaya yang dikelola Perhutani, seperti Cipatujah dan Wana Wisata Gunung Galunggung. • Sumber: Pikiran Rakyat Online, 28 November 2013
keberadaan Sumberdaya Hutan Perum Perhutani yakni untuk merealisasikan sumber daya hutan yang dapat berfungsi sebagai Life Support System sekaligus dapat diproduksi dalam waktu singkat untuk kontribusi penghasilan Perusahaan. Kedua pihak secara intensif sudah melakukan pertemuan dan peninjauan lapangan dan sepakat untuk segera merealisasikan kerjasama pengembangan tanaman biomassa sebagai bahan baku pembuatan wood pellet yang merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Obyek kerjasama uji coba penanaman biomassa terletak di kawasan hutan di BKPH Tanggung dan BKPH Padas KPH Semarang seluas 500,9 hektar, dengan jenis tanaman Gliricidia sepium dengan jarak tanam 1 x 1 meter. Jangka waktu perjanjian kerjasama ini berlaku sejak ditandatangani dan berakhir pada tanggal 31 Juli 2015 dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan para pihak. • Humas smg/tofik, diedit oleh: Dadang K Rizal
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Perhutani Parengan Gandeng Pertamina EP Parengan – Perhutani Parengan kembali menggalang sinergi dengan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Kali ini kedua pihak akan menggarap kerjasama penangkaran Rusa Jawa (Cervus timorensis) dengan lokasi di wilayah kerja Perhutani Parengan. Rusa Jawa yang merupakan spesies setempat itu kini sudah sangat sulit dijumpai di habitat aslinya. Karenanya Perhutani Parengan menggandeng Pertamina EP Asset 4 untuk mengembalikan eksistensi Rusa Jawa melalui kegiatan penangkaran. Kegiatan tersebut telah melewati tahap awal berupa studi kelayakan lokasi oleh konsultan dari Fakultas Kehutanan - UGM, sebelum nantinya berlanjut ke Perjanjian Kerjasama Penangkaran. Bertempat di ruang rapat Perhutani Parengan, Senin 4 November 2013, dilakukan pemaparan hasil Kajian Kelayakan Lokasi. Kajian ini merupakan dasar
Jakarta – Tahun ini, kinerja Perum Perhutani lebih kinclong dibandingkan dengan tahun lalu. Sampai akhir tahun, perusahaan kehutanan plat merah ini optimistis bisa meraup pendapatan sekitar Rp 3,84 triliun. Angka ini naik 7,87% dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 3,56 triliun. Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani mengatakan, sampai pertengahan Desember ini, Perhutani sudah mengantongi pendapatan sebesar Rp 3,66 triliun. Meski membukukan kenaikan pendapatan, Perhutani tidak mampu mencapai target pendapatan tahun ini. “Sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), target
Dok. Humas PHT
Rintis Penangkaran Rusa
untuk menyusun rencana tapak penangkaran Rusa Jawa yang akan dilaksanakan oleh Perhutani Parengan bersama dengan Pertamina EP Asset 4. Pemaparan
disampaikan oleh tim UGM. Hadir pada kesempatan itu Administratur Perhutani Parengan bersama jajaran terkait. Sedangkan Pertamina EP Asset 4 menghadirkan dua perwakilan dari jajaran Legal and Relation. Dalam keterangannya Administratur Perhutani Parengan, Daniel Budi Cahyono, menyampaikan bahwa rencana kerjasama ini merupakan sinergitas yang sangat baik antara Perhutani Parengan dengan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Daniel berharap kerjasama ini akan berlanjut dengan kerjasama lainnya mengingat Pertamina EP sangat peduli dan berkepentingan dengan keberadaan sumberdaya hutan di wilayah kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani Parengan khususnya dalam hal pemberdayaan lingkungan dan sosial. • Humas Parengan, diedit oleh Dadang K Rizal.
Omzet Perhutani Naik 7,87% pendapatan kita tahun ini sebesar Rp 3,92 triliun,” ungkap Bambang, kemarin. Selain menorehkan kenaikan pendapatan, Bambang juga memproyeksikan kenaikan laba Rp 36,1 miliar atau 13,68% dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan Perhutani, tahun lalu, Perhutani memperoleh laba Rp 263,9 miliar. Tahun ini, laba Perhutani bisa mencapai Rp 300 miliar. “Laba bisa melampaui target hingga 10%,” kata Bambang. Kontribusi pendapatan Perhutani masih didominasi oleh pendapatan kayu sebagai core bisnis utama perusahaan. Pada 2014,
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Perhutani akan menggenjot kinerja sektor non kayu seperti gondorukem. “Tahun depan komposisi pendapatan akan 50-50 antara kayu dan non kayu,” kata Bambang. Asal tahu saja, saat ini Perhutani tengah fokus mengembangkan industri derivatif antara lain gondorukem dan kayu lapis. Selain itu, Perhutani juga bakal mengembangkan bisnis air Perhutani dengan meningkatkan kapasitas pabrik di Lumajang, Jawa Timur dari 1 juta liter (per tahun) jadi 10 juta liter. Investasinya mencapai Rp 30 sampai Rp 50 miliar. • Sumber: Kontan, 19 Desember 2013.
DUTA Rimba 53
lintasrimba
Saka Wanabakti Gelar Promosi di Raimuna IX Kwarcab Bojonegoro
Dok. Humas PHT
Pinsaka Wanabakti KPH Bojonegoro, Kak Anggar saat mengikuti seremonial Raimuna IX Kwarcab Bojonegoro di bumi perkemahan BKPH Pradok & BKPH Bubulan. Dokumentasi Humas Bojonegoro @2013.
Bojonegoro - Saka Wanabakti Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro gelar promosi di raimuna IX kwarcab Bojonegoro Rabu, bertempat di bumi perkemahan Bubulan Bojonegoro. Kegiatan yang digelar rutin Saka Wanabakti Perhutani Bojonegoro guna memperingati hari ulang tahun (HUT) pramuka ke-52 gerakan pramuka Kwarcab Bojonegoro, diikuti 1.600 peserta terdiri dari Saka Bhayangkara, Saka Wirakartika, Saka Bhakti Husada dengan mendirikan anjungan. Pimpinan Saka Wanabakti Perhutani Bojonegoro sekaligus
Administratur, Anggar Widiyatmoko, menjelaskan bahwa organisasi pramuka mencerminkan suatu hal yang positif, membentuk karakter dan jiwa seseorang menjadi lebih disiplin, mandiri, dewasa, edukatif, produktif, kreatif, inovatif, petualang serta berbudaya. Pada anjungan Saka Wanabakti tampak produk kreativitas anggota saka, seperti souvenir dari limbah kayu jati dan kerajinan tas. Pengunjung yang datang tertarik mencoba alat peraga potret udara, GPS, kompas, hagameter yang dipandu langsung Kepala Satuan
BUMN Hutan Harus Tanam Tanaman Pangan Jakarta – Kementerian Kehutanan (Kemhut) meminta kepada perusahaan plat merah pemegang konsensi kehutanan baik hutan tanaman industri (HTI) ataupun hutan alam (HA) untuk menanam tanaman pangan. Tujuannya, untuk mewujudkan program swasembada pangan. Setidaknya sekitar 10% sampai 20% dari luas areal konsesi lahan hutan digunakan untuk tanaman pangan.
54 DUTA Rimba
“Saya sudah panggil pimpinan Inhutani, Perhutani serta para pemegang izin baik HTI maupun HPH. Saya sudah instruksikan betul supaya secara serius menindaklanjuti apa yang sudah kita putuskan,” ujar Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan, Kamis (5/12). Ia mencontohkan seperti Perum Perhutani yang memiliki potensi lahan seluas 2,4 juta hektare (ha) di Pulau Jawa. Lahan ini dapat dimanfaatkan
Perencanaan Hutan Bojonegoro, Gunardi didampingi Yaksim dan Kusbiran. Bupati Bojonegoro, Suyoto sebagai Pembina upacara mengatakan, Singapura membangun karakter yang bagus melalui militer. Sedangkan untuk membangun karakter masyarakat Bojonegoro kita harus melalui pramuka. Oleh sebab itu pramuka harus menjadi ekstrakulikuler wajib disekolah yang ada di Bojonegoro. Semua lembaga pendidikan wajib melaksanakan ekstra pramuka, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK, lanjut Suyoto. Ketua kwartir cabang gerakan pramuka Bojonegoro, Hanafi menambahkan bahwa tidak hanya lembaga di bawah dinas pendidikan, akan tetapi lembaga pendidikan dibawah Kementerian Agama, MI, MTs, dan MA juga diwajibkan pramuka. Kegiatan raimuna adalah pertemuan pramuka penegak dan pramuka pandega dalam bentuk perkemahan besar. Kegiatan pramuka banyak memberikan pengaruh positif pada peserta didik di jenjangnya masing-masing. Bahkan, untuk menuju pembetukan karakter yang bagus, satu-satunya kegiatan adalah melalui pramuka. • Humas Perhutani Bojonegoro/Raf/Mar
untuk ditanami berbagai tanaman pangan seperti jagung, kedelai, padi atau tebu. “Nanti kerjasama dengan Kadin atau siapa terserah,” imbuhnya. Menurut Zulkifli, ketahanan pangan cukup penting. Apalagi, saat ini, Indonesia banyak mengimpor tanaman pangan seperti jagung dan kedelai. Menurut Zulkifli, kebijakan moratorium hutan tidak berlaku bagi tanaman pangan. “Artinya tebang pohon boleh kalau untuk pangan. Saya berani tanggung jawab,” tegas dia. • Sumber: Kontan, 6 Desember 2013
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Perhutani Dukung Saka Wanabakti
Dok. Humas PHT
Pelopori Generasi Muda Berkarakter
Jakarta – Perum Perhutani mendukung gerakan Satuan Karya (Saka) Pramuka Wanabhakti mempelopori lahirnya generasi muda berkarakter dan berwawasan lingkungan. Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto, hadir selaku Ketua Umum Pimpinan Saka Wanabhakti Nasional dan memberikan sambutannya pada hari ulang tahun Saka Wanabhakti yang ke-30 di Sanggar Arboretum Saka Wanabakti Cibubur, Jakarta Timur,
Ibu-Ibu Perhutani Utara Turut Berzakat Oksigen Banyuwangi – Tanam-tanam, Mari Menanam. Lantunan syair penyanyi ternama Iwan Fals yang berjudul Tanam-tanam itu terdengar mengalun mengiri kegiatan penanaman pohon di tengah kesunyian hutan. Kemarin (23/12), Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara melaksanakan kegiatan masal yang melibatkan para kaum hawa. Karena kegiatan yang dipusatkan di Petak 72 L BKPH Ketapang, RPH Gombeng, Sumbernanas, Kecamatan Kalipuro, ini digelar untuk memperingati hari Ibu. Ratusan
Minggu (22/12/2013), di hadapan sekitar 250 anggota Saka Wanabakti se-Jabodetabek. Bambang Sukmananto mengatakan, peringatan hari ulang tahun ke-30 Saka Wanabakti merupakan momentum kontemplasi untuk mengetahui sejauh mana Saka Wanabakti telah berproses dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor kehutanan, sehingga dampaknya dapat dirasakan masyarakat, bangsa dan negara.
ibu-ibu yang terdiri dari istri karyawan dan karyawati KPH Banyuwangi Utara itu melaksanakan penanaman pohon di sepanjang pinggir jalan di sekitar hutan. Sebanyak 250 bibit pohon Mahoni, Trembesi, Sengon Buto, dan duwet, ditanam di tempat tersebut. Menurut Istri Administratur KPH Banyuwangi Utara, Lilik Gandayani Artanto yang juga ketua paguyuban ibu-ibu dharma wanita Perhutani Utara menuturkan, sebagai seorang wanita yang suaminya bekerja untuk melestarikan hutan, wajib bagi ibu-ibu turut mendukung penuh. “Tidak hanya dukungan moral saja, sesekali kaum ibu juga merasakan langsung
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Ia menambahkan, revitalisasi Saka Wanabakti sangat diperlukan untuk menunjang kesuksesan pembentukan generasi muda Indonesia yang berkarakter ke depan. Satuan Karya Wanabakti mempunyai tujuan untuk membantu usaha pembangunan hutan dan kehutanan serta pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Acara di hutan arboretum Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur sekaligus diisi dengan kemah Saka Wanabhakti, penanaman pohon baru, pemasangan 200 papan nama pohon atau papanisasi pohon yang ada di arboretum. Penutupan ditandai dengan workshop “Seni Menulis Sastra Hijau” bagi pramuka Saka Wanabhakti oleh Perhutani. Kegiatan berbasis budaya ini diharapkan bermanfaat bagi generasi muda Saka Wanabhakti untuk menumbuhkan kreatifitas, mengasah kesadaran lebih awal akan pentingnya hutan dan lingkungan sekaligus membangun karakter di era digital yang serba instan. Hadir dalam acara tersebut Andalan Nasional Koordinator Wilayah IV Kalimantan Gerakan Pramuka Suryadi. • Sumber: RRI Online, 23 Desember 2013
bagaimana menjaga dan melestarikan hutan,” ujar wanita berkerudung ini. Menurut Lilik, program ibu menanam kali ini juga merupakan keikutsertaan mendukung program Pemkab Banyuwangi untuk melaksanakan zakat oksigen. Dipilihnya jenis Mahoni, Trembesi, Sengon Buto, dan duwet, yang ditanam tersebut, itu karena pohon tersebut teduh dengan akar tunjang yang kuat. Sehingga bisa menahan longsor apabila terjadi hujan lebat. Fungsi lain dengan akar yang kuat, maka dapat menyimpan air tanah yang nantinya menjadi mata air. • Sumber: Radar Banyuwangi, 24 Desember 2013.
DUTA Rimba 55
SASTRA HIJAU
PERHUTANI
Green Pen Award
Ketika kata tak lagi mampu bicara, sastra hadir mewakili cinta
56 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
LENSA ketika alam semakin dewasa Ke mana hendak bumi dibawa?
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
DUTA Rimba 57
Seuntai kata sebaris puisi serangkai cerita hutan belantara laksana makna cinta manusia
58 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
Membincang bumi dan alam semesta Mengharap Tuhan terus tersenyum, menatap dan memberkati kita
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
DUTA Rimba 59
Bumi adalah cerita yang birunya mulai tergores jingga yang makin lama makin senja menua
60 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
dengan cinta dalam cerita- cerita indahnya semoga tak segera hilang biru, jingga, lalu berganti saga
NO. 49 • TH. 8 • November-desember • 2013
DUTA Rimba 61
opini
Strategi Pemasaran Kayu Jati Plus Perhutani (Jpp) Oleh Dadan W Wardhana *)
62 DUTA Rimba
diantaranya adalah mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan bibit jati biasa, serta lebih adaptif di berbagai kondisi dan mampu tumbuh sempurna - baik di lahan kurus maupun di tanah yang subur. JPP juga mempunyai tingkat keseragaman tinggi, batangnya lurus, silindris, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Jati Plus Perhutani (JPP) JPP dibudidayakan melalui teknologi canggih yaitu melalui kultur jaringan, kebun benih klonal, dan stek pucuk. JPP adaptif di berbagai tempat tumbuh karena berasal dari proses seleksi ketat jati yang sudah beradaptasi ratusan tahun di Indonesia dan telah teruji secara alamiah. Keunggulan JPP adalah tumbuh cepat, mencapai 150% di lahan kurus dan 400% di lahan subur, tingkat keseragaman tinggi, batang lurus dan silindris dan cepat panen. Jati Plus Perhutani (JPP) mulai dilansir Perum Perhutani secara operasional pada tahun 2002 dengan harapan bisa ditebang pada umur 20 tahun dengan produktivitas 200 m3/Ha. Dalam sepuluh tahun
Dok. Humas PHT
P
ermintaan masyarakat akan produk-produk kayu jati tetap tinggi karena kayu jati dikenal memiliki sifat-sifat yang baik sehingga cocok untuk berbagai macam keperluan mulai sebagai bahan bangunan dan konstruksi, kayu lapis indah, meubel dan furniture, barang kerajinan sampai dengan obat-obatan. Secara fisik dan kimiawi kayu jati tergolong dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II, dengan tingkat kekerasan sedang,tingkat penyusutannya rendah serta kayunya mudah dikerjakan baik secara manual maupun mekanik. Untuk mengimbangi permintaan kayu jati yang cenderung meningkat, maka diperlukan terobosan yang mendukung hal tersebut, misalnya dengan menerapkan tanaman jati yang jangka waktu pemanenannya lebih cepat tetapi tetap memiliki kualitas kayu yang terjaga. Hal ini telah dilakukan oleh Perum Perhutani dengan mengembangkan dan menanam bibit jati unggul yang dikenal sebagai Jati Plus Perhutani (JPP). Keunggulan bibit JPP tersebut
kedepan JPP sudah mulai dipanen, namun tentunya sifat kayu yang dihasilkan akan berbeda dengan sifat kayu jati konvensional dimana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap ukuran dan kualita kayunya, yang pada akhirnya pada harga jual jika tidak dilakukan perlakuan baik terhadap kayunya sendiri maupun pasarnya. Menurut informasi sifat fisik kayu Jati Plus Perhutani (JPP) yang dilakukan penebangan pada umur
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
5 dan 7 tahun telah terbentuk kayu teras. Persentase kayu teras jati JPP umur 5 dan 7 tahun mendekati persentase kayu teras jati lokal yang berumur 15 tahun. Namun kayu teras JPP umur 5 dan 7 tahun jauh lebih kecil dari kayu teras jati lokal yang berumur 35 tahun. Untuk kekuatan JPP umur 7 tahun dibandingkan jati lokal umur 15 tahun tidak berbeda nyata. Jati lokal umur 35 tahun termasuk kelas kuat II, jati lokal umur 15 tahun
termasuk kelas kuat III, sedangkan JPP umur 5 dan 7 tahun termasuk kelas kuat III. Sedangkan keawetan JPP umur 5 dan 7 tahun dan jati lokal umur 15 tahun terhadap serangan rayap tanah, rayap kayu kering dan bubuk kayu kering termasuk dalam kelas awet V – III, maka dalam penggunaannya harus diawetkan terlebih dahulu. Sedangkan keawetan jati lokal umur 35 tahun terhadap organisme yang sama, termasuk kelas awet I – II sehingga
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
penggunaanya tidak perlu diawetkan. JPP umur 5 dan 7 tahun dan jati lokal umur 15 dan 35 tahun mudah dikeringkan, dengan kualitas baik. Berdasarkan analisis komponen kimia kayu, terutama kadar holoselulosa, lignin dan pentosan terutama untuk jati umur 5 dan 7 tahun cukup baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Dari sifat sifat fisik dan kimiawi kayu tersebut diatas akan dihasilkan kayu JPP yang relatif muda, tidak
DUTA Rimba 63
Ada asumsi bahwa persaingan memperebutkan pelanggan tidak dilakukan di pasar, tetapi di benak pelanggan. Untuk itu produk JPP harus diposisikan di benak pelanggannya. awet dan tidak kuat sebagai akibat dari relatif besarnya sel kayu dan warna kayu yang relatif masih putih karena masih rendahnya zat ekstraktif kayu Jati. Namun dengan sifat-sifat tersebut pula akan dihasilkan produktifitas kayu per Ha yang tinggi
Strategi Pemasaran
dirancang sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan baik yang pada akhirnya memberikan kekuatan pada produk JPP. Yang terakhir adalah bagaimana menjual produk JPP dengan menciptakan hubungan jangka panjang yang harmonis dengan pelanggan. Dengan dibangunnya nilainilai keunggulan JPP sebagai pembeda dengan pesaingnya akan menjadikan brand JPP akan kuat. Karena brand JPP ini merupakan asset yang menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memperkuat kepuasan dan pengakuan atas kualitas maka diharapkan kedepan jika JPP berhasil dimana pasokan/ supply kayu di pasar juga akan meningkat, JPP akan mampu membebaskan diri dari kurva supply-demand. Sehingga JPP mampu menjadi‘price maker’dan harapan nilai jual JPP yang tinggi dapat terwujud. *) Penulis adalah Karyawan Perhutani
Dok. Istimewa
Dengan sifat-sifat kayu JPP seperti diatas, maka strategi pemasaran harus dipersiapkan untuk dapat menjual kayu JPP. Jika mindset masyarakat terhadap kayu JPP sama dengan kayu Jati konvensional maka kayu JPP akan sulit untuk bersaing. Ada asumsi bahwa persaingan memperebutkan pelanggan tidak dilakukan di pasar, tetapi di benak pelanggan. Untuk itu produk JPP harus diposisikan di benak pelanggannya. Atau dengan kata lain janji apa yang akan dibenamkan kepada pikirannya pelanggan mengenai produk JPP ini.
Tentu saja janji ini harus diwujudkan, sehingga ketika ditawarkan JPP harus mempunyai pembeda yang nyata dengan pesaingnya. Perbedaan yang dimaksud haruslah mendatangkan value yang bermakna bagi masyarakat pengguna kayu. Untuk itu perlu dibangun nilai-nilai JPP dari keunggulan komparatif yang dimilikinya sehingga mempunyai kelas tersendiri. Mencitrakan JPP sebagai kayu kuat dan kayu awet sudah mungkin tidak relevan lagi. Harga jual juga harus diformulasikan dengan tepat karena relatif mudanya kayu yang dihasilkan sebagai akibat dari relatif besarnya sel kayu dan warna kayu yang relatif masih putih karena masih rendahnya zat ekstraktif kayu jati serta keawetan dan kekuatan kayunya yang lebih rendah. Demikian pula dengan cara mempromosikan dan membangun saluran distribusinya, harus
64 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 65
warisanrimba
Meniti
Dok. Humas PHT
Kahyangan Api
66 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Jika ingin menuju kayangan, menikmati indahnya surgawi bersama roh manusia yang berbuat kebajikan selama hidup, datanglah ke Bojonegoro. Di Negeri Angling Dharma ini, ada api yang tak pernah mati dan air yang terus menggelegak. Menjadi jembatan yang membawa ke negeri para bidadari. Kahyangan Api.
J
ika ingin menuju kayangan, menikmati indahnya surgawi bersama roh manusia yang berbuat kebajikan selama hidup, datanglah ke Bojonegoro. Di Negeri Angling Dharma ini, ada api yang tak pernah mati dan air yang terus menggelegak. Menjadi jembatan yang membawa ke negeri para bidadari. Kahyangan Api. “Jangan lupa ke Kahyangan Api, jika berkunjung ke Bojonegoro,” demikian pesan seorang teman, saat mengetahui saya ingin bertandang ke negeri Angling Dharma tersebut. “Apa itu,? tanya saya penasaran.” Itu lho, api yang terus menyala, tak pernah berhenti. Api abadi,” demikian jawab teman saya tadi. Maklum, selama ini saya hanya mengenal Bojonegoro sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi, karena masuk dalam blok Cepu. Selain itu mungkin hanya cerita masyarakat Samin dan tari Tayub yang pernah saya dengar dari daerah yang berbatasan dengan Ngawi di bagian selatan itu. Selebihnya, tidak ada. Maka ketika teman mengabarkan tentang Kahyangan Api, saya pun penasaran, tak bisa menahan diri, ingin segera menyambanginya. Setelah menempuh perjalanan lebih 2 jam dari Surabaya, saya dan rombongan tiba di Bojonegoro. Karena hari sudah larut, kami
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan besok paginya. Usai sarapan, kami pun bergegas meluncur ke lokasi yang berjarak 15 kilometer dari pusat kota tersebut. Tidak terlalu susah untuk menemukan lokasinya. Jika sudah tiba di pasar Dender, di sebelahnya terdapat sebuah gapura bertuliskan ucapan selamat datang di kawasan wisata Kahyangan Api. Sepanjang jalan sekitar 5 kilometer dari gapura tersebut, deretan pohon jati berbagai ukuran dan usia menghiasai pemandangan. Maklum saja, wisata Kahyangan Api masuk dalam kawasan Perum Perhutani, Kesatuan Pembangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro. Di jalan kita akan menemukan pos tunggal mandiri (PTM) V Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Soko, Bagian Kesatuan pemangkuan Hutan (BKPH) Tengger. Jalanan memang sepi, apalagi di saat hari kerja. Namun jangan khawatir, pos polisi Hutan juga tersedia di jalan menuju lokasi. Setelah berbelok kiri dari gapura masuk di pasar Dender, tibalah di kawasan wisata unggulan daerah yang terkenal dengan kudapan khas Ledre tersebut. Kahyangan Api, terletak di Desa Sendang Harjo, Kecamatan Ngasem. Untuk masuk ke lokasi, pengunjung dipungut bayaran Rp 3.000 per orang. Untuk sepeda motor dikenai biaya Rp 2.000. Dari sisi luar, terlihat semacam empat candi kecil yang
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
mengelilingi tumpukan batu-batu berwarna bata yang dipagari besi. Nah, itulah api abadi dari Kahyangan Api.Memang tidak terlihat jelas kobaran apinya, karena ini siang hari. Karena itu, jika ingin melihat jilatan api yang terus berkobar, sebaiknya datang pada sore atau malam hari. Hawa panas dan bau belerang sangat terasa begitu menjejakan kaki di sekitar pagar besi api abadi itu. Konon, menurut legenda, Kahyangan Api atau api jalan menuju khayangan adalah petilasan tempat Empu Supagati alias Ki Kriya Kusuma atau yang lebih dikenal dengan Mbah Pande, seorang empu pembuat keris dari Zaman Majapahit. Di tempat itulah, Empu Supagati bersemedi dan menempa keris-keris mahasakti yang dibuatnya. Ada bukti historis yang penting yang menguatkan kahyangan api dengan ditemukannnya 17 lempeng tembaga yang berangka 1223/ 1301 Masehi. Penemuan prasasti di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu pada tanggal 12 Maret 1992 tersebut, berbahasa jawa kuno yang menurut penelitian berasal pada zaman Raja Majapahit I yakni, Kertarajasa Jaya Wardhana. Isi dari prasasti tersebut, adalah pembebasan desa Adan-adan dari kewajiban membayar pajak dan juga ditetapkannya daerah tersebut sebagai sebuah sima perdikan atau swantantra. Penghargaan Ini diberikan oleh Raden Wijaya terhadap salah satu Rajarsi (punggawa, red) atas jasa dan pengabdiannya yang besar terhadap Kerajaan Majapahit saat itu. Dan Rajarsi tersebut tidak lain adalah Empu Supa yang lebih mashur dengan sebuatan Mbah Pande. Menurut cerita rakyat, keampuhan lokasi Kahyangan Api telah dirasakan semenjak pemerintah Maha Prabu Angling Dharma (Sri Aji Dharma) dari Malawapati, yang melatih para prajurit Malawapati
DUTA Rimba 67
di lokasi Kahyangan Api tersebut. Bahkan, ada beberapa pusaka Malawapati yang ditempa di Kahyangan Api, termasuk pusakapusaka andalan Kerajaan Malawapati dan Kerajaan Bojonegoro pada zaman Hindu madya di masa silam. Kebenarannya, pasti belum pasti. Mungkin jika Serat Astra Dharma yang saat ini tersimpan di salah satu museum terkenal di Belanda, ditelusuri, kebenarannya bisa dibuktikan. Serat tersebut ditulis pada masa Raja Astra Dharma alias Prabu Purusangkana, ayah kandung Prabu Angling Dharma (putera Prabu Kijing Wahana, suami Dewi Pramesthi). Bata-bata dari bekas reruntuhan padepokan Empu Supagati juga masih ada, meski sudah tak berwujud bangunannya. Menurut Juli (55 tahun), juru kunci Khayangan Api, api abadi itu digunakan untuk menempa keris yang dibuat oleh Empu Supaganti. Selain apinya stabil, api dari bara belerang itu ternyata bagus untuk proses pembuatan keris. Setelah ditempa dan dibentuk di api abadi, keris yang masih panah dicelupkan ke dalam sumur yang disebut “air blukutuk” atau yang dulu disebut “palonan.” Sumur tersebut terletak tidak jauh dari sumber api abadi itu. “Disebut air blukutuk itu biar gampang saja, karena ada gelembung-gelembung udara yang muncul dari dalam sumur
68 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
warisanrimba
mengandung gas belerang,” jelas Juli. Uniknya, meski terkesan panas karena munculnya gelembung gas belerang, ternyata suhu air di sumur itu sangat dingin. Di dekat sumur yang berdiameter sekitar 1,5 meter dengan kedalaman 2 meter itu, ada satu pohon dengan dua akar yang membentuk gerbang. Menurut Juli, gerbang itu dahulu merupakan jalan masuk menuju ke padepokan Ki Kriya. Gerbang Nogosari demikian namanya. Jalan setapak dari gerbang itu menghubungkan Desa Sendang Harjo dengan Kahyangan Api. Hanya penduduk desa yang memakai jalan itu. Sementara masyarakat umum atau pengunjung, biasanya melewati jalan yang sudah beraspal. Di warungnya yang terletak di bawah pohon jati berusia ratusan tahun, Juli berkisah lebih banyak lagi
tentang hal-hal mistis yang terjadi di sekitaran Kahyangan Api. Tak ayal, di hari-hari tertentu banyak orang bertirakat di sekitar petilasan yang sudah berusia lebih dari 600 tahun ini. Banyak juga yang minta air dari sumur air blukutuk, dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Juli bertutur, meski tidak terlihat, baik di kawasan Kahyangan Api maupun air blukutuk, banyak sosok halus bergentayangan. “Ada penunggunya. Wujudnya macammacam. Ada yang seperti bidadari, atau ada yang sosoknya seperti empu. Kadang, ada penampakan yang seperti keris,” ujar Juli, sambil menunjukkan foto-foto penampakan di sekitar Kahyangan Api dari ponselnya. Fenomena api abadi di Bojonegoro ini sekilas tak jauh beda dengan api abadi Tak Kunjung
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Keberadaan tempat wisata yang berada di tengah hutan jati ini sangat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung. Karena terdapat sumber api abadi terbesar se-asia tenggara, Padam di Pamekasan Madura atau api abadi Mrapen. Namun, Kahyangan Api dengan latar sejarah yang melekat erat, terutama dengan sejarah Majapahit. Bojonegoro yang berkali-kali pindah kekuasaan, dari di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, lalu Demak, Pajang, hingga Mataram. Meski secara logika, fenomena api abadi ini muncul akibat semburan gas yang merembes dari celah tanah dan bebatuan, kisah sejarah dan legenda di balik Kahyangan Api membuat objek wisata ini pantas disinggahi jika kita berada di Bojonegoro. Kebenaran cerita kahyangan Api mungkin masih menjadi misteri. Namun yang pasti, saban tanggal 19 bulan Oktober, dilakukan acara pengambilan api abadi oleh pemerintah kabupaten sebagai
simbol-simbol perayaan hari jadi kabupaten. Tempat ini juga ramai saat ritual sedekah bumi, yakni menjelang masa panen, yang dimeriahkan dengan kesenian tayuban atau waranggono. Api dari Kahyangan Api juga pernah diambil untuk menyalakan api obor pada penyelenggaraan PON tahun 2000. Di tempat ini juga pernah dilakukan upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X. Pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum’at Pahing, banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu, melakukan tapa di air blukutuk atau Kahyangan Api. Tujuannya macam-macam agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Masyarakat juga kerap menggelar
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
acara tradisional tahunan, Nyadranan (bersih desa). Acara ini digelar sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. “Bahkan ada juga yang datang kesini khusus meminta nomer togel,” Ungkap Juli. Keberadaan tempat wisata yang berada di tengah hutan jati ini sangat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung. Karena selain terdapat sumber api abadi terbesar se-asia tenggara, juga terdapat semburan air lumpur yang tidak pernah membesar dan membanjiri lokasi sekitar. “Suasana mistis disekitar sini masih nampak. Karena lokasi ini selain masih sering dikunjungi mpu Supagati juga dijaga dua anak perempuannya yang bernama Siti Sundari dan Sri Wulan yang tinggal di pohon gapura yang jaraknya hanya 25 Meter dari air blukuthuk,” pungkas Juli. Kahyangan Api menjadi salah satu destinasi andalan Bojonegoro. Tempat ini telah dilengkapiberbagai fasilitas seperti pendopo, empat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya. Lokasi kahyangan api sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebas (outbound). Sepenggal siang di Sendang Harjo membuat saya yakin bahwa ada “jalan menuju kayangan” di Kahyangan Api. Anda juga mau, silahkan datang. • DR
DUTA Rimba 69
ensikloRIMBA
Puspa,
Antara Nyeri Haid sampai Hapus Tatto Di bidang pertukangan tak hanya dikenal kayu jati atau kayu sonokeling. Untuk kayu dengan kualitas sedang, kayu puspa telah sejak lama menjadi pilihan. Kayu puspa mudah dikerjakan. Dapat dibubut, diserut, dibor, diamplas, dan dipelitur dengan hasil baik. Hanya saja, tak banyak orang tahu jika puspa memiliki manfaat lain. Apa itu?
P
uspa, seru, atau medang gatal (Schima wallichii) adalah sejenis pohon penghasil kayu pertukangan berkualitas sedang. Pohon ini termasuk ke dalam keluarga teh (Theaceae), dan menyebar luas mulai dari Nepal, melalui Asia Tenggara, hingga ke Papua Nugini. Disebut medang gatal karena pohon ini memiliki lapisan semacam miang di bawah pepagannya, yang keluar berhamburan ketika digergaji dan menimbulkan rasa gatal di kulit. Nama spesiesnya diberikan untuk menghormati N. Wallich (1786 – 1854), ahli botani berkebangsaan Denmark yang telah berjasa mengembangkan Kebun Raya
70 DUTA Rimba
Kalkuta. Pohon ini juga dikenal dengan aneka nama daerah, seperti simartolu (Bat.); medang miang (Mink.); mëdang sëru, sëru (Bk.); këmëtru (Lamp.);huru batu, huru manuk, puspa (Sd.); uspa (Jw.). Di Ketapang, Kalimantan Barat, pohon ini dikenal dengan nama penaga. Pohon yang selalu hijau, berukuran sedang hingga besar, mencapai tinggi 47 m. Batang bulat torak, gemangnya hingga 250 cm namun biasanya jauh kurang dari itu; batang bebas cabang hingga sekitar 25 m. Pepagan memecah dangkal sampai sedang, membentuk aluralur memanjang, coklat kemerahan hingga abu-abu gelap; sebelah dalam berwarna merah terang, dengan lapisan ‘miang’ yang mengiritasi kulit.
Daun tersebar dalam spiral, bertangkai sekitar 3 mm; helai daun lonjong hingga jorong lebar, 6–13 x 3–5 cm, pangkal bentuk baji dan ujung runcing atau meruncing, dengan tepian bergerigi. Bunga tunggal di ketiak di ujung ranting, dengan dua daun pelindung, berbilangan-5; kelopak menetap hingga menjadi buah; mahkota putih, saling melekat di pangkalnya; benangsari banyak. Buah kotak hampir bulat, diameter 2–3 cm, membuka dengan 5 katup; biji dikitari oleh sayap. Puspa mampu hidup pada pelbagai kondisi tanah, iklim, dan habitat. Sering ditemukan tumbuh melimpah dihutan primer dataran rendah hingga pegunungan, pohon
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. ISTIMEWA
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 71
Dok. Humas PHT
ensikloRIMBA
ini juga umum dijumpai di hutanhutan sekunder dan wilayah yang terganggu, bahkan juga di padang ilalang. Bisa hidup hingga ketinggian 3.900 m dpl., puspa tidak memilihmilih kondisi tekstur dan kesuburan tanah. Meski lebih menyukai tanah yang berdrainase baik, pohon puspa diketahui mampu tumbuh baik di daerah berawa dan tepian sungai. Puspa merupakan tumbuhan asli di India, Nepal, Burma, Cina, Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, Brunei, Filipina, dan Papua Nugini. Puspa terutama dihargai karena kayunya yang bermutu baik sebagai bahan ramuan rumah. Kayu ini lebih cocok dipakai sebagai balok dan tiang-tiang rumah dan jembatan daripada dibuat menjadi papan, karena papan kayu puspa cenderung bengkok atau melenting. Kayu puspa sebaiknya digunakan di bawah atap, misalnya sebagai tiang dan balok penyangga, kusen-kusen pintu atau jendela, panil kayu, lantai rumah, perkakas dan perabotan rumah, peralatan pertanian, ramuan perahu (di bagian dalam dan terlindung), kotak dan peti pengemas. Kayu puspa juga baik untuk membuat kayu lapis, papan serat, dan –setelah diawetkan– untuk bantalan rel kereta api.
72 DUTA Rimba
Tumbuh di padang ilalang Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau coklat kelabu; gubalnya berwarna lebih muda dan tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Teksturnya halus dan permukaan kayunya licin, dengan arah serat lurus atau berpadu. Kayu ini termasuk agak keras; dengan berat jenis yang berkisar antara 0,45 (subsp. noronhae) hingga 0,92 (subsp. oblata), kayu puspa termasuk ke dalam kelas kuat II. Secara umum, puspa digolongkan ke dalam kelas awet III. Ia cukup tahan terhadap serangan rayap kayu kering (kelas II), namun kurang tahan terhadap jamur pelapuk kayu (kelas III-IV). Namun demikian, kayu ini termasuk mudah diawetkan. Kayu puspa juga mudah dikerjakan. Dapat dibubut, diserut, dibor, diamplas, dan dipelitur dengan hasil baik. Dapat dibuat menjadi venir tanpa perlakuan pendahuluan, namun venirnya bergelombang setelah kering. Pengeringan kayu puspa memang diketahui sulit; lambat mengering dan mudah mengalami perubahan bentuk seperti pencekungan dan pemilinan serta pecah pada mata kayu. Kembang susut kayu ini termasuk besar dan mudah retak. Penyusutan kayu
hingga kering tanur pada arah radial sebesar 4,7–4,8%, sedangkan pada arah tangensial berkisar antara 8,6–10,6%. Puspa menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; energi yang didapat dari kayu gubalnya sekitar 19.980 kJ/kg. Kayu puspa juga baik untuk dijadikan pulp dan kertas. Pepagannya menghasilkan zat pewarna, tanin yang terkandung di dalamnya digunakan untuk menyamak kulit. Dipakai untuk menuba ikan di Jawa Barat; dilaporkan bahwa pepagan puspa mengandung semacam glikosida seperti saponin. Daunnya, di Nepal, dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Mahkota bunganya dan buahnya, setelah dikeringkan, dimanfaatkan sebagai jamu dan dijual di pasar sebagai cangkok atau buah cangkok. Ramuan yang bersifat astringensia ini digunakan untuk mengobati penyakit rahim dan histeria. Di timur-laut India, penanaman puspa dikombinasikan dengan kapulaga dalam suatu sistem wanatani untuk melindungi tanah dan air. Di negara ini, puspa juga digunakan sebagai pohon penaung di perkebunan kopi. Di Indonesia, puspa digunakan sebagai pelindung di hutan tanaman tusam dan damar.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Selain itu, puspa juga baik untuk reklamasi lahan dan reboisasi daerah tangkapan air.
Pohon puspa biasa diambil kayunya untuk bahan-bahan bangunan atau memanfaatkan kayunya. Ternyata daun puspa muda dapat dimanfaatkan untuk mengatasi nyeri waktu haid. Schima wallichii itulah nama ilmiah dari tumbuhan puspa, daunnya berwarna hijau dan kemerahan, termasuk tanaman keluarga teh. Daun puspa yang masih muda menyerupai tanaman teh, dengan buah berbentuk menyerupai kapsul, secara botani daun dan bunga puspa mengandung glikosida dan saponin tritepen. Senyawa itu mampu menghasilkan gula dan dapat penawar racun. Sebagai tanaman kayu, puspa ternyata menghasilkan zat warna merah kecoklatan. Kandungan tannin yang dimiliki daun puspa juga mengandung zat kimia yang bisa digunakan untuk bahan campuran dalam proses penyamakan kulit, senyawa yang dimiliki daun puspa mengandung unsur antiperadangan. Keringkan dahulu buah puspa, setelah itu buah puspa dan mahkota bunga bisa dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati penyakit rahim dan nyeri perut. Sementara daun puspa berkhasiat mengatasi nyeri perut dan diare, kulit batang daun puspa juga bisa untuk mengobati gangguan perut. Ekstrak senyawa lainnya memiliki sifat antiinflamasi yang baik untuk mengobati luka dalam atau juga peradangan selama masa haid, maupun gangguan perut lainnya. Cara penggunaannya, Pakailah beberapa lembar daun puspa muda dan bunga kuncupnya, kemudian rebus dengan air secukupnya, lalu bisa diminum. • DR
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Daun puspa
Puspa (Schima wallichii)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaceae
Genus : Schima
Spesies : S. Wallichii
DUTA Rimba 73
Dok. Humas PHT
rimbaDAYA
74 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Egg Roll Waluh
Manisnya Bisnis Si Bulat Panjang Saat ini penganan Egg Roll (seperti kue semprong), tampaknya, tengah menjadi primadona. Di sejumlah kota tak jarang ditemui Egg Roll dengan rasa yang unik. Salah satunya adalah Egg Roll Waluh yang tersohor dan diminati banyak kalangan.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 75
rimbaDAYA
C
epu yang merupakan kota kecamatan di Kabupaten Blora, tak lagi melulu identik dengan Kota Minyak. Kini, Cepu pun identik dengan Egg Roll Waluh. Adalah Mudi Kurniani atau dikenal Ani Santoso sosok di balik tersohornya Egg Roll Waluh khas Cepu. Istri dari Dwi Santoso ini memilih usaha egg roll karena berbahan dasar murah, harga terjangkau, dan yang paling penting laris atau cepat laku. Ani mendapatkan resep egg roll -snack berbentuk bulat panjang seperti kue semprong dengan tekstur lembut- dari Kursus Kue Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Awal usaha ibu dua anak ini bermula dari keikutsertaannya dalam Lomba Memasak Kue yang diselenggarakan oleh PKK Kabupaten Blora yang
76 DUTA Rimba
mengantarkan Egg Roll Ani Santoso keluar sebagai Juara Pertama. Tidak hanya jago kandang, namun Egg Roll yang diberi tambahan bahan dasar Waluh atau Labu Kuning mendapat Piagam Penghargaan Menteri Pertanian pada tahun 2010. Melihat peluang usaha maka di tahun yang sama Ani memberanikan diri membuat egg roll waluh dalam kapasitas kecil, pengolahannya dibantu lima orang tetangga sekitar dan pemasarannya dititipkan ke toko atau warung sekitar Cepu. Tidak disangka egg roll-nya selalu cepat habis sehingga dia berpikir untuk mengembangkan usahanya. Di awal usahanya, Ani yang merupakan Staf Hukum dan Agraria Perum Perhutani sempat ingin pinjam ke Bank. Namun setelah mendapatkan informasi dari Kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) mengenai adanya Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), maka dia pun mengurungkan niatnya untuk pinjam di bank. Ani mendapat dana PKBL Perhutani sebesar Rp 5 juta pada akhir 2012 yang kemudian dibelikan mixer besar untuk mengembangkan usahanya. Ada perubahan signifikan dari pembuatan egg roll yang biasanya menghasilkan 20 resep per hari atau sejumlah 100 bungkus 250 gr menjadi 35 resep atau 175 bungkus 250 gr. Dibantu 12 orang pekerja dari tetangga sekitar, Ani dapat meraup keuntungan sejumlah Rp 65 juta per bulan. Egg roll khas Ani yang belakangan diberi nama “Ngudi Roso” memang mengusung buah waluh atau labu kuning sebagai kekhasannya. Sekitar 40-50 buah waluh dibelinya dari petani waluh Randublatung. Masyarakat umum menjadikan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Waluh sendiri kaya akan kandungan gizi terutama vitamin A, Vitamin C, betakaroten dan alpha hydroacid sehingga sangat baik untuk kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Tidak berlebihan kalau waluh dikategorikan sebagai sehat waluh atau labu kuning ini sebagai bahan dasar untuk membuat kolak atau sayur. Di negara Barat, waluh dikenal dengan sebutan Pumpkin yang identik dengan perayaan Helloween. Waluh sendiri kaya akan kandungan gizi terutama vitamin A, Vitamin C, betakaroten dan alpha hydro-acid sehingga sangat baik untuk kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Tidak berlebihan kalau egg roll waluh dikategorikan sebagai snack sehat karena kandungan gizinya, juga telah mengantongi Sertifikasi dari Dinas Kesehatan setempat.
Tanpa pengawet Selain waluh, egg roll Ani juga memiliki rasa seperti ketela rambat/ ubi jalar, nangka, durian, kacang hijau, pisang, susu, pandan. Ciri khas egg roll buatan Ani adalah gigitan pertama pasti “mak krepes” beda sama egg roll lain.
Usaha egg roll yang digeluti selama tiga tahun yang lalu telah memasarkan produknya dari Cepu, Blora, Semarang, Solo, Salatiga, Bojonegoro, Jombang, Kediri, dan Surabaya. Ani berharap mendapat pinjaman PKBL lagi setelah lunas nanti guna memasarkan sampai Kota Malang dan Lumajang, karena permintaan yang tinggi. Egg roll berbahan dasar tepung terigu, telur, susu bubuk, santan, pengembang kue, mentega dan bahan campuran (waluh, ketela, nangka, dan sebagainya). Cara pembuatannya gampang yakni telur, gula dan pengembang kue
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
diaduk menggunakan mixer, kemudian ditambah santan, tepung terigu, susu dan bahan campuran yang terakhir mentega. Egg roll Ani tahan tiga sampai empat bulan tanpa bahan pengawet. Bagi Anda yang tinggal di sekitar Cepu dapat langsung mendatangi tempat usaha Ani Santoso yang terletak Jl. Giyanti Rt. 03 Rw. 01 Kelurahan Ngroto Kecamatan Cepu, tidak jauh dari tempat produksinya. Atau jika ingin memesannya, Anda dapat menghubungi nomor handphone 081325791012, maka pesanan pun akan sampai di rumah Anda. • DR
DUTA Rimba 77
Dok.DIPANTARA
bisnisrimba
78 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Menengok Bisnis
Hutan Rakyat Lestari
DIPANTARA Hutan Negara di Jawa Madura yang dikelola Perhutani telah berusia lebih dari setengah abad. Namun usia hutan tanaman Jati peninggalan Belanda itu telah melebihi satu abad sejak jaman Daendless berkuasa. Sebagai tetangga, masyarakat desa-desa hutan di Jawa tentu ingin bisa mencontoh atau setidak-tidaknya menanam pohon-pohon jati a la Perhutani meskipun pada jaman dulu menanam jati di masyarakat dianggap ‘tabu’. Lain dulu lain sekarang. Jaman sudah berubah. Sejalan dengan pertambahan penduduk, tuntutan terhadap manfaat sumberdaya hutan semakin meningkat.
K
ebutuhan akan bahan baku kayu dari hutan semakin meningkat. Disisi lain persyaratan yang diajukan buyer internasional semakin rumit yaitu bahan baku kayu harus bersumber dari hutan yang dikelola secara
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
lestari. Urusan sertifikasi adalah bisnis murni dan sustainability sumberdaya bukan urusan politik. Posisi Perhutani pun selama sepuluh tahun terakhir baru mencapai 10 unit manajemen KPH yang memperoleh sertifikat hutan lestari standar internasional FSC. Peluang bisnis
DUTA Rimba 79
Dok.DIPANTARA
bisnisrimba
kayu bersertifikat sustainable forest management inilah yang dilirik oleh masyarakat desa hutan di sekitar kawasan hutan Perhutani. Bermodal niat baik dan bisa menembus bisnis global, beberapa komunitas hutan rakyat sudah merambah bisnis berlabel “Sustainable Forest Management a la Community Forest” ini. Hutan rakyat mahoni yang dikelola Koperasi Kostajasa Kebumen atau hutan jati rakyat di Pacitan dan Gunung Kidul yang dikelola oleh Dipantara adalah contoh kemauan rakyat pinggir hutan Perhutani. Secara turun temurun masyarakat yang hidup dan menggantungkan kehidupannya pada hutan di Jawa atau dimanapun di Indonesia akan terus belajar dan pandai melirik peluang-peluang bisnis seperti keberhasilan-keberhasilan yang diraup perusahaan hutan sekitarnya. Tuntutan terhadap
80 DUTA Rimba
manfaat sumberdaya hutan (SDH) semakin meningkat akibat kenaikan permintaan terhadap komoditas pertanian, meningkatnya kebutuhan bahan baku industri, kayu akar dan kayu perkakas, lapangan pekerjaan, pemukiman, dan jasa lingkungan hidup. Jadi, pengelolaan sumberdaya hutan tidak hanya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan produk kehutanan yang berupa kayu semata, tetapi masih sangat banyak manfaat lain yang dapat dikembangkan. Kenyataan-kenyataan ini menyebabkan mulai berkembangnya pengelolaan hutan yang berbasis rakyat atau masyarakat (community based forest management). Pemerintah mendukung perkembangan ini melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor 677/Kpts-II/1998 tentang Hutan Kemasyarakatan. Keputusan
ini diikuti dengan Undang-undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, yang mengatur tentang pengembangan hutan rakyat. Pengelolaannya berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat, masyarakat memiliki jaminan yang kuat terhadap akses dan kontrol atas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. Sedangkan peran pemerintah diperlukan dalam hal pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui berbagai fasilitasi, agar pengelolaan hutan ini benarbenar mengarah pada terwujudnya kesejahteraan rakyat, tanpa mengorbankan kelestariannya.
Dipantara Sekilas Dipantara adalah badan usaha berbentuk CV yang kegiatannya fokus pada pemanfaatan dan pelestarian hutan rakyat, melalui upaya-upaya yang terintegratif,
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
kolaboratif dan professional, memadukan prinsip- prinsip entrepreneur dan sosial. Aktivitas fasilitasi pada dua lokasi yaitu Site Pacitan dan sekitarnya (meliputi Kabupaten Pacitan, Ponorogo dan Trenggalek, Jawa Timur), yaitu untuk hutan rakyat Pinus merkusii dan Site Gunung Kidul untuk hutan rakyat Jati, Mahoni dan Sonokeling. Aktivitas Dipantara di lapangan mendapat dukungan dari The Forest Trust (TFT), organisasi dunia untuk kelestarian hutan. Visi organisasi adalah mewujudkan pengusahaan hutan rakyat yang adil, professional dan lestari, menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Misinya mengembangkan sistem pengusahaan hutan rakyat lestari, mengembangakan potensi hutan rakyat, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial, mengembangkan dan mensinergikan potensi masyarakat dan potensi lain dalam pengusahaan hutan rakyat, dan mengembangkan penelitianpenelitian di hutan rakyat dengan sasaran terjaganya kelestarian vhutan rakyat dan meningkatnya pendapatan masyarakat melalui hutan rakyat. Data dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah 11 Yogyakarta, luas hutan rakyat di Pulau Jawa adalah sebagai berikut:
memegang peranan yang sangat penting ketika hutan negara sudah semakin menurun potensinya dan banyaknya masalah sosial yang dihadapi hutan negara.
Usaha Kayu Jati Rakyat Hutan rakyat Jati di Kabupaten Gunung Kidul seluas hampir 700
Provinsi
Luas (Hektar)
Jawa Barat/Banten
1,210,000
Jawa Tengah
747,000
DI Yogyakarta
111,000
Jawa Timur
641,000
Total
2,709,000
Apabila dibandingkan dengan luas hutan negara di Pulau Jawa yang dikuasai Perum Perhutani seluas sekitar 2,500,000 Ha, maka hutan rakyat di Pulau Jawa
Ha, yang difasilitasi Dipantara melibatkan lebih dari 50 kelompok tani binaan. Secara keseluruhan Dipantara membina 100 kelompok tani. Produksi kayu Jati mencapai
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
lebih dari 1000m3 pertahun, yang diperoleh dari sistem pengusahaan hutan rakyat lestari. Artinya produksi sejumlah itu dilakukan berdasarkan perhitungan jatah tebangan yang ketat, sehingga kelestarian hutan rakyat dapat terjamin. Kelompok hutan rakyat binaan telah mendapatkan sertifikat FSC Well Managed Group Forest Certification pada 25 September 2012 (SCS-FM/COC-004351), juga SVLK. Selain itu Dipantara juga menerapkan cara pengukuran (scaling) dan pengujian (grading) kayu jati berdasarkan kaidah Standar Nasional Indonesia (SNI). Produk-produk hutan rakyat ini artinya dapat memberikan kepastian kualitas dan uji kepada konsumennya. Dengan produksi mencapai 1000m3, komunitas
DUTA Rimba 81
bisnisrimba masyarakat ini mampu meraup pendapatan Rp 4 milyar pada tahun 2013. Nilai ini mengalami kenaikan dari angka Rp. 3,2 Milyar (2012) dan Rp. 2,8 Milyar (2011). Dengan label FSC sertifikat, menurut salah satu pengurus Dipantara, B. Aji Soetjahjo, trend pasar kayu jati rakyat semakin baik terbukti dengan permintaan dua pabrik yang dipasoknya 2.500 m3/tahun. Saya yakin kalau ada kayu log jati rakyat lainnya yang certified pasti akan terserap pabrik yang umumnya digunakan bahan baku pembuatan Garden Furniture ekspor ke berbagai negara di dunia.
dikombinasi dengan cerita unikunik begini tentu akan mempunyai value tersendiri bagi buyer tertentu. Ini yang tidak bisa disamai oleh pengelola hutan manapun di dunia, demikian B. Ajie mengatakan. Masyarakat berpikir bahwa hutannya harus bisa seperti hutan Perhutani artinya masyarakat tentu juga ingin industry kayu di Jawa ini bahan bakunya bisa mix antara kayu Perhutani dan kayu rakyat. Bagaimana mekanismenya, pertama Perhutani harus menjadi leader kehutanan atas hutan rakyat di Jawa. Dengan mendukung hutan rakyat artinya Perhutani akan mendukung sustainabilitinya sendiri. Kedua, Perhutani bermitra dengan hutan rakyat untuk fasilitasi sertifikasi bersama. Ketiga, Pola PHBM Perhutani itu sudah tepat hanya sekarang ini banyak yang tidak masuk sasaran karena sebagian dinikmati oleh elite desa.
Template Perhutani dan Harapan
82 DUTA Rimba
Email: dipantara_jogja@yahoo.com Website: http://dipantara.net/
Kantor Pusat
Wisma Dipantara
Home Base
Pacitan
Home Base
Gunung Kidul
•
•
•
Jl.Ringin Raya 14-16 Condongcatur Yogyakarta - 55283 Telp/Fax:0274-888468
Jl.Cut Nya Dien 15 A Ploso - Pacitan Jawa Timur Telp:0357-5100323
Nglipar Lor Kec Nglipar Kab. Gunung Kidul Yogyakarta
Dok.DIPANTARA
Dalam pengaturan pengelolaan hutan oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut menurut pengakuan B. Ajie Soetjahjo, bahwa ada beberapa tata kelola yang merupakan template pengelolaan hutan Perhutani. Sebut saja kegiatan inventarisasi pohon, jatah tebang tahunan, lacak balak dan tata niaga pemasaran dan lainnya semua ‘mengintip’ kehebatan pola Perhutani. Mengapa meniru Perhutani, karena harus diakui bahwa hutan Negara yang dikelola Perhutani ini bisa menjadi contoh terbaik pengelolaan hutan di manapun di Indonesia. Perhutani dan kayu jati itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisah. Bicara Perhutani artinya bicara jati yang tiada duanya didunia. Kayu jati selain jenis unik dan tidak tergantikan, ini merupakan heritage bagi bangsa ini. Heritage adalah ‘keunggulan’ Perhutani. Bisa dikombinasikan pengelolaan hutan jatinya dengan art, misalnya rel-rel tua di hutan Bojonegoro, Cepu dan lainnya adalah bagian dari “heritage” ini. Artinya cara menjual kayunya
Menurutnya, membangun hutan rakyat yang sustainable itu simple, asal ada manfaat langsung bagi masyarakat. Bila perusahaan hanya memberikan bibit gratis gratis dan gratis tanpa system yang jelas ibarat memberi air di gelas pecah, akan tumpah tak berbekas. Perhutani sangat bisa membangun hutan rakyat ang sustainable karena ilmu kehutanannya lengkap, pengalaman pasti, SDM ada, anggaran ada khusus anggaran sosial bisa diarahkan ke hutan rakyat, lokasi di wilayah dekat hutan Perhutani atau yang berbatasan langsung. Apabila hutan rakyat binaan Perhutani yang juga bersertifikat ini cukup banyak maka, Perhutani dapat mengkombinasikan industry kayunya dengan kayu hutan rakyat. Ini bukan saja untuk social sustainability saja tetapi sekaligus sustainability bisnisnya sebagai satusatunya heritage hutan jati terbesar di dunia.• DR
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 83
Dok. Humas PHT
wisatarimba
84 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Tak hanya apel, Malang pun dikenal dengan aneka pariwisatanya yang pantas untuk dikunjungi. Di Kota Apel ini kita dapat menikmati keindahan pariwisata yang berada di gunung, tebing, air terjun, hingga berbagai jenis pantai yang kebanyakan sudah ramai dikunjungi orang. Namun, ada satu pantai yang relatif masih sedikit diketahui orang banyak. Namanya Pantai Goa Cina.
Pantai Goa Cina
Ranumnya Perawan Lugu NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA Rimba 85
Dok. Humas PHT
wisatarimba
J
ika selama ini Malang dikenal karena Sendang Biru, Sempu, Balekambang, Kondang Merak, dan Bajul Ijo yang punya pantai-pantai cantik, Anda wajib mengunjungi Pantai Goa Cina yang juga menarik untuk didatangi. Barisan bebatuan karang, hamparan pasir putih, air laut yang bening, dan ombak besar sungguh memanjakan mata. Meski tak sepupoler tidak pantai lain di Malang, Pantai Goa Cina tak kalah indah. Pantai Goa Cina, terletak di Dusun Trowotratih, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sekitar 3 jam dari kota Malang. Menjelang pantai ini cukup mudah. Dari Malang, kendaraan kita arahkan menuju Gadang, Turen. Bila sudah pernah ke Pantai Sendang Biru, tentu lebih mudah lagi, tinggal ikuti ke arah yang sama. Jangan khawatir, karena banyak papan petunjuk sepanjang perjalanan. Sekitar 1,5 kilometer sebelum pantai Sendang Biru, Anda akan bertemu pertigaan. Selanjutnya belok
86 DUTA Rimba
kanan mengarah ke Pantai Bajul Mati. Setelah 5 km, di sebelah kiri jalan ada papan penunjuk Pantai Goa Cina. Belok kiri dan melalui jalan makadam, kira-kira 800 meter sampai akhirnya ada loket tiket masuk Pantai Goa Cina. Jika menggunakan kendaraan umum, Anda bisa naik angkot AG/ GA dari terminal Arjosari Malang ke Terminal Gadang. Selanjutnya dari Terminal Gadang ke Sumbermanjing wetan/Sendang biru menggunakan angkot bison, dari dari Pantai Sendang biru ke Pantai Goa Cina naik ojek. Kini, Pantai Goa Cina mulai banyak dikenal para pelancong. Trubus (45 th), petugas Perhutani pengelola pantai tersebut mengatakan, setiap week end pantai ini dipenuhi pengunjung. Mereka berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, bahkan tidak sedikit turis mancanegara. Dan trennya semakin meningkat. “Mungkin orang sudah jenuh dengan pantai-pantai di sekitarnya yang sudah dikenal lebih dulu,” ujarnya.
Pantai ini memang menawarkan keaslian, bak perawan lugu yang sedang ranum-ranumnya. Pasirnya yang lembut dan putih masih terlihat bersih. Pemandangan sekeliling yang mempesona berpadu dengan air pantai yang bening dan dingin. Deburan ombaknya yang mengalun berirama terdengar begitu gagah dan seksi. Lima pulau kecil di lepas pantai yang mengelilinginya menjadi landmark yang membedakan dengan pantai-pantai lain di sekitarnya. Berwisata di Pantai Goa Cina boleh jadi lebih nikmat saat kemarau. Anda dapat menyusuri tepian pantai, bermain pasir putih, atau bermain air pantai yang masih biru dan jernih. Di pantai ini, Anda bebas berlarian di sepanjang pantai berpasir halus dan menatap ombak Samudra Hindia. Atau, sekadar leyeh-leyeh di atas pasir. Berjemur pun tak dilarang, asalkan Anda membawa perlengkapan yang diperlukan. Namun, meski air laut yang jernih begitu menggoda untuk menceburkan diri ke dalamnya, hal itu jangan Anda lakukan. Sebab,
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
ombak Pantai Goa Cina sangat besar, jadi berbahaya. Panasnya terik matahari seolah tak sebanding dengan pemandangan yang eksotis nan cantik. Dan yang tak boleh terlewatkan adalah mengunjungi goa yang berada di salah satu sudut pantai. Itu pula yang mengundang, Sujadi (50), seorang agen perjalanan wisata yang hari itu datang bersama istrinya. “Saya sedang mencari obyek-obyek kunjungan baru untuk costumer saya mas. Dan nampaknya Pantai Goa Cina ini cocok untuk itu,” ujarnya. Hal serupa diungkapkan Rengganis (31), pelancong dari Bandung. “Pantai ini sangat indah dan masih bersih, tidak kalah dari Tanjung Papuma, Jember,” ujarnya. Cuma memang, sebagai obyek yang baru berkembang, masih banyak fasilitas yang harus ditambahkan untuk mendukung Pantai Goa Cina menjadi destinani
wisata nyaman. Selain jalan masuk yang masih makadam, fasilitasfasilitas yang ada masih terbatas. Misalnya, belum tersedianya penginapan. “Padahal sering pengunjung yang menanyakan,” ujar Trubus. Juga belum tersedia kuliner yang khas dan representatif. Di tepi jalan raya, misalnya, hanya terdapat beberapa warung soto daging. Coba santap soto daging itu ditemani secangkir es teh manis. Rasa soto daging yang mungkin biasa saja, tentu saja akan terasa nikmat jika dikonsumsi dalam suasana kebersamaan. Warungwarung makan di sini memang masih menyediakan makanan seadanya, meski tentu saja itu tidak mengurangi pesona pantai ini. Petilasan Biksu Cina Selain menghadirkan pesona alam yang masih asri dan alami, di pantai ini juga terdapat beberapa
Dok. Humas PHT
Berwisata di Pantai Goa Cina boleh jadi lebih nikmat saat kemarau. Anda dapat menyusuri tepian pantai, bermain pasir putih, atau bermain air pantai yang masih biru dan jernih.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
pulau pulau kecil di tengah laut yang semakin menambah kesan indah Pantai Goa Cina. Seperti namanya, di Pantai Goa Cina ini Anda juga dapat mengunjungi beberapa Goa yang memang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang berkunjung. Untuk masuk ke dalam goa tersebut, Anda diharuskan merunduk karena memang pintu masuk goa hanya berukuran kurang lebih setengah meter saja, begitu pula saat Anda memasuki ruangan-ruangan yang lain. Di Goa tersebut terdapat sebuah ruangan di mana Anda akan mencium bau dupa yang cukup menyengat. Konon ruangan itu merupakan tempat meninggalnya si penemu goa. Namun sayangnya, bagi para wisatawan yang sedang berkunjung di Pantai ini sangat dilarang untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Goa Cina Malang memiliki beberapa tempat dengan kedalaman yang cukup curam dan arus bawah laut lumayan besar. Konon, Pantai Goa Cina tak sengaja ditemukan oleh seorang biksu dari Cina. Menurut cerita rakyat setempat, sekitar tahun 1930-an, seorang pengembara tionghoa dari Surabaya bernama Hing Hook terdampar di sebuah pantai tersembunyi di Malang Selatan. Hatinya gundah gulana karena kemiskinan yang terus menderanya. Ia kemudian bertapa di sebuah gua yang berada di salah satu pulau kecil yang ada di sana. Sendirian, tak ada yang menemani. Mungkin ia ingin mengadukan nasib jeleknya kepada yang Kuasa. Sebelum mendapatkan apa yang dicari, maut keburu menjemputnya. Ia meninggal dalam kesepian di gua itu. Jasadnya ditemukan beberapa hari kemudian oleh penduduk sekitar dan dimakamkan di tempat lain. Sejak saat itu, pantai tersebut dinamakan Pantai Goa Cina.• DR
DUTA Rimba 87
pojokkph
KPH Banyuwangi Utara
Menanam
Dok. http://balurannationalpark.web.id
di Zona Tradisional
Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) tanggal 28 November dan Bulan Menanam Nasional (BMN) bulan Desember yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI No. 24 tahun 2008, menjadi momentum tepat untuk menyosialisasikan kecintaan pada alam. Insan-insan Perhutani di KPH Banyuwangi Utara pun memiliki cara sendiri untuk mengurai kecintaannya dengan sebuah kegiatan menarik.
J
umat, 29 November 2013 menjadi hari baik bagi pecinta lingkungan. Di Taman Nasional Baluran para pecinta lingkungan berkumpul untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional. Tepatnya,
88 DUTA Rimba
HM 20 jalan Batangan – Bekol atau di Zona Tradisional, menjadi tempat kegiatan itu dilangsungkan. Tidak kurang dari 300 bibit ditanam pada lokasi tersebut yang terdiri dari 7500 bibit yang akan ditanam di berbagai wilayah di Taman Nasional Baluran. Bibit yang
akan ditanam antara lain Asem, Kemiri dan Kesambi. Zona Tradisional dijadikan pilihan lokasi penanaman dikarenakan sesuai dengan tujuan adanya Zona Tradisional yaitu untuk mempertahankan hubungan tradisional secara turun temurun
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
dengan adanya ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam seperti padi, palawija, tanaman buah-buahan, lebah madu, bamboo, tanaman obat-obatan, sarang burung, kayu bakar dan daun kerajinan. Di mana fungsi peruntukkan zona ini untuk pemanfatan sumber daya alam secara terbatas dan terkendali dengan cara-cara tradisional dan memperhatikan asas pelestarian. Diharapkan nantinya apabila bibit yang ditanam sudah tumbuh besar, hasil hutan non kayu yang dihasilkan (biji/buah) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan. Pada kegiatan tersebut, turut berpartisipasi sejumlah pihak pecinta lingkungan, yakni UPT Kemenhut lingkup Dirjen PHKA, Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara, Kepolisian Polsek Banyuputih dan masyarakat sekitar kawasan yang terdiri dari Masyarakat Peduli Api, Masyarakat Mitra Polhut dan Pramuka Saka Wanabakti. Selain menanam pohon, acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional diakhiri dengan kegiatan penyebaran biji kemiri di lokasi sekitar tempat penaman berlangsung dengan cara melontarkan biji kemiri dengan menggunakan ketapel. Pemangku Hutan di Ujung Timur Jawa Bagi insan-insan Perhutani KPH Banyuwangi Utara, kegiatan penanaman semacam ini tak sekadar tugas yang harus diemban, melainkan panggilan hati. Betapa tidak, sebagai kecintaan terhadap alam telah mengakar dalam setiap diri mereka. Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara merupakan salah satu KPH di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani
Selain potensi di atas, KPH Banyuwangi Utara memiliki sebuah wanawisata unggulan, yakni Watu Dodol yang merupakan sebongkah batu besar berusia ratusan tahun.
No. 808/KPTS/Dir/2007 tentang pembagian wilayah pengelolaan KPH Banyuwangi Utara. Kesatuan Pemangkuan Hutan yang berada di ujung timur Pulau Jawa ini memiliki luas kawasan hutan 54.199,96 ha. Terletak diantara 11′-5′ sampai dengan 114′-38′ bujur Timur dan 7′-43′ sampai dengan 8′-46′ lintang selatan. Berdasarkan buku RPKH jangka 2003-2012, KPH Banyuwangi Utara yang dikepalai Ir. Artanto ini memiliki memiliki potensi unggulan seperti kayu jati, kayu pinus, dan potensi nonkayu yang sebagian besar dialokasikan untuk masyarakat yang dilaksanakan melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Potensi onokayu itu meliputi tanaman Tumpangsari (Jagung, padi, kacang, cabe), pemanfaatan lahan dibawah tegakan (Pisang, porang) pengambilan madu, kedawung dan rencek (limbah tebangan). Luas wilayah administratif pemerintahan yang termasuk dalam
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
wilayah Hutan KPH Banyuwangi Utara adalah 125.428,3 ha. Jika dibandingkan dengan luas hutan Alasbuluh-Gombeng dan Bitakol, maka perbandingan luas areal hutan dengan wilayah administrasi pemerintahan adalah 43%. Secara administratif, KPH Banyuwangi Utara berada di Kecamatan Kalipuro (31.003,0 ha), Kecamatan Wongsorejo (46.258,3 ha), dan Kecamatan Banyuputih (48.167,0 ha). Sementara mata pencaharian penduduk sekitar wilayah hutan KPH Banyuwangi Utara sebagian besar adalah petani dan buruh tani. Hal ini ditunjang oleh keadaan lahan pertanian yang subur dan kegiatan pertanian lainnya di perkebunanperkebunan sekitarnya. Terhadap masyarakat di sekitar wilayah hutan, KPH Banyuwangi Utara membentuk Lembaga Masyarakat Desa (LMDH) sebanyak 13 buah yang tersebar di tiga kecamatan tersebut. Selain potensi di atas, KPH Banyuwangi Utara memiliki sebuah wanawisata unggulan, yakni Watu Dodol. Bagi pelancong yang menyusuri perjalanan menuju Banyuwangi melalui jalur pantai utara, tidak hanya akan menemui monumen Penari Gandrung dengan pesona hamparan pantai, namun juga sebuah batu besar yang tegak berdiri di ruas jalan. Inilah Watu Dodol yang merupakan sebongkah batu besar berusia ratusan tahun yang telah menjadi ikon keberadaan Obyek Wana Wisata Watu Dodol. Selain wanawisata Watu Dodol, KPH Banyuwangi Utara juga memiliki obyek wisata Gua Jepang dan petilasan Syech Maulana Iskak yang menjadi tujuan wisata relijius masyarakat setempat. Hanya sayangnya, ketiga potensi wisata tersebut masih belum mendapatkan perhatian lebih serius dari KPH Banyuwangi Utara maupun pemerintah setempat.• DR
DUTA Rimba 89
resensirimba
Menebar Virus
Menulis Secara Fun
S
uasana kebatinan untuk bersenang-senang, sejatinya, bisa juga diwujudkan dengan hal-hal yang produktif. Perasaan senang karena baru saja mendapatkan kelahiran anak, membuat orang rajin bekerja. Senang diterima kuliah di perguruan tinggi terkenal membuat orang rajin belajar. Senang karena mendapatkan uang, dikelola untuk bisnis atau usaha. Itu semua susana senang yang produktif bagi orang dewasa. Bagi anak-anak, tentu perasaan senang itu bisa disalurkan pada hal yang bisa mencerdaskan, seperti belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, kerja praktik. Namun perasaan senang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan imajinasi anak masih sangat jarang. Inilah urgensi buku “Fun Writing For Kids”. Bila selama ini imajinasi anak-anak tumbuh karena cerita atau dongeng dari orang tuanya, atau dari televisi, maka dengan buku ini anak-anak diajak untuk menungkan imajinasinya itu melalui sebuah tulisan-tulian yang produktif. Dengan buku ini seorang diajak untuk merangsang kecerdasan dalam meresapi, menggagas, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini tentu akan terus mendorong anak untuk menulis. Bahkan bila hasil tulisan tersebut bagus, bisa juga dipublikasikan melalui media sosial maupun media cetak.
90 DUTA Rimba
Bersenang-senang tak harus berhura-hura. Bersenang-senang tak harus berfoya-foya menghabiskan banyak uang. Bersenang-senang juga bisa produktif. Mengapa demikian? Karena bersenang-senang itu sesungguhnya perwujudan dari suasana kebatinan seseorang yang bisa diekpresikan beraneka macam. Ada yang berhurahura, berfoya-foya, jalan-jalan di mal, dan semua kehidupan konsumtif. Sebagaimana namanya, “fun writing” adalah kegiatan menulis yang bertujuan untuk bersenangsenang, dalam situasi santai dan penuh kegembiraan atau “having fun”. “Fun writing” ini sesungguhnya tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi juga bisa diperuntukkan bagi balita, remaja, orang dewasa bahkan juga manula. Karena sifatnya menulis secara fun, tempat atau lokasi untuk menulis tidak harus di dalam kelas yang berlangsung formal. Lokasi untuk “fun writing” itu bisa di tempat terbuka, seperti di taman, di pantai, kebun, lapangan, ladang, hutan maupun lapangan luas. Semua itu tergantung pada siapa sasaran dan situasi macam apa yang dikehendaki dari program ini. Karena “fun writing” ini merupakan metode yang lebih fleksibel untuk mengasah keterampilan seseorang dalam menulis, tak jarang metode ini dijadikan agenda saat berkemah dan menjadi “writing camp” (menulis
sambil berkemah). Pola semacam ini sering dilaksanakan untuk melatih keterampilan para pelajar dan anakanak. Dengan berkemah, mungkin imajinasi untuk merenungkan gagasan dan pikiran semakin terbuka, yang sangat dibutuhkan untuk penulisan kreatif. Karena sifatnya fun, maka “fun writing” itu medianya tak harus menggunakan buku notes, kertas polos maupun kertas bergaris. Media untuk menulis bisa lebih bervariasi, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Menulis ini bisa menggunakan kaleng bekas, aneka pot, vas bunga, piring, gelas, gerabah, payung, layang-layang, tas, t-shirt, handuk polos, papan panel dan sebagainya. Pendek kata, apa saja bisa dimanfaatkan untuk media “fun writing”. Sekalipun sifatnya santai dan menyenangkan, tetapi bukan berarti pelatihan “fun writing” berlangsung apa adanya, asal peserta senang. Dari penyelenggaraan, memang semuanya harus menyenangkan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
Judul buku : Mencerdaskan Anak Melalui Menulis Penulis : Naning Pranoto, Soesi Sastro dan Sides Sudyanto Ds Halaman : 71 Tahun Terbit : April 2013 Penerbit : PERHUTANI
agar peserta didik lebih termotivasi. Namun dari sisi subtansi tentu tidak boleh santai. Dalam menulis peserta harus dilatih menulis secara benar. Baik dari sisi kejernihan berpikir. Logikanya tidak boleh meloncat-loncat, bahasanya harus menggunakan bahasan yang benar, bahkan baku, agar hasil tulisan mereka kelak bisa menjadi modal untuk menjadi penulis “beneran”. Kaidah-kaidah menulis yang benar, harus tetap menjadi perhatian para mentor. Seperti misalnya untuk menulis cerita pendek, peserta didik harus mengetahui plot yang runtut, penokohan, sudut pandang bercerita, seting peristiwa dan seterusnya. Elemen-elemen tersebut secara perlahan diajarkan kepada peserta didik, agar mereka bisa membingkai sebuah cerita pendek menjadi tulisan yang menarik dan menggugah pembacanya. Untuk mendidik anak-anak
dalam menulis harus dimulai dari yang ringanringan dulu. Apalagi dalam “fun writing”. Agar merangsang peserta didik menuangkan pikiran dan imajinasinya, sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupan mereka. Peserta didik bisa memulai dengan hal-hal yang menarik perhatiannya. Seperti misalnya menulis tentang keluarganya, rekanrekannya, taman yang ada di sekolah dan lain sebagainya. Penulis besar biasanya lahir dari besarnya minat mereka untuk menulis. Tantangan terbesar dalam “fun writing” tentu tidaklah sekadar bagaimana melatih teknik menulis. Namun yang tak kalah pentingnya adalah juga membangkitkan minat anak-anak untuk menulis. Minat ini perlu mendapat penekanan, karena ibat magma gunung berapi, ini bisa menjadi daya dobrak untuk berkarya seterusnya. Karena itu kita perlu menghargai langkah Perhutani untuk meneribitkan “fun writing”, sebagai salah satu program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan kepada masyarakat. Buku tentang panduan menulis dengan sentuhan seni ini ditujukan kepada orang tua maupun guru atau para tutor yang menaruh perhatian terhadap kreatifitas anak dalam menulis.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Buku yang ditulis para sastrawan ini terasa lebih cair dan mudah dipahami, dan bisa diterapkan kepada anak-anak terkasih. Bila kegiatan menulis secara fun ini bisa diberikan secara berkesinambungan kepada anak-anak kita, maka akan melatih kecerdasan, cara berpikir sistimatis, membingkai suatu masalah dalam sebuah tulisan menjadi tulisan-tulisan kreatif. Bila itu bisa diterapkan, di masa depan kita akan memiliki anak-anak kreatif, kritis dan menjadi pribadi yang mampu berkomunikasi dengan siapa saja dengan penuh percaya diri. Bukankah kita mendambakan anak-anak yang cerdas, dan berkualitas? Ibarat menanam pohon, “fun writing” itu tak ubahnya menyemai bibit-bibit unggul kepengarangan di tengah hegomoni televisi di ruang privat rumah kita. Dengan “fun writing”, kegiatan anakanak mendengar dan melihat tayangan televisi yang kadangkadang kurang mendidik dapat dialihkan pada kegiatan yang bisa membangkitkan kreatifitas mereka. Buku yang disuguhkan para sanstrawan ini pun sesungguhnya merupakan bagian dari sebuah transformasi agar anak-anak Indonesia ke depan memiliki kekayaan nurani yang harus ditumbuh suburkan. Karena itu buku ini cocok sekali dikoleksi oleh mereka yang peduli terhadap masa depan anak-anak kita. Bahwa mereka harus merengkuh masa depannya dengan hal-hal yang kreatif dan produktif.• DR
DUTA Rimba 91
inovasi
Metode Infus di NTT Atasi Kekeringan
Perum Perhutani ditunjuk oleh Kementerian BUMN sebagai Koordinator Program Pelestarian Alam dan Lingkungan BUMN Peduli. Salah satu programnya adalah rehabilitasi lahan kritis dengan menanam jenis cendana, gaharu, mete dan kemiri seluas 400 hektar di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan di Kodya Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pelaksanaan penanaman dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2013.
K
arena provinisi NTT pada umumnya adalah daerah kering dan tanahnya tandus, pada bulan April hujan sudah berhenti dan tanaman yang baru ditanam 1 – 2 bulan mulai layu. Kekawatiran tanaman mati karena kekurangan air menghantui personil Perum Perhutani yang ditugaskan di NTT. Pemberian air ke tanaman adalah solusi yang terbaik untuk mempertahankan agar tanaman tetap hidup. Mulai bulan Mei dilakukanlah penyiraman semua bibit yang telah ditanam. Mengingat air adalah barang langka dan mahal harganya di NTT, maka perlu dicari teknik penyiraman yang hemat air. Maka dicarilah cara penyiraman yang
92 DUTA Rimba
paling murah dan efektif. Terinspirasi penggunaan infus untuk memasukkan cairan ke tubuh pasien di rumah sakit, maka dibuatlah kantong plastik dan ujungnya diberi sumbu kompor minyak tanah sebagai media penyalur air ke dalam tanah. Kantong plastik dibuat dari plastik bening yang dibeli di toko dengan tebal 0,08 mm, diameter 15 cm dan panjangnya 100 m, kemudian dipotong panjang 30 cm dan bagian bawah dipres dengan alat pemanas, serta ujungnya diberi sumbu kompor yang panjangnya 10 cm. Pembuatan kantong plastik ini lebih murah dibandingkan apabila membeli botol air mineral bekas yang isinya 1,5 liter dan dengan kekuatan yang cukup. Kantong
plastik diikatkan pada acir disebelah bibit yang sudah ditanam dan ujung sumbu kompor dimasukkan dalam tanah dekat dengan akar tanaman. Kantong yang mampu menampung air sebanyak 1,5 liter akan habis merembes melalui sumbu kompor selama 5-6 hari. Setelah kosong diisi kembali. Bak penampung air dibuat dari terpal tebal ukuran 4 x 6 meter dan mampu menampung 5000 liter air yang dibeli dari suplier air yang biasanya diangkut dengan truk tangki. Dengan penyiraman metode infus ini, tanah sekitar tanaman akan selalu lembab sehingga tanaman tetap dapat hidup dan tumbuh pada musim kemarau yang sangat panas dan kering. Mulcing dengan
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Dok. Humas PHT
batu yang ditata di sekitar batang tanaman sangat membantu menjaga kelembaban tanah. Namun demikian metode penyiraman infus dengan kantong plastik bening yang disisi air ini terdapat kelemahan. Di lokasi tanaman yang panas dan gersang, terdapatnya kantong-kantong berisi air, akan mengundang binatang hutan untuk datang dan
menginginkan air untuk diminum. Burung, ayam hutan bahkan babi hutan sering merusak kantong untuk mendapatkan airnya. Inovasi yang lahir dari pengalaman lapangan ini dapat dicontoh dan dikembangkan ditempat lain. Air yang ditambahkan pupuk anorganik sudah barang tentu akan membuat tanaman lebih sehat dan tumbuh subur.
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
Delapan karyawan Perum Perhutani yang ditugaskan pada program rehabilitasi lahan kritis di Provinsi NTT, yaitu Hengki Prasetyo, Gabriel Migo, Felipus Snae, Kripenus Tnomat, Arnoldus Loe Bere, Yusuf Efendi, Agus Yulianto Hidayat dan Yulius Ajar Widodo. Kaya ide dan inovasi untuk membawa nama baik Perum Perhutani. • DR
DUTA Rimba 93
Dok. Humas PHT
RIMBAKULINER
Siapa yang tak kenal rajungan? Kepiting besar yang biasa disajikan sebagai menu masakan ini mudah saja ditemukan di daerah pesisir. Namun, jika Anda mengira cita rasa rajungan Tuban sama dengan rajungan dari daerah lain, Anda salah besar! Rajungan khas Tuban memiliki cita rasa khas yang khas dan menghadirkan nuansa berbeda. Tak percaya? Cobalah menikmati Kare Rajungan “Manunggal Jaya”.
Mari
Menyayat Lidah
dengan Rajungan Tuban 94 DUTA Rimba
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
T
uban tak hanya dikenal dengan goa-goa yang tersebar di berbagai sudut kota. Kota asal Sunan Kalijogo ini juga terkenal dengan beragam kuliner dan hasil lautnya yang melimpah. Kota yang terletak di pesisir pantai utara Jawa Timur ini, antara lain memiliki dua cita rasa kuliner yang khas, yaitu seafood dan rasa pedas yang menggigit. Salah satunya hidangan Kare Rajungan “Manunggal Jaya”. Berada di jalan Manunggal,
berdekatan dengan Universitas PGRI Ronggolawe dan kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban atau persis depan SMA Negeri 3 Tuban, warung rajungan “Manunggal Jaya”mudah ditemui. Selain tempatnya yang strategis, warung ini pun tak pernah sepi pembeli. Warung sederhana yang buka mulai jam 08.00 sampai dengan 20.00 WIB ini menawarkan makanan khas rajungan semacam kepiting yang memiliki daging yang lebih empuk, gurih dan manis
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
dengan rasa pedas luar biasa. Rajungan merupakan nama sejenis hewan laut yang mirip kepiting. Namun bedanya, kalau kepiting hidup di air tawar dan bisa diternak, sedangkan rajungan mempunyai habitat liar di laut. Yang khas dari rajungan adalah bentuk cangkangnya yang bermotif bentolbentol (polkadot) seperti macan tutul. Dagingnya juga jauh lebih empuk, manis dan gurih dibanding kepiting. Cangkangnya juga lebih lunak, mudah pecah sehingga tidak mempersulit pelanggan seperti halnya ketika menyantap kepiting. Di tangan Ibu Ismoe, pemilik warung rajungan “Manunggal Jaya”, rajungan menjadi komoditi makanan yang luar biasa diminati. Rajungan yang diracik dengan bumbu kare ini sangat termasyhur di Tuban. Aromanya yang khas sudah sangat membuai. Apalagi jika hidangan ini menyentuh lidah, rasa pedasnya akan menyayat lidah. Buat Anda pecinta pedas, tantangan yang satu ini tak boleh dilewatkan. Menurut Ibu Ismoe, rahasia di balik pedasnya rajungan terletak pada pemberian 10 kg cabe rawit untuk satu panci yang berisi sekitar 30 ekor rajungan. Kare rajungan dimasak dengan bumbu pepek. Hal itu membuat aroma rempah begitu menonjol. Bumbu-bumbu tersebut antara lain bawang merah, bawang putih, kemiri, kunir, kencur, laos, jeruk purut, ketumbar, terasi, daun bawang, daun pre, santan kelapa dan tentu saja cabai. Cara memasaknya pun tak sembarangan. Harus tepat. Ketika semua bumbu telah dimasak, masukkan santan dan jeruk purut. Tunggu 30 menit hingga mendidih dan aromanya harum. Setelah itu barulah masukkan rajungan, lalu didiamkan sejenak agar bumbunya merasuk. Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan lupa masukkan
DUTA Rimba 95
daun bawang dan daun pre. Menurut nenek berusia 60 tahunan ini, rajungan yang disajikannya tidak bisa didapat di sembarang tempat dengan jumlah yang banyak. Ia mendapatkannya dari pemasok tetap di daerah Paciran. Untuk penyajiannya, per porsi terdiri dari dua ekor rajungan dengan kuah yang hampir memenuhi piring. Harga ditawarkan per porsi rajungan sebesar Rp 60.000,- tidak termasuk nasi dan minuman. Biasanya, konsumen yang menyantap kare rajungan akan memesan minuman khas Tuban, legen siwalan. Kombinasi dua kuliner ini dapat dipastikan membuat rasa pedas awet di lidah. Namun, bagi pengendara kendaraan yang mengantuk, tentu saja menjadi berkah. Karena rasa kantuk dijamin hilang dengan hadirnya rasa pedas yang menyayat lidah. Warung yang dirintis oleh Ibu Ismoe ini berdiri sejak tahun 1985 dengan pendapatan bersih rata-rata Rp 2 juta per harinya. Setiap hari Ibu Ismoe bisa menghasilkan tiga panci penuh rajungan diolah menggunakan kayu bakar sehingga bumbu bisa meresap dan menyatu. Jika musim kemarau dia bisa mendapatkan 300 ekor rajungan, sedangkan pada musim penghujan hanya bisa mendapatan sekitar 100 ekor rajungan. Selain kare rajungan dan minuman legen siwalan, warung rajungan “Manunggal Jaya”juga menyajikan jenis kuliner lain yang tak kalah nikmatnya. Bahkan sebagian besar kuliner tersebut bercita rasa pedas. Anda dapat mencoba cumi ukuran besar, garang asem ikan manyung dan olahan ikan lainnya serta sate kambing. • DR
96 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
RIMBAKULINER
Resep Rajungan “Manunggal Jaya”
C
ita rasa rajungan ala Manunggal Jaya patut dicoba. Bahkan, jika tak sempat berkunjung ke warung rajungan “Manunggal Jaya” di Tuban, Anda pun masih dapat membuatnya di rumah. Ini dia resep pembuatannya. Selamat mencoba! Bahan : • Rajungan besar • Santan kental • Laos memarkan • Sereh memarkan • Daun Jeruk • Daun Salam • Daun Bawang • Santan • Garam • Gula • Air
Bumbu Halus : • Cabe Rawit • Kemiri • Kencur • Laos • Kunyit • Ketumbar Cara Masak : Tumis bumbu halus, masukkan semua bahan satu persatu kemudian direbus hingga mendidih dan makanan siap disajikan.
Warung Rajungan “Manunggal Jaya” Jl. Manunggal Tuban (Depan SMAN 3 dan sebelah kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban) No. Hp: 081330419052
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013
DUTA RIMBA MAJALAH PERHUTANI
NO. 49 • TH. 8 • november - desember • 2013
M A JA L A H
P ER H U T A N I
SOSOK RIMBA
Prof. M. Na’iem:
“Tanaman Perhutani Seperti Manusia, Butuh Makan” WISATA RIMBA
Pantai Goa Cina Ranumnya Perawan Lugu OPINI
Strategi Pemasaran Kayu Jati Plus Perhutani EDISI NO. 49 • TH 8 • NOVEMBER -DESEMBER 2013
BISNIS RIMBA
Menengok Bisnis Hutan Rakyat Lestari DIPANTARA
kalau pohon bisa
ngomong